Responsi DM

44
Diabetes Mellitus Tipe 2 BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKTI DUSTIRA/FAK. KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI Nama Penderita : Tn.Sugiyo Ruangan : X1 Jenis Kelamin : Laki-laki No. Cat. Med : 17.18.47 Agama : Islam Usia : 43 tahun Bangsa : Indonesia Jabatan/ Pekerjaan : TNI-AD Nama & Alamat Keluarga : Jl. Salak no 2 Bandung Dikirim Oleh : RS Sariningsih Tanggal Dirawat : 20 Juli 2006 Pukul : 14.10 Tanggal Diperiksa (Co-Ass) : 21 Juli 2006 Diagnosa Kerja Dokter : Abses a.r Plantar Pedis Distal Digiti 11 Pedis sinistra + DM tipe 2 Co-ass : DM tipe 2 dan sellulitis + Abses a.r Plantar Pedis Distal Digiti 2 Pedis sinistra KELUHAN UTAMA : Luka bernanah pada telapak kaki kiri I. ANAMNESA KHUSUS : (Autoanamnesa dan Heteroanamnesa) Enam hari yang lalu penderita mengeluhkan luka akibat tertusuk pecahan kaca pada telapak kaki kiri. Luka tersebut berukuran ± 1x1,5 cm. Karena merasa tidak terlalu parah penderita hanya memberi obat merah pada luka 1

Transcript of Responsi DM

Page 1: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMRUMAH SAKTI DUSTIRA/FAK. KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANICIMAHI

Nama Penderita : Tn.Sugiyo Ruangan : X1

Jenis Kelamin : Laki-laki No. Cat. Med : 17.18.47

Agama : Islam Usia : 43 tahun

Bangsa : Indonesia

Jabatan/Pekerjaan : TNI-AD

Nama & Alamat Keluarga

: Jl. Salak no 2 Bandung

Dikirim Oleh : RS Sariningsih

Tanggal Dirawat : 20 Juli 2006 Pukul : 14.10

Tanggal Diperiksa (Co-Ass)

: 21 Juli 2006

Diagnosa Kerja

Dokter : Abses a.r Plantar Pedis Distal Digiti 11 Pedis sinistra + DM tipe 2

Co-ass: DM tipe 2 dan sellulitis + Abses a.r Plantar Pedis Distal Digiti 2 Pedis sinistra

KELUHAN UTAMA : Luka bernanah pada telapak kaki kiri

I. ANAMNESA KHUSUS : (Autoanamnesa dan Heteroanamnesa) Enam hari yang lalu penderita mengeluhkan luka akibat tertusuk pecahan kaca

pada telapak kaki kiri. Luka tersebut berukuran ± 1x1,5 cm. Karena merasa tidak terlalu

parah penderita hanya memberi obat merah pada luka tersebut. Sejak 4 hari yang lalu

daerah sekitar luka bekas tusukan kaca tampak berwarna kuning seperti berisi nanah

disertai bengkak dan kemerahan sampai pergelangan kaki. Keluhan diikuti dengan panas

badan yang tidak begitu tinggi tanpa disertai menggigil dan kejang.

Sejak 1 tahun yang lalu penderita merasakan kesemutan atau sering baal pada

kedua tangan dan kaki, terus menerus dan tidak menghilang atau berkurang dengan

perubahan posisi maupun istirahat.

1

Page 2: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Sejak 3 tahun yang lalu, penderita mengeluhkan kondisi indera penglihatannya

yang dirasakan semakin hari semakin sulit untuk melihat. Penglihatannya menjadi buram

dan terlihat samar.

Sejak 7 tahun yang lalu penderita merasakan ada perubahan pada dirinya, sering

merasa haus (dalam sehari bisa menghabiskan 2 teko air berukuran 2 liter), cepat lapar

dimana dalam satu hari penderita dapat mengkonsumsi makanan jauh lebih banyak

daripada biasanya yaitu 4-5 kali makan ditambah sering mengemil makanan manis.

Namun, walaupun mengkonsumsi banyak makanan, berat badan penderita dinilai turun

dari 82 kg menjadi 56 kg dalam waktu 7 tahun. Penderita juga mengeluh mudah lelah dan

mengantuk. Penderita juga merasa menjadi sering buang air kecil dimana dalam satu hari

dapat kencing sebanyak 10-15 kali dalam jumlah banyak, terutama dirasakan pada malam

hari sehingga mengganggu aktivitas tidurnya. Oleh karena semua keluhan tersebut

penderita berobat ke dokter dan mengetahui bahwa dirinya menderita sakit kencing manis

dan dirawat di RS Dustira.

Setelah sempat mendapat perawatan kurang lebih satu bulan, penderita

merasakan adanya perbaikan dari kondisi kesehatan daripada sebelumnya, dan keluhan-

keluhan rasa cepat lapar, rasa cepat haus, dan rasa sering ingin kencing sudah berkurang.

Namun penderita sejak itu tidak melakukan kontrol secara teratur dan tidak patuh

menjalankan aturan makan serta tidak berolah raga secara teratur.

Riwayat penyakit diabetes mellitus dalam keluarga tidak diketahui.

Keluhan jantung berdebar-debar dan nyeri dada yang menjalar ke bagian tubuh

lain tidak ada.

Keluhan kencing sedikit-sedikit, air kencing menjadi keruh dan penyakit darah

tinggi tidak ada.

Keluhan lumpuh pada tangan dan kaki tidak ada.

2

Page 3: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Riwayat Perawatan

Selama dirawat di Bangsal XI RS. Dustira, penderita mendapatkan pengobatan

berupa infus dan obat yang dimasukkan lewat selang infuse (nama dan dosis obat tersebut

tidak diketahui oleh penderita). Hasil selama perawatan tersebut membuat penderita

merasa lebih baik daripada saat masuk RS.

3

Page 4: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

A Keluhan keadaan umum E Keluhan organ perut

4

Page 5: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Panas badan : ada Nyeri lokal Tidak ada

Nafsu makan : ada (meningkat) Nyeri tekan Tidak ada

Tidur : tidak ada Nyeri seluruh perut : tidak ada

Edema : tidak ada Nyeri berubungan dengan

Ikterus : tidak ada Makanan : tidak ada

Haus : ada BAB : tidak ada

Berat badan : ada (menurun) Haid : tidak ada

B Keluhan organ kepala Perasaan tumor di perut : tidak ada

Penglihatan : ada (kabur atau

berkurang)

Muntah-muntah : tidak ada

Hidung : tidak ada Diare : tidak ada

Lidah : tidak ada Obstipasi : tidak ada

Gangguan menelan : tidak ada Tenesmus ad anum : tidak ada

Pendengaran : tidak ada Perubahan dalam b.a.b : tidak ada

Mulut : tidak ada Perubahan dalam miksi : ada

Gigi : tidak ada Perubahan dalam haid : tidak ada

Suara : tidak ada F Keluhan tangan dan kaki

C Keluhan organ di leher Rasa kaku : tidak ada

Rasa sesak di leher : tidak ada Rasa lelah : ada

Pembesaran kelenjar : tidak ada Mialgia/atralgia : tidak ada

Kaku duduk : tidak ada Parestesi/estesi : ada

D Keluhan organ di thorax Parese/paraparese : tidak ada

Sesak napas : tidak ada Fraktur : tidak ada

Sakit dada : tidak ada Claudicatio : tidak ada

Napas berbunyi : tidak ada Nyeri tekan : tidak ada

Batuk : tidak ada Luka/bekas luka : ada

Jantung berdebar : tidak ada Edema : ada

G Keluhan-keluhan lain

ANAMNESA TAMBAHAN Kulit : ada (bercak2 hitam)

Gizi : Kualitas Cukup Ketiak : tidak ada

Kwantitas cukup Keluhan kelenjar limfe : tidak ada

Penyakit menular : tidak ada Keluhan kelenjar endokrin

Penyakit turunan : tidak ada Tiroid : tidak ada

Ketagihan : tidak ada Haid : tidak ada

5

Page 6: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Penyakit venerik : tidak ada D.M : ada

Lain-lain : tidak ada

STATUS PASIENI. KESAN UMUM

6

Page 7: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

a. Keadaan umumKesan sakitnya : tampak sakit sedang Kesadarannya : kompos mentis Pergerakannya : AktifKeadaan gizi : cukupTinggi badan : 165 cmGizi kulit : cukupTidur : terlentang dengan satu bantalWatak : kooperatifUmur yang ditaksir : sesuai Bentuk badan : atletikusBerat badan : 56 kgGizi otot : cukupKulit : turgor kulit cukup

Keadaan sirkulasi Suhu : 36,4 0C Tekanan darah :110/70mmHg Nadi Ka

Nadi Ki: 75 x/m: 75 x/m

, Reguler, equal, isi cukup, Reguler, equal, isi cukup

Keringat dingin : tidak ada Sianose : tidak ada

Keadaan pernapasanTipe : abdomino- torakalFrekuensi : 20 x/menitCorak : Normal Hawa/bau nafas : fetor uremikum (-)Bunyi nafas : tidak ada

II. PEMERIKSAAN FISIK

a. Kepala

1. Tengkorak :

- inspeksi : simetris

- palpasi : tidak ada kelainan

2. Muka :

- inspeksi : simetris

- palpasi : tidak ada kelainan

3. Mata :

7

Page 8: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

- letak : simetris

- kelopak mata : tidak ada kelainan

- kornea : tidak ada kelainan

- pupil : bulat, isokor

- reaksi konvergensi : + / +

- Sklera : Ikterik -/-

- Pergerakan : normal, ke segala arah

- Konjungtiva : anemis -/-

- Iris : tidak ada kelainan

- Reaksi cahaya : direk +/+ indirek +/+

- Visus : tidak dilakukan pemeriksaan

- Funduskopi : tidak dilakukan pemeriksaan

4. Telinga

Inspeksi : tidak ada kelainan

Palpasi : tidak ada kelainan

Pendengaran : tidak ada kelainan

5. Hidung

Inspeksi : tidak ada kelainan

Sumbatan : tidak ada

Ingus : tidak ada

Bentuk : tidak ada kelainan

6. Bibir

Sianosis : tidak ada

Kheilitis : tidak ada

Stomatitis angularis : tidak ada

Rhagaden : tidak ada

Perleche : tidak ada

8

Page 9: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

7. Gigi dan gusi

X = gigi tanggal

O = gigi caries

8. Lidah

Sianosis : tidak ada

Besar : tidak ada kelainan

Pergerakan : tidak ada kelainan

Bentuk : tidak ada kelainan

Permukaan : basah, bersih

9. Rongga mulut

Selaput lendir

Hiperemis : tidak ada

Lichen : tidak ada

Aphtea : tidak ada

Bercak : tidak ada

10. Rongga leher

Selaput lendir : tidak ada kelainan

Dinding belakang pharinx : hiperemis ( - )

Tonsil : Tidak ada kelainan

b. Leher

- Inspeksi

Gld. Tiroid : tidak terlihat membesar

Pembesaran vena : tidak ada

Pulsasi vena leher : tidak ada

Tekanan vena : tidak meningkat (5+2)cmHg

9

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 87 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Page 10: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

- Palpasi

Trachea : tidak ada deviasi

Gld. Tiroid : tidak teraba membesar

Otot leher : tidak ada kelainan

Kel. getah bening : tidak teraba membesar

Tumor : tidak ada

Kaku kuduk : tidak ada

c. Ketiak

- Inspeksi

Rambut ketiak : tidak ada kelainan

Tumor : tidak ada

- Palpasi

Kel. Getah bening : tidak teraba membesar

Tumor : tidak ada

d. Pemeriksaan Thorax

Thorax depan

Inspeksi

Bentuk umum : simetris

Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit

Sudut epigastrium : < 900

Diameter frontal dan sagital : Ǿ frontal < Ǿ sagital

Pergerakan : simetris

Muskulatur : tidak ada kelainan

Kulit : scratch effect (-)

Tumor : tidak ada

Ictus cordis : tidak terlihat

Pulsasi lain : tidak ada

Pelebaran vena : tidak ada

10

Page 11: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Palpasi

Kulit : tidak ada kelainan

Muskulatur : tidak ada kelainan

Mammae : tidak ada kelainan

Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit

Thorax dan paru kanan kiri

- Pergerakan : simetris, paru kanan = paru kiri

- Vokal fremitus : normal, kanan = kiri

Iktus cordis

- Lokalisasi : teraba, ICS V linea midclavicularis sinistra

- Intensitas : tidak kuat angkat

- Pelebaran : tidak ada

- Thrill : tidak ada

Perkusi

Paru-paru

Batas paru hepar : ICS VI, linea midclavicular dextra

Peranjakan : 2 cm

Suara perkusi : sonor paru kanan = paru kiri

Jantung

Batas atas : ICS III Linea parasternalis sinistra

Batas kanan : Linea sternalis dextra

Batas kiri : ICS V Linea midclavicular sinistra

Auskultasi : BJ I & II murni regular

Paru-paru

11

Page 12: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Paru kanan paru kiri

Suara pernafasan : vesikuler kanan = kiri

Suara tambahan : ronkhi -/- ; wheezing -/-

Vokal resonansi : normal kanan = kiri

Jantung

Irama : regular

Bunyi jantung pokok : M1 > M2 ; P1 < P2

T1 > T2 ; A2 > P2

A1 < A2

Splitting : tidak ada Bunyi jantung I : tunggal

Bunyi jantung II : tunggal

Bunyi jantung tambahan : tidak ada

Bising jantung : tidak ada

Bising gesek jantung : tidak ada

Thorax belakang

Inspeksi

Bentuk : simetris

Muskulatur : tidak ada kelainan

Simetris : kanan = kiri

Kulit : scratch effect (-)

Palpasi

Muskulatur : tidak ada kelainan

Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit

Vocal fremitus : normal paru kanan: = paru kiri

Perkusi paru kanan: Paru Kiri

12

Page 13: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Batas bawah : vertebra th X vertebra th XI

Peranjakan : 2 cm

Auskultasi paru kanan paru kiri

Suara pernafasan : vesikuler vesikuler

Suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-

Vokal resonasi : normal, paru kanan = paru kiri

Bunyi gesek pleural : tidak ada

e. Abdomen

Inspeksi

Bentuk : datar

Kulit : tidak ada kelainan

Otot dinding perut : tidak ada kelainan

Pergerakan waktu nafas : simetris

Pergerakan usus : tidak terlihat

Pulsasi : tidak ada

Palpasi

Dinding : lembut

Nyeri tekan local : Tidak ada

Nyeri tekan difus : tidak ada

Nyeri lepas : tidak ada

Defance muskuler : tidak ada

Hepar

Teraba/tidak teraba : tidak teraba

Besar : -

Konsistensi : -

Permukaan : -

Tepi : -

Nyeri tekan : tidak ada

Lien

13

Page 14: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Perbesaran : tidak teraba, ruang TRAUBE kosong

Konsistensi : -

Permukaan : -

Insisura : -

Nyeri tekan : tidak ada

Tumor/massa : tidak ada

Ginjal : tidak teraba

Pembesaran : tidak ada

Nyeri tekan : tidak ada

Perkusi

Suara perkusi : thympani

Dullness : tidak ada

Ascites

- shifting dullness : tidak ada

- fluid wave : tidak ada

Auskultasi

Bising usus : (+) normal

Bruit : tidak ada

Lain-lain : tidak ada

f. CVA (Costo-vertebra angel) : nyeri ketok CVA -/-

g. Lipat paha:

Inspeksi : Tumor : tidak ada

Pembesaran kelenjar : tidak ada

Hernia : tidak ada

Palpasi: Tumor : tidak ada

Perbesaran kelenjar : tidak ada

Pulsasi A. femoralis : tidak ada

Hernia : tidak ada

Auskultasi: A. femoralis : tidak dilakukan pemeriksaan

h. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

14

Page 15: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

i. Sakrum : tidak dilakukan pemeriksaan

j. Rectum & Anus : tidak dilakukan pemeriksaan

k. Kaki & Tangan : scratch effect (-)

Inspeksi: Kulit : Abses a/r plantar pedis sinistra ukuran 2x1 cm ,

Basah (-), pus (+)

Selulitis a/r pedis sinistra, hiperemis

Pergerakan : tidak ada kelainan

Bentuk : tidak ada kelainan

Clubbing finger : tidak ada

Otot-otot : tidak ada kelainan

Palmar eritema : tidak ada

Edema : ada a/r dorsum pedis sinistra

Rasa sakit : tidak ada

Palpasi: Nyeri tekan : tidak ada selulitis a/r Pedis sinistra

Tumor : tidak ada abses a/r Plantar pedis ukuran 2x1cm

Pitting edema : ada a.r dorsum pedis sinistra

Lain-lain : Abses a/r plantar pedis sinistra ukuran 2x1 cm,

Nyeri tekan (-), panas (+), nanah (+), darah (-)

Pulsasi (+)

l. Sendi-sendi

Inspeksi: Kelainan bentuk : tidak ada

Tanda radang : tidak ada

Kulit : tidak ada kelainan

Otot sendi : tidak ada kelainan

Palpasi: bentuk : tidak ada kelainan

Cairan dalam sendi: tidak ada

Nyeri tekan : tidak ada

15

Page 16: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

m. Neurologik:

Reflek fisiologik - KPR : ↓/↓

- APR : ↓/↓

Refleks patologik : -/-

Rangsangan meningen : tidak ada

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH URINE FAECES

Hb

Leukosit

Eritrosit

Hitung jenis

Baso

Eos

Staff

Segmen

Limfe

Mono

Trombosit

: 12,4 gr%

: 13,2rb mm

: 4,8jt/mm3

:

: 0%

: 0%

: 6%

: 64%

: 30%

: 0%

: 255rb/mm³

Warna

Kekeruhan

Ban

B.J

Reaksi

Albumin

Reduksi

Urobilin

Bilirubin

: kuning

: jernih

: amoniak

: 1,015

: asam

: -

: +

: +

: -

Warna

Bau

Konsistensi

Lendir

Darah

Parasit

Eritrosit

Lekosit

Telur cacing

Sisa makanan

: Kuning

: Indol skatol

: lembek

: -

: -

: -

: -

: -

: -

: +

Sediment leukosit = 0-1 / LPB

eritrosit =1-2 / LPB

epitel = 0-1 / LPB

L.E.D I : 50 mm/jam

II: 80 mm/2jam

RESUME

16

Page 17: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Penderita laki-laki berumur 43 tahun, sudah berkeluarga, pekerjaan Kopka datang ke RS

Dustira dengan keluhan utama luka bernanah pada telapak kaki kiri.

Pada anamnesa lanjut :

Sejak empat hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh ada abses pada

plantar pedis sinistra yang berawal dari luka akibat tertusuk pecahan kaca, dan daerah

sekitar luka menjadi oedem dan eritem hampir meliputi daerah pedis sinistra. Keluhan

diikuti febris tanpa disertai menggigil dan kejang.

Penderita mengetahui menderita diabetes mellitus sejak tujuh tahun yang lalu saat

berobat ke dokter. Saat itu penderita mengeluh poliuri, polifagi, polidipsi, malaise dan

penurunan berat badan.

Sejak tiga tahun yang lalu penderita mengeluh penglihatannya semakin kabur.

Sejak satu tahun yang lalu penderita merasakan sering parestesi dan hipestesi

pada kedua tangan dan kakinya.

Keluhan tidak disertai chest pain yang menjalar ke daerah bahu atau lengan.

Keluhan oliguria, kencing yang keruh dan hipertensi tidak ada.

Keluhan Parese pada anggota gerak tidak ada.

Pada anggota keluarga tidak diketahui adanya penyakit diabetes mellitus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

KU : Kesadaran : composmentis Kesan sakit : berat

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi :75 x/menit, reguler, equal, isi cukup

Temperatur : 36,4oC

Pernafasan : 20x/menit

Sianose : tidak ada

Keringat dingin : tidak ada Status gizi : cukup (BMI)

Pada pemeriksaan lebih lanjut didapatkan :

Kepala : Mata : Sklera : ikterik -/-

17

Page 18: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Konjunctiva : anemis -/-

Mulut : Foetor uremicum tidak ada

Lidah basah bersih

THT : Tonsil T1 – T1 tenang

Pharynx tidak hiperemis

Leher : KGB : Tidak teraba membesar

JVP : Tidak meningkat (5+2 cm H2O)

Thorax : Bentuk dan gerak simetris

Cor : BJ I – II murni, reguler

Pulmo : VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Datar, lembut, nyeri tekan (-)

Bising usus : (+) normal

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba, ruang TRAUBE kosong

Ren : Ballotement -/-

Ekstremitas : akral hangat., pergerakan aktif

Kulit : Abses a.r plantar pedis sinistra, Calor(+), Rubor (+), Dolor (-)

Tumor(+), Functiolaesa (+)

Selulitis a/r pedis sinistra, Rubor (+)

Neurologik :

Refleks fisiologis KPR : ↓/↓

Refleks fisiologis APR : ↓/↓

Refleks patologis : - / -

Rangsang meningen : -

Pemeriksaan laboratorium :

Darah : Leukositosis, LED meningkat, pemeriksaan lain dalam batas normal.

Urine :Reduksi (+), pemeriksaan lain dalam batas normal.

Feses : tidak ada kelainan

IV. DIAGNOSA BANDING:

18

Page 19: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Abses a/r plantar pedis sinistra + Selulitis a/r pedis sinistra

DIAGNOSA KERJA: Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Abses a/r plantar pedis sinistra + Selulitis a/r pedis sinistra

USUL PEMERIKSAAN -Pemeriksaan gula darah dan 2 jam pp -Ureum kreatinin -Kolesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida -Pemeriksaan Dag curve -Foto thorax PA -EKG -Konsul ke ahli bedah -Konsul ke ahli mata

V. PENGOBATAN

-Diet DM 2100 kalori

-Humulin Reguler 4-4-4 Unit ½ h.a.c sc

-Cefotaxime IV 3 x 1 gr

-Metronidazole IV 3 x 500 mg

-Perawatan Abses (kompres NaCl 0,9% + Garamycin) sehari 2 x

- Edukasi tentang penyakit DM

VI. PROGNOSA

Quo ad Vitam : ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

DISKUSI

19

Page 20: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

DEFINISI

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan

hiperglikemia, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein yang berkaitan dengan

berkurangnya Insulin baik secara absolute maupun relative.

Absolute : Terjadi apabila sel beta pancreas tidak dapat menghasilkan insulin

dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan sehingga penderita

membutuhkan suntikan insulin.

Relatif : Sel beta pancreas masih mampu memproduksi insulin yang

dibutuhkan tetapi hormon yang dihasilkan tersebut dapat bekerja

secara optimal.

DIAGNOSIS

Diagnosis diabetes mellitus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah

dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan

diagnosis diabetes mellitus harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara

pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa diabetes mellitus pemeriksaan yang

dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah

plasma vena.

Keluhan khas diabetes mellitus :

Poliuria.

Polidipsia.

Polifagia.

Berat badan menurun cepat.

Keluhan tidak khas diabetes mellitus :

Kesemutan.

Gatal di daerah genital.

Keputihan.

Infeksi sulit sembuh.

Bisul yang hilang sembuh.

Penglihatan terganggu.

Cepat lelah.

20

Page 21: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Mudah mengantuk, dll.

Faktor resiko diabetes mellitus :

Usia > 45 tahun.

Kegemukan (BBR>110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2).

Hipertensi (TD > 140/90 mmHg).

Riwayat DM dalam garis keturunan.

Riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4000 gram, melahirkan bayi cacat atau

abortus berulang.

Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl

Catatan :

Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negative,

pemeriksaan ulangan dilakukan tiap tahun, sedangkan bagi mereka yang berusia >

45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3

tahun.

Kadar Glukosa darah sewaktu puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM

(mg/dl).

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl)

PlasmaVena

< 110 110 – 199 > 200

DarahKapiler

< 90 90 – 199 > 200

Kadar Glukosa darah puasa (mg/dl)

PlasmaVena

< 110 110 – 125 > 125

DarahKapiler

< 90 90 – 109 > 110

Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus :

21

Page 22: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Tipe 1 : Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke definisi insulin absolute.

Autoimun.

Idiopatik.

Tipe 2 : Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai definisi

insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi

insulin.

Tipe lain : Defek genetic fungsi sel beta.

Defek genetic kerja insulin.

Penyakit eksokrin pancreas.

Endokrinopati.

Karena obat atau zat kimia.

Infeksi.

Sebab imunologi yang jarang.

Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM.

Diabetes mellitus gestational.

Patofisiologi

Tubuh manusia membutuhkan energi agar dapat berfungsi dengan baik. Energi

tersebut diperoleh dari hasil pengolahan makanan melalui proses pencernaan di usus. Di

dalam saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan

tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi menjadi asam amino, dan lemak

menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap oleh usus kemudian

masuk ke dalam pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh untuk

dipergunakan sebagai bahan bakar. Dalam proses metabolisme, insulin memegang

peranan sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya

digunakan sebagai bahan baker. Pengeluaran insulin tergantung pada kadar glukosa

dalam darah. Kadar glukosa darah sebesar > 70 mg/dl akan menstimulasi sintesa insulin.

Insulin yang diterima oleh reseptor pada sel target, akan mengaktivasi tyrosin kinase

dimana akan terjadi aktivasi sintesa protein, glikogen, lipogenesis dan meningkatkan

transport glukosa ke dalam otot skelet dan jaringan adipose dengan bantuan transporter

glukosa (GLUT 4).

22

Page 23: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Patofisiologi DM tipe 1

Pada saat diabetes mellitus tergantung insulin muncul, sebagian sel beta

pancreas sudah rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses autoimun, meski

rinciannya masih samar. Pertama, harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini.

Kedua, keadaan lingkungan biasanya memulai proses ini pada individu dengan

kerentanan genetik. Infeksi virus diyakini merupakan satu mekanisme pemicu tetapi agen

non infeksius juga dapat terlibat. Ketiga, dalam rangkaian respon peradangan pankreas,

disebut insulitis. Sel yang mengifiltrasi sel beta adalah monosit atau makrofag dan

limfosit T teraktivasi. Keempat, adalah perubahan atau transformasi sel beta sehingga

tidak dikenali sebagai sel sendiri, tetapi dilihat oleh sistem imun sebagai sel. Kelima,

perkembangan respon imun karena dianggap sel asing terbentuk antibodi sitotoksik dan

bekerja bersama-sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan

sel beta dan penampakan diabetes.

Patofisiologi DM tipe 2

Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai dua efek fisiologis. Sekresi insulin

abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran. Ada tiga fase

normalitas. Pertama glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat resistensi urin karena

kadar insulin meningkat. Kedua, resistensi insulin cenderung menurun sehingga

meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa bentuk

hiperglikemia.

Pada diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin normal, malah mungkin banyak,

tetapi jumlah reseptor pada permukaan sel yang kurang. Dengan demikian, pada DM tipe

2 selain kadar glukosa yang tinggi, terdapat kadar insulin yang tinggi atau normal.

Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya

tidak begitu jelas, tetapi faktor berikut ini turut berperan :

Obesitas terutama sentral.

Diet tinggi lemak rendah karbohidrat.

Tubuh yang kurang aktivitas.

Faktor keturunan.

23

Page 24: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Baik pada DM tipe 1 atau 2, jika kadar glukosa dalam darah melebihi ambang batas

ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urine.

DM tipe 1

Mudah terjadi ketoasidosis.

Pengobatan harus dengan insulin.

Onset akut.

Biasanya kurus.

Biasanya pada umur muda.

Berhubungan dengan HLA DR3 dan HLA DR4.

Didapatkan islet cell antibody (ICA).

Riwayat keluarga diabetes (+) pada 10%.

30 – 50 % kembar identik terkena.

DM tipe 2

Tidak mudah terjadi ketoasidosis.

Tidak harus dengan insulin.

Onset lambat.

Gemuk atau tidak gemuk.

Biasanya > 45 tahun.

Tidak berhubungan dengan HLA.

Tidak ada ICA.

Riwayat keluarga (+) pada 30 %.

± pada 100% kembar identik terkena. (Penatalaksanaan DM terpadu, FKUI)

Komplikasi Diabetes Mellitus

1. Komplikasi akut :

24

Page 25: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Ketoadosis Diabetik, ditandai dengan :

Symptom DM (poliuri,polifagi,polidipsi)

Hipotensi

Tachicardi

Bau nafas aseton

Respirasi Kussmaul

Penurunan kesadaran (bahan kuliah DM,UNPAD)

Hiperosmolar Non ketotik.

Hipoglikemia.

2. Komplikasi kronis :

Microangiopathy

Retinopathy diabeticum yang disebabkan karena kerusakan pembuluh

darah retina. Ada dua klasifikasi dari retinopathy yaitu non-proliferative

dan proliferative. (www.Medlineplus.com)

Nephropathy diabeticum yang ditandai dengan ditemukannya kadar

protein yang tinggi dalam urine. Hal ini disebabkan adanya kerusakan

pada glomerolus berupa penebalan glomerolus pada awalnya. Diabetic

nephropathy merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.

(www.Medlineplus.com)

Neuropathy diabeticum biasanya ditandai dengan hilangnya rasa

sensorik terutama bagian distal diikuti dengan hilangnya reflex. Selain itu

bisa juga terjadi poliradiculopathy diabeticum yang merupakan suatu

sindrom yang ditandai dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf

dan dapat disertai dengan kelemahan motorik. Biasanya self-limited dalam

waktu 6-12 bulan. (Harrison 16th edition, halaman 2165)

Macroangiopathy

Coronary heart disease , dimana berawal dari berbagai bentuk

dislipidemia, yaitu hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada

DM sendiri tidak meningkatkan kadar LDL, namun sedikit partikel LDL

25

Page 26: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

pada DM tipe 2 sangat bersifat atherogenik karena mudah mengalami

glikasilasi dan oksidasi. (Harrison 16th edition, hal.2167)

Cerebrovascular disease

Peripheral vascular disease dengan tanda klinis:

Nyeri kaki bila berjalan dan hilang bila beristirahat.

Perubahan warna pada kaki

Nyeri otot pada kaki

Kaki terasa dingin

Kaki terlihat membiru (sianosis)

Pulsasi lemah atau hilang (www.Medlineplus.com)

EMPAT PILAR PENGELOLAAN DIABETES MELITUS

- Edukasi.

- Perencanaan.

- Latihan Jasmani.

- Intervensi Farmakologis.

1. Edukasi.

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah

terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan

partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus

mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai

keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif,

pengembangan keterampilan dan motivasi.

Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang :

- Penyakit DM.

- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.

- Komplikasi DM.

- Intervensi farmokologi dan non-farmakologis.

26

Page 27: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

- Hipoglikemia.

- Masalah khusus yang dihadapi.

- Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan.

- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

2. Perencanaan makanan.

Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes mellitus,

meski sampai saat ini tidak ada perencanaan makan yang sesuai untuk semua

pasien.

Prinsip Pembagian Porsi Makanan Sehari-hari

Disesuaikan dengan kebiasaan makan pasien dan diusahakan porsi tersebar

sepanjang hari. Disarankan porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil) :

1. Makan pagi - Makan selingan pagi.

2. Makan siang - Makan selingan siang.

3. Makan malam - Makan selingan malam.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :

- Karbohidrat 60 – 70 %

- Protein 10 – 15 %

- Lemak 20 – 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya

stress akut, dan kegiatan jasmani.

Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai indeks masa tubuh (IMT) dan rumus

Broca. Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus IMT = BB (kg)/TB (m).

Klasifikasi IMT

- BB kurang < 18,5

- BB normal 18,5 – 22,9

- BB lebih > 23,0

Dengan resiko 23,0 – 24,9

Obes I 25,0 – 29,9

Obes II > 30

27

Page 28: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Klasifikasi Asia Pasific

Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat dipakai rumus Broca, yaitu :

Berat Badan Idaman (BBI) = (TB – 100) – 10 %

Status gizi : BB actual x 100 % / TB (cm) – 100

- BB kurang bila BB, 90% BBI

- BB normal bila BB 90 – 110 % BBI

- BB lebih bila BB 110 – 120 % BBI

- Gemuk bila BB > 120 % BBI

3. Latihan Jasmani.

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selam

kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe

2. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas

terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan

jasmani yang dimaksud adalah jalan, bersepeda santai, jogging, berenang. Latihan

jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

Kegiatan sehari-hari seperti berjalan ke pasar, menggunakan tenaga, berkebun tetap

dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama kegiatan yang kurang gerak seperti

menonton televisi.

4. Intevensi Farmakologis.

- Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :

- Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea dan glinid.

- Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion.

- Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa.

- Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan :

- Penurunan berat badan yang cepat.

- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis.

28

Page 29: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

- Ketoasidosis metabolic.

- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.

- Hiperglikemia dengan asidosis laktat.

- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.

- Stres berat (infeksi sistematik, operasi besar, IMA, stroke).

- Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak

terkendali dengan perencanaan makanan.

- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.

Insulin

Insulin Mulai Bekerja

(jam)

Kerja Maksimum

(jam)

Lamanya Bekerja

(jam)

Short acting

Regular 0,25 – 1 2 – 6 4 – 12

Semilente 0,5 – 1 3 – 6 8 – 16

Intermediate acting

NPH 1,5 – 4 6 – 16 12 – 24

Lente 1 – 4 6 – 16 12 – 28

Long acting

PZI 3 – 8 14 – 24 24 – 48

Ultralente 3 – 8 14 – 24 24 – 48

Penggunaan insulin dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan beberapa efek samping

seperti alergi lokal, lipodistropi di tempat suntikan, resistensi terhadap insulin.

- Terapi kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian

dinaikan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Kalau dengan

OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, perlu kombinasi dua

kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda mekanisme kerjanya. Untuk memulai

29

Page 30: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

kombinasi tidak perlu dosis maksimal dan dapat pula diberikan kombinasi ketiga

kelompok OHO.

Kalau dengan OHO dosis hampir maksimal, baik sendiri-sendiri atau kombinasi,

sasaran glukosa darah belum tercapai, dipikirkan adanya kegagalan pemakaian OHO.

Pada keadaan demikian dapat dipakai kombinasi OHO dan insulin.

Lampiran KEBUTUHAN KALORI

30

Page 31: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Nama : Tn. Sugiyo / 43 tahun

DATA KLIEN

TB : 165cm BB ideal = 90% (TB – 100)kg

BB aktual : 56 kg = 90% (165 – 100) kg

Jenis kelamin : Laki-laki = 58,5 kg .......................(a)

Kalori Basal = 30 x 58,5 kg

= 1755 kal...................................................................................(b)

Umur : 43 tahun

PERHITUNGAN KALORI

Kalori Basal........................................................................................ = 1755 kalori

Koreksi :

-. Umur > 40 tahun (-5% x Kalori basal) -5% x1755 = -87,75 kalori

- Aktivitas sedang (30% x kalori basal) → 20% x 1755 = 526,5 kalori

Total kebutuhan ................................................................................ = 2193,75 kalori

Contoh Menu

Waktu Makanan Penukar Kebutuhan Bahan Contoh menuPagi Nasi

Telur ayamTahu

1 gelas (150g)1 butir (50 g)1 buah besar (110 g)

NasiTelur rebusTahu goreng

10.00 Pisang 1 buah (50g) PisangSiang Nasi

Ikan segarTempeKangkungJeruk

2 gelas (250 g)1 potong (40g)2 potong sedang (50g)100 g2 buah (110 g)

NasiIkan gorengTempe gorengCah kangkungJeruk manis

16.00 Pepaya 1 potong besar (190 g) PepayaMalam Nasi

AyamKacang merahSawiMinyakPisang

2 gelas (250 g)1 potong2 sdm (15 g)100 g½ sdm1 buah (50g)

NasiSop ayam + kacang merah

Tumis sawi

Pisang

31

Page 32: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

DAFTAR PUSTAKA

32

Page 33: Responsi DM

Diabetes Mellitus Tipe 2

Powers, Alvin C. Diabetes Mellitus dalam Harrison’s Principles of Internal

Medicine 16th edition volume II. Kasper, dkk. United States of America. 2005. 2152-

2180.

Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI.

Semarang 2002.

Suyono, Slamet dkk., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Suyono, dkk.

Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2005.

Suyono, Slamet dkk. I Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik dalam Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam edisi ke-3 jilid I. Suyono, dkk. Balai Penerbit FKUI Jakarta.

2001.571-705.

Bahan-bahan kuliah Ilmu Penyakit Dalam yang menunjang Fakultas Kedokteran

UNJANI.

www.Medlineplus.com

33