Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

25
A. PENDAHULUAN Pestisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan maupun binatang) yang dijumpai dalam kehidupan manusia. Pestisida digunakan di negaranegara dunia ini untuk melindungi tanaman dari kerusakan. Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi pestisida jelas menimbulkan keracunan pada manusia. Data kematian akibat pajanan dengan pestisida tersebut jarang dijumpai, diduga setiap kematian yang terjadi tidak lebih akibat dari 100 kasus keracunan yang tidak fatal. Survei statistik mengenai morbiditas dan mortalitas menunjukkan penurunan jumlah kematian karena kecelakaan dalam penggunaan pestisida. Hal ini dimungkinkan adanya peningkatan pengetahuan toksisitas pestisida melalui program pencegahan keracunan. Di antara pestisida, golongan organofosfat yang paling umum ditemukan. Insektisida paling banyak digunakan pada negara yang berkembang, sedangkan herbisida lebih banyak digunakan pada negara yang maju. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO 1986) mendefinisikan adalah setiap zat atau campuran yang diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama termasuk vektor terhadap manusia atau penyakit pada binatang, dan tanaman yang tidak disukai atau binatang yang menyebabkan keruskan selama atau dalam proses pencampuran dengan produksi, penyimpanan atau pemasaran makanan, komiditi pertanian, kayu dan produksi kayu, atau bahan makanan binatang, atau yang dapat dilakukan pada binatang sebagai kontrol terhadap serangga, arachnoid, atau hama lain di dalam atau pada tubuh binatang tersebut. Kurang lebih 90 % dari seluruh pestisida yang dihasilkan digunakan untuk tujuan komersil, dan sisanya pada pengawasan hama, perkebunan, dan penggunaan pada rumah dan taman. Pada perkebunan, pajanan pekerjaan terhadap pestisida terutama timbul selama mencampur persenyawaan tersebut dengan air dan penyemprotan campuran tersebut. Organofosfat paling banyak digunakan dalam pertanian dan kemungkinan paling banyak frekuensinya sebagai agen penyebab penyakit saraf di antara pekerja pertanian terutama pada negara yang berkembang. Dijumpai lebih dari 50.000 persenyawaan organofosfat telah disintesa dan diuji aktivitasnya sebagai insektisida, tetapi jumlah sebenarnya 1

Transcript of Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Page 1: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

A. PENDAHULUAN

Pestisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan maupun binatang) yang dijumpai dalam kehidupan manusia. Pestisida digunakan di negaranegara dunia ini untuk melindungi tanaman dari kerusakan. Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi pestisida jelas menimbulkan keracunan pada manusia. Data kematian akibat pajanan dengan pestisida tersebut jarang dijumpai, diduga setiap kematian yang terjadi tidak lebih akibat dari 100 kasus keracunan yang tidak fatal. Survei statistik mengenai morbiditas dan mortalitas menunjukkan penurunan jumlah kematian karena kecelakaan dalam penggunaan pestisida. Hal ini dimungkinkan adanya peningkatan pengetahuan toksisitas pestisida melalui program pencegahan keracunan. Di antara pestisida, golongan organofosfat yang paling umum ditemukan. Insektisida paling banyak digunakan pada negara yang berkembang, sedangkan herbisida lebih banyak digunakan pada negara yang maju.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO 1986) mendefinisikan adalah setiap zat atau campuran yang diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama termasuk vektor terhadap manusia atau penyakit pada binatang, dan tanaman yang tidak disukai atau binatang yang menyebabkan keruskan selama atau dalam proses pencampuran dengan produksi, penyimpanan atau pemasaran makanan, komiditi pertanian, kayu dan produksi kayu, atau bahan makanan binatang, atau yang dapat dilakukan pada binatang sebagai kontrol terhadap serangga, arachnoid, atau hama lain di dalam atau pada tubuh binatang tersebut.

Kurang lebih 90 % dari seluruh pestisida yang dihasilkan digunakan untuk tujuan komersil, dan sisanya pada pengawasan hama, perkebunan, dan penggunaan pada rumah dan taman. Pada perkebunan, pajanan pekerjaan terhadap pestisida terutama timbul selama mencampur persenyawaan tersebut dengan air dan penyemprotan campuran tersebut.

Organofosfat paling banyak digunakan dalam pertanian dan kemungkinan paling banyak frekuensinya sebagai agen penyebab penyakit saraf di antara pekerja pertanian terutama pada negara yang berkembang. Dijumpai lebih dari 50.000 persenyawaan organofosfat telah disintesa dan diuji aktivitasnya sebagai insektisida, tetapi jumlah sebenarnya yang digunakan untuk tujuan sekarang ini mungkin tidak lebih dari tiga lusin.

Insektisida organofosfat adalah diantara pestisida yang paling toksik pada manusia dan paling banyak frekuensinya ditemukan keracunan insektisida. Tertelan sedikit saja seperti 2 mg pada anak-anak dapat menimbulkan kematian

1

Page 2: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

ISI

Pembagian dari pestisida adalah: Insektisida (pembunuh insekta )

Hidrokarbon terkhlorinase Inhibitor kolinesterase

Organofosfat karbamat

fungisida (pembunuh jamur ) herbisida (pembunuh tanaman pengganggu )

Penemuan Persenyawaan Organofosfat

Persenyawaan organofosfat pada mulanya ditemukan di Jerman selama Perang Dunia II. Mereka menggunakannya sebagai gas saraf dalam perang kimia seperti tabun, sarin, dan soman. Sintesa awal meliputi persenyawaan seperti Tetraetilfirofosfat (TEPP), parathion dan skradan yang nyata efektif sebagai insektisida, tetapi juga secara perlahan toksik pada mamalia. Penelitian dilakukan sebagai perkembangan dengan munculnya malathion yang merupakan insektisida poten dengan sedikit risiko pada manusia. Semua insektisida organofosfat berkemungkinan besar menjadi toksik.

ORGANOFOSFAT

Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat.  Pada tahun 1930an organofosfat digunakan sebagai insektisida, namun pihak militer Jerman mengembangkan senyawa ini sebagai neurotoksin selama perang dunia kedua.

2

Page 3: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Struktur umum organofosfat

Gugus X pada struktur di atas disebut “leaving group” yang tergantikan saat organofosfat menfosforilasi asetilkholin serta gugus ini paling sensitif terhidrolisis. Sedangkan gugus R1 dan R2 umumnya adalah golongan alkoksi, misalnya OCH3 atau OC2H5. Organofosfat dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain, fosfat, fosforothioat, fosforamidat, fosfonat, dan sebagainya.

Pada tahun 1983 dilaporkan angka mortalitas keracunan pestisida yang tidak disengaja mencapai 7 per 10 juta laki-laki  dan 0,5 per 10 juta wanita. Biasanya, sekitar 20.000 kasus intoksikasi organofosfat dilaporkan setiap tahunnya. Pada tahun 1998, American Association of Poison Control Centers melaporkan sebanyak 16.392 jiwa terpapar organofosfat dan 11 jiwa diantaranya mengalami kematian. Anak-anak yang terpapar senyawa ini sepertinya lebih besar di negara berkembang karena anak-anak banyak yang bekerja di ladang pertanian atau disewa sebagai buruh pertanian. Penggunaan organofosfat sebagai agen bunuh diri ternyata di negara berkembang lebih besar. Bunuh diri dan keracunan organofosfat menyebabkan 200.000 kematian setiap tahunnya di negara berkembang.

Penelitian tentang keracunan pestisida selama satu tahun (1999-2000) di tujuh rumah sakit di Jawa melaporkan 126 kasus, 100 kasus terjadi pada pria dan 26 kasus terjadi pada wanita. Sebanyak 11% dari kasus terjadi pada orang dewasa berusia 22-55 tahun. Penyebab keracunan antara lain karena kesengajaan (43%), pekerjaan (37%) dan  kecelakaan (16%). Keracunan tersebut paling banyak disebabkan oleh pestisida golongan organofosfat.

Sebagai suatu bagian vital dalam tubuh , susunan saraf dilindungi dari toksikan dalam darah oleh suatu mekanisme protektif yang unik, yaitu sawar darah otak dan sawar darah saraf. Meskipun demikian, susunan saraf rentan terhadap berbagai jenis toksikan. Lebih rentannya sebagian dapat dikaitkan dengan fakta bahwa neuron mempunyai suatu laju metabolisme yang tinggi, dengan sedikit kapasitas untuk metabolisme anaerobik. Selain itu, karena dapat dirangsang oleh listrik, neuron cenderung lebih mudah kehilanga integritas membran sel. Panjangnya akson merupakan alasan lain mengapa susunan saraf terutama rentan terhadap efek toksik, karena badan sel harus memasok aksonnya secara struktural maupun secara metabolisme.

Susunan saraf terdiri atas dua bagian utama yaitu susunan saraf pusat (SSP) dan susunan saraf perifer (PNS). SSP terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, dan PNS mencakup saraf tengkorak dan saraf spinal, yang berupa saraf motorik atau sensorik. Neuron saraf spinal sensorik terletak pada ganglia dalam radiks dorsal. Selain itu, PNS juga mencakup susunan saraf simpatis, yang muncul dari neuron sumsum tulang belakang di daerah toraks dan lumbar, dan susunan parasimpatis, yang berasal dari serat saraf yang meninggalkan SSP lewat saraf tengkorak dan radiks spinal sakral.

3

Page 4: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Sel utama dalam susunan saraf adalah neuron serta aksonnya. Struktur sel ini bertanggung jawab terhadap penghantaran impuls saraf. Struktur penyangganya terutama terdiri atas berbagai jenis sel glia. Terlepas dari tiadanya daya hantar, sel glia berbeda dari neuron dalam hal bahwa sel glia, seperti halnya jenis sel lain, dapat bereproduksi sedangkan neuron tidak. Lewat aksonnya, neuron dihubungkan dengan neuron lain pada dendritnya atau dengan reseptor dalam kelenjar atau otot. Bila perangsangan oleh potensial aksi, pada ujung saraf akan dilepaskan neurotransmiter kimia Neurotransmiter yang paling lazim adalah asetilkolin dan norepinefrin.

Golongan organofosfat (malation, diazinon, diklorfos, fenitrotion mevinfos, baygon, basudin, dll) bekerja selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga. Golongan organofosfat bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase,sehinggaasetilkolintidakterhidrolisa.

Farmakokonetik dan Mekanisme Kerja

Organofosfat diabsorbsi dengan baik melalui inhalasi, kontak kulit, dan tertelan dengan jalan utama pajanan pekerjaan adalah melalui kulit. Pada umumnya organofosfat yang diperdagangkan dalam bentuk –thion (mengandung sulfur) atau yang telah mengalami konversi menjadi –okson (mengandung oksigen), dalam –okson lebih toksik dari bentuk –thion. Konversi terjadi pada lingkungan sehingga hasil tanaman pekrja dijumpai pajanan residu yang dapat lebih toksik dari pestisida yang digunakan. Sebagian besar sulfur dilepaskan ke dalam bentuk mercaptan, yang merupakan hasil bentuk aroma dari bentuk –thion 3 organofosfat. Mercaptan memiliki aroma yang rendah, dan reaksi-reaksi bahayanya meliputi sakit kepala, mual, muntah yang selalu keliru sebagai akibat keracunan akut organofosfat. Konversi dari –thion menjadi -okson juga dijumpai secara invivo pada metabolisme mikrosom hati sehingga –okson menjadi pestisida bentuk aktif pada hama binatang dan manusia. Hepatik esterase dengan cepat menghidrolisa organofosfat ester, menghasilkan alkil fosfat dan fenol yang memiliki aktifitas toksikologi lebih kecil dan cepat diekskresi.

Organofosfat menimbulkan efek pada serangga, mamalia dan manusia melalui inhibisi asetilkolinesterase pada saraf. Fungsi normal asetilkolin esterase adalah hidrolisa dan dengan cara demikian tidak mengaktifkan asetilkolin. Pengetahuan mekanisme toksisitas memerlukan pengetahuan lebih dulu aksi kolinergik neurotransmiter yaitu asetilkolin (ACh) . Reseptor muskarinik dan nikotinik-asetilkolin dijumpai pada sistem saraf pusat dan perifer.

Pada sistem saraf perifer, asetilkolin dilepaskan di ganglion otonomik :1. sinaps preganglion simpatik dan parasimpatis.2. sinaps postgamglion parasimpatik3. neuromuscular junction pada otot rangka.

Pada sistem saraf pusat, reseptor asetilkolin umumnya lebih penting toksisitas insektisitada organofosfat pada medulla sistem pernafasan dan pusat vasomotor. Ketika asetilkolin dilepaskan, peranannya melepaskan neurotransmiter untuk memperbanyak konduksi saraf perifer dan saraf pusat atau memulai kontraksi otot. Efek asetilkolin diakhiri melalui hidrolisis dengan munculnya enzim asetilkolinesterase (AChE). Ada dua bentuk AchE yaitu true cholinesterase atau asetilkolinesterase yang berada pada eritrosit, saraf dan neuromuscular junction. Pseudocholinesterase atau serum cholisterase berada terutama pada serum, plasma dan hati.

4

Page 5: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Insektisida organofosfat menghambat AChE melalui proses fosforilasi bagian ester anion. Ikatan fosfor ini sangat kuat sekali yang irreversibel. Aktivitas AChE tetap dihambat sampai enzim baru terbentuk atau suatu reaktivator kolinesterase diberikan. Dengan berfungsi sebagai antikolinesterase, kerjanya menginaktifkan enzim kolinesterase yang berfugnsi menghidrolisa neurotransmiter asetilkolin (ACh) menjadi kolin yang tidak aktif. Akibatnya terjadi penumpukan ACh pada sinapssinaps kolinergik, dan inilah yang menimbulkan gejala-gejala keracunanorganofosfat.

Pajanan pada dosis rendah, tanda dan gejala umumnya dihubungkan dengan stimulasi reseptor perifer muskarinik. Pada dosis lebih besar juga mempengaruhi reseptor nikotinik dan reseptor sentral muskarinik. Aktivitas ini kemudian akan menurun, dalam dua atau empat minggu pada pseudocholinesterase plasma dan empat minggu sampai beberapa bulan untuk eritrosit.

Acetylcholine Receptors

Farmakodinamik

Setelah masuk dalam tubuh akan mengikat enzim asetil kolinesterase (AChE), sehingga AChE menjadi inaktif dan terjadi akumulasi asetilkolin. Asetilkolin bekerja pada ganglion simpatik dan parasimpatik, reseptor parasimpatik, neuro- muscular junction, neuro transmitter sel- sel saraf dan medulla kelenjar suprarenal. Keadaan ini akan menimbulkan efek yang luas.

Potensi aktivitas parasimpatik postganglionic, mengakibatkan kontraksi pupil, stimulasi otot saluran cerna, stimulasi saliva dan kelenjar keringat, kontraksi otot bronchial, kontraksi kandung kemih, nodus sinus jantung dan nodus atrio- ventricular di hambat.

Depolarisasi yang menetap di otot-otot rangka, sehingga mula-mula terjadi fasikulasi yang di susul dengan block neuromuscular dan paralisis.

Mula-mula stimulasi di susul dengan depresi pada sel SSP sehingga menghambat pusat pernafasan dan pusat kejang.

5

Page 6: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Stimulasi dan block yang bervariasi pada ganglion, sehingga tekanan darah dapat naik atau turun serta dilatasi atau miosis pupil.

Manifestasi Klinik Keracunan

A. Tanda dan Gejala

Keracunan organofosfat dapat menimbulkan variasi reaksi keracunan. Tanda dan gejala dihubungkan dengan hiperstimulasi asetilkolin yang persisten. Tanda dan gejala awal keracunan adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi (MUDDLES).

Efek yang terutama pada sistem respirasi yaitu bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus.

Dosis menengah sampai tinggi terutama terjadi stimulasi nikotinik pusat daripada efek muskarinik (ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, kejang disusul paralisis, pernafasan Cheyne Stokes dan coma. Pada umumnya gejala timbul dengan cepat dalam waktu 6 – 8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit. Bila gejala muncul setelah lebih dari 6 jam,ini bukan keracunan organofosfat karena hal tersebut jarang terjadi. Kematian keracunan akut organofosfat umumnya berupa kegagalan pernafasan. Oedem paru, bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernafasan yang kesemuanya akan meningkatkan kegagalan pernafasan. Aritmia jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit sebagai penyebab kematian.

Insektisida organofosfat diabsorbsi melalui cara pajanan yang bervariasi, melalui inhalasi gejala timbul dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan subkutan umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk menimbulkan tanda dan gejala. Pajanan yang terbatas dapat menyebabkan akibat terlokalisir. Absorbsi perkutan dapat menimbulkan keringat yang berlebihan dan kedutan (kejang) otot pada daerah yang terpajan saja. Pajanan pada mata dapat menimbulkan hanya berupa miosis atau pandangan kabur saja. Inhalasi dalam konsentrasi kecil dapat hanya menimbulkan sesak nafas dan batuk. Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan neurotoksisitas lama dan organophosphorus-induced delayed neuropathy(OPIDN).

Sindrom ini berkembang dalam 8 – 35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat. Kelemahan progresif dimulai dari tungkai bawah bagian distal, kemudian berkembang kelemahan pada jari dan kaki berupa foot drop. Kehilangan sensori sedikit terjadi. Demikian juga refleks tendon dihambat .

Pemeriksaan kedokteran forensic

Keracunan insektisida golongan ini dapat diduga bila:

Gejala- gejala cepat timbul, bila gejala baru timbul lebih dari 6 jam pasti bukan keracunan insektisida golongan ini.

6

Page 7: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Gejala- gejala bersifat progresif, makin lama makin hebat.

Gejala-gejala tidak dapat dimasukkan ke dalam suatu sindroma penyakit apapun, dapat menyerupai penyakit gastroenteritis, ensefalitis, pneumoni dan lain-lain ndan pengobatan biasa tidak menolong.

Anamneses terdapat kontak dengan racun golongan ini.

Diagnosis keracunan di tegakkan berdasarkan anamnesis, gejala keracunan yang kompleks dan pemeriksaan laboratorium (TLC, spektrofotometri, dan kromatografi gas )

Pada korban yang meninggal tidak di temukan tanda-tanda khas. Pada kasus keracunan akut hanya di temukan tanda-tanda asfiksia, edema paru, dan perbendungan organ-organ tubuh. Mungkin tercium bau zat pelarut misalnya bau minyak tanah.

Minyak tanah sendiri dapat menimbulkan keracunan berupa depresi SSP dan bila teraspirasi dapat menimbulkan pneumonitis.

Pada percobaan binatang dengan keracunan kronik dapat di temukan nekrosis sentral dan degenerasi bengkak keruh pada hati, vakuolisasi, girolisis, dan retikulasi basofilik yang jelas pada otak dan meduloa spinalis, perlemakan pada miokardium, degenerasi sel tubuli ginjal.

Laboratorium

Nilai laboratorium tidak spesifik , yang dapat ditemukan bersifat individual pada keracunan akut, diantaranya lekositosis, proteinuria, glikosuria dan hemokonsentrasi. Walaupun demikian, perubahan aktifitas kolinesterase sesuai dengan tanda dan gejala merupakan informasi untuk diagnosa dan penanganan sebagian besar kasus. Pada konfirmasi diagnosa, pengukuran aktifitas inhibisi kolinesterase dapat digunakan, tetapi pengobatan tidak harus menunggu hasil laboratotium.

Pemeriksaan aktivitas kolinesterase darah dapat dilakukan dengan cara acholest (paper-strip) dan tinktometer (edson ). Enzim kolinesterase dalam darah yang tidak diinaktifkan oleh organofosfat akan menghidrolisa asetilkolin ( yang ditambahkan sebagai substrat) menjadi kolin dan asam asetat. Jumlah asam asetat yang terbentuk, menunjukkan aktivitas kolinesterase darah, dapat diukur dengan cara mengukur keasamannya dengan indikator.

Pada pekerja yang menggunakan organofosfat perlu diketahui aktivitas normal kolinesterasenya untuk dipakai sebagai pedoman bila kemudian timbul keracunan. Manifestasi klinik keracunan akut umumnya timbul jika lebih dari 50 % kolinesterase dihambat, berat ringannya tanda dan gejala sesuai dengan tingkat hambatan.

Cara Edson:Berdasarkan perubahan PH darah.

Ach --------------> kolin + asam asetat

7

Page 8: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Ambil darah korban dan tambahkan indicator brom-timol-biru, diamkan beberapa saat maka akan terjadi perubahan warna.

Bandingkan warna yang timbul dengan warna standar pada comparator disc ( cakram pembanding ), maka akan dapat di tentukan kadar ACHe dalam darah.

% aktifitas AChE darah interprestasi75% 100% dari normal Tidak ada keracunan50% 75% dari normal Keracunan ringan25% 50% dari normal keracunan0% 25% dari normal Keracunan berat

Cara Acholest :

Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest bersamaan dengan control serum darah normal.Pada kertas Acholest sudah ada Ach dan indicator.Waktu perubahan warna kertas harus dcatat.Perubahan warna harus sama dengan warna pembanding(serum normal) yaitu warna kuning telur.

Interpretasi : Kurang dari 18 menit,tidak ada keracunan.

20-30menit,keracunan ringan.

35-150 menit,keracunan berat.

Pemeriksaan Toksikologi dapat dilakukan dengan cara:

Kristalografi : bahan yang dcurigai berupa sisa makanan/minuman,muntahan,isi lambung dimasukan dalam gelas beker,dpanaskan dalam pemanas air sampai kering,kemudian dilarutkan dalam aceton dan dsaring dengan kertas saring.Filtrat yang didapat,diteteskan dalam kertas arloji dan dipanaskan sampai kering,kemudian dilihat dibawah mikroskop.Bila berbentuk Kristal-kristal seperti sapu,ini adalah golongan Hidrokarbon terklorinikasi.

Kromatografi Lapisan Tipis (TLC) : Kaca berukuran 20cm x 20cm,dilapisi dengan absorben gel silikat atau dengan alumunium oksida,lalu dipanaskan dalam oven 110 derajat celcius selama 1 jam.Filtrat yang dperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan korban) diteteskan dengan mikropipet pada kaca,disertai dengan tetesan lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta konsentrasinya sebagai pembanding.Ujung kaca TLC dicelupkan kedalam pelarut,biasanya n-Hexan.Celupan tidak boleh mengenai tetesan tersebut di atas.Dengan daya kapilaritas pelarut akan ditarik keatas sambil melarutkan filtrate-filtrat tadi.Setelah itu kaca TLC dikeringkan

8

Page 9: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

lalu disemprotkan dengan reagensia Paladium Klorida 0,5% dalam HCl pekat,kemudian Difenilamin 0,5% dalam alcohol.

Hasilnya: Warna hitam (gelap) berarti golongan hidrokarbon terklorinasi.Warna hijau dengan dasar dadu berarti golongan organofosfat.

Untuk menentukan jenis dalam golongannya dapat dilakukan dengan menentukan Rf masing-masing bercak.

Rf = Jarak yang ditempuh bercak / Jarak yang ditempuh pelarut

Angka yang dapat dicocokan dengan standar,maka jenisnya dapat ditentukan.Dengan membandingkan besar bercak dengan intensitas warna dengan pembanding,dapat diketahui konsentrasi semikuantitatif.

Pemeriksaandapat pula dilakukan dengan cara Spektrofotometri atau Kromatografi gas.

Pencegahan

Cara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada pekerjapekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut:

a. Penyimpanan pestisida :

1. Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda, sebaiknya tertutup dan dalam lemari terkunci.2. Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tandatanda harus jelas juga untuk mereka yang buta huruf.3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar agar sisa pestisida musnah sama sekali.4. Penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di botolbotol,sangat besar bahayanya.

b. Pemakaian alat-alat pelindung :

1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan pencampuran kering bahan-bahan beracun.2. Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis. Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.3. Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan selama menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol, jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut.

c. Cara-cara pencegahan lainnya :

1. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja yang bersangkutan.

9

Page 10: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

2. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup dengan penguap termis, juga alat demikian tidak boleh digunakan di tempat kediaman penduduk atau di tempat pengolahan bahan makanan.3. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan bersentuhan dengannya.

Di bawah ini dikutip pedoman dan petunjuk-petunjuk pemakaian pestisida yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi :

1. Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila diketahui cara-cara bekerja dengan aman dan tidak mengganggu kesehatan.2. Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah :

a. Pada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah yanglebih kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.b. Pada waktu mempersiapkannya sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.c. Pada waktu dan selama menyemprot.d. Kontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap tingkat pekerjaantersebut di atas (waktu memindah-mindahkan, bongkar muat, peredearan dantransportasi, penyimpanan, pengaduk, menyemprot atau pemakaian lainnya).

3. Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian intensif :a. Mereka yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu bahaya yang akandihadapinya atau mungkin terjadi dan menerima serta memperhatikan pedomandan petunjuk-petunjuk tentang cara-cara bekerja yang aman dan tidakmengganggu kesehatan.b. Harus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup.c. Harus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)mengingat efek keracunan pestisida yang dapat berbahaya pada pekerja. Biladipakai pestisida golongan organofosfat harus tersedia atropin, baik dalam bentuktablet maupun suntikan. Untuk ini perlu adanya seorang pengawas yang terlatih.

4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapat tembus, serta dicuci dengan baik secara berkala.5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yang mungkin terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja dengan pestisida, karena keadaan ini akan mempermudah masuknya pestisida ke dalam tubuh.6. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit (mandi) dan mencuci pakaian harus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot adalah merupakan keharusan yang perlu mendapat pengawasan.7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam dalam satu hari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama berlangsung dari hari ke hari (kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu yang sama.8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini harus diganti dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat perlu dicuci dengan sabun.9. Disamping memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, pekerja tidak boleh merokok, minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih memakai sabun dan air.10. Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat, karenanya perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini :

a. Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, haruslah dipakaibak pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup panjangnya untukmencegah percikan, dan dapat bekerja sambil berdiri. Demikian pula untukmencairkan pasta yang padat.

10

Page 11: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

b. Mengisi bak pencampur harus demikian, sehingga bahaya percikan dapatditiadakan atau sekecil mungkin.c. Pekerja disini selain memakai alat pelindung seperti pada penyemprot, harus pulamemakai skor dan sarung tangan yang tidak dapat tembus.d. Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain harusmemakai alat yang cukup panjang.e. Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak mudahrusak pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.

11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja.12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat, mudah dibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang telah kosong atau hampir kosong, yaitu :

a. Wadah ini harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau dirusak dankemudian dikubur.b. Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan tertentu.

14. Sedapat mungkin diusahakan supaya tenaga kerja pertanian yang bersangkutan dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, terhadap yang menggunakan pestisida organofosfat dilakukan setiap bulan sekali pemeriksaan kesehatan berkala yang berpedoman kepada standard kolinesterase dalam darah.

Penatalaksanaan Keracunan Secara Umum

Untuk mengatasi keracunan karena toksikan, tindakan yang perlu dilakukan adalah stabilisasi pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum.

1. Stabilisasi Pasien

Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan bagi pasien yang mengalami perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara intravena dan monitoring jantung.  Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara paralel dengan pemberian antidotum.

2. Dekontaminasi

Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik untuk menghindari kontaminasi skunder dari udara.

Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan setelah

11

Page 12: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

kondisi pasien stabil. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung kurang efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien yang mengalami muntah.

Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami pengosongan lambung. Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif karena  dapat berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan paru kronik.

3. Pemberian Antidotum

a)      Agen Antimuskarinik

Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme, dan bronkorea.

Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan Atropin.

b)      Oxime

Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim.

Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan mengurangi jumlah penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal 30mg/kg iv bolus diikuti >8mg/kg/jam dengan infus.

Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi  dan tidak ada kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan organofosfat.

12

Page 13: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

PENATALAKSANAAN PENANGANAN KASUS KERACUNAN ORGANOFOSFAT.

Seperti bahan kimia beracun lainnya. Organofosfat dapat meracuni orang dengan beberapa cara:

Melalui kulit Melalui mata Melalui mulut Melalui udara ( inhalasi )

Setiap kasus keracunan, tindakan yang diambil untuk orang yang terpapar berbeda tergantung cara pemaparan.

a). bila kulit terkena organofosfat.

Kebanyakan keracunan organofosfat terjadi akibat terserapnya organofosfat melalui kulit. Hal ini terjadi ketika organofosfat di tuang dan tumpah, atau terciprat ketika campuran organofosfat diaduk sebelum di semprotkan atau ketika anda menyentuh tanaman yang baru saja disemprot. Organofosfat juga dapat menyentuh kulit melalui pakaian atau ketika anda mencuci pakaian yang terkena organofosfat.

Kulit yang ruam dan iritasi adalah gejala awal terjadinya keracunan melalui kulit.Mengingat bahwa gejala kulit tersebut bias terjadi karena hal-hal lain seperti reaksi terhadap tanaman tertentu,gigitan serangga,infeksi,atau alergi,maka sulit untuk menegetahui apakah gejala yang ditimbulkan akibat organofosfat atau reaksi terhadap hal lain.

Bicarakanlah dengan pekerja lainya untuk mengetahui apakah mereka mengalami reaksi yang serupasaat bekerja dengan tanaman pangan yang sama.Jika anda bekerja dengan organofosfat dan mengalami ruam kulit,lebih baik segera ditanganin seolah-olah gejala tersebut disebabkan oleh organofosfat.

Perawatan

Jika tubuh anda atau orang lain terkena organofosfat : Organofosfat dapat melekat di kulit,rambut dan pakaian walaupun anda tidak dapat melihat atau menciumnya.

Cucilah dengan sabun setiap kali menggunakan organofosfat. Cepat ganti pakaian yang terkena percikan organofosfat Segera cuci bagian tubuh yang terkena organofosfat dengan sabun dan air dingin. Jika organofosfat masuk ke mata,cucilah mata dengan air bersih selama 15 menit. Jika kulit anda melepuh karena organofosfat : Bersihkan dengan air dingin. Jangan lepaskan apapun yang menempel di luka tersebut. Jangan oleskan salep,minyak , metega Jangan pecahkan kulit melepuh.Jangan lepaskan kulit yang terkelupas. Tututp kulit yang melepuh dengan kasa yang steril,jika ada Jika rasa sakit tidak hilang,segera cari bantuan pengobatan! Bawalah wadah

organofosfat atau informasi nama organofosfat yang digunakan.Hal ini perlu untuk pengobatan yang tepat.

13

Page 14: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

b) Bila organofosfat tertelan.

Organofosfat dapat tertelan jika seseorang makan,minum,atau merokok di kebun sambil bekerja dengan organofosfat,atau meminum air yang telah terkontaminasi organofosfat.Anak-anak dapat memakan atau meminum organofosfat terutama jika organofofat disimpan dalam wadah yang juga digunakan untuk menyimpan makanan,atau dibiarkan di tempat terbuka atau di tempat rendah mudah terjangkau anak-anak.

Perawatan.

Bila seseorang menelan organofosfat, Bila orang tersebut tidak sadar,baringkan dalam posisi miring dan pastikan dia tetap

bernafas Bila orang tersebut tidak bernafas cepat berikan bantuan pernafasan mulut ke

mulut,memberikan pernafasan mulut ke mulut dapat membuat anda terpapar organofosfat juga jadi gunakan masker saku,sepotong kain,atau kantong plastic tipis yang tengahnya sudah dlubangisebelum anda memberikan bantuan mulut ke mulut.

Cari kemasan organofosfatnya dan sgera baca label atau informasi yang tertera.Label ini akan menjelaskan apakah anda harus membuatnya memuntahkan racun atau tidak.

Bila orang tersebut meminum,berikan banyak air bersih untuk diminum. Carilah pertolongan medis.Jika mungkin bawalah selalu label atau nama organofosfat

agar dapat memberikan pertolongan yang tepat. Jangan sampai muntah bila label melarang muntah.Bila anda menelan organofosfat

yang mengadung bensin,minyak tanah,xylene,atau cairan lain yang mengandung bahan bakar,jangan pernah muntah karena akan memperburuk kondisi.Disamping itu jangan jangan biarkan orang tersebut muntah bila ia tak sadarkan diri,bingung,atau tubuhnya gemetar.

Bila anda yakin label menyatakan boleh dimuntahkan berikan orang tersebut:segelas air garam,atau 2 sendok makan tumbukan daun-dauanan beraroma keras dengan 1 atau 2 gelas air hangat.

Ajaklah penderita bergerak terus,ini akan membantu muntah lebih cepat.Setelah muntah ,brikan arang aktif atau arang bubuk.Hal ini akan membantu menyerap racun yang masih ada di dalam perut.

Campurkan ½ cangkir arang aktif atau 1 sendok makan arang bubuk dengan air hangat dalam gelas besar.Arang bubuk dbuat dari kayu yang dibakar,atau bahan dari roti bakar atau tortilla bakar.Arang aktif lebih baik daripada arang bubuk,namun arang bubukjuga dapat dipakai.JANGAN gunakan arang bariket karena BERACUN!!

Setelah orang tersebut muntah,atau bahkan bila ia tidak muntah anda dapat memperlambat penyebaran racundalam perjalanan k dokter dengan memberikannya minuman 1 butir putih telur,atau segelas susu sapi murni.Minum susu tidak mencegah keracunan organofosfat namun dapat memperlambat penyebaran racun.

Jika seseorang menelan organofosfat dan tidak mengalami sakit hebat,mereka dapat meminum sorbitol atau magnesium hidroksida (campuran air dengan magnesium hidroksida yang menghasilkan cairan warna putih susu).Obat ini dapat menyebabkan diare yang mengeluarkan racun dalam tubuh.

14

Page 15: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Kapan menggunakan atropine?

Atropine adalah obat untuk mengatasi keracunan jenis organofosfat tertentu yang disebut organofosfat dan karbamat.Jika label pada kemasan menyatakanagar menggunakan atropine atau jika dikatakan bahwa organofosfat itu merupakan “cholinesterase inhibitor”(suatu bahan kimia yang menghentikan proses enzim kholinesterase)gunakan atropine sesuai petunjuk.Jika label tidak menganjurkan penggunaan atropine ,jangan digunakan.

Atropin hanya digunakan untuk keracunan organofosfat atau karbamat.Atropin tidak dapat mencegah keracunan tetapi hanya menunda dampak keracunan.Atropin sebaiknya tidak digunakan sebelum penyemprotan.

PENTING: Jangan memberikan obat-obatan ini untuk masalah keracunan organofosfat:obat tidur(sedative),morfin,barbiturate,phenothiazibe,aminophyline atau obat lain yang mempersulit atau memperlambat pernafasan karena orang akan berhenti bernafas.

c) Bila organofosfat terhirup

Bila organofosfat dilepas di ke udara kiya akan menghirupnya melalui hidung dan mulut.Begitu masuk ke paru-paru dengan cepat organofosfat masuk ke dalam darah dan menyebar racun ke seluruh tubuh.

Beberapa organofosfat tidak berbau sehingga sulit diketahui keberadaanya di udara.Umumnya bentuk organofosfat yang menyebar di udara adalah fumingan(pengasap),aerosol,pengabut,bomasap,pest strips,penyemprot,dan residu dari penyemprotan.Anda dapat pula menghirup debu organofosfat di tempat penyimpanan atau saaat sedang digunakan di dalam ruangan tertutup seperti rumah kaca atau ketika sedang diangkut ke lahan pertanian.

Debu yang mengandung organofosfat di udara dapat menyebar dan mengotori wilayah yang jauh dari tempat dimna bahan ini digunakan.Dengan demikian dbu organofosfat mudah masuk k rumah-rumah.Bila anda merasa telah menghirup organofosfat segeralah menjauh dari organofosfat!! Jangan sampai tunggu keadaan mkin buruk.

Perawatan

Perawatan jika anda atau orang laen menghirup organofosfat: Tinggalkan segera daerah dimna ia menghirup racun,terutama jika di dalam tertutup. Hiruplah udara segar.Longgarkan pakaian untuk memudahkan jalan nafas. Duduk dengan posisi kepala diangakat dan bahu ditegakkan. Bila orang tersebut tidak sadarkn diri,baringkan dalam posisi miring dan awasi agar ia

dapat bernafas dengan lancar. Bila orang tersebut bernafas,segera lakukan pernafasan dari mulut ke mulut. Carilah pertolongan medis.Bawa serta label informasi atau nama organofosfatnya. Jika ragu-ragu segeralah keluar.

15

Page 16: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

Kesimpulan

Organofosfat dapat menimbulkan keracunan karena dapat menghambat enzim kholinesterase. Manajemen terapinya meliputi stabilisasi pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum. Antidotum yang digunakan adalah Atropin dan Pralidoxime

16

Page 17: Tugas Paper Forensiiiiikkkkk 25 April 2011

2002 digitized by USU digital library

2002 digitized by USU digital library

17