Responsi Faringitis

26
BAB I PENDAHULUAN Masalah kesehatan bidang Otorhinolaringology atau ilmu kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan (THT) khususnya faring merupakan penyakit yang umumnya paling sering ditemukan pada masyarakat. Keluhan seperti nyeri tenggorokan dan nyeri menelan sebagai gejala tanda infeksi faring adalah keluhan terbanyak dari pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan, terutama anak-anak. Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis sering dianggap penyakit yang biasa. Namun banyak komplikasi yang bisa terjadi. Komplikasi faringitis bakteri bisa terjadi secara langsung atau secara hematogen. Akibat perluasan langsung dapat terjadi rinosinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal atau faringeal atau pneumonia. Sedangkan penyebaran hematogen GABHS dapat mengakibatkan meningitis dan osteomielitis. Faringitis disebabkan karena infeksi maupun noninfeksi. Penyebab infeksi seperti virus (tersering), bakteri, dan jamur. 1

Transcript of Responsi Faringitis

BAB IPENDAHULUAN

Masalah kesehatan bidang Otorhinolaringology atau ilmu kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan (THT) khususnya faring merupakan penyakit yang umumnya paling sering ditemukan pada masyarakat. Keluhan seperti nyeri tenggorokan dan nyeri menelan sebagai gejala tanda infeksi faring adalah keluhan terbanyak dari pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan, terutama anak-anak. Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis sering dianggap penyakit yang biasa. Namun banyak komplikasi yang bisa terjadi. Komplikasi faringitis bakteri bisa terjadi secara langsung atau secara hematogen. Akibat perluasan langsung dapat terjadi rinosinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal atau faringeal atau pneumonia. Sedangkan penyebaran hematogen GABHS dapat mengakibatkan meningitis dan osteomielitis. Faringitis disebabkan karena infeksi maupun noninfeksi. Penyebab infeksi seperti virus (tersering), bakteri, dan jamur. Sangat penting untuk membedakan faringitis oleh karena virus, bakteri dan jamur. Hal ini mengingat terapi yang jauh berbeda antara faringitis virus, bakteri dan jamur.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi Faring Faring adalah bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan kebawah berhubungan dengan esophagus. Dinding faring dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.1,2,3Gambar 2.2 Anatomi Faring

Berdasarkan letaknya faring dibagi atas : NasofaringBerhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tubaeustachius. 1,2 OrofaringDisebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsilpalatina (tonsil), fosa tonsil, serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. 1,2a. Dinding Posterior FaringSecara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan n.vagus. 2b. TonsilTonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga - tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal. Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.1,2 Laringofaring (hipofaring)Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makananpada saat bolustersebutmenujuke sinus piriformis dan ke esofagus. Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batasposterior adalah vertebra servikal.2,3Vaskularisasi Faring

Berasal dari beberapa sumber dan kadang - kadang tidak beraturan. Yangutamaberasal dari cabang a.karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris interna yakni cabangpalatine superior. 2Persarafan FaringPersarafanmotorikdansensorikdaerahfaringberasaldaripleksusfaringyangekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus danserabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaringeus yang dipersarafi langsungoleh cabang n.glossofaringeus.22.2 Fisiologi FaringFungsi faringyang utama ialahuntukrespirasi, waktu menelan, resonasi suaradan untukartikulasi. 2,3 Proses menelanTahap penelanan yaitu: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengahlidah.Elevasilidah danpalatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke bawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gayaberat, menggerakkan makanan melaluiesofagus dan masuk ke lambung.2,3 Proses BerbicaraPada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior.Pada gerakanpenutupan nasofaringm.levatorvelipalatinimenarikpalatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m.salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu bersamaan.2,32.3 Faringitis Akut

2.3.1 Definisi Faringitis Akut

Faringitis akut adalah peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (paling banyak), bakteri, alergi, trauma ataupun penyebab lainnya seperti refluks gastroesofageal.62.3.2 Epidemiologi Faringitis Akut

Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus.72.3.3 Etiologi Faringitis AkutFaringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering. 6,7Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus, Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis.7Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun).7Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram negative ditemukan pada pasien aktif secara seksual, terutama yang melakukan kontak orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa yang terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria homoseksual, 10% pada wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50% individu yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia, demam ringan dan eritema dapat terjadi. Faringitis gonorea hanya terdapat pada pasien yang menlakukan kontak orogenital. Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring dan menyumbang terjadinya faringitis fungal.7Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam.72.3.4 PatofisiologiInvasi virus dan bakteri menimbulkan reaksi inflamasi local di dinding faring. Bakteri streptokokus grup A beta hemolitikus, sebagai bakteri yang paling sering menyebabkan faringitis melepaskan toksin ekstraseluler dan protease. Keduanya akan menyebabkan kerusakan jaringan hebat berupa demam rematik, kerusakan katup jantung dan glomerulonefritis akut, melalui kompleks antigen antibodi. Proses penularannya berupa droplet infection melalui sekred hidung dan ludah.52.3.5 Manifestasi Klinis Faringitis AkutGejala-gejala yang timbul pada faringitis akut bergantung pada mikroorganismenya. Faringitis akut yang disebabkan bakteri mempunyai gejala nyeri kepala yang hebat, demam atau menggigil, malaise, nyeri menelan, muntah dan mungkin batuk tapi jarang. Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu demam, limfaadenopati pada anterior servikal, eksudat pada tonsil, tidak ada batuk. Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil yang membesar, tonsil dan faring hiperemis dengan atau tanpa eksudat dan pembesaran kelenjar getah bening servikal anterior. Uvula dapat ditemukan membengkak, merah, dengan petekiae pada palatum dan faring (beberapa hari kemudian) dan ekskoriasi (terutama pada bayi). Secara keseluruhan tidak ada tanda dan gejala yang spesifik faringitis pada GABHS. 5,6Faringitis yang disebabkan virus biasanya mempunyai gejala nyeri tenggorok, konjungtivitis, rinorea, batuk, suara serak, dengan demam subfebris. Pada pemeriksaan fisik tampak faring dan tonsil hiperemi atau lesi ulseratif intra-oral yang tersebar. Pada faringitis yang disebabkan Epstein Barr Virus (EBV) dapat ditemukan eksudat yang banyak. 5,6Pada faringitis yang disebabkan fungal biasanya gejalanya sama dengan faringitis yang disebabkan etiologi lainnya. Faringitis oleh fungal gejala nyeri tenggorok dan nyeri saat menelan lebih menonjol. Pada pemeriksaan fisik tampak plak putih di daerah orofaring dan mukosa faring tampak hiperemi.5,62.3.6 Diagnosis

Adapun tahapan menuju diagnosis faringitis akut secara umum dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 70% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Dari anamnesis nyeri tenggorok, nyeri menelan, batuk, demam, suara serak, muntah dan nyeri perut. Selain itu juga dapat disertai dengan malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada nyeri pada leher. Dari pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya hiperemi pada mukosa faring, pembesaran tonsil, hiperemi tonsil, pembengkakan uvula dan ulceratif intraoral. Disamping itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa faringitis akut adalah dengan pemeriksaan laboratorium, meliputi :

1. Leukosit

: terjadi peningkatan2. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat 72.3.7 PenatalaksanaanTerapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan ibuprofen atau asetaminofen untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan. Penderita dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.6Terapi untuk faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus hemolitikus. Dapat juga diberikan Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500mg selama 6-10 hari, jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali sehari.6Faringitis yang disebabkan Candida dapat diberikan Nystasin 100.00 400.000 2 kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250mg secara injeksi intramuscular.62.3.8 Komplikasi

Komplikasi faringitis biasanya menggambarkan perluasan infeksi streptococcus dari nasofaring. Beberapa kasus dapat berlanjut menjadi otitis media purulen bakteri. Komplikasi faringitis bakteri bisa terjadi secara langsung atau secara hematogen. Akibat perluasan langsung dapat terjadi rinosinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal atau faringeal atau pneumonia. Sedangkan penyebaran hematogen GABHS dapat mengakibatkan meningitis dan osteomielitis.7BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Penderita

Nama

: PEP

Umur

: 17 tahunJenis Kelamin: Laki-laki

Agama

: Hindu

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Jln. Batuyang Gang Pipit, Denpasar

Pemeriksaan: 21 April 2015

II. Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri saat menelan

Penderita datang dalam keadaan sadar, mengeluh nyeri saat menelan sejak 1 hari yang lalu. Sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh sakit tenggorokan dan panas. Diberikan obat penurun panas parasetamol dan panas sudah turun. Pasien juga minum antibiotik cefadroxil sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada. Riwayat batuk dan pilek tidak ada. Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus dan asma disangkal pasien.

Riwayat Pengobatan : Pasien diberikan obat penurun panas Parasetamol 500 mg 3x sehari dan antibiotik cefadroxil 2x sehari. Sekarang pasien masih melanjutkan antibiotik tersebut.

Riwayat Penyakit yang Sama dalam Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama seperti yang dialami pasien. Riwayat penyakit sistemik di keluarga disangkal.

Riwayat Sosial dan Lingkungan : Pasien termasuk sosial ekonomi yang cukup. Pasien mengatakan senang minum es dan teh kotak saat berada di sekolah. Riwayat merokok dan minum alcohol disangkal.

Keluhan Tambahan :

TelingaKananKiriHidungKananKiriTenggorok

Sekret: -

-

Sekret: - -

Riak -

Tuli: -

-Tersumbat: --Tumor -

Tumor: -

-

Tumor: --Sakit +

Tinitus: -

-Pilek: --Sesak -

Sakit: -

-Sakit: --Ggn.Suara -Corp.alienum -

-Corp.alienum --Batuk - Vertigo:Tidak adaBersin: --Corpus

Alienum-

III. Pemeriksaan Fisik

Vital Sign :

Keadaan umum: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Temperatur

: 37,8C

Berat badan

: 60 kg

Status General :

Kepala

: Normocephali

Muka

: Simetris, parese nervus fasialis -/

Mata

: Anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor

THT

: Sesuai status lokalis

Leher

: Kaku kuduk (-)

Pembesaran kelenjar limfe -/-

Pembesaran kelenjar parotis -/-

Kelenjar tiroid (-)

Thorak: Cor: S1-S2 tunggal, reguler, murmur

Po: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wh -/-

Abdomen: Distensi (-), BU (+) N, hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas: dalam batas normal

Status lokalis THT :TelingaKananKiri

Daun telingaBentuk : Normal

Nyeri Tarik Aurikuler (-)

Nyeri Tekan Tragus (-)Bentuk : Normal

Nyeri Tarik Aurikuler (-)

Nyeri Tekan Tragus (-)

Liang telinga (KAE)Lapang

Serumen : (-)

Cairan : (-)Lapang

Serumen : (-)

Cairan : (-)

Sekret(-)(-)

Membran TimpaniIntakIntak

Tumor(-)(-)

Tes Pendengaran :

Weber : Tidak dievaluasi

Rinne : Tidak dievaluasi

Schwabach : Tidak dievaluasi

HidungKananKiri

Hidung LuarBentuk : NormalBentuk : Normal

MukosaNormalNormal

SeptumDeviasi : (-)

Sekret(-)(-)

Tumor(-)(-)

KonkaDekongestiDekongesti

Tenggorokan

DispneuTidak ada

Stridor(-)

SuaraNormal

SianosisTidak ada

Dinding Belakang FaringHiperemis, Post Nasal Drip (-)

TonsilKananKiri

UkuranT1T1

Mukosa HiperemiaHiperemi minimal (+)Hiperemi minimal (+)

Kripta(-)(-)

Detruitus(-)(-)

Pus (-)(-)

PeritonsilMukosa : Merah Muda

Pus : (-) Mukosa : Merah Muda

Pus : (-)

UvulaHiperemia (+), Edema (-), Letak Medial, Deviasi (-)

Palatum MolleHiperemia (+), Edema (-), ulcus (+)

IV. Resume

Penderita seorang laki-laki, berumur 17 tahun, Hindu, Bali, datang dengan keluhan nyeri saat menelan sejak 1 hari yang lalu. sejak 5 hari yang lalu pasien sakit tenggorokan dan suhu tubuh pasien sempat naik dan diberikan obat penurun panas (Parasetamol) dan panas sudah turun. Riwayat penyakit sistemik sebelumnya disangkal.Pemeriksaan fisik didapatkan, status present dan status general dalam batas normal. Status THT : Telinga dan hidung normal, tenggorok mukosa hiperemi, tonsil T1/T1 hiperemi dan ulcus dan hiperemi di palatum molle.

V. Diagnosis

Faringitis akut

Stomatitis

VI. Rencana Terapi

Medikamentosa : Amoxycillin 500 mg 3x sehari Asam Mefenamat 500 mg 3x sehariNon-Medikamentosa :

KIE kepada pasien mengenai penyakit, perjalanan penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Pasien disarankan untuk menghindari konsumsi makanan dan minuman yang dingin, berminyak seperti gorengan maupun masakan pedas.

Pasien disarankan beristirahat dengan cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.

Pasien diberikan edukasi mengenai pengobatan yang diterima, tujuan pemberian, dosis serta cara pemberian.

Pasien disarankan untuk berkumur menggunakan cairan pembersih mulut untuk menjaga kebersihan rongga mulut.

Pasien disarankan untuk segera melapor atau berkonsultasi bila selama pengobatan timbul gejala alergi atau keluhan dirasakan memberat.

VII. Prognosis

Dubius ad Bonam (Baik)

BAB IVPEMBAHASANDari kasus didapatkan penderita laki-laki 17 tahun dengan keluhan nyeri saat menelan sejak 1 hari yang lalu. Dari hasil anamnesis diketahui sejak 5 hari yang lalu pasien nyeri tenggorokan dan panas.Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya mukosa tenggorok hiperemi, tonsil T1/T1 hiperemi, ulcus dan hiperemi di palatum molle. Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dimana gejala pasien sudah sesuai dengan manifestasi klinis faringitis akut. Untuk mendiagnosis pasti faringitis dan penyebabnya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang meliputi: kadar leukosit yang meningkat, dan usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.

Terapi yang direncanakan untuk penderita ini adalah terapi medikamentosa berupa :

Amoxycillin 500 mg 3x sehari Asam Mefenamat 500 mg 3x sehariAmoxycillin merupakan antibiotik spektrum luas golongan penicillin untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya dengan jalan merusak sintesis dinding sel bakteri. Efek sampingnya bisa menyebabkan gangguan lambung-usus dan reaksi hipersensitivitas.Asam mefenamat merupakan obat yang termasuk golongan NSAID. Asam mefenamat bekerja dengan mengurangi hormon yang menyebabkan inflamasi dan nyeri tubuh, sehingga obat ini dapat digunakan untuk meredakan sakit tenggorokan, nyeri saat menelan, maupun demam. Efek sampingnya bisa menyebabkan gangguan lambung.Pemberian obat-obat antibiotik harus hati-hati pada faringitis dan pastikan pasien patuh minum obat sampai habis untuk mencegah resistensi obat. Oleh karena faringitis banyak disebabkan oleh virus. Selain itu pasien juga disarankan beristirahat yang cukup dan menghindari makanan seperti gorengan dan es.DAFTAR PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Hidung. Available from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf

2. Anatomi dan Fisiologi System Pernapasan. Available from :http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pernapasan/

3. Boies, Lawrence R., et al. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.

4. Behrma R, Kliegman R, Arvin A. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. 2000

5. Clarisa, C. Kapita Selekta Kedokteran : Faringitis. Edisi keempat Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius. 2014

6. Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007

7. Jill Gore. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of Physician Assistants: February 2013

6