Tugas Blok 17

10
Nama : Endy Averossely Passaray NIM : 04011381320017 Kelas : PDU A 2013 TUGAS BLOK 17 1. Klasifikasi Karies Ada beberapa klasifikasi karies gigi. Menurut GV Black, karies di klasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang terjadi pada gigi. Dibagi menjadi kelas I hingga kelas VI. Sedangkan menurut GJ Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terjadi pada permukaan gigi beserta ukuran kavitasnya yang terdiri atas site I, site II dan site III. Gambar 1. Klasifikasi karies gigi menurut GV Black. Karies gigi diklasifikasikan oleh ICDAS berdasarkan kedalamannya, pembagiannya adalah sebagai berikut: - D1: white spot yang terlihat jika gigi dikeringkan - D2: white spot yang terlihat tanpa gigi dikeringkan - D3: karies email (terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi)

description

tugas blok 17

Transcript of Tugas Blok 17

Nama: Endy Averossely PassarayNIM: 04011381320017Kelas: PDU A 2013

TUGAS BLOK 17

1. Klasifikasi Karies Ada beberapa klasifikasi karies gigi. Menurut GV Black, karies di klasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang terjadi pada gigi. Dibagi menjadi kelas I hingga kelas VI. Sedangkan menurut GJ Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terjadi pada permukaan gigi beserta ukuran kavitasnya yang terdiri atas site I, site II dan site III.

Gambar 1. Klasifikasi karies gigi menurut GV Black.

Karies gigi diklasifikasikan oleh ICDAS berdasarkan kedalamannya, pembagiannya adalah sebagai berikut: D1: white spot yang terlihat jika gigi dikeringkan D2: white spot yang terlihat tanpa gigi dikeringkan D3: karies email (terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi) D4: karies dentin terbatas (Lesi email lebih dalam, tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai bagian dentino enamel junction/DEJ) D5: karies dentin luas (Lesi telah mencapai dentin) D6: karies mencapai pulpa (Lesi telah mencapai pulpa)

Gambar 2. Klasifikasi Karies Gigi menurut ICDAS

2. Tabel Analgetik dan Antibiotik untuk Ibu HamilLactation Risk CategoriesPregnancy Risk Categories

L1 (Paling Aman) L2 (Aman) L3 (Cukup Aman) L4 (Kemungkinan Barbahaya) L5 (Kontra Indikasi) A (studi terkontrol menunjukkan tanpa resiko) B (tidak ada bukti risiko pada manusia) C (risiko tidak dapat dikesampingkan) D (bukti positif resiko) X (dikontraindikasikan untuk Ibu Hamil)

Generic nameTrade NameAAP approved?Pregnancy Risk CategoryLactation Risk Category

Analgesics (Pain-killers)

AcetaminophenTylenolApproved/diseujuiBL1

ColchicineColchicineApprovedDL4

NefopamAcupanApproved-NR

Non-steroidal anti-inflammatory analgesics (NSAIDs)

Azapropazone (apazone)RheumoxApproved-L2

Dipyrone (banned in the US & UK)-Approved-NR

Flufenamic acid-Approved-NR

IbuprofenAdvil, Nuprin, Motrin, PediaprofinApprovedB (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)L1

IndomethacinIndocinApprovedB (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)L3

KetorolacToradol, AcularApprovedB (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)L2

Mefenamic acidPonstan, PonstelApproved-NR

NaproxenAnaprox, Naprosyn, Naproxen, AleveApprovedBL3L4 (for chronic use)

PhenylbutazoneButazolidineApproved-NR

PiroxicamFeldeneApprovedBL2

SuprofenProfenalApproved-NR

TolmetinTolectinApprovedCL3

Narcotic analgesics

ButorphanolStadolApprovedB (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)L3

CodeineTylenol #3, #4ApprovedCL3

FentanylSublimazeApprovedBL2

MeperidineDemerolApprovedBL2L3 (if used early postpartum)

MethadoneDolophineApprovedBL3

MorphineMorphineApprovedBL3

PropoxypheneDarvocet N, Propacet, DarvonApprovedCL2

Antibiotics

AmoxicillinLarotid, AmoxilApprovedBL1

AztreonamAzactamApprovedBL2

CefadroxilUltracef, DuricefApprovedBL1

CefazolinAncef, KefzolApprovedBL1

CefotaximeClaforanApprovedBL2

CefoxitinMefoxinApprovedBL1

CefprozilCefzilApprovedCL1

CeftazidimeCeftazidime, Fortaz, TaxidimeApprovedBL1

CeftriaxoneRocephinApprovedBL2

CiprofloxacinCiproApprovedCL3

ClindamycinCleocinApprovedBL3

ErythromycinE-Mycin, Ery-tab, ERYC, IlosoneApprovedBL1L3 early postnatal

Fleroxacin-Approved-NR

GentamicinGaramycinApprovedCL2

KanamycinKebecil, KantrexApprovedDL2

MoxalactamMoxamApproved-NR

NitrofurantoinMacrobidApprovedBL2

OfloxacinFloxinApprovedCL2

Penicillin-ApprovedBL1

StreptomycinStreptomycinApprovedDL3

Sulbactam-Approved-NR

SulfisoxazoleGantrisin, Azo-GantrisinApprovedCL2

TetracyclineAchromycin, Sumycin, TerramycinApprovedDL2

TicarcillinTicarcillin, Ticar, TimentinApprovedBL1

Trimethoprim/sulfamethoxazoleProloprim, TrimpexApprovedCL3

3. Fokal Infeksi dan Jalur PenyebaranPenyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan.

1. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan. Namun, saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.

2. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah. Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut: Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya.

3. Perluasan langsung infeksi dalam jaringan Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau organisme ke dalam tulang atau sepanjang bidang fasial dan jaringan penyambung di daerah yang paling rentan. Tipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di mana pus terakumulasi di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk ruang (spaces), menghasilkan tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh barier anatomik. Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi merupakan ruang potensial yang normalnya teriis oleh jaringan ikat longgar. Ketika terjadi infeksi, jaringan alveolar hancur, membentuk ruang sejati, dan menyebabkan infeksi berpenetrasi sepanjang bidang tersebut, karena fasia yang meliputi ruang tersebut relatif padat.Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu:

Perluasan di dalam tulang tanpa pointingArea yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan osteomyelitis. Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering pada rahang bawah. Di rahang atas, letak yang saling berdekatan antara sinus maksila dan dasar hidung menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam penyebaran infeksi melalui tulang.

Perluasan di dalam tulang dengan pointingIni merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak dan kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses bukal, palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan edema di mata. Di rahag bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal. Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau peritonsilar.

Perluasan sepanjang bidang fasialMenurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya yang membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga infeksi dapat menurun. Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan klasifikasi dari Burman: Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda Regio submandibula Ruang (space) sublingual Ruang submaksila Ruang parafaringeal

Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum dihubungkan oleh fasia, sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke dada. Infeksi menyebar sepanjang bidang fasia karena mereka resisten dan meliputi pus di area ini. Pada regio infraorbita, edema dapat sampai mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling sering melibatkan rahang bawah karena lokasinya yang berdekatan dengan fasia.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi odontogenik adalah: Jenis dan virulensi kuman penyebab. Daya tahan tubuh penderita. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot. Adanya tissue space dan potential space.