Laporan Tutorial, Sken 1a
-
Upload
dioda-aliem-harahap -
Category
Documents
-
view
257 -
download
11
description
Transcript of Laporan Tutorial, Sken 1a
LAPORAN TUTORIAL
MODUL IVMANUSIA SEBAGAI KESATUAN BIOIPSIKOSOSIOKULTURAL
SKENARIO :
SEHATKAH..?
OLEH:Ketua : Evans AdhytiaSekretaris : BobyNotulen : NurhasmiAnggota : Ridho N Farhan
Raul ZiazAbdul Halim HRPMeta Imelda
Rully Purnama sari HRPRobi Rahman DaniDarisza FebrianaReza ZulfahmiEva Reza Ummami
Tutor : dr. Husein, M.kes.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ABULYATAMA
2007
HALAMAN ISI
1. Halaman Isi……………………………………………........ 2
2. Bagian I. Identifikasi Istilah………………………………… 4
3. Bagian II. Identifikasi Masalah………………………......... 5
4. Bagian III. Analisa Masalah………………………….......... 6
5. Bagian IV. Strukturisasi……………………………………...7
6. Bagian V. Learning Issue…………………………………... 8
7. Bagian VI. Hasil Pembelajaran Mandiri …………………. 9
8. Daftra Pustaka……………………………………………….. 40
2
Modul IV SKENARIO 1
SEHATKAH…?
Andi datang ke dr. Azizi dengan tujuan meminta Surat Keterangan Berbadan
Sehat untuk melengkapi lamaran kerja sebagai teknisi di sebuah perusahaan. Dari
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, Andi ternyata menderita Buta
warna dan Anemia. Selama ini Andi bekerja membantu orang tuanya berkebun
yang selalu menggunakan pupuk kandang dan Insektisida.
3
TAHAP I. IDENTIFIKASI ISTILAH
a) Surat Keterangan Berbadan Sehat
Surat keterangan yang dikeluarkan oleh setelah dilakukan pemeriksaan baik
fisik maupun mental yang digunakan untuk kepentingan pasien.
b) Sehat
Keadaan sejatera baik fisik maupun rohani, sosial, ekonomi serta bebas dari
peyakit.
c) Teknisi
Orang yag ahli dalam masalah teknis
d) Buta Warna
Kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk
menangkap spectrum warna tertentu akibat faktor genetik.
e) Anemia
Suatu kondisi dimana darah mengalami penurunan baik kualitas maupun
kuantitas nya.
f) Pupuk Kandang
Bahan penyubur tanaman yang berasal dari kotoran hewan yang terdiri dari
nitrogen dan fosfat.
g) Insektisida
Zat selektif yang beracun terhadap serangga.
4
TAHAP II. IDENTIFIKASI ISTILAH
Masalah Inti :
Pengaruh Lingkungan pekerjaan, keadaan sosial serta faktor genetik pada kesehatan.
Masalah Tambahan :
- Buta warna
- Anemia
- Dampak insektisida terhadap kesehatan
- Mengenai SKBS
5
TAHAP III. ANALISA MASALAH
Kesehatan seseorang dapat di pengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :
Lingkungan
Perilaku Kesehatan
Genetik
Pelayanan Kesehatan
6
TAHAP IV. STRUKTURISASI
SEHAT
BIOTIK ( Intrinsik ) ABIOTIK (Ekstrinsik)
TERPAPAR
SAKIT
7
TAHAP V. LEARNING ISSUE
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang :
a) Konsep sehat dan sakit
b) Pengaruh faktor biotik dan abiotik pada kesehatan
c) Kelainan genetik
d) Buta Warna dan Anemia
e) Pengaruh Insektisida terhadap kesehatan
8
TAHAP VI. HASIL PEMBELAJARAN MANDIRI
A. KONSEP SEHAT DAN SAKITDefinisi Sehat dan SakitSehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial
dan spiritual. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO (1981): Health is a state of
complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of disease or
infirmity. WHO men-definisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik
jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.
Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan
yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social,
dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
9
MODEL SEHAT SAKIT
1. Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)
Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat
kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi
sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian
yang menandakan habisnya energi total”
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus
menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan
internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual,
sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih
dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan
kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan
sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang
Sehat-Sakit.
Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan
rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang merupakan merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-
faktor resiko itu meliputi variabel genetik dan psikologis.
10
KematianPrematur
Kesejahteraan,Tingkat Tinggi
Model Tindakan
Model sejahtera
Ketidakmampuan
Gejala Tanda Kesadaran pendidikan Pertumbuhan
Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien
sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu
(Kesejahteraan Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang
mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan
mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan dengan orang yang
mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian pasangannya.
Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini
dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam
menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan
datang.
2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)
Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara
memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku. Pada pendekatn
model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang dapat membantu klien
mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan Model
ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam keperawatan
keluarga maupun komunitas.
3. Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.)
Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok
ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan
Agen: Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan
terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau
11
Pejamu
Lingkungan Agen
psikososial. Jadi agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau
yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).
Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu.
Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan
seseorang yang beresiko menjadi sakit. Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.
Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu.
Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal,
penerangan, kebisingan
Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys:
stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.
Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari
ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan
kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau
sekelompok orang dengan lingkungannya. Selain dalam keperawatan komunitas model
ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit.
4. Model Keyakinan-Kesehatan
Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman
(1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang
ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan
dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang
diberikan.
Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:
a. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu
penyakit.
Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat
keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien
mungkin merasakan resiko mengalami penyakit jantung.
b. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.
12
Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh
penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran
keluarga atau dokter dll)
c. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan
yang diambil.
Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup,
meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.
Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana
perawatan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan
kesehatan serta mencegah terjadiny penyakit.
5. Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)
Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah
model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan. Fokus dari model
13
Persepsi Individual Faktor-Faktor Modifikasi
Tindakan Yang Mungkin
Variabel DemografikVariabel Sosiofisiologis
KEUNTUNGAN tind Prev
BARIER thd tindakan
Kemungkinan UntukBERTINDAK
ANCAMANYang dirasakan
KERENTANANYang dirasakan KESERIUSANYang dirasakan
PETUNJUKUntuk bertindak
Kampanye mediaSaran DokterPenyakit keluarga
ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-
persepsi dan faktor pengubah).
Berdasarkan gambar diatas Model ini dapat:
o Mengidentifikasi berbagai faktor (demografik, sosial) yang dapat
meningkatkan atau menurunkan partisifasi untuk meningkatkan kesehatan.
o Mengatur berbagai tanda kedalam sebuah pola untuk menjelaskan
kemungkinan munculnya partsisipasi klien dalam perilaku peningkatan
kesehatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN
KESEHATAN
1. Faktor Internal
a. Tahap Perkembangan
Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-
lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
14
Faktor Kognisi-Persepsi Faktor Pengubah
Partisipasi dlm Perilaku Kesehatan
Kepentingan kesehatanKontrol kesehatan y dirasakanKesembuhan y dirasakanDefinisi kesehatanStatus kesehatan y dirasakanKeuntungan perilaku peningkatan
kesehatanBarier terhadap perilaku
peningkatan-kesehatan y dirasakan
Karakteristik DemografikKarakteristik BiologikPengaruh InterpersonalFaktor SituasionalFaktor perilaku
Kemungkinan memiliki perilaku peningkatan-kesehatan
Petunjuk untuk Tindakan
berbeda-beda. Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat
melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum
mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk
mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..
b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang
terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan
membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.
c. Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan
terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi
jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan
orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya,
keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-
masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil
sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan
mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya. Untuk itulah
perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara
klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga
data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru).
Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan mengimplementasikan
perawatan klien secara lebih berhasil.
d. Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakannya.
15
Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya
cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan
cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai
respons emosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional
terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit
pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.
Contoh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering batuk mungkin
akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima
kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang
memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan
yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan
akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada
beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga
mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari
pengobatan yang tepat.
e. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga
atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual
bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang.
Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan
dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan
dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan
seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh
beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara
utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara
spiritual. Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan
pengobatan tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien
16
sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
2. Faktor Eksternal
a. Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya
mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya:
o Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat
berpotensi mejadi penyakit berat dan mereka segera mencari pengobatan,
maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika mereka
dewasa.
o Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan
pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang
selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin,
maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
b. Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan
lingkungan kerja.
Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok
sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara
pelaksanaannya.
c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,
termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku
dan bahasa yang digunakan.
SAKIT DAN PERILAKU SAKIT
17
Secara sederhana sakit yaitu defiasi/penyimpangan dari status sehat. Menurut Pemons
(1972) Sakit diartikan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk
keadaan organisme sebagai siste biologis dan penyesuaian sosialnya. Pengertian sakit
menurut etiologi naturalistik dapat dijelas-kan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu
bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan
terhadap sistem tubuh manusia. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan
yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan
seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.
Jadi Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan,
atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses
penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan
Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti
biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri
untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain
dimensi fisik.
Dan Bauman (1965) menyatakan seseorang menggunakan tiga kriteria untuk
menentukan apakah mereka sakit :
1. Adanya gejala: Naiknya temperatur, nyeri.
2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan: baik, buruk, sakit.
3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami;
melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai
mekanisme koping.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
1. Faktor Internal
Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
18
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit
punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti
itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut
mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak
mau mencari bantuan.
Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan
segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga
jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik
itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan
sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk
memenuhi rencana terapi yang ada.
2. Faktor Eksternal
Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah
mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak
tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-
pecah yang dialaminya.
Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita,
sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok
sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat
melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya
masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan
untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B
19
mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu
diperiksakan ke dokter.
Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari
pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan
besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak
membutuhkan prosedur yang rumit.
Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan,
seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik,
senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam
renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.
Tahap-tahap Perilaku Sakit
Tahap I (Mengalami Gejala)
- Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang
salah ”
- Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik
tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu.
- Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a)
kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap
20
perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu
gejala penyakit; (c) respon emosional.
- Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan
dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
- Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
- Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi
kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar
sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan
terhadap perannya.
- Menimbulkan perubahan emosional spt :
menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi
bisa kompleks atau sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat
ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
- Seseorang awalnya menyangkal pentingnya
intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem
pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat
maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan
berubah menjadi seorang klien.
Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
- Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,
mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan
implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
- Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita
suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa
mengancam kehidupannya. klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa
tersebut.
- Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang
telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari
sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat
21
diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa
awal yang telah ditetapkan.
- Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia
akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang
diinginkan
- Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan
bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang
didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai
usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.
Tahap IV (Peran Klien Dependen)
- Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien
bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala
yang ada.
- Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai
tuntutan dan stress hidupnya.
- Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
- Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat.
Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
- Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-
tiba, misalnya penurunan demam.
- Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh
perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit
kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya
dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap tahapan
22
perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan
perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif
DAMPAK SAKIT
1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi
orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka
waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit
perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang
mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran
untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi
mudah marah, dan lebih memilih menyendiri. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika
mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang
lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri. Perawat
berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena
stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
2. Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil
keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit,
peran- peran klien tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut mungkin
tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung
lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang
berlangsung singkat dan tidak terlihat. Perubahan jangka pendek klien tidak
mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan
jangka penjang klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap
Berduka’. Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana
keperawatan.
3. Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya.
Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan
klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan
23
tersebut. Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung
pada:
- Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ
tertentu)
- Kapasitas adaptasi
- Kecepatan perubahan
- Dukungan yang tersedia.
4. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup
bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek
kepribadiannya. Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran
yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa
terobservasi dibandingkan perubahan peran. Konsep diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami
perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi
harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik.
Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien. Misal:
Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak
akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain
atau kepada teman-temannya klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan
mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri
dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.
5. Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,
mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan
melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Misal: jika
salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda
sampai mereka sembuh. Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus
membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional. Misal:
24
anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya
tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika
anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai
mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.
PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang
berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling
tumpang tindih satu sama lain.
Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat
kesehatan klien saat ini. Sedangkan Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang
bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun
potensial.
Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif maupun Pasif
a. Peningkatan Kesehatan Pasif
Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh
manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya
sendiri. Misal: Pemberian florida pada pusat suplai Air Minum (PAM); Portifikasi
pada susu dengan vitamin D.
b. Peningkatan Kesehatan Aktif
Pada strategi ini, setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program
kesehatan tertentu. Misal: Program Penurunan BB, dan Program pemberantasan
rokok, menuntut keikutsertaan klien secara aktif.
25
PersamaannyaKeduanya berorientasi pada masa depan.
PerbedaanTerletak pada Motivasi dan Tujuan
Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak secara positif , untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang stabil
Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari penurunan tingkat kesehatan atau fungsi
Sedangkan Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa tingkatan all:
a. Pencegahan Primer
o Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan
gangguan fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan
mental.
o Tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang
terapeutik, dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit
o Terdiri dari :
- Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi,
perhatian terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan
sehat, skrining genetik dll
- Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasi
lingkungan, perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan,
perlindungan karsinoge dan alergen.
b. Pencegahan Sekunder
o Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada
individu yang mengalami masalah kesehatan atau penyakit, dan individu yang
berisiko mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk.
o Pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan
diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga akan mengurangi
keparahan kondisi dan memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan
yang normal sedini mungkin.
o Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di
RS atau tempat pelayanan kesehatan lain yang memiliki fasilitas memadai.
o Pencegahan skunder terdiri dari teknik skrining dan
pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara
menghindarkan atau menunda akibat yang ditimbulkan dari perkembangan
penyakit.
c. Pencegahan Tersier
o Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan
26
atau ketidakmampuan yang permanen dan atau tidak dapat disembuhkan.
o Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat
penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk
mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan
o Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan
rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit.
o Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu
klien mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan
yang ada akibat penyakit atau kecacatan.
o Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan
preventive, karena didalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan
atau penurunan fungsi lebih jauh. Misal: dalam merawat orang yang Buta,
disamping memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari, juga
mencegah terjadinya kecelakaan pada klien.
B. PENGARUH FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK PADA
KESEHATANAbiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik
utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut:
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran
suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan
suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
27
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan
penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana
hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur
abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena
ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran
biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis
lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan
bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Lingkungan abiotik membentuk banyak objek dan memberi kekuatan yang
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi komunitas di sekitar
mahkluk hidup. Misalnya jenis-jenis tanaman dan binatang yang hidup dan bagaimana
cara mereka hidup di ekosistem suatu sungai sangat dipengaruhi oleh arus sungai, suhu,
kejernihan, dan komposisi kimianya. Satu kelompok penting dari faktor-faktor
lingkungan abiotik membentuk cuaca. Benda hidup dan mati dipengaruhi oleh hujan,
salju, suhu yang panas atau dingin, penguapan air, kelembapan, angin, dan sejumlah
kondisi-kondisi cuaca lainnya. Setiap tahun banyak tumbuhan dan tanaman yang mati
yang disebabkan oleh kondisi cuaca. Manusia membangun rumah dan menggunakan
pakaian untuk melindungi tubuh mereka dari iklim yang keras. Mereka mempelajari
cuaca dengan tujuan untuk mengetahui cara mengaturnya.
28
Faktor-faktor abiotik lainnya termasuk diantaranya adalah luasnya daerah untuk hidup
dan banyaknya nutrien-nutrien tertentu yang tersedia bagi organisme. Semua organisme
membutuhkan luas wilayah tertentu untuk dapat hidup dan bergerak di dalam hubungan
komunitas. Mereka juga membutuhkan nutrien yang berasal dari bukan mahkluk hidup
seperti fospor, untuk menjaga aktifitas tubuh seperti peredaran darah dan pencernaan.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dan lingkungannya.
Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen,
hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu,
populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk
hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi
membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan
organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut.
Yang termasuk lingkungan biotik diantaranya makanan, tanaman, binatang dan interaksi
satu sama lainnya juga terhadap lingkungan abiotik. Kelestarian dan kesejahteraan
manusia secara luas tergantung pada makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan
daging. Begitu juga dengan hubungan antara manusia dengan mahkluk hidup lainnya.
Sebagai contoh beberapa bakteri di dalam lambung membantu orang untuk dapat
mencerna makanan-makanan tertentu.
Sosial dan budaya disekelilingnya juga merupakan bagian penting dari lingkungan biotik
manusia. Perkembangan sistem syaraf yang pesat meningkatkan daya ingat, daya pikir,
dan komunikasi. Manusia mengajarkan satu sama lainnya tentang hal-hal yang telah
mereka pelajari. Dengan bertambahnya pengetahuan manusia mengembangkan agama,
seni, musik, sastra, tehnologi dan ilmu pengetahuan. Kekayaan budaya dan kekayaan
biologis manusia telah menjadikan manusia melebihi binatang dan mampu mengatur
lingkungannya. Manusia sekarang telah menjelajahi lingkungan luar angkasa.
C. KELAINAN GENETIK
29
Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh
kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis.
Sekarang ini ada sekitar 4.000 penyakit genetik yang sudah diidentifikasi. Semua
jaringan dan sistem organ dapat terkena oleh penyakit gen tunggal dan penyakit ini
dijumpai pada sekitar 1 % dari kelahiran hidup. Kebanyakan penyakit genetik adalah
langka dengan hanya terjadi pada 1 individu dari sekitar ribuan atau bahkan jutaan
individu.
Beberapa penyebab kelainan genetik:
a. Ketidaknormalan jumlah kromosom seperti dalam sindrom Down
(adanya ekstra kromosom 21) dan sindrom Klinefelter (laki-laki dengan 2 kromosom
X).
b. Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindrom X rapuh atau
penyakit Huntington.
c. Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam kasus ini, penyakit
genetik juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan. Kondisi ini terjadi ketika
individu lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut, tetapi dapat juga
terjadi ketika gen yang rusak tersebut merupakan gen yang dominan.
Beberapa Penyakit Gen
1. Penyakit Dominan Autosomal.
Penyakit dominan autosomal diekspresikan baik oleh heterozigot maupun homozigot.
Orang yang homozigot untuk alel yang bermutasi umumnya memperlihatkan fenotipe
yang lebih ekstrim.
Sindrom Marfan mengenai sekitar 1 dari 10000 orang Amerika Utara dan disebabkan
oleh suatu mutasi di kromosom 15, disebuah gen yang mengkode protein jaringan
ikat, fibrilin. Gambaran klinis penyakit ini antara lain adalah kelainan tulang, mata,
dan kardiovaskular. Karakteristik fisik mencakup lengan dan tungkai yang sangat
langsing dan panjang, scoliosis, pektus karinatum (“pigeon chest”), dan jari tangan
yang panjang dan kurus.
.
2. Penyakit Resesif Autosomal.
30
Penyakit resesif autosomal umumnya tampak pada orang yang homozigot untuk alel
yang mengalami mutasi, sedangkan heterozigot jarang memperlihatkan fenotipe
penyakit. Pewarisan resesif autosomal memiliki beberapa persamaan dengan
pewarisan dominan autosomal. Namun, terdapat perbedaan diantara kedua tipe
pewarisan ini. Penyakit resesif autosomal sering timbul akibat perkawinan antara
anggota keluarga (konsanguinitas).
Anemia sel sabit (ASS) adalah suatu penyakit yang mengenai hemoglobin dan
mengenai sekitar 1 dar 400 sampai 1 dari 600 orang Amerika keturunan Afrika.
Homozigot untuk alel mutan menyebabkan timbulnya penyakit sel sabit, sedangkan
heterozigot menimbulkan sifat sel sabit.
Individu dengan sifat sel sabit adalah pembawa satu alel mutan dan mampu
mewariskan alel tersebut kepada anak-anaknya, tetapi ia sendiri tidak mengidap
penyakit sel sabit. Anemia sel sabit disebabkan oleh terjadinya seuah mutasi satu –
titik dig en beta – globin. Gen ini terletak di kromosom 11. Mutasi pada gen ini
menyebabkan molekul hemoglobin berubah bentuk sehingga eritrosit berbentuk
seperti sabit
3. Gangguan terkait Seks.
Gangguan- ganguan yang dikode oleh kromosom X disebut terkait – X dan yang
dikode dikromosom Y disebut terkait – Y. Prinsip- prinsip pada pewarisan terkait
seks berbeda dari prinsip pada pewarisan autosomal. Semua perempuan normal
memiliki dua kromosom X, dan laki- laki normal 1 kromosom X dan 1 kromosom Y.
Contoh Penyakit Gen TunggalDominan Autosomal
Resesif Autosomal
Terkait X Terkait Y
Akondoplasia.
Hiperkolesterolemia Familial.
Sferositosis herediter.
Penyakit Huntington.
Albinisme.
Fibrosis kistik
Galaktosemia.
Penyakit penimbunan glikogen.
Distofi otot Duchenne.
Hemofilia A dan B.
Defisiensi glukosa – 6 – fosfat dehidrogenase.
Hipogamaglobulinemia
Disgenesis gonad, tipe XY
31
Sindrom marfan.
Nerofibromatosis tipe I.
Osteogenesis imperfecta.
Penyakit ginjal polikistik dewasa.
Penyakit von Willebran.
Mukopolisakaridosis.
Fenilketonuria (PKU).
Anemia sel sabit.
Penyakit Tay – Sachs.
Bruton.
Buta Warna.
BUTA WARNA DAN
ANEMIAButa Warna
Buta warna adalah kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata
pada retina untuk menangkap spectrum warna tertentu akibat faktor genetik. Kelainan
penglihatan warna, merupakan kelainan herediter pada sekitar 80 % pria dan 0,4 %
wanita ras kulit putih. Penurunan kelainan ini bersifat resesif dan terkait – X ,yaitu
kelainan yang disebabkan oleh gen abnormal pada kromosom X. Karena semua sel pria
kecuali sel sperma hanya mengandung satu kromosom X dan satu Y,selain 44 kromosom
kromatik,kromosom terdapat pada pria apabila kromosom X nya mengandung gen
abnormal tersebut.
Dipihak lain, sel wanita normal memiliki 2 kromosom X, satu dari tiap-tiap orang tua,
okum kelainan ini bersifat resesif. Wanita baru mengalami kelainan ini bila kedua
kromosom X nya mengandung gen abnormal tersebut. Namun, anak-anak perempuan dan
laki-laki buta warna terkait X melompat satu generasi dan tampak pada pria setiap
genrasi ke dua.
32
Contoh Bagan Punnet dan silsilah isteri carrier, suami buta warna
Xcb YX XXcb XYXcb XcbXcb XcbY
Pria Normal = XY = 25%Pria buta warna = XcbY = 25%Wanita normal (carrier) = XXcb = 25%Wanita buta warna = XcbXcb = 25%
Akhiran “-anomali” menandakan kelemahan penglihatan warna an akhiran “- anopia”
menandakan buta warna. Awalan “prot –“, “deuter –“, dan “tri-“ berturut – turut
menandakan gangguan pada system sel kerucut merah, hijau, dan biru. Orang yang
memiliki penglihatan warna normal dan orang yang pratonomali, deuteranomali, dan
tritanomali disebut trikromat; mereka memiliki ketiga sitem sel kerucut, tetapi salah satu
mungkin lemah. Dikromat adalah orang yang hanya memiliki dua sistem : mereka
mungkin menderita protanopia, deuterapnopia, atau tritanopia. Monokromat hanya
memiliki satu system sel kerucut.
Buta warna di bagi dua:
1. buta warna parsial (sebagian)
yaitu tidak dapat mengenal warna-warna tertentu, terbagi atas:
Kebutaan merah – hijau. Kesulitan membedakan antara merah dan hijau. Ini adalah
tipe yang umum ditemukan.
Kebutaan biru – kuning. Kesulitan membedakan antara biru dan hijau.
Kebutaan hijau. Tidak mampu membedakan bagian hijau dari spektrum warna.
2. buta warna total
yaitu tidak dapat membedakan semua jenis warna cahaya. dalam penglihatanya alam
ini hanya tampak seperti film hitam putih saja.
Buta warna juga bisa diidentifikasi dengan
1 Uji pencocokan benang wol(yarn matching)
33
Pada pengujian ini,orang yang di uji di beri benang wol dengan bermacam-macam
warna dan di minta untuk mengelompokkan sesuai dengan warnanya.
2 Mengunakan buku ishihara
Mengandung titik-titik berwarna dengan latar belakang yang terdiri juga dari titik-
titik berwarna dan berbentuk serupa. Gambar di buat dengan warna sedemikian rupa
sehingga seseorang yang buta warna melihat warna gambar tersebut sama dengan
warna latarnya.
Berbagai saran para ahli genetika dalam rangka aplikasi eugenetika antara lain :
1. Hindarilah perkawinan antara sesame keluarga yang masih
dekat hubungan darahnya.hal ini untuk mencegah terjadinya rekombinasi gen-gen
yang menimbulkan cacat atau penyakit yang bersifat resesif.
2. Semua masyarakat terutama generasi mudanya perlu
memahami _okum hereditas. Dengan mengadakan penyuluhan – penyuluhan tentang
penyakit herediter
3. Sebelum menikah,sebaiknya diadakan pemeriksaan calon-
calon tentang kesehatan dan asal-usul mereka.
Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana darah
mengalami penurunan kualitas dan kuantitas atau penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).
34
Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit
atau hitungan eritrosit (red cell count)., tetapi yang peling lazim digunakan kadar Hb,
kemudian hematokrit. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar.
Di negara barat kadar Hb paling rendah untuk laki-laki adalah 14 g/dl dan perempuan
dewasa 12 g/dl pada permukaan laut. Peneliti lain memberikan angka berbeda yaitu 12
g/dl (hematokrit 38%) untuk perempuan dewasa, 11 g/dl (hematokrit 36%) untuk
perempuan hamil, 13 g/dl untuk laki-laki dewasa (WHO). Sedangkan beberapa peneliti
di Indonesia menggunakan criteria Hb kurang dari 10 g/dl sebagai work up anemia.
Etilogi anemia yaitu:
1) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.
2) Kehilangan darah keluar tubuh/perdarahan.
3) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya/hemolisis.
Klasifikasi anemia .terbagi atas:
Munurut etipatogenesis
A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosi
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia defisiensi as. Folat
c. Anemia defisiensi vit. B12
2) Gangguan penggunaan besi
a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a. Anemia aplastik
b. Anemia mieoptisik
c. Anemia pada keganasan
hematologi
d. Anemia diseritropoietik
35
e. Anemia pada sindrom
mielodisplastik
f. Anemia akibat kekurangan
eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik
B. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat perdarahan kronik
C. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakospuskular:
a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati)
c. Gangguan Hb (hemoglobinopati): Thalasemia,
Hemoglobinopati struktural.
2. Anemia hemolitik ekstrakospuskular:
a. Anemia hemolitik autoimun
b. Anemia hemolitik mikroangiopatik, dll
D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang
kompleks.
Menurut morfologi dan etiologi
A. Anemia hipokromik mikrositer
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalasemia mayor
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sidrblastik
B. Anemia normokromik normositer
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik didapat
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada gagal ginjal kronik
36
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia pada keganasan hematologi
C. Anemia makrositer
1) Bentuk megaloblastik
a. Anemia defisiensi as folat
b. Anemia defisiensi vit. B12
c. Anemia pernisiosa
2) Bentuk non-megaloblastik
a. Anemia pada penyakit hati kronik
b. Anemia hipotiroidisme
c. Anemia pada sindrom mielodisplastik
Gejala umum anemia adalah kadar Hb <7g/dl, rasa lamah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging, mata berkunang-kunang, kak terasa dingin, sesak napas dan dispepsia,
tampak pucat pada mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku.
Cara mengobati anemia:
A. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.
1. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran
berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
2. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin
C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
B. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah
Darah (TTD).
C. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
37
PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP KESEHATANKita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan
yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The
National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang
pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang
diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus
kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam
pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan
potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum
Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia
1. Asefat Insektisida: Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi
2. Aldikard Insektisida: Sangat beracun pada dosis rendah
3. BHC Insektisida: Kanker, beracun pada alat reproduksi
4. Kaptan Insektisida: Kanker, mutasi gen
5. Karbiral Insektisida: Mutasi gen, kerusakan ginjal
6. Klorobensilat Insektisida: Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi
7. Klorotalonis Fungisida: Kanker, keracunan alat reproduksi
8. Klorprofam Herbisida: Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9. Siheksatin Insektisida: Karsinogen
10. DDT Insektisida: Cacat lahir, pengaruh kronis.
Sumber : Pesticide Action Network (PAN) Indonesia
Badan yang bekerja sebagai pemantau atas pestisida untuk melindungi konsumen
(FDA/The foot and Drug Administration), menyatakan lebih dari 110 pestisida yang
berbeda terdeteksi dalam semua makanan ini antara 1982-1985. Dari 25 pestisida yang
terdeteksi lebih sering, 9 telah diidentifikasi oleh FDA sebagai penyebab kanker,
disamping potensi bahaya lainnya. Pada musim panas 1985, hampir 1000 orang
dibebrapa negara bagian Wilayah Barat dan Kanada keracunan oleh residu pestisida
Temik dalam semangka. Dalam 2-4 jam setelah memakan semangka yang tercemar,
orang akan mengalami rasa mual, muntah, pandangan buram, otot lemah dan gejala lain.
(Masih untung), tidak ada yang meninggal, biarpun kebanyakan korban dalam kondisi
38
parah. Masih ditempat yang sama laporan juga menyebutkan adanya serangan gangguan
hebat, jantung tak teratur, sejumlah orang dirumah-sakitkan, dan paling kurang 2 bayi
lahir mati. Tahun 1986, kira-kira 140 kandang sapi perah di Arkansas, Oklahoma dan
Missouri dikarantina karena tercemar oleh pestisida terlarang heptaklor.
WHO (World Health Organisation) memperkirakan bahwa setengah juta kasus keracunan
pestisida muncul setiap tahunnya, 5000 orang diantaranya berakhir dengan kematian.
Pada akhir tahun 1980 dilaporkan bahwa jumlah keracunan pestisida di dunia dapat
mencapai satu juta kasus dengan 20.000 kematian per tahun.
Dampak secara tidak langsung dirasakan oleh manusia, oleh adanya penumpukan
pestisida di dalam darah yang berbentuk gangguan metabolisme enzim asetilkolinesterase
(AChE), bersifat karsinogenik yang dapat merangsang sistem syaraf menyebabkan
parestesia peka terhadap perangsangan, iritabilitas, tremor, terganggunya keseimbangan
dan kejang-kejang (Frank C. Lu, 1995).
Pestisida dapat merusak keseimbangan ekologi
Dinamika pestisida dilingkungan yang membentuk suatu siklus, terutama jenis
pestisida yang persisten. Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan
sekitarnya; air permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah dan
udara.
Dibandingkan dengan besarnya kandungan residu pestisida dalam tanah, kandungan
pestisida dalam air memang lebih rendah. Meskipun demikian hasil penelitian
membuktikan bahwa telah terjadi pencemaran di lingkungan perairan akibat pestisida.
Contohnya ialah kematian 13 orang di Aceh Utara akibat mengkonsumsi tiram (Ostrea
culcullata) yang tercemar pestisida. Pencemaran itu menurut Kompas 10 Mei 1993
berasal dari tambak udang yang menggunakan Brestan untuk membunuh siput dan hama
yang memakan benur.Lingkungan perairan yang tercemar menyebabkan satwa yang
hidup di dalam dan sekitarnya turut tercemar.
Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat menarik
untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan sejalan
dengan peningkatan perumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks pemenuhan
39
kuantitas produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah tidak dapat
lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertaniannya. Mengingat penciptaan social
culture yang telah tercipta sedemikian rupa oleh pemerintah tahun 1980-an dengan
subsidi biaya penggunaan pestisida dan pendewaan pestisida sebagai penyelamat
produksi dan investasi petani. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida
semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan cosmetic appearance produk, hal ini
disebabkan oleh kesimbangan ekologis yang sudah tidak sempurna (populasi hama tinggi
musuh alami semakin punah). Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana
yang sangat hebat terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk
hortikultura yang mengandung residu pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus
pestisida terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak
kalah pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat
mengganggu sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.
Upaya Penanggulangan Pencemaran Pestisida
Pencemaran dari residu pestisida sangat membahayakan bagi lingkungan dan
kesehatan, sehingga pelu adanya pengendalian dan pembatasan dari penggunaan pestisida
tersebut serta mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh residu pestisida.
Kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida sintetik yang mengarah pada
pemasyarakatan teknologi bersih (clean technology) yaitu pembatasan penggunaan
pestisida sintetik untuk penanganan produk-produk pertanian terutama komoditi andalan
untuk eksport (Suwahyono, 1996). Dalam hal ini berbagai upaya dilakukan untuk
mengatasi dampak negatif pestissida dan mencegah pencemaran lebih berlanjut lagi.
40
DAFTAR PUSTAKASudoyo, Aru W, dkk., Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006.
Purnawan, Iwan, Konsep Sehat-Sakit.
Soejoeti, Sunanti Z., Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya,
Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2005.
Bushido’s weblog, Bahaya pestisida terhadap kesehatan manusia, 2007.
William F dan Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20, EGC, Jakarta, 2003.
41