administrasi negara

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah nusantara. Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan

Transcript of administrasi negara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem

hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat. Sebagian

besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana

berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda

karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan

wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda

(Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena sebagian besar

masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi

hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di

bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain

itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang

diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi,

yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat

dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah

nusantara.

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi

perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang

berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya

berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya

ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan

perbedaan sistem hukum tersebut juga memengaruhi bidang

hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon

(yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris

Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara

yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika

Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum

komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum

lainnya.

Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum yang

mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain

yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul

dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga

atau Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan

antar perorangan di dalam masyarakat luas. Hukum

perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil

sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta

kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum

tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum

administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum

pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara

penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti

misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,

kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan

tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.

2

1.2. Rumusan masalah.

a. Apakah pengertian Hukum ?

b. Apakah pengertian Hukum Perdata ?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Hukum

perdata.

b. Untuk mengetahui arti pengertian Hukum

terlebih dahulu.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia

untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku

manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan

kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin

adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena

itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan

didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum

adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis

maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan

masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.

Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti

ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan

kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan

adanya hukum maka tiap perkara dapat di selesaikan

melaui proses pengadilan dengan prantara hakim

berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu

Hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap

orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.

2.2. Pengertian Hukum Perdata

4

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan

oleh Prof. Djojodiguno sebagai teremahan dari

burgerlijkrecht pada masa penduduka jepang. Di samping

istilah itu, sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan

privatrecht. Para ahli memberikan batasan hukum perdata,

seperti berikut. Van Dunne mengartikan hukum perdata,

khususnya pada abad ke -19 adalah:

“suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yangsangat ecensial bagi kebebasan individu, seperti orang dankeluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum publikmemberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”.

Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukumperdata adalah:

“aturan-aturan atau  norma-norma yang memberikanpembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan padakepentingan prseorangan dalam perbandingan yang tepat antarakepentingan yang satu dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenaihubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengertian

hukum perdata yang dipaparkan para ahli di atas, kajian

utamnya pada pengaturan tentang perlindungan antara

orang yang satu dengan orang lain, akan tetapi di dalam

ilmu hukum subyek hukum bukan hanya orang tetapi badan

hukum juga termasuk subyek hukum, jadi untuk pengertian

yang lebih sempurna yaitu keseluruhan kaidah-kaidah

hukum(baik tertulis maupun tidak tertulis) yang

5

mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang

lain dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan

kemasyarakatan. Di dalam hukum perdata terdapat 2

kaidah, yaitu:

1) Kaidah tertulis

Kaidah hukum perdata tertulis adalah kaidah-

kaidah hukum perdata yang terdapat di dalam

peraturan perundang-undangan, traktat, dan

yurisprudensi.

2) Kaidah tidak tertulis

Kaidah hukum perdata tidak tertulis adalah

kaidah-kaidah hukum perdata yang timbul, tumbuh,

dan berkembang dalam praktek kehidupan masyarakat

(kebiasaan).

Subjek hukum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a) Manusia

Manusia sama dengan orang karena manusia

mempunyai hak-hak subjektif dan kewenangan hukum.

b) Badan hukum

Badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang

mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, serta

hak dan kewajiban.

Subtansi yang diatur dalam hukum perdata antara lain:

1) Hubungan keluarga

6

Dalam hubungan keluarga akan menimbulkan

hukum tentang orang dan hukum keluarga.

2) Pergaulan masyarakat

Dalam hubungan pergaulan masyarakat akan

menimbulakan hukum harta kekayaan, hukum

perikatan, dan hukum waris.

Dari berbagai paparan tentang hukum perdata di atas,

dapat di temukan unsur-unsurnya yaitu:

1)Adanya kaidah hukum.

2)Mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan

yang lain.

3)Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata

meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda,

hukum waris, hukum perikatan, serta hukum

pembuktia dan kadaluarsa.

Perkataan Hukum Perdata dalam arti yang luas

meliputi semua Hukum Privat materiil dan dapat juga

dikatakan sebagai lawan dari Hukum Pidana. Untuk Hukum

Privat materiil ini ada juga yang menggunakan dengan

perkataan Hukum Sipil, tapi oleh karena perkataan sipil

juga digunakan sebagai lawan dari militer maka yang

lebih umum digunakan nama Hukum Perdata saja, untuk

segenap peraturan Hukum Privat materiil (Hukum Perdata

Materiil).

Pengertian Hukum Privat (Hukum Perdata Materiil)

ialah hukum yang memuat segala peraturan yang mengatur

7

hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan

kepentingan dari masing-masing orang yang bersangkutan.

Dalam arti bahwa di dalamnya terkandung hak dan

kewajiban seseorang dengan sesuatu pihak secara timbal

balik dalam hubungannya terhadap orang lain di dalam

suatu masyarakat tertentu. Disamping Hukum Privat

Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil yang lebih

dikenal sekarang yaitu dengan HAP (Hukum Acara Perdata)

atau proses perdata yang artinya hukum yang memuat

segala peraturan yang mengatur bagaimana caranya

melaksanakan praktek di lingkungan pengadilan perdata.

Di dalam pengertian sempit kadang-kadang Hukum Perdata

ini digunakan sebagai lawan Hukum Dagang.

2.3. Definisi Hukum Perdata Menurut para Ahli

Beberapa Definisi yang menjadi acuhan untuk

mendefinisikan Hukum Perdata :

1) Van Dunne hukum perdata, khususnya pada abad ke-19

adalah: “Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang

sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan

keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum publik

memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”.

2) H.F.A. Vollmar berpendapat bahwa hukum perdata

adalah: “Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan

pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada

kepentingan-kepentingan kepentingan perseorangan dalam

8

perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan

kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat

tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan

hubungan lalu lintas”.

3) Sudikno Mertokusumo mengartikan hukum perdata

sebagai berikut: “Hukum antarperorangan yang mengatur

hak dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang

lain di dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan

masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak”.

4) Sri Sudewi Masjchoen Sofwan mengartikan hukum

perdata sebagai berikut : “ Hukum yang mengatur

kepentingan warga negara perseorangan yang satu dengan

perseorangan yang lainnya”.

5) Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H. mengartikan

hukum perdata sebagai berikut : “ Hukum yang mengatur

kepentingan perseorangan yang satu dengan perseorangan yang

lainnya “.

6) Prof. R. Soebekti, S.H. mengartikan hukum perdata

sebagai berikut : “ Semua hak yang meliputi hukum privat

materiil yang mengatur kepentingan perseorangan”.

7) Menurut Prof H.R Sardjono, SH, Hukum Perdata

adalah kaidah-kaidah yang menguasai manusia dalam

masyarakat dalam hubungannya terhadap orang lain

dan hukum pada dasarnya menguasai kepentingan

perseorangan.

9

8) Menurut Prof.Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH, Hukum

Perdata sebagai suatu rangkaian hukum antara

orang-orang atau badan hukum satu sama lain

mengatur tentang hak dan kewajiban dalam pergaulan

kemasyarakatan atau hukum yang mengatur

kepentingan perseorangan.

9) Dr. Ibrahim As- Sholihi dalam bukunya Ad Dirosat

Fi Nadzoriyat Al Qonun mengatakan bahwa hukum

perdata adalah kumpulan kaidah-kaidah yang

mengatur hubungan antar individu yang dalam

hubungan itu individu tersebut tidak berperan

sebagai sebagai pemegang kedaulatan kecuali (yang

tidak termasuk hukum perdata) beberapa hal yang

yang menjadi objek hukum lain yang termasuk bagian

hukum privat.

10) Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, SH. Guru besar dalam

sosiologi hukum pada Fakultas Hukum,Universutas

Diponegoro, Semarang mendefisikan hukum perdata

sebagai sebuah hukum yang mengatur sekalian

perkara yang berisi hubungan anatara sesama warga

(Negara dalam hal-red) perkawinan,kewarisan dan

perjanjian.

2.4. Sejarah Hukum Perdata

Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa

Kontinental berlaku Hukum Perdata Ramawi, disamping

10

adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan setempat.

Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada waktu itu sebagai

hukum asli dari negara-negara di Eropa, oleh karena

keadaan hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-tiap

daerah selain mempunyai peraturan-peraturan sendiri,

juga peraturan setiap daerah itu berbeda-beda.Oleh

karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu

kepastian hukum. Akibat ketidak puasan, sehingga orang

mencari jalan kearah adanya kepastian hukum, kesatuan

hukum dan keseragaman hukum.

Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon

terhimpunlah Hukum Perdata dalam satu kumpulan

peraturan yang bemama Code Civil des Francais yang juga

dapat disebut Code Napoleon, karena Code Civil des Francais

ini adalah merupakan sebagian dari Code Napoleon.

Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan

karangan dari beberapa ahli hukum antara lain Dumoulin,

Domat dan Pothies, disamping itu juga dipergunakan

Hukum Bumi Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum

Cononiek.

Mengenai peraturan - peraturan hukum yang belum ada

di Jaman Romawi antara lain masalah wessel, assuransi,

badan-badan hukum. Akhimya pada jaman Aufklarung (Jaman

baru sekitar abad pertengahan) akhirnya dimuat pada

kitab Undang—Undang tersendiri dengan nama "Code de

Commerce". Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa

11

Belanda (1809-181 1), maka Raja Lodewijk Napoleon

Menetapkan : "Wetboek Napoleon Ingerighr Voor het Koninkrijk

Holland" yang isinya mirip dengan "Code Civil des Francais

atau Code Napoleon" untuk dljadikan sumber Hukum Perdata

di Belanda.

Setelah berakhimya penjajahan dan dinyatakan

Nederland disatukan dengan Prancis pada tahun 1811,

Code Civil des Francais atau Code Napoleon ini tetap

berlaku di Belanda. Hukum perdata Belanda berasal dari

hukum perdata Perancis yaitu yang disusun berdasarkan

hukum Romawi “Corpus Juris Civili” 'yang pada waktu itu

dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Hukum

Privat yang berlaku di Perancis dimuat dalam dua

kodifikasi yang disebut (hukum perdata) dan Code de

Commerce (hukum dagang). Sewaktu Perancis menguasai

Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan

di negeri Belanda yang masih dipergunakan terus hingga

24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis

(1813).

Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS Negeri

Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang

dibuat oleh J.M. Kemper disebut Ontwerp Kemper. Namun,

sayangnya Kemper meninggal dunia pada 1824 sebelum

menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai

yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia.

12

Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6

Juli 1880 dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru

diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838 oleh karena

telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :

BW (Burgerlijk Wetboek/ Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata-Belanda).

WvK (Wetboek van koophandle atau yang dikenal dengan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

Menurut J. Van Kan, kodifikasi BW merupakan terjemahan

dari Code Civil hasil jiplakan yang disalin dari bahasa

Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda.

Yang dimaksud dengan hukum perdata Indonesia

adalah hukum perdata yang berlaku bagi seluruh Wilayah

di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia

adalah hukum perdata barat (Belanda) yang pada awalnya

berinduk pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan

Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan BW.

Sebagian materi BW sudah dicabut berlakunya dan sudah

diganti dengan Undang-Undang RI, misalnya mengenai UU

Perkawinan, UU Hak Tanggungan, dan UU Kepailitan.

Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada tanggal

30 April 1847 melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku

Januari 1848.

13

Setelah Indonesia Merdeka, berdasarkan aturan

Pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945, KUH

Perdata Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum

digantikan dengan Undang-Undang baru berdasarkan

Undang–Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda merupakan

induk hukum perdata Indonesia. KUH Perdata terdiri atas

empat 4 bagian, yaitu:

1) Buku 1 tentang Orang / Van Personnenrecht.

2) Buku 2 tentang Benda.

3) Buku 3 tentang Perikatan / Verbintenessenrecht.

4) Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian / Verjaring

en Bewijs.

Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat

ini berlaku di Indonesia, tidak lepas dari Sejarah

Hukum Perdata Eropa. Oleh Karena perkembangan jaman,

dan setelah beberapa tahun kemerdekaan Belanda dari

Perancis ini, bangsa Belanda mulai memikirkan dan

mengadakan kodifikasi dari Hukum Perdatanya. Dan pada

tahun 1948, kedua Undang-Undang produk Nasional-

Nederland ini diberlakukan di Indonesia berdasarkan

azas koncordantie (azas Politik Hukum).

2.5. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia

Mengenai keadaan Hukum Perdata dewasa ini di

Indonesia dapat kita katakan masih beisifat majemuk

14

yaitu masih beraneka warna. Penyebab dari keaneka

ragaman ini ada 2 faktor yaitu :

1) Faktor Ethnis disebabkan keaneka ragaman Hukum

Adat bangsa Indonesia, karena negara kita

Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa.

2) Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat, yang

pada pasal 163.I.S. yang membagi penduduk

Indonesia dalam tiga Golongan, yaitu :

a) Golongan Eropa dan yang dipersamakan.

b) Golongan Bumi Putera (pribumi /bangsa

Indonesia asli) dan yang dipersamakan.

c) Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India,

Arab).

Dan pasal 131 .I.S. yaitu mengatur hukum—hukurn

yang diberlakukan bagi masing- masing golongan

yang tersebut dalam pasal 163 I.S. di atas.

Adapun hukum yang diberlakukan bagi masing-masing

golongan yaitu :

1) Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku

Hukum Perdata dan Hukum Dagang Barat yang

diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum Dagang

di negeri Belanda berdasarkan azas konkondansi.

2) Bagi golongan Bumi Putera (Indonesia Asli) dan

yang dipersamakan berlaku Hukum Adat mereka. Yaitu

hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan

15

rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat

tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam

tindakan-tindakan rakyat.

3) Bagi golongan timur asing (bangsa Cina, India,

Arab) berlaku hukum masing-masing, dengan catatan

bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing

(Cina,India, Arab) diperbolehkan untuk menundukkan

diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara

keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan

hukum tertentu saja.

Untuk segala golongan warga negara berlainan sama

dengan yang lain. Dapat kita lihat :

a) Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli.

Berlaku Hukum Adat yaitu hukum yang sejak dahulu

kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang

sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup

dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai segala hal

di dalam kehidupan kita dalam masyarakat.

b) Untuk golongan warga negara bukan asli yang

berasal dari Tionghoa dan Eropa.

Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD

(Wetboek Van Koophandel), dengan suatu pengertian

bahwa bagi golongan Tionghoa ada suatu

penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL

IV dari buku I tentang :

16

Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai

penahanan pernikahan Hal ini tidak berlaku bagi

golongan Tionghoa. Karena pada mereka diberlakukan

khusus yaitu Burgerlijke Stand, dan peraturan mengenai

pengangkatan anak (adopsi). Selanjutnya untuk golongan

warga negara bukan asli yang bukan berasal dari

Tionghoa atau Eropa (antara lain Arab, India dan

lainnya) berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-

bagian yang mengenai Hukum Kekayaan Harta Benda

(Vermororgensrecht), jadi tidak mengenai Hukum

Kepribadian dan Kekeluargaan (Personen en Familierecht)

maupun yang mengenai Hukum Warisan.

Untuk memahami keadaan Hukum Perdata di Indonesia

perlulah kita mengetahui riwayat politik pemerintah

Hindia Belanda terlebih dahulu terhadap hukum di

Indonesia. Pedoman politik bagi pemerintah Hindia

Belanda terhadap hukum di Indonesia ditulis dalam pasal

131 (I.S) (Indische Staatregeling) yang sebelumnya pasal 131

(I.S) yaitu pasal 75 RR (Regerings reglement) yang pokok-

pokoknya sebagai berikut:

1) Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana

besena Hukiun Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana

harus diletakkan dalam Kitab Undang-undang yaitu

di Kodifikasi).

17

2) Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut

perundang- undangan yang berlaku di negeri Belanda

(sesuai azas Konkordansi ).

3) Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur

Asing (yaitu Tionghoa, Arab dan lainnya) jika

temyata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka

menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk

bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka.

4) Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing,

sepanjang mereka belum ditundukkan di bawah suatu

peraturan bersama dengan bangsa Eropa,

diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang

berlaku untuk bangsa Eropa Penundukan ini boleh

dilakukan baik secara umum maupun secara hanya

mengenai suatu perbuatan tertentu saja.

5) Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesia ditulis di

dalam Undang-Undang, maka bagi mereka itu akan

tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi

mereka, yaitu Hukum Adat.

Berdasarkan pedoman tersebut di atas, di jaman Hindia

Belanda itu telah ada beberapa peraturan Undang-Undang

Eropa yang telah dinyatakan berlaku untuk bangsa

Indonesia Asli, seperti pasal 1601-1603 lama dari BW

yaitu perihal :

18

a. Perjanjian kerja perburuhan : (staatsblat 1879 no

256).

b. Pasal 1788-1791 BW perihal hutang-hutang dari

perjudian (staatsblad 1907 no 306).

c. Dan beberapa pasal dan WVK (KUHD) yaitu sebagian

besar dari Hukum Laut(Staatsblad 1933 no 49)

Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara

khusus dibuat untuk bangsa Indonesia seperti :

1) Ordonansi Perkawinan bangsa Indonesia Kristen

(Staatsblad 1933 no 74).

2) Organisasi tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA)

Staatsblad 1939 no 570 berhubungan dengan no.

717).

Dan ada pula peraturan - peraturan yang berlaku bagi

semua golongan warga negara, yaitu:

a) Undang-undang Hak Pengarang (Auteurswet tahun

1912).

b) Peraturan Umum tentang Koperasi (Staatsblad 1933

no 108).

c) Ordonansi Woeker (Staatsblad 1938 no 523).

d) Ordonansi tentang pengangkutan di udara

(Staatsblad 1938 no 98).

2.6. Sistematika Hukum Perdata

19

Sistematika Hukum Perdata kita (BW) ada dua

pendapat. Pendapat yang pertama yaitu, dari pemberlaku

Undang-Undang berisi:

a) Buku I : Berisi mengenai orang. Di dalamnya diatur

hukum tentang diri seseorang dan hukum

kekeluargaan, yaitu hukum yang mengatur status

serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek

hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya

hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,

perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak

keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan,

sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan

tidak berlaku dengan disahkannya UU nomor 1 tahun

1974 tentang perkawinan.

b) Buku II : Berisi tentang hal benda. yaitu hukum

yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki

subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara

lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang

dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud

yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan

kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud

yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain

yang dianggap sebagai benda berwujud tidak

bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya

hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian

tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah

20

dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU

nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula

bagian mengenai penjaminan dengan hipotik, telah

dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU

tentang hak tanggungan.

c) Buku III : Berisi tentang hal perikatan, yaitu

mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang

disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini

sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu

hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban

antara subyek hukum di bidang perikatan, antara

lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri

dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan)

undang-undang dan perikatan yang timbul dari

adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara

pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang

perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang

(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD

berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III.

Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari

KUHPer. Di dalamnya diatur hak-hak dan kewajiban

timbal balik antara orang-orang atau pihak-pihak

tertentu.

d) Buku IV : Berisi tentang pembuktian dan daluarsa,

yaitu mengatur hak dan kewajiban subyek hukum

(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam

21

mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan

hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian. Di

dalamnya diatur tentang alat-alat pembuktian dan

akibat-akibat hukum yang timbul dari adanya

daluwarsa itu.

Pendapat yang kedua menurut ilmu Hukum/ Doktrin dibagi

dalam 4 bagian yaitu :

1) Hukum tentang diri seseorang (pribadi).

Mengatur tentang manusia sebagai subyek dalam

hukum, mengatur tentang perihal kecakapan untuk

memiliki hak-hak dan kecakapan untuk bertindak

sendiri melaksanakan hak-hak itu dan selanjutnya

tentang hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-

kecakapan itu.

2) Hukum Kekeluargaan

Mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang

timbul dari hubungan kekeluargaan yaitu: Perkawinan

beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan

antara suami dengan istri, hubungan antara orang tua

dan anak, perwalian dan curatele.

3) Hukum Kekayaan

Mengatur prihal hubungan-hubungan hukum yang

dapat dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan

tentang kekayaan seseorang maka yang dimaksudkan

ialah jumlah dan segala hak dari kewajiban orang itu

22

dinilaikan dengan uang. Hak-hak kekayaan terbagi

lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap tiap-tiap

orang, oleh karenanya dinamakan Hak Mutlak dan hak

yang hanya berlaku terhadap seseorang atau pihak

tertentu saja dan karenanya dinamakan hak

perseorangan.

Hak mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu

benda yang dapat terlihat dinamakan hak kebendaan.

Hak mutlak yang tidak memberikan kekuasaan atas

suatu benda yang dapat terlihat dinamakan hak

kebendaan. Hak mutlak yang tidak memberikan

kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat,

seperti Hak seorang pengarang atas karangannya dan

Hak seseorang atas suatu pendapat dalam lapangan

Ilmu Pengetahuan atau hak pedagang untuk memakai

sebuah merk, dinamakan hak mutlak saja.

4) Hukum Warisan

Mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang

jika ia meninggal. Disamping itu Hukum Warisan

mengatur akibat-akibat dari hubungan keluarga

terhadap harta peninggalan seseorang.

2.7. Contoh-contoh Kasus Hukum Perdata

Sengketa tanah Prokimal (proyek pemukiman TNI AL)

meletus tahun 1998. Warga di sekitar Prokimal sering

menggelar unjuk rasa dengan cara memblokade jalur

23

pantura (pantai utara) untuk menuntut pembebasan lahan

yang dianggap miliknya. Di lain pihak, menurut

keterangan TNI AL, lahan yang diinginkan warga itu

merupakan milik TNI AL yang diperoleh dengan pembelian

yang sah tahun 1960 seluas 3.569,205 hektare yang

tersebar di dua kecamatan, yakni Nguling dan Lekok,

serta di 11 desa, yakni Desa Sumberanyar, Sumberagung,

Semedusari, Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar,

Brang, Gejugjati, Tamping, dan Alas Telogo.

Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66

juta dan rencananya digunakan untuk pusat pendidikan

dan latihan TNI AL yang terlengkap dan terbesar. Karena

belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah

tersebut dijadikan area perkebunan dengan menempatkan

185 keluarga prajurit. Kemudian pada 1984 keluar Surat

Keputusan KSAL No Skep/675/1984 tanggal 28 Maret 1984

yang menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan

Sosial Bhumyamca) untuk memanfaatkan lahan tersebut

sebagai lahan perkebunan produktif, dengan memanfaatkan

penduduk setempat sebagai pekerja.

Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang

dilaksanakan Lantamal III Surabaya sejak 20 Januari

1986 dapat terealisir BPN pada 1993 dengan terbitnya

sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676

hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum

melaksanakan pindah dari tanah yang telah dibebaskan

24

TNI AL. Pada 20 November 1993 Bupati Pasuruan

mengirimkan surat kepada Komandan Lantamal III Surabaya

perihal usulan pemukiman kembali nonpemukim TNI AL di

daerah Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan

mengajukan surat kepada KSAL pada 3 Januari 1998 untuk

mengusulkan bahwa tanah relokasi untuk penduduk

nonpemukim TNI AL agar diberikan seluas 500 meter

persegi per KK.

Dari catatan media Surya, dalam setahun terakhir

terjadi dua kali pemblokiran jalan pantura oleh warga,

yakni 14 Desember 2006 dan 10 Januari 2007. Selain itu,

warga Desa Alas Telogo, Kecamatan Lekok, memilih

menempuh jalur hukum dan menggugat kepemilikan tanah

itu ke Pengadilan Negeri (PN) Bangil, 18 Juli 2006

lalu. Gugatan itu ditempuh 256 warga, namun mereka

dinyatakan kalah oleh PN Bangil dalam sidang 12 Maret

lalu. Munculnya keputusan tersebut membuat warga marah

hingga berujung pada bentrokan dengan polisi seusai

sidang putusan. Sebelum persidangan itu, yakni pada 15

Februari, Pangarmatim Laksda Moekhlas Sidik meresmikan

Prokimal sebagai pusat latihan tempur (Puslatpur) dan

warga 11 desa yang berjumlah sekitar 5.700 keluarga

rencananya direlokasi ke bagian yang aman. “Sesuai

pesan Panglima TNI, 2007 ini lahan akan di-set up ulang

sebagai pusat latihan tempur untuk meningkatkan

profesionalitas prajurit TNI AL. Untuk relokasi warga,

25

karena ada niatan baik dari kami, tidak akan terjadi

masalah seperti saya utarakan di hadapan warga,” kata

Laksda Moekhlas Sidik saat meresmikan Prokimal sebagai

Puslatpur.

Janji untuk merelokasi warga kemudian diwujudkan,

dan 360 hektare tanah diberikan kepada warga di 11 desa

yang ditempatkan di luar sabuk batas tempat latihan

tempur. “Sesuai Keputusan KSAL, lahan Prokimal

dijadikan pusat latihan tempur dan 5.702 rumah

direlokasi di luar garis latihan. Setiap rumah diberi

tanah 500 meter persegi sekaligus bentuk pelepasan dari

inventarisasi kekayaan negara (IKN) AL. Untuk biaya

relokasi, TNI AL dan Bupati akan mengusulkan kepada

pimpinan masing-masing,” tandas Moekhlas Sidik

didampingi Bupati Pasuruan Jusbakir Aldjufri kepada

wartawan seusai bertemu dengan 11 kepala desa mewakili

warga di lahan Prokimal Grati.

Selain itu, TNI AL juga memberikan tambahan lahan

sebesar 20 persen untuk pemenuhan fasilitas umum.

Dengan adanya keputusan ini, diharapkan masyarakat

tidak resah karena jaminan keamanan tidak terkena

peluru nyasar serta adanya keputusan hukum atas tanah

yang dimilikinya. Upaya relokasi warga 11 desa ini

disambut positif Pemkab Pasuruan, bahkan Pemkab

mengusulkan anggaran untuk relokasi itu ke pemerintah

pusat ditambah dengan anggaran dari APBD Kabupaten

26

Pasuruan. Meski TNI AL memberikan tanah seluas 360

hektare kepada warga 11 desa, namun para kepala desa

saat itu tidak berani menerimanya dan hanya akan

menyampaikan lebih dulu kepada warga. Alasannya, lahan

500 meter persegi dianggap kurang untuk memenuhi

kebutuhan warga.

Di tengah upaya penyelesaian sengketa kasus tanah

dengan jalan damai itulah, tiba-tiba terjadi insiden

antara Marinir dengan warga, yang menyebabkan empat

warga tewas dan enam lainnya luka-luka. Sengketa

masalah tanah antara warga dengan TNI di Kabupaten

Pasuruan bukan hanya terjadi di lahan Prokimal, Grati.

Di Raci, Kecamatan Bangil, juga terjadi kasus sengketa

tanah serupa antara warga dengan TNI Angkatan Udara

(AU). Namun dalam kasus Raci ini, pihak TNI AU telah

memberikan lampu hijau untuk pengelolaan lahan dengan

porsi 60:40 untuk TNI AU dan warga Desa Raci.

Contoh Hukum Perdata Warisan

Seorang ayah yang ingin mewariskan harta bendanya

ketika kelak ia meninggal tentunya akan menuliskan

sebuah surat wasiat. Namun ketika seorang ayah tersebut

telah meninggal, dimana kemudian terjadi selisih paham

antara anak-anaknya dan berujung kepada pelaporan salah

seorang anak kepada pihak yang berwenang tentang

perselisihan yang terjadi, maka kasus tersebut juga

termasuk salah satu contoh kasus hukum perdata.

27

Contoh Kasus Perdata Pencemaran Nama Baik

Seorang artis merasa terhina atas pemberitaan

sebuah media massa. Gosip tersebut telah digosipkan

oleh media menjadi seorang pengedar dan pemakai

psikotropika. Karena tidak terima dengan pemberitaan

tersebut, maka sang artis melaporkan media massa

tersebut ke polisi atas tuduhan telah melakukan

pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan.

Kasus antara artis dan media massa tersebut juga

termasuk menjadi salah satu contoh kasus hukum perdata.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

28

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia

untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku

manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan

kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin

adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena

itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan

didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum

adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis

maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan

masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.

Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang

mengatur kepentingan-kepentingan perorangan. Jadi,

dalam peradilan hukum perdata itu diutamakan perdamaian

karena hukum itu tidak hanya difungsikan untuk

menghukum seseorang, tapi juga sebagai alat untuk

mendapatkan keadilan dan perdamaian. Hukum perdata

adalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku

setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan

hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan

masyarakat maupun pergaulan keluarga. Hukum perdata

mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara

sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,

perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta

benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang

bersifat perdata lainnya

29

3.2. Saran

Saran dari penyusun adalah semoga setelah melihat,

membaca, dan mempelajari makalah ini, kita semua dapat

mengerti dan menjauhi tindakan- tindakan yang

berlawanan dengan hukum yang berlaku, khususnya hukum

yang ada di Negara kita Indonesia .Bukan sekedar isapan

jempol semata, sebenarnya kehidupan yang berdasar dari

hukum akan jauh lebih dalam pengaturanya pada pribadi

setiap individu, karena hukum dapat membuat orang lebih

dewasa dalam bertindak, dan lebih disiplin dalam

pemikiran dan tindakanya pula

30

DAFTAR PUSTAKA

CST. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata HukumIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

CST. Kansil, 2006, Modul Hukum Perdata, Jakarta: Pradnyaparamita.

LJ. Van Apeldoorn, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:Pradnya Paramita.

Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta:Intermasa.

Sudikno Mertokusumo, 2008, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar,Yogyakarta: Liberti.

31

Titik Triwulan Tutik, 2010. Hukum Perdata dalam SistemHukum Nasional, Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.

http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/45?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.

http://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/microsoft-powerpoint-hk-perdata.pdf.

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul.

http://ilmuhukumuin-suka.blogspot.com/2013/05/pengertian-hukum-perdata.html

http://menwih-hukum.blogspot.com/2009/10/definisi-hukum-perdata-menurut-para.html.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

32

1.1. Latar Belakang ………………………………………………… 1

1.2 Rumusan masalah…... …………………………………………. 2

1.3. Tujuan Penulisan ……..……………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….. 3

2.1. Pengertian Hukum …………………………………………….. 3

2.2. Pengertian Hukum Perdata …………………………………… 3

2.3. Definisi Hukum Perdata Menurut Para Ahli………………… 6

2.4. Sejarah Hukum Perdata ………………………………………. 7

2.4. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia ……………………….10

2.5. Sistematika Hukum Perdata ………………………………….. 13

2.6. Contoh-contoh Kasus Hukum Perdata ……………………….17

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan …………………………………………………… 19

3.2. Saran ………………………………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 21

33