Uji Normalitas Kelas TPS

239
A. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia 1. Penyakit. Jika dalam keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya. 2. Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya. 3. Konsep diri. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang. Konsep diri yang sehat memberikan perasaan yang positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga lebih mudah memenuhi kebutuhan dasarnya 4. Tahap perkembangan.

description

Uji Normalitas Kelas TPS

Transcript of Uji Normalitas Kelas TPS

Page 1: Uji Normalitas Kelas TPS

A. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia

dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia

1. Penyakit.

Jika dalam keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh memerlukan

pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.

2. Hubungan keluarga.

Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan

dasar karena adanya saling percaya.

3. Konsep diri.

Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang.

Konsep diri yang sehat memberikan perasaan yang positif terhadap diri.

Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah

mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga

lebih mudah memenuhi kebutuhan dasarnya

4. Tahap perkembangan.

Setiap tahap perkembangan manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda,

baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow

Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat

pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran

psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan

menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini

adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).

Page 2: Uji Normalitas Kelas TPS

Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang

paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).

Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia

memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and

security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan

rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-

actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).

a. Kebutuhan fisiologis (Physiological)

Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar

semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya.

Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil,

menghindari rasa sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi,

maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit,

sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat.

Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat

kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi

kebutuhan yang lebih tinggi.

Page 3: Uji Normalitas Kelas TPS

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs)

Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak,

kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas,

proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika

tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat

menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya

c. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging

needs)

Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi,

maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa

memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan

mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi

bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan

dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.

d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)

Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul

kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu

lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti

status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan

kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan

kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan

rendah diri dan inferior.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)

Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan

akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan

untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham

Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-

Page 4: Uji Normalitas Kelas TPS

kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain,

dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor

potensialnya secara sempurna.

B. HOMEOSTASIS DAN HEMODINAMIK

1. Homeostasis

Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis

ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara

alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang

seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses

perubahan yang terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap

kondisi lingkungan sekitarnya.

Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh

suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostasis dapat

terjadi dalam tubuh manusia.

Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini dapat

melalui empat cara yaitu :

1. Self regulation.

Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti

dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.

2. Cara kompensasi

Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh.

Sebagai contoh, apabila secara tiba-tiba lingkungan menjadi dingin, maka

pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi dan merangsang

pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya

menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tetap stabil,

pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi

Page 5: Uji Normalitas Kelas TPS

ancaman terhadap tubuh, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan

suhu badan.

3. Cara umpan balik negative

Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan

abnormal tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik

untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.

4. Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis.

Sebagai contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses

peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang

cukup ke sel tubuh.

Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan

kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan

orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Contoh homeostasis

psikologis adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak,

memukul.

2. Hemodinamik

Homeodinamik merupakan pertukaran energi secara terus-menerus antara

manusia dan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan

penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu

mempertahankan hidupnya.

Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang

merupakan satu kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses hidup

yang dinamis, selalu berinteraksi dengan lingkungan yang dapat dipengaruhi dan

mempengaruhinya, serta memiliki keunikan tersendiri dalam proses homeodinamik

ini.

Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :

Page 6: Uji Normalitas Kelas TPS

1. Prinsip integralitas.

Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang

tidak dapat dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara

terus-menerus karena adanya interaksi manusia dengan lingkungan yang

saling mempengaruhi.

2. Prinsip resonansi.

Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya

bervariasi, mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan

lingkungan.

3. Prinsip helicy.

Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia

berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan

lingkungan.

C. Perkembangan Manusia

Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk

tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan

dalam pengertian periode atau fase perkembangan.

Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan

sebagai berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa

pertengahan dan akhir anak anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan

dewasa dan masa akhir dewasa.

Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum

kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai

pada setiap periode tahap tahap perkembangan manusia:

Page 7: Uji Normalitas Kelas TPS

1. Periode prakelahiran (prenatal period)

Adalah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa

pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang

sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam

periode 9 bulan.

2. Masa bayi (infacy)

Adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24

bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak

kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa,

pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.

3. Masa awal anak anak (early chidhood)

Adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima

atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama

masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka

sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah,

mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan

teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara

umum mengakhiri masa awal anak anak.

4. Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood)

Adalah periode perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga

sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini

biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan keterampilan

fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara

formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi

menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai

meningkat.

Page 8: Uji Normalitas Kelas TPS

5. Masa remaja (adolescence)

Adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa,

yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18

tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,

pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan

perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan

pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian

kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan

idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

6. Masa awal dewasa (early adulthood)

Adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau

awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini

adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan

karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan

seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

7. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood)

Adalah periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45

tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk

memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu

generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai

serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.

8. Masa akhir dewasa (late adulthood)

Adalah periode perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh

puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas

berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun,

dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.

Page 9: Uji Normalitas Kelas TPS

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru

Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth

edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester

Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

Page 10: Uji Normalitas Kelas TPS

A. Kebutuhan psikososial

1. Pengertian Kebutuhan Psikososial:

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system

terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan

keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.

Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan

keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai

kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .

2. Hak – hak klien

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat

professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator,

coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

Client Advocate (Pembela Klien)

Tugas perawat :

Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang

diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan

yang diberikan kepadanya.

Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien

yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas

kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan

klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk

didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien

terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

Page 11: Uji Normalitas Kelas TPS

Hak-Hak Klien antara lain :

Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya

Hak atas informasi tentang penyakitnya

Hak atas privacy

Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :

Hak atas informasi yang benar

Hak untuk bekerja sesuai standart

Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien

Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok

Hak atas rahasia pribadi

Hak atas balas jasa Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi

tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang

baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan

dukungan emosional dan intelektual.

Peran perawat :

Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat

sakitnya. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode

untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling atau bimbingan

penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman

kesehatan dengan pengalaman yang lalu. Pemecahan masalah di fokuskan pada

masalah keperawatan

Educator :

Page 12: Uji Normalitas Kelas TPS

Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu

murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu

atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah

perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu

didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.

http://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/kebutuhan-psikososial.html

Page 13: Uji Normalitas Kelas TPS

KEBUTUHAN FISIK IBU HAMIL

1. Oksigen

Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu:

- Udara yang bersih

- Tidak kotor / polusi udara

- Tidak bau, dsb.

Pada prinsipnya hindari ruangan / tempat yang dipenuhi oleh polusi udara

(terminal, ruangan yang sering dipergunakan untuk merokok).

2. Nutrisi

Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15 % dibandingkan dengan kebutuhan wanita

normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin. Makanan

dikonsumsi ibu hamil 40 % digunakan untuk pertumbuhan janin dan sisanya (60 %)

digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal kenaikan berat badan ibu hamil

11-13 kg.

Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk :

- Pertumbuhan dan perkembangan janin

- Mengganti sel-sel tubuh yang rusak

- Sumber tenaga

- Mengatur suhu tubuh dan cadangan makanan

Beberapa hal harus diperhatikan ibu hamil untuk menjalani proses kehamilan yang sehat,

antara lain :

- Konsumsilah makanan dengan porsi yang cukup dan teratur

- Hindari makanan yang terlalu asin dan pedas

Page 14: Uji Normalitas Kelas TPS

- Hindari makanan yang mengandung lemak cukup tinggi

- Hindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol

- Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet dan zat pewarna

- Hindari merokok

Hal penting yang harus diperhatikan ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi

terdiri dari susunan menu yang seimbang yaitu menu yang mengandung unsur-unsur

sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.

A. Sumber Tenaga (Sumber Energi)

Ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebesar 300 kalori perhari sekitar 15 %

lebih banyak dari normalnya yaitu 2500 s/d 3000 kalori dalam sehari. Sumber energi

dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak.

B. Sumber Pembangun

Sumber zat pembangun dapat diperoleh dari protein. Kebutuhan protein yang

dianjurkan sekitar 800 gram/hari. Dari jumlah tersebut sekitar 70 % dipakai untuk

kebutuhan janin dan kandungan.

C. Sumber Pengatur dan Pelindung

Sumber zat pengatur dan pelindung dapat diperoleh dari air, vitamin dan mineral.

Sumber ini dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan

mengatur kelancaran proses metabolisme tubuh.

Page 15: Uji Normalitas Kelas TPS

Kebutuhan makanan sehari-hari untuk ibu hamil, yaitu :

- Kalori : 2500 Kkal

- Protein : 85 g

- Kalsium (Ca) : 1,5 g

- Zat besi (Fe) : 15 mg

- Vitamin A : 6000 IU

- Vitamin B : 1,8 mg

- Vitamin C : 100 mg

- Riboflavin : 2,5 mg

- As nicotin : 18 mg

- Vitamin D : 400-800 IU

Pada umumnya kebutuhan makanan bagi ibu hamil untuk setiap trimester berbeda-

beda, hal ini berhubungan dengan kondisi ibu pada setiap trimester tersebut. Pada

kehamilan trimester pertama (0-14 minggu), umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering

timbul rasa mual dan muntah. Pada kondisi ini, ibu harus tetap berusaha untuk makan agar

janin tumbuh baik. Makanlah makanan dengan porsi kecil tapi sering, seperti sup, susu,

telur, biskuit, buah-buahan segar dan jus.

Pada trimester kedua (s/d usia 28 minqgu), nafsu makan sudah pulih kembali

kebutuhan makan harus lebih banyak dari biasanya meliputi zat sumber tenaga,

pembangun, pelindung dan pengatur. Hal ini untuk kebutuhan janin.

Pada trimester ketiga (sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat baik, tetapi jangan

kelebihan, kurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur-sayuran dan buah-buahan,

lemak harus tetap dikonsumsi. Selain itu kurangi makanan terlalu manis (seperti gula) dan

terlalu asin (seperti garam, ikan asin, telur asin, tauco dan kecap asin) karena makanan

tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya

Page 16: Uji Normalitas Kelas TPS

keracunan saat kehamilan.

Untuk memperoleh asupan makanan yang sehat, ibu hamil dianjurkan untuk mengolah

makanan secara sehat pula.

Adapun cara pengolahan makanan yang sehat dan tepat sebagai berikut :

-Pilihlah sayuran dan buah-buahan yang segar dan berwarna kuning

-Pilihlah daging dan ikan yang segar

-Cucilah tangan yang bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan

-Cucilah bahan makanan yang bersih

-Jangan memasak sayuran sampai layu

-Konsumsilah makanan yang diolah sampai matang

-Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet, bumbu masak (vetsin)

-Hindari pemakaian minyak yang sudah berkali-kali digunakan

-Perhatikan tanggal kadaluarsa dan komposisi vitamin, mineral dan tempat

makanan kalengan

Simpanlah peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman jangan membiarkan

binatang berkeliaran didapur.

3. Personal Hygiene

Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri. Kebersihan

badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor banyak

mengandung kuman-kuman.

a. Cara merawat gigi

Perawatan gigi perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin

pencernaan yang sempurna. Caranya antara lain :

Page 17: Uji Normalitas Kelas TPS

• Tambal gigi yang berlubang

• Mengobati gigi yang terinfeksi

• Untuk mencegah caries

- Menyikat gigi dengan teratur

- Membilas mulut dengan air setelah makan atau minum apa saja

- Gunakan pencuci mulut yang bersifat alkali atau basa

b. Manfaat mandi

• Merangsang sirkulasi

• Menyegarkan

• Menghilangkan kotoran yang harus diperhatikan

- Mandi hati-hati jangan sampai jatuh

- Air harus bersih

- Tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas

- Gunakan sabun yang mengandung antiseptik

d. Perawatan rambut

Rambut harus bersih, keramas satu minggu 2-3 kali

e. Payudara

Pemeliharaan payudara juga penting, puting susu harus dibersihkan kalau terbasahi

oleh colustrum. Kalau dibiarkan dapat terjadi eczema pada puting susu dan

sekitarnya. Puting susu yang masuk diusahakan supaya keluar dengan pemijatan

keluar setiap kali mandi.

f. Perawatan vagina / vulva

Wanita yang hamil jangan melakukan irrigasi vagina kecuali dengan nasihat dokter

karena irrigasi dalam kehamilan dapat menimbulkan emboli udara. Hal – hal yang

harus diperhatikan adalah

• Celana dalam harus kering

Page 18: Uji Normalitas Kelas TPS

• Jangan gunakan obat / menyemprot ke dalam vagina

• Sesudah bab / bak dilap dengan lap khusus

g. Perawatan kuku

Kuku bersih dan pendek

4. Pakaian

Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman, mudah menyerap keringat,

mudah dicuci, tanpa sabuk / pita yang menekan dibagian perut / pergelangan tangan,

pakaian juga tidak baik terlalu ketat dileher, stoking tungkai yang sering digunakan

oleh sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah.

Pakaian wanita hamil harus ringan dan menarik karena wanita hamil tubuhnya akan

tambah menjadi besar. Sepatu harus terasa pas, enak dan aman, sepatu bertumit tinggi

dan berujung lancip tidak baik bagi kaki, khususnya pada saat kehamilan ketika

stabilitas tubuh terganggu dan cedera kaki yang sering terjadi. Kaos kaki ketat tidak

boleh digunakan.

BH

Desain BH harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara dan nyeri punggung

yang tambah menjadi besar pada kehamilan dan memudahkan ibu ketika akan

menyusui. BH harus tali besar sehingga tidak terasa sakit dibahu. Pemakaian BH

dianjurkan terutama pada kehamilan dibulan ke 4 sampai ke 5 sesudah terbiasa

boleh menggunakan BH tipis/ tidak memakai BH sama sekali jika tanpa BH terasa

lebih nyaman. Ada dua pilihan BH yang biasa tersedia, yaitu BH katun biasa dan

BH nylon yang halus.

Korset

Korset yang khusus untuk ibu hamil dapat membantu menekan perut bawah yang

melorot dan mengurangi nyeri punggung. Korset ibu hamil didesain untuk

Page 19: Uji Normalitas Kelas TPS

meyangga bagian perut diatas sympisis pubis di sebelah depan dan masing-masing

di sisi bagian tengah pinggang disebelah belakang. Pemakaian korset tidak boleh

menimbulkan tekanan (selain menyangga dengan ketat tapi lembut) pada perut yang

membesar dan dianjurkan pada wanita hamil yang mempunyai tonus otot perut

yang rendah. Untuk kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan tekanan

pada uterus dan wanita hamil tidak dianjurkan untuk mengenakannya.

5. Eliminasi

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar, untuk

memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu minum dan menjaga

kebersihan sekitar kelamin perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus

dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit).

Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya

gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk meningkatkan gerak,

banyak makan makanan berserat (sayur dan buah-buahan). Sembelit dapat menambah

gangguan wasir menjadi lebih besar dan berdarah.

6. Seksual

Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang tidak dapat

ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil, kehamilan bukan

merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual.

Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat

keguguran berulang atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan,

mengeluarkan air. Pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu

dihindari hubungan seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila kurang

Page 20: Uji Normalitas Kelas TPS

higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa terangsang karena, sperma

mengandung prostaglandin.

Perlu diketahui keinginan seksual ibu hamil tua sudah berkurang karena berat

perut yang makin membesar dan tekniknya pun sudah sulit dilakukan. Posisi diatur

untuk menyesuaikan pembesaran perut.

7. Mobilisasi, Body Mekanik

Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan diri dengan baik

dan kiat berdiri duduk dan mengangkat tanpa menjadi tegang. Body mekanik (sikap

tubuh yang baik) diinstruksikan kepada wanita hamil karena diperlukan untuk

membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan nyaman selama kehamilan. Karena

sikap tubuh seorang wanita yang kurang baik dapat mengakibatkan sakit pinggang.

Alternatif sikap untuk mencegah dan mengurangi sakit pinggang :

a. Gerakan atau goyangkan panggul dengan tangan diatas lutut dan sambil duduk di kursi

dengan punggung yang lurus atau goyangkan panggul dengan posisi berdiri pada

sebuah dinding.

b. Untuk berdiri yang lama misalnya menyetrika, bekerja di luar rumah yaitu letakkan

satu kaki diatas alas yang rendah secara bergantian atau menggunakan sebuah kotak.

c. Untuk duduk yang lama caranya yaitu duduk yang rendah menapakkan kaki pada

lantai lebih disukai dengan lutut lebih tinggi dari pada paha.

d. Menggunakan body mekanik dimana disini otot-otot kaki yang berperan.

• Untuk menjangkau objek pada lantai atau dekat lantai yaitu dengan cara

membengkokan kedua lutut punggung harus lurus, kaki terpisah 12-18 inchi untuk

menjaga keseimbangan.

• Untuk mengangkat objek yang berat seperti anak kecil caranya yaitu mengangkat

dengan kaki, satu kaki diletakkan agak kedepan dari pada yang lain dan juga

telapak lebih rendah pada satu lutut kemudian berdiri atau duduk satu kaki

Page 21: Uji Normalitas Kelas TPS

diletakkan agak kebelakang dari yang lain sambil ibu menaikkan atau

merendahkan dirinya.

f. Menyarankan agar ibu memakai sepatu yang kokoh atau menopang dan tumit yang

rendah tidak lebih dari 1 inchi

8. Exercise / Senam Hamil

Secara umum, tujuan utama persiapan fisik dari senam hamil sebagai berikut :

- Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara fungsi hati untuk

dapat menahan berat badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak dan

lain-lain.

- Melatih dan mengusai teknik pernafasan yang berperan penting dalam kehamilan

dan proses persalinan. Dengan demikian proses relaksasi dapat berlangsung lebih

cepat dan kebutuhan 02 terpenuhi.

- Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot

dasar panggul dan lain-lain.

- Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.

- Memperoleh relaksasi yang sempurna dengan latihan kontraksi dan relaksasi.

- Mendukung ketenangan fisik

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan senam hamil

sebagai berikut :

Kehamilan normal yang dimulai pada umur kehamilan 5 bulan

(22 minggu)

Diutamakan kehamilan pertama atau pada kehamilan berikutnya

yang menjalani kesakitan persalinan / melahirkan anak prematur

pada persalinan sebelumnya

Latihan harus secara teratur dalam suasana yang tenang o

Berpakaian cukup longgar

Menggunakan kasur/ matras

Page 22: Uji Normalitas Kelas TPS

9. Istirahat / Tidur

Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi tidak

boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak disukainya.

Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat

lama.

Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung

kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut malam dan

kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi

hingga seminimal mungkin. Tidur malam + sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur siang ± 1

jam.

Page 23: Uji Normalitas Kelas TPS

PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat

 menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa

gejala).

2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan

telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus

dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan

 proses pencegahan infeksi secara benar.

4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah

 diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.

5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga

sekecil    mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang

tepat .

Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klinis lokal dan

sistematik. Tanda klinis lokal : rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit atau

nyeri, tumor (pembengkakan), dan fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak).

Ada beberapa hal yang perlu kita kaji dalam prinsip pencegahan infeksi, antara

lain :

A.    TRANSMISI KUMAN

Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia

yang dapat menimbulkan radang atau penyakit.proses tersebut melibatkan beberapa

unsur,di antaranya:

1. Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme,dapat berupa manusia,binatang,tumbuhan maupun tanah.

Page 24: Uji Normalitas Kelas TPS

2. Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat

penampungan dari berbagai kuman,seperti saluran

pernapasan,pencernaan,kulit,dan lain-lain.

3. Inang (host)tempat berkembangnya suatu mikroorganisme ,yang dapat didukung

oleh ketahanan kuman.

4. Jalan keluar tempat keluar mikroorganisme, dari reservior, seperti sistem

pernapasan,sistem pencernaan,alat kelamin,dan lain-lain.

5. Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman

mikroorganisme ke berbagai tempat seperti air,makanan,udara,dan lain-lain.

CARA PENULARAN PENYAKIT INFEKSI

Bibit penyakit (mikroba pthatogen) dapat menular (berpindah) dari

penderita, hewan sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat

dengan beberapa:

1.   Melalui kontak jasmaniah (personal contact)

a)     Kontak langsung (direct contact)

Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara

penderita dengan orang yang ditulari.

Misalnya cara penularan:

Penyakit kelamin seperti: syphilis, gonorrhoea,

lymphogranuloma venereum, AIDS.

Penyakit kulit : tinea versicolor (panu), scabies (kudis)

b)     Kontak tidak langsung (indirect contact)

Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang

terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-

bahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit

penyakitnya,seperti feces, urina, darah, muntahan dan sebagainya.

2.   Melalui makanan dan minuman(food borne infections)

Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman

yang telah terkontaminasi.penyakit-penyakit yang menular dengan cara

Page 25: Uji Normalitas Kelas TPS

ini,antara lain: cholera, thypus abdominalis, poliomyelitis, hepatitis infectiosa,

dysenteri, penyakit-penyakit karena cacing, misalnya karena ascaries

lumbricoides.

3.    Melalui serangga(arthropod borne infections)

Bibit penyakit menular melalu serangga (arthropoda).dalam hal ini

serangganya pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakitnya

atau pun hanya sebagai pemindah (transmiter)saja.misalnya:

Malaria disebabkan oleh plasmadium sp, (protozoa) ditularkan oleh

nyamuk anopheles sp.

Deman berdarah (dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus

dengue ,ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

4.     Melalui udara (air borne infections)

Penyakit yang  menular melalui udara ,terutama penyakit saluran

pernapasan, seperti:

Melalui debu diudara yang mengandung bibit penyakit misalkan

penularan penyakit tuberculosa paru-paru yang disebabkan oleh

bakteri mycobacterrium tuberculosis.

Melalui tetes ludah halus (droplet infections)

B. TEKHNIK ISOLASI

Ada 3 poin utama yang perlu diingat untuk teknik isolasi :

1. Teknik isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien dengan penyakit

yang mudah tertular.

2. Penting bahwa setiap orang bertanggung jawab dan menggunakan teknik isolasi

yang tepat untuk mencegah penyebaran penyakit untuk orang lain.

3. Seluruh benda-benda yang berhubungan dengan eksresi, sekresi, darah atau cairan

tubuh yang mengandung mikroba yang sudah dikenal atau masih dalam dugaan

harus dianggap terkontaminasi bahan-bahan potensial inspeksi, ini harus

diberlakukan dengan cara khusus.

Page 26: Uji Normalitas Kelas TPS

UNIT ISOLASI

Unit isolasi dapat berupa berupa ruangan khusus. Ruangan dengan fasiliitas cuci

tangan dan ruangan yang berdampingan dengan  fasilitas kamar mandi dan toilet adalah

unit isolasi yang terbaik. Ruangan khusus dianjurkan untuk pasien yang :

1. Sangat infeksius

2. Mempunyai higiene pribadi yang buruk

3. Membutuhkan prosedur pengendalian udara yang khusus dalam kamar

C. MENCUCI TANGAN

            Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau

petugas kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk

membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan

dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang dapat

mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan.

Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan :

1. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

2. Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada dalam ruangan

maternity,  juga bagi perawatn pasien pre dan post operasi

3. Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien

4. Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi

5. Sebelum menyiapkan obat bagi pasien

6. Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah menggunakan urinal

sebelum dan sesudah makan

            Adapun teknik –teknik mencuci tangan ada 3:

1) Teknik mencuci biasa

Alat dan bahan:

air bersih

handuk

sabun

Page 27: Uji Normalitas Kelas TPS

sikat lunak

prosedur kerja:                                                           

lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau

jam tangan.

Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian sabuni dan

sikat bila perlu.

Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk

atau lap kering.

2) Teknik mencuci dengan desinfeksi

o Alat dan bahan:

Air bersih

Larutan desinfektan lisol/savlon

Handuk/lap kering

o Prosedur kerja:

Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau

jam tangan,

Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian dengan

larutan desinfektan (lisol atau savlon)dan sikat bila perlu.

Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk

atau lap kering.

3) Teknik mencuci steril

o Alat dan bahan:

Air mengalir

Sikat steril dalam tempat

Alkohol 70%

Sabun

o Prosedur kerja:

Page 28: Uji Normalitas Kelas TPS

Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau

jam tangan.

Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian alirkan

sabun(2-5 ml)ke tangan dan gosokkan tangan serta lengan sampai 5

cm diatas siku,kemudian sikat ujung jari,tangan lengan,dan kuku

sebanyak kurang lebih 15 kali gosokan,sedangkan telapak tangan 10

kali gosokan hingga siku.

Bilas dengan air bersih yang mengalir

Setelah selesai tangan di bilas dan tetap diarahkan ke atas.

Gunakan sarung tangan steril.

D. PELINDUNG DIRI

1.   Menggunakan sarung tangan

                        Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan ,dengan

tujuan mencegah terjadinya penularan kuman dan mengurangi resiko tertularnya

penyakit.

o Alat dan bahan:

Sarung tangan

Bedak/talk

o Prosedur kerja:

Cuci tangan secara menyeluruh.

Bila sarung tangan belum dibedaki,ambil sebungkus bedak dan

tuangkan sedikit,

Pegan tepi sarung tangan dan masukkan jari-jari tangan,pastikan ibu

jari dan jari-jari lain tepat pada posisi,

Ulangi pada tangan kiri

Setelah terpasang kedua tangan cakupkan kedua tangan.

2.   Menggunakan masker

Page 29: Uji Normalitas Kelas TPS

            Tindakan pengamanan dengan menutup hidung dan mulut dengan

menggunakan masker,bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi droplet

mikroorganisme saat merawat pasien.                                                       

o Alat dan bahan:

Masker

o Prosedur kerja:

Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker

Pegang kedua tali masker

Ikatan pertama,bagian atas kepala,sedangkan ikatan kedua berada pada

bagian belakang leher.

3.      Menggunakan skort pelindung

      Skort yang dibuat dari bahan tahan lembab harus dikenakan jika ada kemungkinan

kotor karena sekresi atau ekskresi. Penggunaan skort ini dapat mencegah

terkontaminasi diri dan juga terkontaminasinya pakaian kerja dengan bahan infeksius.

Skort hanya boleh dikenakan satu kali. Buanglah skort pada tempat yang sesuai

setelah skort digunakan.

o Alat dan bahan :

Skort pelindung

o Prosedur kerja :

Lepaskan jam tangan anda, dan letakkan di dalam handuk kertas

Cuci tangan anda

Kenakan skort pelindung dengan memasukkan ke dua lengan ke dalam

lengan baju

Selipkan jari-jari anda di bawah dalam tali leher baju dan tariklah tali-

tali tersebut ke belakang. Ikat tali leher tersebut dengan simpul yang

sederhana

Raihlah bagian belakang dan tarik sisi skort sehingga seragam anda

tertutup seluruhnya. Ikat tali pinggang skort dengan simpul sederhana

Page 30: Uji Normalitas Kelas TPS

Caatatan : Jam tangan dapat di bawa masuk ke unit isolasi dan tetap berada di dalam

handuk kertas sehingga dapat terus dilihat tanpa harus disentuh.

            Jika pasien menderita penyakit menular yang dapat  dengan mudah ditularkan

ke orang lain, maka tekhnik-tekhnik khusus harus digunakan.  Pasien tersebut harus di

isolasi. Setiap orang yang berhubungan dengan pasien harus melakukan tindakan

isolasi yang tepat guna memutus rantai infeksi dan mencegah transmisi kuman.

E. TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI

Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:

1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini

dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah

masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan

mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan

jumlah mikroorganisme ,baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati

agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan. Contoh : Pencucian alat

dengan menggunakan sabun.

2. Antiseptik,yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.

                   Contoh :

a. Mencuci alat dengan cara biasa, lalu setelah kering dilanjutkan dengan

mencuci menggunakan alkohol.

b. Menuangkan alat dengan alkohol, lalu dibakar

c. Dekontaminasi,tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani

oleh petugas kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medis

sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan,alat-

alat  kesehatan,dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau

cairan tubuh disaat prosedur dedah/tindakan dilakukan.

Page 31: Uji Normalitas Kelas TPS

http://amazingbiges.blogspot.com/2011/04/teknik-isolasi.html

Page 32: Uji Normalitas Kelas TPS

PEMPROSESAN ALAT / INSTRUMENT

PENGERTIAN DAN TUJUAN

Pemprosesan alat adalah proses pencegahan infeksi dasar pada alat-alat praktek

kebidanan.

Tujuannya : untuk menurunkan transmisi penyakit dan pencegahan infeksi pada

alat-alat / instrumen.

3 Langkah Pokok Dalam Pemprosesan Alat

1. Dekontaminasi

2. Pencucian dan pembilasan

3. Desinfikasi tingkat tinggi atau sterilisasi

1 DEKONTAMINASI ALAT

Definisi :

Langkah pertama menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-

benda lainnya yang terkontaminasi.

Produk-produk Dekontaminasi :

Larutan klorin 0,5 %-0,1 %

Etil 70 %

Bahan fenolik atau karbol 0,5 % - 3 %

Cara-cara membuat larutan klorin

Caramembuat larutan klorin 0,5 % :

Tambahkan 1 larutan pemutih (bayelin) kedalam 9 bagian air (1:9)

Cara membuat larutan klorin 0,1 % :

Tambahkan 1 bagian larutan pemutih (bayclin) kedalam 49 bagian air (1:49)

Page 33: Uji Normalitas Kelas TPS

Cara-cara Dekontaminasi :

1. lakukan dekontaminasi terhadap alat-alat dengan cara merendamnya dengan

larutan desifektan (klorin 0,5 %) selama 10 menit. langkah ini dapat membunuh

virus hepatitis B dan AIDS.

2. Jangan merendam instrument logam yang berlapis elektron(artinya tidak 100 %

baja tahan gores)meski dalam air biasa selama beberapa jam karena akan berkarat.

3. Setelah dekontaminasi instrumen harus segera dicuci dengan air dingin untuk

menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh.

4. Jarum habis pakai da semprit harus diletakkan dalam wadah yang baik untuk

dikubur.

5. Apabila akan digunakan kembali maka jarum dan semprit harus dibersihkan dan

dicuci secara menyeluruh setelah dekontaminasi.

6. Sekali instrumen atau benda lainnya telah didekontaminasi maka selanjutnya di

proses dengan aman.

2 PENCUCIAN DAN PEMBILASAN

Defenisi :

Pencucian adalah : cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar

mikroorganisme pada peralatan / instrument yang kotor atau yang sudah digunakan.

Perlengkapan / bahan-bahan untuk mencuci peralatan.

1. Wadah plastik atau baja anti karat.

2. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.

3. Sikat halus ( boleh menggunakan sikat gigi )

4. Tabung suntik

5. Air bersih

6. Sabun deterjen.

Page 34: Uji Normalitas Kelas TPS

Kegunaan Pencucian :

Sebagai cara efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme terutama

endospora yang menyebabkan tetanus pada peralatan dan instrument tercemar.

Sebagai langkah awal,sebelum instrument di sterilisasi atau desinfikasi tingkat

tinggi (DTT) yang efektif tanpa harus melakukan pencucian terlebih dahulu

(Porter,1987).

Tahap-tahap Pencucian dan pembilasan

1. Ambil peralatan bekas pakai sarung tangan karet yang tebal pada ketua tangan.

2. Pakai yang sudah di dekontaminasi ( hati-hati bila memegang peralatan yang

tajam seperti gunting dan jarum jari )

3. Agar tidak merusak benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci

segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.

4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati :

Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan

kotoran.

Buka engsel gunting dan klem

Sikat dengan saksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan.

Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada perlatan.

Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika diperlukan dengan

air dan sabun atau diterjen.

Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.

5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.

6. Jika peralatan akan di densifiksikan tingkat tinggi secara kimiawi(misalakan

dalam larutan klorin 0,5% tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan

biarkan kering sebelum memulai proses DTT.karena peralatan yang masih

basah akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi

kurang efektif

Page 35: Uji Normalitas Kelas TPS

7. Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus atau

direbus atau distrelisasi di dalam otoktaf atau oven panas kering,tidak usah

dikeringkan sebekum proses DTT atau distrilisasi di mulai.

8. Selagi masih memakai sarung tangan ,cuci sarung tangan dengan air dan

sabun dan kemudian bilas secara saksama dengan menggunakan air bersih .

9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin-anginkan

Tips-tips Pencucian dan pembilasan

1. Gunakan sarung tangan saat membersihkan instrumen dan peralatan

2. Gunakan pelindung mata (Plastik, pelindung muka, atau kaca mata) dan rok

plastik jika ada ,saat membersihkan alat untuk meniminalkan risiko cipratan cairan

yang terkontaminasi pada mata dan badan.

3 DESIFIKASI TINGKAT TINGGI DAN STERILISASI

Defenisi :

suatu tindakan untuk membunuh kuman pada benda atau alat dengan cara merebus

dan meredam dengan larutan desifiktan .

Tujuan :

. Untuk menghindar penularan

. Supaya alat siap untuk dipakai dan tetap terpelihara sehingga tahan lama

Dilakukan pada semua alat –alat kebidanan dan kedokteran

DTT dilakukan dengan cara:

1)    Meredam dengan larutan desifektan dalam panci rebus

2)    Lakukan persiapan:

- alat-alat dibersihkan

- sediakan sabun, sikat halus, lap kering, larutan desifektan, panci.

Page 36: Uji Normalitas Kelas TPS

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

Alat –alat yng sudah siap dipakai direndam dengan klorin 0,5% selama 10 menit

bersihkan alat-alat tersebut dengan sabun dan disikat sampai bersih ,masukkan

dalam panic dan pastikan semua permukaan alat dalam panic perebus

tetutup,terendam air dengan tinggi permukaan alat 2,5% cm diatas permukaan

alat.

Rebus alat atau benda selama 20 menit yang dihitung sejak air mendidih .angka

alat ( benda yang sudah direbus dibiarakan mengering pada daerah yang bersih )

alat yang sudah di DTT harus digunakan untuk disiman dalam wadah tertentu.

PERHATIAN: jangan melakukan DTT terhadap jarum ,spolt,dan skaipel.peralatan yang

sudah di DTT dapat disimpan sampai dengan satu minggu.

STERILISASI

DEFENISI: merupakan upaya pembunuhuhan atau penghancuran semua bentuk

kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik

PERSIAPAN:

1)    ALAT –ALAT YANG AKAN DIBERSIHKAN

2)    Sabun

3)    Sikat halus

4)    Lap kering

5)    Larutan desinfektan

6)    Sterilisator

CARA KERJA :

- Alat –alat yan sudah digunakan direndam dalam larutan klorin 0,5 % selama 15

menit

- Cuci dengan sa1bun dan bilas d bawah air mengalir untuk membuang kotoran

yang melekat

- Keringkan dengan lap bersih dan bungkus dengan kain bersih

- Masukan dalam sterilisator dan bungkus dengan kain bersih

Page 37: Uji Normalitas Kelas TPS

- Masukan dalam sterilisator selama 20 menit dengan temperature 121 derajat

celcius (250 derajat farenhet)tekanan harus 10%

- Biarkan sampai strelisator cukup dingin

- Buka penutup agar uapanya keluar dan biarkan bungkusan mengering baru

diangkat.

http://bemakbidupbptk.blogspot.com/2011/01/pemprosesan-alat-instrument.html

Page 38: Uji Normalitas Kelas TPS

PENGELOLAAN DAN PENANGGULANGAN SAMPAH MEDIS

Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan,

pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu

pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk

mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan

sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa

melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk

masing-masing jenis zat. 

Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara

berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga

antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak

berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung

jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri

biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. 

Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe

zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area. Pengelolaan

sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-

fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan,

pengolahan dan pembuangan.

Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan ) 

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu

yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan

penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3

(bahan berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas toner, dan sebagainya), dan

Page 39: Uji Normalitas Kelas TPS

non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label

yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

Penampungan

Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah

bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak

overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan

standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam

warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana

kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong

berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna

merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam

dengan tulisan “domestik”.

Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.

Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau

ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan

kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta

petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan

di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat

dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan

angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak

bocor.

Beberapa diantara sampah medis sangat mahal biaya penanganannya karena berupa

bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas

kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan

berbahaya.

Page 40: Uji Normalitas Kelas TPS

Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa

dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Sementara sampah hasil

proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau

medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.

Pengolahan dan Pembuangan

Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung

pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan

yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik

pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

a. Incinerasi

b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh °C) bersuhu

121°

c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

formaldehyde)

d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai

desinfektan)

e. Inaktivasi suhu tinggi

f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)

g. Microwave treatment

h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang

terbentuk

Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung

bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan

masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari sekian banyak sumber limbah di rumah

sakit, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai.

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya

dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan

Page 41: Uji Normalitas Kelas TPS

inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi

limbah tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung

radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang.

Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya peraturan

pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan hingga saat ini hanya

sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya.

Berikut adalah beberapa cara untuk menanggulangi sampah medis maupun sampah benda

tajam antara lain :

1. Penanganan Sampah Medis Cair yang Terkontaminasi ( darah, feses, urin dan

cairan tubuh lainnya.

a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah

tersebut.

b. Hati-hati pada waktu menuangkan sampah tersebut pada bak yang

mengalir atau dalam toilet bilas. Sampah cair dapat pula dibuang kedalam

kakus. Hindari percikannya.

c. Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk

membersihkan sisa-sisa sampah. Hindari percikannya.

d. Dekontaminasi wadah specimen dengan larutan klorn 0,5 % atau

disenfeksi local lainnya yang adekuat, dengan merendam selama 10 menit

sebelum dicuci.

e. Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi,

kemudian cuci sarung tangan.

2. Penanganan Sampah Medis Padat (Misalnya pembalut yang sudah digunakan dan

benda-benda lainnya yang telah terkontaminasi dengan darah atau materi organic

lainnya.

a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah

tersebut.

Page 42: Uji Normalitas Kelas TPS

b. Buang sampah padat tersebut ke dalam wadah yang dapat dicuci dan tidak

korosif (plastic atau metal yang berlapis seng) dengan tutup yang rapat.

c. Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa

sampah-sampah yang dapat dibakar ke tempat pembakaran. Jika tempat

pembakaran tidak tersedia maka bisa dilakukan penguburan saja.

d. Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan sebelum

tersebar ke lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode terbaik untuk

membunuh mikroorganisme.

e. Cuci tangan setelah menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta

cuci sarung tangan yang tadi dipakai saat membersihkan sampah tersebut.

3. Penanganan Sampah Medis berupa Benda Tajam (Jarum, silet, mata pisau dan

lain-lain)

a. Gunakan sarung tangan tebal.

b. Buang seluruh benda-benda yang tajam pada tempat sampah yang tahan

pecah. Tempat sampah yang tahan pecah dan tusukan dapat dengan mudah

dibuat menggunakan karton tebal, ember tertutup, atau botol plastic yang

tebal. Botol bekas cairan infus juga dapat digunakan untuk sampah-sampah

yang tajam, tapi dengan resiko pecah.

c. Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan daerah yang memerlukan

sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh

sebelum dibuang.

d. Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, jangan menekuk

atau mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum tidak secara rutin ditutup,

tetapi jika dibutuhkan, dapat diusahakan dengan metode satu tangan.

· Letakkan tutup pada permukaan yang datar dank eras, kemudian

pindahkan ke tangan.

· Kemudian dengan satu tangan, pegang alat suntik dan gunakan

jarumnya untuk menyendok tutup tersebut.

Page 43: Uji Normalitas Kelas TPS

· Jika tutup sudah menutup jarum suntik, gunakan tangan yang lain

untuk merapatkan tutup tersebut.

e. Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¾ penuh, tutp atau sumbat

dengan kuat.

f. Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan cara menguburnya.

Jarum dan benda-benda tajam lainnya tidak dapat dapat dihancurkan

dengan membakarnya dan kemudian hari dapat menyebabkan luka dan

mengakibatkan infeksi yang serius. Pembakaran atau membakarnya dalam

suatu wadah, dapat mengurangi kemungkinan, sampah tersebut dikorek-

korek dalam tempat sampah.

g. Cuci tangan sesudah mengolah wadah sampah benda tajam tersebut

kemudian dekontaminasi dan cuci tangan.

4. Membuang Wadah Kimia yang Telah Digunakan

a. Cuci wadah dengan air wadah gelas dapat dicuci dengan diterjen, bilas dengan

benar-benar bersih dan kemudian bisa digunakan kembali.

b. Untuk wadah-wadah plastic yang berisi zat-zat toksik, misalnya glutaraldehid,

bilas tiga kali dengan air kemudian buang dengan cara menguburnya. Jangan

pernah menggunakan wadah tersebut untuk dipakai kembali setelah dibersihkan.

Sumber : http://susanblogs18.blogspot.com/2012/11/pengelolaan-dan-penanggulangan-

sampah.html#ixzz2G2Gor2bw

Page 44: Uji Normalitas Kelas TPS

PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang

ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil

pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan

membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Prinsip

umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara komprehensif. Hal-hal yang harus

dipertimbangkan yaitu:

1.        Penjagaan kesopanan

2.        Cara mengadakan hubungan dengan pasien

3.        Pencahayaan dan  lingkungan yang memadai

4.        Tahap pertumbuhan/perkembangan pasien

5.        Pencatatan data

6.        Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien

7.        Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis pemeriksaan

8.        Hanya membuka bagian tubuh yg diperiksa, menutup bag.lain

9.        Sistematis

10.    Bandingkan satu bag tubuh dgn bag. Tubuh lain

11.    Penjelasan sederhana kpd klien

12.    Data didokumentasikan dgn tepat (DO & DS)

Syarat pemeriksaan fisik umum

Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pemeriksaan fisik umum

antara lain:

1.    Kompetensi petugas

2.    Ruang pemeriksaan sesuai standar

3.    Alat Bantu pemeriksaan sesuai standar dan berfungsi baik

4.    Buku dan alat pencatat

Page 45: Uji Normalitas Kelas TPS

TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistimatis dan saling

mendukung, yaitu:

A.      PEMERIKSAAN INSPEKSI

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera

penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari

bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi

bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien. Contoh: mata

kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

Cara pemeriksaan

1.    Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri

2.    Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri

pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya

untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut.)

3.    Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.

4.    Catat hasilnya.

B.     PEMERIKSAAN PALPASI

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan

perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.

Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan,

bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan / organ

tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil

inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.

Cara pemeriksaan

1. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa

dan Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka

2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk

menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan

Page 46: Uji Normalitas Kelas TPS

3. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering

4. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.

5. Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan

sebentar-sebentar.

6. Palpasil daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan

7. Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.

8. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.

9. Lakukan Palpasi ringan apabila memeriksa organ/ jaringan yang dalamnya kurang

dari 1 cm. Palpasi ringan. Caranya: ujung-ujung jari pada satu/dua tangan

digunakan secara simultan.Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari

ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil.

10. Lakukan Palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/ jaringan dengan kedalaman

1 – 2,5 cm.

11. Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan kedalaman

lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan

direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ / jaringan tubuh, sedangkan

tangan yang lain menekan kearah tangan yang dibawah untuk mendeteksi

karakteristik organ/ jaringan.

Langkah kerja:

a. Area palpasi terbuka

b. Cuci tangan

c. Beritahu klien

d. Dikerjakan semua jari tp telunjuk dan ibu jari > sensitif.

e. Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan jari 2,3, dan 4

bersamaan.

f. Untuk palpasi abdomen gunakan telapak tangan, beri tekanan ringan dgn jari2.

g. Sistematis, uraikan ciri-ciri ttg ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan.

12. Rasakan dengan seksama kelainan organ/ jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/

tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/ lembut, ukurannya dan

ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan .

Page 47: Uji Normalitas Kelas TPS

13. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat 

C.       PEMERIKSAAN PERKUSI

1. Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh

tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan)

dengan tujuan menghasilkan suara.

2. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan

konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat

untuk menghasilkan suara.

3. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

4. Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.

5. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-

paru pada pneumonia.

6. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah

jantung, perkusi daerah hepar.

7. Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,

misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

D.      PEMERIKSAAN AUSKULTASI

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara

yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan

stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising

usus.

Tingkatan kesadaran:

1.        Kompos Mentis    : sadar Penuh

2.        Apatis                   : acuh tak acuh

3.        Samnolen              : dibangunkan dengan rangsangan, Tidur.

4.        Delirium                : berteriak2, tidak sadar

5.        Sopor/semikoma   : tidak sadar tetapi masih merasakan rangsangan nyeri

6.        Koma                    : tidak sadar.

Page 48: Uji Normalitas Kelas TPS

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah:

Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus

pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada

klien pneumonia, TBC.

Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat

ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada

edema paru.

Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi

maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.

Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas

pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :

1.      Head to toe (kepala ke kaki)

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan

sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala,

wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada,

paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,

ektremitas.

2.      ROS (Review of System / sistem tubuh)

Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu :

keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler,

sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem

muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang

didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang

perlu mendapat perhatian khusus.

3.      Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982

Page 49: Uji Normalitas Kelas TPS

Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi

pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada

masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan

kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-

istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-

pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress,

nilai-pola keyakinan.

4.      DOENGOES (1993)

Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi,

makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan,

pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan /

pembelajaran.

2.1.3.      PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM

Merupakan pendekatan dalam pemeriksaan fisik dengan sistem-sistem

tubuh sebagai acuan pemeriksaaan.

Berikut ini merupakan detail pemeriksaan fisik, dengan pendekatan sistem tubuh

adalah:

1.        Sistem syaraf pusat.

2.        Sistem Kardiovaskular.

2.1. Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran: dengan melakukan

pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap waktu, tempat dan orang.

2.2. Kaji status mental.

2.3. Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi, tipe dan

pengobatannya.

2.4. Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami gangguan.

Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal.

2.5. Kaji fungsi motorik seperti: genggaman tangan, kekuatan otot, pergerakan

dan postur.

Page 50: Uji Normalitas Kelas TPS

2.6. Kaji adanya kejang atau tremor.

2.7. Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempengaruhi SSP.

2.8. Kaji nadi: frekuensi, irama, kualitas (keras dan lemah) serta tanda penurunan

kekuatan/pulse defisit.

2.9. Periksa tekanan darah: kesamaan antara tangan kanan dan kiri atau postural

hipotensi.

2.10. Inspeksi vena jugular seperti distensi, dengan membuat posisi semi fowlers.

2.11. Cek suhu tubuh dengan metode yang tepat, atau palpasi kulit.

2.12. Palpasi dada untuk menentukan lokasi titik maksimal denyut jantung.

2.13. Auskultasi bunyi jantung S1- S2 di titik tersebut, adanya bunyi jantung

tambahan, murmur dan bising.

2.14. Inspeksi membran mukosa dan warna kulit, lihat tanda sianosis (pucat) atau

kemerahan.

2.15. Palpasi adanya edema di ekstremitas dan wajah.

2.16. Periksa adanya jari-jari tabuh dan pemeriksaan pengisian kapiler di kuku.

2.17. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan (epistaksis, perdarahan saluran cerna,

phlebitis, kemerahan di mata atau kulit.

2.18. Kaji obat-obatan yang mempengaruhi sistem kardiovaskular dan test

diagnostik.

3.        Sistem Respirasi (Pernapasan)

3.1. Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi

3.2. Kaji respiratory rate, irama dan kualitasnya

3.3. Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk

diameter anterior dan posterior thorax, dan adanya gangguan spinal

3.4. Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema

3.5. Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular,

bronkovesikular, atau bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru

patologis (wheezing, cracles atau ronkhi)

Page 51: Uji Normalitas Kelas TPS

3.6. Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya

sputum/dahak, cek warna, konsistensi dan jumlahnya dan apakah

disertai darah

3.7. Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas, dyspnea

dan orthopnea.

3.8. Inspeksi membran mukosa dan warna kulit

3.9. Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi

pernapasan pasien

3.10. Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan

berapa lama telah merokok

3.11. Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostik

4.        Sistem Pencernaan

4.1.   Inspeksi keadaan umum abdomen: ukuran, kontur, warna kulit dan pola

pembuluh vena (venous pattern).

4.2.    Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus.

4.3.   Palpasi abdomen untuk menentukan: lemah, keras atau distensi, adanya

nyeri tekan, adanya massa atau asites.

4.4.    Kaji adanya nausea dan vomitus.

4.5.    Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet.

4.6.    Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien untuk

menelan.

4.7.    Kaji adanya perubahan berat badan.

4.8.    Kaji pola eliminasi: BAB dan adanya flatus.

4.9.     Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya dikaitkan

dengan fungsi (permanen atau temporal), kondisi stoma dan kulit

disekitarnya, dan kesediaan alat.

4.10.  Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait

sistem GI.

Page 52: Uji Normalitas Kelas TPS

5.        Sistem Perkemihan

5.1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan

dan ada/tidaknya sedimen.

5.2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria,

serta riwayat infeksi saluran kemih.

5.3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih).

5.4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau

urostomy atau supra pubik kateter.

5.5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait

dengan sistem perkemihan.

6.        Sistem Integumen

6.1.    Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum kulit

(jaundice, kering).

6.2.    Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor.

6.3.    Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb.

6.4.    Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus.

6.5.    Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu.

6.6.    Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument.

7.        Sistem muskulosketal

7.1.   Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme.

7.2.   Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi.

7.3.   Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion),

kekuatan otot.

7.4.   Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh.

7.5.   Kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi.

7.6.   Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem musculoskeletal.

8.        Sistem Muskuloskeletal

Page 53: Uji Normalitas Kelas TPS

8.1. Perasaan pasien tentang kondisinya dan penyakitnya.

8.2. Kaji tingkat kecemasan, mood klien dan tanda depresi.

8.3. Kaji pemenuhan support sistem.

8.4. Kaji pola dan gaya hidup klien yang mempengaruhi status kesehatan.

8.5. Kaji riwayat penyalah gunaan obat, narkoba, alkohol, seksual abuse,

emosional dan koping mekanisme.

8.6. Kaji kebutuhan pembelajaran dan penyuluhan kesehatan.

2.1.4.      PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

Merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan bagian tubuh klien sebagai

acuan yaitu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Maksudnya disini adalah

pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir

pada anggota gerak.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien

secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau

pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah selalu dilakukan

pertama kali.

1.1.  Tanda vital

1.      Suhu

Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat

dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.

Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan, yakni

demam (di atas > 37°C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia.

Suhu tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai. Normal untuk suhu tubuh

adalah 36-37°C

2.      Tekanan darah

Tekanan darah dinilai dalam 2 nilai, sebuah tekanan tinggi sistolik yang

menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah daistolik atau tekanan

istirahat.

Page 54: Uji Normalitas Kelas TPS

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kiri, kecuali

pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik

disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan

tensimeter air raksa.

Tidak ada nilai tekanan darah ‘normal’ yang tepat, namun dihitung

berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat

dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan

lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam

kondisi pasien tidak bekerja.

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari

seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis

penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan

pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan

perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian

kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa

dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin

diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli

medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab

yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk

meyakinkan penyebab tersebut.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien

secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda

vitalatau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama

kali.

Tanda vital

Suhu

Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat

dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.

Page 55: Uji Normalitas Kelas TPS

Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu:

1.        ketiak

2.        mulut

3.        anus

 

Nilai setandar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi

menjadi empat yaitu :

           Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

           Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C

           Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C

           Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan

melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui

anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam

fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung)

akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.

Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan

suhu tubuh.

Tekanan darah

Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang

menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan

istirahat.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali

pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik

disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur

dengan tensimeter air raksa.

Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung

berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat

Page 56: Uji Normalitas Kelas TPS

dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan

lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam

kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg.

Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

Denyut

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran

kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialispada

pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada

leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis

posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.

Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia.

Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per

menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit. ikha

Kecepatan pernapasan

Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali

penarikan napas per menit.

Biometrika dasar

Tinggi

Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat

diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri

tegak tanpa alas kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan

cara dibaringkan.

Berat atau massa

Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.

Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi

dan mssa sehat serta tingkat kegemukan.

Nyeri

Page 57: Uji Normalitas Kelas TPS

Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital.

Dalam klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari

nilai '0' (tidak dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien),

hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).

STRUKTUR DALAM PENULISAN RIWAYAT PEMERIKSAAN

TAMPILAN UMUM

Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi

dan berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau

pasien mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)

JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),

kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda

kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada

kuku jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan,

pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan

lipatan paha.

SISTEM ORGAN

1. Sistem kardiovaskular

Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung

Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema

perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.

Pemeriksaan jantung

2. Paru-paru

Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru

3. Dada dan payudara

4. Abdomen

Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran

organ (contohnya aneurisma aorta)

Pemeriksaan rektum

5. Sistem reproduksi

Page 58: Uji Normalitas Kelas TPS

6. Sistem otot dan gerak

7. Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa

8. Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)

9. Kulit

Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut

Peneriksaan tanda klinis pada kulit

2.2.    PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU

Langkah Pemeriksaan Fisik Pada Ibu

A.    Informed Consent

Menyambut ibu dan yang mendampingi ibu

Memperkenalkan diri

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, maksud dan tujuannya

Meminta persetujuan tindakan

B.     Persiapan alat, perlengkapan, dan pasien

Susun alat secara ergonomis

Cuci tangan pakai sabun, bilas di air mengalir, keringkan dengan handuk bersih

Atur posisi pasien senyaman mungkin (saat pemeriksaan tanda vital sebaiknya

duduk/jika memungkinkan, pemeriksaan head to toe berbaring pada tempat tidur

yang rata)

C.     Langkah Kerja

1. Lakukan penilaian secara sistematis keadaan umum klien, status nutrisi, warna dan

tekstur kulit dan pigmentasi

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Pernafasan : normal dewasa 16-20 x/menit

Nadi : normal 60-90 x/menit

Mengukur suhu

Mengukur tekanan darah

Page 59: Uji Normalitas Kelas TPS

3. Lakukan pemeriksaan kepala dan wajah

Lakukan inspeksi dan palpasi kepala dan kulit kepala untuk melihat

kesimetrisan, warna rambut, adakah pembengkakan, kelembaban, lesi, edema

Lakukan inspeksi wajah

Lakukan pemeriksaan mata

Lakukan inspeksi pada hidung

Periksa mulut dan kerongkongan

Lakukan inspeksi telinga

4. Periksa leher

Periksa kelenjar thyroid : lihat besar dan bentuknya, palpasi dengan jari,

pasien diminta menelan, bila ada masa saat menelan : thyroid membesar

Palpasi leher untuk merasakan adanya pembesaran kelenjar limfe, tentukan

ukuran, bentuk, mobilitas, dan konsistensi

5. Periksa dada

Lihat dan palpasi payudara : bentuk, kesimetrisan, benjolan bentuk putting

Inspeksi dan palpasi daerah ketiak : adanya benjolan / pembesaran kelenjar

getah bening

6. Periksa abdomen

Inspeksi : bentuk abdomen, apakah membusung / datar, striae, warna,

ketebalan lemak

Auskultasi perut di 4 kuadran, dengar peristaltik usus. Normal : 5-35 kali

Palpasi (bila ada yang sakit, lakukan bagian tersebut di akhir pemeriksaan)

Perkusi abdomen : massa padat atau cair akan menimbulkan suara pekak

7. Lakukan pemeriksaan ekstremitas

Inspeksi : ada edema (tekan daerah tibia / dorsalis pedis bila ada cekungan di

bekas tekanan : edema + ), varises, kesimetrisan, kelainan)

Lakukan pengetukan dengan reflex hammer di daerah tendon muskulus

kuadriser femoris di bawah patella

Page 60: Uji Normalitas Kelas TPS

8. Periksa punggung pasien

Inspeksi apakah ada kelainan pada spina, bagaimana bentuk bujur sangkar

michelis

9. Lakukan pemeriksaan genetalia eksterna dan anus

Inspeksi vulva : adakah cairan pervaginaan ( secret ), amati warna dan bau

Palpasi adakah pembengkakan, benjolan mulai dari klitoris, uretra, kelenjar

skene, kelenjar bartholini

Lakukan pemeriksaan anus bersamaan pemeriksaan genetalia, lihat adakah

kelainan, misalnya hemorrhoid ( pelebaran vena ) di anus dan perineum, lihat

kebersihannya 

D.    Pasca Tindakan

Rapikan pasien

Bereskan, alat cuci sarung tangan dan rendam dalam larutan korin

Cuci tangan

Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

Lakukan dokumentasi hasil tindakan

2.3.    PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI ATAU BALITA

1.        Pemeriksaan fisik bayi

Persiapan alat dan bahan :

a. Kapas

b. Senter

c. Thermometer

d. Stetoskop

e. Flannel/ selimut

f. Bengkok

g. Timbangan bayi

h. Pita meter (metlyn)

i. Pengukuran panjang badan

Page 61: Uji Normalitas Kelas TPS

j. Sarung tangan

k. Buku catatan

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi  baru lahir, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi

tidak mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang

diperiksa.

b. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur  

yang memerlukan  observasi ketat dulu.

c. Pemeriksaan yang mengganggu bayi seperti pemeriksaan refleks dilakukan

pada tahab akhir .

d. Bicara lembut, pegang tangan bayi diatas dadanya atau lainnya.

2.        Penilaian Apgar Score

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan

bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit .

3.        Pengukuran Antropometri

Cara:

a. Lakukan pengukuran berat badan, panjang  badan, lingkar kepala, dan lingkar

dada.

b. Lakukan penilaian hasil pengukuran :

1) Berat badan bayi baru lahir normalnya 2500 sampai 4000gr

2) Panjang badan normalnya 45-50cm

3) Lingkar kepala normalnya 33-35cm

4) Lingkar dada normalnya 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar

3cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocepalus dan apabila

kurang dari 3cm maka bayi disebut microsepalus.

Page 62: Uji Normalitas Kelas TPS

4.        Pemeriksaan Kepala

 Cara : 

a. Lakukan inspeksi daerah kepala

b. Lakukan penilaian pada bagian kepala, diantaranya :

1) Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir

asimetris atau tidak

2) Ada tidaknya caput suksedanum, yaitu edema dikepala, lunak dan tidak

berfluktuasi, batasnya tegas  dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam

beberapa hari.

3) Ada tidaknya cephal hematome, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak

tampak   pada hari pertama karena tertutup oleh caput. Akan hilang dalam

waktu 2-6 bulan.

4) Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena  pecahnya vena yang

menghubungkan jaringan diluar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas.

5) Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan.

Fontanel posterior akan menutup setelah 2 bulan sedangkan fontanel anterior

menutup  pada usia 12-18 bulan.

5.        Pemeriksaan Mata

Cara :

a. Lakukan inspeksi daerah mata

b. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti :

1) Strabismus, dengan cara menggoyangkan kepala secara pelan-pelan sehingga

mata bayi akan terbuka

2) Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya kurang

3) Slindrom down, ditemukan epicanthus melebar

4) Glukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea

5) Katarak congenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

Page 63: Uji Normalitas Kelas TPS

6.        Pemeriksaan Telinga

Cara pemeriksaan pada telinga adalah dengan membunyikan  bel atau

suara,apabila  terjadi reflek maka pendengarrannya  baik,kemudian  apabila tidak

terjadi reflek maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

7.        Pemeriksaan Hidung

Cara:

a. pernafasan,apabila bayi  bernafas melalui  mulut maka kemumgkinan bayi

mengalami obstuksi jalan nafas karena adanya antresiakona bilateral,frakltur

tulang hidung,atau ensefalokel yang menonjol  ke nasofaring.sedangkan

pernafasan cuping hidung akan menunjukan gangguan pada paru.

b. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat secret mukopurulen dan

berdarah perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenitial dan

kemungkinan lain.

8.        Pemeriksaan mulut

Cara:

a. Lakukan inpeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut

b. Amati warna, kemampuan reflek menghisap. Apabila lidah menjulur keluar

dapat dinilai adanya kecacatan congenital

c. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya disebut

dengan monilea albicans

d. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen

http://ratyakurnia-midwife.blogspot.com/2011/10/pemeriksaan-fisik.html

Page 64: Uji Normalitas Kelas TPS

A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,

memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui

faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium

yaitu :

1. Pra instrumentasi

Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan

dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi

hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi

meliputi :

j. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir

Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh

dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari

pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien

sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir

dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan,

umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau

diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk

menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil

terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.

k. Persiapan penderita

1) Puasa

Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan

mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah

berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume

Page 65: Uji Normalitas Kelas TPS

plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan

dalam plasma dan jumlah sel darah.

2) Obat

Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada

pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil,

sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan

trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi

komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi

sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis.

Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan

hemostasis.

3) Waktu pengambilan

Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari

tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam

urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah

diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi

khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang

tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien

dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito.

Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar

besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat

dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi

pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-

100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi

sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai

pagi.

4) Posisi pengambilan

Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10%

demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan

Page 66: Uji Normalitas Kelas TPS

penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan

dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat

penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.

a) Persiapan alat

Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu

diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan

dan berkesan profesional dalam bekerja.

b) Pengambilan darah

Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %,

karet pembendung (torniket) semprit sekali pakai umumnya

2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel.

Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung

anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh

dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler

polos atau mengandung antikoagulan.

c) Penampungan urin

Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar,

berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk

biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol

besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.

d) Penampung khusus

Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau

pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah

label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada

formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak

tertukar.

l. Cara pengambilan sampel

Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan

pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan

santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas

Page 67: Uji Normalitas Kelas TPS

pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil

bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit

pengambilan darah karena vena akan konstriksi.

Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi

pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak

pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di

daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan

tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang

dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral.

Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah

pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada

ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun

telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral

tumit kaki.

m. Penanganan awal sampel dan transportasi

Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber

kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :

1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan

formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah

sudah terhitung biayanya (lunas)

2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang

mengandung antikoagulan

3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah

4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan

penundaan

5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah

arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C

dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus

segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.

Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat

Page 68: Uji Normalitas Kelas TPS

mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan

pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa,

peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah

pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi

pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan

bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan

hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.

B. PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN

1. Pemeriksaan Darah

a. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium.

a) Perifer (pembuluh darah tepi)

b) Vena

c) Arteri

d) Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah

e) Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit

b. Bentuk pemeriksaan

a) Jenis/golongan darah

b) HB

c) Gula darah

d) Malaria

e) Filaria dll

c. Persiapan alat

a) Lanset darah atau jarum khusus

b) Kapas alcohol

c) Kapas kering

d) Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam

pemeriksaan

e) Bengkok

f) Hand scoon

Page 69: Uji Normalitas Kelas TPS

g) Perlak dan pengalas

d. Prosedur kerja

a) Mendekatkan alat

b) Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur

c) Memasang perlak dan pengalas

d) Memakai hand scoon

e) Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan

f) Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol

g) Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol

h) Merapikan alat

i) Melepaskan hand scoon

2. Pemeriksaan Urine

b. Kegunaan

1) Menafsirkan proses-proses metabolism

2) Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)

c. Jenis pemeriksaan

1) Urine sewaktu

Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.

2) Urine pagi

Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.

3) Urine pasca prandial

Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam

sesudah makan)

4) Urine 24 jam

Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.

Page 70: Uji Normalitas Kelas TPS

d. Persiapan alat

1) Formulir khusus untuk pemeriksaan urine

2) Wadah urine dengan tutupnya

3) Hand scoon

4) Kertas etiket

5) Bengkok

6) Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

e. Prosedur tindakan

1) Mencuci tangan

2) Mengisi formulir

3) Memberi etiket pada wadah

4) Memakai hand scoon

5) Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup

rapat.

6) Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket

7) Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi

8) Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.

9) Membereskan dan merapikan alat

10) Melepas hand scoon

11) Mencuci tangan

3. Pemeriksaan Faeces

a. Pengertian

Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara

pengambilan yang tertentu.

b. Tujuan

Untuk menegakkan diagnose

c. Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa

Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah,

dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.

Page 71: Uji Normalitas Kelas TPS

d. Persiapan alat

1) Hand scoon bersih

2) Vasseline

3) Botol bersih dengan penutup

4) Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya

5) Bengkok

6) Perlak pengalas

7) Tissue

8) Tempat bahan pemeriksaan

9) Sampiran

e. Prosedur tindakan

1) Mendekatkan alat

2) Memberitahu pasien

3) Mencuci tangan

4) Memasang perlak pengalas dan sampiran

5) Melepas pakaian bawah pasien

6) Mengatur posisi dorsal recumbent

7) Memakan hand scoon

8) Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas

kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja

9) Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam

tempatnya.

10) Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.

11) Melepas hand scoon

12) Merapikan pasien

13) Mencuci tangan

Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara

steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan

dalam keadaan steril.

Page 72: Uji Normalitas Kelas TPS

4. Pengambilan sputum

a. Pengertian

Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan

ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.

b. Tujuan

Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh

pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.

c. Indikasi

Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila

diperlukan).

d. Persiapan alat

1) Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup

2) Botol bersih dengan penutup

3) Hand scoon

4) Formulir dan etiket

5) Perlak pengalas

6) Bengkok

7) Tissue

e. Prosedur tindakan

1) Menyiapkan alat

2) Memberitahu pasien

3) Mencuci tangan

4) Mengatur posisi duduk

5) Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.

6) Memakai hand scoon

7) Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah

disiapkan (sputum pot)

8) Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol

9) Membersihkan mulut pasien

10) Merapikan pasien dan alat

Page 73: Uji Normalitas Kelas TPS

11) Melepas hand scoon

12) Mencuci tangan

5. Pengambilan spesimen cairan vagina/hapusan genetalia

a. Persiapan alat

1) Kapas lidi steril

2) Objek gelas

3) Bengkok

4) Sarung tangan

5) Spekulum

6) Kain kassa, kapas sublimat

7) Bengkok

8) Perlak

b. Prosedur

1) Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan

dilakukan

2) Mendekatkan alat

3) Memasang sampiran

4) Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian

bawah (jaga privacy pasien)

5) Memasang pengalas dibawah bokong pasien

6) Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)

7) Mencuci tangan

8) Memakai sarung tangan

9) Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak

dominan

10) Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan

sesuai kebutuhan

11) Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan

12) Membuang kapas lidi pada bengkok

Page 74: Uji Normalitas Kelas TPS

13) Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia

dan ditutup

14) Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke

laboratorium

15) Membereskan alat

16) Melepas sarung tangan

17) Mencuci tangan

18) Melakukan dokumentasi tindakan

C. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan USG

Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun 1960,

dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan teknologi

bidang komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan sangat pesat,

sehingga saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada yang menyebut

sebagai USG 4D).

a. Indikasi

1) Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan pemeriksaan

USG dilakukan begitu diketahui hamil, penapisan USG pada trimester

pertama (kehamilan 10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan

trimester kedua (18 – 20 minggu), dan pemeriksaan tambahan yang

diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin.

2) Dalam bidang ginekologi onkologi pemeriksaannya diindikasikan bila

ditemukan kelainan secara fisik atau dicurigai ada kelainan tetapi pada

pemeriksaan fisik tidak jelas adanya kelainan tersebut.

3) Dalam bidang endokrinologi reproduksi pemeriksaan USG diperlukan untuk

mencari kausa gangguan hormon, pemantauan folikel dan terapi infertilitas,

dan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan haid.

Page 75: Uji Normalitas Kelas TPS

4) Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal dari

disiplin ilmu lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan pasien dengan

kecurigaan metastasis dari organ ginekologi dll.

c. Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Pervaginam

a) Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan

pemeriksaan dalam.

b) Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.

c) Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.

d) Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.

e) Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.

f) Tidak menyebabkan keguguran.

2) Perabdominan

a) Probe USG di atas perut.

b) Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.

c) Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut,

lemak baru menembus rahim.

d. Jenis Pemeriksaan USG

1) USG 2 Dimensi

Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas

gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2) USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut

koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda

(dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan

janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat

diputar (bukan janinnya yang diputar).

3) USG 4 Dimensi

Page 76: Uji Normalitas Kelas TPS

Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang

dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi

statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”.

Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di

dalam rahim.

4) USG Doppler

Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama

aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan

janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi: Gerak napas janin (minimal

2x/10 menit), Tonus (gerak janin), Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20

cm), Doppler arteri umbilikalis, Reaktivitas denyut jantung janin.

2. Pemeriksaan Rontgen

Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya

sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad

Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar

X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan

untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Berkat jasanya bagi dunia kedokteran,

banyak nyawa bisa diselamatkan, hingga ia mendapat penghargaan Nobel di tahun

1901.

Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format

film agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen

juga sudah bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan

dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan

teknologi e-mail.

f. Persiapan pemeriksaan

1) Radiografi konvensional tanpa persiapan.

Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto. Biasanya ini untuk

pemeriksaan tulang atau toraks.

Page 77: Uji Normalitas Kelas TPS

2) Radiografi konvensional dengan persiapan.

Pemeriksaan radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya

untuk foto rontgen perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa

beberapa jam atau hanya makan bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih

dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang

dideritanya.

3) Pemeriksaan dengan kontras

Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum,

atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena.

g. Indikasi pemeriksaan

1) Sesak napas pada bayi.

Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di toraksnya (rongga dada),

dokter membutuhkan foto rontgen agar penanganannya tepat.

2) Bayi muntah hijau terus-menerus.

Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran

cerna, maka pengambilan foto rontgen pun akan dilakukan.

Pertimbangan dokter untuk melakukan tindakan ini tidak semata-mata

berdasarkan usia, melainkan lebih pada risk and benefit alias risiko dan

manfaatnya.

3) Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam

lainnya.

Bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya

dimanfaatkan untuk mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus,

dan organ dalam lainnya.

3. Kardiotokografi (CTG).

a. Pengertian

1) Secara khusus

Page 78: Uji Normalitas Kelas TPS

CTG adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada

saat kontraksi maupun tidak.

2) Secara umum

CTG merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di

dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan

hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.

Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi

ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat

kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu

menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah

tidak baik.

Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG

yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu

untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih

10-15 menit

b. Indikasi Pemeriksaan CTG

1) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid,

penyakit infeksi kronis, dll)

2) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth

Retriction)

3) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)

4) Polihidramnion (air ketuban berlebih)

c. Pemeriksaan CTG

1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.

2) Waktu pemeriksaan selama 20 menit,

3) Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak

menyakitkan ibu maupun bayi.

4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat

segera diberikan pertolongan yang sesuai.

5) Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

Page 79: Uji Normalitas Kelas TPS

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru

Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth

edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester

Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

Page 80: Uji Normalitas Kelas TPS

Konsep Dasar Pemberian Obat

A.    Pengertian  dan  Jenis-Jenis  Pemberian Obat

Obat  adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi

yang dalam takaran (dosis) yang  tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan

atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.

1.      Jenis –jenis pemberian obat

adapun  Cara pemberian obat didasarkan pada bentuk obat, efek  yang

diinginkan baik fisik maupun mental.

Diantaranya :

a.       Oral

Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan paling sering

digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek

yang lama.

b.      Parenteral

Pemberian obat melalui perenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan

tubuh.pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari

mulut merupakan ktrak indikasi.

c.       Topical

Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obat yang diberikan biasanya

memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada areah yang diobati  atau medicated

baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.

d.      Inhalasi

Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk absorrsi obat, obat diinhalasi

melalui mulut atau pun hidung.

B.     Tujan Pemberian Obat

Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.

Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal

Efek samping yang terjadi minimal

Page 81: Uji Normalitas Kelas TPS

Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien

C.    Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat

Adapun  hal-hal yang dapat  diperhatikan dalam pemberian obat, di antaranya

1.      Tepat obat

Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memperhatikan

kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat

penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ke

tempat penyimpanan.

2.      Tepat dosis

Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus

diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi

alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet, dan

lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.

3.      Tepat pasien

Obat yang akan diberikan hendaknya  benar pada pasien yang diprogramkan.hal

ini dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas kebenaran obat, yaitu

mencocokkan nama, nomor registrasi, alamat, dan program pengobatan pada

pasien.

4.      Tepat jalur pemberian

Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistenik yang fatal pada

pasien .untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/ jalur

obat pada lebel yang dada sebelum memberikannya ke pasien.

5.      Tepat waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan karena

berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat

D.    Teknik-Teknik Pemberian  Obat

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya:

a.      Pemberian  obat  melalui oral

Page 82: Uji Normalitas Kelas TPS

Pemberian  obat  melalui mulut  dapat  dilakukan  dengan tujuan mencegah ,

mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi  dari jenis obat .

Persiapan alat dan  bahan :

Daftar   buku  obat / catatan, jadwal pemberian obat.

Obat  dan tempatnya

Air minum  dalam tempatnya

Prosudur  kerja

1. cuci tangan

2. jelaskan pada pasien  mengenai prosedur  yang akan dilakukan .

3. baca obat, dengan berperinsip tepat obat ,tepat pasien , tepat dosis, tepat 

waktu, dan tepat tempat.

4. Bantu  untuk meminumkannya dengan cara

a. apabila memberikan obat  berbentuk tablet  atau kapsul  dari botol, 

maka   tobat. Jangan sentuh obat dengan tangan . untuk obat berupa

kapsul  jangan  dilepaskan  pembungkusnya.

b. kaji kesulitan menelan  bila ada, jadikan tablet  dalam bentuk bubuk 

dan  campuran  dengan minuman.

c. Kaji denyut  nadi  dan tekanan darah sebelum  pemberian obat yang

membutuhkan  pengkajian .

5. catat perubahan  dan reaksi  terhadap pemberian . evaluasi  respons terhadap

obat denngan mencatat hasil pemberian obat

6. cuci tangan

b.      Pemberian obat melalui  jaringan intrakutan

Memberikan  atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit  dilakukan

sebagai tes  reaksi alergi  terhadap jenis obat  yang akan digunakan .  pemberian

obat  melalui  jaringan intrakutan  ini dilakukan di bawah dermis  atau epidermis

secara umum, dilakukan pada daaerah lengan , tangan bagian venteral.

Persiapan  alat dan bahan :

1. Daftar buku obat /catatan, jadwal pemberian obat.

Page 83: Uji Normalitas Kelas TPS

2. Obat dalam tempatnya.

3. Spuit  1cc /spuit insulin

4. Kapas alkhol dalam tempatnya.

5. Cairan pelarut

6. Bak seteril dilapisi kas steril

7. Bengkok

8. Perlak dan alasanya

Prosedur kerja :

1. Cuci  tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur  yang akan dilakukan

3. Bebaskan daerah yang akan disuntik.bila menggunakan baju lengan

panjang, buka dan ke ataskan.

4. Pasang perlak di bawah bagian yang di suntik.

5. Ambil obat untuk tes alergi ,kemudian larutkan / encerkan dengan akuades

(cairan pelarut). Selanjutnya , ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai    1 cc

lalu siapkan pada bak injeksi atau seteril

6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang disuntik

7. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.

8. Lakukan penusukan dengan lubang mennghadap ke atas yang sudutnya 15-

20   terhadap permukaan kulit.

9. Semperotkan obat hingga terjadi gelembung

10. Tarik supit dan tidak boleh dilakukan massage

11. Cuci tangan

12. Catat reaksi pemberian , hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan

jenis obat

c.       Pemberian obat melalui  jaringan  subkutan

Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah

lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada,

dan daerah sekitar umbilicus(abdomen) . umumnya, pemberian obat melalui

Page 84: Uji Normalitas Kelas TPS

jaringan  subkutan ini dilakukan dalam program  pemberian insulin yang di

gunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Terdapat dua tipe larutan insulin

yang diberikan , yaitu jernih  dan keruh.larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin

tipe reaksi cepat (insulin reguler). Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena

adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi  obat.

Persiapan alat dan bahan:

1. Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat

2. Obat dalam tempatnya.

3. Spuit insulin.

4. Kapas alkohol dalam tempatnya

5. Cairan

6. Bak injeksi

7. Bengkok

8. Perlak dan alasnya

Prosedur kerja:

1. cuci tangan.

2. jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. bebaskan daerah yang akan disuntikkan atau bebaskan suntikan dari pakaian .

apabila  menggunakan baju , dibuka atau di ataskan .

4. ambil obat pada tempatnya sesuai  dengan dosis yang akan diberikan . setelah

itu, tempatkan pada bak injeksi.

5. Disinfeksikan  dengan kapas alkohol.

6. Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan

subkuntun).

7. Lakukan penusukan dengan jarum suntik menghadap ke atas , dengan sudut 

45  pada permukaan kulit.

8. Lakukan dengan aspirasi bila tidak ada darah, semprotkan  obat perlahan-

lahan  hingga  habis .

9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang telah

dipakai  kedalam bengkok.

Page 85: Uji Normalitas Kelas TPS

10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis / dosis obat.

11. Cuci tangan.

d.      Pemberian obat melalui  intervena

Memberikan obat secara langsung, diantaranya vena mediana cubitus /

cephalika (daerah lengan), vena frontalis / temporalis di daerah frontalis dan

temporal dari kepala. Tujuanya agar reaksi berlangsung cepat dan langsung masuk

pada pembuluh darah.

Persiapan alat dan bahan:

1.      Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.

2.      Obat dalam tempatnya

3.      Spuit  sesuai dengan jenis ukuran.

4.      Kapas alkohol dalam tempatnya

5.      Cairan pelarut

6.      Bak injeksi

7.      Bengkok

8.      Perlak dan alasnya

9.      Karet pembendung.

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian. apabila

tertutup, pakaian dibuka  atau dikeataskan

4. Ambil onbat dari tempatnya dengan spuit, sesui dengan dosis yang akan

diberikan.  Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka lartkan

dengan pelarut (akuades sterill).

5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan

penyuntikan.

6. Kemudian tempatkan obat yang telah di ambil pada  bak injeksi

7. Disinfeksi dengan kapas alkohol

Page 86: Uji Normalitas Kelas TPS

8. Pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat dapat

dilakukan peningkatan dengan karet pembandung  (torniquet) , tegangkan

dengan tangan  / minta bantuan, atau membendung di atas vena yang akan

dilakukan penyuntikan.

9. Ambil spuit yang  berisi obat

10. Lakukan penusukan dengan  lubang menghadap ke atas dengan 

memasukkan  ke pembuluh darah .

11. Lakukan aspirasi. Bila sudah ada daerah ,lepskan karet pembendung dan 

langsung semprotkan  obat hingga habis.

12. Setelah selesai, ambil sempuit dengan menarik dan lakukan penekanan

pada daerah pennusukan  dengan kapas alkohol  . letakkan spuit yang telah

digunakan ke dalam bengkok.

13. Catat reaksi pemberian , tanggal,  waktu,  dan dosis pemberian obat

14. Cuci tangan.

e.       Pemberian obat  melalui wadah intervena

Memberikan obat melalui  wadah intrvena  merupakan pemberian obat

dengan menambahkan atau memasukkan  obat ke dalam wadah cairan intervena.

dengan bertujuan untuk meminimalkan efek samping  dan mempertahankan kadar

terapeutik dalam darah.

Persiapan alat dan bahan :

1. Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran .

2. Obat dalam tempatnya

3. Wadah cairan (kantong / botol)

4. Kapas alkohol.

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam

spuit.

Page 87: Uji Normalitas Kelas TPS

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus

bagian tengah dan memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong /

wadah cairan

7. Setelah selesai , tarik spuit dan campur larutan dengan membalikan

kantong cairan secara  perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.

8. Periksa kecepatan infuse

9. Cuci tangan

10. Catat reaksi pemberian , tanggal,waktu, dan dosis pemberian obat

f.       Pemberian obat melalui selang intervena

Persiapkan alat dan bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai dengan  ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3. Selang intrevena

4. Kapas alcohol

Prosedur kerja:

1. Cuci tangan

2. jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam

spuit

4. Cari tempat penyuntikan  obat pada selang intervena

5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarumspuit hingga menembus

bagian tengah dan memasukkan obat secara perlahan-lahan ke dalam

selang intervena

7. Setelah selesai, tarik spuit

8. Periksa kecepatan infus dan obsevasi reksi obat

9. Cuci tangan

Page 88: Uji Normalitas Kelas TPS

10. Catat obat yang telah diberikan dosisnya

g.      Pemberian  obat melalui intramuscular

Memberikan obat melalui intramuskuler merupakan pemberian obat

dengan memasukannya ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat

dilakukan di dorosogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi bebaring),

avastus lateralis (daerah paha), deltoid (lengan atas ). Dengan tujuan agar

absorpasi obat dapat lebih cepat.

Persiapa alat dan bahan :

1. Daftar buku obat / catat, jadwal pemberian obat

2. Obat dalam tempatnaya

3. Spuit dan jarum sesuai dengan ukurannya : untuk orang dewasa, panjang

nya 2,5-3,7 cm; sedangkan untuk anak , panjangnya 1,25-2,5 cm

4. Kapas alcohol dalam tempatnya

5. Cairan pelarut

6. Bak injeksi

7. Bengkok

Perosedur kerja:

1. Cuci tangan

2. jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis.

Setelah itu letakkan pada bak injeksi

4. periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.

5. Disinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan

penyuntikan

6. Dilakukan  penyuntikan

7. Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus

8. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah,

semperotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis

Page 89: Uji Normalitas Kelas TPS

9. Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya, tekan daerah penyuntikan

dengan kapas alcohol, kemudian letekkan spuit yang telah digunakan pada

bengkok

10. Catat reaksi pemberian , jumlah dosis obat, dan waktu pemberian

11. Cuci tanga

h.      Pemberian obat melalui rectum

Pemberian obat melalui rectum  merupakan pemberian obat dengan

memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum,dengan tujuan memberikan

efek local dan sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat

supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadiakan

lunak pada daerah feses, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat efek

local , seperti obat ducolac supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi

secara local. Pemberian obat  dengan sistemik, seperti obat aminofilin supositoria,

berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat

pada dinding rectal yang melewati sphincter anti interna. Kontraindikasi pada

pasien yang mengalami pembedahan rectal.

Persiapan alat dan bahan:

1. Obat supositoria pda tempatnya

2. Sarung tangan

3. Kain kasa

4. Vaselin/pelican/pelumas

5. Kertas tisu

Prosedur kerja:

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Gunakan sarung tangan

4. uka pembungkus obat  dan pegang dengan kain kasa

5. Oleskan pelican pada ujung obat supositoria

Page 90: Uji Normalitas Kelas TPS

6. Regangkan glutea dengan tangan kiri.kemudian masukkan supositoria b

perlahan melalui anus,sphincter anal interna, serta mengenai dinding rectal

10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak .

7. Setelah selesai, tarik jari  tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan

tisu

8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama  5

menit

9. Cuci tangan

10. Cata obat, jumlah dosis,  dan cara pemberian .

i.        Pemberian obat per vagina

Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat

melalui  vagina, yang bertujuan untuk mendafatkan efek terapi obat dan mengobati

saluran vagina atau serviks. obat ini tersedia dalam bentuk krem dan supositoria 

yang digunakan untuk mengobati  infeksi lokal .

Persiapan alat dan bahan:

1. Obat dalam tempatnya

2. Sarung tangan

3. Kain kasa

4. Kertas tisu

5. Kapas sublimat dalam tempatnya.

6. Pengalas

7. Korentang dalam tempatnya

Prosedur kerja:

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Gunakan sarung tangan

4. Buka pembukus obat dan pegang dengan kain kasa

5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat

6. Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert

Page 91: Uji Normalitas Kelas TPS

7. Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembungkus dan berikan

pelumas pada obat

8. Renggang kan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat 

sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5- 10 cm

9. Setelah obat masuk,bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan

tisu

10. Anjurkan unutk tetap dalam posisi selama  10 m agar obat bereaksi.

11. Cuci tangan

12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian

j.        Pemberian obat pada mata

Pemberian obat pada mata dengan  obat tetes mata atau salep mata

digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi

pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta

penghilangan iritasi mata.

Persiapan alat dan bahan:

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.

2. Pipet

3. Pinset anatomi dalam tempatnya

4. Korentang dalam tempatnya

5. Plester

6. Kain kasa

7. Kertas tisu

8. Balutan

9. Sarung tangan

10. Air hangat / kapas pelembat.

Prosedur keja:

1. Cuci tangan

2. Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan

Page 92: Uji Normalitas Kelas TPS

3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di

samping kanan

4. Gunakan sarung tangan

1. 5.      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari

sudut mata k arah hidung apabila sangat kotor,   basuh dengan air

hangat.

5. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu

jari,jari telunjuk di atas tulang orbita.

6. Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai

sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan

perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.

7. Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas pinggir

kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan

obat pada kelopak mata bawah.setelah selesai, anjurkan pasien untuk

melihat ke bawah , secara bergantian dan berikan obat pada kelopak

mata bagian atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata dan

menggerakan kelopak mata

8. Tutup mata dengan kasa bila perlu.

9. Cuci tangan

10. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian . 

k.      Pemberian obat pada kulit

Pemberian obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan

mengoleskannya  dikulit yang bertujuan mempertahan kan hidrasi, melindungi

permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau  mengatasi infeksi. Jenis obat kulit

yang diberikan dapat bermacam-macam seperti krem, losion, aerosol dan seprai.

Persiapan alat dan bahan:

1. Obat dalam tempatnya (seperti krem, losion, aerosol, dan seprai)

2. Pinset anatomis

3. Kain kasa

Page 93: Uji Normalitas Kelas TPS

4. Kertas tisu

5. Balutan

6. Pengalas

7. Air sabun, air hangat

8. Sarung tangan

Prosedur kerja:

1. Cuci tangan

2. Jelasjan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan

4. Gunakan sarung tangan

5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila

terdapat kulit mengeras ) dan gunakan pinst anatomis.

6. Beriakan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti

mongelkan dan menggompers 

7. Kalau perlu,tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang

diobati

8. Cuci tangan

l.        Pemberian obat  pada telinga

Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga

atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat  berupa obat antibiotik

diberiakan pada gangauan infeksi  telinga. Khususnya otitis media pada telinga

tengah.

Persiapan alat dan bahan  :

1. Obat dalam tempatnya

2. Penetes

3. Spekulum telinga

4. Pinset anatomi dalam tempatnya

5. Korentang dalam tempatnya

6. Plester

7. Kai n kasa

Page 94: Uji Normalitas Kelas TPS

8. Kertas tisu

9. Balutan

Prosedur  kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur  yang akan dilakukan

3. atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai

dengan daerah yang akan diobati , usahakan agar lubang telinga pasien

ke atas.

4. Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau ke

belekang pada orng dewasa dan k bawah pada anak

5. Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah

tetesan sesuai dosisi pada dinding saluaran untuk mencegah terhalang

oleh gelembung udara

6. Aoabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau

oleskan salep pada liang telinga

7. Pertahankan posisi kepala  2-3m

8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu

9. Cuci tangan

10. Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.

m.    Pemberian obat pada hidung

Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan

keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.

Persiapan alat dan bahan

1. Obat dalam tempatnya

2. Pipet

3. Spekulum hidung

4. Pinset anatomi pada tempatnya

5. Korentang dalam tempatnya

6. Plester

7. Kain kasa

Page 95: Uji Normalitas Kelas TPS

8. Kertas tisu

9. Balutan

Prosedur  kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Atur posisi pasien dengan cara :

4. Berikan tetesan obat  sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung

5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang  selama  5 m

6. Cuci tangan

7. Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat

E.     Komplikasi dan Kesalahan Dalam Pemberian Obat.

Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping efek terapeutik

obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya

seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan),

suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek

sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat),

dan restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping

merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan

kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan),

penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

     Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien,

keluarkan sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan

catat dalam pelaporan.

 Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan

semakin tingginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin

banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan

kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat

http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-pemberian-obat.html

Page 96: Uji Normalitas Kelas TPS

PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT

Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat

Perawat menggunakan ”lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian obat

yang aman.

1. Benar obat

2. Benar dosis

3. Benar Klien

4. Benar rute pemberian

5. Benar waktu

1. Benar Obat

- Apabila obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan etiket obat atau

format pencatatan unit dosis dengan instruksi yang ditulis dokter.

- Membandingkan label pada wadah obat dengan format atau etiket obat

- Perawat melakukan ini sebanyak tiga kali, yaitu :

o Sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau lemari

o Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya

o Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan

- Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya

- Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab

terhadap efek obat.

- Upayakan untuk tidak menyiapkan obat dari wadah tidak bertanda atau wadah

yang labelnya tidak terbaca.

- Apabila klien menolak obat, upayakan untuk tidak mengembalikan obat ke wadah

aslinya atau memindahkan obat tersebut ke wadah lain.

2. Benar Dosis

- Sistem unit – dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan

obat tersedia dalam dosis yang sesuai

Page 97: Uji Normalitas Kelas TPS

- Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih

besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter

memprogramkan suatu sistem perhitumgan obat yang berbeda dari yang

disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat

- Gelas ukur, spuit dan sendok yang dirancang khusus dapat digunakan untuk

menghitung obat dengan akurat.

3. Benar Klien

- Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa

obat tersebut diberikan pada klien yang benar

- Perawat bertanggung jawab dalam memberikan obat terhadap banyak klien

- Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau

laporan pemberian obat yang dicocokkan dengan nama atau no rekam medik klien,

atau meminta klien untuk menyebutkan namanya sewaktu perawat memberikan

obat.

- Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama

dan berasumsi bahwa respons klien menunjukkan bahwa klien adalah orang yang

benar, sebaiknya perawat meminta klien menyebutkan nama lengkapnya.

- Klien yang menggunakan obat secara mandiri di rumah harus diperingatkan untuk

tidak pernah memberi obatnya kepada anggota keluarga atau teman.

4. Benar Rute

- Apabila sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat

mengonsultasikannya kepada dokter

- Bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera

mengingatkan dokter.

5. Benar Waktu

- Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat di programkan untuk waktu tertentu

dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah

Page 98: Uji Normalitas Kelas TPS

- Contoh dua obat diberikan, satu q8h (setiap 8 jam) dan yang lain tid (3 kali

sehari). Kedua obat diberikan tiga kali dalam 24 jam

- Tujuan diberikan obat q8h dalam hitungan jam adalah mempertahankan kadar

terapeutik obat. Perbedaannya, obat tidak diberikan selam klien terjaga.

- Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus

diberikan dengan interval sering

- Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu

pemberian obat yang tepat. Obat tidurpun harus diberikan menjelang klien tidur,

jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat mengganggu tidur klien,

sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat

memperoleh manfaat optimal obat

- Perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidaknyamanan

- Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek analgesik

mungkin tidak cukup.

- Untuk klien yang sulit mengingat waktu minum obat, perawat dapat membuat

bagan yang memuat daftar waktu pemberian setiap obat.

http://mirawatidianhusada.blogspot.com/p/persiapan-pemberian-obat.html

Page 99: Uji Normalitas Kelas TPS

A.PENGERTIAN DOSIS OBAT

Dengan dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam

satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit

lainnya (Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan

dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa,

juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang

diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan

terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai

mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.

Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal

(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan

memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua

kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini

dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxazole,Trisulfa

pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1

gram tiap 6 jam.

B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS OBAT

Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor

penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat

tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini

didapati sekaligus.

Page 100: Uji Normalitas Kelas TPS

1.Faktor Obat:

a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.

b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.

c. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.

2.Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:

a. Oral : dimakan atau diminum

b. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb

c. Rektal, vaginal, uretral

d. Lokal, topikal

e. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb

3.Faktor Penderita:

a. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik

b. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar

c. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon

d. Ras : “slow & fast acetylators”

e. Toleransi

f. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan

g. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi

absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan

pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat

Page 101: Uji Normalitas Kelas TPS

C.KESALAHAN DOSIS/OVERDOSIS

1. Akibat kelebihan dosis:

a. pernapasan akan tertekan/sesak nafas

b. mual-mual/muntah

c. berkurangnya tingkat kesadaran

d. pusing

2. Penanganan kelebihan dosis sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan cara

penambahan oksigen.

D.Menghitung Dosis Maksimum

Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila

dikelompokkan bisa dibagi :

1. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk

terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.

2. Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah

obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku

buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM)

tercantum diperuntukkan orang dewasa.

3. Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan

bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over

dosis (OD)

4. Dosis medicinalis yaitu dosis terapeutik = dosis lazim

Page 102: Uji Normalitas Kelas TPS

5. Dosis permulaan yaitu initial dose

6. Dosis pemeliharaan yaitu maintenance dose

7. Dosis toxica = dosis sampai terjadi keracunan

8. Dosis Khusus

Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB

tanpa lemak (BBTL)

BBTL = BB x (100 - % lemak)

9. Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)

Dosis diturunkan ( ± 75 % DD)

Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)

10. Dosis penderita ginjal:

Ekskresi obat terganggu → obat lebih lama di peredarah darah

Dosis dan interval obat harus diatur

11. Dosis dopamine

Salah satu indikasi penggunaan dopamine adalah pada TD sistolik

<70mmHg disertai dengan tanda-tanda syok.

Rumus dopamine yaitu: Dosis X BB(kg) X 60/4000

Contoh:Pasien dengan tekanan darah 80/50mmHg dan BB 50 kg. Dosis

dopamine dimulai dari 5mikrogram/kgBB/menit

Kita gunakan rumus praktik saja=5X50X60/4000=15000/4000=3.75 cc/jam

Page 103: Uji Normalitas Kelas TPS

1. Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat Dalam Resep:

a. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-

DM, tanyakan umurnya.

b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda).

c. Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI.

Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN

dan lain-lain).

d. Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali

minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.

Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.

e. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.

f. Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :

1). Rumus Young

Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :

(n/n + 12) x DM (dewasa) n = umur dalam tahun

2). Rumus Dilling

Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :

(n/20) x DvgM n = umur dalam tahun

Contoh:R/ Ekstrak Belladonce 0.12

Antipyrin 1,5

Lactosa q.s

m.f.pulv.No. XII

s.t.d.d.p.l.

Page 104: Uji Normalitas Kelas TPS

Pro Ani (15)

Dengan DM:20mg/80mg

DM:1/4

Penyelesaian:

a.DM untuk umur 15 th:

Extr. Bellad 1 x p =15/20 x 20mg =15mg

1 hari=15/20 x 80mg=60mg

Antipyrin 1 x p =15/20 x 1 =0,75g=750mg

1 hari=15/20 x 4=3g=3.000mg

b.setiap bungkus mengandung : Extr. Bellad =0,12/12=0,01=10mg

Antipyrin = 1,5/12 =0,125 =125mg

c.pemakaian menurut resep :

Extr. Bellad : 1 x p =10mg<DM

1 hari = 3 x 10mg =30mg<DM

Antipyrin : 1 x p =125mg<DM

1 hari = 3 x 125mg=375mg<DM

3). Rumus Fried

Untuk umur <1tahun

(n/150) x DM n = umur bayi dalam bulan

4). Bila dalam berat badan

a. Rumus Clark

(Berat badan dalam kilogram) / 70 kg x DM (dewasa)

Page 105: Uji Normalitas Kelas TPS

b.Rumus Augeberger: { (1½ BB+10) / 100 } x DM

Keterangan: BB = BB anak dalam Kg

http://brambutakala.blogspot.com/2011/01/makalah-perhitungan-dosis.html

Page 106: Uji Normalitas Kelas TPS

PENCEGAHAN & PENGOBATAN LEBIH-GUNAKAN CEDERA DI SPRING

Spring adalah di sini dan Anda siap untuk benar-benar mencakup beberapa mil.

Tidak ada angin lebih banyak es dan salju dan sengsara untuk menghambat Anda. Hati-

hati sekalipun. Semua cuaca yang indah di dunia tidak akan membuat untuk yang

didasarkan oleh cedera berlebihan. Ikuti petunjuk ini untuk mengurangi risiko berjalan

sendiri ke dalam tanah.

Memaksimalkan kinerja berjalan mengharuskan Anda untuk meningkatkan

pendingin dengan melakukan overloading - sedikit melebihi tingkat fungsi saat ini - baik

sistem kardiovaskular dan muskuloskeletal. Namun, kelebihan beban berlebihan melebihi

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres meningkat dan cedera berlebihan akan

terjadi. Karena itu, Anda harus sangat berhati-hati dalam memilih kelebihan beban yang

sesuai, salah satu yang akan memberikan kondisi optimal tanpa menghasilkan cedera.

KARDIOVASKULAR VS CONDITIONING MULCLOSKELETAL

Tenaga dirasakan (seberapa keras sesi latihan terasa) ditentukan oleh status dari

sistem kardiovaskular atau bagaimana cocok Anda berada. Karena sistem kardiovaskular

meningkatkan pada tingkat yang lebih cepat dari sistem muskuloskeletal, ketergantungan

pada tenaga dirasakan untuk menentukan latihan Anda dapat menyebabkan Anda

overstress tulang, sendi, tendon, ligamen, dan otot. Membatasi kenaikan Anda di kedua

intensitas dan durasi dari program pengkondisian Anda untuk tidak lebih dari sepuluh

persen per minggu. Hal ini memberikan waktu tubuh untuk beradaptasi dengan stres yang

diberikan oleh latihan.

KERAS HARI, HARI MUDAH

Keuntungan maksimum dalam pengkondisian diperoleh bila istirahat yang tepat

disediakan bersama dengan latihan, yang memungkinkan jaringan untuk beradaptasi dan

Page 107: Uji Normalitas Kelas TPS

meningkatkan berfungsi. Sisa yang tidak memadai meningkatkan kemungkinan

mempertahankan cedera. Latihan yang intens harus diikuti dengan latihan ringan pada

hari berikutnya. Selama musim balapan, perlombaan harus dianggap sebagai hari yang

berat. Tergantung pada intensitas dan durasi lomba, hari mudah tambahan mungkin

diperlukan. Selalu ingat bahwa tubuh Anda membuat keuntungan dalam kekuatan dan

daya tahan selama pemulihan. Jika Anda tidak menyediakan waktu untuk pemulihan,

tubuh bisa rusak.

Mengenali gejala-gejala cedera berlebihan

Cedera berlebihan dapat dicegah jika Anda sudah familiar dengan perkembangan

cedera, dan Anda memodifikasi latihan Anda sebelum terjadinya cedera. Cedera

berlebihan biasanya kemajuan melalui tahapan, yang meliputi:

Nyeri Kebajikan adalah nyeri baik yang hasil normal yang berlebihan dalam

program pengkondisian. Jenis rasa sakit hadir setelah aktivitas, tetapi tidak hadir pada saat

latihan hari berikutnya atau hilang dengan pemanasan.

Semi-berbahaya nyeri menunjukkan bahwa Anda mulai mendapatkan dalam

kesulitan. Semi-berbahaya sakit adalah nyeri yang sebagian hilang dengan pemanasan.

Hal ini hadir selama kegiatan tetapi kinerja tidak noticeability berkurang. Ketika semi

berbahaya nyeri diakui, program pengkondisian Anda harus mengurangi dan rejimen

pengobatan dijelaskan di bawah ini harus diikuti. Jika rasa sakit berlangsung lebih dari

satu minggu, atau parah, segera hubungi dokter.

Nyeri Berbahaya menunjukkan bahwa Anda berada dalam kesulitan. Dengan

jenis nyeri, kinerja terasa berkurang dan tidak hilang dengan istirahat. Masa istirahat dan

perhatian medis mungkin akan diperlukan sebelum melanjutkan program pengkondisian.

PENGOBATAN: cedera Berlebihan umumnya diperlakukan dengan "PADI" +

"AR"

Page 108: Uji Normalitas Kelas TPS

Istirahat - Menentukan tingkat dari latihan, yang hanya menghasilkan rasa sakit

baik hati, dan memberikan istirahat relatif. Ini mungkin membutuhkan istirahat total dari

program latihan selama beberapa hari atau pelatihan mungkin silang dengan olahraga

yang berbeda.

Es - Terapkan kompres es beberapa kali sehari selama sekitar 15 menit pada

suatu waktu. Hal ini sangat penting selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera.

Kompresi - Terapkan pembungkus elastis dengan tekanan nyaman perusahaan selama dan

setelah aplikasi es. Hapus membungkus selama tidur.

Elevation - Tinggikan daerah luka di atas tingkat jantung bila memungkinkan.

Obat anti-inflamasi seperti aspirin atau ibuprofen dapat digunakan untuk membantu dalam

pengurangan peradangan.

Re-kondisi dengan peregangan dan perkembangan yang bertahap untuk latihan

kekuatan dan kembali bertahap untuk berjalan. Jika perbaikan tidak dirasakan dalam tiga

sampai lima hari, dapatkan bantuan medis untuk pergi dengan program pengobatan

tertentu sehingga Anda dapat kembali menjalankan cedera-bebas.

Page 109: Uji Normalitas Kelas TPS

TEKNIK PEMBERIAN OBAT

Perawat professional mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan

peberian obat. Untuk dapat memberikan obat secara benar dan efektif, perawat harus

mengetahui tentang indikasi, dosis, cara pemberian dan efek samping yang mungkin

terjadi dari setiap obat yang diberikan.

            Untuk menghindari kesalahan, maka perawat tidak boleh memberikan sampai ia

benar- benar memahami obat yang diberikan. Dengan kemajuan bidang farmasi, maka

jenis dan jenis dan jumlah obat juga makin bervariasi. Untuk mengantisipasi hal ini, maka

perawat harus rajin dalam belajar dan membaca berbagai informasi baru tentang obat-

obatan.

            Sebelum memberikan suatu obat, maka perawat harus yakin bahwa obat tersebut

benar- benar diorderkan oleh dokter. Dalam hal ini perawat berpegang pada prinsip Lima

Benar yang meliputi : benar ordernya, benar obatnya, benar pasiennya, benar cara

pemberiannya dan benar waktu pemberiannya.

            Seperti telah dijelaskan pada Bab 3, bahwa pada dasarnya ada empat jenis order

dari dokter yaitu saat order, single order, standing order, dan  order kalau perlu. Pada

setiap order harus ditulis dengan jelas tentang nama lengkap pasien, nama obat, dosis di

tulis dengan jelas tentang nama lengkap pasien, nama obat, dosis obat, cara memberikan

dan tanda tangan dokter atau perawat yang diberi wewenang. Untuk menyingkat suatu

pernyataan order, dokter sering menggunakan singkatan- singkatan yang digunakan

diberbagai tempat (Tabel 4 -1 ).

Obat dapat diberikan dengan berbagai cara antara lain secara enteral (per oral),

parenteral, dan topikal. Dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan tahap kerja

pemberian obat dengan berbagai cara menurut Kozier dan Erb.

Page 110: Uji Normalitas Kelas TPS

Tabel 4 1. Singkatan yang lazim digunakan dalam pengobatan

Singkatan Keterangan Singkatan Keteranganaa masing-masing

satu

os oral

a.c sebelum makan p.c setelah makan

ad.lib bebas, sesuai yang

diperlukan

PO per oral

PR per rectum

c dengan prn bilamana perlu

caps kapsul q setiap

d hari q.d setiap hari

elix eliksir q.h setiap jam

ext ekstrak q.i.d empat kali sehari

gm gram q.o.d setiap hari yang

lain

gtt satu tetes q.s sebanyak yang

diperlukan

hr jam

h.s saat jam tidur s tanpa

IM intramuscular sc subkutan

IV intravenous s.o.s satu dosis bila

diperlukan

ml milliliter

o.d setiap hari ss setengah

O.D mata kanan tab tablet

o.h setiap jam t.i.d/t.d.d tiga kali

o.n setiap malam

O.S mata kiri tr

ung

tincture

ointment

Page 111: Uji Normalitas Kelas TPS

Order pengobatan dapat dibuat oleh dokter kepada perawat untuk memberikan

obat tertentu. Order juga dapat ditujukan pada opoteker untuk meracik atau menyiapkan

ramuan obat. Order untuk apoteker yang sering disebut “resep” yang ditulis dengan

symbol R/, mempunyai beberapa komponen antara lain ; nama, alamat dan umur pasien,

tanggal kapan resep ditulis, nama, dosis dan kekuatan obat ; cara pemberian, petunjuk

penggunaan misalnya Siq. Tab tdd yang artinya dalam label tandailah 3 x 1 tablet sehari,

dan tanda tangan yang membuat resep

 

Pemberian Obat Per Oral/ Sublingual

Pemberian Obat Per oral

            Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena

merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai

bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer.

Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan pemberian

setengah gelas air atau cairan yang lain (Gbr. 40-2).

            Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat

sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral

biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek

puncaknya dicapai setelah 1 sampai 1 jam. Rasa dan bau obat yang tidak enak sering

menganggu pasien. Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang  mengalami mual-

mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta

pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.

            Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan

muntah (missal garam besi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat dipersiapkan

dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi

menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini,

Page 112: Uji Normalitas Kelas TPS

bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberi tahu

untuk tidak minum antacid atau susu sekurang- kurangnya satu jam setelah minum obat.

            Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus dilakukan

dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak

enak. Pasien dapat diberi minuman sirup pasien (es) sebelum minum sirup tersebut.

Sesudah minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.

 

Persiapan obat per oral dan cara lainnya merupakan hal yang penting. A, Kartu

pesanan obat harus diperiksa secara hati- hati tentang pesanan obatnya. Sebelum

mengambil/ mengeluarkan obat, perawat harus mencocokkan kartu pesanan obat dengan

label pada botol kemasan obat. Setiap label harus dibaca tiga kali untuk menyakinkan obat

yang diberi (1) Pada saat botol obat diambil dari almari, (2) Pada saat mencocokkan

dengan kartu pesanan obat, (3) Pada saat dikembalikan. B, Obat dalam bentuk cair

dituangkan menjauhi sisi label, sejajar dengan mata pada permukaan yang datar. Sebelum

mengembalikan obat ke dalam almari atau lemari es, perawat harus mengusap bibir botol

sehingga obat tidak lengket atau merusak label. C, Tablet dan kapsul dikeluarkan dari

botolnya pada tutupnya kemudian pada mangkok yang dialasi kertas untuk diberikan pada

pasien. Kapsul dan tablet tidak boleh dipegang. (Diadaptasikan dari :Pagliaro, 1986,

Pharmacologic Aspects of Nursing, The CV Mosby co, St Louis).

Cara kerja pemberian obat per oral

Peralatan :

1. Baki berisi obat- obatan atau kereta sorong obat- obat (tergantung sarana yang

ada)

2. Kartu rencana pengobatan

3. Cangkir disposable untuk tempat obat

4. Martil dan lumping penggerus (bila diperlukan).

Tahap kerja :

1. Siapan peralatan dan cuci tangan

Page 113: Uji Normalitas Kelas TPS

2. Kaji kemammpuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemapuan menelan,

mual dan muntah, akan dilakuakn penghisapan caiaran lambung, atau tidak boleh

makan/ minum).

3. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien,nama dan dosis obat, waktu dan

cara pemberian). Bila ada keragu- raguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.

4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (Baca order pengobatan dan ambil obat di

almari, rak atau lemari es sesuai yang di perlukan).

5. Siapkan obat- obatan yang akan diberikan (gunakan teknik asptik, jangan

menyentuh obat dan cocokkan dengan order pengobatan) (lihat Gbr. 4-1).

6. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara :

Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah

Atur posisi pasien duduk bila mungkin

Berikan cairan/ aiar yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan

anjurkan pasien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien

dianjurkan minum.

Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien berapa butir es batu untuk

diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apael atau

pisang.

Tetap bersama pasien sampai obat ditelan. 

7. Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang

diberikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat

masuk, catat secara jelas dan tulis tanda tangan anda dengan jelas.

8. Kemudian semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian cuci

tangan.

9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit sewaktu

pemberian.

Pemberian Secara Sublingual

Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan

obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu

Page 114: Uji Normalitas Kelas TPS

melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah

lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga

mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak

menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi

dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu

untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap.

Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator

yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada

pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat

bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit

(Rodman dan Smith, 1979).

Pemberian Obat Secara Bukal

            Dalam pemberian obat secara bukal, obat diletakkan antara gigi dengan selaput

lender pada pipi bagian dalam. Seperti pada pemberian secara sublingual, pasien

dianjurkan untuk membiarkan obat pada selaput lender pipi bagian dalam sampai obat

hancur dan diabsorbsi. Kerja sama pasien sangat penting dalam pemberian obat  cara ini

karena biasanya pasien akan menelan yang akan menyebabkan obat menjadi tidak efektif.

            Cara pemberian ini jarang dilakukan dan pada saat ini hanya jenis preparat

hormone dan enzim yang menggunakan metode ini misalnya hormone polipeptida

oksitosin pada kasusu obstetric. Hormone oksitosin mempunyai efek meningkatkan tonus

serta motalitas otot uterus dan digunakan untuk memacu kelahiran pada kasus- kasus

tertentu (Rodman dan Smith, 1979).

Pemberian Obat Secara Parenteral

pengertian

Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain melalui enteral

atau saluran pencernaan. Lazimnya, istilah parenteral dikaitkan dengan pemberian obat

secara injeksi baik intradermal, subkutan, intramuscular, atau intravena. Pemberian obat

secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat disbanding dengan secara oral.

Page 115: Uji Normalitas Kelas TPS

Namun, pemberian secara parenteral mempunyai berbagai resiko antara lain

merusak kulit, menyebabkan nyeri pada pasien, salah tusuk dan lebih mahal. Demi

keamanan pasien, salah tusuk dan mahal. Demi keamanan pasien, perawat harus

mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral

termasuk cara menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril.

            Dalam memberikan obat secara parenteral, parawat harus mengetahui dan dapat

menyiapkan peralatan yang benar yaitu alat suntik (spuit/syringe), jarum, vial dan ampul).

Menurut bentuknya spuit mempunyai tiga bagian yaitu ujung yang berkaitan dengan

jarum, bagian tabung dan bagian pendorong obat .

 

Dilihat dari bahan pembuatannya spuit dapat berupa spuit kaca (jarang digunakan) dan

spuit plastik (disposable). Ditinjau dari penggunaannya spuit dapat dibedakan menjadi

tiga jenis yaitu spuit standard hipodermik, spuit insulin dan spuit tuberculin .

            Jarum merupakan alat pelengkap spuit. Jarum injeksi terbuat dari bahan stainless

yang mempunyai ukuran panjang dan besar yang bervariasi. Jarum mempunyai ukuran

panjang yang berkisar antara 1,27 sampai dengan 12,7 cm. besar jarum di nyatakan

dengan satuan gauge antara nomor 14 sampai dengan 28 gauge. Semakin besar ukuran

gauge-nya semakin kecil diameternya. Diameter yang besar dapat menimbulkan rasa sakit

saat ditusukkan. Penggunaan ukuran jarum ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang

meliputi umur, gemuk/kurus, jalur yang akan dipakai dan obat yang akan dipakai dan obat

yang akan dimasukkan.

            Cairan obat untuk diberikan secara parenteral, biasanya dikemas dalam ampul atau

vial. Ampul biasanya terbuat dari bahan gelas. Sebagian besar leher ampul mempunyai

tanda berwarna melingkar yang dapat dipatahkan. Bila bagian leher tidak

 

Page 116: Uji Normalitas Kelas TPS

Mempunyai tanda berarti bagian pangkal leher harus digergaji dengan gergaji

ampul sebelum dipatahkan. Vial mempunyai ukuran yang bervariasi. Bagian penutupnya

biasanya terbuat dari plastik yang dilindungi dengan bagian logam.

            Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian atas vial sehingga

bagian karet akan kelihatan. Cairan obat diambil dengan cara menusuk jarum spuit pada

karet penutup vial. Untuk lebih jelasnya bacalah cara kerja menyiapkan obat dari ampul

dan vial.

Cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial :

1. Siapkan peralatan yang meliputi :

a. Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril

b. Kapas alcohol

c. Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan

d. Air steril atau normal salin bila diperlukan

e. Kassa pengusap

f. Turniket untuk injeksi antravena

g. Kartu obat atau catatan rencana pengobatan.

2. Periksa dan yakinkan bahwa order pengobatan dan cara pemberiannya telah akurat.

3. Siapkan ampul atau vial yang berisi obat sesuai yang diperlukan dan kemudian buka

dengan cara sebagai berikut :  

a. untuk ampul ; pegang ampul dan bila cairan obat banyak terletak di bagian kepala,

jentiklah kepala ampul atau putar ampul beberapa kali sehingga obat akan turun ke

bawah. Bila perlu bersihkan bagian leher ampul. Ambil kassa steril letakkan

diantara ampul dan ibu jari dengan jari- jari anda kemudian patahkan leher ampul

kea rah berlawanan dengan anda.

b. Untuk vial ; Bila perlu campur larutan dengan memutar- mutar vial dalam

genggaman anda (bukan dengan mengocok). Buka logam penyegel kemudian

disinfeksi karet vial dengan kapas alcohol 70 %. 

Page 117: Uji Normalitas Kelas TPS

4. Ambil cairan obat dengan cara sebagai berikut :

a. Untuk obat dalam ampul ; sebaiknya gunakan jarum berfilter. Buka penutup jarum

kemudian secara hati- hati masukkan jarum yang sesuai yang si butuhkan. Bila

spuit akan digunakan untuk injeksi, ganti jarum filter dengan jarum biasa.

b. Untuk obat dalam vial ; Pasang jarum berfilter pada spuit, buka penutup jarum dan

tarik pengokang spuit agar udara masuk ke tabung spuit agar udara masuk ke

tabung spuit. Secara hati- hati tusukkan jarum di tengah karet penutup vial lalu

masukkan udara. Pertahankan jarum tidak menyentuh cairan obat sehingga udara

tidak membuat gelembung. Pegang vial sejajar dengan mata vial tarik obat

secukupnya secara hati- hati. Tarik spuit dari vial kemudian tutup jarum dengan

kap penutup lalu ganti jarum pada spuit dengan jarum biasa.

c. Bila obat berbentuk bubuk (powder), bacalah cara pengunaannya. Obat injeksi

bentuk bubuk harus dibuat dalam larutan dulu sebelum diambil. Untuk membuat

larutan obat bubuk maka sebelum dibuat larutan, hisap udara dalam vial, yang

berisi obat tersebut dengan spuit 9kecuali untuk obat yang tidak diperbolehkan).

Masukkan air steril atau cairanlain sesuai yang dibutuhkan kedalamnya, kemudian

putar- putar vial sampai obat menjadi larutan. Bila obat merupakan multidosis,

beri label pada vial tersebut tentang tanggal dicampur, banyaknya obat dalam vial

dan tanda tangan anda. Bila perlu disimpan, baca cara penyimpanannya sesuai

yang dianjurkan oleh pabrik farmasi.

d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, maka perawat harus

berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua vial tersebut. Cara mencampur

obat dari dua vial adalah : masukkan udara secukupnya pada vial A dan jaga jarum

tidak menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara secukupnya lalu

masukkan pada vial B. Hisap cairan obat B sesuai yang diperlukan kemudian

cabut spuit tersebut. Ganti jarum kemudian tusukkan pada vial A dan hisap cairan

obat dari vial A sesuai yang diperlukan berikutnya cabut spuit dari vial A.

Page 118: Uji Normalitas Kelas TPS

  Injeksi Intradermal

Injeksi Intradermal atau intrakutan merupakan injeksi yang ditusukkan pada

lapisan dermis atau dibawah epidermis/ permukaan kulit (Gbr. 4-6). Injeksi ini dilakukan

secara terbatas, karena hanya sejumlah kecil obat yang dapat dimasukkan. Cara ini lazim

digunakan untuk test tuberculin dan test untuk mengetahui reaksi alergi terhadap obat

tertentu serta vaksinasi. Kadang- kadang cara

 

Cara ini digunakan pada anestesi local kemudian dilanjutkan untuk injeksi pada

area yang lebih dalam. Area yang lazim digunakan untuk injeksi pada area yang lebih

dalam. Area yang lazim digunakan untuk injeksi intradermal adalah lengan bawah bagian

dalam, dada untuk injeksi intardermal adalah lengan bawah bagian dalam, dada bagian

atas dan punggung pada area skapula.

Cara kerja :

1. Siapkan peralatan antara lain:

a. Spuit ukuran 1 ml dengan kalibrasi militer

b. Jarum dengan ukuran sesuai kebutuhan, biasanya nomor 25, 26 atau 27

gauge, panjang sampai dengan .

c. Kapas alcohol

d. Buku pengobatan dan instruksi pengobatan.

2. Beritahu pasien

3. Siapkan area yang akan diinjeksi misalnya legan kanan dan lakukan desinfeksi

dengan kapas alcohol

4. Pegang erat lengan pasien dengan tangan kiri anda dan tangan satunya

memegang spuit ke arah pasien.

5. Tusukkan spuit dengan sudut 15 pada epidermis kemudian diteruskan sampai

dermis lalu dorong cairan obat. Obat ini akan menimbulkan tonjolan di bawah

permukaan kulit.

Page 119: Uji Normalitas Kelas TPS

6. Cara spuit, usap pela- pelan area penyuntikan dengan kapas antiseptic tanpa

memberikan massage (massage dapat menyebabkan obat masuk ke jaringan atau

keluar melalui lubang injeksi).

 Injeksi Subkutan

Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu pada jaringan

konektif atau lemak di bawah dermis .

Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah

pada lengan atas bagian luar, paha bagian depan. Area lain yang lazim digunakan adalah

perut, area scapula, ventrogluteal dan dorsogluteal. Injeksi harus tidak diberikan pada area

yang nyeri, merah, pruritis atau edema. Pada pemakaian ijeksi subkutan jangka lama,

maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.

Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat- obatan preoperasi,

narkotik, insulin, dan heparin.

Cara kerja :

1. Siapkan peralatan yang berupa :

2. Masukkan obat dari vial atau ampul ke dalam tabung spuit dengan cara yang

benar

3. beritahu pasien dan atur dala posisi yang nyaman. (jangan keliru pasien ;

Bantu pasien pada posisi yang mana lengan, kaki, atau perut yang akan

digunakan injeksi dapat rileks).

4. pilih area tubuh yang tepat kemudian usapkan dengan kapas antiseptic dari

tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm mengunakan tangan yang tidak

menginjeksi. 

5. Siapkan spuit, lepas kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu

antiseptic kering dan keluatkan udara dari spuit.

6. Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari- jari pada area

injeksi dengan telapak tangan menghadap ke samping atau atas untuk

kemiringan 45 atau dengan telapak tangan yang tidak memegang spuit untuk

Page 120: Uji Normalitas Kelas TPS

mengangkat atau merentangkan kulit, lalu secara hati- hati dan mantap tangan

yang lain menusukkan jarum. Lakukan aspirasi, bila muncul darah maka

segera cabut spuit untuk dibuang dan diganti spuit dan obat baru. Bila tidak

muncul darah, maka pelan- pelan dorong obat ke dalam jaringan.

7. Cabut spuit lalu usapkan dan massage pada area injeksi. Bila tempat

penusukka mengeluarkan darah, maka tekan area tusukkan dengan kassa steril

kering sampai perdarahan berhenti.

8. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (mencegah cidera bagi

perawat) pada tempat pembuangan secara benar.

9. Catat tindakan yang telah dilakukan

10. Kaji keefektifitasan obat.

Injeksi intramuskuler dilakukan

Injeksi intramuskular dilakukan dengan bebrapa tujuan yaitu untuk memasukkan

obat dalam jumlah yang lebih besar dibanding obat yang diberikan melalui subkutan.

Absorbsi juga lebih cepat dibandingkan dengan pemberian secara subkutan karena lebih

banyaknya suplai darah di otot tubuh. Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah/

mengurangi iritasi obat. Namun, perawat harus hati- hati  dalam melakukan injeksi secara

intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri serta

takut pada pasien.

Beberapa lokasi pada tubuh dapat digunakan untuk injeksi intramuscular. Namun,

yang lazim digunakan adalah deltoid, dorsogluteal, ventrogluteal, vastus lateralis, dan

rektus femoris.

Area- area di atas digunakan karena berbagai alasan antara lain karena massa otot

yang besar, vaskularisasi baik dan jauh dari syaraf. Dalam pelaksanaannya, perawat harus

mempertimbangkan usia pasien, ukuran dan kondisi dari otot yang akan diinjeksi. Untuk

menghindari obat salah masuk pada jaringan subkutan, maka pada saat menginjeksi,

jarum diatur pada posisi tegak lurus 90 (Gbr. 4-9).

Area Deltoid. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini

jarang digunakan untuk injeksi instramuskular karena mempunyai resiko besar terhadap

Page 121: Uji Normalitas Kelas TPS

bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara sederhana

menentukan lokasi injeksi pada deltoid adalah dengan cara meletakkan dua jari secara

vertical di bawah akromion, dengan jari yang atas di atas akromion. Lokasi injeksi adalah

tiga jari di bawah akromion

 

Area Dorsogluteal. Dalam  melakukan injeksi dorsogluteal, perawat

harus teliti dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenal syaraf skiatik dan pembuluh

darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak- anak di atas usia 3 tahun,

lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak-anak di bawah 3 tahun karena pada kelompok

usia ini otot dorsoluteal belum berkembang.

            Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah dengan cara membagi area

gluteal menjadi kuadran- kuadran. Area gluteal tidak hanya terbatas pada bokong saja,

tetapi memanjang kea rah Krista iliaka. Area injeksi dipilih pada area kuandran luar atas.

            Area injeksi ventrogluteal dapat pula ditentukan dengan cara menarik garis

bayangan dari spina iliaka posterior superior menuju trokanter besar. Injeksi dilakukan

pada area lateral dan superior terhadap garis bayangan .

            Untuk menampakkan area ini dengan jelas, pakaian yang menutupi bokong harus

dibuka secara dan pasien diatur berbaring menghadap ke bawah dalam posisi prone

dengan kedua tangan di atas kedua sisi tempat tidur dan kedua kaki diputar ke dalam.

Posisi ini akan membantu relaksasi otot gluteus dan relaksasi pasien yang diinjeksi. Selain

posisi pronasi, pasien dapat pula diatur dalam posisi miring ke samping dengan kaki yang

di atas ditekuk pada pangkal paha dan lutut serta diletakkan di depan kaki bawah yang

diatur lurus.

            Area Ventrogluteal. Area ini juga disebut area von Honchstetter. Area ini paling

banyak dipilih untuk injeksi intramuskuler karena pada area ini tidak terdapat pembuluh

darah dan saraf besar. Area ini juga jauh dari anus sehingga tidak atau kurang

terkontaminasi. Dalam melakukan injeksi pada area ini, pasien dapat diatur dalam posisi

berbaring telentang, tengkurap (pronasi), duduk atau berbaring ke samping. Untuk

mendapatkan area ini, misalnya apa

Page 122: Uji Normalitas Kelas TPS

            Bila pasien diatur miring ke samping kanan,, perawat meletakkan telapak tangan

pada trokanter mayor dengan jari- jari menghadap kea rah kepala (perhatikan jangan

sampai keliru dengan Krista iliaka superior). Jari tengah diletakkan pada spina iliaka

anterior superior dan direntangkan menjauh membentuk suatu area berbentuk huruf V.

jarum injeksi diturukkan di tengah- tengah area ini.

            Area vastus lateralis. Area ini terletak antara sisi median anterior dan sisi

midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang

dewasa dan anak- anak. Bila melakukan injeksi pada bayi, disarankan menggunakan area

ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pembuluh darah besar .Area

injeksi disarankan pada sepertiga bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara

membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi tiga

bagian lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini, pasien

dapat diatur miring atau duduk.

Cara kerja injeksi intramuscular :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan

2. Siapkan peralatan yang terdiri dari :

a. Kartu pengobatan/ rencana order pengobatan

b. Obat steril dalam ampul atau vial

c. Spuit beserta jarum steril(ukuran tergantung dengan yang diperlukan)

d. Kapas pengusap dalam larutan antiseptic

e. Kaca steril (bila diperlukan untuk membuka ampul)

3. Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampulatau vial sesuai dengan

jumlah yang dikehendaki (baca pada cara kerja menyiapkan obat dari vial atau

ampul).

4. Yakinkan bahwa pasien benar dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan, kemudian Bantu mengatur posisi yang nyaman.

5. Buka pakaian, selimut atau kain yang menutupi area yang akan diinjeksi.

Page 123: Uji Normalitas Kelas TPS

6. Tentukan lokasi penyuntikan, pilihlah area yang bebas dari lesi, nyeri tekan,

bengkak dan radang. Bersihkan kulit dengan pengusap antiseptic secara

melingkar dari dalam ke luar.

7. Siapkan spuit yang sudah berisi obat buka penutup jarumnya dengan hati- hati,

dan keluarkan udara dalam spuit.

8. Gunakan tangan yang tidak memagang spuit untuk membentangkan kulit pada

area yang akan ditusuk, pegang spuit antara jempol dan jari- jari kemudia

tusukkan jarum secara tegak lurus pada sudut 90.

9. Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak mengenai pembuluh

darah dengan cara menarik pengokang. Bila terhisap darah maka segera cabut

spuit, buang dang anti yang baru. Bila tidak terhisap darah, maka perlahan-

lahan masukkan obat  dengan cara mendorong pengokang spuit.

10. Bila obat sudah masuk semua maka segera cabut spuit dan lakukan massage

pada area penusukan

11. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman

12. Buang spuit pada tempat yang disediakan, bereskan peralatan

13. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda

Injeksi Intravena

Jalur vena dipakai khususnya untuk tujuan agar obat yang diberikan dapat beraksi dengan

cepat misalnya pada situasi gawat darurat, obat dimasukkan ke dalam vena sehingga obat

langsung masuk system sirkulasi yang menyebabkan obat dapat bereaksi lebih cepat

disbanding dengan cara enteral atau parenteral yang lain yang memerlukan waktu

absorbsi.

           

            Pemberian obat intravena dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada pasien yang

tidak dipasang infuse, obat diinjeksi langsung pada vena. Bila cara ini yang digunakan,

maka biasanya di cari vena besar yaitu vena basilica atau vena sefalika pada lengan. Pada

pasien yang dipasang infuse, obat dapat diberikan melalui botol infuse atau melalui karet

pada selang infuse yang dibuat untuk memasukkan obat.

Page 124: Uji Normalitas Kelas TPS

            Di Negara mahu misalnya Amerika serikat dan Kanada, tidak semua perawat

diperolehkan memasukkan obat melalui vena atau memasang infuse karena resiko yang

dapat terjadi cukup besar. Untuk dapat memasang infuse maka perawat harus mengikuti

kursusu keterampilan dahulu.

           

Untuk memasukkan obat melalui vena, perawat harus mepunyai pengetahuan dan

keterampilan yang memadai sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan atau

menyebabkan berbagai masalah yang fatal bagi pasien misalnya terjadi emboli udara.

Perawat harus mampu mencari vena yang tepat untuk penusukan. Jangan lakukan

penusukan sebelum yakin mendapatkan vena yang mudah ditusuk. Pengulangan tusukan

dapat menyebabkan rasa sakit dan rasa takut pada pasien.

            Pasien yang terpasang infuse seringkali mendapat order obat yang dimauskkan

secara intravena. Pada pasien ini, perawat tidak perlu membuat tusukan baru lagi, tetapi

dapat memasukkan obat melalui karet pada pipa infuse yang dirancang untuk

memasukkan obat atau melalui botol infuse. Dalam melakukan tindakan tindakan ini,

perawat harus memperhatikan teknik aseptik yaitu dengan mengusap tempat yang akan

ditusuk dengan kapas antiseptik. Klem infus dimatikan selama obat dimasukkan dan

sudah selesai, kecepatan tetesan diatur kembali.  Pada setiap penambahan obat melalui

pipa atau botol infus, buat label pada botol infuse, angkat dan goyangkan botol agar obat

dapat campur, observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda pada buku catatan

pengobatan atau status kesehatan pasien.

Cara kerja memberikan obat intravena :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan

2. Siapkan peralatan yang terdiri dari:

a. Kartu pengobatan/ rencana order pengobatan

b. Spuit steril yang berisi obat steril

c. Kapas pengusap dalam larutan antiseptic

d. Turniket

Page 125: Uji Normalitas Kelas TPS

3. Yakinkan bahwa pasien benar dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan, kemudian Bantu mengatur posisi yang nyaman.

4. Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk (misalnya vena basilica dan vena

sefalika, buka kain yang menutupi vena).

5. bila vena sudah ditemukan missal vena basilica, atur lengan lurus dan pasang

turnikat sampai vena benar- benar dapat dilihat dan diraba kemudian bersihkan

dengan kapas pengusap antiseptic.

6. siapkan spuit yang sudah berisi obat, bila dalam tabung masih terdapat udara,

maka udara harus dikeluarkan.

7. pelan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi jarum sejajar dengan vena.

Untuk mencegah vena tidak bergeser tangan yang tidak memegang spuit dapat

digunakan untuk menahan vena sampai jarum masuk vena.

8. lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spuit. Bila terhisap darah,

lepas turniket dan dorong obat pelan- pelan ke dalam vena.

9. setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang di tempat

pembuangan sesuai prosedur.

10. rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman

11. observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda.

Cara kerja memasang infuse

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan

2. siapkan peralatan :

a. cairan intravena sesuai yng dibutuhkan

b. Iv set yang terdiri dari pipa intravena dan jarum

c. Jarum lain

d. Papan spalk (bila diperlukan)

e. Baki berisi : bola kapas beralkohol, turniket, gunting, plester.

f. Standard infuse

g. Kassa steril

h. Larutan antiseptic misalnya : betadin

Page 126: Uji Normalitas Kelas TPS

i. Sarung tangan disposable.

3. kaji pasien dan pastikan tidak salah pasien yang lain.

4. beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

5. siapkan cairan yang akan diberikan ; buka botol infuse dan pipa infuse dari

kantongnya, buka penutup botol infuse dan sambungkan dengan pipa infuse

dengan cara menusukkan penusuk karet pipa infuse pada mulut botol infuse.

Pencet drip/penampung sehingga cairan infuse masuk ke drip sampai

memenuhi piapa. Hilangkan udara pada pipa dengan cara meluruskan pipa

tegak lurus dan menjentik- jentik dengan ujung tengah jari. Pastikan bahwa

dalam pipa dan jarum tidak ada udara.

6. ataur posisi pasien rileks dengan tangan lurus

7. pasang turniket di atas area vena yang akan ditusuk dan anjurkan pasien untuk

menggenggam erat sampai vena distensi dan tanpak dengan jelas. Bila vena

belum tampak perawat dapat menepuk-nepuk area vena sambil menganjurkan

pasien membuka dan menutup genggaman sampai vena tampak jelas.

8. bersihkan area yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.

9. pegang jarum pada sudut 45 sejajar dengan vena dan tusukkan pada vena.

Setelah ujung jarum dalam vena, rendahkan kesudutan jarum sampai hamper

sejajar dengan vena. Jarum kemudian diteruskan masuk ke vena dan tangan

yang tidak memegang jarum digunakan untuk mengontrol letak jarum dengan

palpasi vena dari luar. (Bila menggunakan abocath, satu tangan mendorong

jarum sementara tangan yanglain menarik mandarin ke luar, setelah mandarin

keluar dan darah keluar sedikit maka jarum segera dihubungkan dengan pipa

infuse).

10. turniket segera dilepas dan cairan segera dialirkan dengan membuka klem.

11. setelah yakin aliran lancer, tutup area penusukan dengan kassa betadin

danpasang plester.

12. atur kecepatan tetesan infuse sesuai pesanan.

13. atur posisi pasien yang nyaman dan tidak menghasilkan aliran cairan.

14. bereskan peralatan dan catat tindakan anda secara singkat dan jelas.

Page 127: Uji Normalitas Kelas TPS

Pemberian Obat Topikal

Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis obat

dikemas dalam bentuk  obat luar seperti lotion, liniment, ointment, pasta dan bubuk yang

biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal- gatal, kulit

kering, infeksi dan lain- lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi)

yang dipakai untuk tetes mata, telinga atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik

mata, telinga, hidung, vagina, maupun rectum.

Pemberian Obat Melalui vagina

pengertian

Irigasi vagina merupakan suatu prosedur membersihkan vagina dengan aliran air

yang pelan. Tindakan ini dilakukan terutama untuk memasukkan larutan antimikrobia

guna mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi, mengeluarkan kotoran

dalam vagina dan mencegah pendarahan (dengan cairan dingin atau hangat) dan

mengurangi peradangan.

Peralatan steril digunakan untuk melakukan irigasi vagina dirumah sakit, terutama

bila terdapat luka terbuka pada vagina. Jenis cairan yang digunakan tergantung pada

prosedur rumah sakit dan tujuan irigasi. Biasanya digunakan cairan normal salin, sodium

bikarbonat, air ledeng dan lain-lain. Jumlah cairan bervariasi antara 1000 sampai

dengan2000 ml dan cairan dihangatkan pada suhu 40,50C.

Intilasi vagina dilakukan berbagai tujuan, antara lain untuk mengobati infeksi atau

menghilangkan rasa nyeri, maupun gatal pada vagina. Obat yang dimasukkan melalui

vagina dikemas dalam bentuk yang bervariasi antara lain : Cream, Jelly, Foam atau

Supositoria.

Cara kerja irigasi dan instilasi vagina :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan

2. Siapkan peralatan

Untuk irigasi vagina :

Page 128: Uji Normalitas Kelas TPS

a. Set irigasi vagina (sering dikemas untuk pemakaian disposable) yang

terdiri dari ujung lancip/corong, pipa, klem dan kantong cairan.

b. Perlak

c. Cairan irigasi

d. Kapas lembab

e. Thermometer

f. Bedpan

g. Kertas tissue

h. Sarung tangan

i. Tiang/standar infuse

Untuk instilasi vagina :

3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan rasa tidak

nyaman yang mungkin dirasakan selama tindakan. Buka/suruh pasien

menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien)

4. Atur posisi pasien dan tutupi bagian tubuh yang tidak digunakan. Pada

pelaksanaan irigasi, pertama-tama pasang perlak dibawah bokong pasien, pasang

bedpan dan atur posisi pasien diatas bedpan dengan bahu lebih rendah dan atur

posisi pasien di atas bedpan dengan bahu lebih rendah dari pada panggul. Di

bawah bagian lumbal dapat dipasang bantal untuk mengurangi rasa tidak

nyaman. Pada tindakan instilasi obat, pasien diatur dalam posisi berbaring

dengan lutut ditekuk dan direntangkan ke luar.

5. Atur peralatan yang akan digunakan :

a. Untuk irigasi : tutup/klem pipa, gantung tabung cairan pada tiang infuse

setinggi 30 cm dari vagina. Alirkan/isi pipa dan corong dengan air.

b. Untuk instilasi : buka pembungkus obat supositoria dan letakkan di atas

pembungkusnya yang terbuka. Bila menggunakan aplikator, isi aplikator

dengan krim, jelly atau foam sesuai kebutuhan.

6. Kaji keadaan dan bersihkan arca perineal dengan cara pakailah sarung tangan,

inspeksi lubang vagina untuk mengetaui setiap peradangan, perhatikan baud an

Page 129: Uji Normalitas Kelas TPS

setiap cairan yang keluar. Lakukan pembersihan perineal untuk menghilangkan

mikroorganisme.

7. Masukkan cairan irigasi, supositoria, krim, foam atau jelly sesuai dengan

kebutuhan.

Untuk irigasi : alirkan sedikit cairan di area perineal, pelan-pelan

masukkan corong sedalam antara 7 sampai dengan 10 cm kemudian alirkan

cairan pelan-pelan. Setelah semua cairan masuk dan keluar, ambil corong

dan bantu pasien duduk di atas bedpan.

Untuk supositoria : lumasi ujung supositoria dan ujung jari telunjuk anda

dengan jelly. Buka labia sehingga lubang vagina dapat dilihat. Dorong

supositoria ke dalam lubang vagina dengan jari telunjuk sedalam 8 – 10

cm. setelah supositoria masuk, tarik jari telunjuk anda dan anjurkan pasien

tetap dalam posisi supinasi selama 5 sampai dengan 10 menit.

Untuk krim, Jelly atau foam : pelan-pelan masukkan aplikator kedalam

lubang vagina, dorong pengokang secara hati-hati sampai obat habis

kemudian keluarkan aplikator.

8. Setelah selesai keringkan area perineal, ambil bedpan dan perlak dan atur pasien

dalam posisi yang nyaman.

9. Bereskan peralatan dan catat tindakan anda.

10. Kaji respon pasien yang antara lain meliputi : rasa sakit dan kotoran atau cairan

yang keluar.

Pemberian obat per rectal dan supositoria

 Pengertian

Merupakan cara pemberian obat dengan memasukkan obat melalui anus atau

rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistematik.

Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan

untuk mendapatkan efek terapim obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan

merangsang buang air besar.

Page 130: Uji Normalitas Kelas TPS

Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria

yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada

obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus.

Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati

sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

Obat dalam bentuk cairan yang banyak diberikan melalui rectal yang sering

disebut enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan panjang (supositoria)

juga dikemas untuk diberikan melalui anus/rectum. Ada beberapa keuntungan

penggunaan obat supositoria antara lain :

a. Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian

atas.

b. Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding

permukaan rectum

c. Supositoria rectal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran

pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada rectum

tidak ditransportasikan melalui liver (Hahn, Ocstrelch, Barkin, 1986).

Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan obat

dalam bentuk enema dan supositoria, antara lain :

a. Untuk mencegah peristaltic, lakukan enema retensi secara pelan

dengan cairan (tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rectal tube kecil.

b. Selama enema berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri

dan bernafas melalui mulut untuk merilekskan spingter.

c. Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.

d. Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah

pemberian enema

e. Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan melelh

pada suhu kamar.

f. Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk

untuk pasien dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi. Anjurkan

Page 131: Uji Normalitas Kelas TPS

pasien berbaring ke kiri dan bernafas melalui mulut agar spingter

rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke dalam.

g. Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat

masuk.

h. Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau

memasukkan supositoria.

5.1.5.2 Teknik Pemberian Obat via Anus/ Rektum

Alat dan bahan:

1. Obat suppositoria dalam tempatnya.

2. Sarung tangan.

3. Kain kassa.

4. Vaselin/ penicilin/ pelumas.

5. Kertas tisu.

Prosedur kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.

3. Gunakan sarung tangan.

4. Buka pembumgkus obat dan pegang dengan kain kasa.

5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan penicilin.

6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan

perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang

lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.

7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkandaerah sekitar anal dengan tisu.

8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih

5 menit.

9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan kedalam bengkok.

10. Cuci tangan.

11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

Page 132: Uji Normalitas Kelas TPS

5.1.6        Pemberian obat kulit (Desmatologis)

5.1.6.1  Pengertian

Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan

mempertahankan hidrasi, melindungi kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengetasi

infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan

sprei.

Obat dapat diberikan pada kulit dengancara digosokkan, ditepukkan,

disemprotkan, dioleskan dan iontoforesisi (pemberian obat pada kulit dengan listrik).

Prinsip kerja pemberian obat pada kulit antara lain meliputi :

a. gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit

b. bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih di tentukan oleh

dokter)

c. ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan dengan

tangan.

d. Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.

e. Oleskan obat tipis- tipis kecuali ada petunjuk lain.

f. Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator

g. Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus steril

Cara pemberian Kulit

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya.

2. Pinset anatomis.

3. Kain kasa.

4. Kertas tisu.

5. Balutan.

6. Pengelas.

7. Air sabun, air hangat.

8. Sarung tangan.

Page 133: Uji Normalitas Kelas TPS

Cara Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.

3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Bersihkan daerah akan diberikan obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit

mengeras) dan gunakan pinset anatomis.

6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan,

mengompres.

7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.

8. Cuci tangan.

 Irigasi dan Instilasi Mata

Pengertian

Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata.

Berbagai bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi tetapi bila tidak ada dapat

digunakan harus dalam keadaan steril.

Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointment/ obat salep

mata yang dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lender dan jaringan manta

yang lunak dan responsive terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan

kekuatan yang rendah misalnya 2 %.

Cara irigasi dan instilasi mata :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan

2. Siapakan peralatan

Untuk irigasi :

a. Tabung steril untuk tempat cairan

b. Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240 cc dengan suhu 37 C.

c. Alat irrigator mata atau spuit steril

Page 134: Uji Normalitas Kelas TPS

d. Bengkok steril

e. Bola kapas steril

f. Cairan normal salin steril (bila diperlukan)

g. Perlak

h. Sarung tangan steril

Instilasi :

a. Obat yang diperlukan

b. Kapas kering steril

c. Kapas basah (normal saline) steril

d. Kassa / penutup mata dan plester

e. Sarung tangan steril

3. Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang irigasi/ pengobeta yang

akan diberikan. Bantu pasien untuk mengatur posisi duduk atau berbaring sambil

memiringkan kepala kea rah mata yang sakit. Pasang kait penutup untuk melindungi

pasien dan baju pasien agar tidak basah dan pasang bengkok di bawah mata yang

sakit (pada pelaksanaan irigasi).

4. Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya wana merah, adanya

kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering dikucek- kucek dan lain- lain.

5. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan bola kapas yang telah dibasahi

dengancairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju kantus luar.

6. Masukkan cairan irigasi atau obat mata.

7. bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar

8. tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien

9. bereskan alat yang digunakan dan cacat tindakan anda dengan singkat dan jelas.

Page 135: Uji Normalitas Kelas TPS

Instilasi hidung

Obat yang diberikan melalui tetesan hidung (instilasi hidung) diberikan biasanya dengan

maksud menimbulkan astringent efek yang merupakan efek obat dalam mengkerutkan

selaput lender yang bengkak. Obat tetes hidung diberikan pula dengan tujuan untuk

menyembuhkan infeksi pada rongga atau sinus- sinus hidung.

Cara kerja instilasi hidung :

1. Pastikan tentang adanyaorder pengobatan

2. Siapakan peralatan :

a. Obat tetes hidung

b. Bola kapas

3. beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakuka dan siapkan pasien. Posisi

pasien diatur berbaring terlentang dengan bagian bahu disokong sebuah bantal

sehingga kepala mengadah. Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas sedikit

kuat sehingga lubang hidung akan bersih.

4. elevasikan lubang hidung dengan cara menekan ujung hidung dengan jempol

5. pegang obat tetes hidung di atas lubang hidung dan teteskan obat pada bagian

tengah konka superior tulang etmoidalis (beritahu pasien untuk bernafas melalui

mulut sewaktu obat diteteskan).

6. anjurkan pasien tetap dalam posisi ini selama 1menit sehingga obat dapat sampai

pada semua dinding hidung.

7. aturlah posisi pasien yang nyaman dan beritahu untuk bernapas melalui hidung

kembali.

8. Bereskan peralatan dan catat tindakan anda secara jelas dan singkat.

Cara kerja irigasi dan istilasi telinga :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2. Siapkan peralatan

Untuk irigasi :

Page 136: Uji Normalitas Kelas TPS

a. Tabung berisi cairan irigasi dengan jumlah dan konsentrasi sesuai yang

dikehendaki.

b. Alat suntik/ spuit

c. Bengkok

d. Perlak handuk

e. Kapas pengusap

f. Bola kapas

g. Sarung tangan (kadang- kadang)

Untuk intilasi :

a. Obat tetes dalam tempatnya

b. Kapas di bungkus dalam kasa

c. Batang karet (tambahan) terutama digunakan untuk tetesan terakhir untuk

mencegah gerakan tiba- tiba anak atau pasien tidak sadar

d. Bola kapas

3.       Beritahu dan siapkan pasien.

Untuk irigasi : beritahu pasien tentang rasa penuh, hangat dan mungkin sakit yang

akan dialami pada saat cairan sampai pada gendering telinga. Bantu pasien duduk atau

berbaring dengan posisi kepala menghadap kea rah telinga yang sakit. Pasang perlak

handuk di bahu pasien dan pegang bengkok di bawah telinga.

Untuk instilasi : Bantu pasien berbaring ke samping dengan posisi telinga yang sakit

menghadap ke atas.

4.      Kaji keadaan daun telinga dan saluran telinga bagian luar. Lakukan inspeksi untuk

mengetahui adanya kemerah- merahan, lecet dan setiap kotoran yang keluar. Bila

diperlukan gunakan otoskop dan bila ditemukan adanya benda asing atau gendering

telinga (membrantimpani) tidak utuh, jangan lakukan irigasi dan laporkan keadaan ini

pada perawatan senior.

Page 137: Uji Normalitas Kelas TPS

5.      Bersihkan daun telinga dan lubang telinga dengan bola kapas basah.

6.      Siapkan peralatan :

Untuk irigasi : isi spuit dengancairan irigasi atau bila menggunakan tabung irigasi,

angkat tabung ke atas dan alirkan cairan mengisi pipa.

Untuk instilasi : siapkan obat tetes yang diperlukan.

7.      Masukkan cairan irigasi atau obat tetes telinga

Untuk irigasi : buka daun telinga (untuk bayi daun telinga ditarik ke bawah, untuk

dewasa ditarik ke atas belakang), masukkan ujung spuit dan pancarkan cairan pada

dinding atas saluran telinga sesuai yang diperlukan. Bila sudah selesai, keringkan

bagian luar telinga dengan kapas dan bantu berbaring ke samping kea rah telinga yang

telah diirigasi.

Untuk Instilasi : hangatkan obat dengan tangan atau masukkan botol dalam cairan

hangat beberapa detik. Buka dan luruskan lubang telinga dan teteskan obat pada sisi

telinga. Tekan tragus secara hati-hati beberapa kali untuk membantu obat masuk.

Anjurkan pasien tetap berbaring miring lebih kurang selama 5 menit. Pasang kapas

pada lubang telinga (tidak ditekan) selama 15 sampai dengan 20 menit.(Gbr.4 – 16)

8.      Kaji respon pasien terhadap adanya rasa nyeri, keadaan saluran telinga, kotoran

yang ada dan pada irigasi amati keadaan dan bau cairan yang keluar.

9.      Rapikan pasien dan catat tindakan anda secara singkat dan jelas

 

Terapi Panas Dingin

Pengertian

Merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi

atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.

Page 138: Uji Normalitas Kelas TPS

Persiapan dan cara kerja

Alat dan Bahan:

1.      Botol berisi air panas (suhu 46-51,5 derajat)/ air hangat.

2.      Termometer air.

3.      Kain pembungkus.

Cara kerja:

1.      Cuci tangan.

2.      Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.

3.      Isi botol dengan air panas.

4.      Tutup botol yang telah di isis air panas kemudian dikeringkan.

5.      Masukkan botol ke dalam kantong kain, atau bila menggunakan kain, masukkan

kain pada air hangat lalu diperas.

6.      Tempatkan botol/ kain yang sudah diperas pada daerah yang akan dikompres.

7.      Angkat botol setelah 20 menit, lalu isi lagi botol dan taruh pada daerah yang

akan dikompres lagi.

8.      Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.

9.      Cuci tangan.

Zid bath/ compres 

Pengertian

Merupakan tindakan dengan cara memberikan kompres dingin yang

bertuuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi

rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan

meningkatkan vasokonstriksi.

Persiapan dan Cara Kerja

Alat dan Bahan:

1.      Termometer.

2.      Air dingin.

3.      Kain/ kantong pelindung.

Page 139: Uji Normalitas Kelas TPS

4.      Kantong es atau sejenisnya.

Cara kerja:

1.      Cuci tangan.

2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3.      Ukur suhu tubuh.

4.      Asupan air dingin pada kantong es atau bila menggunakan kain asupan kain

pada air dingin lalu diperas.

5.      Letakkan kantong/ kain pada daerah yang akan dikompres seperti pada daerah

axila, pada daerah yang sakit.

6.      Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.

7.      Cuci tangan.

Manajemen nyeri

Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilakukan oleh bidan,

diantaranya:

1.      Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya ketidakpercayaan,

kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.

a.       Ketidakpercayaan

Pengakuan bidan akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal

ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh

perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa

bidan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.

b.      Kesalahpahaman

Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi

nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami

sangat individual dan pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.

c.       Ketakutan

Memberikan informasi yang tepat dapat membantu mengurangi ketakutan pasien

dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka

menangani nyeri.

Page 140: Uji Normalitas Kelas TPS

d.      Kelelahan

Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola

aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.

e.       Kebosanan

Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat

digunakan pengelihan perhaian yang bersifat terapetik. Beberapa teknik

pengalihan pehatian adalah bernapas pelan dan berirama, aktif mendengarkan

musik, membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan sebagainya.

2.      Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik, seperti:

Teknik Latihan Pengalihan

a. Menonton televisi.

b. Berbincang-bincang dengan orang lain.

c. Mendengarkan musik.

Teknik Relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan

udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki,

perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi

hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks.

Stimulasi Kulit

a. Menggosok dengan halus pada daerah nyeri.

b. Menggosok punggung.

c. Menggunakan air hangat dan dingin.

d. Memijat dengan air mengalir.

3.      Pemberian obat analgesik

Pemberian obat analgesikdilakukan guna menggangu atau memblok transmisi

stimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap

nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika

digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital,

Page 141: Uji Normalitas Kelas TPS

seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah

aspirin, asetaminofen dan bahan antiinflamasi nonsteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic

acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer keungkinan

menghambat sintesis prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15 menit sampai 20

menit dan memuncak 1-2 menit. Aspirin juga menghambat agrgasitrombosit dan

antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan

protrombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti

aspirin akan tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar protrombin dan jenis nonsteroid

anti inflamantry drug (NSAID) juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis

rendahdapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen,

mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac dan lain-lain.

4.      Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri

dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulus nyeri dengan stimulus yang

kurang dirasakan. Benuk stimulator metode stimulus listrik meliputi:

a. Transcutaneus electrial stimulator (TENS), yang digunakan untuk

mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan

beberapa elektrode di luar.

b. Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat

stimulator sum-sum tulang belakang dan yang diimplan di bawah kulit dengan

transistor timah penerimaan yang dimaksudkan ke dalam kulit pada daerah

epidural dan columna vetebrae.

c. Stimulator columna vetebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima

abdomen yakni lektroda yang ditanam dengan cara bedah pada dorsum sum-

sum tulang belakang.

  http://mwmonic91.blogspot.com/2011/12/teknik-pemberian-obat.html

Page 142: Uji Normalitas Kelas TPS

Perawatan Bedah dalam Kebidanan

Perawatan Bedah dalam Kebidanan

1.   Perioperasi

Merupakan tahapan-tahapan yang terdiri dari pra operasi, intra operasi dan pasca

operasi

2.   Pra Operasi

Merupakan tahapan awal sebelum dilaksanakan operasi dimulai sejak persiapan

operasi dan berakhir sampai pasien berada di meja operasi.

3.   Intra operasi

Merupakan proses operasi, dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah sampai ke

ruang pemulihan.

4.   Pasca operasi

Merupakan masa setelah dilaksanakan operasi, dimulai sejak pasien memasuki ruang

pemulihan sampai evaluasi selanjutnya.

Ø Jenis-jenis operasi/ pembedahan

1.   Pembedahan diagnostik

Untuk menentukan sebab gejala penyakit

2.   Pembedahan kuratif

Untuk mengambil bagian dari penyakit

3.   Pembedahan restoratif

Untuk menyambung daerah yang terpisah

4.   Pembedahan paliatif

Untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan

5.   Pembedahan kosmetik

Untuk mempercantik tubuh

Ø Jenis-jenis anestesia (obat bius)

1. Anestesia umum (tubuh tidak sadar)

Page 143: Uji Normalitas Kelas TPS

2. Anestesia regional

3. Anestesia lokal

4. Hipoanestesia

5. Akupuntur

v Perawatan praoperasi

- Pemberian pendidikan kesehatan praoperasi

- Persiapan diet/ puasa

- Persiapan kulit

- Latihan pernapasan

- Latihan kaki

- Latihan mobilitas

- Pencegahan cidera

v Perawatan intra operasi

- Menggunakan baju seragam bedah

- Mencuci tangan sebelum melakukan pembedahan

- Menerima pasien di daerah bedah

- Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah

- Pembersihan dan pembersihan kulit

- Penutupan daerah steri

- Pelaksanaan anestesia

- Pelaksanaan pembedahan

v Perawatan pasca operasi

- Meningkatan proses penyembuhan luka

- Mempertahankan respirasi

- Mempertahankan sirkulasi udara

- Mempertahankan keseimbangan cairan

- Mempertahankan eliminasi

Page 144: Uji Normalitas Kelas TPS

- Melaksanakan latihan mobilitas/ gerakan

- Mengurangi kecemasan

PENGERTIAN LUKA

Adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat

menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Ø Jenis-jenis luka

a.  Berdasarkan sifat kejadian

- Luka di sengaja : luka radiasi, luka bedah.

- Luka tidak di sengaja :

1.   Luka terbuka : lukanya kelihatan

2.   Luka tertutup : di dalam tubuh

b.  Berdasarkan penyebab

- Luka mekanik :

· Vulnus scissum (luka sayat)

· Vulnus contusum (luka memar)

· Vulnus laceratum (luka robek)

· Vulnus puncture (luka tusuk)

· Vulnus sclopetorum (luka tembak)

· Vulnus morsum (luka gigitan)

· Vulnus abrasio (luka terkikis)

-      Luka non mekanik : sengatan listrik, obat

Proses penyembuhan luka

1.   Tahap respons inflamasi akut terhadap cidera.

Tahap ini dimulai saat terjadi luka

2.   Tahap destruktif

Terjadi pembersihan jaringan mati

Page 145: Uji Normalitas Kelas TPS

3.   Tahap poliferatif

Pembuluh darah baru diperkuat oleh jar. Ikat

4.   Tahap maturasi

Terjadi reepitelisasi, kontraksi luka dan organisasi jar. Ikat

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

- Vaskularisasi (membutuhkan peredaran darah yang baik untuk perbaikan dan

pertumbuhan sel)

- Anemia

- Usia

- Penyakit lain

- Nutrisi

- Kegemukan, Obat-obatan, Merokok

Masalah pada luka operasi bedah

- Perdarahan

- Infeksi

- Dehiscene (pecahnya luka)

Page 146: Uji Normalitas Kelas TPS

ASUHAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEHILANGAN DAN

KEMATIAN

A. KEHILANGAN

I. Definisi

Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami

individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau

keseluruhan atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu

selama rentang kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan

cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap

individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan

sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:

1. Arti dari kehilangan

2. Sosial budaya

3. kepercayaan / spiritual

4. Peran seks

5. Status sosial ekonomi

6. kondisi fisik dan psikologi individu

II. Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang

yang sangat berarti / di cintai.

2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang

yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya

menjadi menurun.

Page 147: Uji Normalitas Kelas TPS

III.Jenis Kehilangan

1. Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana

alam)

2. Kehilangan lingkungan yang dikenal (missal: berpindah rumah)

3. Kehilangan sesuatu atau seseorang

4. Kehilangan suatu aspek diri (missal anggota tubuh dan fungsi psikologis atau

fisik)

5. Kehilangan hidup (missal anggota keluarga)

IV. Dampak Kehilangan

1. Pada masa anak – anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk

berkembang, kadang – kadang akan timbul regresi serta merasa tahut untuk

ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.

2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat terjadi disintegrasi dalam

keluarga.

3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat

menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang

yang ditinggalkan.

V. Respons Kehilangan

Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance

1. Fase denial

a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak

jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah

a. Mulai sadar akan kenyataan

b. Marah diproyeksikan pada orang lain

Page 148: Uji Normalitas Kelas TPS

c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

d. Perilaku agresif.

3. Fase bergaining / tawar- menawar.

Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “

seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresi

a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.

b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance

a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,

akhirnya saya harus operasi “

B. BERDUKA (grieving)

I. Definisi

Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan

dalam berbagai cara yang unik pada masing – masing orang dan didasarkan pada

pengalaman pribadi, ekspektasi budaya dan keyakinan spiritual yang dianutnya.

Sedangkan istilah kehilangan mencakup berduka dan berkabung. Berkabung adalah

periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka. Hal ini terjadi dalam masa

kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.

II.Jenis Berduka

1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku dan reaksi yang normal terhadap

kehilangan. Misalnya kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian dan menarik diri

dari aktivitas untuk sementara.

2. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan

atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis

terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyelesaikan berbagai

urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.

Page 149: Uji Normalitas Kelas TPS

3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap

berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah – olah tidak

kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan

dengan orang lain.

4. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara

terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian

orang tua atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.

III.Respon Berduka

1. ENGEL 1964

a.Shock dan tidak percaya

b. Berkembangnya  kesadaran

c.Restitusi

d. Idealization

e.Reorganization / the out come

2. KUBLER-ROSS 1969

a. Menyangkal

b. Marah

c. Tawar-menawar

d. Depresi

e. Penerimaan

3. MARTOCCHIO 1985

a. Shock and disbelief

b. Yearning and protest

c. Anguish, disorganization and despair

d. Identification in bereavement

e. Reorganization and restitution

4. RANDO 1991

a. Penghindaran

b. Konfrontasi

Page 150: Uji Normalitas Kelas TPS

c. Akomodasi

C. SEKARAT (DYING) DAN KEMATIAN (DEATH)

Sekarat merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian yang

memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Mati somatis adalah

terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat,

sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan secara menetap (ireversibel).Secara

klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut

jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan pernafasan dan suara pernafasan tidak

terdengar pada auskultasi.

D. PERUBAHAN TUBUH SETELAH KEMATIAN

Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas, sehingga

memungkinkan diagnosa kematian menjadi lebih pasti.Tanda-tanda tersebut dikenal

sebagai tanda pasti kematian berupa:

1. Lebam mayat / Livor Mortis(hipostatis/lividitas pasca mati)

2. Kaku mayat (rigor mortis)

3. Penurunan suhu tubuh

4. Pembusukan

5. Mummifikasi

6. Adiposera

Livor mortis adalah salah satu tanda kematian, yaitu mengendapnya darah

ke bagian bawah tubuh, menyebabkan warna merah-ungu di kulit. Karena jantung

tidak lagi memompa darah, sel darah merah yang berat mengendap di bawah

serum karena gravitasi bumi. Warna ini tidak muncul di daerah-daerah yang

berhubungan dengan benda lain karena kapilari tertekan.Koroner dapat

menggunakan hal ini untuk menentukan waktu kematian. Livor mortis dimulai

sekitar 20 menit sampai 3 jam setelah kematian.

Rigor mortis atau kaku mayat terjadi akibat hilangnya ATP. ATP

digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi

Page 151: Uji Normalitas Kelas TPS

otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka

ikatan antara aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah

kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin

bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian

setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.

Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah

sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah

adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh

makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara

menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.

Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:

Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian

dan menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena

kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.

Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena

panas sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada

mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu

yang lama.

Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin

sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan

sampai otot.

Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan

kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai

dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena

terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan

pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah

membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur.

Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang

Page 152: Uji Normalitas Kelas TPS

hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit

infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.

Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan

terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan

akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak

membusuk.

Adiposera adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,

lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem.

Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen

dan enzim bakteri.

Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban

dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu

sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

E. PERAWATAN PADA JENAZAH

1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.

2. Singkirkan pakaian atau alat tenun.

3. Lepaskan semua alat kesehatan.

4. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda.

5. Tempatkan kedua tangan jenazah diatas abdomen dan ikat pergelangannya.

6. Tempatkan satu bantal di bawah kepala

7. Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup bisa dengan kapas basah.

8. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk

dibawah dagu.

9. Letakkan alas di bawah glutea.

10. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis.

11. Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga.

12. Beri kartu atau tanda pengenal.

13. Bungkus jenazah dengan kain panjang

Page 153: Uji Normalitas Kelas TPS

F. PERAWATAN JENAZAH YANG AKAN DIOTOPSI

1. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.

2. Beri label pada pembungkus jenazah.

3. Beri label pada alat protesis yang digunakan.

4. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin.

G. PERAWATAN TERHADAP KELUARGA

1. Dengarkan ekspresi keluarga.

2. Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa saat.

3. Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka.

4. Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada jenazah.

5. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.

Page 154: Uji Normalitas Kelas TPS

MEMBANTU PASIEN YANG HAMPIR MENINGGAL

Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi

kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian

(death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta

hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak

atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Dying dan death merupakan dua

istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying

lebih kearah suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari hidup.

A. DISKRIPSI RENTANG POLA HIDUP SAMPAI MENJELANG KEMATIAN

Menurut martocchio dan default mendiskripsikan rentang pola hidup sampai

menjelang kematian sebagai berikut :

1. Pola puncak dan lembah

Pola ini memiliki karakteristik periodik sehat yang tinggi (puncak) dan periode

krisis (lemah). Pada kodisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang

tinggi/besar. Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yang

menakutkan sampai bisa menimbulkan depresi.

2. Pola dataran yang turun

Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang

terus bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama/setelah perode kesehatan yang

stabil serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa dipastikan.

3. Pola tebing yang menurun

Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan kondisi yang

menetap/stabil, yang menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi penurunan ini

dapat diramalkan dalam waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari.

Kondisi ini lazim detemui di unit khusus (ICU)

Page 155: Uji Normalitas Kelas TPS

4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit

Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut, perlahan dan hampir tidak

teramati sampai akhirnya menghebat menuju kemaut.

B. PERKEMBANGAN PERSEPSI TENTANG KEMATIAN

1. Bayi - 5 tahun.

Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur/pergi yang

temporer

2. 5-9 tahun.

Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari

3. 9-12 tahun.

Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari, dapat

mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang tua/dewasa lainnya.

4. 12-18 tahun.

Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan tentang

kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.

5. 18-45 tahun.

Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan.

6. 45-65 tahun.

Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak

kecemasan.

7. 65 tahun keatas.

Page 156: Uji Normalitas Kelas TPS

Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna : terbebasnya

dari rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal

C. PERUBAHAN TUBUH SETELAH KEMATIAN

1. Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, karena

adanya kekurangan ATP (Adenosin Trypospat) yang tidak dapat disintesa

akibat kurangnya glikogen dalam tubuh. Proses rigor mortis dimulai dari

organ-organ involuntery, kemudian menjalar pada leher, kepala, tubuh dan

bagian ekstremitas, akan berakhir kurang lebih 96 jam setelah kematian.

2. Algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius

setiap jam sampai mencapai suhu ruangan.

3. Post mortem decompotion, yaitu terjadi livor mortis (biru kehitaman) pada

daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan

banyak bakteri. Ini disebabkan karena sistem sirkulasi hilang, darah/sel-sel

darah merah telah rusak dan terjadi pelepasan HB.

D. PENDAMPINGAN PASIEN SAKARATUL MAUT

1. Definisi

Perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara memberi

pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.

2. Tujuan

a. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien

dan keluarganya

b. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.

c. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara

medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa

tahap-tahap kematian

3. Persiapan alat

a. Disediakan tempat tersendiri

b. Alat – alat pemberian O2

Page 157: Uji Normalitas Kelas TPS

c. Alat resusitasi

d. Alat pemeriksaan vital sighn

e. Pinset

f. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir

g. Alat tulis

4. Prosedur

a. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan

b. Mendekatkan alat

c. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain

d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh

ditinggalkan sendiri

e. Membersihkan pasien dari keringat

f. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut

dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau

disekitar pasien

g. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering

menggunakan pinset

h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan

i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus

j. Mencuci tangan

k. Melakukan dokumentasi tindakan

E. PERAWATAN JENAZAH

1. Definisi

Perawatan pasien setelah meninggal dunia

2. Tujuan

a. Membersihkan dan merapikan jenazah

b. Memberikan penghormatan terakhir kepada sesama insani

c. Memberi rasa puas kepada sesama insani

3. Persiapan alat

a. Celemek

Page 158: Uji Normalitas Kelas TPS

b. Verban/kassa gulung

c. Sarung tangan

d. Pinset

e. Gunting perbant

f. Bengkok 1

g. Baskom 2

h. Waslap 2

i. Kantong plastik kecil (tempat perhiasan)

j. Kartu identitas pasien

k. Kain kafan

l. Kapas lipat lembab dalam kom

m. Kassa berminyak dalam kom

n. Kapas lipat kering dalam kom

o. Kapas berminyak (baby oil) dalam kom

p. Kapas alkohol dalam kom

q. Bengkok lysol 2-3%

r. Ember bertutup 1

s. Prosedur

1) Memberitahukan pada keluarga pasien

2) Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah

3) Mencuci tangan

4) Memakai celemek

5) Memakai hands scoon

6) Melepas perhiasan dan benda – benda berharga lain diberikan kepada

keluarga pasien (dimasukkan dalam kantong plastik kecil)

7) Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT tube dll)

8) Membersihkan mata pasien dengan kassa, kemudian ditutup dengan

kassa lembab

9) Membersihkan bagian hidung dengan kassa, dan ditutup dengan kapas

berminyak

Page 159: Uji Normalitas Kelas TPS

10) Membersihkan bagian telinga dengan kassa, dan ditutup dengan kapas

berminyak

11) Membersihkan bagian mulut dengan kassa

12) Merapikan rambut jenazah dengan sisir

13) Mengikat dagu dari bawah dagu sampai ke atas kepala dengan verban

gulung

14) Menurunkan selimut sampai ke bawah kaki

15) Membuka pakaian bagian atas jenasah, taruh dalam ember

16) Melipat tangan dan mengikat pada pergelangan tangan dengan verban

gulung

17) Membuka pakaian bagian bawah, taruh dalam ember

18) Membersihkan genetalia dengan kassa kering dan waslap

19) Membersihkan bagian anus dengan cara miringkan jenazah ke arah kiri

dengan meminta bantuan keluarga

20) Memasukkan kassa berminyak ke dalam anus jenasah

21) Melepas stick laken dan perlak bersamaan dengan membentangkan

kain kafan, lipat stick laken dan taruh dalam ember.

22) Mengembalikan ke posisi semula

23) Mengikat kaki di bagian lutut jenazah, pergelangan kaki, dan jari – jari

jempol dengan menggunakan verban gulung.

24) Mengikatkan identitas jenazah pada jempol kaki

25) Membuka boven laken bersamaan dengan pemasangan kain kafan

26) Jenazah dirapikan dan dipindahkan ke brankart

27) Alat – alat tenun dilepas dan dimasukkan ke dalam ember serta melipat

kasur

28) Merapikan alat

29) Melepas hand scoon

30) Melepaskan celemek

31) Mencuci tangan

32)

Page 160: Uji Normalitas Kelas TPS

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru

Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth

edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester

Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC