tugas Analisis Instrumen

download tugas Analisis Instrumen

of 14

Transcript of tugas Analisis Instrumen

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009 55 UJI KETELITIAN DAN RENTANG METODE ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, KAFEIN, DAN KLORFENIRAMIN MALEAT DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Mutakin, Wiwiek Indriyati, Sofiani Octaviana Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Telah dilakukan validasi metode analisis campuran parasetamol, kafein, klorfeniramin maleat dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan kolom fasa balik LichroCART RP-18 (250 x 4 mm i.d), fase gerak dapar asetat-asetonitril (85:15), dan deteksi dengan ultraviolet pada panjang gelombang ganda 244 dan 279 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketelitian dan rentang metode analisis tersebut belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan farmakope, dengan koefisien variasi 2%, rentang konsentrasi dan persen perolehan kembali parasetamol dan kafein masing-masing sebesar 1-100 ppm; 98,087%-130,37% dan 1-10 ppm; 98,07%-116,21%. ABSTRACT An analytical method validation of the mixture of paracetamol, coffein, and chlorpheniramin maleat using a reverse phase high performance liquid chromatography (HPLC) with a column of LichroCART RP18 (250x4 mm id), a mobile phase of buffer acetate-acetonitrile (85:15), and a dual wavelength ultraviolet detection of 244 and 279 nm had been carried out. The result showed that the precision and range of analytical method did not comply with the requirement of state pharmacopoeia, with the coefficient variations >2%, range and recovery of paracetamol and coffein are 1-100 ppm; 98.087%-130.37%; and 1-10 ppm; 98.07-116.21% respectively. PENDAHULUAN Di negara tropik termasuk Indonesia umumnya banyak digunakan obat anti influenza disamping obat antibiotik. Frekuensi pemakaian kedua jenis obat tertinggi diantara obat yang digunakan. Kedua jenis obat tersebut banyak ragam dan bentuk dengan berbagai nama dagang dan beredar secara luas di pasar bebas, apotek, rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (Mulja, 1994). Diantara obat influenza yang beredar dimasyarakat antara lain ada yang mengandung campuran parasetamol, kafein, propifenazon dan klorfeniramin maleat. Salah satu analisis campuran obat antiinfluenza tersebut yang memadai adalah Uji Ketelitian dan Rentang... (Mutakin)

56 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (Mulja, 1994). Telah dilakukan pengembangan metode mengenai analisis campuran parasetamol, kafein dan klorfeniramin maleat yang menggunkan variasi pH, yaitu pada pH 3, pH 5 dan pH 7 (Anggraeni, 2006). Hasil dari pengembangan metode analisis untuk sampel yang mengandung campuran parasetamol, kafein dan klorfeniramin maleat menunjukkan bahwa penentuan identitas maupun penetapan kadar dapat dilakukan secara simultan untuk sampel yang mengandung campuran ketiga zat aktif tersebut. Dari data hasil pengukuran yang telah dilakukan pada pH 5, didapat bahwa waktu retensi untuk klorfeniramin maleat, parasetamol dan kafein masing-masing adalah sebesar 4,433; 10,237; 14,150 dengan lebar puncak masing-masing sebesar 0,38; 0,89; 1,22. Beberapa parameter teoritis seperti faktor kapasitas, resolusi, dan faktor selektivitas dapat digunakan untuk mencapai kondisi optimum untuk analisis dengan menggunakan kromatografi cair knerja tinggi. Faktor kapasitas (k) untuk klorfeniramin maleat: 2,97, parasetamol: 8,16 dan kafein: 11,67. Faktor resolusi untuk parasetamol dengan klorfeniramin maleat: 9,1 kafein dengan parasetamol: 3,7, dan kafein dengan klorfeniramin maleat 12,1. Sedangkan faktor selektivitas untuk parasetamol dengan klorfeniramin maleat: 2,8, kafein dengan parasetamol: 1,4 dan kafein dengan klorfeniramin maleat 3,9. Berdasarkan kromatogram hasil penelitian yang telah dilakukan, dibuktikan bahwa ketiga senyawa tersebut terpisah dengan baik dan dapat digunakan untuk pengujian identitas maupun penetapan kadar (Anggraeni, 2006). Spesifikasi mutu suatu produk

farmasi mutlak harus ditetapkan secara memadai untuk menjamin keamanan dan khasiatnya. Khasiat dan keamanan obat tersebut seringkali hanya dapat dijamin melalui pemantauan analitik mutunya, mulai dari proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga pada tahap pengujiannya. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai jika spesifikasi yang tepat diterapkan berdasarkan metode analitik yang dapat dipercaya. Metode analitik yang digunakan untuk pengujian mutu tersebut harus memenuhi standar tertentu kecermatan dan reabilitas. Berdasarkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), prosedur analitik tersebut harus divalidasi sesuai dengan fasilitas dan peralatan yang ada sebelum proses tersebut diadopsi untuk pengujian mutu secara rutin (Ibrahim, 1997). Validasi metode analisis adalah proses dimana ditetapkan melalui uji laboratorium bahwa penampilan karakteristik dari metode memenuhi persyaratan metode analisis yang dimaksudkan (USP 28, 2004). Salah satu penampilan analisis dalam validasi adalah keseksamaan dan rentang. Ketelitian adalah menggambarkan kedekatan terhadap nilai yang disepakati (tingkat sebaran) antara satu rangkaian hasil pengukuran yang diperoleh atas pengambilan contoh berulang-ulang dari suatu contoh yang sama dan homogen dalam kondisi tertentu. Persyaratan simpangan baku relatif untuk parameter ini adalah tidak lebih dari 2% (CPOB, 2001). Rentang Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009 57 adalah interval antara tingkat konsentrasi terendah dan tertinggi dari analit yang telah ditunjukkan untuk ditetapkan dengan tingkat

keseksamaan, akurasi, dan linearitas yang sesuai dengan menggunakan metode yang telah digunakan (USP 28, 2004). BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN Bahan: bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari parasetamol p.a, klorfeniramin maleat p.a, kafein p.a (Kimia Farma), amonium asetat (E. Merck), asam asetat glasial, asetonitril pro liquid chromatography, aqua bidestilata (PT. IKA). Alat: alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium kimia analitik, pipet ukur, penyaring Millipore 0,45 m, sonikator Bronson 5200, Iwaki rotary evaporator RE1-D. pH meter. Instrumen KCKT Shimadzu LC 10Atvp yang dilengkapi dengan SCL 10A vp dan SIL 10AD autoinjector, detector SPD 10A, pompa LC 10 AT vp, dan inline degasser DGU14A digunakan untuk pengukuran. LichroCART RP-18 (250 x 4 mm i.d) (Merck) digunakan sebagai fasa diam. Prosedur Pengujian Kondisi Optimum KCKT: Parasetamol, kafein, dan klorfeniramin maleat masing-masing ditimbang sebesar 500 mg, 50 mg, dan 4 mg. Dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL. Kemudian larutan tersebut diencerkan sehingga konsentrasi masing-masing sebesar 80 ppm, 8 ppm, dan 0,64 ppm. Larutan disuntikkan pada KCKT dengan kondisi sebagai berikut:Kolom: LichroCART RP-18 (250 x 4mm i.d). Fasa gerak: dapar asetatasetonitril (85:15). Sensitifitas: 0,1 AUFS. Deteksi: 244 nm, 279 nm. Laju alir : 1,0 mL/menit. Pembuatan Fasa Gerak: amonium asetat ditimbang sebanyak 700 mg,

kemudian dilarutkan dalam 500 mL aqua bidestilata. Asam asetat glasial ditambahkan kedalam larutan hingga pH 5. kemudian disaring dan disonikasi agar tidak ada gelembung yang masuk ke dalam KCKT. Pengujian Nilai Ketelitian Uji homogenitas: Parasetamol dan kafein masing-masing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aqua bidestilata hingga tanda batas, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 10 ppm dan 1 ppm (dibuat dalam 10 labu yang berbeda). Larutan disaring dengan filter millipore 0,45 m. Larutan yang telah disaring dimasukkan ke dalam vial dan disuntikkan sebanyak 20L kedalam KCKT. Koefisien variasi dihitung berdasarkan luas area. Uji intra-assay: tiga konsentrasi yang berbeda dibuat dalam labu yang berbeda: labu 1: Parasetamol dan kafein masing-masing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan ditambahkan aqua bidestilata hingga tanda batas, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 80 ppm dan 8 ppm (dibuat sebanyak 3 labu). Labu 2: parasetamol dan kafein masingmasing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan ditambahkan Uji Ketelitian dan Rentang... (Mutakin) 58 aqua bidestilata hingga tanda batas, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 40 ppm dan 4 ppm (dibuat sebanyak 3 labu). Labu 3: parasetamol dan kafein masing-masing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg,

kemudian dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan ditambahkan aqua bidestilata hingga tanda batas, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 10 ppm dan 1 ppm (dibuat sebanyak 3 labu). Setiap larutan dari masing-masing labu disaring dengan filter millipore 0,45m. Larutan yang telah disaring dimasukkan ke dalam vial dan disuntikan sebanyak 20L kedalam KCKT. Koefisien variasi dihitung berdasarkan luas area. Uji inter-assay: tiga konsentrasi yang berbeda dibuat dalam labu yang berbeda. Labu 1: parasetamol dan kafein masing-masing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan ditambahkan aqua bidestilata hingga tanda batas, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 80 ppm dan 8 ppm (dibuat sebanyak 3 labu). Labu 2: parasetamol dan kafein masing-masing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan ditambahkan aqua bidestilata hingga tanda batas, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 40 ppm dan 4 ppm (dibuat sebanyak 3 labu). Labu 3: parasetamol dan kafein masing-masing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu 100 mL dan ditambahkan aqua bidestilata hingga tanda batas, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 10 ppm dan 1 ppm (dibuat sebanyak 3 labu). Setiap larutan dari masingmasing labu disaring dengan filter millipore 0,45m. Larutan yang telah disaring dimasukkan ke dalam vial dan disuntikan sebanyak 20L kedalam KCKT. Koefisien variasi

dihitung berdasarkan luas area ( dilakukan dalm tiga hari berbeda). Uji Nilai Rentang: Parasetamol dan kafein masing-masing ditimbang sebanyak 50 mg dan 5 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan ke dalam aqua bidestilata, kocok. Larutan tersebut diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi parasetamol sebesar 100 ppm, 10 ppm, 1 ppm, 0,1 ppm, dan 0,01 ppm. Konsentrasi kafein sebesar 10 ppm, 1 ppm, 0,1 ppm, 0,01 ppm dan 0,001 ppm. Setiap larutan disaring dengan filter millipore 0,45 m dan disuntikkan ke dalam KCKT sebanyak 20L . HASIL DAN PEMBAHASAN Kromatogram yang dihasilkan dari pengukuran pada pH 5 dapat dilihat pada gambar 1. Pada pH 5 dengan perbandingan dapar asetatasetonitril (85:15) campuran parasetamol dan kafein terelusi setelah 5,517 menit dan 8,592 menit sedangkan klorfeniramin maleat muncul bersamaan dengan pelarut sehingga terjadi penumpukkan puncak. Dari hasil validasi metode analisis campuran parasetamol dan kafein untuk uji nilai ketelitian yang meliputi uji homogenitas, uji intraassay, uji inter-assay, dan rentang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009 59Tabel 1. Parameter ketelitian uji homogenitas Parasetamol Kafein SB 254787,67 4487,99 % KV 2,88 2,59 Tabel 2. Parameter ketelitian uji intra-assay Parasetamol Kafein 123123 SB 57295 33,33 2102,18 1704,37 173,34 43,88 % KV 0,86 0,00067 0,23 1,42 0,19 0,29 Tabel 3. Parameter ketelitian uji inter-assay Hari keParasetamol Kafein 123123 1

SB 57295 33,33 2102,18 1704,37 173,34 43,88 %KV 0,86 0,00067 0,23 1,42 0,19 0,29 2 SB 52018,8 57057,2 4986,43 5553,08 3528,2 1021,35 %KV 1,21 2,6 0,8 4,3 3,53 8,89 3 SB 33315,7 56913,4 6869,12 3663,86 1878,23 286,02 %KV 0,76 2,55 1,12 1,82 4,58 1,74 Tabel 4. Parameter uji rentang Parasetamol Kafein Konsentrasi 1 ppm-100 ppm 1 ppm-10 ppm % Perolehan kembali 98,08%-130,37% 98,70%-116,21%

Pengembangan metode adalah suatu proses merancang, mencoba, dan menemukan metode analisis yang baru atau memperbaiki, meningkatkan kinerja dan memodifikasi metode analisis yang sudah ada. Pengembangan metode analisis biasanya bertitik tolak dari kondisi sekarang berdasarkan kajian pustaka yang telah ada dan kesesuaian metode tersebut pada tujuan atau masalah yang dihadapi. Baru-baru ini telah dilakukan pengembangan metode analisis yang menggunakan variasi pH untuk campuran parasetamol, kafein dan klorfeniramin maleat dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan menggunakan kolom C18 RP dengan perbandingan fasa gerak dapar asetat-asetonotril (85:15) pH 5, dan laju alir 1,0 mL/menit. Pengembangan metode analisis yang telah dilakukan belum tentu memiliki keseksamaan dan kecermatan yang baik sehingga perlu Uji Ketelitian dan Rentang... (Mutakin) 60 dilakukan validasi metode analisis. Validasi metode analisis adalah proses pada mana metode ini diterapkan melalui serangkaian uji laboratorium bahwa karakter dan penampilan metode tersebut memenuhi persyaratan untuk penerapan metode yang dimaksudkan. Tujuan utama validasi adalah untuk menjamin bahwa metode

analitik yang digunakan mampu memberikan hasil yang cermat dan handal hingga dapat dipercaya. Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa pendekatan telah dilakukan sehingga kini banyak pendekatan yang tersedia untuk validasi metode analisis. Pendekatan umum yang telah diuji pada penelitian kali ini yaitu parameter keseksamaan dan rentang dengan kondisi optimum pada pengembangan metode analisis yang telah dilakukan. Penelitian ini dimulai dengan pengujian kondisi optimum dari pengembangan metode analisis campuran klorfeniramin maleat, parasetamol, dan kafein. Analisis campuran dilakukan dengan kondisi fasa gerak dapar asetat-asetonitril (85:15) pH 5, laju alir 1,0 mL/menit dan deteksi pada panjang gelombang 244 nm, 279 nm. Pada penelitian kali ini digunakan fasa gerak pada pH 5, karena pada pengembangan metode sebelumnya hasil yang paling baik adalah pada pH 5. Selain itu juga pemilihan pada pH 5 dikarenakan untuk mencegah terjadinya kerusakan kolom. Rentang penggunaan pH untuk kolom adalah pada pH 2-pH 8. Jika digunakan pada pH < 2 maka akan terjadi pengkristalan didalam kolom sedangkan jika digunakan pada pH > 8 maka silika yang ada didalam kolom akan larut oleh basa kuat. Dari hasil ini didapat bahwa waktu retensi untuk parasetamol dan kafein masing-masing zat adalah 5,517 dan 8,592 menit. Sedangkan klorfeniramin maleat terelusi bersama-sama dengan pelarut akibatnya terjadi penumpukkan kromatogram anatara klorfeniramin maleat dengan pelarut. Hal ini mengakibatkan pemisahan yang tidak baik. Keadaan ini disebabkan karena konsentrasi klorfeniramin

maleat jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan parasetamol dan kafein. Dengan demikian, pada tahapan selanjutnya senyawa ini tidak digunakan kembali, karena pengujian selanjutnya menggunakan berbagai variasi konsentrasi dan akan mengakibatkan semakin sulit terdeteksinya senyawa ini. Fasa gerak dalam analisis dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi merupakan hal yang paling penting, karena migrasi analit diatur oleh interaksi antara fasa gerak dan fasa diamnya. Migrasi analit terjadi karena adanya kompetisi antara fasa gerak analit untuk dapat berikatan dengan sisisisi aktif dari fasa diam. Fasa gerak akan berikatan dengan fasa diam setelah mendesak analit dari ikatannya. Analit yang terusir akan ikut bergerak bersama dengan fasa gerak yang sedang mengalir. Fasa gerak yang dipakai biasanya merupakan campuran dua atau lebih pelarut yang kekuatannya berbeda. Fasa gerak dicampur kemudian disaring guna menghilangkan pengotor yang akan masuk kedalam KCKT. Setelah itu fasa gerak disonikasi bersamaan dengan Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009 61 penghilangan gelembung udara (degas) yang bisa merusak kolom dan mengganggu analisis analit. Tahapan selanjutnya yaitu uji ketelitian. Menurut International Conference on Harmonisation (ICH), ketelitian dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu keterulangan, ketelitian intermediate dan ketertiruan. Uji ketelitian yang pertama dilakukan adalah uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan menyuntikkan larutan uji kedalam KCKT sebanyak 10 kali dari larutan yang homogen kemudian

dihitung koefisien variasinya. Koefisien variasi yang didapat untuk uji homogenitas parasetamol dan kafein masing-masing sebesar 1,93% dan 2,95%. Uji ini tidak memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan. Koefisien variasi yang ditetapkan adalah 1%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Uji ketelitian berikutnya adalah uji ketelitian intra-assay, meliputi pengukuran berulang dari larutan uji yang sama (beda preparasi) dibawah kondisi dan analis yang sama. Uji ini dilakukan dengan membuat tiga konsentrasi larutan uji, masing-masing tiga replikasi. Untuk parasetamol dibuat konsentrasi sebesar 80 ppm, 40 ppm, dan 10 ppm, hasil pengukuran didapat bahwa koefisien variasi untuk parasetamol dari masingmasing konsentrasi sebesar 0,86%; 0,00067%; dan 0,23%. Sedangkan kafein dibuat konsentrasi sebesar 8 ppm, 4 ppm, dan 1 ppm, hasil koefisien variasi yang didapat dari masing-masing konsentrasi larutan yaitu sebesar 1,42%; 0,19%; dan 0,29%. Koefisien variasi tersebut memenuhi persyaratan, yaitu 2%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3. Uji ketelitian yang terakhir adalah uji inter-assay, dimana pengukuran dilakukan dengan metode yang sama namun pada hari yang berbeda. Uji ini dilakukan dengan membuat tiga konsentrasi larutan uji, masing-masing tiga replikasi. Untuk parasetamol dibuat konsentrasi sebesar 80 ppm, 40 ppm, dan 10 ppm. Sedangkan untuk kafein dibuat konsentrasi masing-masing sebesar 8 ppm, 4 ppm, dan 1 ppm. Uji ini dilakukan pada tiga hari yang berbeda. Data yang dihasilkan pada hari ke-1 untuk parasetamol dengan

konsentrasi tersebut di atas adalah 0,86%; 0,00067%; dan 0,23% sedangkan untuk kafein sebesar 1,42%; 0,19%; dan 0,29%. Pada hari ke-2 dengan konsentrasi yang sama untuk parasetamol adalah 1,21%; 2,60%; dan 0,80% sedangkan untuk kafein adalah 4,30%; 3,53%; dan 2,58%. Pada hari ke-3 koefisien variasi untuk parasetamol dengan konsentrasi yang sama masingmasing sebesar 0,76%; 2,55%; dan 1,12% sedangkan untuk kafein masing-masing sebesar 1,82%; 3,44%; dan 1,749524%. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4; 4.5; 4.6; 4.7; 4.8; dan 4.9. Dari data yang telah disebutkan di atas, untuk pengujian inter-assay pada hari ke-1 memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan, yaitu 2%. Tetapi, untuk hari ke-2 dan ke-3 untuk parasetamol dan kafein tidak semua konsentrasi masuk dalam kriteria persyaratan. Hal ini terjadi karena pada hari-hari selanjutnya bentuk kromatogram yang dihasilkan mulai mengalami perubahan, terjadi puncak ganda dan Uji Ketelitian dan Rentang... (Mutakin) 62 tailing sehingga sulit untuk menentukan area yang akan diambil. Kondisi yang tailing dapat mengakibatkan pemisahan yang tidak baik dan mengurangi nilai ketelitian. Puncak yang tidak simetri atau tailing dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu kolom yang tidak baik, tersumbat atau kosongnya frit, banyaknya pengotor pada inlet, terlalu banyaknya sampel, penggunaan pelarut yang salah pada sampel, efek dari kolom tambahan, efek kimiawi, tidak sesuainya dapar yang digunakan, serta adanya kontaminasi dari logam berat. Pembacaan tanda batas,

penimbangan dan cara penggunaan alat yang tidak reproducible juga dapat mempengaruhi nilai koefisien variasi. Uji rentang ditentukan dengan membuat lima konsentrasi yang berbeda, yaitu 100 ppm; 10 ppm; 1 ppm; 0,1 ppm; dan 0,01 ppm untuk parasetamol dan untuk kafein sebesar 10 ppm; 1 ppm; 0,1 ppm; 0,01 ppm; dan 0,001 ppm. Dari uji rentang didapat data sebagai berikut: rentang konsentrasi untuk parasetamol adalah 1 ppm-100 ppm, dengan persen perolehan kembali sebesar 98,087%130,37%. Sedangkan rentang konsentrasi untuk kafein adalah 1 ppm-10 ppm dengan persen perolehan kembali 98,70%-116,21%. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10; 4.11; 4.12; dan 4.13. KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan metode dengan kondisi optimum yang telah dilakukan merupakan pengembangan metode analisis yang belum memenuhi kriteria persyaratan. Hal ini dapat dilihat dari uji validasi metode analisis campuran parasetamol dan kafein dengan parameter ketelitian memberikan hasil koefisien variasi pada umumnya lebih dari 2%. Sedangkan persyaratan yang ditetapkan untuk parameter ketelitian adalah 2%. Dari hasil uji rentang metode analisis campuran parasetamol dan kafein ditetapkan bahwa rentang konsentrasi adalah 1 ppm-100 ppm, dengan nilai perolehan kembali 98,087%-130,37%. Sedangkan rentang konsentrasi kafein adalah 1 ppm-10 ppm dengan nilai perolehan kembali 98,70%-116,21%. Perlu dilakukan pengembangan metode analisis campuran parasetamol, kafein, dan

klorfeniramin maleat lebih lanjut serta dilakukan pengujian validasi metode analisisnya sehingga dapat digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya. DAFTAR PUSTAKA . 2004. USP NF 23. Edisi ke-28. United States of America: United States Pharmacopeial Convention Inc. Agoes, G. 1997. Validasi di Industri Farmasi. Proseding Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi. Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009 63 Anggraeni, A. 2006. Pengembangan Metode Analisis Campuran Parasetamol, Kafein, dan Klorfeniramin Maleat dengan Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) : Skripsi S1 Jurusan Farmasi FMIPA-UNPAD. Auterhoff, H. Kovar, Karl Arthur. 1987. Identifikasi Obat. Edisi keempat. Penerjemah: Dr. N. C. Sugiarsono. Penerbit: ITB. Bandung. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2001. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Buletin IKA Farmasi. 1998. Validasi Menurut CPOB. Bandung. Depkes R.I. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan. Depkes R.I. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan. Florey, K. 1983. Analytical Profiles of Drugs Substances. Vol 13, 14, 16. Academic Press. Inc. New Brunswick, New Jersey. Ganiswara, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 4. UI. Jakarta. Ibrahim, S. 1997. Penggunaan Statistika dalam Validasi Metode Analitik dan Penerapannya. Vol 1. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi. Jurusan Farmasi ITB. Bandung. Ibrahim, S. 2001. Pengembangan Metode Analisis Menggunakan KCKT. Seminar on HPLC Application for Analysis.