PERBEDAAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUKUM TATA NEGARA

30
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya tugas makalah Hukum Administrasi Negara, hubungannya dengan Hukum Tata Negara ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Hukum Administrasi Negara Indonesia, Dr. Deti Mulyati, S.H., M.H., CN yang membimbing kami sejauh ini, serta teman- teman yang telah mendukung dan membantu menyusun makalah ini. Makalah Hukum Administrasi Negara Indonesia ini tersusun berdasarkan pada pembelajaran tentang hal—hal seputar hukum dan permasalahan hukum di Indonesia. Makalah ini untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan segala komponen dan masalah hukum Indonesia, terutama soal hukum administrasi negara kaitannya dengan hukum tata negara serta segala unsur yang ada. Makalah ini disusun sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan. Maka kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Transcript of PERBEDAAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUKUM TATA NEGARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesaikannya tugas makalah Hukum Administrasi Negara,

hubungannya dengan Hukum Tata Negara ini. Terima kasih

juga kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Hukum

Administrasi Negara Indonesia, Dr. Deti Mulyati, S.H.,

M.H., CN yang membimbing kami sejauh ini, serta teman-

teman yang telah mendukung dan membantu menyusun makalah

ini.

Makalah Hukum Administrasi Negara Indonesia ini

tersusun berdasarkan pada pembelajaran tentang hal—hal

seputar hukum dan permasalahan hukum di Indonesia.

Makalah ini untuk memahami hal-hal yang perlu

diperhatikan segala komponen dan masalah hukum Indonesia,

terutama soal hukum administrasi negara kaitannya dengan

hukum tata negara serta segala unsur yang ada.

Makalah ini disusun sedemikian rupa agar pembaca

dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan. Maka

kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kami juga menyadari bahwa laporan ini mungkin tidak

lepas dari kesalahan. Untuk itu kami sangat terbuka

terhadap kritik dan saran demi perbaikan penyusunan

laporan yang akan datang.

Jatinangor, 28 Januari

2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Cover

Kata Pengantar i

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Tujuan

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Tata Usaha Negara

4

2.2 Pengertian Hukum Tata Negara

7

2.3 Pendapat Para Ahli Hubungan HAN dengan HTN

9

2.4 Hubungan HTN dan HAN 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 16

3.2 Saran 16

Daftar Pustaka

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia di muka bumi ini pasti mendiami suatu

tempat. Tempat dimana dia tinggal terdapat dalam satu

wilayah tertentu yang telah ditentukan mana saja batas-

batasnya. Batas yang dimaksud ini adalah batas untuk

menentukan antara negara satu dengan negara lain sebagai

kodrat dari Perjanjian Westphalia tahun 1648. Perjanjian

Westphalia menyetujui bahwa dunia terbagi-bagi dalam

negara-negara yang berdaulat dan memiliki kewenangannnya

masing-masing (Wardhani 2012). Sejak itu, perbincangan

soal negara dan sistem yang berlaku didalamnya semakin

diperdalam supaya ditemukan kesepakatan antarnegara.

Telah kita pahami bahwa dalam suatu negara terdapat

tiga unsur, yakni wilayah, penduduk dan pemerintah yang

berdaulat. Seiring berjalannya waktu, adanya negara yang

bermunculan harus mendukung negara yang baru merdeka

sehingga mendapatkan pengakuan sebagai satu negara baru.

Keempat unsur di atas bekerja tidak selalu searah ataupun

satu pemikiran. Ada kalanya penduduk memilih untuk

memperluas wilayah, namun pemerintah tidak mampu

mencapainya. Yang terjadi justru perlawanan beberapa

penduduk kepada pemerintah karena ketidakberhasilannya.

Masih banyak lagi contoh dari persoalan yang muncul dari

unsur-unsur negara tersebut.

Dengan kondisi yang mengalami dinamika tidak kondusif,

dibuatlah hukum khusus tentang pengaturan antara

pemerintah dengan masyarakat. Sistem yang berlaku dalam

negara diatur lebih rinci dalam suatu hukum atau aturan

maupun perundang-undangan. Hal inilah yang sering disebut

dengan hukum tata usaha negara atau hukum tata

pemerintahan. Istilah lain yang sering digunakan adalah

hukum administrasi negara. Berdasarkan perspektif ilmu

hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi;

pertama, hukum administrasi umum, yakni berkenaan dengan

teori-toeri dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua

bidang hukum administrasi, tidak terikat pada bidang

tertentu; kedua, hukum administrasi khusus, yakni hukum-

hukum yang terkait dengan bidang-bidang pemerintahan

tertentu seperti hukum lingkungan, hukum tata ruang,

hukum kesehatan, dan sebagainya (Ridwan 2006, viii).

Hukum administrasi pun mencakup berbagai persoalan yang

menyangkut kehidupan warga negara secara keseluruhan.

Tidak hanya hukum administrasi negara yang terdapat

dalam pengaturan unsur-unsur di atas, tetapi ada pula

yang disebut dengan hukum tata negara. Kedua hukum ini

berbeda namun saling keterkaitan satu sama lain. Jika

hukum administrasi negara mengatur tentang urusan-urusan

dari unsur negara, yakni wilayah, penduduk dan

pemerintah, hukum tata negara membahas soal lembaga-

lembaga negara dan perangkat-perangkat yang terlibat

dalam jalannya suatu negara. Hukum administrasi negara

maupun hukum tata negara mempunyai porsi yang seimbang

dalam dinamika pemerintahan yang ada selama ini. Secara

garis besarnya, hukum tata negara mencakup hukum

administrasi negara. Dalam arti luas, Hukum Tata Negara

(Algemeene Staatslehre) ini mencakup pula Hukum Administrasi

(Administratieve Staatslehre) atau kadang-kadang dipersempit

dengan istilah Hukum Tata Usaha Negara sebagai aspek

hukum tata negara dalam arti dinamis (Huda 2012, 3).

Berdasarkan pendapat para pakar hukum di atas dan

bermacam-macamnya ruang lingkup dari hukum administrasi

negara maupun hukum tata negara, makalah ini akan

membahas secara rinci bagaimana membedakannya. Tidak

hanya itu, kaitan yang erat antara keduanya akan

memperjelas hubungan kerja dalam pemerintah yang

berdaulat, warga atau penduduk dengan negara dan

wilayahnya. Harapan yang besar di kemudian hari adalah

dapat membangun relasi yang bagus antarunsur tersebut

tanpa perlu merugikan salah satu pihak.

1.2 Tujuan

Setelah mengetahui beberapa penjelasan sedikit tentang

apa itu hukum tata negara dan hukum tata usaha negara,

perlu kita kaji lebih lanjut mengenai alasan untuk

memahami perbedaan dan hubungan antara keduanya. Istilah

“hukum tata negara” merupakan hasil terjemahan dari

perkataan bahasa Belanda staatsrecht. Sudah menjadi kesatuan

pendapat diantara para sarjana hukum Belanda untuk

membedakan antara “hukum tata negara dalam arti luas”

(staatsrecht in ruime zin) dan “hukum tata negara dalam arti

sempit” (staatsrecht in enge zin) dan untuk membagi hukum tata

negara dalam arti luas itu atas dua golongan hukum,

yaitu:

1.Hukum tata negara dalam arti sempit atau hukum tata

negara,

2.Hukum tata usaha negara

Perbedaan pendapat yang timbul di antara pasa sarjana

hukum Belanda itu adalah justru mengenai batas-batas

pengertian kedua golongan hukum itu. Apakah yang menjadi

garis pemisah antara hukum tata negara (dalam arti

sempit) dan hukum tata usaha negara atau apakah yang

dipakai sebagi ukuran untuk menamakan segolongan kaidah

hukum sebagai hukum tata negara dan segolongan kaidah

hukum lainnya sebagai hukum tata usaha negara (Huda 2012,

5).

Sesuai dengan penjelasan di atas, lewat makalah ini,

kedepannya dapat membedakan mana yang termasuk hukum tata

negara, mana yang hukum tata usaha negara. Apabila

membahas tentang, hukum administrasi negara mencakup pula

hukum tata negara sehingga pengelompokan masalah yang

terjadi tidak termasuk dalam golongan kaidah hukum yang

salah. Dengan demikian, jalannya roda pemerintahan antara

masyarakat dengan hukum maupun antar unsur negara tidak

saling berbenturan dan muncul keharmonisan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Tata Usaha Negara

Istilah Hukum Administrasi Negara berasal dari bahasa

Belanda Administratiefrecht, Administratif Law menurut ilmu

pengetahuan hukum di Inggris, Droit Administratief di Perancis,

atau Verwaltungsrecht di Jerman. Di samping istilah

Administratiefrecht di Negeri Belanda dikenal pula Bestuursrecht

atau Hukum Tata Pemerintahan. Dalam kalangan Perguruan

Tinggi di Indonesia, sebelum tahun 1946 dipergunakan

istilah kembar Staats-en Administratiefrecht yaitu Hukum Tata

Negara dan Hukum Administrasi Negara. Istilah tersebut

sebenarnya terdiri dari staatsrecht dan administratiefrecht dan

kedua mata pelajaran ini pada Rechtshogeschool (Sekolah

Tinggi Hukum) di Jakarta diberikan secara gabungan dalam

satu mata pelajaran sampai tahun 1945.

Kemudian pada tahun 1946 dalam Het Universiteits

Reglement pada pasal 34 dipisahkan menjadi dua mata

pelajaran yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu

Staatsrecht (Hukum Tata Negara) dan Administratiefrecht (Hukum

Administrasi Negara) yang digunakan pada Universitas

Indonesia. Setelah itu sejak tahun 1950 hingga tahun 1960

untuk mata kuliah Administratiefrecht Prof. Djokosutono, S.H.

mempergunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara. Hukum Tata

Usaha Negara yakni hukum mengenai surat menyurat, rahasia

dinas dan jabatan, kearsipan dan dokumentasi, pelaporan

dan statistik, tata cara penyimpanan berita acara,

pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk,

publikasi penerbitan-penerbitan negara.

Hukum Tata Usaha Negara di Indonesia sering digunakan

atau disebut sebagai Hukum Administrasi Negara dan Hukum

Tata Pemerintahan. Hukum Administrasi Negara menurut

Prajudi adalah :

1. Hukum yang mengatur wewenang, tugas, fungsi, dan

tingkah laku para pejabat administrasi negara.

2. Hukum yang mengatur administrasi negara yang wajib

ditaati oleh semua pejabat administrasi negara di

dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajiban

menjalankan dan mengurusi segala apa yang menjadi

kehendak pemerintah serta memberikan pelayanan yang

sebaiknya kepada masyarakat.

Menurut Prayudi, pengertian HAN yang luas (tugas dan

fungsi pemerintah) terdiri dari 5 unsur yaitu :

1. Hukum Tata Pemerintahan (hukum eksekutif) yaitu:

hukum tata pelaksanaan UU yang menyangkut

pengendalian penggunaan kekuasaan publik (kekuasaan

yang berasal dari kedaulatan negara).

2. Hukum Tata Usaha Negara (sistem informasi): hukum

mengenai surat menyurat, rahasia dinas dan jabatan,

registrasi, kearsipan dan dokumentasi, legislasi,

pelaporan dan statistik, tata cara penyusunan dan

penyiapan berita acara, pencatatan sipil,

pencatatan nikah, talak rujuk (NTR), publikasi,

penerangan dan penerbitan-penerbitan negara, atau

secara singkat dapat disebut hukum birokrasi.

3. Hukum Administrasi dalam arti sempit

(kerumahtanggaan negara) yaitu : hukum tata

pengurusan rumah tangga negara intern dan ekstern.

a. Rumah tangga negara adalah keseluruhan dari

urusan-urusan yang menjadi tugas, kewajiban dan

fungsi negara sebagai suatu badan organisasi.

b. Rumah tangga intern adalah yang menyangkut urusan

intern instansi administrasi negara seperti

urusan personel dan kesejahteraan pegawai negeri,

urusan keuangan operasional sehari-hari, alat

perlengkapan dan gedung serta perumahan,

komunikasi dan transportasi intern.

c. Rumah tangga ekstern adalah urusan-urusan yang

pada awalnya diselenggarakan oleh masyarakat

sendiri, namun karena berbagai sebab diambil alih

oleh negara melalui pembentukan dinas-dinas

seperti dinas kebersihan, kesehatan, sosial,

lembaga-lembaga seperti lembaga balai benih

pertanian, penyakit mulut dan kuku ternak,

lembaga malaria dsb, BUMN, Perum, Perjan, Persero

dan BUMD.

4. Hukum Administrasi Pembangunan, yaitu hukum yang

mengatur penyelenggaraan pembangunan.

5. Hukum Administrasi Lingkungan (kelestarian

lingkungan hidup).

Definisi Hukum Administrasi Negara Menurut Para Tokoh

Hukum:

1. Oppenheim mendefinisikan HAN sebagai keseluruhan

aturan-aturan hukum yang harus diperhatikan oleh

alat perlengkapan negara dalam menjalankan

tugasnya, atau sekumpulan peraturan hukum yang

mengikat badan-badan negara, jika badan negara itu

mulai menggunakan wewenangnya yang telah ditentukan

oleh peraturan perundang-undangan.

2. Van Vollenhoven mendefinisikan HAN sebagai

keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang bukan HTN

material, Perdata material dan Pidana material

(teori residu).

3. Vegting, HAN menghendaki bagaimana caranya negara

serta organ-organnya melakukan tugasnya.

4. Prajudi mendefinisikan HAN sebagai berikut:

a. Hukum mengenai operasi dan pengendalian daripada

kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan

terhadap penguasa-penguasa administrasi.

b. Hukum yang menjadi pedoman atau jalan bagi

pemerintah dalam menyelanggarakan UU.

Dengan demikian Hukum Administrasi Negara secara umum

adalah aturan-aturan hukum yang berisikan peraturan-

peraturan yang menjadi pedoman atau acuan dari aparatur

negara dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara

pemerintahan.

2.2 Pengertian Hukum Tata Negara

Seorang sarjana hukum terkenal, Prof. Mr. J.

Oppenheim, mengadakan pembagian ilmu hukum sebagai

berikut:

1.Hukum Publik (publiekrechr)

2.Hukum Sipil (privaatrecht)

Hukum Publik dan Hukum Sipil

Hukum publik (Hukum Negara) meliputi pula:

1.Hukum Tata Negara (Staatsrecht) dalam arti luas yang

terdiri dari:

a. Hukum Tata Negara dalam arti sempit (Staat in

rust);

b. Hukum Administrasi Negara (Staat in beweging), yang

sekarang disebut Hukum Tata Pemerintahan.

2.Hukum Pidana (Stafrecht);

3.Hukum Internasional (Publik).

Sedangkan Hukum Sipil dapat dibagi pula dalam:

1.Hukum Perdata (Burgerlijkrecht);

2.Hukum Dagang (Handelsrecht).

Perumusan-Perumusan Hukum Tata Negara

Sesuai dengan pembagian hukum menurut Oppenheim,

banyak sarjana hukum membedakan Hukum Tata Negara dalam

arti sempit. Termasuk ke dalam pengertian Hukum Tata

Negara dalam arti luas itu ialah Hukum Tata Negara dan

Hukum administrasi Negara (Hukum Tata Pemerintahan).

Menurut Prof. Dr. Hans Kelsen, Hukum Tata Negara ialah

hukum mengenai “der wohlende staat”, yang memberi bentuk

Negara, hal mana tercantum dalam undang-undang dasarnya.

Sedangkan Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata

Pemerintahan) adalah merupakan pelaksanaan Hukum Tata

Negara yang oleh Hans Kelsen disebut hukum menegenai

“handelnde staat”.

Prof. Dr. J.H.A. Logemann dalam bukunya Over de Theorie

van een Stellig Staatsrecht mengatakan, bahwa Hukum Tata Negara

ialah serangkaian kaidah hukum mengenai jabatan atau

kumpulan jabatan didalam Negara dan mengenai lingkungan

berlakunya hokum dari suatu Negara. Hukum Administrasi

Negara menurut beliau ialah serangkaian kaidah hokum

menyelidiki hubungan-hubungan hukum khusus yang

ditimbulkan untuk memungkinkan para pejabat Negara

menjalankan tugas kemasyarakatan yang khusus.

Prof. Mr. C. van Villenhoven mengatakan, bahwa Hukum

Tata Negara merupakan hukum tentang distribusi kekuasaan

Negara, dan Hukum Administrasi Negara merupakan hokum

mengenai pelaksaan atau penggunaan dari kekuasaan atau

kewenangan-kewenangan tersebut.

Prof. Mr. Dr. L.J. van Appeldoom dalam bukunya Inleiding

tot de studie van het Nederlanse Recht menerangkan, bahwa Hukum Tata

Negara dalam arti luas adalah juga menegnai Hukum Administrasi Negara.

Sedangkan Hukum Tata Negara dalam arti sempit menunjukan orang yang

memegang kekuasaan pemerintahan dan batas-batas kekusaannya. Untuk

membedakan dari Hukum Administrasi Negara, maka Hukum

Tata Negara sering juga disebut Hukum Konstitusional

(Hukum Konstitusi Negara) atau Droit Constitutionnel (Prancis)

ataupun Verfassungsrecht (Jerman), karena hokum itu

menyinggung konstitusi atau undang-undang dasar Negara.

Seorang ahli Hukum Tata Negara Inggris, A.V. Dicey

dalam bukunya introduction to The Study of The Law of The Constitution

memberikan perumusan Hukum Tata Negara sebagai berikut:

”Constitution Law sebagai istilah yang digunakan di Inggris kelihatannya

meliputi seluruh peraturan yang secara langsung atau tidak langsung

mengenai pembagian kekuasaan dan pelaksannaan yang tertinggi dalam

suatu Negara”.

Autin mengatakan, bahwa Constitutional Law menetukan

orang-orang tertentu atau golongan-golongan tertentu dari

masyarakat yang memegang kekuasaan istimewa tertentu

(sovereign power) dalam Negara.

Di Indonesia, Prof. Djokosutono, S.H. memandang Hukum

Tata Negara sebagai hukum mengenai organisasi jabatan-

jabatan Negara di dalam rangka pandangan mereka terhadap

“Negara sebagai organisasi”.

Akhirnya, Prof. Kusumadi Pudjosewojo, S.H. dalam buku

beliau yang berjudul “Pedoman Pelajaran Tata Hukum

Indonesia” dengan berdasarkan pada definisi yang

diberikan Prof. Mr. C. van Vollenhoven memberikan

definisi Hukum tata Negara sebagi berikut: “Hukum Tata

Negara ialah hokum yang mengatur bentuk Negara dalam

hubungan kesatuan atau federal dan bentuk pemerintah

dalam hubungan kerajaan atau republik yang menunjuk

masyarakat-masyarakat hokum yang atasan dan masyarakat

hukum yang bawahan beserta tingkatan imbangannya

(hierarchie) yang selanjutnya menegaskan wilayah dan

lingkungan dari masyarakat hokum itu, dan akhirnya

menunjukan alat-alat perlengkapan negara yang memegang

kekuasaan penguasa dari masyarakat-masyarakat hokum itu

beserta susunan (terdiri dari seorang atau sejumlah

orang), wewenang tingkatan imbangan dari dan antara alat-

alat perlengkapan itu.”

Sesungguhnya jika semua perumusan Hukum Tata Negara

tersebut di atas itu diringkaskan, maka menurut Prof. Dr.

Ismail Suny, S.H, M.C.L bahwa Hukum Tata Negara itu

mengatur:

1. Organisasi Negara dan pemerintah;

2. Hubungan antar pemerintah dan rakyat;

3. Hak-hak asasi warga Negara.

2.3 Pendapat Para Ahli tentang Hubungan antara Hukum

Tata Usaha Negara dan Hukum Tata Negara

Menurut Prof. Mr. Ph. Kleintjes bahwa hukum tata

negara Hindia Belanda terdiri dari kaidah-kaidah hukum

mengenai tata Hindia Belanda, alat-alat perlengkapan

kekuasaan negara yang harus menjalankan tugas Hindia

Belanda, susunan, tata, wewenang, dan perhubungan

kekuasaan di antara alat-alat perlengkapan itu. Sementara

itu, hukum tata usaha negara Hindia Belanda dirumuskan

oleh Kleintjes sebagai kaidah hukum mengenai

penyelenggaraan tugas masing-masing alat perlengkapan.

Menurut teori residu, HAN adalah bagian dari HTN dalam

arti luas. HAN merupakan HTN dalam arti luas dikurangi

dengan HTN dalam arti sempit. Ada dua golongan yang

mempunyai pendapat tentang hubungan kedua bidang ilmu

hukum ini yaitu:

1. Golongan pertama yang berpendapat bahwa antara HAN

dan HTN tidak terdapat perbedaan yang hakiki atau

tidak terdapat perbedaan yuridis yang prinsipiil.

Pendapat ini pada umumnya dianut oleh para sarjana

hukum di Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan

negara-negara sosialis. Di Indonesia yang menganut

pendapat ini adalah Prajudi yang berpendapat bahwa

tidak ada perbedaan-perbedaan yuridis prinsipiil

antara HAN dan HTN. HTN diartikan sebagai hukum

konstitusi negara secara keseluruhan yang menyoroti

hukum dasar daripada negara secara keseluruhan

sedangkan HAN menitik beratkan perhatian kepada

administrasi daripada negara itu sendiri.

2. Golongan kedua berpendapat bahwa terdapat perbedaan

yang hakiki antara HAN dan HTN. Menurut Vegting,

HTN dan HAN mempunyai lapangan penyelidikan yang

sama, yang membedakannya hanya dalam cara

pendekatan yang digunakan. Cara pendekatan yang

dilakukan oleh HTN ialah untuk mengetahui

organisasi dari negar, serta badan-badan lainnya,

sedangkan HAN menghendaki bagaimana caranya negara

serta organ-organnya melakukan tugasnya.

Menurut Sri Soemantri, hubungan HTN dan HAN adalah

sebagai berikut:

1. HTN mempelajari Negara dalam keadaan diam, HAN

mempelajari Negara dalam keadaan bergerak.

2. Kalau HTN dengan meminjam istilah kedokteran

diibaratkan anatomi, maka HAN diibaratkan dengan

fisiologi.

3. HTN berkenaan dengan pembuatan kebijakan, HAN

sebagai pelaksana kebijakan.

Mengenai Hubungan Hukum Administrasi Negara dan Hukum

Administrasi Negara berikut beberapa pendapat para ahli

mengenai hubungan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum

Administrasi Negara, diantaranya:

1. Tidaklah ada perbedaan jurudis prinsipiil antara

Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata

Negara.  Perbedaannya hanyalah terletak pada titik berat

dari pada pembahasannya dalam mempelajari Hukum Tata

Negara kita membuat “fokus” terhadap konstitusi secara

keseluruhan, sedangkan dalam membahas Hukum Administrasi

Negara kita menitikberatkan perhatian kita secara khas

kepada administrasi saja daripada negara.  Adminitrasi

merupakan salah satu bagian terpenting dalam Konstitusi

Negara disbanding Legislatif, Judikasi dan

Eksaminasi.  Dapatlah dikatakan bahwa hubungan antara

Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara adalah

mirip dengan hubungan antara Hukum Dagang terhadap Hukum

Perdata, di mana Hukum Dagang merupakan pengkhususan atau

spesialisasi daripada Hukum Perikatan di dalam Hukum

Perdata.  Demikianlah, Hukum Administrasi Negara adalah

sebagai suatu pengkhususan atau spesialisasi daripada

Hukum Tata Negara yakni bagian hukum mengenai

administrasi daripada negara. (Prof.  Dr.  Prajudi Atmosudirjo, S.H)

2. Hukum Tata Negara adalah hukum mengenai Konstitusi

dari pada suatu negara secara keseluruhan, sedangkan

Hukum Administrasi Negara adalah khusus membahas

administrasi daripada negara saja.

Dengan demikian, maka asas-asas dan kaidah-kaidah

daripada Hukum Tata Negara yang bersangkutan dengan

administrasi berlaku pula bagi Hukum Administrasi

Negara.  Hukum Tata Negara atas Hukum Konstitusi Negara

hukum mengenai konstitusi negara, sedangkan konstitusi

negara pada pkoknya dibagi atas beberapa bagian, yaitu

Legislasi, Judiksi, Eksaminasi dan Administrasi. Dan oleh

karena itu Hukum Tata Negara membahas mengenai

administrasi, di samping legalisasi, judiksi dan

eksaminasi. Akan tetapi pembahasannya mengenai

administrasi itu hanyalah secara umum saja.  Hukum

Administrasi Negara. Dapatlah dikatakan, bahwa

Hukum  Tata Negara sebagai genus dan Hukum Administrasi

Negara sebagai species. Dapatlah disimpulkan, bahwa Hukum

Administrasi Negara merupakan pengkhususan dari salah

satu bagian dari Konstitusi Negara,  yaitu mengenai

administrasi negara. (G. Pringgodigdo, SH)

3. Mr. W. F. Prins dalam bukunya “ Inleiding in het

Administratief Recht van Indonesia” mengatakan, bahwa

Hukum Tata Negara adalah mengenai hal-hal yang azasi,

sedangkan Hukum administratif  Negara adalah berkenaan

dengan peraturan-peraturan teknis, yang selama kita tidak

tersangkut secara langsung kepadanya hanya penting bagi

para ahli saja

4. Sarjana terkenal Prof. C. van Vollenhoven mengungkapkan

bahwa Hukum Tata Negara merupakan hukum tentang

distribusi kekuasaan-kekuasaan negara, sedang Hukum

Administrasi Negara merupakan hukum mengenai pelaksanaan

daripada kekuasaan-kekuasaan atau kewenangan-kewenangan

tersebut.  Dalam buku “Omtrek van het Administratief

recht”, Prof. van Vollenhoven menegaskan, bahwa Hukum

Administrasi Negara Meliputi semua hukum yang sejak

berabad-abad tidak dicap sebagai Hukum Tata Negara

Material, Hukum Perdata Material, atau Hukum Pidana

Material.

5. Hukum Administrasi Negara mempersoalkan kekuasaan

apa yang dimiliki oleh pemerintah, sampai di mana batas

kekuasaan itu dan bagaimana cara untuk mencegah agar

pemerintah tidak membuat ketentuanyang sewenang-wenang,

berdasarkan wewenang yang diterimanya dari Hukum Tata

Negara. (A.V. Dicey)

2.4 Hubungan HTN dan HAN

Secara sekilas dari pengertian yang sudah dijelaskan

di atas, hubungan antara HTN dengan HAN adalah ruang

lingkup HAN terdapat dalam HTN. Hal ini terlihat pada

penjelasan para pakar bahwa HTN terdiri dari HTN dalam

arti luas dan HTN dalam arti sempit. HTN dalam arti

sempit merupakan pengertian lain dari HAN. Karena kedua

bidang hukum ini memiliki keterkaitan yang erat, maka

Kranenburg berpendapat bahwa, “kita tidak mungkin

mempelajari HAN tanpa didahului dengan pelajaran HTN”

(Ridwan 2011, 48). Para cendekiawan pun memahami hubungan

antara HAN dan HTN harus melalui pembelajaran yang

intensif dengan HTN terlebih dahulu. Ditambah lagi dengan

melihat apa yang dikemukakan oleh Van Vollenhoven yang

berpendapat bahwa Hubungan antara Hukum Tata Negara

dengan Hukum Administrasi Negara yang berdasarkan fungsi

Hukum Administrasi Negara menurut Van Vollenhoven adalah

bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan perpanjangan

(verlengstuk) dari Hukum Tata Negara.

Untuk lebih memahami korelasi antara HTN dan HAN,

patut diperhatikan pendapat Stroink dan Steenbeek, yang

menyebutkan bahwa susunan dan kegiatan organ pemerintahan

dan kenegaraan diatur dalam konstitusi yang merupakan

hukum tertulis, disebutkan sebagai berikut:

“Disamping peraturan perundang-undangan (UUD)

tertulis, ada peraturan-peraturan tidak tertulis yang

melengkapi konstitusi tertulis. Keseluruhan dari

peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis ini

dinamakan hukum konstitusi. Istilah ini sinonim dengan

HTN dalam arti sempit. HTN dalam arti sempit bersama-

sama HAN dinamakan HTN dalam arti luas” (dalam Ridwan

2011, 48-49)

Hukum Adminitrasi Negara merupakan peraturan-peraturan

hukum yang melaksanakan Hukum Tata Negara, sesuai dengan

pandangan: Prof Donner, dalam teori “Dwipraja” membagi

pekerjaan pemerintahan dalam “menentukan tugas” dan

“mewujudkan tugas”.  Fungsi menentukan tugas adalah Hukum

Tata Negara.  Sedangkan Fungsi mewujudkan tugas adalah

Hukum Administrasi Negara.  Hukum Tata Negara mempunyai

tugas politik, Hukum Administrasi Negara mempunyai tugas

teknis.

Contoh dari HTN adalah Undang Undang Nomor 39 Tahun

2008 tentang Kementerian Negara. Dalam undang-undang

tersebut dijelaskan tentang susunan, jumlah, prosedur

maupun tugas-tugas kementerian negara. Pada dasarnya,

pembentukan kementerian negara berlandaskan hak

prerogatif presiden sebagai kepala pemerintahan, yang

kemudian harus dituangkan dalam suatu peraturan tertulis

supaya masyarakat memahami struktur organisasi

pemerintahan di bawah presiden. Lebih jauh lagi

diteruskan dalam Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009

tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

Jika undang-undang membahas secara general, peraturan

presiden dibentuk menyesuaikan dengan siklus pergantian

terpilihnya presiden sehingga probabilitas jumlah

kementerian berubah-ubah.

Sedangkan contoh dari HAN ialah Undang Undang Nomor 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dalam peraturan

tersebut diatur mengenai asas, prinsip, hak kewajiban,

tugas dari aparatur negara dan hubungan yang jelas antara

pegawai negeri dengan pemerintah diatasnya. Pengaturan

ini sesuai dengan penjelasan HAN yang mengupas teknis

dari penyelenggaraan pemerintahan dan relasi yang

gamblang soal masyarakat dengan pemerintah sebagai

pelayan publik, yaitu aparatur sipil negara sebagai

perantaranya. Konteks peraturan daerah, ada Peraturan

Daerah Kota Surabaya yang mengatur tentang

penyelenggaraan administrasi kependudukan. Tertuang dalam

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Sama halnya

dengan pendapat Kranenburg dan Vegting, HTN berkenaan

dengan struktut umum dari negara, UUD dan undang-undang

organik, yaitu undang-undang provinsi, undang-undang

kotapraja dan undang-undang perairan, sedangkan HAN

mempelajari undang-undang yang khusus, yang mengatur

susunan dan wewenang yang khusus dari organ-organ jawatan

umum, hukum kepegawaian termasuk didalamnya hukum pension

pegawai, undang-undang milisi, peraturan yang mengatur

pengajaran beserta bagian-bagiannya, undang-undang

sosial, undang-undang perumahan, undang-undang

perburuhan, dan sebagainya (Ridwan 2011, 52)

Hal tersebut selaras dengan penjelasan di atas

mengenai Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi

Negara.  Di mana Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum

Administrasi Negara adalah bahwa Hukum Tata Negara

merupakan penentu atau penentu tugas dan Hukum

Administrasi Negaralah yang mewujudkan Tugas yang telah

ditentukan  dalam Hukum Tata Negara tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Hukum Tata Negara

adalah  hukum  mengenai susunan suatu negara. Negara adalah

suatu organisasi yang mengatur keseluruhan hubungan

antara manusia satu dan manusia lain dalam masyarakat.

Sedangkan Hukum Administrasi Negara merupakan keseluruhan

peraturan-peraturan hukum yang mengatur cara bagaimana

badan-badan pemerintahan melaksanakan tugas

pemerintahannya. Hukum Administrasi Negara adalah

aktivitas- aktivitas negara dalam melaksanakan kekuasaan-

kekuasaan politiknya.   Antara Hukum Tata Negara dengan

Hukum Administrasi Negara terdapat hubungan bahwa Hukum

Adminitrasi Negara merupakan peraturan-peraturan hukum

yang melaksanakan Hukum Tata Negara, sesuai dengan

pandangan: Prof. Donner, dalam teori “Dwipraja” membagi

pekerjaan pemerintahan dalam “menentukan tugas” dan

“mewujudkan tugas”.  Fungsi menentukan tugas adalah Hukum

Tata Negara.  Sedangkan fungsi mewujudkan tugas adalah

Hukum Administrasi Negara.  Hukum Tata Negara mempunyai

tugas politik, Hukum Administrasi Negara mempunyai tugas

teknis.

3.2 Saran dan Kritik

Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tentang

hubungan antara HTN dan HAN. Penulis menyadari masih

adanya celah maupun kekurangan dalam pembuatannya

sehingga kami menerima saran atau kritik yang sifatnya

membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya.

Permohonan maaf dan evaluasi dari penulis kepada para

pembaca semua untuk dapat menerima usaha dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Jum. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Baiq Wardhani. “Roles of State and Non-state Actors in IR.”

Presentasi kuliah Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Airlangga, Surabaya, 1

Oktober 2012.

Budiardjo, Miriam. 1982. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Hariri, Jusuf. 2014. “Penggolongan dan Kodifikasi Hukum.” Presentasi kuliah Sistem Hukum Indonesia Insitut Pemerintahan Dalam Negeri. Jatinangor, November 2014.

Huda, Ni’matul. 2006. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kansil, C S T. 1984. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Kranenburg & Vegting. Tt. Inleiding in het Nederlands Administratief Recht, (terjemahan) Yayasan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Logemann, J. H. A. 1954. Over de Theorie van een Stelling Staatsrecht. Jakarta: Saksama.

Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia.

Bandung: Alumni.

Siagian, Sondang P. 1986. Filsafat Administrasi. Jakarta:

Gunung Agung.

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

HUBUNGAN HAN DAN HTN

H-2 / KELOMPOK 2:1. Fitria Pebriani2. Bocut Amarina3. Devri Putra4. Riska Adriani5. Hafifurahman6. Dewi Ayu L.

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

JATINANGOR 2015