7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Artificial Intelligence Artificial ...
2. teori penunjang
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of 2. teori penunjang
4
2. TEORI PENUNJANG
2.1. Alat Ukur Listrik
Alat ukur listrik adalah suatu peralatan listrik yang bekerja atas prinsip
mentransformasikan besaran listrik melalui suatu fenomena fisis ke dalam besaran
mekanis atau besaran lainnya yang bisa ditanggapi oleh panca indera. Salah satu
bentuk transformasinya adalah perubahan dari arus menjadi suatu komponen
yang bergerak rotasi pada sumbunya (penunjukan jarum yang bergerak dari kiri
ke kanan). Besar sudut rotasi ini berhubungan langsung dengan besaran arus yang
diukur, sehingga besar rotasi sama dengan besar arus. Jadi dalam sistem
pengukuran listrik, ada bagian yang mendeteksi besaran (yang diukur dan
menghasilkan suatu sinyal), dan kemudian diproses (dalam suatu komponen
prosesor) dan akhirnya hasil pengukuran ditampilkan dalam indikator.
Alat ukur listrik dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :
a. Alat ukur mutlak atau standar (absolute instruments)
b. Alat ukur sekunder (secondary instruments)
Alat ukur mutlak atau standar adalah alat ukur yang menunjukkan
besaran listrik yang diukur yang sesuai dengan batas-batas pada konstanta dan
penyimpangan dari alat ukur itu sendiri. Dalam hal ini alat ukur tersebut tidak
perlu dikalibrasi dengan alat ukur lainnya terlebih dahulu. Contohnya adalah
galvanometer, yang mengukur besarnya arus dengan ukuran nilai sesuai dengan :
a. Busur dari simpangan (yang diakibatkan arus tersebut)
b. Jari-jari (panjang jarum)
c. Jumlah gulungan kawat yang dipakai
d. Komponen horizontal dari permukaan bumi
Alat ukur sekunder adalah alat ukur yang menunjukkan harga besaran
listrik yang diukur dan dapat ditentukan hanya dari simpangan alat ukur tersebut
(jika sebelumnya alat ukur tersebut telah dikalibrasi dengan membandingkannya
terhadap alat ukur standar). Tanpa kalibrasi, simpangan dari alat ukur sekunder ini
tidak ada artinya.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
5
Pada umumnya alat ukur sekunder sering dipakai dalam pengukuran
sehari-hari, sedangkan alat ukur standar hanya dipakai di dalam laboratorium dan
digunakan sebagai referensi.
Alat ukur sekunder diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu :
a. Alat ukur penunjuk (indicating instruments), adalah alat ukur yang seketika
menunjukkan besaran listrik yang diukur (pada saat pengukuran dilakukan).
Penunjukannya diberikan oleh penunjuk yang bergerak pada piringan (dial)
yang telah dikalibrasi. Contohnya adalah amperemeter dan voltmeter yang
dipakai sehari-hari.
b. Alat ukur pencatat (recording instruments), adalah alat ukur yang
penunjukannya diberikan oleh penunjuk dengan skala nilai sesaat dari besaran
listrik yang diukur dan memberikan catatan terus menerus (continues record)
dari beberapa besaran listrik dalam jangka waktu tertentu. Sistem alat ukur ini
adalah dengan menggunakan suatu pena bertinta yang meninggalkan bekas
yang tipis pada suatu gambar yang digerakkan dengan kecepatan yang konstan
dan rendah dengan arah tegak lurus terhadap simpangan pena. Contohnya
adalah alat pengukur di gardu-gardu.
c. Alat ukur gabungan (integrating instruments), adalah alat ukur yang
mengukur sekaligus mencatat baik jumlah total dari besarnya listrik, maupun
jumlah total dari tenaga listrik yang di-supply pada suatu rangkaian dalam
jangka waktu tertentu. Perhitungan alat ukur hanya menunjukkan hasil kali
antara waktu dan jumlah listrik, tetapi tidak langsung menunjukkan tingkat
jumlah listrik atau energi yang diberikan (karena pencatatannya tidak
tergantung kepada tingkat arus yang tersedia yang mengalir dalam alat ukur).
Contohnya adalah kwh meter yang biasa dipasang di rumah-rumah.
2.1.1. Alat Ukur Penunjuk (Indicating Instruments)
Seperti yang telah disebutkan, alat ukur penunjuk adalah alat ukur yang
menunjukkan secara langsung harga besaran listrik yang diukur pada saat
pengukuran. Alat ukur jenis ini mempunyai suatu pointer (yang sangat penting),
yaitu yang bergerak di atas suatu skala (yang telah dikalibrasi) dan yang
dipasangkan pada suatu sistem poros (yang berputar di atas tumpuan mata intan).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
6
Sistem gerakan pointer ini tergantung pada tiga momen atau kopel berikut ini :
a. Momen gerak (deflecting torque)
b. Momen kontrol atau momen lawan (controlling torque)
c. Momen redam (damping torque)
2.1.1.1. Momen Gerak
Momen gerak atau momen kerja ini yang menyebabkan defleksi pada
alat penunjuk (pointer). Besar momen gerak sangat tergantung pada harga dari
besaran listrik yang diukur. Momen gerak ini dihasilkan oleh efek listrik yang
sesuai dengan sistem atau tipe alat ukurnya.
2.1.1.2. Momen Kontrol
Momen kontrol atau momen lawan berfungsi untuk melawan momen
gerak (arah momen kontrol selalu berlawanan dengan arah momen gerak) dan
besarnya bertambah sesuai dengan bertambahnya momen gerak. Bila momen
kontrol ini tidak ada (yang ada gesekan saja), maka setiap momen gerak akan
menyebabkan alat penunjuk bergerak ke posisi maksimum atau berputar seperti
motor. Dan sekali defleksi alat penunjuk tidak akan kembali ke posisi semula.
Dengan demikian penunjukan menjadi tidak tentu. Alat penunjuk akan berhenti
pada posisi tertentu, bila momen geraknya sama dengan momen kontrol. Hal ini
disebut keadaan seimbang. Momen kontrol ini juga berfungsi untuk
mengembalikan alat penunjuk ke posisi nol, bila momen geraknya tidak ada.
Momen kontrol tersebut terdiri dari dua sistem, yaitu :
a. Sistem pegas
Dengan menyimpangnya alat penunjuk, pegas tersebut terputar ke arah yang
berlawanan. Putaran pegas ini akan menghasilkan momen kontrol yang
berbanding lurus dengan sudut simpangannya.
b. Sistem gravitasi
Sistem ini didapat dengan memasang suatu pemberat kecil pada bagian
tertentu dari sistem penggeraknya. Sehingga momen kontrol dari pemberat
tersebut berbanding lurus dengan sinus sudut simpangannya.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
7
2.1.1.3. Momen Redam
Momen redam tidak mempengaruhi hasil penunjukan akhir, hanya
berpengaruh pada waktu untuk mencapai titik keseimbangan saja, yang juga
berarti mempengaruhi pergerakan alat penunjuk mencapai harga yang diukur.
Sifat momen redam ini akan selalu melawan arah pergerakan saja dan besarnya
sebanding dengan kecepatan sudut defleksinya. Bila redamannya besar
(overdamped), waktu untuk mencapai keseimbangan lama. Demikian juga untuk
redaman kecil (underdamped), waktu untuk mencapai keseimbangan lama. Kedua
keadaan tersebut tidak diinginkan. Keadaan yang baik yaitu keadaan kritis
(criticaldamped), dimana waktu mencapai keseimbangan singkat.
Momen redam bisa diperoleh dari :
a. Gesekan udara
b. Arus pusar (eddy current)
c. Gesekan minyak
2.1.2. Jenis-Jenis Alat Ukur Penunjuk
Berdasarkan momen geraknya, alat ukur penunjuk dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa tipe sebagai berikut :
a. Kumparan putar magnet permanen (PMMC)
b. Kumparan putar dengan penyearah
c. Kumparan putar dengan termokopel
d. Elektrodinamis
e. Besi putar
f. Induksi
g. Elektrostatis
2.1.2.1. Tipe Kumparan Putar Magnet Permanen
Yang dimaksud dengan alat ukur kumparan putar adalah alat pengukur
yang bekerja atas prinsip dari adanya suatu kumparan listrik yang ditempatkan
pada medan magnet (yang berasal dari suatu magnet yang permanen).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
8
Prinsip kerja alat ukur ini berdasarkan bahwa, jika suatu konduktor yang
dialiri arus diletakkan dalam medan magnet, maka pada konduktor itu akan
bekerja gaya F = I x B.
Sesuai dengan namanya, alat ukur ini mempunyai kumparan yang
berbentuk segi empat yang dililitkan pada sebuah inti besi dan diletakkan diantara
kutub-kutub magnet permanen (yang medan magnetnya kuat sekali).
Gambar 2.1. Prinsip Alat Ukur Tipe Kumparan Putar
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
Dari gambar 2.1 terlihat bahwa konduktor AB (yang dilalui arus I)
berada dalam medan magnet B, akan mendapat gaya F dengan arah sesuai pada
gambar dan besarnya adalah :
F = B I l ……………………………………………………(2.1)1
dimana :
F = gaya gerak (N)
B = kerapatan medan magnet (Wb/m²)
I = arus (A)
l = panjang konduktor atau kumparan (m)
Demikian juga halnya dengan konduktor BC, CD, dan AD. Gaya F yang
bekerja pada konduktor-konduktor tersebut memiliki arah seperti pada gambar
1 H. Tumbelaka. Pengukuran Listrik. Surabaya: Penerbitan U.K. Petra, 1992. Hal 7
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
9
2.1. Gaya pada konduktor BC dan AD saling meniadakan, sedangkan gaya pada
konduktor AB dan CD akan menghasilkan suatu momen yang besarnya:
Mg = (F x d/2) x 2 …………………………………………..(2.2)
= B I l d ………………………………………………..(2.3)2
Bila kumparan ABCD terdiri dari n lilitan, maka :
Mg = B I l d n ………………………………………….…..(2.4)3
Alat ukur ini hanya dapat digunakan untuk arus searah dan tidak dapat
digunakan untuk arus bolak-balik. Sebab dengan medan magnet yang tetap
arahnya (magnet permanen) dan arus yang bolak-balik, maka akan menghasilkan
gaya F yang bolak-balik arahnya. Bila frekuensi cukup rendah, maka alat
penunjuk akan berosilasi disekitar titik nolnya. Tetapi bila frekuensi agak tinggi,
maka alat penunjuk akan tetap pada posisi nol.
2.1.2.2. Tipe Kumparan Putar dengan Penyearah
Penyearah arus adalah elemen khusus yang akan menghasilkan arus
searah bila tegangan bolak-balik ditempatkan pada ujung-ujungnya. Seperti telah
disebutkan di atas bahwa alat ukur tipe PMMC hanya bisa digunakan pada arus
searah, maka penyearah arus harus dipasang saat alat ukur tersebut dipergunakan
untuk mengukur arus bolak-balik.
Prinsip kerja alat ukur tipe ini adalah sama dengan tipe kumparan putar
magnet permanen. Penyearah arus merupakan komponen pembantu sehingga alat
ukur ini dapat digunakan untuk mengukur arus bolak-balik.
Penyearah arus terdiri dari dua jenis :
a. Penyearah setengah gelombang (half wafe rectifier)
b. Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier)
Oleh karena besaran arus bolak-balik diukur berdasarkan harga
efektifnya, maka skala penunjukan harus dikalikan dengan faktor bentuknya.
Dimana faktor bentuk untuk penyearah full wave adalah 1,11 dan untuk half wave
adalah 2,22.
2 Ibid 3 Ibid
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
10
Alat ukur tipe ini mempunyai kepekaan yang tertinggi di antara alat-alat
ukur arus bolak-balik, dimana kerugian dayanya kecil. Sehingga alat ukur tipe ini
sering dipakai sebagai alat pengukur, jika dibandingkan dengan berbagai alat
pengukur elektronik.
2.1.2.3. Tipe Kumparan Putar dengan Termokopel
Seperti pada tipe penyearah arus, termokopel juga merupakan komponen
pembantu pada alat ukur kumparan putar untuk mengukur arus bolak-balik.
Prinsip kerja dari alat ukur tipe ini adalah bila dua buah metal yang berbeda (salah
satu ujung dari kedua metal digabung) dipanaskan, maka antara kedua ujung yang
lain dari kedua metal itu timbul tegangan. Tegangan yang dihasilkan tersebut
merupakan input bagi kumparan putar.
Pada alat ukur tipe ini, panas yang dipergunakan tersebut diambil dari
disipasi energi suatu kawat yang dialiri arus yang diukur. Panas yang ditimbulkan
sebanding dengan kuadrat arus yang diukur. Alat ukur ini tidak terpengaruh oleh
frekuensi yang diukur sehingga cocok untuk pengukuran dengan frekuensi tinggi.
Gambar 2.2. Prinsip Alat Ukur Tipe Termokopel
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
11
2.1.2.4. Tipe Elektrodinamis atau Dinamometer
Bila magnet permanen dari alat ukur tipe PMMC diganti dengan
kumparan yang tetap (biasanya berinti udara) dan arus dialirkan melalui kedua
kumparan tersebut yaitu yang tetap dan yang bergerak, maka akan terdapat
konfigurasi dasar dari alat ukur tipe elektrodinamis. Momen geraknya diperoleh
dengan cara yang sama dengan alat ukur tipe PMMC, hanya medan magnetnya
bukan medan magnet permanen (tetapi medan magnet buatan yang dihasilkan
oleh kumparan tetap yang dialiri arus).
Alat ukur tipe ini dapat mengukur besaran arus searah maupun arus
bolak-balik (sebab arah medan magnet B selalu mengikuti arah arus I, sehingga
gaya F = B x I selalu tetap arahnya).
Gambar 2.3. Prinsip Alat Ukur Tipe Elektrodinamis
Sumber: Sapiie, Soedjana & Nishino, Osamu. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta. 1982.
Alat-alat ukur yang dibuat dari tipe elektrodinamis ini adalah antara lain :
a. Wattmeter
b. VAR meter
c. Cos phi meter
d. Frekuensi meter
2.1.2.5. Tipe Besi Putar
Alat ukur tipe besi putar adalah alat ukur yang menghasilkan momen
geraknya langsung dari besaran arus bolak-balik yang akan diukur. Tidak seperti
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
12
alat ukur tipe kumparan putar dengan penyearah dan termokopel, yang digunakan
setelah arus atau tegangan bolak-baliknya telah dikonversikan terlebih dahulu ke
arus atau tegangan searah.
Prinsip kerja alat ukur tipe besi putar ini adalah bekerja atas dasar adanya
interaksi dua buah magnet buatan (yang menimbulkan gaya tarik-menarik atau
tolak-menolak di antara kutub-kutubnya). Besar gaya tarik/tolak sebanding
dengan kuat medan magnet kedua magnet buatan (atau sebanding dengan kuadrat
dari arus yang menyebabkan terjadinya medan magnet itu).
Alat ukur tipe ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
a. Jenis tarikan (attraction)
Bila suatu kumparan dialiri arus I, maka akan timbul fluks magnet yang kuat
dalam inti kumparan yang arahnya tergantung arah lilitan dan arusnya. Fluks
ini akan menginduksikan medan magnet pada besi lunak didekatnya, sehingga
terjadi polarisasi pada besi lunak yang polaritasnya tergantung pada arah fluks
magnet. Karena antara inti kumparan dan besi lunak (yang terinduksi tadi)
terjadi polaritas magnet yang berbeda, maka besi lunak tersebut akan tertarik.
Gerakan tarikan ini yang menyebabkan adanya defleksi pada alat penunjuk.
Besarnya sudut defleksi tergantung dari besarnya gaya tarikan yang berarti
tergantung kuadrat arusnya.
b. Jenis tolakan (repulsion)
Di dalam kumparan tetap ditempatkan sepasang besi lunak (yang satu tidak
dapat bergerak, yang lain bebas bergerak melalui suatu sumbu). Bila arus I
dialirkan pada kumparan tetap, maka kumparan itu menghasilkan medan
magnet dan kedua besi itu termagnetisasi dan mempunyai kutub-kutub yang
sama. Besi lunak yang bergerak akan memutar sumbu dan menghasilkan
momen gerak. Kemanapun arah arus pada kumparan, kedua besi lunak itu
termagnetisasi (dengan kutub yang sama) dan tetap terjadi tolak-menolak.
Jenis tolakan ini ada dua macam bentuk yaitu:
• bentuk radial
• bentuk co-axial
Bentuk radial hanya mempunyai sudut defleksi maksimum 90°. Bentuk co-
axial mempunyai sudut defleksi yang lebih besar karena besi lunak yang tidak
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
13
bergerak (tetap) berada sepanjang silinder dalam kumparan tetap. Hanya saja
luas penampangnya makin kecil untuk sudut defleksi yang lebih lebar. Hal ini
dimaksudkan gaya tolak pada sisi dekat sudut nol lebih besar dari pada sudut
maksimum sehingga terjadi pergerakan dari posisi nol ke posisi akhir. Sudut
defleksi maksimum bisa mencapai 120°.
c. Jenis tarik-tolak
Gambar 2.4. Prinsip Alat Ukur Tipe Besi Putar
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
Dari gambar 2.4 terlihat bahwa terdapat tiga buah besi lunak (yang tidak
bergerak dan menempel pada kumparan bagian dalam) dan sebuah besi lunak
yang bergerak. Bila suatu saat kumparan dilalui arus, maka akan timbul
medan magnet yang akan menginduksi besi lunak tersebut. Setiap besi lunak
bagian atas berpolaritas utara dan bagian bawah berpolaritas selatan. Pada
posisi dekat nol, besi lunak bagian tengah (yang tidak bergerak) lebih dominan
dibanding dengan yang bagian bawah dan atas. Besi lunak bergerak juga
mempunyai polaritas yang sama, sehingga besi ini ditolak. Makin besar sudut
simpangannya, pengaruh besi lunak bagian tengah (yang tidak bergerak)
menjadi berkurang dan yang bagian atas atau bawah menjadi lebih dominan.
Karena besi lunak (yang bergerak) bertemu dengan polaritas medan magnet
(yang berlawanan) dari besi lunak bagian atas dan bawah (yang tidak
bergerak) maka ia ditarik dan menyimpang lebih besar lagi. Sudut defleksinya
dapat mencapai 240°.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
14
2.1.2.6. Tipe Induksi
Bila suatu konduktor ditempatkan dalam medan magnet (dari arus bolak-
balik), maka arus-arus putar akan dibangkitkan di dalam konduktor tersebut.
Medan-medan magnet (dari arus-arus putar dan dari arus bolak-balik yang
menyebabkannya) akan memberikan interaksi yang menimbulkan momen gerak
pada konduktor. Dan prinsip inilah yang mendasari kerja dari pada alat ukur tipe
induksi.
Gambar 2.5. Prinsip Alat Ukur Tipe Induksi
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
Dimisalkan seperti yang terlihat pada gambar 2.5 terdapat fluksi-fluksi
magnetis ψ1 dan ψ2 yang mempunyai bentuk gelombang sinus dan frekuensi yang
sama tetapi terdapat perbedaan fasa sebesar α, masuk secara paralel dalam suatu
konduktor yang berbentuk lempengan atau piringan. Fluksi-fluksi itu akan
membangkitkan tegangan V1 dan V2 didalam lempengan dan terjadi arus-arus
pusar (eddy current) ie1 dan ie2.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
15
Hubungan antara V, ψ dan ie tampak pada diagram berikut :
Gambar 2.6. Diagram Vektor Alat Ukur Tipe Induksi
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
Karena arus-arus ie1 dan ie2 memotong medan magnet ψ1 dan ψ2 (seperti
pada gambar 2.6) maka gaya-gaya elektromagnetis akan timbul dan menyebabkan
piringan mendapatkan suatu gaya (sebagai hasil dari interaksi tersebut). Bila α =
0, yang berarti ψ1 sefasa dengan ψ2, maka tidak akan terjadi momen gerak. Untuk
mendapatkan perbedaan fasa antara ψ1 dan ψ2 dapat dilakukan dengan cara :
a. Penggunaan dua buah magnet buatan yang menghasilkan dua buah fluks yang
berbeda fasa
b. Shaded pole, sistem ini menggunakan satu kumparan untuk menghasilkan
fluks utama dan fluks utama ini dibagi dua (berbeda fasa) dengan cara
membagi intinya.
2.1.2.7. Tipe Elektrostatis
Semua tipe alat ukur (yang telah disebutkan) mempergunakan gaya
elektromagnetis, yang diperoleh dari arus yang mengalir dalam alat penggeraknya.
Pada alat ukur tipe ini digunakan gaya elektrostatis yang diperoleh dari interaksi
antara kedua elektroda (yang mempunyai potensial berbeda). Alat ukur tipe ini
banyak dipergunakan sebagai alat ukur tegangan atau voltmeter.
Prinsip kerjanya adalah gaya tarik-menarik antara muatan-muatan listrik
dari dua buah plat (yang bermuatan dengan beda tegangan yang tetap antara kedua
plat itu). Momen gerak dari alat ukur tipe elektrostatis ini akan sebanding dengan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
16
gaya F sebagai akibat dari pergeseran sebesar dx yang terjadi. Yang berarti pula
akan berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat tegangannya.
Gambar 2.7. Prinsip Alat Ukur Tipe Elektrostatis
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
2.1.3. Penggunaan Dari Alat Ukur Penunjuk
Untuk mengetahui karakteristik perbedaan dan penggunaan dari tipe-tipe
alat ukur penunjuk dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1. Perbandingan Alat Ukur Penunjuk Listrik
Sumber: Sapiie, Soedjana & Nishino, Osamu. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta. 1982.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
17
2.1.4. Simbol-Simbol Pada Alat Ukur Penunjuk
Pada alat-alat ukur, khususnya alat ukur penunjuk (indicating
instruments) selalu terdapat beberapa simbol pada alat ukur tersebut. Simbol-
simbol tersebut menyatakan antara lain :
a. Tipe atau jenis alat ukur
b. Jenis besaran yang dapat diukur
c. Letak alat ukur saat pengukuran
d. Kelas alat ukur
e. Tegangan uji
Simbol-simbol yang terdapat pada alat-alat ukur, selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2. Simbol Pada Alat Ukur Penunjuk Listrik
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra.
Surabaya. 1992.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
18
2.1.5. Klas Alat Ukur
Setiap alat ukur listrik (khususnya alat ukur penunjuk) memiliki klas alat
ukur. Klas alat ukur adalah jaminan (garansi) dari pabrik pembuatnya bahwa
kesalahan maksimum pada defleksi penuhnya tidak lebih dari nilai (dalam persen)
dari klasnya.
Sebagai contoh : suatu voltmeter 0-150 V ; klas 0,5. Artinya kesalahan maksimum
voltmeter tersebut adalah 0,5 % x 150 V = 0,75 V (±). Bila tegangan yang
ditunjukkan voltmeter tersebut sebesar 100 V, maka harga sebenarnya (true value)
adalah antara 99,25 V sampai 100,75 V.
Jika suatu alat ukur digital dinyatakan dengan akurasi alat ukur sebesar ±
0,5 %, artinya kesalahan maksimum alat ukur digital tersebut adalah ± 0,5 % x
angka yang tertera pada pembacaan alat ukur digital tersebut (saat pengukuran).
Contohnya : jika suatu voltmeter digital memberikan angka 100 V, maka harga
sebenarnya adalah antara 99,5 V sampai 100,5 V.
Klas alat ukur dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
a. Alat ukur klas 0,05 ; 0,1 ; 0,2 adalah alat-alat ukur yang mempunyai ketelitian
yang tinggi dan baik untuk penelitian di laboratorium. Alat-alat ukur ini juga
untuk mengkalibrasi alat ukur yang lebih rendah tingkatnya.
b. Alat ukur klas 0,5 ; 1,0 adalah alat ukur dengan ketelitian yang tidak terlalu
tinggi. Biasanya dalam bentuk portable. Baik juga untuk praktikum maupun
penelitian di laboratorium.
c. Alat ukur klas 1,5 ; 2,5 ; 5,0 adalah alat ukur dengan ketelitian yang rendah.
Alat-alat ukur ini biasa untuk keperluan sehari-hari atau juga terdapat pada
panel-panel ukur.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
19
2.2. Daya Listrik 2.2.1. Hakekat Daya Listrik4
Daya adalah banyaknya usaha yang dihasilkan suatu sumber daya dalam
tiap satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan Joule/detik atau Watt. Sedangkan
yang disebut daya listrik adalah daya yang diperoleh jika arus listrik sebesar satu
Ampere mengalir dengan beda potensial sebesar satu Volt. Daya ini sama dengan
energi sebesar satu Joule per detik, dan daya listrik ini diukur dengan satuan Watt.
Dalam kelistrikan dikenal dengan dua macam arus dan atau tegangan
yaitu arus dan atau tegangan searah (umumnya disebut dengan arus dan atau
tegangan dc) dan arus dan atau tegangan bolak-balik (disebut dengan arus dan
atau tegangan ac). Arus ac (juga berlaku untuk tegangan ac) dapat didefinisikan
sebagai arus yang besar maupun arahnya berubah dengan waktu dan perubahan
tersebut diulangi secara periodik.
Pada arus searah atau arus dc, daya yang dipakai dalam beban dari
tahanan R dapat dinyatakan sebagai berikut :
P = VI = I2R = V2/R ………………………………………..(2.5)
Dimana V adalah tegangan beban dan I adalah arus beban.
Sedangkan pada arus bolak-balik atau arus ac, daya yang dipakai dalam
beban pada saat dimana tegangan beban dan arus beban adalah v dan i maka harga
sesaat dari pada daya dapat dinyatakan sebagai berikut :
p = v i ……………………………………………………....(2.6)
Bila sekarang tegangan dapat dinyatakan dengan fungsi sinus dan ditulis sebagai :
v = Vm sin ωt ……………………………………………….(2.7)
Dan bila tahanan beban adalah R maka arus beban dapat dinyatakan sebagai :
i = Vm/R sin ωt = Im sin ωt ………………………………...(2.8)
Sehingga dengan demikian daya p pada persamaan 2.8 akan dapat dinyatakan
sebagai :
p = ImVm sin² ωt
4 S. Sapiie., O. Nishino. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1982. hal 59-62
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
20
karena sin² ωt = 21 (1 - cos 2ωt) maka diperoleh :
p = 2
ImVm (1 – cos 2ωt) …………………………………..(2.9)
dimana Vm dan Im adalah harga maksimum atau harga puncak dari masing-masing
v dan i. Hubungan tersebut (persamaan 2.9) dapat dilukiskan dalam gambar
berikut ini :
Gambar 2.8. Daya Arus Bolak-Balik dengan Beban Tahanan
Sumber: Sapiie, Soedjana & Nishino, Osamu. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta. 1982.
Selanjutnya harga rata-rata dari daya p melalui satu perioda, yaitu harga
rata-rata P dapat dinyatakan sebagai berikut :
P = 2
ImVm = VI = I2R = R
V 2
…………………………....(2.10)
dimana harga V dan I adalah harga efektif dari masing-masing v dan i.
Persamaan 2.10 tersebut mempunyai bentuk yang sama dengan
persamaan daya 2.5 untuk arus dc. Sehingg dengan demikian P disebut sebagai
daya dalam arus ac.
Jika sekarang bebannya adalah gabungan dari tahanan dan reaktansi,
yaitu dinyatakan sebagai Z = R + jx dimana R adalah tahanan dan x adalah
reaktansi, maka daya sesaatnya diperoleh :
i = Im sin (ωt - ϕ) …………………………………………(2.11)
dari persamaan 2.6 dan 2.7 diperoleh :
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
21
v = Vm sin ωt,
p = v i
p = ImVm sin ωt sin (ωt - ϕ) ……………………………..(2.12)
p = ImVm (sin² ωt cos ϕ - 21 sin 2ωt sin ϕ)
= 2
ImVm (1 – cos 2ωt) - 2
ImVm sin 2ωt sin ϕ
= VI cos ϕ(1 – cos 2ωt) – VI sin ϕ sin 2ωt ……………..(2.13)
Persamaan tersebut digambarkan melalui gambar berikut :
Gambar 2.9. Daya Arus Bolak-Balik dengan Beban Umum
Sumber: Sapiie, Soedjana & Nishino, Osamu. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta. 1982.
Sehingga harga rata-ratanya daya P adalah :
P = V I cos ϕ ……………………………………………...(2.14)
Jadi harga rata-rata dari daya dalam keadaan arus ac dengan beban yang
umum, dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian dari harga efektif arus dan harga
efektif tegangan dengan cosinus dari perbedaan fasa di antara arus dan tegangan
yang melalui beban tersebut. Harga dari hasil perkalian ini adalah sama dengan
daya yang dipakai dalam tahanan. Sehingga daya ini disebut pula sebagai daya
efektif. Disamping itu dari persamaan 2.13 di atas terdapat nilai V I sin ϕ yang
hanya merupakan daya yang ditransferkan antara sumber dengan reaktansi beban,
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
22
tidak dipergunakan dan disebut sebagai daya reaktif. Nilai V I disebut daya semu
dan nilai cos ϕ disebut sebagai faktor kerja.
Hubungan dari ketiga daya tersebut dengan faktor kerjanya dapat dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.10. Diagram Segitiga Daya
S = V I satuannya VA
P = V I cos ϕ satuannya Watt
Q = V I sin ϕ satuannya Var
2.2.2. Pengukuran Daya
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa daya untuk arus dc dinyatakan
sebagai hasil kali antara arus dan tegangan, maka daya untuk arus ac dinyatakan
sebagai hasil kali antara harga efektif tegangan, harga efektif arus dan faktor
kerjanya. Sehingga untuk pengukuran-pengukuran daya, serta perhitungan-
perhitungannya dapat dilakukan dengan salah satu dari kedua cara berikut :
a. Mempergunakan alat ukur yang mempunyai penunjukan berbanding lurus
dengan suatu perkalian (misalnya Wattmeter, Fluke 41B atau alat ukur daya
lainnya)
b. Mempergunakan harga-harga ukur yang didapat secara tidak langsung
(misalnya voltmeter, amperemeter, cos phi meter)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
23
Susunan rangkaian dari alat ukur daya (yang mempunyai penunjukan
berbanding lurus dengan suatu perkalian) dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.11. Pengukuran Daya dengan Wattmeter
Dari gambar 2.11 dapat dijelaskan bahwa kumparan 1 (kumparan
tetapnya) menunjukkan arus yang dipakai beban, sedangkan kumparan 2
(kumparan putarnya) menunjukkan tegangan yang dipakai beban, sehingga daya
yang dipakai oleh beban sebanding dengan penunjukan alat ukur tersebut (dalam
hal ini Wattmeter).
Untuk pengukuran daya yang menggunakan alat ukur yang
penunjukannya secara tidak langsung dapat diperoleh dengan menggunakan
metode-metode pengukuran yang ada.
2.3. Metode Pengukuran Daya Listrik
Metode pengukuran daya listrik adalah suatu metode atau cara yang
digunakan untuk mengukur daya pada beban (khususnya beban 1 fasa untuk arus
ac) dengan menggunakan kombinasi dari alat ukur, yang penunjukan besaran
dayanya tidak secara langsung, tetapi dapat menunjukkan harga-harga ukur
lainnya, yang nantinya daya pada beban tersebut akan diperoleh melalui hasil
perkalian harga-harga ukur tersebut.
2.3.1. Metode Voltmeter
Metode voltmeter merupakan salah satu metode pengukuran daya listrik
yang menggunakan tiga buah alat ukur voltmeter yang disusun sedemikian rupa
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
24
sehingga membentuk suatu besaran fasor yang selisihnya dapat dihitung. Susunan
alat ukur voltmeter dapat ditunjukkan seperti gambar berikut :
Gambar 2.12. Metode Tiga Voltmeter
Gambar 2.13. Diagram Fasor Tiga Voltmeter
Bila alat ukur voltmeter masing-masing menunjukkan V1, V2, dan V3
maka secara diagram fasor diperoleh persamaan : 5 2ϕ++ϕ= )V1sin(V2)V1cos(V3 22
)sinV1()Vcos V1V2cosV1(V 222222 ϕ+2ϕ2++ϕ=3
ϕ22++ϕ+ϕ= cosV V1V2)sin(cosV1V3 22222
ϕ2++= cos V1V2V2V1V3 222 …………………………(2.15)
RIV ×=2 ………………………………………………...(2.16)
Faktor dayanya dari persamaan 2.15 diperoleh :
cos ϕ 212
2−1−3=
222
VVVVV ………………………………..(2.17)
5 Ibid, hal 66
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
25
cos ϕ 12
2−1−3=
222
IRVVVV ………………………………...(2.18)
I V1 cos ϕ R
VVV2
2−1−3=
222
…………………………(2.19)
Dari persamaan 2.19, maka dengan metode voltmeter ini daya yang
diserap beban dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
P R
VVV2
2−1−3=
222
……………………………………..(2.20)
Nilai R atau tahanan pada rangkaian tersebut digunakan untuk
menghitung arus yang mengalir pada rangkaian (yang adalah sama dengan arus
beban). Sehingga untuk menentukan nilai R atau tahanan, maka yang harus
diperhatikan adalah karakteristik dari tahanan yang digunakan (baik daya
maksimumnya maupun suhunya). Ada baiknya untuk metode voltmeter ini
digunakan nilai R seperti 0,1 Ω, 1 Ω dan 10 Ω.
2.3.2. Metode Amperemeter
Metode amperemeter adalah salah satu metode pengukuran daya listrik
yang menggunakan tiga buah alat ukur amperemeter yang disusun sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu besaran fasor yang selisihnya dapat dihitung.
Susunan alat ukur amperemeter dapat ditunjukkan seperti gambar berikut :
Gambar 2.14. Metode Tiga Amperemeter
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
26
Gambar 2.15. Diagram Fasor Tiga Amperemeter
Bila alat ukur ampermeter masing-masing menunjukan A1, A2, dan A3
maka secara diagram fasor diperoleh persamaan : 6
)1sinI(2)I1cosI(I3 22 2ϕ++ϕ=
)sin1I(I2)cos 1I2Icos1I(I3 222222 ϕ+ϕ2++ϕ=
ϕ2++ϕ+ϕ= cos 1I2I2I)sincos(1II3 22222
ϕ2++= cos 1I2I2I1II3 222 (2.21)
RVI =2 ……………………………………………………(2.22)
Dari persamaan 2.21, diperoleh faktor dayanya :
cos ϕ 122−−
=II
2I1II3 222
…………………………………..(2.23)
cos ϕ 12
2−1−3=
222
VIR)III( ……………………………….(2.24)
V I1 cos ϕ 2
2−1−3=
222 R)III( ………………………….(2.25)
Dari persamaan di atas maka dengan metode amperemeter ini daya yang
diserap beban dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
P 2
2−1−3=
222 R)III( ……………………………………(2.26)
Untuk metode amperemeter tahanan atau R digunakan untuk menghitung
tegangan beban, karena tegangan beban sama dengan tegangan sumber maka nilai
arus yang mengalir pada I2 akan konstan, sehingga bila nilai R besar maka nilai
6 Ibid
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
27
arus yang mengalir pada R akan kecil. Ada baiknya untuk metode amperemeter
ini digunakan nilai R seperti 10 Ω dan 100 Ω.
2.3.3. Metode Campuran
Metode campuran merupakan metode yang menggunakan alat ukur
voltmeter, amperemeter dan cos phi meter yang dihubungkan sedemikian rupa
sehingga masing-masing alat ukur melakukan fungsinya masing-masing sesuai
dengan maksud pengukuran yang akan dilakukan. Metode ini merupakan metode
yang baku dan paling umum digunakan di laboratorium. Susunan dan penempatan
masing-masing alat ukur dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.16. Metode Campuran
Bila masing-masing alat ukur menunjukkan besaran V, I, dan cos ϕ maka
secara teoritis daya yang diserap beban diperoleh melalui persamaan 2.14 yaitu :
P = V I cos ϕ
Berdasarkan konsep di atas, maka dengan metode ini daya yang diukur
dapat ditentukan secara langsung melalui hasil perkalian dari harga-harga
penunjukan alat ukur yang digunakan.
2.4. Alat Ukur Daya Listrik
Alat-alat ukur daya listrik adalah semua alat ukur baik alat ukur penunjuk
maupun alat ukur digital, yang penunjukan dayanya secara langsung maupun
tidak langsung; yang digunakan untuk mengukur daya listrik pada suatu beban.
Alat-alat ukur tersebut antara lain, adalah :
a. Wattmeter
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
28
b. Voltmeter
c. Amperemeter
d. Cos phi meter
e. Fluke 41B, dan sebagainya.
Dari alat-alat ukur daya yang disebutkan di atas, yang termasuk alat ukur
daya yang dapat mengukur daya beban secara langsung adalah alat ukur a dan e,
sedangkan alat ukur b, c, dan d harus dirangkaikan menggunakan metode
pengukuran yang telah dijelaskan sebelumnya.
2.4.1. Wattmeter
Wattmeter atau disebut juga alat ukur daya adalah alat ukur penunjuk
yang penunjukannya berbanding lurus dengan daya yang dipakai beban.
Dari tipe-tipe alat ukur penunjuk yang ada, tipe-tipe alat ukur yang sering
dijadikan fungsinya sebagai Wattmeter atau alat ukur daya adalah tipe
elektrodinamis, tipe induksi dan tipe termokopel.
Prinsip kerja Wattmeter (tipe elektrodinamis) adalah pada alat ukur ini
terdapat satu pasang kumparan, yaitu kumparan yang tetap dan kumparan yang
berputar. Sedangkan alat penunjuknya akan berputar melalui suatu sudut yang
berbanding lurus dengan hasil perkalian dari pada arus-arus yang melalui
kumparan-kumparan tersebut. Kumparan yang tetap disebut kumparan arus,
sedangkan kumparan yang berputar disebut kumparan tegangan. Bila sekarang
alat ukur ini dihubungkan seperti gambar rangkaian berikut ini :
Gambar 2.17. Prinsip Wattmeter
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
29
Sedangkan arus yang melalui kumparan tetapnya adalah 1i , serta arus yang
melalui kumparan putarnya adalah 2i , maka momen yang menggerakkan alat
putar pada alat ukur ini adalah 1i 2i = K v i untuk arus dc, dimana K adalah suatu
konstanta; dan dengan demikian berbanding lurus dengan daya pada beban VI.
Untuk arus ac maka :
1i 2i = Kvi = KVI{cos ϕ - cos(2ωt - ϕ)}…………………(2.27)7
Yang diperoleh dengan asumsi bahwa v = Vm sin ωt dan i = Im sin (ωt - ϕ) dan 2i
sefasa dengan V, sehingga penunjukan akan berbanding dengan VI cos ϕ, yang
adalah sama dengan daya yang dipakai beban.
Jadi dengan demikian untuk arus dc maupun arus ac, penunjukan alat
ukur daya tipe elektrodinamometer ini berbanding lurus dengan daya beban.
Jika arus 2i tidak sefasa dengan V, dengan perbedaan fasa sebesar α maka untuk
arus 2i dapat ditulis dengan persamaan 2i = K’Vm sin (ωt - ϕ), dan dengan
asumsi konstanta K’ = K maka persamaannya menjadi :
1i 2i = KVI{cos(ϕ - α) – cos (2ωt - ϕ - α) ……………….(2.28)8
Dengan demikian alat ukur ini akan menunjukkan suatu pergeseran yang
berbanding lurus terhadap VI cos (ϕ - α) dalam keadaan 2i tidak sefasa dengan V.
Nilai α adalah kecil bila ϕ = 0 atau dengan kata lain faktor kerja dari beban
mendekati 1. Akan tetapi bila ϕ menjadi besar, atau faktor kerjanya menurun
maka nilai α akan menjadi besar yang berpengaruh pada hasil akhir penunjukan
daya beban.
Wattmeter dari tipe elektrodinamometer ini yang paling sering
digunakan, sedangkan Wattmeter tipe induksi digunakan pada panel-panel listrik
terutama untuk alat ukur dengan sudut yang lebar, dan untuk tipe termokopel
dipakai untuk pengukuran daya-daya kecil pada frekuensi audio.
7 Ibid, hal 63 8 Ibid
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
30
2.4.2. Amperemeter
Amperemeter atau disebut juga alat pengukur arus adalah alat ukur
penunjuk yang penunjukan pointernya berbanding lurus dengan arus beban yang
akan diukur.
Prinsip kerja dari amperemeter ini adalah sesuai dengan prinsip kerja dari
tipe alat ukur penunjuk yang dijadikan amperemeter. Dan tipe-tipe alat ukur
penunjuk yang sering dipakai sebagai amperemeter adalah tipe termokopel, tipe
besi putar, tipe elektrodinamis dan tipe induksi.
Amperemeter dari tipe termokopel mempunyai harga skala maksimum
antara 5 mA sampai dengan 1 A. Dan bisa digunakan untuk mengukur arus dc
maupun arus ac dengan frekuensi yang berkisar antara 3 Hz sampai 5 Hz. Dalam
penggunaannya amperemeter ini sangat sensitif dengan arus-arus lebih, dan bila
arus lebihnya adalah dua kali besar arus nominalnya maka termokopel vakumnya
akan terbakar.
Amperemeter dari tipe besi putar memiliki harga skala maksimum dari
20 mA sampai dengan kira-kira 100 A. Bila menginginkan harga skala maksimum
yang lebih kecil maka akan memerlukan jumlah lilitan yang lebih banyak dan
dengan demikian mungkin akan meningkatkan nilai tahanan dalam dari alat ukur
arus tersebut sedemikian rupa, sehingga kurang memenuhi persyaratan-
persyaratannya untuk suatu pengukur arus.
Untuk menjadikan alat ukur tipe elektrodinamis menjadi alat ukur arus
atau amperemeter maka harus menghubungkan kumparan-kumparan yang tetap
dan kumparan-kumparan yang berputar pada tipe elektrodinamis secara seri.
Amperemeter tipe ini dapat bekerja dengan arus dc maupun arus ac.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
31
Di bawah ini adalah konfigurasi alat ukur ampere tipe induksi :
Gambar 2.18. Prinsip Amperemeter
Sumber: Sapiie, Soedjana & Nishino, Osamu. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta. 1982.
Seperti yang terlihat pada gambar 2.18 tersebut maka arus yang diukur 1i dibagi
menurut kumparan 1 dan kumparan 2. Bila tahanan yang tinggi R dihubungkan
secara seri dengan kumparan 1, maka perbedaan fasa antara 1i dan 2i dan pula 1φ
dan 2φ akan mendekati 90˚. Kemudian amplitudo dari 1φ dan 2φ akan bervariasi
berbanding lurus dengan I; sehingga momen geraknya akan berbanding lurus
dengan I2, dimana E adalah harga efektif arus yang akan diukur i.
Bila kepingan logam yang berputar merupakan suatu silinder yang sangat
tipis dan pegas dipergunakan sebagai alat pengontrolnya, maka skala yang akan
didapatkan akan merupakan skala yang kuadratis. Untuk menghindarkan ini maka
bentuk dari pada kepingan logam dipilih sehingga mengakibatkan didapatkannya
skala yang hampir-hampir rata.
2.4.3. Voltmeter
Alat pengukur tegangan atau voltmeter adalah sebuah alat ukur penunjuk
yang penunjukannya sebanding dengan tegangan pada beban yang diukur.
Konfigurasi dari alat ukur voltmeter adalah dalam prinsipnya sama dengan alat
ukur arus atau amperemeter khususnya untuk tipe induksi.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
32
Gambar 2.19. Ilustrasi Alat Ukur Voltmeter
Sumber: Stout, Melville B. Basic Electrical Measurements. Prentice-Hall of India. New Delhi. 1981.
Voltmeter tipe termokopel dibuat dengan menghubungkan suatu tahanan
khusus yang terbuat dari carbon secara seri dengan termokopel vakum. Arus
pemanasnya biasanya dibuat untuk kira-kira 10 Ma. Alat pengukur volt ini
biasanya mempunyai harga skala maksimum antara 10-150 V, dan pula dapat
dipergunakan untuk arus dc maupun ac dengan frekuensi dari beberapa Hz sampai
100 kHz.
Untuk voltmeter tipe besi putar, mempunyai prinsip kerja yang sama
dengan prinsip kerja alat ukur penunjuk tipe besi putar hanya untuk menjadikan
sebagai voltmeter perlu dibuat dengan menghubungkan kumparan-kumparan yang
tetap pada tipe besi putar dengan suatu tahanan seri. Kebanyakan dari pada alat-
alat ukur tipe ini mempunyai harga-harga skala maksimum dari 15 sampai kira-
kira 600 V.
Untuk menjadikan alat ukur penunjuk tipe elektrodinamometer menjadi
voltmeter maka perlu dihubungkan suatu tahanan seri ke dalam rangkaiannya.
Tahanan tersebut dirangkaikan seri dengan kumparan tetapnya tetapi yang juga
paralel terhadap kumparan putarnya. Voltmeter tipe ini adalah sangat baik dan
sering dipakai sebagai alat ukur standar untuk arus ac.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
33
2.4.4. Cos phi meter
Cos phi meter adalah alat ukur rasio yang langsung bisa mengukur sudut
fasa atau faktor kerja dari beban yang diukur. Dan tipe alat ukur yang digunakan
sebagai alat ukur faktor kerja ini adalah dari tipe elektrodinamis.
Gambar 2.20. Prinsip Cos phi meter
Sumber: Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Universitas Kristen Petra. Surabaya. 1992.
Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.20 di atas maka arus yang mengalir dalam
kumparan putar M2 dibuat agar mendahului dalam fasa sebesar 90˚ dari pada arus
yang melalui M1. Hal ini dapat dicapai dengan sirkit khusus yang terdiri dari pada
tahanan R dan kapasitansi C. M1 dan M2 adalah kumparan-kumparan dari alat
ukur rasio tipe elektrodinamis. Kemudian bila 1k 1i = 2k 2i dan karena ϕ1 = ϕ2 +
90˚ maka diperoleh persamaan ϕ1 = θ. Dengan demikian maka sudut perputaran
dari kumparan putar θ akan mungkin diukur sudut fasanya ϕ1. Dan dari sini maka
faktor kerja cos ϕ1 dapat diketahui.
2.4.5. Fluke 41B
Fluke 41B adalah alat ukur listrik digital yang mempunyai ketelitian
tinggi sehingga dapat digunakan untuk menentukan harga sebenarnya (true value)
dan hasilnya akan dibandingkan dengan hasil pengukuran dari ketiga metode
pengukuran tersebut. Alat ukur ini bisa digunakan untuk mengukur daya, arus,
tegangan, faktor kerja dan sebagainya.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
34
Metode Fluke 41B merupakan metode pengukuran daya listrik yang
menggunakan alat ukur digital Fluke 41B yang dihubungkan dengan beban
seperti pada gambar berikut :
Gambar 2.21. Metode Fluke 41B
Current probe untuk mengukur arus sedangkan red dan black test probe
untuk mengukur tegangan, sehingga daya yang diserap beban dapat ditentukan
secara langsung melalui hasil yang ditampilkan oleh alat ukur Fluke 41B.
2.5. Analisa Statistik
Analisa statistik suatu data hasil pengukuran dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar kesalahan pengukuran yang telah terjadi dan apakah
kesalahan tersebut masih bisa ditoleransi atau tidak. Untuk mentoleransi
kesalahan-kesalahan pengukuran maka dinyatakan dalam analisa variansi dimana
meskipun selisih atau kesalahan yang terjadi berbeda-beda tetapi bila variansi data
dalam pengukuran masih bisa dipercaya dalam suatu taraf signifikan yang
ditentukan maka hasil dari pengukuran tersebut dapat diterima.
Untuk dapat menganalisa dan menginterpretasi secara tepat, maka
biasanya dilakukan pengukuran yang banyak sekali (bila mungkin dengan jumlah
yang tak berhingga), walaupun biasanya dengan jumlah yang berhingga dicapai
hasil yang baik.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
35
Harga yang paling mungkin dari sejumlah hasil pengukuran disebut rata-
rata aritmatika (aritmetic mean) dan dinyatakan dalam persamaan berikut : 9
n
x...xxx n+++= 21 ……………………………………..(2.29)
dimana : nx,...,x,x 21 adalah harga hasil pengukuran
n adalah jumlah pengukuran
Suatu pengukuran dikatakan berhasil atau memiliki ketelitian yang tinggi bila
harga aritmatik mean tersebut mendekati harga true value.
Deviasi dinyatakan sebagai selisih harga hasil pengukuran terhadap rata-
rata aritmatika sejumlah pengamatan dan dinyatakan dalam persamaan :
xxd
.
.xxd
xxd
nn −=
−=
−=
22
11
……………………………………………….(2.30)
Deviasi terhadap rata-rata aritmatika dapat berharga positip atau negatip dan
penjumlahan secara aljabar semua deviasi akan berharga nol. Deviasi rata-rata
didefinisikan sebagai jumlah semua deviasi absolut dibagi dengan banyaknya
pengamatan.
n
d...ddD n+++
= 21 …………………………………...(2.31)
Deviasi rata-rata menyatakan tingkat presisi suatu alat ukur. Alat ukur yang
presisi akan menghasilkan deviasi rata-rata yang kecil.
Standar deviasi untuk sejumlah data pengukuran yang berhingga
banyaknya dinyatakan dalam persamaan berikut :
11
2_
−
−
=∑
n
xxn
n
σ ………………………………………………(2.32)
dimana x adalah data pengukuran, x adalah aritmatik mean, dan n adalah
banyaknya pengukuran yang dilakukan. Harga dari standar deviasi ini akan selalu
9 H. Tumbelaka. Op. cit. hal 29-30
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com
36
positif, dan harga yang sebenarnya (true value) akan terjadi antara (x - σ) dan (x +
σ).
2.5.1. Analisa Varians
Istilah analisa variansi mempunyai pengertian sebagai suatu teknik untuk
menganalisis atau menguraikan seluruh (total) variasi atas bagian-bagian yang
mempunyai makna. Tingkat kesulitan suatu analisa varians tergantung pada
kerumitan masalah. Varians atau variansi itu sendiri dinyatakan sebagai kuadrat
dari standar deviasinya.
Uji kesamaan beberapa variansi dimaksudkan sebagai analisa varians
terhadap k perlakuan dengan masing-masing k perlakuan memiliki n sampel.
Untuk menguji kesamaan varians dengan n atau jumlah pengukuran yang
berbeda-beda maka dapat digunakan uji Barlett, sedangkan uji Cochran
digunakan untuk menganalisa varians dengan n sampel pengukuran yang sama.
Uji Cochran terutama sekali berguna untuk menentukan apakah suatu
variansi jauh lebih besar daripada lainnya. Statistik yang dipakai adalah :
g = σi2
terbesar / ∑ σi2 …………………………………...(2.33)10
dimana : σi2 terbesar adalah harga variansi atau harga kuadrat standar
deviasi yang paling besar.
∑ σi2 adalah jumlah dari harga kuadrat standar deviasi dari
beberapa perlakuan k, dalam hal ini adalah metode
pengukuran.
Dalam menentukan kesimpulan maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
H0 : σ12 = σ2
2 = σk2 dan
H1 : tidak semua varians sama
Dari kedua hipotesis ini, untuk mengambil kesimpulannya maka harus memenuhi
kriteria berikut yaitu bila g > gα maka hipotesis H0 atau kesamaan variansi ditolak
dan begitu pula sebaliknya. g adalah harga hasil perhitungan dengan persamaan
2.33 dan gα adalah harga yang diperoleh dari tabel uji Cochran dan α adalah taraf
signifikan dengan nilai 1% dan 5%.
10 R. Walpole, R.Myers. Ilmu Peluang Dan Statistika Untuk Insinyur Dan Ilmuwan . Bandung: Penerbit ITB, 1986. hal 402
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.pdffactory.com