Laporan Tutorial, Sken 1a

60
LAPORAN TUTORIAL MODUL IV MANUSIA SEBAGAI KESATUAN BIOIPSIKOSOSIOKULTURAL SKENARIO : SEHATKAH..? OLEH: Ketua : Evans Adhytia Sekretaris : Boby Notulen : Nurhasmi Anggota : Ridho N Farhan Raul Ziaz Abdul Halim HRP Meta Imelda Rully Purnama sari HRP Robi Rahman Dani Darisza Febriana Reza Zulfahmi Eva Reza Ummami

description

aaa

Transcript of Laporan Tutorial, Sken 1a

Page 1: Laporan Tutorial, Sken 1a

LAPORAN TUTORIAL

MODUL IVMANUSIA SEBAGAI KESATUAN BIOIPSIKOSOSIOKULTURAL

SKENARIO :

SEHATKAH..?

OLEH:Ketua : Evans AdhytiaSekretaris : BobyNotulen : NurhasmiAnggota : Ridho N Farhan

Raul ZiazAbdul Halim HRPMeta Imelda

Rully Purnama sari HRPRobi Rahman DaniDarisza FebrianaReza ZulfahmiEva Reza Ummami

Tutor : dr. Husein, M.kes.

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ABULYATAMA

2007

HALAMAN ISI

Page 2: Laporan Tutorial, Sken 1a

1. Halaman Isi……………………………………………........ 2

2. Bagian I. Identifikasi Istilah………………………………… 4

3. Bagian II. Identifikasi Masalah………………………......... 5

4. Bagian III. Analisa Masalah………………………….......... 6

5. Bagian IV. Strukturisasi……………………………………...7

6. Bagian V. Learning Issue…………………………………... 8

7. Bagian VI. Hasil Pembelajaran Mandiri …………………. 9

8. Daftra Pustaka……………………………………………….. 40

2

Page 3: Laporan Tutorial, Sken 1a

Modul IV SKENARIO 1

SEHATKAH…?

Andi datang ke dr. Azizi dengan tujuan meminta Surat Keterangan Berbadan

Sehat untuk melengkapi lamaran kerja sebagai teknisi di sebuah perusahaan. Dari

hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, Andi ternyata menderita Buta

warna dan Anemia. Selama ini Andi bekerja membantu orang tuanya berkebun

yang selalu menggunakan pupuk kandang dan Insektisida.

3

Page 4: Laporan Tutorial, Sken 1a

TAHAP I. IDENTIFIKASI ISTILAH

a) Surat Keterangan Berbadan Sehat

Surat keterangan yang dikeluarkan oleh setelah dilakukan pemeriksaan baik

fisik maupun mental yang digunakan untuk kepentingan pasien.

b) Sehat

Keadaan sejatera baik fisik maupun rohani, sosial, ekonomi serta bebas dari

peyakit.

c) Teknisi

Orang yag ahli dalam masalah teknis

d) Buta Warna

Kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk

menangkap spectrum warna tertentu akibat faktor genetik.

e) Anemia

Suatu kondisi dimana darah mengalami penurunan baik kualitas maupun

kuantitas nya.

f) Pupuk Kandang

Bahan penyubur tanaman yang berasal dari kotoran hewan yang terdiri dari

nitrogen dan fosfat.

g) Insektisida

Zat selektif yang beracun terhadap serangga.

4

Page 5: Laporan Tutorial, Sken 1a

TAHAP II. IDENTIFIKASI ISTILAH

Masalah Inti :

Pengaruh Lingkungan pekerjaan, keadaan sosial serta faktor genetik pada kesehatan.

Masalah Tambahan :

- Buta warna

- Anemia

- Dampak insektisida terhadap kesehatan

- Mengenai SKBS

5

Page 6: Laporan Tutorial, Sken 1a

TAHAP III. ANALISA MASALAH

Kesehatan seseorang dapat di pengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :

Lingkungan

Perilaku Kesehatan

Genetik

Pelayanan Kesehatan

6

Page 7: Laporan Tutorial, Sken 1a

TAHAP IV. STRUKTURISASI

SEHAT

BIOTIK ( Intrinsik ) ABIOTIK (Ekstrinsik)

TERPAPAR

SAKIT

7

Page 8: Laporan Tutorial, Sken 1a

TAHAP V. LEARNING ISSUE

Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang :

a) Konsep sehat dan sakit

b) Pengaruh faktor biotik dan abiotik pada kesehatan

c) Kelainan genetik

d) Buta Warna dan Anemia

e) Pengaruh Insektisida terhadap kesehatan

8

Page 9: Laporan Tutorial, Sken 1a

TAHAP VI. HASIL PEMBELAJARAN MANDIRI

A. KONSEP SEHAT DAN SAKITDefinisi Sehat dan SakitSehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi

juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial

dan spiritual. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu

keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari

penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO (1981): Health is a state of

complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of disease or

infirmity. WHO men-definisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik

jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.

Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan

konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial

dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan

yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa

merupakan bagian integral kesehatan.

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis

dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal

(psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social,

dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

9

Page 10: Laporan Tutorial, Sken 1a

MODEL SEHAT SAKIT

1. Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)

Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat

kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi

sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian

yang menandakan habisnya energi total”

Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus

menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan

internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual,

sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.

Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih

dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan

kondisi individu sebelumnya.

Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan

sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang

Sehat-Sakit.

Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan

rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang merupakan merupakan faktor

yang penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-

faktor resiko itu meliputi variabel genetik dan psikologis.

10

KematianPrematur

Kesejahteraan,Tingkat Tinggi

Model Tindakan

Model sejahtera

Ketidakmampuan

Gejala Tanda Kesadaran pendidikan Pertumbuhan

Page 11: Laporan Tutorial, Sken 1a

Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien

sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu

(Kesejahteraan Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang

mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan

mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan dengan orang yang

mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian pasangannya.

Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini

dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam

menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan

datang.

2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)

Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara

memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku. Pada pendekatn

model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang dapat membantu klien

mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan Model

ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam keperawatan

keluarga maupun komunitas.

3. Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.)

Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok

ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan

Agen: Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan

terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau

11

Pejamu

Lingkungan Agen

Page 12: Laporan Tutorial, Sken 1a

psikososial. Jadi agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau

yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).

Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu.

Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan

seseorang yang beresiko menjadi sakit. Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.

Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu.

Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal,

penerangan, kebisingan

Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys:

stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.

Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari

ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan

kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau

sekelompok orang dengan lingkungannya. Selain dalam keperawatan komunitas model

ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit.

4. Model Keyakinan-Kesehatan

Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman

(1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang

ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan

dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang

diberikan.

Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:

a. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu

penyakit.

Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat

keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien

mungkin merasakan resiko mengalami penyakit jantung.

b. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.

12

Page 13: Laporan Tutorial, Sken 1a

Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh

penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran

keluarga atau dokter dll)

c. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan

yang diambil.

Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup,

meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana

perawatan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan

kesehatan serta mencegah terjadiny penyakit.

5. Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)

Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah

model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan. Fokus dari model

13

Persepsi Individual Faktor-Faktor Modifikasi

Tindakan Yang Mungkin

Variabel DemografikVariabel Sosiofisiologis

KEUNTUNGAN tind Prev

BARIER thd tindakan

Kemungkinan UntukBERTINDAK

ANCAMANYang dirasakan

KERENTANANYang dirasakan KESERIUSANYang dirasakan

PETUNJUKUntuk bertindak

Kampanye mediaSaran DokterPenyakit keluarga

Page 14: Laporan Tutorial, Sken 1a

ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-

persepsi dan faktor pengubah).

Berdasarkan gambar diatas Model ini dapat:

o Mengidentifikasi berbagai faktor (demografik, sosial) yang dapat

meningkatkan atau menurunkan partisifasi untuk meningkatkan kesehatan.

o Mengatur berbagai tanda kedalam sebuah pola untuk menjelaskan

kemungkinan munculnya partsisipasi klien dalam perilaku peningkatan

kesehatan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN

KESEHATAN

1. Faktor Internal

a. Tahap Perkembangan

Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-

lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang

14

Faktor Kognisi-Persepsi Faktor Pengubah

Partisipasi dlm Perilaku Kesehatan

Kepentingan kesehatanKontrol kesehatan y dirasakanKesembuhan y dirasakanDefinisi kesehatanStatus kesehatan y dirasakanKeuntungan perilaku peningkatan

kesehatanBarier terhadap perilaku

peningkatan-kesehatan y dirasakan

Karakteristik DemografikKarakteristik BiologikPengaruh InterpersonalFaktor SituasionalFaktor perilaku

Kemungkinan memiliki perilaku peningkatan-kesehatan

Petunjuk untuk Tindakan

Page 15: Laporan Tutorial, Sken 1a

berbeda-beda. Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus

mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat

melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum

mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk

mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang

terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar

belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami

faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan

tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.

c. Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan

terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi

jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan

orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya,

keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-

masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil

sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan

mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya. Untuk itulah

perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara

klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga

data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru).

Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan mengimplementasikan

perawatan klien secara lebih berhasil.

d. Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara

melaksanakannya.

15

Page 16: Laporan Tutorial, Sken 1a

Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan

cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.

Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai

respons emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional

terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit

pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

Contoh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering batuk mungkin

akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima

kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang

memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan

yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan

akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada

beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga

mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari

pengobatan yang tepat.

e. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga

atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual

bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang.

Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan

dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan

dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan

seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh

beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara

utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara

spiritual. Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan

pengobatan tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien

16

Page 17: Laporan Tutorial, Sken 1a

sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan.

2. Faktor Eksternal

a. Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya

mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya:

o Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat

berpotensi mejadi penyakit berat dan mereka segera mencari pengobatan,

maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika mereka

dewasa.

o Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan

pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang

selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin,

maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.

b. Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja.

Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara

pelaksanaannya.

c. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,

termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku

dan bahasa yang digunakan.

SAKIT DAN PERILAKU SAKIT

17

Page 18: Laporan Tutorial, Sken 1a

Secara sederhana sakit yaitu defiasi/penyimpangan dari status sehat. Menurut Pemons

(1972) Sakit diartikan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk

keadaan organisme sebagai siste biologis dan penyesuaian sosialnya. Pengertian sakit

menurut etiologi naturalistik dapat dijelas-kan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu

bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan

terhadap sistem tubuh manusia. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan

yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan

seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.

Jadi Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan,

atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses

penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan

Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti

biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri

untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain

dimensi fisik.

Dan Bauman (1965) menyatakan seseorang menggunakan tiga kriteria untuk

menentukan apakah mereka sakit :

1. Adanya gejala: Naiknya temperatur, nyeri.

2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan: baik, buruk, sakit.

3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang

memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami;

melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai

mekanisme koping.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal

Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

18

Page 19: Laporan Tutorial, Sken 1a

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu

rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit

punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam

kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti

itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut

mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak

mau mencari bantuan.

Asal atau Jenis penyakit

Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin

mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan

segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.

Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga

jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik

itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan

sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk

memenuhi rencana terapi yang ada.

2. Faktor Eksternal

Gejala yang Dapat Dilihat

Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan

Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah

mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak

tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-

pecah yang dialaminya.

Kelompok Sosial

Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru

meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita,

sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok

sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat

melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya

masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan

untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B

19

Page 20: Laporan Tutorial, Sken 1a

mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu

diperiksakan ke dokter.

Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,

mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu

memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

Ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap

terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari

pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan

Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering

mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.

Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan

besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak

membutuhkan prosedur yang rumit.

Dukungan Sosial

Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat

peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan,

seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik,

senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam

renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.

Tahap-tahap Perilaku Sakit

Tahap I (Mengalami Gejala)

- Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang

salah ”

- Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik

tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu.

- Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a)

kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap

20

Page 21: Laporan Tutorial, Sken 1a

perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu

gejala penyakit; (c) respon emosional.

- Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan

dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

- Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat

- Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi

kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar

sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan

terhadap perannya.

- Menimbulkan perubahan emosional spt :

menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi

bisa kompleks atau sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat

ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.

- Seseorang awalnya menyangkal pentingnya

intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem

pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat

maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan

berubah menjadi seorang klien.

Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

- Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,

mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan

implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang

- Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita

suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa

mengancam kehidupannya. klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa

tersebut.

- Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang

telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari

sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi

pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat

21

Page 22: Laporan Tutorial, Sken 1a

diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa

awal yang telah ditetapkan.

- Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia

akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang

diinginkan

- Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam

kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan

bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang

didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai

usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.

Tahap IV (Peran Klien Dependen)

- Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien

bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala

yang ada.

- Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai

tuntutan dan stress hidupnya.

- Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas

normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.

- Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal

sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia

bekerja, rumah maupun masyarakat.

Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

- Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-

tiba, misalnya penurunan demam.

- Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh

perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit

kronis.

Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya

dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap tahapan

22

Page 23: Laporan Tutorial, Sken 1a

perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan

perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif

DAMPAK SAKIT

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi

orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka

waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit

perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang

mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran

untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi

mudah marah, dan lebih memilih menyendiri. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika

mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang

lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri. Perawat

berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena

stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

2. Terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil

keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit,

peran- peran klien tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut mungkin

tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung

lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang

berlangsung singkat dan tidak terlihat. Perubahan jangka pendek klien tidak

mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan

jangka penjang klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap

Berduka’. Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana

keperawatan.

3. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya.

Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan

klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan

23

Page 24: Laporan Tutorial, Sken 1a

tersebut. Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung

pada:

- Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ

tertentu)

- Kapasitas adaptasi

- Kecepatan perubahan

- Dukungan yang tersedia.

4. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup

bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek

kepribadiannya. Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran

yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa

terobservasi dibandingkan perubahan peran. Konsep diri berperan penting dalam

hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami

perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi

harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik.

Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien. Misal:

Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak

akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain

atau kepada teman-temannya klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.

Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan

mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri

dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.

5. Terhadap Dinamika Keluarga

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,

mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan

melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Misal: jika

salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda

sampai mereka sembuh. Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus

membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional. Misal:

24

Page 25: Laporan Tutorial, Sken 1a

anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya

tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika

anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai

mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.

PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang

berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling

tumpang tindih satu sama lain.

Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat

kesehatan klien saat ini. Sedangkan Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang

bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun

potensial.

Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif maupun Pasif

a. Peningkatan Kesehatan Pasif

Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh

manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya

sendiri. Misal: Pemberian florida pada pusat suplai Air Minum (PAM); Portifikasi

pada susu dengan vitamin D.

b. Peningkatan Kesehatan Aktif

Pada strategi ini, setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program

kesehatan tertentu. Misal: Program Penurunan BB, dan Program pemberantasan

rokok, menuntut keikutsertaan klien secara aktif.

25

PersamaannyaKeduanya berorientasi pada masa depan.

PerbedaanTerletak pada Motivasi dan Tujuan

Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak secara positif , untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang stabil

Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari penurunan tingkat kesehatan atau fungsi

Page 26: Laporan Tutorial, Sken 1a

Sedangkan Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa tingkatan all:

a. Pencegahan Primer

o Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan

gangguan fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan

mental.

o Tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang

terapeutik, dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit

o Terdiri dari :

- Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi,

perhatian terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan

sehat, skrining genetik dll

- Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasi

lingkungan, perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan,

perlindungan karsinoge dan alergen.

b. Pencegahan Sekunder

o Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada

individu yang mengalami masalah kesehatan atau penyakit, dan individu yang

berisiko mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk.

o Pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan

diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga akan mengurangi

keparahan kondisi dan memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan

yang normal sedini mungkin.

o Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di

RS atau tempat pelayanan kesehatan lain yang memiliki fasilitas memadai.

o Pencegahan skunder terdiri dari teknik skrining dan

pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara

menghindarkan atau menunda akibat yang ditimbulkan dari perkembangan

penyakit.

c. Pencegahan Tersier

o Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan

26

Page 27: Laporan Tutorial, Sken 1a

atau ketidakmampuan yang permanen dan atau tidak dapat disembuhkan.

o Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat

penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk

mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan

o Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan

rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit.

o Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu

klien mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan

yang ada akibat penyakit atau kecacatan.

o Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan

preventive, karena didalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan

atau penurunan fungsi lebih jauh. Misal: dalam merawat orang yang Buta,

disamping memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari, juga

mencegah terjadinya kecelakaan pada klien.

B. PENGARUH FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK PADA

KESEHATANAbiotik

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik

utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut:

a. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan

organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran

suhu tertentu.

b. Sinar matahari

Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan

suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai

produsen untuk berfotosintesis.

c. Air

27

Page 28: Laporan Tutorial, Sken 1a

Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup

organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan

penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana

hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur

abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.

d. Tanah

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan

organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur

penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

e. Ketinggian

Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena

ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.

f. Angin

Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran

biji tumbuhan tertentu.

g. Garis lintang

Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis

lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan

bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.

Lingkungan abiotik membentuk banyak objek dan memberi kekuatan yang

mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi komunitas di sekitar

mahkluk hidup. Misalnya jenis-jenis tanaman dan binatang yang hidup dan bagaimana

cara mereka hidup di ekosistem suatu sungai sangat dipengaruhi oleh arus sungai, suhu,

kejernihan, dan komposisi kimianya. Satu kelompok penting dari faktor-faktor

lingkungan abiotik membentuk cuaca. Benda hidup dan mati dipengaruhi oleh hujan,

salju, suhu yang panas atau dingin, penguapan air, kelembapan, angin, dan sejumlah

kondisi-kondisi cuaca lainnya. Setiap tahun banyak tumbuhan dan tanaman yang mati

yang disebabkan oleh kondisi cuaca. Manusia membangun rumah dan menggunakan

pakaian untuk melindungi tubuh mereka dari iklim yang keras. Mereka mempelajari

cuaca dengan tujuan untuk mengetahui cara mengaturnya.

28

Page 29: Laporan Tutorial, Sken 1a

Faktor-faktor abiotik lainnya termasuk diantaranya adalah luasnya daerah untuk hidup

dan banyaknya nutrien-nutrien tertentu yang tersedia bagi organisme. Semua organisme

membutuhkan luas wilayah tertentu untuk dapat hidup dan bergerak di dalam hubungan

komunitas. Mereka juga membutuhkan nutrien yang berasal dari bukan mahkluk hidup

seperti fospor, untuk menjaga aktifitas tubuh seperti peredaran darah dan pencernaan.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dan lingkungannya.

Biotik

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik

tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen,

hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.

Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu,

populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk

hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi

membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan

organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut.

Yang termasuk lingkungan biotik diantaranya makanan, tanaman, binatang dan interaksi

satu sama lainnya juga terhadap lingkungan abiotik. Kelestarian dan kesejahteraan

manusia secara luas tergantung pada makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan

daging. Begitu juga dengan hubungan antara manusia dengan mahkluk hidup lainnya.

Sebagai contoh beberapa bakteri di dalam lambung membantu orang untuk dapat

mencerna makanan-makanan tertentu.

Sosial dan budaya disekelilingnya juga merupakan bagian penting dari lingkungan biotik

manusia. Perkembangan sistem syaraf yang pesat meningkatkan daya ingat, daya pikir,

dan komunikasi. Manusia mengajarkan satu sama lainnya tentang hal-hal yang telah

mereka pelajari. Dengan bertambahnya pengetahuan manusia mengembangkan agama,

seni, musik, sastra, tehnologi dan ilmu pengetahuan. Kekayaan budaya dan kekayaan

biologis manusia telah menjadikan manusia melebihi binatang dan mampu mengatur

lingkungannya. Manusia sekarang telah menjelajahi lingkungan luar angkasa.

C. KELAINAN GENETIK

29

Page 30: Laporan Tutorial, Sken 1a

Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh

kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis.

Sekarang ini ada sekitar 4.000 penyakit genetik yang sudah diidentifikasi. Semua

jaringan dan sistem organ dapat terkena oleh penyakit gen tunggal dan penyakit ini

dijumpai pada sekitar 1 % dari kelahiran hidup. Kebanyakan penyakit genetik adalah

langka dengan hanya terjadi pada 1 individu dari sekitar ribuan atau bahkan jutaan

individu.

Beberapa penyebab kelainan genetik:

a. Ketidaknormalan jumlah kromosom seperti dalam sindrom Down

(adanya ekstra kromosom 21) dan sindrom Klinefelter (laki-laki dengan 2 kromosom

X).

b. Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindrom X rapuh atau

penyakit Huntington.

c. Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam kasus ini, penyakit

genetik juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan. Kondisi ini terjadi ketika

individu lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut, tetapi dapat juga

terjadi ketika gen yang rusak tersebut merupakan gen yang dominan.

Beberapa Penyakit Gen

1. Penyakit Dominan Autosomal.

Penyakit dominan autosomal diekspresikan baik oleh heterozigot maupun homozigot.

Orang yang homozigot untuk alel yang bermutasi umumnya memperlihatkan fenotipe

yang lebih ekstrim.

Sindrom Marfan mengenai sekitar 1 dari 10000 orang Amerika Utara dan disebabkan

oleh suatu mutasi di kromosom 15, disebuah gen yang mengkode protein jaringan

ikat, fibrilin. Gambaran klinis penyakit ini antara lain adalah kelainan tulang, mata,

dan kardiovaskular. Karakteristik fisik mencakup lengan dan tungkai yang sangat

langsing dan panjang, scoliosis, pektus karinatum (“pigeon chest”), dan jari tangan

yang panjang dan kurus.

.

2. Penyakit Resesif Autosomal.

30

Page 31: Laporan Tutorial, Sken 1a

Penyakit resesif autosomal umumnya tampak pada orang yang homozigot untuk alel

yang mengalami mutasi, sedangkan heterozigot jarang memperlihatkan fenotipe

penyakit. Pewarisan resesif autosomal memiliki beberapa persamaan dengan

pewarisan dominan autosomal. Namun, terdapat perbedaan diantara kedua tipe

pewarisan ini. Penyakit resesif autosomal sering timbul akibat perkawinan antara

anggota keluarga (konsanguinitas).

Anemia sel sabit (ASS) adalah suatu penyakit yang mengenai hemoglobin dan

mengenai sekitar 1 dar 400 sampai 1 dari 600 orang Amerika keturunan Afrika.

Homozigot untuk alel mutan menyebabkan timbulnya penyakit sel sabit, sedangkan

heterozigot menimbulkan sifat sel sabit.

Individu dengan sifat sel sabit adalah pembawa satu alel mutan dan mampu

mewariskan alel tersebut kepada anak-anaknya, tetapi ia sendiri tidak mengidap

penyakit sel sabit. Anemia sel sabit disebabkan oleh terjadinya seuah mutasi satu –

titik dig en beta – globin. Gen ini terletak di kromosom 11. Mutasi pada gen ini

menyebabkan molekul hemoglobin berubah bentuk sehingga eritrosit berbentuk

seperti sabit

3. Gangguan terkait Seks.

Gangguan- ganguan yang dikode oleh kromosom X disebut terkait – X dan yang

dikode dikromosom Y disebut terkait – Y. Prinsip- prinsip pada pewarisan terkait

seks berbeda dari prinsip pada pewarisan autosomal. Semua perempuan normal

memiliki dua kromosom X, dan laki- laki normal 1 kromosom X dan 1 kromosom Y.

Contoh Penyakit Gen TunggalDominan Autosomal

Resesif Autosomal

Terkait X Terkait Y

Akondoplasia.

Hiperkolesterolemia Familial.

Sferositosis herediter.

Penyakit Huntington.

Albinisme.

Fibrosis kistik

Galaktosemia.

Penyakit penimbunan glikogen.

Distofi otot Duchenne.

Hemofilia A dan B.

Defisiensi glukosa – 6 – fosfat dehidrogenase.

Hipogamaglobulinemia

Disgenesis gonad, tipe XY

31

Page 32: Laporan Tutorial, Sken 1a

Sindrom marfan.

Nerofibromatosis tipe I.

Osteogenesis imperfecta.

Penyakit ginjal polikistik dewasa.

Penyakit von Willebran.

Mukopolisakaridosis.

Fenilketonuria (PKU).

Anemia sel sabit.

Penyakit Tay – Sachs.

Bruton.

Buta Warna.

BUTA WARNA DAN

ANEMIAButa Warna

Buta warna adalah kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata

pada retina untuk menangkap spectrum warna tertentu akibat faktor genetik. Kelainan

penglihatan warna, merupakan kelainan herediter pada sekitar 80 % pria dan 0,4 %

wanita ras kulit putih. Penurunan kelainan ini bersifat resesif dan terkait – X ,yaitu

kelainan yang disebabkan oleh gen abnormal pada kromosom X. Karena semua sel pria

kecuali sel sperma hanya mengandung satu kromosom X dan satu Y,selain 44 kromosom

kromatik,kromosom terdapat pada pria apabila kromosom X nya mengandung gen

abnormal tersebut.

Dipihak lain, sel wanita normal memiliki 2 kromosom X, satu dari tiap-tiap orang tua,

okum kelainan ini bersifat resesif. Wanita baru mengalami kelainan ini bila kedua

kromosom X nya mengandung gen abnormal tersebut. Namun, anak-anak perempuan dan

laki-laki buta warna terkait X melompat satu generasi dan tampak pada pria setiap

genrasi ke dua.

32

Page 33: Laporan Tutorial, Sken 1a

Contoh Bagan Punnet dan silsilah isteri carrier, suami buta warna

Xcb YX XXcb XYXcb XcbXcb XcbY

Pria Normal = XY = 25%Pria buta warna = XcbY = 25%Wanita normal (carrier) = XXcb = 25%Wanita buta warna = XcbXcb = 25%

Akhiran “-anomali” menandakan kelemahan penglihatan warna an akhiran “- anopia”

menandakan buta warna. Awalan “prot –“, “deuter –“, dan “tri-“ berturut – turut

menandakan gangguan pada system sel kerucut merah, hijau, dan biru. Orang yang

memiliki penglihatan warna normal dan orang yang pratonomali, deuteranomali, dan

tritanomali disebut trikromat; mereka memiliki ketiga sitem sel kerucut, tetapi salah satu

mungkin lemah. Dikromat adalah orang yang hanya memiliki dua sistem : mereka

mungkin menderita protanopia, deuterapnopia, atau tritanopia. Monokromat hanya

memiliki satu system sel kerucut.

Buta warna di bagi dua:

1. buta warna parsial (sebagian)

yaitu tidak dapat mengenal warna-warna tertentu, terbagi atas:

Kebutaan merah – hijau. Kesulitan membedakan antara merah dan hijau. Ini adalah

tipe yang umum ditemukan.

Kebutaan biru – kuning. Kesulitan membedakan antara biru dan hijau.

Kebutaan hijau. Tidak mampu membedakan bagian hijau dari spektrum warna.

2. buta warna total

yaitu tidak dapat membedakan semua jenis warna cahaya. dalam penglihatanya alam

ini hanya tampak seperti film hitam putih saja.

Buta warna juga bisa diidentifikasi dengan

1 Uji pencocokan benang wol(yarn matching)

33

Page 34: Laporan Tutorial, Sken 1a

Pada pengujian ini,orang yang di uji di beri benang wol dengan bermacam-macam

warna dan di minta untuk mengelompokkan sesuai dengan warnanya.

2 Mengunakan buku ishihara

Mengandung titik-titik berwarna dengan latar belakang yang terdiri juga dari titik-

titik berwarna dan berbentuk serupa. Gambar di buat dengan warna sedemikian rupa

sehingga seseorang yang buta warna melihat warna gambar tersebut sama dengan

warna latarnya.

Berbagai saran para ahli genetika dalam rangka aplikasi eugenetika antara lain :

1. Hindarilah perkawinan antara sesame keluarga yang masih

dekat hubungan darahnya.hal ini untuk mencegah terjadinya rekombinasi gen-gen

yang menimbulkan cacat atau penyakit yang bersifat resesif.

2. Semua masyarakat terutama generasi mudanya perlu

memahami _okum hereditas. Dengan mengadakan penyuluhan – penyuluhan tentang

penyakit herediter

3. Sebelum menikah,sebaiknya diadakan pemeriksaan calon-

calon tentang kesehatan dan asal-usul mereka.

Anemia

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana darah

mengalami penurunan kualitas dan kuantitas atau penurunan jumlah massa eritrosit (red

cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam

jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).

34

Page 35: Laporan Tutorial, Sken 1a

Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit

atau hitungan eritrosit (red cell count)., tetapi yang peling lazim digunakan kadar Hb,

kemudian hematokrit. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi

merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar.

Di negara barat kadar Hb paling rendah untuk laki-laki adalah 14 g/dl dan perempuan

dewasa 12 g/dl pada permukaan laut. Peneliti lain memberikan angka berbeda yaitu 12

g/dl (hematokrit 38%) untuk perempuan dewasa, 11 g/dl (hematokrit 36%) untuk

perempuan hamil, 13 g/dl untuk laki-laki dewasa (WHO). Sedangkan beberapa peneliti

di Indonesia menggunakan criteria Hb kurang dari 10 g/dl sebagai work up anemia.

Etilogi anemia yaitu:

1) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.

2) Kehilangan darah keluar tubuh/perdarahan.

3) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya/hemolisis.

Klasifikasi anemia .terbagi atas:

Munurut etipatogenesis

A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang

1) Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosi

a. Anemia defisiensi besi

b. Anemia defisiensi as. Folat

c. Anemia defisiensi vit. B12

2) Gangguan penggunaan besi

a. Anemia akibat penyakit kronik

b. Anemia sideroblastik

3) Kerusakan sumsum tulang

a. Anemia aplastik

b. Anemia mieoptisik

c. Anemia pada keganasan

hematologi

d. Anemia diseritropoietik

35

Page 36: Laporan Tutorial, Sken 1a

e. Anemia pada sindrom

mielodisplastik

f. Anemia akibat kekurangan

eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik

B. Anemia akibat hemoragi

1) Anemia pasca perdarahan akut

2) Anemia akibat perdarahan kronik

C. Anemia hemolitik

1. Anemia hemolitik intrakospuskular:

a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)

b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati)

c. Gangguan Hb (hemoglobinopati): Thalasemia,

Hemoglobinopati struktural.

2. Anemia hemolitik ekstrakospuskular:

a. Anemia hemolitik autoimun

b. Anemia hemolitik mikroangiopatik, dll

D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang

kompleks.

Menurut morfologi dan etiologi

A. Anemia hipokromik mikrositer

1) Anemia defisiensi besi

2) Thalasemia mayor

3) Anemia akibat penyakit kronik

4) Anemia sidrblastik

B. Anemia normokromik normositer

1) Anemia pasca perdarahan akut

2) Anemia aplastik

3) Anemia hemolitik didapat

4) Anemia akibat penyakit kronik

5) Anemia pada gagal ginjal kronik

36

Page 37: Laporan Tutorial, Sken 1a

6) Anemia pada sindrom mielodisplastik

7) Anemia pada keganasan hematologi

C. Anemia makrositer

1) Bentuk megaloblastik

a. Anemia defisiensi as folat

b. Anemia defisiensi vit. B12

c. Anemia pernisiosa

2) Bentuk non-megaloblastik

a. Anemia pada penyakit hati kronik

b. Anemia hipotiroidisme

c. Anemia pada sindrom mielodisplastik

Gejala umum anemia adalah kadar Hb <7g/dl, rasa lamah, lesu, cepat lelah, telinga

mendenging, mata berkunang-kunang, kak terasa dingin, sesak napas dan dispepsia,

tampak pucat pada mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku.

Cara mengobati anemia:

A. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.

1. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan

hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran

berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

2. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin

C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat

bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

B. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah

Darah (TTD).

C. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:

kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

37

Page 38: Laporan Tutorial, Sken 1a

PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP KESEHATANKita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan

yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The

National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang

pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang

diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus

kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam

pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan

potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum

Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia

1. Asefat Insektisida: Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi

2. Aldikard Insektisida: Sangat beracun pada dosis rendah

3. BHC Insektisida: Kanker, beracun pada alat reproduksi

4. Kaptan Insektisida: Kanker, mutasi gen

5. Karbiral Insektisida: Mutasi gen, kerusakan ginjal

6. Klorobensilat Insektisida: Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi

7. Klorotalonis Fungisida: Kanker, keracunan alat reproduksi

8. Klorprofam Herbisida: Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis

9. Siheksatin Insektisida: Karsinogen

10. DDT Insektisida: Cacat lahir, pengaruh kronis.

Sumber : Pesticide Action Network (PAN) Indonesia

Badan yang bekerja sebagai pemantau atas pestisida untuk melindungi konsumen

(FDA/The foot and Drug Administration), menyatakan lebih dari 110 pestisida yang

berbeda terdeteksi dalam semua makanan ini antara 1982-1985. Dari 25 pestisida yang

terdeteksi lebih sering, 9 telah diidentifikasi oleh FDA sebagai penyebab kanker,

disamping potensi bahaya lainnya. Pada musim panas 1985, hampir 1000 orang

dibebrapa negara bagian Wilayah Barat dan Kanada keracunan oleh residu pestisida

Temik dalam semangka. Dalam 2-4 jam setelah memakan semangka yang tercemar,

orang akan mengalami rasa mual, muntah, pandangan buram, otot lemah dan gejala lain.

(Masih untung), tidak ada yang meninggal, biarpun kebanyakan korban dalam kondisi

38

Page 39: Laporan Tutorial, Sken 1a

parah. Masih ditempat yang sama laporan juga menyebutkan adanya serangan gangguan

hebat, jantung tak teratur, sejumlah orang dirumah-sakitkan, dan paling kurang 2 bayi

lahir mati. Tahun 1986, kira-kira 140 kandang sapi perah di Arkansas, Oklahoma dan

Missouri dikarantina karena tercemar oleh pestisida terlarang heptaklor.

WHO (World Health Organisation) memperkirakan bahwa setengah juta kasus keracunan

pestisida muncul setiap tahunnya, 5000 orang diantaranya berakhir dengan kematian.

Pada akhir tahun 1980 dilaporkan bahwa jumlah keracunan pestisida di dunia dapat

mencapai satu juta kasus dengan 20.000 kematian per tahun.

Dampak secara tidak langsung dirasakan oleh manusia, oleh adanya penumpukan

pestisida di dalam darah yang berbentuk gangguan metabolisme enzim asetilkolinesterase

(AChE), bersifat karsinogenik yang dapat merangsang sistem syaraf menyebabkan

parestesia peka terhadap perangsangan, iritabilitas, tremor, terganggunya keseimbangan

dan kejang-kejang (Frank C. Lu, 1995).

Pestisida dapat merusak keseimbangan ekologi

Dinamika pestisida dilingkungan yang membentuk suatu siklus, terutama jenis

pestisida yang persisten. Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan

sekitarnya; air permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan

berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah dan

udara.

Dibandingkan dengan besarnya kandungan residu pestisida dalam tanah, kandungan

pestisida dalam air memang lebih rendah. Meskipun demikian hasil penelitian

membuktikan bahwa telah terjadi pencemaran di lingkungan perairan akibat pestisida.

Contohnya ialah kematian 13 orang di Aceh Utara akibat mengkonsumsi tiram (Ostrea

culcullata) yang tercemar pestisida. Pencemaran itu menurut Kompas 10 Mei 1993

berasal dari tambak udang yang menggunakan Brestan untuk membunuh siput dan hama

yang memakan benur.Lingkungan perairan yang tercemar menyebabkan satwa yang

hidup di dalam dan sekitarnya turut tercemar.

Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat menarik

untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan sejalan

dengan peningkatan perumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks pemenuhan

39

Page 40: Laporan Tutorial, Sken 1a

kuantitas produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah tidak dapat

lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertaniannya. Mengingat penciptaan social

culture yang telah tercipta sedemikian rupa oleh pemerintah tahun 1980-an dengan

subsidi biaya penggunaan pestisida dan pendewaan pestisida sebagai penyelamat

produksi dan investasi petani. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida

semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan cosmetic appearance produk, hal ini

disebabkan oleh kesimbangan ekologis yang sudah tidak sempurna (populasi hama tinggi

musuh alami semakin punah). Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana

yang sangat hebat terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk

hortikultura yang mengandung residu pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus

pestisida terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak

kalah pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat

mengganggu sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.

Upaya Penanggulangan Pencemaran Pestisida

Pencemaran dari residu pestisida sangat membahayakan bagi lingkungan dan

kesehatan, sehingga pelu adanya pengendalian dan pembatasan dari penggunaan pestisida

tersebut serta mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh residu pestisida.

Kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida sintetik yang mengarah pada

pemasyarakatan teknologi bersih (clean technology) yaitu pembatasan penggunaan

pestisida sintetik untuk penanganan produk-produk pertanian terutama komoditi andalan

untuk eksport (Suwahyono, 1996). Dalam hal ini berbagai upaya dilakukan untuk

mengatasi dampak negatif pestissida dan mencegah pencemaran lebih berlanjut lagi.

40

Page 41: Laporan Tutorial, Sken 1a

DAFTAR PUSTAKASudoyo, Aru W, dkk., Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006.

Purnawan, Iwan, Konsep Sehat-Sakit.

Soejoeti, Sunanti Z., Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya,

Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2005.

Bushido’s weblog, Bahaya pestisida terhadap kesehatan manusia, 2007.

William F dan Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20, EGC, Jakarta, 2003.

41