8 2. LANDASAN TEORI 2.1 Maslow's Hierarchy Theory ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of 8 2. LANDASAN TEORI 2.1 Maslow's Hierarchy Theory ...
8 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Maslow’s Hierarchy Theory
Maslow’s hierarchy theory yang dikembangkan oleh Abraham Maslow
pada tahun 1943, menjelaskan bahwa seseorang akan termotivasi ketika
kebutuhan mereka terpenuhi (Mawere, Mubaya, Van Reisen, & Van Stam, 2016).
Teori Maslow menunjukkan adanya tingkatan kebutuhan atau sering disebut
hirarki kebutuhan yang harus dipenuhi dari hirarki terendah untuk melanjutkan ke
hirarki berikutnya (Narehan, Hairunnisa, Norfadzillah, & Freziamella, 2014).
Hirarki kebutuhan berbentuk piramida dan terbagi menjadi 5 hirarki yaitu
physiological needs, safety needs, social needs, esteem needs, and self-
actualization (Wu, 2012). Physiological needs adalah kebutuhan yang paling
mendasar seperti makanan, air dan tempat tinggal (Al-Aufi & Al-Kalbani, 2014).
Kedua, safety needs yaitu kebutuhan manusia untuk merasa aman dan terhindar
dari ancaman (Cao, Jiang, Oh, Li, Liao, & Chen, 2013).
Ketiga, social needs yaitu manusia memiliki hubungan persahabatan
(Dholakia-Lehenbauer, Elliott, & Cordell, 2012). Keempat, esteem needs yaitu
manusia ingin memiliki status yang jelas seperti dihargai, dihormati dan diakui
oleh lingkungan sekitar (Bulut, Hisar, & Demir, 2010). Terakhir, self-
actualization mengacu pada kebutuhan untuk menjadi pribadi yang mampu
mengembangkan sepenuhnya potensi dalam diri (Alajmi & Alasousi, 2018). Pada
kebutuhan ini, pekerja akan menerima dirinya sendiri dan percaya pada
pekerjaanya yang bermakna (Al-Aufi & Al-Kalbani, 2014). Self-actualization
diperoleh ketika seseorang mendapatkan work-life balance (Chansaengsee, 2017).
Seseorang tidak akan mendapatkan kepuasan dalam kehidupan pribadi ketika
sangat fokus pada pekerjaan sehingga dibutuhkan adanya work-life balance yang
sehat (Smith, Smith, & Brower, 2016).
2.2 McClelland’s Theory of Needs
McClelland’s theory of needs yang dikembangkan oleh David McClelland
dan rekan-rekannya pada tahun 1961, menunjukan tiga kebutuhan mendasar yang
9 Universitas Kristen Petra
dimiliki semua individu, yaitu achievement, power, dan affiliation dapat
mempengaruhi tindakan seseorang (Moberg & Leasher, 2011; Osemeke &
Adegboyega, 2017).
Need for achievement (nAch) adalah keinginan untuk melampaui yang lain
dengan memiliki standar yang tinggi dalam mencapai kesuksesan (Jha, 2010).
Merrick dan Shafi (2011) mengatakan nAch dapat mendorong seseorang untuk
meningkatkan standar kinerja. Seseorang yang memiliki faktor nAch tinggi akan
merasa puas jika memiliki pekerjaan yang melibatkan tingkat keterampilan dan
tantangan yang sulit (Moore, Grabsch, & Rotter, 2010).
Need for power (nPow) adalah keinginan seseorang untuk memegang
kendali serta otoritas yang dapat mempengaruhi dan mengubah keputusan orang
lain sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya (Osemeke & Adegboyega, 2017).
Seseorang yang memiliki faktor nPow yang tinggi akan mencari kekuatan posisi
sehingga ide-idenya dapat mendominasi dan dapat mengendalikan tindakan orang
lain (Fodor, Wick, & Conroy, 2012).
Need for affiliation (nAff) adalah keinginan untuk membangun dan
mempertahankan hubungan yang akrab dengan orang lain (Rybnicek, Bergner, &
Gutschelhofer, 2019). Seseorang akan didorong atas dasar percaya kepada orang
lain (Steinmann, Otting, & Maier, 2016). Seseorang dengan faktor nAff tinggi
lebih suka berinteraksi dengan orang lain sehingga memiliki keinginan yang kuat
untuk disukai dan diterima (Moberg & Leasher, 2011).
Menurut teori kebutuhan motivasi McClelland, kebutuhan seseorang akan
afiliasi mengarah pada pengembangan hubungan pribadi, termasuk yang di luar
tempat kerja (Smith, Smith, & Brower, 2016). Dengan demikian, keinginan untuk
mendapat work-life balance yang sehat dalam pekerjaan akan sangat penting
untuk mahasiswa dalam memilih karir akuntansi. Tabel 2.1 dibawah ini
menunjukkan penggunaan Maslow’s hierarchy theory dan McClelland’s theory of
needs dalam menjelaskan work-life balance.
10 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu Maslow’s Hierarchy Theory dan
McClelland’s Theory of Needs
Teori Topik Author Keterangan
Maslow
Hierarchy
Work-life
balance, time
management
Chansaengsee,
S. (2017)
Work-life balance dapat
mendukung time
management seseorang
untuk mendapatkan self-
actualization.
Quality of
work life
Narehan,
Hairunnisa,
Norfadzillah,
dan Freziamella.
(2014)
Kualitas program
kehidupan kerja
mempengaruhi kualitas
hidup karyawan dalam
organisasi.
Maslow
Hierarchy &
Mcclelland
Motivational
Needs Theory
Work-life
balance,
perspectives of
marketing
professionals
Smith, K. T.
(2010)
Work-life balance dapat
meningkatkan kualitas
kerja, kinerja,
pengambilan keputusan
etis, dan kepuasan kerja
seseorang
Work-life
balance,
perspectives of
future
accountant
Smith, Smith,
dan Brower.
(2016)
Work-life balance dapat
memberikan motivasi
kepada mahasiswa untuk
memilih karir di masa
depan
2.3 Work-life balance (WLB)
WLB dapat diasumsikan sebagai pemisahan yang seimbang antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi (Khallash & Kruse, 2012). Agarwal dan Lenka
(2015) menambahkan, WLB berarti menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan
gaya hidup seseorang. Selain itu, Greenhaus dan Allen (2011) mendefinisikan
11 Universitas Kristen Petra
WLB sebagai penilaian sejauh mana efektivitas dan kepuasan seseorang dalam
pekerjaan dan peran keluarga konsisten dengan nilai-nilai kehidupan mereka.
WLB digambarkan sebagai dukungan organisasi untuk aspek kehidupan pribadi
karyawan (Balven, Fenters, Siegel, & Waldman, 2018). WLB bekerja secara
efektif apabila terdapat kebijakan yang dapat mengurangi beban kerja karyawan
tanpa mengganggu produktivitas organisasi (Adame, Caplliure, & Miquel, 2016).
Darcy, McCarthy, Hill, dan Grady (2012) berpendapat bahwa WLB terjadi
berdasarkan rencana yang terorganisir dengan baik.
Mahasiswa mulai sadar terhadap pentingnya WLB (Pookaiyaudom, 2015;
Tan-Wilson & Stamp, 2015). Menurut Smith, Smith, dan Brower (2011),
mahasiswa memandang WLB sangat penting dalam membuat keputusan karir.
WLB memiliki 4 elemen penting yaitu flexible work hours, job sharing,
telecommuting, dan holiday work hours (Smith, Smith, & Brower, 2016). Flexible
work hours dapat membuat karyawan menghilangkan jam kerja tetap demi
memiliki waktu untuk kehidupan pribadi. Flexible work hours dapat diartikan
ketika karyawan diberi kebebasan untuk memilih jam kerja awal dan akhir
(Barney & Elias, 2010). Menurut Masuda et al., (2012), kepuasan kerja dan
kualitas hidup karyawan bersumber dari flexible work hours. Flexible work hours
yang sehat membuat pekerja dapat mengurangi konflik antara pekerjaan dan
keluarga (Hofacker & Konig, 2013).
Job sharing dapat mengurangi tingkat stres karyawan karena membantu
memberikan WLB antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (Thakur, Bansal, &
Maini, 2018). Job sharing dapat didefinisikan sebagai kontrak paruh waktu
dimana dua atau lebih karyawan bersama-sama bertanggung jawab atas beban
kerja satu posisi (Freeman & Coll, 2009). Dengan adanya kualitas kerja paruh
waktu yang lebih baik, dapat membantu tercapainya keseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga yang sehat (Pocock, Charlesworth, & Chapman, 2013).
Telecommuting dapat diartikan dimana karyawan melakukan pekerjaan tidak
ditempat biasa mereka bekerja yang didukung dengan koneksi teknologi
(Nieminen, Nicklin, McClure, & Chakrabarti, 2011; Bélanger, Watson-Manheim,
& Swan, 2013). Telecommuting dapat meningkatkan komitmen, produktivitas dan
kepuasan karyawan dalam bekerja (Harker Martin & MacDonnell, 2012). Dengan
12 Universitas Kristen Petra
adanya telecommuting dapat membantu karyawan untuk mencapai keseimbangan
antara kehidupan profesional dan pribadi karena dapat meluangkan waktu lebih
banyak bersama keluarga (Sarbu, 2018). Telecommuting dapat menghilangkan
konflik di rumah akibat lebur bekerja (Ojala, Natti, & Anttila, 2014).
Holiday work hours menurut Smith, Smith, dan Brower (2011) dapat
diartikan dengan adanya hari libur pada jadwal kerja. Mahasiswa menyukai
adanya holiday work hours dalam pekerjaan (Smith, Smith, & Brower, 2016).
Berkaitan dengan WLB, Tabel 2.2 menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia
telah memperhitungkan betapa pentingnya WLB bagi pekerja dan telah
menetapkannya dalam undang-undang ketenagakerjaan Indonesia.
Tabel 2.2. Kebijakan Pemerintah Mengenai Work-life Balance Melalui UU
Ketenagakerjaan
Specialized leave policies
Bereavement leave
Pemberian cuti tanpa
pengurangan upah kepada
pekerja yang suami atau
isteri atau anak atau
menantu atau orang tua
atau mertua atau anggota
keluarga yang dalam satu
rumah meninggal dunia.
Pasal 2
paragraf C;
Pasal 4
paragraf F & G
Paid maternity leave
Pemberian cuti tanpa
pengurangan upah kepada
pekerja perempuan yang
berhak memperoleh
istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum
melahirkan dan 1,5 (satu
setengah) bulan sesudah
melahirkan.
Pasal 82
nomor 1; Pasal
84
13 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.2. Kebijakan Pemerintah Mengenai Work-life Balance Melalui UU
Ketenagakerjaan (sambungan)
Specialized leave policies
Paternity leave
Pemberian cuti tanpa
pengurangan upah kepada
pekerja laki-laki yang
istrinya melahirkan atau
keguguran.
Pasal 93
nomor 4
paragraf E
Religiosity Support
Longer break and or leave
to do religiosity rituals
Organisasi wajib
memberikan kesempatan
kepada pekerja untuk
melaksanakan ibadah
yang diwajibkan oleh
agamanya
Pasal 80
Source: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
2.4 Image accounting career (IAC)
Profesi akuntansi menjadi penting karena terlibat dalam pencapaian tujuan
strategis pertumbuhan sosial-ekonomi suatu negara dan proses pertumbuhan
berkelanjutan (Cernusca & Balaciu, 2015). Hashim, Embong, dan Shaari (2012)
menunjukkan, sebagian besar mahasiswa melihat akuntan sebagai orang yang
dihormati dan memiliki reputasi tinggi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Khalid, Sarani, Hisam, Zulkffli, dan Jamalludin (2016) mengatakan bahwa
mahasiswa memiliki persepsi positif terhadap profesi akuntansi melalui gaji yang
tinggi dan stabilitas dalam profesi, persyaratan kerja, serta reputasi akuntan. Di
sisi lain, Carnegie dan Napier (2010) menunjukkan bahwa akuntan memiliki
karakteristik jujur dan dapat diandalkan. Hal itu membuat akuntan dipandang
sebagai profesi yang menjanjikan dan penting bagi masyarakat (Splitter & Borba,
2014).
14 Universitas Kristen Petra
Penelitian terdahulu menunjukan mahasiswa memiliki beberapa stigma
terhadap karir akuntansi. Mahasiswa memiliki pandangan negatif mengenai
profesi akuntansi yang sangat patuh terhadap peraturan (McDowall & Jackling,
2010). Bagi mahasiswa profesi akuntansi adalah pekerjaan yang monoton dan
melibatkan banyak perhitungan (Splitter & Borba, 2014). Hal tersebut didukung
dengan Hung (2014) bahwa mahasiswa melihat profesi akuntansi sebagai
pekerjaan yang membosankan. Selain itu, mahasiswa memiliki pandangan bahwa
profesi akuntansi adalah pekerjaan yang dibawah tekanan sehingga dapat
membuat stres (Germanou, Hassall, & Tournas, 2009). Penelitian yang dilakukan
oleh Caglio dan Cameran (2017) menunjukkan akuntan dianggap sebagai seorang
yang tidak kreatif. Akuntan juga dipandang sebagai pribadi yang independen oleh
mahasiswa akuntansi (Wessels & Steenkamp, 2009).
Cernusca dan Balaciu (2015) melakukan penelitian yang menunjukkan
bahwa technical skills (accounting, taxation, expertise, management control,
management) merupakan keterampilan yang diperlukan bagi akuntan dalam
bekerja. Selain keterampilan, peneliti terdahulu juga meneliti persepsi mahasiswa
mengenai pengalaman kerja sebagai kriteria yang diperlukan akuntan dalam
bekerja. Hasilnya menunjukan bahwa mahasiswa menyetujui pengalaman kerja
sebagai kriteria yang dibutuhkan dalam profesi akuntansi. Pengalaman kerja dapat
diperoleh melalui program magang yang dapat membuat mahasiswa akuntansi
memiliki keyakinan untuk memilih karir akuntansi (Tong & Tong, 2012).
2.5 Pursue Accounting Career (PAC)
Mahasiswa perlu memiliki kemampuan dalam bidang akuntansi bila ingin
menjadi seorang akuntan. Bidang akuntansi dapat membuat mahasiswa menjadi
akuntan pada masa depan (Bahari, Tahir, & Rahim, 2014). Menurut Watson dan
McMahon (2005) serta Tang dan Seng (2016), niat mahasiswa dalam memilih
karir di masa depan dapat dipengaruhi oleh bertambahnya pengetahuan dari waktu
ke waktu.
Dalam memilih karir akuntansi mahasiswa memperhatikan tiga faktor
penting yaitu kepuasan kerja, kondisi kerja yang baik dan stabilitas pekerjaan di
bidang akuntansi (Byrne, Willis, & Burke, 2012). Mahasiswa memiliki motivasi
15 Universitas Kristen Petra
untuk memilih karir akuntansi karena memiliki niat yang besar dan kepercayaan
diri yang kuat (Owusu, Obeng, Ofori, Kwakye, & Bekoe, 2018). Keinginan
mahasiswa dalam memilih karir dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya dan
pandangan orang lain (Fishbein & Ajzen, 2011). Peneliti terdahulu melakukan
penelitian untuk mengetahui niat mahasiswa mengejar karir akuntansi. Dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang tua, teman, dan status sosial
memiliki peran penting bagi mahasiswa dalam menentukan karir akuntansi
(Bagley, Dalton, & Ortegren, 2012; Dalci & Ozyapici, 2018).
Germanou, Hassall, dan Tournas (2009) melakukan penelitian mengenai
persepsi mahasiswa asal Inggris dan Malaysia dalam memilih karir akuntansi.
Terdapat empat kategori dalam penelitian tersebut yaitu extrinsic, intrinsic,
prestige dan social. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memilih karir
akuntansi, mahasiswa asal Inggris dan Malaysia memiliki perbedaan. Mahasiswa
asal Inggris memilih karir akuntansi karena percaya bahwa karir tersebut akan
memberikan nilai intrinsik dan sosial. Sementara itu, mahasiswa asal Malaysia
memilih karir akuntansi karena percaya bahwa karir tersebut akan memberikan
nilai intrinsic, extrinsic, prestige dan social.
Law (2010) melakukan penelitian kepada mahasiswa akuntansi di
universitas Hong Kong mengenai pilihan dalam berkarir dalam akuntansi. Hasil
menunjukan bahwa faktor intrinsik dan pengaruh orang tua menjadi peran penting
dalam mahasiswa akuntansi untuk mengejar karir akuntansi. Kepuasan kerja,
kesempatan untuk menjadi pekerja yang kreatif, dan adanya tantangan secara
intelektual menjadi faktor intrinsik yang paling berpengaruh dalam pengambilan
keputusan mahasiswa akuntansi untuk mengejar karir sebagai akuntan.
2.6 Hubungan antar Variabel
2.6.1 Pengaruh WLB terhadap IAC
Wessels dan Steenkamp (2009) melakukan penelitian mengenai persepsi
mahasiswa akuntansi terhadap karir akuntan. Hasil dari penelitian menunjukan
bahwa mahasiswa akuntansi menganggap akuntan adalah pekerjaan yang kurang
memiliki aktivitas sosial. Sedangkan penelitian yang dilakukan Byrne, Willis, dan
16 Universitas Kristen Petra
Burke (2012) menjelaskan bahwa mahasiswa menganggap adanya work-life
balance dapat membantu akuntan untuk bersosialisasi dengan baik.
H1: Work-life balance berpengaruh terhadap image accounting career.
2.6.2 Pengaruh IAC terhadap PAC
Menurut Handley, Shanka, dan Rabbanee (2017), dalam pemilihan karir
mahasiswa dipengaruhi oleh faktor exciting (interesting, fun dan inovatif) dan
challenging (competitive dan hardwork). Menurut Dalci and Ozyapici (2018),
menikmati hidup dan bersenang-senang merupakan prioritas utama dari
mahasiswa. Mahasiswa memilih karir akuntansi karena merasa akuntansi adalah
karir yang menarik (Ng, Lai, Su, Yap, Teoh, & Lee, 2017). Faktor lain yang
mempengaruhi mahasiswa dalam memilih karir akuntansi adalah challenging.
Mahasiswa ingin memiliki pekerjaan yang menantang secara intelektual (Law,
2010).
H2: Image accounting career berpengaruh terhadap pursue accounting
career.
2.6.3 Pengaruh WLB terhadap PAC
Work-life balance menjadi faktor yang penting untuk memilih karir
sebagai akuntan Bagley, Dalton, dan Ortegren (2012). Smith, Smith, Brower
(2016) melakukan penelitian mengenai pentingnya work-life balance bagi
mahasiswa akuntansi. Hasil menunjukan bahwa mahasiswa mempertimbangkan
masalah work-life balance dalam pemilihan karir di masa depan.
H3: Work-life balance berpengaruh terhadap pursue accounting career.
Dari penjelasan diatas peneliti dapat menggabungkan image accounting
career sebagai variabel mediasi, sehingga muncul hipotesis selanjutnya:
H4: Image accounting career dapat memediasi hubungan antara work-
life balance terhadap pursue accounting career.
17 Universitas Kristen Petra
2.6.4 Pengaruh jenis kelamin terhadap WLB
Smith, Smith, dan Brower (2016) melakukan penelitian mengenai persepsi
mahasiswa akuntansi dan akuntan terhadap pentingnya work-life balance dalam
dunia kerja. Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap persepsi mahasiswa mengenai work-life balance. Baik
responden pria dan wanita menganggap bahwa masalah work-life balance sangat
penting, dengan nilai rata-rata wanita lebih tinggi dari pria.
H5: Work-life balance berbeda berdasarkan jenis kelamin.
2.6.5 Pengaruh jenis kelamin terhadap IAC
Menurut Hashim, Embong, dan Shaari (2012) mahasiswa menyukai
akuntansi dan percaya bahwa akuntansi adalah pekerjaan yang dihormati dan
prestisius. Ada juga perbedaan jenis kelamin dalam memandang profesi
akuntansi. Hal ini ditandai dengan persepsi mahasiswa wanita yang lebih positif
bila dibandingkan dengan mahasiswa pria.
H6: Image accounting career berbeda berdasarkan jenis kelamin.
2.6.6 Pengaruh jenis kelamin terhadap PAC
Nwobu, Faboyede, dan Oyewo (2016) melakukan penelitian mengenai
faktor untuk mengejar karir akuntansi terhadap 150 mahasiswa akuntansi di
Nigeria Barat daya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh
jenis kelamin yang menyebabkan terdapat perbedaan dalam memilih karir
akuntansi. Mahasiswa akuntansi pria memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk
memilih akuntansi sebagai karir dari pada mahasiswa wanita.
H7: Pursue accounting career berbeda berdasarkan jenis kelamin.
2.6.7 Pengaruh lama studi terhadap WLB
Penelitian yang dilakukan oleh Akalp, Ozbek, dan Omur-Ozbek (2017) ini
bertujuan untuk menyelidiki persepsi mahasiswa manajemen mengenai work-life
balance. Selain itu, penelitian ini juga menyelidiki perbedaan lama studi
mahasiswa dalam pengaruhnya terhadap work-life balance. Hasil menunjukan
bahwa mahasiswa sangat menyetujui adanya work-life balance dalam karir
18 Universitas Kristen Petra
mahasiswa. Perbedaan lama studi tidak mempengaruhi mahasiswa dalam
persepsinya pada work-life balance.
H8: Work-life balance tidak berbeda berdasarkan lama studi.
2.6.8 Pengaruh lama studi terhadap IAC
Hasil dari penelitian Manganaris dan Spathis (2012) menunjukan bahwa
mahasiswa pada awal semester pertama memiliki persepsi positif mengenai
akuntansi, yang bertambah positif seiring dengan berjalannya waktu. Peran
pendidik akuntansi berperan besar terhadap mahasiswa dalam menentukan karir
pada masa depan.
H9: Image accounting career berbeda berdasarkan lama studi.
2.6.9 Pengaruh lama studi terhadap PAC
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Ismail, dan Anantharaman (2015)
berfokus pada mahasiswa akuntansi di Malaysia untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi pemilihan karir akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan lama studi mahasiswa yang dapat mempengaruhi niat
mahasiswa dalam pemilihan karir.
H10: Pursue accounting career berbeda berdasarkan lama studi.
2.7 Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3 Literature Review
Penulis Judul Hasil
WLB
Pookaiyoudom.
(2015)
Assessing different
perceptions toward
the importance of a
work-life balance: a
comparable study
between Thai and
international
programme students
Penelitian Pookaiyaudom (2015)
menunjukan bahwa baik mahasiswa
Thailand maupun internasional, memiliki
kesedaran yang tinggi mengenai
pentingnya work-life balance dan
menyatakan bahwa konsep work-life
balance sangat penting bagi kehidupan
mahasiswa.
19 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)
Penulis Judul Hasil
WLB
Tan-Wilson
dan Stamp.
(2015)
College Students'
Views of Work-Life
Balance in STEM
Research Careers:
Addressing Negative
Preconceptions
Tan-wilson (2015) melakukan penelitian
terhadap mahasiswa mengenai work-life
balance pada karir STEM (science,
technology, engineerings, mathematics).
Hasil menunjukan bahwa mahasiswa pria
dan wanita menganggap work-life balance
sangat penting, dengan tidak adanya
perbedaan signifikan antara jawaban pria
dan wanita. Work-life balance juga
berpengaruh terhadap pilihan karir
mahasiswa setelah lulus nanti.
Smith, Smith
dan Brower.
(2016)
How Work-life
Balance, Job
Performance, and
Ethics Connect:
Perspectives of
Current and Future
Accountants
Smith, Smith, dan Brower (2016)
melakukan penelitian mengenai persepsi
mahasiswa akuntansi dan akuntan terhadap
pentingnya work-life balance dalam dunia
kerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa
work-life balance yang sehat berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja, performa
kerja, dan pengambilan keputusan yang
etis. Work-life balance juga memiliki peran
penting terhadap pemilihan karir. Jenis
kelamin memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap persepsi mahasiswa
mengenai work-life balance. Baik
responden pria dan wanita menganggap
bahwa masalah work-life balance sangat
penting, dengan nilai rata-rata wanita lebih
tinggi dari pria.
20 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)
Penulis Judul Hasil
WLB
Akalp, Ozbek,
dan Omur-
Ozbek. (2017)
Construction
Management
Students'
Perceptions on
Work-life Balance
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki
persepsi mahasiswa manajemen mengenai
work-life balance. Selain itu, penelitian ini
juga menyelidiki perbedaan jenis kelamin
dan lama studi mahasiswa dalam
pengaruhnya terhadap work-life balance.
Hasil menunjukan bahwa mahasiswa
sangat menyetujui adanya work-life
balance dalam karir mahasiswa. Perbedaan
jenis kelamin juga mempengaruhi persepsi
mahasiswa mengenai work-life balance
secara signifikan. Mahasiswa wanita lebih
setuju terhadap masalah work-life balance
dari pada mahasiswa pria. Perbedaan lama
studi tidak mempengaruhi mahasiswa
dalam persepsinya pada work-life balance.
IAC
Germanou,
Hassall, dan
Tournas.
(2009)
Students’
perceptions of
accounting
profession: work
value approach
Secara umum penelitian menunjukkan
bahwa jika seorang siswa memiliki
persepsi positif terhadap profesi akuntansi,
maka siswa itu akan sangat mungkin
memiliki niat positif untuk mengejar karir
akuntansi. Mahasiswa akuntansi dari
negara Malaysia dan Inggris termotivasi
untuk mengejar profesi terutama
berdasarkan persepsi mahasiswa tentang
peluang untuk bekerja dengan orang lain,
kemajuan karir dan sifat yang menarik dari
pekerjaan akuntansi
21 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)
Penulis Judul Hasil
IAC
Mcdowall dan
Jackling.
(2010)
Attitudes towards
the accounting
profession: an
Australian
perspective
Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh
universitas mengenai akuntansi tidak
meningkatkan persepsi positif akuntansi
sebagai pengetahuan. Bagi mahasiswa,
akuntansi dianggap melibatkan banyak
menghafal aturan.
Manganaris
dan Spathis.
(2012)
Greek Students'
perceptiions of an
introductory
accounting course
and the accounting
profession
Hasil penelitian menunjukan bahwa
mahasiswa pada awal semester pertama
memiliki persepsi positif mengenai
akuntansi, yang bertambah positif seiring
dengan berjalannya waktu. Peran pendidik
akuntansi berperan besar terhadap
mahasiswa dalam menentukan karir pada
masa depan.
Hashim,
Embong, dan
Shaari. (2012)
Perceptions on
Accounting Career:
A Study among the
Secondary School
Students in a
Regional Kelantan
State.
Mahasiswa menyukai akuntansi dan
percaya bahwa akuntansi adalah pekerjaan
yang dihormati dan prestisius. Ada juga
perbedaan jenis kelamin dalam
memandang profesi akuntansi. Hal ini
ditandai dengan persepsi mahasiswa
wanita yang lebih positif bila dibandingkan
dengan mahasiswa pria.
Hung. (2014)
Perceptions of
Accounting and
Accountants
Penelitian ini berfokus pada persepsi
mahasiswa mengenai profesi akuntansi.
Hasil menunjukan bahwa mahasiswa
China dan Macau memandang akuntansi
sebaagai profesi yang membosankan,
membutuhkan ketelitian, pasti, dan
memiliki status sosial yang tinggi.
22 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)
Penulis Judul Hasil
PAC
Nwobu,
Faboyede, dan
Oyewo. (2016)
Accounting students'
choice to pursue a
career in the
Industry or
academics: lessons
from selected
private Nigerian
Universities
Nwobu pada tahun 2016 melakukan
penelitian mengenai faktor untuk mengejar
karir akuntansi terhadap 150 mahasiswa
akuntansi di Nigeria Barat daya. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukan bahwa
faktor yang terpenting bagi mahasiswa
dikarenakan minat pribadi dari mahasiswa
tersebut tanpa ada pengaruh pihak lain.
Temuan lainnya menunjukan adanya
pengaruh jenis kelamin yang menyebabkan
adanya perbedaan dalam memilih karir
akuntansi. Mahasiswa akuntansi pria
memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk
memilih akuntansi sebagai karir dari pada
mahasiswa wanita.
Tong dan
Tong. (2012)
Negative opinion of
company
environment
mediates career
choice of
Accountancy
students
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keputusan karir mahasiswa akuntansi di
Malaysia. Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa magang atau kerja
lapangan memiliki peran penting dalam
pengambilan keputusan karir akuntansi
bagi mahasiswa. Magang menjadi
pertimbangan yang paling mempengaruhi
mahasiswa di atas pertimbangan gaji dan
tunjangan.
23 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)
Penulis Judul Hasil
PAC
Nishiyama,
Camillo, dan
Jinkens. (2014)
Gender and motives
for accountancy
Penelitian ini mengungkapkan bahwa
wanita memiliki alasan yang lebih kuat
daripada pria dalam hal lokasi pekerjaan,
status sosial, dan stabilitas pendapatan
ketika memilih akuntansi sebagai pilihan
dalam berkarir. Terdapat sekitar 40%
kemungkinan lebih banyak wanita yang
memilih akuntansi daripada pria
dikarenakan lokasi pekerjaan yang dekat
dengan keluarga. Faktor status sosial
mempengaruhi wanita sekitar 40% lebih
tinggi dari pada pria. Sedangkan stabilitas
pendapatan lebih penting bagi wanita
daripada pria dalam pilihan berkarir di
akuntansi.
Aziz, Ibrahum,
Sidik, dan
Tajuddin.
(2017)
Accounting students’
perception and their
intention to become
professionally
qualified
accountants
Penelitian ini berfokus pada mahasiswa
akuntansi di Malaysia untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan karir akuntansi.
Terdapat 7 variabel yang digunakan, yaitu
status, stabilitas pekerjaan, gaji, banyaknya
kesempatan, biaya untuk, memiliki gelar
akuntansi, dan grit (ketekunan dan
semangat untuk tujuan jangka panjang).
Hasil menunjukan bahwa hanya 3 faktor
yang mempengaruhi mahasiswa dalam
keputusan berkarir sebagai akuntan, yaitu
stabilitas pekerjaan, biaya untuk memilih
gelar akuntansi, dan grit.
24 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Literature Review (sambungan)
Penulis Judul Hasil
PAC
Ahmad,
Ismail, dan
Anantharaman.
(2015)
To be or not to be:
An investigation of
accounting students'
career intentions
Penelitian ini berfokus pada mahasiswa
akuntansi di Malaysia untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi pemilihan karir
akuntansi. Hasil pertama menunjukan
bahwa mahasiswa akuntansi mungkin tidak
memiliki komitmen pada profesi akuntansi.
Kedua, minat intrinsik dan pengalaman
magang adalah faktor yang mempengaruhi
niat karir mahasiswa. Ketiga, pengaruh
konflik yang diantisipasi memberikan
temuan baru dalam kaitannya dengan niat
mahasiswa akuntansi dalam berkarir.
Selain itu, terdapat perbedaan lama studi
mahasiswa yang dapat mempengaruhi niat
mahasiswa dalam pemilihan karir.
Hubungan yang signifikan hanya diperoleh
oleh mahasiswa tahun kedua.
2.8 Hipotesis
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Work-life balance berpengaruh terhadap image accounting career.
H2: Image accounting career berpengaruh terhadap pursue accounting
career.
H3: Work-life balance berpengaruh terhadap pursue accounting career.
H4: Image accounting career dapat memediasi hubungan antara work-
life balance terhadap pursue accounting career.
H5: Work-life balance berbeda berdasarkan jenis kelamin.
H6: Image accounting career berbeda berdasarkan jenis kelamin.