Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa Sekolah Menengah Atas
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa Sekolah Menengah Atas
UNIVERSITAS INDONESIA
Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa
Sekolah Menengah Atas:
Studi pada Program Kelas Internasional dan
Program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional)
SMAN X Jakarta
SKRIPSI
Agni Rahayu
0806463750
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Sosiologi
Depok
Juni 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa
Sekolah Menengah Atas:
Studi pada Program Kelas Internasional dan
Program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional)
SMAN X Jakarta
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Agni Rahayu
0806463750
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Sosiologi
Depok
Juni 2012
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Agni Rahayu
NPM : 0806463750
Tanda Tangan :
Tanggal : 27 Juni 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
v
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan
watu yang diharapkan. Walaupun sebenarnya penyelesaian skripsi ini tidak terlepas
dari adanya hambatan, dari mulai sakit hingga kesulitan untuk mendapatkan izin
turlap dari pihak sekolah. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Skripsi ini pun tidak dapat berjalan dengan baik jika
tidak ada pihak-pihak yang bersedia membantu saya. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Indera R.I. Pattinasarany, MA selaku pembimbing saya yang sudah
bersedia meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukan beliau untuk
membaca dan memberikan saran yang membangun untuk skripsi ini. Terima
kasih Mba Ira . Jika bukan karena Mba Ira mungkin skripsi ini mungkin
belum selesai. Saya ucapkan terima kasih juga kepada Dr. Ricardi S. Adnan,
M.Si sebagai penguji saya atas masukannya agar skripsi saya bisa jadi lebih
baik. Untuk Dr. Erna Karim, M.Si dan Putu Chandra D. K., S.Sos, M.Si
sebagai ketua dan sekretaris sidang atas saran yang diberikan.
2. Kepada pihak sekolah SMAN 13 Jakarta yang sudah mengizinkan saya untuk
melakukan penelitian. Terima kasih juga khususnya untuk Bu Nur yang telah
membantu saya untuk bernegosiasi dengan pihak sekolah untuk melakukan
turlap tepat waktu.
3. Untuk orang tua saya. Terima kasih atas dukungan dan doanya yang bisa
mengantarkan saya pada posisi seperti ini. Terima kasih Ibu, Bapak. Dan tak
lupa saya juga mengucapkan terima kasih untuk adik dan keluarga yang telah
mendukung saya selama ini
4. Untuk teman-teman sosio 08 yang sudah menjadi bagian dari keluarga saya di
kampus. Terima kasih semuaaaaa :’)). Terutama saya ucapkan terima kasih
untuk Masaji karena sudah memberikan waktunya untuk mendukung dan
mendengarkan semua keluhan saya selama ini hehehe. Untuk Donny dan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
vi
Dady sebagai teman satu perjuangan di SMA yang akhirnya terjerumus di
sosio. Terima kasih juga untuk Dina, Kiki, Atun, Vivi, Tangkas, Andy, Dufri,
Bubur, Mia yang sudah memberikan sisi lain dari dunia kampus. Untuk Yeni
dan Ana yang sudah bersedia memberikan tempat untuk menginap selama
sidang dan juga kepada teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu. Terima kasih sosio08!!! We are family from now and then…
Terima kasih sekali lagi untuk pihak-pihak yang menjadi bagian dari
penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu.
Depok, 27 Juni 2012
Penulis
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
viii
ABSTRAK
Nama : Agni Rahayu
Program Studi : Sosiologi
Judul : Partisipasi Ekstrakurikuler Siswa Sekolah Menengah Atas:
Studi pada Program Kelas Internasional dan Program RSBI
(Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) SMAN X
Jakaarta
Skripsi ini membahas mengenai partisipasi ekstrakurikuler siswa pada sekolah
dengan status RSBI di SMAN X Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana
partisipasi siswa dalam ekstrakurikuler pada program kelas internasional dan program
RSBI di SMAN X Jakarta. Adanya dua program dalam satu sekolah turut
mempengaruhi perbedaan sistem dalam lingkungan sekolah yang akhirnya
mempengaruhi interaksi yang terjalin antar program. Hasil penelitian kali ini
menunjukkan bahwa baik siswa yang berasal dari program KI maupun RSBI terlibat
langsung dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Akan tetapi masing-masing
program mengidentifikasikan diri mereka berbeda satu sama lain sehingga
mempengaruhi interaksi yang dilakukan. Pada akhirnya perbedaan yang terjadi pada
kegiatan belajar mengajar ikut mempengaruhi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang
dilakukan siswa. Hasil penelitian lainnya adalah kegiatan ekstrakurikuler juga
dijadikan pembuktian bagi siswa untuk menunjukkan eksistensinya di lingkungan
sekolah.
Kata kunci:
partisipasi, ekstrakurikuler, RSBI
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
ix
ABSTRACT
Name : Agni Rahayu
Major : Sociology
Title : Student’s Extracurricular Participation in Senior High School: Case
Study on International Class Program and RSBI (Rintisan Sekolah
Berstandar Internasional) Program in SMAN X Jakarta
This study discussed about extracurricular participation in school which have status
RSBI in SMAN X Jakarta. This research used qualitative method. The purpose of this
research was to describe how the student’s participation in extracurricular in the
international class and the RSBI program in SMAN X Jakarta. The existence of two
programs in one school took part in influencing the difference of the school system
that finally had influenced the interaction that was established between the
program.The result of this research showed that students who took KI program and
RSBI was directly involved in the extracurricular activity. But, each program
identified themselves were different to one another so it influence the interaction
between them. The difference that happened in their program was effect what they
did in extracurricular activity.The other result of this research was extracurricular
activity became student’s symbol of existence in their school.
Keywords:
Participation, extracurricular, RSBI
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................................. iii
Halaman Pengesahan ................................................................................................... iv
Kata Pengantar .............................................................................................................. v
Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah............................................................. vii
Abstrak ....................................................................................................................... viii
Daftar Isi........................................................................................................................ x
Daftar Tabel dan Bagan ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
I.2 Permasalahan ........................................................................................................... 5
I.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................... 8
I.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 8
I.5 Signifikansi Penelitian ............................................................................................. 9
I.5.1 Siginifikansi Akademis ................................................................................. 9
I.5.2 Signifikansi Praktis ........................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 10
II.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 10
II.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 23
II.2.1 Partisipasi ................................................................................................... 23
II.2.2 Kurikulum .................................................................................................. 25
II.2.2.1 Ekstrakurikuler .................................................................................... 27
II.2.3 Sosialisasi ................................................................................................... 31
II.2.4 Interaksi Sosial ........................................................................................... 33
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
xi
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................ 37
III.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 37
III.2 Jenis Penelitian ................................................................................................... 38
III.2.1 Berdasarkan Tujuan .................................................................................. 38
III.2.2 Berdasarkan Manfaat ................................................................................ 38
III.2.3 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data................................................... 38
III.2.4 Berdasarkan Waktu ................................................................................... 39
III. 3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 39
III.3.1 Data Primer ............................................................................................... 39
III.3.2 Data Sekunder ........................................................................................... 40
III.4 Instrumen Penelitian............................................................................................ 40
III.5 Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 41
BAB IV GAMBARAN UMUM RSBI DAN PROFIL SMAN X JAKARTA 42
IV.1 Gambaran Umum Rintisan Sekolah Berstandard Internasional (RSBI) ............. 42
IV.1.1 Landasan Hukum ...................................................................................... 42
IV.1.2 Kriteria Sekolah Menengah Atas RSBI .................................................... 43
IV.1.3 Mekanisme Pemilihan SMA RSBI ........................................................... 45
IV.1.4 Evaluasi Program RSBI ............................................................................ 47
IV.1.5 Proses Seleksi Siswa ................................................................................. 48
IV.2 Profil SMAN X Jakarta ....................................................................................... 49
IV.2.1 Sejarah Sekolah SMAN X Jakarta............................................................ 49
IV.2.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 50
IV.2.3 Visi dan Misi SMAN X Jakarta ................................................................ 51
IV.2.4 Gambaran Umum Tenaga Pengajar dan Pengurus Sekolah ..................... 52
IV.2.5 Struktur Organisasi ................................................................................... 53
IV.2.6 Gambaran Umum Siswa SMAN X Jakarta .............................................. 55
IV.2.7 Gambaran Umum Fasilitas SMAN X Jakarta .......................................... 58
IV.2.8 Kurikulum SMAN X Jakarta .................................................................... 60
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
xii
IV.2.9 Kegiatan Ekstrakurikuler .......................................................................... 63
IV.3. Deskripsi Informan ............................................................................................ 67
BAB V PARTISIPASI SISWA
DALAM EKSTRAKURIKULER ........................................................................... 74
V.1 Ekstrakurikuler sebagai Kelompok Sosial di Lingkungan Sekolah ..................... 74
V.2 Transmisi Nilai dan Norma dalam Ekstrakurikuler ............................................. 81
V.3 Interaksi antar Aktor dalam Ekstrakurikuler ........................................................ 87
V.3.1 Interaksi Non-pengurus Ekstrakurikuler dengan Pengurus Ekstrakurikuler
............................................................................................................................. 88
V.3.2 Interaksi Antar Non-Pengurus dan Antar-Pengurus Ekstrakurikuler ........ 94
V.3.3 Interaksi Anggota Ekstrakurikuler dengan Pihak Sekolah dan Alumni .... 98
V.4 Ekstrakurikuler sebagai Simbol Eksistensi Siswa di Sekolah ............................ 101
V.5 Implikasi Perbedaan Program Sekolah dengan Status RSBI dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler .......................................................................................................... 104
V.6 Kurikulum Terselubung Sekolah melalui Kegiatan Ekstrakurikuler ................. 109
BAB VI PENUTUP ................................................................................................. 114
VI.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 114
VI.2 Saran ................................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 119
LAMPIRAN
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
xiii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 16
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai SMAN X Jakarta Menurut Status Kepegawaian ............. 53
Tabel 4.2 Jumlah Siswa Kelas X Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 56
Tabel 4.3 Jumlah Siswa Kelas XI Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 57
Tabel 4.4 Jumlah Siswa Kelas XII Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 57
Tabel 4.5 Perbedaan antara Program KI dan Program RSBI
..................................................................................................................................... 62
Tabel 4.6 Jumlah Siswa yang Mengikuti
Kegiatan Ekstrakurikuler SMAN X Jakarta ................................................................ 65
Tabel 4.7 Karakteristik Informan ................................................................................ 68
Bagan 4.1 Mekanisme Pemilihan SMA RSBI ............................................................ 46
Bagan 4.2 Struktur Organisasi SMAN X Jakarta........................................................ 54
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Universitas Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan pendidikan bukan lagi menjadi milik masyarakat
golongan tertentu melainkan semua golongan. Hal ini terlebih lagi diakibatkan
dari globalisasi yang menekankan pada pasar bebas di mana semua pihak dari
berbagai negara dapat mengambil bagian dari pertarungan tersebut. Salah satu
cara yang dirasakan dapat membantu dalam persaingan pasar global adalah
dengan menempuh pendidikan yang berkualitas.
Salah satu fungsi pendidikan formal sendiri adalah menjadi saluran
mobilitas para siswanya (Sunarto, 2004: 66). Di sini sekolah dianggap dapat
menjadi alat bagi masyarakat untuk memperbaiki kualitas kehidupannya. Gillin
dan Gillin berpendapat bahwa fungsi pendidikan formal adalah penyesuain diri
anak dan stabilitas masyarakat (Vembriarto, 1987: 74). Bachtiar Rifai
mengemukakan bahwa tugas institusi sekolah adalah: (1) perkembangan pribadi
dan pembentukan kepribadian, (2) transmisi kultural, (3) integrasi sosial, (4)
inovasi, dan (5) pra-seleksi dan pra-alokasi tenaga kerja (Vembriarto, 1987: 74).
Seperti yang dikatakan Parsons bahwa pendidikan adalah mekanisme penting bagi
seleksi masa depan individu (Haralambos, 2008: 601). Pendidikan dipercaya dapat
membantu seseorang untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Semakin
tinggi kualitas pendidikan yang didapat maka kualitas kehidupannya juga
dianggap akan lebih baik karena pendidikan membantu seseorang mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik.
Faktanya adalah angka partisipasi pendidikan pada jenjang sekolah
menengah atas di Indonesia belum sepenuhnya menyentuh masyarakat. Pada
tahun 2010, angka partisipasi pendidikan di Indonesia hanya mencapai 56,01%.1
Sementara itu, Jakarta sebagai ibukota negara memiliki persentase 61,99%.2
Indonesia sendiri sudah menetapkan wajib belajar 9 tahun. Hal ini salah satunya
karena pendidikan dirasakan penting dalam kehidupan masyarakat. Namun, yang
1 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28¬ab=2 Diakses
pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 11.27 WIB 2 Ibid.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
2
Universitas Indonesia
terjadi di masyarakat justru masih ada peserta didik yang putus sekolah karena
berbagai hal. Sebanyak 2.973 siswa harus putus sekolah pada jenjang SMA di
Jakarta pada tahun 2010.3 Keadaan pada tahun 2010 sebenarnya lebih baik
dibandingkan pada tahun 2008 karena jumlah siswa putus sekolah lebih tinggi
yaitu 4.439 siswa.4
Dalam menghadapi tantangan global, pemerintah juga telah membuat
kebijakan mengenai pendidikan yang dapat menjadi sarana untuk membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan masyarakat
dunia. Perkembangan global salah satunya mengharuskan masyarakat untuk
mampu berkompetensi di dalamnya karena masyarakat dari seluruh negara dapat
menjadi bagian dari pertarungan tersebut.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional pasal 50 ayat (3) disebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan
pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
yang bertaraf internasional”. Tidak hanya undang-undang yang memuat mengenai
pendidikan yang bertaraf internasional, peraturan pemerintah juga menekankan
hal tersebut. Ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005
mengenai Standard Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.
Dari landasan hukum tersebut maka kini hadirlah sekolah dengan berstatus
RSBI atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Sebelum suatu sekolah
ditetapkan sebagai RSBI, sekolah tersebut harus memenuhi kriteria Standard
Nasional Pendidikan terlebih dahulu. Setelah sekolah tersebut dianggap sudah
memenuhi kriteria maka sekolah yang memenuhi standard minimal SNP
diberikan pendampingan, pembimbingan, penguatan dalam bentuk Rintisan SBI
3 Penyusunan dan Pendataan Statistik Urusan Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Diakses dari http://disdikdki.net/images/file/845542-10192030052011@Penyusunan-dan-
Pendataan-Statistik.pdf pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 12.44 WIB 4 Ibid.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
3
Universitas Indonesia
(RSBI).5 Pada awalnya sekolah tersebut harus memiliki status dengan standard
nasional (SSN) kemudian berjenjang dengan Rintisan Sekolah Berstandard
Internasional (RSBI).
Dari institusi kementerian pendidikanpun sudah mengeluarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2009
mengenai Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam peraturan tersebut pada pasal 2
disebutkan mengenai tujuan penyelenggaraan SBI salah satunya adalah untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai standard kompetensi
lulusan dan diperkaya dengan standard kompetensi pada salah satu sekolah
terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
Di dalam RSBI sendiri mereka membuka dua program yaitu program
RSBI dan juga program kelas internasional. Program RSBI adalah dimana peserta
didik mendapatkan pengajaran sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Di program ini, peserta didik tetap mendapatkan pengajaran yang
baik namun berbeda dengan kelas internasional. Kelas internasional sendiri
mengadakan pengajaran berdasarkan standard isi dan standard kompetensi lulusan
yang diperkaya dengan standard dari negara anggota OECD atau negara maju
lainnya.
Kurikulum yang digunakan kelas internasional dalam RSBI berasal dari
University of Cambridge. Dengan menggunakan kurikulum ini, peserta didik
akan mendapatkan pengajaran yang difokuskan kepada lima mata pelajaran, yaitu
matematika, kimia, fisika, biologi, dan bahasa inggris. Selama menjalani masa
sekolah ini, peserta didik akan mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikat dari
Cambridge. Di sisi lain, peserta didik di kelas internasional juga akan tetap
mengikuti ujian akhir sekolah serta ujian akhir nasional. Di sinilah perbedaan lain
dari kelas RSBI. Kelas RSBI hanya akan mengikuti UAS dan UN saja pada akhir
masa studinya nanti dan tidak perlu untuk mengikuti ujian dari University of
Cambridge.
5 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
Nasional. Sekolah Berstandard Internasional. Diakses dari :
http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/docs/dok_34.pdf pada tanggal 12 Agustus 2011 pukul 23.00
WIB
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Adanya perbedaan program yang berjalan dalam satu sekolah akan
mengimplikasikan pada perbedaan penanaman atau transfer nilai dan norma
kepada peserta didik karena hal tersebut juga berpengaruh kepada kurikulum yang
ditawarkan oleh masing-masing program. Brown berpendapat bahwa kurikulum
sekolah mencerminkan nilai-nilai dasar kultural masyarakat (Ahmadi: 2004, 129).
Nilai dan norma yang dikembangkan di sekolah juga akan bermanfaat sebagai
proses individu agar dapat diterima di masyarakat. Durkheimpun melihat fungsi
pendidikan untuk mentransmisikan nilai dan norma ke dalam diri individu
sehingga masyarakat tersebut bisa bertahan (Haralombos & Holborn: 2008, 692).
Di dalam sekolah dengan status RSBI, siswa dihadapkan oleh perbedaan fasilitas.
Walaupun mereka berada dalam satu sekolah yang sama tetapi salah satu pihak
(program RSBI) tidak dapat menikmati fasilitas seperti program kelas
internasional.
John Dewey mengemukakan bahwa sekolah memiliki fungsi untuk
mengembangkan individu (Nasution, 1999: 158). Untuk mengembangkan potensi
akademis peserta didik, sekolah juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang
dapat menunjang kemampuan siswa di luar bidang akademis. Anak-anak harus
memiliki bermacam-macam keterampilan dan sejumlah besar pengetahuan agar
hidupnya terjamin (Nasution, 1999: 152). Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat
memberikan manfaat bagi peserta didik agar dapat mengembangkan potensi lain
dari dalam diri mereka. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah juga dapat
menjadi akomodasi bagi siswa untuk berkreasi dan memilih kegiatan yang mereka
sukai. Hal tersebut berbeda dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah disusun
dalam kurikulum dimana siswa wajib mengikuti semua mata pelajaran yang sudah
ditentukan dari pihak sekolah.
Harold B. Albertycs dalam Reorganizing the High School Curriculum
melihat bahwa kurikulum adalah segala aktivitas yang disediakan sekolah untuk
peserta didiknya (Nasution, 1999: 5). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa kurikulum tidak hanya digunakan di dalam kelas semata melainkan
kegiatan lain yang dilakukan oleh peserta didik dan masih dibawah tanggung
jawab dari pihak sekolah. Kegiatan lain selain belajar mengajar seperti misalnya
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
5
Universitas Indonesia
kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi bagian dari penanaman nilai dan norma
yang berusaha ditransmisikan oleh pihak sekolah.
Kegiatan yang ada di dalam sekolahpun ikut membantu siswa untuk
menjadi bagian dari masyarakat. Sekolah dengan status RSBIpun tidak lepas dari
kehadiran kegiatan ekstrakurikuler. Pentingnya akan kehadiran kegiatan
ekstrakurikuler menjadi alasan mengapa kegiatan tersebut hadir di sekolah.
Ekstrakurikuler dan intrakurikuler saling membangun satu sama lain dan di sinilah
peran siswa belajar dimainkan. Kegiatan ekstrakurikuler pasalnya tidak focus
pada hal di bidang akademis semata.
I.2 Permasalahan
Salah satu kegiatan yang dapat menampung aspirasi siswa di luar bidang
akademis adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Nurdin (2009)
pengembangan potensi siswa tidak hanya dapat dikembangkan hanya melalui
pendidikan intrakurikuler, namun pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler pun
memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah,
keolahragaan, nasionalisme, maupun keterampilan.
Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di dalam satu sekolah akan
menciptakan suasana baru bagi siswa. Pengembangan keterampilan dapat dipupuk
dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Peserta didik dapat memilih kegiatan yang
sesuai dengan minatnya sendiri. Tidak seperti kegiatan akademis di dalam kelas
dimana peserta didik harus mengikuti semua mata pelajaran yang menjadi
bahasan pokok di sekolahnya. Bahkan terkadang terjadi hal ironis di dalamnya
ketika peserta didik harus tinggal kelas karena mendapatkan nilai yang kurang
baik pada satu mata pelajaran. Di satu sisi, mata pelajaran tersebut bukanlah bakat
dari peserta didik.
Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas memiliki dua fungsi utama.
Fungsi pertama adalah untuk melatih peserta didik dalam menjalankan perannya
di masyarakat (Brembeck, 1967: 41). Berdasarkan fungsi pertama ini, di dalam
kelas peserta didik diajarkan keterampilan dasar yang berguna di masyarakat.
Fungsi kedua menyatakan bahwa pengajaran di dalam kelas dapat membantu
siswa untuk menentukan peran apa yang harus ia tampilkan dalam masyarakat
(Brembeck, 1967: 41). Kegiatan belajar mengajar dalam ruang kelas dapat
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
6
Universitas Indonesia
membantu peserta didik untuk memilih peran dan pekerjaan yang berbeda, karena
peran yang berbeda terpengaruhi pada status yang berbeda pula. Dari program
yang dipilih oleh siswa yaitu program KI dan RSBI di dalamnya terdapat sistem
belajar mengajar yang berbeda. Di satu sisi, kurikulum yang diberikan memang
sudah berbeda dan selain itu adalah biaya yang lebih mahal dan adanya perbedaan
fasilitas dalam menunjang kegiatan belajar. Menurut Halpin (1990), kurikulum
yang dibentuk pihak sekolah dalam kegiatan belajar mengajar haruslah
memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan dan membangun keterampilan
dan kemampuan untuk menggali dan merubah praktik sosial.
Dari dua fungsi utama kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, siswa
dapat mengimplementasikannya dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di
lingkungan sekolah. Dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik memiliki peran
dan tanggung jawab yang berbeda dari statusnya sebagai siswa. Ketika berada
dalam ruangan kelas, maka tanggung jawabnya sebagai siswa adalah untuk
mendengarkan guru ataupun bertanya jika ada hal yang membuatnya kesulitan. Di
sisi lain pada kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik tidak perlu untuk
mendengarkan guru seperti di dalam kelas. Dalam kegiatan ini, siswalah yang
menjalankan sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
Perbedaan program yang diambil oleh siswa juga akan mempengaruhi
bagaimana interaksi yang dilakukan oleh kedua program tersebut. Budaya yang
tercermin di dalam kelas akan mempengaruhi siswa karena siswa yang mengambil
program sama memiliki kesamaan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar.
Hubungan sosial diproduksi dan direproduksi pada pertemuan antara siswa dan
peer mereka di dalam kegiatan sekolah yang beragam termasuk di dalam kelas
(Collins, 2009: 37).
Dengan hadirnya organisasi di sekolah, siswa yang berasal dari program
kelas internasional dapat mengikuti kegiatan tersebut sekaligus dapat berinteraksi
dengan siswa yang berasal dari program RSBI. Broh (2002) mengungkapkan
bahwa adanya aktivitas di sekolah akan meningkatkan kesempatan bagi siswa
untuk berinteraksi dengan individu lain, menciptakan dan memperkuat ikatan
sosial di antara siswa, orang tua, dan guru mereka. Sekolahpun menghadirkan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan tujuan agar siswa dapat menyalurkan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
7
Universitas Indonesia
bakat dan kemampuannya di luar bidang akademis. Hal ini dapat membantu siswa
untuk melatih keterampilan dan kemampuan siswa dalam berorganisasi.
Kemampuan berorganisasi juga dirasakan penting ketika siswa nantinya sudah
menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan kemudian melanjutkan
jenjang karirnya.
Ekstrakurikuler yang ada di sekolah juga kini telah banyak berkembang
seperti Paskibra, PMR, Paduan Suara, Karya Ilmiah ataupun Seni Tari. Kegiatan
ini dapat memacu siswa untuk melakukan hal positif di luar kegiatan akademis. Di
dalam ekstrakurikuler, akan ada nilai dan norma yang mengikat diantara
anggotanya tidak peduli apakah siswa berasal dari program RSBI atau program
kelas internasional. Tanggung jawab yang hadir kepada siswanya pada prinsipnya
adalah sama kecuali jika memegang jabatan tertentu di dalamnya. Penanaman
nilai dan norma ini dapat membantu siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan
luarnya. Beragamnya kegiatan yang ada di sekolah dapat membantu siswa dalam
mengisi waktu luangnya untuk lebih mengenal siswa lain yang berasal dari
program berbeda.
Berjalannya sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler dipengaruhi oleh siswa-
siswa yang berada di dalamnya. Selama anggota ekstrakurikuler memiliki
integritas dan tanggung jawab yang baik maka sistem akan berfungsi dengan baik.
Perbedaan kurikulum dan juga perbedaan fasilitas yang diterima oleh siswa pada
sekolah dengan status RSBI ini akan terlihat nantinya bagaimana interaksi yang
dijalankan oleh kedua program dalam melakukan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dirasakan penting dilaksanakan dalam
lingkungan sekolah karena dengan hadirnya kegiatan ini, siswa mendapatkan
tempat untuk berorganisasi. Kegiatan ini dapat menjadi jembatan bagi siswa untuk
mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan bertanggungjawab
terhadap perannya dalam lingkungan sosial. Bisri (2009) mengungkapkan bahwa
partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler berhubungan positif dengan
pengembangan keterampilan kepemimpinan (leadership skill). Hal tersebut
dirasakan penting dimiliki oleh tiap individu maka dari itu pengenalan mengenai
keterampilan kepemimpinan ada baiknya dimulai dari individu duduk dibangku
sekolah. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler juga diperlukan adanya interaksi
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
8
Universitas Indonesia
dengan sesama anggota. Interaksi ini akan meningkatkan integrasi diantara
mereka. McNeal (1995) mengungkapkan bahwa partisipasi dalam kegiatan akan
menciptakan integrasi di dalamnya. Integrasi ini yang akan mempengaruhi
personal development seseorang (McNeal, 1995). Untuk itu, dirasakan penting
dalam mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan tidak hanya
berfokus pada pengembangan intrakurikulum semata. Bahkan penelitian yang
dilakukan oleh J.Coleman terhadap sejumlah siswa sekolah menengah di Amerika
menunjukkan bahwa siswa-siswa di sekolah tersebut lebih menghargai kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler, prestasi olahraga, dan kepopuleran daripada prestasi
akademik (Vembriarto, 1987: 82).
I.3 Pertanyaan Penelitian
Dari permasalahan yang ada maka pertanyaan dalam penelitian kali ini
adalah:
“Bagaimana partisipasi siswa program RSBI dan siswa program kelas
internasional dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang memiliki
status RSBI?”
I.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan maka tujuan penelitian
kali ini adalah:
“Untuk menjelaskan bagaimana partisipasi siswa program RSBI dan siswa
program kelas internasional dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
yang memiliki status RSBI.”
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
9
Universitas Indonesia
I.5 Signifikansi Penelitian
I.5.1 Siginifikansi Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah
pengetahuan konseptual bagi sosiologi khususnya sosiologi pendidikan terutama
kajian mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di dalam lingkungan sekolah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mendalam mengenai
keikutsertaan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan status RSBI.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat mensosialisasikan penanaman nilai dan norma
yang dapat membantu siswa untuk masuk ke dalam lingkungan sosialnya. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
yang ingin mengkaji tentang kegiatan ekstrakurikuler dan juga RSBI.
I.5.2 Signifikansi Praktis
Secara praktis, penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan
sekolah menengah atas ini dapat menjadi bahan masukan dalam implementasi
kebijakan pemerintah dan pihak sekolah untuk mengembangkan kegiatan
ekstrakurikuler di lingkungan sekolah. Penelitian ini dapat menjadi gambaran
mengenai kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di sekolah sehingga pengambilan
keputusan terkait kegiatan ekstrakurikuler dapat lebih dipertimbangkan dan tidak
hanya sekedar mengoptimalkan intrakurikulum dengan melupakan ekstrakurikuler
di sekolah.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
10
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
II.1 Tinjauan Pustaka
II.1.1 Penelitian Anita Dwi Ariani “Budaya Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI): Studi terhadap SMA Negeri X Jakarta dan SMA Swasta Y Jakarta”
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 ini menggunakan metode
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan program SBI
pada SMA Negeri X dan SMA Swasta Y yang menerapkan program SBI serta untuk
mengetahui konsekuensi dari prgram SBI yang tengah dilaksanakan terhadap
masyarakat dan dunia pendidikan. Penelitian ini mengambil dua jenis sekolah yaitu
sekolah negeri dan sekolah swasta untuk melihat perbedaan budaya sekolah di kedua
tempat tersebut.
Penelitian ini melihat budaya sekolah berdasarkan empat unsur pentingnya
yaitu fasilitas, kurikulum, warga sekolah, dan nilai atau peraturan. Ada tiga indikator
yang membentuk budaya sekolah yaitu nilai, norma, dan kepercayaan. Nilai yang ada
di dalam sekolah akan terlihat dari visi, misi, dan tujuan yang mereka gunakan.
Sementara norma berisi tentang standard perilaku dari anggota sekolah baik siswa
ataupun guru. Standard ini bisa berdasarkan pada kebijakan internal sekolah.
Sedangkan kepercayaan terdiri dari dua tipe yaitu percaya akan kemampuan termasuk
persepsi individu tentang kemampuan personal yang dimiliki dan dibutuhkan untuk
dapat berfungsi secara efektif. Kedua kepercayaan akan konteks yaitu persepsi
individu mengenai seberapa responsif lingkungan dalam mendukung fungsinya
secara efektif.
Konsep yang digunakan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan
penelitiannya antara lain mengenai budaya sekolah dan interaksi sosial. Konsep-
konsep tersebut dianggap dapat memberikan penjelasan dan dapat dijadikan sebagai
pisau analisa dalam melihat permasalahan yang ada.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
11
Universitas Indonesia
Dari kedua sekolah yang diteliti oleh peneliti terdapat perbedaan. Di sekolah
swasta, siswa-siswa lebih mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan dirinya
sendiri. Dalam artian mereka adalah pusat dalam kegiatan belajar mengajar bukan
guru. Hal ini berbeda dengan sekolah negeri dimana siswa cenderung lebih pasif. Di
sekolah negeri justru siswa-siswa lebih menerima apa yang dijelaskan oleh gurunya.
Guru menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar.
Hasil penelitian mengatakan bahwa budaya sekolah yang dimiliki oleh SMA
Swasta Y Jakarta lebih mendukung pengembangan program dibandingkan budaya
sekolah di SMA Negeri X Jakarta. Perbedaan budaya dalam sekolah tersebut dapat
dilihat melalui proses input dan proses berlangsungnya kegiatan di sekolah. Jika
dilihat dari sisi input, penerimaan siswa baru di SMA Swasta Y lebih jelas sehingga
siswa yang masuk ke dalam sekolah tersebut adalah siswa yang benar-benar lolos
dalam seleksi. Hal ini tidak terjadi di SMA Negeri X dimana siswa yang masuk ke
dalam sekolah tersebut lebih dilatarbelakangi dari modal ekonomi dan tidak
mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswanya.
II.1.2 Penelitian M. Bisri “Hubungan Partisipasi dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler dengan Pencapaian Keterampilan Kepemimpinan Santri (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining, Bogor, Jawa Barat)”
Penelitian yang dilakukan oleh Bisri ini adalah penelitian yang menggunakan
metode kuantitatif untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Penelitian ini
menggunakan desain korelasi yang akan berusaha melihat hubungan dari suatu
variabel. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi
santri dalam kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren sedangkan variabel
dependennya adalah capaian keterampilan santri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran persepsi santri
mengenai capaian keterampilan kepemimpinan, untuk menentukan hubungan antara
capaian keterampilan kepemimpinan santri dengan usia, jenis kelamin, suku, dan latar
belakang lingkungan santri dibesarkan, dan yang terakhir adalah untuk menentukan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
12
Universitas Indonesia
hubungan antara partisipasi santri dalam kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren
dengan pencapaian keterampilan kepemimpinan santri.
Hasil penelitian ini mengatakan bahwa sebagian besar responden merasakan
manfaat selama aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang ada
di pondok pesantren. Dari tujuh dimensi yang digunakan dalam memperlihatkan
keterampilan kepemimpinan yaitu keterampilan komunikasi, keterampilan membina
hubungan dengan orang lain, memahani diri sendiri, keterampilan bekerja dalam
kelompok, keterampilan manajerial, learning skills, dan keterampilan membuat
keputusan, yang dianggap paling berpengaruh kepada santri adalah dimensi
keterampilan membina hubungan baik dengan orang lain dan keterampilan
memahami diri sendiri. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa usia, jenis kelamin,
suku, juga latar belakang lingkungan santri tidak berhubungan secara signifikan
dengan pengembangan keterampilan kepemimpinan. Terakhir yang perlu dicatat di
sini yaitu partisipasi santri dalam kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren
berhubungan positif dengan pengembangan keterampilan kepemimpinan (leadership
skill).
II.1.3 Penelitian Ralph B. McNeal, Jr “Extracurricular Activities and High
School Dropouts”
Penelitian ini ingin melihat apakah kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
mempengaruhi secara signifikan kesempatan drop-out siswa di sekolah. Peneliti
melihat bahwa dalam sekolah, siswa pasti memiliki sekelompok teman (peer-group)
yang akan mempengaruhi pola perilaku siswa. Sekolah memiliki kebudayaan internal
yang salah satunya dipengaruhi oleh pembentukan atau pola kelompok para siswanya
dimana sebagian dari kelompok siswa dibentuk dari aktivitas di sekolah.
Keanggotaan kelompok ini mempengaruhi perkembangan personal dan pembentukan
identitas individu. Seberapa besar partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dirasakan berkaitan erat dengan kasus drop-out siswa.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ini menggunakan metode
kuantitatif. Survey ini dilakukan kepada 17.251 siswa yang diambil dari regular
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
13
Universitas Indonesia
public high school. Kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti oleh siswa
adalah atletik lalu diikuti dengan aktivitas seni rupa, organisasi akademis dan
kelompok vokasional.
Penelitian ini juga melihat bagaimana dampak integrasi di lingkungan sekolah
dengan kaitannya pada kasus drop-out siswa. Integrasi pada berbagai arena dalam
sekolah juga akan meninggalkan efek yang berbeda pada kasus drop-out. Partisipasi
siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler atletik mengurangi kecenderungan siswa
untuk drop-out sementara partisipasi pada organisasi akademis dan kelompok
vokasional tidak menunjukkan hal yang sama. Mengapa ada beberapa ekstrakurikuler
yang mempengaruhi siswa dan di sisi lain ada yang tidak mempengaruhi?
Jawabannya diantaranya adalah kegiatan ekstrakurikuler tersebut mendukung nilai-
nilai yang ditetapkan oleh sekolah, transmisi dari cultural capital, atau perkembangan
lingkungan yang lebih kooperatif dan lebih sedikit kompetisi di dalamnya.
Ekstrakurikuler lain seperti seni rupa juga tidak lepas dari perhatian peneliti.
Ekstrakurikuler ini merupakan salah satu kegiatan untuk mencapai cultural capital
juga dapat memperoleh akses ke strata menengah atas dalam masyarakat. Dengan hal
tersebut, maka kegiatan ekstrakurikuler seni rupa dapat mengurangi kecenderungan
siswa untuk drop-out di sekolahnya. Dalam penelitian inipun dikatakan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler seni rupa dapat membantu siswa lebih kooperatif di
lingkungannya.
Penelitian ini menggunakan lamanya siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler sebagai variabel kontrol. Dengan memasukkan variabel ini, peneliti
melihat bahwa tetap ada hubungan antara jenis keterlibatan siswa dalam
ekstrakurikuler dengan kasus drop-out yang menimpanya. Keinginan atau kebutuhan
siswa untuk terlibat dari kegiatan ekstrakurikuler mungkin akan berpengaruh dari
kasus drop-out ini; kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok akan membawa
siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan tetap bertahan di dalam lingkungan
sekolah. Peneliti juga melihat bahwa penjelasan yang dikemukakan ini mungkin akan
lebih berpengaruh pada kegiatan seni rupa daripada aktivitas pada bidang atletik.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
14
Universitas Indonesia
II.1.4 Penelitian Beckett A. Broh “Linking Extracurricular Programming to
Academic Achievement: Who Benefit and Why?”
Pada dasarnya penelitian ini ingin melihat bagaimana partisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler terutama bidang olahraga dapat meningkatkan pencapaian
siswa di sekolah dan ingin melihat apakah manfaat partisipasi hanya dirasakan pada
bidang olahraga saja ataukah partisipasi di luar bidang olahraga juga dapat
meningkatkan pencapaian siswa. Penelitian ini menggunakan tiga model dalam
menganalisa permasalahannya. Pertama adalah the developmental model, the leading-
crowd hypothesis, dan social capital model. The developmental model dan the
leading-crowd hypothesis mewakili paham yang percaya bahwa terdapat manfaat dari
partisipasi olahraga sedangkan social capital model merupakan perspektif baru yang
mengumpulkan berbagai teori modal sosial dan mengaplikasiannya pada konsep
pencapaian sekolah.
Penelitian ini menggunakan database yang sebelumnya sudah tersedia yaitu
NELS. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 24.599 siswa kelas X hingga XII
yang berasal dari 1.052 sekolah (publik, privat, dan sekolah agama). Siswa dianjurkan
untuk mengisi kuesioner mengenai sekolah, relationships, keluarga, sikap, dan
perilaku. Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur tingkat
pencapaian siswa adalah matematika, science, membaca, dan sejarah.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa keikutsertaan siswa dalam
ekstrakurikuler olahraga di sekolah memberikan manfaat walaupun hasilnya tidak
siginifikan. Manfaat dari keikutsertaan dalam ekstrakurikuler juga terlihat dampaknya
pada nilai tes matematika siswa. Dikatakan bahwa siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga mendapatkan nilai tinggi dalam bidang matematika. Selain
itu, partisipasi dari keikutsertaan olahraga juga secara signifikan dapat meningkatkan
penghargaan diri, siswa lebih terkontrol, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas
sekolah. Hasil lain yang didapat adalah dari keikutsertaan siswa dalam
ekstrakurikuler olahraga terbukti dapat meningkatkan ikatan sosial antara siswa
dengan orang tua, siswa dengan sekolah, orang tua dengan sekolah, dan orang tua
dengan orang tua. Selain itu, ekstrakurikuler tersebut memiliki manfaat baik dalam
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
15
Universitas Indonesia
bidang pendidikan maupun manfaat bagi diri sendiri. Ternyata, selain keikutsertaan
dalam bidang olahraga, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler musik juga mengalami
peningkatan dalam matematika dan bahasa Inggris.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah tabel tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian:
Tabel 2.1
Tinjauan Pustaka
No Judul Peneliti Metode Konsep yang
ada pada
penelitian
Hasil penelitian Perbedaan dan
persamaan
penelitian
Sumber
1 Budaya
Sekolah
Bertaraf
Internasional
(SBI): Studi
terhadap SMA
Negeri X
Jakarta dan
SMA Swasta Y
Jakarta
Anita Dwi
Ariani
Penelitian ini
menggunakan
metode kualitatif
dengan
melakukan
wawancara
mendalam dan
observasi pada
dua sekolah di
Jakarta yaitu
SMA negeri dan
SMA swasta
School culture,
kurikulum,
interaksi sosial,
klasifikasi
Sumner
tentang in-
group dan out-
group
Di sekolah swasta,
siswa-siswa lebih
mendapatkan fasilitas
untuk
mengembangkan
dirinya sendiri.
Dalam artian mereka
adalah pusat dalam
kegiatan belajar
mengajar bukan guru.
Hal ini berbeda
dengan sekolah
Persamaan dari
penelitian ini
adalah
menggunakan
sekolah dengan
pembagian dua
program di
dalamnya yaitu
adanya kelas
internasional dan
program RSBI.
Konsep mengenai
Ariani, Anita
Dwi. 2008.
Budaya
Sekolah
Bertaraf
Internasional
(SBI): Studi
Terhadap SMA
Negeri X
Jakarta dan
SMA Swasta Y
Jakarta.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
17
Universitas Indonesia
sebagai
perbandingannya
negeri dimana siswa
cenderung lebih
pasif. Di sekolah
negeri justru siswa-
siswa lebih menerima
apa yang dijelaskan
oleh gurunya. Guru
menjadi pusat dalam
kegiatan belajar
mengajar. Budaya
sekolah yang dimiliki
oleh SMA Swasta Y
Jakarta lebih
mendukung
pengembangan
program
dibandingkan budaya
sekolah di SMA
Negeri X Jakarta.
interaksi sosial
juga digunakan
dalam kedua
penelitian.
Perbedaannya
adalah jika dalam
penelitian yang
dilakukan oleh
Anita ingin melihat
school culture,
maka penelitian ini
akan melihat
kegiatan
ekstrakurikuler
yang dilakukan
oleh sekolah
terkait.
Skripsi.
Universitas
Indonesia
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
18
Universitas Indonesia
2 Hubungan
Partisipasi
dalam
Kegiatan
Ekstrakurikuler
dengan
Pencapaian
Keterampilan
Kepemimpinan
Santri (Studi
Kasus di
Pondok
Pesantren
Darunnajah
Cipining,
Bogor, Jawa
Barat)
M. Bisri Penelitian yang
dilakukan oleh
Bisri
menggunakan
metode
kuantitatif
dengan
menggunakan
desain korelasi
yaitu melihat
hubungan dari
suatu variabel
Konsep yang
digunakan
dalam
penelitian ini
diantaranya
adalah
mengenai
kepemimpinan,
ekstrakurikuler,
dan
keterampilan
hidup
Sebagian besar
responden merasakan
manfaat selama aktif
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dan
kegiatan lain yang
ada di pondok
pesantren. Penelitian
ini juga menunjukkan
bahwa partisipasi
santri dalam kegiatan
ekstrakurikuler
berhubungan positif
dengan
pengembangan
keterampilan
kepemimpinan.
Persamaan antara
penelitian yang
dilakukan oleh
Bisri dengan
penelitian kali ini
sama-sama ingin
melihat bagaimana
kegiatan
ekstrakurikuler
dilakukan di
lingkungan
sekolah. Di satu
sisi, penelitian
Bisri
menghubungkan
kegiatan
ekstrakurikuler
dengan pencapaian
keterampilan dan
Bisri, M. 2009.
Hubungan
Partisipasi
dalam
Kegiatan
Ekstrakurikuler
dengan
Pencapaian
Keterampilan
Kepemimpinan
Santri (Studi
Kasus di
Pondok
Pesantren
Darunnajah
Cipining,
Bogor, Jawa
Barat). Tesis.
Universitas
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
19
Universitas Indonesia
kepemimpinan
santri sedangkan
penelitian yang
akan dilakukan
hanya ingin
melihat bagaimana
kegiatan
ekstrakurikuler
dilaksanakan dalam
sekolah.
Indonesia.
3 Extracurricular
Activities and
High School
Dropouts
Ralph B.
McNeal,
Jr
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah kuantitaif
dengan
melakukan
survey.
Kontrol sosial,
integrasi sosial.
Partisipasi siswa
terhadap kegiatan
ekstrakurikuler
atletik mengurangi
kecenderungan siswa
untuk drop-out
sementara partisipasi
pada organisasi
akademis dan
Persamaan pada
penelitian yang
dilakukan oleh
McNeal dan
penelitian yang
akan dilakukan
adalah
mengedepankan
mengenai kegiatan
McNeal Jr.,
Ralph B. 1995.
Extracurricular
Activities and
High School
Dropouts.
Sociology of
Education, Vol.
68, No. 1 (Jan.,
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
20
Universitas Indonesia
kelompok vokasional
tidak menunjukkan
hal yang sama. Hasil
penelitian lainnya
adalah kegiatan
ekstrakurikuler seni
rupa dapat membantu
siswa lebih
kooperatif di
lingkungannya.
ekstrakurikuler di
sekolah. Kedua
penelitian ini juga
meneliti berbagai
macam kegiatan
ekstrakurikuler
yang dilakukan
oleh pihak sekolah.
Sementara itu,
penelitian yang
dilakukan oleh
McNeal ingin
melihat hubungan
antara kegiatan
ekstrakurikuler
dengan kasus drop-
out berbeda dengan
penelitian kali ini
yang tidak
1995)
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
21
Universitas Indonesia
menghubungkan
antara dua varibel.
4 Linking
Extracurricular
Programming
to Academic
Achievement:
Who Benefit
and Why?
Beckett
A. Broh
Penelitian ini
menggunakan
metode
kuantitatif
The
developmental
model, the
leading-crowd
hypothesis, dan
social capital
model.
Keikutsertaan siswa
dalam ekstrakurikuler
olahraga di sekolah
memberikan manfaat
walaupun hasilnya
tidak siginifikan.
Partisipasi dari
keikutsertaan
olahraga juga secara
signifikan dapat
meningkatkan
penghargaan diri,
siswa lebih
terkontrol, dan tepat
waktu dalam
mengerjakan tugas
sekolah. Hasil lain
Penelitian Broh
ingin melihat
kegiatan
ekstrakurikuler di
lingkungan siswa
sekolah menengah
atas. Hal ini serupa
dengan penelitian
yang akan
dilakukan oleh
peneliti. Jika Broh
menggunakan
metode kuantitatif
untuk menjawab
pertanyaan
penelitian, maka
penelitian kali ini
Broh, Beckett
A. 2002.
Linking
Extracurricular
Programming
to Academic
Achievement:
Who Benefits
and Why?.
Sociology of
Education, Vol
75, No. 1 (Jan.,
2002)
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
22
Universitas Indonesia
yang didapat adalah
dari keikutsertaan
siswa dalam
ekstrakurikuler
olahraga terbukti
dapat meningkatkan
ikatan sosial antara
siswa dengan orang
tua, siswa dengan
sekolah, orang tua
dengan sekolah, dan
orang tua dengan
orang tua.
akan menggunakan
metode kualitatif.
Selain itu,
penelitian Brohpun
lebih fokus pada
kegiatan
ekstrakurikuler
olahraga sedangkan
penelitian kali ini
tidak hanya fokus
kepada
ekstrakurikuler
olahraga.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
23
Universitas Indonesia
II.2 Kerangka Pemikiran
II.2.1 Partisipasi
Cooke dalam Seto (2004) mengatakan bahwa partisipasi adalah (1) orang-
orang mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
hajat mereka, dan (2) orang-orang terlibat dalam pengembangan visi spesifik
masyarakat sebagai komunitas. Partisipasi dalam sebuah kelompok diperlukan agar
tujuan yang telah disepakati dapat terwujud. Bagaimana sebuah kelompok
menentukan tujuan mereka juga dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan. Semua hal yang berkaitan dengan pengembangan
kelompok, maka anggota di dalamnya perlu berpartisipasi.
Davispun menambahkan bahwa partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan
mental dan emosional individu terhadap situasi kelompok yang mendorong seseorang
untuk berkontribusi dalam tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab dengan
sesama anggota kelompok (Bisri, 2009). Di dalam suatu organisasi sendiri,
bagaimana pelaksanaannya berjalan akan sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
masing-masing anggota kelompok yang berada di dalamnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Simmel, partisipasi merupakan konsekuensi
logis dari kemerdekaan, persamaan, dan kebebasan (Seto, 2004). Kemampuan
partisipasi individu pada akhirnya akan menjadi parameter eksistensi dirinya (Seto,
2004). Partisipasi adalah sebuah proses. Bila partisipasi dipaksakan maka ia memiliki
resiko menjadi kontraproduktif: menghasilkan tujuan yang berbeda antar anggota,
hingga akhirnya terjadi konflik atau partisipasi hanya jadi simbol, tidak mengakar. Di
dalam partisipasi, ada beberapa aspek penting yang terlibat yaitu: keterlibatan mental
dan emosi, kesediaan berkontribusi dalam rangka pencapaian tujuan, dan mempunyai
perasaan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan.
Partisipasi sendiri dapat dilakukan dengan cara berbagi ide dan pengalaman
berdasarkan pendidikan individu yang akan menciptakan interest personal dalam
hubungan sosial (Ballard, 2003: 11). Dari ide-ide dan interaksi yang kita lakukan
kepada pihak lain maka akan terlihat apakah kita merasakan interest yang sama
kepada individu lain. Individu yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
24
Universitas Indonesia
kelompok masyarakat maka ia memiliki alasan untuk melakukan partisipasi dalam
kelompoknya (Ballard, 2003: 11). Hal ini dikarenakan individu merasakan adanya
sense of belonging dalam kelompok tersebut sehingga akan melakukan tindakan yang
berhubungan dengan kelompoknya dan berusaha untuk terlibat dalam setiap kegiatan
yang dilakukan.
Dalam konsep partisipasi mempunyai bermacam-macam bentuk dan
intensitas. Biasanya dibedakan menurut frekuensi dan intensitasnya (Budiardjo, 1982:
5). Menurut pengamatan, jumlah orang yang mengikuti kegiatan tidak intensif, yaitu
kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan
prakarsa sendiri besar sekali. Sebaliknya, kecil sekali jumlah orang yang secara aktif
dan sepenuh waktu melibatkan diri (Budiardjo, 1982: 6). Ada yang menyamakan dua
jenis gejala ini dengan piramida yang biasanya lebar, tetapi menyempit ke atas sejalan
dengan meningkatnya intensitas kegiatan yang dilakukan.
Menurut Ndraha dalam Wirakartakusumah (1997) bentuk partisipasi dapat
dikategorikan menjadi enam bentuk, yaitu: (1) partisipasi dalam atau kontak dengan
pihak lain, (2) partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberi
tanggapan terhadap informasi, (3) partisipasi dalam perencanaan pembangunan
termasuk dalam pengambilan keputusan (penetapan) suatu rencana, (4) partisipasi
dalam pelaksanaan operasional, (5) partisipasi dalam menerima, memelihara, dan
mengembangkan hasil, (6) partisipasi dalam menilai hasil. Bentuk-bentuk dalam
partisipasi tersebut dapat tercermin dalam keanggotaan individu dalam kelompoknya.
Adanya partisipasi tersebut dapat menjadikan anggota ikut menjadi bagian dalam
pencapaian tujuan dari kelompoknya.
Partisipasi berkaitan dengan perasaan untuk menjadi bagian dari sesuatu
misalnya sebuah ide, percaya akan sistemnya, dan merupakan suatu bentuk kesadaran
bukan terpikat sendiri tetapi sebuah perenungan diri, kesadaran kritikal dengan kerja
keras untuk mengidentifikasi diri sendiri terhadap orang lain (Ballard, 2003: 28).
Partisipasi di dalam lingkungan sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan cara
siswa berkontribusi dalam peraturan yang ditetapkan sekolah dan dapat melakukan
kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Kualitas dari partisipasi itu dapat dilihat dari bagaimana konten dan metode
yang digunakan oleh kelompok masyarakat dapat diterima oleh anggotanya sehingga
diharapkan seluruh anggota dapat berpartisipasi dengan baik (Nes, 2003: 75). Konten
dari partisipasi dapat dilihat dari budaya dan nilai yang diaplikasikan dalam
kelompok dan juga ketika ada kebudayaan dan nilai dari golongan minoritas dapat
diapresiasi oleh anggota lainnya dan pendapat dari golongan minoritas dapat
direpresentasikan sedangkan metode partisipasi dapat dillihat dari interaksi yang
dilakukan masing-masing individu untuk mencapai tujuan bersama (Nes, 2003: 75).
Di lingkungan sekolah sendiri, adanya dukungan dari teman akan mempengaruhi
partispasi yang dilakukan oleh siswa.
II.2.2 Kurikulum
Persoalan metode pendidikan adalah bagaimana cara yang tepat agar metode
pendidikan dapat diajarkan kepada siswa (Suhartono, 2007: 120). Lebih lanjut, isi
atau materi pendidikan dijabarkan dari tujuan pendidikan dan diorganisasi menjadi
kurikulum (Suhartono, 2007: 120). Kurikulum ini akan menjadi acuan bagi tenaga
pendidik untuk mengajarkan ilmu pengetahuan. Pembentukan kurikulum yang baik
juga perlu didukung dari keberadaan tenaga pengajar yang baik.
Kurikulum merupakan alat untuk membantu pendidik dalam melakukan
tugasnya, sebab kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana yang
dikembangkan untuk memperlancar proses pembelajaran.1 Dikatakan bahwa
pengembangan kurikulum merupakan hal yang penting dalam pendidikan. Kurikulum
disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman multi potensi, minat,
kecerdasan bahasa, kognitif, sosial, emosional, spiritual, dan kinestetik/fisikmotorik,
serta seni pada anak secara optimal sesuai dengan perkembangan dan keunikan setiap
anak.2 Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
1 http://www.kemdiknas.go.id/satuan-pendidikan/taman-kanak-kanak/kurikulum.aspx Diakses pada
tangal 21 Agustus 2011 pukul 22.02 WIB 2 Ibid.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Kesatuan Republik Indonesia dan pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat:3
1. Pendidikan agama;
2. Pendidikan kewarganegaraan;
3. Bahasa;
4. Matematika;
5. Ilmu pengetahuan alam;
6. Ilmu pengetahuan sosial;
7. Seni dan budaya;
8. Pendidikan jasmani dan olahraga;
9. Keterampilan/kejuruan; dan
10. Muatan lokal
Menurut Abdullah Idi, kurikulum adalah suatu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang memiliki komponen-komponen penunjang yang saling mendukung
satu sama lainnya (Ariani, 2008: 20). Komponen-komponen yang dimaksud adalah
tujuan, isi, dan struktur program atau materi, media dan sarana, strategi belajar
mengajar, proses belajar mengajar dan evaluasi atau penilaian.
J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam Curriculum Planning for
Better Teaching and Learning (1956) mengemukakan bahwa kurikulum adalah “the
sum total of school’s efforts to influence learning whether in the classroom, on the
playground, or out of school”. Apa yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam
memberikan transmisi ilmu tidaklah hanya dilakukan di dalam kelas. Kegiatan yang
dilakukan siswa di luar kegiatan belajar mengajar seperti ekstrakurikuler juga dapat
dikatakan sebagai kurikulum yang dijalankan oleh pihak sekolah.
Selain adanya kurikulum formal dalam sekolah, ada pula kurikulum
terselubung yang ikut menjadi faktor penting di dalam sekolah. Kurikulum
terselubung atau hidden curriculum ini adalah seperangkat aturan-aturan yang tidak
3 http://www.kemdiknas.go.id/orang-tua/kurikulum-sekolah.aspx Diakses pada tanggal 21 Agustus
2011 pukul 22.33 WIB
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
27
Universitas Indonesia
tertulis yang dapat menunjang siswa dalam mempersiapkan kehidupannya.
Kurikulum terselubung ini bisa didapatkan melalui kegiatan kesiswaan yang ada di
sekolah, tata tertib sekolah, dan juga dapat disosialisasikan dalam kurikulum formal.
Kurikulum terselubung ini akan ikut mempengaruhi siswa dalam menanamkan nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Eggleston mengemukakan bahwa
kurikulum terselubung dapat memperkenalkan siswa kepada “tempat mereka” dalam
sistem sosial sehingga mampu menyesuaikan diri dengan norma, nilai-nilai sosial,
struktur, dan sanksi-sanksi yang ada (Robinson, 1986: 232).
Ery Seda (1987) menyatakan bahwa kurikulum terselubung adalah segala
sesuatu yang terjadi di sekolah dan di luar sekolah, dimana sekolah menjalankan
fungsinya sebagai agen sosialisasi sikap dan nilai modern. Kurikulum terselubung ini
dapat dilihat dari beberapa pola interaksi sosial:
1. Proses generalisasi
Dalam proses ini individu memperoleh pengalaman yang memuaskan dalam
suatu kegiatan tertentu sehingga pengalaman ini akan dijadikan keyakinan
olehnya bahwa ia dapat memperoleh keberhasilan yang sama dalam kegiatan
yang berbeda.
2. Proses menirukan contoh
Proses ini dimungkinkan individu menirukan cara berpikir, berperasaan,
bertabiat dari orang lain yang dianggap penting dan berkuasa dalam
lingkungannya.
3. Proses imbalan dan sanksi
Proses ini terjadi ketika siswa akan mendapatkan hukuman jika melanggar
tata tertib yang berlaku dan akan mendapatkan imbalan jika patuh terhadap
peraturan yang sudah ditetapkan.
II.2.2.1 Ekstrakurikuler
Kurikulum di sekolah dibentuk sebagai salah satu cara untuk mempersiapkan
siswa agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Ada dua pembagian lain dari
kurikulum yakni intrakurikulum dan ekstrakurikulum. Intrakurikulum didefinisikan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
28
Universitas Indonesia
sebagai kurikulum yang digunakan pihak sekolah dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar. Beberapa intrakurikulum yang pernah digunakan institusi pendidikan di
Indonesia adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi), kurikulum 1994. Kurikukum inilah yang dijadikan pedoman
bagi pihak sekolah untuk mentransmisikan nilai dan norma di dalam proses belajar
mengajar.
Ekstrakurikulum merupakan pengembangan kurikulum dari pihak sekolah.
Biasanya antara satu sekolah dengan sekolah lain tidak selalu sama. Kegiatan
ekstrakurikuler ini diselenggarakan di luar dari jam belajar mengajar di sekolah.
Mayeer Miller dalam Marlinda (1998: 124) mengatakan bahwa “Keikutsertaan siswa
dalam kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa
untuk mengembangkan minat, menanamkan rasa tanggung jawab sebagai warga
negara melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerjasama dan
terbiasa dengan kegiatan mandiri”.
Menurut Depdiknas kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu mengembangkan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara hukum diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk
memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial (Sayotte dalam
Dazefa, 2010: 21). Hadirnya kegiatan ekstrakurikuler ini akan mendukung siswa
untuk mengaktualisasikan diri selain di dalam kelas. Kemampuan sosial siswapun
tidak hanya terbatas pada aktor yang berada dalam satu kelas saja melainkan seluruh
anggota yang tergabung dalam satu kegiatan ekstrakurikuler bahkan dimungkinkan
untuk bersosialisasi dengan aktor yang berbeda kegiatan ekstrakurikulernya. Manfaat
kegiatan ekstrakurikulerpun bisa dirasakan dalam hal sosial, emosional, dan juga
akademis.
Pengembangan minat dari siswa yang salah satunya dapat dicapai melalui
kegiatan ekstrakurikuler juga didukung dengan adanya Undang-undang Nomor 20
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
29
Universitas Indonesia
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat (1b). Isi dari pasal
tersebut menyatakan “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Pada pasal tersebut dapat memperlihatkan bahwa penyaluran dari bakat dan minat
siswa dapat terakomodasi melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di sekolah memainkan peran dalam
bidang pendidikan dan juga bidang kemasyarakatan sejak dimulainya peradaban
modern (Sage, 1970). Beberapa penelitian membuktikan nilai partisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler secara relatif memberikan pengalaman bagi siswa untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa, menetapkan dan
mencapai tujuan, bersaing sportif, bangkit dari kekalahan, dan menyelesaikan
perselisihan dengan damai (Carnegie Corporation of New York, 1992). Mahoney &
Stattin dalam Bisri (2009: 23) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
memungkinkan siswa-siswa mendapatkan akses jaringan sosial, aktivitas,
sumberdaya, dan menggali potensi yang ada pada siswa.
Mahoney 2005 dalam Dazefa (2010: 24) mengungkapkan ada empat tahapan
dalam ekstrakurikuler, yaitu:
a. Bermain Spontan (Spontaneous Play)
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan organisasi mandiri sehingga
membutuhkan negosiasi dan pemecahan masalah secara spontan
b. Permainan Rekreasi (Recreational Games)
Kegiatan ekstrakurikuler berpusat pada kebugaran, keterampilan membina
hubungan dengan koordinasi, persahabatan, dan bermain
c. Rekreasi Tim (Recreational Team Sports)
Kegiatan ekstrakurikuler mengedepankan pengembangan keterampilan para
anggotanya
d. Kompetisi Elite (Elite Competition)
Dalam kegiatan ekstrakurikuler, usaha dan keadilan subordinasi dapat melihat
keterampilan kinerja dan prestasi
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh pihak sekolah terdiri dari
berbagai macam jenis. Mahoney dalam Dazefa (2010, 26) menjelaskan mengenai
jenis kegiatan ekstrakurikuler:
1. Keterlibatan Prososial (Prosocial Activities)
Pada jenis ekstrakurikuler ini, siswa akan berpartisipasi dalam pelayanan
masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pencerahan dan motivasi
kepada anggota untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual untuk menciptakan lingkungan yang efektif, harmonis terhadap diri
sendiri dan terhadap semua pihak. Berdasarkan Depdiknas, yang termasuk ke
dalam kegiatan ini adalah Pramuka dan Palang Merah
2. Tim Olahraga (Team Sports)
Kegiatan melibatkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler di bidang
olahraga. Olahraga yang dilakukan siswa akan mempengaruhi kesehatan fisik
sehingga akan memudahkannya untuk berinteraksi dan bersosialisasi dalam
kesehariannya.
3. Pertunjukkan Seni (Performing Arts)
Kegiatan ini meliputi band sekolah, drama, ataupun kelompok tari. Tujuan
dari kegiatan ini adalah memberikan wadah bagi siswa untuk terlibat dalam
berbagai pengalaman dan berkreasi untuk menghasilkan suatu output yang
berguna bagi siswa. Siswa berkreasi menciptakan berbagai kesenian secara
sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif
dan pengalaman kreatif.
4. Keterlibatan Sekolah (School Involvement)
Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler ini adalah untuk melatih kemampuan
berorganisasi dalam rangka melakukan kegiatan yang positif, terarah dan
berkarakter. Contoh dari kegiatan ini adalah pemerintahan siswa seperti OSIS
dan juga cheerleader.
5. Kelompok Akademik (Academic Clubs)
Partisipasi dari kegiatan ini bisa meliputi dalam bidang sains dan kegiatan
ekstrakurikuler yang menitikberatkan pada hal perdebatan. Tujuan dari
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
31
Universitas Indonesia
kegiatan ini adalah mengembangkan sifat ilmiah, kejujuran dalam
memecahkan fenomena sosial dan fenomena alam dengan kepekaan yang
tinggi dengan metode sistematis, objektif, juga rasional. Kegiatan ini
diantaranya Kegiatan Ilmiah Ramaja (KIR).
II.2.3 Sosialisasi
Salah satu tokoh sosiologi, Peter Berger, mengemukakan mengenai definisi
dari sosialisasi itu sendiri yaitu “a process by which a child learns to be a participant
member of society” (Sunarto, 2004: 21). Dari definisi yang diberikan oleh Berger,
memperlihatkan bahwasanya sosialisasi yang biasa diberikan kepada aktor sudah
dilakukan sejak dini. Penanaman nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam suatu
lingkungan tertentu dimaksudkan agar aktor tersebut dapat menjalankan dan
mematuhi nilai dan norma yang dianut di lingkungan tersebut.
Menurut Gillin & Gillin, sosialisasi adalah proses dimana anggota dari
masyarakat berkembang menjadi suatu fungsi dari satu kelompok, bertindak sesuai
dengan standard, menyesuaikan diri, menjadi bagian dari tradisi kelompok dan
menyesuaikan dirinya dengan situasi sosial yang ia temui, serta cukup baik dalam
toleransi (Gillin & Gillin, 1942: 561).
Sementara itu pendapat lain dikemukakan oleh Paul B. Horton dan Robert L.
Horton yang menyebutkan sosialiasi adalah proses dimana kita mengembangkan
kepribadian dengan cara menginternalisasikan budaya yang ada di masyarakat
(Horton & Horton, 1983: 15). Dalam buku yang berjudul Sociology in Everyday Life
disebutkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana individu belajar mengenai apa
yang diharapkan masyarakat terhadap individu tersebut (Karp, Yoels, dan Vann,
2004: 43).
Proses sosialisasi yang dilakukan tidak lepasnya dari agen sosialisasi. Agen
sosialisasi inilah yang bertanggung jawab kepada individu untuk mentransfer
pengetahuan yang mereka miliki. Fuller dan Jacobs telah menunjukkan empat agen
sosialisasi yang berperan dalam masyarakat. Agen-agen tersebut adalah keluarga,
sekolah, kelompok bermain, dan juga media massa. Sekolah, dapat menjadi suatu
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
32
Universitas Indonesia
sumber di mana aktor akan mendapatkan pengetahuan tidak hanya terkait dengan
nilai dan norma yang diambil oleh masyarakat namun juga ilmu-ilmu yang dapat
digunakan aktor untuk memenuhi kebutuhannya.
Robert Dreeben mengatakan bahwa di dalam sekolah aktor mempelajari
mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme
(universalism), dan juga spesifisitas (specificity) (Dreeben, 1968: 65). Menurut
Dreeben, di sekolah aktor diajarkan mengenai kemandirian karena para pengajar
menuntut mereka untuk mengerjakan tugas dengan usaha sendiri dan tanggung jawab
pribadi. Hal kedua yang dipelajari aktor dalam sekolah adalah prestasi. Jika di dalam
keluarga, aktor dituntut untuk memerankan perannya sesuai dengan status sosialnya
maka di lingkungan sekolah, mereka dituntut untuk memperlihatkan prestasi yang
menonjol. Terkait dengan universalisme, di dalam lingkungan sekolah aktor akan
mendapatkan perlakuan yang sama dengan aktor lain. Hal terakhir yang berkaitan
dengan sosialisasi sekolah adalah spesifisitas. Jika seorang anak mendapatkan nilai
buruk dalam bidang olahraga maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi penilaian
dengan mata pelajaran lain.
Parsons berasumsi bahwa dalam sosialisasi aktor hanyalah penerima pasif. Ia
juga melihat bahwa sosialiasi adalah pengalaman seumur hidup bagi aktor.
Sedangkan bagi Mead, aktor bersifat aktif dalam dunia sosial dan tidak sekedar
memberikan respon pasif terhadap peristiwa-peristiwa (Robinson, 1986: 15).
Penanaman nilai dan norma kepada aktor harus dilakukan secara kontinu dan tidak
dapat dilakukan hanya dengan sekali waktu.
Mead berpendapat bahwa dalam proses sosialisasi individu mengadopsi
kebiasaan, sikap, dan ide-ide dari orang lain, dan menyusunnya kembali sebagai
sesuatu atau sistem dalam diri pribadinya (Vembriarto, 1987: 20). Sedangkan David
Popenoe mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan suatu usaha memasukkan
pengaruh kebudayaan ke dalam diri indvidu dan bukan individu yang mempelajari
kebudayaan masyarakatnya (Vembriarto, 1987: 20).
Vembriarto menjelaskan mengenai tiga kategori dari proses sosialisasi
(Vembriarto, 1987: 25) :
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
33
Universitas Indonesia
1. Metode ganjaran dan hukuman. Pada metode ini jika aktor melakukan suatu
kesalahan maka akan mendapatkan hukuman sedangkan jika aktor berperilaku
baik maka akan mendapatkan ganjaran. Dengan hadirnya hukuman dalam diri
aktor maka ia akan sadar bahwa apa yang telah dilakukannya adalah salah dan
tidak diterima di masyarakat. Di sisi lain, ganjaran dihadirkan agar aktor
mengerti bahwa apa yang telah dilakukannya adalah baik dan diterima oleh
masyarakat.
2. Metode didactic teaching. Metode ini memungkinkan bahwa aktor akan
diajarkan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan melalui pemberian
informasi, ceramah, dan penjelasan. Metode ini digunakan dalam pendidikan
di sekolah ataupun pendidikan agama.
3. Metode pemberian contoh. Dengan memberikan contoh maka akan ada proses
imitasi (peniruan) tingkah laku dan sifat-sifat orang dewasa oleh anak. Proses
imitasi ini bisa terjadi secara sadar ataupun tidak sadar. Tertanamnya nilai-
nilai, sikap, dan kepercayaan dalam diri anak lebih banyak melalui proses
tidak sadar. Proses imitasi ini erat kaitannya dengan proses identifikasi.
Dengan identifikasi maka anak akan menyatukan diri dengan orang lain dan
berusaha menjadi orang lain.
Di sekolah, para guru mengajarkan subjek tertentu kepada muridnya dan
murid juga diuji untuk mengetahui sejauh mana mereka mengerti apa yang diajarkan
oleh gurunya (Brembeck, 1967: 13). Keseluruhan proses ini juga disebut sebagai
sosialisasi. Sosialisasi yang terjadi di dalam sekolah diharapkan mampu untuk
membantu individu mengetahui dan menjalankan nilai yang telah berlaku. Namun
dapat ditemukan pula bahwa sosialisasi di sekolah berbeda dengan apa yang diterima
individu di lingkungan keluarganya.
II.2.4 Interaksi Sosial
Gillin & Gillin menjelaskan mengenai interaksi sosial yaitu dinamika
hubungan sosial baik itu hubungan yang melibatkan antara individu dengan individu,
antara kelompok dengan kelompok, atau antara kelompok kelompok dengan individu
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
34
Universitas Indonesia
(Gillin & Gillin, 1942: 586). Ketika dua individu saling bertemu kemudian bertegur
sapa ataupun saling menjabat tangan hal ini sudah mengindikasikan bahwa telah
terjadi interaksi sosial diantara mereka. Interaksi sosial ini tidaklah mengharuskan
diantara kedua individu untuk saling berbicara, karena dengan mereka berjabat tangan
atau tersenyum membuat keduanya telah sadar akan adanya pihak lain sehingga
menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan mereka.
Definisi lain dari interaksi sosial adalah proses dimana antar individu saling
mempengaruhi satu sama lain (Stewart, 1981: 5). Menurut Herbert Blumer, interaksi
sosial merupakan keadaan dimana individu menginterpretasikan atau mendefinisikan
tindakan satu sama lain (Schaefer, 2003: 109). Dengan kata lain, respon kita terhadap
sikap seseorang berdasarkan dari arti yang kita pahami tentang tindakan orang
tersebut.
Dalam interaksi sosial, individu akan mempelajari simbol dan makna. Simbol
adalah objek sosial yang digunakan untik merepresentasikan apa yang memang
disepakati bisa direpresentasikan oleh simbol tersebut (Ritzer, 2009: 395). Tidak
semua objek sosial mewakili sesuatu yang lain. Individu sering kali menggunakan
simbol untuk mengomunikasikan sesuatu tentang diri mereka. Karena simbol,
manusia “tidak merespons secara pasif realitas yang datang padanya namun secara
aktif menciptakan kembali dunia tempat ia bertindak” (Ritzer, 2009: 395). Individu
akan mengeluarkan simbol-simbol yang dapat ditafsir oleh aktor lain. Ketika aktor
tersebut mengerti mengenai simbol yang ditunjukkan dan telah menangkap arti dari
simbol tersebut kemudian akan terjadi tindakan untuk membalas simbol yang
diberikan melalui suatu tindakan.
Sistem interaksi di sekolah dapat ditinjau sekurang-kurangnya dari tiga
perspektif yang berbeda, yaitu hubungan antara orang dalam dengan orang luar,
hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan berbeda, dan
hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan yang sama (Horton &
Hunt, 1999: 340). Hubungan-hubungan yang terjadi di antara individu tersebut
merupakan hal yang penting dalam sistem sosial.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Adanya interaksi sosial didasarkan dari berbagai faktor, yaitu faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, dan simpati (Soekanto, 1995: 69). Keempat faktor ini dapat
terjadi secara terpisah maupun bergabung. Faktor imitasi akan memungkinkan
seseorang untuk meniru orang disekitarnya. Hal ini bisa berdampak positif ataupun
negatif. Imitasi akan berdampak positif jika yang diikuti oleh individu adalah hal
yang positif dan sebaliknya faktor ini akan berdampak negatif jika hal yang diikuti
memiliki nilai negatif atau menyimpang dari nilai dan norma yang ada.
Faktor sugesti terjadi ketika seseorang memberikan pendapat ataupun
memberikan suatu sikap dan diterima oleh pihak lain. Mungkin proses sugesti terjadi
apabila orang yang memberikan padangan adalah orang yang sifatnya lebih otoriter.
Hal lain yang dapat terjadi pada proses sugesti adalah orang yang memberikan
pandangan adalah bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan.
Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses
identifikasi dapat membentuk kepribadian individu. Proses ini dapat berlangsung
secara tidak sadar (dengan sendirinya) maupun disengaja. Walaupun terjadi dalam
keadaan tidak sadar tetapi orang yang mengidentifikasi harus benar-benar mengenal
pihak yang teridentifikasi. Dengan begini, pandangan, sikap maupun nilai yang
dianut dapat terinternalisasi dengan baik.
Pada proses simpati individu akan merasa tertarik dengan pihak lain.
Dorongan utama dalam proses ini adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan
bekerja sama dengan pihak tersebut. Biasanya pihak lain tersebut adalah orang yang
memiliki kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat dibagi menjadi empat hal, menurut Gillin
dan Gillin, yaitu kerjasama, akomodasi, persaingan, dan konflik. Bentuk dan pola
kerja sama dapat dijumpai pada berbagai kelompok manusia. Kerjasama timbul
karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya
(Soekanto, 1995: 80). Kerjasama juga akan terasa lebih kuat ketika ada pihak lain
yang dirasakan mengganggu atau dianggap telah menyinggung individu ataupun
kelompoknya sendiri (in-group). Charles H. Cooley mengatakan bahwa kerjasama
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
36
Universitas Indonesia
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama dan
memiliki pengetahuan serta pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan tersebut.
Bentuk interaksi sosial lainnya adalah akomodasi. Akomodasi merupakan
proses ketika individu yang awalnya saling bertentangan kemudian saling
menyesuaikan diri untuk meredakan ketegangan yang ada. Akomodasi juga disebut
sebagai suatu cara untuk menyelesaikan konflik.
Dalam berinteraksi dengan individu lain, akan dimungkinkan terjadinya
persaingan di dalamnya. Persaingan dapat diartikan sebagai proses sosial dimana
individu ataupun kelompok saling bersaing dengan mencari keuntungan masing-
masing. Persaingan memiliki dua sifat umum yaitu yang bersifat pribadi dan tidak
pribadi.
Interaksi sosial lainnya adalah konflik. Dalam proses ini, individu ataupun
kelompok menyadari adanya perbedaaan-perbedaan. Dengan adanya perbedaan inilah
yang akan semakin memperuncing konflik. Konflik ini bisa disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain adalah: (1) perbedaan antara individu-individu, di sini masing-
masing individu memiliki perasaan ataupun pendirian yang berbeda, (2) perbedaan
kebudayaan, perbedaan kepribadian individu dapat disebabkan dari perbedaan
kebudayaan yang melarbelakanginya. Perbedaan kebudayaan ini secara sadar ataupun
tidak sadar dapat dipengaruhi oleh kelompoknya, (3) perbedaan kepentingan, wujud
dari kepentingan dapat bermacam-macam misalnya saja kepentingan ekonomi
maupun kepentingan politik, (4) perubahan sosial, perubahan sosial yang terjadi dapat
mempengaruhi nilai-nilai ataupun norma yang berlaku di masyarakat sehingga
kelompok yang memiliki perbedaan pendirian akan melakukan reorganisasi dalam
kelompoknya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
37 Universitas Indonesia
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
III.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai cara untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Menurut Neuman (2003) pendekatan
kualitatif melihat kehidupan sosial dari berbagai pandangan dan menjelaskan
bagaimana masyarakat mengkonstruksikan identitasnya. Pendekatan kualitatif
tidak mengubah kehidupan sosial menjadi berbagai variabel ataupun angka, di sisi
lain pendekatan ini akan menggunakan ide-ide dari objek yang ditelitinya dan
menempatkan mereka pada konteks penelitiannya. Pendekatan ini menguji motif,
tema, perbedaan, dan ide-ide daripada menguji berbagai variabel dan
menggunakan pendekatan induktif dari grounded theory1.
Pendekatan kualitatif digunakan dengan tujuan untuk menggali informasi
mendalam mengenai hal yang akan diteliti. Dalam menggunakan pendekatan ini,
peneliti dapat langsung berinteraksi dengan informan atau objek yang akan diteliti
sehingga akan memudahkan peneliti untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Data yang berusaha diambil oleh pendekatan ini adalah sesuatu yang
empiris (Neuman, 2003: 146). Dalam penelitian kualitatif, peneliti memegang
peranan penting dalam pengumpulan data (Creswell, 2003: 198).
Tujuan yang diharapkan oleh peneliti adalah mampu membahas secara
mendalam permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian kali ini dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Informasi-informasi mendalam dapat
didapatkan oleh peneliti untuk memperkaya hasil penemuannya. Dalam hal ini
peneliti ingin mengetahui secara mendalam bagaimana keterlibatan siswa program
kelas internasional dan juga program RSBI dalam kegiatan ekstrakurikuler.
1 Ini berarti teori yang didapatkan dari data. Selama proses pengumpulan data di lapangan, maka
pembangunan teoripun masih bisa dilakukan. Konseptualisasi dan operasionalisasi akan muncul
seiring dengan pengumpulan data dan persiapan analisis data.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
38
Universitas Indonesia
III.2 Jenis Penelitian
Neuman membagi jenis penelitian kedalam empat dimensi, yaitu: (1)
penelitian berdasarkan tujuan, (2) penelitian berdasarkan manfaat, (3) penelitian
berdasarkan teknik pengumpulan data, dan (4) penelitian berdasarkan waktu.
III.2.1 Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berusaha untuk
mendeskripsikan fenomena atau realitas yang ada di dalam masyarakat. Penelitian
deskriptif akan menghadirkan gambaran rinci dari situasi, seting sosial, atau suatu
hubungan (Neuman, 2003: 30). Di dalam penelitian ini akan digambarkan
mengenai bagaimana keterlibatan siswa program kelas internasional dan program
RSBI dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Perbedaan kurikulum dan
perbedaan program yang diambil akan mempengaruhi bagaimana mereka
berinteraksi satu sama lain.
III.2.2 Berdasarkan Manfaat
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian murni atau basic research.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena
yang ada di dunia sosial atau bagaimana suatu fenomena dapat terjadi di
masyarakat. Basic research fokus untuk menyangkal atau mendukung teori yang
menjelaskan bagaimana dunia sosial dapat berjalan, apa yang membuat sesuatu
dapat terjadi, dan mengapa masyarakat dapat berubah. Penelitian ini ingin
memperdalam pengetahuan mengenai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
menengah atas.
III.2.3 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sifat dari penelitian kualitatif, dalam penelitian kali ini akan
menggunakan teknik wawancara mendalam dan juga observasi langsung terhadap
fenomena yang akan diteliti. Sumber data yang akan digunakan berasal dari data
primer dan juga data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah wawancara
mendalam terhadap informan juga observasi yang dilakukan oleh peneliti. Di lain
pihak, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal,
karya ilmiah lain, maupun internet yang dianggap dapat membantu peneliti dalam
penelitian yang dilakukan.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
39
Universitas Indonesia
III.2.4 Berdasarkan Waktu
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian studi kasus. Pada penelitian studi
kasus, kasus yang dimaksudkan dapat antar individu, kelompok, organisasi,
pergerakan, peristiwa, atau unit geografik. Dalam penelitian kali ini, peneliti
mengambil studi kasus terhadap satu sekolah yang didalamnya terdapat kegiatan
ekstrakurikuler.
III. 3 Teknik Pengumpulan Data
III.3.1 Data Primer
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data primer berupa wawancara
mendalam dan obervasi langsung terhadap realita yang akan diteliti. Dengan
melakukan wawancara mendalam diharapkan peneliti dapat menemukan
informasi mendalam terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian
kali ini. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yang dianggap sesuai
dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh peneliti. Pada penelitian kali ini,
peneliti akan melakukan wawancara kepada siswa kelas internasional dan juga
siswa program RSBI yang ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler. Dengan
melakukan wawancara mendalam kepada beberapa informan, peneliti dapat
melihat bagaimana anggota ekstrakurikuler melakukan kegiatannya diikuti dengan
kegiatan belajar mengajar, bagaimana peran siswa sendiri terhadap kegiatan
tersebut, dan juga bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.
Dalam penelitian kali ini, diambil siswa yang berasal dari program RSBI
dan program kelas internasional. Kriteria siswa yang dijadikan sebagai informan
adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pengambilan
dua program tersebut dilakukan agar terlihat bagaimana pola yang terjadi di antara
keduanya dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Untuk mendukung data yang
didapatkan dari siswa, penelitian kali ini juga mengambil guru yang pernah
menjabat sebagai pembina ekstrakurikuler. Pengambilan guru sebagai subjek
penelitian dikarenakan guru-guru atau pembina ekstrakurikuler memiliki
pengalaman dalam membina siswa melakukan kegiatannya. Dari guru pulalah
peneliti bisa mendapatkan informasi mengenai sekolah dengan status RSBI
sehingga dapat terlihat bagaimana sebenarnya karakteristik RSBI dari sudut
pandang guru. Untuk jumlah siswa sendiri diambil 6 orang yang aktif mengikuti
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
40
Universitas Indonesia
kegiatan ekstrakurikuler masing-masing berasal dari program KI dan program
RSBI. Sedangkan guru yang dijadikan informan berjumlah 2 orang.
Observasi juga dilakukan untuk mendukung penelitian yang dimaksud.
Misalnya peneliti melihat bagaimana kegiatan dalam organisasi tersebut,
bagaimana interaksi yang dilakukan antar siswa. Penggunaan fasilitas di sekolah
juga akan menjadi bahan observasi bagi peneliti di lapangan. Peneliti juga dapat
melakukan observasi mengenai kegiatan keseharian siswa di sekolah dan di dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Observasi tersebut dapat membantu peneliti dalam
menjawab pertanyaan penelitian kali ini.
III.3.2 Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah buku-buku
yang dianggap dapat menunjang penelitian. Selain dengan menggunakan buku,
peneliti juga mengambil informasi dari jurnal yang relevan dengan penelitian dan
juga sumber yang berasal dari internet. Karya-karya ilmiah seperti skripsi ataupun
tesis dapat dijadikan acuan bagi peneliti untuk memperkaya penelitian kali ini.
Dengan menggunakan data sekunder, diharapkan dapat melengkapi hasil
penemuan dari data primer. Data-data mengenai sekolah dan secara detail
kegiatan ekstrakurikuler seperti jumlah siswa yang terdaftar dapat diperoleh dari
data sekunder.
III.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan peneliti dalam rangka untuk memberikan
kerangka kepada peneliti terkait dengan pertanyaan yang akan diajukan
selama proses penelitian. Dengan menggunakan pedoman wawancara
diharapkan dapat menghindari pertanyaan yang dianggap tidak relevan
terkait dengan penelitian.
b. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini dilakukan dengan menyesuaikannya dengan tujuan
penelitian. Pengamatan akan objek penelitian penting untuk dilakukan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
41
Universitas Indonesia
karena dapat membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian
yang diajukan.
c. Alat Tulis
Alat tulis dimaksudkan untuk mencatat point penting selama wawancara
berlangsung.
d. Alat Perekam
Alat perekam digunakan peneliti selama melakukan wawancara untuk
memudahkan peneliti karena peneliti tidak perlu untuk menulis kembali
apa yang dibicarakan informan selama wawancara berlangsung.
III.5 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian kali ini, penelitipun tidak terlepas dari
adanya hambatan. Keterbatasan-keterbatasan yang peneliti rasakan antara lain
adalah:
a. Terbatasnya waktu peneliti untuk melakukan wawancara dengan guru
karena pada saat itu pihak sekolah sedang menggunakan ujian sekolah
untuk kelas XII.
b. Peneliti tidak membandingkan dengan sekolah lain sehingga tidak terlihat
bagaimana karakteristik yang muncul di sekolah lain terkait kegiatan
ekstrakurikuler
c. Kesulitan peneliti untuk mencari literatur terkait ekstrakurikuler secara
sosiologis
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
42
Universitas Indonesia
BAB IV
GAMBARAN UMUM RSBI DAN
PROFIL SMAN X JAKARTA
IV.1 Gambaran Umum Rintisan Sekolah Berstandard Internasional (RSBI)
IV.1.1 Landasan Hukum
Dasar hukum dari lahirnya sekolah dengan berstatus RSBI (Rintisan Sekolah
Berstandard Internasional) adalah ketika pemerintah mengeluarkan Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 50 ayat 3
tertulis bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. Setelah
undang-undang tersebut keluar, kemudian mucul peraturan pemerintah lainnya yang
mendukung mengenai isi pasal tersebut, salah satunya adalah Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Sekolah Berstandard Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
menetapkan bahwa definisi dari sekolah berstandard internasional (SBI) sekolah yang
sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang
berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
Ada proses yang harus dilalui pihak sekolah sebelum mencapai status RSBI,
yaitu:
1. Standard Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi:
a. Standard isi
b. Standard proses
c. Standard kompetensi kelulusan
d. Standard pendidik dan tenaga kependidikan
e. Standard sarana dan prasarana
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
43
Universitas Indonesia
f. Standard pengelolaan
g. Standard pembiayaan, dan
h. Standard penilaian pendidikan
2. Sekolah yang memenuhi standard minimal SNP diberikan pendampingan,
pembimbingan, penguatan dalam bentuk RSBI.
IV.1.2 Kriteria Sekolah Menengah Atas RSBI
Kriteria sekolah menengah atas menjadi RSBI adalah sebagai berikut:
1. Telah memiliki akreditasi A dari Badan Akreditasi Sekolah
2. SMA Kategori Mandiri (SKM)
3. Diutamakan Kabupaten/Kota yang belum ada Rintisan SMA Bertaraf
Internasional
4. Kabupaten/Kota yang telah mempunyai program rintisan SMP Bertaraf
Internasional
5. Penyelenggaraan sekolah satu shift (tidak double shift)
6. Memiliki sarana prasarana yang lengkap antara lain:
a. Memiliki tiga laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi)
b. Memiliki perpustakaan yang memadai
c. Memiliki laboratorium komputer
d. Memiliki akses internet
e. Memiliki website sekolah
f. Tersedia ruang kelas yang sesuai dengan rombongan belajar
g. Memiliki kultur sekolah yang memadai (bersih, bebas asap rokok,
bebas kekerasan, rindang)
7. Memiliki sumber daya manusia yang memadai:
a. Memiliki kepala sekolah:
SK Pengangkatan dari pejabat yang berwenang
Mampu mengoperasikan komputer
Memiliki kemampuan Bahasa Inggris minimal secara pasif
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
44
Universitas Indonesia
b. Memiliki guru mata pelajaran yang cukup (minimal 80% mengajar
sesuai latar belakang pendidikan)
c. Memiliki staf penunjang yang memadai (staf TU, laboran,
pustakawan, teknis)
8. Memiliki minimal 9 rombongan belajar
9. Mengajukan proposal
Kriteria yang diajukan untuk menjadi sekolah dengan status RSBI memang
tidak bisa dipenuhi oleh seluruh sekolah di Indonesia. Predikat RSBI sendiri diajukan
agar pendidikan di Indonesia dapat berkualitas internasional tanpa harus bersekolah
di luar negeri. Akan tetapi, yang patut disayangkan dari keadaan ini adalah ketika
sekolah yang memang telah menjadi unggulanlah yang berhasil mendapatkan status
RSBI. Hal tersebut dapat dilihat dari kriteria-kriteria yang diajukan di atas. Salah
satunya yaitu sekolah harus memiliki akreditasi A. Untuk mencapai nilai tersebut,
sekolah-sekolah harus memenuhi persyaratan dari Badan Akreditasi Sekolah yang
meliputi beberapa standard diantaranya standard isi dan standard sarana dan
prasarana.
Terkait mengenai sarana dan prasaran sekolah, salah satu poin yang harus
dimiliki oleh pihak sekolah adalah adanya tiga laboratorium IPA. Dari hasil observasi
yang dilakukan peneliti pada SMAN X Jakarta, di sekolah tersebut hanyalah memiliki
2 laboratorium IPA dimana laboratotium fisika dan kimia digabung menjadi satu.
Kriteria yang diajukan menjadi tidak valid ketika ada salah satu syarat yang tidak bisa
dipenuhi oleh suatu sekolah.
Kriteria yang diajukan tersebut bukan hanya berkaitan dengan sekolah tetapi
juga dengan sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas
dapat menjadi salah satu hal utama dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Ketika standard mengenai RSBI telah dikeluarkan maka sumber daya
manusia di dalamnya juga harus menunjang kapabilitas dari sekolah tersebut. Jika
guru-guru, misalnya, dirasakan tidak dapat menunjang pembelajaran di dalam kelas
maka pihak sekolah harus mencari cara agar proses belajar mengajar di dalam kelas
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
45
Universitas Indonesia
dapat berjalan dengan baik. Selain siswa yang dipersiapkan untuk menyambut RSBI
ini, pihak gurupun seharusnya mendapatkan bekal untuk persiapan diri mereka dan
dapat menunjang siswa untuk mendapatkan pengajaran yang lebih baik.
IV.1.3 Mekanisme Pemilihan SMA RSBI
Sekolah yang ingin mengajukan diri menjadi RSBI tidak terlepas dari
mekanisme yang ada. Mekanisme pemilihan SMA dengan status RSBI adalah
sebagai berikut:
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Bagan 4.1
Mekanisme Pemilihan SMA RSBI
Tidak
Proposal
Ya
Sumber: Direktorat Jenderal Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional
Sekolah + Komite
Sekolah/Yayasan
(Membuat proposal)
Dinas Mandikdasmen
c.q.
Dit. Pembinaan SMA
Dinas Kab/Kota
(mengetahui/menyetujui
proposal)
Selek-
si &
Verifi-
kasi
Dinas Pendidikan
Provinsi
(mengetahui/menyetujui
proposal)
Tim
Penilai
Penetapan
SMA RSBI
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa untuk menjadi SMA yang berstatus
RSBI, maka mereka harus mengajukan proposal terlebih dahulu. Proposal tersebutlah
yang nantinya akan menjadi pertimbangan apakah SMA yang bersangkutan layak
diberikan status sebagai SMA RSBI atau tidak. Ketika sekolah telah membuat
proposal, maka mereka harus berkonsolidasi dengan pihak Dinas Kabupaten/Kota
terkait proposal yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Dari Dinas Kabupaten/Kota
maka proposal tersebut akan dilanjutkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi. Setelah
itu, proposal akan dilimpahkan kepada Ditjen Mandikdasmen. Proposal inipun
dipelajari dan kemudian tim seleksilah yang akan menilai apakah proposal yang telah
diajukan oleh sekolah layak atau tidak diberikan status RSBI. Jika proposal tersebut
dirasakan belum layak, maka proposal tersebut akan dikembalikan kepada Ditjen
Mandikdasmen. Sebaliknya, jika dirasakan layak maka sekolah tersebut dapat
menyandang status sebagai RSBI.
IV.1.4 Evaluasi Program RSBI
Dalam program RSBI, pemerintahpun memberlakukan evaluasi untuk melihat
kemajuan kinerja sekolah yang meliputi:
a. Kemampuan penguasaan bahasa asing guru dan siswa dengan menggunakan
instrumen TOEFL dan TOEIC
b. Kemampuan penguasaan siswa dalam mata pelajaran matematika dan IPA
serta kompetensi keahlian (SMK)
c. Kelengkapan infrastruktur
d. Kelengkapan bahan ajar (buku, peralatan)
e. Kepemimpinan Kepala Sekolah
f. Komitmen Pemda dalam mendukung RSBI
Hasil evaluasi ini akan menjadi pertimbangan dalam kelanjutan program
RSBI di sekolah.
Kemampuan siswa akan bahasa Inggris memang dirasakan penting. Untuk itu,
pihak sekolah juga menyelenggarakan tes TOEFL yang dapat mengukur kemampuan
siswa dalam bahasa Inggris pada tahun 2010. Tapi dari pihak sekolah sendiri tidak
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
48
Universitas Indonesia
menargetkan skor minimal yang seharusnya dimiliki siswa. Sehingga tes ini hanyalah
sebagai pengukur kemampuan siswa tanpa ada tindak lanjut dari pihak sekolah ketika
ada siswa yang dirasa mendapatkan nilai kurang memuaskan.
Selain siswa, pihak guru juga mendapatkan tes kemampuan bahasa Inggrisnya
yaitu melalui TOEIC. Namun dari hasil wawancara kepada guru, peneliti
mendapatkan bahwa tes tersebut hanya dilakukan pada tahun 2007 sebelum RSBI
dijalankan di sekolah ini. Setelah RSBI berjalan belum ada evaluasi kembali
mengenai kemampuan guru baik yang telah mengikuti tes tersebut sebelumnya
ataupun yang belum pernah mengikuti tes tersebut.
IV.1.5 Proses Seleksi Siswa
Penerimaan siswa berdasarkan kemampuan akademis dilihat dari:
1. Test psikologi
2. Test tertulis: IPA (Fisika, Kimia, Biologi) dan matematika
3. Untuk SMK ditambah dengan test kesehatan dan buta warna
4. Nilai ujian nasional
Pada SMAN X Jakarta untuk masuk ke dalam program KI (Kelas
Internasional) haruslah mengikuti serangkaian ujian seperti yang tersebut di atas.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah hasil ujian yang dilakukan oleh siswa,
hasilnya tidak diberitahukan kepada siswa tersebut. Siswa hanya mendapatkan
keterangan apakah ia berhasil diterima atau tidak di program KI serta hanya siswa
yang mendapatkan nilai tertinggi yang akan diumukan hasil ujiannya. Hal tersebut
dirasakaan oleh siswa KI yang kini telah duduk di kelas XII. Di lain pihak, siswa KI
yang kini duduk di kelas X justru mendapatkan pengumuman mengenai nilai yang ia
peroleh dari ujian yang telah dilakukan. Nilai tersebut akan di-publish melalui
website sekolah.
Hal yang berbeda justru dirasakan oleh siswa RSBI. Seluruh siswa yang
mengikuti ujian akan diperlihatkan hasil nilai mereka melalui website sekolah dan
juga tertera pada papan pengumuman di SMAN X Jakarta. Pada website dan papan
pengumuman tersebut akan terlihat apakah siswa dapat diterima atau tidak. Tes yang
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
49
Universitas Indonesia
dilakukan juga sama dengan program KI yang membedakan adalah pengantar bahasa
yang dilakukan pada ujian tersebut. Untuk program KI ujian diadakan dengan
menggunakan bahasa Inggris sedangkan program RSBI menggunakan bahasa
Indonesia.
IV.2 Profil SMAN X Jakarta
IV.2.1 Sejarah Sekolah SMAN X Jakarta
SMAN X Jakarta telah berdiri sejak tahun 1964. Pada masa awal berdirinya,
sekolah ini sempat mendapatkan julukan “Texas” karena tempatnya yang becek serta
dinding sekolah yang masih terbuat dari papan. Saat itu juga sekolah ini merupakan
sekolah filial atau kelas jauh dari SMA Negeri 1 Budi Utomo Jakarta. Pembangunan
sekolah ini waktu dahulu juga mendapatkan perhatian dari warga sekolah. Siswa-
siswa yang bersekolah di sekolah ini dahulu wajib membawa batu bata ke sekolah
demi mewujudkan pembangunan sekolah yang lebih baik.
“Sekolah ini kan dari tahun 1964 ya dan dulu kita ini filialnya
SMA 1. Dulu juga becek gitu di sekolah ini jadi ya harus berjuang juga
sekolah di sini. Ga sebagus sekarang lah.”1
Akhirnya pada tahun 1968, sekolah ini ditetapkan menjadi SMAN X Jakarta.
Kemudian berkembang menjadi sekolah unggulan di wilayah Jakarta Utara pada
tahun 1994. Setelah mendapatkan pengakuan menjadi sekolah unggulan di wilayah
Jakarta Utara, pada tahun 2004 sekolah ini ditetapkan menjadi unggulan di Propinsi
DKI Jakarta. Pada tahun yang samapun sekolah ini mulai mengimplementasikan
KBK dalam proses belajar mengajar.
Sekolah ini kian mengalami peningkatan hingga pada tahun 2006 ditunjuk
sebagai Sekolah Rintisan Berstandard Internasional. Sejalan dengan penunjukkan ini,
sekolah X mulai melaksanakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) serta
memulai pelatihan implementasi ISO 9001-2000. Akreditasi sebagai acuan mutu dari
1 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
50
Universitas Indonesia
institusi pendidikanpun didapatkan sekolah ini dengan hasil yang baik yaitu
mendapatkan akreditasi A pada tahun 2010. Berlanjut di tahun 2011, SMAN X
Jakarta berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001-2008.
“Dulu kita sebagai piloting itu disuruh menyelenggarakan tahun
2006 ya. Iya, jadi kita itu sebagai pilot projectnya Depdiknas gitu. Terus
disuruh menyelenggarakan terus turun SKnya itu tahun 2008 ya kalau ga
salah…SK penyelenggaraan RSBI. Iya, jadi resmi sekolah RSBI bukan
kelas lagi. Jadi polanya ada KI dan ada RSBI. Reguler itu masuknya ke
RSBI.”2
Pada tahun 2007, sekolah ini melakukan renovasi dengan cara meruntuhkan
seluruh bangunan yang sudah lama berdiri. Akibat dari renovasi ini adalah
dipindahkannya seluruh kegiatan belajar mengajar ke sekolah lain. Selama renovasi
berlangsung, warga sekolah harus menumpang di SMPN 173 Jakarta. SMP tersebut
letaknya tidak terlalu jauh dari SMAN X sendiri. Siswa yang berjalan kaki dapat
mempersingkat waktu dengan menyebrang kali menggunakan sebuah rakit. Sebelum
gedung SMAN X Jakarta direnovasi, siswa-siswa melakukan kegiatan belajar
mengajar di pagi hari tetapi selama renovasi berlangsung kegiatan belajar mengajar
dilakukan pada siang hari karena harus berbagi kelas dengan siwa dari SMPN 173
Jakarta. Setelah renovasipun, pintu utama SMAN X dipindahkan. Dahulu sekolah ini
menghadap ke arah Jl. Seroja namun setelah, renovasi gerbang SMAN X pindah
menghadap ke arah Jl. Berdikari.
IV.2.2 Lokasi Penelitian
Sekolah X terletak di Jl. Seroja No.1, Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara. Luas
tanah dari sekolah X adalah sebesar 5850 m². Sekolah ini sendiri letaknya tidak
langsung berhadapan dengan jalan besar melainkan harus memasuki wilayah
pemukiman penduduk. Letak sekolah ini berdekatan dengan Polres Jakarta Utara
yang dapat diakses dengan berjalan kaki. Untuk mengakses ke sekolah ini, dapat
2 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
51
Universitas Indonesia
menggunakan angkutan umum yang melewati lingkungan sekolah. Akan tetapi tidak
sedikit siswa yang memilih berjalan kaki dari jalan besar yaitu Jl. Yos Sudarso
sampai ke sekolah X. Jalan menuju sekolah ini bisa dikatakan cukup rindang. Di
sepanjang jalan menuju sekolah ini, kita akan melewati berbagai kantor kecil.
Dikarenakan lokasinya yang berada di antara pemukiman penduduk dan tidak
langsung berhadapan dengan jalan besar, keadaan sekolah ini bisa dikatakan cukup
kondusif. Sekolah ini juga berdekatan dengan salah satu bimbingan belajar sehingga
tidak heran jika ada banyak siswa-siswa SMAN X Jakarta yang mengikuti kegiatan di
bimbingan belajar tersebut.
IV.2.3 Visi dan Misi SMAN X Jakarta
Visi dari SMAN X Jakarta adalah terwujudnya generasi berakhlak mulia,
cerdas, dan demokratis mengakar pada budaya bangsa serta mampu bersaing di era
global. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah:
• Mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk
menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya.
• Membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia.
• Menyelenggarakan proses pendidikan yang bermutu berorientasi pada
pencapaian kompetensi berstandard nasional dan internasional.
• Membentuk siswa kreatif, inovatif, dan cerdas yang mampu berkompetisi di
era global.
• Membentuk siswa agar memiliki sikap disiplin, jujur, baik, adil, demokratis,
dan bertanggung jawab.
• Mendidik dan melatih siswa agar mampu bersaing di perguruan tinggi terbaik
di dalam maupun di luar negeri dan menjadi manusia pembelajar sepanjang
hayat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi pendidikan, SMAN X Jakarta
memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah:
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
52
Universitas Indonesia
1. Terlaksananya kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk
menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya
2. Terbentuknya karakter siswa yang berbudi pekerti luhur, sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia
3. Terselenggaranya proses pendidikan yang bermutu berorientasi pada
pencapaian kompetensi berstandard nasional dan internasional
4. Terbentuknya siswa kreatif, inovatif, dan cerdas yang mampu berkompetisi di
era global
5. Terbentuknya siswa yang memiliki sikap disiplin, jujur, baik, adil,
demokratis, dan bertanggung jawab
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan sehingga mampu bersaing di dalam
negeri maupun di luar negeri dan menjadi manusia pembelajar sepanjang
hayat.
IV.2.4 Gambaran Umum Tenaga Pengajar dan Pengurus Sekolah
Saat ini SMAN X Jakarta memiliki guru sebanyak 62. Sebagian besar guru
sudah berstatus PNS dan hanya 9 di antaranya yang masih menjadi guru honorer.
Ketika sekolah ini sedang mempersiapkan diri dengan status RSBI, tidak hanya siswa
yang dipersiapkan untuk menghadapinya, gurupun ikut bersiap diri. Saat itu, guru-
guru mendapatkan les bahasa Inggris untuk menunjang keterampilan guru saat
mengajar di dalam kelas. Hal ini dikarenakan tenaga kompetensi standard guru untuk
menjadi RSBI harus ditingkatkan. Guru-guru juga sempat mengikuti tes TOEIC
untuk mengetahui level kemampuan bahasa Inggris mereka. Beberapa guru juga
ditunjuk dari pihak sekolah untuk mengikuti pelatihan selama 3 hari. Acara tersebut
bermaksud untuk mengupas secara detail kurikulum Cambridge.
Selain terdapat tenaga pengajar, di SMAN X Jakarta juga ada pegawai
administratif yaitu tenaga tata usaha. Di dalamnya terdapat 9 pegawai tata usaha yang
sudah berstatus PNS. Bagian tata usaha dikepalai oleh kepala tata usaha yang
bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah. Selain PNS, di bagian tata usaha
juga ada pegawai berstatus honorer yang berjumlah 7 orang.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Berikut adalah tabel yang memperlihatkan jumlah tenaga pengajar dan
pengelola sekolah lainnya:
Tabel 4.1
Jumlah Pegawai SMAN X Jakarta
Menurut Status Kepegawaian
Pegawai Sekolah PNS Honorer Total
Guru 53 9 62
Tenaga Tata Usaha 9 7 16
Total 62 16 78
Tabel di atas memperlihatkan komposisi jumlah guru dan jumlah pengelola
tata usaha di SMAN X Jakarta. Guru di SMAN X Jakarta sendiri berjumlah 62 orang
dimana ada 53 guru yang sudah berststus PNS dan 9 guru lainnya masih berstatus
honorer. Untuk tenaga tata usaha berjumlah 16 orang. Ada 9 tenaga tata usaha yang
sudah berstatus PNS sedangkan 7 orang lainnya masih berstatus honorer.
Keseluruhan jumlah pegawai di SMAN X Jakarta berjumlah 78 dimana 62 di
antaranya sudah termasuk PNS dan 16 pegawai masih berstatus honorer.
IV.2.5 Struktur Organisasi
Bagan di bawah akan menunjukkan struktur organisasi di SMAN X Jakarta.
Struktur organisasi inilah yang akan menggambarkan bagaimana koordinasi dan arah
tanggung jawab dari pengurus sekolah. Pada struktur organisasi SMAN X Jakarta
terlihat bahwa kepala sekolah langsung membawahi pengelola sekolah lainnya. Di
sisi lain, garis konsultasi komite sekolah berada langsung pada kepala sekolah.
Dengan kata lain komite sekolah tidak dapat melakukan koordinasi dengan staf lain
di sekolah melainkan melalui kepala sekolah terlebih dahulu untuk kemudian
disampaikan kepada pihak yang bersangkutan.
Berikut adalah bagan struktur organisasi SMAN X Jakarta:
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Bagan 4.2
Struktur Organisasi SMAN X Jakarta
Catatan:
- - - - - - - Garis Konsultasi
Garis Komando
Kepala Sekolah Komite Sekolah
Kepala Tata
Usaha M.R. ISO
Wakil
Sarprasdik
Wakil
Kurikulum Wakil Kesiswaan Wakil Humas
Pembina
OSIS&Ekskul
Bimbingan
Konseling
Wali Kelas Laboratorium Perpustakaan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Pada bagan di atas dapat dilihat bagaimana komando dan koordinasi
dijalankan di SMAN X Jakarta. Pembina ekstrakurikuler yang memang bertanggung
jawab terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan berhubungan langsung
dengan kepala sekolah. Jika ada permasalahan yang berkaitan dengan ekstrakurikuler,
maka pembina dapat langsung membicarakan hal tersebut kepada kepala sekolah.
Dari bagan di atas juga dapat dilihat bagaimana pembina ekstrakurikuler
berada pada tingkat yang sama dengan wali kelas. Secara implisit, hal ini dapat
menggambarkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dirasakan sama penting dengan
kegiatan intrakurikuler di sekolah. Terlihat juga bahwa pihak sekolah ingin ikut
menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler siswa dan tidak lepas tangan terhadap
kegiatan tersebut walaupun secara keseluruhan siswa lebih memegang kendali atas
berlangsungnya kegiatan tersebut.
IV.2.6 Gambaran Umum Siswa SMAN X Jakarta
Siswa di SMAN X Jakarta dapat memilih satu dari dua program yang ada
yaitu kelas internasional (KI) dan juga kelas RSBI. Masing-masing dari kedua
program tersebut memiliki siswa mulai dari kelas X hingga kelas XII. Untuk tahun
ajaran 2011/2012, siswa program KI hanya ada tiga kelas yang masing-masing berada
di kelas X, XI, dan XII. Jumlah seluruh siswa Sekolah X pada tahun ajaran
2011/2012 adalah 868 siswa. Jika dilihat dari jumlah siswa yang mendiami satu kelas
pada program KI memang berbeda dengan program RSBI. Pada program KI, satu
kelas hanya memuat sekitar 20 siswa sedangkan pada program RSBI satu kelas dapat
menampung sampai 40 siswa.
Ujian masuk kedua program tersebut juga memiliki perbedaan. Untuk
program RSBI disediakan 2 sistem yaitu sistem online dan offline. Untuk yang
mendaftar dari jalur online maka hanya menggunakan nilai hasil akhir Ujian
Nasional. Siswa yang termasuk ke dalam nilai tertinggi akan lolos seleksi dan
menjadi siswa di SMAN X Jakarta. Sedangkan siswa yang mendaftar secara offline
maka harus mengikuti serangkaian tes dan nilai raport minimal 75. Tes tersebut
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
56
Universitas Indonesia
diantaranya psikotes, tes komputer, tes mata pelajaran (matematika, IPA, bahasa
Indonesia, dan bahasa Inggris).
Untuk program KI, mereka juga harus mengikuti serangakaian ujian. Ujian
yang harus dilakukan adalah tes tertulis juga wawancara dengan pihak sekolah. Tes
tertulis tersebut meliputi ujian matematika, bahasa Inggris, dan IPA. Ujian tertulis
dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris begitu juga dengan wawancara yang
diikuti oleh siswa.
Berikut adalah gambaran data mengenai jumlah siswa di SMAN X Jakarta
tahun ajaran 2011/2012:
Tabel 4.2
Jumlah Siswa Kelas X Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
X-RSBI 84 143 227
X-KI 14 10 24
Jumlah 98 153 251
Tabel di atas dapat dilihat bagaimana komposisi jumlah siswa yang duduk di
kelas X. Jumlah seluruh siswa kelas X adalah 251. Diantara jumlah tersebut, mereka
terbagi lagi menjadi program RSBI dan juga program kelas internasional (KI). Siswa
yang ada di program RSBI berjumlah 227 sedangkan untuk program kelas
internasional berjumlah 24. Pada program RSBI, siswa yang ada dalam satu kelas
bisa mencapai 40 anak. Berbeda dengan program kelas internasional yang hanya
menampung sekitar 20 anak. Hal tersebut memang sudah menjadi peraturan dari
pihak sekolah untuk tidak menampung siswa program KI seperti program RSBI.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Tabel 4.3
Jumlah Siswa Kelas XI Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
XI IPA 75 105 180
XI-KI 11 10 21
XI IPS 58 72 130
Jumlah 144 187 331
Ketika duduk di kelas XI, siswa akan dihadapkan pada penjurusan untuk
meneruskan jenjang pendidikannya. Jurusan yang dapat dipilih oleh siswa adalah IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Jumlah siswa yang
berada di jurusan IPA sebesar 180 sedangkan yang berada di IPS berjumlah 130
anak. Penjurusan ini dipilih sendiri oleh siswa. Jika nilai siswa mencukupi maka ia
bisa mengambil jurusan yang diinginkan. Misalnya, jika siswa ingin mengambil
jurusan IPA, maka nilai mata pelajaran di bidang IPA haruslah memenuhi standard
yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Sedangkan siswa yang berada pada program KI
berjumlah 21 siswa. Siswa KI adalah siswa yang otomatis memasuki jurusan IPA
dalam sekolah. Ketika siswa KI duduk di kelas X pun mereka lebih banyak
mempelajari bidang eksakta dibandingkan dengan bidang sosial.
Tabel 4.4
Jumlah Siswa Kelas XII Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
XII IPA 62 95 157
XII-KI 10 13 23
XII IPS 44 62 106
Jumlah 116 170 286
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Tabel 4 di atas memperlihatkan jumlah siswa yang duduk di kelas XII. Jumlah
keseluruhan siswa di SMAN X Jakarta yang berada di kelas XII terdapat 286 siswa.
157 di antaranya adalah siswa yang berada di jurusan IPA sedangkan jurusan IPS
menampung 106 siswa. Untuk program kelas internasional memang menampung
lebih sedikit siswa di dalam kelasnya yaitu 23 anak.
IV.2.7 Gambaran Umum Fasilitas SMAN X Jakarta
Sekolah ini terdiri dari tiga lantai dimana tersebar fasilitas yang menunjang
kegiatan di sekolah ini. Ruangan belajar mengajar di SMAN X terdiri dari 27 ruangan
kelas sehingga semua siswa dapat terakomodasi dengan baik. Hal ini memungkinkan
bahwa tidak ada double shift di sekolah ini, semua siswa mendapatkan jadwal masuk
dan pulang yang sama. Sekolah ini juga memiliki perpustakaan yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa ataupun guru jika ingin membaca atau meminjam buku.
Sekolah X memiliki empat laboratorium yaitu laboratorium biologi,
laboratorium kimia yang digabung dengan laboratorium fisika, laboratorium bahasa,
dan juga laboratorium komputer. Di laboratorium IPA (fisika, kimia, dan biologi)
disediakan alat-alat yang dapat menunjang latihan praktikum siswa. Sekolah ini
memiliki CCTV yang tersedia di lantai 3 untuk mengontrol keadaan di lingkungan
sekolah X. Di setiap kelas juga disediakan LCD untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas dan dapat membantu guru untuk menjelaskan materi
pelajaran. Untuk program KI, di dalam kelas disediakan komputer dan printer. Loker
juga disediakan di seluruh kelas yang biasa digunakan siswa untuk menyimpan buku-
bukunya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Perpustakaan Sekolah
Gambar 4.2 Laboratorium Komputer
Di lantai 1 sekolah X terdapat UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Jika ada siswa
yang merasa sakit ketika jam sekolah maka dapat beristirahat sementara di ruangan
ini. Ruangan guru, ruang tata usaha, dan ruang wakil kepala sekolah juga terdapat di
lantai 1 sekolah ini. Di lantai 1 Sekolah X tersedia 5 wastafel yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa. Tangga untuk menuju lantai 2 dan lantai 3 terdapat dua
buah yang terletak di sebalah kanan dan kiri sekolah. Hal ini diharapkan dapat
mempermudah siswa untuk melakukan mobilisasi selama di sekolah. Sekolah ini juga
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
60
Universitas Indonesia
menyediakan mushala berlantai tiga untuk menunjang kegiatan keagamaan siswa di
sekolah. Arus teknologi yang semakin tinggi juga diikuti oleh Sekolah X dengan
menyediakan free wi-fi bagi warga sekolah. Di bagian belakang sekolah disediakan
kantin untuk konsumsi siswa. Hal ini dikarenakan waktu makan siang siswa
dihabiskan di lingkungan sekolah.
IV.2.8 Kurikulum SMAN X Jakarta
Ada dua program yang disediakan oleh Sekolah X, pertama adalah program
kelas internasional dan yang kedua adalah program RSBI. Program kelas
internasional sendiri mengambil kurikulum Cambridge untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas sedangkan untuk kelas RSBI menggunakan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai acuan pendidikan mereka.
Kurikulum Cambridge fokus kepada lima mata pelajaran yaitu matematika,
bahasa Inggris, fisika, kimia, dan biologi. Kurikulum Cambridge yang diambil oleh
SMAN X adalah IGCSE. Siswa yang mengikuti program KI secara otomatis akan
mengikuti ujian yang diselenggarakan dari University of Cambridge. Ketika siswa
mengikuti ujian tersebut, maka ia akan mendapatkan sertifikat dari Univerisity of
Cambridge. Jika hasil ujian yang didapatkan tidak baik maka siswa dapat mengulang
ujian tersebut. Ujian ini biasanya diadakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan
Mei-Juni atau Oktober-November. Nilai yang diberikan oleh ujian tersebut bukanlah
seperti di Indonesia yaitu berupa pernyataan lulus atau tidak lulus. Di sana diberikan
nilai dari A hingga G. Ada 2 jenis ujian yang bisa dipilih oleh siswa yaitu core atau
extended. Jika siswa memilih core maka nilai yang dihasilkan tidak sampai A hanya
sampai C. Soal yang diberikan juga lebih mudah dibandingkan dengan extended.
Extended memungkinkan siswa untuk mendapatkan nilai A.
“Di Cambridge sendiri kan ada 2 level yaitu IGCSE dan A
Level. IGCSE sendiri itu sekelas dengan kelas 10 dan 11 sedangkan A
Level itu advance sampai universitas. IGCSE itu materinya memang dari
SMP ya. Nanti akan ada ujian dan bisa dua kali dalam setahun. Mei-
Juni atau Oktober-November jadi ngikutin summer dan winter di sana.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Kalau KI kan ujian Cambridge itu ada PG, ada essay, ada lagi essay
yang bersifat ehm..apa… practical. Jadi tuh mereka kalau ujian bisa
sampai sebulan. Dan mereka boleh milih tipe ujiannya core atau
extended. Kalau core itu nilainya ga sampai A cuma sampai C nanti dia
yang ngukur kemampuannya sendiri. Kan kalau extended lebih sulit dan
bisa sampai A juga.”3
Di sisi lain, siswa program KI juga akan tetap mengikuti Ujian Nasional yang
diadakan oleh pemerintah Indonesia. Di SMAN X Jakarta sendiri kelima mata
pelajaran pokok tersebut diusahakan menggunakan bahasa Inggris selama kelas 1 dan
kelas 2. Ketika siswa duduk kelas 3, maka bahasa Indonesialah yang lebih sering
dipergunakan karena siswa-siswa sedang mempersiapkan diri untuk menempuh Ujian
Nasional.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan sebuah kurikulum
yang membebaskan sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri dengan
tetap memperhatikan standard minimum isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di
sini, pihak sekolah dapat mengeksplorasi kemampuan dari tenaga pengajar dan juga
siswanya. Mereka dapat melakukan variasi pembelajaran dan mengubah kurikulum
sekolah tetapi tetap memperhatikan pedoman yang diberikan oleh Kemdiknas.
Pedoman yang diberikan oleh pemerintah dalam KTSP antara lain adalah sekolah
harus tetap mengikuti standard isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
“Jadi substansinya itu kurikulum sekolah yang memang sudah
standardnya dari pemerintah tapi indikatornya apa saja itu guru yang
buat. Jadi guru itu punya kewenangan untuk menambah, mengurangi.
Karena standard ketuntasan segala macem itu masih umum.”4
Perbedaan program yang ada dalam satu sekolah secara tidak langsung juga
akan berpengaruh pada perbedaan fasilitas yang diterima oleh siswanya. Fasilitas
3 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012
4 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
62
Universitas Indonesia
yang diterima oleh siswa KI diantaranya adalah memiliki komputer dan juga printer
di dalam kelasnya sedangkan dua hal tersebut tidak ditemui di dalam kelas siswa
RSBI. Fasilitas lain yang bisa diperoleh siswa KI adalah adanya guru native untuk
menunjang proses belajar mengajar di dalam kelas. Pengunaan buku untuk 5 mata
pelajaran utama (matematika, biologi, kimia, fisika, dan bahasa inggris)
menggunakan bahasa inggris. Jumlah siswa pada KI juga tidak sebanyak pada
program RSBI. Setiap tahunnya program KI hanya menerima satu kelas saja dengan
rata-rata siswa berjumlah 20. Sedangkan untuk program RSBI dapat menampung
sekitar 40 siswa dalam satu kelasnya. Berikut adalah tabel mengenai perbedaan antara
program KI dengan program RSBI:
Tabel 4.5
Perbedaan antara Program KI dan Program RSBI
Perbedaaan Program KI Program RSBI
Kurikulum Kurikulum Cambridge KTSP
Mata Pelajaran Fokus padaa 5 mata pelajaran
kecuali untuk siswa kelas XII
Mengikuti mata pelajaran
yang ada di sekolah
Sertifikasi Mendapatkan sertifikat dari
University of Cambridge
Tidak mendapatkan
sertifikat Cambridge
Penjurusan Siswa sudah pasti mengikuti
mata pelajaran IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam)
Siswa bisa memilih
untuk jurusan IPA atau
IPS (Ilmu Pengetahuan
Sosial)
Jumlah siswa ± 20 siswa ± 40 siswa
Fasilitas Tersedia komputer dan printer
di dalam kelas
Tidak tersedia komputer
dan printer di dalam
kelas
Tenaga
Pengajar
Adanya guru native untuk
menunjang proses belajar
Guru dari sekolah untuk
menunjang proses belajar
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
63
Universitas Indonesia
namun tidak tersedia
guru native
IV.2.9 Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dirasakan penting untuk menunjang minat dan
keterampilan siswa selain di dalam kelas. Untuk itu, SMAN X Jakarta juga
menampilkan berbagai ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh siswa selama masa
studinya di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah X biasa dilakukan setelah
siswa pulang sekolah sehingga tidak mengganggu jalannya belajar mengajar di dalam
kelas yaitu pukul 15.00-17.00 WIB. Akan tetapi, jika siswa ingin berkegiatan lebih
lama karena sedang mempersiapkan kejuaraan maka diperbolehkan dengan syarat
meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Pihak guru juga ikut menjadi
pembina dari kegiatan ekstrakurikuler ini. Sehingga guru juga ikut bertanggung jawab
terhadap kegiatan ini dan tidak sepenuhnya lepas dari kegiatan ekstrakurikuler yang
berlangsung di sekolah. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi siswa
untuk mengaktualisasikan diri mereka di luar kegiatan belajar mengajar. Berikut
adalah ekstrakurikuler yang ada di SMAN X Jakarta:
1. Paskibra
2. Basket
3. Futsal
4. Galaspala (Tiga Belas Pecinta
Alam)
5. Triton (Thirteen Badminton)
6. Voli
7. Pragalas (Pramuka Tiga Belas)
8. Bridge
9. Kempo
10. Taekwondo
11. KIR
12. Green School
13. PMR
14. Band
15. PSVG (Paduan Suara Vocal
Group)
16. Seni Tari (Dance)
17. Pusdokinfo
18. ETS (English Thirteen Society)
19. Japan Club
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Siswa yang menyukai bidang olahraga dapat mengambil ekstrakurikuler
basket, futsal, bridge, voli, kempo, triton, atau taekwondo. Ada beberapa siswa
juga mengambil lebih dari satu ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler olahraga itu dapat
menjadi pilihan bagi siswa untuk memperdalam skill ataupun mulai belajar dari
bidang olahraga tertentu. Bagi siswa yang menyukai seni maka dapat bergabung
di dalam ekstrakurikuler band, seni tari ataupun PSVG.
Adanya koperasi siswa di sekolah yang kini bernama kewirausahaan juga
dapat menjadi pilihan bagi siswa untuk melatih kemampuan manajemen mereka
karena merekalah yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan koperasi
tersebut. Hadirnya PSVG juga dapat memberikan manfaat bagi siswa karena
mereka dapat melatih kemampuan seni suaranya. PSVG adalah salah satu
ekstrakurikuler yang sering mengikuti lomba. Dari ekstrakurikuler ini juga sudah
banyak piala yang diraih. Dengan mengikuti lomba di berbagai wilayah, siswa
dapat melatih kepercayaan diri mereka karena harus berani menunjukkan
bakatnya di depan umum. Ekstrakurikuler yang hadir di Sekolah X diharapkan
dapat membantu siswa untuk melatih keterampilan mereka sehingga siswa tidak
hanya pandai dalam bidang akademis semata.
Tabel 4.6
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Jumlah Siswa yang Mengikuti
Kegiatan Ekstrakurikuler SMAN X Jakarta
Jenis Ekstrakurikuler
Jumlah Siswa
Kelas X Kelas XI
Olahraga 108 109
Seni 56 52
Paskibra 20 14
Pragalas 7 19
KIR 38 32
Green School 5 11
PMR 7 8
Pusdokinfo 11 14
ETS 9 21
Japan Club 9 10
Galaspala 9 9
Kewirausahaan 0 6
Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni dan olahraga
memang lebih mendominasi dibandingkan ekstrakurikuler lainnya. Dari hal
tersebut bisa dikatakan bahwa siswa-siswa juga ternyata merasa membutuhkan
kegiatan selain akademis. Adanya kegiatan yang berhubungan dengan seni dan
olahraga akan membuat siswa mengembangkan keterampilannya di bidang lain.
Kegiatan lain sebagai penyeimbang bidang akademis siswa terbukti diminati oleh
siswa di sekolah. Bidang akademis yang wajib diikuti oleh siswa terkadang tidak
bisa memenuhi keterampilan lain dari siswa. Di sinilah peran ekstrakurikuler
muncul.
Hadirnya ekstrakurikuler dapat memberikan pilihan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuannya. Ekstrakurikuler tersebut dapat dipilih oleh
siswa berdasarkan minat ataupun bakatnya. Siswa yang masih aktif dalam
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
66
Universitas Indonesia
kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa yang masih duduk di kelas X dan XI. Di sisi
lain, siswa kelas XII memang sudah tidak aktif lagi dalam ekstrakurikuler karena
harus fokus dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dilakukan karena
mereka akan mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional yang diselenggarakan
oleh pemerintah. Akan tetapi, mereka masih bisa berpartisipasi dalam kegiatan
esktrakurikulernya dengan memberikan saran kepada juniornya ataupun memberi
dukungan kepada mereka.
Beragamnya kegiatan esktrakurikuler yang ada di sekolah tidak terlepas
dari peran guru yang melihat kemampuan umum yang dimiliki siswa. Seperti
yang diungkapkan oleh informan AD, beliau mengatakan bahwa pada awalnya
hanya beberapa kegiatan saja yang dimiliki oleh pihak sekolah dalam menunjang
keterampilan siswa di luar akademis. Kemudian, ada beberapa guru yang
menyampaikan saran kepada pihak sekolah untuk menambah kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.
“Ya..jadi pada awalnya kegiatan ekskul di sekolah ini ga
sebanyak sekarang ya… dahulu itu ga ada yang namanya kopsis
atau kewirausahaan, band juga ga ada. Ekskul olahraga juga ga
sebanyak sekarang. Ada beberapa penambahan. Kemudian, ada
beberapa guru yang menyarankan kepada pihak sekolah untuk
menambah beberapa kegiatan ekskul. Mereka itu pembina-pembina
ekskul yang memang banyak interaksi dengan anak binaannya.
Tapi..saya lupa itu ekskul pertama yang ditambah apa aja. Dari
olahraga kalo ga salah ya… Dan ternyata selama proses kegiatan
berlangsung, siswalah yang kemudian membentuk ekskul sendiri.
Jadi anak itu mengumpulkan teman-temannya yang mempunyai
minat yang sama dan akhirnya terbentuklah ekskul. Ya…jadi ga
selalu pihak guru yang ikut terlibat dalam pembentukan ekskul tetapi
dari murid juga.”5
Dari pernyataan informan di atas kita dapat melihat bahwa memang pada
awalnya kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan sekarang ini atas dari saran guru
5 Hasil wawancara dengan informan VIII, AD, pada tanggal 2 April 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
67
Universitas Indonesia
lalu seiring dengan kegiatan yang dilakukan siswa, merekalah yang kemudian
memiliki ide untuk membentuk ekstrakurikuler lain sesuai dengan minat yang
mereka miliki.
“Sebenernya tuh dulu PSVG sama band tuh nyatu. Pokoknya
2 tahun di atas saya lah, dia mecah. Bikin ekskul band sendiri. Kita
kan ngumpulin anak-anak dulu kan yang..itu lah..kira-kira punya
minat yang sama yaudah deh bentuk aja ekskul sendiri.”6
Jika siswa ingin membuat ekstrakurikuler baru, hal ini dimungkinkan oleh
pihak sekolah. Selama kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan adalah hal yang
positif maka pihak sekolah akan mendukung. Salah satunya terjadi pada
ekstrakurikuler band dimana dahulu ekstrakurikuler ini bergabung dengan PSVG
(Paduan Suara Vocal Group). Kemudian, ada salah satu pihak yang ingin
memisahkan antara PSVG dan juga band akhirnya terbantuklah ekstrakurikuler
band seperti sekarang ini.
IV.3. Deskripsi Informan
Pada sub-bab ini akan diberikan penjelasan mengenai informan yang ada
dalam penelitian kali ini. Tabel di bawah adalah karakteristik informan yang
digunakan dalam penelitian. Berikut adalah tabel mengenai karakteristik
informan:
6 Hasil wawancara dengan informan 5, OF, pada tanggal 29 Maret 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Tabel 4.7
Karakteristik Informan
Karakteristik Informan Nama Informan
- Siswa program RSBI yang berpartisipasi dalam
ekstrakurikuler
- Siwa program RSBI yang berpartisipasi
ekstrakurikuler dan menjadi ketua
ekstrakurikuler
1. AM
2. LI
1. RN
- Siswa KI yang berpartisipasi dalam
ekstrakurikuler
- Siswa KI yang berpartisipasi dalam
ekstrakurikuler dan menjadi ketua
ekstrakurikuler
1. AL
2. AR
1. OF
- Guru yang memiliki pengalaman menjadi
pembina ekstrakruikuler dan mengajar di
program KI dan RSBI
1. LN
2. AD
IV.3.1 Informan AM
AM adalah peserta didik Sekolah X yang kini duduk di kelas XII IPA 1.
Sewaktu SMP, ia bersekolah di pesantren yang terletak di Kuningan, Jawa Barat.
Ketika ia memutuskan untuk melanjutkan ke sekolah umum saat SMA nanti,
orang tuanya mewajibkan AM untuk masuk ke Sekolah X. Hal tersebut dilakukan
karena Sekolah X sudah terkenal dengan kualitasnya yang baik di wilayah Jakarta
Utara. AM sendiri lebih memilih untuk masuk program RSBI karena menurutnya
pada dasarnya sama saja dengan program KI yang menjadi perbedaan adalah
biaya sekolah dan buku yang digunakan. Iapun merasa masuk di program RSBI
lebih memperluas pergaulannya di sekolah.
AM mengambil ekstrakurikuler futsal karena ia mengaku suka dengan
olahraga. Sewaktu SMPpun ia mengambil ekstrakurikuler sepak bola dan bola
basket. Ia berharap dengan mengambil ekstrakurikuler futsal dapat menambah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
69
Universitas Indonesia
skillnya. Selama mengikuti kegiatan ini di Sekolah X, ia sudah beberapa kali
mengikuti perlombaan dan berhasil mendapatkan juara. Iapun merasa sangat dekat
dengan teman-temannya di ekstrakurikuler futsal. Jika ada masalah baik internal
maupun eksternal, mereka akan membicarakannya secara kekeluargaan. Antara
anggota memiliki hubungan yang baik dan sering berinteraksi di luar kegiatan
ekstrakurikuler tersebut.
IV.3.2 Informan LI
Informan kedua adalah siswi SMAN X yang kini duduk di kelas XI IPA.
LI sengaja lebih memilih program RSBI daripada KI karena dengan masuk
program tersebut ia akan lebih banyak memiliki teman. Menurutnya, program KI
akan membatasi pergaulannya di sekolah. Di program RSBIpun, ia merasa
nyaman terutama dengan guru yang menyelingi kegiatan belajar dengan candaan.
Hal tersebut akan membuat siswa lebih santai dalam belajar dan tidak tegang.
Sudah dua tahun belakangan ini LI tergabung dalam paskibra sebagai
ekstrakurikulernya. Dalam struktur organisasi paskibra, LI menjadi bendahara.
Tugasnya antara lain adalah mengkoordinir dan menyimpan uang kas, mencatat
pengeluaran, dan menyusun anggaran dari uang masuk. Uang kas akan dibayar
setiap satu minggu sekali dengan besaran Rp. 7.000 untuk senior dan Rp. 5.000
bagi junior. Setiap tahun paskibra SMAN X mengadakan acara yang dikhususkan
untuk paskibra dari sekolah yang berada di Jabodetabek. Untuk tahun ini, acara
tersebut akan diselenggarakan pada bulan Oktober. Di acara tersebut, LI
tergabung dalam divisi acara. Walaupun banyak pihak yang menilai paskibra
adalah ekstrakurikuler yang kaku, LI tetap nyaman berada di dalamnya.
IV.3.3 Informan RN
RN saat ini duduk di kelas XI IPA. Walaupun ia tahu informasi mengenai
program KI yang dibuka oleh SMAN X, ia tetap memutuskan untuk mengambil
program RSBI. Dirinya merasa bahwa jika mengambil program KI itu sama saja
seperti bersekolah di swasta. Ia ingin merasakan hal baru karena ketika SMP ia
bersekolah di sekolah swasta. Sebenarnya masuk ke SMAN X adalah keinginan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
70
Universitas Indonesia
dari ibunya yang juga salah satu alumni dari sekolah tersebut. Ia hanya
menjalankan apa yang dikatakan oleh sang ibu.
Selain sebagai siswa dalam kegiatan belajar mengajar, pada kegiatan
ekstrakurikuler ia memegang peranan penting yaitu sebagai ketua ekstrakurikuler
seni tari. Ia memang menyukai seni tari dan merasa bahwa seni tari itu
menyenangkan. Sudah empat tahun RN bergabung di Artina Production untuk
menambah keterampilannya dalam menari. Dari bergabung pada sanggar ia
memiliki pengalaman untuk mewakili Indonesia dalam misi kebudayaan di
Australia. Pada bulan Juni tahun ini, ia juga akan menari pada festival kebudayaan
di Malaysia. Salah satu hal yang ia sukai adalah ketika harus ke luar negeri dan
memperkenalkan budaya tari Indonesia. Dari hal tersebut, ia mendapatkan
pengalaman berarti yang belum tentu semua siswa dapat mengalaminya.
IV.3.4 Informan AR
AR adalah seorang siswa yang kini duduk di kelas XII dan mengambil
program KI (kelas internasional). Pada awalnya, AR mendaftar untuk program
RSBI namun karena NEM yang ia miliki tidak terlalu baik ia tidak dapat diterima
di Sekolah X. Orangtuanya tidak menyetujui jika ia harus bersekolah di tempat
lain. Akhirnya iapun mendaftar untuk program KI. Setelah melalui beberapa tes,
iapun berhasil menjadi siswa SMAN X Jakarta dengan mengambil program KI.
AR sendiri memiliki kesimpulan bahwa untuk masuk KI serangkaian ujian yang
diberikan hanyalah sebuat formalitas.
AR sendiri mengikuti dua ekstrakurikuler yaitu bridge dan PSVG (Paduan
Suara Vocal Group) tetapi ia lebih fokus kepada bridge. Pada saat awal pemilihan
ekstrakurikuler, bridge sangat kurang peminat sehingga ia dan anggota lain
melakukan promosi kepada mahasiswa baru. Sekarang bridge sudah lebih
berkembang serta ikut berpartisipasi dalam beberapa perlombaan. Jika kita sudah
fasih bermain bridge, AR mengatakan bahwa kita akan mendapatkan beberapa
keuntungan. Diantaranya adalah pemikiran kita akan lebih terasah dan lebih
pandai berhitung. Walau aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, AR tetap
berprestasi secara akademis. Terbukti bahwa ia menjadi salah satu siswa di
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
71
Universitas Indonesia
SMAN X yang mendapatkan PMDK. Iapun berharap dapat lolos seleksi dari
PMDK tersebut.
IV.3.5 Informan OF
Sama dengan AR, OF adalah siswa dengan program KI. Walaupun
sebenarnya dahulu ia telah diterima SMAN X dengan program RSBI. Namun,
ketika Masa Orientasi Siswa (MOS) selesai, keluarga memutuskan agar OF
mengikuti porgram KI. Untuk masuk program KI, OF hanya mengikuti
wawancara dengan pihak sekolah tanpa harus mengikuti tes tertulis.
OF yang gemar bermain musikpun akhirnya memilih ekstrakurikuler band
untuk memperdalam skillnya dan dapat sharing dengan siswa lain yang memiliki
ketertarikan sama. Di dalam ekstrakurikuler ini, ia berkesempatan untuk menjadi
ketua. Ia sempat les organ untuk memperkaya ilmunya dalam bidang musik.
Dahulu, ekstrakurikuler ini sebenarnya bergabung dengan PSVG. Namun sekitar 2
tahun lalu ada siswa yang mendirikan ekstrakurikuler ini dan mulai saat itu antara
band dan PSVG adalah dua ekstrakurikuler yang terpisah.
IV.3.6 Informan AL
AL adalah siswa kelas X yang memilih program KI. Ia memilih program
ini karena memang ingin melanjutkan kuliah ke Jerman. Selain itu, informasi dari
kakak informan yang dahulu mengambil program KI juga menguatkan tekad AL
untuk mengambil program ini. Selama hampir satu tahun belajar di KI, ia merasa
materi yang diberikan memang berbeda dengan RSBI. Akan tetapi, hal tersebut
justru ditanggapi positif oleh AL. Ia mengatakan bahwa belajar di KI tidak
serumit belajar di RSBI. Materi yang dipelajari adalah inti dari materi mata
pelajaran dan tidak berbelit-belit. Walaupun berasal dari program KI, ia tidak
menutup pergaulannya hanya dengan teman sesama program saja. Iapun lebih
memilih untuk mengacuhkan perkataan orang-orang yang memandang sebelah
mata kepada program KI.
Saat ini, AL mengikuti kegiatan 2 ekstrakurikuler yaitu bola basket dan
PSVG. Pada awalnya ia lebih fokus kepada PSVG dan jarang mengikuti latihan
basket tetapi kini ia justru lebih rajin untuk datang latihan basket sedangkan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
72
Universitas Indonesia
PSVG ia mengaku tidak serajin dahulu. Selama bergabung dengan PSVG ia sudah
7 kali memenangkan kejuaraan. Sementara itu dari ekstrakurikuler bola basket,
dari 2 perlombaan yang diikuti ia berhasil membawa 1 piala untuk sekolahnya.
AL mengaku bahwa ia lebih dekat dengan sesama teman di ekstrakurikuler bola
basket. Dahulu, ia bergabung dengan PSVG karena mengikuti satu temannya.
Adanya ekstrakurikuler di sekolah, dapat membantu ia untuk lebih mengenal
teman dari RSBI.
IV.3.7 Informan LN
LN adalah seorang guru matematika yang sudah mulai mengajar di
Sekolah X sejak tahun 2002. Saat ini LN mengajar matematika untuk IPS namun
pada tahun 2006 beliau sempat mengajar matematika IPA. Dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, LN ingin siswanya mengerti dengan materi yang
diajarkan namun dengan cara yang disuka oleh siswa. Tidak jarang dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, LN menggunakan permainan untuk
menjelaskan materi. LN merasa dengan metode seperti itu, siswa akan lebih cepat
mengerti.
Saat ini, LN juga menjabat sebagai pembina ekstrakurikuler
Kewirausahaan. Dahulu, ekstrakurikuler ini bernama Kopsis (Koperasi Siswa).
LN merasa ada tantangan tersendiri untuk menjadi pembina di ekstrakurikuler ini
karena jumlah siswa yang benar-benar aktif tidaklah banyak. LN harus mencari
cara dengan siswa binaannya untuk menarik siswa yang lebih banyak. Di dalam
ekstrakurikuler ini, diperlukan adanya manajemen yang baik dari pada siswa. Di
sekolah X sendiri, untuk sementara waktu ekstrakurikuler ini hanya menjual
kebutuhan alat tulis sekolah, suvenir dari Sekolah X, dan diperbolehkan jika ada
yang ingin menitip barang untuk dijual di ekstrakurikuler ini.
IV.3.8 Informan AD
AD adalah seorang guru fisika yang kini sudah mengajar selama 14 tahun
di SMAN X Jakarta. Sebelum mengajar di sekolah ini, AD sempat mengajar di
Marsudirini dari tahun 1994-1999. Guru yang mengambil gelar sarjananya di UNJ
ini mengatakan bahwa mengajar di sekolah ini selama 14 tahun adalah sebuah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
73
Universitas Indonesia
tantangan. Adanya hambatan pasti ia temukan namun itu semua dijadikannya
pemicu untuk tetap bertahan. Hadirnya sekolah dengan status RSBI dianggapnya
sebagai sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Sekolah haruslah berkutat dengan
kualitas pendidikannya bukan hanya pada label semata. Dalam mengajar di kelas,
beliau mengaku tidak membedakan antara kelas internasional dengan kelas RSBI.
Beliau hanya mencocokkan waktu yang tersedia di kedua kelas tersebut karena
pada kelas internasional, jam pelajaran untuk fisika lebih lama dibandingakan
dengan program RSBI.
Selain menjabat sebagai guru fisika, beliau juga sempat menjadi pembina
ekstrakurikuler KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) sekitar tahun 2001 atau 2003.
Beliau menganggap bahwa dengan adanya ekstrakurikuler di sekolah dapat
membantu siswa untuk mengaktualisasikan dirinya ke dalam masyarakat.
Ekstrakurikuler juga dianggap sebagai pelengkap dari intrakurikulum karena tidak
semua nilai dan norma dapat diajarkan di dalam kelas. Hadirnya
ekstrakurikulerpun dikatakan dapat mengajarkan siswa untuk lebih mandiri,
mengajarkan leadership, dan dapat melatih siswa untuk menjalankan tantangan
dalam proses yang dilakukan. Seharusnyapun di dalam kegiatan ekstrakurikuler,
seluruh siswa baik itu dari kelas internasional maupun kelas RSBI haru saling
berinteraksi dan tidak ada pemisahan di antaranya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
74 Universitas Indonesia
BAB V
PARTISIPASI SISWA
DALAM EKSTRAKURIKULER
V.1 Ekstrakurikuler sebagai Kelompok Sosial di Lingkungan Sekolah
Ekstrakurikuler mendapatkan tempat tersendiri di sekolah-sekolah. Dari
mulai siswa duduk di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, siswa
diperkenalkan dengan kegiatan di luar aktivitas belajar mengajar. Ekstrakurikuler
dikenal sebagai kegiatan yang dapat memperkenalkan siswa kepada aktivitas yang
lebih bermanfaat. Siswa juga mendapatkan keterampilan tambahan dari
keikutsertaannya dalam ekstrakurikuler. Selain menambah keterampilan, siswa
juga dapat berinteraksi dengan siswa lain yang mengikuti satu ekstrakurikuler
dengannya. Sehingga siswa tidak hanya berinteraksi dengan teman sekelasnya
saja.
Kegiatan ekstrakurikuler sendiri sebenarnya merupakan sebuah bentuk
wadah bagi siswa untuk bertemu dengan siswa lain dengan latar belakang yang
berbeda. Tidak adanya pembatasan jumlah anggota di dalam ekstrakurikuler
membuat siswa dalam kelompok manapun dapat mengikuti kegiatan ini.
Implikasinya adalah siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan
dapat melakukan interaksi dengan siswa yang berasal dari kelompok berbeda.
Terlebih bagi Sekolah X yang memiliki dua program berbeda dalam proses belajar
mengajar. Siswa dari dua program tersebut dapat berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler dan dimungkinkan dapat mengambil ekstrakurikuler yang sama.
Kegiatan ekstrakurikuler normatifnya dapat meminimalisir perbedaan yang ada di
antara kedua program tersebut karena mereka berada di dalam satu kelompok
yang memiliki tujuan sama.
Pada dasarnya siswa-siswa memiliki kesempatan yang sama untuk turut
berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Untuk menjadi
anggota dalam kegiatan ekstrakurikuler juga tidak dibutuhkan syarat tertentu.
Semua siswa yang terdaftar dalam Sekolah X dapat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang sesuai dengan minatnya. Beragamnya kegiatan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
75
Universitas Indonesia
ekstrakurikuler di sekolah dapat menjadikan indikasi bahwa pihak sekolah
mendorong siswa untuk memiliki kegiatan di luar akademis. Siswapun sebenarnya
dapat menjadi perintis untuk membuat ekstrakurikuler baru yang sebelumnya
tidak ada di sekolah.
Salah satu motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan ini adalah untuk
menambah keterampilan mereka di bidang ekstrakurikuler tertentu dan memang
menyukai jenis kegiatan yang mereka ikuti.
“Aku emang nari. Jadi dulu tuh pas promo ekskul, ada
beberapa ekskul tapi kok kayanya…ehm… boring gitu kan. Terus
akhirnya ada seni tari nih yaudah deh ikut aja kayanya seru.
Kayanya kakak kelasnya tuh heboh gitu jadi ya enak aja”.1
“Saya emang tertarik sama musik sih kak. Keluarga saya
emang suka musik semua. Kebetulan saya juga megang gitar. Jadi
tuh pertama-tama waktu kecil pernah les organ. Gitu-gitu lah pernah
tampil juga. Jadi pas tahu ada ekskul band jadi pengen langsung
masuk aja. Niatnya sih pengen mempertajam skill main gitar”.2
Dari pernyataan informan di atas terlihat bagaimana siswa memiliki
motivasi tersendiri untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dimulai dari
menyukai suatu hal tertentu lalu mereka mulai mendalami kegiatan tersebut dan
akhirnya mendapatkan keterampilan yang memadai terhadap kegiatan yang
diikuti. Sekolahpun pada akhirnya mendapatkan manfaat dari hadirnya kegiatan
ekstrakurikuler. Salah satunya disebabkan dari keikutsertaan siswa pada kejuaraan
di luar lingkungan sekolah. Jika siswa mendapatkan prestasi dari kegiatan
tersebut, nama sekolah juga akan dikenal pada masyarakat luas. Siswa-siswa di
sekolah perlu kegiatan ekstrakurikuler untuk menyeimbangkan prestasi akademis
dan non-akademis siswa.
Dari konsep yang dikemukakan Tonnies dalam Seto (2004) partisipasi
adalah sebuah aksi individu atau grup yang berorientasi pada kekerabatan dan
1 Hasil wawancara dengan Informan RN pada tanggal 30 Maret 2012 2 Hasil wawancara dengan Informan OF pada tanggal 29 Maret 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
76
Universitas Indonesia
kerja sama hubungan personal dalam masyarakat tersebut…dimana individu
terikat satu sama lain dalam sebuah jaringan ketergantungan. Dalam kegiatan
ekstrakurikuler sendiri, siswa mendapatkan tanggung jawab dimana di dalamnya
perlu kerja sama antar anggota. Mereka menjalin sebuah relasi yang dapat
menciptakan sinergitas dalam kelompok. Tanggung jawab yang ada pada masing-
masing individu saling berhubungan satu sama lain. Di sini, antar siswa dalam
ekstrakurikuler juga saling bekerja sama demi mencapai tujuan dari kelompoknya.
Di dalamnya pun, mereka memiliki hubungan fungsional dimana setiap individu
memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Ketika ada peran ataupun
fungsinya yang tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi jalannya
kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
Salah satu tujuan dari SMAN X Jakarta yaitu “Terbentuknya siswa yang
memiliki sikap disiplin, jujur, baik, adil, demokratis, dan bertanggung jawab”
dapat tercapai dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Proses
kegiatan yang ada di dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk siswa
untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut. Misalnya, dalam mekanisme
pengambilan keputusan saat rapat. Dalam proses tersebut, siswa dianjurkan untuk
saling mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat yang diberikan oleh
siswa lain. Hal tersebut ditunjang karena siswa memiliki peran dominan untuk
menjalankan roda kegiatan dalam ekstrakurikuler. Tanggung jawab siswa akan
mempengaruhi bagaimana kinerja dan eksistensi dari ekstrakurikulernya.
Fungsi dan peran siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat dilihat dari
struktur organisasi yang ada di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh Parsons
bahwa anak-anak perlu untuk belajar memainkan peran dalam masyarakat, suatu
gagasan yang mengandaikan bahwa tiap individu mempunyai suatu peran yang
sudah ditetapkan (Robinson, 1986: 127). Anggota ekstrakurikuler baik dari
program KI maupun RSBI memiliki fungsi dan peran yang sama, kecuali jika
mereka memegang status khusus dalam ekstrakurikuler. Dari struktur organisasi
kita dapat melihat bagaimana status yang dimiliki oleh aktor tertentu. Peran yang
akan dijalankan oleh aktor adalah sesuatu yang diharapkan dari masyarakat untuk
dilakukan dari seseorang. Peran tersebut akan menunjukkan status yang melekat
pada aktor pada konteks masyarakat. Aktor akan lebih cenderung melakukan apa
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
77
Universitas Indonesia
yang diharapkan pada situasi tertentu (Ritzer, 2009: 389). Karena aktor akan
mencoba menyelaraskan diri dengan harapan kelompok, mereka lebih cenderung
menghindari inefisiensi yang muncul dari kegagalan memenuhi harapan
kelompok (Ritzer, 2009: 389). Aktor akan melakukan perannya sesuai dengan
tuntutan yang ada pada kelompoknya. Peran tersebut diciptakan agar dalam
kelompok terbangun sebuah sistem yang berjalan dengan baik. Untuk melakukan
hal tersebut, aktor juga akan melakukan koordinasi dengan aktor lain. Selama
peran tersebut berjalan sesuai dengan yang ditetapkan maka sistem dalam
kelompok akan berjalan dengan baik pula.
Peran yang dilakukan oleh siswa adalah berdasarkan status yang dia miliki
dalam ekstrakurikuler. Setiap perbedaan status yang melekat pada siswa
memungkinkan bahwa siswa juga memiliki peran yang berbeda. Perbedaan status
dan peran yang ada dalam suatu kelompok akan membangun pola spesialisasi
kerja di dalamnya. Perbedaan tersebut akan menciptakan relasi fungsional di
dalamnya. Dalam artian antara peran satu dengan peran lainnya terkait satu sama
lain dan saling menunjang.
Siswa pada kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran tertentu yang
menunjukkan tanggung jawab yang mereka miliki. Peran ini dapat
mempersiapkan siswa dalam menghadapi lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Adanya ekstrakurikuler juga menjadikan siswa lebih siap dengan tanggung jawab
yang akan diterimanya kelak dalam masyarakat karena dalam ranah
masyarakatpun siswa harus menjalankan perannya sebagai anggota. Setiap bagian
dalam struktur bertanggung jawab terhadap sistem yang berjalan dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Jika ada fungsi dan peran yang tidak berjalan sesuai dengan
kesepakatan maka keberlangsungan sistem juga akan terganggu. Lebih lanjutnya
lagi, disfungsi sistem tersebut akan berpengaruh terhadap tujuan yang sebelumnya
sudah terbentuk oleh kelompok ekstrakurikuler. Di sini, dibutuhkan partisipasi
dari setiap anggota untuk menjalankan tanggung jawabnya secara baik.
Sebagai ketua dari ekstrakurikuler misalnya, siswa lebih memainkan
peranan dalam kegiatan tersebut. Dalam artian mereka juga harus memimpin
anggota lain untuk terus berada pada sistem yang sudah disepakati sebelumnya.
Di dalam struktur ekstrakurikuler tersebut, selain ketua juga ada wakil ketua,
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
78
Universitas Indonesia
sekretaris ataupun bendahara yang memiliki peran berbeda di dalamnya. Di
SMAN X Jakarta sendiri, setiap ekstrakurikuler memiliki struktur untuk
menunjang kegiatan di dalamnya. Setiap bagian memang memiliki fungsi dan
perannya sendiri. Akan tetapi, tidak dipungkiri juga jika ada pengurus
ekstrakurikuler yang tidak menjalankan perannya dengan baik sehingga untuk
sementara perannya akan diambil alih oleh pengurus lain yang sebenarnya sudah
memiliki peran dan tanggung jawab berdasarkan status yang dimilikinya itu. Pada
akhirnya fungsi dan peran yang dijalankan masing-masing anggota dapat tumpang
tindih dan sistem di dalam ekstrakurikuler tidak bisa berjalan dengan baik.
Hadirnya ekstrakurikuler di lingkungan sekolah diharapkan bahwa kedua
program tersebut (KI dan RSBI) memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Walaupun dari segi kurikulum dan juga fasilitas yang dirasakan keduanya selama
proses belajar mengajar terdapat perbedaan. Ekstrakurikulerlah yang dirasakan
dapat membantu siswa untuk lebih banyak mengenal satu sama lain karena siswa
bertanggung jawab terhadap keberlangsungan ekstrakurikuler tersebut. Dalam
SMAN X Jakarta terlihat bahwa dari kedua program tersebut tetap melakukan
fungsi dan perannya masing-masing karena mereka telah berkomitmen terhadap
ekstrakurikuler tersebut.
Dalam berorganisasi dalam kegiatan ekstrakurikuler terdapat kegiatan
yang dilakukan. Ketika jadwal ekstrakurikuler tiba, mereka akan melakukan
latihan atau mengadakan rapat. Dalam melakukan rapat, setiap anggota dalam
ekstrakurikuler memiliki hak yang sama untuk berpendapat. Dalam partisipasi,
tidak hanya kehadiran siswa saja yang menjadi pokok utama tetapi juga saran dan
ide-ide yang diberikan siswa kepada ekstrakurikuler. Saran dan ide yang diberikan
tersebut menjadi sebuah bentuk lain dari partisipasi yang dilakukan oleh siswa
SMAN X Jakarta. Baik dari program RSBI ataupun KI ketika ada rapat dalam
lingkungan ekstrakurikuler, mereka akan ikut aktif jika memiliki saran ataupun
ide yang ingin mereka bagi dengan sesama anggota. Mekanisme rapat yang
dilakukan oleh anggota ekstrakurikuler dapat dikatakan lebih mengikuti alur dari
sistem yang berjalan selama ini. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki jadwal
pasti dalam melakukan rapat. Rapat hanya dilakukan ketika dirasakan ada masalah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
79
Universitas Indonesia
atau ketika siswa merasa perlu untuk mengevaluasi perihal tertentu terkait
ekstrakurikulernya.
Di dalam partisipasi, ada beberapa aspek penting yang terlibat yaitu:
keterlibatan mental dan emosi, kesediaan berkontribusi dalam rangka pencapaian
tujuan, dan mempunyai perasaan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan.
Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan ini memang terlibat langsung dalam
pelaksanaannya walaupun tidak jarang di antara mereka lebih memilih kegiatan
ekstrakurikuler hanya sampai masa ordik3 tiba. Mereka yang aktif dalam
ekstrakurikuler berusaha untuk sering terlibat dalam kegiatan tersebut. Mereka
akan lebih sering datang pada jadwal kegiatan ekstrakurikuler dan berusaha untuk
memberikan saran atau ide untuk memajukan ekstrakurikulernya. Rasa tanggung
jawab ini diperlukan untuk menjaga eksistensi dari ekstrakurikuler tersebut. Maka
setiap anggota perlu menjalankan peran yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Rasa tanggung jawab anggota bukan lagi hanya milik siswa dari program KI
ataupun RSBI melainkan bagi semua anggota yang tergabung dalam satu
ekstrakurikuler.
Breer dan Locke dalam Dreeben (1986: 50) mengatakan bahwa individu
yang tergabung dalam satu kelompok dan akan melakukan suatu tugas tertentu
maka mereka mengadopsi beberapa pola perilaku berdasarkan apa yang ia
temukan dari elemen pekerjaan tersebut dan mereka akan memformulasikanya
untuk melakukan tugas tersebut dan perilaku tersebut jugalah yang akan mereka
gunakan untuk berkontribusi dalam tugas yang diberikan selanjutnya. Tugas yang
diberikan kepada individu akan membentuk pola perilaku siswa. Siswa akan
melihat pola dari jenis tugas yang diberikan kepadanya. Ketika mereka dapat
memformulasikan hal tersebut maka terbentuklah perilaku siswa untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan. Pola tersebut akan direproduksi ketika
mereka mendapatkan tugas lain. Misalnya ketika siswa mengetahui bahwa untuk
3 Ordik adalah sebuah istilah yang digunakan siswa SMAN X Jakarta untuk menyebut pelantikan
dari kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri diwajibkan dari pihak sekolah untuk
diikuti oleh siswa-siswanya. Jika siswa mengikuti ordik dari satu ekstrakurikuler tertentu maka ia
telah resmi menjadi anggota dalam ekstrakurikuler tersebut. Ada beberapa siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler hanya sampai waktu ordik tiba dan ketika setelah ordik, siswa tersebut jarang hadir
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Maka timbul istilah dari siswa-siswa yaitu “numpang ordik”.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
80
Universitas Indonesia
mengerjakan tugas tertentu lebih efektif jika dikerjakan bersama anggota lainnya.
Dari hal tersebut maka dalam melakukan tugas selanjutnya, siswa akan menjadi
lebih mengerti bahwa (1) kerja sama yang dilakukan dengan anggota lain akan
lebih berhasil, (2) kooperatif dengan anggota lain perlu dilakukan, (3) perlu
mengembangkan perhatian dalam membangun kerja sama dengan anggota lain,
dan (4) membangun norma yang dapat mendefinisikan kerja sama sebagai suatu
perilaku yang diharapkan antar anggota dan menjadi legitimate di dalam
kelompok (Dreeben, 1986: 50).
Di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri bentuk partisipasi yang terlihat
adalah bagaimana siswa berusaha untuk ikut terlibat dalam setiap pengambilan
keputusan dalam kelompok. Permasalahan yang ada di dalam kelompok berusaha
untuk diselesaikan dengan mekanisme rapat. Keikutsertaan siswa dalam
pengambilan keputusan diperlukan karena mekanisme yang berada di dalam
kegiatan ekstrakurikuler juga bergantung daripada keterlibatan siswa. Dengan
siswa ikut serta di dalamnya dan ikut menyampaikan saran tertertentu maka
itupun merupakan salah satu bentuk partisipasi yang dilakukan oleh siswa.
Kualitas partisipasi dapat dilihat dari bagaimana konten dan metode yang
digunakan oleh kelompok masyarakat dapat diterima oleh anggotanya sehingga
diharapkan seluruh anggota dapat berpartisipasi dengan baik (Nes, 2003: 75).
Konten dari partisipasi dapat dilihat dari sosialisasi yang terjadi dalam kegiatan
ekstrakurikuler, meliputi budaya dan nilai yang dianut oleh kelompoknya.
Internalisasi yang diberikan dalam suatu kelompok dapat terlihat dari budaya dan
nilai yang dianut oleh mereka. Budaya dan nilai yang dimiliki antar kelompok
dapatlah berbeda satu sama lain. Aktor-aktor yang berada dalam kelompok
tersebut berusaha agar budaya dan nilai yang ada dapat langgeng dan
diinternalisasikan kepada anggota-anggota lain. Sama halnya dengan
ekstrakurikuler yang ada di SMAN X Jakarta. Nilai-nilai yang terdapat dalam
kegiatan ekstrakurikuler akan kembali diinternalisasikan kepada anggota-anggota
baru dan terus menjadi bagian dari sistem ekstrakurikuler tersebut.
Selain dari konten, kualitas partisipasi juga dapat dilihat dari metode yang
digunakan. Metode dapat digambarkan melalui interaksi yang dilakukan masing-
masing individu untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi tersebut adalah sebuah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
81
Universitas Indonesia
cara agar aktor-aktor di dalamnya dapat saling berkoordinasi satu sama lain untuk
mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam kelompok. Setiap anggota
memiliki peranan yang sama untuk melakukan tugasnya demi mencapai tujuan
yang ditetapkan oleh kelompok. Antara program KI dan RSBI juga memiliki
fungsi yang sama dalam ekstrakurikuler dan diantara keduanya dapat melakukan
interaksi untuk membentuk suatu tatanan yang baik dalam ekstrakurikuler.
V.2 Transmisi Nilai dan Norma dalam Ekstrakurikuler
Nilai dan norma yang ditransmisikan oleh kelompok akan
diinternalisasikan oleh individu sebagai bagian dari dirinya. Norma yang dibentuk
dalam suatu kelompok akan membuat individu menyesuaikan diri terhadapnya
dan berusaha menjalankan norma yang telah ditetapkan. Struktur sosial
mengakomodasikan dan mengasimilasikan kehendak kita dan berubah sesuai
akibat dari proses penyesuaian itu (Robinson, 1986: 16). Oleh karena itu norma
dan nilai yang terbentuk dalam kelompok akan membuat individu memandang
bahwa mereka adalah bagian dari nilai dan norma tersebut dan akhirnya mengikuti
nilai dan norma yang telah ditetapkan. Nilai yang ada dalam kelompok akan
membuat identitas dalam diri individu (Horton & Hunt, 1976: 92).
Budaya yang ada di dalam suatu kelompok dapat berbeda dengan
kelompok lain. Karakteristik tersebut dapat menjadi sebuah simbol mengenai
keanggotaan individu dalam suatu masyarakat. Pola perilaku yang terbentuk di
dalam diri individu antara lain disebabkan karena internalisasi yang dilakukan
oleh kelompoknya. Agar aktor dapat diterima di dalam masyarakat maka ia harus
bisa mengadopsi nilai-nilai dan norma yang telah ditetapkan ke dalam
kehidupannya. Nilai dan norma tersebut ditransmisikan oleh agen-agen sosial.
Fuller dan Jacobs mengatakan ada empat agen yang bertangggung jawab dalam
transmisi nilai yaitu keluarga, sekolah, kelompok bermain, dan juga media massa.
Norma sosial yang terbentuk dalam suatu kelompok dianggap sebagai
faktor penentu, kondisi utama untuk membentuk pola perilaku entah itu faktor
yang berasal dari paksaan eksternal, peraturan, ekspektasi, dan strandard yang
telah terinternalisasi (Dreeben, 1968: 46). Pola perilaku yang terbentuk dari
individu dapat merepresentasikan konformitas atau perilaku menyimpang dalam
kelompoknya (Dreeben, 1968: 46). Masyarakat akan menganggap individu
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
82
Universitas Indonesia
menyimpang jika ia tidak melakukan norma sosial yang dianut oleh kelompoknya.
Sanksi yang diimplementasikan oleh satu kelompok kepada anggotanya dapat
berbeda-beda. Hal tersebut bisa dikarenakan nilai dan budaya yang terinternalisasi
dalam kelompoknya.
Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Anggota
yang dianggap melanggar norma dalam kelompok akan diberikan sanksi oleh
anggota lainnya. Meksipun setiap kelompok telah berusaha agar setiap anggota
berperilaku sesuai dengan norma yang ada namun pelanggaran tetap
dimungkinkan untuk terjadi (Soekanto, 1995: 176). Sanksi yang diberikan kepada
siswa berupa teguran dari anggota lainnya agar ia tetap mengikuti norma sosial
yang berlaku dalam kelompoknya. Teguran dalam ekstrakurikuler berarti adalah
sanksi yang diterapkan dalam kelompok untuk mengontrol perilaku individu.
Di dalam kegiatan ekstrakurikulerpun tidak lepas dari adanya transmisi
nilai dan norma yang dibentuk. Semua anggota yang berada dalam kegiatan
ekstrakurikuler harus ikut berpartisipasi dalam menjalankan norma dan nilai yang
sudah disepakati bersama. Norma sendiri berada di dalam lingkungan suatu
masyarakat untuk menjaga dan memelihara keutuhan struktur sosial, maka dari
itu aktor harus bertindak sesuai dengan status masing-masing (Lawang, 2005:
100). Norma dapat mengontrol perilaku aktor agar nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat tetap terpelihara (Lawang, 2005: 100).
Norma yang ada di dalam kegiatan ekstrakurikuler berupaya agar anggota
di dalamnya turut serta dalam mematuhi budaya yang ada di dalam kelompoknya.
Anggota yang sudah menjadi bagian dari kelompoknya diwajibkan untuk
mematuhi peraturan yang sudah terbentuk sebelumnya. Siswa kelas X di SMAN
X Jakarta akan ditransmisikan nilai dan norma yang berlaku dalam kegiatan
ekstrakurikuler melalui seniornya yaitu siswa kelas XI. Hal ini dilakukan agar
norma tersebut dapat langgeng dalam kelompoknya dan akan terus ditransmisikan
kepada anggota lain. Norma yang berlaku dalam kegiatan ekstrakurikuler telah
ditransmisikan sejak aktor menjadi anggota baru di dalamnya. Pada masa awal
kegiatan, anggota-anggota baru biasanya akan disosialiasikan mengenai peraturan
yang ada di dalam ekstrakurikuler. Akan tetapi, peraturan yang ada di dalam
ekstrakurikuler berbeda dengan institusi formal. Siswa mengaku bahwa di dalam
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
83
Universitas Indonesia
kegiatan ekstrakurikuler, peraturan yang dijalankan tidaklah kaku dan peraturan
yang diberlakukan tidaklah sekompleks institusi formal. Dalam kegiatan
ekstrakurikuler SMAN X Jakartapun mereka tidak memiliki SOP yang harus
dipatuhi. Norma yang dijalankan dalam kegiatan ekstrakurikuler antara lain
adalah anggota baru (junior) harus menghormati seniornya. Anggota baru juga
diwajibkan untuk mengikuti penataran yang disebut “ordik”.
Pada masa ordik biasanya anggota baru (junior) akan disosialisasikan
nilai-nilai yang berlaku dalam ekstrakurikulernya. Ketika ordik berlangsung,
junior akan mendapatkan tanggung jawab dan kewajiban berbeda dari jadwal
kegiatan mereka di sekolah. Setiap ekstrakurikuler memiliki kegiatan ordik yang
berbeda. Hal tersebut tergantung dari kesepakatan antar senior untuk
menyelenggarakan metode ordik seperti apa. Pada masa ordik, siswa akan
mendapatkan pengalaman dan juga pengetahuan. Siswa dituntut untuk
menghormati senior dan mematuhi norma dan nilai yang telah dibentuk oleh
senior. Saat ordik, siswa tidak diperkenankan untuk melakukan negosiasi dengan
senior karena pada saat itu seniorlah yang lebih memegang kendali. Kegiatan
ordik sendiri sebenarnya ditunjukkan agar mental anggota baru dapat terbentuk
dan dapat melatih kedisiplinan diri. Biasanya saat ordik, mental junior akan
diterpa untuk melihat sejauh mana ia dapat bertahan dalam konflik yang
melingkupinya. Pada saat ordik pula junior akan mendapatkan tantangan beragam
yang ditentukan oleh senior untuk melihat bagaimana cara junior menyelesaikan
tantangan yang diberikan dan sampai sejauh mana junior akan bertahan.
Ketahanan fisik junior juga dapat diilihat dari kegiatan yang dilakukannya itu.
Secara sadar atau tidak sadar siswa sudah disosialisasikan mengenai pembentukan
norma dalam kelompoknya. Walaupun, ada banyak kontra terhadap
penyelenggaraan ordik tersebut karena dinilai sebagai salah satu bentuk bully di
dalam lingkungan sekolah.
Transmisi yang diberikan kepada aktor dilakukan secara kontinu.
Sosialisasi yang diberikan bertujuan untuk meneruskan nilai dan norma kepada
seluruh anggota ekstrakurikuler untuk menjaga stabilitas dan keberlangsungan
kelompoknya agar setiap anggota dalam ekstrakurikuler dapat berpartisipasi
menjalankan nilai dan norma yang berlaku. Jika ada anggota yang melanggar akan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
84
Universitas Indonesia
mendapatkan sanksi dari anggota ekstrakurikuler lainnya. Hal ini dilakukan agar
aktor mengetahui bahwa tindakan yang dilakukan tidak sejalan dengan nilai dan
norma yang dianut oleh kelompok internal mereka.
Proses sosialisasi sendiri terbagi menjadi tiga metode, yaitu metode
ganjaran dan hukuman, metode didactic teaching, dan metode pemberian contoh
(Vembriarto, 1987: 25). Dengan melakukan metode ganjaran dan hukuman maka
ketika aktor melakukan kesalahan atau melanggar norma akan diberikan hukuman
sedangkan jika aktor melakukan tindakan yang baik maka akan mendapatkan
ganjaran. Pada metode didactic teaching lebih ditekankan kepada pemberian
informasi atau penjelasan kepada aktor sedangkan pada metode pemberian
contoh, aktor akan langsung diberikan sebuah tindakan yang dimaksudkan agar ia
dapat mengikuti norma yang diberlakukan.
Di dalam kegiatan ekstrakurikuler, pelanggaran juga tidak dapat dihindari.
Salah satu hal yang paling sering terjadi adalah adanya anggota yang tidak ikut
berpartisipasi lagi dalam ekstrakurikuler. Anggota tersebut dirasakan jarang ikut
terlibat dalam kegiatan sehingga membuat jalannya ekstrakurikuler sempat
terganggu. Hal yang dilakukan ketika hal tersebut terjadi adalah dengan
membicarakan hal tersebut dengan aktor terkait. Di saat itu akan terlihat motivasi
yang sebenarnya dari tindakan yang dilakukan oleh aktor. Keberadaan anggota
yang jarang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler sering dirasakan oleh berbagai
ekstrakurikuler di SMAN X Jakarta. Komunikasi yang dijalankan oleh anggota
ekstrakurikuler diharapkan dapat mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota lain.
Sanksi lain yang diberikan jika ada anggota yang dianggap tidak mematuhi
peraturan adalah dengan merubah interaksi yang biasa dilakukan terutama jika
yang bersalah adalah siswa kelas X (junior). Senior terlebih dahulu tidak akan
melakukan interaksi kepada aktor yang melakukan kesalahan. Hal tersebut
dilakukan agar aktor merefleksikan kesalahan yang ada pada dirinya sendiri.
Setelah hal tersebut dilakukan maka senior akan menjelaskan mengenai
pelanggaran yang dilakukan oleh junior. Sebenarnya di dalam kegiatan
ekstrakurikuler, aktor diperbolehkan untuk tidak mengikuti jadwal latihan tetapi
dengan syarat memberi tahu terlebih dahulu kepada pengurus ekstrakurikuler. Hal
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
85
Universitas Indonesia
tersebut sebenarnya adalah tanggung jawab dari aktor untuk mematuhi norma
yang berlaku. Norma tersebut haruslah dijalankan agar dapat mengontrol perilaku
siswa. Dengan adanya norma yang ada dalam suatu kelompok maka akan ada
batasan-batasan mengenai yang harus dan tidak harus dilakukan dalam
kelompoknya. Ketika norma dijalankan oleh aktor, berarti aktor dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan menjalankan norma yang berlaku dalam kelompok tanpa disadari
anggota akan mendapatkan penghargaan dari kelompoknya yaitu penerimaan
kelompok terhadap kehadiran anggota tersebut. Anggota akan merasa menjadi
bagian dari kelompoknya jika anggota lain juga memiliki pandangan yang sama
kepada anggota tersebut sehingga pola perilaku yang terbentuk akan membuat
individu merasa lebih nyaman berada di dalamnya. Kelompok akan lebih
menerima individu yang dapat menjalankan norma yang berlaku dalam
kelompoknya karena dianggap bahwa individu tersebut lebih mementingkan
kepentingan kelompok. Reward tersebut sebenarnya dibutuhkan oleh setiap
anggota karena mereka telah dianggap menjadi bagian dari kelompok yang sama.
Norma yang dijalankan oleh tiap individu tentunya akan mempengaruhi
bagaimana kegiatan ekstrakurikuler berjalan.
Proses sosialisasi dapat juga terjadi dari pemberian informasi dan
penjelasan sehingga siswa mendapatkan pemahaman dan keterampilan akan hal
tertentu. Di dalam lingkungan ekstrakurikuler, siswa akan disosialisasikan
mengenai peraturan yang berlaku di dalamnya. Pemberian informasi tersebut
dirasakan dapat membantu siswa untuk mematuhi norma yang berlaku dalam
lingkungannya. Pada masa awal kegiatan ekstrakurikuler SMAN X Jakarta
berlangsung, senior akan menginformasikan mengenai norma yang harus
dilakukan oleh anggota baru. Di sini, mereka akan menyebarkan informasi terkait
ekstrakurikulernya. Pada umumnya, kegiatan ekstrakurikuler di SMAN X Jakarta
tidak memiliki peraturan seperti institusi formal. Mereka hanya disarankan untuk
mengikuti semua jadwal kegiatan ekstrakurikuler, menghormati seniornya serta
wajib mengikuti ordik (pelantikan anggota).
Pemberian informasi kepada anggota baru dalam ekstrakurikuler bertujuan
agar aktor dapat mengikuti norma yang berlaku dalam kelompok dan berusaha
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
86
Universitas Indonesia
untuk menjalankannya. Kegiatan yang dilakukan dalam esktrakurikuler
merupakan kegiatan di luar jam belajar dan dapat menjadi preferensi bagi aktor
untuk menjalankan kegiatannya di dalam lingkungan sekolah. Pilihan untuk
mengikuti ekstrakurikuler juga berada pada aktor itu sendiri. Ia bebas mengikuti
ekstrakurikuler yang disukainya. Dari aspek ini, diharapkan siswa dapat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler secara terjadwal dan mengikuti norma yang ditetapkan
oleh kelompoknya. Oleh karena itulah pada masa awal keanggotaan, senior akan
mensosialisasikan nilai dan norma yang berlaku dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk ekstrakurikuler paskibra ada norma yang mengikat mereka yaitu
aktor tidak diperkenankan untuk keluar dari ekstrakurikuler tersebut jika sudah
mengikuti ordik. Hal ini berbeda dengan ekstrakurikuler lain yang tidak
menekankan norma tersebut. Perbedaan norma yang diinternalisasikan kepada
anggota dapat terjadi dalam beberapa kelompok. Salah satu perbedaan norma
tersebut disebabkan karena adanya budaya kelompok yang berbeda.
Ekstrakurikuler paskibra memang dirasa lebih mengikat daripada ekstrakurikuler
lainnya. Mereka menekankan kedisplinan kepada anggota-anggota yang berada di
dalamnya sehingga dengan adanya aturan tersebut diharapkan anggota dapat
berkomitmen dan mengikuti norma yang telah ditetapkan oleh kelompok. Di satu
sisi, hal tersebut perlu diambil oleh internal kelompok agar di dalamnya tetap
terjalin integrasi yang kuat dan mereka dapat meminimalisir aktor-aktor yang
dianggap dapat mengganggu sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler.
V.3 Interaksi antar Aktor dalam Ekstrakurikuler
Interaksi dapat terjadi pada dua orang atau lebih. Selama salah satu
mengerti mengenai tindakan aktor lain dan dapat menginterpretasikan tindakan
tersebut maka di dalamnya sudah terjadi interaksi sosial. Pada saat aktor
tersenyum kepada aktor lain dan aktor lain mengerti apa yang dimaksudkan saat
itu juga telah terjadi interaksi sosial antara keduanya.
Bagi Simmel dasar dari kehidupan sosial adalah individu atau kelompok
yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan, dan
kepentingan (Ritzer, 2009: 177). Interaksi yang dilakukan antar individu akan
menjadikan sistem sosial dapat berjalan dengan baik. Sementara itu Blumer
menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan sebuah proses simbolik, dilakukan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
87
Universitas Indonesia
oleh individu dengan menangkap arti dari gesture (Merril, 1969: 9). Dengan kata
lain interaksi sosial merupakan keadaan dimana individu menginterpretasikan atau
mendefinisikan tindakan satu sama lain. Interaksi sosial menjadi fokus analisa
dalam hubungan individu dengan masyarakat. Melalui suatu proses maka individu
dapat meneruskan makna dan juga interpretasinya akan suatu hal. Masyarakatpun
sebaliknya, mereka saling menangkap arti dari makna yang ditunjukkan oleh
individu lain. Dapat terlihat bahwasanya interaksi sosial yang berlangsung dalam
kehidupan bermasyarakat menjadi hal yang pokok. Individupun tidak dapat lepas
dari interaksi sosial yang terjadi bahkan dalam kelompok yang lebih kecil
sekalipun bukan hanya dalam tataran masyarakat yang lebih luas. Interaksi sosial
dapat terjadi jika diantara kedua pihak saling mengerti makna dari tindakan yang
dikeluarkan oleh individu lain. Jika ada salah satu pihak yang tidak mengerti
mengenai makna yang ditampilkan maka interaksi sosial tidak akan terjadi. Dalam
interaksi sosialpun, individu terlibat dalam proses pengaruh-mempengaruhi
(Ritzer, 2009: 396).
Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi salah satu model dari sistem sosial
yang ada di dalam masyarakat. Di dalamnya siswa harus berinteraksi dengan
anggota lain. Interaksi yang dilakukan dapat mempersiapkan siswa untuk
berinteraksi dengan individu lain dalam konteks masyarakat yang lebih luas.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dapat menjadi wadah bagi
siswa untuk menyalurkan kemampuannya. Di sisi lain, kegiatan ini juga
memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan aktor lain di luar jam belajar
mengajar. Pasalnya, dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa lebih memegang peran
dalam menjalankan sistem dan dibutuhkan interaksi sosial di dalamnya.
Dalam menjalankan kegiatan ekstrakurikuler, siswa tidak terlepas dari
interaksi sosial. Entah itu dengan sesama anggota ekstrakurikuler, dengan
pengurus ekstrakurikuler tersebut atau dengan anggota ekstrakurikuler lain.
Terlebih bagi siswa yang sekolahnya berstatus RSBI, mereka dihadapkan dengan
pembagian program dari pihak sekolah yaitu program kelas internasional (KI) dan
juga program RSBI. Dengan dibentuknya ekstrakurikuler di dalam lingkungan
sekolah, akan memungkinkan siswa-siswa yang berasal dari kedua program
berbeda dapat melakukan interaksi sosial. Interaksi yang dilakukan oleh anggota
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
88
Universitas Indonesia
juga telah menunjukkan bentuk partisipasi yang terjadi di dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Karena di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri setiap anggota
membutuhkan interaksi untuk melaksanakan fungsi dan peran dalam kelompok.
Kegiatan ekstrakurikuler melibatkan beberapa aktor dalam menjalankan
fungsinya dan aktor tersebut mempengaruhi bagaimana sistem berjalan di dalam
kelompok. Pembahasan selanjutnya akan melihat bagaimana interaksi yang
terjalin di antara aktor tersebut. Pertama, akan dijelaskan mengenai interaksi
antara non-pengurus ekstrakurikuler dengan pengurus ekstrakurikuler. Kedua,
akan dijelaskan interaksi antar pengurus ekstrakurikuler dan antar non-pengurus
ekstrakurikuler. Selanjutnya aktor yang dianggap ikut berkontribusi adalah pihak
sekolah dan alumni.
V.3.1 Interaksi Non-pengurus Ekstrakurikuler dengan Pengurus
Ekstrakurikuler
Di dalam ekstrakurikuler terdapat pengurus-pengurus yang memegang
jabatan dalam organisasi, misalnya ketua ekstrakurikuler, wakil, ataupun
bendahara. Serta ada juga anggota ekstrakurikuler yang tidak memegang jabatan.
Pengurus ekstrakrurikuler biasanya dipegang oleh siswa kelas XI (senior) karena
mereka dianggap sudah berpengalaman. Untuk siswa baru yaitu kelas X (junior),
pada masa awal keanggotaan hanya menjadi anggota ekstrakurikuler dan
dimungkinkan untuk menjadi pengurus ketika duduk di kelas XI. Menjadi
pengurus dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah bentuk partisipasi yang
membutuhkan tanggung jawab lebih besar dibandingkan anggota biasa karena
mereka memiliki peran tambahan dalam menjalankan sistem dalam
ekstrakurikuler di sekolah. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan yang terlalu
mencolok antara anggota dengan pengurus. Interaksi sosial yang dilakukan juga
dapat dikatakan sama. Perbedaan terjadi karena status yang dimiliki oleh pengurus
serta memiliki fungsi dan perannya sendiri sesuai dengan status yang ia peroleh.
Siswa tidak terlalu mempermasalahkan persoalan status yang disandang oleh
pengurus.
Hubungan-hubungan yang terjadi pada individu adalah sesuatu yang
penting dalam sistem sosial. Ketika interaksi sosial berjalan dengan baik maka
sistem sosial juga akan berfungsi dengan baik. Adanya konflik yang terjadi di
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
89
Universitas Indonesia
dalam ekstrakurikuler akan mempengaruhi sistem yang berjalan. Hal ini
disebabkan karena konflik dalam kelompok dapat mempengaruhi anggota untuk
melakukan perannya. Untuk itu, interaksi sosial perlu dipertahankan oleh masing-
masing aktor yang berada di dalamnya. Di sisi lain, konflik yang terjadi dalam
kelompok secara tidak langsung juga akan meningkatkan kohesivitas kelompok
karena untuk menyelesaikan konflik mereka harus membangun kerja sama yang
baik dengan anggota lainnya.
Sementara itu berdasarkan penelitian, hubungan yang terjadi antara
anggota (non-pengurus) dengan pengurus di dalam ekstrakurikuler berjalan
dengan baik dalam artian mereka saling bekerja sama dalam rangka
mempertahankan sistem di dalam ekstrakurikuler. Antara pengurus dengan
anggota sama-sama memegang peranan penting dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Mereka mengetahui bahwa kegiatan di dalam ekstrakurikuler adalah kegiatan
bersama yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan dibutuhkan
adanya kerjasama di antara mereka. Ketika pengurus ekstrakurikuler dinilai
melakukan kesalahan oleh anggota lain maka anggota tidak segan untuk
memperingatkan pengurus ekstrakurikuler dan begitu juga sebaliknya. Hal
tersebut tidak akan merubah interaksi yang terjadi antara kedua belah pihak
karena mereka sama-sama mengerti bahwa yang dilakukannya adalah salah satu
cara untuk memperbaiki kinerja dari ekstrakurikuler.
Bentuk kerjasama lain yang mereka lakukan adalah ketika ekstrakurikuler
mereka membutuhkan dana untuk perlombaan. Siswa-siswa mengaku bahwa dana
yang diberikan oleh sekolah terbilang sedikit oleh karena itu mereka akan
bersama-sama mencari cara untuk mendapatkan dana. Cara yang digunakan
biasanya adalah dengan mengamen di beberapa tempat untuk mendapatkan
tambahan dana. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh pengurus ekstrakurikuler
saja namun anggota juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Hal lainnya adalah
ketika mereka tidak memiliki dana untuk akomodasi maka mereka akan
membawa kendaraan masing-masing untuk pergi ke lokasi perlombaan. Hal
tersebut akan menambah integritas di dalam ekstrakurikuler karena masing-
masing anggota dan pengurus memiliki rasa tanggung jawab terhadap eksistensi
ekstrakurikulernya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Antara pengurus yang mengambil program RSBI dengan anggota yang
mengambil program KI atau sebaliknya tetap terjalin interaksi yang baik
walaupun konflik juga tidak dapat dihindari dari kelompok. Mereka tetap
menjalankan peran dan fungsinya dalam kegiatan esktrakurikuler. Walaupun
mereka sendiri mengaku bahwa mereka merasa lebih nyaman jika harus
berinteraksi dengan siswa sesama program. Di satu sisi, kerjasama yang mereka
lakukan selama kegiatan ekstrakurikuler berlangsung bisa dibilang baik. Jika ada
masalah dalam ekstrakurikuler baik dari program RSBI maupun KI ikut berperan
untuk menyelesaikannya.
Kerjasama yang dilakukan antara pihak pengurus ekstrakurikuler dengan
anggota dilakukan karena mereka memiliki kepentingan yang sama di dalamnya.
Hadirnya kesamaan kepentingan dalam satu organisasi akan memungkinkan
aktor-aktor untuk saling bekerjasama untuk mencapai kepentingan tersebut. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh Cooley, bahwa kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama dan memiliki
pengetahuan serta pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan tersebut. Siswa-siswa juga merasa memiliki “tempat” baru dalam
kegiatan ekstrakurikuler sehingga mereka akan melakukan tindakan yang dapat
mempertahankan sistem yang sedang berjalan.
Dalam suatu organisasi adanya konflik tidak dapat dihindarkan. Begitu
juga yang terjadi dalam ekstrakurikuler yang ada di SMAN X Jakarta. Akan tetapi
konflik atau permasalahan yang terjadi biasanya langsung diselesaikan. Setiap
anggota ekstrakurikuler termasuk pengurus memiliki hak yang sama untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Hadirnya konflik dapat mempererat
hubungan yang terjadi di antara mereka. Hal tersebut dikarenakan masing-masing
individu merasa menjadi bagian dari ekstrakurikuler dan memiliki tanggung jawab
untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya.
Salah satu konflik yang terjadi di dalam ekstrakurikuler adalah
ketidakharmonisan hubungan antara anggota dengan pengurus yang berasal dari
program berbeda. Ketidakhadiran anggota membuat sistem dalam ekstrakurikuler
tidak dapat berjalan dengan baik. Akomodasi yang dapat dilakukan adalah dengan
menegur siswa yang bersangkutan. Ada kalanya sistem akomodasi yang demikian
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
91
Universitas Indonesia
tidak menimbulkan efek jera pada anggota bahkan terkadang anggota justru
memutuskan untuk keluar dari ekstrakurikuler. Salah satu ekstrakurikuler yang
pernah mengalami hal tersebut adalah dance atau seni tari. Kejadian ini
sebenarnya sempat membuat ekstrakurikuler bermasalah karena terjadi
ketidakseimbangan dalam ekstrakurikuler karena mereka harus merubah formasi
tarian sebagai bentuk adaptasi dari ketidakhadiran anggotanya. Keluarnya anggota
dari suatu kelompok menggambarkan hadirnya disintegrasi dalam internal
mereka. Ada pihak yang merasa tidak nyaman dalam kelompoknya sendiri. Salah
satunya juga dipicu dari nilai yang dianut oleh salah satu aktor ternyata berbeda
dengan mayoritas di dalam kelompoknya. Siswa dari KI itu misalnya, perbedaan
struktur dalam sekolah membuat terciptanya jarak sosial di antara mereka. Mereka
saling mengidentifikasi bahwa bukan berasal dari in-group yang sama.
Konsekuensi keluarnya salah satu anggota dalam kelompok tidak bisa dihindari.
Integrasi yang kuat antar anggota sebenarnya dapat menjadi solusi dari masalah di
atas.
Konflik yang sama juga terjadi pada ekstrakurikuler paskibra. Ada
anggotanya yang berasal dari program KI tetapi jarang terlibat dalam kegiatan
paskibra. Perbedaan dari seni tari adalah anggota paskibra tersebut tidak sampai
keluar dari ekstrakurikulernya. Siswa hanya jarang hadir dalam pertemuan yang
diadakan oleh ekstrakurikuler. Hal ini seperti terungkap dalam kutipan wawancara
di bawah:
“Di paskib ada anak KI tapi dari merekanya juga
jarang ikutan latihan gitu. Jadi tuh lingkungan KI ya di situ-
situ aja. Biasanya sih gitu kak. / Emang anak KI gimana sih? /
Anak-anaknya biasa aja mungkin karena kurang komunikasi
aja jadi ya gitu… mereka juga jarang keluar kelas mungkin
karena kelasnya nyaman jadi kalau istirahat ya di dalam kelas
mereka aja. Mereka kalau keluar seperlunya aja.”4
4 Hasil wawancara dengan Informan LI pada tanggal 30 Maret 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Kutipan wawancara di atas memperlihatkan bahwa pengurus
ekstrakurikuler paskibra memiliki pendapat bahwa siswa pada program KI jarang
melakukan interaksi sosial dengan program RSBI. Hal inipun sedikit banyak
mempengaruhi kegiatannya di ekstrakurikuler walaupun tidak signifikan seperti
dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa antara
program KI dengan program RSBI akan lebih banyak melakukan interaksi.
Terjadi pula ketika yang menjadi pengurus adalah siswa yang berasal dari
KI. Kemudian, yang menjadi implikasinya adalah pemberian sanksi terhadap
pelanggaran tidak jelas. Dari pihak pengurus ekstrakurikuler sendiri tidak
mengambil tindak lanjut dari pelanggaran norma yang dilakukan oleh anggota.
Mereka cenderung membiarkan anggota yang memang memutuskan jarang
berpartisipasi atau bahkan yang memutuskan untuk keluar dari ekstrakurikuler.
Normatifnya adalah norma yang diinternalisasikan kepada anggota menjadi suatu
bentuk batasan bagi anggota untuk melakukan tindakan tertentu sehingga terjadi
kontrol sosial di dalamnya. Hal tersebut tidak terlihat dari ekstrakurikuler yang
bersangkutan karena norma-norma yang ada tidak diinternalisasikan dengan baik
kepada para anggotanya. Pengurus yang memiliki peran tertentupun tidak
mengambil jalan keluar atas pelanggaran yang terjadi.
Adanya konflik dalam ekstrakurikuler memang akan mempengaruhi
jalannya sistem dalam kegiatan tersebut. Cara yang dilakukan untuk
menyelesaikan konflik tersebut antara lain dilakukannya rapat dengan seluruh
anggota termasuk pengurus ekstrakurikuler. Pada saat rapat, seluruh anggota juga
pengurus ekstrakurikuler dapat memberikan saran terkait konflik yang terjadi pada
ekstrakurikulernya. Kadang, dalam penyelesaian konflik tersebut akomodasi yang
dilakukan adalah voting. Di sini akan dilihat mayoritas suara yang dipilih oleh
anggota ekstrakurikuler terhadap masalah tertentu. Voting biasanya akan
dilakukan jika keputusan untuk penyelesaian konflik belum mencapai kesepakatan
antar anggota.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Soekanto, adanya interaksi
sosial didasarkan dari berbagai faktor yaitu faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan
simpati (Soekanto, 1995: 69). Dalam imitasi, jika ada salah satu pihak yang
melakukan tindakan tertentu maka aktor lain akan mengikuti tindakan tersebut.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
93
Universitas Indonesia
Terutama jika aktor dipandang memiliki “status”5 yang lebih tinggi. Jika dalam
ekstrakurikuler ada senior atau pengurus ekstrakurikuler yang terbiasa melakukan
pelanggaran terhadap norma yang berlaku maka juniorpun atau anggota
ekstrakurikuler secara sadar atau tidak sadar akan mengikuti tindakan yang
dilakukan oleh senior.
“Kalau latihan kita juga suka ngaret. Seniornya juga suka
telat. Kita kan pake jam Indonesia jadi ya jam karet yang
dipakenya.”6
Pada kutipan di atas, terlihat bahwa agenda latihan sering kali tidak tepat
waktu karena aktor sudah terbiasa akan hal tersebut yang dimulai dari senior
mereka. Pada akhirnya juniorpun melakukan imitasi terhadap tindakan yang
dilakukan oleh senior serta menjadi suatu rutinitas dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Imitasi yang dilakukan bukanlah hal yang positif melainkan negatif dan tidak ada
tindak lanjut terkait akan hal ini. Dari ekstrakurikuler lain seperti paskibra
misalnya, mereka mengimitasi tindakan para seniornya yang tegas dan disiplin.
Ekstrakurikuler paskibra menekankan pada kedisplinan diri dari semua
anggotanya. Berawal dari senior yang memperlihatkannya kepada junior dan
kemudian junior tersebut akan melakukan hal yang sama ketika mereka sudah
menduduki posisi senior. Sehingga bentuk kedisiplinan itupun akan terus
terinternalisasi dalam diri anggota kelompok. Imitasi yang terbentuk dalam suatu
kelompok dapat berbeda-beda tergantung dari sikap dan nilai yang
diinternalisasikan kepada anggota. Walaupun terjadi konflik di antara mereka
namun bentuk dari persaingan sendiri tidak ditemui dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
V.3.2 Interaksi Antar Non-Pengurus dan Antar-Pengurus Ekstrakurikuler
5 Dalam kegiatan ekstrakurikuler status yang dianggap lebih tinggi adalah senior karena senior
adalah pengurus dalam kegiatan ekstrakurikuler. Sementara itu, junior biasanya cenderung
melakukan apa yang diperintahkan senior kepadanya.
6 Hasil wawancara informan RN pada tanggal 30 Maret 2012
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
94
Universitas Indonesia
Antara anggota ekstrakurikuler yang mengambil program KI dan RSBI
dapat dikatakan hubungan yang terjadi tidak terlalu baik. Hal ini didasarkan pada
perbedaan program yang mereka ambil. Perbedaan program tersebut
menimbulkan segregasi hubungan antara mereka. Interaksi yang dilakukan oleh
siswa berbeda program tidaklah intensif seperti yang mereka lakukan dengan
siswa sesama program. Untuk program kelas internasional sendiri, dari kelas X
hingga XII ruangan kelasnya berada di lantai 2 dan saling bersebelahan. Hal ini
berbeda dengan program RSBI dimana untuk ruang kelas X berada di lantai 3,
untuk ruang kelas XI ada di lantai 2 dan lantai 1 untuk ruang kelas XII.
Lingkungan yang diciptakan oleh sekolah kembali menciptakan jarak sosial antara
program KI dengan program RSBI.
Dari interaksi pada jam belajar ternyata keadaan yang sama juga terjadi
ketika siswa melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Walaupun dalam
ekstrakurikuler siswa dari program KI ataupun program RSBI bisa terlibat
didalamnya ternyata hal ini tidak berpengaruh terhadap interaksi yang
berlangsung. Siswa program RSBI lebih sering melakukan interaksi dengan siswa
lain yang berasal dari program RSBI dan begitu juga dengan siswa program KI.
Hal ini ditambah dengan keadaan bahwa program kelas internasional hanya
dibuka untuk satu kelas saja setiap tahunnya. Sehingga integrasi siswa KI lebih
kuat karena mereka harus berada dalam kelas yang sama selama 3 tahun. Adanya
perbedaan fasilitas atau sistem yang melingkup kedua program tersebut akhirnya
menimbulkan jarak sosial di antara mereka. Kesan eksklusif yang melekat pada
kelas internasional juga menjadikan hubungan yang terjalin dengan siswa RSBI
tidak terlalu dekat.
Siswa lebih memilih untuk berinteraksi dengan teman sesama program.
Mereka lebih merasa dekat dengan in-group mereka, yaitu teman satu program.
Perbedaan kultur yang mendasari siswa, membuat mereka satu sama lain
memandang bahwa siswa yang mengambil program berbeda adalah out-group
walaupun sebenarnya mereka memiliki status yang sama dalam struktur akademis
sekolah. Siswa di SMAN X Jakarta mengaku lebih merasa nyaman jika
melakukan interaksi dengan sesama teman yang berasal dari program yang sama.
Ketika sampai pada kegiatan ekstrakurikuler, baik dari program KI ataupun RSBI
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
95
Universitas Indonesia
memang saling melakukan interaksi sosial di dalamnya namun tidak intensif
seperti dengan teman sesama program.
Konflik internal seperti perbedaan pendapat antara dua orang juga biasa
ditemui dalam kegiatan ekstrakurikuler. Perbedaan pendapat yang terjadi tidak
dibiarkan berlarut-larut sehingga tidak mempengaruhi sistem secara mendalam.
Perbedaan pendapat yang terjadi dalam kegiatan ekstrakurikuler akan dibicarakan
sehingga tidak akan mengganggu stabilitas dalam ekstrakurikuler. Cara yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik internal tersebut adalah
membawanya dalam agenda rapat. Di rapat nantilah akan diputuskan bagaimana
penyelesaian dari konflik yang terjadi. Rapat yang diadakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler tidaklah terjadwal, mereka akan mengadakan rapat jika ada hal
yang harus diselesaikan atau dibicarakan bersama. Selain menggunakan metode
rapat, konflik yang terjadi juga bisa diselesaikan dengan cara 2 siswa yang
berkonflik membicarakan secara baik-baik masalah yang terjadi. Dengan cara
seperti itu, permasalahan yang melibatkan sesama anggota ekstrakurikuler juga
dapat terselesaikan.
Selain konflik yang melibatkan sesama anggota (non-pengurus)
konflikpun terjadi pada sesama pengurus. Biasanya konflik tersebut terjadi
dikarenakan ada salah seorang pengurus yang tidak menjalankan fungsi dan
perannya dengan baik. Implikasi yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut
adalah sistem dalam ekstrakurikuler tidak berjalan dengan baik. Kegiatan dalam
ekstrakurikuler bisa tidak tersusun atau ada tumpang tindih karena ada satu fungsi
yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ide dan masukan dari seluruh anggota
sangat dibutuhkan pada saat seperti ini. Hubungan seperti itulah yang bisa
menjadikan sistem di dalam organisasi dapat bekerja yaitu ketika mereka
bersama-sama menemukan kesepakatan penyelesaian atas konflik yang terjadi
dalam kelompoknya
Konflik dalam ekstrakurikuler juga bisa diakibatkan oleh perpanjangan
konflik yang terjadi ketika jam sekolah berlangsung (di luar kegiatan
ekstrakurikuler). Pada dasarnya siswa akan memilih kelompok teman yang sama-
sama merasakan ketertarikan akan suatu hal tertentu. Untuk itu, peer-group yang
terbentuk di dalam sekolah dapat terjadi. Hal tersebut karena siswa merasa ada
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
96
Universitas Indonesia
beberapa orang yang dirasakan memiliki minat yang sama terhadap suatu hal dan
akhirnya menjadikan mereka untuk lebih sering melakukan interaksi
dibandingkan dengan yang lain. Ketika beberapa peer-group terbentuk dalam
lingkungan sekolah dimungkinkan akan terjadi konflik karena mereka memiliki
minat yang berbeda dan mengidentifikasi bahwa peer-group lain adalah out-group
dari mereka. Masing-masing individu dalam satu peer-group juga
mengidentifikasikan dirinya adalah bagian dari in-group mereka. Ketika ada salah
seorang diantara in-groupnya terlibat konflik dengan out-group maka anggota dari
in-group akan membela individu dari in-groupnya sendiri. Ternyata konflik yang
terjadi tersebut juga berlanjut dalam kegiatan ekstrakurikuler. Dua siswa yang
berbeda peer-group berada dalam satu wadah ekstrakurikuler yang sama.
Kegiatan ekstrakurikulerpun terganggu dengan adanya konflik diantara 2 anggota
yang kebetulan menjadi pengurus.
Konflik seperti kasus di atas menggambarkan bahwa interaksi yang baik
dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak selalu diikuti dengan interaksi yang baik pula
di luar kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini terjadi ketika mereka sudah berada dalam
jam belajar mengajar, mereka menganggap bahwa mereka pada saat itu bukan lagi
berada di in-group yang sama dengan anggota ekstrakurikuler lain. Mereka
memiliki minat yang berbeda ketika berada di luar kegiatan ekstrakurikuler dan
mengganggap anggota lain dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah out-groupnya.
Antar pengurus dalam kegiatan ekstrakurikuler berusaha untuk
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik walaupun tidak menampik ada satu
atau dua orang yang menyimpang dibanding yang lain. Untuk menjalankan
fungsinya, pengurus ekstrakurikuler juga saling membantu sama lain. Jika ada hal
yang dirasakan berat untuk dikerjakan sendiri maka pengurus lain akan berusaha
untuk membantu. Hal yang sama juga terjadi pada sesama anggota dalam
ekstrakurikuler. Jika ada kesulitan dalam ekstrakurikuler mereka akan berusaha
untuk menyelesaikannya. Tidak ada persaingan yang terjadi di dalamnya karena
para anggota ekstrakurikuler merasa bahwa mereka berada dalam in-gorup yang
sama. Anggota melakukan hal yang dianggapnya baik untuk keberlangsungan
ekstrakurikuler.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Konflik yang terjadi di antara aktor yang memiliki kedudukan sama
biasanya dilakukan dengan cara adanya intervensi dari pihak ketiga. Ketika ada
anggota (non-pengurus) ekstrakurikuler yang berkonflik maka akan ada intervensi
dari pihak pengurus untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika berhubungan
dengan pengurus ekstrakurikuler dan mereka berkonflik karena peran yang tidak
dijalankan maka akan diadakan rapat internal ekstrakurikuler untuk
mengakomodasinya. Akomodasi lain yang dilakukan jika berkaitan dengan
konflik antara 2 siswa (pengurus) atau lebih adalah pengurus lain yang akan
menjadi mediator bagi mereka. Walaupun konflik tidak bisa dihindari tetapi
persaingan dari internal ekstrakurikuler sendiri tidak ada.
V.3.3 Interaksi Anggota Ekstrakurikuler dengan Pihak Sekolah dan Alumni
Keterlibatan pihak sekolah dengan kegiatan ekstrakurikuler dirasakan
perlu dibahas karena secara struktural sekolah, ekstrakurikuler berada di bawah
naungan sekolah. Walaupun pihak sekolah sendiri tidak secara langsung terlibat
dalam kegiatan ekstrakurikuler karena siswa yang lebih bertanggung jawab
terhadap sistem kegiatan ekstrakurikuler. Bagaimana sistem berjalan di dalamnya
adalah suatu bentuk tanggung jawab dari siswa. Di sini, peran sekolah adalah
sebagai pihak luar yang secara tidak langsung memantau kegiatannya. Kebijakan
sekolah akan mempengaruhi bagaimana kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
oleh siswa. Misalnya dari awal sudah disosialisasikan mengenai jadwal
ekstrakurikuler yang tidak boleh mengganggu kegiatan belajar. Maka dari itu
pihak sekolah memberikan jadwal ekstrakurikuler untuk dilakukan setelah
kegiatan belajar mengajar selesai.
Pihak sekolah memberikan kontribusi dalam kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah misalnya dengan menyiapkan dana dan mengutus beberapa guru untuk
menjadi pembina ekstrakurikuler di sekolah. Namun, hubungan antara pihak
sekolah dengan anggota ekstrakurikuler kurang berjalan dengan baik. Bagi siswa
sendiri, pihak sekolah kurang mendukung dalam bentuk finansial. Sehingga
mereka sendiri yang harus mencari cara untuk mendapatkan dana untuk
keberlangsungan kegiatan ekstrakurikuler mereka. Dana yang diberikan oleh
pihak sekolah tidaklah sebanding dengan kebutuhan ekstrakurikuler. Sedangkan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
98
Universitas Indonesia
dari pihak sekolah sendiri mereka merasa sudah membantu ekstrakurikuler dari
segi finansial.
Adanya pro dan kontra dalam hal ini sulit untuk diakomodasi karena dari
kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dan di satu sisi pihak sekolah
memiliki status yang lebih tinggi daripada siswa-siswa yang tergabung dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Perbedaan status ini akhirnya berakibat adanya pihak
yang merasa terintimidasi. Sekolah menganggap bahwa mereka memiliki
wewenang yang lebih besar karena memegang status yang lebih tinggi dari siswa.
Di satu sisi siswa merasa bahwa status yang dimilikinya lebih rendah sehingga
memiliki keterbatasan sumber daya untuk melawan pihak sekolah. Perbedaan
status yang dimiliki antara dua kelompok membuat mereka tidak dapat melakukan
integrasi yang lebih kuat. Mereka terbentur dengan struktur yang menyebabkan
salah satu pihak akhirnya harus menerima bahwa power yang dimilikinya lebih
rendah.
Konflik lain yang terjadi adalah siswa mengaku bahwa pihak sekolah lebih
mengutamakan ekstrakurikuler PSVG dibandingkan dengan ekstrakurikuler lain.
Di SMAN X Jakarta sendiri, PSVG adalah ekstrakurikuler yang paling banyak
memberikan kontribusi dalam bentuk piala kepada pihak sekolah. Hal ini akhirnya
berakibat kepada persepsi yang menganggap bahwa pihak sekolah lebih
mendukung PSVG karena prestasi yang sudah didapatkan oleh ekstrakurikuler
tersebut. Sumber daya yang dimiliki oleh ekstrakurikuler PSVG dianggap lebih
tinggi oleh pihak sekolah sehingga lahirlah perilaku khusus yang membedakannya
dengan ekstrakurikuler lain. Dengan mendapatkan lebih banyak prestasi
dibandingkan ekstrakurikuler lain maka PSVG telah menunjukkan modal yang ia
miliki lebih baik. Modal inilah yang dapat membuat pihak sekolah memberikan
nilai yang lebih tinggi kepada PSVG dan memberikan kepercayaan kepada
mereka yang dibarengi dengan dukungan finansial kepada ekstrakurikuler PSVG.
Pihak sekolah sendiri telah menetapkan beberapa guru untuk menjadi
pembina ekstrakurikuler. Peran pembina sendiri diantaranya adalah untuk
memberikan saran dan juga memberikan bimbingan kepada anggota
ekstrakurikuler lainnya. Konflik yang melingkupi kegiatan ekstrakurikuler dapat
diakomodasi dengan membicarakan hal tersebut dengan pembina. Ketika pembina
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
99
Universitas Indonesia
mendengar masalah tersebut maka akan disampaikan kepada pihak sekolah untuk
segera dicari penyelesaiannya –jika masalah berhubungan pihak sekolah-. Tidak
menampik juga bahwa di SMAN X Jakarta ada pembina yang dianggap siswa
kurang menyampaikan aspirasi siswa kepada pihak sekolah. Ketika hal tersebut
terjadi maka anggota ekstrakurikuler sendirilah yang harus mencari cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Aktor lain yang masih berkaitan dengan sistem di dalam ekstrakurikuler
adalah alumni. Alumni merupakan siswa yang sudah lulus dari sekolah.
Hubungan yang berlangsung diantara mereka dapat dikatakan baik. Dalam artian
walaupun sudah bukan lagi berstatus sebagai siswa SMAN X Jakarta, alumni
tetap datang dalam kegiatan ekstrakurikuler. Mereka kerap kali memberikan saran
kepada siswa dalam melakukan kegiatan. Siswapun menerima saran dari alumni
karena menganggap bahwa alumni sudah berpengalaman dalam menjalankan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Antara siswa dengan alumni tidak terjadi konflik di dalamnya. Jika ada
jadwal ekstrakurikuler maka alumni akan datang untuk membantu anggota
ekstrakurikuler dalam menjalankan tugasnya. Terkadangpun, masalah internal
ekstrakurikuler dapat terselesaikan karena ada campur tangan dari pihak alumni.
Walaupun secara struktural, alumni terpisah dari siswa tetapi siswa tetap
memandang bahwa alumni adalah bagian dari kelompok mereka. Hal ini
dikarenakan siswa masih merasa satu visi dengan alumni. Alumni dianggap
sebagai pihak yang dapat membantu keberlangsungan sistem dalam
ekstrakurikuler.
Hubungan informal yang terjaga mengakibatkan adanya integrasi yang
kuat antara alumni dengan siswa dalam kelompok ekstrakurikuler. Integrasi ini
salah satunya terbangun dari kepercayaan yang dimiliki oleh siswa kepada alumni.
Kepercayaan dalam suatu relasi sosial dianggap penting. Hadirnya alumni selama
ini dapat membantu siswa untuk mengemban fungsi dan perannya dalam
kelompok.
Masalah yang terjadi dalam internal ekstrakurikuler terkadang melibatkan
alumni untuk penyelesaiannya. Saran yang diberikan oleh alumni akan dilakukan
oleh siswa karena menganggap pengalaman yang dilalui alumni sudah melebihi
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
100
Universitas Indonesia
mereka. Masalah lainnya adalah ketika siswa membutuhkan dana untuk kegiatan
ekstrakurikulernya. Di sini, pihak sekolah justru tidak membantu dan alumnilah
yang dapat membantu siswa. Pihak alumni dapat dikatakan banyak
mengakomodasi kepentingan dari anggota ekstrakurikuler.
Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa kelompok yang berbeda dari segi
struktural dapat menjalin hubungan yang baik dengan kelompok sosial lainnya
karena didalamnya terbentuk kepercayaan. Selain itu, pihak alumni sendiri
menciptakan kepercayaan kepada siswa dengan cara datang pada saat latihan dan
memberikan saran yang membangun untuk keperluan ekstrakurikuler. Di sisi lain,
sudah menjadi pola relasi dari kelompok ekstrakurikuler untuk melibatkan alumni
dalam kegiatan yang dijalani dan akhirnya nilai tersebut menjadi langgeng dalam
ekstrakurikuler. Hal ini berlangsung dari aktor masih menjadi anggota baru
(junior) di dalamnya. Sampai aktor memiliki status sebagai senior, relasi yang
terbentuk dengan alumnipun masih sama. Langgengnya hubungan tersebut
akhirnya membentuk nilai sendiri di kalangan individu dalam kelompok
ekstrakurikuler bahwa alumni dapat membantu kegiatan dan dianggap sebagai
bagian dari kelompok mereka.
Nilai-nilai tersebut terbentuk karena anggota baru melihat dan merasakan
peran alumni dalam kegiatan ekstrakurikuler sehingga hal tersebut pun
terinternalisasi dalam diri individu. Nilai tersebut tidaklah disosialisasikan secara
verbal oleh aktor tertentu namun terbentuk seiring dengan interaksi yang terjadi
antara individu dengan alumni. Pada akhirnya alumni menjadi bagian dari
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di dalam lingkungan sekolah. Secara kontinu
nilai tersebut terinternalisasi dan menjadi bagian dari kelompok dan terus
bereproduksi kepada anggota-anggota selanjutnya.
V.4 Ekstrakurikuler sebagai Simbol Eksistensi Siswa di Sekolah
Dalam interaksi sosial, individu akan mempelajari simbol dan makna.
Individu sering kali menggunakan simbol untuk mengomunikasikan sesuatu
tentang diri mereka (Ritzer, 2009: 395). Dari simbol yang dikeluarkan oleh satu
aktor maka aktor lain akan menangkap mengenai makna yang terkandung dari
simbol tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler yang pada awalnya menjadi salah satu
wadah bagi siswa untuk mengakomodir keterampilan bagi siswa kini menjadi
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
101
Universitas Indonesia
suatu bentuk simbol bagi siswa untuk memperlihatkan eksistensinya di
lingkungan sekolah. Ketika pada kegiatan belajar mengajar siswa tidak bisa
mengaktualisasikan dirinya maka ia akan beralih kepada organisasi lain yang ada
di dalam sekolah salah satunya adalah dengan mengikuti ekstrakurikuler tertentu.
Kegiatan ekstrakurikuler menjadi simbol yang digunakan oleh siswa untuk
memperlihatkan eksistensinya kepada lingkungan sekolah. Simbol tersebut akan
ditangkap oleh individu lain dan akhirnya membentuk tindakan atau pemikiran
terkait simbol tersebut. Pihak tertentu misalnya akan memberikan pemikiran
bahwa karena mengikuti ekstrakurikuler tertentu maka individu A termasuk ke
dalam siswa yang populer atau „gaul‟ di sekolah. Persepsi yang muncul di
lingkungan sekolah telah terinternalisasi ke dalam diri masing-masing warga
sekolah akan hal tersebut. Maka, kemunculan dari ekstrakurikuler tertentu
dijadikan ajang bagi siswa untuk memperlihatkan eksistensinya di lingkungan
sekolah secara luas.
Secara sadar atau tidak sadar siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler
tersebut telah mendapatkan status dari individu lain yaitu „populer‟ atau „gaul‟ di
sekolah. Hal ini akan membuat siswa melakukan interaksi sesuai dengan status
yang diberikan. Siswa yang disebut „gaul‟ memiliki kelompok atau peer-group
sesuai dengan status yang dimilikinya yaitu kelompok di mana anggota di
dalamnya terdiri dari siswa-siswa yang dianggap „gaul‟ atau „populer‟ di
lingkungan sekolah. Siswa lain yang tidak menjadi bagian dari kelompok mereka
juga mengidentifikasi bahwa diri mereka bukanlah bagian dari mereka. Mereka
saling mengidentifikasi perbedaan yang ada di dalam diri masing-masing.
Perbedaan kelompok yang ada di dalam sekolah pada akhirnya akan menciptakan
perbedaan interaksi yang terjadi di dalamnya. Interaksi yang dilakukan oleh
sesama anggota kelompok tentunya akan lebih intensif dibandingkan interaksi
yang dilakukan dengan anggota kelompok lain. Cara mereka melakukan interaksi
misalnya dengan pemakaian bahasa sudah menunjukkan bahwa mereka berlatar
belakang kelompok yang berbeda. Misalnya, untuk kelompok siswa populer
mereka akan menggunakan bahasa yang sedang trend di masyarakat atau
istilahnya menggunakan bahasa „gaul‟ untuk berinteraksi. Di antara merekapun
saling mengerti mengenai makna dari bahasa yang digunakan.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
102
Universitas Indonesia
Ekstrakurikuler yang dirasakan dapat memperlihatkan gejala tersebut
adalah dance atau seni tari. Keikutsertaan siswa dalam seni tari dapat menjadi
salah satu cara bagi siswa untuk mendapatkan status „populer‟ di sekolahnya.
Siswa yang mengikuti seni tari lebih terkenal di lingkungan sekolah ketimbang
ekstrakurikuler lainnya. Persepsi ini timbul salah satunya disebabkan karena
mayoritas dari siswa seni tari memiliki penampilan fisik yang menarik. Kesan
„menarik‟ juga didukung ketika mereka melakukan pementasan di depan umum.
Mereka harus menyiapkan busana khusus dalam kesempatan yang mereka ikuti.
Keikutsertaan individu dalam suatu kegiatan yang dapat memberikan
peluang untuk mengaktualisasikan dirinya dianggap perlu karena untuk
menunjukkan eksistensi mereka di lingkungan masyarakat. Ketika siswa tidak
bisa mendapatkan eksistensinya melalui proses belajar maka mereka akan mencari
preferensi lain yang dapat memberikan eksistensi tersebut. Kegiatan
ekstrakurikuler dirasakan dapat menyediakan preferensi yang diinginkan oleh
siswa. Hal ini karena di dalam lingkungan sekolah telah berkembang stereotype
bahwa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tertentu adalah siswa yang
populer atau „gaul‟ di lingkungannya.
Sama halnya dengan seni tari, ekstrakurikuler basket dan futsal juga
dianggap sebagai ekstrakurikuler populer di sekolah. Siswa yang mengikuti basket
atau futsal akan menjadi siswa yang populer di sekolah. Ada prestige sendiri bagi
siswa ketika bergabung dalam ekstrakurikuler basket dan futsal. Kesan bad boy
sekaligus populer dijadikan bentuk aktualisasi diri siswa di dalam lingkungan
sekolah ketika pada kegiatan belajar mengajar mereka tidak bisa menemukan hal
tersebut. Siswa mendapatkan tempat sendiri untuk menunjukkan prestasinya di
bidang lain di luar kegiatan belajar mengajar. Dan disamping hal itu, mereka
mendapatkan status yang diberikan dari siswa lainnya di sekolah. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya sebagai wadah
keterampilan bagi siswa semata. Di dalamnya siswa mendapatkan nilai berbeda
yaitu pandangan siswa lain dalam lingkungan sekolah. Meskipun misalnya tujuan
awal siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk menambah
keterampilan tetapi di satu sisi ada nilai prestige yang didapatkan oleh siswa
ketika mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Bentuk aktualisasi diri
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
103
Universitas Indonesia
seperti ini belum tentu didapatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas sehingga hadirnya kegiatan ekstrakurikuler menjadi salah satu perwujudan
bagi siswa untuk mendapatkan eksistensinya di lingkungan sekolah.
Kepopuleran yang didapatkan oleh siswa dalam lingkungan sekolah
biasanya akan berpengaruh terhadap keikutsertaan mereka pada acara yang
diadakan oleh sekolah. Siswa yang lebih „eksis‟ dibandingkan yang lain akan
lebih mudah untuk masuk dalam kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Mereka
akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi panitia inti dalam kegiatan tersebut
tanpa harus melalui proses seleksi terlebih dahulu. Prestige yang didapatkan ini
tidak bisa didapatkan oleh semua siswa yang ada di sekolah. Dalam hal ini,
kegiatan ekstrakurikuler yang telah diikuti oleh siswa akan membawa dampak
lebih besar kepada diri siswa dalam lingkungan sekolah. Ekstrakurikuler yang
diikuti oleh siswa menjadi batu loncatan tersendiri untuk mendapatkan
kesempatan tertentu. Di sisi lain acara sekolah tersebut akan semakin memperkuat
status yang dimiliki oleh siswa.
Eksistensi yang siswa dapatkan ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
mempengaruhi saat siswa berada di dalam lingkungan sekolah. Tidak hanya saat
ekstrakurikuler dilaksanakan siswa mendapatkan eksistensi tersebut namun juga
ketika kegiatan ekstrakurikuler tidak dilaksanakan –pada jam belajar di sekolah-.
Siswa dalam ekstrakurikuler tertentu dipandang sebagai „siswa gaul‟ di
lingkungan sekolah. Hadirnya status dalam lingkungan sekolah membuat siswa
mendapatkan prestige atas pencapaiannya tersebut. Pola pikir yang terbentuk
dalam diri siswa tersebut pada akhirnya akan membuat siswa untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler tertentu untuk mendapatkan eksistensinya ketika di
dalam kelas mereka tidak bisa mendapatkan bentuk aktualisasi yang ingin dicapai.
V.5 Implikasi Perbedaan Program Sekolah dengan Status RSBI dalam
Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam lingkungan sekolah, siswa sebenarnya ditekankan mengenai
keberadaan nilai universalisme. Bagi Parsons, dalam hubungan yang
universalistik, para pelaku saling berhubungan menurut kriteria yang dapat
ditetapkan kepada semua orang (Poloma, 2000: 173). Adanya nilai universalisme
di dalam lingkungan sekolah akan membuat siswa menerima diperlakukan oleh
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
104
Universitas Indonesia
aktor lain sebagai anggota kelompok (Dreeben, 1968: 76). Di dalam lingkungan
tersebut setiap individu diperlakukan sama. Norma-norma yang dibentuk oleh
masyarakat juga wajib dijalankan oleh semua anggota dan tidak ada pengecualian.
Adapun normatifnya sanksi tetap diberikan kepada individu-individu yang
memang dianggap telah melanggar norma kelompok dan tidak ada perbedaan
perilaku dari pemberian sanksi tersebut.
Salah satu bentuk universalisme yang mencolok di lingkungan sekolah
adalah kewajiban siswa untuk menggunakan seragam sekolah. Adanya hal
tersebut diharapkan semua siswa dalam satu sekolah terinternalisasi bahwa di
dalam lingkungan sekolah mereka tidak dibedakan atas kelas sosial ataupun ras
tertentu. Nilai tersebut sudah langgeng dalam kebudayaan sekolah dan terus
diinternalisasikan kepada siswa-siswa. Secara simbolik seragam digunakan
sebagai cara bagi sekolah untuk memberikan nilai kepada siswa bahwa tidak ada
perbedaan kelas sosial ataupun ras di dalam lingkungan sekolah.
Di luar lingkungan sekolah yaitu lingkungan masyarakat yang lebih luas,
siswa yang bersekolah dengan status RSBI sebenarnya juga dipandang memiliki
prestige tersendiri. Karena tidak semua kalangan dari masyarakat luas dapat
mempunyai akses untuk masuk dalam sekolah dengan status RSBI. Akses tersebut
terbatas hanya pada kalangan tertentu saja. Di samping biaya yang lebih mahal
dibandingkan sekolah negeri lainnya, siswa yang memiliki nilai akademis
mumpunilah yang dapat mengakses ke dalamnya. Faktanya adalah di dalam
lingkungan sekolah RSBI sendiri terdapat diferensiasi yang cukup jelas, yaitu
antara siswa program KI (kelas internasional) dengan siswa program RSBI –
sering disebut sebagai kelas reguler.
Adanya program KI dan RSBI di dalam lingkungan sekolah akhirnya
menciptakan perbedaan baru. Nilai universalisme mulai agak tergeser karena
ternyata ada segregasi di dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Perbedaan sistem
salah satunya bisa dilihat dari bagaimana implementasi kurikulum dan fasilitas
yang digunakan oleh program KI. Perbedaan dari kedua program tersebut yang
paling eksplisit adalah penggunaan kurikulum Cambridge pada program KI.
Program KI menerapkan kurikulum tersebut karena mereka memang dituntut
untuk memiliki kemampuan yang sama dengan negara-negara lain dan dengan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
105
Universitas Indonesia
menggunakan kurikulum Cambridge dianggap dapat membantu pihak sekolah
untuk mencapai tujuannya. Pada akhirnya untuk menunjang kurikulum
Cambridge, pihak sekolah memberikan fasilitas tertentu kepada siswa program KI
seperti penerimaan jumlah siswa yang lebih sedikit, adanya guru native dalam
proses belajar mengajar, serta ketersediaan komputer dan printer di dalam kelas.
Privileged yang mereka dapatkan tidak dirasakan oleh siswa program RSBI.
Siswa pada program RSBI harus taat akan norma yang diberlakukan di
lingkungan sekolah.
Status sosial yang melekat pada diri aktor akhirnya menciptakan privileged
yang akan mereka terima. Status dan privileged akan berjalan beriringan. Dalam
artian ketika aktor memiliki status sosial yang lebih tinggi di masyarakat maka
iapun akan mendapatkan privileged atas statusnya tersebut. Sebaliknya, ketika
status sosial yang dimiliki aktor lebih rendah maka ia tidak akan memiliki
privileged seperti yang diterima oleh aktor yang memiliki status lebih tinggi.
Ironisnya, hal tersebut ternyata terjadi di dalam dunia pendidikan yang
menekankan pada nilai universalisme. Siswa KI dipandang memiliki status lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa program RSBI dan kemudian penyertaannya
adalah privileged yang didapatkan oleh siswa KI tidak bisa dimiliki oleh siswa
program RSBI. Hal tersebut karena modal ekonomi yang dimiliki oleh program
KI memang lebih tinggi ketimbang program RSBI. Privileged yang diterima
siswa akan berdampak pada segregasi yang ada di dalam lingkungan sekolah itu
sendiri. Sumber daya yang dimiliki oleh aktor akan dijadikan modal olehnya
untuk mendapatkan privileged dari lingkungannya. Salah satunya bentuknya bisa
dilihat dari partisipasi kegiatan ekstrakurikuler.
Perbedaan struktur yang tercipta akibat adanya dua program dalam satu
sekolah pada akhirnya akan menciptakan perbedaan budaya dari masing-masing
individu. Program KI (kelas internasional) akan terbiasa mengenai privileged
yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap mereka. Konsekuensinya adalah
ketika mereka menghadapi kegiatan ekstrakurikuler mereka akan sulit untuk
beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Mereka akan lebih nyaman ketika
harus melakukan interaksi dengan aktor lain yang dirasakan memiliki kesamaan
pengalaman dengannya. Selain itu, persepsi yang timbul di kalangan siswa bahwa
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
106
Universitas Indonesia
siswa KI adalah siswa eksklusif makin mempertajam jarak di antara keduanya.
Keterbasatan tersebut akan mempengaruhi mereka ketika berada di dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Kebutuhan akan kerja sama antara dua belah pihak
dirasakan kurang dimiliki karena perbedaan yang mendasari kedua program
tersebut.
Pada awalnya, kegiatan ekstrakurikuler dianggap dapat menjadi salah satu
wadah bagi kedua program untuk saling berinteraksi dan melakukan kerja sama di
dalamnya karena dalam proses belajar mengajar di sekolah ternyata ada segregasi
yang memisahkan keduanya. Hal tersebut ternyata berlanjut hingga dalam
partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Bagi aktor yang terbiasa untuk
mendapatkan privileged dari sekolah, mereka akan menginternalisasikan hal
tersebut ke dalam kegiatan lain yang ada di sekolah. Privileged tersebut dijadikan
modal bagi aktor untuk mendapatkan sumber daya lain di masyarakat. Akhirnya
aktor akan mendapatkan kesamaan minat dengan aktor yang memiliki status sosial
yang sama dengannya. Pola perilaku ini menjadi langgeng di dalam diri aktor.
Perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka menjadi latar belakang tidak
terjalinnya relasi yang baik antara kedua program.
Relasi yang dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak menyebabkan
pola perilaku yang berbeda antar aktor seperti yang terjadi pada kegiatan belajar
mengajar. Aktor masih menekankan adanya diferensiasi di antara mereka. Aktor
yang merasakan diskriminasi juga ikut menjaga jarak dengan aktor yang
mendapatkan privileged tersebut. Adanya perbedaan status sosial dan privileged
yang didapatkan dalam masyarakat memang akan membentuk diferensiasi di
dalamnya (Brookover, 1955: 80). Keadaan yang terjadi akhirnya akan membentuk
kelompok-kelompok yang berlandaskan dari kesamaan status sosial yang melekat
pada diri aktor. Sedangkan di masyarakat sendiri telah terbentuk pola perilaku
dimana mereka lebih menerima aktor yang memiliki status sosial yang lebih
tinggi. Aktor tersebut akan lebih mudah untuk masuk ke dalam lingkungan
masyarakat karena memiliki sumber daya yang tidak ada dalam diri aktor
berstatus sosial lebih rendah.
Mereka menyadari bahwa di antara dua kelompok memang memiliki
status yang berbeda dan akhirnya membentuk pola perilaku yang berbeda satu
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
107
Universitas Indonesia
sama lain. Mereka akan memilih aktor lain sebagai peer-group karena dirasakan
memiliki status sosial yang sama dengan mereka. Kondisi tersebut tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Walaupun ketika mereka
melakukan interaksi terjalin dengan baik namun diantara dua kelompok tersebut
sama-sama mengetahui bahwa mereka memiliki sumber daya yang berbeda.
Diferensiasi yang terjadi di dalam kegiatan ekstrakurikuler membuat aktor akan
melakukan interaksi lebih intensif dengan aktor lain yang memiliki kesamaan
tertentu, dalam hal ini adalah status sosial dan privileged yang didapatkan.
Di dalam ekstrakurikuler, siswa program KI jarang aktif berpartisipasi
dalam kegiatannya. Merekapun lebih memilih untuk saling berinteraksi dengan
siswa lain yang berasal dari sesama program. Ketika di dalam kegiatan
ekstrakurikulerpun, interaksi sosial yang dilakukan antar program terbatas.
Mereka hanya sekedar membahas mengenai kegiatan ekstrakurikuler dan tidak
ada keinginan untuk melakukan interaksi di luar kegiatan ekstrakurikuler. Masing-
masing siswa sudah mengidentifikasikan diri mereka sendiri bahwa mereka
berasal dari latar belakang yang berbeda. Siswa program RSBI lebih memilih
untuk berinteraksi dengan siswa lain yang berasal dari program yang sama.
Dalam relasi yang terjadi antara kedua program terbentuk pemisahan. In-
group dan out-group terlahir sebagai implikasi perbedaan sistem yang diterapkan
oleh pihak sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi yang salah
satunya dapat berfungsi sebagai perluasan jaringan siswa tidak dapat berperan
dengan baik ketika ada diferensiasi di dalam internal kelompok padahal ketika
siswa melakukan kegiatan ekstrakurikuler maka mereka dituntut untuk memiliki
kerja sama yang dapat mencapai tujuan dari kelompoknya. Tetapi, hadirnya
perbedaan dalam kegiatan ekstrakurikuler mendorong siswa untuk membatasi
interaksi yang dilakukan.
Interaksi yang terjadi antara aktor akan menumbuhkan kohesivitas dalam
kelompok. Dengan adanya perbedaan yang terjadi antara dua pihak maka
kohesivitas kelompok yang melibatkan kedua program tersebut juga tidak akan
kuat. Hal ini berbeda dengan kohesivitas yang terjadi antar sesama program.
Adanya kesamaan di antara mereka akan mempekuat kohesivitas antar kelompok
tersebut.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
108
Universitas Indonesia
V.6 Kurikulum Terselubung Sekolah melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Kurikulum terselubung adalah hal yang didapatkan dari adanya kurikulum
nyata di sekolah. Peraturam-peraturan yang ada di dalam lingkungan sekolah
dapat membentuk kepribadian siswa untuk mematuhi peraturan tersebut dan
terbiasa karenanya. Eggleston mengemukakan bahwa kurikulum terselubung
dapat memperkenalkan siswa kepada “tempat mereka” dalam sistem sosial
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan norma, nilai-nilai sosial, struktur, dan
sanksi-sanksi yang ada (Robinson, 1986: 232). Kurikulum terselubung di sekolah
salah satunya bisa didapatkan dari kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menjadi
wadah bagi siswa untuk menjalankan sistem di dalamnya. Hal ini karena kegiatan
dalam ekstrakurikuler dapat menggambarkan sistem sosial lingkup kecil dalam
kehidupan bermasyarakat bagi siswa.
Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa dihadapkan dengan menjalankan
sistem di dalamnya. Secara tidak langsung siswa akan mendapatkan keterampilan
tambahan yaitu pengorganisasian. Implikasi jangka panjangnya adalah siswa tidak
hanya bisa untuk meningkatkan keterampilan semata. Kemampuan siswa untuk
mengatur organisasi dan hal lainnya yang berhubungan dengan itu dapat
membantu siswa untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi lagi, seperti di dunia
kerja. Maka dari itu perspektif konflik sendiri memandang kurikulum terselubung
adalah sebagai akses untuk memproduksi tenaga kerja bagi kamu kapitalis
(Haralombos&Holborn, 2004: 603).
Terlepas dari itu, hadirnya kegiatan ekstrakurikuler memberikan manfaat
tersendiri bagi siswa di sekolah. Kedisiplinan siswa dapat terlatih karena di
dalamnya ada peraturan yang dapat diikuti oleh siswa. Jika siswa mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler dan mereka turut serta disiplin terhadap norma yang
ditetapkan maka nilai kedisiplinanpun secara tidak sadar akan terus terinternalisasi
dalam diri individu. Hal ini akan membantu individu untuk beradaptasi dalam
lingkungan lain yang mengedepankan kedisiplinan. Sistem dalam suatu
masyarakat sendiri akan berbeda-beda. Keberhasilan sistem tentunya akan
dibarengi dengan bagaimana partisipasi dari anggota yang ikut terlibat di
dalamnya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
109
Universitas Indonesia
Kebebasan berpendapat juga ditegakkan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Sikap ini memungkinkan siswa untuk menyatakan pendapatnya kepada individu
lain dalam suatu kelompok. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa dibebaskan
untuk mengemukakan pendapatnya hal tersebut dipicu karena siswalah yang
memang menjalankan sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler. Akomodasi seperti
ini salah satunya dapat dilakukan untuk menghindari konflik yang ada dalam
kelompok. Masalah internal atau eksternal dapat diselesaikan dengan saling
mengemukakan pendapat antara aktor di dalamnya. Jika hal tersebut
terinternalisasi dan menjadi pola perilaku dari siswa maka siswa dapat
membiasakan diri untuk melatih kemampuannya. Implikasinya adalah dalam
masyarakat yang lebih luas, siswa dapat lebih berani untuk mengemukakan
pendapatnya. Pola perilaku yang demikian telah menjadi bagian dari diri siswa
sehingga akan memudahkan individu untuk mengeluarkan pendapatnya dalam
tataran yang lebih luas.
Ketika siswa melanggar peraturan yang ditetapkan dalam kelompoknya
dan mendapatkan sanksi dari anggota lain maka siswa akan belajar bahwa
perbuatan yang dilakukannya telah melanggar norma kelompok. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Parsons bahwa kurikulum terselubung dapat membuat
siswa belajar mengevaluasi diri sendiri (Robinson, 1986: 127). Pelanggaran
norma dan pemberian sanksi yang dijalankan oleh kelompok kepada anggotanya
akan membentuk individu terbiasa mengikuti norma yang berlaku di
lingkungannya. Selanjutnya, untuk melakukan tindakan tertentu, siswa akan
berpikir apakah hal tersebut melanggar norma yang berlaku dalam kelompoknya
atau tidak karena implikasi dari tindakan yang dilakukan oleh aktor adalah
pemberian sanksi dari kelompoknya. Ketika mengikuti kegiatan
ekstrakurikulerpun, nilai yang terbentuk dalam diri siswa akan membentuk pola
perilaku mereka dalam berkegiatan. Siswa akan berusaha untuk mengikuti norma
yang berlaku karena mengingat konsekuensi dari pelanggaran norma tersebut.
Kurikulum terselubung dalam dilihat dari 3 pola interaksi sosial yang
dilakukan oleh aktor yaitu proses generalisasi, proses menirukan contoh dan
proses reward dan punishment (Seda, 1987). Kegiatan ekstrakurikuler akan
memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan yang ia sukai dan dapat
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
110
Universitas Indonesia
menambah keterampilan siswa sendiri. Merekapun dapat mengikuti perlombaan
sehingga dapat menilai sampai sejauh mana kemampuan yang dimilikinya. Ketika
siswa merasa berhasil dalam kegiatan ekstrakurikuler tertentu maka iapun
memiliki keyakinan bahwa dapat memperoleh keberhasilan yang sama dalam
kegiatan yang berbeda. Keyakinan yang dimiliki siswa akan membuatnya
mencoba melakukan kegiatan yang berbeda dari sebelumnya. Hal tersebut akan
memotivasi siswa dan memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan baru.
Penjelasan di atas sedikit menggambarkan mengenai proses generalisasi dalam
kurikulum terselubung.
Pada proses menirukan contoh, siswa akan mengikuti tindakan yang
dilakukan oleh seniornya karena senior dianggap sebagai aktor yang memiliki
status lebih tinggi dibandingkan aktor yang masih junior. Di sisi lain, aktor juga
akan mengikuti perilaku yang dilakukan oleh alumni. Hal tersebut berlangsung
secara kontinu sampai anggota baru masuk ke dalam kelompoknya. Bentuk nilai
yang demikian menjadi ciri dari ekstrakurikuler dan akan terus direproduksi oleh
aktor-aktor yang berada di dalamnya. Dari hal tersebut secara implisit dapat
dilihat bahwa di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri terdapat nilai kepatuhan
kepada aktor yang memiliki status lebih tinggi. Status yang dimiliki oleh aktor
dijadikan sebagai modal untuk mendapatkan sumber daya dari aktor lain. Hal
tersebut dapat mengindikasikan bahwa nantinya di dalam lingkungan sosial yang
lebih luas siswa akan mengikuti tindakan yang dilakukan oleh aktor dengan status
lebih tinggi darinya. Nilai kepatuhan yang diperlihatkan siswa kepada alumni juga
didasari oleh kepercayaan siswa kepada alumni. Alumni sebagai aktor yang
dianggap sering membantu menyelesaikan konflik kelompok menjadi acuan bagi
siswa untuk melaksanakan saran dari alumni.
Norma yang ada pada kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi suatu bentuk
kontrol sosial di dalamnya. Siswa yang dianggap melanggar norma dalam
kelompok maka akan mendapatkan teguran dari anggota lainnya. Adanya sanksi
yang diberikan kepada aktor yang melanggar akan membuat efek jera pada aktor
sehingga aktor akan berusaha untuk mengikuti norma sosial yang ada di dalam
kelompoknya. Hal ini akan membentuk aktor taat kepada norma sosial yang ada di
dalam masyarakat. Norma sosial dalam masyarakat penting adanya untuk
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
111
Universitas Indonesia
dilakukan untuk bisa mengontrol tindakan yang dilakukan oleh anggotanya. Pada
lingkungan masyarakat terdapat norma-norma yang terbentuk dan setiap anggota
diwajibkan untuk mengikuti norma tersebut. Bentuk sanksi yang diberlakukanpun
beragam bahkan aktor dapat dikucilkan dari kehidupan sosialnya jika dianggap
melanggar norma dalam kelompoknya. Partisipasi siswa dalam menjalankan
norma yang ditetapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu siswa
untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat dan dapat menyiapkan siswa
untuk menjadi bagian dari anggota masyarakat yang lebih luas nantinya.
Perbedaan program yang diambil oleh siswa pada akhirnya akan
mempengaruhi kurikulum dan juga fasilitas yang diterima oleh aktor. Interaksi
yang dilakukan guru kepada aktor saat di dalam kelas akan mempengaruhi
pembentukan nilai yang diterima oleh aktor. Pada program KI, guru terkesan
memberikan kelonggaran akan sanksi yang seharusnya diterima oleh aktor.
Implikasinya adalah siswa sering melanggar norma yang ditetapkan oleh pihak
sekolah. Dari pihak sekolahpun tidak memberikan sanksi terkait hal tersebut.
Norma yang telah dilanggar oleh aktor tetapi tidak ada sanksi yang diberikan
membuat aktor tidak akan takut untuk melanggar norma yang kedua kalinya.
Bahkan semakin lama hal tersebut dijadikan pembiaran oleh pihak sekolah. Di sisi
lain, siswa yang mengambil program RSBI ditetapkan sanksi yang tegas oleh
pihak sekolah. Ketika mereka melanggar norma, pihak sekolah tidak segan untuk
memberikan sanksi kepada siswa. Hal ini akhirnya membuat siswa untuk
menjalankan norma yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Perbedaan pola perilaku yang ditekankan oleh guru kepada siswa di dalam
proses belajar mengajar memiliki efek samping pada internal siswa dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Jika dibandingkan dengan siswa yang berasal
dari program RSBI, siswa KI termasuk ke dalam siswa yang jarang aktif dalam
melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Bagi mereka yang aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler, mereka akan lebih memilih kegiatan dimana norma yang
diinternalisasikan kepada anggotanya tidak terlalu mengikat atau longgar.
Kelonggaran sanksi yang diberlakukan pada proses belajar mengajar oleh guru
menyebabkan mereka mengimplementasikannya dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Ketika mereka memiliki status lebih tinggi di dalam ekstrakurikuler –pengurus
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
112
Universitas Indonesia
ekstrakurikuler- mereka akan menerapkan norma yang tidak mengikat kepada
anggotanya. Jika ada anggota yang tidak intensif datang pada saat kegiatan,
mereka tidak akan mengambil sanksi atas tindakan yang dilakukan oleh
anggotanya.
Siswa KI yang menjadi pengurus ekstrakurikuler tidak memberlakukan
sanksi kepada siswa yang melanggar norma kelompoknya. Hal tersebut
terinternalisasi dari pembiaran pelanggaran norma yang mereka lakukan ketika
jam belajar mengajar. Pihak sekolah hanya pada masa awal pelanggaran saja
menegur siswa KI kemudian tidak ada tindak lanjut dari pelanggaran tersebut.
Siswa KI sendiri jarang diberikan sanksi oleh pihak sekolah jika dianggap
melanggar peraturan. Tugas sekolah yang diberikan kepada siswa KI juga jarang
dilakukan. Hal ini akhirnya mengurangi tanggung mereka sebagai siswa.
Sementara itu, sebagai siswa seharusnya mereka diberikan tugas dari pihak
sekolah agar nilai tanggung jawab terinternalisasi dalam diri siswa.
Sebaliknya, pada siswa program RSBI di dalam kegiatan belajar mengajar
mereka akan mendapatkan sanksi jika dianggap melanggar norma yang ditetapkan
oleh pihak sekolah. Hal ini secara tidak langsung membuat mereka terinternalisasi
bahwa mematuhi norma dalam kelompok adalah sebuah tanggung jawab sebagai
anggota. Internalisasi norma kelompokpun berjalan dengan baik. Mereka akan
mengimplementasikan norma yang berlaku dalam kelompoknya. Ketika mencapai
status yang lebih tinggipun mereka memberlakukan sanksi kepada anggota yang
dianggap telah melanggar norma yang berlaku dalam kelompoknya. Ketaatan
akan norma yang diberlakukan dalam suatu kelompok akan membuat aktor
menjadi bagian dari terpeliharanya kontrol sosial dalam lingkungannya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
114 Universitas Indonesia
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Ranah pendidikan menjadi salah satu sumber daya bagi masyarakat untuk
mendapatkan mobilitas vertikal dalam lingkungannya. Beragamnya jenis
pendidikan yang ada membuat preferensi pendidikanpun semakin luas. Kebutuhan
akan pendidikan menjadi mutlak diperlukan oleh setiap individu. Bagi
pemerintah, setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas. Salah satu yang telah diupayakan oleh pemerintah adalah dengan cara
menciptakan sekolah dengan status RSBI. RSBI sendiri dianggap dapat
menghadirkan preferensi baru bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
yang berkualitas. Walau sebenarnya status RSBI ini masih menimbulkan polemik
di kalangan masyarakat.
Di dalam sekolah dengan status RSBI akan dibagi menjadi dua program
yaitu kelas internasional (KI) dan juga kelas RSBI –banyak yang menyebutnya
sebagai kelas reguler-. Pembagian dua program ini akhirnya membentuk
diferensiasi di dalam sistem sekolah. Perbedaan fasilitas termasuk kurikulum di
dalamnya membuat siswa secara sadar atau tidak sadar terbentuk segregasi di
antara keduanya. Mereka saling mengidentifikasi bahwa mereka memiliki
perbedaan dan mempengaruhi interaksi yang terjadi antara keduanya.
Kemampuan siswa tidak hanya penting dalam ranah akademis saja.
Keterampilan lain yang dapat menunjang mereka untuk masuk ke dalam
lingkungan masyarakat juga diperlukan. Di lingkungan sekolahpun dibentuk
kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menjadi sebuah wadah bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilannya. Hadirnya ekstrakurikuler dapat memperluas
jaringan sosial yang akan dimiliki siswa di sekolah. Di sini partisipasi siswa
dalam kegiatan menjadi sistem utama dalam ekstrakurikuler. Siswalah yang
memegang kontrol dalam melakukan kegiatan. Pelanggaran yang dilakukan oleh
siswa juga berimplikasi pada pemberikan sanksi dari anggota kelompok lainnya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
115
Universitas Indonesia
Interaksi yang dilakukan oleh anggota baik oleh pengurus maupun non-
pengurus ekstrakurikuler memegang peranan penting dalam eksistensi
ekstrakurikuler. Sistem dalam kegiatan ekstrakurikuler akan berjalan jika fungsi
dan peran yang dilakukan oleh siswa berkesinambungan. Adanya fungsi dan peran
yang dilakukan oleh siswa berjalan tidak seimbang atau ada peran yang tidak
dijalankan dengan baik maka akan mempengaruhi sistem yang berjalan dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
Partisipasi yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kunci bagaimana sistem di dalamnya dapat berjalan. Siswa pada
program KI (kelas internasional) memiliki sumber daya-sumber daya yang tidak
dimiliki oleh siswa program RSBI. Pada kegiatan ekstrakurikuler adanya sumber
daya tersebut sebenernya bukanlah hal utama tapi lebih kepada bagaimana siswa-
siswa menjalankan fungsi dan perannya dengan baik.
Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sebenernya siswa juga dapat
meningkatkan jaringan sosial di antara mereka. Pasalnya di dalam kegiatan ini
siswa-siswa akan memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi satu sama.
Interaksi yang dilakukanpun tidak hanya melingkupi siswa sesama program saja.
Adanya hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap sistem yang berjalan di
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Akan tetapi relasi yang terjadi adalah mereka
tetap memiliki kecenderungan untuk tetap membangun interaksi yang lebih
intensif dengan teman sesama program. Adanya jarak sosial diantara mereka juga
tetap dipertahankan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Jarak sosial yang terjalin tersebut dikarenakan timbulnya persepsi di antara
para siswa jika program kelas internasional adalah siswa yang eksklusif. Persepsi
ini akhirnya akan berimplementasi pada relasi dan interaksi yang terjalin di antara
siswa dalam dua program tersebut. Mereka saling mengidentifikasikan diri
mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.
Siswa KI yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tidak seaktif program
RSBI. Jarang diantara mereka yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal
ini berbeda dengan siswa dalam program RSBI yang justru ikut aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Maka dari hal tersebut jarak sosial yang terjadi antara
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
116
Universitas Indonesia
dua program semakin besar. Presepsi mengenai eksklusivitas siswa KI makin
dipertajam dari adanya hal tersebut.
Bentuk partisipasi yang dapat terlihat dalam suatu kelompok beraneka
ragam. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler sendiri, setiap anggota dapat
memberikan tanggapannya terhadap keputusan yang akan diambil oleh kelompok.
Bentuk partisipasi seperti ini sendiri dapat meningkatkan kinerja di dalam
ekstrakurikuler karena setiap anggota memiliki peran yang sama untuk
mengemukakan pendapatnya. Keputusan yang diambil oleh kelompok dan
kemudian dijalankan oleh setiap anggota di dalamnya juga telah menunjukkan
bagaimana bentuk partisipasi berjalan di kegiatan ekstrakurikuler.
Partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan status
RSBI menjadi berbeda karena pada dasarnya mereka terbagi menjadi dua
program. Sementara itu, sekolah lain tidaklah demikian. Mereka tidak terbagi lagi
menjadi program-program. Dengan demikian, lingkungan sekolah dengan status
RSBI memungkinkan siswa untuk tidak intensif melakukan interaksi antara
program lain. Dengan adanya dinamika tersebut maka kegiatan di dalam
ekstrakurikuler bisa menjadi salah satu cara untuk melihat bagaimana implikasi
dari perbedaan program yang dijalankan oleh siswa.
VI.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan oleh penulis antara lain adalah:
Pihak sekolah:
Pembagian program dalam sekolah dengan status RSBI secara tidak
langsung akan mempengaruhi interaksi yang dijalani oleh masing-masing
siswa. Pihak sekolahpun seharusnya tetap memberlakukan sanksi terhadap
pelanggaran yang dilakukan oleh setiap siswa baik itu siswa yang berasal
dari program KI maupun RSBI. Faktanya adalah pihak sekolah kerap
melupakan sanksi kepada siswa program KI. Kesalahan yang dilakukan
siswa tidak dibarengi dengan pemberian sanksi. Hal tersebut sebenarnya
akan mempengaruhi pola perilaku dan pola pikir siswa. Siswa akan
berpendapat bahwa mereka disegani oleh pihak sekolah karena tidak
mendapatkan sanksi atas pelanggaran yang mereka lakukan.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
117
Universitas Indonesia
Kegiatan ekstrakurikuler dirasakan dapat memberikan manfaat bagi siswa.
Di sini, peran dari pihak sekolah juga dirasakan perlu karena sebenarnya
kegiatan ekstrakurikuler berada di bawah naungan pihak sekolah walaupun
pihak sekolah bukanlah aktor utama di dalamnya. Pihak SMAN X Jakarta
dirasakan kurang memberikan dukungan terutama dukungan finansial
kepada ekstrakurikuler. Maka dari itu diharapkan adanya kontribusi yang
lebih jelas lagi dari pihak sekolah. Kontribusi yang diharapkan juga tidak
hanya meliputi finansial, tapi juga dari bentuk moril yang diberikan oleh
pihak sekolah. Untuk itu, disarankan pihak sekolah tidak hanya
mempertimbangkan mengenai intrakurikulum semata. Kegiatan
ekstrakurikuler juga sebenarnya menyimpan manfaat bagi siswa yang ikut
berpartisipasi di dalamnya.
Adanya dukungan sarana dan pra-sarana bagi kegiatan ekstrakurikuler
perlu ditingkatkan oleh sekolah. Selama ini, kegiatan ekstrakurikuler yang
dilakukan hanyalah di ruangan kelas saja. Akomodasi yang dapat dipenuhi
oleh pihak sekolah akan mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah
Pihak sekolah menugaskan beberapa guru untuk menjadi pembina
ekstrakurikuler. Pembina ekstrakurikuler diharapkan dapat membantu
siswa untuk memberikan saran kepada siswa. Saran dan dukungan yang
diberikan dapat membantu siswa untuk melakukan fungsi dan perannya
dengan lebih baik.
Pihak pemerintah:
Dalam penelitian kali ini ditemukan bahwa implementasi status RSBI
sendiri belum menyentuh kepada siswa-siswa di sekolah. Pengembangan
sekolah dengan status RSBI harus ditingkatkan sesuai dengan kualitas
yang mapan. Dalam artian pemerintah tidak hanya mengejar status RSBI
semata tetapi pengembangan kualitas pendidikan secara menyeluruh juga
perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan pengembangan kualitas yang
dilakukan oleh pemerintah selanjutnya juga akan berdampak pada outcome
yang dihasilkan oleh pihak sekolah.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
118
Universitas Indonesia
Pentingnya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah juga perlu didukung oleh
pemerintah. Pengembangan intrakurikulum yang terus dilakukan ada
baiknya juga turut mempertimbangkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Hal ini karena kegiatan ekstrakurikuler sendiri dapat mengembangkan
potensi siswa. Pemerintah dapat memberikan akomodasi terkait
pengembangan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah serta ikut serta dalam
memberikan dukungan finansial kepada sekolah yang dianggap memiliki
ekstrakurikuler yang mapan untuk memicu sekolah-sekolah lain
memberikan kontribusi nyata di bidang ekstrakurikuler ini.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
119 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Ballard, Keith. 2003. Including Ourselves: Teaching, Trust, Identity and Community.
In Julie Allan (Ed.). Inclusion, Participation and Democracy: What is the
Purpose? USA: Kluwer Academic Publishers
Bourdieu, Pierre. 1984. Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste, terj.
dari bahasa Prancis oleh Richard Nice, London: Routledge
Bourdieu, Pierre. 1993. The Field of Cultural Production. USA: Columbia University
Press
Brembeck, Cole S. 1967. Social Foundations of Education: A Cross-Cultural
Approach. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Brookover, Wilbur B. 1955. A Sociology of Education. USA: American Book
Company
Budiardjo, Miriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai.
Jakarta: PT Gramedia
Creswell, John W. 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative and mixed
Approaches. Sage Publication
de Jong, S.C.N. 1984. Sosiologi Pendidikan: Suatu Ihtisar Teoritis tentang
Pendidikan, Perkembangan, & Modernisasi. Jakarta: PT Sangkala Pulsar
Dreeben, Robert. 1968. On What is Learned in School. USA: Addison-Wesley
Publish-ing Company, Inc.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
120
Universitas Indonesia
Gillin & Gillin. 1942. An Introduction to Sociology. New York: The Macmillan
Company
Haralambos, Michael & Martin Holborn. 2008. Sociology: Themes and Perspectives,
7th
edition. London: HarperCollins Publisher
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat Akar Kekerasan dan Diskriminasi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Horton, Paul B & Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid I, Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
Horton, Paul B & Chester L. Hunt. 1976. Sociology Fourth Edition. New York:
McGraw-Hill Inc.
Horton, Paul B & Robert L. Horton. 1983. Introductory Sociology. USA: Dow Jones
Karp, David A., William C. Yoels, and Barbara H.Vann. 2004. Sociology in Everyday
Life 3rd
Edition. Illinois: Wavelend Press, Inc
Lawang, Robert M.Z. 2005. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu
Pengantar. Depok: FISIP UI Press
Merril, Francis E. 1969. Society and Culture: An Introduction to Sociology Fourth
Edition. USA: Prentice-Hall, Inc.
Nasution, S. 1999. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
Nes, Kari. 2003. Why Does Education for All Have to be Inclusive Education?. In
Julie Allan (Ed.). Inclusion, Participation and Democracy: What is the
Purpose? USA: Kluwer Academic Publishers
Neuman, Lawrence W. 2003. Social Research Methods: Qualitative & Quantitative
Approaches 5th
Edition. USA: Allyn & Bacon
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
121
Universitas Indonesia
Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Ritzer, George, & Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi Modern dari Teori
Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.
Yogyakarta: Kreasi Wacana
Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta: CV
Rajawali
Schaefar, Richard T. 2003. Sociology, Eight Edition. New York: McGraw-Hill
Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Stewart, Elbert W. 1981. Sociology the Human Science. New York: McGraw-Hill
Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Vembriarto, St. 1987. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
Sumber Skripsi/Tesis
Adnan, Ricardi S. 1992. Pengaruh Kurikulum Terselubung Terhadap Keberhasilan
Siswa Sekolah Lanjutan Atas Studi Kasus SMA N 8 Jakarta. Skripsi. Universitas
Indonesia
Ariani, Anita Dwi. 2008. Budaya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI): Studi
Terhadap SMA Negeri X Jakarta dan SMA Swasta Y Jakarta. Skripsi.
Universitas Indonesia
Bisri, M. 2009. Hubungan Partisipasi dalam Kegiatan Ekstrakurikuler dengan
Pencapaian Keterampilan Kepemimpinan Santri (Studi Kasus di Pondok
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
122
Universitas Indonesia
Pesantren Darunnajah Cipining, Bogor, Jawa Barat). Tesis. Universitas
Indonesia
Dazefa, Vety. 2010. Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Jenis Kegiatan
Ekstrakuurikuler yang Diikuti Siswa di SMA Swasta Yapena. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara
Seda, Francisia. 1987. Kurikulum Terselubung dan Modernitas Individu: Suatu Studi
Kasus mengenai Sekolah sebagai Agen Sosialisasi. Skripsi. Universitas
Indonesia
Seto, Antonius Ario. 2004. Gaya Hidup Suburban dan Partisipasi Sosial: Studi
Komparasi Pemukiman Suburban Bukit Sentul dengan Penggilingan. Skripsi.
Universitas Indonesia
Wirakartakusumah, Siti Djuhro. 1997. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Partisipasi Anggota Usaha Organisasi Koperasi (Telaah Kasus KUD Tani
Mukti dan KUD Sumber Alam di Kabupaten Bogor). Tesis. Universitas
Indonesia
Sumber Jurnal
Broh, Beckett A. 2002. Linking Extracurricular Programming to Academic
Achievement: Who Benefits and Why?. Sociology of Education, Vol 75, No. 1
(Jan., 2002)
Collins, James. 2009. Social Reproduction in Classrooms and Schools. Annu. Rev.
Anthropol. 2009. 38:33–48
Halpin, David. 1990. The Sociology of Education and the National Curriculum.
British Journal of Sociology of Education, Vol. 11, No. 1
Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di
Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan vol. IX No.1.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
123
Universitas Indonesia
McNeal Jr., Ralph B. 1995 Extracurricular Activities and High School Dropouts.
Sociology of Education, Vol. 68, No. 1 (Jan., 1995).
Sumber Internet
Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses dari
http://www.pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/permen7809.pdf pada tanggal
21 Agustus pukul 23.35 WIB
Dinas Pendidikan. Penyusunan dan Pendataan Statistik Urusan Pendidikan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diakses dari :
http://disdikdki.net/images/file/845542-10192030052011@Penyusunan-dan-
Pendataan-Statistik.pdf pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 12.44 WIB
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan Nasional. Sekolah Berstandard Internasional. Diakses dari :
http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/docs/dok_34.pdf pada tanggal 12
Agustus 2011 pukul 23.00 WIB
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28¬ab=2
Diakses pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 11.27 WIB
http://www.kemdiknas.go.id/satuan-pendidikan/taman-kanak-kanak/kurikulum.aspx
Diakses pada tangal 21 Agustus 2011 pukul 22.02 WIB
http://www.kemdiknas.go.id/orang-tua/kurikulum-sekolah.aspx Diakses pada tanggal
21 Agustus 2011 pukul 22.33 WIB
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses dari: http://www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf pada tanggal 21 Agustus 2011 pukul 23.05 WIB
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Lampiran 1
Pedoman Wawancara Siswa
RSBI
1. Makna kelas internasional bagi siswa
2. Motivasi mengikuti program (kelas internasional dan kelas RSBI)
3. Harapan mengikuti program tersebut
4. Bagaimana seleksi untuk masuk program
5. Bagaimana proses belajar mengajar di dalam kelas
a. Materi yang diajarkan
b. Fasilitas yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
c. Penilaian terhadap hasil belajar siswa
d. Penerimaan ssiwa terhadap materi pelajaran
e. Dukungan guru dalam proses belajar mengajar
6. Interaksi siswa
a. Interaksi dengan teman sesama program
b. Interaksi antara siswa kelas internasional dengan kelas RSBI
c. Interaksi dengan guru
7. Nilai yang ditransmisikan oleh guru di dalam kelas
8. Nilai yang didapatkan dari sesama teman
9. Implementasi nilai yang didapatkan oleh siswa
Ekstrakurikuler
1. Motivasi mengikuti ekstrakurikuler
2. Harapan mengikuti ekstrakurikuler
3. Proses seleksi untuk terlibat dalam ekstrakurikuler
4. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa
5. Nilai-nilai yang ditransmisikan dalam kegiatan ekstrakurikuler
6. Implementasi nilai tersebut
7. Pelaksanaan kegiataan ekstrakurikuler
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
8. Interaksi yang terjadi di dalam kegiatan ekstrakurikuler
a. Antara sesama anggota ekstrakurikuler
b. Antara pengurus ekstrakurikuler dengan anggota ekstrakurikuler
c. Antara seluruh pengikut ekstrakurikuler dengan kelompok di luar
ekstrakurikuler tersebut
9. Mekanisme pengambilan keputusan dan brainstorming
a. Ketika rapat berlangsung
b. Ketika ada masalah internal atau eksternal
Faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut
c. Kerjasama di dalam kegiatan ekstrakurikuler
10. Peraturan yang ada dalam ekstrakurikuler
a. Peraturan tertulis
b. Peraturan tidak tertulis
11. Mekanisme reward & punishment dalam ekstrakurikuler
12. Mekanisme evaluasi terhadap hasil keputusan
13. Kontribusi anggota dan pengurus ekstrakurikuler
14. Peran guru dalam kegiatan ekstrakurikuler
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Guru
1. Makna RSBI
2. Tujuan RSBI
3. Kurikulum yang digunakan di dalam kelas
a. KTSP
b. Kurikulum Cambridge
4. Proses belajar mengajar di dalam kelas
5. Pandangan pihak guru terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
6. Harapan guru terhadap kegiatan ekstrakurikuler siswa
7. Peran guru dalam kegiatan ekstrakurikuler
a. Secara langsung dan tidak langsung
8. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi pihak sekolah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Lampiran 3
Pedoman Observasi
1. Mengamati kondisi tempat mereka melakukan kegiatan ekstrakurikuler
2. Mengamati bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain di dalam
ekstrakurikuler
3. Mengamati kegiatan yang mereka lakukan di dalam ekstrakurikuler
4. Mengamati peran-peran yang ada dalam ekstrakurikuler
5. Mengamati bagaimana peran dari pihak sekolah atau pembina selama kegiatan
ekstrakurikuler
6. Mengamati peran alumni dalam kegiatan ekstrakurikuler
7. Mengamati penerapan sanksi bagi anggota yang melanggar
8. Mengamati pola relasi antara anggota ekstrakurikuler dengan alumni
9. Mengamati pola relasi antara anggota ekstrakurikuler dengan pihak sekolah
atau pembina
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 1 (AM)
Siswa RSBI XII IPA
Ekstrakurikuler Futsal
Tanggal wawancara: 28 Maret 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Sekarang kelas berapa?
I: XII IPA kak
P: Waktu kamu masuk ke sekolah ini sudah ada program KI?
I: Iya, sudah ada
P: Kenapa ga ngambil program itu?
I: Maunya reguler sih. Kalau KI itu biayanya tinggi banget
P: Motivasinya apa sih ambil program reguler daripada KI?
I: Karena sekolah ini namanya bagus ya jadi dengan itu kan masuk
universitas lebih tinggi peluangnya sama bahan-bahan ajaran di sini
lebih bagus dari SMA lain
P: Kamu dari SMP mana emang?
I: Dari pesantren
P: Ohh dari pesantren. Dimana pesantrennya?
I: Di Kuningan, Jawa Barat
P: Kenapa milih SMA negeri?
Lampiran 4
I: Ehm… itu… Kalo keluar dari pesantren disuruh masuk sini.
P: Disuruh siapa?
I: Sama orangtua
P: Harus di sini gitu sekolahnya?
I: Iya, kan paling deket juga di sini.
P: Rumahnya di sekitar sini?
I: Iya, di Jakarta Utara juga
P: Kamu sendiri dengan masuk program ini ada harapan gitu ga sih?
I: Pengennya sih walaupun ga masuk kelas internasional tapi
kemampuan saya juga lebih baik. Lebih ngerti pelajaran aja kan sekolah
ini juga kualitasnya bagus
P: Terus ngerasa ngerti nih? Kan kamu udah hampir 3 tahun juga
sekolah di sini
I: Ehm..lumayan sih kak. Tergantung guru sebenernya jelasinnya gimana
ke kita
P: Pas masuk sini ada tes ga sih?
I: Waktu itu sih dari NEM doang kalo angkatan saya.
P: NEMnya berapa waktu itu?
I: 37,10. Itu 4 pelajaran, ada matematika, bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, sama IPA.
P: Kalau untuk angkatan di bawah kamu gimana?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Kalau untuk adik kelas sih ada dua seleksi masuk dari offline sama
online. Kalau yang daftar offline itu ada beberapa tes sama nilai raport
rata-ratanya harus 75. Kalau online cuma dari NEM aja.
P: Ada tes apa saja tau ga?
I: Ehm… ada test psikotest, komputer, tes mata pelajaran sama ada
wawancaranya juga.
P: Mata pelajarannya apa aja?
I: Matematika, IPA, bahasa Indonesia sama bahasa Inggris
P: Ohh gitu ya. Terus kalau guru ngajar di kelas gimana sih?
I: Enak sih. Tapi sekarang tuh sistemnya ga cuma guru doang yang nyari
tentang bahan ajar. Kita juga nyari sendiri. Misalnya, nyari bahan buat
presentasi jadi kita diajarin supaya bisa presentasi gitu, ga cuma nerima
omongan guru di dalam kelas.
P: Terus fungsinya guru apa?
I: Guru buat ngebimbing sama ngarahin sama kalau ada yang ga ngerti
dia yang ngejelasin.
P: Terus kalau ada materi baru nih dari guru. Si guru ini nantinya
nerangin dulu atau nyuruh siswa buat presentasi?
I: Tergantung gurunya. Ada guru yang pertama langsung bagi-bagi
kelompok buat presentasi. Ada yang jelasin dulu baru bikin per
kelompok. Biasanya yang ngejelasin duluan itu guru matematika, kalau
yang nyuruh kita aktif itu guru kimia.
P: Lebih nyaman yang mana?
I: Yang ngejelasin dulu sih. Kebetulan gurunya juga enak jadi kita
sebagai siswa juga ngerti apa yang diajarin. Kalau yang dari guru kimia
kan siswa disuruh aktif tapi akhirnya jadinya itu yang pinter makin
pinter yang biasa makin biasa aja. Kalau mau belajar sendiri baru bisa.
Tapi selama ini ngerti-ngerti aja sih sama yang diajarin guru.
P: Kalau ada materi yang ga ngerti, biasanya langsung nanya ke guru
dulu atau ke teman aja?
I: Ke temen dulu sih biasanya. Abis kalau sama guru jarang ketemu,
kalau sama temen kan setiap hari ketemu di kelas jadi bisa langsung
nanya ke temen yang ngerti.
P: Ada temen yang suka pelit gitu ga sih buat ngajarin materinya.
I: Untungnya sih ga ada di kelas yang kaya gitu.
P: Fasilitas yang biasanya dipakai guru buat jelasin materi di dalam kelas
apa?
I: LCD sih biasanya. Biasanya juga ada guru yang bawa laptop
P: Antara guru yang nerangin pelajaran di papan tulis jadi mereka nulis
langsung gitu sama yang nerangin dari power point lebih ngerti dan
nyambung yang mana?
I: Lebih enak papan tulis sih sebenernya. Abisnya aneh gitu kalau dari
power point terutama pelajaran eksak. Saya kan eksak ya. Tiba-tiba di
LCD udah ada aja rumusnya tapi ga tahu darimana asalnya. Udah ada
akhirannya aja. Jadi bingung gitu. Kalau dari papan tulis kan si guru
bener-bener ngejelasin proses dan siswanya juga jadi lebih ngerti. Tapi
ya itu kadang si guru kaya cuma nugasin siswa buat presentasi gitu. Jadi
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
kita dibagi-bagi kelompok terus presentasi deh. Itu juga bikin ga ngerti
kadang.
P: Terus kalau udah selesai ujian di sekolah nih, nilainya bakal dikasih
tahu guru ga?
I: Iya, nilainya dikasih tahu. Biasanya lewat web sekolah gitu jadi kita
tinggal masukin account kita. Soalnya kalau di tempel di papan
pengumuman takut hilang.
P: Guru sebelumnya ngasih tahu ga cara penilaiannya gimana?
I: Ngasih tahu. Jadi nanti berapa kali ulangan terus dibagi berapa gitu.
P: Waktu awal masuk mata pelajaran, guru ngejelasin ga materi yang
mau diajarin buat semester ini apa saja?
I: Paling kalo pertama kali baru masuk itu perkenalan kan, terus dikasih
tahu ini standard apa aja yang harus dipelajarin sama bagi kelompok
baru deh mulai belajar.
P: Suka ada pendapat dari siswa ga tentang penilaian atau materi?
Misalnya si siswa ngasih tahu lebih baik A saja, kaya gitu. Ada ga?
I: Pernah ada sih waktu itu guru biologi jarang nerangin secara langsung.
Jadi gurunya itu jelasin pake DVD gitu. Kalo biologi kan harus detail ya
nah kalo cuma nonton tuh ga terlalu dapet maksud pelajarannya. Jadi
kita ngomong ke gurunya kalo bisa jangan pake video lagi, diajarin
secara langsung dan detail aja.
P: Gurunya nerima?
I: Iya, terima aja gurunya
P: Ohh gitu ya. Terus selama ini ada hambatan ga selama belajar
mengajar di kelas?
I: Ga terlalu sih paling kaya tadi kalo ada yang ga ngerti dan masalah
diomongin langsung aja ke gurunya. Kalau ada pelajaran yang ga ngerti
bisa juga ke ruang guru langsung buat nanya.
P: Kamu sama temen-temen sekelas tuh gimana?
I: Kita termasuk akrab kok. Ngecengin anak-anak ya biasa buat
bercandaan doang. Sama anak RSBI yang lain juga deket sih kita suka
main bareng. Tapi memang lebih sering main sama temen sekelas. Ga
ada musuhan gitu sama RSBI yang lain
P: Akrabnya gimana sih kalian?
I: Ya, jadi gimana ya…mungkin karena udah cocok kali ya satu kelas
jadi ngerasa deket aja.
P: Kalau sama kelas KI gimana?
I: Kelasnya dipojok sih mereka jadi susah kalau mau ngobrol. Ga terlalu
berbaur sama yang lain. Paling kalau kenal ya cuma kenal gitu doang, ga
pernah nongkrong bareng gitu, ga pernah. Ga ada temen deket juga di
KI, biasa aja. Saya nganggep mereka juga biasa aja sih sebenernya ga
ada yang beda-beda gitu ga ada. Biasa aja. Ruang gerak KI tuh kayanya
buat sesama KI aja gitu.
P: Kalau lagi jam istirahat gimana? Kan sama tuh kalau masalah jam
istirahat
I: Gimana ya? Merekanya emang jarang gaul gitu sih.
P: Tapi ada kenalan di KI?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ya, ada sih tapi ga tw ya ujung-ujungnya ga bisa deket
P: Kok bisa?
I: Ehm kenapa yaa… merekanya juga kayanya gitu sih…maksudnya
emang susah sih. Kelas mereka jauh gitu kan ga gabung sama kita yang
RSBI. di ekskul juga mereka kadang-kadang jarang latihan
P: Kalau dari segi fasilitas gimana?
I: Beda sih. Kalau di KI kan ada komputer, printernya juga di situ.
LCDnya juga beda. Kalau di kita kan cuma pake screen warna putih
kalau di mereka tuh kaya yang dipake di kantor-kantor gitu.
P: Ada lagi?
I: Sama pengajar sih. Kalau mereka kan ada yang bule, yang native gitu.
P: Tadi kan bilang kelas KI jauh gitu ya. Memang kelas 3 ruangannya di
mana sih?
I: Kita di lantai 3 semua kecuali kelas KI, dipojok lantai 2 bareng sama
kelas 2.
P: Di sini KI ada berapa kelas?
I: Jadi ada 3 kelas. Itu untuk kelas 1 sampai kelas 3.
P: Kalau menurut kamu bedanya KI sama kelas reguler apa?
I: Kan kalau KI lebih ditunjang sama sekolah tuh. Pake kurikulum
Cambridge juga. Kalo kita kan pake KTSP ya
P: Bayaran sekolah kamu berapa sih?
I: Kalau di angkatan saya Rp. 350.000 tapi angkatan di bawah saya Rp.
600.000
P: Wah beda jauh ya…
I: Iya, mungkin karena sekarang ada CCTV kali tuh.
P: Ada manfaatnya ga sih pake CCTV?
I: Ga ada sih. Mungkin itu buat ngontrol keadaan kelas aja kalau ada
yang bercanda nanti disamperin ke atas.
P: Yang ada CCTV tuh di lantai berapa?
I: Di lantai 3. Anak kelas 1 di situ.
P: Terus kamu deket gitu ga sama guru? Sering ngobrol gitu misalnya
I: Paling kalaupun ngobrol tetep harus sopan, ga yang terlalu deket juga
sih. Nah guru juga ngajarin siswa kaya gitu. Kesopanan. Jadi kalaupun
nilai kita bagus tapi dirasa ga sopan ya nilainya tetep jelek. Karena guru
yang nilai kaya gitu. Jadi kalau siswa dianggap guru nilai kesehariannya
kurang ya nilainya ga akan dibagusin.
P: Memang nilai keseharian yang kurang itu kaya gimana?
I: Ya misalnya dia jarang masuk sekolah, sering ga merhatiin kalau guru
jelasin.
P: Terus kalau misalnya lagi sama temen apa sih yang kamu dapet dari
bareng-bareng sama mereka?
I: Ya paling informasi gitu sih. Kaya misalnya informasi tentang tes
sama TO. Dari temen juga kebersamaannya juga lumayan jadi ya kita
ngasih tahu aja kalo ada info kaya gitu.
P: Terus hal-hal yang sudah kamu dapetin dari guru sama temen
diaplikasiin kemana?
I: Ya paling dilakuin ke luar sekolah. Kaya misalnya di rumah atau sama
temen-temen luar sekolah gitu. Kaya kalau guru kan ngajarin tentang
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
kesopanan tuh yaudah dicoba dijalanin aja sehari-hari. Terus
kebersamaan juga. Jadi tuh kalau sama orang lebih mau nolong aja
jadinya.
P: Biasanya yang ngadain TO dari mana saja?
I: Baru-baru ini dari Gunadarma terus sekolah kan kerjasama sama
Makara tuh jadi ya dari Makara aja palingan. Terus hari sabtu juga suka
ada Sabtu Ceria. Jadi kaya penambahan materi gitu di hari sabtu. Jadi
kan kalau di situ kita bahas soal UN atau SNMPTN jadi ngerasa lebih
ngerti aja sama materi. Jadi kalau Sabtu Ceria itu kita dibagi-bagi
kelompok dan disuruh ngerjain soal. Nanti kelompok lain tuh beda
soalnya. Jadi masing-masing dari kita punya kewajiban buat nyelesaiin
soal. Kalau udah selesai nanti ngajarin yang lain karena soalnya kan
beda.
P: Kamu ikut bimbel juga?
I: Ikut, di NF. Deket lha dari sekolah
P: Terus kamu sering pake fasilitas dari sekolah?
I: Paling pake lab aja sama LCD kalau lagi presentasi.
P: Ikut ekskul apa?
I: Futsal
P: Kok bisa milih ekskul futsal?
I: Memang suka futsal sih.
P: Terus harapan kamu masuk di ekskul ini apa?
I: Buat nambah skill sih.
P: Waktu SMP ikutan futsal juga?
I: Waktu SMP sih bola sama basket. Kalo bisa sih pengen jadi pemain
bola juga.
P: Suka olahraga ya kamu?
I: Lumayan sih kak
P: Dari kapan suka olahraga?
I: Ehm...udah lama sih. Kan suka main sama temen-temen. Main futsal
atau basket gitu kita
P: Ohh jadi awalnya karena main dulu sama temen?
I: Iya, terus kebawa sampai sekarang
P: Sekarang masih suka ngumpul sama anak-anak futsal?
I: Iya, masih sering.
P: Ngapain aja biasanya?
I: Ya banyak sih..ngobrol, ngomongin futsal sekarang kaya gimana
P: Biasa latihan hari apa kalau futsal?
I: Biasanya itu hari senin sama rabu. Tapi karena sekarang kelas 3 udah
ga boleh terlalu aktif.
P: Latihannya biasa di lapangan sekolah aja?
I: Iya, sama paling kalau iseng suka nyewa di luar juga supaya waktu
barengnya jadi lebih banyak.
P: Berarti deket sama anak-anak futsal?
I: Iya, kita deket dan kenal semua. Kalau ketemu di jam sekolah juga
suka ngobrol.
P: Ada anak KI juga ga di futsal?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Kalau yang angkatan tahun lalu sih ada. Angkatan yang di bawah saya
ga ada. Angkatan saya ada 2 orang.
P: Terus dia kalau di ekskul gimana?
I: Ngobrol sih. Kalau di ekskul udah akrab. Tapi ya paling kaya gitu
doang ngobrolnya
P: Maksudnya?
I: Ya..biasanya sih paling karena di ekskul aja ngobrolnya. Ga terlalu
akrab kaya anak RSBI yang lain. Jadi tuh..ehm… kalo di ekskul juga
anak KI sama kita sebatasnya aja ngobrol. Mereka juga rata-rata jarang
aktif di ekskul. Yang ikut ekskul rajin tuh jarang, yang baur sama kita
apalagi..jarang banget. Sisanya yaudah main sama anak KI juga
P: Kalau misalnya di jam pelajaran kan udah ga ada atribut ekskul,
interaksinya gimana sama mereka?
I: Kalau ketemu ya tegur aja palingan.
P: Di luar sekolah, suka nongkrong gitu juga sama mereka?
I: Ga sih mungkin karena cewe. Kalau cowo mungkin akan banyak
ngumpul
P: Pernah ada masalah atau konflik internal gitu ga?
I: Ga pernah sih. Paling dulu ada waktu senior saya yang sekarang sudah
alumni. Jadi dulu tuh renggang satu angkatan futsal. Jadi…apa ya…
sempet ga ada yang wakilin di lomba setahun karena musuhan itu. Tapi
angkatan selanjutnya udah ga ada masalah lagi. Itu juga masalah selesai
karena ada alumni yang bantuin. Katanya sih itu masalahnya karena ada
yang banyak gaya gitu jadi ada yang ga suka, ribut deh satu angkatan.
Kalo sekarang sih udah ga. Ehm… terus kan kita sekarang ketuanya
enak gitu lah… jadi ga ada berantem-berantem. Lagian kita kalau milih
ketua futsal juga diomongin dulu sama semua anggota terus kalau udah
kepilih nanti anaknya ditanyain mau atau ga jadi ketua futsal. Kalau mau
ya ga apa-apa kalau ga mau juga ga apa-apa. Nanti kalau dia ga mau
pilih calon yang lain. Yang dipilih jadi ketua futsal juga dipilih anak
yang…apa ya…yang dikira-kira bisa gitu buat mimpin ekskul.
P: Penunjukkannya gimana buat jadi ketua?
I: Jadi yang nunjuk itu senior. Dipilihlah yang rajin latihan sama yang
bisa dipercaya.
P: Terus nanti bakal ada rapat anggota lagi atau gimana?
I: Itu sih kaya diskusi biasa. Jadi kalau anak futsal kan sering ngumpul
jadi yaudah mungkin diliat dari ngobrol-ngobrol gitu nanti bakal keliatan
bibit yang pas buat jadi ketua futsal. Nanti yang rapat ya antar senior
dulu buat mutusin siapa ketuanya yang cocok.
P: Kalau ada rapat gitu ada pihak yang paling sering ngomong ga sih?
I: Ketua sih paling sama alumni juga. Jadi tuh alumni ibaratnya kaya
tetua gitu. Kasih saran. Alumninya kan enak, nyatu, jadi ya ga masalah,
dia juga ngerti kan sama masalah futsal.
P: Itu setiap rapat alumni dateng atau karena masalah tertentu aja?
I: Terserah dia sih. Kalau ga bisa dateng ya ga apa-apa.
P: Biasanya ketua yang hubungin alumni?
I: Iya, ketua.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Tapi sering dateng ga diundang gitu ga sih? Maksudnya ya dateng aja
terserah mereka, ga usah pake diundang sama ketua ekskulnya
I: Lebih sering kaya gitu sih kayanya. Ga pake diundang ya kalau
misalnya kita ada jadwal latihan dan mereka bisa dateng ya..ga apa-apa..
P: Ga apa-apa ya alumni masih dateng kaya gitu?
I: Ga apa-apa sih. Sebenernya kan mereka juga dateng itu kaya bantu
kita gitu. Kasih saran. Mendingan A, mendingan B gitu.
P: Anggota lain sama pengurus ngikut aja atau gimana?
I: Ga juga sih. Kita omongin lagi sama antar anggota enaknya gimana
gitu.
P: Terus anggota yang lain gimana kalau lagi rapat?
I: Ya kita kasih saran, baiknya begini..begini. Kan biasanya yang jadi
pengurus anak kelas 2 nanti seniorlah yang ngasih saran.
P: Kalau pemilihan ketua alumni ikutan juga ga?
I: Ga sih. Itu dari kitanya aja. Senior terutama
P: Pernah ada masalah sama alumni ga sih?
I: Ga sih kak. Kita kan masih juniornya mereka ya. Ya dihormatin aja
merekanya. Gimana sih kalo sama yang lebih tua..kaya gitu. Kita juga
kan sebenernya makasih sama mereka masih mau repot ngurusin kita
P: Terus tanggepan alumni sama anak KI yang kurang baur gimana?
I: Gimana ya..ehm.. mereka juga ga bisa buat banyak sih kak. Jadi
yaudah didiemin aja sama mereka
P: Ehm kalian sesama anggota futsal pernah ga sih rapatin masalah ga
baurnya anak KI di futsal? Bukannya ga baur ya mereka, kurang gitu lha
maksudnya.
I: Ga pernah sih kak. Kita juga mau gimana ya...kalo di ekskul kan
emang akrab tapi ya sebates ngomongin masalah ekskul aja. Terserah
anaknya juga sih mau ikut baur apa ga sama kita. Kita sih termasuk
santai sebenernya.
P: Ada rapat rutin gitu kalau di futsal?
I: Ga ada sih. Paling kalau mau ada lomba aja baru tuh rapat. Diomongin
lha segala keperluan buat lomba gimana. Sambil ngobrol-ngobrol lama
gitu.
P: Pernah ikut lomba dimana?
I: Banyak sih, misalnya di 68, di Jayabaya, 21. Banyak lha. Menang juga
banyak kita. Dari juara 1 sampai juara 3 udah pernah juga kita.
P: Yang kamu dapet dari ikutan lomba itu apa?
I: Apa ya… ehn… banyak sih sebenernya. Bisa dapet temen baru dari
banyak sekolah kan, bisa nambah skill sama pengalaman juga di lomba
kaya gitu. Terus apa lagi ya.. ehm paling kitanya jadi biasa gitu kalo
main di depan banyak orang.
P: Kalo di futsal sendiri antara pengurus ekskul sama anggota biasa
gimana?
I: Kita sama aja sih kak. Maksudnya ya baik juga. Kalo latihan ya latihan
bareng juga.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Kalau antar ekskul di sekolah ini gimana? Suka ada persaingan sendiri
ga sih?
I: Kalau dari futsal sih deketnya sama basket. Ya paling kalau ditanya
kita memang lebih sering ngobrol dan main sama anak basket. Kalau
sama ekskul lain ga terlalu deket sih. Kalau sama basket sering ikut
lomba bareng jadi ya otomatis waktunya jadi lebih banyak buat ngobrol.
Terus ya suka nontonin mereka juga buat jadi supporter lomba.
P: Kalau dari pihak guru sendiri buat ngebantu ekskul itu gimana sih
perannya?
I: Kalau guru sih sejauh ini ya setuju-setuju aja asal jangan ganggu
pelajaran. Kalau pulang sekolah juga kan biasanya ada jadwal ekskul tuh
nah kita juga ga boleh terlalu sore.
P: Kalau sama pembina gimana?
I: Sering ngobrol sih, deket gitu. Cerita-cerita. Ya paling kalau ada
lomba ya kita ajakin juga.
P: Kalau ada masalah di ekskul gimana? Pembinanya ikutan ngasih
saran atau kaliannya cerita ke Pembina?
I: Ehm.. kalo masalahnya internal ya..kaya ada anak yang jarang latihan
itu kita selesaiin sendiri. Kalo ke Pembina itu biasanya masalah yang
hubungannya sama sekolah. kaya misalnya ijin buat lomba, minta dana
gitu buat ekskul
P: Pembina sejauh ini ngebantu?
I: Untungnya sih ngebantu kak. Enak pembinanya kan. Guru olahraga
kita juga jadi kalo lagi olahraga juga suka sambil ngomongin ekskul lah
P: Pernah ada masalah sama Pembina?
I: Ga ada sih kak. Masih baik aja kita sama pembinanya. Mungkin
tergantung pembinanya juga kali ya. Soalnya kan ada yang pembinanya
ga terlalu ngurusin atau malah kaya ngeberatin anak ekskulnya
P: ngeberatin gimana?
I: Ya…itu misalnya kalo mau ikut lomba kita ngurusnya repot,
pembinanya ga ngebantu buat ngelolosin dari sekolahnya. Terus masalah
dana ekskul. Kalo ngajuin ke sekolah juga ga dibantu. Ada lah yang
kaya gitu.
P: Ada hambatan ga di ekskul ini?
I: Ga ada sih. Alumni tuh banyak bantu. Kalau ke sini suka kasih
masukan karena mereka kan tingkatnya udah lebih tinggi. Kalau di
kuliah kan atmosfernya lebih tinggi jadi mereka ngasih tahu kalau main
jangan panik kalau panik permainannya hilang. Dikasih tahu ambil
tempo tuh gimana. Kalau di futsal kan dalam hitungan detik formasi bisa
berubah.
P: Kan jadwal dari sekolah sampe jam 5 ya? Kalau yang ekskul belum
pada pulang gimana?
I: Jadi nanti tuh ada bel buat bubarin siswa kalau sudah jam 5 jadi sudah
ga ada aktivitas lagi. Kalau misalnya ada lomba kita minta izin dulu ke
pihak sekolah jadi nanti waktu buat latihannya bisa diperpanjang.
P: Kalau ada junior kamu lagi ada lomba gitu suka ikutan nonton ga?
I: Iya, datang buat dukung mereka. Alumni juga suka datang.
P: Terus yang kamu dapet selama ini dari ikut ekskul apa?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ehm… saling percaya. Futsal kan mainnya dalam tim dan tiap orang
punya posisinya masing-masing jadi harus bisa saling percaya aja. Sama
juga pengalamannya. Dari ikut lomba di sekolah lain jadi kenal kan
sama anak-anak di sana. Jadi banyak temen. Sama temen satu ekskul
juga akrab kita. Ada kebersamaannya, gotong royong gitu.
P: Kebersamaannya kaya gimana emang?
I: Ya itu lah.. kalo ada masalah kita sama-sama nyelesaiin bareng. Ya
susah seneng bareng lah. Kalo menang lomba juga seneng bareng
P: Kalau ada masalah di futsal terus nyelesaiinnya tuh gimana antar
anggota?
I: Diajakin ngumpul gitu, bisa ngumpul di rumah siapa gitu buat
diomongin masalahnya gimana. Oya biasanya tuh masalah kita uang
buat lomba. Kadang-kadang kita patungan aja. Alumni juga suka bantu
karena kan ada yang udah kerja jadi bisa bantu dana.
P: Biasanya tuh yang faktor yang paling sering bikin masalah di futsal
apa selain dana tadi?
I: Kan biasanya kalo di futsal ada ketua, ada wakil, sama sekretaris nah
ini tuh yang kerja cuma ketua doang atau wakil doang. Jadi mereka suka
ngambek-ngambek gitu lha karena ada yang magabut, ga kerja. Tapi ya
nanti diomongin harus bagi-bagi kerjanya gitu. Angkatan di bawah saya
tuh yang sering masalah kaya gitu, angkatan saya untungnya ga kaya
gitu.
P: Kamu sering ikutan rapat futsal pas udah kelas 3?
I: Kalau misalnya angkatan saya ada yang dateng ya saya pasti dateng.
P: Kalau dari pihak sekolah sendiri gimana ke ekskulnya?
I: Dapet uang jalan dari sekolah kalau misalnya mau lomba.
P: Cukup uangnya?
I: Ya ga sih… paling kita cari dana sendiri aja sama yang lain
P: Ngapain cari dananya?
I: Ya itu..paling dibantu sama alumni terus kitanya patungan juga
P: Terus kalau hadiah dari lomba gimana?
I: Nah kalau hadiah sih dapet sendiri-sendiri yang penting pialanya
ditaruh di sekolah. Ada juga di rumah saya hehehe karena lupa naro di
sini.
P: Ada peraturan gitu ga di futsal?
I: Kalo di futsal sih yang penting rajin latihan aja. Nanti kalau kira-kira
rajin dan kira-kira mainnya nyatu dipanggil buat lomba. Apa lagi ya?
Terus ini sih ga boleh telat.
P: Jadi bisa buat motivasi gitu ya..yang rajin dateng dipanggil buat
lomba..
I: Salah satunya sih gitu kak. Kan kalo ikut lomba ada untungnya lah.
Gitu…
P: Itu dari awal si senior ya ngasih tw ke kalian gitu?
I: Ehm..jadi dulu gini…pas awal masuk ekskul itu kan biasanya kita ada
ngumpul gitu sama senior sama anggota baru. Jadi dikumpulin. Terus
perkenalan lah sama senior sama anggota baru semua. Biar kenal gitu.
Nah nanti di situ seniornya ngasih tahu peraturan di sini apa aja. Kaya
gitu…
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Terus junior pernah ada ga sih kaya protes…bukan protes sih…tapi
kaya ngasih saran misalnya enaknya kaya gimna
I: Ga sih kak…kita kan dulu masih baru ya jadi ya ngukutin aja apa kata
senior. Gitu sih…
P: Kalau ada yang ngelanggar peraturan gimana?
I: Pernah ada anak yang sebenernya dia masuk ke tim lomba tapi jarang
ikut latihan gitu jadi kita tegurlah dia masih mau jadi tim lomba atau ga
atau nanti bakal dicoret namanya dari tim.
P: Terus dari anaknya gimana?
I: Ya akhirnya dia jadi rajin dateng sih
P: Si seniornya ngasih tahu Cuma di awal doang?
I: Ga sih.. kalo misalnya nih kita lagi ada jadwal latihan terus ada yang
telat kan…nah itu nanti juga ditegur sama senior. “abis ngapain?” “kok
telat?” kaya gitu.
P: Banyak yang telat?
I: Ya awal-awal sih banyak tapi ga tw nih lama-lama jadi ga telat aja.
Sadar kali ya anaknya
P: Ada anak yang sering jarang latihan gitu ya?
I: Iya, lumayan lah. Pasti ada di tiap ekskul juga yang jarang latihan mah
P: Terus itu gimana?
I: Kalo kita biasanya diomongin dulu ke anaknya. Alesannya itu kenapa
ga ikutan latihan. Terus kalo dari anaknya masih tetep males yaudah kita
diemin aja deh.
P: Ga sampe dikeluarin dari ekskul?
I: Ga sih kak. Yang penting kita udah ngomong baik sama anaknya kalo
dari tanggepan dari anaknya kaya gitu yaudah berarti dia emang ga niat
sebenernya
P: Cuma numpang ordik?
I: Hahaha…bener tuh kak. Banyak kasus yang Cuma numpang ordik
doang
P: Sebelum ngomong ke anaknya, kalian ngadain rapat gitu ga sih?
I: Bukan rapat sih…kesannya serius banget…ehm ya diomongin aja
sama anggota yang lain. “Nih gimana anaknya jarang latihan”
gitu…terus yaudah kita bahas enaknya mau digimanain ini anaknya.
P: tapi kalo ada anak yang males dateng gitu di ekskul terus pas jam
sekolah gimana?
I: Ehm.. jadi kaya agak canggung sih. Maksudnya kan kita tahu kan ya
anak itu kaya gimana di ekskul…males-malesan gitu.
P: Kalo dari senior sendiri suka ngelanggar peraturan juga ga sih? Kaya
tadi misalnya, jarang dateng sama telat
I: Ehm.. ga sih kak kayanya. Kalo telat ya ada lah yang telat pasti. Tapi
kalo udah senior biasanya mereka sih rajin dateng. Mungin itu dulu
mereka emang yang aktif kali ya jadi sering nemenin kita latihan, masih
ngurusin kita. Kalo yang dulu pas masih jadi junior merekanya ga
pernah dateng ya sampe sekarang juga ga pernah dateng. Jadi kaya
seleksi alam gitu kali ya kak. Yang senior rajin emang dari dulunya dia
rajin
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Dari tim futsal suka ada apresiasi gitu ga sih sama anak yang
berprestasi di ekskul ini?
I: Kalau kita kan mainnya tim ya jadi paling kalau gitu ada anak yang
dapet best player di lomba atau top scorer. Kalau kaya gitu kan nanti
anaknya langsung yang dapet uang dari lomba.
P: Terus dari sekolah kalau ada ekskul yang baru menang lomba ada
apresiasi gitu?
I: Diumumin di upacara. Udah, itu doang.
P: Kamu kaya ngerasa bangga gitu ga sih bisa masuk ekskul futsal?
I: Ehm… gimana ya. Lumayan sih. Kan gini soalnya, anak futsal lebih
dipandang lha sama anak-anak lainnya
P: maksudnya dipandang tuh kaya gimana?
I: Iya, jadi kaya gimana ya … ada lha kaya ngerasa lebih eksis gitu kalo
masuk futsal
P: Ohh..ada kaya gitu ya di sini…kok bisa dianggep kaya gitu sama
anak-anak?
I: Ehm.. iya saya juga ga ngerti sih awalnya kaya gimana. Tapi tuh kalo
anak futsal emang kaya dianggep lebih gaul gitu
P: Dari awal kamu masuk futsal udah ada kaya gitu?
I: Ya..dari omongan anak-anak aja sih. Anak futsal tuh kaya
gini..gini..yang kaya lebih eksis terus lebih kaya apa ya… kesannya kaya
bandel gitu deh dianggepnya
P: Kamu bangga dibilang bandel gitu? hehehe
I: Ehm.. iya kali ya hehehe. Kaya dianggep jadi lebih eksis aja di
sekolah. terus kan kalo anak futsal tuh kesannya gaul gitu lha, lebih gaul,
lebih eksis di sekolah
P: Terus yang kamu raaian setelah masuk futsal tuh beneran kerasa lebih
bandel?
I: Sebenernya ga juga sih. Ga tw pasti juga sih kenapa dianggep kaya
gitu sama anak-anak. mungkin keliatan dari tampangnya anak futsal
kaya senga gitu kali ya hahaha. Tapi ya sebenernya kita ga yang bandel
yang kaya suka berantem tuh ga sih.
P: Oh.. waktu awal kamu masuk futsal udah ngincer supaya eksis juga?
I: Itu kaya lebih sekalian gitu sih kak. Saya kan emang suka futsal jadi
begitu tahu anak futsal dianggep lebih eksis yaudah sekalian aja deh
P: ekskul futsal doang atau gimana?
I: Ehm.. paling basket sama dance sih kak.
P: Terus kalian anak futsal kan emang lebih deket sama anak basket ya?
Tapi tuh emang seganknya emang kaya gitu? Sama anak-anak yang
eksis juga?
I: Kebawa sama ekskul sih. Maksudnya sama anak ekskul kaya dance
kaya gitu kadang di luar ekskul juga ikutan ngobrol juga. Deket sih,
lumayan.
P: Yang masuk futsal tuh jadinya anak-anak eksis semua?
I: ya jadi ikutan eksis juga hehehe. Nih yang tadi misalnya ga terlalu
keliatan lha di sekolah pas masuk futsal atau basket gitu jadi kebawa lha
eksisnya. Tapi rata-rata yang masuk ekskul ini sih emang yang udah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
eksis gitu lho kak. Kaya udah bawaannya. Mungkin karena minatnya
sama juga jadi yaudah ikutan futsal deh jadi tambah eksis aja itu
anaknya
P: Kalo menurut kamu ya anak yang masuk futsal tuh emang karena
suka atau karena ngejar eksisnya sih?
I: Karena suka sih kayanya. Futsal kan emang identik sama olahraga
cowo ya jadi rata-rata mereka emang suka futsal juga. Ya bonusnya itu
kaya jadi lebih eksis aja di sekolah. Tapi ada juga sih lha anak yang
emang ngerasa pengen lebih eksis terus makanya masuk futsal atau
basket gitu
P: Sejauh ini enjoy di ekskul ini?
I: Iya, enjoy kok.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 2 (LI)
Siswa RSBI XI IPA
Ekstrakurikuler Paskibra
Tanggal wawancara: 30 Maret 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Kamu kelas berapa sekarang?
I: Kelas XI IPA
P: SMPnya dari mana?
I: Dari 30 kak
P: Ada tes apa aja waktu masuk sini?
I: Kalau pas aku sih ada tes mata pelajaran gitu sama liat nilai nem juga
P: Waktu masuk sini udah tahu sebelumnya kalau ada program KI?
I: Iya, udah.
P: Tapi kamu lebih RSBI…
I: Iyaa…karena kayanya lingkungannya lebih enak RSBI karena
temannya itu bisa berubah-ubah dan beragam gitu kak. Kalau KI kan
sedikit. Tiga tahun bareng sama teman yang sama terus
P: Emang kalau menurut kamu sendiri KI itu kaya gimana sih?
I: Mereka kan emang belajarnya pake Cambridge kan ya terus katanya
bahasa Inggris gitu setiap pelajaran. Kalau di RSBI kan ga full Inggris.
P: Pelajaran apa yang biasanya pake bahasa Inggris kalau di RSBI?
I: Ehm… sebenernya sih semua pelajaran bisa tapi tergantung gurunya.
Sekarang emang udah mulai bilingual gitu
P: Dari kapan emangnya mulai bilingual?
I: Dari tahun kemaren sih.
P: Dari kamu kelas satu berarti ya?
I: Iya, dari aku kelas satu sih udah mulai bilingual gitu
P: Kalau harapan kamu sendiri ikut RSBI apa?
I: Ehm.. aku sih pengennya dengan dapet materi yang enak di RSBI aku
jadi lebih ngerti sama pelajaran juga. Gurunya sendiri kan juga enak ya
sejauh ini jadi ya bisa ngedukung lha. Terus jam pelajarannya juga
jarang yang kosong gitu, guru-guru pada masuk jadi materi ke isi terus.
P: Emang kalau KI banyak yang kosong?
I: Ga juga sih kayanya
P: Kalau sistem belajar di RSBI gimana?
I: Aku sih paling suka kalau ada guru yang ngajar tapi diselingin sama
bercanda-canda gitu jadi ga terlalu bosen. Suka ngobrol-ngobrol juga.
Ya ngelucu gitu jadi ga kaku deh suasana di kelas
P: Banyak guru yang ngajar kaya gitu?
I: Ada beberapa sih
P: Pelajaran apa biasanya yang kaya gitu?
I: Fisika sama biologi
P: Materi yang diajarin sama guru gimana?
I: Aku ngerti sih sejauh ini sama yang diajarin
P: Fasitlitas yang ada di dalam kelas apa aja sih?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ehm.. ada LCD, loker. Loker itu biasanya anak-anak nyimpen buku
pelajaran yang masih ada besok. Jadi ga dibawa pulang dulu
P: Biaya sekolah kamu berapa emangnya?
I: Angkatan aku Rp 600.000, dibawah aku juga segitu
P: Kalau anak kelas 3?
I: Anak kelas 3 lebih murah
P: Guru-guru tuh biasanya di kali pertama ketemu ngasih ga materi-
materi yang bakal dipelajarin selama satu semester?
I: Iya, jadi kalau awal semester si gurunya emang ngasih kaya jadwal
materi yang bakal mau dikasih ke kitanya apa aja
P: Kalau masalah nilai yang dikasih guru gimana? Tahu ga sih gimana si
guru bisa dapet nilai sekian gitu buat satu murid?
I: Intinya sih dari nilai ulangan sama nilai sehari-hari. Jadi ada berapa
kali ulangan ya nanti tinggal dibagi lagi aja sama jumlah ulangan
P: Terus kalau ada yang ga ngerti di dalam kelas gimana?
I: Bisa kok nanya gitu ke gurunya. Guru juga akan nerangin ulang
nantinya. Sejauh ini sih guru-gurunya ga masalah kalau ada yang mau
nanya. Tapi ada juga sih anak-anak yang lebih milih nanya ke temen
dulu
P: Guru-guru biasa pake fasilitas apa buat ngajar di dalam kelas?
I: Ehm… biasanya sih LCD sama papan tulis tapi lebih sering pake LCD
P: Papan tulis udah jarang?
I: Papan tulis kalau ngejelasin rumus-rumusnya
P: Kalau kamu sendiri lebih ngerti yang mana kalau guru ngajar?
I: Pake LCD gitu jadi sistemnya kaya guru presentasi. Kalau pake LCD
tuh lebih unik gitu dan langsung ke pointnya. Kalau dari papan tulis tuh
kadang ngebosenin aja. Soalnya kan cuma tulisan doang kalau di
presentasi kan enak gitu warna-warni
P: Kamu sama anak-anak KI gimana?
I: Ga terlalu deket sama anak KI. Ga kenal sama mereka gitu
P: Ga ada kenalan gitu di KI?
I: Kenalan sih ada tapi kalo buat ngobrol gitu jarang banget kak
P: Kalau di paskib sendiri gimana?
I: Di paskib ada anak KI tapi dari merekanya juga jarang ikutan latihan
gitu. Jadi tuh lingkungan KI ya di situ-situ aja. Biasanya sih gitu kak
P: Emang anak KI gimana sih?
I: Anak-anaknya biasa aja mungkin karena kurang komunikasi aja jadi
ya gitu… mereka juga jarang keluar kelas mungkin karena kelasnya
nyaman jadi kalau istirahat ya di dalam kelas mereka aja. Mereka kalau
keluar seperlunya aja
P: Kenapa ga coba komunikasi aja sama mereka?
I: Gimana ya..dari merekanya juga kayanya lebih nyaman sama anak KI
juga deh. Kalo kita anak RSBI kayanya gimana ya..ehm beda lah..lebih
gampang buat akrab gitu. mungkin karena kita kan dipencar-pencar gitu
kan dari kelas 1 sampai kelas 3 sekelasnya beda-beda terus jadi banyak
kenalan juga. Nanti bisa dari temen yang satu dikenalin sama yang ini.
kaya gitu..kalo mereka kan dari kelas 1 sampai kelas 3 sekelas terus kan
dan kelas mereka juga misah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Maksudnya misah?
I: Ehm..jadi anak KI itu dari kelas 1 sampe kelas 3 di lantai 2 semua.
Kalo kita kan ga ya yang anak RSBI. kelas 1 di lantai berapa, kelas 2 di
lantai berapa. Kaya gitu…
P: Emang fasilitas di dalam kelas KI ada apa aja?
I: Kalau KI ada komputernya gitu kalau RSBI ga ada kan. Mungkin
komputernya buat browsing mereka gitu kali ya
P: Tapi kalau sama temen-temen sekelas deket?
I: Deket kita mah. Di luar sekolah kadang kita juga ngumpul.
P: Ngapain?
I: Main aja sih biasanya. Nanti ke rumah salah satu temen terus main di
situ
P: Deketnya kaya gimana sih kalian?
I: Ehm.. kaya ngerasa enak aja sama temen-temen. Saling cerita kalo ada
apa-apa. Kompak ngadain acara gitu, jalan bareng kaya gitu lah
misalnya buat deketin kita lagi
P: Anak 30 banyak ya di sini? Terus kamu biasanya gabung sama temen-
temen SMP kamu atau sama temen SMA yang sekarang?
I: Sama temen SMA sih kak. Udah jarang gabung sama temen SMP
P: Kalau anak-anak sama guru gimana?
I: Yang penting sih jaga kesopanan aja terutama di kelas. Soalnya
kadang kalau di luar kelas ada beberapa yang udah kaya temen aja. Kaya
udah kenal lama
P: Kamu ada ikut bimbel?
I: Aku private di rumah sih. Ngerasa lebih enak private juga soalnya
lebih ngerti. Mungkin karena cuma sendiri doang jadi lebih jelas
P: Berapa kali seminggu?
I: Seminggu dua kali dan itu semua mata pelajaran yang penting gitu.
Nanti jadwalnya ganti-gantian aja
P: Mata pelajaran yang penting tuh kaya apa?
I: Yang eksak gitu
P: Apa sih yang kamu dapet selama ini dari temen-temen kamu?
I: Kekompakannya kak… kan suka bandel-bandel gitu ngerjain gurunya.
Kadang kalau ada tugas tapi kalau kita semua belum pada ngerjain ya
kita bilang aja ke gurunya kalau ga ada tugas. Terus temen-temen di sini
tuh asik aja. Saling ngebantu gitu lah intinya. Akunya juga nyaman sama
mereka
P: Kalau dari sisi guru sendiri apa yang kamu dapetin?
I: Kesopanan paling sih kak. Kalau ada anak yang bandel nih di kelas
nanti gurunya nasehatin itu anak tapi masih pake bahasa yang sopan
juga. Kitanya juga jadi segan kan ke mereka. Paling gurunya juga bilang
gini “Kalau mau ngobrol, ngobrol aja dulu biar saya yang diem”.
Diterapin lah kesopanan itu. Di luar sekolah pasti kepake kan itu
kesopanan. Kalau lagi ada acara-acara gitu juga dipake. Kaya misalnya
merhatiin orang ngomong.
P: Terus kamu sendiri milih paskib kenapa?
I: Awalnya sih iseng aja masuk ngikut temen eh keterusan jadinya
P: Ga terpaksa kan tapi sekarang?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ga sih… jadi malah suka sekarang
P: Kamu ngikut terus latihannya?
I: Kalau lagi bisa ya aku ikut latihan aja kak.
P: Tiap hari apa aja sih latihannya?
I: Jumat kak
P: Berapa lama?
I: Ehm..dari jam 3 sampai jam 5
P: Kalau ada anak yang ga latihan gimana ditegur ga sama paskibnya?
I: Ga sih asal udah izin ke kitanya
P: Kalau ga izin?
I: Kita tegur anaknya sih terus dikasih tahu kalau mau pergi atau apa izin
dulu ke kita
P: Kalau ada yang ga izin gimana?
I: Pas latihan besoknya kita tanya kenapa ga dateng. Terus kita kasih tw
lagi supaya kalo ga dateng izin ke kitanya
P: Ada batas maksimal gitu ga sih bolos berapa kali latihan?
I: Ga ada sih kak
P: Pernah ada kasus anak paskib yang keluar?
I: Biasanya kalau mau ngeluarin diri itu sebelum…sebelum 17 Agustus.
Jadi tuh sebelum 17 Agustus banyak tuh yang ngeluarin diri biasanya.
Setelah dari itu udah ga ada yang keluar. Selama ini sih ga ada kasus
yang mau keluar dari paskib. Patokannya itu pas ordik. Kalau dia udah
ikut ordik ya berarti dia sah jadi anggota paskib.
P: Emang kalau 17 Agustus ngapain?
I: Upacara gitu. Jadi yang jadi petugas upacaranya itu yang baru masuk
paskib dan kepilih jadi petugas
P: Kok banyak yang keluar dari paskib?
I: Ehn…mungkin karena ngeliat kita kaya ekskulnya yang..yang disiplin
gitu kali ya..yang kaya militer jadi anak-anak pada takut sama paskib
P: Kalo kamu sendiri ngerasa kaya gitu di paskib?
I: Ehm.. gimana ya..karena keterusan kali ya kak jadinya ya suka aja
sama paskib. Emang kita disiplin sih..maksudnya ya kalo junior kan
harus rajin latihan terus tiap jumat. Panas-panasan latihannya, kadang
suka dibentak senior kalo ga fokus kaya gitu. tapi…ya itung-itung
ngelatih mental aja sih jadinya. Dijalanin aja. Kalo udah jadi senior ga
separah waktu junior kok
P: berat ya latihan paskib?
I: Ya..lumayan lah kak.
P: Waktu angkatan kamu ada berapa anak paskibnya?
I: 17
P: Itu dari anak RSBI sama KI juga?
I: RSBI aja, KInya ga. Angkatan sekarang yang ada KInya
P: Aktif mereka?
I: Aktif
P: Mereka gimana sama anak paskib yang lainnya?
I: Untungnya sih berbaur kak
P: Kalau udah di jam sekolah?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Mereka emang lebih sering di kelas sih. Jadi ketemunya paling di
paskib doang
P: Sering ikutan ngumpul juga anak KInya?
I: Iya, lumayan sih. Tapi emang kalo di ekskul kita sama mereka
ngomonginnya tentang ekskul aja. Mereka juga ga nutup diri gitu
sih…maksudnya ya masih mau baur sama kita kalo di ekskul juga. Tapi
sebenernya saya juga ngerasa lebih deket sama anak paskib yang dari
RSBI sih
P: Kenapa?
I: Ehm..ga tw sih. Lebih enak aja. Kalo sama anak KI kaya ada yang
bikin beda
P: Beda dari apa?
I: Apa ya…mereka kan emang dari sekolah biayanya lebih mahal. Buku
yang dipake beda, terus mereka kayanya lebih gimana gitu..gimana
ya..emang mereka tuh kayanya lingkungannya sama anak KI juga gitu
jadi pas ngobrol sama kita juga kaya gimana gitu
P: Kalo ada ngumpul di luar gitu, misalnya anak paskib jalan bareng.
Terus mereka ikutan?
I: Jarang sih kak. Tapi ya ikutan juga ngumpul sama kita. Ngobrol gitu
P: Ada struktur organisasi di dalam paskib?
I: Iya, ada. Setiap pergantian pengurus nanti ganti lagi orang-orang yang
jadi pengurus.
P: Pengurusnya juga rajin ngerjain tugasnya gitu ga sih? Maksudnya ga
magabut gitu
I: Iya kok. Kita tw lah tugas pengurus apa aja. Terus kan emang udah
ada pembagiannya kan. Si A ngerjain apa, si B ngerjain ini. kaya
gitu..tergantung dari jabatan pengurus. Kalo yang jadi pengurus kan
emang yang udah jadi senior kan jadi otomatis kan kita ya ngejalanin aja
P: Ada acara rapat reguler gitu di paskib?
I: Ada kak apalagi sekarang kita lagi nyiapin acara lomba paskib.
P: Kamu panitia juga?
I: Iya, semuanya panitia. Aku di bagian acara
P: Itu buat seluruh SMA?
I: SMA sama SMP se-Jabodetabek
P: Wahh…itu diadain di sini juga?
I: Iya…
P: Setiap berapa tahun sekali?
I: Setahun sekali. Setiap angkatan ada
P: Tahun ini kapan diadainnya?
I: Oktober nanti
P: Persiapannya gimana sampai sekarang?
I: Masih dalam proses sih
P: Terus rapatnya tiap kapan?
I: Tergantung yang bikin rapat sih. Nanti dia yang ngabarin kita terus
besoknya baru kumpul. Jadi yang ga terjadwal banget sih tapi ya
termasuk yang rutin gitu. Tergantung keperluan jadinya
P: Kalau lagi ga ada acara nih misalnya. Kalian ngomongin apa di rapat?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ya..paling tentang paskib aja sih. Maksudnya apa yang kurang selama
ini, harus gimana, pengurusnya gimana kerjanya, anggotanya gimana.
Kaya gitu-gitu
P: Ada yang paling sering ngomong di rapat ga sih?
I: Ehm..biasanya sih ketua sama pengurus juga. Tapi kalo misalnya ada
anggota yang mau ngasih saran ya ga apa-apa. Malah dibutuhin sih saran
kaya gitu. kan buat paskib juga ya jadi ya bagus kalo anggota lain juga
ikutan
P: Ada rapat khusus pengurus?
I: Iya, ada
P: Tiap kapan?
I: Ga tentu sih kak itu
P: Ngapain aja?
I: Biasnaya kalo ada masalah internal paskib gitu kan yang tw duluan
dan yang ngomongin itu pengurusnya dulu, seniornya dulu kan. Kalo
udah di omongin sama pengurus baru deh ke anggota lain
P: Ohh gitu. anggota ikutan juga ya berarti kaya ngasih saran gitu lah
I: Iya kak. Mereka juga ikut ngomong kok kalo ada rapat gitu
P: Pernah ada konflik internal di paskib?
I: Ada lah. Di antara satu atau dua orang itu biasa.
P: Terus kalau ada masalah gitu, solusi dari kalian sendiri apa?
I: Iya, jadi kita biasa ngumpul seangkatan terus kita omongin
masalahnya..udah..langsung selesai. Atau nanti mereka ngomong ke
mentornya gitu. Tiap angkatan tuh punya mentor yang bisa ngebantu
mereka.
P: Mentornya itu siapa?
I: Alumni. Sama alumni tuh kita emang deket gitu sih. Kadang mereka
juga suka ngajakin jalan
P: Mereka sering dateng juga?
I: Iya, kalo kita latihan dan merekanya bisa dateng ya mereka dateng.
P: Ngapain aja biasanya?
I: Ngeliat aja sih. Nah nanti dikasih tahu enaknya kaya gimana,
bagusnya kaya gimana. Gitu… kan mereka udah pengalaman ya di
paskib, banyak yang ikut lomba juga jadi kitanya terima sarannya
mereka
P: Contoh masalah internal yang pernah dialamin apa?
I: Jadi pernah ada junior yang ngerasa ditinggalin gitu sama temennya
jadi ehm.. mereka sempet musuhan terus kita kumpulin jadi satu
terus…udah mereka baikan lagi
P: Penggagasnya siapa buat ngumpulin mereka?
I: Ada, bagian personilnya. Itu yang ditugasin buat ngedeketin anak
kelas 1.
P: Bagian personil tuh maksudnya?
I: Kaya tempat curhat gitu. Jadi di paskib tuh emang ada anggota yang
khusus buat temen curhat gitu, ada juga yang buat belajar. Jadi bisa
nanya-nanya ke seniornya.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Jadi kalau ada yang mau curhat tinggal ke orangnya aja? Buat
masalah paskib doang atau..?
I: Ga kok, apa aja masalahnya.
P: Banyak tuh anak-anak yang suka curhat gitu?
I: Iya
P: Terus ketika ada masalah nih, nah si personilnya ini bakal ngasih tahu
ke paskib atau gimana?
I: Iya, jadi kalau dia emang ngerasa itu ngeganggu paskibra mereka
bakal bilang ke kitanya. Nanti kita sampein solusinya ke dia nanti dia
yang ngelakuin tugasnya
P: Ada berapa anggota personilnya?
I: Cuma satu
P: Juniornya ada berapa?
I: 21
P: Ada pendeketan khusus gitu ga sih ke anak-anak yang jarang latihan?
I: Iya, jadi nanti dari personilnya yang ngomong ke temen
seangkatannya terus nanti temen angkatannya yang nanya ke orang itu.
Nanti personilnya deh baru yang ngedeketin anak yang jarang latihan itu.
Jadi personilnya nanya dulu dia kenapa
P: Enaknya apa sih di paskib? Kan sering panas-panasan latihan
I: Cape sih pasti ya tapi karena bareng sama temen-temen jadi ga kerasa.
Kadang dari mereka juga ada yang ngelucu gitu kan jadi ya asik aja.
P: Kamu sendiri jabatannya apa di paskib?
I: Bendahara
P: Tugasnya apa aja?
I: uang kas junior sama senior, pengeluaran sama uang yang masuk dari
sekolah
P: Kamu ngelolanya gimana?
I: Jadi semuanya udah diperhitungin dari awal aku menjabat sampai
kepengurusan selesai. Jadi nanti aku yang nyerahin data awal ke yang
buat proposal
P: Uang kasnya berapa?
I: Kalau buat senior Rp 7.000, buat junior Rp 5.000
P: Ada pelatihnya gitu ga sih di sini?
I: Ga ada. Dari kitanya sendiri sama palingan dari alumni aja yang mau
dateng. Jadi awal-awal jadi junior tuh yang ngajarin kita senior paskib
sendiri.
P: Ada kesenioran gitu ga sih?
I: Adanya cuma buat pelantikan, pas ordik gitu
P: Ada berapa kali ordik di paskib?
I: Ada dua. Ordik sama kesenioran. Kalau ordik itu biasanya sekitar
bulan September. Jadi itu pelantikan buat jadi anggota
P: Ada syaratnya masuk sini?
I: Ga ada sih. Yang dateng ordik itu ya anggota paskib. Kalau kesenioran
itu pelantikan buat jadi senior. Jadi di situ kita lebih main logika aja.
Logikanya biar jalan. Susah sih kak ngejelasinnya. Ehm…. jadi di situ
kita diajarin gimana bela temen yang baik dan yang ga. Misalkan ada
temen yang salah yaudah diakuin salah kalau ga baru kita yang belain.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Gitu. Jadi ada nih salah satu temen kita yang salah terus dia harus
dipulangin nanti si seniornya yang nanya ke kita harus gimana.
P: Kalau ordik gimana?
I: Ya biasa pelantikan gitu. Ditatar supaya jadi lebih siap. Biasanya ada
dua pembagian senior nih ada senior baik sama yang galak.
P: Kegiatan apa aja sih kalo ordik?
I: Kita rata-rata latihan baris gitu kan tapi ya seniornya emang lebih
galak gitu sih, supaya mental si juniornya siap gitu… nanti diomelin lah,
ditanya-tanyain sama senior motivasi gitu-gitu..
P: Terus pas ordik kemaren ordik kamu megang yang mana?
I: Ehm.. aku ga megang sama sekali
P: Lho kok bisa?
I: Jadi ada sedikit masalah yang akhirnya aku ga boleh megang
P: Di paskib?
I: Iya. Masalah internal gitu.
P: Terus gimana nyelesaiinnya waktu itu?
I: Yang tahu alumninya aja jadi alumninya yang punya solusi.
P: Terus gara-gara masalah itu ada yang berubah ga sih interaksi kamu
ke temen-temen?
I: Ga, tetep sama. Senior juga biasa aja jadi kaya ga ada masalah
P: Ada evaluasi lagi ga sih mengenai solusi yang udah dikasih ke kalian?
I: Ga ada sih. Pokoknya ya kita terima aja. Kalau masalahnya selesai
yaudah…
P: Itu tuh alumni emang sering dateng ke sini ya?
I: Ada yang setiap hari gitu sih. Ngontrol kitanya gimana. Mereka kan
emang udah pengalaman ya jadi kitanya juga nerima aja kalau ada
masukan dari mereka selama itu baik
P: Manfaat apa yang kamu dapet dari ikut ekskul?
I: Ehm… ya kalau mau ngatur jadwal ya harus dipikir dulu.
P: Emang nilai apa yang diajarin di paskib?
I: Di paskib juga nekenin kita harus berani hadepin tantangan sama kita
jujur, disiplin juga dalam kehidupan
P: peraturan di paskib tuh gimana sih?
I: intinya sih rajin dateng aja pas latihan terus kalo udah ikut ordik dia ga
boleh keluar dari paskib. Terus ehm…sama senior juga hormatin gitu lha
P: Pas awal masuk itu senior ngasih tw ya harus gini gini?
I: Iya… jadi pas jadi anggota baru itu kita dikumpulin sama senior. Nah
di situ senior ngomong deh harus gimana dipaskib. Aturannya apa aja
gitu
P: Cuma sekali itu doang?
I: Ehm..pokoknya kalo ada yang dianggap kaya ngelanggar peraturan
yang nanti dikasih tw lagi sama senior. Ditegur gitu
P: pernah ada yang keluar dari paskib ga?
I: Ga ada sih. Pokoknya yang udah ikut ordik itu ga boleh keluar dari
paskib. Nah itu juga sebenernya yang.. apa ya… jadi bikin kita kaya
lebih komit gitu lho kak. Kita dari awal kan udah milih paskib nah
yaudah jalanin yang udah dipilih gitu..
P: Terus kalau interaksi anggota ekskul paskib sama ekskul lain gimana?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Biasa aja sih. Ga terlalu deket dan ga terlalu jauh juga
P: Kalau antar anggota gimana?
I: Kita deket sih. Suka jalan bareng juga
P: Ngapain aja sih kalo jalan gitu?
I: ya..paling nonton, makan, ngobrol gitu atau main aja ke rumah
anggota gitu..supaya lebih deket aja. Terus kalo main ke rumah temen
orangtuanya jadi tahu kita juga jadi lebih enak aja
P: Kamu sendiri sering ngobrol ga sama anak KI yang di paskib?
I: Sering sih tapi ya itu tadi paling karena masalah ekskul aja
P: Kalo misalnya antara pengurus sama anggota gimana?
I: Baik sih kak kitanya. Paling kalo misalnya ada masalah tentang anak
yang jarang latihan itu aja sih. Sebenernya sih kita tuh kaya… Yang
penting si junior itu ngerti lah hormatin senior kaya apa
P: Kalau sama guru gimana?
I: Ehm..biasa aja sih paling deketnya sama pembina aja
P: Dari peran gurunya sendiri gimana?
I: Paling Pembina sih. Kalau kita lagi ada acara pembina suka ngasih
saran ke kita terus kalau ada masalah atau apa lah gitu nanti disampein
ke pihak sekolahnya.
P: Udah lama jadi pembinanya?
I: Baru semester ini sih bapaknya jadi Pembina, Januari ini. Kalau
Pembina yang sebelumnya tuh kaya kurang ngedukung. Kalau ada acara
kita suka dibikin susah jadi ya gitu…ga enak aja. Ribet gitu kalau
dijadiin perantara ke pihak sekolah
P: Pernah ada masalah gitu sama Pembina? Atau ngerasa ga enak lah
I: masalah sih ga pernah. Paling kalo dapet Pembina yang ribet aja. Jadi
ga enak. Susah mau ngurus apa gitu ke sekolah
P: Terakhir ngikutin lomba bulan apa kalian?
I: Desember
P: Biasanya yang turun buat lomba siapa?
I: Biasanya sih junior dulu karena mereka kan belum pernah ngerasain
jadi biar ada pengalaman. Kalo senior kan udah sering tapi kadang ada
beberapa yang seniornya juga turun sih
P: Ada lomba ga di dalam waktu deket ini?
I: Iya, ada. Di 42 itu sekitar bulan april atau mei gitu
P: Kamu ada berapa kali ikut pertandingan?
I: Udah 4 kali
P: Juaranya udah berapa kali?
I: Waktu itu juara satu sih di 42. Di 42 itu emang tiap tahun mereka
ngadain perlombaan
P: yang kamu dapet dari lomba itu apa?
I: Ehm..paling bisa nambah temen sih. Nambah pengalaman juga pernah
ikutan lomba gitu. apalagi kalo misalnya menang lomba itu rasanya
gimana gitu…bangga aja jadinya sama diri sendiri
P: Ada beda ga sih antara junior dan senior di paskib?
I: Bedanya sih kalau ada sesuatu, junior ga boleh tahu dulu. Jadi biar
seniornya dulu yang tahu. Jadi misalnya, apa yang mau kita lakuin ke
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
mereka ya mereka ga boleh tahu dulu. Nanti mereka bakal tahu
alasannya kalo kita udah ngomong rame-rame.
P: Anak kelas 3 udah ga aktif ya sekarang?
I: Iya, paling mereka kasih saran aja sih buat ke depannya gimana atau
ngeliatin aja kalau kita lagi latihan
P: Ada kesenjangan gitu ga sih antara junior sama senior?
I: Ga sih, yang penting tahu batas aja. Juniornya ya sopan aja sama yang
tua dari mereka
P: Kalau di luar paskib nih, lagi jam istirahat sekolah misalnya. Si junior
bakal nyapa senior ga?
I: Iya, itu diwajibin sama kita. Itu diterapin dari mereka pertama kali
masuk jadi udah kebiasaan sampai sekarang
P: Dikasih tahu gitu sama senior?
I: Iya, senior yang ngasih tahu kita gitu. terus lama-lama jadi kebiasaan
deh
P: Kalau dari juniornya sendiri yang ngelanggar gimana?
I: Kita bakal ngumpulin mereka gitu sih. Terus kita jelasin harusnya
sikap mereka itu kaya gimana
P: Terus juniornya diomelin tuh di situ?
I: Hehehe ga sih… ya suaranya emang lebih kenceng dari biasanya.
Kalau aku sih biasanya di belakang aja, ga ikutan senior yang lain
P: Eh di sini tuh ada ga sih yang kaya ekskul tertentu yang emang
mayoritasnya kaya lebih eksis gitu dibandingin yang lain?
I: Ehm… dance sih kak kalo buat cewe. Kan keliatan ya kalo dance
emang rata-rata kaya yang cantik-cantik gitu dan rata-rata mereka emang
eksis gitu sih di sekolah. terkenal gitu dibandingin yang lain.
P: Kenapa kamu ga ikutan dance supaya lebih eksis gitu? hehee
I: Hehehe ga sih kak. Aku emang ga suka nari kaya gitu dan kayanya ga
masuk gitu kalo di mereka
P: Masuk gimana?
I: Ya..jadi kaya emang temen-temen deket aku kan ga ada yang di dance
gitu lho. Dan kan kalo anak dance emang kaya anak yang gaul gitu kan
kalo di sekolah. aku sih ga ngerasa kaya gitu.
P: Itu tuh sebutan „gaul‟ atau eksis gitu gimana sih? kok bisa ada di
sekolah?
I: Ehm..dari awal aku masuk sih emang kaya udah keliatan gitu. kan
awalnya emang pas kita MOS ada promosi ekskul, keliatan lha pas di
situ senior-seniornya kaya gimana. Jadi ya ujung-ujungnya sih anak
dance emang kaya buat anak yang gaul gitu sih di sekolah
P: Tapi yang ngerasa ga gaul boleh ikutan dance juga ga?
I: ya boleh sih
P: Bakal jadi lebih eksis juga?
I: Biasanya sih gitu. pokoknya itu anak dance emang rata-rata buat anak
gaul gitu kak. Keliatan sih emang. Ya kalo misalnya anaknya dari awal
biasa kebawa eksis juga gara-gara ikuta dance gitu
P: Cuma ekskul dance doang?
I: Ehm..paling basket sih ya sama futsal juga
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: terus dari mereka sendiri gimana? Kan mereka udah eksis nih di
sekolah nah terus di sekolah kaya gimana? Kaya jadi lebih gaya atau
gimana gitu?
I: Ehm..dari awal emang udah gaya gitu sih mereka. mereka kan juga
kan rata-rata kaya saling kenal gitu lho kak jadi kadang ya gabung gitu
kalo lagi jam ekskul. Maksudnya kaya ngobrol lha
P: Ekskul lain ga masalah?
I: Ga sih. biasa aja. Emang kaya udah sebutannya mereka gitu lebih
eksis di sekolah
P: Tapi mereka masih mau baur sama ekskul lain?
I: Iya, masih kok. Masih ngobrol. Tapi kalo sama anak basket atau futsal
mereka emang lebih banyak ngobrol. Mereka juga tuh kadang suka
diajak jadi panitia gitu dari sekolah
P: Acara apa?
I: Kaya Seroja Cup atau pensi gitu. biasanya ehm..yang eksis gitu deh
yang diajakin duluan buat ikutan jadi panitia intinya gitu.
P: Pandangan kamu sendiri soal itu gimana?
I: Ya… mungkin karena plusnya kali ya dari eksis di sekolah. lebih
dikenal jadi kalo ada apa-apa bisa langsung minta tolong ke mereka dari
sekolahnya
P: Ohiya dari paskib sendiri suka ada acara buat kalian sendiri ga sih?
Kaya ngumpul gitu sesama anggota?
I: Ohh itu..ada…ada. Biasanya itu buka puasa bersama terus kalau bulan
Desember ada malam keakraban, acara angkatan. Terus kadang ada kaya
pergi kemana gitu. Ketiga acara itu sih paling yang rutin diadain
P: Kalau pergi, pergi ke mana emang?
I: Nonton
P: Ada manfaatnya tuh yang kamu rasain dari acara-acara itu?
I: Jadi kenal sama angkatan atas aja terus lebih deket lagi. Sesama
angkatan juga makin akrab lah. Kalau udah kaya gitu kan enak
ya…kalau ada apa-apa bisa ngobrol ke mereka. Saling kerjasama gitu
P: Ada peer sendiri lagi ga sih di paskibnya?
I: Ga ada sih. Kita selalu bareng
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 3 (RN)
Siswa RSBI XI IPA
Ekstrakurikuler Seni Tari
Tanggal wawancara: 30 Maret 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Kamu kelas berapa sekarang?
I: Aku sekarang kelas XI IPA
P: Dari awal emang pengen masuk kelas RSBI atau KI?
I: Ga.. sebenernya masuk sini juga gara-gara mami… kan mami alumni
sini juga
P: Ohh gitu..
I: Ga pengen masuk kelas KI juga sih. Pengen..apa ya.. ngerasain
berbaur di sekolah negeri
P: Lho emangnya kalau di KI kaya gimana? Ga berbaur?
I: Biasanya tuh kaya…ya menyendiri gitu. Iya..jadi apa ya.. kalau kita
kan ada 9 kelas, KI cuma satu kan jadi… kaya sendiri aja. Kaya swasta
gitu..gimana sih.. udahlah cukup di SMP kaya gitu
P: Emang SMPnya dimana?
I: Di Al-Azhar
P: Terus harapan kamu sendiri nih masuk RSBI apa?
I: Pengen dapet yang terbaik lha buat pelajaran apalagi ini sekolah
unggulan kan. Terus ehm… Sebenernya sih harapannya sih…gimana
yaa… cara ngajarnya itu lebih mendekat sama anaknya gitu jadi
anaknya…lebih friendly tapi anaknya tetep pinter gitu lho. Jadi gimana
ya..jadi ada dulu namanya Ibu Asmarni guru biologi nah ngajarnya tuh
kaya gitu tapi jangan pendekatannya kaya dia. Dia kan kaya guru jutek
gitu tapi kalau ngajar enak. Jangan terlalu tegang kalau ngajar. Terus
guru-gurunya tuh… friendly lah, banyak senyum jadi kita tuh nerima
pelajarannya enak aja tapi tetep pinter. Ada tuh guru fisika ngajarnya
enak tapi aku ga suka fisika jadi ya gitu… coba di IPA ga ada fisika itu
lebih tentram
P: Dari awal emang pengen masuk IPA?
I: Iya, karena aku pengen masuk kedokteran. Soalnya di keluargaku
belum ada yang jadi dokter
P: Mau kuliah dimana emang?
I: Ga tahu sih. Mami maunya yang deket-deket aja. Kaya UI gitu tapi
aku pengennya di Unpad atau UGM. Soalnya kan aku bosen tinggal di
Jakarta.
P: Terus yang kamu rasain sekarang masuk RSBI gimana?
I: Enak tuh cuma di temen-temennya doang. Kaya peraturan di sini tuh
ga jelas… maunya gimana. Contohnya pas selesai UTS hari jumat masa
pintu dikunciin. Aku kan cewe gitu kan kalau mau pulang kan pulang
aja. Masa kita harus nunggu selesai solat Jumat baru kita pulang.. kalau
lagi urusan kan..lagian kan udah selesai UTS juga. Itu kan pintu
gerbangnya baru buka jam 1 jadi ya kita harus nunggu gitu…Jadi agak
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
suka ga jelas. aneh sendiri deh..contohnya tuh pertama maunya kaya gini
terus dirubah lagi ke awal terus berubah lagi…jadi bingung aja.
P: Peraturannya gimana emang?
I: Duh bnayak deh pokoknya. Terus kalau izin lomba tuh susah apalagi
aku kan ketua ekskul jadi kalau mau ikut lomba tuh…kalau kita ga
punya dana terus harus dapet dana dari mana kan? Kalau menurut aku
ya... kayanya kita tuh udah bikin proposal udah rinci banget, udah jelas
banget tapi tetep aja disalahin. Maunya tuh yang sedikit tapi berkualitas
kan ga bisa. Jadi kan kalau kita lomba keluar otomatis nama sekolahnya
keluar juga kan jadi orang-orang tahu kan sekolah ini. Dimana letaknya,
bagus ga sih sekolah ini. Gitu-gitu…
P: Terus kalau akhirnya ga dapet dana?
I: Ga, aku paksa. Berjuang sampai titik darah penghabisan. Padahal
besok mau lomba terus baru hari ini dikasih ya tetep aku cari kostum
juga
P: Uang yang dikasih sesuai dengan proposal?
I: Iya, full biasanya. Dengan… ya perjuangan yang luar biasa ya
akhirnya dapet juga..
P: Waktu masuk sini seleksinya gimana?
I: Kan waktu masuk sini tahun aku ada dua jalur. Yang online sama
offline. Aku ikut yang offline. Yang offline itu banyak banget tesnya.
Seinget aku ada 7 apa gitu tesnya… iya, dari pertama itu tes mata
pelajaran UN itu 2 hari kalau ga salah..seinget aku ya. Terus tes
komputer, tes wawancara, tes PA, terus wawancara anak sama
orangtuanya, satu lagi apa ya… seinget aku tuh ada 7, dan itu lama gitu
jadi ganggu liburan deh hahaha
P: Seminggu lebih?
I: Ga, jadi tuh misalnya minggu ini selasa terus minggu depan hari apa
gitu… seinget aku ya. Kalau yang online kayanya cuma dari NEM aja
deh. Oh iya uji raport itu tadi yang pertama. Jadi ngasih raport dari
semester 1 sampai semester 5 di SMP terus itu di seleksi lagi. Untung
aku masuk. Alhamdulillah
P: Kamu belajar lagi ga?
I: Ga, hehehe udah cape..pusing. otaknya udah meleleh kayanya.
Kayanya itu baru tahun aku doang deh. Angkatan atas aku ga kaya gitu
P: Kenapa ga daftar online dulu?
I: Ga tahu, mami maunya yang itu..ngikutin aja.. Ohh takutnya tuh
NEMku ga nyampe di sini. Tapi suka nyesel juga sih.. Ngapain dulu
cape-cape ikut offline ga tahunya NEMnya bagus. Terus itu kan tes buat
RSBI, kalau udah diterima di sini ga boleh ke sekolah lain. Jadi tuh
misalnya kita ngebatalin maunya ke SMA mana gitu, itu tuh ga boleh.
Kalau yang pake NEM doang kan bisa milih ya beberapa sekolah yang
dijadiin kandidat gitu
P: Terus ngerti ga sama apa yang diajarin guru selama ini?
I: Ehm.. ngerti sih hehehe tapi sama guru-guru tertentu aja. Kalau
menurut aku ya guru itu harus pinter dulu, kaya nguasain materinya dulu
yang mau disampein ke anak-anaknya dan dia ngerti cara penyampaian
yang enak. Maksudnya yang enak, yang jelas dan ngebuat kita ngerti dan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
ga bosen. Iya, jadi lebih kenal lah sama anak-anaknya kaya ga ada jarak.
Ya kita akan tetap sopan kok, tenang aja. Kita tetep ngehargain sebagai
guru tapi jarang terlalu strict juga.
P: Banyak yang strict ya?
I: Banyak banget. Yang asik itu guru fisika tadi tapi..pelajarannya ga
suka. Terus ada biologi yang pelajarannya suka tapi gurunya kaya gitu,
strict banget. Ngajarnya ga enak. Yang paling mending sih kimia.
Gurunya enak, kalau nerangin jelas terus friendly juga. Kalau matek
agak deg-degan juga hehehe
P: Sistem belajar di kelas gimana ?
I: Sama aja kaya yang lain, kadang ada presentasi kadan guru ngejelasin
kadang juga ada system online gitu
P: Wah itu gimana maksudnya yang online?
I: Biasanya sih itu fisika. Misalnya ada remed gitu nah nanti gurunya
bilang deh. Hari kamis misalnya dari jam 8 sampai jam 10. Kaya gitu.
Biologi, matek juga suka kaya gitu. Fisika sih yang paling sering ada
ujian online
P: Tapi guru-guru sering pake fasilitas di dalam kelas buat ngajar?
I: Iya, sering pake
P: Kamu lebih ngerti guru nerangin biasa aja atau pake LCD?
I: Ehm..sama aja sih. Soalnya biasanya pake LCD terus nerangin di
papan tulis juga
P: Oh iya kalian dapet loker kan ya?
I: Iya, tapi satu loker itu buat 2 orang.
P: Kamu sendiri sama temen-temen sekelas gimana?
I: Awalnya sih kita ga kompak gitu. Mungkin sampe sekarang dibilang
kompak juga agak gimana gitu.
P: Kok bisa gitu? Ada grup sendiri di dalam kelas?
I: Iya, ada grup pecinta Jepang gitu di dalam kelas. Jadi tuh mereka suka
ngelingkup sendiri aja yang lainnya sih bareng-bareng. Tapi udah
hampir setahun kan ya kita jadi ya udah lumayan nyatu sih. Mereka tuh
pernah ya…kita mau bikin jaket kelas gitu eh malah mereka ga mau.
Terus yang mau ke bali mereka juga ga mau. Aku juga ga ikut ke bali sih
hehehe karena ada latihan nari waktu itu
P: Kalo sama anak RSBI lain gimana?
I: Deket juga. Soalnya kan ada yang dulu pernah sekelas gitu kan. Terus
dari temen kita nanti ada kenalan lagi. Kaya gitu deh. Malah kadang-
kadang suka jalan bareng gitu sama mereka. Padahal ga sekelas gitu.
deket lah intinya. Anak-anaknya juga enak soalnya jadi gampang kalo
mau ngobrol gitu
P: Kalau sama anak KI gimana?
I: Aku berteman sama mereka tapi ya emang kan dari merekanya suka
ada yang ga berbaur gitu kan. Jarang keluar pas istirahat jadi ya gitu…
P: Ga ada yang deket gitu?
I: Ga ada sih. Biasa aja kalo sama mereka. mereka kan emang selalu
sekelas terus kan mungkin makanya jadi deket dan lebih enak sama anak
KI juga. Di kelasnya mereka juga enak sih. Ada LCD yang biasa dipake
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
buat dikantor gitu yang buat presentasi terus ada computer juga. Kalo
aku sih santai aja. Kalo mereka emang maunya main sama KI ya yaudah
P: Kalau sama guru?
I: Cuma beberapa guru doang sih. Kaya yang enak buat ngobrol dan ga
terlalu galak. Kalau gurunya enak justru kita lebih segan gitu ke mereka
daripada yang galak jadi mandangnya agak gimana gitu..
P: Kamu sendiri milih seni tari kenapa?
I: Aku emang nari. Jadi dulu tuh pas promo ekskul, ada beberapa ekskul
tapi kok kayanya…ehm… boring gitu kan. Terus akhirnya ada seni tari
nih yaudah deh ikut aja kayanya seru. Kayanya kakak kelasnya tuh
heboh gitu jadi ya enak aja
P: Kakak kelasnya heboh gitu jadi kepengen masuk?
I: Hahaha ga juga sih. Emang karena aku suka nari
P: Seni tari di sini tuh gimana sih?
I: Ya..bagus sih..termasuk ekskul yang enak lha menurut aku. Anaknya
asik-asik gitu
P: Asiknya kaya gimana sih emang?
I: ya kaya enak aja diajak ngobrol gitu
P: gaul juga? Hahaha
I: Hahaha. Ga tw sih kak. Kata anak-anak kan emang ekskul dance lebih
eksis gitu ya? Hahaha aku sih ngerasa biasa aja. Tapi sebelum gabung
yang pas ada promo ekskul itu emang kan udah ada gosip ya kalo anak
dance itu kaya eksis dan gaul gitu. aku sih ngeliatnya karena mungkin
dance kan modern gitu ya walaupun sebenernya juga bawain buat tari
daerah gitu. tapi paling ga harus luwes gitu dan ehm.. apa ya ga tw sih.
tapi kalo dari senior-seniornya emang keliatan lebih eksis gitu sih di
sekolah
P: Yang kamu dapetin nih masuk ekskul dance yang katanya eksis itu
apa?
I: Apa ya.. sebenernya eksis itu kan yang ngasih anak-anak lainnya. Aku
sih biasa aja kak. Yang penting dancenya maju. Udah deh.
P: Ehm..yang kamu liat sekarang anak-anak dance emang buat yang
eksis gitu?
I: Duh aku sih ngerasanya mereka juga biasa aja. Mungkin banyak
dikenal yang lainnya kali yaa kak. Tapi kita sih kalo berteman ya sama
siapa aja sebenernya.
P: Ada ga sih di dance yang masuk ekskul cuma buat eksis doang?
I: Kayanya sih ga ada sih kak. Kita semua emang suka dan mau belajar
nari aja
P: Kalo kamu sendiri nih ngerasain dijulukin anak eksis di sekolah
gimana?
I: Ehm.. aku ga tw sih ya. Ini kan soalnya dari aku kelas 1 juga ada
sebutin ini ke anak dance atau basket gitu. emang udah dari senior-senior
gitu lho kak
P: Kamu dapet peringkat gitu ga sih di kelas?
I: Ga kak hehhee. Aku sih biasa aja kalo di kelas. Cuma pelajaran
tertentu doang kan yang aku suka. IPA kan agak susah ya jadi ya gitu
deh.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Kamu dipilih jadi ketua itu gimana?
I: Ga tahu. Pokoknya pas awal semester dipilih. Pertama tuh yang jadi
humas siapa, terus yang jadi wakil baru deh yang jadi ketua. Ketuanya
aku yang ditunjuk
P: Itu ditunjuk dari senior?
I: He-eh mungkin dari seniornya yang udah rembukan. Tapi emang
katanya udah turun temurun kalau milih ketua ekskul itu emang
rembukan dari seniornya
P: Dan juniornya itu…
I: Ga tahu, ga ada yang tahu
P: Terus pas pertama kali ditunjuk jadi ketua, ada proker-proker gitu
yang kamu bikin?
I: Bikin, tapi bukan aku yang bikin hehehe. Itu tuh nyontek dari tahun-
tahun sebelumnya yaudah deh masukin aja... kalau aku bilang sih proker
itu ga..ga… maksudnya cuma bukan untuk panduan kan di teori sama di
praktek beda
P: Harapan kamu apa di dalam ekskul ini?
I: Pengen nerusin apa yang aku tekunin selama ini sih. Terus biar
sekolah lebih ngedukung maksudnya kan…judulnya kan seni tari. Nari
itu kan ribet. Secara keseluruhan itu kan dinilai kalau kita mau lomba.
Bagus kalau kita dapet job dapet duit. Kalau kita lomba, udah ngeluarin
duit kalau ga menang kan sayang jadi aku sih pengen kalau kita lomba
keluar feedbacknya ada. Tapi sekolah juga ngedukung jangan bodo amat
gitu. Sekarang kan aku ketua ekskulnya jadi tuh aku pengennya sekolah
ini terkenal kemana-mana.
P: Emang bodo amat gimana sekolahnya?
I: Ya maksudnya ngurusinnya tuh susah. Kaya mau ngajuin proposal
gitu susah. Ga tembus di sekolahnya. maunya ini itu. Ribet. Jatuhnya
kaya ga ngedukung kita buat lomba di luar sekolah.
P: Dari pembinanya sendiri gimana?
I: Pembinanya kan Bu Woro bagus sih tapi gimana ya…mungkin karena
ada 3 ekskul yang diurusin jadi pusing kali ya jadi ga…
P: Ekskul apa aja emang?
I: Seni..kan PSVG, band, sama seni tari. Jadi kaya agak kurang fokus
mungkin fokusnya ke PSVG karena udah bagus dari dulu. Udah sering
ikut lomba di mana-mana. Tapi ya kita tetep sering ngobrol ke
pembinanya juga. Terus kalau kita mau lomba ya kita bilang mau lomba,
kalau ada apa-apa juga ngomong. Kaya tadi juga kita latihan, dia ngeliat
walau kepalanya pusing gitu. “Iya, bu. Yaudah ibu istirahat aja” gitu
kan.
P: Kalo ada masalah cerita ke pembinanya?
I: Ehm..tergantung masalahnya apa sih kak. Kalau misalnya dikira bisa
nyelesaiin ya ga usah kita cerita. Paling ceritanya kalau masalahnya udah
selesai
P: Terus sebagai ketua ekskul nih, nilai apa sih yang kamu terapin ke
temen-temen kamu?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Kekompakkan sih kak. Terus pengennya ngebentuk ekskul yang
kekeluargaan yang kompak juga. Maksudnya yang ga selalu kaku juga
yaudah seneng-seneng aja di seni tari. Kapan lagi ya kan? Di kelas kan
bosen jadi yaudah seneng-seneng aja. Intinya kita harus kompak, harus
menang pokoknya. Dan itu juga yang aku dapet dari ekskul ini
P: Kapan terakhir menang emang?
I: Kemaren…kamis kemaren lomba di Gelanggang
P: Dalam rangka apa emang?
I: Apa sih..lomba kreativitas remaja. Nanti maju lagi ke tingkat provinsi.
Kalau yang kemaren kan masih tingkat Jakarta Utara nah nanti masuk
lagi ke tingkat provinsi. Kan sebelumnya seni tari ga ada pialanya ya…
Alhamdulillah gitu nyumbang-nyumbang dikit sedih amat sih ga ada
pialanya
P: Terus nanti rencananya kapan mau lomba di tingkat provinsi?
I: Ga tahu sih, belum dibilangin lagi
P: Kalau ada rapat-rapat di seni tari gimana?
I: Kalau ada rapat gitu paling kita omongin… misalnya lagi ada event
apa terus siapa aja yang mau ikut, terus berapa biayanya, terus gimana
cara ke sananya, uang makan. Gitu-gitu doang. Sebenernya enak kaya
gini daripada yang terjadwal dan matok ke proker
P: Semuanya ikut ngomong gitu ga sih? Atau cuma kamu doang?
I: Kalo di nari sih semuanya ikutan ngomong kak. Kasih saran gitu.
emang dasarnya anak-anaknya pada bawel kali ya jadi ya cuek aja. Kalo
mau ngomong ya ngomong aja
P: Alumni suka dateng kalo ga di seni tari?
I: Ehm.. ga deh kayanya. Lebih ke kitanya aja gimana bikin ekskul ini
jadi lebih hidup gitu
P: Ada berapa anggota di seni tari?
I: Kalau angkatan aku sekitar 21 tapi yang aktif paling 18 apa 19 gitu…
kalau di bawah aku tuh ada sekitar 30 tapi yang aktif cuma beberapa.
P: Terus kalau ada yang ga aktif gitu gimana? Ada teguran gitu ga?
I: Ya kita sih sadar diri aja. Maksudnya kalau kakak kelas udah jutek
berarti kan ada yang ga bener
P: Ohh suka dijutekin gitu?
I: Ehm.. bukan dijutekin sih maksudnya…ga ngejutekin
gitu…jatohnya..kita cuma diemin aja. Jadi kalau dia lewat ya lewat aja
P: Terus ga ada tindak lanjut lagi?
I: Ga ada sih. Alhamdulillahnya yang ikut ekskul yang aktif masih
banyak jadi yaudahlah ya… jadi yang masih aktif kita rangkul jangan
dilepas gitu
P: Terus dari anaknya gimana?
I: Ga sadar juga. Paling kalau kita udah marah-marah “woy woy ayo
dong latihan”. Tapi bukan marah-marah juga sih emang tabiat kita yang
kita kaya gitu. Nanti kalau udah latihan ya kita ketawa-ketawa lagi.
Intinya kan seneng-seneng
P: Terus kalau sesama yang ikut ekskul tari gimana?
I: Kita deket sih. Pokoknya kalaupun di luar mereka itu bukan temen
deket gitu tapi ya kalau di ekskul kita sama. Kita jadiin satu gitu. Grup-
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
grupan sih pasti ada kalau di luar tari tapi kalau udah masuk ekskul tari
ya kita jadiin satu
P: Kalau antara pengurus sama anggota gimana?
I: Hampir ga keliatan sih mana yang pengurus ekskul mana yang
anggota. Kita sama aja sih, bareng-bareng aja. yang penting latihan yang
penting menang.
P: Suka ada pengurus yang magabut gitu ga sih?
I: Ya pasti ada sih. Kalo udah kaya gitu biasanya aku tegur aja anak
kenapa kaya gitu. yaudah terus diomongin harus konsisten gitu deh. Di
ekskul kan dia kaya ada jabatan gitu ya jangan disalahgunain gitu.
Maksudnya ya jalanin aja jabatannya gitu. kalo emang misalnya ga mau
megang jabatan itu ya lebih baik mundur aja. Kan lebih enak juga. Jadi
ga ke ganggu kegiatan kita gitu
P: terus akhirnya dia mundur apa ga?
I: Ga sih. Sadar diri gitu anaknya
P: Kalau sama ekskul lain gimana?
I: Ga terlalu deket sih tapi ya kita baik-baik aja. Kan kita di sini
menderita sama-sama, seneng sama-sama.
P: Ada anak KI di tari?
I: Ada tapi mereka jarang latihan. Kayanya cuma numpang ordik doang
deh. Setelah ordik selesai ga pernah nongol latihan. Tapi dia udah pernah
ikut lomba. Ada basic nari dia sebenernya. Tapi kalau latihan rutin bisa
dihitung sih.
P: Terus kamu ga ada omong ke anak itu?
I: Ga sih. Kan gini lho kalau dia sering ikut latihan kan bisa ikut lomba,
bisa dapet duit kan akhirnya, namanya bagus di sekolah. Benefitnya
banyak gitu. Kalau ketemu di luar ekskul aku juga biasa aja sih sama dia
tapi ga tahu kalau dianya gimana
P: Ada keganggu ga sih kegiatan di ekskul kalo ada anak yang ga
dateng?
I: Kalo misalnya di sini sih ada ya. Karena kita kan mainnya formasi
gitu. jadi misalnya kita udah bentuk formasi kaya gimana terus ada yang
jarang latihan jadi kan gimana ya…ribet lagi. Akhirnya yaudah mau ga
mau kita harus bentuk formasi baru lagi aja deh
P: Pernah ada masalah gitu ga?
I:Iya, ada. Tapi itu sih biasanya masalahnya dari luar ekskul aku sih
bilang “ Ya lo boleh ga suka di luar itu boleh cuma kalau pas di depan
kelas gw butuh keprofesioanalan kalian kalau kalian kakak kelas yang
baik”. Ga tahu tuh masalahnya sebenernya apa. Aku hidup kaya orang
Amerika aja lah. Ya kan itu masalahnya mereka kalau mau dibantu ya
silahkan kalau ga ya ga.
P: Masalah internal gitu ga?
I: Ga sih
P: Terus kalau ada masalah gitu penyelesaiannya gimana?
I: Ehm.. sebenernya sih aku ga mau tahu ya masalah mereka apa. Intinya
ya itu tadi aku kaya orang Amerika. Kalau mau dibantu ya silahkan
kalau ga dibantu ya berarti dia bisa handle masalahnya sendiri. Tapi aku
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
tekenin jangan sampai ganggu ekskul tari. Aku nuntut keprofesionalan
mereka di situ.
P: Kalau merekanya ga berubah?
I: Ga, mereka berubah kok. Kalau udah dibilang kaya gitu ya mereka
nurut aja. Jadi ya anggap sebagai partner nari jangan sebagai musuh.
Jadi tuh dua orang itu sama-sama pengurus ekskul tapi di luaran mereka
punya temen masing-masing nah di luar itu mereka slek gitu. Ga tw
kenapa.
P: Ada peraturan gitu ga sih di tari?
I: Ga ada sih. Kalau latihan kita juga suka ngaret. Seniornya juga suka
telat. Kita kan pake jam Indonesia jadi ya jam karet yang dipakenya.
Intinya kita latihan kita menang. Beda sama paskib kan ya. Kalau di
paskib kan kaya penjara, militer, ga enak. Kaya apaan gitu. Kalau kita
kan di sini intinya seneng-seneng. Susah seneng bareng. Ehm.. apa ya..
paling gini sih kalo emang anaknya ditunjuk buat ikut lomba yaudah
rajin dateng gitu. komitmen lah yang penting. Harus nunjukkin itu. Toh
kalo menang dia juga dapat untungnya. Ga yang terlalu gimana gitu kalo
di kita mah. Santai. Yang penting latihan yang penting menang
P: Itu biasanya dikasih tahu sama senior harus gini gini..gitu?
I: Ehm… kalo dulu sih senior bilangnya tetep hormatin senior lah.
Jangan banyak gaya gitu. boleh bercanda juga tapi tuh harus tetep tahu
batesnya lah. Kaya gitu
P: Banyak gaya gimana sih?
I: Kaya sok gitu lho. Berasa paling bener aja
P: Kalau lagi ada lomba siapa yang turun?
I: Sampai sekarang sih banyakan seniornya. Juniornya sering sih latihan
sebenernya tapi tuh mereka kaya…ini…kaya ga bagus. Kalau latihan sih
ya sambil bercanda aja tapinya. Tetep deket sama mereka. Jadi kan
misalnya lagi latihan saman. Kalau saman kan telapak tangan harus
keras kan nah kalau mereka tuh masih ada yang klemer-klemer. Yaudah
deh jadi ga ikut lomba deh…
P: Ada yang sampai keluar dari ekskul tari ga?
I: Banyak. Ya biarin aja.
P: Itu kalau keluar gitu sebelumnya ada bilang dulu ga?
I: Ga ada. Ya pokoknya “yaudah lah gw males latihan”. Banyak sih kak
jatohnya kaya numpang ordik doang. Serius sumpah numpang ordik
doang.
P: Terus kamu biarin aja?
I: Iya, yaudahlah itu emang maunya mereka
P: Latihan tiap hari apa aja?
I: Kita latihan tiap Rabu,Jumat. Tapi kalau misalnya Rabu ga ada yang
dateng yaudah kita pulang aja
P: Ada jadwal dari sekolah gitu ga sih?
I: Ya, ada sebenernya. Tapi kan tetep aja kita yang ngejalanin. Intinya
teori sama kenyataan kan beda. Kalau ada lomba, kita lebih giat lagi tuh
latihan. Hari Sabtu juga latihan. Pokoknya internsif latihan
P: Dari sekolah sendiri bakal adain acara ekskul buat sekolah-sekolah
lain ga sih?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Iya, ada. Seroja Cup namanya. Terus ini kak masalah Seroja Cup.
Gimana ya..Ehm… kaya maksain juga
P: Maksain gimana?
I: Jadi tuh kaya beberapa bulan sebelumnya itu baru nyari-nyari dana.
Kan kasian gitu
P: Emang kapan mau diadain?
I: November gitu..
P: Kepanitiaan udah beres?
I: Sekarang sih udah
P: Itu diambil panitianya berdasarkan apa?
I: Ga tahu sebenernya aku juga ga mau jadi panitia. Males… tapi
terlanjur ditunjuk jadi yaudah deh
P: Terus kalau dari OSISnya gimana terhadap ekskul?
I: Yahh..OSIS lagi..
P: Loh kenapa emang?
I: Ehm.. aku tuh ga tahu deh sama sekolah ini kaya gimana. Bener deh
cuma enak sama temen-temennya doang. Mereka tuh kaya terlalu maku
gitu, patuh peraturan gitu
P: Mereka jarang bantu kalau ada acara ekskul?
I: Bantu sih tapi…gimana ya…
P: Bakal mau adain acara dance ga sih di sini? Jadi kaya lomba antar
sekolah
I: Aku belum berani sih karena dancenya sendiri kualitasnya baru
kebentuk gitu. Baru membentuk bukan kebentuk jadi kalau mau adain
jadi mesti… kita kan tuan rumah jadi ya harus siap dulu supaya menarik
P: Dance di sini tuh apakah lebih ke tradisional atau modern?
I: Kita itu sebenernya namanya “Seni Tari” jadi semuanya diajarin. Tapi
ga ada yang ngajar..aku juga yang ngajar
P: Ohh gitu..
I: Aku memang nari kan ya. Jadi tuh emang bisa nari dari kecil mungkin
waktu di dalam rahim aku juga nari kali ya hahaha
P: Kamu belajar dari mana sih nari?
I: Jadi kan dulu aku tuh gendut kak waktu masih kecil. Sampai kalau aku
jatoh ya aku ga bisa bangun lagi. Akhirnya dimasukin sama mami ke
sanggar lah. Sekarang ini aku gabung di Artina Production
P: Udah berapa lama gabung di sana?
I: Ehm..sekitar 4 tahun sih
P: Suka ada misi kebudayaan gitu dong?
I: Ehm…iya sih kak. Lumayan bisa jalan-jalan, ketemu bule gitu hahaha.
Terus kan ya bangga aja bisa ngenalin kebudayaan negeri sendiri gitu
ehm..belum tentu semua orang dapet kesempatan kaya gini kan soalnya
P: Udah kemana aja?
I: Sempet kemaren ke Australia ada misi kebudayaan di sana. Nari di
KBRInya. Udah lama sih itu. Pas liburan SMP mau ke SMA. Nah nanti
bulan Juni aku nari lagi di Malaysia. Ada misi kebudayaan juga di sana
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 4 (AR)
Siswa XII KI
Ekstrakurikuler bridge
Tanggal wawancara: 29 Maret 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Sekarang kelas berapa?
I: Kelas XII kak di KI
P: Dulu kenapa masuk KI?
I: Apa ya..kalau saya gara-gara..emang dulu NEM saya ga masuk di
sekolah
P: Emang NEMnya berapa?
I: Cuma 32..jadi rata-ratanya 8. Kalau mau masuk sini tuh sekitar 8,9
kalau ga salah. Nah..abis itu bapak saya ga tega gitu..kalau alesan saya
sih jadinya terpaksa gitu deh masuk KI. Awalnya sih waktu ga diterima
mau masuk 75 tuh terus bapak saya ga tega gitu.
P: Kenapa harus di sekolah ini emang?
I: Ehm…ya…kan…emang…..kaya…kedengerannya sih bagus. Kan
emang SMA favorit di Jakarta Utara. Pas masuk…wihh..gimana yaa…
P: Kenapa pas masuk?
I: Biasa aja. Anak-anaknya sama aja. Ga ada yang pinter, ga ada yang
bodoh. Semua sama
P: Emang yang kamu harapin nih setelah masuk KI tuh apa?
I: Ya…pengennya sih saya bisa jadi lebih baik lah. Pendidikan
saya…soalnya SMP saya tuh….ya gitu..reputasinya tuh jelek. Jadi tuh
dulu anak SMP saya…anak-anaknya….gimana ya…agak suram-suram
gitu. Ya..ehm..intinya sih saya bisa…saya mau nunjukkin KI..emang
reputasi KI jelek. Tapi tuh sebenernya sama aja. Ada banyak orang
bilang ..ehm..kita terlambat. Kata siapa? Saya masih liat banyak orang
lebih terlambat daripada saya. Apa ya..pas tes kemaren bareng…saya
kan belajar 2 tahun kurikulum luar sama aja saya belajar kurikulum
bullshit. Jauh beda sama KTSP. Tapi sebenernya tetep aja kita sama kok.
Kita juga masih bisa ngikutin mata pelajaran KTSP. Kelas 3 kan
sekarang kan kita udah lebih fokus ke KTSP kan
P: Emang kurikulum Cambridge kaya gimana sih?
I: Kurikulumnya sih bagus..dia itu fokusin sesuatu yang bakal mereka
bikin riset..apa ya..jadi mereka fokus buat hal-hal yang penting bukan
yang….saya ambil contohnya nih ya. Biologinya Cambridge sama
biologinya KTSP. KTSP tuh kita bener-bener pelajarin semua takson.
Misalnya semua serangga-serangga itu… kita pelajarin tumbuh-
tumbuhan dari alga, paku. Tapi kalau Cambridge mereka ga ada kaya
gitu, mereka cuma..apa ya…perkenalin…tapi udah buat cukup tahu
doang. Kalau misalnya gini, kita pelajarin tumbuhan dari alga sampai
paku itu..lumut juga..gunanya apa sekarang… ga ada kan? Kalau di
Cambridge lebih fokus..misalnya…yang bakal mereka buat riset.
Menurut saya sih gitu
P: Enak dong belajar di KI?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Wih nyaman deh…santai
P: Emang santai? Santai gimana?
I: Kitanya sih yang santai…gimana ya…watak orang Indonesia tuh
gini… guru…guru biasanya lebih ramah sama anak yang
bayarnya…ibaratnya bayarnya lebih tinggi dibandingin sama anak
reguler. Biasa lah watak orang Indonesia kaya gitu. Jadi guru lebih segen
sama kita dibandingin sama anak yang bukan KI. Ibaratnya juga nih
anak kelas X, mereka belajar IPA, IPS pas kelas 2 dia menjurus ke IPA
nah kalau KI kan ga ada IPS. Ya kita ga tertekan lah karena harus
belajarin semua mata pelajaran itu, terus buat ngerjain tugas. Kita aja
bisa dibilang tugas itu jarang. Gimana ya..ada sih ada..tapi ya ga seberat
anak reguler
P: Emang segennya guru ke kalian tuh gimana sih?
I: Menurut saya sih…itu yang pertama. Ada guru killer gitu..tapi kalau
udah ngajar di kita tuh jadi agak santai gitu. Beda kalau ngajar di kelas
reguler. Tapi sekarang sih…guru-guru..udah pada ga…ibaratnya keras-
keras gitu udah ga ada. Sekarang guru semua..gimana ya..ya..ga galak-
galak banget sekarang. Ya paling kalau guru marah paling ngasih
peringatan aja sih sekarang sih gitu
P: Materi yang diajarin di kelas tuh tapinya kamu paham?
I: Ngerti sih untungnya karena kan mereka ga terlalu ribet gitu cara
penyampaiannya. Ga kaya Indonesia yang udah tahu gampang malah
dibikin ribet
P: Waktu tes masuk KI kaya gimana?
I: Ada sih kaya tes gitu, wawancara juga sama guru bahasa Inggris
P: Wawancara apa aja emangnya?
I: Pertama sih motivasi…ya kaya pertanyaan standard gitu lah.
P: Terus tes tertulisnya apa aja?
I: ada bahasa Inggris, matematika, IPA. Itu juga pake bahasa Inggris
semua jadinya ya..gitu..
P: Bisa?
I: Ehm…ga… Saya dulu mana ngerti sama soal kaya gitu kak. Udah lah
asal aja waktu jawabnya aja. Saya juga pusing waktu ngerjain. Soalnya
susah lagi…bingung deh. Kaya beda aja ya sama apa yang udah
dipelajarin di SMP gitu. Saya juga waktu itu…ehm..apa… ga ngerjain
semua soal. Abisnya ga ngerti. Mau gimana lagi? Mendingan saya
keluar ruangan aja waktu itu. Tapi ya kalau menurut saya ikutan tes kaya
gitu tuh cuma formalitas aja. Yang penting uang masuk ke sekolah. Jadi
ga terlalu penting lah nilai ujian itu gimana. Pokoknya yang daftar ya
udah bisa dipastiin bakal masuk KI
P: Tapi kamu sempet belajar waktu mau masuk ujian?
I: Wah..iya. saya sempet belajar waktu itu. Malem sebelumnya lah liat-
liat soal latihan lagi
P: Guru kalau ngajar di kelas pake bahasa Inggris gitu ga?
I: Iya, pake bahasa Inggris. Tapi kadang pake bahasa Indonesia juga.
Jadi bilingual gitu. Kalau pake full bahasa Inggris suka bingung juga sih
makanya kadang guru juga suka campur pake bahasa Indonesia.
P: Kalau ga ngerti pelajaran dibolehin kan langsung nanya sama guru?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Iya, dibolehin sama guru. Pokoknya…kalau ga ngerti ya cuek
aja..nanya gitu ke gurunya langsung. Guru ya terbuka aja kalau ada yang
mau nanya malah kayanya guru lebih suka sama murid yang kaya gitu
deh..yang aktif gitu di kelas
P: Terus kamu suka nanya ke guru?
I: Ya…saya sih kadang-kadang aja. Suka nanya ke temen juga kalau ga
ngerti
P: Biasanya fasilitas yang dipake guru apa buat ngajar di kelas?
I: Lebih sering sih pake LCD sama papan tulis aja paling. Kan gurunya
suka nerangin pake power point gitu. Kalau ga pake LCD ya paling di
papan tulis aja neranginnya.
P: Lebih ngerti yang mana?
I: Ehm yang…sama aja sih kayanya. Yang penting gurunya jelas aja
neranginnya. Ga ribet gitu dan ya…yang gampang dingerti aja sama
anak-anak. Apalagi kalau pelajaran kaya fisika gitu…itu kan perlu
jelasin yang enak kan, jelasin rumusnya gimana, aplikasinya gimana…
kalau bisa sih gurunya juga yang asik gitu, sambil bercanda lah jadi ga
serius-serius mulu di kelas
P: Suka ada presentasi gitu ga sih di kelas?
I: Iya, biasanya sih berkelompok gitu…jadi kita dibagi kelompok sama
gurunya. Kadang sih awalnya gurunya duluan yang nerangin terus nanti
buat lebih mendalamnya gitu, siswa yang disuruh presentasi
P: Kamu lebih nyambung sama presentasi atau biar guru aja yang
ngejelasin?
I: Ya..kalau saya lebih enak sih biar guru aja yang ngejelasin…soalnya
kan kalau misalnya siswa doang yang presentasi takut salah terus malah
jadi tambah bingung. Kita kan di kelas sama-sama belajar kan, yang
ilmunya lebih tinggi itu kan guru ya jadi biar gurunya aja yang
ngejelasin. Kalau kita ga ngerti baru..apa…nanya gitu ke gurunya.
P: Kalau sama guru native gimana? Dia cara ngejelasinnya sama?
I: Kalau saya sih sama aja kayanya. Tapi bedanya cuma dibahasa yang
dipake buat ngajar aja. Ya..itu tadi sih…yang penting gurunya itu
ngejelasinnya tuh enak, biar anaknya juga ngerti kalau dijelasin
P: Sama temen-temen sekelas gimana? Deket gitu ga sih?
I: Wah…kalau sama temen sekelas sih ya jelas deket kita. 3 tahun
bareng-bareng terus kan jadi ya udah kenal lah…hampir tiap hari
ketemunya sama mereka-mereka lagi…sampe bosen kali ya…. Gimana
ya…kita udah kaya keluarga sih, udah tahu lah jeleknya masing-masing.
Di kelas juga cuma sekitar 20 orang kan…
P: Suka ngumpul-ngumpul juga di luar sekolah?
I: Iya, kadang ya suka jalan aja ke mana gitu. Entah nonton atau makan
di luar. Kalau jalan-jalan kan udah sering dari sekolah kan…
P: Sering?
I: Iya, sering banget. Dari Singapur, Kp.Naga, P.Pari gitu deh. Tambah
deket deh kalau jalan kaya gitu. Ada nginepnya juga kan itu, jadi ya
gimana ga mau deket kitanya
P: Kaya ada kelompok-kelompok gitu ga sih di dalam kelas?
I: Ya..ada sih kak…ga tahu tuh…ga jelas merekanya…
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Maksudnya?
I: Sebenernya sih itu kaya…cuma ceng-cengan anak sekelas doang. Jadi
tuh…kaya…anak yang rajin mainnya sama yang rajin, anak yang males
mainnya sama anak yang males. Kan kalau anak rajin ngumpul di dalam
kelas, biasanya ngapain? Belajar kan. Nah nanti anak-anak yang males
biasanya main. Gitu aja sih paling tapi ya kita sebenernya ya gabung-
gabung aja sih.
P: Pernah ada ribut gitu sama temen?
I: Ga ada sih…paling ceng-cengan aja kita. Udah ngerti lah kalau
bercanda doang
P: Kalau sama RSBI gimana?
I: Kalau saya sih ga terlalu deket. Paling kalau kenalnya juga karena
ekskul aja. Di ekskul saya kan juga dikit yang aktif jadi ya itu-itu aja
paling orangnya. Lebih deket ke temen KI lah kalau saya. Kan kelasnya
juga jauh ya, sebelah-sebelah kelas kita anak KI juga jadi ya mau
gimana. Kalau kelas 3 anak RSBI kan ada di bawah tuh jadi ya kalau
istirahat juga palingan ngobrolnya sama temen sekelas aja sih
P: Kalau interaksi kamu sama guru?
I: Ehm..saya sih termasuk anak yang ga terlalu deket sama guru. Cuma
ya tetep aja..jaga sikap gitu kalau di depan guru
P: Terus yang kamu dapetin dari guru apa sih? Selain ilmu gitu yang
guru ajarin di kelas
I: Ehm..ya itu kali ya kesopanan. Jadi ya tahu diri gitu lah kalau sama
orang yang lebih tua harus gimana. Ga bisa sembarangan juga kan
P: Kalau dari temen ?
I: Apa ya…itu..apa…kebersamaannya sama juga sih jaga sikap juga.
Kan dari sifat temen yang udah lama kenal itu keliatan lah dia gimana
orangnya..dia gimana..ga sukanya apa..sukanya apa. Kaya gitu sih.
P: Ohh gitu. Terus buat ekskulnya kamu ngikut apa?
I: Saya ikut bridge kak
P: Kok milih bridge sih? Bukannya susah gitu ya mainnya?
I: Ehm….gimana ya..awalnya itu saya sebenernya kasian ngeliat bridge
peminatnya sedikit gitu terus yaudah deh saya ikut gabung buat
ngeramein
P: Kasian?
I: Iya, kaya itu ekskul tapi peminatnya sedikit. Padahal yang saya tahu
itu dulu-dulu bridge punya banyak peminat gitu lho. Eh sekarang malah
kaya gini. Sepi. Yaudah deh supaya rame saya masuk aja ke situ.
Cuma…orang-orang…ga tahu deh. Dikit deh peminatnya di sekolah ini.
Ada sih ada peminatnya tapi ya itu..dikit. paling anak itu juga yang dulu
pernah ambil bridge di SMPnya
P: Syaratnya gimana sih buat masuk ekskul ini?
I: Ehm…kan kalau MOS itu ekskul-ekskul pada masuk ke kelas kan buat
promosi nah nanti yang minat bisa tuh daftar. Setelah daftar biasanya
suka ada pengumuman buat kumpul awal di sekolah, dikumpulin lah
anak-anak baru supaya saling kenal. Kenal sama seniornya juga
P: Terus pas daftarnya peminatnya juga sedikit?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Kalau pas daftar tuh banyak kak. Kalau ngumpul-ngumpul juga
banyak kan yang ikut gitu. Nah biasanya itu pas setelah ordik mereka
pada kabur. Udah ga pada latihan. Yang masih sering ngumpul buat
latihan juga jadi dikit, jadi tuh anak-anak yang kabur itu…apa ya… kaya
jadi numpang tempat buat ordik doang gitu. mungkin gini..ehm..kan
katanya ekskul bridge kalau pas ordik juga ga terlalu serem gitu.
P: Serem apa?
I: Ga terlalu parah lah ngerjainnya anak barunya. Kalau ekskul lain kan
banyak lah…gitu…ngerjainnya keterlaluan. Ga nyantai gitu. Mungkin
itu sih. Cuma ya.. ga tw sih..
P: Terus pandangan kamu sendiri sama anak yang kaya gitu apa?
I: Ehm.. biarin aja sih sebenernya…itu..apa ya…hak mereka juga buat
kaya gitu.
P: Manfaat apa sih yang kamu rasain dengan adanya ekskul?
I: Kalau saya sendiri kan anak KI..jadi ya bisa lah berbaur sama anak
RSBI. Terus..gimana ya… nambah pengalaman juga lah. Kan bridge
juga ada ekskul di kampus…
P: Tapi ada anak KI juga di RSBI?
I: Ada kak. Saya sih lebih enak ngobrol sama anak KI ya..gimana
ya..karena udah kenal kali ya sebelumnya jadi kerasa lebih enak lagi
kalo di ekskul
P: Tapi deket sama anak RSBI yang di bridge?
I: Ehm..deket sih karena di ekskul kan. Mau ga mau kalo ada apa-apa
kan pasti diomongin sama anggota lain juga
P: Kalo ketemu di luar ekskul?
I: Ya negur sewajarnya aja
P: Kalau manfaat dari bridge sendiri apa?
I: Apa ya.. bisa ningkatin insting kita gitu. Terus perkiraan kita. Melatih
kecerdasan kita juga bisa sih. kita jadi bisa ngatur strategi, terus kita
berani buat ambil keputusan. Banyak sih bridge..
P: Kamu udah ngerasain manfaatnya?
I:Ehm..gimana ya… belum banget sih kak. Maksudnya kan.. ya saya
juga kan ga jago-jago amat. Tapi kan bridge itu emang mikir gitu kan
mainnya jadi ya kalau kitanya juga rajin latihan kan pasti lama-lama
terasah juga. Gitu sih ya palingan
P: Latihan tiap hari apa?
I: Selasa..pulang sekolah kak
P: Pada rajin dateng?
I: Ada yang rajin dateng sih untungnya.
P: Kamu dulu rajin dateng?
I: Waktu masih aktif iya rajin. Tapi kan karena sekarang kelas 3 jadinya
udah ga aktif lagi
P: Ga takut bakal keteteran ya sekolahnya?
I: Ga sih. Kan kalau ekskul juga ga tiap hari..terus pulang sekolah…jadi
ya ga apa-apa. Termasuk santai juga kan di bridge jadi ya..kaya apa..ga
tertekan gitu lah
P: Kalau lagi ngumpul gitu ngapain aja?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Paling latihan terus saling bagi ilmu tentang bridge aja. Tapi kadang
kalau lagi ada masalah gitu ya sambil kita bahas juga. Jadi ya bisa
hasilin yang baik lagi di ekskul ini.
P: Antar anggota gitu deket ya?
I: Akrab sih. Di luar ekskul juga suka ngumpul. Iseng aja
P: Ada temen deket dari ekskul ini?
I: Ehm.. yang ga deket banget sih tapi akrab lah
P: Kalau sama ekskul lain gimana?
I: Deket sih. Terus paling suka dicengin gitu “Yah ekskulnya dikit ya”,
buat bercandaan aja sih jadinya. Ga yang..kesel gitu jadinya
P: Terus antara pengurus bridge sama anggota yang lain gimana?
I: Udah ga keliatan kalau itu mah. Kita sih termasuk ekskul yang santai
kan ya jadi ya udah sama senior juga santai. Udah deket, ceng-cengan,
bercanda gitu lah. Kalau kita kan santai ya ga kaya paskib atau PSVG
gitu.
P: Kalau struktur organisasinya gimana?
I: Kayanya sih bridge tuh cuma butuh ketua doang deh hahaha. Kaya
wakil atau sekretatis…atau apa..bendahara gitu ga usah. Itu juga
ketua..apa ya..pemilihannya yaudah dirembukin bareng-bareng gitu sih.
Soalnya bridge ga terlalu ribet banget. Orang junior saya nyuruh bikin
proker kan terus saya bilang aja ya “ngapain”. Lagian juga kalau kita
bikin proposal ke sekolah gitu ya paling dapetnya tuh kecil..berapa lah
dapetnya gitu..bener kan kemaren pas ngajuin dari pihak sekolahnya…
ditanyain… ditanyain.. eh kita cuma dapet berapa ya..Rp 200.00 apa ya
kalau ga salah. Itu cukup paling buat beli kartu sama yang lain-lain.
Lagian kalau saya bilang kan bridge itu ga butuh kostum kaya PSVG.
Lagian kan pelatih udah ditanggung sama sekolah, makanya yaudah lah
ga usah ngajuin proposal kaya gitu ke sekolah
P: Ada pengurus yang jarang dateng gitu ga sih? Terus kaya magabut
gitu? ga ngerjan tugasnya
I: Ehm..ga ada sih. Kita milih pengurus kan emang yang rajin dateng
gitu jadi kalo yang ga dikira-kira males ga dateng sih ga bakal jadi
pengurus sih. Mereka juga rata-rata ada kok tanggung jawab kok. Tahu
lah sama tugasnya apa di ekskul
P: Terus penunjukkan buat jadi ketua itu tata caranya kaya gimana?
I: Ehm..dari senior sih. Senior yang ngomongin nanti kalau udah baru
juniornya di kabarin gitu
P: Terus nanti nerima aja?
I: Ya, anak-anak sih sejauh ini setuju karena satu pendapatlah sama
seniornya.
P: Kenapa?
I: Ya..ga tahu ya. Ngerasa mampu aja sih anak yang ditunjuk itu. Bridge
kan yang ga ribet gitu, ga kaya paskib. Tapi sih sebenernya kalo ada
anak yang setuju bisalah diomongin gitu. si seniornya juga ngomong kok
kalo ada yang ga setuju ya bilang aja, ga masalah. Jadi..apa ya..istilahnya
itu keputusan senior itu ga bener-bener mutlak lah.
P: Ga ada gitu misalnya konflik? Atau berantem kecil?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ga ada sih. Kalau ya bercandaan gitu kita tahu lah batesannya gitu.
Biasa lah ceng-cengan juga. Tapi kalau beda pendapat wajar sih
ya…kan..apa..dalam satu ekskul kan banyak kepala ya buat nyatuinnya
gitu ya susah..
P: Terus solusinya gimana?
I: Ya kita omongin rame-rame aja sih. Ngumpul aja gitu…yaudah
diomongin enaknya gimana. Dibawa santai aja sih kalau kita. Ga yang
kaku gitu..
P: Anak-anak juga lebih suka sama sistem yang kaya gitu.. maksudnya
sama cara yang kaya gitu? yang ga terlalu kaku
I: Iya, pasti. Ehm..ga tahu sih ini cuma di ekskul bridge doang atau ga.
Tapi ya kalau kita kan emang anak-anaknya santai aja sih…gitu… kalau
ada apa-apa ya diomongin aja langsung ga dibawa ribet.
P: Kalau rapat gimana?
I: Biasanya sih itu dari spontanitas kita aja. Kalau ada yang mau
diomongin ya semuanya dikumpulin terus dibahas lah gimana-
gimananya..
P: Semuanya ikut kasih saran di situ? Ga ada yang mendominasi?
I: Iya, semuanya…apa ya.. ya kalau misalnya emang ada yang mau
diomongin ya diomongin aja. Ga usah dipendem. Kaya gitu sih intinya.
Kalau misalnya ada yang ga setuju sama yang diomongin ya
langsung…apa…langsung ngomong aja di situ. Tapi kita tuh rapatnya
bukan rapat yang serius gitu sih. Dibawa santai lah intinya kalau rapat
juga. Kalau yang dominasi ya paling…apa… ketuanya kan. Karena kan
juga harus bisa bawa alur rapatnya gitu. tapi bukan mendominasi banget
yang semuanya dia ngomong gitu…ga. Semua juga punya hak sama lah
buat ngasih saran, pendapat.
P: Misalnya apa masalah di ekskul biasanya?
I: Apa ya…ada paling anak-anak yang jarang latihan. Bridge itu kan
kalau main butuh pasangan kan, nah misalkan pasangan kita jarang
dateng kan susah. Ribet gitu kan jadinya. Kalau misalnya kaya gitu kan
mau ga mau cari pasangan yang lain kan. Syukur-syukur kalau dapet
kalau ga dapet nanti biasanya senior yang ikut main. Yang penting kita
latihan dulu. Nah yang kaya gitu tuh..maksudnya kan jadi bikin repot
yang lain juga
P: Kalau dari aturan ekskul ini tuh sebenernya gimana sih?
I: Ehm..ga ada sih..senioritas juga ga ada. Kadang-kadang junior saya aja
songong sama saya. Padahal saya kan istilahnya lebih tua gitu kan dari
dia, seniorlah, tapi yaudah lah kita mah santai. Tahu lah kalau itu
bercandaan doang. Ya tahu batasannya lah
P: Dari awal seniornya juga ga ngasih tahu kaya gitu? maksudnya kan ga
terlalu ngikat ya terus dulu tuh pas awal gimana si seniornya ngasih tahu
ke kalian?
I: Sebenernya dulu sih senior ngomong harus rajin dateng gitu buat
ekskulnya. Yang penting sih itu. Tapi ga tahu deh lama-lama setelah
ordik makin dikit yang dateng gitu
P: Ada berapa anggota emangnya?
I: 20an kalau ga salah deh
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Kan bridge peminatnya dikit ya, ada hal yang kamu lakuin gitu ga sih
kaya buat narikin anak-anak?
I: Saya pernah belajar sulap…jadi pas promosi MOS saya bukannya
ngajar tentang bridge saya malah main sulap di situ. Cuma dikit doang
kasih tentang bridge, sisanya saya main sulap aja di kelas
P: Yang ngajarin siapa itu?
I: Senior saya juga. Abis gimana coba, daripada main bridge di situ terus
anak-anaknya pada bosen ya mendingan saya main sulap aja. Coba cari
perhatian dari anak-anak aja
P: Dulu seniornya ga ada yang bantuin buat cari anak? Cuma angkatan
kamu doang?
I: Ada. Tapi kan gimana ya kalau sama junior…mau ngebantu juga ga
terlalu efektif. Senior saya kan anak..apa sih..perkumpulan Kristen gitu
di sekolah…ya jadi paling di sekitar situ aja
P: Eh terus kalau misalnya ada anak yang jarang latihan gitu? ada tindak
lanjut gitu ga sih?
I: Ehm..sebenernya sih biarin aja. Paling kalau anak itu yang sebelumnya
rajin terus kayanya minatnya keliatan nih di bridge ya paling ditanya ke
anaknya “kenapa jarang latihan” gitu aja sih paling. Kalau nantinya dia
masih jarang latihan lagi yaudah biarin aja. Santai
P: Terus sikap kalian ke anak itu berubah ga?
I: Ga sih. Biasa aja. Haknya dia juga buat kaya gitu
P: Kalau ketemu di sekolah…
I: Ya kalau dia liat saya, saya senyumin aja sih. Biarin aja
P: Itu biasanya yang suka negur siapa? Ketuanya doan atau anak lain
juga ikutan?
I: Ga juga sih…ga terus-terusan ketuanya yang negur. Ada juga anak
lain yang ikutan negur gitu anak yang jarang dateng itu
P: Kalau dari peran guru gimana ke ekskul kamu?
I: Paling ya yang sering ngobrol ya dari Pembina aja sih. Guru-guru lain
mungkin karena udah punya kerjaan lain lagi
P: Tapi dari Pembina sendiri cenderng ngedukung?
I: Ehm..gimana ya..ya lumayan sih…orangnya emang kadang suka ribet
gitu sih. Mau ini..ini..ini gitu
P: Terus kamu ngikutin tuh apa kata pembinanya?
I: Ehm..kadang ngikutin kadang ga sih. Kalo emang dirasa ribet ya kita
ga ngikutin
P: Biasanya ngapain sih yang minta bantuan ke Pembina?
I: Itu..biasanya kalo misalnya mau ikut lomba, minta dana ke sekolah.
kalo kaya gitu kan harus ada ijin dari sekolah kan. Nah kalo ada
Pembina kan maksudnya kita jadi lebih gampang gitu buat ijin ke
sekolah tapi tuh..apa ya…kadang malah jadi repot akhirnya yaudah deh
kita aja yang ke sekolah langsung
P: ga apa-apa kaya gitu?
I: Ga masalah sih
P: Pernah ada masalah gitu sama pembinanya?
I: Ga…ga pernah deh kayanya. Lancar-lancar aja sih selama ini
P: Pernah ikut lomba ga kalian di bridge?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Waktu saya masih aktif ga pernah sih kak. Gimana mau lomba, yang
dateng aja sedikit kan kalau latihan.
P: Kalau sekarang?
I: Wahh..udah jago kak sekarang bridgenya. Udah sering ikut kejuaraan
gitu.
P: Menang?
I: Menang sih. Coba dulu di angkatan saya banyak yang latihan, saya
bisa ikutan lomba tuh. Kan lumayan…
P: Eh di sini tuh ada ga sih ekskul yang dipandang anak-anaknya lebih
eksis gitu?
I: Ya ada sih kalo kaya gitu mah. Paling basket sama futsal sih ehm
dance juga tuh kalo cewenya.
P: Yang kamu liat di anak-anak yang ikut ekskul itu emang eksis gitu?
kaya lebih gaul juga?
I: Ehm..gimana ya…ya itu emang kaya lebih eksis jatohnya. Kaya anak
basket misalnya. Kan kaya udah jadi rahasia umum lha yang nyebut
anak basket tuh keren-keren orangnya, rata-rata yang masuk situ ya
emang yang anak gaul di sekolah. di sini juga ternyata gitu hahaha.
Anak-anak ngeliatnya anak basket emang lebih wah gitu padahal sih
kalo menurut saya biasa aja hehehe.
P: jatohnya anak basket emang khusus buat anak yang eksis gitu atau
gimana sih?
I: Sebenernya kalo anaknya ga terlalu eksis bisa kebantu dari ikutan
ekskul basket sih. mereka jadi lebih dikenal gitu kan. Karena kan
otomotis kalo ikutan ekskul basket jadi kebawa eksis ini. selama ini sih
yang ikutan emang eksis jadinya hahaha. Ga ngerti juga sih itu kenapa
ya
P: Kamu ga masalah sama kaya gitu?
I: Ga sih. saya sih santai jadi ya ga masalah. Ga ngerti juga sih itu
awalnya gimana ya. Pokoknya kaya udah jadi label aja di merekanya
haha.
P: Terus mereka biasanya kelompoknya gitu sama siapa? Kaya misalnya
anak dance ya paling sama basket atau futsal atau ngebaur?
I: Ehm… sebenernya sih mereka baur gitu sih. maksudnya ya ga nutup
temenan gitu, santai aja. Tapi kalo diperhatiin sih ya rata-rata ekskul itu
emang deket sih anak-anaknya. Tapi sejauh ini sih ya mereka ga terlalu
nutup diri itu ga sih kak. Tetep baur. Tapi ya bedanya emang mereka kan
lebih dianggep eksis gitu sama anak-anak.
P: jadi tuh sebenernya yang daftar buat ikut ekskul itu harus anak yang
eksis dulu atau gimana sih?
I: Ehm..gimana ya.. ga gitu sih kayanya. Kan kalo ekskul yaudah siapa
aja juga boleh ikutan kan. Tapi rata-rata sih yang ikutan ekskul itu
emang anak-anak yang eksis gitu lho. Keliatan lha. Ekskul kan
sebenernya bebas sih ya kak. Kalopun misalnya nih dy awalnya biasa aja
tapi masuk basket atau futsal gitu ya biasanya ikutan eksis juga sih.
P: Keliatannya kaya gimana sih?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ehm..nih kalo buat cowo ya keliatannya kaya ganteng gitu
hahhaa..keren lha..kalo dance emang rata-rata cewenya cantik gitu kan.
Terus dari penampilannya juga enak lha diliat hahhaa
P: Kan udah ga aktif nih sekarang karena kelas 3 ya, terus masih suka
kaya mantau gitu ga sih? Ngeliat mereka latihan?
I: Jarang sih kak. Kalau ketemu di jam sekolah aja paling suka nanya
gimana sekarang. Kabar terbaru gitu lah. Sama paling kasih saran aja
kalau lagi mau lomba atau lagi ada masalah. Dukunganlah juga..pasti.
kan saya juga masih jadi keluarga di bridge kan ya jadi yaudah dijaga aja
walau udah ga latihan kaya dulu lagi.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 5 (OF)
Siswa XII KI
Ekstrakurikuler Band
Tanggal wawancara: 30 Maret 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Kelas berapa sekarang?
I: Kelas XII kak
P: Kamu KI kan ya? Kenapa pilih KI?
I: Ehm sebenernya saya dari RSBI kak. Waktu MOS juga ikut yang
reguler. Jadi kan kakak alumni sini juga terus dia kan deket sama Bu Nur
terus Bu Nur promosi kan. “itu adenya masukin ke KI aja” yaudah deh
kakak langsung ngomong kan “kamu masuk KI aja”. Terus yaudah deh
langsung tes aja buat masuk KI. Waktu itu tesnya juga cuma
conversation aja. Terus pas selesai MOS…3 hari setelah MOS langsung
masuk ke KI
P: Cuma conversation aja? Ga ada tes tertulis gitu?
I: Ga ada soalnya waktu itu kan udah masuk ke sekolah ini. Jadi ga ada
tes tertulis lagi. Kan kalau yang lainnya kan belum masuk sekolah ini
jadi ada tes tertulis
P: Sebelumnya emang ga tahu ada KI atau emang sebelumnya masuk
RSBI aja?
I: Emang ga tahu. Jadi pas masuk MOS hari pertama baru tahu
P: Kalau dari awal tahu ada KI, mau masuk KI aja?
I: Pengen sih..apa ya.. kedengerannya mantep aja gitu
P: Terus kan sekarang udah ngejalanin hampir 3 tahun ya, menurut kamu
sendiri KI itu kaya apa?
P: Bagi saya sih…ehm dari anak-anaknya aja ya. Jadi tuh kita kaya
kompak banget gitu, kaya udah kaya keluarga. Kan sekolah juga sering
ngadain jalan-jalan untuk kelas internasional kan. Kaya ke Kampung
Naga, Singapur juga pernah. Pokoknya kita udah sering ke luar kota
bareng.
P: Udah berapa kali emang?
I: Berapa kali ya… sering…sering banget. Udah ga keitung. Kalau kaya
di P.Pari neliti terumbu karang gitu-gitu lha. Yang jelas seru banget deh
P: Itu kalian ada biaya lagi ga?
I: Ga ada. Pokoknya kita tinggal jalan sendiri sama bawa uang jajan
sendiri.
P: Kalau ke Singapur?
I: Singapur mah mahal..berapa ya… bayarin guru-guru juga kayanya
waktu itu..hahaha…
P: Berapa hari
I: Itu 5..eh 6 hari
P: Itu lagi libur sekolah?
I: Ga, jadi kita ke sekolah di sana. Kita masuk ke sekolah namanya apa
ya…Dunman School… aduh susah namanya. Sama kita juga pertukaran
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
budaya tapi ternyata mereka ga punya budaya. Kita ngasih miniatur
ondel-ondel gitu ke mereka
P: Setelah selesai jalan-jalan gitu kalian ada disuruh bikin laporan?
I: Iya, sebenernya disuruh bikin laporan tapi kita ga ngerjain hahaha…
itu namanya KI kak. Sebenernya guru-guru juga nuntut…minta
laporan…minta laporan…tapi kitanya juga ga ngumpulin. Ya guru
begah kali sama kita akhirnya lupa deh
P: Terus terakhir pergi kemana?
I: Ke P.Pari. Penelitian terumbu karang waktu itu. Jadi wajar lah kalau
kita akrab karena emang sering pergi bareng-bareng.
P: Kalian sekelas terus kan ya kalau di KI?
I: Iya, sekelas terus. Jadi ga heran lah kalau akrab lah, udah kaya saudara
P: Kalau anak RSBI ada study tour juga?
I: Ada, mereka juga. Sekali doang
P: Kok enak banget sih
I: Iya. Kan banyak tuh orang yang bilang “ah apaan tuh KI cuma
menang bayaran mahal doang” apa ya. Sebenernya kalau menurut dari
sisi pandang situ…kita kan pas jalan-jalan juga ngamatin. Ya kan kalau
ngamatin paling sejam, dua jam, tiga jam gitu lah terus sisanya ngapain?
Ya main. Terus kalau ada orang yang bilang menang bayaran yang
mahal doang, terus ga nguasain bahasa Inggris gitu …apa ya…
sebenernya ...sebenernya ga gitu juga. Sebenernya banyak untungnya
juga. Ga semua orang lah bisa dapet kentungan kaya gitu. Diajarin sama
native. Diajarin kimia sama native, siapa sih yang pernah dapet? Kan
jarang. Dari mancanegara… ga cuma dari pelajaran aja yang didapet tapi
cerita tentang negara dia juga. Pokoknya banyak lah yang dibagi sama si
native itu. Jadi kan belum tentu semua orang depat.
P: Dari mana aja emang gurunya?
I: Dari Afrika…apa dari mana ya.. hitam gitu pokoknya. Ada juga yang
dari Meksiko
P: Mereka ngajar satu mata pelajaran?
I: Iya, satu mata pelajaran. Tiap minggu. Pokoknya misalnya seminggu,
matek ada 3 kali. Terus salah satunya diajarin sama native. 5 mata
pelajaran Cambridge itu pokoknya ada native yang ngajar.
P: Itu kelas 1,kelas 2?
I: Iya, kelas 3 udah ga. Bahasa Inggrisnya doang yang masih sama
native. Tiap hari selasa.
P: Jadwal bahasa Inggris emang tiap hari apa aja?
I: Hari apa ya… ehm… aduh ga hapal kak. Hidup tuh spontanitas kak.
Kan kita dapet loker jadi ya semua buku taro di loker aja. Jadi misalnya
sekarang jam ini nih ya tinggal keluarin buku dari loker aja. Pokoknya
kita sekolah ya gitu…kakak pasti heran deh kalau liat kita. Aneh deh
kalau orang awam liat kita pasti..
P: Emang bukunya ga dibawa ke rumah?
I: Saya sih ga. Tas saya kosong tiap hari paling isinya pulpen, tipe-x
P: Fasilitas yang ada di dalam kelas tuh emang apa aja?
I: Ada loker, komputer ada 4, LCD, printer, IP board
P: Itu buat apa biasanya?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ya kalau tujuan sekolah sih buat belajar mengajar ya tapi kita salah
pergunakan. Buat browsing lah, buat nonton film lah. LCD juga buat
nonton film
P: Emang ga pernah dapet tugas dari guru?
I: Jarang…jarang banget. Guru ngasih tugas tuh jarang. Ngerjain ga
ngerjain juga sama aja. Ga ada.. sanksi berat jadi anak-anak pada males.
Sebenernya kita kalo dibilang sekolah ga kaya sekolah. Kaya tempat
main
P: Terus guru-guru metode ngajar di kelas gimana?
I: Nyampeinnya ada yang langsung antara guru ke murid ada juga yang
tutor sebaya. Jadi yang bisa ngajarin yang ga bisa.
P: Kalau menurut kamu enakan yang mana?
I: Kalau saya sih enakan tutor sebaya. Jadi saya minta ajarin temen saya
yang lebih pinter.
P: Tapi kamu kalau ga ngerti suka nanya ke guru gitu ga?
I: Sekarang sih iya kak. Jadi aktif saya.
P: Kalau dulu?
I: Dulu mah ga kak. Saya juga bingung kenapa dulu saya kaya gitu. Ya
kalau sekarang kan kaya udah ngerasa ketinggalan jadi ya nanya kalau
ga ngerti..untungnya sih gurunya juga ngerti kan jadi mau ladenin anak-
anak termasuk saya
P: Di kelas ada kelompok lagi ga sih? Kaya grup-grupan gitu
I: Ada sih tapi cuma bercandaan doang itu mah. Jadi tuh kaya gini anak
rajin main sama rajin, anak males main sama yang males juga. Kaya gitu
doang. Sebenernya sih kita deket. Jadi tuh kalau di kelas juga kaya ada 2
sisi gitu lah. Yang belajar ya belajar, ada juga yang ngobrol, main gitu.
P: Satu kelas ada berapa anak?
I: 22 sekarang.
P: Katanya guru-guru bisa modifikasi cara duduk kalian gitu ya? Ga
kaya di RSBI
I: Iya, tadinya tuh kita letter U eh sekarang gara-gara guru yang minta
jadi kaya RSBI deh.
P: Terus nih harapan kamu sekarang udah masuk ke KI kan itu apa?
I: Harapan saya…sebenernya tuh waktu pertama-tama masuk KI tuh..
kan saya SMPnya amburadul banget kan. Saya pengennya SMA
berubah. Kan pikirnya masuk KI nih, lingkungannya tuh bisa bawa saya
ke yang lebih positif eh ternyata pas saya masuk…ketemunya sama aja
kaya sama semua
P: Tapi ada perubahan ga sih dari diri kamunya sendiri?
I: Pas kelas 3 sih banyak banget. Meningkat lah. Kan waktu kelas 1
ketemu sama temen-temen jadi main terus. Kelas 2 udah mulai
mendingan, udah jarang bolos. P: Kelas 1 sering bolos?
I: Sering banget kalau kelas 1. Cabut. Yang jelas dari kelas 1, kelas 2,
kelas 3 banyak perubahan lebih baik lah.
P: Pernah ada yang ikut OSN gitu ga sih di KI?
I: Ga ada sih. Saya pernah ikut di Singapur tapi itu bukan OSN. Itu
olimpiade yang dibikin sama NUS. Pernah ada bikin olimpiade
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
matematika. Itu waktu kelas 1. Saya dulu lumayan lah matematika
sekarang udah ga. Udah males belajar
P: Ada berapa orang waktu itu yang ikut?
I: Dari KI ada 4 orang. Ada regulernya beberapa
P: Terus kalau ujian gitu diumumin gitu hasilnya?
I: Iya, ada di papan ada. Di internet juga ada
P: Sebelumnya si guru ngejelasin kan ya metode penilaiannya gimana?
I: Iya, ada yang diambil dari nilai ujian, dari apa..ulangan harian. Kaya
gitu. Dijelasin semua
P: Ngerasa sesuai ga dengan usaha yang kamu jalanin selama ini?
I: Ga. Saya ga belajar tapi nilai saya bagus.
P: Waktu awal semester guru juga ngejelasin tentang rencana materi
pelajaran selama satu semester gitu?
I: Dikasih tahu
P: Kalau misalnya ada siswa yang ga suka sama metode ngajar guru,
terus kalian bisa ngasih saran gitu? Gurunya bisa nerima ga?
I: Kalau KI… apa ya…ibaratnya semena-mena gitu. Mau ganti guru juga
bisa. Jadi misalnya nih ada guru yang ga enak yaudah kita minta ganti
nanti sama sekolah bakal diganti gurunya.
P: Pernah kalian kaya gitu?
I: Iya, dulu pernah guru fisika. Kan waktu itu kita ga suka, dia suka
marah-marah di kelas. Sebenernya sih bener marahnya tapi kita ga suka
dimarahin terus minta ganti deh. Jadi waktu itu kita ngadu ke guru yang
emang ngurusin KI terus nanti dia yang ngurus ke wakil kurikulum.
Langsung diganti deh gurunya.
P: Fasilitas yang dipake sama guru apa buat nerangin materi?
I: Pake LCD sih. Tapi kalau menurut saya gara-gara LCD gurunya jadi
tumpul ilmunya. Jadi kan kalau guru-guru di tempat les kan dia
ngejelasin terus kita nyatet. Kalau guru sekarang kan pake power point
terus gini gini terus baca lagi. Jadi kan kaya…menurut saya jadi tumpul
aja gitu.
P: Kalau sama anak RSBI?
I: RSBI…ya paling temen tongkrongan aja sih. Beberapa aja.
P: Ada perbedaan ga tuh interaksi kamu antara KI dengan RSBI?
I: Sama aja sih…jadi tuh apa ya… orang tuh kalau nyari temen yang
senyamannya kan. Ya jadi saya nyari temen yang sama males-males juga
jadinya..jadinya nyambung lah gitu..deket
P: Awal deketnya gimana?
I: Pertama tuh kenal di mana ya… pas MOS lah, sekelas. Abis itu pulang
bareng abis itu nongkrong bareng abis itu keterusan..keterusan
P: Kalau interaksi sama guru gimana?
I: Kalau saya sih kurang deket sama guru tapi ya tetep jaga kesopanan
aja.
P: Nilai apa yang kamu dapet selama bergaul sama temen-temen kamu?
I: Ehm..apa ya.. kekeluargaannya kali ya kak. Karena kan kita emang
sekelas tuh dari kelas 1 jadi lama-lama yang kebangun lah rasa
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
kekeluargaannya. Jadi tuh…ehm..gimana ya..di ekskul juga gitu. Jadi
kebawa aja dan jadi kebentuk giti juga di band.
P: Kalau dari guru?
I: Ehm.. apa ya… lebih ke guru native kali ya kak. Jadi lebih ngehargain
budaya orang aja. Mereka kan dari negara macem-macem kan terus
budayanya emang beda-beda. Ya jadinya sekarang kalau liat orang dari
daerah mana juga jadi lebih ngerti lah “ohh emang itu kali ya
budayanya” gitu..
P: Terus kamu ikut ekskul apa?
I: Saya ambil band
P: Kamu kok ambil ekskul band?
I: Saya emang tertarik sama musik sih kak. Keluarga saya emang suka
musik semua. Kebetulan saya juga megang gitar. Jadi tuh pertama-tama
waktu kecil pernah les organ. Gitu-gitu lah pernah tampil juga. Jadi pas
tahu ada ekskul band jadi pengen langsung masuk aja. Niatnya sih
pengen mempertajam skill main gitar.
P: Dapet ga?
I: Dapet sih tapi bukan dari ekskul sih tapi lebih dapet dari kursus. Kelas
2 kemaren masih kursus sekarang karena udah kelas 3 udah ga les lagi.
P: Ga ada nambah skillnya gitu di ekskul?
I: Bukannya ga dapet..kaya kurang aja…kan kalo di ekskul biasanya
nampilin apa yang udah kita bisa gitu. nah tapi kadang-kadang juga
sambil belajar sama anggota yang lain juga sih
P: Ada pelatihnya gitu ga sih?
I: Ya paling saya sama alumni. Ada juga yang dari temen-temen yang
menurut saya bagus ya saya panggil buat ngajarin
P: Temen-temen dari mana?
I: Ya satu sekolah juga tapi yang kira-kira punya skill yaudah kita ajakin
main bareng aja gitu
P: Alumni sering dateng ya?
I: Iya, lumayan sih kak.
P: Deket gitu ya sama mereka?
I: Iya sih, mereka juga kasih saran kan ke kitanya soal ekskul soalnya
kan udah pengalaman merekanya di ekskul dulu
P: Latihannya tiap hari apa?
I: Tiap sabtu
P: Itu di sekolah?
I: Ga. Di sekolah alatnya jelek. Kita kaya ga di dukung gitu sama
sekolah. Kurang dukungan
P: Kurang dukungan dalam bentuk apa?
I: Yang pertama, alat-alatnya jelek banget. Kedua, namanya kita juga
main musik jadi tuh harus punya ruangan kedap suara supaya ga ganggu
yang lain. Ga ada ruang seni
P: Kamu ga ada omongan ke sekolah?
I: Ga usah diomongin juga udah tahu kak jawaban dari sekolahnya.
mereka pasti ga mau deh. Daripada kitanya yang cape-cape ngomong
terus bikin proposal ya mendingan cari studio aja buat latihan. Anak-
anak juga maunya kaya gitu sih, mendingan cari studio aja. Abis apa
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
ya..sekolah tuh kaya malah bikin repot kitanya nanti kalo misalnya kita
ngomong ke sekolah. Harus A, harus B.
P: Pembinanya juga ga ada omongan ke sekolah?
I: Ga ada sih
P: Ada berapa anggotanya?
I: Angkatan saya ada 7 orang
P: Pas dipilih jadi ketua itu gimana ?
I: Pemilihan. Voting gitu. Pokoknya senior sama junior voting gitu
P: Senior ga rapat antar senior gitu?
I: Iya, jadi kan..awalnya rapat yang antar senior doang terus yaudah deh
nanti baru juniornya ikutan kalo udah keputusan dari seniornya
P: Syaratnya apa sih buat jadi ketua gitu?
I: Ya paling dipilih yang rajin dateng latihan, ya yang kira-kira bisa
mimpin lah.
P: Kalo ternyata ada anak yang ga setuju sama yang dipilih gimana?
I: Bisa ngomong sih tapi ga pernah ada yang kaya gitu. Setuju semua
sama pendapatnya kaya senior
P: pernah ada kasus ga kalo yang dipilih ternyata ga mau jadi ketua?
I: Ehm..ga pernah ada sih. Semua mau aja jadi ketua. Tertantang kali ya
terus sama suka juga sama ekskul ini jadi ya ga masalah
P: Alumni ikutan milih gitu ga buat ketua ekskul?
I: Ga sih, seniornya aja yang milih
P: Terus setelah kepilih, ada acara apa yang kamu bikin buat deketin
antar anggota?
I: Jadi ekskul band saya bikin acara yang aneh-aneh aja. Yang
sebelumnya ga ada jadi ada
P: Apa misalnya?
I: Buka puasa bersama hahaha ya terus suka ngamen bareng. Jadi kita
ngamennya ga di sekolah, ke luar gitu. Waktu itu pernah ngamen di
Menteng
P: Itu cuma iseng doang atau emang lagi ngumpulin dana?
I: Ga ada buat ngumpulin dana apa. Jadi itu uangnya buat nyewa studio
atau apa lah gitu.
P: Ngerasa repot gitu ga sih kamu jadi ketua ekskul?
I: Ga sih untungnya. Kalo ketua OSIS tuh mungkin ribet kan harus A, B,
C, gitu-gitu. kalo ekskul sih ya ga terlalu repot sih. Dibawa enjoy aja
sebenernya. Paling kita kan yang harus ngatur kan ekskul itu gimana
supaya tetep jalan kegiatannya. Ya intinya sih itu…apa… bikin ekskul
ini tetep ada terus gitu. Anggota yang rajin gimana caranya tetep rajin ya
banyakin ngobrol aja sama mereka, dibikin seneng aja kalo lagi di
ekskul. Jangan yang serius gitu
P: Bisa bagi waktunya sama sekolah gitu?
I: Untungnya kan kalo di KI nyantai ya belajarnya jadi bisa lah. Saya
juga nganggep ekskulnya tuh kaya tempat buat main aja. Jadi lebih enak
aja
P: Selain ketua, struktur organisasinya apa aja di ekskul band?
I: Ada wakil, bendahara, sekeretaris. Gitu-gitu sih ada. Orang banyak
P: Ada berapa emang anggotanya?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Kelas 2 kemaren aja jadi nambah. 11.. sama 15.. jadi 26
P: Semua pengurus jalanin tugasnya? Ga ada yang males-malesan gitu?
I: Ga ada sih kalo di kita. Semuanya ikut kerja, bantuin. Tahu lah harus
apa kalo di ekskul ini. kaya gitu palingan.
P: Kalau lagi ngumpul gitu biasanya ngapain aja? Main musik doang
kah?
I: Ga..kan kita jadi kaya bikin kaya kelas gitu..jadi kita bikin ada kelas
gitar, ada kelas drum. Jadi tuh yang semuanya masuk band belum
tentu…belum tentu bisa main alat musik. Jadi kita…akhirnya ngelatih.
Terus yaudah ngomongin tentang musik gitu lah
P: Ada ga sih masalah gitu di ekskul kamu?
I: Ehm..ga ada sih.. ehm… paling masalahnya itu dana sih. Dikasih uang
dari sekolah cuma Rp 700.000. Uang segitu… buat apaan. Itu bisa abis
buat berapa bulan doang. Ga cukup setahun
P: terus gimana?
I: ya paling kita patungan aja sama anggota yang lain. Terus sama tadi
ngamen gitu buat nyewa studio buat latihan gitu
P: Kalo ngamen kaya gitu semuanya ikutan?
I: Iya, mau pengurus mau anggota semua ikutan ngamen juga. Itu kan
buat ekskul juga ya jadi mereka semua mau lah buat ekskulnya nanti
juga baliknya buat mereka juga kan
P: Pernah ikutan manggung atau perlombaan gitu ga?
I: Kalau lomba sih ga pernah. Kalau manggung…iya beberapa kali
waktu kelas 1
P: Dibayar ga waktu manggung?
I: Ga
P: Gimana rasanya pas manggung?
I: Ya..gimana ya..awalnya pasti lah ada nervous gitu kan tapi kalo udah
biasa nervousnya berkurang sih tapi tetep aja deg-degan juga
P: Ada pemain inti gitu sih kalo di band?
I: Iya, ada sih. Biasanya senior. Jadi kalo misalnya manggung nih
biasanya senior dulu nanti gantian lah ada junior yang manggung
P: kalo misalnya seniornya pada manggung, juniornya ikutan nonton?
I: Biasanya sih ikutan. Sekalian ngeramein tempat di sanalah. Kalo bisa
ajak temen-temennya juga
P: Ga ada uang kas?
I: Uang kas mah ada cuma abis lagi buat latihan
P: Kalau nyewa studio gitu abis berapa emang uangnya?
I: Tergantung sih. Soalnya kalau latihan suka ada yang mutusin senar
lah, matahin stik drum lah. Jadi kita ganti alat itu juga.
Tergantung…tergantung ada alat yang rusak atau ga
P: Kalau ada masalah gitu nyelesaiinnya gimana?
I: Ehm.. pake voting biasanya sih. Pake cara itu aja.
P: Biasanya kalo ada masalah kaya gitu, si senior ngomongin duluan ga
sih? Jadi tuh si junior ga dikasih tahu dulu
I: Iya, jadi itu biasanya kan emang senior duluan. Merekalah nanti yang
mutusin duluan nah baru abis itu ke junior deh. Nanti kalo udah dapet
keputusannya baru junior dikasih tahu gitu. junior juga bisa kasih saran
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
kok. Jadi tuh apa yang udah diputusin sama senior bisa diobrolin lagi
sama juniornya gitu.
P: Terus manfaat yang kamu dapet dari ikut ekskul band apa?
I: Ya…yang pertama sih nambah temen, nambah…apa ya…pengetahuan
musik terus..ehm..pokoknya jadi punya temen main lah. Intinya itu.
Terus… bisa ngelatih mental supaya jangan pemalu. Soalnya kan kita
suka manggung gitu jadi ya kalau malu susah. Makanya ini juga bisa jadi
tempat buang urat malu sih.
P: Suka ngumpul di luar kegiatan ekskul juga?
I: Iya, suka ngumpul kita. Karena kan emang deket kan. Paling makan,
nongkrong
P: Sama anak RSBI juga deket berarti di ekskul?
I: Iya, deket kalo di band sih. Santai aja. Tapi ya emang biasanya saya
juga lebih sering ngobrol sama anak KI kan soalnya emang banyak anak
KInya kalo di band. Jadi yaudah deh tambah deket aja sama mereka.
sama anak RSBI ya pasti deket tapi beda lah deketnya sama anak KI.
kaya tadi kan..kita 3 tahun bareng terus, pergi ke mana-mana bareng
terus jadi yaudah deh.
P: Kalau rapat gitu?
I: Paling sekali dua kali doang. Ga sering. Paling ngomongin “apa yang
mau kita lakuin” gitu-gitu deh. Program kerja gitu. Kebetulan semua
anggota di ekskul band tuh pada bawel, cerewet gitu jadi kalau ada
omongan atau rapat gitu ya berisik gitu. Jadi tuh pas di A ngomong “gini
gini” ya nanti yang lainnya pada ikutan ngomong
P: Sekarang masih suka ikutan ngumpul ga?
I: Sekarang sih udah ga
P: Kalian yang termasuk deket gitu ya sesama anggota?
I: Iya, soalnya kan temen mainnya kan suka mencar-mencar ada ekskul
ini ada ekskul itu. Jadi kalau di ekskul ya kita main bareng aja, jadi satu
P: Kalo ada konflik sesama anggota gitu pernah ga?
I: ehm..ga ada sih kayanya ya..biasa aja
P: Kalo ada beda pendapat?
I: Ya paling sebatas beda pendapat gitu aja…ga lanjut jadi ya berantem
gitu..ga sih. Kan nanti juga diomongin enaknya kaya gimana
P: Kalau antara pengurus sama anggota gimana?
I: Sama aja kok. Kita yang deket gitu, ga ada batasan gitu lah. Bedainnya
kalau cuma lagi tugas aja sama kaya tugas kita di ekskul selebihnya
sama aja, ngobrol, bercanda gitu.
P: Terus sama ekskul yang lain?
I: Ga terlalu deket sih kecuali kalau udah jam sekolah terus ada yang
kenal ya itu beda. Tapi kalau udah jam ekskul ya udah sibuk masing-
masing
P: Eh di sini ada ga sih ekskul yang dianggep wah gitu? gaul lah
istilahnya
I: Ehm…basket sih paling sama futsal juga. Kalo anak cewenya paling
dance
P: Mereka gaul gitu emang? Terkenal di sekolah?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: udah pasti sih kalo terkenal. Rata-rata yang ekskul di situ emang
terkenal apalagi kebanyakan dari mereka kan emang ganteng-ganteng
hahhaaa cewenya juga cantik-cantik gitu kan kalo di dance. Mungkin itu
kali ya jadinya mereka dianggep terkenal gitu di sekolah. keren lah
istilahnya
P: Jadi tuh udah pasti lebih terkenal gitu?
I: Ehm…jadi gimana ya. Setahu saya sih yang masuk sana tuh rata-rata
terkenal gitu lho. Keliatan lha yang paling eksis siapa. Nah mereka itu ya
rata-rata kaya temenan deket juga sih. maksudnya emang keliatan sering
nongrong bareng. Mereka juga biasanya diajakin jadi panitia buat acara
sekolah gitu. jadi tuh mereka biasanya yang jadi panitia inti buat acara
sekolah.
P: Ditunjuk guru atau gimana?
I: Ehm..kalo buat acara sih biasanya osis sih yang nunjukin gitu. nanti
kan karena mereka emang temenan ya otomatis yang diajakin buat
gabung di mereka-mereka aja. Nanti kalo mereka butuh tambahan baru
deh diambil dari anak yang lain
P: Kalo misalnya nih awalnya anak itu ga eksis lah di sekolah..
I: Ya..otomatis jadi eksis kak. Tapi sih ya rata-rata emang anak-anak
eksis yang masuk ekskul itu. Kaya udah keliatan gitu lho. Kan bisa diliat
ya kalo di sekolah anak eksis kaya gimana
P: emang kaya gimana anak eksis?
I: Ehm… lebih keren lha penampilannya. Gampang terkenal lha. Nanti
kalo istirahat kadang suka ngobrol gitu mereka. keliatannya gengnya
gitu.
P: Kamu kenapa ga masuk ekskul itu aja supaya eksis?
I: hahaha gal ah. Saya lebih suka ngeband
P: Kalo kamu nih sebagai cowo ya, anak basket sama anak futsal itu
gimana?
I: Ehm… saya ga terlalu kenal deket sih sebenernya. Tapi ya emang
keren. Kadang nih ya kalo mereka pada main nanti anak kelas X suka
pada ngeliatin hahhaa. Karena kan emang ganteng dan seru gitu kan kalo
mereka latihan. Jadi ya otomatis banyak yang mau liat juga
P: Enak ya jadi eksis gitu
I: Hahaha enak lha kak banyak dikenal di sekolah. bisa kali satu sekolah
kenal sama kita juga. Terus ya itu tadi kalo ada acara sekolah bisa jadi
panitia inti gitu.
P: Anak-anak yang lain ga masalah gitu ada anak eksis? Kaya ngegeng
gitu?
I: Ga sih santai. Di tiap sekolah kan pasti ada lha ya anak-anak eksis
gitu. jadi ya wajar aja. Toh mereka juga santai sih sebenernya ga yang
banyak gaya..kaya belagu gitu sih ga…biasa aja. Tapi ya ada aja lah
anak-anak itu yang kaya…ehm…banyak gaya gitu. tapi kalo saya sih
santai sih. itu hak mereka. biarin aja
P: Ada aturan-aturan yang ngikat gitu di ekskul kamu?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Paling rajin dateng buat latihan aja sih terus jangan terlambat. Udah,
itu doang
P: Itu dari awal senior yang bilang langsung gitu ke kalian peraturannya?
I: waktu awal-awal masuk band sih kita ya ada perkenalan gitu kan.
Terus yaudah dikasih tahu sih kalo bisa harus rajin dateng gitu, kalo ga
bisa dateng yaa bilang aja ke seniornya. ga apa-apa
P: Terus kalau ada yang ngelanggar?
I: Ga di apa-apain. Paling cuma “Ah terlambat”. Udah gitu doang.
P: Ditegur ga?
I: Ya iya. Paling biasa aja sih
P: Pernah ada yang mutusin buat keluar dari band?
I: Banyak.. banyak banget. Awalnya tuh kita rame tapi lama-lama
banyak yang keluar. Yaudah mau gimana. Kita sih slow aja kalau pada
mau keluar yaudah bebas mau keluar. Kecuali kalau paskibra tuh kak.
Kalau keluar dari paskibra itu kacau tuh baru. Mungkin bakal dibilang
penghianat. Terus ada senioritas gitu, kalau kita santai. Jadi
pendekatannya lebih enak ke anak-anaknya. Ordiknya juga ga cukup
sekali. Waktu kelas satu ada ordik, pas kelas 2 juga ada ordik kesenioran
gitu. Kalau kita udah ikut kesenioran terus mau keluar…itu tuh ga
semudah kaya kita mau keluar dari ekskul band. Kaku banget. Parah
P: Dibiarin aja itu pada keluar?
I: Ya kalo misalnya mereka ga niat gimana. Ehm…terserah mereka.
biarin aja lah yang masih ada di band yang maish rajin gitu jadi supaya
kegiatannya tetep ada terus
P: Kalau ada yang jarang dateng itu jadi keganggu ga sih kalian?
I: Ga sih sebenernya. Kan yang bisa main alat musik ga cuma dia doang
ya. Tapi palingan ya kalo repot misalnya kita mau manggung gitu dan
ada anak yang males latihan nah itu baru ga enak
P: Terus gimana?
I: Ya..paling kitanya ngabarin anaknya sih. Disuruh rajin dateng juga.
Gitu..
P: Terus kalau peran guru sendiri ke ekskul gimana?
I: Ya paling pembinanya doang. Kaya Bu Woro. Ya dia doang paling
yang perhatian. Dia kan juga Pembina beberapa ekskul kan kaya tari
sama PSVG. Sebenernya tuh dulu PSVG sama band tuh nyatu.
Pokoknya 2 tahun di atas saya lah, dia mecah. Bikin ekskul band sendiri.
P: Oh bisa ya kaya gitu? bikin ekskul baru…
I: Bisa sih kak. Kita kan ngumpulin anak-anak dulu kan yang..itu
lah..kira-kira punya minat yang sama yaudah deh bentuk aja ekskul
sendiri
P: Susah ga ngurusnya?
I: Ga sih. Sekolah juga ngedukung aja gitu..kalo positif ya didukung-
dukung aja..ga masalah sih..
P: Syaratnya apa aja itu kalau mau bikin ekskul lagi?
I: Ehm…apa ya…kurang tahu juga sih…. Tapi paling ini sih kaya
proposal gitu…cantumin program kerja, tujuan ekskul…kaya gitu kira-
kira.
P: Oh iya pernah ada ga berantem antar anggota gitu?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Untungnya ga ada sih kak. Soalnya kan kita santai dan emang anak-
anaknya pada suka bercanda jadi kalau ada beda pendapat gitu…kan
wajar ya… ya langsung kita omongin aja enaknya gimana.. saling
terbuka satu sama lain lah.. kalau ada saran ya langsung aja diomongin.
Semua ngasih saran di situ, omongin A,B,Cnya gitu deh. Kan intinya
buat majuin ekskul ini…
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 6 (AL)
Siswa X KI
Ekstrakurikuler basket dan PSVG
Tanggal wawancara: 5 April 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Kamu dulu kenapa ambil KI?
I: Ambil KI…soalnya mau ngejar kuliah di luar
P: Ohh mau kuliah di luar..mau kuliah dimana emang?
I: Jerman
P: Tahu info darimana ada program ini?
I: Dari kakak. Kakak dulu sekolah di sini juga. Angkatan kemaren. Dia
ambil KI juga sih jadi ya dia ngasih tahu juga tentang program ini.
P: Terus menurut kamu program ini kaya gimana sih?
I: Jadi kan kalau di sini itu…belajarnya kan…ehm.. materinya beda terus
kalau di RSBI itu lebih di detail-detailin gitu jadi lebih ribet. Kalau di KI
lebih di..apa ya…dipermudah lah tapi tetep ngerti
P: Dipermudahnya kaya gimana?
I: Maksudnya…ehm.. misalnya kaya belajar matek yang seharusnya
gini-gini aja..kaya 2+2=4 kalau di RSBI tuh kaya 2x2=4+2=6-2=4. Kaya
gitu lah.
P: Ada kendala ga selama ini belajarnya?
I: Ga ada sih
P: Harapan kamu sendiri apa nih?
I: Sebenernya sih pengen dapet PMDK juga. Semoga dapet sih. Kan
katanya bisa diterima 50% gitu. Kalau ga dapet ya langsung ngejar
kuliah di luar.
P: Kalau ngejar PMDK sebenernya kan bisa masuk RSBI juga..
I: Ga tahu, udah disuruh mama juga kemaren katanya masuk ini aja. Gitu
P: Ada tes apa aja waktu masuk sini?
I: Ada …ehm.. pake foto juga, ijazah. Tes TPA, tes IQ terus udah.. deh
kayanya..ujian tertulisnya masuk ke TPA itu. Itu tes periodik akademik
gitu
P: Mata pelajarannya apa aja?
I: Biologi, matek, fisika, bahasa Inggris..ya jadi Cuma IPA, matek, sama
bahasa Inggris
P: Ada wawancara juga?
I: Iya, ada waktu itu
P: Yang wawancarain siapa?
I: Dari guru sini juga sih. Dan itu pake bahasa Inggris sama kaya waktu
ujian tertulisnya juga bahasa Inggris.
P: Lancar ga waktu itu ngerjain soalnya?
I: Ehm bisa sih..tapi susah soalnya…tapi lebih susah pas wawancara sih.
Soalnya masih kagok gitu ngomong bahasa Inggris gitu
P: Daftarnya tuh waktu itu via online?
I: Iya. Kalau KI via online gitu
P: Angkatan kamu berapa bayarannya di KI?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Setahun Rp 35.000.000
P: Sama temen-temen gimana?
I: Seru kita mah. Nyaman juga. Enak deh.
P: Suka ngumpul gitu di luar sekolah?
I: Suka sih. Paling jalan-jalan aja atau ke Mc Cafe
P: Kalau sama anak RSBI gimana?
I: Deket juga sih. Saya juga mainnya sama mereka soalnya. Kalau saya
sendiri kan sering ke bawah, main sama anak RSBI. Ngobrol-ngobrol.
Main. Kalau di KI kan ada yang dari daerah juga jadi mereka mainnya di
dalam kelas aja
P: Emang kelasnya di lantai berapa?
I: Di lantai 2. Jadi itu sebelah-sebelahan sama kak kelas KI yang lain
P: Ada berapa anak?
I: 24
P: Lebih enak mana main sama RSBI atau KI?
I: Ehm..sebenernya lebih nyaman sama anak KI sih karena kan lebih
sering deket..lebih sering ngobrol-ngobrol sama anak KI. Tapi gini sih
kak banyak kan ya yang bilang tentang KI yang ga enak gitu. Tapi
yaudah saya sih biasa aja. Kalau dari angkatan saya sendiri ada lah anak
RSBI yang kaya ngejelek-jelekin KI. terus ada juga yang biasa aja. Jadi
ya saya juga ngumpulnya sama anak-anak yang ngerti.
P: Terus kalau guru ngajarin di dalam kelas tuh full english ga sih?
I: Iya. Tapi kalau misalnya ada anak yang ga ngerti baru deh dijelasin
lagi. Bisa pake bahasa Indonesia, jadi tuh bilingual juga
P: Kalau guru yang ngajar 5 mata pelajaran itu dari sekolah atau
gimana?
I: iya, dari sekolah juga kok
P: Ada guru native?
I: Iya, ada. Itu jadwalnya tiap hari selasa jam pertama pasti yang ngajar
dari native. Kalau dulu..pas awal-awal tuh setengah semester kita
belajarnya dari jam masuk sampai jam 9 atau jam 10 gitu kita belajarnya
sama native. Kalau sekarang kan yang jam pertama aja. Katanya sih
supaya kita nyaman aja belajar pake bahasa Inggris.
P: Mata pelajaran apa aja yang sama native?
I: Bahasa Inggris sih. Jadi bahasa Inggris hari selasa sama native sisanya
sama guru sini.
P: Waktu awal-awal ada kagok gitu ga sih belajar sama native?
I: Kagok banget soalnyaa kan ada yang dari Amerika jadi tuh
ngomongnya cepet…jadi semuanya juga pada kagok
P: Dari gurunya sendiri gimana?
I: Ya dia awal-awalnya nyesuain dulu. Lama-lama kitanya juga udah
biasa
P: Terus makin ke sini tuh kamu lebih nyaman sama guru yang ngajar
pake bahasa Inggris atau bahasa Indonesia?
I: Ehm..sekarang ini sih lebih nyaman pake bahasa Inggris. Soalnya
kalau sama native jadi tuh kemampuan kita diasah aja buat lancar bahasa
Inggrisnya. Terus kalau yang ngajar orang luar tuh enak dengerin
mereka ngomong. Aksennya keren. Jadi enak aja gitu. Kebetulan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
sekarang kan yang ngajar dari India gitu. Jadi aksennya tuh gimana gitu.
Aksennya keren
P: Kan suka ada jalan-jalan gitu ya dari sekolah?
I: Iya. Terakhir tuh kita bareng ke P.Pari. Abis dari situ kita bikin
laporan dan jalan-jalannya kan bareng sama keseluruhan anak KI dari
kelas 2 sama kelas 3 jadinya enak aja. Rame deh
P: Terus guru-guru kalau ngajar pake fasilitas apa aja biasanya?
I: Ehm..guru-guru biasanya pake LCD, proyektor, wi-fi juga.
Ehm..awalnya tuh wi-fi adanya di KI aja tapi sekarang semuanya udah
dapet. Terus komputer juga sering dipake, printer juga. Kebetulan kalau
komputer tuh di kelas lain ga ada cuma ada di KI doang.
P: Yang paling sering kamu pake fasilitasnya?
I: Ehm.. proyektor sih paling karena kan sering presentasi juga
P: Biasanya metode guru ngajar di kelas kaya gimana sih?
I: Jadi awalnya tuh gurunya nerangin ke anak-anak dulu nah terus kita
disuruh..ehm..apa…cari sendiri. Jadi kita disuruh ngebangin sendiri.
Disuruh presentasi. Dibikin per kelompok
P: Mata pelajaran apa yang kaya gitu?
I: Lebih sering sih yang 5 mata pelajaran itu
P: Suka mata pelajaran apa sih?
I: Matematika, fisika, kimia juga sih soalnya kalau kimia itu enak
gurunya ngajar.
P: Kalau ujian yang dari Cambridge itu gimana?
I: Itu tuh sebenernya kita bisa ambil ujian pas kelas 1. Jadi kemaren
sempet ditawarin sama guru buat ikut ujian di bulan Mei-Juni tapi dari
anak-anaknya pada belum siap, masih kurang. Akhirnya dilarikan ke
bulan Oktober. Jadi kan itu... dalam setahun ada summer sama winter.
Nah buat kali ini kita ambilnya yang winter. Di situ kita pilih salah satu
deh mau ambil yang pas bulan apa. Kapan pas kita siap aja itu. Materi
ujiannya yang diambil yang udah pernah di bahas dalam kelas
P: Terus selama ini menurut kamu gimana penjelasan dari gurunya?
I: Ehm.. untungnya masih ngerti sih kak apa yang dijelasin sama guru
dan saya termasuk orang yang lebih seneng langsung nanya guru. Jadi
kalau ada yang ga ngerti ya langsung nanya aja guru daripada nanya ke
temen
P: Interaksi sama guru gimana?
I: Deket sih, jadi ya..enak aja…kalau di dalam kelas ya selayaknya guru-
murid aja sih kak. Kalau di luar ada lah beberapa yang suka bercanda
gitu karena gurunya juga enak. Ga yang kaya segen gitu sama murid.
Males sama murid, ga gitu
P: Guru yang kaya gimana sih yang menurut kamu enak?
I: Ehm…ada guru bahasa Inggris saya. Jadi dia itu kalau ngejelasin itu
bahasanya halus gitu, jadi enak. Jadi lebih ngerti.
P: Nilai apa sih yang kamu dapetin dari ngumpul sama temen-temen?
I: Ehm..pertama sih saling ngerti aja sih kak. Kita kan udah deket ya
kalau ga mau ada konflik gitu ya harus saling ngerti apalagi buat 2 tahun
ke depan kan kita bareng-bareng terus. Anak-anak kan juga ada yang
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
punya keahlian gitu kan, ada yang di komputer atau di otomotif. Ya
kadang kalau ngobrol juga suka ngomongin itu. Jadi ada hal positifnya,
ga cuma ketawa-ketawa aja. Kebetulan kan saya suka edit-edit
photoshop jadi ya suka nyambung aja sama mereka. Suka ngobrol soal
komputer juga.
P: Kalau dari guru apa biasanya?
I: Ehm..kalau guru sih biasanya nekenin tentang jaga sikap gitu,
kesopanan lah. Karena kan emang guru itu kaya..ehm..sosok lah buat
kita. Oh iya sama paling kejujuran sih. Soalnya kalau ada ulangan gitu
kita ga boleh nyontek kan. Jadi ya… penting sih hal itu. Ya coba
diterapin ke kehidupan sehari-hari aja..
P: Kamu ngambil ekskul apa aja sih?
I: Basket sama PSVG
P: Itu langsung daftar aja ga ada tes apa lah gitu?
I: Ga ada sih. Cuma sekedar daftar aja terus yaudah deh dateng latihan
yang rajin
P: Kenapa ambil ekskul itu?
I: Kan kalau anak basket tuh dikenalnya itu..apa…sering tuh dapet
tanggepan miring.. dikenalnya jelek lah gitu kalau anak basket kata
kakak kelas
P: Diomongin apa emang?
I: Maksunya…ya anak basket tuh..gini gini… nakal gitu. Jadinya kita
udah sepakat “Ayo sih latihan terus biar mereka tahu kalau kita
bandel..gini..gini” jadi ya pengen nunjukkin aja kalau basket ga kaya
gitu juga. Ada kok prestasinya. Kalau VG…mungkin awalnya karena
suka nyanyi sama ngikutin temen deket saya itu kali ya
P: Kamu ngerasain ga apa yang diomongin orang-orang itu bener?
I: Iya, emang gitu sih..ada juga bandel-bandelnya. Tapi anak basket
kompak sih
P: Kompaknya seperti apa tuh?
I: Jadi misalkan kita mau ke mana-mana ya kita bareng aja gitu
P: Jadi lebih eksis juga ya ambil basket?
I: Hehehe…mungkin itu pandangan anak-anak aja sih. kan awalnya kita
emang kaya dianggep bandel gitu nah mungkin dari situ juga jadi sering
diomongin sama anak-anak lain. keterusan deh sampai sekarang sampai
dianggep eksis. Biasa aja sih sebenernya..anak dance juga gitu kok.
Dianggep eksis gitu di sekolah
P: Oh ya?
I: Kalo buat cewe sih emang anak dance kan termasuk yang cantik gitu
kan. Terus kan otomatis mereka kalo perform kan bajunya harus bagus
gitu, harus lebih stylist gitu jadi yaw ajar aja dianggep eksis.
P: Itu dari kamu masuk sini udah kaya gitu?
I: Iya, jadi tuh pas mos itu kan emang ada promosi ekskul itu nah dari
situ aja udah ketauan lha senior yang ikutan ekskul itu gimana. Ibaratnya
yang keren ya rata-rata masuk basket atau dance gitu kak.
P: Enak dong ya jadi eksis gitu di sekolah kamu?
I: Hehehe. Ga gitu juga sih kak. Kebetulan aja kayanya deh. Saya kan
emang suka basket jadi ya ambil basket deh buat ekskulnya
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: terus sekarang di basket juga pada eksis gitu?
I: Ehm gimana ya… katanya sih begitu kak
P: Ada ga sih yang masuk basket karena emang ngejar pengen eksisnya
doang?
I: Ehm.. kayanya sih kalo di basket anak-anaknya emang pada suka
basket sih. seniornya kan juga enak kan jadi ya itu juga kayanya yang
bikin pada mau di basket. Tapi ga tw juga sih ada apa ga yang kaya gitu
di basket. Kayanya ga ada
P: Tanggepan kamu sendiri nih dengan adanya istilah eksis di ekskul
apa?
I: Kalo saya sih biasa aja nanggepinnya. Itu kan emang anak-anaknya aja
yang nyebut. Kalo saya sih bergaul sama siapa aja sih, temenan sama
siapa aja. Kalo dibilang eksis sih ga tw ya awalnya karena apa. Tapi
kayanya emang karena udah dari dulu basket dibilang anak-anak yang
masuk situ kaya bandel gitu kan. Ga tw sih saya juga. Saya sih biasa aja
P: tapi jadi lebih deket sama anak dance juga?
I: Kita emang suka ngobrol sih. ya ngumpul-ngumpul aja, ngobrol gitu
P: Kamu ngerasa eksis juga?
I: Ehm..biasa aja sih. saya emang kenal banyak temen lha di sekolah
P: enak ga eksis di sekolah?
I: Hehehe paling jadi lebih dikenal aja sih kak
P: Kan kamu ikut dua ekskul ya yang paling kamu suka mana?
I: Waktu awal sih PSVG tapi makin ke sini basket aja deh. Soalnya
PSVG cowonya sedikit. Jadi kan..pertama saya juga punya
temen…cowo..deket banget terus dianya sekarang pindah jadi males
P: Kenapa kamu ambil PSVG dulu?
I: Ehm..jadi itu awalnya ngikutin temen aja terus lama-lama enak juga di
ekskul ini. Saya juga lumayan suka nyanyi kan jadi yaudah ikutan aja eh
tapi di tengah-tengah temennya malah keluar jadi sekarang ga rajin kaya
dulu deh
P: Posisinya apa di PSVG?
I: Bass
P: Emang ada berapa cowonya?
I: Kalau di bass itu…3…itu yang kelas 1..kalau yang kelas 2 ada 3
juga…eh kelas 3 ada 3. Kelas 2 ada 1, itu juga jarang latihan
P: Tapi kalau latihan di VG gimana?
I: Ehm.. kalau itu sih…sebenernya sih PSVG nyantai banget tapi..apa
itu..tapi bagus
P: Nyantai gimana ?
I: Ehm.. itu sih pelatihnya enak jadi santai gitu. Fun lah
P: Kalau basket?
I: Enak juga
P: Latihan tiap hari apa?
I: Kamis. Waktu awal semester itu saya ngikutin basket tuh kaya males
gitu. Soalnya dulu tuh saya denger kalau masih kelas ga boleh ikut
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
kejuaraan gitu. Yaudah..tapi makin ke sini yaudah ikut aja deh. Terus
sekarang juga suka ikut kejuaraan
P: Terakhir ikut dimana?
I: Di GRJU. Sekitar bulan maret
P: Kalau PSVG latihan tiap hari apa?
I: Latihan rutinnya Jumat
P: Kamu udah ga pernah latihan VG?
I: Ga kok..masih sering
P: Itu ga apa-apa.. maksudnya kaya ga rutin latihan gitu?
I: Ga apa-apa. Ya itu..makanya pelatihnya tuh ngerti.. maksudnya kan
saya juga kan sering dilarang sama mama “Yaudah sih nanti aja
PSVGnya, kapan-kapan”.
P: Kenapa emang?
I: Soalnya kalau VG itu kalau mau lomba latihannya bisa tiap hari. Abis
pulang sekolah sampai sore gitu
P: Jadi orangtua lebih ngedukung kamu ikut basket?
I: Iya, soalnya kan dari SMP saya juga ikut basket
P: Ga ada yang kaya…males-malesan terus ditegur gitu ya sama anak
VGnya?
I: Ehm…ya paling ditanya aja “kapan latihan” kenapa ga latihan terus”.
Kaya gitu aja sih
P: Ga sampe dikeluarin gitu ya atau di black list misalnya karena jarang
dateng?
I: Ga sih. Kan ngomongnya juga baik-baik. Anak-anak juga ngerti sih
kan saya ikutan basket juga. Di basket juga saya lagi rajin latihan kan
karena lebih enak aja sekarang dan bisa ikutan lomba juga jadi ya
tambah semangat aja..
P: terus kalo misalnya ada anak VG yang cuma ikutan 1 ekskul aja
jarang dating gimana? Kalo kamu kan 2 ya jadi mereka juga maklum
I: jadi gini…intinya sih ya kalo di VG itu kita dating latihan. Terus
usahain juga kalo ga dating gitu mendingan bilang ke pelatihnya atau ke
senior gitu deh. Supaya jadi lebih enak aja. Kaya ga main umpet-
umpetan gitu. Kalo diem-diem ga latihan tapi sering terus pas jam
sekolah ketemu agak gimana gitu jadinya.
P: Kalo di basket gimana?
I: Ya..sama aja sih. Cuma kan kalo di basket emang agak cuek ya.
Maksudnya ya kalo ga dating ditegur gitu aja sih palingan. Seniornya
juga asik jadi rata-rata pada dating lah latihan. Kan soalnya enak ya bisa
sambil main basket juga
P: Tapi ada yang telat gitu?
I: Pasti sih kalo itu… ya emang ada yang telat. Tapi ya yang ga sampe
telat berapa jam gitu. Kalo ada yang kaya gitu tuh biasanya ijin dulu ke
seniornya
P: Itu tuh peraturan kaya gitu diomongin dari awal atau gimana?
I: Ehm..kalo di basket sih kayanya emang kesadaran anak-anaknya aja
deh. Kan seniornya asik ya jadinya kita juga segen sama mereka. terus
yang kita liat juga mereka sama anak kelas 3 masih kaya nyatu gitu.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Ngobrol-ngobrol lah tapi kaya masih…apa ya kaya ngehargain gitu lha
intinya. Senior kan juga suka cerita sih kalo kita lagi break main nih
nanti sambil cerita-cerita aja “dulu tuh gini gini di basket” kaya gitu aja.
Ehm..terus kalo di VG kan emang dari awal dibilangin ya. Ekskul itu
cuma buat anak yang serius aja. Dikasih tw lah harus gimana kalo di
VG. Jangan telat dateng, terus rajin latihan, kalo misalnya ga ikut latihan
ya ijin sama senior atau pelatihnya. Kaya gitu sih
P: Harapan kamu ikut ekskul apa?
I: Bisa hasilin banyak piala sih di ekskul ini
P: Terus sama anak PSVG kamu gimana?
I: Masih deket juga sih. Kalau pas jam sekolah juga masih ngobrol,
bercanda gitu. Tapi ya ga sesering dulu sih, ada bedanya lah
P: Kalo kamu ga dateng VG gitu bisa ganggu dinamika suara di VG ga
sih? Jadi kaya ada yang hilang gitu di paduan suaranya
I: Ehm..ya lumayan sih ya hehehe. Kan kalo di VG udah ada pembagian
suaranya jadi ya kalo misalnya ada yang ga ada jadi dikit beda tapi
sebenernya bisa ditutup sama anak lain yang punya jenis suara sama
gitu.
P: kalo mau lomba gimana?
I: Ehm…kalo lomba sih beda lagi. Kalo udah ditunjuk buat lomba ya
harus dateng tiap kali latihan. Kalo latihannya tiap hari ya tiap hari
dateng latihan. Ga enak sama yang lain juga kan ya, kita kan mainnya
tim di sini. Jadi kalo ada yang ga dateng jadi susah lagi. Kecuali emang
bener-bener ga bisa tuh, ada urusan gitu ga apa-apa. Nanti tetep minta
ijin ke senior atau pelatihnya
P: Kalau peran pembina sendiri nih terhadap ekskul yang kamu lihat tuh
gimana?
I: Ehm…paling Pembina sih yang paling sering gitu. Kalau sama
Pembina basket deket soalnya kan olahraga juga sama dia. Jadi ya
banyak waktu yang ketemu dan orangnya juga asik gitu, enak diajak
bercanda dan santai gitu. Kalau sama Pembina PSVG ga terlalu deket
P: kenapa ga deketnya sama Pembina VG?
I: ya..emang saya jarang ngobrol aja sih kak. Tapi baik sih pembinanya.
Maksudnya emang mau gitu ngurusin kita. apalagi kalo VG kan banyak
lomba ya..ya pembinanya tuh mau nganter ke sana ke sini gitu. Bolak
balik
P: Kalo Pembina basket suka dateng lomba?
I: Iya, kadang suka dateng kalo ga sibuk. Kalo ga bisa dateng juga tetep
ngasih masukan ke kitanya. Harus gimana gitu kalo lagi tanding
P: kalau lagi latihan tuh mereka suka mantau gitu?
I: Iya. Kalo emang ada jadwal latihan mereka suka liat lah gimana
keadaan kita di ekskul. Ada masalah apa ga gitu
P: terus kalo ada masalah, kalian ceritain ke Pembina?
I: tergantung sih sebenernya. Ga semuanya cerita. Jadi kalo emang
dirasa perlu cerita ya cerita kalo ga ya ga
P: Masalah apa misalnya yang harus cerita ke pembinanya?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ehm.. kalo misalnya kaya kita mau ngurus lomba gitu ke sekolah.
Ijinnya segala macem, kalo dari Pembina sih biasanya lebih gampang
nanti sekolah kasih ijinnya. Jadi kan kalo Pembina itu salah satu guru ya
di sini jadi ya kaya perwakilan sekolah di ekskul lah gitu.
P: Kalau dari guru lainnya gimana? Guru-guru di sekolah tentang
ekstrakurikuler
I: Kalau basket sih paling kalau udah kelewat waktu. Soalnya kan kalau
basket kalau latihannya kan yang ga liat waktu juga sih. Jadi kadang-
kadang anak-anaknya suka ga ngeliat waktu kalau latihan. Latihannya
terlalu serius jadi…tahu-tahu udah jam 5 lewat tapi kita ngerasanya tuh
kaya baru sebentar latihannya. Jadi tuh kaya “ya Pak nanggung Pak”.
Gitu aja paling, ga ada peran apa gitu…
P: Kalau ada lomba, suka dapet dana dari sekolah?
I: Ga
P: Terus kalian gimana?
I: Ehm…biasanya sih transportasi sendiri. Kalau VG sih dikasih dari
sekolah
P: PSVG dikasih kalau basket ga gitu?
I: Iya. Ga tahu juga sih kenapa kaya gitu
P: Terus kalo lomba basket gitu kan perlu makan juga ya selain
transport? Terus kalian gimana?
I: Ehm..biasanya kita patungan aja sih paling buat makan kaya gitu. Abis
gimana ya..sekolahnya ga ngasih dana gitu ke kitanya.
P: Uang kas?
I: Ada uang kas tapi kadang suka abis buat beli bola atau buat makan
kaya gitu kan dapet tambahan dari kas juga ya jadi ya tetep mau ga mau
patungan juga sama anak-anak
P: Ga ada ngomong ke sekolah gitu soal dana basket?
I: Ga ada sih
P: Lho kok…
I: Ehm.. kayanya percuma aja sih belum tentu juga sekolah bakal mau
ngasih gitu. Kalo liat dari ekskul lain sih gitu. Susah kalo mau dapet
dana dari sekolah
P: Terus pembinanya?
I: Ehm..ga bisa bantu banyak sih. Udah diomongin ke sekolah tapi ya
gitu…tetep ga ada respon gitu. Tapi kalo Pembina VG sih gampang.
Kita suka dapet uang buat lomba gitu. Mungkin karena VG udah sering
menang lomba kali ya jadi gampang gitu ngurus ke sekolahnya
P: Ada aturan-aturan gitu ga sih di dalam ekskul?
I: Paling ikutan ordik aja sih. Ya maksudnya..setelah ordik cuma itu..jadi
ya “kalian semua satu angkatan harus kompak” gitu.
P: Ordik ngapain aja sih?
I: Ya…paling ya kita disuruh ini itu sama senior. Kadang pake diomelin
gitu sih…
P: Kalau ada yang jarang latihan gimana?
I: Paling ditegur aja sih “Kemana aja sih? Kenapa ga latihan-latihan?
Udah sih, latihan aja” paling gitu aja. Ga ada yang keras-keras gitu
P: Pernah ada yang sampai dikeluarin ga karena ada masalah gitu?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ga ada sih untungnya
P: Kalau ada rapat gitu gimana?
I: Jarang sih. Paling diomongin biasa aja sama anak-anaknya
P: Semua anak ikutan ngomong? Atau kaya cuma ketuanya aja?
I: Ga sih…biasanya semua ikutan ngomong juga. Ya intinya sih kasih
saran lah kalo ada masalah di ekskul. Ya..ga cuma ketuanya aja.
P: Biasanya ada masalah apa di dalam ekstrakurikuler?
I: Kalau basket itu biasanya…nyari waktu latihannya…nyari waktu buat
ngumpul bareng gitu agak susah. Ngumpulin satu tim gitu susah.. mau
ga mau ya kita nanti ada unsur pemaksaan gitu. Jadi semuanya kita suruh
dateng lah, kita panggilin anak-anaknya suruh latihan.
P: Ada pengurusnya gitu di dalam ekskul?
I: Iya, ada kak.
P: Waktu milih pengurus dulu gimana sih?
I: Itu sih senior yang nentuin…jadi biasanya senior yang rapat internal
dulu deh. Mereka ngomongin tentang anak-anak basket, siapa yang kira-
kira bakal jadi ketua ekskul gitu
P: terus baru gitu diumumin ke anak-anaknya?
I: Iya kaya gitu setelah senior rapat gitu baru diomongin ke kitanya
P: Kalian nerima aja?
I: Iya sih. Kan gini…senior pasti ada alesannya gitu kan kenapa milih si
A, si B gitu nah selama ini sih kita ngeliatnya yang dipilih itu emang pas
buat jadi pengurus di ekskul gitu
P: Terus ada bedanya ga kalau lagi latihan antara yang pengurus ekskul
sama yang anggota biasa?
I: Kita sama-sama deket sih kak. Mungkin karena sama-sama suka
basket ya jadi nyambung aja kalau lagi latihan juga. Kan ada tuh ekskul
yang ada kesenioran gitu, di basket sih ga ada. Santai gitu di sini. Tapi
ya..apa ya.. kan mereka senior ya dihormatin lah karena mereka senior.
Gitu aja sih paling. Semuanya baur lah. Sama anak RSBI juga gabung
kalau di basket.
P: Ga ada misah-misah gitu ya berarti di ekskul?
I: Kalo di basket sih ga ada. Kita santai gitu kan. Di VG ga juga sih
kayanya. Tapi ini sih kadang yak arena kan klao di VG yang ikut banyak
ya…nah anak KI kan Cuma sedikit, jadi kadang ya saya mainnya sama
anak KI juga
P: Kenapa ga main sama yang lain gitu?
I: Ehm ga tw ta. Emang udah temen mainnya sama anak KI sih jadi ya
kaya gitu. Tapi kalo basket kita baru sih kak
P: Ada ga sih pengurus yang jarang dateng terus jarang ngerjain tugas
gitu lah?
I: Ga ada sih kak yang saya liat. Semuanya ngerjain aja ya. Maksudnya
ya ikut tanggung jawab gitu lah kan udah jadi pengurus gitu kan ya jadi
ya udah jalanin aja
P: Ga ada masalah gitu antar pengurus?
I: Ehm..ga ada sih kak. Karena kitanya nyantai kali ya. Maksudnya ga
yang kaku gitu kan jadi santai aja
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Pernah ada yang ditegur ga sih sama kakak kelas?
I: Iya, pernah sih awal-awal. Kebetulan saya sendiri yang ditegur sama
mereka
P: Ohh..kenapa?
I: Soalnya katanya banyak gaya. Yaudah kan katanya saya banyak gaya
jadi yaudah saya lebih banyak diem aja. Katanya saya sombong
lah..gitu-gitu orangnya. Katanya jutek gitu
P: Tapi kamu ngerasa kaya gitu?
I: Ga sih. Kayanya saya juga biasa-biasa aja. SMP juga begini-begini aja
ga macem-macem
P: Kalau ada masalah nih di ekskul itu biasanya penyelesaiannya
gimana? Senior dulu yang ngerembukin baru di share atau gimana?
I: Ehm..biasanya sih senior dulu yang ngomongin. Karena kan kita
masih junior, masih baru lah ibaratnya di sini. Jadi ya biar senior dulu
aja yang ngomongin baru di share ke kitanya.
P: Kalau ada yang ga setuju gitu?
I: Kalau ada yang ga setuju..biasanya sih kalau abis senior rembukin
terus diomongin ke kitanya nanti si senior bilang “eh lu setuju ga?” gitu
sih. Jadi tetep ada masukan dari juniornya juga. Kita ngasih pendapat tuh
di situ
P: Ada evaluasi hasil kerja kalian gitu ga?
I: Kalau PSVG biasanya pas abis lomba baru diomongin. Kan biasanya
kalau abis lomba itu kita ngomong, si pelatihnya juga ngomong “Kalian
bagus” atau “Kalian kurang gini..gini”. Terus kitanya yang “Oh iya ya
tadi gini..gini”
P: Kalo di basket ga ada?
I: Ehm.. iya ada sih ya. Kalo abis latihan gitu nanti kita liat nih gimana
tadi hasil latihan kita. apa aja yang kurang, apa yang harus ditambahin
gitu
P: Pernah ikut lomba di PSVG?
I: Sering..kalau VG mah sering. Tiap bulan sih sering. Enak kalau lomba
gitu apalagi kalau ngerasain juara. Tapi ya kadang ngerasa males latihan
kalau tiap hari. Gitu. Jenuh aja
P: Udah dapet berapa piala selama ini?
I: Kalau di PSVG itu..udah lebih dari 5 atau 7. 7 deh. Kalau di basket
baru 1 soalnya kan saya juga baru ikut 2 lomba
P: Apa yang kamu dapetin selama ikut ekskul ini?
I: Itu..piala..sama..ehm… sama anak RSBI semuanya jadi deket
P: Kalo ikut lomba kaya gitu gimana sih? Apa yang kamu dapet gitu?
I: Jadi nambah pengalaman aja. Terus bisa ngerasain gimana rasanya
menang sama ngerasain…apa ya…jadi bisa liat skill kita sampe sejauh
mana
P: Kalo lomba kaya gitu kan kalian ga pake pelatih ya? Terus yang
ngatur formasi gimana?
I: Kita sendiri sih. Jadi pas latihan kan biasanya nanti keliatan nih siapa
yang cocok jadi apa. Kaya gitu. Nanti lomba juga kita sendiri juga yang
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
ngatur gimana-gimananya. Udah tw posisi masing-masing tapi tetep sih
ketua dibutuhin gitu. Buat nyemangatin kitanya
P: Kamu sendiri lebih nyaman dimana antara basket sama VG?
I: Karena saya hobinya basket jadi ya lebih nyaman ke basket jadinya.
Seniornya juga lebih nyambung ke basket soalnya kan anak basket
sering ikut main futsal bareng. Jadi lebih deket. Kita juga suka hal yang
sama kan
P: Senior di VG gimana emang?
I: Ehm..agak senioritas gitu sih. Maksudnya kan ya emang di ekskul tuh
ada yang senior sama yang junior tapi kalo di basket kan seniornya
santai ya. Yang penting kitanya hormatin mereka tapi tetep lah bercanda,
ngobrol bareng gitu. Nah kalo di VG tuh seniornya kaya pengen di..apa
ya… kaya ada jenjang gitu antara senior sama junior. Jadi agak ga enak
sih sebenernya
P: Ngerasa ganggu pelajaran ga sih ikut 2 ekskul?
I: Ga sih untungnya. Paling kalau lagi ikut lomba aja yang suka ganggu
pelajaran. Kalau VG kan suka dapet lomba pagi ya paling kita dapet
dispen dari sekolah
P: Pernah ga sekolah ga ngasih dispen ke kalian?
I: Pernah..soalnya itu..apa…gara-gara waktu itu kita udah keseringan
jadi dari guru sendiri ga dikasih. Terus anak kelas 3nya mau TO jadinya
ga dikasih. Waktu itu ya…waktu awal-awal banget hampir tiap upacara
tuh diumumin kalau kita abis menang lomba. Kan di sini gitu, setiap
ekskul yang abis menang lomba pas upacara pasti diumumin
P: Akhirnya ga ikut lomba itu?
I: Iya, ga jadi ikut akhirnya kita
P: Banyak ga anak KI yang aktif di ekskul?
I: Ehm sebenernya sih setahu saya ya.. mereka banyak ikut ekskul tapi
ga semuanya aktif gitu. Setelah ordik biasanya pada males-malesan
latihan. Kaya gitu.
P: Gitu ya.. Oh iya, kalau sesama anggota ekskul gimana?
I: Ya deket karena kan sering latihan bareng. Suka jalan bareng jadi ya
deket. Malah jadi kaya ada kelompok sendiri dari ekskul itu…selain
temen yang dari temen sekelas ya. Apalagi kan kita kaya punya hobi
yang sama jadi makin nyambung deh
P: Kalau antar ekskul gimana?
I: Ya, kalau misalnya emang pada dasarnya kenal ya biasa aja sih..kalau
udah ekskul kan udah pada sibuk ngurusin masing-masing gitu.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 7 (LN)
Guru Matematika
Pembina Kewirausahaan
Tanggal wawancara: 28 Maret 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Ibu di sini ngajar apa Bu?
I: Matematika
P: Dari tahun berapa di sini?
I: Dari tahun 2002
P: Ibu ngajar di program apa?
I: Saya ngajar di IPS kebetulan. Kali ini ga ngajar di KI
P: Tapi pernah ngajar matematika IPA bu?
I: Pernah, tahun 2006
P: Sekolah ini ada RSBI sejak tahun berapa bu?
I: Sekitar tahun 2008 deh kalau ga salah. Agak lupa juga sih. Udah
sekitar 4 tahun kalau ga salah. Ehm..seinget saya sih tahun ini udah
tahun keempat atau kelima gitu
P: Bagi Ibu sendiri dengan adanya RSBI itu gimana?
I: Kan kalau diliat dari kalimatnya ya rintisan sekolah berstandard
internasional, kalau dari saya sih standard internasionalnya di sini harus
dilihat dari segi apa.. kalau sebagai guru, gurunya harus berkarakter
internal. Kalau saya mengartikannya itu guru harus berkompeten
daripada guru yang tidak RSBI. Saya liatnya seperti itu
P: Terus Ibu liat di sekolah ini udah berkompeten belum dari guru atau
siswanya?
I: Kalau dari gurunya sih ya.. kurang kayanya. Kan harusnya mereka
meningkatkan kualitasnya mereka. Dikursusin sudah dari sekolah. Tapi
kan tidak tertutup hanya kursus ya, yang lebih lagi lah
P: Kursus apa dari sekolah?
I: Paling sering bahasa Inggris. Pernah dipanggilin guru. Orang Filipina
dateng ke sini. Pernah juga dari LIA. Pernah juga di..apa diuji TOEIC
ya. Ya itu pernah tahun 2007
P: Itu mulai guru bahasa Inggris juga tahun 2007?
I: Iya, tahun 2007
P: Terus kalau menurut ibu belajar mengajar di dalam kelas harus yang
seperti apa?
I: Kalau menurut saya ya yang pertama harus menyenankan anak ya.
Anak harus merasa senang dan gurunya juga berkompeten.
P: Kalau Ibu sendiri ngajar di kelas seperti apa?
I: Saya tergantung materinya. Kalau dikura-kira bisa untuk permainan ya
ngajarnya pake permainan juga. Tapi kalau materinya berat saya
tanganin sendiri. Saya yang ngajar sendiri pake presentasi Tapi ya..kalau
yang materinya bersifat mengingatkan kembali misalnya bilangan
berpangkat. Itu kan lebih enak kayanya diingatkan kembali deh karena
waktu kelas SMP sudah pernah dapet. Jadi itu bisa pake permainan.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Permainannya gini.. jadi ada beberapa kartu yang isinya itu soal dan
jawaban. Nah nanti si anak tinggal mencocokkan aja dari kedua kartu
itu. Itu kan permainan kelompok ya, jadi tiap anak punya tanggung
jawab untuk menyelesaikan satu soal. Seperti itu. Atau bisa juga cepet-
cepetan mereka. Supaya yang jawabannya cepet dan benar maka dapet
nilai plus dari saya. Kalau salah ya mereka harus ngulang lagi, cari
jawaban yang benar. Kalau dengan permainan seperti itu kan si anak
juga fun kan, ga tegang gitu. Nah yang paling penting materinya diinget
oleh anak, anak jadi lebih mudah memahami materi.
P: Dan anak-anak lebih tertarik dengan metode yang seperti itu?
I: Ya. Mereka lebih seneng yang kaya gitu. Jadi tuh maksud saya
nyampe dan mereka bergembira.
P: Iya, sih ya bu. Lebih menyenangkan gitu soalnya kalau matematika
udah ngebayangin mata pelajaran yang serem, kaku gitu
I: Iya. Tapi ga semua materi bisa dibuat kaya gitu. Biasanya yang
sifatnya “mengingatkan kembali”. Kaya misalnya trigonometri itu bisa
pake ini.
P: Terus kalau menurut Ibu dengan metode yang Ibu pake tujuan dari
RSBI bisa tercapai ga Bu?
I: Tujuan ini ka nada yang umum dan khusus ya..tapi kalau tujuan dari
materi saya ya itu tercapai. Bahkan ada orangtua murid yang guru
matematika juga pengen ketemu saya, mau belajar. Saya juga bingung,
ketawa. Kan salah satu guru di sini ada yang jadi guru juga di 75 nah dia
yang pernah nyampein ke saya “Itu Ibu ada yang mau ketemu katanya
mau belajar ngajar matematika”. Soalnya anaknya bilang kayanya kalau
diajar sama saya asik-asik aja deh. Terus dia bilang katanya saya guru
yang hebat. Saya juga yang aaaahhhh.. gitu. Kadang tuh anak-anak juga
suka nagih ada permainan lagi ga. Gitu
P: Kalau menurut Ibu sendiri tujuan dari RSBI apa?
I: Jadi kan awalnya itu pemerintah ingin mengantisipasi ya bahwa
sekarang kan udah era persaingan bebas. Artinya jika kita tidak
mempersiapkan diri maka akan jadi negara yang terpinggirkan. Jadi
jangan jadi negeri yang terpinggirkan paling tidak jadi tuan rumah di
negaranya. Kayanya arahnya ke situ. Tapi kan kalau mau ngejalanin
kaya gitu pasti ada kendalanya
P: Kendalanya apa?
I: Misalnya SDM
P: Kalau dari segi kurikulum yang digunakan gimana?
I: Nah sebenernya kan kita pake juga tetep kurikulum nasional karena itu
wajib kan. Cuma ada plusnya di sini yaitu kita kurikulum dari
Cambridge
P: Kurikulum Cambridge sendiri itu seperti apa?
I: Ehm…sebenernya sih sama aja kaya kurikulum nasional. Cuma kalau
yang saya liat sih mereka lebih analitis. Kalau yang IGCSE itu setara
sama anak SMP-SMA lah. Itu sih masih gampang buat anak sekolah ini.
Kalau yang A Level, A Level itu kan setingkat universitas itu udah mulai
analisis gitu
P: Di sini itu KI termasuk IPA ya Bu?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Iya, karena pada awalnya itu kita dapet informasi bahwa yang
dianggap siap itu guru IPA. Jadi ketika memutuskan status RSBI, kan
ada uji kelayakan kali ya makanya waktu itu kita ada tes TOEIC. Terus
mungkin juga berdasarkan tingkat pendidikan juga ya. Yang dianggap
siap itu guru IPA. Makanya pas buka KI ya mereka langsung masuk IPA
P: Tapi dari proses pembelajarannya sendiri antara KI dengan RSBI?
I: Untuk KI emang bukunya beda. Pake buku Cambridge. Kalau saya sih
sekarang udah ga ngajar di KI jadi udah..
P: Dulu Ibu ngajar di KI tahun berapa emang?
I: Sekitar tahun 2008
P: Waktu ibu ngajar dulu ada perbedaan antara ngajar di KI dengan di
RSBI?
I: Kalau dari segi jumlah siswa, mereka lebih sedikit. Mereka siswanya
sekitar 20. Terus buku yang dipergunakan juga berbeda. Buku IPAnya
itu beda dari Cambridge. Kalau dari segi pelayanan sih yang
ngelayaninnya sih sama aja ya cuma beda buku paket aja. Kalau buat
permainan juga sama, kalau emang materinya cocok dijadikan
permainan ya kita lakukan. Cuma bedanya mereka kan pake bahasa
Inggris kalau ngajar juga. Terus ruangannya itu..di desain lebih fleksibel
gitu. Kita bisa seting bangkunya. Jadi kalau mislanya mau diskusi ya
bisa hadap-hadapan atau kita mau konferensi bisa letter U. Jadi
duduknya lebih fleksibel, kita ngajarnya jadi lebih luwes. Kalau saya
pribadi ya lebih enak ngajar di RSBI, kalau dilihat dari anak-anaknya ya
I: Kenapa Bu?
P: Ya kan soalnya mereka pilihan, tesnya ada seleksi raport
P: Guru yang lain juga gitu Bu? Wajib pake bahasa Inggris waktu
ngajar?
I: Ya idealnya sih gitu ya. Cuma saya kan ga liat kalaau mereka ngajar
jadi kurang tahu
P: Kalau KTSP sendiri itu seperti apa sih Bu?
I: Jadi kalau KTSP sih cuma sampe kompetensi standard ya, nanti
profesionalnya gurunya yang revisi
P: Kalau dari siswa RSBI dengan KI Bu ada perbedaan ga menurut Ibu?
I: Ada sih dari segi kemampuan finansial jelas KI lebih unggul. Cuma
kalau dari akademis mereka ada dibawa sedikit dari RSBI. Karena
tesnya memang beda kan, jalurnyaa
P: Tes apa aja emang Bu yang KI?
I: Kalau ga salah sih matematika, IPA, bahasa Inggris. Nah itu tuh
soalnya seragam. Kan RSBI ga cuma di sini doang kan jadi soalnya
sama semua. Cuma semua pake bahasa Inggris.
P: Dari interaksi Ibu dengan murid gimana?
I: Ya..kalau di sini itu…saya ga tahu ya kalau di sekolah lain ya. Kalau
di sini itu lebih bagus itu RSBI…apa namanya.. kemampuan
akademisnya dibandingkan KInya. Saya sih ya biasa aja ke mereka..KI
atau RSBI. Tetep ngejalin komunikasi lah walau di luar kelas juga
P: Kalau fasilitas dari sekolah ada apa aja Bu?
I: Di sini ada wi-fi ya untuk satu sekolah, di tiap kelas ada LCD, kamera
di lantai 3 aja.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Ibu juga jadi Pembina ekskul kewirausahaan kan ya Bu?
I: Iya
P: Dari tahun berapa ?
I: Tahun ajaran ini. Tahun 2011 berarti ya
P: Menurut ibu penunjukannya jadi Pembina itu seperti apa?
I: Ehm… kayanya itu masalah penempatan aja. Mungkin karena emang
udah bagiannya saya. Mungkin masalah kesenioran ya kalau di sini itu.
Mungkin udah masanya kali ya
P: Terus pas Ibu ditunjuk nih apa yang Ibu yang lakuin buat ekskul ini?
I: Pertama sih saya merekrut anggota, ehm..terus.. mempromosikan
ekskul ini, keuntungannya apa aja, apa sih kewirausahaan itu
P: Keuntungannya apa Bu?
I: Keuntungannya sih untuk melatih jiwa kewirausahaan. Kan
wirausahawan itu orang yang selalu berproduksi, selalu menghasilkan
produk baru juga berusaha untuk memasarkannya
P: Apa aja yang dilakuin kalau masuk ekskul ini?
I: Kaya kopsis kan ekskul ini. Waktu itu sih saya rencananya ehm..ada..
alat tulis sekolah. Jadi kita jualan alat tulis sekolah. Terus ada jual
souvenir. Jadi souvenir tentang sekolah ini ya kita jual.
P: Suvenirnya ada apa aja?
I: Nah…kita itu merencanakan… macem-macem sebenernya. Ada
stiker, ada pin, ada topi, ada macem-macem gitu ya. Nah terus kita juga
ada…saya ga tahu ya istilahnya apa..mungkin ritel kali ya. Jadi kalau
ada yang mau jualan ya kita menjembatani, bisa ditaro di tempat kita.
P: Itu ketiganya udah berjalan?
I: Belum karena waktu itu kendalanya gini…kewirausahaan ini ketika
diambil oleh saya ternyata tidak...peminatnya sedikit. Menurut saya,
seharusnya Pembina yang terdahulu membicarakan masalah ini kepada
saya. Nah akhirnya saya mencari lagi nih orang-orang baru dan itu sudah
lewat masa promosi ekskul. Akhirnya dapet beberapa orang baru tapi
kan itu kan ternyata..mereka..kewirausahaan ini bukan ekskul
pertamanya mereka. Jadi mereka punya ekskul yang lain juga. Dan itu
masalahnya, kurangnya SDM dan karena kewirausahaan bukan ekskul
pertama jadi susah buat ngumpulin mereka. Harapan saya sih ketika
tahun ajaran baru, ketika masa promosinya bareng dengan ekskul lain ya
kita bisa lebih..lebih giat. Karena kalau sebelumnya kan kita startnya
telat tapi rancangan itu sudah ada. Mereka sih antusias ya sama rencana
kerja kita tapi karena bentrok sama ekskul pertama mereka jadi ya susah.
P: Terus itu gimana Bu nyelesaiinnya?
I: Ya…sebenernya kan susah ya itu. Mereka ngambil kewirausahaan tapi
mereka juga udah punya ekskul kan ya…susah jadinya. Jatuhnya kan
gini, kewirausahan itu ekskul keduanya mereka jadi kalo ada ngumpul di
ekskul yang pertama ya mereka lebih mentingin ekskul pertama itu.
Yang kewirausahaan nanti dulu. Kan kebanyakan kaya gitu. Jadi
ya…kita kalo mau ngumpul itu susah ngatur waktunya.
P: Mereka kalo ada masalah gitu suka cerita ga sih ke Ibu?
I: Oh iya mereka suka cerita. Kaya misalnya kan, di sini kita kurang
SDM ya..ya mereka ngomong ke saya harus gimana. Terus gimana
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
ngatur waktunya sama anak-anak yang lain. Gitu…Saya sih ya ngasih
tahu aja ke mereka. “coba kalian kaya gini gini aja” gitu sih biasanya
P: Emang anggotanya ada berapa Bu?
I: Kalau yang daftar sih banyak. Ada sekitar 50 tapi yang aktif paling 6
itu juga mereka ikut ekskul lain
P: Kalau ngumpul biasanya dimana?
I: Biasanya hari kamis dan make ruang kelas di XI IPS 2. Pojok sana
P: Pandangan Ibu sendiri terhadap ekskul gimana?
I: Kalau menurut saya ya…kalau orang itu kan harus seimbang ya.
Kalau ekskul itu kan untuk menyalurkan yang tidak bisa disalurkan di
dalam kelas. Misalnya ya mungkin olahraga seminggu cuma 2
kali..kurang. Akhirnya mereka ikut ekskul. Harus ada sih ekskul sih biar
seimbang hidupnya
P: yang ibu liat dari ekskul di sekolah ini gimana?
I: Bagus ya…ada beragam kan ya di sini ekskulnya. Jadi anak juga bisa
milih ya mau ikut ekskul mana. Ya..semoga aja bisa mengakomodasi
siswa. Saya sih seneng ya kalo liat siswa punya kegiatan di luar kegiatan
akademis jadi mereka ga…yang belajar terus gitu..kan kasian juga ya
kalo anak cuma kerjanya belajar aja terus. Harus seimbang lah itu
P: Kala yang Ibu liat antusiasme anak-anak terhadap ekskul gimana?
I: Seneng-seneng aja. Kaya kemarin ya saya dampingin anak KIR. Jadi
itu kan pilihan dia ya, ikut KIR dia yang mau jadi kan seneng.
P: Itu dampingin buat apa?
I: Itu…Latihan Dasar Penelitian. Di kampus IPB, 3 hari. Kebetulan saya
jadi narasumber juga waktu itu tentang penelitian ilmiah sama karya
ilmiah. Terus abis itu mereka praktek. Mereka melakukan penelitian
ilmiah nah setelah itu baru ditulis dalam bentuk karya ilmiah. Yang saya
liat tuh anak-anak seneng-seneng aja di sana
P: Peran guru sendiri buat ekskul apa bu?
I: Kalau dari sisi Pembina ya…. Jadi ya harus membina anak-anaknya,
menjembatani, menjadi panutan juga, mengarahkan. Tapi idenya sih
idealnya dari anak-anak ya. Nanti kita yang menjembatani atau member
tahu baiknya seperti apa. Jadi kalo misalnya anak-anak mau ngelakuin
ini…gitu di ekskul nah itu kita nanti yang ngasih tahu. Lebih baik begini
saja atau seperti apa. Kalo saya sih ya…yang terbaik aja buat
merekanya. Kita sebagai Pembina ya membantu aja gitu. Tapi kan buat
teknisnya itu tetep siswa kan ya yang ngejalanin
P: Pernah ada masalah gitu ga sih Bu di ekskul yang Ibu bina?
I: Ga sih, baik-baik aja untungnya
P: Kalo dari anak-anak sendiri gimana Bu? Pernah ga sih mereka yang
kaya konflik gitu
I: Ya…saya sih yakin ya yang namanya beda pendapat itu pasti ada.
Tapi ya keliatannya mereka bisa ngatasin sendiri sih kalo masalah kaya
gitu. Sejauh ini sih saya belum pernah denger soal itu ya
P: Kalo misalnya ada rapat gitu Ibu suka dateng ? atau latihan gitu
dateng ga Bu?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Ehm..kalo rapat sih ga ya..saya percaya mereka bisa nyelesaiinnya
gimana. Saya paling suka dateng aja kalo ada jadwal ngumpul. Ikutan
aja ngumpul di situ udah sampe sejauh mana sih kewirausahaan ini
berjalan. Nah, dari situ kan nanti saya bisa kasih masukan ya ke
merekanya baiknya seperti apa. Seperti itu aja sih paling
P: Hambatan Ibu nih sebagai Pembina apa?
I: Itu tadi…karena ekskul ini ketika dipindah ke saya itu setelah promosi
ekskul…pas habis Lebaran..ternyata saya..peminatnya itu sedikit. Dan
mereka itu sudah lebih fokus ke ekskul yang lain. Jadi saya merintis lagi
tapi ya itu mereka punya ekskul lain. Tapi saya juga ga maksain ya
anaknya harus di kewirausahaan terus karena mereka kan punya ekskul
lainnya.
P: Kalau ngumpul biasanya ngapain aja?
I: Tergantung agendanya apa. Pernah kira beresin etalase karena waktu
itu udah kotor gitu. Terus merencanakan kita mau buat unit apa aja,
mendata barang-barang yang ada apa aja. Terus pernah juga..apa
namanya.. kita promosi lagi kalau koperasi udah buka
P: Bikin promosinya kaya gimana?
I: Kita kaya bikin flyer terus ditempel ke tiap-tiap kelas. Bikin jadwal
piket. Terus pernah juga kita kirim anggota buat dateng ke acara
kewirausahaan untuk remaja di Gelanggang. Waktu itu kita kirim 5
orang ke sana. Acaranya 3 hari. Kalau ikut gitu kan si anak…saya
pernah nanya..jadi lebih termotivasi. Itu acaranya tahunan gitu sih
diadainnya.
P: Tetep ambil untung ga tuh Bu kalau jualan?
I: Iya, tetep tapi kayanya sewajarnya ada deh. Mereka kan orientasinya
bukan uang ya. Tetep lebih murah daripada barang yang di luar kaya alat
tulis gitu
P: Harapan Ibu sendiri dengan hadirnya ekskul di sekolah apa?
I: Saya sih maunya supaya anak bisa terakomodir lah minat mereka. Jadi
ga cuma bisa di bidang akademis aja tapi di bidang lainnya juga tetep
jalan. Bakat mereka juga bisa terasah kan kalau ikut ekskul
P: Kalau manfaatnya sendiri buat sekolah?
I: Ya..ga bisa dipungkiri yah kalau ekskul itu banyak prestasi ya..sekolah
juga yang dapet untungnya. Jadi lebih dikenal lagi ke luar. Terus jadi
kebanggaan sendiri juga buat pihak sekolah kalau siswa-siswanya ga
hanya berprestasi di akademis tapi juga non-akademis
P: Ada ga sih bu di sini ekskul yang dianggep eksis gitu?
I: Oh…apa ya. Paling dance sih kayanya. Itu kan dari dulu emang
identik kan anak-anaknya cantik gitu otomatis menarik perhatian.
Kostum yang mereka pakai juga kan ga biasa. Maksudnya berkonsep
gitu jadi ya bagus aja diliatnya. Sama basket sih. kan kalo olahraga itu
emang lebih identik sama cowo ya nah basket bisa jadi representatif lha
buat olahraga cowo itu
P: tapi ga bikin anak-anak lain iri gitu?
I: ga sih. sejauh ini masih baik-baik aja mereka. mereka itu..anak-anak
yang eksis itu biasanya suka ikutan jadi panitia gitu. jadi kalo misalnya
di sekolah lagi ada acara gitu mereka suka diminta tolong buat jadi
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
panitia inti di acara itu. Itu kali ya salah satu untungnya jadi eksis di
sekolah. kalo saya sih ngeliatnya ya, si anak ini kan perlu lha kaya
tempat buat nunjukkin dirinya itu siapa ya dengan cara ikut ekskul ini
bisa lha mereka buktiin. Kalo di dalem kelas ga bisa ya di ekskul berarti
caranya.
P: jadi tuh yang masuk ekskul itu emang anak-anak eksis gitu?
I: Ya..jadi yang saya tahu itu emang ekskul itu..beberapa ekskul itu kaya
udah ada ciri khas gitu kan. Nah basket atau futsal juga sama dance itu
emang cenderung isinya anak-anak eksis semua. Maksudnya mereka
emang terkenal gitu lha di kalangan siswa bahkan kadang guru juga
P: Sekolah ga masalah sama hal itu Bu?
I: Ga sih ya. Kita sih ngeliatnya masih dalam tahap wajar. Normal di
setiap sekolah ada kalangan anak-anak yang lebih eksis dibandingin
yang lain. anak yang pinter belum tentu eksis kan ya. Nah di ekskul
tertentu emang anak-anaknya lebih eksis di bandingin yang lain. selama
ga nimbulin kerugian sih sekolah ga masalah sama hal itu ya
P: Menurut ibu kenapa sih ada anak eksis gitu Bu?
I: Ehm… saya pikir itu… gini ya…mungkin karena penampilan dan
anak itu termasuk anak yang supel di antara yang lain. ehm..gini kalo di
basket kan emang identik dengan cowo lah ya..olahraga cowo jadi ya
anak cowo ada lha yang mau ikutan ekskul itu
P: Ohiya bu sempet pernah dirombak ya Bu sekolah ini ya?
I: Iya, dulu. Bener-bener dihancurin dulu. Dibangun kembali. Arah pintu
gerbang juga dipindah kan, awalnya kita menghadap ke arah Jl. Seroja
kalau sekarang ke Jl. Berdikari
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
Informan 8 (AD)
Guru Fisika
Mantan Pembina KIR
Tanggal wawancara: 2 April 2012
(Keterangan: P: Peneliti, I: Informan)
P: Bapak di sini sudah ngajar berapa lama ?
I: Dari 1998… sudah berapa tuh? Ehm.. 14 tahun ya
P: Sebelumnya ngajar dimana, Pak?
I: Dulu pernah di swasta di Marsudirini. Di bimbingan belajar
P: Di Marsud berapa lama, Pak?
I: Dari 1994 ke 1999.
P: Berarti pas ngajar di Marsud, di sini ngajar juga?
I: Iya.
P: Dulu S1 di mana, Pak?
I: Di UNJ. Dulu IKIP ya namanya
P: Sekolah ini berstatus RSBI sejak tahun berapa, Pak?
I:Dulu kita sebagai piloting itu disuruh menyelenggarakan tahun 2006
ya.
P: Itu maksudnya piloting apa, Pak?
I: Iya, jadi kita itu sebagai pilot projectnya Depdiknas gitu. Terus
disuruh menyelenggarakan terus turun SKnya itu tahun 2008 ya kalau ga
salah…SK penyelenggaraan RSBI.
P: Itu tahun 2008 sekolah ini fix menyelenggarakan RSBI di keseluruhan
sekolah ini?
I: Jadi kan dulu belum ada surat himbauan buat menyelenggarakan RSBI
nah baru keluar tahun 2008.
P: Jadi tahun 2008 ini di sekolah ini menggunakan kelas RSBI ya?
Sudah bukan kelas reguler lagi.
I: Iya, jadi resmi sekolah RSBI bukan kelas lagi. Jadi polanya ada KI dan
ada RSBI. Reguler itu masuknya ke RSBI.
P: Kalau menurut Bapak RSBI itu sendiri apa?
I: RSBI itu kan sebenarnya substansinya peningkatan mutu ya yang
tujuannya pendidikan kita ini sejajar dengan negara-negara maju. Intinya
sih itu.
P: Kan banyak kontroversi sendiri ya Pak tentang RSBI ini. Bapak
melihatnya seperti apa?
I: Kalau dari substansi sih saya mendukung ya. Siapa sih yang ga mau
ningkatin mutu? Tapi labelnya aja itu yang akhirnya masuk ke masalah
diskriminasi dan macem-macem lha ya. Dan ketika kontroversi itu
mencuat udah ga murni lagi itu, masuklah kepentingan macem-macem.
Kepentingan politis lha masuk menghantam kebijakan. Kalau dari yang
saya liat sih dari kontroversi yang ada di media-media itu udah ga murni
lagi.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Sebenernya ditunjuknya sekolah RSBI memang untuk sekolah
unggulan atau harus melalui proposal?
I: Jadi pada awalnya…waktu ditunjuk pertama kali mereka melihat dari
sekolah tersebut jadi ga usah ngeluarin dana untuk perbaikan sekolah.
Makanya sekolah tertentu itu ditunjuk untuk membuat proposal. Ehm…
apa saja yang dibutuhkan, dana yang dibutuhkan. Seperti itu.
P: Kalau dari Bapak sendiri harapan untuk RSBI seperti apa?
I: Saya itu…ehmm… Kalau dari pemerintah itu kan menjalankan amanat
undang-undang. Dalam setiap prakteknya kan luas maka akan wajar jika
terjadi bias ya. Jadi kan itu memang DPR yang membuat peraturannya,
setiap kabupaten atau kotamadya minimal disediakan satu sekolah yang
menjadi bertaraf internasional. Kalau menurut saya sih ga perlu itu label
yang penting mutunya. Jadi tuh sekarang terjebak dalam label. Di luar
negeri ga ada tuh sekolah yang bertaraf internasional tapi mutunya yang
dalam arti substansi tuh internasional tapi labelnya tuh ga ada
internasional di sana.
P: Menurut Bapak akan bertahan RSBI?
I: Ya itu tergantung perkembangan. Semuanya kan bergantung akan
payung hukum. Kalau sudah tidak ada payung hukum ya maka akan
dihapuskan. Yang kita harapkan itu kan substansinya bukan labelnya.
P: Kurikulum Cambridge itu sendiri seperti apa Pak? Itu yang digunakan
di KI kan?
I: Jadi awalnya dari Permen no 78 bahwa kurikulum harus diperkaya.
Kurikulum nasional yang diperkaya dengan kurikulum negara maju jadi
tidak harus Cambridge. Pemerintah DKI melihat waktu pilot pertama
kali itu..
P: Yang pertama kali itu sekolah mana Pak?
I: Itu SMAN 8 ya waktu itu. Kan banyak kurikulum internasional ada
IB, ada Cambridge nah yang paling mudah kita beradaptasi itu
kurikulum dari Cambridge. Kalau ga salah tuh dinas langsung
mengadakan MoU ke Cambridge.
P: Ada syarat sebuah sekolah pake kurikulum Cambridge?
I: Sebenernya karena kita dibawah dinas jadi lebih gampang ya. Jadi
mengikuti sama keadaan di sekolah karena sudah ada MoU dengan
pemerintah. Ga perlu yang ditentukan luas sekolah berapa, ada
gymnasticnya. Kalau harus mengikuti seperti itu mungkin sekolah ini ga
bisa. Yang bisa mungkin MHT itu. Mereka kan sudah bagus, sekolah
negeri tapi ga pake nomer. Ada asramanya segala di sana. Di Cambridge
sendiri kan ada 2 level yaitu IGCSE dan A Level. IGCSE sendiri itu
sekelas dengan kelas 10 dan 11 sedangkan A Level itu advance sampai
universitas. IGCSE itu materinya memang dari SMP ya. Nanti aka nada
ujian dan bisa dua kali dalam setahun. Mei-Juni atau Oktober-November
jadi ngikutin summer dan winter di sana.
P: Nanti tesnya juga…?
I: Tesnya ternyata berdasarkan MoU itu di selenggarakan di sekolah
yang disebut dengan “center”. Nah kebetulan sekolah ini bukan center
tapi 78,8, sama SMA 81. Nah nanti ujiannya dikoreksi di sana nanti
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
hasilnya dikembalikan lagi ke sini. Itu ujiannya mahal. Misalnya fisika
ya itu bisa sampai satu juta.
P: Satu juga untuk satu mata pelajaran?
I: Iya, untuk satu mata pelajaran.
P: Kalau ada nilai siswa yang tidak…
I: Mereka itu kan memberikan gradenya bukan seperti lulus atau tidak
lulus kan. Jadi ga seperti di kita. Kalau di kita kan bisa dalam 2 jam nanti
anak bisa dikategorikan tidak lulus. Kalau dia kan ga jadi ada beberapa
paper terus penilaiannya dari A sampai G. Jadi nanti anak ada yang
dapet C, dapet D, macem-macem. Kecuali yang sama sekali itu…yang
nilanya jelek jadi dianggap tidak ada levelnya.
P: Kalau ada siswa yang merasa nilainya kurang itu bisa ngulang?
I: Iya, bisa mengulang dan harus bayar lagi. Jadi misalnya mereka ujian
bulan Mei terus dia mau ikut lagi bulan Oktober itu boleh.
P: Sertifikasinya langsung dari Cambridge?
I: Iya, jadi nanti ada nilainya berapa. Gradenya berapa.
P: Pernah ada siswa yang ngulang Pak sejauh ini?
I: Ehm… sekolah ini ada.
P: Berapa sih biaya untuk KI?
I: Ehm.. 24 ya. Itu udah termasuk ikut ujian yang dari Cambridge.
Sebenarnya hampir sama sih dengan kelas reguler. Kelas reguler berapa
ratus ribu per bulan belum termasuk buku lah. Kalau KI kan udah
termasuk semuanya, buku lah, kegiatan sekolah seperti study tour. Kalau
yang lain kan bayar lagi
P: Terus kalau yang kelas RSBI kan pakai KTSP ya Pak?
I: Iya, jadi kan di dalam kurikulum itu ada adopsi dan adaptif ya. Kalau
adopsi kan kita memakai bukunya, kurikulumnya, semuanya dari dia
tuh. Nah bedanya di KI tuh gitu. Untuk 5 mata pelajaran kita adopsi dari
Cambridge sedangkan untuk RSBI kita usahakan yang 5 mata pelajaran
itu adaptif. Jadi kita pakai KTSP tapi begitu ada materi bagus dari
Cambridge kita ajarkan ke mereka. Atau kita enforcement. Karena kalau
KI kan ujian Cambridge itu ada PG, ada essay, ada lagi essay yang
bersifat ehm..apa… practical. Jadi tuh mereka kalau ujian bisa sampai
sebulan. Dan mereka boleh milih tipe ujiannya core atau extended.
Kalau core itu nilainya ga sampai A cuma sampai C nanti dia yang
ngukur kemampuannya sendiri. Kan kalau extended lebih sulit dan bisa
sampai A juga.
P: Jadi di KTSP sendiri guru bisa merevisi atau menambahkan materi
pelajaran?
I: Iya, jadi substansinya itu kurikulum sekolah yang memang sudah
standardnya dari pemerintah tapi indikatornya apa saja itu guru yang
buat. Jadi guru itu punya kewenangan untuk menambah, mengurangi.
Karena standard ketuntasan segala macem itu masih umum.
P: Bapak ngajar di KI sama RSBI juga?
I: Iya
P: Ada perbedaan gitu ga sih Pak antara ngajar di KI sama RSBI?
I: Yang pertama ehm… jam di KI untuk 5 mata pelajaran itu lebih
banyak. Jadi misalkan di RSBI itu 4 jam untuk kelas X maka di KI udah
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
6 jam. Jumlah mata pelajaram di KI juga lebih sedikit karena ada
beberapa mata pelajaran yang cuma satu semester dapetnya seperti
sejarah. Karena memang jamnya itu diperuntukkan untuk yang 5 mata
pelajaran itu. Dan memang menjadi sarat beban kalau mereka ngikutin
semua mata pelajaran kaya RSBI. Jadi kaya mereka harus belajar 17
mata pelajaran. Bayangkan, anak Singapur aja cuma 7 mata pelajaran.
Sehingga di mereka itu mendalam kalau di kita saking banyaknya jadi
hanya kulitnya saja. Jadi dengan mendalam itu mereka bisa berpikir
kritis dan bisa meluaskan pengetahuannya.
P: Kalau dari cara Bapak mengajar ada perbedaan?
I: Iya, jadi kan jelas dari kurikulum itu kan suatu guidance untuk kita.
Anak adalah subjek kalau dulu mereka kan objek. Jadi kita nerapin
active learning. Gimana caranya agar si anak berpikir kritis. Mau ga mau
guru harus menjadi fasilitator, jadi nanti belajar dengan media, dengan
berbagai pendekatan. Ehm… beberapa hal ada perbedaan. Perbedaannya
terkait sama jam pelajaran tadi, antara 4 jam dengan 6 jam. Kalau yang 6
jam saya akan lebih leluasa menerapkan metode ngajar karena waktunya
lebih panjang. RSBI kan lebih pendek jadi ya harus menyesuaikan.
P: Kalau mengajar di KI harus full English?
I: Ya, jadi memang itu bagian dari kelemahan kita. Mereka kan
mengisyaratkan full English ya tapi digariskan bilingual sih. Karena
takutnya kalau inggris melulu nanti gurunya ya mungkin kurang…atau
nanti ga nyambung konsepnya akhirnya yaudah… malah lebih bahaya.
P: Ada persiapan dari pihak guru juga mengenai status RSBI untuk
sekolah?
I: Jadi guru-guru kita itu diberikan pelatihan 3 hari. Jadi di situ
membedah kurikulumnya. Nah nanti beberapa orang kita kirimkan untuk
ikut pelatihan itu dari situ mereka tularkan ke guru-guru yang lain.
P: Kalau ngajar di dalam kelas nih Pak fasilitas apa sih yang Bapak pake
buat nunjang pengajaran?
I: Sekarang kan zamannya agar anak-anak ngalamin pengalaman belajar
yang seluas-luasnya. Dimana media itu sangat membantu terutama bagi
materi yang sulit untuk dijelaskan. Jadi saya…entah bikin sendiri di
power point atau pakai software. Ada di dalam fisika namanya “pesona
fisika” itu software yang kita beli buat bantu pengajaran. Sekarang
mereka pembelajarannya juga pakai web server. Jadi mereka tinggal
masuk ke web sekolah cari gurunya. Nanti mereka bisa ngerjain tugas
online atau kuis. Mereka dikasih waktu lalu kerjalan. Silahkan kalau
mereka kalau mau diskusi dan buka buku. Jadi sebelumnya saya bilang
dulu ke siswa akan ada tugas online. Seperti itu. Kalau tugas biasanya
dari jam 2 siang sampai malam. Kalau latihan soal biasanya waktu saya
kasih hanya 1 jam dan soalnya saya acak jadi kalaupun ada yang
ngerjain bareng akan berbeda itu soalnya. Tapi bagaimanapun peran
media, interaksi antara siswa dan guru tidak bisa dipisahkan. Di kelas itu
harus kita ngajar harus ada interaksi langsung lha sama siswa.
P: Bapak deket sama siswa?
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
I: Saya itu termasuk guru yang suka bercanda. Kalau di kelas juga ga
yang serius gitu tapi diselingin lah sama bercanda. Kalau di luar kelas
juga suka kita ngobrol lah, bercanda gitu. Sama kelas KI juga sama,
ngobrol juga.
P: Kalau masalah ekskul sendiri nih Pak. Kalau menurut Bapak ekskul
itu seperti apa?
I: Ya, ekskul itu kan sebenarnya adalah… ekstra ya. Jadi intinya
melengkapi intrakurikuler. Artinya bahwa pendidikan harus
mengakomodir segala minat dan bakat siswa. Kalau di dalam kelas kan
ga bisa kita sepenuhnya mengakomodir semua minta dan bakat siswa.
Tapi ya kedua hal itu saling melengkapi sehingga pendidikannya
menjadi lengkap. Di dalam ekskul itu sendiri juga kan ditanamkan
leadership kan. Sementara di dalam kelas anak-anak ga bisa dapetin itu
mungkin cuma ketua kelas aja yang punya tantangan dan kepemimpinan
di dalam kelas. Itu juga sebagai ajang aktualisasi dari si siswa. Banyak
kok anak-anak yang nilai-nilai pelajaran bagus di ekstrakurikuler juga
baik. Dia bisa memimpin dengan baik. Malah kalau saya liat siswa-siswa
yang sekarang berhasil itu siswa-siswa yang aktif di ekskul.
P: Harapan Bapak sendiri terhadap ekskul itu apa?
I: Ya.. apa… seperti yang dicita-citakan dari tujuan pendidikan nasional
yaitu untuk membentuk manusia yang… ya itu harus lanjut.
Berbarengan. Jadi si anak bisa tersalurkan lah minatnya. Janganlah cuma
belajar aja ya. Harus ada kegiatan lain lagi yang bisa seimbang seperti
ekskul itu. Kita kan di sini juga sudah menyiapkan beragam
ekstrakurikuler ya jadi siswa bisa memilih mana yang kira-kira menjadi
minatnya. Sekolah akan mengakomodasi nanti selanjutnya gimana
ekskul itu berjalan kan ada di siswa-siswanya ya. Mereka yang
ngejalanin ekskul
P: Bapak pernah jadi Pembina ekskul?
I: Iya pernah. Dulu saya jadi Pembina KIR
P: Kalau Pembina itu fungsi dan perannya seperti apa Pak?
I: Ya kita membina siswa, mendorong siswa. Pertama yang kita
dapatkan dari ekskul itu adalah anak-anak diajarkan untuk mandiri,
pertama. Untuk leadership juga ya kan.. mengorganisir diri sendiri. Itu
yang paling penting yang tidak didapatkan di dalam kelas. Terus
menghadapi tantangan untuk menjalankan program, Pembina yang
mendorong. Dari situ dia belajar. Jadi sebenernya ekskul ini memang
banyak manfaatnya kan. Siswa tuh sebenernya kalo mau belajar bukan
hanya di dalam kelas saja namun juga bisa di luar kelas. Melalui ekskul
misalnya. Ada banyak pelajaran yang bisa ga bisa didapet di kelas tapi
bisa didapet dari ekskul. Kaya yang tadi saya sebutkan sebelumnya.
Saya mendukung sekali adanya ekskul di sekolah ini ya.. mereka kan
juga jadi bisa bersosialisasi lagi sama temen-temennya yang lain. Jadi
pergaulannya juga lebih luas
P: Ada hambatan gitu ga sih waktu Bapak jadi Pembina?
I: Hambatan sih pasti ada ya tapi ya itu dijadikan tantangan. Ada anak
yang ekstrakurikulernya…karena tidak bisa memanage waktu kan
jadinya dia di ekskul aja. Nah Pembina juga harus berperan. Bahwa
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
prioritas kalian itu apa. Tapi ada juga yang sedang menjalankan program
tapi anak ada tuntutan misalnya ulangan atau PR sehingga… itu kan
gimana merekanya yang memanage waktu ya. Pernahlah saya ngalamin
hal kaya gitu. Waktu ada program jalan ya merekanya ada ulangan. Ya
bingung juga waktu itu. Jadi kan saya gimana ya… sebagai Pembina
saya kan maunya yang terbaik ya buat siswa itu harus seperti apa. Jadi
ya itu tadi saya balikin lagi ke anaknya, prioritasnya seperti apa. Atau
biasanya sih kalo misalnya mereka ada ulangan tapi di luar ada lomba
juga saya ikut bantu untuk minta izin ke guru mereka. karena saya
melihat seperti ini, mereka kalo kesempatan ikut lomba tidak bisa
diulang ya kan. Sedangkan kalo ada ulangan sebenernya mereka bisa
ikut susulan jadi saya usahakan agar mereka bisa ikut ulangan susulan di
sekolah. Ikut lomba itu kan kesempatan ya buat mereka untuk bisa
mengaktualisasikan dirinya di luar bukan hanya di lingkungan sekolah.
P: Terus dari Bapak sendiri solusinya seperti apa?
I: Ya itulah organisasi. Jadi organisasi yang harus bisa handle. Siswa
harus bisa itu pinter-pinter lah ibaratnya bagi waktu antara sekolah sama
ekskul kaya apa. Prioritasnya apa. Maunya seperti apa. Itu kan mereka
sendiri ya milih ekskul apa jadi ya mereka juga harus bisa tanggung
jawab sama apa yang dia ambil. Gitu.
P: Kalau dari anak-anaknya sendiri mereka excited gitu ya Pak?
I: Oh jelas dan apa yang ditanamkan tiada minggu tanpa piala itu
tercapai. Saya pernah ngitung. 3 tahun berturut-turut gitu ya. Kalau satu
piala setiap minggu kalau dalam setahun itu kan bisa sampai 48.
Ternyata di kita tuh ada 55. Jadi tercapai ya itu
P: Kalau dari KIR sendiri suka ikut lomba apa Pak?
I: Ya, biasanya kita ikut lomba cepat tepat atau penelitian gitu kan.
P: Bapak pernah dampingin Pak?
I: Kebetulan waktu itu saya ga sempet dampingin sih. Tapi ya juga tetep
kasih saran dan motivasi ke mereka supaya mereka bisa semangat. Ga
harus menang kalo mau ikut lomba seperti itu yang penting dapat
pengalaman, bisa nambah keterampilan mereka juga, bisa nambah temen
juga kan di luar sekolah. Tambah luas lagi itu pergaulan mereka.
P: Kalo KIR ada latihan Bapak ikut merhatiin gitu kan Pak?
I: Kalo mereka latihan iya suka saya liat. Saya juga ingin tahu kan
bagaimana perkembangan mereka itu seperti apa. Selama ini ada
kegiatan apa aja, ya seperti itu lah. Itu juga di situ saya bisa interaksi
langsung sama mereka kan. Nanya gimana keadaan KIR sekarang, ada
hambatan atau tidak. Saya sebagai Pembina kan harus bisa membimbing
mereka ya, kasih saran yang baik seperti ini, lebih baik itu begini. Ya
hal-hal semacam itu lah. Kadang kan ya mereka memang butuh masukan
dari pembinanya. Kasian juga kalo pembinanya itu ga perhartian sama
mereka. mereka sebenernya masih butuh bimbingan makanya sekolah itu
nunjuk guru buat jadi Pembina di ekskul yang ada di sekolah
P: Pernah ngadain lomba KIR di sekolah ini?
I: Dulu iya pernah ada lomba tingkat kotamadya di sini. Itu sebenarnya
bagus jadi ya anak-anak dapet tambahan ilmu yaitu bagaimana untuk
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
memanage suatu kegiatan. Tapi ya jadinya banyak waktu juga terbuang
kan, ngurusin orang. Ada hal yang bisa dipelajarin yaitu ya bagaimana
suatu organisasi memanage suatu kegiatan. Ada juga kerjasama di situ,
kreativitas. Tapi itu ya harus pintar ngatur waktunya. Bukan kebuang
juga sih sebenernya, tapi ya itu tadi banyak waktu buat ngurusin orang
lain aja. Kan kita sebagai tuan rumah harus bisa menjamu mereka
dengan baik ya. Ga bisa sembarangan juga
P: Tahun berapa Bapak jadi Pembina KIR?
I: Tahun berapa ya..sudah lama juga. Mungkin sekitar 2001 atau 2003
gitu.
P: Ada niat jadi Pembina lagi Pak?
I: Ya, kalo tugas sih…sebenernya sih.. kan itu tugas diberikan ya saya
siap saja.
P: Mekanisme penunjukkan Pembina dari pihak sekolah itu seperti apa?
I: Kalo dari sekolah..ehm.. ada kaya.. jenjang-jenjangnya. Biasanya dari
guru biasa dikasih tugas tambahan jadi Pembina. Kan karir guru gitu
doang tuh…dari guru kan biasanya jadi kepala sekolah. Nah untuk jadi
kepala sekolah minimal 3 tahun jadi wakil kepala sekolah dalam menuju
hal itu biasanya dibuat regulasi tidak tertulis tapi ada juga yang tertulis.
Maka untuk jadi wakil kepala sekolah ditugaskan jadi Pembina lalu staf.
Dari staf jadi wakil.
P: Di sekolah ini ada ga sih Pak ekskul yang kaya lebih eksis gitu anak-
anaknya? Kaya lebih terkenal gitu lha
I: Ehm…ya..kalo soal itu saya cuma denger-denger aja ya. Kalo kaya
gitu paling basket dan futsal ya sama dance juga buat yang perempuan.
Tapi sebetulnya kalo menurut saya eksis kaya gitu sama aja sih. yang
penting bagi saya itu mereka bisa berkreasi lah di ekskul ga cuma di
dalem kelas aja.
P: Itu muncul fenomena kaya gitu gimana Pak?
I: Wah saya sendiri kurang paham ya. Itu pokoknya kaya udah jadi
bahan omongan aja sih di sini. Kalo anak dance kan emang mereka harus
menampilkan sisi bagus dari diri mereka kan ya dari mulai kostum
sampai ke penampilan. Maksudnya kan dalam menari itu mereka harus
menghibur. Ga bisa dong mereka nari tapi ga senyum. Nah itu di situ
letaknya. Mereka emang harus berpenampilan menarik. Terus juga
persepsi kita kan kalo anak dance itu cantik, anak basket itu keren jadi
ya kebawa sampai sekarang juga.
P: Sekolah ga masalah sama hal itu?
I: ga sih, selama masih dalam batas wajar ya ga masalah. Selama ini kan
belum kedengeran tuh yang berantem gara-gara masalah eksis dan tidak
eksis di sekolah. mereka harus baur lah sebenarnya supaya ga jadi
masalah di sekolah.
P: waktu bapak jadi Pembina juga udah ada tuh persepsi kaya gitu?
I: Oh iya memang sudah ada waktu itu juga. Basket yang keren terus
futsal juga. Ya itu …mereka dianggep keren sama siswa lain. intinya itu
kan di ekskul itu sebenernya siswa bia nunjukkin lah soal kemampuan
mereka ya ketika di kelas mereka ga bisa nunjukkin itu. Nah dengan
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
adanya eksistensi mereka juga akan mempengaruhi gimana mereka di
ekskul. Mereka sih sejauh ini saya lihat baik-baik saja ya. Ga ada
masalah
P: Mereka ambil ekskul itu buat eksistensinya atau seperti apa pak?
I: ya..hal seperti itu memang ga bisa dihindari ya tapi kan kita ga bisa
tahu juga motivasi awal dari siswa seperti apa. Ya kalopun itu memang
bener ada ya yaudah mau gimana lagi. Tapi ya sepenglihatan saya
ekskul tertentu memang isinya anak yang lebih terkenal gitu di sekolah
P: Kalau peran sekolah ini sendiri terhadap ekskul itu gimana Pak?
I: Saya kira bagus. Dari aktivitas dan pendanaan termasuk
tinggi…pendanaan kesiswaan. Ekskul itu kan dibawah kesiswaan.
Sekitar 20-40% itu dana buat kesiswaan.
P: Repot ga waktu Bapak jadi Pembina? Bagi antara ngajar sama
ngurusin ekskul.
I: Ya ada repot gitu. Tapi ya itu tantangan saya bagaimana mengatur
rutinitas. Jadi guru di dalam kelas, jadi Pembina di ekskul.
P: Kalau ada lomba ekskul gitu di luar terus dari pihak sekolah sendiri
ngasih dispensasi ke anak?
I: Ya, itu konsekuensinya ya kalau ikut lomba. Mungkin ada lah
benturan-benturan, entah ada ulangan atau apa. Kalau di sekolah kan
bisa diulang lagi tapi kalau lomba apalagi kalau udah masuk final udah
ga bisa diulang lagi. Tapi di sinilah kepala sekolah yang harus
memberikan jaminan. Tapi banyak kok sekarang yang kaya gitu, jadi
nanti gurunya dikasih tahu tentang anak yang mau lomba.
P: Kalau di dalam ekskul sendiri yang Bapak lihat antara KI dengan
RSBI gimana Pak?
I: Nah itu. Kita sih mengharapkan kalau di dalam ekskul mereka berbaur
gitu. Ada lah interaksinya. Kan kalau di dalam belajar mengajar udah
ada perbedaan kan di mereka ya semoga dengan adanya ekskul mereka
jadi lebih akrab. Jadi dianggap sama lah mereka. Kalo saya sih
mengharapkannya perbedaan kaya gitu ga ada lagi di ekskul. Maksudnya
itu kan…di ekskul bisa jadi ajang bagi mereka untuk bisa
mengaktualisasikan diri, sosialisasi diri juga. Jadi harus bisa baru lah
gitu sama anak RSBI dan KI itu. Saya juga sebenernya tittle kaya gitu
tuh ga penting ya. Yang penting kualitas tapi ya mau gimana…emang
udah keputusan dari sekolah seperti itu. Ya mereka sih harus baur kalo di
ekskul ga ada lagi yang namanya kelas KI atau RSBI. Semuanya satu di
ekskul itu
P: Tapi kalo di luar kelas yang bapak liat mereka seperti apa?
I: ya, memang susah sih ya. Mereka sendiri udah banyak bedanya kan.
Dari mulai biaya, fasilitas, kurikulum juga udah beda. Tapi begini sih
saya lihatnya, itu kan salah satu pilihan dari siswa ya…mau ga mau
harus dijalanin kan seperti itu. Perbedaan seperti itu pasti ada lah. Yang
saya denger sih memang agak susah untuk anak KI baur sama yang lain
ya mungkin salah satunya karena mereka memang udah beda program,
kurikulumnya beda ya jadi akan ngaruh itu ke merekanya. Apalagi kan
kalo KI pake kurikulum luar ya
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012
P: Oh iya Pak, kalau menurut Bapak sendiri manfaat adanya ekskul di
sekolah apa Pak?
I: Ehm…ya jadi gini ya…sebenernya dengan adanya ekskul itu bisa jadi
ajang pihak sekolah untuk membuktikan diri bahwa kita ga hanya jago di
akademis aja ya. Kita juga harus mumpuni lah di bidang non-akademis
dalam hal ini bisa tersalur di ekstrakurikuler. Kalau anak-anak
berprestasi kan yang bangga pihak sekolah juga.
P: Ehm..banyak juga ya Pak kegiatan ekstrakurikuler di sini… dari
awalnya itu seperti apa sih kegiatan ekstrakurikuler di sini?
I: Ya..jadi pada awalnya kegiatan ekskul di sekolah ini ga sebanyak
sekarang ya… dahulu itu ga ada yang namanya kopsis atau
kewirausahaan, band juga ga ada. Ekskul olahraga juga ga sebanyak
sekarang. Ada beberapa penambahan. Kemudian, ada beberapa guru
yang menyarankan kepada pihak sekolah untuk menambah beberapa
kegiatan ekskul. Mereka itu pembina-pembina ekskul yang memang
banyak interaksi dengan anak binaannya. Tapi..saya lupa itu ekskul
pertama yang ditambah apa aja. Dari olahraga kalo ga salah ya… Dan
ternyata selama proses kegiatan berlangsung, siswalah yang kemudian
membentuk ekskul sendiri. Jadi anak itu mengumpulkan teman-
temannya yang mempunyai minat yang sama dan akhirnya terbentuklah
ekskul. Ya…jadi ga selalu pihak guru yang ikut terlibat dalam
pembentukan ekskul tetapi dari murid juga
P: Pihak sekolah ga masalah Pak kalo ada siswa sendiri yang
menambahkan jumlah ekstrakurikuler?
I: Ohh jelas tidak. Selama itu kegiatan yang positif, kita pasti akan
dukung kok. Yang penting itu kan..ehm..si siswanya izin dulu ke
kitanya. Mau bentuk ekstrakurikuler yang seperti apa, program kerjanya
apa saja. Ya..kaya gitu lah.. kalau selama kita lihat programnya baik
untuk siswa terutama ya silahkan saja
P: Ada banyak penambahan Pak?
I: Ya..lumayan lah… saya kurang ingat berapa jumlah yang pasti…
P: Oh iya Pak. Waktu pertama Bapak ngajar di sini itu gedungnya udah
termasuk yang bagus atau gimana?
I: Kalau dulu masih yang di lantai. Kita termasuk enak ini posisinya.
Jadi ga yang langsung di depan jalan besar gitu kan. Harus masuk dulu.
Sekolah ini kan dari tahun 1964 ya dan dulu kita ini filialnya SMA 1.
Dulu juga becek gitu di sekolah ini jadi ya harus berjuang juga sekolah
di sini. Ga sebagus sekarang lah. Makanya saya menghargai sekali guru-
guru yang dahulu ngajar karena ga seenak sekarang kan.
Partisipasi ekstrakurikuler..., Agni Rahayu, FISIP UI, 2012