Tutorial AB Inkomplit

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abortus spontan adalah komplikasi tersering kehamilan yang didefinisikan sebagai keluarnya atau ancaman keluarnya janin dalam rahim sebelum usia kehamilan 20 minggu (DeCherney, Goodwin, Laufer, & Nathan, 2007). Secara global, lebih dari 500.000 wanita meninggal setiap tahun karena kehamilan, 99% berasal dari negara berkembang. 1 dari 8 kematian disebabkan oleh abortus (World Health Organization, 2008). Angka kejadian abortus tidak diketahui dengan pasti namun diperkirakan angka kejadiannya adalah sekitar 10-17% dari seluruh kehamilan atau sekitar 67.000 (Adriaanz, Amran, & Qadhar, 2000). Sebagian besar dari abortus yang terjadi merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan tersebut maka abortus yang dilakukan menjadi tidak aman. Di seluruh dunia diperkirakan ada 20 juta abortus yang tidak aman setiap tahunnya dan diperkirakan ada 80.000 kematian akibat komplikasi abortus. 10-50% wanita yang mengalami abortus tidak aman memerlukan pengobatan medis terhadap komplikasi abortus (World Health Organization, 2008). Komplikasi tersering dati abortus inkomplit adalah sepsis, perdarahan, dan perlukaan intra abdominal. Masalah kesehatan tersering yang timbul karena abortus inkomplit adalah nyeri kronis, PID, blokade tuba, dan infertilitas sekunder. Komplikasi potensial lainnya adalah kehamilan ektopik dan 1

description

Tutorial

Transcript of Tutorial AB Inkomplit

Page 1: Tutorial AB Inkomplit

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abortus spontan adalah komplikasi tersering kehamilan yang didefinisikan sebagai

keluarnya atau ancaman keluarnya janin dalam rahim sebelum usia kehamilan 20 minggu

(DeCherney, Goodwin, Laufer, & Nathan, 2007). Secara global, lebih dari 500.000 wanita

meninggal setiap tahun karena kehamilan, 99% berasal dari negara berkembang. 1 dari 8

kematian disebabkan oleh abortus (World Health Organization, 2008). Angka kejadian

abortus tidak diketahui dengan pasti namun diperkirakan angka kejadiannya adalah sekitar

10-17% dari seluruh kehamilan atau sekitar 67.000 (Adriaanz, Amran, & Qadhar, 2000).

Sebagian besar dari abortus yang terjadi merupakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan tersebut maka abortus yang dilakukan menjadi

tidak aman. Di seluruh dunia diperkirakan ada 20 juta abortus yang tidak aman setiap

tahunnya dan diperkirakan ada 80.000 kematian akibat komplikasi abortus. 10-50% wanita

yang mengalami abortus tidak aman memerlukan pengobatan medis terhadap komplikasi

abortus (World Health Organization, 2008).

Komplikasi tersering dati abortus inkomplit adalah sepsis, perdarahan, dan perlukaan

intra abdominal. Masalah kesehatan tersering yang timbul karena abortus inkomplit adalah

nyeri kronis, PID, blokade tuba, dan infertilitas sekunder. Komplikasi potensial lainnya

adalah kehamilan ektopik dan peningkatan risiko abortus berulang dan kelahiran prematur

(World Health Organization, 2008).

Menurut WHO, pelayanan abortus dan post abortus harus tersedia di masyarakat.

Pelayanan tersebut harus dilakukan oleh orang yang dilatih secara khusus. Pencegahan

abortus yang menyebabkan kematian maternal bergantung pada kualitas penanganan

kegawatdaruratan abortus dan post abortus. Komponen penanganan post abortus minimal

yang harus tersedia 24 jam adalah stabilisasi, evakuasi uterus, dan informasi kepada keluarga

pasien (World Health Organization, 2008).

1

Page 2: Tutorial AB Inkomplit

1.2 Manfaat penulisan

1. Bagi dokter muda sebagai bahan pembelajaran kepaniteraan klinik mengenai garis

besar abortus secara umum dan abortus inkomplitus secara khsuus

2. Bagi masyarakat dapat memberikan sumber informasi mengenai abortus

1.3 Tujuan penulisan

1.Untuk mengetahui definisi hingga penatalaksanaan abortus secara umum dan abortus

inkompletus secara khusus.

2.Untuk mengetahui perbandingan antara teori dan kasus nyata abortus inkompletus.

2

Page 3: Tutorial AB Inkomplit

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu

bertahan hidup. Definisi ini terbatas paa umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010). Abortus yang terjadi tanpa tindakan

mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus disebut abortus spontan.

2.2 Etiologi

Abortus paling sering disebabkan oleh kelainan kromosom. Paling tidak separuh dari

penyebab abortus dini adalah kelainan kromosom. Risiko meningkat seiring dengan paritas

serta usia ayah dan ibu. Mekanisme pasti dari penyebab abortus tidak selalu jelas, namun

pada bulan-bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hampir selalu didahului oleh

kematian janin. Penyebab abortus secara garis besar dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

(Cunningham, et al., 2005)

1.Faktor janin

Faktor janin dapat disebabkan oleh perkembangan zigot abnormal. Temuanh

morfologis tersering pada abortus dini adalah kelainan perkembangan zigot, mudigah,

janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta. Kelainan kromosom juga sering

ditemukan. 50-60% abortus spontan dini disebabkan oleh kelainan kromosom ini

(Cunningham, et al., 2005).

2.Faktor ibu

Faktor ibu diduga berkaitan dengan penyakit medis, kondisi lingkungan, dan

kelainan perkembangan. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

a. Infeksi

Sejumlah infeksi kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus seperti

toxoplasma gondii, herpes simpleks, brucella abortus, dan campylobacter fetus.

Namun masih belum jelas apakah semuanya memiliki kausa yang signifikan

sebagai penyebab abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan

dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal

kehamilan. Hal ini berkaitan dengan antibodi virus immunodefisiensi manusia 1

3

Page 4: Tutorial AB Inkomplit

(HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina ibu

oleh streptokokus grup B (Cunningham, et al., 2005).

b. Penyakit debilitas kronik

Penyakit kronik berhubungan dengan penurunan berat badan ibu, misalnya

pada penyakit tuberkulosis dan karsinoma. Selain itu hipertensi juga dapat

menyebabkan abortus di bawah 20 minggu kehamilan (Cunningham, et al., 2005).

c. Kelainan endokrin

Kelainan endokrin berupa diabetes melitus dependen insulin dilaporkan

meningkatkan insiden malformitas kongenital mayor dan abortus spontan. Selain itu

defisiensi progesteron juga dilaporkan meningkatkan insidensi abortus. Peningkatan

autoantibodi tiroid juga dilaporkan meningkatkan insidensi abortus dengan

mekanisme yang belum pasti (Cunningham, et al., 2005).

d. Nutrisi

Hubungan nutrisi dengan insiden abortus tidak dapat diyakini sebagai kausa

abortus yang penting (Cunningham, et al., 2005).

e. Pemakaian obat dan faktor lingkungan

Berbagai zat dilaporkan dapat menyebabkan abortus, namun belum dapat

dipastikan penyebab meningkatnya insiden abortus itu. Wanita yang merokok lebih

dari 14 batang per hari, meningkatkan risiko terjadinya abortus dua kali lipat

dibandingkan orang normal. Demikian juga dengan penggunaan alkohol dan kafein

(Cunningham, et al., 2005).

f. Faktor imunologis

Faktor imunologis diduga merupakan faktor yang penting dalam abortus.

Faktor imunologis dibagi menjadi 2, yaitu autoimun dan aloimun. Antibodi yang

paling signifikan berperan di dalamnya adalah antikoagulan lupus. Antibodi ini

berkaitan dengan peningkatan insidensi serangan tromboemboli. Sementara itu

autoantibodi yang juga diduga berperan adalah antibodi antifosfolipid. Mekanisme

kematian janin akibat antibodi ini diduga berkaitan dengan trombosis dan infark

plasenta. Antibodi antifosfolipid menghambat pelepasan prostasiklin yang

merupakan vasodilator kuat dan inhibitor agreglator trombosit. Trombosis

menghasilkan tromboksan A2 yang merupakan vasokonstriktor kuat dan inhibitor

agregasi trombosit. Karena itu maka pelepasan prostasiklin akan menyebabkan

timbulkan trombosis (Cunningham, et al., 2005).

4

Page 5: Tutorial AB Inkomplit

Abortus akibat faktor aloimun dapat didiagnosis dengan pemeriksaan HLA ibu

dan ayah, pemeriksaan serum ibu untuk mendeteksi keberadaan antibodi sitotoksik

terhadap leukosit ayah, dan pemeriksaan serum ibu untuk mendeteksi faktor-faktor

penyekat pada reaksi pencampuran limfosit ibu-ayah. Hipotesis mengenai kausa

aloimun masih menemukan ketidakpastian. Dilaporkan bahwa ibu yang

mendapatkan leukosit paternal atau imunoglobin manusia yang telah disatukan

mendapat perbaikan kehamilan (Cunningham, et al., 2005).

3.Gamet yang menua

Penelitian mendapatkan bahwa insiden abortus meningkat relatif pada kehamilan

apabila inseminasi terjadi 4 hari sebelum atau 3 hari sesudah saat pergeseran suhu basal

tubuh. Dengan demikian disimpulkan bahwa penuaan gamet meningkatkan

kemungkinan abortus (Cunningham, et al., 2005).

4.Laparotomi

Dilaporkan bahwa laparotomi yang dilakukan pada tahap awal kehamilan dapat

meningkatkan risiko abortus (Cunningham, et al., 2005).

5.Trauma fisik

Trauma yang biasanya diingat hanya trauma yang besar yang langsung

menyebabkan keguguran. Namun trauma kecil juga mampu menyebabkan kematian

janin yang lalu akan diikut dengan abortus (Cunningham, et al., 2005).

6.Cacat uterus

Endometrium yang rusak menyebabkan tidak mampunya uterus untuk menunjang

implantasi yang berujung pada abortus. Kuret yang terlalu sering dilakukan juga dapat

menyebabkan terjadinya sinekia dan insidennya setara dengan kejadian abortus

inkompletus atau missed abortion (Cunningham, et al., 2005).

7.Serviks inkompeten

Kelainan ini ditandai dengan pembukaan serviks tanpa nyeri pada trimester 2 atau

awal trimester 3 disertai prolaps dan menggembungnya selaput ketuban di dalam

vagina, diikuti oleh pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin immatur

(Cunningham, et al., 2005).

2.3 Abortus Inkomplit

Abortus dibagi menjadi 5 jenis, yaitu abortus iminens, inevitable (tidak terhindarkan),

inkomplit, missed, dan rekuren. Abortus iminens ditandai dengan adanya perdarahan tanpa

disertai dengan pembukaan serviks. Abortus tidak terhindarkan ditandai dengan pecahnya

5

Page 6: Tutorial AB Inkomplit

ketuban yang nyata disertai dengan pembukaan serviks. Pada keadaan ini abortus hampir

selalu terjadi. Missed abortion adalah tertahannya janin yang telah meninggal dalam rahim

selama beberapa minggu. Abortus rekuren adalah abortus spontan selama 3 kali berturut-turut

atau lebih. Yang terutama akan dibahas adalah abortus inkomplit dimana terjadi pengeluaran

sebagian isi konsepsi namun masih ada bagian yang tertinggal dalam kavum uteri

(Prawirohardjo, 2010). Bila dilakukan pemeriksaan dalam akan ditemukan kanalis servikalis

masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri

eksternum. Perdarahan yang terjadi dapat banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang

tersisa. Pasien dapat syok karena perdarahan sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan

(Cunningham, et al., 2005).

2.4 Diagnosa abortus inkomplitus

Wanita yang kemungkinan mengalami abortus mungkin harus berjuang terhadap

kondisi yang membahayakan nyawa seperti syok, perdarahan hebat, perlukaan intra

abdominal, atau sepsis. Diperlukan penilaian cepat dan tindakan segera untuk memperbaiki

keadaan umum. Setiap wanita usia reproduktif yang mengalami 2 dari gejala berikut harus

dicurigai sebagai pasien abortus: (World Health Organization, 2008)

1. Perdarahan per vaginam, bila pakaian pasien sampai basah oleh darah maka dapat

dicurigai adanya perdarahan hebat.

2. Nyeri atau kram perut bagian bawah.

3. Adanya riwayat amenorea sebelumnya (World Health Organization, 2008).

Pasien harus dinilai keadaan umumnya sebagai berikut:

1.Nadi lebih dari 110 x/ menit

2.Frekuensi nafas lebih dari 30 x/menit

3.Penurunan tekanan darah, tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg

4.Berkeringat

5.Gelisah, bingung, dan tidak sadar (World Health Organization, 2008)

Bila ditemukan tanda-tanda diatas harus segera dilakukan penatalaksanaan syok. Walaupun

tidak ada tanda-tanda di atas tetap harus diwaspadai adanya tanda syok. Pada pemeriksaan

fisik perlu dilakukan secara komprehensif sebagai berikut: (World Health Organization,

2008)

6

Page 7: Tutorial AB Inkomplit

1. Catat keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien. Cari adanya trauma fisik dan

lakukan pemeriksaan per sistem.

2. Pada pemeriksaan abdomen, catat adanya bising usus dan konsitensi abdomen. Bila

terdapat nyeri perut catat lokasinya dan derajat nyerinya. Catat adanya massa dan cari

adanya tanda inflamasi peritoneum (rebound tenderness). Bila uterus dapat dipalpasi di

atas simfisis pubis, berarti usia kehamilan lebih dari 12 minggu.

3. Pemeriksaan pelvis penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan pasien abortus.

4. Pemeriksaan spekulum untuk melihat derajat abortus, adanya infeksi, dan perlukaan

vagina atau serviks. Yang perlu dievaluasi adalah:

Perdarahan

Produk konsepsi. Bila terlihat adanya produk konsepsi pada vagina atau serviks,

ambil jaringan tersebut dengan forsep cincin dan simpan bagian tersebut untuk

diperiksa

Dilatasi serviks

Discharge serviks. Adanya pus menandakan adanya infeksi

Laserasi

5. Lakukan pemeriksaan bimanual. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk

mengkonfirmasi adanya kehamilan, memastikan posisi uterus, menilai dilatasi serviks,

massa, atau anomali lainnya (World Health Organization, 2008).

Pemeriksaan USG dilakukan bila pemeriksa ragu akan diagnosisnya secara klinis.

Besar uterus akan lebih kecil daripada usia kehamilannya dan kantong gestasi sudah sulit

dikenali, di kavum uteri akan nampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan

(Cunningham, et al., 2005).

Gambar 1. Diagnosis banding abortus inkomplit (World Health Organization, 2008)

7

Page 8: Tutorial AB Inkomplit

2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal untuk abortus adalah management syok, yaitu:

1.Airway, breathing, circulation

2.Oksigen 6 L/menit

3.Cairan resusitasi

4. Identifikasi penyebab syok

Management perdarahan:

1. Penanganan syok seperti yang disebutkan di atas

2. Identifikasi lokasi perdarahan

3. Evakuasi uterus dengan mengeluarkan sumber perdarahan, misalnya dengan dilatasi

dan kuretase

4. Pemeriksaan produk konsepsi

5. Perbaikan serviks dan traktus genitalia bila ada laserasi

6. Management perforasi uterus

7. Rujukan dan transfer bila perlu (World Health Organization, 2008)

Penatalaksanaan untuk kasus ini adalah kuretase. Tindakan yang dianjurkan adalah dengan

karet vakum menggunakan kanula plastik. Pasca tindakan harus diberikan uterotonika

parenteral atau per oral dan antibiotika. Pada kehamilan kurang dari 13 minggu, penangan

konservatif dan kuretase memberikan hasil yang sama walaupun perdarahan yang terjadi

sedikit lebih banyak (Cunningham, et al., 2005).

8

Page 9: Tutorial AB Inkomplit

BAB IIILAPORAN KASUS

2.1 Anamnesa

a) Identitas Pasien

Nama : Ny.SS

Usia : 23 tahun

Agama : Islam

Suku : Prabumuli

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl.Gelatik I Blok A

Masuk Rumah Sakit pada tanggal 15 Desember 2014, pukul 11.20

b) Identitas Suami

Nama : Tn. F

Usia : 26 tahun

Agama : Islam

Suku : Ogan

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Swasta (tambang)

Alamat : Jl. Gelatik I blok A

c) Keluhan Utama:

-

d) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien sekarang tidak memiliki keluhan namun pasien pernah mengalami

perdarahan pada bulan november. Pasien mengaku keguguran pada bulan november

dan disarankan untuk melakukan USG. Keluhan saat keguguran adalah perdarahan

dari jalan lahir disertai dengan gumpalan darah. USG baru dilakukan pada tanggal 12

desember 2014. Sejak keguguran sampai tanggal 12 Desember masih ada perdarahan

berupa flek sedikit-sedikit.

e) Riwayat Haid

Menarche pada usia 13 tahun, lama haid ± 7 hari, jumlah darah haid : ganti pembalut

4 kali sehari.

Hari pertama haid terakhir : 26 - 09 - 2014

9

Page 10: Tutorial AB Inkomplit

Taksiran waktu persalinan : 03 – 07 – 2015

Dari hasil USG 12-12-2014 usia kehamilan 6-7 minggu dan taksiran persalinan 02-

08-2015

f) Riwayat Obstetri

N

o

Tahun

Partus

Tempat

Partus

Umur

kehamilan

Jenis

Persalinan

Penolong

Persalinan

Jenis Kelamin

Anak/ BB

Keadaan

Anak

Sekarang

1 2013 Klinik Aterm Spontan Bidan L /3100 gr Sehat

2 2014 Hamil ini

g) Riwayat Penyakit Dahulu

-

h) Riwayat Penyakit Keluarga

-

i) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

KB suntik 3 bulan selama 1 tahun sebelum hamil.

2.2 Pemeriksaan Fisik

a) Berat badan : 43 kg

b) Tinggi badan : 158 cm

c) Keadaan umum : Baik

d) Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)

e) Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 96 kali/menit

Frekuensi nafas : 24 kali/menit

Suhu : 37,2 0C

f) Status generalisata

Kepala / leher : mata cowong (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-)

Thorax

- Pulmo

Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris

Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra

10

Page 11: Tutorial AB Inkomplit

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

- Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : batas kanan ICS 2I parasternal line dextra

batas kiri ICS V midclavicular line sinistra

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Lihat status obstetri

Ekstremitas : edema -/-, akral hangat

g) Status obstetrik :

1) Inspeksi : datar, striae (-)

2) Palpasi :

Tinggi Fundus Uteri : tidak teraba

VT : pembukaan tidak ada, porsio kuncup

2.3 Diagnosis Kerja di Ruangan

G2P1A0 gr ? + abortus incomplete

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:

Hb : 11,4

L : 6.200

PLT : 202.000

HT : 34%

BT : 3’

CT : 8’

GDS : 102

Ur : 35,9

Cr : 1,0

HbsAg : NR

112 : NR

11

Page 12: Tutorial AB Inkomplit

Gambar 2. Hasil USG

2.5 Penatalaksanaan

Gastrul 1 tablet per vaginam jam 10 malam.

kuretase

2.5 Follow Up

Tanggal Follow upRencana tindakan dan

Penatalaksanaan

15/12/2014

11.00

S : perdarahan dari kemaluan sedikit-

sedikit sejak keguguran november lalu.

Membawa hasil USG:

Uterus antefleksi dengan gestasional sac/

sisa jaringan ukuran 2,5 mm, 6-7 minggu

DD: abortus incomplete

O : CM, TD: 120/80 mmHg, HR: 72x/mnt

RR:22x/mnt, Temp: 37,2ºC

A : G2P1A0 gravid ? dengan abortus

incomplete

Lapor konsulen Sp.OG

Rencana kuret besok pagi

Gastrul 1 tab/ vagina jam 22.00

16/12/2014 S : -

O : CM, TD: 110/80 mmHg, HR: 72x/mnt

RR:22x/mnt,

A : G2P1A0 gravid ? dengan abortus

incomplete

Rencana kuret hari ini

16/12/2014 Laporan operasi : Cefadroxil 2 x 500 mg

12

Page 13: Tutorial AB Inkomplit

Operator : dr. Yasmin, Sp.OG

Diagnosa awal : G2P1A0 dengan abortus

incomplete

Diagnosa akhir : G2P1A0 gravid ? dengan

abortus incomplete

Tanggal operasi : 12-12-2014

Jam operasi : 12.20-12.30

Sisa jaringan ±80 cc, perdarahan ±40 cc

PA (-)

Metergin 3 x 1 tab

Asam mefenamat 3 x 500 mg

17/12/2014 S : -

O : CM, TD: 100/70 mmHg, HR:18 x/mnt

RR:72 x/mnt

A : post kuretase a/i abortus incomplete

hari I

Cefadroxyl 2 x 500 mg

As. Mefenamat 3 x 500mg

Metergin 3x 1 tab

Pasien pulang

BAB IV

13

Page 14: Tutorial AB Inkomplit

PEMBAHASAN

Berikut adalah perbandingan antara teori dan fakta pada kasus ini. Perbandingan dibuat

dalam bentuk tabel agar lebh mudah dipahami.

Teori Fakta

Anamnesis Ada 3 trias abortus yaitu:

1. Perdarahan per vaginam

2. Nyeri atau kram perut

3. Ada riwayat amenorea

2 dari 3 gejala sudah

memenuhi syarat diagnosis

Pada pasien ini ditemukan

adanya perdarahan per

vaginam dan riwayat

amenorea sehingga

memenuhi syarat untuk

diagnosis abortus

inkomplitus

Gejala Perdarahan dapat bersifat

masif atau sedikit-sedikit.

Bila perdarahan bersifat

masif maka dapat

menyebabkan pasien jatuh

dalam keadaan syok.

Perdarahan pada pasien

hanya berupa flek-flek,

sehingga pasien tidak jatuh

dalam keadaan syok

Hasil USG Besar uterus akan lebih kecil

daripada usia kehamilannya

dan kantong gestasi sudah

sulit dikenali, di kavum uteri

akan nampak massa

hiperekoik yang bentuknya

tidak beraturan

Hasil USG menunjukkan

Uterus antefleksi dengan

gestasional sac/ sisa jaringan

ukuran 2,5 mm, 6-7 minggu.

Ditemukannya sisa jaringan

membuktikan adanya abortus

inkomplit

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang harus

dilakukan adalah

pemeriksaan spekulum, dan

pemeriksaan bimanual. Akan

ditemukan adanya

pembukaan seviks.

Pemeriksaan spekulum tidak

dilakukan pada pasien ini,

yang dilakukan adalah VT

dimana ditemukan porsio

kuncup. Hal ini dikarenakan

jarak waktu pemeriksaan dan

abortus sudah kurang lebih 2-

3 minggu.

14

Page 15: Tutorial AB Inkomplit

Penatalaksanaan Bila ada syok lakukan

management syok

Bila tidak dapat langsung

dilakukan penatalaksanaan

abortus inkomplit yaitu

dengan kuretase

Pada pasien ini dilakukan

kuretase pada tanggal 16

Desember 2014, namun

karena tidak ada pembukaan

serviks maka diberikan

gastrul malam sebelum

kuretase dilakukan. Hasil

kuretase menunjukkan

adanya sisa jaringan, namun

sisa jaringan tersebut tidak

dibawa untuk pemeriksaan

PA.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Tutorial AB Inkomplit

Adriaanz, G., Amran, R., & Qadhar, R. (2000). Perbandingan Keamanan dan Tindakan Dilatasi Kuretase dengan Aspirasi Vakum Manual pada Abortus Inkomplit. Medical Journal of Sriwijaya University, 30.

Cunningham, F. G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap, L. C., Hauth, J. C., & Wenstrom, K. D. (2005). Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC.

DeCherney, A. H., Goodwin, M., Laufer, N., & Nathan, L. (2007). Current Diagnosis and Treatments in Obstetrics and Gynecology. USA: McGraw-Hill .

Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: UI.

World Health Organization. (2008). Managing Incomplete Abortion. Geneva: WHO.

16