8 2. LANDASAN TEORI 2.1 Maslow's Hierarchy Theory ...

18
8 Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI 2.1 Maslow’s Hierarchy Theory Maslow’s hierarchy theory yang dikembangkan oleh Abraham Maslow pada tahun 1943, menjelaskan bahwa seseorang akan termotivasi ketika kebutuhan mereka terpenuhi (Mawere, Mubaya, Van Reisen, & Van Stam, 2016). Teori Maslow menunjukkan adanya tingkatan kebutuhan atau sering disebut hirarki kebutuhan yang harus dipenuhi dari hirarki terendah untuk melanjutkan ke hirarki berikutnya (Narehan, Hairunnisa, Norfadzillah, & Freziamella, 2014). Hirarki kebutuhan berbentuk piramida dan terbagi menjadi 5 hirarki yaitu physiological needs, safety needs, social needs, esteem needs, and self- actualization (Wu, 2012). Physiological needs adalah kebutuhan yang paling mendasar seperti makanan, air dan tempat tinggal (Al-Aufi & Al-Kalbani, 2014). Kedua, safety needs yaitu kebutuhan manusia untuk merasa aman dan terhindar dari ancaman (Cao, Jiang, Oh, Li, Liao, & Chen, 2013). Ketiga, social needs yaitu manusia memiliki hubungan persahabatan (Dholakia-Lehenbauer, Elliott, & Cordell, 2012). Keempat, esteem needs yaitu manusia ingin memiliki status yang jelas seperti dihargai, dihormati dan diakui oleh lingkungan sekitar (Bulut, Hisar, & Demir, 2010). Terakhir, self- actualization mengacu pada kebutuhan untuk menjadi pribadi yang mampu mengembangkan sepenuhnya potensi dalam diri (Alajmi & Alasousi, 2018). Pada kebutuhan ini, pekerja akan menerima dirinya sendiri dan percaya pada pekerjaanya yang bermakna (Al-Aufi & Al-Kalbani, 2014). Self-actualization diperoleh ketika seseorang mendapatkan work-life balance (Chansaengsee, 2017). Seseorang tidak akan mendapatkan kepuasan dalam kehidupan pribadi ketika sangat fokus pada pekerjaan sehingga dibutuhkan adanya work-life balance yang sehat (Smith, Smith, & Brower, 2016). 2.2 McClelland’s Theory of Needs McClelland’s theory of needs yang dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya pada tahun 1961, menunjukan tiga kebutuhan mendasar yang

Transcript of 8 2. LANDASAN TEORI 2.1 Maslow's Hierarchy Theory ...

8 Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1 Maslow’s Hierarchy Theory

Maslow’s hierarchy theory yang dikembangkan oleh Abraham Maslow

pada tahun 1943, menjelaskan bahwa seseorang akan termotivasi ketika

kebutuhan mereka terpenuhi (Mawere, Mubaya, Van Reisen, & Van Stam, 2016).

Teori Maslow menunjukkan adanya tingkatan kebutuhan atau sering disebut

hirarki kebutuhan yang harus dipenuhi dari hirarki terendah untuk melanjutkan ke

hirarki berikutnya (Narehan, Hairunnisa, Norfadzillah, & Freziamella, 2014).

Hirarki kebutuhan berbentuk piramida dan terbagi menjadi 5 hirarki yaitu

physiological needs, safety needs, social needs, esteem needs, and self-

actualization (Wu, 2012). Physiological needs adalah kebutuhan yang paling

mendasar seperti makanan, air dan tempat tinggal (Al-Aufi & Al-Kalbani, 2014).

Kedua, safety needs yaitu kebutuhan manusia untuk merasa aman dan terhindar

dari ancaman (Cao, Jiang, Oh, Li, Liao, & Chen, 2013).

Ketiga, social needs yaitu manusia memiliki hubungan persahabatan

(Dholakia-Lehenbauer, Elliott, & Cordell, 2012). Keempat, esteem needs yaitu

manusia ingin memiliki status yang jelas seperti dihargai, dihormati dan diakui

oleh lingkungan sekitar (Bulut, Hisar, & Demir, 2010). Terakhir, self-

actualization mengacu pada kebutuhan untuk menjadi pribadi yang mampu

mengembangkan sepenuhnya potensi dalam diri (Alajmi & Alasousi, 2018). Pada

kebutuhan ini, pekerja akan menerima dirinya sendiri dan percaya pada

pekerjaanya yang bermakna (Al-Aufi & Al-Kalbani, 2014). Self-actualization

diperoleh ketika seseorang mendapatkan work-life balance (Chansaengsee, 2017).

Seseorang tidak akan mendapatkan kepuasan dalam kehidupan pribadi ketika

sangat fokus pada pekerjaan sehingga dibutuhkan adanya work-life balance yang

sehat (Smith, Smith, & Brower, 2016).

2.2 McClelland’s Theory of Needs

McClelland’s theory of needs yang dikembangkan oleh David McClelland

dan rekan-rekannya pada tahun 1961, menunjukan tiga kebutuhan mendasar yang

9 Universitas Kristen Petra

dimiliki semua individu, yaitu achievement, power, dan affiliation dapat

mempengaruhi tindakan seseorang (Moberg & Leasher, 2011; Osemeke &

Adegboyega, 2017).

Need for achievement (nAch) adalah keinginan untuk melampaui yang lain

dengan memiliki standar yang tinggi dalam mencapai kesuksesan (Jha, 2010).

Merrick dan Shafi (2011) mengatakan nAch dapat mendorong seseorang untuk

meningkatkan standar kinerja. Seseorang yang memiliki faktor nAch tinggi akan

merasa puas jika memiliki pekerjaan yang melibatkan tingkat keterampilan dan

tantangan yang sulit (Moore, Grabsch, & Rotter, 2010).

Need for power (nPow) adalah keinginan seseorang untuk memegang

kendali serta otoritas yang dapat mempengaruhi dan mengubah keputusan orang

lain sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya (Osemeke & Adegboyega, 2017).

Seseorang yang memiliki faktor nPow yang tinggi akan mencari kekuatan posisi

sehingga ide-idenya dapat mendominasi dan dapat mengendalikan tindakan orang

lain (Fodor, Wick, & Conroy, 2012).

Need for affiliation (nAff) adalah keinginan untuk membangun dan

mempertahankan hubungan yang akrab dengan orang lain (Rybnicek, Bergner, &

Gutschelhofer, 2019). Seseorang akan didorong atas dasar percaya kepada orang

lain (Steinmann, Otting, & Maier, 2016). Seseorang dengan faktor nAff tinggi

lebih suka berinteraksi dengan orang lain sehingga memiliki keinginan yang kuat

untuk disukai dan diterima (Moberg & Leasher, 2011).

Menurut teori kebutuhan motivasi McClelland, kebutuhan seseorang akan

afiliasi mengarah pada pengembangan hubungan pribadi, termasuk yang di luar

tempat kerja (Smith, Smith, & Brower, 2016). Dengan demikian, keinginan untuk

mendapat work-life balance yang sehat dalam pekerjaan akan sangat penting

untuk mahasiswa dalam memilih karir akuntansi. Tabel 2.1 dibawah ini

menunjukkan penggunaan Maslow’s hierarchy theory dan McClelland’s theory of

needs dalam menjelaskan work-life balance.

10 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu Maslow’s Hierarchy Theory dan

McClelland’s Theory of Needs

Teori Topik Author Keterangan

Maslow

Hierarchy

Work-life

balance, time

management

Chansaengsee,

S. (2017)

Work-life balance dapat

mendukung time

management seseorang

untuk mendapatkan self-

actualization.

Quality of

work life

Narehan,

Hairunnisa,

Norfadzillah,

dan Freziamella.

(2014)

Kualitas program

kehidupan kerja

mempengaruhi kualitas

hidup karyawan dalam

organisasi.

Maslow

Hierarchy &

Mcclelland

Motivational

Needs Theory

Work-life

balance,

perspectives of

marketing

professionals

Smith, K. T.

(2010)

Work-life balance dapat

meningkatkan kualitas

kerja, kinerja,

pengambilan keputusan

etis, dan kepuasan kerja

seseorang

Work-life

balance,

perspectives of

future

accountant

Smith, Smith,

dan Brower.

(2016)

Work-life balance dapat

memberikan motivasi

kepada mahasiswa untuk

memilih karir di masa

depan

2.3 Work-life balance (WLB)

WLB dapat diasumsikan sebagai pemisahan yang seimbang antara

pekerjaan dan kehidupan pribadi (Khallash & Kruse, 2012). Agarwal dan Lenka

(2015) menambahkan, WLB berarti menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan

gaya hidup seseorang. Selain itu, Greenhaus dan Allen (2011) mendefinisikan

11 Universitas Kristen Petra

WLB sebagai penilaian sejauh mana efektivitas dan kepuasan seseorang dalam

pekerjaan dan peran keluarga konsisten dengan nilai-nilai kehidupan mereka.

WLB digambarkan sebagai dukungan organisasi untuk aspek kehidupan pribadi

karyawan (Balven, Fenters, Siegel, & Waldman, 2018). WLB bekerja secara

efektif apabila terdapat kebijakan yang dapat mengurangi beban kerja karyawan

tanpa mengganggu produktivitas organisasi (Adame, Caplliure, & Miquel, 2016).

Darcy, McCarthy, Hill, dan Grady (2012) berpendapat bahwa WLB terjadi

berdasarkan rencana yang terorganisir dengan baik.

Mahasiswa mulai sadar terhadap pentingnya WLB (Pookaiyaudom, 2015;

Tan-Wilson & Stamp, 2015). Menurut Smith, Smith, dan Brower (2011),

mahasiswa memandang WLB sangat penting dalam membuat keputusan karir.

WLB memiliki 4 elemen penting yaitu flexible work hours, job sharing,

telecommuting, dan holiday work hours (Smith, Smith, & Brower, 2016). Flexible

work hours dapat membuat karyawan menghilangkan jam kerja tetap demi

memiliki waktu untuk kehidupan pribadi. Flexible work hours dapat diartikan

ketika karyawan diberi kebebasan untuk memilih jam kerja awal dan akhir

(Barney & Elias, 2010). Menurut Masuda et al., (2012), kepuasan kerja dan

kualitas hidup karyawan bersumber dari flexible work hours. Flexible work hours

yang sehat membuat pekerja dapat mengurangi konflik antara pekerjaan dan

keluarga (Hofacker & Konig, 2013).

Job sharing dapat mengurangi tingkat stres karyawan karena membantu

memberikan WLB antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (Thakur, Bansal, &

Maini, 2018). Job sharing dapat didefinisikan sebagai kontrak paruh waktu

dimana dua atau lebih karyawan bersama-sama bertanggung jawab atas beban

kerja satu posisi (Freeman & Coll, 2009). Dengan adanya kualitas kerja paruh

waktu yang lebih baik, dapat membantu tercapainya keseimbangan antara

pekerjaan dan keluarga yang sehat (Pocock, Charlesworth, & Chapman, 2013).

Telecommuting dapat diartikan dimana karyawan melakukan pekerjaan tidak

ditempat biasa mereka bekerja yang didukung dengan koneksi teknologi

(Nieminen, Nicklin, McClure, & Chakrabarti, 2011; Bélanger, Watson-Manheim,

& Swan, 2013). Telecommuting dapat meningkatkan komitmen, produktivitas dan

kepuasan karyawan dalam bekerja (Harker Martin & MacDonnell, 2012). Dengan

12 Universitas Kristen Petra

adanya telecommuting dapat membantu karyawan untuk mencapai keseimbangan

antara kehidupan profesional dan pribadi karena dapat meluangkan waktu lebih

banyak bersama keluarga (Sarbu, 2018). Telecommuting dapat menghilangkan

konflik di rumah akibat lebur bekerja (Ojala, Natti, & Anttila, 2014).

Holiday work hours menurut Smith, Smith, dan Brower (2011) dapat

diartikan dengan adanya hari libur pada jadwal kerja. Mahasiswa menyukai

adanya holiday work hours dalam pekerjaan (Smith, Smith, & Brower, 2016).

Berkaitan dengan WLB, Tabel 2.2 menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia

telah memperhitungkan betapa pentingnya WLB bagi pekerja dan telah

menetapkannya dalam undang-undang ketenagakerjaan Indonesia.

Tabel 2.2. Kebijakan Pemerintah Mengenai Work-life Balance Melalui UU

Ketenagakerjaan

Specialized leave policies

Bereavement leave

Pemberian cuti tanpa

pengurangan upah kepada

pekerja yang suami atau

isteri atau anak atau

menantu atau orang tua

atau mertua atau anggota

keluarga yang dalam satu

rumah meninggal dunia.

Pasal 2

paragraf C;

Pasal 4

paragraf F & G

Paid maternity leave

Pemberian cuti tanpa

pengurangan upah kepada

pekerja perempuan yang

berhak memperoleh

istirahat selama 1,5 (satu

setengah) bulan sebelum

melahirkan dan 1,5 (satu

setengah) bulan sesudah

melahirkan.

Pasal 82

nomor 1; Pasal

84

13 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.2. Kebijakan Pemerintah Mengenai Work-life Balance Melalui UU

Ketenagakerjaan (sambungan)

Specialized leave policies

Paternity leave

Pemberian cuti tanpa

pengurangan upah kepada

pekerja laki-laki yang

istrinya melahirkan atau

keguguran.

Pasal 93

nomor 4

paragraf E

Religiosity Support

Longer break and or leave

to do religiosity rituals

Organisasi wajib

memberikan kesempatan

kepada pekerja untuk

melaksanakan ibadah

yang diwajibkan oleh

agamanya

Pasal 80

Source: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

2.4 Image accounting career (IAC)

Profesi akuntansi menjadi penting karena terlibat dalam pencapaian tujuan

strategis pertumbuhan sosial-ekonomi suatu negara dan proses pertumbuhan

berkelanjutan (Cernusca & Balaciu, 2015). Hashim, Embong, dan Shaari (2012)

menunjukkan, sebagian besar mahasiswa melihat akuntan sebagai orang yang

dihormati dan memiliki reputasi tinggi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

Khalid, Sarani, Hisam, Zulkffli, dan Jamalludin (2016) mengatakan bahwa

mahasiswa memiliki persepsi positif terhadap profesi akuntansi melalui gaji yang

tinggi dan stabilitas dalam profesi, persyaratan kerja, serta reputasi akuntan. Di

sisi lain, Carnegie dan Napier (2010) menunjukkan bahwa akuntan memiliki

karakteristik jujur dan dapat diandalkan. Hal itu membuat akuntan dipandang

sebagai profesi yang menjanjikan dan penting bagi masyarakat (Splitter & Borba,

2014).

14 Universitas Kristen Petra

Penelitian terdahulu menunjukan mahasiswa memiliki beberapa stigma

terhadap karir akuntansi. Mahasiswa memiliki pandangan negatif mengenai

profesi akuntansi yang sangat patuh terhadap peraturan (McDowall & Jackling,

2010). Bagi mahasiswa profesi akuntansi adalah pekerjaan yang monoton dan

melibatkan banyak perhitungan (Splitter & Borba, 2014). Hal tersebut didukung

dengan Hung (2014) bahwa mahasiswa melihat profesi akuntansi sebagai

pekerjaan yang membosankan. Selain itu, mahasiswa memiliki pandangan bahwa

profesi akuntansi adalah pekerjaan yang dibawah tekanan sehingga dapat

membuat stres (Germanou, Hassall, & Tournas, 2009). Penelitian yang dilakukan

oleh Caglio dan Cameran (2017) menunjukkan akuntan dianggap sebagai seorang

yang tidak kreatif. Akuntan juga dipandang sebagai pribadi yang independen oleh

mahasiswa akuntansi (Wessels & Steenkamp, 2009).

Cernusca dan Balaciu (2015) melakukan penelitian yang menunjukkan

bahwa technical skills (accounting, taxation, expertise, management control,

management) merupakan keterampilan yang diperlukan bagi akuntan dalam

bekerja. Selain keterampilan, peneliti terdahulu juga meneliti persepsi mahasiswa

mengenai pengalaman kerja sebagai kriteria yang diperlukan akuntan dalam

bekerja. Hasilnya menunjukan bahwa mahasiswa menyetujui pengalaman kerja

sebagai kriteria yang dibutuhkan dalam profesi akuntansi. Pengalaman kerja dapat

diperoleh melalui program magang yang dapat membuat mahasiswa akuntansi

memiliki keyakinan untuk memilih karir akuntansi (Tong & Tong, 2012).

2.5 Pursue Accounting Career (PAC)

Mahasiswa perlu memiliki kemampuan dalam bidang akuntansi bila ingin

menjadi seorang akuntan. Bidang akuntansi dapat membuat mahasiswa menjadi

akuntan pada masa depan (Bahari, Tahir, & Rahim, 2014). Menurut Watson dan

McMahon (2005) serta Tang dan Seng (2016), niat mahasiswa dalam memilih

karir di masa depan dapat dipengaruhi oleh bertambahnya pengetahuan dari waktu

ke waktu.

Dalam memilih karir akuntansi mahasiswa memperhatikan tiga faktor

penting yaitu kepuasan kerja, kondisi kerja yang baik dan stabilitas pekerjaan di

bidang akuntansi (Byrne, Willis, & Burke, 2012). Mahasiswa memiliki motivasi

15 Universitas Kristen Petra

untuk memilih karir akuntansi karena memiliki niat yang besar dan kepercayaan

diri yang kuat (Owusu, Obeng, Ofori, Kwakye, & Bekoe, 2018). Keinginan

mahasiswa dalam memilih karir dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya dan

pandangan orang lain (Fishbein & Ajzen, 2011). Peneliti terdahulu melakukan

penelitian untuk mengetahui niat mahasiswa mengejar karir akuntansi. Dalam

penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang tua, teman, dan status sosial

memiliki peran penting bagi mahasiswa dalam menentukan karir akuntansi

(Bagley, Dalton, & Ortegren, 2012; Dalci & Ozyapici, 2018).

Germanou, Hassall, dan Tournas (2009) melakukan penelitian mengenai

persepsi mahasiswa asal Inggris dan Malaysia dalam memilih karir akuntansi.

Terdapat empat kategori dalam penelitian tersebut yaitu extrinsic, intrinsic,

prestige dan social. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memilih karir

akuntansi, mahasiswa asal Inggris dan Malaysia memiliki perbedaan. Mahasiswa

asal Inggris memilih karir akuntansi karena percaya bahwa karir tersebut akan

memberikan nilai intrinsik dan sosial. Sementara itu, mahasiswa asal Malaysia

memilih karir akuntansi karena percaya bahwa karir tersebut akan memberikan

nilai intrinsic, extrinsic, prestige dan social.

Law (2010) melakukan penelitian kepada mahasiswa akuntansi di

universitas Hong Kong mengenai pilihan dalam berkarir dalam akuntansi. Hasil

menunjukan bahwa faktor intrinsik dan pengaruh orang tua menjadi peran penting

dalam mahasiswa akuntansi untuk mengejar karir akuntansi. Kepuasan kerja,

kesempatan untuk menjadi pekerja yang kreatif, dan adanya tantangan secara

intelektual menjadi faktor intrinsik yang paling berpengaruh dalam pengambilan

keputusan mahasiswa akuntansi untuk mengejar karir sebagai akuntan.

2.6 Hubungan antar Variabel

2.6.1 Pengaruh WLB terhadap IAC

Wessels dan Steenkamp (2009) melakukan penelitian mengenai persepsi

mahasiswa akuntansi terhadap karir akuntan. Hasil dari penelitian menunjukan

bahwa mahasiswa akuntansi menganggap akuntan adalah pekerjaan yang kurang

memiliki aktivitas sosial. Sedangkan penelitian yang dilakukan Byrne, Willis, dan

16 Universitas Kristen Petra

Burke (2012) menjelaskan bahwa mahasiswa menganggap adanya work-life

balance dapat membantu akuntan untuk bersosialisasi dengan baik.

H1: Work-life balance berpengaruh terhadap image accounting career.

2.6.2 Pengaruh IAC terhadap PAC

Menurut Handley, Shanka, dan Rabbanee (2017), dalam pemilihan karir

mahasiswa dipengaruhi oleh faktor exciting (interesting, fun dan inovatif) dan

challenging (competitive dan hardwork). Menurut Dalci and Ozyapici (2018),

menikmati hidup dan bersenang-senang merupakan prioritas utama dari

mahasiswa. Mahasiswa memilih karir akuntansi karena merasa akuntansi adalah

karir yang menarik (Ng, Lai, Su, Yap, Teoh, & Lee, 2017). Faktor lain yang

mempengaruhi mahasiswa dalam memilih karir akuntansi adalah challenging.

Mahasiswa ingin memiliki pekerjaan yang menantang secara intelektual (Law,

2010).

H2: Image accounting career berpengaruh terhadap pursue accounting

career.

2.6.3 Pengaruh WLB terhadap PAC

Work-life balance menjadi faktor yang penting untuk memilih karir

sebagai akuntan Bagley, Dalton, dan Ortegren (2012). Smith, Smith, Brower

(2016) melakukan penelitian mengenai pentingnya work-life balance bagi

mahasiswa akuntansi. Hasil menunjukan bahwa mahasiswa mempertimbangkan

masalah work-life balance dalam pemilihan karir di masa depan.

H3: Work-life balance berpengaruh terhadap pursue accounting career.

Dari penjelasan diatas peneliti dapat menggabungkan image accounting

career sebagai variabel mediasi, sehingga muncul hipotesis selanjutnya:

H4: Image accounting career dapat memediasi hubungan antara work-

life balance terhadap pursue accounting career.

17 Universitas Kristen Petra

2.6.4 Pengaruh jenis kelamin terhadap WLB

Smith, Smith, dan Brower (2016) melakukan penelitian mengenai persepsi

mahasiswa akuntansi dan akuntan terhadap pentingnya work-life balance dalam

dunia kerja. Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap persepsi mahasiswa mengenai work-life balance. Baik

responden pria dan wanita menganggap bahwa masalah work-life balance sangat

penting, dengan nilai rata-rata wanita lebih tinggi dari pria.

H5: Work-life balance berbeda berdasarkan jenis kelamin.

2.6.5 Pengaruh jenis kelamin terhadap IAC

Menurut Hashim, Embong, dan Shaari (2012) mahasiswa menyukai

akuntansi dan percaya bahwa akuntansi adalah pekerjaan yang dihormati dan

prestisius. Ada juga perbedaan jenis kelamin dalam memandang profesi

akuntansi. Hal ini ditandai dengan persepsi mahasiswa wanita yang lebih positif

bila dibandingkan dengan mahasiswa pria.

H6: Image accounting career berbeda berdasarkan jenis kelamin.

2.6.6 Pengaruh jenis kelamin terhadap PAC

Nwobu, Faboyede, dan Oyewo (2016) melakukan penelitian mengenai

faktor untuk mengejar karir akuntansi terhadap 150 mahasiswa akuntansi di

Nigeria Barat daya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh

jenis kelamin yang menyebabkan terdapat perbedaan dalam memilih karir

akuntansi. Mahasiswa akuntansi pria memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk

memilih akuntansi sebagai karir dari pada mahasiswa wanita.

H7: Pursue accounting career berbeda berdasarkan jenis kelamin.

2.6.7 Pengaruh lama studi terhadap WLB

Penelitian yang dilakukan oleh Akalp, Ozbek, dan Omur-Ozbek (2017) ini

bertujuan untuk menyelidiki persepsi mahasiswa manajemen mengenai work-life

balance. Selain itu, penelitian ini juga menyelidiki perbedaan lama studi

mahasiswa dalam pengaruhnya terhadap work-life balance. Hasil menunjukan

bahwa mahasiswa sangat menyetujui adanya work-life balance dalam karir

18 Universitas Kristen Petra

mahasiswa. Perbedaan lama studi tidak mempengaruhi mahasiswa dalam

persepsinya pada work-life balance.

H8: Work-life balance tidak berbeda berdasarkan lama studi.

2.6.8 Pengaruh lama studi terhadap IAC

Hasil dari penelitian Manganaris dan Spathis (2012) menunjukan bahwa

mahasiswa pada awal semester pertama memiliki persepsi positif mengenai

akuntansi, yang bertambah positif seiring dengan berjalannya waktu. Peran

pendidik akuntansi berperan besar terhadap mahasiswa dalam menentukan karir

pada masa depan.

H9: Image accounting career berbeda berdasarkan lama studi.

2.6.9 Pengaruh lama studi terhadap PAC

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Ismail, dan Anantharaman (2015)

berfokus pada mahasiswa akuntansi di Malaysia untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi pemilihan karir akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan lama studi mahasiswa yang dapat mempengaruhi niat

mahasiswa dalam pemilihan karir.

H10: Pursue accounting career berbeda berdasarkan lama studi.

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3 Literature Review

Penulis Judul Hasil

WLB

Pookaiyoudom.

(2015)

Assessing different

perceptions toward

the importance of a

work-life balance: a

comparable study

between Thai and

international

programme students

Penelitian Pookaiyaudom (2015)

menunjukan bahwa baik mahasiswa

Thailand maupun internasional, memiliki

kesedaran yang tinggi mengenai

pentingnya work-life balance dan

menyatakan bahwa konsep work-life

balance sangat penting bagi kehidupan

mahasiswa.

19 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)

Penulis Judul Hasil

WLB

Tan-Wilson

dan Stamp.

(2015)

College Students'

Views of Work-Life

Balance in STEM

Research Careers:

Addressing Negative

Preconceptions

Tan-wilson (2015) melakukan penelitian

terhadap mahasiswa mengenai work-life

balance pada karir STEM (science,

technology, engineerings, mathematics).

Hasil menunjukan bahwa mahasiswa pria

dan wanita menganggap work-life balance

sangat penting, dengan tidak adanya

perbedaan signifikan antara jawaban pria

dan wanita. Work-life balance juga

berpengaruh terhadap pilihan karir

mahasiswa setelah lulus nanti.

Smith, Smith

dan Brower.

(2016)

How Work-life

Balance, Job

Performance, and

Ethics Connect:

Perspectives of

Current and Future

Accountants

Smith, Smith, dan Brower (2016)

melakukan penelitian mengenai persepsi

mahasiswa akuntansi dan akuntan terhadap

pentingnya work-life balance dalam dunia

kerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa

work-life balance yang sehat berpengaruh

positif terhadap kepuasan kerja, performa

kerja, dan pengambilan keputusan yang

etis. Work-life balance juga memiliki peran

penting terhadap pemilihan karir. Jenis

kelamin memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap persepsi mahasiswa

mengenai work-life balance. Baik

responden pria dan wanita menganggap

bahwa masalah work-life balance sangat

penting, dengan nilai rata-rata wanita lebih

tinggi dari pria.

20 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)

Penulis Judul Hasil

WLB

Akalp, Ozbek,

dan Omur-

Ozbek. (2017)

Construction

Management

Students'

Perceptions on

Work-life Balance

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki

persepsi mahasiswa manajemen mengenai

work-life balance. Selain itu, penelitian ini

juga menyelidiki perbedaan jenis kelamin

dan lama studi mahasiswa dalam

pengaruhnya terhadap work-life balance.

Hasil menunjukan bahwa mahasiswa

sangat menyetujui adanya work-life

balance dalam karir mahasiswa. Perbedaan

jenis kelamin juga mempengaruhi persepsi

mahasiswa mengenai work-life balance

secara signifikan. Mahasiswa wanita lebih

setuju terhadap masalah work-life balance

dari pada mahasiswa pria. Perbedaan lama

studi tidak mempengaruhi mahasiswa

dalam persepsinya pada work-life balance.

IAC

Germanou,

Hassall, dan

Tournas.

(2009)

Students’

perceptions of

accounting

profession: work

value approach

Secara umum penelitian menunjukkan

bahwa jika seorang siswa memiliki

persepsi positif terhadap profesi akuntansi,

maka siswa itu akan sangat mungkin

memiliki niat positif untuk mengejar karir

akuntansi. Mahasiswa akuntansi dari

negara Malaysia dan Inggris termotivasi

untuk mengejar profesi terutama

berdasarkan persepsi mahasiswa tentang

peluang untuk bekerja dengan orang lain,

kemajuan karir dan sifat yang menarik dari

pekerjaan akuntansi

21 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)

Penulis Judul Hasil

IAC

Mcdowall dan

Jackling.

(2010)

Attitudes towards

the accounting

profession: an

Australian

perspective

Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh

universitas mengenai akuntansi tidak

meningkatkan persepsi positif akuntansi

sebagai pengetahuan. Bagi mahasiswa,

akuntansi dianggap melibatkan banyak

menghafal aturan.

Manganaris

dan Spathis.

(2012)

Greek Students'

perceptiions of an

introductory

accounting course

and the accounting

profession

Hasil penelitian menunjukan bahwa

mahasiswa pada awal semester pertama

memiliki persepsi positif mengenai

akuntansi, yang bertambah positif seiring

dengan berjalannya waktu. Peran pendidik

akuntansi berperan besar terhadap

mahasiswa dalam menentukan karir pada

masa depan.

Hashim,

Embong, dan

Shaari. (2012)

Perceptions on

Accounting Career:

A Study among the

Secondary School

Students in a

Regional Kelantan

State.

Mahasiswa menyukai akuntansi dan

percaya bahwa akuntansi adalah pekerjaan

yang dihormati dan prestisius. Ada juga

perbedaan jenis kelamin dalam

memandang profesi akuntansi. Hal ini

ditandai dengan persepsi mahasiswa

wanita yang lebih positif bila dibandingkan

dengan mahasiswa pria.

Hung. (2014)

Perceptions of

Accounting and

Accountants

Penelitian ini berfokus pada persepsi

mahasiswa mengenai profesi akuntansi.

Hasil menunjukan bahwa mahasiswa

China dan Macau memandang akuntansi

sebaagai profesi yang membosankan,

membutuhkan ketelitian, pasti, dan

memiliki status sosial yang tinggi.

22 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)

Penulis Judul Hasil

PAC

Nwobu,

Faboyede, dan

Oyewo. (2016)

Accounting students'

choice to pursue a

career in the

Industry or

academics: lessons

from selected

private Nigerian

Universities

Nwobu pada tahun 2016 melakukan

penelitian mengenai faktor untuk mengejar

karir akuntansi terhadap 150 mahasiswa

akuntansi di Nigeria Barat daya. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukan bahwa

faktor yang terpenting bagi mahasiswa

dikarenakan minat pribadi dari mahasiswa

tersebut tanpa ada pengaruh pihak lain.

Temuan lainnya menunjukan adanya

pengaruh jenis kelamin yang menyebabkan

adanya perbedaan dalam memilih karir

akuntansi. Mahasiswa akuntansi pria

memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk

memilih akuntansi sebagai karir dari pada

mahasiswa wanita.

Tong dan

Tong. (2012)

Negative opinion of

company

environment

mediates career

choice of

Accountancy

students

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

keputusan karir mahasiswa akuntansi di

Malaysia. Hasil dari penelitian

menunjukan bahwa magang atau kerja

lapangan memiliki peran penting dalam

pengambilan keputusan karir akuntansi

bagi mahasiswa. Magang menjadi

pertimbangan yang paling mempengaruhi

mahasiswa di atas pertimbangan gaji dan

tunjangan.

23 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)

Penulis Judul Hasil

PAC

Nishiyama,

Camillo, dan

Jinkens. (2014)

Gender and motives

for accountancy

Penelitian ini mengungkapkan bahwa

wanita memiliki alasan yang lebih kuat

daripada pria dalam hal lokasi pekerjaan,

status sosial, dan stabilitas pendapatan

ketika memilih akuntansi sebagai pilihan

dalam berkarir. Terdapat sekitar 40%

kemungkinan lebih banyak wanita yang

memilih akuntansi daripada pria

dikarenakan lokasi pekerjaan yang dekat

dengan keluarga. Faktor status sosial

mempengaruhi wanita sekitar 40% lebih

tinggi dari pada pria. Sedangkan stabilitas

pendapatan lebih penting bagi wanita

daripada pria dalam pilihan berkarir di

akuntansi.

Aziz, Ibrahum,

Sidik, dan

Tajuddin.

(2017)

Accounting students’

perception and their

intention to become

professionally

qualified

accountants

Penelitian ini berfokus pada mahasiswa

akuntansi di Malaysia untuk mengetahui

faktor yang mempengaruhi dalam

pengambilan keputusan karir akuntansi.

Terdapat 7 variabel yang digunakan, yaitu

status, stabilitas pekerjaan, gaji, banyaknya

kesempatan, biaya untuk, memiliki gelar

akuntansi, dan grit (ketekunan dan

semangat untuk tujuan jangka panjang).

Hasil menunjukan bahwa hanya 3 faktor

yang mempengaruhi mahasiswa dalam

keputusan berkarir sebagai akuntan, yaitu

stabilitas pekerjaan, biaya untuk memilih

gelar akuntansi, dan grit.

24 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)

Penulis Judul Hasil

PAC

Ahmad,

Ismail, dan

Anantharaman.

(2015)

To be or not to be:

An investigation of

accounting students'

career intentions

Penelitian ini berfokus pada mahasiswa

akuntansi di Malaysia untuk mengetahui

faktor yang mempengaruhi pemilihan karir

akuntansi. Hasil pertama menunjukan

bahwa mahasiswa akuntansi mungkin tidak

memiliki komitmen pada profesi akuntansi.

Kedua, minat intrinsik dan pengalaman

magang adalah faktor yang mempengaruhi

niat karir mahasiswa. Ketiga, pengaruh

konflik yang diantisipasi memberikan

temuan baru dalam kaitannya dengan niat

mahasiswa akuntansi dalam berkarir.

Selain itu, terdapat perbedaan lama studi

mahasiswa yang dapat mempengaruhi niat

mahasiswa dalam pemilihan karir.

Hubungan yang signifikan hanya diperoleh

oleh mahasiswa tahun kedua.

2.8 Hipotesis

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hipotesis

sebagai berikut:

H1: Work-life balance berpengaruh terhadap image accounting career.

H2: Image accounting career berpengaruh terhadap pursue accounting

career.

H3: Work-life balance berpengaruh terhadap pursue accounting career.

H4: Image accounting career dapat memediasi hubungan antara work-

life balance terhadap pursue accounting career.

H5: Work-life balance berbeda berdasarkan jenis kelamin.

H6: Image accounting career berbeda berdasarkan jenis kelamin.

25 Universitas Kristen Petra

H7: Pursue accounting career berbeda berdasarkan jenis kelamin.

H8: Work-life balance berbeda berdasarkan lama studi.

H9: Image accounting career berbeda berdasarkan lama studi.

H10: Pursue accounting career berbeda berdasarkan lama studi.