Tutorial 7 Sken d

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Biologi Molekuler, Genetika dan Penunjang Metabolisme Tubuh adalah blok kelima pada awal semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D yang memaparkan kasus mengenai Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn, menjalankan nazarnya untuk mendaki dan menginap di puncak Gunung Semeru setelah diangkat sebagai Wakil Menteri urusan minyak. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl. Setelah beberapa jam di puncak, ia mengeluh mengalami sesak nafas, sakit kepala, mual, penglihatan kabur, dan terasa melayang. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang beristirahat dan bertambah berat bila berjalan. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun gangguan kardiovaskuler. dr. Boy, dokter tim pendakian, melakukan pemeriksaaan terhadap Ir. Priyo. Tanda vital : Temp : 36,2 °C, HR : 108 x/mnt, TD : 100/60 mmHg, RR : 36 x/mnt cepat dangkal EKG portabel : Deskripsi jantung dalam batas normal Pulse oxymetri : saturasi oksigen : 70% Laporan Tutorial Skenario D Blok V 1

description

skenario d tutorial 7

Transcript of Tutorial 7 Sken d

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Biologi Molekuler, Genetika dan Penunjang Metabolisme Tubuh adalah blok kelima pada awal semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D yang memaparkan kasus mengenai Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn, menjalankan nazarnya untuk mendaki dan menginap di puncak Gunung Semeru setelah diangkat sebagai Wakil Menteri urusan minyak. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl. Setelah beberapa jam di puncak, ia mengeluh mengalami sesak nafas, sakit kepala, mual, penglihatan kabur, dan terasa melayang. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang beristirahat dan bertambah berat bila berjalan. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun gangguan kardiovaskuler. dr. Boy, dokter tim pendakian, melakukan pemeriksaaan terhadap Ir. Priyo.Tanda vital :

Temp : 36,2 C, HR : 108 x/mnt, TD : 100/60 mmHg, RR : 36 x/mnt cepat dangkalEKG portabel : Deskripsi jantung dalam batas normal

Pulse oxymetri : saturasi oksigen : 70%

dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:

a. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

b. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok

c. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Data TutorialTutorial Skenario DTutor

: Desti Mariani, dr.Moderator

: Malahayati HasanSekretaris Meja

: Kurniadi D. EkaputraSekretaris Papan

: M. Bagus Hadi KesumaWaktu Tutorial

: Senin, 8 April 2013

Rabu, 10 April 2013Peraturan Tutorial :

1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.

2. Mengacungkan tangan terlebih dahulu saat akan mengajukan argumen.

3. Izin saat akan keluar ruangan.

4. Dilarang makan dan minum saat tutorial sedang berlangsung.

2.2 Skenario Kasus

Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn, menjalankan nazarnya untuk mendaki dan menginap di puncak Gunung Semeru setelah diangkat sebagai Wakil Menteri urusan minyak. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl. Setelah beberapa jam di puncak, ia mengeluh mengalami sesak nafas, sakit kepala, mual, penglihatan kabur, dan terasa melayang. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang beristirahat dan bertambah berat bila berjalan. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun gangguan kardiovaskuler. dr. Boy, dokter tim pendakian, melakukan pemeriksaaan terhadap Ir. Priyo.

Tanda vital :

Temp : 36,2 C, HR : 108 x/mnt, TD : 100/60 mmHg, RR : 36 x/mnt cepat dangkal

EKG portabel : Deskripsi jantung dalam batas normal

Pulse oxymetri : saturasi oksigen : 70%

dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian.

2.3 Seven Jump Steps

2.3.1 Klarifikasi Istilah

1. Nazar : hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai. (KBBI)2. dpl : diatas permukaan laut. (KBBI)3. Mual : hendak muntah/ merasa ingin sekali muntah. (KBBI)4. Sesak nafas : pernapasan yang sukar/ sesak. (kamus Dorland)5. Sakit kepala : nyeri pada kepala/ gangguan mirip migrant yang ditandai dengan serangan nyeri hebat unilateral pada otot pronessus. (kamus Dorland)6. Terasa melayang : perasaan terhadap ruang yang terganggu, sensasi terombang-ambing dan terasa adanya gerakan di dalam kepala. (kamus Dorland)7. Penglihatan kabur : tidak dapat melihat dengan jelas/ kurang jelas/ kurang terang. (KBBI)8. Gangguan respirasi : gangguan pada kegiatan keluar masuknya udara ke paru-paru. (KBBI)9. Gangguan kardiovaskuler : gangguan yang berkenaan dengan jantung/ pembuluh darah. (kamus Dorland)10. Temperatur : pernyataan tidak panas/ dingin dengan menggunakan sekala khusus. (kamus Dorland)11. Heart rate : kecepatan/ frekuensi pada detak jantung per satuan waktu. (kamus Dorland)12. Tekanan darah : tekanan yang dalam darah pada arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh manusia. (KBBI)13. Respirasi rate : kecepatan/ frekuensi pada pernapasan per satuan waktu. (kamus Dorland)14. EKG portable : grafik yang menelusuri variasi potensial elektrik yang disebabkan oleh eksitasi otot jantung dan dideteksi pada permukaan tubuh. (kamus Dorland)15. Pulse oxymetri : salah satu metode penggunaan alat untuk mengukur saturasi darah pasien untuk membantu pemeriksaan pasien tanpa harus analisi tes darah. 2.3.2 Identifikasi Masalah1. Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn, menjalankan nazarnya untuk mendaki dan menginap di puncak Gunung Semeru setelah diangkat sebagai Wakil Menteri urusan minyak. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl.2. Ia mengeluh mengalami sesak nafas.3. Ia mengeluh mengalami sakit kepala.4. Ia mengeluh mengalami mual.5. Ia mengeluh mengalami penglihatan kabur.6. Ia mengeluh mengalami terasa melayang.7. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang beristirahat dan bertambah berat bila berjalan.8. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun gangguan kardiovaskuler.9. dr. Boy, dokter tim pendakian, malakukan pemeriksaan terhadap Ir. PriyoTanda vital :

Temp : 36,2 C, HR : 108 x/mnt, TD : 100/60 mmHg, RR : 36 x/mnt cepat dangkal

EKG portabel : Deskripsi jantung dalam batas normal

Pulse oxymetri : saturasi oksigen : 70%

10. dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian.2.3.3 Analisis Masalah1. Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn, menjalankan nazarnya untuk mendaki dan menginap di puncak Gunung Semeru setelah diangkat sebagai Wakil Menteri urusan minyak. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl.a) Bagaimana fisiologi tubuh saat mendaki selama 6 jam ?Jawab :

Dari 214 orang yang naik dengan jarak antara 4200M dan 5671m (puncak) dalam waktu kurang dari 6 jam, 126 (58,1%) menderita AMS (Acute Mountain Sickness adalah suatu hambatan dalam pendakian gunung, berbagai penyakit yang bisa di jumpai kala mendaki :

Sakit kepala

Mual & Pusing

Kehilangan nafsu makan

Kelelahan

Sesak napas

Tidur terganggu

Perasaan umum malaise

(Asian Journal of Sports medicine)b) Bagaimana fisiologi tubuh saat di ketinggian ?Jawab :

Manusia dapat menjaga fungsi fisiologis tubuh untuk beradapatasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat terlihat pada dua gen orang di dataran tinggi yang berbeda dengan gen orang yang tinggal didataran rendah. Adanya perbedaan ini mengindikasikan bahwa faktor genetik dipengaruhi faktor geografi. Ketika ketinggian bertambah, maka manusia akan meningkatkan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Jumlah hemoglobin dalam darah juga bertambah karena faktor ketinggian. Tekanan oksigen di udara pada dataran tinggi lebih rendah dibanding tekanan oksigen di dataran rendah.

Ketika kita berpergian ke daerah tinggi, tubuh kita mulai membentuk respon fisiologis yang inefesien. Terdapat kenaikan frekuensi pernapasan dan denyut jantung hingga dua kali lipat walaupun saat istirahat. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat karena jantung memompa lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen. Kemudian tubuh mulai membentuk respon efisien secara normal yaitu aklimatisasi. Sel darah merah dan kapiler banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan karbondioksida. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot yang memperkuat transfer gas

(Aktivitas Spesifik Literature pdf, Ayu Anatriera, FK UI, 2009)

c) Bagaimana keadaan udara pada saat ketinggian sekitar 3676 meter dpl ?Jawab :

Suhu udaranya bisa mencapai - 2oC, pada sore hari suhu sekitar 4oC dan turun hingga 2oC pada malam hari, menjelang dini hari suhu turun sehingga - 2oC, pada siang hari 15o- 21o C. Kecepatan angin yang terjadi cukup kuat antara 8-30 knots.

Tekanan barometer pada ketinggian 3676 m dpl :

h = x 10 m

3676 = x 10 m

367,6 = 760-Px

Px = 760-367,6

Px = 392,4 mmHg

Jadi, tekanannya udaranya rendah sehingga kadar O2 menurun.

(Scratcherd, 2010)

Keadaan udara di ketinggian 3676 m dpl yaitu :

Tekanan udaranya menurun (hypobaric)

Tekanan parsial oksigen turun (PO2)

Suhu udara turun

(Guyton, 2007)

d) Bagaimana fisiologi pada saat keadaan normal (pernapasan & jantung) ?Jawab : Pernapasan :

1. Bernafas : perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke sel-sel tubuh dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel-sel menuju udara bebas.

2. Pernafasan eksternal : difusi O2 dan CO2 melalui membrane kapiler alveolus.

3. Pernafasan internal : proses transfer O2 dan CO2 antara kapiler-kapiler dan sel tubuh.e) Pemeriksaan apa saja yang dilakukan sebelum mendaki gunung ?Jawab :

1. Wawancara untuk mengetahui riwayat kesehatan calon pendaki.

Riwayat kesehatan tidak hanya meliputi penyakit bawaan tetapi juga kondisi terakhir calon pendaki seperti riwayat pernah jatuh karena kecelakaan maupun dalam tahap penyembuhan dari alergi.

2. Tes fisik

Tes fisik dilakukan untuk mengetahui kondisi seseorang bugar atau tidak. Dapat dilihat dari jogging.

f) Pandangan islam tentang nazar ?Jawab :

HR Rasulullah SAW

Barangsiapa yang bernazar untuk ketaatan maka laksanakanlah atau hendaklah ialaksanakanlah ketaatant ersebut Sesungguhnya nazar seperti itu tidak muncul kecuali dari orang yang bakhil atau kikir.

Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. (HR. Bukhari no. 6696)2. Ia mengeluh mengalami sesak nafas.a) Bagaimana mekanisme sesak nafas ?Jawab :

Kekurangan oksigen dalam atmosfer mengakibatkan kelainan gas pernafasan dalam cairan tubuh lalu meningkatnya usaha bernafas atau jumlah otot-otot paru bekerja lebih keras mengakibatkan perubahan kemampuan pengembangan paru dan terjadilah dispnea / sensasi dispnea.

(Guyton, 2007)

b) Apa penyebab Ir. Priyo mengalami sesak nafas ?Jawab :1. Reseptor-reseptor mekanik pada otot-otot pernapasan, paru, dan dinding dada; dalam teori tegangan-panjang, elemen-elemen sensoris, gelondong otot pada khususnya, berperan penting dalam membandingkan tegangan dalam otot dengan derajat elastisitasnya; dispnea terjadi bila tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot (volume napas tercapai)

2. Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2 (PCO2 dan PO2) (teori utang-oksigen)

3. Peningkatan kerja pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkatnya rasa sesak napas

4. Ketidakseimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi.

(Price, 2005)c) Bagaimana anatomi, fisiologi, histologi dari organ yang berkaitan dengan sesak nafas ?Jawab :

Anatomi system pernapasan manusia

1. Nose

2. Mouth

3. Epiglotis

4. Pleural membranes

5. Lung

6. Intercostal muscle

7. Rib

8. Diaphragm

9. Nasal cavity

10. Pharynx

11. Larynx

12. Trachea

13. Bronchii

14. Alveoli

Fisiologi Pernafasan

4. Bernafas : perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke sel-sel tubuh dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel-sel menuju udara bebas.

5. Pernafasan eksternal : difusi O2 dan CO2 melalui membrane kapiler alveolus.

6. Pernafasan internal : proses transfer O2 dan CO2 antara kapiler-kapiler dan sel tubuh.

(Zuliesikawati, UGM, Respiratory system pdf)

3. Ia mengeluh mengalami sakit kepala.a) Bagaimana mekanisme sakit kepala ?Jawab : Sakit kepala terjadi karena O2 yang masuk sedikit ke dalam tubuh, sehingga pasokan oksigen ke otak kurang, sehingga menyebabkan disfungsi saraf. Disfungsi saraf inilah yang menimbulkan efek terasa sakit pada kepala.(Sherwood, 2012)b) Apa penyebab Ir. Priyo mengalami sakit kepala ?Jawab :

Penyebab Ir. Priyo mengalami sakit kepala dikarenakan PO2 yang rendah pada tempat tinggi yang menyebabkan dilatasi arteriola dan jika autoregulasi cerebrum tidak mengkompensasi, maka ada peningkatan dalam tekanan kapiler yang menyokong peningkatan transudasi cairan ke dalam otak, sehingga menyebabkan edema cerebrum. (Ganong, 1995)Edema pada cerebrum mengenai meninges. Meninges adalah bagian otak yang peka terhadap rasa nyeri. Jadi saat edema cerebrum mengenai bagian meninges, terjadilah rasa sakit yang dirasakan oleh Ir. Priyo.(Priguna, 2000)

4. Ia mengeluh mengalami mual.a) Bagaimana mekanisme mual ?Jawab :

Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai gangguan gastrointestinal, demikian juga dengan penyakit lain. Beberapa teori mengenai penyebab mual dan muntah telah berkembang tetapi tidak ada kesepakatan mengenai penyebab. Mual dan muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium (1) Mual (2)Retching (3) Muntah. Stadium pertama mual dapat dijelaskan perasaan yang sangat tidak enak dibelakang tenggorokan dan epogastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual, seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung, dan peristaltik. Peningkatkan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan terjadinya refluks isi duodenum ke lambung. Gejala dan tanda mual seringkali pucat meningkatnya saliva, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat dan takikardi. (Patofisiologi, Sylvia A.Prince & Lorraine, 2003)

b) Apa penyebab Ir. Priyo mengalami mual ?Jawab :

a. Impuls iritatif yang datang dari traktus gasterintestinal

b. Impuls dari otak bawah yang berhubungan motion sickness

c. Impuls dari korteks serebri untuk mencentus muntah

(Guyton, 2007)

c) Bagaimana anatomi, fisiologi, histologi dari orgam yang berkaitan dengan mual ?Jawab :

Fisiologi dari sistem digestif :

Fungsi utama system pencernaan makanan adalah memindahkan zat nutrisi, air, dan garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk didistribusikan ke sel-sel melalui system sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energ bagi tubuh, seperti ATP yang dibutuhkan sel untuk melaksanakan berbagai kegiatan di tubuh dan juga berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti sel-sel rusak.

Pembuangan sisa/ sampah tubuh hanya merupakan fungsi kecil dari sistem pencernaan yang berlangsung melalui paru-paru, ginjal, defekasi pada akhir pencernaan, dan keringat melalui kulit. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, maka saluran pencernaan harus memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus-menerus.

Untuk itu dibutuhkan :

1. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan .2. Sekresi getah pencernaan.3. Absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit.4. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang akan diabsorpsi.5. Pengaturan semua fungsi oleh system saraf dan hormone.Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, meliputi proses sebagai berikut :

1. Ingesti : masuknya makanan ke dalam mulut.2. Pemotongan dan penggilingan : dilakukan secara mekanikal oleh gigi, kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan.

3. Peristalsis : gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.

4. Digesti : Hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.5. Absorpsi : pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.

6. Egesti (defikasi) : proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri dalam bentuk feses keluar dari saluran pencernaan.

(Price, 2005)

Histologi sistem digestif :

1. Rongga mulut

Dilapisi oleh epitel berlapis gepeng untuk perlindungan, makanan dikunyah disini dan liur melumasi makanan agar mudah ditelan.2. Esofagus

Saluran lunak yang berjalan dari faring hingga lambung, di belakang trakea. Menembus diafragma dan masuk ke lambung. Lumen dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Di spertiga atas, muskularis eksterna mengandung otot rangka. Di tengah, terdapat otot rangka dan otot polos di muskularis eksterna. Di sepertiga bawah, muskularis eksterna mengandung otot polos. Kelenjar mukosa esophagus terdapat lamina propria dan submukosa untuk melumasi. Adventisia mengelilingi esophagus di rongga toraks. Muskularis mukosa dan submukosa dari esosfagus bersambungan dengan yang terdapat di lambung.3. Lambung

Transisi dari esophagus ke lambung mendadak dan berlapis gepeng ke selapis silindris. Menerima, menyimpan, mencampur, dan mencerna produk makanan yang tertelan untuk membentuk kimus cair. Mengubah bolus makanan menjadi massa setengah cair kimus. Terdiri dari kardia, fundus, korpus dan pylorus. Permukaan dilubangi oleh foveola gastric yang berhubungan dengan kelenjar gastrika di lamina propria. Permukaan dilapisi oleh epitel selapis silindris penghasil mucus untuk proteksi. Kelenjar gastrika menghasilkan getah lambung yang kaya asam hidroklorida dan enzim pencerna protein. Muskularis eksterna memperlihatkan lapisan otot oblik sebelah dalam, sirkular tengah, dan longitudinal sebelah luar. Fundus dan korpus membentuk bagian utama membentuk bagian utama dan merupakan struktur secara histology identik, aktivitas peristaltic diatur oleh plekus saraf submukosa dan mienterikus.

Kelenjar dan sel lambung

Fundus dan korpus menghasilkan bahan kimiawi untuk mencerna isi lambung. Di fundus dan korpus, sel parietal adalah sel besar, asidofilik dan terletak di bagian atas kelenjar.

Sel parietal di fundus dan korpus menghasilkan asam hdroklorida dan faktor intrinsic lambung. Faktor intrinsic lambung penting untuk absorpsi vitamin B12 dan eritropoiesis.

Di bagian yang lebih dalam kelenjar terdapat sel zimogenik (chief cell). Sel zimogenik menghasilkan pepsinogen yang diubah menjadi pepsin dalam lingkungan asam.

Di kardia dan pylorus, epitel permukaan dan kelenjar gastrika tubular simpleks menghasilkan mucus

Kelenjar di pylorus menghasilkan mucus dan enzim penghancur bakteri yaitu lisozim. Sel lambung penghasil mucus berubah menjadi epitel usus di duodenum.

4. Usus halus

Sel absorptive dengan mikrovili yang diselubungi oleh glikokaliks adalah jenis epitel terbanyak di usus. Sel goblet, terselip diantara sel absorptive, meningkat jumlahnya kea rah bagian distal. Sel enteroendokrin tersebar di seluruh epitel dan kelenjar intestinal. Sel enteroendokrin mengeluarkan banyak hormone regulator untuk pencernaan. Sel paneth ditemukan di kelenjar intestinal yang menghasilkan enzim antibacterial lisozim untuk mengontrol flora mikroba di usus.5. Usus besar

terdiri dari sekum, kolon ascendens, transversum, descendens dan sigmoid. Terletak di antara anus dan ujung terminal ileum, Di ujung terminal, residu stengah cair menjadi tinja setengah padat atau keras. Epitel terdiri dari epitel selapis silindris dengan banyak sel goblet. Sel goblet menghasilkan mucus untuk melumasi kanalis analis agar tinja mudah keluar. Tidak ada enzim/bahan kimiawi yang dihasilkan, tetapi sel enteroendokrin terdapat di epitel.( Eeoschenko, 2012)

5. Ia mengeluh mengalami penglihatan kabur.a) Bagaimana mekanisme penglihatan kabur ?Jawab : karena naiknya Po2 dan meningkatnya ventilasi paru sehingga kurangnya Oksigen ke otak yang memperlambat kerja seluruh saraf disekitar otak yang diatur oleh hipotalamus , terutama medula occipital (saraf pengatur penglihatan) sehingga juga mempengaruhi penglihatan , yang membuat turun fungsi penglihatan (Guyton, 2007)6. Ia mengeluh mengalami terasa melayang.a) Bagaimana mekanisme terasa melayang ?Jawab :

Karena O2 yang masuk sedikit ke dalam tubuh, sehingga pasokan oksigen ke otak kurang, sehingga menyebabkan disfungsi saraf. Disfungsi saraf inilah yang menimbulkan efek terasa melayang.(Sherwood, 2012)7. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang beristirahat dan bertambah berat bila berjalan.a) Bagaimana mekanisme susah tidur ?Jawab :

Dispnea norturna proksimal membuat aktivitas pernafasan meningkat sedangkan untuk tidur dengan tenang perlu aktivitas penurunan fungsi-fungsi vegetative tubuh lain namun saat dispnea hal ini gagal dilakukan sehingga frekuensi pernafasan malah meningkat dan terjadilah susah tidur.(Price, 2005)

b) Mengapa Ir. Priyo tetap merasa sesak walaupun sedang beristirahat & bertambah berat bila berjalan ?Jawab :

karena aklimatisasi tubuh Ir.Priyo belum berjalan secara maksimal sehingga walaupun dia melakukan istirhat namun kalau waktu istirahatnya yang belum mencukupi utk tubuhnya melakukan penyesuaian secara fisiologis (aklimatisasi) sehingga istirahat yg dilakukanya tidak bermanfaat dan kemudian dengan kondisi tubuh yang menurun dipaksakan untuk berjalan sehingga menyebabkan tubuh merasa tidak mampu (berat) untuk melanjutkan aktifitas selanjutnya (berjalan)8. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun gangguan kardiovaskuler.a) Apa saja gangguan respirasi dan kardiovaskuler ?Jawab :

Gangguan Respirasi :

Influenza

Asma

Tubercosis

Sinusitis

Rhinitis

Wajah adenoid

Pleuritis

Faringitis

Laryngitis

Bronchitis

Asifikasi

Asidosis

Emfisema

Pneumonia

Kanker Paru-paru

Difteri

Ganguan Kardiovaskuler:

Coronary artery disease

Stroke iskemile

Stroke hemorragit

Hipertensi

Myocardio infark

Angina pectoris

Aterosklerosis

Kardiomiopati

Arritmia

Gagal jantung kongesti

Fibrilasi atrial

Inflamasi jantung

Congenitas heart disease

Kelainan katub jantung

b) Apa hubungan riwayat gangguan respirasi & kardiovaskuler dengan aktivitas mendaki ?Jawab :

Apabila diketahui adanya gangguan respirasi dan kardovaskuler, ditakutkan nanti saat mendaki gangguan respirasi maupun gangguan pada kardiovakular akan terjadi, karena perubahan tekanan udara pada ketinggian tertentu. Apabila orang yang memiliki gangguan respirasi dan gangguan kardiovaskular mendaki gunung, ia bisa terkena hipoksia hipoksik. Karena gangguan respirasi dan gangguan kardovaskular adalah penyakit yang bisa mengakibatkan hipoksia. (Ganong, 1995)

9. dr. Boy, dokter tim pendakian, melakukan pemeriksaaan terhadap Ir. Priyo.Tanda vital :

Temp : 36,2 C, HR : 108 x/mnt, TD : 100/60 mmHg, RR : 36 x/mnt cepat dangkal

EKG portabel : Deskripsi jantung dalam batas normal

Pulse oxymetri : saturasi oksigen : 70%

a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan terhadap Ir. Priyo ?

Jawab :

Temperature : 36,2 C (normal), normalnya 36-37C HR : 108 x/mnt (tinggi) , normalnya 60-100x/mnt TD : 100/60 mmHg (hipotensi), normalnya 120/80mmHg RR : 36 x/mnt (cepat),normalnya 12-24 x/mnt Pulse Oxymetri : saturasi oksigen : 70% (rendah), normalnya 95%-100%b) Bagaimana cara mengukur tanda vital ?

Jawab :

Temperatur suhu menggunakan thermometer, heart rate menggunakan EKG portable, tekanan darah menggunakan tensi darah digital, dan respirasi rate menggunakan pulse oxymetri atau dengan mikro spirometer.

(Scratcherd, 2010)

10. dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian.a) Bagaimana cara supaya tubuh bisa beradaptasi dengan ketinggian ?Jawab :

Jadi dalam melakukan pendakian diperlukannya pos-pos pemberhentian (tempat berhenti) , jadi disini (di pos pemberhentian) kita dapat melakukan persiapan kembali. (adaptasi atau aklimatisasi)

Atau bisa juga di lakukan dengan Adaptasi

5. Adaptasi fungsional : meliputi perubahan dalam fungsi sistem organ, fisiologi, histologi, dan morfologi

6. Aklimatisasi : perubahan yang terjadi pada tiap suatu organisme yang mengurangi tegangan yang disebabkan oleh perubahan tekanan pada iklim alam atau stress lingkungan

7. Aklimasi : perubahan biologis aktif yang terjadi sebagai respon terhadap stres

2.3.4 KesimpulanIr Priyo Yudho Bahtero, 50 tahun mengalami hipoksia karena belum beradaptasi dengan ketinggian 3676 meter dpl.2.3.5 Kerangka Konsep

2.3.1 Learning Issue

1. Sistem Respirasi

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.

Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada

Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

Tulang rusuk terangkat ke atas

Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.

2. Respirasi / Pernapasan Perut

Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

Diafragma datar

Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2

Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2

Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

1. Hidung

2. Faring

3. Trakea

4. Bronkus

5. Bronkiouls

6. paru-paru

Alat alat pernapasan pada manusia

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.2. Faring (Tenggorokan)Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.3. Batang Tenggorokan (Trakea)Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).4. Pangkal Tenggorokan (laring)Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus) Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.6. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

Kapasitas Paru-ParuUdara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik napas dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml. Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.

Pertukaran Gas dalam AlveolusOksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas. Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan karnbondioksida keluar.Proses Pernafasan

Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.Jenis Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut. Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan.(1) Pernapasan dada terjadi karena kontraksi otot antar tulang rusuk, sehingga tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada membesar serta tekanan udara menurun (inhalasi).Relaksasi otot antar tulang rusuk, costa menurun, volume kecil, tekanan membesar (e kshalasi). (2) Pernapasan perut terjadi karena kontraksi /relaksasi otot diafragma ( datar dan melengkung), volume rongga dada membesar , paru-paru mengembang tekanan mengecil (inhalasi).Melengkung volume rongga dada mengecil, paru-paru mengecil, tekanan besar/ekshalasi. Organ-Organ Pernafasan Pada Manusia 1. Hidung Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh. 2. FaringFaring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dsri ronggs hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernafasan dan makanan.3. LaringLaring/pangkal batang tenggorokan / kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis, (tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.4. Trakhea Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk hurup C pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penafasan.5. Bronkus

Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit6. BronkiolusBronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.7. Alveolus

Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapiler- kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.8. Paru-paru

Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus. Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan karena adanya perubahan tekana rongga dada. Paru-paru kanan berlobus tiga Bronkus kanan bercabang tiga Paru-paru kiri berlobus dua Bronkuis kiri bercabang dua Posisinya lebih mendatar Dibungkus oleh lapisan pleura yang berfungsi menghindari gesekan saat bernafas 2. Sistem DigestiveFisiology Digestive

Terdapat 6 Langkah yaitu:

1. Ingesti

Memasukkan makanan ke mulut

2. Propulsi

Pergerakan makanan sepanjang GI tract

Proses menelan dan peristaltik

3.Digesti mekanik

Menyiapkan makan untuk digesti kimiawi

Mengunyah, mengaduk, dan segmentasi

4. Digesti kimiawi

Enzym memecah molekul kompleks makanan

5. Absorpsi

Menyerap molekul makandari lumen kedarah

6.Defekasi

Eliminasi dari produk yang tidak tercerna

Anatomi Digestive:

Traktus Alimentarius

Mulut

Pharynx

Esophagus

Gaster/Ventriculi

Intestinum tenue

Intestinum crassum

Organ Accessory

Dentis, Glossus

Glandula Salivarius

Vesicafelea

Liver/ hepar

Pancreas

Histologi sistem digestif :

1. Rongga mulut

Dilapisi oleh epitel berlapis gepeng untuk perlindungan, makanan dikunyah disini dan liur melumasi makanan agar mudah ditelan.2. Esofagus

Saluran lunak yang berjalan dari faring hingga lambung, di belakang trakea. Menembus diafragma dan masuk ke lambung. Lumen dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Di spertiga atas, muskularis eksterna mengandung otot rangka. Di tengah, terdapat otot rangka dan otot polos di muskularis eksterna. Di sepertiga bawah, muskularis eksterna mengandung otot polos. Kelenjar mukosa esophagus terdapat lamina propria dan submukosa untuk melumasi. Adventisia mengelilingi esophagus di rongga toraks. Muskularis mukosa dan submukosa dari esosfagus bersambungan dengan yang terdapat di lambung.3. Lambung

Transisi dari esophagus ke lambung mendadak dan berlapis gepeng ke selapis silindris. Menerima, menyimpan, mencampur, dan mencerna produk makanan yang tertelan untuk membentuk kimus cair. Mengubah bolus makanan menjadi massa setengah cair kimus. Terdiri dari kardia, fundus, korpus dan pylorus. Permukaan dilubangi oleh foveola gastric yang berhubungan dengan kelenjar gastrika di lamina propria. Permukaan dilapisi oleh epitel selapis silindris penghasil mucus untuk proteksi. Kelenjar gastrika menghasilkan getah lambung yang kaya asam hidroklorida dan enzim pencerna protein. Muskularis eksterna memperlihatkan lapisan otot oblik sebelah dalam, sirkular tengah, dan longitudinal sebelah luar. Fundus dan korpus membentuk bagian utama membentuk bagian utama dan merupakan struktur secara histology identik, aktivitas peristaltic diatur oleh plekus saraf submukosa dan mienterikus.

Kelenjar dan sel lambung

Fundus dan korpus menghasilkan bahan kimiawi untuk mencerna isi lambung. Di fundus dan korpus, sel parietal adalah sel besar, asidofilik dan terletak di bagian atas kelenjar.

Sel parietal di fundus dan korpus menghasilkan asam hdroklorida dan faktor intrinsic lambung. Faktor intrinsic lambung penting untuk absorpsi vitamin B12 dan eritropoiesis.

Di bagian yang lebih dalam kelenjar terdapat sel zimogenik (chief cell). Sel zimogenik menghasilkan pepsinogen yang diubah menjadi pepsin dalam lingkungan asam.

Di kardia dan pylorus, epitel permukaan dan kelenjar gastrika tubular simpleks menghasilkan mucus

Kelenjar di pylorus menghasilkan mucus dan enzim penghancur bakteri yaitu lisozim. Sel lambung penghasil mucus berubah menjadi epitel usus di duodenum.Histology Gaster yang lainnya:

Dinding dalam gaster dilapisi oleh epithel columner simpleks

Terdapat kelenjar pada mukosa gaster yang terdiri atas tigatipeselyaitu:1.Sel Parietal(produksi HCl dan factor intrinsic) 2.Sel Chief (produksi pepsinogen) 3.Sel Enteroendocrine G cells (produksi hormone gastrin yang merangsang sel parietal dan sel Chief)(Jamil, 2010)4. Usus halus

Sel absorptive dengan mikrovili yang diselubungi oleh glikokaliks adalah jenis epitel terbanyak di usus. Sel goblet, terselip diantara sel absorptive, meningkat jumlahnya kea rah bagian distal. Sel enteroendokrin tersebar di seluruh epitel dan kelenjar intestinal. Sel enteroendokrin mengeluarkan banyak hormone regulator untuk pencernaan. Sel paneth ditemukan di kelenjar intestinal yang menghasilkan enzim antibacterial lisozim untuk mengontrol flora mikroba di usus.5. Usus besar

terdiri dari sekum, kolon ascendens, transversum, descendens dan sigmoid. Terletak di antara anus dan ujung terminal ileum, Di ujung terminal, residu stengah cair menjadi tinja setengah padat atau keras. Epitel terdiri dari epitel selapis silindris dengan banyak sel goblet. Sel goblet menghasilkan mucus untuk melumasi kanalis analis agar tinja mudah keluar. Tidak ada enzim/bahan kimiawi yang dihasilkan, tetapi sel enteroendokrin terdapat di epitel.( Eeoschenko, 2012)

3. Pandangan Islam

Dalil yang Menunjukkan Wajibnya Menunaikan Nazar

Allah Taala berfirman,

Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka. (QS. Al Hajj: 29)

Allah Ta'alajuga berfirman,

"Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Al Baqarah: 270)Dari Aisyahradhiyallahu anha, dari Nabishallallahu alaihiwasallam, beliau bersabda,

Barang siapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barang siapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya. (HR. Bukhari no. 6696)HR Rasulullah SAW

-Barang siapa yang bernazar untuk ketaatan maka laksanakanlah atau hendaklah ia laksanakanlah ketaatan tersebut

-Sesungguhnya nazar seperti itu tidak muncul kecuali dari orang yang bakhil atau kikir(Siaw, 2011)

DAFTAR PUSTAKA

Scratcherd, T. 2010. Intisari Fisiologi Kedokteran. Tanggerang : Binarupa AksaraGuyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Eroschenko,Victor P. 2012 . Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC.Siaw, Felix Y. 2011. Nazar. Jakarta: Khilafah Press

Jamil, Muhammad Ajib. 2010. Gambaran Kasus Digestive Vol 1 No.1. Jurnal USUGanong, W,F. 1995 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGCSidharta, priguna. 2000 . Nourologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta: PT. Dian RakyatSherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Mendaki di ketinggian 3676 meter dpl

Hipoksia

Asupan O2 menurun

Digestiv

Respirasi

Terasa melayang

Mual

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Sesak nafas

Laporan Tutorial Skenario D Blok V 5