Abortus Inkomplit Rozan

45
1 BAB I PENDAHULUAN Abortus adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, yaitu sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Hal ini didasari bahwa sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Dan lagi fakta menunjukan bahwa janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram sangat jarang yang dapat hidup terus. Berdasarkan mekanisme terjadinya, istilah abortus dibedakan menjadi abortus spontan dan abortus buatan. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. 1 Sedangkan berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik. 1,2

description

Laporan kasus

Transcript of Abortus Inkomplit Rozan

Page 1: Abortus Inkomplit Rozan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Abortus adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, yaitu

sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20

minggu. Hal ini didasari bahwa sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan

dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Dan

lagi fakta menunjukan bahwa janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500

gram sangat jarang yang dapat hidup terus. Berdasarkan mekanisme terjadinya, istilah

abortus dibedakan menjadi abortus spontan dan abortus buatan. Abortus yang

berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan adalah

pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah

abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.1

Sedangkan berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi

beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens

(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan

abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan

abortus septik.1,2 Fenomena yang terjadi terkait reproduksi manusia yang tidak

efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian

keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.2,4 Namun angka kejadian

abortus sangat tergantung kapada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya

lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada

wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.4

Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada

wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.4

Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.2 Penelitian-

penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian abortus sangat tinggi.

Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian abortus di

Indonesia berkisar antara 750.000. dan dapat mencapai 1 juta per tahun dengan rasio

1

Page 2: Abortus Inkomplit Rozan

2

18 abortus per 100 konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus spontan maupun

buatan.

Abortus inkomplit sendiri yang akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini

merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi

dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Yang per definisi mempunyai

arti sebagai pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Insiden abortus inkompit sendiri

belum diketahui secara pasti namun yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari

wanita hamil yang mengalami abortus inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit

akibat perdarahan yang terjadi2,3,4.

Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan

ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya

syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan

tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami

guncangan psikis. tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada

keluarga yang sangat menginginkan anak. Oleh karena hal itulah, mengenal lebih

dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting bagi para pelayan kesehatan agar

mampu menegakkan diagnosis kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai

dan akurat, serta mencegah komplikasi.

Page 3: Abortus Inkomplit Rozan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram dengan

sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus. Abortus inkomplit

sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai

komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis.1

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian abortus sulit untuk diketahui secara pasti karena banyak kasus

yang tidak dilaporkan. Selain itu angka kejadian abortus bervariasi menurut

ketekunan dalam identifikasi kasus. Di Indonesia proporsi kejadian abortus spontan

sebesar 17,75%. Angka terbesar terjadi di Riau yakni 35,96% dan angka terendah di

papua yakni 7,72%. Diperkirakan total kejadian abortus spontan di Indonesia

mencapai 2,3 Juta per tahun. Diperkirakan terjadi 37 aborsi untuk setiap 1000

perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) di Indonesia.3,4

Lebih dari 80% aborsi spontan terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan dan

angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.

Lima puluh persen kejadian abortus pada trimester pertama diakibatkan oleh

abnormalitas kromosom, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua

dan 5-10% pada trimester ketiga. Terdapat pula perbedaan antara jumlah janin laki-

laki dan perempuan pada abortus awal, dimana ratio laki-laki : perempuan 1:5.5

Risiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di

samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang

dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20

tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun dan pada wanita

diatas 45 tahun adalah 50%. Untuk usia paternal yang sama, kenaikannya adalah dari

3

Page 4: Abortus Inkomplit Rozan

4

12% menjadi 20%. Insiden abortus bertambah pada kehamilan yang belum melebihi

umur 3 bulan.3,6,7

Angka kejadian abortus inkomplit tidak diketahui secara pasti. Kejadian

abortus berkisar antara 15-20% dari semua kehamilan dengan sekitar 60% dari wanita

hamil dirawat di rumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit.

Data dari Afrika Selatan menunjukan bahwa 44.686 perempuan dirawat di rumah

sakit pemerintah dengan abortus inkomplit setiap tahunnya. 15% dari semua pasien

tersebut datang dengan morbiditas berat sementara 19% datang dengan morbiditas

sedang.8

2.3 Etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak selalu

tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang

terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun

pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, terkadang janin masih hidup dalam uterus

sebelum ekspulsi. Terjadinya abortus secara spontan dapat dipengaruhi oleh berbagai

etiologi yang saling terkait. Secara umum, etiologi terjadinya abortus spontan dapat

dibagi menjadi tiga yakni janin, maternal, dan paternal.5

2.3.1 Perkembangan Zigot yang Abnormal

Abortus spontan sering disebabkan oleh adanya abnormalitas dari

perkembangan zigot, embrio, fetus atau plasenta. Abnormalitas kromosom

bertanggung jawab terhadap 50-60% embrio yang gugur. Angka ini menurun seiring

kemajuan dari umur persalinan. Sembilan puluh lima persen dari abnormalitas

kromosom disebabkan oleh kesalahan gametogenesis maternal sementara 5%

disebabkan oleh kesalahan paternal. Autosomal trisomi, monosomi X (45,X), dan

autosomal trisomi merupakan kelainan kromosom yang paling sering ditemui pada

abortus.5 Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas kromosom

sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi autosomal merupakan anomali yang paling

Page 5: Abortus Inkomplit Rozan

5

sering ditemukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21 %) dan monosomi X

(13%).9

Gambar 1. Kromosom trisomi9

2.3.2 Faktor Maternal

Faktor maternal pada kejadian abortus sering dikaitkan dengan abortus yang

terjadi pada zigot euploidi. Peristiwa abortus tersebut mencapai puncaknya pada

kehamilan 13 minggu, dan karena saat terjadinya abortus lebih belakangan, pada

sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat dikoreksi. Penyebab dari

abortus euploidi tidak dipahami secara penuh, namun beberapa penyakit medis,

kondisi kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa abortus

euploidi.5

a. Infeksi

Beberapa organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,

Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus Herpes Simplex,

Cytomegalovirus listeria monocytogenes, dan Toxoplasma dicurigai berperan

sebagai penyebab abortus. Isolasi yang dilakukan pada Mycoplasma hominis dan

Ureaplasma urealyticun dari traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami

abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma

yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari kedua

Page 6: Abortus Inkomplit Rozan

6

organisme tersebut, diketahui bahwa Ureaplasma urealyticum merupakan

penyebab utama.5

b. Penyakit Kronis yang Melemahkan

Abortus pada masa awal kehamilan jarang disebabkan oleh penyakit kronis yang

melemahkan imunitas ibu seperti tuberculosis atau karsinomatosis. Salah satu

penyakit yang diasosiasikan dengan abortus spontan adalah celiac sprue. Terdapat

asosiasi yang kuat antara abortus dan abortus berulang dengan antibodi antigliadin

dari penyakit celiac karena bersifat toksik terhadap trophoblast. 10 Abortus jarang

disebabkan karena seorang ibu mengalami hipertensi, namun hipertensi dapat

menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes yang tidak

terkendali sering dihubungkan dengan peningkatan kejadian abortus spontan.

Peningkatan kejadian dikaitkan dengan abnormalitas struktur pada fetus. Namun

pada wanita dengan diabetes yang terkendali, diabetes jarang menjadi penyebab

abortus.5,10

c. Pengaruh Endokrin

Peningkatan kejadian abortus dapat dikaitkan dengan kondisi hipotiroidisme,

diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. Hipotiroidisme sering disebakan oleh

adanya antibodi antitiroid. Kejadian abortus spontan terjadi 2 kali lipat lebih seing

pada perempuan dengan antibodi tiroid yang terdeteksi 17% dibandingkan dengan

perempuan tanpa antibodi tiroid. Diabetes tidak menyebabkan abortus jika kadar

gula dapat dikendalikan dengan baik. Defesiensi progesteron karena kurangnya

sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan

dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan

desidua, defesiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada

hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa abortus

spontan. 5,10

d. Nutrisi

Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar

kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Nausea

serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap

Page 7: Abortus Inkomplit Rozan

7

deplesi nutrien yang ditimbulkan akibat hyperemesis gravidarum jarang diikuti

dengan abortus spontan. Sebagaian besar mikronutrien pemah dilaporkan sebagai

unsur yang penting untuk mengurangi abortus spontan.5

e. Obat-obatan dan Toksin Lingkungan

Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden abortus.

Rokok, alkohol, kafein, dan radiasi merupakan salah satu penyebab utama

peningkatan resiko abortus pada ibu hamil. Kline dalam penelitianya menemukan

bahwa wanita yang merokok lebih dari 14 batang setiap harinya memiliki resiko

abortus 1,7 kali lebih besar dari kelompok kontrol. Wanita yang meminum alkohol

paling tidak dua kali dalam seminggu memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk

mengalami abortus dibandingkan wanita yang tidak mengkonsumsi alkohol.10

f. Faktor-Faktor Immunologis

Abortus diperkirakan terjadi akibat gagalnya sebuah proses supresi sistem imun.

Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus

spontan yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan antibodi anti

cardiolipin (ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus

serta destruksi plasenta. 10

g. Gamet yang Menua

Angka insiden abortus spontan juga dipengaruhi oleh umur sperma dan ovum.

Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil bila inseminasi

terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh,

karena itu disimpulkan bahwa garnet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis

wanita sebelum fertilisasi dapat menaikkan kemungkinan terjadinya abortus.

Beberapa percobaan binatang juga selaras dengan hasil observasi tersebut.6,9

h. Laparotomi

Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya abortus.

Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ

panggul, maka kemungkinan terjadinya abortus semakin besar.7

Page 8: Abortus Inkomplit Rozan

8

i. Trauma Fisik dan Trauma Emosional

Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio atau

kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh trauma, kemungkinan

kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih merupakan

kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus. Abortus yang disebabkan

oleh trauma emosional bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep

abortus dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas.6,9

j. Kelainan Uterus

Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan uterus kongenital dan kelainan

uterus yang didapat. Paparan diethylstilbestrol (DES) pada janin dapat

mengakibatkan abnormalitas pembentukan duktus müllerian. Kavitas endometrium

pada wanita yang terpapar DES memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari

pada wanita normal. Hal ini diperkirakan dapat menjadi penyebab dari

peningkatan kasus abortus spontan pada perempuan yang terpapar DES.10 Insiden

abnormalitas perkembangan uterus berkisar antara 1:200 hingga 1:600 wanita.

Secara umum, 25 % wanita dengan abnormalitas uterus memiliki masalah

reproduksi. Kelainan kongenital yang paling sering diasosiasikan dengan abortus

adalah uterus bikornu dan septae uteri. Menurut studi yang dilakukan oleh Acien

(1996), dari 170 pasien hamil dengan malformasi uterus hanya 18,8% yang

mampu bertahan hingga melahirkan cukup bulan, sementara 36,5 % mengalami

persalinan abnormal.1,10

k. Inkompetensi serviks

Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya terjadi

pada trimester kedua. Inkompetensi serviks merupakan dilatasi asimptomatik dari

ostium servikalis internus. Keadaan ini akan mengakibatkan dilatasi kanalis

serviks selama trimester kedua persalinan. Tidak adanya bantalan yang menunjang

fetus akan mengakibatkan terjadinya ruptur dan prolaps, yang sering diikuti

dengan ekspulsi fetus dan plasenta. 5

Page 9: Abortus Inkomplit Rozan

9

2.3.3 Faktor Paternal

Peranan faktor paternal tidak banyak diketahui dalam proses timbulnya

abortus spontan. Adanya kelainan kromososomal pada sperma seperti terjadinya

translokasi abnormal kromosom pada sperma dapat menimbulkan zigot yang

mendapat bahan kromosom yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga dapat

mengakibatkan abortus.5

2.4 Patogenesis

Abortus inkomplit dapat terjadi secara spontan, maupun sebagai komplikasi dari

abortus provokatus, atau dari abortus imminens yang tidak ditangani dengan baik.

Proses terjadinya abortus berawal dari perdarahan pada desidua basalis yang

kemudian diikuti oleh proses nekrosis pada jaringan sekitar daerah yang mengalami

perdarahan itu. Dengan demikian konseptus terlepas sebagian atau seluruhnya dari

tempat implantasinya. Konseptus yang telah lepas dari perlekatannya merupakan

benda asing di dalam uterus dan merangsang rahum untuk berkontraksi. Rangsangan

yang terjadi semakin lama semakin bertambah kuat dan terjadilah his yang memeras

isi rahim keluar. 1,5,10

Pada keguguran yang terjadi sebelum kehamilan kurang dari 8 minggu

pelepasannya dapat terjadi sempurna sehingga terjadi abortus kompletus oleh karena

villi koreales belum tumbuh terlalu mendalam ke dalam lapisan desidua. Pada

kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih

dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna oleh karena villi

koriales telah tumbuh dan menembus lapisan desidua jauh lebih tebal sehingga ada

bagian yang terisa melekat pada dinding rahim dan terjadilah abortus inkomplit. yang

dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu

umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul

kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Sisa abortus yang tertahan

didalam mengganggu kontraksi rahim yang menyebabkan pengeluaran darah yang

lebih banyak. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan

lengkap.1,5,10

Page 10: Abortus Inkomplit Rozan

10

2.5 Gambaran Klinis

Gejala umum yang merupakan keluhan utama pada pasien dengan abortus

inkomplit adalah perdarahan pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan

kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Perdarahan dapat

berjumlah banyak atau sedikit tergantung dari jaringan fetus/plasenta yang tersisa

pada janin. Perdarahan yang masif pada pasien akan menyebabkan pasien jatuh dalam

kondisi syok hipovolemi. Pasien abortus inkomplit datang dengan riwayat telat haid

serta hilangnya tanda-tanda kehamilan. Pada pemeriksaan fisik anogenital didapatkan

adanya perdarahan pada vagina yang dapat disertai dengan keluarnya jaringan. Pada

pemeriksaan tinggi fundus didapatkan tinggi fundus lebih rendah dari usia kehamilan.

Nyeri tekan dapat ditemukan pada daerah supra pubik. Pada pemeriksaan dalam

(vaginal toucher) dapat ditemukan porsio terbuka, perdarahan, dan ditemukannya sisa

jaringan.5,10

2.6 Diagnosis

Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk memperoleh riwayat lengkap termasuk diantaranya

adalah sebagai berikut.10,11

Riwayat menstruasi: pada pasien perlu ditanyakan hari pertama haid

terakhir, periode menstruasi sebelumnya, interval menstruasi, dan keteraturan

menstruasi. Hal ini penting untuk mendeteksi kemungkinan adanya

penyimpangan dari periode menstruasi normal yang mungkin mencerminkan

adanya pendarahan yang berasal dari implantasi dari kehamilan yang normal

maupun yang abnormal.

Tanggal terjadinya konsepsi (jika diketahui).

Obat-obatan yang digunakan sejak HPHT: alkohol, tembakau kafein

dan obat-obatan yang lain.

Page 11: Abortus Inkomplit Rozan

11

Masalah kesehatan: diabetes militus, infeksi pendarahan, penyakit

tiroid dan autoimun.

Riwayat operasi: terutama operasi yang melibatkan uterus dan

adneksa.

Riwayat obstetri: jumlah kelahiran aterm dan preterm, jumlah

terjadinya abortus baik yang spontan maupun yang diinduksi, jumlah anak

yang hidup dan jumlah komplikasi yang berhubungan dengan persalinan

tranfusi darah, perforasi uterus).

Riwayat ginekologi: termasuk tes pap smear abnormal, STD dan

kontrasepsi.

Pasien dengan abortus spontan inkomplit biasanya akan mengeluarkan flek-flek

atau mengalami perdarahan pervaginam yang banyak, yang disertai dengan nyeri

perut bagian bawah yang hebat. Pasien juga dapat mengeluh mengeluarkan darah

yang bergumpal dan sesuatu yang menyerupai daging. Menghitung jumlah

pendarahan sangat penting (jumlah pembalut atau tampon) untuk melihat pendarahan

apakah meningkat atau memburuk. Pendarahan dari abortus inkomplit bergantung

pada jaringan sisa namun umumnya berat. Adanya bekuan darah atau jaringan

mungkin suatu tanda yang penting untuk mengetahui perkembangan dari abortus

spontan. Nyeri yang berhubungan atau kram seharusnya dicatat termasuk lokasi,

beratnya dan durasi dari nyeri. Gejala lain seperti demam ataupun menggigil adalah

lebih khas terhadap abortus septik.10,11

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pasien dengan abortus inkomplit, sebelum melakukan pemeriksaan fisik

menyeluruh perlu diperhatikan ada tidaknya tanda-tanda kegawatan seperti syok.

Perhatikan tanda-tanda vital pasien. Jika terdapat ortostatik hipotensi merupakan

suatu tanda awal untuk dilakukannya resusitasi cairan ataupun tranfusi darah. Adapun

beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan pada abortus inkomplit adalah sebagai

berikut:10,11,12

Page 12: Abortus Inkomplit Rozan

12

Memeriksa perut dengan memperhatikan adanya nyeri tumpul,

bengkak, tanda peritoneal merupakan suatu kemungkinan terjadinya

pendarahan intraperitoneal.

Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan

umur kehamilan atau lebih rendah. Palpasi akan mendapatkan tinggi fundus

uteri yang sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah dan terasa lunak.

Melalui inspekulo terlihat adanya dilatasi serviks yang mungkin

disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah.

Pemeriksa juga mungkin dapat melihat adanya jaringan yang tertinggal dalam

vagina. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu

dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih

tertinggal. Pastikan intensitas pendarahan pemeriksaan bekuan darah atau

bagian-bagian daging. Menentukan ukuran sondase uterus juga penting

dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai3.

Vaginal toucher (VT) akan mendapatkan terbukanya kanalis servikalis

dan teraba jaringan di dalamnya. Periksa adanya nyeri goyang porsio untuk

menentukan adanya kehamilan ektopik. Pastikan adanya pembukaan serviks,

jika ada pembukaan mencerminkan suatu abortus insipiens atau abortus

inkomplit. Jika tertutup merupakan suatu abortus imminens.

Periksa ukuran uterus, konsistensi, ketegangan dan adanya nyeri tekan

adneksa ataupun massa. Jika dirasakan adanya suatu massa, palpasi harus

dilakukan dengan hati-hati dan mantap untuk menghidari terjadinya ruptur

pada kehamilan ektopik ataupun kista ovarium.

Jika terdapat cairan abnormal dari vagina atau serviks, perlu dibuat

preparat basah dan kultur serviks untuk organisme gonorrhea dan clamydia.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan

laboratorium berupa darah lengkap untuk mengetahui ada tidaknya tanda infeksi,

tanda anemia, Pemeriksaan PP test perlu dilakukan untuk memastikan tanda

Page 13: Abortus Inkomplit Rozan

13

kehamilan. Pemeriksaan radiologi berupa USG penting dilakukan untuk

menunjukkan ada tidaknya sisa jaringan dalam uterus.2,10

Tiap jenis abortus menunjukan gambaran radiologi yang berbeda. Abortus

imminens akan menunjukan gambaran gestasional sac yang normal dan embrio yang

viable. Pada abortus inkomplit gestasional sac akan terlihat kempes dan ireguler,

terdapat materi echogenic yang menunjukan sisa plasenta pada kavitas uteri.

Sementara pada abortus komplit, endometrium terlihat berdekatan dengan tidak

terlihat adanya produk konsepsi.9

2.7 Diagnosa Banding

Abortus inkomplit dapat didiagnosis banding dengan abortus iminens, abortus

insipien, abortus komplit, missed abortion, mola hidatidosa, blighted ovum, dan

kehamilan ektopik terganggu.13

Diagnosis Banding

Gejala Pemeriksaan FisikPemeriksaan Penunjang

Abortus inkomplit

- Perdarahan banyak/sedang dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

- Nyeri perut ringan- Keluar jaringan

sebagian (+)

- TFU kurang dari umur kehamilan

- Dilatasi serviks (+)- Teraba jaringan dari

cavum uteri atau masih menonjol pada osteum uteri eksternum

- Tes kehamilan urin masih positif

- USG: terdapat sisa hasil konsepsi (+)

Abortus Iminens

- Perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu berupa flek-flek

- Nyeri perut ringan- Keluar jaringan (-)

- TFU sesuai dengan umur kehamilan

- Dilatasi serviks (-)

- Tes kehamilan urin masih positif

- USG:gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (+), fetal heart movement (+)

Abortus insipient

- Perdarahan banyak dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

- TFU sesuai dengan umur kehamilan

- Dilatasi serviks (+)

- Tes kehamilan urin masih positif

- USG:gestasional sac (+), fetal plate

Page 14: Abortus Inkomplit Rozan

14

- Nyeri perut berat- Keluar jaringan (-)

(+), fetal movement (+/-), fetal heart movement (+/-)

Abortus komplit

- Perdarahan (-)- Nyeri perut (-)- Keluar jaringan

sebagian (+)

- TFU kurang dari umur kehamilan

- Dilatasi serviks (+/-)

- Tes kehamilan urin masih positif bila terjadi 7-10 hari setelah abortus

- USG: sisa hasil konsepsi (-)

Missed abortion

- Perdarahan (-)- Nyeri perut (-)- Biasanya tidak

merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilannya >14 minggu sampai 2o minggu, penderita merasakan rahimnya mengecil, tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.

- TFU kurang dari umur kehamilan

- Dilatasi serviks (-)

- Tes kehamilan urin negative setelah 1 minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan

- USG:gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (-), fetal heart movement (-)

Mola Hidatidosa

- Tanda kehamilan (+)

- Terdapat banyak atau sedikit gelembung mola

- Perdarahan banyak/sedikit

- Nyeri perut (+) ringan

- TFU lebih dari umur kehamilan

- Terdapat banyak atau sedikit gelembung mola

- DJJ (-)

- Tes kehamilan urin masih positif (Kadar HCG lebih dari 100.000 mIU/mL

- USG:adanya pola badai salju (snow storm)

Page 15: Abortus Inkomplit Rozan

15

- Mual muntah (+)

Blighted ovum

- Perdarahan berupa flek-flek

- Nyeri perut ringan- Tanda kehamilan

(+)

- TFU kurang dari usia kehamilan

- OUE menutup

- Tes kehamilan urin positif

- USG: gestasional sac (+), namun kosong (tidak terisi janin)

Kehamilan ektopik terganggu (KET)

- Nyeri abdomen (+)- Tanda kehamilan

(+)- Perdarahan

peraginam (+/-)

- Nyeri abdomen (+)- Tanda-tanda syok

(+/-) : hipotensi, pucat, ekstremitas dingin

- Tanda-tanda akut abdomen (+): perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen

- Rasa nyeri pada pergerakan servik

- Uterus dapat teraba agak membesar dan teraba benjolan di samping uterus yang batasnya sukar ditentukan

- Cavum douglas menonjol berisi darah dan nyeri bila diraba

- Lab darah : Hb rendah, eritrosit dapat meningkat, leukosit dapat meningkat

- Tes kehamilan positif

- USG: gestasional sac di luar cavum uteri

2.8 Penatalaksanaan

Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa

apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat

terdiri dari dilatasi serviks yang diikuti dengan pengosongan isi uterus baik dengan

cara kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi, maupun dilatasi dan ekstrasi,

Page 16: Abortus Inkomplit Rozan

16

teknik induksi haid, dan laparotomi yang dapat dilakukan dengan histerotomi maupun

histerektomi. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara

lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20%

atau urea 30%, prostaglandin Ez, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa

injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun

per oral, antiprogesteron - RU 486 (meferiston), atau berbagai kombinasi tindakan

tersebut diatas.

Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan

kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal

terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium

ekstema yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila

plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis

ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk

mencegah terjadinya perdarahan lanjut.

Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang

berakibat fatal4. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan

perdarahan dilakukan dengan cara.15

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,

evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengelaurkan

hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri

ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral.

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16

minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan:

Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan

kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg

per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

Page 17: Abortus Inkomplit Rozan

17

Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam

fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai

terjadi ekspuisi hasil konsepsi.

Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspuisi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).

Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

Teknik kuretase dengan penyedotan (aspirasi vakum) sangat bermanfaat untuk

mengosongkan uterus, dilakukan dengan menyedot isi uterus menggunakan kanula

yang terbuat dari bahan plastik atau metal dengan tekanan negatif. Tekanan negatif

dapat menggunakan pompa vakum listrik atau dengan syringe pump 60 ml. Aspirasi

vakum merupakan prosedur pilihan yang lebih aman jika dibandingkan dengan teknik

kuretase tajam, digunakan pada kehamilan kurang dari 12 minggu, dapat dilakukan

hanya dengan atau tanpa analgesia lokal pada serviks maupun analgesia sistemik

sedang. Aplikasi aspirasi vakum bahkan dapat dilakukan sampai pada umur

kehamilan 15 minggu, tergantung pada ketrampilan dan pengalaman operator.

Complete abortion rate aspirasi vakum berkisar antara 95 - 100%. Metode ini

merupakan metode pilihan untuk mengatasi abortus inkomplit.

Evakuasi jaringan sisa dapat dilakukan secara lengkap dalam waktu 3-10

menit. Sebelum melakukan tindakan kuretase, pasien, tempat dan alat kuretase

disiapkan terlebih dahulu. Pada pasien yang mengalami syok, atasi syok terlebih

dahulu. Kosongkan kandung kencing, selanjutnya dapat diberikan anestesi (jika

diperlukan). Lakukan pemeriksaan ginekologik ulang untuk menentukan besar dan

bentuk uterus, kemudian lakukan tindakan antisepsis pada ginitalia ekstema, vagina

dan serviks. Spekulum vagina dipasang dan selanjutnya serviks dipresentasikan

dengan tenakulum. Uterus disonde dengan hati-hati untuk menentukan besar dan arah

uterus. Masukan kanula yang sesuai dengan dalam kavum uteri melalui serviks yang

telah berdilatasi (tersedia ukuran kanula dari 4 mm sampai 12 mm). Selanjutnya

kanula dihubungkan dengan aspirator (60 Hg pada aspirator listrik atau 0,6 atm pada

syringe). Kanula digerakkan perlahan-lahan dari atas kebawah dan sebaliknya, sambil

diputar 360°. Bila kavum uteri sudah bersih dari jaringan konsepsi, akan terasa dan

Page 18: Abortus Inkomplit Rozan

18

terdengar gesekan kanula dengan miometrium yang kasar, sedangkan dalam botol

penampung jaringan akan timbul gelembung udara. Pasca tindakan tanda-tanda vital

diawasi selama 15-30 menit tanpa anestesi dan selama 1-2 jam bila dengan anestesi

umum. Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan 1-2 minggu kemudian.15

Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi, seperti

perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa yang tidak

lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah

trimester pertama, dengan demikian, tindakan evakuasi yang dilakukan pada

kehamilan diatas trimester pertama berupa dilatasi dan evakuasi. Panas bukan

merupakan kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang

memadai segera dimulai.6

Penatalaksanaaan abortus dengan teknik medis dibuktikan aman dan efektif.

Efikasi terapi mifepriston dengan misoprostol dilaporkan sebesar 98% pada

kehamilan trimester pertama awal. Namun demikian, pada abortus inkomplit, metode

ini tidak memberikan keuntungan yang signifikan. Untuk mencapai ekspuisi spontan

yang lengkap dengan terapi prostaglandin (misoprostol) diperlukan waktu rata-rata

selama 9 hari. Regimen mefepriston, antiprogesteron digunakan secara luas, bekeria

dengan cara mengikat reseptor prigesteron, sehingga terjadi inhibisi efek progesteron

untuk menjaga kehamilan. Dosis yang digunakan 200 mg. Kombinasi selanjutnya (36

- 48 jam) dengan pemberian prostaglandin 800 μg insersi vagina mengakibatkan

kontraksi uterus lebih lanjut yang kemudian diikuti dengan ekspuisi jaringan

konsepsi.

Efek yang terjadi pada terapi dengan obat-obatan ini berupa kram pada perut

yang disertai dengan perdarahan yang menyerupai menstruasi namun dengan fase

yang memanjang, selama 9hari bahkan dapat terjadi selama 45 hari. Kontraindikasi

penggunaan obat-obat tersebut adalah pada keadaan dengan gagal ginjal akut,

kelainan fimgsi hati, perdarahan abnormal, perokok berat dan alergi.2

2.9 Prognosis

Abortus inkomplit yang dievakuasi dini tanpa infeksi memberikan prognosis

Page 19: Abortus Inkomplit Rozan

19

yang baik terhadap ibu. Pada wanita dengan riwayat pernah mengalami abortus

sebanyak satu kali, maka kemungkinan untuk mengalami abortus kembali pada

kehamilan selanjutnya adalah sekitar 15%. Sedangkan jika ia pernah mengalami

abortus sebanyak dua atau tiga kali, maka kemungkinannya meningkat, yaitu

berturut-turut sekitar 25% dan 30-45%.1

2.10 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh abortusnya sendiri maupun

akibat dari tindakan penanganan yang dilakukan. Abortus inkomplit yang tidak

ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan infeksi

akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama di dalam kavum uteri. Tindakan kuretase

pada abortus inkomplit juga dapat menimbulkan komplikasi antara lain:14

a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-

muntah, bradikardia, dan cardiac arrest.

b. Perforasi uterus akibat sonde atau dilatator. Bila perforasi

oleh kanula, segera putuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya

kavum uteri dibersihkan sedapatnya. Kemudian pasien diberikan antibiotika dosis

tinggi. Biasanya perdarahan akan berhenti segera.

c. Serviks robek yang disebabkan oleh tenakulum. Bila

perdarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.

d. Perdarahan karena sisa jaringan konsepsi. Tindakan yang

harus dilakukan adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.

e. Infeksi juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat

terjadi. Pengobatannya berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman

aerob maupun anaerob.

Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah trimester pertama,

dengan demikian, tindakan evakuasi yang dilakukan pada kehamilan diatas trimester

pertama berupa dilatasi dan evakuasi.14

Page 20: Abortus Inkomplit Rozan

20

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas penderita

Nama : KS

Umur : 34 tahun

Alamat : Penebel, Tabanan

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status perkawinan : Menikah

Tanggal MRS : 25 Mei 2015 (pk 12.30 WITA)

3.2 Anamnesis

Keluhan utama :

Penderita datang dengan keluhan perdarahan pervaginam keluar flek flek sejak

tiga hari yang lalu (22-5-2015), disertai gumpalan-gumpalan darah berwana

merah kehitaman. Penderita juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.

Riwayat tes kencing positif sekitar 1 bulan lalu. Riwayat trauma panas badan, dan

pingsan disangkal. Riwayat coitus juga disangkal.

Riwayat menstruasi :

- Menarche umur 14 tahun, dengan siklus teratur setiap 28-29 hari, lamanya 3-5

hari tiap kali menstruasi

- Hari pertama haid terakhir : 30-3-2015

- Nyeri saat menstruasi kadang-kadang dirasakan oleh penderita

Riwayat pernikahan : menikah satu kali dengan suami sekarang selama 15 tahun

Riwayat persalinan :

Page 21: Abortus Inkomplit Rozan

21

1. Lahir anak perempuan secara spontan di bidan dengan berat badan 3600 gram

pada tahun 2000

2. Lahir anak perempuan secara spontan di bidan dengan berat badan 3700 gram

pada tahun 2003

Riwayat Ante Natal Care (ANC) : pernah satu kali di bidan

Riwayat USG : pernah satu kali

Riwayat KB : penderita memakai KB IUD selama 1,5 tahun, stop pada tahun 2005

Riwayat penyakit sebelumnya : riwayat penyakit asma, penyakit jantung,

hipertensi, diabetes mellitus disangkal oleh penderita

Riwayat alergi obat : riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu disangkal oleh

penderita

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status present :

Keadaan umum : baik Kesadaran : E4V5M5 (CM)

Tekanan Darah : 110/70 Nadi : 84X/menit

Respirasi : 20X/menit Suhu tubuh : 36,5oC

Tinggi badan : 155 cm Berat badan : 45 kg

Status general :

Kepala : Mata: anemia -/-, ikterus -/-, isokor

Jantung : S1S2 tunggal, regular, murmur(-)

Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Ekstremitas : edema tidak ada pada keempat ekstrimitas

Status ginekologi :

Abdomen : Tinggi fundus uteri tidak teraba

nyeri tekan tidak ada

tanda cairan bebas tidak ada

massa tidak ada

20

Page 22: Abortus Inkomplit Rozan

22

Inspekulo : fluksus (+), fluor (-)

pembukaan porsio (+), tampak jaringan

VT : fluksus (+), fluor (-)

pembukaan porsio (+), teraba jaringan

korpus uteri antefleksi dengan besar dan bentuk setara dengan umur

kehamilan 8-9 minggu

adneksa parametrium dan cavum Douglasi dalam batas normal

3.4 Pemeriksaan lab

Darah lengkap :

WBC : 11,3 (4,60-10,2)

RBC : 4,31 (3,80-6,50)

HGB : 13,0 (11,5-18,0)

HCT : 37,1 (37,0-54,0)

PLT : 288 (150-400)

3.5 Diagnosis Kerja

G3P2002 8-9 minggu dengan abortus inkomplit

3.6 Diagnosis Banding

1. Abortus iminens

2. Abortus insipien

3. Abortus inkomplit

4. Missed abortion

5. Mola hidatidosa

6. Blighted ovum

7. Kehamilan ektopik terganggu

3.7 Penatalaksanaan

Terapi : Kuretase

Page 23: Abortus Inkomplit Rozan

23

Amoxicillin 3 X 500 mg selama 5 hari

Asam mefenamat 3 X 500 mg

Methylergometrin 3 X 5 mg selama 5 hari

Monitoring : observasi 30 menit post kuret

KIE : Pasien dan keluarga

Tindak lanjut : Penderita dipulangkan 24 jam post kuret

Kontrol ke poliklinik kandungan dan kebidanan 1 minggu

kemudian

Page 24: Abortus Inkomplit Rozan

24

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis

Seorang pasien 34 tahun, Hindu, Bali, datang dengan keluhan perdarahan

pervaginam sejak tiga hari yang lalu (22-5-2015), dikatakan bahwa perdarahan

berupa keluar flek-flek disertai gumpalan-gumpalan darah berwana merah kehitaman.

Penderita juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah sejak 3 hari yang lalu. Nyeri

dirasakan bertambah keras setelah keluar flek. Terdapat riwayat telat haid dengan hari

pertama haid terakhir tanggal 30 Maret 2014. Riwayat tes kencing positif sekitar 1

bulan lalu di bidan. Riwayat trauma, panas badan, dan pingsan disangkal. Riwayat

coitus disangkal, begitu pula adanya keinginan untuk menghentikan kehamilan juga

disangkal oleh pasien.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status present dan general dalam batas

normal, pemeriksaan abdomen fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, tanda

cairan bebas tidak ada, massa tidak ada. Inspeksi vagina menggunakan spekulum

ditemukan adanya fluksus (+), flour (-), pø (+), jaringan (+). Dari pemeriksaan dalam

(vaginal toucher) didapatkan fluksus (+), flour (-), pø (+) teraba jaringan, korpus uteri

antefleksi dengan besar dan konsistensi sesuai dengan usia kehamilan 8-9 minggu,

adneksa parametrium serta cavum douglas dalam keadaan normal.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan tersebut pasien

ini didiagnosa sebagai abortus inkomplit dengan keadaan umum penderita masih

baik. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa perdarahan

pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan di bawah 20 minggu serta sebagian

hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri yang diketahui dari terbukanya porsio

dengan sisa jaringan yang masih teraba pada pemeriksaan dalam. Pasien dengan

abortus spontan inkomplit biasanya akan mengeluh mengeluarkan flek-flek atau

mengalami perdarahan pervaginam derajat sedang sampai berat, yang disertai dengan

24

Page 25: Abortus Inkomplit Rozan

25

nyeri perut bagian bawah yang hebat. Pasien juga dapat mengeluh mengeluarkan

darah yang bergumpal dan sesuatu yang menyerupai daging. Palpasi tinggi fundus

uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah.

Palpasi akan mendapatkan tinggi fundus uteri yang sesuai dengan umur kehamilan

atau lebih rendah dan terasa lunak. Melalui inspekulo terlihat adanya dilatasi serviks

yang mungkin disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan

darah. Vaginal toucher (VT) akan mendapatkan terbukanya kanalis servikalis dan

teraba jaringan di dalamnya. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa

pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mengevaluasi apakah pasien mengalami

anemia, infeksi, atau beresiko untuk terjadinya suatu perdarahan lebih lanjut.

Pemeriksaan penunjang berupa USG perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi kembali

apakah masih ada jaringan yang tertinggal di dalam kavum uteri, dan pemeriksaan PP

test dilakukan untuk memastikan bahwa pasien sedang dalam kondisi mengandung.

4.2 Faktor predisposisi atau etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak selalu

tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau

zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga

disebabkan oleh faktor paternal seperti translokasi kromosom. Dari anamnesis

didapatkan bahwa kejadian abortus ini adalah kejadian yang pertama kalinya. Namun

penyebab terjadinya abortus inkomplit pada pasien ini belum dapat dipastikan. Faktor

yang mungkin menyebabkan terjadinya abortus adalah faktor infeksi dikarenakan

adanya peningkatan sel darah putih. Penyebab lain yang dapat dipertimbangkan

adalah faktor nutrisi, faktor paternal, serta paparan obat-obatan dan toksin

lingkungan. Untuk mencegah hal ini berulang lagi maka diperlukan pemeriksaan

tambahan untuk menelusuri faktor penyebab terjadinya abortus ini sebagai persiapan

kehamilan berikutnya. Faktor emosional juga turut memegang peranan penting

sehingga pengaruh dokter sangat besar dalam mengatasi ketakutan dan keresahan

pasien. Dianjurkan pada penderita untuk banyak beristirahat serta menghindari

aktivitas yang berat.

Page 26: Abortus Inkomplit Rozan

26

4.3 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan abortus inkomplit dapat dilakukan baik dengan teknik

pembedahan maupun medikamentosa. Adapun penanganan yang dilakukan pada

kasus ini adalah kuretase dengan anestesi umum. Mengingat komplikasi tindakan ini

cukup banyak, maka perlu dilakukan dengan prosedur yang benar dan hati-hati untuk

mengurangi resiko tersebut seminimal mungkin. Pasca tindakan kuretase pasien

diberikan medikamentosa berupa amoxicillin 3 x 500 mg selama 5 hari, asam

mefenamat 3 x 500 mg, metil ergometrin 3 x 5 mg selama 5 hari. Amoxicillin

merupakan antibiotik yang diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pasca

tindakan, sedangkan asam mefenamat diberikan sebagai analgesik untuk mengurangi

rasa nyeri yang dirasakan pasien, sedangkan metil ergometrin diberikan untuk

menimbulkan kontraksi yang spastik pada uterus sehingga mencegah perdarahan

yang berkelanjutan.

Kemudian dilakukan observasi pasca tindakan untuk mengevaluasi keadaan

pasien. Pada pasien didapatkan status present dan status general dalam batas normal,

serta tidak ditemukan adanya perdarahan aktif. Dapat disimpulkan bahwa pasien

berada dalam kondisi stabil, sehingga pasien dipulangkan 24 jam pasca kuretase

dengan melanjutkan terapi yang telah diberikan sebelumnya serta disarankan untuk

kontrol kembali ke poliklinik satu minggu kemudian.

4.4 Prognosis

Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam mengingat tidak ada faktor

resiko yang berat pada pasien yang mungkin menyebabkan terjadinya abortus

berulang serta tidak ditemukannya komplikasi pasca tindakan kuretase.

Page 27: Abortus Inkomplit Rozan

27

BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus wanita 34 tahun, hamil muda 8-9 minggu yang

mengalami perdarahan pervaginam. Dari hasil pemeriksaan klinis didiagnosa dengan

abortus inkomplit. Penatalaksanaan awal pada kasus abortus adalah melakukan

penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien dan selanjutnya diperiksa

apakah ada tanda-tanda syok. Untuk mengurangi resiko perdarahan dan komplikasi

lain yang mungkin timbul, maka pada kasus abortus inkomplit ini dilakukan

pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase, kemudian diberikan medikamentosa

seperti golongan uterotonika, antibiotika dan analgetik. Dari hasil pemeriksaan klinis

didiagnosa dengan abortus inkomplit. Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase

keadaan penderita baik dan dipulangkan 24 jam setelah kuretase. Penderita diberikan

obat oral yaitu Amoxicillin 3 x 500mg, Asam mefenamat 3 x 500mg,

Methylergometrin 3 x 5mg. Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu

minggu kemudian untuk mengetahui perkembangan penderita. Abortus inkomplit

yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik.

Page 28: Abortus Inkomplit Rozan

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Dalam : Wiknjosastro GH,

Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta : PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2010 : hal. 459-474.

2. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah

Denpasar. 2003

3. Guttmacther institute. 2008. Aborsi di Indonesia dalam Kesimpulan. Seri 2008

No. 2.

4. Mulyati S. Hubungan Riwayat Infeksi Saluran Reproduksi dengan Kejadian

Abortus Spontan di Beberapa Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2002.

Thesis. Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

5. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC,

Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 24nd ed. USA : The McGraw-Hills

Companies, Inc ; 2014 : p. 215-237

6. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA: McGraw-

Hill Companies, 2003 : p. 45 – 55

7. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all.

Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9

8. Rees H. 1997. The Epidemiology of Incomplete Abortion South Africa. SA tr

Med J 1997;87:432-437

9. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus

Abortion. AAFP American Family Physician. October 01,2005;72;1.

10. Morton A, Stenchever MD, William, Droegemueller MD, Herbst Arthur L MD,

Daniel R Mishell. MD, Arthur L. H. Spontaneous and Recurrent Abortion,

Etiology, Diagnosis, Treatment in Comprehensive Gynecology 5th eds. Mosby:

2002, p.157-16

27

28

Page 29: Abortus Inkomplit Rozan

29

11. Garmel SH. Early Pregnancy Risk. In: De Cherney AH, Nathan L, editors.

Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th ed. New York, NY:

McGraw Hill; 2003

12. Sagili H. 2007. Review Modern Management of Miscarriage. The Obstetrician &

Gynaecologist 2007;9:102–108.

13. Valley.V.T. Early Pregnancy Loss. In:Emedicine.

http://reference.medscape.com/article/266317-overview last updated: 29

September 2014

14. Safe Abortion: Technical & Policy Guidance for Health System. Geneva: WHO,

2003

15. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.