LP Askeb DDST pada Anak Pra Sekolah

41
BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS 1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah a) Pengertian Anak Prasekolah Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun. (Patmonodewo, 1995) Anak Prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi- potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak- kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. (Supartini, 2004) b) Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap makhluk. Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh

Transcript of LP Askeb DDST pada Anak Pra Sekolah

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS

1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Prasekolah

a) Pengertian Anak Prasekolah

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia

antara tiga sampai enam tahun.

(Patmonodewo, 1995)

Anak Prasekolah adalah pribadi yang

mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-

potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar

pribadi anak tersebut berkembang secara

optimal. Tertunda atau terhambatnya

pengembangan potensi-potensi itu akan

mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak-

kanak adalah salah satu bentuk pendidikan

prasekolah yang menyediakan program

pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai

memasuki pendidikan dasar.

(Supartini, 2004)

b) Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan

proses yang terjadi pada tiap makhluk. Pada

manusia terutama anak-anak, proses tumbuh

kembang ini terjadi dengan sangat cepat,

terutama pada periode tertentu.

(Depkes RI : 2004)

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran –

ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, LD,

dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan

ukuran sel – sel pada semua sistem organ

tubuh.

(Vivian nanny, 2010 : 48)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil proses pematangan.

   (Soetjiingsih, 2005 : 1)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

       (Pemkot Malang Dinkes, 2007 : 4)

c) Pertumbuhan Anak Pra Sekolah

Pertumbuhan masa prasekolah pada anak

yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya

berat badan mengalami kenaikan rata-rata

pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus,

akan tetapi aktivitas motoriknya

tinggi, dimana sistem tubuh sudah

mencapai kematangan, seperti berjalan,

melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada

pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya

rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap

tahunnya.

(Hidayat, 2009, hlm. 25)

d) Konsep Perkembangan Anak Pra Sekolah

Perkembangan merupakan proses yang tidak

akan berhenti. Masa prasekolah merupakan

fase perkembangan individu pada usia 2-6

tahun, perkembangan pada masa ini merupakan

masa perkembangan yang pendek tetapi

merupakan masa yang sangat penting.

(Fikriyanti, 2013, hlm.18)

2. Teori-teori Perkembangan

a) Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)

Perkembangan kognitif menurut Piaget

merupakan perubahan-perubahan yang terkait

usia yang terjadi dalam aktifitas

mental. Ia juga menyebutkan bahwa

kesuksesan perkembangan kognitif

mengikuti proses yang urutannya

melewati empat fase, yaitu fase

sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-

operasional (2-7 tahun), fase operasional

(7-11 tahun) dan fase operasional

formal (>11 tahun).

(Wong, 2008, hlm 118)

Dalam teori perkembangan ini anak

prasekolah termasuk dalam fase pra-

operasional, fase pra-operasional anak

belum mampu mengoperasionalisasikan apa

yang dipikirkan melalui tindakan

dalam pikiran anak.

(Wong, 2008, hlm 119)

b) Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)

Menurut Santrock (2011), teori

perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson

yang mengemukakan bahwa perkembangan anak

selalu dipengaruhi oleh motivasi

sosial dan mencerminkan suatu keinginan

untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk

mencapai kematangan kepribadian

psikososial anak harus melewati

beberapa tahap yaitu : tahap percaya

dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap

kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun),

tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6

tahun), tahap terampil versus minder (6-12

tahun), tahap identidas versus kebingungan

peran (12-18 tahun).

(Wong, 2008, hlm 117)

Dalam teori perkembangan psikososial

anak prasekolah termasuk dalam tahap

perkembangan inisiatif versus rasa

bersalah. Pada tahap ini anak mulai

mencari pengalaman baru secara aktif.

Apabila anak mendapat dukungan dari

orang tuanya untuk mengekplorasikan

keingintahuannya maka anak akan mengambil

inisiatif untuk suatu tindakan yang akan

dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah

maka akan tumbuh perasaan bersalah pada

diri anak.

(Wong, 2008, hlm 118)

c) Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)

Teori perkembangan psikoseksual pertama

kali dikemukakan oleh Sigmun Freud, ia

menggunakan istilah psikoseksual untuk

menjelaskan segala kesenangan seksual. Selama

masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh

tertentu memiliki makna psikologik yang

menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan

konflik baru yang secara bertahap

bergeser dari satu bagian tubuh ke

bagian tubuh lain pada tahap-tahap

perkembangan tertentu. Dalam

perkembangan psikoseksual anak dapat melalui

tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap

anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun),

tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital

(>12 tahun).

(Wong, 2008, hlm 117)

Dalam teori perkembangan psikoseksual

anak prasekolah termasuk dalam tahap

phalic, dalam tahap ini genital menjadi

area tubuh yang menarik dan sensitif

anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin

dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan

tersebut

(Wong, 2008, hlm 117)

d) Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)

Teori perkembangan moral dikemukakan oleh

Kohlberg dengan memandang tumbuh

kembang anak ditinjau dari segi moralitas

anak dalam menghadapi kehidupan, tahapan

perkembangan moral yaitu: tahap

prakonvensional (orientasi pada hukum dan

kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi

instrumental bijak), tahap konvensional,

tahap pasca konvensional (orientasi kontak

sosial).

(Wong, 2008, hlm 119)

Dalam teori perkembangan moral anak

prasekolah termasuk dalam tahap

prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini

anak terorientasi secara budaya dengan label

baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik

atau buruknya suatu tindakan dari

konsekuensi tindakan tersebut.

Dalam tahap ini anak tidak

memiliki konsep tatanan moral, mereka

menentukan prilaku yang benar terdiri atas

sesuatu yang memuaskan kebutuhan

mereka sendiri meskipun terkadang

kebutuhan orang lain. Hal tersebut

diinterpretasikan dengan cara yang

sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa

terimakasih atau keadilan.

(Wong, 2008, hlm. 120)

3. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

a) Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersama dengan

pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai

perubahan fungsi.

b) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal

menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap

anak tidak akan bisa melewati satu tahap

perkembangan sebelum ia melewati tahapan

sebelumnya.

c) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai

kecepatan yang berbeda sebagaimana

pertumbuhan dan perkembangan mempunyai

kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam

pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi

organ dan perkembangan pada masing-masing

anak.

d) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar

dan tinggi badannya serta bertambah

kepandaiannya.

e) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi

terbalik.

f) Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.

Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua

pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola

proksimodistal.

(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 4)

4. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Santrock (2011), Perkembangan dan

pertumbuhan mengikuti prinsip cephalocaudal dan

proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan

rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat

selalu terjadi diatas, yaitu di kepala.

Pertumbuhan fisik dan ukuran secara

bertahap bekerja dari atas kebawah,

perkembangan sensorik dan motorik juga

berkembang menurut prinsip ini, contohnya

bayi biasanya menggunakan tubuh bagian

atas sebelum meraka menggunakan tubuh

bagian bawahnya.

Prinsip proximodistal (dari dalam keluar)

yaitu pertumbuhan dan perkembangan

bergerak dari tubuh bagian dalam ke

luar. Anak-anak belajar mengembangkan

kemampuan tangan dan kaki bagian atas

( yang lebih dekat dengan bagian tengah

tubuh) baru kemudian bagian yang lebih jauh,

dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan

telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari

tangan dan kaki.

( Papalia, dkk, 2010, hlm 170)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Anak Pra Sekolah

Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan

Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor.

a) Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang

dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai

tumbuh kembang. Yang termasuk faktor

herediter adalah bawaan, jenis kelamin,

ras, suku bangsa. Faktor ini dapat

ditentukan dengan intensitas dan kecepatan

alam: pembelahan sel telur, tingkat

sensitifitas jaringan terhaap rangsangan,

umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan

tulang.

b) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi

lingkungan pranatal, lingkungan postnatal,

dan faktor hormonal. Faktor pranatal

merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai

dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi

pada waktu ibu hamil, posisi janin,

penggunaan obat-obatan, alkohol atau

kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca

lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi

keluarga, nutrisi, posisi anak dalam keluarga

dan status kesehatan. Faktor hormonal

yang berperan dalam tumbuh kembang

anak antara lain. somatotrofin (growth

Hormon) yang berperan alam mempengaruhi

pertumbuhan tinggi badan, dengan

menstimulasi terjadinya poliferasi sel

kartigo dan sistem skeletal. Hormon

tiroid menstimulasi metabolisme tubuh,

glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel

interstisial dari testis untuk memproduksi

testosteron dan ovarium untuk memproduksi

esterogen selanjutnya hormon tersebut

menstimulasi perkembangan seks baik pada

anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai

dengan peran hormonnya.

6. Kebutuhan Dasar Anak

a) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :

1) Pangan / gizi merupakan kebutuhan

terpenting.

2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain

imunisasi, pemberian ASI, penimbangan

bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau

sakit dll.

3) Papan/ pemukinan yang layak.

4) Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).

5) Sandang.

6) Kesegaran jasmani, rekreasi.

7) Dll.

b) Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)

1) Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.

2) Kasih sayang orang tua dapat memberikan

rasa aman.

3) Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong

dan dihargai, bukan dipaksa.

4) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan

5) Pemberian kasih sayang dapat membentuk

harga diri anak. Hal ini bergantung pada

pola asuh, terutama pola asuh, terutama

pada asuh demokrasi dan kecerdasan

emosional.

6) Kemandirian

7) Dorongan dari orang disekelilingnya

8) Mendapat kesempatan dan pengalaman.

9) Menumbuhkan rasa memiliki

10) Kepemimpinan dan kerja sama

11) Pola pengasuhan keluarga yang terjadi

atas :

(a) Demokrasi (autoritatif)

(b) Dictator (otoriter) yang sering

menghukum atau menganiaya anaknya (child

abuse).

(c) Permisif (serba boleh).

(d) Tidak diperbolehkan.

12) Pemberian kasih sayang juga dapat

membentuk temperamen anak, seperti penurut

(easy), sulit diatur (difficult), dan

pemalu (slow to warm up).

c) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses

pembelajaran anak, stimulasi ini terdiri

atas pendidikan dan pelatihan.

2) Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang

ada di lingkungan anak, seperti bermain,

berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini

juga bisa berasal dari orang tua.

3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan

antar sel otak (sinaps).

4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan

berusia 6 bulan. Pada saat itu belum ada

hubungan antar sel otak.

Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk

rangsangan yang semakin kompleks. Dengan

demikian dapat merangsang otak kiri dan

kanan, sehingga terbentuklah multiple

intelligent dan juga kecerdasan yang lebih

luas dan tinggi

5) Stimulasi melalui bermain

Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa

melalui rangsangan suara, music, gerakan,

perabaan, bicara, bernyanyi, bermain,

memecahkan masalah, mencorat-coret atau

menggambar.

6) Kapan stimulasi dilakukan ?

(a) Stimulasi dapat dilakukan sejak janin

berusia 23 minggu pada masa-masa ini

merupakan awal terjadinya sinaptogenesis.

Stimulasi dilanjutkan sampai anak berusia

3 tahun ketika sinaptogenesis berakhir

dan berakhir dan usia 14 tahun yang

merupakan akhir pruning.

(b) Semakin dini dan semakin lama stimulasi

diberikan, maka akan semakin besar dan

lama manfaatnya.

7) Kebutuhan akan stimulasi

(a) Stimulasi dapat menunjang perkembangan

mental psikososial (agama, etika, moral,

kepribadian, kecerdasan, kreativitas,

ketrampilan, dsb).

(b) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan

pendidikan informal, formal dan non

formal.

        (Vivian nanny, 2010 : 153)

7. Aspek-aspek Pertumbuhan dan Perkembangan

a) Aspek Pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan

pengukuran antropometri, pengukuran

antropometri meliputi pengukuran berat

badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar

kepala. Pengukuran berat badan

digunakan untuk menilai hasil

peningkatan atau penurunan semua jaringan

yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi

badan digunakan untuk menilai status

perbaikan gizi disamping faktor genetik

sedangkan pengukuran lingkar kepala

dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak.

Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)

menunjukkan adanya retardasi mental,

apabila otaknya besar (volume kepala

meningkat) terjadi akibat penyumbatan

cairan serebrospinal.

(Hidayat, 2011, hlm 37)

b) Aspek perkembangan

1) Motorik kasar (gross motor) merupakan

keterampilan yang meliputi aktivitas

otot yang besar seperti gerakan

lengan dan berjalan.

(Santrock, 2011, hlm 210)

Perkembangan motorik kasar pada masa

prasekolah, diawali dengan kemampuan

untuk berdiri dengan satu kaki selama

1-5 detik, melompat dengan satu kaki,

membuat posisi merangkak dan lain-lain.

(Hidayat, 2009, hlm.25)

2) Motorik halus (fine motor Skills )

merupakan keterampilan fisik yang

melibatkan otot kecil dan

koordinasi mata dan tangan yang

memerlukan koordinasi yang cermat.

(Papilia, Old & Feldman, 2010, hlm. 316)

Perkembangan motorik halus mulai memiliki

kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,

menggambar dua atau tiga bagian,

menggambar orang, mampu menjepit benda,

melambaikan tangan dan sebagainya.

(Hidayat, 2009, hlm.26)

3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk

memberikan respon terhadap suara, mengkuti

perintah dan dan berbicara spontan.

Pada perkembangan bahasa diawali mampu

menyebut hingga empat gambar,

menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan

kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua

kata, meniru berbagai bunyi, mengerti

larangan dan sebagainya.

(Hidayat, 2009, hlm.26)

4) Prilaku sosial (personal social) adalah

aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi

sosial pada anak prasekolah yaitu

dapat berrmain dengan permainan

sederhana, mengenali anggota keluarganya,

menangis jika dimarahi, membuat permintaan

yang sederhana dengan gaya tubuh,

menunjukan peningkatan kecemasan

terhadapa perpisahan dan sebagainya.

(Hidayat, 2009, hlm.26)

Untuk menilai perkembangan anak yang dapat

dilakukan adalah dengan wawancara

tentang faktor kemungkinan yang

menyebabkan gangguan dalam perkembangan,

kemudian melakukan tes skrining

perkembangan anak.

(Hidayat, 2009, hlm. 38)

8. Tahap Perkembangan Anak Pra Sekolah

Menurut Wong (2008), priode prasekolah

dimulai dari usia 3-6 tahun periode ini

dimulai dari waktu anak bergerak

sambil berdiri sampai mereka masuk

sekolah, dicirikan dengan aktivitas

yang tinggi. Pada masa ini merupakan

perkembangan fisik dan kepribadian yang pesat,

kemampuan interaksi sosial lebih luas,

memulai konsep diri, perkembangan

motorik berlangsung terus menerus

ditandai keterampilan motorik seperti berjalan,

berlari dan melompat.

9. Konsep DDST (Denver Developmen Screening Test)

a) Pengertian

DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan

untuk menentukan secara dini adanya

penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan

anak prasekolah. DDST merupakan salah satu

dari metode skrining terhadap kelainan

perkembangan anak, tes ini bukanlah tes

diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan

untuk menafsirkan personal, sosial, motorik

halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak

mulai dari 1-6 tahun.

           (Soetjiningsih, 2005 : 71)

b) Keuntungan DDST

1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan

usia.

2) Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.

3) Monitor anak dengan resiko perkembangan.

4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan.

5) Memastikan apakah anak dengan persangkaan

pada kelainan perkembangan atau benar-benar

ada kelainan.

c) Alat yang digunakan.

1) Alat peraga : benang wol merah,

kismis/manik-manik, kubus warna merah,

kuning, ungu, biru, permainan anak, botol

kecil-kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,

dll.

2) Lembar DDST.

3) Buku petunjuk sebagai referensi yang

menjelaskan cara-cara melakukan tugas dan

cara penilaiannya.

d) Prinsip pelaksanaan DDST

1) Bertahap dan berkelanjutan.

2) Dimulai dari tahap perkembangan yang telah

dicapai anak.

3) Menggunakan alat bantu stimulasi yang

sederhana.

4) Suasana nyaman dan bervariasi.

5) Perhatikan gerakan spontan anak.

6) Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan

serta tidak menghukum.

7) Memberikan pujian (reinforcement) bila

berhasil melakukan test.

8) Sebelum uji coba, semua alat diletakkan

dulu diatas meja.

9) Pada saat test hanya satu alat saja yang

digunakan.

e) Sektor perkembangan / parameter yang

digunakan

1) Personal, social (kepribadian/tingkah laku

sosial).

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mendiri, bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungan.

2) Adaptasi motorik halus (fine motor

adaptive).

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

anak untuk mengamati sesuatu, melakukan

gerakan yang melibatkan bagian – bagian

tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh

otot-otot kecil tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan

untuk menggambar, memegang sesuatu benda,

dll.

3) Bahasa (language).

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap

suara, mengikuti perintah, dan berbicara

spontan.

4) Perkembangan motorik kasar.

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan

dan sikap tubuh.

                      (Vivian nanny, 2010 : 55)

f) Prosedur DDST

1) Lulus (pass)

(a) Apabila anak dapat melakukan uji coba

dengan baik.

(b) Ibu atau pengasuh member laporan (R)

tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat

melakukan dengan baik.

2) Gagal (failed)

(a) Apabila anak tidak dapat melakukan uji

coba dengan baik.

(b) Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa

anak tidak dapat melakukan tugas dengan

baik.

3) Tidak ada kesempatan (no opportunity)

Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk

melakukan uji coba karena ada hambatan,

seperti retardasi mental dan down syndrome.

4) Menolak (refusal).

Anak menolak untuk melakukan uji coba

biasanya disebabkan karena faktor sesaat

seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk,

dll.

g) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)

1) Normal

(a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)

(b) Paling banyak 1 caution

(c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.

2) Dicurigai (suspect)

(a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution

atau bila didapatkan 1 atau lebih delay

(b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk

menghilangkan factor sesaat (takut, lelah,

sakit. Tidak nyaman, dll).

3) Tidak teruji

(a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item

disebelah kiri garis umur

(b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-

90% (warna hijau) yang ditembus garis umur

(c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu

          (Vivian nanny, 2010 : 60)

h) Pelaksanaan DDST

1) Menetapkan umur anak dengan patokan

(a) 30 hari = 1 bulan

(b) 12 bulan = 1 tahun

(c) ≥15 hari = 1 bulan

Perhitungan umur :

Missal : tanggal test    : 2008 –

08 – 28

             Tanggal lahir  : 2006 –

06 – 14

                                    

---------------------

                                          

02 – 02 – 14

Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2

tahun 2 bulan.

2) Menarik garis vertical saat test dilakukan

pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.

3) Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak

sebelah kiri.

R tugas perkembangan cukup ditanyakan pada

orang tua.

Nomor/angka tugas perkembangan di test

sesuai petunjuk dibalik formulir.

4) Menyimpulkan hasil DDST

Normal / abnormal / questionable /

untestable.

10. Skrining Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan)

Tujuan skrining atau pemeriksaan

perkembangan anak menggunakan KPSP adalah

untuk mengetahui perkembangan anak

normal atau ada penyimpangan.

Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP

rutin adalah pada umur

3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan

72 bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan

oleh tenaga kesehatan, guru TK dan

petugas PAUD terlatih. Alat atau instrumen

yang digunakan adalah formulir KPSP menurut

umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil,

kertas, bola tenis, bola besar dan kubus.

Cara penggunaan KPSP yaitu :

a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak

harus dibawa.

b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal,

bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak

lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.

c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang

sesuai dengan umur anak.

d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu :

pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau

pengasuh anak, dan perintah kepada ibu

atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas

yang tertulis pada KPSP. Tanyakan pertanyaan

secara berurutan, satu persatu. Setiap

pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau

Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir

tersebut. Teliti kembali apakah semua

pertanyaan telah terjawab.

(Depkes, 2012, hlm 52)

Interpretasi hasil KPSP yaitu

dengan menghitung jawaban YA, bila

ibu atau pengasuh anak menjawab : anak bisa

atau pernah atau sering atau kadang-kadang

melakukannya. Sedangkan jawaban TIDAK, bila

ibu atau pengasuh menjawab anak belum pernah

melakukan atau tidak pernah atau ibu atau

pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“= 9

atau 10, perkembangan anak sesuai dengan

tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya“ = 7

atau 8, perkembangan anak meragukan (M). Jumlah

jawaban “Ya“ = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P). Untuk Jawaban

TIDAK, perlu diperincikan jumlah jawaban Tidak

menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak

halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan

kemandirian).

Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu

bila perkembangan anak sesuai umur (S) maka

beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan

pola asuh anak sesuai dengan tahap

perkembangan anak, berikan stimulsi sesering

mungkin, sesuai dengan tahap perkembangan anak

dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin

menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang

kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan untuk

anak umur 24 sampai 72 bulan.

Bila perkembangan anak meragukan meragukan

(M), beri petunjuk pada ibu untuk melakukan

stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi,

ajari ibu melakukan intervensi stimulasi

perkembangan anak untuk mengatasi

penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya.

Lakukan pemeriksan kesehatan untuk

mencari kemungkinan adanya penyakit yang

menyebabkan penyimpangan perkembangan anak.

Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu

kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang

sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang

“Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada

penyimpangan (P).

Bila tahap perkembangan terjadi

penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah sakit

dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan

perkembangan (gerakan kasar, gerakan halus,

bicara dan bahasa, sosialisasi dan

kemandirian).

(Depkes, 2012, hlm 53)

11. TDD

Tujuan tes daya dengar adalah untuk

menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar

dapat segera ditindaklanjuti untuk

meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara

anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada

bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6

bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini

dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan

petugas terlatih. Alat yang diperlukan

adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar

binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia,

mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).

Cara melakukan TDD :

a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak

lahir, hitung umur anak dalam bulan.

b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai

denga umur anak.

c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua

pertanyaan dijawab oleh orang tua atau

pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan

lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari

orang tua atau pengasuh anak. Jawaban YA

jika menurut orang tua atau pengasuh, anak

dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.

Jawaban TIDAK jika menurut orang tua

atau pengasuh anak tidak dapat melakukannya

dalam sebulan terakhir.

d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih,

pertanyaan-pertanyaan berupa perintah

melalui orang tua atau pengasuh untuk

dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan

anak dalam melakukan perintah orang tua

atau pengasuh. Jawaban YA jika anak dapat

melakukan perintah orang tua atau

pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak

dapat atau tidak mau melakukan perintah

orang tua atau pengasuh.

Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD

yaitu bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK,

kemungkinan anak mengalami gangguan

pendengaran. Intervensinya dengan melakukan

tindak lanjut sesuai dengan buku

pedoman atau rujuk bila tidak dapat

ditanggulangi.

(Depkes, 2012. hlm. 70)

Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur

Anak (Depkes, 2012. hlm. 70)

UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN1. Perhatikan benda-benda

disekeliling anak seperti

sendok, cangkir, bola, bunga dan

sebagainya. Suruh anak

menyebutkan nama benda tersebut.

Apakah anak dapat menyebut nama

benda-benda tersebut dengan

benar ?

Ya Tidak

2. Suruh anak duduk, anda duduk

dalam jarak 3 meter di depan

anak. Suruh anak mengulangi

angka-angka yang telah anda

ucapkan : “Empat”, “satu”,

“delapan”, atau meniru dengan

jari tangannya. Kemudian tutp

mulut anda dengan buku atau

kertas, ucap empat angka yang

berlainan. Apakah anak dapat

mengulangi atau meniru ucapan

anda dengan menggunakan jari

tangannya ? (anda dapat

mengulanginya dengan suara yang

lebih keras)

Ya Tidak

12. TDL

Tujuan tes daya lihat adalah untuk

mendeteksi secara dini kelainan daya lihat

agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan

sehingga kesempatan untuk memperoleh

ketajaman daya lihat menjadi lebih

besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap

6 bulan pada anak usia prasekolah umur

36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh

tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas

terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan

yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen

chart.

(Depkes, 2012, hlm 71)

Cara melakukan tes daya lihat :

a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman

b. Gantung poster E atau snellen chart

setinggi mata anak pada posisi duduk

c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter

dari poster E atau snellen chart,

menghadap ke poster E atau snellen chart .

d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping

poster E atau snellen chart untuk

pemeriksa.

e. Pemeriksa memberikan kartu E pada

anak, latih anak dalam mengarahkan

kartu E yang ada ditangannya mengahadap

atas, bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk

pada poster E atau snellen chart. Lakukan

hal ini dengan benar sampai anak dapat

mengarah kan kartu E dengan benar.

f. Selanjutnya anak diminta menutup mata

dengan kertas atau buku, dengan alat

penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau

snellen chart, satu persatu, mulai baris

pertama sampai baris keempat atau baris E

terkecil yang masih dapat dilihat. Puji

anak setiap kali dapat mencocokkan

kartu E yang ada di tangannya dengan yang

ada di poster E atau snellen chart. Ulangi

pemeriksaan tersebut pada mata yang belum

diperiksa dengan cara yang sama.

g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat

dilihat, pada kertas yang telah

tersediakan: Mata kanan :……….

Mata kiri :……….

Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu

bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris

ketiga poster E atau snellen chart, artinya

anak tidak dapat mencocokkan arah kartu E

yang dipegangnya dengan yang ada pada poster

E atau snellen chart pada baris ketiga yang

ditunjuk oleh pemeriksa. Kemungkinan anak

mengalami gengguan daya lihat. Intervensi

yang dilakukan bila kemungkinan anak mengalami

gangguan penglihatan maka minta anak datang

lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada

peameriksaan berikutnya anak tidak dapat

melihat sampai baris yang sama maka rujuk

kerumah sakit dengan menuliskan mata yang

mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).

(Depkes, 2012, hlm 70)

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

Menurut Muslihatun, dkk (2010 : 268-284), langkah-

langkah asuhan kebidanan pada tumbuh kembang balita

yaitu :

I. PENGKAJIAN DATA

Data Subyektif pada pertumbuhan dan perkembangan

anak yang harus dikumpulkan, antara lain :

Riwayat kesehatan anak yang penting dan harus

dikaji meliputi :

b. Faktor genetik, meliputi kelainan atau

gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma

genetik.

c. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya

penyakit jantung, DM, penyakit ginjal,

penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin,

riwayat penganiayaan, riwayat abortus.

d. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC atau

tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsi,

infeksi, perkembangan janin terlalu

besar/terganggu, diabetes gestasional,

poli/oligohidramnion.

e. Faktor perinatal, meliputi prematur/post

matur, partus lama, penggunaan obat selama

persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,

posisi janin tidak normal, air ketuban

bercampur mekonium, amnionitis, KPD,

perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali

pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis

persalinan serta keadaan bayi baru lahir.

f. Riwayat pemberian nutrisi, meliputi pemberian

ASI eksklusif, pengganti ASI, makanan

pendamping ASI, atau makanan tambahan pada

anak.

g. Riwayat alergi, meliputi adanya riwayat

alergi makanan, debu dan obat-obatan pada

anak.

h. Riwayat imunisasi yang sudah diberikan,

meliputi imunisasi dasar dan imunisasi

anjuran yang diberikan pada anak.

i. Riwayat uji skrining yang pernah dilakukan.

j. Riwayat kesehatan

Data Obyektif pada pertumbuhan dan perkembangan

anak yang harus dikumpulkan anatara lain :

b. Penilaian pertumbuhan anak

Ada beberapa cara untuk menilai pertumbuhan

anak, antara lain :

1) Keadaan umum

2) Penilaian kesadaran

3) Pengukuran antropometri

a) Pengukuran berat badan

Pengukuran ini dilakukan untuk menilai

hasil peningkatan atau penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh, misalnya

tulang otot, lemak, cairan tubuh,

sehingga diketahui status keadaan gizi

dan tumbuh kembang anak. Berat badan juga

dijadikan dasar perhitungan dosis obat

dan makanan yang diperlukan untuk

pengobatan.

Penilaian berat badan berdasarkan umur

menurut WHO dengan baku NCHS secara

persentil, dengan penilaian sebagai

berikut: persentil ke 50-3 adalah normal,

dan kurang atau sama dengan tiga masuk

kategori abnormal (malnutrisi). Penilaian

berat badan berdasarkan tinggi badan,

menurut WHO dengan cara presentase dari

medium dan penilaiannya adalah sebagai

berikut : antara 80-90% malnutrisi

sedang, kurang dari 80% malnutrisi akut

(wasting).

Penilaian berat badan berdasarkan

tinggi badan dengan baku NCHS secara

persentil, dengan penilaian : persentil

ke 75 – 25 adalah normal, persentil ke

10-5 malnutrisi sedang, kurang dari

persentil kelima adalah malnutrisi berat

b) Pengukuran panjang badan / tinggi badan

Pengukuran ini digubakan untuk menilai

status perbaikan gizi disamping faktor

genetik. Pengukuran ini bisa dilakukan

dengan sangat mudah. Penilaian tinggi

badan berdasarkan umur menurut WHO dengan

baku NCHS secara presentase dari median

dan penilaiannya adalah lebih dari atau

sama dengan 90% normal, kurang dari 90%

abnormal (malnutrisi kronis)

c) Pengukuran lingkar kepala

Pengukuran lingkar kepala dapat

dilakukan untuk menilai pertumbuhan otak.

Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)

menunjukkan adanya retardasi mental,

apalagi otak besar (volume kepala

meningkat) terjadi akibat penyumbatan

aliran cairan cerebrospinal. Penilaian

menggunaan kurve lingkar kepala.

d) Pengukuran lingkar lengan atas

Penilaian ini digunakan untuk menilai

jaringan lemak dan otot. Penilaian ini

tidak cocok untuk menilai jaringan lemak

tubuh, tetapi dapat digunakan untuk

menilai status gizi pada anak pre

sekolah.

4) Pemeriksaan Fisik

Penilaian dilakukan dengan melihat bentuk

tubuh, perbandingan bagian tubuh, dan

anggota gerak lainnya, menentukan jaringan

otot dengan memeriksa lengan atas, pantat

dan paha, menentukan jaringan lemak pada

pemeriksaan triseps, memeriksa rambut serta

gigi gerigi.

a) Kepala : menilai lingkar kepala dan

ubun-ubun

b) Wajah : menilai kesimetrisan wajah,

adakah paralis wajah dan pembengkakan.

c) Mata : menilai visus, keadaan palpebra,

kelenjar lakrimalis, duktus

nasolakrimalis, sklera, kornea, pupil,

lensa dan bola mata.

d) Telinga : menilai telinga bagian luar

yaitu bentuk, besar, dan posisi daun

telinga, lubang telinga, membran

timpani, pembesaran daerah mastoid dan

fungsi pendengaran.

e) Hidung : menilai kelainan bentuk,

adanya epistaksis

f) Mulut : adakah trismus, halitosis,

labioskisis, edema, dan peradangan gusi,

kelainan pada lidah, ukuran dan adanya

tremor lidah, keadaan gigi dan

pengeluaran saliva.

g) Leher : menilai tekanan vena jugularis,

masa pada leher dan pembesaran kelenjar

tyroid.

h) Dada : untuk menilai bentuk dan besar

dada, kesimetrisan, gerakan dada,

detormitas penonjolan, pembengkakan, dan

kelainan lain.

i) Abdomen: dengan inspeksi bentuk dan

ukuran, auskultasi usus dan suara

bising, palpasi dinding abdomen, nyeri

tekan, pembesaran organ dan perkusi

abdomen. Auskultasi didahulukan agar

tidak terpengaruhi stimulasi dari luar,

antara lain palpasi dan perkusi. Periksa

organ hati, ginjal dan lambung.

Pemeriksaan dilanjutkan ke organ lain

seperti anus dan rektum.

j) Genetalia: Laki-laki perhatikan ukuran

dan bentuk penis, testis, kelainan,

lubang uretra dan peradangan testis dan

skrotum. Perempuan adalah epispadia,

tanda seks sekunder dan pengeluaran

pervagina.

k) Ekstremitas: periksa tulang, otot, dan

sendi, jari tubuh, nyeri tekan, gaya

berjalan, dan lain-lain.

5) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai

keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan

keadaan penyakit, serum protein (albumin

dan globulin), hormonal dan lain-lain.

6) Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai

umur tumbuh kembang seperti umur tulang

apalagi dicurigai adanya gangguan

pertumbuhan.

c. Penilaian perkembangan anak

Untuk menilai perkembangan anak, pertama

kali adalah melakukan wawancara tentang

faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan

dalam perkembangan. Langkah selanjutnya

adalah melakukan tes skrining perkembangan

dengan DDST, dan tes psikologi lain. Selain

itu, informasi bisa dilengkapi dengan

melakukan tes yang lain seperti, mengevaluasi

lingkungan anak, yaitu interaksi anak selama

ini, mengevaluasi fungsi penglihatan,

pendengaran, bicara, bahasa. Pemeriksaan

lainnya seperti pemeriksaan neurologis,

metabolik dan lain-lain juga bisa dilakukan

untuk melengkapi data perkembangan anak.

II. INTERPRETASI DATA

Melakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa, masalah dan kebutuhan tumbuh kembang

anak berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada

langkah I. Acuan untuk mendeteksi beberapa

kelainan tumbuh kembang anak antara lain: 10%

anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50%

anak akan mencapai kemampuan kemudian, 755 anak

akan mencapai kemampuan lebih kemudian, 90% anak

sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas

usia paling lambat masih dalam batas normal, dan

105 anak dimasukkan dalam kategori terlambat

apabila belum bisa mencapai kemampuannya.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosis atau

masalah yang sudah diidentifikasi.

IV. IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG

MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi anak.

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH

Merencanakan asuhan yang menyeluruh dan

rasional sesuai dengan temuan pada langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya apa yang berkaitan tetapi

juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

balita tersebut seperti apa yang diperkirakan

akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan, konseling, dan apakah perlu

menunjukkan klien bila ada masalah yang berkaitan

dengan sosial, ekonomi.

VI. MELAKSANAKAN PERENCANAAN

Pada langkah ini bidan mengarahkan atau

melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan

aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian

dilaksanakan oleh bidan, sebagian oleh klien

sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya.

Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan

sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya

memantau rencanannya benar-benar terlaksana).

Bila perlu kolaborasi dengan dokter misalnya

karena adanya komplikasi. Manajemen yang efisien

berhubungan dengan waktu, biaya, serta

peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua

rencana telah dilaksanakan.

VII. EVALUASI

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan

yang telah diberikan, apakah telah memenuhi

kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam

diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana

asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila

anak menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan

yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas

perkembangan sesuai dengan batasan ideal anak.