DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADA ...

132
DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADA PELAYANAN JEMAAH HAJI TAHUN 2017 Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Muhamad Fahrul F. (1113053000070) KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017/1439 H

Transcript of DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADA ...

DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADA PELAYANAN JEMAAH HAJI TAHUN 2017

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Muhamad Fahrul F. (1113053000070)

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2017/1439 H

DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADAPELAYANAN JEMAAH HAJI TAHUN 2OI7

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kornurrikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:Muhamad Fahrul FahroiiNIM : 1113053000070

Di bawah Bimbingan :

Drs. H. Ahmad Kartono. M.Si

KONSENTRASI MANAJEMEN IIAJI DAN UMRAHPROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNI\TERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HTDAYATULLAH JAKARTAt439 Ht 2017 M

PENGESAHAN PANITTA UJIAN

Skripsi berjudul DAMPAK KEBIJAKAN PENAN{BAHAN KUOTA HAJI PADA

PELAYANAN JEMAAH HAJI TAHUN 2017 telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal

l3 Desember 2017 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Manajemen Dakwah Konsenstrasi Manajemen

Haji dan Umrah.

Jakarta, 13 Desember 20t7

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota

,@# ^^--t,/ t JDrs. Cecep Cstrawijaya. M.ANIP: 1967 0818 1998 0310 02

Anggota

Drs

1996 0310 01

Penguji II

20320 0t

Pembimbing

Ahmad Kafiono

Sekretaris Anggota

NIP: 1966

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1.

2.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 (S-l) di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber data yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UfN Syarif Hidayatullah Jakafia.

Jakarta, 13 Desember 2017

ABSTRAK

Muhamad Fahrul F, 1113053000070, Dampak Kebijakan Penambahan Kuota Pada Pelayanan Jemaah Haji Tahun 2017, di bawah bimbingan Drs. H. Ahmad Kartono, M. Si.

Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2017 mengalami peningkatan jumlah jemaah haji setelah keluar Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1438 H/2017 M sejumlah 221.000 orang, berbeda dengan tahun 2016 yang berjumlah 168.800 orang. sehingga kuota haji tahun 2017 bertambah sebanyak 52.200 orang dibandingkan jumlah kuota tahun 2016. Dalam hal ini Kementerian Agama sebagai penyelenggara ibadah haji harus mengantisipasi dengan adanya dampak penambahan kuota dengan harus terus berupaya untuk meningktakan pelayanan jemaahnya, mempersiapkan dan strategi pelayanan, Bagaimana penanganan pemberangkatan dan pemulangan haji bagi jemaah seiring adanya penambahan kuota. Kementerian Agama sebagai institusi penyelenggara ibadah haji harus melakukan terobosan khusus dan melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga lain yang terlibat dalam pelayanan jemaah haji baik di tanah air maupun di Arab Saudi sehubungan dengan besarnya jumlah jemaah haji tanpa megurangi kualitas pelayanan terhadap jemaah. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pelayanan jemaah haji di Tanah Air. 2) Mengetahui pelayanan jemaah haji di Arab Saudi. 3) Mengetahui dampak pelayanan jemaah haji akibat bertambahnya kuota. 4) menemukan langkah penyelesaian akibat bertambahnya kuota. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yaitu di mulai dengan mengumpulkan informasi-informasi sebelum dan sesudah musim haji baik dengan melakukan pengamatan, wawancara ataupun dokumentasi untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh orang banyak. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan kuota mengakibatkan dampak positif dan negatif, antara lain : Bagi daftar tunggu dapat memangkas waktu tunggu jemaah haji, pelunasan BPIH waktunya diperpanjang menjadi dua tahap, pelayanan dokumen mengalami keterlambatan dan sebagian pelayanan asrama Embarkasi Aceh dan Surabaya mengalami daya tampung yang kurang, namun demikian hal tersebut telah diantisipasi kemungkinan terjadinya dampak negatif akibat bertambahnya kuota haji.

Penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi juga mengalami dampak akibat bertambahnya kuota. Diantaranya, pelayanan akomodasi yang berada di Mina mengalami kekurangan tenda dan toilet karena besarnya jumlah jemaah. Pelayanan katering mengalami kesulitan dalam hal distribusi karena kondisi jalan yang macet. Kemudian pelayanan transportasi di Arab Saudi mengalami keterlambatan karena bertambahnya jemaah situasi dan kondisi jalan sangat crowded.

Kata Kunci : Dampak Kebijakan, Kuota Haji, Pelayanan Jemaah Haji

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, sebab atas kehendak-Nya

penyusunan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Banyak rintangan serta

hambatan yang penulis lalui, namun berkat Rahmat-Nya semua dapat dilalui dengan baik.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Karena beliaulah suri

tauladan yang baik bagi seluruh umat dan alam semesta.

Penyusunan penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari banyak peran yang

membantu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat

sehingga penulis mendapatkan kemudahan dan kelancaran, baik secara moril maupun

materil. Karena tanpa bantuan-bantuan tersebut tentunya akan sulit bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih serta

menyampaikan penghargaan kepada :

1. Dr. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wadek I, Dr. Roudhonah, MA sebagai Wadek II,

serta Dr. Suhaimi, M.Si sebagai Wadek III yang telah memberikan banyak ilmu

dalam bidang organisasi.

3. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., dan Drs. Sugiharto, M.A., selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan studi di Jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen

Haji dan Umrah.

4. Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan mengenai penulisan skripsi dan rela meluangkan

waktunya demi memberikan arahan, petunjuk, serta saran yang bermanfaat bagi

penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Tim Penguji Skripsi dalam sidang Munaqasyah, sehingga penulis mendapatkan

saran serta masukan untuk perbaikan skripsi.

ii

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan pengajaran serta ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Bapak Abdullah (Kepala Bidang Pelayanan Katering Haji), Reza Muhammad

(Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji), Bapak Firza, (Kepala Bidang

Pelayanan Akomodasi Haji), Ibu Sri Darfatihati (Kasi Monitoring Dan Evaluasi

Transportasi Haji), Bapak Nur Alia Fitra, (Kasubdit Pendaftaran Haji), Bapak

Afandi (Staf Di Bagian Pendaftaran Haji), Bapak Nurchalis (Kasi Pelayanan

Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri) yang sudah

bersedia meluangkan waktunya dalam membantu proses penelitian dan

pencarian data sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

8. Kedua orangtua tercinta dan terkasih, Ibunda Munawarah dan Ayahanda Mamad

yang selalu dan tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan nasihat serta

motivasi kepada penulis untuk terus menjadi orang yang haus akan ilmu.

Kepada adik adik tersayang, Faturahman Fikri dan Faujan Fahmi yang

memberikan doa dan semangat kepada penulis.

9. Para Pegawai dan staf TU Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Umum yang sudah melayani dan

memberikan kebutuhan untuk menyelesaikan skripsi penulis.

10. Teman-teman Manajemen Dakwah 2013, yang mengajarkan arti kebersamaan

yang selalu memberikan semangat, mengingatkan dikala salah. Semoga

persahabatan ini tidak pernah putus.

11. Sahabat-sahabat Alang-Alang Mursyidin, sahabat Najib, Nanda, Syukron, Iqbal,

Ria dan Sri. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Nurdiansyah, Meike, Erik, Yunus, Dani

dan Aris yang menjadi partner selama bergerak. Sahabat-sahabat PMII Cabang

Ciputat yang menjadi tempat berproses dan bergerak di luar lingkungan

kampus.

12. Serta seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya, namun tentu

berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

iii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan juga kesalahan, oleh

sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap

semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembacanya terutama bagi penulis sendiri. Terima

kasih.

Jakarta, 13 Desember 2017

Muhamad Fahrul Fahroji

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6

D. Metodologi Penelitian .................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan .................................................................. 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Dampak Kebijakan ...................................................................... 14

1. Pengertian Dampak ................................................................ 14

2. Pengertian Kebijakan ............................................................. 15

3. Fungsi Kebijakan ................................................................... 20

B. Penambahan Kuota Haji .............................................................. 20

1. Pengertian Penambahan Kuota .............................................. 20

v

2. Pengertian Kuota Haji ............................................................ 21

3. Pembagian Kuota Haji ........................................................... 21

C. Pelayanan Jamaah Haji ................................................................ 22

1. Pengertian Pelayanan ............................................................. 22

2. Pengertian Jamaah Haji .......................................................... 25

3. Macam-macam Jamaah Haji .................................................. 28

BAB III GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN

AGAMA REPUBLIK INDONESIA

A. Sejarah Penyelenggaraan Haji dan Umrah ............................ 32

B. Visi dan Misi Ditjen PHU ...................................................... 39

C. Tugas dan Fungsi Ditjen PHU ............................................... 41

D. Struktur Organisasi Ditjen PHU ............................................ 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Tanah Air ............... .47

1. Pelayanan Pendaftaran .................................................... 47

2. Pelayanan Dokumen dan Perlengkapan Haji ................... 52

3. Pelayanan Asrama Haji .................................................... 56

4. Pelayanan Transportasi Udara ......................................... 60

B. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Arab Saudi.............67

1. Pelayanan Akomodasi Haji .............................................. 67

2. Pelayanan Katering Haji .................................................. 77

vi

3. Pelayanan Transportasi Haji ............................................ 78

C. Dampak Pelayanan Haji Akibat Bertambahnya Kuota Haji.81

1. Pelayanan Pendaftaran ..................................................... 81

2. Pelayanan Dokumen dan Perlengkapan Haji ................... 84

3. Pelayanan Asrama Haji .................................................... 86

4. Pelayanan Transportasi Udara ......................................... 88

5. Pelayanan Akomodasi Haji .............................................. 89

6. Pelayanan Katering Haji .................................................. 91

7. Pelayanan Transportasi Darat .......................................... 93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 96

B. Saran ...................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur organisasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI

Tabel 2. Mekanisme Pendaftaran Haji Reguler

Tabel 3. Jadwal Penyelesaian Paspor

Tabel 4. Alur Penyelesaian Paspor

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto Dokumentasi

Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 : Hasil Wawancara

Lampiran 6 : SK Menteri Agama tentang Penambahan Kuota

ix

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima yang wajib dilaksanakan

oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat Istitha’ah, baik secara fisik,

finansial, maupun mental. Disamping itu, kesempatan menunaikan ibadah

haji yang semakin terbatas menjadi syarat dalam menunaikan kewajiban

ibadah haji. Sehubungan dengan hal tersebut, penyelenggaraan ibadah haji

harus didasarkan pada prinsip keadilan untuk memperoleh kesempatan yang

sama bagi setiap warga Negara Indonesia yang beragama Islam.1

Ibadah haji dilaksanakan setiap tahun di mana seluruh dunia umat Islam

datang ke Tanah Suci dan melakukan ibadah haji. Adapun bagi mereka yang

belum mampu, akan terus berusaha mengumpulkan uang mereka untuk

mendaftar menjadi calon jemaah haji. Begitupun sebaliknya bagi mereka yang

sudah mampu, maka segera mendaftarkan diri mereka dan menunggu

beberapa tahun kemudian.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 pasal 6 menyebutkan

bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan

perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah

haji,akomodasi, transportasi, pelayanan haji2

1 Anggito Abimanyu, Kementerian Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf, 2009), h..32

2 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji,( Jakarta: FDK Press 2008), h. 1

2

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional yang dilakukan

oleh pemerintah dengan tujuan memberikan pembinaan, pelayanan dan

perlindungan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman, tertib, lancar,

nyaman dan sesuai dengan tuntunan agama sehingga jemaah haji dapat

melaksanakan ibadah hajinya secara mandiri dan memperoleh haji mabrur.3

Salah satu faktor yang mendukung untuk memperoleh haji yang mabrur

adalah dengan adanya persiapan-persiapan yang maksimal, seperti persiapan

ilmu manasiknya dan kesehatan pribadi dan khususnya pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah.

Untuk terlaksananya penyelenggaraan ibadah haji bagi jemaah haji

indonesia yang tertib, aman, dan lancar, kementerian agama dalam hal ini

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah berkewajiban

melaksanakan tugas dari aspek pembinaan, pelayanan, dan perlindungan

kepada jemaah haji sejak mulai pendaftaran dan tercatat di Siskohat Kemenag

secara online dan real time masa tunggu (waiting list), keberangkatan dari

Tanah Air ke Arab Saudi, selama pelaksanaan ibadah di Tanah Suci, sampai

akhirnya kembali ke Tanah Air. Secara tekstual, pelayanan kepada jemaah

bertujuan untuk memenuhi kepuasan jemaah dan memberikan fokus

pelayanan kepada jemaah.4 Hal tersebut sejalan dengan Firman Allah SWT :

3 Sumber Paper. Kiat-kiat Melestarikan Haji Mabrur, (Jakarta : Kementerian Agama RI 2005) h. 2

4 https://haji.kemenag.go.id/v3/node/955358

3

Artinya :

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Q.S Al Baqarah : 197)

Dalam Al-qur’an surat At-taubah ayat 105 Allah berfirman :

Artinya :

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S At-taubah : 105)

Penyelenggaraan Ibadah haji bukanlah pekerjaan yang sederhana,

khususnya dalam hal pelayanan jemaah, mengingat jumlah jemaah haji

Indonesia yang harus di kelola adalah merupakan jemaah terbanyak di dunia.5

Apalagi pada tahun 2017 adanya penambahan kuota yang tentunya akan

memberikan dampak terhadap pelayanan jemaah haji.

5 Muhammad M. Basyuni, “Reformasi Manjemen Haji” h. 9

4

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2017 tentang penetapan kuota haji tahun 1438 H/2017 M.

Menetapkan kuota haji Indonesia tahun 1438 H/2017 M sejumlah 221.000

(dua ratus dua puluh satu ribu) orang, terdiri dari kuota haji reguler sebanyak

204.000 (dua ratus empat ribu) orang dan kuota haji khusus sebanyak 17.000

(tujuh belas ribu) orang. Adapun kuota haji reguler sabagaimana di maksud

terdiri atas kuota jemaah haji reguler 202.518 (dua ratus dua ribu lima ratus

delapan belas) orang dan kuota petugas haji daerah sebanyak 1.482 (seribu

empat ratus delapan puluh dua) orang. Sedangkan kuota haji khusus

sebagaimana dimaksud terdiri atas kuota jemaah haji khusus sebanyak 15.663

(lima belas ribu enam ratus enam puluh tiga) orang dan kuota petugas haji

khusus sebanyak 1.337 (seribu tiga ratus tiga puluh tujuh).6

Jumlah kuota haji pada tahun 2017 bertambah sebanyak 52.200 orang di

bandingkan dengan jumlah kuota haji pada tahun 2016 sebagaimana

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 210 tahun 2016, yang

menetapkan kuota haji Indonesia tahun 1437/2016 sejumlah 168.800 (seratus

enam puluh delapan ribu delapan ratus) orang yang terdiri dari kuota haji

reguler sebanyak 155.200 (seratus lima puluh lima ribu dua ratus) orang dan

kuota haji khusus sebanyak 13.600 (tiga belas ribu enam ratus) orang.7

Kondisi seperti ini pemerintah harus terus berupaya untuk

meningkatkan pelayanan jemaahnya, karena kuantitas jemaah harus di

tingkatkan pelayanannya. Oleh karena itu sebagai pelaksana Kementerian

Agama Republik Indonesia perlu meningkatkan berbabgai pelayanan, agar

6 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017, h. 3 7 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 210 tahun 2016, h. 3

5

jemaah puas dan bisa menciptakan grand image yang baik kepada jemaahnya

dapat mensosialisasikan tujuan dari terselenggaranya ibadah Haji.

Penyelenggaraan ibadah haji bukanlah pekerjaan sederhana, khususnya

dalam hal pelayanan terhadap jemaah, mengingat jumlah jemaah haji yang

harus di kelola merupakan yang terbanyak di dunia.8 Diharapkan penerapan

kebijakan dan manajemen pelayanan terhadap jemaah haji sebelum

pemberangkatan dan ketika di tanah suci dapat terlaksana dengan efektif dan

efisien sesuai dengan harapan jemaah haji khususnya dan masyarakat luas

umumnya.

Dampak dari penambahan kuota yang memang sulit untuk dihindari,

maka penyelenggara ibadah haji (Kementrian Agama Republik Indonesia),

harus mampu meminimalisir kemungkinan timbulnya permasalahan

pelayanan, bagi jemaah yang sedang melakukan ibadah haji. Sehingga

diperlukan persiapan dan startegi pelayanan. Bagaimana penanganan

pemberangkatan dan pemulangan haji bagi jemaah seiring adanya

penambahan kuota. Kementerian Agama sebagai institusi penyelenggara

ibadah haji harus melakukan terobosan khusus dan melakukan koordinasi

dengan instansi/lembaga lain yang terlibat dalam pelayanan jemaah haji baik

di tanah air maupun di Arab Saudi sehubungan dengan besarnya jumlah

jemaah haji tanpa megurangi kualitas pelayanan terhadap jemaah.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis

sangat tertarik untuk meneliti mengenai dampak pelayanan jemaah haji akibat

adanya penambahan kuota pada tahun 2017, dan kemudian penulis jadikan

8 Muhammad M. Basyuni “Reformasi Manajemen Haji”, ( Jakarta: FDK Press 2008) h 9

6

bahan sekaligus objek skripsi dengan judul “Dampak Kebijakan

Penambahan Kuota Pada Pelayanan Jemaah Haji Tahun 2017”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luas dan melebarrnya pembahasan,

maka dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi masalah yang

akan dibahas hanya pada pengaruh pelayanan jemaah haji akibat

adanya penambahan kuota.

2. Perumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

sebagai berikut ::

1. Bagaimana mekanisme pelayanan jemaah haji di Tanah Air ?

2. Bagaimana mekanisme pelayanan jemaah haji di Arab Saudi ?

3. Apa saja dampak pelayanan jemaah haji akibat bertambahnya

kuota haji ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan

penulisan ini secara umum adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui mekanisme pelayanan jemaah haji di Tanah Air.

b. Untuk mengetahui pelayanan jemaah haji di Arab Saudi.

c. Untuk mengetahui dampak pelayanan jemaah haji akibat

bertambahnya kuota haji.

2. Manfaat Penelitian

7

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh manfaat antara

lain sebagai berikut :

a. Ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

pengetahuan ilmiah di bidang penyelnggaraan haji, khususnya

Pelayanan Haji.

b. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik

dan dapat menambah wawasan khasanah keilmuan bagi para

pembaca khususnya mahasiswa manajemen dakwah konsentrasi

manajemen haji dan umrah, serta dapat berguna bagi banyak pihak

terutama sebagai tambahan refrensi atau perbandingan bagi studi-

studi yang akan datang.

c. Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru

dan memberikan motivasi bagi para praktisi yang konkret terhadap

perkembangan ilmu Pelayanan haji.

D. Metodelogi Penelitian

1. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Metode kualitatif adalah dengan mengamati kasus dari

berbagai sumber data yang digunakan untuk meneliti, menguraikan

dan menjelaskan secara komprehensif, berbagai aspek individu,

kelompok suatu program, organisasi atau pristiwa secara sistematis.

Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam

8

instrument pengumuman data.Karena itu, penulis menggunakan

wawancara, observasi, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-bukti

fisik.9 Dengan menggunakan analisis deskriptif dimana peneliti

berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi

tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.10

Pendekatan Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku

yang dapat diamati. Kark dan Miller memberikan pengertian penelitian

Kualitatif sebagai tradisi penelitian yang tergantung pada pengamatan

sesuai dengan orang-orang disekitar objek penelitian dalam bahasa dan

peristilahan sendiri.11

Berdasarkan beberapa definisi diatas, penelitian melakukan

penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang didapat dan

berdasarkan hasil dari penelitian dilapangan, kemudian diolah dan

dikaji agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan.12

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah Kantor

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji Kementerian Agama

RI, sedangkan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah Dampak

9 Rahmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, 2007), cet ke-2 h. 102 10 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005) h.22 11Lexy J. Meloeng, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009), edisi revisi cet. Ke-26, h 3 12 Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali 1978/2003) h. 92

9

Kebijakan Penambahan Kuota Pada Pelayanan Jemaah Haji Tahun

2017.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kementrian Agama RI, yang terletak di

Jalan Lapangan Banteng Barat No. 3-4, Jakarta Pusat 10710. Adapun

waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan

Oktober 2017.

4. Teknik pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan jenis penilitian di

antaranya, yaitu field resaerch (penelitian lapangan), dan

menggunakan penelitian case study (studi kasus) di antaranya multiple

sourches, document, recording, observation dan File dokumen.13

Selain itu, peneliti juga menggunakan data skunder melalui buku,

skripsi, jurnal, majalah, dokumen pemerintah, media elektronik dan

surat kabar. Untuk pengambilan data penelitian digunakan metode

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan subjek dan objek yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang akan diteliti,14 baik secara

langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya.

Instrumen yang dipakai dapat berupa lembaran pengamatan, panduan

13 John W Creswell, Qualitative Inquiri & Research Design, Printed in U.S.A, 1998 h. 65 14 Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi

Aksara, 1998), cet. ke-2, h. 54.

10

pengamatan, dan lainnya.15 Dalam hal ini peneliti observasi langsung

ke kantor bagian haji kemeterian Agama RI untuk mengetahui

bagaimana dampak pelayanan jemaah haji.

b. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan antara peneliti atau seseorang yang

berharap mendapat informasi dari informan (seseorang yang

diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya).16 Dalam

penelitian ini wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung

kepada staf bagian Haji, divisi pelayanan di kementerian Agama, untuk

memperoleh data-data yang mendukung untuk penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan,

buku naskah, tesk materi, dokumen ataupun arsip-arsip, yang terkait

dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya

penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan memperlajari

bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari

informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data.

Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian

dasar.Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti

15 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-6, h. 51.

16 Rahmat Kriyantono, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Pranada Group, 2007)cet. ke-2, h.116

11

yang signifikan tehadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari

hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.17

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian

yang menggambarkan realitas yang dikaji, penulis menelaah dan

mengamati obyek penelitian kemudian mendeskripsikan mengenai

data yang terkumpul dan kemudian menggambarkan obyek penelitian

sesuai dengan kenyataan yang ada.

6. Teknik penulisan skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”

terbitan CEQDA (center For Quality Developpment and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka diperpustakaan utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi. Maka tidak ditemukan judul atau tema yang sama

dengan penelitian (skripsi) ini. Namun berdasarkan hasil penelusuran

peneliti ada beberapa skripsi yang hampir sama dengan judul, yaitu sebagi

berikut:

a. Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji Tahun 2014 oleh Rahmawati.

(1111053100017), Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Skripsi ini terfokus kepada Manajemen Pelayanan PPIH

17 Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993) cet ke-10 h.103

12

pada embarkasi jakarta, meskipun sama-sama bidang pelayanan tetapi

berbeda dengan yang penulis kaji yang kaitannya dengan dampak

pelayanan terhadap penambahan kuota Haji.

b. Respon Jemaah Haji Terhadap Pelayanan KBIH An-namiroh

Tangerang Tahun 2014 oleh Fuad Hilmi, (1111053100027), Mahasiswa

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang garis besarnya

berisi, bahwa baik subyek maupun obyek memang berbeda. Di mana

dalam skripsi ini membahas respon jemaah terhadap pelayanan KBIH.

Tentu saja penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan

peneliti lakukan .karena peneliti akan melakukan penelitian mengenai

kebijakan pemerintah dalam penambahan kuota haji terhadap kualitas

pelayanan jemaah haji.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri lima bab, adapun pembahasannya secara rinci

adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, batasan dan rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi

penelitian, Tinjauan Pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis tentang pengertian dampak kebijakan kuota haji

meliputi pengertian dampak, kebijkan dan kuota, pengertian

pelayanan dan jemaah haji.

BAB III Gambaran umum Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan

Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia terdiri dari

Sejarah penyelenggara haji dan umrah, penyelnggara haji pasca

13

kemerdekaan, penyelenggara haji masa orde baru,

penyelenggaraan haji pasca reformasi, visi misi ditjen PHU, tugas

dan fungsi ditjen PHU dan struktur organisasi Ditjen PHU.

BAB IV Analisis dampak kebijakan penambahan kuota terhadap pelayanan

jemaah haji tahun 2017. Pada bab ini maka penulis berkonsentrasi

pada dampak kebijakan penambahan kuota terhadap pelayanan

jemaah haji tahun 2017 serta mekanisme dan langkah

penyelesaian pelayanan jemaah haji di Tanah Air maupun di Arab

Saudi tahun 2017.

BAB V Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang

menjadi penutup dari bahasan skripsi ini.

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Dampak Kebijakan

1. Pengertian Dampak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian

dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat. Pengertian

yang lain adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik

positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu

(orang, benda) yang ikut membentu watak, kepercayaan dan perbuatan

orang. Pengaruh adalah sesuatu keadaan dimana ada hubungan timbal

balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi.1

Menurut Oto Soemarnoto, dampak adalah pengaruh suatu kegiatan.

Sedangkan pengertian dampak menrut Hari Sabari adalah sesuatu yang

muncul setelah adanya suatu kejadian. Pengertian dampak secara

sederhana bisa di artikan sebagai pengaruh atau akibat, dalam setiap

keputusan yang diambil biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik

itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga bisa

merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan dan pengawasan

internal.2

Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai akibat atau

pengaruh ketika akan mengambil suatu keputusan, yang bersifat timbal

balik antara satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan itu, dampak

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online 2014 2 https://www.Carcpedia,net

15

merupakan keadaan di mana ada hubungan timbal balik antara satu

dengan yang lain akibat dari pada apa yang dipengaruhi dan apa yang

mempengaruhi.3

Jadi, dampak merupakan penagaruh yang menyebabkan perubahan

pada individu, kelompok maupun masyarakat yang dilakukan oleh

suatu kegiatan atau program dengan mengakibatkan positif maupun

negatif.

Dalam hal ini penulis menggunakan indikator dampak sebagai

prinsip dasar dampak pelayanan jemaah haji terhadap adanya

penambahan kuota haji untuk melakukan penelitian ini.

2. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah terjemahan dari kata “wisdom” yaitu suatu

ketentuan dari pimpinan yang berbeda dengan aturan yang ada, yang

di kenakan pada seeorang atau kelompok orang tersebut tidak dapat

dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain

ia dapat perkecualian. Artinya wisdom atau kebijakan adalah suatu

kearifan pimpinan kepada bawahan atau masyarakatnya. Pimpinan

yang arif sebagai pihak yang menentukan kebijakan, dapat saja

pengecualian aturan yang baku kepada seseorang atau sekelompok

orang, jika mereka tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan

yang umum tadi, dengan kata lain dapat dikecualian tetapi tidak

melanggar aturan.

3 Irwan. Dinamika dan perubahan Sosial pada Komunitas Lokal. (Yogyakarta : Deepublish Publisher, 2015) h. 35

16

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) mengemukakan bahwa

kebijakan adalah kepandaian , kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian

konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak oleh

pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai pernyataan cita-cita,

tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen

dalam mencapai sasaran.4

Istilah kebijakan yang dimaksud dalam buku ini disepadankan

dengan kata policy yang dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom)

maupun kebajikan (virtues). Budi Winarno dan Sholichin Abdul

Wahab sepakat bahwa istilah ‘kebijakan’ ini penggunaannya sering

dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals),

program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, standar,

proposal dan grand design. Bagi para policy makers (pembuat

kebijakan) dan orang-orang yang menggeluti kebijakan, penggunaan

istilah-istilah tersebut tidak menimbulkan masalah, tetapi bagi orang di

luar struktur pengambilan kebijakan tersebut mungkin akan

membingungkan. Seorang penulis mengatakan, bahwa kebijakan

adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan

pengambilan keputusan. Berikut Pengertian kebijakan menurut

bebepara ahli :

a. Menurut Ealau dan Kenneth Prewitt kebijakan adalah sebuah

ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten

4 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2009) h. 97

17

dan berulang, baik oleh yang membuatnya maupun oleh mereka

yang mentaatinya (a standing decision characterized by behavioral

consistency and repetitiveness on the part of both those who make

it and those who abide it).

b. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan definisi kebijakan

sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini bisa amat

sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau

sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif

atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya

yang seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu

program, mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

c. Richard Rose (1969) sebagai seorang pakar ilmu politik

menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dimengerti sebagai

serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta

konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan

daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan menurutnya

dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu

keputusan untuk melakukan sesuatu.5

d. Koontz dan O’Donnell (1987) mengemukakan bahwa kebijakan

adalah pernyataan atau pemahaman umum yang mempedomani

pemikiran dalam mengambil keputusan.

e. Anderson (1979) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan

bagian dari perencanaan yang mempersiapkan seperangkat

5 Agustinus Hermino, Kepemimpinan Pendidikan di Era Globallisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), h. 246-247

18

keputusan baik yang berhubungan dengan dana, tenaga, maupun

waktu untuk mencapai tujuan.6

f. Campbell mengemukakan kebijakan adalah batasan keputusan

memandu masa depan. Implikasi kebijakan menurut Mann (1975)

mempersyarat dua hal. Pertama, sekelompok persoalan dengan

dengan karakteristik tertentu. Kedua, implikasi dari karakteristik

pembuatan kebijakan sebagai suatu proses. Jika di lihat dari sudut

pembangunan pendidikan maka implikasi kebijakan pendidikan

nasional adalah upaya peningkatan taraf dan mutu kehidupan

bangsa dalam mengembangkan kebudayaan nasional, karenanya

dalam pengambilan kebijakan selalu di temukan problem. Adapun

karakteristik problem tersebut pada dasarnya adalah bersifat

publik, sangat konsekuensial, sangat kompleks, di dominasi

ketidakpastian, dan mencermiinkan ketidaksepakatan tentang

tujuan yang dicapainya.

g. Rich (1974) mengemukakan bahwa kebijakan tidak hanya

mengatur sistem operasi secara internal, tetapi juga menyajikan

pengaturan yang berhubungan dengan fungsi secara definitif di

antara sistem.

h. poerwadarminta (1984) kebijakan berasal dari kata bijak, yang

artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Dengan

demikian, kebijakan adalah kepandaian atau kemahiran.

6 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontempore, h. 97

19

i. Dalam bahasa Arab, dikenal dengan kata arif yang artinya

tahu/mengetahui; cerdik/pandai/berilmu. Dengan demikian,

seorang yang bijak adalah yang arif, pandai, dan berilmu dalam

bidangnya.

Kebijakan adalah rangkaian konsep asas yang menjadi garis dasar

dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan

cara bertindak oleh pemerintah, organisasi, dan sebagainya sebagai

pernyataan cita-cita tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman

untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.7

Dengan demikian dari berbagai pendapat tersebut dapat di

simpulkan bahwa kebijakan (wisdom) adalah kepandaian, kemahiran

kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi

garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan di

dasarkan atas suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dari aturan

yang ada, yang di kenakan pada seseorang karena adanya alasan yang

dapat di terima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku

karena sesuatu alasan yang kuat.8

Menurut Anderson (1984), semua bentuk manfaat dan biaya

kebijakan , baik yang langsung maupun yang akan datang, harus

diukur dalam bentuk efek simbolis atau efek nyata.9 Dengan demikian

maka dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dampak kebijakan

7 Ahmad Rusdiana, Kebijakan Pendidikan “ dari Filosofi ke Implementasi, (Bandung : Pustaka Setia), 2015 h. 32

8 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, h 98 9 bappenas.go.id/files/7313/5027/3729/03antonius__20091014125742__2250__0.pdf

20

adalah keseluruhan efek yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dalam

kondisi kehidupan nyata.

3. Fungsi Kebijakan

Kebijakan merupakan pedoman untuk menentukan atau

melaksanakan program dan kegiatan, adapun fungsi dari kebijakan itu

sendiri yaitu :

a. Memberikan petunjuk, rambu dan signal penting dalam menyusun

program kegiatan.

b. Memberikan informasi mengenai bagaimana srategi akan di

laksanakan.

c. Memberikan arahan kepada pelaksana.

d. Untuk kelancaran dan keterpaduan upaya mencapai visi misi

sasaran dan tujuan.

e. Menyelenggarakan pengelolaan urusan tata usaha.10

B. Penambahan Kuota

1. Pengertian Kuota

Kuota berasal dari bahasa latin quota, suatu pembatasan atau

penjatahan terhadap keluar masuknya barang kedalam suatu negara

atau pasaran internasional dalam periode tertentu. Dari sudut ekonomi,

suatu kuota ditetapkan untuk menentukan jumlah barang yang

memperoleh izin dalam perdaganagn ekspor dan impor. Tujuannya

adalah untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan dalam

negerinya. Pengertian kuota dapat pula dipakai untuk pembatasan

10https://oktaseiji.wordpress.com

21

jumlah keluar masuknya orang dari dan untuk suatu negara, misalnya

kuota haji.11

2. Kuota Haji

kuota haji adalah jumlah jemaah haji untuk masing-masing negara

yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi berdasarkan hasil

keputusan KTT OKI 1987. Pada tahun 1987 konfrensi tingkat tinggi

OKI di Amman Yordania memutuskan bahwa jemaah haji untuk

masing-masing negara ditetapkan secara seragam sebesar satu per mil

dari jumlah penduduk yang yang beragama Islam di suatu negara.12

3. Pembagian Kuota Haji

Kuota haji Indonesia mengacu kepada keputusan KKT OKI tahun

1987 di Amman, Yordania yang merumuskan 1/1000 (satu perseribu)

dari jumlah penduduk Muslim suatu negara diberikan 1 kuota, yang

jumlah setiap tahunnya ditetatapkan oleh pemerintah kerajaan Arab

Saudi dan dituangkan dalam MoU antara pemerintah Indonesia dengan

pemerintah Arab Saudi tentang persiapan penyelenggaraan ibadah haji

tahun berjalan.

Kuota haji reguler dibagi habis untuk seluruh provinsi secara

proporsional. Menggunakan rumus 1 per-mil dari penduduk Muslim

masig-masing provinsi. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2008 junto Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 pasal 28

ayat (2) menyebutkan Gubernur dapat menetapkan kuota provinsi ke

dalam kuota Kabupaten/kota.

11 http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-kuota/ 12 https://haji.kemenag.go.id/v3/content/apa-itu-kuota-haji

22

Kuota haji khsusus dimanfaatkan oleh jemaah haji yang ingin

mendapatkan pelayanan khusus yang ditawarkan oleh penyelenggara

Ibadah Haji Khusus yang telah diberi izin oleh Menteri Agama.13

Dari penjelasan diatas maka dapat dikemukakan bahwa

penambahan kuota haji adalah jumlah kuota haji yang sebelumnya

berjumlah 211.000 menjadi 221.000 bertamabah 10.000 yang

diberikan oleh Kerajaan Arab Saudi selaku negara-negara yang

tergabung dalam OKI.

C. Pelayanan Jemaah Haji

1. Pengertian pelayanan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pelayanan diartikan sebagai

kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau

jasa.14

Pelayanan haji yang dikelola oleh pemerintah melalui Kementerian

Agama Republik Indonesia dalam hal ini Direktur Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah dan di atur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan

ibadah haji.15 Yakni pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan,

pelayanan dan perlindungan dengan menyediakan layanan keamanan

dan hal-hal yang diperlukan oleh jemaah haji.

13 Dirjen PHU, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (kemenag RI, 2011). h. 5 14 Departemen pemdidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), edisi ke 3, cet ke 2 h. 446 15 Undang-undang No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji, h. 3

23

Menurut kolter dalam sampara lukman16 bahwa pelayanan adalah

setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

kesatuan dan menawarkan kepuasan khususnya meskipun hasilnya

tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Kemudian sampara berpendapat bahwa pelayanan adalah suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung

antar seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan

pelanggan.

Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivtas yang

bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai

akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal

lain yang disediakan oleh perusahaan pemeberi layanan yang

dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau

pelanggan.17

Para ahli mengungkapkan tentang pengertian pelayanan yang

berbeda-beda, diantaranya yaitu :

a. Menurut Atep Adya Brata, pelyanan adalah segala usaha

penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para

calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya

transaksi18

16 Sampara Lukman, Manajemen Kualitas Pelayanan, (Jakarta : STIA LAN Pres, 2000), h. 8

17 Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 2

18 Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata Dagas SMK, (Bandung: Armico, 1999), h. 93

24

b. Menurut Fandy Tjipotono, pelayanan adalah bentuk penyajian,

tindakan dan informasi yang diberikan untuk meningkatkan

kemampuan pelanggan atau pengguna jasa dalam mewujudkan

nilai potensial yang terdukung dalam produk atau jasa inti yang

dibeli pelanggan atau pengguna.

c. Menurut AS. Moenir, pelayanan sebagai proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan

tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing

memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapatkan

kepuasan.19

Dari beberapa pendapat tersebut penulis mengemukakan bahwa

pelayanan adalah sebuah kegiatan atau interaksi yang dilakukan

seseorang untuk membantu orang lain atau para calon jemaah haji

untuk mencapai tujuan dan memberikan kepuasan pelayanan terhadap

calon jemaah haji tanpa mengaharap imbalan, akan tetapi mengharap

ridhonya.

Dengan adanya pelayanan tersebut, maka dapat memudahkan

orang lain khususnya para calon jemaah untuk menunaikan ibadah

haji. Pelayanan yang baik akan menghasilkan respon yang baik. Maka

dari itu, pelayanan tentunya akan memberi dampak yang sangat besar

khususnya bagi calon jemaah haji. Karena tanpa pelayanan yang baik

maka suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik.

19 Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) h. 15

25

Dalam konteks penyelenggaraan dan pelaksanaan ibadah haji

sebagai satu bentuk pelayanan yang selalu mengundang banyak

perhatian dari berbagai pihak, Kementerian Agama sebagai

penyelenggara formal ibadah haji, menjadi sasaran kritik yang

berkembang di masyarakat. Dan kritik yang sering muncul adalah

masalah profesionalime pelaksanaan ibadah haji, efesiensi,

akuntabilitas dan tentunya tingkat kepuasan dan kenyamanan para

jemaah haji, maka diharuskan adanya pelayanan yang profesional

dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut.20

2. Ruang Lingkup Pelayanan

Adapun ruang lingkup pelayanan haji sebagaimana telah di atur

oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

Kementerian Agama Republik Indonesia, meliputi :

a. Pendaftaran Haji dan Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah

Haji (BPIH)

b. Dokumen dan Perlengkapan Haji

c. Akomodasi dan Katering Haji

d. Transportasi dan perlindungan jemaah Haji

e. Pembinaan Petugas Haji, KBIH, PIHK, PPIU.21

4. Pengertian Jemaah Haji

a. Pengertian Jemaah

20 Chunaini Saleh, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi: Analisis Internal Kebijakan Publik Departemen Agama, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2008) h 25

21 Ahmad Kartono, Manajemen Haji dan Umrah, (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi) h. 120

26

Jemaah adalah kata bahasa Arab yang artinya “kelompok” atau

“bersama-sama ungkapan shalat berjemaah berarti shalat yang

dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang imam.

Jemaah berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap,

pendirian keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam

mengajarkan Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan,

yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim,

yang berpegang pada norma-norma Islam, menegakan prisnsip

”ta’awun” (tolong menolong) dan kerja sama untuk tegaknya

kekuatan bersama demi tercapainya tujuan yang sama.22

b. Pengertian Haji

Definisi Haji dalam ensklopedia Islam, haji berarti menyengaja

atau menuju dan mengunjungi.23 Diambil dari etimologi bahasa

Arab dimana kata haji mempunyai arti qashad, yakni tujuan,

maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’ haji ialah sengaja

mengunjungi Ka.bah untuk melaksanakan serangkaian amal ibadah

sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.

Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib

dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat

istita’ah, baik secara finansial, fisik, maupun mental. Negara

bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana

yang diamanatkan dalam Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa

22 Harun Nasution, Ensklopedia Islam Indonesia, (Jakarta. Djembatan, 1992), h. 486 23 Kementerian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia,

(Jakarta Ditjen PHU Kemenag RI CV. Duta Praga, 2010), h. 87

27

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaannnya itu.

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah

penduduk beragama Islam terbesar di dunia, melakukan

penyelenggaraan ibadah haji setiap tahunnya. Saat ini dasar dan

payung hukum pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji

berdasarkan pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji.24

Dari penjelaan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

jemaah haji adalah sekelompok orang atau warga negara yang

beragama Islam dan telah mendaftarkan diri sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan dan menyengaja untuk menunaikan

ibadah haji ke baitullah di antaranya ihram, wukuf, thawaf, sa’i

tahallul dengan niat untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

5. Macam-macam Haji

a. Haji Reguler

Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler diselenggarakan mulai

tahap perencanan, pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan.

Tahapan penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler dimulai dari tahap

perencanaan dan penetapan kuota sampai dengan pemulangan

kembali ke tanah air dan pembinaan setelah Ibadah Haji.

24 http://www.dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20150701-022405-2836.pdf

28

Haji regular biayanya paling murah dan waktu di Arabnya

paling lama, disamping tentu saja waktu tunggunya paling lama.

Haji regular dikelola pemerintah sejak tahun 1971 dan kemudian

dimasukkan dalam system antrian haji yang disebut Siskohat.

Kuota Jemaah haji regular dihitung berdasarkan jumlah

penduduk muslim per Kabupaten/Kota yang didapatkan dari

pembagia kuota nasional. Jadi antrian untuk satu kabupaten

berbeda dengan kabupaten lainnya. Sebagai contoh, jika ada dua

jemaah haji yang mendaftar dari Kabupaten Magelang dan Kota

Magelang dalam waktu yang sama dan mendapatkan nomor porsi,

bisa saja estimasi berangkat berbeda tahun, tergantung antrian dan

kuota di kabupaten/kota yang bersangkutan. Karena kuotanya per

kabupaten, Jemaah haji hanya dapat mendaftar di kabupaten

berdasarkan domisili di Kartu Tanda Penduduk.

Haji reguler merupakan haji paling murah, seiring dengan

tuntutan peningkatan pelayanan haji. Karena meningkatnya

kemampuan ekonomi, jemaah haji menuntut perbaikan layanan

misalnya terkait dengan akomodasi, menu makan, transportasi dan

pelayanan lainnya. Sebelum berangkat ke tanah suci, Jemaah haji

reguler mendaptkan bimbingan manasik dari Kemenag di

Kabupaten/Kota. Seringkali persiapannya memakan waktu tidak

sedikit dan bisa menciptakan keakraban diantara Jemaah haji.

Silaturahmi ini terus terjaga sepulang dari berhaji. Setelah latihan

manasik, Jemaah haji dikarantina di asrama haji yang didirikan

29

pemerintah selama beberapa hari/minggu. Karantina diperlukan

mengingat tidak sedikit dari jemaah yang tidak faham peraturan

sehingga masih membawa barang-barang yang dilarang di

penerbangan.

Di tanah suci, Jemaah haji reguler bisa menghabiskan waktu

antara 30-40 hari. Hampir semua Jemaah haji reguler memiliki

kesempatan untuk melakukan Sholat Arbain (40 kali sholat fardhu)

selama 8 hari di Masjid Nabawi. Setelah tiba di bandara Jeddah,

jika masih lama dari waktu haji, Jemaah reguler akan pergi dulu ke

Madinah dan baru kemudian ke Mekkah. Jika datang menjelang

puncak haji, akan langsung ke Mekkah dulu baru kemudian ke

Madinah. Jemaah haji reguler harus pandai-pandai menjaga

stamina agar pada saat ibadah haji kondisi fisik Jemaah prima.

Jemaah haji reguler cocok untuk mereka yang memiliki dana

terbatas, tetapi ingin lebih lama di tanah suci. Kelompok ini juga

mendapatkan dukungan pemerintah yang kuat di Indonesia dan di

tanah suci karena banyaknya peserta haji Indonesia telah berusia

lanjut dan tidak terbiasa bepergian keluar negeri.25

b. Haji Khusus

Haji khusus merupakan tuntutan perbaikan pelayanan yang

tidak lagi merasa puas dengan pelayanan haji reguler. Hukum unik

di dalam perjalanan haji, jika di wisata lain anda membayar lebih

mahal untuk berlibur untuk waktu yang lebih lama, di ibadah haji,

25 http://bayudardias.staff.ugm.ac.id/2013/10/29/tiga-jenis-ibadah-haji-reguler-khusus-dan-non-kuota/

30

anda membayar mahal untuk waktu yang lebih singkat. Semakin

singkat, semakin mahal. Paket haji khusus untuk 21 hari lebih

murah dibandingkan dengan 14 hari (puncak ibadah haji hanya 5

hari).

Dalam peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, bahwa ibadah haji khusus adalah

penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan oleh PIHK dengan

pengelolaan, pembiayaan dan pelayanan yang bersifat khusus.26

PIHK wajib memberikan pelayanan, pertama pelayanan bimbingan

manasik dan perjalanan haji kepada jemaah haji khusus sebelum

keberangkatan, selama dalam perjalanan dan selama di Arab Saudi

yang berpedoman pada buku bimbingan manasik dan perjalanan

haji yang diterbitkan oleh Kementerian Agama. Kedua pelayanan

dokumen dan dan identitas haji yang diberikan kepada jemaah haji

khusus berupa visa haji, DAPIH, Stiker barcode, gelang identitas

dan kartu tanda pengenal. Ketiga pelayanan transportasi bagi

jemaah haji khusus dengan memperhatikan aspek keamanan,

keselematan dan kenyamanan. Keempat pelayanan akomodasi dan

konsumsi yang diberikan di Jeddah, Makkah, Madinah dan Arafah

Mina. Kelima pelayanan kesehatan bagi jemaah haji khusus seperti

pemberian bimbingan kesehatan dan vaksinasi yang diwajibkan

oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

26 Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji, h. 3

31

Pendaftaran haji khusus juga tidak dilakukan di Kantor

Kemenag tetapi di Kanwil Kemenag Propinsi atau Kantor Ditjen

penyelenggaraan Haji dan Umrah. Dana awal haji kemudian

disetorkan ke rekening pemerintah untuk mendapatkan nomor porsi

melalui Siskohat.27

27 PMA No 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

32

BAB III

GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA

REPUBLIK INDONESIA

A. Sejerah Penyelenggaraam Haji dan Umrah

Kapan umat Islam di Indonesia mulai menunaikan ibadah haji tidak

diketahui secara pasti, tapi menurut literatur sejarah telah dimulai sejak

Islam masuk ke Indonesia pada sekitar abad 12 M, yang dilaksanakan

secara perorangan dan kelompok dalam jumlah yang kecil serta belum

dilaksanakan secara massal. Sejak berdirinya kerajaan Islam di Indonesia

perjalanan haji mulai dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya dan

semakin meningkat jumlahnya setelah berdirinya kerjaan Pasai di

Aceh pada tahun 1292.1

Pada masa penjajahan Belanda, penyelenggaraan ibadah haji

dilakukan untuk menarik hati rakyat sehingga mengesankan bahwa

Pemerintah Hindia Belanda tidak menghalangi umat Islam melaksanakan

ibadah haji meskipun dengan keterbatasan fasilitas. Dimana

pengangkutan haji dilakukan dengan menggunakan kapal dagang yang

biasa digunakan untuk mengangkut barang dagangan ataupun ternak.

Faktor yang dominan dalam masalah perjalanan haji pada masa

penjajahan ini, yaitu keamanan di perjalanan dan fasilitas angkutan

1 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 8

33

Jemaah haji masih sangat minim.2

1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan

Pada tahun 1948, Pemerintah Indonesia mengirimkan misi haji untuk

bertemu Raja Arab Saudi. Misi tersebut mendapatkan sambutan hangat

dari Raja Ibnu Saud. Misi haji juga bertujuan menjelaskan kepada dunia

Islam perihal politik Indonesia yang tengah melarang umat Islam

Indonesia melaksanakan ibadah haji sekaligus meminta dukungan

terhadap perjuangan muslim menentang kembalinya penjajahan.

Di samping itu, sejumlah usaha perbaikan manajemen pelaksanaan

ibadah haji juga dilakukan pemerintah. Antara lain dengan membentuk

satu badan khusus untuk urusan haji yang disebut Penyelenggara Haji

Indonesia (PHI). PHI berada di setiap karesidenan, karena saat itu

karesidenan merupakan pemerintahan daerah yang mengatur, mengolah

dan menangani segala urusan administratif masyarakat termasuk di

dalamnya memudahkan semua urusan yang berhubungan dengan

penyelenggaraan ibadah haji.3

Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan Kongres Muslimin Indonesia

(BKMI) mendirikan sebuah yayasan khusus menangani kegiatan

penyelenggaraan haji, yaitu Panitia Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia

(PPPHI) yang di ketuai KH. M. Sudjak. Kedudukan PPPHI diperkuat

dengan dikeluarkannya Surat Kementerian Agama Republik Indonesia

Serikat (RIS) Nomor 3170 tanggal 6 Pebruari 1950, disusul dengan Surat

Edaran Menteri Agama RIS Nomor A.III/I/648 tanggal 9 Pebruari 1950

2 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa,, h. 9 3 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Pres, 2008), h. 52

34

yang menunjuk PPPHI sebagai satu-satunya wadah yang sah di samping

pemerintah untuk mengurus dan menyelenggarakan haji Indonesia. Sejak

saat itulah penyelenggaraan haji ditangani oleh pemerintah, dibantu oleh

instansi lain seperti Pamongpraja. Tahun itu merupakan tahun

pertama rombongan haji Indonesia yang diikuti dan dipimpin oleh

Majelis Pimpinan Haji bersama dengan Rombongan Kesehatan Indonesia

(RKI).

Dengan dibentuknya Kementerian Agama sebagai salah satu unsur

kabinet pemerintah setelah masa kemerdekaan, maka seluruh beban

penyelenggaraan ibadah haji ditanggung pemerintah dan segala kebijakan

tentang pelaksanaan ibadah haji semakin terkendali. Dengan semakin

membaiknya tatanan kenegaraan Indonesia, pada tahun 1964 pemerintah

mengambil alih kewenangan penyelenggaraan ibadah haji dengan

membubarkan PPPHI yang kemudian diserahkan kepada Direktorat

Jenderal Urusan Haji (DUHA).4

2. Penyelenggaraan Haji Masa Orde Baru

Tugas awal penguasa Orde Baru sebagai pucuk pimpinan negara

pada tahun 1966 adalah membenahi sistem kenegaraan. Pembenahan

sistem pemerintahan tersebut berpengaruh pula terhadap PIH

dengan dibentuknya Departemen Agama yang merubah struktur dan

tata kerja organisasi Menteri Urusan Haji dan mengalihkan tugas PIH

dibawah wewenang Dirjen Urusan Haji, termasuk penetapan biaya,

sistem manajemen dan bentuk organisasi yang kemudian ditetapkan

4 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 5

35

dalam Keputusan Dirjen Urusan Haji Nomor 105 tahun 1966. Pada

tahun 1967 melalui keputusan Menteri Agama Nomor 92 tahun 1967,

penetapan besarnya biaya haji ditentukan oleh Menteri Agama.

Pada tahun 1968, keputusan tentang besarnya biaya haji kembali

ditetapkan oleh Dirjen Urusan Haji dengan keputusan Nomor 111

tahun 1968. Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah bertanggung

jawab secara penuh dalam PIH mulai dari penentuan biaya haji,

pelaksanaan ibadah haji serta hubungan antara dua negara yang mulai

dilaksanakan pada tahun 1970. Pada tahun tersebut biaya perjalanan

haji ditetapkan oleh Presiden melalui Keputusan Presiden Nomor 11

tahun 1970. Dalam tahun-tahun berikutnya PIH tidak banyak

mengalami perubahan-perubahan kebijakan dan keputusan tentang

biaya perjalanan haji ditetapkan melalui Keputusan Presiden.5

Pada tahun 1976, ditandai dengan adanya perubahan tata kerja dan

struktur organisasi PIH yang dilakukan oleh Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji (BIUH). Sebagai panitia pusat, Dirjen BIUH

melaksanakan koordinasi ke tiap-tiap daerah tingkat I dan II di seluruh

Indonesia. Dalam hal ini sistem koordinasi dilaksanakan dan

dipertanggungjawabkan oleh Dirjen BIUH. Beberapa panitia

penyelenggara didaerah juga menjalin koordinasi dengan Badan

Koordinator Urusan Haji (BAKUH) ABRI, hal ini dikarenakan

BAKUH ABRI memiliki lembaga tersendiri untuk pelaksaan

5 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, h. 5.

36

operasional PIH.

Setelah tahun 1976, seluruh pelaksanaan operasional perjalanan

ibadah haji dilaksanakan oleh Dirjen BIUH. Pada tahun 1985,

pemerintah kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam PIH,

dimana pihak-pihak swasta tersebut mempunyai kewajiban langsung

kepada pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, lingkungan

bisnis modern mengubah orientasi pihak-pihak swasta tersebut dengan

menyeimbangkan antara orientasi pelayanan dan orientasi keuntungan

yang selanjutnya dikenal dengan istilah PIH Plus. Pada tahun 1987

pemerintah mengeluarkan keputusan tentang PIH dan Umrah Nomor

22 tahun 1987 yang selanjutnya disempurnakan dengan mengeluarkan

peraturan PIH dan Umrah Nomor 245 tahun 1991 yang lebih

menekankan pada pemberian sanksi yang jelas kepada pihak swasta

yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Pembatasan Jemaah haji yang lebih dikenal dengan pembagian

kuota haji diterapkan pada tahun 1996 dengan dukungan Sistem

Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) untuk mencegah terjadinya

over quota seperti yang terjadi pada tahun 1995 dan sempat

menimbulkan keresahan dan kegelisahan di masyarakat, khususnya

calon Jemaah haji yang telah terdaftar pada tahun tersebut namun

tidak dapat berangkat.

Mulai tahun 2005 penetapan porsi provinsi dilakukan sesuai

dengan ketentuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) yaitu 1 orang

per mil dari jumlah penduduk yang beragama Islam dari masing-

37

masing provinsi, kecuali untuk Jemaah haji khusus diberikan porsi

tersendiri.

3. Penyelenggaraan Haji Pasca Reformasi

Melalui Kepres Nomor 119 tahun 1998, pemerintah menghapus

monopoli angkutan haji dengan mengizinkan kepada perusahaan

penerbangan lain selain PT. Garuda Indonesia untuk melaksanakan

angkutan haji. Dibukanya kesempatan tersebut disambut hangat oleh

sebuah perusahaan asing, Saudi Arabian Airlines untuk ikut serta dalam

angkutan haji dengan mengajukan penawaran kepada pemerintah dan

mendapat respon yang positif.

Sejak era reformasi, setiap bentuk kebijakan harus memenuhi aspek

keterbukaan dan transparansi, jika tidak akan menuai kritik dari

masyarakat. Pemerintah dituntut untuk terus menyempurnakan sistem

penyelenggaraan ibadah haji dengan lebih menekankan pada pelayanan,

pembinaan dan perlindungan kepada Jemaah haji serta mengarah pada

sisterm yang lebih professional.6

Oleh karena itu, Pada tahun 1999 ditetapkan Undang-Undang Nomor

17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Menurut hukum

ketatanegaraan UU tersebut memberikan legitimasi yang kuat bagi

Departemen Agama dalam menjalankan kewenangannya guna

menyatukan langkah dalam penyelenggaraan ibadah haji.7

Penyelenggaraan haji menjadi tanggung jawab Menteri Agama

6 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 6

7 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 86

38

yang dalam pelaksanaan sehari-hari, secara struktural dan teknis

fungsional dilaksanakan oleh Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji (BIPH) yang ditetapkan berdasarkan Kepres

Nomor 165 Tahun 2000. Dalam perkembangan terakhir berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2005, Ditjen BIPH

direstrukturisasi menjadi dua unit kerja eselon I, yaitu Ditjen Bimbingan

Masyarakat Islam (Bimas Islam) dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah (PHU). Dengan demikian mulai operasional haji tahun 2007

pelaksanaan teknis penyelenggaraan ibadah haji dan pembinaan umrah

berada dibawah Ditjen PHU.8

Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru.

Sebagai pengganti UU Nomor 17 Tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan

paling mendasar pada UU yang baru antara lain adanya perubahan

terhadap salah satu unsur yaitu pengawasan dalam penyelenggaraan

ibadah haji. Di dalam Undang-Undang tersebut juga dikatakan bahwa

Menteri Agama sebagai koordinator dan bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan ibadah haji.

Dalam pelaksanaan teknis sehari-hari, Menteri Agama dibantu oleh

Ditjen PHU, gubernur dibantu oleh kepala Kanwil Kemenag Provinsi

selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat provinsi, bupati/walikota

dibantu oleh kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota selaku kepala staf

8 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 6

39

penyelenggara haji di tingkat kabupaten/kota. Sementara duta besar

dibantu oleh Konjen RI selaku koordinator harian dan konsul haji

selaku kepala staf penyelenggara haji di Arab Saudi.9

B. Visi dan Misi Ditjen PHU

Berpedoman pada keputusan Ditjen PHU Nomor: D/54 tahun

2010 tentang Visi dan Misi Ditjen PHU, disebutkan sebagai berikut:39

1. Visi

Terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada

Jemaah haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparan,

akuntabel dengan prinsip nirlaba. Penjabaran dari Visi Ditjen PHU

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk bimbingan, penyuluhan

dan penerangan kepada masyarakat dan Jemaah haji dan

umrah. Sedangkan pembinaan petugas diarahkan pada

profesionalisme dan dedikasinya.

b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan

administrasi dan dokumen, transportasi, kesehatan, serta

akomodasi dan konsumsi.

c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan

dan keamanan Jemaah haji selama menunaikan ibadah haji dan

umrah.

d. Asas keadilan, bahwa penyelenggaraan ibadah haji harus

berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah dan tidak

9 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 180

40

memihak, tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraannya.

e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam

proses penyelenggaraan haji dan umrah dapat diketahui oleh

masyarakat dan Jemaah haji dan umrah.

f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa penyelenggaraan

ibadah haji dan umrah dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum dengan prinsip

tidak mencari keuntungan.

2. Misi

a. Meningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan dan

pemahaman manasik haji dan umrah.

b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji dan

umrah.

c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah

haji dan umrah melalui pembinaan haji khusus, umrah dan

kelompok bimbingan ibadah.

d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi,

transportasi dan katering sesuai standar pelayanan minimal

penyelenggaraan haji dan umrah.

e. Memberikan perlindungan kepada Jemaah sehingga diperoleh

rasa aman, keadilan dan kepastian melaksanakan ibadah haji

dan umrah.

f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana haji serta

pengembangan sistem informasi haji.

41

g. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan

teknis lainnya dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.10

C. Tugas dan Fungsi Ditjen PHU

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 tahun 2010, Ditjen

PHU memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Tugas

Ditjen PHU mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standarisasi teknis di bidang penyelenggaraan haji dan

umrah.

2. Fungsi

Sedangkan dalam melaksanakan tugas, Ditjen PHU memiliki fungsi

sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria dibidang

penyelenggaraan haji dan umrah.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penyelenggaraan haji dan

umrah.

e. Pelaksanaan administrasi Ditjen PHU.

Selain itu, Ditjen PHU juga melakukan koordinasi dengan kantor

misi haji yang berada di Arab Saudi.11

D. Struktur Organisasi Ditjen PHU

10 Kementrian Agama Republik Indonesia , Ditjen Penyelenggara haji dan Umrah, rencana Strategis direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 2010-2014.

11 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, h. 56

42

Struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umrah tertulis dalam PMA No. 10 Tahun 2010 yang direvisi dengan

PMA No. 80 Tahun 2013 pada pemecahan Direktorat Pelayanan Haji

menjadi Direktorat Pelayanan Dalam Negeri dan Direktorat Pelayanan

Luar Negeri. Adapun semenjak diterbitkannya PMA No 80 Tahun 2013

susunan organisasi Ditjen PHU adalah sebagai berikut:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

2. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah (Ditbina Haji dan Umrah)

3. Direktorat Pelayanan Dalam Negeri

4. Direktorat Pelayanan Luar Negeri

5. Direktorat Pengelolaan Dana Haji (Ditlola Dana Haji)12

Sedangkan struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah adalah sebagai berikut :

12 Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 dengan perubahan sesuai Peraturan Menteri Agama No. 80 Tahun 2013, h. 3

43

Tabel 3.1

Untuk mengetahui secara rinci tentang susunan organisasi

Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah dari tingkat eselon II

sampai dengan eselon IV sebagai berikut :

1. Sekretariat Ditjen PHU

a. Bagian Perencaaan dan Keuangan

1) Subbagian perencanaan dan evaluasi program

2) Subbagian pelaksanaan anggaran dan perbendaharaan

3) Subbagian verifikasi, akuntansi dan pelaporan keuangan

b. Bagian Organisai, Tata Laksana dan Kepegawaian

1) Subbagian organisasi dan tata laksana

2) Subbagian kepegawaian

3) Subbagian hukum dan peraturan perundang-undangan

Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji

dan Umrah

Sekretariat Direktorat

Jenderal Haji dan Umrah

Direktorat

Pembinaan Haji

dan Umrah

Direktorat

Pelayanan Haji

dalam Negeri

Direktorat

Pelayanan Haji

Luar Negeri

Direktorat

Pengelolaan

Dana Haji

44

c. Bagian Sistem Informasi Haji Terpadu

1) Subbagian pengelolaan sistem jaringan

2) Subbagian pengembanga databae haji

3) Subbagian informasi haji

d. Bagian Umum

1) Subbagian tata usaha

2) Subbagian rumah tangga

3) Subbagian perlengkapan dan barang milik negara

2. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah

a. Subdirektorat bimbingan Jemaah haji

1) Seksi pengembangan materi bimbingan

2) Seksi operasi bimbingan

3) Seksi pembinaan kelompok bimbingan

b. Subdirektorat pembinaan petugas haji

1) Seksi rekruitmen petugas

2) Seksi pelatihan petugas

3) Seksi penilaian kinerja petugas

c. Subdirektorat pembinaan haji khusus

1) Seksi perizinan penyelenggaraan ibadah haji khusus

2) Seksi akreditasi penyelenggaraan ibadah haji khusus

3) Seksi pengawasan penyelenggaraan ibadah haji khusus

d. Subdirektorat pembinaan umrah

1) Seksi perizinan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah

45

2) Seksi akreditasi penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah

3) Seksi pengawasan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah

e. Subbagian tata usaha direktorat

3. Direktorat Pelayanan Haji

a. Subdirektorat pendaftaran haji

1) Seksi pendaftran haji reguler

2) Seksi pendaftran haji khusus

3) Seksi pembatalan pendaftaran haji

b. Subdirektorat dokumen dan perlengkapan haji

1) Seksi dokumen Jemaah haji

2) Seksi pemvisaan

3) Seksi perlengkapan Jemaah haji

c. Subdirektorat akomodasi dan katering haji

1) Seksi akomodasi di Arab Saudi

2) Seksi katering Jemaah haji

d. Subdirektorat transportasi dan perlindungan Jemaah haji

1) Seksi transportasi udara

2) Seksi transportasi darat

3) Seksi perlindungan dan keamanan Jemaah haji

e. Subbagian tata usaha direktorat

4. Direktorat Pengelolaan Dana Haji

a. Subdirektorat biaya penyelenggaraan ibadah haji

1) Seksi setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji

46

2) Seksi penyusunan program dan portofolio

3) Seksi akuntansi dan pelaporan setoran awal

b. Subdirektorat pelaksanaan anggaran operasional haji

1) Seksi perbendaharaan operasional haji

2) Seksi verifikasi

3) Seksi akuntansi dan pelaporan pelaksanaan

c. Subdirektorat pengembangan dan pengelolaan dana haji

1) Seksi pengembangan dana haji

2) Seksi administrasi aset haji

3) Seksi pengembangan sistem akuntansi

d. Subdirektorat fasilitasi badan pengelola dana abadi umat

1) Seksi program dan portofolio

2) Seksi perbendaharaan, akutansi dan pelaporan

3) Seksi administrasi umum

e. Subbagian tata usaha direktorat13

13 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama RI, h. 56-73.

46

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Tanah Air

Mekanisme berasal dari bahasa Yunani mechane yang memiliki

arti instrumen, sedangkan menurut istilah mekanisme adalah pandangan

bahwa interaksi bagian-bagian dengan bagian-bagian lainnya dalam suatu

keseluruhan atau sistem secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan

atau fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan.1 Kemudian untuk mengetahui

mekanisme pelayanan haji dalam negeri tahun 2017 bagiamana

mekanismenya, sebagai berikut :

1. Pelayanan Pendaftaran

Pendaftaran haji dilakukan sepanjang tahun dengan prinsip

prioritas keberangkatan sesuai dengan nomor urut pendaftaran (nomor

porsi). Adapun mekanisme pendaftarannya dibedakan menjadi dua:

haji reguler dan haji khusus. Haji reguler merupakan penyelenggaraan

haji secara umum, sementara haji khusus merupakan penyelenggaraan

haji yang telah memperoleh izin operasioanal dari Menteri Agama

yang pengelolaan, pembiayaan, pelayanannya juga bersifat khusus.2

a. Ketentuan Umum Pendaftaran Haji

Untuk ketentuan umum pendaftaran haji telah diatur dalam

peraturan Dirjen Penyelenggaraan Haji, ketentuannya sebagai

berikut :

1 Lorens Bagus. Kamus Filsafat. (Jakarta: Gramedia 1996). h. 612-613 2 Kementerian Agama Republik Indonesia, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji

Indonesia, h. 30

48

1) pendaftaran jemaah haji dilakukan setiap hari kerja sepanjang

tahun

2) pendaftaran jemaah haji dilakukan di kantor Kementerian

Agama Kabupaten/kota domisili calon jemaah haji sesuai Kartu

Tanda Penduduk (KTP)

3) pendaftaran haji wajib dilakukan sendiri oleh yang

bersangkutan untuk pengambilan foto dan sidik jari

4) Jemaah haji yang pernah menunaikan ibadah haji dapat

melakukan pendaftaran haji setelah 10 tahun sejak menunaikan

ibadah haji yang terakhir.3

b. Syarat Calon Jemaah Haji

Para jemaah calon haji yang akan mendaftar memiliki syarat

seabagai berikut, beragama Islam, berusia minimal 12 (dua belas)

tahun pada saat mendaftar, KTP yang masih berlaku sesuai dengan

domisili atau bukti identitas yang sah, Kartu keluarga, akte

kelahiran atau surat kenal lahir atau kutipan akta nikah atau ijazah,

tabungan atas nama jemaah yang bersangkutan, Pas foto berwarna

3 x 4 cm berjumlah 10 lembar dengan latar belakang warna putih

dengan ketentuan :

a) Warna baju/ kerudung harus kontras dengan latar belakang

b) Tidak memakai pakaian dinas

c) Tidak menggunakan kacamata

d) Tampak wajah minimal 80 persen

3 Wawancara Dengan Reza Muhammad, Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji Kemenag RI 01-08-2017

49

e) Bagi jemaah haji wanita menggunakan busana muslimah.

Gubernur dapat menambahkan persyaratan berupa surat

keterangan domisili

c. Prosedur Pendaftaran

Prosedur pendaftaran haji reguler telah dilakukan

penyederhanaan, pendaftaran haji memiliki prosedur sebagi

berikut:4

1) Jemaah haji membuka rekening tabungan haji pada BPS BPIH

sesuai domisili

2) Jemaah haji menandatangani surat pernyataan memenuhi

persyaratan pendaftaran haji yang diterbitkan oleh Kementerian

Agama RI.

3) jemaah haji melakukan transfer ke rekening Menteri Agama RI

sebesar setoran awal BPIH pada cabang BPS BPIH sesuai

domisili.

4) BPS BPIH menerbitkan bukti aplikasi transfer BPIH.

5) BPS BPIH menerbitkan bukti setoran awal BPIH sebanyak

lima lembar yang setiap lembarnya ditempel pas foto calon

jemaah haji ukuran 3x4 cm dengan rincian sebagai berikut :

a) lembar pertama bermaterai cukup untuk calon jemaah haji

b) lembar kedua untuk BPS BPIH

c) lembar ketiga untuk Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/kota.

4 Keputusan Dirjen PHU Nomor D/28 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pendaftaran Haji Reguler, h. 3

50

d) lembar ke empat untuk kantor wilayah Kementerian Agama

Provinsi.

e) lembar ke lima untuk Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

Haji dan Umrah.

6) Bukti setoran awal BPIH mencantumkan nomor validasi,

ditanda tangani, dn dibubuhi stempel BPS BPIH.

7) Selanjutnya jemaah haji menunjukan persyaratan asli dan

menyerahkan salinannya, bukti aplikasi transfer asli BPIH dan

bukti setoran awal BPIH lembar pertama kepada petugas

Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk di verifkasi

kelengkapannya paling lambat lima hari kerja setelah

pembayaran setoran awal BPIH.

8) Jemaah haji mengisi formulir pendaftaran haji berupa Surat

Pendaftaran Pergi Haji (SPPH) dan menyerahkan kepada

petugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk

didaftarkan ke SISKOHAT dan mendaftarkan nomor porsi.

9) Jemaah haji menerima lembar bukti pendaftaran haji yang

berisi nomor porsi pendaftaran, ditandatangani, dan dibubuhi

stempel dinas oleh petugas kantor Kementerian Agama

Kabupaten/kota.

10) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/kota menerbitkan bukti

cetak SPPH sebanyak lima lembar yang setiap lembarnya

dicetak/ditempel pas foto calon jemaah haji ukuran 3x4.

51

11) Bagi calon jemaah haji yang sudah menyetor dan setoran awal

BPIH namun tidak menyerahkan persyaratan pendaftaran, bukti

aplikasi transfer asli BPIH, dan bukti setoran awal BPIH

kepada petugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/kota

melebihi waktu lima hari kerja, maka pendaftaran dianggap

batal dan dana dikembalikan kepada calon jemaah haji

tersebut.5

Tabel 4.1 Mekanisme Pendaftaran Haji Reguler

5 Kementerian Agama, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2016, h. 34

Jemaah haji membuka tabunagan haji dan

melakukan setoran awal

Debit rekening jemaah haji sejumlah setoran awal dan

kredit ke rekening atas nama Menteri Agama kirim data ke

sistem switching Siskohat

Validasi data oleh siskohat jika valid siskohat generate nomor validasi. dan kirim nomor validasi ke bank cetak bukti transfer dan

buku setoran awal

Jemaah haji mendapatkan bukti transfer dan bukti setoran awal yang berisi

nomor validasi

Jemaah haji melakukan pendaftaran haji dengan membawa bukti setora

awal dan persyartan lainnya sesuai ketentuan

Entry nomor validasi. input dan update data jemaah haji ambil data biometris

(foto dan sidik jari)

Cetak bkti pendaftaran haji (SPPH)

Jemaah haji mendapatkan bukti pendaftaran haji

(SPPH) yang berisi nomor porsi.

52

2. Pelayanan Dokumen dan Perlengkapan Haji

Sesuai dengan Undang-Undang No 13 tahun 2008 tentang

penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 dan sesuai dengan kebijakan

pemerintah Arab Saudi mulai tahun 1430 H/ 2009 M jemaah haji

Indonesia menggunakan paspor Internasional (ordinary passport).

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama RI berkewajiban untuk

menyediakan dokumen perjalanan haji bagi jemaah haji yang meliputi

penerbitan paspor dan proses pemvisaan ke Kedutaan Besar Arab

Saudi, dan Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH).

a. Peyelesaian Paspor

Untuk jemaah haji dilakukan secara koordinatif antara

Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan HAM.

Penyelesaian dokumen paspor dilakukan secara berjenjang mulai

dari kementerian Kabupaten/kota, kanwil kementerian agama

provinsi dan Kementerian Agama Pusat.

Paspor jemaah haji yang sudah diterbitkan oleh kantor imigrasi

diserahkan kepada petugas Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/kota, untuk dikirim ke kantor Wilayah Kementerian

Agama dari Kantor Wilayah Kementerian Agama diserahkan ke

Kantor kementerian Agama Pusat. Di Kantor Kementerian

dilakukan kegiatan penelitian/verifikasi dan proses request visa ke

website Kemlu Arab Saudi untuk mendapatkan nomor permohonan

53

visa, selanjutnya paspor dikirim ke Kedutaan Besar Kerajaan Arab

Saudi untuk di proses pemvisaannya.

Agar proses dokumentasi dan pengurusan visa berjalan dengan

baik, dibutuhkan sebuah tim yang bekerja untuk menyelesaikan.

Sebab itulah, kemenag RI membentuk tim penyelesaian paspor dan

tim pemvisaan.6

b. Jadwal Penyelesaian Paspor

Demi terciptanya kedisiplinan waktu, berikut ini tabel tentang

jadwal penyelesaian paspor jemaah haji.

Tabel 4.2

No Bulan Kegiatan

1. Rabiul Awal – Jumadil Akhir

Scanning pasfoto jemaah haji dari bukti setoran awal BPIH

2. Jumadil Awal – Jumadil Akhir

Pengadaan pencetakan dan pengirim DAPIH beserta kelengkapannya

3. Raja – Sya’ban Pencetakan identitas jemaah haji pada DAPIH

4. Rajab – Ramadhan Pengiriman paspor jemaah haji ke Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Cq. Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji

5. Rajab – Dzulqo’dah Penyelesaian paspor jemaah haji di pusat

6. Sya’ban – 25 Dzulqo’dah Proses pemvisaan paspor jemaah haji di KBAS

7. Syawal – Dzulqo’dah Penyerahan paspor yang sudah di visa ke provinsi/pusat

6 Wawancara dengan Suryo, Kepala Bidang Pelayanan Dokumen Dan Perlengkapan Haji, Kemenag RI 03-08-2017

54

c. Pengurusan Visa Haji

Visa haji adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang

berwenang pada perwakilan Kerajaan Arab Saudi yang memuat

persetujuan bagi Warga Negara Indonesia untuk masuk dan

melakukan perjalanan (ibadah haji) ke Wilayah Kerajaan Arab

Saudi.

Untuk request visa, berikut ini adalah tahapan yang dilakukan oleh

Tim Penyelesaian Paspor Jemaah Haji pada Subdit Dokumen dan

Perlengkapan Haji, sebagai berikut :

1) Mengentri data dan mengupload foto jemaah haji pada aplikasi

request visa ke halaman portal e-hajj pada website kementerian

Haji Kerajaan Arab Saudi untuk melakukan request visa haji.

2) Melakukan grouping data jemaah haji berdasarkan kloter

dalam portal e-hajj.

3) Berkoordinasi dengan KUH Jeddah terkait pengisian paket

pelayanan jemaah haji.

4) Memonitor status proses request visa apakah sudah approved

atau belum.

5) Memberitahukan Bagian Sekretariat jika status telah meningkat

menjadi sent to mofa untuk paspor yang akan dikirim ke

KBAS.

6) Mencetak stiker barcode hasil pemaduan.

7) Menyerahkan stiker barcode ke petugas Bidang Penempelan

Stiker.

55

8) Menempelkan stiker barcode pada cover/sampul belakang

paspor.

9) Melakukan penempelan stiker nomor koper pada koper paspor.

10) Mengantarkan dan menyerahkan paspor ke jemaah haji ke

KBAS.

11) Melakukan scanning machine readable zone pada halaman ID

paspor dengan MRTD.

12) Memverifikasi data jemaah haji dan melakukan validasi unutk

pencetakan visa.

13) Mencetak dan menggabungkan lembar visa dalam paspor

jemaah haji sesuai dengan pemiliknya.

Tabel 4.3 Alur Penyelesaian Paspor

pengadministrasian paspor jemaah haji

penghitungan paspor

penelitian paspor jemaah

haji

penomoran nomonatif

pusat

scanning paspor dengan

MRTD

pemaduan data dan scanning

pas fotorequest visa

percetakan stiker barcode

hasil pemaduan

penempelan barcode hasil

pemaduan

pengiriman paspor ke

KBAS

penataan paspor jemaah haji untuk di

visa

pengamblan paspor dari

KBAS

konfirmasi visa

penyerahan paspor ke petugas provinsi

56

d. Identitas Jemaah Haji Indonesia

Ada dua identitas jemaah haji Indonesia yang layak

dipertahankan, antara lain :

1) Batik

Dalam rangka menghadirkan ciri khas jemaah haji

Indonesia dalam semangat islam yang merupakan identitas

nasional, mulai tahu 1432 H/2011 M, jemaah haji Indonesia

menggunakan batik sebagai seragam resmi jemaah haji. Batik

merupakan kekayaan budaya bangsa yang menggambarkan

perjalanan sejarah, budaya, kisah spiritual, dan kehidupan

masyarakat Indonesia sepanjang kurun sejarah Indonesia.

2) Gelang Jemaah

Selain seragam jemaah haji, untuk memudahkan

pengenalan identitas, jemaah haji juga diberikan gelang

identitas yang terbuat dari bahan monel dan tahan api. Gelang

identitas jemaah haji bertuliskan nama jemaah, nomor paspor,

nomor kloter dan nama embarkasi. Sehingga diharapkan

memudahkan kepada petugas atau siapa saja untuk dapat

mengidentifikasi pemegang gelang tersebut apabila ditemukan

tersesat atau sedang memerlukan pertolongan.7

3. Pelayanan Asrama Haji

Asrama haji yang dibangun pemerintah dan masyarakat awal

mulanya hanya di manfaatkan untuk pelayanan akomodosi bagi

7 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 61-78

57

jemaah haji, namun sejak tahun 1980-an asrama haji tidak saja di

manfaatkan untuk kepentingan pelayanan haji tapi juga di manfaatkan

untuk kepentingan masyarakat, terutama kegiatan umat islam, lembaga

swadaya masyarakat dan instansi pemerintah lainnya. Guna

kepentingan pelayanan sebagaimana tersebut di atas, asrama haji harus

memenuhi syarat kelayakan antara lain : aspek kenyamanan, keamanan

dan kesehatan, sehingga dibutuhkan sarana dan prasarana, sumber

daya manusia (SDM) dan biaya pengelolaan yang memadai agar

pengeolaan asrama haji dapat dilkukan secara profesional, efektif,

efesien, transparan dan akuntabel.8

a. Ruang lingkup pengelolaan asrama haji

Sebagai asset besar negara yang harus dikelola secara baik, maka

dalam rangka pemeliharaan Asrama Haji perlu adanya pengelolaan

Asrama Haji yang meliputi, organisasi, tugas dan fungsi, sumber daya

manusia (SDM), keuangan, sarana prasarana, pelayanan/jasa dan

pengawasan dan pelaporan

b. Ruang lingkup asrama haji

Ruang lingkup asrama haji terbagi menjadi tiga yaitu, asrama haji

embarkasi, asrama haji embarkasi antara dan asrama haji transit.

c. Pengertian Asrama Haji

Asrama Haji mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting

sebagai sarana akomodasi persiapan pemberangkatan jemaah haji dan

processing custom, immigration and quarantine (CIQ) pada saat

8 Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Kementerian Agama RI Tahun 2013 M/1434 H, h, 3

58

menjelang keberangkatan menuju Arab Saudi dan saat kepulangan dari

Arab Saudi.9 Maka dari itu berikut pengertian Asrama Haji :

1) Asrama haji adalah sarana akomodasi yang diberikan kepada

jemaah pada masa operasional penyelenggaraan haji di bawah

binaan kementerian agama.

2) Asrama haji embarkasi adalah asrama haji yang melayani proses

pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji Arab Saudi meliputi

pelayanan akomodasi, konsumsi, bea cukai, dan imigrasi,

karantina, city check-in dan layanan lainnya.

3) Asrama haji embarkasi antara adalah asrama haji yang melayani

proses pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji dan dari Arab

Saudi melalui bandara embarkasi meliputi pelayanan akomodasi,

konsumsi, bea cukai, imigrasi, karantina, city check-in dan layanan

lainnya.

4) Asrama haji transit adalah asrama yang melayani proses

pemberangkatan pemulangan jemaah haji provinsi/kabupaten/kota

ke asrama haji embarkasi/asrama haji transit provinsi dan layanan

lainnya.

5) Pengelolaan asrama haji adalah segala kegiatan yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi da pelaporan

asrama haji.10

9 Dirjen PHU Kemenag RI, Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, 2013. h. 1 10 Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan

Umrah Kementerian Agama RI Tahun 2013 M/1434 H. h. 3-4

59

Pemanfaatan asrama haji yang paling utama adalah pada masa

operasional haji sebagai tempat pelayanan akomodasi jemaah haji yang

meliputi aspek pelayanan, aspek pembinaan, aspek keamanan dan

aspek kesehatan bagi jemaah haji.

Adapun layanan di asrama haji embarkasi masa operasioanl haji

meiputi layanan pemeriksaan dan penanganan kesehatan, layanan

pemeriksaan imigrasi, layanan barang bagasi, layanan akomodasi, layanan

katering tiga kali makan dan dua kali snack saat keberangkatan ke tanah

suci, pemantapan bimbingan manasik, penyerahan gelang identitas,

penyerahan living cost jemaah dan layanan penghantaran jemaah ke

bandara embarkasi

Asrama haji sebagai tempat karantina menjelang keberangkatan ke

Arab Saudi harus memiliki kelengkapan fasilitas akomodasi dengan

memperhatikan aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan. Pemantauan

awal yaitu enam bulan, tiga bulan satu minggu sebelum jemaah masuk

asrama haji. Pemantauan di laksanakan di tiga belas asrama haji embarkasi

dan lima embarkasi antara. Sebagian besar asrama haji telah melakukan

perbaikan sesuai rekomendasi dari tim kesehatan.11

Tujuan adanya asrama haji adalah terciptanya tata kelola asrama haji

yang efektif, efesien dan akuntabel agar dapat memberikan pelayanan

yang maksimal kepada jemaah haji dan masyarakat

.

11 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyekenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 85-86

60

4. Pelayanan Transportasi Haji

Transportasi udara jemaah haji Indonesia dari Tanah Air ke Arab

Saudi pergi pulang menggunakan sistem Charter dan merupakan

penerbangan langsung tanpa transit kecuali untuk kepentingan pengisian

bahan bakar di wilayah tertentu dan karena alasan keselamatan

penerbangan harus melakukan pendaratan di suatu wilayah, dengan tetap

memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan efesiensi.

a. Masa Operasional Transportasi Udara Jemaah Haji

1) Pelakasanaan penyelenggaraan transportasi udara jemaah haji

indonesia tahun 1438/2017 M, dibagi menjadi dua gelombang,

pertama gelombang I mendarat di bandara AMMA Madinah dan

pulang melalui Bandara KAIA Jeddah dan gelombang II mendarat di

Bandara KAIA Jeddah dan pulang melalui Bandara AMMA

Madinah.

2) Rencana Perjalanan Haji (RPH) Tahun 1438 H/2017 M :

a) Masa operasional pemberangkatan : 30 (tiga puluh) hari

b) Masa operasional pemulangan : 30 (tiga puluh) hari

c) Gelombnag I : 15 (lima belas) hari

d) Gelombang II : 15 (lima belas) hari

e) Masa tinggal jemaah paling lama : 41 hari

3) Masa operasi penerbangan fase I (pemberangkatan) penyelenggaraan

Ibadah Haji Tahun 1438 H/2017 M, paling lama 30 (tiga puluh) hari:

a) Awal pemberangkatan gelombang I dari tanah air ke Madinah

tanggal 28 juli 2017

61

b) Akhir pemberangkatan gelombang I dari Tanah Air ke

Madinah Tanggal 11 Agustus 2017

c) Awal pemberangkatan gelombang II dari tanah air ke Jeddah

tanggal 12 Agustus 2017

d) Akhir pemberangkatan gelombang II dari tanah air ke jeddah

tanggal 26 Agustus 2017

4) Masa operasi penerbangan fase II (pemulangan) penyelenggaraan

ibadah haji tahun1438 H/2017 M, paling lama 30 (tiga puluh) hari :

a) Awal pemulangan gelombang I dari jeddah ke Indonesia

tanggal 6 September 2017

b) Akhir pemulangan gelombang I dari jeddah ke indonesia 20

september 2017

c) Awal pemulangan gelombang II dari Madinah ke Indonesia

tanggal 21 september 2017

d) Akhir pemulangan gelombang II dari Madinah ke Indonesia

tanggal 5 oktober 2017

5) Ruang lingkup pekerjaan penyelenggaraan transportasi udara

jemaah haji Indonesia, yaitu :

a) Fase I pemberangkatan mulai dari City check-in di asrama haji

embarkasi sampai keluat gate di Bandara Arab Saudi(pre-flight,

in-flight dan post flight)

b) Fase II pemulangan mulai re-pramanifest peumpang di Makkah

dan Madinah sampai di asrama haji Debarkasi (pre-flight, in-

flight, dan post-flight)

62

6) Biaya penyelenggaraan transportasi udara jemaah haji Indonesia

tahun 1438 H/2017 M dibebanan kepada anggaran Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan DIPA Kementerian Agama

7) Kurs transaksi valuta asing menggunakan Jakarta Interbank Spot

Dollar Rate (JISDOR) pada saat penawaran.

8) Penawaran dan pemabayaran dilakukan dengan menggunakan mata

unag rupiah.

9) Perusahaan penerbangan yang telah memenhi persyaratan

administrasi dan teknis, serta harga yang telah mendapat

persetujuan DPR, akan di tetapkan oleh Menteri Agama.

10) Perusahaan penerbangan yang ditetapkan sebagai penyedia

transportasi udara jemaah haji Indonesia Tahun 1438 H/2017 M,

wajib menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5 % dari

estimasi biaya transportasi udara jemaah haji Indonesia tahun 1438

H/ 2017 M.

11) Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi Haji dan Bandara Tujuan

Berikut semua tempat Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi di

Indonesia:

a) Iskandar Muda, Banda Aceh (BTJ)

b) Kualanamu, Medan (KNO)

c) Hang Nadim, Batam (BTH)

d) Minangkabau, Padang (PDG)

e) Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang (PLM)

f) Halim Perdana Kusuma, Jakarta (HLP)

63

g) Adi Sumarmo, Solo (SOC)

h) Juanda, Surabaya (SUB)

i) Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepingan, Balikpapan (BPN)

j) Syamsuddin Noor, Banjarmasin (BDJ)

k) Sultan Hasanuddin, Makassar (UPG)

l) Bandara Internasional Lombok, Lombok (LOP)

Berikut Bandar Udara Tujuan di Arab Saudi :

a) Amir Muhammad Bin Abdul Aziz/AMAA. Madinah (MED)

b) King Abdul Aziz International Airport/KAIA, Jeddah (JED)

b. Kegiatan Pelayanan Transportasi Udara

Pelaksana transportasi udara jemaah haji Indonesia bertanggung

jawab memberikan pelayanan terhadap jemaah haji, petugas kloter,

dan barang bawaannya pada fase I pemberangkatan sejak dari city

check-in di asrama haji sampai keluar gate di bandara Arab Saudi (pre-

flight, in-flight dan post-flight), dan fase II pemulangan sejak re-

pramanifest di Makkah dan Madinah sampai di asrama haji Debarkasi

(pre-flight, in-flight dan post-flight), dengan rincian sebagai berikut :

Keberangkatan (Fase I)

1) Di asrama haji dan persiapan di bandara saat keberangkatan menuju

Arab Saudi :

a) Melakukan proses check-in jemaah haji dan barang

bawaan/bagasi.

b) Melakukan koordinasi dengan PPIH Embarkasi.

64

c) Melaksanakan pengangkutan jemaah haji dan barang

bawaan/bagasi dari asrama haji ke bandara embarkasi.

d) Menyiapkan petugas untuk membantu jemaah haji

e) Melakukan pengawalan terhadap jemaah haji dan barang

bawaan/bagasi selama perjalanan darat dari asrama haji ke

bandara embarkasi.

2) Di Bandar Udara Embarkasi

a) Melakukan proses baggage handling sesuai dengan ketentuan

penerbangan.

b) Melakukan proses boarding secara tertib dan melakukan dan

penghitungan jumlah penumpang pada saat naik ke pesawat

udara berdasarkan data penumpang (pax manifest).

c) Membantu jemaah haji yang berkebutuhan khusus pada saat

proses boarding sampai dengan menaiki pesawat.

d) Penanganan keterlambatan penerbangan dan penanganan

permasalahan.

e) Menyerahkan manifest dan menandatangani berita acara

pemberangkatan.

3) Di dalam Pesawat

a) Memberikan informasi dan bimbingan kepada jemaah haji

selama dalam penerbangan

b) Memutar film manasik haji dan kesehatan serta penyampaian

informasi lain kepada jemaah haji.

65

c) Menyediakan dan menyajikan makanan dan minuman sesuai

dengan hasil meal test di masing-masing embarkasi.

4) Setelah keluar dari pesawat

a) Mengarahkan jemaah haji untuk turun dari pesawat menuju ruang

kedatangan untuk proses ke imigrasian, Bea dan Cukai.

b) Menyediakan fasilitas kemudahan dan mendampingi jemaah haji

yang berkebutuhan khusus untuk turun dari pesawat.

c) Menginformasikan kepada jemaah haji lokasi pengambilan bagasi

tercatat dan membantu mengambil bagasi tercatat.

d) Mendampingi dan menyelesaikan permasalahan jemaah haji selama

proses kedatangan sampai keluar gate.

Pemulangan (Fase II)

5) Di Arab Saudi

a) Melakukan penimbangan barang bagasi tercatat di Makkah bagi

jemaah haji yang pulang pada gelombang I dan penimbangan

barang bagasi tercatat di Madinah bagi jemaah haji yang pulang

pada gelombang ke II.

b) Mengangkut barang bagasi tercatat dari hotel di Makkah dan/atau

di hotel Madinah ke bandara KAIA Jeddah dan/atau bandara

AMMA Madinah.

c) Mengangkut barang bawaan jemaah haji (free Baggage) dan barang

bagasi tercatat dalam satu kloter bersama-sama dengan pemiliknya.

d) Penimbangan dan pengangkutan barang bagasi tercatat di lakukan

mulai H-2 sebelum pemulangan kloter pertama.

66

e) Mengganti boarding Pass yang hilang setelah berkoordinasi

dengan PPIH Arab Saudi.

f) Memberikan pelayanan boarding melalui dari persiapan

keberangkatan jemaah haji di plasa bandara, mengarahkan jemaah

haji dari ruang tunggu di bandara sampai naik ke pesawat.

g) Menyiapkan petugas khusus untuk membantu jemaah haji yang

kebutuhan khusus.

6) Di bandara debarkasi dan menuju asrama haji debarkasi saat

kepulangan:

a) Mengangkut jemaah haji beserta barang bagasi tercatat dari

bandara debarkasi ke asrama haji debarkasi.

b) Memberikan pelayanan kepada jemaah haji selama di bandara

debarkasi.

c) Melakukan pengawalan selama perjalanan darat menuju asrama

haji.

d) Menyerahkan manifest dan menandatangani berita acara

kedatangan.12

Dari hasil penilitian tentang pelayanan jemaah haji di Tanah

Air sebagaimana poin satu dengan poin empat telah dilakukan

mekanisme yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku tidak ada hambatan atau kendala yang berarti

sebagaimana adanya penambahan kuota haji pada tahun 2017.

12 Wawancara dengan Nurchalis, Kasi Pelayanan Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag RI. 03-08-2017

67

B. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Arab Saudi

1. Pelayanan Akomodasi Haji

Pelayanan akomodasi (pondokan) jemaah haji merupakan

pelayanan yang sangat krusial dan perlu ke hati-hatian dalam

penentuan wilayah dan harga. Karena sampai saat ini tidak ada aturan

atau ketentuan tentang standar harga akomodasi (pondokan atau

gedung) yang dikeluarkan oleh oleh pemerintah Arab Saudi sehingga

hampir setiap tahun harga akomodasi naik tajam yang dilakukan oleh

para pemilik hotel dan gedung,

Ruang lingkup penyediaan akomodasi jemaah haji Indonesia di

Arab Saudi meliputi penyediaan akomodasi untuk jemaah haji dan

petugas haji (kloter dan non kloter) di Mekkah, Madinah dan Jeddah

sesuai kebutuhannya masing-masing.

a. Penyediaan akomodasi di Mekkah meliputi :

1) Jemaah Haji

a) Jemaah haji reguler sesuai kuota tahun berjalan

b) Petugas haji kloter sebanyak lima orang

c) Selisih distribusi minimal sebanyak enam orang per kloter

d) Cadangan sebanyak 1 % dari seluruh kuota jemaah haji

tahun berjalan sesuai ketentuan pemerintah Arab Saudi.

2) Petugas Haji Non Kloter

Kantor sektor, kantor layanan kesehatan dan akomodasi

petugas sektor maksimal 100 orang.

68

b. Petugas Madinah dan Jeddah menjelang, selama pasca

Armina.Penyedian akomodasi di Madinah meliputi :

1) Jemaah Haji

Terdiri dari Jemaah haji reguler sesuai kuota tahun berjalan,

petugas kloter sebanyak lima orang dan selisih distribusi

minimal sebanyak enam orang per kloter

2) Petugas Haji Non Kloter

Kantor sektor, kantor layanan kesehatan dan akomodasi

petugas sektor minimal 45 orang per sektor dan sektor Airport,

Bir Ali dan terminal Hijrah minimal 25 orang per sektor.

c. Penyedian akomodasi di Jeddah meliputi kebutuhan untuk

akomodasi jemaah haji dan petugas haji kloter yang kepulangannya

dari Madinah menuju Tanah Air, melalui Bandara King Abdul

Aziz Jeddah International Airport (KAAIA)

d. Penyediaan akomodasi jemaah haji sekurang-kurangnya memenuhi

lima standar yang meliputi standar kualitas, wilayah, jarak,

administrasi dan harga.13

1) Standar Kualitas

Hatus memiliki standar bangunan kondisi baik dan

layak pakai, jarak paling jauh dari akomodasi jemaah haji ke

Masjidil Haram 4.000 meter untuk wilayah Mekkah, jarak 650

Meter dari akomodasi jemaah haji ke Masjid Nabawi dan

13 Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Pedoman Penyediaan Akomodasi Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi. h. 4

69

akomodasi yang memiliki kemudahan akses ke KAAIA, lift

yang memadai sesuai dengan kapasitas gedung, loby dengan

luas minimal 50 meter persegi, memiliki ruangan dapur bagi

apartemen, tersedia listrik dan lampu penerangan yang cukup

di loby, kamar tidur, kamar mandi, dapur dan seluruh bagian

gedung lainnya, ganset untuk cadang listirk dan terakhir

memiliki tangga darurat.14

2) Standar Wilayah

Pertama wilayah adalah lokasi yang mudah dikenali

secara umum oleh jemaah haji Indonesia baik di Mekkah,

Madinah maupun Jeddah kemudian kedua wilayah dimaksud

juga memiliki kemudahan akses ke Masjidil Haram untuk

Akomodasi di Madinah dan Bandara King Abdul Aziz

International Airport (KAAIA) untuk akomodasi di Jeddah.

3) Standar Jarak

Jarak akomodasi jemaah haji adalah jarak kem Masjidil

Haram untuk akomodasi di Mekkah yaitu paling jauh jaraknya

4.398 meter atau 4.4 km, Masjid Nabawi untuk akomodasi di

Madinah yaitu jarak paling jauh 1.200 meter atau 1.2 km.15

Dengan tidak melebihi jarak yang telah ditentukan pengukuran

jarak perumahan dari Masjidil Haram, Masjid Nabawi dimulai

14 Wawancara dengan Firza, Kepala Bidang Pelayanan Akomodasi Haji, Kemenag RI 01-08-2017 dan 11-10-2017

15 http://merahnews.com/2017/06/07/jarak-hotel-jemaah-haji/

70

dari batas terluar dan alat ukur yang digunakan adalah theodilit

atau alat ukur dorong digital.

4) Standar Administrasi

a) Administrasi adalah dokumen kualifkasi yang sah dan

dapat dipertanggung jawabkan.

b) Administrasi penawaran adalah dokumen bukti penawaran

dari pemilik rumah.

c) Administrasi adalah dokumen yang berisi spesifikasi

akomodasi yang akan ditawarkan

5) Standar Harga

Harga akomodasi jemaah haji di Mekkah yaitu harga

satuan setelah melalui negosiasi dengan pemilik/penyewa,

dengan tidak melebihi ambang batas harga yang telah

ditetapkan dalam Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Untuk harga

akomodasi sesuai dengan ketentuan yaitu 850 Riyal (3,21 juta).

Dan harga akomodasi jemaah haji di Madinah dan Jeddah

adalah harga yang ditetapkan didalam BPIH atau harga yang

telah mendapatkan persetujuan Komisi VIII DPR RI.

Kemudian harga tersebut, selanjutnya di usulkan oleh Tim

negosiasi ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk

penetapan penyedia dan kontrak..16

16 Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Nomor D/70 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyedian Akomodasi Jemaah Haji Di Arab Saudi, h 5

71

2. Pelayanan Katering Haji

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

peyelenggaraan Ibadah Haji, pemerintah indonesia melakukan

pengadaan katering di Arab Saudi untuk jemaah haji Indonesia yang

memenuhi standar gizi, kesehatan, kebersihan dan keamanan. Untuk

penyedia katering bagi jemaah haji harus memenuhi sekurang-

kurangnya persyaratan administrasi, peralatan, tenaga, bahan baku,

pengolahan, distribusi, pelayanan, pengawasan dan penjaminan mutu.

a. Ruang lingkup pelayanan katering

Ruang lingkup pelayanan katering terbagi di wilayah Airport

King Abdul Aziz Jeddah, Madinah, Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Berikut ruang lingkupnya :

1) Airport King Abdul Aziz Jeddah

a) Fase kedatangan

Pelaksanaan katering diberikan satu boks sesuai dengan

menu yang ditentukan, dan di distribusikan diatas bis ketika

jemaah haji akan berangkat menuju Madinah (gelombang I)

dan Makkah (gelombang II)

b) Fase pemulangan

Pelayanan katering diberikan satu boks sesuai dengan menu

yang ditentukan, dan didistribusikan di area peristitarahatan

di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.

72

2) Madinah

a) Pelayanan katering di Madinah pada saat kedatangan dan

pada saat meninggalkan Madinah, masing-masing diberikan

satu boks makanan.

b) Pelayanan katering selama jemaah tinggal di pemondokan

Madinah diberikan sebanyak-banyaknya 19 kali dengan

menggunakan kemasan boks. Pendistribusiannya dilakukan

setiap hari di pemondokan sebanyak dua kali (makan siang

dan malam) sesuai dengan menu dan jadwal yang telah

ditetapkan dan diberikan minuman kemasan.

3) Arafah, Muzdalifah dan Mina

a) Arafah

Pelayanan katering di Arafah diberikan/disajikan dalam

bentuk boks/prasmanan sebanyak 4 kali, mulai tanggal 8

Dzulhijah malam sampai dengan tanggal 9 Dzulhijjah

sebelum keberangkatan ke Muzdalifah, sesuai dengan menu

jadwal menu yang telah ditetapkan dan dilengkapi dengan

coffe shop.

b) Muzdalifah

Pelayanan katering di Muzdalifah diberikan satu boks

makanan yang didistribusikan kepada setiap jemaah di

Arafah menjelang keberangkatan ke Muzdalifah.

73

c) Mina

Pelayanan katering Mina diberikan/disajikan dalam bentuk

kemasan boks/prasmanan sebanyak 11 kali, dan dilengkapi

dengan pelayanan coffe shop.

b. Teknis Pelaksanaan Pelayanan Katering

Teknis Pelaksanaan katerig sebagai berikut :

1) Arafah-Mina

a) Pelaksanaan katering oleh perusahaan katering

(muta’ahidin) memiliki izin opersi.

b) Jemaah haji yang diberikan pelayanan katering di Arafah-

Mina seluruhnya di perkirakan 221.000 orang.

c) Satu perusahaan katering maksimal melayani 4 maktab dan

setiap maktab disediakan satu dapur.

d) Pendistribusian katering Armina sebanyak 15 kali dengan

menggunakan prasmanan atau boks serta coffe shop,

dengan rincian : di Arafah sebanyak 4 kali makan, di

Muzdalifah 1 boks makanan diberikan di Arafah menjelang

kenerangkatan ke Muzdalifah dan di Mina 11 kali.

e) Nama emabarkasi dan kloter, jadwal makanan, menu

makanan di pasang pada setiap meja prasmanan.

f) Di Arafah disediakan minimal dua meja prasmanan dan di

Mina satu meja prasmanan untuk setiap kloter. Selain itu

juga disediakan satu meja coffe shop dan satu kulkas.

74

g) Sistem antrian makanan jemaah haji di atur perombongan

dan dibuat dua jalur.

h) Menyediakan alat pemanas air, apabila tidak dapat

difungsikan karena keterbatasan daya listrik, maka dapat

digantikan dengan termos air panas dengan jumlah yang

memadai.

i) Menyediakan makanan dalam boks dan menyimpannya

dalam termos penghangat makanan untuk jemaah yang

belum mendapatkan makan.

j) Distribusi air minum, jus, buah dan coffe shop kepada

jemaah haji melalui ketua rombongan dibuktikan dengan

tanda terima sesuai ketentuan dalam kontrak.

k) Bilamana ditetapkan dengan boks, maka penutup boks

dibedakan warnanya, untuk makan pagi warna kuning,

makan siang hijau dan makan malam merah dengan

mencantumkan tulisan dan logo kementerian Agama

Republik Indonesia, batas waktu layak konsumsi, dan nama

serta nomor telepon perusahaan katering.

l) Penyajian katering kepada jemaah haji dibuktikan dengan

tanda terima dari ketua kloter dan bilamana menggunakan

boks pendistribusiannya dibuktikan dengan tanda terima

ketua rombongan yang diketahui oleh pihak perusahaan

katering dan pengawas.

75

m) Pada tanggal 5 Dzulhijjah (H-3) seluruh dapur di

perkemahan Arafah dan Mina harus sudah siap beroperasi

khususnya kompor dipastikan dapat digunakan pada

waktunya.

n) Pada tanggal & Dzulhijjah (H-1) seluruh bahan makanan

dan peralatan masak sudah berada di dapur masing-masing.

2) Madinah

a) Pelaksana katering adalah perusahaan katering yang

memiliki izin operasi di Madinah dan sanggup menjalin

kerjasama dengan majmu’ah.

b) Jemaah haji yang diberikan pelayanan katering di Madinah

seluruhnya diperkirakan 221.000 orang.

c) Pendistribusian katering selama berada di Madinah

maksimal 19 kali makan.

d) Waktu penyajian makanan kepada jemaah haji sebanyak

dua kali setiap hari selama kurang lebih 9 hari, makan siang

dan malam serta pemberian makan selamat datang dan

makan selamat jalan yang diberikan kepada jemaah yang

baru tiba atau meninggalkan Madinah, di luar waktu jam

makan siang atau makan malam.

e) Jadwal distribusi katering jemaah haji :

Makan siang jam 11.00 s.d 13.00

Makan malam jam 18.00 s.d 20.00

76

f) Menu katering disesuaikan dengan citra rasa masakan

Indonesia dan memenuhi standar kesehatan.

g) Selain menu makanan, pelaksana katering juga

berkewajiban menyediakan minuman kemasan.

h) Katering disajikan kepada jemaah haji menggunakan boks.

i) Penutup boks dibedakan warnanya, untuk makan siang

hijau dan makan malam merah dengan mencantumkan

tulisan dan logo Kementerian Agama Republik Indonesia,

batas waktu layak konsumsi dan nama serta nomor telepon

perusahaan katering.

j) Pendistribusian katering dengan menggunakan pemanas

tepat waktu dengan menu yang telah ditentukan.

k) Perhitungan jumlah jemaah haji yang mendapatkan

makanan sesuai dengan angka riil jemaah yang

mendapatkan boks makanan, dibuktikan dengan tanda

terima yang ditanda tangani oleh ketua rombongan dan

perusahaan katering.

3) Jeddah

Pelayanan katering jemaah haji pada saat kepulangan di hotel

transito Jeddah diberikan sebanyak 3 kali, dalam kemasan

boks. Pelaksanaanya menyatu satu paket dengan pelayanan

hotel trasito.

Sedangkan untuk mekanisme kerja pengadaan katering

jemaah haji Indonesia meliputi persiapan, pengumuman calon

77

penyedia katering, pendaftaran calon penyedia katering,

cerifikasi administrasi, peninjauan lapangan, penilaian,

penetepan perusahaan dan pelaporan. Pelaksanaan tugas tim

pengadaan katering jemaah haji Indonesia di Arab Saudi

bertujuan untuk :

a) Terlaksananya pengadaan katering jemaah haji di Arab

Saudi secara transparan dan akuntabel.

b) Diperolehnya perusahaan katering yang memenuhi syarat,

bermutu dan bertanggung jawab dalam melayani jemaah

haji Indonesia di Arab Saudi

3. Pelayanan Transportasi Haji di Arab Saudi

Transportasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam penyelenggaraan ibadah haji. Kewajiban melaksanakan rukun

islam yang kelima bagi umat islam yaitu menunaikan ibadah haji ke

Baitullah dapat terlaksana apabila didukung dengan sarana

transportasi, khususnya bagi umat Islam yang tinggal jauh dari tempat

pelaksanaan rukun islam tersebut.

Seiring dengan pekembangan zaman. Sarana transportasi dalam

penyelenggaraan ibadah haji tidak saja diperlukan untuk mengantarkan

jemaah haji dari satu kota ke kota lainnya di tanah suci. Dalam kota

Makkah sendiri jemaah memerlukan sarana transportasi untuk

mengantarkan mereka dari pemondokan menuju Masjidil Haram dan

78

sebaliknya untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjemaah,

yang kemudian dikenal dengan Transportasi Shalawat.17

a. Transportasi Antar Kota

Transportasi jemaah haji antar kota perhajian (Jeddah,

Makkah, Madinah) dilaksankan oleh perusahaan bus angkutan

jemaah haji yang tergabung dibawah Naqabah Ammah

Lissayyarat, pemerintah Indonesia melakukan peningkatan layanan

(upgrade) untuk 4 rute pelayanan. Pelayanan Angkutan Antar Kota

Perhajian meliputi pelayanan pergerakan jemaah haji pada masa

kedatangan dan kepulangan dengan 4 rute pelayanan sebagai

berikut :

1) Pemondokan Madinah - pemondokan Makkah

2) Bandara Jeddah – Pemondokan Makkah

3) Pemondokan Makkah – Bandara Jeddah

4) Pemondokan Makkah – Pemondokan Madinah.18

Adapun fasilitas bus yaitu armada bus min tahun 2008, AC,

tombol manual darurat pembuka pintu, alat pemecah kaca, alat

pemadam kebakaran, ban cadangan, kotak P3K, kulkas dan toilet dan

kapasitas min 45 seat. Dengan menggunakan perusahaan pelaksana

layanan yaitu perusahaan Saptco, Rawahel, Rabittat Makkah dan

Qowafil.

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam

penyedian pada tahun 2017, maka penyedian dapat dilakukan dengan

17 Kementerian Agama RI, Transportasi Darat Jemaah Haji Indonesia Dari Masa Ke Masa, h. 1

18 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 133

79

penunjukan langsung dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip

pengadaan. Tahapannya pertama penerimaan berkas, verifikasi

administrasi. verifikasi lapangan (kasyfiyah), negosiasi harga dan

penetapan perusahaan calon penyedia jasa layanan

b. Transportasi Shalawat

Sebagai upaya peningkatan layanan angkutan shalawat, pemerintah

menetapkan kebijakan bahwa jarak minimal wilayah pemondokan yang

mendapatkan layanan shalawat adalah 1.500 m dari Masjidil Haram.

Kebijakan tersebut diambil berdasarkan masukan dari jemaah haji dan

hasil pengawasan dari berbagai pihak. Fasilitas bus sebagai berikut :

1) Bus berkapasitas 70 orang, memiliki akses 3 pintu dan ber AC

2) Disusun 11 rute, 37 halte, 1 terminal transit dan 3 terminal akhir

3) Perusahaan bus pelaksana layanan adalah Saptco dan Rawahel

Wilayah layanan transportasi shalawat yaitu Aziziyah Janubiyah,

Azizayah Syimaliyah, Mabhas Jin, Syisyah, Raudhah, Biban/ Jarwal

dan Misfalah/Nakkasah19

c. Transportasi Armina

Layanan angkutan masyair/armina sepenuhnya menjadi tanggung

jawab pemerintah Arab Saudi yang dilaksanakan oleh Naqabah Amma

Lissyyarat, dengan rute Makkah – Arafah, Arafah – Muzdalifah,

Muzdalifah – Mina dan Mina – Makkah. Angkutan ini dilaksanakan

pada tanggal 8 Dzulhijjah 1438 H. Pelaksanaan angkutan ini di bagi

dalam 3 trip yaitu :

19 Kementerian Agama RI, Transportasi Darat Jemaah Haji Indonesia Dari Masa Ke Masa, h. 62-63

80

Pertama pukul 07.00-12.00

Kedua pukul 12.00-16.00

Ketiga pukul 16.00-24.00

Rasio penggunaan bus adalah 1:144/bus, sehingga setiap maktab

dengan jumlah jemaah sebanyak 3000 orang mendapat alokasi bus

sebanyak 21 unit.

Jumlah yang disiapkan Muassasah untuk mengangkut jemaah haji

Indonesia:

1) Pengangkutan jemaah dari Makkah ke Arafah degan jumlah bus 21

unit untuk setiap maktab.

2) Pengangkuan Arafah ke Muzdalifah dengan jumlah bus untuk

jemaah yang menempati Mina Jadid sebanyak 14 bus permaktab

dan jemaah yang tinggal di Mina disediakan 7 bus permaktab.

3) Pengangkutan Muzdalifah ke Mina menggunakan bus jenis city bus

dengan 5 unit permaktab.

4) Pengangkutan Mina ke Makkah menggunakan bus sebanyak 21 unit

permaktab.

Pergerakan jemaah haji untuk setiap mulai dari Makkah-Arafah-Mina-

Makkah sebagai berikut :

1) Pergerakan Makkah – Arafah tanggal 8 Dzulhijjah, untuk pergerakan

pertama mulai pukul 08.20 WAS dan terakhir pukul 12.12 WAS.

2) Pergerakan Arafah – Mina tanggal 9 Dzulhijjah, untuk pergerakan

pertama mulai pukul 08.00 WAS dan terakhir 24.00 WAS.

81

3) Pergerakan Muzdalifah – Mina tanggal 9-10 dzulhijjah, untuk

pergerakan pertama mulai pukul 23.00 WAS dan terakhir 08.00

WAS.

4) Pergerakan Mina – Makkah tanggal 12-13 Dzulhijjah, untuk

pergerakan :

a) Nafar Awal, pemberangktan pertama mulai pukul 18.30 WAS

dan terakhir pukul 22.00 WAS.

b) Nafar Akhir, pemberangkatan pertama mulai pukul 08.00 WAS

dan terakhir pukul 12.00 WAS.20

Untuk memberikan kemudahan pengaduan pelayanan transportasi

kepada jemaah, maka pengaduan pelayanan transportasi dapat

disampaikan melalui call center pengaduan layanan transportasi ke

nomor yang ada di stiker pemberitahuan layanan.21

C. Dampak Pelayanan Haji Akibat Bertambahnya Kuota Haji

Indonesia mendapatkan jatah kuota haji sebesar 221.000 orang pada

2017. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya, sejak tahun 2013 kuota haji

Indonesia dan negara lainnya mengalami penurunan 20 persen karena

adanya proyek perluasan fasilitas di Masjidil Haram, Mekkah. Selain

pengembalian kuota sebesar 211.000 jemaah, Pemerintah Arab Saudi juga

menyetujui permintaan tambahan kuota bagi Indonesia dan memutuskan

tambahan 10.000 jemaah. Kenaikan kuota haji ini atas permohonan

pemerintah Indonesia yang disampaikan langsung oleh Presiden Joko

20 Wawancara dengan Sri Darfatihati, Kasi Monitoring Dan Evaluasi Transportasi Haji Kemenag RI

21 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 149-151

82

Widodo, didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.22

Penambahan kuota haji menjadi 221.000 tentu saja akan berdampak

positif pada daftar tunggu, karena dapat memangkas waktu tunggu jemaah

haji hingga tiga tahun. "Rata-rata jadi 14 tahun dari yang semula 17

tahun," ujar Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul

Jamil.23

1. Dampak Pelayanan Pendaftaran Akibat Bertambahnya Kuota Haji

Penambahan kuota haji tahun 2017 untuk pendaftaran jemaah haji

sama seperti tahun sebelumnya tidak ada perubahan dari segi

mekanisme dan regulasi pendaftaran jemaah haji di kementerian

Agama RI. Hanya saja banyaknya animo calon jemaah haji yang

melakukan pelunasan BPIH.

Pelunasan BPIH reguler dilakukan dua tahap, tahap pertama mulai

10 April 2017 sampai dengan 5 Mei 2017, sedangkan tahap kedua 22

Mei hingga 2 Juni 2017, Jemaah haji yang berhak melunasi pada tahap

pertama adalah jemaah lunas tunda tahun lalu, jemaah dengan nomor

porsi akibat adanya penambahan kuota tahun ini telah berusia 18 tahun

ke atas dengan status belum haji, sementara untuk pelunasan tahap

kedua diperuntukkan bagi jemaah haji yang gagal sistem pada

22Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2017/01/11/18291171/Jokowi.Kuota.Haji.2017.Naik.52.200.Orang

23 Https://News.Detik.Com/Berita/D-3397309/Kuota-Haji-Ditambah-Waktu-Tunggu-Berkurang-Dari-17-Jadi-14-Tahun

83

pelunasan tahap pertama dan jemaah haji lanjut usia (75 tahun ke

atas).24

Animo jemaah haji yang melakukan pelunasan biaya

penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) hari pertama di PT Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Syariah cukup tinggi. Terutama problem dari sisi

sistem lantaran terlalu banyaknya calon jemaah yang melunasi.

Untungnya kendala seperti itu bisa di antisipasi sehingga tdak adanya

masalah terhadap layanan. Karena pihak bank melakukan tiga

mekanisme yaitu BRI Syariah dan juga BRI yakni calon jemaah

melunasi lewat BRI Syariah, calon jemaah melunasi di BRI sebagai

bank transito, dan calon jemaah melunasi di BRI lewat kantor layanan

syariah (KLS). Banyaknya mekanisme pembayaran dan saluran

pelunasan bertujuan mempermudah calon jemaah.

Tahun ini pengumuman pelunasan BPIH oleh Kementerian Agama

lebih cepat dibanding tahun lalu. hal ini bermanfaat bagi calon jemaah.

Jemaah jadi lebih cepat melunasi dan mendapatkan kepastian

keberangkatan dan pelunasan BPIH tahun ini tidak seperti dua tahun

lalu dalam bentuk mata uang dolar AS yang sering terkendala oleh

nilai tukar. Kini, kendala itu tidak lagi terjadi karena pembayaran

menggunakan mata uang rupiah. berharap, ke depannya kerja sama

24 Wawancara Dengan Bapak Nur Alia Fitra, Selaku Kasubdit Pendaftaran Haji Kementerian Agama RI. Tanggal 01-08-2017

84

antara bank-bank penerima setoran haji, Kementerian Agama, dan

jemaah menjadi semakin baik lagi.25

Dengan banyaknya animo calon jemaah haji yang melakukan

pelunasan BPIH di Bank, sehingga menyebabkan problem dari sisi

sistem dan mengakibatkan panjangnya antrian di setiap bank pelunasan

BPIH. Maka dari itu pemerintah dengan pihak bank memperbanyak

mekaisme pembayaran. Jadi, calon jemaah bisa melakukan pelunasan

melalui bank BRI syariah, bank BRI sebagai bank transito dan BRI

lewat kantor layanan syariah. Itu semua bertujuan untuk

mempermudah calon jemaah.

Kemudian untuk mengatasi problem sistem karena banyaknya

animo calon jemaah haji melakukan pelunasan BPIH, maka Sebelum

masuk ke masa pelunasan, BRI Syariah menyiapkan upaya agar sistem

tidak bermasalah. Di antaranya melakukan tes stres di mana semua

kantor cabang mengakses ke sistem. BRIS juga melakukan

pembekalan terhadap kantor-kantor cabangnya hingga menyiapkan

suvenir haji.

Sehingga tahun ini pengumuman pelunasan BPIH oleh

Kementerian Agama lebih cepat di banding tahun lalu sehinga calon

jemaah haji cepat mendapatkan kepastian keberangkatan.26

25 Wawancara Dengan Bapak Afandi, Selaku Staf Di Bagian Pendaftaran Haji Kementerian Agama RI. Tanggal 01-08-2017

26 Wawancara dengan Reza Muhammad, Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji, Kementerian Agama RI. 01-08-2017

85

2. Dampak Penambahan Kuota haji terhadap Pelayanan Dokumen dan

Perlengkapan Haji

Pada musim haji 2017 ini, Indonesia akan memberangkatkan

221.000 jemaah haji ke Tanah Suci. Jumlah jemaah haji tahun ini

mengalami kenaikan 52.200 jemaah dibandingkan tahun sebelumnya

yang berjumlah 168.800 jemaah. Sehingga Kementerian Agama fokus

menyelesaikan dokumen jemaah sebelum keberangkatan, seperti

paspor dan visa para jemaah haji Indonesia yang akan berangkat ke

Tanah Suci mulai 28 Juli 2017. Secara umum tidak ada dampak seperti

pelayanan yang ada di Arab Saudi hanya saja ada penambahan

perlengkapan dan jangka waktu penyelesaian dokumen yang lama

dibandingkan tahun sebelumnya.

Kementerian Agama untuk tahun 2017 khususnya bagian

penyelesaian dokumen yaitu visa dan paspor mengalami dampak dari

penambahan kuota Karena jumlah jemaah alami penambahan luar

biasa dibanding tahun lalu. Penambahan 52.200 orang total sekarang

sebanyak 221 ribu. Ini butuh fokus perhatian seksama karena sisa

waktu menjelang keberangkatan masih belum selesai. Pemerintah

harus konsentrasi menuntaskan yang ada di Indonesia terkait dokumen

perjalanan jemaah haji disamping persiapan pelayanan yang ada di

Arab Saudi sudah selesai.

Maka dari itu Kementerian Agama melakukan pengurusan secara

bertahap terus mengirim paspor dan pemaketan layanan jemaah yang

86

sudah siap ke KBSA (Kedutaan Besar Saudi Arabia) untuk segera

diterbitkan visanya. Dari yang sudah berjalan, sehingga dalam satu hari

proses penerbitan visa bisa mencapai 10 ribu. Kementerian Agama

akan terus menyelesaikan dokumen yang diperlukan. Status jemaah

calon haji juga dapat diperiksa setiap saat menggunakan jaringan

elektronik. Tak hanya itu saja, pemberangkatan jemaah calon haji juga

dapat dilihat kelengkapannya dari situ, seperti tempat menginap.

Dengan adanya sistem tersebut diharapkan perkembangan jemaah

calon haji dapat dipantau, Kementerian Agama akan terus memberikan

pelayanan yang terbaik bagi calon jemaah haji. Tujuannya agar

perjalanan warga Indonesia yang akan beribadah bisa semakin lancar.

3. Dampak Penambahan Kuota Terhadap Pelayanan Asrama Haji

Jemaah haji di Asrama haji yang datang akan disambut oleh

petugas-petugas PPIH, kemudian mereka akan menerima sekurangnya

tujuh pelayanan, yaitu : pendataan check list jemaah, pemberian

passpor, pemberian nomor kamar asrama dan kupon makan, pemberian

gelang tanda pengenal, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan imigrasi,

hingga pemberian living cost. Setelah menerima seluruh perlengkapan

dan living cost, baru jemaah akan diantar ke tempat peristirahatan

sambil menunggu jadwal keberangkatan. Kementerian Agama RI telah

menyiapkan fasilitas yang akan digunakan oleh jemaah haji diseluruh

indonesia selama di Asrama Haji tahun 2017 dengan adanya

penambahan kuota.

87

Dalam hal ini Kementerian Agama sebagai pelaksana, perlu

menyiapkan upaya antisipasi sejak awal lagi terhadap berbagai

masalah dalam penyelenggaraan haji di Asrama Haji tahun 2017

terutama adanya penambahan kuota sehingga berakibat pada daya

tampung asrama haji embarkasi yang masih kurang seperti di padang

dan surabaya dan berdampak juga pada pelayanan kesehatan di

Asrama Haji karena kurangnya tenaga medis yang tidak dibarengi

dengan bertambahnya jumlah jemaah haji, seperti asrama haji yang ada

di Aceh, karena Asrama haji setempat yang dijadikan Embarkasi Aceh

cuma dilengkapi tempat pemeriksaan kesehatan, ambulance dan

kendaraan operasional. Justru yang dibutuhkan ruang kesehatan yang

permanen untuk embarkasi dan debarkasi, lalu ruang tunggu jemaah

sebelum pemeriksaan akhir dan penambahan toilet di tempat

pemeriksaan akhir itu belum ada.

PPIH menghimbau selama di asrama, jemaah diharapkan tidak

melakukan kontak dengan keluarga yang mungkin tinggal di sekitar

asrama haji pondok gede. Hal ini dimaksudkan agar jemaah dapat

memanfaatkan waktunya untuk beristirahat sebelum menempuh

perjalanan haji. Kemudian berpesan, agar para jemaah tidak memakan

makanan dari luar yang tidak terjamin kesehatannya, untuk

memastikan bahwa kesehatan mereka tetap terjaga.27

27 Wawancara dengan Pak Artanto, Selaku Kasi Persiapan Asrama Haji Kementerian Agma RI 03-08-2017

88

Pelayanan asrama haji tahun 2017 di sejumlah asrama haji

embarkasi di Indonesia untuk tahun ini dengan adanya penambahan

kuota berdampak pada daya tampung asrama haji embarkasi yang

masih kurang seperti di Padang dan Surabaya. Kemudian berdampak

pada pelayanan kesehatan di Asrama Haji karena kurangnya tenag

medis yang tidak dibarengi dengan bertambahnya jumlah jemaah haji,

ada juga di Embarkasi Aceh masih belum ada ruang kesehatan yang

permanen.

Maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk

persiapan haji di asrama haji berikutnya akan membangun asrama haji

dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan jemaah haji seperti ruang

kesehatan, tambahan tenaga medis sesuai dengan jumlah kuota dan

juga melakukan renovasi kembali. Semua bertujuan untuk kenyamanan

dan keamanan jemaah ketika akan melakukan ibadah haji.

4. Dampak Penambahan Kuota Haji Terhadap Pelayanan Transportasi

Udara

Kementerian Agama RI menandatangani perjanjian pengangkutan

udara jemaah haji Indonesia 2017 dengan PT Garuda Indonesia dan

Saudi Arabian Airlines di Kantor Kementerian Agama RI. Dua

maskapai penerbangan tersebut menyatakan telah meningkatkan

pelayanan penerbangan untuk jemaah haji Indonesia. Tahun ini ada

beberapa hal yang menjadi kemajuan dibanding tahun lalu. Terutama

kemajuan dalam hal kuota jemaah haji yang bertambah. Tahun lalu

89

Kemenag RI memberangkatkan 168.000 jemaah, sekarang

memberangkatkan 221.000 jemaah.

Bertambahnya kuota jemaah tentu harus disertai dengan kesigapan

dan kesiapan untuk melakukan pelayanan haji di dalam negeri. Tidak

kalah penting dari itu semua, mata rantai haji yang selalu menjadi

bagian penting adalah transportasi udara. kedua maskapai tersebut

telah mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan

angkutan udara. Dua maskapai tersebut juga menyiapkan segala

sesuatunya secara rapi karena ada peningkatan jumlah kuota jemaah

haji. Peningkatan jumlah kuota tentu akan berimplikasi pada

pengorganisasian yang harus lebih rapi lagi.

Pihak Kementerian Agama RI menuntut dua maskapai Garuda

Indonesia dan Saudi Arabian Airlines melakukan persiapan yang lebih

dini. Pesawat dari Garuda Indonesia yang akan digunakan menurutnya

masih tergolong baru. Sehingga dapat meningkatkan layanan kepada

calon jemaah haji Indonesia.

Untuk dampak yang dirasakan pemerintah tahun ini terletak pada

waktu operasional jemaah haji ketika pemberangkatan dari Tanah Air

ke Tanah Suci yang seharusnya memerlukan waktu 28 hari sekarang

ditambah dua hari menjadi 30 hari. Namun itu semua sudah

dipersiapkan setahun sebelumnya, ketika selesai musim haji

pemerintah langsung mempersiapkan transportasi udara untuk tahun

berikutnya.

90

Transportasi Udara tahun 2017 dengan adanya penambahan kuota

hanya berdampak pada waktu penyelesaian pemberangkatan yang

seharusnya selesai 28 hari menjadi 30 hari seiring dengan

bertambahnya jumlah jemaah dan di tambahnya jumlah armada

pesawat, pesawat yang di gunakan adalah Garuda Indonesia dan Saudi

Arabian Airlines. Maka pemerintah untuk tahun haji berikutnya tidak

ada perubahan di transportasi udara.28

5. Dampak Penambahan Kuota Terhadap Pelayanan Akomodasi

Kuota haji Indonesia pada tahun 2017 bertambah hingga 52.200

orang jika dibandingkan dengan kuota haji tahun lalu, sehingga total

menjadi 221.000 orang tentu saja akan berdampak pada pelayanan

akomodasi.

Dampak dari penambahan kuota sudah pasti ada penambahan

kuantitas kamar hotel dengan jumlah tahun ini 153 hote.29 Dampak

selanjutnya yang menjadi perhatian tahun 2017 yaitu permasalahan

tenda jemaah yang ada di Mina. Menteri Agama Lukman Hakim

Saifuddin juga mengatakan dengan kuota haji Indonesia lebih dari

220.000 orang pada musim haji tahun ini, kondisi di Mina cukup

memprihatinkan. Sebab, ada beberapa kloter yang maktabnya tidak

menyiapkan tenda yang cukup dengan jumlah jemaah saat berada di

Mina. Karena, jika infrastruktur, tenda dan toilet tidak ditambah, dapat

menimbulkan persoalan serius. Harusnya orientasi yang dikedepankan

28 Wawancara dengan Nurchalis, Kasi Pelayanan Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag RI 03-08-2017

29 Wawancara Dengan Bapak Firza, Selaku Kasi Akomodasi Luar Negeri Kementerian Agama RI. 03-08-2017 dan 11-10-2017

91

bukan hanya penambahan kuota, tapi penyiapan kapasitas daya

tampung tenda dan toilet di Mina. Sehingga tidak adanya jemaah yang

berdesakan didalam maktab dan menunggu antrean panjang ketika di

Mina. Dalam hal ini pemerintah akan mencoba meyakinkan

pemerintah Arab Saudi agar Mina ditata lebih baik.

Sementara itu Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus

Maftuh Abegebriel mengatakan pemerintah Indonesia memberikan

catatan atas penyelenggaraan ibadah haji tahun 2017 yang puncaknya

di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Meminta sejumlah perbaikan, di

antaranya dengan menambah jumlah tenda dan toilet di Mina untuk

kenyamanan jemaah.

Catatan tersebut segera disampaikan kepada pihak pemerintah

Arab Saudi yang menyatakan secara keseluruhan pelaksanaan ibadah

haji tahun ini berjalan lancar, sukses dan cukup istimewa yang bisa

dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Kemudian akan memberikan

pelayanan yang lebih baik bagi jemaah haji indonesia tahun berikutnya

terutama di Mina.30

6. Dampak Penambahan Kuota Terhadap Pelayanan Katering Haji

Jemaah haji Indonesia tahun ini mendapatkan layanan katering

sebanyak 25 kali dalam bentuk boks selama di Makkah. Katering

berupa makan siang, makan malam, dan roti untuk snack pagi.

30 Wawancara dengan Firza, Kepala Bidang Pelayanan Akomodasi Haji, Kemenag RI 11-10-2017

92

Layanan katering di Mekah terbagi dalam dua fase, yaitu pra

Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina) dan pasca-Armina. Layanan

katering di Mekah pra armina berlangsung sejak 6 hingga 26 Agustus

2017. Dengan Jumlah kloter yang berhasil dilayani sebanyak 499

kloter, dengan jumlah makanan yang didistribusikan 3.559.366 boks

Pelayanan konsumsi di Makkah dihentikan sementara dari tanggal

27 Agustus sampai 6 September 2017, Penghentian dilakukan karena

bertepatan dengan kegiatan haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau

biasa disebut dengan Armina. Selama Armina, jemaah akan

mendapatkan layanan katering, sebanyak 15 kali makan dan satu kali

snack. Layanan katering di Makkah akan kembali berjalan mulai 6

September 2017.

Sedangkan, fase pasca Armina, berlangsung dari 6 hingga 17

September 2017. Total makanan yang didistribusikan pasca-Armina

1.311.772 boks. Kemudian setelah layanan pra Armina dan pasca

Armina ada layanan konsumsi untuk jemaah yang berangkat ke

Madinah yang disebut sebagai layanan selamat jalan. Layanan ini akan

berlangsung sampai keberangkatan terakhir jemaah ke Madinah pada

26 September 2017.

Dampak yang di alami penyelenggara katering haji dengan adanya

penambahan kuota timbul permasalahan yang ada di lapangan, salah

satunya terletak di bagian pelayanan distrubusinya. Dengan

bertambahnya jumlah jemaah haji tahun ini menyebabkan

bertambahnya sewa hotel sehingga pendistribusian banyak yang

93

terlambat dan makanan ada yang basi dikarenakan perusahaan katering

di Arab Saudi yang kurang profesional dan baru bekerja sama tahun ini

dengan Kementerian Agama RI.31 Ketidak efektifan distribusi

dikarenakan terjadinya pecah kloter di beberapa hotel. Ini imbas dari

sistem sewa blocking time bukan satu musim dikarenakan tahun ini

ada penambahan jemaah haji sampai 52.000 jemaah. Jadi, tak semua

jemaah yang dilayani menempati satu hotel. Bahkan, ada yang satu

hotel hanya ditempati 10 jemaah.

Pelayanan katering tahun 2017 dengan bertambahnya kuota

berdampak pada saat pendistrubusian yang terlambat karena

banyaknya jemaah. Sehingga ada beberapa makanan yang basi di

karenakan perusahaan katering Arab saudi yang baru bekerja sama

dengan pemerintah Indonesia tahun ini dan perusahaan katering yang

terhitung baru berdiri. Mengakibatkan ada jemaah yang membeli

makanan di luar. Kemudian keterlambatan distribusi katering juga

terjadi saat puncak layanan haji, hal ini di akibatkan beberapa jalan di

Mekah sudah ditutup dan alihkan karena banyak kuota haji.

Maka Kementerian Agama dalam hal ini akan lebih ketat lagi

dalam memilih perusahaan katering di Arab saudi dan mempersiapkan

tim pendistribusian yang menyesuaikan dengan jumlah kuota haji dan

hotel yang ditempati jemaah haji atau dengan memberikan uang saku

lebih pada jemaah untuk membeli makan, antisipasi jemaah yang

belum kembali ke hotel. secara umum layanan katering di Mekah

31 Wawancara dengan Ibu Tati, Selaku Subdit Pengawasan Haji dan Evaluasi Haji

94

berjalan lancar. Kendati tidak memungkiri adanya permasalahan di

lapangan, namun semuanya bisa diatasi dengan baik.32

7. Dampak Penambahan Kuota Haji Terhadap Pelayanan Transportasi di

Arab Saudi

Pelayanan transportasi di Arab Saudi tahun ini masih terdapat

sejumlah permasalahan yang dihadapi dikarenakan bertambahnya

jumlah jemaah haji. Salah satu permasalahan disampaikan pemerintah

Indonesia kepada jajaran Naqabah Ammah lis-Sayyarat adalah terkait

masih adanya keterlambatan beberapa maktab dalam proses

pemberangkatan jemaah haji Indonesia dari hotel ke Masyair karena

banyaknya jemaah haji indonesia. Selain itu masih terdapat armada bus

masyair dengan spesifikasi di bawah standar.

Permasalahan lainnya yaitu terkait transportasi antar kota perhajian.

masih menemukan ada beberapa maktab yang salah entri data akibat

bertambahnya armada seiring bertambahnya jumlah jemaah sehingga

armada yang datang tidak sesuai kontrak.

Pemerintah telah mengumumkan seluruh bus yang melayani jemaah

haji Indonesia sudah diremajakan. Namun, temuan di lapangan,

peremajaan itu tidak dilakukan menyeluruh, baik tahun produksi

maupun asal pabrikan. Tidak seragamnya upgrade bus ini tentu menjadi

tanda tanya karena kualitas bus yang disediakan berbeda-beda.

Transportasi haji di Arab Saudi tahun ini ada catatan terkait masih

adanya keterlambatan beberapa maktab dalam proses pemberangkatan

32 Wawancara dengan Abdullah, Kepala Bidang Pelayanan Katering Haji Kemenag RI 11-10-2017

95

jemaah haji Indonesia dari hotel ke Masyair khusunya rute dari Mekah

menuju Arafah, selain itu masih terdapat armada bus yang spesifikasi

dibawah standar. Catatan lainnya terkait transportasi antar kota

perhajian yang masih menemukan ada beberapa maktab yang salah

entri data sehingga armada yang datang tidak sesuai kontrak.

Pemerintah harus mengupayakan akomodasi jemaah harus satu tempat

sehingga jemaah haji tidak berpencar sehingga menyulitkan transportasi

haji. Walaupun jauh dan satu tempat akan mudah mengakomodir

jemaah.

Maka pemerintah dalam hal ini pertama akan menyampaikan

catatan catatan tersebut kepada seluruh jajaran Naqabah Ammah Lis-

Sayyarat dan meminta perbaikan-perbaikan pada musim haji tahun

mendatang. Dan dapat menyediakan armada bus yang lebih baik

dengan parameter tahun produksi tidak melebihi dua tahun dan asal

pabrikan dari Eropa, karena asal pabrikan ini juga penting sebagai

jaminan keselamatan terhadap para jemaah.33

33 Wawancara dengan Sri Darfatihati, Kasi Monitoring Dan Evaluasi Transportasi Haji, Kemenag RI 11-10-2017

96

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian dan pembahasan tentang Dampak Kebijakan Penambahan

Kuota Haji Pada Pelayanan Jemaah Haji yang telah dikemukakan sebelumnya dalam

beberapa bab melalui proses penelitian dengan melakukan studi kepustakaan,

pengamatan, dan wawancara, maka dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa

kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan, sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Penambahan kuota haji berdampak positif pada daftar tunggu, karena jumlah

kuota jemaah yang tadinya 168.800 orang menjadi 221.000 orang sehingga

dapat memangkas waktu tunggu jemaah haji.

2. Pelayanan jemaah haji tahun 2017 di Tanah Air terdapat beberapa aspek

pelayanan yang mengalami perubahan antara lain pelayanan pelunasan BPIH

waktunya diperpanjang menjadi dua tahap, proses pelayanan dokumen

(paspor dan visa) dan perlengkapan haji mengalami keterlambatan, sebagian

Asrama Haji mengalami daya tampung yang kurang seperti di Aceh dan

Surabaya, namun sudah diantisipasi langkah penyelesaiannya. Demikian

pula pelayanan Transportasi Udara mengalami perpanjangan waktu yang

sebelumnya memerlukan waktu 28 hari maka bertambah menjadi 30 hari.

3. Pelayanan jemaah di Arab Saudi, diantaranya pelayanan akomodasi di

Mekkah jemaah tinggal di wilayah yang jarak terjauhnya adalah 4.398 meter

atau 4,4 km dari Masjidil Haram. Demikian pula di Madinah jemaah haji

ditempatkan di wilayah luar Markaziah yang jarak terjauhnya dari Masjid

97

Nabawi adalah 1.200 meter atau 1.2 km. Di Mina mengalami kekurangan

tenda dan toilet karena besarnya jumlah jemaah, pelayanan katering

mengalami kesulitan dalam hal distribusi dikarenakan bertambahnya jumlah

hotel dan kamar ditambah kondisi jalan yang macet ketika musim haji.

Demikian pula pelayanan transportasi haji mengalami keterlambatan baik

transportasi salawat untuk antar jemput jemaah setiap shalat lima waktu,

maupun transportasi taraddudi dari Maktab ke Arafah pada tanggal delapan

Dzulhijjah, ke Muzdalifah dan Mina, karena bertambahnya jumlah jemaah

sehingga situasi dan kondisi jalan sangat crowded.

B. Saran-saran

1. Pemerintah sebagai penyelenggara ibadah haji harus lebih meningkatkan

kembali pelayananannya, karena bertambahnya kuota harus di barengi

dengan perencanaan yang matang, anggaran yang memadai, SDM yang

mumpuni dengan tata kelola manajemen pelayanan haji yang lebih baik.

2. Pelayanan jemaah haji di Tanah Air yang meliputi pelayanan pendaftaran

dan pelunasan BPIH,, pelayanan dokumen dan perlengkapan haji, pelayanan

asrama haji, dan pelayanan transportasi haji harus benar-benar dipersiapkan

dan menyesuaikan dengan jumlah jemaah haji, baik berkaitan dengan masa

operasional haji, proses dokumen paspor dan visa, pengadaan kloter,

perlengkapan haji, persiapan petugas haji, pemberangkatan dan pemulangan

jemaah haji. Sehingga dampak yang akan timbul akan operasional

penyelenggaraan ibadah haji di Tanah Air dapat diantisipasi dan langkah

solusinya.

98

3. Pelayanan jemaah haji di Arab Saudi dalam hal ini pemerintah Indonesia

harus menyiapkan perencanaan operasional penyelenggaraan haji yang

menyeluruh karena dengan bertambahnya kuota secara otomatis akan

berdampak pada aspek pelayanan jemaah selama di Arab Saudi, antara lain :

akomodasi jemaah haji baik di Madinah maupun di Mekkah. Katering haji di

Madinah, di Mekkah dan selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Transportasi salawat dan transportasi taraddudi dari Mekkah ke Arafah,

Muzdalifah, Mina pulang pergi. Serta pelayanan ibadah yang tidak kalah

peningnya bagi jemaah haji. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama

melalui Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah harus mengevaluasi dan

memberikan catatan kepada pemerintah Arab Saudi dan pihak perusahaan

swasta yang ada di Arab Saudi terkait pelayanan yang diberikan kepada

jemaah asal Indonesia, dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pelayanan kepada para jemaah haji sebagai tamu-tamu Allah di

Tanah Suci.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Anggito Kementerian Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf, 2009)

Amin Samsul Munir , Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009.

Anshar Zakaria, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008)

Arifin Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali 1978/2003)

Bagus Lorens, Kamus Filsafat. Jakarta: (Gramedia 1996) Basyuni Muhammad M., Reformasi Manajemen Haji,( Jakarta: FDK Press

2008)

Brata Atep Adya, Bisnis dan Hukum Perdata Dagas SMK, (Bandung: Armico, 1999)

Creswell John W, qualitative Inquiri & Research Design, Printed in U.S.A, 1998

Departemen pemdidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustka, 2002)

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012)

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI, Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, Tahun 2013 M/1434 H

Dirjen PHU, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Kemenag RI, 2011)

Dirjen PHU Kemenag RI, Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, 2013

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Pedoman Penyediaan Akomodasi Jemaah Haji Indonesia di Arab Saud,i 2016

Hermino Agustinus, Kepemimpinan Pendidikan di Era Globallisasi, Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2014

Irwan. Dinamika dan perubahan Sosial pada Komunitas Lokal. (Yogyakarta:

Deepublish publisher, 2015)

Lukman Sampara, Manajemen Kualitas Pelayanan, (Jakarta : STIA LAN Pres, 2000)

Kartono Ahmad, Manajemen Haji dan Umrah, (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi)

Kementerian Agama Republik Indonesia, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, 2016

Kementerian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia, (Jakarta Ditjen PHU Kemenag RI CV. Duta Praga, 2010)

Kementrian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggara haji dan Umrah, rencana Strategis direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 2010-2014

Kemenag RI, Keputusan Dirjen PHU Tentang Pedoman Pendaftaran Haji Reguler No. 28 Tahun 2016

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 210 tahun 2016

Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Nomor D/70 Tahun 2014, Tentang Pedoman Penyedian Akomodasi Jemaah Haji Di Arab Saudi, 2014

Kriyantono Rahmat, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, 2007)

Meloeng Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)

Moenir AS, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (jakarta: Bumi Aksara, 2005)

Nasution Harun, Ensklopedia Islam Indonesia, (Jakarta. Djembatan, 1992)

Rakhmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) |

Rusdiana Ahmad, Kebijakan Pendidikan dari Filosofi ke Implementasi, BANDUNG : Pustaka Setia, 2015

Ratminto dan Winarsih Atik Septi, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

Sagala Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2009).

Saleh Chunaini, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi: Analisis Internal Kebijakan Publik Departemen Agama, (Jakarta: pustaka Alvabet, 2008).

Undang-undang No. 13 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Tahun 2008

Usman Husni dan Akbar Purnomo Setiadi, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1998)

Paper Sumber. Kiat-kiat Melestarikan Haji Mabrur (Jakarta : Kementerian Agama RI 2005)

Peraturan Pemerintah No 79, Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Tahun 2012

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI. Tahun 2010

PMA No 15, Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA INTERNET

http://www.dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20150701-022405-2836.pdf http://bayudardias.staff.ugm.ac.id/2013/10/29/tiga-jenis-ibadah-haji-reguler-

khusus-dan-non-kuota/ http://merahnews.com/2017/06/07/jarak-hotel-jemaah-haji/ bappenas.go.id/files/7313/5027/3729/03antonius__20091014125742__2250__0.p

df https://oktaseiji.wordpress.com http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-kuota/ https://haji.kemenag.go.id/v3/content/apa-itu-kuota-haji

Lampiran 1. Foto Dokumentasi

Foto bersama pak Reza Muhammad selaku Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji, Kementerian Agama RI (01-08-2017)

Foto bersama Pak Nurchalis, Kasi Pelayanan Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag RI (03-08-2017)

Foto Bersama Pak Artanto selaku Kasi Persiapan Asrama Haji Dalam Negeri Kemenag RI (03-08-2017)

Foto bersama Ibu Tati selaku Subdit Pengawasan dan Evaluasi Haji Kemenag RI

(11-10-2017)

HASIL WAWANCARA

Nama : Reza Muhammad

Jabatan : Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji, Kementerian Agama RI

Tempat : Gedung Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, lantai 03

Hari/Tanggal : Selasa, 02 Agustus 2017

Waktu : 11.03 WIB

1. Bagaimana manajemen perencanaan pelayanan pendaftaran haji pada tahun

2017 ?

Jawab : Semua mekanisme dan perencanaan pendaftaran kami semuanya mengacu

kepada SK. Dirjen No. 28 Tahun 2016 tentang pendaftaran Haji Reguler. Ada juga

Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji Reguler.

2. Apa saja pengaruh pelayanan pendaftaran haji dengan bertambahnya kuota

tahun 2017 ?

Jawab : Untuk tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya karena ada

penambahan kuota sampai 221.000 jemaah. Sebenarnya tidak ada dampak sama

sekali bagi pendaftaran karena pendaftaran melalui siskohat, Cuma dampaknya

terasa ketika di bagian pelunasan BPIH yang di lakukan di Bank, sehingga sistem

sedikit terganggu karena banyaknya transaksi.

3. Langkah apa saja yang dilakukan penyelenggara ibadah haji pada pelayanan

pendaftaran haji dengan adanya penambahan kuota tahun 2017 ?

Jawab : seperti biasa saja, Cuma sekarang dilakukan dua tahap di pelunasan BPIH

saja. Kalau yang lainnya normal seperti tahun sebelumnya.

TTD

Reza Muhammad

HASIL WAWANCARA

Nama : Sri Darfatihati

Jabatan : Kasi Monitoring Dan Evaluasi Transportasi Haji Kemenag RI

Tempat : Gedung Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, lantai 3

Hari/Tanggal : Selasa, 02 Agustus 2017

Waktu : 14.09 WIB

1. Bagaimana perencanaan pelayanan ibadah haji di bagian Transportasi Haji di

Arab Saudi ?

Jawab : pelayanan transportasi haji di Arab Saudi sudah dipersiapkan dengan

maksimal berupa adanya peremajaan Bus baik tranportasi salawat nmapun antar

kota dan sudah bekerja sama dengan perusahaan Bus yang profesional, mudah

mudahan jemaah puas akan layanan Bus nya.

2. Adakah pengaruhnya dengan bertambahnya kuota haji terhadap pelayanan

transportasi haji di Arab Saudi ?

Jawab : Dari segi kuantitas mungkin berpengaruh karena sudah pasti kita

menyesuaikan dengan jumlah jemaah, namun sepertinya ketika pelaksanaan akan

macet karena dengan jumlah kuota tahun lalu sedikit macet apalagi bertambahnya

kuota, tetapi pemerintah akan tetap mengantisipasi dan melakukan yang terbaik

untuk jemaah.

3. Langkah apa saja yang dilakukan penyekenggara ibadah haji pada pelayanan

Transportasi Haji di Arab Saudi dengan adanya penambahan kuota ?

Jawab : Tentu Saja kami akan melakukan yang terbaik salah satunya dengan

menambah armada dengan fasilitas yang bagus dengan bus dengan keluaran yang

baru dan perusahaan bisa di ajak kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam hal

Transportasi Haji.

TTD

Sri Darfatihati

HASIL WAWANCARA

Nama : Firza

Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan Akomodasi Haji, Kemenag RI

Tempat : Gedung Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, lantai 3

Hari/Tanggal : Selasa, 03 Agustus 2017

Waktu : 10.33 WIB

1. Bagaimana perencanaan Akomodasi Haji di Arab Saudi Tahun 2017 ?

Jawab : Semuanya sudah di atur dalam keputusan Dirjen PHU Nomor D/70 Tahun

2014. Namun untuk tahun ini adanya penambahan kuota jadi tentu saja pelayanan

akomodasi yang paling disoroti. Alhamdulilah semuanya sudah beres tinggal

pelaksanaan saja.

2. Apa dampak dengan bertambahnya kuota haji tahun 2017 ?

Jawab : Dampaknya pemerintah melakukan penambahan hotel dan tenda di Mina

dengan jumlah hotel sekarang 153 hotel secara keseluruhan di mekkah yang

membuat jaraknya jauh dari Masjidil Haram tetapi kita sudah siap dengan

menyediakan transportasi haji.

3. Adakah peraturan atau regulasi baru untuk mempersiapkan adanya

penambahan kuota haji ?

Jawab : Tidak ada, semua mengacu pada tahun sebelumnya.

TTD

Firza

KHMffi NTHRIAI-I AGAMA HHFUMIfi & KT$RAT JH HUH HAt Pff NYETE}IS#AE

'l'rltln I rrp;rfifldlr ltitrtln'I0 llnrat No l"'l Jrhutrt<:tlrlil i,il I t,ri i;r"i* 'rtl I lt]f,'t 1600?00. Frxtlry.fr

Wrrlrrrlo vyww llai, hcffidnaB

Nr:.ttltulI ;,llllpl)r:l tlt;tl

ll .r.i|\lr tl,rt .li1;ll?017

htlrilrl;l Yllt

IJr;k;,rtt l]";thrtltitl; lltttrt l]itkW,1ll (litt] llrrltr Kr]ttlt'lfllkil]il

t Jlivr.lt ritlilH lr;l;rrrr Nr:1;r:r i ll tlN ! liV,rt rl l {rcl;ly*tttrll;tlt JakArta

.lnhrtttit

.4ssrtl;rllttl';llitrlrtlttt !'Ut lUtr

llr:rk.t,t;t.1t1 ilr:r,rrl,rrr trrl*1h stllti$,ltnyil nlflhilSiswall saudara melakukan peneliilan di

hr:r1kilil{l;ll1 l)111'[t1rr,lt .lr,{}ih.r.1i !r*:111i1rL]rrlli'litr;larr f{a1r dan umrah, pada langgal 10 Mgi s d '10

Nervrfrrtrr.r ,rt) l/ ilr;rk.r kr'$itr :;t:r,ll1h,,1rl h*rrrtroh illahaslswa tersebut kepada sauda,a' ala*

flilll];.1

lulllt.tt:r,.tiJ lr"lltt rll i1 t"1rli"'.1r]***;"i)t, 1 llrl.rtr.llt'i11ttrl [)-tkr'".lliI'l;t r:r1l.th l-:tli:"tv.trt ;ln Jd ttt it$lr

l.I!..rtt: ;ltl 1;

[]rnttktJtl .tl;t:; llrlt l't.lll{1tiil'iri} ilrit'lii ',i(l;,lf i\Aii t*ltinA itaSth

\AJassalarnKabag Or"tala, KePegawatan dan

",$s1um,

hsan Faht'.

NIF 1 96 1 0306 i ga6o:1 oo5

N,lrt 1;l

NI}KI irt:t;t;ttt t Lilitrlr

.lurlrl K I/r l{a1r Ti+rhadap Penambahan Kuota Ha;i

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNTKASI

Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat .ll{l2,IndonesiaWebsite : www.fidkom.uinjkt.ac.id

Telp./Fax: (62-21) 7432728 / 74703580Email : fi dkom@uinjkt. ac.id

Lamp : l(satu)bundelHal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.Dr. Ahmad Kartono, M.SiDosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tembusan:1. Dekan2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

Assalamu' alaikum Wr. Wh.

Bersanra ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UfN Syarii ffiaul"1rllah Jakartasebagai berikut,

NamaNomor PokokJurusanSemesterTelp.Judul Skripsi

Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalamp,enyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 10 Mei s.d. l0November 2017.

Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu' alaikum l4tr. W.

Muhamad Fahrul FI I 13053000070Manajemen DakwahVIII (Delapan)0813t4997148Dampak Pelayanan Jamaah Haji Terhadap penambahan Kuotapada Tahun 2017.

il D^ekan Bidang Akademik

M.Ed, Ph.D110330 199803 I 0044

KEMENTERIAN AGAMAUNTVERSTTAS ISLAM NEGERT (rirN)SYARIF HIDAYATT]LLAII JAKARTA

FAKTTLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMTII{IKASIJl. k. H. JuandaNo. 95 Ciputat l54.12Indonesia Telp.ffax : (62-21) 7 432725/ 74703 580

I II-.LIII I

NomorLampiranHal

: Un. 0 l/F5/PP.00. 9i36 85 120 l7:-: Izin Penelitian Skripsi

KepadaYth,Direkorat Jenderal

Penyelenggaraan l{aji darUmrohDi

Tempat

Assalamu'alaiktm t{r. Wh.

Jakarta menerangkarbahwa :

NamaNIMSemesterJtrrusan/ProdiTelp.

: MuhmradFalrul F: 1113053000070: VIII (Delapan): Manajemen Dakwah:08131487148

Jakmt4 20 Juli 2017

Dekan Fakuitas llmu Dakwah dan Itmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

adalah benar mahasiswa Fakultas IImu Dakwah dan lLnu Komunikasi UIN SyarifHidayatnllah Jakarta yang akan melaksanakan penettiam/meucai data dalam rangkapenulisan skripsi berjudul "Dampak Pelayanan Janaah Haji Terhadap Penarnbahan KuotaHaji Tahun 2017.

Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak dapat meaerima yang bersangkuta$unhrk pelaksanaan kegiatan dimaksud.

Demikiaq atas kerjasama dan bantuannya kami uerykan terima kasih.

Wssalamu'alaihm Wr. W.

Tembusan:1. Wakil Dekan Bidang Akadernik2. KalSekprodi Manajemen Dakwah