Dampak Pembangunan Break water

16
ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN BREAKWATER TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI Tugas Dinamika Oseanografi dan Remote Sensing Dosen : Dr. Denny Nugroho Sugianto, ST, MT Program Studi Magister Ilmu Kelautan Disusun Oleh AHMAD FADLAN 26020114420018 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

Transcript of Dampak Pembangunan Break water

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN BREAKWATER

TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI

Tugas Dinamika Oseanografi dan Remote Sensing

Dosen : Dr. Denny Nugroho Sugianto, ST, MT

Program Studi Magister Ilmu Kelautan

Disusun Oleh

AHMAD FADLAN

26020114420018

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang kaya dan

beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang memiliki

garis pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis pantai

terpanjang setelah Kanada. Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya zona

ekonomi ekslusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga perempat dari luas

keseluruhan wilayah Indonesia (Dahuri 2002 dalam Darmadi 2010 ).

Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan yang merupakan 15 %

daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia

sebagai tempat perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan, pertambangan

serta pariwisata. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk dikembangkan bagi

tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan

berkelanjutan, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak terhadap lingkungan

pesisir. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi kondisi pesisir adalah aktivitas manusia.

Aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara lain adalah

pembangunan, reklamasi dan pengerukan dasar perairan untuk tujuan komersial yang

berlebihan. Berkembangnya wisata bahari dibeberapa daerah pantai juga mendorong

terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan buatan dengan dibangunnya beberapa

fasilitas penunjang yang diperlukan.

Saat ini beberapa kawasan pantai di Indonesia telah mengalami kerusakan. Pengamatan

di beberapa stasiun penelitian di Jawa menunjukan adanya kenaikan muka air laut dan

mengakibatkan berkurangnya kawasan pantai. Gelombang laut yang datang ke pantai dengan

energi yang cukup besar serta erosi dapat menambah kerusakan kawasan pantai. Tingkat

kerusakan akan relatif rendah apabila perlindungan alami pantai tetap terjaga. Banyaknya

kawasan pantai yang dihuni maka apabila terjadi kerusakan akan memberikan kerugian yang

cukup besar. Usaha mengatasi kerusakan fisik dalam skala bangunan maupun lingkungan

sudah banyak dilakukan (Wahyudin, 2009), salah satunya dengan membuat bangunan

pengaman pantai untuk melindungi pantai dan mengontrol erosi pantai (Tawas, 2011).

Bangunan pantai yang dibangun untuk perlindungan pantai secara buatan terdapat

beberapa jenis bangunan antara lain, jety, reklamasi, seawall groin dan breakwater. Pada

jenis dari breakwater sendiri ada yang jenis lepas pantai dan ada yang jenis pinggir pantai,

untuk jenis breakwater lepas pantai atau disebut nearshore breakwater dan pinggir pantai

atau offshore breakwater yang merupakan breakwater yang bisa menangkap sedimen

tersuspensi ataupun sedimen dari long shore curent yang bisa berdampak pada perubahan

garis pantai.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kondisi beberapa pesisir di pulau

Jawa khususnya yang telah dibangun breakwater. Adapun dalam menganalisa kondisi pantai

dilakukan dengan cara memperhatikan gambar dari citra satellit terhadap kawasan pesisir

tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana perubahan yang terjadi pada

bentuk garis pantai setelah adanya pembangungan breakwater

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi

Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut

oleh tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir

ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya

berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air. Karena itu

pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut. Batuan hasil pelapukan secara

berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser(es yang mengalir

secara lambat). Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan

halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang

lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material

yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang

pasir misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angina dan berpindah ke

tempat lain. Sedangkangletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya

angkut besar (Anwas, 1994 dalam Khatib, 2013).

Jenis Sedimen

Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut

Reinick (Darmadi, 2010 dalam Khatib 2013 ) dibedakan menjadi empat yaitu:

1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil

erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik,

yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi

tertransforkan telah melemah.

2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang

hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang

mengalami dekomposisi.

3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di

dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan

tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalahmagnetit,

phosphoritdanglaukonit.

4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk

ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari

luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa

angin.Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang

meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung

berapi dapat berukuran halus berupa debu vulkanik, atau berupa fragmen-

fragmenaglomerat.

Sifat-Sifat Sedimen

Sifat-sifat sedimen pantai dapat mempengaruhi laju transpor sedimen di sepanjang pantai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimen antara lain :

1. Karakteristik material sedimen (distribusi dan gradasi butir, kohesifitas faktor

bentuk, ukuran, rapat massa, dan sebagainya)

2. Karakteristik gelombang dan arus (arah dan kecepatan angin, posisi

pembangkitan gelombang, pasang surut, dan kondisi topografi pantai yang

bersangkutan).

Sifat sedimen yang sangat penting adalah distribusi ukuran butir, setelah itu kecepatan

endap sedimen dan lain-lain.

Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang

disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya. Transpor sedimen

dibedakan menjadi dua macam yaitu: transpor menuju dan meninggalkan pantai

(onshore-offshoretransport) yang mempunyai arah rata-rata tegak lurus garis pantai,

sedangkan transpor sepanjang pantai (longshore transport)mempunyai arah rata-rata

sejajar pantai. Di daerah lepas pantai biasanya hanya terjadi transpor menuju dan

meninggalkan pantai, sedangkan di daerah dekat pantai terjadi kedua jenis transpor

sedimen (Triatmodjo,1996 dalam Khatib, dkk., 2013)

2.2 Proses Pada Pantai

Pantai merupakan kenampakan alam dimana terjadi interaksi keseimbangan dinamis

antara air, angin dan material (sedimen). Angin dan air bergerak membawa material

(sedimen) dari satu tempat ke tempat yang lain, mengikis dan kemudian

mengendapkannya lagi di daerah lain secara berkesinambungan. Fenomena transport

sedimen tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk morfologi pantai. Pantai

mempunyai pertahanan alami dari serangan arus dan gelombang dimana bentuknya akan

terus-menerus menyesuaikan sehingga dapat meminimalkan energi gelombang yang

menerpanya. Sistem pertahanan alami ini dapat berupa karang penghalang, atol, sand

dune, longshore bar, kemiringan dasar pantai dan vegetasi yang hidup di pantai.

Ada dua tipe tanggapan dinamis pantai terhadap gerak gelombang, yaitu tanggapan

terhadap kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap kondisi gelombang badai.

Pada saat badai terjadi, pertahanan alami pantai tidak mampu menahan serangan energi

gelombang yang besar, sehingga pantai dapat tererosi. Setelah gelombang besar reda,

berangsur-angsur pantai akan kembali ke bentuk semula oleh pengaruh gelombang

normal. Tetapi ada kalanya pantai yang tererosi tersebut tidak dapat kembali ke bentuk

semula karena material pembentuk pantai terbawa arus dan tidak dapat kembali ke

lokasi semula. Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral transport, yang di

definisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh

gelombang dan arus.

2.3 Pengertian Breakwater

Pemecah gelombang atau dikenal sebagai juga sebagai pemecah ombak atau

breakwater dimana sebagai prasarana yang dibangun untuk memecah ombak/gelombang

laut.dengan menyerap sebagai energi gelombang dengan menyerap sebagain energi

gelombang. Pemecah gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang mengurus

garis pantai dan untuk menenangkan gelombang di pelabuhan sehingga kapal dapat

merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.

Pemecah gelombang harus didesain sedemikian sehingga arus laut tidak

menyebabkan pendangkalan karena pasir yang ikut dalam arus mengendap di kolam

pelabuhan.

Breakwater atau pemecah gelombang lepas pantai dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu pemecah gelombang yang menyambung dengan pantai dan lepas pantai.

Tipe yang menyambung dengan pantai banyak digunakan pada perlindungan perairan

pelabuhan, sedangkan tipe lepas pantai untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara

umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu

ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang,

sperti halnya pada perencaan groin dan jetty.

GROIN

Groin adalah banguna pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus garis pantai

dan berfungsi untuk menahan transpor sedimen sepanjang pantai sehingga bisa

mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi. Bangunan ini juga bisa digunakan untk

menahan masuknya transport sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.

Groin yang ditempatkan di pantai akan menahan gerak sedimen tersebut sehingga

sedimen mengendap di sisi sebelah hulu ( terhadap arah transport sedimen sepanjang

pantai ). Di sebelah hilir groin angkutan sedimen masih tetap terjadi sementara suplai

dari sebelah hulu terhalang oleh bangunan, akibatnya daerah di hilir groin mengalami

deficit sedimen sehingga pantai mengalami erosi. perlindungan pantai dengan

menggunakan satu buah groin tidak efektif. Biasanya perlindungan pantai dilakukan

dengan membuat suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan

dengan jarak tertentu (Triadmodjo, 1999 dalam Parmantoro, 2013).

Gambar 1. Groin tunggal dan perubahan garis pantai yang ditimbulkan

(sumber: Tawas, 2011)

Groin dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu tipe lurus, tipe T dan tipe L.

Menurut kontruksinya groin dapat berupa tumpukan batu, caisson beton, turap, tiang

yang dipancang berjajar, atau tumpukan buis beton yang didalamnya diisi beton

(a) (b)

Gambar 2. Groin bentuk L (a) dan bentuk T (b) (sumber: Darmadi, 2010)

Di dalam perencanaan groin masih dimungkinkan terjadinya suplai pasir melintasi

groin ke daerah hilir. Pasir dapat melintasi groin dengan melewati sisi atasnya

(overpassing) atau melewati ujungnya (endpassing).

JETTY

Merupakan bangunan yang tegak lurus dengan pantai yang ditempatkan pada kedua

sisi muara sungai yang mempunyai berfungsi mengurangi pendangkalan alur oleh

sedimen pantai dan melindungi alur pelayaran. Selain melindungi alur pelayaran, dapat

juga digunakan untuk mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan

pengendalian banjir

Selain untuk melindungi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah

pendangkalan di muara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Mengingan

fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat digunakan dalah satu dari

bangunan beikut, yaitu jetty panjang, jetty sedang atau jetty pendek. Jetty panjang apabila

ujungnya berada diluar gelombang pecah. Jetty sedang dimana ujungnya berada diantara

muka air surut dan lokasi gelombang pecah, dapat menahan sebagai transpor sedimen

sepanjang pantai. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada muka air surut.

Fungsi utama bangunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai dan

mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa mengerosi endapan

sehingga pada awal musim penghujan dimana debit besar (banjir) belum terjadi,muara

sungai telah terbuka.

Gambar 3. Tipe Jetty yang ada pada muara sungai (sumber : Ardiyanto, 2013)

BAB III

METODOLOGI

Dalam makalah ini, dilakukan penelitian terhadap beberapa kawasan pesisir di pulau

Jawa khususnya kawasan pesisir yang telah memiliki pemecah gelombang tipe Groin dan

Jetty untuk melihat perubahan garis pantai yang terjadi seperti di kawasan pesisir Indramayu

dan kawasan pesisir Tegal.

Gambar 3.1 Lokasi Pemantauan (sumber : Google Earth)

Adapun dalam melakukan analisa, dilakukan pemantauan melalui gambar dari hasil

pengindraan citra satelit menggunakan software Google Earth sehingga dapat menemukan

daerah mana saja yang terkena dampak akresi (sedimentasi) dan derah mana yang terkena

erosi akibat pengaruh pembangunan pemecah gelombang

BAB IV

PEMBAHASAN

Saat ini beberapa kawasan pantai di Indonesia telah mengalami kerusakan. Pengamatan

di beberapa stasiun penelitian di Jawa menunjukan adanya kenaikan muka air laut dan

mengakibatkan berkurangnya kawasan pantai. Gelombang laut yang datang ke pantai dengan

energi yang cukup besar serta erosi dapat menambah kerusakan kawasan pantai. Tingkat

kerusakan akan relatif rendah apabila perlindungan alami pantai tetap terjaga. Banyaknya

kawasan pantai yang dihuni maka apabila terjadi kerusakan akan memberikan kerugian yang

cukup besar. Usaha mengatasi kerusakan fisik dalam skala bangunan maupun lingkungan

sudah banyak dilakukan.

Untuk melindungi daerah pantai dari serangan gelombang, suatu pantai memerlukan

bangunan peredam gelombang. Peredam gelombang adalah suatu bangunan yang bertujuan

untuk mereduksi atau menghancurkan energi gelombang.

KASUS DI INDRAMAYU

Di pantai balongan indramayu telah terjadi proses abrasi yang sangat signifikan proses

majunya garis pantai (abrasi) semakin tahun di pantai balongan indramayu ini semakin maju,

garis bibir pantai semakin berkurang akibat dari abrasi tersebut. Pada awalnya pemerintah

indramayu untuk mengatasi abrasi pantai ini hanya menggunakan karung berisi pasir untuk

menahan ombak lalu hal ini gagal terus di buatlah batu – batu pengahalang ombak yang

berbebtuk tripod yang dipasang menjorok ke laut, hal demikian pula gagal karena jumlah

batu pemecah ombak itu hanya sedikit dan tidak sebanding dengan luas wilayah pantai

balongan indramayu dan kini batu itu habis tergerus oleh ombak atau geloimbang pantai

Mulai tahun 2007 telah direncanakan untuk pembuatan Breakwater, pada awalnya

pembuatan Breakwater itu rampung pada akhir tahun 2008 yang berbentuk melengkung, lalu

pada tahun 2009 dibuat lagi breakwater berbentuk melengkung dan berbentuk ‘T’ di

sepanjang bibir pantai balongan indramayu untuk mengatasi hal abrasi ini.

Proses terjadinya sedimentasi pada breakwater ini bermula dari arah arus gelombang

yang ditahan lalu terpecahkan oleh breakwater ini, kemudian arah arus dibelokan kedalam

sisi breakwater sehingga sedimentasi yang terjadi terkumpul pada sisi bagian breakwater itu

sendiri dan akibatnya terjadi pendangkalan di bagian sisi tersebut. Arus membawa berbagai

macam partikel – partikel yang menyebabkan sedimentasi itu terjadi (Gambar 2).

Adapun kondisi pesisir Indramayu sebelum dan sesudah pemasangan bangunan pemecah

gelombang tipe groin adalah sebagai berikut,

Gambar 4. Kondisi pesisir Indramayu sebelum pemasangan Groin

Gambar 5. Kondisi pesisir Indramayu sesudah pemasangan Groin

Pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat

dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis

SEDIMENTASI

EROSI

SEDIMENTASI

EROSI A

B

A

B

pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak

gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang

terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan

diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan

terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.

Dari gambar 4 dan 5 dapat kita ketahui bahwa arah gelombang dominan berasar dari arah

timur laut dimana wilayah yang terkena penumpukan sedimentasi adalah wilayah sebelah

timur bangunan pantai Jetty/Groin (A). Sedangkan wilayah disebelah baratnya mengalami

erosi dengan garis pantai yang lebih menjorok ke daratan (B). Kondisi ini terjadi karenakan

adanya arus sejajar garis pantai (long shore current) dari arah timur menuju barat, sehingga

sedimen yang terbawa oleh arus tersebut akan mengumpul di depan penghalang namun akan

mengikis pantai dibelakangnya.

KASUS PESISIR TEGAL

Di kota Tegal, saat ini telah banyak dibangun bangunan pemecah geombang tipe

sambung pantai (Jetty/Groin) dimana digunakan sebagai pencegah abrasi akibat traspor

sedimen. Namun pembangun pemecah gelombang yang cukup banyak membuat adanya

perubahan pada kondisi garis pantai yang salah satunya terjadi di Pantai Alam Indah Tegal

(PAI). Di wilayah pantai ini terdapat pemecah geombang tipe jetty yang dibangun pada

muara sungai yang ada di pantai ini. Adapun kondisi muara sungai tersebut sebelum adanya

pembangunan jetty dan sesudah adanya pembangunan dapat digambarkan sebagai berikut.

(a) (b)

Gambar 6. Sebelum dibangun (a) dan sesudah dibangun jetty (b)

SEDIMENTASI

EROSI

Arah Gelombang

Seperti halnya kondisi pesisir Indramayu, PAI Tegal juga mengalami perubahan garis

pantai akibat adanya bangunan jetty yang dibangun di muara sungai (gambar 6b). Pada

gambar tersebut terlihat jelas perbedaan garis pantai sebelum dan sesudah dibangun jetty

dimana sebelum dibangunnya jetty dimuara sungai, garis pantai alam indah tegal umumnya

sejajar. Namun setelah dibangun, terlihat pada sebelah timur jetty terdapat sedimen yang

terperangkap dan mengendap sehingga terlihat pantai sebelah timur jetty lebih luas

dibandingkan sebelah barat yang terkikis oleh erosi pantai.

Jika dilihat dari penyebabnya, maka kondisi pantai di Indramayu dan di Tegal memiliki

penyebab yang sama yakni adanya transport sedimen dari arah timur oleh arus sejajar pantai

akibat arah gelombang yang berasal dari timur laut. Adapun kondisi tersebut dapat di

ilustrasikan sebagai berikut,

Gambar 7. Erosi dan Akresi di sekitar Groin (sumber : Koleksi Perpus ITB)

Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju transport

sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan sedimen dan

terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan cuspate terus

berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. Tombolo yang terbentuk akan

merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai sedimen

kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.

Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian

energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian

dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan

lain-lainnya. Pembagian besamya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan

diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe

bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar)

BAB V

KESIMPULAN

Bangunan pemecah ombak (breakwater) pada umumnya berfungsi untuk meredam

ombak yang dapat mengakibatkan dampak abrasi pada pantai, namun disisi lain bangunan

tersebut juga dapat merubah bentuk dan garis pantai yang sebelumnya sejajar menjadi tidak

sama. Akibat adanya transport sedimen yang dibawah oleh arus sejajar pantai membuat

daerah hilir bangunan yang terkena langsung arus tersebut menangkap dan mengendapkan

sedimen sehingga membuat daerah tersebut akresi, namun daerah bagian hilir berikutnya

mengalami erosi akibat pemberian energi transport yang sempat melemah karena terhalang

oleh bangunan tersebut.

REFRENSI

Ardianto, P. 2013. Rekayasa Pantai. Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya.

Darmadi. 2010. Analisis Proses Sedimentasi Yang Terjadi Akibat adanya Breakwater di Pantai

Balongan Indramayu. [Online] [Diakses 23 Juni 2015]

https://dhamadharma.wordpress.com/2010/04/19/analisis-proses-sedimentasi-yang-terjadi-

akibat-adanya-breakwater-di-pantai-balongan-indramayu/

Khatib, A., Adrianti, Y., Wahyudi, A. E. 2013. Analisis Sediment Dan Alternatif Penanganannya

di Pelabuhan Selat Baru Bengkalis. KoNTekS 7. UNS.

Purnomo, R. 2005. Kajian Penanggulangan Erosi Pantai Wisata di Tegal. Tesis, ITB.

Parmatoro, P., N. 2013. Kajian Pemodelan Arus Sedimen di Sekitar Jetty Muara Sungai. Teknik,

Vol. 34, No. 3, ISSN 0852-1697

Rahmadhani, S., D. 2013. Studi Kinerja Bangunan Groin Tanjung Bunga. Jurnal Tugas Akhir,

Fakultas Teknik, UNHAS.

Tawas, H., J. 2011. Metode Pelaksanaan Pembangunan Pengamanan Pantai Girian Bawah Kota

Bitung Sulawesi Utara Indonesia. Jurnal Ilmiah Media Engenering Vol.1, No. 1

Wahyudin, B. 2009. Kerusakan Pantai Dan Upaya Mengatasinya Dengan Menggunakan Break

Water Metode Kubus. Breakwater [Online]. [Diakses 23 Juni 2015]

https://disfaslanal.wordpress.com/2009/05/12/3/