Tuberculosis Edit 2 Finish
-
Upload
miftahul-jannah -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of Tuberculosis Edit 2 Finish
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. N
No. RM : 333625
Tanggal Lahir : 06/04/2002
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. K. H. Agus Salim
Agama : Islam
Ruangan : III A
Dikirim : Poli Anak
B. Anamnesis
Tipe anamnesis : Alloanamnesis
Riwayat penyakit diberikan oleh : Ibunya
Keluhan utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang : Seorang anak perempuan MRS dengan
keluhan demam yang dialami sejak 1
minggu sebelum masuk RS, demam yang
dialami naik turun tidak menentu.
Penderita juga mengeluh batuk berlendir
disertai darah sejak 1minggu yang lalu,
sakit perut seluruhnya terutama daerah
epigastrium. Penderita mengeluhkan berat
badan dan nafsu makan menurun sejak
1minggu yang lalu. Buang air kecil dan
buang air besar lancar.
Riwayat penyakit terdahulu : Ada riwayat demam dan batuk berdahak 2
minggu sebelumnya.
1
Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat berobat 6 bulan dalam
keluarga disangkal
- Riwayat batuk lama dalam keluarga
disangkal
C. Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum : Sakit sedang/Gizi kurang/Sadar (GCS 15)
Berat Badan : 26 Kg BB koreksi 29 Kg
Panjang Badan : 133 cm
Status gizi menurut CDC :
(Gizi kurang)
Tanda vital
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 25 x/menit
Suhu : 37,70C
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Pemeriksaan fisik
Kepala Normosefali, tidak ada tanda trauma atau benjolan, ubun-ubun besar menutup, muka simetris, rambut hitam, lurus dan tidak mudah dicabut.
Mata Konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, sclera tidak ikterik pada kedua mata, refleks cahaya +/+, strabismus -/- dan cekung -/-.
Telinga Bentuk normal, tidak ada sekret, cairan, luka maupun perdarahan, fungsi pendengaran masih baik.
Hidung Bentuk normal, septum nasi ditengah, tidak ada deviasi, mukosa tidak hiperemis, tidak ada edema concha. Tidak terdapat secret pada kedua lubang hidung, epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-).
Tenggorokan Hiperemis (-), trachea ditengah.Gigi dan mulut Bibir tampak normal serta tidak kering, tidak ada
sianosis dan tidak ada stomatitis. Lidah tidak kotor dan tonsil T1-T1 hiperemis (-).
Leher Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak
2
teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada kaku kuduk.
Thorax Inspeksi : pada keadaan statis dada terlihat simetris kanan dan kiri, pada keadaan dinamis pergerakan dinding dada terlihat simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal, tidak terdapat retraksi atau penggunaan otot pernapasan tambahan. Pulsasi ictus cordis tidak terlihat.Palpasi : Massa tumor (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), ictus cordis tidak teraba.Perkusi : Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor kanan dan kiri, batas paru-hepar di intercostal VI, tasbeh (-).Batas jantung :Batas kiri : Linea medioclavicularis kiriBatas kanan : Linea parasternalis kananBatas atas : ICS IIIAuskultasi : bunyi pernapasan vesikuler, ronki +/-, wheezing -/-, bunyi jantung I/II murni reguler, souffle (-), thrill (-).
Abdomen Inspeksi : turgor baik, dinding abdomen simetris serta mengikuti gerak napas dan tidak terlihat penonjon massa ataupun adanya luka.Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal.Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. Terdapat nyeri tekan (+) daerah epigastrium. Perkusi : timpani +
Punggung Tampak normal, tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang, skoliosis (-) dan gibbus (-).
Ekstremitas atas dan bawah
Edema (-), Peteki (-), ekimosis (-).
Alat kelamin Tidak ada kelainanAnjuran pemeriksaan
Hasil Lab :
Darah lengkap (21 Agustus 2013)
Result Flags Unit Normal LimitsWBC 7,5 103/µl 4,0 12,0RBC 5,26 106/µl 4,00 6,20HGB 12,4 g/dl 11,0 17,0HCT 40,9 % 35,0 55,0PLT 229 103/µl 150 400
Pemeriksaan WBC, RBC, HGB, HCT, PLT dalam batas normal
Pemeriksaan Foto Thorax PA (22 Agustus 2013)
3
Bercak berawan di lapangan tengah dan bawah paru kanan serta suprahilir kiri
Cardio, sinus, diafragma normal.
Hilus padat
Kesan : Bronchopneumonia Spesifik
Diagnosis kerja
Tuberkulosis Paru
D. Follow Up
21/08/2013Hari ke-1
KU : LemahN : 120x/mnt P: 25x/mnt SB : 37,7 CTD : 90/60 mmHgBAB : LancarBAK : LancarNafsu Makan : MenurunKeluhan : Demam (+), menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), batuk (+), Berlendir (+), sesak (-), Nyeri dada (-), Pucat (-), perdarahan (+), Metab : Edema (-), ikterus (-),Muntah (-), sakit perut (+).Pemeriksaan fisik:Paru : Bp: Vesiculer Bt: Rh+/- Wh-/-Jantung : Bj I/II Murni reguler, Bising (-)Abdomen : asites (-), Peristaltik (+), Kesan Normal.Instruksi Dokter :IVFD RL 8 tpmCefotaxime 1gr/iv/12 jamDextromethorpan sirup 3x1 cth/ hariParacetamol 500 mg , 3x ¾ tablet/hari B-com 2x1 tablet/ hari Vit-c 2x1 tablet/hariPeriksa darah rutin
22/08/2013Hari ke-2
KU : LemahN : 100x/mnt P: 25x/mnt SB : 36,70 CBAB : BaikBAK : LancarNafsu Makan : MenurunKeluhan : Demam (-), menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), batuk (+), Berlendir (+), sesak (-),Pucat (-), perdarahan (-), Metab :
4
Edema (-), ikterus (-),Muntah (-), sakit perut (-).Pemeriksaan fisik:Paru : Bp: Vesiculer Bt: Rh+/- Wh-/-Jantung : Bj I/II Murni reguler, Bising (-)Abdomen : ascites (-), Peristaltik(+), Kesan Normal.Instruksi dokter : Terapi lanjut Foto thorax PA
23/06/2013Hari ke-3
KU : LemahN : 140x/mnt P: 30x/mnt SB : 38,10 CBAB : Belum BAB pagi iniBAK : LancarNafsu Makan : MenurunKeluhan : Demam (+), menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), batuk (+), Berlendir (+), sesak (-), Pucat (-), perdarahan (-), Metab : Edema (-), ikterus (-),Muntah (-), sakit perut (-).Pemeriksaan fisik:Paru : Bp: Vesiculer Bt: Rh+/- Wh-/-Jantung : Bj I/II Murni reguler, Bising (-)Abdomen : ascites (-), Peristaltik(+), Kesan Normal.Instruksi dokter : Terapi lanjutDexamethasone 4 mg/iv/8 jamNebulaizer dengan ventoline + NaCl 2cc / 8 jamAmbroxol sirup 3x1 cth
24/08/2013Hari ke-4
KU : Baik N : 92x/mnt P: 30x/mnt SB : 36,9 CBAB : BaikBAK : LancarNafsu Makan : MenurunKeluhan : Demam (-), menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), batuk (+), Berlendir (+), sesak (-), Pucat (-), perdarahan (-), Metab : Edema (-), ikterus (-),Muntah (-), sakit perut (-).Pemeriksaan fisik:Paru : Bp: Vesiculer Bt: Rh+/- Wh-/-Jantung : Bj I/II Murni reguler, Bising (-)Abdomen : ascites (-), Peristaltik, Kesan Normal.Instruksi dokter : Cefotaxime injeksi lanjutDexamethasone injeksi stop
5
Terapi lain lanjutObat oral lanjutB-Com 2 x 1Vit-C OAT : INH 1 x 150 mg Rifampicin 1x 300 mg PZA 1`x 500 mg
25/08/2013Hari ke-5
KU : LemahN : 88x/mnt P: 32x/mnt SB : 37,00 CBAB : Belum 1 hariBAK : LancarNafsu Makan : MenurunKeluhan : Demam (-), menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), batuk (+), Berlendir (+), sesak (-), Pucat (-), perdarahan (-), Metab : Edema (-), ikterus (-),Muntah (-), sakit perut (-).Pemeriksaan fisik:Paru : Bp: Vesiculer Bt: Rh-/- Wh-/-Jantung : Bj I/II Murni reguler, Bising (-)Abdomen : ascites (-), Peristaltik (+), Kesan Normal.Intruksi dokterTerapi lanjut
26/08/2013Hari ke-6
KU : LemahN : 92x/mnt P: 36x/mnt SB : 36,70 CBAB : Belum 2 hariBAK : LancarNafsu Makan : MenurunKeluhan : Demam (-), menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), batuk (+), Berlendir (+), sesak (-), Pucat (-), perdarahan (-), Metab : Edema (-), ikterus (-),Muntah (-), sakit perut (-).Pemeriksaan fisik:Paru : Bp: Vesiculer Bt: Rh-/- Wh-/-Jantung : Bj I/II Murni reguler, Bising (-)Abdomen : ascites (-), Peristaltik(+), Kesan Normal.Intruksi dokterStop injeksiCefixime 2x1 tabletB-Com 2x1 tabletVit-C 2x1 tabletAmbroxol sirup 3x1 cth OAT lanjut
6
Nebulaizer ventoline + NaCl / 8 jam27/08/2013Hari ke-7
KU : BaikN : 84x/mnt P: 28x/mnt SB : 36,6 CBAB : Belum 3 hariBAK : Lancar Nafsu Makan : MenurunKeluhan : Demam (-), menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), batuk (+), Berlendir (+), sesak (-), Pucat (-), perdarahan (-), Metab : Edema (-), ikterus (-),Muntah (-), sakit perut (-), perut kembung (+).Pemeriksaan fisik:Paru : Bp: Vesiculer Bt: Rh-/- Wh-/-Jantung : Bj I/II Murni reguler, Bising (-)Abdomen : ascites (-), Peristaltik (+), Kesan Normal.Intruksi dokterOff infuse Obat oral lanjut OAT lanjutBoleh pulang Kontrol di poli
E. Tuberkulosis Paru
1. Definisi1
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa.
2. Etiologi 2,3
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Ada 2
macam mycobacteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu tipe
human (berada dalam bercak ludah dan droplet) dan tipe bovin yang
berada dalam susu sapi
3. Faktor resiko terpajan tuberkulosis3
Mereka yang paling beresiko terpajan ke basil adalah mereka yang
tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif. Mereka
mencangkup para gelandangan yang tinggal di tempat penampungan
dimana terdapat tuberkulosis, serta anggota keluarga pasien. Terutama
pada negara-negara berkembang. Yang juga beresiko terpajan atau
7
terjangkit tuberkulosis adalah para pekerja kesehatan yang merawat pasien
tuberkulosis, dan mereka yang menggunakan fasilitas klinik perawatan
atau rumah sakit yang juga digunakan oleh para penderita tuberkulosis. Di
antara mereka yang terpajan ke basil, individu yang sistem imunnya tidak
adekuat misalnya mereka yang kekurangan gizi, orang berusia lanjut atau
bayi. individu yang mendapat obat immunosupressan dan mereka yang
mengidap virus immunodefisiensi manusia (HIV) kemungkinan besar
akan terinfeksi.
4. Pathogenesis 1,2,4
Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya
basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya
terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich (1930) menemukan bahwa 95.93 %
dari 2.114 kasus mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini
disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga
jaringan paru mudah terpapar infeksi tuberculosis (susceptible), karena
memiliki kandungan oksigen yang sangat tinggi.
Lokasi fokus primer pada 2.114 kasus Ghon dan Kudlich ialah :
- Paru 95.93 %
- Usus 1.14 %
- Kulit 0.14 %
- Hidung 0.09 %
- Tonsil 0.09 %
- Telinga tengah 0.09 %
- Kelenjar parotis 0.09 %
- Konjungtiva 0.05 %
- Tidak diketahui 2.41 %
Penularan kuman terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.
Partikel infeksi ini dapat menetap 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya
sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
8
lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat
masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikro. Apabila bakteri dalam
jumlah bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem
pernafasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka penderita
akan mencetuskan sistem imun dan peradangan yang kuat. Karena respon
yang hebat ini, yang terutama diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar
5% orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif. Yang
bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi
tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
5. Diagnosa
a. Gambaran Klinis2,3
Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara
klinis karena penyakit mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang
tuberkulosa ditemukan pada anak-anak tanpa keluhan atau gejala-
gejala tuberkulosis primer, dapat juga hanya panas yang naik turun
selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk pilek.
Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah panas atau demam
biasanya pagi hari, malaise, keringat malam, dispneu ringan, batuk
purulent produktif kadang disertai nyeri dada lebih dari tiga minggu
sering dijumpai pada infeksi aktif, anoreksia dan berat badan yang
menurun, kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus
abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali.
Oleh karena itu bila dijumpai panas seperti tifus abdominalis pada bayi
atau anak kecil, harus dipikirkan juga kemungkinan tuberkulosis
sebagai penyebab panas tersebut. Selain itu bila didapatkan riwayat
kontak erat dengan penderita.
b. Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis dapat dilakukan:5
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan laboratorium (darah dan sputum)
Uji tuberkulin
9
Diagnosa pasti apabila ditemukan adanya BTA dalam media
biakan. Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosis pasti, disebabkan
oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary) dan sulitnya
pengambilan spesimen (sputum). Jumlah kuman TB disekret bronkus
anak lebih sedikit daripada dewasa karena lokasi kerusakan jaringan
parenkim paru bagian perifer. Selain itu, tingkat kerusakan parenkim
paru tidak seberat pada dewasa. Kuman BTA baru dapat dilihat dengan
mikroskop bila jumlahnya paling sedikit 5.000 kuman dalam 1ml
dahak.6
Kesulitan kedua, pengambilan spesimen/sputum sulit dilakukan.
Pada anak, walaupun batuknya berdahak, biasanya dahak akan ditelan
sehingga diperlukan bilasan lambung yang diambil melalui
NasoGastrik Tube (NGT) dan harus dilakukan oleh petugas
berpengalaman. Cara ini tidak menyenangkan bagi pasien. Dahak yang
representative untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah dahak
yang kental dan purulen, berwarna hijau kekuningan dengan volume 3-
5 ml.6
Karena berbagai alasan diatas, diagnosis TB anak bergantung
pada penemuan klinis dan radiologis, yang keduanya sering kali tidak
spesifik. Kadang-kadang, TB anak ditemukan karena ditemukannya
TB dewasa di sekitarnya. Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan
gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin
positif, dan foto paru yang mengarah pada TB (sugestif TB)
merupakan bukti kuat yang menyatakan anak telah sakit TB.6
c. Sistem skoring TB Anak
Berdasarkan keterangan sebelumnya bahwa mendiagnosis TB
anak sulit dilakukan karena gejalanya tidak khas, di buatlah suatu
kesepakatan penanggulangan TB anak oleh beberapa pakar.
Kesepakatan ini dibuat untuk memudahkan penanganan TB anak
secara luas, terutama di daerah perifer atau pada fasilitas kesehatan
yang kurang memadai.6
10
Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TB
Parameter 0 1 2 3Kontak TB Tidak jelas Laporan
keluarga, BTA(-), tidak tahu dan tidak jelas
BTA (+)
Uji tuberkulin Negatif Positif (≥ 10 mm, atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi)
Berat badan /keadaan gizi
Bawah garis merah (KMS) atau BB/U < 80%
Klinis gizi buruk (BB/U)< 60 %)
Demam tanpa sebab jelas
≥ 2minggu
Batuk ≥ 3minggu
Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal
≥1 cm, jumlah >1 tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
Ada pembengkakan
Foto rontgen thorax
Normal/tidak jelas
Kesan TB
Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6, (skor maksimal 13)
pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut.
6. Penatalaksanaan 6
Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan
dalam waktu relative lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2
fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan.
Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resisitensi
obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler.
11
Sedangkan pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman
juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Berbeda dengan orang dewasa, OAT pada anak diberikan setiap hari,
bukan 2 atau 3 kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan mengurangi
ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak
diminum setiap hari. Saat ini paduan obat yang baku untuk sebagian besar
kasus TB anak adalah paduan rifampisin, INH dan pirazinamid. Pada fase
intensif diberikan rifampisin, INH dan pirazinamid, sedangkan fase
lanjutan hanya diberikan rifampisin dan INH.
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal
seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lain-lain pada fase
intensif diberikan minimal 4 macam obat (rifampisin, INH, pirazinamid,
etambutol atau streptomisin). Sedangkan fase lanjutan diberikan rifampisin
dan INH selama 10 bulan. Untuk kasus TB milier, efusi pleura TB,
perikarditis TB, TB endobrokial, meningitis TB, dan peritonitis TB,
diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari,
dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu
dengan dosis penuh dilanjutkan Tapering Off dalam jangka waktu yang
sama. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi
dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
Tabel 2. Obat antituberkulosis (OAT) yang biasa dipakai dan dosisnya
Nama obat Dosis Harian (mg/kgBB/hari)
Dosis Maksimal (mg/hari)
Efek samping
Isoniazid (H) 5-15* 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitifitas
Rifampisin (R) 10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia. Peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna orange kemerahan
12
Pirazinamid (Z) 15-30 2000 Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinal
Etambutol (E) 15-20 1250 Neuritis optic, ketajaman mata berkurang, buta warna merah, hijau, hipersensitivitas, gastrointestinal.
Streptomisin 15-40 1000 ototoksik, nefrotoksik.
*Bila INH dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh
melebihi 10mg/kgBB/hari
7. Komplikasi Tuberkulosis1,4
Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi sebagian akan
menyebar lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Tuberkulosis
dapat meluas dalam jaringan paru sendiri. Selain itu basil tuberkulosis
dalam aliran darah dapat mati, tetapi dapat pula berkembang terus, hal ini
tergantung keadaan penderita dan virulensi kuman. Melalui aliran darah
basil tuberkulosis dapat mencapai alat tubuh lain seperti bagian paru lain,
selaput otak, otak, tulang, hati, ginjal dan lain-lain. Dalam alat tubuh
tersebut basil tuberkulosis dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi
dapat pula menjadi tenang dahulu dan setelah beberapa waktu
menimbulkan penyakit atau dapat pula tidak pernah menimbulkan
penyakit sama sekali. Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer
terjadi dalam 12 bulan setelah terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen
atau millier dan meningitis biasanya terjadi dalam 4 bulan, tetapi jarang
sekali sebelum 3-4 minggu setelah terjadinya kompleks primer. Efusi plura
dapat terjadi 6-12 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, kalau efusi
pleura disebabkan oleh penyebaran hematogen maka dapat terjadi lebih
cepat.
Komplikasi pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan
(superficial) dapat terjadi akibat penyebaran hematogen, hingga dapat
13
terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, tetapi
komplikasi ini dapat juga terjadi setelah 6-18 bulan (Lincoln). Komplikasi
pada traktus urogenitalis dapat terjadi setelah bertahun-tahun (Lincoln).
Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi dapat
menyebabkan atelektasis karena menekan bronkus hingga tampak sebagai
perselubungan segmen atau lobus, sering lobus tengah paru kanan. Selain
oleh tekanan kelenjar gatah bening yang membesar, atelektasis dapat
terjadi karena kontraksi bronkus pada tuberkulosis dinding bronkus,
tuberkuloma dalam lapisan otot bronkus atau oleh gumpalan keju di dalam
lumen bronkus.
Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi selain
menyebabkan atelektasis karena penekanan, dapat juga menembus
bronkus kemudian pecah dan menyebabkan penyebaran bronkogen. Lesi
tuberkulosis biasanya sembuh sebagai proses resolusi, fibosis dan atau
kalsifikasi.
8. Prognosis
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama
setelah mendapat infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial
ekonomi keluarga, diagnosa dini, pengobatan adekuat, kepatuhan minum
obat, dan adanya infeksi lain seperti morbilli, pertusis, diare yang berulang
dan lain-lain.
F. Diskusi
Seorang anak perempuan MRS dengan keluhan demam yang dialami
sejak 1 minggu sebelum masuk RS, demam yang dialami naik turun tidak
menentu. Penderita juga mengeluh batuk berlendir disertai darah sejak 1
minggu yang lalu, sakit perut seluruhnya terutama daerah epigastrium.
Penderita mengeluhkan berat badan dan nafsu makan menurun sejak 1minggu
yang lalu. Buang air kecil dan buang air besar lancar. Hal ini cukup sesuai
dengan gambaran klinis tuberkulosis primer ialah panas atau demam biasanya
pagi hari, malaise, keringat malam, dispneu ringan, batuk purulent produktif
14
kadang disertai nyeri dada lebih dari tiga minggu sering dijumpai pada infeksi
aktif, anoreksia dan berat badan yang menurun, kadang-kadang dijumpai
panas yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa
hepatosplenomegali. Pasien sakit sedang, gizi kurang, dan compasmentis.
Tanda vital : suhu febris, pernafasan, tekanan darah dan nadi dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisis didapatkan kepala, leher, jantung, abdomen,
dan ekstremitas dalam batas normal, namun pada thorax auskultasi bunyi
pernafasan tambahan ronkhi. pada pasien ini dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis dan Pemeriksaan laboratorium (darah dan sputum), dan Uji
tuberkulin.
Namun hanya dilakukan pemeriksaan darah rutin dan radiologi karena
keterbatasan fasilitas. Dari hasil pemeriksaan radiologi yaitu foto thorax
dapatkan gambaran bronchopneumonia spesifik. Pada dasarnya TB pada anak
dilakukan sistem skoring, namun skoring TB pada pasien ini kurang lengkap
karena tidak dilakukan uji tuberkulin.
Parameter 0 1 2 3Kontak TB
Uji tuberkulin -
Berat badan /keadaan gizi
Demam tampa sebab jelas
Batuk
Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
Foto rontgen thorax
Skoring yang diperoleh : 4 (empat)
Berdasarkan hasil skoring nilai yang diperoleh adalah 4 (empat) yang
berarti anak tidak dapat didiagnosis TB, namun hal ini terjadi karena
pemeriksaan yang kurang lengkap yaitu uji tuberkulin. Sehingga pada pasien
saat ini, kurang tepat jika ingin didiagnosis TB berdasarkan hasil skoring.
Pengobatan yang diberikan pada pasien, sesuai dengan keluhan pasien,
kemudian di lanjutkan dengan pemberian OAT. Dalam hal ini pemberian
15
prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam
waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase
intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan. Pemberian
paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resisitensi obat dan
untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan pemberian
obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kekambuhan.6
Berbeda dengan orang dewasa, OAT pada anak diberikan setiap hari,
bukan 2 atau 3 kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan mengurangi
ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum
setiap hari. Saat ini paduan obat yang baku untuk sebagian besar kasus TB
anak adalah paduan rifampisin, INH dan pirazinamid. Pada fase intensif
diberikan rifampisin, INH dan pirazinamid, sedangkan fase lanjutan hanya
diberikan rifampisin dan INH.6 pengobatan yang diberikan pada pasien sudah
sesuai dengan prinsip terapi TB yaitu INH 1x 500 mg, rifampicin 1x 300 mg,
dan PZA 1x500 mg untuk fase intensif selama 2 bulan setelah itu fase
lanjutan. Pada dasarnya infeksi tuberculosa dapat dicegah dengan cara:
vaksinasi BCG, dan edukasi. Prognosis penyakit ini menjadi lebih baik sejak
ditemukannya obat anti tuberkulosis, kecuali pada tuberculosis resisten obat
dan pada tuberculosis dengan penyulit atau komplikasi yang lainnya.
G. Penutup
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium Tuberculosa. Dengan manifestasi klinis yang berlainan antara
lain; demam, malaise, keringat malam, anoreksia, batuk, dan juga penurunan
berat badan. Selain itu ditemukan adanya kontak dengan penderita TBC
Untuk penegakkan diagnosis dapat dilakukan :
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan laboratorium ( darah dan sputum )
Uji Tuberkulin
16
Diagnosa pasti apabila ditemukan adanya BTA dalam media biakan.
Penatalaksanaan :
Diberikan Rifampisin, INH, Pirazinamide setiap hari selama 2 bulan pada
fase awal.
Dilanjutkan Rifampisin, INH setiap hari selama 4 bulan pada fase lanjutan.
Infeksi tuberkulosis dapat dicegah dengan cara :
Vaksinasi BCG
Kemoprofilaksis dengan pemberian INH selama 1 tahun
Edukasi
Prognosa penyakit ini menjadi lebih baik sejak ditemukannya obat anti
tuberkulosis, kecuali pada tuberkulosis resisten obat dan pada tuberkulosis
dengan penyulit atau komplikasi yang lainnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Waspadji, Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 – 761.
2. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761.
3. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA (K) et al : Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028-1042.
4. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5, Tuberkulosis, hal 753 – 761.
5. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat – obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek – efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika, hal 145 – 154.
6. Depkes –IDAI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
18
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2013 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK
Oleh :MIFTAHUL JANNA
10542 0097 09
Pembimbing :dr. INDRIATY SYAIFUL, Sp.A
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2013
19
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Miftahul Janna
Stambuk : 10542 0097 09
Dengan Judul Lapsus : Tuberkulosis Paru pada Anak
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Makassar, September 2013
Pembimbing
(dr. Indriaty Syaiful, Sp.A)
20