LP Askeb DDST pada Anak Pra Sekolah
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of LP Askeb DDST pada Anak Pra Sekolah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TEORI MEDIS
1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Prasekolah
a) Pengertian Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia
antara tiga sampai enam tahun.
(Patmonodewo, 1995)
Anak Prasekolah adalah pribadi yang
mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-
potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar
pribadi anak tersebut berkembang secara
optimal. Tertunda atau terhambatnya
pengembangan potensi-potensi itu akan
mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak-
kanak adalah salah satu bentuk pendidikan
prasekolah yang menyediakan program
pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai
memasuki pendidikan dasar.
(Supartini, 2004)
b) Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan
proses yang terjadi pada tiap makhluk. Pada
manusia terutama anak-anak, proses tumbuh
kembang ini terjadi dengan sangat cepat,
terutama pada periode tertentu.
(Depkes RI : 2004)
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran –
ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, LD,
dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan
ukuran sel – sel pada semua sistem organ
tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 48)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil proses pematangan.
(Soetjiingsih, 2005 : 1)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
(Pemkot Malang Dinkes, 2007 : 4)
c) Pertumbuhan Anak Pra Sekolah
Pertumbuhan masa prasekolah pada anak
yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya
berat badan mengalami kenaikan rata-rata
pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus,
akan tetapi aktivitas motoriknya
tinggi, dimana sistem tubuh sudah
mencapai kematangan, seperti berjalan,
melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada
pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya
rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap
tahunnya.
(Hidayat, 2009, hlm. 25)
d) Konsep Perkembangan Anak Pra Sekolah
Perkembangan merupakan proses yang tidak
akan berhenti. Masa prasekolah merupakan
fase perkembangan individu pada usia 2-6
tahun, perkembangan pada masa ini merupakan
masa perkembangan yang pendek tetapi
merupakan masa yang sangat penting.
(Fikriyanti, 2013, hlm.18)
2. Teori-teori Perkembangan
a) Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget
merupakan perubahan-perubahan yang terkait
usia yang terjadi dalam aktifitas
mental. Ia juga menyebutkan bahwa
kesuksesan perkembangan kognitif
mengikuti proses yang urutannya
melewati empat fase, yaitu fase
sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-
operasional (2-7 tahun), fase operasional
(7-11 tahun) dan fase operasional
formal (>11 tahun).
(Wong, 2008, hlm 118)
Dalam teori perkembangan ini anak
prasekolah termasuk dalam fase pra-
operasional, fase pra-operasional anak
belum mampu mengoperasionalisasikan apa
yang dipikirkan melalui tindakan
dalam pikiran anak.
(Wong, 2008, hlm 119)
b) Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock (2011), teori
perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson
yang mengemukakan bahwa perkembangan anak
selalu dipengaruhi oleh motivasi
sosial dan mencerminkan suatu keinginan
untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk
mencapai kematangan kepribadian
psikososial anak harus melewati
beberapa tahap yaitu : tahap percaya
dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap
kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun),
tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6
tahun), tahap terampil versus minder (6-12
tahun), tahap identidas versus kebingungan
peran (12-18 tahun).
(Wong, 2008, hlm 117)
Dalam teori perkembangan psikososial
anak prasekolah termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa
bersalah. Pada tahap ini anak mulai
mencari pengalaman baru secara aktif.
Apabila anak mendapat dukungan dari
orang tuanya untuk mengekplorasikan
keingintahuannya maka anak akan mengambil
inisiatif untuk suatu tindakan yang akan
dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah
maka akan tumbuh perasaan bersalah pada
diri anak.
(Wong, 2008, hlm 118)
c) Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama
kali dikemukakan oleh Sigmun Freud, ia
menggunakan istilah psikoseksual untuk
menjelaskan segala kesenangan seksual. Selama
masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh
tertentu memiliki makna psikologik yang
menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan
konflik baru yang secara bertahap
bergeser dari satu bagian tubuh ke
bagian tubuh lain pada tahap-tahap
perkembangan tertentu. Dalam
perkembangan psikoseksual anak dapat melalui
tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap
anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun),
tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital
(>12 tahun).
(Wong, 2008, hlm 117)
Dalam teori perkembangan psikoseksual
anak prasekolah termasuk dalam tahap
phalic, dalam tahap ini genital menjadi
area tubuh yang menarik dan sensitif
anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin
dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan
tersebut
(Wong, 2008, hlm 117)
d) Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh
Kohlberg dengan memandang tumbuh
kembang anak ditinjau dari segi moralitas
anak dalam menghadapi kehidupan, tahapan
perkembangan moral yaitu: tahap
prakonvensional (orientasi pada hukum dan
kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi
instrumental bijak), tahap konvensional,
tahap pasca konvensional (orientasi kontak
sosial).
(Wong, 2008, hlm 119)
Dalam teori perkembangan moral anak
prasekolah termasuk dalam tahap
prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini
anak terorientasi secara budaya dengan label
baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik
atau buruknya suatu tindakan dari
konsekuensi tindakan tersebut.
Dalam tahap ini anak tidak
memiliki konsep tatanan moral, mereka
menentukan prilaku yang benar terdiri atas
sesuatu yang memuaskan kebutuhan
mereka sendiri meskipun terkadang
kebutuhan orang lain. Hal tersebut
diinterpretasikan dengan cara yang
sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa
terimakasih atau keadilan.
(Wong, 2008, hlm. 120)
3. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersama dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
perubahan fungsi.
b) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap
anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.
c) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda sebagaimana
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing
anak.
d) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar
dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
e) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi
terbalik.
f) Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua
pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola
proksimodistal.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 4)
4. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Santrock (2011), Perkembangan dan
pertumbuhan mengikuti prinsip cephalocaudal dan
proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan
rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat
selalu terjadi diatas, yaitu di kepala.
Pertumbuhan fisik dan ukuran secara
bertahap bekerja dari atas kebawah,
perkembangan sensorik dan motorik juga
berkembang menurut prinsip ini, contohnya
bayi biasanya menggunakan tubuh bagian
atas sebelum meraka menggunakan tubuh
bagian bawahnya.
Prinsip proximodistal (dari dalam keluar)
yaitu pertumbuhan dan perkembangan
bergerak dari tubuh bagian dalam ke
luar. Anak-anak belajar mengembangkan
kemampuan tangan dan kaki bagian atas
( yang lebih dekat dengan bagian tengah
tubuh) baru kemudian bagian yang lebih jauh,
dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan
telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari
tangan dan kaki.
( Papalia, dkk, 2010, hlm 170)
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Anak Pra Sekolah
Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan
Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
a) Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang
dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai
tumbuh kembang. Yang termasuk faktor
herediter adalah bawaan, jenis kelamin,
ras, suku bangsa. Faktor ini dapat
ditentukan dengan intensitas dan kecepatan
alam: pembelahan sel telur, tingkat
sensitifitas jaringan terhaap rangsangan,
umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan
tulang.
b) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi
lingkungan pranatal, lingkungan postnatal,
dan faktor hormonal. Faktor pranatal
merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai
dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi
pada waktu ibu hamil, posisi janin,
penggunaan obat-obatan, alkohol atau
kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca
lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi
keluarga, nutrisi, posisi anak dalam keluarga
dan status kesehatan. Faktor hormonal
yang berperan dalam tumbuh kembang
anak antara lain. somatotrofin (growth
Hormon) yang berperan alam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan, dengan
menstimulasi terjadinya poliferasi sel
kartigo dan sistem skeletal. Hormon
tiroid menstimulasi metabolisme tubuh,
glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel
interstisial dari testis untuk memproduksi
testosteron dan ovarium untuk memproduksi
esterogen selanjutnya hormon tersebut
menstimulasi perkembangan seks baik pada
anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai
dengan peran hormonnya.
6. Kebutuhan Dasar Anak
a) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :
1) Pangan / gizi merupakan kebutuhan
terpenting.
2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau
sakit dll.
3) Papan/ pemukinan yang layak.
4) Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).
5) Sandang.
6) Kesegaran jasmani, rekreasi.
7) Dll.
b) Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)
1) Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.
2) Kasih sayang orang tua dapat memberikan
rasa aman.
3) Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong
dan dihargai, bukan dipaksa.
4) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
5) Pemberian kasih sayang dapat membentuk
harga diri anak. Hal ini bergantung pada
pola asuh, terutama pola asuh, terutama
pada asuh demokrasi dan kecerdasan
emosional.
6) Kemandirian
7) Dorongan dari orang disekelilingnya
8) Mendapat kesempatan dan pengalaman.
9) Menumbuhkan rasa memiliki
10) Kepemimpinan dan kerja sama
11) Pola pengasuhan keluarga yang terjadi
atas :
(a) Demokrasi (autoritatif)
(b) Dictator (otoriter) yang sering
menghukum atau menganiaya anaknya (child
abuse).
(c) Permisif (serba boleh).
(d) Tidak diperbolehkan.
12) Pemberian kasih sayang juga dapat
membentuk temperamen anak, seperti penurut
(easy), sulit diatur (difficult), dan
pemalu (slow to warm up).
c) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses
pembelajaran anak, stimulasi ini terdiri
atas pendidikan dan pelatihan.
2) Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang
ada di lingkungan anak, seperti bermain,
berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini
juga bisa berasal dari orang tua.
3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan
antar sel otak (sinaps).
4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan
berusia 6 bulan. Pada saat itu belum ada
hubungan antar sel otak.
Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk
rangsangan yang semakin kompleks. Dengan
demikian dapat merangsang otak kiri dan
kanan, sehingga terbentuklah multiple
intelligent dan juga kecerdasan yang lebih
luas dan tinggi
5) Stimulasi melalui bermain
Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa
melalui rangsangan suara, music, gerakan,
perabaan, bicara, bernyanyi, bermain,
memecahkan masalah, mencorat-coret atau
menggambar.
6) Kapan stimulasi dilakukan ?
(a) Stimulasi dapat dilakukan sejak janin
berusia 23 minggu pada masa-masa ini
merupakan awal terjadinya sinaptogenesis.
Stimulasi dilanjutkan sampai anak berusia
3 tahun ketika sinaptogenesis berakhir
dan berakhir dan usia 14 tahun yang
merupakan akhir pruning.
(b) Semakin dini dan semakin lama stimulasi
diberikan, maka akan semakin besar dan
lama manfaatnya.
7) Kebutuhan akan stimulasi
(a) Stimulasi dapat menunjang perkembangan
mental psikososial (agama, etika, moral,
kepribadian, kecerdasan, kreativitas,
ketrampilan, dsb).
(b) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan
pendidikan informal, formal dan non
formal.
(Vivian nanny, 2010 : 153)
7. Aspek-aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Aspek Pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan
pengukuran antropometri, pengukuran
antropometri meliputi pengukuran berat
badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar
kepala. Pengukuran berat badan
digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan
yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi
badan digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi disamping faktor genetik
sedangkan pengukuran lingkar kepala
dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak.
Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)
menunjukkan adanya retardasi mental,
apabila otaknya besar (volume kepala
meningkat) terjadi akibat penyumbatan
cairan serebrospinal.
(Hidayat, 2011, hlm 37)
b) Aspek perkembangan
1) Motorik kasar (gross motor) merupakan
keterampilan yang meliputi aktivitas
otot yang besar seperti gerakan
lengan dan berjalan.
(Santrock, 2011, hlm 210)
Perkembangan motorik kasar pada masa
prasekolah, diawali dengan kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama
1-5 detik, melompat dengan satu kaki,
membuat posisi merangkak dan lain-lain.
(Hidayat, 2009, hlm.25)
2) Motorik halus (fine motor Skills )
merupakan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan
koordinasi mata dan tangan yang
memerlukan koordinasi yang cermat.
(Papilia, Old & Feldman, 2010, hlm. 316)
Perkembangan motorik halus mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,
menggambar dua atau tiga bagian,
menggambar orang, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan dan sebagainya.
(Hidayat, 2009, hlm.26)
3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, mengkuti
perintah dan dan berbicara spontan.
Pada perkembangan bahasa diawali mampu
menyebut hingga empat gambar,
menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan
kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua
kata, meniru berbagai bunyi, mengerti
larangan dan sebagainya.
(Hidayat, 2009, hlm.26)
4) Prilaku sosial (personal social) adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi
sosial pada anak prasekolah yaitu
dapat berrmain dengan permainan
sederhana, mengenali anggota keluarganya,
menangis jika dimarahi, membuat permintaan
yang sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukan peningkatan kecemasan
terhadapa perpisahan dan sebagainya.
(Hidayat, 2009, hlm.26)
Untuk menilai perkembangan anak yang dapat
dilakukan adalah dengan wawancara
tentang faktor kemungkinan yang
menyebabkan gangguan dalam perkembangan,
kemudian melakukan tes skrining
perkembangan anak.
(Hidayat, 2009, hlm. 38)
8. Tahap Perkembangan Anak Pra Sekolah
Menurut Wong (2008), priode prasekolah
dimulai dari usia 3-6 tahun periode ini
dimulai dari waktu anak bergerak
sambil berdiri sampai mereka masuk
sekolah, dicirikan dengan aktivitas
yang tinggi. Pada masa ini merupakan
perkembangan fisik dan kepribadian yang pesat,
kemampuan interaksi sosial lebih luas,
memulai konsep diri, perkembangan
motorik berlangsung terus menerus
ditandai keterampilan motorik seperti berjalan,
berlari dan melompat.
9. Konsep DDST (Denver Developmen Screening Test)
a) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. DDST merupakan salah satu
dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes
diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan
untuk menafsirkan personal, sosial, motorik
halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak
mulai dari 1-6 tahun.
(Soetjiningsih, 2005 : 71)
b) Keuntungan DDST
1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan
usia.
2) Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
3) Monitor anak dengan resiko perkembangan.
4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
5) Memastikan apakah anak dengan persangkaan
pada kelainan perkembangan atau benar-benar
ada kelainan.
c) Alat yang digunakan.
1) Alat peraga : benang wol merah,
kismis/manik-manik, kubus warna merah,
kuning, ungu, biru, permainan anak, botol
kecil-kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,
dll.
2) Lembar DDST.
3) Buku petunjuk sebagai referensi yang
menjelaskan cara-cara melakukan tugas dan
cara penilaiannya.
d) Prinsip pelaksanaan DDST
1) Bertahap dan berkelanjutan.
2) Dimulai dari tahap perkembangan yang telah
dicapai anak.
3) Menggunakan alat bantu stimulasi yang
sederhana.
4) Suasana nyaman dan bervariasi.
5) Perhatikan gerakan spontan anak.
6) Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan
serta tidak menghukum.
7) Memberikan pujian (reinforcement) bila
berhasil melakukan test.
8) Sebelum uji coba, semua alat diletakkan
dulu diatas meja.
9) Pada saat test hanya satu alat saja yang
digunakan.
e) Sektor perkembangan / parameter yang
digunakan
1) Personal, social (kepribadian/tingkah laku
sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mendiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.
2) Adaptasi motorik halus (fine motor
adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian – bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh
otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan
untuk menggambar, memegang sesuatu benda,
dll.
3) Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap
suara, mengikuti perintah, dan berbicara
spontan.
4) Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 55)
f) Prosedur DDST
1) Lulus (pass)
(a) Apabila anak dapat melakukan uji coba
dengan baik.
(b) Ibu atau pengasuh member laporan (R)
tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukan dengan baik.
2) Gagal (failed)
(a) Apabila anak tidak dapat melakukan uji
coba dengan baik.
(b) Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa
anak tidak dapat melakukan tugas dengan
baik.
3) Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukan uji coba karena ada hambatan,
seperti retardasi mental dan down syndrome.
4) Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba
biasanya disebabkan karena faktor sesaat
seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk,
dll.
g) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)
1) Normal
(a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)
(b) Paling banyak 1 caution
(c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
2) Dicurigai (suspect)
(a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution
atau bila didapatkan 1 atau lebih delay
(b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk
menghilangkan factor sesaat (takut, lelah,
sakit. Tidak nyaman, dll).
3) Tidak teruji
(a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item
disebelah kiri garis umur
(b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-
90% (warna hijau) yang ditembus garis umur
(c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu
(Vivian nanny, 2010 : 60)
h) Pelaksanaan DDST
1) Menetapkan umur anak dengan patokan
(a) 30 hari = 1 bulan
(b) 12 bulan = 1 tahun
(c) ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 –
08 – 28
Tanggal lahir : 2006 –
06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2
tahun 2 bulan.
2) Menarik garis vertical saat test dilakukan
pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.
3) Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak
sebelah kiri.
R tugas perkembangan cukup ditanyakan pada
orang tua.
Nomor/angka tugas perkembangan di test
sesuai petunjuk dibalik formulir.
4) Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable /
untestable.
10. Skrining Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan)
Tujuan skrining atau pemeriksaan
perkembangan anak menggunakan KPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP
rutin adalah pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan
72 bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan
oleh tenaga kesehatan, guru TK dan
petugas PAUD terlatih. Alat atau instrumen
yang digunakan adalah formulir KPSP menurut
umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil,
kertas, bola tenis, bola besar dan kubus.
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak
harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal,
bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak
lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang
sesuai dengan umur anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu :
pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau
pengasuh anak, dan perintah kepada ibu
atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Tanyakan pertanyaan
secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau
Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir
tersebut. Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah terjawab.
(Depkes, 2012, hlm 52)
Interpretasi hasil KPSP yaitu
dengan menghitung jawaban YA, bila
ibu atau pengasuh anak menjawab : anak bisa
atau pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya. Sedangkan jawaban TIDAK, bila
ibu atau pengasuh menjawab anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu atau
pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“= 9
atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya“ = 7
atau 8, perkembangan anak meragukan (M). Jumlah
jawaban “Ya“ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P). Untuk Jawaban
TIDAK, perlu diperincikan jumlah jawaban Tidak
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu
bila perkembangan anak sesuai umur (S) maka
beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan
pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak, berikan stimulsi sesering
mungkin, sesuai dengan tahap perkembangan anak
dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin
menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang
kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan untuk
anak umur 24 sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan meragukan
(M), beri petunjuk pada ibu untuk melakukan
stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi,
ajari ibu melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya.
Lakukan pemeriksan kesehatan untuk
mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangan anak.
Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang
sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang
“Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
Bila tahap perkembangan terjadi
penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah sakit
dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerakan kasar, gerakan halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
(Depkes, 2012, hlm 53)
11. TDD
Tujuan tes daya dengar adalah untuk
menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara
anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada
bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6
bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini
dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan
petugas terlatih. Alat yang diperlukan
adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar
binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia,
mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir, hitung umur anak dalam bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai
denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua
pertanyaan dijawab oleh orang tua atau
pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan
lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari
orang tua atau pengasuh anak. Jawaban YA
jika menurut orang tua atau pengasuh, anak
dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.
Jawaban TIDAK jika menurut orang tua
atau pengasuh anak tidak dapat melakukannya
dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih,
pertanyaan-pertanyaan berupa perintah
melalui orang tua atau pengasuh untuk
dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan
anak dalam melakukan perintah orang tua
atau pengasuh. Jawaban YA jika anak dapat
melakukan perintah orang tua atau
pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak
dapat atau tidak mau melakukan perintah
orang tua atau pengasuh.
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD
yaitu bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK,
kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran. Intervensinya dengan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan buku
pedoman atau rujuk bila tidak dapat
ditanggulangi.
(Depkes, 2012. hlm. 70)
Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur
Anak (Depkes, 2012. hlm. 70)
UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN1. Perhatikan benda-benda
disekeliling anak seperti
sendok, cangkir, bola, bunga dan
sebagainya. Suruh anak
menyebutkan nama benda tersebut.
Apakah anak dapat menyebut nama
benda-benda tersebut dengan
benar ?
Ya Tidak
2. Suruh anak duduk, anda duduk
dalam jarak 3 meter di depan
anak. Suruh anak mengulangi
angka-angka yang telah anda
ucapkan : “Empat”, “satu”,
“delapan”, atau meniru dengan
jari tangannya. Kemudian tutp
mulut anda dengan buku atau
kertas, ucap empat angka yang
berlainan. Apakah anak dapat
mengulangi atau meniru ucapan
anda dengan menggunakan jari
tangannya ? (anda dapat
mengulanginya dengan suara yang
lebih keras)
Ya Tidak
12. TDL
Tujuan tes daya lihat adalah untuk
mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan
sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih
besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap
6 bulan pada anak usia prasekolah umur
36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas
terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan
yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen
chart.
(Depkes, 2012, hlm 71)
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung poster E atau snellen chart
setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter
dari poster E atau snellen chart,
menghadap ke poster E atau snellen chart .
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping
poster E atau snellen chart untuk
pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu E pada
anak, latih anak dalam mengarahkan
kartu E yang ada ditangannya mengahadap
atas, bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk
pada poster E atau snellen chart. Lakukan
hal ini dengan benar sampai anak dapat
mengarah kan kartu E dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup mata
dengan kertas atau buku, dengan alat
penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau
snellen chart, satu persatu, mulai baris
pertama sampai baris keempat atau baris E
terkecil yang masih dapat dilihat. Puji
anak setiap kali dapat mencocokkan
kartu E yang ada di tangannya dengan yang
ada di poster E atau snellen chart. Ulangi
pemeriksaan tersebut pada mata yang belum
diperiksa dengan cara yang sama.
g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat
dilihat, pada kertas yang telah
tersediakan: Mata kanan :……….
Mata kiri :……….
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu
bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster E atau snellen chart, artinya
anak tidak dapat mencocokkan arah kartu E
yang dipegangnya dengan yang ada pada poster
E atau snellen chart pada baris ketiga yang
ditunjuk oleh pemeriksa. Kemungkinan anak
mengalami gengguan daya lihat. Intervensi
yang dilakukan bila kemungkinan anak mengalami
gangguan penglihatan maka minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada
peameriksaan berikutnya anak tidak dapat
melihat sampai baris yang sama maka rujuk
kerumah sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
(Depkes, 2012, hlm 70)
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
Menurut Muslihatun, dkk (2010 : 268-284), langkah-
langkah asuhan kebidanan pada tumbuh kembang balita
yaitu :
I. PENGKAJIAN DATA
Data Subyektif pada pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harus dikumpulkan, antara lain :
Riwayat kesehatan anak yang penting dan harus
dikaji meliputi :
b. Faktor genetik, meliputi kelainan atau
gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma
genetik.
c. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya
penyakit jantung, DM, penyakit ginjal,
penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin,
riwayat penganiayaan, riwayat abortus.
d. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC atau
tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsi,
infeksi, perkembangan janin terlalu
besar/terganggu, diabetes gestasional,
poli/oligohidramnion.
e. Faktor perinatal, meliputi prematur/post
matur, partus lama, penggunaan obat selama
persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,
posisi janin tidak normal, air ketuban
bercampur mekonium, amnionitis, KPD,
perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali
pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis
persalinan serta keadaan bayi baru lahir.
f. Riwayat pemberian nutrisi, meliputi pemberian
ASI eksklusif, pengganti ASI, makanan
pendamping ASI, atau makanan tambahan pada
anak.
g. Riwayat alergi, meliputi adanya riwayat
alergi makanan, debu dan obat-obatan pada
anak.
h. Riwayat imunisasi yang sudah diberikan,
meliputi imunisasi dasar dan imunisasi
anjuran yang diberikan pada anak.
i. Riwayat uji skrining yang pernah dilakukan.
j. Riwayat kesehatan
Data Obyektif pada pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harus dikumpulkan anatara lain :
b. Penilaian pertumbuhan anak
Ada beberapa cara untuk menilai pertumbuhan
anak, antara lain :
1) Keadaan umum
2) Penilaian kesadaran
3) Pengukuran antropometri
a) Pengukuran berat badan
Pengukuran ini dilakukan untuk menilai
hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, misalnya
tulang otot, lemak, cairan tubuh,
sehingga diketahui status keadaan gizi
dan tumbuh kembang anak. Berat badan juga
dijadikan dasar perhitungan dosis obat
dan makanan yang diperlukan untuk
pengobatan.
Penilaian berat badan berdasarkan umur
menurut WHO dengan baku NCHS secara
persentil, dengan penilaian sebagai
berikut: persentil ke 50-3 adalah normal,
dan kurang atau sama dengan tiga masuk
kategori abnormal (malnutrisi). Penilaian
berat badan berdasarkan tinggi badan,
menurut WHO dengan cara presentase dari
medium dan penilaiannya adalah sebagai
berikut : antara 80-90% malnutrisi
sedang, kurang dari 80% malnutrisi akut
(wasting).
Penilaian berat badan berdasarkan
tinggi badan dengan baku NCHS secara
persentil, dengan penilaian : persentil
ke 75 – 25 adalah normal, persentil ke
10-5 malnutrisi sedang, kurang dari
persentil kelima adalah malnutrisi berat
b) Pengukuran panjang badan / tinggi badan
Pengukuran ini digubakan untuk menilai
status perbaikan gizi disamping faktor
genetik. Pengukuran ini bisa dilakukan
dengan sangat mudah. Penilaian tinggi
badan berdasarkan umur menurut WHO dengan
baku NCHS secara presentase dari median
dan penilaiannya adalah lebih dari atau
sama dengan 90% normal, kurang dari 90%
abnormal (malnutrisi kronis)
c) Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dapat
dilakukan untuk menilai pertumbuhan otak.
Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)
menunjukkan adanya retardasi mental,
apalagi otak besar (volume kepala
meningkat) terjadi akibat penyumbatan
aliran cairan cerebrospinal. Penilaian
menggunaan kurve lingkar kepala.
d) Pengukuran lingkar lengan atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai
jaringan lemak dan otot. Penilaian ini
tidak cocok untuk menilai jaringan lemak
tubuh, tetapi dapat digunakan untuk
menilai status gizi pada anak pre
sekolah.
4) Pemeriksaan Fisik
Penilaian dilakukan dengan melihat bentuk
tubuh, perbandingan bagian tubuh, dan
anggota gerak lainnya, menentukan jaringan
otot dengan memeriksa lengan atas, pantat
dan paha, menentukan jaringan lemak pada
pemeriksaan triseps, memeriksa rambut serta
gigi gerigi.
a) Kepala : menilai lingkar kepala dan
ubun-ubun
b) Wajah : menilai kesimetrisan wajah,
adakah paralis wajah dan pembengkakan.
c) Mata : menilai visus, keadaan palpebra,
kelenjar lakrimalis, duktus
nasolakrimalis, sklera, kornea, pupil,
lensa dan bola mata.
d) Telinga : menilai telinga bagian luar
yaitu bentuk, besar, dan posisi daun
telinga, lubang telinga, membran
timpani, pembesaran daerah mastoid dan
fungsi pendengaran.
e) Hidung : menilai kelainan bentuk,
adanya epistaksis
f) Mulut : adakah trismus, halitosis,
labioskisis, edema, dan peradangan gusi,
kelainan pada lidah, ukuran dan adanya
tremor lidah, keadaan gigi dan
pengeluaran saliva.
g) Leher : menilai tekanan vena jugularis,
masa pada leher dan pembesaran kelenjar
tyroid.
h) Dada : untuk menilai bentuk dan besar
dada, kesimetrisan, gerakan dada,
detormitas penonjolan, pembengkakan, dan
kelainan lain.
i) Abdomen: dengan inspeksi bentuk dan
ukuran, auskultasi usus dan suara
bising, palpasi dinding abdomen, nyeri
tekan, pembesaran organ dan perkusi
abdomen. Auskultasi didahulukan agar
tidak terpengaruhi stimulasi dari luar,
antara lain palpasi dan perkusi. Periksa
organ hati, ginjal dan lambung.
Pemeriksaan dilanjutkan ke organ lain
seperti anus dan rektum.
j) Genetalia: Laki-laki perhatikan ukuran
dan bentuk penis, testis, kelainan,
lubang uretra dan peradangan testis dan
skrotum. Perempuan adalah epispadia,
tanda seks sekunder dan pengeluaran
pervagina.
k) Ekstremitas: periksa tulang, otot, dan
sendi, jari tubuh, nyeri tekan, gaya
berjalan, dan lain-lain.
5) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan
keadaan penyakit, serum protein (albumin
dan globulin), hormonal dan lain-lain.
6) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
umur tumbuh kembang seperti umur tulang
apalagi dicurigai adanya gangguan
pertumbuhan.
c. Penilaian perkembangan anak
Untuk menilai perkembangan anak, pertama
kali adalah melakukan wawancara tentang
faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan
dalam perkembangan. Langkah selanjutnya
adalah melakukan tes skrining perkembangan
dengan DDST, dan tes psikologi lain. Selain
itu, informasi bisa dilengkapi dengan
melakukan tes yang lain seperti, mengevaluasi
lingkungan anak, yaitu interaksi anak selama
ini, mengevaluasi fungsi penglihatan,
pendengaran, bicara, bahasa. Pemeriksaan
lainnya seperti pemeriksaan neurologis,
metabolik dan lain-lain juga bisa dilakukan
untuk melengkapi data perkembangan anak.
II. INTERPRETASI DATA
Melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa, masalah dan kebutuhan tumbuh kembang
anak berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada
langkah I. Acuan untuk mendeteksi beberapa
kelainan tumbuh kembang anak antara lain: 10%
anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50%
anak akan mencapai kemampuan kemudian, 755 anak
akan mencapai kemampuan lebih kemudian, 90% anak
sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas
usia paling lambat masih dalam batas normal, dan
105 anak dimasukkan dalam kategori terlambat
apabila belum bisa mencapai kemampuannya.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosis atau
masalah yang sudah diidentifikasi.
IV. IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG
MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi anak.
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Merencanakan asuhan yang menyeluruh dan
rasional sesuai dengan temuan pada langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya apa yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
balita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
menunjukkan klien bila ada masalah yang berkaitan
dengan sosial, ekonomi.
VI. MELAKSANAKAN PERENCANAAN
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau
melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan
aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian
dilaksanakan oleh bidan, sebagian oleh klien
sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya.
Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan
sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya
memantau rencanannya benar-benar terlaksana).
Bila perlu kolaborasi dengan dokter misalnya
karena adanya komplikasi. Manajemen yang efisien
berhubungan dengan waktu, biaya, serta
peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua
rencana telah dilaksanakan.
VII. EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan
yang telah diberikan, apakah telah memenuhi
kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam
diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana
asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila
anak menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas
perkembangan sesuai dengan batasan ideal anak.