percobaan 5 komplekso

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Menentukan kadar ion Ca 2+ , Mg 2+ , dan Ni 2+ secara kompleksometri menggunakan larutan standar garam EDTA. 1.2 Latar Belakang Satu dari jenis-jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan penbentukan suatu kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Suatu contoh adalah dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN) 2 yang sangat stabil : Ag + + 2 CN - Ag(CN) 2 - Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam didalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom

description

svds

Transcript of percobaan 5 komplekso

BAB IPENDAHULUAN1.1 TujuanMenentukan kadar ion Ca2+, Mg2+, dan Ni2+ secara kompleksometri menggunakan larutan standar garam EDTA.

1.2 Latar BelakangSatu dari jenis-jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan penbentukan suatu kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Suatu contoh adalah dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil :Ag + + 2 CN- Ag(CN)2-Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam didalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari logam. Dari komlpeks diatas perak merupakan atom logam dengan hilangan koordinasi dua, dan sianidanya merupakan ligannya.Reaksi membentuk kompleks dapat dianggap sebagai asam-basa lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang electron. Kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi dalam bebeapa keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik coulomb.1.3 TeoriTitrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2Hg2+ + 2Cl- HgCl2(Khopkar, 2002).Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.(Basset, 1994)Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O(Khopkar, 2002).Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.(Rival, 1995)Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.(Harjadi, 1993)Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue.(Khopkar, 2002)Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu. (Rival, 1995).Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. (Basset, 1994)Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.(Harjadi, 1993).Reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan kompleks dipergunakan oleh kimiawan dalam prosedur titrimetrik maupun gravimetrik. Molekul yang bertindak sebagai ligan biasanya memiliki atom elektronegatif, misalnya nitrogen, oksigen, atau salah satu dari halogen. Ligan yang hanya mempunyai sepasang electron tak dipakai bersama, misalnya NH3, dikatakan unidentat. Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom sentral dikatakan bidentat. Suatu contoh adalah etilendiamin NH2CH2CH2NH2 dengan kedua atom nitrogen mempunyai pasangan electron tak terpakai bersama. Ion tembaga (II) membentuk kompleks dengan dua molekul etilendiamin.Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya terjadi pembentukan larutan atau senyawa kompleks dengan kata lain membentuk hash berupa kompleks. Untuk dapat dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi pembentukan kompleks disamping harus memenuhi persyaratan umum amok titrasi, make kompleks yang terjadi hams stabil. Titrasi ini biasanya digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan menggunakan Naa EDTA sebagai titran pembentuk kompleks.Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng, cadmium, dan merkuri (II) membentuk kompleks stabil dengan nitrogen seperti amoniak dan trine. Beberapa ion logam lain, misalnya alumunium, timbale, dan bismuth lebih baik berkompleks dengan ligan dengan atom oksigen sebagai donor electron. Beberapa pereaksi pembentuk khelat, yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks stabil dengan berbagai logam. Dari ini yang terkenal ialah asam etilendiamintetraasetat, kadang-kadang dinyatakan asam etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :Istilah chelon telah disarankan sebagai nama umum untuk seluruh golongan peereaksi, termasuk poliamin seperti trine, asam poliamino karboksilat seperti EDTA, dan senyawa sejenis membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam, larut dalam air dan karenanya dapat dipergunakan sebagai titran logam dan titrasinya disebut titrasi khelometrik.Kilon praktis telah membuat suatu revolusi pada kimia analitik dari banyak unsur logam dan merupakan hal yang sangat penting dalam banayak lapangan. Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang lama, ligan itu disebut bidentat. Ligan multidental mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejaidi mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistem itiu dibiarkan mencapai kesetimbangan.Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari ikatan karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini terjadi reaksi intra molekuler (maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus senyawa tersebut disebut "zwitter ion". EDTA dijual dalam bentuk garam natriumnya, yang jauh lebih mudah larut daripada bentuk asamnya.Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H20 atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan itu disebut bidentat. Ligan multidentat mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan mencapai kesetimbanganLigan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA, maupun senyawa anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan metal yang stabil, diperlukan ligan yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan logam misalnya ikatan EDTA dengan Ca. Ion logam terkoordinasi dengan pasangan electron dari atom-atom N-EDTA dan juga dengan keempat gugus karboksil yangh terdapat pada molekul EDTA.Ligan dapat menghambat proses oksidasi, senyawa ini merupakan sinerjik anti oksidan karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalisis proses oksidasi.(Basset. 1994 )

BAB IIMETODOLOGI2.1 Bahan-bahan KimiaBahan-bahan kimia yang digunakan:1. Garam natrium EDTA 0.1 M2. ZnSO4. 7H2O 0.1 M3. NiCl2(Ni2+) 0.1 M4. CaCl2 (Ca2+) 0.1 M5. MgCl (Mg2+) 0.1 M6. NH4Cl7. NH4OH8. Indicator EBT2.2 Alat-alatAlat-alat yang digunakan:1. Buret + klem + statif2. Erlenmeyer3. Pipet gondok 10 ml4. Pipet tetes2.3 Prosedur Percobaan1. Prosedur Standarisasi Garam EDTA dengan Larutan ZnSO4 0.1 Ma. Pipet tetes masing-masing 10 ml larutan ZnSO4 masukkan ke dalam 2 gelas erlenmeyerb. Tambahkan 20 tetes larutan buffer amonia-amonium klorida (tes pH larutan = 10 dengan kertas pH universal)c. Tambahkan aquadestd. Tambahkan 3 tetes larutan indicator EBT ( atau sedikit zat padat ebt boleh juga)e. Titrasi dengan EDTAsampai timbul perubahan warnaf. Hitung konsentrasi ion Ni2+ dalam larutan

2. Prosedur Penentuan kadar Mg2+ dalam Larutana. Pipet tetes masing-masing 10 ml larutan Mg2+ masukkan ke dalam 2 gelas erlenmeyerb. Tambahkan 20 tetes larutan buffer amonia-amonium klorida (tetes pH larutan = 10 ml dengan kertas pH universal)c. Tambahkan 10 ml aquadestd. Tambahkan 3 tetes larutan indicator EBT ( atau sedikit zat padat ebt boleh juga)e. Titrasi dengan EDTAsampai timbul perubahan warnaf. Hitung konsentrasi ion Mg2+ dalam larutan

3. Prosedur Penentuan Kadar Ca2+ dalam Larutana. Pipet tetes masing-masing 10 ml larutan Ca2+ masukkan ke dalam 2 gelas erlenmeyerb. Tambahkan 20 tetes larutan buffer amonia-amonium klorida (tetes pH larutan = 10 ml dengan kertas pH universal)c. Tambahkan 10 ml aquadestd. Tambahkan 3 tetes larutan indicator EBT ( atau sedikit zat padat ebt boleh juga)e. Titrasi dengan EDTAsampai timbul perubahan warnaf. Hitung konsentrasi ion Ca2+ dalam larutan

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Pengamatan1. Standarisasi Garam EDTA dengan Larutan ZnSO4 0.1 MPipet masing-masing 10 ml larutan ZnSO4 yang tidak berwarna ke dalam 2 gelas Erlenmeyer 250 ml ditambahkan 20 tetes larutan buffer dengan pH = 10 yang tidak berwarna. Tambahkan 10 ml aquadest, larutan berubah warna menjadi putih serta terdapat endapan. Tambahkan 3 tetes larutan indicator EBT yang berwarna ungu tua sehingga warna larutan menjadi ungu. Kemudian dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna yaitu warna biru donker yang merupakan sebagai titik akhir titrasi.Pada percobaan ini dilakukan dengan 2 gelas Erlenmeyer, pada gelas pertama volume EDTA yang terpakai sebanyak 10 ml, sedangkan pada gelas kedua volume EDTA yang terpakai sebanyak 10 ml. Maka konsentrasi EDTA:

2. Penentuan kadar Mg2+ dalam LarutanPipet masing-masing 10 ml larutan Mg2+ yang tidak berwarna ke dalam 2 gelas Erlenmeyer 250 ml ditambahkan 20 tetes larutan buffer dengan pH = 10 yang tidak berwarna, warna larutan tidak mengalami perubahan. Tambahkan 10 ml aquadest, lalu tambahkan 3 tetes larutan indicator EBT yang berwarna ungu tua sehingga warna larutan menjadi ungu. Kemudian dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna yaitu warna biru donker yang merupakan sebagai titik akhir titrasi.Pada percobaan ini dilakukan dengan 2 gelas Erlenmeyer, pada gelas pertama volume EDTA yang terpakai sebanyak 10.2 ml, sedangkan pada gelas kedua volume EDTA yang terpakai sebanyak 10.1 ml. Maka konsentrasi EDTA:

3. Penentuan Kadar Ca2+ dalam LarutanPipet masing-masing 10 ml larutan Ca2+ yang tidak berwarna ke dalam 2 gelas Erlenmeyer 250 ml ditambahkan 20 tetes larutan buffer dengan pH = 10 yang tidak berwarna, warna larutan tidak mengalami perubahan. Tambahkan 10 ml aquadest, lalu tambahkan 3 tetes larutan indicator EBT yang berwarna ungu tua sehingga warna larutan menjadi ungu. Kemudian dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna yaitu warna biru donker yang merupakan sebagai titik akhir titrasi.Pada percobaan ini dilakukan dengan 2 gelas Erlenmeyer, pada gelas pertama volume EDTA yang terpakai sebanyak 8.8 ml, sedangkan pada gelas kedua volume EDTA yang terpakai sebanyak 8.6 ml. Maka konsentrasi EDTA:

3.2 Reaksi-reaksi Kimia1. Standarisasi Garam EDTA dengan Larutan ZnSO4 0.1 MZn2+ + Y-4ZnY-2

2. Penentuan kadar Mg2+ dalam LarutanMg2+ + Y-4MgY-2

3. Penentuan Kadar Ca2+ dalam LarutanCa2+ + Y-4CaY-23.3 Hasil dan DiskusiDalam percobaan ini, penggunaan indicator EBT dengan pH 10 bertujuan untuk membuat larutan berwarna yang jika dititrasi akan mengalami perubahan warna yang disenut titik akhir titrasi. Dan penambahan larutan buffer amonia-amonium klorida karena dalam titrasi ini terjadi pelepasan ion.Dalam percobaan standarisasi garam EDTA dengan larutan ZnSO4 0.1 M, volume EDTA yang terpakai yaitu 10 ml pada gelas pertama dan 10 ml pada gelas kedua, sehingga MEDTA adalah 0.1 MDalam percobaan kadar ion Mg2+ dalam larutan, volume EDTA yang terpakai sebanyak 10.2 ml pada gelas pertama dan 10.1 ml pada gelas kedua, sehingga volume rata-rata EDTA yang terpakai adalah 10.15 ml, dan konsentrasi dari Mg2+ adalah 1.015 x 10-3 M.Dalam percobaan kadar ion Ca2+ dalam larutan, volume EDTA yang terpakai sebanyak 8.8 ml pada gelas pertama dan 8.6 ml pada gelas kedua, sehingga volume rata-rata EDTA yang terpakai adalah 8.7 ml, dan konsentrasi dari Ca2+ adalah 8.7 x 10-2 M.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan1. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.2. Volume DTA yang terpakai pada standarisasi EDTA dengan ZnSO4 yaitu 10 ml sehingga konsentrasi EDTA adalah 0.1 M.3. Volume rata-rata EDTA yang terpakai pada penentuan kadar Mg2+ dalam larutan sebanyak 10.15 ml, sehingga konsentrasi dari Mg2+ adalah 015 x 10-3 M.4. Volume rata-rata EDTA yang terpakai pada penentuan kadar Ca2+ dalam larutan sebanyak 8.7 ml, sehingga konsentrasi dari Ca2+ adalah 8.7 x 10-2 M.5. Warna titik ahir yaitu warna biru donker.4.2 Saran1. Dalam percobaan ini menggunakan larutan buffer, berhati-hatilah dalam menggunakannya karena sangat berbau menyengat.2. Indicator yang digunakan tidak terlalu banyak karena akan menghasilkan warna terlalu kuat.3. Dalam percobaan ini titik akhir titrasi berjalan lambat, sehingga laju dari tetsan buret haruslah lambat dan diaduk secara terus-menerus.

LAMPIRAN1. Apakah yang dimaksud dengan reaksi pengomplekan. Reaksi pengomplekan merupakan reaksi dengan ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus nukleofilik lain.2. Apakah yang dimaksud dengan indicator logam, berikan beberapa contoh? Indicator logam merupakan senyawaan hidroksiazo, senyawaan fenolat dari erifenilmetana yang tersubtitusi oleh hidroksi, dan senyawaan yang mengandung suatu gugus aminometil dikarboksimetil. Perubahan warna indicator dipengaruhi oleh konsentrasi ion hydrogen dari larutan. Contoh dari indicator logam:1. Mureksida2. Eriochrom Black T (EBT)3. Indicator patton atau kalkon4. Kalmagit5. Calcichrome6. Hitam sulfon F Permanen7. Violet katekol8. Komplekson timolftalein3. Dapatkah garamm EDTA dijadikan larutan standar primer, jelaskan. Tidak dapat karena EDTA harus distandarkan terlebih dahulu untuk mencari konsentrasinya.

DAFTAR PUSTAKABasset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia: JakartaJakarta.Haryadi.1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia : JakartaKhopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.

Laporan Praktikum Kimia AnalitikTITRASI KOMPLEKSOMETRI

Nama: Hery Fiza SimarmataNIM: 1107111994Hari / Tanggal Praktikum: Jumat, 4 Mei 2012Kelompok II ( Dua ) : Mutiara Adheva Putri1107114320Ricson Rinaldi1107136525Wan Elsa Novtari Adiani1107120246Fadhil Mubarak1107114207Program Sarjana Teknik KimiaFakultas TeknikUniversitas RiauPekanbaru2012