TUGAS SKE C BLOK 20

35
MANDEEP SINGH MUKAND SINGH 04121401104 KLARIFIKASI ISTILAH Halusinasi akustik: Halusinasi yang berupa suara-suara yang di dengar oleh individu, dimana individu merasakan adanya suatu suara yang biasanya sangat familiar. Discriminative insight: Pendapat tentang dirinya sendiri apakah dia sakit atau tidak. Reality Testing Ability: Kemampuan untuk menilai realita yang terdiri dari 3 aspek; alam pikiran, alam perasaan dan perbuatan. ANALISIS MASALAH Apa penyebab munculnya keinginan bunuh diri? Implikasi dari etiologi bunuh diri dapat digolongkan menjadi sosial, psikologis, dan klinis I. Faktor Sosial Disintegrasi sosial (bunuh diri anomik) Isolasi individu dari masyarakat Ketersediaan alat II. Penyakit Jiwa Depresi berat Schizophrenia Etanol abuse/kecanduan alcohol Gangguan kepribadian borderline Antisosial Penyalahgunaan obat-obat terlarang Adanya riwayat keluarga yang bunuh diri III. Penyakit Medis Penyakit-penyakit kronis

description

hrtjttttttkrtrjh

Transcript of TUGAS SKE C BLOK 20

MANDEEP SINGH MUKAND SINGH 04121401104

KLARIFIKASI ISTILAH

Halusinasi akustik:  Halusinasi yang berupa suara-suara yang di dengar oleh

individu, dimana individu merasakan adanya suatu suara yang biasanya sangat familiar.

Discriminative insight: Pendapat tentang dirinya sendiri apakah dia sakit atau tidak.

Reality Testing Ability: Kemampuan untuk menilai realita yang terdiri dari 3 aspek;

alam pikiran, alam perasaan dan perbuatan.

ANALISIS MASALAH

Apa penyebab munculnya keinginan bunuh diri?

Implikasi dari etiologi bunuh diri dapat digolongkan menjadi sosial, psikologis, dan klinisI. Faktor Sosial

Disintegrasi sosial (bunuh diri anomik) Isolasi individu dari masyarakat Ketersediaan alat

II. Penyakit Jiwa Depresi berat Schizophrenia Etanol abuse/kecanduan alcohol Gangguan kepribadian borderline Antisosial Penyalahgunaan obat-obat terlarang Adanya riwayat keluarga yang bunuh diri

III. Penyakit Medis Penyakit-penyakit kronis Penyakit-penyakit dengan rasa nyeri yang tidak tertahankan

Apa arti gejala selalu sedih dan menangis tanpa sebab?

Episode Depresi mayor

Pasien dengan mood terdepresi merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan

beersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian

atau bunuh diri.

Etiologi:

Dasar umum untuk gangguan depresif berat tidak diketahui, namun faktor penyebab

dapat secara buatan dibagi menjadi:

1) Faktor biologis

Amin biogenik seperti 5 hydroxyindoleacetic acid (5HIAA), homovanilic acid

(HVA), dan 3-methoxy 4-hydoxyphenylglycol (MHPG) di dalam darah, urine,

dan cairan sebrospinal berkorelasi dengan gangguan mood. Neurotransmiter

seperti norepinefrin, serotonin, dopamin yang menurun, dan faktor neurokimiawi

lain serta regulasi neuroendokrin.4

2) Faktor genetika

3) Faktor psikososial

Stressor Penurunan neuro transmitter,norepineprin, dopamine penurunan

fungsi untuk rasa nyaman,bahagia sedih menangis tanpa sebab

Apa makna ia mulai mengisolasi diri dan kurang berinteraksi?

Ia mulai mengisolasi diri dan kurang berinteraksi. Kemudian kemunduran makin hebat,

kurang bisa mengurus diri, tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicara terbatas,

ucapan kalimat sepatah-dua kata tetapi masih dapat dimengerti ini menunjukkan bahwa

Ny. ATW sedang mengalami episode depresi berat. Yang sebelumnya telah terjadi

episode mania.

Apa makna bicara terbatas, ucapan kalimat sepatah-dua kata tetapi

masih bisa dimengerti?

Jawaban hanya sepatah dua patah kata saja, tidak begitu jelas dan kadang menolak untuk

bicara sama sekali merupakan ciri dari kelainan bicara. Hal ini termasuk dalam kelainan

bicara psikogenik yakni stammering/stuttering dan mutisme. Stammering ditandai dengan

terputusnya arus pembicaran karena istirahat yang pendek atau pengulangan sehingga

kata-kata yang keluar hanya sepatah dua patah kata saja. Mutisme adalah kehilangnan

bicara yang total atau membisu. Mutisme dapat berlangsung dari jam sampai berhari-hari

bahkan pertahun-tahun. Sehingga pasien menolak untuk bicara sama sekali.

Pasien yang terlihat diam, tidak banyak bergerak dan kadang menangis merupakan tanda

dari gangguan afektif dalam hal ini adalah episode depresi yang mana pasien memiliki

perasaan kecil hati, tak bahagia rendah diri tak ada harapan hilangnya gairah hidup,

hipoaktif kadang menangis.

Apa faktor risiko merasa banyak kesalahan dan berdosa?

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang

dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung

jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang

menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk

Interpretasi dan makna GAF Scale pada kasus ini?

Global Assessment of Functioning (G.A.F) adalah skala penentuan dalam menilai derajat

kemampuan seseorang (overall level) yang sudah diakui secara luas. Dengan skala GAF

ini kita dapat mengukur derajat kemampuan fungsi sosial, pekerjaan dan psikologik.

Maka dengan skala itu kita dapat mengetahui: 1) angka tertinggi yang dapat dicapai oleh

seseorang penderita dalam waktu tertentu dan 2) angka terendah dari seseorang yang

tidak mempunyai disfungsi (angka normal terendah).

Skala GAF adalah skala yang digunakan pada aksis V DSM-IV-TR yang digunakan

untuk melaporkan penilaian seorang dokter terhadap tingkat kemampuan seorang pasien

untuk berfungsi secara keseluruhan. Informasi ini digunakan untuk memutuskan rencana

terapi dan di kemudian hari untuk mengukur efek rencana tersebut. (Untuk menentukan

terapi dan prognosis).

Kemampuan untuk berfungsi dianggap merupakan gabungan tiga area mayor: berfungsi

secara social, berfungsi secara okupasional, dan berfungsi secara psikologis. Skala GAF,

berdasarkan kesinambungan antara kesehatan mental dengan penyakit mental, merupakan

skala nilai dari 0-100, 100 menggambarkan tingkat tertinggi kemampuan berfungsi

semua area. (Kaplan dan Sadock halaman 46).

Interpretasi GAF Scale saat pemeriksaan

• 31 – 40 : kerusakan Beberapa dalam pengujian realitas atau komunikasi (misalnya,

bicara pada waktu yang tidak logis, jelas, atau tidak relevan) ATAU penurunan besar di

beberapa daerah, seperti pekerjaan atau sekolah, hubungan keluarga, penilaian, berpikir,

atau suasana hati (misalnya, depresi menghindari teman pria, mengabaikan keluarga, dan

tidak mampu bekerja; anak sering memukuli anak-anak muda, adalah pemberontak di

rumah, dan gagal di sekolah).

• GAF Scale saat upaya bunuh diri 10-01: bahaya persisten mencederai diri/orang

lain (contohnya kekerasan rekuren), disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan

mengurus diri secara persisten ATAU tindakan bunuh diri yang serius dengan harapan

yang jelas akan kematian.

Apa arti gangguan asosiasi:

1. Autism: Autisme adalah gangguan dalam perkembangan neurologis berat yang

mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan)

dengan orang lain di sekitarnya secara wajar (Sutadi, 2002). Sedangkan menurut

Sasanti (2004). [Saya tidak pasti…]

TEMPLATE

Cara menegakkan diagnosis

Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka harus ada gejala utama dan gejala

penyerta lainnya, lama gejala yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang.

Sebagaimana tersebut berikut ini :

3.1 Gangguan Depresi      :

3.1.1. Episode Depresi

      - Gejala

                  - Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :

                              - Afek depresif

                              - Kehilangan minat dan kegebiraan.

                              - Rasa cepat lelah dan menurunnya aktivitas.

                  - Gejala lain :

                              - Konsentrasi berkurang

                              - Kepercayaan berkurang

                              - Merasa bersalah dan tidak berguna

                              - Pesimistik

                              - Memiliki ide membahayakan diri sendiri (bunuh diri)

                              - Tidak ada nafsu makan

                              - Gangguan tidur

      - Derajat          :

                  - Episode depresif ringan

                              - Minimal harus ada 2-3 gejala utama depresi dan 2 gejala lain.

                        - Lamanya episode minimal berlangsung selama 2 minggu

                              - Tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-harinya

                  - Episode depresif sedang

                              - Minimal harus ada 2-3 gejala utama dan 3 gejala lain

                              - Lamanya episode minimal berlangsung 2 minggu.

                              - Mulai mengganggu aktivitas

                  - Episode depresi berat tanpa gejala psikotik :

                           - Semua gejala utama dan disertai 4 gejala tambahan.

- ketidak mampuan pasien untuk menceritakan secara rinci, misalnya adanya agitasi atau

retardari psikomotor yang mencolok.

- Lamanya berlangsung harus minimal 2 minggu tetapi apabila onsetnya sangat cepat maka dapat

dilakukan diagnosis sebelum 2 minggu.

                              - Pasien sudah tidak mungkin melakukan aktivitas.

                  - Episode depresif dengan gejala psikotik :

                              - Memenuhi criteria episode berat.

- waham dan halusinasi positif. Waham berupa kemiskinan, malapetaka yang mengancam dan

pasien merasa bertanggung jawab akan hal tsb. Halusinasi berupa auditorik atau olfatorik,

halusinasi auditorik berupa suara yang menghina atau menuduh, sedangkan halusinasi olfaktorik

berupa pasien mencium bau kotoran atau daging busuk.

                              - Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.

3.1.2. Gangguan depresif  berulang

      Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :

-          Gangguan depresif berulang episode kini ringan

kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dena episode sekarang harus

memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan.

-          Gangguan depresif berulang episode kini sedang

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi

kriteria untuk episode depresif sedang.

-          Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi

kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik

-          Gangguan depresif berulang episode kini berat dengan gejala psikotik

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi

kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.

-          Gangguan depresif berulang kini dalam remisi

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi masa lampau tetapi keadaan

sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan

apapun atau gangguan lain apapun.

Episode rata-rata berlangsung sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang daripada

gangguan afektif bipolar. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peningkatan afek dan

hieraktivitas yang memenuhi kriteria mania. Namun kategori ini tetep harus digunakan jika

ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hipersensitivitas ringan yang memenuhi

kriteria hipomania segera sesudah suatu periide depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan

oleh pengobatan depresi ).

Tingkat pemuliahan pada gangguan depresi sangat sempurna, namun sebagian kecil pasien

pemulihan tidak terjadi secara sempurna dan akhirnya menetap biasanya terutama terjadi pada

usia lanjut ( untuk keadaan ini, kategori harus tetap digunakan).

Masing- masing episode dalam berbagai tingkat keparahannya, sering kali dicetuskan oleh

peristiwa kehidupan, misalnya stress atau trauma mental lainnya ( adanya stress bukan menjadi

alasan untuk penegakan diagnosis).

Pada semua episode, sekurang-kurangnya ada dua episode yang telah berlangsung masing-

masing selama 2 minggu dengan ada waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang

bermakna.

                      3.2. Gangguan Bipolar 1

Gangguan ini ditandai oleh adanya episode depresif dan episode manik yang berlangsung secara

berulang, dan pada keadaan tersebut afek dan aktivitas dari pasien sangat terganggu, sebagai

contoh pasien dalam waktu tertentu  mengalami peningkatan afek disertai dengan penambahan

energi serta aktivitas yaitu mania atau hipomania, dan dalam keadaan lain pasien bisa mengalami

penurunan afek disertai dengan pengurangan energi dan aktivitas yaitu depresi. Yang khas dari

bipolar adalah adanya waktu dimana dia sembuh atau tanpa gejala apa-apa di antara dua episode.

Kita lihat dari waktunya, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama yaitu kurang lebih

selama 6 bulan dan jarang sampai terjadi selama 1 tahun, kecuali apabila terjadi pada orang yang

lanjut usia. Sedangkan pada episode mania, waktu terjadinya tiba-tiba dan berlangsung antara 2

bulan hingga 4-5 bulan. Dua macam episode tersebut diatas biasanya terjadi setelah pasien

mengalami stressor yang berat atau adanya trauma mental lainnya.

            3.2.1. Macam-macam gangguan afek bipolar :

-           Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik, episode kini harus memenuhi kriteria

hipomania.

-           Gangguan afektif bipolar, episode kini manic tanpa gejala psikotik, episode sekarang

harus memenuhi kriteria episode kini tanpa gejala psikotik.

-           Gangguan afektif bipolar, episode kini manic dengan gejala psikotik, episode sekarang

harus memenuhi kriteria episode kini dengan gejala manic.

-           Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang, episode yang

sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan atau sedang.

-           Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik atau dengan

gejala psikotik, episode kini harus memenuhi kriteria depresif berat dengan atau tanpa gejala

psikotik.

-           Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran,  episode yang sekarang menunjukkan

gejala-gejala campuran ( mania, hipomania, depresif) yang terjadi bergantian secara cepat dan

terjadi sekurang-kurangnya 2 minggu.

-           Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi, pasien sekarang tidak menderita

gangguan afektif apapun tetapi pada masa lalu pernah mengalami minimal 1 episode afektif.

Pada semua episode harus ada sekurang-kurangnya 1 episode lain, yaitu hipomanik, manic,

depresif atau campuran, yang semua itu terjadi di masa lampau.

                      3.3. Gangguan Afektif menetap

            3.3.1.   Siklotimia

Siklotiamia merupakan ketidakstabilan yang menetap dari afek, dimana meliputi banyanya

episode depresi ringan dan hipomania ringan serta tidak adanya episode yang berat atau yang

terjadi dalam waktu cukup lama, sehingga tidak dapat dikatagorikan dalam gangguan depresi

berulang atau gangguan afektif bipolar.

            3.3.2.   Distimia

Distimia memiliki ciri yaitu dimana terjadi afek depresif yang berlangsung dalam waktu yang

sangat lama tetapi jarang atau tidak pernah mencapai episode berat. Oleh karena itu Distimia

tidak dapat dikatagorikan dalam gangguan depresif berulang ringan atau sedang.

            3.4. Episode Manik

    Manik adalah dimana keadaan afek yang meningkat, serta diikuti oleh peningkatan dalam

jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai macam derajat keparahan. 

Adapun kategorinya yaitu        :

-          Hipomania

o   Hipomania memiliki derajat gangguan yang lebih ringan dibandingkan mania, afek yan

meninggi atau berubah-ubah disertai dengan peningkatan aktivitas, dan menetap selama minimal

beberapa hari berturut-turut dalam suatu derajat, serta melebihi apa yang ada pada siklotimia,

dan perlu diingat pada hipomania tidak disertai halusinasi atau waham.

o   Pada Hipomania gangguan mulai terlihat dengan adanya kekacauan dalam pekerjaan dan

aktivitas sosial. Perlu diingat apabila kekacauan berat atau sudah menyeluruh maka diagnosis

mania harus ditegakkan.

-          Mania  tanpa gejala psikotik

o   Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya selama 1 minggu, dan episode cukup berat

sehingga mengacaukan pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

o   Perubahan afek yang terjadi harus diikuti oleh peningkatan energi sehingga dapat terjadi

aktivitas yang berlebih, serta percepatan dari berbicara dan kebutuhan tidur yang berkuran, lalu

adanya ide-ide yang berhubungan dengan kebesaran dan pasien terlalu optimistic.

-          Mania dengan gejala psikotik

o   Gambaran klinisnya lebih berat dari mania tanpa gejala psikotik

o   Pada mania dengan gejala psikotik waham mulai muncul. Seperti pada keadaan pasien yang

memiliki harga diri yang tinggi dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kejar,

contoh lain pasien dengan kecurigaan juga akan muncul waham kejar. Waham dan halusinasi

yang muncul sesuai dengan keadaan afek pasien.

Etiologi

Faktor Biologis

Dari penelitian yang ada didapatkan hipotesis bahwa gangguan mood adalah

berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin dan

serotonin dari amin biogenik merupakan dua transmitter yang paling berperan dalam

patofisiologi mood. Penuruan serotonin merupakan salah satu pencetus depresi, seperti

penelitian yang dilakukan pada orang yang bunuh diri, didalam cairan serebrospinal

mereka ditemukan kadar serotonin yang rendah.

Faktor Genetika

Dari data penelitian pada faktor genetic dinyatakan bahwa perkembangan

gangguan mood sangat dipengaruhi oleh genetik. Peran dari faktor genetik pada bipolar

lebih besar dari depresi. Penelitian yang dilakukan dalam keluarga, apabila satu orang

dari orang tua penderita gangguan mood memiliki gangguan mood maka anak mereka

memiliki faktor resiko 50%. Contoh lain pada anak kembar monozigotik, presentasi

untuk bipolar sekitar 33%-90% sedangkan pada depresi memiliki presentasi sekitar 50%,

tetapi untuk anak kembar dizigotik memiliki presentasi hanya 25%.

Faktor Psikosisoal

Dari pengamatan klinis yang diamati, peristiwa kehidupan sangatlah

memainkan peran dalam gangguan mood terutama depresi. Seperti adanya penelitian

anak yang kehilangan orang tuanya pada saat mereka berusia kurang dari 11 tahun atau

kehilangan pasangan merupakan stressor terbesar pada gangguan mood terutama depresi.

Komplikasi

1. Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan dan adiksi.

2. Skizofrennia

LEARNING ISSUE

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

1. DEFINISI

Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi

otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana 2 perasaan, dan proses

berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua

kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.

2. EPIDEMIOLOGI

Episode ini bisa timbul dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi

pada usia dewasa muda 20-30 tahun.

Angka kejadian tidak terlalu tinggi 0,3% - 1,5%

Gangguan ini pada kelompok pria dan wanita sama yaitu 5 dari 1000 orang.

Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000

pasien

1. ETIOLOGI

Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus pada otak

berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah kelahiran. Namun,

gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya manifestasi itu timbul karena

diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal yang memproduksi hormon yang mampu

mencegah gangguan psikiatrik sudahberkurang 50%.

Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial. Secara biologis

dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial

dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang menyakitkan, stres kehidupan yang

berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya. Didapatkan fakta bahwa gangguan

alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan

menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar mimiliki satu

orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi

saja). Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko

mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75%

anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama dari seseorang

yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan

risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan

kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%. Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan

antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus

mana dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah 3

diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22.Yang menarik

dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah

menderita gangguan bipolar. Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan

gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan

bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang

berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode

monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan

serotonin transporter (5HTT). Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan

penyakit ini yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF

adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan

perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF

terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF

dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif. Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi

penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan

penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission

tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada

korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003

pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus.

Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat

dalam respon emosi (mood dan afek). Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-

myelin berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan

membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi

antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf

tidak berjalan lancar

2. FAKTOR RESIKO

Faktor Genetika

Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresi

berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat pertama

subyek kontrol untuk penderita gangguan.

Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan angka kesesuaian pada kembar monozigotik

adalah kira-kira 50 %, sedangkan pada kembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.

Faktor psikososial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama direplikasi

bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama

gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien

dengan gangguan depresi berat.

Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan

dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun.

Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode depresi adalah

kehilangan pasangan.

Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan fungsi keluarga

dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi didalam

keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, kembalinya gejala dan penyesuaian

pasca pemulihan.

3. MANIFESTASI KLINIS

Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang

menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)

dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.

Gejala lainnya dapat berupa :

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang.

Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan ungkapan

pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan

menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I

memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik.

Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2

terakhir belum dijelaskan. Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut

perjalanan longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1

episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap

maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa

episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului

ataupun didahului oleh episode manik.

Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi

menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor dan

disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan

ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya

jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan

serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa

penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah

terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba

dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung

lebih lama. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.

Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang

menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik

tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan

seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (’estrus’) atau seorang laki-laki yang

dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual

yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan

daripada manik karena gejalagejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.2

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh

pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan

mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda manik lainnya dapat berupa

hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-

produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga

menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham

kebesaran ini bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik,

berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi

waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan

4. KLASIFIKASI

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0) dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala

psikotik (F30.1) dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala

psikotik (F30.2) dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang

Pedoman diagnostic

Untuk mendiagnosis pasti :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan

(F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala

somatic dalam episode depresif yang sedang berlangsung.

F31.30 Tanpa gejala somatik

F31.31 Dengan gejala somatic

(kemungkinan pada kasus)

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala

Psikotik

Pedoman diagnostic

Untuk mendiagnosis pasti :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

tanpa gejala psikotik (F32.2), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala

Psikotik

Pedoman diagnostic

Untuk mendiagnosis pasti

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

dengan gejala psikotik (F32.3), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau

tidak serasi dengan afeknya.

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanikdan

depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala

mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari

episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu) dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan

terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif

hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurangkurangnya

satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).7

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

5. TATALAKSANA

1. Tujuan pengobatan pasien dengan gangguan mood

a. keamanan pasien harus dijamin

b. pemeriksaan diagnostik yang lengkap pada pasien harus dilakukan

c. suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala segera tetapi

juga kesehatan pasien selanjutnya

d. menurunkan jumlah dan keparahan stresor pada kehidupan pasien

2. Hospitalisasi/ rawat di rumah sakit

Indikasi :

a. perlunya prosedur diagnostik

b. risiko bunuh diri atau membunuh (membahayakan orang lain)

c. penurunan jelas kemampuan pasien untuk mendapatkan makanan atau tempat berlindung

(perawatan diri kurang)

d. gejala yang berkembang dengan cepat dan hancurnya sistem pendukung pasien

e. susah untuk tidur

3. Terapi psikososial

3 jenis psikoterapi jangka pendek :

a. Terapi kognitif

Memusatkan pada distorsi kognitif, termasuk perhatian selektif terhadap aspek negatif

keadaan dan tidak relistiknya kesimpulan morbid tentang akibat.

Tujuannya : menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan

membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif; mengembangkan cara

berpikir alternatif, fleksibel dan positif; melatih kembali respons kognitif dan perilaku

yang baru.

b. Terapi interpersonal

Memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang dialami

sekarang, dengan menggunakan dua anggapan:

1) masalah interpersonal sekarang mungkin memiliki akar pada hubungan awal yang

disfungsional.

2) masalah interpersonal sekarang mungkin terlibat di dalam mencetuskan atau

memperberat gejala depresif sekarang

Program terapi interpersonal biasanya terdiri dari 12 sampai 16 sesion mingguan.

Terapi ditandai dengan pendekatan terapeutik aktif. Fenomena intrapsikis, seperti

mekanisme pertahanan dan konflik internal, tidak dijawab di dalam terapi. Perilaku yang

tersendiri- seperti tidak adanya ketegasan, gangguan keterampilan sosial, dan pikiran yan

terdistorsi- mungkin hanya terjawab di dalam konteks artinya atau efeknya pada

hubungan interpersonal.

a. Terapi perilaku

Memusatkan pada perilaku maladaptif di dalam terapi, pasien belajar untuk berfungsi di

dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapatkan dorongan positif.

d. Terapi berorientasi psikoanalitis

Tujuannya : untuk mendapatkan perubahan pada struktur atau karakter kepribadian

pasien, bukan semata-mata menghilangkan gejala. Perbaikan dalam kepercayaan pribadi,

keintiman, mekanisme mengatasi, kapasitas untuk berduka cita, dan kemampuan untuk

mengalami berbagai macam emosi. Pengobatan sering kali mengharuskan pasien

mengalami kecemasan dan penderitaan yang lebih banyak selama perjalanan terapi, yang

dapat berlangsung selama beberapa hari.

e. Terapi keluarga

Indikasi : jika gangguan membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien atau jika

gangguan mood adalah diperkembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga.

Terapi keluarga memeriksa peranan anggota yang mengalami gangguan mood dalam

kesehatan psikologis keseluruhan keluarga; terapi ini juga memeriksa peranan keluarga di

dalam mempertahankan gejala pasien.

4. Farmakoterapi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami

penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak.

a. Mania

1) Lithium Carbonate 250-500 mg/hari.

2) Asam valproate (Depakene), Divalproex Na (Depakote) jika penderita tidak respon

terhadap Lithium Carbonate.

Kelebihan dari Asam valproate ini adalah dapat memberikan respon baik pada kelompok

rapid cycler (penderita bipolar yang dalam satu tahun mengalami empat atau lebih

episode manik atau depresi).

3) Carbamazepine 200-600 mg/hari. Dosis umum untuk mengobati mania adalah antara 600

dan 1.800 / hari. Terapi karbamazepin tingkat berkisar dari 4 sampai 12 mg /

mL. Umumnya dipandang sebagai lebih efektif dalam penyakit cepat-bersepeda,

carbamazepine tampaknya kurang efektif secara keseluruhan dari valproate lithium atau

natrium. Sebuah congener dari carbamazepine, oxcarbamazepine, juga tersedia, namun

dosis lebih tinggi mungkin diperlukan.

4) Antipsikotik atipikal: Clonazepine, Olanzepine, Quetiapine, Risperidone mengatasi

hiperaktivitas, impulsivitas dan iritabilitas.

- Risperidone: Dosis awal: 1 mg BID; Pemeliharaan: 2-8 mg BID. Kebanyakan efek

samping yang bermakna secara klinis: hipotensi orthostatik dan tachicardia refleks,

insomnia, dan gelisah. Long efek samping persyaratan: berat badan dan ketinggian

prolaktin.

- Olanzepine: Dosis awal: 5-10 mg QD, biasanya pada waktu tidur; Pemeliharaan: 10-40

mg QHS. Kebanyakan klinis signifikan efek samping: mengantuk, mulut akatisia,

kering dan sedasi. Long efek samping persyaratan: berat badan dan lemak dan

perubahan metabolisme glukosa.

- Quetiapine: Dosis awal: 50 QHS mg; Pemeliharaan: 600-800 mg QD. Max: 1200 mg

QD. Kebanyakan klinis signifikan efek samping: hipotensi orthostatik, sedasi. Long

efek samping persyaratan: berat badan dan lemak dan perubahan metabolisme glukosa.

- Ziprazodone: Dosis awal: 20 mg BID; Pemeliharaan: 80 mg BID. Kebanyakan efek

samping yang bermakna secara klinis: prologation QTc.

- Aripiprazole: Dosis awal: 10-15 mg QAM; Pemeliharaan: 10-30 mg per hari.

Kebanyakan efek samping klinis signifikan: sakit kepala, mual dan muntah, biasanya

menyelesaikan dalam seminggu.

- Paloperidone: Dosis awal: 6 mg / hari. Dapat diberikan sekali sehari. Long efek

samping persyaratan: berat badan dan ketinggian prolaktin. Mirip dengan risperidone.

5) Antikonvulsan lainnya: Clonazepam, Lorazepam (Benzodiazepine) untuk pasien akut

mania dengan gejala gelisah akut.

6) ECT untuk mania persisten.

b. Mania akut

1) Lithium Carbonate dan antipsikotik atipikal.

2) Oral antipsikotik atau valproate semisodium.

3) Benzodiazepine dapat diberikan sebagai terapi adjuvan, dimana efek sedasi menjadi

prioritas.

4) Valproate (asam valproik atau divalproex) disetujui untuk pengobatan mania akut

saja. Dosis berkisar dari 750 sampai 2.500 mg / hari dan ada format rilis

diperpanjang. Terapi valproik tingkat berkisar 50-120 mg / mL.

c. Depresif

1) Pemakaian antidepresan trisiklik dapat memicu episode manik. Ex: SSRIs (Sertaline).

2) Lithium unipolar recurrent depression, mencegah kekambuhan sebagai mood

stabilizier. Dibutuhkan kadar lithium 0,4-0,8 mEq/L (profilaksis).

Lithium adalah mood stabilizer klasik. Ini adalah obat yang sangat terjangkau, namun

memiliki sejumlah efek samping klinis yang signifikan. Ketika merawat lithium manic

episode akut biasanya perlu dilengkapi dengan antipsikotik. Terapi tingkat lithium

berkisar 0,6-1,2 mEq / L. 

3) Antikonvulsan: Lamotrigine adalah suatu antikonvulsan yang telah terbukti mempunyai

efektivitas beberapa episode dalam mengobati depresi. Seperti antikonvulsan lain,

pemantauan serum regalar diperlukan.

4) ECT

d. Depresif akut

1) Antidepresan dan obat antimanik (lithium/semisodium valproate/ antipsikotik) atau

lamotrigine untuk pasien depresif akut yang memiliki riwayat episode manik.

2) ECT dipertimbangkan pada pasien depresif akut yang berisiko bunuh diriatau melukai

dirinya sendiri.

e. Episode kini campuran belum ada penelitian yang cukup untuk merekomendasikan

pengobatan pada kasus campuran.

5. Profilaksis

a. lithium mencegah kekambuhan gangguan afektif bipolar, terutama mencegah relaps

episode manik atau hipomanik.

b. Carbamazepine dapat mencegah relaps lebih dari 6 minggu sampai dengan 3 tahun.

Digunakan sebagai alternatif dari lithium, terutama pada pasien dengan gangguan afektif

bipolar II atau pasien yang tidak dapat menggunakan lithium.

c. Asam valproate alternatif dari lithium.

d. Lemotrigine mencegah relaps gangguan afektif bipolar, khususnya episode depresif.

6. PROGNOSIS

Tergantung pada pengobatan. Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13

bulan; sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira tiga bulan. Menghentikan

depresan sebelum tiga bulan hamper selalu menyebabkan kembalinya gejala. Berikut ini

pertimbangan dalam memilih prognosis

Tanda prognostic baik adalah tidak ada gejala psikotik dan tinggal di rumah sakit dalam

waktu singkat, tidak adanya gangguan psikiatrik premorbid, tidak ada gangguan

kepribadian dll.

Prognosis buruk bila ada gangguan distimik, gejala psikotik, penyalahgunaan alcohol

dan zat lain, gejala gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode depresif

sebelumnya.

7. KOMPLIKASI

bunuh diri

pembunuhan

adiksi