Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa Sekolah Menengah Atas

219
UNIVERSITAS INDONESIA Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa Sekolah Menengah Atas: Studi pada Program Kelas Internasional dan Program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) SMAN X Jakarta SKRIPSI Agni Rahayu 0806463750 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi Depok Juni 2012

Transcript of Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa Sekolah Menengah Atas

UNIVERSITAS INDONESIA

Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa

Sekolah Menengah Atas:

Studi pada Program Kelas Internasional dan

Program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional)

SMAN X Jakarta

SKRIPSI

Agni Rahayu

0806463750

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Sosiologi

Depok

Juni 2012

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa

Sekolah Menengah Atas:

Studi pada Program Kelas Internasional dan

Program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional)

SMAN X Jakarta

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Agni Rahayu

0806463750

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Sosiologi

Depok

Juni 2012

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Agni Rahayu

NPM : 0806463750

Tanda Tangan :

Tanggal : 27 Juni 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

iv

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

v

KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan

watu yang diharapkan. Walaupun sebenarnya penyelesaian skripsi ini tidak terlepas

dari adanya hambatan, dari mulai sakit hingga kesulitan untuk mendapatkan izin

turlap dari pihak sekolah. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Skripsi ini pun tidak dapat berjalan dengan baik jika

tidak ada pihak-pihak yang bersedia membantu saya. Oleh karena itu saya ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Indera R.I. Pattinasarany, MA selaku pembimbing saya yang sudah

bersedia meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukan beliau untuk

membaca dan memberikan saran yang membangun untuk skripsi ini. Terima

kasih Mba Ira . Jika bukan karena Mba Ira mungkin skripsi ini mungkin

belum selesai. Saya ucapkan terima kasih juga kepada Dr. Ricardi S. Adnan,

M.Si sebagai penguji saya atas masukannya agar skripsi saya bisa jadi lebih

baik. Untuk Dr. Erna Karim, M.Si dan Putu Chandra D. K., S.Sos, M.Si

sebagai ketua dan sekretaris sidang atas saran yang diberikan.

2. Kepada pihak sekolah SMAN 13 Jakarta yang sudah mengizinkan saya untuk

melakukan penelitian. Terima kasih juga khususnya untuk Bu Nur yang telah

membantu saya untuk bernegosiasi dengan pihak sekolah untuk melakukan

turlap tepat waktu.

3. Untuk orang tua saya. Terima kasih atas dukungan dan doanya yang bisa

mengantarkan saya pada posisi seperti ini. Terima kasih Ibu, Bapak. Dan tak

lupa saya juga mengucapkan terima kasih untuk adik dan keluarga yang telah

mendukung saya selama ini

4. Untuk teman-teman sosio 08 yang sudah menjadi bagian dari keluarga saya di

kampus. Terima kasih semuaaaaa :’)). Terutama saya ucapkan terima kasih

untuk Masaji karena sudah memberikan waktunya untuk mendukung dan

mendengarkan semua keluhan saya selama ini hehehe. Untuk Donny dan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

vi

Dady sebagai teman satu perjuangan di SMA yang akhirnya terjerumus di

sosio. Terima kasih juga untuk Dina, Kiki, Atun, Vivi, Tangkas, Andy, Dufri,

Bubur, Mia yang sudah memberikan sisi lain dari dunia kampus. Untuk Yeni

dan Ana yang sudah bersedia memberikan tempat untuk menginap selama

sidang dan juga kepada teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu. Terima kasih sosio08!!! We are family from now and then…

Terima kasih sekali lagi untuk pihak-pihak yang menjadi bagian dari

penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah

membantu.

Depok, 27 Juni 2012

Penulis

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

vii

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

viii

ABSTRAK

Nama : Agni Rahayu

Program Studi : Sosiologi

Judul : Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa Sekolah Menengah Atas:

Studi pada Program Kelas Internasional dan Program RSBI

(Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) SMAN X

Jakaarta

Skripsi ini membahas mengenai partisipasi ekstrakurikuler siswa pada sekolah

dengan status RSBI di SMAN X Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana

partisipasi siswa dalam ekstrakurikuler pada program kelas internasional dan program

RSBI di SMAN X Jakarta. Adanya dua program dalam satu sekolah turut

mempengaruhi perbedaan sistem dalam lingkungan sekolah yang akhirnya

mempengaruhi interaksi yang terjalin antar program. Hasil penelitian kali ini

menunjukkan bahwa baik siswa yang berasal dari program KI maupun RSBI terlibat

langsung dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Akan tetapi masing-masing

program mengidentifikasikan diri mereka berbeda satu sama lain sehingga

mempengaruhi interaksi yang dilakukan. Pada akhirnya perbedaan yang terjadi pada

kegiatan belajar mengajar ikut mempengaruhi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang

dilakukan siswa. Hasil penelitian lainnya adalah kegiatan ekstrakurikuler juga

dijadikan pembuktian bagi siswa untuk menunjukkan eksistensinya di lingkungan

sekolah.

Kata kunci:

partisipasi, ekstrakurikuler, RSBI

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

ix

ABSTRACT

Name : Agni Rahayu

Major : Sociology

Title : Student’s Extracurricular Participation in Senior High School: Case

Study on International Class Program and RSBI (Rintisan Sekolah

Berstandar Internasional) Program in SMAN X Jakarta

This study discussed about extracurricular participation in school which have status

RSBI in SMAN X Jakarta. This research used qualitative method. The purpose of this

research was to describe how the student’s participation in extracurricular in the

international class and the RSBI program in SMAN X Jakarta. The existence of two

programs in one school took part in influencing the difference of the school system

that finally had influenced the interaction that was established between the

program.The result of this research showed that students who took KI program and

RSBI was directly involved in the extracurricular activity. But, each program

identified themselves were different to one another so it influence the interaction

between them. The difference that happened in their program was effect what they

did in extracurricular activity.The other result of this research was extracurricular

activity became student’s symbol of existence in their school.

Keywords:

Participation, extracurricular, RSBI

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................... ii

Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................................. iii

Halaman Pengesahan ................................................................................................... iv

Kata Pengantar .............................................................................................................. v

Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah............................................................. vii

Abstrak ....................................................................................................................... viii

Daftar Isi........................................................................................................................ x

Daftar Tabel dan Bagan ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

I.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

I.2 Permasalahan ........................................................................................................... 5

I.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................... 8

I.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 8

I.5 Signifikansi Penelitian ............................................................................................. 9

I.5.1 Siginifikansi Akademis ................................................................................. 9

I.5.2 Signifikansi Praktis ........................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 10

II.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 10

II.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 23

II.2.1 Partisipasi ................................................................................................... 23

II.2.2 Kurikulum .................................................................................................. 25

II.2.2.1 Ekstrakurikuler .................................................................................... 27

II.2.3 Sosialisasi ................................................................................................... 31

II.2.4 Interaksi Sosial ........................................................................................... 33

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

xi

BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................ 37

III.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 37

III.2 Jenis Penelitian ................................................................................................... 38

III.2.1 Berdasarkan Tujuan .................................................................................. 38

III.2.2 Berdasarkan Manfaat ................................................................................ 38

III.2.3 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data................................................... 38

III.2.4 Berdasarkan Waktu ................................................................................... 39

III. 3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 39

III.3.1 Data Primer ............................................................................................... 39

III.3.2 Data Sekunder ........................................................................................... 40

III.4 Instrumen Penelitian............................................................................................ 40

III.5 Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM RSBI DAN PROFIL SMAN X JAKARTA 42

IV.1 Gambaran Umum Rintisan Sekolah Berstandard Internasional (RSBI) ............. 42

IV.1.1 Landasan Hukum ...................................................................................... 42

IV.1.2 Kriteria Sekolah Menengah Atas RSBI .................................................... 43

IV.1.3 Mekanisme Pemilihan SMA RSBI ........................................................... 45

IV.1.4 Evaluasi Program RSBI ............................................................................ 47

IV.1.5 Proses Seleksi Siswa ................................................................................. 48

IV.2 Profil SMAN X Jakarta ....................................................................................... 49

IV.2.1 Sejarah Sekolah SMAN X Jakarta............................................................ 49

IV.2.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 50

IV.2.3 Visi dan Misi SMAN X Jakarta ................................................................ 51

IV.2.4 Gambaran Umum Tenaga Pengajar dan Pengurus Sekolah ..................... 52

IV.2.5 Struktur Organisasi ................................................................................... 53

IV.2.6 Gambaran Umum Siswa SMAN X Jakarta .............................................. 55

IV.2.7 Gambaran Umum Fasilitas SMAN X Jakarta .......................................... 58

IV.2.8 Kurikulum SMAN X Jakarta .................................................................... 60

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

xii

IV.2.9 Kegiatan Ekstrakurikuler .......................................................................... 63

IV.3. Deskripsi Informan ............................................................................................ 67

BAB V PARTISIPASI SISWA

DALAM EKSTRAKURIKULER ........................................................................... 74

V.1 Ekstrakurikuler sebagai Kelompok Sosial di Lingkungan Sekolah ..................... 74

V.2 Transmisi Nilai dan Norma dalam Ekstrakurikuler ............................................. 81

V.3 Interaksi antar Aktor dalam Ekstrakurikuler ........................................................ 87

V.3.1 Interaksi Non-pengurus Ekstrakurikuler dengan Pengurus Ekstrakurikuler

............................................................................................................................. 88

V.3.2 Interaksi Antar Non-Pengurus dan Antar-Pengurus Ekstrakurikuler ........ 94

V.3.3 Interaksi Anggota Ekstrakurikuler dengan Pihak Sekolah dan Alumni .... 98

V.4 Ekstrakurikuler sebagai Simbol Eksistensi Siswa di Sekolah ............................ 101

V.5 Implikasi Perbedaan Program Sekolah dengan Status RSBI dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler .......................................................................................................... 104

V.6 Kurikulum Terselubung Sekolah melalui Kegiatan Ekstrakurikuler ................. 109

BAB VI PENUTUP ................................................................................................. 114

VI.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 114

VI.2 Saran ................................................................................................................. 116

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 119

LAMPIRAN

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

xiii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 16

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai SMAN X Jakarta Menurut Status Kepegawaian ............. 53

Tabel 4.2 Jumlah Siswa Kelas X Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 56

Tabel 4.3 Jumlah Siswa Kelas XI Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 57

Tabel 4.4 Jumlah Siswa Kelas XII Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 57

Tabel 4.5 Perbedaan antara Program KI dan Program RSBI

..................................................................................................................................... 62

Tabel 4.6 Jumlah Siswa yang Mengikuti

Kegiatan Ekstrakurikuler SMAN X Jakarta ................................................................ 65

Tabel 4.7 Karakteristik Informan ................................................................................ 68

Bagan 4.1 Mekanisme Pemilihan SMA RSBI ............................................................ 46

Bagan 4.2 Struktur Organisasi SMAN X Jakarta........................................................ 54

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Universitas Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan pendidikan bukan lagi menjadi milik masyarakat

golongan tertentu melainkan semua golongan. Hal ini terlebih lagi diakibatkan

dari globalisasi yang menekankan pada pasar bebas di mana semua pihak dari

berbagai negara dapat mengambil bagian dari pertarungan tersebut. Salah satu

cara yang dirasakan dapat membantu dalam persaingan pasar global adalah

dengan menempuh pendidikan yang berkualitas.

Salah satu fungsi pendidikan formal sendiri adalah menjadi saluran

mobilitas para siswanya (Sunarto, 2004: 66). Di sini sekolah dianggap dapat

menjadi alat bagi masyarakat untuk memperbaiki kualitas kehidupannya. Gillin

dan Gillin berpendapat bahwa fungsi pendidikan formal adalah penyesuain diri

anak dan stabilitas masyarakat (Vembriarto, 1987: 74). Bachtiar Rifai

mengemukakan bahwa tugas institusi sekolah adalah: (1) perkembangan pribadi

dan pembentukan kepribadian, (2) transmisi kultural, (3) integrasi sosial, (4)

inovasi, dan (5) pra-seleksi dan pra-alokasi tenaga kerja (Vembriarto, 1987: 74).

Seperti yang dikatakan Parsons bahwa pendidikan adalah mekanisme penting bagi

seleksi masa depan individu (Haralambos, 2008: 601). Pendidikan dipercaya dapat

membantu seseorang untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Semakin

tinggi kualitas pendidikan yang didapat maka kualitas kehidupannya juga

dianggap akan lebih baik karena pendidikan membantu seseorang mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik.

Faktanya adalah angka partisipasi pendidikan pada jenjang sekolah

menengah atas di Indonesia belum sepenuhnya menyentuh masyarakat. Pada

tahun 2010, angka partisipasi pendidikan di Indonesia hanya mencapai 56,01%.1

Sementara itu, Jakarta sebagai ibukota negara memiliki persentase 61,99%.2

Indonesia sendiri sudah menetapkan wajib belajar 9 tahun. Hal ini salah satunya

karena pendidikan dirasakan penting dalam kehidupan masyarakat. Namun, yang

1 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28&notab=2 Diakses

pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 11.27 WIB 2 Ibid.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

2

Universitas Indonesia

terjadi di masyarakat justru masih ada peserta didik yang putus sekolah karena

berbagai hal. Sebanyak 2.973 siswa harus putus sekolah pada jenjang SMA di

Jakarta pada tahun 2010.3 Keadaan pada tahun 2010 sebenarnya lebih baik

dibandingkan pada tahun 2008 karena jumlah siswa putus sekolah lebih tinggi

yaitu 4.439 siswa.4

Dalam menghadapi tantangan global, pemerintah juga telah membuat

kebijakan mengenai pendidikan yang dapat menjadi sarana untuk membentuk

sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan masyarakat

dunia. Perkembangan global salah satunya mengharuskan masyarakat untuk

mampu berkompetensi di dalamnya karena masyarakat dari seluruh negara dapat

menjadi bagian dari pertarungan tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 mengenai Sistem

Pendidikan Nasional pasal 50 ayat (3) disebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau

pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan

pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan

yang bertaraf internasional”. Tidak hanya undang-undang yang memuat mengenai

pendidikan yang bertaraf internasional, peraturan pemerintah juga menekankan

hal tersebut. Ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005

mengenai Standard Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61 ayat (1) yang

menyebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah

untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.

Dari landasan hukum tersebut maka kini hadirlah sekolah dengan berstatus

RSBI atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Sebelum suatu sekolah

ditetapkan sebagai RSBI, sekolah tersebut harus memenuhi kriteria Standard

Nasional Pendidikan terlebih dahulu. Setelah sekolah tersebut dianggap sudah

memenuhi kriteria maka sekolah yang memenuhi standard minimal SNP

diberikan pendampingan, pembimbingan, penguatan dalam bentuk Rintisan SBI

3 Penyusunan dan Pendataan Statistik Urusan Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Diakses dari http://disdikdki.net/images/file/845542-10192030052011@Penyusunan-dan-

Pendataan-Statistik.pdf pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 12.44 WIB 4 Ibid.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

3

Universitas Indonesia

(RSBI).5 Pada awalnya sekolah tersebut harus memiliki status dengan standard

nasional (SSN) kemudian berjenjang dengan Rintisan Sekolah Berstandard

Internasional (RSBI).

Dari institusi kementerian pendidikanpun sudah mengeluarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2009

mengenai Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam peraturan tersebut pada pasal 2

disebutkan mengenai tujuan penyelenggaraan SBI salah satunya adalah untuk

menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai standard kompetensi

lulusan dan diperkaya dengan standard kompetensi pada salah satu sekolah

terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

Di dalam RSBI sendiri mereka membuka dua program yaitu program

RSBI dan juga program kelas internasional. Program RSBI adalah dimana peserta

didik mendapatkan pengajaran sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan). Di program ini, peserta didik tetap mendapatkan pengajaran yang

baik namun berbeda dengan kelas internasional. Kelas internasional sendiri

mengadakan pengajaran berdasarkan standard isi dan standard kompetensi lulusan

yang diperkaya dengan standard dari negara anggota OECD atau negara maju

lainnya.

Kurikulum yang digunakan kelas internasional dalam RSBI berasal dari

University of Cambridge. Dengan menggunakan kurikulum ini, peserta didik

akan mendapatkan pengajaran yang difokuskan kepada lima mata pelajaran, yaitu

matematika, kimia, fisika, biologi, dan bahasa inggris. Selama menjalani masa

sekolah ini, peserta didik akan mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikat dari

Cambridge. Di sisi lain, peserta didik di kelas internasional juga akan tetap

mengikuti ujian akhir sekolah serta ujian akhir nasional. Di sinilah perbedaan lain

dari kelas RSBI. Kelas RSBI hanya akan mengikuti UAS dan UN saja pada akhir

masa studinya nanti dan tidak perlu untuk mengikuti ujian dari University of

Cambridge.

5 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan

Nasional. Sekolah Berstandard Internasional. Diakses dari :

http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/docs/dok_34.pdf pada tanggal 12 Agustus 2011 pukul 23.00

WIB

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

4

Universitas Indonesia

Adanya perbedaan program yang berjalan dalam satu sekolah akan

mengimplikasikan pada perbedaan penanaman atau transfer nilai dan norma

kepada peserta didik karena hal tersebut juga berpengaruh kepada kurikulum yang

ditawarkan oleh masing-masing program. Brown berpendapat bahwa kurikulum

sekolah mencerminkan nilai-nilai dasar kultural masyarakat (Ahmadi: 2004, 129).

Nilai dan norma yang dikembangkan di sekolah juga akan bermanfaat sebagai

proses individu agar dapat diterima di masyarakat. Durkheimpun melihat fungsi

pendidikan untuk mentransmisikan nilai dan norma ke dalam diri individu

sehingga masyarakat tersebut bisa bertahan (Haralombos & Holborn: 2008, 692).

Di dalam sekolah dengan status RSBI, siswa dihadapkan oleh perbedaan fasilitas.

Walaupun mereka berada dalam satu sekolah yang sama tetapi salah satu pihak

(program RSBI) tidak dapat menikmati fasilitas seperti program kelas

internasional.

John Dewey mengemukakan bahwa sekolah memiliki fungsi untuk

mengembangkan individu (Nasution, 1999: 158). Untuk mengembangkan potensi

akademis peserta didik, sekolah juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang

dapat menunjang kemampuan siswa di luar bidang akademis. Anak-anak harus

memiliki bermacam-macam keterampilan dan sejumlah besar pengetahuan agar

hidupnya terjamin (Nasution, 1999: 152). Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat

memberikan manfaat bagi peserta didik agar dapat mengembangkan potensi lain

dari dalam diri mereka. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah juga dapat

menjadi akomodasi bagi siswa untuk berkreasi dan memilih kegiatan yang mereka

sukai. Hal tersebut berbeda dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah disusun

dalam kurikulum dimana siswa wajib mengikuti semua mata pelajaran yang sudah

ditentukan dari pihak sekolah.

Harold B. Albertycs dalam Reorganizing the High School Curriculum

melihat bahwa kurikulum adalah segala aktivitas yang disediakan sekolah untuk

peserta didiknya (Nasution, 1999: 5). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan

bahwa kurikulum tidak hanya digunakan di dalam kelas semata melainkan

kegiatan lain yang dilakukan oleh peserta didik dan masih dibawah tanggung

jawab dari pihak sekolah. Kegiatan lain selain belajar mengajar seperti misalnya

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

5

Universitas Indonesia

kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi bagian dari penanaman nilai dan norma

yang berusaha ditransmisikan oleh pihak sekolah.

Kegiatan yang ada di dalam sekolahpun ikut membantu siswa untuk

menjadi bagian dari masyarakat. Sekolah dengan status RSBIpun tidak lepas dari

kehadiran kegiatan ekstrakurikuler. Pentingnya akan kehadiran kegiatan

ekstrakurikuler menjadi alasan mengapa kegiatan tersebut hadir di sekolah.

Ekstrakurikuler dan intrakurikuler saling membangun satu sama lain dan di sinilah

peran siswa belajar dimainkan. Kegiatan ekstrakurikuler pasalnya tidak focus

pada hal di bidang akademis semata.

I.2 Permasalahan

Salah satu kegiatan yang dapat menampung aspirasi siswa di luar bidang

akademis adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Nurdin (2009)

pengembangan potensi siswa tidak hanya dapat dikembangkan hanya melalui

pendidikan intrakurikuler, namun pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler pun

memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah,

keolahragaan, nasionalisme, maupun keterampilan.

Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di dalam satu sekolah akan

menciptakan suasana baru bagi siswa. Pengembangan keterampilan dapat dipupuk

dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Peserta didik dapat memilih kegiatan yang

sesuai dengan minatnya sendiri. Tidak seperti kegiatan akademis di dalam kelas

dimana peserta didik harus mengikuti semua mata pelajaran yang menjadi

bahasan pokok di sekolahnya. Bahkan terkadang terjadi hal ironis di dalamnya

ketika peserta didik harus tinggal kelas karena mendapatkan nilai yang kurang

baik pada satu mata pelajaran. Di satu sisi, mata pelajaran tersebut bukanlah bakat

dari peserta didik.

Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas memiliki dua fungsi utama.

Fungsi pertama adalah untuk melatih peserta didik dalam menjalankan perannya

di masyarakat (Brembeck, 1967: 41). Berdasarkan fungsi pertama ini, di dalam

kelas peserta didik diajarkan keterampilan dasar yang berguna di masyarakat.

Fungsi kedua menyatakan bahwa pengajaran di dalam kelas dapat membantu

siswa untuk menentukan peran apa yang harus ia tampilkan dalam masyarakat

(Brembeck, 1967: 41). Kegiatan belajar mengajar dalam ruang kelas dapat

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

6

Universitas Indonesia

membantu peserta didik untuk memilih peran dan pekerjaan yang berbeda, karena

peran yang berbeda terpengaruhi pada status yang berbeda pula. Dari program

yang dipilih oleh siswa yaitu program KI dan RSBI di dalamnya terdapat sistem

belajar mengajar yang berbeda. Di satu sisi, kurikulum yang diberikan memang

sudah berbeda dan selain itu adalah biaya yang lebih mahal dan adanya perbedaan

fasilitas dalam menunjang kegiatan belajar. Menurut Halpin (1990), kurikulum

yang dibentuk pihak sekolah dalam kegiatan belajar mengajar haruslah

memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan dan membangun keterampilan

dan kemampuan untuk menggali dan merubah praktik sosial.

Dari dua fungsi utama kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, siswa

dapat mengimplementasikannya dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di

lingkungan sekolah. Dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik memiliki peran

dan tanggung jawab yang berbeda dari statusnya sebagai siswa. Ketika berada

dalam ruangan kelas, maka tanggung jawabnya sebagai siswa adalah untuk

mendengarkan guru ataupun bertanya jika ada hal yang membuatnya kesulitan. Di

sisi lain pada kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik tidak perlu untuk

mendengarkan guru seperti di dalam kelas. Dalam kegiatan ini, siswalah yang

menjalankan sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

Perbedaan program yang diambil oleh siswa juga akan mempengaruhi

bagaimana interaksi yang dilakukan oleh kedua program tersebut. Budaya yang

tercermin di dalam kelas akan mempengaruhi siswa karena siswa yang mengambil

program sama memiliki kesamaan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar.

Hubungan sosial diproduksi dan direproduksi pada pertemuan antara siswa dan

peer mereka di dalam kegiatan sekolah yang beragam termasuk di dalam kelas

(Collins, 2009: 37).

Dengan hadirnya organisasi di sekolah, siswa yang berasal dari program

kelas internasional dapat mengikuti kegiatan tersebut sekaligus dapat berinteraksi

dengan siswa yang berasal dari program RSBI. Broh (2002) mengungkapkan

bahwa adanya aktivitas di sekolah akan meningkatkan kesempatan bagi siswa

untuk berinteraksi dengan individu lain, menciptakan dan memperkuat ikatan

sosial di antara siswa, orang tua, dan guru mereka. Sekolahpun menghadirkan

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan tujuan agar siswa dapat menyalurkan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

7

Universitas Indonesia

bakat dan kemampuannya di luar bidang akademis. Hal ini dapat membantu siswa

untuk melatih keterampilan dan kemampuan siswa dalam berorganisasi.

Kemampuan berorganisasi juga dirasakan penting ketika siswa nantinya sudah

menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan kemudian melanjutkan

jenjang karirnya.

Ekstrakurikuler yang ada di sekolah juga kini telah banyak berkembang

seperti Paskibra, PMR, Paduan Suara, Karya Ilmiah ataupun Seni Tari. Kegiatan

ini dapat memacu siswa untuk melakukan hal positif di luar kegiatan akademis. Di

dalam ekstrakurikuler, akan ada nilai dan norma yang mengikat diantara

anggotanya tidak peduli apakah siswa berasal dari program RSBI atau program

kelas internasional. Tanggung jawab yang hadir kepada siswanya pada prinsipnya

adalah sama kecuali jika memegang jabatan tertentu di dalamnya. Penanaman

nilai dan norma ini dapat membantu siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan

luarnya. Beragamnya kegiatan yang ada di sekolah dapat membantu siswa dalam

mengisi waktu luangnya untuk lebih mengenal siswa lain yang berasal dari

program berbeda.

Berjalannya sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler dipengaruhi oleh siswa-

siswa yang berada di dalamnya. Selama anggota ekstrakurikuler memiliki

integritas dan tanggung jawab yang baik maka sistem akan berfungsi dengan baik.

Perbedaan kurikulum dan juga perbedaan fasilitas yang diterima oleh siswa pada

sekolah dengan status RSBI ini akan terlihat nantinya bagaimana interaksi yang

dijalankan oleh kedua program dalam melakukan kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler dirasakan penting dilaksanakan dalam

lingkungan sekolah karena dengan hadirnya kegiatan ini, siswa mendapatkan

tempat untuk berorganisasi. Kegiatan ini dapat menjadi jembatan bagi siswa untuk

mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan bertanggungjawab

terhadap perannya dalam lingkungan sosial. Bisri (2009) mengungkapkan bahwa

partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler berhubungan positif dengan

pengembangan keterampilan kepemimpinan (leadership skill). Hal tersebut

dirasakan penting dimiliki oleh tiap individu maka dari itu pengenalan mengenai

keterampilan kepemimpinan ada baiknya dimulai dari individu duduk dibangku

sekolah. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler juga diperlukan adanya interaksi

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

8

Universitas Indonesia

dengan sesama anggota. Interaksi ini akan meningkatkan integrasi diantara

mereka. McNeal (1995) mengungkapkan bahwa partisipasi dalam kegiatan akan

menciptakan integrasi di dalamnya. Integrasi ini yang akan mempengaruhi

personal development seseorang (McNeal, 1995). Untuk itu, dirasakan penting

dalam mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan tidak hanya

berfokus pada pengembangan intrakurikulum semata. Bahkan penelitian yang

dilakukan oleh J.Coleman terhadap sejumlah siswa sekolah menengah di Amerika

menunjukkan bahwa siswa-siswa di sekolah tersebut lebih menghargai kegiatan-

kegiatan ekstrakurikuler, prestasi olahraga, dan kepopuleran daripada prestasi

akademik (Vembriarto, 1987: 82).

I.3 Pertanyaan Penelitian

Dari permasalahan yang ada maka pertanyaan dalam penelitian kali ini

adalah:

“Bagaimana partisipasi siswa program RSBI dan siswa program kelas

internasional dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang memiliki

status RSBI?”

I.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan maka tujuan penelitian

kali ini adalah:

“Untuk menjelaskan bagaimana partisipasi siswa program RSBI dan siswa

program kelas internasional dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

yang memiliki status RSBI.”

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

9

Universitas Indonesia

I.5 Signifikansi Penelitian

I.5.1 Siginifikansi Akademis

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah

pengetahuan konseptual bagi sosiologi khususnya sosiologi pendidikan terutama

kajian mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di dalam lingkungan sekolah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mendalam mengenai

keikutsertaan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan status RSBI.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat mensosialisasikan penanaman nilai dan norma

yang dapat membantu siswa untuk masuk ke dalam lingkungan sosialnya. Selain

itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

yang ingin mengkaji tentang kegiatan ekstrakurikuler dan juga RSBI.

I.5.2 Signifikansi Praktis

Secara praktis, penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan

sekolah menengah atas ini dapat menjadi bahan masukan dalam implementasi

kebijakan pemerintah dan pihak sekolah untuk mengembangkan kegiatan

ekstrakurikuler di lingkungan sekolah. Penelitian ini dapat menjadi gambaran

mengenai kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di sekolah sehingga pengambilan

keputusan terkait kegiatan ekstrakurikuler dapat lebih dipertimbangkan dan tidak

hanya sekedar mengoptimalkan intrakurikulum dengan melupakan ekstrakurikuler

di sekolah.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

10

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Penelitian Anita Dwi Ariani “Budaya Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI): Studi terhadap SMA Negeri X Jakarta dan SMA Swasta Y Jakarta”

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 ini menggunakan metode

kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan program SBI

pada SMA Negeri X dan SMA Swasta Y yang menerapkan program SBI serta untuk

mengetahui konsekuensi dari prgram SBI yang tengah dilaksanakan terhadap

masyarakat dan dunia pendidikan. Penelitian ini mengambil dua jenis sekolah yaitu

sekolah negeri dan sekolah swasta untuk melihat perbedaan budaya sekolah di kedua

tempat tersebut.

Penelitian ini melihat budaya sekolah berdasarkan empat unsur pentingnya

yaitu fasilitas, kurikulum, warga sekolah, dan nilai atau peraturan. Ada tiga indikator

yang membentuk budaya sekolah yaitu nilai, norma, dan kepercayaan. Nilai yang ada

di dalam sekolah akan terlihat dari visi, misi, dan tujuan yang mereka gunakan.

Sementara norma berisi tentang standard perilaku dari anggota sekolah baik siswa

ataupun guru. Standard ini bisa berdasarkan pada kebijakan internal sekolah.

Sedangkan kepercayaan terdiri dari dua tipe yaitu percaya akan kemampuan termasuk

persepsi individu tentang kemampuan personal yang dimiliki dan dibutuhkan untuk

dapat berfungsi secara efektif. Kedua kepercayaan akan konteks yaitu persepsi

individu mengenai seberapa responsif lingkungan dalam mendukung fungsinya

secara efektif.

Konsep yang digunakan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan

penelitiannya antara lain mengenai budaya sekolah dan interaksi sosial. Konsep-

konsep tersebut dianggap dapat memberikan penjelasan dan dapat dijadikan sebagai

pisau analisa dalam melihat permasalahan yang ada.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

11

Universitas Indonesia

Dari kedua sekolah yang diteliti oleh peneliti terdapat perbedaan. Di sekolah

swasta, siswa-siswa lebih mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan dirinya

sendiri. Dalam artian mereka adalah pusat dalam kegiatan belajar mengajar bukan

guru. Hal ini berbeda dengan sekolah negeri dimana siswa cenderung lebih pasif. Di

sekolah negeri justru siswa-siswa lebih menerima apa yang dijelaskan oleh gurunya.

Guru menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar.

Hasil penelitian mengatakan bahwa budaya sekolah yang dimiliki oleh SMA

Swasta Y Jakarta lebih mendukung pengembangan program dibandingkan budaya

sekolah di SMA Negeri X Jakarta. Perbedaan budaya dalam sekolah tersebut dapat

dilihat melalui proses input dan proses berlangsungnya kegiatan di sekolah. Jika

dilihat dari sisi input, penerimaan siswa baru di SMA Swasta Y lebih jelas sehingga

siswa yang masuk ke dalam sekolah tersebut adalah siswa yang benar-benar lolos

dalam seleksi. Hal ini tidak terjadi di SMA Negeri X dimana siswa yang masuk ke

dalam sekolah tersebut lebih dilatarbelakangi dari modal ekonomi dan tidak

mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswanya.

II.1.2 Penelitian M. Bisri “Hubungan Partisipasi dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler dengan Pencapaian Keterampilan Kepemimpinan Santri (Studi

Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining, Bogor, Jawa Barat)”

Penelitian yang dilakukan oleh Bisri ini adalah penelitian yang menggunakan

metode kuantitatif untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Penelitian ini

menggunakan desain korelasi yang akan berusaha melihat hubungan dari suatu

variabel. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi

santri dalam kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren sedangkan variabel

dependennya adalah capaian keterampilan santri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran persepsi santri

mengenai capaian keterampilan kepemimpinan, untuk menentukan hubungan antara

capaian keterampilan kepemimpinan santri dengan usia, jenis kelamin, suku, dan latar

belakang lingkungan santri dibesarkan, dan yang terakhir adalah untuk menentukan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

12

Universitas Indonesia

hubungan antara partisipasi santri dalam kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren

dengan pencapaian keterampilan kepemimpinan santri.

Hasil penelitian ini mengatakan bahwa sebagian besar responden merasakan

manfaat selama aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang ada

di pondok pesantren. Dari tujuh dimensi yang digunakan dalam memperlihatkan

keterampilan kepemimpinan yaitu keterampilan komunikasi, keterampilan membina

hubungan dengan orang lain, memahani diri sendiri, keterampilan bekerja dalam

kelompok, keterampilan manajerial, learning skills, dan keterampilan membuat

keputusan, yang dianggap paling berpengaruh kepada santri adalah dimensi

keterampilan membina hubungan baik dengan orang lain dan keterampilan

memahami diri sendiri. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa usia, jenis kelamin,

suku, juga latar belakang lingkungan santri tidak berhubungan secara signifikan

dengan pengembangan keterampilan kepemimpinan. Terakhir yang perlu dicatat di

sini yaitu partisipasi santri dalam kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren

berhubungan positif dengan pengembangan keterampilan kepemimpinan (leadership

skill).

II.1.3 Penelitian Ralph B. McNeal, Jr “Extracurricular Activities and High

School Dropouts”

Penelitian ini ingin melihat apakah kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

mempengaruhi secara signifikan kesempatan drop-out siswa di sekolah. Peneliti

melihat bahwa dalam sekolah, siswa pasti memiliki sekelompok teman (peer-group)

yang akan mempengaruhi pola perilaku siswa. Sekolah memiliki kebudayaan internal

yang salah satunya dipengaruhi oleh pembentukan atau pola kelompok para siswanya

dimana sebagian dari kelompok siswa dibentuk dari aktivitas di sekolah.

Keanggotaan kelompok ini mempengaruhi perkembangan personal dan pembentukan

identitas individu. Seberapa besar partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler dirasakan berkaitan erat dengan kasus drop-out siswa.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ini menggunakan metode

kuantitatif. Survey ini dilakukan kepada 17.251 siswa yang diambil dari regular

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

13

Universitas Indonesia

public high school. Kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti oleh siswa

adalah atletik lalu diikuti dengan aktivitas seni rupa, organisasi akademis dan

kelompok vokasional.

Penelitian ini juga melihat bagaimana dampak integrasi di lingkungan sekolah

dengan kaitannya pada kasus drop-out siswa. Integrasi pada berbagai arena dalam

sekolah juga akan meninggalkan efek yang berbeda pada kasus drop-out. Partisipasi

siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler atletik mengurangi kecenderungan siswa

untuk drop-out sementara partisipasi pada organisasi akademis dan kelompok

vokasional tidak menunjukkan hal yang sama. Mengapa ada beberapa ekstrakurikuler

yang mempengaruhi siswa dan di sisi lain ada yang tidak mempengaruhi?

Jawabannya diantaranya adalah kegiatan ekstrakurikuler tersebut mendukung nilai-

nilai yang ditetapkan oleh sekolah, transmisi dari cultural capital, atau perkembangan

lingkungan yang lebih kooperatif dan lebih sedikit kompetisi di dalamnya.

Ekstrakurikuler lain seperti seni rupa juga tidak lepas dari perhatian peneliti.

Ekstrakurikuler ini merupakan salah satu kegiatan untuk mencapai cultural capital

juga dapat memperoleh akses ke strata menengah atas dalam masyarakat. Dengan hal

tersebut, maka kegiatan ekstrakurikuler seni rupa dapat mengurangi kecenderungan

siswa untuk drop-out di sekolahnya. Dalam penelitian inipun dikatakan bahwa

kegiatan ekstrakurikuler seni rupa dapat membantu siswa lebih kooperatif di

lingkungannya.

Penelitian ini menggunakan lamanya siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler sebagai variabel kontrol. Dengan memasukkan variabel ini, peneliti

melihat bahwa tetap ada hubungan antara jenis keterlibatan siswa dalam

ekstrakurikuler dengan kasus drop-out yang menimpanya. Keinginan atau kebutuhan

siswa untuk terlibat dari kegiatan ekstrakurikuler mungkin akan berpengaruh dari

kasus drop-out ini; kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok akan membawa

siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan tetap bertahan di dalam lingkungan

sekolah. Peneliti juga melihat bahwa penjelasan yang dikemukakan ini mungkin akan

lebih berpengaruh pada kegiatan seni rupa daripada aktivitas pada bidang atletik.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

14

Universitas Indonesia

II.1.4 Penelitian Beckett A. Broh “Linking Extracurricular Programming to

Academic Achievement: Who Benefit and Why?”

Pada dasarnya penelitian ini ingin melihat bagaimana partisipasi dalam

kegiatan ekstrakurikuler terutama bidang olahraga dapat meningkatkan pencapaian

siswa di sekolah dan ingin melihat apakah manfaat partisipasi hanya dirasakan pada

bidang olahraga saja ataukah partisipasi di luar bidang olahraga juga dapat

meningkatkan pencapaian siswa. Penelitian ini menggunakan tiga model dalam

menganalisa permasalahannya. Pertama adalah the developmental model, the leading-

crowd hypothesis, dan social capital model. The developmental model dan the

leading-crowd hypothesis mewakili paham yang percaya bahwa terdapat manfaat dari

partisipasi olahraga sedangkan social capital model merupakan perspektif baru yang

mengumpulkan berbagai teori modal sosial dan mengaplikasiannya pada konsep

pencapaian sekolah.

Penelitian ini menggunakan database yang sebelumnya sudah tersedia yaitu

NELS. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 24.599 siswa kelas X hingga XII

yang berasal dari 1.052 sekolah (publik, privat, dan sekolah agama). Siswa dianjurkan

untuk mengisi kuesioner mengenai sekolah, relationships, keluarga, sikap, dan

perilaku. Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur tingkat

pencapaian siswa adalah matematika, science, membaca, dan sejarah.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa keikutsertaan siswa dalam

ekstrakurikuler olahraga di sekolah memberikan manfaat walaupun hasilnya tidak

siginifikan. Manfaat dari keikutsertaan dalam ekstrakurikuler juga terlihat dampaknya

pada nilai tes matematika siswa. Dikatakan bahwa siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler olahraga mendapatkan nilai tinggi dalam bidang matematika. Selain

itu, partisipasi dari keikutsertaan olahraga juga secara signifikan dapat meningkatkan

penghargaan diri, siswa lebih terkontrol, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas

sekolah. Hasil lain yang didapat adalah dari keikutsertaan siswa dalam

ekstrakurikuler olahraga terbukti dapat meningkatkan ikatan sosial antara siswa

dengan orang tua, siswa dengan sekolah, orang tua dengan sekolah, dan orang tua

dengan orang tua. Selain itu, ekstrakurikuler tersebut memiliki manfaat baik dalam

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

15

Universitas Indonesia

bidang pendidikan maupun manfaat bagi diri sendiri. Ternyata, selain keikutsertaan

dalam bidang olahraga, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler musik juga mengalami

peningkatan dalam matematika dan bahasa Inggris.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

16

Universitas Indonesia

Berikut ini adalah tabel tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian:

Tabel 2.1

Tinjauan Pustaka

No Judul Peneliti Metode Konsep yang

ada pada

penelitian

Hasil penelitian Perbedaan dan

persamaan

penelitian

Sumber

1 Budaya

Sekolah

Bertaraf

Internasional

(SBI): Studi

terhadap SMA

Negeri X

Jakarta dan

SMA Swasta Y

Jakarta

Anita Dwi

Ariani

Penelitian ini

menggunakan

metode kualitatif

dengan

melakukan

wawancara

mendalam dan

observasi pada

dua sekolah di

Jakarta yaitu

SMA negeri dan

SMA swasta

School culture,

kurikulum,

interaksi sosial,

klasifikasi

Sumner

tentang in-

group dan out-

group

Di sekolah swasta,

siswa-siswa lebih

mendapatkan fasilitas

untuk

mengembangkan

dirinya sendiri.

Dalam artian mereka

adalah pusat dalam

kegiatan belajar

mengajar bukan guru.

Hal ini berbeda

dengan sekolah

Persamaan dari

penelitian ini

adalah

menggunakan

sekolah dengan

pembagian dua

program di

dalamnya yaitu

adanya kelas

internasional dan

program RSBI.

Konsep mengenai

Ariani, Anita

Dwi. 2008.

Budaya

Sekolah

Bertaraf

Internasional

(SBI): Studi

Terhadap SMA

Negeri X

Jakarta dan

SMA Swasta Y

Jakarta.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

17

Universitas Indonesia

sebagai

perbandingannya

negeri dimana siswa

cenderung lebih

pasif. Di sekolah

negeri justru siswa-

siswa lebih menerima

apa yang dijelaskan

oleh gurunya. Guru

menjadi pusat dalam

kegiatan belajar

mengajar. Budaya

sekolah yang dimiliki

oleh SMA Swasta Y

Jakarta lebih

mendukung

pengembangan

program

dibandingkan budaya

sekolah di SMA

Negeri X Jakarta.

interaksi sosial

juga digunakan

dalam kedua

penelitian.

Perbedaannya

adalah jika dalam

penelitian yang

dilakukan oleh

Anita ingin melihat

school culture,

maka penelitian ini

akan melihat

kegiatan

ekstrakurikuler

yang dilakukan

oleh sekolah

terkait.

Skripsi.

Universitas

Indonesia

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

18

Universitas Indonesia

2 Hubungan

Partisipasi

dalam

Kegiatan

Ekstrakurikuler

dengan

Pencapaian

Keterampilan

Kepemimpinan

Santri (Studi

Kasus di

Pondok

Pesantren

Darunnajah

Cipining,

Bogor, Jawa

Barat)

M. Bisri Penelitian yang

dilakukan oleh

Bisri

menggunakan

metode

kuantitatif

dengan

menggunakan

desain korelasi

yaitu melihat

hubungan dari

suatu variabel

Konsep yang

digunakan

dalam

penelitian ini

diantaranya

adalah

mengenai

kepemimpinan,

ekstrakurikuler,

dan

keterampilan

hidup

Sebagian besar

responden merasakan

manfaat selama aktif

mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler dan

kegiatan lain yang

ada di pondok

pesantren. Penelitian

ini juga menunjukkan

bahwa partisipasi

santri dalam kegiatan

ekstrakurikuler

berhubungan positif

dengan

pengembangan

keterampilan

kepemimpinan.

Persamaan antara

penelitian yang

dilakukan oleh

Bisri dengan

penelitian kali ini

sama-sama ingin

melihat bagaimana

kegiatan

ekstrakurikuler

dilakukan di

lingkungan

sekolah. Di satu

sisi, penelitian

Bisri

menghubungkan

kegiatan

ekstrakurikuler

dengan pencapaian

keterampilan dan

Bisri, M. 2009.

Hubungan

Partisipasi

dalam

Kegiatan

Ekstrakurikuler

dengan

Pencapaian

Keterampilan

Kepemimpinan

Santri (Studi

Kasus di

Pondok

Pesantren

Darunnajah

Cipining,

Bogor, Jawa

Barat). Tesis.

Universitas

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

19

Universitas Indonesia

kepemimpinan

santri sedangkan

penelitian yang

akan dilakukan

hanya ingin

melihat bagaimana

kegiatan

ekstrakurikuler

dilaksanakan dalam

sekolah.

Indonesia.

3 Extracurricular

Activities and

High School

Dropouts

Ralph B.

McNeal,

Jr

Metode yang

digunakan dalam

penelitian ini

adalah kuantitaif

dengan

melakukan

survey.

Kontrol sosial,

integrasi sosial.

Partisipasi siswa

terhadap kegiatan

ekstrakurikuler

atletik mengurangi

kecenderungan siswa

untuk drop-out

sementara partisipasi

pada organisasi

akademis dan

Persamaan pada

penelitian yang

dilakukan oleh

McNeal dan

penelitian yang

akan dilakukan

adalah

mengedepankan

mengenai kegiatan

McNeal Jr.,

Ralph B. 1995.

Extracurricular

Activities and

High School

Dropouts.

Sociology of

Education, Vol.

68, No. 1 (Jan.,

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

20

Universitas Indonesia

kelompok vokasional

tidak menunjukkan

hal yang sama. Hasil

penelitian lainnya

adalah kegiatan

ekstrakurikuler seni

rupa dapat membantu

siswa lebih

kooperatif di

lingkungannya.

ekstrakurikuler di

sekolah. Kedua

penelitian ini juga

meneliti berbagai

macam kegiatan

ekstrakurikuler

yang dilakukan

oleh pihak sekolah.

Sementara itu,

penelitian yang

dilakukan oleh

McNeal ingin

melihat hubungan

antara kegiatan

ekstrakurikuler

dengan kasus drop-

out berbeda dengan

penelitian kali ini

yang tidak

1995)

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

21

Universitas Indonesia

menghubungkan

antara dua varibel.

4 Linking

Extracurricular

Programming

to Academic

Achievement:

Who Benefit

and Why?

Beckett

A. Broh

Penelitian ini

menggunakan

metode

kuantitatif

The

developmental

model, the

leading-crowd

hypothesis, dan

social capital

model.

Keikutsertaan siswa

dalam ekstrakurikuler

olahraga di sekolah

memberikan manfaat

walaupun hasilnya

tidak siginifikan.

Partisipasi dari

keikutsertaan

olahraga juga secara

signifikan dapat

meningkatkan

penghargaan diri,

siswa lebih

terkontrol, dan tepat

waktu dalam

mengerjakan tugas

sekolah. Hasil lain

Penelitian Broh

ingin melihat

kegiatan

ekstrakurikuler di

lingkungan siswa

sekolah menengah

atas. Hal ini serupa

dengan penelitian

yang akan

dilakukan oleh

peneliti. Jika Broh

menggunakan

metode kuantitatif

untuk menjawab

pertanyaan

penelitian, maka

penelitian kali ini

Broh, Beckett

A. 2002.

Linking

Extracurricular

Programming

to Academic

Achievement:

Who Benefits

and Why?.

Sociology of

Education, Vol

75, No. 1 (Jan.,

2002)

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

22

Universitas Indonesia

yang didapat adalah

dari keikutsertaan

siswa dalam

ekstrakurikuler

olahraga terbukti

dapat meningkatkan

ikatan sosial antara

siswa dengan orang

tua, siswa dengan

sekolah, orang tua

dengan sekolah, dan

orang tua dengan

orang tua.

akan menggunakan

metode kualitatif.

Selain itu,

penelitian Brohpun

lebih fokus pada

kegiatan

ekstrakurikuler

olahraga sedangkan

penelitian kali ini

tidak hanya fokus

kepada

ekstrakurikuler

olahraga.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

23

Universitas Indonesia

II.2 Kerangka Pemikiran

II.2.1 Partisipasi

Cooke dalam Seto (2004) mengatakan bahwa partisipasi adalah (1) orang-

orang mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut

hajat mereka, dan (2) orang-orang terlibat dalam pengembangan visi spesifik

masyarakat sebagai komunitas. Partisipasi dalam sebuah kelompok diperlukan agar

tujuan yang telah disepakati dapat terwujud. Bagaimana sebuah kelompok

menentukan tujuan mereka juga dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam

proses pengambilan keputusan. Semua hal yang berkaitan dengan pengembangan

kelompok, maka anggota di dalamnya perlu berpartisipasi.

Davispun menambahkan bahwa partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan

mental dan emosional individu terhadap situasi kelompok yang mendorong seseorang

untuk berkontribusi dalam tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab dengan

sesama anggota kelompok (Bisri, 2009). Di dalam suatu organisasi sendiri,

bagaimana pelaksanaannya berjalan akan sangat dipengaruhi oleh keterlibatan

masing-masing anggota kelompok yang berada di dalamnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Simmel, partisipasi merupakan konsekuensi

logis dari kemerdekaan, persamaan, dan kebebasan (Seto, 2004). Kemampuan

partisipasi individu pada akhirnya akan menjadi parameter eksistensi dirinya (Seto,

2004). Partisipasi adalah sebuah proses. Bila partisipasi dipaksakan maka ia memiliki

resiko menjadi kontraproduktif: menghasilkan tujuan yang berbeda antar anggota,

hingga akhirnya terjadi konflik atau partisipasi hanya jadi simbol, tidak mengakar. Di

dalam partisipasi, ada beberapa aspek penting yang terlibat yaitu: keterlibatan mental

dan emosi, kesediaan berkontribusi dalam rangka pencapaian tujuan, dan mempunyai

perasaan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan.

Partisipasi sendiri dapat dilakukan dengan cara berbagi ide dan pengalaman

berdasarkan pendidikan individu yang akan menciptakan interest personal dalam

hubungan sosial (Ballard, 2003: 11). Dari ide-ide dan interaksi yang kita lakukan

kepada pihak lain maka akan terlihat apakah kita merasakan interest yang sama

kepada individu lain. Individu yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

24

Universitas Indonesia

kelompok masyarakat maka ia memiliki alasan untuk melakukan partisipasi dalam

kelompoknya (Ballard, 2003: 11). Hal ini dikarenakan individu merasakan adanya

sense of belonging dalam kelompok tersebut sehingga akan melakukan tindakan yang

berhubungan dengan kelompoknya dan berusaha untuk terlibat dalam setiap kegiatan

yang dilakukan.

Dalam konsep partisipasi mempunyai bermacam-macam bentuk dan

intensitas. Biasanya dibedakan menurut frekuensi dan intensitasnya (Budiardjo, 1982:

5). Menurut pengamatan, jumlah orang yang mengikuti kegiatan tidak intensif, yaitu

kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan

prakarsa sendiri besar sekali. Sebaliknya, kecil sekali jumlah orang yang secara aktif

dan sepenuh waktu melibatkan diri (Budiardjo, 1982: 6). Ada yang menyamakan dua

jenis gejala ini dengan piramida yang biasanya lebar, tetapi menyempit ke atas sejalan

dengan meningkatnya intensitas kegiatan yang dilakukan.

Menurut Ndraha dalam Wirakartakusumah (1997) bentuk partisipasi dapat

dikategorikan menjadi enam bentuk, yaitu: (1) partisipasi dalam atau kontak dengan

pihak lain, (2) partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberi

tanggapan terhadap informasi, (3) partisipasi dalam perencanaan pembangunan

termasuk dalam pengambilan keputusan (penetapan) suatu rencana, (4) partisipasi

dalam pelaksanaan operasional, (5) partisipasi dalam menerima, memelihara, dan

mengembangkan hasil, (6) partisipasi dalam menilai hasil. Bentuk-bentuk dalam

partisipasi tersebut dapat tercermin dalam keanggotaan individu dalam kelompoknya.

Adanya partisipasi tersebut dapat menjadikan anggota ikut menjadi bagian dalam

pencapaian tujuan dari kelompoknya.

Partisipasi berkaitan dengan perasaan untuk menjadi bagian dari sesuatu

misalnya sebuah ide, percaya akan sistemnya, dan merupakan suatu bentuk kesadaran

bukan terpikat sendiri tetapi sebuah perenungan diri, kesadaran kritikal dengan kerja

keras untuk mengidentifikasi diri sendiri terhadap orang lain (Ballard, 2003: 28).

Partisipasi di dalam lingkungan sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan cara

siswa berkontribusi dalam peraturan yang ditetapkan sekolah dan dapat melakukan

kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

25

Universitas Indonesia

Kualitas dari partisipasi itu dapat dilihat dari bagaimana konten dan metode

yang digunakan oleh kelompok masyarakat dapat diterima oleh anggotanya sehingga

diharapkan seluruh anggota dapat berpartisipasi dengan baik (Nes, 2003: 75). Konten

dari partisipasi dapat dilihat dari budaya dan nilai yang diaplikasikan dalam

kelompok dan juga ketika ada kebudayaan dan nilai dari golongan minoritas dapat

diapresiasi oleh anggota lainnya dan pendapat dari golongan minoritas dapat

direpresentasikan sedangkan metode partisipasi dapat dillihat dari interaksi yang

dilakukan masing-masing individu untuk mencapai tujuan bersama (Nes, 2003: 75).

Di lingkungan sekolah sendiri, adanya dukungan dari teman akan mempengaruhi

partispasi yang dilakukan oleh siswa.

II.2.2 Kurikulum

Persoalan metode pendidikan adalah bagaimana cara yang tepat agar metode

pendidikan dapat diajarkan kepada siswa (Suhartono, 2007: 120). Lebih lanjut, isi

atau materi pendidikan dijabarkan dari tujuan pendidikan dan diorganisasi menjadi

kurikulum (Suhartono, 2007: 120). Kurikulum ini akan menjadi acuan bagi tenaga

pendidik untuk mengajarkan ilmu pengetahuan. Pembentukan kurikulum yang baik

juga perlu didukung dari keberadaan tenaga pengajar yang baik.

Kurikulum merupakan alat untuk membantu pendidik dalam melakukan

tugasnya, sebab kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana yang

dikembangkan untuk memperlancar proses pembelajaran.1 Dikatakan bahwa

pengembangan kurikulum merupakan hal yang penting dalam pendidikan. Kurikulum

disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman multi potensi, minat,

kecerdasan bahasa, kognitif, sosial, emosional, spiritual, dan kinestetik/fisikmotorik,

serta seni pada anak secara optimal sesuai dengan perkembangan dan keunikan setiap

anak.2 Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara

1 http://www.kemdiknas.go.id/satuan-pendidikan/taman-kanak-kanak/kurikulum.aspx Diakses pada

tangal 21 Agustus 2011 pukul 22.02 WIB 2 Ibid.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

26

Universitas Indonesia

Kesatuan Republik Indonesia dan pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah

wajib memuat:3

1. Pendidikan agama;

2. Pendidikan kewarganegaraan;

3. Bahasa;

4. Matematika;

5. Ilmu pengetahuan alam;

6. Ilmu pengetahuan sosial;

7. Seni dan budaya;

8. Pendidikan jasmani dan olahraga;

9. Keterampilan/kejuruan; dan

10. Muatan lokal

Menurut Abdullah Idi, kurikulum adalah suatu alat untuk mencapai tujuan

pendidikan yang memiliki komponen-komponen penunjang yang saling mendukung

satu sama lainnya (Ariani, 2008: 20). Komponen-komponen yang dimaksud adalah

tujuan, isi, dan struktur program atau materi, media dan sarana, strategi belajar

mengajar, proses belajar mengajar dan evaluasi atau penilaian.

J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam Curriculum Planning for

Better Teaching and Learning (1956) mengemukakan bahwa kurikulum adalah “the

sum total of school’s efforts to influence learning whether in the classroom, on the

playground, or out of school”. Apa yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam

memberikan transmisi ilmu tidaklah hanya dilakukan di dalam kelas. Kegiatan yang

dilakukan siswa di luar kegiatan belajar mengajar seperti ekstrakurikuler juga dapat

dikatakan sebagai kurikulum yang dijalankan oleh pihak sekolah.

Selain adanya kurikulum formal dalam sekolah, ada pula kurikulum

terselubung yang ikut menjadi faktor penting di dalam sekolah. Kurikulum

terselubung atau hidden curriculum ini adalah seperangkat aturan-aturan yang tidak

3 http://www.kemdiknas.go.id/orang-tua/kurikulum-sekolah.aspx Diakses pada tanggal 21 Agustus

2011 pukul 22.33 WIB

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

27

Universitas Indonesia

tertulis yang dapat menunjang siswa dalam mempersiapkan kehidupannya.

Kurikulum terselubung ini bisa didapatkan melalui kegiatan kesiswaan yang ada di

sekolah, tata tertib sekolah, dan juga dapat disosialisasikan dalam kurikulum formal.

Kurikulum terselubung ini akan ikut mempengaruhi siswa dalam menanamkan nilai

dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Eggleston mengemukakan bahwa

kurikulum terselubung dapat memperkenalkan siswa kepada “tempat mereka” dalam

sistem sosial sehingga mampu menyesuaikan diri dengan norma, nilai-nilai sosial,

struktur, dan sanksi-sanksi yang ada (Robinson, 1986: 232).

Ery Seda (1987) menyatakan bahwa kurikulum terselubung adalah segala

sesuatu yang terjadi di sekolah dan di luar sekolah, dimana sekolah menjalankan

fungsinya sebagai agen sosialisasi sikap dan nilai modern. Kurikulum terselubung ini

dapat dilihat dari beberapa pola interaksi sosial:

1. Proses generalisasi

Dalam proses ini individu memperoleh pengalaman yang memuaskan dalam

suatu kegiatan tertentu sehingga pengalaman ini akan dijadikan keyakinan

olehnya bahwa ia dapat memperoleh keberhasilan yang sama dalam kegiatan

yang berbeda.

2. Proses menirukan contoh

Proses ini dimungkinkan individu menirukan cara berpikir, berperasaan,

bertabiat dari orang lain yang dianggap penting dan berkuasa dalam

lingkungannya.

3. Proses imbalan dan sanksi

Proses ini terjadi ketika siswa akan mendapatkan hukuman jika melanggar

tata tertib yang berlaku dan akan mendapatkan imbalan jika patuh terhadap

peraturan yang sudah ditetapkan.

II.2.2.1 Ekstrakurikuler

Kurikulum di sekolah dibentuk sebagai salah satu cara untuk mempersiapkan

siswa agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Ada dua pembagian lain dari

kurikulum yakni intrakurikulum dan ekstrakurikulum. Intrakurikulum didefinisikan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

28

Universitas Indonesia

sebagai kurikulum yang digunakan pihak sekolah dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar. Beberapa intrakurikulum yang pernah digunakan institusi pendidikan di

Indonesia adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), KBK (Kurikulum

Berbasis Kompetensi), kurikulum 1994. Kurikukum inilah yang dijadikan pedoman

bagi pihak sekolah untuk mentransmisikan nilai dan norma di dalam proses belajar

mengajar.

Ekstrakurikulum merupakan pengembangan kurikulum dari pihak sekolah.

Biasanya antara satu sekolah dengan sekolah lain tidak selalu sama. Kegiatan

ekstrakurikuler ini diselenggarakan di luar dari jam belajar mengajar di sekolah.

Mayeer Miller dalam Marlinda (1998: 124) mengatakan bahwa “Keikutsertaan siswa

dalam kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa

untuk mengembangkan minat, menanamkan rasa tanggung jawab sebagai warga

negara melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerjasama dan

terbiasa dengan kegiatan mandiri”.

Menurut Depdiknas kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di

luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu mengembangkan

peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui

kegiatan yang secara hukum diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga

kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk

memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial (Sayotte dalam

Dazefa, 2010: 21). Hadirnya kegiatan ekstrakurikuler ini akan mendukung siswa

untuk mengaktualisasikan diri selain di dalam kelas. Kemampuan sosial siswapun

tidak hanya terbatas pada aktor yang berada dalam satu kelas saja melainkan seluruh

anggota yang tergabung dalam satu kegiatan ekstrakurikuler bahkan dimungkinkan

untuk bersosialisasi dengan aktor yang berbeda kegiatan ekstrakurikulernya. Manfaat

kegiatan ekstrakurikulerpun bisa dirasakan dalam hal sosial, emosional, dan juga

akademis.

Pengembangan minat dari siswa yang salah satunya dapat dicapai melalui

kegiatan ekstrakurikuler juga didukung dengan adanya Undang-undang Nomor 20

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

29

Universitas Indonesia

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat (1b). Isi dari pasal

tersebut menyatakan “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

Pada pasal tersebut dapat memperlihatkan bahwa penyaluran dari bakat dan minat

siswa dapat terakomodasi melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di sekolah memainkan peran dalam

bidang pendidikan dan juga bidang kemasyarakatan sejak dimulainya peradaban

modern (Sage, 1970). Beberapa penelitian membuktikan nilai partisipasi dalam

kegiatan ekstrakurikuler secara relatif memberikan pengalaman bagi siswa untuk

bersosialisasi dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa, menetapkan dan

mencapai tujuan, bersaing sportif, bangkit dari kekalahan, dan menyelesaikan

perselisihan dengan damai (Carnegie Corporation of New York, 1992). Mahoney &

Stattin dalam Bisri (2009: 23) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

memungkinkan siswa-siswa mendapatkan akses jaringan sosial, aktivitas,

sumberdaya, dan menggali potensi yang ada pada siswa.

Mahoney 2005 dalam Dazefa (2010: 24) mengungkapkan ada empat tahapan

dalam ekstrakurikuler, yaitu:

a. Bermain Spontan (Spontaneous Play)

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan organisasi mandiri sehingga

membutuhkan negosiasi dan pemecahan masalah secara spontan

b. Permainan Rekreasi (Recreational Games)

Kegiatan ekstrakurikuler berpusat pada kebugaran, keterampilan membina

hubungan dengan koordinasi, persahabatan, dan bermain

c. Rekreasi Tim (Recreational Team Sports)

Kegiatan ekstrakurikuler mengedepankan pengembangan keterampilan para

anggotanya

d. Kompetisi Elite (Elite Competition)

Dalam kegiatan ekstrakurikuler, usaha dan keadilan subordinasi dapat melihat

keterampilan kinerja dan prestasi

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

30

Universitas Indonesia

Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh pihak sekolah terdiri dari

berbagai macam jenis. Mahoney dalam Dazefa (2010, 26) menjelaskan mengenai

jenis kegiatan ekstrakurikuler:

1. Keterlibatan Prososial (Prosocial Activities)

Pada jenis ekstrakurikuler ini, siswa akan berpartisipasi dalam pelayanan

masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pencerahan dan motivasi

kepada anggota untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual untuk menciptakan lingkungan yang efektif, harmonis terhadap diri

sendiri dan terhadap semua pihak. Berdasarkan Depdiknas, yang termasuk ke

dalam kegiatan ini adalah Pramuka dan Palang Merah

2. Tim Olahraga (Team Sports)

Kegiatan melibatkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler di bidang

olahraga. Olahraga yang dilakukan siswa akan mempengaruhi kesehatan fisik

sehingga akan memudahkannya untuk berinteraksi dan bersosialisasi dalam

kesehariannya.

3. Pertunjukkan Seni (Performing Arts)

Kegiatan ini meliputi band sekolah, drama, ataupun kelompok tari. Tujuan

dari kegiatan ini adalah memberikan wadah bagi siswa untuk terlibat dalam

berbagai pengalaman dan berkreasi untuk menghasilkan suatu output yang

berguna bagi siswa. Siswa berkreasi menciptakan berbagai kesenian secara

sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif

dan pengalaman kreatif.

4. Keterlibatan Sekolah (School Involvement)

Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler ini adalah untuk melatih kemampuan

berorganisasi dalam rangka melakukan kegiatan yang positif, terarah dan

berkarakter. Contoh dari kegiatan ini adalah pemerintahan siswa seperti OSIS

dan juga cheerleader.

5. Kelompok Akademik (Academic Clubs)

Partisipasi dari kegiatan ini bisa meliputi dalam bidang sains dan kegiatan

ekstrakurikuler yang menitikberatkan pada hal perdebatan. Tujuan dari

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

31

Universitas Indonesia

kegiatan ini adalah mengembangkan sifat ilmiah, kejujuran dalam

memecahkan fenomena sosial dan fenomena alam dengan kepekaan yang

tinggi dengan metode sistematis, objektif, juga rasional. Kegiatan ini

diantaranya Kegiatan Ilmiah Ramaja (KIR).

II.2.3 Sosialisasi

Salah satu tokoh sosiologi, Peter Berger, mengemukakan mengenai definisi

dari sosialisasi itu sendiri yaitu “a process by which a child learns to be a participant

member of society” (Sunarto, 2004: 21). Dari definisi yang diberikan oleh Berger,

memperlihatkan bahwasanya sosialisasi yang biasa diberikan kepada aktor sudah

dilakukan sejak dini. Penanaman nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam suatu

lingkungan tertentu dimaksudkan agar aktor tersebut dapat menjalankan dan

mematuhi nilai dan norma yang dianut di lingkungan tersebut.

Menurut Gillin & Gillin, sosialisasi adalah proses dimana anggota dari

masyarakat berkembang menjadi suatu fungsi dari satu kelompok, bertindak sesuai

dengan standard, menyesuaikan diri, menjadi bagian dari tradisi kelompok dan

menyesuaikan dirinya dengan situasi sosial yang ia temui, serta cukup baik dalam

toleransi (Gillin & Gillin, 1942: 561).

Sementara itu pendapat lain dikemukakan oleh Paul B. Horton dan Robert L.

Horton yang menyebutkan sosialiasi adalah proses dimana kita mengembangkan

kepribadian dengan cara menginternalisasikan budaya yang ada di masyarakat

(Horton & Horton, 1983: 15). Dalam buku yang berjudul Sociology in Everyday Life

disebutkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana individu belajar mengenai apa

yang diharapkan masyarakat terhadap individu tersebut (Karp, Yoels, dan Vann,

2004: 43).

Proses sosialisasi yang dilakukan tidak lepasnya dari agen sosialisasi. Agen

sosialisasi inilah yang bertanggung jawab kepada individu untuk mentransfer

pengetahuan yang mereka miliki. Fuller dan Jacobs telah menunjukkan empat agen

sosialisasi yang berperan dalam masyarakat. Agen-agen tersebut adalah keluarga,

sekolah, kelompok bermain, dan juga media massa. Sekolah, dapat menjadi suatu

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

32

Universitas Indonesia

sumber di mana aktor akan mendapatkan pengetahuan tidak hanya terkait dengan

nilai dan norma yang diambil oleh masyarakat namun juga ilmu-ilmu yang dapat

digunakan aktor untuk memenuhi kebutuhannya.

Robert Dreeben mengatakan bahwa di dalam sekolah aktor mempelajari

mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme

(universalism), dan juga spesifisitas (specificity) (Dreeben, 1968: 65). Menurut

Dreeben, di sekolah aktor diajarkan mengenai kemandirian karena para pengajar

menuntut mereka untuk mengerjakan tugas dengan usaha sendiri dan tanggung jawab

pribadi. Hal kedua yang dipelajari aktor dalam sekolah adalah prestasi. Jika di dalam

keluarga, aktor dituntut untuk memerankan perannya sesuai dengan status sosialnya

maka di lingkungan sekolah, mereka dituntut untuk memperlihatkan prestasi yang

menonjol. Terkait dengan universalisme, di dalam lingkungan sekolah aktor akan

mendapatkan perlakuan yang sama dengan aktor lain. Hal terakhir yang berkaitan

dengan sosialisasi sekolah adalah spesifisitas. Jika seorang anak mendapatkan nilai

buruk dalam bidang olahraga maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi penilaian

dengan mata pelajaran lain.

Parsons berasumsi bahwa dalam sosialisasi aktor hanyalah penerima pasif. Ia

juga melihat bahwa sosialiasi adalah pengalaman seumur hidup bagi aktor.

Sedangkan bagi Mead, aktor bersifat aktif dalam dunia sosial dan tidak sekedar

memberikan respon pasif terhadap peristiwa-peristiwa (Robinson, 1986: 15).

Penanaman nilai dan norma kepada aktor harus dilakukan secara kontinu dan tidak

dapat dilakukan hanya dengan sekali waktu.

Mead berpendapat bahwa dalam proses sosialisasi individu mengadopsi

kebiasaan, sikap, dan ide-ide dari orang lain, dan menyusunnya kembali sebagai

sesuatu atau sistem dalam diri pribadinya (Vembriarto, 1987: 20). Sedangkan David

Popenoe mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan suatu usaha memasukkan

pengaruh kebudayaan ke dalam diri indvidu dan bukan individu yang mempelajari

kebudayaan masyarakatnya (Vembriarto, 1987: 20).

Vembriarto menjelaskan mengenai tiga kategori dari proses sosialisasi

(Vembriarto, 1987: 25) :

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

33

Universitas Indonesia

1. Metode ganjaran dan hukuman. Pada metode ini jika aktor melakukan suatu

kesalahan maka akan mendapatkan hukuman sedangkan jika aktor berperilaku

baik maka akan mendapatkan ganjaran. Dengan hadirnya hukuman dalam diri

aktor maka ia akan sadar bahwa apa yang telah dilakukannya adalah salah dan

tidak diterima di masyarakat. Di sisi lain, ganjaran dihadirkan agar aktor

mengerti bahwa apa yang telah dilakukannya adalah baik dan diterima oleh

masyarakat.

2. Metode didactic teaching. Metode ini memungkinkan bahwa aktor akan

diajarkan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan melalui pemberian

informasi, ceramah, dan penjelasan. Metode ini digunakan dalam pendidikan

di sekolah ataupun pendidikan agama.

3. Metode pemberian contoh. Dengan memberikan contoh maka akan ada proses

imitasi (peniruan) tingkah laku dan sifat-sifat orang dewasa oleh anak. Proses

imitasi ini bisa terjadi secara sadar ataupun tidak sadar. Tertanamnya nilai-

nilai, sikap, dan kepercayaan dalam diri anak lebih banyak melalui proses

tidak sadar. Proses imitasi ini erat kaitannya dengan proses identifikasi.

Dengan identifikasi maka anak akan menyatukan diri dengan orang lain dan

berusaha menjadi orang lain.

Di sekolah, para guru mengajarkan subjek tertentu kepada muridnya dan

murid juga diuji untuk mengetahui sejauh mana mereka mengerti apa yang diajarkan

oleh gurunya (Brembeck, 1967: 13). Keseluruhan proses ini juga disebut sebagai

sosialisasi. Sosialisasi yang terjadi di dalam sekolah diharapkan mampu untuk

membantu individu mengetahui dan menjalankan nilai yang telah berlaku. Namun

dapat ditemukan pula bahwa sosialisasi di sekolah berbeda dengan apa yang diterima

individu di lingkungan keluarganya.

II.2.4 Interaksi Sosial

Gillin & Gillin menjelaskan mengenai interaksi sosial yaitu dinamika

hubungan sosial baik itu hubungan yang melibatkan antara individu dengan individu,

antara kelompok dengan kelompok, atau antara kelompok kelompok dengan individu

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

34

Universitas Indonesia

(Gillin & Gillin, 1942: 586). Ketika dua individu saling bertemu kemudian bertegur

sapa ataupun saling menjabat tangan hal ini sudah mengindikasikan bahwa telah

terjadi interaksi sosial diantara mereka. Interaksi sosial ini tidaklah mengharuskan

diantara kedua individu untuk saling berbicara, karena dengan mereka berjabat tangan

atau tersenyum membuat keduanya telah sadar akan adanya pihak lain sehingga

menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan mereka.

Definisi lain dari interaksi sosial adalah proses dimana antar individu saling

mempengaruhi satu sama lain (Stewart, 1981: 5). Menurut Herbert Blumer, interaksi

sosial merupakan keadaan dimana individu menginterpretasikan atau mendefinisikan

tindakan satu sama lain (Schaefer, 2003: 109). Dengan kata lain, respon kita terhadap

sikap seseorang berdasarkan dari arti yang kita pahami tentang tindakan orang

tersebut.

Dalam interaksi sosial, individu akan mempelajari simbol dan makna. Simbol

adalah objek sosial yang digunakan untik merepresentasikan apa yang memang

disepakati bisa direpresentasikan oleh simbol tersebut (Ritzer, 2009: 395). Tidak

semua objek sosial mewakili sesuatu yang lain. Individu sering kali menggunakan

simbol untuk mengomunikasikan sesuatu tentang diri mereka. Karena simbol,

manusia “tidak merespons secara pasif realitas yang datang padanya namun secara

aktif menciptakan kembali dunia tempat ia bertindak” (Ritzer, 2009: 395). Individu

akan mengeluarkan simbol-simbol yang dapat ditafsir oleh aktor lain. Ketika aktor

tersebut mengerti mengenai simbol yang ditunjukkan dan telah menangkap arti dari

simbol tersebut kemudian akan terjadi tindakan untuk membalas simbol yang

diberikan melalui suatu tindakan.

Sistem interaksi di sekolah dapat ditinjau sekurang-kurangnya dari tiga

perspektif yang berbeda, yaitu hubungan antara orang dalam dengan orang luar,

hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan berbeda, dan

hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan yang sama (Horton &

Hunt, 1999: 340). Hubungan-hubungan yang terjadi di antara individu tersebut

merupakan hal yang penting dalam sistem sosial.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

35

Universitas Indonesia

Adanya interaksi sosial didasarkan dari berbagai faktor, yaitu faktor imitasi,

sugesti, identifikasi, dan simpati (Soekanto, 1995: 69). Keempat faktor ini dapat

terjadi secara terpisah maupun bergabung. Faktor imitasi akan memungkinkan

seseorang untuk meniru orang disekitarnya. Hal ini bisa berdampak positif ataupun

negatif. Imitasi akan berdampak positif jika yang diikuti oleh individu adalah hal

yang positif dan sebaliknya faktor ini akan berdampak negatif jika hal yang diikuti

memiliki nilai negatif atau menyimpang dari nilai dan norma yang ada.

Faktor sugesti terjadi ketika seseorang memberikan pendapat ataupun

memberikan suatu sikap dan diterima oleh pihak lain. Mungkin proses sugesti terjadi

apabila orang yang memberikan padangan adalah orang yang sifatnya lebih otoriter.

Hal lain yang dapat terjadi pada proses sugesti adalah orang yang memberikan

pandangan adalah bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan.

Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-

keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses

identifikasi dapat membentuk kepribadian individu. Proses ini dapat berlangsung

secara tidak sadar (dengan sendirinya) maupun disengaja. Walaupun terjadi dalam

keadaan tidak sadar tetapi orang yang mengidentifikasi harus benar-benar mengenal

pihak yang teridentifikasi. Dengan begini, pandangan, sikap maupun nilai yang

dianut dapat terinternalisasi dengan baik.

Pada proses simpati individu akan merasa tertarik dengan pihak lain.

Dorongan utama dalam proses ini adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan

bekerja sama dengan pihak tersebut. Biasanya pihak lain tersebut adalah orang yang

memiliki kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh.

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat dibagi menjadi empat hal, menurut Gillin

dan Gillin, yaitu kerjasama, akomodasi, persaingan, dan konflik. Bentuk dan pola

kerja sama dapat dijumpai pada berbagai kelompok manusia. Kerjasama timbul

karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya

(Soekanto, 1995: 80). Kerjasama juga akan terasa lebih kuat ketika ada pihak lain

yang dirasakan mengganggu atau dianggap telah menyinggung individu ataupun

kelompoknya sendiri (in-group). Charles H. Cooley mengatakan bahwa kerjasama

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

36

Universitas Indonesia

timbul apabila orang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama dan

memiliki pengetahuan serta pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan tersebut.

Bentuk interaksi sosial lainnya adalah akomodasi. Akomodasi merupakan

proses ketika individu yang awalnya saling bertentangan kemudian saling

menyesuaikan diri untuk meredakan ketegangan yang ada. Akomodasi juga disebut

sebagai suatu cara untuk menyelesaikan konflik.

Dalam berinteraksi dengan individu lain, akan dimungkinkan terjadinya

persaingan di dalamnya. Persaingan dapat diartikan sebagai proses sosial dimana

individu ataupun kelompok saling bersaing dengan mencari keuntungan masing-

masing. Persaingan memiliki dua sifat umum yaitu yang bersifat pribadi dan tidak

pribadi.

Interaksi sosial lainnya adalah konflik. Dalam proses ini, individu ataupun

kelompok menyadari adanya perbedaaan-perbedaan. Dengan adanya perbedaan inilah

yang akan semakin memperuncing konflik. Konflik ini bisa disebabkan oleh berbagai

faktor, antara lain adalah: (1) perbedaan antara individu-individu, di sini masing-

masing individu memiliki perasaan ataupun pendirian yang berbeda, (2) perbedaan

kebudayaan, perbedaan kepribadian individu dapat disebabkan dari perbedaan

kebudayaan yang melarbelakanginya. Perbedaan kebudayaan ini secara sadar ataupun

tidak sadar dapat dipengaruhi oleh kelompoknya, (3) perbedaan kepentingan, wujud

dari kepentingan dapat bermacam-macam misalnya saja kepentingan ekonomi

maupun kepentingan politik, (4) perubahan sosial, perubahan sosial yang terjadi dapat

mempengaruhi nilai-nilai ataupun norma yang berlaku di masyarakat sehingga

kelompok yang memiliki perbedaan pendirian akan melakukan reorganisasi dalam

kelompoknya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

37 Universitas Indonesia

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

III.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai cara untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Menurut Neuman (2003) pendekatan

kualitatif melihat kehidupan sosial dari berbagai pandangan dan menjelaskan

bagaimana masyarakat mengkonstruksikan identitasnya. Pendekatan kualitatif

tidak mengubah kehidupan sosial menjadi berbagai variabel ataupun angka, di sisi

lain pendekatan ini akan menggunakan ide-ide dari objek yang ditelitinya dan

menempatkan mereka pada konteks penelitiannya. Pendekatan ini menguji motif,

tema, perbedaan, dan ide-ide daripada menguji berbagai variabel dan

menggunakan pendekatan induktif dari grounded theory1.

Pendekatan kualitatif digunakan dengan tujuan untuk menggali informasi

mendalam mengenai hal yang akan diteliti. Dalam menggunakan pendekatan ini,

peneliti dapat langsung berinteraksi dengan informan atau objek yang akan diteliti

sehingga akan memudahkan peneliti untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan. Data yang berusaha diambil oleh pendekatan ini adalah sesuatu yang

empiris (Neuman, 2003: 146). Dalam penelitian kualitatif, peneliti memegang

peranan penting dalam pengumpulan data (Creswell, 2003: 198).

Tujuan yang diharapkan oleh peneliti adalah mampu membahas secara

mendalam permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian kali ini dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Informasi-informasi mendalam dapat

didapatkan oleh peneliti untuk memperkaya hasil penemuannya. Dalam hal ini

peneliti ingin mengetahui secara mendalam bagaimana keterlibatan siswa program

kelas internasional dan juga program RSBI dalam kegiatan ekstrakurikuler.

1 Ini berarti teori yang didapatkan dari data. Selama proses pengumpulan data di lapangan, maka

pembangunan teoripun masih bisa dilakukan. Konseptualisasi dan operasionalisasi akan muncul

seiring dengan pengumpulan data dan persiapan analisis data.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

38

Universitas Indonesia

III.2 Jenis Penelitian

Neuman membagi jenis penelitian kedalam empat dimensi, yaitu: (1)

penelitian berdasarkan tujuan, (2) penelitian berdasarkan manfaat, (3) penelitian

berdasarkan teknik pengumpulan data, dan (4) penelitian berdasarkan waktu.

III.2.1 Berdasarkan Tujuan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berusaha untuk

mendeskripsikan fenomena atau realitas yang ada di dalam masyarakat. Penelitian

deskriptif akan menghadirkan gambaran rinci dari situasi, seting sosial, atau suatu

hubungan (Neuman, 2003: 30). Di dalam penelitian ini akan digambarkan

mengenai bagaimana keterlibatan siswa program kelas internasional dan program

RSBI dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Perbedaan kurikulum dan

perbedaan program yang diambil akan mempengaruhi bagaimana mereka

berinteraksi satu sama lain.

III.2.2 Berdasarkan Manfaat

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian murni atau basic research.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena

yang ada di dunia sosial atau bagaimana suatu fenomena dapat terjadi di

masyarakat. Basic research fokus untuk menyangkal atau mendukung teori yang

menjelaskan bagaimana dunia sosial dapat berjalan, apa yang membuat sesuatu

dapat terjadi, dan mengapa masyarakat dapat berubah. Penelitian ini ingin

memperdalam pengetahuan mengenai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

menengah atas.

III.2.3 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sifat dari penelitian kualitatif, dalam penelitian kali ini akan

menggunakan teknik wawancara mendalam dan juga observasi langsung terhadap

fenomena yang akan diteliti. Sumber data yang akan digunakan berasal dari data

primer dan juga data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah wawancara

mendalam terhadap informan juga observasi yang dilakukan oleh peneliti. Di lain

pihak, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal,

karya ilmiah lain, maupun internet yang dianggap dapat membantu peneliti dalam

penelitian yang dilakukan.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

39

Universitas Indonesia

III.2.4 Berdasarkan Waktu

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian studi kasus. Pada penelitian studi

kasus, kasus yang dimaksudkan dapat antar individu, kelompok, organisasi,

pergerakan, peristiwa, atau unit geografik. Dalam penelitian kali ini, peneliti

mengambil studi kasus terhadap satu sekolah yang didalamnya terdapat kegiatan

ekstrakurikuler.

III. 3 Teknik Pengumpulan Data

III.3.1 Data Primer

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data primer berupa wawancara

mendalam dan obervasi langsung terhadap realita yang akan diteliti. Dengan

melakukan wawancara mendalam diharapkan peneliti dapat menemukan

informasi mendalam terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian

kali ini. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yang dianggap sesuai

dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh peneliti. Pada penelitian kali ini,

peneliti akan melakukan wawancara kepada siswa kelas internasional dan juga

siswa program RSBI yang ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler. Dengan

melakukan wawancara mendalam kepada beberapa informan, peneliti dapat

melihat bagaimana anggota ekstrakurikuler melakukan kegiatannya diikuti dengan

kegiatan belajar mengajar, bagaimana peran siswa sendiri terhadap kegiatan

tersebut, dan juga bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.

Dalam penelitian kali ini, diambil siswa yang berasal dari program RSBI

dan program kelas internasional. Kriteria siswa yang dijadikan sebagai informan

adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pengambilan

dua program tersebut dilakukan agar terlihat bagaimana pola yang terjadi di antara

keduanya dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Untuk mendukung data yang

didapatkan dari siswa, penelitian kali ini juga mengambil guru yang pernah

menjabat sebagai pembina ekstrakurikuler. Pengambilan guru sebagai subjek

penelitian dikarenakan guru-guru atau pembina ekstrakurikuler memiliki

pengalaman dalam membina siswa melakukan kegiatannya. Dari guru pulalah

peneliti bisa mendapatkan informasi mengenai sekolah dengan status RSBI

sehingga dapat terlihat bagaimana sebenarnya karakteristik RSBI dari sudut

pandang guru. Untuk jumlah siswa sendiri diambil 6 orang yang aktif mengikuti

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

40

Universitas Indonesia

kegiatan ekstrakurikuler masing-masing berasal dari program KI dan program

RSBI. Sedangkan guru yang dijadikan informan berjumlah 2 orang.

Observasi juga dilakukan untuk mendukung penelitian yang dimaksud.

Misalnya peneliti melihat bagaimana kegiatan dalam organisasi tersebut,

bagaimana interaksi yang dilakukan antar siswa. Penggunaan fasilitas di sekolah

juga akan menjadi bahan observasi bagi peneliti di lapangan. Peneliti juga dapat

melakukan observasi mengenai kegiatan keseharian siswa di sekolah dan di dalam

kegiatan ekstrakurikuler. Observasi tersebut dapat membantu peneliti dalam

menjawab pertanyaan penelitian kali ini.

III.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah buku-buku

yang dianggap dapat menunjang penelitian. Selain dengan menggunakan buku,

peneliti juga mengambil informasi dari jurnal yang relevan dengan penelitian dan

juga sumber yang berasal dari internet. Karya-karya ilmiah seperti skripsi ataupun

tesis dapat dijadikan acuan bagi peneliti untuk memperkaya penelitian kali ini.

Dengan menggunakan data sekunder, diharapkan dapat melengkapi hasil

penemuan dari data primer. Data-data mengenai sekolah dan secara detail

kegiatan ekstrakurikuler seperti jumlah siswa yang terdaftar dapat diperoleh dari

data sekunder.

III.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan peneliti dalam rangka untuk memberikan

kerangka kepada peneliti terkait dengan pertanyaan yang akan diajukan

selama proses penelitian. Dengan menggunakan pedoman wawancara

diharapkan dapat menghindari pertanyaan yang dianggap tidak relevan

terkait dengan penelitian.

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi ini dilakukan dengan menyesuaikannya dengan tujuan

penelitian. Pengamatan akan objek penelitian penting untuk dilakukan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

41

Universitas Indonesia

karena dapat membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian

yang diajukan.

c. Alat Tulis

Alat tulis dimaksudkan untuk mencatat point penting selama wawancara

berlangsung.

d. Alat Perekam

Alat perekam digunakan peneliti selama melakukan wawancara untuk

memudahkan peneliti karena peneliti tidak perlu untuk menulis kembali

apa yang dibicarakan informan selama wawancara berlangsung.

III.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian kali ini, penelitipun tidak terlepas dari

adanya hambatan. Keterbatasan-keterbatasan yang peneliti rasakan antara lain

adalah:

a. Terbatasnya waktu peneliti untuk melakukan wawancara dengan guru

karena pada saat itu pihak sekolah sedang menggunakan ujian sekolah

untuk kelas XII.

b. Peneliti tidak membandingkan dengan sekolah lain sehingga tidak terlihat

bagaimana karakteristik yang muncul di sekolah lain terkait kegiatan

ekstrakurikuler

c. Kesulitan peneliti untuk mencari literatur terkait ekstrakurikuler secara

sosiologis

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

42

Universitas Indonesia

BAB IV

GAMBARAN UMUM RSBI DAN

PROFIL SMAN X JAKARTA

IV.1 Gambaran Umum Rintisan Sekolah Berstandard Internasional (RSBI)

IV.1.1 Landasan Hukum

Dasar hukum dari lahirnya sekolah dengan berstatus RSBI (Rintisan Sekolah

Berstandard Internasional) adalah ketika pemerintah mengeluarkan Undang-undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 50 ayat 3

tertulis bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-

kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. Setelah

undang-undang tersebut keluar, kemudian mucul peraturan pemerintah lainnya yang

mendukung mengenai isi pasal tersebut, salah satunya adalah Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Sekolah Berstandard Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar

dan Menengah.

Pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

menetapkan bahwa definisi dari sekolah berstandard internasional (SBI) sekolah yang

sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang

berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

Ada proses yang harus dilalui pihak sekolah sebelum mencapai status RSBI,

yaitu:

1. Standard Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi:

a. Standard isi

b. Standard proses

c. Standard kompetensi kelulusan

d. Standard pendidik dan tenaga kependidikan

e. Standard sarana dan prasarana

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

43

Universitas Indonesia

f. Standard pengelolaan

g. Standard pembiayaan, dan

h. Standard penilaian pendidikan

2. Sekolah yang memenuhi standard minimal SNP diberikan pendampingan,

pembimbingan, penguatan dalam bentuk RSBI.

IV.1.2 Kriteria Sekolah Menengah Atas RSBI

Kriteria sekolah menengah atas menjadi RSBI adalah sebagai berikut:

1. Telah memiliki akreditasi A dari Badan Akreditasi Sekolah

2. SMA Kategori Mandiri (SKM)

3. Diutamakan Kabupaten/Kota yang belum ada Rintisan SMA Bertaraf

Internasional

4. Kabupaten/Kota yang telah mempunyai program rintisan SMP Bertaraf

Internasional

5. Penyelenggaraan sekolah satu shift (tidak double shift)

6. Memiliki sarana prasarana yang lengkap antara lain:

a. Memiliki tiga laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi)

b. Memiliki perpustakaan yang memadai

c. Memiliki laboratorium komputer

d. Memiliki akses internet

e. Memiliki website sekolah

f. Tersedia ruang kelas yang sesuai dengan rombongan belajar

g. Memiliki kultur sekolah yang memadai (bersih, bebas asap rokok,

bebas kekerasan, rindang)

7. Memiliki sumber daya manusia yang memadai:

a. Memiliki kepala sekolah:

SK Pengangkatan dari pejabat yang berwenang

Mampu mengoperasikan komputer

Memiliki kemampuan Bahasa Inggris minimal secara pasif

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

44

Universitas Indonesia

b. Memiliki guru mata pelajaran yang cukup (minimal 80% mengajar

sesuai latar belakang pendidikan)

c. Memiliki staf penunjang yang memadai (staf TU, laboran,

pustakawan, teknis)

8. Memiliki minimal 9 rombongan belajar

9. Mengajukan proposal

Kriteria yang diajukan untuk menjadi sekolah dengan status RSBI memang

tidak bisa dipenuhi oleh seluruh sekolah di Indonesia. Predikat RSBI sendiri diajukan

agar pendidikan di Indonesia dapat berkualitas internasional tanpa harus bersekolah

di luar negeri. Akan tetapi, yang patut disayangkan dari keadaan ini adalah ketika

sekolah yang memang telah menjadi unggulanlah yang berhasil mendapatkan status

RSBI. Hal tersebut dapat dilihat dari kriteria-kriteria yang diajukan di atas. Salah

satunya yaitu sekolah harus memiliki akreditasi A. Untuk mencapai nilai tersebut,

sekolah-sekolah harus memenuhi persyaratan dari Badan Akreditasi Sekolah yang

meliputi beberapa standard diantaranya standard isi dan standard sarana dan

prasarana.

Terkait mengenai sarana dan prasaran sekolah, salah satu poin yang harus

dimiliki oleh pihak sekolah adalah adanya tiga laboratorium IPA. Dari hasil observasi

yang dilakukan peneliti pada SMAN X Jakarta, di sekolah tersebut hanyalah memiliki

2 laboratorium IPA dimana laboratotium fisika dan kimia digabung menjadi satu.

Kriteria yang diajukan menjadi tidak valid ketika ada salah satu syarat yang tidak bisa

dipenuhi oleh suatu sekolah.

Kriteria yang diajukan tersebut bukan hanya berkaitan dengan sekolah tetapi

juga dengan sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas

dapat menjadi salah satu hal utama dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Ketika standard mengenai RSBI telah dikeluarkan maka sumber daya

manusia di dalamnya juga harus menunjang kapabilitas dari sekolah tersebut. Jika

guru-guru, misalnya, dirasakan tidak dapat menunjang pembelajaran di dalam kelas

maka pihak sekolah harus mencari cara agar proses belajar mengajar di dalam kelas

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

45

Universitas Indonesia

dapat berjalan dengan baik. Selain siswa yang dipersiapkan untuk menyambut RSBI

ini, pihak gurupun seharusnya mendapatkan bekal untuk persiapan diri mereka dan

dapat menunjang siswa untuk mendapatkan pengajaran yang lebih baik.

IV.1.3 Mekanisme Pemilihan SMA RSBI

Sekolah yang ingin mengajukan diri menjadi RSBI tidak terlepas dari

mekanisme yang ada. Mekanisme pemilihan SMA dengan status RSBI adalah

sebagai berikut:

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

46

Universitas Indonesia

Bagan 4.1

Mekanisme Pemilihan SMA RSBI

Tidak

Proposal

Ya

Sumber: Direktorat Jenderal Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional

Sekolah + Komite

Sekolah/Yayasan

(Membuat proposal)

Dinas Mandikdasmen

c.q.

Dit. Pembinaan SMA

Dinas Kab/Kota

(mengetahui/menyetujui

proposal)

Selek-

si &

Verifi-

kasi

Dinas Pendidikan

Provinsi

(mengetahui/menyetujui

proposal)

Tim

Penilai

Penetapan

SMA RSBI

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

47

Universitas Indonesia

Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa untuk menjadi SMA yang berstatus

RSBI, maka mereka harus mengajukan proposal terlebih dahulu. Proposal tersebutlah

yang nantinya akan menjadi pertimbangan apakah SMA yang bersangkutan layak

diberikan status sebagai SMA RSBI atau tidak. Ketika sekolah telah membuat

proposal, maka mereka harus berkonsolidasi dengan pihak Dinas Kabupaten/Kota

terkait proposal yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Dari Dinas Kabupaten/Kota

maka proposal tersebut akan dilanjutkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi. Setelah

itu, proposal akan dilimpahkan kepada Ditjen Mandikdasmen. Proposal inipun

dipelajari dan kemudian tim seleksilah yang akan menilai apakah proposal yang telah

diajukan oleh sekolah layak atau tidak diberikan status RSBI. Jika proposal tersebut

dirasakan belum layak, maka proposal tersebut akan dikembalikan kepada Ditjen

Mandikdasmen. Sebaliknya, jika dirasakan layak maka sekolah tersebut dapat

menyandang status sebagai RSBI.

IV.1.4 Evaluasi Program RSBI

Dalam program RSBI, pemerintahpun memberlakukan evaluasi untuk melihat

kemajuan kinerja sekolah yang meliputi:

a. Kemampuan penguasaan bahasa asing guru dan siswa dengan menggunakan

instrumen TOEFL dan TOEIC

b. Kemampuan penguasaan siswa dalam mata pelajaran matematika dan IPA

serta kompetensi keahlian (SMK)

c. Kelengkapan infrastruktur

d. Kelengkapan bahan ajar (buku, peralatan)

e. Kepemimpinan Kepala Sekolah

f. Komitmen Pemda dalam mendukung RSBI

Hasil evaluasi ini akan menjadi pertimbangan dalam kelanjutan program

RSBI di sekolah.

Kemampuan siswa akan bahasa Inggris memang dirasakan penting. Untuk itu,

pihak sekolah juga menyelenggarakan tes TOEFL yang dapat mengukur kemampuan

siswa dalam bahasa Inggris pada tahun 2010. Tapi dari pihak sekolah sendiri tidak

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

48

Universitas Indonesia

menargetkan skor minimal yang seharusnya dimiliki siswa. Sehingga tes ini hanyalah

sebagai pengukur kemampuan siswa tanpa ada tindak lanjut dari pihak sekolah ketika

ada siswa yang dirasa mendapatkan nilai kurang memuaskan.

Selain siswa, pihak guru juga mendapatkan tes kemampuan bahasa Inggrisnya

yaitu melalui TOEIC. Namun dari hasil wawancara kepada guru, peneliti

mendapatkan bahwa tes tersebut hanya dilakukan pada tahun 2007 sebelum RSBI

dijalankan di sekolah ini. Setelah RSBI berjalan belum ada evaluasi kembali

mengenai kemampuan guru baik yang telah mengikuti tes tersebut sebelumnya

ataupun yang belum pernah mengikuti tes tersebut.

IV.1.5 Proses Seleksi Siswa

Penerimaan siswa berdasarkan kemampuan akademis dilihat dari:

1. Test psikologi

2. Test tertulis: IPA (Fisika, Kimia, Biologi) dan matematika

3. Untuk SMK ditambah dengan test kesehatan dan buta warna

4. Nilai ujian nasional

Pada SMAN X Jakarta untuk masuk ke dalam program KI (Kelas

Internasional) haruslah mengikuti serangkaian ujian seperti yang tersebut di atas.

Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah hasil ujian yang dilakukan oleh siswa,

hasilnya tidak diberitahukan kepada siswa tersebut. Siswa hanya mendapatkan

keterangan apakah ia berhasil diterima atau tidak di program KI serta hanya siswa

yang mendapatkan nilai tertinggi yang akan diumukan hasil ujiannya. Hal tersebut

dirasakaan oleh siswa KI yang kini telah duduk di kelas XII. Di lain pihak, siswa KI

yang kini duduk di kelas X justru mendapatkan pengumuman mengenai nilai yang ia

peroleh dari ujian yang telah dilakukan. Nilai tersebut akan di-publish melalui

website sekolah.

Hal yang berbeda justru dirasakan oleh siswa RSBI. Seluruh siswa yang

mengikuti ujian akan diperlihatkan hasil nilai mereka melalui website sekolah dan

juga tertera pada papan pengumuman di SMAN X Jakarta. Pada website dan papan

pengumuman tersebut akan terlihat apakah siswa dapat diterima atau tidak. Tes yang

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

49

Universitas Indonesia

dilakukan juga sama dengan program KI yang membedakan adalah pengantar bahasa

yang dilakukan pada ujian tersebut. Untuk program KI ujian diadakan dengan

menggunakan bahasa Inggris sedangkan program RSBI menggunakan bahasa

Indonesia.

IV.2 Profil SMAN X Jakarta

IV.2.1 Sejarah Sekolah SMAN X Jakarta

SMAN X Jakarta telah berdiri sejak tahun 1964. Pada masa awal berdirinya,

sekolah ini sempat mendapatkan julukan “Texas” karena tempatnya yang becek serta

dinding sekolah yang masih terbuat dari papan. Saat itu juga sekolah ini merupakan

sekolah filial atau kelas jauh dari SMA Negeri 1 Budi Utomo Jakarta. Pembangunan

sekolah ini waktu dahulu juga mendapatkan perhatian dari warga sekolah. Siswa-

siswa yang bersekolah di sekolah ini dahulu wajib membawa batu bata ke sekolah

demi mewujudkan pembangunan sekolah yang lebih baik.

“Sekolah ini kan dari tahun 1964 ya dan dulu kita ini filialnya

SMA 1. Dulu juga becek gitu di sekolah ini jadi ya harus berjuang juga

sekolah di sini. Ga sebagus sekarang lah.”1

Akhirnya pada tahun 1968, sekolah ini ditetapkan menjadi SMAN X Jakarta.

Kemudian berkembang menjadi sekolah unggulan di wilayah Jakarta Utara pada

tahun 1994. Setelah mendapatkan pengakuan menjadi sekolah unggulan di wilayah

Jakarta Utara, pada tahun 2004 sekolah ini ditetapkan menjadi unggulan di Propinsi

DKI Jakarta. Pada tahun yang samapun sekolah ini mulai mengimplementasikan

KBK dalam proses belajar mengajar.

Sekolah ini kian mengalami peningkatan hingga pada tahun 2006 ditunjuk

sebagai Sekolah Rintisan Berstandard Internasional. Sejalan dengan penunjukkan ini,

sekolah X mulai melaksanakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) serta

memulai pelatihan implementasi ISO 9001-2000. Akreditasi sebagai acuan mutu dari

1 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

50

Universitas Indonesia

institusi pendidikanpun didapatkan sekolah ini dengan hasil yang baik yaitu

mendapatkan akreditasi A pada tahun 2010. Berlanjut di tahun 2011, SMAN X

Jakarta berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001-2008.

“Dulu kita sebagai piloting itu disuruh menyelenggarakan tahun

2006 ya. Iya, jadi kita itu sebagai pilot projectnya Depdiknas gitu. Terus

disuruh menyelenggarakan terus turun SKnya itu tahun 2008 ya kalau ga

salah…SK penyelenggaraan RSBI. Iya, jadi resmi sekolah RSBI bukan

kelas lagi. Jadi polanya ada KI dan ada RSBI. Reguler itu masuknya ke

RSBI.”2

Pada tahun 2007, sekolah ini melakukan renovasi dengan cara meruntuhkan

seluruh bangunan yang sudah lama berdiri. Akibat dari renovasi ini adalah

dipindahkannya seluruh kegiatan belajar mengajar ke sekolah lain. Selama renovasi

berlangsung, warga sekolah harus menumpang di SMPN 173 Jakarta. SMP tersebut

letaknya tidak terlalu jauh dari SMAN X sendiri. Siswa yang berjalan kaki dapat

mempersingkat waktu dengan menyebrang kali menggunakan sebuah rakit. Sebelum

gedung SMAN X Jakarta direnovasi, siswa-siswa melakukan kegiatan belajar

mengajar di pagi hari tetapi selama renovasi berlangsung kegiatan belajar mengajar

dilakukan pada siang hari karena harus berbagi kelas dengan siwa dari SMPN 173

Jakarta. Setelah renovasipun, pintu utama SMAN X dipindahkan. Dahulu sekolah ini

menghadap ke arah Jl. Seroja namun setelah, renovasi gerbang SMAN X pindah

menghadap ke arah Jl. Berdikari.

IV.2.2 Lokasi Penelitian

Sekolah X terletak di Jl. Seroja No.1, Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara. Luas

tanah dari sekolah X adalah sebesar 5850 m². Sekolah ini sendiri letaknya tidak

langsung berhadapan dengan jalan besar melainkan harus memasuki wilayah

pemukiman penduduk. Letak sekolah ini berdekatan dengan Polres Jakarta Utara

yang dapat diakses dengan berjalan kaki. Untuk mengakses ke sekolah ini, dapat

2 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

51

Universitas Indonesia

menggunakan angkutan umum yang melewati lingkungan sekolah. Akan tetapi tidak

sedikit siswa yang memilih berjalan kaki dari jalan besar yaitu Jl. Yos Sudarso

sampai ke sekolah X. Jalan menuju sekolah ini bisa dikatakan cukup rindang. Di

sepanjang jalan menuju sekolah ini, kita akan melewati berbagai kantor kecil.

Dikarenakan lokasinya yang berada di antara pemukiman penduduk dan tidak

langsung berhadapan dengan jalan besar, keadaan sekolah ini bisa dikatakan cukup

kondusif. Sekolah ini juga berdekatan dengan salah satu bimbingan belajar sehingga

tidak heran jika ada banyak siswa-siswa SMAN X Jakarta yang mengikuti kegiatan di

bimbingan belajar tersebut.

IV.2.3 Visi dan Misi SMAN X Jakarta

Visi dari SMAN X Jakarta adalah terwujudnya generasi berakhlak mulia,

cerdas, dan demokratis mengakar pada budaya bangsa serta mampu bersaing di era

global. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah:

• Mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk

menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya.

• Membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur sesuai dengan budaya

bangsa Indonesia.

• Menyelenggarakan proses pendidikan yang bermutu berorientasi pada

pencapaian kompetensi berstandard nasional dan internasional.

• Membentuk siswa kreatif, inovatif, dan cerdas yang mampu berkompetisi di

era global.

• Membentuk siswa agar memiliki sikap disiplin, jujur, baik, adil, demokratis,

dan bertanggung jawab.

• Mendidik dan melatih siswa agar mampu bersaing di perguruan tinggi terbaik

di dalam maupun di luar negeri dan menjadi manusia pembelajar sepanjang

hayat.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi pendidikan, SMAN X Jakarta

memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah:

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

52

Universitas Indonesia

1. Terlaksananya kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk

menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya

2. Terbentuknya karakter siswa yang berbudi pekerti luhur, sesuai dengan

budaya bangsa Indonesia

3. Terselenggaranya proses pendidikan yang bermutu berorientasi pada

pencapaian kompetensi berstandard nasional dan internasional

4. Terbentuknya siswa kreatif, inovatif, dan cerdas yang mampu berkompetisi di

era global

5. Terbentuknya siswa yang memiliki sikap disiplin, jujur, baik, adil,

demokratis, dan bertanggung jawab

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan sehingga mampu bersaing di dalam

negeri maupun di luar negeri dan menjadi manusia pembelajar sepanjang

hayat.

IV.2.4 Gambaran Umum Tenaga Pengajar dan Pengurus Sekolah

Saat ini SMAN X Jakarta memiliki guru sebanyak 62. Sebagian besar guru

sudah berstatus PNS dan hanya 9 di antaranya yang masih menjadi guru honorer.

Ketika sekolah ini sedang mempersiapkan diri dengan status RSBI, tidak hanya siswa

yang dipersiapkan untuk menghadapinya, gurupun ikut bersiap diri. Saat itu, guru-

guru mendapatkan les bahasa Inggris untuk menunjang keterampilan guru saat

mengajar di dalam kelas. Hal ini dikarenakan tenaga kompetensi standard guru untuk

menjadi RSBI harus ditingkatkan. Guru-guru juga sempat mengikuti tes TOEIC

untuk mengetahui level kemampuan bahasa Inggris mereka. Beberapa guru juga

ditunjuk dari pihak sekolah untuk mengikuti pelatihan selama 3 hari. Acara tersebut

bermaksud untuk mengupas secara detail kurikulum Cambridge.

Selain terdapat tenaga pengajar, di SMAN X Jakarta juga ada pegawai

administratif yaitu tenaga tata usaha. Di dalamnya terdapat 9 pegawai tata usaha yang

sudah berstatus PNS. Bagian tata usaha dikepalai oleh kepala tata usaha yang

bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah. Selain PNS, di bagian tata usaha

juga ada pegawai berstatus honorer yang berjumlah 7 orang.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

53

Universitas Indonesia

Berikut adalah tabel yang memperlihatkan jumlah tenaga pengajar dan

pengelola sekolah lainnya:

Tabel 4.1

Jumlah Pegawai SMAN X Jakarta

Menurut Status Kepegawaian

Pegawai Sekolah PNS Honorer Total

Guru 53 9 62

Tenaga Tata Usaha 9 7 16

Total 62 16 78

Tabel di atas memperlihatkan komposisi jumlah guru dan jumlah pengelola

tata usaha di SMAN X Jakarta. Guru di SMAN X Jakarta sendiri berjumlah 62 orang

dimana ada 53 guru yang sudah berststus PNS dan 9 guru lainnya masih berstatus

honorer. Untuk tenaga tata usaha berjumlah 16 orang. Ada 9 tenaga tata usaha yang

sudah berstatus PNS sedangkan 7 orang lainnya masih berstatus honorer.

Keseluruhan jumlah pegawai di SMAN X Jakarta berjumlah 78 dimana 62 di

antaranya sudah termasuk PNS dan 16 pegawai masih berstatus honorer.

IV.2.5 Struktur Organisasi

Bagan di bawah akan menunjukkan struktur organisasi di SMAN X Jakarta.

Struktur organisasi inilah yang akan menggambarkan bagaimana koordinasi dan arah

tanggung jawab dari pengurus sekolah. Pada struktur organisasi SMAN X Jakarta

terlihat bahwa kepala sekolah langsung membawahi pengelola sekolah lainnya. Di

sisi lain, garis konsultasi komite sekolah berada langsung pada kepala sekolah.

Dengan kata lain komite sekolah tidak dapat melakukan koordinasi dengan staf lain

di sekolah melainkan melalui kepala sekolah terlebih dahulu untuk kemudian

disampaikan kepada pihak yang bersangkutan.

Berikut adalah bagan struktur organisasi SMAN X Jakarta:

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

54

Universitas Indonesia

Bagan 4.2

Struktur Organisasi SMAN X Jakarta

Catatan:

- - - - - - - Garis Konsultasi

Garis Komando

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Kepala Tata

Usaha M.R. ISO

Wakil

Sarprasdik

Wakil

Kurikulum Wakil Kesiswaan Wakil Humas

Pembina

OSIS&Ekskul

Bimbingan

Konseling

Wali Kelas Laboratorium Perpustakaan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

55

Universitas Indonesia

Pada bagan di atas dapat dilihat bagaimana komando dan koordinasi

dijalankan di SMAN X Jakarta. Pembina ekstrakurikuler yang memang bertanggung

jawab terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan berhubungan langsung

dengan kepala sekolah. Jika ada permasalahan yang berkaitan dengan ekstrakurikuler,

maka pembina dapat langsung membicarakan hal tersebut kepada kepala sekolah.

Dari bagan di atas juga dapat dilihat bagaimana pembina ekstrakurikuler

berada pada tingkat yang sama dengan wali kelas. Secara implisit, hal ini dapat

menggambarkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dirasakan sama penting dengan

kegiatan intrakurikuler di sekolah. Terlihat juga bahwa pihak sekolah ingin ikut

menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler siswa dan tidak lepas tangan terhadap

kegiatan tersebut walaupun secara keseluruhan siswa lebih memegang kendali atas

berlangsungnya kegiatan tersebut.

IV.2.6 Gambaran Umum Siswa SMAN X Jakarta

Siswa di SMAN X Jakarta dapat memilih satu dari dua program yang ada

yaitu kelas internasional (KI) dan juga kelas RSBI. Masing-masing dari kedua

program tersebut memiliki siswa mulai dari kelas X hingga kelas XII. Untuk tahun

ajaran 2011/2012, siswa program KI hanya ada tiga kelas yang masing-masing berada

di kelas X, XI, dan XII. Jumlah seluruh siswa Sekolah X pada tahun ajaran

2011/2012 adalah 868 siswa. Jika dilihat dari jumlah siswa yang mendiami satu kelas

pada program KI memang berbeda dengan program RSBI. Pada program KI, satu

kelas hanya memuat sekitar 20 siswa sedangkan pada program RSBI satu kelas dapat

menampung sampai 40 siswa.

Ujian masuk kedua program tersebut juga memiliki perbedaan. Untuk

program RSBI disediakan 2 sistem yaitu sistem online dan offline. Untuk yang

mendaftar dari jalur online maka hanya menggunakan nilai hasil akhir Ujian

Nasional. Siswa yang termasuk ke dalam nilai tertinggi akan lolos seleksi dan

menjadi siswa di SMAN X Jakarta. Sedangkan siswa yang mendaftar secara offline

maka harus mengikuti serangkaian tes dan nilai raport minimal 75. Tes tersebut

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

56

Universitas Indonesia

diantaranya psikotes, tes komputer, tes mata pelajaran (matematika, IPA, bahasa

Indonesia, dan bahasa Inggris).

Untuk program KI, mereka juga harus mengikuti serangakaian ujian. Ujian

yang harus dilakukan adalah tes tertulis juga wawancara dengan pihak sekolah. Tes

tertulis tersebut meliputi ujian matematika, bahasa Inggris, dan IPA. Ujian tertulis

dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris begitu juga dengan wawancara yang

diikuti oleh siswa.

Berikut adalah gambaran data mengenai jumlah siswa di SMAN X Jakarta

tahun ajaran 2011/2012:

Tabel 4.2

Jumlah Siswa Kelas X Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

X-RSBI 84 143 227

X-KI 14 10 24

Jumlah 98 153 251

Tabel di atas dapat dilihat bagaimana komposisi jumlah siswa yang duduk di

kelas X. Jumlah seluruh siswa kelas X adalah 251. Diantara jumlah tersebut, mereka

terbagi lagi menjadi program RSBI dan juga program kelas internasional (KI). Siswa

yang ada di program RSBI berjumlah 227 sedangkan untuk program kelas

internasional berjumlah 24. Pada program RSBI, siswa yang ada dalam satu kelas

bisa mencapai 40 anak. Berbeda dengan program kelas internasional yang hanya

menampung sekitar 20 anak. Hal tersebut memang sudah menjadi peraturan dari

pihak sekolah untuk tidak menampung siswa program KI seperti program RSBI.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

57

Universitas Indonesia

Tabel 4.3

Jumlah Siswa Kelas XI Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

XI IPA 75 105 180

XI-KI 11 10 21

XI IPS 58 72 130

Jumlah 144 187 331

Ketika duduk di kelas XI, siswa akan dihadapkan pada penjurusan untuk

meneruskan jenjang pendidikannya. Jurusan yang dapat dipilih oleh siswa adalah IPA

(Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Jumlah siswa yang

berada di jurusan IPA sebesar 180 sedangkan yang berada di IPS berjumlah 130

anak. Penjurusan ini dipilih sendiri oleh siswa. Jika nilai siswa mencukupi maka ia

bisa mengambil jurusan yang diinginkan. Misalnya, jika siswa ingin mengambil

jurusan IPA, maka nilai mata pelajaran di bidang IPA haruslah memenuhi standard

yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Sedangkan siswa yang berada pada program KI

berjumlah 21 siswa. Siswa KI adalah siswa yang otomatis memasuki jurusan IPA

dalam sekolah. Ketika siswa KI duduk di kelas X pun mereka lebih banyak

mempelajari bidang eksakta dibandingkan dengan bidang sosial.

Tabel 4.4

Jumlah Siswa Kelas XII Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

XII IPA 62 95 157

XII-KI 10 13 23

XII IPS 44 62 106

Jumlah 116 170 286

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

58

Universitas Indonesia

Tabel 4 di atas memperlihatkan jumlah siswa yang duduk di kelas XII. Jumlah

keseluruhan siswa di SMAN X Jakarta yang berada di kelas XII terdapat 286 siswa.

157 di antaranya adalah siswa yang berada di jurusan IPA sedangkan jurusan IPS

menampung 106 siswa. Untuk program kelas internasional memang menampung

lebih sedikit siswa di dalam kelasnya yaitu 23 anak.

IV.2.7 Gambaran Umum Fasilitas SMAN X Jakarta

Sekolah ini terdiri dari tiga lantai dimana tersebar fasilitas yang menunjang

kegiatan di sekolah ini. Ruangan belajar mengajar di SMAN X terdiri dari 27 ruangan

kelas sehingga semua siswa dapat terakomodasi dengan baik. Hal ini memungkinkan

bahwa tidak ada double shift di sekolah ini, semua siswa mendapatkan jadwal masuk

dan pulang yang sama. Sekolah ini juga memiliki perpustakaan yang dapat

dimanfaatkan oleh siswa ataupun guru jika ingin membaca atau meminjam buku.

Sekolah X memiliki empat laboratorium yaitu laboratorium biologi,

laboratorium kimia yang digabung dengan laboratorium fisika, laboratorium bahasa,

dan juga laboratorium komputer. Di laboratorium IPA (fisika, kimia, dan biologi)

disediakan alat-alat yang dapat menunjang latihan praktikum siswa. Sekolah ini

memiliki CCTV yang tersedia di lantai 3 untuk mengontrol keadaan di lingkungan

sekolah X. Di setiap kelas juga disediakan LCD untuk menunjang kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas dan dapat membantu guru untuk menjelaskan materi

pelajaran. Untuk program KI, di dalam kelas disediakan komputer dan printer. Loker

juga disediakan di seluruh kelas yang biasa digunakan siswa untuk menyimpan buku-

bukunya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

59

Universitas Indonesia

Gambar 4.1 Perpustakaan Sekolah

Gambar 4.2 Laboratorium Komputer

Di lantai 1 sekolah X terdapat UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Jika ada siswa

yang merasa sakit ketika jam sekolah maka dapat beristirahat sementara di ruangan

ini. Ruangan guru, ruang tata usaha, dan ruang wakil kepala sekolah juga terdapat di

lantai 1 sekolah ini. Di lantai 1 Sekolah X tersedia 5 wastafel yang dapat

dimanfaatkan oleh siswa. Tangga untuk menuju lantai 2 dan lantai 3 terdapat dua

buah yang terletak di sebalah kanan dan kiri sekolah. Hal ini diharapkan dapat

mempermudah siswa untuk melakukan mobilisasi selama di sekolah. Sekolah ini juga

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

60

Universitas Indonesia

menyediakan mushala berlantai tiga untuk menunjang kegiatan keagamaan siswa di

sekolah. Arus teknologi yang semakin tinggi juga diikuti oleh Sekolah X dengan

menyediakan free wi-fi bagi warga sekolah. Di bagian belakang sekolah disediakan

kantin untuk konsumsi siswa. Hal ini dikarenakan waktu makan siang siswa

dihabiskan di lingkungan sekolah.

IV.2.8 Kurikulum SMAN X Jakarta

Ada dua program yang disediakan oleh Sekolah X, pertama adalah program

kelas internasional dan yang kedua adalah program RSBI. Program kelas

internasional sendiri mengambil kurikulum Cambridge untuk menunjang kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas sedangkan untuk kelas RSBI menggunakan KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai acuan pendidikan mereka.

Kurikulum Cambridge fokus kepada lima mata pelajaran yaitu matematika,

bahasa Inggris, fisika, kimia, dan biologi. Kurikulum Cambridge yang diambil oleh

SMAN X adalah IGCSE. Siswa yang mengikuti program KI secara otomatis akan

mengikuti ujian yang diselenggarakan dari University of Cambridge. Ketika siswa

mengikuti ujian tersebut, maka ia akan mendapatkan sertifikat dari Univerisity of

Cambridge. Jika hasil ujian yang didapatkan tidak baik maka siswa dapat mengulang

ujian tersebut. Ujian ini biasanya diadakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan

Mei-Juni atau Oktober-November. Nilai yang diberikan oleh ujian tersebut bukanlah

seperti di Indonesia yaitu berupa pernyataan lulus atau tidak lulus. Di sana diberikan

nilai dari A hingga G. Ada 2 jenis ujian yang bisa dipilih oleh siswa yaitu core atau

extended. Jika siswa memilih core maka nilai yang dihasilkan tidak sampai A hanya

sampai C. Soal yang diberikan juga lebih mudah dibandingkan dengan extended.

Extended memungkinkan siswa untuk mendapatkan nilai A.

“Di Cambridge sendiri kan ada 2 level yaitu IGCSE dan A

Level. IGCSE sendiri itu sekelas dengan kelas 10 dan 11 sedangkan A

Level itu advance sampai universitas. IGCSE itu materinya memang dari

SMP ya. Nanti akan ada ujian dan bisa dua kali dalam setahun. Mei-

Juni atau Oktober-November jadi ngikutin summer dan winter di sana.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

61

Universitas Indonesia

Kalau KI kan ujian Cambridge itu ada PG, ada essay, ada lagi essay

yang bersifat ehm..apa… practical. Jadi tuh mereka kalau ujian bisa

sampai sebulan. Dan mereka boleh milih tipe ujiannya core atau

extended. Kalau core itu nilainya ga sampai A cuma sampai C nanti dia

yang ngukur kemampuannya sendiri. Kan kalau extended lebih sulit dan

bisa sampai A juga.”3

Di sisi lain, siswa program KI juga akan tetap mengikuti Ujian Nasional yang

diadakan oleh pemerintah Indonesia. Di SMAN X Jakarta sendiri kelima mata

pelajaran pokok tersebut diusahakan menggunakan bahasa Inggris selama kelas 1 dan

kelas 2. Ketika siswa duduk kelas 3, maka bahasa Indonesialah yang lebih sering

dipergunakan karena siswa-siswa sedang mempersiapkan diri untuk menempuh Ujian

Nasional.

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan sebuah kurikulum

yang membebaskan sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri dengan

tetap memperhatikan standard minimum isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di

sini, pihak sekolah dapat mengeksplorasi kemampuan dari tenaga pengajar dan juga

siswanya. Mereka dapat melakukan variasi pembelajaran dan mengubah kurikulum

sekolah tetapi tetap memperhatikan pedoman yang diberikan oleh Kemdiknas.

Pedoman yang diberikan oleh pemerintah dalam KTSP antara lain adalah sekolah

harus tetap mengikuti standard isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

“Jadi substansinya itu kurikulum sekolah yang memang sudah

standardnya dari pemerintah tapi indikatornya apa saja itu guru yang

buat. Jadi guru itu punya kewenangan untuk menambah, mengurangi.

Karena standard ketuntasan segala macem itu masih umum.”4

Perbedaan program yang ada dalam satu sekolah secara tidak langsung juga

akan berpengaruh pada perbedaan fasilitas yang diterima oleh siswanya. Fasilitas

3 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012

4 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

62

Universitas Indonesia

yang diterima oleh siswa KI diantaranya adalah memiliki komputer dan juga printer

di dalam kelasnya sedangkan dua hal tersebut tidak ditemui di dalam kelas siswa

RSBI. Fasilitas lain yang bisa diperoleh siswa KI adalah adanya guru native untuk

menunjang proses belajar mengajar di dalam kelas. Pengunaan buku untuk 5 mata

pelajaran utama (matematika, biologi, kimia, fisika, dan bahasa inggris)

menggunakan bahasa inggris. Jumlah siswa pada KI juga tidak sebanyak pada

program RSBI. Setiap tahunnya program KI hanya menerima satu kelas saja dengan

rata-rata siswa berjumlah 20. Sedangkan untuk program RSBI dapat menampung

sekitar 40 siswa dalam satu kelasnya. Berikut adalah tabel mengenai perbedaan antara

program KI dengan program RSBI:

Tabel 4.5

Perbedaan antara Program KI dan Program RSBI

Perbedaaan Program KI Program RSBI

Kurikulum Kurikulum Cambridge KTSP

Mata Pelajaran Fokus padaa 5 mata pelajaran

kecuali untuk siswa kelas XII

Mengikuti mata pelajaran

yang ada di sekolah

Sertifikasi Mendapatkan sertifikat dari

University of Cambridge

Tidak mendapatkan

sertifikat Cambridge

Penjurusan Siswa sudah pasti mengikuti

mata pelajaran IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam)

Siswa bisa memilih

untuk jurusan IPA atau

IPS (Ilmu Pengetahuan

Sosial)

Jumlah siswa ± 20 siswa ± 40 siswa

Fasilitas Tersedia komputer dan printer

di dalam kelas

Tidak tersedia komputer

dan printer di dalam

kelas

Tenaga

Pengajar

Adanya guru native untuk

menunjang proses belajar

Guru dari sekolah untuk

menunjang proses belajar

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

63

Universitas Indonesia

namun tidak tersedia

guru native

IV.2.9 Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler dirasakan penting untuk menunjang minat dan

keterampilan siswa selain di dalam kelas. Untuk itu, SMAN X Jakarta juga

menampilkan berbagai ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh siswa selama masa

studinya di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah X biasa dilakukan setelah

siswa pulang sekolah sehingga tidak mengganggu jalannya belajar mengajar di dalam

kelas yaitu pukul 15.00-17.00 WIB. Akan tetapi, jika siswa ingin berkegiatan lebih

lama karena sedang mempersiapkan kejuaraan maka diperbolehkan dengan syarat

meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Pihak guru juga ikut menjadi

pembina dari kegiatan ekstrakurikuler ini. Sehingga guru juga ikut bertanggung jawab

terhadap kegiatan ini dan tidak sepenuhnya lepas dari kegiatan ekstrakurikuler yang

berlangsung di sekolah. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi siswa

untuk mengaktualisasikan diri mereka di luar kegiatan belajar mengajar. Berikut

adalah ekstrakurikuler yang ada di SMAN X Jakarta:

1. Paskibra

2. Basket

3. Futsal

4. Galaspala (Tiga Belas Pecinta

Alam)

5. Triton (Thirteen Badminton)

6. Voli

7. Pragalas (Pramuka Tiga Belas)

8. Bridge

9. Kempo

10. Taekwondo

11. KIR

12. Green School

13. PMR

14. Band

15. PSVG (Paduan Suara Vocal

Group)

16. Seni Tari (Dance)

17. Pusdokinfo

18. ETS (English Thirteen Society)

19. Japan Club

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

64

Universitas Indonesia

Siswa yang menyukai bidang olahraga dapat mengambil ekstrakurikuler

basket, futsal, bridge, voli, kempo, triton, atau taekwondo. Ada beberapa siswa

juga mengambil lebih dari satu ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler olahraga itu dapat

menjadi pilihan bagi siswa untuk memperdalam skill ataupun mulai belajar dari

bidang olahraga tertentu. Bagi siswa yang menyukai seni maka dapat bergabung

di dalam ekstrakurikuler band, seni tari ataupun PSVG.

Adanya koperasi siswa di sekolah yang kini bernama kewirausahaan juga

dapat menjadi pilihan bagi siswa untuk melatih kemampuan manajemen mereka

karena merekalah yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan koperasi

tersebut. Hadirnya PSVG juga dapat memberikan manfaat bagi siswa karena

mereka dapat melatih kemampuan seni suaranya. PSVG adalah salah satu

ekstrakurikuler yang sering mengikuti lomba. Dari ekstrakurikuler ini juga sudah

banyak piala yang diraih. Dengan mengikuti lomba di berbagai wilayah, siswa

dapat melatih kepercayaan diri mereka karena harus berani menunjukkan

bakatnya di depan umum. Ekstrakurikuler yang hadir di Sekolah X diharapkan

dapat membantu siswa untuk melatih keterampilan mereka sehingga siswa tidak

hanya pandai dalam bidang akademis semata.

Tabel 4.6

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

65

Universitas Indonesia

Jumlah Siswa yang Mengikuti

Kegiatan Ekstrakurikuler SMAN X Jakarta

Jenis Ekstrakurikuler

Jumlah Siswa

Kelas X Kelas XI

Olahraga 108 109

Seni 56 52

Paskibra 20 14

Pragalas 7 19

KIR 38 32

Green School 5 11

PMR 7 8

Pusdokinfo 11 14

ETS 9 21

Japan Club 9 10

Galaspala 9 9

Kewirausahaan 0 6

Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni dan olahraga

memang lebih mendominasi dibandingkan ekstrakurikuler lainnya. Dari hal

tersebut bisa dikatakan bahwa siswa-siswa juga ternyata merasa membutuhkan

kegiatan selain akademis. Adanya kegiatan yang berhubungan dengan seni dan

olahraga akan membuat siswa mengembangkan keterampilannya di bidang lain.

Kegiatan lain sebagai penyeimbang bidang akademis siswa terbukti diminati oleh

siswa di sekolah. Bidang akademis yang wajib diikuti oleh siswa terkadang tidak

bisa memenuhi keterampilan lain dari siswa. Di sinilah peran ekstrakurikuler

muncul.

Hadirnya ekstrakurikuler dapat memberikan pilihan kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuannya. Ekstrakurikuler tersebut dapat dipilih oleh

siswa berdasarkan minat ataupun bakatnya. Siswa yang masih aktif dalam

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

66

Universitas Indonesia

kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa yang masih duduk di kelas X dan XI. Di sisi

lain, siswa kelas XII memang sudah tidak aktif lagi dalam ekstrakurikuler karena

harus fokus dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dilakukan karena

mereka akan mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional yang diselenggarakan

oleh pemerintah. Akan tetapi, mereka masih bisa berpartisipasi dalam kegiatan

esktrakurikulernya dengan memberikan saran kepada juniornya ataupun memberi

dukungan kepada mereka.

Beragamnya kegiatan esktrakurikuler yang ada di sekolah tidak terlepas

dari peran guru yang melihat kemampuan umum yang dimiliki siswa. Seperti

yang diungkapkan oleh informan AD, beliau mengatakan bahwa pada awalnya

hanya beberapa kegiatan saja yang dimiliki oleh pihak sekolah dalam menunjang

keterampilan siswa di luar akademis. Kemudian, ada beberapa guru yang

menyampaikan saran kepada pihak sekolah untuk menambah kegiatan

ekstrakurikuler di sekolah.

“Ya..jadi pada awalnya kegiatan ekskul di sekolah ini ga

sebanyak sekarang ya… dahulu itu ga ada yang namanya kopsis

atau kewirausahaan, band juga ga ada. Ekskul olahraga juga ga

sebanyak sekarang. Ada beberapa penambahan. Kemudian, ada

beberapa guru yang menyarankan kepada pihak sekolah untuk

menambah beberapa kegiatan ekskul. Mereka itu pembina-pembina

ekskul yang memang banyak interaksi dengan anak binaannya.

Tapi..saya lupa itu ekskul pertama yang ditambah apa aja. Dari

olahraga kalo ga salah ya… Dan ternyata selama proses kegiatan

berlangsung, siswalah yang kemudian membentuk ekskul sendiri.

Jadi anak itu mengumpulkan teman-temannya yang mempunyai

minat yang sama dan akhirnya terbentuklah ekskul. Ya…jadi ga

selalu pihak guru yang ikut terlibat dalam pembentukan ekskul tetapi

dari murid juga.”5

Dari pernyataan informan di atas kita dapat melihat bahwa memang pada

awalnya kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan sekarang ini atas dari saran guru

5 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

67

Universitas Indonesia

lalu seiring dengan kegiatan yang dilakukan siswa, merekalah yang kemudian

memiliki ide untuk membentuk ekstrakurikuler lain sesuai dengan minat yang

mereka miliki.

“Sebenernya tuh dulu PSVG sama band tuh nyatu. Pokoknya

2 tahun di atas saya lah, dia mecah. Bikin ekskul band sendiri. Kita

kan ngumpulin anak-anak dulu kan yang..itu lah..kira-kira punya

minat yang sama yaudah deh bentuk aja ekskul sendiri.”6

Jika siswa ingin membuat ekstrakurikuler baru, hal ini dimungkinkan oleh

pihak sekolah. Selama kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan adalah hal yang

positif maka pihak sekolah akan mendukung. Salah satunya terjadi pada

ekstrakurikuler band dimana dahulu ekstrakurikuler ini bergabung dengan PSVG

(Paduan Suara Vocal Group). Kemudian, ada salah satu pihak yang ingin

memisahkan antara PSVG dan juga band akhirnya terbantuklah ekstrakurikuler

band seperti sekarang ini.

IV.3. Deskripsi Informan

Pada sub-bab ini akan diberikan penjelasan mengenai informan yang ada

dalam penelitian kali ini. Tabel di bawah adalah karakteristik informan yang

digunakan dalam penelitian. Berikut adalah tabel mengenai karakteristik

informan:

6 Hasil wawancara dengan informan 5, OF, pada tanggal 29 Maret 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

68

Universitas Indonesia

Tabel 4.7

Karakteristik Informan

Karakteristik Informan Nama Informan

- Siswa program RSBI yang berpartisipasi dalam

ekstrakurikuler

- Siwa program RSBI yang berpartisipasi

ekstrakurikuler dan menjadi ketua

ekstrakurikuler

1. AM

2. LI

1. RN

- Siswa KI yang berpartisipasi dalam

ekstrakurikuler

- Siswa KI yang berpartisipasi dalam

ekstrakurikuler dan menjadi ketua

ekstrakurikuler

1. AL

2. AR

1. OF

- Guru yang memiliki pengalaman menjadi

pembina ekstrakruikuler dan mengajar di

program KI dan RSBI

1. LN

2. AD

IV.3.1 Informan AM

AM adalah peserta didik Sekolah X yang kini duduk di kelas XII IPA 1.

Sewaktu SMP, ia bersekolah di pesantren yang terletak di Kuningan, Jawa Barat.

Ketika ia memutuskan untuk melanjutkan ke sekolah umum saat SMA nanti,

orang tuanya mewajibkan AM untuk masuk ke Sekolah X. Hal tersebut dilakukan

karena Sekolah X sudah terkenal dengan kualitasnya yang baik di wilayah Jakarta

Utara. AM sendiri lebih memilih untuk masuk program RSBI karena menurutnya

pada dasarnya sama saja dengan program KI yang menjadi perbedaan adalah

biaya sekolah dan buku yang digunakan. Iapun merasa masuk di program RSBI

lebih memperluas pergaulannya di sekolah.

AM mengambil ekstrakurikuler futsal karena ia mengaku suka dengan

olahraga. Sewaktu SMPpun ia mengambil ekstrakurikuler sepak bola dan bola

basket. Ia berharap dengan mengambil ekstrakurikuler futsal dapat menambah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

69

Universitas Indonesia

skillnya. Selama mengikuti kegiatan ini di Sekolah X, ia sudah beberapa kali

mengikuti perlombaan dan berhasil mendapatkan juara. Iapun merasa sangat dekat

dengan teman-temannya di ekstrakurikuler futsal. Jika ada masalah baik internal

maupun eksternal, mereka akan membicarakannya secara kekeluargaan. Antara

anggota memiliki hubungan yang baik dan sering berinteraksi di luar kegiatan

ekstrakurikuler tersebut.

IV.3.2 Informan LI

Informan kedua adalah siswi SMAN X yang kini duduk di kelas XI IPA.

LI sengaja lebih memilih program RSBI daripada KI karena dengan masuk

program tersebut ia akan lebih banyak memiliki teman. Menurutnya, program KI

akan membatasi pergaulannya di sekolah. Di program RSBIpun, ia merasa

nyaman terutama dengan guru yang menyelingi kegiatan belajar dengan candaan.

Hal tersebut akan membuat siswa lebih santai dalam belajar dan tidak tegang.

Sudah dua tahun belakangan ini LI tergabung dalam paskibra sebagai

ekstrakurikulernya. Dalam struktur organisasi paskibra, LI menjadi bendahara.

Tugasnya antara lain adalah mengkoordinir dan menyimpan uang kas, mencatat

pengeluaran, dan menyusun anggaran dari uang masuk. Uang kas akan dibayar

setiap satu minggu sekali dengan besaran Rp. 7.000 untuk senior dan Rp. 5.000

bagi junior. Setiap tahun paskibra SMAN X mengadakan acara yang dikhususkan

untuk paskibra dari sekolah yang berada di Jabodetabek. Untuk tahun ini, acara

tersebut akan diselenggarakan pada bulan Oktober. Di acara tersebut, LI

tergabung dalam divisi acara. Walaupun banyak pihak yang menilai paskibra

adalah ekstrakurikuler yang kaku, LI tetap nyaman berada di dalamnya.

IV.3.3 Informan RN

RN saat ini duduk di kelas XI IPA. Walaupun ia tahu informasi mengenai

program KI yang dibuka oleh SMAN X, ia tetap memutuskan untuk mengambil

program RSBI. Dirinya merasa bahwa jika mengambil program KI itu sama saja

seperti bersekolah di swasta. Ia ingin merasakan hal baru karena ketika SMP ia

bersekolah di sekolah swasta. Sebenarnya masuk ke SMAN X adalah keinginan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

70

Universitas Indonesia

dari ibunya yang juga salah satu alumni dari sekolah tersebut. Ia hanya

menjalankan apa yang dikatakan oleh sang ibu.

Selain sebagai siswa dalam kegiatan belajar mengajar, pada kegiatan

ekstrakurikuler ia memegang peranan penting yaitu sebagai ketua ekstrakurikuler

seni tari. Ia memang menyukai seni tari dan merasa bahwa seni tari itu

menyenangkan. Sudah empat tahun RN bergabung di Artina Production untuk

menambah keterampilannya dalam menari. Dari bergabung pada sanggar ia

memiliki pengalaman untuk mewakili Indonesia dalam misi kebudayaan di

Australia. Pada bulan Juni tahun ini, ia juga akan menari pada festival kebudayaan

di Malaysia. Salah satu hal yang ia sukai adalah ketika harus ke luar negeri dan

memperkenalkan budaya tari Indonesia. Dari hal tersebut, ia mendapatkan

pengalaman berarti yang belum tentu semua siswa dapat mengalaminya.

IV.3.4 Informan AR

AR adalah seorang siswa yang kini duduk di kelas XII dan mengambil

program KI (kelas internasional). Pada awalnya, AR mendaftar untuk program

RSBI namun karena NEM yang ia miliki tidak terlalu baik ia tidak dapat diterima

di Sekolah X. Orangtuanya tidak menyetujui jika ia harus bersekolah di tempat

lain. Akhirnya iapun mendaftar untuk program KI. Setelah melalui beberapa tes,

iapun berhasil menjadi siswa SMAN X Jakarta dengan mengambil program KI.

AR sendiri memiliki kesimpulan bahwa untuk masuk KI serangkaian ujian yang

diberikan hanyalah sebuat formalitas.

AR sendiri mengikuti dua ekstrakurikuler yaitu bridge dan PSVG (Paduan

Suara Vocal Group) tetapi ia lebih fokus kepada bridge. Pada saat awal pemilihan

ekstrakurikuler, bridge sangat kurang peminat sehingga ia dan anggota lain

melakukan promosi kepada mahasiswa baru. Sekarang bridge sudah lebih

berkembang serta ikut berpartisipasi dalam beberapa perlombaan. Jika kita sudah

fasih bermain bridge, AR mengatakan bahwa kita akan mendapatkan beberapa

keuntungan. Diantaranya adalah pemikiran kita akan lebih terasah dan lebih

pandai berhitung. Walau aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, AR tetap

berprestasi secara akademis. Terbukti bahwa ia menjadi salah satu siswa di

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

71

Universitas Indonesia

SMAN X yang mendapatkan PMDK. Iapun berharap dapat lolos seleksi dari

PMDK tersebut.

IV.3.5 Informan OF

Sama dengan AR, OF adalah siswa dengan program KI. Walaupun

sebenarnya dahulu ia telah diterima SMAN X dengan program RSBI. Namun,

ketika Masa Orientasi Siswa (MOS) selesai, keluarga memutuskan agar OF

mengikuti porgram KI. Untuk masuk program KI, OF hanya mengikuti

wawancara dengan pihak sekolah tanpa harus mengikuti tes tertulis.

OF yang gemar bermain musikpun akhirnya memilih ekstrakurikuler band

untuk memperdalam skillnya dan dapat sharing dengan siswa lain yang memiliki

ketertarikan sama. Di dalam ekstrakurikuler ini, ia berkesempatan untuk menjadi

ketua. Ia sempat les organ untuk memperkaya ilmunya dalam bidang musik.

Dahulu, ekstrakurikuler ini sebenarnya bergabung dengan PSVG. Namun sekitar 2

tahun lalu ada siswa yang mendirikan ekstrakurikuler ini dan mulai saat itu antara

band dan PSVG adalah dua ekstrakurikuler yang terpisah.

IV.3.6 Informan AL

AL adalah siswa kelas X yang memilih program KI. Ia memilih program

ini karena memang ingin melanjutkan kuliah ke Jerman. Selain itu, informasi dari

kakak informan yang dahulu mengambil program KI juga menguatkan tekad AL

untuk mengambil program ini. Selama hampir satu tahun belajar di KI, ia merasa

materi yang diberikan memang berbeda dengan RSBI. Akan tetapi, hal tersebut

justru ditanggapi positif oleh AL. Ia mengatakan bahwa belajar di KI tidak

serumit belajar di RSBI. Materi yang dipelajari adalah inti dari materi mata

pelajaran dan tidak berbelit-belit. Walaupun berasal dari program KI, ia tidak

menutup pergaulannya hanya dengan teman sesama program saja. Iapun lebih

memilih untuk mengacuhkan perkataan orang-orang yang memandang sebelah

mata kepada program KI.

Saat ini, AL mengikuti kegiatan 2 ekstrakurikuler yaitu bola basket dan

PSVG. Pada awalnya ia lebih fokus kepada PSVG dan jarang mengikuti latihan

basket tetapi kini ia justru lebih rajin untuk datang latihan basket sedangkan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

72

Universitas Indonesia

PSVG ia mengaku tidak serajin dahulu. Selama bergabung dengan PSVG ia sudah

7 kali memenangkan kejuaraan. Sementara itu dari ekstrakurikuler bola basket,

dari 2 perlombaan yang diikuti ia berhasil membawa 1 piala untuk sekolahnya.

AL mengaku bahwa ia lebih dekat dengan sesama teman di ekstrakurikuler bola

basket. Dahulu, ia bergabung dengan PSVG karena mengikuti satu temannya.

Adanya ekstrakurikuler di sekolah, dapat membantu ia untuk lebih mengenal

teman dari RSBI.

IV.3.7 Informan LN

LN adalah seorang guru matematika yang sudah mulai mengajar di

Sekolah X sejak tahun 2002. Saat ini LN mengajar matematika untuk IPS namun

pada tahun 2006 beliau sempat mengajar matematika IPA. Dalam kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas, LN ingin siswanya mengerti dengan materi yang

diajarkan namun dengan cara yang disuka oleh siswa. Tidak jarang dalam

kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, LN menggunakan permainan untuk

menjelaskan materi. LN merasa dengan metode seperti itu, siswa akan lebih cepat

mengerti.

Saat ini, LN juga menjabat sebagai pembina ekstrakurikuler

Kewirausahaan. Dahulu, ekstrakurikuler ini bernama Kopsis (Koperasi Siswa).

LN merasa ada tantangan tersendiri untuk menjadi pembina di ekstrakurikuler ini

karena jumlah siswa yang benar-benar aktif tidaklah banyak. LN harus mencari

cara dengan siswa binaannya untuk menarik siswa yang lebih banyak. Di dalam

ekstrakurikuler ini, diperlukan adanya manajemen yang baik dari pada siswa. Di

sekolah X sendiri, untuk sementara waktu ekstrakurikuler ini hanya menjual

kebutuhan alat tulis sekolah, suvenir dari Sekolah X, dan diperbolehkan jika ada

yang ingin menitip barang untuk dijual di ekstrakurikuler ini.

IV.3.8 Informan AD

AD adalah seorang guru fisika yang kini sudah mengajar selama 14 tahun

di SMAN X Jakarta. Sebelum mengajar di sekolah ini, AD sempat mengajar di

Marsudirini dari tahun 1994-1999. Guru yang mengambil gelar sarjananya di UNJ

ini mengatakan bahwa mengajar di sekolah ini selama 14 tahun adalah sebuah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

73

Universitas Indonesia

tantangan. Adanya hambatan pasti ia temukan namun itu semua dijadikannya

pemicu untuk tetap bertahan. Hadirnya sekolah dengan status RSBI dianggapnya

sebagai sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Sekolah haruslah berkutat dengan

kualitas pendidikannya bukan hanya pada label semata. Dalam mengajar di kelas,

beliau mengaku tidak membedakan antara kelas internasional dengan kelas RSBI.

Beliau hanya mencocokkan waktu yang tersedia di kedua kelas tersebut karena

pada kelas internasional, jam pelajaran untuk fisika lebih lama dibandingakan

dengan program RSBI.

Selain menjabat sebagai guru fisika, beliau juga sempat menjadi pembina

ekstrakurikuler KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) sekitar tahun 2001 atau 2003.

Beliau menganggap bahwa dengan adanya ekstrakurikuler di sekolah dapat

membantu siswa untuk mengaktualisasikan dirinya ke dalam masyarakat.

Ekstrakurikuler juga dianggap sebagai pelengkap dari intrakurikulum karena tidak

semua nilai dan norma dapat diajarkan di dalam kelas. Hadirnya

ekstrakurikulerpun dikatakan dapat mengajarkan siswa untuk lebih mandiri,

mengajarkan leadership, dan dapat melatih siswa untuk menjalankan tantangan

dalam proses yang dilakukan. Seharusnyapun di dalam kegiatan ekstrakurikuler,

seluruh siswa baik itu dari kelas internasional maupun kelas RSBI haru saling

berinteraksi dan tidak ada pemisahan di antaranya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

74 Universitas Indonesia

BAB V

PARTISIPASI SISWA

DALAM EKSTRAKURIKULER

V.1 Ekstrakurikuler sebagai Kelompok Sosial di Lingkungan Sekolah

Ekstrakurikuler mendapatkan tempat tersendiri di sekolah-sekolah. Dari

mulai siswa duduk di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, siswa

diperkenalkan dengan kegiatan di luar aktivitas belajar mengajar. Ekstrakurikuler

dikenal sebagai kegiatan yang dapat memperkenalkan siswa kepada aktivitas yang

lebih bermanfaat. Siswa juga mendapatkan keterampilan tambahan dari

keikutsertaannya dalam ekstrakurikuler. Selain menambah keterampilan, siswa

juga dapat berinteraksi dengan siswa lain yang mengikuti satu ekstrakurikuler

dengannya. Sehingga siswa tidak hanya berinteraksi dengan teman sekelasnya

saja.

Kegiatan ekstrakurikuler sendiri sebenarnya merupakan sebuah bentuk

wadah bagi siswa untuk bertemu dengan siswa lain dengan latar belakang yang

berbeda. Tidak adanya pembatasan jumlah anggota di dalam ekstrakurikuler

membuat siswa dalam kelompok manapun dapat mengikuti kegiatan ini.

Implikasinya adalah siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan

dapat melakukan interaksi dengan siswa yang berasal dari kelompok berbeda.

Terlebih bagi Sekolah X yang memiliki dua program berbeda dalam proses belajar

mengajar. Siswa dari dua program tersebut dapat berpartisipasi dalam kegiatan

ekstrakurikuler dan dimungkinkan dapat mengambil ekstrakurikuler yang sama.

Kegiatan ekstrakurikuler normatifnya dapat meminimalisir perbedaan yang ada di

antara kedua program tersebut karena mereka berada di dalam satu kelompok

yang memiliki tujuan sama.

Pada dasarnya siswa-siswa memiliki kesempatan yang sama untuk turut

berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Untuk menjadi

anggota dalam kegiatan ekstrakurikuler juga tidak dibutuhkan syarat tertentu.

Semua siswa yang terdaftar dalam Sekolah X dapat mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler yang sesuai dengan minatnya. Beragamnya kegiatan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

75

Universitas Indonesia

ekstrakurikuler di sekolah dapat menjadikan indikasi bahwa pihak sekolah

mendorong siswa untuk memiliki kegiatan di luar akademis. Siswapun sebenarnya

dapat menjadi perintis untuk membuat ekstrakurikuler baru yang sebelumnya

tidak ada di sekolah.

Salah satu motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan ini adalah untuk

menambah keterampilan mereka di bidang ekstrakurikuler tertentu dan memang

menyukai jenis kegiatan yang mereka ikuti.

“Aku emang nari. Jadi dulu tuh pas promo ekskul, ada

beberapa ekskul tapi kok kayanya…ehm… boring gitu kan. Terus

akhirnya ada seni tari nih yaudah deh ikut aja kayanya seru.

Kayanya kakak kelasnya tuh heboh gitu jadi ya enak aja”.1

“Saya emang tertarik sama musik sih kak. Keluarga saya

emang suka musik semua. Kebetulan saya juga megang gitar. Jadi

tuh pertama-tama waktu kecil pernah les organ. Gitu-gitu lah pernah

tampil juga. Jadi pas tahu ada ekskul band jadi pengen langsung

masuk aja. Niatnya sih pengen mempertajam skill main gitar”.2

Dari pernyataan informan di atas terlihat bagaimana siswa memiliki

motivasi tersendiri untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dimulai dari

menyukai suatu hal tertentu lalu mereka mulai mendalami kegiatan tersebut dan

akhirnya mendapatkan keterampilan yang memadai terhadap kegiatan yang

diikuti. Sekolahpun pada akhirnya mendapatkan manfaat dari hadirnya kegiatan

ekstrakurikuler. Salah satunya disebabkan dari keikutsertaan siswa pada kejuaraan

di luar lingkungan sekolah. Jika siswa mendapatkan prestasi dari kegiatan

tersebut, nama sekolah juga akan dikenal pada masyarakat luas. Siswa-siswa di

sekolah perlu kegiatan ekstrakurikuler untuk menyeimbangkan prestasi akademis

dan non-akademis siswa.

Dari konsep yang dikemukakan Tonnies dalam Seto (2004) partisipasi

adalah sebuah aksi individu atau grup yang berorientasi pada kekerabatan dan

1 Hasil wawancara dengan Informan RN pada tanggal 30 Maret 2012 2 Hasil wawancara dengan Informan OF pada tanggal 29 Maret 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

76

Universitas Indonesia

kerja sama hubungan personal dalam masyarakat tersebut…dimana individu

terikat satu sama lain dalam sebuah jaringan ketergantungan. Dalam kegiatan

ekstrakurikuler sendiri, siswa mendapatkan tanggung jawab dimana di dalamnya

perlu kerja sama antar anggota. Mereka menjalin sebuah relasi yang dapat

menciptakan sinergitas dalam kelompok. Tanggung jawab yang ada pada masing-

masing individu saling berhubungan satu sama lain. Di sini, antar siswa dalam

ekstrakurikuler juga saling bekerja sama demi mencapai tujuan dari kelompoknya.

Di dalamnya pun, mereka memiliki hubungan fungsional dimana setiap individu

memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Ketika ada peran ataupun

fungsinya yang tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi jalannya

kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

Salah satu tujuan dari SMAN X Jakarta yaitu “Terbentuknya siswa yang

memiliki sikap disiplin, jujur, baik, adil, demokratis, dan bertanggung jawab”

dapat tercapai dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Proses

kegiatan yang ada di dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk siswa

untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut. Misalnya, dalam mekanisme

pengambilan keputusan saat rapat. Dalam proses tersebut, siswa dianjurkan untuk

saling mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat yang diberikan oleh

siswa lain. Hal tersebut ditunjang karena siswa memiliki peran dominan untuk

menjalankan roda kegiatan dalam ekstrakurikuler. Tanggung jawab siswa akan

mempengaruhi bagaimana kinerja dan eksistensi dari ekstrakurikulernya.

Fungsi dan peran siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat dilihat dari

struktur organisasi yang ada di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh Parsons

bahwa anak-anak perlu untuk belajar memainkan peran dalam masyarakat, suatu

gagasan yang mengandaikan bahwa tiap individu mempunyai suatu peran yang

sudah ditetapkan (Robinson, 1986: 127). Anggota ekstrakurikuler baik dari

program KI maupun RSBI memiliki fungsi dan peran yang sama, kecuali jika

mereka memegang status khusus dalam ekstrakurikuler. Dari struktur organisasi

kita dapat melihat bagaimana status yang dimiliki oleh aktor tertentu. Peran yang

akan dijalankan oleh aktor adalah sesuatu yang diharapkan dari masyarakat untuk

dilakukan dari seseorang. Peran tersebut akan menunjukkan status yang melekat

pada aktor pada konteks masyarakat. Aktor akan lebih cenderung melakukan apa

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

77

Universitas Indonesia

yang diharapkan pada situasi tertentu (Ritzer, 2009: 389). Karena aktor akan

mencoba menyelaraskan diri dengan harapan kelompok, mereka lebih cenderung

menghindari inefisiensi yang muncul dari kegagalan memenuhi harapan

kelompok (Ritzer, 2009: 389). Aktor akan melakukan perannya sesuai dengan

tuntutan yang ada pada kelompoknya. Peran tersebut diciptakan agar dalam

kelompok terbangun sebuah sistem yang berjalan dengan baik. Untuk melakukan

hal tersebut, aktor juga akan melakukan koordinasi dengan aktor lain. Selama

peran tersebut berjalan sesuai dengan yang ditetapkan maka sistem dalam

kelompok akan berjalan dengan baik pula.

Peran yang dilakukan oleh siswa adalah berdasarkan status yang dia miliki

dalam ekstrakurikuler. Setiap perbedaan status yang melekat pada siswa

memungkinkan bahwa siswa juga memiliki peran yang berbeda. Perbedaan status

dan peran yang ada dalam suatu kelompok akan membangun pola spesialisasi

kerja di dalamnya. Perbedaan tersebut akan menciptakan relasi fungsional di

dalamnya. Dalam artian antara peran satu dengan peran lainnya terkait satu sama

lain dan saling menunjang.

Siswa pada kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran tertentu yang

menunjukkan tanggung jawab yang mereka miliki. Peran ini dapat

mempersiapkan siswa dalam menghadapi lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Adanya ekstrakurikuler juga menjadikan siswa lebih siap dengan tanggung jawab

yang akan diterimanya kelak dalam masyarakat karena dalam ranah

masyarakatpun siswa harus menjalankan perannya sebagai anggota. Setiap bagian

dalam struktur bertanggung jawab terhadap sistem yang berjalan dalam kegiatan

ekstrakurikuler. Jika ada fungsi dan peran yang tidak berjalan sesuai dengan

kesepakatan maka keberlangsungan sistem juga akan terganggu. Lebih lanjutnya

lagi, disfungsi sistem tersebut akan berpengaruh terhadap tujuan yang sebelumnya

sudah terbentuk oleh kelompok ekstrakurikuler. Di sini, dibutuhkan partisipasi

dari setiap anggota untuk menjalankan tanggung jawabnya secara baik.

Sebagai ketua dari ekstrakurikuler misalnya, siswa lebih memainkan

peranan dalam kegiatan tersebut. Dalam artian mereka juga harus memimpin

anggota lain untuk terus berada pada sistem yang sudah disepakati sebelumnya.

Di dalam struktur ekstrakurikuler tersebut, selain ketua juga ada wakil ketua,

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

78

Universitas Indonesia

sekretaris ataupun bendahara yang memiliki peran berbeda di dalamnya. Di

SMAN X Jakarta sendiri, setiap ekstrakurikuler memiliki struktur untuk

menunjang kegiatan di dalamnya. Setiap bagian memang memiliki fungsi dan

perannya sendiri. Akan tetapi, tidak dipungkiri juga jika ada pengurus

ekstrakurikuler yang tidak menjalankan perannya dengan baik sehingga untuk

sementara perannya akan diambil alih oleh pengurus lain yang sebenarnya sudah

memiliki peran dan tanggung jawab berdasarkan status yang dimilikinya itu. Pada

akhirnya fungsi dan peran yang dijalankan masing-masing anggota dapat tumpang

tindih dan sistem di dalam ekstrakurikuler tidak bisa berjalan dengan baik.

Hadirnya ekstrakurikuler di lingkungan sekolah diharapkan bahwa kedua

program tersebut (KI dan RSBI) memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Walaupun dari segi kurikulum dan juga fasilitas yang dirasakan keduanya selama

proses belajar mengajar terdapat perbedaan. Ekstrakurikulerlah yang dirasakan

dapat membantu siswa untuk lebih banyak mengenal satu sama lain karena siswa

bertanggung jawab terhadap keberlangsungan ekstrakurikuler tersebut. Dalam

SMAN X Jakarta terlihat bahwa dari kedua program tersebut tetap melakukan

fungsi dan perannya masing-masing karena mereka telah berkomitmen terhadap

ekstrakurikuler tersebut.

Dalam berorganisasi dalam kegiatan ekstrakurikuler terdapat kegiatan

yang dilakukan. Ketika jadwal ekstrakurikuler tiba, mereka akan melakukan

latihan atau mengadakan rapat. Dalam melakukan rapat, setiap anggota dalam

ekstrakurikuler memiliki hak yang sama untuk berpendapat. Dalam partisipasi,

tidak hanya kehadiran siswa saja yang menjadi pokok utama tetapi juga saran dan

ide-ide yang diberikan siswa kepada ekstrakurikuler. Saran dan ide yang diberikan

tersebut menjadi sebuah bentuk lain dari partisipasi yang dilakukan oleh siswa

SMAN X Jakarta. Baik dari program RSBI ataupun KI ketika ada rapat dalam

lingkungan ekstrakurikuler, mereka akan ikut aktif jika memiliki saran ataupun

ide yang ingin mereka bagi dengan sesama anggota. Mekanisme rapat yang

dilakukan oleh anggota ekstrakurikuler dapat dikatakan lebih mengikuti alur dari

sistem yang berjalan selama ini. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki jadwal

pasti dalam melakukan rapat. Rapat hanya dilakukan ketika dirasakan ada masalah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

79

Universitas Indonesia

atau ketika siswa merasa perlu untuk mengevaluasi perihal tertentu terkait

ekstrakurikulernya.

Di dalam partisipasi, ada beberapa aspek penting yang terlibat yaitu:

keterlibatan mental dan emosi, kesediaan berkontribusi dalam rangka pencapaian

tujuan, dan mempunyai perasaan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan.

Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan ini memang terlibat langsung dalam

pelaksanaannya walaupun tidak jarang di antara mereka lebih memilih kegiatan

ekstrakurikuler hanya sampai masa ordik3 tiba. Mereka yang aktif dalam

ekstrakurikuler berusaha untuk sering terlibat dalam kegiatan tersebut. Mereka

akan lebih sering datang pada jadwal kegiatan ekstrakurikuler dan berusaha untuk

memberikan saran atau ide untuk memajukan ekstrakurikulernya. Rasa tanggung

jawab ini diperlukan untuk menjaga eksistensi dari ekstrakurikuler tersebut. Maka

setiap anggota perlu menjalankan peran yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Rasa tanggung jawab anggota bukan lagi hanya milik siswa dari program KI

ataupun RSBI melainkan bagi semua anggota yang tergabung dalam satu

ekstrakurikuler.

Breer dan Locke dalam Dreeben (1986: 50) mengatakan bahwa individu

yang tergabung dalam satu kelompok dan akan melakukan suatu tugas tertentu

maka mereka mengadopsi beberapa pola perilaku berdasarkan apa yang ia

temukan dari elemen pekerjaan tersebut dan mereka akan memformulasikanya

untuk melakukan tugas tersebut dan perilaku tersebut jugalah yang akan mereka

gunakan untuk berkontribusi dalam tugas yang diberikan selanjutnya. Tugas yang

diberikan kepada individu akan membentuk pola perilaku siswa. Siswa akan

melihat pola dari jenis tugas yang diberikan kepadanya. Ketika mereka dapat

memformulasikan hal tersebut maka terbentuklah perilaku siswa untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan. Pola tersebut akan direproduksi ketika

mereka mendapatkan tugas lain. Misalnya ketika siswa mengetahui bahwa untuk

3 Ordik adalah sebuah istilah yang digunakan siswa SMAN X Jakarta untuk menyebut pelantikan

dari kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri diwajibkan dari pihak sekolah untuk

diikuti oleh siswa-siswanya. Jika siswa mengikuti ordik dari satu ekstrakurikuler tertentu maka ia

telah resmi menjadi anggota dalam ekstrakurikuler tersebut. Ada beberapa siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler hanya sampai waktu ordik tiba dan ketika setelah ordik, siswa tersebut jarang hadir

dalam kegiatan ekstrakurikuler. Maka timbul istilah dari siswa-siswa yaitu “numpang ordik”.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

80

Universitas Indonesia

mengerjakan tugas tertentu lebih efektif jika dikerjakan bersama anggota lainnya.

Dari hal tersebut maka dalam melakukan tugas selanjutnya, siswa akan menjadi

lebih mengerti bahwa (1) kerja sama yang dilakukan dengan anggota lain akan

lebih berhasil, (2) kooperatif dengan anggota lain perlu dilakukan, (3) perlu

mengembangkan perhatian dalam membangun kerja sama dengan anggota lain,

dan (4) membangun norma yang dapat mendefinisikan kerja sama sebagai suatu

perilaku yang diharapkan antar anggota dan menjadi legitimate di dalam

kelompok (Dreeben, 1986: 50).

Di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri bentuk partisipasi yang terlihat

adalah bagaimana siswa berusaha untuk ikut terlibat dalam setiap pengambilan

keputusan dalam kelompok. Permasalahan yang ada di dalam kelompok berusaha

untuk diselesaikan dengan mekanisme rapat. Keikutsertaan siswa dalam

pengambilan keputusan diperlukan karena mekanisme yang berada di dalam

kegiatan ekstrakurikuler juga bergantung daripada keterlibatan siswa. Dengan

siswa ikut serta di dalamnya dan ikut menyampaikan saran tertertentu maka

itupun merupakan salah satu bentuk partisipasi yang dilakukan oleh siswa.

Kualitas partisipasi dapat dilihat dari bagaimana konten dan metode yang

digunakan oleh kelompok masyarakat dapat diterima oleh anggotanya sehingga

diharapkan seluruh anggota dapat berpartisipasi dengan baik (Nes, 2003: 75).

Konten dari partisipasi dapat dilihat dari sosialisasi yang terjadi dalam kegiatan

ekstrakurikuler, meliputi budaya dan nilai yang dianut oleh kelompoknya.

Internalisasi yang diberikan dalam suatu kelompok dapat terlihat dari budaya dan

nilai yang dianut oleh mereka. Budaya dan nilai yang dimiliki antar kelompok

dapatlah berbeda satu sama lain. Aktor-aktor yang berada dalam kelompok

tersebut berusaha agar budaya dan nilai yang ada dapat langgeng dan

diinternalisasikan kepada anggota-anggota lain. Sama halnya dengan

ekstrakurikuler yang ada di SMAN X Jakarta. Nilai-nilai yang terdapat dalam

kegiatan ekstrakurikuler akan kembali diinternalisasikan kepada anggota-anggota

baru dan terus menjadi bagian dari sistem ekstrakurikuler tersebut.

Selain dari konten, kualitas partisipasi juga dapat dilihat dari metode yang

digunakan. Metode dapat digambarkan melalui interaksi yang dilakukan masing-

masing individu untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi tersebut adalah sebuah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

81

Universitas Indonesia

cara agar aktor-aktor di dalamnya dapat saling berkoordinasi satu sama lain untuk

mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam kelompok. Setiap anggota

memiliki peranan yang sama untuk melakukan tugasnya demi mencapai tujuan

yang ditetapkan oleh kelompok. Antara program KI dan RSBI juga memiliki

fungsi yang sama dalam ekstrakurikuler dan diantara keduanya dapat melakukan

interaksi untuk membentuk suatu tatanan yang baik dalam ekstrakurikuler.

V.2 Transmisi Nilai dan Norma dalam Ekstrakurikuler

Nilai dan norma yang ditransmisikan oleh kelompok akan

diinternalisasikan oleh individu sebagai bagian dari dirinya. Norma yang dibentuk

dalam suatu kelompok akan membuat individu menyesuaikan diri terhadapnya

dan berusaha menjalankan norma yang telah ditetapkan. Struktur sosial

mengakomodasikan dan mengasimilasikan kehendak kita dan berubah sesuai

akibat dari proses penyesuaian itu (Robinson, 1986: 16). Oleh karena itu norma

dan nilai yang terbentuk dalam kelompok akan membuat individu memandang

bahwa mereka adalah bagian dari nilai dan norma tersebut dan akhirnya mengikuti

nilai dan norma yang telah ditetapkan. Nilai yang ada dalam kelompok akan

membuat identitas dalam diri individu (Horton & Hunt, 1976: 92).

Budaya yang ada di dalam suatu kelompok dapat berbeda dengan

kelompok lain. Karakteristik tersebut dapat menjadi sebuah simbol mengenai

keanggotaan individu dalam suatu masyarakat. Pola perilaku yang terbentuk di

dalam diri individu antara lain disebabkan karena internalisasi yang dilakukan

oleh kelompoknya. Agar aktor dapat diterima di dalam masyarakat maka ia harus

bisa mengadopsi nilai-nilai dan norma yang telah ditetapkan ke dalam

kehidupannya. Nilai dan norma tersebut ditransmisikan oleh agen-agen sosial.

Fuller dan Jacobs mengatakan ada empat agen yang bertangggung jawab dalam

transmisi nilai yaitu keluarga, sekolah, kelompok bermain, dan juga media massa.

Norma sosial yang terbentuk dalam suatu kelompok dianggap sebagai

faktor penentu, kondisi utama untuk membentuk pola perilaku entah itu faktor

yang berasal dari paksaan eksternal, peraturan, ekspektasi, dan strandard yang

telah terinternalisasi (Dreeben, 1968: 46). Pola perilaku yang terbentuk dari

individu dapat merepresentasikan konformitas atau perilaku menyimpang dalam

kelompoknya (Dreeben, 1968: 46). Masyarakat akan menganggap individu

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

82

Universitas Indonesia

menyimpang jika ia tidak melakukan norma sosial yang dianut oleh kelompoknya.

Sanksi yang diimplementasikan oleh satu kelompok kepada anggotanya dapat

berbeda-beda. Hal tersebut bisa dikarenakan nilai dan budaya yang terinternalisasi

dalam kelompoknya.

Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Anggota

yang dianggap melanggar norma dalam kelompok akan diberikan sanksi oleh

anggota lainnya. Meksipun setiap kelompok telah berusaha agar setiap anggota

berperilaku sesuai dengan norma yang ada namun pelanggaran tetap

dimungkinkan untuk terjadi (Soekanto, 1995: 176). Sanksi yang diberikan kepada

siswa berupa teguran dari anggota lainnya agar ia tetap mengikuti norma sosial

yang berlaku dalam kelompoknya. Teguran dalam ekstrakurikuler berarti adalah

sanksi yang diterapkan dalam kelompok untuk mengontrol perilaku individu.

Di dalam kegiatan ekstrakurikulerpun tidak lepas dari adanya transmisi

nilai dan norma yang dibentuk. Semua anggota yang berada dalam kegiatan

ekstrakurikuler harus ikut berpartisipasi dalam menjalankan norma dan nilai yang

sudah disepakati bersama. Norma sendiri berada di dalam lingkungan suatu

masyarakat untuk menjaga dan memelihara keutuhan struktur sosial, maka dari

itu aktor harus bertindak sesuai dengan status masing-masing (Lawang, 2005:

100). Norma dapat mengontrol perilaku aktor agar nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat tetap terpelihara (Lawang, 2005: 100).

Norma yang ada di dalam kegiatan ekstrakurikuler berupaya agar anggota

di dalamnya turut serta dalam mematuhi budaya yang ada di dalam kelompoknya.

Anggota yang sudah menjadi bagian dari kelompoknya diwajibkan untuk

mematuhi peraturan yang sudah terbentuk sebelumnya. Siswa kelas X di SMAN

X Jakarta akan ditransmisikan nilai dan norma yang berlaku dalam kegiatan

ekstrakurikuler melalui seniornya yaitu siswa kelas XI. Hal ini dilakukan agar

norma tersebut dapat langgeng dalam kelompoknya dan akan terus ditransmisikan

kepada anggota lain. Norma yang berlaku dalam kegiatan ekstrakurikuler telah

ditransmisikan sejak aktor menjadi anggota baru di dalamnya. Pada masa awal

kegiatan, anggota-anggota baru biasanya akan disosialiasikan mengenai peraturan

yang ada di dalam ekstrakurikuler. Akan tetapi, peraturan yang ada di dalam

ekstrakurikuler berbeda dengan institusi formal. Siswa mengaku bahwa di dalam

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

83

Universitas Indonesia

kegiatan ekstrakurikuler, peraturan yang dijalankan tidaklah kaku dan peraturan

yang diberlakukan tidaklah sekompleks institusi formal. Dalam kegiatan

ekstrakurikuler SMAN X Jakartapun mereka tidak memiliki SOP yang harus

dipatuhi. Norma yang dijalankan dalam kegiatan ekstrakurikuler antara lain

adalah anggota baru (junior) harus menghormati seniornya. Anggota baru juga

diwajibkan untuk mengikuti penataran yang disebut “ordik”.

Pada masa ordik biasanya anggota baru (junior) akan disosialisasikan

nilai-nilai yang berlaku dalam ekstrakurikulernya. Ketika ordik berlangsung,

junior akan mendapatkan tanggung jawab dan kewajiban berbeda dari jadwal

kegiatan mereka di sekolah. Setiap ekstrakurikuler memiliki kegiatan ordik yang

berbeda. Hal tersebut tergantung dari kesepakatan antar senior untuk

menyelenggarakan metode ordik seperti apa. Pada masa ordik, siswa akan

mendapatkan pengalaman dan juga pengetahuan. Siswa dituntut untuk

menghormati senior dan mematuhi norma dan nilai yang telah dibentuk oleh

senior. Saat ordik, siswa tidak diperkenankan untuk melakukan negosiasi dengan

senior karena pada saat itu seniorlah yang lebih memegang kendali. Kegiatan

ordik sendiri sebenarnya ditunjukkan agar mental anggota baru dapat terbentuk

dan dapat melatih kedisiplinan diri. Biasanya saat ordik, mental junior akan

diterpa untuk melihat sejauh mana ia dapat bertahan dalam konflik yang

melingkupinya. Pada saat ordik pula junior akan mendapatkan tantangan beragam

yang ditentukan oleh senior untuk melihat bagaimana cara junior menyelesaikan

tantangan yang diberikan dan sampai sejauh mana junior akan bertahan.

Ketahanan fisik junior juga dapat diilihat dari kegiatan yang dilakukannya itu.

Secara sadar atau tidak sadar siswa sudah disosialisasikan mengenai pembentukan

norma dalam kelompoknya. Walaupun, ada banyak kontra terhadap

penyelenggaraan ordik tersebut karena dinilai sebagai salah satu bentuk bully di

dalam lingkungan sekolah.

Transmisi yang diberikan kepada aktor dilakukan secara kontinu.

Sosialisasi yang diberikan bertujuan untuk meneruskan nilai dan norma kepada

seluruh anggota ekstrakurikuler untuk menjaga stabilitas dan keberlangsungan

kelompoknya agar setiap anggota dalam ekstrakurikuler dapat berpartisipasi

menjalankan nilai dan norma yang berlaku. Jika ada anggota yang melanggar akan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

84

Universitas Indonesia

mendapatkan sanksi dari anggota ekstrakurikuler lainnya. Hal ini dilakukan agar

aktor mengetahui bahwa tindakan yang dilakukan tidak sejalan dengan nilai dan

norma yang dianut oleh kelompok internal mereka.

Proses sosialisasi sendiri terbagi menjadi tiga metode, yaitu metode

ganjaran dan hukuman, metode didactic teaching, dan metode pemberian contoh

(Vembriarto, 1987: 25). Dengan melakukan metode ganjaran dan hukuman maka

ketika aktor melakukan kesalahan atau melanggar norma akan diberikan hukuman

sedangkan jika aktor melakukan tindakan yang baik maka akan mendapatkan

ganjaran. Pada metode didactic teaching lebih ditekankan kepada pemberian

informasi atau penjelasan kepada aktor sedangkan pada metode pemberian

contoh, aktor akan langsung diberikan sebuah tindakan yang dimaksudkan agar ia

dapat mengikuti norma yang diberlakukan.

Di dalam kegiatan ekstrakurikuler, pelanggaran juga tidak dapat dihindari.

Salah satu hal yang paling sering terjadi adalah adanya anggota yang tidak ikut

berpartisipasi lagi dalam ekstrakurikuler. Anggota tersebut dirasakan jarang ikut

terlibat dalam kegiatan sehingga membuat jalannya ekstrakurikuler sempat

terganggu. Hal yang dilakukan ketika hal tersebut terjadi adalah dengan

membicarakan hal tersebut dengan aktor terkait. Di saat itu akan terlihat motivasi

yang sebenarnya dari tindakan yang dilakukan oleh aktor. Keberadaan anggota

yang jarang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler sering dirasakan oleh berbagai

ekstrakurikuler di SMAN X Jakarta. Komunikasi yang dijalankan oleh anggota

ekstrakurikuler diharapkan dapat mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh

anggota lain.

Sanksi lain yang diberikan jika ada anggota yang dianggap tidak mematuhi

peraturan adalah dengan merubah interaksi yang biasa dilakukan terutama jika

yang bersalah adalah siswa kelas X (junior). Senior terlebih dahulu tidak akan

melakukan interaksi kepada aktor yang melakukan kesalahan. Hal tersebut

dilakukan agar aktor merefleksikan kesalahan yang ada pada dirinya sendiri.

Setelah hal tersebut dilakukan maka senior akan menjelaskan mengenai

pelanggaran yang dilakukan oleh junior. Sebenarnya di dalam kegiatan

ekstrakurikuler, aktor diperbolehkan untuk tidak mengikuti jadwal latihan tetapi

dengan syarat memberi tahu terlebih dahulu kepada pengurus ekstrakurikuler. Hal

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

85

Universitas Indonesia

tersebut sebenarnya adalah tanggung jawab dari aktor untuk mematuhi norma

yang berlaku. Norma tersebut haruslah dijalankan agar dapat mengontrol perilaku

siswa. Dengan adanya norma yang ada dalam suatu kelompok maka akan ada

batasan-batasan mengenai yang harus dan tidak harus dilakukan dalam

kelompoknya. Ketika norma dijalankan oleh aktor, berarti aktor dapat beradaptasi

dengan lingkungan sekitarnya.

Dengan menjalankan norma yang berlaku dalam kelompok tanpa disadari

anggota akan mendapatkan penghargaan dari kelompoknya yaitu penerimaan

kelompok terhadap kehadiran anggota tersebut. Anggota akan merasa menjadi

bagian dari kelompoknya jika anggota lain juga memiliki pandangan yang sama

kepada anggota tersebut sehingga pola perilaku yang terbentuk akan membuat

individu merasa lebih nyaman berada di dalamnya. Kelompok akan lebih

menerima individu yang dapat menjalankan norma yang berlaku dalam

kelompoknya karena dianggap bahwa individu tersebut lebih mementingkan

kepentingan kelompok. Reward tersebut sebenarnya dibutuhkan oleh setiap

anggota karena mereka telah dianggap menjadi bagian dari kelompok yang sama.

Norma yang dijalankan oleh tiap individu tentunya akan mempengaruhi

bagaimana kegiatan ekstrakurikuler berjalan.

Proses sosialisasi dapat juga terjadi dari pemberian informasi dan

penjelasan sehingga siswa mendapatkan pemahaman dan keterampilan akan hal

tertentu. Di dalam lingkungan ekstrakurikuler, siswa akan disosialisasikan

mengenai peraturan yang berlaku di dalamnya. Pemberian informasi tersebut

dirasakan dapat membantu siswa untuk mematuhi norma yang berlaku dalam

lingkungannya. Pada masa awal kegiatan ekstrakurikuler SMAN X Jakarta

berlangsung, senior akan menginformasikan mengenai norma yang harus

dilakukan oleh anggota baru. Di sini, mereka akan menyebarkan informasi terkait

ekstrakurikulernya. Pada umumnya, kegiatan ekstrakurikuler di SMAN X Jakarta

tidak memiliki peraturan seperti institusi formal. Mereka hanya disarankan untuk

mengikuti semua jadwal kegiatan ekstrakurikuler, menghormati seniornya serta

wajib mengikuti ordik (pelantikan anggota).

Pemberian informasi kepada anggota baru dalam ekstrakurikuler bertujuan

agar aktor dapat mengikuti norma yang berlaku dalam kelompok dan berusaha

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

86

Universitas Indonesia

untuk menjalankannya. Kegiatan yang dilakukan dalam esktrakurikuler

merupakan kegiatan di luar jam belajar dan dapat menjadi preferensi bagi aktor

untuk menjalankan kegiatannya di dalam lingkungan sekolah. Pilihan untuk

mengikuti ekstrakurikuler juga berada pada aktor itu sendiri. Ia bebas mengikuti

ekstrakurikuler yang disukainya. Dari aspek ini, diharapkan siswa dapat mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler secara terjadwal dan mengikuti norma yang ditetapkan

oleh kelompoknya. Oleh karena itulah pada masa awal keanggotaan, senior akan

mensosialisasikan nilai dan norma yang berlaku dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Untuk ekstrakurikuler paskibra ada norma yang mengikat mereka yaitu

aktor tidak diperkenankan untuk keluar dari ekstrakurikuler tersebut jika sudah

mengikuti ordik. Hal ini berbeda dengan ekstrakurikuler lain yang tidak

menekankan norma tersebut. Perbedaan norma yang diinternalisasikan kepada

anggota dapat terjadi dalam beberapa kelompok. Salah satu perbedaan norma

tersebut disebabkan karena adanya budaya kelompok yang berbeda.

Ekstrakurikuler paskibra memang dirasa lebih mengikat daripada ekstrakurikuler

lainnya. Mereka menekankan kedisplinan kepada anggota-anggota yang berada di

dalamnya sehingga dengan adanya aturan tersebut diharapkan anggota dapat

berkomitmen dan mengikuti norma yang telah ditetapkan oleh kelompok. Di satu

sisi, hal tersebut perlu diambil oleh internal kelompok agar di dalamnya tetap

terjalin integrasi yang kuat dan mereka dapat meminimalisir aktor-aktor yang

dianggap dapat mengganggu sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler.

V.3 Interaksi antar Aktor dalam Ekstrakurikuler

Interaksi dapat terjadi pada dua orang atau lebih. Selama salah satu

mengerti mengenai tindakan aktor lain dan dapat menginterpretasikan tindakan

tersebut maka di dalamnya sudah terjadi interaksi sosial. Pada saat aktor

tersenyum kepada aktor lain dan aktor lain mengerti apa yang dimaksudkan saat

itu juga telah terjadi interaksi sosial antara keduanya.

Bagi Simmel dasar dari kehidupan sosial adalah individu atau kelompok

yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan, dan

kepentingan (Ritzer, 2009: 177). Interaksi yang dilakukan antar individu akan

menjadikan sistem sosial dapat berjalan dengan baik. Sementara itu Blumer

menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan sebuah proses simbolik, dilakukan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

87

Universitas Indonesia

oleh individu dengan menangkap arti dari gesture (Merril, 1969: 9). Dengan kata

lain interaksi sosial merupakan keadaan dimana individu menginterpretasikan atau

mendefinisikan tindakan satu sama lain. Interaksi sosial menjadi fokus analisa

dalam hubungan individu dengan masyarakat. Melalui suatu proses maka individu

dapat meneruskan makna dan juga interpretasinya akan suatu hal. Masyarakatpun

sebaliknya, mereka saling menangkap arti dari makna yang ditunjukkan oleh

individu lain. Dapat terlihat bahwasanya interaksi sosial yang berlangsung dalam

kehidupan bermasyarakat menjadi hal yang pokok. Individupun tidak dapat lepas

dari interaksi sosial yang terjadi bahkan dalam kelompok yang lebih kecil

sekalipun bukan hanya dalam tataran masyarakat yang lebih luas. Interaksi sosial

dapat terjadi jika diantara kedua pihak saling mengerti makna dari tindakan yang

dikeluarkan oleh individu lain. Jika ada salah satu pihak yang tidak mengerti

mengenai makna yang ditampilkan maka interaksi sosial tidak akan terjadi. Dalam

interaksi sosialpun, individu terlibat dalam proses pengaruh-mempengaruhi

(Ritzer, 2009: 396).

Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi salah satu model dari sistem sosial

yang ada di dalam masyarakat. Di dalamnya siswa harus berinteraksi dengan

anggota lain. Interaksi yang dilakukan dapat mempersiapkan siswa untuk

berinteraksi dengan individu lain dalam konteks masyarakat yang lebih luas.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dapat menjadi wadah bagi

siswa untuk menyalurkan kemampuannya. Di sisi lain, kegiatan ini juga

memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan aktor lain di luar jam belajar

mengajar. Pasalnya, dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa lebih memegang peran

dalam menjalankan sistem dan dibutuhkan interaksi sosial di dalamnya.

Dalam menjalankan kegiatan ekstrakurikuler, siswa tidak terlepas dari

interaksi sosial. Entah itu dengan sesama anggota ekstrakurikuler, dengan

pengurus ekstrakurikuler tersebut atau dengan anggota ekstrakurikuler lain.

Terlebih bagi siswa yang sekolahnya berstatus RSBI, mereka dihadapkan dengan

pembagian program dari pihak sekolah yaitu program kelas internasional (KI) dan

juga program RSBI. Dengan dibentuknya ekstrakurikuler di dalam lingkungan

sekolah, akan memungkinkan siswa-siswa yang berasal dari kedua program

berbeda dapat melakukan interaksi sosial. Interaksi yang dilakukan oleh anggota

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

88

Universitas Indonesia

juga telah menunjukkan bentuk partisipasi yang terjadi di dalam kegiatan

ekstrakurikuler. Karena di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri setiap anggota

membutuhkan interaksi untuk melaksanakan fungsi dan peran dalam kelompok.

Kegiatan ekstrakurikuler melibatkan beberapa aktor dalam menjalankan

fungsinya dan aktor tersebut mempengaruhi bagaimana sistem berjalan di dalam

kelompok. Pembahasan selanjutnya akan melihat bagaimana interaksi yang

terjalin di antara aktor tersebut. Pertama, akan dijelaskan mengenai interaksi

antara non-pengurus ekstrakurikuler dengan pengurus ekstrakurikuler. Kedua,

akan dijelaskan interaksi antar pengurus ekstrakurikuler dan antar non-pengurus

ekstrakurikuler. Selanjutnya aktor yang dianggap ikut berkontribusi adalah pihak

sekolah dan alumni.

V.3.1 Interaksi Non-pengurus Ekstrakurikuler dengan Pengurus

Ekstrakurikuler

Di dalam ekstrakurikuler terdapat pengurus-pengurus yang memegang

jabatan dalam organisasi, misalnya ketua ekstrakurikuler, wakil, ataupun

bendahara. Serta ada juga anggota ekstrakurikuler yang tidak memegang jabatan.

Pengurus ekstrakrurikuler biasanya dipegang oleh siswa kelas XI (senior) karena

mereka dianggap sudah berpengalaman. Untuk siswa baru yaitu kelas X (junior),

pada masa awal keanggotaan hanya menjadi anggota ekstrakurikuler dan

dimungkinkan untuk menjadi pengurus ketika duduk di kelas XI. Menjadi

pengurus dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah bentuk partisipasi yang

membutuhkan tanggung jawab lebih besar dibandingkan anggota biasa karena

mereka memiliki peran tambahan dalam menjalankan sistem dalam

ekstrakurikuler di sekolah. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan yang terlalu

mencolok antara anggota dengan pengurus. Interaksi sosial yang dilakukan juga

dapat dikatakan sama. Perbedaan terjadi karena status yang dimiliki oleh pengurus

serta memiliki fungsi dan perannya sendiri sesuai dengan status yang ia peroleh.

Siswa tidak terlalu mempermasalahkan persoalan status yang disandang oleh

pengurus.

Hubungan-hubungan yang terjadi pada individu adalah sesuatu yang

penting dalam sistem sosial. Ketika interaksi sosial berjalan dengan baik maka

sistem sosial juga akan berfungsi dengan baik. Adanya konflik yang terjadi di

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

89

Universitas Indonesia

dalam ekstrakurikuler akan mempengaruhi sistem yang berjalan. Hal ini

disebabkan karena konflik dalam kelompok dapat mempengaruhi anggota untuk

melakukan perannya. Untuk itu, interaksi sosial perlu dipertahankan oleh masing-

masing aktor yang berada di dalamnya. Di sisi lain, konflik yang terjadi dalam

kelompok secara tidak langsung juga akan meningkatkan kohesivitas kelompok

karena untuk menyelesaikan konflik mereka harus membangun kerja sama yang

baik dengan anggota lainnya.

Sementara itu berdasarkan penelitian, hubungan yang terjadi antara

anggota (non-pengurus) dengan pengurus di dalam ekstrakurikuler berjalan

dengan baik dalam artian mereka saling bekerja sama dalam rangka

mempertahankan sistem di dalam ekstrakurikuler. Antara pengurus dengan

anggota sama-sama memegang peranan penting dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Mereka mengetahui bahwa kegiatan di dalam ekstrakurikuler adalah kegiatan

bersama yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan dibutuhkan

adanya kerjasama di antara mereka. Ketika pengurus ekstrakurikuler dinilai

melakukan kesalahan oleh anggota lain maka anggota tidak segan untuk

memperingatkan pengurus ekstrakurikuler dan begitu juga sebaliknya. Hal

tersebut tidak akan merubah interaksi yang terjadi antara kedua belah pihak

karena mereka sama-sama mengerti bahwa yang dilakukannya adalah salah satu

cara untuk memperbaiki kinerja dari ekstrakurikuler.

Bentuk kerjasama lain yang mereka lakukan adalah ketika ekstrakurikuler

mereka membutuhkan dana untuk perlombaan. Siswa-siswa mengaku bahwa dana

yang diberikan oleh sekolah terbilang sedikit oleh karena itu mereka akan

bersama-sama mencari cara untuk mendapatkan dana. Cara yang digunakan

biasanya adalah dengan mengamen di beberapa tempat untuk mendapatkan

tambahan dana. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh pengurus ekstrakurikuler

saja namun anggota juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Hal lainnya adalah

ketika mereka tidak memiliki dana untuk akomodasi maka mereka akan

membawa kendaraan masing-masing untuk pergi ke lokasi perlombaan. Hal

tersebut akan menambah integritas di dalam ekstrakurikuler karena masing-

masing anggota dan pengurus memiliki rasa tanggung jawab terhadap eksistensi

ekstrakurikulernya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

90

Universitas Indonesia

Antara pengurus yang mengambil program RSBI dengan anggota yang

mengambil program KI atau sebaliknya tetap terjalin interaksi yang baik

walaupun konflik juga tidak dapat dihindari dari kelompok. Mereka tetap

menjalankan peran dan fungsinya dalam kegiatan esktrakurikuler. Walaupun

mereka sendiri mengaku bahwa mereka merasa lebih nyaman jika harus

berinteraksi dengan siswa sesama program. Di satu sisi, kerjasama yang mereka

lakukan selama kegiatan ekstrakurikuler berlangsung bisa dibilang baik. Jika ada

masalah dalam ekstrakurikuler baik dari program RSBI maupun KI ikut berperan

untuk menyelesaikannya.

Kerjasama yang dilakukan antara pihak pengurus ekstrakurikuler dengan

anggota dilakukan karena mereka memiliki kepentingan yang sama di dalamnya.

Hadirnya kesamaan kepentingan dalam satu organisasi akan memungkinkan

aktor-aktor untuk saling bekerjasama untuk mencapai kepentingan tersebut. Hal

ini seperti yang diungkapkan oleh Cooley, bahwa kerjasama timbul apabila orang

menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama dan memiliki

pengetahuan serta pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan tersebut. Siswa-siswa juga merasa memiliki “tempat” baru dalam

kegiatan ekstrakurikuler sehingga mereka akan melakukan tindakan yang dapat

mempertahankan sistem yang sedang berjalan.

Dalam suatu organisasi adanya konflik tidak dapat dihindarkan. Begitu

juga yang terjadi dalam ekstrakurikuler yang ada di SMAN X Jakarta. Akan tetapi

konflik atau permasalahan yang terjadi biasanya langsung diselesaikan. Setiap

anggota ekstrakurikuler termasuk pengurus memiliki hak yang sama untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut. Hadirnya konflik dapat mempererat

hubungan yang terjadi di antara mereka. Hal tersebut dikarenakan masing-masing

individu merasa menjadi bagian dari ekstrakurikuler dan memiliki tanggung jawab

untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya.

Salah satu konflik yang terjadi di dalam ekstrakurikuler adalah

ketidakharmonisan hubungan antara anggota dengan pengurus yang berasal dari

program berbeda. Ketidakhadiran anggota membuat sistem dalam ekstrakurikuler

tidak dapat berjalan dengan baik. Akomodasi yang dapat dilakukan adalah dengan

menegur siswa yang bersangkutan. Ada kalanya sistem akomodasi yang demikian

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

91

Universitas Indonesia

tidak menimbulkan efek jera pada anggota bahkan terkadang anggota justru

memutuskan untuk keluar dari ekstrakurikuler. Salah satu ekstrakurikuler yang

pernah mengalami hal tersebut adalah dance atau seni tari. Kejadian ini

sebenarnya sempat membuat ekstrakurikuler bermasalah karena terjadi

ketidakseimbangan dalam ekstrakurikuler karena mereka harus merubah formasi

tarian sebagai bentuk adaptasi dari ketidakhadiran anggotanya. Keluarnya anggota

dari suatu kelompok menggambarkan hadirnya disintegrasi dalam internal

mereka. Ada pihak yang merasa tidak nyaman dalam kelompoknya sendiri. Salah

satunya juga dipicu dari nilai yang dianut oleh salah satu aktor ternyata berbeda

dengan mayoritas di dalam kelompoknya. Siswa dari KI itu misalnya, perbedaan

struktur dalam sekolah membuat terciptanya jarak sosial di antara mereka. Mereka

saling mengidentifikasi bahwa bukan berasal dari in-group yang sama.

Konsekuensi keluarnya salah satu anggota dalam kelompok tidak bisa dihindari.

Integrasi yang kuat antar anggota sebenarnya dapat menjadi solusi dari masalah di

atas.

Konflik yang sama juga terjadi pada ekstrakurikuler paskibra. Ada

anggotanya yang berasal dari program KI tetapi jarang terlibat dalam kegiatan

paskibra. Perbedaan dari seni tari adalah anggota paskibra tersebut tidak sampai

keluar dari ekstrakurikulernya. Siswa hanya jarang hadir dalam pertemuan yang

diadakan oleh ekstrakurikuler. Hal ini seperti terungkap dalam kutipan wawancara

di bawah:

“Di paskib ada anak KI tapi dari merekanya juga

jarang ikutan latihan gitu. Jadi tuh lingkungan KI ya di situ-

situ aja. Biasanya sih gitu kak. / Emang anak KI gimana sih? /

Anak-anaknya biasa aja mungkin karena kurang komunikasi

aja jadi ya gitu… mereka juga jarang keluar kelas mungkin

karena kelasnya nyaman jadi kalau istirahat ya di dalam kelas

mereka aja. Mereka kalau keluar seperlunya aja.”4

4 Hasil wawancara dengan Informan LI pada tanggal 30 Maret 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

92

Universitas Indonesia

Kutipan wawancara di atas memperlihatkan bahwa pengurus

ekstrakurikuler paskibra memiliki pendapat bahwa siswa pada program KI jarang

melakukan interaksi sosial dengan program RSBI. Hal inipun sedikit banyak

mempengaruhi kegiatannya di ekstrakurikuler walaupun tidak signifikan seperti

dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa antara

program KI dengan program RSBI akan lebih banyak melakukan interaksi.

Terjadi pula ketika yang menjadi pengurus adalah siswa yang berasal dari

KI. Kemudian, yang menjadi implikasinya adalah pemberian sanksi terhadap

pelanggaran tidak jelas. Dari pihak pengurus ekstrakurikuler sendiri tidak

mengambil tindak lanjut dari pelanggaran norma yang dilakukan oleh anggota.

Mereka cenderung membiarkan anggota yang memang memutuskan jarang

berpartisipasi atau bahkan yang memutuskan untuk keluar dari ekstrakurikuler.

Normatifnya adalah norma yang diinternalisasikan kepada anggota menjadi suatu

bentuk batasan bagi anggota untuk melakukan tindakan tertentu sehingga terjadi

kontrol sosial di dalamnya. Hal tersebut tidak terlihat dari ekstrakurikuler yang

bersangkutan karena norma-norma yang ada tidak diinternalisasikan dengan baik

kepada para anggotanya. Pengurus yang memiliki peran tertentupun tidak

mengambil jalan keluar atas pelanggaran yang terjadi.

Adanya konflik dalam ekstrakurikuler memang akan mempengaruhi

jalannya sistem dalam kegiatan tersebut. Cara yang dilakukan untuk

menyelesaikan konflik tersebut antara lain dilakukannya rapat dengan seluruh

anggota termasuk pengurus ekstrakurikuler. Pada saat rapat, seluruh anggota juga

pengurus ekstrakurikuler dapat memberikan saran terkait konflik yang terjadi pada

ekstrakurikulernya. Kadang, dalam penyelesaian konflik tersebut akomodasi yang

dilakukan adalah voting. Di sini akan dilihat mayoritas suara yang dipilih oleh

anggota ekstrakurikuler terhadap masalah tertentu. Voting biasanya akan

dilakukan jika keputusan untuk penyelesaian konflik belum mencapai kesepakatan

antar anggota.

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Soekanto, adanya interaksi

sosial didasarkan dari berbagai faktor yaitu faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan

simpati (Soekanto, 1995: 69). Dalam imitasi, jika ada salah satu pihak yang

melakukan tindakan tertentu maka aktor lain akan mengikuti tindakan tersebut.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

93

Universitas Indonesia

Terutama jika aktor dipandang memiliki “status”5 yang lebih tinggi. Jika dalam

ekstrakurikuler ada senior atau pengurus ekstrakurikuler yang terbiasa melakukan

pelanggaran terhadap norma yang berlaku maka juniorpun atau anggota

ekstrakurikuler secara sadar atau tidak sadar akan mengikuti tindakan yang

dilakukan oleh senior.

“Kalau latihan kita juga suka ngaret. Seniornya juga suka

telat. Kita kan pake jam Indonesia jadi ya jam karet yang

dipakenya.”6

Pada kutipan di atas, terlihat bahwa agenda latihan sering kali tidak tepat

waktu karena aktor sudah terbiasa akan hal tersebut yang dimulai dari senior

mereka. Pada akhirnya juniorpun melakukan imitasi terhadap tindakan yang

dilakukan oleh senior serta menjadi suatu rutinitas dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Imitasi yang dilakukan bukanlah hal yang positif melainkan negatif dan tidak ada

tindak lanjut terkait akan hal ini. Dari ekstrakurikuler lain seperti paskibra

misalnya, mereka mengimitasi tindakan para seniornya yang tegas dan disiplin.

Ekstrakurikuler paskibra menekankan pada kedisplinan diri dari semua

anggotanya. Berawal dari senior yang memperlihatkannya kepada junior dan

kemudian junior tersebut akan melakukan hal yang sama ketika mereka sudah

menduduki posisi senior. Sehingga bentuk kedisiplinan itupun akan terus

terinternalisasi dalam diri anggota kelompok. Imitasi yang terbentuk dalam suatu

kelompok dapat berbeda-beda tergantung dari sikap dan nilai yang

diinternalisasikan kepada anggota. Walaupun terjadi konflik di antara mereka

namun bentuk dari persaingan sendiri tidak ditemui dalam kegiatan

ekstrakurikuler.

V.3.2 Interaksi Antar Non-Pengurus dan Antar-Pengurus Ekstrakurikuler

5 Dalam kegiatan ekstrakurikuler status yang dianggap lebih tinggi adalah senior karena senior

adalah pengurus dalam kegiatan ekstrakurikuler. Sementara itu, junior biasanya cenderung

melakukan apa yang diperintahkan senior kepadanya.

6 Hasil wawancara informan RN pada tanggal 30 Maret 2012

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

94

Universitas Indonesia

Antara anggota ekstrakurikuler yang mengambil program KI dan RSBI

dapat dikatakan hubungan yang terjadi tidak terlalu baik. Hal ini didasarkan pada

perbedaan program yang mereka ambil. Perbedaan program tersebut

menimbulkan segregasi hubungan antara mereka. Interaksi yang dilakukan oleh

siswa berbeda program tidaklah intensif seperti yang mereka lakukan dengan

siswa sesama program. Untuk program kelas internasional sendiri, dari kelas X

hingga XII ruangan kelasnya berada di lantai 2 dan saling bersebelahan. Hal ini

berbeda dengan program RSBI dimana untuk ruang kelas X berada di lantai 3,

untuk ruang kelas XI ada di lantai 2 dan lantai 1 untuk ruang kelas XII.

Lingkungan yang diciptakan oleh sekolah kembali menciptakan jarak sosial antara

program KI dengan program RSBI.

Dari interaksi pada jam belajar ternyata keadaan yang sama juga terjadi

ketika siswa melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Walaupun dalam

ekstrakurikuler siswa dari program KI ataupun program RSBI bisa terlibat

didalamnya ternyata hal ini tidak berpengaruh terhadap interaksi yang

berlangsung. Siswa program RSBI lebih sering melakukan interaksi dengan siswa

lain yang berasal dari program RSBI dan begitu juga dengan siswa program KI.

Hal ini ditambah dengan keadaan bahwa program kelas internasional hanya

dibuka untuk satu kelas saja setiap tahunnya. Sehingga integrasi siswa KI lebih

kuat karena mereka harus berada dalam kelas yang sama selama 3 tahun. Adanya

perbedaan fasilitas atau sistem yang melingkup kedua program tersebut akhirnya

menimbulkan jarak sosial di antara mereka. Kesan eksklusif yang melekat pada

kelas internasional juga menjadikan hubungan yang terjalin dengan siswa RSBI

tidak terlalu dekat.

Siswa lebih memilih untuk berinteraksi dengan teman sesama program.

Mereka lebih merasa dekat dengan in-group mereka, yaitu teman satu program.

Perbedaan kultur yang mendasari siswa, membuat mereka satu sama lain

memandang bahwa siswa yang mengambil program berbeda adalah out-group

walaupun sebenarnya mereka memiliki status yang sama dalam struktur akademis

sekolah. Siswa di SMAN X Jakarta mengaku lebih merasa nyaman jika

melakukan interaksi dengan sesama teman yang berasal dari program yang sama.

Ketika sampai pada kegiatan ekstrakurikuler, baik dari program KI ataupun RSBI

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

95

Universitas Indonesia

memang saling melakukan interaksi sosial di dalamnya namun tidak intensif

seperti dengan teman sesama program.

Konflik internal seperti perbedaan pendapat antara dua orang juga biasa

ditemui dalam kegiatan ekstrakurikuler. Perbedaan pendapat yang terjadi tidak

dibiarkan berlarut-larut sehingga tidak mempengaruhi sistem secara mendalam.

Perbedaan pendapat yang terjadi dalam kegiatan ekstrakurikuler akan dibicarakan

sehingga tidak akan mengganggu stabilitas dalam ekstrakurikuler. Cara yang

dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik internal tersebut adalah

membawanya dalam agenda rapat. Di rapat nantilah akan diputuskan bagaimana

penyelesaian dari konflik yang terjadi. Rapat yang diadakan dalam kegiatan

ekstrakurikuler tidaklah terjadwal, mereka akan mengadakan rapat jika ada hal

yang harus diselesaikan atau dibicarakan bersama. Selain menggunakan metode

rapat, konflik yang terjadi juga bisa diselesaikan dengan cara 2 siswa yang

berkonflik membicarakan secara baik-baik masalah yang terjadi. Dengan cara

seperti itu, permasalahan yang melibatkan sesama anggota ekstrakurikuler juga

dapat terselesaikan.

Selain konflik yang melibatkan sesama anggota (non-pengurus)

konflikpun terjadi pada sesama pengurus. Biasanya konflik tersebut terjadi

dikarenakan ada salah seorang pengurus yang tidak menjalankan fungsi dan

perannya dengan baik. Implikasi yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut

adalah sistem dalam ekstrakurikuler tidak berjalan dengan baik. Kegiatan dalam

ekstrakurikuler bisa tidak tersusun atau ada tumpang tindih karena ada satu fungsi

yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ide dan masukan dari seluruh anggota

sangat dibutuhkan pada saat seperti ini. Hubungan seperti itulah yang bisa

menjadikan sistem di dalam organisasi dapat bekerja yaitu ketika mereka

bersama-sama menemukan kesepakatan penyelesaian atas konflik yang terjadi

dalam kelompoknya

Konflik dalam ekstrakurikuler juga bisa diakibatkan oleh perpanjangan

konflik yang terjadi ketika jam sekolah berlangsung (di luar kegiatan

ekstrakurikuler). Pada dasarnya siswa akan memilih kelompok teman yang sama-

sama merasakan ketertarikan akan suatu hal tertentu. Untuk itu, peer-group yang

terbentuk di dalam sekolah dapat terjadi. Hal tersebut karena siswa merasa ada

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

96

Universitas Indonesia

beberapa orang yang dirasakan memiliki minat yang sama terhadap suatu hal dan

akhirnya menjadikan mereka untuk lebih sering melakukan interaksi

dibandingkan dengan yang lain. Ketika beberapa peer-group terbentuk dalam

lingkungan sekolah dimungkinkan akan terjadi konflik karena mereka memiliki

minat yang berbeda dan mengidentifikasi bahwa peer-group lain adalah out-group

dari mereka. Masing-masing individu dalam satu peer-group juga

mengidentifikasikan dirinya adalah bagian dari in-group mereka. Ketika ada salah

seorang diantara in-groupnya terlibat konflik dengan out-group maka anggota dari

in-group akan membela individu dari in-groupnya sendiri. Ternyata konflik yang

terjadi tersebut juga berlanjut dalam kegiatan ekstrakurikuler. Dua siswa yang

berbeda peer-group berada dalam satu wadah ekstrakurikuler yang sama.

Kegiatan ekstrakurikulerpun terganggu dengan adanya konflik diantara 2 anggota

yang kebetulan menjadi pengurus.

Konflik seperti kasus di atas menggambarkan bahwa interaksi yang baik

dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak selalu diikuti dengan interaksi yang baik pula

di luar kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini terjadi ketika mereka sudah berada dalam

jam belajar mengajar, mereka menganggap bahwa mereka pada saat itu bukan lagi

berada di in-group yang sama dengan anggota ekstrakurikuler lain. Mereka

memiliki minat yang berbeda ketika berada di luar kegiatan ekstrakurikuler dan

mengganggap anggota lain dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah out-groupnya.

Antar pengurus dalam kegiatan ekstrakurikuler berusaha untuk

menjalankan peran dan fungsinya dengan baik walaupun tidak menampik ada satu

atau dua orang yang menyimpang dibanding yang lain. Untuk menjalankan

fungsinya, pengurus ekstrakurikuler juga saling membantu sama lain. Jika ada hal

yang dirasakan berat untuk dikerjakan sendiri maka pengurus lain akan berusaha

untuk membantu. Hal yang sama juga terjadi pada sesama anggota dalam

ekstrakurikuler. Jika ada kesulitan dalam ekstrakurikuler mereka akan berusaha

untuk menyelesaikannya. Tidak ada persaingan yang terjadi di dalamnya karena

para anggota ekstrakurikuler merasa bahwa mereka berada dalam in-gorup yang

sama. Anggota melakukan hal yang dianggapnya baik untuk keberlangsungan

ekstrakurikuler.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

97

Universitas Indonesia

Konflik yang terjadi di antara aktor yang memiliki kedudukan sama

biasanya dilakukan dengan cara adanya intervensi dari pihak ketiga. Ketika ada

anggota (non-pengurus) ekstrakurikuler yang berkonflik maka akan ada intervensi

dari pihak pengurus untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika berhubungan

dengan pengurus ekstrakurikuler dan mereka berkonflik karena peran yang tidak

dijalankan maka akan diadakan rapat internal ekstrakurikuler untuk

mengakomodasinya. Akomodasi lain yang dilakukan jika berkaitan dengan

konflik antara 2 siswa (pengurus) atau lebih adalah pengurus lain yang akan

menjadi mediator bagi mereka. Walaupun konflik tidak bisa dihindari tetapi

persaingan dari internal ekstrakurikuler sendiri tidak ada.

V.3.3 Interaksi Anggota Ekstrakurikuler dengan Pihak Sekolah dan Alumni

Keterlibatan pihak sekolah dengan kegiatan ekstrakurikuler dirasakan

perlu dibahas karena secara struktural sekolah, ekstrakurikuler berada di bawah

naungan sekolah. Walaupun pihak sekolah sendiri tidak secara langsung terlibat

dalam kegiatan ekstrakurikuler karena siswa yang lebih bertanggung jawab

terhadap sistem kegiatan ekstrakurikuler. Bagaimana sistem berjalan di dalamnya

adalah suatu bentuk tanggung jawab dari siswa. Di sini, peran sekolah adalah

sebagai pihak luar yang secara tidak langsung memantau kegiatannya. Kebijakan

sekolah akan mempengaruhi bagaimana kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan

oleh siswa. Misalnya dari awal sudah disosialisasikan mengenai jadwal

ekstrakurikuler yang tidak boleh mengganggu kegiatan belajar. Maka dari itu

pihak sekolah memberikan jadwal ekstrakurikuler untuk dilakukan setelah

kegiatan belajar mengajar selesai.

Pihak sekolah memberikan kontribusi dalam kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah misalnya dengan menyiapkan dana dan mengutus beberapa guru untuk

menjadi pembina ekstrakurikuler di sekolah. Namun, hubungan antara pihak

sekolah dengan anggota ekstrakurikuler kurang berjalan dengan baik. Bagi siswa

sendiri, pihak sekolah kurang mendukung dalam bentuk finansial. Sehingga

mereka sendiri yang harus mencari cara untuk mendapatkan dana untuk

keberlangsungan kegiatan ekstrakurikuler mereka. Dana yang diberikan oleh

pihak sekolah tidaklah sebanding dengan kebutuhan ekstrakurikuler. Sedangkan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

98

Universitas Indonesia

dari pihak sekolah sendiri mereka merasa sudah membantu ekstrakurikuler dari

segi finansial.

Adanya pro dan kontra dalam hal ini sulit untuk diakomodasi karena dari

kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dan di satu sisi pihak sekolah

memiliki status yang lebih tinggi daripada siswa-siswa yang tergabung dalam

kegiatan ekstrakurikuler. Perbedaan status ini akhirnya berakibat adanya pihak

yang merasa terintimidasi. Sekolah menganggap bahwa mereka memiliki

wewenang yang lebih besar karena memegang status yang lebih tinggi dari siswa.

Di satu sisi siswa merasa bahwa status yang dimilikinya lebih rendah sehingga

memiliki keterbatasan sumber daya untuk melawan pihak sekolah. Perbedaan

status yang dimiliki antara dua kelompok membuat mereka tidak dapat melakukan

integrasi yang lebih kuat. Mereka terbentur dengan struktur yang menyebabkan

salah satu pihak akhirnya harus menerima bahwa power yang dimilikinya lebih

rendah.

Konflik lain yang terjadi adalah siswa mengaku bahwa pihak sekolah lebih

mengutamakan ekstrakurikuler PSVG dibandingkan dengan ekstrakurikuler lain.

Di SMAN X Jakarta sendiri, PSVG adalah ekstrakurikuler yang paling banyak

memberikan kontribusi dalam bentuk piala kepada pihak sekolah. Hal ini akhirnya

berakibat kepada persepsi yang menganggap bahwa pihak sekolah lebih

mendukung PSVG karena prestasi yang sudah didapatkan oleh ekstrakurikuler

tersebut. Sumber daya yang dimiliki oleh ekstrakurikuler PSVG dianggap lebih

tinggi oleh pihak sekolah sehingga lahirlah perilaku khusus yang membedakannya

dengan ekstrakurikuler lain. Dengan mendapatkan lebih banyak prestasi

dibandingkan ekstrakurikuler lain maka PSVG telah menunjukkan modal yang ia

miliki lebih baik. Modal inilah yang dapat membuat pihak sekolah memberikan

nilai yang lebih tinggi kepada PSVG dan memberikan kepercayaan kepada

mereka yang dibarengi dengan dukungan finansial kepada ekstrakurikuler PSVG.

Pihak sekolah sendiri telah menetapkan beberapa guru untuk menjadi

pembina ekstrakurikuler. Peran pembina sendiri diantaranya adalah untuk

memberikan saran dan juga memberikan bimbingan kepada anggota

ekstrakurikuler lainnya. Konflik yang melingkupi kegiatan ekstrakurikuler dapat

diakomodasi dengan membicarakan hal tersebut dengan pembina. Ketika pembina

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

99

Universitas Indonesia

mendengar masalah tersebut maka akan disampaikan kepada pihak sekolah untuk

segera dicari penyelesaiannya –jika masalah berhubungan pihak sekolah-. Tidak

menampik juga bahwa di SMAN X Jakarta ada pembina yang dianggap siswa

kurang menyampaikan aspirasi siswa kepada pihak sekolah. Ketika hal tersebut

terjadi maka anggota ekstrakurikuler sendirilah yang harus mencari cara untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

Aktor lain yang masih berkaitan dengan sistem di dalam ekstrakurikuler

adalah alumni. Alumni merupakan siswa yang sudah lulus dari sekolah.

Hubungan yang berlangsung diantara mereka dapat dikatakan baik. Dalam artian

walaupun sudah bukan lagi berstatus sebagai siswa SMAN X Jakarta, alumni

tetap datang dalam kegiatan ekstrakurikuler. Mereka kerap kali memberikan saran

kepada siswa dalam melakukan kegiatan. Siswapun menerima saran dari alumni

karena menganggap bahwa alumni sudah berpengalaman dalam menjalankan

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Antara siswa dengan alumni tidak terjadi konflik di dalamnya. Jika ada

jadwal ekstrakurikuler maka alumni akan datang untuk membantu anggota

ekstrakurikuler dalam menjalankan tugasnya. Terkadangpun, masalah internal

ekstrakurikuler dapat terselesaikan karena ada campur tangan dari pihak alumni.

Walaupun secara struktural, alumni terpisah dari siswa tetapi siswa tetap

memandang bahwa alumni adalah bagian dari kelompok mereka. Hal ini

dikarenakan siswa masih merasa satu visi dengan alumni. Alumni dianggap

sebagai pihak yang dapat membantu keberlangsungan sistem dalam

ekstrakurikuler.

Hubungan informal yang terjaga mengakibatkan adanya integrasi yang

kuat antara alumni dengan siswa dalam kelompok ekstrakurikuler. Integrasi ini

salah satunya terbangun dari kepercayaan yang dimiliki oleh siswa kepada alumni.

Kepercayaan dalam suatu relasi sosial dianggap penting. Hadirnya alumni selama

ini dapat membantu siswa untuk mengemban fungsi dan perannya dalam

kelompok.

Masalah yang terjadi dalam internal ekstrakurikuler terkadang melibatkan

alumni untuk penyelesaiannya. Saran yang diberikan oleh alumni akan dilakukan

oleh siswa karena menganggap pengalaman yang dilalui alumni sudah melebihi

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

100

Universitas Indonesia

mereka. Masalah lainnya adalah ketika siswa membutuhkan dana untuk kegiatan

ekstrakurikulernya. Di sini, pihak sekolah justru tidak membantu dan alumnilah

yang dapat membantu siswa. Pihak alumni dapat dikatakan banyak

mengakomodasi kepentingan dari anggota ekstrakurikuler.

Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa kelompok yang berbeda dari segi

struktural dapat menjalin hubungan yang baik dengan kelompok sosial lainnya

karena didalamnya terbentuk kepercayaan. Selain itu, pihak alumni sendiri

menciptakan kepercayaan kepada siswa dengan cara datang pada saat latihan dan

memberikan saran yang membangun untuk keperluan ekstrakurikuler. Di sisi lain,

sudah menjadi pola relasi dari kelompok ekstrakurikuler untuk melibatkan alumni

dalam kegiatan yang dijalani dan akhirnya nilai tersebut menjadi langgeng dalam

ekstrakurikuler. Hal ini berlangsung dari aktor masih menjadi anggota baru

(junior) di dalamnya. Sampai aktor memiliki status sebagai senior, relasi yang

terbentuk dengan alumnipun masih sama. Langgengnya hubungan tersebut

akhirnya membentuk nilai sendiri di kalangan individu dalam kelompok

ekstrakurikuler bahwa alumni dapat membantu kegiatan dan dianggap sebagai

bagian dari kelompok mereka.

Nilai-nilai tersebut terbentuk karena anggota baru melihat dan merasakan

peran alumni dalam kegiatan ekstrakurikuler sehingga hal tersebut pun

terinternalisasi dalam diri individu. Nilai tersebut tidaklah disosialisasikan secara

verbal oleh aktor tertentu namun terbentuk seiring dengan interaksi yang terjadi

antara individu dengan alumni. Pada akhirnya alumni menjadi bagian dari

kegiatan ekstrakurikuler yang ada di dalam lingkungan sekolah. Secara kontinu

nilai tersebut terinternalisasi dan menjadi bagian dari kelompok dan terus

bereproduksi kepada anggota-anggota selanjutnya.

V.4 Ekstrakurikuler sebagai Simbol Eksistensi Siswa di Sekolah

Dalam interaksi sosial, individu akan mempelajari simbol dan makna.

Individu sering kali menggunakan simbol untuk mengomunikasikan sesuatu

tentang diri mereka (Ritzer, 2009: 395). Dari simbol yang dikeluarkan oleh satu

aktor maka aktor lain akan menangkap mengenai makna yang terkandung dari

simbol tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler yang pada awalnya menjadi salah satu

wadah bagi siswa untuk mengakomodir keterampilan bagi siswa kini menjadi

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

101

Universitas Indonesia

suatu bentuk simbol bagi siswa untuk memperlihatkan eksistensinya di

lingkungan sekolah. Ketika pada kegiatan belajar mengajar siswa tidak bisa

mengaktualisasikan dirinya maka ia akan beralih kepada organisasi lain yang ada

di dalam sekolah salah satunya adalah dengan mengikuti ekstrakurikuler tertentu.

Kegiatan ekstrakurikuler menjadi simbol yang digunakan oleh siswa untuk

memperlihatkan eksistensinya kepada lingkungan sekolah. Simbol tersebut akan

ditangkap oleh individu lain dan akhirnya membentuk tindakan atau pemikiran

terkait simbol tersebut. Pihak tertentu misalnya akan memberikan pemikiran

bahwa karena mengikuti ekstrakurikuler tertentu maka individu A termasuk ke

dalam siswa yang populer atau „gaul‟ di sekolah. Persepsi yang muncul di

lingkungan sekolah telah terinternalisasi ke dalam diri masing-masing warga

sekolah akan hal tersebut. Maka, kemunculan dari ekstrakurikuler tertentu

dijadikan ajang bagi siswa untuk memperlihatkan eksistensinya di lingkungan

sekolah secara luas.

Secara sadar atau tidak sadar siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler

tersebut telah mendapatkan status dari individu lain yaitu „populer‟ atau „gaul‟ di

sekolah. Hal ini akan membuat siswa melakukan interaksi sesuai dengan status

yang diberikan. Siswa yang disebut „gaul‟ memiliki kelompok atau peer-group

sesuai dengan status yang dimilikinya yaitu kelompok di mana anggota di

dalamnya terdiri dari siswa-siswa yang dianggap „gaul‟ atau „populer‟ di

lingkungan sekolah. Siswa lain yang tidak menjadi bagian dari kelompok mereka

juga mengidentifikasi bahwa diri mereka bukanlah bagian dari mereka. Mereka

saling mengidentifikasi perbedaan yang ada di dalam diri masing-masing.

Perbedaan kelompok yang ada di dalam sekolah pada akhirnya akan menciptakan

perbedaan interaksi yang terjadi di dalamnya. Interaksi yang dilakukan oleh

sesama anggota kelompok tentunya akan lebih intensif dibandingkan interaksi

yang dilakukan dengan anggota kelompok lain. Cara mereka melakukan interaksi

misalnya dengan pemakaian bahasa sudah menunjukkan bahwa mereka berlatar

belakang kelompok yang berbeda. Misalnya, untuk kelompok siswa populer

mereka akan menggunakan bahasa yang sedang trend di masyarakat atau

istilahnya menggunakan bahasa „gaul‟ untuk berinteraksi. Di antara merekapun

saling mengerti mengenai makna dari bahasa yang digunakan.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

102

Universitas Indonesia

Ekstrakurikuler yang dirasakan dapat memperlihatkan gejala tersebut

adalah dance atau seni tari. Keikutsertaan siswa dalam seni tari dapat menjadi

salah satu cara bagi siswa untuk mendapatkan status „populer‟ di sekolahnya.

Siswa yang mengikuti seni tari lebih terkenal di lingkungan sekolah ketimbang

ekstrakurikuler lainnya. Persepsi ini timbul salah satunya disebabkan karena

mayoritas dari siswa seni tari memiliki penampilan fisik yang menarik. Kesan

„menarik‟ juga didukung ketika mereka melakukan pementasan di depan umum.

Mereka harus menyiapkan busana khusus dalam kesempatan yang mereka ikuti.

Keikutsertaan individu dalam suatu kegiatan yang dapat memberikan

peluang untuk mengaktualisasikan dirinya dianggap perlu karena untuk

menunjukkan eksistensi mereka di lingkungan masyarakat. Ketika siswa tidak

bisa mendapatkan eksistensinya melalui proses belajar maka mereka akan mencari

preferensi lain yang dapat memberikan eksistensi tersebut. Kegiatan

ekstrakurikuler dirasakan dapat menyediakan preferensi yang diinginkan oleh

siswa. Hal ini karena di dalam lingkungan sekolah telah berkembang stereotype

bahwa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tertentu adalah siswa yang

populer atau „gaul‟ di lingkungannya.

Sama halnya dengan seni tari, ekstrakurikuler basket dan futsal juga

dianggap sebagai ekstrakurikuler populer di sekolah. Siswa yang mengikuti basket

atau futsal akan menjadi siswa yang populer di sekolah. Ada prestige sendiri bagi

siswa ketika bergabung dalam ekstrakurikuler basket dan futsal. Kesan bad boy

sekaligus populer dijadikan bentuk aktualisasi diri siswa di dalam lingkungan

sekolah ketika pada kegiatan belajar mengajar mereka tidak bisa menemukan hal

tersebut. Siswa mendapatkan tempat sendiri untuk menunjukkan prestasinya di

bidang lain di luar kegiatan belajar mengajar. Dan disamping hal itu, mereka

mendapatkan status yang diberikan dari siswa lainnya di sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya sebagai wadah

keterampilan bagi siswa semata. Di dalamnya siswa mendapatkan nilai berbeda

yaitu pandangan siswa lain dalam lingkungan sekolah. Meskipun misalnya tujuan

awal siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk menambah

keterampilan tetapi di satu sisi ada nilai prestige yang didapatkan oleh siswa

ketika mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Bentuk aktualisasi diri

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

103

Universitas Indonesia

seperti ini belum tentu didapatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam

kelas sehingga hadirnya kegiatan ekstrakurikuler menjadi salah satu perwujudan

bagi siswa untuk mendapatkan eksistensinya di lingkungan sekolah.

Kepopuleran yang didapatkan oleh siswa dalam lingkungan sekolah

biasanya akan berpengaruh terhadap keikutsertaan mereka pada acara yang

diadakan oleh sekolah. Siswa yang lebih „eksis‟ dibandingkan yang lain akan

lebih mudah untuk masuk dalam kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Mereka

akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi panitia inti dalam kegiatan tersebut

tanpa harus melalui proses seleksi terlebih dahulu. Prestige yang didapatkan ini

tidak bisa didapatkan oleh semua siswa yang ada di sekolah. Dalam hal ini,

kegiatan ekstrakurikuler yang telah diikuti oleh siswa akan membawa dampak

lebih besar kepada diri siswa dalam lingkungan sekolah. Ekstrakurikuler yang

diikuti oleh siswa menjadi batu loncatan tersendiri untuk mendapatkan

kesempatan tertentu. Di sisi lain acara sekolah tersebut akan semakin memperkuat

status yang dimiliki oleh siswa.

Eksistensi yang siswa dapatkan ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

mempengaruhi saat siswa berada di dalam lingkungan sekolah. Tidak hanya saat

ekstrakurikuler dilaksanakan siswa mendapatkan eksistensi tersebut namun juga

ketika kegiatan ekstrakurikuler tidak dilaksanakan –pada jam belajar di sekolah-.

Siswa dalam ekstrakurikuler tertentu dipandang sebagai „siswa gaul‟ di

lingkungan sekolah. Hadirnya status dalam lingkungan sekolah membuat siswa

mendapatkan prestige atas pencapaiannya tersebut. Pola pikir yang terbentuk

dalam diri siswa tersebut pada akhirnya akan membuat siswa untuk mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler tertentu untuk mendapatkan eksistensinya ketika di

dalam kelas mereka tidak bisa mendapatkan bentuk aktualisasi yang ingin dicapai.

V.5 Implikasi Perbedaan Program Sekolah dengan Status RSBI dalam

Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam lingkungan sekolah, siswa sebenarnya ditekankan mengenai

keberadaan nilai universalisme. Bagi Parsons, dalam hubungan yang

universalistik, para pelaku saling berhubungan menurut kriteria yang dapat

ditetapkan kepada semua orang (Poloma, 2000: 173). Adanya nilai universalisme

di dalam lingkungan sekolah akan membuat siswa menerima diperlakukan oleh

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

104

Universitas Indonesia

aktor lain sebagai anggota kelompok (Dreeben, 1968: 76). Di dalam lingkungan

tersebut setiap individu diperlakukan sama. Norma-norma yang dibentuk oleh

masyarakat juga wajib dijalankan oleh semua anggota dan tidak ada pengecualian.

Adapun normatifnya sanksi tetap diberikan kepada individu-individu yang

memang dianggap telah melanggar norma kelompok dan tidak ada perbedaan

perilaku dari pemberian sanksi tersebut.

Salah satu bentuk universalisme yang mencolok di lingkungan sekolah

adalah kewajiban siswa untuk menggunakan seragam sekolah. Adanya hal

tersebut diharapkan semua siswa dalam satu sekolah terinternalisasi bahwa di

dalam lingkungan sekolah mereka tidak dibedakan atas kelas sosial ataupun ras

tertentu. Nilai tersebut sudah langgeng dalam kebudayaan sekolah dan terus

diinternalisasikan kepada siswa-siswa. Secara simbolik seragam digunakan

sebagai cara bagi sekolah untuk memberikan nilai kepada siswa bahwa tidak ada

perbedaan kelas sosial ataupun ras di dalam lingkungan sekolah.

Di luar lingkungan sekolah yaitu lingkungan masyarakat yang lebih luas,

siswa yang bersekolah dengan status RSBI sebenarnya juga dipandang memiliki

prestige tersendiri. Karena tidak semua kalangan dari masyarakat luas dapat

mempunyai akses untuk masuk dalam sekolah dengan status RSBI. Akses tersebut

terbatas hanya pada kalangan tertentu saja. Di samping biaya yang lebih mahal

dibandingkan sekolah negeri lainnya, siswa yang memiliki nilai akademis

mumpunilah yang dapat mengakses ke dalamnya. Faktanya adalah di dalam

lingkungan sekolah RSBI sendiri terdapat diferensiasi yang cukup jelas, yaitu

antara siswa program KI (kelas internasional) dengan siswa program RSBI –

sering disebut sebagai kelas reguler.

Adanya program KI dan RSBI di dalam lingkungan sekolah akhirnya

menciptakan perbedaan baru. Nilai universalisme mulai agak tergeser karena

ternyata ada segregasi di dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Perbedaan sistem

salah satunya bisa dilihat dari bagaimana implementasi kurikulum dan fasilitas

yang digunakan oleh program KI. Perbedaan dari kedua program tersebut yang

paling eksplisit adalah penggunaan kurikulum Cambridge pada program KI.

Program KI menerapkan kurikulum tersebut karena mereka memang dituntut

untuk memiliki kemampuan yang sama dengan negara-negara lain dan dengan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

105

Universitas Indonesia

menggunakan kurikulum Cambridge dianggap dapat membantu pihak sekolah

untuk mencapai tujuannya. Pada akhirnya untuk menunjang kurikulum

Cambridge, pihak sekolah memberikan fasilitas tertentu kepada siswa program KI

seperti penerimaan jumlah siswa yang lebih sedikit, adanya guru native dalam

proses belajar mengajar, serta ketersediaan komputer dan printer di dalam kelas.

Privileged yang mereka dapatkan tidak dirasakan oleh siswa program RSBI.

Siswa pada program RSBI harus taat akan norma yang diberlakukan di

lingkungan sekolah.

Status sosial yang melekat pada diri aktor akhirnya menciptakan privileged

yang akan mereka terima. Status dan privileged akan berjalan beriringan. Dalam

artian ketika aktor memiliki status sosial yang lebih tinggi di masyarakat maka

iapun akan mendapatkan privileged atas statusnya tersebut. Sebaliknya, ketika

status sosial yang dimiliki aktor lebih rendah maka ia tidak akan memiliki

privileged seperti yang diterima oleh aktor yang memiliki status lebih tinggi.

Ironisnya, hal tersebut ternyata terjadi di dalam dunia pendidikan yang

menekankan pada nilai universalisme. Siswa KI dipandang memiliki status lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa program RSBI dan kemudian penyertaannya

adalah privileged yang didapatkan oleh siswa KI tidak bisa dimiliki oleh siswa

program RSBI. Hal tersebut karena modal ekonomi yang dimiliki oleh program

KI memang lebih tinggi ketimbang program RSBI. Privileged yang diterima

siswa akan berdampak pada segregasi yang ada di dalam lingkungan sekolah itu

sendiri. Sumber daya yang dimiliki oleh aktor akan dijadikan modal olehnya

untuk mendapatkan privileged dari lingkungannya. Salah satunya bentuknya bisa

dilihat dari partisipasi kegiatan ekstrakurikuler.

Perbedaan struktur yang tercipta akibat adanya dua program dalam satu

sekolah pada akhirnya akan menciptakan perbedaan budaya dari masing-masing

individu. Program KI (kelas internasional) akan terbiasa mengenai privileged

yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap mereka. Konsekuensinya adalah

ketika mereka menghadapi kegiatan ekstrakurikuler mereka akan sulit untuk

beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Mereka akan lebih nyaman ketika

harus melakukan interaksi dengan aktor lain yang dirasakan memiliki kesamaan

pengalaman dengannya. Selain itu, persepsi yang timbul di kalangan siswa bahwa

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

106

Universitas Indonesia

siswa KI adalah siswa eksklusif makin mempertajam jarak di antara keduanya.

Keterbasatan tersebut akan mempengaruhi mereka ketika berada di dalam

kegiatan ekstrakurikuler. Kebutuhan akan kerja sama antara dua belah pihak

dirasakan kurang dimiliki karena perbedaan yang mendasari kedua program

tersebut.

Pada awalnya, kegiatan ekstrakurikuler dianggap dapat menjadi salah satu

wadah bagi kedua program untuk saling berinteraksi dan melakukan kerja sama di

dalamnya karena dalam proses belajar mengajar di sekolah ternyata ada segregasi

yang memisahkan keduanya. Hal tersebut ternyata berlanjut hingga dalam

partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Bagi aktor yang terbiasa untuk

mendapatkan privileged dari sekolah, mereka akan menginternalisasikan hal

tersebut ke dalam kegiatan lain yang ada di sekolah. Privileged tersebut dijadikan

modal bagi aktor untuk mendapatkan sumber daya lain di masyarakat. Akhirnya

aktor akan mendapatkan kesamaan minat dengan aktor yang memiliki status sosial

yang sama dengannya. Pola perilaku ini menjadi langgeng di dalam diri aktor.

Perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka menjadi latar belakang tidak

terjalinnya relasi yang baik antara kedua program.

Relasi yang dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak menyebabkan

pola perilaku yang berbeda antar aktor seperti yang terjadi pada kegiatan belajar

mengajar. Aktor masih menekankan adanya diferensiasi di antara mereka. Aktor

yang merasakan diskriminasi juga ikut menjaga jarak dengan aktor yang

mendapatkan privileged tersebut. Adanya perbedaan status sosial dan privileged

yang didapatkan dalam masyarakat memang akan membentuk diferensiasi di

dalamnya (Brookover, 1955: 80). Keadaan yang terjadi akhirnya akan membentuk

kelompok-kelompok yang berlandaskan dari kesamaan status sosial yang melekat

pada diri aktor. Sedangkan di masyarakat sendiri telah terbentuk pola perilaku

dimana mereka lebih menerima aktor yang memiliki status sosial yang lebih

tinggi. Aktor tersebut akan lebih mudah untuk masuk ke dalam lingkungan

masyarakat karena memiliki sumber daya yang tidak ada dalam diri aktor

berstatus sosial lebih rendah.

Mereka menyadari bahwa di antara dua kelompok memang memiliki

status yang berbeda dan akhirnya membentuk pola perilaku yang berbeda satu

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

107

Universitas Indonesia

sama lain. Mereka akan memilih aktor lain sebagai peer-group karena dirasakan

memiliki status sosial yang sama dengan mereka. Kondisi tersebut tidak bisa

dipisahkan dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Walaupun ketika mereka

melakukan interaksi terjalin dengan baik namun diantara dua kelompok tersebut

sama-sama mengetahui bahwa mereka memiliki sumber daya yang berbeda.

Diferensiasi yang terjadi di dalam kegiatan ekstrakurikuler membuat aktor akan

melakukan interaksi lebih intensif dengan aktor lain yang memiliki kesamaan

tertentu, dalam hal ini adalah status sosial dan privileged yang didapatkan.

Di dalam ekstrakurikuler, siswa program KI jarang aktif berpartisipasi

dalam kegiatannya. Merekapun lebih memilih untuk saling berinteraksi dengan

siswa lain yang berasal dari sesama program. Ketika di dalam kegiatan

ekstrakurikulerpun, interaksi sosial yang dilakukan antar program terbatas.

Mereka hanya sekedar membahas mengenai kegiatan ekstrakurikuler dan tidak

ada keinginan untuk melakukan interaksi di luar kegiatan ekstrakurikuler. Masing-

masing siswa sudah mengidentifikasikan diri mereka sendiri bahwa mereka

berasal dari latar belakang yang berbeda. Siswa program RSBI lebih memilih

untuk berinteraksi dengan siswa lain yang berasal dari program yang sama.

Dalam relasi yang terjadi antara kedua program terbentuk pemisahan. In-

group dan out-group terlahir sebagai implikasi perbedaan sistem yang diterapkan

oleh pihak sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi yang salah

satunya dapat berfungsi sebagai perluasan jaringan siswa tidak dapat berperan

dengan baik ketika ada diferensiasi di dalam internal kelompok padahal ketika

siswa melakukan kegiatan ekstrakurikuler maka mereka dituntut untuk memiliki

kerja sama yang dapat mencapai tujuan dari kelompoknya. Tetapi, hadirnya

perbedaan dalam kegiatan ekstrakurikuler mendorong siswa untuk membatasi

interaksi yang dilakukan.

Interaksi yang terjadi antara aktor akan menumbuhkan kohesivitas dalam

kelompok. Dengan adanya perbedaan yang terjadi antara dua pihak maka

kohesivitas kelompok yang melibatkan kedua program tersebut juga tidak akan

kuat. Hal ini berbeda dengan kohesivitas yang terjadi antar sesama program.

Adanya kesamaan di antara mereka akan mempekuat kohesivitas antar kelompok

tersebut.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

108

Universitas Indonesia

V.6 Kurikulum Terselubung Sekolah melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Kurikulum terselubung adalah hal yang didapatkan dari adanya kurikulum

nyata di sekolah. Peraturam-peraturan yang ada di dalam lingkungan sekolah

dapat membentuk kepribadian siswa untuk mematuhi peraturan tersebut dan

terbiasa karenanya. Eggleston mengemukakan bahwa kurikulum terselubung

dapat memperkenalkan siswa kepada “tempat mereka” dalam sistem sosial

sehingga mampu menyesuaikan diri dengan norma, nilai-nilai sosial, struktur, dan

sanksi-sanksi yang ada (Robinson, 1986: 232). Kurikulum terselubung di sekolah

salah satunya bisa didapatkan dari kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menjadi

wadah bagi siswa untuk menjalankan sistem di dalamnya. Hal ini karena kegiatan

dalam ekstrakurikuler dapat menggambarkan sistem sosial lingkup kecil dalam

kehidupan bermasyarakat bagi siswa.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa dihadapkan dengan menjalankan

sistem di dalamnya. Secara tidak langsung siswa akan mendapatkan keterampilan

tambahan yaitu pengorganisasian. Implikasi jangka panjangnya adalah siswa tidak

hanya bisa untuk meningkatkan keterampilan semata. Kemampuan siswa untuk

mengatur organisasi dan hal lainnya yang berhubungan dengan itu dapat

membantu siswa untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi lagi, seperti di dunia

kerja. Maka dari itu perspektif konflik sendiri memandang kurikulum terselubung

adalah sebagai akses untuk memproduksi tenaga kerja bagi kamu kapitalis

(Haralombos&Holborn, 2004: 603).

Terlepas dari itu, hadirnya kegiatan ekstrakurikuler memberikan manfaat

tersendiri bagi siswa di sekolah. Kedisiplinan siswa dapat terlatih karena di

dalamnya ada peraturan yang dapat diikuti oleh siswa. Jika siswa mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler dan mereka turut serta disiplin terhadap norma yang

ditetapkan maka nilai kedisiplinanpun secara tidak sadar akan terus terinternalisasi

dalam diri individu. Hal ini akan membantu individu untuk beradaptasi dalam

lingkungan lain yang mengedepankan kedisiplinan. Sistem dalam suatu

masyarakat sendiri akan berbeda-beda. Keberhasilan sistem tentunya akan

dibarengi dengan bagaimana partisipasi dari anggota yang ikut terlibat di

dalamnya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

109

Universitas Indonesia

Kebebasan berpendapat juga ditegakkan dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Sikap ini memungkinkan siswa untuk menyatakan pendapatnya kepada individu

lain dalam suatu kelompok. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa dibebaskan

untuk mengemukakan pendapatnya hal tersebut dipicu karena siswalah yang

memang menjalankan sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler. Akomodasi seperti

ini salah satunya dapat dilakukan untuk menghindari konflik yang ada dalam

kelompok. Masalah internal atau eksternal dapat diselesaikan dengan saling

mengemukakan pendapat antara aktor di dalamnya. Jika hal tersebut

terinternalisasi dan menjadi pola perilaku dari siswa maka siswa dapat

membiasakan diri untuk melatih kemampuannya. Implikasinya adalah dalam

masyarakat yang lebih luas, siswa dapat lebih berani untuk mengemukakan

pendapatnya. Pola perilaku yang demikian telah menjadi bagian dari diri siswa

sehingga akan memudahkan individu untuk mengeluarkan pendapatnya dalam

tataran yang lebih luas.

Ketika siswa melanggar peraturan yang ditetapkan dalam kelompoknya

dan mendapatkan sanksi dari anggota lain maka siswa akan belajar bahwa

perbuatan yang dilakukannya telah melanggar norma kelompok. Hal ini seperti

yang dikemukakan oleh Parsons bahwa kurikulum terselubung dapat membuat

siswa belajar mengevaluasi diri sendiri (Robinson, 1986: 127). Pelanggaran

norma dan pemberian sanksi yang dijalankan oleh kelompok kepada anggotanya

akan membentuk individu terbiasa mengikuti norma yang berlaku di

lingkungannya. Selanjutnya, untuk melakukan tindakan tertentu, siswa akan

berpikir apakah hal tersebut melanggar norma yang berlaku dalam kelompoknya

atau tidak karena implikasi dari tindakan yang dilakukan oleh aktor adalah

pemberian sanksi dari kelompoknya. Ketika mengikuti kegiatan

ekstrakurikulerpun, nilai yang terbentuk dalam diri siswa akan membentuk pola

perilaku mereka dalam berkegiatan. Siswa akan berusaha untuk mengikuti norma

yang berlaku karena mengingat konsekuensi dari pelanggaran norma tersebut.

Kurikulum terselubung dalam dilihat dari 3 pola interaksi sosial yang

dilakukan oleh aktor yaitu proses generalisasi, proses menirukan contoh dan

proses reward dan punishment (Seda, 1987). Kegiatan ekstrakurikuler akan

memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan yang ia sukai dan dapat

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

110

Universitas Indonesia

menambah keterampilan siswa sendiri. Merekapun dapat mengikuti perlombaan

sehingga dapat menilai sampai sejauh mana kemampuan yang dimilikinya. Ketika

siswa merasa berhasil dalam kegiatan ekstrakurikuler tertentu maka iapun

memiliki keyakinan bahwa dapat memperoleh keberhasilan yang sama dalam

kegiatan yang berbeda. Keyakinan yang dimiliki siswa akan membuatnya

mencoba melakukan kegiatan yang berbeda dari sebelumnya. Hal tersebut akan

memotivasi siswa dan memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan baru.

Penjelasan di atas sedikit menggambarkan mengenai proses generalisasi dalam

kurikulum terselubung.

Pada proses menirukan contoh, siswa akan mengikuti tindakan yang

dilakukan oleh seniornya karena senior dianggap sebagai aktor yang memiliki

status lebih tinggi dibandingkan aktor yang masih junior. Di sisi lain, aktor juga

akan mengikuti perilaku yang dilakukan oleh alumni. Hal tersebut berlangsung

secara kontinu sampai anggota baru masuk ke dalam kelompoknya. Bentuk nilai

yang demikian menjadi ciri dari ekstrakurikuler dan akan terus direproduksi oleh

aktor-aktor yang berada di dalamnya. Dari hal tersebut secara implisit dapat

dilihat bahwa di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri terdapat nilai kepatuhan

kepada aktor yang memiliki status lebih tinggi. Status yang dimiliki oleh aktor

dijadikan sebagai modal untuk mendapatkan sumber daya dari aktor lain. Hal

tersebut dapat mengindikasikan bahwa nantinya di dalam lingkungan sosial yang

lebih luas siswa akan mengikuti tindakan yang dilakukan oleh aktor dengan status

lebih tinggi darinya. Nilai kepatuhan yang diperlihatkan siswa kepada alumni juga

didasari oleh kepercayaan siswa kepada alumni. Alumni sebagai aktor yang

dianggap sering membantu menyelesaikan konflik kelompok menjadi acuan bagi

siswa untuk melaksanakan saran dari alumni.

Norma yang ada pada kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi suatu bentuk

kontrol sosial di dalamnya. Siswa yang dianggap melanggar norma dalam

kelompok maka akan mendapatkan teguran dari anggota lainnya. Adanya sanksi

yang diberikan kepada aktor yang melanggar akan membuat efek jera pada aktor

sehingga aktor akan berusaha untuk mengikuti norma sosial yang ada di dalam

kelompoknya. Hal ini akan membentuk aktor taat kepada norma sosial yang ada di

dalam masyarakat. Norma sosial dalam masyarakat penting adanya untuk

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

111

Universitas Indonesia

dilakukan untuk bisa mengontrol tindakan yang dilakukan oleh anggotanya. Pada

lingkungan masyarakat terdapat norma-norma yang terbentuk dan setiap anggota

diwajibkan untuk mengikuti norma tersebut. Bentuk sanksi yang diberlakukanpun

beragam bahkan aktor dapat dikucilkan dari kehidupan sosialnya jika dianggap

melanggar norma dalam kelompoknya. Partisipasi siswa dalam menjalankan

norma yang ditetapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu siswa

untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat dan dapat menyiapkan siswa

untuk menjadi bagian dari anggota masyarakat yang lebih luas nantinya.

Perbedaan program yang diambil oleh siswa pada akhirnya akan

mempengaruhi kurikulum dan juga fasilitas yang diterima oleh aktor. Interaksi

yang dilakukan guru kepada aktor saat di dalam kelas akan mempengaruhi

pembentukan nilai yang diterima oleh aktor. Pada program KI, guru terkesan

memberikan kelonggaran akan sanksi yang seharusnya diterima oleh aktor.

Implikasinya adalah siswa sering melanggar norma yang ditetapkan oleh pihak

sekolah. Dari pihak sekolahpun tidak memberikan sanksi terkait hal tersebut.

Norma yang telah dilanggar oleh aktor tetapi tidak ada sanksi yang diberikan

membuat aktor tidak akan takut untuk melanggar norma yang kedua kalinya.

Bahkan semakin lama hal tersebut dijadikan pembiaran oleh pihak sekolah. Di sisi

lain, siswa yang mengambil program RSBI ditetapkan sanksi yang tegas oleh

pihak sekolah. Ketika mereka melanggar norma, pihak sekolah tidak segan untuk

memberikan sanksi kepada siswa. Hal ini akhirnya membuat siswa untuk

menjalankan norma yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Perbedaan pola perilaku yang ditekankan oleh guru kepada siswa di dalam

proses belajar mengajar memiliki efek samping pada internal siswa dalam

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Jika dibandingkan dengan siswa yang berasal

dari program RSBI, siswa KI termasuk ke dalam siswa yang jarang aktif dalam

melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Bagi mereka yang aktif dalam kegiatan

ekstrakurikuler, mereka akan lebih memilih kegiatan dimana norma yang

diinternalisasikan kepada anggotanya tidak terlalu mengikat atau longgar.

Kelonggaran sanksi yang diberlakukan pada proses belajar mengajar oleh guru

menyebabkan mereka mengimplementasikannya dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Ketika mereka memiliki status lebih tinggi di dalam ekstrakurikuler –pengurus

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

112

Universitas Indonesia

ekstrakurikuler- mereka akan menerapkan norma yang tidak mengikat kepada

anggotanya. Jika ada anggota yang tidak intensif datang pada saat kegiatan,

mereka tidak akan mengambil sanksi atas tindakan yang dilakukan oleh

anggotanya.

Siswa KI yang menjadi pengurus ekstrakurikuler tidak memberlakukan

sanksi kepada siswa yang melanggar norma kelompoknya. Hal tersebut

terinternalisasi dari pembiaran pelanggaran norma yang mereka lakukan ketika

jam belajar mengajar. Pihak sekolah hanya pada masa awal pelanggaran saja

menegur siswa KI kemudian tidak ada tindak lanjut dari pelanggaran tersebut.

Siswa KI sendiri jarang diberikan sanksi oleh pihak sekolah jika dianggap

melanggar peraturan. Tugas sekolah yang diberikan kepada siswa KI juga jarang

dilakukan. Hal ini akhirnya mengurangi tanggung mereka sebagai siswa.

Sementara itu, sebagai siswa seharusnya mereka diberikan tugas dari pihak

sekolah agar nilai tanggung jawab terinternalisasi dalam diri siswa.

Sebaliknya, pada siswa program RSBI di dalam kegiatan belajar mengajar

mereka akan mendapatkan sanksi jika dianggap melanggar norma yang ditetapkan

oleh pihak sekolah. Hal ini secara tidak langsung membuat mereka terinternalisasi

bahwa mematuhi norma dalam kelompok adalah sebuah tanggung jawab sebagai

anggota. Internalisasi norma kelompokpun berjalan dengan baik. Mereka akan

mengimplementasikan norma yang berlaku dalam kelompoknya. Ketika mencapai

status yang lebih tinggipun mereka memberlakukan sanksi kepada anggota yang

dianggap telah melanggar norma yang berlaku dalam kelompoknya. Ketaatan

akan norma yang diberlakukan dalam suatu kelompok akan membuat aktor

menjadi bagian dari terpeliharanya kontrol sosial dalam lingkungannya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

114 Universitas Indonesia

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Ranah pendidikan menjadi salah satu sumber daya bagi masyarakat untuk

mendapatkan mobilitas vertikal dalam lingkungannya. Beragamnya jenis

pendidikan yang ada membuat preferensi pendidikanpun semakin luas. Kebutuhan

akan pendidikan menjadi mutlak diperlukan oleh setiap individu. Bagi

pemerintah, setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang

berkualitas. Salah satu yang telah diupayakan oleh pemerintah adalah dengan cara

menciptakan sekolah dengan status RSBI. RSBI sendiri dianggap dapat

menghadirkan preferensi baru bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan

yang berkualitas. Walau sebenarnya status RSBI ini masih menimbulkan polemik

di kalangan masyarakat.

Di dalam sekolah dengan status RSBI akan dibagi menjadi dua program

yaitu kelas internasional (KI) dan juga kelas RSBI –banyak yang menyebutnya

sebagai kelas reguler-. Pembagian dua program ini akhirnya membentuk

diferensiasi di dalam sistem sekolah. Perbedaan fasilitas termasuk kurikulum di

dalamnya membuat siswa secara sadar atau tidak sadar terbentuk segregasi di

antara keduanya. Mereka saling mengidentifikasi bahwa mereka memiliki

perbedaan dan mempengaruhi interaksi yang terjadi antara keduanya.

Kemampuan siswa tidak hanya penting dalam ranah akademis saja.

Keterampilan lain yang dapat menunjang mereka untuk masuk ke dalam

lingkungan masyarakat juga diperlukan. Di lingkungan sekolahpun dibentuk

kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menjadi sebuah wadah bagi siswa untuk

mengembangkan keterampilannya. Hadirnya ekstrakurikuler dapat memperluas

jaringan sosial yang akan dimiliki siswa di sekolah. Di sini partisipasi siswa

dalam kegiatan menjadi sistem utama dalam ekstrakurikuler. Siswalah yang

memegang kontrol dalam melakukan kegiatan. Pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa juga berimplikasi pada pemberikan sanksi dari anggota kelompok lainnya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

115

Universitas Indonesia

Interaksi yang dilakukan oleh anggota baik oleh pengurus maupun non-

pengurus ekstrakurikuler memegang peranan penting dalam eksistensi

ekstrakurikuler. Sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler akan berjalan jika fungsi

dan peran yang dilakukan oleh siswa berkesinambungan. Adanya fungsi dan peran

yang dilakukan oleh siswa berjalan tidak seimbang atau ada peran yang tidak

dijalankan dengan baik maka akan mempengaruhi sistem yang berjalan dalam

kegiatan ekstrakurikuler.

Partisipasi yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

merupakan kunci bagaimana sistem di dalamnya dapat berjalan. Siswa pada

program KI (kelas internasional) memiliki sumber daya-sumber daya yang tidak

dimiliki oleh siswa program RSBI. Pada kegiatan ekstrakurikuler adanya sumber

daya tersebut sebenernya bukanlah hal utama tapi lebih kepada bagaimana siswa-

siswa menjalankan fungsi dan perannya dengan baik.

Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sebenernya siswa juga dapat

meningkatkan jaringan sosial di antara mereka. Pasalnya di dalam kegiatan ini

siswa-siswa akan memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi satu sama.

Interaksi yang dilakukanpun tidak hanya melingkupi siswa sesama program saja.

Adanya hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap sistem yang berjalan di

dalam kegiatan ekstrakurikuler. Akan tetapi relasi yang terjadi adalah mereka

tetap memiliki kecenderungan untuk tetap membangun interaksi yang lebih

intensif dengan teman sesama program. Adanya jarak sosial diantara mereka juga

tetap dipertahankan dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Jarak sosial yang terjalin tersebut dikarenakan timbulnya persepsi di antara

para siswa jika program kelas internasional adalah siswa yang eksklusif. Persepsi

ini akhirnya akan berimplementasi pada relasi dan interaksi yang terjalin di antara

siswa dalam dua program tersebut. Mereka saling mengidentifikasikan diri

mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.

Siswa KI yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tidak seaktif program

RSBI. Jarang diantara mereka yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal

ini berbeda dengan siswa dalam program RSBI yang justru ikut aktif dalam

kegiatan ekstrakurikuler. Maka dari hal tersebut jarak sosial yang terjadi antara

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

116

Universitas Indonesia

dua program semakin besar. Presepsi mengenai eksklusivitas siswa KI makin

dipertajam dari adanya hal tersebut.

Bentuk partisipasi yang dapat terlihat dalam suatu kelompok beraneka

ragam. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri, setiap anggota dapat

memberikan tanggapannya terhadap keputusan yang akan diambil oleh kelompok.

Bentuk partisipasi seperti ini sendiri dapat meningkatkan kinerja di dalam

ekstrakurikuler karena setiap anggota memiliki peran yang sama untuk

mengemukakan pendapatnya. Keputusan yang diambil oleh kelompok dan

kemudian dijalankan oleh setiap anggota di dalamnya juga telah menunjukkan

bagaimana bentuk partisipasi berjalan di kegiatan ekstrakurikuler.

Partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan status

RSBI menjadi berbeda karena pada dasarnya mereka terbagi menjadi dua

program. Sementara itu, sekolah lain tidaklah demikian. Mereka tidak terbagi lagi

menjadi program-program. Dengan demikian, lingkungan sekolah dengan status

RSBI memungkinkan siswa untuk tidak intensif melakukan interaksi antara

program lain. Dengan adanya dinamika tersebut maka kegiatan di dalam

ekstrakurikuler bisa menjadi salah satu cara untuk melihat bagaimana implikasi

dari perbedaan program yang dijalankan oleh siswa.

VI.2 Saran

Saran yang dapat dikemukakan oleh penulis antara lain adalah:

Pihak sekolah:

Pembagian program dalam sekolah dengan status RSBI secara tidak

langsung akan mempengaruhi interaksi yang dijalani oleh masing-masing

siswa. Pihak sekolahpun seharusnya tetap memberlakukan sanksi terhadap

pelanggaran yang dilakukan oleh setiap siswa baik itu siswa yang berasal

dari program KI maupun RSBI. Faktanya adalah pihak sekolah kerap

melupakan sanksi kepada siswa program KI. Kesalahan yang dilakukan

siswa tidak dibarengi dengan pemberian sanksi. Hal tersebut sebenarnya

akan mempengaruhi pola perilaku dan pola pikir siswa. Siswa akan

berpendapat bahwa mereka disegani oleh pihak sekolah karena tidak

mendapatkan sanksi atas pelanggaran yang mereka lakukan.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

117

Universitas Indonesia

Kegiatan ekstrakurikuler dirasakan dapat memberikan manfaat bagi siswa.

Di sini, peran dari pihak sekolah juga dirasakan perlu karena sebenarnya

kegiatan ekstrakurikuler berada di bawah naungan pihak sekolah walaupun

pihak sekolah bukanlah aktor utama di dalamnya. Pihak SMAN X Jakarta

dirasakan kurang memberikan dukungan terutama dukungan finansial

kepada ekstrakurikuler. Maka dari itu diharapkan adanya kontribusi yang

lebih jelas lagi dari pihak sekolah. Kontribusi yang diharapkan juga tidak

hanya meliputi finansial, tapi juga dari bentuk moril yang diberikan oleh

pihak sekolah. Untuk itu, disarankan pihak sekolah tidak hanya

mempertimbangkan mengenai intrakurikulum semata. Kegiatan

ekstrakurikuler juga sebenarnya menyimpan manfaat bagi siswa yang ikut

berpartisipasi di dalamnya.

Adanya dukungan sarana dan pra-sarana bagi kegiatan ekstrakurikuler

perlu ditingkatkan oleh sekolah. Selama ini, kegiatan ekstrakurikuler yang

dilakukan hanyalah di ruangan kelas saja. Akomodasi yang dapat dipenuhi

oleh pihak sekolah akan mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan

ekstrakurikuler di sekolah

Pihak sekolah menugaskan beberapa guru untuk menjadi pembina

ekstrakurikuler. Pembina ekstrakurikuler diharapkan dapat membantu

siswa untuk memberikan saran kepada siswa. Saran dan dukungan yang

diberikan dapat membantu siswa untuk melakukan fungsi dan perannya

dengan lebih baik.

Pihak pemerintah:

Dalam penelitian kali ini ditemukan bahwa implementasi status RSBI

sendiri belum menyentuh kepada siswa-siswa di sekolah. Pengembangan

sekolah dengan status RSBI harus ditingkatkan sesuai dengan kualitas

yang mapan. Dalam artian pemerintah tidak hanya mengejar status RSBI

semata tetapi pengembangan kualitas pendidikan secara menyeluruh juga

perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan pengembangan kualitas yang

dilakukan oleh pemerintah selanjutnya juga akan berdampak pada outcome

yang dihasilkan oleh pihak sekolah.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

118

Universitas Indonesia

Pentingnya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah juga perlu didukung oleh

pemerintah. Pengembangan intrakurikulum yang terus dilakukan ada

baiknya juga turut mempertimbangkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Hal ini karena kegiatan ekstrakurikuler sendiri dapat mengembangkan

potensi siswa. Pemerintah dapat memberikan akomodasi terkait

pengembangan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah serta ikut serta dalam

memberikan dukungan finansial kepada sekolah yang dianggap memiliki

ekstrakurikuler yang mapan untuk memicu sekolah-sekolah lain

memberikan kontribusi nyata di bidang ekstrakurikuler ini.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

119 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Ballard, Keith. 2003. Including Ourselves: Teaching, Trust, Identity and Community.

In Julie Allan (Ed.). Inclusion, Participation and Democracy: What is the

Purpose? USA: Kluwer Academic Publishers

Bourdieu, Pierre. 1984. Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste, terj.

dari bahasa Prancis oleh Richard Nice, London: Routledge

Bourdieu, Pierre. 1993. The Field of Cultural Production. USA: Columbia University

Press

Brembeck, Cole S. 1967. Social Foundations of Education: A Cross-Cultural

Approach. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Brookover, Wilbur B. 1955. A Sociology of Education. USA: American Book

Company

Budiardjo, Miriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai.

Jakarta: PT Gramedia

Creswell, John W. 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative and mixed

Approaches. Sage Publication

de Jong, S.C.N. 1984. Sosiologi Pendidikan: Suatu Ihtisar Teoritis tentang

Pendidikan, Perkembangan, & Modernisasi. Jakarta: PT Sangkala Pulsar

Dreeben, Robert. 1968. On What is Learned in School. USA: Addison-Wesley

Publish-ing Company, Inc.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

120

Universitas Indonesia

Gillin & Gillin. 1942. An Introduction to Sociology. New York: The Macmillan

Company

Haralambos, Michael & Martin Holborn. 2008. Sociology: Themes and Perspectives,

7th

edition. London: HarperCollins Publisher

Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat Akar Kekerasan dan Diskriminasi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Horton, Paul B & Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid I, Edisi Keenam. Jakarta:

Erlangga

Horton, Paul B & Chester L. Hunt. 1976. Sociology Fourth Edition. New York:

McGraw-Hill Inc.

Horton, Paul B & Robert L. Horton. 1983. Introductory Sociology. USA: Dow Jones

Karp, David A., William C. Yoels, and Barbara H.Vann. 2004. Sociology in Everyday

Life 3rd

Edition. Illinois: Wavelend Press, Inc

Lawang, Robert M.Z. 2005. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu

Pengantar. Depok: FISIP UI Press

Merril, Francis E. 1969. Society and Culture: An Introduction to Sociology Fourth

Edition. USA: Prentice-Hall, Inc.

Nasution, S. 1999. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

Nes, Kari. 2003. Why Does Education for All Have to be Inclusive Education?. In

Julie Allan (Ed.). Inclusion, Participation and Democracy: What is the

Purpose? USA: Kluwer Academic Publishers

Neuman, Lawrence W. 2003. Social Research Methods: Qualitative & Quantitative

Approaches 5th

Edition. USA: Allyn & Bacon

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

121

Universitas Indonesia

Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Ritzer, George, & Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi Modern dari Teori

Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.

Yogyakarta: Kreasi Wacana

Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta: CV

Rajawali

Schaefar, Richard T. 2003. Sociology, Eight Edition. New York: McGraw-Hill

Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Stewart, Elbert W. 1981. Sociology the Human Science. New York: McGraw-Hill

Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

Vembriarto, St. 1987. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo

Sumber Skripsi/Tesis

Adnan, Ricardi S. 1992. Pengaruh Kurikulum Terselubung Terhadap Keberhasilan

Siswa Sekolah Lanjutan Atas Studi Kasus SMA N 8 Jakarta. Skripsi. Universitas

Indonesia

Ariani, Anita Dwi. 2008. Budaya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI): Studi

Terhadap SMA Negeri X Jakarta dan SMA Swasta Y Jakarta. Skripsi.

Universitas Indonesia

Bisri, M. 2009. Hubungan Partisipasi dalam Kegiatan Ekstrakurikuler dengan

Pencapaian Keterampilan Kepemimpinan Santri (Studi Kasus di Pondok

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

122

Universitas Indonesia

Pesantren Darunnajah Cipining, Bogor, Jawa Barat). Tesis. Universitas

Indonesia

Dazefa, Vety. 2010. Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Jenis Kegiatan

Ekstrakuurikuler yang Diikuti Siswa di SMA Swasta Yapena. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara

Seda, Francisia. 1987. Kurikulum Terselubung dan Modernitas Individu: Suatu Studi

Kasus mengenai Sekolah sebagai Agen Sosialisasi. Skripsi. Universitas

Indonesia

Seto, Antonius Ario. 2004. Gaya Hidup Suburban dan Partisipasi Sosial: Studi

Komparasi Pemukiman Suburban Bukit Sentul dengan Penggilingan. Skripsi.

Universitas Indonesia

Wirakartakusumah, Siti Djuhro. 1997. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap

Partisipasi Anggota Usaha Organisasi Koperasi (Telaah Kasus KUD Tani

Mukti dan KUD Sumber Alam di Kabupaten Bogor). Tesis. Universitas

Indonesia

Sumber Jurnal

Broh, Beckett A. 2002. Linking Extracurricular Programming to Academic

Achievement: Who Benefits and Why?. Sociology of Education, Vol 75, No. 1

(Jan., 2002)

Collins, James. 2009. Social Reproduction in Classrooms and Schools. Annu. Rev.

Anthropol. 2009. 38:33–48

Halpin, David. 1990. The Sociology of Education and the National Curriculum.

British Journal of Sociology of Education, Vol. 11, No. 1

Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di

Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan vol. IX No.1.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

123

Universitas Indonesia

McNeal Jr., Ralph B. 1995 Extracurricular Activities and High School Dropouts.

Sociology of Education, Vol. 68, No. 1 (Jan., 1995).

Sumber Internet

Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf

Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses dari

http://www.pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/permen7809.pdf pada tanggal

21 Agustus pukul 23.35 WIB

Dinas Pendidikan. Penyusunan dan Pendataan Statistik Urusan Pendidikan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diakses dari :

http://disdikdki.net/images/file/845542-10192030052011@Penyusunan-dan-

Pendataan-Statistik.pdf pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 12.44 WIB

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian

Pendidikan Nasional. Sekolah Berstandard Internasional. Diakses dari :

http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/docs/dok_34.pdf pada tanggal 12

Agustus 2011 pukul 23.00 WIB

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28&notab=2

Diakses pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 11.27 WIB

http://www.kemdiknas.go.id/satuan-pendidikan/taman-kanak-kanak/kurikulum.aspx

Diakses pada tangal 21 Agustus 2011 pukul 22.02 WIB

http://www.kemdiknas.go.id/orang-tua/kurikulum-sekolah.aspx Diakses pada tanggal

21 Agustus 2011 pukul 22.33 WIB

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses dari: http://www.inherent-

dikti.net/files/sisdiknas.pdf pada tanggal 21 Agustus 2011 pukul 23.05 WIB

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Lampiran 1

Pedoman Wawancara Siswa

RSBI

1. Makna kelas internasional bagi siswa

2. Motivasi mengikuti program (kelas internasional dan kelas RSBI)

3. Harapan mengikuti program tersebut

4. Bagaimana seleksi untuk masuk program

5. Bagaimana proses belajar mengajar di dalam kelas

a. Materi yang diajarkan

b. Fasilitas yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung

c. Penilaian terhadap hasil belajar siswa

d. Penerimaan ssiwa terhadap materi pelajaran

e. Dukungan guru dalam proses belajar mengajar

6. Interaksi siswa

a. Interaksi dengan teman sesama program

b. Interaksi antara siswa kelas internasional dengan kelas RSBI

c. Interaksi dengan guru

7. Nilai yang ditransmisikan oleh guru di dalam kelas

8. Nilai yang didapatkan dari sesama teman

9. Implementasi nilai yang didapatkan oleh siswa

Ekstrakurikuler

1. Motivasi mengikuti ekstrakurikuler

2. Harapan mengikuti ekstrakurikuler

3. Proses seleksi untuk terlibat dalam ekstrakurikuler

4. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa

5. Nilai-nilai yang ditransmisikan dalam kegiatan ekstrakurikuler

6. Implementasi nilai tersebut

7. Pelaksanaan kegiataan ekstrakurikuler

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

8. Interaksi yang terjadi di dalam kegiatan ekstrakurikuler

a. Antara sesama anggota ekstrakurikuler

b. Antara pengurus ekstrakurikuler dengan anggota ekstrakurikuler

c. Antara seluruh pengikut ekstrakurikuler dengan kelompok di luar

ekstrakurikuler tersebut

9. Mekanisme pengambilan keputusan dan brainstorming

a. Ketika rapat berlangsung

b. Ketika ada masalah internal atau eksternal

Faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut

c. Kerjasama di dalam kegiatan ekstrakurikuler

10. Peraturan yang ada dalam ekstrakurikuler

a. Peraturan tertulis

b. Peraturan tidak tertulis

11. Mekanisme reward & punishment dalam ekstrakurikuler

12. Mekanisme evaluasi terhadap hasil keputusan

13. Kontribusi anggota dan pengurus ekstrakurikuler

14. Peran guru dalam kegiatan ekstrakurikuler

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Lampiran 2

Pedoman Wawancara Guru

1. Makna RSBI

2. Tujuan RSBI

3. Kurikulum yang digunakan di dalam kelas

a. KTSP

b. Kurikulum Cambridge

4. Proses belajar mengajar di dalam kelas

5. Pandangan pihak guru terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

6. Harapan guru terhadap kegiatan ekstrakurikuler siswa

7. Peran guru dalam kegiatan ekstrakurikuler

a. Secara langsung dan tidak langsung

8. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi pihak sekolah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Lampiran 3

Pedoman Observasi

1. Mengamati kondisi tempat mereka melakukan kegiatan ekstrakurikuler

2. Mengamati bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain di dalam

ekstrakurikuler

3. Mengamati kegiatan yang mereka lakukan di dalam ekstrakurikuler

4. Mengamati peran-peran yang ada dalam ekstrakurikuler

5. Mengamati bagaimana peran dari pihak sekolah atau pembina selama kegiatan

ekstrakurikuler

6. Mengamati peran alumni dalam kegiatan ekstrakurikuler

7. Mengamati penerapan sanksi bagi anggota yang melanggar

8. Mengamati pola relasi antara anggota ekstrakurikuler dengan alumni

9. Mengamati pola relasi antara anggota ekstrakurikuler dengan pihak sekolah

atau pembina

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 1 (AM)

Siswa RSBI XII IPA

Ekstrakurikuler Futsal

Tanggal wawancara: 28 Maret 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Sekarang kelas berapa?

I: XII IPA kak

P: Waktu kamu masuk ke sekolah ini sudah ada program KI?

I: Iya, sudah ada

P: Kenapa ga ngambil program itu?

I: Maunya reguler sih. Kalau KI itu biayanya tinggi banget

P: Motivasinya apa sih ambil program reguler daripada KI?

I: Karena sekolah ini namanya bagus ya jadi dengan itu kan masuk

universitas lebih tinggi peluangnya sama bahan-bahan ajaran di sini

lebih bagus dari SMA lain

P: Kamu dari SMP mana emang?

I: Dari pesantren

P: Ohh dari pesantren. Dimana pesantrennya?

I: Di Kuningan, Jawa Barat

P: Kenapa milih SMA negeri?

Lampiran 4

I: Ehm… itu… Kalo keluar dari pesantren disuruh masuk sini.

P: Disuruh siapa?

I: Sama orangtua

P: Harus di sini gitu sekolahnya?

I: Iya, kan paling deket juga di sini.

P: Rumahnya di sekitar sini?

I: Iya, di Jakarta Utara juga

P: Kamu sendiri dengan masuk program ini ada harapan gitu ga sih?

I: Pengennya sih walaupun ga masuk kelas internasional tapi

kemampuan saya juga lebih baik. Lebih ngerti pelajaran aja kan sekolah

ini juga kualitasnya bagus

P: Terus ngerasa ngerti nih? Kan kamu udah hampir 3 tahun juga

sekolah di sini

I: Ehm..lumayan sih kak. Tergantung guru sebenernya jelasinnya gimana

ke kita

P: Pas masuk sini ada tes ga sih?

I: Waktu itu sih dari NEM doang kalo angkatan saya.

P: NEMnya berapa waktu itu?

I: 37,10. Itu 4 pelajaran, ada matematika, bahasa Indonesia, bahasa

Inggris, sama IPA.

P: Kalau untuk angkatan di bawah kamu gimana?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Kalau untuk adik kelas sih ada dua seleksi masuk dari offline sama

online. Kalau yang daftar offline itu ada beberapa tes sama nilai raport

rata-ratanya harus 75. Kalau online cuma dari NEM aja.

P: Ada tes apa saja tau ga?

I: Ehm… ada test psikotest, komputer, tes mata pelajaran sama ada

wawancaranya juga.

P: Mata pelajarannya apa aja?

I: Matematika, IPA, bahasa Indonesia sama bahasa Inggris

P: Ohh gitu ya. Terus kalau guru ngajar di kelas gimana sih?

I: Enak sih. Tapi sekarang tuh sistemnya ga cuma guru doang yang nyari

tentang bahan ajar. Kita juga nyari sendiri. Misalnya, nyari bahan buat

presentasi jadi kita diajarin supaya bisa presentasi gitu, ga cuma nerima

omongan guru di dalam kelas.

P: Terus fungsinya guru apa?

I: Guru buat ngebimbing sama ngarahin sama kalau ada yang ga ngerti

dia yang ngejelasin.

P: Terus kalau ada materi baru nih dari guru. Si guru ini nantinya

nerangin dulu atau nyuruh siswa buat presentasi?

I: Tergantung gurunya. Ada guru yang pertama langsung bagi-bagi

kelompok buat presentasi. Ada yang jelasin dulu baru bikin per

kelompok. Biasanya yang ngejelasin duluan itu guru matematika, kalau

yang nyuruh kita aktif itu guru kimia.

P: Lebih nyaman yang mana?

I: Yang ngejelasin dulu sih. Kebetulan gurunya juga enak jadi kita

sebagai siswa juga ngerti apa yang diajarin. Kalau yang dari guru kimia

kan siswa disuruh aktif tapi akhirnya jadinya itu yang pinter makin

pinter yang biasa makin biasa aja. Kalau mau belajar sendiri baru bisa.

Tapi selama ini ngerti-ngerti aja sih sama yang diajarin guru.

P: Kalau ada materi yang ga ngerti, biasanya langsung nanya ke guru

dulu atau ke teman aja?

I: Ke temen dulu sih biasanya. Abis kalau sama guru jarang ketemu,

kalau sama temen kan setiap hari ketemu di kelas jadi bisa langsung

nanya ke temen yang ngerti.

P: Ada temen yang suka pelit gitu ga sih buat ngajarin materinya.

I: Untungnya sih ga ada di kelas yang kaya gitu.

P: Fasilitas yang biasanya dipakai guru buat jelasin materi di dalam kelas

apa?

I: LCD sih biasanya. Biasanya juga ada guru yang bawa laptop

P: Antara guru yang nerangin pelajaran di papan tulis jadi mereka nulis

langsung gitu sama yang nerangin dari power point lebih ngerti dan

nyambung yang mana?

I: Lebih enak papan tulis sih sebenernya. Abisnya aneh gitu kalau dari

power point terutama pelajaran eksak. Saya kan eksak ya. Tiba-tiba di

LCD udah ada aja rumusnya tapi ga tahu darimana asalnya. Udah ada

akhirannya aja. Jadi bingung gitu. Kalau dari papan tulis kan si guru

bener-bener ngejelasin proses dan siswanya juga jadi lebih ngerti. Tapi

ya itu kadang si guru kaya cuma nugasin siswa buat presentasi gitu. Jadi

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

kita dibagi-bagi kelompok terus presentasi deh. Itu juga bikin ga ngerti

kadang.

P: Terus kalau udah selesai ujian di sekolah nih, nilainya bakal dikasih

tahu guru ga?

I: Iya, nilainya dikasih tahu. Biasanya lewat web sekolah gitu jadi kita

tinggal masukin account kita. Soalnya kalau di tempel di papan

pengumuman takut hilang.

P: Guru sebelumnya ngasih tahu ga cara penilaiannya gimana?

I: Ngasih tahu. Jadi nanti berapa kali ulangan terus dibagi berapa gitu.

P: Waktu awal masuk mata pelajaran, guru ngejelasin ga materi yang

mau diajarin buat semester ini apa saja?

I: Paling kalo pertama kali baru masuk itu perkenalan kan, terus dikasih

tahu ini standard apa aja yang harus dipelajarin sama bagi kelompok

baru deh mulai belajar.

P: Suka ada pendapat dari siswa ga tentang penilaian atau materi?

Misalnya si siswa ngasih tahu lebih baik A saja, kaya gitu. Ada ga?

I: Pernah ada sih waktu itu guru biologi jarang nerangin secara langsung.

Jadi gurunya itu jelasin pake DVD gitu. Kalo biologi kan harus detail ya

nah kalo cuma nonton tuh ga terlalu dapet maksud pelajarannya. Jadi

kita ngomong ke gurunya kalo bisa jangan pake video lagi, diajarin

secara langsung dan detail aja.

P: Gurunya nerima?

I: Iya, terima aja gurunya

P: Ohh gitu ya. Terus selama ini ada hambatan ga selama belajar

mengajar di kelas?

I: Ga terlalu sih paling kaya tadi kalo ada yang ga ngerti dan masalah

diomongin langsung aja ke gurunya. Kalau ada pelajaran yang ga ngerti

bisa juga ke ruang guru langsung buat nanya.

P: Kamu sama temen-temen sekelas tuh gimana?

I: Kita termasuk akrab kok. Ngecengin anak-anak ya biasa buat

bercandaan doang. Sama anak RSBI yang lain juga deket sih kita suka

main bareng. Tapi memang lebih sering main sama temen sekelas. Ga

ada musuhan gitu sama RSBI yang lain

P: Akrabnya gimana sih kalian?

I: Ya, jadi gimana ya…mungkin karena udah cocok kali ya satu kelas

jadi ngerasa deket aja.

P: Kalau sama kelas KI gimana?

I: Kelasnya dipojok sih mereka jadi susah kalau mau ngobrol. Ga terlalu

berbaur sama yang lain. Paling kalau kenal ya cuma kenal gitu doang, ga

pernah nongkrong bareng gitu, ga pernah. Ga ada temen deket juga di

KI, biasa aja. Saya nganggep mereka juga biasa aja sih sebenernya ga

ada yang beda-beda gitu ga ada. Biasa aja. Ruang gerak KI tuh kayanya

buat sesama KI aja gitu.

P: Kalau lagi jam istirahat gimana? Kan sama tuh kalau masalah jam

istirahat

I: Gimana ya? Merekanya emang jarang gaul gitu sih.

P: Tapi ada kenalan di KI?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ya, ada sih tapi ga tw ya ujung-ujungnya ga bisa deket

P: Kok bisa?

I: Ehm kenapa yaa… merekanya juga kayanya gitu sih…maksudnya

emang susah sih. Kelas mereka jauh gitu kan ga gabung sama kita yang

RSBI. di ekskul juga mereka kadang-kadang jarang latihan

P: Kalau dari segi fasilitas gimana?

I: Beda sih. Kalau di KI kan ada komputer, printernya juga di situ.

LCDnya juga beda. Kalau di kita kan cuma pake screen warna putih

kalau di mereka tuh kaya yang dipake di kantor-kantor gitu.

P: Ada lagi?

I: Sama pengajar sih. Kalau mereka kan ada yang bule, yang native gitu.

P: Tadi kan bilang kelas KI jauh gitu ya. Memang kelas 3 ruangannya di

mana sih?

I: Kita di lantai 3 semua kecuali kelas KI, dipojok lantai 2 bareng sama

kelas 2.

P: Di sini KI ada berapa kelas?

I: Jadi ada 3 kelas. Itu untuk kelas 1 sampai kelas 3.

P: Kalau menurut kamu bedanya KI sama kelas reguler apa?

I: Kan kalau KI lebih ditunjang sama sekolah tuh. Pake kurikulum

Cambridge juga. Kalo kita kan pake KTSP ya

P: Bayaran sekolah kamu berapa sih?

I: Kalau di angkatan saya Rp. 350.000 tapi angkatan di bawah saya Rp.

600.000

P: Wah beda jauh ya…

I: Iya, mungkin karena sekarang ada CCTV kali tuh.

P: Ada manfaatnya ga sih pake CCTV?

I: Ga ada sih. Mungkin itu buat ngontrol keadaan kelas aja kalau ada

yang bercanda nanti disamperin ke atas.

P: Yang ada CCTV tuh di lantai berapa?

I: Di lantai 3. Anak kelas 1 di situ.

P: Terus kamu deket gitu ga sama guru? Sering ngobrol gitu misalnya

I: Paling kalaupun ngobrol tetep harus sopan, ga yang terlalu deket juga

sih. Nah guru juga ngajarin siswa kaya gitu. Kesopanan. Jadi kalaupun

nilai kita bagus tapi dirasa ga sopan ya nilainya tetep jelek. Karena guru

yang nilai kaya gitu. Jadi kalau siswa dianggap guru nilai kesehariannya

kurang ya nilainya ga akan dibagusin.

P: Memang nilai keseharian yang kurang itu kaya gimana?

I: Ya misalnya dia jarang masuk sekolah, sering ga merhatiin kalau guru

jelasin.

P: Terus kalau misalnya lagi sama temen apa sih yang kamu dapet dari

bareng-bareng sama mereka?

I: Ya paling informasi gitu sih. Kaya misalnya informasi tentang tes

sama TO. Dari temen juga kebersamaannya juga lumayan jadi ya kita

ngasih tahu aja kalo ada info kaya gitu.

P: Terus hal-hal yang sudah kamu dapetin dari guru sama temen

diaplikasiin kemana?

I: Ya paling dilakuin ke luar sekolah. Kaya misalnya di rumah atau sama

temen-temen luar sekolah gitu. Kaya kalau guru kan ngajarin tentang

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

kesopanan tuh yaudah dicoba dijalanin aja sehari-hari. Terus

kebersamaan juga. Jadi tuh kalau sama orang lebih mau nolong aja

jadinya.

P: Biasanya yang ngadain TO dari mana saja?

I: Baru-baru ini dari Gunadarma terus sekolah kan kerjasama sama

Makara tuh jadi ya dari Makara aja palingan. Terus hari sabtu juga suka

ada Sabtu Ceria. Jadi kaya penambahan materi gitu di hari sabtu. Jadi

kan kalau di situ kita bahas soal UN atau SNMPTN jadi ngerasa lebih

ngerti aja sama materi. Jadi kalau Sabtu Ceria itu kita dibagi-bagi

kelompok dan disuruh ngerjain soal. Nanti kelompok lain tuh beda

soalnya. Jadi masing-masing dari kita punya kewajiban buat nyelesaiin

soal. Kalau udah selesai nanti ngajarin yang lain karena soalnya kan

beda.

P: Kamu ikut bimbel juga?

I: Ikut, di NF. Deket lha dari sekolah

P: Terus kamu sering pake fasilitas dari sekolah?

I: Paling pake lab aja sama LCD kalau lagi presentasi.

P: Ikut ekskul apa?

I: Futsal

P: Kok bisa milih ekskul futsal?

I: Memang suka futsal sih.

P: Terus harapan kamu masuk di ekskul ini apa?

I: Buat nambah skill sih.

P: Waktu SMP ikutan futsal juga?

I: Waktu SMP sih bola sama basket. Kalo bisa sih pengen jadi pemain

bola juga.

P: Suka olahraga ya kamu?

I: Lumayan sih kak

P: Dari kapan suka olahraga?

I: Ehm...udah lama sih. Kan suka main sama temen-temen. Main futsal

atau basket gitu kita

P: Ohh jadi awalnya karena main dulu sama temen?

I: Iya, terus kebawa sampai sekarang

P: Sekarang masih suka ngumpul sama anak-anak futsal?

I: Iya, masih sering.

P: Ngapain aja biasanya?

I: Ya banyak sih..ngobrol, ngomongin futsal sekarang kaya gimana

P: Biasa latihan hari apa kalau futsal?

I: Biasanya itu hari senin sama rabu. Tapi karena sekarang kelas 3 udah

ga boleh terlalu aktif.

P: Latihannya biasa di lapangan sekolah aja?

I: Iya, sama paling kalau iseng suka nyewa di luar juga supaya waktu

barengnya jadi lebih banyak.

P: Berarti deket sama anak-anak futsal?

I: Iya, kita deket dan kenal semua. Kalau ketemu di jam sekolah juga

suka ngobrol.

P: Ada anak KI juga ga di futsal?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Kalau yang angkatan tahun lalu sih ada. Angkatan yang di bawah saya

ga ada. Angkatan saya ada 2 orang.

P: Terus dia kalau di ekskul gimana?

I: Ngobrol sih. Kalau di ekskul udah akrab. Tapi ya paling kaya gitu

doang ngobrolnya

P: Maksudnya?

I: Ya..biasanya sih paling karena di ekskul aja ngobrolnya. Ga terlalu

akrab kaya anak RSBI yang lain. Jadi tuh..ehm… kalo di ekskul juga

anak KI sama kita sebatasnya aja ngobrol. Mereka juga rata-rata jarang

aktif di ekskul. Yang ikut ekskul rajin tuh jarang, yang baur sama kita

apalagi..jarang banget. Sisanya yaudah main sama anak KI juga

P: Kalau misalnya di jam pelajaran kan udah ga ada atribut ekskul,

interaksinya gimana sama mereka?

I: Kalau ketemu ya tegur aja palingan.

P: Di luar sekolah, suka nongkrong gitu juga sama mereka?

I: Ga sih mungkin karena cewe. Kalau cowo mungkin akan banyak

ngumpul

P: Pernah ada masalah atau konflik internal gitu ga?

I: Ga pernah sih. Paling dulu ada waktu senior saya yang sekarang sudah

alumni. Jadi dulu tuh renggang satu angkatan futsal. Jadi…apa ya…

sempet ga ada yang wakilin di lomba setahun karena musuhan itu. Tapi

angkatan selanjutnya udah ga ada masalah lagi. Itu juga masalah selesai

karena ada alumni yang bantuin. Katanya sih itu masalahnya karena ada

yang banyak gaya gitu jadi ada yang ga suka, ribut deh satu angkatan.

Kalo sekarang sih udah ga. Ehm… terus kan kita sekarang ketuanya

enak gitu lah… jadi ga ada berantem-berantem. Lagian kita kalau milih

ketua futsal juga diomongin dulu sama semua anggota terus kalau udah

kepilih nanti anaknya ditanyain mau atau ga jadi ketua futsal. Kalau mau

ya ga apa-apa kalau ga mau juga ga apa-apa. Nanti kalau dia ga mau

pilih calon yang lain. Yang dipilih jadi ketua futsal juga dipilih anak

yang…apa ya…yang dikira-kira bisa gitu buat mimpin ekskul.

P: Penunjukkannya gimana buat jadi ketua?

I: Jadi yang nunjuk itu senior. Dipilihlah yang rajin latihan sama yang

bisa dipercaya.

P: Terus nanti bakal ada rapat anggota lagi atau gimana?

I: Itu sih kaya diskusi biasa. Jadi kalau anak futsal kan sering ngumpul

jadi yaudah mungkin diliat dari ngobrol-ngobrol gitu nanti bakal keliatan

bibit yang pas buat jadi ketua futsal. Nanti yang rapat ya antar senior

dulu buat mutusin siapa ketuanya yang cocok.

P: Kalau ada rapat gitu ada pihak yang paling sering ngomong ga sih?

I: Ketua sih paling sama alumni juga. Jadi tuh alumni ibaratnya kaya

tetua gitu. Kasih saran. Alumninya kan enak, nyatu, jadi ya ga masalah,

dia juga ngerti kan sama masalah futsal.

P: Itu setiap rapat alumni dateng atau karena masalah tertentu aja?

I: Terserah dia sih. Kalau ga bisa dateng ya ga apa-apa.

P: Biasanya ketua yang hubungin alumni?

I: Iya, ketua.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Tapi sering dateng ga diundang gitu ga sih? Maksudnya ya dateng aja

terserah mereka, ga usah pake diundang sama ketua ekskulnya

I: Lebih sering kaya gitu sih kayanya. Ga pake diundang ya kalau

misalnya kita ada jadwal latihan dan mereka bisa dateng ya..ga apa-apa..

P: Ga apa-apa ya alumni masih dateng kaya gitu?

I: Ga apa-apa sih. Sebenernya kan mereka juga dateng itu kaya bantu

kita gitu. Kasih saran. Mendingan A, mendingan B gitu.

P: Anggota lain sama pengurus ngikut aja atau gimana?

I: Ga juga sih. Kita omongin lagi sama antar anggota enaknya gimana

gitu.

P: Terus anggota yang lain gimana kalau lagi rapat?

I: Ya kita kasih saran, baiknya begini..begini. Kan biasanya yang jadi

pengurus anak kelas 2 nanti seniorlah yang ngasih saran.

P: Kalau pemilihan ketua alumni ikutan juga ga?

I: Ga sih. Itu dari kitanya aja. Senior terutama

P: Pernah ada masalah sama alumni ga sih?

I: Ga sih kak. Kita kan masih juniornya mereka ya. Ya dihormatin aja

merekanya. Gimana sih kalo sama yang lebih tua..kaya gitu. Kita juga

kan sebenernya makasih sama mereka masih mau repot ngurusin kita

P: Terus tanggepan alumni sama anak KI yang kurang baur gimana?

I: Gimana ya..ehm.. mereka juga ga bisa buat banyak sih kak. Jadi

yaudah didiemin aja sama mereka

P: Ehm kalian sesama anggota futsal pernah ga sih rapatin masalah ga

baurnya anak KI di futsal? Bukannya ga baur ya mereka, kurang gitu lha

maksudnya.

I: Ga pernah sih kak. Kita juga mau gimana ya...kalo di ekskul kan

emang akrab tapi ya sebates ngomongin masalah ekskul aja. Terserah

anaknya juga sih mau ikut baur apa ga sama kita. Kita sih termasuk

santai sebenernya.

P: Ada rapat rutin gitu kalau di futsal?

I: Ga ada sih. Paling kalau mau ada lomba aja baru tuh rapat. Diomongin

lha segala keperluan buat lomba gimana. Sambil ngobrol-ngobrol lama

gitu.

P: Pernah ikut lomba dimana?

I: Banyak sih, misalnya di 68, di Jayabaya, 21. Banyak lha. Menang juga

banyak kita. Dari juara 1 sampai juara 3 udah pernah juga kita.

P: Yang kamu dapet dari ikutan lomba itu apa?

I: Apa ya… ehn… banyak sih sebenernya. Bisa dapet temen baru dari

banyak sekolah kan, bisa nambah skill sama pengalaman juga di lomba

kaya gitu. Terus apa lagi ya.. ehm paling kitanya jadi biasa gitu kalo

main di depan banyak orang.

P: Kalo di futsal sendiri antara pengurus ekskul sama anggota biasa

gimana?

I: Kita sama aja sih kak. Maksudnya ya baik juga. Kalo latihan ya latihan

bareng juga.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Kalau antar ekskul di sekolah ini gimana? Suka ada persaingan sendiri

ga sih?

I: Kalau dari futsal sih deketnya sama basket. Ya paling kalau ditanya

kita memang lebih sering ngobrol dan main sama anak basket. Kalau

sama ekskul lain ga terlalu deket sih. Kalau sama basket sering ikut

lomba bareng jadi ya otomatis waktunya jadi lebih banyak buat ngobrol.

Terus ya suka nontonin mereka juga buat jadi supporter lomba.

P: Kalau dari pihak guru sendiri buat ngebantu ekskul itu gimana sih

perannya?

I: Kalau guru sih sejauh ini ya setuju-setuju aja asal jangan ganggu

pelajaran. Kalau pulang sekolah juga kan biasanya ada jadwal ekskul tuh

nah kita juga ga boleh terlalu sore.

P: Kalau sama pembina gimana?

I: Sering ngobrol sih, deket gitu. Cerita-cerita. Ya paling kalau ada

lomba ya kita ajakin juga.

P: Kalau ada masalah di ekskul gimana? Pembinanya ikutan ngasih

saran atau kaliannya cerita ke Pembina?

I: Ehm.. kalo masalahnya internal ya..kaya ada anak yang jarang latihan

itu kita selesaiin sendiri. Kalo ke Pembina itu biasanya masalah yang

hubungannya sama sekolah. kaya misalnya ijin buat lomba, minta dana

gitu buat ekskul

P: Pembina sejauh ini ngebantu?

I: Untungnya sih ngebantu kak. Enak pembinanya kan. Guru olahraga

kita juga jadi kalo lagi olahraga juga suka sambil ngomongin ekskul lah

P: Pernah ada masalah sama Pembina?

I: Ga ada sih kak. Masih baik aja kita sama pembinanya. Mungkin

tergantung pembinanya juga kali ya. Soalnya kan ada yang pembinanya

ga terlalu ngurusin atau malah kaya ngeberatin anak ekskulnya

P: ngeberatin gimana?

I: Ya…itu misalnya kalo mau ikut lomba kita ngurusnya repot,

pembinanya ga ngebantu buat ngelolosin dari sekolahnya. Terus masalah

dana ekskul. Kalo ngajuin ke sekolah juga ga dibantu. Ada lah yang

kaya gitu.

P: Ada hambatan ga di ekskul ini?

I: Ga ada sih. Alumni tuh banyak bantu. Kalau ke sini suka kasih

masukan karena mereka kan tingkatnya udah lebih tinggi. Kalau di

kuliah kan atmosfernya lebih tinggi jadi mereka ngasih tahu kalau main

jangan panik kalau panik permainannya hilang. Dikasih tahu ambil

tempo tuh gimana. Kalau di futsal kan dalam hitungan detik formasi bisa

berubah.

P: Kan jadwal dari sekolah sampe jam 5 ya? Kalau yang ekskul belum

pada pulang gimana?

I: Jadi nanti tuh ada bel buat bubarin siswa kalau sudah jam 5 jadi sudah

ga ada aktivitas lagi. Kalau misalnya ada lomba kita minta izin dulu ke

pihak sekolah jadi nanti waktu buat latihannya bisa diperpanjang.

P: Kalau ada junior kamu lagi ada lomba gitu suka ikutan nonton ga?

I: Iya, datang buat dukung mereka. Alumni juga suka datang.

P: Terus yang kamu dapet selama ini dari ikut ekskul apa?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ehm… saling percaya. Futsal kan mainnya dalam tim dan tiap orang

punya posisinya masing-masing jadi harus bisa saling percaya aja. Sama

juga pengalamannya. Dari ikut lomba di sekolah lain jadi kenal kan

sama anak-anak di sana. Jadi banyak temen. Sama temen satu ekskul

juga akrab kita. Ada kebersamaannya, gotong royong gitu.

P: Kebersamaannya kaya gimana emang?

I: Ya itu lah.. kalo ada masalah kita sama-sama nyelesaiin bareng. Ya

susah seneng bareng lah. Kalo menang lomba juga seneng bareng

P: Kalau ada masalah di futsal terus nyelesaiinnya tuh gimana antar

anggota?

I: Diajakin ngumpul gitu, bisa ngumpul di rumah siapa gitu buat

diomongin masalahnya gimana. Oya biasanya tuh masalah kita uang

buat lomba. Kadang-kadang kita patungan aja. Alumni juga suka bantu

karena kan ada yang udah kerja jadi bisa bantu dana.

P: Biasanya tuh yang faktor yang paling sering bikin masalah di futsal

apa selain dana tadi?

I: Kan biasanya kalo di futsal ada ketua, ada wakil, sama sekretaris nah

ini tuh yang kerja cuma ketua doang atau wakil doang. Jadi mereka suka

ngambek-ngambek gitu lha karena ada yang magabut, ga kerja. Tapi ya

nanti diomongin harus bagi-bagi kerjanya gitu. Angkatan di bawah saya

tuh yang sering masalah kaya gitu, angkatan saya untungnya ga kaya

gitu.

P: Kamu sering ikutan rapat futsal pas udah kelas 3?

I: Kalau misalnya angkatan saya ada yang dateng ya saya pasti dateng.

P: Kalau dari pihak sekolah sendiri gimana ke ekskulnya?

I: Dapet uang jalan dari sekolah kalau misalnya mau lomba.

P: Cukup uangnya?

I: Ya ga sih… paling kita cari dana sendiri aja sama yang lain

P: Ngapain cari dananya?

I: Ya itu..paling dibantu sama alumni terus kitanya patungan juga

P: Terus kalau hadiah dari lomba gimana?

I: Nah kalau hadiah sih dapet sendiri-sendiri yang penting pialanya

ditaruh di sekolah. Ada juga di rumah saya hehehe karena lupa naro di

sini.

P: Ada peraturan gitu ga di futsal?

I: Kalo di futsal sih yang penting rajin latihan aja. Nanti kalau kira-kira

rajin dan kira-kira mainnya nyatu dipanggil buat lomba. Apa lagi ya?

Terus ini sih ga boleh telat.

P: Jadi bisa buat motivasi gitu ya..yang rajin dateng dipanggil buat

lomba..

I: Salah satunya sih gitu kak. Kan kalo ikut lomba ada untungnya lah.

Gitu…

P: Itu dari awal si senior ya ngasih tw ke kalian gitu?

I: Ehm..jadi dulu gini…pas awal masuk ekskul itu kan biasanya kita ada

ngumpul gitu sama senior sama anggota baru. Jadi dikumpulin. Terus

perkenalan lah sama senior sama anggota baru semua. Biar kenal gitu.

Nah nanti di situ seniornya ngasih tahu peraturan di sini apa aja. Kaya

gitu…

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Terus junior pernah ada ga sih kaya protes…bukan protes sih…tapi

kaya ngasih saran misalnya enaknya kaya gimna

I: Ga sih kak…kita kan dulu masih baru ya jadi ya ngukutin aja apa kata

senior. Gitu sih…

P: Kalau ada yang ngelanggar peraturan gimana?

I: Pernah ada anak yang sebenernya dia masuk ke tim lomba tapi jarang

ikut latihan gitu jadi kita tegurlah dia masih mau jadi tim lomba atau ga

atau nanti bakal dicoret namanya dari tim.

P: Terus dari anaknya gimana?

I: Ya akhirnya dia jadi rajin dateng sih

P: Si seniornya ngasih tahu Cuma di awal doang?

I: Ga sih.. kalo misalnya nih kita lagi ada jadwal latihan terus ada yang

telat kan…nah itu nanti juga ditegur sama senior. “abis ngapain?” “kok

telat?” kaya gitu.

P: Banyak yang telat?

I: Ya awal-awal sih banyak tapi ga tw nih lama-lama jadi ga telat aja.

Sadar kali ya anaknya

P: Ada anak yang sering jarang latihan gitu ya?

I: Iya, lumayan lah. Pasti ada di tiap ekskul juga yang jarang latihan mah

P: Terus itu gimana?

I: Kalo kita biasanya diomongin dulu ke anaknya. Alesannya itu kenapa

ga ikutan latihan. Terus kalo dari anaknya masih tetep males yaudah kita

diemin aja deh.

P: Ga sampe dikeluarin dari ekskul?

I: Ga sih kak. Yang penting kita udah ngomong baik sama anaknya kalo

dari tanggepan dari anaknya kaya gitu yaudah berarti dia emang ga niat

sebenernya

P: Cuma numpang ordik?

I: Hahaha…bener tuh kak. Banyak kasus yang Cuma numpang ordik

doang

P: Sebelum ngomong ke anaknya, kalian ngadain rapat gitu ga sih?

I: Bukan rapat sih…kesannya serius banget…ehm ya diomongin aja

sama anggota yang lain. “Nih gimana anaknya jarang latihan”

gitu…terus yaudah kita bahas enaknya mau digimanain ini anaknya.

P: tapi kalo ada anak yang males dateng gitu di ekskul terus pas jam

sekolah gimana?

I: Ehm.. jadi kaya agak canggung sih. Maksudnya kan kita tahu kan ya

anak itu kaya gimana di ekskul…males-malesan gitu.

P: Kalo dari senior sendiri suka ngelanggar peraturan juga ga sih? Kaya

tadi misalnya, jarang dateng sama telat

I: Ehm.. ga sih kak kayanya. Kalo telat ya ada lah yang telat pasti. Tapi

kalo udah senior biasanya mereka sih rajin dateng. Mungin itu dulu

mereka emang yang aktif kali ya jadi sering nemenin kita latihan, masih

ngurusin kita. Kalo yang dulu pas masih jadi junior merekanya ga

pernah dateng ya sampe sekarang juga ga pernah dateng. Jadi kaya

seleksi alam gitu kali ya kak. Yang senior rajin emang dari dulunya dia

rajin

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Dari tim futsal suka ada apresiasi gitu ga sih sama anak yang

berprestasi di ekskul ini?

I: Kalau kita kan mainnya tim ya jadi paling kalau gitu ada anak yang

dapet best player di lomba atau top scorer. Kalau kaya gitu kan nanti

anaknya langsung yang dapet uang dari lomba.

P: Terus dari sekolah kalau ada ekskul yang baru menang lomba ada

apresiasi gitu?

I: Diumumin di upacara. Udah, itu doang.

P: Kamu kaya ngerasa bangga gitu ga sih bisa masuk ekskul futsal?

I: Ehm… gimana ya. Lumayan sih. Kan gini soalnya, anak futsal lebih

dipandang lha sama anak-anak lainnya

P: maksudnya dipandang tuh kaya gimana?

I: Iya, jadi kaya gimana ya … ada lha kaya ngerasa lebih eksis gitu kalo

masuk futsal

P: Ohh..ada kaya gitu ya di sini…kok bisa dianggep kaya gitu sama

anak-anak?

I: Ehm.. iya saya juga ga ngerti sih awalnya kaya gimana. Tapi tuh kalo

anak futsal emang kaya dianggep lebih gaul gitu

P: Dari awal kamu masuk futsal udah ada kaya gitu?

I: Ya..dari omongan anak-anak aja sih. Anak futsal tuh kaya

gini..gini..yang kaya lebih eksis terus lebih kaya apa ya… kesannya kaya

bandel gitu deh dianggepnya

P: Kamu bangga dibilang bandel gitu? hehehe

I: Ehm.. iya kali ya hehehe. Kaya dianggep jadi lebih eksis aja di

sekolah. terus kan kalo anak futsal tuh kesannya gaul gitu lha, lebih gaul,

lebih eksis di sekolah

P: Terus yang kamu raaian setelah masuk futsal tuh beneran kerasa lebih

bandel?

I: Sebenernya ga juga sih. Ga tw pasti juga sih kenapa dianggep kaya

gitu sama anak-anak. mungkin keliatan dari tampangnya anak futsal

kaya senga gitu kali ya hahaha. Tapi ya sebenernya kita ga yang bandel

yang kaya suka berantem tuh ga sih.

P: Oh.. waktu awal kamu masuk futsal udah ngincer supaya eksis juga?

I: Itu kaya lebih sekalian gitu sih kak. Saya kan emang suka futsal jadi

begitu tahu anak futsal dianggep lebih eksis yaudah sekalian aja deh

P: ekskul futsal doang atau gimana?

I: Ehm.. paling basket sama dance sih kak.

P: Terus kalian anak futsal kan emang lebih deket sama anak basket ya?

Tapi tuh emang seganknya emang kaya gitu? Sama anak-anak yang

eksis juga?

I: Kebawa sama ekskul sih. Maksudnya sama anak ekskul kaya dance

kaya gitu kadang di luar ekskul juga ikutan ngobrol juga. Deket sih,

lumayan.

P: Yang masuk futsal tuh jadinya anak-anak eksis semua?

I: ya jadi ikutan eksis juga hehehe. Nih yang tadi misalnya ga terlalu

keliatan lha di sekolah pas masuk futsal atau basket gitu jadi kebawa lha

eksisnya. Tapi rata-rata yang masuk ekskul ini sih emang yang udah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

eksis gitu lho kak. Kaya udah bawaannya. Mungkin karena minatnya

sama juga jadi yaudah ikutan futsal deh jadi tambah eksis aja itu

anaknya

P: Kalo menurut kamu ya anak yang masuk futsal tuh emang karena

suka atau karena ngejar eksisnya sih?

I: Karena suka sih kayanya. Futsal kan emang identik sama olahraga

cowo ya jadi rata-rata mereka emang suka futsal juga. Ya bonusnya itu

kaya jadi lebih eksis aja di sekolah. Tapi ada juga sih lha anak yang

emang ngerasa pengen lebih eksis terus makanya masuk futsal atau

basket gitu

P: Sejauh ini enjoy di ekskul ini?

I: Iya, enjoy kok.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 2 (LI)

Siswa RSBI XI IPA

Ekstrakurikuler Paskibra

Tanggal wawancara: 30 Maret 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Kamu kelas berapa sekarang?

I: Kelas XI IPA

P: SMPnya dari mana?

I: Dari 30 kak

P: Ada tes apa aja waktu masuk sini?

I: Kalau pas aku sih ada tes mata pelajaran gitu sama liat nilai nem juga

P: Waktu masuk sini udah tahu sebelumnya kalau ada program KI?

I: Iya, udah.

P: Tapi kamu lebih RSBI…

I: Iyaa…karena kayanya lingkungannya lebih enak RSBI karena

temannya itu bisa berubah-ubah dan beragam gitu kak. Kalau KI kan

sedikit. Tiga tahun bareng sama teman yang sama terus

P: Emang kalau menurut kamu sendiri KI itu kaya gimana sih?

I: Mereka kan emang belajarnya pake Cambridge kan ya terus katanya

bahasa Inggris gitu setiap pelajaran. Kalau di RSBI kan ga full Inggris.

P: Pelajaran apa yang biasanya pake bahasa Inggris kalau di RSBI?

I: Ehm… sebenernya sih semua pelajaran bisa tapi tergantung gurunya.

Sekarang emang udah mulai bilingual gitu

P: Dari kapan emangnya mulai bilingual?

I: Dari tahun kemaren sih.

P: Dari kamu kelas satu berarti ya?

I: Iya, dari aku kelas satu sih udah mulai bilingual gitu

P: Kalau harapan kamu sendiri ikut RSBI apa?

I: Ehm.. aku sih pengennya dengan dapet materi yang enak di RSBI aku

jadi lebih ngerti sama pelajaran juga. Gurunya sendiri kan juga enak ya

sejauh ini jadi ya bisa ngedukung lha. Terus jam pelajarannya juga

jarang yang kosong gitu, guru-guru pada masuk jadi materi ke isi terus.

P: Emang kalau KI banyak yang kosong?

I: Ga juga sih kayanya

P: Kalau sistem belajar di RSBI gimana?

I: Aku sih paling suka kalau ada guru yang ngajar tapi diselingin sama

bercanda-canda gitu jadi ga terlalu bosen. Suka ngobrol-ngobrol juga.

Ya ngelucu gitu jadi ga kaku deh suasana di kelas

P: Banyak guru yang ngajar kaya gitu?

I: Ada beberapa sih

P: Pelajaran apa biasanya yang kaya gitu?

I: Fisika sama biologi

P: Materi yang diajarin sama guru gimana?

I: Aku ngerti sih sejauh ini sama yang diajarin

P: Fasitlitas yang ada di dalam kelas apa aja sih?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ehm.. ada LCD, loker. Loker itu biasanya anak-anak nyimpen buku

pelajaran yang masih ada besok. Jadi ga dibawa pulang dulu

P: Biaya sekolah kamu berapa emangnya?

I: Angkatan aku Rp 600.000, dibawah aku juga segitu

P: Kalau anak kelas 3?

I: Anak kelas 3 lebih murah

P: Guru-guru tuh biasanya di kali pertama ketemu ngasih ga materi-

materi yang bakal dipelajarin selama satu semester?

I: Iya, jadi kalau awal semester si gurunya emang ngasih kaya jadwal

materi yang bakal mau dikasih ke kitanya apa aja

P: Kalau masalah nilai yang dikasih guru gimana? Tahu ga sih gimana si

guru bisa dapet nilai sekian gitu buat satu murid?

I: Intinya sih dari nilai ulangan sama nilai sehari-hari. Jadi ada berapa

kali ulangan ya nanti tinggal dibagi lagi aja sama jumlah ulangan

P: Terus kalau ada yang ga ngerti di dalam kelas gimana?

I: Bisa kok nanya gitu ke gurunya. Guru juga akan nerangin ulang

nantinya. Sejauh ini sih guru-gurunya ga masalah kalau ada yang mau

nanya. Tapi ada juga sih anak-anak yang lebih milih nanya ke temen

dulu

P: Guru-guru biasa pake fasilitas apa buat ngajar di dalam kelas?

I: Ehm… biasanya sih LCD sama papan tulis tapi lebih sering pake LCD

P: Papan tulis udah jarang?

I: Papan tulis kalau ngejelasin rumus-rumusnya

P: Kalau kamu sendiri lebih ngerti yang mana kalau guru ngajar?

I: Pake LCD gitu jadi sistemnya kaya guru presentasi. Kalau pake LCD

tuh lebih unik gitu dan langsung ke pointnya. Kalau dari papan tulis tuh

kadang ngebosenin aja. Soalnya kan cuma tulisan doang kalau di

presentasi kan enak gitu warna-warni

P: Kamu sama anak-anak KI gimana?

I: Ga terlalu deket sama anak KI. Ga kenal sama mereka gitu

P: Ga ada kenalan gitu di KI?

I: Kenalan sih ada tapi kalo buat ngobrol gitu jarang banget kak

P: Kalau di paskib sendiri gimana?

I: Di paskib ada anak KI tapi dari merekanya juga jarang ikutan latihan

gitu. Jadi tuh lingkungan KI ya di situ-situ aja. Biasanya sih gitu kak

P: Emang anak KI gimana sih?

I: Anak-anaknya biasa aja mungkin karena kurang komunikasi aja jadi

ya gitu… mereka juga jarang keluar kelas mungkin karena kelasnya

nyaman jadi kalau istirahat ya di dalam kelas mereka aja. Mereka kalau

keluar seperlunya aja

P: Kenapa ga coba komunikasi aja sama mereka?

I: Gimana ya..dari merekanya juga kayanya lebih nyaman sama anak KI

juga deh. Kalo kita anak RSBI kayanya gimana ya..ehm beda lah..lebih

gampang buat akrab gitu. mungkin karena kita kan dipencar-pencar gitu

kan dari kelas 1 sampai kelas 3 sekelasnya beda-beda terus jadi banyak

kenalan juga. Nanti bisa dari temen yang satu dikenalin sama yang ini.

kaya gitu..kalo mereka kan dari kelas 1 sampai kelas 3 sekelas terus kan

dan kelas mereka juga misah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Maksudnya misah?

I: Ehm..jadi anak KI itu dari kelas 1 sampe kelas 3 di lantai 2 semua.

Kalo kita kan ga ya yang anak RSBI. kelas 1 di lantai berapa, kelas 2 di

lantai berapa. Kaya gitu…

P: Emang fasilitas di dalam kelas KI ada apa aja?

I: Kalau KI ada komputernya gitu kalau RSBI ga ada kan. Mungkin

komputernya buat browsing mereka gitu kali ya

P: Tapi kalau sama temen-temen sekelas deket?

I: Deket kita mah. Di luar sekolah kadang kita juga ngumpul.

P: Ngapain?

I: Main aja sih biasanya. Nanti ke rumah salah satu temen terus main di

situ

P: Deketnya kaya gimana sih kalian?

I: Ehm.. kaya ngerasa enak aja sama temen-temen. Saling cerita kalo ada

apa-apa. Kompak ngadain acara gitu, jalan bareng kaya gitu lah

misalnya buat deketin kita lagi

P: Anak 30 banyak ya di sini? Terus kamu biasanya gabung sama temen-

temen SMP kamu atau sama temen SMA yang sekarang?

I: Sama temen SMA sih kak. Udah jarang gabung sama temen SMP

P: Kalau anak-anak sama guru gimana?

I: Yang penting sih jaga kesopanan aja terutama di kelas. Soalnya

kadang kalau di luar kelas ada beberapa yang udah kaya temen aja. Kaya

udah kenal lama

P: Kamu ada ikut bimbel?

I: Aku private di rumah sih. Ngerasa lebih enak private juga soalnya

lebih ngerti. Mungkin karena cuma sendiri doang jadi lebih jelas

P: Berapa kali seminggu?

I: Seminggu dua kali dan itu semua mata pelajaran yang penting gitu.

Nanti jadwalnya ganti-gantian aja

P: Mata pelajaran yang penting tuh kaya apa?

I: Yang eksak gitu

P: Apa sih yang kamu dapet selama ini dari temen-temen kamu?

I: Kekompakannya kak… kan suka bandel-bandel gitu ngerjain gurunya.

Kadang kalau ada tugas tapi kalau kita semua belum pada ngerjain ya

kita bilang aja ke gurunya kalau ga ada tugas. Terus temen-temen di sini

tuh asik aja. Saling ngebantu gitu lah intinya. Akunya juga nyaman sama

mereka

P: Kalau dari sisi guru sendiri apa yang kamu dapetin?

I: Kesopanan paling sih kak. Kalau ada anak yang bandel nih di kelas

nanti gurunya nasehatin itu anak tapi masih pake bahasa yang sopan

juga. Kitanya juga jadi segan kan ke mereka. Paling gurunya juga bilang

gini “Kalau mau ngobrol, ngobrol aja dulu biar saya yang diem”.

Diterapin lah kesopanan itu. Di luar sekolah pasti kepake kan itu

kesopanan. Kalau lagi ada acara-acara gitu juga dipake. Kaya misalnya

merhatiin orang ngomong.

P: Terus kamu sendiri milih paskib kenapa?

I: Awalnya sih iseng aja masuk ngikut temen eh keterusan jadinya

P: Ga terpaksa kan tapi sekarang?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ga sih… jadi malah suka sekarang

P: Kamu ngikut terus latihannya?

I: Kalau lagi bisa ya aku ikut latihan aja kak.

P: Tiap hari apa aja sih latihannya?

I: Jumat kak

P: Berapa lama?

I: Ehm..dari jam 3 sampai jam 5

P: Kalau ada anak yang ga latihan gimana ditegur ga sama paskibnya?

I: Ga sih asal udah izin ke kitanya

P: Kalau ga izin?

I: Kita tegur anaknya sih terus dikasih tahu kalau mau pergi atau apa izin

dulu ke kita

P: Kalau ada yang ga izin gimana?

I: Pas latihan besoknya kita tanya kenapa ga dateng. Terus kita kasih tw

lagi supaya kalo ga dateng izin ke kitanya

P: Ada batas maksimal gitu ga sih bolos berapa kali latihan?

I: Ga ada sih kak

P: Pernah ada kasus anak paskib yang keluar?

I: Biasanya kalau mau ngeluarin diri itu sebelum…sebelum 17 Agustus.

Jadi tuh sebelum 17 Agustus banyak tuh yang ngeluarin diri biasanya.

Setelah dari itu udah ga ada yang keluar. Selama ini sih ga ada kasus

yang mau keluar dari paskib. Patokannya itu pas ordik. Kalau dia udah

ikut ordik ya berarti dia sah jadi anggota paskib.

P: Emang kalau 17 Agustus ngapain?

I: Upacara gitu. Jadi yang jadi petugas upacaranya itu yang baru masuk

paskib dan kepilih jadi petugas

P: Kok banyak yang keluar dari paskib?

I: Ehn…mungkin karena ngeliat kita kaya ekskulnya yang..yang disiplin

gitu kali ya..yang kaya militer jadi anak-anak pada takut sama paskib

P: Kalo kamu sendiri ngerasa kaya gitu di paskib?

I: Ehm.. gimana ya..karena keterusan kali ya kak jadinya ya suka aja

sama paskib. Emang kita disiplin sih..maksudnya ya kalo junior kan

harus rajin latihan terus tiap jumat. Panas-panasan latihannya, kadang

suka dibentak senior kalo ga fokus kaya gitu. tapi…ya itung-itung

ngelatih mental aja sih jadinya. Dijalanin aja. Kalo udah jadi senior ga

separah waktu junior kok

P: berat ya latihan paskib?

I: Ya..lumayan lah kak.

P: Waktu angkatan kamu ada berapa anak paskibnya?

I: 17

P: Itu dari anak RSBI sama KI juga?

I: RSBI aja, KInya ga. Angkatan sekarang yang ada KInya

P: Aktif mereka?

I: Aktif

P: Mereka gimana sama anak paskib yang lainnya?

I: Untungnya sih berbaur kak

P: Kalau udah di jam sekolah?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Mereka emang lebih sering di kelas sih. Jadi ketemunya paling di

paskib doang

P: Sering ikutan ngumpul juga anak KInya?

I: Iya, lumayan sih. Tapi emang kalo di ekskul kita sama mereka

ngomonginnya tentang ekskul aja. Mereka juga ga nutup diri gitu

sih…maksudnya ya masih mau baur sama kita kalo di ekskul juga. Tapi

sebenernya saya juga ngerasa lebih deket sama anak paskib yang dari

RSBI sih

P: Kenapa?

I: Ehm..ga tw sih. Lebih enak aja. Kalo sama anak KI kaya ada yang

bikin beda

P: Beda dari apa?

I: Apa ya…mereka kan emang dari sekolah biayanya lebih mahal. Buku

yang dipake beda, terus mereka kayanya lebih gimana gitu..gimana

ya..emang mereka tuh kayanya lingkungannya sama anak KI juga gitu

jadi pas ngobrol sama kita juga kaya gimana gitu

P: Kalo ada ngumpul di luar gitu, misalnya anak paskib jalan bareng.

Terus mereka ikutan?

I: Jarang sih kak. Tapi ya ikutan juga ngumpul sama kita. Ngobrol gitu

P: Ada struktur organisasi di dalam paskib?

I: Iya, ada. Setiap pergantian pengurus nanti ganti lagi orang-orang yang

jadi pengurus.

P: Pengurusnya juga rajin ngerjain tugasnya gitu ga sih? Maksudnya ga

magabut gitu

I: Iya kok. Kita tw lah tugas pengurus apa aja. Terus kan emang udah

ada pembagiannya kan. Si A ngerjain apa, si B ngerjain ini. kaya

gitu..tergantung dari jabatan pengurus. Kalo yang jadi pengurus kan

emang yang udah jadi senior kan jadi otomatis kan kita ya ngejalanin aja

P: Ada acara rapat reguler gitu di paskib?

I: Ada kak apalagi sekarang kita lagi nyiapin acara lomba paskib.

P: Kamu panitia juga?

I: Iya, semuanya panitia. Aku di bagian acara

P: Itu buat seluruh SMA?

I: SMA sama SMP se-Jabodetabek

P: Wahh…itu diadain di sini juga?

I: Iya…

P: Setiap berapa tahun sekali?

I: Setahun sekali. Setiap angkatan ada

P: Tahun ini kapan diadainnya?

I: Oktober nanti

P: Persiapannya gimana sampai sekarang?

I: Masih dalam proses sih

P: Terus rapatnya tiap kapan?

I: Tergantung yang bikin rapat sih. Nanti dia yang ngabarin kita terus

besoknya baru kumpul. Jadi yang ga terjadwal banget sih tapi ya

termasuk yang rutin gitu. Tergantung keperluan jadinya

P: Kalau lagi ga ada acara nih misalnya. Kalian ngomongin apa di rapat?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ya..paling tentang paskib aja sih. Maksudnya apa yang kurang selama

ini, harus gimana, pengurusnya gimana kerjanya, anggotanya gimana.

Kaya gitu-gitu

P: Ada yang paling sering ngomong di rapat ga sih?

I: Ehm..biasanya sih ketua sama pengurus juga. Tapi kalo misalnya ada

anggota yang mau ngasih saran ya ga apa-apa. Malah dibutuhin sih saran

kaya gitu. kan buat paskib juga ya jadi ya bagus kalo anggota lain juga

ikutan

P: Ada rapat khusus pengurus?

I: Iya, ada

P: Tiap kapan?

I: Ga tentu sih kak itu

P: Ngapain aja?

I: Biasnaya kalo ada masalah internal paskib gitu kan yang tw duluan

dan yang ngomongin itu pengurusnya dulu, seniornya dulu kan. Kalo

udah di omongin sama pengurus baru deh ke anggota lain

P: Ohh gitu. anggota ikutan juga ya berarti kaya ngasih saran gitu lah

I: Iya kak. Mereka juga ikut ngomong kok kalo ada rapat gitu

P: Pernah ada konflik internal di paskib?

I: Ada lah. Di antara satu atau dua orang itu biasa.

P: Terus kalau ada masalah gitu, solusi dari kalian sendiri apa?

I: Iya, jadi kita biasa ngumpul seangkatan terus kita omongin

masalahnya..udah..langsung selesai. Atau nanti mereka ngomong ke

mentornya gitu. Tiap angkatan tuh punya mentor yang bisa ngebantu

mereka.

P: Mentornya itu siapa?

I: Alumni. Sama alumni tuh kita emang deket gitu sih. Kadang mereka

juga suka ngajakin jalan

P: Mereka sering dateng juga?

I: Iya, kalo kita latihan dan merekanya bisa dateng ya mereka dateng.

P: Ngapain aja biasanya?

I: Ngeliat aja sih. Nah nanti dikasih tahu enaknya kaya gimana,

bagusnya kaya gimana. Gitu… kan mereka udah pengalaman ya di

paskib, banyak yang ikut lomba juga jadi kitanya terima sarannya

mereka

P: Contoh masalah internal yang pernah dialamin apa?

I: Jadi pernah ada junior yang ngerasa ditinggalin gitu sama temennya

jadi ehm.. mereka sempet musuhan terus kita kumpulin jadi satu

terus…udah mereka baikan lagi

P: Penggagasnya siapa buat ngumpulin mereka?

I: Ada, bagian personilnya. Itu yang ditugasin buat ngedeketin anak

kelas 1.

P: Bagian personil tuh maksudnya?

I: Kaya tempat curhat gitu. Jadi di paskib tuh emang ada anggota yang

khusus buat temen curhat gitu, ada juga yang buat belajar. Jadi bisa

nanya-nanya ke seniornya.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Jadi kalau ada yang mau curhat tinggal ke orangnya aja? Buat

masalah paskib doang atau..?

I: Ga kok, apa aja masalahnya.

P: Banyak tuh anak-anak yang suka curhat gitu?

I: Iya

P: Terus ketika ada masalah nih, nah si personilnya ini bakal ngasih tahu

ke paskib atau gimana?

I: Iya, jadi kalau dia emang ngerasa itu ngeganggu paskibra mereka

bakal bilang ke kitanya. Nanti kita sampein solusinya ke dia nanti dia

yang ngelakuin tugasnya

P: Ada berapa anggota personilnya?

I: Cuma satu

P: Juniornya ada berapa?

I: 21

P: Ada pendeketan khusus gitu ga sih ke anak-anak yang jarang latihan?

I: Iya, jadi nanti dari personilnya yang ngomong ke temen

seangkatannya terus nanti temen angkatannya yang nanya ke orang itu.

Nanti personilnya deh baru yang ngedeketin anak yang jarang latihan itu.

Jadi personilnya nanya dulu dia kenapa

P: Enaknya apa sih di paskib? Kan sering panas-panasan latihan

I: Cape sih pasti ya tapi karena bareng sama temen-temen jadi ga kerasa.

Kadang dari mereka juga ada yang ngelucu gitu kan jadi ya asik aja.

P: Kamu sendiri jabatannya apa di paskib?

I: Bendahara

P: Tugasnya apa aja?

I: uang kas junior sama senior, pengeluaran sama uang yang masuk dari

sekolah

P: Kamu ngelolanya gimana?

I: Jadi semuanya udah diperhitungin dari awal aku menjabat sampai

kepengurusan selesai. Jadi nanti aku yang nyerahin data awal ke yang

buat proposal

P: Uang kasnya berapa?

I: Kalau buat senior Rp 7.000, buat junior Rp 5.000

P: Ada pelatihnya gitu ga sih di sini?

I: Ga ada. Dari kitanya sendiri sama palingan dari alumni aja yang mau

dateng. Jadi awal-awal jadi junior tuh yang ngajarin kita senior paskib

sendiri.

P: Ada kesenioran gitu ga sih?

I: Adanya cuma buat pelantikan, pas ordik gitu

P: Ada berapa kali ordik di paskib?

I: Ada dua. Ordik sama kesenioran. Kalau ordik itu biasanya sekitar

bulan September. Jadi itu pelantikan buat jadi anggota

P: Ada syaratnya masuk sini?

I: Ga ada sih. Yang dateng ordik itu ya anggota paskib. Kalau kesenioran

itu pelantikan buat jadi senior. Jadi di situ kita lebih main logika aja.

Logikanya biar jalan. Susah sih kak ngejelasinnya. Ehm…. jadi di situ

kita diajarin gimana bela temen yang baik dan yang ga. Misalkan ada

temen yang salah yaudah diakuin salah kalau ga baru kita yang belain.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Gitu. Jadi ada nih salah satu temen kita yang salah terus dia harus

dipulangin nanti si seniornya yang nanya ke kita harus gimana.

P: Kalau ordik gimana?

I: Ya biasa pelantikan gitu. Ditatar supaya jadi lebih siap. Biasanya ada

dua pembagian senior nih ada senior baik sama yang galak.

P: Kegiatan apa aja sih kalo ordik?

I: Kita rata-rata latihan baris gitu kan tapi ya seniornya emang lebih

galak gitu sih, supaya mental si juniornya siap gitu… nanti diomelin lah,

ditanya-tanyain sama senior motivasi gitu-gitu..

P: Terus pas ordik kemaren ordik kamu megang yang mana?

I: Ehm.. aku ga megang sama sekali

P: Lho kok bisa?

I: Jadi ada sedikit masalah yang akhirnya aku ga boleh megang

P: Di paskib?

I: Iya. Masalah internal gitu.

P: Terus gimana nyelesaiinnya waktu itu?

I: Yang tahu alumninya aja jadi alumninya yang punya solusi.

P: Terus gara-gara masalah itu ada yang berubah ga sih interaksi kamu

ke temen-temen?

I: Ga, tetep sama. Senior juga biasa aja jadi kaya ga ada masalah

P: Ada evaluasi lagi ga sih mengenai solusi yang udah dikasih ke kalian?

I: Ga ada sih. Pokoknya ya kita terima aja. Kalau masalahnya selesai

yaudah…

P: Itu tuh alumni emang sering dateng ke sini ya?

I: Ada yang setiap hari gitu sih. Ngontrol kitanya gimana. Mereka kan

emang udah pengalaman ya jadi kitanya juga nerima aja kalau ada

masukan dari mereka selama itu baik

P: Manfaat apa yang kamu dapet dari ikut ekskul?

I: Ehm… ya kalau mau ngatur jadwal ya harus dipikir dulu.

P: Emang nilai apa yang diajarin di paskib?

I: Di paskib juga nekenin kita harus berani hadepin tantangan sama kita

jujur, disiplin juga dalam kehidupan

P: peraturan di paskib tuh gimana sih?

I: intinya sih rajin dateng aja pas latihan terus kalo udah ikut ordik dia ga

boleh keluar dari paskib. Terus ehm…sama senior juga hormatin gitu lha

P: Pas awal masuk itu senior ngasih tw ya harus gini gini?

I: Iya… jadi pas jadi anggota baru itu kita dikumpulin sama senior. Nah

di situ senior ngomong deh harus gimana dipaskib. Aturannya apa aja

gitu

P: Cuma sekali itu doang?

I: Ehm..pokoknya kalo ada yang dianggap kaya ngelanggar peraturan

yang nanti dikasih tw lagi sama senior. Ditegur gitu

P: pernah ada yang keluar dari paskib ga?

I: Ga ada sih. Pokoknya yang udah ikut ordik itu ga boleh keluar dari

paskib. Nah itu juga sebenernya yang.. apa ya… jadi bikin kita kaya

lebih komit gitu lho kak. Kita dari awal kan udah milih paskib nah

yaudah jalanin yang udah dipilih gitu..

P: Terus kalau interaksi anggota ekskul paskib sama ekskul lain gimana?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Biasa aja sih. Ga terlalu deket dan ga terlalu jauh juga

P: Kalau antar anggota gimana?

I: Kita deket sih. Suka jalan bareng juga

P: Ngapain aja sih kalo jalan gitu?

I: ya..paling nonton, makan, ngobrol gitu atau main aja ke rumah

anggota gitu..supaya lebih deket aja. Terus kalo main ke rumah temen

orangtuanya jadi tahu kita juga jadi lebih enak aja

P: Kamu sendiri sering ngobrol ga sama anak KI yang di paskib?

I: Sering sih tapi ya itu tadi paling karena masalah ekskul aja

P: Kalo misalnya antara pengurus sama anggota gimana?

I: Baik sih kak kitanya. Paling kalo misalnya ada masalah tentang anak

yang jarang latihan itu aja sih. Sebenernya sih kita tuh kaya… Yang

penting si junior itu ngerti lah hormatin senior kaya apa

P: Kalau sama guru gimana?

I: Ehm..biasa aja sih paling deketnya sama pembina aja

P: Dari peran gurunya sendiri gimana?

I: Paling Pembina sih. Kalau kita lagi ada acara pembina suka ngasih

saran ke kita terus kalau ada masalah atau apa lah gitu nanti disampein

ke pihak sekolahnya.

P: Udah lama jadi pembinanya?

I: Baru semester ini sih bapaknya jadi Pembina, Januari ini. Kalau

Pembina yang sebelumnya tuh kaya kurang ngedukung. Kalau ada acara

kita suka dibikin susah jadi ya gitu…ga enak aja. Ribet gitu kalau

dijadiin perantara ke pihak sekolah

P: Pernah ada masalah gitu sama Pembina? Atau ngerasa ga enak lah

I: masalah sih ga pernah. Paling kalo dapet Pembina yang ribet aja. Jadi

ga enak. Susah mau ngurus apa gitu ke sekolah

P: Terakhir ngikutin lomba bulan apa kalian?

I: Desember

P: Biasanya yang turun buat lomba siapa?

I: Biasanya sih junior dulu karena mereka kan belum pernah ngerasain

jadi biar ada pengalaman. Kalo senior kan udah sering tapi kadang ada

beberapa yang seniornya juga turun sih

P: Ada lomba ga di dalam waktu deket ini?

I: Iya, ada. Di 42 itu sekitar bulan april atau mei gitu

P: Kamu ada berapa kali ikut pertandingan?

I: Udah 4 kali

P: Juaranya udah berapa kali?

I: Waktu itu juara satu sih di 42. Di 42 itu emang tiap tahun mereka

ngadain perlombaan

P: yang kamu dapet dari lomba itu apa?

I: Ehm..paling bisa nambah temen sih. Nambah pengalaman juga pernah

ikutan lomba gitu. apalagi kalo misalnya menang lomba itu rasanya

gimana gitu…bangga aja jadinya sama diri sendiri

P: Ada beda ga sih antara junior dan senior di paskib?

I: Bedanya sih kalau ada sesuatu, junior ga boleh tahu dulu. Jadi biar

seniornya dulu yang tahu. Jadi misalnya, apa yang mau kita lakuin ke

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

mereka ya mereka ga boleh tahu dulu. Nanti mereka bakal tahu

alasannya kalo kita udah ngomong rame-rame.

P: Anak kelas 3 udah ga aktif ya sekarang?

I: Iya, paling mereka kasih saran aja sih buat ke depannya gimana atau

ngeliatin aja kalau kita lagi latihan

P: Ada kesenjangan gitu ga sih antara junior sama senior?

I: Ga sih, yang penting tahu batas aja. Juniornya ya sopan aja sama yang

tua dari mereka

P: Kalau di luar paskib nih, lagi jam istirahat sekolah misalnya. Si junior

bakal nyapa senior ga?

I: Iya, itu diwajibin sama kita. Itu diterapin dari mereka pertama kali

masuk jadi udah kebiasaan sampai sekarang

P: Dikasih tahu gitu sama senior?

I: Iya, senior yang ngasih tahu kita gitu. terus lama-lama jadi kebiasaan

deh

P: Kalau dari juniornya sendiri yang ngelanggar gimana?

I: Kita bakal ngumpulin mereka gitu sih. Terus kita jelasin harusnya

sikap mereka itu kaya gimana

P: Terus juniornya diomelin tuh di situ?

I: Hehehe ga sih… ya suaranya emang lebih kenceng dari biasanya.

Kalau aku sih biasanya di belakang aja, ga ikutan senior yang lain

P: Eh di sini tuh ada ga sih yang kaya ekskul tertentu yang emang

mayoritasnya kaya lebih eksis gitu dibandingin yang lain?

I: Ehm… dance sih kak kalo buat cewe. Kan keliatan ya kalo dance

emang rata-rata kaya yang cantik-cantik gitu dan rata-rata mereka emang

eksis gitu sih di sekolah. terkenal gitu dibandingin yang lain.

P: Kenapa kamu ga ikutan dance supaya lebih eksis gitu? hehee

I: Hehehe ga sih kak. Aku emang ga suka nari kaya gitu dan kayanya ga

masuk gitu kalo di mereka

P: Masuk gimana?

I: Ya..jadi kaya emang temen-temen deket aku kan ga ada yang di dance

gitu lho. Dan kan kalo anak dance emang kaya anak yang gaul gitu kan

kalo di sekolah. aku sih ga ngerasa kaya gitu.

P: Itu tuh sebutan „gaul‟ atau eksis gitu gimana sih? kok bisa ada di

sekolah?

I: Ehm..dari awal aku masuk sih emang kaya udah keliatan gitu. kan

awalnya emang pas kita MOS ada promosi ekskul, keliatan lha pas di

situ senior-seniornya kaya gimana. Jadi ya ujung-ujungnya sih anak

dance emang kaya buat anak yang gaul gitu sih di sekolah

P: Tapi yang ngerasa ga gaul boleh ikutan dance juga ga?

I: ya boleh sih

P: Bakal jadi lebih eksis juga?

I: Biasanya sih gitu. pokoknya itu anak dance emang rata-rata buat anak

gaul gitu kak. Keliatan sih emang. Ya kalo misalnya anaknya dari awal

biasa kebawa eksis juga gara-gara ikuta dance gitu

P: Cuma ekskul dance doang?

I: Ehm..paling basket sih ya sama futsal juga

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: terus dari mereka sendiri gimana? Kan mereka udah eksis nih di

sekolah nah terus di sekolah kaya gimana? Kaya jadi lebih gaya atau

gimana gitu?

I: Ehm..dari awal emang udah gaya gitu sih mereka. mereka kan juga

kan rata-rata kaya saling kenal gitu lho kak jadi kadang ya gabung gitu

kalo lagi jam ekskul. Maksudnya kaya ngobrol lha

P: Ekskul lain ga masalah?

I: Ga sih. biasa aja. Emang kaya udah sebutannya mereka gitu lebih

eksis di sekolah

P: Tapi mereka masih mau baur sama ekskul lain?

I: Iya, masih kok. Masih ngobrol. Tapi kalo sama anak basket atau futsal

mereka emang lebih banyak ngobrol. Mereka juga tuh kadang suka

diajak jadi panitia gitu dari sekolah

P: Acara apa?

I: Kaya Seroja Cup atau pensi gitu. biasanya ehm..yang eksis gitu deh

yang diajakin duluan buat ikutan jadi panitia intinya gitu.

P: Pandangan kamu sendiri soal itu gimana?

I: Ya… mungkin karena plusnya kali ya dari eksis di sekolah. lebih

dikenal jadi kalo ada apa-apa bisa langsung minta tolong ke mereka dari

sekolahnya

P: Ohiya dari paskib sendiri suka ada acara buat kalian sendiri ga sih?

Kaya ngumpul gitu sesama anggota?

I: Ohh itu..ada…ada. Biasanya itu buka puasa bersama terus kalau bulan

Desember ada malam keakraban, acara angkatan. Terus kadang ada kaya

pergi kemana gitu. Ketiga acara itu sih paling yang rutin diadain

P: Kalau pergi, pergi ke mana emang?

I: Nonton

P: Ada manfaatnya tuh yang kamu rasain dari acara-acara itu?

I: Jadi kenal sama angkatan atas aja terus lebih deket lagi. Sesama

angkatan juga makin akrab lah. Kalau udah kaya gitu kan enak

ya…kalau ada apa-apa bisa ngobrol ke mereka. Saling kerjasama gitu

P: Ada peer sendiri lagi ga sih di paskibnya?

I: Ga ada sih. Kita selalu bareng

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 3 (RN)

Siswa RSBI XI IPA

Ekstrakurikuler Seni Tari

Tanggal wawancara: 30 Maret 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Kamu kelas berapa sekarang?

I: Aku sekarang kelas XI IPA

P: Dari awal emang pengen masuk kelas RSBI atau KI?

I: Ga.. sebenernya masuk sini juga gara-gara mami… kan mami alumni

sini juga

P: Ohh gitu..

I: Ga pengen masuk kelas KI juga sih. Pengen..apa ya.. ngerasain

berbaur di sekolah negeri

P: Lho emangnya kalau di KI kaya gimana? Ga berbaur?

I: Biasanya tuh kaya…ya menyendiri gitu. Iya..jadi apa ya.. kalau kita

kan ada 9 kelas, KI cuma satu kan jadi… kaya sendiri aja. Kaya swasta

gitu..gimana sih.. udahlah cukup di SMP kaya gitu

P: Emang SMPnya dimana?

I: Di Al-Azhar

P: Terus harapan kamu sendiri nih masuk RSBI apa?

I: Pengen dapet yang terbaik lha buat pelajaran apalagi ini sekolah

unggulan kan. Terus ehm… Sebenernya sih harapannya sih…gimana

yaa… cara ngajarnya itu lebih mendekat sama anaknya gitu jadi

anaknya…lebih friendly tapi anaknya tetep pinter gitu lho. Jadi gimana

ya..jadi ada dulu namanya Ibu Asmarni guru biologi nah ngajarnya tuh

kaya gitu tapi jangan pendekatannya kaya dia. Dia kan kaya guru jutek

gitu tapi kalau ngajar enak. Jangan terlalu tegang kalau ngajar. Terus

guru-gurunya tuh… friendly lah, banyak senyum jadi kita tuh nerima

pelajarannya enak aja tapi tetep pinter. Ada tuh guru fisika ngajarnya

enak tapi aku ga suka fisika jadi ya gitu… coba di IPA ga ada fisika itu

lebih tentram

P: Dari awal emang pengen masuk IPA?

I: Iya, karena aku pengen masuk kedokteran. Soalnya di keluargaku

belum ada yang jadi dokter

P: Mau kuliah dimana emang?

I: Ga tahu sih. Mami maunya yang deket-deket aja. Kaya UI gitu tapi

aku pengennya di Unpad atau UGM. Soalnya kan aku bosen tinggal di

Jakarta.

P: Terus yang kamu rasain sekarang masuk RSBI gimana?

I: Enak tuh cuma di temen-temennya doang. Kaya peraturan di sini tuh

ga jelas… maunya gimana. Contohnya pas selesai UTS hari jumat masa

pintu dikunciin. Aku kan cewe gitu kan kalau mau pulang kan pulang

aja. Masa kita harus nunggu selesai solat Jumat baru kita pulang.. kalau

lagi urusan kan..lagian kan udah selesai UTS juga. Itu kan pintu

gerbangnya baru buka jam 1 jadi ya kita harus nunggu gitu…Jadi agak

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

suka ga jelas. aneh sendiri deh..contohnya tuh pertama maunya kaya gini

terus dirubah lagi ke awal terus berubah lagi…jadi bingung aja.

P: Peraturannya gimana emang?

I: Duh bnayak deh pokoknya. Terus kalau izin lomba tuh susah apalagi

aku kan ketua ekskul jadi kalau mau ikut lomba tuh…kalau kita ga

punya dana terus harus dapet dana dari mana kan? Kalau menurut aku

ya... kayanya kita tuh udah bikin proposal udah rinci banget, udah jelas

banget tapi tetep aja disalahin. Maunya tuh yang sedikit tapi berkualitas

kan ga bisa. Jadi kan kalau kita lomba keluar otomatis nama sekolahnya

keluar juga kan jadi orang-orang tahu kan sekolah ini. Dimana letaknya,

bagus ga sih sekolah ini. Gitu-gitu…

P: Terus kalau akhirnya ga dapet dana?

I: Ga, aku paksa. Berjuang sampai titik darah penghabisan. Padahal

besok mau lomba terus baru hari ini dikasih ya tetep aku cari kostum

juga

P: Uang yang dikasih sesuai dengan proposal?

I: Iya, full biasanya. Dengan… ya perjuangan yang luar biasa ya

akhirnya dapet juga..

P: Waktu masuk sini seleksinya gimana?

I: Kan waktu masuk sini tahun aku ada dua jalur. Yang online sama

offline. Aku ikut yang offline. Yang offline itu banyak banget tesnya.

Seinget aku ada 7 apa gitu tesnya… iya, dari pertama itu tes mata

pelajaran UN itu 2 hari kalau ga salah..seinget aku ya. Terus tes

komputer, tes wawancara, tes PA, terus wawancara anak sama

orangtuanya, satu lagi apa ya… seinget aku tuh ada 7, dan itu lama gitu

jadi ganggu liburan deh hahaha

P: Seminggu lebih?

I: Ga, jadi tuh misalnya minggu ini selasa terus minggu depan hari apa

gitu… seinget aku ya. Kalau yang online kayanya cuma dari NEM aja

deh. Oh iya uji raport itu tadi yang pertama. Jadi ngasih raport dari

semester 1 sampai semester 5 di SMP terus itu di seleksi lagi. Untung

aku masuk. Alhamdulillah

P: Kamu belajar lagi ga?

I: Ga, hehehe udah cape..pusing. otaknya udah meleleh kayanya.

Kayanya itu baru tahun aku doang deh. Angkatan atas aku ga kaya gitu

P: Kenapa ga daftar online dulu?

I: Ga tahu, mami maunya yang itu..ngikutin aja.. Ohh takutnya tuh

NEMku ga nyampe di sini. Tapi suka nyesel juga sih.. Ngapain dulu

cape-cape ikut offline ga tahunya NEMnya bagus. Terus itu kan tes buat

RSBI, kalau udah diterima di sini ga boleh ke sekolah lain. Jadi tuh

misalnya kita ngebatalin maunya ke SMA mana gitu, itu tuh ga boleh.

Kalau yang pake NEM doang kan bisa milih ya beberapa sekolah yang

dijadiin kandidat gitu

P: Terus ngerti ga sama apa yang diajarin guru selama ini?

I: Ehm.. ngerti sih hehehe tapi sama guru-guru tertentu aja. Kalau

menurut aku ya guru itu harus pinter dulu, kaya nguasain materinya dulu

yang mau disampein ke anak-anaknya dan dia ngerti cara penyampaian

yang enak. Maksudnya yang enak, yang jelas dan ngebuat kita ngerti dan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

ga bosen. Iya, jadi lebih kenal lah sama anak-anaknya kaya ga ada jarak.

Ya kita akan tetap sopan kok, tenang aja. Kita tetep ngehargain sebagai

guru tapi jarang terlalu strict juga.

P: Banyak yang strict ya?

I: Banyak banget. Yang asik itu guru fisika tadi tapi..pelajarannya ga

suka. Terus ada biologi yang pelajarannya suka tapi gurunya kaya gitu,

strict banget. Ngajarnya ga enak. Yang paling mending sih kimia.

Gurunya enak, kalau nerangin jelas terus friendly juga. Kalau matek

agak deg-degan juga hehehe

P: Sistem belajar di kelas gimana ?

I: Sama aja kaya yang lain, kadang ada presentasi kadan guru ngejelasin

kadang juga ada system online gitu

P: Wah itu gimana maksudnya yang online?

I: Biasanya sih itu fisika. Misalnya ada remed gitu nah nanti gurunya

bilang deh. Hari kamis misalnya dari jam 8 sampai jam 10. Kaya gitu.

Biologi, matek juga suka kaya gitu. Fisika sih yang paling sering ada

ujian online

P: Tapi guru-guru sering pake fasilitas di dalam kelas buat ngajar?

I: Iya, sering pake

P: Kamu lebih ngerti guru nerangin biasa aja atau pake LCD?

I: Ehm..sama aja sih. Soalnya biasanya pake LCD terus nerangin di

papan tulis juga

P: Oh iya kalian dapet loker kan ya?

I: Iya, tapi satu loker itu buat 2 orang.

P: Kamu sendiri sama temen-temen sekelas gimana?

I: Awalnya sih kita ga kompak gitu. Mungkin sampe sekarang dibilang

kompak juga agak gimana gitu.

P: Kok bisa gitu? Ada grup sendiri di dalam kelas?

I: Iya, ada grup pecinta Jepang gitu di dalam kelas. Jadi tuh mereka suka

ngelingkup sendiri aja yang lainnya sih bareng-bareng. Tapi udah

hampir setahun kan ya kita jadi ya udah lumayan nyatu sih. Mereka tuh

pernah ya…kita mau bikin jaket kelas gitu eh malah mereka ga mau.

Terus yang mau ke bali mereka juga ga mau. Aku juga ga ikut ke bali sih

hehehe karena ada latihan nari waktu itu

P: Kalo sama anak RSBI lain gimana?

I: Deket juga. Soalnya kan ada yang dulu pernah sekelas gitu kan. Terus

dari temen kita nanti ada kenalan lagi. Kaya gitu deh. Malah kadang-

kadang suka jalan bareng gitu sama mereka. Padahal ga sekelas gitu.

deket lah intinya. Anak-anaknya juga enak soalnya jadi gampang kalo

mau ngobrol gitu

P: Kalau sama anak KI gimana?

I: Aku berteman sama mereka tapi ya emang kan dari merekanya suka

ada yang ga berbaur gitu kan. Jarang keluar pas istirahat jadi ya gitu…

P: Ga ada yang deket gitu?

I: Ga ada sih. Biasa aja kalo sama mereka. mereka kan emang selalu

sekelas terus kan mungkin makanya jadi deket dan lebih enak sama anak

KI juga. Di kelasnya mereka juga enak sih. Ada LCD yang biasa dipake

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

buat dikantor gitu yang buat presentasi terus ada computer juga. Kalo

aku sih santai aja. Kalo mereka emang maunya main sama KI ya yaudah

P: Kalau sama guru?

I: Cuma beberapa guru doang sih. Kaya yang enak buat ngobrol dan ga

terlalu galak. Kalau gurunya enak justru kita lebih segan gitu ke mereka

daripada yang galak jadi mandangnya agak gimana gitu..

P: Kamu sendiri milih seni tari kenapa?

I: Aku emang nari. Jadi dulu tuh pas promo ekskul, ada beberapa ekskul

tapi kok kayanya…ehm… boring gitu kan. Terus akhirnya ada seni tari

nih yaudah deh ikut aja kayanya seru. Kayanya kakak kelasnya tuh

heboh gitu jadi ya enak aja

P: Kakak kelasnya heboh gitu jadi kepengen masuk?

I: Hahaha ga juga sih. Emang karena aku suka nari

P: Seni tari di sini tuh gimana sih?

I: Ya..bagus sih..termasuk ekskul yang enak lha menurut aku. Anaknya

asik-asik gitu

P: Asiknya kaya gimana sih emang?

I: ya kaya enak aja diajak ngobrol gitu

P: gaul juga? Hahaha

I: Hahaha. Ga tw sih kak. Kata anak-anak kan emang ekskul dance lebih

eksis gitu ya? Hahaha aku sih ngerasa biasa aja. Tapi sebelum gabung

yang pas ada promo ekskul itu emang kan udah ada gosip ya kalo anak

dance itu kaya eksis dan gaul gitu. aku sih ngeliatnya karena mungkin

dance kan modern gitu ya walaupun sebenernya juga bawain buat tari

daerah gitu. tapi paling ga harus luwes gitu dan ehm.. apa ya ga tw sih.

tapi kalo dari senior-seniornya emang keliatan lebih eksis gitu sih di

sekolah

P: Yang kamu dapetin nih masuk ekskul dance yang katanya eksis itu

apa?

I: Apa ya.. sebenernya eksis itu kan yang ngasih anak-anak lainnya. Aku

sih biasa aja kak. Yang penting dancenya maju. Udah deh.

P: Ehm..yang kamu liat sekarang anak-anak dance emang buat yang

eksis gitu?

I: Duh aku sih ngerasanya mereka juga biasa aja. Mungkin banyak

dikenal yang lainnya kali yaa kak. Tapi kita sih kalo berteman ya sama

siapa aja sebenernya.

P: Ada ga sih di dance yang masuk ekskul cuma buat eksis doang?

I: Kayanya sih ga ada sih kak. Kita semua emang suka dan mau belajar

nari aja

P: Kalo kamu sendiri nih ngerasain dijulukin anak eksis di sekolah

gimana?

I: Ehm.. aku ga tw sih ya. Ini kan soalnya dari aku kelas 1 juga ada

sebutin ini ke anak dance atau basket gitu. emang udah dari senior-senior

gitu lho kak

P: Kamu dapet peringkat gitu ga sih di kelas?

I: Ga kak hehhee. Aku sih biasa aja kalo di kelas. Cuma pelajaran

tertentu doang kan yang aku suka. IPA kan agak susah ya jadi ya gitu

deh.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Kamu dipilih jadi ketua itu gimana?

I: Ga tahu. Pokoknya pas awal semester dipilih. Pertama tuh yang jadi

humas siapa, terus yang jadi wakil baru deh yang jadi ketua. Ketuanya

aku yang ditunjuk

P: Itu ditunjuk dari senior?

I: He-eh mungkin dari seniornya yang udah rembukan. Tapi emang

katanya udah turun temurun kalau milih ketua ekskul itu emang

rembukan dari seniornya

P: Dan juniornya itu…

I: Ga tahu, ga ada yang tahu

P: Terus pas pertama kali ditunjuk jadi ketua, ada proker-proker gitu

yang kamu bikin?

I: Bikin, tapi bukan aku yang bikin hehehe. Itu tuh nyontek dari tahun-

tahun sebelumnya yaudah deh masukin aja... kalau aku bilang sih proker

itu ga..ga… maksudnya cuma bukan untuk panduan kan di teori sama di

praktek beda

P: Harapan kamu apa di dalam ekskul ini?

I: Pengen nerusin apa yang aku tekunin selama ini sih. Terus biar

sekolah lebih ngedukung maksudnya kan…judulnya kan seni tari. Nari

itu kan ribet. Secara keseluruhan itu kan dinilai kalau kita mau lomba.

Bagus kalau kita dapet job dapet duit. Kalau kita lomba, udah ngeluarin

duit kalau ga menang kan sayang jadi aku sih pengen kalau kita lomba

keluar feedbacknya ada. Tapi sekolah juga ngedukung jangan bodo amat

gitu. Sekarang kan aku ketua ekskulnya jadi tuh aku pengennya sekolah

ini terkenal kemana-mana.

P: Emang bodo amat gimana sekolahnya?

I: Ya maksudnya ngurusinnya tuh susah. Kaya mau ngajuin proposal

gitu susah. Ga tembus di sekolahnya. maunya ini itu. Ribet. Jatuhnya

kaya ga ngedukung kita buat lomba di luar sekolah.

P: Dari pembinanya sendiri gimana?

I: Pembinanya kan Bu Woro bagus sih tapi gimana ya…mungkin karena

ada 3 ekskul yang diurusin jadi pusing kali ya jadi ga…

P: Ekskul apa aja emang?

I: Seni..kan PSVG, band, sama seni tari. Jadi kaya agak kurang fokus

mungkin fokusnya ke PSVG karena udah bagus dari dulu. Udah sering

ikut lomba di mana-mana. Tapi ya kita tetep sering ngobrol ke

pembinanya juga. Terus kalau kita mau lomba ya kita bilang mau lomba,

kalau ada apa-apa juga ngomong. Kaya tadi juga kita latihan, dia ngeliat

walau kepalanya pusing gitu. “Iya, bu. Yaudah ibu istirahat aja” gitu

kan.

P: Kalo ada masalah cerita ke pembinanya?

I: Ehm..tergantung masalahnya apa sih kak. Kalau misalnya dikira bisa

nyelesaiin ya ga usah kita cerita. Paling ceritanya kalau masalahnya udah

selesai

P: Terus sebagai ketua ekskul nih, nilai apa sih yang kamu terapin ke

temen-temen kamu?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Kekompakkan sih kak. Terus pengennya ngebentuk ekskul yang

kekeluargaan yang kompak juga. Maksudnya yang ga selalu kaku juga

yaudah seneng-seneng aja di seni tari. Kapan lagi ya kan? Di kelas kan

bosen jadi yaudah seneng-seneng aja. Intinya kita harus kompak, harus

menang pokoknya. Dan itu juga yang aku dapet dari ekskul ini

P: Kapan terakhir menang emang?

I: Kemaren…kamis kemaren lomba di Gelanggang

P: Dalam rangka apa emang?

I: Apa sih..lomba kreativitas remaja. Nanti maju lagi ke tingkat provinsi.

Kalau yang kemaren kan masih tingkat Jakarta Utara nah nanti masuk

lagi ke tingkat provinsi. Kan sebelumnya seni tari ga ada pialanya ya…

Alhamdulillah gitu nyumbang-nyumbang dikit sedih amat sih ga ada

pialanya

P: Terus nanti rencananya kapan mau lomba di tingkat provinsi?

I: Ga tahu sih, belum dibilangin lagi

P: Kalau ada rapat-rapat di seni tari gimana?

I: Kalau ada rapat gitu paling kita omongin… misalnya lagi ada event

apa terus siapa aja yang mau ikut, terus berapa biayanya, terus gimana

cara ke sananya, uang makan. Gitu-gitu doang. Sebenernya enak kaya

gini daripada yang terjadwal dan matok ke proker

P: Semuanya ikut ngomong gitu ga sih? Atau cuma kamu doang?

I: Kalo di nari sih semuanya ikutan ngomong kak. Kasih saran gitu.

emang dasarnya anak-anaknya pada bawel kali ya jadi ya cuek aja. Kalo

mau ngomong ya ngomong aja

P: Alumni suka dateng kalo ga di seni tari?

I: Ehm.. ga deh kayanya. Lebih ke kitanya aja gimana bikin ekskul ini

jadi lebih hidup gitu

P: Ada berapa anggota di seni tari?

I: Kalau angkatan aku sekitar 21 tapi yang aktif paling 18 apa 19 gitu…

kalau di bawah aku tuh ada sekitar 30 tapi yang aktif cuma beberapa.

P: Terus kalau ada yang ga aktif gitu gimana? Ada teguran gitu ga?

I: Ya kita sih sadar diri aja. Maksudnya kalau kakak kelas udah jutek

berarti kan ada yang ga bener

P: Ohh suka dijutekin gitu?

I: Ehm.. bukan dijutekin sih maksudnya…ga ngejutekin

gitu…jatohnya..kita cuma diemin aja. Jadi kalau dia lewat ya lewat aja

P: Terus ga ada tindak lanjut lagi?

I: Ga ada sih. Alhamdulillahnya yang ikut ekskul yang aktif masih

banyak jadi yaudahlah ya… jadi yang masih aktif kita rangkul jangan

dilepas gitu

P: Terus dari anaknya gimana?

I: Ga sadar juga. Paling kalau kita udah marah-marah “woy woy ayo

dong latihan”. Tapi bukan marah-marah juga sih emang tabiat kita yang

kita kaya gitu. Nanti kalau udah latihan ya kita ketawa-ketawa lagi.

Intinya kan seneng-seneng

P: Terus kalau sesama yang ikut ekskul tari gimana?

I: Kita deket sih. Pokoknya kalaupun di luar mereka itu bukan temen

deket gitu tapi ya kalau di ekskul kita sama. Kita jadiin satu gitu. Grup-

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

grupan sih pasti ada kalau di luar tari tapi kalau udah masuk ekskul tari

ya kita jadiin satu

P: Kalau antara pengurus sama anggota gimana?

I: Hampir ga keliatan sih mana yang pengurus ekskul mana yang

anggota. Kita sama aja sih, bareng-bareng aja. yang penting latihan yang

penting menang.

P: Suka ada pengurus yang magabut gitu ga sih?

I: Ya pasti ada sih. Kalo udah kaya gitu biasanya aku tegur aja anak

kenapa kaya gitu. yaudah terus diomongin harus konsisten gitu deh. Di

ekskul kan dia kaya ada jabatan gitu ya jangan disalahgunain gitu.

Maksudnya ya jalanin aja jabatannya gitu. kalo emang misalnya ga mau

megang jabatan itu ya lebih baik mundur aja. Kan lebih enak juga. Jadi

ga ke ganggu kegiatan kita gitu

P: terus akhirnya dia mundur apa ga?

I: Ga sih. Sadar diri gitu anaknya

P: Kalau sama ekskul lain gimana?

I: Ga terlalu deket sih tapi ya kita baik-baik aja. Kan kita di sini

menderita sama-sama, seneng sama-sama.

P: Ada anak KI di tari?

I: Ada tapi mereka jarang latihan. Kayanya cuma numpang ordik doang

deh. Setelah ordik selesai ga pernah nongol latihan. Tapi dia udah pernah

ikut lomba. Ada basic nari dia sebenernya. Tapi kalau latihan rutin bisa

dihitung sih.

P: Terus kamu ga ada omong ke anak itu?

I: Ga sih. Kan gini lho kalau dia sering ikut latihan kan bisa ikut lomba,

bisa dapet duit kan akhirnya, namanya bagus di sekolah. Benefitnya

banyak gitu. Kalau ketemu di luar ekskul aku juga biasa aja sih sama dia

tapi ga tahu kalau dianya gimana

P: Ada keganggu ga sih kegiatan di ekskul kalo ada anak yang ga

dateng?

I: Kalo misalnya di sini sih ada ya. Karena kita kan mainnya formasi

gitu. jadi misalnya kita udah bentuk formasi kaya gimana terus ada yang

jarang latihan jadi kan gimana ya…ribet lagi. Akhirnya yaudah mau ga

mau kita harus bentuk formasi baru lagi aja deh

P: Pernah ada masalah gitu ga?

I:Iya, ada. Tapi itu sih biasanya masalahnya dari luar ekskul aku sih

bilang “ Ya lo boleh ga suka di luar itu boleh cuma kalau pas di depan

kelas gw butuh keprofesioanalan kalian kalau kalian kakak kelas yang

baik”. Ga tahu tuh masalahnya sebenernya apa. Aku hidup kaya orang

Amerika aja lah. Ya kan itu masalahnya mereka kalau mau dibantu ya

silahkan kalau ga ya ga.

P: Masalah internal gitu ga?

I: Ga sih

P: Terus kalau ada masalah gitu penyelesaiannya gimana?

I: Ehm.. sebenernya sih aku ga mau tahu ya masalah mereka apa. Intinya

ya itu tadi aku kaya orang Amerika. Kalau mau dibantu ya silahkan

kalau ga dibantu ya berarti dia bisa handle masalahnya sendiri. Tapi aku

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

tekenin jangan sampai ganggu ekskul tari. Aku nuntut keprofesionalan

mereka di situ.

P: Kalau merekanya ga berubah?

I: Ga, mereka berubah kok. Kalau udah dibilang kaya gitu ya mereka

nurut aja. Jadi ya anggap sebagai partner nari jangan sebagai musuh.

Jadi tuh dua orang itu sama-sama pengurus ekskul tapi di luaran mereka

punya temen masing-masing nah di luar itu mereka slek gitu. Ga tw

kenapa.

P: Ada peraturan gitu ga sih di tari?

I: Ga ada sih. Kalau latihan kita juga suka ngaret. Seniornya juga suka

telat. Kita kan pake jam Indonesia jadi ya jam karet yang dipakenya.

Intinya kita latihan kita menang. Beda sama paskib kan ya. Kalau di

paskib kan kaya penjara, militer, ga enak. Kaya apaan gitu. Kalau kita

kan di sini intinya seneng-seneng. Susah seneng bareng. Ehm.. apa ya..

paling gini sih kalo emang anaknya ditunjuk buat ikut lomba yaudah

rajin dateng gitu. komitmen lah yang penting. Harus nunjukkin itu. Toh

kalo menang dia juga dapat untungnya. Ga yang terlalu gimana gitu kalo

di kita mah. Santai. Yang penting latihan yang penting menang

P: Itu biasanya dikasih tahu sama senior harus gini gini..gitu?

I: Ehm… kalo dulu sih senior bilangnya tetep hormatin senior lah.

Jangan banyak gaya gitu. boleh bercanda juga tapi tuh harus tetep tahu

batesnya lah. Kaya gitu

P: Banyak gaya gimana sih?

I: Kaya sok gitu lho. Berasa paling bener aja

P: Kalau lagi ada lomba siapa yang turun?

I: Sampai sekarang sih banyakan seniornya. Juniornya sering sih latihan

sebenernya tapi tuh mereka kaya…ini…kaya ga bagus. Kalau latihan sih

ya sambil bercanda aja tapinya. Tetep deket sama mereka. Jadi kan

misalnya lagi latihan saman. Kalau saman kan telapak tangan harus

keras kan nah kalau mereka tuh masih ada yang klemer-klemer. Yaudah

deh jadi ga ikut lomba deh…

P: Ada yang sampai keluar dari ekskul tari ga?

I: Banyak. Ya biarin aja.

P: Itu kalau keluar gitu sebelumnya ada bilang dulu ga?

I: Ga ada. Ya pokoknya “yaudah lah gw males latihan”. Banyak sih kak

jatohnya kaya numpang ordik doang. Serius sumpah numpang ordik

doang.

P: Terus kamu biarin aja?

I: Iya, yaudahlah itu emang maunya mereka

P: Latihan tiap hari apa aja?

I: Kita latihan tiap Rabu,Jumat. Tapi kalau misalnya Rabu ga ada yang

dateng yaudah kita pulang aja

P: Ada jadwal dari sekolah gitu ga sih?

I: Ya, ada sebenernya. Tapi kan tetep aja kita yang ngejalanin. Intinya

teori sama kenyataan kan beda. Kalau ada lomba, kita lebih giat lagi tuh

latihan. Hari Sabtu juga latihan. Pokoknya internsif latihan

P: Dari sekolah sendiri bakal adain acara ekskul buat sekolah-sekolah

lain ga sih?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Iya, ada. Seroja Cup namanya. Terus ini kak masalah Seroja Cup.

Gimana ya..Ehm… kaya maksain juga

P: Maksain gimana?

I: Jadi tuh kaya beberapa bulan sebelumnya itu baru nyari-nyari dana.

Kan kasian gitu

P: Emang kapan mau diadain?

I: November gitu..

P: Kepanitiaan udah beres?

I: Sekarang sih udah

P: Itu diambil panitianya berdasarkan apa?

I: Ga tahu sebenernya aku juga ga mau jadi panitia. Males… tapi

terlanjur ditunjuk jadi yaudah deh

P: Terus kalau dari OSISnya gimana terhadap ekskul?

I: Yahh..OSIS lagi..

P: Loh kenapa emang?

I: Ehm.. aku tuh ga tahu deh sama sekolah ini kaya gimana. Bener deh

cuma enak sama temen-temennya doang. Mereka tuh kaya terlalu maku

gitu, patuh peraturan gitu

P: Mereka jarang bantu kalau ada acara ekskul?

I: Bantu sih tapi…gimana ya…

P: Bakal mau adain acara dance ga sih di sini? Jadi kaya lomba antar

sekolah

I: Aku belum berani sih karena dancenya sendiri kualitasnya baru

kebentuk gitu. Baru membentuk bukan kebentuk jadi kalau mau adain

jadi mesti… kita kan tuan rumah jadi ya harus siap dulu supaya menarik

P: Dance di sini tuh apakah lebih ke tradisional atau modern?

I: Kita itu sebenernya namanya “Seni Tari” jadi semuanya diajarin. Tapi

ga ada yang ngajar..aku juga yang ngajar

P: Ohh gitu..

I: Aku memang nari kan ya. Jadi tuh emang bisa nari dari kecil mungkin

waktu di dalam rahim aku juga nari kali ya hahaha

P: Kamu belajar dari mana sih nari?

I: Jadi kan dulu aku tuh gendut kak waktu masih kecil. Sampai kalau aku

jatoh ya aku ga bisa bangun lagi. Akhirnya dimasukin sama mami ke

sanggar lah. Sekarang ini aku gabung di Artina Production

P: Udah berapa lama gabung di sana?

I: Ehm..sekitar 4 tahun sih

P: Suka ada misi kebudayaan gitu dong?

I: Ehm…iya sih kak. Lumayan bisa jalan-jalan, ketemu bule gitu hahaha.

Terus kan ya bangga aja bisa ngenalin kebudayaan negeri sendiri gitu

ehm..belum tentu semua orang dapet kesempatan kaya gini kan soalnya

P: Udah kemana aja?

I: Sempet kemaren ke Australia ada misi kebudayaan di sana. Nari di

KBRInya. Udah lama sih itu. Pas liburan SMP mau ke SMA. Nah nanti

bulan Juni aku nari lagi di Malaysia. Ada misi kebudayaan juga di sana

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 4 (AR)

Siswa XII KI

Ekstrakurikuler bridge

Tanggal wawancara: 29 Maret 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Sekarang kelas berapa?

I: Kelas XII kak di KI

P: Dulu kenapa masuk KI?

I: Apa ya..kalau saya gara-gara..emang dulu NEM saya ga masuk di

sekolah

P: Emang NEMnya berapa?

I: Cuma 32..jadi rata-ratanya 8. Kalau mau masuk sini tuh sekitar 8,9

kalau ga salah. Nah..abis itu bapak saya ga tega gitu..kalau alesan saya

sih jadinya terpaksa gitu deh masuk KI. Awalnya sih waktu ga diterima

mau masuk 75 tuh terus bapak saya ga tega gitu.

P: Kenapa harus di sekolah ini emang?

I: Ehm…ya…kan…emang…..kaya…kedengerannya sih bagus. Kan

emang SMA favorit di Jakarta Utara. Pas masuk…wihh..gimana yaa…

P: Kenapa pas masuk?

I: Biasa aja. Anak-anaknya sama aja. Ga ada yang pinter, ga ada yang

bodoh. Semua sama

P: Emang yang kamu harapin nih setelah masuk KI tuh apa?

I: Ya…pengennya sih saya bisa jadi lebih baik lah. Pendidikan

saya…soalnya SMP saya tuh….ya gitu..reputasinya tuh jelek. Jadi tuh

dulu anak SMP saya…anak-anaknya….gimana ya…agak suram-suram

gitu. Ya..ehm..intinya sih saya bisa…saya mau nunjukkin KI..emang

reputasi KI jelek. Tapi tuh sebenernya sama aja. Ada banyak orang

bilang ..ehm..kita terlambat. Kata siapa? Saya masih liat banyak orang

lebih terlambat daripada saya. Apa ya..pas tes kemaren bareng…saya

kan belajar 2 tahun kurikulum luar sama aja saya belajar kurikulum

bullshit. Jauh beda sama KTSP. Tapi sebenernya tetep aja kita sama kok.

Kita juga masih bisa ngikutin mata pelajaran KTSP. Kelas 3 kan

sekarang kan kita udah lebih fokus ke KTSP kan

P: Emang kurikulum Cambridge kaya gimana sih?

I: Kurikulumnya sih bagus..dia itu fokusin sesuatu yang bakal mereka

bikin riset..apa ya..jadi mereka fokus buat hal-hal yang penting bukan

yang….saya ambil contohnya nih ya. Biologinya Cambridge sama

biologinya KTSP. KTSP tuh kita bener-bener pelajarin semua takson.

Misalnya semua serangga-serangga itu… kita pelajarin tumbuh-

tumbuhan dari alga, paku. Tapi kalau Cambridge mereka ga ada kaya

gitu, mereka cuma..apa ya…perkenalin…tapi udah buat cukup tahu

doang. Kalau misalnya gini, kita pelajarin tumbuhan dari alga sampai

paku itu..lumut juga..gunanya apa sekarang… ga ada kan? Kalau di

Cambridge lebih fokus..misalnya…yang bakal mereka buat riset.

Menurut saya sih gitu

P: Enak dong belajar di KI?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Wih nyaman deh…santai

P: Emang santai? Santai gimana?

I: Kitanya sih yang santai…gimana ya…watak orang Indonesia tuh

gini… guru…guru biasanya lebih ramah sama anak yang

bayarnya…ibaratnya bayarnya lebih tinggi dibandingin sama anak

reguler. Biasa lah watak orang Indonesia kaya gitu. Jadi guru lebih segen

sama kita dibandingin sama anak yang bukan KI. Ibaratnya juga nih

anak kelas X, mereka belajar IPA, IPS pas kelas 2 dia menjurus ke IPA

nah kalau KI kan ga ada IPS. Ya kita ga tertekan lah karena harus

belajarin semua mata pelajaran itu, terus buat ngerjain tugas. Kita aja

bisa dibilang tugas itu jarang. Gimana ya..ada sih ada..tapi ya ga seberat

anak reguler

P: Emang segennya guru ke kalian tuh gimana sih?

I: Menurut saya sih…itu yang pertama. Ada guru killer gitu..tapi kalau

udah ngajar di kita tuh jadi agak santai gitu. Beda kalau ngajar di kelas

reguler. Tapi sekarang sih…guru-guru..udah pada ga…ibaratnya keras-

keras gitu udah ga ada. Sekarang guru semua..gimana ya..ya..ga galak-

galak banget sekarang. Ya paling kalau guru marah paling ngasih

peringatan aja sih sekarang sih gitu

P: Materi yang diajarin di kelas tuh tapinya kamu paham?

I: Ngerti sih untungnya karena kan mereka ga terlalu ribet gitu cara

penyampaiannya. Ga kaya Indonesia yang udah tahu gampang malah

dibikin ribet

P: Waktu tes masuk KI kaya gimana?

I: Ada sih kaya tes gitu, wawancara juga sama guru bahasa Inggris

P: Wawancara apa aja emangnya?

I: Pertama sih motivasi…ya kaya pertanyaan standard gitu lah.

P: Terus tes tertulisnya apa aja?

I: ada bahasa Inggris, matematika, IPA. Itu juga pake bahasa Inggris

semua jadinya ya..gitu..

P: Bisa?

I: Ehm…ga… Saya dulu mana ngerti sama soal kaya gitu kak. Udah lah

asal aja waktu jawabnya aja. Saya juga pusing waktu ngerjain. Soalnya

susah lagi…bingung deh. Kaya beda aja ya sama apa yang udah

dipelajarin di SMP gitu. Saya juga waktu itu…ehm..apa… ga ngerjain

semua soal. Abisnya ga ngerti. Mau gimana lagi? Mendingan saya

keluar ruangan aja waktu itu. Tapi ya kalau menurut saya ikutan tes kaya

gitu tuh cuma formalitas aja. Yang penting uang masuk ke sekolah. Jadi

ga terlalu penting lah nilai ujian itu gimana. Pokoknya yang daftar ya

udah bisa dipastiin bakal masuk KI

P: Tapi kamu sempet belajar waktu mau masuk ujian?

I: Wah..iya. saya sempet belajar waktu itu. Malem sebelumnya lah liat-

liat soal latihan lagi

P: Guru kalau ngajar di kelas pake bahasa Inggris gitu ga?

I: Iya, pake bahasa Inggris. Tapi kadang pake bahasa Indonesia juga.

Jadi bilingual gitu. Kalau pake full bahasa Inggris suka bingung juga sih

makanya kadang guru juga suka campur pake bahasa Indonesia.

P: Kalau ga ngerti pelajaran dibolehin kan langsung nanya sama guru?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Iya, dibolehin sama guru. Pokoknya…kalau ga ngerti ya cuek

aja..nanya gitu ke gurunya langsung. Guru ya terbuka aja kalau ada yang

mau nanya malah kayanya guru lebih suka sama murid yang kaya gitu

deh..yang aktif gitu di kelas

P: Terus kamu suka nanya ke guru?

I: Ya…saya sih kadang-kadang aja. Suka nanya ke temen juga kalau ga

ngerti

P: Biasanya fasilitas yang dipake guru apa buat ngajar di kelas?

I: Lebih sering sih pake LCD sama papan tulis aja paling. Kan gurunya

suka nerangin pake power point gitu. Kalau ga pake LCD ya paling di

papan tulis aja neranginnya.

P: Lebih ngerti yang mana?

I: Ehm yang…sama aja sih kayanya. Yang penting gurunya jelas aja

neranginnya. Ga ribet gitu dan ya…yang gampang dingerti aja sama

anak-anak. Apalagi kalau pelajaran kaya fisika gitu…itu kan perlu

jelasin yang enak kan, jelasin rumusnya gimana, aplikasinya gimana…

kalau bisa sih gurunya juga yang asik gitu, sambil bercanda lah jadi ga

serius-serius mulu di kelas

P: Suka ada presentasi gitu ga sih di kelas?

I: Iya, biasanya sih berkelompok gitu…jadi kita dibagi kelompok sama

gurunya. Kadang sih awalnya gurunya duluan yang nerangin terus nanti

buat lebih mendalamnya gitu, siswa yang disuruh presentasi

P: Kamu lebih nyambung sama presentasi atau biar guru aja yang

ngejelasin?

I: Ya..kalau saya lebih enak sih biar guru aja yang ngejelasin…soalnya

kan kalau misalnya siswa doang yang presentasi takut salah terus malah

jadi tambah bingung. Kita kan di kelas sama-sama belajar kan, yang

ilmunya lebih tinggi itu kan guru ya jadi biar gurunya aja yang

ngejelasin. Kalau kita ga ngerti baru..apa…nanya gitu ke gurunya.

P: Kalau sama guru native gimana? Dia cara ngejelasinnya sama?

I: Kalau saya sih sama aja kayanya. Tapi bedanya cuma dibahasa yang

dipake buat ngajar aja. Ya..itu tadi sih…yang penting gurunya itu

ngejelasinnya tuh enak, biar anaknya juga ngerti kalau dijelasin

P: Sama temen-temen sekelas gimana? Deket gitu ga sih?

I: Wah…kalau sama temen sekelas sih ya jelas deket kita. 3 tahun

bareng-bareng terus kan jadi ya udah kenal lah…hampir tiap hari

ketemunya sama mereka-mereka lagi…sampe bosen kali ya…. Gimana

ya…kita udah kaya keluarga sih, udah tahu lah jeleknya masing-masing.

Di kelas juga cuma sekitar 20 orang kan…

P: Suka ngumpul-ngumpul juga di luar sekolah?

I: Iya, kadang ya suka jalan aja ke mana gitu. Entah nonton atau makan

di luar. Kalau jalan-jalan kan udah sering dari sekolah kan…

P: Sering?

I: Iya, sering banget. Dari Singapur, Kp.Naga, P.Pari gitu deh. Tambah

deket deh kalau jalan kaya gitu. Ada nginepnya juga kan itu, jadi ya

gimana ga mau deket kitanya

P: Kaya ada kelompok-kelompok gitu ga sih di dalam kelas?

I: Ya..ada sih kak…ga tahu tuh…ga jelas merekanya…

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Maksudnya?

I: Sebenernya sih itu kaya…cuma ceng-cengan anak sekelas doang. Jadi

tuh…kaya…anak yang rajin mainnya sama yang rajin, anak yang males

mainnya sama anak yang males. Kan kalau anak rajin ngumpul di dalam

kelas, biasanya ngapain? Belajar kan. Nah nanti anak-anak yang males

biasanya main. Gitu aja sih paling tapi ya kita sebenernya ya gabung-

gabung aja sih.

P: Pernah ada ribut gitu sama temen?

I: Ga ada sih…paling ceng-cengan aja kita. Udah ngerti lah kalau

bercanda doang

P: Kalau sama RSBI gimana?

I: Kalau saya sih ga terlalu deket. Paling kalau kenalnya juga karena

ekskul aja. Di ekskul saya kan juga dikit yang aktif jadi ya itu-itu aja

paling orangnya. Lebih deket ke temen KI lah kalau saya. Kan kelasnya

juga jauh ya, sebelah-sebelah kelas kita anak KI juga jadi ya mau

gimana. Kalau kelas 3 anak RSBI kan ada di bawah tuh jadi ya kalau

istirahat juga palingan ngobrolnya sama temen sekelas aja sih

P: Kalau interaksi kamu sama guru?

I: Ehm..saya sih termasuk anak yang ga terlalu deket sama guru. Cuma

ya tetep aja..jaga sikap gitu kalau di depan guru

P: Terus yang kamu dapetin dari guru apa sih? Selain ilmu gitu yang

guru ajarin di kelas

I: Ehm..ya itu kali ya kesopanan. Jadi ya tahu diri gitu lah kalau sama

orang yang lebih tua harus gimana. Ga bisa sembarangan juga kan

P: Kalau dari temen ?

I: Apa ya…itu..apa…kebersamaannya sama juga sih jaga sikap juga.

Kan dari sifat temen yang udah lama kenal itu keliatan lah dia gimana

orangnya..dia gimana..ga sukanya apa..sukanya apa. Kaya gitu sih.

P: Ohh gitu. Terus buat ekskulnya kamu ngikut apa?

I: Saya ikut bridge kak

P: Kok milih bridge sih? Bukannya susah gitu ya mainnya?

I: Ehm….gimana ya..awalnya itu saya sebenernya kasian ngeliat bridge

peminatnya sedikit gitu terus yaudah deh saya ikut gabung buat

ngeramein

P: Kasian?

I: Iya, kaya itu ekskul tapi peminatnya sedikit. Padahal yang saya tahu

itu dulu-dulu bridge punya banyak peminat gitu lho. Eh sekarang malah

kaya gini. Sepi. Yaudah deh supaya rame saya masuk aja ke situ.

Cuma…orang-orang…ga tahu deh. Dikit deh peminatnya di sekolah ini.

Ada sih ada peminatnya tapi ya itu..dikit. paling anak itu juga yang dulu

pernah ambil bridge di SMPnya

P: Syaratnya gimana sih buat masuk ekskul ini?

I: Ehm…kan kalau MOS itu ekskul-ekskul pada masuk ke kelas kan buat

promosi nah nanti yang minat bisa tuh daftar. Setelah daftar biasanya

suka ada pengumuman buat kumpul awal di sekolah, dikumpulin lah

anak-anak baru supaya saling kenal. Kenal sama seniornya juga

P: Terus pas daftarnya peminatnya juga sedikit?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Kalau pas daftar tuh banyak kak. Kalau ngumpul-ngumpul juga

banyak kan yang ikut gitu. Nah biasanya itu pas setelah ordik mereka

pada kabur. Udah ga pada latihan. Yang masih sering ngumpul buat

latihan juga jadi dikit, jadi tuh anak-anak yang kabur itu…apa ya… kaya

jadi numpang tempat buat ordik doang gitu. mungkin gini..ehm..kan

katanya ekskul bridge kalau pas ordik juga ga terlalu serem gitu.

P: Serem apa?

I: Ga terlalu parah lah ngerjainnya anak barunya. Kalau ekskul lain kan

banyak lah…gitu…ngerjainnya keterlaluan. Ga nyantai gitu. Mungkin

itu sih. Cuma ya.. ga tw sih..

P: Terus pandangan kamu sendiri sama anak yang kaya gitu apa?

I: Ehm.. biarin aja sih sebenernya…itu..apa ya…hak mereka juga buat

kaya gitu.

P: Manfaat apa sih yang kamu rasain dengan adanya ekskul?

I: Kalau saya sendiri kan anak KI..jadi ya bisa lah berbaur sama anak

RSBI. Terus..gimana ya… nambah pengalaman juga lah. Kan bridge

juga ada ekskul di kampus…

P: Tapi ada anak KI juga di RSBI?

I: Ada kak. Saya sih lebih enak ngobrol sama anak KI ya..gimana

ya..karena udah kenal kali ya sebelumnya jadi kerasa lebih enak lagi

kalo di ekskul

P: Tapi deket sama anak RSBI yang di bridge?

I: Ehm..deket sih karena di ekskul kan. Mau ga mau kalo ada apa-apa

kan pasti diomongin sama anggota lain juga

P: Kalo ketemu di luar ekskul?

I: Ya negur sewajarnya aja

P: Kalau manfaat dari bridge sendiri apa?

I: Apa ya.. bisa ningkatin insting kita gitu. Terus perkiraan kita. Melatih

kecerdasan kita juga bisa sih. kita jadi bisa ngatur strategi, terus kita

berani buat ambil keputusan. Banyak sih bridge..

P: Kamu udah ngerasain manfaatnya?

I:Ehm..gimana ya… belum banget sih kak. Maksudnya kan.. ya saya

juga kan ga jago-jago amat. Tapi kan bridge itu emang mikir gitu kan

mainnya jadi ya kalau kitanya juga rajin latihan kan pasti lama-lama

terasah juga. Gitu sih ya palingan

P: Latihan tiap hari apa?

I: Selasa..pulang sekolah kak

P: Pada rajin dateng?

I: Ada yang rajin dateng sih untungnya.

P: Kamu dulu rajin dateng?

I: Waktu masih aktif iya rajin. Tapi kan karena sekarang kelas 3 jadinya

udah ga aktif lagi

P: Ga takut bakal keteteran ya sekolahnya?

I: Ga sih. Kan kalau ekskul juga ga tiap hari..terus pulang sekolah…jadi

ya ga apa-apa. Termasuk santai juga kan di bridge jadi ya..kaya apa..ga

tertekan gitu lah

P: Kalau lagi ngumpul gitu ngapain aja?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Paling latihan terus saling bagi ilmu tentang bridge aja. Tapi kadang

kalau lagi ada masalah gitu ya sambil kita bahas juga. Jadi ya bisa

hasilin yang baik lagi di ekskul ini.

P: Antar anggota gitu deket ya?

I: Akrab sih. Di luar ekskul juga suka ngumpul. Iseng aja

P: Ada temen deket dari ekskul ini?

I: Ehm.. yang ga deket banget sih tapi akrab lah

P: Kalau sama ekskul lain gimana?

I: Deket sih. Terus paling suka dicengin gitu “Yah ekskulnya dikit ya”,

buat bercandaan aja sih jadinya. Ga yang..kesel gitu jadinya

P: Terus antara pengurus bridge sama anggota yang lain gimana?

I: Udah ga keliatan kalau itu mah. Kita sih termasuk ekskul yang santai

kan ya jadi ya udah sama senior juga santai. Udah deket, ceng-cengan,

bercanda gitu lah. Kalau kita kan santai ya ga kaya paskib atau PSVG

gitu.

P: Kalau struktur organisasinya gimana?

I: Kayanya sih bridge tuh cuma butuh ketua doang deh hahaha. Kaya

wakil atau sekretatis…atau apa..bendahara gitu ga usah. Itu juga

ketua..apa ya..pemilihannya yaudah dirembukin bareng-bareng gitu sih.

Soalnya bridge ga terlalu ribet banget. Orang junior saya nyuruh bikin

proker kan terus saya bilang aja ya “ngapain”. Lagian juga kalau kita

bikin proposal ke sekolah gitu ya paling dapetnya tuh kecil..berapa lah

dapetnya gitu..bener kan kemaren pas ngajuin dari pihak sekolahnya…

ditanyain… ditanyain.. eh kita cuma dapet berapa ya..Rp 200.00 apa ya

kalau ga salah. Itu cukup paling buat beli kartu sama yang lain-lain.

Lagian kalau saya bilang kan bridge itu ga butuh kostum kaya PSVG.

Lagian kan pelatih udah ditanggung sama sekolah, makanya yaudah lah

ga usah ngajuin proposal kaya gitu ke sekolah

P: Ada pengurus yang jarang dateng gitu ga sih? Terus kaya magabut

gitu? ga ngerjan tugasnya

I: Ehm..ga ada sih. Kita milih pengurus kan emang yang rajin dateng

gitu jadi kalo yang ga dikira-kira males ga dateng sih ga bakal jadi

pengurus sih. Mereka juga rata-rata ada kok tanggung jawab kok. Tahu

lah sama tugasnya apa di ekskul

P: Terus penunjukkan buat jadi ketua itu tata caranya kaya gimana?

I: Ehm..dari senior sih. Senior yang ngomongin nanti kalau udah baru

juniornya di kabarin gitu

P: Terus nanti nerima aja?

I: Ya, anak-anak sih sejauh ini setuju karena satu pendapatlah sama

seniornya.

P: Kenapa?

I: Ya..ga tahu ya. Ngerasa mampu aja sih anak yang ditunjuk itu. Bridge

kan yang ga ribet gitu, ga kaya paskib. Tapi sih sebenernya kalo ada

anak yang setuju bisalah diomongin gitu. si seniornya juga ngomong kok

kalo ada yang ga setuju ya bilang aja, ga masalah. Jadi..apa ya..istilahnya

itu keputusan senior itu ga bener-bener mutlak lah.

P: Ga ada gitu misalnya konflik? Atau berantem kecil?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ga ada sih. Kalau ya bercandaan gitu kita tahu lah batesannya gitu.

Biasa lah ceng-cengan juga. Tapi kalau beda pendapat wajar sih

ya…kan..apa..dalam satu ekskul kan banyak kepala ya buat nyatuinnya

gitu ya susah..

P: Terus solusinya gimana?

I: Ya kita omongin rame-rame aja sih. Ngumpul aja gitu…yaudah

diomongin enaknya gimana. Dibawa santai aja sih kalau kita. Ga yang

kaku gitu..

P: Anak-anak juga lebih suka sama sistem yang kaya gitu.. maksudnya

sama cara yang kaya gitu? yang ga terlalu kaku

I: Iya, pasti. Ehm..ga tahu sih ini cuma di ekskul bridge doang atau ga.

Tapi ya kalau kita kan emang anak-anaknya santai aja sih…gitu… kalau

ada apa-apa ya diomongin aja langsung ga dibawa ribet.

P: Kalau rapat gimana?

I: Biasanya sih itu dari spontanitas kita aja. Kalau ada yang mau

diomongin ya semuanya dikumpulin terus dibahas lah gimana-

gimananya..

P: Semuanya ikut kasih saran di situ? Ga ada yang mendominasi?

I: Iya, semuanya…apa ya.. ya kalau misalnya emang ada yang mau

diomongin ya diomongin aja. Ga usah dipendem. Kaya gitu sih intinya.

Kalau misalnya ada yang ga setuju sama yang diomongin ya

langsung…apa…langsung ngomong aja di situ. Tapi kita tuh rapatnya

bukan rapat yang serius gitu sih. Dibawa santai lah intinya kalau rapat

juga. Kalau yang dominasi ya paling…apa… ketuanya kan. Karena kan

juga harus bisa bawa alur rapatnya gitu. tapi bukan mendominasi banget

yang semuanya dia ngomong gitu…ga. Semua juga punya hak sama lah

buat ngasih saran, pendapat.

P: Misalnya apa masalah di ekskul biasanya?

I: Apa ya…ada paling anak-anak yang jarang latihan. Bridge itu kan

kalau main butuh pasangan kan, nah misalkan pasangan kita jarang

dateng kan susah. Ribet gitu kan jadinya. Kalau misalnya kaya gitu kan

mau ga mau cari pasangan yang lain kan. Syukur-syukur kalau dapet

kalau ga dapet nanti biasanya senior yang ikut main. Yang penting kita

latihan dulu. Nah yang kaya gitu tuh..maksudnya kan jadi bikin repot

yang lain juga

P: Kalau dari aturan ekskul ini tuh sebenernya gimana sih?

I: Ehm..ga ada sih..senioritas juga ga ada. Kadang-kadang junior saya aja

songong sama saya. Padahal saya kan istilahnya lebih tua gitu kan dari

dia, seniorlah, tapi yaudah lah kita mah santai. Tahu lah kalau itu

bercandaan doang. Ya tahu batasannya lah

P: Dari awal seniornya juga ga ngasih tahu kaya gitu? maksudnya kan ga

terlalu ngikat ya terus dulu tuh pas awal gimana si seniornya ngasih tahu

ke kalian?

I: Sebenernya dulu sih senior ngomong harus rajin dateng gitu buat

ekskulnya. Yang penting sih itu. Tapi ga tahu deh lama-lama setelah

ordik makin dikit yang dateng gitu

P: Ada berapa anggota emangnya?

I: 20an kalau ga salah deh

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Kan bridge peminatnya dikit ya, ada hal yang kamu lakuin gitu ga sih

kaya buat narikin anak-anak?

I: Saya pernah belajar sulap…jadi pas promosi MOS saya bukannya

ngajar tentang bridge saya malah main sulap di situ. Cuma dikit doang

kasih tentang bridge, sisanya saya main sulap aja di kelas

P: Yang ngajarin siapa itu?

I: Senior saya juga. Abis gimana coba, daripada main bridge di situ terus

anak-anaknya pada bosen ya mendingan saya main sulap aja. Coba cari

perhatian dari anak-anak aja

P: Dulu seniornya ga ada yang bantuin buat cari anak? Cuma angkatan

kamu doang?

I: Ada. Tapi kan gimana ya kalau sama junior…mau ngebantu juga ga

terlalu efektif. Senior saya kan anak..apa sih..perkumpulan Kristen gitu

di sekolah…ya jadi paling di sekitar situ aja

P: Eh terus kalau misalnya ada anak yang jarang latihan gitu? ada tindak

lanjut gitu ga sih?

I: Ehm..sebenernya sih biarin aja. Paling kalau anak itu yang sebelumnya

rajin terus kayanya minatnya keliatan nih di bridge ya paling ditanya ke

anaknya “kenapa jarang latihan” gitu aja sih paling. Kalau nantinya dia

masih jarang latihan lagi yaudah biarin aja. Santai

P: Terus sikap kalian ke anak itu berubah ga?

I: Ga sih. Biasa aja. Haknya dia juga buat kaya gitu

P: Kalau ketemu di sekolah…

I: Ya kalau dia liat saya, saya senyumin aja sih. Biarin aja

P: Itu biasanya yang suka negur siapa? Ketuanya doan atau anak lain

juga ikutan?

I: Ga juga sih…ga terus-terusan ketuanya yang negur. Ada juga anak

lain yang ikutan negur gitu anak yang jarang dateng itu

P: Kalau dari peran guru gimana ke ekskul kamu?

I: Paling ya yang sering ngobrol ya dari Pembina aja sih. Guru-guru lain

mungkin karena udah punya kerjaan lain lagi

P: Tapi dari Pembina sendiri cenderng ngedukung?

I: Ehm..gimana ya..ya lumayan sih…orangnya emang kadang suka ribet

gitu sih. Mau ini..ini..ini gitu

P: Terus kamu ngikutin tuh apa kata pembinanya?

I: Ehm..kadang ngikutin kadang ga sih. Kalo emang dirasa ribet ya kita

ga ngikutin

P: Biasanya ngapain sih yang minta bantuan ke Pembina?

I: Itu..biasanya kalo misalnya mau ikut lomba, minta dana ke sekolah.

kalo kaya gitu kan harus ada ijin dari sekolah kan. Nah kalo ada

Pembina kan maksudnya kita jadi lebih gampang gitu buat ijin ke

sekolah tapi tuh..apa ya…kadang malah jadi repot akhirnya yaudah deh

kita aja yang ke sekolah langsung

P: ga apa-apa kaya gitu?

I: Ga masalah sih

P: Pernah ada masalah gitu sama pembinanya?

I: Ga…ga pernah deh kayanya. Lancar-lancar aja sih selama ini

P: Pernah ikut lomba ga kalian di bridge?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Waktu saya masih aktif ga pernah sih kak. Gimana mau lomba, yang

dateng aja sedikit kan kalau latihan.

P: Kalau sekarang?

I: Wahh..udah jago kak sekarang bridgenya. Udah sering ikut kejuaraan

gitu.

P: Menang?

I: Menang sih. Coba dulu di angkatan saya banyak yang latihan, saya

bisa ikutan lomba tuh. Kan lumayan…

P: Eh di sini tuh ada ga sih ekskul yang dipandang anak-anaknya lebih

eksis gitu?

I: Ya ada sih kalo kaya gitu mah. Paling basket sama futsal sih ehm

dance juga tuh kalo cewenya.

P: Yang kamu liat di anak-anak yang ikut ekskul itu emang eksis gitu?

kaya lebih gaul juga?

I: Ehm..gimana ya…ya itu emang kaya lebih eksis jatohnya. Kaya anak

basket misalnya. Kan kaya udah jadi rahasia umum lha yang nyebut

anak basket tuh keren-keren orangnya, rata-rata yang masuk situ ya

emang yang anak gaul di sekolah. di sini juga ternyata gitu hahaha.

Anak-anak ngeliatnya anak basket emang lebih wah gitu padahal sih

kalo menurut saya biasa aja hehehe.

P: jatohnya anak basket emang khusus buat anak yang eksis gitu atau

gimana sih?

I: Sebenernya kalo anaknya ga terlalu eksis bisa kebantu dari ikutan

ekskul basket sih. mereka jadi lebih dikenal gitu kan. Karena kan

otomotis kalo ikutan ekskul basket jadi kebawa eksis ini. selama ini sih

yang ikutan emang eksis jadinya hahaha. Ga ngerti juga sih itu kenapa

ya

P: Kamu ga masalah sama kaya gitu?

I: Ga sih. saya sih santai jadi ya ga masalah. Ga ngerti juga sih itu

awalnya gimana ya. Pokoknya kaya udah jadi label aja di merekanya

haha.

P: Terus mereka biasanya kelompoknya gitu sama siapa? Kaya misalnya

anak dance ya paling sama basket atau futsal atau ngebaur?

I: Ehm… sebenernya sih mereka baur gitu sih. maksudnya ya ga nutup

temenan gitu, santai aja. Tapi kalo diperhatiin sih ya rata-rata ekskul itu

emang deket sih anak-anaknya. Tapi sejauh ini sih ya mereka ga terlalu

nutup diri itu ga sih kak. Tetep baur. Tapi ya bedanya emang mereka kan

lebih dianggep eksis gitu sama anak-anak.

P: jadi tuh sebenernya yang daftar buat ikut ekskul itu harus anak yang

eksis dulu atau gimana sih?

I: Ehm..gimana ya.. ga gitu sih kayanya. Kan kalo ekskul yaudah siapa

aja juga boleh ikutan kan. Tapi rata-rata sih yang ikutan ekskul itu

emang anak-anak yang eksis gitu lho. Keliatan lha. Ekskul kan

sebenernya bebas sih ya kak. Kalopun misalnya nih dy awalnya biasa aja

tapi masuk basket atau futsal gitu ya biasanya ikutan eksis juga sih.

P: Keliatannya kaya gimana sih?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ehm..nih kalo buat cowo ya keliatannya kaya ganteng gitu

hahhaa..keren lha..kalo dance emang rata-rata cewenya cantik gitu kan.

Terus dari penampilannya juga enak lha diliat hahhaa

P: Kan udah ga aktif nih sekarang karena kelas 3 ya, terus masih suka

kaya mantau gitu ga sih? Ngeliat mereka latihan?

I: Jarang sih kak. Kalau ketemu di jam sekolah aja paling suka nanya

gimana sekarang. Kabar terbaru gitu lah. Sama paling kasih saran aja

kalau lagi mau lomba atau lagi ada masalah. Dukunganlah juga..pasti.

kan saya juga masih jadi keluarga di bridge kan ya jadi yaudah dijaga aja

walau udah ga latihan kaya dulu lagi.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 5 (OF)

Siswa XII KI

Ekstrakurikuler Band

Tanggal wawancara: 30 Maret 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Kelas berapa sekarang?

I: Kelas XII kak

P: Kamu KI kan ya? Kenapa pilih KI?

I: Ehm sebenernya saya dari RSBI kak. Waktu MOS juga ikut yang

reguler. Jadi kan kakak alumni sini juga terus dia kan deket sama Bu Nur

terus Bu Nur promosi kan. “itu adenya masukin ke KI aja” yaudah deh

kakak langsung ngomong kan “kamu masuk KI aja”. Terus yaudah deh

langsung tes aja buat masuk KI. Waktu itu tesnya juga cuma

conversation aja. Terus pas selesai MOS…3 hari setelah MOS langsung

masuk ke KI

P: Cuma conversation aja? Ga ada tes tertulis gitu?

I: Ga ada soalnya waktu itu kan udah masuk ke sekolah ini. Jadi ga ada

tes tertulis lagi. Kan kalau yang lainnya kan belum masuk sekolah ini

jadi ada tes tertulis

P: Sebelumnya emang ga tahu ada KI atau emang sebelumnya masuk

RSBI aja?

I: Emang ga tahu. Jadi pas masuk MOS hari pertama baru tahu

P: Kalau dari awal tahu ada KI, mau masuk KI aja?

I: Pengen sih..apa ya.. kedengerannya mantep aja gitu

P: Terus kan sekarang udah ngejalanin hampir 3 tahun ya, menurut kamu

sendiri KI itu kaya apa?

P: Bagi saya sih…ehm dari anak-anaknya aja ya. Jadi tuh kita kaya

kompak banget gitu, kaya udah kaya keluarga. Kan sekolah juga sering

ngadain jalan-jalan untuk kelas internasional kan. Kaya ke Kampung

Naga, Singapur juga pernah. Pokoknya kita udah sering ke luar kota

bareng.

P: Udah berapa kali emang?

I: Berapa kali ya… sering…sering banget. Udah ga keitung. Kalau kaya

di P.Pari neliti terumbu karang gitu-gitu lha. Yang jelas seru banget deh

P: Itu kalian ada biaya lagi ga?

I: Ga ada. Pokoknya kita tinggal jalan sendiri sama bawa uang jajan

sendiri.

P: Kalau ke Singapur?

I: Singapur mah mahal..berapa ya… bayarin guru-guru juga kayanya

waktu itu..hahaha…

P: Berapa hari

I: Itu 5..eh 6 hari

P: Itu lagi libur sekolah?

I: Ga, jadi kita ke sekolah di sana. Kita masuk ke sekolah namanya apa

ya…Dunman School… aduh susah namanya. Sama kita juga pertukaran

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

budaya tapi ternyata mereka ga punya budaya. Kita ngasih miniatur

ondel-ondel gitu ke mereka

P: Setelah selesai jalan-jalan gitu kalian ada disuruh bikin laporan?

I: Iya, sebenernya disuruh bikin laporan tapi kita ga ngerjain hahaha…

itu namanya KI kak. Sebenernya guru-guru juga nuntut…minta

laporan…minta laporan…tapi kitanya juga ga ngumpulin. Ya guru

begah kali sama kita akhirnya lupa deh

P: Terus terakhir pergi kemana?

I: Ke P.Pari. Penelitian terumbu karang waktu itu. Jadi wajar lah kalau

kita akrab karena emang sering pergi bareng-bareng.

P: Kalian sekelas terus kan ya kalau di KI?

I: Iya, sekelas terus. Jadi ga heran lah kalau akrab lah, udah kaya saudara

P: Kalau anak RSBI ada study tour juga?

I: Ada, mereka juga. Sekali doang

P: Kok enak banget sih

I: Iya. Kan banyak tuh orang yang bilang “ah apaan tuh KI cuma

menang bayaran mahal doang” apa ya. Sebenernya kalau menurut dari

sisi pandang situ…kita kan pas jalan-jalan juga ngamatin. Ya kan kalau

ngamatin paling sejam, dua jam, tiga jam gitu lah terus sisanya ngapain?

Ya main. Terus kalau ada orang yang bilang menang bayaran yang

mahal doang, terus ga nguasain bahasa Inggris gitu …apa ya…

sebenernya ...sebenernya ga gitu juga. Sebenernya banyak untungnya

juga. Ga semua orang lah bisa dapet kentungan kaya gitu. Diajarin sama

native. Diajarin kimia sama native, siapa sih yang pernah dapet? Kan

jarang. Dari mancanegara… ga cuma dari pelajaran aja yang didapet tapi

cerita tentang negara dia juga. Pokoknya banyak lah yang dibagi sama si

native itu. Jadi kan belum tentu semua orang depat.

P: Dari mana aja emang gurunya?

I: Dari Afrika…apa dari mana ya.. hitam gitu pokoknya. Ada juga yang

dari Meksiko

P: Mereka ngajar satu mata pelajaran?

I: Iya, satu mata pelajaran. Tiap minggu. Pokoknya misalnya seminggu,

matek ada 3 kali. Terus salah satunya diajarin sama native. 5 mata

pelajaran Cambridge itu pokoknya ada native yang ngajar.

P: Itu kelas 1,kelas 2?

I: Iya, kelas 3 udah ga. Bahasa Inggrisnya doang yang masih sama

native. Tiap hari selasa.

P: Jadwal bahasa Inggris emang tiap hari apa aja?

I: Hari apa ya… ehm… aduh ga hapal kak. Hidup tuh spontanitas kak.

Kan kita dapet loker jadi ya semua buku taro di loker aja. Jadi misalnya

sekarang jam ini nih ya tinggal keluarin buku dari loker aja. Pokoknya

kita sekolah ya gitu…kakak pasti heran deh kalau liat kita. Aneh deh

kalau orang awam liat kita pasti..

P: Emang bukunya ga dibawa ke rumah?

I: Saya sih ga. Tas saya kosong tiap hari paling isinya pulpen, tipe-x

P: Fasilitas yang ada di dalam kelas tuh emang apa aja?

I: Ada loker, komputer ada 4, LCD, printer, IP board

P: Itu buat apa biasanya?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ya kalau tujuan sekolah sih buat belajar mengajar ya tapi kita salah

pergunakan. Buat browsing lah, buat nonton film lah. LCD juga buat

nonton film

P: Emang ga pernah dapet tugas dari guru?

I: Jarang…jarang banget. Guru ngasih tugas tuh jarang. Ngerjain ga

ngerjain juga sama aja. Ga ada.. sanksi berat jadi anak-anak pada males.

Sebenernya kita kalo dibilang sekolah ga kaya sekolah. Kaya tempat

main

P: Terus guru-guru metode ngajar di kelas gimana?

I: Nyampeinnya ada yang langsung antara guru ke murid ada juga yang

tutor sebaya. Jadi yang bisa ngajarin yang ga bisa.

P: Kalau menurut kamu enakan yang mana?

I: Kalau saya sih enakan tutor sebaya. Jadi saya minta ajarin temen saya

yang lebih pinter.

P: Tapi kamu kalau ga ngerti suka nanya ke guru gitu ga?

I: Sekarang sih iya kak. Jadi aktif saya.

P: Kalau dulu?

I: Dulu mah ga kak. Saya juga bingung kenapa dulu saya kaya gitu. Ya

kalau sekarang kan kaya udah ngerasa ketinggalan jadi ya nanya kalau

ga ngerti..untungnya sih gurunya juga ngerti kan jadi mau ladenin anak-

anak termasuk saya

P: Di kelas ada kelompok lagi ga sih? Kaya grup-grupan gitu

I: Ada sih tapi cuma bercandaan doang itu mah. Jadi tuh kaya gini anak

rajin main sama rajin, anak males main sama yang males juga. Kaya gitu

doang. Sebenernya sih kita deket. Jadi tuh kalau di kelas juga kaya ada 2

sisi gitu lah. Yang belajar ya belajar, ada juga yang ngobrol, main gitu.

P: Satu kelas ada berapa anak?

I: 22 sekarang.

P: Katanya guru-guru bisa modifikasi cara duduk kalian gitu ya? Ga

kaya di RSBI

I: Iya, tadinya tuh kita letter U eh sekarang gara-gara guru yang minta

jadi kaya RSBI deh.

P: Terus nih harapan kamu sekarang udah masuk ke KI kan itu apa?

I: Harapan saya…sebenernya tuh waktu pertama-tama masuk KI tuh..

kan saya SMPnya amburadul banget kan. Saya pengennya SMA

berubah. Kan pikirnya masuk KI nih, lingkungannya tuh bisa bawa saya

ke yang lebih positif eh ternyata pas saya masuk…ketemunya sama aja

kaya sama semua

P: Tapi ada perubahan ga sih dari diri kamunya sendiri?

I: Pas kelas 3 sih banyak banget. Meningkat lah. Kan waktu kelas 1

ketemu sama temen-temen jadi main terus. Kelas 2 udah mulai

mendingan, udah jarang bolos. P: Kelas 1 sering bolos?

I: Sering banget kalau kelas 1. Cabut. Yang jelas dari kelas 1, kelas 2,

kelas 3 banyak perubahan lebih baik lah.

P: Pernah ada yang ikut OSN gitu ga sih di KI?

I: Ga ada sih. Saya pernah ikut di Singapur tapi itu bukan OSN. Itu

olimpiade yang dibikin sama NUS. Pernah ada bikin olimpiade

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

matematika. Itu waktu kelas 1. Saya dulu lumayan lah matematika

sekarang udah ga. Udah males belajar

P: Ada berapa orang waktu itu yang ikut?

I: Dari KI ada 4 orang. Ada regulernya beberapa

P: Terus kalau ujian gitu diumumin gitu hasilnya?

I: Iya, ada di papan ada. Di internet juga ada

P: Sebelumnya si guru ngejelasin kan ya metode penilaiannya gimana?

I: Iya, ada yang diambil dari nilai ujian, dari apa..ulangan harian. Kaya

gitu. Dijelasin semua

P: Ngerasa sesuai ga dengan usaha yang kamu jalanin selama ini?

I: Ga. Saya ga belajar tapi nilai saya bagus.

P: Waktu awal semester guru juga ngejelasin tentang rencana materi

pelajaran selama satu semester gitu?

I: Dikasih tahu

P: Kalau misalnya ada siswa yang ga suka sama metode ngajar guru,

terus kalian bisa ngasih saran gitu? Gurunya bisa nerima ga?

I: Kalau KI… apa ya…ibaratnya semena-mena gitu. Mau ganti guru juga

bisa. Jadi misalnya nih ada guru yang ga enak yaudah kita minta ganti

nanti sama sekolah bakal diganti gurunya.

P: Pernah kalian kaya gitu?

I: Iya, dulu pernah guru fisika. Kan waktu itu kita ga suka, dia suka

marah-marah di kelas. Sebenernya sih bener marahnya tapi kita ga suka

dimarahin terus minta ganti deh. Jadi waktu itu kita ngadu ke guru yang

emang ngurusin KI terus nanti dia yang ngurus ke wakil kurikulum.

Langsung diganti deh gurunya.

P: Fasilitas yang dipake sama guru apa buat nerangin materi?

I: Pake LCD sih. Tapi kalau menurut saya gara-gara LCD gurunya jadi

tumpul ilmunya. Jadi kan kalau guru-guru di tempat les kan dia

ngejelasin terus kita nyatet. Kalau guru sekarang kan pake power point

terus gini gini terus baca lagi. Jadi kan kaya…menurut saya jadi tumpul

aja gitu.

P: Kalau sama anak RSBI?

I: RSBI…ya paling temen tongkrongan aja sih. Beberapa aja.

P: Ada perbedaan ga tuh interaksi kamu antara KI dengan RSBI?

I: Sama aja sih…jadi tuh apa ya… orang tuh kalau nyari temen yang

senyamannya kan. Ya jadi saya nyari temen yang sama males-males juga

jadinya..jadinya nyambung lah gitu..deket

P: Awal deketnya gimana?

I: Pertama tuh kenal di mana ya… pas MOS lah, sekelas. Abis itu pulang

bareng abis itu nongkrong bareng abis itu keterusan..keterusan

P: Kalau interaksi sama guru gimana?

I: Kalau saya sih kurang deket sama guru tapi ya tetep jaga kesopanan

aja.

P: Nilai apa yang kamu dapet selama bergaul sama temen-temen kamu?

I: Ehm..apa ya.. kekeluargaannya kali ya kak. Karena kan kita emang

sekelas tuh dari kelas 1 jadi lama-lama yang kebangun lah rasa

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

kekeluargaannya. Jadi tuh…ehm..gimana ya..di ekskul juga gitu. Jadi

kebawa aja dan jadi kebentuk giti juga di band.

P: Kalau dari guru?

I: Ehm.. apa ya… lebih ke guru native kali ya kak. Jadi lebih ngehargain

budaya orang aja. Mereka kan dari negara macem-macem kan terus

budayanya emang beda-beda. Ya jadinya sekarang kalau liat orang dari

daerah mana juga jadi lebih ngerti lah “ohh emang itu kali ya

budayanya” gitu..

P: Terus kamu ikut ekskul apa?

I: Saya ambil band

P: Kamu kok ambil ekskul band?

I: Saya emang tertarik sama musik sih kak. Keluarga saya emang suka

musik semua. Kebetulan saya juga megang gitar. Jadi tuh pertama-tama

waktu kecil pernah les organ. Gitu-gitu lah pernah tampil juga. Jadi pas

tahu ada ekskul band jadi pengen langsung masuk aja. Niatnya sih

pengen mempertajam skill main gitar.

P: Dapet ga?

I: Dapet sih tapi bukan dari ekskul sih tapi lebih dapet dari kursus. Kelas

2 kemaren masih kursus sekarang karena udah kelas 3 udah ga les lagi.

P: Ga ada nambah skillnya gitu di ekskul?

I: Bukannya ga dapet..kaya kurang aja…kan kalo di ekskul biasanya

nampilin apa yang udah kita bisa gitu. nah tapi kadang-kadang juga

sambil belajar sama anggota yang lain juga sih

P: Ada pelatihnya gitu ga sih?

I: Ya paling saya sama alumni. Ada juga yang dari temen-temen yang

menurut saya bagus ya saya panggil buat ngajarin

P: Temen-temen dari mana?

I: Ya satu sekolah juga tapi yang kira-kira punya skill yaudah kita ajakin

main bareng aja gitu

P: Alumni sering dateng ya?

I: Iya, lumayan sih kak.

P: Deket gitu ya sama mereka?

I: Iya sih, mereka juga kasih saran kan ke kitanya soal ekskul soalnya

kan udah pengalaman merekanya di ekskul dulu

P: Latihannya tiap hari apa?

I: Tiap sabtu

P: Itu di sekolah?

I: Ga. Di sekolah alatnya jelek. Kita kaya ga di dukung gitu sama

sekolah. Kurang dukungan

P: Kurang dukungan dalam bentuk apa?

I: Yang pertama, alat-alatnya jelek banget. Kedua, namanya kita juga

main musik jadi tuh harus punya ruangan kedap suara supaya ga ganggu

yang lain. Ga ada ruang seni

P: Kamu ga ada omongan ke sekolah?

I: Ga usah diomongin juga udah tahu kak jawaban dari sekolahnya.

mereka pasti ga mau deh. Daripada kitanya yang cape-cape ngomong

terus bikin proposal ya mendingan cari studio aja buat latihan. Anak-

anak juga maunya kaya gitu sih, mendingan cari studio aja. Abis apa

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

ya..sekolah tuh kaya malah bikin repot kitanya nanti kalo misalnya kita

ngomong ke sekolah. Harus A, harus B.

P: Pembinanya juga ga ada omongan ke sekolah?

I: Ga ada sih

P: Ada berapa anggotanya?

I: Angkatan saya ada 7 orang

P: Pas dipilih jadi ketua itu gimana ?

I: Pemilihan. Voting gitu. Pokoknya senior sama junior voting gitu

P: Senior ga rapat antar senior gitu?

I: Iya, jadi kan..awalnya rapat yang antar senior doang terus yaudah deh

nanti baru juniornya ikutan kalo udah keputusan dari seniornya

P: Syaratnya apa sih buat jadi ketua gitu?

I: Ya paling dipilih yang rajin dateng latihan, ya yang kira-kira bisa

mimpin lah.

P: Kalo ternyata ada anak yang ga setuju sama yang dipilih gimana?

I: Bisa ngomong sih tapi ga pernah ada yang kaya gitu. Setuju semua

sama pendapatnya kaya senior

P: pernah ada kasus ga kalo yang dipilih ternyata ga mau jadi ketua?

I: Ehm..ga pernah ada sih. Semua mau aja jadi ketua. Tertantang kali ya

terus sama suka juga sama ekskul ini jadi ya ga masalah

P: Alumni ikutan milih gitu ga buat ketua ekskul?

I: Ga sih, seniornya aja yang milih

P: Terus setelah kepilih, ada acara apa yang kamu bikin buat deketin

antar anggota?

I: Jadi ekskul band saya bikin acara yang aneh-aneh aja. Yang

sebelumnya ga ada jadi ada

P: Apa misalnya?

I: Buka puasa bersama hahaha ya terus suka ngamen bareng. Jadi kita

ngamennya ga di sekolah, ke luar gitu. Waktu itu pernah ngamen di

Menteng

P: Itu cuma iseng doang atau emang lagi ngumpulin dana?

I: Ga ada buat ngumpulin dana apa. Jadi itu uangnya buat nyewa studio

atau apa lah gitu.

P: Ngerasa repot gitu ga sih kamu jadi ketua ekskul?

I: Ga sih untungnya. Kalo ketua OSIS tuh mungkin ribet kan harus A, B,

C, gitu-gitu. kalo ekskul sih ya ga terlalu repot sih. Dibawa enjoy aja

sebenernya. Paling kita kan yang harus ngatur kan ekskul itu gimana

supaya tetep jalan kegiatannya. Ya intinya sih itu…apa… bikin ekskul

ini tetep ada terus gitu. Anggota yang rajin gimana caranya tetep rajin ya

banyakin ngobrol aja sama mereka, dibikin seneng aja kalo lagi di

ekskul. Jangan yang serius gitu

P: Bisa bagi waktunya sama sekolah gitu?

I: Untungnya kan kalo di KI nyantai ya belajarnya jadi bisa lah. Saya

juga nganggep ekskulnya tuh kaya tempat buat main aja. Jadi lebih enak

aja

P: Selain ketua, struktur organisasinya apa aja di ekskul band?

I: Ada wakil, bendahara, sekeretaris. Gitu-gitu sih ada. Orang banyak

P: Ada berapa emang anggotanya?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Kelas 2 kemaren aja jadi nambah. 11.. sama 15.. jadi 26

P: Semua pengurus jalanin tugasnya? Ga ada yang males-malesan gitu?

I: Ga ada sih kalo di kita. Semuanya ikut kerja, bantuin. Tahu lah harus

apa kalo di ekskul ini. kaya gitu palingan.

P: Kalau lagi ngumpul gitu biasanya ngapain aja? Main musik doang

kah?

I: Ga..kan kita jadi kaya bikin kaya kelas gitu..jadi kita bikin ada kelas

gitar, ada kelas drum. Jadi tuh yang semuanya masuk band belum

tentu…belum tentu bisa main alat musik. Jadi kita…akhirnya ngelatih.

Terus yaudah ngomongin tentang musik gitu lah

P: Ada ga sih masalah gitu di ekskul kamu?

I: Ehm..ga ada sih.. ehm… paling masalahnya itu dana sih. Dikasih uang

dari sekolah cuma Rp 700.000. Uang segitu… buat apaan. Itu bisa abis

buat berapa bulan doang. Ga cukup setahun

P: terus gimana?

I: ya paling kita patungan aja sama anggota yang lain. Terus sama tadi

ngamen gitu buat nyewa studio buat latihan gitu

P: Kalo ngamen kaya gitu semuanya ikutan?

I: Iya, mau pengurus mau anggota semua ikutan ngamen juga. Itu kan

buat ekskul juga ya jadi mereka semua mau lah buat ekskulnya nanti

juga baliknya buat mereka juga kan

P: Pernah ikutan manggung atau perlombaan gitu ga?

I: Kalau lomba sih ga pernah. Kalau manggung…iya beberapa kali

waktu kelas 1

P: Dibayar ga waktu manggung?

I: Ga

P: Gimana rasanya pas manggung?

I: Ya..gimana ya..awalnya pasti lah ada nervous gitu kan tapi kalo udah

biasa nervousnya berkurang sih tapi tetep aja deg-degan juga

P: Ada pemain inti gitu sih kalo di band?

I: Iya, ada sih. Biasanya senior. Jadi kalo misalnya manggung nih

biasanya senior dulu nanti gantian lah ada junior yang manggung

P: kalo misalnya seniornya pada manggung, juniornya ikutan nonton?

I: Biasanya sih ikutan. Sekalian ngeramein tempat di sanalah. Kalo bisa

ajak temen-temennya juga

P: Ga ada uang kas?

I: Uang kas mah ada cuma abis lagi buat latihan

P: Kalau nyewa studio gitu abis berapa emang uangnya?

I: Tergantung sih. Soalnya kalau latihan suka ada yang mutusin senar

lah, matahin stik drum lah. Jadi kita ganti alat itu juga.

Tergantung…tergantung ada alat yang rusak atau ga

P: Kalau ada masalah gitu nyelesaiinnya gimana?

I: Ehm.. pake voting biasanya sih. Pake cara itu aja.

P: Biasanya kalo ada masalah kaya gitu, si senior ngomongin duluan ga

sih? Jadi tuh si junior ga dikasih tahu dulu

I: Iya, jadi itu biasanya kan emang senior duluan. Merekalah nanti yang

mutusin duluan nah baru abis itu ke junior deh. Nanti kalo udah dapet

keputusannya baru junior dikasih tahu gitu. junior juga bisa kasih saran

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

kok. Jadi tuh apa yang udah diputusin sama senior bisa diobrolin lagi

sama juniornya gitu.

P: Terus manfaat yang kamu dapet dari ikut ekskul band apa?

I: Ya…yang pertama sih nambah temen, nambah…apa ya…pengetahuan

musik terus..ehm..pokoknya jadi punya temen main lah. Intinya itu.

Terus… bisa ngelatih mental supaya jangan pemalu. Soalnya kan kita

suka manggung gitu jadi ya kalau malu susah. Makanya ini juga bisa jadi

tempat buang urat malu sih.

P: Suka ngumpul di luar kegiatan ekskul juga?

I: Iya, suka ngumpul kita. Karena kan emang deket kan. Paling makan,

nongkrong

P: Sama anak RSBI juga deket berarti di ekskul?

I: Iya, deket kalo di band sih. Santai aja. Tapi ya emang biasanya saya

juga lebih sering ngobrol sama anak KI kan soalnya emang banyak anak

KInya kalo di band. Jadi yaudah deh tambah deket aja sama mereka.

sama anak RSBI ya pasti deket tapi beda lah deketnya sama anak KI.

kaya tadi kan..kita 3 tahun bareng terus, pergi ke mana-mana bareng

terus jadi yaudah deh.

P: Kalau rapat gitu?

I: Paling sekali dua kali doang. Ga sering. Paling ngomongin “apa yang

mau kita lakuin” gitu-gitu deh. Program kerja gitu. Kebetulan semua

anggota di ekskul band tuh pada bawel, cerewet gitu jadi kalau ada

omongan atau rapat gitu ya berisik gitu. Jadi tuh pas di A ngomong “gini

gini” ya nanti yang lainnya pada ikutan ngomong

P: Sekarang masih suka ikutan ngumpul ga?

I: Sekarang sih udah ga

P: Kalian yang termasuk deket gitu ya sesama anggota?

I: Iya, soalnya kan temen mainnya kan suka mencar-mencar ada ekskul

ini ada ekskul itu. Jadi kalau di ekskul ya kita main bareng aja, jadi satu

P: Kalo ada konflik sesama anggota gitu pernah ga?

I: ehm..ga ada sih kayanya ya..biasa aja

P: Kalo ada beda pendapat?

I: Ya paling sebatas beda pendapat gitu aja…ga lanjut jadi ya berantem

gitu..ga sih. Kan nanti juga diomongin enaknya kaya gimana

P: Kalau antara pengurus sama anggota gimana?

I: Sama aja kok. Kita yang deket gitu, ga ada batasan gitu lah. Bedainnya

kalau cuma lagi tugas aja sama kaya tugas kita di ekskul selebihnya

sama aja, ngobrol, bercanda gitu.

P: Terus sama ekskul yang lain?

I: Ga terlalu deket sih kecuali kalau udah jam sekolah terus ada yang

kenal ya itu beda. Tapi kalau udah jam ekskul ya udah sibuk masing-

masing

P: Eh di sini ada ga sih ekskul yang dianggep wah gitu? gaul lah

istilahnya

I: Ehm…basket sih paling sama futsal juga. Kalo anak cewenya paling

dance

P: Mereka gaul gitu emang? Terkenal di sekolah?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: udah pasti sih kalo terkenal. Rata-rata yang ekskul di situ emang

terkenal apalagi kebanyakan dari mereka kan emang ganteng-ganteng

hahhaaa cewenya juga cantik-cantik gitu kan kalo di dance. Mungkin itu

kali ya jadinya mereka dianggep terkenal gitu di sekolah. keren lah

istilahnya

P: Jadi tuh udah pasti lebih terkenal gitu?

I: Ehm…jadi gimana ya. Setahu saya sih yang masuk sana tuh rata-rata

terkenal gitu lho. Keliatan lha yang paling eksis siapa. Nah mereka itu ya

rata-rata kaya temenan deket juga sih. maksudnya emang keliatan sering

nongrong bareng. Mereka juga biasanya diajakin jadi panitia buat acara

sekolah gitu. jadi tuh mereka biasanya yang jadi panitia inti buat acara

sekolah.

P: Ditunjuk guru atau gimana?

I: Ehm..kalo buat acara sih biasanya osis sih yang nunjukin gitu. nanti

kan karena mereka emang temenan ya otomatis yang diajakin buat

gabung di mereka-mereka aja. Nanti kalo mereka butuh tambahan baru

deh diambil dari anak yang lain

P: Kalo misalnya nih awalnya anak itu ga eksis lah di sekolah..

I: Ya..otomatis jadi eksis kak. Tapi sih ya rata-rata emang anak-anak

eksis yang masuk ekskul itu. Kaya udah keliatan gitu lho. Kan bisa diliat

ya kalo di sekolah anak eksis kaya gimana

P: emang kaya gimana anak eksis?

I: Ehm… lebih keren lha penampilannya. Gampang terkenal lha. Nanti

kalo istirahat kadang suka ngobrol gitu mereka. keliatannya gengnya

gitu.

P: Kamu kenapa ga masuk ekskul itu aja supaya eksis?

I: hahaha gal ah. Saya lebih suka ngeband

P: Kalo kamu nih sebagai cowo ya, anak basket sama anak futsal itu

gimana?

I: Ehm… saya ga terlalu kenal deket sih sebenernya. Tapi ya emang

keren. Kadang nih ya kalo mereka pada main nanti anak kelas X suka

pada ngeliatin hahhaa. Karena kan emang ganteng dan seru gitu kan kalo

mereka latihan. Jadi ya otomatis banyak yang mau liat juga

P: Enak ya jadi eksis gitu

I: Hahaha enak lha kak banyak dikenal di sekolah. bisa kali satu sekolah

kenal sama kita juga. Terus ya itu tadi kalo ada acara sekolah bisa jadi

panitia inti gitu.

P: Anak-anak yang lain ga masalah gitu ada anak eksis? Kaya ngegeng

gitu?

I: Ga sih santai. Di tiap sekolah kan pasti ada lha ya anak-anak eksis

gitu. jadi ya wajar aja. Toh mereka juga santai sih sebenernya ga yang

banyak gaya..kaya belagu gitu sih ga…biasa aja. Tapi ya ada aja lah

anak-anak itu yang kaya…ehm…banyak gaya gitu. tapi kalo saya sih

santai sih. itu hak mereka. biarin aja

P: Ada aturan-aturan yang ngikat gitu di ekskul kamu?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Paling rajin dateng buat latihan aja sih terus jangan terlambat. Udah,

itu doang

P: Itu dari awal senior yang bilang langsung gitu ke kalian peraturannya?

I: waktu awal-awal masuk band sih kita ya ada perkenalan gitu kan.

Terus yaudah dikasih tahu sih kalo bisa harus rajin dateng gitu, kalo ga

bisa dateng yaa bilang aja ke seniornya. ga apa-apa

P: Terus kalau ada yang ngelanggar?

I: Ga di apa-apain. Paling cuma “Ah terlambat”. Udah gitu doang.

P: Ditegur ga?

I: Ya iya. Paling biasa aja sih

P: Pernah ada yang mutusin buat keluar dari band?

I: Banyak.. banyak banget. Awalnya tuh kita rame tapi lama-lama

banyak yang keluar. Yaudah mau gimana. Kita sih slow aja kalau pada

mau keluar yaudah bebas mau keluar. Kecuali kalau paskibra tuh kak.

Kalau keluar dari paskibra itu kacau tuh baru. Mungkin bakal dibilang

penghianat. Terus ada senioritas gitu, kalau kita santai. Jadi

pendekatannya lebih enak ke anak-anaknya. Ordiknya juga ga cukup

sekali. Waktu kelas satu ada ordik, pas kelas 2 juga ada ordik kesenioran

gitu. Kalau kita udah ikut kesenioran terus mau keluar…itu tuh ga

semudah kaya kita mau keluar dari ekskul band. Kaku banget. Parah

P: Dibiarin aja itu pada keluar?

I: Ya kalo misalnya mereka ga niat gimana. Ehm…terserah mereka.

biarin aja lah yang masih ada di band yang maish rajin gitu jadi supaya

kegiatannya tetep ada terus

P: Kalau ada yang jarang dateng itu jadi keganggu ga sih kalian?

I: Ga sih sebenernya. Kan yang bisa main alat musik ga cuma dia doang

ya. Tapi palingan ya kalo repot misalnya kita mau manggung gitu dan

ada anak yang males latihan nah itu baru ga enak

P: Terus gimana?

I: Ya..paling kitanya ngabarin anaknya sih. Disuruh rajin dateng juga.

Gitu..

P: Terus kalau peran guru sendiri ke ekskul gimana?

I: Ya paling pembinanya doang. Kaya Bu Woro. Ya dia doang paling

yang perhatian. Dia kan juga Pembina beberapa ekskul kan kaya tari

sama PSVG. Sebenernya tuh dulu PSVG sama band tuh nyatu.

Pokoknya 2 tahun di atas saya lah, dia mecah. Bikin ekskul band sendiri.

P: Oh bisa ya kaya gitu? bikin ekskul baru…

I: Bisa sih kak. Kita kan ngumpulin anak-anak dulu kan yang..itu

lah..kira-kira punya minat yang sama yaudah deh bentuk aja ekskul

sendiri

P: Susah ga ngurusnya?

I: Ga sih. Sekolah juga ngedukung aja gitu..kalo positif ya didukung-

dukung aja..ga masalah sih..

P: Syaratnya apa aja itu kalau mau bikin ekskul lagi?

I: Ehm…apa ya…kurang tahu juga sih…. Tapi paling ini sih kaya

proposal gitu…cantumin program kerja, tujuan ekskul…kaya gitu kira-

kira.

P: Oh iya pernah ada ga berantem antar anggota gitu?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Untungnya ga ada sih kak. Soalnya kan kita santai dan emang anak-

anaknya pada suka bercanda jadi kalau ada beda pendapat gitu…kan

wajar ya… ya langsung kita omongin aja enaknya gimana.. saling

terbuka satu sama lain lah.. kalau ada saran ya langsung aja diomongin.

Semua ngasih saran di situ, omongin A,B,Cnya gitu deh. Kan intinya

buat majuin ekskul ini…

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 6 (AL)

Siswa X KI

Ekstrakurikuler basket dan PSVG

Tanggal wawancara: 5 April 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Kamu dulu kenapa ambil KI?

I: Ambil KI…soalnya mau ngejar kuliah di luar

P: Ohh mau kuliah di luar..mau kuliah dimana emang?

I: Jerman

P: Tahu info darimana ada program ini?

I: Dari kakak. Kakak dulu sekolah di sini juga. Angkatan kemaren. Dia

ambil KI juga sih jadi ya dia ngasih tahu juga tentang program ini.

P: Terus menurut kamu program ini kaya gimana sih?

I: Jadi kan kalau di sini itu…belajarnya kan…ehm.. materinya beda terus

kalau di RSBI itu lebih di detail-detailin gitu jadi lebih ribet. Kalau di KI

lebih di..apa ya…dipermudah lah tapi tetep ngerti

P: Dipermudahnya kaya gimana?

I: Maksudnya…ehm.. misalnya kaya belajar matek yang seharusnya

gini-gini aja..kaya 2+2=4 kalau di RSBI tuh kaya 2x2=4+2=6-2=4. Kaya

gitu lah.

P: Ada kendala ga selama ini belajarnya?

I: Ga ada sih

P: Harapan kamu sendiri apa nih?

I: Sebenernya sih pengen dapet PMDK juga. Semoga dapet sih. Kan

katanya bisa diterima 50% gitu. Kalau ga dapet ya langsung ngejar

kuliah di luar.

P: Kalau ngejar PMDK sebenernya kan bisa masuk RSBI juga..

I: Ga tahu, udah disuruh mama juga kemaren katanya masuk ini aja. Gitu

P: Ada tes apa aja waktu masuk sini?

I: Ada …ehm.. pake foto juga, ijazah. Tes TPA, tes IQ terus udah.. deh

kayanya..ujian tertulisnya masuk ke TPA itu. Itu tes periodik akademik

gitu

P: Mata pelajarannya apa aja?

I: Biologi, matek, fisika, bahasa Inggris..ya jadi Cuma IPA, matek, sama

bahasa Inggris

P: Ada wawancara juga?

I: Iya, ada waktu itu

P: Yang wawancarain siapa?

I: Dari guru sini juga sih. Dan itu pake bahasa Inggris sama kaya waktu

ujian tertulisnya juga bahasa Inggris.

P: Lancar ga waktu itu ngerjain soalnya?

I: Ehm bisa sih..tapi susah soalnya…tapi lebih susah pas wawancara sih.

Soalnya masih kagok gitu ngomong bahasa Inggris gitu

P: Daftarnya tuh waktu itu via online?

I: Iya. Kalau KI via online gitu

P: Angkatan kamu berapa bayarannya di KI?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Setahun Rp 35.000.000

P: Sama temen-temen gimana?

I: Seru kita mah. Nyaman juga. Enak deh.

P: Suka ngumpul gitu di luar sekolah?

I: Suka sih. Paling jalan-jalan aja atau ke Mc Cafe

P: Kalau sama anak RSBI gimana?

I: Deket juga sih. Saya juga mainnya sama mereka soalnya. Kalau saya

sendiri kan sering ke bawah, main sama anak RSBI. Ngobrol-ngobrol.

Main. Kalau di KI kan ada yang dari daerah juga jadi mereka mainnya di

dalam kelas aja

P: Emang kelasnya di lantai berapa?

I: Di lantai 2. Jadi itu sebelah-sebelahan sama kak kelas KI yang lain

P: Ada berapa anak?

I: 24

P: Lebih enak mana main sama RSBI atau KI?

I: Ehm..sebenernya lebih nyaman sama anak KI sih karena kan lebih

sering deket..lebih sering ngobrol-ngobrol sama anak KI. Tapi gini sih

kak banyak kan ya yang bilang tentang KI yang ga enak gitu. Tapi

yaudah saya sih biasa aja. Kalau dari angkatan saya sendiri ada lah anak

RSBI yang kaya ngejelek-jelekin KI. terus ada juga yang biasa aja. Jadi

ya saya juga ngumpulnya sama anak-anak yang ngerti.

P: Terus kalau guru ngajarin di dalam kelas tuh full english ga sih?

I: Iya. Tapi kalau misalnya ada anak yang ga ngerti baru deh dijelasin

lagi. Bisa pake bahasa Indonesia, jadi tuh bilingual juga

P: Kalau guru yang ngajar 5 mata pelajaran itu dari sekolah atau

gimana?

I: iya, dari sekolah juga kok

P: Ada guru native?

I: Iya, ada. Itu jadwalnya tiap hari selasa jam pertama pasti yang ngajar

dari native. Kalau dulu..pas awal-awal tuh setengah semester kita

belajarnya dari jam masuk sampai jam 9 atau jam 10 gitu kita belajarnya

sama native. Kalau sekarang kan yang jam pertama aja. Katanya sih

supaya kita nyaman aja belajar pake bahasa Inggris.

P: Mata pelajaran apa aja yang sama native?

I: Bahasa Inggris sih. Jadi bahasa Inggris hari selasa sama native sisanya

sama guru sini.

P: Waktu awal-awal ada kagok gitu ga sih belajar sama native?

I: Kagok banget soalnyaa kan ada yang dari Amerika jadi tuh

ngomongnya cepet…jadi semuanya juga pada kagok

P: Dari gurunya sendiri gimana?

I: Ya dia awal-awalnya nyesuain dulu. Lama-lama kitanya juga udah

biasa

P: Terus makin ke sini tuh kamu lebih nyaman sama guru yang ngajar

pake bahasa Inggris atau bahasa Indonesia?

I: Ehm..sekarang ini sih lebih nyaman pake bahasa Inggris. Soalnya

kalau sama native jadi tuh kemampuan kita diasah aja buat lancar bahasa

Inggrisnya. Terus kalau yang ngajar orang luar tuh enak dengerin

mereka ngomong. Aksennya keren. Jadi enak aja gitu. Kebetulan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

sekarang kan yang ngajar dari India gitu. Jadi aksennya tuh gimana gitu.

Aksennya keren

P: Kan suka ada jalan-jalan gitu ya dari sekolah?

I: Iya. Terakhir tuh kita bareng ke P.Pari. Abis dari situ kita bikin

laporan dan jalan-jalannya kan bareng sama keseluruhan anak KI dari

kelas 2 sama kelas 3 jadinya enak aja. Rame deh

P: Terus guru-guru kalau ngajar pake fasilitas apa aja biasanya?

I: Ehm..guru-guru biasanya pake LCD, proyektor, wi-fi juga.

Ehm..awalnya tuh wi-fi adanya di KI aja tapi sekarang semuanya udah

dapet. Terus komputer juga sering dipake, printer juga. Kebetulan kalau

komputer tuh di kelas lain ga ada cuma ada di KI doang.

P: Yang paling sering kamu pake fasilitasnya?

I: Ehm.. proyektor sih paling karena kan sering presentasi juga

P: Biasanya metode guru ngajar di kelas kaya gimana sih?

I: Jadi awalnya tuh gurunya nerangin ke anak-anak dulu nah terus kita

disuruh..ehm..apa…cari sendiri. Jadi kita disuruh ngebangin sendiri.

Disuruh presentasi. Dibikin per kelompok

P: Mata pelajaran apa yang kaya gitu?

I: Lebih sering sih yang 5 mata pelajaran itu

P: Suka mata pelajaran apa sih?

I: Matematika, fisika, kimia juga sih soalnya kalau kimia itu enak

gurunya ngajar.

P: Kalau ujian yang dari Cambridge itu gimana?

I: Itu tuh sebenernya kita bisa ambil ujian pas kelas 1. Jadi kemaren

sempet ditawarin sama guru buat ikut ujian di bulan Mei-Juni tapi dari

anak-anaknya pada belum siap, masih kurang. Akhirnya dilarikan ke

bulan Oktober. Jadi kan itu... dalam setahun ada summer sama winter.

Nah buat kali ini kita ambilnya yang winter. Di situ kita pilih salah satu

deh mau ambil yang pas bulan apa. Kapan pas kita siap aja itu. Materi

ujiannya yang diambil yang udah pernah di bahas dalam kelas

P: Terus selama ini menurut kamu gimana penjelasan dari gurunya?

I: Ehm.. untungnya masih ngerti sih kak apa yang dijelasin sama guru

dan saya termasuk orang yang lebih seneng langsung nanya guru. Jadi

kalau ada yang ga ngerti ya langsung nanya aja guru daripada nanya ke

temen

P: Interaksi sama guru gimana?

I: Deket sih, jadi ya..enak aja…kalau di dalam kelas ya selayaknya guru-

murid aja sih kak. Kalau di luar ada lah beberapa yang suka bercanda

gitu karena gurunya juga enak. Ga yang kaya segen gitu sama murid.

Males sama murid, ga gitu

P: Guru yang kaya gimana sih yang menurut kamu enak?

I: Ehm…ada guru bahasa Inggris saya. Jadi dia itu kalau ngejelasin itu

bahasanya halus gitu, jadi enak. Jadi lebih ngerti.

P: Nilai apa sih yang kamu dapetin dari ngumpul sama temen-temen?

I: Ehm..pertama sih saling ngerti aja sih kak. Kita kan udah deket ya

kalau ga mau ada konflik gitu ya harus saling ngerti apalagi buat 2 tahun

ke depan kan kita bareng-bareng terus. Anak-anak kan juga ada yang

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

punya keahlian gitu kan, ada yang di komputer atau di otomotif. Ya

kadang kalau ngobrol juga suka ngomongin itu. Jadi ada hal positifnya,

ga cuma ketawa-ketawa aja. Kebetulan kan saya suka edit-edit

photoshop jadi ya suka nyambung aja sama mereka. Suka ngobrol soal

komputer juga.

P: Kalau dari guru apa biasanya?

I: Ehm..kalau guru sih biasanya nekenin tentang jaga sikap gitu,

kesopanan lah. Karena kan emang guru itu kaya..ehm..sosok lah buat

kita. Oh iya sama paling kejujuran sih. Soalnya kalau ada ulangan gitu

kita ga boleh nyontek kan. Jadi ya… penting sih hal itu. Ya coba

diterapin ke kehidupan sehari-hari aja..

P: Kamu ngambil ekskul apa aja sih?

I: Basket sama PSVG

P: Itu langsung daftar aja ga ada tes apa lah gitu?

I: Ga ada sih. Cuma sekedar daftar aja terus yaudah deh dateng latihan

yang rajin

P: Kenapa ambil ekskul itu?

I: Kan kalau anak basket tuh dikenalnya itu..apa…sering tuh dapet

tanggepan miring.. dikenalnya jelek lah gitu kalau anak basket kata

kakak kelas

P: Diomongin apa emang?

I: Maksunya…ya anak basket tuh..gini gini… nakal gitu. Jadinya kita

udah sepakat “Ayo sih latihan terus biar mereka tahu kalau kita

bandel..gini..gini” jadi ya pengen nunjukkin aja kalau basket ga kaya

gitu juga. Ada kok prestasinya. Kalau VG…mungkin awalnya karena

suka nyanyi sama ngikutin temen deket saya itu kali ya

P: Kamu ngerasain ga apa yang diomongin orang-orang itu bener?

I: Iya, emang gitu sih..ada juga bandel-bandelnya. Tapi anak basket

kompak sih

P: Kompaknya seperti apa tuh?

I: Jadi misalkan kita mau ke mana-mana ya kita bareng aja gitu

P: Jadi lebih eksis juga ya ambil basket?

I: Hehehe…mungkin itu pandangan anak-anak aja sih. kan awalnya kita

emang kaya dianggep bandel gitu nah mungkin dari situ juga jadi sering

diomongin sama anak-anak lain. keterusan deh sampai sekarang sampai

dianggep eksis. Biasa aja sih sebenernya..anak dance juga gitu kok.

Dianggep eksis gitu di sekolah

P: Oh ya?

I: Kalo buat cewe sih emang anak dance kan termasuk yang cantik gitu

kan. Terus kan otomatis mereka kalo perform kan bajunya harus bagus

gitu, harus lebih stylist gitu jadi yaw ajar aja dianggep eksis.

P: Itu dari kamu masuk sini udah kaya gitu?

I: Iya, jadi tuh pas mos itu kan emang ada promosi ekskul itu nah dari

situ aja udah ketauan lha senior yang ikutan ekskul itu gimana. Ibaratnya

yang keren ya rata-rata masuk basket atau dance gitu kak.

P: Enak dong ya jadi eksis gitu di sekolah kamu?

I: Hehehe. Ga gitu juga sih kak. Kebetulan aja kayanya deh. Saya kan

emang suka basket jadi ya ambil basket deh buat ekskulnya

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: terus sekarang di basket juga pada eksis gitu?

I: Ehm gimana ya… katanya sih begitu kak

P: Ada ga sih yang masuk basket karena emang ngejar pengen eksisnya

doang?

I: Ehm.. kayanya sih kalo di basket anak-anaknya emang pada suka

basket sih. seniornya kan juga enak kan jadi ya itu juga kayanya yang

bikin pada mau di basket. Tapi ga tw juga sih ada apa ga yang kaya gitu

di basket. Kayanya ga ada

P: Tanggepan kamu sendiri nih dengan adanya istilah eksis di ekskul

apa?

I: Kalo saya sih biasa aja nanggepinnya. Itu kan emang anak-anaknya aja

yang nyebut. Kalo saya sih bergaul sama siapa aja sih, temenan sama

siapa aja. Kalo dibilang eksis sih ga tw ya awalnya karena apa. Tapi

kayanya emang karena udah dari dulu basket dibilang anak-anak yang

masuk situ kaya bandel gitu kan. Ga tw sih saya juga. Saya sih biasa aja

P: tapi jadi lebih deket sama anak dance juga?

I: Kita emang suka ngobrol sih. ya ngumpul-ngumpul aja, ngobrol gitu

P: Kamu ngerasa eksis juga?

I: Ehm..biasa aja sih. saya emang kenal banyak temen lha di sekolah

P: enak ga eksis di sekolah?

I: Hehehe paling jadi lebih dikenal aja sih kak

P: Kan kamu ikut dua ekskul ya yang paling kamu suka mana?

I: Waktu awal sih PSVG tapi makin ke sini basket aja deh. Soalnya

PSVG cowonya sedikit. Jadi kan..pertama saya juga punya

temen…cowo..deket banget terus dianya sekarang pindah jadi males

P: Kenapa kamu ambil PSVG dulu?

I: Ehm..jadi itu awalnya ngikutin temen aja terus lama-lama enak juga di

ekskul ini. Saya juga lumayan suka nyanyi kan jadi yaudah ikutan aja eh

tapi di tengah-tengah temennya malah keluar jadi sekarang ga rajin kaya

dulu deh

P: Posisinya apa di PSVG?

I: Bass

P: Emang ada berapa cowonya?

I: Kalau di bass itu…3…itu yang kelas 1..kalau yang kelas 2 ada 3

juga…eh kelas 3 ada 3. Kelas 2 ada 1, itu juga jarang latihan

P: Tapi kalau latihan di VG gimana?

I: Ehm.. kalau itu sih…sebenernya sih PSVG nyantai banget tapi..apa

itu..tapi bagus

P: Nyantai gimana ?

I: Ehm.. itu sih pelatihnya enak jadi santai gitu. Fun lah

P: Kalau basket?

I: Enak juga

P: Latihan tiap hari apa?

I: Kamis. Waktu awal semester itu saya ngikutin basket tuh kaya males

gitu. Soalnya dulu tuh saya denger kalau masih kelas ga boleh ikut

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

kejuaraan gitu. Yaudah..tapi makin ke sini yaudah ikut aja deh. Terus

sekarang juga suka ikut kejuaraan

P: Terakhir ikut dimana?

I: Di GRJU. Sekitar bulan maret

P: Kalau PSVG latihan tiap hari apa?

I: Latihan rutinnya Jumat

P: Kamu udah ga pernah latihan VG?

I: Ga kok..masih sering

P: Itu ga apa-apa.. maksudnya kaya ga rutin latihan gitu?

I: Ga apa-apa. Ya itu..makanya pelatihnya tuh ngerti.. maksudnya kan

saya juga kan sering dilarang sama mama “Yaudah sih nanti aja

PSVGnya, kapan-kapan”.

P: Kenapa emang?

I: Soalnya kalau VG itu kalau mau lomba latihannya bisa tiap hari. Abis

pulang sekolah sampai sore gitu

P: Jadi orangtua lebih ngedukung kamu ikut basket?

I: Iya, soalnya kan dari SMP saya juga ikut basket

P: Ga ada yang kaya…males-malesan terus ditegur gitu ya sama anak

VGnya?

I: Ehm…ya paling ditanya aja “kapan latihan” kenapa ga latihan terus”.

Kaya gitu aja sih

P: Ga sampe dikeluarin gitu ya atau di black list misalnya karena jarang

dateng?

I: Ga sih. Kan ngomongnya juga baik-baik. Anak-anak juga ngerti sih

kan saya ikutan basket juga. Di basket juga saya lagi rajin latihan kan

karena lebih enak aja sekarang dan bisa ikutan lomba juga jadi ya

tambah semangat aja..

P: terus kalo misalnya ada anak VG yang cuma ikutan 1 ekskul aja

jarang dating gimana? Kalo kamu kan 2 ya jadi mereka juga maklum

I: jadi gini…intinya sih ya kalo di VG itu kita dating latihan. Terus

usahain juga kalo ga dating gitu mendingan bilang ke pelatihnya atau ke

senior gitu deh. Supaya jadi lebih enak aja. Kaya ga main umpet-

umpetan gitu. Kalo diem-diem ga latihan tapi sering terus pas jam

sekolah ketemu agak gimana gitu jadinya.

P: Kalo di basket gimana?

I: Ya..sama aja sih. Cuma kan kalo di basket emang agak cuek ya.

Maksudnya ya kalo ga dating ditegur gitu aja sih palingan. Seniornya

juga asik jadi rata-rata pada dating lah latihan. Kan soalnya enak ya bisa

sambil main basket juga

P: Tapi ada yang telat gitu?

I: Pasti sih kalo itu… ya emang ada yang telat. Tapi ya yang ga sampe

telat berapa jam gitu. Kalo ada yang kaya gitu tuh biasanya ijin dulu ke

seniornya

P: Itu tuh peraturan kaya gitu diomongin dari awal atau gimana?

I: Ehm..kalo di basket sih kayanya emang kesadaran anak-anaknya aja

deh. Kan seniornya asik ya jadinya kita juga segen sama mereka. terus

yang kita liat juga mereka sama anak kelas 3 masih kaya nyatu gitu.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Ngobrol-ngobrol lah tapi kaya masih…apa ya kaya ngehargain gitu lha

intinya. Senior kan juga suka cerita sih kalo kita lagi break main nih

nanti sambil cerita-cerita aja “dulu tuh gini gini di basket” kaya gitu aja.

Ehm..terus kalo di VG kan emang dari awal dibilangin ya. Ekskul itu

cuma buat anak yang serius aja. Dikasih tw lah harus gimana kalo di

VG. Jangan telat dateng, terus rajin latihan, kalo misalnya ga ikut latihan

ya ijin sama senior atau pelatihnya. Kaya gitu sih

P: Harapan kamu ikut ekskul apa?

I: Bisa hasilin banyak piala sih di ekskul ini

P: Terus sama anak PSVG kamu gimana?

I: Masih deket juga sih. Kalau pas jam sekolah juga masih ngobrol,

bercanda gitu. Tapi ya ga sesering dulu sih, ada bedanya lah

P: Kalo kamu ga dateng VG gitu bisa ganggu dinamika suara di VG ga

sih? Jadi kaya ada yang hilang gitu di paduan suaranya

I: Ehm..ya lumayan sih ya hehehe. Kan kalo di VG udah ada pembagian

suaranya jadi ya kalo misalnya ada yang ga ada jadi dikit beda tapi

sebenernya bisa ditutup sama anak lain yang punya jenis suara sama

gitu.

P: kalo mau lomba gimana?

I: Ehm…kalo lomba sih beda lagi. Kalo udah ditunjuk buat lomba ya

harus dateng tiap kali latihan. Kalo latihannya tiap hari ya tiap hari

dateng latihan. Ga enak sama yang lain juga kan ya, kita kan mainnya

tim di sini. Jadi kalo ada yang ga dateng jadi susah lagi. Kecuali emang

bener-bener ga bisa tuh, ada urusan gitu ga apa-apa. Nanti tetep minta

ijin ke senior atau pelatihnya

P: Kalau peran pembina sendiri nih terhadap ekskul yang kamu lihat tuh

gimana?

I: Ehm…paling Pembina sih yang paling sering gitu. Kalau sama

Pembina basket deket soalnya kan olahraga juga sama dia. Jadi ya

banyak waktu yang ketemu dan orangnya juga asik gitu, enak diajak

bercanda dan santai gitu. Kalau sama Pembina PSVG ga terlalu deket

P: kenapa ga deketnya sama Pembina VG?

I: ya..emang saya jarang ngobrol aja sih kak. Tapi baik sih pembinanya.

Maksudnya emang mau gitu ngurusin kita. apalagi kalo VG kan banyak

lomba ya..ya pembinanya tuh mau nganter ke sana ke sini gitu. Bolak

balik

P: Kalo Pembina basket suka dateng lomba?

I: Iya, kadang suka dateng kalo ga sibuk. Kalo ga bisa dateng juga tetep

ngasih masukan ke kitanya. Harus gimana gitu kalo lagi tanding

P: kalau lagi latihan tuh mereka suka mantau gitu?

I: Iya. Kalo emang ada jadwal latihan mereka suka liat lah gimana

keadaan kita di ekskul. Ada masalah apa ga gitu

P: terus kalo ada masalah, kalian ceritain ke Pembina?

I: tergantung sih sebenernya. Ga semuanya cerita. Jadi kalo emang

dirasa perlu cerita ya cerita kalo ga ya ga

P: Masalah apa misalnya yang harus cerita ke pembinanya?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ehm.. kalo misalnya kaya kita mau ngurus lomba gitu ke sekolah.

Ijinnya segala macem, kalo dari Pembina sih biasanya lebih gampang

nanti sekolah kasih ijinnya. Jadi kan kalo Pembina itu salah satu guru ya

di sini jadi ya kaya perwakilan sekolah di ekskul lah gitu.

P: Kalau dari guru lainnya gimana? Guru-guru di sekolah tentang

ekstrakurikuler

I: Kalau basket sih paling kalau udah kelewat waktu. Soalnya kan kalau

basket kalau latihannya kan yang ga liat waktu juga sih. Jadi kadang-

kadang anak-anaknya suka ga ngeliat waktu kalau latihan. Latihannya

terlalu serius jadi…tahu-tahu udah jam 5 lewat tapi kita ngerasanya tuh

kaya baru sebentar latihannya. Jadi tuh kaya “ya Pak nanggung Pak”.

Gitu aja paling, ga ada peran apa gitu…

P: Kalau ada lomba, suka dapet dana dari sekolah?

I: Ga

P: Terus kalian gimana?

I: Ehm…biasanya sih transportasi sendiri. Kalau VG sih dikasih dari

sekolah

P: PSVG dikasih kalau basket ga gitu?

I: Iya. Ga tahu juga sih kenapa kaya gitu

P: Terus kalo lomba basket gitu kan perlu makan juga ya selain

transport? Terus kalian gimana?

I: Ehm..biasanya kita patungan aja sih paling buat makan kaya gitu. Abis

gimana ya..sekolahnya ga ngasih dana gitu ke kitanya.

P: Uang kas?

I: Ada uang kas tapi kadang suka abis buat beli bola atau buat makan

kaya gitu kan dapet tambahan dari kas juga ya jadi ya tetep mau ga mau

patungan juga sama anak-anak

P: Ga ada ngomong ke sekolah gitu soal dana basket?

I: Ga ada sih

P: Lho kok…

I: Ehm.. kayanya percuma aja sih belum tentu juga sekolah bakal mau

ngasih gitu. Kalo liat dari ekskul lain sih gitu. Susah kalo mau dapet

dana dari sekolah

P: Terus pembinanya?

I: Ehm..ga bisa bantu banyak sih. Udah diomongin ke sekolah tapi ya

gitu…tetep ga ada respon gitu. Tapi kalo Pembina VG sih gampang.

Kita suka dapet uang buat lomba gitu. Mungkin karena VG udah sering

menang lomba kali ya jadi gampang gitu ngurus ke sekolahnya

P: Ada aturan-aturan gitu ga sih di dalam ekskul?

I: Paling ikutan ordik aja sih. Ya maksudnya..setelah ordik cuma itu..jadi

ya “kalian semua satu angkatan harus kompak” gitu.

P: Ordik ngapain aja sih?

I: Ya…paling ya kita disuruh ini itu sama senior. Kadang pake diomelin

gitu sih…

P: Kalau ada yang jarang latihan gimana?

I: Paling ditegur aja sih “Kemana aja sih? Kenapa ga latihan-latihan?

Udah sih, latihan aja” paling gitu aja. Ga ada yang keras-keras gitu

P: Pernah ada yang sampai dikeluarin ga karena ada masalah gitu?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ga ada sih untungnya

P: Kalau ada rapat gitu gimana?

I: Jarang sih. Paling diomongin biasa aja sama anak-anaknya

P: Semua anak ikutan ngomong? Atau kaya cuma ketuanya aja?

I: Ga sih…biasanya semua ikutan ngomong juga. Ya intinya sih kasih

saran lah kalo ada masalah di ekskul. Ya..ga cuma ketuanya aja.

P: Biasanya ada masalah apa di dalam ekstrakurikuler?

I: Kalau basket itu biasanya…nyari waktu latihannya…nyari waktu buat

ngumpul bareng gitu agak susah. Ngumpulin satu tim gitu susah.. mau

ga mau ya kita nanti ada unsur pemaksaan gitu. Jadi semuanya kita suruh

dateng lah, kita panggilin anak-anaknya suruh latihan.

P: Ada pengurusnya gitu di dalam ekskul?

I: Iya, ada kak.

P: Waktu milih pengurus dulu gimana sih?

I: Itu sih senior yang nentuin…jadi biasanya senior yang rapat internal

dulu deh. Mereka ngomongin tentang anak-anak basket, siapa yang kira-

kira bakal jadi ketua ekskul gitu

P: terus baru gitu diumumin ke anak-anaknya?

I: Iya kaya gitu setelah senior rapat gitu baru diomongin ke kitanya

P: Kalian nerima aja?

I: Iya sih. Kan gini…senior pasti ada alesannya gitu kan kenapa milih si

A, si B gitu nah selama ini sih kita ngeliatnya yang dipilih itu emang pas

buat jadi pengurus di ekskul gitu

P: Terus ada bedanya ga kalau lagi latihan antara yang pengurus ekskul

sama yang anggota biasa?

I: Kita sama-sama deket sih kak. Mungkin karena sama-sama suka

basket ya jadi nyambung aja kalau lagi latihan juga. Kan ada tuh ekskul

yang ada kesenioran gitu, di basket sih ga ada. Santai gitu di sini. Tapi

ya..apa ya.. kan mereka senior ya dihormatin lah karena mereka senior.

Gitu aja sih paling. Semuanya baur lah. Sama anak RSBI juga gabung

kalau di basket.

P: Ga ada misah-misah gitu ya berarti di ekskul?

I: Kalo di basket sih ga ada. Kita santai gitu kan. Di VG ga juga sih

kayanya. Tapi ini sih kadang yak arena kan klao di VG yang ikut banyak

ya…nah anak KI kan Cuma sedikit, jadi kadang ya saya mainnya sama

anak KI juga

P: Kenapa ga main sama yang lain gitu?

I: Ehm ga tw ta. Emang udah temen mainnya sama anak KI sih jadi ya

kaya gitu. Tapi kalo basket kita baru sih kak

P: Ada ga sih pengurus yang jarang dateng terus jarang ngerjain tugas

gitu lah?

I: Ga ada sih kak yang saya liat. Semuanya ngerjain aja ya. Maksudnya

ya ikut tanggung jawab gitu lah kan udah jadi pengurus gitu kan ya jadi

ya udah jalanin aja

P: Ga ada masalah gitu antar pengurus?

I: Ehm..ga ada sih kak. Karena kitanya nyantai kali ya. Maksudnya ga

yang kaku gitu kan jadi santai aja

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Pernah ada yang ditegur ga sih sama kakak kelas?

I: Iya, pernah sih awal-awal. Kebetulan saya sendiri yang ditegur sama

mereka

P: Ohh..kenapa?

I: Soalnya katanya banyak gaya. Yaudah kan katanya saya banyak gaya

jadi yaudah saya lebih banyak diem aja. Katanya saya sombong

lah..gitu-gitu orangnya. Katanya jutek gitu

P: Tapi kamu ngerasa kaya gitu?

I: Ga sih. Kayanya saya juga biasa-biasa aja. SMP juga begini-begini aja

ga macem-macem

P: Kalau ada masalah nih di ekskul itu biasanya penyelesaiannya

gimana? Senior dulu yang ngerembukin baru di share atau gimana?

I: Ehm..biasanya sih senior dulu yang ngomongin. Karena kan kita

masih junior, masih baru lah ibaratnya di sini. Jadi ya biar senior dulu

aja yang ngomongin baru di share ke kitanya.

P: Kalau ada yang ga setuju gitu?

I: Kalau ada yang ga setuju..biasanya sih kalau abis senior rembukin

terus diomongin ke kitanya nanti si senior bilang “eh lu setuju ga?” gitu

sih. Jadi tetep ada masukan dari juniornya juga. Kita ngasih pendapat tuh

di situ

P: Ada evaluasi hasil kerja kalian gitu ga?

I: Kalau PSVG biasanya pas abis lomba baru diomongin. Kan biasanya

kalau abis lomba itu kita ngomong, si pelatihnya juga ngomong “Kalian

bagus” atau “Kalian kurang gini..gini”. Terus kitanya yang “Oh iya ya

tadi gini..gini”

P: Kalo di basket ga ada?

I: Ehm.. iya ada sih ya. Kalo abis latihan gitu nanti kita liat nih gimana

tadi hasil latihan kita. apa aja yang kurang, apa yang harus ditambahin

gitu

P: Pernah ikut lomba di PSVG?

I: Sering..kalau VG mah sering. Tiap bulan sih sering. Enak kalau lomba

gitu apalagi kalau ngerasain juara. Tapi ya kadang ngerasa males latihan

kalau tiap hari. Gitu. Jenuh aja

P: Udah dapet berapa piala selama ini?

I: Kalau di PSVG itu..udah lebih dari 5 atau 7. 7 deh. Kalau di basket

baru 1 soalnya kan saya juga baru ikut 2 lomba

P: Apa yang kamu dapetin selama ikut ekskul ini?

I: Itu..piala..sama..ehm… sama anak RSBI semuanya jadi deket

P: Kalo ikut lomba kaya gitu gimana sih? Apa yang kamu dapet gitu?

I: Jadi nambah pengalaman aja. Terus bisa ngerasain gimana rasanya

menang sama ngerasain…apa ya…jadi bisa liat skill kita sampe sejauh

mana

P: Kalo lomba kaya gitu kan kalian ga pake pelatih ya? Terus yang

ngatur formasi gimana?

I: Kita sendiri sih. Jadi pas latihan kan biasanya nanti keliatan nih siapa

yang cocok jadi apa. Kaya gitu. Nanti lomba juga kita sendiri juga yang

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

ngatur gimana-gimananya. Udah tw posisi masing-masing tapi tetep sih

ketua dibutuhin gitu. Buat nyemangatin kitanya

P: Kamu sendiri lebih nyaman dimana antara basket sama VG?

I: Karena saya hobinya basket jadi ya lebih nyaman ke basket jadinya.

Seniornya juga lebih nyambung ke basket soalnya kan anak basket

sering ikut main futsal bareng. Jadi lebih deket. Kita juga suka hal yang

sama kan

P: Senior di VG gimana emang?

I: Ehm..agak senioritas gitu sih. Maksudnya kan ya emang di ekskul tuh

ada yang senior sama yang junior tapi kalo di basket kan seniornya

santai ya. Yang penting kitanya hormatin mereka tapi tetep lah bercanda,

ngobrol bareng gitu. Nah kalo di VG tuh seniornya kaya pengen di..apa

ya… kaya ada jenjang gitu antara senior sama junior. Jadi agak ga enak

sih sebenernya

P: Ngerasa ganggu pelajaran ga sih ikut 2 ekskul?

I: Ga sih untungnya. Paling kalau lagi ikut lomba aja yang suka ganggu

pelajaran. Kalau VG kan suka dapet lomba pagi ya paling kita dapet

dispen dari sekolah

P: Pernah ga sekolah ga ngasih dispen ke kalian?

I: Pernah..soalnya itu..apa…gara-gara waktu itu kita udah keseringan

jadi dari guru sendiri ga dikasih. Terus anak kelas 3nya mau TO jadinya

ga dikasih. Waktu itu ya…waktu awal-awal banget hampir tiap upacara

tuh diumumin kalau kita abis menang lomba. Kan di sini gitu, setiap

ekskul yang abis menang lomba pas upacara pasti diumumin

P: Akhirnya ga ikut lomba itu?

I: Iya, ga jadi ikut akhirnya kita

P: Banyak ga anak KI yang aktif di ekskul?

I: Ehm sebenernya sih setahu saya ya.. mereka banyak ikut ekskul tapi

ga semuanya aktif gitu. Setelah ordik biasanya pada males-malesan

latihan. Kaya gitu.

P: Gitu ya.. Oh iya, kalau sesama anggota ekskul gimana?

I: Ya deket karena kan sering latihan bareng. Suka jalan bareng jadi ya

deket. Malah jadi kaya ada kelompok sendiri dari ekskul itu…selain

temen yang dari temen sekelas ya. Apalagi kan kita kaya punya hobi

yang sama jadi makin nyambung deh

P: Kalau antar ekskul gimana?

I: Ya, kalau misalnya emang pada dasarnya kenal ya biasa aja sih..kalau

udah ekskul kan udah pada sibuk ngurusin masing-masing gitu.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 7 (LN)

Guru Matematika

Pembina Kewirausahaan

Tanggal wawancara: 28 Maret 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Ibu di sini ngajar apa Bu?

I: Matematika

P: Dari tahun berapa di sini?

I: Dari tahun 2002

P: Ibu ngajar di program apa?

I: Saya ngajar di IPS kebetulan. Kali ini ga ngajar di KI

P: Tapi pernah ngajar matematika IPA bu?

I: Pernah, tahun 2006

P: Sekolah ini ada RSBI sejak tahun berapa bu?

I: Sekitar tahun 2008 deh kalau ga salah. Agak lupa juga sih. Udah

sekitar 4 tahun kalau ga salah. Ehm..seinget saya sih tahun ini udah

tahun keempat atau kelima gitu

P: Bagi Ibu sendiri dengan adanya RSBI itu gimana?

I: Kan kalau diliat dari kalimatnya ya rintisan sekolah berstandard

internasional, kalau dari saya sih standard internasionalnya di sini harus

dilihat dari segi apa.. kalau sebagai guru, gurunya harus berkarakter

internal. Kalau saya mengartikannya itu guru harus berkompeten

daripada guru yang tidak RSBI. Saya liatnya seperti itu

P: Terus Ibu liat di sekolah ini udah berkompeten belum dari guru atau

siswanya?

I: Kalau dari gurunya sih ya.. kurang kayanya. Kan harusnya mereka

meningkatkan kualitasnya mereka. Dikursusin sudah dari sekolah. Tapi

kan tidak tertutup hanya kursus ya, yang lebih lagi lah

P: Kursus apa dari sekolah?

I: Paling sering bahasa Inggris. Pernah dipanggilin guru. Orang Filipina

dateng ke sini. Pernah juga dari LIA. Pernah juga di..apa diuji TOEIC

ya. Ya itu pernah tahun 2007

P: Itu mulai guru bahasa Inggris juga tahun 2007?

I: Iya, tahun 2007

P: Terus kalau menurut ibu belajar mengajar di dalam kelas harus yang

seperti apa?

I: Kalau menurut saya ya yang pertama harus menyenankan anak ya.

Anak harus merasa senang dan gurunya juga berkompeten.

P: Kalau Ibu sendiri ngajar di kelas seperti apa?

I: Saya tergantung materinya. Kalau dikura-kira bisa untuk permainan ya

ngajarnya pake permainan juga. Tapi kalau materinya berat saya

tanganin sendiri. Saya yang ngajar sendiri pake presentasi Tapi ya..kalau

yang materinya bersifat mengingatkan kembali misalnya bilangan

berpangkat. Itu kan lebih enak kayanya diingatkan kembali deh karena

waktu kelas SMP sudah pernah dapet. Jadi itu bisa pake permainan.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Permainannya gini.. jadi ada beberapa kartu yang isinya itu soal dan

jawaban. Nah nanti si anak tinggal mencocokkan aja dari kedua kartu

itu. Itu kan permainan kelompok ya, jadi tiap anak punya tanggung

jawab untuk menyelesaikan satu soal. Seperti itu. Atau bisa juga cepet-

cepetan mereka. Supaya yang jawabannya cepet dan benar maka dapet

nilai plus dari saya. Kalau salah ya mereka harus ngulang lagi, cari

jawaban yang benar. Kalau dengan permainan seperti itu kan si anak

juga fun kan, ga tegang gitu. Nah yang paling penting materinya diinget

oleh anak, anak jadi lebih mudah memahami materi.

P: Dan anak-anak lebih tertarik dengan metode yang seperti itu?

I: Ya. Mereka lebih seneng yang kaya gitu. Jadi tuh maksud saya

nyampe dan mereka bergembira.

P: Iya, sih ya bu. Lebih menyenangkan gitu soalnya kalau matematika

udah ngebayangin mata pelajaran yang serem, kaku gitu

I: Iya. Tapi ga semua materi bisa dibuat kaya gitu. Biasanya yang

sifatnya “mengingatkan kembali”. Kaya misalnya trigonometri itu bisa

pake ini.

P: Terus kalau menurut Ibu dengan metode yang Ibu pake tujuan dari

RSBI bisa tercapai ga Bu?

I: Tujuan ini ka nada yang umum dan khusus ya..tapi kalau tujuan dari

materi saya ya itu tercapai. Bahkan ada orangtua murid yang guru

matematika juga pengen ketemu saya, mau belajar. Saya juga bingung,

ketawa. Kan salah satu guru di sini ada yang jadi guru juga di 75 nah dia

yang pernah nyampein ke saya “Itu Ibu ada yang mau ketemu katanya

mau belajar ngajar matematika”. Soalnya anaknya bilang kayanya kalau

diajar sama saya asik-asik aja deh. Terus dia bilang katanya saya guru

yang hebat. Saya juga yang aaaahhhh.. gitu. Kadang tuh anak-anak juga

suka nagih ada permainan lagi ga. Gitu

P: Kalau menurut Ibu sendiri tujuan dari RSBI apa?

I: Jadi kan awalnya itu pemerintah ingin mengantisipasi ya bahwa

sekarang kan udah era persaingan bebas. Artinya jika kita tidak

mempersiapkan diri maka akan jadi negara yang terpinggirkan. Jadi

jangan jadi negeri yang terpinggirkan paling tidak jadi tuan rumah di

negaranya. Kayanya arahnya ke situ. Tapi kan kalau mau ngejalanin

kaya gitu pasti ada kendalanya

P: Kendalanya apa?

I: Misalnya SDM

P: Kalau dari segi kurikulum yang digunakan gimana?

I: Nah sebenernya kan kita pake juga tetep kurikulum nasional karena itu

wajib kan. Cuma ada plusnya di sini yaitu kita kurikulum dari

Cambridge

P: Kurikulum Cambridge sendiri itu seperti apa?

I: Ehm…sebenernya sih sama aja kaya kurikulum nasional. Cuma kalau

yang saya liat sih mereka lebih analitis. Kalau yang IGCSE itu setara

sama anak SMP-SMA lah. Itu sih masih gampang buat anak sekolah ini.

Kalau yang A Level, A Level itu kan setingkat universitas itu udah mulai

analisis gitu

P: Di sini itu KI termasuk IPA ya Bu?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Iya, karena pada awalnya itu kita dapet informasi bahwa yang

dianggap siap itu guru IPA. Jadi ketika memutuskan status RSBI, kan

ada uji kelayakan kali ya makanya waktu itu kita ada tes TOEIC. Terus

mungkin juga berdasarkan tingkat pendidikan juga ya. Yang dianggap

siap itu guru IPA. Makanya pas buka KI ya mereka langsung masuk IPA

P: Tapi dari proses pembelajarannya sendiri antara KI dengan RSBI?

I: Untuk KI emang bukunya beda. Pake buku Cambridge. Kalau saya sih

sekarang udah ga ngajar di KI jadi udah..

P: Dulu Ibu ngajar di KI tahun berapa emang?

I: Sekitar tahun 2008

P: Waktu ibu ngajar dulu ada perbedaan antara ngajar di KI dengan di

RSBI?

I: Kalau dari segi jumlah siswa, mereka lebih sedikit. Mereka siswanya

sekitar 20. Terus buku yang dipergunakan juga berbeda. Buku IPAnya

itu beda dari Cambridge. Kalau dari segi pelayanan sih yang

ngelayaninnya sih sama aja ya cuma beda buku paket aja. Kalau buat

permainan juga sama, kalau emang materinya cocok dijadikan

permainan ya kita lakukan. Cuma bedanya mereka kan pake bahasa

Inggris kalau ngajar juga. Terus ruangannya itu..di desain lebih fleksibel

gitu. Kita bisa seting bangkunya. Jadi kalau mislanya mau diskusi ya

bisa hadap-hadapan atau kita mau konferensi bisa letter U. Jadi

duduknya lebih fleksibel, kita ngajarnya jadi lebih luwes. Kalau saya

pribadi ya lebih enak ngajar di RSBI, kalau dilihat dari anak-anaknya ya

I: Kenapa Bu?

P: Ya kan soalnya mereka pilihan, tesnya ada seleksi raport

P: Guru yang lain juga gitu Bu? Wajib pake bahasa Inggris waktu

ngajar?

I: Ya idealnya sih gitu ya. Cuma saya kan ga liat kalaau mereka ngajar

jadi kurang tahu

P: Kalau KTSP sendiri itu seperti apa sih Bu?

I: Jadi kalau KTSP sih cuma sampe kompetensi standard ya, nanti

profesionalnya gurunya yang revisi

P: Kalau dari siswa RSBI dengan KI Bu ada perbedaan ga menurut Ibu?

I: Ada sih dari segi kemampuan finansial jelas KI lebih unggul. Cuma

kalau dari akademis mereka ada dibawa sedikit dari RSBI. Karena

tesnya memang beda kan, jalurnyaa

P: Tes apa aja emang Bu yang KI?

I: Kalau ga salah sih matematika, IPA, bahasa Inggris. Nah itu tuh

soalnya seragam. Kan RSBI ga cuma di sini doang kan jadi soalnya

sama semua. Cuma semua pake bahasa Inggris.

P: Dari interaksi Ibu dengan murid gimana?

I: Ya..kalau di sini itu…saya ga tahu ya kalau di sekolah lain ya. Kalau

di sini itu lebih bagus itu RSBI…apa namanya.. kemampuan

akademisnya dibandingkan KInya. Saya sih ya biasa aja ke mereka..KI

atau RSBI. Tetep ngejalin komunikasi lah walau di luar kelas juga

P: Kalau fasilitas dari sekolah ada apa aja Bu?

I: Di sini ada wi-fi ya untuk satu sekolah, di tiap kelas ada LCD, kamera

di lantai 3 aja.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Ibu juga jadi Pembina ekskul kewirausahaan kan ya Bu?

I: Iya

P: Dari tahun berapa ?

I: Tahun ajaran ini. Tahun 2011 berarti ya

P: Menurut ibu penunjukannya jadi Pembina itu seperti apa?

I: Ehm… kayanya itu masalah penempatan aja. Mungkin karena emang

udah bagiannya saya. Mungkin masalah kesenioran ya kalau di sini itu.

Mungkin udah masanya kali ya

P: Terus pas Ibu ditunjuk nih apa yang Ibu yang lakuin buat ekskul ini?

I: Pertama sih saya merekrut anggota, ehm..terus.. mempromosikan

ekskul ini, keuntungannya apa aja, apa sih kewirausahaan itu

P: Keuntungannya apa Bu?

I: Keuntungannya sih untuk melatih jiwa kewirausahaan. Kan

wirausahawan itu orang yang selalu berproduksi, selalu menghasilkan

produk baru juga berusaha untuk memasarkannya

P: Apa aja yang dilakuin kalau masuk ekskul ini?

I: Kaya kopsis kan ekskul ini. Waktu itu sih saya rencananya ehm..ada..

alat tulis sekolah. Jadi kita jualan alat tulis sekolah. Terus ada jual

souvenir. Jadi souvenir tentang sekolah ini ya kita jual.

P: Suvenirnya ada apa aja?

I: Nah…kita itu merencanakan… macem-macem sebenernya. Ada

stiker, ada pin, ada topi, ada macem-macem gitu ya. Nah terus kita juga

ada…saya ga tahu ya istilahnya apa..mungkin ritel kali ya. Jadi kalau

ada yang mau jualan ya kita menjembatani, bisa ditaro di tempat kita.

P: Itu ketiganya udah berjalan?

I: Belum karena waktu itu kendalanya gini…kewirausahaan ini ketika

diambil oleh saya ternyata tidak...peminatnya sedikit. Menurut saya,

seharusnya Pembina yang terdahulu membicarakan masalah ini kepada

saya. Nah akhirnya saya mencari lagi nih orang-orang baru dan itu sudah

lewat masa promosi ekskul. Akhirnya dapet beberapa orang baru tapi

kan itu kan ternyata..mereka..kewirausahaan ini bukan ekskul

pertamanya mereka. Jadi mereka punya ekskul yang lain juga. Dan itu

masalahnya, kurangnya SDM dan karena kewirausahaan bukan ekskul

pertama jadi susah buat ngumpulin mereka. Harapan saya sih ketika

tahun ajaran baru, ketika masa promosinya bareng dengan ekskul lain ya

kita bisa lebih..lebih giat. Karena kalau sebelumnya kan kita startnya

telat tapi rancangan itu sudah ada. Mereka sih antusias ya sama rencana

kerja kita tapi karena bentrok sama ekskul pertama mereka jadi ya susah.

P: Terus itu gimana Bu nyelesaiinnya?

I: Ya…sebenernya kan susah ya itu. Mereka ngambil kewirausahaan tapi

mereka juga udah punya ekskul kan ya…susah jadinya. Jatuhnya kan

gini, kewirausahan itu ekskul keduanya mereka jadi kalo ada ngumpul di

ekskul yang pertama ya mereka lebih mentingin ekskul pertama itu.

Yang kewirausahaan nanti dulu. Kan kebanyakan kaya gitu. Jadi

ya…kita kalo mau ngumpul itu susah ngatur waktunya.

P: Mereka kalo ada masalah gitu suka cerita ga sih ke Ibu?

I: Oh iya mereka suka cerita. Kaya misalnya kan, di sini kita kurang

SDM ya..ya mereka ngomong ke saya harus gimana. Terus gimana

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

ngatur waktunya sama anak-anak yang lain. Gitu…Saya sih ya ngasih

tahu aja ke mereka. “coba kalian kaya gini gini aja” gitu sih biasanya

P: Emang anggotanya ada berapa Bu?

I: Kalau yang daftar sih banyak. Ada sekitar 50 tapi yang aktif paling 6

itu juga mereka ikut ekskul lain

P: Kalau ngumpul biasanya dimana?

I: Biasanya hari kamis dan make ruang kelas di XI IPS 2. Pojok sana

P: Pandangan Ibu sendiri terhadap ekskul gimana?

I: Kalau menurut saya ya…kalau orang itu kan harus seimbang ya.

Kalau ekskul itu kan untuk menyalurkan yang tidak bisa disalurkan di

dalam kelas. Misalnya ya mungkin olahraga seminggu cuma 2

kali..kurang. Akhirnya mereka ikut ekskul. Harus ada sih ekskul sih biar

seimbang hidupnya

P: yang ibu liat dari ekskul di sekolah ini gimana?

I: Bagus ya…ada beragam kan ya di sini ekskulnya. Jadi anak juga bisa

milih ya mau ikut ekskul mana. Ya..semoga aja bisa mengakomodasi

siswa. Saya sih seneng ya kalo liat siswa punya kegiatan di luar kegiatan

akademis jadi mereka ga…yang belajar terus gitu..kan kasian juga ya

kalo anak cuma kerjanya belajar aja terus. Harus seimbang lah itu

P: Kala yang Ibu liat antusiasme anak-anak terhadap ekskul gimana?

I: Seneng-seneng aja. Kaya kemarin ya saya dampingin anak KIR. Jadi

itu kan pilihan dia ya, ikut KIR dia yang mau jadi kan seneng.

P: Itu dampingin buat apa?

I: Itu…Latihan Dasar Penelitian. Di kampus IPB, 3 hari. Kebetulan saya

jadi narasumber juga waktu itu tentang penelitian ilmiah sama karya

ilmiah. Terus abis itu mereka praktek. Mereka melakukan penelitian

ilmiah nah setelah itu baru ditulis dalam bentuk karya ilmiah. Yang saya

liat tuh anak-anak seneng-seneng aja di sana

P: Peran guru sendiri buat ekskul apa bu?

I: Kalau dari sisi Pembina ya…. Jadi ya harus membina anak-anaknya,

menjembatani, menjadi panutan juga, mengarahkan. Tapi idenya sih

idealnya dari anak-anak ya. Nanti kita yang menjembatani atau member

tahu baiknya seperti apa. Jadi kalo misalnya anak-anak mau ngelakuin

ini…gitu di ekskul nah itu kita nanti yang ngasih tahu. Lebih baik begini

saja atau seperti apa. Kalo saya sih ya…yang terbaik aja buat

merekanya. Kita sebagai Pembina ya membantu aja gitu. Tapi kan buat

teknisnya itu tetep siswa kan ya yang ngejalanin

P: Pernah ada masalah gitu ga sih Bu di ekskul yang Ibu bina?

I: Ga sih, baik-baik aja untungnya

P: Kalo dari anak-anak sendiri gimana Bu? Pernah ga sih mereka yang

kaya konflik gitu

I: Ya…saya sih yakin ya yang namanya beda pendapat itu pasti ada.

Tapi ya keliatannya mereka bisa ngatasin sendiri sih kalo masalah kaya

gitu. Sejauh ini sih saya belum pernah denger soal itu ya

P: Kalo misalnya ada rapat gitu Ibu suka dateng ? atau latihan gitu

dateng ga Bu?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Ehm..kalo rapat sih ga ya..saya percaya mereka bisa nyelesaiinnya

gimana. Saya paling suka dateng aja kalo ada jadwal ngumpul. Ikutan

aja ngumpul di situ udah sampe sejauh mana sih kewirausahaan ini

berjalan. Nah, dari situ kan nanti saya bisa kasih masukan ya ke

merekanya baiknya seperti apa. Seperti itu aja sih paling

P: Hambatan Ibu nih sebagai Pembina apa?

I: Itu tadi…karena ekskul ini ketika dipindah ke saya itu setelah promosi

ekskul…pas habis Lebaran..ternyata saya..peminatnya itu sedikit. Dan

mereka itu sudah lebih fokus ke ekskul yang lain. Jadi saya merintis lagi

tapi ya itu mereka punya ekskul lain. Tapi saya juga ga maksain ya

anaknya harus di kewirausahaan terus karena mereka kan punya ekskul

lainnya.

P: Kalau ngumpul biasanya ngapain aja?

I: Tergantung agendanya apa. Pernah kira beresin etalase karena waktu

itu udah kotor gitu. Terus merencanakan kita mau buat unit apa aja,

mendata barang-barang yang ada apa aja. Terus pernah juga..apa

namanya.. kita promosi lagi kalau koperasi udah buka

P: Bikin promosinya kaya gimana?

I: Kita kaya bikin flyer terus ditempel ke tiap-tiap kelas. Bikin jadwal

piket. Terus pernah juga kita kirim anggota buat dateng ke acara

kewirausahaan untuk remaja di Gelanggang. Waktu itu kita kirim 5

orang ke sana. Acaranya 3 hari. Kalau ikut gitu kan si anak…saya

pernah nanya..jadi lebih termotivasi. Itu acaranya tahunan gitu sih

diadainnya.

P: Tetep ambil untung ga tuh Bu kalau jualan?

I: Iya, tetep tapi kayanya sewajarnya ada deh. Mereka kan orientasinya

bukan uang ya. Tetep lebih murah daripada barang yang di luar kaya alat

tulis gitu

P: Harapan Ibu sendiri dengan hadirnya ekskul di sekolah apa?

I: Saya sih maunya supaya anak bisa terakomodir lah minat mereka. Jadi

ga cuma bisa di bidang akademis aja tapi di bidang lainnya juga tetep

jalan. Bakat mereka juga bisa terasah kan kalau ikut ekskul

P: Kalau manfaatnya sendiri buat sekolah?

I: Ya..ga bisa dipungkiri yah kalau ekskul itu banyak prestasi ya..sekolah

juga yang dapet untungnya. Jadi lebih dikenal lagi ke luar. Terus jadi

kebanggaan sendiri juga buat pihak sekolah kalau siswa-siswanya ga

hanya berprestasi di akademis tapi juga non-akademis

P: Ada ga sih bu di sini ekskul yang dianggep eksis gitu?

I: Oh…apa ya. Paling dance sih kayanya. Itu kan dari dulu emang

identik kan anak-anaknya cantik gitu otomatis menarik perhatian.

Kostum yang mereka pakai juga kan ga biasa. Maksudnya berkonsep

gitu jadi ya bagus aja diliatnya. Sama basket sih. kan kalo olahraga itu

emang lebih identik sama cowo ya nah basket bisa jadi representatif lha

buat olahraga cowo itu

P: tapi ga bikin anak-anak lain iri gitu?

I: ga sih. sejauh ini masih baik-baik aja mereka. mereka itu..anak-anak

yang eksis itu biasanya suka ikutan jadi panitia gitu. jadi kalo misalnya

di sekolah lagi ada acara gitu mereka suka diminta tolong buat jadi

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

panitia inti di acara itu. Itu kali ya salah satu untungnya jadi eksis di

sekolah. kalo saya sih ngeliatnya ya, si anak ini kan perlu lha kaya

tempat buat nunjukkin dirinya itu siapa ya dengan cara ikut ekskul ini

bisa lha mereka buktiin. Kalo di dalem kelas ga bisa ya di ekskul berarti

caranya.

P: jadi tuh yang masuk ekskul itu emang anak-anak eksis gitu?

I: Ya..jadi yang saya tahu itu emang ekskul itu..beberapa ekskul itu kaya

udah ada ciri khas gitu kan. Nah basket atau futsal juga sama dance itu

emang cenderung isinya anak-anak eksis semua. Maksudnya mereka

emang terkenal gitu lha di kalangan siswa bahkan kadang guru juga

P: Sekolah ga masalah sama hal itu Bu?

I: Ga sih ya. Kita sih ngeliatnya masih dalam tahap wajar. Normal di

setiap sekolah ada kalangan anak-anak yang lebih eksis dibandingin

yang lain. anak yang pinter belum tentu eksis kan ya. Nah di ekskul

tertentu emang anak-anaknya lebih eksis di bandingin yang lain. selama

ga nimbulin kerugian sih sekolah ga masalah sama hal itu ya

P: Menurut ibu kenapa sih ada anak eksis gitu Bu?

I: Ehm… saya pikir itu… gini ya…mungkin karena penampilan dan

anak itu termasuk anak yang supel di antara yang lain. ehm..gini kalo di

basket kan emang identik dengan cowo lah ya..olahraga cowo jadi ya

anak cowo ada lha yang mau ikutan ekskul itu

P: Ohiya bu sempet pernah dirombak ya Bu sekolah ini ya?

I: Iya, dulu. Bener-bener dihancurin dulu. Dibangun kembali. Arah pintu

gerbang juga dipindah kan, awalnya kita menghadap ke arah Jl. Seroja

kalau sekarang ke Jl. Berdikari

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

Informan 8 (AD)

Guru Fisika

Mantan Pembina KIR

Tanggal wawancara: 2 April 2012

(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)

P: Bapak di sini sudah ngajar berapa lama ?

I: Dari 1998… sudah berapa tuh? Ehm.. 14 tahun ya

P: Sebelumnya ngajar dimana, Pak?

I: Dulu pernah di swasta di Marsudirini. Di bimbingan belajar

P: Di Marsud berapa lama, Pak?

I: Dari 1994 ke 1999.

P: Berarti pas ngajar di Marsud, di sini ngajar juga?

I: Iya.

P: Dulu S1 di mana, Pak?

I: Di UNJ. Dulu IKIP ya namanya

P: Sekolah ini berstatus RSBI sejak tahun berapa, Pak?

I:Dulu kita sebagai piloting itu disuruh menyelenggarakan tahun 2006

ya.

P: Itu maksudnya piloting apa, Pak?

I: Iya, jadi kita itu sebagai pilot projectnya Depdiknas gitu. Terus

disuruh menyelenggarakan terus turun SKnya itu tahun 2008 ya kalau ga

salah…SK penyelenggaraan RSBI.

P: Itu tahun 2008 sekolah ini fix menyelenggarakan RSBI di keseluruhan

sekolah ini?

I: Jadi kan dulu belum ada surat himbauan buat menyelenggarakan RSBI

nah baru keluar tahun 2008.

P: Jadi tahun 2008 ini di sekolah ini menggunakan kelas RSBI ya?

Sudah bukan kelas reguler lagi.

I: Iya, jadi resmi sekolah RSBI bukan kelas lagi. Jadi polanya ada KI dan

ada RSBI. Reguler itu masuknya ke RSBI.

P: Kalau menurut Bapak RSBI itu sendiri apa?

I: RSBI itu kan sebenarnya substansinya peningkatan mutu ya yang

tujuannya pendidikan kita ini sejajar dengan negara-negara maju. Intinya

sih itu.

P: Kan banyak kontroversi sendiri ya Pak tentang RSBI ini. Bapak

melihatnya seperti apa?

I: Kalau dari substansi sih saya mendukung ya. Siapa sih yang ga mau

ningkatin mutu? Tapi labelnya aja itu yang akhirnya masuk ke masalah

diskriminasi dan macem-macem lha ya. Dan ketika kontroversi itu

mencuat udah ga murni lagi itu, masuklah kepentingan macem-macem.

Kepentingan politis lha masuk menghantam kebijakan. Kalau dari yang

saya liat sih dari kontroversi yang ada di media-media itu udah ga murni

lagi.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Sebenernya ditunjuknya sekolah RSBI memang untuk sekolah

unggulan atau harus melalui proposal?

I: Jadi pada awalnya…waktu ditunjuk pertama kali mereka melihat dari

sekolah tersebut jadi ga usah ngeluarin dana untuk perbaikan sekolah.

Makanya sekolah tertentu itu ditunjuk untuk membuat proposal. Ehm…

apa saja yang dibutuhkan, dana yang dibutuhkan. Seperti itu.

P: Kalau dari Bapak sendiri harapan untuk RSBI seperti apa?

I: Saya itu…ehmm… Kalau dari pemerintah itu kan menjalankan amanat

undang-undang. Dalam setiap prakteknya kan luas maka akan wajar jika

terjadi bias ya. Jadi kan itu memang DPR yang membuat peraturannya,

setiap kabupaten atau kotamadya minimal disediakan satu sekolah yang

menjadi bertaraf internasional. Kalau menurut saya sih ga perlu itu label

yang penting mutunya. Jadi tuh sekarang terjebak dalam label. Di luar

negeri ga ada tuh sekolah yang bertaraf internasional tapi mutunya yang

dalam arti substansi tuh internasional tapi labelnya tuh ga ada

internasional di sana.

P: Menurut Bapak akan bertahan RSBI?

I: Ya itu tergantung perkembangan. Semuanya kan bergantung akan

payung hukum. Kalau sudah tidak ada payung hukum ya maka akan

dihapuskan. Yang kita harapkan itu kan substansinya bukan labelnya.

P: Kurikulum Cambridge itu sendiri seperti apa Pak? Itu yang digunakan

di KI kan?

I: Jadi awalnya dari Permen no 78 bahwa kurikulum harus diperkaya.

Kurikulum nasional yang diperkaya dengan kurikulum negara maju jadi

tidak harus Cambridge. Pemerintah DKI melihat waktu pilot pertama

kali itu..

P: Yang pertama kali itu sekolah mana Pak?

I: Itu SMAN 8 ya waktu itu. Kan banyak kurikulum internasional ada

IB, ada Cambridge nah yang paling mudah kita beradaptasi itu

kurikulum dari Cambridge. Kalau ga salah tuh dinas langsung

mengadakan MoU ke Cambridge.

P: Ada syarat sebuah sekolah pake kurikulum Cambridge?

I: Sebenernya karena kita dibawah dinas jadi lebih gampang ya. Jadi

mengikuti sama keadaan di sekolah karena sudah ada MoU dengan

pemerintah. Ga perlu yang ditentukan luas sekolah berapa, ada

gymnasticnya. Kalau harus mengikuti seperti itu mungkin sekolah ini ga

bisa. Yang bisa mungkin MHT itu. Mereka kan sudah bagus, sekolah

negeri tapi ga pake nomer. Ada asramanya segala di sana. Di Cambridge

sendiri kan ada 2 level yaitu IGCSE dan A Level. IGCSE sendiri itu

sekelas dengan kelas 10 dan 11 sedangkan A Level itu advance sampai

universitas. IGCSE itu materinya memang dari SMP ya. Nanti aka nada

ujian dan bisa dua kali dalam setahun. Mei-Juni atau Oktober-November

jadi ngikutin summer dan winter di sana.

P: Nanti tesnya juga…?

I: Tesnya ternyata berdasarkan MoU itu di selenggarakan di sekolah

yang disebut dengan “center”. Nah kebetulan sekolah ini bukan center

tapi 78,8, sama SMA 81. Nah nanti ujiannya dikoreksi di sana nanti

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

hasilnya dikembalikan lagi ke sini. Itu ujiannya mahal. Misalnya fisika

ya itu bisa sampai satu juta.

P: Satu juga untuk satu mata pelajaran?

I: Iya, untuk satu mata pelajaran.

P: Kalau ada nilai siswa yang tidak…

I: Mereka itu kan memberikan gradenya bukan seperti lulus atau tidak

lulus kan. Jadi ga seperti di kita. Kalau di kita kan bisa dalam 2 jam nanti

anak bisa dikategorikan tidak lulus. Kalau dia kan ga jadi ada beberapa

paper terus penilaiannya dari A sampai G. Jadi nanti anak ada yang

dapet C, dapet D, macem-macem. Kecuali yang sama sekali itu…yang

nilanya jelek jadi dianggap tidak ada levelnya.

P: Kalau ada siswa yang merasa nilainya kurang itu bisa ngulang?

I: Iya, bisa mengulang dan harus bayar lagi. Jadi misalnya mereka ujian

bulan Mei terus dia mau ikut lagi bulan Oktober itu boleh.

P: Sertifikasinya langsung dari Cambridge?

I: Iya, jadi nanti ada nilainya berapa. Gradenya berapa.

P: Pernah ada siswa yang ngulang Pak sejauh ini?

I: Ehm… sekolah ini ada.

P: Berapa sih biaya untuk KI?

I: Ehm.. 24 ya. Itu udah termasuk ikut ujian yang dari Cambridge.

Sebenarnya hampir sama sih dengan kelas reguler. Kelas reguler berapa

ratus ribu per bulan belum termasuk buku lah. Kalau KI kan udah

termasuk semuanya, buku lah, kegiatan sekolah seperti study tour. Kalau

yang lain kan bayar lagi

P: Terus kalau yang kelas RSBI kan pakai KTSP ya Pak?

I: Iya, jadi kan di dalam kurikulum itu ada adopsi dan adaptif ya. Kalau

adopsi kan kita memakai bukunya, kurikulumnya, semuanya dari dia

tuh. Nah bedanya di KI tuh gitu. Untuk 5 mata pelajaran kita adopsi dari

Cambridge sedangkan untuk RSBI kita usahakan yang 5 mata pelajaran

itu adaptif. Jadi kita pakai KTSP tapi begitu ada materi bagus dari

Cambridge kita ajarkan ke mereka. Atau kita enforcement. Karena kalau

KI kan ujian Cambridge itu ada PG, ada essay, ada lagi essay yang

bersifat ehm..apa… practical. Jadi tuh mereka kalau ujian bisa sampai

sebulan. Dan mereka boleh milih tipe ujiannya core atau extended.

Kalau core itu nilainya ga sampai A cuma sampai C nanti dia yang

ngukur kemampuannya sendiri. Kan kalau extended lebih sulit dan bisa

sampai A juga.

P: Jadi di KTSP sendiri guru bisa merevisi atau menambahkan materi

pelajaran?

I: Iya, jadi substansinya itu kurikulum sekolah yang memang sudah

standardnya dari pemerintah tapi indikatornya apa saja itu guru yang

buat. Jadi guru itu punya kewenangan untuk menambah, mengurangi.

Karena standard ketuntasan segala macem itu masih umum.

P: Bapak ngajar di KI sama RSBI juga?

I: Iya

P: Ada perbedaan gitu ga sih Pak antara ngajar di KI sama RSBI?

I: Yang pertama ehm… jam di KI untuk 5 mata pelajaran itu lebih

banyak. Jadi misalkan di RSBI itu 4 jam untuk kelas X maka di KI udah

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

6 jam. Jumlah mata pelajaram di KI juga lebih sedikit karena ada

beberapa mata pelajaran yang cuma satu semester dapetnya seperti

sejarah. Karena memang jamnya itu diperuntukkan untuk yang 5 mata

pelajaran itu. Dan memang menjadi sarat beban kalau mereka ngikutin

semua mata pelajaran kaya RSBI. Jadi kaya mereka harus belajar 17

mata pelajaran. Bayangkan, anak Singapur aja cuma 7 mata pelajaran.

Sehingga di mereka itu mendalam kalau di kita saking banyaknya jadi

hanya kulitnya saja. Jadi dengan mendalam itu mereka bisa berpikir

kritis dan bisa meluaskan pengetahuannya.

P: Kalau dari cara Bapak mengajar ada perbedaan?

I: Iya, jadi kan jelas dari kurikulum itu kan suatu guidance untuk kita.

Anak adalah subjek kalau dulu mereka kan objek. Jadi kita nerapin

active learning. Gimana caranya agar si anak berpikir kritis. Mau ga mau

guru harus menjadi fasilitator, jadi nanti belajar dengan media, dengan

berbagai pendekatan. Ehm… beberapa hal ada perbedaan. Perbedaannya

terkait sama jam pelajaran tadi, antara 4 jam dengan 6 jam. Kalau yang 6

jam saya akan lebih leluasa menerapkan metode ngajar karena waktunya

lebih panjang. RSBI kan lebih pendek jadi ya harus menyesuaikan.

P: Kalau mengajar di KI harus full English?

I: Ya, jadi memang itu bagian dari kelemahan kita. Mereka kan

mengisyaratkan full English ya tapi digariskan bilingual sih. Karena

takutnya kalau inggris melulu nanti gurunya ya mungkin kurang…atau

nanti ga nyambung konsepnya akhirnya yaudah… malah lebih bahaya.

P: Ada persiapan dari pihak guru juga mengenai status RSBI untuk

sekolah?

I: Jadi guru-guru kita itu diberikan pelatihan 3 hari. Jadi di situ

membedah kurikulumnya. Nah nanti beberapa orang kita kirimkan untuk

ikut pelatihan itu dari situ mereka tularkan ke guru-guru yang lain.

P: Kalau ngajar di dalam kelas nih Pak fasilitas apa sih yang Bapak pake

buat nunjang pengajaran?

I: Sekarang kan zamannya agar anak-anak ngalamin pengalaman belajar

yang seluas-luasnya. Dimana media itu sangat membantu terutama bagi

materi yang sulit untuk dijelaskan. Jadi saya…entah bikin sendiri di

power point atau pakai software. Ada di dalam fisika namanya “pesona

fisika” itu software yang kita beli buat bantu pengajaran. Sekarang

mereka pembelajarannya juga pakai web server. Jadi mereka tinggal

masuk ke web sekolah cari gurunya. Nanti mereka bisa ngerjain tugas

online atau kuis. Mereka dikasih waktu lalu kerjalan. Silahkan kalau

mereka kalau mau diskusi dan buka buku. Jadi sebelumnya saya bilang

dulu ke siswa akan ada tugas online. Seperti itu. Kalau tugas biasanya

dari jam 2 siang sampai malam. Kalau latihan soal biasanya waktu saya

kasih hanya 1 jam dan soalnya saya acak jadi kalaupun ada yang

ngerjain bareng akan berbeda itu soalnya. Tapi bagaimanapun peran

media, interaksi antara siswa dan guru tidak bisa dipisahkan. Di kelas itu

harus kita ngajar harus ada interaksi langsung lha sama siswa.

P: Bapak deket sama siswa?

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

I: Saya itu termasuk guru yang suka bercanda. Kalau di kelas juga ga

yang serius gitu tapi diselingin lah sama bercanda. Kalau di luar kelas

juga suka kita ngobrol lah, bercanda gitu. Sama kelas KI juga sama,

ngobrol juga.

P: Kalau masalah ekskul sendiri nih Pak. Kalau menurut Bapak ekskul

itu seperti apa?

I: Ya, ekskul itu kan sebenarnya adalah… ekstra ya. Jadi intinya

melengkapi intrakurikuler. Artinya bahwa pendidikan harus

mengakomodir segala minat dan bakat siswa. Kalau di dalam kelas kan

ga bisa kita sepenuhnya mengakomodir semua minta dan bakat siswa.

Tapi ya kedua hal itu saling melengkapi sehingga pendidikannya

menjadi lengkap. Di dalam ekskul itu sendiri juga kan ditanamkan

leadership kan. Sementara di dalam kelas anak-anak ga bisa dapetin itu

mungkin cuma ketua kelas aja yang punya tantangan dan kepemimpinan

di dalam kelas. Itu juga sebagai ajang aktualisasi dari si siswa. Banyak

kok anak-anak yang nilai-nilai pelajaran bagus di ekstrakurikuler juga

baik. Dia bisa memimpin dengan baik. Malah kalau saya liat siswa-siswa

yang sekarang berhasil itu siswa-siswa yang aktif di ekskul.

P: Harapan Bapak sendiri terhadap ekskul itu apa?

I: Ya.. apa… seperti yang dicita-citakan dari tujuan pendidikan nasional

yaitu untuk membentuk manusia yang… ya itu harus lanjut.

Berbarengan. Jadi si anak bisa tersalurkan lah minatnya. Janganlah cuma

belajar aja ya. Harus ada kegiatan lain lagi yang bisa seimbang seperti

ekskul itu. Kita kan di sini juga sudah menyiapkan beragam

ekstrakurikuler ya jadi siswa bisa memilih mana yang kira-kira menjadi

minatnya. Sekolah akan mengakomodasi nanti selanjutnya gimana

ekskul itu berjalan kan ada di siswa-siswanya ya. Mereka yang

ngejalanin ekskul

P: Bapak pernah jadi Pembina ekskul?

I: Iya pernah. Dulu saya jadi Pembina KIR

P: Kalau Pembina itu fungsi dan perannya seperti apa Pak?

I: Ya kita membina siswa, mendorong siswa. Pertama yang kita

dapatkan dari ekskul itu adalah anak-anak diajarkan untuk mandiri,

pertama. Untuk leadership juga ya kan.. mengorganisir diri sendiri. Itu

yang paling penting yang tidak didapatkan di dalam kelas. Terus

menghadapi tantangan untuk menjalankan program, Pembina yang

mendorong. Dari situ dia belajar. Jadi sebenernya ekskul ini memang

banyak manfaatnya kan. Siswa tuh sebenernya kalo mau belajar bukan

hanya di dalam kelas saja namun juga bisa di luar kelas. Melalui ekskul

misalnya. Ada banyak pelajaran yang bisa ga bisa didapet di kelas tapi

bisa didapet dari ekskul. Kaya yang tadi saya sebutkan sebelumnya.

Saya mendukung sekali adanya ekskul di sekolah ini ya.. mereka kan

juga jadi bisa bersosialisasi lagi sama temen-temennya yang lain. Jadi

pergaulannya juga lebih luas

P: Ada hambatan gitu ga sih waktu Bapak jadi Pembina?

I: Hambatan sih pasti ada ya tapi ya itu dijadikan tantangan. Ada anak

yang ekstrakurikulernya…karena tidak bisa memanage waktu kan

jadinya dia di ekskul aja. Nah Pembina juga harus berperan. Bahwa

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

prioritas kalian itu apa. Tapi ada juga yang sedang menjalankan program

tapi anak ada tuntutan misalnya ulangan atau PR sehingga… itu kan

gimana merekanya yang memanage waktu ya. Pernahlah saya ngalamin

hal kaya gitu. Waktu ada program jalan ya merekanya ada ulangan. Ya

bingung juga waktu itu. Jadi kan saya gimana ya… sebagai Pembina

saya kan maunya yang terbaik ya buat siswa itu harus seperti apa. Jadi

ya itu tadi saya balikin lagi ke anaknya, prioritasnya seperti apa. Atau

biasanya sih kalo misalnya mereka ada ulangan tapi di luar ada lomba

juga saya ikut bantu untuk minta izin ke guru mereka. karena saya

melihat seperti ini, mereka kalo kesempatan ikut lomba tidak bisa

diulang ya kan. Sedangkan kalo ada ulangan sebenernya mereka bisa

ikut susulan jadi saya usahakan agar mereka bisa ikut ulangan susulan di

sekolah. Ikut lomba itu kan kesempatan ya buat mereka untuk bisa

mengaktualisasikan dirinya di luar bukan hanya di lingkungan sekolah.

P: Terus dari Bapak sendiri solusinya seperti apa?

I: Ya itulah organisasi. Jadi organisasi yang harus bisa handle. Siswa

harus bisa itu pinter-pinter lah ibaratnya bagi waktu antara sekolah sama

ekskul kaya apa. Prioritasnya apa. Maunya seperti apa. Itu kan mereka

sendiri ya milih ekskul apa jadi ya mereka juga harus bisa tanggung

jawab sama apa yang dia ambil. Gitu.

P: Kalau dari anak-anaknya sendiri mereka excited gitu ya Pak?

I: Oh jelas dan apa yang ditanamkan tiada minggu tanpa piala itu

tercapai. Saya pernah ngitung. 3 tahun berturut-turut gitu ya. Kalau satu

piala setiap minggu kalau dalam setahun itu kan bisa sampai 48.

Ternyata di kita tuh ada 55. Jadi tercapai ya itu

P: Kalau dari KIR sendiri suka ikut lomba apa Pak?

I: Ya, biasanya kita ikut lomba cepat tepat atau penelitian gitu kan.

P: Bapak pernah dampingin Pak?

I: Kebetulan waktu itu saya ga sempet dampingin sih. Tapi ya juga tetep

kasih saran dan motivasi ke mereka supaya mereka bisa semangat. Ga

harus menang kalo mau ikut lomba seperti itu yang penting dapat

pengalaman, bisa nambah keterampilan mereka juga, bisa nambah temen

juga kan di luar sekolah. Tambah luas lagi itu pergaulan mereka.

P: Kalo KIR ada latihan Bapak ikut merhatiin gitu kan Pak?

I: Kalo mereka latihan iya suka saya liat. Saya juga ingin tahu kan

bagaimana perkembangan mereka itu seperti apa. Selama ini ada

kegiatan apa aja, ya seperti itu lah. Itu juga di situ saya bisa interaksi

langsung sama mereka kan. Nanya gimana keadaan KIR sekarang, ada

hambatan atau tidak. Saya sebagai Pembina kan harus bisa membimbing

mereka ya, kasih saran yang baik seperti ini, lebih baik itu begini. Ya

hal-hal semacam itu lah. Kadang kan ya mereka memang butuh masukan

dari pembinanya. Kasian juga kalo pembinanya itu ga perhartian sama

mereka. mereka sebenernya masih butuh bimbingan makanya sekolah itu

nunjuk guru buat jadi Pembina di ekskul yang ada di sekolah

P: Pernah ngadain lomba KIR di sekolah ini?

I: Dulu iya pernah ada lomba tingkat kotamadya di sini. Itu sebenarnya

bagus jadi ya anak-anak dapet tambahan ilmu yaitu bagaimana untuk

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

memanage suatu kegiatan. Tapi ya jadinya banyak waktu juga terbuang

kan, ngurusin orang. Ada hal yang bisa dipelajarin yaitu ya bagaimana

suatu organisasi memanage suatu kegiatan. Ada juga kerjasama di situ,

kreativitas. Tapi itu ya harus pintar ngatur waktunya. Bukan kebuang

juga sih sebenernya, tapi ya itu tadi banyak waktu buat ngurusin orang

lain aja. Kan kita sebagai tuan rumah harus bisa menjamu mereka

dengan baik ya. Ga bisa sembarangan juga

P: Tahun berapa Bapak jadi Pembina KIR?

I: Tahun berapa ya..sudah lama juga. Mungkin sekitar 2001 atau 2003

gitu.

P: Ada niat jadi Pembina lagi Pak?

I: Ya, kalo tugas sih…sebenernya sih.. kan itu tugas diberikan ya saya

siap saja.

P: Mekanisme penunjukkan Pembina dari pihak sekolah itu seperti apa?

I: Kalo dari sekolah..ehm.. ada kaya.. jenjang-jenjangnya. Biasanya dari

guru biasa dikasih tugas tambahan jadi Pembina. Kan karir guru gitu

doang tuh…dari guru kan biasanya jadi kepala sekolah. Nah untuk jadi

kepala sekolah minimal 3 tahun jadi wakil kepala sekolah dalam menuju

hal itu biasanya dibuat regulasi tidak tertulis tapi ada juga yang tertulis.

Maka untuk jadi wakil kepala sekolah ditugaskan jadi Pembina lalu staf.

Dari staf jadi wakil.

P: Di sekolah ini ada ga sih Pak ekskul yang kaya lebih eksis gitu anak-

anaknya? Kaya lebih terkenal gitu lha

I: Ehm…ya..kalo soal itu saya cuma denger-denger aja ya. Kalo kaya

gitu paling basket dan futsal ya sama dance juga buat yang perempuan.

Tapi sebetulnya kalo menurut saya eksis kaya gitu sama aja sih. yang

penting bagi saya itu mereka bisa berkreasi lah di ekskul ga cuma di

dalem kelas aja.

P: Itu muncul fenomena kaya gitu gimana Pak?

I: Wah saya sendiri kurang paham ya. Itu pokoknya kaya udah jadi

bahan omongan aja sih di sini. Kalo anak dance kan emang mereka harus

menampilkan sisi bagus dari diri mereka kan ya dari mulai kostum

sampai ke penampilan. Maksudnya kan dalam menari itu mereka harus

menghibur. Ga bisa dong mereka nari tapi ga senyum. Nah itu di situ

letaknya. Mereka emang harus berpenampilan menarik. Terus juga

persepsi kita kan kalo anak dance itu cantik, anak basket itu keren jadi

ya kebawa sampai sekarang juga.

P: Sekolah ga masalah sama hal itu?

I: ga sih, selama masih dalam batas wajar ya ga masalah. Selama ini kan

belum kedengeran tuh yang berantem gara-gara masalah eksis dan tidak

eksis di sekolah. mereka harus baur lah sebenarnya supaya ga jadi

masalah di sekolah.

P: waktu bapak jadi Pembina juga udah ada tuh persepsi kaya gitu?

I: Oh iya memang sudah ada waktu itu juga. Basket yang keren terus

futsal juga. Ya itu …mereka dianggep keren sama siswa lain. intinya itu

kan di ekskul itu sebenernya siswa bia nunjukkin lah soal kemampuan

mereka ya ketika di kelas mereka ga bisa nunjukkin itu. Nah dengan

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

adanya eksistensi mereka juga akan mempengaruhi gimana mereka di

ekskul. Mereka sih sejauh ini saya lihat baik-baik saja ya. Ga ada

masalah

P: Mereka ambil ekskul itu buat eksistensinya atau seperti apa pak?

I: ya..hal seperti itu memang ga bisa dihindari ya tapi kan kita ga bisa

tahu juga motivasi awal dari siswa seperti apa. Ya kalopun itu memang

bener ada ya yaudah mau gimana lagi. Tapi ya sepenglihatan saya

ekskul tertentu memang isinya anak yang lebih terkenal gitu di sekolah

P: Kalau peran sekolah ini sendiri terhadap ekskul itu gimana Pak?

I: Saya kira bagus. Dari aktivitas dan pendanaan termasuk

tinggi…pendanaan kesiswaan. Ekskul itu kan dibawah kesiswaan.

Sekitar 20-40% itu dana buat kesiswaan.

P: Repot ga waktu Bapak jadi Pembina? Bagi antara ngajar sama

ngurusin ekskul.

I: Ya ada repot gitu. Tapi ya itu tantangan saya bagaimana mengatur

rutinitas. Jadi guru di dalam kelas, jadi Pembina di ekskul.

P: Kalau ada lomba ekskul gitu di luar terus dari pihak sekolah sendiri

ngasih dispensasi ke anak?

I: Ya, itu konsekuensinya ya kalau ikut lomba. Mungkin ada lah

benturan-benturan, entah ada ulangan atau apa. Kalau di sekolah kan

bisa diulang lagi tapi kalau lomba apalagi kalau udah masuk final udah

ga bisa diulang lagi. Tapi di sinilah kepala sekolah yang harus

memberikan jaminan. Tapi banyak kok sekarang yang kaya gitu, jadi

nanti gurunya dikasih tahu tentang anak yang mau lomba.

P: Kalau di dalam ekskul sendiri yang Bapak lihat antara KI dengan

RSBI gimana Pak?

I: Nah itu. Kita sih mengharapkan kalau di dalam ekskul mereka berbaur

gitu. Ada lah interaksinya. Kan kalau di dalam belajar mengajar udah

ada perbedaan kan di mereka ya semoga dengan adanya ekskul mereka

jadi lebih akrab. Jadi dianggap sama lah mereka. Kalo saya sih

mengharapkannya perbedaan kaya gitu ga ada lagi di ekskul. Maksudnya

itu kan…di ekskul bisa jadi ajang bagi mereka untuk bisa

mengaktualisasikan diri, sosialisasi diri juga. Jadi harus bisa baru lah

gitu sama anak RSBI dan KI itu. Saya juga sebenernya tittle kaya gitu

tuh ga penting ya. Yang penting kualitas tapi ya mau gimana…emang

udah keputusan dari sekolah seperti itu. Ya mereka sih harus baur kalo di

ekskul ga ada lagi yang namanya kelas KI atau RSBI. Semuanya satu di

ekskul itu

P: Tapi kalo di luar kelas yang bapak liat mereka seperti apa?

I: ya, memang susah sih ya. Mereka sendiri udah banyak bedanya kan.

Dari mulai biaya, fasilitas, kurikulum juga udah beda. Tapi begini sih

saya lihatnya, itu kan salah satu pilihan dari siswa ya…mau ga mau

harus dijalanin kan seperti itu. Perbedaan seperti itu pasti ada lah. Yang

saya denger sih memang agak susah untuk anak KI baur sama yang lain

ya mungkin salah satunya karena mereka memang udah beda program,

kurikulumnya beda ya jadi akan ngaruh itu ke merekanya. Apalagi kan

kalo KI pake kurikulum luar ya

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012

P: Oh iya Pak, kalau menurut Bapak sendiri manfaat adanya ekskul di

sekolah apa Pak?

I: Ehm…ya jadi gini ya…sebenernya dengan adanya ekskul itu bisa jadi

ajang pihak sekolah untuk membuktikan diri bahwa kita ga hanya jago di

akademis aja ya. Kita juga harus mumpuni lah di bidang non-akademis

dalam hal ini bisa tersalur di ekstrakurikuler. Kalau anak-anak

berprestasi kan yang bangga pihak sekolah juga.

P: Ehm..banyak juga ya Pak kegiatan ekstrakurikuler di sini… dari

awalnya itu seperti apa sih kegiatan ekstrakurikuler di sini?

I: Ya..jadi pada awalnya kegiatan ekskul di sekolah ini ga sebanyak

sekarang ya… dahulu itu ga ada yang namanya kopsis atau

kewirausahaan, band juga ga ada. Ekskul olahraga juga ga sebanyak

sekarang. Ada beberapa penambahan. Kemudian, ada beberapa guru

yang menyarankan kepada pihak sekolah untuk menambah beberapa

kegiatan ekskul. Mereka itu pembina-pembina ekskul yang memang

banyak interaksi dengan anak binaannya. Tapi..saya lupa itu ekskul

pertama yang ditambah apa aja. Dari olahraga kalo ga salah ya… Dan

ternyata selama proses kegiatan berlangsung, siswalah yang kemudian

membentuk ekskul sendiri. Jadi anak itu mengumpulkan teman-

temannya yang mempunyai minat yang sama dan akhirnya terbentuklah

ekskul. Ya…jadi ga selalu pihak guru yang ikut terlibat dalam

pembentukan ekskul tetapi dari murid juga

P: Pihak sekolah ga masalah Pak kalo ada siswa sendiri yang

menambahkan jumlah ekstrakurikuler?

I: Ohh jelas tidak. Selama itu kegiatan yang positif, kita pasti akan

dukung kok. Yang penting itu kan..ehm..si siswanya izin dulu ke

kitanya. Mau bentuk ekstrakurikuler yang seperti apa, program kerjanya

apa saja. Ya..kaya gitu lah.. kalau selama kita lihat programnya baik

untuk siswa terutama ya silahkan saja

P: Ada banyak penambahan Pak?

I: Ya..lumayan lah… saya kurang ingat berapa jumlah yang pasti…

P: Oh iya Pak. Waktu pertama Bapak ngajar di sini itu gedungnya udah

termasuk yang bagus atau gimana?

I: Kalau dulu masih yang di lantai. Kita termasuk enak ini posisinya.

Jadi ga yang langsung di depan jalan besar gitu kan. Harus masuk dulu.

Sekolah ini kan dari tahun 1964 ya dan dulu kita ini filialnya SMA 1.

Dulu juga becek gitu di sekolah ini jadi ya harus berjuang juga sekolah

di sini. Ga sebagus sekarang lah. Makanya saya menghargai sekali guru-

guru yang dahulu ngajar karena ga seenak sekarang kan.

Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012