Laporan Kasus Ab Inkomplit

34
LAPORAN KASUS ABORTUS INKOMPLIT Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik SMF Obsteri dan Ginekologi RSD dr. Soebandi Jember Oleh: Devita Tuty Anggraeni 102011101038 Pembimbing: dr. Yonas Hadisubroto, Sp. OG 1

Transcript of Laporan Kasus Ab Inkomplit

Page 1: Laporan Kasus Ab Inkomplit

LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik

SMF Obsteri dan Ginekologi

RSD dr. Soebandi Jember

Oleh:Devita Tuty Anggraeni

102011101038

Pembimbing:

dr. Yonas Hadisubroto, Sp. OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSD DR SOEBANDI

2015

1

Page 2: Laporan Kasus Ab Inkomplit

BAB 1PENDAHULUAN

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari

20 minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa

kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable

abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis

(recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik

(Wibowo, 2002).

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Reproduksi manusia

relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan

kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan. Namun angka

kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana

kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada

pada wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup (Cuningham, 2005)

Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada

wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.

Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan (Udayana,

2003)

Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu

karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok

hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan

psikis tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang

sangat menginginkan anak.

2

Page 3: Laporan Kasus Ab Inkomplit

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau tanpa

pengeluaran hasil konsepsi. Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai penghentian

kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janin kurang dari 500

gram. Sedangkan, abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus

(Wibowo, 2002).

2.2 Epidemiologi

Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian

disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan perdarahan

akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara umum disebutkan

sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu

pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur

kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh

dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada

trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga (Leveno, 2003).

Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di

samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus bertambah pada

kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan (Stovall, 2002)

2.3 Etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu

tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot

atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh

penyakit dari ayahnya (Leveno, 2003).

1. Faktor Genetik

3

Page 4: Laporan Kasus Ab Inkomplit

Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama abortus

rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab

70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu.

Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan

berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme yang dapt

berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan kromosom sperma,

kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA, peningkatan apoptosis, dan

morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42% struktur vili korionik abnormal

akibat gangguan genetik.

2. Gangguan plasenta

Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan

perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai unit

fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus. Penelitian

histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan bahwa 97%

menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis stroma, 75%

mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan pembuluh darah.

Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi proliferasi

mesenkim dan edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna

dan digantikan dengan jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes

melalui desidua akan membentuk lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian,

material pecah dan merangsang degenerasi fibrinoid.

3. Kelainan uterus

Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul

dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan

abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Miomektomi sering

mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada

kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri

(sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase

pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat

komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium

yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus

4

Page 5: Laporan Kasus Ab Inkomplit

habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk

mendukung implatansi hasil pembuahan.

Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan

suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks.

Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua dengan

insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga dapat menyebabkan hilangnya barrier mekanik

yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina dan kebanyakan

asimptomatik. Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan kehamilan

dari flora bakteri vagina.

4. Kelainan endokrin

a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron

Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu keadaan

dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi progesteron tidak

cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding endometrium.

b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia

Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua

mekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah peningkatan

hormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.

c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.

d. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus

luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus.

Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon

tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan

demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.27,51

5. Kelainan Imunologi

Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor

autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi

antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%. Selain itu,

faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar atau reseptor leptin

menurun, terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko

5

Page 6: Laporan Kasus Ab Inkomplit

abortus. Mekanismenya berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor di vili

dan ekstravili tropoblas.

6. Infeksi

Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi hal ini

tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia

trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes

simpleks, sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai

penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus.

Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari 4 traktus genetalia

sebagaian wanita yang mengalami abortus telah menghasilkan hipotesis yang

menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat

menyebabkan abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum

merupakan penyebab utama.

7. Penyakit kronik

Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu

misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus.

Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu,

tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur.

Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar

kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.

8. Trauma

Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus yang

tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling banyak adalah

jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio plasenta,

pendarahan fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung.

2.4. Faktor Risiko

Faktor risiko abortus yaitu:

1. Bertambahnya usia ibu.

Abortus meningkat dengan pertambahan umur setelah usia 30 tahun. Risiko

berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun; 11,9% pada

usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%; 51% usia

6

Page 7: Laporan Kasus Ab Inkomplit

40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini peningkatan usia

ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus. Suatu penelitian

yang dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan

pada pasangan dimana usia wanita ≥35 tahun dan pria ≥40 tahun (Tien, 2007).

2. Riwayat reproduksi abortus. Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk

kehamilan berikutnya ditentukan dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang

baru mengalami riwayat 1 kali berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali berisiko

30%, dan 4 kali berrisiko 40%.

3. Kebiasaan orang tua

a. Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus

meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang dikonsumsi

setiap hari. Asap rokok mengandung banyak ROS (Reactive Oxygen Spesies)

yang akan mendestruksi organel seluler melalui kerusakan mitrokondria, nukleus,

dan membran sel. Selain itu, secara tidak langsung ROS (Reactive Oxygen

Spesies) akan menyebabkan kerusakan sperma. Hal ini menyebabkan fragmentasi

DNA rantai tunggal maupun ganda sperma.

b. Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan

dua kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali

lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari.

c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi pada

wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari

menunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.

d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi,

jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui

secara pasti.

e. Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan menyebabkan

risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.

2.5. Patogenesis

Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai

komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya

berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan 7

Page 8: Laporan Kasus Ab Inkomplit

diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus.

Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan

dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan

seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada

kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih

dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan

banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula

dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang

telah lengkap terbentuk.

2.6. Gambaran Klinis

Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan pervaginam

derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan

sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada

abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu,

pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian

tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan

memberikan gejala utama abortus inkomplet.

Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering

pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga terjadi

hipovolemik berat.

2.7. Diagnosis

Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui

anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis

banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik

mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal

toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur

kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan

adanya sisa jaringan.

8

Page 9: Laporan Kasus Ab Inkomplit

Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada

kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan

memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan

konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar

dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil

konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase uterus juga penting

dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai.

2.8. Diagnosis banding

Diagnosis banding

Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

Abortus iminens

-perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu berupa flek-flek

-nyeri perut ringan-keluar jaringan

(-)

-TFU sesuai dengan umur kehamilan

-Dilatasi serviks (-)

- tes kehamilan urin masih positif

- USG : gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (+), fetal heart movement (+)

Abortus insipient

-perdarahan banyak dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

-nyeri perut berat-keluar jaringan (-)

-TFU sesuai dengan umur kehamilan

-Dilatasi serviks (+)

- tes kehamilan urin masih positif

- USG : gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (+/-), fetal heart movement (+/-)

Abortus inkomplit

-perdarahan banyak / sedang dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

-nyeri perut ringan-keluar jaringan

sebagian (+)

-TFU kurang dari umur kehamilan

-Dilatasi serviks (+)- teraba jaringan dari

cavum uteri atau masih menonjol pada osteum uteri eksternum

- tes kehamilan urin masih positif

- USG : terdapat sisa hasil konsepsi (+)

Abortus komplit

-perdarahan (-)-nyeri perut (-)-keluar jaringan

(+)

-TFU kurang dari umur kehamilan

-Dilatasi serviks (-)

- tes kehamilan urin masih positif

bila terjadi 7-10 hari setelah abortus.

9

Page 10: Laporan Kasus Ab Inkomplit

USG : sisa hasil konsepsi (-)

Missed abortion

-perdarahan (-)-nyeri perut (-)-biasanya tidak

merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilannya > 14 minggu sampai 20 minggu penderita merasakan rahimnya semakin mengecil, tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.

-TFU kurang dari umur kehamilan

-Dilatasi serviks (-)

- tes kehamilan urin negatif setelah 1 minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.

- USG : gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (-), fetal heart movement (-)

Mola hidatidosa

-Tanda kehamilan (+)

-Terdapat banyak atau sedikit gelembung mola

-Perdarahan banyak / sedikit

-Nyeri perut (+) ringan

-Mual - muntah (+)

-TFU lebih dari umur kehamilan

-Terdapat banyak atau sedikit gelembung mola

-DJJ (-)

- tes kehamilan urin masih positif

(Kadar HCG lebih dari 100,000 mIU/mL)

- USG : adanya pola badai salju (Snowstorm).

Blighted ovum

-Perdarahan berupa flek-flek

-Nyeri perut ringan

-Tanda kehamilan (+)

-TFU kurang dari usia kehamilan

-OUE menutup

- tes kehamilan urin positif

- USG : gestasional sac (+), namun kosong (tidak terisi janin).

KET -Nyeri abdomen (+)

-Tanda kehamilan (+)

-Nyeri abdomen (+)-Tanda-tanda syok

(+/-) : hipotensi, pucat, ekstremitas

- Lab darah : Hb rendah, eritrosit dapat meningkat, leukosit dapat

10

Page 11: Laporan Kasus Ab Inkomplit

-Perdarahan pervaginam (+/-)

dingin.-Tanda-tanda akut

abdomen (+) : perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.

-Rasa nyeri pada pergerakan servik.

-Uterus dapat teraba agak membesar dan teraba benjolan disamping uterus yang batasnya sukar ditentukan.

-Cavum douglas menonjol berisi darah dan nyeri bila diraba

meningkat.- Tes kehamilan

positif- USG : gestasional

sac diluar cavum uteri.

2.9. Penatalaksanaan

Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa

apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat dilakukan

dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi vakum.

Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara lain : oksitosin

intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%,

prostaglandin E2, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion,

injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron -

RU 486 (mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut diatas.

Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase

sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak

secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang

sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta

seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun

11

Page 12: Laporan Kasus Ab Inkomplit

tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah

terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup

berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk

menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara:

1. Evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil

konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral.

2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:

· Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih.

Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak

tersedia.

· Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular

(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi

setelah 4 jam jika perlu).

2.9. Prognosis

Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan

prognosis yang baik terhadap ibu.

12

Page 13: Laporan Kasus Ab Inkomplit

BAB 3LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Umur : 28 tahun

Alamat : Kopang Komal 1/1 Arjasa, Jember

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. RM : 06.83.42

MRS : 02 Februari 2015 (pkl 17.15 wib)

HPHT : 10 Desember 2014

HPL : 17 September 2015

13

Page 14: Laporan Kasus Ab Inkomplit

A. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Keluar darah dari jalan lahir

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasa hamil 3 bulan. Tadi pagi pasien pukul 06.00 (02-03-2015) pasien

mengeluarkan darah beserta gumpalan-gumpalan seperti daging dalam jumlah cukup

banyak. Pukul 13.30 pasien dibawa ke Puskesmas Arjasa. Teraba jaringan saat

pemeriksaan dalam. Lalu pukul 16.30 pasien dirujuk ke RS dr Soebandi karena

perdarahan banyak.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial

Ibu pasien pernah mengalami hal yang sama.

Suami pasien merokok.

5. Riwayat Pengobatan

(-)

6. Riwayat Menarche

Usia 15 tahun

7. Riwayat Menstruasi

7 hari/ teratur/ dismenorea (-)

8. Riwayat Marital

Menikah selama 9 tahun sejak usia 19 tahun

9. Riwayat Obstetri

I. Perempuan/8 tahun/RS/spontan/3600 gram

II. Hamil saat ini

10. Riwayat KB

Suntik 3 bulan. Selama 2 tahun, berhenti 1 tahun yang lalu

11. Riwayat ANC

Pasien periksa ke Bidan 1x selama kehamilan

14

Page 15: Laporan Kasus Ab Inkomplit

B. Pemeriksaan Fisik

• Status Generalis

– Keadaan umum : Cukup

– Kesadaran : Kompos mentis

– Vital Sign :

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Frekuensi nafas : 22 x/menit

Suhu axila : 36,2oC

– Kepala

• Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

• Hidung : tidak ada sekret, tidak ada darah

• Mulut : tidak sianosis

• Telinga : tidak ada sekret, tidak ada darah

– Leher

• Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid

Thoraks

Cor

– Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

– Palpasi : iktus kordis tidak teraba

– Perkusi : redup, batas jantung tidak melebar

– Auskultasi : S1S2 tunggal

Pulmo

– Inspeksi : simetris

– Palpasi : fremitus raba positif kedua lapang paru

– Perkusi : sonor

– Auskultasi : vesikular di kedua lapang paru, tidak ada

wheezing maupun rhonki.

15

Page 16: Laporan Kasus Ab Inkomplit

STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

• Payudara : papila mamae menonjol, hiperpigmentasi papila mamae

-/-, colostrum

• Abdomen:

Inspeksi : striae -, cembung, pendulum (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal, DJJ: (-)

Perkusi : timpani

Palpasi : soepel, tinggi fundus uteri tidak teraba

• Genitalia:

– Vulva dbn

– Vagina : laserasi (-), mass (-)

– Inspekulo : porsio rata, tidak bedungkul, fluksus (+),

leukorea (-)

– VT : dinding vagina rata, licin tidak berdungkul, porsio

permukaan rata licin tidak ada masa, pembukaan 1 cm, teraba jaringan

– Bimanual : tidak ditemukan masa di uterus, nyeri (-),

besar uterus 8 cm

• Ekstremitas:

Akral hangat di keempat ekstremitas, terdapat oedem di ekstremitas bawah.

Assesment

Abortus Inkomplit dengan Anemia

Planning Diagnostik

Lab: DL, plano test

USG

Terapi

Infus RL 20 tpm

Inj Cefotaxime 2x1 gram

16

Page 17: Laporan Kasus Ab Inkomplit

Monitoring

Observasi TTV

Observasi perdarahan

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium 02 Februari 2015

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Hematologi Lengkap

Hemoglobin 8,4 12,0-16,0

Leukosit 9,2 4,5-11,0

Hematokrit 23,9 36-46

Trombosit 240 150-450

Faal Hati

SGOT 12 10-31

SGPT 11 9-36

Gula Darah

Glukosa sewaktu 101 <200

Faal Ginjal

Kreatinin Serum 0,7 0,5-1,1

BUN 5 6-20

Hasil USG :

- Ada abortus

- Ada sisa jaringan

17

Page 18: Laporan Kasus Ab Inkomplit

FOLLOW UP HARI 2

(03 Februari 2015, 06.00)

Subjektif: perut mules

Objektif:

Keadaan umum : cukup

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 110/60 mmHg

Nadi : 77x/menit

RR : 18x/menit

Tax : 35,8

Thorax :cor s1 s2 tunggal

Pulmo vesikuler +/+ Wheezing -/- rhonki -/-

Abdomen :

Inspeksi : Cembung, bekas operasi (-)

Auskultasi : BU +

Perkusi : timpani

Palpasi : TFU tidak teraba, nyeri tekan (-)

Genitalia : perdarahan (+) sedikit

18

Page 19: Laporan Kasus Ab Inkomplit

Ekstremitas : akral hangat dikeempat ekstremitas dan tidak didapatkan edema di

keempat ekstremitas

Assesment:

Abortus Inkomplete dengan Anemia

Planning:

Observasi TTV

Observasi perdarahan

Inj. Cefotaxime 2x1 gram

Tranfusi WB

Digital gagal

19

Page 20: Laporan Kasus Ab Inkomplit

FOLLOW UP HARI 3

(4 Februari 2015, 06.00)

Subjektif: tidak ada keluhan

Objektif:

Keadaan umum : cukup

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 22x/menit

Tax : 36,1

Thorax :cor s1 s2 tunggal

Pulmo vesikuler +/+ Wheezing -/- rhonki -/-

Abdomen :

Inspeksi : Cembung, bekas operasi (-)

Auskultasi : BU +

Perkusi : timpani

Palpasi : TFU tidak teraba

Genitalia : fluxus (+) sedikit

Ekstremitas : akral hangat dikeempat ekstremitas dan tidak didapatkan edema di

keempat ekstremitas

Assesment:

Abortus Inkomplit dengan Anemia

Planning:

Observasi perdarahan

Inj. Cefotaxime 3x1 gram

Hb 8,4 transfusi 2 kolf

20

Page 21: Laporan Kasus Ab Inkomplit

FOLLOW UP HARI 4

(5 Februari 2015, 06.00)

Subjektif: tidak ada keluhan

Objektif:

Keadaan umum : cukup

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 18x/menit

Tax : 36,7

Thorax :cor s1 s2 tunggal

Pulmo vesikuler +/+ Wheezing -/- rhonki -/-

Abdomen :

Inspeksi : Cembung, bekas operasi (-)

Auskultasi : BU +

Perkusi : timpani

Palpasi : TFU tidak teraba

Genitalia : fluxus (+) sedikit

Ekstremitas : akral hangat dikeempat ekstremitas dan tidak didapatkan edema di

keempat ekstremitas

Assesment:

Abortus Inkomplit

Planning:

Observasi perdarahan

Inj. Cefotaxime 3x1 gram

Pro kuretase

21

Page 22: Laporan Kasus Ab Inkomplit

TINDAKAN

Telah dilakukan kuretase oleh dr. Yonas, sp.OG. ditemukan jaringan 5 cc pada pukul

10.15

Assesment:

Post kuretase e.c Abortus Inkomplit H0

Planning:

Cefadroxyl 3x500 mg

Asam mefenamat 3x500 mg

Metil Ergometrin 3x1

Observasi 2 jam post partum perdarahan (-) boleh pulang

22

Page 23: Laporan Kasus Ab Inkomplit

BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien Ny. N usia 28 tahun datang ke IGD dr. Soebandi 02 Februari 2015 pukul 17.15

dengan keluhan utama keluar darah dari jalan lahir. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis abortus inkomplit. Diagnosis abortus

inkomplit didapatkan dari pemeriksaan fisik berupa TFU yang tidak sesuai dengan kehamilan dan

pemeriksaan penunjang USG yang memperlihatkan adanya jaringan sisa pada kavum uteri.

Pada pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik pemeriksaan tanda vital,

maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu

pasien normal yaitu 36,50C.

Pada abortus inkomplit tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti

yang terlihat pada kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan

menggunakan spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai

dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah.

Penatalaksanaan

Pada kasus ini, keadaan umum pasien anemis sehingga diperlukan penambahan darah. Pasien

diterapi dengan infuse RL dan Cefotaxime untuk mencegah adanya infeksi. Serta dilakukan kuretase

pada tgl 5 Februari 2015

23

Page 24: Laporan Kasus Ab Inkomplit

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam : Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan.Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal.302 - 312.

2. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah Denpasar. 2003

3. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247.

4. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA:McGraw-Hill Companies, 2003 : p. 45 – 55

5. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all. Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.

6. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

7. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.

8. Tien JC & Tan TYT. Non surgical intervensions for threatened and recurrent miscarriages. Singapore Med J, 2007; 48(12): 1074.

24