2. LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Gudang ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of 2. LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Gudang ...
5 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
2. LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi
industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan
obat jadi yang belum didistribusikan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut,
maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering
disebut dengan manajemen pergudangan (Priyambodo, 2007). Pergudangan adalah
segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan pemusnahan, serta pelaporan
material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, 2009).
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam cara pembuatan
obat yang baik (CPOB), diantaranya:
1. Harus ada prosedur tetap (protap) yang mengatur tata cara kerja bagian
gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan
barang, penyimpanan, dan distribusi barang atau produk.
2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut
organik).
4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status ‘karantina’
dan ‘ditolak’.
5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room)
dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area).
6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out)
atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).
6 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Umumnya gudang di industri farmasi diklasifikasikan berdasarkan suhu dan
jenis penyimpanan bahan atau produk. Berikut klasifikasi gudang pada industri
farmasi:
1. Berdasarkan suhu penyimpanan, yaitu:
a. Gudang suhu kamar (≤ 30 oC).
b. Gudang dengan tata udara (≤ 25 oC).
c. Gudang dingin (2-8 oC).
d. Gudang beku (<0 oC).
2. Berdasarkan jenis, yaitu:
a. Gudang bahan baku: gudang bahan padat, dan bahan cair.
b. Gudang bahan pengemas.
c. Gudang bahan beracun.
d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (gudang api).
e. Gudang bahan yang ditolak.
f. Gudang karantina obat jadi.
g. Gudang obat jadi (BPOM, 2009).
Penyimpanan bahan baku obat membutuhkan sistem yang dirancang khusus
agar bahan baku tersebut tidak cepat rusak. Pada penyimpanan yang dibutuhkan
temperatur ruangan 2 sampai 8 °C, maka penyimpanan tersebut dapat menggunakan
cold room (CPOB-PPOP, 2012).
2.1.1. Cold room
Cold room atau yang biasa juga disebut cold storage adalah suatu ruangan
pendingin untuk penyimpanan produk dengan temperatur yang terkontrol. Cold
storage biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendinginkan atau
mengawetkan makanan seperti daging, sayuran dan buah-buahan begitu juga
dengan minuman. Adapun penggunaan cold storage di industri biasa digunakan
untuk mendinginkan bahan baku atau bahan jadi dari suatu produk. Salah satu
tujuan cold storage adalah untuk memperpanjang umur penyimpanan dengan cara
pendinginan (Rais R., 2015).
7 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
2.1.2. Komponen utama pada cold room
Mesin cold room terdiri atas berbagai alat yang satu sama lain saling terkait.
Peralatan yang saling terkait tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Kompresor
Peralatan ini merupakan komponen inti dan berfungsi untuk
menghisap dan menekan refrigeran (bahan pendingin) sehingga beredar ke
seluruh unit tersebut. Kompresor bergerak atau berputar karena adanya
motor penggerak. Salah satu jenis kompresor dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kompresor Bitzer semi-hermetic reciprocating
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
2. Kondensor
Kondensor digunakan untuk membuang kalor refrigeran ke
lingkungan. Untuk memperlancar sistem pendinginan dan sirkulasi udara
pada kondensor, ada dua cara yang biasanya diterapkan, bisa menggunakan
sistem pendinginan dengan air dan bisa juga dengan udara melalui balikan
kipas. Jadi dapat dikatakan bahwa kondensor ini digunakan untuk
membuang kalor dari refrigeran ke lingkungan, sehingga refrigeran akan
kehilangan panas dan berubah fasanya dari gas ke cair. Salah satu jenis
kondensor dapat dilihat pada gambar 2.2.
8 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Gambar 2.2. Kondensor
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
3. Katup ekspansi
Katup ekspansi berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigerant
yang berasal dari kondensor sehingga tekanan akan turun dan temperaturnya
akan ikut turun juga. Temperaturnya turun jauh dibawah suhu lingkungan,
kabin dan produk. Salah satu jenis katup ekspansi dapat dilihat pada gambar
2.3.
Gambar 2.3. Katup ekspansi thermostatik
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
9 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
4. Evaporator
Bentuk bagian evaporator hampir sama dengan kondensor.
Perbedaannya adalah pipa yang digunakan biasanya berdiameter lebih besar
dibanding kondensor. Fungsi utamanya adalah menyerap kalor dari beban
atau produk yang akan didinginkan. Salah satu jenis evaporator dapat dilihat
pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Evaporator
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
5. Refrigeran
Bahan pendingin adalah media pendingin yang berbentuk cairan
maupun gas dan memiliki titik didih sangat rendah pada tekanan 1 Atm.
Belakangan ini perhatian ilmuan beralih pada zat kimia yang dibuat oleh
manusia, yaitu Clorofluoro Carbon (CFC). Dampak penipisan ozon sangat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, kehidupan tumbuh–
tumbuhan, dan binatang. Selain itu, juga berdampak negatif terhadap iklim,
yaitu meningkatkan suhu rata - rata dan perubahan iklim global serta
pencemaran udara (Sumanto, 2004). Sumanto (2004) mengatakan bahwa,
bahan pendingin dibagi menjadi dua yaitu :
a. Amonia (R-717 atau NH3)
Amonia (R-717) digunakan secara luas pada mesin refrigerasi
yang besar (industri). Titik didih normalnya adalah 33 ºC. Amonia
mempunyai karakteristik bau meskipun pada konsentrasi yang kecil di
10 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
udara. Tidak dapat terbakar, tetapi meledak ketika bercampur dengan
udara dengan presentase volume 13:28. Karena efek korosi dari amonia,
maka tembaga atau campuran tembaga harus tidak digunakan pada
mesin–mesin yang menggunakan amonia.
b. Fluorinated ( CFC )
Fluorinated adalah refrigeran yang aman dan tidak beracun
yang banyak dipakai sekarang ini. Adapun di pasaran dikenal dengan
Freon, genetron, frigen, areton, isotron, asahi frond dan lain-lain. Jenis
refrigeran ini terdiri dari :
1) R-11 ( Tricloromono fluoro metane = CCI3F)
2) R-12 ( Dichloro difluoro methane = CCL2F2 )
3) R-22 ( Monochloro difluoro methane = CHCLF2 )
4) R-502(Campuran antara CCL2F2 - CF3 = 51.2 % dan CHCLF2 =
48.8 %)
c. Syarat–syarat bahan pendingin ( Refrigeran )
Sumanto (2002) mengatakan bahwa, untuk keperluan suatu
jenis pendinginan (misal untuk pendinginan udara atau pengawetan
beku) diperlukan refrigeran dengan karakteristik termodinamika yang
tepat. Adapun syarat – syarat umum untuk refrigeran adalah :
1) Tidak beracun dan tidak berbau menyengat.
2) Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara,
pelumas, dan sebagainya
3) Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai
pada sistem pendingin
4) Bila terjadi kebocoran mudah dicari
5) Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah
6) Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai setiap kali
dimampatkan, diembunkan, dan diuapkan
7) Perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan pengembunan
(kondensasi) harus sekecil mungkin
8) Mempunyai panas laten penguapan yang besar, agar panas yang
diserap evaporator dapat maksimal
11 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
9) Tidak merusak tubuh manusia
10) Konduktivitas thermal yang tinggi
11) Viskositas dalam fasa cair maupun fasa gas rendah, agar tahanan
aliran refrigeran dalam pipa sekecil mungkin
12) Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik
yang besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator
listrik
13) Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh.
d. Refrigeran R404A
Refrigerant R-404A merupakan refrigeran yang dikembangkan
sebagai pengganti R-502 yang telah banyak digunakan untuk peralatan
pendingin komersial (Daikin, Mei 2009). Refrigerant R404 merupakan
refrigerant campuran dari HFC-125,HFC-143A, dan HFC-134A.
Refrigerant R-404A biasanya digunakan sebagai refrigerant untuk
sistem pendinginan dari temperatur sedang ke temperatur rendah (cold
storage, freezer dan lain-lain).Untuk melihat data refrigerant dari R-
404A dapat dilihat ditabel 2.1 :
Tabel 2.1 Perbandingan Refrigerant R404A dan R502
R-404A R-502
Components HFC-125/143a/134a HCFC-22/CFC-115
Blend Ratio 44/52/4 48.8/51.2
Boiling Point (°C) -46.1 -45.6
Saturated Vapor Pressure (Mpa,
°C) 1.25 1.16
Range of Flammability (vol
% in air) Non Flammable Non Flammable
Ozone Depletion Potential
0 0.33
Global Warming Potential
3920 4660
12 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
2.1.3. Komponen pendukung pada cold room
Mesin cold room terdiri atas berbagai komponen pendukung sistem yang
saling terkait. Komponen pendukung yang saling terkait tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut:
1. Akumulator
Akumulator berfungsi untuk menampung sementara refrigeran
berwujud cair yang belum sempat menjadi uap di evaporator. Salah satu
jenis akumulator dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut :
Gambar 2.5. Accumulator
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
2. High Low Pressurestat (HLP)
High Low Pressurestat berfungsi untuk melindungi sistem
refrigerasi dari tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pressurestat
dihubungkan dengan saluran refrigeran pada sisi tekanan tinggi dan tekanan
rendah. Ada tiga macam pressurestat yaitu:
1) High pressure cut-off switch (high pressurestat)
2) Low pressure cut-off switch (low pressurestat)
3) High and low cut-off switch (high low pressurestat)
Salah satu jenis dari high low pressurestat dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6. High low pressurestat (HLP)
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
13 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
3. Thermostat
Thermostat berfungsi mengatur atau mengendalikan temperatur
udara dalam ruangan, yaitu dengan membuka atau menutup kontak listrik
yang biasanya dihubungkan seri ke kompresor secara otomatis. Salah satu
jenis thermostat dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7. Thermostat
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
4. Solenoid valve
Solenoid valve berfungsi sebagai katup elektris cairan refrigeran
dalam sistem refrigerasi. Salah satu jenis solenoid valve dapat dilihat pada
gambar 2.8.
Gambar 2.8. Solenoid valve
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
5. Liquid receiver
Liquid receiver berfungsi sebagai penampung cairan refrigeran yang
berasal dari kondenser sehingga refrigeran yang mengalir ke liquid line telah
dipastikan menjadi cair seutuhnya. Salah satu jenis liquid receiver dapat
dilihat pada gambar 2.9.
14 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Gambar 2.9. Liquid receiver
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
6. Filter dryer
Filter dryer berfungsi untuk menyaring refrigeran dari kotoran dan
mengeringkan refrigeran dengan cara menyerap uap air yang terkandung
dalam refrigeran. Salah satu jenis filter dryer dapat dilihat pada gambar 2.10
Gambar 2.10. Filter dryer
(Sumber : Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
7. Sight glass
Sight glass dipasang setelah filter dryer dan berguna untuk melihat
apakah wujud refrigeran sebagai pemberi keterangan fasa refrigeran.
Indikator warna biru atau hijau artinya dry dan indikator warna merah
muda/kuning artinya wet. Salah satu jenis sight glass dapat dilihat pada
gambar 2.11
15 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Gambar 2.11. Sight glass
(Sumber: Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
2.1.4. Komponen kelistrikan pada cold room
Mesin cold room terdiri atas berbagai komponen kelistrikan sistem yang
saling terkait. Komponen kelistrikan yang saling terkait tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut:
1. Mini circuit breaker (MCB)
MCB adalah alat yang digunakan untuk pengamanan terhadap beban
berlebih atau arus hubungan singkat. Jika terjadi arus berlebih atau
hubungan singkat. MCB akan bekerja memutuskan rangkaian tegangan,
sehingga sistem menjadi aman dari kerusakan sistem kelistrikan. Salah satu
jenis MCB dapat dilihat pada gambar 2.12
Gambar 2.12. Mini circuit breaker
(Sumber: Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
2. Kontaktor
Kontaktor merupakan komponen listrik yang berfungsi melewatkan
arus menuju komponen yang dituju dengan menggunakan saklar ON/OFF
sebagai prinsip kerjanya. Kerja kontaktor ini berdasarkan pada suatu
kumparan yang dialiri arus, yang mana saklar N/O (Normally Open) atau
N/C (normally closed) akan membuka atau menutup sesuai dengan ada atau
tidaknya arus yang masuk didalamnya. Salah satu jenis kontaktor dapat
dilihat pada gambar 2.13.
16 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Gambar 2.13. Kontaktor
(Sumber: Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
3. Selector switch
Selector switch merupakan komponen pendukung kelistrikan yang
berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan sistem secara manual. Salah
satu jenis selector switch dapat dilihat pada gambar 2.14.
Gambar 2.14. Selector switch
(Sumber: Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
4. Pilot lamp
Pilot lamp digunakan sebagai indikator bahwa sistem atau
komponen yang dihubungkan paralel dengannya sudah bekerja. Salah satu
jenis pilot lamp dapat dilihat pada gambar 2.15.
Gambar 2.15. Pilot Lamp
(Sumber: Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
17 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
5. Time delay relay (TDR)
Time delay relay sering disebut juga relay timer atau relay penunda
batas waktu. Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu
bagi peralatan yang dikendalikannya. Salah satu jenis time delay relay dapat
dilihat pada gambar 2.16.
Gambar 2.16. Time delay relay
(Sumber: Dokumentasi cold room PT. Combiphar)
2.2. Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Sistem refrigerasi kompresi uap ideal mengacu kepada konsep carnot yaitu
energi masuk yang digunakan akan sama dengan energi yang dibuang untuk
dimanfaatkan. Pada kondisi semacam ini tidak ada perubahan berarti yang
mempengaruhi unjuk kerja sistem. Akan tetapi siklus ideal ini dapat menghasilkan
efisiensi yang tinggi, yang tidak dapat dilampaui oleh siklus refrigerasi kompresi
uap aktual. Siklus refrigerasi kompresi uap ideal ini perlu diketahui karena :
1. Sebagai siklus refrigerasi standar.
2. Sebagai pemberi petunjuk bahwa temperatur-temperatur siklus refrigerasi
perlu dijaga agar menghasilkan efisiensi maksimum.
Siklus refrigerasi kompresi uap terdiri dari 4 proses. Gambar 2.17 berikut
merupakan titik proses pada skematik sistem refrigerasi
1. Proses kompresi
2. Proses kondensasi
3. Proses ekspansi
4. Proses evaporasi
18 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Gambar 2.17. Skematik alat
Keempat poses tersebut digambarkan pada diagram p-h seperti pada
gambar 2.18.
Gambar 2.18. Siklus refrigerasi kompresi uap pada diagram p-h
Prinsip–prinsip utama dari Gambar 2.18, yaitu :
1. Proses 1–2 : Proses kompresi
Roy J Dossat (1981) Proses ini berlangsung di kompresor. Kondisi
awal refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap jenuh bertekanan
rendah (kondisi ideal). Setelah dikompresi maka refrigeran menjadi uap
superheat bertekanan tinggi. Besarnya kerja kompresi persatuan massa
refrigeran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sesuai dengan hukum
termodinamika 1 bahwa energi yang masuk sama dengan energi yang
keluar.maka kerja kompresi dinyatakan dalam gambar 2.19 dan persamaan
2.1 sebagai berikut
1
2 3
4
19 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Gambar 2.19. Simbol energi pada kompresor
ΣE = 0
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 = 0
𝑄𝑖𝑛 = 𝑄𝑜𝑢𝑡
𝑤 + ℎ1 = ℎ2
𝑤 = ℎ2 − ℎ1 (2.1)
Keterangan:
w = besarnya kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
Sedangkan rasio kompresi dapat dihitung dengan persamaan 2.2 sebagai
berikut:
Rasio kompresi :
𝑅𝑐 = 𝑃𝑑
𝑃𝑠 (2.2)
Keterangan:
Pd = Tekanan discharge (Bar)
Ps = Tekanan suction (Bar)
2. Proses 2 –3: Proses kondensasi
Roy J Dossat (1981) Proses ini berlangsung di kondensor. Refrigeran
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi keluaran dari kompresor akan
membuang kalor sehingga fasa akan berubah menjadi cair. Hal ini berarti
bahwa di kondensor terjadi penukaran kalor antara refrigeran dengan media
(air atau udara), sehingga kalor berpindah dari refrigeran ke fluida
pendingin udara lingkungan atau air sehingga akhirnya refrigeran
mengembun menjadi qc.
W
h1
h2
20 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Besarnya kalor yang dilepas oleh kondensor dinyatakan oleh hukum
termodinamika 1 yang berbunyi kalor yang masuk sama dengan energi yang
keluar.maka kalor yang dilepas oleh kondensor dinyatakan dalam gambar
2.20 persamaan 2.3 sebagai berikut :
Gambar 2.20. Simbol energi pada condensor
ΣE = 0
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 = 0
𝑄𝑖𝑛 = 𝑄𝑜𝑢𝑡
ℎ2 = 𝑞𝑐 + ℎ3
𝑞𝑐 = ℎ2− ℎ3 (2.3)
Keterangan:
qc = besarnya kalor yang dilepas di kondensor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
3. Proses 3–4 : Proses ekspansi
Roy J Dossat (1981) Proses penurunan tekanan terjadi pada alat
ekspansi yang berfungsi sekaligus untuk mengatur laju aliran refrigeran dan
menurunkan tekanan serta temperatur. Proses ini berlangsung secara iso-
entalpi, dimana hal ini berarti tidak terjadi penambahan atau pengurangan
entalpi tetapi terjadi penurunan tekanan dan penurunan temperatur.
4. Proses 4–1 : Proses evaporasi
Roy J Dossat (1981) Proses evaporasi berlangsung di evaporator.
Refrigeran berfasa campuran yang mayoritas dalam wujud cair bertekanan
rendah akan menyerap kalor dari benda/produk di ruangan yang akan
didinginkan sehingga wujud refrigeran akan berubah menjadi uap
bertekanan rendah. Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator seuai
dengan hukum termodinamika 1 yang menyatakan kalor yang masuk sama
21 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
dengan kalor yang keluar. Maka kalor yg diserap evaporator dinyatakan
dalam gambar 2.21 dan persamaan 2.4:
Gambar 2.21. Simbol Energi Pada Evaporator
ΣE = 0
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 = 0
𝑄𝑖𝑛 = 𝑄𝑜𝑢𝑡
ℎ4+ 𝑞𝑒 = ℎ1
𝑞𝑒 = ℎ1− ℎ4 (2.4)
Keterangan:
qe = kalor yang diserap di evaporator (kJ.kg)
h1 = entalpi keluaran evaporator (kJ/kg)
h4 = entalpi masukan evaporator (kJ/kg)
Sedangkan penarikan kalor spesifik disebut efek refrigerasi, dinyatakan
sebagai berikut : 𝑞𝑒 = ℎ1− ℎ4
Yunus A. Cengel (2005) COP refrigerasi dihitung menggunakan
persamaan 4.4 berikut:
COPref.=𝑄𝑜𝑢𝑡
𝑊𝑖𝑛 (2.5)
Dimana,
𝑄𝑜𝑢𝑡 = Kapasitas Pendinginan Maksimum (kW)
𝑊𝑖𝑛 = Power input mesin (kW)
Roy J Dossat (1981) Untuk menghitung besarnya COP dapat digunakan
persamaan sebagai berikut:
1) COPrefrigerasi adalah perbandingan efek refrigerasi terhadap kerja
kompresi dinyatakan oleh persamaan 2.5 sebagai berikut:
𝐶𝑂𝑃𝑟𝑒𝑓𝑟𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 =𝑞𝑒
𝑤 (2.5)
h4 h1
qe
22 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
2) COPheat adalah perbandingan temperatur evaporasi dengan selisih
temperatur kondensasi dan evaporasi dinyatakan oleh persamaan 2.6
sebagai berikut:
𝐶𝑂𝑃ℎ𝑒𝑎𝑡 = 𝑇𝑒
𝑇𝑐−𝑇𝑒 (2.6)
3) Efisiensi refrigerasi adalah perbandingan antara COPheat dinyatakan
oleh persamaan 2.7 sebagai berikut:
𝜂𝑟𝑒𝑓. = 𝐶𝑂𝑃𝑟𝑒𝑓𝑟𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐶𝑂𝑃ℎ𝑒𝑎𝑡× 100% (2.7)
4) Tinjau kembali entropi (s) pada masing-masing alat thermal
(kompresor, kondensor, evaporator, dan alat ekspansi) yang didapatkan
dari diagran p-h refrigeran sesuai yang dipakai pada mesin refrigerasi
pada kondisi ideal maupun aktual.
2.3. Diagram Pressure dan Entalphy (p-h)
Diagram p-h merupakan diagram dengan sumbu x menunjukan enthalpy (h)
dan dan sumbu y menunjukkan tekanan (p). Seperti terlihat dalam gambar 2.22.
Biasanya diagram p-h juga dilengkapi dengan garis-garis besaran lain, seperti garis
suhu, entropi, dan volume jenis. Selain garis-garis besaran terebut diatas, terdapat
pula kubah saturasi (ditunjukkan dengan garis merah). Kubah ini merupakan kubah
yang menunjukkan fasa zat. Didalam kubah merupakan daerah dimana fasa dari zat
berupa campuran gas dan cair.
Di bagian kanan terdapat garis saturasi gas (gas jenuh). Di garis ini zat
dalam keadaan tepat jenuh gas. Jika sedikit saja ke kiri maka sudah ada bagian yang
mencair dan jika sedikit saja ke kanan maka sudah terjadi superheated. Superheated
adalah keadaan dimana pada saat suatu zat yang sudah dalam keadaan gas jenuh,
kemudian mengalami kenaikan suhu.
23 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Gambar 2.22. Diagram p-h
(Sumber : http://www.jsrae.or.jp/jsrae/stady/Eng%20saikuru.htm)
Di bagian kiri terdapat garis saturasi (jenuh) cair. Di garis ini zat dalam
keadaan tepat cair jenuh. Jika sedikit saja ke kanan maka sebagian zat akan
menguap menjadi gas dan sedikit saja ke kiri maka zat akan menjadi keadaan
subcooled, adalah keadaan pada saat suatu zat yang sudah menjadi cair jenuh
kemudian mengalami penurunan suhu. Garis lurus kearah kanan dimulai dari
sebelah kiri kubah atau dengan kata lain awalnya zat dalam keadaan subcooled.
Berikut langkah proses dari sistem refrigerasi kompresi uap pada diagram p-h.
1. Proses 1 ke 2, zat dalam keadaan subcooled tersebut menerima kalor
sehingga terjadi keniakan suhu sampai zat menjadi saturasi cair. Enthalpy
pada zat tersebut naik. Pada titik 2 zat dalam keadaan saturasi cair.
2. Proses 2 ke 3, zat tersebut menerima kalor akibatnya enthalpy naik. Dalam
tahap ini kalor yang diterima tidak mengubah suhu zat, melainkan merubah
fasa menjadi gas. Zat yang tadinya berupa saturasi cair mulai berubah
menjadi gas (menguap). Antara titik 2 dan titik 3 berfasa campuran.
Semakin dekat dengan titik 3 semakin banyak zat yang berfasa gas.
Sebaliknya semakin dekat dengan titik 2, semakin banyak zat yang berfasa
cair. Di titik 3 keadaan zat menjadi saturasi gas (gas jenuh) di mana semua
zat berfasa gas.
1 2 3 4
Subcooled Superheated
24 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
3. Proses 3 ke 4, setelah berfasa saturasi gas, zat tersebut menerima kalor
akbatnya entalphy terus naik. Pada proses ini terjadi kenaikan suhu sehingga
zat menjadi keadaan superheated.
4. Proses 1→2→3→4 terjadi pada tekanan (p) yang sama. Dalam diagram p-
h ini juga dapat mengGambarkan proses-proses lain sehingga diketahui
besaran-besaran yang ada pada proses tersebut.
Untuk setiap zat memiliki diagram p-h masing-masing. Biasanya diagram
p-h digunakan untuk sistem thermodnamika seperti sistem rankin, sistem refigerasi
dan lain-lain.
2.4. Perhitungan Beban Pendinginan
W. Stoecker dalam bukunya Refrigerasi dan Pengkondisian Udara 1989,
menyatakan perpindahan kalor melalui suatu selubung bangunan dipengaruhi oleh
jenis bahan yang digunakan; oleh faktor geometris seperti ukuran, bentuk dan
orientasinya. Adanya sumber-sumber kalor dalam, dan faktor iklim. Dalam
merancang suatu sistem, masing-masing faktor ini perlu diperhitungkan, begitu
juga dampak reaksinya.
Sumber beban pendinginan pada cold room dapat berasal dari luar maupun
dari dalam ruangan itu sendiri. Adapun sumber-sumber beban yaitu beban dari luar
(beban eksternal) , beban dari dalam (beban internal). Perhitungan beban
menggunakan persamaan yang dikutip dari W. Stoecker dalam bukunya Refrigerasi
dan Pengkondisian Udara 1989.
2.4.1. Beban Eksternal
Pada beban kalor eksternal yang terjadi pada cold storage, terdapat 3 faktor
perhitungan beban eksternal yaitu, beban transmisi, beban panas matahari, dan
beban infiltrasi. Perhitungan beban kalor pada dinding, atap dan lantai merupakan
yang menyumbang panas terhadap cold storage tersebut, maka beban kalor tersebut
harus dihitung (Stoecker W.F, 1989).
Beban Transmisi, transmisi yaitu kehilangan kalor atau perolehan kalor
yang disebabkan oleh beda suhu antara kedua sisi elemen bangunan. Seperti yang
terjadi pada dinding, lantai dan atap. Seperti analogi yang digambarkan pada
gambar 2.23
25 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Lapisan udara luar
Lapisan udara dalam T1
T2
Ro Ri
R1 R2 R3
q q
Gambar 2.23 Perpindahan panas pada bidang datar
Persamaan perpindahan kalor yang terjadi pada bidang datar menurut
analogi listrik dapat diperhitungkan dengam persamaan berikut:
q = ∆T
R*T
(2.8)
Dimana:
q = Laju aliran energi kalor, (Watt)
RT* = Hambatan termal (K/W)
T = Beda temperatur udara luar dan udara dalam (K)
Maka untuk ketiga macam perpindahan kalor menjadi:
𝐿
𝑘𝐴 konduksi
𝑅∗𝑇
1
ℎ𝑐𝐴 konveksi
1
ℎ𝑟𝐴 radiasi (2.9)
Dengan gambaran rangkaian hambatan perpindahan kalor yang terjadi pada
bidang datar seperti pada gambar 2.24
Gambar 2.24 Rangkaian perpindahan panas pada bidang datar
Maka hambatan total dapat dicari dengan persamaan:
1
Rtotal=
1
R0+
1
R1+
1
R2+
1
R3+
1
Ri (2.10)
Ri
26 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Dimana:
Rtot = Hambatan (K/W)
Ri = Hambatan lapisan udara dalam (W/m² K)
Ro = Hambatan lapisan udara luar (W/m² K)
Dari persamaan hambatan diatas maka untuk menghitung besarnya beban
transmisi melalui dinding atap dan dinding dapat dihitung dengan persamaan :
q = U ∙ A ∙ ∆T (2.11)
Dimana:
q = Laju aliran energi kalor, (Watt)
U = Koefisien perpindahan panas meyeluruh, (W/m².K)
T = Beda temperatur udara luar dan udara dalam (K)
A = Luas penampang (m²)
Nilai U bisa dicari dengan cara :
U ∙ A = 1
Rtot∙A
U =1
Ro+R1+R2+R3+R4+…+Ri=
1
Rtot (2.12)
2.4.2. Beban Internal
Beban intenal merupakan sumber kalor yang terjadi di dalam cold room
tersebut. Sumber beban internal yang terjadi pada cold room, terdapat beban pada
produk. Beban manusia, lampu, peralatan, dan wadah nilainya diabaikan.
Cold room dirancang untuk dapat mendinginkan produk dengan temperatur
yang sudah di tentukan, maka produk merupakan beban kalor yang paling besar
yang terjadi pada sistem pendingin cold storage tersebut. Roy J. Dossat 1981 dalam
bukunya beban pendinginan pada produk ini dapat dihitung dengan persamaan:
qp = m ∙ Cp ∙ T (2.13)
Dimana :
qp = beban kalor yang terjadi pada produk (W)
m = Massa produk (kg)
Cp = Kalor spesifik produk (kJ/kg.K)
T = Beda perubahan temperatur produk (K)
Cp produk dapat dicari dengan tabel 10-8 Roy J. Dossat
27 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Dengan kalor produk per satuan waktu :
q = qp
n ∙ 3600 (2.14)
Dimana :
q = Kalor penurunan temperatur + pembekuan (W)
n = Chilling time
Dari persamaan diatas beban yang merata untuk setiap jam, namun dalam
kenyataan beban terkonsentrasi diawal pendinginan (beban pendingin jam pertama
akan lebih besar dari jam kedua dan selanjutnya). Agar kapasitas peralatan mampu
menangani beban di awal pendinginan, maka dalam perhitungan beban produk
terutama “chilling room” digunakan faktor koreksi yang disebut “chilling rate
factor” dengan persamaan:
q = qp
n∙3600∙Rf (2.15)
Dimana :
Rf = chilling rate factor
Nilai Rf didapat dari tabel 10-8 s/d 10-11, Roy J.Dossat
2.5. Bahan Baku Pembuatan Obat
Kementrian perindustrian (Kemenperin) mengakui industri farmasi
Indonesia masih ketergantungan bahan baku obat dari luar negri dengan 90 persen
impor. Bahkan nilai impor pada 2014 lebih besar dari nilai export 6.68 persen.
Tahun 2013 nilai export USD532 juta tumbuh 16.98 persen dari 2012. Meskipun
demikian farmasi masih dikuasai produk impor, nilai impor lebih besar dari nilai
export (http://www.kemenperin.go.id, 2015).
Untuk mengurangi ketergantungan bahan baku obat, perlu ditumbuhkan
industri bahan baku obat di tamah air, dimana pemerintah perlu membuat rencana
strategis berupa roadmap pengembangan bahan baku obat di Indonesia serta
menetapkan starting point dan strategi yang harus ditempuh dalam mewujudkan
peningkatan kemandirian bahan baku obat di Indonesia.
Ada tiga stake holder utama yang memiliki peran sentral dalam
pengembangan dan penyediaan bahan baku obat. Yaitu :
1. Industri farmasi yang memiliki tanggung jawab dalam hal pengembangan
bahan baku obat dalam negeri.
28 FAKULTAS TEKNIK UNJANI
2. Peneliti dan akademisi yang memiliki kapasitas untuk pengembangan bahan
baku obat.
3. Pemerintah yang harus memiliki “Political will” untuk melaksanakan
peningkatan kemandirian bahan baku obat ini.
Pada saat ini ada beberapa pendapat untuk memasukan lembaga
pembiayaan keuangan seperti bank, koperasi dan lain – lain sebagai salah satu stake
holder penting dalam pengembangan indutri bahan baku obat.
Macam – macam bahan baku obat :
1. Bahan baku kimia adalah semua bahan atau material berupa unsur, senyawa
tunggal, dan atau campuran yang berwujud padat, cair, atau gas.
2. Bahan baku obat herbal adalah baku obat alami yang berasal dari sumber
daya alam biotik maupun abiotik. Sumber daya biotik meliputi jasad renik,
flora dan fauna serta biota laut, sedangkan sumber daya abiotik, meliputi
sumber daya daratan, perairan dan angkasa dan mencangkup kekayaan atau
potensi yang ada di dalamnya.
3. Bahan baku sediaan biologik adalah bahan berupa vaksin, serta (anti sera)
dan bahan diagnostika biologik. Vaksin adalah sediaan biologik yang
digunakan untuk menimbulkan kekebalan terhadap satu penyakit hewan.
Sedangkan sera adalah sediaan biologik berupa serum darah yang
mengandung zat kebal berasal dari hewan dipergunakan untuk mencegah,
menyembuhkan atau mendiagnosa penyakit pada hewan.