BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa Kedongdong Kidul
Desa Kedongdong Kidul terletak pada ujung wilayah Kabupaten
Cirebon. Lebih tepatnya Desa Kedongdong Kidul Berbatasan langsung
dengan Kabupaten Majalengka. Desa Kedongdong Kidul masih termasuk
Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Sebelah desa ini berdampingan
dengan desa lain diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Desa Cikeusal
Kecamatan Gempol, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kepuh
Kecamatan Palimanan dan Desa Girinata Kecamatan Dukupuntang, Sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Cipanas dan Sebelah Barat berbatasan
dengan Perum Perhutani KPH Majalengka.
Desa Kedongdong Kidul terdapat Kepala Keluarga dengan jumlah 737
Kepala Keluarga diantaranya jumlah penduduk yang berjenis kelamin
perempuan 1369 orang dan laki-laki 1282 orang dengan total keseluruhan
2651 orang. Terdapat 4 blok, 3 RW dan 12 RT diantaranya Blok Guntur,
Blok Ciseuti, Blok Depok, dan Blok Gunung Santri. Blok Gunung Santri
letaknya terpisah di Gunung Santri. Sedangkan 3 blok lainnya merata. Posisi
pemukiman di desa ini lebih pada memanjang di samping jalan utama. Jika
memasuki gang jaraknya 10 rumah ke dalamnya.
Menurut data terakhir tahun 20171 desa ini mempunyai luas wilayah
±222,301 hektar dan memiliki Kawasan Hutan Negara seluas 504 hektar.
Terdapat tata guna tanah untuk sawah yang menggunakan irigasi teknis seluas
15,583 Ha, Irigasi setengah teknis seluas ±13,126 hektar dan Tadah Hujan
seluas 35,325 hektar, total yang digunakan untuk sawah yakni 64,034 Ha.
Adapun sebagian tanah digunakan untuk pemukiman seluas 20,394, tegalan
48.621 hektar dan lain-lain 15.000 hektar. Desa ini mempunyai hasil
1 Terdata dan tercatat dalam “Profil Pengendalian Operasional Ketentraman Dan Ketertiban Desa
Kedongdong Kidul Kecamatan Dukupuntang” pada tahun 2017
topografi administratif 69% perbukitannya hingga curam lebih banyak dari
pada jalan landai dari ketinggian 141 s/d 181 dpl.
Curah hujan yang telah didata oleh station penangkar curah hujan
jamlang dalam pertahun berjumlah antara 1500 – 2500 mm dengan
keberadaan iklim per 6 bulan basah dan 6 bulan kering, dan suhunya rata –
rata 32 derajat celcius. Iklim desa ini di pengaruhi oleh scuaca panas dan
cuaca dingin yang tidak menentu setiap tahunnya dan wilayah desa ini terletak
di dataran tinggi dan berbukit. Desa ini mempunyai 2 iklim diantaranya
musim panas dan musim penghujan. Antara bulan Mei sampai dengan bulan
September musim hujan akan berlangsung dengan tingkat curah hujan rata-
rata berkisar 1500 hingga mm/tahun dengan hari sebanyak 100 sampai dengan
200 hari/tahun. Jika memasuki bulan November sampai dengan bulan April
maka terjadi musim kemarau. Pada pagi hari suhu udara di desa kedongdong
Kidul berkisar antara 23 sampai 26 C, sedangkan suhu udara pada siang hari
berkisar antara 27 sampai 32 C, kelembaban udara rata-rata mencapai 70%.
menurut pak ubay2 “lamun keurkatiga mah caina rada saat heunte kawas
biasana lamun ker usum hujan”. Jika memasuki musim kemarau debit air
akan semakin berkurang berbeda dengan musim penghujan yang debit airnya
semakin besar.
Tabel 1
Kalender Musim
NO Bulan Curah Hujan/ Suhu Keterangan
1 Mei-Juni-Juli-Agustus-
September
1500 mm dalam 100 -200
hari/tahun
Musim hujan dan
air masih
mencukupi
2 Hasil Wawancara dengan Pak Ubay Sebagai perangkat desa bagian kaur pemograman pada tanggal
13 mei 2017
2 November-Deswmber-
januari-februari-maret-
april
Suhu 27-32 Celcius
Kelembaban 70%
Musim Kemarau
Air masih cukup
namun debit air
berkurang
Sumber; Hasil Penelitian 2017
Terdapat beberapa sumber mata air di desa tersebut diantaranya yakni
Seseupan, Cipleubeun, Cilangkoyang, Cidahu, Kebuyutan, dan Ciranca.
Sesuai kebutuhan masyarakat dalam mengelola tanah untuk bercocok tanam
maka banyak pula mata air yang dibutuhkan. Kebanyakan masyarakat
mencari sumber mata air secara individu kedalam hutan. Hanya 2 mata air
yang digunakan untuk dialirkan ke pemukiman masyarakat kedongdongkidul
diantaranya Ciranca dan Cibeluben.
B. Kilas balik Kedongdong Kidul
Desa kedongdong Kidul mempunyai Sejarah yang sampai saat ini
masih dipercayai. Masjid di Desa ini jika memasuki waktu sholat tidak
menggunakan bedug sebagai ke khasan orang-orang Jawa pada umumnya jika
memasuki waktu sholat maka bedug dipukulkan dan baru adzan
berkumandang. Menurut pak toto3 diceritakan tepatnya di desa Cipanas
terdapat kerajaan yang masih termasuk dalam kerajaan Galuh Pakuan yang
saat ini berada di Rajagaluh. Saat itu Kesultanan Cirebon yang melawan
Kerajaan Raja Galuh dan seketika mengalami kekalahan saat melawan.
Perang tersebut dilakukan oleh pemimpin panglima perang Raja Galuh yang
bernama Sang Hyang Suten yang mempunyai kuda putih. Pada saat kalah
kuda tersebut menghilang dan menjadi Gunung Kuda yang saat ini terdapat di
Kedongdongkidul. Maka desa Kedongdong Kidul mempunyai kepercayaan
dari amanat Ki Jalimun yaitu “Rakyat Kedongdong dilarang memelihara Kuda
3 Pak toto, sebagai Kaur Litbang di Desa kedongdong 12/05/2017
Putih karena tidak akan memberi keberuntungan pada keturunan Sang Hyang
Suten”.
Beberapa pasukan Galuh melarikan diri dan bersembunyi di Gunung
Kromong yang masih masuk dalam wilayah administrasi Kedongdong Kidul
saat kekalahan terjadi salah satunya yaitu Mbah Buyut Ki Jalimun yang
dikenal memiliki “Ajian Macan”. Ia menjadi seeorang yang sangat
berpengaruh terhadap teman-temannya yang saat itu sama-sama tinggal di
Gunung Kromong karena memang beliau yang Sepuh. Mereka melakukan
babat hutan yang bertujuan untuk membuat suatu padepokan di kaki Gunung
Cikur. Didaerah tersebut banyak sekali tumbuh buah kedongdong yang mana
salah satu cikal bakal Desa Kedongdong. Beliu meninggal dan dimakamkan
di Desa kedongdong bertepatan di blok kidul samping alun-alun. Adapun ke
empat rekannya yaitu Kibuyut Jago yang memiliki Keris Naga Runting, Nyi
Mas Mireneng yang dikenal memiliki Aji Pengasihan yang saat ini di
makamkan di kawah Simeut, Buyut Siderepa yang memiliki Aji Pangabaran
dan Aji macan juga seperti Ki jalimun saat ini beliau dimakamkan di Blok
Ciseuti dan yang terakhir yaitu Buyut Ki Jedud yang memiliki Aji Macan.
Seorang pengelana bernama Demang Arijan datang di Daerah yang
menganut kepercayaan Sang Hyang bertujuan untuk menyebarkan Agama
Islam. Ia mempunyai strategi untuk menyebarkan agamanya melalui tempat
ibadah (surau/tajug) yang sengaja ia dirikan lengkap dengan kentongannya.
Tempat tersebut tidak hanya digunakan untuk melakukan ibadah sholat saja
melaikan mengajar mengaji juga. Penataan desa juga dilakukan oleh Demang
mulai dari penataan desa, pertanian, ladang serta perkebunan, peternakan dan
juga menyatukan ukhwah islamiyyah. Atas jasanya masyarakat mendorong
agar Demang Arijan mau menjadi kuwu pertama di pedukuhan Keongdong.
Selanjutnya adalah kuwu Samsu yang menggantikan Demang Arijan setelah
Wafat. Sistem pemerintahan Ki Samsu mayarakat dikenakan biaya (pungutan
pancen) kepada petani yang punya tanah sawah atau kasikepan. Pada musim
kemarau Masyarakat mempunyai adat yang dinamakan Mapag Sri tujuan
memberi sedekah bumi. . Adat tersebut diadakan setelah panen dengan
mengadakan wayang kulit dalam waktu sehari semalam, pada siang harinya
mereka melakukan “Lakon Bumi Loka”. Pada saat hujan turun maka
masyarakat akan menyambut baik.
Setelah ki Samsu wafat akhirnya digantikan oleh Ki Kasjan. Seorang
yang gagah perkasa, kerar, berjanggut, bersimbar dan memiliki warisan ilmu
Macan dari Prabu Siliwangi. Beliau sangat ahli dalam bidang seni dan
mempunyai seperangkat alat gamelan yang mempunyai laras pelog. Dalam
melaksanakan pertunjukan didesanya maka Beliau mengawali dengan lagu
“Raja Pulang” dikenal sebagai lagu Kesukaan Prabu Siliwangi. Kemudian
Beliau membuat Bedug terbuat dari Kayu Kesambi yang mana manfaatnya
untuk memberitahukan pada masyarakat setempat bila waktu shalat tiba.
Pada suatu hari terjadi peristiwa yang aneh tepatnya pada hari jumat
kliwon, saat bedug dipukul tiba-tiba Gunung Koneng yang terletak disebelah
alun-alun desa Kedongdong perlahan-lahan bergeser mendekati
perkampungan dekat surau. Dari kejadian itu Masyarakat Desa Kedongdong
memutuskan untuk tidak menggunakan bedug. Akhirnya masyarakat kembali
menggunakan kentongan.
Terjadi hujan lebat di Desa Kedongdong hingga mengakibatkan Bajir
yang cukup besar. kesempatan itu digunakan masyarakat untuk
menghanyutkan bedug ke sungai Cikamuning secara bersamaan. Bedug yang
tadi dihanyutkan ditemukan oleh warga girinata yang sampai sekarang di
simpan di masjid. Pada awalnya Desa Kedongdong Kidul bernama Desa
Kedongdong saja namun karena di Cirebon memiliki 2 desa yang sama-sama
bernama Kedongdong Akhirnya BPD desa memutuskan untuk menambahkan
Kedongdong Kidul agar lebih jelas.
C. Sosial dan Budaya
Mayoritas masyarakat Desa Kedongdong Kidul menggunakan bahasa
sunda dalam kehidupannya sehari-hari dan Masyarakatnya menganut agama
Islam. selama melakukan penelitian di Desa Kedongdong Kidul masyarakat
dinilai amat ramah dalam menerima pendatang dan diperlalukan seperti
halnya keluarga. Aktivitas seharinya-hari dari pagi hari para bapak-bapak
memulai kegiatannya untuk menuju ke sawah sampai sore hari sebagian ada
juga ibu-ibunya yang ikut pergi kesawah. Kegiatan beribadatannya setiap
malam jumat diadakan tahlil di mushola-mushola dan pengajian di masjid di
setiap acara besar dan agama islam seperti maulid nabi dan isro’ mi’roj. Selain
itu ada beberapa tradisi yang terdapat di desa kedongdong Kidul diantara
yaitu:
1. Tahlil Kifayah
Setiap ada orang yang wafat biasanya keluarga yang ditinggalkan
mengadakan tahlil kifayah. Acara tersebut diadakan dalam 7 hari berturut-
turut dan dihadiri oleh masyarakat desa kedongdongkidul serta sanak
saudaranya. Setelah mencapai 40 hari dari maka diadakan tahlilan kembali.
Tujuan diadakan tahlilan agar orang yang telah wafat dapat di terima disisi
Allah dan diringankan siksa kuburnya. Selain tahlil ada juga yang
menggunakan ceramah yang biasa di isi oleh pak junaidi atau pak pongkol
yang dikenal sebagai Lebbe Desa Kedongdong Kidul. Bagi kelurga yang di
tinggal kebanyakan saat mengadakan acara tahlil, yang mengikuti acara
tersebut di suguhi makanan atau jaburan dan setelah pulangnya dibawakan
berkat atau bungkusan yang berisi makanan.
2. Sedekah Bumi
Pada setiap tahunnya masayarakat kedongdong Kidul mengadakan
Sedekah Bumi yang di selenggarakan oleh masyarakat desa sendiri. Biasanya
acara tersebut diadakan pada bulan oktober atau November. Sedekah bumi ini
diadakan sebagai tanda rasa syukur atas pemberian yang maha kuasa atas
kenikmatan yang diperoleh masyarakat desa kedongdong kidul. Hasil bumi
yang diperoleh masyarakat yakni seperti padi, jagung, singkong dan lain-
lainm hasil panen tersebut mereka bawa di tempat acara sedekah bumi
tersebut seperti biasa acara tersebut dilaksanakan di depan balai Desa
Kedongdongkidul. Tidak hanya mengumpulkan hasil tanah saja akan tetapi
masyarakat juga mengadakan wayang atau hiburan lainnya. Dana yang
digunakan adalah hasil dari iuran masyarakat sendiri.
3. Bongkar Bumi
Setiap tahunnya masyarakat mengadakan upacara yang disebut
“Bongkar Bumi” biasa dilakukan oleh masyarakat Kedondong Kidul pada
saat akan memulai menanam padi saat musim kemarau berkepanjangan.
Bertujuan agar segera diturunkan hujan, Kemudian dalam setiap tahunnya
masyarakat juga melakukan “sedekah Bumi” dalam tradisi tersebut
masyarakat mengumpulkan dana untuk menanggap wayang biasanya
dilakukan sehari semalam. Selain menanggap wayang masyarakat juga gotog
royong untuk mengumpulkan hasil bumi seperti padi, kacang-kacangan dan
umbi-umbian.
4. Ngadeuken Pasuhunan
Selain itu bongkar bumi terdapat tradisi membangun rumah
“ngadekeun pasuhunan” tradisi tersebut dilakukan jika akan menaikan
penyanggah atap rumah. Uniknya jika ada salah satu warga yang sedang
membangun rumah maka masyarakat ikut serta membantu membangun rumah
tanpa di beri upah, hanya saja di beri makanan dan rokok sebagai bentuk
tanda terimakasih.
D. Pendidikan Masyarakat Kedongdong Kidul
Masyarakat yang belum sekolah mencapai 90 orang, tidak tamat SD
sejumlah 87 orang, hanya tamat SD berjumlah 637 orang, tamat SLTP
berjumlah 102 orang, tamat SLTA berjumlah 67 orang, D.I-D.3 hanya
berjumlah 9 orang dan yang sudah menempuh S1 berjumlah 7 orang. Data
tersebut menurut Profil Pengendalian Operasional Ketentraman dan
Ketertiban Desa Kedongdongkidul Kecamata Dukupuntang tahun 2016.
Tabel 2
Data Pendidikan Desa Kedongdong Kidul
No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang
1. Belum sekolah 90
2. Tidak tamat SD 87
3. Tamat SD 637
4. Tamat SLTP 102
5. Tamat SLTA 67
6. D.I – D.3 9
7. S1 7
Sumber; Profil Desa Kedongdong Kidul Tahun 2015
E. Perekonomian Desa Kedongdong Kidul
1. Sektor pertanian
Sesuai dengan letak geografis Desa Kedongdong Kidul yang berada di
wilayah pegunungan maka mayoritas Masyarakat bekerja sebagai dan Buruh
Tani yang jika dijumlah berkisar 450 Orang dan Petani 250 Orang. Sebagian
Masyarakat yang menjadi buruh Tani menggarap tanah milik Perhutani dan
sebagian ada yang menggarap tanah sanak saudaranya. Mereka mengandalkan
sector pertanian Sebagai andalan kebutuhan pangan karena letak geofrafis
yang mendukung. Tanah sebagai tumpuan masyarakat untuk bercocok tanam
untuk kelangsungan hidup mereka. para petani biasa bercocok tanam
Palawija, kacang, Ada juga petani yang mengandalkan dari hasil berkebun
seperti pete, rambutan, nangka dan sebagainya.
Masyarakat Kedongdong Kidul Mayoritas bekerja sebagai petani
memubuat masyarakatnya akan sangat susah di temui pada waktu siang hari,
karena masyarakat Desa Kedongdong Kidul yang mempunyai lahan garapan
biasnya pagi pagi sekali ia akan berangkat ke sawah sekitar jam 07: 00 para
petani mulai berangkat ke sawahnya, hingga pada jam 08:00 keadaan desa
Kedongdong Kidul akan sepi, baru akan ramai lagi setelah para petani pulang
dari sawahnya sekitar pukul 16:30 wib.
Menurut abah Saja, pertanian di desa Kedongdong Kidul bisa sampai
pada 3 kali panen, para petani di desa Kedongdong Kidul panen setiap 4 bulan
sekali. Luasan tanah yang di gunakan oleh masyarakat Kedongdong Kidul
yaitu jalur. Satu jalur sama dengan luas setengah bau. Untuk luas tanah 1 jalur
pak saja biasanya membutuhkan 15 kg padi untuk sebaran. Pada zaman mluku
masih menggunkan kerbau untuk luas tanah 1 jalur biasanya pak saja
menghabiskan uang 500 ribu untuk sewa jasa dan kerbau, dan pak saja siap
menerima beres sampai tanah itu rata dan siap untuk di tandur. Urea 2 karung
menghabiskan ongkos 200 ribu. dan untuk obat obatan 300 ribu jadi total
untuk biaya produksi 1 jalur menghabiskan modal 1 juta.
Proses awal menanam padi yang pertama melakukan sebaran padi dulu
di sawah,. Pada saat sudah melakukan penyebaran padi, yang harus di
persiapkan juga yaitu tanah untuk tandur padi tersebut atau orang
Kedongdong Kidul mengenalnya dengan istilah mluku. Setelah sawah
tersebut di mluku hingga tekstur tanah rata dan telah siap di tandur. Padi yang
tadi sudah di sebar dan sudah tumbuh di kenal dengan nama winih, kemudian
winih tersebut di babut dan di pindahkan ke tanah yang telah siap di tandur.
Setelah winih tersebut di tandur selanjutnya tanaman padi itu akan di urus
oleh pemilik sawahnya dan di rawat seperti halnya di beri pupuk, dan juga
obat-obatan pada saat padi tersebut terkena hama.
Waktu yang di gunakan untuk satu kali panen dari awal tandur hingga panen
kisaran 100 hari. Pada saat padi dalam keadaan bagus luas satu jalur bisa panen
sampe 1 ton lebih kalau lagi bagus bagusnya. “alusnya pari tina sa jalur
panen saton lewih saton setengah, lamun ker gorengna menang saton, lamun
ker gorengna pisan menang 8 kuintal, tapi bli rugi soalna modalna setitik”.
Tutur abah Saja. Jadi pada saat padi dalam keadaan bagus dengan luas tanah
satu jalur abah saja bisa mendapatkan padi 1,5 ton, dalam keadaan padi rusak
hanya mendapatkan 1 ton. Dan ketika padi dalam keadaan rusak parah abah
saja hanya mendapatkan 8 kwintal. Seperti yang digambarkan pada tabel
berikut:
Tabel 3
Data Hasil Kualitas Panen
Waktu Hasil Panen Jumlah Panen yang dihasilkan
100
Hari
Bagus 1,5 Ton
100
Hari
Rusak 1 Ton
100
Hari
Rusak Parah 8 Kwintal
Sumber ; Hasil wawancara dengan Abah Saja
Total biaya produktif untuk tanah 1 jalur adalah 1 juta, sedangkan
hasil panen yang di peroleh dari 1 jalur pada saat padi rusak mendapatkan 1
ton. 1 ton padi bisa mendapatkan uang 4,5 juta, sehingga walaupun padi
dalam keadaan rusak abah saja tidak pernah merasa rugi. Jika di kalkulasikan
dalam 1 tahun abah saja bisa 3 kali panen, 3 kali produksi tanah berarti 1
tahun abah saja menghabiskan modal sebesar 3 juta rupiah, sedangkan hasil
yang di peroleh dalam satu kali panen yaitu 4,5 juta. Jika panen dilakukan 1
tahun 3 kali maka hasil panen 1 tahunnya mencapai 17,5 juta. Untuk biaya
sewa tanah 5 juta. Hasil panen dalam 1 tahun yaitu 17,5 juta di kurangi 3 juta
biaya produksi dan 5 juta untuk biaya sewa sehingga dalam satu tahun abah
saja mendapatkan keuntungan 9,5 juta rupiah.4
Biaya Produksi = 3 Juta/3 kali panen
Biaya Sewa Tanah = 5 juta/1 Tahun
4 Hasil Penelitian sebelumnya oleh Karlina dengan judul Peran Tradisi Lisan Kidung Terhadap
Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kedongdongkidul, tahun 2017
Jumlah = 8 Juta
Hasil panen 1 Tahun 17,5 juta dikurangi biaya produksi dan sewa tanah 8
juta = Keuntungan yang diperoleh abah saja yaitu 9.5 juta
Menurut Pak Toto5, Saat ini lahan dan kebun masyarakat Kedongdong
Kidul untuk bercocok tanam semakin berkurang, dikarenakan terdapat proyek
PT.Indocement Unit Palimanan yang memakan sebagian Tanah Desa
Kedongdong Kidul. Gunung Pagar Besi yang mempunayai potensi untuk
digunakan bahan pembuatan semen. Beberapa Masyarakat ada yang bekerja
sebagai buruh pertambangan di PT tersebut. Pada saat proses pelelangan tanah
sebagian masyarakat ada yang mau dibeli lahannya ada pula yang sama sekali
tidak mau. Pada saat pengerukan tanah di bawah yang tidak mau dilelang
tetap terkena dampak reruntuhan batu-batu dan pasir akhirnya yang tadi tidak
mau terpaksa harus dijual ke PT indocement. Setiap meter dijual samapai 1
juta belum lagi ditambah setiap pohon tumbuh di lahan tersebut walaupun itu
tumbuhnya masih kecil tetap di hargai. Pengerukan tersebut diperkirakan
selesai selama 32 tahun baru habis kontrak. Jadi Gunung Pagar Besi
keseluruhannya Mutlaq dikontrak oleh PT. Indocement.
Bukan hanya PT. Indocement saja yang mempunyai kontrak untuk
pengerukan di Desa Kedongdong Kidul. Namun Ada pula pabrik yang
membutuhkan bahan untuk pembuatan hiasan rumah dan sebagainya dengan
menggunakan batu yang asli dari gunung yang berada di Kedongdong Kidul
yaitu berasal dari Gunung Petot.
Masyarakat khususnya para petani sangat bergantung pada air untuk
mengairi sawah atau ladang mereka. Tanpa sumber mata air mereka akan sulit
mendapatkan air karena memang letak geografis tidak mendukukung jika
dilakukan pengeboran. Akhirnya masyarakat mengandalkan air sungai untuk
dijadikan suatu alternatif untuk memenuhi kebutuhan sawahnya. Namun yang
5 Hasil wawancara dengan Pak Toto sebagai Kaur Litbang pada 02 Mei 2017
disayangkan sungai yang berada di desa Kedongdong Kidul berwarna abu-abu
keruh karena sisa limbah dari pabrik batu.
Menurut abah saja, hal tersebut sangat merugikan para petani. Karena
hasil panen yang dirasa kurang dalam setahunnya biasanya sekali panen
mendapatkan 3 ton, namun sekarang malah kurang dari 2,5 ton Hal tersebut
dikarenakan para pemilik pabrik tidak membuat penampungan terlebih
dahulu, agar sisa limbah bisa diendapkan terlebih dahulu, tidak langsung
terbuang ke sungai. Pabrik batu tersebut terletak di atas desa Kedongdong
Kidul yakni Desa Cipanas. Sebagian sawah yang terletak dekat dengan Desa
Cipanas mengandalkan air sungai berbeda dengan petani yang letak sawahnya
berada di pertengahan desa Kedongdong Kidul maka yang di andalakan
adalah sumber mata air yang muncul dari hutan. Suatu keberuntungan jika di
musim hujan maka air akan sangat deras berbeda pada saat musim kemarau
sumber mata air sulit untuk ditemukan. Karena pada dasarnya masyarakat
petani itu secara mandiri mencari sumber mata air yang jaraknya dekat dengan
sawah agar mudah dialirkan.6
. Penghasilan petani dipengaruhi oleh hasil siklus tanam. para petani di
desa Kedongdong Kidul biasanya bisa sampai 3 kali pada saat musim hujan
dipertengahan bulan juli, pada saat ini kebutuhan air masih tercukupi dengan
sangat baik, biasanya di bulan ini masyarakat mulai memanfaatkan dengan
menggarap tanah untuk ditanam padi, pada saat memasuki bulan juli,
masyarakat akan mulai menanam padi atau tandur, padi yang ditanam pada
bulan juli ini akan dipanen hingga pada bulan oktober. Setelah panen selesai
petani mulai menggarap sawahnya kembali dan mulai di tanam yang kedua
pada bulan November, padi akan di panen pada bulan februari. Setelah musim
tanam 2 selesai lanjut pada musim tanam yang ke 3 saat ini lah petani di
beberapa blok Desa Kedongdong Kidul mulai kekurangan air untuk
menggarap sawahnya, mereka perlu mencari air dari sumber sumber yang ada
6 Hasil wawancara dengan abah saja sebagai petani pada 27 januari 2017
di gunung, musim tanam ke 3 di mulai pada pertengahan bulan maret dan
akan di panen pada bulan juni. Demikian siklus tanam dan musim yang ada di
desa Kedongdong Kidul, namun pada saat ini siklus musim menjadi semakin
tidak menentu, terkadang di waktu waktu yang seharusnya tidak turun hujan
justru masih turun hujan begitupun sebaliknya. Siklus musim juga sangat
mempengaruhi pada penghasilan para petani, jika pada musim tanam pertama
mereka mendapatkan keuntungan yang cukup banyak, karena tanaman padi
tidak kekurangan air sehingga padai bisa tumbuh dengan baik, selain itu s
biaya produksi yang di butuhkan pun akan lebih sedikit di banding dengan
musim kemarau, karena air itu sifatnya milik bersama tapi akan menjadi
barang komoditi pada suatu waktu waktu. Untuk lebih jelasnya lihat tabel
siklus tanam sebagai berikut.7
Tabel 4
Data Siklus Tanam Menurut Kalender Musim
NO Musim Tanam Siklus Tanam Keterangan
1 Musim tanam pertama Bulan juli petani mulai
nanam, dan akan panen di
bulan oktober
Musim hujan
dan air masih
mencukupi
2 Musim tanam ke dua Bulan November petani
mulai menanam padi, dan
akan panen ahir bulan
februari
Air masih cukup
untuk bertani
walau volume
air tidak seperti
musim tanam
pertama
3 Musim tanam ke tiga Pertengahan bulan maret Pada musim
7 Hasil Penelitian sebelumnya oleh Karlina dengan judul Peran Tradisi Lisan Kidung Terhadap
Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kedongdongkidul, tahun 2017
petani mulai tanam padi,
dan akan di panen pada ahir
bulan juni
tanam ke tiga
para petani
mulai
kekurangan air
untuk bertanam.
Sumber: hasil penelitian tahun 2017
2. Sektor perniagaan
Masyarakat yang bekerja sebagai pedagang sedikitnya berjumlah 65
Orang. Kebanyakan dari mereka tidak menetap di Desa melainkan merantau
di Jawa Barat tepatnya di Daerah Bogor. Kebanyakan dari mereka di Bogor
menjual sekoteng karena Minuman tersebut sangat cocok bila dijajakan di
Daerah puncak banyak sekali peminatnya maka dari itu mereka memilih
merantau karena pendapatan yang dihasilkan lumayan besar jika
dibandingkan dengan hasil berkebun. Hasil berjualan sekoteng sebagian di
Desa Kedongdong Kidul mendirikan rumah. Sebagian masyarakat khususnya
bagi kaum wanita mengisi waktu luangnya dengan membuat kerajinan kayu
rotan. Menurut ibu Sunirah8, rotan tersebut dikirim langsung dari pabrik Tegal
Wangi Kecamatan Plered. Pabrik rotan tersebuta mengirim kerangka yang
belum di lapisi oleh rotan sekaligus kayu rotannya yang belum di anyam ke
rumah ibu sunirah, Biasanya rotan tersebut di gunakan untuk membuat hiasan
lampu, hiasan rumah, aksesoris pernikahan sampai pada kebutuhan rumah
tangga. Setiap pengrajin diberi upah sesuai tingkat kesulitannya. Biasanya 1
kerangka yang menurutnya mudah maka di beri upah senilai 7 ribu. Jika
tingkat kesulitannya terbilang susah maka 1 kerangka di beri upah 15 sampai
20 ribu. Per orang dalam sehari bisa membuat 2 sampai 3 buah kerajinan.
Setelah kerajinan diselsaikan dalam satu minggu biasanya dari pabrik
mengirim bahan baku kemudian mengambil hasil kerajinan tadi di bawa ke
8 Hasil Wawancara dengan ibu Sunirah selaku ketua PKK desa Kedongdongkidul pada tanggal 05
januari 2017
pabrik untuk di beri pewarna dan di percantik kemudian dipasarkan. Kegiatan
tersebut membantu masyarakat agar mempunyai penghasilan. Menurut salah
satu warga yang mengikuti kerajinan, kegiatan tersebut bisa membantu untuk
menutupi kebutuhannya dengan begitu mereka bisa membuat kerajinan
sekaligus menjaga anak mereka. Karena pekerjaan ini dirasa tidak terlalu berat
hanya butuh ketelatenan saja dan letaknya dekat dengan rumah.
3. Sektor Peternakan
Selain membuat kerajinan masyarakat juga beternak seperti yang
diamati oleh peneliti di setiap dekat rumah pasti ada kandang kambing.
Biasanya para penggembala memberi makan ternaknya pada pagi hari dan
sore hari. Jadi selain bertani mereka juga mencari rumput untuk ternaknya.
Selain beternak kambing, mereka juga beternak ikan. Kolam ikan terletak
dibelakang rumah atau di samping rumah. Inisiatif untuk beternak ikan
muncul pada saat air yang di alirkan ke rumah itu lebih. Pada saat malam hari
air tidak digunakan untuk kegiatan apapun, dan debit air semakin besar.
Akhirnya air di alirkan ke kolam ikan. Dan mayoritas masyarakat mempunyai
kolam ikan. Kebanyakan yang diternak adalah ikan tawar seperti ikan nila,
mas, gurame dan lele.
Adapun sektor lainnya seperti Masyarakat yang sudah menjadi
Pensiunan PNS atau TNI berjumlah 27 Orang. Pengusaha berjumlah 5 Orang
dan Perangkat Desa 8 Orang. Tingkat pendapatan penduduk per tahun ini
belum di catat namun pada tahun 2014 tingkat pendapatan penduduk
perkapita sebesar Rp. 2.700.000,- dari Rp. 10.000 x30 hari = 300.000
kemudian dikalikan 12 bulan dengan jumlah 3.600.000.
Banyak kelompok yang dibentuk untuk kepentingan Masyarakat Tani
mulai dari Kelompok Tani Penghijauan berjumlah 1 Kelompok, Tani Pangan
berjumlah 3 Kelompok, Tani Ternak berjumlah 3 Kelompok, Tani Ikan
berjumlah 2 kelompok, Tani Hutan Negara berjumlah 6 kelompok, Wanita
Tani berjumlah 1 Kelompok, Mitra Cai berjumlah 1 Kelompok. Lembaga
Masyarakat Desa Hutan (LMDH) hanya mempunyai 1 Kelompok dan BKM
(Badan Keswadayaan Masyarakat) berjumlah 1 Kelompok.
Tabel 5
Data Kelompok Tani
No NAMA KELOMPOK TANI JUMLAH
1. Tani Penghijauan 1 Kelompok
2. Tani Pangan 3 Kelompok
3. Tani Ternak 3 Kelompok
4. Tani Ikan 2 Kelompok
5. Tani Hutan Negara 6 Kelompok
6. Wanita Tani 1 Kelompok
7. Mitra Cai 1 Kelompok
Sumber: Profil Desa Kedongdong Kidul tahun 2017
Sebagai aspek sektor ekonomi perlu di sebagian wilayah kedongdong
kidul dibuat kegiatan Rehabilitasi Hutan dan lahan diantaranya digunakan
untuk Areal Hutan Rakyat 127 Hektar, Areal Kebun Rakyat 80 Hektar,
Agroforestry 15 Hektar, Areal PLBTH (Penanaman Lahan dibawah Tegakan
Hutan 5 Hektar, Areal Perkemahan (Buper) 2 Hektar, Areal untuk PHBM 28
Hektar, Penghijauan Sumber Mata Air 25 Hektar, Penghijauan Kaki Jalan
3Km, Pembuatan Dam Penahan (Gali Control) 6 Unit, Pembuatan Sumur
Resapan 6 Unit Pembuatan UP UPSA (Unit Percontohan Sumber daya
Alam) 1 Unit Persemaian Kebun Bibit Desa (KBD) 0,25 Hektar dan
Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Tani Penghijauan diantaranya yaitu
Pembuatan Uji coba Usaha jamur kayu 2000 lok Uji coba pengembangan
Lebah madu 3 Stup.
Tabel 6
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
NO NAMA KEGIATAN JUMLAH
LAHAN/UNIT
1. Areal Hutan Rakyat 127 Ha
2. Areal Kebun rakyat 80 Ha
3. Agroforesty 15 Ha
4. Areal PLBTH (Penanaman Lahan dibawah Tegakan
Hutan)
5 Ha
5. Areal Perkemahan (Buper) 2 Ha
6. Areal PHBM 28 Ha
7. Penghijauan Sumber Mata Air 25 Ha
8. Penghijauan Kaki Jalan 3 Km
9. Pembuatan Dam Penahan (pennggalian Control) 6 Unit
10 Pembuatan sumur Resapan 6 unit
11. Pembuatan UP UPSA (Unit Percontohan
Sumberdaya Alam)
1 Unit
12. Persemaian Kebun Bibit Desa (KBD) 0,25 Ha
Sumber : Profil Desa Kedongdong Kidul Tahun 2015
F. Titik Keberadaan Sumber Mata Air
Sumber mata air di Desa Kedongdong Kidul sangat banyak. Namun,
yang diketahui keberadaannya yakni sumber mata air yang terletak di
Cipleuben, Batu Nangkop (Ciranca), Gunung Growong dan Gunung Kecapi.
Posisi mata air tersebut berada di atas gunung, yang mana gunung tersebut
dikelilingi oleh hutan.
Jarak yang ditempuh masyarakat dari pemukiman hingga ke sumber
mata air diperkirakan kurang lebih 500 Meter. Menurut pak Mantri “mata air
kelihatan jauh soalnya naik turunnya kerasa capek, padahal jarak dari
pemukiman sampai cipeleuben kurang lebih 500 meter”. Jika jarak 500 meter
ditempuh dengan jalan landau maka akan terasa dekat. Namun, karena
ditempuh dengan berjalan kaki kemudian melewati perbukitan maka akan
terasa sangat jauh.
Pohon dalam pengelolaan air berfungsi untuk menyerap air hujan
kemudian menyimpan cadangan air. Jika pohon tersebut berjumlah banyak
dan menjadi hutan maka air yang diserap semakin banyak. Maka dari itu
munculah mata air dari hutan karena proses penyerapan tersebut. Secara
administratif Hutan di Desa Kedongdong Kidul milik Perhutani.
G. Sejarah Pengelolaan Air
Air sebagai salah satu yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat
Kedongdong Kidul. Masyarakat mengandalkan sumber mata air dari hutan.
Masyarakat Kedongdong Kidul mengandalkan air untuk dikonsumsi baik
untuk kebutuhan air minum dan aktivitas sehari-harinya. Air yang dihasilkan
dari hutan itu terdapat dari pegunungan Desa Kedongdong Kidul dihasilkan
dari resapan air di Hutan. Terdapat 5 gunung Masing-masing gunung
mempunyai sebutan diantaranya Gunung Petok, Gunung Koneng, Gunung
Jati, Gunung Kuda, Gunung Pagar Besi. Setiap gunung mempunyai sumber
mata air masing-masing. Pada dasarnya sumber mata air tidak hanya satu
melainkan terdapat banyak sekali sumber mata air. Akan tetapi yang di
buatkan bak penampungan hanya beberapa saja diantaranya yakni, Cipleuben,
Gunung Growong, Batu Nangkop (ciranca) dan Gunung Kecapi. Selainnya
hanya dibuat untuk kebutuhan petani untuk dialirkan kesawah masing-masing.
Pada awalnya para petani mencari sumber air di hutan-hutan yang
mana air tersebut dibutuhkan untuk dialirkan ke sawah masing-masing.
Sebelum tahun 2000 masyarakat yang bermukim di Kedongdong Kidul masih
sedikit. Jika masyarakat menggunakan sumur itu tidak akan mungkin karena
letak geografis Desa Kedongdong Kidul tidak memungkinkan jika
mengandalkan sumur. Lalu tidak lain masyarakat menggunakan air dari mata
air. Namun mereka tetap menempuh perjalanan jauh agar tetap bisa
mandapatkan air. Namun melihat penduduk Kedongdongkidul semakin
banyak akhirnya dibuatlah satu bak induk oleh pemerintah. Pada tahun 2000
masyarakat berbondong-bondong membawa dan memasang bambu agar air
dapat dialirkan menuju pemukiman. Namun masyarakat malah saling berebut
untuk memasangkan bambunya di bak induk. Masyarakat masih jarang yang
mempunyai kamar mandi. Menurut abah saja9 Setiap kegiatan mandi, nyuci
dan sebagainya masyarakat menggunakan air grojogan dari bak induk
tersebut. Ada juga yang sudah mempunyai bak namun belum bisa
mengalirkan sampai rumah. Biasanya masyarakat mengambil air
menggunakan ember atau drigen dengan Jarak dari bak induk menuju
pemukiman bisa mencapai 500 kilo meter. Masyarakat mengambil air sekedar
untuk keperluan yang penting seperti untuk minum dan memasak. Untuk
kegiatan seperti mandi dan mencuci itu dilakukan ditempat grojogan. Pada
tahun 2008 program PNPM membantu masyarakat Kedongdong Kidul untuk
membuat bak penampungan agar masyarakat tidak terlalu jauh masuk kehutan
untuk mengambil air di bak induk. Sebelum bantuan datang ada 1 sampai 3
rumah yang mampu memasang dari rumah sampai pada bak penampungan.
Saat ini bak penampung per blok sudah ada. Selain mata air yang
didistribusikan ke pemukiman dan sawah, ada juga air mata yang di percaya
oleh masyarakat setempat bisa menyembuhkan penyakit. Mata air ini disebut
oleh masyarakat Kedongdong Kidul yakni Kawah Siumet. “Kalau tiap
minggu saya mandi di kawah siemet, soalnya kalo habis mandi di situ
badannya kerasa enak. Pegel-pegelnya ilang. Banyak juga orang yang dari
luar desa kesini Cuma buat mandi di kawah seumet.” 10
Air sangat dibutuhkan bagi petani karena air merupakan salah satu
sumber yang sangat mempengaruhi hasil tanam. Pada saat tanaman tersebut
tercukupkan oleh air biasnaya hasilnya bagus dan kuatitasnya meningkat.
Selain itu adanya air mengurangi biaya produksi menanam sehingga mendapat
keuntungan bagi para petani. Tidak hanya petani yang membutuhkan Air
9 Hasil wawancara dengan Abah Saja sebagai Ketua rt 02 pada tanggal 04/01/2017
10 Hasil Panen dengan ibu Yopi Hana sebagai asli penduduk Kedondongkidul pada 07/01/2018
untuk kebutuhan pokok bercocok tanam. Namun, semua masyarakat
Kedongdong Kidul membutuhkan air sebagai kebutuhan pokok terpenting
dalam pemenuhan kebutuhannya.
H. Fase Pengelolaan Air
Sumber daya air memberikan manfaat bagi banyak orang. Sehingga
sumber daya air saat ini menjadi sangat berharga. Sumber daya air yang saat
ini dikatakan sangat berharga tidak mungkin dapat mengabaikan kepentingan
atau manfaat yang secara adil dapat diterima semua orang. Sumber daya air
secara umum dapat tersedia dan digunakan bagi lebih atau satu orang/subyek.
Pengeloaan air merupakan aspek penting untuk dikaji secara mendalam.
Sehingga dapat meminimalisir konflik terkait klaim kepemilikan secara
pribadi oleh beberapa orang yang memiliki kepentingan atas berbagai sumber
daya air.
Dalam peraturan presiden no 7 tentang sumber daya air menjelaskan
bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang dan dalam menghadapi ketidakseimbangan
antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang
semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan
fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.
Peraturan yang tertera tersebut menjelaskan perlu adanya pengelolaan
yang didasarkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat bersama. Maka
perlu adanya partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat kedongdongkidul itu
sendiri. Mulai dari perencanaan pengelolaan, implementasi pengelolaan air
sampai pada evaluasi. Pengelolaan dilakukan karena melihat adanya potensi
sumber mata air.
Potensi Sumber daya alam di Desa Kedongdong Kidul sangat
melimpah, mulai dari hutan, sawah/ladang, Pegunungan, dan Air. Masyarakat
memanfaatkan Sumber daya alam yang ada di desa tersebut sebagai
pemenuhan kebutuhan hidup. Salah satunya air yang menjadi pokok
kebutuhan Masyarakat Desa Kedongdong Kidul “Alhamdulilah air di sini
mah banyak biasanya buat minum, nyuci, disawah juga pake air sumberan
buat irigasi” jelas Abah Arman11
. Potensi tersebut tentunya untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat namun pada kenyataan yang ada kebutuhan
masyarakat semakin meningkat sedangkan persediaan air semakin rendah.
Awalnya air ditemukan oleh petani yang mana air tersebut hanya
digunakan untuk kebutuhan para petani untuk dimanfaatkan mengairi sawah
milik para petani. Letak sumber mata air juga dekat dengan sawah mereka.
Sekitar tahun 2000, pemerintah desa membangun bak induk untuk
menampung air dari sumber mata air. Bak tersebut didanai oleh pemerintah
namun di bangun oleh masyarakat dengan cara bergotong royong. Dari
Grojogan itulah masyarakat mulai berdatangan dan ikut memanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari. Masyarakat mengambil air dengan membawa ember,
drigen dan tempat seadanya yang bisa membawa air dengan berjalan kaki dari
bak induk sampai dengan pemukiman. Karena letak yang berada diatas
gunung tidak dapat di lalui menggunakan gerobak ataupun kendaraan.
Gambar 1 Ringkasan Permulaan Pengelolaan Air
Sumber: Hasil penelitian tahun 2017
11
Hasil Wawancara dengan Abah Arman Sebagai buruh tani pada 26/01/2017
Pengelolaan Air
Tahun 2000
Mengambil Air
menggunakan Ember
atau Drigen
Jarak yang di tempuh
cukup jauh dengan jalan
kaki melewati
perbukitan 500 M
Distribusi air
menggunaka
bambu
Memasuki tahun 2008 Masyarakat menerima bantuan dari PNPM
untuk dibuatkan bak penampungan. Bak tersebut dibangun oleh masyarakat
juga. Tujuannya agar masyarkat tidak jauh-jauh mengambil air ke bak induk
yang mana jarak tersebut cukup jauh dari pemukiman. Akhirnya masyarakat
kembali memanfaatkan air dari Bak penampung tersebut. Pada tahun 2008
masyarakat yang mempunyai bak kamar mandi itu sedikit. Hingga banyak
sekali masyarakat yang melakukan kegiatan mencuci pakaian di tempat bak
penampungan tersebut tidak hanya kegiatan mencuci pakaian namun ada juga
yang mandi langsung di bak penampungan. Namun, sebelum memasuki tahun
2008 masyarakat ada yang menggunakan bambu. Setelah periode 2008
masyarakat yang berinisiatif untuk mendistribusikan air kerumahnya yang
dekat dengan bak penampung menggunakan selang. Maka terjadilah system
selangisasi.
Menurut Abah Saja, pada saat pengelolaan menggunakan bambu
masyarakat saling berebut untuk mengalirkan air ke rumah masing-masing.
Karena bambu yang jumlahnya sedikit dan dibagian hanya ke beberapa orang
akhirnya masyarakat saling berebut. Jika air yang keluar sedikit maka saluran
air milik rumah yang lain itu di Sumpel atau disumbat agar air bisa dialirkan
kerumahnya sendiri.
Gambar 2 Fase Pengelolaan Air
FASE KE 1
TAHUN 2000 MENGGUNAKAN
BAMBU
TAHUN 2008
SELANGISASI
TAHUN 2015
PIPANISASI
FASE KE 2
FASE KE 3
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2017
Pada fase ke 3 terjadi pada tahun 2015 bahwasanya sistem pengelolaan
air beralih menggunakan pipanisi. Sistem tersebut digagas oleh Pak Selamet12
yang berinisiatif memakai system buka tutup. Pengaturan air menggunakan
sistem paralon ini diterapkan hanya di Blok Guntur saja.
I. Proses Distribusi Air
Air sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat
pedesaan. Begitu juga air dalam konteks masyarakat Kedongdong Kidul
merupakan sumber kehidupan. Tanpa air masyarakat Kedongdong Kidul tidak
dapat bertahan hidup. Pemanfaatan air dirasakan oleh masyarakat
Kedongdong Kidul tidak memandang dalam kepemilikan air tersebut di atas
tanah siapa atau milik siapa. Namun, keberadaan air yang berada di tanah
perhutani dapat dikelola oleh masyarakat Kedongdong Kidul sesuai dengan
kesepakatan yang telah di rembukkan antara pihak perhutani dengan
masyarakat melalui musyawarah yang diadakan oleh pemerintah desa. Dalam
musyawarah tersebut berbicara mengenai pengelolaan air Jelasnya masyarakat
dan perhutani mengelola secara bersama-sama dan gotong royong sekaligus
memanfaatkan secara bersama. Hal tersebut di jelaskan oleh Pak Mantri
bahwa masyarakat tidak dipungut biaya dalam memanfaatkan mata air yang
mana sumber mata air tersebut terletak di tanah milik Perhutani. Justru dari
pihak perhutani bekerja sama dengan para petani untuk mencari sumber mata
air yang lainnya. Agar Desa Kedongdong Kidul mempunyai persediaan air
yang lain tidak hanya mengandalkan sumber mata air yang sudah ada dan
tidak menentu debit airnya.13
Pada dasarnya masyarakat mendistribusikan air
menuju ke 2 tempat. Pertama menuju ke pemukiman dan ke dua menuju
kepemukiman.
1. Distribusi Air Menuju Pemukiman
12
Ketua Gapoktan dan Poktan Desa Kedongdongkidul 13
Hasil Wawancara dengan Pak mantri sebagai pengurus Perhutani pada 13/05/2017
Masyarakat kebanyakan menggunakan Air yang terdapat dari
Sumber mata air terdapat 520 kepala Keluarga, yang menggunakan Sumur
70 orang. Menurut Iwan14
“sumur di Kedongdong Kidul tidak muncul dari dasar tanah
didalam sumur akan tetapi dari dinding sumur itupun airnya tidak
banyak yang keluar namun sedikit demi sedikit jadi hanya digunakan
untuk cadangan saja”.
Tentu saja masyarakat yang menggunakan sumur juga
membutuhkan air dari sumber mata air. Agar lebih jelasnya perhatikan
table berikut:
Tabel 1
Data Penerima Manfaat Air
No Sumber Air Bersih Jumlah (unit) Penerima Manfaat
(KK)
1 Mata Air 6 520
2 Sumur Gali 50 70
3 PDAM - -
Sumber : Profil Desa Kedongdong Kidul Tahun 2015.
Pada tahun 2008 pengelolaan sudah tidak menggunakan Bambu
namun berganti menjadi selang karena sudah dibuatkan bak penampungan
oleh PNPM. Kemudian Pada tahun 2015 Desa Kedongdong Kidul
menerima bantuan PLPBK (Penataan Lingkungan dan Pemukiman
Berbasis Komunitas) salah satu program dari PNPM sebagai bentuk
apresiasi mengenai juara lomba kebersihan tingkat Kabupaten. Bantuan
berkisar kurang lebih 800 juta yang mana dana tersebut diperuntukan
hanya untuk RW 1 dan 2 saja. Dana tersebut digunakan untuk
memperbaiki jalan mulai dari gang sampai jalan utama, kemudian MCK
14
Hasil wawancara dengan iwan sebagai masyaraskat kedongdongkidul pada tanggal 08/12/2017
dan selebihnya untuk penataan pengelolaan air. Mengapa dana tersebut
diterapkan hanya di RT 1 dan 2, karena bertujuan untuk menarik
wisatawan. Kedongdong Kidul sendiri mempunyai potensi untuk tempat
wisata. Mulai dari pemandian air panas yang berada di Kawah Siemet dan
Bumi Perkemahan yang dekat dengan Kawah Siemet. Maka dari itu
pembangunan terletak di Blok Guntur yaitu RT 1 dan 2 karena memang
pemandian air panas dan Bumi Perkemahan terletak di Blok Guntur.
“Program dari PNPM memberi reward berupa program PLPBK
penataan lingkungan dan pemukiman berbasis komunitas bantuan
berkisar sebesar 800 juta itu diterapkan atau plotkan di RW 1 dan RW 2
dari mulai paving Blok, MCK, Jalan gang, sampai penataan airnya.
Pengennya MCK itu dibuat di BuPer” 15
.
Sebelum bantuan dari PLPBK datang, Pemerintah Desa sudah
memberi bantuan pada tahun 2000 untuk pembuatan bak induk. Air dapat
mengalirr sampai kepada pemukiman karena letak sumber mata air
memang ada di permukaan gunung. Maka air langsung mengalir kebawah
tanpa ada alat penyedot. Sumber mata air yang sudah di buatkan bak
induk hanya dari 2 sumber mata air yakni dari Ciranca (Batu nangkop)
dan Cipleuben. Fungsi bak induk untuk menampung air dari sumber mata
air. Setelah dibuatkan bak induk masyarakat mulai berfikir bagaimana
agar masayarakat tidak jauh-jauh mengambil air dari pemukiman hingga
ke bak induk. Akhirnya masyarakat meminta pemerintah agar dibuatkan
bak penampung. Menurut Abah Saja “dulu itu masyarakat sendiri yang
ngajuin ke desa biar di buatkan bak penampungan pas saya masih
menjabat jadi RT 04 dulu” tungkasnya. Atas permintaan masyarakat
Pemerintah membuatkan bak Penampungan untuk mendistribusikan air ke
Pemukiman. Dana berasal dari bantuan pemerintah namun yang
15
Hasil Wawancara dengan pak toto sebagai perangkat desa bagian Kaur Litbang S pada tanggal 09/12/2017
membangun adalah masyarakat itu sendiri tanpa meminta imbalan, karena
yang masyarakat lakukan adalah suka rela.
Bak penampungan adalah bak yang dibuat setelah bak induk. Air
yang terdapat di bak penampung kemudian di salurkan menuju bak
penampung RW 1, RW 2, mushola dan Rumah pak mantri.16
“dari
sini(bak Penampung) satu selang, nanti disananya ada bak lagi
ditampung baru di bagi kerumah-rumah gitu” ujar bu juriyyah salah satu
warga RT 04. Seperti pada gambar berikut ini:
Gambar.2. Distribusi Mata Air Cipleuben Menuju Blok Guntur
S
Sumber: Hasil Pengamatan Tahun 2017
Setelah Bak Penampung dibuatlah Bak-bak kecil di setiap 10
rumah untuk dipasangkan paralon. Pada gambar tersebut distribusri air
hanya sampai pada Bak RW belum dialirkan menuju rumah warga. Pada
16
Hasil Wawancara dengan Pak mantri sebagai pengurus Perhutani pada 13/05/2017
BAK Penampungan BAK
Penampungan
BAK
Penampungan
Bak RW 01 Bak RW 02 Musholla Rumah Mantri
Sawah Sawah
Bak
Induk
Sumber Mata Air
dasarnya di setiap Blok pengelolaan air berbeda-beda, di RT 04 RW 01
sendiri yang paling berbeda diantara Blok-Blok yang lain. RT 04
menggunakan paralon yang di didesain agar menggunakan sistem buka
tutup. Paralon yang berukuran 2 inc di pasang dari bak RW 01. Setiap 10
rumah mempunyai bak penampungan sendiri dari aliran bak RW. Setiap 1
bak kecil dialirkan hingga menuju ke 10 rumah ke bawah. Jumlah rumah
yang menggunakan sistem buka tutup yaitu 44 rumah Dibuat dengan 4
jalur.
Cara mendistribusikan ke 10 rumah menggunakan paralon. Ide itu
di gagas oleh ketua PokTan (Kelompok Tani) sekaligus GaPokTan
(Gabungan Kelompok Tani) bernama Pak Selamet17
pada tahun 2008. Pak
selamet yang mempunyai ide kreatif untuk membuat saluran air sempat
mendapat cibiran dari warga setempat
“Awalnya banyak yang brontak termasuk orang desa juga
marah katanya karep dewek padahal saya modal sendiri. pas siapa yang
mau ikut silahkan modal saya segini, yang ikut unntuk pertama ada 10
orang yang ikut, yaudah kalau ikut modal segini”
Inisiatif ini muncul ketika musim kemarau dimana pada saat itu
masih terdapat air sedangkan di daerah lain sudah tidak ada air seperti
Desa Girinata yang letaknya di bawah Desa Kedongdong Kidul. Pak
selamet sendiri melakukan uji coba dengan modal seadanya dengan
beberapa masyarakat yang mendukung inisiatif pak selamet. Pada saat uji
coba berhasil akhirnya ketua RT 04 juga mendukung dan ikut serta dalam
menyalurkan air dengan paralon hingga ke 10 rumah berikutnya.
Kemudian pada saat bersamaan Desa Kedongdong Kidul medapat reward
dari PLPBK pada tahun 2015, untuk blok guntur diberi sebagian dana
untuk membeli paralon. Sampai saat ini hanya RT 04 yang menggunakan
paralon guna pemasangan pipa atau paralon.
17
Hasil wawancara dengan pak selamet sebagai ketua poktan sekaligus gapoktan pada 09/12/2017
Sistem pengelolaan air yang berada di blok Guntur seperti yang
dijelaskan oleh abah arman bahwa air tidak bisa keluar secara langsung
pada bak kamar mandi karena yang digunakan adalah sistem buka tutup.
Sistem buka tutup ini diberlakukan secara bergilir. Jadi, Setiap rumah ada
3 tutup keran yang gunanya untuk menutup air agar tidak mengalir
kebawah. Kemudia tutup keran yang kedua agar tidak mengalir kesamping
rumah dan yang tutup keran yang terakhir membuka jalan agar air masuk
ke bak kamar mandi. Terkadang setiap rumah tidak menentu waktu
bergilirnya tergantung yang letak rumahnya ada diatas. Jika rumah yang
pertama sudah penuh bak kamar mandinya maka keran yang berada diluar
rumah harus ditutup dan aliran menuju kebawah berikutnya dibuka. Dan
begitu seterusnya sampai pada rumah terakhir. Dengan begitu masyarakat
diharapakan agar bias bersabar dan sampai saat ini masyarakat dapat
bersabar karena selama 2 tahun silam sudah berjalan dengan baik. Selama
2 tahun tidak ada konfik yang terjadi dikarenakan bergilir mengalirkan air.
Tanpa perlu ditegur oleh tetangga yang akan dialirkan air masyarakat
sudah terbiasa untuk segera mengalirkan ketetangganya. Jika dalam 10
rumah sudah mendapat giliran semua baiasanya keran dibiarkan terbuka
sampai malam. Air dialirkan ke selokan karena sudah tidak muat jika
dialirkan di Bak Kamar Mandi. Maka air tebuang mubadzir. Jika tidak
dibuang keselokan air akan masuk kerumah dan akibatnya banjir.
Selain masyarakat blok guntur pengaliran air dari sumber mata air
sampai dengan menuju pemukiman masih menggunakan selang.
Diantaranya yakni blok depok, ciseti dan gunung jati. Setelah bak
penampung langsung dipakaikan selang, tanpa dibuat bak penampung
kecil-kecil seperti yang ada di Blok Guntur. Jadi semua rumah langsung
menyalurkan di satu bak penampungan. Pemakaian selang dirasa
mempunyai beberapa kendala menurut Pak Slamet
“Kendala jika memakai selang itu kebanyakan selangnya
mengalami masuk angin. Kalau udah masuk angin air tidak mau
mengalir alias tersumbat dan yang kedua sering pecah”.
Jika menggunakan selang masyarakat harus benar-benar
mengeceknya setiap hari dari tempat penampungan hingga menuju ke bak
rumah karena sering terjadi penyumbatan yang disebabkan selangnya
masuk angin. Setiap satu penampungan terdapat 28 selang sedangkan
setiap satu RW terdapat 45 rumah jadi beberapa rumah tidak mendapatkan
jatah untuk mengalirkan air dengan selang menuju rumahnya. Beberapa
ada yang meminta air dari bak tetangga ada juga yang rela bergantian
dengan selang milik tetangganya. sistemnya selang yang dipenampungan
dicabut dan diganti dengan selang milik tetangganya. Jika satu penampung
terdapat 28 selang maka sudah jelas bahwa penempatan selang masih
belum teratur, karena saling bertumpuk antara selang satu dengan selang
yang lainnya.
Gambar 3 Distribusi Mata Air Ciranca Menuju Blok Ciseti
Sumber : Hasil Pengamatan tahun 2017
Sumber Mata Air Bak Induk
Bak Penampungan
Bak Penampungan
Bak Penampungan
Rumah
mah
Rumah
mah
Rumah
mah
Rumah
mah
Rumah
mah
Rumah
mah
Sistem distribusi di Kedongdong Kidul hampir sama dengan model
pengelolaan air berbasis WCCLIC WSSLIC ( Water Suplay and
Sanitation For Low Income Community) yang mana dalam distribusrinya
menggunakan paralon. Paralon tersebut diterapkan dari sumber mata air
sampai pada rumah yang menggunakan air. Mata air diambil dari sumber
mata air di desa yang menggunakan program tersebut. Jika sumber mata
air itu dimiliki perorangan atau kelompok maka sumber mata air itu akan
di beli dengan harga yang ditentukan oleh si pemilik. Bedanya WCCLIC
ini masyarakat yang menggunakan air tersebut dipungut biaya setiap
pemakaiannya. Masyarakat yang ingin menggunakan air dari WSSLIC
harus membayar dan mendaftar dengan biaya sebesar Rp.150.000 pada
saat pertama kali didirikan namun saat ini telah naik hingga Rp.500.000.
biaya tersebut di peruntukan hanya untuk pemasangan awal saja, belum
termasuk biaya pemakaian airnya. untuk pemakaian air dikenakan biaya
sebesar Rp. 1500 per kubik. satu kubik disamakan dengan 1000 liter Air.
Jika perbulannya pemakaian mencapai 12.000 liter maka biaya yang harus
di bayar adalah Rp. 20.000. setiap informasi atau peraturan ditentukan
oleh pengurus WSSLIC yang sudah di tunjuk oleh Pemerintah.18
J. Distribusi Air Menuju Sawah
Selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah, air
digunakan untuk kebutuhan para petani dalam sistem irigasi. Para petani
membuat gorong-gorong atau saluran air seperti selokan untuk mengalirkan
air dari bak penampungan. Namun masih banyak yang menggunakan selang
dan paralon. Sebelum bak penampungan terdapat bak induk untuk
menampung air dari sumber mata air. Dijelaskan oleh pak selamet Pada
tahun 2015 dilakukan pengeboran yang bertujuan untuk menambah air untuk
dialirkan disawah. Namun pada saat dilakukan pengeboran untuk penyedotan,
air tidak keluar karena memang area pegunungan jadi para petani
18
Yopi Anwari, Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis partisipasi Masyarakat Di Desa Wangkelang Kecamatan Lemahabang Kaabupaten Cirebon, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2017.
mengandalkan sumber mata air dari sungai (bendungan) yang di sebut oleh
masyarakat setempat bedungan cikahuripan. Bendungan tersebut terletak di
gunung kuda. Pada saat penyedotan mata Air keluar juga tidak banyak hanya
untuk keperluan petani itu sendiri seperti untuk mandi atau kebutuhan
selainnya yang tidak banyak menggunakan air. Jika air penegeboran dialirkan
untuk mengairi sawah maka hasilnya tidak akan cukup justru untuk mengairi
satu sawah saja air cepat habis belum lagi jika seluruh sawah yang berada di
Kedondong Kidul. Pengeboran tersebut dilakukan menggunakan diesel
dengan modal awal 9 juta yang mana dana tersebut awalnya dari uang pribadi
dan hasil pinjaman. Dana tersebut diganti oleh masyarakat 6 jt sekian berarti
tidak menutupi dana yang awal. Jadi hasil pengeboran tidak mampu
membantu dalam pengaturan pengairan sawah/ladang. Tetap saja para petani
mengandalkan mata air dari hutan. Namun, selain dari mata air para petani
jiga memanfaatkan air dari sungan Cikahuripan yang berada di Desa Cipanas
terletak diatas Desa KedongdongKidul.
K. Menguak Problematika Pengelolaan Air
Pada dasarnya sumber daya air yang merupakan bagian dari sumber
daya alam juga sebagai bagian dari ekosistem secara keseluruhan, mengingat
keberadaannya di suatu tempat dan disuatu waktu tidak tetap artinya bisa
berlebih atau kurang maka air harus dikelola dengan pendekatan terpadu dan
menyeluruh. Menurut UURI (undang-undang republic Indonesia) nomer 7
tahun 2004 Bab 1 pasal 2 yang menjelaskan Sumber daya air dikelola
berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan
dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
Sudah dijelaskan bahwa air dikelola dengan asas kelestarian, namun
pada kenyataannya masih ada beberapa masyarakat yang kurang mampu
menjaga kelestarian air. Letak geografis desa Kedongdong Kidul adalah
sebagian besar perbukitan sekaligus hutan. Air didapat dari hutan yang
mempunyai potensi resapan air sangat banyak. Namun jika hutan tersebut di
tebang oleh masyarakat kemudian tidak ada tanaman pengganti maka
kemungkinan besar masyarakat Kedongdong Kidul hanya mempunyai sedikit
cadangan air. Seperti yang di jelaskan oleh pak Ade
“Ada juga yang di keluhkan masyarakat itu Air,air itu juga
mulai berkurang. Dari semenjak penebangan liar. tapi ngga tau di
babad itu dalam tujuan apa, waktu dua tahun yang lalu tarolah diatas
itu pepohonan mahoni itu masih pada besar ngga ditebangin . kata pak
mantri yang dulu katanya mah di jual. Jadi ditebangin dan diambilin
kayunya jadi tandus tanahnya. Terjadi itu tahun 2013 kalau enggak
salah. Yang sekarang jelas masih ada Cuma yang di kawah siemet.
Sekarang yang keatas udah ngaa ada coba aja di liat kalo keatas deket
mata air itu sebelumnya kaya ada empangnya udah ngga ada pohon
besar-besarnya.”
Hutan yang berada di kedongdolkidul sedikit demi sedikit akan
berkurang. Hanya untuk kepentingan pribadi dampaknya akan akan
menimpa masyarakat Kedongdong Kidul. Keadaan saat ini dari pihak
perhutani tidak melakukan penanaman pohon-pohon yang sudah ditebang.
Justru tanah tersebut disewakan kepada masyarakat untuk dikelola
menjadi lading dan sebagian ditanami kacang-kacangan dan pohon
pisang. Namun, dari adanya lading tersebut buruh tani mempunyai
peluang untuk mengelola tanah tersebut walaupun tanah milik perhutani.
“Sekarang ama masyarakat dibuat ladang ditanamin kaya
kacang-kacangan. Yang sekarangnya pohon pisang berjajar itu dulunya
pohon besar-besar sekarang mah udah ngga ada udah di tebangin
semua. Makanya kalu musim kemarau tuh ya ngga ada air. Kalau musim
hujan air tuh kaya banjir. Naglirnya deres. Tapi kalau dulu pas belum
ditebangin air tuh masih biasa aja ngga banjir ampe masuk rumah gitu.
Nah pas musim kemarau itu kekurangan, pada rebutan. Itu sih
dampaknya yang saya rasain kalau masalah lingkungan.”19
Hutan yang pada awalnyanya berfungsi untuk pelindung tanah agar
tidak lonsor dan penyangga keberadaan air namun saat ini malah keadaan
semakin terancam. Dikarenakan beberapa orang memanfaatkan pohon sebagai
kepentingan pribadi. Tidak melihat resiko yang nanti akan di rasakan oleh
masyarakat. Pada saat musim kemarau debit air semakin lambat dari tahun
sebelumnya, pada saat setelah pohon ditebang. Kemudian pada saat hujan air
akan terus mengalir seperti banjir. Karena memang pohon yang sebelumnya
menjadi penyangga air agar mengalir stabil malah hutan di babat liar oleh
orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Adanya permasalahan
tersebut menyebabkan dampak positif dan negatif. Seperti:
Desa Kedongdong Kidul mempunyai peraturan nomor 03 tahun 2010
yang menyebutkan bahwa20
tanah/ lahan desa merupakan salah satu aset
kekayaan desa yang harus di jaga dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
kepentingan pembangunan desa dan masyarakat dan/atau Bahwa pengurusan
lahan desa yang dimanfaatkan untuk hutan rakyat harus berkelanjutan dan
menampung aspirasi masyarakat yang sesuai dengan tata nilai masyarakat
berdasarkan pada norma hukum nasional. Jika fungsi penebangan hutan
19
Hasil wawancara dengan pak ade sebagai warga rw 04 umur 28 pada 28/01/2017 20
Profil Pengendalian Operasional Ketentraman Dan Ketertiban Desa Kedondongkidu Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Ciebon, tahun 2010.
Dampak Dari
Penebangan Liar
Negatif
Positif
Pohon sebagai penyerap dan
cadangan air semakin berkurang
buruh Tani mempunyai Peluang pekerjaan karena hutan yang
dijadikan ladang
dilakukan untuk reboisasi atau mengganti pepohonan yang sudah tua kemudia
diganti oleh yang baru maka hal tersebut sah-sah saja. Namun, jika
penebangan tersebut dilakukan tanpa adanya pembaharuan maka penebangan
tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang tertera di atas yang mengatakan
bahwa tanah/lahan merupakan asset kekayaan desa yang mana pemanfaatan
lahan tersebut harus di jaga dan di manfatka untuk pembangunan desa. Justru
dari penebangan tersebut masyarakat mengeluh.
Tidak hanya persoalan penebangan hutan saja, namun dalam
pengelolaan air di Desa Kedongdong Kidul juga turut dikeluhkan oleh
masyarakat. Karena pengelolaan dirasa mempunyai banyak kendala.
Khususnya pada blok ciseti, depok dan gunung jati yang mana pengelolaan
masih menggunakan selang. Menurut Abah Saja21
“diblok ciseti ini mah masih pakai selang. Jadi
selangnya itu dari bak penampungan sampai rumah, masih
banyak yang engga kebagian masang selang di bak
penampungannya karna emang sedikit bolongannya. Jadi
yang engga kebagian biasanya minta ke tetangganya.”
Setiap blok mempunya 45 KK (kepala Keluarga) sedangkan selang
hanya dapat dipasang 28. sisanya 17 KK masih ikut dengan tetangganya.
Sudah terlihat bahwa masih ada masyarakat yang belum mendapat pasoka air
secara langsung. Hal tersebut terkadang menimbulkan konflik social antar
masyarakat. Karena benturan kekuasaan yang menimbulkan saling berebut.
Namun, konflik tersebut tidak sampai menimbulkan perkelahian hanya
sampai pada adu mulut dari masyarakat yang merasa tidak kebagian pasokan
air.
21
Hasil wawancara dengan Abah Saja sebagai warga blok ciseti sekaligus petani pada tanggal 04/01/2017
Tidak hanya itu menggunakan selang juga memiliki banyak kendala
seperti selangnya pecah karena masuk angin, air tersumbat belum lagi jika
harus bolak balik mengecek setiap harinya apalagi yang jarak rumah tersebut
jauh dari bak penampungan.menurut abah saja mereka Ingin pengelolaan
disama ratakan dengan blok Guntur. Namun, karena masyarakat mempunyai
trauma pada tahun 2015 yang mana salah satu pengelola air khususnya di blok
ciseti dan blok depok itu tidak tanggung jawab atas uang iuran yang selama 1
tahun mereka kumpulkan yang tujuannya uang tersebut untuk merubah
pengelolaan menjadi paralon. Hal tersebut membuat masyarakat tidak mau
lagi jika ada sistem iuran yang tujuannya untuk pembangunan pengelolaan air.
Kalau untuk iuran tiap bulan 2000 ribu tujuannya untuk perbaikan selang
mereka setuju.
L. Partisipasi Masyarakat Dalam Bentuk Nyata
Partisipasi masyarakat dilakukan dengan melalui beberapa proses,
diantaranya yaitu proses pengambilan keputusan dalam mengidentifikasi
permasalahan dan kebutuhan secara bersama-sama. Kemudian perencanaan
program yang di musyawarahkan dengan masyarakat itu sendiri. Setelah itu
pelaksanaan program yang mana program tersebut dilaksanakan sesuai
dengan yang masyarakat itu butuhkan maka yang menjalankan sekaligus yang
melaksanakan yakni masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat sudah
memperoleh hasil atau sebuah kemanfaatan maka yang harus dilakukan yaitu
mengevaluasi dari program tersebut apakah hasilnya sesuai dengan apa yang
dikerjakan masyrakat atau justru memiliki kekurangan dalam pelaksanaanya.
Dalam keseluruhan proses yang diatas itu harus dilakukan oleh masyarakat
jika proses tersebut hanya satu yang terlaksana maka tidak akan mampu untuk
mencapai tujuan bersama.
Begitu juga yang dilakukan oleh masyarakat Kedongdong Kidul ikut
serta dalam mengelola air. Partisipasi yang mereka bentuk di laksanakan
secara suka rela dan gotong royong. Dalam perencanaan pengelolaannya
dibantu oleh pemerintah desa dengan mengumpulkan masyarakat.
Pemerintah desa pada tahun 2017 memutuskan untuk menunjuk
beberapa pengurus untuk mengelola air guna untuk mempermudah koordinasi
disetiap bloknya. Menurut Pak Slamet22
pada awalnya masyarakat yang
ditunjuk tidak mau, mereka lebih memilih membantu dari pada harus menjadi
koordinator pengelola air perbloknya. sebagai suatu bentuk swadaya
masyarakat mereka ingin melakukannya secara bersama-sama. Resiko
menjadi koordinator setiap ada kendala seperti air tersumbat itu harus
mengontrol dari rumah warga sampai pada bak induk. Sedangkan letak bak
induk kurang lebih 500 Meter dari perumahan warga dan harus dicapai
dengan cara jalan kaki.
Tabel 2
Pembagian Sumber Mata Air dan Koordinator pengelolaan Air
No. Blok Mata Air Pengurus
1. Gunung Santri Gunung Kecapi Sudarma
Janna
Jumena
2. Ciseti Batu Nangkop (Ciranca) Jana
Iwa
Jaelani
3. Depok Gunung Growong Dalik
Barik
Rasmin
22
Hasil wawancara dengan pak selamet seba gai ketua poktan dan gapoktan pada tanggal 09/12/2017
4. Guntur Cipleuben Selamet
Sandi
Sarmin
Sumber : hasil wawancara dengan Pak Toto Tahun 2017
Setiap blok mempunyai koordinator dalam kepengurusan air dan
pembentukan tersebut dilakukan dari hasil musyawarah masyarakat dengan
perangkat desa. Namun, masyarakat tidak hanya membentuk suatu
kepengurusan saja melainkan mengidentifikasi permasalahan yang harus
dipecahkan sesuai dengan keadaan yang mereka alami. Menurut abah saja
pada saat rembukan masyarakat meminta agar dibuatkan bak penampungan
hingga ke blok-blok yang dekat dengan pemukiman. Karena jika mereka
harus bolak-balik ke bak induk yang jaraknya cukup jauh itu sangat menguras
tenaga. Salah satu bentuk permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat
kedongdongkidul. Masyarakat mempunyai cara sendiri untuk ikut serta dalam
mengelola air.
Ada beberapa bentuk partisipasi dalam uraian yang diatas.
Diantaranya yakni:
1. Tenaga
setiap musim kemarau masyarakat menguras bak penampungan
khususnya bagi laki-laki. Hal tersebut didasari oleh kesadaran dari masing-
masing masyarakat. Jika bak mandi tidak dikuras maka akan tersumbat karena
banyak daun-daun yang jatuh dan masuk ke bak. Jika dibiarkan air akan kotor
dan bisa jadi tersumbat. Namun tidak hanya laki-laki yang berperan dalam
partisipasi, bagi yang perempuan juga ikut andil dengan cara menyediakan
makanan dan minuman untuk laki-laki yang menguras bak penampungan.
2. Modal
Masyarakat desa kedongdongkidul menggunakan system iuran yang
berbeda-beda. Iuran dilakukan dimasing-masing blok dan di kumpulkan oleh
ketua RW per blok. Iuran tersebut dilakukan untuk antisipasi jika ada selang
atau paralon yang pecah atau rusak. Khususnya pada blok Guntur menurut
jurayyah23
iurannya menggunakan sistem dadakan, jika sudah terjadi
kerusakan baru masyarakat mulai mengumpulkan dana untuk memperbaiki.
Karena satu paralon yang rusak akan menghambat aliran air dari atas ke
bawah semisal kerusakan terletak di rumah yang atas maka air tidak akan
mengalir kebawah. Masyarakat blok Guntur dimintai uang iuran sesuai
dengan nilai kerusakan paralon tersebut. Berbeda dengan iuran yang diadakan
oleh selain blok guntur, yang mana iuran menggunakan sistem perbulan
dengan dipunguti biaya 2 ribu rupiah dari per rumah. Hal tersebut dilakukan
karena antisipasi adanya kerusakan sekaligus persiapan. Masyarakat
melakukan iuran dana tersebut karena merasa ada dampak baik tersendiri.
3. Bentuk pemikiran (Ide)
Sudah dikatakan sebagian bahwa partisipasi dilakukan dengan
seseorang maupun kelompok masyarakat. Adapun salah satu masyarakat Desa
Kedongdong Kidul memiliki keahlian dalam mendesain paralon khususnya di
blok Guntur yaitu pak selamet. Karena menurut beliau perlu adanya penataan
paralon agar semua rumah mendapat air secara merata.24
Pada awalnya ide yang di gagas oleh pak slamet tidak diterima oleh
masyarakat sekitarnya. Namun dengan kesungguhan Pak Slamet untuk
mencoba merealisasikan ide tersebut akhirnya beliau mengeluarkan modal
sebesar 600 rb. Seperti yang di katakana oleh Istri Pak Slamet.
“Ide pengelolaan ini juga dari suami saya. Setelah percobaan
suami saya berhasil akhirnya Pemerintah memberi bantuan itupun
karena kesadaran sendiri. ada yang datang dan tiba-tiba kasih
bantuan untuk membeli paralon. Saya memakai dana spribadi karena
pada awalnya saya sendiri yang memakai paralon dan biaya
keseluruhan 600 ribu. Pada saat sudah berjalan warga sini juga
23
Hasil wawancara dengan Ibu jurayyah sebagai warga rt 04 pada 12/05/2017 umur 47 tahun. 24
Hasil wawancara dengan pak selamet sebagai ketua poktan dan gapoktan pada 09/12/2017
ikutan minta di buatkan kaya paralon yang dibuat suami saya
malahan dari blok-blok lain juga minta di bikinin kaya gini”25
Masyarakat Kedongdong Kidul dapat merasakan manfaat setelah
melakukan partisipasi terhadap pengelolaan air. Manfaat yang di rasakan
setelah mengeluarkan tenaga untuk membersihkan atau menguras bak
penampungan, air semakin jernih tidak ada kotoran-kotoran bekas dedaunan
yang terlihat dipermukaan bak mandi. Apalagi jika masuk musim hujan
menurut Abah Sartim26
air dapat tersumbat dikarenakan banyak dedaunan
yang runtuh dan menyumbat paralon. Maka dari itu dalam 3 bulan sekali bak
penampungan perlu di kuras.
Adapun modal atau dana yang dikumpulkan oleh masyarakat
manfaatnya akan kembali pula pada masyarakat itu sendiri. Mulai dari
membeli selang atau paralon yang di alirkan menuju pemukiman atau ladang
serta sawah. Dengan begitu mereka bisa mengalirkan air tanpa perlu
menggunakan diesel ataupun mesin yang harganya lebih mahal ketimbang
selang dan paralon. Kemudian manfaat dana yang dikumpulkan oleh
masyarakat dapat meringankan beban masyarakat itu sendiri ketika
mengalami kerusakan selang atau paralon.
Selain manfaat partisipasi tenaga dan dana masyarakat juga menikmati
hasil dari pemikiran pak selamet yang memberi ide pengaturan air dengan
menggunakan paralon dan memakai sistem buka tutup. Masyarakat tidak
susah-susah untuk mengecek selang menuju ke bak penampungan setiap
harinya yang diperlukan hanya kesadaran diri untuk bersabar menggunakan
air dengan cara bergilir menunggu bak rumah yang berada di atas penuh.
Maka perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk mengelola air.
25
Hasil wawancara dengan ibu ningsih (49) sebagai warga pada 08/12/2017 26
Hasil wawancara dengan abah sartim sebagai ketua RW 04 sekaligus petani pada 10/12/2017
Kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya bagaimana menciptakan
suatu yang indah atau bersih saja, akan tetapi ini sudah masuk pada kewajiban
manusia untuk menghormati hak-hak orang lain. Hak orang lain tersebut
adalah untuk menikmati dan merasakan keseimbangan alam secara murni.
Sehingga kegiatan-kegiatan yang sifatnya hanya merusak saja, sebaiknya
dihindari dalam perspektif ini. Oleh karena itu, tindakan suatu kelompok yang
hanya ingin menggapai keuntungan pribadi saja sebaiknya juga harus
meletakan rasa toleransi ini.
Tabel 3
Bentuk dan Manfaat Partisipasi
Bentuk Partisipasi Manfaat Partisipasi
Partisipasi Modal (Dana)
dengan melakukan iuran
perblok dan menggunakan 2
sistem yaitu mendadak dan
perbulan.
Dapat mengurangi beban ketika
paralon atau selang mengalami
kerusakan.
Partisipasi Tenaga dengan cara
menguras bak penampungan
secara gotong royong.
Dapat menghilangkan kotoran-kotoran
yang berada di bak penampungan
alhasil air menjadi bersih dan jernih
Partisipasi ide dengan cara
mendesain pengaturan paralon.
Khususnya blok Guntur dapat
mengalirkan air secara bergiliran dan
teratur tanpa terjadi konflik.
Sumber : Hasil analisis Data 2017
Penjelasan mengenai pertisipasi diatas menunjukan partisipasi sesuai
dengan apa yang dijeaskan dalam teori yang menyebutkan partisipasi
dilakukan oleh masyarakat desa sendiri bukan sekedar wacana belaka.
M. Gambaran Hasil Analisis Pengelolaan Air Berbasis Masyarakat Desa
Kedongdong Kidul
Pengelolaan air di Desa kedongdongkidul memiliki perbedaan model
pengaturannya mulai dari awal di bentuknya pengelolaan hingga saat ini.
Maka perlu diperhatikan dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 4
Pola Pengelolaan Air Berbasis Partisipasi Masyarakat
NO Pola Pengelolaan Air Pola partisipasi
1. Pengelolaan air menggunakan
bahan seadanya. Seperti bambu.
Masyarakat berbondong-bondong
mengambil air di sumberan atau
lebih jelasnya bak induk. Dengan
menggunakan ember dan drigen.
Ditempuh dengan jarak yang
cukup jauh, kurang lebih 500
meter dengan berjalan kaki dan
naik turun bukit.
Membuat bak induk dengan
cara gotong royong sekaligus
membuat aliran memakai
bamboo juga masyarakat yang
membuat.
2. Pengelolaan air beralih
menggunakan selang pada tahun
2008 karena oleh PNPM sudah
dibuatkan bak penampungan
setelah bak induk. Masyarakat
memasang selang dari bak
penampungan menuju rumah
warga. Namun tidak semua rumah
dapat menyalurkan selang ke bak
penampungan. Karena porsi
lubang air yang berada pada bak
penampungan tidak banyak.
Membuat bak penampungan
secara bersama dan menguras
bak penampungan setiap
minggu secara bersama. Serta
membayar iuran setiap bulan
untuk kerusakan. Membeli
selang dengan memakai uang
pribadi.
3. Setelah menggunakan selang ke
bak penampungan pada tahun
2015 beralih menggunakan
paralon. Dengan sistem buka
tutup. Setelah bak penampungan
di buat lagi bak RT. Jadi setiap
RT mempunyai rumah untuk di
salurka ke 10 rumah namun
secara bergilir. Jika bak mandi
rumah pertama sudah penuh maka
keran ditutup dan keran yang
diluar untuk rumah selanjutnya
itu dibuka. Begitu sampai
seterusnya.
Membuat ide dengan paralon,
membayar iuran setelah terjadi
kerusakan.
Sumber : Hasil Analisis tahun 2017
Top Related