DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADA ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADA ...
DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADA PELAYANAN JEMAAH HAJI TAHUN 2017
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Muhamad Fahrul F. (1113053000070)
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2017/1439 H
DAMPAK KEBIJAKAN PENAMBAHAN KUOTA PADAPELAYANAN JEMAAH HAJI TAHUN 2OI7
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kornurrikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:Muhamad Fahrul FahroiiNIM : 1113053000070
Di bawah Bimbingan :
Drs. H. Ahmad Kartono. M.Si
KONSENTRASI MANAJEMEN IIAJI DAN UMRAHPROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNI\TERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HTDAYATULLAH JAKARTAt439 Ht 2017 M
PENGESAHAN PANITTA UJIAN
Skripsi berjudul DAMPAK KEBIJAKAN PENAN{BAHAN KUOTA HAJI PADA
PELAYANAN JEMAAH HAJI TAHUN 2017 telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal
l3 Desember 2017 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Manajemen Dakwah Konsenstrasi Manajemen
Haji dan Umrah.
Jakarta, 13 Desember 20t7
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
,@# ^^--t,/ t JDrs. Cecep Cstrawijaya. M.ANIP: 1967 0818 1998 0310 02
Anggota
Drs
1996 0310 01
Penguji II
20320 0t
Pembimbing
Ahmad Kafiono
Sekretaris Anggota
NIP: 1966
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1.
2.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 (S-l) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber data yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UfN Syarif Hidayatullah Jakafia.
Jakarta, 13 Desember 2017
ABSTRAK
Muhamad Fahrul F, 1113053000070, Dampak Kebijakan Penambahan Kuota Pada Pelayanan Jemaah Haji Tahun 2017, di bawah bimbingan Drs. H. Ahmad Kartono, M. Si.
Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2017 mengalami peningkatan jumlah jemaah haji setelah keluar Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1438 H/2017 M sejumlah 221.000 orang, berbeda dengan tahun 2016 yang berjumlah 168.800 orang. sehingga kuota haji tahun 2017 bertambah sebanyak 52.200 orang dibandingkan jumlah kuota tahun 2016. Dalam hal ini Kementerian Agama sebagai penyelenggara ibadah haji harus mengantisipasi dengan adanya dampak penambahan kuota dengan harus terus berupaya untuk meningktakan pelayanan jemaahnya, mempersiapkan dan strategi pelayanan, Bagaimana penanganan pemberangkatan dan pemulangan haji bagi jemaah seiring adanya penambahan kuota. Kementerian Agama sebagai institusi penyelenggara ibadah haji harus melakukan terobosan khusus dan melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga lain yang terlibat dalam pelayanan jemaah haji baik di tanah air maupun di Arab Saudi sehubungan dengan besarnya jumlah jemaah haji tanpa megurangi kualitas pelayanan terhadap jemaah. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pelayanan jemaah haji di Tanah Air. 2) Mengetahui pelayanan jemaah haji di Arab Saudi. 3) Mengetahui dampak pelayanan jemaah haji akibat bertambahnya kuota. 4) menemukan langkah penyelesaian akibat bertambahnya kuota. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yaitu di mulai dengan mengumpulkan informasi-informasi sebelum dan sesudah musim haji baik dengan melakukan pengamatan, wawancara ataupun dokumentasi untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh orang banyak. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan kuota mengakibatkan dampak positif dan negatif, antara lain : Bagi daftar tunggu dapat memangkas waktu tunggu jemaah haji, pelunasan BPIH waktunya diperpanjang menjadi dua tahap, pelayanan dokumen mengalami keterlambatan dan sebagian pelayanan asrama Embarkasi Aceh dan Surabaya mengalami daya tampung yang kurang, namun demikian hal tersebut telah diantisipasi kemungkinan terjadinya dampak negatif akibat bertambahnya kuota haji.
Penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi juga mengalami dampak akibat bertambahnya kuota. Diantaranya, pelayanan akomodasi yang berada di Mina mengalami kekurangan tenda dan toilet karena besarnya jumlah jemaah. Pelayanan katering mengalami kesulitan dalam hal distribusi karena kondisi jalan yang macet. Kemudian pelayanan transportasi di Arab Saudi mengalami keterlambatan karena bertambahnya jemaah situasi dan kondisi jalan sangat crowded.
Kata Kunci : Dampak Kebijakan, Kuota Haji, Pelayanan Jemaah Haji
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, sebab atas kehendak-Nya
penyusunan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Banyak rintangan serta
hambatan yang penulis lalui, namun berkat Rahmat-Nya semua dapat dilalui dengan baik.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Karena beliaulah suri
tauladan yang baik bagi seluruh umat dan alam semesta.
Penyusunan penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari banyak peran yang
membantu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
sehingga penulis mendapatkan kemudahan dan kelancaran, baik secara moril maupun
materil. Karena tanpa bantuan-bantuan tersebut tentunya akan sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih serta
menyampaikan penghargaan kepada :
1. Dr. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wadek I, Dr. Roudhonah, MA sebagai Wadek II,
serta Dr. Suhaimi, M.Si sebagai Wadek III yang telah memberikan banyak ilmu
dalam bidang organisasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., dan Drs. Sugiharto, M.A., selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan studi di Jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen
Haji dan Umrah.
4. Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan mengenai penulisan skripsi dan rela meluangkan
waktunya demi memberikan arahan, petunjuk, serta saran yang bermanfaat bagi
penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Tim Penguji Skripsi dalam sidang Munaqasyah, sehingga penulis mendapatkan
saran serta masukan untuk perbaikan skripsi.
ii
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pengajaran serta ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
7. Bapak Abdullah (Kepala Bidang Pelayanan Katering Haji), Reza Muhammad
(Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji), Bapak Firza, (Kepala Bidang
Pelayanan Akomodasi Haji), Ibu Sri Darfatihati (Kasi Monitoring Dan Evaluasi
Transportasi Haji), Bapak Nur Alia Fitra, (Kasubdit Pendaftaran Haji), Bapak
Afandi (Staf Di Bagian Pendaftaran Haji), Bapak Nurchalis (Kasi Pelayanan
Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri) yang sudah
bersedia meluangkan waktunya dalam membantu proses penelitian dan
pencarian data sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
8. Kedua orangtua tercinta dan terkasih, Ibunda Munawarah dan Ayahanda Mamad
yang selalu dan tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan nasihat serta
motivasi kepada penulis untuk terus menjadi orang yang haus akan ilmu.
Kepada adik adik tersayang, Faturahman Fikri dan Faujan Fahmi yang
memberikan doa dan semangat kepada penulis.
9. Para Pegawai dan staf TU Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Umum yang sudah melayani dan
memberikan kebutuhan untuk menyelesaikan skripsi penulis.
10. Teman-teman Manajemen Dakwah 2013, yang mengajarkan arti kebersamaan
yang selalu memberikan semangat, mengingatkan dikala salah. Semoga
persahabatan ini tidak pernah putus.
11. Sahabat-sahabat Alang-Alang Mursyidin, sahabat Najib, Nanda, Syukron, Iqbal,
Ria dan Sri. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Nurdiansyah, Meike, Erik, Yunus, Dani
dan Aris yang menjadi partner selama bergerak. Sahabat-sahabat PMII Cabang
Ciputat yang menjadi tempat berproses dan bergerak di luar lingkungan
kampus.
12. Serta seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya, namun tentu
berperan dalam penyelesaian skripsi ini.
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan juga kesalahan, oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembacanya terutama bagi penulis sendiri. Terima
kasih.
Jakarta, 13 Desember 2017
Muhamad Fahrul Fahroji
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6
D. Metodologi Penelitian .................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dampak Kebijakan ...................................................................... 14
1. Pengertian Dampak ................................................................ 14
2. Pengertian Kebijakan ............................................................. 15
3. Fungsi Kebijakan ................................................................... 20
B. Penambahan Kuota Haji .............................................................. 20
1. Pengertian Penambahan Kuota .............................................. 20
v
2. Pengertian Kuota Haji ............................................................ 21
3. Pembagian Kuota Haji ........................................................... 21
C. Pelayanan Jamaah Haji ................................................................ 22
1. Pengertian Pelayanan ............................................................. 22
2. Pengertian Jamaah Haji .......................................................... 25
3. Macam-macam Jamaah Haji .................................................. 28
BAB III GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA
A. Sejarah Penyelenggaraan Haji dan Umrah ............................ 32
B. Visi dan Misi Ditjen PHU ...................................................... 39
C. Tugas dan Fungsi Ditjen PHU ............................................... 41
D. Struktur Organisasi Ditjen PHU ............................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Tanah Air ............... .47
1. Pelayanan Pendaftaran .................................................... 47
2. Pelayanan Dokumen dan Perlengkapan Haji ................... 52
3. Pelayanan Asrama Haji .................................................... 56
4. Pelayanan Transportasi Udara ......................................... 60
B. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Arab Saudi.............67
1. Pelayanan Akomodasi Haji .............................................. 67
2. Pelayanan Katering Haji .................................................. 77
vi
3. Pelayanan Transportasi Haji ............................................ 78
C. Dampak Pelayanan Haji Akibat Bertambahnya Kuota Haji.81
1. Pelayanan Pendaftaran ..................................................... 81
2. Pelayanan Dokumen dan Perlengkapan Haji ................... 84
3. Pelayanan Asrama Haji .................................................... 86
4. Pelayanan Transportasi Udara ......................................... 88
5. Pelayanan Akomodasi Haji .............................................. 89
6. Pelayanan Katering Haji .................................................. 91
7. Pelayanan Transportasi Darat .......................................... 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 96
B. Saran ...................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Struktur organisasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI
Tabel 2. Mekanisme Pendaftaran Haji Reguler
Tabel 3. Jadwal Penyelesaian Paspor
Tabel 4. Alur Penyelesaian Paspor
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto Dokumentasi
Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 : Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5 : Hasil Wawancara
Lampiran 6 : SK Menteri Agama tentang Penambahan Kuota
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima yang wajib dilaksanakan
oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat Istitha’ah, baik secara fisik,
finansial, maupun mental. Disamping itu, kesempatan menunaikan ibadah
haji yang semakin terbatas menjadi syarat dalam menunaikan kewajiban
ibadah haji. Sehubungan dengan hal tersebut, penyelenggaraan ibadah haji
harus didasarkan pada prinsip keadilan untuk memperoleh kesempatan yang
sama bagi setiap warga Negara Indonesia yang beragama Islam.1
Ibadah haji dilaksanakan setiap tahun di mana seluruh dunia umat Islam
datang ke Tanah Suci dan melakukan ibadah haji. Adapun bagi mereka yang
belum mampu, akan terus berusaha mengumpulkan uang mereka untuk
mendaftar menjadi calon jemaah haji. Begitupun sebaliknya bagi mereka yang
sudah mampu, maka segera mendaftarkan diri mereka dan menunggu
beberapa tahun kemudian.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 pasal 6 menyebutkan
bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah
haji,akomodasi, transportasi, pelayanan haji2
1 Anggito Abimanyu, Kementerian Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf, 2009), h..32
2 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji,( Jakarta: FDK Press 2008), h. 1
2
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional yang dilakukan
oleh pemerintah dengan tujuan memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman, tertib, lancar,
nyaman dan sesuai dengan tuntunan agama sehingga jemaah haji dapat
melaksanakan ibadah hajinya secara mandiri dan memperoleh haji mabrur.3
Salah satu faktor yang mendukung untuk memperoleh haji yang mabrur
adalah dengan adanya persiapan-persiapan yang maksimal, seperti persiapan
ilmu manasiknya dan kesehatan pribadi dan khususnya pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah.
Untuk terlaksananya penyelenggaraan ibadah haji bagi jemaah haji
indonesia yang tertib, aman, dan lancar, kementerian agama dalam hal ini
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah berkewajiban
melaksanakan tugas dari aspek pembinaan, pelayanan, dan perlindungan
kepada jemaah haji sejak mulai pendaftaran dan tercatat di Siskohat Kemenag
secara online dan real time masa tunggu (waiting list), keberangkatan dari
Tanah Air ke Arab Saudi, selama pelaksanaan ibadah di Tanah Suci, sampai
akhirnya kembali ke Tanah Air. Secara tekstual, pelayanan kepada jemaah
bertujuan untuk memenuhi kepuasan jemaah dan memberikan fokus
pelayanan kepada jemaah.4 Hal tersebut sejalan dengan Firman Allah SWT :
3 Sumber Paper. Kiat-kiat Melestarikan Haji Mabrur, (Jakarta : Kementerian Agama RI 2005) h. 2
4 https://haji.kemenag.go.id/v3/node/955358
3
Artinya :
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Q.S Al Baqarah : 197)
Dalam Al-qur’an surat At-taubah ayat 105 Allah berfirman :
Artinya :
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S At-taubah : 105)
Penyelenggaraan Ibadah haji bukanlah pekerjaan yang sederhana,
khususnya dalam hal pelayanan jemaah, mengingat jumlah jemaah haji
Indonesia yang harus di kelola adalah merupakan jemaah terbanyak di dunia.5
Apalagi pada tahun 2017 adanya penambahan kuota yang tentunya akan
memberikan dampak terhadap pelayanan jemaah haji.
5 Muhammad M. Basyuni, “Reformasi Manjemen Haji” h. 9
4
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2017 tentang penetapan kuota haji tahun 1438 H/2017 M.
Menetapkan kuota haji Indonesia tahun 1438 H/2017 M sejumlah 221.000
(dua ratus dua puluh satu ribu) orang, terdiri dari kuota haji reguler sebanyak
204.000 (dua ratus empat ribu) orang dan kuota haji khusus sebanyak 17.000
(tujuh belas ribu) orang. Adapun kuota haji reguler sabagaimana di maksud
terdiri atas kuota jemaah haji reguler 202.518 (dua ratus dua ribu lima ratus
delapan belas) orang dan kuota petugas haji daerah sebanyak 1.482 (seribu
empat ratus delapan puluh dua) orang. Sedangkan kuota haji khusus
sebagaimana dimaksud terdiri atas kuota jemaah haji khusus sebanyak 15.663
(lima belas ribu enam ratus enam puluh tiga) orang dan kuota petugas haji
khusus sebanyak 1.337 (seribu tiga ratus tiga puluh tujuh).6
Jumlah kuota haji pada tahun 2017 bertambah sebanyak 52.200 orang di
bandingkan dengan jumlah kuota haji pada tahun 2016 sebagaimana
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 210 tahun 2016, yang
menetapkan kuota haji Indonesia tahun 1437/2016 sejumlah 168.800 (seratus
enam puluh delapan ribu delapan ratus) orang yang terdiri dari kuota haji
reguler sebanyak 155.200 (seratus lima puluh lima ribu dua ratus) orang dan
kuota haji khusus sebanyak 13.600 (tiga belas ribu enam ratus) orang.7
Kondisi seperti ini pemerintah harus terus berupaya untuk
meningkatkan pelayanan jemaahnya, karena kuantitas jemaah harus di
tingkatkan pelayanannya. Oleh karena itu sebagai pelaksana Kementerian
Agama Republik Indonesia perlu meningkatkan berbabgai pelayanan, agar
6 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017, h. 3 7 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 210 tahun 2016, h. 3
5
jemaah puas dan bisa menciptakan grand image yang baik kepada jemaahnya
dapat mensosialisasikan tujuan dari terselenggaranya ibadah Haji.
Penyelenggaraan ibadah haji bukanlah pekerjaan sederhana, khususnya
dalam hal pelayanan terhadap jemaah, mengingat jumlah jemaah haji yang
harus di kelola merupakan yang terbanyak di dunia.8 Diharapkan penerapan
kebijakan dan manajemen pelayanan terhadap jemaah haji sebelum
pemberangkatan dan ketika di tanah suci dapat terlaksana dengan efektif dan
efisien sesuai dengan harapan jemaah haji khususnya dan masyarakat luas
umumnya.
Dampak dari penambahan kuota yang memang sulit untuk dihindari,
maka penyelenggara ibadah haji (Kementrian Agama Republik Indonesia),
harus mampu meminimalisir kemungkinan timbulnya permasalahan
pelayanan, bagi jemaah yang sedang melakukan ibadah haji. Sehingga
diperlukan persiapan dan startegi pelayanan. Bagaimana penanganan
pemberangkatan dan pemulangan haji bagi jemaah seiring adanya
penambahan kuota. Kementerian Agama sebagai institusi penyelenggara
ibadah haji harus melakukan terobosan khusus dan melakukan koordinasi
dengan instansi/lembaga lain yang terlibat dalam pelayanan jemaah haji baik
di tanah air maupun di Arab Saudi sehubungan dengan besarnya jumlah
jemaah haji tanpa megurangi kualitas pelayanan terhadap jemaah.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis
sangat tertarik untuk meneliti mengenai dampak pelayanan jemaah haji akibat
adanya penambahan kuota pada tahun 2017, dan kemudian penulis jadikan
8 Muhammad M. Basyuni “Reformasi Manajemen Haji”, ( Jakarta: FDK Press 2008) h 9
6
bahan sekaligus objek skripsi dengan judul “Dampak Kebijakan
Penambahan Kuota Pada Pelayanan Jemaah Haji Tahun 2017”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luas dan melebarrnya pembahasan,
maka dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi masalah yang
akan dibahas hanya pada pengaruh pelayanan jemaah haji akibat
adanya penambahan kuota.
2. Perumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini
sebagai berikut ::
1. Bagaimana mekanisme pelayanan jemaah haji di Tanah Air ?
2. Bagaimana mekanisme pelayanan jemaah haji di Arab Saudi ?
3. Apa saja dampak pelayanan jemaah haji akibat bertambahnya
kuota haji ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan
penulisan ini secara umum adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui mekanisme pelayanan jemaah haji di Tanah Air.
b. Untuk mengetahui pelayanan jemaah haji di Arab Saudi.
c. Untuk mengetahui dampak pelayanan jemaah haji akibat
bertambahnya kuota haji.
2. Manfaat Penelitian
7
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh manfaat antara
lain sebagai berikut :
a. Ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah di bidang penyelnggaraan haji, khususnya
Pelayanan Haji.
b. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik
dan dapat menambah wawasan khasanah keilmuan bagi para
pembaca khususnya mahasiswa manajemen dakwah konsentrasi
manajemen haji dan umrah, serta dapat berguna bagi banyak pihak
terutama sebagai tambahan refrensi atau perbandingan bagi studi-
studi yang akan datang.
c. Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru
dan memberikan motivasi bagi para praktisi yang konkret terhadap
perkembangan ilmu Pelayanan haji.
D. Metodelogi Penelitian
1. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Metode kualitatif adalah dengan mengamati kasus dari
berbagai sumber data yang digunakan untuk meneliti, menguraikan
dan menjelaskan secara komprehensif, berbagai aspek individu,
kelompok suatu program, organisasi atau pristiwa secara sistematis.
Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam
8
instrument pengumuman data.Karena itu, penulis menggunakan
wawancara, observasi, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-bukti
fisik.9 Dengan menggunakan analisis deskriptif dimana peneliti
berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi
tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.10
Pendekatan Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku
yang dapat diamati. Kark dan Miller memberikan pengertian penelitian
Kualitatif sebagai tradisi penelitian yang tergantung pada pengamatan
sesuai dengan orang-orang disekitar objek penelitian dalam bahasa dan
peristilahan sendiri.11
Berdasarkan beberapa definisi diatas, penelitian melakukan
penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang didapat dan
berdasarkan hasil dari penelitian dilapangan, kemudian diolah dan
dikaji agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan.12
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah Kantor
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji Kementerian Agama
RI, sedangkan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah Dampak
9 Rahmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, 2007), cet ke-2 h. 102 10 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005) h.22 11Lexy J. Meloeng, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), edisi revisi cet. Ke-26, h 3 12 Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali 1978/2003) h. 92
9
Kebijakan Penambahan Kuota Pada Pelayanan Jemaah Haji Tahun
2017.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kementrian Agama RI, yang terletak di
Jalan Lapangan Banteng Barat No. 3-4, Jakarta Pusat 10710. Adapun
waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan
Oktober 2017.
4. Teknik pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan jenis penilitian di
antaranya, yaitu field resaerch (penelitian lapangan), dan
menggunakan penelitian case study (studi kasus) di antaranya multiple
sourches, document, recording, observation dan File dokumen.13
Selain itu, peneliti juga menggunakan data skunder melalui buku,
skripsi, jurnal, majalah, dokumen pemerintah, media elektronik dan
surat kabar. Untuk pengambilan data penelitian digunakan metode
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan subjek dan objek yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang akan diteliti,14 baik secara
langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya.
Instrumen yang dipakai dapat berupa lembaran pengamatan, panduan
13 John W Creswell, Qualitative Inquiri & Research Design, Printed in U.S.A, 1998 h. 65 14 Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 1998), cet. ke-2, h. 54.
10
pengamatan, dan lainnya.15 Dalam hal ini peneliti observasi langsung
ke kantor bagian haji kemeterian Agama RI untuk mengetahui
bagaimana dampak pelayanan jemaah haji.
b. Wawancara
Wawancara yaitu percakapan antara peneliti atau seseorang yang
berharap mendapat informasi dari informan (seseorang yang
diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya).16 Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung
kepada staf bagian Haji, divisi pelayanan di kementerian Agama, untuk
memperoleh data-data yang mendukung untuk penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan,
buku naskah, tesk materi, dokumen ataupun arsip-arsip, yang terkait
dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya
penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan memperlajari
bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari
informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data.
Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian
dasar.Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti
15 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-6, h. 51.
16 Rahmat Kriyantono, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Pranada Group, 2007)cet. ke-2, h.116
11
yang signifikan tehadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.17
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian
yang menggambarkan realitas yang dikaji, penulis menelaah dan
mengamati obyek penelitian kemudian mendeskripsikan mengenai
data yang terkumpul dan kemudian menggambarkan obyek penelitian
sesuai dengan kenyataan yang ada.
6. Teknik penulisan skripsi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”
terbitan CEQDA (center For Quality Developpment and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka diperpustakaan utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Maka tidak ditemukan judul atau tema yang sama
dengan penelitian (skripsi) ini. Namun berdasarkan hasil penelusuran
peneliti ada beberapa skripsi yang hampir sama dengan judul, yaitu sebagi
berikut:
a. Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji Tahun 2014 oleh Rahmawati.
(1111053100017), Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Skripsi ini terfokus kepada Manajemen Pelayanan PPIH
17 Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993) cet ke-10 h.103
12
pada embarkasi jakarta, meskipun sama-sama bidang pelayanan tetapi
berbeda dengan yang penulis kaji yang kaitannya dengan dampak
pelayanan terhadap penambahan kuota Haji.
b. Respon Jemaah Haji Terhadap Pelayanan KBIH An-namiroh
Tangerang Tahun 2014 oleh Fuad Hilmi, (1111053100027), Mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang garis besarnya
berisi, bahwa baik subyek maupun obyek memang berbeda. Di mana
dalam skripsi ini membahas respon jemaah terhadap pelayanan KBIH.
Tentu saja penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan
peneliti lakukan .karena peneliti akan melakukan penelitian mengenai
kebijakan pemerintah dalam penambahan kuota haji terhadap kualitas
pelayanan jemaah haji.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri lima bab, adapun pembahasannya secara rinci
adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, Tinjauan Pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis tentang pengertian dampak kebijakan kuota haji
meliputi pengertian dampak, kebijkan dan kuota, pengertian
pelayanan dan jemaah haji.
BAB III Gambaran umum Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan
Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia terdiri dari
Sejarah penyelenggara haji dan umrah, penyelnggara haji pasca
13
kemerdekaan, penyelenggara haji masa orde baru,
penyelenggaraan haji pasca reformasi, visi misi ditjen PHU, tugas
dan fungsi ditjen PHU dan struktur organisasi Ditjen PHU.
BAB IV Analisis dampak kebijakan penambahan kuota terhadap pelayanan
jemaah haji tahun 2017. Pada bab ini maka penulis berkonsentrasi
pada dampak kebijakan penambahan kuota terhadap pelayanan
jemaah haji tahun 2017 serta mekanisme dan langkah
penyelesaian pelayanan jemaah haji di Tanah Air maupun di Arab
Saudi tahun 2017.
BAB V Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
menjadi penutup dari bahasan skripsi ini.
14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dampak Kebijakan
1. Pengertian Dampak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat. Pengertian
yang lain adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik
positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu
(orang, benda) yang ikut membentu watak, kepercayaan dan perbuatan
orang. Pengaruh adalah sesuatu keadaan dimana ada hubungan timbal
balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi.1
Menurut Oto Soemarnoto, dampak adalah pengaruh suatu kegiatan.
Sedangkan pengertian dampak menrut Hari Sabari adalah sesuatu yang
muncul setelah adanya suatu kejadian. Pengertian dampak secara
sederhana bisa di artikan sebagai pengaruh atau akibat, dalam setiap
keputusan yang diambil biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik
itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga bisa
merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan dan pengawasan
internal.2
Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai akibat atau
pengaruh ketika akan mengambil suatu keputusan, yang bersifat timbal
balik antara satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan itu, dampak
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online 2014 2 https://www.Carcpedia,net
15
merupakan keadaan di mana ada hubungan timbal balik antara satu
dengan yang lain akibat dari pada apa yang dipengaruhi dan apa yang
mempengaruhi.3
Jadi, dampak merupakan penagaruh yang menyebabkan perubahan
pada individu, kelompok maupun masyarakat yang dilakukan oleh
suatu kegiatan atau program dengan mengakibatkan positif maupun
negatif.
Dalam hal ini penulis menggunakan indikator dampak sebagai
prinsip dasar dampak pelayanan jemaah haji terhadap adanya
penambahan kuota haji untuk melakukan penelitian ini.
2. Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah terjemahan dari kata “wisdom” yaitu suatu
ketentuan dari pimpinan yang berbeda dengan aturan yang ada, yang
di kenakan pada seeorang atau kelompok orang tersebut tidak dapat
dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain
ia dapat perkecualian. Artinya wisdom atau kebijakan adalah suatu
kearifan pimpinan kepada bawahan atau masyarakatnya. Pimpinan
yang arif sebagai pihak yang menentukan kebijakan, dapat saja
pengecualian aturan yang baku kepada seseorang atau sekelompok
orang, jika mereka tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan
yang umum tadi, dengan kata lain dapat dikecualian tetapi tidak
melanggar aturan.
3 Irwan. Dinamika dan perubahan Sosial pada Komunitas Lokal. (Yogyakarta : Deepublish Publisher, 2015) h. 35
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) mengemukakan bahwa
kebijakan adalah kepandaian , kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak oleh
pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam mencapai sasaran.4
Istilah kebijakan yang dimaksud dalam buku ini disepadankan
dengan kata policy yang dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom)
maupun kebajikan (virtues). Budi Winarno dan Sholichin Abdul
Wahab sepakat bahwa istilah ‘kebijakan’ ini penggunaannya sering
dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals),
program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, standar,
proposal dan grand design. Bagi para policy makers (pembuat
kebijakan) dan orang-orang yang menggeluti kebijakan, penggunaan
istilah-istilah tersebut tidak menimbulkan masalah, tetapi bagi orang di
luar struktur pengambilan kebijakan tersebut mungkin akan
membingungkan. Seorang penulis mengatakan, bahwa kebijakan
adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan
pengambilan keputusan. Berikut Pengertian kebijakan menurut
bebepara ahli :
a. Menurut Ealau dan Kenneth Prewitt kebijakan adalah sebuah
ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten
4 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2009) h. 97
17
dan berulang, baik oleh yang membuatnya maupun oleh mereka
yang mentaatinya (a standing decision characterized by behavioral
consistency and repetitiveness on the part of both those who make
it and those who abide it).
b. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan definisi kebijakan
sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini bisa amat
sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau
sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif
atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya
yang seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu
program, mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.
c. Richard Rose (1969) sebagai seorang pakar ilmu politik
menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dimengerti sebagai
serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta
konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan
daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan menurutnya
dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu
keputusan untuk melakukan sesuatu.5
d. Koontz dan O’Donnell (1987) mengemukakan bahwa kebijakan
adalah pernyataan atau pemahaman umum yang mempedomani
pemikiran dalam mengambil keputusan.
e. Anderson (1979) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan
bagian dari perencanaan yang mempersiapkan seperangkat
5 Agustinus Hermino, Kepemimpinan Pendidikan di Era Globallisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), h. 246-247
18
keputusan baik yang berhubungan dengan dana, tenaga, maupun
waktu untuk mencapai tujuan.6
f. Campbell mengemukakan kebijakan adalah batasan keputusan
memandu masa depan. Implikasi kebijakan menurut Mann (1975)
mempersyarat dua hal. Pertama, sekelompok persoalan dengan
dengan karakteristik tertentu. Kedua, implikasi dari karakteristik
pembuatan kebijakan sebagai suatu proses. Jika di lihat dari sudut
pembangunan pendidikan maka implikasi kebijakan pendidikan
nasional adalah upaya peningkatan taraf dan mutu kehidupan
bangsa dalam mengembangkan kebudayaan nasional, karenanya
dalam pengambilan kebijakan selalu di temukan problem. Adapun
karakteristik problem tersebut pada dasarnya adalah bersifat
publik, sangat konsekuensial, sangat kompleks, di dominasi
ketidakpastian, dan mencermiinkan ketidaksepakatan tentang
tujuan yang dicapainya.
g. Rich (1974) mengemukakan bahwa kebijakan tidak hanya
mengatur sistem operasi secara internal, tetapi juga menyajikan
pengaturan yang berhubungan dengan fungsi secara definitif di
antara sistem.
h. poerwadarminta (1984) kebijakan berasal dari kata bijak, yang
artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Dengan
demikian, kebijakan adalah kepandaian atau kemahiran.
6 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontempore, h. 97
19
i. Dalam bahasa Arab, dikenal dengan kata arif yang artinya
tahu/mengetahui; cerdik/pandai/berilmu. Dengan demikian,
seorang yang bijak adalah yang arif, pandai, dan berilmu dalam
bidangnya.
Kebijakan adalah rangkaian konsep asas yang menjadi garis dasar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak oleh pemerintah, organisasi, dan sebagainya sebagai
pernyataan cita-cita tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman
untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.7
Dengan demikian dari berbagai pendapat tersebut dapat di
simpulkan bahwa kebijakan (wisdom) adalah kepandaian, kemahiran
kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi
garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan di
dasarkan atas suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dari aturan
yang ada, yang di kenakan pada seseorang karena adanya alasan yang
dapat di terima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku
karena sesuatu alasan yang kuat.8
Menurut Anderson (1984), semua bentuk manfaat dan biaya
kebijakan , baik yang langsung maupun yang akan datang, harus
diukur dalam bentuk efek simbolis atau efek nyata.9 Dengan demikian
maka dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dampak kebijakan
7 Ahmad Rusdiana, Kebijakan Pendidikan “ dari Filosofi ke Implementasi, (Bandung : Pustaka Setia), 2015 h. 32
8 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, h 98 9 bappenas.go.id/files/7313/5027/3729/03antonius__20091014125742__2250__0.pdf
20
adalah keseluruhan efek yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dalam
kondisi kehidupan nyata.
3. Fungsi Kebijakan
Kebijakan merupakan pedoman untuk menentukan atau
melaksanakan program dan kegiatan, adapun fungsi dari kebijakan itu
sendiri yaitu :
a. Memberikan petunjuk, rambu dan signal penting dalam menyusun
program kegiatan.
b. Memberikan informasi mengenai bagaimana srategi akan di
laksanakan.
c. Memberikan arahan kepada pelaksana.
d. Untuk kelancaran dan keterpaduan upaya mencapai visi misi
sasaran dan tujuan.
e. Menyelenggarakan pengelolaan urusan tata usaha.10
B. Penambahan Kuota
1. Pengertian Kuota
Kuota berasal dari bahasa latin quota, suatu pembatasan atau
penjatahan terhadap keluar masuknya barang kedalam suatu negara
atau pasaran internasional dalam periode tertentu. Dari sudut ekonomi,
suatu kuota ditetapkan untuk menentukan jumlah barang yang
memperoleh izin dalam perdaganagn ekspor dan impor. Tujuannya
adalah untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan dalam
negerinya. Pengertian kuota dapat pula dipakai untuk pembatasan
10https://oktaseiji.wordpress.com
21
jumlah keluar masuknya orang dari dan untuk suatu negara, misalnya
kuota haji.11
2. Kuota Haji
kuota haji adalah jumlah jemaah haji untuk masing-masing negara
yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi berdasarkan hasil
keputusan KTT OKI 1987. Pada tahun 1987 konfrensi tingkat tinggi
OKI di Amman Yordania memutuskan bahwa jemaah haji untuk
masing-masing negara ditetapkan secara seragam sebesar satu per mil
dari jumlah penduduk yang yang beragama Islam di suatu negara.12
3. Pembagian Kuota Haji
Kuota haji Indonesia mengacu kepada keputusan KKT OKI tahun
1987 di Amman, Yordania yang merumuskan 1/1000 (satu perseribu)
dari jumlah penduduk Muslim suatu negara diberikan 1 kuota, yang
jumlah setiap tahunnya ditetatapkan oleh pemerintah kerajaan Arab
Saudi dan dituangkan dalam MoU antara pemerintah Indonesia dengan
pemerintah Arab Saudi tentang persiapan penyelenggaraan ibadah haji
tahun berjalan.
Kuota haji reguler dibagi habis untuk seluruh provinsi secara
proporsional. Menggunakan rumus 1 per-mil dari penduduk Muslim
masig-masing provinsi. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2008 junto Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 pasal 28
ayat (2) menyebutkan Gubernur dapat menetapkan kuota provinsi ke
dalam kuota Kabupaten/kota.
11 http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-kuota/ 12 https://haji.kemenag.go.id/v3/content/apa-itu-kuota-haji
22
Kuota haji khsusus dimanfaatkan oleh jemaah haji yang ingin
mendapatkan pelayanan khusus yang ditawarkan oleh penyelenggara
Ibadah Haji Khusus yang telah diberi izin oleh Menteri Agama.13
Dari penjelasan diatas maka dapat dikemukakan bahwa
penambahan kuota haji adalah jumlah kuota haji yang sebelumnya
berjumlah 211.000 menjadi 221.000 bertamabah 10.000 yang
diberikan oleh Kerajaan Arab Saudi selaku negara-negara yang
tergabung dalam OKI.
C. Pelayanan Jemaah Haji
1. Pengertian pelayanan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pelayanan diartikan sebagai
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau
jasa.14
Pelayanan haji yang dikelola oleh pemerintah melalui Kementerian
Agama Republik Indonesia dalam hal ini Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah dan di atur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan
ibadah haji.15 Yakni pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan dengan menyediakan layanan keamanan
dan hal-hal yang diperlukan oleh jemaah haji.
13 Dirjen PHU, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (kemenag RI, 2011). h. 5 14 Departemen pemdidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), edisi ke 3, cet ke 2 h. 446 15 Undang-undang No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji, h. 3
23
Menurut kolter dalam sampara lukman16 bahwa pelayanan adalah
setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan dan menawarkan kepuasan khususnya meskipun hasilnya
tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Kemudian sampara berpendapat bahwa pelayanan adalah suatu
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antar seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan
pelanggan.
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivtas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai
akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal
lain yang disediakan oleh perusahaan pemeberi layanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau
pelanggan.17
Para ahli mengungkapkan tentang pengertian pelayanan yang
berbeda-beda, diantaranya yaitu :
a. Menurut Atep Adya Brata, pelyanan adalah segala usaha
penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para
calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya
transaksi18
16 Sampara Lukman, Manajemen Kualitas Pelayanan, (Jakarta : STIA LAN Pres, 2000), h. 8
17 Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 2
18 Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata Dagas SMK, (Bandung: Armico, 1999), h. 93
24
b. Menurut Fandy Tjipotono, pelayanan adalah bentuk penyajian,
tindakan dan informasi yang diberikan untuk meningkatkan
kemampuan pelanggan atau pengguna jasa dalam mewujudkan
nilai potensial yang terdukung dalam produk atau jasa inti yang
dibeli pelanggan atau pengguna.
c. Menurut AS. Moenir, pelayanan sebagai proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan
tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing
memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapatkan
kepuasan.19
Dari beberapa pendapat tersebut penulis mengemukakan bahwa
pelayanan adalah sebuah kegiatan atau interaksi yang dilakukan
seseorang untuk membantu orang lain atau para calon jemaah haji
untuk mencapai tujuan dan memberikan kepuasan pelayanan terhadap
calon jemaah haji tanpa mengaharap imbalan, akan tetapi mengharap
ridhonya.
Dengan adanya pelayanan tersebut, maka dapat memudahkan
orang lain khususnya para calon jemaah untuk menunaikan ibadah
haji. Pelayanan yang baik akan menghasilkan respon yang baik. Maka
dari itu, pelayanan tentunya akan memberi dampak yang sangat besar
khususnya bagi calon jemaah haji. Karena tanpa pelayanan yang baik
maka suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik.
19 Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) h. 15
25
Dalam konteks penyelenggaraan dan pelaksanaan ibadah haji
sebagai satu bentuk pelayanan yang selalu mengundang banyak
perhatian dari berbagai pihak, Kementerian Agama sebagai
penyelenggara formal ibadah haji, menjadi sasaran kritik yang
berkembang di masyarakat. Dan kritik yang sering muncul adalah
masalah profesionalime pelaksanaan ibadah haji, efesiensi,
akuntabilitas dan tentunya tingkat kepuasan dan kenyamanan para
jemaah haji, maka diharuskan adanya pelayanan yang profesional
dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut.20
2. Ruang Lingkup Pelayanan
Adapun ruang lingkup pelayanan haji sebagaimana telah di atur
oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Kementerian Agama Republik Indonesia, meliputi :
a. Pendaftaran Haji dan Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji (BPIH)
b. Dokumen dan Perlengkapan Haji
c. Akomodasi dan Katering Haji
d. Transportasi dan perlindungan jemaah Haji
e. Pembinaan Petugas Haji, KBIH, PIHK, PPIU.21
4. Pengertian Jemaah Haji
a. Pengertian Jemaah
20 Chunaini Saleh, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi: Analisis Internal Kebijakan Publik Departemen Agama, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2008) h 25
21 Ahmad Kartono, Manajemen Haji dan Umrah, (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi) h. 120
26
Jemaah adalah kata bahasa Arab yang artinya “kelompok” atau
“bersama-sama ungkapan shalat berjemaah berarti shalat yang
dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang imam.
Jemaah berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap,
pendirian keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam
mengajarkan Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan,
yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim,
yang berpegang pada norma-norma Islam, menegakan prisnsip
”ta’awun” (tolong menolong) dan kerja sama untuk tegaknya
kekuatan bersama demi tercapainya tujuan yang sama.22
b. Pengertian Haji
Definisi Haji dalam ensklopedia Islam, haji berarti menyengaja
atau menuju dan mengunjungi.23 Diambil dari etimologi bahasa
Arab dimana kata haji mempunyai arti qashad, yakni tujuan,
maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’ haji ialah sengaja
mengunjungi Ka.bah untuk melaksanakan serangkaian amal ibadah
sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib
dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat
istita’ah, baik secara finansial, fisik, maupun mental. Negara
bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana
yang diamanatkan dalam Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa
22 Harun Nasution, Ensklopedia Islam Indonesia, (Jakarta. Djembatan, 1992), h. 486 23 Kementerian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia,
(Jakarta Ditjen PHU Kemenag RI CV. Duta Praga, 2010), h. 87
27
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannnya itu.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk beragama Islam terbesar di dunia, melakukan
penyelenggaraan ibadah haji setiap tahunnya. Saat ini dasar dan
payung hukum pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji
berdasarkan pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.24
Dari penjelaan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
jemaah haji adalah sekelompok orang atau warga negara yang
beragama Islam dan telah mendaftarkan diri sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dan menyengaja untuk menunaikan
ibadah haji ke baitullah di antaranya ihram, wukuf, thawaf, sa’i
tahallul dengan niat untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
5. Macam-macam Haji
a. Haji Reguler
Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler diselenggarakan mulai
tahap perencanan, pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan.
Tahapan penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler dimulai dari tahap
perencanaan dan penetapan kuota sampai dengan pemulangan
kembali ke tanah air dan pembinaan setelah Ibadah Haji.
24 http://www.dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20150701-022405-2836.pdf
28
Haji regular biayanya paling murah dan waktu di Arabnya
paling lama, disamping tentu saja waktu tunggunya paling lama.
Haji regular dikelola pemerintah sejak tahun 1971 dan kemudian
dimasukkan dalam system antrian haji yang disebut Siskohat.
Kuota Jemaah haji regular dihitung berdasarkan jumlah
penduduk muslim per Kabupaten/Kota yang didapatkan dari
pembagia kuota nasional. Jadi antrian untuk satu kabupaten
berbeda dengan kabupaten lainnya. Sebagai contoh, jika ada dua
jemaah haji yang mendaftar dari Kabupaten Magelang dan Kota
Magelang dalam waktu yang sama dan mendapatkan nomor porsi,
bisa saja estimasi berangkat berbeda tahun, tergantung antrian dan
kuota di kabupaten/kota yang bersangkutan. Karena kuotanya per
kabupaten, Jemaah haji hanya dapat mendaftar di kabupaten
berdasarkan domisili di Kartu Tanda Penduduk.
Haji reguler merupakan haji paling murah, seiring dengan
tuntutan peningkatan pelayanan haji. Karena meningkatnya
kemampuan ekonomi, jemaah haji menuntut perbaikan layanan
misalnya terkait dengan akomodasi, menu makan, transportasi dan
pelayanan lainnya. Sebelum berangkat ke tanah suci, Jemaah haji
reguler mendaptkan bimbingan manasik dari Kemenag di
Kabupaten/Kota. Seringkali persiapannya memakan waktu tidak
sedikit dan bisa menciptakan keakraban diantara Jemaah haji.
Silaturahmi ini terus terjaga sepulang dari berhaji. Setelah latihan
manasik, Jemaah haji dikarantina di asrama haji yang didirikan
29
pemerintah selama beberapa hari/minggu. Karantina diperlukan
mengingat tidak sedikit dari jemaah yang tidak faham peraturan
sehingga masih membawa barang-barang yang dilarang di
penerbangan.
Di tanah suci, Jemaah haji reguler bisa menghabiskan waktu
antara 30-40 hari. Hampir semua Jemaah haji reguler memiliki
kesempatan untuk melakukan Sholat Arbain (40 kali sholat fardhu)
selama 8 hari di Masjid Nabawi. Setelah tiba di bandara Jeddah,
jika masih lama dari waktu haji, Jemaah reguler akan pergi dulu ke
Madinah dan baru kemudian ke Mekkah. Jika datang menjelang
puncak haji, akan langsung ke Mekkah dulu baru kemudian ke
Madinah. Jemaah haji reguler harus pandai-pandai menjaga
stamina agar pada saat ibadah haji kondisi fisik Jemaah prima.
Jemaah haji reguler cocok untuk mereka yang memiliki dana
terbatas, tetapi ingin lebih lama di tanah suci. Kelompok ini juga
mendapatkan dukungan pemerintah yang kuat di Indonesia dan di
tanah suci karena banyaknya peserta haji Indonesia telah berusia
lanjut dan tidak terbiasa bepergian keluar negeri.25
b. Haji Khusus
Haji khusus merupakan tuntutan perbaikan pelayanan yang
tidak lagi merasa puas dengan pelayanan haji reguler. Hukum unik
di dalam perjalanan haji, jika di wisata lain anda membayar lebih
mahal untuk berlibur untuk waktu yang lebih lama, di ibadah haji,
25 http://bayudardias.staff.ugm.ac.id/2013/10/29/tiga-jenis-ibadah-haji-reguler-khusus-dan-non-kuota/
30
anda membayar mahal untuk waktu yang lebih singkat. Semakin
singkat, semakin mahal. Paket haji khusus untuk 21 hari lebih
murah dibandingkan dengan 14 hari (puncak ibadah haji hanya 5
hari).
Dalam peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji, bahwa ibadah haji khusus adalah
penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan oleh PIHK dengan
pengelolaan, pembiayaan dan pelayanan yang bersifat khusus.26
PIHK wajib memberikan pelayanan, pertama pelayanan bimbingan
manasik dan perjalanan haji kepada jemaah haji khusus sebelum
keberangkatan, selama dalam perjalanan dan selama di Arab Saudi
yang berpedoman pada buku bimbingan manasik dan perjalanan
haji yang diterbitkan oleh Kementerian Agama. Kedua pelayanan
dokumen dan dan identitas haji yang diberikan kepada jemaah haji
khusus berupa visa haji, DAPIH, Stiker barcode, gelang identitas
dan kartu tanda pengenal. Ketiga pelayanan transportasi bagi
jemaah haji khusus dengan memperhatikan aspek keamanan,
keselematan dan kenyamanan. Keempat pelayanan akomodasi dan
konsumsi yang diberikan di Jeddah, Makkah, Madinah dan Arafah
Mina. Kelima pelayanan kesehatan bagi jemaah haji khusus seperti
pemberian bimbingan kesehatan dan vaksinasi yang diwajibkan
oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
26 Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji, h. 3
31
Pendaftaran haji khusus juga tidak dilakukan di Kantor
Kemenag tetapi di Kanwil Kemenag Propinsi atau Kantor Ditjen
penyelenggaraan Haji dan Umrah. Dana awal haji kemudian
disetorkan ke rekening pemerintah untuk mendapatkan nomor porsi
melalui Siskohat.27
27 PMA No 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
32
BAB III
GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
A. Sejerah Penyelenggaraam Haji dan Umrah
Kapan umat Islam di Indonesia mulai menunaikan ibadah haji tidak
diketahui secara pasti, tapi menurut literatur sejarah telah dimulai sejak
Islam masuk ke Indonesia pada sekitar abad 12 M, yang dilaksanakan
secara perorangan dan kelompok dalam jumlah yang kecil serta belum
dilaksanakan secara massal. Sejak berdirinya kerajaan Islam di Indonesia
perjalanan haji mulai dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya dan
semakin meningkat jumlahnya setelah berdirinya kerjaan Pasai di
Aceh pada tahun 1292.1
Pada masa penjajahan Belanda, penyelenggaraan ibadah haji
dilakukan untuk menarik hati rakyat sehingga mengesankan bahwa
Pemerintah Hindia Belanda tidak menghalangi umat Islam melaksanakan
ibadah haji meskipun dengan keterbatasan fasilitas. Dimana
pengangkutan haji dilakukan dengan menggunakan kapal dagang yang
biasa digunakan untuk mengangkut barang dagangan ataupun ternak.
Faktor yang dominan dalam masalah perjalanan haji pada masa
penjajahan ini, yaitu keamanan di perjalanan dan fasilitas angkutan
1 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 8
33
Jemaah haji masih sangat minim.2
1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan
Pada tahun 1948, Pemerintah Indonesia mengirimkan misi haji untuk
bertemu Raja Arab Saudi. Misi tersebut mendapatkan sambutan hangat
dari Raja Ibnu Saud. Misi haji juga bertujuan menjelaskan kepada dunia
Islam perihal politik Indonesia yang tengah melarang umat Islam
Indonesia melaksanakan ibadah haji sekaligus meminta dukungan
terhadap perjuangan muslim menentang kembalinya penjajahan.
Di samping itu, sejumlah usaha perbaikan manajemen pelaksanaan
ibadah haji juga dilakukan pemerintah. Antara lain dengan membentuk
satu badan khusus untuk urusan haji yang disebut Penyelenggara Haji
Indonesia (PHI). PHI berada di setiap karesidenan, karena saat itu
karesidenan merupakan pemerintahan daerah yang mengatur, mengolah
dan menangani segala urusan administratif masyarakat termasuk di
dalamnya memudahkan semua urusan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan ibadah haji.3
Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan Kongres Muslimin Indonesia
(BKMI) mendirikan sebuah yayasan khusus menangani kegiatan
penyelenggaraan haji, yaitu Panitia Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia
(PPPHI) yang di ketuai KH. M. Sudjak. Kedudukan PPPHI diperkuat
dengan dikeluarkannya Surat Kementerian Agama Republik Indonesia
Serikat (RIS) Nomor 3170 tanggal 6 Pebruari 1950, disusul dengan Surat
Edaran Menteri Agama RIS Nomor A.III/I/648 tanggal 9 Pebruari 1950
2 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa,, h. 9 3 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Pres, 2008), h. 52
34
yang menunjuk PPPHI sebagai satu-satunya wadah yang sah di samping
pemerintah untuk mengurus dan menyelenggarakan haji Indonesia. Sejak
saat itulah penyelenggaraan haji ditangani oleh pemerintah, dibantu oleh
instansi lain seperti Pamongpraja. Tahun itu merupakan tahun
pertama rombongan haji Indonesia yang diikuti dan dipimpin oleh
Majelis Pimpinan Haji bersama dengan Rombongan Kesehatan Indonesia
(RKI).
Dengan dibentuknya Kementerian Agama sebagai salah satu unsur
kabinet pemerintah setelah masa kemerdekaan, maka seluruh beban
penyelenggaraan ibadah haji ditanggung pemerintah dan segala kebijakan
tentang pelaksanaan ibadah haji semakin terkendali. Dengan semakin
membaiknya tatanan kenegaraan Indonesia, pada tahun 1964 pemerintah
mengambil alih kewenangan penyelenggaraan ibadah haji dengan
membubarkan PPPHI yang kemudian diserahkan kepada Direktorat
Jenderal Urusan Haji (DUHA).4
2. Penyelenggaraan Haji Masa Orde Baru
Tugas awal penguasa Orde Baru sebagai pucuk pimpinan negara
pada tahun 1966 adalah membenahi sistem kenegaraan. Pembenahan
sistem pemerintahan tersebut berpengaruh pula terhadap PIH
dengan dibentuknya Departemen Agama yang merubah struktur dan
tata kerja organisasi Menteri Urusan Haji dan mengalihkan tugas PIH
dibawah wewenang Dirjen Urusan Haji, termasuk penetapan biaya,
sistem manajemen dan bentuk organisasi yang kemudian ditetapkan
4 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 5
35
dalam Keputusan Dirjen Urusan Haji Nomor 105 tahun 1966. Pada
tahun 1967 melalui keputusan Menteri Agama Nomor 92 tahun 1967,
penetapan besarnya biaya haji ditentukan oleh Menteri Agama.
Pada tahun 1968, keputusan tentang besarnya biaya haji kembali
ditetapkan oleh Dirjen Urusan Haji dengan keputusan Nomor 111
tahun 1968. Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah bertanggung
jawab secara penuh dalam PIH mulai dari penentuan biaya haji,
pelaksanaan ibadah haji serta hubungan antara dua negara yang mulai
dilaksanakan pada tahun 1970. Pada tahun tersebut biaya perjalanan
haji ditetapkan oleh Presiden melalui Keputusan Presiden Nomor 11
tahun 1970. Dalam tahun-tahun berikutnya PIH tidak banyak
mengalami perubahan-perubahan kebijakan dan keputusan tentang
biaya perjalanan haji ditetapkan melalui Keputusan Presiden.5
Pada tahun 1976, ditandai dengan adanya perubahan tata kerja dan
struktur organisasi PIH yang dilakukan oleh Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji (BIUH). Sebagai panitia pusat, Dirjen BIUH
melaksanakan koordinasi ke tiap-tiap daerah tingkat I dan II di seluruh
Indonesia. Dalam hal ini sistem koordinasi dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan oleh Dirjen BIUH. Beberapa panitia
penyelenggara didaerah juga menjalin koordinasi dengan Badan
Koordinator Urusan Haji (BAKUH) ABRI, hal ini dikarenakan
BAKUH ABRI memiliki lembaga tersendiri untuk pelaksaan
5 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, h. 5.
36
operasional PIH.
Setelah tahun 1976, seluruh pelaksanaan operasional perjalanan
ibadah haji dilaksanakan oleh Dirjen BIUH. Pada tahun 1985,
pemerintah kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam PIH,
dimana pihak-pihak swasta tersebut mempunyai kewajiban langsung
kepada pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, lingkungan
bisnis modern mengubah orientasi pihak-pihak swasta tersebut dengan
menyeimbangkan antara orientasi pelayanan dan orientasi keuntungan
yang selanjutnya dikenal dengan istilah PIH Plus. Pada tahun 1987
pemerintah mengeluarkan keputusan tentang PIH dan Umrah Nomor
22 tahun 1987 yang selanjutnya disempurnakan dengan mengeluarkan
peraturan PIH dan Umrah Nomor 245 tahun 1991 yang lebih
menekankan pada pemberian sanksi yang jelas kepada pihak swasta
yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Pembatasan Jemaah haji yang lebih dikenal dengan pembagian
kuota haji diterapkan pada tahun 1996 dengan dukungan Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) untuk mencegah terjadinya
over quota seperti yang terjadi pada tahun 1995 dan sempat
menimbulkan keresahan dan kegelisahan di masyarakat, khususnya
calon Jemaah haji yang telah terdaftar pada tahun tersebut namun
tidak dapat berangkat.
Mulai tahun 2005 penetapan porsi provinsi dilakukan sesuai
dengan ketentuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) yaitu 1 orang
per mil dari jumlah penduduk yang beragama Islam dari masing-
37
masing provinsi, kecuali untuk Jemaah haji khusus diberikan porsi
tersendiri.
3. Penyelenggaraan Haji Pasca Reformasi
Melalui Kepres Nomor 119 tahun 1998, pemerintah menghapus
monopoli angkutan haji dengan mengizinkan kepada perusahaan
penerbangan lain selain PT. Garuda Indonesia untuk melaksanakan
angkutan haji. Dibukanya kesempatan tersebut disambut hangat oleh
sebuah perusahaan asing, Saudi Arabian Airlines untuk ikut serta dalam
angkutan haji dengan mengajukan penawaran kepada pemerintah dan
mendapat respon yang positif.
Sejak era reformasi, setiap bentuk kebijakan harus memenuhi aspek
keterbukaan dan transparansi, jika tidak akan menuai kritik dari
masyarakat. Pemerintah dituntut untuk terus menyempurnakan sistem
penyelenggaraan ibadah haji dengan lebih menekankan pada pelayanan,
pembinaan dan perlindungan kepada Jemaah haji serta mengarah pada
sisterm yang lebih professional.6
Oleh karena itu, Pada tahun 1999 ditetapkan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Menurut hukum
ketatanegaraan UU tersebut memberikan legitimasi yang kuat bagi
Departemen Agama dalam menjalankan kewenangannya guna
menyatukan langkah dalam penyelenggaraan ibadah haji.7
Penyelenggaraan haji menjadi tanggung jawab Menteri Agama
6 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 6
7 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 86
38
yang dalam pelaksanaan sehari-hari, secara struktural dan teknis
fungsional dilaksanakan oleh Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji (BIPH) yang ditetapkan berdasarkan Kepres
Nomor 165 Tahun 2000. Dalam perkembangan terakhir berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2005, Ditjen BIPH
direstrukturisasi menjadi dua unit kerja eselon I, yaitu Ditjen Bimbingan
Masyarakat Islam (Bimas Islam) dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah (PHU). Dengan demikian mulai operasional haji tahun 2007
pelaksanaan teknis penyelenggaraan ibadah haji dan pembinaan umrah
berada dibawah Ditjen PHU.8
Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru.
Sebagai pengganti UU Nomor 17 Tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan
paling mendasar pada UU yang baru antara lain adanya perubahan
terhadap salah satu unsur yaitu pengawasan dalam penyelenggaraan
ibadah haji. Di dalam Undang-Undang tersebut juga dikatakan bahwa
Menteri Agama sebagai koordinator dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan ibadah haji.
Dalam pelaksanaan teknis sehari-hari, Menteri Agama dibantu oleh
Ditjen PHU, gubernur dibantu oleh kepala Kanwil Kemenag Provinsi
selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat provinsi, bupati/walikota
dibantu oleh kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota selaku kepala staf
8 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 6
39
penyelenggara haji di tingkat kabupaten/kota. Sementara duta besar
dibantu oleh Konjen RI selaku koordinator harian dan konsul haji
selaku kepala staf penyelenggara haji di Arab Saudi.9
B. Visi dan Misi Ditjen PHU
Berpedoman pada keputusan Ditjen PHU Nomor: D/54 tahun
2010 tentang Visi dan Misi Ditjen PHU, disebutkan sebagai berikut:39
1. Visi
Terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada
Jemaah haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparan,
akuntabel dengan prinsip nirlaba. Penjabaran dari Visi Ditjen PHU
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk bimbingan, penyuluhan
dan penerangan kepada masyarakat dan Jemaah haji dan
umrah. Sedangkan pembinaan petugas diarahkan pada
profesionalisme dan dedikasinya.
b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan
administrasi dan dokumen, transportasi, kesehatan, serta
akomodasi dan konsumsi.
c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan
dan keamanan Jemaah haji selama menunaikan ibadah haji dan
umrah.
d. Asas keadilan, bahwa penyelenggaraan ibadah haji harus
berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah dan tidak
9 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012), h. 180
40
memihak, tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraannya.
e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam
proses penyelenggaraan haji dan umrah dapat diketahui oleh
masyarakat dan Jemaah haji dan umrah.
f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa penyelenggaraan
ibadah haji dan umrah dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum dengan prinsip
tidak mencari keuntungan.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan dan
pemahaman manasik haji dan umrah.
b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji dan
umrah.
c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah
haji dan umrah melalui pembinaan haji khusus, umrah dan
kelompok bimbingan ibadah.
d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi,
transportasi dan katering sesuai standar pelayanan minimal
penyelenggaraan haji dan umrah.
e. Memberikan perlindungan kepada Jemaah sehingga diperoleh
rasa aman, keadilan dan kepastian melaksanakan ibadah haji
dan umrah.
f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana haji serta
pengembangan sistem informasi haji.
41
g. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan
teknis lainnya dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.10
C. Tugas dan Fungsi Ditjen PHU
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 tahun 2010, Ditjen
PHU memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Tugas
Ditjen PHU mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang penyelenggaraan haji dan
umrah.
2. Fungsi
Sedangkan dalam melaksanakan tugas, Ditjen PHU memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria dibidang
penyelenggaraan haji dan umrah.
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penyelenggaraan haji dan
umrah.
e. Pelaksanaan administrasi Ditjen PHU.
Selain itu, Ditjen PHU juga melakukan koordinasi dengan kantor
misi haji yang berada di Arab Saudi.11
D. Struktur Organisasi Ditjen PHU
10 Kementrian Agama Republik Indonesia , Ditjen Penyelenggara haji dan Umrah, rencana Strategis direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 2010-2014.
11 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, h. 56
42
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah tertulis dalam PMA No. 10 Tahun 2010 yang direvisi dengan
PMA No. 80 Tahun 2013 pada pemecahan Direktorat Pelayanan Haji
menjadi Direktorat Pelayanan Dalam Negeri dan Direktorat Pelayanan
Luar Negeri. Adapun semenjak diterbitkannya PMA No 80 Tahun 2013
susunan organisasi Ditjen PHU adalah sebagai berikut:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah (Ditbina Haji dan Umrah)
3. Direktorat Pelayanan Dalam Negeri
4. Direktorat Pelayanan Luar Negeri
5. Direktorat Pengelolaan Dana Haji (Ditlola Dana Haji)12
Sedangkan struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah adalah sebagai berikut :
12 Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 dengan perubahan sesuai Peraturan Menteri Agama No. 80 Tahun 2013, h. 3
43
Tabel 3.1
Untuk mengetahui secara rinci tentang susunan organisasi
Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah dari tingkat eselon II
sampai dengan eselon IV sebagai berikut :
1. Sekretariat Ditjen PHU
a. Bagian Perencaaan dan Keuangan
1) Subbagian perencanaan dan evaluasi program
2) Subbagian pelaksanaan anggaran dan perbendaharaan
3) Subbagian verifikasi, akuntansi dan pelaporan keuangan
b. Bagian Organisai, Tata Laksana dan Kepegawaian
1) Subbagian organisasi dan tata laksana
2) Subbagian kepegawaian
3) Subbagian hukum dan peraturan perundang-undangan
Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji
dan Umrah
Sekretariat Direktorat
Jenderal Haji dan Umrah
Direktorat
Pembinaan Haji
dan Umrah
Direktorat
Pelayanan Haji
dalam Negeri
Direktorat
Pelayanan Haji
Luar Negeri
Direktorat
Pengelolaan
Dana Haji
44
c. Bagian Sistem Informasi Haji Terpadu
1) Subbagian pengelolaan sistem jaringan
2) Subbagian pengembanga databae haji
3) Subbagian informasi haji
d. Bagian Umum
1) Subbagian tata usaha
2) Subbagian rumah tangga
3) Subbagian perlengkapan dan barang milik negara
2. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah
a. Subdirektorat bimbingan Jemaah haji
1) Seksi pengembangan materi bimbingan
2) Seksi operasi bimbingan
3) Seksi pembinaan kelompok bimbingan
b. Subdirektorat pembinaan petugas haji
1) Seksi rekruitmen petugas
2) Seksi pelatihan petugas
3) Seksi penilaian kinerja petugas
c. Subdirektorat pembinaan haji khusus
1) Seksi perizinan penyelenggaraan ibadah haji khusus
2) Seksi akreditasi penyelenggaraan ibadah haji khusus
3) Seksi pengawasan penyelenggaraan ibadah haji khusus
d. Subdirektorat pembinaan umrah
1) Seksi perizinan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah
45
2) Seksi akreditasi penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah
3) Seksi pengawasan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah
e. Subbagian tata usaha direktorat
3. Direktorat Pelayanan Haji
a. Subdirektorat pendaftaran haji
1) Seksi pendaftran haji reguler
2) Seksi pendaftran haji khusus
3) Seksi pembatalan pendaftaran haji
b. Subdirektorat dokumen dan perlengkapan haji
1) Seksi dokumen Jemaah haji
2) Seksi pemvisaan
3) Seksi perlengkapan Jemaah haji
c. Subdirektorat akomodasi dan katering haji
1) Seksi akomodasi di Arab Saudi
2) Seksi katering Jemaah haji
d. Subdirektorat transportasi dan perlindungan Jemaah haji
1) Seksi transportasi udara
2) Seksi transportasi darat
3) Seksi perlindungan dan keamanan Jemaah haji
e. Subbagian tata usaha direktorat
4. Direktorat Pengelolaan Dana Haji
a. Subdirektorat biaya penyelenggaraan ibadah haji
1) Seksi setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji
46
2) Seksi penyusunan program dan portofolio
3) Seksi akuntansi dan pelaporan setoran awal
b. Subdirektorat pelaksanaan anggaran operasional haji
1) Seksi perbendaharaan operasional haji
2) Seksi verifikasi
3) Seksi akuntansi dan pelaporan pelaksanaan
c. Subdirektorat pengembangan dan pengelolaan dana haji
1) Seksi pengembangan dana haji
2) Seksi administrasi aset haji
3) Seksi pengembangan sistem akuntansi
d. Subdirektorat fasilitasi badan pengelola dana abadi umat
1) Seksi program dan portofolio
2) Seksi perbendaharaan, akutansi dan pelaporan
3) Seksi administrasi umum
e. Subbagian tata usaha direktorat13
13 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama RI, h. 56-73.
46
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Tanah Air
Mekanisme berasal dari bahasa Yunani mechane yang memiliki
arti instrumen, sedangkan menurut istilah mekanisme adalah pandangan
bahwa interaksi bagian-bagian dengan bagian-bagian lainnya dalam suatu
keseluruhan atau sistem secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan
atau fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan.1 Kemudian untuk mengetahui
mekanisme pelayanan haji dalam negeri tahun 2017 bagiamana
mekanismenya, sebagai berikut :
1. Pelayanan Pendaftaran
Pendaftaran haji dilakukan sepanjang tahun dengan prinsip
prioritas keberangkatan sesuai dengan nomor urut pendaftaran (nomor
porsi). Adapun mekanisme pendaftarannya dibedakan menjadi dua:
haji reguler dan haji khusus. Haji reguler merupakan penyelenggaraan
haji secara umum, sementara haji khusus merupakan penyelenggaraan
haji yang telah memperoleh izin operasioanal dari Menteri Agama
yang pengelolaan, pembiayaan, pelayanannya juga bersifat khusus.2
a. Ketentuan Umum Pendaftaran Haji
Untuk ketentuan umum pendaftaran haji telah diatur dalam
peraturan Dirjen Penyelenggaraan Haji, ketentuannya sebagai
berikut :
1 Lorens Bagus. Kamus Filsafat. (Jakarta: Gramedia 1996). h. 612-613 2 Kementerian Agama Republik Indonesia, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji
Indonesia, h. 30
48
1) pendaftaran jemaah haji dilakukan setiap hari kerja sepanjang
tahun
2) pendaftaran jemaah haji dilakukan di kantor Kementerian
Agama Kabupaten/kota domisili calon jemaah haji sesuai Kartu
Tanda Penduduk (KTP)
3) pendaftaran haji wajib dilakukan sendiri oleh yang
bersangkutan untuk pengambilan foto dan sidik jari
4) Jemaah haji yang pernah menunaikan ibadah haji dapat
melakukan pendaftaran haji setelah 10 tahun sejak menunaikan
ibadah haji yang terakhir.3
b. Syarat Calon Jemaah Haji
Para jemaah calon haji yang akan mendaftar memiliki syarat
seabagai berikut, beragama Islam, berusia minimal 12 (dua belas)
tahun pada saat mendaftar, KTP yang masih berlaku sesuai dengan
domisili atau bukti identitas yang sah, Kartu keluarga, akte
kelahiran atau surat kenal lahir atau kutipan akta nikah atau ijazah,
tabungan atas nama jemaah yang bersangkutan, Pas foto berwarna
3 x 4 cm berjumlah 10 lembar dengan latar belakang warna putih
dengan ketentuan :
a) Warna baju/ kerudung harus kontras dengan latar belakang
b) Tidak memakai pakaian dinas
c) Tidak menggunakan kacamata
d) Tampak wajah minimal 80 persen
3 Wawancara Dengan Reza Muhammad, Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji Kemenag RI 01-08-2017
49
e) Bagi jemaah haji wanita menggunakan busana muslimah.
Gubernur dapat menambahkan persyaratan berupa surat
keterangan domisili
c. Prosedur Pendaftaran
Prosedur pendaftaran haji reguler telah dilakukan
penyederhanaan, pendaftaran haji memiliki prosedur sebagi
berikut:4
1) Jemaah haji membuka rekening tabungan haji pada BPS BPIH
sesuai domisili
2) Jemaah haji menandatangani surat pernyataan memenuhi
persyaratan pendaftaran haji yang diterbitkan oleh Kementerian
Agama RI.
3) jemaah haji melakukan transfer ke rekening Menteri Agama RI
sebesar setoran awal BPIH pada cabang BPS BPIH sesuai
domisili.
4) BPS BPIH menerbitkan bukti aplikasi transfer BPIH.
5) BPS BPIH menerbitkan bukti setoran awal BPIH sebanyak
lima lembar yang setiap lembarnya ditempel pas foto calon
jemaah haji ukuran 3x4 cm dengan rincian sebagai berikut :
a) lembar pertama bermaterai cukup untuk calon jemaah haji
b) lembar kedua untuk BPS BPIH
c) lembar ketiga untuk Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/kota.
4 Keputusan Dirjen PHU Nomor D/28 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pendaftaran Haji Reguler, h. 3
50
d) lembar ke empat untuk kantor wilayah Kementerian Agama
Provinsi.
e) lembar ke lima untuk Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.
6) Bukti setoran awal BPIH mencantumkan nomor validasi,
ditanda tangani, dn dibubuhi stempel BPS BPIH.
7) Selanjutnya jemaah haji menunjukan persyaratan asli dan
menyerahkan salinannya, bukti aplikasi transfer asli BPIH dan
bukti setoran awal BPIH lembar pertama kepada petugas
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk di verifkasi
kelengkapannya paling lambat lima hari kerja setelah
pembayaran setoran awal BPIH.
8) Jemaah haji mengisi formulir pendaftaran haji berupa Surat
Pendaftaran Pergi Haji (SPPH) dan menyerahkan kepada
petugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk
didaftarkan ke SISKOHAT dan mendaftarkan nomor porsi.
9) Jemaah haji menerima lembar bukti pendaftaran haji yang
berisi nomor porsi pendaftaran, ditandatangani, dan dibubuhi
stempel dinas oleh petugas kantor Kementerian Agama
Kabupaten/kota.
10) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/kota menerbitkan bukti
cetak SPPH sebanyak lima lembar yang setiap lembarnya
dicetak/ditempel pas foto calon jemaah haji ukuran 3x4.
51
11) Bagi calon jemaah haji yang sudah menyetor dan setoran awal
BPIH namun tidak menyerahkan persyaratan pendaftaran, bukti
aplikasi transfer asli BPIH, dan bukti setoran awal BPIH
kepada petugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/kota
melebihi waktu lima hari kerja, maka pendaftaran dianggap
batal dan dana dikembalikan kepada calon jemaah haji
tersebut.5
Tabel 4.1 Mekanisme Pendaftaran Haji Reguler
5 Kementerian Agama, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2016, h. 34
Jemaah haji membuka tabunagan haji dan
melakukan setoran awal
Debit rekening jemaah haji sejumlah setoran awal dan
kredit ke rekening atas nama Menteri Agama kirim data ke
sistem switching Siskohat
Validasi data oleh siskohat jika valid siskohat generate nomor validasi. dan kirim nomor validasi ke bank cetak bukti transfer dan
buku setoran awal
Jemaah haji mendapatkan bukti transfer dan bukti setoran awal yang berisi
nomor validasi
Jemaah haji melakukan pendaftaran haji dengan membawa bukti setora
awal dan persyartan lainnya sesuai ketentuan
Entry nomor validasi. input dan update data jemaah haji ambil data biometris
(foto dan sidik jari)
Cetak bkti pendaftaran haji (SPPH)
Jemaah haji mendapatkan bukti pendaftaran haji
(SPPH) yang berisi nomor porsi.
52
2. Pelayanan Dokumen dan Perlengkapan Haji
Sesuai dengan Undang-Undang No 13 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 dan sesuai dengan kebijakan
pemerintah Arab Saudi mulai tahun 1430 H/ 2009 M jemaah haji
Indonesia menggunakan paspor Internasional (ordinary passport).
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama RI berkewajiban untuk
menyediakan dokumen perjalanan haji bagi jemaah haji yang meliputi
penerbitan paspor dan proses pemvisaan ke Kedutaan Besar Arab
Saudi, dan Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH).
a. Peyelesaian Paspor
Untuk jemaah haji dilakukan secara koordinatif antara
Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan HAM.
Penyelesaian dokumen paspor dilakukan secara berjenjang mulai
dari kementerian Kabupaten/kota, kanwil kementerian agama
provinsi dan Kementerian Agama Pusat.
Paspor jemaah haji yang sudah diterbitkan oleh kantor imigrasi
diserahkan kepada petugas Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/kota, untuk dikirim ke kantor Wilayah Kementerian
Agama dari Kantor Wilayah Kementerian Agama diserahkan ke
Kantor kementerian Agama Pusat. Di Kantor Kementerian
dilakukan kegiatan penelitian/verifikasi dan proses request visa ke
website Kemlu Arab Saudi untuk mendapatkan nomor permohonan
53
visa, selanjutnya paspor dikirim ke Kedutaan Besar Kerajaan Arab
Saudi untuk di proses pemvisaannya.
Agar proses dokumentasi dan pengurusan visa berjalan dengan
baik, dibutuhkan sebuah tim yang bekerja untuk menyelesaikan.
Sebab itulah, kemenag RI membentuk tim penyelesaian paspor dan
tim pemvisaan.6
b. Jadwal Penyelesaian Paspor
Demi terciptanya kedisiplinan waktu, berikut ini tabel tentang
jadwal penyelesaian paspor jemaah haji.
Tabel 4.2
No Bulan Kegiatan
1. Rabiul Awal – Jumadil Akhir
Scanning pasfoto jemaah haji dari bukti setoran awal BPIH
2. Jumadil Awal – Jumadil Akhir
Pengadaan pencetakan dan pengirim DAPIH beserta kelengkapannya
3. Raja – Sya’ban Pencetakan identitas jemaah haji pada DAPIH
4. Rajab – Ramadhan Pengiriman paspor jemaah haji ke Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Cq. Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji
5. Rajab – Dzulqo’dah Penyelesaian paspor jemaah haji di pusat
6. Sya’ban – 25 Dzulqo’dah Proses pemvisaan paspor jemaah haji di KBAS
7. Syawal – Dzulqo’dah Penyerahan paspor yang sudah di visa ke provinsi/pusat
6 Wawancara dengan Suryo, Kepala Bidang Pelayanan Dokumen Dan Perlengkapan Haji, Kemenag RI 03-08-2017
54
c. Pengurusan Visa Haji
Visa haji adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang pada perwakilan Kerajaan Arab Saudi yang memuat
persetujuan bagi Warga Negara Indonesia untuk masuk dan
melakukan perjalanan (ibadah haji) ke Wilayah Kerajaan Arab
Saudi.
Untuk request visa, berikut ini adalah tahapan yang dilakukan oleh
Tim Penyelesaian Paspor Jemaah Haji pada Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji, sebagai berikut :
1) Mengentri data dan mengupload foto jemaah haji pada aplikasi
request visa ke halaman portal e-hajj pada website kementerian
Haji Kerajaan Arab Saudi untuk melakukan request visa haji.
2) Melakukan grouping data jemaah haji berdasarkan kloter
dalam portal e-hajj.
3) Berkoordinasi dengan KUH Jeddah terkait pengisian paket
pelayanan jemaah haji.
4) Memonitor status proses request visa apakah sudah approved
atau belum.
5) Memberitahukan Bagian Sekretariat jika status telah meningkat
menjadi sent to mofa untuk paspor yang akan dikirim ke
KBAS.
6) Mencetak stiker barcode hasil pemaduan.
7) Menyerahkan stiker barcode ke petugas Bidang Penempelan
Stiker.
55
8) Menempelkan stiker barcode pada cover/sampul belakang
paspor.
9) Melakukan penempelan stiker nomor koper pada koper paspor.
10) Mengantarkan dan menyerahkan paspor ke jemaah haji ke
KBAS.
11) Melakukan scanning machine readable zone pada halaman ID
paspor dengan MRTD.
12) Memverifikasi data jemaah haji dan melakukan validasi unutk
pencetakan visa.
13) Mencetak dan menggabungkan lembar visa dalam paspor
jemaah haji sesuai dengan pemiliknya.
Tabel 4.3 Alur Penyelesaian Paspor
pengadministrasian paspor jemaah haji
penghitungan paspor
penelitian paspor jemaah
haji
penomoran nomonatif
pusat
scanning paspor dengan
MRTD
pemaduan data dan scanning
pas fotorequest visa
percetakan stiker barcode
hasil pemaduan
penempelan barcode hasil
pemaduan
pengiriman paspor ke
KBAS
penataan paspor jemaah haji untuk di
visa
pengamblan paspor dari
KBAS
konfirmasi visa
penyerahan paspor ke petugas provinsi
56
d. Identitas Jemaah Haji Indonesia
Ada dua identitas jemaah haji Indonesia yang layak
dipertahankan, antara lain :
1) Batik
Dalam rangka menghadirkan ciri khas jemaah haji
Indonesia dalam semangat islam yang merupakan identitas
nasional, mulai tahu 1432 H/2011 M, jemaah haji Indonesia
menggunakan batik sebagai seragam resmi jemaah haji. Batik
merupakan kekayaan budaya bangsa yang menggambarkan
perjalanan sejarah, budaya, kisah spiritual, dan kehidupan
masyarakat Indonesia sepanjang kurun sejarah Indonesia.
2) Gelang Jemaah
Selain seragam jemaah haji, untuk memudahkan
pengenalan identitas, jemaah haji juga diberikan gelang
identitas yang terbuat dari bahan monel dan tahan api. Gelang
identitas jemaah haji bertuliskan nama jemaah, nomor paspor,
nomor kloter dan nama embarkasi. Sehingga diharapkan
memudahkan kepada petugas atau siapa saja untuk dapat
mengidentifikasi pemegang gelang tersebut apabila ditemukan
tersesat atau sedang memerlukan pertolongan.7
3. Pelayanan Asrama Haji
Asrama haji yang dibangun pemerintah dan masyarakat awal
mulanya hanya di manfaatkan untuk pelayanan akomodosi bagi
7 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 61-78
57
jemaah haji, namun sejak tahun 1980-an asrama haji tidak saja di
manfaatkan untuk kepentingan pelayanan haji tapi juga di manfaatkan
untuk kepentingan masyarakat, terutama kegiatan umat islam, lembaga
swadaya masyarakat dan instansi pemerintah lainnya. Guna
kepentingan pelayanan sebagaimana tersebut di atas, asrama haji harus
memenuhi syarat kelayakan antara lain : aspek kenyamanan, keamanan
dan kesehatan, sehingga dibutuhkan sarana dan prasarana, sumber
daya manusia (SDM) dan biaya pengelolaan yang memadai agar
pengeolaan asrama haji dapat dilkukan secara profesional, efektif,
efesien, transparan dan akuntabel.8
a. Ruang lingkup pengelolaan asrama haji
Sebagai asset besar negara yang harus dikelola secara baik, maka
dalam rangka pemeliharaan Asrama Haji perlu adanya pengelolaan
Asrama Haji yang meliputi, organisasi, tugas dan fungsi, sumber daya
manusia (SDM), keuangan, sarana prasarana, pelayanan/jasa dan
pengawasan dan pelaporan
b. Ruang lingkup asrama haji
Ruang lingkup asrama haji terbagi menjadi tiga yaitu, asrama haji
embarkasi, asrama haji embarkasi antara dan asrama haji transit.
c. Pengertian Asrama Haji
Asrama Haji mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting
sebagai sarana akomodasi persiapan pemberangkatan jemaah haji dan
processing custom, immigration and quarantine (CIQ) pada saat
8 Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Kementerian Agama RI Tahun 2013 M/1434 H, h, 3
58
menjelang keberangkatan menuju Arab Saudi dan saat kepulangan dari
Arab Saudi.9 Maka dari itu berikut pengertian Asrama Haji :
1) Asrama haji adalah sarana akomodasi yang diberikan kepada
jemaah pada masa operasional penyelenggaraan haji di bawah
binaan kementerian agama.
2) Asrama haji embarkasi adalah asrama haji yang melayani proses
pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji Arab Saudi meliputi
pelayanan akomodasi, konsumsi, bea cukai, dan imigrasi,
karantina, city check-in dan layanan lainnya.
3) Asrama haji embarkasi antara adalah asrama haji yang melayani
proses pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji dan dari Arab
Saudi melalui bandara embarkasi meliputi pelayanan akomodasi,
konsumsi, bea cukai, imigrasi, karantina, city check-in dan layanan
lainnya.
4) Asrama haji transit adalah asrama yang melayani proses
pemberangkatan pemulangan jemaah haji provinsi/kabupaten/kota
ke asrama haji embarkasi/asrama haji transit provinsi dan layanan
lainnya.
5) Pengelolaan asrama haji adalah segala kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi da pelaporan
asrama haji.10
9 Dirjen PHU Kemenag RI, Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, 2013. h. 1 10 Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan
Umrah Kementerian Agama RI Tahun 2013 M/1434 H. h. 3-4
59
Pemanfaatan asrama haji yang paling utama adalah pada masa
operasional haji sebagai tempat pelayanan akomodasi jemaah haji yang
meliputi aspek pelayanan, aspek pembinaan, aspek keamanan dan
aspek kesehatan bagi jemaah haji.
Adapun layanan di asrama haji embarkasi masa operasioanl haji
meiputi layanan pemeriksaan dan penanganan kesehatan, layanan
pemeriksaan imigrasi, layanan barang bagasi, layanan akomodasi, layanan
katering tiga kali makan dan dua kali snack saat keberangkatan ke tanah
suci, pemantapan bimbingan manasik, penyerahan gelang identitas,
penyerahan living cost jemaah dan layanan penghantaran jemaah ke
bandara embarkasi
Asrama haji sebagai tempat karantina menjelang keberangkatan ke
Arab Saudi harus memiliki kelengkapan fasilitas akomodasi dengan
memperhatikan aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan. Pemantauan
awal yaitu enam bulan, tiga bulan satu minggu sebelum jemaah masuk
asrama haji. Pemantauan di laksanakan di tiga belas asrama haji embarkasi
dan lima embarkasi antara. Sebagian besar asrama haji telah melakukan
perbaikan sesuai rekomendasi dari tim kesehatan.11
Tujuan adanya asrama haji adalah terciptanya tata kelola asrama haji
yang efektif, efesien dan akuntabel agar dapat memberikan pelayanan
yang maksimal kepada jemaah haji dan masyarakat
.
11 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyekenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 85-86
60
4. Pelayanan Transportasi Haji
Transportasi udara jemaah haji Indonesia dari Tanah Air ke Arab
Saudi pergi pulang menggunakan sistem Charter dan merupakan
penerbangan langsung tanpa transit kecuali untuk kepentingan pengisian
bahan bakar di wilayah tertentu dan karena alasan keselamatan
penerbangan harus melakukan pendaratan di suatu wilayah, dengan tetap
memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan efesiensi.
a. Masa Operasional Transportasi Udara Jemaah Haji
1) Pelakasanaan penyelenggaraan transportasi udara jemaah haji
indonesia tahun 1438/2017 M, dibagi menjadi dua gelombang,
pertama gelombang I mendarat di bandara AMMA Madinah dan
pulang melalui Bandara KAIA Jeddah dan gelombang II mendarat di
Bandara KAIA Jeddah dan pulang melalui Bandara AMMA
Madinah.
2) Rencana Perjalanan Haji (RPH) Tahun 1438 H/2017 M :
a) Masa operasional pemberangkatan : 30 (tiga puluh) hari
b) Masa operasional pemulangan : 30 (tiga puluh) hari
c) Gelombnag I : 15 (lima belas) hari
d) Gelombang II : 15 (lima belas) hari
e) Masa tinggal jemaah paling lama : 41 hari
3) Masa operasi penerbangan fase I (pemberangkatan) penyelenggaraan
Ibadah Haji Tahun 1438 H/2017 M, paling lama 30 (tiga puluh) hari:
a) Awal pemberangkatan gelombang I dari tanah air ke Madinah
tanggal 28 juli 2017
61
b) Akhir pemberangkatan gelombang I dari Tanah Air ke
Madinah Tanggal 11 Agustus 2017
c) Awal pemberangkatan gelombang II dari tanah air ke Jeddah
tanggal 12 Agustus 2017
d) Akhir pemberangkatan gelombang II dari tanah air ke jeddah
tanggal 26 Agustus 2017
4) Masa operasi penerbangan fase II (pemulangan) penyelenggaraan
ibadah haji tahun1438 H/2017 M, paling lama 30 (tiga puluh) hari :
a) Awal pemulangan gelombang I dari jeddah ke Indonesia
tanggal 6 September 2017
b) Akhir pemulangan gelombang I dari jeddah ke indonesia 20
september 2017
c) Awal pemulangan gelombang II dari Madinah ke Indonesia
tanggal 21 september 2017
d) Akhir pemulangan gelombang II dari Madinah ke Indonesia
tanggal 5 oktober 2017
5) Ruang lingkup pekerjaan penyelenggaraan transportasi udara
jemaah haji Indonesia, yaitu :
a) Fase I pemberangkatan mulai dari City check-in di asrama haji
embarkasi sampai keluat gate di Bandara Arab Saudi(pre-flight,
in-flight dan post flight)
b) Fase II pemulangan mulai re-pramanifest peumpang di Makkah
dan Madinah sampai di asrama haji Debarkasi (pre-flight, in-
flight, dan post-flight)
62
6) Biaya penyelenggaraan transportasi udara jemaah haji Indonesia
tahun 1438 H/2017 M dibebanan kepada anggaran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan DIPA Kementerian Agama
7) Kurs transaksi valuta asing menggunakan Jakarta Interbank Spot
Dollar Rate (JISDOR) pada saat penawaran.
8) Penawaran dan pemabayaran dilakukan dengan menggunakan mata
unag rupiah.
9) Perusahaan penerbangan yang telah memenhi persyaratan
administrasi dan teknis, serta harga yang telah mendapat
persetujuan DPR, akan di tetapkan oleh Menteri Agama.
10) Perusahaan penerbangan yang ditetapkan sebagai penyedia
transportasi udara jemaah haji Indonesia Tahun 1438 H/2017 M,
wajib menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5 % dari
estimasi biaya transportasi udara jemaah haji Indonesia tahun 1438
H/ 2017 M.
11) Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi Haji dan Bandara Tujuan
Berikut semua tempat Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi di
Indonesia:
a) Iskandar Muda, Banda Aceh (BTJ)
b) Kualanamu, Medan (KNO)
c) Hang Nadim, Batam (BTH)
d) Minangkabau, Padang (PDG)
e) Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang (PLM)
f) Halim Perdana Kusuma, Jakarta (HLP)
63
g) Adi Sumarmo, Solo (SOC)
h) Juanda, Surabaya (SUB)
i) Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepingan, Balikpapan (BPN)
j) Syamsuddin Noor, Banjarmasin (BDJ)
k) Sultan Hasanuddin, Makassar (UPG)
l) Bandara Internasional Lombok, Lombok (LOP)
Berikut Bandar Udara Tujuan di Arab Saudi :
a) Amir Muhammad Bin Abdul Aziz/AMAA. Madinah (MED)
b) King Abdul Aziz International Airport/KAIA, Jeddah (JED)
b. Kegiatan Pelayanan Transportasi Udara
Pelaksana transportasi udara jemaah haji Indonesia bertanggung
jawab memberikan pelayanan terhadap jemaah haji, petugas kloter,
dan barang bawaannya pada fase I pemberangkatan sejak dari city
check-in di asrama haji sampai keluar gate di bandara Arab Saudi (pre-
flight, in-flight dan post-flight), dan fase II pemulangan sejak re-
pramanifest di Makkah dan Madinah sampai di asrama haji Debarkasi
(pre-flight, in-flight dan post-flight), dengan rincian sebagai berikut :
Keberangkatan (Fase I)
1) Di asrama haji dan persiapan di bandara saat keberangkatan menuju
Arab Saudi :
a) Melakukan proses check-in jemaah haji dan barang
bawaan/bagasi.
b) Melakukan koordinasi dengan PPIH Embarkasi.
64
c) Melaksanakan pengangkutan jemaah haji dan barang
bawaan/bagasi dari asrama haji ke bandara embarkasi.
d) Menyiapkan petugas untuk membantu jemaah haji
e) Melakukan pengawalan terhadap jemaah haji dan barang
bawaan/bagasi selama perjalanan darat dari asrama haji ke
bandara embarkasi.
2) Di Bandar Udara Embarkasi
a) Melakukan proses baggage handling sesuai dengan ketentuan
penerbangan.
b) Melakukan proses boarding secara tertib dan melakukan dan
penghitungan jumlah penumpang pada saat naik ke pesawat
udara berdasarkan data penumpang (pax manifest).
c) Membantu jemaah haji yang berkebutuhan khusus pada saat
proses boarding sampai dengan menaiki pesawat.
d) Penanganan keterlambatan penerbangan dan penanganan
permasalahan.
e) Menyerahkan manifest dan menandatangani berita acara
pemberangkatan.
3) Di dalam Pesawat
a) Memberikan informasi dan bimbingan kepada jemaah haji
selama dalam penerbangan
b) Memutar film manasik haji dan kesehatan serta penyampaian
informasi lain kepada jemaah haji.
65
c) Menyediakan dan menyajikan makanan dan minuman sesuai
dengan hasil meal test di masing-masing embarkasi.
4) Setelah keluar dari pesawat
a) Mengarahkan jemaah haji untuk turun dari pesawat menuju ruang
kedatangan untuk proses ke imigrasian, Bea dan Cukai.
b) Menyediakan fasilitas kemudahan dan mendampingi jemaah haji
yang berkebutuhan khusus untuk turun dari pesawat.
c) Menginformasikan kepada jemaah haji lokasi pengambilan bagasi
tercatat dan membantu mengambil bagasi tercatat.
d) Mendampingi dan menyelesaikan permasalahan jemaah haji selama
proses kedatangan sampai keluar gate.
Pemulangan (Fase II)
5) Di Arab Saudi
a) Melakukan penimbangan barang bagasi tercatat di Makkah bagi
jemaah haji yang pulang pada gelombang I dan penimbangan
barang bagasi tercatat di Madinah bagi jemaah haji yang pulang
pada gelombang ke II.
b) Mengangkut barang bagasi tercatat dari hotel di Makkah dan/atau
di hotel Madinah ke bandara KAIA Jeddah dan/atau bandara
AMMA Madinah.
c) Mengangkut barang bawaan jemaah haji (free Baggage) dan barang
bagasi tercatat dalam satu kloter bersama-sama dengan pemiliknya.
d) Penimbangan dan pengangkutan barang bagasi tercatat di lakukan
mulai H-2 sebelum pemulangan kloter pertama.
66
e) Mengganti boarding Pass yang hilang setelah berkoordinasi
dengan PPIH Arab Saudi.
f) Memberikan pelayanan boarding melalui dari persiapan
keberangkatan jemaah haji di plasa bandara, mengarahkan jemaah
haji dari ruang tunggu di bandara sampai naik ke pesawat.
g) Menyiapkan petugas khusus untuk membantu jemaah haji yang
kebutuhan khusus.
6) Di bandara debarkasi dan menuju asrama haji debarkasi saat
kepulangan:
a) Mengangkut jemaah haji beserta barang bagasi tercatat dari
bandara debarkasi ke asrama haji debarkasi.
b) Memberikan pelayanan kepada jemaah haji selama di bandara
debarkasi.
c) Melakukan pengawalan selama perjalanan darat menuju asrama
haji.
d) Menyerahkan manifest dan menandatangani berita acara
kedatangan.12
Dari hasil penilitian tentang pelayanan jemaah haji di Tanah
Air sebagaimana poin satu dengan poin empat telah dilakukan
mekanisme yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku tidak ada hambatan atau kendala yang berarti
sebagaimana adanya penambahan kuota haji pada tahun 2017.
12 Wawancara dengan Nurchalis, Kasi Pelayanan Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag RI. 03-08-2017
67
B. Mekanisme Pelayanan Jemaah Haji di Arab Saudi
1. Pelayanan Akomodasi Haji
Pelayanan akomodasi (pondokan) jemaah haji merupakan
pelayanan yang sangat krusial dan perlu ke hati-hatian dalam
penentuan wilayah dan harga. Karena sampai saat ini tidak ada aturan
atau ketentuan tentang standar harga akomodasi (pondokan atau
gedung) yang dikeluarkan oleh oleh pemerintah Arab Saudi sehingga
hampir setiap tahun harga akomodasi naik tajam yang dilakukan oleh
para pemilik hotel dan gedung,
Ruang lingkup penyediaan akomodasi jemaah haji Indonesia di
Arab Saudi meliputi penyediaan akomodasi untuk jemaah haji dan
petugas haji (kloter dan non kloter) di Mekkah, Madinah dan Jeddah
sesuai kebutuhannya masing-masing.
a. Penyediaan akomodasi di Mekkah meliputi :
1) Jemaah Haji
a) Jemaah haji reguler sesuai kuota tahun berjalan
b) Petugas haji kloter sebanyak lima orang
c) Selisih distribusi minimal sebanyak enam orang per kloter
d) Cadangan sebanyak 1 % dari seluruh kuota jemaah haji
tahun berjalan sesuai ketentuan pemerintah Arab Saudi.
2) Petugas Haji Non Kloter
Kantor sektor, kantor layanan kesehatan dan akomodasi
petugas sektor maksimal 100 orang.
68
b. Petugas Madinah dan Jeddah menjelang, selama pasca
Armina.Penyedian akomodasi di Madinah meliputi :
1) Jemaah Haji
Terdiri dari Jemaah haji reguler sesuai kuota tahun berjalan,
petugas kloter sebanyak lima orang dan selisih distribusi
minimal sebanyak enam orang per kloter
2) Petugas Haji Non Kloter
Kantor sektor, kantor layanan kesehatan dan akomodasi
petugas sektor minimal 45 orang per sektor dan sektor Airport,
Bir Ali dan terminal Hijrah minimal 25 orang per sektor.
c. Penyedian akomodasi di Jeddah meliputi kebutuhan untuk
akomodasi jemaah haji dan petugas haji kloter yang kepulangannya
dari Madinah menuju Tanah Air, melalui Bandara King Abdul
Aziz Jeddah International Airport (KAAIA)
d. Penyediaan akomodasi jemaah haji sekurang-kurangnya memenuhi
lima standar yang meliputi standar kualitas, wilayah, jarak,
administrasi dan harga.13
1) Standar Kualitas
Hatus memiliki standar bangunan kondisi baik dan
layak pakai, jarak paling jauh dari akomodasi jemaah haji ke
Masjidil Haram 4.000 meter untuk wilayah Mekkah, jarak 650
Meter dari akomodasi jemaah haji ke Masjid Nabawi dan
13 Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Pedoman Penyediaan Akomodasi Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi. h. 4
69
akomodasi yang memiliki kemudahan akses ke KAAIA, lift
yang memadai sesuai dengan kapasitas gedung, loby dengan
luas minimal 50 meter persegi, memiliki ruangan dapur bagi
apartemen, tersedia listrik dan lampu penerangan yang cukup
di loby, kamar tidur, kamar mandi, dapur dan seluruh bagian
gedung lainnya, ganset untuk cadang listirk dan terakhir
memiliki tangga darurat.14
2) Standar Wilayah
Pertama wilayah adalah lokasi yang mudah dikenali
secara umum oleh jemaah haji Indonesia baik di Mekkah,
Madinah maupun Jeddah kemudian kedua wilayah dimaksud
juga memiliki kemudahan akses ke Masjidil Haram untuk
Akomodasi di Madinah dan Bandara King Abdul Aziz
International Airport (KAAIA) untuk akomodasi di Jeddah.
3) Standar Jarak
Jarak akomodasi jemaah haji adalah jarak kem Masjidil
Haram untuk akomodasi di Mekkah yaitu paling jauh jaraknya
4.398 meter atau 4.4 km, Masjid Nabawi untuk akomodasi di
Madinah yaitu jarak paling jauh 1.200 meter atau 1.2 km.15
Dengan tidak melebihi jarak yang telah ditentukan pengukuran
jarak perumahan dari Masjidil Haram, Masjid Nabawi dimulai
14 Wawancara dengan Firza, Kepala Bidang Pelayanan Akomodasi Haji, Kemenag RI 01-08-2017 dan 11-10-2017
15 http://merahnews.com/2017/06/07/jarak-hotel-jemaah-haji/
70
dari batas terluar dan alat ukur yang digunakan adalah theodilit
atau alat ukur dorong digital.
4) Standar Administrasi
a) Administrasi adalah dokumen kualifkasi yang sah dan
dapat dipertanggung jawabkan.
b) Administrasi penawaran adalah dokumen bukti penawaran
dari pemilik rumah.
c) Administrasi adalah dokumen yang berisi spesifikasi
akomodasi yang akan ditawarkan
5) Standar Harga
Harga akomodasi jemaah haji di Mekkah yaitu harga
satuan setelah melalui negosiasi dengan pemilik/penyewa,
dengan tidak melebihi ambang batas harga yang telah
ditetapkan dalam Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Untuk harga
akomodasi sesuai dengan ketentuan yaitu 850 Riyal (3,21 juta).
Dan harga akomodasi jemaah haji di Madinah dan Jeddah
adalah harga yang ditetapkan didalam BPIH atau harga yang
telah mendapatkan persetujuan Komisi VIII DPR RI.
Kemudian harga tersebut, selanjutnya di usulkan oleh Tim
negosiasi ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk
penetapan penyedia dan kontrak..16
16 Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Nomor D/70 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyedian Akomodasi Jemaah Haji Di Arab Saudi, h 5
71
2. Pelayanan Katering Haji
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
peyelenggaraan Ibadah Haji, pemerintah indonesia melakukan
pengadaan katering di Arab Saudi untuk jemaah haji Indonesia yang
memenuhi standar gizi, kesehatan, kebersihan dan keamanan. Untuk
penyedia katering bagi jemaah haji harus memenuhi sekurang-
kurangnya persyaratan administrasi, peralatan, tenaga, bahan baku,
pengolahan, distribusi, pelayanan, pengawasan dan penjaminan mutu.
a. Ruang lingkup pelayanan katering
Ruang lingkup pelayanan katering terbagi di wilayah Airport
King Abdul Aziz Jeddah, Madinah, Arafah, Muzdalifah dan Mina.
Berikut ruang lingkupnya :
1) Airport King Abdul Aziz Jeddah
a) Fase kedatangan
Pelaksanaan katering diberikan satu boks sesuai dengan
menu yang ditentukan, dan di distribusikan diatas bis ketika
jemaah haji akan berangkat menuju Madinah (gelombang I)
dan Makkah (gelombang II)
b) Fase pemulangan
Pelayanan katering diberikan satu boks sesuai dengan menu
yang ditentukan, dan didistribusikan di area peristitarahatan
di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.
72
2) Madinah
a) Pelayanan katering di Madinah pada saat kedatangan dan
pada saat meninggalkan Madinah, masing-masing diberikan
satu boks makanan.
b) Pelayanan katering selama jemaah tinggal di pemondokan
Madinah diberikan sebanyak-banyaknya 19 kali dengan
menggunakan kemasan boks. Pendistribusiannya dilakukan
setiap hari di pemondokan sebanyak dua kali (makan siang
dan malam) sesuai dengan menu dan jadwal yang telah
ditetapkan dan diberikan minuman kemasan.
3) Arafah, Muzdalifah dan Mina
a) Arafah
Pelayanan katering di Arafah diberikan/disajikan dalam
bentuk boks/prasmanan sebanyak 4 kali, mulai tanggal 8
Dzulhijah malam sampai dengan tanggal 9 Dzulhijjah
sebelum keberangkatan ke Muzdalifah, sesuai dengan menu
jadwal menu yang telah ditetapkan dan dilengkapi dengan
coffe shop.
b) Muzdalifah
Pelayanan katering di Muzdalifah diberikan satu boks
makanan yang didistribusikan kepada setiap jemaah di
Arafah menjelang keberangkatan ke Muzdalifah.
73
c) Mina
Pelayanan katering Mina diberikan/disajikan dalam bentuk
kemasan boks/prasmanan sebanyak 11 kali, dan dilengkapi
dengan pelayanan coffe shop.
b. Teknis Pelaksanaan Pelayanan Katering
Teknis Pelaksanaan katerig sebagai berikut :
1) Arafah-Mina
a) Pelaksanaan katering oleh perusahaan katering
(muta’ahidin) memiliki izin opersi.
b) Jemaah haji yang diberikan pelayanan katering di Arafah-
Mina seluruhnya di perkirakan 221.000 orang.
c) Satu perusahaan katering maksimal melayani 4 maktab dan
setiap maktab disediakan satu dapur.
d) Pendistribusian katering Armina sebanyak 15 kali dengan
menggunakan prasmanan atau boks serta coffe shop,
dengan rincian : di Arafah sebanyak 4 kali makan, di
Muzdalifah 1 boks makanan diberikan di Arafah menjelang
kenerangkatan ke Muzdalifah dan di Mina 11 kali.
e) Nama emabarkasi dan kloter, jadwal makanan, menu
makanan di pasang pada setiap meja prasmanan.
f) Di Arafah disediakan minimal dua meja prasmanan dan di
Mina satu meja prasmanan untuk setiap kloter. Selain itu
juga disediakan satu meja coffe shop dan satu kulkas.
74
g) Sistem antrian makanan jemaah haji di atur perombongan
dan dibuat dua jalur.
h) Menyediakan alat pemanas air, apabila tidak dapat
difungsikan karena keterbatasan daya listrik, maka dapat
digantikan dengan termos air panas dengan jumlah yang
memadai.
i) Menyediakan makanan dalam boks dan menyimpannya
dalam termos penghangat makanan untuk jemaah yang
belum mendapatkan makan.
j) Distribusi air minum, jus, buah dan coffe shop kepada
jemaah haji melalui ketua rombongan dibuktikan dengan
tanda terima sesuai ketentuan dalam kontrak.
k) Bilamana ditetapkan dengan boks, maka penutup boks
dibedakan warnanya, untuk makan pagi warna kuning,
makan siang hijau dan makan malam merah dengan
mencantumkan tulisan dan logo kementerian Agama
Republik Indonesia, batas waktu layak konsumsi, dan nama
serta nomor telepon perusahaan katering.
l) Penyajian katering kepada jemaah haji dibuktikan dengan
tanda terima dari ketua kloter dan bilamana menggunakan
boks pendistribusiannya dibuktikan dengan tanda terima
ketua rombongan yang diketahui oleh pihak perusahaan
katering dan pengawas.
75
m) Pada tanggal 5 Dzulhijjah (H-3) seluruh dapur di
perkemahan Arafah dan Mina harus sudah siap beroperasi
khususnya kompor dipastikan dapat digunakan pada
waktunya.
n) Pada tanggal & Dzulhijjah (H-1) seluruh bahan makanan
dan peralatan masak sudah berada di dapur masing-masing.
2) Madinah
a) Pelaksana katering adalah perusahaan katering yang
memiliki izin operasi di Madinah dan sanggup menjalin
kerjasama dengan majmu’ah.
b) Jemaah haji yang diberikan pelayanan katering di Madinah
seluruhnya diperkirakan 221.000 orang.
c) Pendistribusian katering selama berada di Madinah
maksimal 19 kali makan.
d) Waktu penyajian makanan kepada jemaah haji sebanyak
dua kali setiap hari selama kurang lebih 9 hari, makan siang
dan malam serta pemberian makan selamat datang dan
makan selamat jalan yang diberikan kepada jemaah yang
baru tiba atau meninggalkan Madinah, di luar waktu jam
makan siang atau makan malam.
e) Jadwal distribusi katering jemaah haji :
Makan siang jam 11.00 s.d 13.00
Makan malam jam 18.00 s.d 20.00
76
f) Menu katering disesuaikan dengan citra rasa masakan
Indonesia dan memenuhi standar kesehatan.
g) Selain menu makanan, pelaksana katering juga
berkewajiban menyediakan minuman kemasan.
h) Katering disajikan kepada jemaah haji menggunakan boks.
i) Penutup boks dibedakan warnanya, untuk makan siang
hijau dan makan malam merah dengan mencantumkan
tulisan dan logo Kementerian Agama Republik Indonesia,
batas waktu layak konsumsi dan nama serta nomor telepon
perusahaan katering.
j) Pendistribusian katering dengan menggunakan pemanas
tepat waktu dengan menu yang telah ditentukan.
k) Perhitungan jumlah jemaah haji yang mendapatkan
makanan sesuai dengan angka riil jemaah yang
mendapatkan boks makanan, dibuktikan dengan tanda
terima yang ditanda tangani oleh ketua rombongan dan
perusahaan katering.
3) Jeddah
Pelayanan katering jemaah haji pada saat kepulangan di hotel
transito Jeddah diberikan sebanyak 3 kali, dalam kemasan
boks. Pelaksanaanya menyatu satu paket dengan pelayanan
hotel trasito.
Sedangkan untuk mekanisme kerja pengadaan katering
jemaah haji Indonesia meliputi persiapan, pengumuman calon
77
penyedia katering, pendaftaran calon penyedia katering,
cerifikasi administrasi, peninjauan lapangan, penilaian,
penetepan perusahaan dan pelaporan. Pelaksanaan tugas tim
pengadaan katering jemaah haji Indonesia di Arab Saudi
bertujuan untuk :
a) Terlaksananya pengadaan katering jemaah haji di Arab
Saudi secara transparan dan akuntabel.
b) Diperolehnya perusahaan katering yang memenuhi syarat,
bermutu dan bertanggung jawab dalam melayani jemaah
haji Indonesia di Arab Saudi
3. Pelayanan Transportasi Haji di Arab Saudi
Transportasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam penyelenggaraan ibadah haji. Kewajiban melaksanakan rukun
islam yang kelima bagi umat islam yaitu menunaikan ibadah haji ke
Baitullah dapat terlaksana apabila didukung dengan sarana
transportasi, khususnya bagi umat Islam yang tinggal jauh dari tempat
pelaksanaan rukun islam tersebut.
Seiring dengan pekembangan zaman. Sarana transportasi dalam
penyelenggaraan ibadah haji tidak saja diperlukan untuk mengantarkan
jemaah haji dari satu kota ke kota lainnya di tanah suci. Dalam kota
Makkah sendiri jemaah memerlukan sarana transportasi untuk
mengantarkan mereka dari pemondokan menuju Masjidil Haram dan
78
sebaliknya untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjemaah,
yang kemudian dikenal dengan Transportasi Shalawat.17
a. Transportasi Antar Kota
Transportasi jemaah haji antar kota perhajian (Jeddah,
Makkah, Madinah) dilaksankan oleh perusahaan bus angkutan
jemaah haji yang tergabung dibawah Naqabah Ammah
Lissayyarat, pemerintah Indonesia melakukan peningkatan layanan
(upgrade) untuk 4 rute pelayanan. Pelayanan Angkutan Antar Kota
Perhajian meliputi pelayanan pergerakan jemaah haji pada masa
kedatangan dan kepulangan dengan 4 rute pelayanan sebagai
berikut :
1) Pemondokan Madinah - pemondokan Makkah
2) Bandara Jeddah – Pemondokan Makkah
3) Pemondokan Makkah – Bandara Jeddah
4) Pemondokan Makkah – Pemondokan Madinah.18
Adapun fasilitas bus yaitu armada bus min tahun 2008, AC,
tombol manual darurat pembuka pintu, alat pemecah kaca, alat
pemadam kebakaran, ban cadangan, kotak P3K, kulkas dan toilet dan
kapasitas min 45 seat. Dengan menggunakan perusahaan pelaksana
layanan yaitu perusahaan Saptco, Rawahel, Rabittat Makkah dan
Qowafil.
Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam
penyedian pada tahun 2017, maka penyedian dapat dilakukan dengan
17 Kementerian Agama RI, Transportasi Darat Jemaah Haji Indonesia Dari Masa Ke Masa, h. 1
18 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 133
79
penunjukan langsung dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip
pengadaan. Tahapannya pertama penerimaan berkas, verifikasi
administrasi. verifikasi lapangan (kasyfiyah), negosiasi harga dan
penetapan perusahaan calon penyedia jasa layanan
b. Transportasi Shalawat
Sebagai upaya peningkatan layanan angkutan shalawat, pemerintah
menetapkan kebijakan bahwa jarak minimal wilayah pemondokan yang
mendapatkan layanan shalawat adalah 1.500 m dari Masjidil Haram.
Kebijakan tersebut diambil berdasarkan masukan dari jemaah haji dan
hasil pengawasan dari berbagai pihak. Fasilitas bus sebagai berikut :
1) Bus berkapasitas 70 orang, memiliki akses 3 pintu dan ber AC
2) Disusun 11 rute, 37 halte, 1 terminal transit dan 3 terminal akhir
3) Perusahaan bus pelaksana layanan adalah Saptco dan Rawahel
Wilayah layanan transportasi shalawat yaitu Aziziyah Janubiyah,
Azizayah Syimaliyah, Mabhas Jin, Syisyah, Raudhah, Biban/ Jarwal
dan Misfalah/Nakkasah19
c. Transportasi Armina
Layanan angkutan masyair/armina sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemerintah Arab Saudi yang dilaksanakan oleh Naqabah Amma
Lissyyarat, dengan rute Makkah – Arafah, Arafah – Muzdalifah,
Muzdalifah – Mina dan Mina – Makkah. Angkutan ini dilaksanakan
pada tanggal 8 Dzulhijjah 1438 H. Pelaksanaan angkutan ini di bagi
dalam 3 trip yaitu :
19 Kementerian Agama RI, Transportasi Darat Jemaah Haji Indonesia Dari Masa Ke Masa, h. 62-63
80
Pertama pukul 07.00-12.00
Kedua pukul 12.00-16.00
Ketiga pukul 16.00-24.00
Rasio penggunaan bus adalah 1:144/bus, sehingga setiap maktab
dengan jumlah jemaah sebanyak 3000 orang mendapat alokasi bus
sebanyak 21 unit.
Jumlah yang disiapkan Muassasah untuk mengangkut jemaah haji
Indonesia:
1) Pengangkutan jemaah dari Makkah ke Arafah degan jumlah bus 21
unit untuk setiap maktab.
2) Pengangkuan Arafah ke Muzdalifah dengan jumlah bus untuk
jemaah yang menempati Mina Jadid sebanyak 14 bus permaktab
dan jemaah yang tinggal di Mina disediakan 7 bus permaktab.
3) Pengangkutan Muzdalifah ke Mina menggunakan bus jenis city bus
dengan 5 unit permaktab.
4) Pengangkutan Mina ke Makkah menggunakan bus sebanyak 21 unit
permaktab.
Pergerakan jemaah haji untuk setiap mulai dari Makkah-Arafah-Mina-
Makkah sebagai berikut :
1) Pergerakan Makkah – Arafah tanggal 8 Dzulhijjah, untuk pergerakan
pertama mulai pukul 08.20 WAS dan terakhir pukul 12.12 WAS.
2) Pergerakan Arafah – Mina tanggal 9 Dzulhijjah, untuk pergerakan
pertama mulai pukul 08.00 WAS dan terakhir 24.00 WAS.
81
3) Pergerakan Muzdalifah – Mina tanggal 9-10 dzulhijjah, untuk
pergerakan pertama mulai pukul 23.00 WAS dan terakhir 08.00
WAS.
4) Pergerakan Mina – Makkah tanggal 12-13 Dzulhijjah, untuk
pergerakan :
a) Nafar Awal, pemberangktan pertama mulai pukul 18.30 WAS
dan terakhir pukul 22.00 WAS.
b) Nafar Akhir, pemberangkatan pertama mulai pukul 08.00 WAS
dan terakhir pukul 12.00 WAS.20
Untuk memberikan kemudahan pengaduan pelayanan transportasi
kepada jemaah, maka pengaduan pelayanan transportasi dapat
disampaikan melalui call center pengaduan layanan transportasi ke
nomor yang ada di stiker pemberitahuan layanan.21
C. Dampak Pelayanan Haji Akibat Bertambahnya Kuota Haji
Indonesia mendapatkan jatah kuota haji sebesar 221.000 orang pada
2017. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya, sejak tahun 2013 kuota haji
Indonesia dan negara lainnya mengalami penurunan 20 persen karena
adanya proyek perluasan fasilitas di Masjidil Haram, Mekkah. Selain
pengembalian kuota sebesar 211.000 jemaah, Pemerintah Arab Saudi juga
menyetujui permintaan tambahan kuota bagi Indonesia dan memutuskan
tambahan 10.000 jemaah. Kenaikan kuota haji ini atas permohonan
pemerintah Indonesia yang disampaikan langsung oleh Presiden Joko
20 Wawancara dengan Sri Darfatihati, Kasi Monitoring Dan Evaluasi Transportasi Haji Kemenag RI
21 Kementerian Agama RI, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, h. 149-151
82
Widodo, didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.22
Penambahan kuota haji menjadi 221.000 tentu saja akan berdampak
positif pada daftar tunggu, karena dapat memangkas waktu tunggu jemaah
haji hingga tiga tahun. "Rata-rata jadi 14 tahun dari yang semula 17
tahun," ujar Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul
Jamil.23
1. Dampak Pelayanan Pendaftaran Akibat Bertambahnya Kuota Haji
Penambahan kuota haji tahun 2017 untuk pendaftaran jemaah haji
sama seperti tahun sebelumnya tidak ada perubahan dari segi
mekanisme dan regulasi pendaftaran jemaah haji di kementerian
Agama RI. Hanya saja banyaknya animo calon jemaah haji yang
melakukan pelunasan BPIH.
Pelunasan BPIH reguler dilakukan dua tahap, tahap pertama mulai
10 April 2017 sampai dengan 5 Mei 2017, sedangkan tahap kedua 22
Mei hingga 2 Juni 2017, Jemaah haji yang berhak melunasi pada tahap
pertama adalah jemaah lunas tunda tahun lalu, jemaah dengan nomor
porsi akibat adanya penambahan kuota tahun ini telah berusia 18 tahun
ke atas dengan status belum haji, sementara untuk pelunasan tahap
kedua diperuntukkan bagi jemaah haji yang gagal sistem pada
22Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2017/01/11/18291171/Jokowi.Kuota.Haji.2017.Naik.52.200.Orang
23 Https://News.Detik.Com/Berita/D-3397309/Kuota-Haji-Ditambah-Waktu-Tunggu-Berkurang-Dari-17-Jadi-14-Tahun
83
pelunasan tahap pertama dan jemaah haji lanjut usia (75 tahun ke
atas).24
Animo jemaah haji yang melakukan pelunasan biaya
penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) hari pertama di PT Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Syariah cukup tinggi. Terutama problem dari sisi
sistem lantaran terlalu banyaknya calon jemaah yang melunasi.
Untungnya kendala seperti itu bisa di antisipasi sehingga tdak adanya
masalah terhadap layanan. Karena pihak bank melakukan tiga
mekanisme yaitu BRI Syariah dan juga BRI yakni calon jemaah
melunasi lewat BRI Syariah, calon jemaah melunasi di BRI sebagai
bank transito, dan calon jemaah melunasi di BRI lewat kantor layanan
syariah (KLS). Banyaknya mekanisme pembayaran dan saluran
pelunasan bertujuan mempermudah calon jemaah.
Tahun ini pengumuman pelunasan BPIH oleh Kementerian Agama
lebih cepat dibanding tahun lalu. hal ini bermanfaat bagi calon jemaah.
Jemaah jadi lebih cepat melunasi dan mendapatkan kepastian
keberangkatan dan pelunasan BPIH tahun ini tidak seperti dua tahun
lalu dalam bentuk mata uang dolar AS yang sering terkendala oleh
nilai tukar. Kini, kendala itu tidak lagi terjadi karena pembayaran
menggunakan mata uang rupiah. berharap, ke depannya kerja sama
24 Wawancara Dengan Bapak Nur Alia Fitra, Selaku Kasubdit Pendaftaran Haji Kementerian Agama RI. Tanggal 01-08-2017
84
antara bank-bank penerima setoran haji, Kementerian Agama, dan
jemaah menjadi semakin baik lagi.25
Dengan banyaknya animo calon jemaah haji yang melakukan
pelunasan BPIH di Bank, sehingga menyebabkan problem dari sisi
sistem dan mengakibatkan panjangnya antrian di setiap bank pelunasan
BPIH. Maka dari itu pemerintah dengan pihak bank memperbanyak
mekaisme pembayaran. Jadi, calon jemaah bisa melakukan pelunasan
melalui bank BRI syariah, bank BRI sebagai bank transito dan BRI
lewat kantor layanan syariah. Itu semua bertujuan untuk
mempermudah calon jemaah.
Kemudian untuk mengatasi problem sistem karena banyaknya
animo calon jemaah haji melakukan pelunasan BPIH, maka Sebelum
masuk ke masa pelunasan, BRI Syariah menyiapkan upaya agar sistem
tidak bermasalah. Di antaranya melakukan tes stres di mana semua
kantor cabang mengakses ke sistem. BRIS juga melakukan
pembekalan terhadap kantor-kantor cabangnya hingga menyiapkan
suvenir haji.
Sehingga tahun ini pengumuman pelunasan BPIH oleh
Kementerian Agama lebih cepat di banding tahun lalu sehinga calon
jemaah haji cepat mendapatkan kepastian keberangkatan.26
25 Wawancara Dengan Bapak Afandi, Selaku Staf Di Bagian Pendaftaran Haji Kementerian Agama RI. Tanggal 01-08-2017
26 Wawancara dengan Reza Muhammad, Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji, Kementerian Agama RI. 01-08-2017
85
2. Dampak Penambahan Kuota haji terhadap Pelayanan Dokumen dan
Perlengkapan Haji
Pada musim haji 2017 ini, Indonesia akan memberangkatkan
221.000 jemaah haji ke Tanah Suci. Jumlah jemaah haji tahun ini
mengalami kenaikan 52.200 jemaah dibandingkan tahun sebelumnya
yang berjumlah 168.800 jemaah. Sehingga Kementerian Agama fokus
menyelesaikan dokumen jemaah sebelum keberangkatan, seperti
paspor dan visa para jemaah haji Indonesia yang akan berangkat ke
Tanah Suci mulai 28 Juli 2017. Secara umum tidak ada dampak seperti
pelayanan yang ada di Arab Saudi hanya saja ada penambahan
perlengkapan dan jangka waktu penyelesaian dokumen yang lama
dibandingkan tahun sebelumnya.
Kementerian Agama untuk tahun 2017 khususnya bagian
penyelesaian dokumen yaitu visa dan paspor mengalami dampak dari
penambahan kuota Karena jumlah jemaah alami penambahan luar
biasa dibanding tahun lalu. Penambahan 52.200 orang total sekarang
sebanyak 221 ribu. Ini butuh fokus perhatian seksama karena sisa
waktu menjelang keberangkatan masih belum selesai. Pemerintah
harus konsentrasi menuntaskan yang ada di Indonesia terkait dokumen
perjalanan jemaah haji disamping persiapan pelayanan yang ada di
Arab Saudi sudah selesai.
Maka dari itu Kementerian Agama melakukan pengurusan secara
bertahap terus mengirim paspor dan pemaketan layanan jemaah yang
86
sudah siap ke KBSA (Kedutaan Besar Saudi Arabia) untuk segera
diterbitkan visanya. Dari yang sudah berjalan, sehingga dalam satu hari
proses penerbitan visa bisa mencapai 10 ribu. Kementerian Agama
akan terus menyelesaikan dokumen yang diperlukan. Status jemaah
calon haji juga dapat diperiksa setiap saat menggunakan jaringan
elektronik. Tak hanya itu saja, pemberangkatan jemaah calon haji juga
dapat dilihat kelengkapannya dari situ, seperti tempat menginap.
Dengan adanya sistem tersebut diharapkan perkembangan jemaah
calon haji dapat dipantau, Kementerian Agama akan terus memberikan
pelayanan yang terbaik bagi calon jemaah haji. Tujuannya agar
perjalanan warga Indonesia yang akan beribadah bisa semakin lancar.
3. Dampak Penambahan Kuota Terhadap Pelayanan Asrama Haji
Jemaah haji di Asrama haji yang datang akan disambut oleh
petugas-petugas PPIH, kemudian mereka akan menerima sekurangnya
tujuh pelayanan, yaitu : pendataan check list jemaah, pemberian
passpor, pemberian nomor kamar asrama dan kupon makan, pemberian
gelang tanda pengenal, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan imigrasi,
hingga pemberian living cost. Setelah menerima seluruh perlengkapan
dan living cost, baru jemaah akan diantar ke tempat peristirahatan
sambil menunggu jadwal keberangkatan. Kementerian Agama RI telah
menyiapkan fasilitas yang akan digunakan oleh jemaah haji diseluruh
indonesia selama di Asrama Haji tahun 2017 dengan adanya
penambahan kuota.
87
Dalam hal ini Kementerian Agama sebagai pelaksana, perlu
menyiapkan upaya antisipasi sejak awal lagi terhadap berbagai
masalah dalam penyelenggaraan haji di Asrama Haji tahun 2017
terutama adanya penambahan kuota sehingga berakibat pada daya
tampung asrama haji embarkasi yang masih kurang seperti di padang
dan surabaya dan berdampak juga pada pelayanan kesehatan di
Asrama Haji karena kurangnya tenaga medis yang tidak dibarengi
dengan bertambahnya jumlah jemaah haji, seperti asrama haji yang ada
di Aceh, karena Asrama haji setempat yang dijadikan Embarkasi Aceh
cuma dilengkapi tempat pemeriksaan kesehatan, ambulance dan
kendaraan operasional. Justru yang dibutuhkan ruang kesehatan yang
permanen untuk embarkasi dan debarkasi, lalu ruang tunggu jemaah
sebelum pemeriksaan akhir dan penambahan toilet di tempat
pemeriksaan akhir itu belum ada.
PPIH menghimbau selama di asrama, jemaah diharapkan tidak
melakukan kontak dengan keluarga yang mungkin tinggal di sekitar
asrama haji pondok gede. Hal ini dimaksudkan agar jemaah dapat
memanfaatkan waktunya untuk beristirahat sebelum menempuh
perjalanan haji. Kemudian berpesan, agar para jemaah tidak memakan
makanan dari luar yang tidak terjamin kesehatannya, untuk
memastikan bahwa kesehatan mereka tetap terjaga.27
27 Wawancara dengan Pak Artanto, Selaku Kasi Persiapan Asrama Haji Kementerian Agma RI 03-08-2017
88
Pelayanan asrama haji tahun 2017 di sejumlah asrama haji
embarkasi di Indonesia untuk tahun ini dengan adanya penambahan
kuota berdampak pada daya tampung asrama haji embarkasi yang
masih kurang seperti di Padang dan Surabaya. Kemudian berdampak
pada pelayanan kesehatan di Asrama Haji karena kurangnya tenag
medis yang tidak dibarengi dengan bertambahnya jumlah jemaah haji,
ada juga di Embarkasi Aceh masih belum ada ruang kesehatan yang
permanen.
Maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk
persiapan haji di asrama haji berikutnya akan membangun asrama haji
dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan jemaah haji seperti ruang
kesehatan, tambahan tenaga medis sesuai dengan jumlah kuota dan
juga melakukan renovasi kembali. Semua bertujuan untuk kenyamanan
dan keamanan jemaah ketika akan melakukan ibadah haji.
4. Dampak Penambahan Kuota Haji Terhadap Pelayanan Transportasi
Udara
Kementerian Agama RI menandatangani perjanjian pengangkutan
udara jemaah haji Indonesia 2017 dengan PT Garuda Indonesia dan
Saudi Arabian Airlines di Kantor Kementerian Agama RI. Dua
maskapai penerbangan tersebut menyatakan telah meningkatkan
pelayanan penerbangan untuk jemaah haji Indonesia. Tahun ini ada
beberapa hal yang menjadi kemajuan dibanding tahun lalu. Terutama
kemajuan dalam hal kuota jemaah haji yang bertambah. Tahun lalu
89
Kemenag RI memberangkatkan 168.000 jemaah, sekarang
memberangkatkan 221.000 jemaah.
Bertambahnya kuota jemaah tentu harus disertai dengan kesigapan
dan kesiapan untuk melakukan pelayanan haji di dalam negeri. Tidak
kalah penting dari itu semua, mata rantai haji yang selalu menjadi
bagian penting adalah transportasi udara. kedua maskapai tersebut
telah mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan
angkutan udara. Dua maskapai tersebut juga menyiapkan segala
sesuatunya secara rapi karena ada peningkatan jumlah kuota jemaah
haji. Peningkatan jumlah kuota tentu akan berimplikasi pada
pengorganisasian yang harus lebih rapi lagi.
Pihak Kementerian Agama RI menuntut dua maskapai Garuda
Indonesia dan Saudi Arabian Airlines melakukan persiapan yang lebih
dini. Pesawat dari Garuda Indonesia yang akan digunakan menurutnya
masih tergolong baru. Sehingga dapat meningkatkan layanan kepada
calon jemaah haji Indonesia.
Untuk dampak yang dirasakan pemerintah tahun ini terletak pada
waktu operasional jemaah haji ketika pemberangkatan dari Tanah Air
ke Tanah Suci yang seharusnya memerlukan waktu 28 hari sekarang
ditambah dua hari menjadi 30 hari. Namun itu semua sudah
dipersiapkan setahun sebelumnya, ketika selesai musim haji
pemerintah langsung mempersiapkan transportasi udara untuk tahun
berikutnya.
90
Transportasi Udara tahun 2017 dengan adanya penambahan kuota
hanya berdampak pada waktu penyelesaian pemberangkatan yang
seharusnya selesai 28 hari menjadi 30 hari seiring dengan
bertambahnya jumlah jemaah dan di tambahnya jumlah armada
pesawat, pesawat yang di gunakan adalah Garuda Indonesia dan Saudi
Arabian Airlines. Maka pemerintah untuk tahun haji berikutnya tidak
ada perubahan di transportasi udara.28
5. Dampak Penambahan Kuota Terhadap Pelayanan Akomodasi
Kuota haji Indonesia pada tahun 2017 bertambah hingga 52.200
orang jika dibandingkan dengan kuota haji tahun lalu, sehingga total
menjadi 221.000 orang tentu saja akan berdampak pada pelayanan
akomodasi.
Dampak dari penambahan kuota sudah pasti ada penambahan
kuantitas kamar hotel dengan jumlah tahun ini 153 hote.29 Dampak
selanjutnya yang menjadi perhatian tahun 2017 yaitu permasalahan
tenda jemaah yang ada di Mina. Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin juga mengatakan dengan kuota haji Indonesia lebih dari
220.000 orang pada musim haji tahun ini, kondisi di Mina cukup
memprihatinkan. Sebab, ada beberapa kloter yang maktabnya tidak
menyiapkan tenda yang cukup dengan jumlah jemaah saat berada di
Mina. Karena, jika infrastruktur, tenda dan toilet tidak ditambah, dapat
menimbulkan persoalan serius. Harusnya orientasi yang dikedepankan
28 Wawancara dengan Nurchalis, Kasi Pelayanan Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag RI 03-08-2017
29 Wawancara Dengan Bapak Firza, Selaku Kasi Akomodasi Luar Negeri Kementerian Agama RI. 03-08-2017 dan 11-10-2017
91
bukan hanya penambahan kuota, tapi penyiapan kapasitas daya
tampung tenda dan toilet di Mina. Sehingga tidak adanya jemaah yang
berdesakan didalam maktab dan menunggu antrean panjang ketika di
Mina. Dalam hal ini pemerintah akan mencoba meyakinkan
pemerintah Arab Saudi agar Mina ditata lebih baik.
Sementara itu Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus
Maftuh Abegebriel mengatakan pemerintah Indonesia memberikan
catatan atas penyelenggaraan ibadah haji tahun 2017 yang puncaknya
di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Meminta sejumlah perbaikan, di
antaranya dengan menambah jumlah tenda dan toilet di Mina untuk
kenyamanan jemaah.
Catatan tersebut segera disampaikan kepada pihak pemerintah
Arab Saudi yang menyatakan secara keseluruhan pelaksanaan ibadah
haji tahun ini berjalan lancar, sukses dan cukup istimewa yang bisa
dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Kemudian akan memberikan
pelayanan yang lebih baik bagi jemaah haji indonesia tahun berikutnya
terutama di Mina.30
6. Dampak Penambahan Kuota Terhadap Pelayanan Katering Haji
Jemaah haji Indonesia tahun ini mendapatkan layanan katering
sebanyak 25 kali dalam bentuk boks selama di Makkah. Katering
berupa makan siang, makan malam, dan roti untuk snack pagi.
30 Wawancara dengan Firza, Kepala Bidang Pelayanan Akomodasi Haji, Kemenag RI 11-10-2017
92
Layanan katering di Mekah terbagi dalam dua fase, yaitu pra
Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina) dan pasca-Armina. Layanan
katering di Mekah pra armina berlangsung sejak 6 hingga 26 Agustus
2017. Dengan Jumlah kloter yang berhasil dilayani sebanyak 499
kloter, dengan jumlah makanan yang didistribusikan 3.559.366 boks
Pelayanan konsumsi di Makkah dihentikan sementara dari tanggal
27 Agustus sampai 6 September 2017, Penghentian dilakukan karena
bertepatan dengan kegiatan haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau
biasa disebut dengan Armina. Selama Armina, jemaah akan
mendapatkan layanan katering, sebanyak 15 kali makan dan satu kali
snack. Layanan katering di Makkah akan kembali berjalan mulai 6
September 2017.
Sedangkan, fase pasca Armina, berlangsung dari 6 hingga 17
September 2017. Total makanan yang didistribusikan pasca-Armina
1.311.772 boks. Kemudian setelah layanan pra Armina dan pasca
Armina ada layanan konsumsi untuk jemaah yang berangkat ke
Madinah yang disebut sebagai layanan selamat jalan. Layanan ini akan
berlangsung sampai keberangkatan terakhir jemaah ke Madinah pada
26 September 2017.
Dampak yang di alami penyelenggara katering haji dengan adanya
penambahan kuota timbul permasalahan yang ada di lapangan, salah
satunya terletak di bagian pelayanan distrubusinya. Dengan
bertambahnya jumlah jemaah haji tahun ini menyebabkan
bertambahnya sewa hotel sehingga pendistribusian banyak yang
93
terlambat dan makanan ada yang basi dikarenakan perusahaan katering
di Arab Saudi yang kurang profesional dan baru bekerja sama tahun ini
dengan Kementerian Agama RI.31 Ketidak efektifan distribusi
dikarenakan terjadinya pecah kloter di beberapa hotel. Ini imbas dari
sistem sewa blocking time bukan satu musim dikarenakan tahun ini
ada penambahan jemaah haji sampai 52.000 jemaah. Jadi, tak semua
jemaah yang dilayani menempati satu hotel. Bahkan, ada yang satu
hotel hanya ditempati 10 jemaah.
Pelayanan katering tahun 2017 dengan bertambahnya kuota
berdampak pada saat pendistrubusian yang terlambat karena
banyaknya jemaah. Sehingga ada beberapa makanan yang basi di
karenakan perusahaan katering Arab saudi yang baru bekerja sama
dengan pemerintah Indonesia tahun ini dan perusahaan katering yang
terhitung baru berdiri. Mengakibatkan ada jemaah yang membeli
makanan di luar. Kemudian keterlambatan distribusi katering juga
terjadi saat puncak layanan haji, hal ini di akibatkan beberapa jalan di
Mekah sudah ditutup dan alihkan karena banyak kuota haji.
Maka Kementerian Agama dalam hal ini akan lebih ketat lagi
dalam memilih perusahaan katering di Arab saudi dan mempersiapkan
tim pendistribusian yang menyesuaikan dengan jumlah kuota haji dan
hotel yang ditempati jemaah haji atau dengan memberikan uang saku
lebih pada jemaah untuk membeli makan, antisipasi jemaah yang
belum kembali ke hotel. secara umum layanan katering di Mekah
31 Wawancara dengan Ibu Tati, Selaku Subdit Pengawasan Haji dan Evaluasi Haji
94
berjalan lancar. Kendati tidak memungkiri adanya permasalahan di
lapangan, namun semuanya bisa diatasi dengan baik.32
7. Dampak Penambahan Kuota Haji Terhadap Pelayanan Transportasi di
Arab Saudi
Pelayanan transportasi di Arab Saudi tahun ini masih terdapat
sejumlah permasalahan yang dihadapi dikarenakan bertambahnya
jumlah jemaah haji. Salah satu permasalahan disampaikan pemerintah
Indonesia kepada jajaran Naqabah Ammah lis-Sayyarat adalah terkait
masih adanya keterlambatan beberapa maktab dalam proses
pemberangkatan jemaah haji Indonesia dari hotel ke Masyair karena
banyaknya jemaah haji indonesia. Selain itu masih terdapat armada bus
masyair dengan spesifikasi di bawah standar.
Permasalahan lainnya yaitu terkait transportasi antar kota perhajian.
masih menemukan ada beberapa maktab yang salah entri data akibat
bertambahnya armada seiring bertambahnya jumlah jemaah sehingga
armada yang datang tidak sesuai kontrak.
Pemerintah telah mengumumkan seluruh bus yang melayani jemaah
haji Indonesia sudah diremajakan. Namun, temuan di lapangan,
peremajaan itu tidak dilakukan menyeluruh, baik tahun produksi
maupun asal pabrikan. Tidak seragamnya upgrade bus ini tentu menjadi
tanda tanya karena kualitas bus yang disediakan berbeda-beda.
Transportasi haji di Arab Saudi tahun ini ada catatan terkait masih
adanya keterlambatan beberapa maktab dalam proses pemberangkatan
32 Wawancara dengan Abdullah, Kepala Bidang Pelayanan Katering Haji Kemenag RI 11-10-2017
95
jemaah haji Indonesia dari hotel ke Masyair khusunya rute dari Mekah
menuju Arafah, selain itu masih terdapat armada bus yang spesifikasi
dibawah standar. Catatan lainnya terkait transportasi antar kota
perhajian yang masih menemukan ada beberapa maktab yang salah
entri data sehingga armada yang datang tidak sesuai kontrak.
Pemerintah harus mengupayakan akomodasi jemaah harus satu tempat
sehingga jemaah haji tidak berpencar sehingga menyulitkan transportasi
haji. Walaupun jauh dan satu tempat akan mudah mengakomodir
jemaah.
Maka pemerintah dalam hal ini pertama akan menyampaikan
catatan catatan tersebut kepada seluruh jajaran Naqabah Ammah Lis-
Sayyarat dan meminta perbaikan-perbaikan pada musim haji tahun
mendatang. Dan dapat menyediakan armada bus yang lebih baik
dengan parameter tahun produksi tidak melebihi dua tahun dan asal
pabrikan dari Eropa, karena asal pabrikan ini juga penting sebagai
jaminan keselamatan terhadap para jemaah.33
33 Wawancara dengan Sri Darfatihati, Kasi Monitoring Dan Evaluasi Transportasi Haji, Kemenag RI 11-10-2017
96
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian dan pembahasan tentang Dampak Kebijakan Penambahan
Kuota Haji Pada Pelayanan Jemaah Haji yang telah dikemukakan sebelumnya dalam
beberapa bab melalui proses penelitian dengan melakukan studi kepustakaan,
pengamatan, dan wawancara, maka dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa
kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan, sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Penambahan kuota haji berdampak positif pada daftar tunggu, karena jumlah
kuota jemaah yang tadinya 168.800 orang menjadi 221.000 orang sehingga
dapat memangkas waktu tunggu jemaah haji.
2. Pelayanan jemaah haji tahun 2017 di Tanah Air terdapat beberapa aspek
pelayanan yang mengalami perubahan antara lain pelayanan pelunasan BPIH
waktunya diperpanjang menjadi dua tahap, proses pelayanan dokumen
(paspor dan visa) dan perlengkapan haji mengalami keterlambatan, sebagian
Asrama Haji mengalami daya tampung yang kurang seperti di Aceh dan
Surabaya, namun sudah diantisipasi langkah penyelesaiannya. Demikian
pula pelayanan Transportasi Udara mengalami perpanjangan waktu yang
sebelumnya memerlukan waktu 28 hari maka bertambah menjadi 30 hari.
3. Pelayanan jemaah di Arab Saudi, diantaranya pelayanan akomodasi di
Mekkah jemaah tinggal di wilayah yang jarak terjauhnya adalah 4.398 meter
atau 4,4 km dari Masjidil Haram. Demikian pula di Madinah jemaah haji
ditempatkan di wilayah luar Markaziah yang jarak terjauhnya dari Masjid
97
Nabawi adalah 1.200 meter atau 1.2 km. Di Mina mengalami kekurangan
tenda dan toilet karena besarnya jumlah jemaah, pelayanan katering
mengalami kesulitan dalam hal distribusi dikarenakan bertambahnya jumlah
hotel dan kamar ditambah kondisi jalan yang macet ketika musim haji.
Demikian pula pelayanan transportasi haji mengalami keterlambatan baik
transportasi salawat untuk antar jemput jemaah setiap shalat lima waktu,
maupun transportasi taraddudi dari Maktab ke Arafah pada tanggal delapan
Dzulhijjah, ke Muzdalifah dan Mina, karena bertambahnya jumlah jemaah
sehingga situasi dan kondisi jalan sangat crowded.
B. Saran-saran
1. Pemerintah sebagai penyelenggara ibadah haji harus lebih meningkatkan
kembali pelayananannya, karena bertambahnya kuota harus di barengi
dengan perencanaan yang matang, anggaran yang memadai, SDM yang
mumpuni dengan tata kelola manajemen pelayanan haji yang lebih baik.
2. Pelayanan jemaah haji di Tanah Air yang meliputi pelayanan pendaftaran
dan pelunasan BPIH,, pelayanan dokumen dan perlengkapan haji, pelayanan
asrama haji, dan pelayanan transportasi haji harus benar-benar dipersiapkan
dan menyesuaikan dengan jumlah jemaah haji, baik berkaitan dengan masa
operasional haji, proses dokumen paspor dan visa, pengadaan kloter,
perlengkapan haji, persiapan petugas haji, pemberangkatan dan pemulangan
jemaah haji. Sehingga dampak yang akan timbul akan operasional
penyelenggaraan ibadah haji di Tanah Air dapat diantisipasi dan langkah
solusinya.
98
3. Pelayanan jemaah haji di Arab Saudi dalam hal ini pemerintah Indonesia
harus menyiapkan perencanaan operasional penyelenggaraan haji yang
menyeluruh karena dengan bertambahnya kuota secara otomatis akan
berdampak pada aspek pelayanan jemaah selama di Arab Saudi, antara lain :
akomodasi jemaah haji baik di Madinah maupun di Mekkah. Katering haji di
Madinah, di Mekkah dan selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina.
Transportasi salawat dan transportasi taraddudi dari Mekkah ke Arafah,
Muzdalifah, Mina pulang pergi. Serta pelayanan ibadah yang tidak kalah
peningnya bagi jemaah haji. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama
melalui Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah harus mengevaluasi dan
memberikan catatan kepada pemerintah Arab Saudi dan pihak perusahaan
swasta yang ada di Arab Saudi terkait pelayanan yang diberikan kepada
jemaah asal Indonesia, dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pelayanan kepada para jemaah haji sebagai tamu-tamu Allah di
Tanah Suci.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu Anggito Kementerian Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf, 2009)
Amin Samsul Munir , Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009.
Anshar Zakaria, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008)
Arifin Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali 1978/2003)
Bagus Lorens, Kamus Filsafat. Jakarta: (Gramedia 1996) Basyuni Muhammad M., Reformasi Manajemen Haji,( Jakarta: FDK Press
2008)
Brata Atep Adya, Bisnis dan Hukum Perdata Dagas SMK, (Bandung: Armico, 1999)
Creswell John W, qualitative Inquiri & Research Design, Printed in U.S.A, 1998
Departemen pemdidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustka, 2002)
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012)
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI, Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, Tahun 2013 M/1434 H
Dirjen PHU, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Kemenag RI, 2011)
Dirjen PHU Kemenag RI, Pedoman Pengelolaan Asrama Haji, 2013
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Pedoman Penyediaan Akomodasi Jemaah Haji Indonesia di Arab Saud,i 2016
Hermino Agustinus, Kepemimpinan Pendidikan di Era Globallisasi, Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2014
Irwan. Dinamika dan perubahan Sosial pada Komunitas Lokal. (Yogyakarta:
Deepublish publisher, 2015)
Lukman Sampara, Manajemen Kualitas Pelayanan, (Jakarta : STIA LAN Pres, 2000)
Kartono Ahmad, Manajemen Haji dan Umrah, (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi)
Kementerian Agama Republik Indonesia, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, 2016
Kementerian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia, (Jakarta Ditjen PHU Kemenag RI CV. Duta Praga, 2010)
Kementrian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggara haji dan Umrah, rencana Strategis direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 2010-2014
Kemenag RI, Keputusan Dirjen PHU Tentang Pedoman Pendaftaran Haji Reguler No. 28 Tahun 2016
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 210 tahun 2016
Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Nomor D/70 Tahun 2014, Tentang Pedoman Penyedian Akomodasi Jemaah Haji Di Arab Saudi, 2014
Kriyantono Rahmat, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, 2007)
Meloeng Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)
Moenir AS, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (jakarta: Bumi Aksara, 2005)
Nasution Harun, Ensklopedia Islam Indonesia, (Jakarta. Djembatan, 1992)
Rakhmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) |
Rusdiana Ahmad, Kebijakan Pendidikan dari Filosofi ke Implementasi, BANDUNG : Pustaka Setia, 2015
Ratminto dan Winarsih Atik Septi, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Sagala Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2009).
Saleh Chunaini, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi: Analisis Internal Kebijakan Publik Departemen Agama, (Jakarta: pustaka Alvabet, 2008).
Undang-undang No. 13 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Tahun 2008
Usman Husni dan Akbar Purnomo Setiadi, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1998)
Paper Sumber. Kiat-kiat Melestarikan Haji Mabrur (Jakarta : Kementerian Agama RI 2005)
Peraturan Pemerintah No 79, Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Tahun 2012
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI. Tahun 2010
PMA No 15, Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, Tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA INTERNET
http://www.dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20150701-022405-2836.pdf http://bayudardias.staff.ugm.ac.id/2013/10/29/tiga-jenis-ibadah-haji-reguler-
khusus-dan-non-kuota/ http://merahnews.com/2017/06/07/jarak-hotel-jemaah-haji/ bappenas.go.id/files/7313/5027/3729/03antonius__20091014125742__2250__0.p
df https://oktaseiji.wordpress.com http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-kuota/ https://haji.kemenag.go.id/v3/content/apa-itu-kuota-haji
Lampiran 1. Foto Dokumentasi
Foto bersama pak Reza Muhammad selaku Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji, Kementerian Agama RI (01-08-2017)
Foto bersama Pak Nurchalis, Kasi Pelayanan Transportasi Udara, Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag RI (03-08-2017)
Foto Bersama Pak Artanto selaku Kasi Persiapan Asrama Haji Dalam Negeri Kemenag RI (03-08-2017)
Foto bersama Ibu Tati selaku Subdit Pengawasan dan Evaluasi Haji Kemenag RI
(11-10-2017)
HASIL WAWANCARA
Nama : Reza Muhammad
Jabatan : Kasi Pengembangan Sistem Informasi Haji, Kementerian Agama RI
Tempat : Gedung Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, lantai 03
Hari/Tanggal : Selasa, 02 Agustus 2017
Waktu : 11.03 WIB
1. Bagaimana manajemen perencanaan pelayanan pendaftaran haji pada tahun
2017 ?
Jawab : Semua mekanisme dan perencanaan pendaftaran kami semuanya mengacu
kepada SK. Dirjen No. 28 Tahun 2016 tentang pendaftaran Haji Reguler. Ada juga
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Reguler.
2. Apa saja pengaruh pelayanan pendaftaran haji dengan bertambahnya kuota
tahun 2017 ?
Jawab : Untuk tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya karena ada
penambahan kuota sampai 221.000 jemaah. Sebenarnya tidak ada dampak sama
sekali bagi pendaftaran karena pendaftaran melalui siskohat, Cuma dampaknya
terasa ketika di bagian pelunasan BPIH yang di lakukan di Bank, sehingga sistem
sedikit terganggu karena banyaknya transaksi.
3. Langkah apa saja yang dilakukan penyelenggara ibadah haji pada pelayanan
pendaftaran haji dengan adanya penambahan kuota tahun 2017 ?
Jawab : seperti biasa saja, Cuma sekarang dilakukan dua tahap di pelunasan BPIH
saja. Kalau yang lainnya normal seperti tahun sebelumnya.
TTD
Reza Muhammad
HASIL WAWANCARA
Nama : Sri Darfatihati
Jabatan : Kasi Monitoring Dan Evaluasi Transportasi Haji Kemenag RI
Tempat : Gedung Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, lantai 3
Hari/Tanggal : Selasa, 02 Agustus 2017
Waktu : 14.09 WIB
1. Bagaimana perencanaan pelayanan ibadah haji di bagian Transportasi Haji di
Arab Saudi ?
Jawab : pelayanan transportasi haji di Arab Saudi sudah dipersiapkan dengan
maksimal berupa adanya peremajaan Bus baik tranportasi salawat nmapun antar
kota dan sudah bekerja sama dengan perusahaan Bus yang profesional, mudah
mudahan jemaah puas akan layanan Bus nya.
2. Adakah pengaruhnya dengan bertambahnya kuota haji terhadap pelayanan
transportasi haji di Arab Saudi ?
Jawab : Dari segi kuantitas mungkin berpengaruh karena sudah pasti kita
menyesuaikan dengan jumlah jemaah, namun sepertinya ketika pelaksanaan akan
macet karena dengan jumlah kuota tahun lalu sedikit macet apalagi bertambahnya
kuota, tetapi pemerintah akan tetap mengantisipasi dan melakukan yang terbaik
untuk jemaah.
3. Langkah apa saja yang dilakukan penyekenggara ibadah haji pada pelayanan
Transportasi Haji di Arab Saudi dengan adanya penambahan kuota ?
Jawab : Tentu Saja kami akan melakukan yang terbaik salah satunya dengan
menambah armada dengan fasilitas yang bagus dengan bus dengan keluaran yang
baru dan perusahaan bisa di ajak kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam hal
Transportasi Haji.
TTD
Sri Darfatihati
HASIL WAWANCARA
Nama : Firza
Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan Akomodasi Haji, Kemenag RI
Tempat : Gedung Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, lantai 3
Hari/Tanggal : Selasa, 03 Agustus 2017
Waktu : 10.33 WIB
1. Bagaimana perencanaan Akomodasi Haji di Arab Saudi Tahun 2017 ?
Jawab : Semuanya sudah di atur dalam keputusan Dirjen PHU Nomor D/70 Tahun
2014. Namun untuk tahun ini adanya penambahan kuota jadi tentu saja pelayanan
akomodasi yang paling disoroti. Alhamdulilah semuanya sudah beres tinggal
pelaksanaan saja.
2. Apa dampak dengan bertambahnya kuota haji tahun 2017 ?
Jawab : Dampaknya pemerintah melakukan penambahan hotel dan tenda di Mina
dengan jumlah hotel sekarang 153 hotel secara keseluruhan di mekkah yang
membuat jaraknya jauh dari Masjidil Haram tetapi kita sudah siap dengan
menyediakan transportasi haji.
3. Adakah peraturan atau regulasi baru untuk mempersiapkan adanya
penambahan kuota haji ?
Jawab : Tidak ada, semua mengacu pada tahun sebelumnya.
TTD
Firza
KHMffi NTHRIAI-I AGAMA HHFUMIfi & KT$RAT JH HUH HAt Pff NYETE}IS#AE
'l'rltln I rrp;rfifldlr ltitrtln'I0 llnrat No l"'l Jrhutrt<:tlrlil i,il I t,ri i;r"i* 'rtl I lt]f,'t 1600?00. Frxtlry.fr
Wrrlrrrlo vyww llai, hcffidnaB
Nr:.ttltulI ;,llllpl)r:l tlt;tl
ll .r.i|\lr tl,rt .li1;ll?017
htlrilrl;l Yllt
IJr;k;,rtt l]";thrtltitl; lltttrt l]itkW,1ll (litt] llrrltr Kr]ttlt'lfllkil]il
t Jlivr.lt ritlilH lr;l;rrrr Nr:1;r:r i ll tlN ! liV,rt rl l {rcl;ly*tttrll;tlt JakArta
.lnhrtttit
.4ssrtl;rllttl';llitrlrtlttt !'Ut lUtr
llr:rk.t,t;t.1t1 ilr:r,rrl,rrr trrl*1h stllti$,ltnyil nlflhilSiswall saudara melakukan peneliilan di
hr:r1kilil{l;ll1 l)111'[t1rr,lt .lr,{}ih.r.1i !r*:111i1rL]rrlli'litr;larr f{a1r dan umrah, pada langgal 10 Mgi s d '10
Nervrfrrtrr.r ,rt) l/ ilr;rk.r kr'$itr :;t:r,ll1h,,1rl h*rrrtroh illahaslswa tersebut kepada sauda,a' ala*
flilll];.1
lulllt.tt:r,.tiJ lr"lltt rll i1 t"1rli"'.1r]***;"i)t, 1 llrl.rtr.llt'i11ttrl [)-tkr'".lliI'l;t r:r1l.th l-:tli:"tv.trt ;ln Jd ttt it$lr
l.I!..rtt: ;ltl 1;
[]rnttktJtl .tl;t:; llrlt l't.lll{1tiil'iri} ilrit'lii ',i(l;,lf i\Aii t*ltinA itaSth
\AJassalarnKabag Or"tala, KePegawatan dan
",$s1um,
hsan Faht'.
NIF 1 96 1 0306 i ga6o:1 oo5
N,lrt 1;l
NI}KI irt:t;t;ttt t Lilitrlr
.lurlrl K I/r l{a1r Ti+rhadap Penambahan Kuota Ha;i
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNTKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat .ll{l2,IndonesiaWebsite : www.fidkom.uinjkt.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 7432728 / 74703580Email : fi dkom@uinjkt. ac.id
Lamp : l(satu)bundelHal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.Dr. Ahmad Kartono, M.SiDosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tembusan:1. Dekan2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
Assalamu' alaikum Wr. Wh.
Bersanra ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UfN Syarii ffiaul"1rllah Jakartasebagai berikut,
NamaNomor PokokJurusanSemesterTelp.Judul Skripsi
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalamp,enyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 10 Mei s.d. l0November 2017.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu' alaikum l4tr. W.
Muhamad Fahrul FI I 13053000070Manajemen DakwahVIII (Delapan)0813t4997148Dampak Pelayanan Jamaah Haji Terhadap penambahan Kuotapada Tahun 2017.
il D^ekan Bidang Akademik
M.Ed, Ph.D110330 199803 I 0044
KEMENTERIAN AGAMAUNTVERSTTAS ISLAM NEGERT (rirN)SYARIF HIDAYATT]LLAII JAKARTA
FAKTTLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMTII{IKASIJl. k. H. JuandaNo. 95 Ciputat l54.12Indonesia Telp.ffax : (62-21) 7 432725/ 74703 580
I II-.LIII I
NomorLampiranHal
: Un. 0 l/F5/PP.00. 9i36 85 120 l7:-: Izin Penelitian Skripsi
KepadaYth,Direkorat Jenderal
Penyelenggaraan l{aji darUmrohDi
Tempat
Assalamu'alaiktm t{r. Wh.
Jakarta menerangkarbahwa :
NamaNIMSemesterJtrrusan/ProdiTelp.
: MuhmradFalrul F: 1113053000070: VIII (Delapan): Manajemen Dakwah:08131487148
Jakmt4 20 Juli 2017
Dekan Fakuitas llmu Dakwah dan Itmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
adalah benar mahasiswa Fakultas IImu Dakwah dan lLnu Komunikasi UIN SyarifHidayatnllah Jakarta yang akan melaksanakan penettiam/meucai data dalam rangkapenulisan skripsi berjudul "Dampak Pelayanan Janaah Haji Terhadap Penarnbahan KuotaHaji Tahun 2017.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak dapat meaerima yang bersangkuta$unhrk pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Demikiaq atas kerjasama dan bantuannya kami uerykan terima kasih.
Wssalamu'alaihm Wr. W.
Tembusan:1. Wakil Dekan Bidang Akadernik2. KalSekprodi Manajemen Dakwah