BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Auditing
Auditing menurut Arens and Loebbecke (1994 ,p.l) adalah :
the process by which a competent, independent person,
accumulates and evaluates evidence about Quantifiable information related to a
spesific economic entity for the purpose of determining and reporting on the degree
of correspondence between the quantifiable information and established criteria."
Dari definisi tersebut jelas bahwa audit dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen , untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti mengenai informasi
terukur alas suatu entitas ekonomi dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteriayang telali ditetapkan.
2.1.1. Jenis - j enis audit
Menurut Arens dan Loebbecke (1994:p. 4-5) jenis-jenis audit terdiri dari :
A. Audit Operasional (Operational audit)
merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode
operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya.
Dal am pemeriksaan operasional, tinjauan yang dilakukan tidak hanya
terbatas pada masalali- raasalali akuntansi, melainkan dapat meliputi
evaluasi terhadap struktur organisasi, penggunaan komputer, metode
produksi, pemasaran dan bidang - bidang lain yang menjadi bidang
keahliaii auditor.
B. Audit Kepatuhan {Compliance audit)
merupakan audit yang mempunyai tujuan untuk mempertimbaugkan
apakah badan usaha yatig diaudit telah mengikuti—prosedur atau
peraturan tertentu yang telah ditetapkan oleh yang berwenang.
C. Audit atas Laporan Keuaugan (Audit of financial statement)
merupakan audit yang dilakukan untuk raenetapkan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur dan akan
diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu.
Untuk memperjelas jenis-jenis audit ini dapat dilihat pada tabel,
dibawah ini. Pada tabel ini diringkaskan tiga jenis audit terniasuk contoh dan
illustrasi dari setiap jenis audit sebagai berikut:
Tabel 1 : Jenis-Jenis Audit
'ype ofuditComplianceuidit
)perationalaidit
inancialtatementuidit
Examples
determine if bankrequirements forloan continuationhave been metevaluate whetherthe computerizedpayroll processingfor subsidiary His operatingefficiently andeffectivelyannual audit ofgeneral motor'sfinancial statement
Quantifiableinformationcompany record
number of payrollrecords processedin amount, costs ofthe departement,and the number oferrors made
general motor'sfinancial statement
EstablishedCriterialoan agreementprovisions
companystandards forefficiency andeffectiveness inpayrolldepartement
GenerallyAcceptedAccountingPrinciples
Availableevidencefinancialstatement andcalculation bythe auditorerrors report,payrollrecords andpayrollprocessingcosts
documents ,records, andoutsidesources ofevidence
rens and Loebbecke (1994,p.5)
2.1.2. Tujuan Audit
Tujuan audit akan sangat dipengarulii oleh jenis-jenis audit yang dilakukan.
Berdasarkan jenis-jenis audit yang ada, maka tujuan audit bisa dijelaskan
sebagai berikut:
1. Audit Operasional (Operational audit)
adaJah untuk menentukan apakali prosedur dan nietode operasi suatu
organisasi telah berjalan secara efektif dan efisien.
2. Audit Kepatuhan (Compliance audit)
adalah untuk memperoleh kepastian tentang tiga ciri kebijakan, prosedur
dan teknik pengendalian internaJ yang saling berkaitan yaitu eksistensi
nyata pengendalian yang sudah digariskan, tingkat ketaatan perusahaan itu
pada pengendalian tersebut, dan keefektifan pengendalian internal dalam
pelaksanaan tugas-tugas pengendalian akutansi.
3. Audit of Financial Statement ( audit atas Iaporan keuangan)
adalah untuk menyatakan pendapat atas kevvajaran posisi keuangan. hasil
usaha, dan arus kas yang sesuai dengan standar akutansi yang berlaku
umum.
2.1.3. Tahap-tahap Dalam Melaksanakan Proses Audit
Untuk mencapai tujuan audit, maka diperlukan beberapaproses dalam
pelaksanaannya, menurut Arens and Lobbecke (1994:152) terdapat empat taliap audit
yaitu :
a Phase I : Plan and design an audit appproach
Dalam setiap audit, ada bermacani - macam cara yang dapat
ditempuh seorang auditor dalam pengumpulan bahan bukti untuk
mencapai tujuan audit secara keseluruhan. Dua perhitungan
yang mempengaruhi pendekatan yang akan dipilih adalah bahan
bukti yang kompeten yang cukup yang hams dikumpulkan untuk
memenuhi tanggung jawab profesional dari auditor dan biaya
pengumpulan bahan bukti hams ada..
b. Phase II : Perform test of controls and subtantive test of transaction.
Untuk membenarkan tingkat resiko lebih rendah daripada yang
ditetapkan, auditor harus menguji keefektifan pengendalian
tersebut Prosedur-prosedur yang terraasuk dalamjenis pengujian
ini disebut pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian
mencakup pemeriksaan dokumen - dokumen yang mendukung
transaksi. Sedangkan pengujian atas transaksi mencakup sejumlali
besar bukti yang mendukung jumlah-jumlah dalam laporan
keuangan termasuk dokumen transaksi.
c. Phase HI: Perform analytical procedures and test of detail of balance
terdapat dua kategori pada prosedur tahap ketiga yaitu prosedur
analitis dan pengujian terinci atas saldo. Prosedur analitis
digunakan untuk menetapkan kelayakan transaksi dan saldo secara
keseluruhan. Sedangkan pengujian terinci atas saldo adalah
prosedur khusus untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo
laporan keuangan.
10
d. Phase IV : Complete the audit and issue an audit report.
Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur maka perlu
menggabungkan seluruh infoiinasi yang didapat uutuk memperoleh
kesimpulan menyeluruli mengenai kewajaran penyajian laporan
keuangan. Ini merupakan proses yang sangat subjektifdansangat
tergantung pada pertimbangan profesional auditor.
2.1.4. Prosedur Audit
Menurut Kell and Boynton(1992:p.l61) yang dimaksud prosedur audit adalah:
" The acts performed or the methods and techiniques used by the auditor to
gather and evaluate audit evidence. They may be applied to the underlying
accounting data or to the process of obtaining and evaluating corporating
information." Dari definisi di atas dapat diartikan tindakan yang dilakukan atau
metode - metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit. Mereka menerapkannya berdasarkan data akutansi atau
proses untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi.
Prosedur audit adalah petunjuk rinci untuk pengunipulan jenis bahan bukti audit
tertentu yang diperoleh pada waktu tertentu selama audit. Prosedur audit meliputi:
1. Telaah sekilas (scan)
yaitu pemeriksaan yang kurang rinci atas dokumen dan catatan untuk
menentukan apakah ada sesuatu yang tidak biasa yang membenai-kan
penyelidikan lebih lanjut.
2. Perhitungan secai-a fisik (count)
11
yaitu penentuan aktivayaiig ada ditangaii pada waktu teitentu.
3. Telusuri (trace)
yaitu instruksi yang biasanya berhubungan dengan dokuinentasi atau akurasi
mekanistis.
4. Bandingkan (compare)
yaitu membandingkan informasi dalam lokasi yang berbeda.
5. Pengamatan (observe)
yaitu penggunaan perasaan untuk menetapkan aktivitas teitentu,
misalnya auditor muugkin mengujungi pabrik untuk inemperoleh kesan umum
tentang fasilitas pabrik , mengamati apakah peralatan telah berkarat
untuk mengevaluasi keusangannya.
6. Tanyajawab (inquire)
yaitu upaya mendapatkan infonnasi teitulis atau lisan dari klien
dengan menjawab pertanyaan dari auditor.
7. Hitung penjumlahan ke bawali (foot)
yaitu menjuinlahkan angka suatu kolom untuk menentukan apakah
totalnya sama dengan penjumlahan klien.
8. Baca (read)
yaitu pemeriksaan infonnasi teitulis untuk menentukan fakta yang
berkaitan dengan audit.
9. Periksa (examine)
yaitu penilaian yang rinci atas dokumen dan catatan untuk menentukan
fakta teitentu atasnya
12
2.1.5. Pengujian Dalam Auditing
Dal am pemeriksaan dilakukan berbagai macam pengujian yang secara gar is
besar dapat dibagi menjadi tigagolongan , menurut Mulyadi (1992:p. 205):
1. Pengujian analitik (Analytical Test)
Pengujian dilaksanakan dengan cara raempelajari perbandingan
dan hubungan antara data yang satu dengan yang lain. Pengujian
ini dimaksudkan untuk membantu dalam memahami bisnis klien
dan dalam menetnukan bidang yang memerlukan pemeriksaan lebih
intensif.
2. Pengujian kepatuhan (Compliance Test)
Pengujian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai :
a.. Frekwensi pelaksanaan prosedur pengendalian yang ditetapkan.
b. Mutu pelaksanaan prosedur pengujian tersebut
c. Karyawan yang melaksanakan prosedur pengendalian tersebut.
3. Pengujian substantif (SubstantifTest)
Pengujian ini dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan
yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian iaporan
keuangan.
2.2. Pengujian Kepatuhan terhadap Aktivitas Penjualan kredit, Retur
Penjualan dan Penghapusan Piutang
13
Menurut Mulyadi (1992: p. 279-282) prosedur pengujian kepatulian
terhadap aktivitas peujualan kredit adalali sebagai berikut:
1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penjualan, fungsi petnberiotorisasi kredit, fungsi pengiriman barang, fungsi penagihan dan fungsipencatatan piutang.
2. Anibil sampel arsip surat order pengirimana. Periksa apakah surat order pengiriman bemomer unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban penggunaan nomer unit tercetak surat order
pengirimanc. Periksa tanda tangan otorisasi yang berwenang yang tercantum di surat
order pengiriman.d. Periksa adanya otorisasi penjuaian kredit dari fungsi pemberi otorisasi
kredit.3. Ambil sanipel arsip faktur penjualan.
a Periksa apakah faktur penjualan bernomor unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban penggunaan nomor unit tercetak faktur
penjuaian.c. Periksa tandatangan otorisasi yang berwenang yang tercantum dalam
faktur penjualan.d. Periksa kelengkapan dokumen pendukungnyae. Periksa tandatangan otorisasi yang tercantum didalam dokumen pendukung.f Bandingkan kesesuaian informasi yang terdapat di dalam surat order
pengiriman dan surat muat dengan informasi yang tercantum di dalamfaktur penjualan.
g. Periksa apakah harga jual , syarat penjualan dan potongan yangtercantum di dalam faktur penjualan sesuai dengan peraturan yang berlaka
h. Usut pencatatan faktur ke dalam jumal penjualan dan kartu piutang.4. Pilih suatu sampel jumlah bulanan pencatatan di dalam jurnal penjualan
dan bandingkan dengan postingnya ke dalam rekening yang bersangkutan.5. Periksa bukti dilakukannyarekonsiliasi secara periodik antarabuku pembantu.6. Periksa bukti dikirimkannya secara periodik surat pernyataan piutang
kepada debitur.
Sedangkan prosedur pengujian compliace terhadap retur penjualan dan
penghapusan piutang:
1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penjuaian, fungsipenerimaan barang, fungsi pemberi otorisasi kredit dan fungsi pencatatanpiutang.
2. Anibil sampel memo kredita Periksa apakah memo kredit bernomor unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban penggunaan nomor unit tercetak memo kredit.
14
c. Periksa otorisasi yang tercantum di dalam memo kredit.d. Periksa kelengkapan dokumen pendukungnyae. Periksa tandatangan otorisasi yang tercantum di daJam dokumen
pendukung.f. Bandingkan informasi yang tercantum di dalam memo kredit dengan
infonnasi yang tercantum di dalam dokumen pendukungnyag. Usut pencatatan memo kredit ke dalam jurnal umum.
3. Ambil sampel bukti memorial.a. Periksa apakah bukti memorial bemomor unit tercetak.b. Periksa pertanggungjawaban nomor unit tercetak bukti memorial.c. Periksa otorisasi yang tercantum di dalam bukti memorial.d. Periksa kelengkapan dokumen pendukungn3'ae. Periksa tanda tangan otorisasi yang tercantum dalam dokumen pendukung.f Bandingkan informasi yang tercantum di dalam bukti memorial dengan
infonnasi yang tercantum di dalam dokumen pendukungnyag. Usut pencatatan bukti memorial ke dalam junial umum.
4. Pilih suatu sampel jumlah bulanan pencatatan di dalam jurnal umum danbandingkan dengan postingnya ke dalam rekening yang bersangkutan dibuku besar.
2.3. Definisi Struktur Pengendalian Internal
Seorang akuntan perlu mempelajari Struktur Pengendalian Internal yang
ada dalam perusahaan yang sedang diaudit Hal ini diperlukan untuk menentukan
luas pengujian yang hams dilakukaa Struktur Pengendalian Internal yang terdapat
dalam suatu pemsahaan merupakan faktor yang menentukan dapat dipercaya tidaknya
laporaii keuaiigan yang dihasilkaii oleh perusahaan. Oleh karena itu, penting sekali
untuk memahami arti pengendalian internal itu sendiri.
Definisi Struktur Pengendalian Internal menurut Mulyadi (1992, p.68) adaiah:
" Struktur pengendalian Internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diciptakan
untuk meniberikan jaminan yang memadai agar tujuan organisasi dapat dicapai". Dalam
definisi tersebut terdapat tiga kata penting yaitu kebijakan, prosedur, dan tujuan
organisasi. Kebijakan adaiah pedoman yang dibuat oleh manajemen untuk mencapai
15
tujuan organisasi . Prosedur adalali langkah-langkah tertentu yang hams diamaii dalam
pelaksanaan suahi kebijakan.
2.3.1. Unsur Struktur Pengendalian Internal
Unsur - unsur Struktur Pengendalian Menial, menurut SPAP (1994:p. 319.4-
319.6) dapat digolongkan menjadi :
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh gabungan dari berbagai faktor
dalam membentuk, memperkuat atau memperlemah efektifitas kebijakan dan prosedur
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi terdiri dari :
- Falsafah manajemen dan gaya operasinya
- Struktur organisasi satuan usalia
- Berfungsinya dewan komisaris dan komite-komite yang dibentuk.
- Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab.
- Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklanjuti kinerja
termasuk internal audit.
- Kebijakan dan praktek personalia
- Berbagai faktor eksternal yang niempengaruhi operasi dan praktek satuan
usaha, seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh badan legislatif dan
lembaga pemerintali.
Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik
dan manajer perusahaan mengenai pentingnya pengendalian internal
16
perusahaan. Efektifitas sistem akutansi dan prosedur pengendalian sangat
ditentukan oleh atmosfir yang diciptakan lingkungan pengendalian.
2. Sistem akuntansi
Sistera akuntansi terdiri dari metode dan Catalan yang diciptakan untuk
mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan, mencatat,
melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban
aktiva dan kewajiban yang berkaitan dengan transaksi tersebuL Sistem akutansi yang
efektif mempertimbangkan pembualan metode dan catatan yang akan :
- mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sail
- meriggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga
memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya untuk pelaporan
keuangan.
-mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai
keuangan yang layak dalam laporan keuangan.
-menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan
transaksi pada periode akutansi yang semestinya
-menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam laporan
keuangan
3. Prosedur pengendalian
Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang diciptakan oleh
manajemen untuk memberikan keyakinan memadai baliwa tujuan tertentu satuan usaha
akan tercapai. Prosedur pengendalian dapat juga diintegrasikan dalam komponen
17
tertentu dari lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi secara uinum. Prosedur
pengendalian dapat dikelompokkaii ke dalam prosedur yang bersangkutan dengaii:
- Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan.
-Pemisalian tugas yang mengurangi kesenipatan untuk melakukan dan-sekaligus
menutupi ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya.
- Perancangan dan penggunaan dokunien dan catatan yang memadai untuk
membantu secara semestinya transaksi danperistiwa
- Penganianan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan
catatan.
- Pemeriksaaan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian yang
semestinya atas jumlah yang dicatat
Disini prosedur pengendalian yang akan diteliti hanya meliputi:
- Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan
- Pemisalian tugas yang memadai.
- Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.
- Pengamanan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan.
2.3.2. Tujuan Struktur Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (1992:p.68), ada empat tujuan Struktur Pengendalian Internal:
a Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akutansi.
c. Mendorong efisiensi.
d Mendorong dipatuhinyakebijakanmanajemea
18
Pengendalian Internal itu sendiri merupakan struktur yang terbentuk dari
sekelompok elemen, dimana elemen-elemen ini saling mempengaruhi untuk
meyakinkan pencapaian tujuan manajemea Dipandang dari sudut tujuan, menurut
Baridwan (1994: p. 15-16) adalah:
a. Pengawasan akutansi
Terdiri dari struktur organisasi dan semua metode dan prosedur
terutama berkaitan dengan dan berhubungan langsung pada
pengawasan akutansi dan dapat dipercayanya catatan keuangan .
b. Pengawasan administratif
Terdiri dari struktur organisasi dan semua metode dan prosedur
yang terutama berkaitan dengan efisiensi operasi dan berpatokan pada
kebijakan manajemen dan biasanya hanya mempunyai hubunganyang
tidak langsung dengan catatan keuangan.
Akuntan publik berkepentingan terutama pada pengujian auditing
karena merupakan bagian dari Struktur Pengendalian Internal yang berhubungan
langsung dengan keandalan data akutansi dan laporan keuangan klien.
Penggunaan Stniktur Pengendalian Internal yang telah direncanakan dengan baik
akan menjadi alat bantu bagi manajemen dalam mengevaluasi kegiatan
perusahaan secara keseluruhan, mengainankan harta milik perusahaan dan
dalam pengambilan keputusan berdasarkan data dapat dipercaya.
2.4. Definisi Siklus Pendapatan
Menurut Mulyadi (1992:p.265) ,yang dimaksud siklus pendapatan adalah:
19
transaksi yang terdiri dari penjualan barang atau jasa , baik secara kredit maupuu
tunai, retur penjualan dan penghapusan piutang.
Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengaii
pengiriman barang atau penyerahan jasa untuk jangka waktu tertentu -perusahaan
memiliki piutang terhadap pelanggannya Transaksi penjualan kredit dilakukan melalui
sistem penjualan kredit.
Dalani transaksi penjualan tunai, barang diserahkan oleh fungsi pengiriman kepada
pembeli atau jasa baru diserahkan jika fungsi penerimaan kas telah tnenentukan uang
dari pembeli. Transaksi ini dilaksanakan melalui sistem penjualan tunai.
Pendapatan perusahaan dapat berkurang karena barang yang dijual dikembalikan
oleh pembeli ke penjual. Transaksi penerimaan kembali barang yang telah dijual
dilaksanakan melalui retur penjualan.
Piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat berkurang karena debitur tidak
mampu melunasi hutangnya .Transaksi pengliapusan piutang ini dilaksanakan melalui
sistem penghapusan piutang.
2.4.1 Sistem penjualan
Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa secara
kredit maupun tunai. Menurut Mulyadi(1992:p.252-254)pembahasanmengenai
penjualan kredit terbagi menjadi beberapa pokok pembahasan, yaitu :
1. Dokumen yang digunakan
a Surat order pengiriman barang merupakan dokumen pokok untuk
memproses penjualan kredit kepada pelanggan
20
b. Faktur penjualaii sebagai dokunien suinber dalam penerimaan kas
c. Rekapitulasi beban pokok penjualan merupakan pendukung yang
digunakan untuk nienghitung total beban pokok produk. yang dijual
selama periode akuntansi tertentu. ,
d. Bukti Memorial merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatatan
ke dalam jumal uinum.
2. Catatan Akutansi yang Digunakan
a Jurnal penjualan untuk mencatat transaksi penjualan
b. Kartu piutang berisi rincian tentang piutang perusaliaan kepada
debiturnya.
c. Kartu sediaan merupakan buku pembantu yang berisi rincian setiap
sediaan.
d. Kartu gudang untuk mencatat muatan dan sediaan fisik barang
yang disimpan digudang.
e. Jurnal umum digunakan mencatat harga pokok produk yang dijual
selama periode akuntansi tertentu.
3. Unit Organisasi yangTerkait
a Bagian pesanan /order penjualan
berfungsi untuk menerima pemesanan , meraeriksa dan menentukan
tanggal pengiriman.
b Bagiankredit
berfungsi untuk meneliti status kredit langganan memeriksa
persetujuan untuk diterima atau ditoiak order penjualan
21
c. Bagian gudang
berfungsi raeuyiapkan barang seperti yang tercantum dalam
surat perintah pengiriman barang kemudian menyerahkannya
ke bagian pengiriman untuk dikirim ke pembeli.
d. Bagian pengiriman barang
berfiingsi membungkus barang dan menyerahkannya kepada pembeli.
e. Bagian penagihan
berfungsi untuk menagih dan mengirimkan faktur penjualan yang
sudah dibubuhi tandaterimapelanggan.
£ Bagian piutang
berfungsi untuk mencatat piutang , membuat dan raengirimkan
pernyataan utang kepada debitur.
g. Bagian kartu sediaan
berfungsi mencatat harga pokok persediaan yang dijual dalam kartu
sediaan.
h. Bagian jurnah buku besar dan laporan.
berfungsi untuk mencatat transaksi penjualan ke dalam buku jurnal.
4. Sistem penjualan kredit yang terdiri dari berbagai prosedur :
a Prosedur order penjualan.
b. Prosedur persetujuan kredit.
c. Prosedur pengiriman barang.
d. Prosedur penagihan.
e. Prosedur pencatatan piutang.
22
£ Prosedur pencatatan pendapatan penjualan ki'edit.
g. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.
2.4.2. Sistem Retur Penjualan
1. Dokumen yang digunakan :
a Memo kredit
Dokuinen ini dibuat oleh bagian penjualan untuk memberikan
otorisasi kepada bagian penerimaan untuk menerima barang yang
dikembalikan oleh pembeli.
b. Laporan penerimaan barang
Dokumen ini dibuat oleh bagian penerimaan sebagai bukti telali
diterimanya kembali barang yang telah dijual dalam transaksi retur
penjualan.
2.4.3. Sistem Penghapusan Piutang
Dokumen - dokumen yang digunakan :
a Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan dokumen sumber untuk pencatatan transaksi
ke dalam jurnal uinum. Dalam transaksi penghapusan piutang, Bukti
Memorial dibuat oleh bagian kredit sebagai dasar untuk mencatat
pengurangan piutang.
b. Surat keputusan direktur keuangan tentang penghapusan piutang.
Penghapusan piutang memerlukan otorisasi dari pejabat yang tinggi
23
wewenangnya. Surat keputusan direktur keuangan tentang penghapusan
piutang merupakan dokumen pendukung Bukti Memorial yang digunakan
sebagai dokumen sumber pencatatan penghapusan piutang.
2.5. Pemilihan Metode Pengujian
Pengujian terhadap prosedur siklus pendapatan akan dilakukan untuk menilai mutu
Struktur Pengendalian Internal perusahaan dan juga untuk mengetahui apakah prosedur
yang dalam siklus pendapatan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan. Karena itu terdapat dua metode yang dapat dilakukan secara sampling
menurutMulyadi(1992:159-161) yaitu :
1. Statiscal sampling dibagi menjadi dua:
a Attribute sampling
Untuk menguji efektivitas pengendalian internal (dalam pengujian kepatuhan).
b. Variable sampling
Untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam rekening (dalam
pengujian substantif).
2. Non statiscal sampling.
Dalam statiscal sampling, anggota sampel dipilih secara acak dari seluruh
anggotapopulasi dan hasil pemeriksaan terhadap anggota sampel tersebut dianalisis.
Dalam attribute sampling terdapat tiga model pengujian menurut Mulyadi
(1992:p.l61-162) yang diuraikan sebagai berikut :
I.Fixed sample-size attribute sampling
24
Pengambilan sampel dengan model ini ditujukkan untuk memperkirakan
persentase terjadinya mutu tertentu dalain suatu populasi. Model ini
teiutama digunakan jika melakukan pengujian kepatuhan terbadap suatu
unsur pengendalian internal dan memperkirakan akan menjumpai beberapa
penyimpangan (kesalahan,).
2. Stop or go sampling
Model ini dapat mencegah pen,gambilan sampel yaiig terlalu banyak
yaitu dengan menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini
digunakan jika yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi
sangat kecil.
3. Discovery sampling.
Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan
yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil (mendekati nol). Dalam
model ini akuntan menginginkan kemungkinan tertentu untuk menemukan
paling tidak satu kesalahan,jikakenyataannya tingkat kesalahan sesungguhnya
lebih besar dari yang diharapkan. Discovery sampling dipakai untuk
menemukan kecurangan pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian
internal dan ketidakberesan yang lain.
2.6. Stop or Go Sampling
Dalam stop or go sampling , jika akuntan pemeriksaan tidak menemukan
adanya penyimpangan atau menemukan penyimpangan tertentu yang telah
ditetapkan, maka akuntan dapat menglientikan pengambilan sampelnya.
25
Menurat Mulyadi (1992: 173-179) prosedur yang hams ditempuh oleh
akuiitaii daiain stop or go sampling adaJah :
1. Menentukan Desired Upper Precision Limit (DUPL) dan tingkat keandalan.
Pada tahap ini ditentukan tingkat keandaJaii. yang akan -dipilih dan tingkat
kesalahan maksimuni yang masih dapat diterima.
2. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian kepatuhanguna
menentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelali tingkat keandalan
dan Desired Upper Precision Limit (DUPL) ditentukan , langkah berikutnya
adalah menentukan besaniya sampel minimum yang harus diambil oleh
akuntan dengan bantuan Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk
Pengujian Kepatuhan.
Tabel 2 : Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Kepatuhan
;eptable Uppercision Limit'b
Sample Size90%2427303540486080120240
Based On95%30343843506075100150300
Confidence Level97,5%37424753627493124185370
3. Buatlah tabel Stop or Go Decision
Terdapat beberapa langkah dalam penyusunan Tabel Stop or Go Decision
Tabel 3 ; Stop or Go Decision
26
ngkah ke
1234
BesarayaSampelKumulatifYangDigimakan
6096126156
Berhenti JikaKesalahanKumulatifyangTerjadiSama dengan
0123
Lanjutkan KeLangkahBerikutnya JikaKesalahan yangTerjadi Samadengan
1234
Lanjutkan keLangkah 5JikaKesalahanPaling TidakSebesar
4444
Langkah 1: Pada langkah pertama akuntan menentukan besarnya sampel minimum
dengan menggunakan tabel Stop or Go Decision. Jika dari pemeriksaan terhadap 60
anggota sampel tersebut akuntan tidak menemukan kesaiahan, maka akuntan
menghentikan pengambilan sampel . Pengambilan sampel dihentikan jika
DUPL=AUPL Pada tingkat kesalahan sama dengan 0, maka :
AUPL = Confidence level factor at desired reliability foroccurance observed
Sample Size
Langkah 2 : Jika AUPL>DUPL , akuntan perlu mengambil sampel tambahan
Sample Size = Confidence level factor at desired reliability levelfor occurances observed
Desired upper precision limit (DUPL)
Langkah 3 : Jika pada langkah ke 2, temyata masih ditemukan penyimpangan,
maka pengambilan sampel dilanjutkan lagi hingga mencapai 126
sampel.
Langkah 4 : Evaluasi hasil pemeriksaan sampel
Tabel 4 : Attribute Sampling untuk Menentukan Ukuran Sampel Stop or Go
Decision dan Tingkat Upper Precision Population Pada Hasil Sampel
27