Laporan Kasus Abortus Inkomplit

24
Borang Portofolio No. ID dan Nama Peserta : 1321100113144329 / dr. Rona Junita Nama Wahana : RSUD Lubuk Basung Topik : G 4 P 1 A 2 H 1 gravid 10-12 minggu + Abortus Incomplet Tanggal (Kasus) : 7 November 2013 Nama Pasien : Ny. J No. RM : 136008 Tanggal Presentasi : January 2014 Nama Pendamping : dr. Valencia Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Lubuk Basung Objektif Presentasi : - Keilmuan - Diagnostik - Keterampilan - Manajemen - Dewasa Deskripsi : Perempuan, usia 40 tahun, datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Tujuan : - Menegakkan diagnosis dan menatalaksana abortus incomplet dengan tepat Bahan Bahasan : Kasus 1

Transcript of Laporan Kasus Abortus Inkomplit

Borang Portofolio

No. ID dan Nama Peserta : 1321100113144329 / dr. Rona Junita

Nama Wahana : RSUD Lubuk Basung

Topik : G4P1A2H1 gravid 10-12 minggu + Abortus

Incomplet

Tanggal (Kasus) : 7 November 2013

Nama Pasien : Ny. J No. RM : 136008

Tanggal Presentasi : January 2014

Nama Pendamping : dr. Valencia

Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Lubuk Basung

Objektif Presentasi : - Keilmuan

- Diagnostik

- Keterampilan

- Manajemen

- Dewasa

Deskripsi : Perempuan, usia 40 tahun, datang dengan keluhan keluar

darah dari kemaluan sejak 3 hari sebelum masuk rumah

sakit.

Tujuan : - Menegakkan diagnosis dan menatalaksana abortus

incomplet dengan tepat

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Presentasi dan diskusi

Data Pasien : Nama : Ny. J

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 40 tahun

No. MR : 136008

1

Data Utama Untuk Bahan Diskusi

1. Diagnosis : G4P1A2H1 gravid 10 - 12 minggu + Abortus Incomplet

Gambaran Klinis :

- Keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien

mengaku keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan berupa flek hitam sejak

awal kehamilan. Namun, sejak 3 hari ini keluar darah seperti hari terakhir

menstruasi kira 1 sdm – ¼ gelas, ganti pembalut ± 2 kali. Darah berwarna

merah kehitaman, tidak berbongkah-bongkah, nyeri pada ari-ari tidak ada.

- Keluar jaringan seperti mata ikan tidak ada

- Riwayat trauma tidak ada

- Riwayat demam tidak ada

- Riwayat keputihan yang banyak dan berbau disertai gatal tidak ada

- Riwayat minum jamu tidak ada

- Riwayat terpapar radiasi atau sinar rontgen tidak ada

- BAK jumlah dan warna biasa

- BAB warna dan konsistensi biasa

- Pasien tidak haid sejak 3 bulan yang lalu

- Ini hamil keempat, anak terkecil berusia 5 tahun.

- HPHT: 16-8-2013 TP: 23-5-2014

- Riwayat selama hamil: mual (+), muntah (-)

- ANC: kontrol ke bidan 1x saat usia kehamilan 1 bulan dan diberikan tablet

Fe.

- Riwayat haid: menarche umur 13 tahun, siklus teratur 1xsebulan (28-30

hari), lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3 x ganti duk tiap hari, nyeri haid (-)

- Pasien belum pernah berobat untuk keluhannya ini.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat keguguran sebelumnya ada pada tahun 2004 dan 2006, dilakukan

kuretase.

- Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit tiroid tidak ada.

Riwayat Keluarga : tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama

dengan pasien.

2

Riwayat Sosial, Ekonomi, Kebiasaan :

- Pasien adalah seorang ibu rumah tangga

- Tidak ada mengkonsumsi alkohol, merokok, dan minum kopi.

Riwayat Perkawinan : 1x, tahun 2004

Riwayat Kehamilan/ Abortus/ Persalinan :

2004, abortus

2006, abortus

2008, laki-laki, lahir spontan, hidup

2013, sekarang

Riwayat Imunisasi: -

Riwayat KB: suntik per 3 bulan tahun 2009 sampai 2012.

Pemeriksaan Fisik :

a. Vital sign

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : composmentis cooperative

Tekanan darah: 100/70 mmHg

Nadi : frekuensi 100 x/menit

Frekuensi nafas: 21 x/menit

Suhu : 36,5° C

BB : 55 kg TB: 156 cm

Status gizi: normoweight

b. Pemeriksaan sistemik

Kepala : bentuk normal

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

pupil isokor, Ø 3 mm / 3 mm

THT : tidak ada kelainan

Leher : JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak membesar

Thoraks :

Jantung I : iktus tidak terlihat

3

Pa : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Pe : batas jantung normal

A : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Paru I : normochest, simetris kiri = kanan

Pa : fremitus kiri = kanan

Pe : sonor

A : vesikuler, ronkhi(-), wheezing (-)

Abdomen : status obstetrikus

Genitalia : status obstetrikus

- Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, oedem (-)

c. Status Obstetrikus

Muka : kloasma gravidarum (+)

Mammae : membesar, A/P hiperpigmentasi

Abdomen :

inspeksi : tampak sedikit membuncit, linea mediana

hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (-)

palpasi : FUT teraba 2 jari di atas simfisis os pubis

perkusi : timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genitalia :

Inspeksi : vulva dan uretra tenang

VT : fluksus (+), OUE tertutup

d. Laboratorium

Hematologi :

Hb : 12,6 gr/dL

Ht : 35%

Leukosit : 6800/mm3

Trombosit : 336.000/ mm3

BT : 2’

CT : 3’

4

Urinalisa :

Warna : kuning muda

Reduksi : negatif

Protein : negatif

Bilirubin : negatif

Sedimen : - Eritrosit : negatif

- Leukosit : negatif

- Silinder : negatif

- Kristal : negatif

- Epitel : negatif

Plano test : (+) positif

e. USG :

- GS (+) intake masih irreguler

- Tampak gambaran massa dalam cavum uteri

- Sisa kehamilan (+)

Penatalaksanaan

IGD

IVFD RL 20 tts/i

Observasi KU, VS

Informed consent

Rencana : kuretase

Laporan Kuretase : 8 November 2013 pukul 09.30-09.40

Penderita diletakkan dalam posisi litotomi.

Setelah dilakukan tindakan dan antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya,

dipasang speculum bawah yang dipegang oleh asisten.

Dengan pertolongan speculum atas, bibir depan portio dijepit dengan kogeltang.

Sonde masuk sedalam 8 cm.

Korpus uteri antefleksi.

5

Dilakukan kuretase secara sistematis dan hati-hati sampai cavum uteri bersih

dengan sendok kuret no. 3

Berhasil dikeluarkan jaringan sisa hasil konsepsi sebanyak 25 gram.

Jumlah perdarahan sebanyak ± 20cc.

Diagnosa pre-kuretase: Abortus Incomplet + perdarahan pervaginam

Diagnosa post-kuretase: Abortus Incomplet

Keadaan post- kuretase: TD : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/i

Nafas : 20 x/i

Therapi post- kuretase:

IVFD RL:D5% 1:1 20 tts/i

Cefixim 1 x 200 mg (X)

Metronidazole 3x 500 mg (XV)

Pospargin 1x1 (X)

Observasi keluhan, VS, PPV, tanda akut abdomen, kesadaran

Pro aff tampon ball 4 jam post kuret

Boleh minum bila sadar penuh

Follow Up

9 November 2013 pukul 08.00 WIB

S/ keluhan (-)

O/ Keadaan umum : sedang

Kesadaran : composmentis cooperative

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Suhu : 36 ˚C

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

6

Abdomen : distensi (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), BU (+) normal

Genitalia : PPV (-)

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik

A/ Post kuretase hari I a.i abortus incomplit

Th/

Aff infus

Cefixim 1 x 200 mg (X)

Metronidazole 3x 500 mg (XV)

Pospargin 1x1 (X)

Diet Mb TKTP

Boleh pulang control ulang 1 minggu lagi

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio

1. Subjektif

Dari anamnesis didapatkan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari yang

lalu. Awalnya pasien mengaku keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan berupa

flek hitam sejak awal kehamilan. Namun, sejak 3 hari ini keluar darah seperti hari

terakhir menstruasi kira 1 sdm – ¼ gelas, ganti pembalut ± 2 kali. Darah berwarna

merah kehitaman, tidak berbongkah-bongkah, nyeri pada ari-ari tidak ada. Keluar

jaringan seperti mata ikan tidak ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat demam

tidak ada. Riwayat keputihan yang banyak dan berbau disertai gatal tidak ada.

BAK jumlah dan warna biasa. BAB warna dan konsistensi biasa. Pasien tidak

haid sejak 3 bulan yang lalu. Ini hamil keempat, anak terkecil berusia 6 tahun.

HPHT: 16-8-2013, TP: 23-5-2014. Riwayat selama hamil: mual (+), muntah (-).

ANC: kontrol ke bidan 1x saat usia kehamilan 1 bulan dan diberikan tablet Fe.

Riwayat haid: menarche umur 13 tahun, siklus teratur 1xsebulan (28-30 hari),

lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3 x ganti duk tiap hari, nyeri haid (-). Pasien

riwayat keguguran tahun 2004 dan 2006.

7

2. Objektif

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,

kesadaran composmentis cooperative, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi

100 x/menit, nafas 21 x/menit, suhu 36,5oC, status gizi normoweight. Mata

konjungtiva tidak anemis. Pemeriksaan status obstretikus, pada muka

ditemukan kloasma gravidarum, mammae membesar, A/P

hiperpigmentasi. Abdomen tampak sedikit membuncit, linea mediana

hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (-), FUT teraba 2 jari di

atas simfisis os pubis, bising usus (+) normal. Genitalia: vulva dan uretra

tenang, VT fluksus (+) OUE tertutup

3. Assesment

ABORTUS

Definisi

Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin

cukup berkembang untuk dapat hidup diluar kandungan. Di Amerika Serikat

definisi ini terbatas pada pengakhiran kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu

yang didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir. Defnisi lain yang

digunakan secara umum adalah kelahiran janin-neonatus yang beratnya kurang

500 gr.

Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan

dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus dengan berat antara 400-

1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut

Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan

28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. Berbeda lagi menurut Holmer,

abortus terjadi sebelum kehamilan minggu ke-16. Kesimpulan dari perbedaan

pendapat di atas adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan.

Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk

mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain

yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).

8

Etiologi dan Faktor Resiko

Hal- hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:

1. Perkembangan zigot yang abnormal.

Penemuan morfologis yang abnormal yang paling sering terjadi dalam

abortus dini spontan adalah abnormalitas dalam perkembangan zigot, embrio, fase

awal janin atau kadang-kadang plasenta. Perkembangan janin yang abnormal

khususnya dalam trimester pertama kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi

perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi)

atau perkembangan dengan kromosom yang normal (euploidi).

2. Faktor maternal

Infeksi: Ureaplasma urealyticum merupakan penyebab utama karena

dapat diisolasi dari sebagian besar traktus genitalia wanita yang mengalami

abortus. Penyakit kronis yang melemahkan: Pada awal kehamilan, penyakit kronis

seperti tuberculosis atau carcinomatosis jarang menyebabkan abortus. Pada akhir

kehamilan persalinan premature dapat ditimbulkan oleh penyakit maternal

sistemik yang berat. Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, tapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan

persalinan prematur.

3. Pengaruh endokrin

Insiden abortus meningkat pada hipotiroidisme, diabetes mellitus dan

defisiensi progesteron.

4. Nutrisi

Pada saat ini hanya malnutrisi umum yang sangat berat yang paling besar

kemungkinannya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.

5. Obat reaksional dan toksin lingkungan

Tembakau dan alkohol diidentifikasi sebagai zat yang berkaitan dengan

penigkatan inside abortus euploidi. Radiasi dengan dosis letal minimum 5 rads

dapat mengakibatkan insiden abortus. Kontrasepsi Alat Kontrasepsi dalam rahim

(AKDR/IUD) berkaitan dengan kenaikan insiden abortus septik. Toxin

lingkungan seperti gas anestesi, arsen, timah hitam juga ikut berperan dalam

peningkatan insiden abortus.

6. Faktor imunologi

9

7. Gamet yang menua

Guerero dan Rojas menyimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua

didalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya abortus.

8. Laparatomi

Semakin dekat tempat pembedahan dengan organ panggul semakin besar

kemungkinan abortus.

9. Trauma fisik dan emosional

10. Kelainan uterus

11. Faktor paternal

Tidak diketahui jelas, yang pasti translokasi kromosom dalam sperma

dapat menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau

terlalu banyak sehingga terjadi abortus.

Patologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis

jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda

asing oleh uterus. Kemudian uterus berkontraksi uterus yang menyebabkan

ekspulsi untuk mengeluarkan hasil konsepsi tersebut. Apabila kantung dibuka,

biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh

cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan disebut blighted

ovum.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus

desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada

kehamilan 8-12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak

dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada

kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta.

Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion atau

benda kecil yang tak jelas bentuknya, janin lahir mati, mola kruenta, fetus

kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

10

Mola karneosa adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan

darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah

berdegenerasi tersebar di antaranya. Rongga kecil di dalam yang terisi cairan

tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal.

Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil.

Janin yang tertahan dapat mengalami maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps

dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah. Kulit melunak dan

terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan, meninggalkan dermis. Organ-

organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis. Cairan amnion mungkin

terserap saat janin tertekan dan mengering untuk membentuk fetus kompresus.

Kadang-kadang, janin akhimya menjadi sedemikian kering dan tertekan sehingga

mirip dengan perkamen, yang disebut juga sebagai fetus papiraseus.

Ovulasi dapat kembali terjadi sedini 2 minggu pasca-abortus. Uihteenmaki

dan Luukkainen (1978) mendeteksi lonjakan luteinizing hormone (LH) 16 sampai

22 hari setelah abortus pada 15 dari 18 wanita yang diteliti. Selain itu, kadar

progesteron plasma-yang merosot setelah abortus meningkat segera setelah

lonjakan LH.

Perubahan-perubahan hormon ini berlangsung seiring dengan perubahan

histologis pada biopsi endometrium seperti yang diuraikan oleh Boyd dan

Holmstrom (1972). Karena itu, kontrasepsi yang efektif perlu dimulai segera

setelah abortus.

Klasifikasi

1. Abortus provokatus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan menggunakan obat-obatan atau alat.

Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a. Abortus medisinalis (abortus therapheutica)

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

b. Abortus kriminalis.

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak

legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

2. Klasifikasi berdasarkan klinis:

11

a.Abortus komplet

Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga

rongga rahim kosong.

b.Abortus inkomplet

Hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, sisanya yang ketinggalan

adalah plasenta atau desidua basalis.

c.Abortus insipien

Suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi, pada pemeriksaan fisik

ditandai dengan pecahnya selaput janin dan pembukaan servik dan kontraksi

uterus.

d.Abortus imminens

Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk

mempertahankannya.

e.Missed abortion

Keadaan janin sudah mati tetapi masih tetap dalam rahim dan tidak

dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

f. Abortus habitualis

Adalah suatu keadaan dimana telah terjadi abortus 3 kali atau lebih secara

berurutan.

g.Abortus infeksi

Abortus yang disertai infeksi pada genitalia, diagnosis ditegakkan dengan

adanya tanda infeksi pada genitalia seperti panas, takikardia, perdarahan

pervaginam yang bau, uterus yang besar dan lembek, nyeri tekan dan

leukositosis.

12

Gambar : jenis-jenis abortus

Manifestasi Klinik dan Diagnosis

a. Abortus imminens

Jika seorang wanita yang hamil muda mengeluarkan darah sedikit pervaginam

maka ia diduga menderita abortus imminens. Perdarahan yang sedikit pada hamil

muda mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain dari abortus, misalnya:

1. Placental sign adalah perdarahan dari pembuluh darah sekitar plasenta

2. Erosio peritonitis juga mudah berdarah pada kehamilan

3. Polyp

Sebab no. 2 dan 3 dapat kita bedakan dengan pemeriksaan inspekulo tetapi sebab

no. 1 tidak dapat dibedakan. Secara ikhtisar abortus imminens didiagnosis kalau

pada kehamilan muda terdapat:

- Perdarahan sedikit

- Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.

- Ada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.

- Tidak ditemukan kelainan pada serviks.

Pada abortus imminens masih ada harapan bahwa kehamilan masih berlangsung

terus.

13

b. Abortus incipiens

Tanda-tandanya adalah:

- Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.

- Nyeri karena kontraksi rahim kuat

- Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan.

- Hasil konsepsi masih dalam uterus.

c. Abortus incompletus

Jika sebagian telur telah lahir, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan

plasenta) maka ini dinamakan abortus incompletes. Tanda-tandanya adalah:

- Terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan dan perdarahan masih

berlangsung terus.

- Cervix tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang

dianggap corpus alienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya

dengan mengadakan kontraksi.

d. Abortus completes

Dikatakan apabila hasil konsepsi telah lahir lengkap. Pada abortus komplit

perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-

lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali. Cervix juga dengan

segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga

maka disebut abortus inkomplit atau endometritis post abortum harus dipikirkan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pènunjang yang diperlukan adalah:

- USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

- Test Kehamilan

- Fibrinogen pada missed abortion

Ketika pada pemeriksaan USG transvaginal, ditemukan uterus kosong dan

jumlah kuantitatif serum hCG lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per

L), maka kehamilan ektopik harus difikirkan. Rahim ditemukan kosong pada

pemeriksaan USG mungkin aborsi spontan selesai, tetapi diagnosis tidak pasti

sampai kehamilan ektopik disingkirkan. Jika pemeriksaan USG menemukan

sebuah kehamilan intrauterin, kemungkinan KET tersingkirkan, meskipun

14

kehamilan heterotopic telah dilaporkan (yaitu, secara simultan kontrasepsi dan

kehamilan ektopik).

Risiko abortus spontan menurun 50 hingga 3 persen bila detak jantung

janin diidentifikasi pada USG. Ketika pemeriksaan klinis didapatkan leher rahim

melebar, aborsi spontan tidak bisa dihindari.. Namun, evaluasi serviks tidak dapat

digunakan untuk membedakan antara yang abortus complete dan incomplete.

Transvaginal USG harus dilakukan dan sangat dapat digunakan untuk

menemukan jaringan konsepsi, dengan sensitivitas 90 hingga 100 persen dan 80-

92, persen specificity.7 8 Sebuah aborsi spontan biasanya didiagnosis dengan

ultrasonografi rutin atau ketika USG scan diperoleh karena gejala dan tanda-tanda

fisik kehamilan.

Pemeriksaan laboratorium harus mencakup hidroksida kalium dan “wet

prep" pemeriksaan mikroskopis dari cairan vagina, hitung darah lengkap, hitung

darah dan Rh, dan tes hCG serum kuantitatif. pemeriksaan gonore dan klamidia

juga harus dipertimbangkan. Ultrasonografi sangat penting dalam

mengidentifikasi status kehamilan dan memverifikasi bahwa kehamilan di

intrauteri.

Penatalaksanaan

a. Abortus imminens

Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat diopertahankan, maka dianjurkan:

Tirah baring

Diberi sedativa seperti luminal, codein, morphin

Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi

kerentanan otot-otot rahim.

b. Abortus incipiens

Untuk mempercepat pengosongan rahim, diberikan infus oksitosin 20 unit

dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/ menit yang dapat

dinaikkan hingga 40 tetes/menit.

Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan sedativa.

Ergometrin 0,2 mg IM dapat diberikan dan diulangi 15 menit kemudian

cukup besar.

Misoprostol 400 mg po jika diperlukan diulangi 4 jam kemudian.

15

c. Abortus incompletes

Harus segera dibersihkan dengan kuretase karena selama masih ada sisa

plasenta akan terus terjadi perdarahan. Perdarahan berhenti, Ergometrin

0,2 mg IM atau Misoprostol 400 mg po

Bila tidak ada tanda infeksi beri antibiotik profilaksis (Ampisilin 500 mg

po atau doksisiklin 100 mg).

Bila terjadi infeksi beri Ampisillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setoap 8

jam.

Bila os anemia sedang beri SF 600 mg/hari (2 minggu) jika berat,

transfusi.

d. Abortus komplit

Kondisi baik: tablet ergometrin 3x1 tablet/ hari untuk 3 hari

Anemia sedang SF 600 mg/hari (2 minggu) dengan anjuran makan

makanan bergizi seperti susu, telur, tahu, tempe.

Komplikasi

- Perdarahan, dapat diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah

- Perforasi, dapat terjadi pada kerokan uterus jika uterus berada dalam posisi

hiperretrofleksi. Jika ada tanda bahaya, segera lakukan laparatomi tergantung

luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

- Infeksi, seperti juga pada abortus infeksiosa.

- Syok, biasanya terjadi syok hemoragi karena terjadi perdarahan dan infeksi.

- Kegagalan ginjal, biasanya disebabkan oleh berbagai macam efek dari infeksi

dan penggunaan bahan toksik untuk abortus.

4. Plan

Diagnosis : G4P1A2H1 gravid 10-12 minggu + Abortus Incomplet

Pengobatan:

Pada saat masuk di IGD, pasien diberikan pengobatan IVFD RL 20 tts/i,

Observasi KU, VS, Informed consent. Rencana : kuretase besok Pukul 09.30

WIB. Diberikan terapi post kuretase berupa IVFD RL:D5% 1:1 20 tts/I, Cefixim 1

16

x 200 mg (X), Metronidazole 3x 500 mg (XV), Pospargin 1x1 (X), observasi

keluhan, VS, PPV, tanda akut abdomen, kesadaran, pro aff tampon ball 4 jam post

kuret , boleh minum bila sadar penuh.Pada hari rawatan pertama post op, keluhan

pasien tidak ada. Pemeriksaan fisik mata konjungtiva sub anemis, abdomen: luka

operasi tertutup perban, tidak ditemukan tanda-tanda akut abdomen, PPV (-).

Dilakukan aff infus dan obat oral dilanjutkan. Pasien diperbolehkan pulang. Obat

oral dihabiskan dan pasien diharuskan kontrol 1 minggu lagi ke poli kebidanan.

Daftar Pustaka

1. Cunningham FG, Gant NF, Mac Donald PC. Abortus. Willliams

Obstetrics 18thedition . Alih bahasa: dr Joko S .Jakarta. EGC.1995, 571-

595

2. Saifudin, Bari. Editor, Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam. Acuan

nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta. Yayasan

BPSP. 2001. 146-151.

3. Winknjosastro H. Kelainan dalam lamanya kehamilan- Abortus. Dalam :

Ilmu kebidanan. Edisi III. Yayasan BPSP. Jakarta. 1996, 302-312.

17