ASKEB BAYI, NEONATUS
-
Upload
poltekkespontianak -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of ASKEB BAYI, NEONATUS
TUGAS TERSTRUKTUR
ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA
” N E O N A T U S R E S I K O T I N G G
I D A N P E N A T A L A K S A N A A
N N Y A ”
Dosen Pembimbing : LEPITA S. SIT. M. KEB
DISUSUN OLEH :1. ASPIAH YUNITA FATMASARI
2. DEWI NOPILYANTINI
3. ERNAWATI
4. ENDANG SRIYANI
5. JULIANI TIRZA
T I N G K A T/S E M E S T E R : II A/ III
JURUSAN KEBIDANAN
1
POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berumur 4
minggu, kehidupan janin dan neonatus ini merupakan
lanjutan pertumbuhan dan perkembangan organ manusia yang
dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor dalam rahim, dan
faktor luar rahim.
Periode segera setelah lahir merupakan awal
kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut
disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya
(intrauteri) dengan lingkungan kehidupan sekarang
(ekstrauteri) yang sangat berbeda. Diluar uteri diawali
dengan proses persalinan yang merupakan suatu keadaan
2
tidak nyaman bagi bayi. Ia harus mampu hidup dengan upaya
sendiri. Masa transisi ini adalah fase kritis bagi
kehidupan bayi. Bagaimana pun bertanya proses adaptasi
lingkungan yang dihadapi bayi umumnya bayi yang
dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa
tersebut dengan baik.
Sebaliknya, bagi bayi yang dilahirkan dalam keadaan
belum siap (prematur) ataupun bayi yang lahir disertai
penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi
kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilaluinya.
Maka sering kali menjadi pemiocu timbulnya komplikasi
lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu
melanjutkan kehidupan ke fase lanjut (meninggal). Bayi
seperti ini yang kita sebut dengan istilah bayi resiko
tinggi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui tentang :
1. BBLR
3
2. Asfiksia Neonatorum
3. Sindrom gangguan pernafasan
4. Ikterus
5. Perdarahan tali pusat
6. Kejang
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. BBLR
1. Definisi
Menurut WHO (1961) mengganti istilah bayi premature
dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Karena
disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur.
- Prematuritas murni :
Berat badan < 2500 gram, PB=45 cm, LIKA < 33 cm,
Lingkar dada < 30 cm.
Masa gestasi < 37 minggu.
Kulit tipis dan transparan, nampak mengkilat dan
licin.
Kepala lebih basar daripada badan.
Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga
dan lengan.
Lemak subkutan kurang.
Ubun-ubun dan sutura kurang.
5
Tulang rawan dan daun telinga imatur.
Pergerakan kurang dan lemah
Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.
- Small for date (SFD) atau ‘kecil untuk masa
kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat badannya
kurang dari seharusnya untuk kehamilan.
- Retardasi pertumbuhan janin intrauteri adalah bayi
yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak
sesuai dengan tuanya kehamilan.
- Light for date sama dengan small for date
- Dismaturitas :
● Suatu sindrom klinik dimana terjadi
ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan
lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir
dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
● Bayi dengan gejala intrauterine malnutrition or
wasting.
6
- Large for date : bayi yang dilahirkan lebih besar
dari seharusnya usia kehamilan misalnya pada
diabetes mellitus.
2. Penyebab
a. Faktor ibu
b. Penyakit
c. Usia ibu
d. Keadaan sosial
e. Faktor janin
f. Faktor lingkungan
3. Penatalaksanaan
Membersihkan jalan nafas
Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil
atau minyak.
Memberikan obat mata
Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR
Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
Membungkus bayi dengan menggunakan kain hangat,
menidurkan bayi dalam incubator buatan yang dapat
7
dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi botol
yang diisi air panas. Botol tersebut dibungkus
menggunakan handuk atau kain tebal. Suhu
lingkungan bayi harus dijaga : kamar mendapatkan
sinar matahari langsung, jendela dan pintu ditutup
untuk menguragi hilangnya panas dari tubuh bayi.
Bayi harus dalam keadaan kering.
Pemberian nutrisi yang adekuat
Observasi keadaan bayi selama 3 hari apabila tidak
ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun
bayi harus dirujuk kerumah sakit.
2.2. ASFIKSIA NEONATORUM
Adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
(Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang
terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstra uteri (Gabriel Duc,1971). Haupt
8
(1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan
pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.
Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya
sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab
utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini
akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan
pada hari-hari pertama setelah lahir.
Etiologi
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit
pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan
teratur.
Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri
dari :
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu ,hal ini dapat terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika
atau anastesia dalam.
Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran
darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan ke janin.
9
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi
oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan
terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikalis akan mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu
dan janin.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir
dapat terjadi karena beberapa hal :
- Pemakaian obat anesthesia atau analgetika yang
berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
- Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya
perdarahan intra cranial
10
- Kelainan congenital pada bayi, misalnya hernia
diafragmatika, atresia / stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru.
Tindakan pada asfiksia neonatorum
Tujuan utama mengatasi asfiksia adalah untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin timbul dikemudian hari.tindakan
yang dikerjakan pada bayi disebut resusitasi bayi baru
lahir.sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan
bahwa :
1.Faktor waktu, makin lama bayi menderita asfiksia,
perubahan homeostatis yang timbul makin berat.
2.Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia atau
hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki.
3.Riwayat kehamilan dan partus
4.Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik agar
resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan
secara adekuat.
Prinsip dasar resusitasi adalah
11
memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan
mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta
merangsang timbulnya pernafasan yaitu agar oksigenasi
dan pengeluaran CO2 berjalan lancer.
Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi
yang menunjukkan usaha pernafasan lemah.
Melakukan koneksi terhadap asidosis yang terjadi.
Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.
Tindakan Umum
1. Pengawasan suhu.
2. Pembersihan jalan nafas. Saluran nafas bagian atas
segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion.
3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan.
Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas 20
detik setelah lahir dianggap sedikit banyak telah
menderita depresi pusat pernafasan.
Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat
pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive
dalam mukosa hidung dan faring.
12
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan
memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon
Achilles atau memberikan suntikan vitamin K terhadap
bayi tertentu.
2.3. SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN
Merupakan penyakit yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan maturitas paru ( whalley dan
wong , 1995 ).gangguan ini biasanya juga dikenal dengan
nama hyalin membrane disease ( HMD ) atau penyakit
membran hialin karena sering ditemukan membran hialin
yang melapisi alveoli.
Patofisilogi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap
sepenuhnya untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas
yang efektif disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya
surfaktan. Surfaktan merupakan substansi yang merendahkan
tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps
pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa udara
fungsional ( Ilmu Kesehatan Anak, 1985 ). Tanpa surfaktan
13
janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang,
akibatnya janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk
menghasilkan energi daripada yang ia terima da
menyebabkan bayi kelelahan. Ketidakmampuan mempertahankan
pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelektasis.
Atelektasis ( kolaps paru ) akan menyebabkan paru tidak
mampu mengeluarkan CO2 dari sisa pernafasan sehingga
terjadi asidosis respiratorik.
Gejala umum
Takipnea ( > 60 kali / menit )
Pernafasan dangkal
Mendengkur
Sianosis
Pucat
Kelelahan
Apnea dan pernafasan tidak teratur
Penurunan suhu tubuh
Retraksi suprasternal dan substernal
Pernafasan cuping hidung
Penatalaksanaan medis
14
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal
dan menurunkan cairan paru.
Vitamin E untuk menurunkan produksi radikal bebas
oksigen.
Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati
apnea dan untuk pemberhentian dari ventilasi mekanik
( cusson, 1992 ).
Tindakan pendukung
Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat
Mempertahankan keseimbangan asam – basa.
Mempertahankan suhu lingkungan netral.
Mempertahanakan perfusi jaringan adekuat.
Mencegah hipotermia
Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
2.4. IKTERUS
Adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan
lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini
merupakan tanda penting penyakit ini atau kelainan fungsi
15
hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar
bilirubin darah melebihi 2 mg %, maka ikterus akan
terlihat. Ikterus terjadi karena peninggian kadar
bilirubin indirek ( unconjugated ) dan atau kadar
bilirubin direk ( conjugated ).
Penyebab ikterus
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
c. Gangguan transportasi dalam metabolisme.
d. Gangguan dalam ekskresi.
Gejala ikterus
a. Perut membuncit.
b. Pembesaran pada hati.
c. Gangguan neurologis : kejang, opistotonus, tidak
mau minum, lethargi, reflek moro lemah atau tidak
ada sama sekali.
d. Faeses berwarna seperti dempul.
e. Warna kulit tubuh tampak kuning.
16
Penatalaksanaan
a. Perawatan bayi baru lahir.
b. Perawatan bayi sehari – hari ; memandikan,
perawatan tali pusat, pemberian ASI yang adekuat,
jemur dengan sinar matahari pagi, lamanya kurang
lebih setengah jam
c. Mengajarkan ibu cara : memandikan bayi, perawatan
tali pusat, memberikan jalan nafas, menjemur bayi
dibawah sinar matahari pagi.
d. Menjelaskan pentingnya ;
1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering
mungkin.
2. Bayi dijemur dibawah sinar matahari selama
setengah jam yaitu ¼ jam tidur telentang dan ¼
tidur telungkup bayi dalam keadaan telanjang.
3. Makanan bergizi bagi ibu.
4. Mengikuti KB segera mungkin.
5. Menganjurkan ibu supaya tidak minum jamu.
Apabila bayi pada hari pertama sudah kuning dan tiga
hari dalam keadaan kuning, bayi segera dirujuk ke rumah
17
sakit. Berikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga
bahwa anaknya harus di rujuk ke rumah sakit.
2.5. PERDARAHAN TALI PUSAT
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma,
ikatan tali pusat yang normal atau kegagalan pembentukan
trombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan
adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi
lokal maupun sistematik. Tali pusat harus di awasi terus
– menerus terutama pada hari-hari pertama agar perdarahan
yang terjadi dapat ditanggulangi secepatnya.
- Tali pusat sangat kuat jarang putus
- Kadang-kadang pada kelainan congenital tali pusat
pembuluh darahnya pecah yang terjadi dalam uterus.
- Kadang-kadang perdarahan tidak nampak meskipun
merupakan hematum yang besar yang memberi gajala-
gejala fatal.
2.6. KEJANG
18
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali
karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau
orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan
organisasi korteks pada bayi baru lahir. Manifestasi
kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor,
hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking,
tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya
kesadaran, gerakan yang tidak menentu ( involuntary
movement), gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh
karena manifestasi klinis yang berbeda-beda dan
bervariasi sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak
dikenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip,
setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berlangsung berulang-ulang dan periodic harus
dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.
Kejang karena demam.
Pada umumnya terjadi pada anak-anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Kejang ini hanya berlangsung beberapa
menit saja. Apabila kejang disertai kaku leher
menandakan adanya penyakit selaput otak. Pada keadaan
19
demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akanb
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun,
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan
tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang
anak tersebut. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C, sedangkan
pada anak dengan ambang yang tinggi kejang baru terjadi
pada suhu 40 C atau lebih.
Diagnosa kejang demam
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 4 tahun.
2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan syaraf sebelum dan sesudah kejang
normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
setelah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
20
7. Frekuensi kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih
dari ketujuh dari kriteria diatas digolongkan pada
epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang ini
mempunyai dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya
kejang, sedangkan demam hanya merupakan factor pencetus
saja.
Penanganan :
1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang,
misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoil/Dilantin.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas
3. Mencari faktor penyebab kejang. ( perhatikan riwayat
kehamilan, persalinan, dan kelahiran, kelainan fisik
yang ditemukan, bentuk kejang dan hasil
laboratorium)
4. Mengobati penyebab kejang.
Penanganan kejang pada bayi baru lahir :
21
1. Bayi diletakkan pada tempat yang hangat. Pastikan
bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu bayi dipertahankan
36,5 C – 37 C.
2. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan
penghisapan lender diseputar mulut, hidung, sampai
nasofaring.
3. Bila bayi Apnea dilakukan pertolongan agar bayi
bernafas lagi dengan alat Bantu balon dan sungkup
diberi oksigen dengan kecepatan 2 liter per menit.
4. Dilakukan pemasangan infuse intravena dipembuluh
darah perifer, ditangan, kaki, atau kepala. Bila
bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes
mellitus dilakukan pemasangan infuse melalui vena
umbilikalis.
5. Bila infuse sudah terpasang diberi obat anti kejang
Diazepam 0,5 mg/kg supositoria /im setiapo 2 menit
sampai kejang teatasi. Kemudian ditambah luminal
(fenobarbital) 30 mg im/iv.
6. Nilai kondisi byi selam 15 menit. Perhatikan
kelainan fisik yang ada.
22
7. Bila kejang sudah teratasi diberi cairan infuse
dexstrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB per hari.
8. Dilakuklan amamnesis mengenai keadaan bayi untuk
mencariu faktor penyebab kejang.
9. Bila kejang telah teratasi diambil bahan untuk
pemeriksaan laboratorium untuk mencara faktor
penyebab kejang.
10. Bila ada kecurigaan kearah sepsis dilakukan
pemeriksaan fungsi lumbal.
11. Obat diberikan sesuai dengan hasi penilaian ulang.
12. Apabila kejang masih berulang Diazepam dapat
diberikan lagi sampai 2 kali.
BAB III
23
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut WHO (1961) mengganti istilah bayi premature
dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Karena disadari
tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir bukan bayi prematur.
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru
lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir (Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia
yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstra uteri (Gabriel Duc,1971). Haupt
(1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan
pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau
jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh.
Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit ini atau
kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah.
24
Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg %, maka ikterus
akan terlihat. Ikterus terjadi karena peninggian kadar
bilirubin indirek dan atau kadar bilirubin direk.
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma,
ikatan tali pusat yang normal atau kegagalan pembentukan
trombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan
adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal
maupun sistematik. Tali pusat harus di awasi terus – menerus
terutama pada hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi
dapat ditanggulangi secepatnya
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali
karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan organisasi
korteks pada bayi baru lahir. Manifestasi kejang pada bayi
baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang,
tiba-tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai
atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang tidak
menentu ( involuntary movement), gerakan seperti mengunyah
dan menelan. Oleh karena manifestasi klinis yang berbeda-
beda dan bervariasi sering kali kejang pada bayi baru lahir
25
tidak dikenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip,
setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila
berlangsung berulang-ulang dan periodic harus dipikirkan
kemungkinan merupakan manifestasi kejang.
Sindrom gangguan pernafasan merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru
( whalley dan wong , 1995 ).gangguan ini biasanya juga
dikenal dengan nama hyalin membrane disease ( HMD ) atau
penyakit membran hialin karena sering ditemukan membran
hialin yang melapisi alveoli.
DAFTAR PUSTAKA
26
Arkanda, Sumitro, Dr. 1986. Ikhtisiar Pediatrika. Jakarta:Bina
Aksara
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.
Pusdiknakes Depkes RI. 1992. Asuhan Kesehatan Anak Dalam
Konteks Keluarga. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI Ditjen BinKesMas Bina Kesehatan Keluarga. 1992.
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal Di Wilayah Kerja
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 1992. Tindakan Perawatan II. Jakarta: Depkes RI
Mochtar, Rustam, Prof. Dr. 1989. Simopsis Obstetri : Obestetri
Fisiologis, Obstetri patologi. Jakarta:EGC
Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan
kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP
Surasni, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta : EGC
27