BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANitu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu....

63
77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini tercantum dalam BAB I yakni untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan investigatif, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat selama pembelajaran dilaksanakan. Berikut ini penjelasan mengenai hal-hal tersebut. A. Hasil Penelitian Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data hasil pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Sementara data kualitatif diperoleh dari hasil observasi siswa, angket dan catatan lapangan. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Berikut ini pemaparan mengenai hal tersebut. 1. Analisis Data Kuantitatif a. Analisis Data Pretes Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kreatif matematis di kelas eksperimen dan kontrol, maka dilakukan pretes. Pretes dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015 di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah siswa kelas eksperimen terdiri dari 40 orang dan kelas kontrol 40 orang hadir semua. Adapun prosedur pelaksanaan pretes dilakukan setelah perizinan ke pihak sekolah untuk kelas kontrol dan eksperimen pada tanggal 5 Mei 2015. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang terdiri dari 15 butir soal

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANitu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu....

  • 77

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

    dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian

    ini tercantum dalam BAB I yakni untuk mengetahui peningkatan kemampuan

    berpikir kreatif matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol, untuk

    mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara

    siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui respon siswa terhadap

    pembelajaran matematika dengan pendekatan investigatif, serta untuk mengetahui

    faktor pendukung dan penghambat selama pembelajaran dilaksanakan. Berikut ini

    penjelasan mengenai hal-hal tersebut.

    A. Hasil Penelitian

    Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data

    kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data hasil pretes dan postes

    kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen dan kontrol.

    Sementara data kualitatif diperoleh dari hasil observasi siswa, angket dan catatan

    lapangan. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program SPSS

    16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Berikut ini pemaparan mengenai hal

    tersebut.

    1. Analisis Data Kuantitatif

    a. Analisis Data Pretes

    Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kreatif matematis

    di kelas eksperimen dan kontrol, maka dilakukan pretes. Pretes dilakukan pada

    tanggal 11 Mei 2015 di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah siswa kelas

    eksperimen terdiri dari 40 orang dan kelas kontrol 40 orang hadir semua. Adapun

    prosedur pelaksanaan pretes dilakukan setelah perizinan ke pihak sekolah untuk kelas

    kontrol dan eksperimen pada tanggal 5 Mei 2015. Instrumen yang digunakan berupa

    tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang terdiri dari 15 butir soal

  • 78

    yang telah diujicobakan. Adapun hasil pretes kelas eksperimen dapat dilihat pada

    Tabel 4.1 di bawah ini.

    Tabel 4.1

    Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen

    No. Kode Siswa Nilai Pretes

    1. Siswa 1 20,89

    2. Siswa 2 13,33

    3. Siswa 3 15,56

    4. Siswa 4 9,78

    5. Siswa 5 8,89

    6. Siswa 6 28,44

    7. Siswa 7 22,67

    8. Siswa 8 19,11

    9. Siswa 9 10,67

    10. Siswa 10 16,89

    11. Siswa 11 18,67

    12. Siswa 12 0,00

    13. Siswa 13 21,33

    14. Siswa 14 23,11

    15. Siswa 15 0,00

    16. Siswa 16 13,78

    17. Siswa 17 10,67

    18. Siswa 18 33,78

    19. Siswa 19 6,67

    20. Siswa 20 24,44

    21. Siswa 21 6,67

    22. Siswa 22 29,33

    23. Siswa 23 19,56

    24. Siswa 24 24,44

  • 79

    No. Kode Siswa Nilai Pretes

    25. Siswa 25 33,78

    26. Siswa 26 36,44

    27. Siswa 27 10,67

    28. Siswa 28 0,00

    29. Siswa 29 14,67

    30. Siswa 30 26,67

    31. Siswa 31 25,78

    32. Siswa 32 10,67

    33. Siswa 33 29,33

    34. Siswa 34 5,78

    35. Siswa 35 9,78

    36. Siswa 36 23,56

    37. Siswa 37 22,22

    38. Siswa 38 28,89

    39. Siswa 39 0,00

    40. Siswa 40 8,44

    Sedangkan data hasil pretes kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2

    sebagai berikut.

    Tabel 4.2

    Data Hasil Pretes Kelas Kontrol

    No. Kode Siswa Nilai Pretes

    1. Siswa 1 5,78

    2. Siswa 2 25,78

    3. Siswa 3 19,56

    4. Siswa 4 6,67

    5. Siswa 5 11,11

    6. Siswa 6 6,67

    7. Siswa 7 6,67

    8. Siswa 8 6,67

    9. Siswa 9 20,00

    10. Siswa 10 4,00

    11. Siswa 11 35,56

  • 80

    No. Kode Siswa Nilai Pretes

    12. Siswa 12 6,67

    13. Siswa 13 10,67

    14. Siswa 14 31,56

    15. Siswa 15 31,56

    16. Siswa 16 0,00

    17. Siswa 17 16,44

    18. Siswa 18 8,00

    19. Siswa 19 7,56

    20. Siswa 20 4,89

    21. Siswa 21 13,33

    22. Siswa 22 9,33

    23. Siswa 23 8,89

    24. Siswa 24 6,67

    25. Siswa 25 6,67

    26. Siswa 26 6,67

    27. Siswa 27 16,00

    28. Siswa 28 6,67

    29. Siswa 29 6,67

    30 Siswa 30 16,00

    31. Siswa 31 0,00

    32. Siswa 32 6,67

    33. Siswa 33 16,00

    34. Siswa 34 0,00

    35. Siswa 35 6,67

    36. Siswa 36 16,00

    37. Siswa 37 0,00

    38. Siswa 38 6,67

    39 Siswa 39 0,00

    40. Siswa 40 0,00

    Data hasil pretes kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya diolah dengan

    menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Window, untuk mengetahui nilai rata-

    rata (mean) dari tiap kelas, nilai tertinggi, nilai terendah dan standar deviasi. Berikut

    disajikan hasil tersebut pada Tabel 4.3.

  • 81

    Tabel 4.3

    Analisis Statistik Deskriptif Data Pretes

    Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

    Descriptives

    Kelas Statistic Std. Error

    Nilai pretes

    eksperimen Mean 17.1333 1.58442

    Std. Deviation 1.00208E1

    Minimum .00

    Maximum 36.44

    Kontrol Mean 10.3669 1.39866

    Std. Deviation 8.84593

    Minimum .00

    Maximum 35.56

    Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen

    17,1333 dan rata-rata kelas kontrol 10,3669. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

    berpikir kreatif matematis kelas eksperimen dan kontrol masih rendah. Sementara

    untuk ketersebaran datanya, kelas eksperimen lebih tersebar dibandingkan kelas

    kontrol. Hal ini terlihat dari simpangan baku kelas eksperimen yaitu 10,02081 dan

    kelas kontrol 8,84593. Selain itu, skor maksimum dan minimun yang diperoleh kelas

    eksperimen yaitu 36,44 dan 0. Sementara untuk kelas kontrol skor maksimum yaitu

    35 dan skor minimumnya 0. Untuk lebih jelasnya, rata-rata pretes kelas eksperimen

    dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1.

  • 82

    Gambar 4.1

    Diagram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

    Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa nilai rata-rata pretes pada kelas eksperimen

    dan kontrol berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa di kedua

    kelas berbeda. Kelas eksperimen memiliki rata-rata pretes yang tinggi dibanding

    kelas kontrol. Namun, hal tersebut belum cukup untuk menggambarkan signifikansi

    perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara kelas eksperimen

    dan kontrol. Oleh karena itu, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Namun sebelum

    itu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.

    1) Analisis Uji Normalitas Data Pretes

    Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

    sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan

    Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun perumusan hipotesisnya

    yaitu sebagai berikut.

    H0: Data pretes berdistribusi normal

    H1: Data pretes berdistribusi tidak normal

    Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

    sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

  • 83

    untuk menghitung hasil uji normalitas ini dibantu dengan menggunakan software

    SPSS 16.0 for Windows, dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.

    Tabel 4.4

    Analisis Hasil Uji Normalitas Data Pretes

    Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok

    Tests of Normality

    Kelas

    Kolmogorov-Smirnova

    Statistic Df Sig.

    Nilai pretes Eksperimen .116 40 .194

    Kontrol .212 40 .000

    a. Lilliefors Significance Correction

    Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki P-

    value (Sig.) 0,194. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas eksperimen lebih

    dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data pretes kelas eksperimen

    berdistribusi normal.

    Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,000 pada

    Tabel 4.4. Dengan demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga

    H0 ditolak, artinya data pretes kelas kontrol berdistribusi tidak normal.

    Salahsatu faktor yang menjadi alasan data pretes normal dan tidak normal

    yaitu ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran data kelas

    eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.2 dan 4.3.

    Gambar 4.2

    Data Pretes Kelas Eksperimen yang Normal

  • 84

    Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan panjangnya

    hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran

    datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga data menjadi normal.

    Gambar 4.3

    Data Pretes Kelas Kontrol yang Tidak Normal

    Grafik kurva pada Gambar 4.3 lebih condong ke kiri lebih panjang ke kanan.

    Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan persebarannya lebih banyak di

    sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal.

    Berdasarkan uji normalitas tersebut, terdapat data yang tidak normal. Oleh

    karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas akan tetapi langsung diuji perbedaan dua

    rata-ratanya dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Withney (Uji-U).

    2) Analisis Uji Beda Rata-rata Data Pretes

    Uji beda rata-rata dilakukan setelah melakukan uji normalitas dan uji

    homogenitas. Namun pada penelitian ini hasil yang didapat pada pretes berdistribusi

    tidak normal, sehingga langsung dilakukan uji beda rata-rata yaitu uji non parametrik.

    Uji non parametrik yang digunakan yaitu Uji-U (Mann-Whitney). Uji ini dilakukan

    untuk menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok yang salahsatunya tidak normal.

    Perumusan hipotesis dalam pengujian ini yaitu sebagai berikut.

    H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

    H1 = terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

  • 85

    Adapun kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih

    atau sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

    hasil uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows, dapat

    dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.

    Tabel 4.5

    Analisis Hasil Uji Mann-Whitney Nilai Pretes

    Test Statisticsa

    Nilai Pretes

    Mann-Whitney U 462.500

    Wilcoxon W 1282.500

    Z -3.262

    Asymp. Sig. (2-tailed) .001

    a. Grouping Variable: Kelas

    Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui nilai signifikansinya (Sig.2-tailed)

    yaitu 0,001. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 0,001 lebih kecil dari (taraf

    signifikansi) α yaitu 0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan rata-

    rata nilai pretes siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Dengan demikian,

    kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kontrol terdapat perbedaan.

    b. Analisis Data Postes

    Data postes ini digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir

    kreatif matematis siswa setelah dilakukan perlakuan yang berbeda. Pada kelas

    eksperimen diberikan perlakuan pendekatan investigatif sehingga postes bertujuan

    untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan

    pendekatan investigatif. Pada kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pendekatan

    konvensional sehingga postes bertujuan untuk melihat kemampuan akhir siswa

    setelah diberikan pendekatan konvensional. Soal yang digunakan untuk postes

    merupakan soal yang sama dengan soal yang digunakan saat pretes. Postes kelas

    eksperimen dan kontrol dilaksanakan secara terpisah. Kelas eksperimen dilaksanakan

    pada tanggal 25 Mei 2015 dengan jumlah 40 siswa. Adapun hasil postes kelas

    eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  • 86

    Tabel 4.6

    Data Hasil Postes Kelas Eksperimen

    No. Kode Siswa Nilai Postes

    1. Siswa 1 68,00

    2. Siswa 2 40,00

    3. Siswa 3 42,67

    4. Siswa 4 38,22

    5. Siswa 5 41,78

    6. Siswa 6 81,33

    7. Siswa 7 63,56

    8. Siswa 8 75,56

    9. Siswa 9 54,67

    10. Siswa 10 56,00

    11. Siswa 11 75,56

    12. Siswa 12 26,67

    13. Siswa 13 90,67

    14. Siswa 14 75,56

    15. Siswa 15 17,78

    16. Siswa 16 69,33

    17. Siswa 17 30,22

    18. Siswa 18 96,89

    19. Siswa 19 35,11

    20. Siswa 20 75,56

    21. Siswa 21 23,11

    22. Siswa 22 80,44

    23. Siswa 23 74,67

    24. Siswa 24 69,33

    25. Siswa 25 95,11

    26. Siswa 26 98,22

  • 87

    No. Kode Siswa Nilai Postes

    27. Siswa 27 51,56

    28. Siswa 28 19,56

    29. Siswa 29 50,22

    30. Siswa 30 89,33

    31. Siswa 31 69,78

    32. Siswa 32 57,78

    33. Siswa 33 81,33

    34. Siswa 34 23,11

    35. Siswa 35 30,22

    36. Siswa 36 70,67

    37. Siswa 37 56,89

    38. Siswa 38 86,67

    39. Siswa 39 39,56

    40. Siswa 40 48,00

    Sedangkan postes kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2015.

    Adapun data hasil postes kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.7.

    Tabel 4.7

    Data Hasil Postes Kelas Kontrol

    No. Kode Siswa Nilai Postes

    1. Siswa 1 60,00

    2. Siswa 2 45,33

    3. Siswa 3 44,44

    4. Siswa 4 46,22

    5. Siswa 5 48,44

    6. Siswa 6 28,00

    7. Siswa 7 51,56

    8. Siswa 8 80,89

    9. Siswa 9 49,78

    10. Siswa 10 28,00

    11. Siswa 11 93,78

    12. Siswa 12 70,22

  • 88

    No. Kode Siswa Nilai Postes

    13. Siswa 13 51,56

    14. Siswa 14 89,78

    15. Siswa 15 79,11

    16. Siswa 16 88,00

    17. Siswa 17 49,78

    18. Siswa 18 30,22

    19. Siswa 19 64,00

    20. Siswa 20 46,22

    21. Siswa 21 60,00

    22. Siswa 22 40,89

    23. Siswa 23 45,33

    24. Siswa 24 43,56

    25. Siswa 25 42,22

    26. Siswa 26 48,44

    27. Siswa 27 60,00

    28. Siswa 28 19,56

    29. Siswa 29 34,67

    30. Siswa 30 57,78

    31. Siswa 31 23,11

    32. Siswa 32 33,33

    33. Siswa 33 32,89

    34. Siswa 34 25,78

    35. Siswa 35 34,67

    36. Siswa 36 51,56

    37. Siswa 37 34,67

    38. Siswa 38 23,11

  • 89

    No. Kode Siswa Nilai Postes

    39. Siswa 39 34,67

    40. Siswa 40 17,78

    Data hasil postes kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya diolah dengan

    menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Window, untuk mengetahui nilai rata-

    rata (mean) dari tiap kelas, nilai tertinggi, nilai terendah dan standar deviasi. Berikut

    disajikan hasil tersebut pada Tabel 4.8 berikut.

    Tabel 4.8

    Analisis Statistik Deskriptif Data Postes

    Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

    Descriptives

    Kelas Statistic

    Std. Error

    Nilai Postes Eksperimen Mean 58.7250 3.72345

    Std. Deviation 2.35492E1

    Minimum 17.00

    Maximum 98.00

    Kontrol Mean 47.3000 3.06870

    Std. Deviation 1.94082E1

    Minimum 17.00

    Maximum 93.00

    Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen

    58,7250 dan rata-rata kelas kontrol 47,3000. Sementara untuk ketersebaran datanya,

    kelas eksperimen lebih tersebar dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari

    simpangan baku kelas eksperimen yaitu 23,54921 dan kelas kontrol 19,40821. Selain

    itu, skor maksimum dan minimun yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 98,00 dan

    17,00. Sementara untuk kelas kontrol skor maksimum yaitu 93,00 dan skor

    minimumnya 17,00. Untuk lebih jelasnya, rata-rata postes kelas eksperimen dan

    kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.4.

  • 90

    Gambar 4.4

    Diagram Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

    Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa nilai rata-rata postes pada kelas eksperimen

    dan kontrol berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akhir siswa setelah

    diberikan perlakuan di kedua kelas tersebut berbeda. Namun, hal tersebut belum

    cukup untuk menggambarkan signifikansi perbandingan kemampuan berpikir kreatif

    matematis siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Oleh karena itu, dilakukan uji

    perbedaan dua rata-rata pada hasil postes seperti halnya pretes. Namun sebelum itu,

    dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.

    Selanjutnya, dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan program

    software SPSS v.16 for Windows. Adapun penjelasan mengenai analisis data pada

    masing-masing kelompok adalah sebagai berikut ini.

    1) Analisis Uji Normalitas Data Postes

    Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

    sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan

    Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun perumusan hipotesisnya

    yaitu sebagai berikut.

    H0: Data postes berdistribusi normal

    H1: Data postes berdistribusi tidak normal

  • 91

    Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

    sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

    hasil uji normalitas dibantu dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows,

    dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut.

    Tabel 4.9

    Analisis Hasil Uji Normalitas Data Postes

    Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok

    Tests of Normality

    Kelas

    Kolmogorov-Smirnova

    Statistic Df Sig.

    Nilai Postes Eksperimen .128 40 .096

    Kontrol .149 40 .025

    a. Lilliefors Significance Correction

    Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki P-

    value (Sig.) 0,096. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas eksperimen lebih

    dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data postes kelas eksperimen

    berdistribusi normal.

    Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,025 pada

    Tabel 4.4. Dengan demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga

    H0 ditolak, artinya data postes kelas kontrol berdistribusi tidak normal.

    Salahsatu faktor yang menjadi data postes normal dan tidak normal yaitu

    ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran data kelas

    eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.5 dan 4.6.

  • 92

    Gambar 4.5

    Data Postes Kelas Eksperimen yang Normal

    Gambar 4.5 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan panjangnya

    hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran

    datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga data menjadi normal.

    Gambar 4.6

    Data Postes Kelas Kontrol yang Tidak Normal

  • 93

    Grafik kurva pada Gambar 4.6 lebih condong ke kiri lebih panjang ke kanan.

    Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan persebarannya lebih banyak di

    sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal.

    Berdasarkan uji normalitas tersebut, terdapat data yang tidak normal. Oleh

    karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas akan tetapi langsung diuji perbedaan dua

    rata-ratanya dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Withney (Uji-U).

    2) Analisis Uji Beda Rata-rata Data Postes

    Uji beda rata-rata dilakukan setelah melakukan uji normalitas dan uji

    homogenitas. Namun pada penelitian ini hasil yang didapat pada pretes berdistribusi

    tidak normal, sehingga langsung dilakukan uji beda rata-rata yaitu uji non parametrik.

    Uji non parametrik yang digunakan yaitu Uji-U (Mann-Whitney). Uji ini dilakukan

    untuk menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok yang salahsatunya tidak normal.

    Perumusan hipotesis dalam pengujian ini yaitu sebagai berikut.

    H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

    H1 = terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

    Adapun kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih

    atau sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

    hasil uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows, dapat

    dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut.

    Tabel 4.10

    Analisis Hasil Uji Mann-Whitney Nilai Postes

    Test Statisticsa

    Nilai Postes

    Mann-Whitney U 571.000

    Wilcoxon W 1391.000

    Z -2.204

    Asymp. Sig. (2-tailed) .027

    a. Grouping Variable: Kelas

    Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui nilai signifikansinya (Sig.2-tailed)

    yaitu 0,027. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 0,027 lebih kecil dari (taraf

  • 94

    signifikansi) α yaitu 0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan rata-

    rata nilai postes siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Dengan demikian,

    kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kontrol terdapat perbedaan.

    3) Analisis Uji N Gain Data Pretes dan Postes

    Uji gain normal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan

    kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Uji gain dilakukan jika kemampuan

    awal siswa berbeda. Untuk mengetahui data gain normal pada setiap siswa dari

    masing-masing kelompok (eksperimen dan kontrol) dilakukan perhitungan gain

    normal. Adapun cara menghitung gain yang ternormalisasi yaitu sebagai berikut

    (Maulana, 2006, hlm. 57).

    =

    Perhitungan gain normal ini dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel for

    Windows 2007. Adapun hasil uji gain normal pada kelompok eksperimen dapat

    dilihat pada Tabel 4.11.

    Tabel 4.11

    Analisis Hasil Uji N Gain Data Pretes dan Postes

    Kelas Eksperimen

    No. Kode

    Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

    1 Siswa 1 20,89 68,00 0,596 Sedang

    2 Siswa 2 13,33 40,00 0,308 Sedang

    3 Siswa 3 15,56 42,67 0,321 Sedang

    4 Siswa 4 9,78 38,22 0,315 Sedang

    5 Siswa 5 8,89 41,78 0,361 Sedang

    6 Siswa 6 28,44 81,33 0,739 Tinggi

    7 Siswa 7 22,67 63,56 0,529 Sedang

    8 Siswa 8 19,11 75,56 0,698 Sedang

    9 Siswa 9 10,67 54,67 0,493 Sedang

    10 Siswa 10 16,89 56,00 0,471 Sedang

    11 Siswa 11 18,67 75,56 0,699 Sedang

    12 Siswa 12 0,00 26,67 0,267 Rendah

    13 Siswa 13 21,33 90,67 0,881 Tinggi

    14 Siswa 14 23,11 75,56 0,682 Sedang

  • 95

    No. Kode

    Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

    15 Siswa 15 0,00 17,78 0,178 Rendah

    16 Siswa 16 13,78 69,33 0,644 Sedang

    17 Siswa 17 10,67 26,22 0,174 Rendah

    18 Siswa 18 33,78 96,89 0,953 Tinggi

    19 Siswa 19 6,67 35,11 0,305 Sedang

    20 Siswa 20 24,44 75,56 0,676 Sedang

    21 Siswa 21 6,67 23,11 0,176 Rendah

    22 Siswa 22 29,33 80,44 0,723 Tinggi

    23 Siswa 23 19,56 74,67 0,685 Sedang

    24 Siswa 24 24,44 69,33 0,594 Sedang

    25 Siswa 25 33,78 95,11 0,926 Tinggi

    26 Siswa 26 36,44 98,22 0,972 Tinggi

    27 Siswa 27 10,67 51,56 0,458 Sedang

    28 Siswa 28 0,00 19,56 0,196 Rendah

    29 Siswa 29 14,67 50,22 0,417 Sedang

    30 Siswa 30 26,67 89,33 0,855 Tinggi

    31 Siswa 31 25,78 69,78 0,593 Sedang

    32 Siswa 32 10,67 57,78 0,527 Sedang

    33 Siswa 33 29,33 81,33 0,736 Tinggi

    34 Siswa 34 5,78 23,11 0,184 Rendah

    35 Siswa 35 9,78 30,22 0,227 Rendah

    36 Siswa 36 23,56 70,67 0,616 Sedang

    37 Siswa 37 22,22 56,89 0,446 Sedang

    38 Siswa 38 28,89 86,67 0,813 Tinggi

    39 Siswa 39 0,00 39,56 0,396 Rendah

    40 Siswa 40 8,44 48,00 0,432 Sedang

    Jumlah 685,33 2366,67 21,26

    Rata-rata 17,13 59,17 0,53 Sedang

    Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa, hanya 9 siswa yang

    mengalami peningkatan yang tergolong tinggi, 8 siswa yang tergolong rendah, dan

    sisanya mengalami peningkatan sedang sebanyak 33 siswa. Secara keseluruhan

    peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen

    tergolong ke dalam kategori sedang.

  • 96

    Adapun hasil uji gain normal pada kelompok kontrol dapat dilihat pada

    Tabel 4.12.

    Tabel 4.12

    Analisis Hasil Uji N Gain Data Pretes dan Postes

    Kelas Kontrol

    No. Kode

    Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

    1 Siswa 1 5,78 60,00 0,575 Sedang

    2 Siswa 2 0 45,333 0,453 Sedang

    3 Siswa 3 8,00 44,44 0,396 Sedang

    4 Siswa 4 6,67 46,22 0,424 Sedang

    5 Siswa 5 11,11 48,44 0,42 Sedang

    6 Siswa 6 6,67 28,00 0,229 Rendah

    7 Siswa 7 6,67 51,56 0,481 Sedang

    8 Siswa 8 6,67 80,89 0,795 Tinggi

    9 Siswa 9 20,00 49,78 0,372 Sedang

    10 Siswa 10 4,00 28,00 0,25 Rendah

    11 Siswa 11 35,56 93,78 0,903 Tinggi

    12 Siswa 12 6,67 70,22 0,681 Sedang

    13 Siswa 13 10,67 51,56 0,458 Sedang

    14 Siswa 14 31,56 89,78 0,851 Tinggi

    15 Siswa 15 25,78 79,11 0,719 Tinggi

    16 Siswa 16 31,56 88,00 0,825 Tinggi

    17 Siswa 17 16,44 49,78 0,399 Sedang

    18 Siswa 18 19,56 30,22 0,133 Rendah

    19 Siswa 19 7,56 64,00 0,611 Sedang

    20 Siswa 20 4,89 46,22 0,435 Sedang

    21 Siswa 21 13,33 60,00 0,538 Sedang

    22 Siswa 22 9,33 40,89 0,348 Sedang

    23 Siswa 23 8,89 45,33 0,4 Sedang

    24 Siswa 24 6,67 43,56 0,395 Sedang

    25 Siswa 25 6,67 42,22 0,381 Sedang

    26 Siswa 26 6,67 48,44 0,448 Sedang

    27 Siswa 27 16,00 60,00 0,524 Sedang

    28 Siswa 28 6,67 19,56 0,138 Rendah

    29 Siswa 29 6,67 34,67 0,3 Rendah

    30 Siswa 30 16,00 57,78 0,497 Sedang

  • 97

    No. Kode

    Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

    31 Siswa 31 0,00 23,11 0,231 Rendah

    32 Siswa 32 6,67 33,33 0,286 Rendah

    33 Siswa 33 6,67 32,89 0,281 Rendah

    34 Siswa 34 0,00 25,78 0,258 Rendah

    35 Siswa 35 6,67 34,67 0,3 Rendah

    36 Siswa 36 16,00 51,56 0,423 Sedang

    37 Siswa 37 0,00 34,67 0,347 Sedang

    38 Siswa 38 6,67 23,11 0,176 Rendah

    39 Siswa 39 0,00 34,67 0,347 Sedang

    40 Siswa 40 0,00 17,78 0,178 Rendah

    Jumlah 405,33 1909,3 17,20

    Rata-rata 10,13 47,73 0,43 Sedang

    Dari Tebel 4.12 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa, hanya terdapat 5 siswa

    mengalami peningkatan yang tinggi, 23 siswa mengalami peningkatan tingkat

    sedang, sedangkan 12 siswa mengalami peningkatan tingkat rendah. Tidak jauh

    berbeda dengan kelas eksperimen, di kelas kontrol secara keseluruhan sama-sama

    mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis yang tergolong ke

    dalam peningkatan sedang.

    Untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan siswa pada kedua

    kelompok agar lebih jelas dapat dilihat dari skor terendah, skor tertinggi, rataan skor,

    dan standar deviasi pada masing-masing kelompok yang terlihat pada Tabel 4.13

    dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel for Windows 2007.

    Tabel 4.13

    Statistik Deskriptif Gain pada Kedua Kelompok

    Kelas N Mean Std.

    Deviasi Tertinggi Terendah

    Eksperimen 40 0,53 0,236 0,953 0,174

    Kontrol 40 0,43 0,194 0,903 0,176

    Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan

    berpikir matematis pada kedua kelas berbeda. Untuk siswa di kelas eksperimen yang

    diberi perlakuan pendekatan investigatif mengalami peningkatan dengan rata-rata

  • 98

    gain = 0,53 yang tergolong pada peningkatan sedang, sedangkan untuk siswa di kelas

    kontrol yang diberi pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dengan rata-

    rata gain sebesar 0,43 yang tergolong pada peningkatan sedang. Oleh karena itu,

    antara kedua kelas memiliki selisih rata-rata gain sebesar 0,10.

    Untuk melihat perlakuan di kelas mana yang lebih baik dalam meningkatkan

    kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dilakukanlah uji normalitas, uji

    homogenitas dan uji beda rata-rata N-gain yang diperoleh oleh kedua kelas. Berikut ini

    hasil pengujian N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    1) Analisis Uji Normalitas N-Gain

    Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

    sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan

    Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun perumusan hipotesisnya

    yaitu sebagai berikut.

    H0: Data gain berdistribusi normal

    H1: Data gain berdistribusi tidak normal

    Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

    sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

    hasil uji normalitas dibantu dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows,

    dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut.

    Tabel 4.14

    Analisis Hasil Uji Normalitas Data Gain

    Tests of Normality

    Kelas

    Kolmogorov-Smirnova

    Statistic Df Sig.

    Gain Eksperimen .089 40 .200*

    Kontrol .143 40 .038

    a. Lilliefors Significance Correction

    Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki

    P-value (Sig.) 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas eksperimen

    lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data gain kelas eksperimen

    berdistribusi normal.

  • 99

    Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,03. Dengan

    demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya

    data gain kelas kontrol berdistribusi tidak normal.

    Salahsatu faktor yang menjadi data postes normal dan tidak normal yaitu

    ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran data kelas

    eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.7 dan 4.8.

    Gambar 4.7

    Data Gain Kelas Eksperimen yang Normal

    Gambar 4.7 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan panjangnya

    hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran

    datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga data menjadi normal.

    Gambar 4.8

    Data Gain Kelas Kontrol yang Tidak Normal

    Grafik kurva pada Gambar 4.8 lebih condong ke kiri lebih panjang ke kanan.

    Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan persebarannya lebih banyak di

    sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal. Berdasarkan uji normalitas tersebut,

    terdapat data yang tidak normal. Oleh karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas

  • 100

    akan tetapi langsung di uji perbedaan dua rata-ratanya dengan menggunakan uji non

    parametrik yang akan di uji pada hipotesis 3.

    2. Analisis Data Kualitatif

    Pada bagian pendahuluan telah dipaparkan bahwa tujuan penelitian yang

    dilakukan adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan

    menggunakan pendekatan investigatif dan untuk mengetahui faktor apa saja yang

    mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

    investigatif. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan pengambilan data

    melalui instrumen non tes diantaranya adalah lembar observasi kinerja guru, lembar

    observasi aktivitas siswa, angket, dan catatan lapangan. Berikut ini merupakan

    penjelasan mengenai analisis hasil pengambilan data dari instrumen tersebut.

    a. Lembar Observasi Kinerja Guru

    Peranan guru merupakan salahsatu faktor yang menentukan suksesnya

    ketercapaian tujuan pembelajaran. Dari mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga

    evaluasi. Dalam penelitian ini kinerja guru diukur melalui format observasi kinerja

    guru baik pada saat merencanakan maupun saat melaksanakan pembelajaran di kelas

    eksperimen dan di kelas kontrol. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi manipulasi

    dalam perbandingan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok

    tersebut. Untuk itu kinerja guru pada kedua kelompok seimbang dan adil. Observasi

    kinerja guru dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang merupakan wali

    kelas V di SDN Waringin I dan SDN Waringin IV.

    Adapun dalam penelitian ini kinerja guru terbagi ke dalam dua bagian yakni

    kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran.

    Dari hasil observasi kinerja guru secara umum pada kedua kelompok tidak jauh

    berbeda. Untuk hasil observasi kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran pada

    kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.15.

  • 101

    Tabel 4.15

    Data Observasi Kinerja Guru

    dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen

    No. Aspek yang Dinilai Pertemuan

    1 2 3

    1. Merumuskan tujuan pembelajaran 4 3 4

    2. Memilih dan mengorganisasikan

    materi, media, dan sumber belajar 4 4 4

    3.

    Merancang skenario kegiatan

    pembelajaran dengan pendekatan

    investigatif

    4 4 4

    4. Menyiapkan alat penilaian 4 4 4

    5. Tampilan dokumen RPP 3 3 3

    Jumlah 19 18 19

    Presentase 95% 90% 95%

    Tafsiran BS BS BS

    Keterangan :

    BS = Baik Sekali

    Sedangkan hasil observasi kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran

    pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini.

    Tabel 4.16

    Data Observasi Kinerja Guru

    Dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol

    No. Aspek yang Dinilai Pertemuan

    1 2 3

    1. Merumuskan tujuan pembelajaran 4 3 4

    2. Memilih dan mengorganisasikan

    materi, media dan sumber belajar 4 4 4

    3. Merancang strategi/metode

    pembelajaran 4 4 4

    4. Menyiapkan alat penilaian 4 4 4

    5. Tampilan dokumen RPP 3 3 3

    Jumlah 19 18 19

    Presentase 95% 90% 95%

    Tafsiran BS BS BS

    Keterangan :

    BS = Baik Sekali

  • 102

    Berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 diperoleh data mengenai kinerja

    guru dalam merencanakan pembelajaran. Kinerja guru dalam merencanakan

    pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif maupun menggunakan

    pendekatan konvensional sama-sama sudah mencapai 95%. Selain dari perencanaan

    pembelajaran, kinerja guru juga dinilai dari dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas

    eksperimen maupun di kelas kontrol. Adapun hasil observasi kinerja guru dalam

    melaksanakan pembelajaran pada kelompok eksperimen dapat dilihat dari Tabel.17.

    Tabel 4.17

    Data Observasi Kinerja Guru

    Dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen

    No. Aspek yang dinilai Pertemuan

    1 2 3

    A. Kegiatan Awal Pembelajaran

    1. Guru melakukan apersepsi 3 4 4

    2. Guru menyampaikan tujuan dan

    langkah-langkah pembelajaran 4 3 4

    B. Kegiatan Inti Pembelajaran

    3. Kemampuan mengorganisasikan

    kelas 4 3 4

    4. Guru membimbing siswa pada

    fase membaca masalah 4 4 4

    5. Guru membimbing siswa pada

    fase pemecahan masalah 4 4 4

    6.

    Guru membimbing siswa pada

    fase menjawab dan

    mengkomunikasikan masalah

    3 4 3

    7.

    Guru melakukan diskusi dengan

    membimbing siswa untuk

    mengkomunikasikan jawabannya

    yang didapat dalam diskusi

    kelompok

    4 4 4

    8. Mobilitasi posisi mengajar 4 4 4

    C. Kegiatan Akhir Pembelajaran

    9. Guru menyimpulkan pembelajaran 4 4 4

    10. Guru melakukan refleksi terhadap

    pembelajaran yang telah dilakukan 4 4 4

    Jumlah 38 38 39

    Presentase 95% 95% 97,5%

    Tafsiran BS BS BS

  • 103

    Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan ke-1, ke-2,dan ke-3

    di kelas eksperimen, kinerja guru di kelas tersebut pada pertemuan ke-1 mencapai

    95% selama melaksanakan pembelajaran. Kekurangan kinerja guru pada pertemuan

    ke-1 yaitu terletak pada aspek apersepsi dan guru membimbing siswa pada fase

    menjawab dan mengkomunikasikan masalah. Dalam melakukan apersepsi guru

    kurang menunjukan semangat sehingga menyebabkan siswa kurang bersemangat pula

    pada awal pembelajaran. Kemudian pada fase membimbing siswa pada fase

    menjawab dan mengkomunikasikan masalah, guru kurang mampu membingsing

    siswa karena siswa yang di depan terganggu dengan suara gaduh dari siswa yang

    lainnya. Kemudian kurangnya guru dalam memotivasi siswa sehingga menyebabkan

    siswa sulit untuk mau mengkomunikasikan jawaban di depan kelas.

    Kinerja guru di kelas eksperimen pada pertemuan ke-2 masih di 95% sama

    seperti pertemuan ke-1. Namun kekurangan guru pada pertemuan ke-2 ini terletak

    pada aspek menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran serta pada

    aspek kemampuan mengorganisasikan kelas. Pada saat penyampaian tujuan

    pembelajaran, guru tidak menyebutkan semua tujuan. Guru hanya menyebutkan dua

    tujuan pembelajaran dari yang seharusnya empat tujuan pembelajaran. Sedangkan

    pada aspek kemampuan mengorganisasikan kelas, guru kurang mampu

    mengkondisikan kelas sehingga kondisi kelas menjadi ribut dan gaduh. Kondisi kelas

    menjadi tidak karuan karena keaktifan siswa kurang terkontrol oleh guru pada saat

    siswa berdiskusi menyelsaikan masalah yang harus ditemukan dalam pembelajaran.

    Kinerja guru di kelas eksperimen pada pertemuan ke-3 mencapai angka

    97,5%. Terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan ke-1 dan ke-2.

    Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-3 ini terletak pada aspek membimbing

    siswa pada fase menjawab dan mengkomunikasikan masalah. Kekurangan kinerja

    pada saat membimbing siswa pada fase menjawab dan mengkomunikasikan masalah,

    guru kurang mampu membingsing siswa karena siswa yang di depan terganggu

    dengan suara gaduh dari siswa yang lainnya. Kemudian kurangnya guru dalam

    memotivasi siswa sehingga menyebabkan siswa sulit untuk mau mengkomunikasikan

    jawaban di depan kelas. Hal tersebut sama persis dengan yang terjadi pada pertemuan

  • 104

    ke-1. Namun pada pertemuan ke-3 guru sudah lebih mampu dalam membimbing

    siswa, karena siswa lebih termotivasi untuk maju dan mempresentasikan atau

    mengkomunikasikan hasil temuan siswa pada saat dilakukan diskusi dan kegiatan

    investigatif.

    Sedangkan hasil observasi kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran

    pada kelompok kontrol dapat dilihat dari Tabel.18.

    Tabel 4.18

    Data Observasi Kinerja Guru

    Dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol

    No. Aspek yang dinilai Pertemuan

    1 2 3

    A. Kegiatan Awal Pembelajaran

    1. Guru melakukan apersepsi 3 4 4

    2. Guru menyampaikan tujuan dan

    langkah-langkah pembelajaran 4 3 4

    B. Kegiatan Inti Pembelajaran

    3. Sikap guru dalam proses

    pembelajaran 3 4 4

    4. Mobilitas posisi mengajar 4 4 4

    5. Penguasaan bahan ajar 4 4 4

    6. Kegiatan belajar mengajar 4 4 4

    7. Kemampuan mengorganisasikan

    kelas 3 4 4

    8. Kemampuan menggunakan media

    pembelajaran 4 4 4

    C. Kegiatan Akhir Pembelajaran

    9. Guru menyimpulkan

    pembelajaran 4 3 4

    10.

    Guru melakukan refleksi terhadap

    pembelajaran yang telah

    dilakukan

    4 4 3

    Jumlah 37 38 39

    Presentase 92,5% 95% 97,5%

    Tafsiran BS BS BS

    Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan ke-1, ke-2,dan ke-3

    di kelas kontrol, kinerja guru di kelas tersebut pada pertemuan ke-1 mencapai 92,5%

    selama melaksanakan pembelajaran. Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-1

  • 105

    yaitu terletak pada aspek apersepsi, aspek sikap guru dalam proses pembelajaran, dan

    aspek kemampuan mengorganisasikan kelas. Dalam melakukan apersepsi guru

    kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga menyebabkan siswa kurang

    termotivasi pula untuk memulai pembelajaran. Kemudian pada aspek sikap guru

    dalam proses pembelajaran, sikap guru pada saat pembelajaran lebih sering berdiri di

    depan kelas. Selanjutnya kekurangan guru pada aspek mengorganisasikan kelas, guru

    dominan berada di sebalah kanan sehingga siswa yang ada pada bagian kirikurang

    terkontrol dengan baik dan menyebabkan banyak siswa yang mengobrol.

    Kinerja guru di kelas kontrol pada pertemuan ke-2 mencapai 95%.

    Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-2 ini terletak pada aspek menyampaikan

    tujuan dan langkah-langkah pembelajaran serta pada aspek kemampuan

    mengorganisasikan kelas dan pada aspek menyimpulkan pembelajaran. Pada saat

    penyampaian tujuan pembelajaran, guru tidak menyebutkan semua tujuan. Guru

    hanya menyebutkan tiga tujuan pembelajaran dari yang seharusnya empat tujuan

    pembelajaran. Selanjutnya pada aspek kemampuan menyimpulkan pembelajaran,

    guru lupa tidak menyimpulkan pembelajaran, guru langsung merefleksi kegiatan

    pembelajaran yang telah dilakukan.

    Kinerja guru di kelas kontrol pada pertemuan ke-3 mencapai angka 97,5%.

    Terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan ke-1 dan ke-2.

    Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-3 ini terletak pada aspek refleksi

    terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Pada akhir pembelajaran guru tidak

    melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

    b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

    Observasi aktivitas siswa dilakukan untuk melihat aktivitas siswa selama

    pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Observasi aktivitas siswa

    digunakan untuk melihat sejauh mana partisipasi, motivasi, kreativitas, dan kerjasama

    siswa selama proses pembelajaran. Untuk kelas kontrol tidak mengobservasi aspek

    kerjasama karena tidak terdapat kegiatan diskusi kelompok selama pembelajaran

    konvensional. Kegiatan observasi ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.

    Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan pengamatan

  • 106

    observer selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui aktivitas siswa

    selama pembelajaran pada pertemuan pertaman di kelas eksperimen dapat dilihat dari

    hasil observasi pada Tabel 4.19 berikut ini.

    Tabel 4.19

    Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

    (Pertemuan I)

    Eksperimen

    ASPEK YANG DINILAI

    Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

    4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

    Jumlah 24 33 26 10 0 20 45 30 5 0 12 24 18 15 0 16 30 46 0 0

    93 100 68 92

    Presentase 58,125% 62,5% 43,12% 57,5%

    Tafsiran Sedang Tinggi Sedang Sedang

    Pada perteman pertama motivasi siswa untuk belajar matematika pada kelas

    eksperimen terlihat sangat antusias sebagaimana terlihat dari presentase yang

    tergolong tinggi hingga mencapai 62,5%. Hal ini berdampak pada suasana kelas yang

    hidup, gaduh, dan penuh semangat pada saat pembelajaran berlangsung. Namun

    gaduh yang terjadi di dalam kelas bukanlah gaduh yang tidak baik, melaikan gaduh

    tersebut dikarenakan banyak siswa yang antusias dan mempunyai keberanian untuk

    mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran yang sedang mereka ikuti. Hal ini

    terlihat dari beberapa kelompok yang anggotanya terlihat berebut untuk

    menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Tetapi, menanggapi pendapat teman pada

    umumnya siswa masih tidak berani melakukan hal tersebut. Selanjutnya untuk aspek

    partisipasi dan kerjasama yang ditunjukkan siswa untuk belajar matematika pada

    kelas eksperimen terlihat sedang atau cukup baik. Persentase untuk aspek partisipasi

    yaitu 57,5%. dan aspek kerjasama yaitu 58,125%. Kemudian untuk aspek kreativitas,

    siswa-siswa terbilang cukup kreatif, hal tersebut terlihat pada saat mereka berdiskusi.

    Presentse untuk aspek kreativitas yaitu 43,12%.

    Sementara untuk mengetahui hasil observasi aktivitas siswa selama

    pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.20.

  • 107

    Tabel 4.20

    Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

    (Pertemuan I)

    Kontrol

    ASPEK YANG DINILAI

    Motivasi Kreativitas Partisipasi

    4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

    Jumlah 8 30 6 15 0 0 15 10 15 0 0 15 18 15 0

    59 40 48

    Presentase 36,85% 25% 30%

    Tafsiran Rendah Rendah Rendah

    Berbeda dengan kelas eksperimen, suasana pembelajaran siswa di kelas

    kontrol lebih terlihat sepi dan tenang, sehingga berdampak pada rendahnya aktivitas

    siswa. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang tidak berani untuk mengajukan

    pendapat, pertanyaan, maupun jawaban. Semua itu terlihat dari aspek partisipasi

    siswa yang hanya mencapai 30% dan aspek motivasi siswa 36,85%. Kedua aspek ini

    tergolong rendah. Padahal, guru terus memancing motivasi siswa untuk terlibat aktif

    dalam pembelajaran. Sama halnya dengan kedua aspek tersebut, pada aspek kretivitas

    di kelas kontrol masih tergolong rendah yakni hanya mencapai 25%. Hal ini terlihat

    dari ketanggapan siswa terhadap masalah yang diberikan masih sangat kurang.

    Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan kedua di kelas

    eksperimen dapat dilihat dari hasil observasi pada Tabel 4.21 berikut ini.

    Tabel 4.21

    Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

    (Pertemuan II)

    Eksperimen

    ASPEK YANG DINILAI

    Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

    4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

    Jumlah 20 36 36 4 0 40 30 30 5 0 16 30 28 10 0 16 36 40 4 0

    96 105 84 96

    Presentase 60% 65,63% 52,5% 60%

    Tafsiran Sedang Tinggi Sedang Sedang

  • 108

    Pada pertemuan kedua motivasi siswa untuk belajar matematika pada kelas

    eksperimen lebih meningkat dari pertemuan pertama dan masih dalam katagori tinggi,

    yakni mencapai persentase 65,63%. Pada umumnya, motivasi siswa meningkat dan

    siswa semakin terlihat semangat ketika setelah mengetahui bahwa mereka akan

    melakukan penyelidikan kembali. Dengan motivasi yang semakin meningkat, suasana

    kelas saat pembelajaran berlangsung tampak semakin hidup karena siswa banyak

    yang berantusias untuk mengajukan pertanyaan, pendapat, dan menjawab pertanyaan.

    Hal ini sesuai dengan hasil observasi aktivitas siswa yang meningkat pada aspek

    partisipasi yang mencapai 60% dan termasuk ke dalam kriteria sedang serta pada

    aspek kerjasama yang mencapai 60% dan termasuk ke dalam kriteria sedang.

    Selanjutnya untuk aspek kreativitas pun mengalami peningkatan dengan presentase

    hingga mencapai 52,5%. Hal tersebut terlihat dari cara mereka menggambarkan atau

    menuangkan hasil penyelidikan mereka pada LKS.

    Sementara untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan kedua di kelas

    kontrol dapat dilihat dari hasil observasi pada tabel berikut ini.

    Tabel 4.22

    Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

    (Pertemuan II)

    Kontrol

    ASPEK YANG DINILAI

    Motivasi Kreativitas Partisipasi

    4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

    Jumlah 16 45 10 10 0 4 24 20 10 0 24 36 20 7 0

    81 58 87

    Presentase 50,63% 36,25% 54,37%

    Tafsiran Sedang Rendah Sedang

    Sama halnya dengan kelas eksperimen, aktivitas siswa di kelas kontrol pun

    lebih hidup dibandingkan dengan pertemuan pertama. Hal ini disebabkan siswa-siswa

    sudah mulai berani dalam mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, maupun

    dalam mengajukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru. Ada beberapa siswa

    yang sudah berani maju dan mengerjakan soaldi papan tulis tanpa ditunjuk oleh guru.

    Hal ini terlihat dari aspek partisipasi yang meningkat daripada pertemuan pertama

  • 109

    yakni 54,37%. Hal ini berkaitan dengan aspek motivasi siswa yang meningkat

    menjadi cukup baik dari yang tadinya rendah, yakni 50,63%. Aspek kreativitas siswa

    pun mengalami peningkatan dengan persentase sebesar 36,25% walaupun masih

    terbilang rendah. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran di kelas kontrol guru terus

    memancing kreativitas siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

    Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan ketiga di kelas

    eksperimen dapat dilihat dari hasil observasi pada tabel berikut ini.

    Tabel 4.23

    Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

    (Pertemuan III)

    Eksperimen

    ASPEK YANG DINILAI

    Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

    4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

    Jumlah 40 36 36 0 0 24 45 38 0 0 20 36 36 5 0 16 48 40 0 0

    113 107 97 104

    Presentase 70% 66,87% 60,6% 65%

    Tafsiran Tinggi Tinggi Sedang Tinggi

    Pada pertemuan ketiga dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan

    investigatif motivasi siswa untuk belajar matematika tergolong pada katagori tinggi

    dan mengalami lagi peningkatan hingga mencapai 66,87%. Hal ini berdampak pada

    aktivitas siswa yang semakin hidup saat pembelajaran berlangsung. Siswa semakin

    banyak yang berantusias untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat dan

    mengajukan jawaban. Hal ini terlihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada aspek

    partisipasi yang meningkat dari pertemuan kedua sehingga tergolong tinggi dan

    mencapai 65%. Banyak siswa yang ingin mengkomunikasikan hasil penemuan

    mereka di depan kelas. Aspek kerjasama pun banyak mengalami peningkatan dan

    mencapai 70%, tidak ada lagi siswa yang hanya duduk diam melihat teman yang lain.

    Pada aspek kreativitas juga sama mengalami peningkatan menjadi 60,6%.

    Sementara untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan ketiga di kelas

    kontrol dapat dilihat dari hasil observasi pada Tabel 4.24.

  • 110

    Tabel 4.24

    Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

    (Pertemuan III)

    Kontrol

    ASPEK YANG DINILAI

    Motivasi Kreativitas Partisipasi

    4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

    Jumlah 16 45 16 8 0 12 24 20 10 0 24 36 20 7 0

    85 66 87

    Presentase 53,12% 41,25% 54,37%

    Tafsiran Sedang Sedang Sedang

    Pembelajaran matematika di kelas kontrol pada pertemuan ketiga ini tidak

    mengalami peningkatan pada aspek partisipasi karena presentase masih sama dengan

    pertemuan sebelumnya yaitu 54,37%. Selama pembelajaran berlangsung, siswa yang

    aktif hanya siswa yang itu-itu saja, sementara siswa yang lainnya masih tetap tidak

    berani untuk mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, maupun mengajukan

    jawaban dan mengerjakan latihan soal di depan kelas. Sementara itu, pada aspek

    motivasi persentase aktivitas siswa sama meningkat hingga mencapai 53,12% dan

    masih tergolong sedang. Pada aspek kreativitaspun persentasenya mengalami sedikit

    peningkatan yakni 41,25%, dan meningkat yang tadinya rendah menjadi sedang. Hal

    tersebut mungkin disebabkan oleh semakin sulitnya materi pembelajaran sehingga

    semangat siswa menurun walaupun terus diberi motivasi untuk terlibat aktif dalam

    pembelajaran.

    Berdasarkan pemaparan hasil observasi aktivitas siswa di atas, dapat

    disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada kelas eksperimen dalam aspek partisipasi,

    motivasi, kreativitas, maupun kerjasama dari pertemuan pertama hingga pertemuan

    ketiga terus mengalami peningkatan. Begitu pun pada kelas kontrol aspek motivasi,

    kreativitas, dan partisipasi mengalami peningkatan dari pertemuan satu sammpai tiga.

    Untuk lebih jelasnya, rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada kelas

    eksperimen Tabel 4.25.

  • 111

    Tabel 4.25

    Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

    ASPEK YANG DINILAI

    Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

    P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

    Jumlah 94 96 113 100 105 107 68 84 97 92 96 104

    Presentase (%) 58,75 60 70 62,5 65,63 66,87 43,12 52,5 60,6 57,5 60 65

    Tafsiran S S T T T T S S S S S T

    Keterangan:

    P = Pertemuan

    Adapun untuk rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 4.26

    Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

    ASPEK YANG DINILAI

    Motivasi Kreativitas Partisipasi

    P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

    Jumlah 59 81 85 40 58 66 48 87 87

    Presentase (%) 36,85 50,63 53,12 25 36,25 41,25 30 54,37 54,37

    Tafsiran R S S R R S R S S

    Keterangan:

    P = Pertemuan

    c. Angket Siswa

    Pada penelitian ini, angket digunakan untuk mengethaui sikap siswa

    terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif dan

    terhadap soal-soal kemampuan berpikir kreatif matematis. Angket diberikan kepada

    siswa kelas eksperimen setelah tes akhir, artinya setelah semua pembelajaran

    berlangsung, tepatnya pada tanggal 26 Mei 2015. Angket ini terdiri dari 20 nomor

    dengan 11 nomor berupa pernyataan positif dan 9 nomor berupa pernyataan negatif.

  • 112

    Masing-masing pernyataan berisi empat buah respon, yaitu berupa kata-kata SS

    (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Sebagai

    keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor sebagai berikut.

    1) Pertanyaan Positif :

    SS (sangat setuju) = 5

    S (setuju) = 4

    TS (tidak setuju) = 2

    STS (sangat tidak setuju) = 1

    2) Pertanyaan Negatif :

    SS (sangat setuju) = 1

    S (setuju) = 2

    TS (tidak setuju) = 4

    STS (sangat tidak setuju) = 5

    Jumlah angket terkumpul dan yang dianalisis adalah 40 angket. Analisis

    angket untuk masing-masing siswa dapat pada Tabel 4.27 berikut ini.

    Tabel 4.27

    Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika

    dengan Pendekatan Investigatif

    No. Nama Siswa Skor

    Perolehan

    Rata-rata

    Skor

    1 Siswa 1 80 4

    2 Siswa 2 83 4,15

    3 Siswa 3 67 3,35

    4 Siswa 4 70 3,5

    5 Siswa 5 83 4,15

    6 Siswa 6 90 4,5

    7 Siswa 7 81 4,05

    8 Siswa 8 89 4,45

    9 Siswa 9 67 3,35

    10 Siswa 10 64 3,2

    11 Siswa 11 51 2,55

    12 Siswa 12 70 3,5

    13 Siswa 13 78 3,9

    14 Siswa 14 90 4,5

    15 Siswa 15 76 3,8

  • 113

    No. Nama Siswa Skor

    Perolehan

    Rata-rata

    Skor

    16 Siswa 16 80 4

    17 Siswa 17 76 3,8

    18 Siswa 18 90 4,5

    19 Siswa 19 76 3,8

    20 Siswa 20 89 4,45

    21 Siswa 21 78 3,9

    22 Siswa 22 89 4,45

    23 Siswa 23 75 3,75

    24 Siswa 24 88 4,4

    25 Siswa 25 90 4,5

    26 Siswa 26 100 5

    27 Siswa 27 73 3,65

    28 Siswa 28 87 4,35

    29 Siswa 29 81 4,05

    30 Siswa 30 90 4,5

    31 Siswa 31 89 4,45

    32 Siswa 32 86 4,3

    33 Siswa 33 90 4,5

    34 Siswa 34 88 4,4

    35 Siswa 35 89 4,45

    36 Siswa 36 99 4,95

    37 Siswa 37 81 4,05

    38 Siswa 38 86 4,3

    39 Siswa 39 86 4,3

    40 Siswa 40 65 3,25

    Jumlah 3260 163

    Rata-rata 81,5 4,075

    Berdasarkan Tabel 4.27, dapat dilihat bahwa rata-rata dari respon siswa yaitu

    4,075 yang menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan

    investigatif mendapatkan respon yang positif dari siswa. Selain dapat mengetahui

    respon setiap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan

    pendekatan investigatif secara keseluruhan, dapat juga diketahui respon siswa

    terhadap setiap indikator yang diajukan. Untuk mengetahui respon siswa terhadap

    setiap indikator yang diajukan, berikut akan dipaparkan rekapitulasi hasil angket yang

    diberikan berdasarkan indikatornya.

  • 114

    Tabel 4.28

    Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 1

    Indikator : Menunjukkan Minat terhadap Pembelajaran Matematika

    No. Pertanyaan Jenis Respon

    SS S TS STS

    1. Belajar matematika sangat

    menyenangkan. (+)

    24 15 1 0

    60% 37,5% 2,5% 0%

    2. Matematika membuat saya bingung. (-) 1 15 17 7

    2,5% 37,5% 42,5% 17,5%

    5. Tugas matematika yang diberikan

    membuat saya merasa tertarik. (+)

    7 26 4 3

    17,5% 65% 10% 7,5%

    6. Saya merasa bosan dengan soal-soal

    matematika. (-)

    0 7 14 19

    0% 17,5% 35% 47,5%

    Berdasarkan Tabel 4.28 mengenai indikator minat terhadap pembelajaran

    matematika, dapat diketahui bahwa pada pernyataan no.1, siswa yang memilih sangat

    setuju bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat menyenangkan memiliki

    persentase yang paling banyak dibanding respon yang lain yaitu sebesar 60% dan

    yang memilih setuju 37,5% sedangkan yang memilih tidak setuju hanya 2,5%. Hal ini

    menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika.

    Untuk pernyataan no.2, siswa memilih setuju sebesar 37,5% dan 42,5% tidak

    setuju mengenai pelajaran matematika yang membuat bingung. Hal ini menunjukkan

    respon positif dan negatif siswa seimbang terhadap pelajaran matematika yang

    membingungkan. Kondisi tersebut terjadi karena siswa yang senang matematika

    terkadang merasa pusing dengan matematika dan harus berpikir dengan keras agar

    dapat menyelesaikan masalah matematika.

    Sementara pada pernyataan no.5 paling banyak 65% setuju dan 17,5%

    sangat setuju memilih tertarik terhadap tugas matematika yang diberikan guru.

    Kemudian sebanyak 10% siswa memilih tidak setuju. Hal ini menunjukkan adanya

    respon positif terhadap tugas matematika yang diberikan guru.

    Untuk pernyataan no.6, sebanyak 47,5% dan 35% siswa tidak merasa bosan

    dengan soal-soal matematika yang diberikan guru dan hanya 17,5% siswa yang

    merasa bosan dengan soal-soal matematika.

  • 115

    Berdasarkan hasil dari keempat pernyataan tersebut, dapat diambil

    kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen siswa memiliki respon positif

    dan minat yang tinggi terhadap pelajaran matematika. Kondisi tersebut dapat

    mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

    Indikator selanjutnya yaitu mengenai minat terhadap kegiatan dan suasana

    pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan investigatif. Indikator ini

    memuat 7 pernyataan yang terdiri dari 3 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.

    Berikut rekapitulasi hasil angket indikator 2 dapat dilihat pada Tabel 4.29.

    Tabel 4.29

    Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 2

    Indikator : Menunjukkan minat terhadap suasana atau kegiatan pembelajaran.

    No. Pertanyaan Jenis Respon

    SS S TS STS

    8. Saya merasa senang belajar matematika

    dengan pendekatan investigatif. (+)

    7 30 3 0

    17,5% 75% 7,5% 0%

    9.

    Pembelajaran matematika dengan

    pendekatan investigatif tidak ada

    bedanya dengan pembelajaran

    matematika biasa.

    (-)

    0 1 20 19

    0% 2,5% 50% 47,5%

    10. Saya kurang berpastisipasi pada saat

    diskusi kelompok. (-)

    0 1 23 16

    0% 2,5% 57,5% 40%

    11. Saya tidak suka belajar dengan

    menggunakan LKS. (-)

    0 1 20 19

    0% 2,5% 50% 47,5%

    12.

    Saya dapat mengingat lebih lama

    materi pelajaran matematika dengan

    menemukan sendiri konsep yang

    diajarkan.

    (+) 10 22 8 0

    25% 55% 20% 0%

    13. Saya senang dengan penyelidikan dapat

    menemukan konsep sendiri. (+)

    7 33 0 0

    17,5% 82,5% 0% 0%

    14. Pembelajaran dengan investigatif

    sangat membosankan. (-)

    0 0 35 5

    0% 0% 87,5% 12,5%

    Dari Tabel 4.29 dapat diketahui bahwa pada pernyataan no.8, banyak siswa

    yang memilih sangat setuju yaitu sebesar 17,5% dan setuju 75% merasa senang

    belajar matematika dengan pendekatan investigatif. Sementara, siswa yang memilih

    tidak setuju hanya 7,5% dan tidak ada yang memilih sangat tidak setuju. Hal ini

    menunjukkan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran

  • 116

    matematika dengan pendekatan investigatif. Kondisi tersebut juga diperkuat oleh

    pernyataan no.14 yang memiliki persentase paling banyak pada respon tidak setuju

    sebesar 87,5% dan sangat tidak setuju sebesar 12,5% mengenai pembelajaran

    matematika dengan pendekatan investigatif membosankan. Tidak ada siswa yang

    merespon bahwa pembelajaran matematika dengan investigatif sangat membosankan.

    Selain itu, pada pernyataan no.9 mengenai pembelajaran matematika dengan

    pendekatan investigatif tidak ada bedanya dengan pembelajaran matematika biasa

    banyak siswa yang memilih tidak setuju sebesar 50% dan sangat tidak setuju 47,5%.

    Sementara yang memilih setuju hanya sebesar 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa

    hampir semua siswa menganggap bahwa pembelajaran dengan pendekatan

    investigatif berbeda dengan pembelajaran yang biasa mereka terima.

    Untuk pernyataan no. 10, siswa memilih 40% tidak setuju dan 57,5% sangat

    tidak setuju bahwa siswa kurang berpastisipasi pada saat diskusi kelompok.

    Sementara yang memilih kurang berpartisipasi hanya sebanyak 2,5%. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa dengan investigatif dapat membuat siswa berpartisipasi aktif.

    Sama halnya dengan pernyataan no. 11, siswa juga memilih 50% tidak setuju dan

    47,5% sangat tidak setuju bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan

    LKS. Sementara yang memilih kurang menyukai LKS hanya sebanyak 2,5%. Hal

    tersebut juga menunjukkan bahwa dengan penggunaan LKS dalam investigatif

    mendapatkan respon positif dari siswa.

    Sementara untuk pernyataan no. 12, sebanyak 55% dan 25% siswa memilih

    setuju dan sangat setuju dengan pembelajaran invistigatif dapat mengingat lebih lama

    materi pelajaran matematika dengan menemukan sendiri konsep yang diajarkan dan

    hanya 20% yang memilih tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

    siswa merespon positif bahwa mereka dapat mengingat lebih lama materi pelajaran

    matematika. Selain itu diperkuat juga oleh pernyataan no. 13 yang memiliki

    persentase paling banyak pada respon sangat setuju sebesar 17,5% dan sebesar 82,5%

    setuju menemukan konsep sendiri melalui penyelidikan sangat menyenangkan. Tidak

    ada siswa yang tidak senang terhadap kegiatan penyelidikan yang dilakukan selama

    pembelajaran.

  • 117

    Berdasarkan hasil dari ketujuh pernyataan tersebut, dapat diambil

    kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen siswa memiliki respon positif

    terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif.

    Kondisi tersebut dapat mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif

    matematis siswa.

    Selanjutnya, indikator mengenai kepercayaan diri dalam belajar matematika

    dapat dilihat pada Tabel 4.30 berikut.

    Tabel 4.30

    Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 3

    Indikator : Menunjukkan kepercayaan diri dalam belajar matematika.

    No. Pertanyaan Jenis Respon

    SS S TS STS

    4. Saya merasa senang menyelesaikan

    tugas matematika. (+)

    19 20 1 0

    47,5% 50% 2,5% 0%

    19. Saya merasa kesulitan untuk

    mengerjakan soal-soal matematika. (-)

    0 7 14 19

    0% 17,5% 35% 47,5%

    Tabel 4.30 menunjukkan bahwa pernyataan no.4 memiliki persentase paling

    banyak pada respon setuju dan sangat setuju yaitu sebesar 50% dan 47,5%. Hal ini

    menunjukkan bahwa hampir semua siswa memiliki kepercayaan diri dan senang

    dalam menyelesaikan tugas matematika. Kondisi tersebut juga didukung oleh

    pernyataan no.19, yang menunjukkan bahwa 47,5% siswa sangat tidak setuju dengan

    pernyataan no.19 mengenai ketidakmampuan dalam mengerjakan soal matematika.

    Dengan demikian, siswa merasa percaya diri dalam mengerjakan soal-soal

    matematika yang sulit di kelas eksperimen. Kondisi tersebut dapat mendukung

    peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

    Indikator 4 terdiri dari tiga pernyataan yang menunjukkan keberanian dalam

    bertanya dan menjawab. Ketiga pernyataan tersebut terdiri dari 2 pernyataan positif

    dan 1 pernyataan negatif. Berikut rekapitulasi hasil angket pada indikator 4 dapat

    dilihat pada Tabel 4.31.

  • 118

    Tabel 4.31

    Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 4

    Indikator : Menunjukkan keberanian bertanya dan menjawab pertanyaan.

    No. Pertanyaan Jenis Respon

    SS S TS STS

    16. Saya berani bertanya selama

    pembelajaran matematika. (+)

    7 24 8 1

    17,5% 60% 20% 2,5%

    17.

    Saya merasa dihargai mendapat

    kesempatan menjawab pertanyaan

    guru/teman.

    (+) 10 29 1 0

    25% 72,5% 2,5% 0%

    18. Saya merasa malu jika bertanya selama

    pembelajaran. (-)

    7 24 8 1

    17,5% 60% 20% 2,5%

    Berdasarkan Tabel 4.31 dapat dilihat bahwa pada pernyataan no.16,

    sebanyak 60% memilih setuju dan 17,5% memilih sangat setuju. Hal ini

    menunjukkan sebagian besar siswa berani bertanya selama pembelajaran. Kondisi

    tersebut juga terlihat dari persentase jawaban pada pernyataan no.18 yang

    menunjukkan 60% tidak setuju bahwa ketika bertanya merasa malu. Selain itu, siswa

    juga merasa dihargai ketika menjawab pertanyaan dari guru. Ha ini terlihat pada

    pernyataan no.17 yang memiliki persentase paling banyak dalam memilih respon

    setuju yaitu 72,5%. Kondisi tersebut sesuai dengan proses pembelajaran yang

    menunjukkan siswa aktif bertanya dan menjawab selama pembelajaran.

    Dengan demikian, siswa memiliki keberanian dalam bertanya dan menjawab

    selama pembelajaran matematika di kelas eksperimen. Melalui kegiatan tanya-jawab

    tersebut, siswa dapat dilatih kemampuan berpikir kreatif matematisnya sehingga

    terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis.

    Indikator terakhir yaitu menunjukkan pemahaman konsep. Indikator ini

    terdiri dari 4 pernyataan. Keempat pernyataan tersebut terdiri dari 2 pernyataan

    positif dan 2 pernyataan negatif. Berikut Berikut rekapitulasi hasil angket pada

    indikator 4 dapat dilihat pada Tabel 4.32.

  • 119

    Tabel 4.32

    Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 5

    Indikator : Menunjukkan pemahaman terhadap konsep.

    No. Pertanyaan Jenis Respon

    SS S TS STS

    3. Saya dapat menyelesaikan soal

    matematika yang sulit. (+)

    7 24 8 1

    17,5% 60% 20% 2,5%

    7. Saya tidak bisa menyelesaikan soal-soal

    matematika yang sulit. (-)

    1 7 16 16

    2,5% 17,5% 40% 40%

    15. Cara guru menyampaikan lebih mudah

    dipahami. (+)

    28 9 3 0

    70% 22,5% 7,5% 0%

    20. Saya merasa matematika bermanfaat

    bagi kehidupan. (+)

    8 30 2 0

    20% 75% 5% 0%

    Tabel 4.32 menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep matematika

    yang diajarkan. Pernyataan no.3 banyak siswa yang memilih setuju sebesar 60% dan

    sangat setuju 33,3% jika siswa mampu menyelesaikan soal matematika yang sulit.

    Dipertegas pula dengan pernyataan no. 7 dengan presentse tidak setuju dan sangat

    tidak setuju sama-sama sebesar 40%, siswa merasa percaya diri mereka mampu

    mengerjakan soal-soal matematika yang sulit.

    Selain itu, ditambah dengan cara guru dalam menyampaikan materi yang

    mudah dipahami. Hal ini terlihat dari respon siswa pada pernyataan no.15 yaitu

    paling banyak memilih sangat setuju 70% dan setuju 22,5%. Sementara untuk

    pernyataan no. 20 mendapatkan presentase yang tinggi yaitu setuju 75% dengan

    pembelajaran investigatif siswa menyadari bahwa matematika sangat berguna bagi

    kehidupan.

    Berdasarkan hasil uraian keempat pernyataan tersebut, dapat disimpulkan

    bahwa sebagian besar siswa memiliki respon positif terhadap pemahaman konsep

    luas permukaan dan volume pada kubus dan balok.

    Secara keseluruhan hasil angket dari indikator 1 sampai 5 di kelas

    eksperimen, siswa memiliki respon positif sebesar 81,5% terhadap pembelajaran

    matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif.

  • 120

    d. Catatan Lapangan

    Penggunaan catatan lapangan dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor

    penghambat dan pendukung pembelajaran matematika dengan menggunakan

    pendekatan investigatif. Catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang

    tak terduga terjadi saat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif

    berlangsung. Hal-hal yang tak terduga ini bisa menjadi faktor pendukung dan

    penghambat dalam pelaksanaan penelitian ini. Adapun hasil catatan lapangan setiap

    pertemuan pada kelompok eksperimen akan diuraikan sebagai berikut.

    1) Pertemuan Ke-1

    Pada pertemuan pertama, pembelajaran berjalan dengan baik hanya saja saat

    pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang belum mengerti dengan apa

    yang harus dilakukan pada saat diskusi berlangsung, padahal sebelumnya guru sudah

    menjelaskan secara rinci apa yang harus mereka lakukan. Hal tersebut menyebabkan

    siswa meminta guru beberapa kali untuk bergabung secara fisik dengan kelompoknya

    dan terjadi banyaknya pertanyaan yang dilontarkan siswa. Hal tersebut membuat

    banyak waktu yang terbuang.

    Konsentrasi siswa juga terganggu dengan datangnya kepala sekolah ke

    dalam kelas untuk menginformasikan mengenai jalan santai yang akan dilakukan. Hal

    tersebut membuat suasa pembelajaran yang sudah mulai tenang menjadi gaduh

    kembali. Siswa juga dibuat bingung dengan gaya bicara guru yang terlalu cepat

    ritmenya, hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang meminta guru mengulang

    apa yang baru saja dibicarakan.

    2) Pertemuan Ke-2

    Pada pertemuan kedua, siswa terlihat mulai tenang, dan mengerti dengan

    tugasnya dalam melakukan diskusi kelompok. Namun guru masih tetap menjelaskan

    langkah-langkah pembelajaran secara rinci untuk memastikan siswa sudah benar-

    benar mengerti. Sejalan dengan hal tersebut, siswa terlihat semakin antusias dalam

    melaksanakan pembelajaran. Semakin banyak siswa yang berani mengemukakan

    pendapat dan berebut untuk ke depan kelas. Selain itu, pada saat menyimpulkan

    pembelajaran, siswa banyak yang menyampaikan pendapatnya hingga saat guru

  • 121

    meminta salah seorang siswa untuk menyimpulkan pembelajaran banyak siswa yang

    mengacungkan tangannya untuk diberi kesempatan dalam menyimpulkan

    pembelajaran. Wali kelas pun menuturkan bahwa guru sudah tidak terlalu cepat

    dalam menjelaskan sehingga lebih dimengerti siswa.

    3) Pertemuan Ke-3

    Pada pertemuan ketiga ini atau pada pertemuan yang terakhir ini siswa sudah

    terbiasa dengan pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan investigatif,

    siswa sudah mengerti apa saja yang harus dilakukan saat diskusi kelompok maupun

    diskusi kelas. Siswa terlihat sangat termotivasi dengan pembelajaran yang dilakukan

    sehingga semakin banyak siswa berantusias untuk mengajukan pendapatnya dalam

    diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pada saat diskusi kelas akan dimulai, beberapa

    siswa terlihat berebut untuk menjadi perwakilan kelompok. Wali kelas mengatakan

    bahwa hal ini merupakan hal yang jarang terjadi di kelas tersebut. Namun walaupun

    demikian masih tetap ada beberapa siswa yang masih malu-malu dan tetap diam tidak

    mau memberikan pendaptanya bahkan untuk melontarkan pertanyaan pun tidak

    pernah.

    B. Pengujian Hipotesis

    1. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 1

    Bunyi hipotesis no.1 adalah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan

    kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan

    volume dari kubus dan balok. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan

    kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas kontrol dapat dilakukan dengan uji

    hipotesis. Adapun rumusan hipotesisnya yaitu sebagai berikut.

    H0 : Pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir

    kreatif matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari

    kubus dan balok secara signifikan.

    H1 : Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

    matematis siswa SD pada materi materi luas permukaan dan volume dari

    kubus dan balok secara signifikan.

  • 122

    Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

    sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Pada uji

    hipotesis ini, akan dibandingkan hasil pretes dan postes kelompok kontrol untuk

    mengetahui adanya peningkatan atau tidak.

    Setelah diketahui bahwa pada Tabel 4.4 dan 4.9 data pretes dan postes

    memiliki distribusi yang tidak normal, maka langsung dilakukan uji beda rata-rata.

    Uji beda rata-rata dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara antara data

    pretes dan postes pada kelas kontrol. Uji yang digunakan yaitu uji non-parametrik

    Wilcoxon untuk sampel terikat. Adapun hasil uji hipotesis 1 dengan menggunakan

    software SPSS 16.0 for Windows, dapat dilihat pada Tabel 4.33 sebagai berikut.

    Tabel 4.33

    Analisis Uji Hipotesis Rumusan Masalah I

    Postes Kontrol -

    Pretes_Kontrol

    Z -5.511a

    Asymp. Sig. (2-tailed) .000

    a. Based on negative ranks.

    b. Wilcoxon Signed Ranks Test

    Dari Tabel 4.33 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata

    data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf

    signifikan α = 0,005 didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000 kurang dari

    0,05. Karena uji hipotesis yang diuji hanya satu arah, maka untuk mendapatkan P-

    value (Sig. 1-tailed), nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000 dibagi dua, sehingga

    hasilnya 0,000. Karena P-value (Sig. 1-tailed) yang didapat adalah 0,000 kurang dari

    0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

    matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok

    secara signifikan.

    Untuk melihat seberapa besar pengaruh pembelajaran konvensional terhadap

    peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dapat diketahui dengan

  • 123

    mencari koefisien determinasi (KD). Namun sebelumnya harus diketahui dulu

    koefesien korelasinya. Koefisien korelasi ini dihasilkan dari nilai pretes dan postes

    kelas kontrol dengan menggunakan uji spearman’s dengan bantuan software SPSS

    16.0 for Windows. Adapun koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 4.34

    Analisis Koefisen Korelasi Kelas Kontrol

    Correlations

    Pretes_Kontrol Postes_Kontrol

    Spearman's rho Pretes_Kontrol Correlation Coefficient 1.000 .614**

    Sig. (1-tailed) . .000

    N 40 40

    Postes_Kontrol Correlation Coefficient .614** 1.000

    Sig. (1-tailed) .000 .

    N 40 40

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

    Dari Tabel 4.34 dapat dilihat hasil yang didapat bahwa korelasi bernilai

    positif yaitu 0,614 dengan signifikansi 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    pembelajaran konvensional sangat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir

    kreatif matematis siswa.

    Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan KD, dengan rumus sebagai berikut.

    (Maulana, 2008c)

    KD = r2

    x 100% = 0,6142 x 100% = 37,69%

    Dengan demikian dapat dilihat bahwa pembelajaran konvensional

    memberikan sumbangan pengaruh terhadap keberhasilan peningkatan kemampuan

    berpikir kreatif matematis siswa dengan presentase sebesar 37,69%. Sementara itu,

    pengaruh sebesar 62,31% disebabkan oleh faktor-faktor lainnya.

    2. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 2

    Bunyi hipotesis no.2 adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan

    pendekatan investigatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis

    siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok.

  • 124

    Setelah diketahui bahwa pada Tabel 4.4 dan 4.9 data pretes dan postes

    memiliki distribusi yang normal, maka selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata. Uji

    beda rata-rata yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata dari Paired Samples Test

    karena data pretes dan postes pada kelompok eksperimen berdistribusi normal tetapi

    berada pada kelompok variansi yang tidak homogen. Adapun uji hipotesisnya adalah

    sebagai berikut.

    H0 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif tidak dapat

    meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi

    luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara signifikan.

    H1 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif dapat

    meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi

    materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara signifikan.

    Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

    sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Perhitungan

    uji perbedaan rata-rata dari Paired Samples Test ini dilakukan dengan menggunakan

    bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel

    4.35 di bawah ini.

    Tabel 4.35

    Analisis Uji Hipotesis Rumusan Masalah II

    Paired Differences

    T Df Sig. (2-tailed)

    Mean Std.

    Deviation Std. Error

    Mean

    95% Confidence Interval of the Difference

    Lower Upper

    Pair 1 Pretes_Eksperimen -

    Postes_Eksperimen -4.21250E1 14.98236 2.36892 -46.91659 -37.33341 -17.782 39 .000

    Dari Tabel 4.35 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata

    data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji Paired Samples Test

    dengan taraf signifikan α = 0,005 didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000

    kurang dari 0,05. Karena uji hipotesis yang diuji hanya satu arah, maka untuk

    mendapatkan P-value (Sig. 1-tailed), nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000 dibagi dua,

    sehingga hasilnya 0,000. Karena P-value (Sig. 1-tailed) yang didapat adalah 0,000

  • 125

    kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat

    disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

    investigatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD

    pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara signifikan.

    Untuk melihat seberapa besar pengaruh pembelajaran dengan menggunakan

    pendekatan investigatif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

    siswa, dapat diketahui dengan mencari koefisien determinasi (KD). Namun

    sebelumnya harus diketahui dulu koefesien korelasinya. Koefisien korelasi ini

    dihasilkan dari nilai pretes dan postes kelas eksperimen dengan menggunakan paired

    samples test dengan bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Adapun koefisien

    korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 4.36

    Analisis Koefisen Korelasi Kelas Eksperimen

    Paired Samples Correlations

    N Correlation Sig.

    Pair 1 Pretes_Eksperimen & Postes_Eksperimen

    40 .915 .000

    Dari Tabel 4.36 dapat dilihat hasil yang didapat bahwa korelasi bernilai

    positif yaitu 0,915 dengan signifikansi 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif sangat berpengaruh

    positif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

    Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan KD, dengan rumus sebagai berikut.

    (Maulana, 2008c)

    KD = r2

    x 100% = 0,9152 x 100% = 83,73%

    Dengan demikian dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan

    pendekatan investigatif memberikan sumbangan pengaruh terhadap keberhasilan

    peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan presentase sebesar

    83,73%. Sementara itu, pengaruh sebesar 16,27% disebabkan oleh faktor-faktor

    lainnya.

  • 126

    3. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 3

    Bunyi hipotesis no.3 adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan

    pendekatan investigatif lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti

    pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

    Berdasarkan uji hipotesis 1 dan 2, dapat diketahui bahwa pembelajaran yang

    menggunakan pendekatan investigatif dan konvensional sama-sama memberikan

    pengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa,

    selanjutnya dilakukan analisis perbedaan kemampuan siswa antara kelompok

    eksperimen dengan kontrol. Hal ini untuk mengetahui apakah pembelajaran luas

    permukaan dan volume pada kubus dan balok dengan menggunakan pendekatan

    investigatif lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional secara

    signifikan dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bagian pendahuluan.

    Adapun rumusan hipotesisnya yaitu sebagai berikut.

    H0 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif

    tidak lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti

    pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

    H1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif

    lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti pembelajaran

    konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

    Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima, jika P-value (Sig. 1-tailed) ≥ 0,05

    dan H0 ditolak jika P-value (Sig. 1-tailed) 0,05. Pada uji hipotesis ini, akan

    dibandingkan hasil postes kelompok eksperimen dan kontrol untuk mengetahui

    adanya perbedaan peningkatan atau tidak.

    Analisi uji hipotesis 3 ini dilakukan terhadap nilai gain normal yang didapat

    dari kelas eksperimen dan kontrol. Setelah didapat data gain normal dari masing-

    masing kelompok, selanjutnya dilakukan analisis uji hipotesis 3 dengan melakukan

    uji perbedaan rata-rata dari Independent Samples Test. Pehitungan ini dilakukan

    menggunakan uji-t dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for Windows.

    Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.37 berikut ini.

  • 127

    Tabel 4.37

    Analisis Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3

    Independent Samples Test

    t-test for Equality of Means

    T Df

    Sig. (2-

    tailed)

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Difference

    95% Confidence

    Interval of the

    Difference

    Lower Upper

    Gain Equal variances not assumed 2.100 75.253 .039 .101400 .048278 .005230 .197570

    Berdasarkan Tabel 4.37, perbedaan rata-rata postes kelas eksperimen dan

    kontrol berbeda. Hal ini terlihat dari P-value (Sig.2-tailed) yang diasumsikan varians

    tidak homogen yaitu 0,039. Namun karena yang diujinya satu arah, maka 0,039

    dibagi dua sehingga menjadi P-value (Sig.1-tailed) = 0,0195. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa P-value (Sig.1-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

    Oleh karena itu, H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan rata-rata peningkatan

    kelas eksperimen dan kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan

    kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

    matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif lebih baik secara signifikan

    daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

    C. Pembahasan

    1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis di Kelas Kontrol

    Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan dengan pembelajaran secara

    konvensional selama tiga pertemuan dengan alokasi waktu 3×35 menit, yaitu pada

    tanggal 13 Mei 2015, 15 Mei 2015, dan 16 Mei 2015. Pada bagian ini akan

    membahas mengenai peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan

    pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Rata-rata nilai pretes kemampuan

    berpikir kreatif matematis 40 siswa di kelas kontrol ialah 10,36 dari nilai total 100.

    Berdasarkan hal tersebut tanpa diberikan perlakuan, siswa kelas kontrol telah

    memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis sebesar 10,36%. Perlakuan yang

  • 128

    diberikan pada kelas kontrol ialah pembelajaran konvensional. Pembelajaran

    konvensional yang digunakan di kelas ini ialah metode ceramah.

    a. Pertemuan Pertama

    Pada pertemuan pertama, pembelajaran di kelas kontrol diawali dengan

    menyampaikan materi volume kubus dan balok. Pada kegiatan awal, guru

    mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara memimpin kegiatan berdoa dan

    mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama siswa. Setelah itu guru memberikan

    motivasi kepada siswa agar semangat belajar. Siswa memahami materi volume ini

    melalui penjelasan guru. Guru menjelaskan volume kubus dan balok dengan

    menggunakan media kubus satuan. Selai itu, guru juga memberikan contoh soal

    mengenai volume. Setelah menjelaskan materi dan memberikan contohnya, guru

    bertanya kepada masing-masing siswa tentang rumus volume kubus dan balok. Dari

    siswa-siswa yang ditanya ada beberapa siswa yang bisa menjawab dan ada juga yang

    tidak bisa menjawab. Kemudian guru memberikan latihan soal kepada siswa, siswa

    mengerjakannya sendiri.

    Pada dasarnya kemampuan siswa berbeda sehingga dalam penyelesaian soal-

    soal latihan pun ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Setelah itu guru meminta

    siswa untuk mengerjakannya kembali di papan tulis. Ada satu siswa bernama Elnisa

    Dwi Nur Nazmi mengacungkan tangan dan ingin mengerjakan soal yang telah

    diberikan di depan kelas. Siswa tersebut menjawab soal dengan tepat sekali.

    Kemudian disusul oleh siswa yang lain untuk maju dan mengerjakan soal, karena

    mereka merasa termotivasi oleh Elnisa yang dapat menjawab soal dan mendapat

    apresiasi dari guru, siswa tersebut adalah Fadhlan dan Fuji. Setelah pembelajaran

    selesai guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi pembelajaran, dan

    siswa diberi pekerjaan rumah (PR) oleh guru.

    b. Pertemuan Kedua

    Pada pertemuan kedua pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan

    pembelajaran pada pertemuan pertama, hanya saja materi yang diajarkan berbeda

    dengan sebelumnya. Materi yang dipelajari adalah luas permukaan dari kubus dan

    balok. Jika pada pertemuan pertama guru menggunakan media kubus satuan, maka

  • 129

    pada pertemuan kedua ini guru menggunakan media kubus dan balok yang terbuat

    dari karton.

    Pada kegiatan awal, guru mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara

    memimpin kegiatan berdoa dan mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama

    siswa. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat belajar.

    Siswa memahami materi luas permukaan ini melalui penjelasan guru. Guru

    menjelaskan luas permukaan kubus dan balok dengan menggunakan media karton.

    Selai itu, guru juga memberikan contoh soal mengenai luas permukaan. Setelah

    menjelaskan materi dan memberikan contohnya, guru bertanya kepada masing-

    masing siswa tentang rumus luas permukaan kubus dan balok. Dari siswa-siswa yang

    ditanya ada beberapa siswa yang bisa menjawab dan ada juga yang tidak bisa