ASKEB BAYI, NEONATUS

27
TUGAS TERSTRUKTUR ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA N E O N A T U S R E S I K O T I N G G I D A N P E N A T A L A K S A N A A N N Y A Dosen Pembimbing : LEPITA S. SIT. M. KEB DISUSUN OLEH : 1. ASPIAH YUNITA FATMASARI 2. DEWI NOPILYANTINI 3. ERNAWATI 4. ENDANG SRIYANI 5. JULIANI TIRZA T I N G K A T/S E M E S T E R : II A/ III JURUSAN KEBIDANAN 1

Transcript of ASKEB BAYI, NEONATUS

TUGAS TERSTRUKTUR

ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

” N E O N A T U S R E S I K O T I N G G

I D A N P E N A T A L A K S A N A A

N N Y A ”

Dosen Pembimbing : LEPITA S. SIT. M. KEB

DISUSUN OLEH :1. ASPIAH YUNITA FATMASARI

2. DEWI NOPILYANTINI

3. ERNAWATI

4. ENDANG SRIYANI

5. JULIANI TIRZA

T I N G K A T/S E M E S T E R : II A/ III

JURUSAN KEBIDANAN

1

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

TAHUN 2008

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berumur 4

minggu, kehidupan janin dan neonatus ini merupakan

lanjutan pertumbuhan dan perkembangan organ manusia yang

dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor dalam rahim, dan

faktor luar rahim.

Periode segera setelah lahir merupakan awal

kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut

disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya

(intrauteri) dengan lingkungan kehidupan sekarang

(ekstrauteri) yang sangat berbeda. Diluar uteri diawali

dengan proses persalinan yang merupakan suatu keadaan

2

tidak nyaman bagi bayi. Ia harus mampu hidup dengan upaya

sendiri. Masa transisi ini adalah fase kritis bagi

kehidupan bayi. Bagaimana pun bertanya proses adaptasi

lingkungan yang dihadapi bayi umumnya bayi yang

dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa

tersebut dengan baik.

Sebaliknya, bagi bayi yang dilahirkan dalam keadaan

belum siap (prematur) ataupun bayi yang lahir disertai

penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi

kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilaluinya.

Maka sering kali menjadi pemiocu timbulnya komplikasi

lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu

melanjutkan kehidupan ke fase lanjut (meninggal). Bayi

seperti ini yang kita sebut dengan istilah bayi resiko

tinggi.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui tentang :

1. BBLR

3

2. Asfiksia Neonatorum

3. Sindrom gangguan pernafasan

4. Ikterus

5. Perdarahan tali pusat

6. Kejang

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. BBLR

1. Definisi

Menurut WHO (1961) mengganti istilah bayi premature

dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Karena

disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang

dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur.

- Prematuritas murni :

Berat badan < 2500 gram, PB=45 cm, LIKA < 33 cm,

Lingkar dada < 30 cm.

Masa gestasi < 37 minggu.

Kulit tipis dan transparan, nampak mengkilat dan

licin.

Kepala lebih basar daripada badan.

Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga

dan lengan.

Lemak subkutan kurang.

Ubun-ubun dan sutura kurang.

5

Tulang rawan dan daun telinga imatur.

Pergerakan kurang dan lemah

Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

- Small for date (SFD) atau ‘kecil untuk masa

kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat badannya

kurang dari seharusnya untuk kehamilan.

- Retardasi pertumbuhan janin intrauteri adalah bayi

yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak

sesuai dengan tuanya kehamilan.

- Light for date sama dengan small for date

- Dismaturitas :

● Suatu sindrom klinik dimana terjadi

ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan

lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir

dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya

kehamilan.

● Bayi dengan gejala intrauterine malnutrition or

wasting.

6

- Large for date : bayi yang dilahirkan lebih besar

dari seharusnya usia kehamilan misalnya pada

diabetes mellitus.

2. Penyebab

a. Faktor ibu

b. Penyakit

c. Usia ibu

d. Keadaan sosial

e. Faktor janin

f. Faktor lingkungan

3. Penatalaksanaan

Membersihkan jalan nafas

Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil

atau minyak.

Memberikan obat mata

Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR

Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:

Membungkus bayi dengan menggunakan kain hangat,

menidurkan bayi dalam incubator buatan yang dapat

7

dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi botol

yang diisi air panas. Botol tersebut dibungkus

menggunakan handuk atau kain tebal. Suhu

lingkungan bayi harus dijaga : kamar mendapatkan

sinar matahari langsung, jendela dan pintu ditutup

untuk menguragi hilangnya panas dari tubuh bayi.

Bayi harus dalam keadaan kering.

Pemberian nutrisi yang adekuat

Observasi keadaan bayi selama 3 hari apabila tidak

ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun

bayi harus dirujuk kerumah sakit.

2.2. ASFIKSIA NEONATORUM

Adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir

(Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan hipoksia,

hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang

terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor

terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir

terhadap kehidupan ekstra uteri (Gabriel Duc,1971). Haupt

8

(1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan

pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.

Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya

sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab

utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini

akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan

pada hari-hari pertama setelah lahir.

Etiologi

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit

pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan

teratur.

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri

dari :

1. Faktor ibu

Hipoksia ibu ,hal ini dapat terjadi karena

hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika

atau anastesia dalam.

Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran

darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya

aliran oksigen ke plasenta dan ke janin.

9

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi

oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan

terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada

plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan

plasenta.

3. Faktor fetus

Kompresi umbilikalis akan mengakibatkan

terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah

umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu

dan janin.

4. Faktor Neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir

dapat terjadi karena beberapa hal :

- Pemakaian obat anesthesia atau analgetika yang

berlebihan pada ibu secara langsung dapat

menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

- Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya

perdarahan intra cranial

10

- Kelainan congenital pada bayi, misalnya hernia

diafragmatika, atresia / stenosis saluran

pernafasan, hipoplasia paru.

Tindakan pada asfiksia neonatorum

Tujuan utama mengatasi asfiksia adalah untuk

mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi

gejala sisa yang mungkin timbul dikemudian hari.tindakan

yang dikerjakan pada bayi disebut resusitasi bayi baru

lahir.sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan

bahwa :

1.Faktor waktu, makin lama bayi menderita asfiksia,

perubahan homeostatis yang timbul makin berat.

2.Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia atau

hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki.

3.Riwayat kehamilan dan partus

4.Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik agar

resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan

secara adekuat.

Prinsip dasar resusitasi adalah

11

memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan

mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta

merangsang timbulnya pernafasan yaitu agar oksigenasi

dan pengeluaran CO2 berjalan lancer.

Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi

yang menunjukkan usaha pernafasan lemah.

Melakukan koneksi terhadap asidosis yang terjadi.

Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

Tindakan Umum

1. Pengawasan suhu.

2. Pembersihan jalan nafas. Saluran nafas bagian atas

segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion.

3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan.

Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas 20

detik setelah lahir dianggap sedikit banyak telah

menderita depresi pusat pernafasan.

Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat

pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive

dalam mukosa hidung dan faring.

12

Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan

memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon

Achilles atau memberikan suntikan vitamin K terhadap

bayi tertentu.

2.3. SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN

Merupakan penyakit yang berhubungan dengan

keterlambatan perkembangan maturitas paru ( whalley dan

wong , 1995 ).gangguan ini biasanya juga dikenal dengan

nama hyalin membrane disease ( HMD ) atau penyakit

membran hialin karena sering ditemukan membran hialin

yang melapisi alveoli.

Patofisilogi

Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap

sepenuhnya untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas

yang efektif disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya

surfaktan. Surfaktan merupakan substansi yang merendahkan

tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps

pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa udara

fungsional ( Ilmu Kesehatan Anak, 1985 ). Tanpa surfaktan

13

janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang,

akibatnya janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk

menghasilkan energi daripada yang ia terima da

menyebabkan bayi kelelahan. Ketidakmampuan mempertahankan

pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelektasis.

Atelektasis ( kolaps paru ) akan menyebabkan paru tidak

mampu mengeluarkan CO2 dari sisa pernafasan sehingga

terjadi asidosis respiratorik.

Gejala umum

Takipnea ( > 60 kali / menit )

Pernafasan dangkal

Mendengkur

Sianosis

Pucat

Kelelahan

Apnea dan pernafasan tidak teratur

Penurunan suhu tubuh

Retraksi suprasternal dan substernal

Pernafasan cuping hidung

Penatalaksanaan medis

14

Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.

Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal

dan menurunkan cairan paru.

Vitamin E untuk menurunkan produksi radikal bebas

oksigen.

Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati

apnea dan untuk pemberhentian dari ventilasi mekanik

( cusson, 1992 ).

Tindakan pendukung

Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat

Mempertahankan keseimbangan asam – basa.

Mempertahankan suhu lingkungan netral.

Mempertahanakan perfusi jaringan adekuat.

Mencegah hipotermia

Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.

2.4. IKTERUS

Adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan

lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini

merupakan tanda penting penyakit ini atau kelainan fungsi

15

hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar

bilirubin darah melebihi 2 mg %, maka ikterus akan

terlihat. Ikterus terjadi karena peninggian kadar

bilirubin indirek ( unconjugated ) dan atau kadar

bilirubin direk ( conjugated ).

Penyebab ikterus

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Produksi bilirubin yang berlebihan.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.

c. Gangguan transportasi dalam metabolisme.

d. Gangguan dalam ekskresi.

Gejala ikterus

a. Perut membuncit.

b. Pembesaran pada hati.

c. Gangguan neurologis : kejang, opistotonus, tidak

mau minum, lethargi, reflek moro lemah atau tidak

ada sama sekali.

d. Faeses berwarna seperti dempul.

e. Warna kulit tubuh tampak kuning.

16

Penatalaksanaan

a. Perawatan bayi baru lahir.

b. Perawatan bayi sehari – hari ; memandikan,

perawatan tali pusat, pemberian ASI yang adekuat,

jemur dengan sinar matahari pagi, lamanya kurang

lebih setengah jam

c. Mengajarkan ibu cara : memandikan bayi, perawatan

tali pusat, memberikan jalan nafas, menjemur bayi

dibawah sinar matahari pagi.

d. Menjelaskan pentingnya ;

1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering

mungkin.

2. Bayi dijemur dibawah sinar matahari selama

setengah jam yaitu ¼ jam tidur telentang dan ¼

tidur telungkup bayi dalam keadaan telanjang.

3. Makanan bergizi bagi ibu.

4. Mengikuti KB segera mungkin.

5. Menganjurkan ibu supaya tidak minum jamu.

Apabila bayi pada hari pertama sudah kuning dan tiga

hari dalam keadaan kuning, bayi segera dirujuk ke rumah

17

sakit. Berikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga

bahwa anaknya harus di rujuk ke rumah sakit.

2.5. PERDARAHAN TALI PUSAT

Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma,

ikatan tali pusat yang normal atau kegagalan pembentukan

trombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan

adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi

lokal maupun sistematik. Tali pusat harus di awasi terus

– menerus terutama pada hari-hari pertama agar perdarahan

yang terjadi dapat ditanggulangi secepatnya.

- Tali pusat sangat kuat jarang putus

- Kadang-kadang pada kelainan congenital tali pusat

pembuluh darahnya pecah yang terjadi dalam uterus.

- Kadang-kadang perdarahan tidak nampak meskipun

merupakan hematum yang besar yang memberi gajala-

gejala fatal.

2.6. KEJANG

18

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali

karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau

orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan

organisasi korteks pada bayi baru lahir. Manifestasi

kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor,

hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking,

tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya

kesadaran, gerakan yang tidak menentu ( involuntary

movement), gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh

karena manifestasi klinis yang berbeda-beda dan

bervariasi sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak

dikenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip,

setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir

apabila berlangsung berulang-ulang dan periodic harus

dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.

Kejang karena demam.

Pada umumnya terjadi pada anak-anak umur 6 bulan

sampai 4 tahun. Kejang ini hanya berlangsung beberapa

menit saja. Apabila kejang disertai kaku leher

menandakan adanya penyakit selaput otak. Pada keadaan

19

demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akanb

meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun,

sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,

dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Tiap

anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan

tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang

anak tersebut. Pada anak dengan ambang kejang yang

rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C, sedangkan

pada anak dengan ambang yang tinggi kejang baru terjadi

pada suhu 40 C atau lebih.

Diagnosa kejang demam

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 4 tahun.

2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit.

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam setelah timbulnya demam.

5. Pemeriksaan syaraf sebelum dan sesudah kejang

normal.

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu

setelah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.

20

7. Frekuensi kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4

kali.

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih

dari ketujuh dari kriteria diatas digolongkan pada

epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang ini

mempunyai dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya

kejang, sedangkan demam hanya merupakan factor pencetus

saja.

Penanganan :

1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang,

misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoil/Dilantin.

2. Menjaga jalan nafas tetap bebas

3. Mencari faktor penyebab kejang. ( perhatikan riwayat

kehamilan, persalinan, dan kelahiran, kelainan fisik

yang ditemukan, bentuk kejang dan hasil

laboratorium)

4. Mengobati penyebab kejang.

Penanganan kejang pada bayi baru lahir :

21

1. Bayi diletakkan pada tempat yang hangat. Pastikan

bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu bayi dipertahankan

36,5 C – 37 C.

2. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan

penghisapan lender diseputar mulut, hidung, sampai

nasofaring.

3. Bila bayi Apnea dilakukan pertolongan agar bayi

bernafas lagi dengan alat Bantu balon dan sungkup

diberi oksigen dengan kecepatan 2 liter per menit.

4. Dilakukan pemasangan infuse intravena dipembuluh

darah perifer, ditangan, kaki, atau kepala. Bila

bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes

mellitus dilakukan pemasangan infuse melalui vena

umbilikalis.

5. Bila infuse sudah terpasang diberi obat anti kejang

Diazepam 0,5 mg/kg supositoria /im setiapo 2 menit

sampai kejang teatasi. Kemudian ditambah luminal

(fenobarbital) 30 mg im/iv.

6. Nilai kondisi byi selam 15 menit. Perhatikan

kelainan fisik yang ada.

22

7. Bila kejang sudah teratasi diberi cairan infuse

dexstrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB per hari.

8. Dilakuklan amamnesis mengenai keadaan bayi untuk

mencariu faktor penyebab kejang.

9. Bila kejang telah teratasi diambil bahan untuk

pemeriksaan laboratorium untuk mencara faktor

penyebab kejang.

10. Bila ada kecurigaan kearah sepsis dilakukan

pemeriksaan fungsi lumbal.

11. Obat diberikan sesuai dengan hasi penilaian ulang.

12. Apabila kejang masih berulang Diazepam dapat

diberikan lagi sampai 2 kali.

BAB III

23

PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut WHO (1961) mengganti istilah bayi premature

dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Karena disadari

tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram

pada waktu lahir bukan bayi prematur.

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru

lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera

setelah lahir (Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan

hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia

yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor

terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir

terhadap kehidupan ekstra uteri (Gabriel Duc,1971). Haupt

(1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan

pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.

Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau

jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh.

Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit ini atau

kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah.

24

Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg %, maka ikterus

akan terlihat. Ikterus terjadi karena peninggian kadar

bilirubin indirek dan atau kadar bilirubin direk.

Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma,

ikatan tali pusat yang normal atau kegagalan pembentukan

trombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan

adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal

maupun sistematik. Tali pusat harus di awasi terus – menerus

terutama pada hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi

dapat ditanggulangi secepatnya

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali

karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau orang

dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan organisasi

korteks pada bayi baru lahir. Manifestasi kejang pada bayi

baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang,

tiba-tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai

atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang tidak

menentu ( involuntary movement), gerakan seperti mengunyah

dan menelan. Oleh karena manifestasi klinis yang berbeda-

beda dan bervariasi sering kali kejang pada bayi baru lahir

25

tidak dikenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip,

setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila

berlangsung berulang-ulang dan periodic harus dipikirkan

kemungkinan merupakan manifestasi kejang.

Sindrom gangguan pernafasan merupakan penyakit yang

berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru

( whalley dan wong , 1995 ).gangguan ini biasanya juga

dikenal dengan nama hyalin membrane disease ( HMD ) atau

penyakit membran hialin karena sering ditemukan membran

hialin yang melapisi alveoli.

DAFTAR PUSTAKA

26

Arkanda, Sumitro, Dr. 1986. Ikhtisiar Pediatrika. Jakarta:Bina

Aksara

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.

Pusdiknakes Depkes RI. 1992. Asuhan Kesehatan Anak Dalam

Konteks Keluarga. Jakarta: Depkes RI

Depkes RI Ditjen BinKesMas Bina Kesehatan Keluarga. 1992.

Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal Di Wilayah Kerja

Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

Depkes RI. 1992. Tindakan Perawatan II. Jakarta: Depkes RI

Mochtar, Rustam, Prof. Dr. 1989. Simopsis Obstetri : Obestetri

Fisiologis, Obstetri patologi. Jakarta:EGC

Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan

kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP

Surasni, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.

Jakarta : EGC

27