Analisis Dampak Lalu Lintas trhadp lingkungan

25
Analisis Dampak Lalu Lintas Oleh : Ir. Tri Cahyono MSc, Dosen Fakultas Teknik UI Keterkaitan Antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan. Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling kait mengkait. Di dalam sistem transportasi, tujuan dari perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Acapkali kedua tujuan tersebut menimbulkan konflik. Hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan di atas, atau dengan kata lain: Proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan mengikat satu sama lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi atau aktivitas pembangunan. Hubungan antara Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tata Guna Lahan Hubungan antara fasilitas transportasi dengan pengembangan lahan secara skematik dapat dilihat pada gambar 1.1.

Transcript of Analisis Dampak Lalu Lintas trhadp lingkungan

Analisis Dampak Lalu Lintas

Oleh : Ir. Tri Cahyono MSc, Dosen Fakultas Teknik UI

 

Keterkaitan Antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan.

Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development)

saling kait mengkait. Di dalam sistem transportasi, tujuan dari

perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan

penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari

berbagai pemanfaatan lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan,

tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan

dan harus menguntungkan. Acapkali kedua tujuan tersebut

menimbulkan konflik. Hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari

analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan di

atas, atau dengan kata lain: Proses perencanaan transportasi dan

pengembangan lahan mengikat satu sama lainnya. Pengembangan lahan

tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem

transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani

kepentingan ekonomi atau aktivitas pembangunan.

Hubungan antara Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tata Guna

Lahan

Hubungan antara fasilitas transportasi dengan pengembangan

lahan secara skematik dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1

 

Hubungan ini memperlihatkan bahwa setiap upaya peningkatan

fasilitas transportasi akan berdampak terhadap perubahan tataguna

lahan apabila tidak ada upaya pengendalian. Pengendalian ini

sangat penting agar upaya peningkatan fasilitas transportasi

dapat bermanfaat dan berdayaguna seoptimal mungkin. Aksesibilitas

memegang peran penting bagi para pengembang lahan. Acapkali

justru para pengembang lahan yang menciptakan aksesibilitas ke

lokasi yang dikembangkan agar kepentingan investasi dapat

terwujud. Pembatasan yang kaku terhadap perubahan tataguna lahan

akan sulit dilakukan mengingat sifat manusia dan kota yang

dinamis. Untuk ini suatu keseimbangan antara perubahan tataguna

lahan dan fasilitas transportasi perlu dilakukan. Gambar 1.2

memperlihatkan ilustrasi upaya penyeimbangan tataguna lahan

dengan fasilitas transportasi.

Gambar 1.2.

Beberapa hal yang mempengaruhi perubahan lahan antara lain

sebagai berikut :

Kebijaksanaan pemerintah baik tingkat nasional maupun daerah

Perubahan pendapatan keluarga

Perubahan preferensi keluarga dan keinginan-keinginan

individual

Teknologi transportasi dan struktur biaya transportasi

Perubahan sistem transportasi

Tingkat pelayanan yang disediakan oleh sistem transportasi

Perencanaan Transportasi Kota Versus Perencanaan Tapak

Perencanaan transportasi kota secara tradisional

mengidentifikasi kebutuhan transportasi dari suatu pola tata guna

lahan yang ada dan yang direncanakan pada masa datang.

Berdasarkan basis tata guna lahan, maka melalui empat tahapan

proses perencanaan diproyeksikan kebutuhan fasilitas tranportasi

yang akan mendukung aktivitas suatu kota. Walaupun demikian

keluaran perencanaan transportasi kota tidak bersifat detail

seperti kinerja simpang, efek pengembangan lahan utama dalam

suatu zona tidak teridentifikasi.

 

Bangkitan Lalu Lintas dan Bangkitan Perjalanan

Bangkitan lalulintas dan bangkitan perjalanan secara

terminologi berbeda arti. Bangkitan lalulintas (traffic generation)

bangkitan pergerakan dalam satuan kendaraan yang timbul akibat

sesuatu aktivitas tataguna lahan. Sedangkan bangkitan perjalanan

(trip generation) merupakan bangkitan orang di dalam kepentingan

analisis di dalam perencanaan transportasi kota. Apabila di dalam

perencanaan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi telah

diperkirakan, maka dengan mengalikan nilai okupansi penumpang

rata-rata di dalam kendaraan akan didapatkan bangkitan

lalulintas.

Aksesibilitas

Sistem transportasi merupakan elemen dasar insfrastruktur

yang mempengaruhi pola perkembangan kota. Pengaruh berupa :

Perubahan tingkat pelayanan. Perjalanan ke pusat kota dari suatu

daerah pemukiman tertentu berubah dari waktu ke waktu. Akibat

pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan perjalanan semakin meningkat

yang pada gilirannya menyebabkan kemacetan lalu lintas.

aksesibilitas atau tingkat pelayanan ke pusat kota menjadi

menurun yang akhirnya merubah pola perkembangan kota. Pusat kota

menjadi tidak menarik lagi dan aktifitas bergeser mendekati

daerah pinggiran kota. Akhirnya terjadi perubahan daerah

pemasaran akibat aktivitas dan meningkatnya waktu perjalanan.

Proses Perencanaan Lokasi

Perencanaan lokasi (site planning) dan proses perancangan (design) pada

umumnya dimulai dari keputusan mengenai ukuran dan bentuk

bangunan serta posisinya pada suatu lahan. Peletakan bangunan

biasanya berdasarkan alasan alasan estetika dan visual. Peletakan

tempat parkir dan jalan-jalan sirkulasinya dirancang kemudian di

sekitar bangunan. Akhirnya lokasi pintu masuk dan pintu keluar

baru ditetapkan. Perbedaan awal pandangan antara arsitek bangunan

(pada umumnya) dan traffic engineer (kalaupun ada). Arsitek seialu

berorientasi pada bangunan terlebih dahulu, sedangkan traffic

engineer berorientasi pada sejauh mana kondisi kinerja lalu lintas

pada jalan di sekitar lahan dikaitkan dengan penempatan akses

masuk dan keluar. Kurangnya perhatian terhadap hubungan tataletak

bangunan dan akses dapat menyebabkan masalah-masalah sebagai

berikut:

Kemacetan di dalam lokasi lahan akibat kapasitas jalan

sirkulasi kurang memadai serta konfigurasi parkir yang

kurang mendukung

Kemacetan pada sistem jalan umum di luar lahan akibat

aktivitas yang terjadi di dalam lahan itu sendiri

Kemungkinan timbulnya kecelakaan lalulintas akibat tidak

terkendalinya konflik arus lalulintas

Keterbatasan fieksibilitas untuk penyesuaian rancangan atau

perubahan sistem pengoperasian.

Aktivitas Pengembangan Lahan

Kurang memadai kapasitas akses

Aktivitas Utama Detail Penggunaan(contoh)

Retail Makanan/Non makanan

Satu unit toko/sejumlahtoko

Pusat penjualan tanaman

Pompa bensin Usaha (employment) Perkantoran

Kawasan usaha (businesspark)

Kawasan Industri (industrialestate)

Pergudangan (warehousing) Perumahan (residential) Perumahan pribadi

Apartmen

Panti/tempat penampungan Pendidikan Sekolah (TK, SD, SMP, dan

SMU)

Universitas/PerguruanTinggi

Pusat kursus/Balaipelatihan

Hotel dan Restoran Hotel

Motel

Restoran Kesehatan Rumah sakit

Praktek Dokter

Puskemas Rekreasi Olahraga

Taman hiburan

Bioskop

Pusat kesenian

 

Sebelum memulai analisis dampak lalu lintas pertama kali kita

harus mengenali aktivitas-aktivitas yang dapat membangkitkan

perjalanan. Dengan mengenali deskripsi tataguna lahan, maka kita

dapat mengetahui perkiraan atraktif bangunan.

Di dalam suatu pengembangan lahan dapat saja beberapa aktivitas

digabung menjadi tataguna lahan campuran.

Pemahaman terhadap pengembangan lahan mutlak diketahui pada awal

analisis. Deskripsi yang perlu diketahui antara lain:

Aktivitas campuran penggunaan lahan;

Ukuran pengembangan;

Tempat dan bentuk lokasi;

Jumlah tenaga kerja;

Akses;

Jam pengoperasian;

Bentuk Pelayanan

Tahapan Pengembangan

Ukuran pengembangan, lokasi dan jumlah tenaga kerja merupakan

variabel sebagai basis estimasi bangkitan perjalanan (terminologi

yang lebih tepat adalah tarikan perjalanan). Walaupun demikian

jumlah tenaga kerja adalah variabel tersulit didapat mengingat

pada saat perencanaan hanya ukuran dan lokasi pengembangan saja

yang paling mungkin didapat.

Pengembangan lahan yang sudah ada (existing use) merupakan informasi

yang paling penting pada perencanaan perluasan. Dampak lalu

lintas bangunan yang ada dapat diukur langsung dan dapat

dijadikan pembanding. Walaupun demikian besaran bangungan dan

perilaku pengunjung akan berbeda. Hal ini disebabkan terdapat

kemungkinan perpidahan pengunjung dari bangunan lama ke bangunan

baru. Bangkitan pengunjung baru secara relatif tidak sebesar

sewaktu bangunan lama pertama kali dioperasikan. Dari semua

perencanaan tampak penerapan akses sangat penting dan harus

diperhatikan dari awal perencanaan.

Prediksi Bangkitan Perjalanan

Hal-hal yang perlu dikonsiderasikan :

Ukuran bangkitan perjalanan yang digunakan adalah bangkitan

kendaraan dan bukan bangkitan perjalanan individu orang

sebagaimana diprediksi di dalam perencanaan kota. Bangkitan

perjalanan individu yang tidak menggunakan kendaraan pribadi

secara tidak langsung tetap diperhatikan dengan penyediaan

fasilitas pendukung angkutan umum seperti jalur pejalan kaki dan

tempat menunggu bus (bus shelter). Hal ini dilakukan dengan asumsi

bahwasanya kendaraan pribadi merupakan kontribusi terbesar untuk

timbulnya konflik baru yang pada gilirannya menimbulkan dampak

bagi lingkungan sekitarnya.

Hal-hal yang harus dikonsider antara lain:

Waktu dimana lalu lintas pada jaringan jalan dalam keadaan

arus terpadat;

Waktu dimana lalu lintas yang menuju atau dari suatu

pengembangan dalam keadaan terbesar;

Bagaimana hubungan antara kedua waktu di atas terhadap

jaringan jalan maupun di dalam lokasi pengembangan;

Apakah terdapat variasi musiman baik pada jaringan jalan

maupun aktivitas di dalam lokasi pengembangan;

Bangkitan perjalanan pada saat tidak sibuk (off peak) kalau

dimungkinkan karena dibutuhkan untuk analisis dampak

lingkungan secara keseluruhan (standar studi Amdal).

Definisi satu kali perjalanan adalah satu kali perjalanan

kelokasi pengembangan atau satu kali perjalanan dari lokasi

pengembangan. Penggunaan perjalanan 2 arah (datang dan pergi)

harus tidak dipergunakan karena terminologi ini harus dinyatakan

sebagai 2 perjalanan.

Metode Perkiraan Bangkitan Perjalanan

Terdapat 4 metode didalam memperkirakan bangkitan perjalanan,

yaitu:

Menggunakan prinsip-prinsip utama (first principles);

Menggunakan persamaan (formulae);

Menggunakan model kompleks (complex models);

Melakukan perbandingan dengan mengembangkan yang sudah ada

dan mirip dengan yang direncanakan (comparison method).

 

Prinsip-prinsip Utama

Metode ini membuat asumsi-asumsi dasar dimana bangkitan

perjalanan diperkirakan terjadi seperti: kapan jam sibuk terjadi,

berapa banyak pekerja akan datang dan pergi dengan menggunakan

kendaraan pribadi, berapa banyak pengunjung akan datang dan pergi

dengan menggunakan kendaraan pribadi serta berapa nilai okupansi

kendaraan yang datang ke lokasi pengembangan. Metode ini sangat

tidak akurat, tetapi sangat berguna untuk memeriksa hasil dari

metode-metode lainnya.

Persamaan

Penelitian-penelitian dapat menghasilkan suatu formulasi

bangkitan perjalanan dengan menggunakan parameter-parameter

tertentu seperti luas bangunan, jumlah pekerja dan lain

sebagainya. Penggunaan persamaan ini harus sedikit hati-hati

mengingat kondisi suatu daerah dimana penelitian tersebut

dilakukan belum tentu sama dengan daerah dimana analisis dampak

lalu lintas akan dilakukan.

Model Kompleks

Sangat dimungkinkan untuk melakukan studi analisis dampak

lalu lintas menggunakan model kompleks berdasarkan suatu program

komputer seperti land use transportation model. Model ini akan

menghasilkan sebaran perjalanan serta pembebanan lalu lintas.

Formula bangkitan perjalanan pada umumnya sudah terdapat di dalam

model, walaupun demikian penggunaan model ini sering kurang

akurasi seperti penetapan zona analisis serta asumsi-asumsi

didalamnya, mengingat model ini pada umumnya digunakan untuk

perencanaan transportasi kota.

Studi Banding

Metode ini paling sering digunakan, khususnya untuk

pengembangan berskala lokal. Studi banding ini dapat dilakukan

secara langsung dengan melakukan survai pada objek yang sudah ada

dan mirip dengan objek yang akan dikembangkan. Selain itu studi

banding dapat dilakukan oleh instasi lain (di Amerika oleh

Institution of Traffic Engineer, di Inggris oleh Kumpulan data

yang dihimpun oleh konsultan-konsultan dan dihimpun dalam

database TRICS).

Tabel berikut Memperlihatkan contoh bangkitan perjalanan

dikaitkan dengan jenis aktivitas tata guna lahan.

Tabel Besaran dan unitisasi bangkitan perjalanan (Stover dan Koepke,

1983)

Jenis

Tataguna Lahan Jenis Pengembangan Bangkitan Per Hari

Perumahan Apartmen

Kondominium

Komonitas orang tua

5,7 per unit

5,1 per unit

3,3 per unit Institusi Pendidikan tinggi

Sekolah menengah

Sekolah dasar

Rumah sakit

Perpustakaan

Bangunan pemerintah

2,2 per mahasiswa

1,3 per siswa

1,0 per siswa

9,4 per tempat tidur

58,4 per pegawai

64,6 per 1.000 kaki persegi Komersial Pusat perbelanjaan

(regional)

Pusat perbelanjaan (lokal)

Perkantoran

Bank

Bengkel mobil

315 per netto are

949 per netto are

15 per 100 kaki persegi

43 per pegawai

57 per pegawai

Industri Industri aneka

Kawasan industri

79 per netto are

64 per netto are

Gudang 81 per netto are

 

Unitisasi untuk pengukuran bangkitan perjalanan lalu lintas harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:

Fungsional, berkaitan dengan volume lalu lintas yang

dibangkitkan;

Relatif mudah didapatkan dan diukur;

Menyediakan nilai-nilai yang konsisten.

 

Sedangkan masalah akurasi data sangat tergantung dari hal-hal

sebagai berikut:

Usia dari data;

Variasi harian;

Variasi lokasi;

Lalu lintas yang datang sejenak ke lokasi karena kebutuhan

lokasi tersebut pada jalur rute perjalanan sehari-hari oleh

yang bersangkutan (passer traffic);

Penggunaan lahan untuk berbagai bentuk usaha;

Okupansi rata-rata kendaraan;

Nilai variabilitas (minimum, maksimum, rata-rata, variasi

standar);

Jumlah sampel.

Contoh Soal

Sebuah toko serba ada berikut swalayan dibangun terletak

berseberangan dengan pusat perbelanjaan. Luas toko adalah 20.000

meter persegi GLA (Gross Lease Area). Diperkirakan setiap 100 meter

persegi GLA menimbulkan bangkitan perjalanan pada jam sibuk

sebesar 6 kendaraan. Diperkirakan 25% pengunjung datang dari

pusat perbelanjaan diseberangnya

Jawab:

Jumlah perjalanan pada jam sibuk = 6 x 20.000/100 = 1.200

perjalanan;

Bangkitan perjalanan baru ke toko serba ada = 0,75 x 1.200 =

900 perjalanan;

Bila diasumsikan kendaraan yang datang sebanding dengan kendaraan

yang keluar, maka pada jam sibuk bangkitan yang timbul akibat

toko serba ada adalah :

kendaraan datang = 0,5 x 900 = 450 kendaraan dan kendaraan keluar

= 450 kendaraan;

Akibatnya didalam analisis dampak lalu lintas jumlah 450

kendaraan yang datang dan keluar dijadikan basis untuk melihat

sejauh mana fasilitas infrastruktur jalan yang ada masih dapat

menampung tambahan lalu lintas dan bagaimana penempatan pintu-

pintu masuk dan keluar serta sirkulasi dan tempat parkir yang

harus disediakan.

Analisis Lalu Lintas

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

Di dalam analisis dampak lalu lintas terdapat tiga hal yang

harus di analisis. Pertama, analisis lalu lintas eksternal yang

melihat sejauh mana dampak tambahan lalu lintas akibat

pengembangan lahan baru terhadap sistem jaringan yang ada. Kedua,

analisis titik-titik akses yang melihat sejauh mana titik-titik

akses dipilih sehingga memberikan dampak negatif terkecil

terhadap lalu lintas eksternal. Ketiga, analisis lalu lintas

internal meliputi analisis sirkulasi jalan internal dan kebutuhan

tempat parkir kendaraan.

Analisis Lalu Lintas Eksternal

Perencanaan lalu lintas eksternal melibatkan dua komponen,

yaitu :

Lalu lintas berorientasi ke lokasi (site-oriented traffic), yaitu

lalu lintas dimana memiliki asal atau tujuan ke lokasi yang

direncanakan.

Lalu lintas tidak berorientasi ke lokasi (non site-oriented

traffic), yaitu lalu lintas yang tidak memiliki asal atau

tujuan ke lokasi tetapi melalui jalan dimuka atau disekitar

lokasi yang direncanakan (through traffic)

Site-Oriented Traffic

Site-Oriented Traffic relatif lebih mudah diperkirakan dibandingkan

dengan Non Site-Oriented Traffic karena hal-hal sebagai berikut:

Aktivitas penggunaan lahan diketahui dari perencanaan

arsitek dan pemilik bangunan;

Jumlah lalu lintas yang diperkirakan dapat ditentukan

secara langsung sesuai dengan metode-metode tertentu;

Sebaran lalu lintas dapat diperkirakan karena terbatas pada

jaringan jalan di sekitar lokasi.

Non Site-Oriented Traffic

Non Site-Oriented Traffic merupakan arus lalu lintas menerus yang

melalui lokasi pengembangan. Asal tujuan lalu lintas jelas tidak

diketahui pada level studi analisis dampak lalu lintas. Perkiraan

asal tujuan lalu lintas didapat dari studi perencanaan

transportasi kota berskala makro. Di dalam studi analisis dampak

lalu lintas pencatatan lalu lintas menerus dilakukan dengan

survai primer mencatat langsung besarnya lalu lintas saat ini dan

dengan faktor perumbuhan dapat diperkirakan lalu lintas pada saat

dibangun direncanakan di buka.

Sebaran dan Pembebanan Lalu Lintas

Metode Sebaran dan Pembebanan Lalu Lintas

Untuk Site-Oriented Traffic, metode sebaran lalu lintas (traffic

distribution) dan pembebanan lalu lintas (traffic assignment) dapat

dilakukan secara bersamaan. Di dalam analisis dampak lalu lintas,

metode sebaran lalu lintas dapat dilakukan beberapa cara, antara

lain: Direct Knowledge; Isochrones; Gravity Model; Oppurtunity

Model.

 

Direct Knowledge

Salah satu contoh aplikasi ini adalah relokasi kantor, dengan

dasar pengetahuan tempat tinggal karyawan, maka untuk kantor baru

sebaran dan pembebanan lalu lintas dapat langsung diketahui. Hal

ini juga dapat dilakukan untuk perluasan suatu usaha seperti

pusat perbelanjaan. dengan melakukan survai pada kondisi

eksisting, maka sebaran dan pembebanan lalu lintas akibat

pertambahan lalu lintas dapat dianggap sama dengan kondisi saat

ini.

Isochrones

Pendekatan ini sering digunakan dengan mengembangkan Primary

Market Area (PTA) yang disesuaikan dengan waktu perjalanan rata-

rata. Sebagai contoh Tabel berikut memperlihatkan PTA untuk

berbagai aktivitas tata guna lahan.

Tabel Primary Trade Area untuk Berbagai Tata guna Lahan

Jenis Aktivitas TatagunaLahan

Waktu Tempuh Maksimum PTA

Pusat Perbelanjaan Regional

20-30 menit

Pusat Perbelanjaan 15-20 menit Pertokoan Lokal 10 menit Kawasan Industri 30 menit

 

Contoh Soal

Direncanakan toko serba ada berikut pasar swalayan sesuai contoh

pada besaran dan unitisasi bangkitan perjalanan, akan dibangun di

lokasi seperti terlihat pada gambar 5.1a berikut :

Secara singkat analisis dampak lalulintas dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Bangkitan lalulintas pada jam sibuk sudah diperkirakan pada

contoh soal pada besaran dan unitisasi bangkitan perjalanan dan

didapat 450 kendaraan menuju ke lokasi dan 450 kendaraan

meninggalkan lokasi.

2. Kemudian, dicari PTA (primary trade area), yaitu waktu tempuh

sekitar 15 hingga 20 menit yang kemudian digambarkan isochome-

nya seperti terlihat pada Gambar 5.1 b.

3. Bila persentase sebaran lalulintas dianggap linier dengan

jumiah penduduk, maka dengan diketahuinya jumiah penduduk pada

zone-zone analisisnya di dalam isochorne-nya persentase sebaran

lalulintas juga akan diketahui seperti terlihat pada berikut :

Tabel Perkiraan Persentase Sebaran Lalulintas (Contoh Soal)

ZoneAnalisis Jumiah Penduduk Persentase Sebaran

Lalulintas A 1 0.000 jiwa 25,00% B 5.000 jiwa 12,50% C 7.500 jiwa 18,75% D 5.000 jiwa 12,50% E 12.500 jiwa 31,25% Total 40.000 jiwa 100,00%

 

4. Sebaran lalulintas kemudian dicari dengan mendistribusikan ke

zone-zone analisis jumiah total bangkitan lalulintas seperti

terlihat pada berikut. Kemudian dibebankan ke dalam sistem

jaringan jalan seperti terlihat pada Gambar 5.1c.

 

Tabel Sebaran Lalulintas Toko Serba & Pasar Swalayan (Contoh Soal).

ZoneAnalisis

PersentaseSebaranLalulintas

VolumeDatangLokasi Pada

JamSibuk

VolumeKeluarLokasi Pada

JamSibuk

 A 25,00% 1 1 3 kendaraan 1 1 3 kendaraan

B 12,50% 56 kendaraan 56 kendaraan

C 18,75% 84 kendaraan 84 kendaraan

D 12,50% 56 kendaraan 56 kendaraan

E 31,25% 141 kendaraan 141 kendaraan

Total 100,00% 450 kendaraan 450 kendaraan

 

Dengan menambahkan volume arus menerus (through traffic), maka dapat

diukur kinerja simpang maupun ruas di sekitar lokasi apabila

perbedaan sebelum dan sesudah ditambah bangkitan lalu lintas

akibat pengembangan lahan cukup besar di atas kapasitas, maka

harus dilakukan upaya-upaya perbaikan.

Gravity Model

Aplikasi Gravity Model sama dengan proses yang umum dilakukan untuk

sebaran perjalanan pada perencanaan transportasi kota. Persamaan

umum adalah sebagai berikut:

Xij = aPj Tijb

Dimana

Xij = proporsi perjalanan (dalam satuan kendaraan) dari zona

I (zona lokasi pengembangan) ke zona

Pj = proporsi dari zona j

Tij = waktu tempuh/jarak/biaya antar zona I dan j

a,b = koefisien distribusi ( b selalu negatif, dan nilai

sebesar –2 pada umumnya terlalu rendah.

Opportunity Model

Model ini merupakan model yang kompleks dimana semua efek

alternatif pengembangan diperhatikan. Salah satu aspek yang

menarik adalah perencanaan pusat perbelanjaan. Bangkitan

perjalanan (dan lalulintas) pada shopping model yang digunakan oleh

pengembang retail pada dasarnya berbasis aspek perputaran uang

(financial turnover) dan bukan perjalanan. Di dalam model ini perlu

dikaji hubungan antara perputaran uang dengan perjalanan

khususnya yang berkaitan dengan pusat perbelanjaan.

 

Format Analisis Dampak Lalu lintas

Kapan Suatu Pengembangan Harus Melakukan Analisis Dampak

Lalulintas ?

Di Indonesia pengaturan analisis dampak lalulintas belum

sebaku analisis dampak lingkungan (Amdal). Di DKI Jakarta

acapkaii analisis dampak lalulintas dijadikan bagian dari

analisis dampak lingkungan, khususnya sewaktu membahas aspek

transportasi.

Tidak semua pengembangan harus melakukan kajian analisis

dampak lalulintas, khususnya pengembang berskala kecil.

Permasalahan definisi skala kecil perlu ditetapkan. Sedangkan

skala yang sangat besar sehingga merupakan kota di dalam kota

mungkin harus dilakukan suatu studi makro terlebih dahulu

(perencanaan transportasi kota) sebelum masuk ke kajian analisis

dampak lalulintas untuk unit-unit bangunan di dalamnya.

"Warrant"Analisis Dampak Lalulintas di Inggris

Sebagai ilustrasi di lnggris telah dibuat warrant untuk

kajian analisis dampak lalulintas (TUE, 1997), yaitu:

pengembangan perumahan yang melebihi 200 unit bangunan kawasan

niaga dengan gross floor area (GFA) melebihi 5.000 meter persegi

pergudangan dengan GFA melebihi 10.000 meter persegi pertokoan

dengan G FA melebihi 1 000 meter persegi 100 perjalanan

(kendaraan) masuk dan keluar pada jam sibuk ke suatu bangunan

atau bangunan dengan memiliki petak parkir untuk 100 kendaraan

atau lebih dengan akses tunggal ke jalan umum terdekat.

Laporan Analisis Dampak Lalulintas

Laporan analisis dampak lalulintas (modifikasi dari TUE,1997)

setidak-tidaknya berisi hal sebagai berikut:

1. Ringkasan Non-Teknis, berisi resume non teknis mengenai

deskripsi pengembangan dan proyeksi lalulintas.

2. Kondisi Saat lni, berisi deskripsi keadaan lalulintas saat ini

termasuk juga fasilitas infrastruktur transportasi di sekitar

lokasi, manajemen lalulintas, fasilitas angkutan umum dan

kebijakan transportasi yang diterapkan oleh pemerintah daerah

setempat (seperti retribusi parkir dan lain sebagainya).

3. Proposal Pengembangan, berisi deskripsi bangunan yang

direncanakan dibangun dengan semua aspeknya seperti koefisien

dasar bangunan, luas bangunan dan jumiah petak parkir.

4. Bangkitan Lalu lintas, berisi kuantifikasi perkiraan bangkitan

lalulintas yang timbul bedasarkan suatu metode yang digunakan.

Perkiraan ini harus menunjukan bangkitan lalulintas per hari

dan pada jam sibuk (baik jam sibuk lalulintas di jalan maupun

jam sibuk di dalam lokasi). Perkiraan ini meliputi kondisi

pada hari kerja dan hari libur (khususnya yang dapat

membangkitkan lalulintas pada hari libur). Apabila terdapat

tahapan pengembangan juga harus dikaji bangkitan lalu

lintasnya.

5. Sebaran Lalulintas, berisi deskripsi daerah pengaruhnya dan

konsiderasinya, identifikasi jenis-jenis perjalanan

(perjalanan utama dan perjalanan bukan utama), identifikasi

sistem jaringan jalan dan zona analisisnya yang diakhiri

dengan kuantifikasi sesuai bangkitan lalulintas dan waktu

pengamatan yang dibahas pada butir 4 di atas.

6. Pembebanan Jaringan Jalan, berisi antara lain identifikasi

rute-rute lalulintas utama, pembahasan konflik pada simpang-

simpang terdekat dan titik-titi akses.

7. Upaya Penanggulangan. berisi usulan penanggulangan apabila

pembebanan lalu lintas menyebabkan kinerja jaringan jalan

menjadi buruk serta tahun target pengujiannya (sewaktu

bangunan dioperasikan secara penuh atau tahapan apabila

pengembang melakukannya).

8. Dampak Sistem Jaringan Jalan, berisi kajian dari perubahan

detail rancangan, apakah terdapat kondisi yang tidak memenuhi

standar, aspek-aspek keselamatan lalulintas dan fasilitas

angkutan umum serta pejalan kaki.

9. Sirkulasi Internal, berisi rancangan sirkulasi internal,

titik-titik akses ke lokasi serta rancangan tempat parkir dan

fasilitas menaikan dan menurunkan barang serta fasilitas untuk

kondisi darurat.

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest