UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
administrasi negara
Transcript of administrasi negara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem
hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat. Sebagian
besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana
berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda
karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan
wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda
(Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena sebagian besar
masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi
hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di
bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain
itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang
diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi,
yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat
dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah
nusantara.
Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi
perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang
berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya
ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan
perbedaan sistem hukum tersebut juga memengaruhi bidang
hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon
(yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris
Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara
yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika
Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum
komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum
lainnya.
Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum yang
mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul
dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga
atau Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan
antar perorangan di dalam masyarakat luas. Hukum
perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil
sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta
kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum
tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum
pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara
penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,
kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan
tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
2
1.2. Rumusan masalah.
a. Apakah pengertian Hukum ?
b. Apakah pengertian Hukum Perdata ?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Hukum
perdata.
b. Untuk mengetahui arti pengertian Hukum
terlebih dahulu.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia
untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku
manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena
itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan
didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum
adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan
masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti
ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan
adanya hukum maka tiap perkara dapat di selesaikan
melaui proses pengadilan dengan prantara hakim
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu
Hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap
orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
2.2. Pengertian Hukum Perdata
4
Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan
oleh Prof. Djojodiguno sebagai teremahan dari
burgerlijkrecht pada masa penduduka jepang. Di samping
istilah itu, sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan
privatrecht. Para ahli memberikan batasan hukum perdata,
seperti berikut. Van Dunne mengartikan hukum perdata,
khususnya pada abad ke -19 adalah:
“suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yangsangat ecensial bagi kebebasan individu, seperti orang dankeluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum publikmemberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”.
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukumperdata adalah:
“aturan-aturan atau norma-norma yang memberikanpembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan padakepentingan prseorangan dalam perbandingan yang tepat antarakepentingan yang satu dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenaihubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengertian
hukum perdata yang dipaparkan para ahli di atas, kajian
utamnya pada pengaturan tentang perlindungan antara
orang yang satu dengan orang lain, akan tetapi di dalam
ilmu hukum subyek hukum bukan hanya orang tetapi badan
hukum juga termasuk subyek hukum, jadi untuk pengertian
yang lebih sempurna yaitu keseluruhan kaidah-kaidah
hukum(baik tertulis maupun tidak tertulis) yang
5
mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang
lain dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan
kemasyarakatan. Di dalam hukum perdata terdapat 2
kaidah, yaitu:
1) Kaidah tertulis
Kaidah hukum perdata tertulis adalah kaidah-
kaidah hukum perdata yang terdapat di dalam
peraturan perundang-undangan, traktat, dan
yurisprudensi.
2) Kaidah tidak tertulis
Kaidah hukum perdata tidak tertulis adalah
kaidah-kaidah hukum perdata yang timbul, tumbuh,
dan berkembang dalam praktek kehidupan masyarakat
(kebiasaan).
Subjek hukum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a) Manusia
Manusia sama dengan orang karena manusia
mempunyai hak-hak subjektif dan kewenangan hukum.
b) Badan hukum
Badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang
mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, serta
hak dan kewajiban.
Subtansi yang diatur dalam hukum perdata antara lain:
1) Hubungan keluarga
6
Dalam hubungan keluarga akan menimbulkan
hukum tentang orang dan hukum keluarga.
2) Pergaulan masyarakat
Dalam hubungan pergaulan masyarakat akan
menimbulakan hukum harta kekayaan, hukum
perikatan, dan hukum waris.
Dari berbagai paparan tentang hukum perdata di atas,
dapat di temukan unsur-unsurnya yaitu:
1)Adanya kaidah hukum.
2)Mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan
yang lain.
3)Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata
meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda,
hukum waris, hukum perikatan, serta hukum
pembuktia dan kadaluarsa.
Perkataan Hukum Perdata dalam arti yang luas
meliputi semua Hukum Privat materiil dan dapat juga
dikatakan sebagai lawan dari Hukum Pidana. Untuk Hukum
Privat materiil ini ada juga yang menggunakan dengan
perkataan Hukum Sipil, tapi oleh karena perkataan sipil
juga digunakan sebagai lawan dari militer maka yang
lebih umum digunakan nama Hukum Perdata saja, untuk
segenap peraturan Hukum Privat materiil (Hukum Perdata
Materiil).
Pengertian Hukum Privat (Hukum Perdata Materiil)
ialah hukum yang memuat segala peraturan yang mengatur
7
hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan
kepentingan dari masing-masing orang yang bersangkutan.
Dalam arti bahwa di dalamnya terkandung hak dan
kewajiban seseorang dengan sesuatu pihak secara timbal
balik dalam hubungannya terhadap orang lain di dalam
suatu masyarakat tertentu. Disamping Hukum Privat
Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil yang lebih
dikenal sekarang yaitu dengan HAP (Hukum Acara Perdata)
atau proses perdata yang artinya hukum yang memuat
segala peraturan yang mengatur bagaimana caranya
melaksanakan praktek di lingkungan pengadilan perdata.
Di dalam pengertian sempit kadang-kadang Hukum Perdata
ini digunakan sebagai lawan Hukum Dagang.
2.3. Definisi Hukum Perdata Menurut para Ahli
Beberapa Definisi yang menjadi acuhan untuk
mendefinisikan Hukum Perdata :
1) Van Dunne hukum perdata, khususnya pada abad ke-19
adalah: “Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang
sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan
keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum publik
memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”.
2) H.F.A. Vollmar berpendapat bahwa hukum perdata
adalah: “Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan
pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada
kepentingan-kepentingan kepentingan perseorangan dalam
8
perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan
kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat
tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan
hubungan lalu lintas”.
3) Sudikno Mertokusumo mengartikan hukum perdata
sebagai berikut: “Hukum antarperorangan yang mengatur
hak dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang
lain di dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan
masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak”.
4) Sri Sudewi Masjchoen Sofwan mengartikan hukum
perdata sebagai berikut : “ Hukum yang mengatur
kepentingan warga negara perseorangan yang satu dengan
perseorangan yang lainnya”.
5) Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H. mengartikan
hukum perdata sebagai berikut : “ Hukum yang mengatur
kepentingan perseorangan yang satu dengan perseorangan yang
lainnya “.
6) Prof. R. Soebekti, S.H. mengartikan hukum perdata
sebagai berikut : “ Semua hak yang meliputi hukum privat
materiil yang mengatur kepentingan perseorangan”.
7) Menurut Prof H.R Sardjono, SH, Hukum Perdata
adalah kaidah-kaidah yang menguasai manusia dalam
masyarakat dalam hubungannya terhadap orang lain
dan hukum pada dasarnya menguasai kepentingan
perseorangan.
9
8) Menurut Prof.Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH, Hukum
Perdata sebagai suatu rangkaian hukum antara
orang-orang atau badan hukum satu sama lain
mengatur tentang hak dan kewajiban dalam pergaulan
kemasyarakatan atau hukum yang mengatur
kepentingan perseorangan.
9) Dr. Ibrahim As- Sholihi dalam bukunya Ad Dirosat
Fi Nadzoriyat Al Qonun mengatakan bahwa hukum
perdata adalah kumpulan kaidah-kaidah yang
mengatur hubungan antar individu yang dalam
hubungan itu individu tersebut tidak berperan
sebagai sebagai pemegang kedaulatan kecuali (yang
tidak termasuk hukum perdata) beberapa hal yang
yang menjadi objek hukum lain yang termasuk bagian
hukum privat.
10) Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, SH. Guru besar dalam
sosiologi hukum pada Fakultas Hukum,Universutas
Diponegoro, Semarang mendefisikan hukum perdata
sebagai sebuah hukum yang mengatur sekalian
perkara yang berisi hubungan anatara sesama warga
(Negara dalam hal-red) perkawinan,kewarisan dan
perjanjian.
2.4. Sejarah Hukum Perdata
Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa
Kontinental berlaku Hukum Perdata Ramawi, disamping
10
adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan setempat.
Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada waktu itu sebagai
hukum asli dari negara-negara di Eropa, oleh karena
keadaan hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-tiap
daerah selain mempunyai peraturan-peraturan sendiri,
juga peraturan setiap daerah itu berbeda-beda.Oleh
karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu
kepastian hukum. Akibat ketidak puasan, sehingga orang
mencari jalan kearah adanya kepastian hukum, kesatuan
hukum dan keseragaman hukum.
Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon
terhimpunlah Hukum Perdata dalam satu kumpulan
peraturan yang bemama Code Civil des Francais yang juga
dapat disebut Code Napoleon, karena Code Civil des Francais
ini adalah merupakan sebagian dari Code Napoleon.
Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan
karangan dari beberapa ahli hukum antara lain Dumoulin,
Domat dan Pothies, disamping itu juga dipergunakan
Hukum Bumi Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum
Cononiek.
Mengenai peraturan - peraturan hukum yang belum ada
di Jaman Romawi antara lain masalah wessel, assuransi,
badan-badan hukum. Akhimya pada jaman Aufklarung (Jaman
baru sekitar abad pertengahan) akhirnya dimuat pada
kitab Undang—Undang tersendiri dengan nama "Code de
Commerce". Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa
11
Belanda (1809-181 1), maka Raja Lodewijk Napoleon
Menetapkan : "Wetboek Napoleon Ingerighr Voor het Koninkrijk
Holland" yang isinya mirip dengan "Code Civil des Francais
atau Code Napoleon" untuk dljadikan sumber Hukum Perdata
di Belanda.
Setelah berakhimya penjajahan dan dinyatakan
Nederland disatukan dengan Prancis pada tahun 1811,
Code Civil des Francais atau Code Napoleon ini tetap
berlaku di Belanda. Hukum perdata Belanda berasal dari
hukum perdata Perancis yaitu yang disusun berdasarkan
hukum Romawi “Corpus Juris Civili” 'yang pada waktu itu
dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Hukum
Privat yang berlaku di Perancis dimuat dalam dua
kodifikasi yang disebut (hukum perdata) dan Code de
Commerce (hukum dagang). Sewaktu Perancis menguasai
Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan
di negeri Belanda yang masih dipergunakan terus hingga
24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis
(1813).
Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS Negeri
Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang
dibuat oleh J.M. Kemper disebut Ontwerp Kemper. Namun,
sayangnya Kemper meninggal dunia pada 1824 sebelum
menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai
yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia.
12
Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6
Juli 1880 dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru
diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838 oleh karena
telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :
BW (Burgerlijk Wetboek/ Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata-Belanda).
WvK (Wetboek van koophandle atau yang dikenal dengan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).
Menurut J. Van Kan, kodifikasi BW merupakan terjemahan
dari Code Civil hasil jiplakan yang disalin dari bahasa
Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda.
Yang dimaksud dengan hukum perdata Indonesia
adalah hukum perdata yang berlaku bagi seluruh Wilayah
di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia
adalah hukum perdata barat (Belanda) yang pada awalnya
berinduk pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan
Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan BW.
Sebagian materi BW sudah dicabut berlakunya dan sudah
diganti dengan Undang-Undang RI, misalnya mengenai UU
Perkawinan, UU Hak Tanggungan, dan UU Kepailitan.
Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada tanggal
30 April 1847 melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku
Januari 1848.
13
Setelah Indonesia Merdeka, berdasarkan aturan
Pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945, KUH
Perdata Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum
digantikan dengan Undang-Undang baru berdasarkan
Undang–Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda merupakan
induk hukum perdata Indonesia. KUH Perdata terdiri atas
empat 4 bagian, yaitu:
1) Buku 1 tentang Orang / Van Personnenrecht.
2) Buku 2 tentang Benda.
3) Buku 3 tentang Perikatan / Verbintenessenrecht.
4) Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian / Verjaring
en Bewijs.
Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat
ini berlaku di Indonesia, tidak lepas dari Sejarah
Hukum Perdata Eropa. Oleh Karena perkembangan jaman,
dan setelah beberapa tahun kemerdekaan Belanda dari
Perancis ini, bangsa Belanda mulai memikirkan dan
mengadakan kodifikasi dari Hukum Perdatanya. Dan pada
tahun 1948, kedua Undang-Undang produk Nasional-
Nederland ini diberlakukan di Indonesia berdasarkan
azas koncordantie (azas Politik Hukum).
2.5. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia
Mengenai keadaan Hukum Perdata dewasa ini di
Indonesia dapat kita katakan masih beisifat majemuk
14
yaitu masih beraneka warna. Penyebab dari keaneka
ragaman ini ada 2 faktor yaitu :
1) Faktor Ethnis disebabkan keaneka ragaman Hukum
Adat bangsa Indonesia, karena negara kita
Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa.
2) Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat, yang
pada pasal 163.I.S. yang membagi penduduk
Indonesia dalam tiga Golongan, yaitu :
a) Golongan Eropa dan yang dipersamakan.
b) Golongan Bumi Putera (pribumi /bangsa
Indonesia asli) dan yang dipersamakan.
c) Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India,
Arab).
Dan pasal 131 .I.S. yaitu mengatur hukum—hukurn
yang diberlakukan bagi masing- masing golongan
yang tersebut dalam pasal 163 I.S. di atas.
Adapun hukum yang diberlakukan bagi masing-masing
golongan yaitu :
1) Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku
Hukum Perdata dan Hukum Dagang Barat yang
diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum Dagang
di negeri Belanda berdasarkan azas konkondansi.
2) Bagi golongan Bumi Putera (Indonesia Asli) dan
yang dipersamakan berlaku Hukum Adat mereka. Yaitu
hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan
15
rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat
tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam
tindakan-tindakan rakyat.
3) Bagi golongan timur asing (bangsa Cina, India,
Arab) berlaku hukum masing-masing, dengan catatan
bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing
(Cina,India, Arab) diperbolehkan untuk menundukkan
diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara
keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan
hukum tertentu saja.
Untuk segala golongan warga negara berlainan sama
dengan yang lain. Dapat kita lihat :
a) Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli.
Berlaku Hukum Adat yaitu hukum yang sejak dahulu
kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang
sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup
dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai segala hal
di dalam kehidupan kita dalam masyarakat.
b) Untuk golongan warga negara bukan asli yang
berasal dari Tionghoa dan Eropa.
Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD
(Wetboek Van Koophandel), dengan suatu pengertian
bahwa bagi golongan Tionghoa ada suatu
penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL
IV dari buku I tentang :
16
Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai
penahanan pernikahan Hal ini tidak berlaku bagi
golongan Tionghoa. Karena pada mereka diberlakukan
khusus yaitu Burgerlijke Stand, dan peraturan mengenai
pengangkatan anak (adopsi). Selanjutnya untuk golongan
warga negara bukan asli yang bukan berasal dari
Tionghoa atau Eropa (antara lain Arab, India dan
lainnya) berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-
bagian yang mengenai Hukum Kekayaan Harta Benda
(Vermororgensrecht), jadi tidak mengenai Hukum
Kepribadian dan Kekeluargaan (Personen en Familierecht)
maupun yang mengenai Hukum Warisan.
Untuk memahami keadaan Hukum Perdata di Indonesia
perlulah kita mengetahui riwayat politik pemerintah
Hindia Belanda terlebih dahulu terhadap hukum di
Indonesia. Pedoman politik bagi pemerintah Hindia
Belanda terhadap hukum di Indonesia ditulis dalam pasal
131 (I.S) (Indische Staatregeling) yang sebelumnya pasal 131
(I.S) yaitu pasal 75 RR (Regerings reglement) yang pokok-
pokoknya sebagai berikut:
1) Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana
besena Hukiun Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
harus diletakkan dalam Kitab Undang-undang yaitu
di Kodifikasi).
17
2) Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut
perundang- undangan yang berlaku di negeri Belanda
(sesuai azas Konkordansi ).
3) Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur
Asing (yaitu Tionghoa, Arab dan lainnya) jika
temyata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka
menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk
bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka.
4) Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing,
sepanjang mereka belum ditundukkan di bawah suatu
peraturan bersama dengan bangsa Eropa,
diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang
berlaku untuk bangsa Eropa Penundukan ini boleh
dilakukan baik secara umum maupun secara hanya
mengenai suatu perbuatan tertentu saja.
5) Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesia ditulis di
dalam Undang-Undang, maka bagi mereka itu akan
tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi
mereka, yaitu Hukum Adat.
Berdasarkan pedoman tersebut di atas, di jaman Hindia
Belanda itu telah ada beberapa peraturan Undang-Undang
Eropa yang telah dinyatakan berlaku untuk bangsa
Indonesia Asli, seperti pasal 1601-1603 lama dari BW
yaitu perihal :
18
a. Perjanjian kerja perburuhan : (staatsblat 1879 no
256).
b. Pasal 1788-1791 BW perihal hutang-hutang dari
perjudian (staatsblad 1907 no 306).
c. Dan beberapa pasal dan WVK (KUHD) yaitu sebagian
besar dari Hukum Laut(Staatsblad 1933 no 49)
Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara
khusus dibuat untuk bangsa Indonesia seperti :
1) Ordonansi Perkawinan bangsa Indonesia Kristen
(Staatsblad 1933 no 74).
2) Organisasi tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA)
Staatsblad 1939 no 570 berhubungan dengan no.
717).
Dan ada pula peraturan - peraturan yang berlaku bagi
semua golongan warga negara, yaitu:
a) Undang-undang Hak Pengarang (Auteurswet tahun
1912).
b) Peraturan Umum tentang Koperasi (Staatsblad 1933
no 108).
c) Ordonansi Woeker (Staatsblad 1938 no 523).
d) Ordonansi tentang pengangkutan di udara
(Staatsblad 1938 no 98).
2.6. Sistematika Hukum Perdata
19
Sistematika Hukum Perdata kita (BW) ada dua
pendapat. Pendapat yang pertama yaitu, dari pemberlaku
Undang-Undang berisi:
a) Buku I : Berisi mengenai orang. Di dalamnya diatur
hukum tentang diri seseorang dan hukum
kekeluargaan, yaitu hukum yang mengatur status
serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek
hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya
hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak
keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan,
sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan
tidak berlaku dengan disahkannya UU nomor 1 tahun
1974 tentang perkawinan.
b) Buku II : Berisi tentang hal benda. yaitu hukum
yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki
subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara
lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang
dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan
kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud
yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain
yang dianggap sebagai benda berwujud tidak
bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya
hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian
tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah
20
dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula
bagian mengenai penjaminan dengan hipotik, telah
dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
tentang hak tanggungan.
c) Buku III : Berisi tentang hal perikatan, yaitu
mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang
disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini
sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu
hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban
antara subyek hukum di bidang perikatan, antara
lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri
dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan)
undang-undang dan perikatan yang timbul dari
adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara
pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang
perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang
(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD
berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III.
Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari
KUHPer. Di dalamnya diatur hak-hak dan kewajiban
timbal balik antara orang-orang atau pihak-pihak
tertentu.
d) Buku IV : Berisi tentang pembuktian dan daluarsa,
yaitu mengatur hak dan kewajiban subyek hukum
(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam
21
mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan
hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian. Di
dalamnya diatur tentang alat-alat pembuktian dan
akibat-akibat hukum yang timbul dari adanya
daluwarsa itu.
Pendapat yang kedua menurut ilmu Hukum/ Doktrin dibagi
dalam 4 bagian yaitu :
1) Hukum tentang diri seseorang (pribadi).
Mengatur tentang manusia sebagai subyek dalam
hukum, mengatur tentang perihal kecakapan untuk
memiliki hak-hak dan kecakapan untuk bertindak
sendiri melaksanakan hak-hak itu dan selanjutnya
tentang hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-
kecakapan itu.
2) Hukum Kekeluargaan
Mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang
timbul dari hubungan kekeluargaan yaitu: Perkawinan
beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan
antara suami dengan istri, hubungan antara orang tua
dan anak, perwalian dan curatele.
3) Hukum Kekayaan
Mengatur prihal hubungan-hubungan hukum yang
dapat dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan
tentang kekayaan seseorang maka yang dimaksudkan
ialah jumlah dan segala hak dari kewajiban orang itu
22
dinilaikan dengan uang. Hak-hak kekayaan terbagi
lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap tiap-tiap
orang, oleh karenanya dinamakan Hak Mutlak dan hak
yang hanya berlaku terhadap seseorang atau pihak
tertentu saja dan karenanya dinamakan hak
perseorangan.
Hak mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu
benda yang dapat terlihat dinamakan hak kebendaan.
Hak mutlak yang tidak memberikan kekuasaan atas
suatu benda yang dapat terlihat dinamakan hak
kebendaan. Hak mutlak yang tidak memberikan
kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat,
seperti Hak seorang pengarang atas karangannya dan
Hak seseorang atas suatu pendapat dalam lapangan
Ilmu Pengetahuan atau hak pedagang untuk memakai
sebuah merk, dinamakan hak mutlak saja.
4) Hukum Warisan
Mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang
jika ia meninggal. Disamping itu Hukum Warisan
mengatur akibat-akibat dari hubungan keluarga
terhadap harta peninggalan seseorang.
2.7. Contoh-contoh Kasus Hukum Perdata
Sengketa tanah Prokimal (proyek pemukiman TNI AL)
meletus tahun 1998. Warga di sekitar Prokimal sering
menggelar unjuk rasa dengan cara memblokade jalur
23
pantura (pantai utara) untuk menuntut pembebasan lahan
yang dianggap miliknya. Di lain pihak, menurut
keterangan TNI AL, lahan yang diinginkan warga itu
merupakan milik TNI AL yang diperoleh dengan pembelian
yang sah tahun 1960 seluas 3.569,205 hektare yang
tersebar di dua kecamatan, yakni Nguling dan Lekok,
serta di 11 desa, yakni Desa Sumberanyar, Sumberagung,
Semedusari, Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar,
Brang, Gejugjati, Tamping, dan Alas Telogo.
Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66
juta dan rencananya digunakan untuk pusat pendidikan
dan latihan TNI AL yang terlengkap dan terbesar. Karena
belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah
tersebut dijadikan area perkebunan dengan menempatkan
185 keluarga prajurit. Kemudian pada 1984 keluar Surat
Keputusan KSAL No Skep/675/1984 tanggal 28 Maret 1984
yang menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan
Sosial Bhumyamca) untuk memanfaatkan lahan tersebut
sebagai lahan perkebunan produktif, dengan memanfaatkan
penduduk setempat sebagai pekerja.
Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang
dilaksanakan Lantamal III Surabaya sejak 20 Januari
1986 dapat terealisir BPN pada 1993 dengan terbitnya
sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676
hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum
melaksanakan pindah dari tanah yang telah dibebaskan
24
TNI AL. Pada 20 November 1993 Bupati Pasuruan
mengirimkan surat kepada Komandan Lantamal III Surabaya
perihal usulan pemukiman kembali nonpemukim TNI AL di
daerah Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan
mengajukan surat kepada KSAL pada 3 Januari 1998 untuk
mengusulkan bahwa tanah relokasi untuk penduduk
nonpemukim TNI AL agar diberikan seluas 500 meter
persegi per KK.
Dari catatan media Surya, dalam setahun terakhir
terjadi dua kali pemblokiran jalan pantura oleh warga,
yakni 14 Desember 2006 dan 10 Januari 2007. Selain itu,
warga Desa Alas Telogo, Kecamatan Lekok, memilih
menempuh jalur hukum dan menggugat kepemilikan tanah
itu ke Pengadilan Negeri (PN) Bangil, 18 Juli 2006
lalu. Gugatan itu ditempuh 256 warga, namun mereka
dinyatakan kalah oleh PN Bangil dalam sidang 12 Maret
lalu. Munculnya keputusan tersebut membuat warga marah
hingga berujung pada bentrokan dengan polisi seusai
sidang putusan. Sebelum persidangan itu, yakni pada 15
Februari, Pangarmatim Laksda Moekhlas Sidik meresmikan
Prokimal sebagai pusat latihan tempur (Puslatpur) dan
warga 11 desa yang berjumlah sekitar 5.700 keluarga
rencananya direlokasi ke bagian yang aman. “Sesuai
pesan Panglima TNI, 2007 ini lahan akan di-set up ulang
sebagai pusat latihan tempur untuk meningkatkan
profesionalitas prajurit TNI AL. Untuk relokasi warga,
25
karena ada niatan baik dari kami, tidak akan terjadi
masalah seperti saya utarakan di hadapan warga,” kata
Laksda Moekhlas Sidik saat meresmikan Prokimal sebagai
Puslatpur.
Janji untuk merelokasi warga kemudian diwujudkan,
dan 360 hektare tanah diberikan kepada warga di 11 desa
yang ditempatkan di luar sabuk batas tempat latihan
tempur. “Sesuai Keputusan KSAL, lahan Prokimal
dijadikan pusat latihan tempur dan 5.702 rumah
direlokasi di luar garis latihan. Setiap rumah diberi
tanah 500 meter persegi sekaligus bentuk pelepasan dari
inventarisasi kekayaan negara (IKN) AL. Untuk biaya
relokasi, TNI AL dan Bupati akan mengusulkan kepada
pimpinan masing-masing,” tandas Moekhlas Sidik
didampingi Bupati Pasuruan Jusbakir Aldjufri kepada
wartawan seusai bertemu dengan 11 kepala desa mewakili
warga di lahan Prokimal Grati.
Selain itu, TNI AL juga memberikan tambahan lahan
sebesar 20 persen untuk pemenuhan fasilitas umum.
Dengan adanya keputusan ini, diharapkan masyarakat
tidak resah karena jaminan keamanan tidak terkena
peluru nyasar serta adanya keputusan hukum atas tanah
yang dimilikinya. Upaya relokasi warga 11 desa ini
disambut positif Pemkab Pasuruan, bahkan Pemkab
mengusulkan anggaran untuk relokasi itu ke pemerintah
pusat ditambah dengan anggaran dari APBD Kabupaten
26
Pasuruan. Meski TNI AL memberikan tanah seluas 360
hektare kepada warga 11 desa, namun para kepala desa
saat itu tidak berani menerimanya dan hanya akan
menyampaikan lebih dulu kepada warga. Alasannya, lahan
500 meter persegi dianggap kurang untuk memenuhi
kebutuhan warga.
Di tengah upaya penyelesaian sengketa kasus tanah
dengan jalan damai itulah, tiba-tiba terjadi insiden
antara Marinir dengan warga, yang menyebabkan empat
warga tewas dan enam lainnya luka-luka. Sengketa
masalah tanah antara warga dengan TNI di Kabupaten
Pasuruan bukan hanya terjadi di lahan Prokimal, Grati.
Di Raci, Kecamatan Bangil, juga terjadi kasus sengketa
tanah serupa antara warga dengan TNI Angkatan Udara
(AU). Namun dalam kasus Raci ini, pihak TNI AU telah
memberikan lampu hijau untuk pengelolaan lahan dengan
porsi 60:40 untuk TNI AU dan warga Desa Raci.
Contoh Hukum Perdata Warisan
Seorang ayah yang ingin mewariskan harta bendanya
ketika kelak ia meninggal tentunya akan menuliskan
sebuah surat wasiat. Namun ketika seorang ayah tersebut
telah meninggal, dimana kemudian terjadi selisih paham
antara anak-anaknya dan berujung kepada pelaporan salah
seorang anak kepada pihak yang berwenang tentang
perselisihan yang terjadi, maka kasus tersebut juga
termasuk salah satu contoh kasus hukum perdata.
27
Contoh Kasus Perdata Pencemaran Nama Baik
Seorang artis merasa terhina atas pemberitaan
sebuah media massa. Gosip tersebut telah digosipkan
oleh media menjadi seorang pengedar dan pemakai
psikotropika. Karena tidak terima dengan pemberitaan
tersebut, maka sang artis melaporkan media massa
tersebut ke polisi atas tuduhan telah melakukan
pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan.
Kasus antara artis dan media massa tersebut juga
termasuk menjadi salah satu contoh kasus hukum perdata.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
28
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia
untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku
manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena
itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan
didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum
adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan
masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang
mengatur kepentingan-kepentingan perorangan. Jadi,
dalam peradilan hukum perdata itu diutamakan perdamaian
karena hukum itu tidak hanya difungsikan untuk
menghukum seseorang, tapi juga sebagai alat untuk
mendapatkan keadilan dan perdamaian. Hukum perdata
adalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku
setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan
hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan
masyarakat maupun pergaulan keluarga. Hukum perdata
mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara
sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta
benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang
bersifat perdata lainnya
29
3.2. Saran
Saran dari penyusun adalah semoga setelah melihat,
membaca, dan mempelajari makalah ini, kita semua dapat
mengerti dan menjauhi tindakan- tindakan yang
berlawanan dengan hukum yang berlaku, khususnya hukum
yang ada di Negara kita Indonesia .Bukan sekedar isapan
jempol semata, sebenarnya kehidupan yang berdasar dari
hukum akan jauh lebih dalam pengaturanya pada pribadi
setiap individu, karena hukum dapat membuat orang lebih
dewasa dalam bertindak, dan lebih disiplin dalam
pemikiran dan tindakanya pula
30
DAFTAR PUSTAKA
CST. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata HukumIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
CST. Kansil, 2006, Modul Hukum Perdata, Jakarta: Pradnyaparamita.
LJ. Van Apeldoorn, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:Pradnya Paramita.
Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta:Intermasa.
Sudikno Mertokusumo, 2008, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar,Yogyakarta: Liberti.
31
Titik Triwulan Tutik, 2010. Hukum Perdata dalam SistemHukum Nasional, Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/45?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
http://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/microsoft-powerpoint-hk-perdata.pdf.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul.
http://ilmuhukumuin-suka.blogspot.com/2013/05/pengertian-hukum-perdata.html
http://menwih-hukum.blogspot.com/2009/10/definisi-hukum-perdata-menurut-para.html.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
32
1.1. Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah…... …………………………………………. 2
1.3. Tujuan Penulisan ……..……………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….. 3
2.1. Pengertian Hukum …………………………………………….. 3
2.2. Pengertian Hukum Perdata …………………………………… 3
2.3. Definisi Hukum Perdata Menurut Para Ahli………………… 6
2.4. Sejarah Hukum Perdata ………………………………………. 7
2.4. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia ……………………….10
2.5. Sistematika Hukum Perdata ………………………………….. 13
2.6. Contoh-contoh Kasus Hukum Perdata ……………………….17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan …………………………………………………… 19
3.2. Saran ………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 21
33