Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

76
TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. J DI WISMA SURTIKANTI Disusun Oleh : Kelompok 2 Arum Munawaroh (109104000006) Astuti Puji Utami ( 109104000042) Ayu Mutmainah (108104000027) Cicy Chintyawati (109104000001) Dian Erika Purnama (109104000045) Hanik Fitri Cahyani (109104000048) Nining Ratnasari (109104000035) Walidatul Laily Mardliyah (109104000051) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 0

description

AAFADFGARGTHAHHEDFGTAHZDFBD

Transcript of Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Page 1: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. J

DI WISMA SURTIKANTI

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Arum Munawaroh (109104000006)

Astuti Puji Utami ( 109104000042)

Ayu Mutmainah (108104000027)

Cicy Chintyawati (109104000001)

Dian Erika Purnama (109104000045)

Hanik Fitri Cahyani (109104000048)

Nining Ratnasari (109104000035)

Walidatul Laily Mardliyah (109104000051)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2012

0

Page 2: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru,

tetapi dapat juga menyerang organ lainya. Indonesia merupakan Negara berkembang

sebagai penderita TBC terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina (Depkes RI, 2006).

Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian

101.000 orang (Anonim, 2007). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang setiap

tahun mortalitasnya cukup tinggi. Kawasan Indonesia timur banyak ditemukan terutama

gizi makanannya tidak memadai dan hidup dalam keadaan sosial ekonomi dan higiene

dibawah normal (Tjay dan Rahardja, 2007).

Sumber utama penularan adalah orang dewasa dengan TBC paru dengan sputum

positif (Mycobacterium tuberculosis), dan susu dari hewan yang terinfeksi

(Mycobacterium bovis). Diagnosis berdasarkan gambaran rontgen toraks dan tes

tuberkulin positif. Sputum biasanya tidak ada, namun hasil tuberkulosis mungkin bisa

didapatkan dari bilas lambung. Pencegahan tergantung pada perbaikan kondisi

sosioekonomi, dan kemudian pada beberapa pemeriksaan termasuk pengenalan serta terapi

tepat pada infeksi TBC dewasa, imunisasi BCG (Meadow dan Newel, 2006). Sedangkan

masalah perilaku tidak sehat antara lain akibat dari meludah sembarangan, 3 batuk

sembarangan, kedekatan anggota keluarga, gizi yang kurang atau tidak seimbang, dan

lain-lain (Anonim, 2006).

Risiko TB lebih tinggi pada lansia yanng memiliki kontak dekat dengan pasien TB

yang baru saja terdiagnosis, mereka yang pernah menderita TB, pasien yang menjalani

gasterektomi, dan mereka yang menderita silikosis, diabetes, malnutrisi, kanker, penyakit

hodgkin atau leukimia. Penyalahgunaan obat dan alkohol, pasien di rumah sakit jiwa, serta

lansia penghuni pantijompo juga memiliki insiden tinggi. Proses penuaan melemahkan

sistem imun, yang makin meningkatkan kemungkinan infeksi tuberkular pada lansia.

Insiden TB lebih tinggi pada individu yang mendapat terapi imunosepresan atau

kortikosteroid dan mereka yang menderita penyakit yang menyerang sistem imun.

TB dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru yang masif, dengan inflamasi dan

nekrosis jaringan akhirnya menyebabkan gagal napas. Fistula bronkopleura dapat terjadi

1

Page 3: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

akibat kerusakan jaringan paru, yang menyebabkan pneumotoraks. Penyakit tersebut juga

dapat menyebebkan hemoragi, efusi pleuda, dam pneumonia. Fokal mikrobakteria kecil

dapat menginfeksi orga tubuh lainnya, termasuk ginjal dan sistem saraf dan sistem

skeletal.

Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah

penderita tuberkulosis. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun

2007 menyatakan jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia sekitar 528.000. Laporan

WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan

jumlah penderita TBC sebanyak 429.000 orang. Pada Global Report WHO 2010, didapat

data TBC Indonesia, total seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana

169.213 adalah kasus TBC baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC BTA negatif,

11.215 adalah kasus TBC ekstra paru, 3.709 adalah kasus TBC kambuh, dan 1.978 adalah

kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (Anonimc, 2011).

Pada tahun 2005 Indonesia telah berhasil mancapai angka kesembuhan sesuai dengan

target global yaitu sebesar 85% yang tetap dipertahankan dalam lima tahun terakhir ini.

Penemuan kasus TBC di Indonesia pada tahun 2005 baru mencapai angka 67%. Angka ini

belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 70%, tapi angka penemuan kasus

TBC mengalami peningkatan 2 hingga melewati target yang diharapkan yaitu sebesar 76%

pada tahun 2006 (Depkes RI, 2007).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan strategi Directly Observed

Treatment Short–Cours) (DOTS) sebagai upaya pendekatan kesahatan yang paling tepat

saat ini untuk menanggulangi masalah TBC di Indonesia khususnya keberhasilan dalam

penemuan kasus TBC yang diharapkan dapat mencapai target. Beberapa fokus utama

dalam pencapain target yaitu pengawasan minum obat, memperkuat mobilisasi, dan

advokasi serta memperkuat kemitraan dan kolaborasi dengan berbagai tingkat (Anonim,

2008). Target yang digunakan dalam penanggulangan TBC di Indonesia mengacu pada

target global penanggulangan TBC yang ditentukan oleh The Global Plant to Stop TBC

dari inisiatif stop TBC partnership dengan bantuan WHO antara lain pertama, pada akhir

tahun 2005–2015 diharapkan tingkat penemuan kasus mencapai 70%. Kedua, pada tahun

2015 prevalensi dan kematian akibat TBC berkurang hingga 50% dibanding tahun 1990.

Ketiga, pada tahun 2050 TBC tidak lagi menjadi masalah kesehatan dunia.

2

Page 4: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pengelolaan kasus ini adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan pada lansia dan mencegah terjadinya komplikasi pada kasus tersebut.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahuai tentang konsep penuaan pada lansia

2. Untuk mengetahui rencana tindakan yang tepat dalam menanggulangi masalah

TBC pada lansia

3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari intervensi yang telah dilakukan

4. Untuk mencegah resiko penularan pada lansia

5. Memberikan pendidikan kesehatan pada lansia

.

3

Page 5: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENUAAN PADA SISTEM PULMONAL

1. Pengertian Proses Penuaan

Penuaan adalah fenomena universal yang mengubah cadangan fisiologis

individu dan kemampuan untuk mempertahankan homeostasis, khususnya pada saat

stress (misalnya kondisi sakit). Sebagian besar perubahan normal yang dihubungkan

dengan penuaan secara bertahap, sehingga dapat beradaptasi. Perubahan yang paling

banyak ditemukan adalah yang berhubungan dengan keterbatasan fisiologis. Lansia

dapat mempertahankan homeostasis, tetapi bahkan kerusakan kecil dapat mengganggu

keseimbangan (Blair, Kathryn A. 2007).

2. Penuaan pada system pulmonal

a. Penuaan normal pulmonal

Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap

perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya

reflek batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan kemempuan

perlindungan pada system pulmonal. Perubahan anatomis seperti penurunan

komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan

sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernapasan dan penurunan kekuatan

otot pernapasan dapat meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot

pernapasan pada lansia. Perubahan-perubahan pada intestisium parenkim dan

penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan penurunan difusi

oksigen.

Implikasi klinis dari perubahan pada system respirasi sangat banyak. Perubahan

structural, perubahan fungsi pulmonal, dan perubahan system imun mengakibatkan

suatu kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi, kaknker paru,

emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan PPOK.

TABEL 2.1 PERUBAHAN NORMAL PADA SISTEM PULMONAL AKIBAT PENUAAN

Perubahan Normal yang

berhubungan dengan penuaan

Implikasi

Paru-paru kecil dan kendur Penurunan daerah permukaan untuk difusi

4

Page 6: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Hilangnya recoil elastic

Pembesaran alveoli

gas

Penurunan kapasitas vital

penurunan PaO2 residu

Penurunan saturasi O2 dan peningkatan

voume

Pengerasan bronkus dengan

peningkatan resistensi

Dispnea pada saat aktivitas

Kalsifikasi kartilago kosta,

kekakuan tulang iga pada kondisi

pengembangan.

Hilangnya tonus otot toraks,

kelemahan kenaikan dasar paru

Emfisema senilis

Pernapasan abdominal

Hilangnya suara paru pada bagian dasar

Atelektasis

Akumulasi cairan

Kelenjar mucus kurang produktif Sekresi kental, sulit untuk dikeluaran

Penurunan sensitifitas sfingter

esofagus

Hilangnya sensasi haus

Silia kurang aktif

Aspirasi

Penurunan sensitifitas kemoreseptor Tidak ada perubahan dalam PaO2

Kurang aktifnya paru-paru

Pada gangguan asam basa

TABEL 2.2 PERUBAHAN ANATOMIS DAN GANGGUAN FUNGSI PULMONAL

Perubahan Hasil Perubahan

Kalsifikasi kartilago

kosta

Peningkatan diameter

anteroposterior

Peningkatan pernapasan

abdomen dan diafragma

Peningkatan kerja pernapasan

Penurunan PaO2

5

Page 7: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Atrofi otot pernapasan Peningkatan resiko untuk

terjadinya kelelahan otot

inspirasi

Penurunan kecepatan

aliran ekspirasi maksimal

Penurunan dalam recoil

elastis

Peningkatan volume

pentupan

Peningkatan udara yang

terjebak

Ketidakcocokan ventilasi-

perfusi

Peningkatan volume

residu

Menurunya kekuatan

kapasitas vital

Menurunya kapasitas

vital

Pembesaran duktus

alveolar

Menurunnya permukaan area

permulaan alveolar

Peningkatkan ukuran dan

kekakuan trakea dan jalan

napas pusat

Menurunnya kapasitas difusi

Peningkatan ruang mati

TABEL 2.3 PENYEBAB PERUBAHAN CADANGAN FISIOLOGIS DAN MEKANISME

PERLINDUNGAN PULMONAL

Perubahan Hasil Konsekuensi

Hilangnya silia Kurang efektifnya

peningkatan mukosilia

Peningkatan resiko

gangguan respirasi

Penurunan reflek muntah

dan batuk

Jalan napas yang tidak

terlindungi

Peningkatan resoko cedera

pulmonal

Penumpulan respon

terhadap hipoksemia dan

hiperkapnia

Penurunan saturasi

oksigen

Penurunan cadangan

fisiologis

Penurunan fungsi limfosit

T dan imunitas humoral

Penurunan respon

antibody terhadap antigen

Peningkatan kerentanan

terhadap infeksi

6

Page 8: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

spesifik Berkurangnya respon

hipersensitivitas lambat

(respon negative palsu

terhadap tes derivative

protein yang dimurnikan)

Penurunan efisiensi dari

vaksinasi

Penurunan fungsi reseptor

β2

Penurunan respon

terhadap agonis β2 yang

dihirup

Peningkatan kesulitan

dalam menangani asma

Penurunan motilitas

esophagus dang aster dan

hilangnya tonus sfingter

kardiak

Peningkatan resiko refluks

ke esofagus

Peningkatan resiko

terjadinya aspirasi

b. Penuaan normal kardiovaskular

Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigen dan nutrient setiap sel hidup

yang di perukan untuk bertahan hidup. Penuaan menyebabkan jantung dan pembuluh

darah mengalami perubahan struktur maupun fungsional. Secara umum perubahan yang

disebabkan oleh penuaan berlangsung lambatdan dengan awitan yang tidak disadari.

Penuaan yang terjadi berangsur-angsur ini sering ditandai dengan penurunan tingkat

aktivitas, yang mengakibatkan penurunan darah yang teroksigenasi.

TABEL 2.4 PERUBAHAN NORMAL PADA SISTEM KARDIOVASKULAR AKIBAT

PENUAAN

Perubahan normal yang berhubungan

dengan penuaan

Implikasi klinis

Ventrikel kiri melebar Penurunan kekuatan kontraktil

Katup jantung menebal dan membentuk

penonjolan

Gangguan aliran darah melalui

katup

Jumlah sel pacemaker menurun Umum terjadi disritmia

Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada

kondisi dilatasi

Penumpulan respon baroreseptor

Penumpulan respon terhadap panas

7

Page 9: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

dan dingin

Vena mengalami dilatasi, katup-katup

menjadi tidak kompeten

Edema pada ekstremitas bawah

dengn penumpukan darah

Perubahan Fungsi

Curah jantung pada saat istirahat tetap atau stabil atau sedikit menurun.

Karena miokardium mengalami penebalan dan kurang dapat direnggangkan,

dengan katup-katup yang lebih kaku, peningkatan waktu pengisian diastolic dan

peningkatan tekanan pengisian diastolic diperlukan untuk mempertahankan preload

yang adekuat. Jantung yang mengaami penuaan juga lebih bergantung pada

kontraksi atrium, atau volume darah yang diberikan pada ventrikel sebagai hasil

dari kontraksi arterial yang terkoordinasi. Dua kondisi yang menempatkan lansia

pada resiko untuk mengalami tidak adekuatnya curah jantung adalah takikardia,

yang disebabkan oleh pemendekan waktu pengisian ventrikel, dan vibrilasi artria,

yang disebabkan oleh hilangnya kontraksi atrial.

Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa lansia tidak mengaami perubahan

kadar katekolamin, respon mereka terhadap mediator kimia ini mengalami

penumpulan. Pada lansia fenomena ini terungkap melalui hilangnya respon denyut

jantung terhadap latihan atau stress.

8

Page 10: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

B. TEORI TUBERKULOSIS (TBC)

1. Definisi dan Epidemiologi

Infeksi akut atau kronis, tuberkulosis (TBC) dicirikan dengan infiltrat paru dan

pembentukan granuloma dengan kaseosa, fibrosis dan kavitasi. American Lung

Association memperkirakan penyakit aktif tersebut telah meningkat lebih dari 20% di

5 tahun terakhir. TB dua kali lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita dan

empat kali lebih sering pada pada orang bukan kulit putih dibanding orang kulit putih.

Akan tetapi, insiden tertinggi di kalangan orang yang tingggal di kondisi lingkungan

yang padat, ventilasi buruk, dan tidak ada sanitasi, seperti penjara, rumah sewaan, dan

penampungan gelandangan.

TB terjadi akibat terpajan Mycobacterium tuberculosis dan kadang kala jenis

mikrobakteria lainnya. Penularan terjadi ketika orang yang terinfeksi batuk atau

bersin, yang menyebarkan droplet yang infeksius. Ketika orang menghirup droplet ini,

basilus menyangkut di alveoli, yang menyebabkan iritasi. Sistem imun berespon

dengan mengirimkan leukosit, limfosit dan makrofag untuk mengelilingi basillus

tersebut, dan kelenjar getah bening lokal membengkak serta meradang. Jika bacillus

yang bersseelubung (tuberkel) dan kelenjar yang meradang pecah infeksi

mengontaminasi jaringan di sekitarnya melalui darah dan sirkulasi yang limfatik ke

tempat yang jauh.

Setelah terpajan M. Tuberkulosis, hitungan kasarnya 5 % orang yang terinfeksi

mengalami TB aktif dalam 1 tahun sisanya, mikroorganisme ini menyebabkan infeksi

laten di tubuh. Sistem pertahanan imunologis pejamu biasanya menghancurkan

basillus atau membangun dinding ke arah atas di dalam tuberkel. Tetapi basillus yang

berselubung yang hidup dapat tetap dorman di dalam tuberkel selama bertahun-tahun,

yang aktif kembali kemudian selama proses penuaan untuk menyebabkan infeksi

aktif.

2. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Bentuk penyakit tuberkulosis ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu

tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru.

a. Tuberkulosis paru

Penyakit ini merupakan bebntuk yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar 80%

dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringna paru-paru ini

merupakan satu-satunya bentyuk dari TB yang mudah tertular kepada manusia lain,

asal kuman bisa keluar dari si penderita.

9

Page 11: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

b. Tuberkulosis ekstra paru

Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ tubuh lain,

selain paru-paru, seperti pleura, kelenjar limfa, persendian tulang belakang, saluran

kencing dan susunan saraf pusat.

3. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit TBC

Kondisi sosial ekonomi, status gizi, umur,jenis kelamin dan faktor toksis pada

manusia, ternyata menjadi faktro penting dari penyebeb penyakit TBC

a. Faktor sosilal ekonomi

Faktor sosilal ekonomi disini sangnat ereat kaitannya dengna kondisi rumah,

kepadatan hunian, lingkungan perumahan serta lingkungan dan sanitasi tempat

bekerja yang buruk

b. Status gizi

Kekurrangan kalori,protein, vitamin, zat besi, dan lain-lain (malnutrisi) akan

mempengaruhi daya tubuh seseorang, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

termasuk tuberkulosis paru

c. Umur

Penyakit Tuberkulosis paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia

produktif, yaitu 15-50 tahun. Dewasa ini, dengan terjadinya transisi demografi,

menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi.

d. Jenis kelamin

Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan

yang meninggal akibat tuberkulosis paru. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa

kaum perempuan lebih rentan terhadap kematia kaibat serangan tuberkulosis paru

dibandingkan proses kehamilan dan persalinan. Pada laki-laki penyakit ini lebih

tinggi, karena rokok dan minuman alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan

tubuh.

4. Patofisioloogi

Terlampir

5. Tanda Dan Gejala

Kelemahan dan keletihan

Anoreksia

Peurunan berat badan

10

Page 12: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Sputum bercampur darah (tanda awal yang jarang terjadi pada lansia)

Demam dan keringat malam (tanda TB yang khas, dapat tidak muncul pada lansia

yang menunjukkan perubahan tingkat aktivitas atau BB)

Suara redup (tanda perkusi di daerha yang sakit, tanda konsolidasi atau adanya

cairan pleura)

Krekels krepitasi, bunyi napas bronkial, pneumoni, dan pectoryloquy samar

6. Penularan Kuman Tuberkulosis

Banyaknya kuman dalam paru-paru penderita menjadi satu indikasi tercepat

penularan penyakit tuberkulosis ini kepada seseorang. Penyebaran kuman tuberkulosis

ini terjadi di udara melalui dahak yang berupa droplet. Bagi penderita tuberkulosis paru

yang memiliki banyak sekali kuman, dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada

pemerikasaan dahaknya. Hal ini tentunya sangat menular dan berbahaya bagi lingkungan

penderita.

Pada saat penderita batuk atau bersin, kuman TBC paru dan BTA positif yang

berbentuk droplet sangat kecil ini akan beterbangan di udara. Droplet yang sangat kecil

ini kemudian mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman

tuberkulosis. Kuman ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam lamanya, sehingga

cepat atau lambat droplet yang mengandung unsur kuman tuberkulosis akan terhirup oleh

orang lain. Apabila droplet ini telah terhirup dan bersarang di dalam paru-paru seseorang,

maka kuman ini akan mulai membelah diri atau berkembang biak. Dari sinilah akan

terjadi infeksi dari satu penderita ke calan penderita lain (mereka yang telha terjangkit

penyakit)

7. Pemeriksaan Diagnostik

Sinar X dada menunjukkan lesi normal, bercak-bercak infiltrat (khususnya dilobus

atas), pebentukan kavitas, jaringan parut dan deposit kalsium. Akan tetapi, sinar-X

dada tidak dapat membantu membedakan antara TB aktif dan tidak aktif.

Uji kulit tuberkulin menunjukkan bahwa individu tersebut perrnah terinfeksi TB di

beberapa bagian paru, tetapi tidak menandakan penyakit aktif. Pada pemeriksaan

ini, 5 unit tuberkulin (0,1 ml) purified protein derivative (PPD) kekuatan-sedang

diinjeksikan secara intradermal pada lengan bawah, dengan hasil dibaca 48-72 jam.

Reaksi positiv (sama atau lebih dari 10 mm pengerasannya) terjadi dalam 2 sampai

11

Page 13: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

10 minggu setelah infeksi dengan basilus tuberkel pada TB baik aktif maupun tidak

aktif. Pada lansia, uji dua langkah harus dilakukan. Jika pemeriksaan awal negatif,

pemeriksaan harus di ulang dalam 1 minggu. Jika responnya telah melemah,

pemeriksaan kedua akan menyebabkan konversi.

Pemeriksaan yang paling pasti adalah isolasi M. Tubercuosis dalam sputum, cairan

serebrospinal, urine, drainase abses, atau cairan pleura dengan menggunakan

pewarnaan dan biakan yang menunjukkan basil tahan asam aerobik, tidak bergerak,

dan senstif terhadap panas

Bronkoskopi dapat dilakukan jika orang tersebut tidak dapat menghasilkan

spesimen sputum yang adekuat. Beberapa spesimen mungkin perlu diperiksa untuk

membedakan TB dari penyakit lain yang menyerupainya (seperti karsinoma paru,

abses paru, pneumokoniosis, dan bronkiektasis)

Computed tomography scan atau magnetic resonance imaging memungkinkan

evaluasi kerusakan paru atau memastikan diagnosis yang sulit.

8. Pencegahan penyakit TBC Paru

Pencegahan-pencegahan berikut dapat dikerjakan oleh penderita,

masyarakat ,maupun petugas kesehatan :

a. Bagi penderita pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat

batuk, dan membuang dahak tidak di sembarangan tempat.

b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan

ketahanan terhadap bayi yaitu dengna memberikan vaksinasi BCG.

c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan

penyuluhan tentang penyakit TBC. Selain itu, pengisolasian dan pemerikasaan

terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan

khusus pada penderita TBC ini.

d. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi seerti :

cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap muntahan

atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit ini dan menyediakan

ventilasi rumah serta sinar matahari yang cukup.

e. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang kontak. Perlu dilakukan test

tubekulin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkkan hasil

negatif, perlu diulang pemerikasaan tiap bulan selama 3 bulan

12

Page 14: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

9. Prognosa

Secara umum, penderita-penderita yang tidak begitu parah dapat diobati. Paling

tidak proses nya bisa dihambat oleh kinerja obat-obat kemoterapi modern yang di

konsumsi. Tetapi, selain dari kegagalan paru atau hemoptoe, ada beberapa kasus,

perjalanan penyakit terus memburuk sehingga terjadi destroyed lung, suatu keadaan

yang dahulu disebut phtysis gallopans (sangat kurus dan lemah). Secara teoritis, pada

penyakit tuberkulosis terdapat 10-100 juta basil. Satu diantara 100 ribu basil akan

resisten terhadap salah satu obat antituborkulosis.

Pada 3 bulan pertama, penderita diberi terapi secara intensif, yaitu dengan

pemberian kombinasi isoniazid dan etambutol, dengan streptomisin atau rifampisin.

Kemudian selama 1,5-2 tahun hanya diberi isoniazid dan etambutol.

10. Penanganan

Terapi antituberkular dengan dosis oral harian isoniazid, rifampisin, dan

pirazinamid (dengan etambutol ditambahkan pada beberapa kasus) minimal 6-9

bulan biasanya menyembuhkan TB. Setelah 2-4 minggu, penyakit tidak lagi

infeksius, dan pasien dapat kembali ke aktivitas normalnya sambil melanjutkan

meminum obat tersebut

Kewaspadaan obat isoniazid (INH) harus digunakan dengan hati-hati pada lansia

karena insiden komplikasi hati akibat obat meningkat setelah usia 35 tahun.

Profilaksis INH pada pasien dengan uji PPD positif mungkin tidak diindikasikan

pada lansia karena risiko hepatotoksisitas. Pantau fungsi hati dengan sangat ketat

pada lansia yang mendapat INH.

Individu yang menderita penyakit mikrobakterial atipikal atau TB resistan-obat

mungkin membutuhkan obat lapis-kedua, seperti kapreomisin, streptomisin, asam

para-aminosalisilat, piazinamid, dan sikloserin.

Kewaspadaan obat efek merugikan dari obat lapis-kedua dapat sangat

membahayakan lansia. Asam para-aminosalisilat dapat menyebabkan iritasi saluran

GI, anoreksia, mual, muntah, dan diare, yang dapat menyebabkan malnutrisi.

Streptomisin dapat merusak sistem saraf perifer dan pusat, yang menyebabkan

ketidakseimbangan serta kehilangan pendengaran, yang dapat membahayakan

keselamatan pasien.

13

Page 15: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

11. Intervensi Keperawatan

Berikan antibiotik dan agens antituberkular yang diresepkan. Berikan isoniazid

dan etambutol bersama makanan

Tetapkan tindakan kewaspadaan standar dan penyebaran melalui udara.

Occupational Safety dan Health Administration mensyaratkan staf untuk

memakai respirator dengan filter udara partikulat efisiensi-tinggi ketika merawat

pasien yang menderita TB. Isolasi pasien yang infeksius di ruangan yang

berventilasi baik dan tenang sampai ia tidak lagi menularkan.

Letakkan tempat sampah yang tertutup dekat tempat tidur atau plester kantung

berlilin ke samping tempat tidur untuk tisu yang telah digunakan. Beri tahu pasien

untuk memakai masker ketika ia keluar dari ruangannya.

Pastikan pasien mendapat istarahat yang banyak. Berikan periode istirahat dan

aktivitas yang bergantian untuk meningkatkan kesehatan serta menghemat energi

serta mengurangi kebutuhan oksigen.

Berikan pasien makanan seimbang yang berkalori tinggi, lebih baik jika makanan

dengan porsi kecil tapi sering untuk menghemat enrgi. (makanan porsi keccil tapi

sering juga dapat mendorong pasien yang mual untuk makan lebih banyak). Jika

pasien memerlukan suplemen oral, konsultasi dengan ahli gizi.

Lakukan fisioterapi dada, termasuk drainage potural dan perfusi dada, beberapa

kali sehari

Pantau status pernapasan pasien. Auskultasi bunyi napas dengan sering.

Berikan materi tertulis mengenai TB pada pasien dan anggota keluarga.

Karena isoniazid dapat menyebabkan hepatitiss atau neurotis perifer, pantau

kadar aspartat amino transperase dan alanin transferase.

Jika pasien mendapat etambutol, perhatikan apakah ada tanda-tanda neuritis

optikus;laporkan ke dokter jika ada, yang kemungkinan akan menghentikan obat

tersebut. Kaji penglihatan pasien setiap bulan .

Jika pasien mendapat Rifampisin, perhatikan apakah ada tanda-tanda hepatitis,

kupura dan sindrom seperti flu serta komplikasi lainnya seperti hemoptisis.

Pantau fungsi hati dan ginjal selama terapi.

Pantau kepatuhan pasien TB terhadap terapi. Lansia dapat mengalami masa yang

sangat sulit menerima diagnosis TB. Sebagian besar lansia mengingat masa

ketika orang yang menderita TB dikirim ke sanatorium dalam periode yang lama.

Mereka mungkin tidak menyadari adanya metode terapi yang baru dan takut

14

Page 16: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

dimasukan ke suatu institusi. Berikan penyuluhan mengenai rencana terapi, dan

tekan kan bahwa terapi dapat diberikan di lingkungan di tempat tinggal lansia

saat ini, apabila periode infeksius telah lewat

12. Penyuluhan pasien

Pengunjungn dan personil rumah sakit harus memakai masker di dalam ruangan

pasien

Ajarka pasien tanda dan gejala yang membuuhka pengkajian medis: batuk

meningkat, hemoptisis, penurunan BB yang tidak jelas, demam, dan keringat

malam

Anjurkan siapapun yang terpajan dengan pasien yang terinfeksi dilakukan

pemeriksaan tuberkulin dan jika diprogramkan, sina-X dada serta isoniazid

profilaktik

Tunjukkan pasien dan anggota keluarganya cara melakukan drainase postural

serta perkusi dada

Ajarkan teknik batuk dan napas dalam pada pasien

Ajarkan pemberian oksigen dan keamanan di rumah jika perlu

Ajarkan pasien efek samping obat yang ia gunakan dan beritahu untuk

melaporkan reaksi obat dengan segera.

Tekankan pentingnya pemeriksaan lanjutan yang teratur, dan instruksikan pasien

dan anggota keluarganya mengenai tanda serta gejala TB berulang.

Tekankan manfaat megikuti terapi jangka panjang dengan setia.

Perigatkan pasien yang meminum rimfampisin bahwa obat tersebut akan

membuat sekresi tubuh tampak jingga sementara; terangkan pasie bahwa efek ini

tidak berbahaya.

Jelaskan tindakan kewaspadaan standar dan airbone kepada pasien yang dirawat

diruah sakit. Sebeum pemulangan, beri tahu pasien bahwa ia harus melakukan

tindakan kewaspadaan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut- seperti

memakai masker di sekitar orang lain sampai dokternya memberitahu bahwa ia

tidak lagi menularkan penyakit kepada orang lain.ia harus memberi tahu semua

petugas kesehatan yang ia temui, termasuk dokter gigi dan dokter matanya,

bahwa ia menderita TB sehingga mereka dapat memberlakukan tindakan

kewaspadaan pengendalian- infeksi.

Ajarkan pasien tindakan kewaspadaan khusus lainnya untuk menghindari

penyebaran infeksi. Beri tahu pasien untuk batuk dan bersin ke tisu dan

15

Page 17: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

membuang tisu dengan tepat. Tekankan pentingnya mencuci tangannya dengan

saksama di air hangat dan bersabun setelah menangani sekresinya. Instruksikan

juga pada pasien mencuci perlengkapan makannya secara terpisah dalam air

hangat dan bersabun.

Rujuk pasien ke kelompok pendukung seperti Yayasan Paru Indonesia

13. Pertimbangan Khusus

Perubahan sekresi lambung dapat menyebabkan obat yang diresepkan untuk terapi TB

terlewat melalui saluran usus tanpa diabsorpsi. Periksa feses lansia apakah ada tablet

yang tidak larut.

C. TEORI HIPERTENSI

1. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO tekanan darah sama dengan atau diatas 160 /

95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

2. Klasifikasi

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : (Darmojo, 1999)

Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau

tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi

dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah

dari 90 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu :

a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

3. Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan

perubahan pada:

16

Page 18: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur

20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi primer adalah sebagai

berikut:

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

Kegemukan atau makan berlebihan

Stress

Merokok

Minum alcohol

Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah:

a. Ginjal ; Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut dan Tumor.

b. Vascular ; Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, dan Vaskulitis.

c. Kelainan endokrin ; DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidismed

d. Saraf ; Stroke, Ensepaliti.

e. Obat – obatan ; Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

17

Page 19: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

4. Patofisiologi

Terlampir

5. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,

Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

6. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin / hematocrit: Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume

cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti

hiperkoagulabilitas, anemia.

BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal

Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat

diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi

Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya

diabetes.

Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

Steroid urin

Foto dada: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

18

Page 20: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

CT scan: Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat

EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi

7. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat

komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan

tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai

tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi

Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, Diet rendah

kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

Penurunan berat badan

Menghentikan merokok

Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,

berenang dan lain-lain

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-

87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan

berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan

sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.

b. Edukasi Psikologis

Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi

ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan )

19

Page 21: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

c. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi

juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat

bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT

NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND

TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa

obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat

digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita

dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi:

a. Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2

Alternatif yang bisa diberikan:

Dosis obat pertama dinaikkan, Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca

antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3

Alternatif yang bisa ditempuh

Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4

Alternatif pemberian obatnya, Ditambah obat ke-3 dan ke-4

Re-evaluasi dan konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat,

dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

20

Page 22: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

BAB III

PENGKAJIAN

A. DATA UMUM

1. Nama lansia : Tn. Jo

2. Usia : 75 tahun

3. Agama : Islam

4. Suku : Jawa

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Nama Wisma : Werning Wardoyo

7. Pendidikan : S1

8. Riwayat Pendidikan : SD Harapan

SMP Harapan SMA Harapan Universitas Gajah Mada

9. Status Perkawinan : Duda

10. Pengasuh Wisma : Tn.Puji

11. Jumlah Lansia di Wisma : 30 orang

B. DIMENSI BIOFISIK

1. Riwayat Penyakit (dalam 6 bulan terakhir)

Tn. Jo dalam 6 bulan terakhir ini mengeluhkan batuk sesak. Klien juga menderita

hipertensi, tes tuberculin hasilnya positif TBC

2. Riwayat Pencegahan Penyakit

a. Riwayat monitoring tekanan darah

Monitoring tekanan darah Tn. Jo:

Tanggal 26 September 2012: 160/90 mmHg.

Tanggal 26 September 2012: 160/100 mmHg

b. Skrining kesehatan yang dilakukan

Skrining kesehatan yang dilakukan adalah:

Pemeriksaan gigi, Tn. Jo menderita gigi berlubang.

Pemeriksaan tekanan darah, ditemukan Tn. Jo menderita hipertensi

21

Page 23: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

3. Status Gizi

a. Masalah pada mulut

Tn. Jo menderita gigi belakang berlubang.

b. Perubahan berat badan

Klien mengalami penurunan BB sebanyak 10 kg. BB saat ini 50 kg

c. Masalah nutrisi

BB saat ini = 50 kg, TB= 158 cm

status gizi lansia ditentukan berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh

(IMT)

IMT= 50 kg

(1,58 m)2 = 20,03 (KATEGORI NORMAL)

Klien menyukai makanan yang asin, sedangkan klien menderita hipertensi.

d. Masalah kesehatan yang dialami saat ini

Tn. Jo mengeluhkan batuk dan sesak napas yang mengganggu, sehingga

mengganggu klien saat makan atau beraktivitas.

e. Status fungsional

Pengkajian status fungsional Tn. Jo dengan INDEKS KATZ

No

.

Aktivitas Mandiri (1) Tergantung (0)

1 Mandi di kamar mandi (menggosok,

membersihkan, dan mengeringkan badan)

2 Menyiapkan pakaian, membuka dan

mengeringkannya

3 Memakan makanan yang telah disiapkan √

4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan

diri (menyisir rambut, mencuci rambut,

mengosok gigi, mencukur kumis)

5 Buang air besar di WC (membersihkan dan

mengeringkan daerah bokong)

22

Page 24: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja) √

7 Buang air kecil dikamar mandi (membersihkan

dan mengeringkan daerah kemaluan)

8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih √

9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau

keluar rumah tampa alat bantu, seperti tongkat.

10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan

kepercayaan yang dianut

11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti: merapikan

tempat tidur, mencuci pakaian, memasak dan

membersihkan ruangan

12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau

keluarga

13 Mengelola keuangan (menyimpan dan

menggunakan uang sendiri)

14 Menggunakan transportasi umum dalam

berpergian

15 Menyiapkan obat dan meminum obat sesuai

dengan aturan (takaran obat dan waktu minum

obat tepat)

16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk

kepentingan keluarga dalam hal penggunaan

uang, aktivitas social yang dilakukan dan

kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan

keagamaan, social, rekreasi, olahraga, dan

meyalurkan hobi)

23

Page 25: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Analisa hasil:

Setelah dilakukan pengkajian fungsional terhadap Tn. Jo dengan menggunakan indeks

Katz. Total poin Tn. Jo 14 MANDIRI

f. Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD:160/90 mmHg

NADI:80x/menit

RR:20x/menit

SUHU:370C

g. Keluhan spesifik klien

Klien mengeluh setiap selesai batuk belum merasa legakarena dahaknya

belum keluar banyak. Sesak napas yang di derita karena penyakit asmanya.

h. Wawancara dengan pengasuh dalam

Tn. S mengungkapkan kalau Tn. Jo telah positif TBC dan telah di periksa ke

RSDK dan sekarang menjalani pengobatan.

C. DIMENSI PSIKOLOGIS1. Status Kognitif

+ - Pertanyaan Jawaban+ Tanggal berapa hari ini (tgl,bln,thn) Tgl 26 bln 9 thn 2012+ Hari apa sekarang Rabu + Apa nama tempat ini Wisma Wisma Surtikanti

- Berapa no telepon anda 0856754 aduh apalagi ya,, saya lupa,,hehe

+ Dimana alamat anda Semarang+ Berapa umur anda 75 thn+ Kapan anda lahir Tgl 2 bln 5 thn 1937+ Siapa presiden anda sekarang Pak SBY

- Siapa presiden sebelumnya Gusdur + Siapa nama kecil ibu anda Ibu Tuti

Jumlah kesalahan total : 2

24

Page 26: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Setelah dilakukan pengkajian kognitif terhadap Tn. Jo dengan menggunakan Short Portable Mental Status Questionarre (SPMSQ). Tn. Jo menjawab 2 pertanyaan yang salah FUNGSI INTELEKTUAL UTUH

2. Status Depresi

No Item Ya Tidak

1 Apakah anda merasa nyaman dengan kehidupan ini? √

2 Apakah anda mengalami perubahan dalam melakukan aktivitas dan hobi?

3 Apakah anda merasa hidup ini hampa? √

4 Apakah anda sering merasa bosan? √

5 Apakah anda optimis terhadap masa depan? √

6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi? √

7 Apakah anda meras bahagia sepanjang waktu? √

8 Apakah anda sering merasa sendirian? √

9 Apakah anda lebih senang berada di rumah daripada keluar rumah dan mengerjakan sesuatu yang baru?

10 Apakah anda mempunyai masalah dengan daya ingat? √

11 Apakah anda senang dengan kehidupan saat ini? √

12 Apakah anda merasa tidak berharga? √

13 Apakah anda saat ini bersemangat? √

14 Apakah anda merasa situasi ini tidak anda harapkan? √

15 Apakah anda merasa orang lebih baik daripada anda? √

Tn. Jo memiliki skor kesesuaian skala depresi sebesar 4, Tn. Jo tidak mengalami depresi

3. Keadaan Emosi

Berdasarkan hasil pengkajian keadaan emosi Tn.Jo labil. Saat dikaji Tn.Jo komunikatif, mampu bekerja sama dengan perawat dan mampu memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan namun kadang-kadang Tn.Jo mudah tersinggung.

25

Page 27: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

D. DIMENSI FISIK

1. Luas Wisma

Luas tanah 5.000 meter persegi, dengan luas bangunan 2.200 meter persegi. Kondisi

dan komposisi Wisma sangat baik, fasilitas yang disediakan Wisma Surtikanti antara

lain: 5 ruangan tidur, 1 ruang makan, 1 ruang tv, 1 ruang tamu, 1 poliklinik, 3 taman

dan 1 lapangan yang kecil untuk saling beraktivitas terdapat 13 pintu dan 18 buah

jendela. Total lansia yang tinggal di wisma adalah 55 orang.

2. Keadaan lingkungan di dalam wisma

a. Penerangan

Penerangan yang tersedia dipanti bagus, disetiap ruangan terdapat lampu sebagai

penerang. Terdapat 18 buah jendela.

b. Kebersihan dan kerapihan

Wisma Surtikanti terlihat rapih dan bersih. Di ruang melati, terdapat 2 lansia yang

mengalami inkontinensia urin.

c. Pemisahan ruangan antara laki-laki dan perempuan

Terdapat pemisahan ruangan tidur antara laki-laki dan perempuan, tetapi dapat

saling berkomunikasi satu dengan yang lain.

d. Sirkulasi udara

Sirkulasi kurang diperhatikan kondisi jendela hanya 2 saja yang dibuka, sehingga

sirkulasi udara tidak bisa keluar dan masuk dengan baik. Kuarng terdapat udara

segar di dalam ruangan. Dan pintu yang dibuka hanya 9 pintu. Sehingga kurang

terasa udara segar yang masuk ke dalam ruangan.

e. Keamanan

Terdapat petugas penjaga pos keamanan yang mengawasi ataupun menjaga panti

wreda. Terdapat alarm bahaya kebakaran, selokan ditutup pelindung, terdapat

pegangan dikamar mandi. Warna lantai tidak terlalu mencolok/silau, dan tidak licin.

f. Sumber air minum

Jarak sumber air dari septitank ± 15 m. Air yang diminum kualitas baik dan dapat di

masak. Air tidak berbau dan tidak keruh. Dan aman untuk diminum.

g. Ruang berkumpul bersama

26

Page 28: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Ruang berkumpul bersama terdapat di aula, ruang tamu, taman dan lapangan di

depan Wisma.

E. DIMENSI SOSIAL

1. Hubungan lansia dengan lansia di dalam wisma

Hubungan Tn. Jo dengan lansia di dalam wisma terjalin harmonis dan terlihat kompak,

ada rutinitas tertentu yang di jalankan para lansia di waktu luang dengan cara membuat

pernak pernik yang nantinya akan di jual sebagai hasil karya mereka.

2. Hubungan antara lansia dengan lansia di luar wisma

Hubungan antara Tn. Jo dengan lansia di luar wisma terjalin baik dan harmonis.

Walaupun lansia jarang beraktifitas diluar Wisma Surtikanti.

3. Hubungan antara lansia dengan keluarga

Hubungan antara lansia dengan keluarga, biasanya keluarga mengunkungi seminggu

sekali untuk menjenguk Tn. Jo.

4. Hubungan antara lansia dengan pengasuh wisma

Hubungan antara Tn. Jo dengan pengasuh wisma terlihat baik, pengasuh sering

mengingatkan untuk minum obat jika waktu telah tiba, menolong memenuhi kebutuhan

jika Tn. Jo tidak bisa melakukannya. Terdapat kasih sayang yang diberikan pengasuh

kepada semua lansia.

5. Kegiatan organisasi social

Kegiatan organisasi social seperti melakukan kerja bakti di lingkungan, membuat

kerajinan dari pernak pernik dan nantinya akan di jual ketika bazar di Wisma Surtikanti

dilaksanakan biasanya 3 bulan 1 kali.

F. DIMENSI TINGKAH LAKU

1. Pola Makan

Tn. Jo mengatakan bahwa ia biasanya makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur,

lauk. Tn. Jo mengatakan tidak suka kalau tidak makan asin. Tn. Jo makan secara

mandiri makanan yang telah disiapkan.

2. Pola Tidur

Tn. Jo mengatakan bahwa setiap malam tidurnya nyenyak, kecuali saat sesak

napasnya kambuh.

3. Pola Eliminasi

Tn. Jo BAK sebanyak 3-4 kali dalam sehari.

27

Page 29: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Tn. Jo terbiasa BAB 1 kali dalam sehari.

4. Kebiasaan Buruk Lansia

Tn. Jo dahulu mempunyai kebiasaan merokok dan mulai berhenti setelah punya

penyakit sesak napas.

5. Pelaksanaan Pengobatan

Tn. Jo sedang mengonsumsi obat untuk penyakit parunya. Obat yang dikonsumsi:

Rifampicin 150 mg/ Isoniazid 75 mg/ Pirazinamide 400 mg/ Ethambutol

Hidrochloride 275 mg Tablet, klien menjalani pengobatan TBC selama 1 minggu.

6. Kegiatan Olahraga

Tn. Jo tidak pernah melakukan aktivitas olahraga.

7. Rekreasi

Pasien mengikuti rekreasi 1 kali/bulan yang dilaksanakan oleh panti wredha, serta

rekreasi yang lebih sering adalah melihat TV bersama lansia yang lain.

8. Pengambilan Keputusan

Tn. Jo mengambil keputusan sendiri dengan bantuan pengasuh di panti wredha.

G. DIMENSI SISTEM KESEHATAN

1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Tn. Jo belum mempunyai kesadaran untuk rutin memeriksakan kondisi dasar

kesehatannya, sehingga Tn. Jo tidak mengetahui mempunyai hipertensi.

2. Sistem pelayanan kesehatan

a. Fasilitas kesehatan yang tersedia

Terdapat klinik kesehatan di panti wredha. Selain itu, posisi panti wredha terdapat

di pusat kota sehingga akses ke RS maupun puskesmas juga mudah terjangkau.

b. Tindakan pencegahan terhadap penyakit

Tn. Jo mengungkapkan bahwa belum tahu bagaimana mencegah sesaknya agar

tidak sering kambuh dan belum tahu caranya supaya tidak menular ke orang lain.

Tn. Jo terlihat batuk tanpamenutup dengan tagan atau tissue, Tn. Jo juga meludah

di sembarang tempat.

c. Jumlah tenaga kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan di panti wredha tempat tinggal Tn. Jo sebanyak 5

perawat dan 1 dokter.

d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia

28

Page 30: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Terdapat klinik kesehatan di Wisma Surtikanti.

e. Frekuensi pelayanan yang tersedia

Pelayanan kesehatan hanya dilakukan ketika ada yang sakit atau memeriksakan

kondisi kesehatannya ke klini

29

Page 31: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

PEMERIKSAAN FISIK

No Bagian/region Hasil pemeriksaan Masalah keperawatan yang

muncul

1. Kepala Simetris, tidak ada benjolan

2. Wajah Tidak pucat

3. Mata Tidak anemis, tidak ikterik

4. Telinga Terdapat serumen berwarna

kekuningan

5. Mulut dan gigi Tn. Jo mengatakan bahwa

giginya yang belakang

lubang

6. Leher Tidak ada peningkatan JVP,

reflex menelan (+)

7. Dada Pemeriksaan paru:

A = terdengar suara ronkhi

basah pada semua lapang

baru

I = tidak ada retraksi,

ekspansi dada penuh

Pa = traktil vemitus kanan

lebih redup daripada kiri

Pe = pekak

Bersihan jalan napas tak efektif

8. Jantung A = BJ 1 dan 2 murni,

bising/gallop tidak ada

I = IC tampak

Pa = IC teraba di Intercosta

ke 5,2 cm midclavicula

sinistra

Pe = konfigurasi bergeser

9. Abdomen A = datar berglambir, tidak

ada lesi

I = bising usus normal,

6x/menit

30

Page 32: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Pa = tidak ada nyeri tekan

Pe = timpani

10. Ekstremitas atas Tonus otot 5, tidak ada

fraktur

11. Ekstremitas bawah Tonus otot 5, tidak ada

fraktur

31

Page 33: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

POHON MASALAH

Gangguan emosi impuls dari factor usiavasomotor keturunan

Kelenjar adrenal S.S simpatis hipersekresi

Hormone adrenalMedulla adrenal neuronMensekresi epinephrine preganglion hilangnya elastisitas →asetikolin jar. Ikat ↓

Vasokontriksi Serabut saraf ↓kemampuanpasca ganglion ke daya regang pem

darah pembuluh darah

Korteks adrenal kontriksi↓kontraktilitas

Mensekresi kortisol pembuluh darahdan steroid

perfusi darah ke ginjal ↓

renin

angiotensinogen

angitensinogen I

angiotensinogen II

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal

tubulus ginjal→retensi Na+ H20

↑ vol. intravaskuler

Oliguri ↑sisa metabolisme

↑tek diastolic ↑preload

↑vol.sekuncup ↑tek. sistolik

HIPERTENSI

32

Page 34: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

GENOGRAM

-1937

Tn. J

75

-1941 2009

Ny. S

68

-1955

Tn. P

57

-1959

Tn. M

53

-1963

Ny. A

49

-1910 1981

Tn. B

71

-1918 1988

Ny. Z

69

-1925 1991

Tn. A

66

-1928 2000

Ny. D

72

-1933 2007

Ny. F

73

-1930 2004

Tn. D

74

-1941

Ny. U

71

-1945

Tn. G

67

-1967

Ny. W

44

-1955

56

-1970

Tn. K

42

Keterangan:

Keterangan:

33

PEREMPUAN

PEREMPUAN MENINGGAL

LAKI-LAKI MENINGGAL

LAKI-LAKI KLIEN

Page 35: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

BAB IVASUHAN KEPERAWATAN

a. Analisa data

Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan Paraf

26

September

2012

DO:

- Dispnea

- Ronchi (+)

- Produksi sputum

- RR 28x/mnt

DS:

- Tn. Jo mengeluh

batuk sesak

Bersihan jalan napas

tidak efektif

DO:

- BB sebelum sakit =

68 kg

- BB saat ini = 50 kg,

TB= 158 cm

- IMT= 50 kg

(1,58 m)2 =

20,03

DS:

- Tn Jo

mengatakan gigi

belakang banyak

yang berlubang.

Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

DO:

- Gigi belakang

berlubang

- Gigi tampak kotor

DS:

- Tn Jo

mengatakan gigi

belakang banyak

yang berlubang.

- Tn. Jo

mengungkapkan

jarang

menggosok gigi

Deficit perawatan diri:

oral hygiene

DO:

- Tn. Jo terlihat batuk

tanpamenutup

dengan tagan atau

tissue, Tn. Jo juga

meludah di

DS:

- Tn. Jo

mengungkapkan

dahulu

mempunyai

kebiasaan

Kurang pengetahuan

(pencegahan dan

penyebaran penyakit)

34

Page 36: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

sembarang tempat.

- Tn. Jo belum

mempunyai

kesadaran untuk

rutin memeriksakan

kondisi dasar

kesehatannya

merokok

- Tn. Jo

mengungkapkan

bahwa belum

tahu bagaimana

mencegah

sesaknya agar

tidak sering

kambuh

- Tn. Jo

mengatakan

belum tahu

caranya supaya

tidak menular ke

orang lain.

35

Page 37: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

PRIORITAS MASALAH

SKALA PENENTUAN PRIORITAS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Keterangan:

A: Sifat masalah

B: Kemungkinan masalah dapat diubah

C: Potensial masalah untuk dicegah

D: Menonjolnya masalah

Diagnose

keperawatan

Kriteria Jumlah

Skor

Rasional

A B C D

Bersihan jalan

napas tidak efektif

1 1 1 1 4

Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

1 1 23

0 223

Deficit perawatan

diri: oral hygiene

1 1 23

0 223

Kurang

pengetahuan

(pencegahan dan

penyebaran

penyakit)

1 1 23

1 323

36

Page 38: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

RENCANA KEPERAWATAN

Tgl DiagnosaTujuan Kode

NICRencanaIntervensi TTD

Umum Khusus

26

Sept

2012

Bersihan

jalan nafas

tidak

efektif

Setelah dilakukan

intervensi selama 1x 24

jam bersihan jalan nafas

efektif

Mudah untuk bernafas

Kegelisahan, sinosis, dan

dipsnea tidak ada.

Saturasi O2 dalam batas

normal

Mengeluarkan sekresi

yang efektif

Mempunyai irama dan

frekuensi pernafasan

dalam rentang yang

normal

1.5.1.2 Pengelolaan jalan nafas : fasilitas untuk kepatenan

jala udara

Pengisapan jalan nafas : memindahkan sekresi jalan

nafas dengan memasukkan sebuah kateter pengisap

ke dalam jalan nafas oral dan / atau trakea

Aktifias keperawatan

Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini:

- Keefektifan pemberian oksigen dan perawatan

yang lain

- Keefektifan pengobatan yang diresekan

- Kecenderungan pada gas darah arteri

Auskultasi bagian dada anteior dan posterior untuk

mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya

ventilasi dan adanya bunyi tambahan.

Pengisapan jalan nafas (NIC) :

- Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan /

trakea

- Pantau status oksigen pasien dan status

hemodinamik segera sebelum, selama dan

37

Page 39: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

setelah pengispan

- Catat dan tipe sekresi yang dikumpulkan

Kolaboratif

Rundingkan dengan ahli terapi pernafasan, sesuai

dengan kebutuhan

Konsultasikan denan dokter tentang kebutuhan

untuk perkusi dan atau peralatan pendukung.

Berikan udara atau oksigin yang telah

dihumidifikasi sesuai dengan kebijakan institusi

Tampilkan atau bantu dengan aerosol, nebulizer

ultrasonik, dan perawatan paru lainnya sesuai

dengan kebijakan dan protokol institusi

Beritahu dokter tentang hasil gas darah yang

abnormal

Pola nafas tidak efektif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam pola nafas efektif.

Klien mudah bernafas Ekspansi dada simetris Tidak ada penggunaan

otot bantu Bunyi nafas tambahan

tidak ada Nafas pendek tidak ada.

1.5.1.3 Intervensi prioritas NIC

Pengelolaan jalan nafas : fasilitas untuk kepatenan

jalan nafas

Pemantauan pernaasan : pengumpulan dan analisis

data pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas

dan keadekuatan pertukaran gas.

38

Page 40: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Aktivitas keperawatan

Pantau adanya pucat dan sianosis

Pantau efek obat dan status respirasi

Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di tulang

dada

Kaji kebutuhan insersi jalan nafas

Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada

bilateral pada pasien dengan ventilator.

Pemantauan pernafasan (NIC) :

- Pantau kecepatan.,irama, kedalaman dan usaha

respirasi

- Perhatikan gerakan dada, amati kesimetrisan,

penggunaan otot-otot bantu serta retraksi otot

supraklavukular dan interkostal

- Pantau respirasi yang berbunyi

- Pantau pola pernafasan

- Perhatikan lokasi trakea

- Auskultasi bunyi nafas

- Pantau peningkatan kegelisahan

Aktivitas kolaboratif

39

Page 41: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Rujuk kepada ahli terapi pernafasan untuk

memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis.

Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, pola

pernafasan, nilai GDA, sputum, dan seterusnya

sesuai dengan kebutuhan atau protocol

Berikan tindakan nebulizer ultrasonic dan udara

pelembab atau oksigin sesuai dengan program atau

protocol institusi.

Berikan obat nyeri untuk pengoptimalan pola

pernafasan. Spesifikkan jadwal.

Defisit

perawatan

diri: oral

hygine

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan 2x24 jam

klien mampu melakukan

oral hygiene secara teratur

Terbebas dari kotoran

dan plak pada

permukaan gigi

Gusi lembut, terhidrasi

baik, da tidak berdarah

dengan warn yang sama

Megungkapkan secara

verbal perasaan tentang

kebersihan mulut

Menunjukkan prosedur

menyikat dan

membersihkan gigi

1.6.1.2

3

Lakukan inspeksi mulut terhadap adanya gigi

berlubang

Tentukan kebiasaan klien menjaga kebersihan

mulut

Kaji pengetahuan klien untuk melakukan perawatan

mulut

Kaji pengetahuan klien tentang praktek atau

rutinitas higine mulut

Kolaboratif

Rujuk ke dental higine, dokter gigi atau klinik sesuai

40

Page 42: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

secara benar

Mengukuti praktek

nutrisi dengan sehat

seperti menghindari

makanan manis diantara

waktu makan

Melakukan pemeriksaan

kesehatan gigi setiap 6

bulan ke dokter gigi

Terbebas dari karies,

tanggal, atau sakit gigi

dengan kebutuhan

Kurang

pengeta-

huan

(pncegaha

n dan

penyebara

n

penyakitT

B)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1x24 jam

klien mengetahui tentang

pncegahan dan penyebaran

penyakit TB

Menutup mulut ketika

batuk dengan tangan

atau tissue

Membuang ludah di

tempat yang benar

Rajin memeriksakan

kondisi kesehataan

8.1.1 Intervensi Prioritas NIC

Memfasilitasi penggunaan layanan kesehatan yang

tepat

Membantu pasien dalam memahami informasi

yang berhubungan dengan proses timbulnya

penyakit secara khusus

Aktivitas Keperawatan

Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan

bahwa pasien memahami penanganan yang

dianjurkan dan informasi yang relevan lainnya

41

Page 43: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari

informasi-informasi terkait kondisi kesehatannya

IMPLEMENTASI

Hari/tgl Dx Intervensi Respon klien TTD

42

Page 44: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

Rabu, 26

september

2012

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

mengkaji dan mendokumentasikan

keefektifan pengobatan yang diresepkan

Melakukan auskultasi bagian dada

anteior dan posterior

menentukan kebutuhan pengisapan oral

dan / trakea

melakukan Pengisapan jalan nafas

menggunakan kateter pengisap ke dalam

jalan nafas oral dan / atau trakea

memantau status oksigen pasien dan

status hemodinamik segera sebelum,

selama dan setelah pengisapan

mencatat tipe sekresi yang dikumpulkan

klien baru mengkonsumsi obat

seminggu yang lalu. Obat yang

dikonsumsi : rifampisin, isoniazid,

pyrazinamide, ethambutol hydrochlorid.

Terdengar suara ronkhi basah pada

semua lapang paru

Klien merasa sesak dan klien mengeluh

setelah selesai batuk belum merasa lega

karena dahaknya belum keluar banyak.

No. Kateter 16

klien mengatakan sesak berkurang dan

klien dapat mengeluarkan secret.

Sekretnya keluar, warnanya putih

kekuning-kuningan

43

Page 45: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

EVALUASI

Hari/tgl Dx Evaluasi TTD

Rabu, 26

september

2012

Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

S: - Klien mengatakan sesak berkurang

- Klien mengatakan lebih nyaman saat bernafas,

O: - Klien tampak mengeluarkan sekret,

- Klien terlihat tidak sesak

- RR 22 x/menit,

- Saturasi O2 97%

A:Tujuan tercapai

P: Intervensi dihentikan, lanjutkan pemantauan status pernapasan klien

44

Page 46: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisa data yang kami peroleh, Tn. Jo menderita penyakit TBC, asma, dan

hipertensi. Dengan tiga diagnosa medis yang dialami oleh Tn. Jo tersebut, maka kami

menganalisa lagi keluhan-keluhan Tn. Jo tentang kondisi kesehatan yang ia rasakan selama

ini guna menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. Jo. Setelah menganalisa

data maka kami dapatkan 4 diagnosa keperawatan utama yang muncul pada Tn. Jo, yaitu:

bersihan jalan napas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, defisit perawatan diri: oral hygine

dan kurang pengetahuan (pencegahan dan penyebaran penyakit TB). Dari ke empat diagnosa

keperawatan yang sudah kami tetapkan tersebut, maka kami akan memberikan intervensi-

intervensi yang sesuai dengan ke empat diagnnosa itu.

Adapun tujuan umum dari intervensi-intervesi yang kita lakukan adalah untuk

mempertahankan dan memperbaiki derajat kesehatan Tn. Joserta mencegah terjadinya

komplikasi lebih lanjut melalui tujuan dari masing-masing diagnosa keperawatan yang kita

ambil. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mencegah resiko penularan pada orang

lain.

Sehubungan dengan faktor usia Tn. J, maka kita harus ketat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada Tn. J seperti masalah meminum obat ataupun meningkatkan asupan

nutrisi. Diharapkan Tn. Jo dapat mengeluarkan sekret yang menumpuk di saluran pernasapan

sehingga Tn. Jo tidak terganggu pola napasnya. Selain itu, diharapkan Tn. Jo mengerti akan

penyakit yang sedang di derita sehingga Tn. Jo kooperatif jika kita memberikan intervensi

pada Tn. Jo.

45

Page 47: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

- Tn. J menderita TB paru, asma dan hipertensi

- Diagnosa keperawatan yang kami tentukan untuk Tn. Jo adalah:

bersihan jalan napas tidak efektif,

pola nafas tidak efektif,

defisit perawatan diri: oral hygine

kurang pengetahuan (pencegahan dan penyebaran penyakit TB

2. Saran

- Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan praktek keperawatan sesuai dengan

teori keperawatan

- Diharapkan pantilebih memperhatikan lingkungan tempat para lansia tinggal dan

membantu perawat dalam memberikan intervensi pada lansia yang sakit, seperti

mengingatkan dalam jadwal meminum obat

- Diharapkan profesi keperawatan khususnya keperawatan gerontik mampu

memberikan asuhan keperawatan kepada para lansia sesuai dengan teori, dan mampu

melakukan pengkajian secara holistik.

46

Page 48: Tugas Keperawatan Gerontik-revisi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Suzanne. C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddart Ed.

8.Jakarta:EGC.2001.

Stanley,Mickey.Buku Ajar Gerontik Ed.2.Jakarta:EGC.2006.

Wilkinson,Judith M.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

kriteria hasil NOC Ed.7.Jakarta:EGC.2006.

NANDA.Nursing Diagnoses:Definition and Classification 2005-2006.NANDA

International.Philadelphia.

Naga,Sholeh S.Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.Jogjakarta:DIVA

Press.2012.

Sulistia. A, Nur mayti. 2007. Buku saku asuhan keperawatan geriatrik. Ed.2. Jakarta:

EGC

Johnson, Marion dkk.NANDA,NIC,and NOC Linkages Nursing

Diagnoses,Outcomes,&Interventions.Mosby Elsevier:Philadelphia.

Junaidi,Iskandar dr.Penyakit Paru&Saluran Napas Cara Mudah Mengetahui,

Mencegah, dan Mengobatinya Seri Kesehatan Populer.Jakarta:Gramedia

Sudoyo,Aru W dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta:Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam KF-UI

John Rees dkk. 1998. Petunjuk Penting Asma, Edisi III. Jakarta: Penerbit buku

Kedokteran EGC

http://binfar.depkes.go.id/download/PC_ASMA.pdf tgl 26 sept 2012 jam 19.20

http://etd.eprints.ums.ac.id/14910/2/BAB_1.pdf (diakses pada tanggal 26 September 2012

pukul 10.00 WIB)

http://etd.eprints.ums.ac.id/12551/3/3._BAB_I.pdf ((diakses pada tanggal 26 September 2012

pukul 10.05 WIB)

47