Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

35
PRESENTASI KASUS ABORTUS INKOMPLIT Oleh : Dorothy Eugene Nindya W Sri Retnowati G99142120 G99151045 Pembimbing : dr. Deyna Primavita Pahlevi, Sp.OG

description

Presentasi kasus mengenai seorang wanita yang mengalami abortus inkomplit.Laporan ini mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tinjauan pustaka mengenai abortus inkomplit.

Transcript of Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

Page 1: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

PRESENTASI KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh :

Dorothy Eugene Nindya W

Sri Retnowati

G99142120

G99151045

Pembimbing :

dr. Deyna Primavita Pahlevi, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. SOEDIRMAN

KEBUMEN

2016

Page 2: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

BAB I

PENDAHULUAN

Abortus inkomplit merupakan komplikasi pada kehamilan yang hingga

saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian ibu. Angka kejadian abortus

spontan diperkirakan mencapai 10-17 % dari seluruh kehamilan, termasuk

didalamnya adalah abortus inkomplit. Oleh karena itu diperlukan penanganan

segera untuk mencegah timbulnya komplikasi.

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa pertolongan

segera merupakan langkah yang sangat penting dalam upaya menyelamatkan

penderita abortus inkomplit. Abortus inkomplit adalah kasus yang penting yang

harus dikuasai oleh dokter ataupun pekerja medis yang lain karena bila

penanganan yang dilakukan tidak tepat, dapat menimbulkan akibat fatal, bahkan

dapat berakhir pada kematian ibu.

Prinsip penatalaksanaan abortus inkomplit adalah pengosongan sisa massa

kehamilan dari kavum uteri. Tersedianya pelayanan kesehatan pasca abortus

diberbagai tingkat pelayanan kesehatan dapat menurunkan morbiditas dan

mortalitas abortus inkomplit.

Dalam tinjauan kasus ini akan dibahas bagaimana teori tentang abortus

inkomplit, laporan kasus, dan pembahasan kasus, apakah sudah sesuai dengan

teori, atau belum. Diharapkan dengan tinjauan kasus ini dapat dimengerti lebih

baik tentang abortus inkomplit.

1

Page 3: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus

1. Definisi

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah

berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau tanpa pengeluaran

hasil konsepsi.1 Di Amerika Serikat pengertian dibatasi sebagai suatu

berakhirnya kehamilan sebelum berumur 20 minggu yang didasarkan

pada hari pertama haid terakhir. Menurut WHO, abortus didefinisikan

sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan atau berat janin kurang dari 500 gram.1

Sampai saat ini janin yang terkecil dilaporkan dapat hidup diluar

rahim, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena

jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram

dapat hidup terus maka abortus dapat ditentukan sebagai pengakhiran

kehamilan sebelum janin dapat mencapai berat 500 gram atau kurang dari

20 minggu.2

Abortus dapat dibagi atas dua golongan, yaitu abortus spontan dan

abortus provokatus. Apabila abortus terjadi tanpa usaha medis ataupun

mekanik untuk mengosongkan uterus, maka dikatakan sebagai abortus

spontan. Sedangkan abortus provokatus adalah abortus oleh karena

terminasi mekanis ataupun medis kehamilan sebelum fetus viable.1

Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi

beberapa kelompok, yaitu abortus iminens (threatened abortion), abortus

insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, missed abortion, dan

abortus habitualis (recurrent abortion).1,3

Pada tinjauan kasus ini akan dibahas abortus inkomplit, yang

didefinisikan sebagai pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

2

Page 4: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus disertai

perdarahan yang banyak.

2. Etiologi

Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan abortus. Secara

garis besar, dapat dibagi menjadi faktor fetal, maternal, dan paternal.1,4,5

Faktor fetus, Kebanyakan abortus disebabkan oleh defek intrinsik

pada fetus seperti germ cell abnormal, abnormalitas kromosom konseptus,

defek implantasi, defek plasenta atau embrio yang berkembang, trauma

pada fetus, dan juga penyebab-penyebab lain yang belum diketahui.3

Faktor maternal. Berbagai kelainan pada ibu dapat menyebabkan

abortus, antara lain infeksi, penyakit kronis seperti TBC, hipertensi kronis

atau suatu karsinoma, abnormalitas endokrin berupa hipotiroid, diabates

melitus, maupun defisiensi progesteron. Selain itu juga bisa disebabkan

oleh faktor nutrisi, penggunaan obat tertentu yang bersifat teratogenik dan

faktor lingkungan (tembakau, alkohol, kafein, radiasi, kontrasepsi, toksin

deri lingkungan), kelainan imunologik, trombofilia, dan defek pada uterus

(kelainan pada uterus maupun serviks), serta infeksi TORCH.1

Faktor paternal. Hanya sedikit yang diketahui mengenai faktor

paternal dalam perkembangan abortus spontan. Sudah jelas bahwa

translokasi pada sperma dapat menyebabkan aborsi. Kulcsar et al

menemukan adenovirus pada 40% sampel semen dari pria steril. Virus

juga ditemukan dalam bentuk laten pada 60% sel, dan virus yang sama

ditemukan pada abortus.1

3. Patofisiologi

Setiap abortus spontan pada mulanya didahului oleh proses

perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh proses nekrosis

pada jaringan sekitar daerah yang mengalami perdarahan itu. Dengan

demikian konseptus terlepas sebagian atau seluruhnya dari tempat

implantasinya. Pada keguguran yang terjadi sebelum kehamilan kurang

dari 8 minggu pelepasannya dapat terjadi sempurna sehingga terjadi

abortus kompletus oleh karena villi koreales belum tumbuh terlalu

3

Page 5: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

mendalam ke dalam lapisan desidua. Pada keguguran yang lebih tua

pelepasannya biasanya tidak sempurna oleh karena villi koriales telah

tumbuh dan menembus lapisan desidua jauh lebih tebal sehingga ada

bagian yang terisa melekat pada dinding rahim dan terjadi abortus

inkompletus. Sisa abortus yang tertahan didalam rahim mengganggu

kontraksinya hal mana menyebabkan pengeluaran darah yang lebih banyak

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.

Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya

benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) mungkin pula janin

telah mati lama (missed abortion).

Konseptus yang telah lepas dari perlekatannya merupakan benda

asing di dalam uterus dan merangsang rahim untuk berkontraksi.

Rangsangan yang terjadi semakin lama semakin bertambah kuat dan

terjadilah his yang memeras isi rahim keluar. Apabila kantong kehamilan

yang keluar itu dibuka dan didapatkan cairan yang didalamnya terdapat

fetus yang telah mengalami maserasi. Pada kehamilan anembrionik

didalam cairan tidak terdapat fetus atau kalaupun ada fetusnya tidak

berkembang sempurna. Dengan mikroskop villi terlihat kepenuhan cairan

sehingga menggembung dan ujungnya bercabang yang berakhir dengan

gelembung-gelembung kecil. Dengan masuknya cairan jaringan

kedalamnya, villi yang demikian mengalami degenerasi mola. Pada

peristiwa yang tejadi perlahan darah yang keluar membeku mengelilingi

konseptus dan menjadikan darah beku sebagai kapsulnya dengan ketebalan

bervariasi dan didalam kapsul itu tersebar vili koriales yang telah

mengalami degenerasi. Isi kapsul yang terbuat dari bekuan darah itu

adalah kantong yang berisi cairan. Oleh tekanan bekuan darah yang

mengelilinginya biasanya kantong tersebut menglami distorsi. Benda yang

demikian terbentuk ini dinamakan mola kruenta. Apabila pigmen darah

telah diresorbsi dan pada yang tersisa telah terjadi organisasi maka benda

tersebut akan menyerupai daging berwarna merah kehitaman dan disebut

mola karnosa. Apabila perdarahan yang tejadi masuk ke ruangan antara

4

Page 6: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

lapisan amnion dengan lapisan korion maka hematom-hematom yang

terjadi berbentuk noduler dan benda itu disebut mola tuberosa.

Pada keguguran yang terjadi setelah fetus agak besar dapat

tebentuk fetus yang mengalami maserasi, fetus kompresus atau fetus

papiraseus. Pada fetus yang mengalami proses maserasi, tengkorak kepala

menjadi gepeng karena suturanya tidak utuh lagi, perutnya kembung

karena berisi cairan dan bercampur darah, fetus berwarna kemerahan, kulit

terkelupas selagi masih didalam rahim atau mudah sekali terkelupas oleh

sentuhan ringan di luar rahim dan terpisah dari koriumnya. Organ-organ

dalam mengalami degenerasi dan nekrosis dan menjadi rapuh serta

kehilangan kemampuannya untuk menyerap zat warna. Apabila cairan

amnion diresorbsi maka fetus akan kering dan terhimpit sehingga pipih di

dalam rahim dan terbentuk fetus kompresus. Kadang-kadang fetus

demikian keringnya dan menjadi tipis karena terkompres sehingga

menyerupai kertas dan disebut fetus papiraseus. Fetus papiraseus relatif

lebih sering terdapat pada kehamilan ganda yang satu fetusnya mati jauh

dini sementara fetus yang satunya lagi tumbuh dan berkembang sampai

lahir aterm.1

4. Klasifikasi

Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini

akan disampaikan dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas

terjadinya/legalitas dan klinis.

a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya,

tanpa provokasi dan intervensi.

2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena

diprovokasi, yang dibedakan atas:

a) Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan

atas indikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan

membahayakan ibu dan atau janin.

5

Page 7: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan

tanpa indikasi medis.

b. Menurut klinis:

1) Abortus Iminens

Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus

pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih

dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi sevik.

2) Abortus insipiens.

Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri

yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam

hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan

bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan

kuret vakum atau dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.

3) Abortus Inkomplit

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa

tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis

servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri

atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.

Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga

menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum sisa

hasil konsepsi dikeluarkan.

4) Abortus komplit

Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikerjakan. Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup

dan uterus sudah banyak mengecil.

5) Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

lebih berturut-turut

6

Page 8: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

6) Abortus infeksiosus

Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada

genitalia. Diagnosis ditegakkan dengan adanya abortus yang

disertai gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,

takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang

membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.

7) Missed abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20

minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu

atau lebih. 6

B. Abortus Inkomplit

1. Definisi

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus disertai perdarahan yang banyak.

2. Etiologi

a. Abnormalitas embrionik

Didapatkan sekitar 80% pada trimester pertama dari abortus.

Abnormalitas kromosom paling sering sebagai penyebab. Autosom

trisomi didapatkan lebih dari setengah dari kariotipe abnormal, dan

monosom adalah anomali tersering. Lebih dari 90% dari kelainan

selular dan morfologi akan menjadi abortus. Kelainan kromosomal

ditemukan lebih dari 75% dari abortus pada fetus pada trimester

pertama. Jumlah kelainan kromosom meningkat dengan meningkatnya

umur ibu. Wanita lebih muda dari umur 30 th rate terjadinya abortus

sekitar 12%, kemudian meningkat 50% pada wanita diatas 45 th.

b. Faktor maternal

Didapatkan sebagian besar pada trimester kedua. Penyebabnya dapat

berupa faktor yang bersifat kronis pada ibu, diantaranya berupa:

7

Page 9: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

Diabetes melitus pada ibu (insulin-dependent diabetes melitus):

lebih dari 30% kehamilan pada pasien dengan DM yang tidak

terkontrol berakibat terjadinya abortus spontan.

Hipertensi yang berat

Penyakit ginjal

Sindroma antifosfolipid

Lupus Eritromatus Sistemik

Penyakit tioroid

Penyakit Wilson

Faktor yang bersifat akut pada ibu, diantaranya:

Infeksi (Cytomegalovirus, rubella, toksoplasmosis, listeria,

ureaplasma, Mycoplasma, dan sifilis)

Trauma

Abnormalitas sistem reproduksi

Fibroid

Inkopetensi servik

Perkembangan plasenta yan abnormal

Faktor eksogen:

Kafein: minum kopi empat kali sehari meningkatkan terjadinya

resiko terjadinya abortus secara ringan.

alkohol

tembakau

kokain

radiasi

3. Diagnosis

Diagnosis abortus inkompletus ditegakkan bila dijumpai perdarahan yang

cukup banyak kadang-kadang sampai menimbulkan syok, masih ada sisa

hasil konsepsi dalam uterus, kanalis servikalis terbuka dan jaringan masih

dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari

ostium uteri eksternum. 7

4. Penatalaksanaan

8

Page 10: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

Tatalaksana abortus inkomplit menurut Kemenkes8:

a. Lakukan konseling.

b. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan

kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.

c. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,

lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah

metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila

AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan,

berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila

perlu).

d. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin

dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes

per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.

e. Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2

jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.

f. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk

pemeriksaan patologi ke laboratorium.

g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut

abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar

hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb

>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.

Penanganan abortus inkomplit disertai syok karena perdarahan segar harus

diberikan infus intravena cairan NaCI fisiologik atau cairan Ringer yang

segera disusul dengan darah. Setelah syok diatasi, dilakukan kuretase.

Pasca tindakan ergometrin intramuskuler untuk mempertahankan kontraksi

uterus.7

5. Komplikasi

Perdarahan berat atau persisten saat atau sesudah abortus dapat

mengancam nyawa. Semakin tua usia kehamilan, semakin besar

kemungkinan perdarahan yang banyak. Sepsis sering terjadi pada aborsi

9

Page 11: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

yang dilakukan sendiri oleh pasien. Infeksi, sinekia intrauterin, dan

infertilitas adalah komplikasi lain dari abortus. Perforasi dinding uterus

dapat terjadi saat dilatasi dan kuretase, dan dapat disertai cedera usus dan

buli-buli, perdarahan, infeksi, dan pembentukan fistula.2

Kehamilan ganda dengan kematian satu janin dan retensi janin

yang lain tidak hanya mungkin, tetapi telah didokumentasikan secara baik

pada 20% kehamilan dini yang dimonitor secara baik dengan USG.

Biasanya fetus diserap, namun kematian satu janin pada kehamilan ganda

dapat menyebabkan perdarahan vaginal dan kram perut.2

Bahkan pada kehamilan dini, abortus dapat menyebabkan efek

bermakna pada pasien dan keluarganya. Fakta bahwa sebagian besar

abortus adalah tidak diharapkan memperberat kesedihan pasien dan

keluarga. Tiap orang memberi respon yang berbeda terhadap kondisi ini.2

6. Prognosis

Pada wanita dengan riwayat pernah mengalami 1 kali abortus maka

kemungkinan untuk mengalami abortus pada kehamilan berikutnya

adalah sebesar 20 %, sedangkan jika mengalami 3 kai maka

kemungkinannya adalah rata-rata 50%.

Setelah dilakukan tindakan kuretase dan tidak ada komplikasi, maka

setelah 3 bulan, prognosis baik apabila pasien akan hamil lagi.

10

Page 12: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

BAB III

STATUS PENDERITA

A. ANAMNESIS

Tanggal 28 Februari 2016

1. Identitas Penderita

Nama : Ny. M

Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat :Pejagoan, Kebumen

Status Perkawinan : Kawin

HPMT : 16 Desember 2015

HPL : 23 September 2016

UK : 10 minggu +1 hari

Tanggal Masuk : 28 Februari 2016

No.CM : 302896

2. Keluhan Utama

Perdarahan dari jalan lahir

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang G3P2A0, 41 tahun, usia kehamilan 10 minggu + 1 hari,

datang kiriman dari bidan dengan keterangan keluar perdarahan dari jalan

lahir. Pasien merasa hamil 2 bulan lebih, mengeluhkan adanya

perdarahan dari jalan lahir, merongkol- merongkol sejak 1 hari SMRS,

keluar jaringan putih seperti gajih (+) di rumah. Nyeri perut bawah

disangkal. Riwayat trauma (-), riwayat minum jamu dan obat-obatan (-).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : Disangkal

11

Page 13: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal

Riwayat Jatuh/Trauma : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

6. Riwayat Fertilitas

Baik

7. Riwayat Obstetri

Penderita pernah hamil sebanyak 3 kali, telah melahirkan 2 kali, tidak

pernah mengalami abortus:

Anak I: Perempuan, 3100 gram, spontan, 14 tahun

Anak II: Laki-laki, 3100 gram, spontan, 11 tahun

Anak III: Hamil sekarang

8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

9. Riwayat Haid

- Menarche : 13 tahun

- Lama menstruasi : 6 hari

- Siklus menstruasi : 28 hari

12

Page 14: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

10. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, 14 tahun

11. Riwayat Keluarga Berencana

Menggunakan KB IUD selama 8 tahun, sejak tahun 2005

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Obstetri

Keadaan Umum : Compos mentis, baik

Tanda Vital :

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x / menit

Respiratory Rate : 18 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Inspeksi

Kepala : Mesocephal

Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Wajah : Kloasma gravidarum (+)

Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae

hiperpigmentasi (+)

Abdomen :

Inspeksi : Dinding perut // dinding dada, stria gravidarum (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tinggi fundus uteri tidak

teraba, massa (-)

Ekstremitas : Oedema

- -

- -

Akral dingin

13

Page 15: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

- -

- -

Pemeriksaan Dalam :

Genital

Inspekulo: Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,

portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-)

VT: Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio

lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+),

discharge (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium Darah tanggal 28 Februari 2016 :

Hemoglobin : 11,5 gr/dl (L)

Hematokrit : 34 % (L)

Antal Eritrosit : 4,1 x 103/uL

Antal Leukosit : 10,8 x 103/uL

Antal Trombosit : 289 x 103/uL

Golongan Darah : AB

GDS : 92 mg/dL

HbS Ag : non reaktif

Masa perdarahan (BT) : 2,45 menit

Masa pembekuan (CT) : 3,00 menit

Tes Kehamilan : (+)

2. Ultrasonografi (USG) tanggal 28 Februari 2016 :

Vesica urinaria terisi cukup

Tampak uterus membesar.

Tampak massa amorf intrauterine

Kesan menyokong gambaran sisa hasil konsepsi.

14

Page 16: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

D. KESIMPULAN

Seorang G3P2A0, 41 tahun, usia kehamilan 10 minggu + 1 hari, datang

kiriman dari bidan dengan keterangan keluar perdarahan dari jalan lahir.

Pasien merasa hamil 2 bulan lebih, mengeluhkan adanya perdarahan dari

jalan lahir, merongkol- merongkol sejak 1 hari SMRS, keluar jaringan putih

seperti gajih (+) di rumah. Nyeri perut bawah disangkal. Riwayat trauma (-),

riwayat minum jamu dan obat-obatan (-).

Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal.

Pemeriksaan inspekulo: vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas

normal, portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-).

Pemeriksaan VT: vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,

portio lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+),

discharge (-). Pemeriksaan USG: V/U terisi cukup, tampak uterus

membesar, tampak massa amorf intrauterine, kesan sisa hasil konsepsi.

E. DIAGNOSA AWAL

Abortus inkomplit

F. PROGNOSA

Dubia ad bonam

G. TERAPI DAN PLAN

Mondok bangsal

Cek darah rutin

Usul kuretase

Konsul anestesi

Infus RL

H. FOLLOW UP

1. Dilakukan Kuretase pada tanggal 29 Februari 2016 pukul 10.00

15

Page 17: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

Laporan operasi/kuretase:

- Pasien ditidurkan di meja ginekologi kemudian dilakukan

premedikasi

- Dilakukan toilet vulva vagina dan sekitarnya dalam keadaan narkose

- Dilakukan kateterisasi keluar urine 20 cc

- Dilakukan pemeriksaan bimanual teraba uterus sebesar telur

- Dipasang spekulum sims posterior yang dipegang asisten

- Dipasang spekulum sims anterior kemudian jepit porsio dengan

tenakulum di arah jam 11 dan spekulum sims anterior dilepas

- Dilakukan sonde 9 cm

- Dilakukan kuretase searah jarum jam sampai kering (terdengar bunyi

krek dan berbuih), didapatkan jaringan sisa konsepsi sebanyak 25 cc.

- Injeksi metergin 1 ampul IV

- Tenakulum dilepas, berikan antiseptik di tempat jepitan

- Kontrol perdarahan, didapat perdarahan + 15 cc

- Spekulum sims posterior dilepas

- Kuretase selesai

2. DPH 0 / 29 Februari 2016 pukul 12.00

Keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Keluhan : tidak ada keluhan

Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit

N = 80x/menit Suhu = 36,9 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), Tinggi Fundus Uteri tidak teraba

Genital : Perdarahan (-)

Discharge (-)

Diagnosis : Post kuretase atas indikasi abortus inkomplit dalam

perawatan hari ke-0

16

Page 18: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

Terapi : Amoxicillin tablet 3 x 500 mg

Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet

Vitamin C 2 x 1 tablet

Awasi KUVS dan tanda-tanda perdarahan

3. DPH 1 / 1 Maret 2016 pukul 06.00

Keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Keluhan : tidak ada keluhan

Tanda vital : T = 110/80 mmHg Respiratory Rate = 20x/menit

N = 80x/menit Suhu = 36,8 0C

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba.

Genital : Perdarahan (-)

Discharge (-)

Diagnosa : Post kuretase atas indikasi abortus inkomplit dalam

perawatan hari ke-1

Terapi : Amoxicillin tablet 3 x 500 mg

Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet

Vitamin C 2 x 1 tablet

Awasi KUVS dan tanda-tanda perdarahan

Plan : BLPL

Kontrol poli obsgyn

17

Page 19: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

BAB IV

ANALISIS KASUS

A. Analisis Status

Pada pembuatan status ini dijumpai beberapa kekurangan diantaranya

perlunya anamnesis yang lebih lanjut mengenai keteraturan ibu melakukan

pemeriksaan kehamilan (ANC) pada kehamilan sekarang dan kehamilan-

kehamilan sebelumnya dan riwayat ginekologi.

B. Analisis Kasus Diagnosis

Indikasi-indikasi abortus inkomplit adalah:

- Terjadi pendarahan berat pada awal gestasi

yang menetap sampai berhari-hari atau berminggu-minggu saat usia

kehamilan < 20 minggu

- Tes kehamilan (+)

- Pendarahan melalui ostium uteri

eksternum, keluarnya hasil konsepsi, dan disertai nyeri perut

- Uterus membesar tidak sebesar usia

kehamilan

- Ostium uteri masih terbuka

- Hasil USG: tampak massa amorf dengan

batas endometrial line membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan atau

HPMT

Pada kasus ini kriteria yang mendukung ke arah abortus inkomplit yaitu :

a) Tes kehamilan (+) dengan usia kehamilan 10 minggu +1 hari

b) Pendarahan lewat jalan lahir sejak 1 hari SMRS, keluarnya

jaringan.

c) OUE membuka

d) Hasil USG: tampak uterus membesar, tampak massa amorf

kesan sisa hasil konsepsi.

18

Page 20: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

C. Analisis Kasus Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk kasus ini dengan tindakan kuretase terapi

dengan indikasi masih adanya perdarahan serta dari hasil pemeriksaan USG

didapatkan massa amorf. Menurut Wibowo (2002) bahwa perdarahan saat atau

sesudah abortus dapat menjadi perdarahan berat atau persisten sehingga dapat

mengancam nyawa yaitu pasien dalam keadaan syok hipovolemik. Apalagi

semakin tua usia kehamilan, semakin besar kemungkinan perdarahan yang

banyak mengingat usia ibu sudah lebih dari 40 tahun sehingga atas kedua

alasan tersebut dilakukan kuretase. Kuretase sendiri dapat menghentikan

perdarahan. Selain itu dilakukan kuretase untuk pembersihan jaringan sisa

mengingat jaringan sisa dapat menimbulkan sepsis. abortus yang tidak diobati

akan mengakibatkan infeksi bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan

sepsis akibat endotoksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab. Sepsis sering

terjadi pada aborsi yang dilakukan sendiri oleh pasien. Infeksi, sinekia

intrauterin, dan infertilitas adalah komplikasi lain dari abortus. Perforasi

dinding uterus dapat terjadi saat dilatasi dan kuretase, dan dapat disertai

cedera usus dan buli-buli, perdarahan, infeksi, dan pembentukan fistula.

Manejemen pengobatan yang diberikan adalah pemberian antibiotik

yaitu injeksi Amoxicillin. Tujuan dari antibiotik ini adalah mencegah

terjadinya infeksi mengingat pada kasus abortus banyak terjadi perdarahan

yang merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri sedangkan

post kuretase perlu diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pasca

intervensi di uterus. Preparat Amoxicillin dipilih karena merupakan

berspektrum luas dimana dianjurkan pemberian antibiotik spektrum luas.

Sulfas Ferosus 1x1 diberikan sebagai penambah darah dimana

kandungan Fe mampu membantu pembentukan hemoglobin.

Pada hari berikutnya terapi yang diberikan Amoxicillin 3 x 500mg,

Sulfasferosus 1 x 1 tab, dan Vit C 2 x 1 tablet.

19

Page 21: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

BAB V

SARAN

1. Edukasi kepada pasien mengenai

pengetahuan tentang penyakit, gejala, dan komplikasinya,

penatalaksanaannya.

2. Mengedukasi pasien apabila didapatkan

perdarahan atau infeksi (panas, takipneu, takikardi) segera kontrol

3. Mengedukasi pasien untuk memakai alat

kontrasepsi / KB dan bila pasien menolak memberikan tenggang waktu

untuk hamil guna mencegah kejadian dalam kehamilan yang tidak

diinginkan pasca kuretase.

20

Page 22: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Norman FG, Leveno JK, Gilshap LC, Hauth JC, Wenstrom

KD. Abortion in Williams Obstetrics, 21th ed. Mc Graw Hill; 2001, p.688-

1132.

2. Wibowo B, Wiknjpasienastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan.

Dalam: Wiknjpasienastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T, editor. Ilmu

Kebidanan ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

2002, p. 302-322.

3. Garmel SH. Early Pregnancy Risk. In: DeCherney AH, Nathan L, editors.

Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9 th ed. New York,

NY: McGraw Hill; 2003.

4 Morton A, Stenchever MD, William, Droegemueller MD, Herbst Arthur L

MD, Daniel R Mishell.MD, Arthur L. H. Spontaneous and Recurrent

Abortion, Etiology, Diagnosis, Treatment in Comprehensive Gynecology 4th

eds. Mosby: 2002, p.157-164

5. Mochtar R. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. Dalam: Lutan D,

editor. Sinopsis Obstetri ed 2. Jakarta: EGC, 1998.

6. Wiknjosastro G.H., Wibowo N. 1999. Kelainan pada lamanya

kehamilan(abortus,preterm,lewat waktu). Kuliah Obstetri Gineklkogi.

www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt5.html.

7. Mansjoer, A. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 270-273.

21

Page 23: Presentasi Kasus Abortus Inkomplit

8. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan.

9. Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.

22