Arah Perekonomian Indonesia:Kelas Menengah dan Perspektif 2014
Transcript of Arah Perekonomian Indonesia:Kelas Menengah dan Perspektif 2014
Ekonomi Politik Pembangunan
Arah Perekonomian Indonesia:Kelas Menengah dan Perspektif 2014
Teuku Ramzy Farrazy
FISIP
Hubungan Internasional
Universitas Nasional
11-011
1
A.Latar Belakang
Pada era reformasi ini banyak hal yang dapat dibahas dari perekonomian
Indonesia yang selalu menarik perhatian dunia.Runtuhnya orde baru
meninggalkan banyak hal,yang dalam memori masyarakat Indonesia
tentunya amat lekat akan asosiasi “pembangunan”.Awal bertahtanya the
Smiling General pun telah diikuti kontroversi pengesahan Undang-Undang
No.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing yang menjadi karpet merah bagi
masuknya Freeport ke Papua,sebuah awal neokolonialisme di
Indonesia.Soeharto sebagai sang Jendral dengan orde baru nya yang
ditujukan untuk membentuk suatu tata pemerintahan baru selepas
jatuhnya Soekarno,menggelontorkan cukup banyak dana untuk apa yang ia
sebut sebagai pembangunan.
Beribu-ribu desa dan kampung di Jawa seketika terang benderang dialiri
listrik PLN pada masa REPELITA1.Pembangunan ini-meski terkonsentrasi di
Pulau Jawa-tipikal pembangunan pada era colonial,cukup menyita simpati
dan menggalang dukungan besar dari rakyat Indonesia yang mayoritas
memang berdomisili di Jawa.Hal ini tentu sangat efisien,pemerintah
memang harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur di wilayah yang
memang padat secara demografi dan potensial secara ekonomi.
Pembangunan pada era orba juga identik dengan ciri sentralistik,belum
adanya otonomi daerah yang bersifat desentralisasi,membuat pemerintah
pusat menjadi kewalahan dalam agenda pembangunan,hal ini memang masuk
akal mengingat wilayah Negara yang berbentuk kepulauan yang terpencar
sepanjang garis khatulistiwa.Namun,pembangunan ekonomi Indonesia pada1 Rencana Pembangunan Lima Tahun,sebuah kebijakan pembangunan ekonomi khas orba
2
era orba tidaklah sepenuhnya bersifat kapitalis.Ciri pembangunan
bertahap yang ditunjukkan melalui REPELITA tentunya merupakan ciri
pembangunan ekonomi yang amat sosialis.Dan hal ini tampak dalam klaim
orba bahwa pembangunan perekonomian Indonesia berdasarkan saka guru
Pancasila atau ekonomi pancasila atau disebut juga sebauh ekonomi
campuran,yang memasukkan unsure-unsur baik dari Liberalisme dan juga
Sosialisme.
Di era Reformasi ini,tentunya bukan rahasia lagi bahwa Indonesia
seperti kehilangan arah pembangunan.Dihapuskannya Garis-Garis Besar
Haluan Negara/GBHN tentu merupakan suatu hal yang fatal
dilakukan,seakan selepas dari cengkeraman Soeharto ,segala hal yang
baik turut dihapuskan seketika.GBHN tersebut digantikan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
visi-misi masing-masing capres .Lalu masuklah visi misi tersebut
kedalam rumusan RAPBN yang akan digodok di DPR dan menjadi APBN,dan
kemudian lagi dikena yang namanya APBN perubahan,sebuah celah masuk
korupsi.Visi pembangunan SBY yang menargetkan Indonesia menjadi Negara
berkekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 20452 (tepat pada 100 tahun
peringatan kemerdekaan Indonesia) tentu tidaklah terlalu muluk,namun
juga perlu diingat bahwa visi tersebut dirasa oleh sebagian kalangan
sebagai visi yang terlalu ambisius.
Kini,Indonesia memasuki tahun pemilu,sebuah tahun yang penuh dengan
gejolak dan potensi konflik yang terbuka,intrik politik dan berbagai
spekulasi akan arah kemudi Negara Indonesia
kedepannya.Pertanyaannya,siapakah dan bagaimanakah nantinya jika salah
satu dari tiga kandidat terkuat seperti Joko Widodo,Prabowo Subianto
2 Tertuang dalam Masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI)
3
dan Aburizal Bakrie-terpilih dan menjalankan pembangunan perekonomian
Indonesia?Apakah liberalism yang begitu nyata digunakan oleh SBY akan
dilanjutkan atau akan ada aroma sosialisme?atau malah campuran akan
keduanya seperti pada era orba?Siapapun itu,mereka mau tidak mau akan
mempertimbangkan bahwa 140 juta kelas menengah yang merupakan 56%
penduduk Indonesia sebagai salah satu factor atraktifnya Indonesia
dimata investor asing,merupakan salah satu lahan yang harus digarap
secara serius.
Dalam mendefinisikan Kelas menengah,terkait juga dengan tiga
kepentingan yaitu agregat politik,segmentasi pasar dan
kesejahteraan.Perbedaan dalam pandanganpolitik seseorang dipengaruhi
posisinya dalam strata social.Maka,mengetahui karakteristik kelas
menengah juga merupakan langkah tepat untuk mengetahu strategi apa
yang harus dipakai dalam kampanye politik.Perlu diingat,kelas menengah
yang besar merupakan salah satu kelompok penting yang memeiliki banyak
kepentingan ketika terjadi suatu perubahan social,seperti pada era
reformasi misalnya.
Berkaitan dengan segmentasi pasar,pemetaan kelas menengah Indonesia
yang berkarakter konsumtif, juga turut berguna untuk membantu
penetrasi pasar,potensi yang berkaitan dengan komoditas dan gaya
hidup.Beberapa waktu lalu penulis sempat mengikuti sebuah survey
konsumen produk kopi tertentu yang dalam survey tersebut penting untuk
mengetahui gaya hidup dan konsumsi rutin,terutama yang berkaitan
dengan kopi sejenis dan juga kopi dari produsen yang berbeda.Hal ini
turut membantu produsen mengetahui produk kopi seperti apa yang
disukai konsumen dan akan laris terjual ketika dilempar ke pasar.
4
Mengenai kesejahteraan,tentunya tidak terlepas dari pkinerja
pemerintah dan angka kaum miskin.Tingginya angka kemiskinan sering
dikaitkan dengan buruknya kinerja pemerintah dan oleh karenanya kaum
miskin masih menjadi salah satu sorotan utama dalam rencana
pembangunan ekonomi,disamping kelas menengah.
Secara subjektif,pengelompokan kelas dibentuk berdasarkan
pengakuan,sedangkan secara objektif,dibentuk berdasarkan suatu patokan
atau indicator tertentu.Seperti Lloyd Warner (1949) yang menggunakan
indicator pekerjaan,pendapatan,kualitas rumah tinggal dan area
pemukiman.Atau klasifikasi AB Hollingsfeld (1971) yang menggunakan
klasifikasi pekerjaan dan pendidikan dalam mengklasifikasi kelas
atas,menengah atas,menengah,menengah bawah,dan kelas bawah.
Namun criteria yang pada saat ini umum diacu adalah standar World Bank
atau Bank Dunia yaitu criteria penggolongan pengeluaran:pengeluaran
dibawah dua USD per hari dikategorikan sebagai kelas sangat miskin,2-4
USD per hari sebagai kelas bawah,4-10 USD sebagai kelas menengah,10-20
USD sebagai kelas menengah atas,dan diatas 20 USD per hari sebagai
kelas atas.
Setelah dikonversikan nilai USD tersebut dengan keseimbangan
kemamouan belanja/purchasing power parity(PPP),yang disebut sebagai
kelas menengah Indonesia adalah mereka yang mengeluarkan Rp50.000,00
sampai dengan Rp125.000,00 per harinya.
B.Kerangka Teori
Warna Liberal dan Kekuatan Kelas Menengah
5
Warna perekonomian dunia yang semakin liberal dengan perdagangan bebas
dibuka dimana-mana,Turut mengubah Perekonomian Indonesia pada era
reformasi ini telah menjadi sangat Liberalis,meskipun terdapat sedikit
sekali ciri sosialis seperti bantuan langsung tunai,subsidi,jaminan
social dan sebagainya yang pro kerakyatan,namun ciri Liberal adalah
cirri yang dominan dalam perekonomian Indonesia dan juga bahkan banyak
Negara lainnya seperti Tiongkok,Vietnam.Abad Asia ini telah memuculkan
banyak orang kaya baru di benua tersebut .Di Indonesia sendiri pada
2013,jumlah orang kaya telah bertambah seperti dirilis Forbes
Asia,dengan kenaikan 1% per tahun.Bahkan Nilai asset dari 50 orang
terkaya di Indonesia saja sudah berkisar separuh nilai hutang
pemerintah RI yaitu USD 95 Milliar.Hal ini menunjukkan bahwa
mekanisme pembangunan liberal yang dijalankan pemerintah berjalan
dengan baik.Akan semakin lebih liberal lagi bahkan,setelah Desember
2013 lalu pemerintah mengesahkan Revisi Daftar Negatif Investasi3 yang
diantaranya memperluas kesempatan kepemilikan dan kepengelolaan asset-
aset strategis seperti bandara,terminal dan industry periklanan kepada
investor asing dengan porsi variatif,mulai dari 35%,67% hingga 90%
atau lebih.
Adanya invisible hand semakin berperan dalam menggerakkan roda
perekonomian yang mayoritas merupakan bersifat konsumsi domestic,serta
tumbuhnya golongan ekonomi kelas menengah (middle class) yang luar
biasa ,berawal dari ditopangnya Indonesia oleh usaha kecil dan
menengah (UKM) yang relative tidak terkena imbas krisis dan menjadi last
group standing pada saat ekonomi 1998 ataupun 2008.Seperti diketahui
bahwa jumlah kelas menengah Indonesia adalah 140 Juta dan orang-orang
ini adalah orang yang membutuhkan pelayanan lebih,pendidikan lebih
3 Revisi atas Perpres No 36 tahun 2010
6
baik dan tinggi,perumahan yang lebih baik,pelayanan kesehatan lebih
canggih,konsumsi gadget dan makanan yang lebih berkelas,serta rekreasi
rutin yang menguras biaya.Artinya,kelas ini menjadi incaran empuk bagi
investor asing,Multi National Corporates/MNC’s yang kian mudah
memasuki Indonesia melalui kebijakan-kebijakan dan insentif yang
ada,guna membuat Negara ini menjadi semakin atraktif dan menarik di
mata Investor asing.Upah buruh yang relative kompetitif dibandingkan
Tiongkok,menjadi salah satu nilai plus juga.
Dalam aliran neo-klasik,pertumbuhan selalu bersifat gradual yang
artinya adalah terus menerus.Proses tersebut menurut Alfred Marshall
merupakan sesuatu yang sama dengan sebuah organism yang akan terus
bertumbuh dalam suatu proses.Namun ketiadaan proteksi pemerintah bisa
digarisbawahi seperti pada contoh ritel.Alfamart,Indomart dan Sevan
Eleven merupakan pemain utama di Jakarta Selatan,sebagai contoh.Dan
kehadiran mereka telah menggusur sedikit demi sedikit pedagang
kelontong dan warung tradisional bahkan pasar,dikarenakan kompetisi
yang tidak adil.Tentu warga akan lebih memilih untuk berbelanja di
tempat yang sejuk berpendingin ruangan dibandingkan tempat yang bau
lagi becek.Inilah yan merupakan kekuatan liberalism yang mau tidak mau
tidak dapat dihindari pada era ini,bahkan koperasi sekalipun yang
menjadi soko guru perekonomian bangsa semakin tidak jelas
eksistensinya.Proses pertumbuhan ketiga ritel diatas pun berlangsung
secara gradual,yang sekarang semakin menjamur kearah pinggiran
suburban dan kompleks perumahan.Jika dapat diibaratkan,persaingan ini
menjadi seperti seorang tentara berkuda melawan tentara yang
mengendarai tank lapis baja.Kreatifitas para pemilik modal juga turut
bermain dalam proses gradual tersebut,seperti jika kita amati ada yang
disebut sebagai tren budaya nongkrong ala anak muda,di era ini,yang
7
diadopsi oleh seven eleven dan indomaret sebagai salah satu strategi
dalam melaksanakan pertumbuhan bisnisnya.Anak muda akan betah lama-
lama nongkrong di ruangan terseut yang sejuk,nyaman,tersedia wifi,dan
dengan berlama-lama disana otomatis mereka akan semakin merogoh
koceknya untuk membeli minum,paling tidak.
Petumbuhan yang semakin meningkat ini menurut Marshall akan
menghasilkan apa yang disebut sebagai pertumbuhan yang harmonis dan
kumulatif.Dengan diakusisinya berbagai toko kelontong dan warung untuk
menjadi ‘mart’-‘mart’ yang baru,dan akan terjalinnya kerjasama yang
dirasa cukup menguntungkan kedua belah pihak,hal ini diterapkan oleh
alfamart yang menjalin kerjasama dengan usaha kecil dan menengah
seperti kebab,jusbuah dan donat kentang misalnya,untuk membuka kios
didepan alfamart tersebut guna member ruang bagi pemilik modal
kecil.Hal ini dapat digunakan sebagai tameng peredam kritik atas
kapitalisme ‘mart’ yang makin menjamur,ditengah affirmative action4
pemerintah yang masih minim.
Teori Petumbuhan Rostow
Dalam teori pertumbuhan rostow 5dikenal apa yang disebut sebagai
tahapan proses pembangunan ekonomi suatu Negara,yaitu sebagai berikut:
1. Tahap perekonomian tradisional
2. Tahap prakondisi tinggal landas
3. Tahap tinggal landas
4. Tahap menuju kedewasaan
5. Tahap konsumsi massa tinggi
4 keberpihakan5 Walt Whitman Rostow
8
Indonesia merupakan Negara yang masih masuk kedalam tahap nomor dua
yaitu prakondisi tinggal landas.Sebuah tahap dimana bercirikan
transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industry,dengan
ciri utama yaitu dinamisnya gerak perekonomian,munculnya industry-
industri,perkembangan ekonomi dan lembaga keuangan serta maraknya
investasi terutama pada sector manufaktur.
Untuk mencapai tahap ketiga,Indonesia setidaknya butuh perubahan pola
dan motif ekonomi masyarakat .Jika tahap pertama dan kedua saling
terkait dan sudah tercapai oleh Indonesia,maka untuk menjalani tahap
ketiga ini diperlukan hanya dua dasawarsa saja menurut Rostow,seperti
patokan pengalaman Negara-negara Eropa pada umumnya(tentu disini
Rostow tidak dapat begitu saja membandingkan Indonesia dengan Eropa
yang mana permasalahan disini lebih kompleks ) serta dibutuhkan sebuah
iklim kondusif yang juga memerlukan perubahan masyarakat,perubahan
disini yakni sebuah perubahan wajah yang tengah terjadi di
Indonesia,yang semakin didominasi penduduk kelas menengah dan berusia
muda produktif.
C.Arah Perekonomian Pasca 2014
Arah perekonomian Indonesia pasca 2014 sangat menarik untuk
diprediksi.Sebelum membahas arah kebijakan ekonomi tiga kandidat kuat
yaitu Joko Widodo,Prabowo dan Aburizal Bakrie,mari kita membahas
sedikit mengenai kelas menengah Indonesia yang merupakan salah satu
golongan terpenting di negeri ini,disamping pemilih muda tentunya,dan
terutama menajadi konstituen terpenting dalam menjaring suara.
Kelas menengah Indonesia merupakan kelas menengah yang konsumtif dan
canggih.Dapat membeli melalui pasar ataupun online dengan potensi
omzet yang menggiurkan.Jakarta pun memiliki Pusat perbelanjaan
9
terbanyak di dunia dengan hampir mendekati 200 shopping mall6,sehingga
dinobatkan menjadi ibukota mall dunia.Kelas Menengah ini merupakan
kelas yang intelektual,berpendidikan lebih baik,tidak terlalu apatis
terhadap politik sehingga tingkat dukungan suara dipastikan tinggi.
Middle Class Trap
Berdasarkan data Bank Dunia,jumlah kelas menengah Indonesia bertambah
56%,dan kelipatgandaan ini beranjak dari sekitar 37 juta jiwa pada
tahun 2003,menjadi sekitar 140 juta jiwa pada 2010.Bank Indonesia pun
telah menyatakan dengan mantap bahwa Negara berada pada kondisi
perekonomian menengah,bertrasnsisi menuju menengah
keatas,menguntungkan poternsi pasar domestic yang semakin
membesar.Namun ada yang perlu dicatat,bahwa BI melihat keberadaan
kelas menengah ini sebagai proses mengurai kelemahan structural.Hal
ini berpotensi mengganggu upaya meningkatnya perekonomian ke tingkat
lebih tinggi.Konsumtifnya kelas menengah Indonesia yang tidak
diimbangi dengan produktifitas ,dan sebuah kemandekan paska pesatnya
pertumbuhan ekonomi.Saat ekonomi melambat,dibarengi dengan mandeknya
peningkatan standar hidup disaat ekonomi belum mencapai seperti
Negara-negara maju.
BI melihat kelas menengah berekspansi dalam permintaan barang dan jasa
yang semakin kompleks,dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang
terlalu cepat dan rentan terhadap koreksi.Kendala tersebut merupakan
gambaran ketidak seimbangan antara struktur permintaan agregat dan
kapabilitas di sisi penawaran.Dari sisi penawaran,struktur produksi
6 Secara resmi,Jakarta memiliki 173 mall dan menghabiskan lahan seluas 3.920.618 meter persegi,berdasarkan data Cushman and Wakefield pada 2014.Tren pengembangan mall yaitu bergerak kearah Bodetabek(suburban).Berdasarkan data Colliers International,pada 2016 Jabodetabek akan memiliki 11 mall baru termasuk Bintaro Exchange Mall.
10
yang terbentuk satu dasawarsa terakhir dirasa semakin obsolent atau
ketinggalan zaman yaitu sebuah industry dengan warisan Sumberdaya
alam/SDA dan padatnya tenaga kerja sebagai modal dasar pembangunan.
Ciri kelas menengah antara lain keinginan membeli barang dan jasa
dengan kualitas dan nilai tambah yang semakin tinggi,otomatis
dibutuhkan sebuah basis keunggulan dan kapabilitas industry yang
meningkat.Maka,diperlukan aspek konektivitas baik digital maupun
fisik,serta perbaikan menejemen energy,serta perbaikan iklim usaha
termasuk kepastian hukum dan kemudahan memulai usaha.
Terlebih tahun 2015 kita akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
mana akan menjadi tolak ukur transisi struktur perekonomian
Indonesia, dalam posisi menengah.Akankah dengan kekuatan kelas
menengah ini Indonesia dapat menjadi pemain utama,ataukah menjadi
sasaran utama saja?
Kebijakan Calon RI1
Salah satu jualan utama partai politik ataupun calon presiden dalam
kampanye tahun 2014 ini masih mengangkat isu ekonomi dan berbagai isu
turunannya seperti sembako murah,janji menciptakan lapangan pekerjaan
dan lainnya.Bagaimana dengan pilpres?muncul tiga kandidat terkuat
yaitu Joko Widodo (Jokowi),Prabowo Subianto (Prabowo) dan Aburizal
Bakrie (ARB)berdasarkan berbagai hasil survey, seperti CSIS dan
LSI,mereka adalah calon-calon terkuat untuk menuju kursi RI1.Analisis
ini mengesampingkan calon dari Partai Demokrat dikarenakan kecil
kemungkinan PD mengirim calon presiden terkait lambannya konvensi
11
capres PD.Penulis akan membahas analisis arah pembangunan ekonomi
masing-masing calon diatas terkait dengan kelas menengah Indonesia
sebagai salah satu kekuatan utama sekaligus lumbung suara yang seksi.
Jokowi
Jokowi yang disusung Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan atau PDI-
P,sudah pasti akan melaju menuju RI1 setelah berkoalisi dengan partai
Nasional Demokrat/Nasdem dan direncanakan akan menggalang koalisi
dengan beberapa parpol Islam.Bahkan diisukan akan berduet dengan Jusuf
Kalla dalam kontestasi Pilpres Juli 2014 nanti.
Terkait statusnya sebagai calon presiden,kita dapat melihat dari rekam
jejak atau track recordnya.Jokowi dikenal dengan berbagai kebijakan
yang populis dan sosialis,seperti Jaminan Kesehatan Nasional(JKN),dan
keberpihakan atau adanya affirmative action terhadap pedagang
kecil,hal ini menjadi ciri khas utama Jokowi semenjak masih memimpin
Solo,dan ia lanjutkan ketika memimpin Jakarta,dengan penataan pasar
blok G Tanah Abang dan berbagai kawasan kumuh dan semrawut,menjadi
kawasan yang hijau,produktif dan manusiawi.Bahkan dalam kasus blok
G,Jokowi tak tanggung-tanggung dalam membantu pedagang-pedagang
tersebut dengan promosi khusus melalui baliho raksasa di pinggir
jalan.
Adapun visi misi Jokowi dalam pilpres 2014 yaitu focus melaksanakan
pembangunan ekonomi terhadap dua sector utama yaitu pertanian dan
kelautan,dua sector yang merupakan sector tradisional perekonomian
bangsa Indonesia,yang mana hal tersebut berarti akan ada keberpihakan
terhadap petani dan nelayan,dimana kaum petani di Indonesia secara
umum dan mayoritas masih berstatus petani penggarap,sementara nelayan
Indonesia yang diabaikan paska tumbangnya orde baru dengan berkali-
12
kali ganti kebijakan kelautan dan perikanan,masih mengandalkan perahu
and jarring tradisional seperti perahu-perahu lama yang tak memiliki
Global Positioning System/GPS,ataupun navigasi dan sonar,minimnya
modal untuk budidaya,dan juga mandeknya program-program seperti
minapolitan,mina bahari dan sebagainya.Jokowi yang mengusung warna
wong cilik,sudah pasti akan berpihak terhadap nelayan-nelayan dan
petani miskin tersebut.Yang mana artinya akan mengudang kekhawatiran
yang cukup berarti dari kalangan kapitalis dan investor asing,Terutama
kita ketahui bahwasanya Megawati sebagai “Godmother” bagi Jokowi,tentu
ingin memperbaiki citra dengan belajar dari pengalaman,bahwa di masa
kepemimpinannya ia telah banyak menjual asset-aset Negara seperti
Indosat.Tentu ia tidak mau citra tersebut melekat dan hal itu
dikuatkan dengan telah sahnya Undang-Undang Mineral dan batubara 7yang
baru yang lebih berkesan nasionalis.Jokowi dengan jargon wong ciliknya
sudah pasti akan menerapkan perekonomian yang sosialis.
Prabowo
Prabowo dari Partai Gerindra,yang sudah mantap berkoalisi dengan
Partai Persatuan dan Pembangunan /PPP,tampil sebagai sosok yang tegas
dan visioner,terlepas dari kontroversi keterlibatannya dalam beberapa
kasus pelangaran HAM berat yang belum selesai,ia memiliki beberapa
visi misi yang akan diangkat dalam kontestasi pilpres 2014.
Prabowo mengangkat isu “paradox Indonesia”,bangsa yang kaya namun
miskin.Untuk mengatasinya,menurut Prabowo,Indonesia harus belajar
banyak dari para pendiri bangsa yang visioner dalam melihat arah
pembangunan Indonesia kedepannya,yang tertuang dalam UUD 1945,sebuah
7 UU no 4 tahun 2009 ditegaskan dalam PP No.1 tahun 2014 tentang Minerba,yang mewajibkan pemegang kontrak karya melakukan pemurnian hasil tambang di dalam negeri,guna menghasilkan nilai tambah bagi pembangunan daerah.
13
ekonomi kerakyatan,yang kini mulai dilirik oleh Barat,seperti Presdien
AS Barrack Obama yang menyebut system ekonomi campuran seperti ini
sebagai “the Third Way”.
Prabowo juga menyoroti kebocoran anggaran,sebesar RP 1.160 Trilyun
setiap tahunnya,yang berasal dari factor-faktor hilangnya potensi
penerimaan pajak sebesar Rp 360 Trilyun,kebocoran APBN Rp500
Trilyun,dan anggaran untuk subsidi energy sebesar Rp300 trilyun.
Selain itu,focus membenahi ketahanan pangan dan energy juga
penting.Menurutnya,Pertanian harus tetap menjadi lokomotif utama
penggerak perekonomian bangsa.Dari sini jelas sekali bahwasanya
Prabowo akan menerapkan perekonomian yang bercirikan “campuran”.
ARB
Aburizal Bakrie dari Golongan Karya,meraih banyak simpati wong cilik
dari kampanye yang membawa nuansa orde baru Soeharto,sebuah era yang
mengusung semangat pembangunan,sesuatu yagn dirindukan rakyat.Dan visi
misinya yaitu Pertumbuhan ekonomi yang tinggi,pemerataan
pertumbuhan,stabilitas politik dan nasionalisme Indonesia dalam era
globalisasi.
Menurutnya,Indonesia tidak perlu menunggu 30 tahun untuk menjadi maju
apabila menyatukan langkah dan menyamai prestasi Tiongkok.Dengan
menargetkan pertumbuhan sebesar 9%,angka yang sangat optimis,ARB
meyakini Indonesia dapat mencapai hak tersebut dalam dua decade
kedepan.
ARB mengungkap pencalonannya sebagai bentuk tanggungjawab nya terhadap
perekonomian bangsa.terkait masa lalunya yang mengganjal dalam kasus
Lapindo Brantas dan penghindaran pajak,ARB tampak tidak terganggu dan
14
menjadika hal tersebut sebagai beban.Dilihat dari visi misinya,tampak
jelas bahwa nuansa Liberal akan diusung oleh Aburizal Bakrie,karena ia
menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Suara Kelas Menengah
Berdasarkan hasil survey dari Alvara research centre pad a 7 Februari
2014,terdapat empat tipologi suara kelas menengah dalam pemilu 2014.
1. Swing voters
2. Rational voters
3. Apathetic voters
4. Conservative voters
Swing voters atau pemilih galau ini merupakan yang terbesar,berkisar
antara 27 %.Ciri khas dari mereka yaitu mengikuti arah kemana
mayoritas warga memilih kandidatnya,serta cenderung tidak loyal
terhadap pilihannya.Kelompok ini paling banyak terpengaruh oleh
propaganda media.
Rational voters atau pemilih cerdas berkisar 25%,mereka memilih
berdasarkan platform,ideology dan figure,serta mayoritas sudah
menentukan pilihan sebelum pemilu.Apathetic voters atau pemilih cuek
juga berjumlah 25%,kelompok ini didominasi kaum muda yang apatis dan
tidak tahu akan memilih siapa,atau bahkan ragu akan memilih atau tidak
memilih.Adapun Concervative voters atau pemilih kolot yang didominasi
kaum muda-dewasa,cenderung memilih pemimpin yang berlatarbelakang
agama yang sama.Pemilih ini berjumlah 22%.Pemilih kolot dan pemilih
cuek merupakan dua golongan kelas menengah yang belum menentukan
pilihan pada pilpres nanti.
15
Dari survey ini dapat kita lihat bahwa pemilih Indonesia yang berasal
dari kelas menengah belum mampu memiliki platform yang kuat and loyal
seperti di AS.Media masih menjadi kekuatan utama,dan disini ARB
memiliki keunggulan dengan jaringan media miliknya,serta Jokowi yang
tengah menggandegn Nasdem(Surya Paloh) dengan jaringan medianya
juga.Fakta pun menunjukkan bahwa elektabilitas dipengaruhi secara kuat
oleh media dalam membentuk Agenda Setting Media (McCombs dan DL
Shaw,1972),sebuah pemberitaan terus menerus yang pada akhirnya menjadi
sesautu yang dianggap penting oleh masyarakat,menjadi bahan
pembicaraan dan melambungkan popularitas sosok yang menjadi objek
pemberitaan tersebut.Swing voters adalah korban media tersebut dan
dapat dipastikan mayoritas suara swing voters akan menuju Jokowi,sosok
media darling,terlepas dari Jokowi effect yang tidak begitu gemilang
pada pileg 9 April,Jokowi dan sosoknya telah terpatri dalam memori
masyarakat.Adapun rational voters akan bergerak menuju Jokowi,karena
kemungkinan memilih Prabowo terkait kasus pelanggaran HAM,masih
rendah.Suara pemilih kolot kemungkinan akan bergerak kea rah Prabowo
atau ARB,karena golongan ini merindukan sosok kuat-tegas-superhero
seperti Soeharto,yang mereka temukan dalam sosok Prabowo,atau sosok
ARB yang berasal dari Golkar,partai Soeharto,yang memang memiliki
pengikut yang loyaldalam conservative voters ini.
Arah pembangunan perekonomian Indonesia nantinya sudah dapat
dipastikan,Jokowi akan bergerak kearah sosialis,Prabowo kearah
campuran,dan ARB kearah Liberal.Dalam hal ini,masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan,namun dilihat dari semakin dekatnya
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,Indonesia,membutuhkan perekonomian yang
tidak hanya mengedapankan pertumbuhan,namun juga memperhatikan aspek
affirmative action,keberpihakan terhadap rakyat,pemilik modal
16
kecil,serta sector-sektor yang secara tradisional merupakan tulang
punggung bangsa seperti perikanan dan pertanian.Kelas menengah
Indonesia sebagai golongan terbedar di negeri ini harus mampu menjadi
pemilih yang cerdas dan jeli dalam menentukan pilihannya 9Juli nanti.
D.Penutup
Arah pembangunan perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh kelas
menengah Indonesia yang berjumlah 56% dari total penduduk,dan oleh
karenanya,kelas menengah Indonesia harus menjadi pemilih yang cerdas
dalam menentukan pilihannya.
Maka dalam membangun perekonomian Indonesia pasca 2014,siapapun yang
terpilih menajdi RI1 harus memperhatikan kelas menengah sebagai bagian
terbesar dan tak mengesampingkan kaum miskin,yang harus diperkuat
juga dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang sudah
didepan pintu.Penguatan berbagai sector utama seperti pertanian harus
dilakukan,sebagai fondasi pembangunan ekonomi,mengingat Indonesia
terjebak krisis 1998 karena melupakan pertanian.Hal inilah yang harus
dibenahi dan dipelajari.
Kelas menengah yang konsumtif sejatinya berguna untuk penguatan
konsumsi domestic namun harus diimbangi dengan pengingkatan ekspor,dan
efisiensi perekonomian.Kelas menengah Indonesia harus digarap dengan
serius ,pembangunan SDM juga penting bagi Indonesia sedang mengalami
bonus demografi berupa surplus penduduk muda dan produktif dalam 30
tahun kedepan dan hal ini tentu sayang untuk disia-siakan dalam
17
membangun manusiaIndonesia yang unggul,sebagai salah satu kekuatan
bangsa menuju transisi perekonomian Indonesia.
Lampiran 1: Daftar 50 orang terkaya Indonesia berdasarkan harga sahamdan nilai tukar (Forbes Asia,8 November 2013)
1. R Budi dan Michael Hartono (Djarum, BCA): 15 miliar dollar AS (Rp 175,5 triliun)2. Keluarga Eka Tjipta Widjaja (Grup Sinarmas): 7 miliar dollar AS (Rp81,9 triliun)3. Keluarga Anthoni Salim (Grup Salim): 6,3 miliar dollar AS (Rp 73,71triliun)4. Keluarga Susilo Wonowidjojo (Gudang Garam): 5,3 miliar dollar AS (Rp 62 triliun)5. Chairul Tanjung (CT Corp): 4 miliar dollar AS (Rp 46,8 triliun)6. Sri Prakash Lohia (Indorama): 3,7 miliar dollar AS (Rp 43,29 triliun)7. Keluarga Boenjamin Setiawan (Kalbe Farma): 3 miliar dollar AS (Rp 35,1 triliun)8. Peter Sondakh (Grup Rajawali): 2,7 miliar dollar AS (Rp 31,59
18
triliun)9. Keluarga Mochtar Riady (Grup Lippo): 2,5 miliar dollar AS (Rp 29,25triliun)10. Sukanto Tanoto (Grup Raja Garuda Mas): 2,3 miliar dollar AS (Rp 26,91 triliun)11. Keluarga Putera Sampoerna: 2,15 miliar dollar AS (Rp 25,155 triliun)12. Tahir (Grup Mayapada): 2,05 miliar dollar AS (Rp 23,985 triliun)13. Bachtiar Karim (Musim Mas): 2 miliar dollar AS (Rp 23,4 triliun)14. Theodore Rachmat (Triputra Group): 1,9 miliar dollar AS (Rp 22,23 triliun)15. Martua Sitorus (Wilmar International): 1,85 miliar dollar AS (Rp 21,645 triliun)16. Murdaya Poo (Berca Group): 1,75 miliar dollar AS (Rp 20,475 triliun)17. Keluarga Ciliandra Fangiono (First Resources): 1,7 miliar dollar AS (Rp 19,89 triliun)18. Keluarga Achmad Hamami (Trakindo Utama): 1,5 miliar dollar AS (Rp 17,55 triliun)19. Keluarga Kartini Muljadi (Tempo Scan): 1,42 miliar dollar AS (Rp 16,614 triliun)20. Keluarga Eddy Katuari (Wing Group): 1,4 miliar dollar AS (Rp 16,38triliun)21. Low Tuck Kwong (Bayan Resources): 1,37 miliar dollar AS (Rp 16,029triliun)22. Hary Tanoesoedibjo (MNC Group): 1,35 miliar dollar AS (Rp 15,795 triliun)23. Keluarga Ciputra (Ciputra Group): 1,3 miliar dollar AS (15,21 triliun)24. Edwin Soeryadjaya (Saratoga): 1,2 miliar dollar AS (14,04 triliun)25. Djoko Susanto (Alfamart): 1,17 miliar dollar AS (Rp 13,689 triliun)26. Eka Tjandranegara 1,15 miliar dollar AS 27. Harjo Sutanto 1,14 miliar dollar AS 28. Soegiarto Adikoesoemo 1,04 miliar dollar AS 29. Kusnan & Rusdi Kirana 1 miliar dollar AS 30. Garibaldi Thohir 960 juta dollar AS
19
31. Sjamsul Nursalim 950 juta dollar AS32. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono 940 juta dollar AS33. Keluarga Kuncoro Wibowo 910 juta dollar AS34. Keluarga Husain Djojonegoro 875 juta dollar AS35. Sudhamek 830 juta dollar AS36. Eddy Kusnadi Sariaatmadja 820 juta dollar AS37. Benny Subianto 790 juta dollar AS38. Aksa Mahmud 780 juta dollar AS39. Jogi Hendra Atmadja 760 juta dollar AS40. Santosa Handojo 750 juta dollar AS41. Prajogo Pangestu 745 juta dollar AS42. Hashim Djojohadikusumo 700 juta dollar AS43. Kiki Barki 680 juta dollar AS44. Alexander Tedja 670 juta dollar AS45. The Nin King 650 juta dollar AS46. Winato Kartono 590 juta dollar AS47. Sandiaga Salahuddin Uno 460 juta dollar AS48. Trihatma Haliman 450 juta dollar AS49. Arifin Panigoro 420 juta dollar AS50. Sutjipto Nagaria 390 juta dollar AS
Lampiran 2:Grafik pertumbuhan kelas menengah Indonesia
20
Daftar Pustaka:
Arifin,Bustanul, 2001.Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mallarangeng,Rizal. 2002Mendobrak Sentralisme Indonesia.Jakarta:Gramedia
Todaro,Michel.2004.Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga.Jakarta:Erlangga
http://pojokbursa.widyatama.ac.id/siapa-kelas-menengah-indonesia/ (diakses pada Senin,21 April 2014 pada 13:39 WIB)
http://www.kumau.info/2014/03/jumlah-mall-di-jakarta-2014.html (diakses pada Senin,21 April 2014 pada 14:14 WIB)
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/11/19/0738508/Jebakan.Kelas.Menengah (diakses pada Senin,21 April 2014 pada 14:49 WIB)
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/03/25/185933/2536528/1562/1/mimpi-prabowo-memajukan-sektor-pertanian (diakses pada Senin,21 April 2014 pada 15:39 WIB)
23