DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI ...
DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Studi di Kelurahan Sungai Benteng
Kabupaten Sarolangun)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1)
Dalam Prodi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Syariah
Oleh :
MUHAMMAD FERIANSYAH
NIM.SIP162387
PEMBIMBING :
Dr. Rahmi Hidayati S.Ag., M.HI
Sigit Hartono.,MA
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020M/1441H
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Feriansyah
Nim : SIP162387
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Falultas : Syariah
Alamat : Dusun Purwosari Kelurahan Sungai Benteng Kecamatan Singkut
Sarolangun-Jambi
Menyatakan dengan sesungguh nya, bahwa skripsi yang berjudul: “DAMPAK
PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP
PELAYANAN PUBLIK ( Studi Di Kelurahan Sungai Benteng Kabupaten
Sarolangun)” adalah hasil karya pribadi yang tidak mengandung plagiarism dan berisi
materi yang dipublikasikan atau ditulis oranglain, kecuali kutipan yang telah
disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka penulis siap mempertanggung
jawabkan sesuai hokum yang berlaku dan ketentuan UIN Sultan Thaha Syaifuddin
Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.
Jambi, 04 Maret 2020
Yang menyatakan
Muhammad Feriansyah
NIM.SIP.162387
iii
Jambi, 04 Maret 2020
Pembimbing I : Dr. Rahmi Hidayati S.Ag., M.HI
Pembimbing II : Sigit Hartono, MA
Alamat : Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Jl. Jambi- Ma. Bulian KM.16 Simp. Sungai Duren Kab.
Muaro Jambi 31346 Telp (0741) 582021
Kepada Yth,
Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikum wr wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka kami berpendapat
bahwa skripsi saudara Muhammad Feriansyah, SIP162387 yang berjudul: “DAMPAK
PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP
PELAYANAN PUBLIK ( Studi Di Kelurahan Sungai Benteng Kabupaten
Sarolangun)” telah di setujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna
melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Syaifuddin
Jambi.
Demikian kami ucapkan terimakasih semoga bermanfaat bagi kepentingan
Agama Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum wr wb
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Rahmi Hidayati S.Ag., M.HI Sigit Hartono, M.A
NIP: 19711201992032001 NIDN: 2018038303
v
MOTTO
دوا اهن يهأمركم للاه ان ا الى الهمنت تؤه اذها اههلهه كهمتم وه بهينه حه ا للاه ان بالعهدل تهحكموا اهن الن اس للاه ان به يهعظكم نعم بهصيرا سهميعا كهانه
Artinya :
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik
yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, dan
Maha Melihat” (QS. Annisa : 58)1
1 Anonim, Al Qur’an, “(QS. Annisa : 58) Jakarta : Toha Putra, 1989
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Dengan Menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT. kupersembahkan Skripsi ini
kepada :Ayahanda Winaryo dan Ibunda Haria Ningsih Panutan hidup yang akan
selalu kubanggakan dan kumuliakan. Kasih dan sayang keduanya tak akan
terungkapkan dengan lisan, dan tak akan pernah sanggup kubalas dengan perbuatan.
Sebagai bakti dan sembah sujudku, kudo’akan semoga beliau selalu diberikan
kesehatan dan kekuatan, serta umur yang panjang, limpahkanlah rizki yang baik dan
halal menuju jalan yang diridhai Allah swt.
Teruntuk kakak adikku tersayang Windi Megayani S.Pd dan Muhammad Bayu Haqiki
yang selalu menjadi motivasi, memberikanku semangat dan inspirasi. Serta keluarga
besarku yang telah memberikan cinta kasih yang begitu luarbiasa.
Kepada para teman-teman MENDALO RAYA, Nadila, IP F, IP’16
yang berkenan meluangkan waktunya untuk sekedar berbagi dan
bertukar pikiran dalam penyusunan skripsi ini. Semoga pengorbanan
dan motivasi yang kalian berikan membawa berkah dan rahmat
terhadap karya ini dikemudian hari.Dan semoga Allah swt.senantiasa
mencurahkan kasih dan sayangnya kepada kita semua.Aamiin.
vii
ABSTRAK
MUHAMMAD FERIANSYAH (SIP162387), dengan judul “Dampak Perubahan
Status Desa Menjadi Kelurahan Terhadap Pelayanan Publik (Studi di Kelurahan
Sungai Benteng Kabupaten Sarolangun)”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui proses/mekanisme perubahan status desa menjadi kelurahan dan dampak
yang ditimbulkan terhadap pelayanan publik dari sebuah perubahan status Desa
menjadi Kelurahan. Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
degan pengumpulan data yang diperloleh melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Berdasarkan dari hasil penelitian bahwasanya proses perubahan Desa
Sungai Benteng menjadi Kelurahan Sungai Benteng tidak sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan pada Peratuan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2006 Tentang
Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan Status Desa Menjadi
Keluraahan. Karena perubahan tersebut merupakan kebijakan yang diambil Pemerintah
Daerah Kabupaten Sarolangun tanpa adanya keterlibatan Pemerintah Desa Sungai
Benteng. Sedangkan dampak yang terjadi dalam hal pelayanan publik setelah beralih
menjadi kelurahan yaitu syarat-syarat akan pelayanan yang berubah dan ada
penambahan, juga dalam hal sarana dan prasarana pelayanan publik di Kelurahan
Sungai Benteng mengalami peningkatan.
Kata kunci : Desa, Kelurahan, Pelayanan Publik
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah mencurahkan hidupnya untuk menyempurnakan
akhlak dan menjadi rahmat bagi umat manusia.
Skripsi ini adalah salah satu wujud di antara karunia Allah yang di limpahkan
kepada penulis melalui kemampuan mencurahkan pemikiran kedalam rangkaian karya
tulis ini. Selanjutnya penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi mahasiswa untuk
memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Disamping itu juga penulis ingin menyumbangkan karya demi nusa
dan bangsa dan agama.
Adapun judul skripsi ini adalah “Dampak Perubahan Status Desa Menjadi
Kelurahan Terhadap Pelayanan Publik (Studi Di Kelurahan Sungai Benteng Kabupaten
Sarolangun).”
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, Penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa
bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu penulis merasa
bersyukur kehadirat Allah SWT dan menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof Dr. H Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
2. Bapak Dr. Sayuti Una S.Ag., MH selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, S.Th,I., MA., M.IR., Ph.D selaku Dekan I di bidang Akademik
dan Kelembagaan, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH selaku Dekan II di bidang
Administrasi umum, keuangan dan perencanaan , dan Bapak Dr. H. Ishaq, SH.,
M.Hum selaku Dekan III di bidang kemahasiswaan dan kerjasama.
4. Ibu Dr Irmawati Sagala, S.IP., M.SI selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan
Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I., M.Hum selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
5. Ibu Dr. Rahmi Hidayati S.Ag., M.HI selaku pembimbing I dan Bapak Sigit Hartono,
M.A selaku pembimbing II.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
7. Karyawan Fakultas Syari’ah dan perpustakaan Fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibu seluruh pegawai Kantor Kelurahan Sungai Benteng yang banyak
meluangkan waktu untuk menjadi informan dalam penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak
langsung.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya atas bantuan dan bimbingan yang
x
telah diberiakan kepada penulis. Akhirnya kepada Allah SWT lah segala usaha dan
upaya penulis bersedih diri. Besar harapan kami semoga skripsi ini ada manfaatnya.
Jambi, 04 Maret 2020
Penulis
MUHAMAD FERIANSYAH
NIM. SIP.162387
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
PENGESAHAAN PANITIA DINAS ................................................ iv
MOTTO ............................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 9
C. Batasan Masalah .................................................................. 9
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................... 10
E. Kerangka Teori .................................................................... 11
F. Tinjauan Pustaka.................................................................. 23
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 29
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 31
xii
E. Teknik Analisis Data ........................................................... 33
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 34
G. Jadwal Penelitian ................................................................. 35
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
A. Sejarah singkat Kelurahan Sungai Benteng ......................... 37
B. Letak Geografis Kelurahan Sungai Benteng ....................... 38
C. Demografi Kelurahan Sungai Benteng ................................ 39
D. Sarana dan Prasarana .......................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Bagaimana Proses Terbentuknya Desa Sungai Benteng
Menjadi Kelurahan Sungai Benteng..................................... 48
B. Bagaimana Dampak Perubahan Status Desa Sungai Benteng
Menjadi Kelurahan Terhadap Pelayanan Publik ................. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 66
B. Saran .................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan status Desa menjadi Kelurahan merupakan wujud dari peran
Otonomi Daerah. otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah daerah yang bersifat
operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan dengan tujuan mencapai
efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Penyerahan urusan
tersebut diharapkan akan mampu menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai
bidang, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah
dalam proses pertumbuhan (pembangunan).2 Penyelenggaraan asas otonomi daerah
tidak lepas dari peranan desa dan kelurahan sebagai tingkatan pemerintahan paling
rendah dalam tatanan otonomi daerah di Indonesia. Seiring berjalanya waktu
desa/kelurahan sangatlah diperhitungkan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.Salah satu tugas pokok pemerintah yang terpenting adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu organisasi pemerintah sering disebut
“Pelayan Masyarakat” (Publik Servant). Masalah pelayanan publik adalah merupakan
masalah yang sangat penting. Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik memberikan angin segar bagi seluruh masyarakat yang
2 HAW Widjaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta. Raja Grafindo, 2004,
hlm.22.
selalu beraktifitas dengan pelayanan pemerintah. Pemberian pelayanan kepada
masyarakat tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat, namun juga oleh pemerintah
daerah yang dalam kaitan ini pelayanan diberikan oleh pemerintah desa dan kelurahan.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan
serta pembangunan, maka dipandang perlu Indonesia status desa menjadi kelurahan.
Menurut Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa, desa ialah kesauan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kpentingan masyarakat setempat berdasak an prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.3
Adapun menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006
Tentang Pembentukan, Penghapusan, penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa
Menjadi Kelurahan disebutkan bahwa kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai
perangkat kabupaten/kota dalam wilayah kerja kecamatan. Perubahan status desa
menjadi kelurahan dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan di
daerah.4
Perubahan status desa menjadi kelurahan akan membawa dampak pada
berbagai aspek kehidupan masyarakat baik masyarakat desa maupun unsur
3 Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa. 4 Pasal 9 ayat 3 (f) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Pembentukan, penghapusan, penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.
pemerintahan desa. Masyarakat akan dibawa kepada sistem pengaturan dan pelayanan
masyarakat berdasarkan sistem birokrasi pemerintah daerah. Sedangkan untuk
pemerintah desa akan berubah secara mendasar yaitu terhapusnya lembaga perwakilan
masyarakat, terhapusnya sistem pemilihan dalam pengangkatan pimpinan, karena
kelurahan merupakan perangkat daerah atau lembaga struktural dilingkungan
pemerintah kabupaten/kota dan pengangkatan pegawai dilingkungan kelurahan sesuai
persyaratan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Penelitian ini difokuskan terhadap perubahan pelayanan publik yang terjadi
setelah perubahan status desa menjadi kelurahan, Khususnya pada aspek pelayanan
yang bersifat adminstratif. Pelayanan administratif yaitu layanan yang menghasilkan
bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik seperti surat keterangan domisili,
rekomendasi pembuatan KTP, rekomendasi pembuatan IMB, rekomendasi Kartu
Keluarga, Surat Keterangan Penguasaan Fisik Tanah, dan lain sebagainya.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 12 Tahun 2009
menyebutkan bahwa tujuan berubahnya status desa menjadi kelurahan atau
pembentukan kelurahan adalah untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan perkembangan pembangunan dan sosial kemasyarakatan.5
Pada dasarnya pelayanan publik pada tingkat kelurahan memegang peranan
yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan bersinergi terhadap
5 Pasal 2 (1) (2)Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun No. 12 tahun 2009 Tentang
pembentukan Kelurahan Sungai Benteng, Kelurahan Pauh, Dan Kelurahan Limbur Tembesi.
pelayanan daerah, hal tersebut terlihat melalui standar operasional pelayanan (SOP)
yang dirancang pemerintah daerah, tentunya berlandaskan pemahaman bahwa
kelurahan sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar
penduduk bermukim. Peralihan status desa menjadi kelurahan menimbulkan banyak
perubahan, salah satunya dalam aspek pelayanan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
utama pembentukan kelurahan itu sendiri.
Kelurahan Sungai Benteng merupakan satu diantara ketiga desa yang berubah
statusnya dari Desa menjadi Kelurahan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Sarolangun No. 12 Tahun 2009. Kelurahan Sungai Benteng sendiri adalah
satu-satunya desa yang statusnya kelurahan di Kecamatan Singkut.
Menurut salah satu mantan anggota Badan Permusyawaratan Desa. Bapak
winaryo menyebutkan, bahwa pada awalnya desa Sungai Benteng Menolak akan
Perubahan Status tersebut. Dikarenakan perubahan tersebut tidaklah sesuai dengan
prosedur dan mekanisme yang telah diatur oleh undang-undang yang berlaku pada saat
itu. Maka dari itu juga perlunya peninjauan kembali akan mekanisme pembentukan
desa Sungai Benteng menjadi Kelurahan Sungai Benteng.6
Pelayanan publik pada tingkat Desa dan Kelurahan memang tidak sama, begitu
pula yang terjadi di kelurahan Sungai Benteng sebelum beralih status menjadi
kelurahan, untuk desa standar pelayanan minimal telah diatur dalam Permendagri
66 Wawancara bapak winaryo, Anggota BPD Desa Sungai Benteng 2009.
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Desa sedangkan
kelurahan diatur oleh ketentuan setiap Peraturan Daerah masing-masing. Mengingat
Desa Sungai Benteng merupakan Jantung dari Kecamatan Singkut maka dipandang
perlu mengubah Statusnya Menjadi Kelurahan. Besar harapan Masyarakat setelah
menjadi Kelurahan akan memberikan dampak terhadap pelayanan publik dan
pembangungan. Berlandaskan latar belakang tersebut, peneliti dalam hal ini terdorong
untuk mengkaji judul tentang DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI
KELURAHAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Studi Di Kelurahan Sungai
Benteng Kabupaten Sarolangun).
B. Rumusan Masalah
Berdasasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut;
1. Bagaimana proses terbentuknya desa Sungai Benteng menjadi kelurahan?
2. Bagaimana dampak perubahan desa Sungai Benteng menjadi kelurahan
terhadap dampak pelayanan publik?
3. Bagaimana Peran lurah dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di
Kelurahan Sungai Benteng?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pada pokok masalah diatas, yang dimana dengan judul
pembahasan tentang dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap
pelayanan publik, maka penelitian ini difokuskan pada dampak pelayanan publik yang
ditimbulkan setelah perubahan status menjadi kelurahan. Yang dimana nanti akan
menimbulkan dampak perubahan didalam sektor pelayanan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang di harapkan dari penelitian ini adalah ;
1. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan Desa menjadi Kelurahan di
Kelurahan Sungai Benteng.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak yang ditimbulkan dari perubahan
status desa menjadi kelurahan terhadap pelayanan publik di Kelurahan Sungai
Benteng.
3. Untuk mengetahui sejauh mana peran lurah dalam meningkatkan Kualiatas
pelayanan publik di Kelurahan Sungai Benteng.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa pihak diantaranya :
1. Untuk fakultas, penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
literature pada fakultas syariah dan jurusan ilmu pemerintahan.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu menjadikan landasan acuan
dalam lebih meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kelurahan Sungai
Benteng khususnya dan Birokrasi Pemerintahan lain umumnya.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini sebagai bahan kontrol dan pengawasan terhadap
kinerja aparatur pemerintahan (participation).
4. Bagi penulis, penelitian ini untuk menambah wawasan keilmuan penulis dalam
bidang yang ditekuni khususnya bidang pemerintahan.
F. Kerangka Teori
1. Konsep Pemerintahan Daerah
a. Pengertian pemerintahan Daerah
Menurut W.S Sayre pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai
organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaanya.
Selanjutnya menurut David Apter , pemerintah adalah satuan anggota yang paling
umum yang memiliki tanggung jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang
mencakupnya dan monopoli praktis yang menyangkut kekuasaan paksaanya.7
Selanjutnya, Daerah adalah lingkungan pemerintah : wilayah, daerah diartikan
sebagai bagian permukaan bumi; lingkungan kerja pemerintah, wilayah; selingkup
tempat yang dipakai untuk tujuan khusus, wilayah ; tempat-tempat sekeliling atau yang
dimaksud dalam lingkungan suatu kota; tempat yang terkena peristiwa sama; bagian
permukaan tubuh.8
Lain halnya dengan C.F Strong yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah
adalah organisasi dimana diletakan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat atau
tertinggi. Pemerintahan dalam arti luas merupakan sesuatu yang lebih besar dari pada
suatu badan atau kelompok.9
7 Inu Kencana Syafiie, Pengantar ilmu pemerintahan,Jakarta, Refika Aditama,2010. 8 G. Setya Nugraha, R. Maulana f, kamus besar Bahasa Indonesia. Surabaya, hlm 145. 9 Fahmi amrusi dalam Ni’matull Huda, Hukum Pemerintah Daerah, Nusamedia: Bandung,
2012, hlm28.
Berdasarkan Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur dengan
Undang-undang Indonesia. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah.
Kemudian pada pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaran
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
menurut asas otonomi seluas-luasnya dalam sistem prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
b. Kewenangan Pemerintah Daerah
Secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan
dengan istilah Belanda “bevoegdheid” (yang berarti wewenang atau berkuasa).
Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan,
karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang
diperbolehnya. Keabsahan tindakan pemerintahan diukur berdasarkan wewenang yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Perihal kewenangan dapat dilihat
Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi kepada Badan Publik dan Lembaga
Negara dalam menjalankan fungsinya. Wewenang adalah kemampuan bertindak yang
diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan
hukum.10
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki
seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian
kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan
menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal yang
dimiliki oleh pejabat institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting dalam
kajian hukum tata negara dan hukum administrasi negara. Begitu pentingnya
kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. stronik dan J.G. Steenbeek menyebut
sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara.11
Menurut pasal 13 ayat (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, yang menjadi kewenangan dari pemerintah Daerah tingkat
provinsi adalah sebagai berikut :
1. Urusan pemerintahan yang lokasinya lintas daerah Kabupaten/kota
2. Urusan pemerintahan yang penggunaanya lintas daerah Kabupaten/Kota
3. Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah
Kabupaten/kota
10 SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1997, hlm154. 11 Ridwan HARI. Hukum Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2013.
4. Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh daerah provinsi
Pemberian kewenangan pemerintahan daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahanya, dilaksanakan melalui suatu proses yang disebut desentralisasi kepada
daerah-daerah otonom atau dikenal dengan otonomi daerah. Desentralisasi memiliki
dua bentuk yaitu poltik dan administratif. Desentralisasi politik yaitu wewenang untuk
membuat keputusan dan melakukan kontrol tertentu terhadap sumber daya yang
diberikan kepada pemerintah lokal dan regional. Desentralisasi administratif adalah
suatu delegasi wewenang pelaksanaan yang diberikan kepada pejabat pusat ditingkat
lokal. Kewenanganya mulai dari penetapan peraturan sampai keputusan substansial.12
2. Konsep Pemerintahan Desa
a. Pengertian Desa
Menurut Undang-undang Indonesia.5 tahun 1979, Desa adalah suatu wilayah
yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang didalamnya
merupakan kesatuan hukum yang memiliki organisasi pemerintahan terendah langsung
dibawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
(otonomi)dalam ikatan negara Kesatuan Republik Indonesia.13
12 La Ode Bariun, Hakikat Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Penyelesaian Sengketa
Hasil Pemilihan Kepala Daerah Yang Berkeadilan. Disertasi. Program pasca sarjana. Universitas
Hasanudin. Makasar, 2015,hlm.136 13 Pasal 5 Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Pengertian desa kemudian diterangkan kembali dalam pasal 1 Undang-undang
Nomor 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu sebagai berikut :
a. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan
nasional dan berada di daerah kabupaten.
b. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang memiliki kegiatan utama
pertanian, pengelolaan sumber daya alam, kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi. 14
Diindonesia, istilah desa itu sendiri berbeda-beda diberbagai wilayah. Sebagian besar
istilah tersebut umunya sesuai dengan bahasa daerah yang digunakan oleh penduduk
setempat.
b. Pemerintahan Desa.
Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.15
14 Pasal 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah 15 Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Menurut peraturan pemerintah Nomor 72 tahun2005 tentang Desa, disebut
bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang unutk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.16
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari
perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat
daerah. Berbeda dengan kelurahan, desa memeiliki hak mengatur wilayahnya lebih
luas. Namun dalam perkembanganya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi
kelurahan. Dalam perubahan tentang desa menurut UU Indonesia. 5 tahun1979 kepada
desa menurut UU Indonesia.22 tahum 1999 diperlukan pemahaman dan mengetahui
perubahan kedua Undang-undang tersebut pemerintahan desa dan perangkat desa serta
masyarakat desa mengetahui perubahan nama, fungsi kelembagaan desa, hubungan
vertical dan horizontal dan mengetahui transparasi dan akuntabilitas dalam
melaksanakan tugas. 17
c. Kepala Desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintah desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali
16 Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa 17 Widjaja. HAW,2003, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh,
Bukit besar : PT Raja Grafindo Persada, hlm 20
masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan peraturan desa yang
telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa dipilih langsung melalui
Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat. Selanjutnya syarat-
syarat wajib untuk mencalonkan menjadi kepala desa telah diataur dalam UU RI pasal
32 Indonesia. 6 tahun 2014 tentang Desa.
d. Perangkat Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa (PP 72/2005).
Menurut PP 72/2005, pengagkatan perangkat desa ini merupakan salah satu tugas
kepala desa secara mandiri, tidak ada campur tangan atau rekomendasi dari camat.
Berangkat dari tugas itu, pihak yang keberatan dengan keputusan Kepala desa dapat
mengambil langkah soal kecacatan hukum dalam pengangkatan perangkat desa itu,
yakni dengan mengajukan keberatan kepada kepala desa yang kemudian diputuskan
apakah diselenggarakan seleksi ulang kemudian memberhentikan perangkat desa atau
tidak. Hal ini merupakan wewenang Kepala desa, perangkat Desa terdiri atas :
a. Sekertariat Desa
b. Pelaksana kewilayahan
c. Pelaksana Teknis
Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 bertugas membantu kepala
desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat desa diangkat oleh
kepala desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/walikota. Dan
perangkat desa bertanggung jawab oleh kepada Kepala Desa. Ketentuan lebih lanjut
mengenai Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal48, Pasal 49, dan Pasal
50 ayat (1) diatur dalam Peraturan DaerahKabupaten/Kota berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
e. Otonomi Desa
Otonomi desa adalah gambaran tentang desa yang mandiri, memilik hukum
sendiri, memiliki kekayaan sendiri dan mampu memberikan kesejahteraan, kerukunan
dan kedamaian bagi warga desa.
Masyarakat desa yang otonom adalah masyarakat yang membawa dalam dirinya
sendiri unsur kemerdekaan dan kebebasan. Kebebasan dan kemerdekaan untuk
berperaturan sendiri dan mengatur dirinya sendiri. Tetapi sifat masyarakat otonom
selalu statis. Otonomi desa, sebaliknya. Ia adalah capaian dari usaha desa yang
dilandasi motivasi. Motivasi untuk berada pada pusat hubungan antar agen atau subjek.
Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan
pemberian dari pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa
dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata,
memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut dimuka pengadilan.
3. Konsep Pemerintahan Kelurahan
Pengertian kelurahan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005
tentang Kelurahan yang terdapat pada Pasal 1 ayat (5) dan pasal 2 ayat (1) sampai ayat
(6) adalah sebagai berikut : “ kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat
Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan “. Dan ketentuan lebih
lanjutnya dijabarkan dalam bentuk Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang
Kelurahan sebagaimana disebutkan pada pasal 3 ayat (1) Kelurahan merupakan
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang berkedudukan diwilayah kecamatan. Ayat (2)
Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui camat. Ayat (3) Lurah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat
dari Pegawai Negeri Sipil.
Sedangkan pada ayat 4 memuat syarat untuk menjadi seorang pejabat lurah
sebagaimana pada ayat (4) syarat-syarat lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
a. Fungsi Kelurahan
Sebagaimana pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 dimana salah satu
pasalnya mengatur tentang pembentukan kelurahan yang tertuang dalam Pasal 229.
Dimana diketahui sebelum Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menjadi dasar lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 73
tahun 2005 tentang Kelurahan. Dalam peraturan pemerintahan ini mengatur secara
rinci tentang pembentukan kelurahan sebagaimana pada pasal 2 (1) Kelurahan dibentuk
di wilayah kecamatan. (2) pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang
bersandingan, atau pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih.
(3) Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sekurang-
kurangya memenuhi syarat :
1. Jumlah penduduk
2. Luas Wilayah
3. Bagian Wilayah Kerja
4. Saran Dan Prasarana Pemerintahan.
Selanjutnya pada ayat (4) Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya
tidak lagi memnuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dihapus
atau digabung. (5) Pemekaran dari satu Kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukakan setelah mencapai paling
sedikit 5 tahun penyelenggaraan pemerintahan kelurahan. (6) Ketentuan lebih lajut
mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabunagn kelurahan diatur dengan
Peraturan daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.
b. Struktur dan Kelembagaan
Kelurahan terdiri dari Lurah dan perangkat kelurahan. Perangkat kelurahan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Kelurahan san seksi
sebanyak-banyaknya 4 (empat) seksi serta jabatan fungsional. Dalam melaksanakan
tugasnya, perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung
jawab kepada Lurah. Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diisi
dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas
usul Camat. Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi dan tata kerja
kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.18
4. Konsep birokrasi pemerintahan
Secara bahasa, istilah birokrasi berasal dari bahasa Prancis bureau yang berarti
kantor atau meja tulis, dan kata yunani Kratein yang berarti mengatur (M. Mas’ud said,
2007:1). Menurut Max Weber seperti yang dikutip M. Mas’ud said birokrasi adalah
sistem adminstrasi rutin yang dilakukan dengan keseragaman, diselenggarakan dengan
cara-cara tertentu didasarkan aturan tertulis oleh orang-orang yang berkompeten
dibidangnya.
Menurut Rourke seperti yang dikutip M. Mas’ud Said (2007:2) birokrasi adalah
sistem administrasi dan pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur dalam sistem
hierarki yang jelas dilakukan dengan aturan tertulis, dilakukan oleh bagian tertentu
yang terpisah dengan bagian lainya oleh orang-orang yang dipilih karena kemampuan
dan keahlian dibidangnya.
Birokrasi sesungguhnya dimaksudkan sebagai sarana bagi pemerintah yang
berkuasa untuk melaksanakan pelayanan publik sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-
tugas administratif yang besar dengan cara mengordinasi secara sistematis pekerjaan
dari banyak orang ( wahyudi kumorotomo, 2009:74).
18 Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian birokrasi adalah sistem administratif dan pelaksanaan tugas keseharian yang
terstruktur, dalam sistem hierarki yang jelas, dilakukan dengan aturan
tertulis,dilakukan oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bagian lainya, oleh orang
yang dipilih karena kemampuan dan keahlian dibidangnya. Dalam bidang publik
konsep birokrasi dimaknai sebagai proses dan sistem yang diciptakan secara rasional
untuk menjamin mekanisme dan sistem kerja yang teratur, pasti, dan mudah
dikendalikan.
Birokrasi pemerintahan yaitu rangkaian organisasi pemerintahan yang
menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memlihara ketertiban dan
keamanan dari tingkat pusat sampai daerah(provinsi), kabupaten, kecamatan dan
kelurahan/desa. Tugas-tugas tersebut bersifat mengatur. Diantara berbagai satuan kerja
yang terdapat dalam lingkungan pemerintah, terdapat pembagian tugas yang pada
umumnya didasarkan pada prinsip fungsionalisasi. Dari segi pelayanan terhadap
masyarakat, fungsionalisasi berarti bahwa setiap instansi pemerintah berperan selaku
penanggung jawab utama atas terselenggaranya fungsi tetrtentu dan perlu bekerja
secara terkoordinasi dengan instansi lain.
Pada dasarnya pemerintah beserta seluruh jajaran aparatur birokrasi bukanlah
satu-satunya pihak yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan pembangunan nasional, tetapi merupakan kenyataan bahwa peranan-peranan
pemerintah dengan seluruh jajaranya bersifat dominan. Aparat birokrasi pemerintahan
yang harus menciptakan iklim yang kondusif untuk meningkatkan kepedulian dan
partipasi berbagai kelompok masyarakat, bahkan juga mengalokasikan sumber daya
dan dana tertentu untuk menyelenggarakan fungsi tersebut, birokrasi pemerintah harus
menjadi instrumen yang handal, tangguh,dan profesional.
5. Konsep Pelayanan Publik
Istilah pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan
sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
Menurut Moenir pelayanan publik yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material, melalui sistem,
prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain
sesuai dengan haknya.19 Berdasarkan UU RI Indonesia.25 tahun 2009 pengertian
pelayanan publik, yaitu adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik20. Negara berkewajiban
melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan
19 Moenir, H.A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara,
hal 26. 20 Pasal 1 angka (1) Undang-undang No. 25 tahun 2019 tentang pelayanan publik
dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pelayanan publik dalam perkembanganya timbul dari adanya kewajiban
sebagai suatu proses penyelenggaraan kegiatan pemerintahan baik yang bersifat
individual maupun kelompok. Pelayanan publik memiliki peranan penting dalam
kehidupan masyarakat saat ini dikarenakan tidak semua jasa atau pelayanan disediakan
oleh pihak swasta, oleh karena itu pemerintah memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan masyarakat yang tidak disediakan swasta tersebut.
Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang
tercermin dari asas-asas pelayanan publik berdasarkan surat Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003, yaitu :
1. Transparasi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti
2. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional, yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektivitas.
4. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan
suku, ras, dan agama, golongan, gender dan status ekonomi.
Pelayanan Publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat
diabaikan oleh pemerintah daerah, sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi
maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu perlu
ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan pada
masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat pada
pemerintah daerah. Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur
pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing daerah.21
Kurang baiknya kinerja birokrasi selama ini menjadi salah satu faktor penting
yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Pelayanan masyarakat yang diberikan oleh aparatur pemerintah seringkali cenderung
rumit. Rendahnya mutu pelayanan publik merupakan citra buruk pemerintah ditengah
masyarakat, bagi masyarakat yang pernah berurusan dengan birokrasi selalu
mengeluhkan, dan kecewa terhadap tidak layaknya aparatur dalam memberikan
pelayanan.
21 Pasal 349 (1) UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
G. Tinjauan Pustaka
Dalam memulai sebuah penelitian diantara langkah penting adalah melakukan
tinjauan pustaka atau penelusuran penelitian terdahulu yang memiliki kaitan langsung
dan tidak langsung dengan permasalahan.22
Sejauh penulis melakukan tinjauan pustaka telah ditemukan beberapa karya
tulis yang membahas penelitian yang hampir sama, tetapi untuk studi kasus di
Kelurahan Sungai Benteng tidak ditemukan. Berikut daftar penelitan tersebut :
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh FADLAN Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Syariah Institus Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan
Judul “ KELAYAKAN PERUBAHAN STATUS DESA JAMBI KECIL MENJADI
KELURAHAN DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72
TAHUN 2005”. Skripsi tersebut memfokuskan terhadap persyaratan-persyaratan
perubahan dari desa ke kelurahan, juga membahas tentang kelayakan perubahan Desa
Jamb kecil menjadi Kelurahan ditinjau dari Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005.
Kedua, Skripsi salah satu mahasiswa Universitas Lampung yaitu Obi
Dermawan dengan pembahasan “PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI
KELURAHAN PANARAGAN JAYA KECAMATAN TULANG BAWANG
TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG”. Berdasarkan analisis penulis
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dampak perubahan status desa menjadi
22 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi revisi), cet ke-2, (JAMBI): Fakultas Syari’ah
IAIN STS Jambi, 2014), hlm.26
kelurahan panaragan jaya yaitu dampak positif nya adalah evektifitas pelayanan
administrasi yang meningkat dan dampak negative nya hanya pada jam kerja kepala
desa yang biasanya yang tidak pernah libur setelah berganti menjadi lurah terbatasi
senin sampai jum’at saja pada hari sabtu dan minggu libur.
Ketiga, Skripsi Andi Nur Rezky Lestari program studi hukum administrasi
negara fakultas Hukum Universitas Hasanudin Makassar, dengan judul pembahasan “
TINJAUAN YURIDIS PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI KABUPATEN BULUKUMBA”.
Penelitian ini dilakukan di kabupaten bulukumba. Adapun yang menjadi objek
penelitian adalah kantor Camat Ujung Buludan Kantor Lurah tanah kongkong.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan narasumber
pada lokasi penelitian yang kompeten dan relevan dengan topik yang diajukan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan syarat-syarat administrasi Pasal 9 ayat
(2) Permendagri Nomor 28 Tahun 2006 untuk melaksanakan proses alih status menjadi
kelurahan telah terpenuhi seluruhnya.
BAB II
METODE PENELITIAN
Dalam pengumpulan data/bahan penulisan skripsi ini agar mengandung suatu
kebenaran yang objektif, penulis menggunakan metode ilmiah sebagai berikut :
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah sosiologis empiris yang
dengan kata lain adalah pendekatan penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula
dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa
yang terjadi dalam kenyataan di masyarakat.23 Atau dengan kata lain yaitu suatu
penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang
terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta
dan data yang dibutuhkan, setelah data yang di butuhkan terkumpul kemudian menuju
kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.24
Penelitian ini termasuk metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan
analisis. Penelitian kualitatif bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis masalah-
masalah yang aktual, dan kemudian data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan
dianalisis. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
23 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta, Sinar Grafik, 2002), hlm.15 24 ibid
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.25
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu atribut dari orang, obyek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulanya. Objek Penelitian ini yaitu mekanisme pembentukan
Kelurahan dan Pelayanan Publik yang ditimbulkan dari desa menjadi kelurahan.
Tempat penelitian yaitu di Wilayah kerja Kelurahan Sungai Benteng dan juga
lingkungan Kelurahan Sungai Benteng.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari data primer
dan data skunder :
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang berasal
dari pengamatan dan wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya.
Data primer ini juga disebut sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data yang bersangkutan. Data primer yang penelitian maksud adalah
25 Prof. Dr. Lexy J Moleong M.A. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2005. Hlm 4
informasi-informasi yang diperoleh secara langsung yang dilakukan dengan
wawancara kepada Perangkat Kelurahan Sungai Benteng, Perangkat Desa Sungai
Benteng dan Masyarakat Kelurahan Sungai Benteng.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau
pengelolaan data yang bersifat studi dokumentasi atau data yang berbentuk sudah jadi.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber berupa literatur-literatur
berupa buku-buku. Dokumen, Arsip dan data pendukung yang diperoleh dari sumber
informasi yang dikumpulkan selama proses penelitian. Dalam penelitian ini data
sekunder didapatkan pada jurnal-jurnal dan buku yang bersangkutan dengan judul
penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber
data Sekunder
a. Perangkat kelurahan Sungai Benteng
b. Masyarakat Kelurahan Sungai Benteng
c. Peraturan perundang-undangan
d. Skripsi, Jurnal, dan artikel yang berhubungan dengan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan , penulis menggunakan bebrapa
metode pengumpulan :
a. Observasi
Observasi adalah rancangan yang sistematis, tentang apa yang diamati, kapan
dan dimana tempatnya. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cara
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner.
Sutrisno hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamata dan ingatan.26Dalam
penelitian ini penulis melakukan observasi terhadap pelayanan publik yang ada di
kantor Kelurahan Sungai Benteng sebagai wilayah objek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.
Metode wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua
alasan, pertama dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang
diketahui dan dialami subyek yang diteliti, akan tetapi apa yang tersembunyi jauh
26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, cet ke-19, (Bandung: Cv.
Alfabeta.2013), hlm. 145.
didalam diri subyek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan pada informan bisa
mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan lampau, masa
sekarang, dan juga masa mendatang.27 Dalam penelitian ini wawancara dituju kepada
beberapa informan yaitu :
1. Lurah Sungai Benteng
2. Sekertaris Lurah Sungai Benteng
3. Seketaris Desa Sungai Benteng
4. BPD Desa Sungai Benteng
5. Tokoh masyarakat Sungai Benteng
6. Masyarakat Kelurahan Sungai Benteng
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catata peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam
penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa buku, surat, laporan,notulen rapat,
foto dan dokumen lainya yang bersangkutan dengan penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Memilih mana yang
27 Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, ( Semarang: Alfabeta.2007). hlm 65.
penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami
oleh diri sendiri ataupun orang lain.
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami
dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. 28
Analisis data yang penulis gunakan ada beberapa tahap, yaitu :
1. Deskripsi, penulis akan memberikan gambaran yang berkaitan dengan
bidang yang diteliti.
2. Reduksi Data, penulis mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan
pengumpulan data yang berkaitan dengan bidang yang diteliti. Proses ini
berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir penelitian selesai.
3. Penyajian Data, dari data yang dikumpulkan dan direduksi kemudian
disajikan menjadi informasi, selanjutnya penulis menarik kesimpulan yang
meliputi berbagai jenis keterangan.
4. Penarikan Kesimpulan, pada kesimpulan penulis akan memberikan
gambaran akhir mengenai apa yang diteliti.
28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, cet ke-19, (Bandung: Cv.
Alfabeta,2013), hlm.244
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan sistematika penulisan ini terbagi kepada lima bab, setiap babnya
terdiri dari beberapa sub-bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-
permasalahan tersendiri, tetapi tetap saling berkaitan antara sub-bab dengan bab yang
berikutnya. Adapun sistematika pembahasanya adalah seperti berikut :
pertama, mengenai asas penelitian yang merangkumi pembahasan skripsi ini.
Bab pertama terdiri dari sub-bab sebagai berikut: latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori.
Bab Kedua, penulis membahas mengenai metode penelitian. Bab ini terdiri dari
sub-bab sebagai berikut : pendekatan penelitian, objek penelitian. Jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik analisi data, dan sistematika penulisan.
Bab ketiga, penulis membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian,
yaitu kondisi kelurahan Sungai Benteng.
Bab keempat, berisi tentang pembahasan dan hasil dari penelitian. Dan Bab
kelima yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
G. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dilapangan, maka
penulis menyusun agenda secara sistematis, untuk itu penulis membuat jadwal kegiatan
yang di laksanakan secara 3 tahap yaitu:29
Tahap pertama : Meliputi kegiatan penyusunan proposal, seminar proposal,
penyusunan instrument penelitian dan permohonan izin riset
Tahap kedua : Meliputi pengumpulan data lapangan, analisis data dan
penyusunan data
Tahap ketiga : Meliputi penyusunan skripsi, perbaikan, dan pengadaan
skripsi
29 Tri Wahyuni, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kebijakan publik, (Jambi:Skrisi: 2012),
hlm. 42.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah dan Kondisi Geografis Kelurahan Sungai Benteng
1. Sejarah Kelurahan Sungai Benteng
Kelurahan Sungai Benteng meupakan salah satu kelurahan yang ada di
kecamatan Singkut, selain Sungai Benteng, ada 7 desa lain yang terdapat di
Kecamatan Singkut yaitu Desa Bukit Tigo, Desa Payolebar, Desa Pasar Singkut,
Desa Sungai Gedang, Desa Perdamaian, Desa Bukit Murau dan Desa Sungai
Merah. Pada tahun 1974 awal mula berdirinya desa yang bernama desa Margo
Utamo yang terdapat di Singkut, dimana desa ini satu-satunya yang berdiri pada
masa itu, desa ini terbentuk karena melalui transmigrasi pada masa orde baru yang
bertujuan untuk mengurangi penduduk yang ada di pulau jawa yang bertujuan untuk
memperbaiki ekonomi masyarakat, dimana masyarakat melalui transmigrasi ini
diberikan lahan tanah, dan tanah tersebut dikelola menjadi lahan pertanian.30
Kemudian pada tahun 1982 terjadi pemekaran desa menjadi 2 desa yaitu
desa Sungai Benteng dan desa Pasar Singkut. Ini karena dengan semakin
berhasilnya program transmigrasi di singkut. Keberhasilan program transmigrasi
tersebut terlihat bahwa melimpahnya hasil pertanian dan perkebunan, sehingga
masyarakat berdatangan ke singkut. Kemudian pada tahun 1 Januari 2010 terjadi
perubahan dari desa Sungai Benteng menjadi Kelurahan Sungai Benteng
berdasarkan Perda No. 12 tahun 2009.
30 Wawancara tokoh masyarakat Kelurahan Sungai Benteng
Untuk saat ini Kelurahan Sungai Benteng sendiri dalam kekosongan
pimpinan, karena lurah sebelumnya yaitu Ario Alfajri S.IP telah di Mutasi ke Desa
lain, sehingga untuk sekarang sebagai pengganti jabatan sementara maka di isi lah
oleh Sekertaris Lurah yaitu Debi Atmareko.,SE.
2. Letak Geografis Kelurahan Sungai Benteng
Secara administratif potensi wilayah kelurahan Sungai Benteng adalah
17,75 KM2. Secara geografis Kelurahan Sungai Benteng pada dasarnya sangat
potensial untuk dikembangkan daerah transit, pertanian, perkebunan dan
perdagangan karena posisinya yang sangat strategis dipusat pasar. Kelurahan
Sungai Benteng letak geografisnya berada diantara 02°- 30.17 dan 102.42.28 BT.
Kelurahan Sungai Benteng dengan luas wilayah 17,75 KM2. Dengan batas-batas
sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatas dengan Desa Pasar Singkut.
b. Sebelah selatan berbatas dengan Desa Perdamaian.
c. Sebelah barat berbatas dengan Desa Bukit Murau.
d. Sebelah timur berbatas dengan Desa Bukit Tigo.
Gambar 1
Peta wilayah Kelurahan Sungai Benteng
B. Demografi Kelurahan Sungai Benteng
1. Kependudukan
Jumlah penduduk kelurahan Sungai Benteng tercatat di kantor
kelurahan Sungai Benteng tahun 2019 secara keseluruhan berjumlah 5.271 jiwa
yang terdiri dari 2.694 laki-laki dan 2.577 perempuan. Data lebih lanjut dapat di
lihat dalam tabel jumlah penduduk kelurahan Sungai Benteng berdasarkan kategori
RW sebagai berikut :
Tabel 2
Jumlah dan Penyebaran Penduduk Tahun 2019
No DUSUN
/LINGKUNGAN
PENDUDUK AKHIR
LK PR LK+PR
1. RW 1 SRI MULYO 503 500 1,003
2. RW II TRI MULYO 134 135 269
3 RW III TRI HARJO 366 364 730
4. RW IV TEGAL SARI 141 141 282
5. RW V PURWOSARI 563 561 1.124
6. RW VI SINDANG SARI 365 366 731
7. RW VII CIANJUR 375 375 750
8. RW VIII MADU SARI 137 138 275
JUMLAH 2,584 2,580 5,164
Sumber : Kantor Kelurahan Sungai Benteng 2020
Dapat disimpulkan bahwa penduduk laki-laki yang paling terbanyak
dibandingkan dengan perempuan dan masing-masing RW tersebut RW V
Purwosari yang merupakan RW dengan penduduk terbanyak yaitu 1,124 jiwa dan
RW VIII Madu Sari sebagai RW dengan penduduk paling sedikit yang berjumlah
275 jiwa.
Tabel 3
Penyebaran Kepala Keluarga Tahun 2019
No DUSUN
/LINGKUNGAN
JUMLAH KEPALA KELUARGA
LK PR LK+PR
1. RW 1 SRI MULYO 184 4 188
2. RW II TRI MULYO 110 3 113
3 RW III TRI HARJO 181 19 200
4. RW IV TEGAL SARI 225 8 233
5. RW V PURWOSARI 191 9 200
6. RW VI SINDANG SARI 141 4 145
7. RW VII CIANJUR 137 13 150
8. RW VIII MADU SARI 66 9 75
JUMLAH 1,235 69 1,304
Sumber : Kantor Kelurahan Sungai Benteng 2020
Berdasarkan jumlah kepala keluarga Sungai Benteng tercatat di kantor
kelurahan Sungai Benteng tahun 2019 secara keseluruhan berjumlah 1.304 KK
yang terdiri dari 1.235 KK laki-laki dan 69 KK dari perempuan. Dari data jumlah
kepala keluarga Sungai Benteng tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepala keluarga
dari laki-laki yang paling mendominasi dibandingkan dengan kepala keluarga dari
perempuan ini terlihat dari berbagai RW yaitu RW 1 Sri Mulyo terdapat 184 KK
laki-laki dan 4KK perempuan, RW 2 Tri Mulyo terdapat 110 KK laki-laki dan 4
KK perempuan, RW 3 Tri Harjo terdapat 181 KK laki-laki dan 19 KK perempuan,
RW 4 Tegal Sari terdapat 225 KK laki-laki dan 8 KK Perempuan, RW 5 Purwosari
terdapat 191 KK laki-laki dan 9 KK perempuan, RW 6 Sindang Sari terdapat 141
KK laki-laki dan 4 KK perempuan, RW 7 Cianjur terdapat 137 KK laki-laki dan 13
KK Perempuan, RW 8 Madu Sari terdapat 99 KK laki-laki dan 9 KK perempuan.
Dari jumlah kepala keluarga dimana RW 4 Tegal Sari terdapat kepala keluraga
terbanyak yaitu 233 Kepala keluarga dan RW 8 Madu Sari terdapat kepala keluarga
terdapat kepala keluarga sedikit yaitu 99 KK laki-laki dan 9 KK perempuan.
Tabel 4
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 2019
No. Uraian Laki-laki perempuan
1. 0-5 Tahun 195 204
2. 6-15 Tahun 430 434
3. 16-60 Tahun 1967 1875
4. Diatas 60 Tahun 102 64
Jumlah 2.694 2.577
Sumber : Kantor Kelurahan Sungai Benteng 2020
Berdasarkan data jumlah penduduk kelurahan Sungai Benteng tersebut,
dapat disimpulkan bahwa penduduk kelurahan Sungai Benteng yang berada pada
usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia anak-anak dan
lansia. Hal tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan sumber
daya manusia karena dengan di usia produktif dapat memajukan perkembangan
ekonomi pada masyarakat. Namun dampak negatifnya juga menimbulkan angka
pengangguran yang lebih besar karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Jika
dilihat dari usia produktif perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu perempuan
yang paling bnayak dengan angka di usia produktif sekitar 3.031 jiwa dan laki-laki
di usia produktif 1.552 jiwa.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan, karena
pendidikan berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat ini dapat di nilai
semakin tinggi pendidikanya maka semakin sejahtera untuk keberlangsungan
hidupnya. Pendidikan pada kelurahan Sungai Benteng mendapatkan perhatian dari
pemerintah kelurahan dan masyarakatnya. Maka diperlukanya sarana dan prasarana
pendidikan yang cukup adapun jumlah sekolah di kelurahan Sungai Benteng
sebagai berikut :
Tabel 4
Data Sekolah Di Kelurahan Sungai Benteng 2019
No. Jenis Sekolah Jumlah Sekolah
1 PAUD 7
2 TK 7
3 SD 2
4 SMP 1
5 SMA/SMK 1
6 PONPES (MTS/MA) 2
Jumlah 10
Sumber : kantor Kelurahan Sungai Benteng 2020
Pendidikan di kelurahan Sungai Benteng terlihat sudah lengkap, ini dapat
dilihat dari Pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), sekolah
dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA)
hingga pendidikan agama seperti Pondok Pesantren tingkat madrasah tsanawiyah
(MTS) hingga madrasah aliyah (MA) ini terlihat sudah tersedianya sarana
pendidikan di kelurahan Sungai Benteng. Dari jumlah data sekolah dimana
pendidikan usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK) memiliki jumlah
terbanyak sebanyak 7 sekolah ini dikarenakan banyak permintaan masyarakat dan
kesadaran masyarakat terhadap pendidikan untuk zaman pada saat ini, pada
kelurahan sungai benteng pendidikan usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak
(TK) hampir ada disetiap RW nya. Jika dilihat dari pendidikan tingkat sekolah
dasar (SD) di kelurahan Sungai Benteng terdapat 2 sekolah yang berada pada RW
I Sri Mulyo dan RW 6 Sindang Sari.
Sarana pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) memiliki
1 buah sekolah yang terdapat pada RW I Sri Mulyo sedangkan madrasah
tsanawiyah di dalam pondok pesantren yang merupakan sekolah swasta terdapat 2
buah yang berada pada RW 2 Tri Mulyo dan RW 7 Cianjur. Pondok pesantren
tersebut dikelola oleh organisasi nahdatul ulama (NU).
Sarana pendidikan di tingkat sekolah menengah kejuruan terdapat I buah
sekolah pada RW I Sri Mulyo , dimana sekolah ini merupakan sekolah swasta
yang dikelola oleh organisasi Muhammdiyah ranting di kecamatan Singkut.
Sedangkan tingkat sekolah madrasah aliyah (MA) memiliki 2 buah sekolah,
sekolah ini merupakan sekolah swasta yang dikelola oleh organisasi nahdatul
ulama (NU) yang berada pada RW 2 Tri Mulyo dan RW 7 Cianjur.
3. Agama
Penduduk masyarakat kelurahan Sungai Benteng90%jumlah penduduk
pemeluk agama memeluk agama islam dari 90 % tersebut berjumlah 4.743
penduduk dengan sarana peribadahan yang cukup. Setiap waktu shalat tiba masjid
dan mushala selalu dibuka untuk mereka yang melakukan shalat berjamaah dan
pada siang hari biasanya anak-anak mengaji, dan ada juga anak-anak mengaji
setelah maghrib baik di gedung TPA atau di masjid-masjid, dalam hal ini setiap
keluarga mengajarkan anak-anak nya dari usia dini menanamkan nilai-nilai dan
ajaran agama islam, dan setiap bapak-bapak setiap malam jum’at melakukan
yasinan bergilir, dan untuk para ibu-ibu adanya majelis taklim pada hari jum’at
siang.
Selain agama islam 10 % ada yang memeluk agama keristen, 10 %
tersebut berjumlah 527 penduduk. pada setiap hari minggunya dibuka untuk
beribadah di gereja, dan juga setelah melakukan beribadah anak-anak dari mereka
diajarkan ilmu agama yang di yakininya.
4. Mata Pencarian
Masyarakat kelurahahan Sungai Benteng pada umunya adalah masyarakat
agraris yang berkgerak pada sektor perkebunan karet. Selain perkebunan karet
masyarakat kelurahan Sungai Benteng bergerak dibidang perkebunan kelapa
sawit, kedua perkebuanan ini sebagai mata pencaharian terbesar pada masyarakat
kelurahan Sungai Benteng.
Selain mempriotaskan perkebunan karet dan sawit sebagai mata
pencaharian utama mereka, disela sela berkebun mereka juga menanam buah-
buahan dan sayur-sayuran juga mereka memelihara hewan ternak yang nantinya
bisa mereka makan untuk dijadikan lauk pauknya maupun jika berlebih mereka
jual untuk menambah pemasukan pengahasilan bagi keluarga, hewan ternak
tersebut seperti : ayam, kambing dan sapi. Selain itu, sebagian kecil masyarakat
kelurahan Sungai Benteng bermata pencaharian sebagai pedagang, PNS,
wiraswasta dan pekerjaan lainnya yang bergerak pada sektor non pertanian.
5. Sistem Kekerabatan
Masyarakat kelurahan Sungai Benteng mayoritas penduduknya yaitu
beretnis Jawa tetapi ada juga etnis Minangkabau, batak, sunda, melayu yang
bermukim dilkelurahan ini, disini penulis hanya menuliskan sistem kekerabatan
yang di anut etnis Jawa. Etnis Jawa menganut system kekerabatan bilateral,
dimana garis keturunan di terik berdasarkan garis keturunan ayah dan ibu. Istilah-
istilah yang digunakan dalam system kekerabatan Jawa sebagai berikut :
a. Pakde dan Bukde, yaitu semua kakak dari bapak dan ibu, baik laki-laki
maupun perempuan beserta suami dan isterinya.
b. Paklek (paman) dan Buklek (bibi), yaitu semua adik dari ayah atau ibu
baik dari laki-laki maupun perempuan beserta suami dan isterinya.
c. Anak ndulur (sepupu), yaitu anak dari pakde atau bukde dan paklek dan
buklek.
Pada masyarakat jawa, perkawinan dianggap ideal apabila diukur dari segi
keyakinan dan kesamaan adat yang menunjukkan adanya pemilihan jodoh ideal.
Ukuran ideal laki-laki adalah pemilihan bibit,bebet, dan bobot. Sedangkan bagi
wanita perhitunganya didasarkan pada mugen, tegen, dan rigen.
6. Pola Pemukiman
Sebagian besar pemukiman penduduk berada disepanjang jalan dan masuk
persimpangan jalan. Jalan yang ada pada masyarakat Sungai Benteng sudah
merata bagus dimana sepanjang jalannya sudah diberi aspal. Sepanjang jalan
tersebut terdapat bangunan rumah-rumah yang berdiri, dan para penduduk
sebagian besar sudah menempati rumah yang permanen disamping rumah yang
permanen penduduk disini juga masing-masing mempunyai perkebunan karet
sendiri yang letaknya berada pada belakang rumahnya. Dilihat dari bentuk
wilayah kelurahan Sungai Benteng dimana kelurahan ini berbukit bukit dan
didominasi oleh perkebunan karet.
Jika dilihat dari sektor ekonominya kebanyakan masayarakat disini
memiliki tingkat ekonomi menengah sedang dan tingkat ekonomi menengah ke
atas, sehingga rata-rata bangunan rumah yang berada di kelurahan Sungai Benteng
bervariasi jenisnya rata-rata perumahan yang ada di kelurahan Sungai Benteng
sudah beton atau batu bata sehingga sedikit perumahan yang menggunakan dari
bahan kayu. Pendapatan ekonomi pada masyarakat kelurahan Sungai Benteng
mereka dapatkan dari hasil perkebunan karet dimana hasil perkebunan karet
mereka jual setiap minggunya.
7. Interaksi Sosial antar Suku Bangsa
Kelurahan Sungai Benteng dihuni oleh berbagai suku bangsa yaitu Jawa,
Sunda, Minangkabau, Batak, Melayu dan Tionghoa, jika dilihat persentasi dari
berbagai suku bangsa tersebut suku Jawa paling yang banyak sekitar 70%, suku
Sunda 10%, Minangkabau 5%, Batak 5 %, Melayu 5% dan Tionghoa 5%. Pada
suku Jawa mereka banyak bekerja di perkebunan karet, suku Sunda bekerja
sebagai perkebunan karet, dan suku Minangkabau, Batak, Melayu dan Tionghoa
mereka bekerja di bidang perdagangan dan jasa seperti berjualan di pasar dan
sebagai pegawai negeri sipil.
Interaksi diantara mereka terjadi didalam hubungan kemasyarakatan,
seperti gotong royong, interaksi pada acara-acara di gelar, interaksi pada
perdagangan, interaksi didalam bekerja dan sebagainya. Interaksi yang sering
terjadi yaitu suku Jawa dan suku Sunda dalam berkebun karet, karena letak
perkebunan mereka yang berdekatan, lalu interaksi yang sering terjadi yaitu suku
Jawa dan suku Minangkabau disini suku Minangkabau umumnya dengan
berdagang yang menjual barang dagangannya yang berlokasi dipasar justru sudah
berlangganan maka terjadilah suatu interaksi kedua suku ini, kemudian juga
sering terjadi interaksi antara suku Jawa dan Tionghoa dimana para petani karet
menjual hasil karet nya ke toke-toke yang dimana toke tersebut ber etnis Tionghoa
dan Tionghoa tersebut tinggal berada dikelurahan yang sama. Selain itu proses
interaksi terjadi di dalam perkawinan dimana terjadi perkawinan antara suku Jawa
dengan suku Sunda, Suku Jawa dengan Suku Minangkabau dan Suku Jawa
dengan Suku Melayu. Perkawinan mereka dengan menggunakan adat istiadat
yang disepakati bersama seperti wanita Jawa dengan laki-laki minang yang
dilaksanakan dikediaman wanita maka adat istiadat perkawinan menggunakan
adat Jawa dan justru juga sebaliknya jika dilaksanakan di kediaman laki-laki maka
adat istiadat menggunakan adat Minangkabau.
C. Sarana dan Prasarana Umum Kelurahan Sungai Benteng
1. Sarana Pelayanan Masyarakat
Sarana prasana dibidang kesehatan untuk mewujudkan pembangunan
kesehatan masyarakat yang melibatkan semua pihak yang terkait dimulai dari
aparatur pemerintah daerah,maupun pemerintah ditingkat kelurahan yang
didukung oleh peran dari masyarakat sehingga sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan di kelurahan Sungai Benteng sudah memadai.
Tabel 6
Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2019
Nonn Rw/Dusun Puskesmas Klinik Posyandu Dokter/perawat Bidan
1 RW I Sri Mulyo 1 1 1 2 -
2 RW II Tri Mulyo - 1 1 2 1
3 RW III Tri Harjo - - 1 1 -
4 R IV Tegal Sari - - 1 1 -
5 RW V Purwosari - - 1 1 -
6 RW VI Sindang
Sari
- - 1 1 -
7 RW VII Cianjur - - - 1 -
8 RW VIII Madu Sari
- - - 1 -
Jumlah 1 2 6 10 1
Sumber : Kantor Kelurahan Sungai Benteng 2020
Berdasarkan jumlah dari fasilitas kesehatan tersebut masing-masing RW
kelurahan Sungai Benteng tersebut sudah tersedia fasilitas masyarakat. Masing-
masing tersebut seperti RW 1 Sri Mulyo mempunyai 1 puskemas, 1 klinik, 1
posyandu, 2 orang dokter dan 2 orang perawat. RW 2 Tri Mulyo mempunyai 1
klinik, 1 posyandu, 2 orang dokter, 2 orang perawat dan 1 orang bidan. RW 3 Tri
Harjo mempunyai, 1 posyandu, 1 orang dokter. RW 4 Tegal Sari mempunyai, 1
posyandu, 1 orang dokter. RW 5 Purwosari mempunyai, 1 posyandu, 1 orang
dokter. RW 6 Sindang Sari mempunyai, 1 posyandu, 1 orang dokter. RW 7
Cianjur mempunyai 1 orang dokter. RW 8 Madu Sari mempunyai 1 orang dokter.
2. Sarana Jalan dan Transportasi
Sarana jalan yang ada dikelurahan Sungai Benteng sudah tersedia, karena
ruas sepanjang jalan kelurahan ini sudah di aspal sehinggga masyarakat disini
sudah bisa menikmati sarana jalan ini dengan cukup baik. Dengan baiknya jalan
yang ada di kelurahan Sungai Benteng ini digunakan aktivitas untuk pendapatan
ekonomimereka dengan melewati jalan setiap harinya seperti pergi keperkebunan
karet, pergi kepasar, pergi kesekolah maupun berkunjung kerumah lainnya.
Jika dilihat dari transportasi dikelurahan ini hanya tersedia jasa ojek.
Dimana jasa ojek digunakan untuk pergi kepasar dan pergi kesekolah. Ojek disini
mempunyai pangkalan yang terletak di pasar, ojek tersebut berupa sepeda motor
roda dua. Dan pada masyarakat kelurahan Sungai Benteng ini umumnya banyak
menggunakan kendaraan pribadi, maka dengan kendaraan pribadi ini digunakan
untuk bepergian aktivitasnya.
3. Sarana Olahraga dan Sarana Umum
Dikelurahan Sungai Benteng ini mempunyai sarana olahraga yang
bertujuan untukpembinaan dan pengembangan bakat dibidang olahraga Di
kelurahan Sungai Benteng ini masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah
tersedia seperti lapangan bola, badminton, lapangan Volly.
Tabel 6
Jumlah Fasilitas Olahraga Tahun 2019
No Rw/Dusun Sepak Bola Badminton Volley Takraw Basket
1 RW I Sri Mulyo 1 1 1 - -
2 RW II Tri Mulyo - - 1 - -
3 RW III Tri Harjo 1 - 1 - -
4 R IV Tegal Sari 1 - 1 - -
5 RW V Purwosari 1 1 1 1 -
6 RW VI Sindang
Sari
- - 1 - -
7 RW VII Cianjur - 1 - - -
8 RW VIII Madu Sari
- - - - -
Jumlah 4 1 6 - -
Sumber : Kantor Kelurahan Sungai Benteng 2020
Berdasarkan data jumlah fasilitas olahraga kelurahan Sungai Benteng
tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata RW tiap kelurahan Sungai Benteng
tersebut mempunyai fasilitas olahraga seperti RW I Sri Mulyo mempunyai 1
lapangan sepak bola, 1 lapangan badminton dan 1 lapangan volley. RW 2 Tri
Mulyo mempunyai 1 lapangan volley. RW 3 Tri Harjo mempunyai 1 lapangan
sepak bola dan 1 lapangan volley. RW 4 Tegal Sari mempunyai 1 lapangan sepak
bola dan 1 lapangan volley. RW 5 Purwosari mempunyai 1 lapangan sepak bola
dan 1 lapangan volley. RW 6 Sindang Sari mempunyai 1 lapangan volley. Terlihat
dari jumlah fasilitas olahraga tersebut dimana lapangan bola yang paling
terbanyak di kelurahan Sungai Benteng karena olahraga yang banyak disukai oleh
masyarakat kelurahan Sungai Benteng pada umumnya.
Disamping mempunyai sarana olahraga di kelurahan ini juga mempunyai
taman, dimana taman ini dikunjungi oleh anak-anak hingga orang dewasa, taman
ini digunakan untuk tempat permainan anak-anak hingga tempat tongkrongan
orang dewasa biasanya taman ini ramai dikunjungi pada sore hari atau akhir
pekan. Taman ini berada pada RW 1 Sri Mulyo yang letaknya tidak jauh dari
kantor kelurahan Sungai Benteng dimana taman ini dikelola oleh kelurahan
Sungai Benteng.
4. Sarana Informasi
Sarana informasi dapat menunjang pengetahuan masyarakat secara luas
sehingga tidak adanya ketinggalan informasi, di kelurahan ini tersedianya jaringan
telephone/LAN sehingga masyarakat bisa menikmati jaringan internet melalui
Wifi, ditambah dengan jaringan seluler 4G dan 3G sehingga masyakat bisa
mengakses informasi selulernya dengan cepat baik itu dari internet, media sosial
dan sebaginnya.
Kemudian masyarakat umumnya memiliki parabola digital pribadi sendiri
sehingga mendapatkan informasi-informasi berita melalui televisi. Ditambah
setiap harinya ada yang berjualan Koran dan majalah langganan sehingga
masyarakat kelurahan sungai Benteng bisa mendapatkan informasi berita tersebut
setiap harinya.
5. Sarana Ibadah
Sarana ibadah yang ada dikelurahan Sungai Benteng adalah Masjid,
Musholla, Gereja.
Tabel 8 Jumlah Sarana Ibadah Tahun 2019
No. RW/Dusun Masjid Musholla Gereja
1 RW 01 Sri Mulyo 1 4 1
2 RW 02 Tri Mulyo 2 - -
3 RW 03 Tri Harjo 1 3 -
4 RW 04 Tegal Sari 2 3 -
5 RW 05 Purwo Sari 1 4 -
6 RW 06 Sindang Sari 2 2 -
7 RW 07 Cianjur 1 2 -
8 RW 08 Madu Sari - - -
Jumlah 10 18 1
Sumber : Kantor Kelurahan Sungai Benteng tahun 2020
Berdasarkan dari jumlah sarana ibadah tersebut menunjukan bahwa masjid
dan mushola yang terbanyak di kelurahan Sungai Benteng pada setiap masing-
masing RW seperti RW 01 Sri Mulyo mempunyai 1 masjid, 4 musholla dan 1
gereja. RW 02 Tri Mulyo mempunyai 2 masjid. RW 03 Tri Harjo mempunyai 1
masjid dan 3 musholla. RW 04 Tegal Sari mempunyai 2 masjid dan 3 musholla.
RW 05 Purwo Sari mempunyai 1 masjid dan 4 musholla. RW 06 Sindang Sari
mempunyai 2 masjid dan 2 musholla. RW 07 Cianjur mempunyai 1 masjid dan 2
musholla. Terlihat dari jumlah tersebut bahwa setiap masing-masing RW
mempunyai masjid dan musholla ini karena mayoritas masyarakat di kelurahan
Sungai Benteng ini adalah Islam sehingga perlu adanya tempat ibadah dengan
melakukan sholat berjamaah, pengajian, perayaan hari Islam dan melakukan
sholat Jum’at berjamaah
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Proses Terbentuknya Desa Sungai Benteng Menjadi Kelurahan Sungai
Benteng
1. Asal usul Perubahan Desa Sungai Benteng Menjadi Kelurahan Sungai
Benteng
Perubahan status desa Sungai Benteng menjadi Kelurahan Sungai Benteng
adalah hak inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kabupaten Sarolangun tanpa
melibatkan pemerintah desa Sungai Benteng yang pada masa itu Kepala Desanya
di jabat oleh Bapak Siswanto, hasil pemilihan Kepala Desa Sungai Benteng Tahun
2008 dan juga tanpa koordinasi dengan Badan Permusyawaratan Desa Sungai
Benteng.
Berikut kronologis terjadinya perubahan status Desa Sungai Benteng
menjadi Kelurahan Sungai benteng yang disampaikan oleh salah satu aparatur
pemerintah Desa yang pada saat itu menjabat, yaitu mantan Sekertaris Desa Bapak
kalip maulana, berikut hasil wawancara :
“Pada saat itu dibulan oktober pemerintah Desa Sungai Benteng, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Dusun, dan para tokoh Masyarakat
sedang melaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan
(MUSRENBANG) untuk Tahun Anggaran 2009-2010 dikantor Desa
Sungai Benteng. Kami semua anggota MUSRENMBANG dikejutkan
dengan adanya berita bahwasanya bertepatan dengan hari yang sama pada
saat itu di kecamatan Pelawan sedang Dilaksanakan Pelantikan Lurah
Sungai Benteng. Kami semua jelas terkejut mendengar kabar yang
disampaikan oleh kepala Desa Pasar Singkut itu, dan detik itu juga rapat
dihentikan, beberapa perangkat Desa dan Anggota BPD langsung menuju
tempat pelantikan Lurah tersebut”31
Perubahan status desa Sungai Benteng menjadi Kelurahan Sungai Benteng
yang sangat mendadak itu sudah tentu menimbulkan situasi yang kurang kondusif
di kalangan masyarakat Sungai Benteng dan jalanya roda pemerintahan desa Sungai
Benteng pun mengalami ketidakpastian karena adanya dualisme kepemimpinan
yaitu kepala Desa dan Lurah yang mana Kepala desa masih berkantor dikantornya
seperti biasa dengan perangkat-perangkatnya, sementara Lurah Sungai Benteng
pada saat yang sama berkantor di Perkantoran Camat Kecamatan Singkut.
Melihat situasi yang tidak menentu waktu itu dan dirasa perubahan status
desa sungai benteng menjadi kelurahan sungai benteng tidak sesuai dengan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku dengan didukung oleh masyarakat
dan tokoh-tokoh masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, Badan
Permusyawaratan Desa, Pemuda dan elemen masyarakat lainya kepala desa segera
mengadakan rapat darurat dikantor Desa Sungai Benteng untuk menyikapi dan
mengambil langkah pemecahan masalah tersebut. Dengan mempertimbangkan
sejarah berdirinya desa Sungai Benteng yang dirintis dengan susah payah oleh
pendahulu-pendahulunya maka musyawarah rapat memtuskan menolak perubahan
status desa menjadi kelurahan dengan membentuk tim sembilan yang
beranggotakan sembilan orang terdiri dari berbagai unsur. Tugas dari tim sembilan
31 Wawancara Sekertaris Desa Sungai Benteng Tahun 2009, Bapak Kalib Maulana pada
Tanggal 22 februari 2020 pukul 20:00 WIB.
adalah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dengan berpijak pada
aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
“ kami semua pada saat itu menolak dengan keras keputusan yang dibuat
sewenang-wenang oleh Pemertintah Daerah Kabupaten Sarolangun, kami
dan tim sembilan mendatangi kantor Bupati Sarolangun untuk meminta
penjelasan dan penolakan masalah tersebut. Tetapi upaya yang kami lakukan
tidak berbuah hasil apapun pihak pemda tetap pada keputusan yaitu
mengubah status desa Sungai Benteng menjadi Kelurahan Sungai Benteng,
tidak sampai disitu kami melanjutkan perjuangan dan hak kami dengan
mendatangi kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD)
kabupaten Sarolangun, masih sama, mereka pun hanya menyesalkan
kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah tersebut tanpa memberikan
solusi yang tepat. Dengan mempertimbangkan situasi dan keadaan serta
menjadi ketentraman supaya tidak menimbulkan berbagai macam
permasalahan di masyarakat dan tidak terjadi hal yang anarkis pemerintah
desa sungai benteng mengajak masyarakatnya untuk menyetujui perubahan
status desa menjadi kelurahan”32
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, sesungguhnya dari pihak Desa
Sungai Benteng menolak akan perubahan status tersebut, dikarenakan tidak adanya
koordinasi terlebih dahulu kepada pihak Desa Sungai Benteng. Berbagai upaya
telah ditempuh oleh pihak Desa Sungai Benteng, tetapi hal tersebut tidak berarti,
Pemerintah Kabupaten Sarolangun tetap pada keputusanya. Setelah dilakukan
kembali musayawarah desa yang dihadiri dari berbagai elemen masyarakat maka
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka pihak Pemerintah Desa
Sungai Benteng mengajak semuanya menyetujui akan keputusan Pemda
32 Wawancara Sekertaris Desa Sungai Benteng tahun 2009/2010
Sarolangun tersebut. Alhasil diterima lah keputusan Pemerintah Kabupaten
Sarolangun yang telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun
No. 12 tahun 2009 dengan sedikit kekcewaan. Maka dari mulai dikeluarkan Perda
tersebut pada tanggal 16 September 2009 yang ditanda tangani oleh Bupati
Kabupaten Sarolangun H.Hasan Basri Agus Desa Sungai Benteng dinyatakan
resmi telah beralih status menjadi Kelurahan Sungai Benteng.
2. Tinjauan yuridis Pembentukan Desa Sungai Benteng Menjadi Kelurahan
Sungai Benteng
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 1999
tentang pedoman Umum mengenai Pembentukan Kelurahan, penghapusan dan
penggabungan Desa harus terlebih dahulu dimusyawarahkan oleh Pemerintah Desa
dan BPD dengan Masyarakat Desa masing-masing. Hasil musyawarah ditetapkan
dengan keputusan Bersama Kepala Desa yang Bersangkutan. Keputusan Bersama
Kepala desa disampaikan oleh salah satu Kepala Desa kepada Bupati melalui
Camat. Hasil tersebut ditetapkan dengan Peraturan daerah.33
Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi Kelurahan
berdasarkan prakarsa pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan
aspirasi masyarakat setempat. Aspirasi masyarakat disetujui 2/3 (dua pertiga)
penduduk desa yang mempunyai hak pilih.
33 Ayat 1 Pasal 3 Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 65 Tahun 1999 Tentang Pedoman
Umum Pengaturan Mengenai Pembentukan Kelurahan.
Dengan beralihnya status desa menjadi kelurahan, kewenangan desa
sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat – istiadat setempat
berubah menjadi kewenangan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah
kabupaten dibawah kecamatan. Desa yang berubah status menjadi kelurahan, lurah
dan perangkatnya diisi dari pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Kepala desa dan Perangkat Desa serta anggota BPD dari desa yang berubah
statusnya, diberhentikan dengan hormat dari jabatanya dan diberikan penghargaan
sesuai nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat. Tata cara pemberhentian
Kepala Desa dan anggota BPD akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Adapun syarat-syarat untuk melakukan perubahan status desa menjadi
kelurahan, yaitu ;
1. Luas wilayah tidak berubah
2. Jumlah penduduk paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 Kepala Keluarga
3. Sarana dan prasarana pemerintah yang memadai bagi terselenggaranya
pemerintahan Kelurahan
4. Potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha dan produksi serta
keanekaragaman mata pencarian
5. Kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status
penduduk dan perubahan nilai agraris ke jasa dan industri
6. Meningkatnya volume pelayanan34
Berdasarkan syarat dan ketentuan untuk melakukan perubahan status desa
menjadi kelurahan tersebut, setelah melakukan penelitian akan syarat-syarat diatas
Kelurahan Sungai Benteng telah memenuhi ketentuan yang berlaku. Mulai dari
batas wilayah yang tidak berubah, jumlah penduduk 2.000 jiwa untuk wilayah luar
jawa dan bali yang pada saat itu penduduk sungai Benteng sebanyak 3.433 Jiwa
dengan kepala keluarga 498 KK.35 Sarana dan prasarana Pemerintahan maupun
Umum juga telah dapat dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat
Kelurahan Sungai Benteng, begitu juga dengan Syarat dan ketentuan lainya telah
terpenuhi. Hanya saja proses dan mekanisme Perubahan yang tidak Sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
B. Dampak Perubahan Status Desa Sungai Benteng Menjadi Kelurahan
Terhadap Pelayanan Publik
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 12 Tahun
2009 tentang pembentukan Kelurahan Sungai Benteng, Kelurahan Pauh dan
Kelurahan Limbur Tembesi tujuan utama dalam perubahan status Desa menjadi
Kelurahan adalah untuk lebih meningkatkan pelayanan publik. Hal tersebut juga
senada dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan Status Desa
Menjadi Kelurahan menyebutkan pembentukan/perubahan Desa/Kelurahan
34 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2006 Tentang Pembentukan,
Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan 35 Badan Pusat Statistik Kecamatan Singkut Tahun 2010
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya k
esejahteraan masyarakat.36
1. Dampak Positif
a) Dampak terhadap bentuk dan Jenis Pelayanan
Perubahan status desa menjadi kelurahan diharapkan memberi dampak yang
lebih baik dalam memberikan dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
Dengan perubahan status tersebut tata kelola pemerintahan kelurahan dikelola
secara profesional, oleh karena pengelolaanya pada umumnya direkrut dari sumber
daya yang sudah berstatus PNS, khususnya yang menjabat sebagai lurah.
” dampak terhadap pelayanan publik sejauh ini dikelurahan sungai benteng
memang tidak terlalu nampak, kalau bentuk-bentuk pelayanan masih sama
dengan dulu saat masih jadi desa, hanya saja yang terlihat jelas perubahan
terhadap syarat-syarat untuk pengurusan surat yang ditambah serta sarana
dan prasarana ditambah guna untuk meningkatkan kualitas pelayanan
disini”37
Dilihat dari salah satu informan tersebut, memang efek yang ditimbulkan
terhadap pelayanan publik setelah menjadi Kelurahan tidak terlalu signifikan. Dari
hasil studi penelitian di Kantor Kelurahan Sungai Benteng Penulis mendapatkan
data tentang jenis dan syarat-syarat pelayanan. Berikut tabel tersebut :
36 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2006 Tentang Pembentukan,
Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan. 37 Wawancara Sekertaris Lurah Sungai Benteng , Debi Armateko, SE pada Tanggal 20
Februari 2020.
Tabel 8
Jenis pelayanan dan syarat-syaratnya tahun 2019
No. Seksi Jenis
Pelayanan
Persyaratan Keterangan
1. PEMERINTAHAN Surat
Keterangan
Perpanjangan
KTP
• Surat
pengantar
RT/Rw
• KTP (Asli)
• FC KK
• Pas foto 3X4
(3 Lembar)
• FC Lunas
PBB
PEMERINTAHAN Surat
Keterangan
Pembuatan
KTP bagi
Pemula
• Surat
pengantar
RT/Rw
• KTP (Asli)
• FC KK
• Pas foto 3X4
(3 Lembar)
• FC Lunas
PBB
Usia pemohon 17
Tahun
PEMERINTAHAN Surat
Keterangan
PINDAH
• Surat
pengantar
RT/Rw
• KTP (Asli)
• KK (Asli)
PEMERINTAHAN Surat
Keterangan
DATANG
• Surat
pengantar
RT/Rw
• Surat
Keterangan
Pindah dari
daerah Asal
PEMERINTAHAN Surat
Keterangan
Lahir
• Surat
pengantar
RT/Rw
• FC KTP +
KK
• FC Surat
Nikah
• FC Surat Ket.
Lahir dari
bidan/RS
• FC lunas
PBB
PEMERINTAHAN Surat
Keterangan
Kematian
• Surat
pengantar
RT/Rw
• FC KTP yang
meninggal
• Surat
Ket.Kematian
dari RS (bila
meninggal di
RS)
PEMERINTAHAN Perubahan
Data KK • Surat
pengantar
RT/Rw
• KK (Asli)
PEMERINTAHAN Surat
Domisili
Tempat
Tingal
• Surat
pengantar
RT/Rw
• FC KTP
daerah Asal
PEMERINTAHAN Surat
Keterangan
Riwayat
Tanah
• Surat
pengantar
RT/Rw
• FC KTP
pemohon
• FC akta Jual
Beli
• Salinan C
• FC Bukti
Lunas PBB
PEMERINTAHAN Surat Salinan
C • FC KTP
Pemohon
• FC akta Jual
Beli
• FC SPPT-
PBB
• FC Bukti
Lunas PBB
2. EKONOMI dan
PEMBANGUNAN
(EKBANG)
Surat Ket.
Domisili
Usaha
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• FC Akte
Pendirian
PT,CV,UD
(bila
berbadan
hukum)
• FC Akte
Bukti
Kepemilikan
Tempat
Usaha (Milik
SHM/AJB)
atau
• FC bukti
sewa (bila
tempat
disewa)
• Ijin
Lingkungan
• FC Bukti
Lunas PBB
EKONOMI dan
PEMBANGUNAN
(EKBANG)
Surat
Keterangan
Usaha
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Surat
Pernyataan
Kepemilikan
Usaha
(Bermaterai)
• FC Bukti
Lunas PBB
EKONOMI dan
PEMBANGUNAN
(EKBANG)
Surat
Pengantar
IMB
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Surat Bukti
Kepemilikan
Tanah
• SPPT-PBB
• FC Bukti
Lunas PBB
EKONOMI dan
PEMBANGUNAN
(EKBANG)
Surat
Pengantar
Balik Nama
SPPT-PBB
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
Bukti
• Kepemilikan
Tanah
• SPPT PBB
asal
• FC Bukti
Lunas PBB
3. KESEJAHTERAAN
RAKYAT (KESRA)
Surat
Pengantar
Nikah
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Surat
pernyataan
Belum Nikah
dari Pemohon
(bermaterai)
• FC Bukti
Lunas PBB
• Usia
Nikah
Untuk
Laki-laki
≥20 tahun
• Untuk
perempuan
≥ 18
Tahun
Surat
Pengantar
Nikah di
Catatan Sipil
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Surat
pengantar
dari Gereja
(Kristen),
pure (Hindu)
• FC bukti
Lunas PBB
Surat
Pengantar
Nikah untuk
Duda/ Janda
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Pemohon
Melampirkan
Surat Cerai
dari
Pengadilan
Agama
• FC Bukti
Lunas PBB
Surat
Pengantar
SKKM
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP dan
KK Pemohon
Surat
Domisili
Haji
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Materai 6000
• FC Bukti
Lunas PBB
Surat
Domisili
Yayasan
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Akte
Pendirian
Yayasan
• Surat ijin
warga
• FC Bukti
Lunas PBB
4. KETENTRAMAN
DAN
KETERTIBAN
Surat
pengantar
SKCK
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Pas Foto 3X4
(3 lembar)
• FC Bukti
Lunas PBB
Surat
Pengantar
Ijin Rame-
rame
• Surat
Pengantar
RT/RW
• FC KTP
Pemohon
• Ijin Tetangga
• FC Bukti
Lunas PBB
Sumber : Kantor Lurah Sungai Benteng 2020
Dari tabel data Jenis Pelayanan dan syarat-syaratnya diatas menyebutkan
bahwa setiap pengurusan surat-surat wajib menyertakan Surat Pengantar dari
RT/RW dan FC KTP, FC Bukti Lunas PBB juga hampir wajib disertakan dalam
pengurusan persuratan, terkecuali untuk pengurusan surat keterangan
DATANG/PINDAH, Suket Kematian, Perubahan Data KK, dan Surat Domisili
Tempat Tinggal. Untuk jenis Pelayanan Suket Pembuatan KTP Bagi Pemula
pemohon harus sudah berusia 17 tahun. Berdasarkan tabel diatas yang membedakan
setelah menjadi Kelurahan dan pada saat masih menjadi Desa yaitu pada setiap
peryaratan harus menyertakan FC Bukti Lunas PBB, hal tersebut dilakukan supaya
masyarakat sadar akan kewajiban membayar Pajak.
“semenjak berubah menjadi kelurahan memang pelayanan dikelurahan
semakin ketat. Dulu sewaktu mengurus surat izin usaha saat masih menjadi
desa tidak ada syarat menggunakan bukti lunas PBB. Tetapi sekarang harus
menggunakan bukti PBB. Kalau menurut saya sendiri hal tersebut
sebenarnya bagus, jadi masyarakat yang nakal tidak mau membayar pajak
nantinya akan sadar akan pentingny membayar pajak”38
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh salah satu masyarakat,
bahwasanya pelayan di Kelurahan Sungai Benteng menunjukkan angka
peningkatan. Hal tersebut merupakan kebijakan baik yang telah diambil oleh
pemerintah Kelurahan Sungai Benteng, karena berdampak terhadap kesadaran
masyarakat akan kewajiban sebagai warga negara yaitu membayar pajak.
Sedangkan dalam hal prosedur pelayanan juga telah berubah, berikut
Standar Operasional Pelayanan tersebut :
Gambar 2
Standar Operasional Prosedur Kelurahan Sungai Benteng
Sumber : Dokumentasi Pribadi
38 Wawancara Bapak Jono, Masyarakat Kelurahan Sungai Benteng pada tanggal 20
Februari 2020.
Dari data gambar diatas dapat di jelaskan bahwa alur pengurusan surat
menyurat yang pertama yaitu melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan (tabel
8) kemudian menyerahkan persyaratan tersebut kepada Staff lalu di teliti oleh KASI
dan Sekertaris Lurah, setelah lulus uji berkas maka Dokumen diberi Nomor lalu
dinaikan ke Lurah. Selanjutnya Dokumen ditandatangani oleh Lurah dan kemudian
diberi stempel. Dokumen yang telah selesai melewati beberapa proses kemudian
diserahkan kepada pemohon dan Dokumen di arsipkan.
b) Dampak terhadap sarana dan prasaran pelayanan
Dari hasil studi penelitian penulis juga menemukan banyak perubahan yang
terjadi dalam bidang sarana dan prasarana dari saat masih status Desa menjadi
Kelurahan. Hal tersebut juga disampaikan oleh salah satu pegawai Kelurahan yaitu
Bapak Sunarno, S.Pd selaku KASI Pemerintahan
“Setelah beralih menjadi Kelurahan memang kita mengupayakan
peningkatan dalam hal pelayanan, salah satunya yaitu sarana dan prasaran
kita lebih tingkatkan kembali. Untuk yang sudah ada kita renovasi, seperti
bangunan dan ruang-ruangan yang kembali kita rombak ulang untuk
kenyamanan bersama. Dan juga kita menambah sarana-sarana yang lainya
sebagai penunjang pelayanan disini”39
Dari wawancara tersebut penulis juga diberikan data sarana dan prasarana
yang ada dikelurahan Sungai Benteng sebagai imbas dari beralihnya status tersebut.
39 Wawancara KASI Pemerintahan Kelurahan Sungai Benteng
Tabel 9
Sarana dan Prasarana Kelurahan Sungai Benteng tahun 2019
No.
Nama
Barang/jenis
Barang
Jumlah Merek /
Type
Asal/Usul
Barang
Kondisi
1. Printer 2 Buah Canon IP
2700
Pembelian Baik
2. Notebook 11’ 2 Buah Asus
IE203M
Pembelian Baik
3. Kursi Kerja 3 Buah Brather Pembelian Baik
4. Kursi Tamu 1 Set Jati Serena Pembelian Baik
5. Lemari Arsip 5 Buah - Pembelian Baik
6. TV LCD 21’
Digital Receiver
1 Buah LG Pembelian Baik
7. Kipas Angin 1 Buah OKAYAMA Pembelian Baik
Sumber : Kantor Kelurahan Sungai Benteng 2020
Seiring dengan ditambahnya sarana dan prasarana yang ada dikelurahan
Sungai Benteng tersebut diharapkan akan lebih mengefektifkan proses pelayanan
publik dan harapan atas tingkat Kepuasan Maysarakat bertambah.
Setelah berubah menjadi kelurahan pemerintah kelurahan telah banyak
melakukan upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan, salah satunya yaitu
dengan membuat papan informasi guna memberikan informasi-informasi tentang
laporan Anggaran tahunan, daftar jenis dan bentuk serta syarat-syarat pelayanan,
dan juga pemberitahuan-pemberitahuan lainya.40
40 Hasil Observasi di Lingkungan Kelurahan Sungai Benteng
Gambar 3
Papan Informasi Kelurahan Sungai Benteng
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Perubahan Desa menjadi Kelurahan juga berpengaruh terhadap tatanan
aparatur pemerintah Kelurahan yang dimana sebelumnya aparatur pemerintah desa
diisi oleh non PNS sedangkan setelah beralih mejadi Kelurahan aparatur
Pemerintah dari PNS, sehingga pela yan yang diberikan akan lebih terjamin dan
cepat.
2. Dampak Negatif
Setelah beralih menjadi Kelurahan, dampak yang ditimbulkan tidak hanya
dari segi positif tetapi dampak negatif juga dirasakan. Berikut wawancara terhadap
Sekertaris Kelurahan Sungai Benteng terhadap dampak Negatif dari berubahnya
status Desa menjadi Kelurahan.
“ sejauh ini dampak negatif yang ditimbulkan terhadap pelayanan publik
dikelurahan Sungai Benteng memang tidak terasa, bahkan saya rasa tidak
ada kalau untuk pelayanan publiknya. Tetapi kalau untuk dampak negatif
secara keseluruhan tentu jelas terlihat, seperti :
a) Hilangnya Dana Desa
b) Hilangnya Demokrasi untuk Pemilihan Kepala Pemerintahan.
c) Seluruh Aset Desa menjadi milik Pemerintah Daerah.”41
Dari hasil wawancara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasanya setelah
beralih status desa menjadi kelurahan dampak negatif dari hal pelayanan
dikelurahan sungai benteng tidak terasa. Sedangkan terhadap aspek lainya seperti
yang telah disampaikan oleh sekertaris lurah sungai benteng diatas tentu berdampak
negatif terhadap pemerintahan yang sebelumny desa kemudian beralih menjadi
kelurahan.
C. Peran Lurah Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Di
Kelurahan Sungai Benteng
Peran dari sebuah pemimpin sangatalah besar bagi kemajuan suatu
organisasi, begitu pula dengan sebuah organisai pemerintahan. Organisasi
pemerintahan yang dimaksud adalah Pemerintah Kelurahan, yang dimana
Kelurahan merupakan unit terkecil/terbawah dari sebuah organisai pemerintahan
suatu Negara. Berbeda dengan Desa, kepala Kelurahan diambil dari Aparatur Sipil
Negara yang tentunya lebih memahami manajemen kepemimpinan dalam sebuah
organisasi dan juga harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan pada
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan.
Untuk saat ini Kelurahan Sungai Benteng sendiri dalam kekosongan
kepemimpinan, karena lurah Sebelumnya Bapak Ario Alfajri, S.Ip (2017-2020)
41 Wawancara Bapak Debi Atmareko SE Sekertaris Lurah Sungai Benteng, pada tanggal
19 Februari 2020.
telah dimutasi ke kelurahan lain. Sehingga untuk saat sekarang ini kepemimpinan
diambil alih oleh Sekertaris Lurah Sungai Benteng yaitu Debi Atmareko, S.E
sebagai PJS ( Pengganti Jabatan Sementara) lurah Sungai Benteng hingga
pemerintah daerah kabupaten Sarolangun mendapatkan pengganti Lurah tersebut.
Berikut wawancara terhadap PJ lurah Sungai benteng akan Peran beliau dalam
meningkatkan kualitas Pelayanan Publik
“ dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan saya menggantikan jabatan
Lurah, tidak banyak yang telah saya lakukan. Upaya dalam meningkatkan kualitas
pelayanan publik disini hanya melanjutkan program yang telah dicanangkan oleh
lurah sebelumnya, yaitu salah satunya seperti mengagendakan bebrapa pegawai
untuk mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan rutin oleh kecamatan atau
kabupaten dan masih banyak yang lainya. Selanjutnya kalau dari program saya
pribadi yaitu selalu berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendukung
pelayanan publik, seperti merenovasi ulang ruangan kerja senyaman mungkin guna
mempercepat proses pekerjaan. Tak lupa juga saya bersama staff yang lainya
melakukan jadwal piket kebersihan harian untuk meningkatkan kenyamanan
masyarakat.”
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwasanya PJS lurah Sungai
Benteng saat ini belum mempunyai strategi yang signifikan dalam mengupayakan
peningkatan kualitas pelayanan publik. Hal tersebut dikarenakan beliau belum
sempat memikirkan akan hal tersebut, banyak program-program dari
kepemimpinan sebelumnya yang masih harus diselesaikan sehingga strategi
peningkatan mutu pelayanan masih belum terfikirkan secara detail.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang
Kelurahan menyebutkan bahwa Tugas Pokok dari seorang Kepala Kelurahan yaitu:
1. Pelaksanaan Kegiatan pemerintahan kelurahan
2. Pemberdayaan Masyarakat
3. Pelayanan Masyarakat
4. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, dan
6. Pembinaan lembaga kemasyarakatan.42
Dilihat berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut bahwasanya seorang
lurah mempunyai tugas salah satunya yaitu bertanggung jawab atas
terselenggaranya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Maka dari itu lurah
dituntut memberikan strategi-strategi guna meningkatkan kualitas pelayanan
publik.
42 Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Dampak Perubahan
Status Desa Menjadi Kelurahan Terhadap Pelayanan Publik di Kelurahan Sungai
Benteng Kabupaten Sarolangun, Untuk secara khusus dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Proses terbentuknya Desa Sungai Benteng menjadi Kelurahan Sungai Benteng
ditinjau secara yuridis tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang telah
diatur oleh Undang-undang. Sedangkan untuk syarat-syarat perubahan status Desa
Menjadi Kelurahan sendiri telah memenuhi kriterianya.
2. Dampak yang terjadi setelah perubahan status Desa menjadi Kelurahan terhadap
pelayanan publik di Kelurahan Sungai Benteng tidak terlalu signifikan. Hanya
saja jenis dan bentuk pelayanan serta Sarana dan Prasarana Pemerintahan yang
mengalami peningkatan.
B. Saran
1. Saran untuk pemerintah Kabupaten Sarolangun dalam mengambil kebijakan
untuk mengubah status desa menjadi kelurahan seharusnya terlebih dahulu
berkoordinasi kepada pihak pemerintah desa dan perlu adanya studi kelayakan
lebih lanjut apabila akan ada kebijakan peningkatan status desa menjadi
kelurahan kembali.
2. Untuk pemerintah Kelurahan Sungai Benteng diharapkan mampu lebih
meningkatkan SDM pegawai, karena berhubungan setelah beralih status Desa
menjadi Kelurahan tingkat Pelayanan seiring berjalanya waktu terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Fahmi amrusi dalam Ni’matull Huda, Hukum Pemerintah Daerah,
Nusamedia: Bandung, 2012, hlm28.
G. Setya Nugraha, R. Maulana f, kamus besar Bahasa Indonesia.
Surabaya, hlm 145.
Inu Kencana Syafiie, Pengantar ilmu pemerintahan,Jakarta, Refika
Aditama,2010.
HAW Widjaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta. Raja Grafindo,
2004, hlm.22
La Ode Bariun, Hakikat Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Penyelesaian
Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah Yang Berkeadilan. Disertasi. Program pasca
sarjana. Universitas Hasanudin. Makasar, 2015,hlm.136
Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, ( Semarang: Alfabeta.2007). hlm
65.
Prof. Dr. Lexy J Moleong M.A. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2005. Hlm 4
Ridwan HARI. Hukum Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 2013.
Sinambel Poltak Lijan, 2006. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan, dan
Implementasi.Bumi Aksara, hlm 17
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi revisi), cet ke-2, (JAMBI):
Fakultas Syari’ah IAIN STS Jambi, 2014), hlm.26
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1997, hlm154.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, cet ke-19,
(Bandung: Cv. Alfabeta.2013), hlm. 145.
Tri Wahyuni, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kebijakan publik,
(Jambi:Skrisi: 2012), hlm. 42.
Widjaja. HAW,2003, Otonomi Desa Merupakan otonomi yang asli, bulat dan
utuh, Bukit besar : PT Raja Grafindo Persada, hlm 20
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun No. 12 tahun 2009 Tentang
pembentukan Kelurahan Sungai Benteng, Kelurahan Pauh, Dan Kelurahan Limbur
Tembesi.
UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Kepemendagri No.28 Tahun 1999 Tentang pedoman Pembentukan,
penggabungan dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan
UU No. 25 tahun 2014 tentang pelayanan publik
Pasal 1 Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa
Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Pembentukan, penghapusan, penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa
Menjadi Kelurahan.
CURICULUM VITAE
A. Identitas Penulis
Nama : Muhammad Feriansyah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Sungai Benteng, 24 Februari 1999
Alamat : RT 33 RW V Purwosari Kelurahan Sungai Benteng
\Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun-Jambi
Agama : Islam
No. HP : 082282462132
Nama Ayah : Winaryo
Nama Ibu : Harianingsih
B. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal
TK : TK AT-TAZKIYAH SUNGAI BENTENG (2004)
SD : SDN 68 PASAR SINGKUT (2010)
SMP : SMPN 3 SAROLANGUN (2013)
MA : MAN CIJANTUNG /MAN 3 CIAMIS (2016)
b. Pendidikan Non Formal
Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis Jawa Barat (2013-2016)
Pelatihan Pramuka Tingkat Kabupaten Ciamis Tahun 2015
DOKUMENTASI
BERSAMA SEKERTARIS LURAH
BERSAMA KASI PEMERINTAHAN
SOP PELAYANAN KELURAHAN PAPANINFORMASI
BERSAMA MANTAN BPD DESA SUNGAI BENTENG TAHUN 2009