Anmal LI Ske G Blok 23 k9

38
1. definisi Infertil? Jawab: tidak terjadinya kehamilan setelah 12 bulan perkawinan tanpa pemakaian cara KB. Pada pasangan suami istri ada 2 kategori: infeetil primer dan infertile sekunder. Infertileitas primer adalah jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Infertilitas sekunder jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. 2. etiologi infertile? Jawab: Etiology Percentage Sperm disorders 35% of couple Ovulatory dysfunction 20% Tubal dysfunction 30% Abnormal cervical mucus 5% Unidentified factors 10% 3. laboratory findings suami: interpretasi dan mekanisme abnormal? Jawab: Pemeriksaan Nilai normal Interpretasi Keterangan

description

analisis masalah skenario G blok 23 kelompk 9 2015 yang lalu. blok ini 9 SKS.

Transcript of Anmal LI Ske G Blok 23 k9

1. definisi Infertil?Jawab: tidak terjadinya kehamilan setelah 12 bulan perkawinan tanpa pemakaian cara KB. Pada pasangan suami istri ada 2 kategori: infeetil primer dan infertile sekunder. Infertileitas primer adalah jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Infertilitas sekunder jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. 2. etiologi infertile?Jawab: Etiology Percentage

Sperm disorders35% of couple

Ovulatory dysfunction 20%

Tubal dysfunction 30%

Abnormal cervical mucus5%

Unidentified factors 10%

3. laboratory findings suami: interpretasi dan mekanisme abnormal?Jawab: PemeriksaanNilai normalInterpretasiKeterangan

TB 176cm, BB 72 kg, BMI 23kg/m2BMI: 18,5-25 kg/m2NormalObesitas jadi faktor risiko infertiliitas

TD 12/80 mmHgPada angka 120/80mmHg, kenaikan sedikit atau penurunan sedikit, masih bisa dianggap normalNormal-

Nadi 76x/menit60-100x/menitNormal-

Konjungtiva palpebra normalNormalTidak terdapat anemia

RR 20x/menit16-24x/menitNormal-

Pemeriksaan eksternal: abdomen datar, tender, simetris, tidak ada tanda hepatomegali dan hernia inguinal normalPemeriksaan genitalia: penis, testes dan scrotum normal. Tidak terdapat varicocele normal. Pemeriksaan laboratorium: PemeriksaanHasilNilai normalInterpretasi

Hb14g/dl14-18g/dlNormal

WBC8.000/mm35000-10.000/mm3Normal

RBC4,3juta/mm34,5x106-5,5x106/mm3Normal

Ht42vol%37-42 vol%Normal

Platelet350.000/mm3150.000-500.000/mm3Normal

ESR6 mm/jam0-15 mm/jamNormal

Golongan darah O Rh (+), apusan darah normal-Normal

Hormon FSH, LH dan Testosteron-Normal

Urin-Normal

Analisis semen: volume 4,5ml; sperm concentration 0,1x106/ml; motility 22% forward progression, 15% rapid forward progression; morphology 5% with normal forms. Jika analisis semen yang didapat pada tes pertama normal, maka menurut WHO penilaian satu kali sudah cukup. Jik hasilnya ridak normal, maka harus dilakukan tes minimal 2x dan indikasi untuk menginvestigasi andrologi lebih jauh. Penting, untuk membedakan criteria berikut: Oligozoospermia: 60 %b. Deteksi ovulasi : Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi : Bifasik Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkatc. Biopsi EndometriumBeberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus Anovulatoard. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktine. USG transvaginalSecara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasiOvulasi : ukuran folikel 18 - 24 m f. Histerosalpinografi1. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan2. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)3. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum perkiraan ovulasi4. Keterbatasan : tidak bisa menilai5. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik6. Fimbria : Fimosis fimbria7. Perlengketan genitalia Int.8. Endometriosis9. Kista ovarium10. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2) g. Pemeriksaan pelvis ultrasoundUntuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.

h. Uji paska sanggama (UPS)Syarat :Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu sanggama sekitarovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun pakis.Menilai :Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks. i. Laparoskopi :Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh. Menilai faktor :1. Peritoneum/endometriosis2. Perlengketan genitalia Interna3. Tuba : patensi, dinding, fimbria4. Uterus : mioma5. Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteumKeterbatasan:Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tubaBersifat invasif dan operatifG. Penatalaksanaan Medisa. Medikasi1. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)Klomifen sitrata. Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LHb. Diberikan pd hari ke-5 siklus haidc. 1 x 50 mg selama 5 harid. Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhire. Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginalf. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/harig. 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU2. Epimestrol. Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10 mg/hari3. BromokriptinMenghambat sintesis & sekresi prolaktinIndikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan GalaktoreDosis sesuai kadar prolaktin :Oligomenore 1,25 mg/hariGangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hariGonadotropinHMG (Human Menopausal Gonadotropine)FSH & LH : 75 IU atau 150 IUUntuk memicu pertumbuhan folikelDosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid4. HCG5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasiDiameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginalMahal, sangat beresiko :Perlu persyaratan khususHanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksiCatatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron5. Terapi hormonal pada endometriosisSupresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis6. Danazol Menekan sekresi FSH & LHDosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian7. ProgesteronDesidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik8. Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari9. GnRH agonisMenekan sekresi FSH & LHDosis 3,75 mg/IM/bulanTidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang

b. Tindakan Operasi RekontruksiKoreksi : Kelainan Uterus Kelainan Tuba : tuba plasti Miomektomi Kistektomi Salpingolisis Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis + infertilitas Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel.

c. Rekayasa Teknologi Reproduksi1. Inseminasi Intra Uterin (IIU)Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang paling sederhana. Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam kavum uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada hambatan mekanik : kebuntuan tuba Falopii, Peritoneum/endometriosisIndikasi Infertilitas oleh karena faktor : Serviks Gangguan ovulasi Endometriosis ringan Infertilitas Idiopatik Angka kehamilan 7 - 24 % siklus2. Fertilisasi Invitro (FIV)Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini menjadi alternatif atau pilihan terakhirSyarat :Uterus & endometrium normal, Ovarium mampu menghasilkan sel telur, Mortilitas sperma minimal 50.000/mlAngka kehamilan : 30 - 35 %3. Intracytoplasmic Ssperm Injection (ICSI)Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection = ICSI) merupakan teknik mikromanipulasi yang menyuntikkan satu spermatozoon ke dalam sitoplasma oosit mature telah digunakan untuk penanganan infertilitas pria sejak lebih dari satu dekade ini (Palermo et al, 1992).Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada pria azoospermia dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis dan epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang nyata pada pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat maupun azoospermia, dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya teknologi dimana ICSI dapat dilaksanakan dengan tidak terlalu rumit, maka ketersediaan sarana yang melaksanakan ICSI berkembang dengan sangat pesat (Hinting, 2009). Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus melaksanakan ICSI dengan angka keberhasilan yang memuaskan. Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini dan angka fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer dapat dilaksanakan pada lebih dari 90% pasangan dan menghasilkan angka kehamilan berkisar antara 25-45%. Hasil-hasil ini tidak berbeda antara sperma ejakulat, epididymis maupun testis (Palermo et al, 2001; Hinting et al, 2001).