ANALISIS HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN NEGARA dalam Kasus " Penangkapan AKBP IEP dalam Dugaan Kasus...

36
ANALISIS HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN NEGARA dalam Kasus “ Penangkapan AKBP IEP dalam Dugaan Kasus Sindikat Narkoba” Disusun Guna Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Oleh : Yanti Eka Sari Putri F1I014041 HUBUNGAN INTERNASIONAL

Transcript of ANALISIS HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN NEGARA dalam Kasus " Penangkapan AKBP IEP dalam Dugaan Kasus...

ANALISIS HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN NEGARA

dalam Kasus

“ Penangkapan AKBP IEP dalam Dugaan Kasus

Sindikat Narkoba”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Yanti Eka Sari Putri

F1I014041

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

I. Latar Belakang

Maraknya kasus narkoba yang terjadi dewasa ini

menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara

paling konsumtif terhadap narkoba. Menurut data

dari BNN sekitar 4,2 juta orang Indonesia

menggunakan narkoba dalam usia produktif. Selain

menjadi negara pengonsumsi narkoba, Indonesia juga

menjadi negara penghasil ganja kwalitas terbaik di

dunia. Peredaran Narkoba di Indonesia sudah

merambah ke berbagai kalangan tanpa memandang

usia, jabatan, hingga status sosial. Dari

perkampungan kumuh hingga gedung DPR tidak luput

dari eksistensinya. Keberadaan Narkoba yang

sedemikan rupa di fasilitasi dengan lemahnya hukum

yang ada di Indonesia. Peredarannya sudah mengakar

dan menjadi sebuah sistem dengan backing yang

sangat kuat. Dari mulai petinggi pemerintahan

hingga pejabat kepolisian. Kasus terbaru yang

terjadi di Lembaga Kepolisian kita adalah

tertangkapnya dua aparat Polri berpangkat AKBP dan

Bripka yang kedapatan membawa sabu-sabu seberat 6

Kg. Keduanya tertangkap di Kuching, Serawak

Malaysia pada hari Jumat, 29 Agustus 2014. AKBP

IEP dan Bripka H ditangkap sebagai pengembangan

penangkapan tersangka kasus Narkoba di Kuala

Lumpur International Airport. Tersangka mengaku

akan mengirimkan Narkoba ke Kuching, Sarawak

Malaysia. Setelah diminta untuk menunjukan tempat

transaksi, Polisi Narkotik Di-Raja Malaysia

menangkap 3 orang yang ada di tempat kejadian. Dua

diantaranya adalah AKBP IEP dan Brigadir Kepala H.

Selang beberapa jam dari penangkapan kedua aparat

tersebut, Kapolda Kalbar, Brigjen Arief

Sulistyanto mendapat telepon dari Liaison Officer

Polri di Kuching, Kompol Taufik Nurisya. Beliau

mengabarkan tentang penangkapan dua anak buah

Kapolda Kalbar terkait dugaan sindikat Narkoba.

Kemudian Kapolda meneruskan kabar tersebut kepada

Kapolri Jendral Sutarman. Keesokan harinya, Sabtu

30 Agustus 2014, Kapolda Kalbar Brigjen Arief

Sulistyanto menugaskan tim ke Kuching dipimpin

Wakapolda Kalbar, Dir Narktiotika, dan Kapolsek

Entikong. Tim bertemu Deputi Komisioner Polis

Diraja Malaysia, Datuk Wira Muhammad Sabtu Bin

Usman di Kuching, Ketua Polis IPK Sarawak

Malaysia, didampinggi Super Intenden Lukas, Kepala

Narkotik Ibu Pejabat Kontingen Sarawak Malyasia.

Pertemuan tersebut memastikan penangkapan AKPB IEP

dan Bripka H. Keduanya dalam proses pemeriksaan

pihak Cawangan Narkotik Polis IPD Kuching,

Sarawak. Kasus tersebut sangat mencoreng nama

kepolisian Indonesia di mata Internasional,

terlebih lagi citra polisi di masyarakat yang

semakin buruk. Sebagai anggota kepolisian setiap

anggota terikat oleh aturan yang berlaku di

lembaga kepolisian tersebut selain itu, setiap

aparat kepolisian juga menjadi bagian dari

masyarakat sehingga mereka juga terikat perarturan

yang berlaku di masyarakat. Selain terancam

diberhentikan dari jabatannya di Kepolisian AKBP

IEP dan MP Harahap juga dikenakan ancaman hukuman

mati di Malaysia yang merujuk pada Akta Dadah

Berbahaya 1952 Pasal 39B. Semua warga negara

terikat dengan aturan aturan yang berlaku

dinegaranya, peraturan tersebut bersifat memaksa.

II. Rumusan Makalah

1. Mengapa tindakan korupsi bisa terjadi?

2. Bagaimana cara mengatasi tindak korupsi tersebut?

III. Pembahasan

Korupsi adalah suatu tindak pidana yang merugikan

banyak pihak. Penyebab adanya tindakan korupsi

sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan

tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai

dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan

untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau orang

lain secara tidak sah.

Mengutip teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne

atau sering disebut GONE Theory, bahwa faktor-

faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi

meliputi :

Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya

perilaku serakah yang secara potensial ada di

dalam diri setiap orang.

Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan

organisasi atau instansi atau masyarakat yang

sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi

seseorang untuk melakukan kecurangan.

Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor

yamg dibutuhkan oleh individu-individu untuk

menunjang hidupnya yang wajar.

Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan

atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku

kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan

kecurangan.

Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan

individu pelaku (actor) korupsi, yaitu individu

atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar

organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan

pihak korban. Sedangkan faktor-faktor

Opportunities dan Exposures berkaitan dengan

korban perbuatan korupsi (victim) yaitu

organisasi, instansi, masyarakat yang

kepentingannya dirugikan.

Menurut Arya Maheka, Faktor-Faktor yang

menyebabkan terjadinya Korupsi adalah :

1. Penegakan hukum tidak konsisten : penegakan huku

hanya sebagai meke-up politik, bersifat sementara

dan sellalu berubah tiap pergantian pemerintahan.

2. Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut

dianggap bodoh bila tidak menggunakan kesempatan.

3. Langkanya lingkungan yang antikorup : sistem dan

pedoman antikorupsi hanya dilakukan sebatas

formalitas.

4. Rendahnya pndapatan penyelenggaraan negara.

Pedapatan yang diperoleh harus mampu memenuhi

kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong

penyelenggara negara untuk berprestasi dan

memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

5. Kemiskinan, keserakahan : masyarakat kurang mampu

melakukan korupsi karena kesulitan ekonomi.

Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan

korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan

menghalalkan segala cara untuk mendapatkan

keuntungan.

6. Budaya member upeti, imbalan jasa dan hadiah.

7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada

keuntungan korupsi : saat tertangkap bisa menyuap

penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya

diringankan hukumannya. Rumus: Keuntungan korupsi

> kerugian bila tertangkap.

8. Budaya permisif/serba membolehkan; tidakmau tahu :

menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering

terjadi. Tidak perduli orang lain, asal

kepentingannya sendiri terlindungi.

9. Gagalnya pendidikan agama dan etika : ada benarnya

pendapat Franz Magnis Suseno  bahwa agama telah

gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam

mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang

memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama

menganggap agama hanya berkutat pada masalah

bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama

nyaris tidak berfungsi dalam  memainkan peran

sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa

memainkan peran yang besar dibandingkan insttusi

lainnya. Karena adanya ikatan emosional antara

agama dan pemeluk agama tersebut jadi agama bisa

menyadarkan umatnya bahwa korupsi dapat memberikan

dampak yang sangat buruk baik bagi dirinya maupun

orang lain.

Lalu bagaimana cara mengatasi munculnya tindak

korupsi saat ini?

Pemberantasan korupsi sesungguhnya dapat berjalan

makasimal apabila ada kerjasama antara pemerintah

dan masyarakat. Berikut adalah cara mengatasi dan

mencegah tindak pidana korupsi ditinjau dari dari

segi pemerintah :

Di dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan

bahwa strategi  Pencegahan dan Pemberantasan

Korupsi (PPK) memiliki visi jangka panjang dan

menengah. Visi periode jangka panjang (2012-2025)

adalah: “terwujudnya kehidupan bangsa yang bersih

dari korupsi dengan didukung nilai budaya yang

berintegritas”. Adapun untuk jangka menengah

(2012-2014) bervisi “terwujudnya tata

kepemerintahan yang bersih dari korupsi dengan

didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta

nilai budaya yang berintegritas”. Visi jangka

panjang dan menengah itu akan diwujudkan di

segenap ranah, baik di pemerintahan dalam arti

luas, masyarakat sipil, hingga dunia usaha.

Untuk mencapai visi tersebut, maka dirancang 6

strategi yaitu:

1. Pencegahan.

Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis.

Praktiknya bisa berlangsung dimanapun, di lembaga

negara, lembaga privat, hingga di kehidupan

sehari-hari. Melihat kondisi seperti itu, maka

pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai

strategi perdananya. Melalui strategi pencegahan,

diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang

berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi

ini merupakan jawaban atas pendekatan yang lebih

terfokus pada pendekatan represif. Paradigma

dengan pendekatan represif yang berkembang karena

diyakini dapat memberikan efek jera terhadap

pelaku tindak pidana korupsi (tipikor). Sayangnya,

pendekatan represif ini masih belum mampu

mengurangi perilaku dan praktik koruptif secara

sistematis-massif. Keberhasilan strategi

pencegahan diukur berdasarkan peningkatan nilai

Indeks Pencegahan Korupsi, yang hitungannya

diperoleh dari dua sub indikator yaitu Control of

Corruption Index dan peringkat kemudahan berusaha

(ease of doing business) yang dikeluarkan oleh

World Bank. Semakin tinggi angka indeks yang

diperoleh, maka diyakini strategi pencegahan

korupsi berjalan semakin baik.

2. Penegakan Hukum

Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas,

padahal animo dan ekspektasi masyarakat sudah

tersedot sedemikian rupa hingga menanti-nanti

adanya penyelesaian secara adil dan transparan.

Penegakan hukum yang inkonsisten terhadap hukum

positif dan prosesnya tidak transparan, pada

akhirnya, berpengaruh pada tingkat kepercayaan

(trust) masyarakat terhadap hukum dan aparaturnya.

Dalam tingkat kepercayaan yang lemah, masyarakat

tergiring ke arah opini bahwa hukum tidak lagi

dipercayai sebagai wadah penyelesaian konflik.

Masyarakat cenderung menyelesaikan konflik dan

permasalahan mereka melalui caranya sendiri yang,

celakanya, acap berseberangan dengan hukum. Belum

lagi jika ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan

inkonsistensi penegakan hukum demi kepentingannya

sendiri, keadaaan bisa makin runyam. Absennya

kepercayaan di tengah-tengah masyarakat, tak ayal,

menumbuhkan rasa tidak puas dan tidak adil

terhadap lembaga hukum beserta aparaturnya. Pada

suatu tempo, manakala ada upaya-upaya perbaikan

dalam rangka penegakan hukum di Indonesia, maka

hal seperti ini akan menjadi hambatan tersendiri.

Untuk itu, penyelesaian kasus-kasus korupsi yang

menarik perhatian masyarakat mutlak perlu

dipercepat. Tingkat keberhasilan strategi

penegakan hukum ini diukur berdasarkan Indeks

Penegakan Hukum Tipikor yang diperoleh dari

persentase penyelesaian setiap tahapan dalam

proses penegakan hukum terkait kasus Tipikor,

mulai dari tahap penyelesaian pengaduan Tipikor

hingga penyelesaian eksekusi putusan Tipikor.

Semakin tinggi angka Indeks Penegakan Hukum

Tipikor, maka diyakini strategi Penegakan Hukum

berjalan semakin baik.

3. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan

Meratifikasi UNCAC, adalah bukti konsistensi dari

komitmen Pemerintah Indonesia untuk mempercepat

pemberantasan korupsi. Sebagai konsekuensinya,

klausul-klausul di dalam UNCAC harus dapat

diterapkan dan mengikat sebagai ketentuan hukum di

Indonesia. Beberapa klausul ada yang merupakan hal

baru, sehingga perlu diatur/diakomodasi lebih-

lanjut dalam regulasi terkait pemberantasan

korupsi selain juga merevisi ketentuan di dalam

regulasi yang masih tumpang-tindih menjadi

prioritas dalam strategi ini. Tingkat keberhasilan

strategi ini diukur berdasarkan persentase

kesesuaian regulasi anti korupsi Indonesia dengan

klausul UNCAC. Semakin mendekati seratus persen,

maka peraturan perundang-undangan terkait

pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia

semakin lengkap dan sesuai dengan

common practice yang terdapat pada negara-negara

lain.

4. Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset

Hasil Tipikor

Berkenaan dengan upaya pengembalian aset hasil

tipikor, baik di dalam maupun luar negeri, perlu

diwujudkan suatu mekanisme pencegahan dan

pengembalian aset secara langsung sebagaimana

ketentuan UNCAC. Peraturan  perundang-undangan

Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari putusan

penyitaan (perampasan) dari negara lain, lebih-

lebih terhadap perampasan aset yang dilakukan

tanpa adanya putusan pengadilan dari suatu kasus

korupsi (confiscation without a criminal

conviction). Penyelamatan aset perlu didukung oleh

pengelolaan aset negara yang dilembagakan secara

profesional agar kekayaan negara dari aset hasil

tipikor dapat dikembalikan kepada negara secara

optimal. Keberhasilan strategi ini diukur dari

persentase pengembalian aset hasil tipikor ke kas

negara berdasarkan putusan pengadilan dan

persentase tingkat keberhasilan (success rate)

kerjasama internasional terkait pelaksanaan

permintaan dan penerimaan permintaan Mutual Legal

Assistance (MLA) dan Ekstradisi. Semakin tinggi

pengembalian aset ke kas negara dan keberhasilan

kerjasama internasional, khususnya dibidang

tipikor, maka strategi ini diyakini berjalan

dengan baik.

5. Pendidikan dan Budaya Antikorupsi

Praktik-praktik korupsi yang kian masif memerlukan

itikad kolaboratif dari Pemerintah beserta segenap

pemangku kepentingan. Wujudnya, bisa berupa upaya

menanamkan nilai budaya integritas yang

dilaksanakan secara kolektif dan sistematis, baik

melalui aktivitas pendidikan anti korupsi dan

internalisasi budaya anti korupsi di lingkungan

publik maupun swasta. Dengan kesamaan cara pandang

pada setiap individu di seluruh Indonesia bahwa

korupsi itu jahat, dan pada akhirnya para individu

tersebut berperilaku aktif mendorong terwujudnya

tata-kepemerintahan yang bersih dari korupsi

diharapkan menumbuhkan prakarsa-prakarsa positif

bagi upaya PPK pada khususnya, serta perbaikan

tata-kepemerintahan pada umumnya. Tingkat

keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan

Indeks Perilaku Antikorupsi yang ada dikalangan

tata-kepemerintahan maupun individu di seluruh

Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka

diyakini nilai budaya anti korupsi semakin

terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata

setiap individu untuk memerangi tipikor.

6. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan

Korupsi

Strategi yang mengedepankan  penguatan mekanisme

di internal Kementerian/Lembaga, swasta, dan

masyarakat, tentu akan memperlancar aliran

data/informasi terkait progres pelaksanaan

ketentuan UNCAC. Konsolidasi dan publikasi

Informasi di berbagai media, baik elektronik

maupun cetak, termasuk webportal PPK, akan

mempermudah pengaksesan dan pemanfaatannya dalam

penyusunan kebijakan dan pengukuran kinerja PPK.

Keterbukaan dalam pelaporan kegiatan PPK akan

memudahkan para pemangku kepentingan

berpartisipasi aktif mengawal segenap upaya yang

dilakukan oleh pemerintah, lembaga publik maupun

sektor swasta. Keberhasilannya diukur berdasarkan

indeks tingkat kepuasan pemangku kepentingan

terhadap laporan PPK. Semakin tinggi tingkat

kepuasan pemangku kepentingan, maka harapannya,

semua kebutuhan informasi dan pelaporan terkait

proses penyusunan kebijakan dan penilaian progres

PPK dapat semakin terpenuhi sehingga upaya PPK

dapat dikawal secara  berkesinambungan dan tepat

sasaran.

Sedangkan usaha pemberatasan dan pencegahan tindak

pidana korupsi ditinjau dari sisi individu adalah

sebagai berikut :

1. Mendekatkan Diri Kepada Tuhan

Dengan mendekatkan diri kita kepada Tuhan kita

akan lebih berhati-hati dalam bertindak karena

percaya akan datangnya hari peradilan nanti.

Dimana perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan

dan perbuatan buruk akan dibalas pula dengan

keburukan. Oleh karena itu setiap orang berlomba-

lomba untuk melakukan hal-hal baik. Dengan seperti

ini, mendekatkan diri kepada Tuhan dianggap kiat

yang paling ampuh untuk menghindari korupsi.

2. Niat dan Do'a

Sebelum melangkahkan kaki di depan pintu rumah,

awali dengan do'a dan niat yang baik bahwa kita

akan bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa ada

niatan untuk mencuri hak milik orang lain. Dengan

sesampainya di tempat kerja karena sudah berniat

untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji

maka niat untuk melakukan korupsi pun terabaikan.

3. Jujur

Kejujuran merupakan sayarat wajib yang harus ada

pada setiap diri manusia. Namun tidak semua orang

bisa berkata jujur karena kejujuran membutuhkan

keberanian dan ketegasan. Jujur memang mudah

diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Dengan

melatih diri kita untuk berperilaku jujur maka

tindakan apapun yang akan kita lakukan akan

dilandasi dengan kejujuran.

4. Bertanggung Jawab

Selain kejujuran tanggung jawab merupakan hal yang

penting, karena tindakan korupsi adalah pelarian

dari tanggung jawab. Pelaku korupsi melalaikan

tanggung jawabnya dengan berbuat seenaknya

sendiri. Saat kita membuat suatu kesalahan mungkin

kita akan melarikan diri. Bertanggung jawab adalah

hal yang penting dan mau menanggung konsekuensinya

dari kesalahan yang kita perbuat. Kalau tidak mau

dihukum jangan melakukan perbuatan yang melanggar

hukum.

5. Jangan Terhasut dan Mempunyai Keyakinan Sendiri

Korupsi mungkin saja datang dari rekan-rekan kerja

agar kita melakukan sesuatu yang mereka inginkan.

Oleh karena itu jika kita memiliki keyakinan yang

kuat maka dengan tegas kita menolak permintaan

untuk korupsi atau menerima suap. Karena kita

merasa yakin bahwa perbuatan tersebut salah dan

merugikan orang lain.

IV. Kesimpulan dan Saran

Budaya baru ini yang bernama korupsi seakan

menjadi kebiasaan yang legal dan tidak dilarang

dalam segi pandangan agama maupun hukum negara

ini. Seakan menjadi pembenaran dari kalangan

paling bawah sampai kalangan atas sudah sama-sama

tidak keberatan jika melakukan korupsi, atau

menemukan orang lain melakukan korupsi. Entah

siapa yang memulai ini pertama kali, tapi sekarang

fenomena korupsi menjadi sangat memprihatinkan dan

dilakukan hampir semua sektor dan melibatkan semua

kalangan. Jika ingin budaya korupsi ini benar –

benar hilang dinegri kita, maka mulailah dari diri

kita sekarang ini. Mulailah mengintrospeksi diri

sendiri, apakah kita pernah melakukan hal seperti

itu, jika memang kita pernah kita harus

merenungkan perbuatan kita itu, agar suatu hari

nanti kita tidak akan melakukan hal – hal seperti

itu lagi dan sudah seharusnya juga kita

mengingatkan kepada teman kita atau saudara –

saudara kita agar tidak melakukan tindakan korupsi

yang sangat merugikan tersebut.

Pemeberantasan korupsi dari program pemerintah

tanpa kesadaran diri dari individu adalah percuma

karena tidak pernah puas ada sifat dasar manusia.

Jadi apabila kita ingin korupsi di Negara ini

hilang hendaknya kita memperbaiki diri kita

sehingga terjadi keseimbangan antara program

program yang di galang oleh pemerintah dengan

individu atau masyarakat.

V. Kepustakaan

http://kentutjuple.blogspot.com/2014/09/siapa-sih-akbp-iep-dan-bagaimana.html 16:57 07/09/2014

http://anekainfounik.net/2014/09/01/inilah-catatan-hitam-polisi-akbp-idha-endri-prastiono/17:05 07/09/14

http://www.batammetronews.com/index.php/health-217:14 07/09/14

Siapa Sih AKBP IEP dan Bagaimana Kronologi Penangkapannya ?

Nama AKBP Idha sebenarnya bukan nama asing bagi publikKalbar. Sebelum ditangkap PDRM, namanya mencuat seiringdengan ulah sang isteri, Titi Yusnawati, melaporkankehilangan perhiasan 5 kilogram di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, 3 Januari 2014.

Berikut daftar catatan hitam AKBP IEP seperti dilansirdetik.com :

1. AKBP IEP sebelum dinas di Polda Kalbar, ia bertugasdi Polda Sumatera Utara, dimutasikan dari PoldaSumatera Utara ke Polda Kalimantan Barat padatanggal 19 Februari 2013.

2. Pernah menikah dengan seorang perempuan yang bernamaSandi Wahyu Arifani, namun pernikahan tersebutberakhir dengan perceraian karena yang bersangkutanmelakukan perselingkuhan. Atas perbuatan tersebut,AKBP IEP mendapat sanksi berupa penempatan padatempat khusus selama 21 Hari.

3. Pada tahun 2002, AKBP IEP pernah melakukan hubunganlayaknya suami istri dengan pembantunya hinggamemiliki seorang anak. Menurut catatan telahdiselesaikan secara kekeluargaan.

4. Pada tahun 2010, AKBP IEP menjalin hubungan denganTiti Yusniawati. Sempat terjadi permasalahan dalamhubungan tersebut hingga akhirnya diselesaikansecara kekeluargaan dengan dilakukan pernikahan diDeli, Serdang, Sumatera Utara sesuai akta nikahnomor : 109/14/VII/2012 pada tanggal 22 Juli 2012.

5. AKBP IEP merupakan personel dari Polda SumateraUtara yang mutasi ke Polda Kalbar pada tanggal 19Februari 2013; Selanjutnya pada tanggal 07 Juni

2013, AKBP Idha menjabat sebagai Kasubdit III DitRes Narkoba Polda Kalbar.

6. Bulan Desember 2013, AKBP IEP dimutasikan sebagaiAnalis Muda Kebijakan Bidbin Biro Rena Polda Kalbarsesuai Telegram nomor : STR/1089/XII/2013 padatanggal 18 Desember 2013 (berkaitan denganpelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukanoleh AKP Sunardi Cs yang telah diputus oleh SidangKomisi Kode Etik Polda Kalbar “PEMBERHENTIAN DENGANTIDAK HORMAT” atas perkara menyisihkan barang buktisabu-sabu).

7. Tanggal 03 Januari 2014, AKBP IEP bersama sang istriberangkat ke Jakarta untuk menghadiri pernikahankeluarga di Bekasi. Saat berada di Bandara SoekarnoHatta Jakarta, IEP mengaku kehilangan beberapaperhiasan milik istrinya. Peristiwa tersebutdilaporkan di Polres Bandara Soekarno Hatta dengankerugian yang cukup fantastis yakni senilai Rp 19miliar. Perkara tersebut telah diproses oleh DitReskrimum Polda Kalbar dan berhasil mengungkappelaku beserta barang bukti, namun dalam prosespenyidikan dan menurut saksi ahli jumlah perhiasanmilik istrinya tersebut hanya senilai kurang lebihRp 180 Juta dan dari peristiwa tersebut terungkapjuga bahwa keberadaannya di Jakarta tanpa dilengkapisurat izin yang sah dari Pimpinan.

Atas pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh AKBP Idhasebagaimana yang tersebut pada nomor 3 dan 4 diatas telahmendapat kepastian hukum melalui proses sidang disiplinanggota Polri yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2014dengan putusan hukuman teguran tertulis dan pembebasandari jabatan sesuai Surat Keputusan Hukuman Disiplinnomor : Kep/02/VI/2014.

AKP Sunardi sebagai Terduga Pelanggar yang sudah diputusPTDH dalam sidang KKEP pada tangal 22 Juni 2014mengajukan banding atas putusan sidang tersebut dengan

membuat surat banding yang mana diantara isi suratnyamenyebutkan bahwa AKBP IEP, SH, M.Hum saat menjabatsebagai Kasubdit III Dit Resnarkoba Polda Kalbar pernahmelakukan penyimpangan dalam penanganan perkara narkoba.

Dengan adanya keterangan dari sdr. AKP Sunardi setelahdiputus PTDH maka saat ini Bid Propam dan Dit ReserseNarkoba Polda Kalbar sedang melakukan pendalaman terhadapdugaan keterlibatan yang bersangkutan (AKBP IEP).

Berikut kronologi penangkapan :

Jumat, 29 Agustus 2014

* Pukul 08.19 WIB - Perwira menangah (Pamen) Polda Kalbar, AKBP IEPberangkat dari bandara Supadio Pontianak menuju Kuching,Sarawak dengan maskapai Maswings Pontianak.- AKBP Idha check in saat penumpang sudah boarding ataulate check in dengan alasan terburu-buru.

* Pukul 15.15 Waktu Malaysia (Wita) - Polis Narkotik Di-Raja Malaysia dari Bukit Amangmengamankan AKBP IEP dan Bripka H di Kuching.- AKBP IEP dan Brigadir Kepala H ditangkap sebagaipenggembangan penangkapan seorang tersangka narkoba diKuala Lumpur Internasional Airport.- Tersangka mengaku akan mengirimkan barang ke Khucing.- Tersangka dibawa ke Kuching untuk menunjukkan tempatdan siapa yang akan menerima barang tersebut.- Tersangka menuju sebuah hotel yang di dalamnya terdapattiga orang, dua di antaranya AKBP IEP dan Brigadir KepalaH.

* Pukul 19.30 WIB - Kapolda Kalbar, Brigjen Arief Sulistyanto mendapattelepon dari Liaison Officer Polri di Kuching, Kompol

Taufik Nurisya.- Kapolda Kalbar melapor ke Kapolri Jenderal Sutarman.

Sabtu, 30 Agustus 2014

- Kapolda Kalbar Brigjen Arief Sulistyanto menugaskan timke Kuching dipimpin Wakapolda Kalbar, Dir Narktiotika,dan Kapolsek Entikong.- Tim bertemu Deputi Komisioner Polis Diraja Malaysia,Datuk Wira Muhammad Sabtu Bin Usman di Kuching, KetuaPolis IPK Sarawak Malaysia, didampinggi Super IntendenLukas, Kepala Narkotik Ibu Pejabat Kontingen SarawakMalyasia.- Pertemuan memastikan penangkapan AKPB IEP dan Bripka H.Keduanya dalam proses pemeriksaan pihak Cawangan NarkotikPolis IPD Kuching, Sarawak.

Minggu, 31 Agustus 2014

* Pukul 15.00 WIB - Kapolda Kalbar, Brigjen Arief Sulistyanto menggelarjumpa pers terkait penangkapan AKPB IEP dan Bripka H diMapolda Kalbar.

Inilah Catatan Hitam Polisi AKBP Idha Endri PrastionoPosted by Kristian Ambarita ⋅ September 1, 2014 ⋅ Tinggalkan komentar

Filed Under  kasus hukum

Inilah catatan hitam AKBP Idha Endri Prastiono, mulai dari kasus asusila, perselingkuhan hingga narkoba yang ada di internal Kepolisian menurut Propam. Anggota Polda Kalimantan Barat ini serta Bripka MP Harahap ditangkap polisi Diraja Malaysia karena terlibat sindikat perdagangan narkoba internasional.(Baca: Kronologi Penangkapan 2 Polisi Indonesia di Kuching Malaysia)

Kapolda Brigjen Pol Arief Sulistyanto, yang baru menjabatbeberapa bulan di Mapolda Kalbar tak kalah berang melihatulah anak buahnya. Ternyata, selama berkarir di kepolisian, AKPB Idha, pria kelahiran Banyuwangi 16 Februari 1970 ini tercatat memiliki rekam jejak yang buruk dan membuat dirinya beberapa kali di sanksi.

Berikut catatan hitam Idha yang disampaikan Brigjen Pol Arief Sulistyanto dalam keterangan tertulis yang diterimamedia nasional termasuk merdeka.com:

Yang ada di Propam Sumatera Utara

1. AKBP Idha Endri Prastiono, S.H, M.Hum sebelum dinas diPolda Kalbar bertugas di Polda Sumatera Utara, dimutasikan dari Polda Sumatera Utara ke Polda KalimantanBarat pada tanggal 19 Februari 2013.

2. Pernah menikah dengan seorang perempuan yang bernama Saudari Sandi Wahyu Arifani namun pernikahan tersebut berakhir dengan perceraian karena yang bersangkutan

melakukan perselingkuhan dengan seorang perempuan bernamaSaudari Farida Yamin hingga memiliki seorang anak perempuan yang bernama Amanda, dan atas perbuatan tersebut yang bersangkutan mendapat sanksi berupa ‘Penempatan pada tempat khusus selama 21 hari.

3. Tahun 2002 yang bersangkutan pernah melakukan hubunganlayaknya suami istri dengan pembantunya yang bernama saudari Suherni hingga memiliki seorang anak yang bernamaRafli, dan menurut catatan telah diselesaikan secara kekeluargaan.

4. Pada 2010 yang bersangkutan menjalin hubungan dengan Saudari Martawati alias Titi Yusnawati yang berstatus janda dengan empat orang anak, terjadi permasalahan dalamhubungan tersebut hingga akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan dengan dilakukan pernikahan di Deli Serdang Sumatera Utara sesuai akta nikah nomor : 109 / 14 / VII /2012 tanggal 22 Juli 2012,

Propam Polda Kalbar

1. AKBP Idha Endri Prastiono, SH, M.Hum merupakan personel dari Polda Sumatera Utara yang mutasi ke Polda Kalbar pada tanggal 19 Pebruari 2013, selanjutnya pada tanggal 07 Juni 2013 yang bersangkutan menjabat sebagai Kasubdit III Dit Res Narkoba Polda Kalbar.

2. Pada bulan Desember 2013, yang bersangkutan dimutasikan sebagai Analis Muda Kebijakan Bidbin Biro Rena Polda Kalbar sesuai Telegram nomor : STR / 1089 / XII / 2013 tanggal 18 Desember 2013 (berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh AKP SUNARDI Cs yang telah diputus oleh Sidang Komisi KodeEtik Polda Kalbar ‘PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT atasperkara menyisihkan barang bukti shabu )

3. Pada tanggal 3 Januari 2014 yang bersangkutan bersama istrinya Titi Yusnawati berangkat ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan keluarga di Bekasi, saat berada di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta yang bersangkutan mengaku kehilangan beberapa perhiasan milik istri yang bersangkutan. Peristiwa tersebut dilaporkan yang bersangkutan di Polres Bandara Soekarno-Hatta dengan kerugian yang cukup fantastis yakni senilai Rp 19 miliar,perkara tersebut telah diproses oleh Dit Reskrimum Polda Kalbar dan berhasil mengungkap pelaku beserta barang bukti namun dalam proses penyidikan dan menurut saksi ahli jumlah perhiasan milik istri yang bersangkutan tersebut hanya senilai kurang lebih Rp 180 juta dan dari peristiwa tersebut terungkap juga bahwa keberadaan yang bersangkutan di Jakarta tanpa dilengkapi surat izin yang sah dari pimpinan.

4. Atas pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh yang bersangkutan sebagaimana yang tersebut pada nomor 3 dan 4di atas telah mendapat kepastian hukum melalui proses sidang disiplin anggota Polri yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2014 dengan putusan hukuman teguran tertulis dan pembebasan dari jabatan sesuai Surat Keputusan Hukuman Disiplin nomor : Kep / 02 / VI / 2014.

5. Bahwa AKP SUNARDI sebagai Terduga Pelanggar yang sudahdiputus PTDH dalam sidang KKEP pada tanggal 22 Juni 2014 mengajukan banding atas putusan sidang tersebut dengan membuat surat banding yang mana di antara isi suratnya menyebutkan bahwa AKBP Idha Endri Prastiono, SH, M.Hum saat menjabat sebagai Kasubdit III Dit Resnarkoba Polda Kalbar pernah melakukan penyimpangan dalam penanganan perkara narkoba.

6. Dengan adanya keterangan dari saudara AKP Sunardi setelah diputus PTDH maka saat ini Bid Propam dan Dit Reserse Narkoba Polda Kalbar sedang melakukan pendalaman

terhadap dugaan keterlibatan yang bersangkutan (AKBP IEP).

AKBP I.E.P DidugaTertangkap Bawa Narkotika Di Malaysia

Batammetronews - AKBP I.E.P, anggota Kepolisian PolisiDaerah Kalimantan Barat, ditangkap di Kuching, Malaysia,karena di duga terlibat sindikat narkotika Internasional.Tindakan pamen nonjob ini menjadi tamparan keras buatKorps Bhayangkara.

Kapolda Brigjen Pol Arief Sulistyanto, yang baru menjabatbeberapa bulan di Mapolda Kalbar tak kalah berang melihatulah anak buahnya. Ternyata, selama berkarir dikepolisian, AKPB I.EP tercatat memiliki rekam jejak yangmembuat dirinya beberapa kali di sanksi.

Berikut catatan hitam Idha yang disampaikan Brigjen PolArief Sulistyanto dalam keterangan tertulis yang diterimaYang ada diPropam Sumatera Utara:

1. AKBP I.EP, S.H, M.Hum sebelum dinas di Polda Kalbarbertugas di Polda Sumatera Utara, dimutasikan dari PoldaSumatera Utara ke Polda Kalimantan Barat pada tanggal19Februari2013.

2. Pernah menikah dengan seorang perempuan yang bernamaSaudari SSWA namun pernikahan tersebut berakhir denganperceraian karena yang bersangkutan di duga melakukanperselingkuhan dengan seorang perempuan bernama SaudariSf hingga memiliki seorang anak perempuan yang bernama A,dan atas perbuatan tersebut yang bersangkutan mendapatsanksi berupa 'Penempatan pada tempat khusus selama 21hari.

3. Pada 2010 yang bersangkutan menjalin hubungan denganSaudari M yang berstatus janda dengan empat orang anak,terjadi permasalahan dalam hubungan tersebut hinggaakhirnya diselesaikan secara kekeluargaan dengan

dilakukan pernikahan di Deli Serdang Sumatera Utarasesuai akta nikah nomor: 109 / 14 / VII / 2012 tgl22 Juli2012,

Yang tercatat di Propam Polda Kalbar:

1. AKBP I.EP, SH, M.Hum merupakan personel dari PoldaSumatera Utara yang mutasi ke Polda Kalbar pada tanggal19 Pebruari 2013, selanjutnya pada tanggal 07 Juni 2013yang bersangkutan menjabat sebagai Kasubdit III Dit ResNarkoba Polda Kalbar.

2. Pada bulan Desember 2013, yang bersangkutandimutasikan sebagai Analis Muda Kebijakan Bidbin BiroRena Polda Kalbar sesuai Telegram nomor : STR / 1089 /XII / 2013 tanggal 18 Desember 2013 (berkaitan denganpelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan olehAKP SUNARDI Cs yang telah diputus oleh Sidang Komisi KodeEtik Polda Kalbar 'PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT atasperkara menyisihkan barang bukti shabu )

3. Pada tanggal 3 Januari 2014 yang bersangkutan bersamaistrinya Ty berangkat ke Jakarta untuk menghadiripernikahan keluarga di Bekasi, saat berada di BandaraSoekarno-Hatta Jakarta yang bersangkutan mengakukehilangan beberapa perhiasan milik istri yangbersangkutan. Peristiwa tersebut dilaporkan yangbersangkutan di Polres Bandara Soekarno-Hatta dengankerugian yang cukup fantastis yakni senilai Rp 19 miliar,perkara tersebut telah diproses oleh Dit Reskrimum PoldaKalbar dan berhasil mengungkap pelaku beserta barangbukti namun dalam proses penyidikan dan menurut saksiahli jumlah perhiasan milik istri yang bersangkutantersebut hanya senilai kurang lebih Rp 180 juta dan dariperistiwa tersebut terungkap juga bahwa keberadaan yangbersangkutan di Jakarta tanpa dilengkapi surat izin yangsah dari pimpinan.

4. Atas pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh yangbersangkutan sebagaimana yang tersebut  di atas telahmendapat kepastian hukum melalui proses sidang disiplinanggota Polri yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2014dengan putusan hukuman teguran tertulis dan pembebasandari jabatan sesuai Surat Keputusan Hukuman Disiplinnomor : Kep / 02 / VI / 2014.

5. Bahwa AKP SN sebagai Terduga Pelanggar yang sudahdiputus PTDH dalam sidang KKEP pada tanggal 22 Juni 2014mengajukan banding atas putusan sidang tersebut denganmembuat surat banding yang mana di antara isi suratnyamenyebutkan bahwa AKBP I.EP, SH, M.Hum saat menjabatsebagai Kasubdit III Dit Resnarkoba Polda Kalbar pernahmelakukan penyimpangan dalam penanganan perkara narkoba.

6. Dengan adanya keterangan dari saudara AKP Sd setelahdiputus PTDH maka saat ini Bid Propam dan Dit ReserseNarkoba Polda Kalbar sedang melakukan pendalaman terhadapdugaan keterlibatan yang bersangkutan (AKBP IEP).Merdeka.com