BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

42
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kedongdong Kidul Desa Kedongdong Kidul terletak pada ujung wilayah Kabupaten Cirebon. Lebih tepatnya Desa Kedongdong Kidul Berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka. Desa Kedongdong Kidul masih termasuk Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Sebelah desa ini berdampingan dengan desa lain diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Desa Cikeusal Kecamatan Gempol, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kepuh Kecamatan Palimanan dan Desa Girinata Kecamatan Dukupuntang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cipanas dan Sebelah Barat berbatasan dengan Perum Perhutani KPH Majalengka. Desa Kedongdong Kidul terdapat Kepala Keluarga dengan jumlah 737 Kepala Keluarga diantaranya jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan 1369 orang dan laki-laki 1282 orang dengan total keseluruhan 2651 orang. Terdapat 4 blok, 3 RW dan 12 RT diantaranya Blok Guntur, Blok Ciseuti, Blok Depok, dan Blok Gunung Santri. Blok Gunung Santri letaknya terpisah di Gunung Santri. Sedangkan 3 blok lainnya merata. Posisi pemukiman di desa ini lebih pada memanjang di samping jalan utama. Jika memasuki gang jaraknya 10 rumah ke dalamnya. Menurut data terakhir tahun 2017 1 desa ini mempunyai luas wilayah ±222,301 hektar dan memiliki Kawasan Hutan Negara seluas 504 hektar. Terdapat tata guna tanah untuk sawah yang menggunakan irigasi teknis seluas 15,583 Ha, Irigasi setengah teknis seluas ±13,126 hektar dan Tadah Hujan seluas 35,325 hektar, total yang digunakan untuk sawah yakni 64,034 Ha. Adapun sebagian tanah digunakan untuk pemukiman seluas 20,394, tegalan 48.621 hektar dan lain-lain 15.000 hektar. Desa ini mempunyai hasil 1 Terdata dan tercatat dalam “Profil Pengendalian Operasional Ketentraman Dan Ketertiban Desa Kedongdong Kidul Kecamatan Dukupuntang” pada tahun 2017

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Letak Geografis Desa Kedongdong Kidul

Desa Kedongdong Kidul terletak pada ujung wilayah Kabupaten

Cirebon. Lebih tepatnya Desa Kedongdong Kidul Berbatasan langsung

dengan Kabupaten Majalengka. Desa Kedongdong Kidul masih termasuk

Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Sebelah desa ini berdampingan

dengan desa lain diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Desa Cikeusal

Kecamatan Gempol, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kepuh

Kecamatan Palimanan dan Desa Girinata Kecamatan Dukupuntang, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Desa Cipanas dan Sebelah Barat berbatasan

dengan Perum Perhutani KPH Majalengka.

Desa Kedongdong Kidul terdapat Kepala Keluarga dengan jumlah 737

Kepala Keluarga diantaranya jumlah penduduk yang berjenis kelamin

perempuan 1369 orang dan laki-laki 1282 orang dengan total keseluruhan

2651 orang. Terdapat 4 blok, 3 RW dan 12 RT diantaranya Blok Guntur,

Blok Ciseuti, Blok Depok, dan Blok Gunung Santri. Blok Gunung Santri

letaknya terpisah di Gunung Santri. Sedangkan 3 blok lainnya merata. Posisi

pemukiman di desa ini lebih pada memanjang di samping jalan utama. Jika

memasuki gang jaraknya 10 rumah ke dalamnya.

Menurut data terakhir tahun 20171 desa ini mempunyai luas wilayah

±222,301 hektar dan memiliki Kawasan Hutan Negara seluas 504 hektar.

Terdapat tata guna tanah untuk sawah yang menggunakan irigasi teknis seluas

15,583 Ha, Irigasi setengah teknis seluas ±13,126 hektar dan Tadah Hujan

seluas 35,325 hektar, total yang digunakan untuk sawah yakni 64,034 Ha.

Adapun sebagian tanah digunakan untuk pemukiman seluas 20,394, tegalan

48.621 hektar dan lain-lain 15.000 hektar. Desa ini mempunyai hasil

1 Terdata dan tercatat dalam “Profil Pengendalian Operasional Ketentraman Dan Ketertiban Desa

Kedongdong Kidul Kecamatan Dukupuntang” pada tahun 2017

topografi administratif 69% perbukitannya hingga curam lebih banyak dari

pada jalan landai dari ketinggian 141 s/d 181 dpl.

Curah hujan yang telah didata oleh station penangkar curah hujan

jamlang dalam pertahun berjumlah antara 1500 – 2500 mm dengan

keberadaan iklim per 6 bulan basah dan 6 bulan kering, dan suhunya rata –

rata 32 derajat celcius. Iklim desa ini di pengaruhi oleh scuaca panas dan

cuaca dingin yang tidak menentu setiap tahunnya dan wilayah desa ini terletak

di dataran tinggi dan berbukit. Desa ini mempunyai 2 iklim diantaranya

musim panas dan musim penghujan. Antara bulan Mei sampai dengan bulan

September musim hujan akan berlangsung dengan tingkat curah hujan rata-

rata berkisar 1500 hingga mm/tahun dengan hari sebanyak 100 sampai dengan

200 hari/tahun. Jika memasuki bulan November sampai dengan bulan April

maka terjadi musim kemarau. Pada pagi hari suhu udara di desa kedongdong

Kidul berkisar antara 23 sampai 26 C, sedangkan suhu udara pada siang hari

berkisar antara 27 sampai 32 C, kelembaban udara rata-rata mencapai 70%.

menurut pak ubay2 “lamun keurkatiga mah caina rada saat heunte kawas

biasana lamun ker usum hujan”. Jika memasuki musim kemarau debit air

akan semakin berkurang berbeda dengan musim penghujan yang debit airnya

semakin besar.

Tabel 1

Kalender Musim

NO Bulan Curah Hujan/ Suhu Keterangan

1 Mei-Juni-Juli-Agustus-

September

1500 mm dalam 100 -200

hari/tahun

Musim hujan dan

air masih

mencukupi

2 Hasil Wawancara dengan Pak Ubay Sebagai perangkat desa bagian kaur pemograman pada tanggal

13 mei 2017

2 November-Deswmber-

januari-februari-maret-

april

Suhu 27-32 Celcius

Kelembaban 70%

Musim Kemarau

Air masih cukup

namun debit air

berkurang

Sumber; Hasil Penelitian 2017

Terdapat beberapa sumber mata air di desa tersebut diantaranya yakni

Seseupan, Cipleubeun, Cilangkoyang, Cidahu, Kebuyutan, dan Ciranca.

Sesuai kebutuhan masyarakat dalam mengelola tanah untuk bercocok tanam

maka banyak pula mata air yang dibutuhkan. Kebanyakan masyarakat

mencari sumber mata air secara individu kedalam hutan. Hanya 2 mata air

yang digunakan untuk dialirkan ke pemukiman masyarakat kedongdongkidul

diantaranya Ciranca dan Cibeluben.

B. Kilas balik Kedongdong Kidul

Desa kedongdong Kidul mempunyai Sejarah yang sampai saat ini

masih dipercayai. Masjid di Desa ini jika memasuki waktu sholat tidak

menggunakan bedug sebagai ke khasan orang-orang Jawa pada umumnya jika

memasuki waktu sholat maka bedug dipukulkan dan baru adzan

berkumandang. Menurut pak toto3 diceritakan tepatnya di desa Cipanas

terdapat kerajaan yang masih termasuk dalam kerajaan Galuh Pakuan yang

saat ini berada di Rajagaluh. Saat itu Kesultanan Cirebon yang melawan

Kerajaan Raja Galuh dan seketika mengalami kekalahan saat melawan.

Perang tersebut dilakukan oleh pemimpin panglima perang Raja Galuh yang

bernama Sang Hyang Suten yang mempunyai kuda putih. Pada saat kalah

kuda tersebut menghilang dan menjadi Gunung Kuda yang saat ini terdapat di

Kedongdongkidul. Maka desa Kedongdong Kidul mempunyai kepercayaan

dari amanat Ki Jalimun yaitu “Rakyat Kedongdong dilarang memelihara Kuda

3 Pak toto, sebagai Kaur Litbang di Desa kedongdong 12/05/2017

Putih karena tidak akan memberi keberuntungan pada keturunan Sang Hyang

Suten”.

Beberapa pasukan Galuh melarikan diri dan bersembunyi di Gunung

Kromong yang masih masuk dalam wilayah administrasi Kedongdong Kidul

saat kekalahan terjadi salah satunya yaitu Mbah Buyut Ki Jalimun yang

dikenal memiliki “Ajian Macan”. Ia menjadi seeorang yang sangat

berpengaruh terhadap teman-temannya yang saat itu sama-sama tinggal di

Gunung Kromong karena memang beliau yang Sepuh. Mereka melakukan

babat hutan yang bertujuan untuk membuat suatu padepokan di kaki Gunung

Cikur. Didaerah tersebut banyak sekali tumbuh buah kedongdong yang mana

salah satu cikal bakal Desa Kedongdong. Beliu meninggal dan dimakamkan

di Desa kedongdong bertepatan di blok kidul samping alun-alun. Adapun ke

empat rekannya yaitu Kibuyut Jago yang memiliki Keris Naga Runting, Nyi

Mas Mireneng yang dikenal memiliki Aji Pengasihan yang saat ini di

makamkan di kawah Simeut, Buyut Siderepa yang memiliki Aji Pangabaran

dan Aji macan juga seperti Ki jalimun saat ini beliau dimakamkan di Blok

Ciseuti dan yang terakhir yaitu Buyut Ki Jedud yang memiliki Aji Macan.

Seorang pengelana bernama Demang Arijan datang di Daerah yang

menganut kepercayaan Sang Hyang bertujuan untuk menyebarkan Agama

Islam. Ia mempunyai strategi untuk menyebarkan agamanya melalui tempat

ibadah (surau/tajug) yang sengaja ia dirikan lengkap dengan kentongannya.

Tempat tersebut tidak hanya digunakan untuk melakukan ibadah sholat saja

melaikan mengajar mengaji juga. Penataan desa juga dilakukan oleh Demang

mulai dari penataan desa, pertanian, ladang serta perkebunan, peternakan dan

juga menyatukan ukhwah islamiyyah. Atas jasanya masyarakat mendorong

agar Demang Arijan mau menjadi kuwu pertama di pedukuhan Keongdong.

Selanjutnya adalah kuwu Samsu yang menggantikan Demang Arijan setelah

Wafat. Sistem pemerintahan Ki Samsu mayarakat dikenakan biaya (pungutan

pancen) kepada petani yang punya tanah sawah atau kasikepan. Pada musim

kemarau Masyarakat mempunyai adat yang dinamakan Mapag Sri tujuan

memberi sedekah bumi. . Adat tersebut diadakan setelah panen dengan

mengadakan wayang kulit dalam waktu sehari semalam, pada siang harinya

mereka melakukan “Lakon Bumi Loka”. Pada saat hujan turun maka

masyarakat akan menyambut baik.

Setelah ki Samsu wafat akhirnya digantikan oleh Ki Kasjan. Seorang

yang gagah perkasa, kerar, berjanggut, bersimbar dan memiliki warisan ilmu

Macan dari Prabu Siliwangi. Beliau sangat ahli dalam bidang seni dan

mempunyai seperangkat alat gamelan yang mempunyai laras pelog. Dalam

melaksanakan pertunjukan didesanya maka Beliau mengawali dengan lagu

“Raja Pulang” dikenal sebagai lagu Kesukaan Prabu Siliwangi. Kemudian

Beliau membuat Bedug terbuat dari Kayu Kesambi yang mana manfaatnya

untuk memberitahukan pada masyarakat setempat bila waktu shalat tiba.

Pada suatu hari terjadi peristiwa yang aneh tepatnya pada hari jumat

kliwon, saat bedug dipukul tiba-tiba Gunung Koneng yang terletak disebelah

alun-alun desa Kedongdong perlahan-lahan bergeser mendekati

perkampungan dekat surau. Dari kejadian itu Masyarakat Desa Kedongdong

memutuskan untuk tidak menggunakan bedug. Akhirnya masyarakat kembali

menggunakan kentongan.

Terjadi hujan lebat di Desa Kedongdong hingga mengakibatkan Bajir

yang cukup besar. kesempatan itu digunakan masyarakat untuk

menghanyutkan bedug ke sungai Cikamuning secara bersamaan. Bedug yang

tadi dihanyutkan ditemukan oleh warga girinata yang sampai sekarang di

simpan di masjid. Pada awalnya Desa Kedongdong Kidul bernama Desa

Kedongdong saja namun karena di Cirebon memiliki 2 desa yang sama-sama

bernama Kedongdong Akhirnya BPD desa memutuskan untuk menambahkan

Kedongdong Kidul agar lebih jelas.

C. Sosial dan Budaya

Mayoritas masyarakat Desa Kedongdong Kidul menggunakan bahasa

sunda dalam kehidupannya sehari-hari dan Masyarakatnya menganut agama

Islam. selama melakukan penelitian di Desa Kedongdong Kidul masyarakat

dinilai amat ramah dalam menerima pendatang dan diperlalukan seperti

halnya keluarga. Aktivitas seharinya-hari dari pagi hari para bapak-bapak

memulai kegiatannya untuk menuju ke sawah sampai sore hari sebagian ada

juga ibu-ibunya yang ikut pergi kesawah. Kegiatan beribadatannya setiap

malam jumat diadakan tahlil di mushola-mushola dan pengajian di masjid di

setiap acara besar dan agama islam seperti maulid nabi dan isro’ mi’roj. Selain

itu ada beberapa tradisi yang terdapat di desa kedongdong Kidul diantara

yaitu:

1. Tahlil Kifayah

Setiap ada orang yang wafat biasanya keluarga yang ditinggalkan

mengadakan tahlil kifayah. Acara tersebut diadakan dalam 7 hari berturut-

turut dan dihadiri oleh masyarakat desa kedongdongkidul serta sanak

saudaranya. Setelah mencapai 40 hari dari maka diadakan tahlilan kembali.

Tujuan diadakan tahlilan agar orang yang telah wafat dapat di terima disisi

Allah dan diringankan siksa kuburnya. Selain tahlil ada juga yang

menggunakan ceramah yang biasa di isi oleh pak junaidi atau pak pongkol

yang dikenal sebagai Lebbe Desa Kedongdong Kidul. Bagi kelurga yang di

tinggal kebanyakan saat mengadakan acara tahlil, yang mengikuti acara

tersebut di suguhi makanan atau jaburan dan setelah pulangnya dibawakan

berkat atau bungkusan yang berisi makanan.

2. Sedekah Bumi

Pada setiap tahunnya masayarakat kedongdong Kidul mengadakan

Sedekah Bumi yang di selenggarakan oleh masyarakat desa sendiri. Biasanya

acara tersebut diadakan pada bulan oktober atau November. Sedekah bumi ini

diadakan sebagai tanda rasa syukur atas pemberian yang maha kuasa atas

kenikmatan yang diperoleh masyarakat desa kedongdong kidul. Hasil bumi

yang diperoleh masyarakat yakni seperti padi, jagung, singkong dan lain-

lainm hasil panen tersebut mereka bawa di tempat acara sedekah bumi

tersebut seperti biasa acara tersebut dilaksanakan di depan balai Desa

Kedongdongkidul. Tidak hanya mengumpulkan hasil tanah saja akan tetapi

masyarakat juga mengadakan wayang atau hiburan lainnya. Dana yang

digunakan adalah hasil dari iuran masyarakat sendiri.

3. Bongkar Bumi

Setiap tahunnya masyarakat mengadakan upacara yang disebut

“Bongkar Bumi” biasa dilakukan oleh masyarakat Kedondong Kidul pada

saat akan memulai menanam padi saat musim kemarau berkepanjangan.

Bertujuan agar segera diturunkan hujan, Kemudian dalam setiap tahunnya

masyarakat juga melakukan “sedekah Bumi” dalam tradisi tersebut

masyarakat mengumpulkan dana untuk menanggap wayang biasanya

dilakukan sehari semalam. Selain menanggap wayang masyarakat juga gotog

royong untuk mengumpulkan hasil bumi seperti padi, kacang-kacangan dan

umbi-umbian.

4. Ngadeuken Pasuhunan

Selain itu bongkar bumi terdapat tradisi membangun rumah

“ngadekeun pasuhunan” tradisi tersebut dilakukan jika akan menaikan

penyanggah atap rumah. Uniknya jika ada salah satu warga yang sedang

membangun rumah maka masyarakat ikut serta membantu membangun rumah

tanpa di beri upah, hanya saja di beri makanan dan rokok sebagai bentuk

tanda terimakasih.

D. Pendidikan Masyarakat Kedongdong Kidul

Masyarakat yang belum sekolah mencapai 90 orang, tidak tamat SD

sejumlah 87 orang, hanya tamat SD berjumlah 637 orang, tamat SLTP

berjumlah 102 orang, tamat SLTA berjumlah 67 orang, D.I-D.3 hanya

berjumlah 9 orang dan yang sudah menempuh S1 berjumlah 7 orang. Data

tersebut menurut Profil Pengendalian Operasional Ketentraman dan

Ketertiban Desa Kedongdongkidul Kecamata Dukupuntang tahun 2016.

Tabel 2

Data Pendidikan Desa Kedongdong Kidul

No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang

1. Belum sekolah 90

2. Tidak tamat SD 87

3. Tamat SD 637

4. Tamat SLTP 102

5. Tamat SLTA 67

6. D.I – D.3 9

7. S1 7

Sumber; Profil Desa Kedongdong Kidul Tahun 2015

E. Perekonomian Desa Kedongdong Kidul

1. Sektor pertanian

Sesuai dengan letak geografis Desa Kedongdong Kidul yang berada di

wilayah pegunungan maka mayoritas Masyarakat bekerja sebagai dan Buruh

Tani yang jika dijumlah berkisar 450 Orang dan Petani 250 Orang. Sebagian

Masyarakat yang menjadi buruh Tani menggarap tanah milik Perhutani dan

sebagian ada yang menggarap tanah sanak saudaranya. Mereka mengandalkan

sector pertanian Sebagai andalan kebutuhan pangan karena letak geofrafis

yang mendukung. Tanah sebagai tumpuan masyarakat untuk bercocok tanam

untuk kelangsungan hidup mereka. para petani biasa bercocok tanam

Palawija, kacang, Ada juga petani yang mengandalkan dari hasil berkebun

seperti pete, rambutan, nangka dan sebagainya.

Masyarakat Kedongdong Kidul Mayoritas bekerja sebagai petani

memubuat masyarakatnya akan sangat susah di temui pada waktu siang hari,

karena masyarakat Desa Kedongdong Kidul yang mempunyai lahan garapan

biasnya pagi pagi sekali ia akan berangkat ke sawah sekitar jam 07: 00 para

petani mulai berangkat ke sawahnya, hingga pada jam 08:00 keadaan desa

Kedongdong Kidul akan sepi, baru akan ramai lagi setelah para petani pulang

dari sawahnya sekitar pukul 16:30 wib.

Menurut abah Saja, pertanian di desa Kedongdong Kidul bisa sampai

pada 3 kali panen, para petani di desa Kedongdong Kidul panen setiap 4 bulan

sekali. Luasan tanah yang di gunakan oleh masyarakat Kedongdong Kidul

yaitu jalur. Satu jalur sama dengan luas setengah bau. Untuk luas tanah 1 jalur

pak saja biasanya membutuhkan 15 kg padi untuk sebaran. Pada zaman mluku

masih menggunkan kerbau untuk luas tanah 1 jalur biasanya pak saja

menghabiskan uang 500 ribu untuk sewa jasa dan kerbau, dan pak saja siap

menerima beres sampai tanah itu rata dan siap untuk di tandur. Urea 2 karung

menghabiskan ongkos 200 ribu. dan untuk obat obatan 300 ribu jadi total

untuk biaya produksi 1 jalur menghabiskan modal 1 juta.

Proses awal menanam padi yang pertama melakukan sebaran padi dulu

di sawah,. Pada saat sudah melakukan penyebaran padi, yang harus di

persiapkan juga yaitu tanah untuk tandur padi tersebut atau orang

Kedongdong Kidul mengenalnya dengan istilah mluku. Setelah sawah

tersebut di mluku hingga tekstur tanah rata dan telah siap di tandur. Padi yang

tadi sudah di sebar dan sudah tumbuh di kenal dengan nama winih, kemudian

winih tersebut di babut dan di pindahkan ke tanah yang telah siap di tandur.

Setelah winih tersebut di tandur selanjutnya tanaman padi itu akan di urus

oleh pemilik sawahnya dan di rawat seperti halnya di beri pupuk, dan juga

obat-obatan pada saat padi tersebut terkena hama.

Waktu yang di gunakan untuk satu kali panen dari awal tandur hingga panen

kisaran 100 hari. Pada saat padi dalam keadaan bagus luas satu jalur bisa panen

sampe 1 ton lebih kalau lagi bagus bagusnya. “alusnya pari tina sa jalur

panen saton lewih saton setengah, lamun ker gorengna menang saton, lamun

ker gorengna pisan menang 8 kuintal, tapi bli rugi soalna modalna setitik”.

Tutur abah Saja. Jadi pada saat padi dalam keadaan bagus dengan luas tanah

satu jalur abah saja bisa mendapatkan padi 1,5 ton, dalam keadaan padi rusak

hanya mendapatkan 1 ton. Dan ketika padi dalam keadaan rusak parah abah

saja hanya mendapatkan 8 kwintal. Seperti yang digambarkan pada tabel

berikut:

Tabel 3

Data Hasil Kualitas Panen

Waktu Hasil Panen Jumlah Panen yang dihasilkan

100

Hari

Bagus 1,5 Ton

100

Hari

Rusak 1 Ton

100

Hari

Rusak Parah 8 Kwintal

Sumber ; Hasil wawancara dengan Abah Saja

Total biaya produktif untuk tanah 1 jalur adalah 1 juta, sedangkan

hasil panen yang di peroleh dari 1 jalur pada saat padi rusak mendapatkan 1

ton. 1 ton padi bisa mendapatkan uang 4,5 juta, sehingga walaupun padi

dalam keadaan rusak abah saja tidak pernah merasa rugi. Jika di kalkulasikan

dalam 1 tahun abah saja bisa 3 kali panen, 3 kali produksi tanah berarti 1

tahun abah saja menghabiskan modal sebesar 3 juta rupiah, sedangkan hasil

yang di peroleh dalam satu kali panen yaitu 4,5 juta. Jika panen dilakukan 1

tahun 3 kali maka hasil panen 1 tahunnya mencapai 17,5 juta. Untuk biaya

sewa tanah 5 juta. Hasil panen dalam 1 tahun yaitu 17,5 juta di kurangi 3 juta

biaya produksi dan 5 juta untuk biaya sewa sehingga dalam satu tahun abah

saja mendapatkan keuntungan 9,5 juta rupiah.4

Biaya Produksi = 3 Juta/3 kali panen

Biaya Sewa Tanah = 5 juta/1 Tahun

4 Hasil Penelitian sebelumnya oleh Karlina dengan judul Peran Tradisi Lisan Kidung Terhadap

Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kedongdongkidul, tahun 2017

Jumlah = 8 Juta

Hasil panen 1 Tahun 17,5 juta dikurangi biaya produksi dan sewa tanah 8

juta = Keuntungan yang diperoleh abah saja yaitu 9.5 juta

Menurut Pak Toto5, Saat ini lahan dan kebun masyarakat Kedongdong

Kidul untuk bercocok tanam semakin berkurang, dikarenakan terdapat proyek

PT.Indocement Unit Palimanan yang memakan sebagian Tanah Desa

Kedongdong Kidul. Gunung Pagar Besi yang mempunayai potensi untuk

digunakan bahan pembuatan semen. Beberapa Masyarakat ada yang bekerja

sebagai buruh pertambangan di PT tersebut. Pada saat proses pelelangan tanah

sebagian masyarakat ada yang mau dibeli lahannya ada pula yang sama sekali

tidak mau. Pada saat pengerukan tanah di bawah yang tidak mau dilelang

tetap terkena dampak reruntuhan batu-batu dan pasir akhirnya yang tadi tidak

mau terpaksa harus dijual ke PT indocement. Setiap meter dijual samapai 1

juta belum lagi ditambah setiap pohon tumbuh di lahan tersebut walaupun itu

tumbuhnya masih kecil tetap di hargai. Pengerukan tersebut diperkirakan

selesai selama 32 tahun baru habis kontrak. Jadi Gunung Pagar Besi

keseluruhannya Mutlaq dikontrak oleh PT. Indocement.

Bukan hanya PT. Indocement saja yang mempunyai kontrak untuk

pengerukan di Desa Kedongdong Kidul. Namun Ada pula pabrik yang

membutuhkan bahan untuk pembuatan hiasan rumah dan sebagainya dengan

menggunakan batu yang asli dari gunung yang berada di Kedongdong Kidul

yaitu berasal dari Gunung Petot.

Masyarakat khususnya para petani sangat bergantung pada air untuk

mengairi sawah atau ladang mereka. Tanpa sumber mata air mereka akan sulit

mendapatkan air karena memang letak geografis tidak mendukukung jika

dilakukan pengeboran. Akhirnya masyarakat mengandalkan air sungai untuk

dijadikan suatu alternatif untuk memenuhi kebutuhan sawahnya. Namun yang

5 Hasil wawancara dengan Pak Toto sebagai Kaur Litbang pada 02 Mei 2017

disayangkan sungai yang berada di desa Kedongdong Kidul berwarna abu-abu

keruh karena sisa limbah dari pabrik batu.

Menurut abah saja, hal tersebut sangat merugikan para petani. Karena

hasil panen yang dirasa kurang dalam setahunnya biasanya sekali panen

mendapatkan 3 ton, namun sekarang malah kurang dari 2,5 ton Hal tersebut

dikarenakan para pemilik pabrik tidak membuat penampungan terlebih

dahulu, agar sisa limbah bisa diendapkan terlebih dahulu, tidak langsung

terbuang ke sungai. Pabrik batu tersebut terletak di atas desa Kedongdong

Kidul yakni Desa Cipanas. Sebagian sawah yang terletak dekat dengan Desa

Cipanas mengandalkan air sungai berbeda dengan petani yang letak sawahnya

berada di pertengahan desa Kedongdong Kidul maka yang di andalakan

adalah sumber mata air yang muncul dari hutan. Suatu keberuntungan jika di

musim hujan maka air akan sangat deras berbeda pada saat musim kemarau

sumber mata air sulit untuk ditemukan. Karena pada dasarnya masyarakat

petani itu secara mandiri mencari sumber mata air yang jaraknya dekat dengan

sawah agar mudah dialirkan.6

. Penghasilan petani dipengaruhi oleh hasil siklus tanam. para petani di

desa Kedongdong Kidul biasanya bisa sampai 3 kali pada saat musim hujan

dipertengahan bulan juli, pada saat ini kebutuhan air masih tercukupi dengan

sangat baik, biasanya di bulan ini masyarakat mulai memanfaatkan dengan

menggarap tanah untuk ditanam padi, pada saat memasuki bulan juli,

masyarakat akan mulai menanam padi atau tandur, padi yang ditanam pada

bulan juli ini akan dipanen hingga pada bulan oktober. Setelah panen selesai

petani mulai menggarap sawahnya kembali dan mulai di tanam yang kedua

pada bulan November, padi akan di panen pada bulan februari. Setelah musim

tanam 2 selesai lanjut pada musim tanam yang ke 3 saat ini lah petani di

beberapa blok Desa Kedongdong Kidul mulai kekurangan air untuk

menggarap sawahnya, mereka perlu mencari air dari sumber sumber yang ada

6 Hasil wawancara dengan abah saja sebagai petani pada 27 januari 2017

di gunung, musim tanam ke 3 di mulai pada pertengahan bulan maret dan

akan di panen pada bulan juni. Demikian siklus tanam dan musim yang ada di

desa Kedongdong Kidul, namun pada saat ini siklus musim menjadi semakin

tidak menentu, terkadang di waktu waktu yang seharusnya tidak turun hujan

justru masih turun hujan begitupun sebaliknya. Siklus musim juga sangat

mempengaruhi pada penghasilan para petani, jika pada musim tanam pertama

mereka mendapatkan keuntungan yang cukup banyak, karena tanaman padi

tidak kekurangan air sehingga padai bisa tumbuh dengan baik, selain itu s

biaya produksi yang di butuhkan pun akan lebih sedikit di banding dengan

musim kemarau, karena air itu sifatnya milik bersama tapi akan menjadi

barang komoditi pada suatu waktu waktu. Untuk lebih jelasnya lihat tabel

siklus tanam sebagai berikut.7

Tabel 4

Data Siklus Tanam Menurut Kalender Musim

NO Musim Tanam Siklus Tanam Keterangan

1 Musim tanam pertama Bulan juli petani mulai

nanam, dan akan panen di

bulan oktober

Musim hujan

dan air masih

mencukupi

2 Musim tanam ke dua Bulan November petani

mulai menanam padi, dan

akan panen ahir bulan

februari

Air masih cukup

untuk bertani

walau volume

air tidak seperti

musim tanam

pertama

3 Musim tanam ke tiga Pertengahan bulan maret Pada musim

7 Hasil Penelitian sebelumnya oleh Karlina dengan judul Peran Tradisi Lisan Kidung Terhadap

Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kedongdongkidul, tahun 2017

petani mulai tanam padi,

dan akan di panen pada ahir

bulan juni

tanam ke tiga

para petani

mulai

kekurangan air

untuk bertanam.

Sumber: hasil penelitian tahun 2017

2. Sektor perniagaan

Masyarakat yang bekerja sebagai pedagang sedikitnya berjumlah 65

Orang. Kebanyakan dari mereka tidak menetap di Desa melainkan merantau

di Jawa Barat tepatnya di Daerah Bogor. Kebanyakan dari mereka di Bogor

menjual sekoteng karena Minuman tersebut sangat cocok bila dijajakan di

Daerah puncak banyak sekali peminatnya maka dari itu mereka memilih

merantau karena pendapatan yang dihasilkan lumayan besar jika

dibandingkan dengan hasil berkebun. Hasil berjualan sekoteng sebagian di

Desa Kedongdong Kidul mendirikan rumah. Sebagian masyarakat khususnya

bagi kaum wanita mengisi waktu luangnya dengan membuat kerajinan kayu

rotan. Menurut ibu Sunirah8, rotan tersebut dikirim langsung dari pabrik Tegal

Wangi Kecamatan Plered. Pabrik rotan tersebuta mengirim kerangka yang

belum di lapisi oleh rotan sekaligus kayu rotannya yang belum di anyam ke

rumah ibu sunirah, Biasanya rotan tersebut di gunakan untuk membuat hiasan

lampu, hiasan rumah, aksesoris pernikahan sampai pada kebutuhan rumah

tangga. Setiap pengrajin diberi upah sesuai tingkat kesulitannya. Biasanya 1

kerangka yang menurutnya mudah maka di beri upah senilai 7 ribu. Jika

tingkat kesulitannya terbilang susah maka 1 kerangka di beri upah 15 sampai

20 ribu. Per orang dalam sehari bisa membuat 2 sampai 3 buah kerajinan.

Setelah kerajinan diselsaikan dalam satu minggu biasanya dari pabrik

mengirim bahan baku kemudian mengambil hasil kerajinan tadi di bawa ke

8 Hasil Wawancara dengan ibu Sunirah selaku ketua PKK desa Kedongdongkidul pada tanggal 05

januari 2017

pabrik untuk di beri pewarna dan di percantik kemudian dipasarkan. Kegiatan

tersebut membantu masyarakat agar mempunyai penghasilan. Menurut salah

satu warga yang mengikuti kerajinan, kegiatan tersebut bisa membantu untuk

menutupi kebutuhannya dengan begitu mereka bisa membuat kerajinan

sekaligus menjaga anak mereka. Karena pekerjaan ini dirasa tidak terlalu berat

hanya butuh ketelatenan saja dan letaknya dekat dengan rumah.

3. Sektor Peternakan

Selain membuat kerajinan masyarakat juga beternak seperti yang

diamati oleh peneliti di setiap dekat rumah pasti ada kandang kambing.

Biasanya para penggembala memberi makan ternaknya pada pagi hari dan

sore hari. Jadi selain bertani mereka juga mencari rumput untuk ternaknya.

Selain beternak kambing, mereka juga beternak ikan. Kolam ikan terletak

dibelakang rumah atau di samping rumah. Inisiatif untuk beternak ikan

muncul pada saat air yang di alirkan ke rumah itu lebih. Pada saat malam hari

air tidak digunakan untuk kegiatan apapun, dan debit air semakin besar.

Akhirnya air di alirkan ke kolam ikan. Dan mayoritas masyarakat mempunyai

kolam ikan. Kebanyakan yang diternak adalah ikan tawar seperti ikan nila,

mas, gurame dan lele.

Adapun sektor lainnya seperti Masyarakat yang sudah menjadi

Pensiunan PNS atau TNI berjumlah 27 Orang. Pengusaha berjumlah 5 Orang

dan Perangkat Desa 8 Orang. Tingkat pendapatan penduduk per tahun ini

belum di catat namun pada tahun 2014 tingkat pendapatan penduduk

perkapita sebesar Rp. 2.700.000,- dari Rp. 10.000 x30 hari = 300.000

kemudian dikalikan 12 bulan dengan jumlah 3.600.000.

Banyak kelompok yang dibentuk untuk kepentingan Masyarakat Tani

mulai dari Kelompok Tani Penghijauan berjumlah 1 Kelompok, Tani Pangan

berjumlah 3 Kelompok, Tani Ternak berjumlah 3 Kelompok, Tani Ikan

berjumlah 2 kelompok, Tani Hutan Negara berjumlah 6 kelompok, Wanita

Tani berjumlah 1 Kelompok, Mitra Cai berjumlah 1 Kelompok. Lembaga

Masyarakat Desa Hutan (LMDH) hanya mempunyai 1 Kelompok dan BKM

(Badan Keswadayaan Masyarakat) berjumlah 1 Kelompok.

Tabel 5

Data Kelompok Tani

No NAMA KELOMPOK TANI JUMLAH

1. Tani Penghijauan 1 Kelompok

2. Tani Pangan 3 Kelompok

3. Tani Ternak 3 Kelompok

4. Tani Ikan 2 Kelompok

5. Tani Hutan Negara 6 Kelompok

6. Wanita Tani 1 Kelompok

7. Mitra Cai 1 Kelompok

Sumber: Profil Desa Kedongdong Kidul tahun 2017

Sebagai aspek sektor ekonomi perlu di sebagian wilayah kedongdong

kidul dibuat kegiatan Rehabilitasi Hutan dan lahan diantaranya digunakan

untuk Areal Hutan Rakyat 127 Hektar, Areal Kebun Rakyat 80 Hektar,

Agroforestry 15 Hektar, Areal PLBTH (Penanaman Lahan dibawah Tegakan

Hutan 5 Hektar, Areal Perkemahan (Buper) 2 Hektar, Areal untuk PHBM 28

Hektar, Penghijauan Sumber Mata Air 25 Hektar, Penghijauan Kaki Jalan

3Km, Pembuatan Dam Penahan (Gali Control) 6 Unit, Pembuatan Sumur

Resapan 6 Unit Pembuatan UP UPSA (Unit Percontohan Sumber daya

Alam) 1 Unit Persemaian Kebun Bibit Desa (KBD) 0,25 Hektar dan

Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Tani Penghijauan diantaranya yaitu

Pembuatan Uji coba Usaha jamur kayu 2000 lok Uji coba pengembangan

Lebah madu 3 Stup.

Tabel 6

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

NO NAMA KEGIATAN JUMLAH

LAHAN/UNIT

1. Areal Hutan Rakyat 127 Ha

2. Areal Kebun rakyat 80 Ha

3. Agroforesty 15 Ha

4. Areal PLBTH (Penanaman Lahan dibawah Tegakan

Hutan)

5 Ha

5. Areal Perkemahan (Buper) 2 Ha

6. Areal PHBM 28 Ha

7. Penghijauan Sumber Mata Air 25 Ha

8. Penghijauan Kaki Jalan 3 Km

9. Pembuatan Dam Penahan (pennggalian Control) 6 Unit

10 Pembuatan sumur Resapan 6 unit

11. Pembuatan UP UPSA (Unit Percontohan

Sumberdaya Alam)

1 Unit

12. Persemaian Kebun Bibit Desa (KBD) 0,25 Ha

Sumber : Profil Desa Kedongdong Kidul Tahun 2015

F. Titik Keberadaan Sumber Mata Air

Sumber mata air di Desa Kedongdong Kidul sangat banyak. Namun,

yang diketahui keberadaannya yakni sumber mata air yang terletak di

Cipleuben, Batu Nangkop (Ciranca), Gunung Growong dan Gunung Kecapi.

Posisi mata air tersebut berada di atas gunung, yang mana gunung tersebut

dikelilingi oleh hutan.

Jarak yang ditempuh masyarakat dari pemukiman hingga ke sumber

mata air diperkirakan kurang lebih 500 Meter. Menurut pak Mantri “mata air

kelihatan jauh soalnya naik turunnya kerasa capek, padahal jarak dari

pemukiman sampai cipeleuben kurang lebih 500 meter”. Jika jarak 500 meter

ditempuh dengan jalan landau maka akan terasa dekat. Namun, karena

ditempuh dengan berjalan kaki kemudian melewati perbukitan maka akan

terasa sangat jauh.

Pohon dalam pengelolaan air berfungsi untuk menyerap air hujan

kemudian menyimpan cadangan air. Jika pohon tersebut berjumlah banyak

dan menjadi hutan maka air yang diserap semakin banyak. Maka dari itu

munculah mata air dari hutan karena proses penyerapan tersebut. Secara

administratif Hutan di Desa Kedongdong Kidul milik Perhutani.

G. Sejarah Pengelolaan Air

Air sebagai salah satu yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat

Kedongdong Kidul. Masyarakat mengandalkan sumber mata air dari hutan.

Masyarakat Kedongdong Kidul mengandalkan air untuk dikonsumsi baik

untuk kebutuhan air minum dan aktivitas sehari-harinya. Air yang dihasilkan

dari hutan itu terdapat dari pegunungan Desa Kedongdong Kidul dihasilkan

dari resapan air di Hutan. Terdapat 5 gunung Masing-masing gunung

mempunyai sebutan diantaranya Gunung Petok, Gunung Koneng, Gunung

Jati, Gunung Kuda, Gunung Pagar Besi. Setiap gunung mempunyai sumber

mata air masing-masing. Pada dasarnya sumber mata air tidak hanya satu

melainkan terdapat banyak sekali sumber mata air. Akan tetapi yang di

buatkan bak penampungan hanya beberapa saja diantaranya yakni, Cipleuben,

Gunung Growong, Batu Nangkop (ciranca) dan Gunung Kecapi. Selainnya

hanya dibuat untuk kebutuhan petani untuk dialirkan kesawah masing-masing.

Pada awalnya para petani mencari sumber air di hutan-hutan yang

mana air tersebut dibutuhkan untuk dialirkan ke sawah masing-masing.

Sebelum tahun 2000 masyarakat yang bermukim di Kedongdong Kidul masih

sedikit. Jika masyarakat menggunakan sumur itu tidak akan mungkin karena

letak geografis Desa Kedongdong Kidul tidak memungkinkan jika

mengandalkan sumur. Lalu tidak lain masyarakat menggunakan air dari mata

air. Namun mereka tetap menempuh perjalanan jauh agar tetap bisa

mandapatkan air. Namun melihat penduduk Kedongdongkidul semakin

banyak akhirnya dibuatlah satu bak induk oleh pemerintah. Pada tahun 2000

masyarakat berbondong-bondong membawa dan memasang bambu agar air

dapat dialirkan menuju pemukiman. Namun masyarakat malah saling berebut

untuk memasangkan bambunya di bak induk. Masyarakat masih jarang yang

mempunyai kamar mandi. Menurut abah saja9 Setiap kegiatan mandi, nyuci

dan sebagainya masyarakat menggunakan air grojogan dari bak induk

tersebut. Ada juga yang sudah mempunyai bak namun belum bisa

mengalirkan sampai rumah. Biasanya masyarakat mengambil air

menggunakan ember atau drigen dengan Jarak dari bak induk menuju

pemukiman bisa mencapai 500 kilo meter. Masyarakat mengambil air sekedar

untuk keperluan yang penting seperti untuk minum dan memasak. Untuk

kegiatan seperti mandi dan mencuci itu dilakukan ditempat grojogan. Pada

tahun 2008 program PNPM membantu masyarakat Kedongdong Kidul untuk

membuat bak penampungan agar masyarakat tidak terlalu jauh masuk kehutan

untuk mengambil air di bak induk. Sebelum bantuan datang ada 1 sampai 3

rumah yang mampu memasang dari rumah sampai pada bak penampungan.

Saat ini bak penampung per blok sudah ada. Selain mata air yang

didistribusikan ke pemukiman dan sawah, ada juga air mata yang di percaya

oleh masyarakat setempat bisa menyembuhkan penyakit. Mata air ini disebut

oleh masyarakat Kedongdong Kidul yakni Kawah Siumet. “Kalau tiap

minggu saya mandi di kawah siemet, soalnya kalo habis mandi di situ

badannya kerasa enak. Pegel-pegelnya ilang. Banyak juga orang yang dari

luar desa kesini Cuma buat mandi di kawah seumet.” 10

Air sangat dibutuhkan bagi petani karena air merupakan salah satu

sumber yang sangat mempengaruhi hasil tanam. Pada saat tanaman tersebut

tercukupkan oleh air biasnaya hasilnya bagus dan kuatitasnya meningkat.

Selain itu adanya air mengurangi biaya produksi menanam sehingga mendapat

keuntungan bagi para petani. Tidak hanya petani yang membutuhkan Air

9 Hasil wawancara dengan Abah Saja sebagai Ketua rt 02 pada tanggal 04/01/2017

10 Hasil Panen dengan ibu Yopi Hana sebagai asli penduduk Kedondongkidul pada 07/01/2018

untuk kebutuhan pokok bercocok tanam. Namun, semua masyarakat

Kedongdong Kidul membutuhkan air sebagai kebutuhan pokok terpenting

dalam pemenuhan kebutuhannya.

H. Fase Pengelolaan Air

Sumber daya air memberikan manfaat bagi banyak orang. Sehingga

sumber daya air saat ini menjadi sangat berharga. Sumber daya air yang saat

ini dikatakan sangat berharga tidak mungkin dapat mengabaikan kepentingan

atau manfaat yang secara adil dapat diterima semua orang. Sumber daya air

secara umum dapat tersedia dan digunakan bagi lebih atau satu orang/subyek.

Pengeloaan air merupakan aspek penting untuk dikaji secara mendalam.

Sehingga dapat meminimalisir konflik terkait klaim kepemilikan secara

pribadi oleh beberapa orang yang memiliki kepentingan atas berbagai sumber

daya air.

Dalam peraturan presiden no 7 tentang sumber daya air menjelaskan

bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia dalam segala bidang dan dalam menghadapi ketidakseimbangan

antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang

semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan

fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.

Peraturan yang tertera tersebut menjelaskan perlu adanya pengelolaan

yang didasarkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat bersama. Maka

perlu adanya partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat kedongdongkidul itu

sendiri. Mulai dari perencanaan pengelolaan, implementasi pengelolaan air

sampai pada evaluasi. Pengelolaan dilakukan karena melihat adanya potensi

sumber mata air.

Potensi Sumber daya alam di Desa Kedongdong Kidul sangat

melimpah, mulai dari hutan, sawah/ladang, Pegunungan, dan Air. Masyarakat

memanfaatkan Sumber daya alam yang ada di desa tersebut sebagai

pemenuhan kebutuhan hidup. Salah satunya air yang menjadi pokok

kebutuhan Masyarakat Desa Kedongdong Kidul “Alhamdulilah air di sini

mah banyak biasanya buat minum, nyuci, disawah juga pake air sumberan

buat irigasi” jelas Abah Arman11

. Potensi tersebut tentunya untuk memenuhi

kebutuhan hidup masyarakat namun pada kenyataan yang ada kebutuhan

masyarakat semakin meningkat sedangkan persediaan air semakin rendah.

Awalnya air ditemukan oleh petani yang mana air tersebut hanya

digunakan untuk kebutuhan para petani untuk dimanfaatkan mengairi sawah

milik para petani. Letak sumber mata air juga dekat dengan sawah mereka.

Sekitar tahun 2000, pemerintah desa membangun bak induk untuk

menampung air dari sumber mata air. Bak tersebut didanai oleh pemerintah

namun di bangun oleh masyarakat dengan cara bergotong royong. Dari

Grojogan itulah masyarakat mulai berdatangan dan ikut memanfaatkan untuk

kebutuhan sehari-hari. Masyarakat mengambil air dengan membawa ember,

drigen dan tempat seadanya yang bisa membawa air dengan berjalan kaki dari

bak induk sampai dengan pemukiman. Karena letak yang berada diatas

gunung tidak dapat di lalui menggunakan gerobak ataupun kendaraan.

Gambar 1 Ringkasan Permulaan Pengelolaan Air

Sumber: Hasil penelitian tahun 2017

11

Hasil Wawancara dengan Abah Arman Sebagai buruh tani pada 26/01/2017

Pengelolaan Air

Tahun 2000

Mengambil Air

menggunakan Ember

atau Drigen

Jarak yang di tempuh

cukup jauh dengan jalan

kaki melewati

perbukitan 500 M

Distribusi air

menggunaka

bambu

Memasuki tahun 2008 Masyarakat menerima bantuan dari PNPM

untuk dibuatkan bak penampungan. Bak tersebut dibangun oleh masyarakat

juga. Tujuannya agar masyarkat tidak jauh-jauh mengambil air ke bak induk

yang mana jarak tersebut cukup jauh dari pemukiman. Akhirnya masyarakat

kembali memanfaatkan air dari Bak penampung tersebut. Pada tahun 2008

masyarakat yang mempunyai bak kamar mandi itu sedikit. Hingga banyak

sekali masyarakat yang melakukan kegiatan mencuci pakaian di tempat bak

penampungan tersebut tidak hanya kegiatan mencuci pakaian namun ada juga

yang mandi langsung di bak penampungan. Namun, sebelum memasuki tahun

2008 masyarakat ada yang menggunakan bambu. Setelah periode 2008

masyarakat yang berinisiatif untuk mendistribusikan air kerumahnya yang

dekat dengan bak penampung menggunakan selang. Maka terjadilah system

selangisasi.

Menurut Abah Saja, pada saat pengelolaan menggunakan bambu

masyarakat saling berebut untuk mengalirkan air ke rumah masing-masing.

Karena bambu yang jumlahnya sedikit dan dibagian hanya ke beberapa orang

akhirnya masyarakat saling berebut. Jika air yang keluar sedikit maka saluran

air milik rumah yang lain itu di Sumpel atau disumbat agar air bisa dialirkan

kerumahnya sendiri.

Gambar 2 Fase Pengelolaan Air

FASE KE 1

TAHUN 2000 MENGGUNAKAN

BAMBU

TAHUN 2008

SELANGISASI

TAHUN 2015

PIPANISASI

FASE KE 2

FASE KE 3

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2017

Pada fase ke 3 terjadi pada tahun 2015 bahwasanya sistem pengelolaan

air beralih menggunakan pipanisi. Sistem tersebut digagas oleh Pak Selamet12

yang berinisiatif memakai system buka tutup. Pengaturan air menggunakan

sistem paralon ini diterapkan hanya di Blok Guntur saja.

I. Proses Distribusi Air

Air sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat

pedesaan. Begitu juga air dalam konteks masyarakat Kedongdong Kidul

merupakan sumber kehidupan. Tanpa air masyarakat Kedongdong Kidul tidak

dapat bertahan hidup. Pemanfaatan air dirasakan oleh masyarakat

Kedongdong Kidul tidak memandang dalam kepemilikan air tersebut di atas

tanah siapa atau milik siapa. Namun, keberadaan air yang berada di tanah

perhutani dapat dikelola oleh masyarakat Kedongdong Kidul sesuai dengan

kesepakatan yang telah di rembukkan antara pihak perhutani dengan

masyarakat melalui musyawarah yang diadakan oleh pemerintah desa. Dalam

musyawarah tersebut berbicara mengenai pengelolaan air Jelasnya masyarakat

dan perhutani mengelola secara bersama-sama dan gotong royong sekaligus

memanfaatkan secara bersama. Hal tersebut di jelaskan oleh Pak Mantri

bahwa masyarakat tidak dipungut biaya dalam memanfaatkan mata air yang

mana sumber mata air tersebut terletak di tanah milik Perhutani. Justru dari

pihak perhutani bekerja sama dengan para petani untuk mencari sumber mata

air yang lainnya. Agar Desa Kedongdong Kidul mempunyai persediaan air

yang lain tidak hanya mengandalkan sumber mata air yang sudah ada dan

tidak menentu debit airnya.13

Pada dasarnya masyarakat mendistribusikan air

menuju ke 2 tempat. Pertama menuju ke pemukiman dan ke dua menuju

kepemukiman.

1. Distribusi Air Menuju Pemukiman

12

Ketua Gapoktan dan Poktan Desa Kedongdongkidul 13

Hasil Wawancara dengan Pak mantri sebagai pengurus Perhutani pada 13/05/2017

Masyarakat kebanyakan menggunakan Air yang terdapat dari

Sumber mata air terdapat 520 kepala Keluarga, yang menggunakan Sumur

70 orang. Menurut Iwan14

“sumur di Kedongdong Kidul tidak muncul dari dasar tanah

didalam sumur akan tetapi dari dinding sumur itupun airnya tidak

banyak yang keluar namun sedikit demi sedikit jadi hanya digunakan

untuk cadangan saja”.

Tentu saja masyarakat yang menggunakan sumur juga

membutuhkan air dari sumber mata air. Agar lebih jelasnya perhatikan

table berikut:

Tabel 1

Data Penerima Manfaat Air

No Sumber Air Bersih Jumlah (unit) Penerima Manfaat

(KK)

1 Mata Air 6 520

2 Sumur Gali 50 70

3 PDAM - -

Sumber : Profil Desa Kedongdong Kidul Tahun 2015.

Pada tahun 2008 pengelolaan sudah tidak menggunakan Bambu

namun berganti menjadi selang karena sudah dibuatkan bak penampungan

oleh PNPM. Kemudian Pada tahun 2015 Desa Kedongdong Kidul

menerima bantuan PLPBK (Penataan Lingkungan dan Pemukiman

Berbasis Komunitas) salah satu program dari PNPM sebagai bentuk

apresiasi mengenai juara lomba kebersihan tingkat Kabupaten. Bantuan

berkisar kurang lebih 800 juta yang mana dana tersebut diperuntukan

hanya untuk RW 1 dan 2 saja. Dana tersebut digunakan untuk

memperbaiki jalan mulai dari gang sampai jalan utama, kemudian MCK

14

Hasil wawancara dengan iwan sebagai masyaraskat kedongdongkidul pada tanggal 08/12/2017

dan selebihnya untuk penataan pengelolaan air. Mengapa dana tersebut

diterapkan hanya di RT 1 dan 2, karena bertujuan untuk menarik

wisatawan. Kedongdong Kidul sendiri mempunyai potensi untuk tempat

wisata. Mulai dari pemandian air panas yang berada di Kawah Siemet dan

Bumi Perkemahan yang dekat dengan Kawah Siemet. Maka dari itu

pembangunan terletak di Blok Guntur yaitu RT 1 dan 2 karena memang

pemandian air panas dan Bumi Perkemahan terletak di Blok Guntur.

“Program dari PNPM memberi reward berupa program PLPBK

penataan lingkungan dan pemukiman berbasis komunitas bantuan

berkisar sebesar 800 juta itu diterapkan atau plotkan di RW 1 dan RW 2

dari mulai paving Blok, MCK, Jalan gang, sampai penataan airnya.

Pengennya MCK itu dibuat di BuPer” 15

.

Sebelum bantuan dari PLPBK datang, Pemerintah Desa sudah

memberi bantuan pada tahun 2000 untuk pembuatan bak induk. Air dapat

mengalirr sampai kepada pemukiman karena letak sumber mata air

memang ada di permukaan gunung. Maka air langsung mengalir kebawah

tanpa ada alat penyedot. Sumber mata air yang sudah di buatkan bak

induk hanya dari 2 sumber mata air yakni dari Ciranca (Batu nangkop)

dan Cipleuben. Fungsi bak induk untuk menampung air dari sumber mata

air. Setelah dibuatkan bak induk masyarakat mulai berfikir bagaimana

agar masayarakat tidak jauh-jauh mengambil air dari pemukiman hingga

ke bak induk. Akhirnya masyarakat meminta pemerintah agar dibuatkan

bak penampung. Menurut Abah Saja “dulu itu masyarakat sendiri yang

ngajuin ke desa biar di buatkan bak penampungan pas saya masih

menjabat jadi RT 04 dulu” tungkasnya. Atas permintaan masyarakat

Pemerintah membuatkan bak Penampungan untuk mendistribusikan air ke

Pemukiman. Dana berasal dari bantuan pemerintah namun yang

15

Hasil Wawancara dengan pak toto sebagai perangkat desa bagian Kaur Litbang S pada tanggal 09/12/2017

membangun adalah masyarakat itu sendiri tanpa meminta imbalan, karena

yang masyarakat lakukan adalah suka rela.

Bak penampungan adalah bak yang dibuat setelah bak induk. Air

yang terdapat di bak penampung kemudian di salurkan menuju bak

penampung RW 1, RW 2, mushola dan Rumah pak mantri.16

“dari

sini(bak Penampung) satu selang, nanti disananya ada bak lagi

ditampung baru di bagi kerumah-rumah gitu” ujar bu juriyyah salah satu

warga RT 04. Seperti pada gambar berikut ini:

Gambar.2. Distribusi Mata Air Cipleuben Menuju Blok Guntur

S

Sumber: Hasil Pengamatan Tahun 2017

Setelah Bak Penampung dibuatlah Bak-bak kecil di setiap 10

rumah untuk dipasangkan paralon. Pada gambar tersebut distribusri air

hanya sampai pada Bak RW belum dialirkan menuju rumah warga. Pada

16

Hasil Wawancara dengan Pak mantri sebagai pengurus Perhutani pada 13/05/2017

BAK Penampungan BAK

Penampungan

BAK

Penampungan

Bak RW 01 Bak RW 02 Musholla Rumah Mantri

Sawah Sawah

Bak

Induk

Sumber Mata Air

dasarnya di setiap Blok pengelolaan air berbeda-beda, di RT 04 RW 01

sendiri yang paling berbeda diantara Blok-Blok yang lain. RT 04

menggunakan paralon yang di didesain agar menggunakan sistem buka

tutup. Paralon yang berukuran 2 inc di pasang dari bak RW 01. Setiap 10

rumah mempunyai bak penampungan sendiri dari aliran bak RW. Setiap 1

bak kecil dialirkan hingga menuju ke 10 rumah ke bawah. Jumlah rumah

yang menggunakan sistem buka tutup yaitu 44 rumah Dibuat dengan 4

jalur.

Cara mendistribusikan ke 10 rumah menggunakan paralon. Ide itu

di gagas oleh ketua PokTan (Kelompok Tani) sekaligus GaPokTan

(Gabungan Kelompok Tani) bernama Pak Selamet17

pada tahun 2008. Pak

selamet yang mempunyai ide kreatif untuk membuat saluran air sempat

mendapat cibiran dari warga setempat

“Awalnya banyak yang brontak termasuk orang desa juga

marah katanya karep dewek padahal saya modal sendiri. pas siapa yang

mau ikut silahkan modal saya segini, yang ikut unntuk pertama ada 10

orang yang ikut, yaudah kalau ikut modal segini”

Inisiatif ini muncul ketika musim kemarau dimana pada saat itu

masih terdapat air sedangkan di daerah lain sudah tidak ada air seperti

Desa Girinata yang letaknya di bawah Desa Kedongdong Kidul. Pak

selamet sendiri melakukan uji coba dengan modal seadanya dengan

beberapa masyarakat yang mendukung inisiatif pak selamet. Pada saat uji

coba berhasil akhirnya ketua RT 04 juga mendukung dan ikut serta dalam

menyalurkan air dengan paralon hingga ke 10 rumah berikutnya.

Kemudian pada saat bersamaan Desa Kedongdong Kidul medapat reward

dari PLPBK pada tahun 2015, untuk blok guntur diberi sebagian dana

untuk membeli paralon. Sampai saat ini hanya RT 04 yang menggunakan

paralon guna pemasangan pipa atau paralon.

17

Hasil wawancara dengan pak selamet sebagai ketua poktan sekaligus gapoktan pada 09/12/2017

Sistem pengelolaan air yang berada di blok Guntur seperti yang

dijelaskan oleh abah arman bahwa air tidak bisa keluar secara langsung

pada bak kamar mandi karena yang digunakan adalah sistem buka tutup.

Sistem buka tutup ini diberlakukan secara bergilir. Jadi, Setiap rumah ada

3 tutup keran yang gunanya untuk menutup air agar tidak mengalir

kebawah. Kemudia tutup keran yang kedua agar tidak mengalir kesamping

rumah dan yang tutup keran yang terakhir membuka jalan agar air masuk

ke bak kamar mandi. Terkadang setiap rumah tidak menentu waktu

bergilirnya tergantung yang letak rumahnya ada diatas. Jika rumah yang

pertama sudah penuh bak kamar mandinya maka keran yang berada diluar

rumah harus ditutup dan aliran menuju kebawah berikutnya dibuka. Dan

begitu seterusnya sampai pada rumah terakhir. Dengan begitu masyarakat

diharapakan agar bias bersabar dan sampai saat ini masyarakat dapat

bersabar karena selama 2 tahun silam sudah berjalan dengan baik. Selama

2 tahun tidak ada konfik yang terjadi dikarenakan bergilir mengalirkan air.

Tanpa perlu ditegur oleh tetangga yang akan dialirkan air masyarakat

sudah terbiasa untuk segera mengalirkan ketetangganya. Jika dalam 10

rumah sudah mendapat giliran semua baiasanya keran dibiarkan terbuka

sampai malam. Air dialirkan ke selokan karena sudah tidak muat jika

dialirkan di Bak Kamar Mandi. Maka air tebuang mubadzir. Jika tidak

dibuang keselokan air akan masuk kerumah dan akibatnya banjir.

Selain masyarakat blok guntur pengaliran air dari sumber mata air

sampai dengan menuju pemukiman masih menggunakan selang.

Diantaranya yakni blok depok, ciseti dan gunung jati. Setelah bak

penampung langsung dipakaikan selang, tanpa dibuat bak penampung

kecil-kecil seperti yang ada di Blok Guntur. Jadi semua rumah langsung

menyalurkan di satu bak penampungan. Pemakaian selang dirasa

mempunyai beberapa kendala menurut Pak Slamet

“Kendala jika memakai selang itu kebanyakan selangnya

mengalami masuk angin. Kalau udah masuk angin air tidak mau

mengalir alias tersumbat dan yang kedua sering pecah”.

Jika menggunakan selang masyarakat harus benar-benar

mengeceknya setiap hari dari tempat penampungan hingga menuju ke bak

rumah karena sering terjadi penyumbatan yang disebabkan selangnya

masuk angin. Setiap satu penampungan terdapat 28 selang sedangkan

setiap satu RW terdapat 45 rumah jadi beberapa rumah tidak mendapatkan

jatah untuk mengalirkan air dengan selang menuju rumahnya. Beberapa

ada yang meminta air dari bak tetangga ada juga yang rela bergantian

dengan selang milik tetangganya. sistemnya selang yang dipenampungan

dicabut dan diganti dengan selang milik tetangganya. Jika satu penampung

terdapat 28 selang maka sudah jelas bahwa penempatan selang masih

belum teratur, karena saling bertumpuk antara selang satu dengan selang

yang lainnya.

Gambar 3 Distribusi Mata Air Ciranca Menuju Blok Ciseti

Sumber : Hasil Pengamatan tahun 2017

Sumber Mata Air Bak Induk

Bak Penampungan

Bak Penampungan

Bak Penampungan

Rumah

mah

Rumah

mah

Rumah

mah

Rumah

mah

Rumah

mah

Rumah

mah

Sistem distribusi di Kedongdong Kidul hampir sama dengan model

pengelolaan air berbasis WCCLIC WSSLIC ( Water Suplay and

Sanitation For Low Income Community) yang mana dalam distribusrinya

menggunakan paralon. Paralon tersebut diterapkan dari sumber mata air

sampai pada rumah yang menggunakan air. Mata air diambil dari sumber

mata air di desa yang menggunakan program tersebut. Jika sumber mata

air itu dimiliki perorangan atau kelompok maka sumber mata air itu akan

di beli dengan harga yang ditentukan oleh si pemilik. Bedanya WCCLIC

ini masyarakat yang menggunakan air tersebut dipungut biaya setiap

pemakaiannya. Masyarakat yang ingin menggunakan air dari WSSLIC

harus membayar dan mendaftar dengan biaya sebesar Rp.150.000 pada

saat pertama kali didirikan namun saat ini telah naik hingga Rp.500.000.

biaya tersebut di peruntukan hanya untuk pemasangan awal saja, belum

termasuk biaya pemakaian airnya. untuk pemakaian air dikenakan biaya

sebesar Rp. 1500 per kubik. satu kubik disamakan dengan 1000 liter Air.

Jika perbulannya pemakaian mencapai 12.000 liter maka biaya yang harus

di bayar adalah Rp. 20.000. setiap informasi atau peraturan ditentukan

oleh pengurus WSSLIC yang sudah di tunjuk oleh Pemerintah.18

J. Distribusi Air Menuju Sawah

Selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah, air

digunakan untuk kebutuhan para petani dalam sistem irigasi. Para petani

membuat gorong-gorong atau saluran air seperti selokan untuk mengalirkan

air dari bak penampungan. Namun masih banyak yang menggunakan selang

dan paralon. Sebelum bak penampungan terdapat bak induk untuk

menampung air dari sumber mata air. Dijelaskan oleh pak selamet Pada

tahun 2015 dilakukan pengeboran yang bertujuan untuk menambah air untuk

dialirkan disawah. Namun pada saat dilakukan pengeboran untuk penyedotan,

air tidak keluar karena memang area pegunungan jadi para petani

18

Yopi Anwari, Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis partisipasi Masyarakat Di Desa Wangkelang Kecamatan Lemahabang Kaabupaten Cirebon, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2017.

mengandalkan sumber mata air dari sungai (bendungan) yang di sebut oleh

masyarakat setempat bedungan cikahuripan. Bendungan tersebut terletak di

gunung kuda. Pada saat penyedotan mata Air keluar juga tidak banyak hanya

untuk keperluan petani itu sendiri seperti untuk mandi atau kebutuhan

selainnya yang tidak banyak menggunakan air. Jika air penegeboran dialirkan

untuk mengairi sawah maka hasilnya tidak akan cukup justru untuk mengairi

satu sawah saja air cepat habis belum lagi jika seluruh sawah yang berada di

Kedondong Kidul. Pengeboran tersebut dilakukan menggunakan diesel

dengan modal awal 9 juta yang mana dana tersebut awalnya dari uang pribadi

dan hasil pinjaman. Dana tersebut diganti oleh masyarakat 6 jt sekian berarti

tidak menutupi dana yang awal. Jadi hasil pengeboran tidak mampu

membantu dalam pengaturan pengairan sawah/ladang. Tetap saja para petani

mengandalkan mata air dari hutan. Namun, selain dari mata air para petani

jiga memanfaatkan air dari sungan Cikahuripan yang berada di Desa Cipanas

terletak diatas Desa KedongdongKidul.

K. Menguak Problematika Pengelolaan Air

Pada dasarnya sumber daya air yang merupakan bagian dari sumber

daya alam juga sebagai bagian dari ekosistem secara keseluruhan, mengingat

keberadaannya di suatu tempat dan disuatu waktu tidak tetap artinya bisa

berlebih atau kurang maka air harus dikelola dengan pendekatan terpadu dan

menyeluruh. Menurut UURI (undang-undang republic Indonesia) nomer 7

tahun 2004 Bab 1 pasal 2 yang menjelaskan Sumber daya air dikelola

berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan

dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

Sudah dijelaskan bahwa air dikelola dengan asas kelestarian, namun

pada kenyataannya masih ada beberapa masyarakat yang kurang mampu

menjaga kelestarian air. Letak geografis desa Kedongdong Kidul adalah

sebagian besar perbukitan sekaligus hutan. Air didapat dari hutan yang

mempunyai potensi resapan air sangat banyak. Namun jika hutan tersebut di

tebang oleh masyarakat kemudian tidak ada tanaman pengganti maka

kemungkinan besar masyarakat Kedongdong Kidul hanya mempunyai sedikit

cadangan air. Seperti yang di jelaskan oleh pak Ade

“Ada juga yang di keluhkan masyarakat itu Air,air itu juga

mulai berkurang. Dari semenjak penebangan liar. tapi ngga tau di

babad itu dalam tujuan apa, waktu dua tahun yang lalu tarolah diatas

itu pepohonan mahoni itu masih pada besar ngga ditebangin . kata pak

mantri yang dulu katanya mah di jual. Jadi ditebangin dan diambilin

kayunya jadi tandus tanahnya. Terjadi itu tahun 2013 kalau enggak

salah. Yang sekarang jelas masih ada Cuma yang di kawah siemet.

Sekarang yang keatas udah ngaa ada coba aja di liat kalo keatas deket

mata air itu sebelumnya kaya ada empangnya udah ngga ada pohon

besar-besarnya.”

Hutan yang berada di kedongdolkidul sedikit demi sedikit akan

berkurang. Hanya untuk kepentingan pribadi dampaknya akan akan

menimpa masyarakat Kedongdong Kidul. Keadaan saat ini dari pihak

perhutani tidak melakukan penanaman pohon-pohon yang sudah ditebang.

Justru tanah tersebut disewakan kepada masyarakat untuk dikelola

menjadi lading dan sebagian ditanami kacang-kacangan dan pohon

pisang. Namun, dari adanya lading tersebut buruh tani mempunyai

peluang untuk mengelola tanah tersebut walaupun tanah milik perhutani.

“Sekarang ama masyarakat dibuat ladang ditanamin kaya

kacang-kacangan. Yang sekarangnya pohon pisang berjajar itu dulunya

pohon besar-besar sekarang mah udah ngga ada udah di tebangin

semua. Makanya kalu musim kemarau tuh ya ngga ada air. Kalau musim

hujan air tuh kaya banjir. Naglirnya deres. Tapi kalau dulu pas belum

ditebangin air tuh masih biasa aja ngga banjir ampe masuk rumah gitu.

Nah pas musim kemarau itu kekurangan, pada rebutan. Itu sih

dampaknya yang saya rasain kalau masalah lingkungan.”19

Hutan yang pada awalnyanya berfungsi untuk pelindung tanah agar

tidak lonsor dan penyangga keberadaan air namun saat ini malah keadaan

semakin terancam. Dikarenakan beberapa orang memanfaatkan pohon sebagai

kepentingan pribadi. Tidak melihat resiko yang nanti akan di rasakan oleh

masyarakat. Pada saat musim kemarau debit air semakin lambat dari tahun

sebelumnya, pada saat setelah pohon ditebang. Kemudian pada saat hujan air

akan terus mengalir seperti banjir. Karena memang pohon yang sebelumnya

menjadi penyangga air agar mengalir stabil malah hutan di babat liar oleh

orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Adanya permasalahan

tersebut menyebabkan dampak positif dan negatif. Seperti:

Desa Kedongdong Kidul mempunyai peraturan nomor 03 tahun 2010

yang menyebutkan bahwa20

tanah/ lahan desa merupakan salah satu aset

kekayaan desa yang harus di jaga dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk

kepentingan pembangunan desa dan masyarakat dan/atau Bahwa pengurusan

lahan desa yang dimanfaatkan untuk hutan rakyat harus berkelanjutan dan

menampung aspirasi masyarakat yang sesuai dengan tata nilai masyarakat

berdasarkan pada norma hukum nasional. Jika fungsi penebangan hutan

19

Hasil wawancara dengan pak ade sebagai warga rw 04 umur 28 pada 28/01/2017 20

Profil Pengendalian Operasional Ketentraman Dan Ketertiban Desa Kedondongkidu Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Ciebon, tahun 2010.

Dampak Dari

Penebangan Liar

Negatif

Positif

Pohon sebagai penyerap dan

cadangan air semakin berkurang

buruh Tani mempunyai Peluang pekerjaan karena hutan yang

dijadikan ladang

dilakukan untuk reboisasi atau mengganti pepohonan yang sudah tua kemudia

diganti oleh yang baru maka hal tersebut sah-sah saja. Namun, jika

penebangan tersebut dilakukan tanpa adanya pembaharuan maka penebangan

tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang tertera di atas yang mengatakan

bahwa tanah/lahan merupakan asset kekayaan desa yang mana pemanfaatan

lahan tersebut harus di jaga dan di manfatka untuk pembangunan desa. Justru

dari penebangan tersebut masyarakat mengeluh.

Tidak hanya persoalan penebangan hutan saja, namun dalam

pengelolaan air di Desa Kedongdong Kidul juga turut dikeluhkan oleh

masyarakat. Karena pengelolaan dirasa mempunyai banyak kendala.

Khususnya pada blok ciseti, depok dan gunung jati yang mana pengelolaan

masih menggunakan selang. Menurut Abah Saja21

“diblok ciseti ini mah masih pakai selang. Jadi

selangnya itu dari bak penampungan sampai rumah, masih

banyak yang engga kebagian masang selang di bak

penampungannya karna emang sedikit bolongannya. Jadi

yang engga kebagian biasanya minta ke tetangganya.”

Setiap blok mempunya 45 KK (kepala Keluarga) sedangkan selang

hanya dapat dipasang 28. sisanya 17 KK masih ikut dengan tetangganya.

Sudah terlihat bahwa masih ada masyarakat yang belum mendapat pasoka air

secara langsung. Hal tersebut terkadang menimbulkan konflik social antar

masyarakat. Karena benturan kekuasaan yang menimbulkan saling berebut.

Namun, konflik tersebut tidak sampai menimbulkan perkelahian hanya

sampai pada adu mulut dari masyarakat yang merasa tidak kebagian pasokan

air.

21

Hasil wawancara dengan Abah Saja sebagai warga blok ciseti sekaligus petani pada tanggal 04/01/2017

Tidak hanya itu menggunakan selang juga memiliki banyak kendala

seperti selangnya pecah karena masuk angin, air tersumbat belum lagi jika

harus bolak balik mengecek setiap harinya apalagi yang jarak rumah tersebut

jauh dari bak penampungan.menurut abah saja mereka Ingin pengelolaan

disama ratakan dengan blok Guntur. Namun, karena masyarakat mempunyai

trauma pada tahun 2015 yang mana salah satu pengelola air khususnya di blok

ciseti dan blok depok itu tidak tanggung jawab atas uang iuran yang selama 1

tahun mereka kumpulkan yang tujuannya uang tersebut untuk merubah

pengelolaan menjadi paralon. Hal tersebut membuat masyarakat tidak mau

lagi jika ada sistem iuran yang tujuannya untuk pembangunan pengelolaan air.

Kalau untuk iuran tiap bulan 2000 ribu tujuannya untuk perbaikan selang

mereka setuju.

L. Partisipasi Masyarakat Dalam Bentuk Nyata

Partisipasi masyarakat dilakukan dengan melalui beberapa proses,

diantaranya yaitu proses pengambilan keputusan dalam mengidentifikasi

permasalahan dan kebutuhan secara bersama-sama. Kemudian perencanaan

program yang di musyawarahkan dengan masyarakat itu sendiri. Setelah itu

pelaksanaan program yang mana program tersebut dilaksanakan sesuai

dengan yang masyarakat itu butuhkan maka yang menjalankan sekaligus yang

melaksanakan yakni masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat sudah

memperoleh hasil atau sebuah kemanfaatan maka yang harus dilakukan yaitu

mengevaluasi dari program tersebut apakah hasilnya sesuai dengan apa yang

dikerjakan masyrakat atau justru memiliki kekurangan dalam pelaksanaanya.

Dalam keseluruhan proses yang diatas itu harus dilakukan oleh masyarakat

jika proses tersebut hanya satu yang terlaksana maka tidak akan mampu untuk

mencapai tujuan bersama.

Begitu juga yang dilakukan oleh masyarakat Kedongdong Kidul ikut

serta dalam mengelola air. Partisipasi yang mereka bentuk di laksanakan

secara suka rela dan gotong royong. Dalam perencanaan pengelolaannya

dibantu oleh pemerintah desa dengan mengumpulkan masyarakat.

Pemerintah desa pada tahun 2017 memutuskan untuk menunjuk

beberapa pengurus untuk mengelola air guna untuk mempermudah koordinasi

disetiap bloknya. Menurut Pak Slamet22

pada awalnya masyarakat yang

ditunjuk tidak mau, mereka lebih memilih membantu dari pada harus menjadi

koordinator pengelola air perbloknya. sebagai suatu bentuk swadaya

masyarakat mereka ingin melakukannya secara bersama-sama. Resiko

menjadi koordinator setiap ada kendala seperti air tersumbat itu harus

mengontrol dari rumah warga sampai pada bak induk. Sedangkan letak bak

induk kurang lebih 500 Meter dari perumahan warga dan harus dicapai

dengan cara jalan kaki.

Tabel 2

Pembagian Sumber Mata Air dan Koordinator pengelolaan Air

No. Blok Mata Air Pengurus

1. Gunung Santri Gunung Kecapi Sudarma

Janna

Jumena

2. Ciseti Batu Nangkop (Ciranca) Jana

Iwa

Jaelani

3. Depok Gunung Growong Dalik

Barik

Rasmin

22

Hasil wawancara dengan pak selamet seba gai ketua poktan dan gapoktan pada tanggal 09/12/2017

4. Guntur Cipleuben Selamet

Sandi

Sarmin

Sumber : hasil wawancara dengan Pak Toto Tahun 2017

Setiap blok mempunyai koordinator dalam kepengurusan air dan

pembentukan tersebut dilakukan dari hasil musyawarah masyarakat dengan

perangkat desa. Namun, masyarakat tidak hanya membentuk suatu

kepengurusan saja melainkan mengidentifikasi permasalahan yang harus

dipecahkan sesuai dengan keadaan yang mereka alami. Menurut abah saja

pada saat rembukan masyarakat meminta agar dibuatkan bak penampungan

hingga ke blok-blok yang dekat dengan pemukiman. Karena jika mereka

harus bolak-balik ke bak induk yang jaraknya cukup jauh itu sangat menguras

tenaga. Salah satu bentuk permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat

kedongdongkidul. Masyarakat mempunyai cara sendiri untuk ikut serta dalam

mengelola air.

Ada beberapa bentuk partisipasi dalam uraian yang diatas.

Diantaranya yakni:

1. Tenaga

setiap musim kemarau masyarakat menguras bak penampungan

khususnya bagi laki-laki. Hal tersebut didasari oleh kesadaran dari masing-

masing masyarakat. Jika bak mandi tidak dikuras maka akan tersumbat karena

banyak daun-daun yang jatuh dan masuk ke bak. Jika dibiarkan air akan kotor

dan bisa jadi tersumbat. Namun tidak hanya laki-laki yang berperan dalam

partisipasi, bagi yang perempuan juga ikut andil dengan cara menyediakan

makanan dan minuman untuk laki-laki yang menguras bak penampungan.

2. Modal

Masyarakat desa kedongdongkidul menggunakan system iuran yang

berbeda-beda. Iuran dilakukan dimasing-masing blok dan di kumpulkan oleh

ketua RW per blok. Iuran tersebut dilakukan untuk antisipasi jika ada selang

atau paralon yang pecah atau rusak. Khususnya pada blok Guntur menurut

jurayyah23

iurannya menggunakan sistem dadakan, jika sudah terjadi

kerusakan baru masyarakat mulai mengumpulkan dana untuk memperbaiki.

Karena satu paralon yang rusak akan menghambat aliran air dari atas ke

bawah semisal kerusakan terletak di rumah yang atas maka air tidak akan

mengalir kebawah. Masyarakat blok Guntur dimintai uang iuran sesuai

dengan nilai kerusakan paralon tersebut. Berbeda dengan iuran yang diadakan

oleh selain blok guntur, yang mana iuran menggunakan sistem perbulan

dengan dipunguti biaya 2 ribu rupiah dari per rumah. Hal tersebut dilakukan

karena antisipasi adanya kerusakan sekaligus persiapan. Masyarakat

melakukan iuran dana tersebut karena merasa ada dampak baik tersendiri.

3. Bentuk pemikiran (Ide)

Sudah dikatakan sebagian bahwa partisipasi dilakukan dengan

seseorang maupun kelompok masyarakat. Adapun salah satu masyarakat Desa

Kedongdong Kidul memiliki keahlian dalam mendesain paralon khususnya di

blok Guntur yaitu pak selamet. Karena menurut beliau perlu adanya penataan

paralon agar semua rumah mendapat air secara merata.24

Pada awalnya ide yang di gagas oleh pak slamet tidak diterima oleh

masyarakat sekitarnya. Namun dengan kesungguhan Pak Slamet untuk

mencoba merealisasikan ide tersebut akhirnya beliau mengeluarkan modal

sebesar 600 rb. Seperti yang di katakana oleh Istri Pak Slamet.

“Ide pengelolaan ini juga dari suami saya. Setelah percobaan

suami saya berhasil akhirnya Pemerintah memberi bantuan itupun

karena kesadaran sendiri. ada yang datang dan tiba-tiba kasih

bantuan untuk membeli paralon. Saya memakai dana spribadi karena

pada awalnya saya sendiri yang memakai paralon dan biaya

keseluruhan 600 ribu. Pada saat sudah berjalan warga sini juga

23

Hasil wawancara dengan Ibu jurayyah sebagai warga rt 04 pada 12/05/2017 umur 47 tahun. 24

Hasil wawancara dengan pak selamet sebagai ketua poktan dan gapoktan pada 09/12/2017

ikutan minta di buatkan kaya paralon yang dibuat suami saya

malahan dari blok-blok lain juga minta di bikinin kaya gini”25

Masyarakat Kedongdong Kidul dapat merasakan manfaat setelah

melakukan partisipasi terhadap pengelolaan air. Manfaat yang di rasakan

setelah mengeluarkan tenaga untuk membersihkan atau menguras bak

penampungan, air semakin jernih tidak ada kotoran-kotoran bekas dedaunan

yang terlihat dipermukaan bak mandi. Apalagi jika masuk musim hujan

menurut Abah Sartim26

air dapat tersumbat dikarenakan banyak dedaunan

yang runtuh dan menyumbat paralon. Maka dari itu dalam 3 bulan sekali bak

penampungan perlu di kuras.

Adapun modal atau dana yang dikumpulkan oleh masyarakat

manfaatnya akan kembali pula pada masyarakat itu sendiri. Mulai dari

membeli selang atau paralon yang di alirkan menuju pemukiman atau ladang

serta sawah. Dengan begitu mereka bisa mengalirkan air tanpa perlu

menggunakan diesel ataupun mesin yang harganya lebih mahal ketimbang

selang dan paralon. Kemudian manfaat dana yang dikumpulkan oleh

masyarakat dapat meringankan beban masyarakat itu sendiri ketika

mengalami kerusakan selang atau paralon.

Selain manfaat partisipasi tenaga dan dana masyarakat juga menikmati

hasil dari pemikiran pak selamet yang memberi ide pengaturan air dengan

menggunakan paralon dan memakai sistem buka tutup. Masyarakat tidak

susah-susah untuk mengecek selang menuju ke bak penampungan setiap

harinya yang diperlukan hanya kesadaran diri untuk bersabar menggunakan

air dengan cara bergilir menunggu bak rumah yang berada di atas penuh.

Maka perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk mengelola air.

25

Hasil wawancara dengan ibu ningsih (49) sebagai warga pada 08/12/2017 26

Hasil wawancara dengan abah sartim sebagai ketua RW 04 sekaligus petani pada 10/12/2017

Kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya bagaimana menciptakan

suatu yang indah atau bersih saja, akan tetapi ini sudah masuk pada kewajiban

manusia untuk menghormati hak-hak orang lain. Hak orang lain tersebut

adalah untuk menikmati dan merasakan keseimbangan alam secara murni.

Sehingga kegiatan-kegiatan yang sifatnya hanya merusak saja, sebaiknya

dihindari dalam perspektif ini. Oleh karena itu, tindakan suatu kelompok yang

hanya ingin menggapai keuntungan pribadi saja sebaiknya juga harus

meletakan rasa toleransi ini.

Tabel 3

Bentuk dan Manfaat Partisipasi

Bentuk Partisipasi Manfaat Partisipasi

Partisipasi Modal (Dana)

dengan melakukan iuran

perblok dan menggunakan 2

sistem yaitu mendadak dan

perbulan.

Dapat mengurangi beban ketika

paralon atau selang mengalami

kerusakan.

Partisipasi Tenaga dengan cara

menguras bak penampungan

secara gotong royong.

Dapat menghilangkan kotoran-kotoran

yang berada di bak penampungan

alhasil air menjadi bersih dan jernih

Partisipasi ide dengan cara

mendesain pengaturan paralon.

Khususnya blok Guntur dapat

mengalirkan air secara bergiliran dan

teratur tanpa terjadi konflik.

Sumber : Hasil analisis Data 2017

Penjelasan mengenai pertisipasi diatas menunjukan partisipasi sesuai

dengan apa yang dijeaskan dalam teori yang menyebutkan partisipasi

dilakukan oleh masyarakat desa sendiri bukan sekedar wacana belaka.

M. Gambaran Hasil Analisis Pengelolaan Air Berbasis Masyarakat Desa

Kedongdong Kidul

Pengelolaan air di Desa kedongdongkidul memiliki perbedaan model

pengaturannya mulai dari awal di bentuknya pengelolaan hingga saat ini.

Maka perlu diperhatikan dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 4

Pola Pengelolaan Air Berbasis Partisipasi Masyarakat

NO Pola Pengelolaan Air Pola partisipasi

1. Pengelolaan air menggunakan

bahan seadanya. Seperti bambu.

Masyarakat berbondong-bondong

mengambil air di sumberan atau

lebih jelasnya bak induk. Dengan

menggunakan ember dan drigen.

Ditempuh dengan jarak yang

cukup jauh, kurang lebih 500

meter dengan berjalan kaki dan

naik turun bukit.

Membuat bak induk dengan

cara gotong royong sekaligus

membuat aliran memakai

bamboo juga masyarakat yang

membuat.

2. Pengelolaan air beralih

menggunakan selang pada tahun

2008 karena oleh PNPM sudah

dibuatkan bak penampungan

setelah bak induk. Masyarakat

memasang selang dari bak

penampungan menuju rumah

warga. Namun tidak semua rumah

dapat menyalurkan selang ke bak

penampungan. Karena porsi

lubang air yang berada pada bak

penampungan tidak banyak.

Membuat bak penampungan

secara bersama dan menguras

bak penampungan setiap

minggu secara bersama. Serta

membayar iuran setiap bulan

untuk kerusakan. Membeli

selang dengan memakai uang

pribadi.

3. Setelah menggunakan selang ke

bak penampungan pada tahun

2015 beralih menggunakan

paralon. Dengan sistem buka

tutup. Setelah bak penampungan

di buat lagi bak RT. Jadi setiap

RT mempunyai rumah untuk di

salurka ke 10 rumah namun

secara bergilir. Jika bak mandi

rumah pertama sudah penuh maka

keran ditutup dan keran yang

diluar untuk rumah selanjutnya

itu dibuka. Begitu sampai

seterusnya.

Membuat ide dengan paralon,

membayar iuran setelah terjadi

kerusakan.

Sumber : Hasil Analisis tahun 2017