BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Auditing Auditing ...

22
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Auditing Auditing menurut Arens and Loebbecke (1994 ,p.l) adalah : the process by which a competent, independent person, accumulates and evaluates evidence about Quantifiable information related to a spesific economic entity for the purpose of determining and reporting on the degree of correspondence between the quantifiable information and established criteria." Dari definisi tersebut jelas bahwa audit dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen , untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti mengenai informasi terukur alas suatu entitas ekonomi dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteriayang telali ditetapkan. 2.1.1. Jenis - j enis audit Menurut Arens dan Loebbecke (1994:p. 4-5) jenis-jenis audit terdiri dari : A. Audit Operasional (Operational audit) merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Dal am pemeriksaan operasional, tinjauan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada masalali- raasalali akuntansi, melainkan dapat meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, penggunaan komputer, metode produksi, pemasaran dan bidang - bidang lain yang menjadi bidang

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Auditing Auditing ...

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Auditing

Auditing menurut Arens and Loebbecke (1994 ,p.l) adalah :

the process by which a competent, independent person,

accumulates and evaluates evidence about Quantifiable information related to a

spesific economic entity for the purpose of determining and reporting on the degree

of correspondence between the quantifiable information and established criteria."

Dari definisi tersebut jelas bahwa audit dilakukan oleh orang yang kompeten dan

independen , untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti mengenai informasi

terukur alas suatu entitas ekonomi dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan

tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteriayang telali ditetapkan.

2.1.1. Jenis - j enis audit

Menurut Arens dan Loebbecke (1994:p. 4-5) jenis-jenis audit terdiri dari :

A. Audit Operasional (Operational audit)

merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode

operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya.

Dal am pemeriksaan operasional, tinjauan yang dilakukan tidak hanya

terbatas pada masalali- raasalali akuntansi, melainkan dapat meliputi

evaluasi terhadap struktur organisasi, penggunaan komputer, metode

produksi, pemasaran dan bidang - bidang lain yang menjadi bidang

keahliaii auditor.

B. Audit Kepatuhan {Compliance audit)

merupakan audit yang mempunyai tujuan untuk mempertimbaugkan

apakah badan usaha yatig diaudit telah mengikuti—prosedur atau

peraturan tertentu yang telah ditetapkan oleh yang berwenang.

C. Audit atas Laporan Keuaugan (Audit of financial statement)

merupakan audit yang dilakukan untuk raenetapkan apakah laporan

keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur dan akan

diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu.

Untuk memperjelas jenis-jenis audit ini dapat dilihat pada tabel,

dibawah ini. Pada tabel ini diringkaskan tiga jenis audit terniasuk contoh dan

illustrasi dari setiap jenis audit sebagai berikut:

Tabel 1 : Jenis-Jenis Audit

'ype ofuditComplianceuidit

)perationalaidit

inancialtatementuidit

Examples

determine if bankrequirements forloan continuationhave been metevaluate whetherthe computerizedpayroll processingfor subsidiary His operatingefficiently andeffectivelyannual audit ofgeneral motor'sfinancial statement

Quantifiableinformationcompany record

number of payrollrecords processedin amount, costs ofthe departement,and the number oferrors made

general motor'sfinancial statement

EstablishedCriterialoan agreementprovisions

companystandards forefficiency andeffectiveness inpayrolldepartement

GenerallyAcceptedAccountingPrinciples

Availableevidencefinancialstatement andcalculation bythe auditorerrors report,payrollrecords andpayrollprocessingcosts

documents ,records, andoutsidesources ofevidence

rens and Loebbecke (1994,p.5)

2.1.2. Tujuan Audit

Tujuan audit akan sangat dipengarulii oleh jenis-jenis audit yang dilakukan.

Berdasarkan jenis-jenis audit yang ada, maka tujuan audit bisa dijelaskan

sebagai berikut:

1. Audit Operasional (Operational audit)

adaJah untuk menentukan apakali prosedur dan nietode operasi suatu

organisasi telah berjalan secara efektif dan efisien.

2. Audit Kepatuhan (Compliance audit)

adalah untuk memperoleh kepastian tentang tiga ciri kebijakan, prosedur

dan teknik pengendalian internaJ yang saling berkaitan yaitu eksistensi

nyata pengendalian yang sudah digariskan, tingkat ketaatan perusahaan itu

pada pengendalian tersebut, dan keefektifan pengendalian internal dalam

pelaksanaan tugas-tugas pengendalian akutansi.

3. Audit of Financial Statement ( audit atas Iaporan keuangan)

adalah untuk menyatakan pendapat atas kevvajaran posisi keuangan. hasil

usaha, dan arus kas yang sesuai dengan standar akutansi yang berlaku

umum.

2.1.3. Tahap-tahap Dalam Melaksanakan Proses Audit

Untuk mencapai tujuan audit, maka diperlukan beberapaproses dalam

pelaksanaannya, menurut Arens and Lobbecke (1994:152) terdapat empat taliap audit

yaitu :

a Phase I : Plan and design an audit appproach

Dalam setiap audit, ada bermacani - macam cara yang dapat

ditempuh seorang auditor dalam pengumpulan bahan bukti untuk

mencapai tujuan audit secara keseluruhan. Dua perhitungan

yang mempengaruhi pendekatan yang akan dipilih adalah bahan

bukti yang kompeten yang cukup yang hams dikumpulkan untuk

memenuhi tanggung jawab profesional dari auditor dan biaya

pengumpulan bahan bukti hams ada..

b. Phase II : Perform test of controls and subtantive test of transaction.

Untuk membenarkan tingkat resiko lebih rendah daripada yang

ditetapkan, auditor harus menguji keefektifan pengendalian

tersebut Prosedur-prosedur yang terraasuk dalamjenis pengujian

ini disebut pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian

mencakup pemeriksaan dokumen - dokumen yang mendukung

transaksi. Sedangkan pengujian atas transaksi mencakup sejumlali

besar bukti yang mendukung jumlah-jumlah dalam laporan

keuangan termasuk dokumen transaksi.

c. Phase HI: Perform analytical procedures and test of detail of balance

terdapat dua kategori pada prosedur tahap ketiga yaitu prosedur

analitis dan pengujian terinci atas saldo. Prosedur analitis

digunakan untuk menetapkan kelayakan transaksi dan saldo secara

keseluruhan. Sedangkan pengujian terinci atas saldo adalah

prosedur khusus untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo

laporan keuangan.

10

d. Phase IV : Complete the audit and issue an audit report.

Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur maka perlu

menggabungkan seluruh infoiinasi yang didapat uutuk memperoleh

kesimpulan menyeluruli mengenai kewajaran penyajian laporan

keuangan. Ini merupakan proses yang sangat subjektifdansangat

tergantung pada pertimbangan profesional auditor.

2.1.4. Prosedur Audit

Menurut Kell and Boynton(1992:p.l61) yang dimaksud prosedur audit adalah:

" The acts performed or the methods and techiniques used by the auditor to

gather and evaluate audit evidence. They may be applied to the underlying

accounting data or to the process of obtaining and evaluating corporating

information." Dari definisi di atas dapat diartikan tindakan yang dilakukan atau

metode - metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti audit. Mereka menerapkannya berdasarkan data akutansi atau

proses untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi.

Prosedur audit adalah petunjuk rinci untuk pengunipulan jenis bahan bukti audit

tertentu yang diperoleh pada waktu tertentu selama audit. Prosedur audit meliputi:

1. Telaah sekilas (scan)

yaitu pemeriksaan yang kurang rinci atas dokumen dan catatan untuk

menentukan apakah ada sesuatu yang tidak biasa yang membenai-kan

penyelidikan lebih lanjut.

2. Perhitungan secai-a fisik (count)

11

yaitu penentuan aktivayaiig ada ditangaii pada waktu teitentu.

3. Telusuri (trace)

yaitu instruksi yang biasanya berhubungan dengan dokuinentasi atau akurasi

mekanistis.

4. Bandingkan (compare)

yaitu membandingkan informasi dalam lokasi yang berbeda.

5. Pengamatan (observe)

yaitu penggunaan perasaan untuk menetapkan aktivitas teitentu,

misalnya auditor muugkin mengujungi pabrik untuk inemperoleh kesan umum

tentang fasilitas pabrik , mengamati apakah peralatan telah berkarat

untuk mengevaluasi keusangannya.

6. Tanyajawab (inquire)

yaitu upaya mendapatkan infonnasi teitulis atau lisan dari klien

dengan menjawab pertanyaan dari auditor.

7. Hitung penjumlahan ke bawali (foot)

yaitu menjuinlahkan angka suatu kolom untuk menentukan apakah

totalnya sama dengan penjumlahan klien.

8. Baca (read)

yaitu pemeriksaan infonnasi teitulis untuk menentukan fakta yang

berkaitan dengan audit.

9. Periksa (examine)

yaitu penilaian yang rinci atas dokumen dan catatan untuk menentukan

fakta teitentu atasnya

12

2.1.5. Pengujian Dalam Auditing

Dal am pemeriksaan dilakukan berbagai macam pengujian yang secara gar is

besar dapat dibagi menjadi tigagolongan , menurut Mulyadi (1992:p. 205):

1. Pengujian analitik (Analytical Test)

Pengujian dilaksanakan dengan cara raempelajari perbandingan

dan hubungan antara data yang satu dengan yang lain. Pengujian

ini dimaksudkan untuk membantu dalam memahami bisnis klien

dan dalam menetnukan bidang yang memerlukan pemeriksaan lebih

intensif.

2. Pengujian kepatuhan (Compliance Test)

Pengujian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan informasi

mengenai :

a.. Frekwensi pelaksanaan prosedur pengendalian yang ditetapkan.

b. Mutu pelaksanaan prosedur pengujian tersebut

c. Karyawan yang melaksanakan prosedur pengendalian tersebut.

3. Pengujian substantif (SubstantifTest)

Pengujian ini dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan

yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian iaporan

keuangan.

2.2. Pengujian Kepatuhan terhadap Aktivitas Penjualan kredit, Retur

Penjualan dan Penghapusan Piutang

13

Menurut Mulyadi (1992: p. 279-282) prosedur pengujian kepatulian

terhadap aktivitas peujualan kredit adalali sebagai berikut:

1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penjualan, fungsi petnberiotorisasi kredit, fungsi pengiriman barang, fungsi penagihan dan fungsipencatatan piutang.

2. Anibil sampel arsip surat order pengirimana. Periksa apakah surat order pengiriman bemomer unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban penggunaan nomer unit tercetak surat order

pengirimanc. Periksa tanda tangan otorisasi yang berwenang yang tercantum di surat

order pengiriman.d. Periksa adanya otorisasi penjuaian kredit dari fungsi pemberi otorisasi

kredit.3. Ambil sanipel arsip faktur penjualan.

a Periksa apakah faktur penjualan bernomor unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban penggunaan nomor unit tercetak faktur

penjuaian.c. Periksa tandatangan otorisasi yang berwenang yang tercantum dalam

faktur penjualan.d. Periksa kelengkapan dokumen pendukungnyae. Periksa tandatangan otorisasi yang tercantum didalam dokumen pendukung.f Bandingkan kesesuaian informasi yang terdapat di dalam surat order

pengiriman dan surat muat dengan informasi yang tercantum di dalamfaktur penjualan.

g. Periksa apakah harga jual , syarat penjualan dan potongan yangtercantum di dalam faktur penjualan sesuai dengan peraturan yang berlaka

h. Usut pencatatan faktur ke dalam jumal penjualan dan kartu piutang.4. Pilih suatu sampel jumlah bulanan pencatatan di dalam jurnal penjualan

dan bandingkan dengan postingnya ke dalam rekening yang bersangkutan.5. Periksa bukti dilakukannyarekonsiliasi secara periodik antarabuku pembantu.6. Periksa bukti dikirimkannya secara periodik surat pernyataan piutang

kepada debitur.

Sedangkan prosedur pengujian compliace terhadap retur penjualan dan

penghapusan piutang:

1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penjuaian, fungsipenerimaan barang, fungsi pemberi otorisasi kredit dan fungsi pencatatanpiutang.

2. Anibil sampel memo kredita Periksa apakah memo kredit bernomor unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban penggunaan nomor unit tercetak memo kredit.

14

c. Periksa otorisasi yang tercantum di dalam memo kredit.d. Periksa kelengkapan dokumen pendukungnyae. Periksa tandatangan otorisasi yang tercantum di daJam dokumen

pendukung.f. Bandingkan informasi yang tercantum di dalam memo kredit dengan

infonnasi yang tercantum di dalam dokumen pendukungnyag. Usut pencatatan memo kredit ke dalam jurnal umum.

3. Ambil sampel bukti memorial.a. Periksa apakah bukti memorial bemomor unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban nomor unit tercetak bukti memorial.c. Periksa otorisasi yang tercantum di dalam bukti memorial.d. Periksa kelengkapan dokumen pendukungn3'ae. Periksa tanda tangan otorisasi yang tercantum dalam dokumen pendukung.f Bandingkan informasi yang tercantum di dalam bukti memorial dengan

infonnasi yang tercantum di dalam dokumen pendukungnyag. Usut pencatatan bukti memorial ke dalam junial umum.

4. Pilih suatu sampel jumlah bulanan pencatatan di dalam jurnal umum danbandingkan dengan postingnya ke dalam rekening yang bersangkutan dibuku besar.

2.3. Definisi Struktur Pengendalian Internal

Seorang akuntan perlu mempelajari Struktur Pengendalian Internal yang

ada dalam perusahaan yang sedang diaudit Hal ini diperlukan untuk menentukan

luas pengujian yang hams dilakukaa Struktur Pengendalian Internal yang terdapat

dalam suatu pemsahaan merupakan faktor yang menentukan dapat dipercaya tidaknya

laporaii keuaiigan yang dihasilkaii oleh perusahaan. Oleh karena itu, penting sekali

untuk memahami arti pengendalian internal itu sendiri.

Definisi Struktur Pengendalian Internal menurut Mulyadi (1992, p.68) adaiah:

" Struktur pengendalian Internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diciptakan

untuk meniberikan jaminan yang memadai agar tujuan organisasi dapat dicapai". Dalam

definisi tersebut terdapat tiga kata penting yaitu kebijakan, prosedur, dan tujuan

organisasi. Kebijakan adaiah pedoman yang dibuat oleh manajemen untuk mencapai

15

tujuan organisasi . Prosedur adalali langkah-langkah tertentu yang hams diamaii dalam

pelaksanaan suahi kebijakan.

2.3.1. Unsur Struktur Pengendalian Internal

Unsur - unsur Struktur Pengendalian Menial, menurut SPAP (1994:p. 319.4-

319.6) dapat digolongkan menjadi :

1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh gabungan dari berbagai faktor

dalam membentuk, memperkuat atau memperlemah efektifitas kebijakan dan prosedur

tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi terdiri dari :

- Falsafah manajemen dan gaya operasinya

- Struktur organisasi satuan usalia

- Berfungsinya dewan komisaris dan komite-komite yang dibentuk.

- Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab.

- Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklanjuti kinerja

termasuk internal audit.

- Kebijakan dan praktek personalia

- Berbagai faktor eksternal yang niempengaruhi operasi dan praktek satuan

usaha, seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh badan legislatif dan

lembaga pemerintali.

Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik

dan manajer perusahaan mengenai pentingnya pengendalian internal

16

perusahaan. Efektifitas sistem akutansi dan prosedur pengendalian sangat

ditentukan oleh atmosfir yang diciptakan lingkungan pengendalian.

2. Sistem akuntansi

Sistera akuntansi terdiri dari metode dan Catalan yang diciptakan untuk

mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan, mencatat,

melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban

aktiva dan kewajiban yang berkaitan dengan transaksi tersebuL Sistem akutansi yang

efektif mempertimbangkan pembualan metode dan catatan yang akan :

- mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sail

- meriggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga

memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya untuk pelaporan

keuangan.

-mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai

keuangan yang layak dalam laporan keuangan.

-menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan

transaksi pada periode akutansi yang semestinya

-menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam laporan

keuangan

3. Prosedur pengendalian

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang diciptakan oleh

manajemen untuk memberikan keyakinan memadai baliwa tujuan tertentu satuan usaha

akan tercapai. Prosedur pengendalian dapat juga diintegrasikan dalam komponen

17

tertentu dari lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi secara uinum. Prosedur

pengendalian dapat dikelompokkaii ke dalam prosedur yang bersangkutan dengaii:

- Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan.

-Pemisalian tugas yang mengurangi kesenipatan untuk melakukan dan-sekaligus

menutupi ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya.

- Perancangan dan penggunaan dokunien dan catatan yang memadai untuk

membantu secara semestinya transaksi danperistiwa

- Penganianan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan

catatan.

- Pemeriksaaan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian yang

semestinya atas jumlah yang dicatat

Disini prosedur pengendalian yang akan diteliti hanya meliputi:

- Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan

- Pemisalian tugas yang memadai.

- Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.

- Pengamanan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan.

2.3.2. Tujuan Struktur Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (1992:p.68), ada empat tujuan Struktur Pengendalian Internal:

a Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akutansi.

c. Mendorong efisiensi.

d Mendorong dipatuhinyakebijakanmanajemea

18

Pengendalian Internal itu sendiri merupakan struktur yang terbentuk dari

sekelompok elemen, dimana elemen-elemen ini saling mempengaruhi untuk

meyakinkan pencapaian tujuan manajemea Dipandang dari sudut tujuan, menurut

Baridwan (1994: p. 15-16) adalah:

a. Pengawasan akutansi

Terdiri dari struktur organisasi dan semua metode dan prosedur

terutama berkaitan dengan dan berhubungan langsung pada

pengawasan akutansi dan dapat dipercayanya catatan keuangan .

b. Pengawasan administratif

Terdiri dari struktur organisasi dan semua metode dan prosedur

yang terutama berkaitan dengan efisiensi operasi dan berpatokan pada

kebijakan manajemen dan biasanya hanya mempunyai hubunganyang

tidak langsung dengan catatan keuangan.

Akuntan publik berkepentingan terutama pada pengujian auditing

karena merupakan bagian dari Struktur Pengendalian Internal yang berhubungan

langsung dengan keandalan data akutansi dan laporan keuangan klien.

Penggunaan Stniktur Pengendalian Internal yang telah direncanakan dengan baik

akan menjadi alat bantu bagi manajemen dalam mengevaluasi kegiatan

perusahaan secara keseluruhan, mengainankan harta milik perusahaan dan

dalam pengambilan keputusan berdasarkan data dapat dipercaya.

2.4. Definisi Siklus Pendapatan

Menurut Mulyadi (1992:p.265) ,yang dimaksud siklus pendapatan adalah:

19

transaksi yang terdiri dari penjualan barang atau jasa , baik secara kredit maupuu

tunai, retur penjualan dan penghapusan piutang.

Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengaii

pengiriman barang atau penyerahan jasa untuk jangka waktu tertentu -perusahaan

memiliki piutang terhadap pelanggannya Transaksi penjualan kredit dilakukan melalui

sistem penjualan kredit.

Dalani transaksi penjualan tunai, barang diserahkan oleh fungsi pengiriman kepada

pembeli atau jasa baru diserahkan jika fungsi penerimaan kas telah tnenentukan uang

dari pembeli. Transaksi ini dilaksanakan melalui sistem penjualan tunai.

Pendapatan perusahaan dapat berkurang karena barang yang dijual dikembalikan

oleh pembeli ke penjual. Transaksi penerimaan kembali barang yang telah dijual

dilaksanakan melalui retur penjualan.

Piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat berkurang karena debitur tidak

mampu melunasi hutangnya .Transaksi pengliapusan piutang ini dilaksanakan melalui

sistem penghapusan piutang.

2.4.1 Sistem penjualan

Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa secara

kredit maupun tunai. Menurut Mulyadi(1992:p.252-254)pembahasanmengenai

penjualan kredit terbagi menjadi beberapa pokok pembahasan, yaitu :

1. Dokumen yang digunakan

a Surat order pengiriman barang merupakan dokumen pokok untuk

memproses penjualan kredit kepada pelanggan

20

b. Faktur penjualaii sebagai dokunien suinber dalam penerimaan kas

c. Rekapitulasi beban pokok penjualan merupakan pendukung yang

digunakan untuk nienghitung total beban pokok produk. yang dijual

selama periode akuntansi tertentu. ,

d. Bukti Memorial merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatatan

ke dalam jumal uinum.

2. Catatan Akutansi yang Digunakan

a Jurnal penjualan untuk mencatat transaksi penjualan

b. Kartu piutang berisi rincian tentang piutang perusaliaan kepada

debiturnya.

c. Kartu sediaan merupakan buku pembantu yang berisi rincian setiap

sediaan.

d. Kartu gudang untuk mencatat muatan dan sediaan fisik barang

yang disimpan digudang.

e. Jurnal umum digunakan mencatat harga pokok produk yang dijual

selama periode akuntansi tertentu.

3. Unit Organisasi yangTerkait

a Bagian pesanan /order penjualan

berfungsi untuk menerima pemesanan , meraeriksa dan menentukan

tanggal pengiriman.

b Bagiankredit

berfungsi untuk meneliti status kredit langganan memeriksa

persetujuan untuk diterima atau ditoiak order penjualan

21

c. Bagian gudang

berfungsi raeuyiapkan barang seperti yang tercantum dalam

surat perintah pengiriman barang kemudian menyerahkannya

ke bagian pengiriman untuk dikirim ke pembeli.

d. Bagian pengiriman barang

berfiingsi membungkus barang dan menyerahkannya kepada pembeli.

e. Bagian penagihan

berfungsi untuk menagih dan mengirimkan faktur penjualan yang

sudah dibubuhi tandaterimapelanggan.

£ Bagian piutang

berfungsi untuk mencatat piutang , membuat dan raengirimkan

pernyataan utang kepada debitur.

g. Bagian kartu sediaan

berfungsi mencatat harga pokok persediaan yang dijual dalam kartu

sediaan.

h. Bagian jurnah buku besar dan laporan.

berfungsi untuk mencatat transaksi penjualan ke dalam buku jurnal.

4. Sistem penjualan kredit yang terdiri dari berbagai prosedur :

a Prosedur order penjualan.

b. Prosedur persetujuan kredit.

c. Prosedur pengiriman barang.

d. Prosedur penagihan.

e. Prosedur pencatatan piutang.

22

£ Prosedur pencatatan pendapatan penjualan ki'edit.

g. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.

2.4.2. Sistem Retur Penjualan

1. Dokumen yang digunakan :

a Memo kredit

Dokuinen ini dibuat oleh bagian penjualan untuk memberikan

otorisasi kepada bagian penerimaan untuk menerima barang yang

dikembalikan oleh pembeli.

b. Laporan penerimaan barang

Dokumen ini dibuat oleh bagian penerimaan sebagai bukti telali

diterimanya kembali barang yang telah dijual dalam transaksi retur

penjualan.

2.4.3. Sistem Penghapusan Piutang

Dokumen - dokumen yang digunakan :

a Bukti Memorial

Bukti Memorial merupakan dokumen sumber untuk pencatatan transaksi

ke dalam jurnal uinum. Dalam transaksi penghapusan piutang, Bukti

Memorial dibuat oleh bagian kredit sebagai dasar untuk mencatat

pengurangan piutang.

b. Surat keputusan direktur keuangan tentang penghapusan piutang.

Penghapusan piutang memerlukan otorisasi dari pejabat yang tinggi

23

wewenangnya. Surat keputusan direktur keuangan tentang penghapusan

piutang merupakan dokumen pendukung Bukti Memorial yang digunakan

sebagai dokumen sumber pencatatan penghapusan piutang.

2.5. Pemilihan Metode Pengujian

Pengujian terhadap prosedur siklus pendapatan akan dilakukan untuk menilai mutu

Struktur Pengendalian Internal perusahaan dan juga untuk mengetahui apakah prosedur

yang dalam siklus pendapatan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah

ditetapkan. Karena itu terdapat dua metode yang dapat dilakukan secara sampling

menurutMulyadi(1992:159-161) yaitu :

1. Statiscal sampling dibagi menjadi dua:

a Attribute sampling

Untuk menguji efektivitas pengendalian internal (dalam pengujian kepatuhan).

b. Variable sampling

Untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam rekening (dalam

pengujian substantif).

2. Non statiscal sampling.

Dalam statiscal sampling, anggota sampel dipilih secara acak dari seluruh

anggotapopulasi dan hasil pemeriksaan terhadap anggota sampel tersebut dianalisis.

Dalam attribute sampling terdapat tiga model pengujian menurut Mulyadi

(1992:p.l61-162) yang diuraikan sebagai berikut :

I.Fixed sample-size attribute sampling

24

Pengambilan sampel dengan model ini ditujukkan untuk memperkirakan

persentase terjadinya mutu tertentu dalain suatu populasi. Model ini

teiutama digunakan jika melakukan pengujian kepatuhan terbadap suatu

unsur pengendalian internal dan memperkirakan akan menjumpai beberapa

penyimpangan (kesalahan,).

2. Stop or go sampling

Model ini dapat mencegah pen,gambilan sampel yaiig terlalu banyak

yaitu dengan menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini

digunakan jika yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi

sangat kecil.

3. Discovery sampling.

Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan

yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil (mendekati nol). Dalam

model ini akuntan menginginkan kemungkinan tertentu untuk menemukan

paling tidak satu kesalahan,jikakenyataannya tingkat kesalahan sesungguhnya

lebih besar dari yang diharapkan. Discovery sampling dipakai untuk

menemukan kecurangan pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian

internal dan ketidakberesan yang lain.

2.6. Stop or Go Sampling

Dalam stop or go sampling , jika akuntan pemeriksaan tidak menemukan

adanya penyimpangan atau menemukan penyimpangan tertentu yang telah

ditetapkan, maka akuntan dapat menglientikan pengambilan sampelnya.

25

Menurat Mulyadi (1992: 173-179) prosedur yang hams ditempuh oleh

akuiitaii daiain stop or go sampling adaJah :

1. Menentukan Desired Upper Precision Limit (DUPL) dan tingkat keandalan.

Pada tahap ini ditentukan tingkat keandaJaii. yang akan -dipilih dan tingkat

kesalahan maksimuni yang masih dapat diterima.

2. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian kepatuhanguna

menentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelali tingkat keandalan

dan Desired Upper Precision Limit (DUPL) ditentukan , langkah berikutnya

adalah menentukan besaniya sampel minimum yang harus diambil oleh

akuntan dengan bantuan Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk

Pengujian Kepatuhan.

Tabel 2 : Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Kepatuhan

;eptable Uppercision Limit'b

Sample Size90%2427303540486080120240

Based On95%30343843506075100150300

Confidence Level97,5%37424753627493124185370

3. Buatlah tabel Stop or Go Decision

Terdapat beberapa langkah dalam penyusunan Tabel Stop or Go Decision

Tabel 3 ; Stop or Go Decision

26

ngkah ke

1234

BesarayaSampelKumulatifYangDigimakan

6096126156

Berhenti JikaKesalahanKumulatifyangTerjadiSama dengan

0123

Lanjutkan KeLangkahBerikutnya JikaKesalahan yangTerjadi Samadengan

1234

Lanjutkan keLangkah 5JikaKesalahanPaling TidakSebesar

4444

Langkah 1: Pada langkah pertama akuntan menentukan besarnya sampel minimum

dengan menggunakan tabel Stop or Go Decision. Jika dari pemeriksaan terhadap 60

anggota sampel tersebut akuntan tidak menemukan kesaiahan, maka akuntan

menghentikan pengambilan sampel . Pengambilan sampel dihentikan jika

DUPL=AUPL Pada tingkat kesalahan sama dengan 0, maka :

AUPL = Confidence level factor at desired reliability foroccurance observed

Sample Size

Langkah 2 : Jika AUPL>DUPL , akuntan perlu mengambil sampel tambahan

Sample Size = Confidence level factor at desired reliability levelfor occurances observed

Desired upper precision limit (DUPL)

Langkah 3 : Jika pada langkah ke 2, temyata masih ditemukan penyimpangan,

maka pengambilan sampel dilanjutkan lagi hingga mencapai 126

sampel.

Langkah 4 : Evaluasi hasil pemeriksaan sampel

Tabel 4 : Attribute Sampling untuk Menentukan Ukuran Sampel Stop or Go

Decision dan Tingkat Upper Precision Population Pada Hasil Sampel

27

nber of;urances

)L>5\i

90%2.43.95.46.78.09.310.611.813.014.315.516.718.019.020.221.422.6

Confidence Level95%3.04.86.37.89.210.611.913.214.516.017.018.319.521.022.023.424.3

97,5%3.75.67.38.810.311.713.114.515.817.118.419.721.022.323.524.726.0

28