PEMBANGUNAN NEGARA JEPANG SEBAGAI NEGARA MAJU
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PEMBANGUNAN NEGARA JEPANG SEBAGAI NEGARA MAJU
PEMBANGUNAN NEGARA JEPANG
SEBAGAI NEGARA MAJU
1.1 Latar Belakang
Negara maju adalah negara yang memiliki standar
hidup tinggi yang disebabkan oleh negara tersebut
memiliki kemajuan teknologi, industri, dan ekonomi;
sehingga penduduknya memiliki kesejahteraan yang
tinggi. Negara maju memiliki perkembangan pesat
dalam banyak bidang dengan kualitas sumber daya
manusia yang bagus. Bahkan pendapatan perkapita dari
penduduk negara maju tergolong tinggi. Adapun ciri-
ciri negara maju adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan penduduk rendah
Pendapatan per kapita penduduk tinggi
Kegiatan ekonomi utama adalah industri dan jasa
Angka harapan hidup tinggi
Tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi
Angka kematian bayi kecil
Mendominasi kondisi sosial-ekonomi negara
berkembang dalam hal modal dan ilmu pengetahuan
teknologi
Kebanyakan penduduk tinggal di daerah perkotaan
Kualitas dari hasil-hasil produksi bermutu tinggi
1
Misalnya Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis,
Jepang, dan masih banyak lagi. Dalam makalah ini,
kelompok kami akan membahas negara Jepang.
Jepang adalah Negara kepulauan yang terdiri dari
6.852 pulau dan secara administratif terdiri atas 47
perfektur. Populasi penduduk Jepang saat ini telah
mencapai lebih dari 126 juta jiwa. Dari jumlah
tersebut, 98 juta diantaranya (78%) tinggal di
wilayah kota dan sisanya tinggal di pedesaan.
Pembangunan di Jepang masih menitikberatkan pada
perencanaan dan pengendalian fisik. Perencanaan
pembangunan di Jepang pada umumnya diorientasikan
pada pengendalian fisik di kawasan urban.
Pengembangan daerah pedesaan berada dalam cakupan
perencanaan statuter (statutory planning) dan dipengaruhi
oleh berbagai hukum dan kebijakan menyangkut
proteksi terhadap agrikultur.
Program pembangunan fisik Jepang ini dilakukan
dengan tahapan-tahapan terpadu, dengan tujuan
akhirnya penghapusan kesenjangan sosial ekonomi
(rectification of disparities) demi tercapainya keseimbangan
pembangunan (balanced development of national land).
Keberhasilan-keberhasilan pembangunan ekonomi di
Jepang sangat dipengaruhi oleh andil masyarakatnya.
Dalam perencanaan pembangunannya, Jepang terkenal
2
dengan zenso (otonomi daerah) dan machizukuri
(community participation). Perencanaan pembangunan
nasional Jepang terangkum dalam Integrated National
Physical Development Plan/INPD plan. Perencanaan
tersebut mencakup perencanaan di tingkat nasional,
regional, dan lokal.
Sistem perencanaan pembangunan di Jepang adalah
sistem yang kompleks yang diantaranya mencakup
pengendalian legal dan legislatif, rencana pembuatan
(plan-making), rencana pemanfaatan lahan (land use
planning), zonasi (zonning), pengendalian kepadatan
penduduk, dll. Pembangunan di Jepang dalam hal ini
modernisasi di Jepang, sudah terjadi pada Masa Meiji
(1868-1912). Di bawah kaisar Meiji Jepang bergerak
maju dalam pembentukan suatu bangsa yang modern yang
memiliki perindustrian yang modern, lembaga-lembaga
politik yang modern dan pola masyarakat yang modern.
Pada tahun pertama pemerintahannya kaisar Meiji
memindahkan ibukota kekaisaran dari Kyoto ke Edo,
tempat kedudukan pemerintah feodal. Edo diberi nama
Tokyo (ibukota timur).
Diumumkan undang-undang dasar yang menetapkan
sebuah kabinet dan badan-badan legislatif yang
terdiri dari dua dewan. Golongan-golongan lama pada
masa feodal yang membuat masyarakat terbagi-bagi di
3
hapuskan. Pemerintahan Meiji membawa pencerahan dan
imajinatif membantu membimbing bangsanya melalui
peralihan yang penuh dinamika puluhan tahunnya.
Setelah zaman Meiji industrialisasi berarti
pembentukan kota-kota industri baru dan ini juga
ikut menyebabkan terjadinya konsentrasi penduduk di
kota-kota. Di sisi lain banyak kota di Jepang yang
pada mulanya merupakan kota puri milik pangeran-
pangeran feudal, tetap mempertahankan ciri
feodalistiknya dengan penyesuaian modern.
Dengan demikian meskipun aspek fisik dan material
pertumbuhan itu menimbulkan terjadinya masyarakat
perkotaan, namun ciri komunal yang mendalam itu
tetap hidup dalam struktur sosial kota-kota Jepang.
Dalam pembangunan di Jepang setelah perang dunia ke
2, perekonomian Jepang hampir seluruhnya lumpuh
akibat kerusakan perang, diantaranya diakibatkan
karena kekurangan pangan yang parah, inflasi yang
tak terbendung dan pasar gelap dimana-mana. Rakyat
Jepang mulai membangun ekonominya melalui tiga cara;
Pertama, Demiliterisasi pasca perang dan larangan
persenjataan kembali yang tertera dalam undang-
undang dasar yang baru meniadakan beban berat pada
sumber ekonomi bangsa dari pengeluaran di sektor
militer. Kedua, pemecahan zaibatsu (gabungan bisnis
atau trust yang besar) melepaskan kekuatan
4
persaingan bebas. Dalam hal ini pertanian disalurkan
kembali berdasarkan skala besar khususnya dalam sewa
tanah pertanian. Ketiga, sistem prioritas produksi
batu bara merupakan suatu usaha pemusatan utama dari
usaha industri bangsa.
Dalam melihat sikap masyarakat Jepang dalam
menyikapi pembangunan, penulis dapat melihat aspek
nilai-nilai budaya yang berkembang dan sejauh mana
pandangan pemerintah terhadap peran pendidikan dalam
pembangunan. Kesadaran status tradisional bangsa
Jepang yang telah bertahan cukup lama memiliki
kelebihan untuk merangsang rakyat dan berusaha
mengembangkan perekonomian, bersamaan dengan nilai
tradisional yang dimiliki bangsa Jepang. Berkaitan
dengan nilai-nilai tradisional dalam pembangunan,
nilai-nilai tradisional di pandang tidak sebagai
penghambat pembangunan lagi, namun nilai-nilai
tradisional positif mampu menumbuhkan sikap
mentalitas masyarakat dalam pembangunan tersebut.
Tradisi zaman Meiji menekankan tujuan untuk memiliki
pengetahuan teknik barat sambil sementara itu tetap
memelihara semangat Jepang (wakonyosai), sekaligus
menitikberatkan pentingnya kesalehan-kesalehan
timur,serta ilmu pengetahuan dan teknologi barat
mengacaukan modernisasi, sehingga orang lebih
mementingkan perkembangan ekonomi dan perluasan
5
kekuatan militer. Pada zaman Meiji seperti yang
telah dibahas sebelumnya terjadi urbanisasi kedaerah
perkotaan, uniknya penduduk yang mengalir kedalam
kota-kota besar itu tidaklah berubah menjadi warga
negara modern, tetapi mempertahankan ikatan-ikatan
mereka dengan daerah-daerah pedesaan asal usul
mereka.
Bangsa Jepang telah mengetahui peran pendidikan
dalam aspek kehidupan itu sangat penting khususnya
dalam pembangunan. Karena melalui pendidikan, nilai-
nilai budaya diberikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan melalui pendidikan,
merupakan salah satu pembentukan kepribadian modern
(mentalitas). Seperti telah diketahui, saat ini
Jepang merupakan negara yang tidak bisa disangsikan
kepesatan pembangunannya. Jepang masuk dalam 5 besar
negara pemberi pengaruh dalam perekonomian dunia.
Jepang merupakan negara yang kalah perang dalam
perang dunia II.
Namun, bangsa Jepang dapat bangkit dengan cepat.
Di perang dunia II, Jepang menyerang Pearl Harbour
pada 7 Desember 1941 yang akhirya membawa Amerika
pada perang dunia II. Pearl Harbor adalah pangkalan
Angkatan Laut Amerika Serikat di pulau Oahu, Hawaii,
barat Honolulu. Banyak dari pelabuhan dan daerah
6
sekeliling merupakan pangkalan Angkatan Laut bawah
laut Amerika Serikat: Mabes Armada Pasifik Amerika
Serikat. Penyerangan itu membawa luka yang cukup
dalam untuk Amerika.
Jepang menyerang pangkalan tersebut pada pagi
buta saat pasukan Amerika sedang tidak siaga untuk
berperang. Untuk kerugian dan korban secara
keseluruhan, 21 kapal armada Pasifik tenggelam atau
rusak, 188 pesawat terbang musnah dan 159 rusak,
orang-orang Amerika yang tewas berjumlah 2.403.
Jumlah itu termasuk 68 orang sipil, dan ada 1.178
anggota militan dan orang-orang sipil terluka.
Kemarahan Amerika direalisasikan pada tanggal 6
Agustus 1945 dan 9 agustus 1945. Pada kedua tanggal
tersebut, secara berurutan, Amerika menyerang
Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh pengeboman tersebut sangat di
luar dugaan. Jepang segera lumpuh seketika, menyerah
tanpa syarat pada sekutu tanggal 14 Agustus 1945.
Bom atom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di
Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun
1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau
sakit yang berhubungan dengan radiasi yang
dikeluarkan oleh bom tersebut. Yang membuat seluruh
dunia kagum adalah ketangkasan Jepang dalam
7
penanganan setelah penyerangan. Jepang tidak butuh
waktu lama untuk segera bangkit dan menguasai
keadaan. Hanya dalam kurun waktu 30 tahun, jepang
segera menjadi salah satu jantung perekonomian
dunia. Pemerintahan Jepang identik dengan bagaimana
pemerintahan (khususnya pemerintahan lokal) dalam
mengidentifikasi dan proses pengambilan kebijakan
dalam rangka penyikapan atas dinamika politik dan
administratif pemerintahan.
Pemerintahan membentuk sebuah hubungan yang
bersifat horizontal sebagai bentuk implementasi
penyelenggaraan pemerintahan, misalnya dalam proses
komunikasi, akusisi, merangkul oposisi, hingga
proporsi kewenangan satu sama lain. Pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah pada dasarnya sama baiknya
jika dianalisis sebagai kelompok kepentingan
daripada dipandang sebagai organ administratif
semata. Pemerintah lokal dalam hal ini yang berperan
sebagai kelompok kepentingan karena mereka mampu
mempengaruhi pemerintah pusat dan mampu merumuskan
dan melaksanakan kebijakan-kebijakan baru yang
populer didalam kehidupan masyarakat. Pemerintah
daerah yang memiliki kewenangan (desentralisasi) dan
payung hukum dari pemerintah pusat sebagai sebuah
pemerintahan yang otonom, namun menjadi ironis jika
mereka dalam melaksanakan pemerintahannya tidak
8
memiliki pengaruh dan kewenangan yang cukup luas
dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Sisi
pengaturan hubungan kelembagaan antara pemerintahan
pusat dan daerah dapat dikatakan menjadi vital untuk
menjelaskan pengalaman inisiatif kebijakan yang
dilakukan pemerintahan lokal di Jepang.
Pemerintahan daerah yang memiliki jangkauan luas
dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakatnya
dan berbagai inovasi yang dilakukan dalam mengatasi
berbagai macam hambatan (khususnya hambatan
birokrasi dan hukum). Sistem pengaturan kelembagaan
yang dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai
macam unsur ataupun elemen dari pemerintahan asing
yang diwariskan oleh pemerintahan Meiji, yang pada
dasarnya merangsang pemerintahan untuk melakukan
berbagai macam inovasi dan inisiatif atas
penyelenggaraan pemerintahan lokal. Undang-undang
pemerintahan daerah memberikan ruang yang cukup luas
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dalam
melakukan berbagai fungsi pelayanan publik secara
sempit dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan
nasional, dimana kepala daerah hanya memiliki
kewenangan untuk mengajukan (sekaligus menuntut)
draft proposal anggaran kepada anggota DPRD. Hal ini
menjadi menarik manakala kita bisa melihat tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam konteks
9
relasi penyelenggaraan pemerintahan pusat-daerah,
dimana pemerintah daerah memberikan perhatiaannya
secara khusus dalam mengatasi berbagai macam
permasalahan yang mereka hadapi.
Pertama, pemerintah pusat memulai membuka akses
terhadap kebijakan diberbagai bidang terhadap
pemerintahan daerah (tanpa memperdulikan keraguan
terhadap pelanggaran, apa dan bagaimana pelanggaran
hingga sanksi terhadap pelanggaran), sehingga efek
dari kebijakan ini adalah lahirnya berbagai inovasi
yang diambil oleh pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai dengan
situasi, kondisi dan kebutuhan daerah. Kedua,
pemerintah daerah melakukan berbagai kerjasama untuk
bernegosiasi dengan pemerintah pusat, dimana mereka
memfokuskan diri pada penyelesaian permasalahan
lokal secara bersama-sama. Disamping itu inisitaif
yang dilakukan pemerintah daerah juga diharapkan
mampu merubah struktur kewenangan secara umum,
dimana tuntutan masyarakat terhadap pemerintah
daerah untuk memenuhi kebutuhan mereka terhambat
oleh otoritas pemerintah daerah yang diprioritaskan
untuk mengajukan draft proposal pencairan dana
(wujud pembatasan kewenangan pemerintahan daerah).
Ketiga pemerintah daerah menyusun sebuah kebijakan
sebagai kesatuan kebijakan dengan pemerintah daerah
10
lainnya yang disusun secara berkesinambungan dan
terintegrasi dengan kebijakan pemerintah pusat.
Intelektual politik di Jepang pada dasarnya kurang
mendapatkan perannya didalam penyelenggaraan
pemerintahan lokal oleh pemerintah daerah. Hal ini
sebagai efek dari pengkritisan yang mereka lakukan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, dimana
mereka menyatakan bahwa telah terjadi
ketidakmandirian pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah yang pada
dasarnya diberikan kewenangan atas pembangunan
didaerah dan memungkinkan pemerintah daerah untuk
membuat kebijakan secara otonom (tanpa peranan
pemerintah pusat). Pada dasarnya hal ini mereka
mungkinkan untuk mengoptimalkan peran pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan lokal di
daerah.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun beberapa permasalahan yang akan diteliti,
yaitu:
1. Apa faktor pendukung kepesatan pembangunan
Jepang?
2. Bagaimana cara bangsa Jepang mencapai kemajuan
pembangunan tersebut?
11
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa faktor pendukung
kepesatan pembangunan di Jepang.
2. Untuk mengetahui Bagaimana cara Bangsa Jepang
mencapai kemajuan pembangunan tersebut.
1.4 Manfaat Makalah
Manfaat makalah ini adalah :
1. Untuk menambah referensi pengetahuan bagi penulis
mengenai kemajuan pembangunan di negara Jepang.
2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca,
mengenai perencanaan pembangunan di negara
Jepang.
1.5 Hipotesa
Bangsa Jepang dapat berkembang dengan cepat
karena semangat untuk bangkit yang luar biasa dan
didukung oleh budaya Bangsa Jepang yang tidak mudah
menyerah serta mau belajar dari pengalaman. Ditambah
strategi rekonstruksi pasca konflik yang tepat.
12
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kebangkitan Jepang
Dalam makalah ini, sejarah kebangkitan Bangsa
Jepang akan dimulai dengan sejarah mitsubishi
setelah perang dunia ke II yang merupakan salah satu
kunci kebangkitan Bangsa Jepang. Mitsubishi company
pertama kali merupakan usaha pelayaran yang
didirikan oleh Yataro Iwasaki (1835-1885) pada tahun
1870. Selama PD II, Mitsubishi membuat pesawat
terbang, termasuk pesawat terbang legendaris “Zero”
yang menyerang Pearl Harbour 7 Des 1941. Saat itu
industri yang menyokong teknologi PD II bukan hanya
Mitsubishi tetapi juga banyak industri lainnya,
seperti Nakajima Corporation yang juga memproduksi
pesawat terbang. Setelah Jepang menyerah kalah ke
13
sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, sekutu
menguasai Jepang dan memberlakukan hukumnya di
Jepang, diantaranya pelucutan senjata, liberalisasi,
unifikasi wilayah dan desentralisasi ekonomi.
Sekutu yang dimotori oleh AS, menginginkan
kemakmuran dan kekuatan ekonomi di Jepang yang saat
itu tidak terkonsentrasi, tetapi harus lebih
disebarluaskan (desentralisasi) dan dijadikan
perusahaan publik dalam kerangka demokrasi. Saat itu
di Jepang ada 4 konglomerat-keluarga (zaibatsu) yang
dikenal dengan “the big four”, dan 14 yang lebih
kecil. Mitsubishi yg merupakan “the big four” pada
saat itu harus tunduk pula pada aturan sekutu.
Kemudian aset Mitsubishi dibagikan ke seluruh
pekerja dan penduduk lokal dalam bentuk saham,
sehingga tahun 1946, Mitsubishi berubah menjadi
perusahaan independent. Pada kenyataannya perusahaan
yang terdesentralisasi mengalami banyak kesulitan
dalam permodalan, produksi, dan pendistribusian
hasil produksinya, sehingga akhirnya mereka saling
menggabungkan saham mereka dan membentuk group
(keiretsu), menjadi Mitsubishi Keiretsu atau
Mitsubishi group.
Jadi secara historis, aibatsu (konglomerat
keluarga) yang muncul di era Edo dan berkembang di
14
era Meiji, pada tahun 1946 harus berubah menjadi
perusahaan publik yang pada perkembangannya berubah
menjadi keiretsu (perhimpunan antara para pemegang
saham). Perkembangan selanjutnya antara keiretsu ini
saling bergabung dan menjadi komposisi perusahaan
seperti yang ada di Jepang saat ini. Jadi bisa
dikatakan bangsa jepang memang telah memiliki skill
tinggi sejak jaman Edo (1600-1867).
Jepang yang memiliki SDM dengan skill tinggi
(dibuktikan dengan kemampuan teknologi alat
perangnya ketika PD II) ditambah dukungan AS yang
ingin Jepang sebagai penghambat pengaruh komunis di
Asia Timur, telah menyebabkan Jepang mengalami
pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan mencapai
puncaknya di tahun 1980. Setelah perang dingin
selesai akibat runtuhnya Uni Soviet ditahun 1991,
hubungan Jepang dan AS masih tetap erat sampai
sekarang baik dalam bidang ekonomi maupun militer.
Kaisar Jepang saat ini bernama Kaisar Akihito, yaitu
kaisar Jepang ke-125, yang bertahta sejak tahun 1989
menggantikan ayahnya yang bernama kaisar Hirohito
yang meninggal dunia. Era pemerintahan kaisar
Akihito ini bernama Pemerintahan Heisei.
2.2 Karakteristik Bangsa Jepang
15
Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tidak mudah
menyerah. Dari segi budaya, mereka menerapkan sistem
kerja kolektif dan bukan merupakan bangsa yang
senang meniru. Mereka selalu berusaha belajar dari
kemajuan dan kesalahan bangsa lain tanpa harus
mencontoh seutuhnya. Seorang ilmuan di Jepang benar
– benar memiliki andil yang sangat besar dalam
proses pembangunan bangsa. Ketika para ilmuan Jepang
belajar teknologi maupun perekonomian di Amerika
maupun negara Eropa, saat studi tersebut selesai,
mereka akan dengan bangga kembali ke tanah airnya
dan menerapkan apa yang didapat dengan beberapa
modifikasi keunikan sistem sosial dan sistem budaya
yang mereka miliki.
Bangsa Jepang memiliki rakyat yang cukup
nasionalis. Ekonomi modern berkembang secara
simultan dengan identitas budaya nasionalnya. Banyak
pengamat Barat menyebut bahwa identitas kebudayaan
dan institusi sosial adalah embrio kapitalisme
Jepang. Ilmuwan barat menjuluki kebangkitan
perekonomian Jepang sebagai sebuah pengecualian
menyimpang (anomaly) dan paradoksal. Bagi ilmuwan
Jepang teori ekonomi barat hanya dianggap sebagai
“bahan baku” dan bukan alat yang langsung bisa
dipakai.
16
Para perencana ekonomi Jepang tidak pernah
percaya bahwa untuk menjadi negara maju, nilai-nilai
tradisionil harus dipinggirkan seperti yang terjadi
di Barat. Mereka sangat percaya bahwa nilai nilai
tradisional justru harus dipertahankan sebagai
penyeimbang. Itulah sebabnya, bangsa jepang dapat
tumbuh pesat secara perekonomian namun masih dengan
ciri negara Timur yang khas. Life-time employment,
seniority based system, dan traditional family
system adalah contoh-contoh nilai dan institusi
tradisionil Jepang yang masih terpelihara hingga
sekarang.
2.3 Strategi Pembangunan Ekonomi Jepang
Mempelajari perkembangan perekonomian Jepang
tidak bisa dilepaskan dari mempelajari struktur
sosial dan budayanya. Pemerintah Jepang
memprioritaskan pembangunan infrastruktur sosial,
dan mengintegrasikan tradisi sosial ke dalam sistem
pembangunan ekonomi. Dari tinjauan mikro, salah satu
aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam
membangun sumberdaya manusia paska perang dunia II
adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” (Team
work), seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
yang mana para ilmuan Jepang yang dikirim ke Barat
untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa
17
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu dan
teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada
semua anggota kelompoknya. Sedangkan dilihat dari
aspek makro pembangunan, Jepang memprioritaskan
kebijakan pemerataan pembangunan.
Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara
yang paling tinggi tingkat pemerataan hasil-hasil
pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan
tetapi juga meliputi fasilitas publik seperti
pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan
lain-lain. Rakyat Jepang masa sekarang sudah
menikmati fasilitas – fasilitas tersebut. Bahkan
untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka
mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik
kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan
kota-kota besar lainnya. Untuk sumber daya
pembangunan, jepang memang berbeda dengan negara –
negara maju lainnya. Bangsa Jepang sangat sedikit
menggunakan sumberdaya yang berasal dari hutang luar
negeri terutama pada dekade awal pembangunan
industri. Sementara Negara-negara Eropa seperti
Belgia, Perancis, bahkan Rusia justru menggantungkan
pada foreign capital (hutang luar negeri) yang
difasilitasi oleh “British Capital” dan “French
Capital” pada era tahun 1800-an.
18
Ada beberapa alasan yang menyebabkan Jepang
enggan menggunakan fasilitas utang luar negeri,
yaitu :
a. Investor asing tidak tertarik berinvestasi karena
Jepang bukan Negara yang kaya sumberdaya alam
sehingga “capital-inflow” dalam bentuk “Foreign
Direct Investment (FDI)” tidak terjadi.
b. Pemerintah Jepang pada saat itu benar-benar
belajar dari pengalaman Negara-negara lain yang
mengalami kesalahan dalam mengelola foreign
capital seperti yang terjadi di Negara Mesir dan
Turki yang menyebabkan “kekacauan ekonomi” di
kedua negara tersebut. Belajar dari kegagalan
Negara lain, pemerintah Jepang giat
mengkonsolidasikan sumberdaya domestik dan
mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk
menjadi mitra pemerintah dalam membangun dan
memajukan perekonomian nasional serta membantu
dan memfasilitasi masyarakatnya menjadi
pengusaha-pengusaha baru. Dengan mengefektifkan
sumberdaya-sumberdaya baru tersebut, Jepang
memulai revolusi industrinya sebagai kekuatan
utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam
sejarah Jepang, sebelum tahun 900, pinjaman luar
negeri yang terbesar tercatat 5 juta yen yang
19
dipinjam pada tahun 1870 ketika membangun ruas
jalan kereta api antara Tokyo dan Yokohama.
Prosentase pinjaman tersebut masih sangat kecil
dibandingkan dengan total dana yang dipakai untuk
membangun ruas jalan kereta api pada saat itu.
c. Memprioritaskan Pembangunan Infrastruktur Sosial.
Keunggulan Jepang lainnya dalam hal rekonstruksi
perekonomian pasca perang dunia II yang
menghancurkan sebagian besar infrastruktur fisik
adalah bahwa infrastruktur sosial yang dibangun
sejak masa keemasan samurai tidak ikut hancur.
Meskipun infrastruktur fisik luluh lantak,
pengangguran besar-besaran tak dapat dihindari,
namun sistem pendidikan yang telah diwajibkan
pada masa Tokugawa dan para “shohun” (jendral,
militer) terus didorong agar masyakarat untuk
terus belajar, terutama dalam hal membaca dan
menulis serta terus membangun sistem pendidikan
dan business tradition. Dua infrastruktur sosial
penting inilah yang telah dibangun dan pada
akhirnya menjadi landasan yang kuat dalam
pertumbuhan ekonomi moderen di Jepang dalam waktu
yang relatif singkat. Hal ini mencerminkan bahwa
“Sumber Daya Manusia” merupakan hal sangat
penting sebagai bagian dari “infrastruktur
sosial” dalam proses pembangunan. Dimasa lalu
20
dalam sistem pemerintahan yang otokratis
feodalisme, dimana Jepang masih menutup diri dari
pergaulan internasional dan sistem perekonomian
moderen tidak dapat dilaksanakan, peranan sekolah
yang diprakarsai oleh kuil-kuil budha cukup
mendorong iklim dan tradisi bisnis, sehingga
masyarakatnya dapat bertahan secara berswadaya
dan mandiri. Pertanian terutama hasil-hasil
pertanian dilakukan dengan sistem cooperation and
joint-undertaking.
2.4Perencanaan Anggaran
Pemerintah Jepang menggunakan 3 jenis anggaran
dalam mengelola keuangan Negara yaitu General Account
Budget, Special Account Budget dan Government-affiliated Agencies
Budget. General Budget Account mencatat penerimaan
dan pengeluaran pemerintah secara umum. Sisi
pengeluaran dalam general account budget
dikategorikan berdasarkan bidang atau kegiatan pokok
yang dilakukan pemerintah misalnya bidang pekerjaan
umum, social, pendidikan dan ilmu pengetahuan,
21
pertahanan nasional, dan lain¬lain. Sementara itu,
penerimaan pajak dan hasil penjualan obligasi
pemerintah merupakan bagian dari sisi penerimaan
dalam General Account. Secara umum, general account
memperlihatkan ringkasan dari keseluruhan kebijakan
fiskal yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun
berjalan.
Special Account Budget (SAB), digunakan untuk
mengelola keuangan berbagai kegiatan khusus dan akun
ini dipisah dari Geeral Account. Saat ini setidaknya
terdapat 3 macam SAB, yaitu (1) specil account
untuk mengelola proyek khusus, (2) untuk fund
management,dan (3) untuk kegiatan lainnya. Jumlah
special account ini disesuaikan kebutuhan tiap
tahunnya. Namun, pemerintah Jepang tengah berupaya
mengurangi jumlah special account tersebut secara
bertahap karena mendapat kritikan dari masyarakat
yang menganggap SAB tidak efisien dan kurang
transparan.
Jenis akun lainnya adalah akun untuk mencatat
kegiatan-kegiatan dari government-affiliated agencies.
Agensi-agensi tersebut dibuat pemerintah berdasarkan
undang-undang khusus dan dipisah dari manajemen
pemerintahan, tetapi kepemilikannya sepenuhnya
22
berada di tangan pemerintah. Proses pengajuan
anggaran pemerintah Jepang diawali dengan pembuatan
kerangka dasar kebijakan pemerintah di bidang
ekonomi dan manajemen kebijakan fiskal. Rerangka
dasar ini dibuat setelah mendapat masukan dari
Fiscal System Council (FSC) dan Council on Economics
and Fiscal Policy (CEFP). Tahap berikutnya adalah
proses penyusunan anggaran yang meliputi beberapa
tahap,antara lain pembuatan proposal, pengajuan dan
penjelasan anggaran oleh masing-masing kementerian.
Setelah itu dilakukan negosiasi kemudian
dilakukan penyesuaian-penyesuaian. Dari proses itu
dihasilkanlah draft pertama. Draft pertama itu
kemudian dipresentasikan oleh departemen keuangan di
sidang kabinet dan dilanjutkan dengan negosiasi
tingkat menteri. Tahap tersebut menghasilkan
keputusan kabinet tentang draft anggaran. Draft
anggaran kabinet kemudian diajukan ke parlemen.
Proses negosiasi dengan parlemen biasanya relatif
cepat karena pada tahap penyusunan anggaran
pemerintah telah melibatkan berbagai kalangan,
termasuk politisi. Oleh karena itu, draft anggaran
yang disampaikan ke parlemen sudah mengakomodir
keinginan dan pendapat dari partai-partai politik.
Fiscal Invesment and Loan Program (FILP)
23
FILP adalah sistem yang dibentuk untuk
melaksanakan kebijakan fiskal pemerintah Jepang
dengan memanfaatkan sumber dana komersial yang
dihimpun dari masyarakat. FILP memberikan pinjaman
atau investai pada FILP-agency, yaitu government-
affiliated agencies, government financial institution, korporasi
publik dan pemerintah daerah. Sebelum tahun 2001,
sumber pembiayaan FILP bersumber dari tabungan pos,
dana pension, dan surplus dari special account dan
agensi pemerintah. Sejak 1 April 2001,sumber
pembiayaan FILP berubah, yakni meliputi (1) dana
yang dihimpun pemerintah dari penerbitan obligasi
FILP, (2) dividen dari Electric Power Development
Company Limited, Japan Tobacco Inc., Nippon
Telegraph and Telephone Corp., dan surplus dari
Japan Bank for International Cooperation, serta (3)
dari obligasi yang diterbitkan FILP agency dengan
jaminan dari pemerintah. Dana tersebut digunakan
untuk membiayai proyek yang sifatnya jangka panjang
dan umumnya sulit dilakukan atau tidak menarik bagi
swasta, seperti infrastruktur social, pelayanan
kesehatan, pembangunan daerah, dsb.
2.5Perencanaan Pembangunan Komprehensif
24
Rencana Pembangunan Nasional Komprehensif (RPNK)
Jepang didasarkan pada Comprehensive National Land
Development Act tahun 1950. RPNK tersebut ditetapkan
oleh perdana menteri dengan terlebih dahulu
berkonsultasi dengan menteri terkait. Rencana
Pertama telah disetujui pada tahun 1962. Pertumbuhan
yang tinggi dari kegiatan industri setelah Perang
Dunia II menyebabkan konsentrasi penduduk dan
industri yang berlebihan di daerah-daerah
metropolitan dan menyebabkan penurunan sosial
ekonomi di pedesaan. Pada tahap perencanaan tersebut
pemerintah mengadopsi konsep Growth Pole atau kutub
pertumbuhan untuk mendorong perkembangan kota-kota
industri jauh dari kota metropolis yang telah ada.
New Industrial City Act diundangkan pada tahun
1964 untuk mendukung rencana tersebut. Di tingkat
prefektur rencana pembangunan mencakup isu-isu
seperti target pembangunan industri, penduduk,
penggunaan lahan, jalan, pelabuhan, lokasi pabrik,
dan perumahan. Pada periode ini, pembangunan juga
ditekankan pada pengembangan ekonomi dan struktur
kepegawaian untuk mencapai perumbuhan ekonomi
berkelanjutan. Rencana Kedua diumumkan pada tahun
1969 dan dirancang untuk melanjutkan Rencana Pertama
dengan membangun jaringan transportasi bermotor dan
sistem Shinkansen (kereta cepat) di seluruh wilayah
25
Jepang, serta melanjutkan proyek pengembangan
industri, termasuk upaya relokasi industri dari
daerah padat (removal areas) ke daerah yang kurang
berkembang atau disebut “promotion areas”. Rencana
Ketiga diluncurkan tahun 1979 dengan menetapkan
suatu skema penciptaan kualitas lingkungan huni yang
mandiri.
Skema tersebut dilaksanakan dalam bentuk proyek-
proyek pembangunan yang komprehensif untuk tempat
tinggal manusia atau “comprehensive development
projects for human habitation”. Strategi pada
periode ini merupakan strategi pendukung bagi
rencana pembangunan dan pengembangan industri pada
periode sebelumnya. Rencana Keempat dijalankan dari
tahun 1989 hingga tahun 2000 (15 tahun). Rencana
tahap keempat sangat berbeda dari periode-periode
sebelumnya, karena lebih mengedepankan pada National
Capital Region (NCR) dan peran positifnya dalam
pengembangan Jepang secara keseluruhan. Pertumbuhan
penduduk, industri yang kuat ditambah adanya
globalisasi ekonomi dan informasi,serta investasi
besar dalam infrastruktur sosial menandai periode
hingga tahun 1989.
Sedangkan mulai periode ini, Jepang dibagi dalam 2
daerah NCR,yakni Area Tokyo Metropolitan dan “Daerah
26
Luar” atau “Outer Areas”. Strategi ini bermaksud
agar pengembangan NCR berfungsi sebagai pusat
nasional dan internasional, kegiatan politik,
ekonomi dan budaya. Rencana Kelima diumumkan pada
bulan Maret 1998 dan mulai dilaksanakan awal tahun
2001 hingga sekarang yang diwujudkan dalam sebuah
“Grand Design For the 21st Century” dengan
menekankan pada keseimbangan pembangunan untuk
mencapai kemandirian daerah dan penciptaan Tanah
Nasional Indah (Promotion of Regional Independence
and Creation of Beautiful National Land).
a.Perencanaan Regional
Jepang secara umum dibagi menjadi 8 region. Ada
tiga daerah metropolitan terbesar – Ibukota
Nasional (Tokyo), Kinki (Osaka-Kobe-Kyoto), dan
Chubu (Nagoya) Kawasan. Selain itu, ada Kawasan
Hokkaido, Shikoku, Kyushu, Tohoku dan Chugoku.
Rencana NCR dan Daerah Kinki berisi kebijakan
strategis dan proyek yang penting, khususnya
kontrol lokasi industri di wilayah pusat
pembangunan, pengembangan situs industri di daerah
pinggiran kota, rencana kota baru dalam skala
besar, dan pembangunan jaringan jalan motor
metropolitan. Kebanyakan pelaksanaan pembangunan
daerah diberlakukan pada tahun 1960 dengan
ketentuan area khusus untuk industri dan
27
infrastruktur di seluruh negeri. Industrial
Relocation Promotion Act of 1972, misalnya,
menentukan daerah mana industri yang harus
direlokasi dan memberikan bantuan keuangan khusus
dan insentif pajak.
b.Perencanaan Pembangunan Kota
UU Perencanaan Kota tahun 1968 menjadi dasar
untuk perencanaan kota di Jepang. Fitur utama dari
Undang-undang ini mencakup :
- Effective land-use control
- Functional city planning areas
- Delegation of power to local governments
Wewenang untuk perencanaan efek kota awalnya
merupakan hak Menteri Konstruksi (di bawah Undang-
Undang 1919). Namun kemudian diserahkan kepada
Gubernur Prefektur di bawah Undang-Undang tahun
1968. Rencana kota yang melibatkan lebih dari satu
kota dibuat oleh Gubernur, sedangkan rencana lain
dibuat oleh pemerintah kabupaten.
Perencanaan Kota diputuskan terutama oleh
otoritas lokal kota, kota dan desa, dan oleh
Gubernur Prefektur untuk rencana yang membutuhkan
perencanaan terpadu secara prefektur. Pengecualian
untuk kasus yang melibatkan lebih dari dua
28
prefektur, maka rencana kota harus diputuskan oleh
Menteri Konstruksi. Sebuah draft rencana asli
disusun dan dijelaskan kepada publik. Draft
Rencana ini kemudian dibuka untuk opini publik
kota yang bersangkutan. Hal ini menghasilkan
Usulan Rencana Kota. Sebuah pemberitahuan publik
dikeluarkan, dan pengajuan pendapat tertulis dari
masyarakat dibuka selama dua minggu.
Dewan Perencanaan Daerah ini dibentuk untuk
implementasi. Persetujuan dari Menteri Konstruksi
diperoleh dalam koordinasi dengan Kementerian
terkait. Rencana Kota Final kemudian
diimplementasikan. Proses perencanaan tersebut
menjadi bagian dari demokrasi di Jepang. Pelibatan
masyarakat (dalam bahsa Jepang hal ini disebut
machizukuri yang bisa diterjemahkan sebagai
community participation), dalam perencanaan
pembangunan telah meningkatkan kepuasan masyarakat
terhadap hasil pembangunan, menghindarkan konflik,
dan memperkuat efek positif pembanguanan, meskipun
harus diakui bahwa teknik bottom-up membutuhkan
waktu yang lebih lama daripada teknik top-down.
29
Kota Kyoto
Kota Nagoya
Perencanaan pembangunan di Jepang, meskipun
masih berada dalam kontrol pemerintah pusat, namun
pemerintah daerah juga diberi keleluasaan untuk
mengembangkan daerahnya. Hal ini diwujudkan dalam
skema desentralisasi yang disebut Zenkoku Sogo
Kaihatsu Kaikaku atau lebih dikenal dengan zenso.
Zenso merupakan perwujudan dari otonomi daerah di
Jepang. Sasaran utama program Zenso berupa upaya
30
pembangunan merata lewat pemberdayaan dan
pengembangan potensi daerah masing-masing untuk
pembangunan ekonomi daerah yang semuanya terjalin
dalam satu konsep wide-area life zones.
Zenso diwujudkan dalam 4 (empat) tahapan
program pembangunan, yaitu:
• Zenso I (1962-1967) menekankan pada konsep
pembangunan fisik pada penyebaran industri-
industri yang semula banyak berlokasi di kota-
kota metropolitan disebar menuju ke kota-kota
besar, serta konsep promosi kota-kota sentral.
Konsep pertama diarahkan pada upaya penciptaan
Kota-kota Industri Baru (seperti Niigata,
Central Hokkaido, Matsumoto Suwa) dan Lokasi
Pembangunan Industri Khusus (seperti Kashima,
Harima).
• Zenso II (1969-1975), pembangunan difokuskan
pada pengembangan new nationwide networks
seperti telekomunikasi, transportasi udara,
kereta ekspres (shinkansen), highways,
pelabuhan laut dan sebagainya, serta
pembangunan industri-industri berskala besar,
khususnya di kota-kota industri.
31
• Zenso III (1977-1985) yang semula menekankan
pada industri dan pertumbuhan ekonomi tinggi
menjadi bergeser kepada pentingnya
memperhatikan dan memperjuangkan kualitas hidup
masyarakat. Yang tak kalah penting juga adalah
penyebaran kegiatan-kegiatan industri
(industrial dispersion) ke tingkat-tingkat
daerah guna menekan konsentrasi kegiatan
industri pada kota-kota besar tertentu saja,
seperti Osaka dan Nagoya.
• Zenso IV (1987-2000) mengupayakan pembentukan
multi-polar nation yang tersebar, mengingat
eskalasi masalah-masalah sosial terutama di
kota Tokyo cukup besar. Selain itu penyebaran
jaringan informasi canggih dan pembangunan
infrastruktur di luar Tokyo terus dilakukan
guna menghindari konsentrasi pembangunan di
satu kawasan saja.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Disamping strategi perekonomian yang tepat,
yaitu menghindari hutang luar negeri dan
memanfaatkan perusahaan – perusahaan lokal, salah
33
satu faktor penentu pesatnya pembangunan Bangsa
Jepang adalah masih dipertahankannya nilai – nilai
tradisional. Dengan keyakinan dan kepercayaan diri
yang tinggi mereka mengembangkan model mereka
sendiri. Mereka beranggapan bahwa konsep dan
sistem perekonomian yang dipakai di barat dianggap
baru mencapai proses “bahan-baku”, dan belum
“ready to use.”. Itulah yang menyebabkan Jepang
bisa segera bangkit dari kehancurannya setelah
perang dunia II. Jepang memiliki perencanaan
pembangunan yang sangat matang dan detail.
Rencana pembangunan tidak selalu ditetapkan
untuk jangka waktu yang sama, tetapi lebih
menekankan pada kebutuhan. Rencana pembangunan
juga dijabarkan dalam rencana lingkup nasional,
regional, dan lokal. Dalam perencanaan pembangunan
tersebut, masyarakat berpartisipasi aktif sehingga
tercipta keadaan “dari Jepang, oleh Jepang, untuk
Jepang”.
3.2 SARAN
Pembangunan di Jepang memberikan gambaran
perbandingan yang seharusnya memotivasi
pembangunan di Indonesia. Dengan tidak melupakan
nilai-nilai tradisi yang membangun akan memberikan
34
warna tersendiri untuk pembangunan Indonesia ke
arah yang positif. Dengan membaca atrikel ini kita
seharusnya malu dengan keadan-keadaan pembangunan
yang tidak memperhatikan nilai-nilai tradisi yang
seharusnya dijaga oleh bangsa sendiri. Indonesia
sebagai negara berkembang seharusnya mampu membawa
kearah pembangunan yang lebih baik dan dapat
menjamin kualitas hidup masyarakat.
35
DAFTAR PUSTAKA
http://kampekique.wordpress.com diakses 20 Maret
2014
http://id.wikipedia.org diakses pada 25 Maret
2014
http://www.antaranews.com/berita/1281882466/zenso-
otonomi-daerah-jepang-sebagai-referensi diakses
pada 01 April 2014
http://www.mlit.go.jp/kokudokeikaku/zs5-e/
index.html diakses pada 01 April 2014
36
http://www.gdrc.org/uem/observatory/jp-
overview.html diakses pada 01 April 2014
37