TUGAS GERONTIK PUJI
-
Upload
pramudipta-wn -
Category
Documents
-
view
15 -
download
1
description
Transcript of TUGAS GERONTIK PUJI
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
1/56
TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : STROKE
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu: Dwi Novitasari, S.Kp.,Ns.,MSc
Suwanti , S.Kep..,Ns
OLEH KELOMPOK 2:
1. Kadek Pridayanti ( 010109a094 )2. Presti Maharani ( 010109a106 )3. Siti Azizah ( 010109a117 )4. Tri Puji Rahayu ( 010109a130 )5. Maria Fatima L.L ( 010109a142 )6. Lalu Supriyadi ( 010109a072 )7. Muh Jumaedi ( 010109a084 )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO
UNGARAN
2012
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
2/56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakangBanyak orang takut mendengar kata stroke karena penyakit ini cukup mengerikan.
Serangannya mendadak dan tak bisa diprediksi. Sekali terjadi serangan bisa berakibat
fatal. Pasien bisa lumpuh atau bahkan langsung meninggal dunia. Penyakit ini tergolong
tua. Gejalanya pertama kali dikenal Hipocrates. Ia adalah Bapak Kedokteran asal
Yunani. Ia mengetahui stroke 2400 silam. Kala itu, belum ada istilah stroke. Hipocrates
menyebutnya dalam bahasa Yunani: apopleksiyang artinya tertubruk oleh pengabaian.
Ini karena faktanya penderita stroke mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba dan
perubahan pola hidup. (Sutrisno, 2007)
Menurut taksiran WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke
pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit darah tinggi
atau hipertensi menyumbang 17,5 juta kasus stroke di dunia. Di Amerika Serikat, stroke
menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang menyebabkan kematian. Posisi
diatasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Di negeri Paman Sam ini, setiap
tahunnya terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000 diantaranya kasus
serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa serangan stroke berulang.
Sebanyak 75% penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan. Pada tahun
2002, sebanyak 275.000 orang telah meninggal karena stroke. Sementara itu di Eropa
dijumpai 650.000 kasus stroke setiap tahunnya. Di Inggris, stroke juga menempati urutan
ketiga di bawah penyakit jantung dan kanker. (Sutrisno, 2007)
Di seluruh bagian dunia, stroke merupakan penyakit yang terutama mengenai
populasi usia lanjut. Insiden pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi 55-64tahun. Di Prancis stroke disebut sebagai serangan otak (attaque cerebrale) yang
menunjukkan kedekatan stroke dengan serangan jantung. (Darmojo, 1999)
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker.
Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan
sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang bisa sembuh total dari serangan stroke atau
kecacatan. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan bahwa 63,52 per 100.000
penduduk Indonesia brumur 65 tahun ditaksir terjangkit stroke. Setengah juta penduduk
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
3/56
disini akan terjangkit penyakit itu. Sedangkan jumlah orang yang meninggal dunia
diperkirakan 125.000 pertahun.(Sutrisno, 2007).
Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia
identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang
melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, stroke merupakan
penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut
survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh
penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah
tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional
berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
(http://www.medicastore.com/med/index.php)
Banyak orang menganggap stroke tergolong penyakit yang sulit disembuhkan. Jika
sudah atau terjadi gangguan pada organ tubuh, seperti mulut, penderitanya tidak akan
lama bertahan hidup. Bahkan ada juga stroke yang bisa membuat orang mati seketika.
Padahal tidak sepenuhnya benar. Memang ada beberapa pasien yang nyawanya tidak
dapat diselamatkan. Namun, banyak pula kasus pasien yang sudah lumpuh bisa sembuh.
Ia dapat kembali melakukan aktivitasnya sehari-hari. Sulit tidaknya seseorang bisa
sembuh sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya tipe stroke dan
penanganannya. (Sutrisno, 2007).
B. Tujuan1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem persarafan: Stroke
2. Tujuan Khususa. Mampu menjelaskan tentang perubahan-perubahan fungsi organ pada lansia
b. Mampu menjelaskan tentang definisi dari strokec. Mampu memahami tentang etiologi dari stroked. Mampu menyebutkan tentang manifestasi klinis dari strokee. Mampu menjelaskan tentang patofisiologi dari strokef. Mampu menjelaskan tentang komplikasi dari strokeg. Mampu menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik dari strokeh. Mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan dari strokei. Mampu menjelaskan proses keperawatan dari stroke
http://www.medicastore.com/med/index.phphttp://www.medicastore.com/med/index.php -
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
4/56
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.OrganOrgan Yang Mengalami Perubahan Fungsi Pada Lansia1. Otak
Trombosis yang biasanya disebabkan oleh proses arteriosklerosis yang
ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria besar. Proses
arteriosklerosis ini dipicu oleh kondisi hiperkolesterol atau hiperlipidemia yaitu
kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dalam pembuluh darah, kebiasaan
minum minuman keras dimana alkohol memicu menumpuknya kolesterol dalam
darah, penyakit diabetes mellitus menyebabkan darah semakin kental,
penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesteron akan
menyebabkan hipertensi dan darah menjadi lebih kental stres dan depresi
meningkatkan tekanan darah, kadar kolesterol dan faktor pembekuan darah dan
kegemukan yang dapat meningkatkan tekanan darah dan diabetes mellitus tipe
2, sehingga memicu timbulnya plak berlemak (arteriosklerosis) yang diikuti
oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Bagian intima arteria serebri
menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sl ototnya mnghilang. Lamina
elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi
oleh sklerotik tersebut. (Sutrisno, 2007)
Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat yang
melengkung. Trombus juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut.
Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna, vertebralis bagian atas, dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan
dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepaskan enzim,
adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat
fibrinotrombosit dapat terlepas dan terbentuk emboli, atau dapat tinggal
ditempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumabat dengan sempurna.
Penumpukan timbunan lemak dan kolesterol di pembuluh darah dan adanya
gumpalan darah akan menghambat aliran darah yang mengakibatkan darah yang
berasal dari jantung dan paru-paru tak bisa memasuki otak. Padahal darah itu
membawa oksigen dan zat-zat makanan lain yang dibutuhkan oleh sel-sel otak.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
5/56
Sel-sel otak lama-kelamaan kekurangan makanan dan mati. Kekurangan
oksigen akibat trombus ini dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau
kejang, kehilangan bicara sementara, hemiplegi atau parestesia. (Prince, 1995)
Emboli serebri kebanyakan berasal dari trombus di jantung karena
abnormalitas jantung seperti endikarditis inefektif, penyakit jantung reumatik,
dan infark miokard serat infeksi pulmonal adalah asal emboli. Embolus
biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang
merusak sirkulasi serebral. Emboli akan mengakibatkan keadaan yang terjadi
perlahan-lahan karena pmbuluh anastomosis tidak mempunyai kesempatan
melebar dan mengkompensasi. Awitan hemiperesis atau hemiplegia tiba-tiba
dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan
penyakit jantung atau pulmonal adalah karekteristik dari embolisme serebral.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan
aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak
boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada
saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. .
(Prince, 1995)
2. Pembuluh DarahRokok mengandung zat-zat beracun yang dibawa oleh asap rokok ke
dalam paru-paru dapat menimbulkan penyempitan pembuluh darah, konsumsi
sodium (garam) yang berlebihan dapat menurunkan kelenturan jaringan
pembuluh darah, penggunaan obat narkotika seperti heroin, kokain, amfetamin
yang terkenal dengan nama ekstasi, mariyuana, dan ganja akan menyebabkan
peradangan pembuluh darah khususnya otak yang mengakibatkan pembuluh
tersebut menyempit dan rapuh, gerakan leher yang tiba-tiba juga beresiko
merusak pembuluh darah arteri vertebralis atau karotis. Hal-hal tersebut dapat
menyebabkan ruptur arteria serebri (pecahnya pembuluh darah otak) atau
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
6/56
pmbuluh darah bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba
meninggi, sehingga menekan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat
tidak lagi dapat menahan tekanan ini. Darah akan menggenangi otak. Darah yang
membawa oksigen dan nutrisi tidak sampai ke target organ atau sel otak. Padahal
semestinya darah itu harus mengalir ke sel-sel otak. Akibatnya sebagian otak
tidak mendapat pasokan makanan. Biasanya pendarahan otak terjadi di basal
ganglia, serebelum, brainstem (batang otak), dan korteks (selaput otak). Selain itu
tekanan yang kuat membuat kebocoran juga merusak sel-sel otak sekelilingnya.
Bila tekanannya sangat tinggi, pasien bisa koma atau meninggal dunia. Pecahnya
pembuluh darah juga bisa terjadi lantaran dinding pembuluh darah yang lemah,
sehingga gampang robek, seperti yang terjadi pada aneurisma maupun AVM.
Stroke hemoragik biasa disebabkan oleh hipertensi, trauma, infeksi, tumor,
kurangnya zat pembekuan darah, dan kelainan pada dinding pembuluh darah.
(Sutrisno, 2007)
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian. Pecahnya
pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering didapat
pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai
pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam
ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.(Sulisno, 2000)
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid
mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku
kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subarakhnoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam
cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
7/56
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese). (Sulisno, 2000)
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut,
sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-perubahan, baik
posisi tubuh maupun faktor lain misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah
seperti fungsi jantung dan bahkan fungsi otak sendiri yang berkaitan dengan
pengaturan tekanan darah. .(Darmojo, 1999)
Gerakan leher tertentu akibat arteri vertebralis yang berkelok-kelok dapat
berakibat insufisiensi sirkulasi di batang otak yang dapat mnimbulkan pusing atau
kepala terasa ringan dan tiba-tiba jatuh. Dengan adanya plak-plak ateroma maka
lumen pembuluh darah arteri otak sempit di beberapa tempat, sehingga gangguan
fungsi jantung yang berakibat CBF (cerebral blood flow) menurun sesaat dapat
berakibat gangguan sirkulasi serebral, yang bila cukup lama akan berakibat
penurunan kesadaran. Gangguan sirkulasi setempat seperti ditimbulkan oleh
oklusi pembuluh darah arteri dapat menimbulkan defisit neurologik yang sifatnya
setempat juga. .(Darmojo, 1999)
Pada lansia, turunnya aktivitas metabolik berkaitan dengan menurunnya
fungsi neuron, akan menurunkan aliran darah serebral. Pada usia lanjut dimana
otaknya sudah mengalami atrofi serta ruang antara selaput otak relatif luas,
akselerasi otak karena trauma kepala, mudah berakibat robeknya pembuluh darah
di daerah subdural ataupun subarakhnoid. Selain itu aliran darah serebral pada
orang dewasa sekitar 50cc/100gm/menit akan menurun pada lanjut usia sampai
30 cc/100gm/menit. Aliran darah serebral yang turun samapai 23 cc/100gm/menit
dapat menimbulkan gangguan darah otak. .(Darmojo, 1999)
3. JantungDengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan
disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak
disadari. Dengan bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku
dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen dan
hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Lapisan intima arteri menebal
dengan peningakatan deposit kalsium. Proses perubahan yang berhubungan
dengan penuaan ini meningkatkan kekakuan dan ketebalan yang disebut dengan
arteriosklerosis. Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
8/56
secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima volume darah. Vena menjadi
meregang dan mengalami dilatasi dalam cara yang hampir sama. Katup-katup
vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna.
(Stanley, 2007)
Peningkatan usia juga meningkatkan tekanan darah sistolik yang
kemungkinan diakibatkan oleh kekakuan pembuluh darah atau karena selama
bertahun-tahun menerima aliran darah bertekanan tinggi, baroreseptor yang
terletak di arkus aorta dan sinus karotis menjadi tumpul atau kurang sensitif.
(Stanley, 2007). Tekanan darah tinggi dapat membuat pembuluh darah sudah
kaku dan tidak elastis pecah sehingga terjadi pendarahan yang mengkompresi
jaringan otak setempat. (Guyton, 1997)
Pada pembuluh darah terjadi penebalan intima akibat proses aterosklerosis
dan tunika medika sebagai akibat proses menua. Aterosklerosis pada orang yang
lebih tua proses penyakit lebih jelas karena akumulasi yang lebih besar selama
bertahun-tahun. Permukaan endotelial pada tunika intima yang semula halus
menjadi kasar karena proses menua, walaupun hanya plasma darah yang
melakukan kontak dengan endotel maka timbul potensi untuk terbentuknya
trombus ketika faktor koagulasi melakukan kontak dengan endotelium. Ini
mengakibatkan sering terjadinya gangguan vaskularisasi otak yang berakibat
terjadinya stroke. (Darmojo, 1999)
B.Definisi/PengertianStroke atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak. (Brunner & Sudarth, 2002).
Stroke didefinisikan sebagai suatu menifestasi klinik gangguan perdarahan
darah otak yang menyebabkan defisit neurologik. (Darmoyo, 1999)
Stroke adalah gangguan saraf yang menetap, yang diakibatkan oleh
kerusakan pembuluh darah di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. (Sutrisno,
2007)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
perdarahan otak non traumatik. (Kapita Selekta, 2000)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
9/56
Stroke dapat didefinisikan sebagai defisit neurologi yang mempunyai awitan
mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari penyakit serebrovaskuler.
(Hudak Gallo, 1996)
Stroke adalah kerusakan jalur motorik pada serebrum oleh trauma karena
cidera kepala. (Potter Perry, 2006)
Stroke adalah robeknya pembuluh darah otak (serebrum) atau karena
tersumbat oleh bekuan, sehingga terjadi kerusakan saraf (Sherwood, 2001)
Klasifikasi Stroke:
1. Stroke Iskemik (Stroke Non Hemoragik)Merupakan jenis stroke yang paling banyak dijumpai. Stroke iskemik
juga disebut stroke non hemoragik lantaran tidak ditandai perdarahan otak.
Stroke iskemik disebabkan oleh penggumpalan darah dan penyumbatan
pembuluh darah di jantung. Namun penyebab utamanya adalah aterosklerosis.
Dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan lokasi penggumpalan yaitu:
a. Stroke Iskemik Trombotik: stroke jenis ini terjadi karena adanyapenggumpalan pada pembuluh darah ke otak.
b. Stroke Iskemik Embolik: tidak terjadi di pembuluh darah otak, melainkan ditempat lain, seperti di jantung, sehingga darah tidak bisa mengaliri oksigen
dan nutrisi ke otak.
(Sutrisno, 2007)
TIA (Transient Ischemic Attack)
TIA adalah serangan iskemik sepintas atau sementara. Merupakan
gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam
beberapa menit sampai beberapa jam. (Prince, 1995)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
10/56
2. Stroke HemoragikMerupakan jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
di otak atau pembuluh darah di otak bocor. Stroke hemoragik dibagi 2
berdasarkan lokasi serangan yaitu:
a. Stroke hemoragik Intraserebral: banyak terjadi di dalam otak. Biasanyamengenai basal ganglia, otak kecil, batang otak, dan otak besar.
b. Stroke Hemoragik Subaraknoid: memiliki kesamaan dengan strokehemoragik intraserebral. Yang membedakannya, stroke jenis ini terjadi di
pembuluh darah di luar otak, tapi masih di daerah kepala, seperti di selaput
otak atau bagian bawah otak.. hal ini dapat terjadi akibat adanya aneurisma
yang pecah. Atau AVM (arterivenous malformation) yang pecah.
(Prince, 1995)
C.EtiologiStroke biasanya disebabkan oleh salah satu dari empat kejadian yaitu:
Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain)
Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
11/56
Hemoragi Serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)
Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak yang menyebabkan
kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori bicara, atau sensasi.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Etiologi dari stroke adalah:
1. Infark Otak (80%)a. Emboli
1)Emboli kardiogenika)Fibrilasi atrium atau aritmia lain
b)Trombus mural ventrikel kiric)Penyakit katup mitral atau aortad)Endokarditis (infeksi atau non-infeksi)
2)Emboli paradoksal (foramen ovale paten)3)Emboli arkus aorta
b. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)1) Penyakit ekstrakranial
a)Arteri karotis internab)Arteri vertebralis
2) Penyakit intrakraniala)Arteri karotis interna
b)Ateri serebri mediac)Arteri basilarisd)Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
c. Pendarahan intraserebral (15%)1) Hipertensif2) Malformasi arteri vena3) Angiopati amiloid
d. Pendarahan subaraknoid (5%)e. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
1) Trombosis sinus dura2) Diseksi arteri karotis atau vertebralis3) Vaskulitis sistem saraf pusat4) Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
12/56
5) Migren6) Kondisi hiperkoagulasi7) Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)8) Kalainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukimia)9) Miksoma atrium
(Kapita Selekta, 2000)
Faktor Resiko:
1. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIAatau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot
untuk homosistinuria.
2. Yang dapat diubah: hipertensi, diabets melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol danobat, kontrasepsi oral, hematokrit, bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia dan
dislipidemia.
(Kapita Selekta, 2000)
Faktor resiko mayor (resiko yang kuat) meli puti:
1. Tekanan darah tinggi2. Penyakit jantung, gangguan pembuluh darah koroner, dan karotis3. Diabetes mellitus4. Polisitema5. Riwayat pernah terkena stroke
Faktor r esiko minor terdir i dari atas:
1. Kadar lemak yang tinggi dalam darah2. Hematokrit yang tinggi3. Kebiasaan merokok4. Kegemukan5. Kontrasepsi oral6. Kadar asam urat tinggi7. Kurang olahraga8. Fibrinogen tinggi.
(Sutrisno, 2007)
Faktor r esiko terjadinya stroke serupa dengan faktor penyakit jantung iskemik,
yaitu:
1. Usia, yang merupakan faktor resiko independen terjadinya stroke
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
13/56
2. Hipertensi, baik sistolik maupun diastolik merupakan faktor risiko dominan terjadinyastroke baik hemoragik maupun non hemoragik.
3. Diabtes mllitus4. Hiperlipidemia5. Keadaan hiperviskositas6. Berbagai kelainan jantung, antara lain gangguan irama (fibrilasi atrium), infark
miokard akut atau kronis, yang mengakibatkan hipoperfusi (dekompensasi jantung),
infeksi yang disertai vegetasi (endokarditis bakterialis sub akut) dan tumor atrium.
7. Koagulopati kartena gangguan berbagai komponen darah, antara lainhiperfibrinogenemia, dan lain-lain.
8. Faktor keturunan juga memegang peranan penting dalam epidemiologi stroke.(Darmoyo, 1999)
Faktor risiko utama dari stroke: Hipertensi, Transient Ischemic Attack, Hipercholesterolemia,
dan Diabetes Mellitus.
D.PatofisiologiTrombosis yang biasanya disebabkan oleh proses arteriosklerosis yang ditandai
oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria besar. Proses arteriosklerosis ini dipicu
oleh kondisi hiperkolesterol atau hiperlipidemia yaitu kadar kolesterol dan lemak yang
tinggi dalam pembuluh darah, kebiasaan minum minuman keras dimana alkohol memicu
menumpuknya kolesterol dalam darah, penyakit diabetes mellitus menyebabkan darah
semakin kental, penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan
progesteron akan menyebabkan hipertensi dan darah menjadi lebih kental stres dan
depresi meningkatkan tekanan darah, kadar kolesterol dan faktor pembekuan darah dan
kegemukan yang dapat meningkatkan tekanan darah dan diabetes mellitus tipe 2,
sehingga memicu timbulnya plak berlemak (arteriosklerosis) yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Bagian intima arteria serebri menjadi tipis dan
berserabut, sedangkan sel-sl ototnya mnghilang. Lamina elastika interna robek dan
berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh sklerotik tersebut. (Sutrisno,
2007)
Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat yang melengkung.
Trombus juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh
darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut:
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
14/56
arteria karotis interna, vertebralis bagian atas, dan basilaris bawah. Hilangnya intima
akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang
terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan
melepaskan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat
fibrinotrombosit dapat terlepas dan terbentuk emboli, atau dapat tinggal ditempat dan
akhirnya seluruh arteria itu akan tersumabat dengan sempurna. Penumpukan timbunan
lemak dan kolesterol di pembuluh darah dan adanya gumpalan darah akan menghambat
aliran darah yang mengakibatkan darah yang berasal dari jantung dan paru-paru tak bisa
memasuki otak. Padahal darah itu membawa oksigen dan zat-zat makanan lain yang
dibutuhkan oleh sel-sel otak. Sel-sel otak lama-kelamaan kekurangan makanan dan mati.
Kekurangan oksigen akibat trombus ini dapat mengalami pusing, perubahan kognitif,
atau kejang, kehilangan bicara sementara, hemiplegi atau parestsia. (Prince, 1995)
Emboli serebri kebanyakan berasal dari trombus di jantung karena abnormalitas
jantung seperti endikarditis inefektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard serat
infeksi pulmonal adalah asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral
tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Emboli akan
mengakibatkan keadaan yang terjadi perlahan-lahan karena pmbuluh anastomosis tidak
mempunyai kesempatan melebar dan mengkompensasi. Awitan hemiperesis atau
hemiplegia tiba-tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien
dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karekteristik dari embolisme serebral.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan
bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses
metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. . (Prince,
1995)
Rokok mengandung zat-zat beracun yang dibawa oleh asap rokok ke dalam paru-
paru dapat menimbulkan penyempitan pembuluh darah, konsumsi sodium (garam) yang
berlebihan dapat menurunkan kelenturan jaringan pembuluh darah, penggunaan obat
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
15/56
narkotika seperti heroin, kokain, amfetamin yang terkenal dengan nama ekstasi,
mariyuana, dan ganja akan menyebabkan peradangan pembuluh darah khususnya otak
yang mengakibatkan pembuluh tersebut menyempit dan rapuh, gerakan leher yang tiba-
tiba juga beresiko merusak pembuluh darah arteri vertebralis atau karotis. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan ruptur arteria serebri (pecahnya pembuluh darah otak) atau
pembuluh darah bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi,
sehingga menekan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat tidak lagi dapat
menahan tekanan ini. Darah akan menggenangi otak. Darah yang membawa oksigen dan
nutrisi tidak sampai ke target organ atau sel otak. Padahal semestinya darah itu harus
mengalir ke sel-sel otak. Akibatnya sebagian otak tidak mendapat pasokan makanan.
Biasanya pendarahan otak terjadi di basal ganglia, serebelum, brainstem (batang otak),
dan korteks (selaput otak). Selain itu tekanan yang kuat membuat kebocoran juga
merusak sel-sel otak sekelilingnya. Bila tekanannya sangat tinggi, pasien bisa koma atau
meninggal dunia. Pecahnya pembuluh darah juga bisa terjadi lantaran dinding pembuluh
darah yang lemah, sehingga gampang robek, seperti yang terjadi pada aneurisma maupun
AVM. Stroke hemoragik biasa disebabkan oleh hipertensi, trauma, infeksi, tumor,
kurangnya zat pembekuan darah, dan kelainan pada dinding pembuluh darah. (Sutrisno,
2007)
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan
yang terlatak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi
jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar pendarahan.
Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus Wilisi. Bekuan darah
yang semula lunak dan menyerupai selai merah akhirnya akan terlarut dan mengecil.
Pendarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme yang
dipermudah oleh hipertensi dan gangguan pembuluh darah. Pembuluh yang mengalami
gangguan biasanya adalah arteria yang menembus otak seperti cabang-cabang
lentikulostriata dari arteria serebri media yang memperdarahi sebagian dari ganglia
basalis dan sebagian besar kapsula interna. Ini dapat menyebabkan sakit kepala berat,
stupor, leher bagian belakang kaku, muntah, koma dan kejang-kejang. (Prince, 1995)
Sembilan puluh opersen kasus menunjukkan adanya darah dalam cairan
serebrospinal. Dari semua pasien 70% -75% meninggal dalam waktu 1-30 hari biasanya
karena diakibatkan perdarahan yang meluas sampai ke sitem ventrikel, herniasi lobus
temporalis, dan penekanan mesenfalon atau perembesan darah ke pusat-pusat vital.
(Prince, 1995)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
16/56
Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di hemisfer serebri masih dapat
ditolirir tanpa memperlihatkan gejala klinis yang nyata, sedangkan bekuan darah pada
batang otak sebanyak 5 ml saja dapat menimbulkan kematian. Aneurisma berupa
gelembung berdinding tipis yang hanya tertutup oleh intima yang menonjol dari arteria
pada tempat-tempat yang lemah makin lama makin besar dan dapat pecah. Umumnya
pecah pada saat penderita melakukan aktivitas. Menimbulkan sakit kepala hebat, kolaps,
tidak sadar dan bingung. Salah satu ciri khas dari aneurisma adalah kecenderungan
mengalami pendarahan ulang. (Prince, 1995)
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian. Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau
AVM. Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di
sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.(Sulisno, 2000)
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan
selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi
3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese). (Sulisno, 2000)
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah
dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila
volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan
dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar
dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Sulisno, 2000)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
17/56
Pengaruh proses menua terhadap perjalanan penyakit stroke
Pada usia lanjut banyak terjadi perubahan-perubahan pada sistem pembuluh darah
arteri otak yang akan berpengaruh pula pada sirkulasi darah otak. Pembentukan plak
ateroma banyak dijumpai pada sistem karotis yaitu di daerah bifurcatio, khususnya pada
pangkal arteri karotis interna. Circulus Willisii fungsinya dapat pula terganggu oleh plak
arteroma yang berakibat penyempitan pembuluh darah secara menyeluruh. Di samping
itu semua pembuluh darah arteri yang kecil juga mengalami perubahan ateromatus
termasuk fibrosis tunika medika, hialinisasi dan kalsifikasi.(Darmojo, 1999)
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler
discus vertebralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat, dan perubahan
pada mukopolisharid). Akibat discus ini menonjol ke perifer mendorong periost yang
meliputinya dan ligamen intervertebral menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost
yang terdorong ini akan mengalami kalsifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti
ini disebut spondilosis servikalis. Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada arteri
vertebralis yaitu: osteofit sepanjang pinggir korpus vertebrale dapat menekan arteri
vertebrale dan posisi tertentu bahkan dapat berakibat oklusi pembuluh arteri, yang kedua
berkurangnya panjang kolum servikal berakibat arteri vertebralis menjadi berkelok-
kelok, pada posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.
(Darmojo, 1999)
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut,
sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-perubahan, baik posisi
tubuh maupun faktor lain misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi
jantung dan bahkan fungsi otak sendiri yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah.
(Darmojo, 1999)
Gerakan leher tertentu akibat arteri vertebralis yang berkelok-kelok dapat
berakibat insufisiensi sirkulasi di batang otak yang dapat menimbulkan pusing atau
kepala terasa ringan dan tiba-tiba jatuh. Dengan adanya plak-plak ateroma maka lumen
pembuluh darah arteri otak sempit di beberapa tempat, sehingga gangguan fungsi jantung
yang berakibat CBF (cerebral blood flow) mnurun sesaat dapat berakibat gangguan
sirkulasi serebral, yang bila cukup lama akan berakibat penurunan kesadaran. Gangguan
sirkulasi setempat seperti ditimbulkan oleh oklusi pembuluh darah arteri dapat
menimbulkan defisit neurologik yang sifatnya setempat juga. .(Darmojo, 1999)
Pada lansia, turunnya aktivitas metabolik berkaitan dengan menurunnya fungsi
neuron, akan menurunkan aliran darah serebral. Pada usia lanjut dimana otaknya sudah
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
18/56
mngalami atrofi serta ruang antara selaput otak relatif luas, akselerasi otak karena trauma
kepala, mudah berakibat robeknya pembuluh darah di daerah subdural ataupun
subarakhnoid. Selain itu aliran darah serebral pada orang dewasa sekitar
50cc/100gm/menit akan menurun pada lanjut usia sampai 30 cc/100gm/menit. Aliran
darah serebral yang turun samapai 23 cc/100gm/menit dapat menimbulkan gangguan
darah otak. .(Darmojo, 1999)
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan
baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan disebabkan oleh penuaan
berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Dengan bertambahnya usia,
sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri.
Lapisan intima arteri menebal dengan peningakatn deposit kalsium. Proses perubahan
yang berhubungan dengan penuaan ini meningkatkan kekakuan dan ketebalan yang
disebut dengan arteriosklerosis. Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri
besar lain secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima volume darah. Vena
menjadi meregang dan mengalami dilatasi dalam cara yang hampir sama. Katup-katup
vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna. (Stanley,
2007)
Peningkatan usia juga meningkatkan tekanan darah sistolik yang kemungkinan
diakibatkan oleh kekakuan pembuluh darah atau karena selama bertahun-tahun
menerima aliran darah bertekanan tinggi, baroreseptor yang terletak di arkus aorta dan
sinus karotis menjadi tumpul atau kurang sensitif. (Stanley, 2007). Tekanan darah tinggi
dapat membuat pembuluh darah sudah kaku dan tidak elastis pecah sehingga terjadi
pendarahan yang mengkompresi jaringan otak setempat. (Guyton, 1997)
Pada pembuluh darah terjadi penebalan intima akibat proses aterosklerosis dan
tunika medika sebagai akibat proses menua. Aterosklerosis pada orang yang lebih tua
proses penyakit lebih jelas karena akumulasi yang lebih besar selama bertahun-tahun.
Permukaan endotelial pada tunika intima yang semula halus menjadi kasar karena proses
menua, walaupun hanya plasma darah yang melakukan kontak dengan endotel maka
timbul potensi untuk terbentuknya trombus ketika faktor koagulasi melakukan kontak
dengan endotelium. Ini mengakibatkan sering terjadinya gangguan vaskularisasi otak
yang berakibat terjadinya stroke. (Darmojo, 1999)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
19/56
E. PathwayTerlampir
F.Manifestasi KlinisStroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
1. Kehilangan Motorik: stroke mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadapgerakan motorik.
hemiplegi (paralisi pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan, hemiperesis (kelemahan salah satu sisi tubuh)
2. Kehilangan Komunikasi:a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dngan bicara yang sulit dimengerti
yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutamaekspresif atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajarisebelumnya) seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.
3. Gangguan Persepsia. Disfungsi Persepsi Visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata
dan korteks visual. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
pandang), amorfosintesis (kepala berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan
cenderung mengabaikan bahwa tempat dan ruang pada sisi tersebut.
b. Gangguan hubungan visual-spasial ( mendapatkan hubungan dua atau lebihobjek dalam area spasial). Misal: pasien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan.
c. Kehilangan sensori: kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dangerakan tubuh juga untuk menginterpretasikan stimulasi visual, taktil dan dan
auditorius.
d. Kerusakan fungsi kognitif: lapang perhatian terbatas, kesulitan pemahaman,lupa, dan kurang motivasi. Masalah psikologik yang umum terjadi adalah
bermusuhan, frustasi, dendam dan kurang kerjasama.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
20/56
4. Disfungsi Kandung Kemih: inkontinensia urine sementara karena konfusi,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Manifestasi Kli nis Stroke Akut Dapat Berupa:
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbulmendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguanhemisensori)
3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma)4. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)5. Disartria (bicara pelo atau cadel)6. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia7. Ataksia (trunkal atau anggota badan)8. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
(Kapita Selekta, 2000)
Gejala-gejala awal yang per lu diwaspadai:
1. Tulisan tiba-tiba menjadi jelek dan tidak karuan2. Tangan seringkali tidak menuruti perintah3. Benda yang semula dipegang terlepas dengan sndirinya tanpa disadari4. Sering gagal memasukkan kancing baju5. Kalau makan selalu berceceran6. Tanpa disadari alas kaki kerap lepas saat berjalan7. Tidak terampil mngenakan alas kaki, harus dibantu dengan tangan.8. Rasa kebas atau tebal pada ajah seisi dengan atau tanpa diikuti dengan rasa kebas
pada anggota gerak pada sisi yang sama.
9. Jika membuka mata, merasa pusing dan berputar yang sering disertai denganmual dan muntah.
(Sutrisno, 2007)
G.KomplikasiKomplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan darah serebral, dan
luasnya area cedera. (Brunner & Suddarth, 2002)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
21/56
Ada tiga komplikasi utama pada stroke hemoragik antara lain: vasospasme,
hidrosefalus, dan disritmia.
1. VasospasmeEtiologi dari vasospasme belum jelas. Ada perkiraan terjadi korlasi positif
antara ukuran hemoragi yang tampak pada skan CT dengan perkembangan
spasme. Terjadi pelepasan ion-ion kalsium dari sel-sel darah merah yang lisis,
dan diyakini bahwa ion kalsium merupakan mediator spasme. Telah ditunjukkan
suatu keberhasilan dari penggunaan nipodipin setelah hemoragi subarkhnoid,
meningkatkan hasil-hasil yang diharapkan dari pasien setelah terjadi pendarahan.
Mungkin terjadi respon inflamasi pada hemoragi subaraknoid, dan keadaan ini
dapat menstimulasi pelepasan mediator vasoaktif.
Terapi hemodilus hipervolmik telah menjadi sesuatu yang terkenal dalam
pengobatan vasospasme. Terapi triple H ini terdiri atas ekaspansi hipervolemik,
hemodilusi, dan induksi hipertnsi pada pasien pascaoperasi. Hipervolemia
dilakukan dengan ekspansi volume, menggunakan baik larutan koloid maupun
kristaloid untuk membuat tekanan desak kapiler pulmonal mendekati nilai 14
mmHg (nilai dasar aalah 6-8 mmHg) dan curah jantung 6,5 sampai 8L/menit
(normal 4,5-5,0 L/menit). Hemodilusi menurunkan viskositas darah, menurunkan
infark serta meningkatkan transpor oksigen yang bertujuan untuk mengurangi
hemaokrit sampai 15% sampai 20%. Agen-agen presor digunakan untuk
menginduksi hipertensi, sering digunakan kombinasi dobutamin dan dopamin.
Sasarannya adalah untuk mempertahankan tekanan darah sistolik lebih tinggi dari
20 mmHg di atas nilai normal. (Hudak Gallo,1996)
2. HidrosefalusHidrosefalus menandakan adanya ketidakseimbangan antara pembentukan
dan reabsorpsi dari CSS. Jika terdapat darah pada ruang subaraknoid maka sel-sel
darah merah tersebut dapat menyumbat salua yang sangat kecil yang menuju satu
ventrikel ke ventrikel lain. Jika itu terjadi maka berkembang hidrosefalus
obstruksi pada pasien sehingga akan menyumbat aliran CSS normal, seringkali
terjadi antara ventrikel ketiga dan keempat. Juga terdapat masalah reabsorbsi
potensial jika terdapat darah dalam spasium subaraknoid. Sel-sel darah merah
menyumbat vili araknoid, membahayakan reabsorbsi dan mengakibatkan
hidrosefalus komunikan . Mungkin dipasang pirau, sering antara salah satu
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
22/56
ventrikel lateral dengan kavitas peritonial (pirau V-P) untuk mengalirkan CSS
dan menghilangkan hidrosefalus. (Hudak Gallo,1996)
3. DisritmiaMungkin karena dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area
tersebut. Batang otak mempengaruhi frekuensi jantung, sehingga adanya iritasi
kimia dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung. (Hudak Gallo,1996)
4. Pendarahan UlangMengalami pendarahan ulang pada aneurisme yang tidak diperbaiki.
(Hudak Gallo,1996)
5. Peningkatan Tekanan IntrakranialMerupakan potensial komplikasi. Ini mungkin sebagai akibat dari iskemia
setelah stroke dimana darah menyebabkan efek terhadap massa lesi. Keadaan ini
mungkin diakibatkan malformasi arterivenoasa, atau aneurisme, atau mungkin
post operatif setelah manipulasi otak selama kraniotomi.
Intervensi yang dapat dilakukan seperti hiperventilasi, penggunaan
osmotik, steroid, koma barbiturat, hipotermia, intubasi , penggunaan agens
paralisis, dan pembatasan cairan juga merupakan tindakan yang sangat
bermanfaat dalam mengatasi komplikasi ini. Osmotik tidak digunakan jika
hemoragi aktif serebral, bagaimanapun karena osmotik dapat meningkatkan
pendarahan dengan mengerutkan otak dn melepaskan efek temponade dari
pembuluh yang bocor. (Hudak Gallo,1996)
6. EpilepsiAdanya lesi pada mesensefalon, talamus dan kortek serebri akibat stroke
dapat menyebabkan ketidakseimabangan ion yang mengubah lingkungan kimia
dari neuron. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan membran neuron
mengalami depolarisasi. Sehingga impuls dari otak terjadi dalam bentuk ledakan
sewaktu-waktu sebuah sel saraf untuk melakukannya. Kadang-kadang sel-sel ini
terus menerus memancar setelah tugas selesai. Selama periode pelepasan yang
tidak diinginkan, bagian-bagian tubuh dikontrol oleh pesan-pesan yang tidak
diinginkan sehingga terjadi gerakan-gerakan fisik yang tidak teratur. (Prince,
1995)
7. I nf eksi dan sepsis8. Pneumonia, dekubi tus, inkontinensia akibat tir ah bar ing yang lama.
(Darmoyo, 1999)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
23/56
Selama perawatan dapat terjadi komplikasi. Seluruh komplikasi ini harus
mendapatkan perhatian dari awal sehingga dapat diatasi dan diantisipasi sehingga
tidak menjadi fatal. Komplikasi yang terjadi bisa beberapa organ atau aspek.
1. Komplikasi Neurologik: Edema otak, kejang, tekanan tinggi intrakranial, infarkberdarah, stroke iskemik berulang, delirium akut, depresi.
2. Komplikasi paru-paru: obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi, pneumonia3. Komplikasi kardiovaskuler: miokard infark, aritmia, dekompensasi kordis,
hipertensi, emboli paru
4. Komplikasi nutrisi/gastrointestinal: ulkus, pendarahan lambung, konstipasi,dehidrasi, gangguan elektrolit, malnutrisi, hiperglikemia.
5. Komplikasi traktus urinarius: inkontinensia, infeksi6. Komplikasi ortopedi-kulit: dekubitus, kontraktur, nyeri sendi bahu, jatuh-fraktur
(Unit Stroke, 2007)
H.Proses Keperawatan1. Pengkajian
a. Pengumpulan dataPengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual,
kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya
hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)
1)Identitas klienMeliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnosa medis.
2)Keluhan utamaBiasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3)Riwayat penyakit sekarangSerangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4)Riwayat penyakit dahulu
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
24/56
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.)
5)Riwayat penyakit keluargaBiasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
6)Riwayat psikososialStroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien
dan keluarga
7)Pola-pola fungsi kesehatana) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolismeAdanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut.
c) Pola eliminasiBiasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihanAdanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori
atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e) Pola tidur dan istirahatBiasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peranAdanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diriKlien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
25/56
h) Pola sensori dan kognitifPada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang
sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
i) Pola reproduksi seksualBiasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stressKlien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaanKlien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8)Pemeriksaan fisika) Keadaan umum
(1)Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran(2)Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,kadang tidak bisa bicara
(3)Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasib) Pemeriksaan integumen
(1)Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jikakekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke hemoragik harus bedrest 2-3 minggu
(2)Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis(3)Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c) Pemeriksaan kepala dan leher(1)Kepala : bentuk normocephalik(2)Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi(3)Leher : kaku kuduk jarang terjadi
d) Pemeriksaan dada
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
26/56
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomenDidapatkan penurunan peristaltik usus akibat bedrest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anusKadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitasSering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi(1)Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2)Pemeriksaan motorikHampir selalu terjadi kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu
sisi tubuh.
(3)Pemeriksaan sensorikDapat terjadi hemihipestesi.
(4)Pemeriksaan refleksPada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan refleks patologis.
9) Pemeriksaan penunjanga) Pemeriksaan radiologi
(1) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,atau menyebar ke permukaan otak.
(2) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (MarilynnE. Doenges, 2000)
(3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan sepertianeurisma atau malformasi vaskuler.
(4) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
b) Pemeriksaan laboratorium
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
27/56
(1) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpaipada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama.
(2) Pemeriksaan darah rutin(3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
(4) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itusendiri.
System Skore
Untuk membedakan jenis stroke
Skore Stroke Siriraj: (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x Vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x
tekanan diastolik)(3 x petanda ateroma)12
Skore > 1 = pendarahan supratentorial
Skore -1 s.d. 1 = perlu CT scan
Skore < 12 +infark serebri
Derajat kesadaran: 0= komposmentis, 1= somnolen, 2= stupor/koma
Vomitus: 0= tidak ada, 1= ada
Nyeri kepala: 0= tidak ada, 1= ada
Nyeri kepala: 0= tidak ada, 1= ada
Ateroma: 0= tidak ada, 1= salah satu atau lebih: diabetes, angina, penyakit pembuluh darah.
(Kapita Selekta, 2000)
Skor yang dipakai pada perawatan stroke:
1 Nihhs (national institute of health stroke scale)adalah skala penilaian yang dilakukanpada pasien stroke untuk melihat kemajuan hasil perawatan fase akut. Penilaian ini
dilakukan dua kali yaitu pada saat masuk(hai pertama perawatan) dan saat keluar dari
prawatan. Perbedaan nilai saat masuk dan keluar dapat dijadikan salah satu patokan
keberhasilan perawatan.
1a. Derajat kesadaran 0= sadar penuh
1= somnolen
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
28/56
2= stupor
3= koma
1b. Menjawab pertanyaan 0= dapat menjawab dua pertanyaan dengan benar (mis:
bulan apa sekarang dan usia pasien)
1= hanya dapat menjawab satu pertanyaan dengan
benar/tidak dapat berbicara karena terpasang pipa
endotrakea atau disartria
2= tidak dapat menjawab kedua pertanyaan dengan
benar/afasia/stupor
1c. Mengkuti perintah 0= dapat melakukan dua perintah dengan benar (mis
buka dan tutup mata, kepal dan buka tangan pada sisi
yang sehat)
1= hanya dapat melakukan satu perintah dengan benar
2= tidak dapat melakukan kedua perintah dengan benar
1. Gerakan horizontal 0= normal1= gerakan abnormal anya pada satu mata
2= deviasi konyugat yang kuat atau paresis konyugat total
pada kedua mata
2. Lapang pandang padates konfrontasi
0= tidak ada gangguan
1= kuandranopia2= hemianopia total
3= hemianopia bilateral/buta kortikal
3. Paresis wajah 0= normal1= paresis ringan
2= paresis parsial
3= paresis total
4. Motorik lengan kanan 0= tidak ada simpangan bila pasien disuruh mengangkatkedua lengannya selama 10 detik
1= lengan menyimpang ke bawah sebelum 10 detik
2= lengan tke kasur atau badan atau tidak dapat
diluruskan secara penuh
3= tidak dapat melawan gravitasi
4= tidak ada gerakan
X = tidak dapat diperiksa
6. Motorik lengan kiri Idem 5
2. Motorik tngkai kanan Idem 5(lengan digantai tungkai, dan diangkat bergantian)
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
29/56
8. Motorik tungkai kiri Idem 79. Ataksia anggota badan 0= tidak ada
1= pada satu ekstremitas
2= pada dua atau lebih ekstremitas
X= tidak dapat diperiksa
10.Sensorik 0= normal1= defisit parsial yaitu merasa tapi berkurang
2= defisit berat yaitu jika pasien tidak merasa atau
terdapat gangguan bilateral
11.Bahasa terbaik 0= tidak afasia1= afasia ringansedang
2= afasia berat
3= tidak dapat bicara(bisu)/ global afasia/ koma
12.Disartria 0= artikulasi normal1= disartria ringan-sedang
2= disartria berat
X= tidak dapat diperiksa
13.neglect/tidak ada
atensi
0= tidak ada
1= parsial2= total
Nilai nihhs berkisar antara 0-42. Penilaiannya adalah sebagai berikut:
Nilai < 4: stroke ringan Nilai antara 4-15 : stroke sedang Nilai > 15 : stroke berat
Keunggulan nihhs: mempunyai contoh pembelajaran audiovisual yang berisi 6 contohpasien, dapat dilakukan dengan cepat kuarng lebih 15 menit, telah banyak dipergunakan
dan di validasi, berguna untuk kondisi stroke akut, mudah untuk dipelajari dan skor yang
dipakai sederhana, tingkat reliabelitasnya tinggi diantara para pengguan skor.
Kelemahan nihhs: kurang baik untuk stroke karena gangguan sirkulasi posterior, oleh
karena di dalam skoring terdapat penilaian kemampuan berbahasa dan untuk gangguan di
batang otak, nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan beratnya defisit yang signifikan.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
30/56
Korelasi antara nilai nihhs masuk dengan kondisi saat keluar
Nihhs saat masuk Keluaran
0-8 Pulang dengan berobat jalan
9-17 Perawatan rehabilitasi
18+ Khusus di rumah, perawatan subakut atau perawatan
khusus di suatu rumah rahabilitasi
2 Sistem scoring barthel index: untuk memeriksa status ungsional dan kemampuanpergerakan otot/ekstremitas.
Aktivitas Skor
Makan/feeding 0= tidak mampu
1= perlu bantuan untuk memotong, mengoles
mentega, dan sebagainya, atau perlu mengubah
diet
2= independen
Mandi/ bathing 0= dependen
1= independen/mandi pancur
Merawat diri/grooming 0= perlu bantuan untuk perawatan pribadi
1= independen untuk
wajah/rambut/gigi/bercukur (peralatan tersedia
Berpakaian/dressing 0= dependen
1= perlu bantuan tapi bias melakukan sendiri
setengah dibantu
2= independen(termasuk kancing, resleting, pita,
dan sebagainya)
Buang air besar/bowels 0= inkotinensia (atau perlu diberi enema)
1= kadang-kadang kecelakaan
2= kontinen
Buang air kecil/bladder 0= inkontinensia, atau terpasang kateter da tidak
mampu mengatur sendiri
1= kadang-kadang mengompol (
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
31/56
berpakaian, dan mengelap)
Bergerak (dri tempat tidur ke
kursi dan kembali lagi)/transfer
0= tidak mampu, tidak seimbang saat duduk
1= perlu banyak bantuan (satu atau dua orang, fisik)
bisa duduk
2= sedikit bantuan (verbal atau fisik)
3= independen
Mobilitas (pada tempat
datar)/mobility
0= immobile atau < 50 yards
1= tergantung pada kursi roda, termasuk di sudut, >
50 yards
2= berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau
fisik), > 50 yards
3= independen (tetapi mungkin perlu bantuan
misalnya tongkat), > 50 yards
Tangga/stairs 0= tidak mampu
1= perlu bantuan (verbal, fisik, membawa alat
bantu)
2= independen
Total 0-20
Skor total bias digunakan untuk memeperkirakan tingkat ketergantungan. Sebagai
pedoman kasar, skor 14 sering kali sesuai dengan tingkat bantuang yang didapatkan di
rumah jompo, skor total 10 mungkin hanya sesuai dengan kepulangan ke rumah disertai
dukungan maksimal dan selalu didampingi perawat.
Keunggulan barthel index: mempunyai reliabelitas dan validitas tinggi, mudah dan
cukup sensitive untuk mengukur perubahan fungsi serta keberhasilan rehabilitasi.
Kelemahan barthel index: tidak merupakan skala ordinat dan tiap penilaiannya tidak
menunjukkan berat ringannya fungsi kehidupan sehari-hari(Unit stroke, 2007)
2. Diagnosa Keperawatana. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengab interupsi aliran darah :
gangguan oklusi, hemoragi, vasospasme serebral dan edema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskular :kelemahan, flaksid/paralisis hipotonik ( awal ), paralisis spastis, kerusakan
perseptual/kognitif.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
32/56
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot,
kerusakan perseptual/kognitif, nyeri/ketidaknyamanan, depresi.
d. Gangguan harga diri ( uraikan ) berhubungan dengan perubahan biofisik,psikososial, perceptual ( kognitif )
e. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ), mengenai kondisi, prognosis danpengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, keterbatasan kognitif,
kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber
informasi.
f. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan otak.g. Resiko tinggi terhadap kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular.
3. Rencana KeperawatanDiagnosa 1
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengab interupsi aliran darah :
gangguan oklusi, hemoragi, vasospasme serebral dan edema serebral.
Ditandai dengan :
a. Perubahan suhu kulit ( dingin pada ekstremitas ), warna biru atau ungub. Perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memoric. Perubahan dalam respons motorik/sensori, gelisahd. Defisit sensori, bahasa, intelektual, dan emosie. Perubahan tanda-tanda vital ( denyut arteri tidak teraba )Kriteria Hasil/Kriteria Evaluasi :
a. Mempertahankan tingkat kesadaran membaik, fungsi kognitif, dan motorik atausensori
b. Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tidak adanya tanda-tandapeningkatan TIK
c. Menunjukkan tidak ada kelanjutan kekambuhand. Memperlihatkan penurunan tanda dan gejala kerusakan jaringan
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
1. Tentukan faktor yang berhubungan Mempengaruhi intervensi. Kerusakan
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
33/56
dengan keadaan atau penyebab
khusus selama penurunan perfusi
serebral dan potensial terjadinya
peningkatan TIK
2. Observasi dan catat status neurologissesering mungkin dan bandingkan
dengan keadaan normalnya.
3. Observasi tanda-tanda vital seperti :a. Adanya hipertensi atau hipotensi,
bandingkan hasil yang terbaca
pada kedua lengan.
b. Frekuensi dan irama jantung,auskultasi adanya murmur
c. Catat pola dan irama daripernapasan, seperti periode apnea
setelah pernapasan hiperventilasi,
pernapasan Cheyne-Stokes
tanda atau gejala neurologis atau
kegagalan memperbaikinya setelah fase
awal memerlukan tindakan untuk
melakukan pemantauan terhadappeningkatan TIK.
Mengetahui tingkat kesadaran, risiko
peningkatan TIK, mengetahui lokasi,
luas dan kemajuan atau resolusi
kerusakan SSP. Menunjukkan TIA
yang merupakan tanda-tanda
thrombosis CVS baru.
a.Variasi terjadi karena tekanan atautrauma serebral pada daerah
vasomotor otak. Hipertensi atau
hipotensi postural dapat menjadi
presipitasi. Hipotensi terjadi karena
syok ( kolaps sirkulasi vaskuler ).
Peningkatan TIK terjadi karena
edema, formasi bekuan darah.
Tersumbatnya arteri subklavia
ditandai adanya perbedaan tekanan
pada kedua lengan.
b.Perubahan terutama bradikardiaterjadi akibat kerusakan otak.
Disritmia dan murmur pertanda
adanya penyakit jantung yang
menjadi pencetus CVS ( seperti
Stroke setelah IM )
c.Ketidakteraturan pernapasanmenggambarkan lokasi kerusakan
serebral atau peningkatan TIK dan
kebutuhan untuk intervensi
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
34/56
4. Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk,kesamaan, dan reaksinya terhadap
cahaya.
5. Catat perubahan dalam penglihatan,seperti adanya kebutaan, gangguan
lapang pandang atau kedalaman
persepsi.
6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi,seperti fungsi bicara.
7. Letakkan kepala dengan posisi agakditinggikan dan dalam posisi anatomis
( netral )
8. Pertahankan keadaan tirah baring,ciptakan lingkungan yang tenang,
batasi aktivitas sesuai indikasi.
Berikan istirahat secara periodik
antara aktivitas perawatan.
9. Cegah terjadinya mengejan saatdefekasi, dan pernapasan yang
memaksa ( batuk terus menerus )
selanjutnya.
Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
okulomotor ( III ) berguna menentukan
apakah batang otak masih baik. Ukurandan kesamaan pupil ditentukan oleh
keseimbangan antara persarafan
simpatis dan parasimpatis. Respons
terhadap refleks cahaya
mengkombinasikan fungsi dari saraf
cranial optikus ( II ) dan saraf kranial
okulomotor ( III )
Gangguan penglihatan yang spesifik
mencerminkan daerah otak yang
terkena, mengindikasikan keamanan
yang harus mendapatkan perhatian dan
mempengaruhi intervensi.
Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
merupakan indikator dari lokasi atau
derajat gangguan serebral dan
mengindikasikan penurunan atau
peningkatan TIK.
Menurunkan tekanan arteri dengan
meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi atau perfusi
serebral.
Aktivitas atau stimulus yang kontinu
dapat meningkatkan TIK. Istirahat total
dan ketenangan diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan stroke
hemoragik atau perdarahan lainnya.
Valsava manuver dapat meningkatkan
TIK dan memperbesar risiko terjadinya
perdarahan.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
35/56
10. Berikan oksigen sesuai indikasi
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasia. Antikoagulasi, misal natrium
warfarin, heparin, antitrombosit (
ASA ), dipiridamol.
b. Antifibrolitik misal asamaminokaproid
Menurunkan hipoksia yang
menyebabkan vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat atau terbentuknya
edema
a.Meningkatkan atau memperbaikialiran darah serebral dan mencegah
pembekuan karena embolus atau
thrombus.
b.Meningkatkan atau memperbaikialiran darah serebral dan mencegah
pembekuan karena embolus atau
thrombus. Merupakan kontraindikasi
pada klien hipertensi akibat
peningkatan risiko perdarahan.
Diagnosa2
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskular :
kelemahan, flaksid/paralisis hipotonik ( awal ), paralisis spastis, kerusakan
perseptual/kognitif.
Ditandai dengan :
a. Ketidakmampuan bergerak dalam lingkungan fisikb. Kerusakan koordinasic. Keterbatasan rentang gerakd. Penurunan kekuatan/control ototKriteria hasil/kriteria Evaluasi :
a. mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh takadanyakontraktur, footdrop.
b. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkenaatau kompensasi.
c. Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.d. Mempertahankan intigritas kulit.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
36/56
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1.
Kaji kemampuan secara funsional/luasnyakerusakan awal dan dengan cara yang teratur.
Klasifikasi melalui skala 0-4. (rujuk pada
MK: Trauma kranioserebral, DK: Mobilitas
Fisik, kerusakan, hal. 282)
2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam(telenteng,miring), dan sebagainya dan jika
memungkinkan bias lebih sering jika
diletakkan dalam posisi bagian yang
terganggu.
3. Letakkan pada posisi telungkup satu kali ataudua kali sehari jika pasien dapat
mentoleransinya.
4. Mulailah melakukan latihan rentang gerakaktif dan pasif pada semua ekstremitas saat
masuk. Anjurkan melakukan latihan seperti
latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet,
melebarkan jari-jari dan kaki/telapak.
5. Sokong ekstremitas dalam posisifungsionalnya, gunakan papan kaki (foot
board) selama periode paralisis flaksid.
Pertahankan posisi kepala netral.
1.
Mengidentifikasi kekuatan/kelemahandan dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan. Bantu dalam
pemilihan terhadap intervensi, sebap
teknik yang berbeda digunakan untuk
paralisis spastic dengan flaksid.
2. Menurunkan resiko terjadinyatraumaiskemia jaringan. Daerah yang
terkena mengalami
perburukan/sirkulasi yang lebih jelek
dan menurunkan sensasi dan lebih
besar menimbulkan kerusakan pada
kulit/dekubitus
3. Membantu mempertahankan ekstensipinggul fungsional; tetapi
kemungkinan akan meningkatkan
ansietas terutama mengenai
kemampuan pasien untuk bernafas.
4. Meminimalkan atrofi otot,meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur. Menurunkan
resiko terjadinya hiperkalsiuria dan
osteoporosis jika masalah utamanya
adalah perdarahan. Catatan : stimulasi
yang berlebihan dapat menjadi
pencetus adanya perdarahan berulang.
5. Mencegah kontraktur/footdrop danmemfasilitasi kegunaanya jika
berfungsi kembali. Paralisis flaksid
dapat mengganggu kemampuannya
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
37/56
6.
Gunakan penyangga lengan ketika pasienberada dalam posisi tegak, sesuai indikasi.
7. Evaluasi penggunaan dari/kebutuhan alatbantu untuk pengaturan posisi atau pembalut
selama periode paralisis spastic.
8. Tempatkan bantal dibawah aksila untukmelakukan abduksi pada tangan
9. Tinggikan tangan dan kepala.
10.Tempatkan hend roll keras pada telapaktangan dengan jari-jari dan ibu jari-jari saling
berhadap.
11.Posisi lutut dan panggul dalam posisiekstensi.
12.Pertahankan kaki dalam posisi netral denganulungan/bantalan trokanter.
13.Gunakan papan kaki secara berganti, jikamemungkinkan.
14.Bantu untuk mengembangkan keseimbanganduduk ( seperti meninggikan bagian kepala
tempat tidur, bantu untuk duduk disisi tempat
untuk menyangga kepala, dilain pihak
paralisis spastic dapat mengarah pada
deviasi kepala ke salah satu sisi.
6.
Selama paralisis flaksid, penggunaanpenyangga dapat menurunkan risiko
terjadinya subluksasio lengan dan
sindrom bahu lengan
7. Kontraktur fleksi dapat terjadi akibatdari otot fleksor lebih kuat
dibandingkan dengan otot ekstensor.
8. Mencegah abduksi bahu dan fleksisiku.
9. Meningkatkan aliran balik vena danmembantu mencegah terbentuknya
edema.
10.Alas/dasar yang keras menurunkanstimulasi fleksi jari-jari,
mempertahankan jari-jari dan ibu jari
pada posisi normal (posisi anotomis).
11.Mempertahankan posisi fungsional.
12.Mencegah rotasi eksternal padapinggul.
13.Penggunaan yang kontinu (setelahperubahan pada paralisis flaksid ke
spastik) dapat menyebapkan tekanan
yang berlebihan pada sendi peluru
kaki, meningkatkan spstisitas, dan
secara nyata meningktkan fleksi
plantar.
14.Membantu dalam melatih kembalijaras saraf, meningkatkan respons
proprionseptik dan motorik
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
38/56
tidur, biarkan pasien menggunakan.Kekuatan
tangan untuk menyokong berat badan dan
kaki yang kuat untuk memindahkan kaki
yang sakit, meningkatkan waktu duduk dankeseimbangan dalam berdiri seperti letakkan
sepatu yang datar.sokong bagian belakang
dan bawah pasien dengan tangan sambil
meletakkan lutut penolong diluar lutut pasien,
bantu menggunakan alat pegangan pararel
dan walker.
15.Observasi daerahyang terkena termasukwarna, edema, atau tanda lain dari gangguan
sirkulasi.
16.Inspeksi kulit terutama pada daerah yangmenonjol secara teratur.lakukan masase
secara hati-hati pada daerah kemerahan dan
berikan alat bantu seperti bantalan lunak kulit
sesuai kebutuhan.
17.Bangunkan dari kursi sesegera mungkinsetelah tanda-tanda vital stabil kecuali pada
hemoragik serebral.
18.Alasi kursi duduk dengan busa atau balon airdan bantu pasien untuk memindahkan berat
badan dengan interval yang teratur.
19.Susun tujuan dengan pasien atau orang
15.Jaringan yang mengalami edema lebihmudah mengalami trauma dan
penyembuhannya lambat
16.Titik-titik tekanan pada daerah yangmenonjol paling berisiko untuk
terjadinya penurunan
perfusi/iskemia.stimulasi sirkulasi dan
memberikan bantalan membantu
mencegah kerusakan kulit dan
perkembanganyaa dekubitus.
17.Membantu mentabilkan tekanan darah(tonus vasemotor terjaga
).meningkatkan keseimbangan
ekstermitas dalam posisi normal dan
pengosongan kantung kemih/ginjal.
Menurunkan resiko terjadinya batu
kandung kemih dan infeksikarena urin
yang statis.
18.Mencegah/ menurunkan tekanankoksigeal/ kerusakan kulit
19.Meningkatkan harapan terhadap
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
39/56
terdekat untuk berpartisipasi dalam aktivitas
/latihan mengubah posisi
20.Anjurkan pasien untuk membantu pergerakandan latihan dengan menggunakan ekstermitas
yang tidak sakit untuk menyokong /
menggerakkan daerah tubuh yang mengalami
kelemahan.
Kolaborasi
1. Berikan tempat tidur dengan matras bulat,tempat tidur aitr, alat flotasi, atau tempat
tidurkhusus (seperti tempat tidur kinetik)
sesuai indikasi
2. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secaraaktif, latihan resistif, dan ambulasi fasien
3. Bantulah dengan stimulasi elektrik,sepertiTENS sesuai indikasi
4. Berikan obat relaksan otot, antispasmodiksesuai indikasi,seperti baklofen, dantrolen
perkembangan/ peningkatan dan
memberikan prasaan kontrol/
kemandirian
20.Dapat berespon denganbaik jikadaerah yang sakit tidak menjadi lebih
terganggu dan memerlukan dorongan
serta latihan aktif untuk menyatukan
kembali sebagai bagian dari tubuhnya
sendiri
1. Meningkatkan distribusi merata beratbadan yang menurunkan tekanana
pada tulang tertentu dan membantu
untuk mencegah kerusakan kulit
.tempat ini khusus membantu denagn
letak pasien obesitas,meningkatkan
sirkulasi dan menurunkan terjadinya
vena statis untuk menurunkan resiko
terhadap cedera pada jaringan dan
komplikasi seperti ortostatik
2. Program yang khusus dapatdikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berati /menjaga
kekurangan tersebut dalam
keseimbangan,koordinasi dan
kekuatan.
3. Dapat membantu memulihkankekuatan otot dan meningkatkan
kontrol otot volunter.
4. Mungkin di perlukan untukmenghilangkan spastisitas pda
ekstermitas yang terganggu
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
40/56
Diagnosa 3
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot, kerusakan
perseptual/kognitif, nyeri/ketidaknyamanan, depresi.
Ditandai dengan :
Kerusakan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari contoh
ketidakmampuan makan, mandi, memasang atau melepasakan pakaian, dan toileting.
Kriteria hasil/Kriteria Evaluasi :
a. Mendemonstrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhanperawatan diri.
b. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.c. Mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas memberikan bantuan sesuai
kebutuhan.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
41/56
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan(dengan menggunakan skala 0-4) untukmelakukan kebutuhan sehari-hari.
2. Hindari melakukan sesuatu untuk pasienyang dapat di lakukan pasien sendiri
,tetapi berikan bantuan sesuai kbutuhan.
3. Sadari perilaku /aktivitas infulsifkarnagangguan dalam mengambil keputusan.
4. Pertahankan dukungan ,sikap yang tegas.beri pasien waktu yang cukup untuk
mengerjakan tugasnya.
5. Berikan unpan balik yang positif untuksetiap usaha yang di lakukan atau
keberhasilannya.
6. Buat rencana terhadap gangguanpenglihatan yang ada ;seperti:
Letakkan makanan dan alat-alatlainnya pada sisi pasien yang tidak
sakit
Sesuaikan tempat tidur sehingga sisitubuh pasien yang tidak sakit
menghadap ke ruangan dengan sisi
menghadap ke dinding.
1. Membantu dalammengantisipasi/merencanakan pemenuhankebutuhan secara individual.
. Pasien ini mungkin menjadi sangatketakutan dan sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang di berikan
bermampaat dalam mencegah frustasi
,adalah penting bagi pasien untuk
melakukan sebanyak mungkin untuk diri
sendiri untuk mempertahankan harga diri
dan meningkatkan pemulihan.
. Dapat menunjukkan kebutuhan intervensidan pengawasan tambahan untuk
meningkatkan keamanan pasien.
. Pasien akan memerlukan empati tetapi peluu tuk mengetahwi pemberi asuhan yang
akan membantu pasien secara konsisten .
5. Meningkatkan perasaan makna diri.meningkatkan kemandirian,dan
mendorong pasien untuk berusaha secara
kontinu.
.
Pasien akan dapat melihat untukmemakan makananya.
Akan dapat melihat jika naik /turu daritempat tidur ,dapat mengobsevasi
orang yang dating ke ruangan tersebut.
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
42/56
Posisikan perabot menjauh dinding.
7. Gunakan alat pribadi ,seperti kombinasipisau bercabang sikat tangkai
panjang,tangkai panjang untuk
mengambil sesuatu dari lantai kursi mandi
pancuran kloset duduk yang agak tinggi .
8. Kaji kemampuan pasien untukberkomunikasi tentang kbutuhannya utuk
menghindari dan atau kemampuan untuk
menggunakan urinal,bedpan.bawa pasien
ke kamar mandi dengan teratur atau
interval waktu tertentu untuk berkemih
jika memungkinkan.
9. Identifikasi kebiasaan depekasisebelumnya dan kembalikan kepada
kebiasaan pola normal tersebut.kadar
makanan yang berserat anjurkan untuk
minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
Kolaborasi
1. Berikan obat supositoria dan pelunakfeses.
2. Konsultasi dengan ahli fisioterapi/ahliterapi okupasi.
Memberi keamanan ketika pasienbergerak di ruangan untuk
menurunkan resiko jatuh /terbentur
perabot tersebut .7. Pasien dapat menangani diri sendiri
,meningkatkan kemandirian dan harga diri.
. Mungkin mengalami gangguan sarafkandung kemih,tidak dapat mengatakan
kebutuhannya pada fase pemulihan
akut,tetapi biasanya dapat mengontrol
kembali fungsi ini sesuai perkembangan
proses penyembuhan.
. Menkaji perkembangan program latihan(mandiri) dan membantu dalam
pencegahan konstipasi dan sembelit
(pengaruh jangka panjang).
. Mungkin dibutuhkan pada awal untukmembantu menciptakan /meransang fungsi
defekasi teratur.
. Memberikan bantuan yang mantap untukmengembagkan rencana terapi dan
mengidentifikasi kebutuhan alat
penyongkong khusus.
Diagnosa 4
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
43/56
Gangguan harga diri ( uraikan ) berhubungan dengan perubahan biofisik,
psikososial, perceptual ( kognitif )
Ditandai dengan :
a. Perubahan aktual dalam struktur dan/atau fungsi.b. Perubahan dalam pola biasanya dari tanggung jawab/kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
c. Respons verbal/nonverbal terhadap perubahan aktual atau yang dirasakan.d. Perasaan negatif tentang tubuh, perasaan putus asa/tidak berdaya.e. Berfokus pada kekuatan, fungsi, atau penampilan masa lalu.f. Preokupasi dengan perubahan atau kehilangan.g. Tidak menyentuh/melihat pada bagian tubuh yang sakit.Kriteria hasil/kriteria evaluasi :
a. Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yangtelah terjadi
b. Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dan situasic. Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang
akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji luasnya gangguan persepsi danhubungkan dengan derajat
ketidakmampuannya.
2. Identifikasi arti darikehilangan/disfungsi/perubahan pada
pasien.
3. Anjurkan pasien untuk mengekspresikanperasaannya termasuk rasa bermusuhan
dan perasaan marah.
4. Catat pasien dapat menunjukkan daerah
2. Penentuan faktor-faktor secara individumembantu dalam mengembangkan
perencanaan asuhan/pilihan intervensi.
3. Kadang kadang pasien menerima danmengatasi gangguan fungsi secara efektif
dengan sedikit penanganan, dilain pihakada juga orang yang mengalami kesulitan
dalam menerima dan mengatasi
kekurangannya
4. Mendemonstrasikanpenerimaan/membantu pasien untuk
mengenal dan mulai memahami perasaan
ini.
5. Menunjukkan penolakan terhadap bagian
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
44/56
yang sakit ataukan pasien meningkari
daerah tersebut dan mengatakan hal
tersebut telah mati
5. Akui pernyataan perasaantentangpengingkaran terhadap tubuh;
tetap pada kenyataan yang ada tentang
realita bahwa pasien masih dapat
menggunakan bagian tubuhnya yang
tidak sakit dan belajar untuk mengontrol
bagian tubuh yang sakit. Gunakan kata-
kata (seperti lemah, sakit, kanan-kiri)
yang tidak mengansumsikan bahwa
bagian tersebut sebagian bagian dari
seluruh tubuh.
6. Tekankan keberhasilan yang kecilsekalipun baik mengenai penyembuhan
fungsi tubuh ataupun kemandirian pasien
7. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaiandan berdandan yang baik
8. Dorong orang terdekat untuk memberikesempatan pada melakukan sebanyak-
banyak mungkin untuk dirinya sendiri
9. Beri dukungan terhadap perilaku/usahaseperti peningkatan minat/partisipasi
tubuh tertentu/perasaan negatif terhadap
citra tubuh dan kemampuan, menandakan
perlunya intervensi dan dukungan
emosional.6. Membantu pasien untuk melihat bahwa
perawat menerima kedua bagian tubuh
tersebut merupakan satu bagian yang utuh
dari seseorang. Memberikan kesempatan
pasien untuk merasakan penghargaannya
secara penuh dan mulai menerima
keadaan yang dialami saat sekarang ini.
7. Mengkonsolidasikan keberhasilanmembantu menurunkan perasaan marah
dan ketidakberdayaan dan menimbulkan
perasaan adanya perkembangan.
8. Membantu peningkatan rasa harga diridan kontrol atas salah satu bagian
kehidupan.
9. Membangun kembali rasa kemandiriandan menerima kebanggaan diri dan
meningkatkan proses rehabilitas . catatan:
ini mungkin sulit dan menimbulkan rasa
frustasi pada keluarga/pemberi asuhan
yang tergantung pada derajat
ketidakmampuan dan waktu yang
diperlukan pasien untuk melakukan
aktivitas secara keseluruhan.
10.Mengisyaratkan kemungkinan adaptasiuntuk mengubah dan memahami tentang
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
45/56
pasien terhadap rehabilitasi.
10.Berikan penguatan terhadap penggunaanalat-alat adaptif,seperti tongkat untuk
berjalan, kancing/ritsluiting, saku di pahauntuk kateter, dan sebagainya
11.Pantau gangguan tidur, meningkatknyakesulitan untuk berkonsentrasi
pernyataan ketidakmampuan untuk
mengatasi sesuatu, letargi dan menarik
diri.
Kolaborasi
1. Rujuk pada evaluasi neuropsikologisdan/atau konseling sesuai kebutuhan
peran diri sendiri terhadap kehidupan
selanjutnya.
11.Meningkatkan kemandirian, menurunkanketergantungan terhadap orang lain, untukmemenuhi kebutuhan fisik dan pasien
dapat bersosialisasi lebih aktif lagi
12.Mungkin merupakan indikasi serangandepresi(umumnya setelah adanya
pengaruh stroke)yang mungkin
memerlukan evaluasi dan intervensi
lanjut.
1. Dapat memudahkan adaptasi terhadapperubahan peran yang perlu untuk
perasaan/merasa menjadi orang yang
produktif.
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ), mengenai kondisi, prognosis dan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, keterbatasan kognitif,
kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber
informasi.
Ditandai dengan :
a. Meminta informasib. Pernyataan kesalahan informasic. Ketidakakuratan mengikuti instruksid. Terjadinya komplikasi yang dapat dicegahKriteria hasil/kriteria evaluasi :
a. Berpartisipasi dalam proses belajarb. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis atau aturan terapeutikc. Memulai gaya hidup yang diperlukan
Intervensi Rasional
-
5/27/2018 TUGAS GERONTIK PUJI
46/56
1. Evaluasi tipe/derajat dari gangguanpersepsi sensori.
2. Diskusikan keadaan patologis yangkhusus dan kekuatan pada individu.
3. Tinjau ulang keterbatasan saat ini dandiskusikan rencana/kemungkinan
melakukan kembali aktivitas (termasuk
hubungan seksual).
4. Tinjau ulang/pertagas kembali pengobatanyang diberikan. Identifikasi cara
meneruskan program setalah pulang.
5. Diskusikan rencana untuk memenuhikebutuhan perawatan diri.
6. Berikan instruksi dan jadwal tertulismengenai aktivitas,pengobatan dan faktor-
faktor
7. Anjurkan pasien untuk merujuk padadaftar /komunikasi tertuli atau catatan
yang ada daripada hanya bergantung pada
apa yang diingat.
8. Sarankan pasien menurunkan/membatasistimulasi lingkungan terutama selama
kegiatan berfikir.
1. Defisit mempengaruhi pilihan metodepengajaran dan isi/kompleksitas instruksi.
2. Membantu dalam membangunpengharapan yang realistis danmeningkatkan pemahaman tentang
keadaan dan kebutuhan saat ini.
3. Meningkatkan pemahaman, memberikanharapan pada masa dating dan