sken C blok 16 tutorial 1 ISI(2).doc

71
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Kesehatan Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keenam belas dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan kasus Skizofrenia. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah palembang 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai kasus Skizofrenia dengan metode analisis dan diskusi kelompok 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran 1

Transcript of sken C blok 16 tutorial 1 ISI(2).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBlok Kesehatan Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok keenam belas dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan kasus Skizofrenia.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah palembang

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai kasus Skizofrenia dengan metode analisis dan diskusi kelompok

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor

: dr Husnil Farouk M.ph

Tanggal

: 8 dan 10 januari 2013

Waktu

: 13.00 s.d selesai

Moderator

: Nurdianah atika siregar

Sekretaris meja

: Ian Pahlevi

Sekretaris papan

: Nilam prariani

Peraturan dalam Tutorial:

1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial aktif dalam diskusi kelompok

3. Semua peserta menyampaikan pendapat dengn sopan

2.2 Skenario C Blok XVI

Tn. Abu, 30 tahun, petani, masuk ke UGD RSJ (RSEB) karena meresahkan keluarga dan pernah mencoba untuk bunuh diri (tentamen suicidum). Tn abu sering sedih, kadang menangis tanpa sebab. Keluarganya menyatakan bahwa mulai terdapat perubahan perilaku sejak 3 tahun yang lalu, ditandai secara berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan dan lebih suka mengurung diri di dalam kamar sepanjang hari.

Satu tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada orang yang mengobrol dan kadang mengomentari dirinya, padahal orangnya tidak ada. Kemudian suara ini makin menganggu dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu dan dia tak kuasa untuk menolaknya. Seminggu yang lalu suara tersebut memaksanya untuk melukai diri sendiri.

Kepribadian premorbid mengarah ke skizoid dan pada umur 20 tahun menjadi makin nyata, makin mengisolasi diri dan tidak ada interaksi sosial sama sekali. Dalam 1 tahun terakhir kemunduran makin hebat, kurang bisa mengurus diri dan tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicaranya terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sukar dimengerti.

Menurut keluarga tak ada stresor yang memicu perubahan perilaku ini. Pada autoanamnesis tampak pasien terlihat diam tak banyak gerak, kadang menangis dan sulit untuk menjawab pertanyaan. Jawaban hanya sepatah dua patah kata saja, tak begitu jelas dan kadang menolak untuk bicara sama sekali. Tanda-tanda autisme jelas terlihat dan tak ada gejala ambivalensi pada saat pemeriksaan.Informasi tambahan : terdapat riwayat perkawinan yang baik, ada riwayat skizofrenia dalam keluarga dan taraf kecerdasan normal, tak ada stresor dalam 1 tahun terakhir. GAF scale sekitar 20-11 saat pemeriksaan (saat ada upaya bunuh diri menurunn sampai 10-0).

Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.2.3 Data Seven Jumps2.3.1 Klarifikasi Istilah1. Menarik diri dari pergaulan : Kecenderungan untuk tidak mau bersosialisasi2. Mengisolasi diri : Tidak mau berinteraksi dengan orang lain.3. Skizoid : kepribadian yang menunjukkan pola penarikan diri dari kehidupan sosial, ketidaknyamanan dalam interaksi, ketertutupan.4. Bicara terbatas : perbendaharaan kata yang sedikit5. Stresor : Pemicu atau stimulan yang menimbulkan tekanan.6. Ambivalensi : Sikap yang bertentangan, ragu-ragu / sikap mendua

7. GAF scale : Global assesment of functioning skala penilaian fungsi berpikir secara keseluruhan.2.3.2 Identifikasi Masalah1. Tn. Abu, 30 tahun, masuk Rumah sakit karena pernah mencoba untuk bunuh diri (tentamen suicidum). 2. Tn. Abu sering sedih, kadang menangis tanpa sebab. 3. Keluarganya menyatakan bahwa mulai terdapat perubahan perliaku sejak 3 tahun yang lalu, ditandai secara berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan dan lebih suka mengurung diri di dalam kamar sepanjang hari. 4. Satu tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada orang yang mengobrol dan kadang mengomentari dirinya, padahal orangnya tidak ada. Kemudian suara ini makin menganggu dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu dan dia tak kuasa untuk menolaknya. Seminggu yang lalu suara tersebut memaksanya untuk melukai diri sendiri. 5. Kepribadian premorbid mengarah ke skizoid dan pada umur 20 tahun menjadi makin nyata, makin mengisolasi diri dan tidak ada interaksi sosial sama sekali. 6. Dalam 1 tahun terakhir kemunduran makin hebat, kurang bisa mengurus diri dan tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicaranya terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sukar dimengerti.7. Menurut keluarga tak ada stresor yang memicu perubahan perilaku ini.

8. Pada autoanamnesis tampak pasien terlihat diam tak banyak gerak, kadang menangis dan sulit untuk menjawab pertanyaan. Jawaban hanya sepatah dua patah kata saja, tak begitu jelas dan kadang menolak untuk bicara sama sekali. Tanda-tanda autisme jelas terlihat dan tak ada gejala ambivalensi pada saat pemeriksaan9. Terdapat riwayat perkawinan yang baik, ada riwayat skizofrenia dalam keluarga dan taraf kecerdasan normal, tak ada stresor dalam 1 tahun terakhir.10. GAF scale sekitar 20-11 saat pemeriksaan (saat ada upaya bunuh diri menurun sampai 10-0)2.3.3 Analisis Masalah1. Tn. Abu, 30 tahun, masuk Rumah sakit karena pernah mencoba untuk bunuh diri (tentamen suicidum). a. Mengapa Tn. Abu mencoba bunuh diri ? kebutuhan yang dihalangi atau tidak terpenuhi;

perasaan keputusasaan dan ketidakberdayaan;

konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan yang tidak dapat ditanggung;

menyempitnya pilihan yang dirasakan; dan

kebutuhan untuk meloloskan diri.

gangguan psikiatrik (gangguan depresi, skizofrenia, ketergantungan alkohol, ketergantungan zat lain, gangguan kepribadian)

Pada kasus, gangguan psikiatrik (gangguan depresi, skizofrenia, gangguan kepribadian), dimana faktor resiko utama untuk bunuh diri diantara orang skizofrenik adalah adanya gejala defresif, usia yang muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.b. Apa yang ditunjukkan Tn. Abu sehingga keluarganya menganggap dia ingin bunuh diri? Kemungkinan Tn. Abu melakukan tindakan mencederai dirinya sendiri yang akhirnya dianggap oleh keluarganya untuk mencoba bunuh diri. c. Apakah usia muda memiliki kecenderungan untuk bunuh diri dibandingkan usia tua?

Usia :

a) Meningkat dengan bertambahnya usia.

b) , puncak tentamen suicidum = setelah usia 45 tahun

, puncak tentamen suicidum = setelah usia 55 tahun

c) Orang lanjut usia kurang sering melakukan usaha tentamen suicidum dibandingkan orang muda, tetapi lebih sering berhasil

untuk usia 75 tahun atau lebih : usia muda = >3 : 1.

d. Apakah laki-laki memiliki kecenderungan untuk bunuh diri lebih besar dibandingkan wanita?

Jenis kelamin :

a) melakukan tentamen suicidum = : = 3 : 1, angka yang stabil pada keseluruhan usia

b) berusaha melakukan tentamen suicidum = : = 4 : 1e. Apa saja alat-alat yang digunakan untuk bunuh diri ?Laki-laki sering menggunakan pistol, tali (gantung diri), melompat dari tempat yang tinggi. Sedangkan pada wanita sering menggunakan zat psikoaktif (Overdosis).2. Tn. Abu sering sedih, kadang menangis tanpa sebab. a. Apa saja jenis-jenis gangguan jiwa? Gangguan non psikotik : Mood atau gangguan afektif yang ditandai dengan gangguan utama yaitu keadaan emosi internal yang menyebabkan subyektif kesulitan & bermasalah dalam fungsi kejiwaan.I. Gangguan neurotik:1. Kel. Gangguan cemas: Panik dan agoraphobia

Fobia

Obsesi kompulsi

Gangguan cemas menyeluruh

Stres pasca trauma

Cemas oleh karena kondisi fisik

Cemas oleh karena penggunaan zat / obat

2. Kelompok gangguan somatoform

3. Kelompok gangguan disosiatif konversi

II. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik

Gangguan neurotik:

1. Gangguan non jiwa psikotik

2. RTA (realty testing ability) relatif masih baik

3. Insight (tilikan) masih baik

4. Freud: membedakan 2 jenis neurosis

1. Actual neurosis etiologi terbendungnya libido fisiologis contoh: cemas,hipokondriasis,neurasthenia

2. Psikoneurosis: pikiran,keinginan yang didepresi

Gangguan Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh.Klasifikasi Gangguan Psikotik:

1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnyaa. Skizofreniab. Gangguan Skizotipalc. Gangguan Waham Menetapd. Gangguan Psikotik Akut dan Sementarae. Gangguan Waham Induksif. Gangguan Skizoafektifg. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})a. Episode Manik

b. Gangguan Afektif Bipolar

c. Episode Depresi

d. Gangguan Depresif Berulang

e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap Skilotimia Distimiaf. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya

Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan distimia.

b. Apa makna Tn. Abu sering sedih, kadang menangis tanpa sebab?Merupakan gejala dari gangguan jiwa skizofrenia.c. Apa saja gangguan jiwa dengan gejala sering sedih, menangis tanpa sebab??Gangguan jiwa depresi

Depresi, suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai dengan kesedihan, perasaan putus asa, dan tidak bersemangat.

Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :

afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya :

konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang. Untuk penegakan diagnosis diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu dengan episode depresif.

Episode depresif berat dengan gejala psikotik :

episode depresi berat yang memenuhi kriteria tersebut di atas yang disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif.3. Keluarganya menyatakan bahwa mulai terdapat perubahan perilaku sejak 3 tahun yang lalu, ditandai secara berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan dan lebih suka mengurung diri di dalam kamar sepanjang hari.a. Apa makna dari gejala-gejala yang ditunjukkan Tn. Abu 3 tahun yang lalu? 1. Fase Prodomal

- Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun

- Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.

2. Fase Aktif

- Berlangsung kurang lebih 1 tahun- Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi

3. Fase Residual

-Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.

tuan abu sudah berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan dan lebih suka mengurung diri di kamar (gangguan fungsi sosial ( fase prodromal)b. Apa gejala-gejala yang ditunjukkan oleh Tn. Abu yang mengarah ke skizoid ? Menarik diri dari pergaulan sosial, mengurung diri, tidak ada interaksi sosial sama sekali..

c. Apa saja gejala dari skizoid? Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang atau berputar-putar.

Gangguan atensi : :penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.4. Satu tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada orang yang mengobrol dan kadang mengomentari dirinya, padahal orangnya tidak ada. Kemudian suara ini makin menganggu dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu dan dia tak kuasa untuk menolaknya. Seminggu yang lalu suara tersebut memaksanya untuk melukai diri sendiri. a. Apa makna gejala-gejal yang sering ditunjukkan Tn. Abu 1 tahun yang lalu? Halusinasi auditori, dimana seseorang mendengar suara-suara dan mengingatkannya setiap hari untuk melakukan suatu, misalnya, angkat sepatumu, atau bersihkan meja. Terkadang perintah yang didengarkan membahayakan diri sendiri dan orang lain, misalnya melompatlah dari atas atap, atau ambil pisau, dan bunuh ibumu. Suara ini makin menganggu dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu dan dia tak kuasa untuk menolaknya. Seminggu yang lalu suara tersebut memaksanya untuk melukai diri sendiri: Waham penyiksaanb. Apa saja Penyakit gangguan jiwa yang menunjukkan gejala-gejala tersebut? Gangguan psikotik dan Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})c. Apa saja jenis-jenis skizofrenia ?

Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :1. Skizofrenia Paranoid Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.2. Skizofrenia Hebefrenik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.3. Skizofrenia Katatonik Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);

(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);

(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated)Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.5. Depresi Pasca-Skizofrenia Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan

(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :

(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;

(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

Tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia Simpleks Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

- gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan

- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnya9. Skizofrenia YTTSelain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya antara lain :

Bouffe delirante (psikosis delusional akut). Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia. Skizofrenia laten. Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu. Oneiroid. Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut. Parafrenia. Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.Pseudoneurotik. Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah. Skizofrenia Tipe I.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan. Skizofrenia tipe II.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.5. Kepribadian premorbid mengarah ke skizoid dan pada umur 20 tahun menjadi makin nyata, makin mengisolasi diri dan tidak ada interaksi sosial sama sekali. a. Mengapa kepribadian premorbid pada umur 20 tahun menjadi makin nyata? Karena kepribadian terbentuk dimulai sejak lahir sampai dengan usia 18 tahun. Diatas 18 tahun sudah terbentuk, sehingga menjadi semakin nyata seperti pada kasus.b. Apa saja jenis-jenis gangguan kepribadian?

Diagnostic dan Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok: 1. Kelompok A: Gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal (orangnya tampak aneh dan eksentrik)2. Kelompok B: Gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik. (orangnya tamapak dramatik, emosional dan tidak menentu)3. Kelompok C: Gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contoh: GK pasif-agresif dan GK depresif). (Orangnya tampak cemas dan ketakutan)6. Dalam 1 tahun terakhir kemunduran makin hebat, kurang bisa mengurus diri dan tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicaranya terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sukar dimengerti.a. Apa istilah dari kalimat sukar dimengerti dan kacau ? Afasia.

Ketidakmampuan pasien skizofrenik untuk merasakan prosodi bicara atau untuk mengubah bicaranya sendiri dapat dipandang sebagai gejala neurologis dari gangguan di lobus parietalis non dominan.b. Apa makna kemunduran makin hebat dalam 1 tahun terakhir? 1.Fase Prodormal

Fase ini ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan,sebelum fase aktif gejala gangguan dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat serta mencakup paling sedikit 2 gejala dari criteria A pada Kriteria diagnosis skizofrenia. Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode yang sangat panjang,yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri dari social dan lingkunganny. Fase ini dapat berlansung selama beberapa minggu hingga tahun2.Fase Gejala Aktif

Fase ditandai dengan gejala2 skizo yang jelas. SEbagian besar penderita memiliki kelainan pada kemampuan untuk elihat realitas dan kesulitan dalam mencapai INSIGHT. Sebagai akibatnya dapat ditandaioleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu dengan lingungan sosialnya.

3.Fase Residual

Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua gejala dari criteria A pada kriteria diagnosis skizo yang bersifat menetap dan tidak disebabakan oelha gangguan afek dan gangguan pengunaan zat.Pada kasus, berarti sudah mengalami gangguan skizofrenia fase aktif.

7. Menurut keluarga tak ada stresor yang memicu perubahan perilaku ini. a. Apa saja yang dapat memicu perubahan perilaku? Stresor sosiokulturalStres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya (Stuart, 1998)Stresor psikologisIntensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).Gangguan neurotransmitter

b. Mengapa pada Tn. Abu terjadi perubahan perilaku walaupun tidak ada stresor? Karena kemungkin terdapat gangguan pada neurotransmiter sentral yang memicu gangguan kejiwaan. Teori penelitian yang terbaik mendalilkan adanya aktivitas berlebihan dopamin sentral dan ini berdasarkan dari tiga penemuan utama:

a. Aktivitas antipsikotik dari obat-obat neuroleptik (misal, fenotiazin) bekerja dengan memblokade pada reseptor dopamin pascasinaps.

a. Psikosis amfetamin sering sukar dibedakan, secara klinis, dengan psikosis skizofrenia paranoid akut. Amfetamin melepaskan dopamin sentral. Selain itu, amfetamin juga memperburuk skizofrenia.

b. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nukleus kaudatus, nukleus akumben, dan puntamen pada penderita skizofrenia.8. Pada autoanamnesis tampak pasien terlihat diam tak banyak gerak, kadang menangis dan sulit untuk menjawab pertanyaan. Jawaban hanya sepatah dua patah kata saja, tak begitu jelas dan kadang menolak untuk bicara sama sekali. Tanda-tanda autisme jelas terlihat dan tak ada gejala ambivalensi pada saat pemeriksaan.a. Apa saja gangguan jiwa dengan gejala seperti yang dialami Tn. Abu? Skizofrenia Paranoid, Skizofrenia Hebefrenik, Skizofrenia Katatonik, Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated), Depresi Pasca-Skizofrenia, Skizofrenia Residual, Skizofrenia Simpleks, Skizofrenia YTT.b. Apa tanda-tanda autisme yang jelas terlihat? Bicara terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sukar dimengerti.

9. Terdapat riwayat perkawinan yang baik, ada riwayat skizofrenia dalam keluarga dan taraf kecerdasan normal, tak ada stresor dalam 1 tahun terakhir.Apakah riwayat skizofrenia dalam keluarga merupakan faktor predisposisi pada Tn. Abu? Berbagai macam penelitian telah dengan kuat menyatakan suatu komponen genetika terhadap penurunan skizofrenia. Penelitian klasik awal tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan di tahun 1930-an, menemukan bahwa seseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut.10. GAF scale sekitar 20-11 saat pemeriksaan (saat ada upaya bunuh diri menurun sampai 10-0)a. Bagaimana cara pengukuran GAF scale? GLOBAL ASSESMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE

100-91:Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.

90-81: Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

80-71: Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaaan, sekolah, dll.

70-61: Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

60-51: Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

50-41:Gejala berat (serious), disabilitas berat.

40-31: Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

30-21: Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.

20-11: Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan merawat/mengurus diri.

10-01:Seperti di atas, persisten dan lebih serius.

0: Informasi tidak adekuat.

b. Bagaimana nilai-nilai normal dan interpretasi dari pemeriksaan GAF scale?

Nilai normal 91-100

GAF Scale: 20-11: Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan merawat/mengurus diri.

GAF Scale saat upaya bunuh diri: 10-0:

10-01:Seperti di atas, persisten dan lebih serius.

0: Informasi tidak adekuat.c. Apakah GAF scale sama dengan pemeriksaan IQ?

Tidak.

d. Apa makna Hasil GAF scale menurun pada saat upaya bunuh diri?

Bahaya mencederai diri/orang lain lebih persisten dan serius, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan merawat/mengurus diri11. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ini ? Diagnosis multiaksial:

Aksis I:F20.9 Skizofrenia YTT

Aksis II: F60.1 Gangguan Kepribadian skizoid

Aksis III:tidak ada (none)

Aksis IV:masalah psikososial dan lingkungan lain

Aksis V:GAF Scale 20 11 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam berkomunikasi dan mengurus diri

GAF Scale 10 1 : seperti diatas ( persisten dan lebih serius

GAF Scale 0 : informasi tidak adekuat

12. Apa kemungkinan diagnosis pasti pada kasus ini? Skizofrenia YTT (yang tidak tergolong)

13. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ?a. perawatan di rumah sakit (4 6 minggu)

ikatan afektif pasien dengan fasilitas pascarawat, termasuk keluarga, keluarga angkat, board-and-care homes, dan half way house.

day care center (perawatan di siang hari)

kunjungan rumah

b. terapi psikofarmakaa. antipsikotik (minimal percobaan 4 6 minggu dengan dosis adekuat)

Risperidon : dosis tunggal 2-3 mg

c. terapi psikososial

- behavior therapy

a) hadiah ekonomi berupa pujian atau hal yang dapat ditebus seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit.

b)latihan keterampilan prilaku

penggunaan kaset video orang lain dan pasien

permainan stimulasi (role playing)

pekerjaan rumah tentang keterampilan

- family oriented therapy

Penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah

Pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas

-group therapy

Dengan cara suportif bukan interpretatif.

-individual psychotherapy

Prinsip kehangatan atau profesi persahabatan:

makan bersama pasien

duduk bersama di lantai

Berjalan-jalan

Menerima dan memberi hadiah

Mengingat hari ulang tahun pasien14. Apa saja komplikasi dari pengobatan ? Ketergantungan terhadap obat. Bunuh diri (putus asa)

15. Bagaimana peluang sembuh pada kasus ini ? Quo ad vitam:dubia ad malam

Quo ad functionam : malam

16. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini ? Kompetensi 3b.

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).17. Bagaimana Pandangan Islam terhadap kasus ini ? Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa': 29)

2.3.4 Hipotesis

Tn. Abu, 30 tahun, mengalami gangguan jiwa berat yaitu Skizofrenia.2.3.5 Kerangka Konsep

2.3.6 Sintesis

SkizofreniaDEFINISI

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo; yang artinya retak atau pecah (split), dan Frenia; yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. Dewasa ini ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang pesat dengan ditemukannya mekanisme terjadinya skizofrenia dan obat-obatan anti-skizofrenia, sehingga penderita skizofrenia dapat pulih kembali dan dapat kembali menjalani kehidupan yang normal.

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas proses berpikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya. Waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu.

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat.ETIOLOGI

Penyebab skizofrenia belum diketahui dengan pasti. Tetapi, dalam decade yang lalu semakin banyak penelitian telah melibatkanperanan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis. Ketiga daerah tersebut saling berhubungan sehingga disfungsi pada salah satu daerah mungkin melibatkan patoligi primer di daerah lainnya. Dua jenis penelitian telah melibatkan sistem limbik sebagai suatu tempat potensial untuk patologi primer pada sekurangnya satu bagian, kemungkinan bahkan pada sebagian besar pasien skizofrenik.Menurut pendapat lain. Skizofrenia merupakan aktifitas dopamine otak yang berlebihan. Dilaporkan juga bahwa kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA) menurun pada skizofrenia kronik dan pada pasien skizofrenia dengan pelebaran vertikel. Faktor genetik juga mempunyai peranan penting. Seseorang mempunyai kecenderungan skizofrenia bila mempunyai keluarga seorang skizofrenia, demikian juga pada kembar monozigot. Ditinjau dari aspek psikososial, disebutkan terdapat defek dan disintegrasi ego.PATOFISIOLOGI

Hipotesis dopamine pada skizofrenia adalah yang paling berkembag dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; (3) densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal, plasma, dan urine. Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.

Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu primer dan sekunder.

GEJALA

Gejala-Gejala Primer 1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan sawah.

Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu waktu hari, jah memang matahari, lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.

Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.

Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.

Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.

Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.

2. Gangguan afek dan emosiGangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :

Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.

Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah.

Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan incongruity of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.

Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan, umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :

Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita yang sedang bermain sandiwara.

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.

Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.

3. Gangguan kemauanBanyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.

Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.

Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu permintaan.

Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.

Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.

4. Gejala psikomotorJuga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini juga dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.

Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.

Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.

Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi; umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.

Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama. Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin.

Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh. Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan dari negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).Gejala-Gejala Sekunder1. WahamPada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. waham dibagi dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional interpretations).

Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.

Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.

2. HalusinasiPada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.

Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak menurun pada skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan perasaannya. Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau double personality, misalnya penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah tidak adalagi. Atau pada double personality seakan-akan terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan sesuatu.

Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya.

Depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi juga ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek dan kemauan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia adalah:

(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya tidak ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.

(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe mungkin berubah.

(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.KLASIFIKASIGejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Skizofrenia Paranoid Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia Hebefrenik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

3. Skizofrenia Katatonik Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);

(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);

(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated)Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan

(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :

(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;

(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

Tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia Simpleks Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

- gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan

- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnya9. Skizofrenia YTTSelain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya antara lain :

Bouffe delirante (psikosis delusional akut). Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.

Skizofrenia laten. Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.

Oneiroid. Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut. Parafrenia. Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi. Pseudoneurotik. Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah. Skizofrenia Tipe I.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan. Skizofrenia tipe II.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.Daftar Pustaka Al-Quranul Karim dan Al- hadistAli, Muhammad. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta; Pustaka AmaniKasran, Suharko. 2003. Autisme: Konsep yang Sedang Berkembang. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol. 22 No. 1; 24-30.Maslim, rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ III. Jakarta : Nuh JayaSadock, B. J dan Alcot, V. 2007. Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry Behavioural Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. University School of Medicine New York; Chapter 42.

Gangguan psikotik akibat penyakit umum

skizofreniform

skizoafektif

Gangguan afektif psikotik singkat

Gangguan psikotik YTT

Skizofrenia

Gangguan psikotik akibat zat

Gangguan waham

Gejala psikosis & kelainan jiwa

Waham, halusinasi, bicara kasar, perilaku kacau

47