Tugas Pra Responsi Komplekso

8
TUGAS PRA RESPONSI KOMPLEKSOMETRI Dwika Yudhistira, 1206241501 1. Pelajari identifikasi umum ion logam Al, Bi, Ca, Mg, Klorida, Karbonat, laktat Liat buku penuntun!! 2. Pelajari teori titrasi kompleksometri a. Prinsip titrasi Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan atas pembentukkan senyawa kompleks yang larut, yang berasal dari reaksi antara ion logam / kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan (pentiter). b. Syarat-syarat kompleksing agent dan contohnya i. Kompleks yang terbentuk harus stabil. K stablitas makin besar, maka kompleks makinstabil ii. Reaksi yang terjadi harus kuantitatif, sehingga dapat diukur. iii. Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat keseimbanganreaksi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar. iv. Pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak bolehmengendap.

description

k

Transcript of Tugas Pra Responsi Komplekso

Page 1: Tugas Pra Responsi Komplekso

TUGAS PRA RESPONSI

KOMPLEKSOMETRI

Dwika Yudhistira, 1206241501

1. Pelajari identifikasi umum ion logam Al, Bi, Ca, Mg, Klorida, Karbonat, laktat

Liat buku penuntun!!

2. Pelajari teori titrasi kompleksometri

a. Prinsip titrasi

Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan atas

pembentukkan senyawa kompleks yang larut, yang berasal dari reaksi antara ion

logam / kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan

(pentiter).

b. Syarat-syarat kompleksing agent dan contohnya

i. Kompleks yang terbentuk harus stabil. K stablitas makin besar, maka

kompleks makinstabil

ii. Reaksi yang terjadi harus kuantitatif, sehingga dapat diukur.

iii. Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat

keseimbanganreaksi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup

besar.

iv. Pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak

bolehmengendap.

v. Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual

maupun dengan potensiometri.

vi. Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut, dan

bekerja pada kondisiyang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi.

c. Factor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kompleks

1. Kemampuan mengkompleks logam-logam.

Page 2: Tugas Pra Responsi Komplekso

Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan dengan baik

menurut klarifikasi Schwarzenbach,yang dalam garis besarnya didasarkan atas

pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas

A dankelas B.

2.   Ciri-ciri khas ligan :

Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan

kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :

1.      kekuatan basa dari ligan itu

2.      sifat-sifat penyepitan (jika ada)

3.      efek-efek sterik (ruang)

Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi

pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku

kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :

1. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.

2. Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi

baris pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.

3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk

kompleks-kompleks inert.

d. Pengaturan pH larutan titrasi dan penerapannya

1. Suasan terlalu asam

Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH,

dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat

terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser ke

kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam. Pencegahan :

sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang diinginkan.

2. Suasana terlalu basa

Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk

endapan hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi

Page 3: Tugas Pra Responsi Komplekso

kesetimbangan akan bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang banyak

akan terbentuk endapan.

Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion kompleks dan

melihat harga pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih stabil

dalam larutan alkalis. Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation valensi 2

stabil dalam larutan  yang sedikit asam atau alkalis. kompleks EDTA dengan

logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3. Logam – logam

bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada pH = 3 sehingga dapat

dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan logam – logam alkali tanah.

Co⁺⁺ stabil dalam larutan HCl pekat.

Kesimpulan : pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer

pada pH dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas. 

e. Cara penentuan titik akhir titrasi kompleksometri

i. Cara Visual

Sebagai indikator digunakan jenis indikator logam seperti : Eriochrom

Black T (EBT), Murexide, Xylenol Orange, Dithizon, Asam sulfosalisilat.

ii. Cara Instrumen

Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan instrumen fotometer atau

potensiometer.

Titrasi kompleksometri dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari

reaksi yang terjadi antara senyawa uji dengan baku primer atau baku

sekunder diantaranya: titrasi langsung; titrasi kembali; titrasi substitusi;

titrasi tidak langsung; dan titrasi alkalimetri.

f. Mekanisme reaksi dan pengamatan warna indicator logam

Sebagai contoh titrasi antara Mg2+dengan EDTA sebagai penitrasi,

menggunakan indikator Calmagite. Reaksi antara ion Mg2+ dengan EDTA tanpa

adanya penambahan indikator :

Mg2+ + H2Y2- ???

MgY2- + 2H+

Page 4: Tugas Pra Responsi Komplekso

Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan

membentuk kompleks dengan Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada

komplek akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg2+ sudah

bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan

sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya

warna biru.

g. Syarat indicator logam dan contohnya. Berikut pH stabilitas pembentukan

warnanya.

i. Stabilitas dari ikatan kompleks indikator-logam harus lebih rendah

daripada ikatan kompleks logam-EDTA.

ii. Terjadi perubahan warna pada range pH yang ditetapkan, dimana terjadi

pembentukan kompleks stabil.

iii. Perubahan warna terjadi oleh adanya indicator bebas dari kompleks logam

dalam larutan, karena sejumlah eqivalen EDTA ditambahkan untuk

membentuk kompleks logam-EDTA.

h. Cara –cara titrasi kompleksometri dan penerapannya

i. Titrasi langsung, titrasi ini sering digunakan,karena paling sederhana.

ii. Titrasi kembali, cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan

hidroksida pada PH yang dikehendaki untuk titrasi.

iii. Titrasi subtitusi, cara ini dilakukan bila ion logam tidak memberikan titik

akhir yang jelas apabila dititrasi secara loangsung/titrasi kembali/juga jika

ion logam tersebut membentuk komoleks dengan dinatrium edetat dengan

logam lain seperti magnesium dan kalsium.

iv. Titrasi tidak langsung, digunakan untuk menentukan kadar ion-ion seperti

anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat.

v. Titrasi alkalimetri, bila dititrasi dengan cara ini harus dalam suasan netral

terhadap indikator yang digunakan.

Page 5: Tugas Pra Responsi Komplekso

Macam macam indicator :

1. Eriochrom Black-T (EBT)

Didunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa

larutannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara

lambat,sehingga setelah janka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. 

2. Murexide

Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.

3. Jingga Xylenol

Kompleks dengan logam memberikan warna merah.

4. Calmagite

Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil,

daerah terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru.

Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.

5. Arzenazo

Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan

EDTA. Keuntungan menggunakan indikator ini adalah :

Tidak mengalami blocking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil.

Bereaksi cepat sehingga terjadinya perubahan warna juga lebih cepat.

6.    NAS

Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS

berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga.

Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni,

Zn, Al dengan EDTA.

7. Calcon

Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang

disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau

dan hanya terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna

merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon

dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca

pada pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah

menjadi biru. Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang

disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg.

Page 6: Tugas Pra Responsi Komplekso

3. Pelajari dan lengkapi prosedur identifikasi dan penetapan kadar sampel sediaan farmasi

mengandung Aluminium hidroksida, Bismuth subnitrat, Kalsium karbonat, Kalsium

klorida, Kalsium glukonat, Kalsium laktat, Magnesium hidroksida.

Liat di buku penuntun dan literature!!