Skripsi Finish

327

Click here to load reader

Transcript of Skripsi Finish

Page 1: Skripsi Finish

SINERGI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampai saat ini, Pemerintah dan Pemerintah Daerah di Indonesia masih

menghadapi permasalahan kemiskinan yang bersifat multidimensional.

Kemiskinan menjadi sebab dan akibat dari lingkaran setan (vicious cyrcle)-

rangkaian permasalahan pengangguran, rendahnya kualitas sumber daya manusia

Indonesia, dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Kondisi tersebut

digambarkan dengan masih tingginya jumlah penduduk miskin dan jumlah

pengangguran terbuka, serta masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia

(Indonesia) Indonesia dibanding mayoritas negara-negara lain. Kualitas sumber

daya manusia ditandai oleh indeks pembangunan manusia (IPM) atau human

development index (HDI). Indeks pembangunan manusia merupakan indikator

komposit status kesehatan yang dilihat dari angka harapan hidup saat lahir, taraf

pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf penduduk dewasa dan

gabungan angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar, menengah, tinggi,

serta taraf perekonomian penduduk yang diukur dengan pendapatan domestik

bruto (PDB) per kapita dengan paritas daya beli.

Merujuk data dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2010-2014, perkembangan jumlah penduduk miskin, jumlah

pengangguran, dan indeks pembangunan manusia (IPM) di Indonesia antara tahun

2004-2009 sebagai berikut:

Page 2: Skripsi Finish

Berdasarkan data dalam Surat Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana

(Bapermas, P3AKB) Kota X Nomor 511.1/662/VIII/2009 tentang Permohonan

Alokasi Raskin Bulan Agustus 2009; dan data Bagian Administrasi Pemerintahan

Sekretariat Daerah Kota X, diketahui bahwa Rumah Tangga Sasaran (RTS)

penerima raskin : tahun 2008 sebanyak 26.521 KK, tahun 2009 sebanyak 22.729

KK dan tahun 2010 sebanyak 21.954 KK yang terdiri dari 11.251 rumah tangga

hampir miskin, 7.135 rumah tangga miskin, dan 3.568 rumah tangga sangat

miskin. Merujuk data dari Bappeda Kota X dan Bapermas, P3AKB Kota X,

bahwa jumlah penduduk miskin di Kota X pada tahun 2009 mencapai 104.988

jiwa, ditambah jumlah gakin di Panti Sosial, Diffabel, total penduduk miskin di

Kota X sebanyak 106.389 jiwa.

Untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia, berbagai program penanggulangan

kemiskinan telah digulirkan oleh Pemerintah sejak era Orde Baru hingga saat ini.

Beberapa program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat yang pernah dilaksanakan yaitu : Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit

Industri Kecil (KIK), Kredit Candak Kulak (KCK), Inpres Desa Tertinggal (IDT),

Padat Karya, Jaring Pengaman Sosial- Program Daerah Mengatasi Dampak Krisis

Ekonomi (JPS-PDMDKE), Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah

Daerah (P2MPD), P4K, TPSP-KUD, Unit Ekonomi Desa dan Simpan Pinjam

(UEDSP), Pengembangan Kawasan Terpadu, Program Pengembangan Kecamatan

(PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Dalam era

pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (Kabinet Indonesia

Bersatu I), Pemerintah menetapkan salah satu prioritas dan arah kebijakan

pembangunan untuk menanggulangi kemiskinan. Sesuai dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009,

khususnya berkaitan dengan agenda peningkatan kesejahteraan masyarakat, salah

satu sasarannya yaitu : menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi 8,2% dan

pengurangan pengangguran menjadi 5,1% dari total angkatan kerja pada tahun

2009.

Page 3: Skripsi Finish

Pemerintah meluncurkan tiga kelompok (kluster) program penanggulangan.

Dalam materi presentasi Deputi Menkokesra Bidang Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan (2008) yang berjudul "Harmonisasi Program-Program

Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat" dan Buletin

Sambung Hati 9949 edisi bulan November 2009, terdapat tiga kluster program

untuk penanggulangan kemiskinan yaitu :

1. Program-Program dalam kluster program Bantuan dan Perlindungan Sosial.

Kelompok program ini bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar,

pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.

Program ini dianalogikan dengan pemberian ikan kepada masyarakat miskin

dan kelompok rentan lainnya seperti kaum miskin, lansia, korban bencana dan

konflik, penyandang cacat, komunitas adat terkecil, yang jumlahnya 19,1 juta

Rumah Tangga Sasaran (RTS) secara nasional. Program-program dalam

Kluster ini meliputi : Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Rumah Tangga

Miskin (Raskin), Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) atau Program Keluarga

Harapan (PKH), Bantuan untuk Pengungsi/Korban Bencana, Bantuan untuk

Penyandang Cacat dan Bantuan untuk Kelompok Lansia. Bantuan untuk

Penyandang Cacat diberikan kepada penyandang cacat permanen, dalam arti

tidak dapat menghidupi diri sendiri dan sepenuhnya tergantung kepada orang

lain dalam melakukan aktivitas. Pemerintah memberikan bantuan dana

jaminan sosial bagi penyandang cacat berat dengan indeks Rp 300.000 per

orang per bulan selama 12 bulan. Bantuan pelayanan dan jaminan sosial lansia

terlantar diberikan kepada masyarakat yang tidak berdaya secara fisik,

ekonomi, dan sosial. Bantuan Lansia dikirim lewat PT POS Indonesia dan

para pendamping bertugas mengantar dana bantuan tersebut kepada penerima

yang berhak. Pemerintah memberikan bantuan dana jaminan sosial bagi

Lansia dengan indeks Rp 300.000 per orang per bulan selama 12 bulan.

Anggaran dan Sasaran Program-Program Bantuan dan Perlindungan Sosial

tercantum dalam tabel berikut :

Page 4: Skripsi Finish

2. Program-Program Pemberdayaan Masyarakat. Kluster ini diibaratkan sebagai

kail, dimana pemerintah melaksanakan program-program yang tergabung

dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. PNPM

Mandiri yang diluncurkan pemerintah pada 30 April 2007. Melalui Program

ini dibangun infrastruktur seperti jalan kampung, jembatan, irigasi, air bersih,

sarana pendidikan, sarana kesehatan, bantuan dana bergulir untuk usaha, unit

ekonomi produktif (UEP), simpan pinjam perempuan (SPP) dan sebagainya.

Anggaran PNPM Mandiri tahun 2007 sebesar Rp 2,794 triliun, tahun 2008

sebesar Rp 5,924 triliun, dan tahun 2009 sebesar Rp 7,647 triliun. Tahun 2008

untuk PNPM Penguatan mencakup 3,999 kecamatan dan 47.954 desa dan

Sasaran 500.000 RTSM di Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. 700.000 RTSM

13 provinsi. Enam provinsi tambahan adalah NAD, Sumatera Utara, DIY,

Banten, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Selatan.

3. Program UMKM untuk Kemandirian Masyarakat. Dalam upaya

mengurangi kemiskinan dan pengangguran, serta memberdayakan usaha

mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pemerintah melaksanakan program

Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kluster ini diibaratkan sebagai perahu, di mana

UMKM mendapat kredit usaha dari bank-bank milik negara yaitu Bank BRI,

Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin dan

Bank BTN. Hingga Oktober 2009 KUR yang telah disalurkan sebesar Rp

8.332.161.000.000 dengan jumlah nasabah 2.236.926 orang. Pada tahun 2008,

KUR menciptakan lapangan kerja untuk 4,59 juta orang. Pada tahun 2009

diperkirakan akan membuka lapangan kerja untuk 6 juta orang.

Alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu : pada tahun 2004

mencapai Rp 19 triliun, tahun 2005 meningkat 26.3 % menjadi Rp 24 triliun,

tahun 2006 meningkat 70.8 % menjadi Rp 41 triliun, tahun 2007 meningkat

24.4% menjadi Rp 51 triliun dan tahun 2008 meningkat 13.7 % menjadi Rp 58

triliun dan tahun 2009 meningkat 12 % menjadi 66,2 triliun.

Page 5: Skripsi Finish

Berbagai program penanggulangan kemiskinan dengan dukungan peningkatan

anggaran untuk pengentasan kemiskinan yang cukup signifikan sejak tahun

2004 hingga tahun 2009, mampu menurunkan jumlah penduduk miskin di

Indonesia walaupun tidak secara drastis. Tingkat kemiskinan yang pada tahun

2007 sebesar 16,58 persen, pada tahun 2008 sudah menurun menjadi sebesar

15,42 persen, pada tahun 2009 tingkat kemiskinan menurun lagi menjadi

14,15 persen. Tetapi, target yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2004-2009

untuk menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi 8,2% pada tahun 2009

tidak tercapai.

Dalam era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (Kabinet

Indonesia Bersatu II), Pemerintah tetap menetapkan salah satu prioritas dan

arah kebijakan pembangunan untuk menanggulangi kemiskinan. Berdasarkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014, sasaran

bidang penanggulangan kemiskinan dan pemerataan pembangunan adalah

menurunkan tingkat kemiskinan menjadi sebesar 8-10% pada akhir 2014.

Untuk mencapai sasaran tersebut, arah kebijakan dan prioritas program

penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan Pemerintah tahun 2010-2014

dalam tabel berikut yaitu : Pertama, meningkatkan pertumbuhan pada sektor-

sektor yang menyerap tenaga kerja dan efektif menurunkan kemiskinan.

Kedua, Meningkatkan kualitas dan efektivitas kebijakan dalam rangka

mempercepat penurunan kemiskinan. Ketiga, meningkatkan efektivitas

pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah khususnya daerah tertinggal dan

korban bencana.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan, kelompok program penanggulangan kemiskinan

terdiri dari kelompok program : berbasis bantuan dan perlindungan sosial,

berbasis pemberdayaan masyarakat, dan berbasis pemberdayaan usaha mikro

dan kecil.

Untuk menanggulangi kemiskinan di Kota X, beberapa program Pemerintah

Pusat yang dilaksanakan antara lain : Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Langsung Tunai

Page 6: Skripsi Finish

(BLT), Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin), Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri-Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan),

Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Bantuan Langsung

Pemberdayaan Sosial (PPFM-BLPS) atau dikenal dengan Kelompok Usaha

Bersama Ekonomi (KUBE), dan Padat Karya Produktif serta Kredit Usaha

Rakyat (KUR).

Menindaklanjuti pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan

kemiskinan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan dalam rangka

desentralisasi dan otonomi daerah saat ini, Pemerintah Daerah berperan besar

untuk menanggulangi kemiskinan. Pemerintah Daerah dengan didukung

stakeholders dan masyarakat, dapat mengembangkan prakarsa untuk

menyusun berbagai kebijakan dan melaksanakan program-program

penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

Pemerintah Daerah juga dapat berperan dengan menyediakan dana atau

program pendamping untuk pelaksanaan program-program dari Pemerintah

Pusat.

Beberapa program berbasis pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan oleh

Pemerintah Kota X meliputi : Program bantuan perbaikan/rehap Rumah Tidak

Layak Huni (RTLH); Sanitasi Masyarakat (Sanimas); Bantuan operasional

Posyandu Balita dan Lansia; Kegiatan pendidikan ketrampilan, pembangunan

tempat usaha, pinjaman modal bergulir untuk koperasi dan usaha mikro kecil

dan menengah (UMKM); Solo Techno Park; Pengembangan Wisata Kuliner-

Galabo, alokasi Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) dan Program Terpadu

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Gender (P2MBG).

Program-program pemberdayaan dari Pemerintah dan Pemerintah Kota X

yang dilaksanakan di tingkat kelurahan meliputi : PNPM Mandiri Perkotaan,

BLPS- P2FM (KUBE), Bantuan Rehap RTLH, P2MBG, Padat Karya

Produktif dan DPK. Untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kebijakan

dalam rangka mempercepat penurunan kemiskinan, salah satunya melalui

sinkronisasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, serta

harmonisasi antar pelaku. Berbagai program pemberdayaan masyarakat dari

Page 7: Skripsi Finish

Pemerintah dan Pemerintah Kota X memerlukan sinergi baik dalam tataran

kebijakan, kelembagaan dan implementasi program. Penanggulangan

kemiskinan memerlukan perubahan yang cukup sistemik dan menyeluruh,

namun penanganannya selama ini cenderung parsial sektoral, tidak

terintegrasi, dan belum sinergis. Dalam dokumen Strategi Penanggulangan

Kemiskinan Di Kota X (2008:3), disebutkan : tindakan penanganan

kemiskinan menghadapi permasalahan dan tantangan, antara lain :

1) Indikator atau tolok ukur kriteria penduduk miskin masih banyak

perbedaan diantara beberapa SKPD, sehingga data yang dihasilkan juga

berbeda.

2) Belum sepenuhnya memberdayakan masyarakat.

3) Terjadi salah sasaran.

4) Tidak optimalnya pengelolaan dana.

5) Usaha yang dipilih tidak berorientasi pasar.

6) Distribusi dana kurang mendasarkan pada kebutuhan nyata.

7) Belum terpadunya pelaksanaan kegiatan.

8) Mental dan perilaku, pola ketergantungan pada bantuan dan lemahnya

motivasi untuk melakukan usaha produktif.

9) Perilaku budaya masyarakat yang senang menerima bantuan sehingga

apabila ada pendataan untuk bantuan jumlah masyarakat miskin selalu

bertambah.

10)Program yang bergulir di masyarakat setelah selesai tidak ada mekanisme

monitoring dan evaluasinya.

11)Lemahnya koordinasi masing-masing SKPD saat menyusun intervensi

kemiskinan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penelitian tentang Sinergi

Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

Di Kota X relevan dan menarik untuk dilakukan. Program-program

pemberdayaan masyarakat yang diteliti mencakup : PNPM Mandiri

Perkotaan, KUBE, Bantuan Rehap RTLH, P2MBG, dan DPK.

Page 8: Skripsi Finish

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisa sinergi kebijakan penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di Kota X. Secara terperinci,

permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kebijakan dan kelembagaan yang mendukung sinergi dalam

penanggulangan kemiskinan di Kota X ?

2. Bagaimana bentuk-bentuk sinergi dalam implementasi program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang

dilaksanakan di tingkat kelurahan di Kota X?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan kebijakan dan kelembagaan yang mendukung

sinergi dalam penanggulangan kemiskinan di Kota X

2. Mendeskripsikan dan menganalis bentuk-bentuk sinergi dalam

implementasi program-program penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di tingkat kelurahan di

Kota X.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Manfaat Praktis.

Memberikan rekomendasi untuk sinergi dalam penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di tingkat kelurahan

di Kota X.

2. Manfaat Akademik.

Mengembangkan pengetahuan tentang sinergi dalam inplementasi kebijakan

penanggulangan kemiskinan yang mendasarkan pada kajian teori governance dan

teori kolaborasi collaboration. Teori governance merupakan basis teori untuk

Page 9: Skripsi Finish

menjelaskan dan menganalisa sinergi peran antar pelaku (aktor) kebijakan

penanggulangan kemiskinan. Teori kolaborasi untuk menjelaskan dan menganalisa

bentuk-bentuk sinergi.

Page 10: Skripsi Finish

PERANAN SUPERVISI PENGAWAS TK/SD/SDLB DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD PADA

PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan peraturan pemerintah

nomor 25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan antara pusat dan daerah telah

membawa perubahan pada sistem pengelolaan pendidikan nasional dari sentralistik

menjadi desentralistik. Menurut pasal 11 ayat 2 undang-undang nomor 22 tahun 1999,

pendidikan termasuk bidang yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota.

Dengan demikian masa depan pendidikan nasional akan sangat bergantung pada daerah

kabupaten atau kota terutama dalam mengelola pelaksanaan dan mengawasi pelaksanaan

pendidikan.

Di dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa Pendidikan Nasional

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi

kualitas pembelajaran. Untuk itu diperlukan pembinaan terus-menerus dari Pengawas

atau Kepala Sekolah yang antara lain melalui supervisi pengajaran. Konsep supervisi

yang digunakan adalah supervisi yang bersifat ilmiah, yaitu : 1) Sistematis, artinya

dilaksanakan secara teratur, terencana, dan terus menerus, 2) Objektif, artinya ada data

yang didapat berdasarkan observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi, 3)

Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk

mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran di kelas (Sahertian, 2000: 16)

Page 11: Skripsi Finish

Harris (dalam Sahertian 2000 : 20) menyatakan, bahwa supervisi pengajaran adalah

segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa

yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung untuk mempengaruhi proses belajar

mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran adalah upaya memberi

layanan kepada Kepala Sekolah dan para guru baik secara individual maupun kelompok

sebagai usaha memperbaiki proses pengajaran. Kata kunci dari pemberi supervisi pada

akhirnya adalah memberikan layanan dan bantuan. Supervisi pengajaran perlu diarahkan

pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan kesempatan kepada Kepala Sekolah dan

para guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih mampu

melaksanakan tugas pokoknya yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil

pembelajaran di Sekolah Dasar (SD).

Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara

kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun kolektif, agar

lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan

demikian mereka dapat mensimulasi dan membimbing pertumbuhan siswa secara kontinu

serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern

(Boardman dalam Sahertian 2000 : 16).

Supervisi yang baik sangat efektif dalam meningkatkan kualitas sekolah yang tercermin

antara lain, melalui ; 1) kualitas manajemen sekolah, 2) kepemimpinan Kepala Sekolah,

3) pengelolaan pembelajaran, 4) ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, dan

5) hasil belajar siswa. Supervisi oleh supervisor harus diarahkan untuk meningkatkan

kualitas hasil belajar siswa melalui dua sasaran utama, yaitu Kepala Sekolah dan guru

(Hartoyo 2006 : 72).

Supervisi pengajaran mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan kemampuan

profesional Kepala Sekolah dan para guru, yang akan berdampak terhadap peningkatan

mutu proses dan hasil pembelajaran atau mutu pendidikan. Bagi guru supervisi

pengajaran mempunyai nilai yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru,

khususnya dalam mencapai kualitas profesional dalam pembelajaran

Pengertian di atas mengandung maksud bahwa guru diharapkan dapat berperan aktif

sebagai organisator dalam kegiatan pembelajaran, dan juga hendaknya mampu

Page 12: Skripsi Finish

memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang

menunjang terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah. Pemahaman akan pengertian dan

pandangan mengajar akan banyak mempengaruhi peranan dan aktivitas guru dalam

mengajar. Sebaliknya aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar

sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap mengajar. Mengajar bukan hanya

sekadar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan mengandung pengertian yang lebih

luas, yakni terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup

kompleks. Komponen yang paling pokok dari pekerjaan guru adalah mengajar dan

pekerjaan murid ialah belajar. Namun demikian guru juga ikut bertanggungjawab

terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswanya dengan cara memberi petunjuk cara-

cara belajar yang efektif dan efisien.

Agar kegiatan supervisi dapat berjalan efektif dan optimal, diperlukan kiat-kiat tertentu,

antara lain: 1) Supervisi pengajaran harus disosialisasikan kepada semua kepala sekolah

dan guru, 2) Supervisi pengajaran dilaksanakan dengan efektif, 3) Mengoptimalkan

supervisi pengajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan, yaitu dengan melaksanakan

supervisi melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Tahap tindak

lanjut sangat diperlukan karena hal ini merupakan salah satu bentuk pembinaan yang

diberikan oleh Kepala Sekolah/Pengawas TK/SD/SDLB sebagai supervisor kepada para

guru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran yang

dilaksanakan oleh Pengawas TK/SD/SDLB secara efektif dan optimal dapat

meningkatkan profesionalisme guru, yang akan berdampak kepada peningkatan mutu

proses dan hasil pembelajaran (Depdiknas 2006 : 7 ).

Peranan guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi faktor penting dalam

menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil belajar. Posisi strategis guru untuk

meningkatkan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesionalnya,

motivasi kerja, kompetensi paedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian serta

kesejahteraannya. Kedudukan guru yang strategis sebagai agen transformasi dalam dunia

pendidikan harus mampu menjalankan tugas utamanya yakni mengajar dan mendidik.

Realisasi dari tugas guru tersebut secara nyata akan tampak dari kinerjanya, sebagai bukti

profesionalismenya, karena dengan melihat sikap profesionalnya itu dapat dilihat kualitas

dalam pembelajarannya.

Page 13: Skripsi Finish

Sesuai dengan amanat yang diberikan oleh Kurikulum 2006, bahwa usaha peningkatan

profesionalisme guru merupakan tuntutan kebutuhan di tingkat satuan pendidikan,

utamanya dalam pembelajaran IPS sejarah, guru dituntut untuk mampu mengelola proses

pembelajaran secara efektif, karena kurikulum ini tidak hanya menuntut kemampuan

kognitif siswa saja, tetapi juga kemampuan psikomotorik dan afektif, sehingga sangat

diperlukan seorang guru yang profesional. Sedangkan syarat guru yang profesional harus

menguasai empat komponen standar kompetensi yaitu Kompetensi Paedagogik

(penguasaan akademik dalam pengelolaan pembelajaran), Kompetensi Profesional

(pengembangan profesional), Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Sosial (dalam

pergaulan dengan masyarakat). Dengan berdasar pada uraian di atas maka penelitian ini

akan memfokuskan pada supervisi yang dilaksanakan oleh Pengawas TK/SD/SDLB

dalam meningkatkan profesionalisme guru SD pada pembelajaran IPS Sejarah di

Kecamatan X Kabupaten X.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi empirik kegiatan pembelajaran IPS Sejarah di SD ?

2. Permasalahan apa saja yang muncul dalam pembelajaran IPS Sejarah di SD yang

kemudian dipecahkan dengan kegiatan supervisi ?

3. Bagaimana intensitas kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Pengawas TK/SD/SDLB

pada pembelajaran IPS Sejarah ?

4. Bagaimana tanggapan para Kepala Sekolah dan guru terhadap pelaksanaan supervisi

yang dilaksanakan oleh Pengawas TK/SD/SDLB pada pembelajaran IPS Sejarah ?

5. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Supervisi Klinis untuk meningkatkan

profesionalisme guru SD dalam pembelajaran IPS Sejarah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami dan

Page 14: Skripsi Finish

mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai :

1. Kondisi empirik kegiatan pembelajaran IPS Sejarah di SD.

2. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran IPS Sejarah di SD yang kemudian

dipecahkan dengan kegiatan supervisi.

3. Intensitas kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Pengawas TK/SD/SDLB pada

pembelajaran IPS Sejarah.

4. Tanggapan para Kepala Sekolah dan guru terhadap pelaksanaan supervisi yang

dilaksanakan oleh Pengawas TK/SD/SDLB pada pembelajaran IPS Sejarah.

5. Kegiatan Supervisi Klinis untuk meningkatkan profesionalisme guru SD dalam

pembelajaran IPS Sejarah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

pengembangan pendidikan dasar pada umumnya, dan khususnya dapat memberikan

masukan tentang model supervisi dan memecahkan masalah di dalam peningkatan

profesionalisme guru SD .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, diharapkan kegiatan supervisi dapat digunakan sebagai acuan untuk

memotivasi diri dalam meningkatkan profesionalisme pada pembelajaran IPS Sejarah.

b. Bagi Kepala Sekolah, diharapkan dengan kegiatan supervisi dapat digunakan untuk

memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, terutama dalam mengembangkan program

peningkatan profesionalisme guru SD.

c. Bagi UPT Pendidikan, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi penyusunan

strategi dalam program peningkatan profesionalisme guru Sekolah Dasar melalui

supervisi oleh Pengawas TK/SD/SDLB.

Page 15: Skripsi Finish
Page 16: Skripsi Finish

KINERJA GURU TERSERTIFIKASI DALAM MENINGKATKAN

PRESTASI SISWA DI MI X

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Abad 21 yang dikenal dengan abad pengetahuan, abad dimana pengetahuan akan menjadi

landasan utama segala aspek kehidupan. Untuk meningkatkan pengetahuan tidak akan

terlepas dari dunia pendidikan. Karena pendidikan adalah jalur utama menuju masyarakat

yang berpengatahuan.

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam sebuah

pendidikan yang bermutu untuk menuju masyarakat yang berpengetahuan. Faktor-faktor

tersebut antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan dan

kurikulum. Kelima faktor tersebut memegang peranan dan wewenang masing-masing

yang saling mendukung.

Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan karena guru yang bersingunggan langsung

dengan peserta didik. Sarana dan prasarana merupakan pendukung dalam tercapainya

tujuan pendidikan, begitu juga dengan kurikulum yang berperan sebagai menu wajib bagi

siswa untuk dipelajari sesuai dengan tingkatan dan kompetensinya. Sehingga faktor-

faktor tersebut harus berjalan dengan baik dan saling menguatkan.

Namun, sering kali pendidikan di Indonesia mengasumsikan bahwa apabila ada

kemerosotan dalam pendidikan, memposisisikan kurikulum, sarana dan prasarana sebagai

penyebab utama merosotnya pendidikan di Indonesia. Hal tersebut tercermin dengan

adanya perubahan kurikulum mulai kurikulum 1975 sampai dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK).

Sebagaimana Nasanius menjelaskan bahwa pada realita yang ada ternyata kemerosotan

pendidikan bukan dikarenakan oleh lemahnya kurikulum dan sarana-prasarana,

melainkan oleh kurangnya kompetensi guru. Sehingga pendidikan kita belum

Page 17: Skripsi Finish

menemukan model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi anak didik

kita.

Faktor guru apabila kita cermati mempakan faktor yang sangat penting dan tidak dapat

diganti oleh apapun, karena guru sebagai subyek pendidik dan sebagai penentu

keberhasilan dalam pendidikan itu sendiri. Nana Sudjana menyebutkan bahwa prestasi

siswa sangat dipengamhi oleh guru dan guru mumpakan pelaku utama dalam peningkatan

prestasi belajar siswa.

Peran guru dalam meningkatkan prestasi siswa akan semakin kelihatan apabila berada

pada keterbatasan sarana dan prasarana. Sejalan dengan penelitian Nana di atas dari hasil

study yang dilakukan oleh Heyneman dan Loxly dalam Dedi Supriyadi menjelaskan

bahwa dari 16 negara berkembang guru memberikan kontribusi besar terhadap prestasi

siswa sebesar tiga puluh empat prosen.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, tergambar secara jelas bahwa peran guru sangat

penting dalam peningkatan prestasi siswa dalam pendidikan. Meskipun sarana dan

prasarana sudah begitu lengkap dan cangih, namun apabila tidak di tunjang oleh

keberadaan guru yang kompeten dan profesional maka mustahil pendidikan bisa berjalan

dengan maksimal. Guru adalah faktor kunci bagi terlaksanannya pendidikan nasional.

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai

landasan yuridis untuk peningkatan kualifikasi dan profesional guru, dengan asumsi

bahwa guru sebagai profesi yang profesional dengan segala kompetensi yang harus

dimiliki akan berdampak dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, output maupun

outcome. Setiap pendidik dan tenaga kependidikan layaknya memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.

Kompetensi guru mempakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam

diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif Sedangkan guru yang

profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguman sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal.

Pendidik yang profesional tidak akan lepas dari kemampuan pedagogiknya, karena

pedagogik mempakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi

pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak. Pedagogik

Page 18: Skripsi Finish

sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh guru, khususnya guru madrasah atau sekolah dasar

karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa.

Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau mentransformasikan

pengetahuan kepada para anak di sekolah, melainkan guru mengemban tugas untuk

mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan sikap

mental anak, mengembangkan hati nurani anak, sehingga anak akan sensitif terhadap

masalah-masalah kemanusiaan, harkat, derajat manusia, dan menghargai sesama

manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup

di masyarakat sehingga mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.

Kompetensi pedagogik tersebut didapat dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Namun untuk mencapai hal

tersebut dan menjadi seorang guru yang profesional tidak semudah membalikkan telapak

tangan. Ada lima syarat yang harus dilewati untuk menjadi guru profesional, yaitu: 1)

Seorang guru bisa dikatakan sebagai seorang profesional apabila dia memiliki latar

belakang pendidikan sekurang-sekurangnya setingkat sarjana (S1/D4), 2) Guru adalah

seorang ahli. Sebagai seorang ahli,

maka dalam diri guru harus tersedia pengetahuan yang luas dan mendalam (kemampuan

kognisi atau akademik) yang terkait dengan substansi mata pelajaran yang menjadi

tanggung jawabnya, 3) Guru dituntut untuk menunjukkan keterampilannya secara unggul

dalam bidang pendidikan dan pembelajaran (kemampuan pedagogik), seperti:

keterampilan menerapkan berbagai metode dan teknik pembelajaran, teknik pengelolaan

kelas, keterampilan memanfaatkan media dan sumber belajar, dan sebagainya. Sehingga

akan timbul motivasi dan gairah berprestasi pada diri siswa, 4) Guru bekerja dengan

kualitas tinggi. Pekerjaan guru termasuk dalam bidang jasa atau pelayanan (service).

Pelayanan yang berkualitas dari seorang guru ditunjukkan melalui kepuasan dari para

pengguna jasa guru yaitu siswa, dan 5) Guru dapat berperilaku sejalan dengan kode etik

profesi serta dapat bekerja dengan standar yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, kita ketahui bahwa untuk menjadi guru dengan predikat

sebagai profesional tampaknya tidaklah mudah, tidak cukup hanya dinyatakan melalui

selembar kertas yang diperoleh melalui proses sertifikasi. Namun guru dituntut untuk

memiliki kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang

Page 19: Skripsi Finish

menyenangkan dan sesuai dengan kriteria yang berlaku dengan tujuan agar dapat

mendorong peningkatan dan tumbuhnya prestasi, motivasi, dan kreatifitas pada diri

siswa.

Peningkatan prestasi pada siswa dipengamhi oleh faktor lingkungan, internal dan

eksternal siswa, selain itu faktor utama peningkatan prestasi siswa terletak pada

bagaimana kualitas proses pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu untuk

meningkatkan prestasi siswa, proses pembelajaran dikelas harus berlangsung dengan

baik, berdaya guna dan berhasil guna. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik

apabila didukung oleh guru yang mempunyai kemampuan profesional (tersertifikasi),

karena guru merupakan faktor utama dalam tercapainya pelaksasanaan pendidikan. Guru

profesional atau yang telah tersertifikasi tentu akan mampu menumbuhkan semangat dan

motivasi belajar siswa lebih baik.

Untuk dapat menumbuhkan kualitas dan prestasi siswa, guru tersertifikasi akan bempaya

untuk mempengamhi emosi dan minat siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa

akan selalu termotivasi dan pada akhirnya akan tercipta pembelajaran yang berdaya guna.

Apabila dalam sebuah pembelajaran sudah berdaya guna tentu akan mudah bagi guru

tersertifikasi untuk dapat meningkatkan prestasi siswa.

Namun kurangnya tenaga pendidik yang profesional, menjadi penyebab permasalahan

keilmuan yang dihadapi lembaga pendidikan saat ini, umumnya mengalami kekurangan

guru yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan subyek

atau guru bidang studi yang kompeten dan sesuai dengan latar belakang guru. Akhirnya

sekolah terpaksa menempuh kebijakan yang tidak populis bagi anak, guru mengasuh

pelajaran yang tidak sesuai bidangnya. Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau

Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga

pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesional yang

ditunjang dengan sertifikasi belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak

berkualitas dan menyampaikan materi yang kelim sehingga mereka tidak mampu

menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas. Dan

permasalahan inilah yang menjadi faktor awal merosotnya prestasi dalam dunia

pendidikan di Indonesia.

Dengan adanya guru yang sudah tersertifikasi diharapkan dapat menjadikan guru sebagai

Page 20: Skripsi Finish

guru yang profesional. Sehingga permasalahan kebijakan sekolah yang tidak populis

dapat dicegah. Sertifikasi guru mempakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan

untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua

guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya

pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi kenyataan dan

diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua orang menjadikan

profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan.

Pada kenyataanya saat ini guru yang sudah tersertifikasi belum dapat menjalankan

amanahnya dengan sebenar-benarnya sebagaimana kriteria yang telah ditetapkan. Ada

indikasi bahwa guru yang telah tersertifikasi tidak lagi seproduktif ketika mereka belum

mendapatkan tunjangan profesi.

Berdasarkan hal tersebut Madrasah Ibtida'iyah (MI) X memiliki beberapa kelebihan

terkait dengan program sertifikasi yang telah dilakukan dan prestasi siswa baik prestasi

akademik maupun non akademik. Dengan ditunjang sarana dan prasarana yang cukup

memadai yaitu dengan adanya laboraturium multimedia satu-satunya yang ada di

kawawasan gugus enam (Candi Tlagawangi) dan perlengkapan komputer serta alat-alat

kegiatan non akademik. Peningkatan prestasi siswa diharapkan dapat tercapai dengan

baik.

Tercapai dan tidaknya peningktan prestasi siswa tentu tidak akan terlepas dari kinerja

lembaga pendidikan dan khususnya para guru profesional (tersertifikasi). Sebagaimana

uraian di atas yang secara teoritis menjelaskan bahwa mutu pendidikan akan berjalan

dengan baik apabila didukung oleh guru yang profesional.

Namun apakah benar guru yang tersertifikasi mampu meningkatkan prestasi siswa di MI

X. Kemudian upaya apa yang dilakukan guru tersertifikasi di MI X dalam meningkatkan

prestasi siswa. Pernyataan-pernyataan inilah yang membuat peneliti ingin mengetahui

secara riil bagaimana kinerja dan upaya guru tersertifikasi dalam meningkatkan prestasi

siswa di MI X.

B. Rumusan Masalah

Secara umum dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan kinerja yang dilakukan

oleh guru pra dan pasca sertifikasi dalam meningkatkan prestasi siswa di MI X.

Page 21: Skripsi Finish

Secara khusus rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah:

1 Kegiatan akademis apa saja yang diikuti oleh guru tersertifikasi di MI X pra dan pasca

sertifikasi?

2 Upaya apa yang dilakukan guru tersertifikasi dalam meningkatkan prestasi siswa di MI

X?

3 Faktor apa yang menghambat guru tersertifikasi dalam peningkatan prestasi siswa di

MI X?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk:

1. Untuk mendeskripsikan kegiatan yang dilakuakan guru tersertifikasi pra dan pasca

sertifikasi di MI X.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru tersertifikasi dalam meningkatkan

prestasi siswa di MI X.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat guru tersertifikasi dalam peningkatan prestasi

siswa di MI X

D. Manfaat dan Pentingnya Penelitian

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengungkapkan dan memaparkan bentuk-

bentuk upaya dan kinerja guru dalam pengembangan guru tersertifikasi di MI X.

Sedangkan secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi atau

masukan, referensi, dan pertimbangan dari pihak terkait.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan timbul kesadaran bagi para kepala sekolah atau

kepala madrasah tentang pentingnya usaha pembinaan pengelolaan dan pengembangan

guru profesional yang tidak hanya terbatas pada surat keterangan sertifikasi. Juga dapat

dijadikan perhatian bagi para guru untuk selalu mengembangkan dirinya agar menjadi

guru yang profesional, serta mempunyai etos kerja yang tinggi sehingga tercipta

pendidikan yang efektif dan bermutu. Dan pada akhirnya akan melahirkan siswa-siswi

yang berprestasi, kreatif, inovatif dan memiliki semangat (motivasi) tinggi dalam

pendidikan.

Page 22: Skripsi Finish

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada permasalah-permasalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini ditujukan kepada guru yang sudah tersertifikasi dengan tujuan guru

tersebut mempakan guru yang sudah profesional dan mampu meningkatkan prestasi

siswa di MI X.

2. Faktor yang diteliti yaitu: kegiatan akademis guru pra-sertifikasi dan pasca-sertifikasi,

upaya yang dilakukan guru tersertifikasi dan faktor penghambat guru tersertifikasi dalam

pelaksanaan peningkatan prestasi siswa di MI X.

3. Lokasi penelitian dilakukan di Madrasah Ibtida'iyah (MI) X.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu dikemukakan penegasan istilah dalam

judul tesis, sebagai berikut:

1. Guru tersertifikasi adalah guru yang memiliki keahlian dan ketrampilan karena

pendidikan dan latihan, dan memperoleh bayaran karena pekerjaan itu. Dalam penelitian

ini guru yang tersertifikasi adalah guru yang sudah diasumsikan profesional.

2. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan Prestasi adalah hasil belajar kognitif siswa

yang ditunjukkan dengan penilaian Raport, ulangan tengah semester (UTS), ulangan

akhir semester (UAS), ulangan harian (UH) dan dokumen perolehan prestasi non

akademis siswa.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Sertifikasi dan Kompetensi Profesional guru dalam peningkatan

prestasi dan motivasi siswa telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagaimana

Sudarman menjelaskan bahwa dalam penelitianya bertujuan untuk memberikan

penjelasan tentang tanggapan positif dan tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di

Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru dan memperoleh temuan-temuan

yang dapat menjelaskan persepsi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap

sertifikasi guru. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif atau

postpositivistik yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Tanggapan positif

adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum dalam meningkatkan

Page 23: Skripsi Finish

kualitas guru, (2) kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sesuai dengan

tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Guru wajib

memiliki empat kompetensi dasar, (4) sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan

bagi guru, (5) tunjangan profesi diyakini guru akan dapat terealisasi.

Tanggapan negatif guru adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji yang

sulit untuk terealisasi, (2) guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/D-IV, (3) sertifikasi

model portofolio kurang sosialisasi, (4) tunjangan profesi guru tidak akan dapat

terealisasi. Dalam penelitiannya Sudarman memperoleh temuan-temuan yang terkait

dengan sertifikasi guru antara lain: (1) Guru kurang yakin dapat mencapai skor minimal

yang ditetapkan oleh pemerintah, (2) masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam

melengkapi dokumen, (3) penentuan peserta sertifikasi portofolio masih belum sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Dian Maya Shofiana menjelaskan dari hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh dan

kaitan yang sangat erat antara profesional guru dalam bidang studi Fiqih dengan

peningkatan prestasi siswa di MTs Al-Jamii.ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Lebih dari

50% prestasi siswa diindikasikan oleh kontribusi profesional guru. Dengan kata lain,

dalam penelitian tersebut bahwa prestasi siswa di MTs Al-Jamii.ah ditentukan atau

dipengaruhi oleh tingkat profesional guru sebanyak lima puluh persen (50%), dan faktor

yang lain seperti sarana, prasarana, dan pengembangan kurikulum berpengaruh terhadap

prestasi siswa sebanyak 50%.

Posisi dari penelitian tersebut adalah menganalisa secara statistik pengaruh profesional

guru dengan prestasi siswa. Dari hasil penelian di atas sangat terlihat bahwa faktor Guru

sangat diperlukan dan menjadi kunci dalam peningkatan prestasi siswa apabila

dibandingkan dengan kelengkapan dan fasilitas yang memadai, serta kurikulum yang

selama ini sering menjadi kambing hitam gagalnya peningkatan prestasi pendidikan di

Indonesia.

Sebagaimana penelitian Sudarman dan Dian di atas, Arif Sulistiyo Hadi juga mengkaji

tentang Pengembangan Profesional guru dalam peningkatan prestasi siswa agama Islam

di madrasah tsanawiyah negeri Ketanggung kecamatan Sine kabupaten Ngawi dari

penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru agama Islam sudah memenuhi persyaratan

sebagai guru yang profesional karena rata-rata sudah Sarjana dan guru diberi kewenangan

Page 24: Skripsi Finish

yang besar dari madrasah untuk mengelola dan mengendalikan proses pendidikan dalam

kegiatan belajar mengajar, serta ikut aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di madrasah,

seperti: BTQ, Hadrah, Muqadharoh, dan aktif dalam kegiatan PHBI.

Upaya-upaya pengembangan profesional guru yang telah dilakukan antara lain melalui:

pembinaan dan supervisi terhadap guru agama Islam, meningkatkan kesejahteraan guru,

mengikutkan guru agama Islam pada kegiatan-kegiatan ilmiah, mengaktifkan guru agama

Islam dalam MGMP, memotivasi guru agama Islam untuk sekolah (belajar). Ari juga

menjelaskan faktor-faktor yang menghambat proses pengembangan profesional guru

agama Islam, yang dibagi menjadi dua yaitu , pertama : faktor penghambat dari

madrasah, antara lain : faktor minimnya fasilitas, lemahnya finansial, Kedua : faktor

penghambat dari guru, antara lain : lemahnya kreatifitas guru, rendahnya moral kerja

guru.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pengembangan profesional guru adalah

jalan yang tepat untuk meningkatkan prestasi siswa. Karena dengan guru yang

tersertifikasi dan profesional proses pembelajaran dapat di tingkatkan melalui

pendelegasian, pengaktifan guru dan pembinaan.

Sejalan dengan pengembangan kinerja profesional guru, Arif Firdausi A. dalam tesisnya

menjelaskan bahwa sebagian besar kinerja guru profesional (ter-sertifikat) pendidik

ditinjau dari standar kompetensi guru adalah dalam kategori baik, dalam artian guru yang

profesional telah menjalankan ke empat kompetensi tersebut sesuai dengan kemampuan

dan standar yang berlaku. Namun ada sebagian kecil guru profesional (tersertifikat

pendidik) pada pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai siswa. Permasalahan tersebut berkenaan dengan kompetensi guru itu sendiri yang

memang masih rendah. Arif Firdaus menjelaskan masih ada guru yang masih kesulitan

dalam memberikan penjelasan pada pelajaran tertentu sehingga tidak dapat mencapai

target hasil pembelajaran.

Dari ketiga penelitian di atas, menunjukkan bahwa kompetensi profesional sangat

berpengaruh terhadap prestasi siswa. Antara penelitian yang satu dengan yang lain saling

melengkapi dan saling menyempurnakan dalam mencapai suatu tujuan. Dian maya, Arif

sulistiyo dan Arif firdausi menjelaskan bahwa lebih dari 50% keberhasilan prestasi siswa

dipengaruhi oleh profesional guru dan guru yang profesional (tersertifikasi) dapat

Page 25: Skripsi Finish

menjalankan kompetensinya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik

kompetensi profesional, pedagogik, personal, dan sosial.

Sebagai kesimpulan dari penelitian di atas, bahwa sudah banyak inovasi yang dilakukan

oleh kalangan tenaga pendidik yang tersertifikasi dan profesional untuk meningkatkan

prestasi siswa. Namun demikian, keragaman materi, perkembangan prestasi siswa,

kemampuan SDM guru, kultur sekolah dan sebagainya dari hasil penelitian di atas

nampaknya masih membutuhkan penyempurnaan, karena belum ada kajian yang lebih

spesifik yaitu Upaya guru tersertifikasi dalam meningkatkan prestasi siswa. Upaya

tersebut tidak hanya pada kemampuan guru profesional saja melainkan juga melibatkan

siswa secara aktif dalam proses belajar untuk meraih prestasinya.

Selain itu, penelitian yang secara spesifik mengambil fokus materi upaya guru

tersertifikasi dalam meningkatkan prestasi siswa, sampai saat ini belum dapat peneliti

identifikasi (temukan). Berdasarkan argumen ini, maka penulis merasa tertarik untuk

mengkaji lebih jauh tentang upaya guru tersertifikasi dalam meningkatan prestasi siswa.

Hal ini penting dilakukan mengingat upaya guru yang telah tersertifikasi memiliki

karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dengan apa yang dikaji peneliti sebelumnya.

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (SBI)

Page 26: Skripsi Finish

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah telah mempercepat pencanangan Milenium Development Goals, yang

dicanangkan pada tahun 2020 dipercepat menjadi tahun 2015. Millenium development

goals adalah era pasar bebas atau era globalisasi sebagai era persaingan mutu atau

kualitas, siapa yang bermutu dan ber kualitas dialah yang maju dan mampu

mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu pembangunan SDM suatu keniscayaan

yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat

membanggakan namun warganegaranya belum mempunyai kemampuan berfikir

(thingking skill) yang memadai, sehingga tetap menjadi negara yang terperangkap dalam

lingkaran kemiskinan, keterbelakangan, ketidak adilan, terlebih dalam kualitas

pendidikan yang masih jauh dibawah Negara tetangga seperti Malaysia.

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi menuntut semua bidang kehidupan untuk

menyesuaikan visi, misi tujuan dan strategi agar sesuai dengan kebutuhan dan tidak

ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan sistem

makro, maupun mikro demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan

nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional atau global.

Era globalisasi memaksa kita harus dengan cepat melakukan reevaluasi dan revolusi di

bidang pendidikan agar tidak terjadi ketinggalan pendidikan yang sangat jauh dengan

negara-negara lain yang pada akhirnya akan berdampak pada lemahnya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang dihasilkan untuk mampu bersaing. Perkembangan untuk mampu

bersaing dengan negara-negara maju khususnya dunia pendidikan, maka pendidikan

merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi tantangan globalisai. Penyelenggaraan

pendidikan yang sementara ini berorientasi nasional dituntut mengikuti perubahan zaman

Page 27: Skripsi Finish

dalam dunia pendidikan global.

Sejalan dengan yang diamanatkan UUSPN nomor 20/2003 pasal 50 ayat 3, pemerintah

dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu-satuan

pendidikan dan semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan

pendidikan bertaraf internasional. Hal ini lebih dijabarkan dalam buku Pedoman

Penjamin Mutu Sekolah Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah (Mendiknas 27 Juni 2007).

Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah yang memenuhi seluruh standar

nasional pendidikan serta mempunyai keunggulan yang merujuk pada standar pendidikan

salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development

(OECD) dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam

bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional.

Indikator daya saing di forum internasional dalam bidang pendidikan khususnya yaitu

kemampuan dan daya saing lulusan di forum internasional sebagaimana dijelaskan

UUSPN pada ayat (1) yaitu ditunjukan dengan:

1. diterima pada satuan pendidikan bertaraf internasional di dalam negeri atau satuan

pendidikan di luar negeri yang terakreditasi atau yang diakui oleh negaranya.

2. lulus sertifikasi internasional yang dikeluarkan oleh negara lain yang memiliki

keunggulan tertentu dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

3. diterima bekerja pada lembaga internasional atau negara lain, dan atau

4. mampu berperan aktif dan berkomunikasi langsung di forum internasional.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri X yaitu Sekolah Nasional

Bertaraf Internasional (SNBI) pada awal tahun 2004-2005. Rintisan ini didasari oleh surat

Dirjen Dikdasmen Nomor 13 54/C4/LL/2004 tentang penyusunan School Development

Investment Plan (SDIP) yang menginstruksikan untuk membuka SBI.

Pelaksanaan Program Sekolah Nasional Bertaraf Internasional di SMA Negeri X pada

tahun 2004-2005 sebagai awal uji coba sehingga baru menerima dua rombongan belajar

dengan siswa setiap kelas hanya 28 siswa didik, kemudian pada tahun pelajaran 2008-

2009 SMA Negeri X telah menerapkan untuk semua siswa didik baru kelas X adalah

RSBI. Tahapan proses seleksi siswa didik baru yaitu pendaftaran, pelaksanaan tes tertulis,

psikotes dan wawancara.

Page 28: Skripsi Finish

Menurut Dirjen Dikdasmen (2006:10) penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf

Internacional (SBI) dilatarbelakangi oleh :

1. Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,

manajemen dan sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan beaya

produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk dan

meningkatkan mutu produk.

Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. SDM merupakan

kunci daya saing karena SDM-lah yang akan menentukan siapa yang mampu menjaga

kelangsungan hidup, perkembangan dan kemenangan dalam persaingan.

2. Rintisan penyelenggaraan SBI memiliki dasar hukum yang kuat yaitu pasal 30 ayat 3

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasoinal yang

menyebutkan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

Kemudian pada pasal 50 ayat 7 UUAPN 20/2003 manyatakan bahwa ketentuan tentang

sekolah bertaraf internasional diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP).

Mengingat sampai saat ini PP yang dimaksud belum dibuat, sementara itu tuntutan

penyelenggaraan SBI sudah merupakan keniscayaan, maka pemikiran-pemikiran tentang

perintisan penyelenggaraan SBI saat ini sangat terbuka masukan setelah PP SBI nanti

dibuat. Akan tetapi jika SBI dengan standar sementara dibuat cukup tinggi maka

perubahannya diperkirakan hanya sedikit setelah PP SBI dirumuskan dan diberlakukan.

Meskipun secara formal

belum ada PP-nya, saat ini sejumlah sekolah telah melakukan rintisan ke arah SBI.

Prakarsa ini perlu diarahkan, dibimbing, dan didorong agar berkembang menjadi sekolah

yang benar-benar bertaraf internasional meskipun tetap berjati diri Indonesia.

3. Penyelenggaraan SBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme

(fungsionalisme). Filosofi ekstensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus

menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui

fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan

(kreatif, minat, dan eksperimentif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat dan

kemampuan peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus

Page 29: Skripsi Finish

memperhatikan perbedaan kecerdasan, kecakapan, bakat, dan minat peserta didik. Jadi,

peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan potensi

intelektual, emosional, dan spiritualnya. Para peserta didik merupakan aset bangsa yang

sangat berharga dan merupakan salah satu faktor daya saing yang kuat, secara potensial

mampu merespon tantangan globalisasi. Filosofi esensialisme menekankan bahwa

pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu,

keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional,

maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan

sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional.

Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learning

to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan

berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia,

mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai

sistem penilaiannya. Pasalnya, pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai

(Learning to know). Tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong

menerapkan nilai-nilai tersebut (Learning to do) yang diharapkan secara kolaboratif

(Learning to live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai

dirinya (Learning to be).

Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 telah menggariskan secara tegas

memanfaatkan perkembangan globalisasi agar mampu membawa kemajuan di bidang

pendidikan yang berkualitas internasional. Dengan tingginya tingkat persaingan yang ada,

maka sekarang ini tidak lagi hanya mengandalkan keunggulan komparatif yang dimiliki

oleh suatu negara, tetapi juga harus meningkatkan keunggulan kompetitif yang tercipta

dari keunggulan SDM untuk lebih mampu bersaing memperebutkan berbagai peluang

dan kesempatan. Pada dasarnya peningkatan kualitas SDM sangat bergantung pada

kualitas pendidikan yang ada di suatu negara, karena antara kualitas SDM dan kualitas

pendidikan memiliki korelasi positif. Undang-Undang pendidikan juga mengamanatkan

secara langsung tentang keberadaan

sekolah-sekolah bertaraf internasional di setiap jenjang pendidikan dalam suatu daerah

otonom, yang berarti setiap daerah otonom berkewajiban menyelenggarakan pendidikan

bertaraf internasional minimal satu di setiap jenjang pendidikan agar dapat

Page 30: Skripsi Finish

menyumbangkan SDM yang berkualitas internasional.

Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari anggota organisasi perdagangan bebas dunia

atau WTC (World Trade Organization) juga telah menandatangani kesepakatan tentang

liberalisasi sektor jasa pendidikan, dimana setiap negara anggota WTO berkewajiban

melakukan request maupun offer. Pengertian request adalah meminta negara anggota

WTO membuka pasarnya di bidang jasa pendidikan agar dapat dimasuki oleh lembaga

pendidikan formal maupun non formal dari negara lain. Sedangkan offer adalah setiap

negara anggota WTO dapat mengajukan penawaran untuk memasuki jasa perdagangan

sektor pendidikan di negara lain. Kondisi ini akan menumbuhkan persaingan yang sangat

ketat dalam dunia pendidikan, sehingga hanya lembaga pendidikan yang berkualitas

sajalah yang akan mampu bertahan dan bersaing. Oleh karenanya perlu

ditumbuhkembangkan semangat dan kesadaran setiap pengelola pendidikan baik formal

maupun non formal untuk meningkatkan dan mengembangkan dirinya agar dapat sejajar

dengan lembaga pendidikan asing yang akan memasuki seluruh wilayah Indonesia.

Mensikapi perkembangan dunia pendidikan yang sedemikian itulah maka Provinsi Jawa

Tengah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah membuat suatu

inovasi di bidang pendidikan untuk menjawab tantangan internasionalisasi pendidikan

dengan menyelenggarakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

Sekolah Bertaraf Internasional selain berbahasa pengantar bahasa Inggris buku yang

dipergunakan selain mengacu pada kurikulum nasional juga dikembangkan menuju

kurikulum internasional yang dipakai di banyak negara yang telah terakreditasi

internasional. Keberadaan Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan bisa menjadi

jawaban bagi permasalahan untuk meningkatkan daya saing di dunia internasional,

karena selama ini kendala utama bagi SDM kita adalah lemahnya penguasaan bahasa

Inggris.

Sebagai suatu hal yang baru, keberadaan Sekolah Bertaraf Internasional tentunya

menghadapi banyak kendala, baik yang bersifat internal seperti kemampuan sekolah,

guru, siswa maupun kurikulumnya juga masalah lain yang berhubungan dengan

stakeholder. Berangkat dari pemikiran tersebut maka sangatlah menarik untuk diteliti dan

dikaji lebih mendalam mulai dari tahap persiapan, penyiapan sarana prasarana,

kurikulum, SDM guru, staf administrasi, manajemen pengelolaan, kerjasama dengan

Page 31: Skripsi Finish

komite dan orangtua siswa, input siswa, sampai dengan implementasi atau

penyelenggaraan program rintisan SBI di SMA Negeri X.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus permasalahan yang akan diteliti

oleh peneliti dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di

SMA Negeri X?

2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri X?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan RSBI di SMA Negeri X, dalam hal

kualitas lulusan, penerimaan di PTN, PTLN dan di dunia kerja.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, antara lain:

1. Untuk mengetahui kesiapan dan upaya-upaya apakah yang dilakukan sekolah dalam

mengimplementasikan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA

Negeri X.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi sekolah dalam

mengimplementasikan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA

Negeri X.

3. Mengetahui kualitas lulusan, penerimaan di Perguruan Tinggi Negeri, penerimaan

Dunia Kerja melalui Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA

Negeri X.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya

memahami implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di

Page 32: Skripsi Finish

SMA atau jenjang satuan pendidikan lainnya.

b. Dapat dijadikan bahan penelitian dan kajian lebih lanjut tentang implementasi Program

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA atau jenjang pendidikan lainnya.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif yaitu :

a. Bagi sekolah yang mulai tahun pelajaran 2007/2008 melaksanakan Rintisan SBI,

sebagai bahan kajian untuk dapat melaksanakan RSBI tersebut secara lebih baik lagi.

b. Bagi Kepala Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan

manajemen dan masukan bagi sekolah-sekolah untuk mengambil langkah dalam

meningkatkan kualitas SDM guru dan staf, melalui berbagai kegiatan pelatihan-pelatihan

dll.

c. Bagi para guru, akan memberikan langkah awal dan arah yang jelas dalam kesiapannya

menghadapi pelaksanaan Program Rintisan SBI .

d. Bagi Depdiknas dan lembaga-lembaga terkait lainnya, sebagai bahan masukan

sehingga dalam mengambil kebijakan akan dapat mendukung dan memfasilitasi demi

suksesnya pelaksanaan Program Rintisan SBI pada tahun-tahun mendatang.

e. Bagi para peneliti berikutnya, penelitian ini sebagai referensi untuk memahami SBI

lebih mendalam lagi.

Page 33: Skripsi Finish

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP SUPERVISI KLINIS DAN

BANTUAN SUPERVISOR DENGAN KINERJA GURU SMAN X

Page 34: Skripsi Finish

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses pendidikan

yang merupakan proses untuk meningkatkan harkat serta martabat bangsa. Karena

melalui usaha pendidikan ini diharapkan dapat mengarahkan perkembangan anak di

dalam pembentukan suatu pribadi yang mandiri.

Tujuan pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, Tujuan pendidikan

ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan

tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya peserta didik, masyarakat dan pekerjaan

sekaligus. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan,

kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan,

untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa,

karyawan, profesional maupun sebagai warga masyarakat (Sukmadinata, 2004: 4).

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila

dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan

masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan

perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.

Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi

arahan dan dorongan kepada anak didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian dan

berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota

masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.

Dalam perilaku guru dituntut lebih profesional, sikap profesional guru dapat terlihat dari

bagaimana guru dapat memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan

dan sikap profesinya. Guru yang profesional cenderung menghargai peraturan-peraturan

yang ada, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pimpinan dan

Page 35: Skripsi Finish

pekerjaannya. Sikap profesional tersebut dapat terbentuk melalui peningkatan

ketrampilan dan sikap inovatif guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Dengan

peningkatan ketrampilan, seorang guru dapat melaksanakan tugas dengan baik dan lebih

profesional, demikian halnya dengan sikap inovatif guru dapat menyesuaikan diri dengan

kondisi dan situasi yang ada, sehingga guru lebih dapat diterima di tengah-tengah

masyarakat dan peserta didik.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan, SMA Negeri di Kabupaten X mencanangkan visi

terwujudnya sekolah yang unggul dibidang IMTAQ dan IPTEK, dan misi: (a)

Melaksanakan pembelajaran secara aktif dan koordinatif sehingga setiap siswa dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, (b)

Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif dan koordinatif kepada

seluruh warga sekolah, (c) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenal

potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal, (d) Meningkatkan mutu

pendidikan sesuai dengan tutuntan masyarakat dan perkembangan IPTEK, (e)

Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikuler sesuai dengan potensi yang dimiliki,

(f) Menyelenggarakan program pendidikan yang senantiasa berakar pada sistem nilai,

adat istiadat, agama dan budaya masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan dunia

luar, (g) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut

serta budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis

sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah SMA Negeri Kabupaten X berkaitan dengan

masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan

secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Tindakan kepala sekolah

dilakukan dalam rangka untuk mendorong kinerja guru dengan menunjukkan rasa

bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok.

Guru merupakan panutan bagi peserta didik, untuk itu disiplin kerja guru merupakan hal

yang sangat ditekankan di SMA Negeri Kabupaten X Disiplin merupakan sikap perilaku

guru yang menunjukkan ketaatan pada aturan yang berlaku baik waktu maupun peraturan

sehingga dalam pelaksanaan tugas dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi disiplin

merupakan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas yaitu mentaati semua yang harus

Page 36: Skripsi Finish

ditaati dan juga mentaati semua larangan yang tidak boleh dilanggar, hal ini sangat

diperlukan demi tercapainya tujuan itu sendiri.

Meskipun sulit dibuktikan kenyataan yang sering dijumpai masih ada guru yang dalam

melaksanakan tugasnya kurang atau bahkan tidak memperlihatkan kinerja yang baik,

yaitu tidak membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaannya tidak mencapai target

yang direncanakan bahkan masih ada guru yang kurang disiplin dalam kehadirannya

dikelas.

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam

suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja

personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan

fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam

organisasi. Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian

tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa

berorientasi terhadap tujuan yang hendak dicapai (Ilyas, 1999: 55).

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam

pelaksanaan tugasnya guru dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi. Kinerja guru

merupakan serangkaian hasil dari proses dalam melaksanakan pekerjaannya yang sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya. Hal tersebut sesuai dengan Kedudukan guru sebagai

tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Guru

No. 14 Tahun 2005 pasal 4 yang menyebutkan bahwa "guru berfungsi untuk

meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional".

Terkait dengan otonomi pendidikan, dalam upaya peningkatan kinerja guru diperlukan

adanya menajemen berbasis sekolah (MBS). MBS dipandang sebagai alternatif dari pola

umum pengoperasian sekolah yang selama ini memusatkan wewenang di kantor pusat

dan daerah. MBS adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan

kewenangan pengambilan keputusan penting dari pusat dan dearah ke tingkat sekolah.

Dengan demikian, MBS pada dasarnya merupakan sistem manajemen di mana sekolah

merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan

Page 37: Skripsi Finish

secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala

sekolah, guru, murid, dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah mereka.

Dengan telah ditetapkannya visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan SMA Negeri

Kabupaten X tahun pelajaran XXXX/XXXX maka sekolah telah mengambil kebijakan

untuk memprioritaskan peningkatan kinerja guru. Dalam upaya peningkatan kinerja guru

SMA Negeri Kabupaten X diperlukan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang

bijaksana, yang memiliki kemampuan sebagai subervisor, memberikan bantuan

supervisor, dan memiliki kemampuan melaksanakan supervisi dengan baik. Berbagai

upaya dalam meningkatkan kinerja guru telah dilakukan oleh kepala sekolah, namun

masih terdapat berbagai kendala antara lain: (1) masih adanya guru yang kurang disiplin

dalam melaksanakan tugas; (2) kepemimpinan kepala sekolah masih dirasa kurang

komunikatif bagi sebagian guru; (3) masih adanya guru yang kurang bersemangat dalam

melaksanakan proses pembelajaran.

Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji

hubungan persepsi guru terhadap supervisi klinis dan bantuan supervisor dengan kinerja

guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten X.

B. Identifikasi Masalah

Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain profesionalitas guru,

kesejahtraan guru, kondisi lingkungan kerja, pelaksanaan supervisi, dan sebagainya.

Supervisi sebagai salah satu uppaya pengembangan kemampuan guru secara maksimal

agar menjadi orang yang lebih profesional, Supervisi apabila dilaksanakan secara efektif

akan sangat mempengaruhi kinerjanya, yaitu peningkatan kualitas proses pembelajaran di

kelas. Agar sasaran ini dapat dicapai maka supervisi harus dilaksanakan secara efektif

oleh kepala sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut masalah-masalah yang berkaitan

dengan pelaksanaan supervisi di sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Efektifitas pelaksanaan supervisi masih belum jelas, karena banya yang melakukan

hanya sekedar memenuhi syarat administrasi atau sekedar melaksanakan tugas tidak

diprogramkan secara sistematis, sehingga setelah kegiatan supervisi dilakukan sering

tidak ada implementasinya atau tidak ada tindak lanjutnya.

2. Profesionalitas supervisor (Kepala sekolah) bervariasi, ada supervisor yang benar-

Page 38: Skripsi Finish

benar profesional, tetapi tidak sedikit supervisor (Kepala sekolah) yang sebenarnya

kurang profesional terhadap bidang tugasnya.

3. Persepsi guru terhadap kegiatan supervisi kurang mendukung, masih banyak guru-guru

yang acuh tak acuh terhadap pelaksanaan supervisi karena merasa sudah tidak

mempunyai kepentingan lagi dengan urusan kenaikan pangkat, maupun ketidak puasan

terhadap pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan selama ini.

4. Tidak semua guru mendapatkan tunjangan sertifikasi sehingga dalam hal ini

memunculkan sikap kecemburuan sosial yang berhubungan dengan finansial. Akibatnya

banyak guru yang melakukan kerja sambilan diluar bidang pekerjaannya sebagai

pendidik karena tuntutan kebutuhan yang tinggi.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini terbatas pada permasalahan yang berkaitan dengan

persepsi guru terhadap supervisi klinis dan bantuan supervisor hubungannya dengan

kinerja guru dengan wilayah penelitian terbatas di Sekolah Menengah Atas Negeri di

Kabupaten X.

D. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan persepsi guru terhadap supervisi klinis dengan kinerja guru

pada SMA Negeri di Kabupaten X?

2. Apakah terdapat hubungan persepsi guru terhadap bantuan supervisor dengan kinerja

guru pada SMA Negeri di Kabupaten X?

3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap supervisi klinis dan persepsi

guru terhadap bantuan supervisor secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA di

Kabupaten X?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan persepsi guru terhadap supervisi klinis dengan kinerja

guru pada SMA Negeri di Kabupaten X

2. Untuk mengetahui hubungan persepsi guru terhadap bantuan supervisor dengan kinerja

guru pada SMA Negeri di Kabupaten X

Page 39: Skripsi Finish

3. Untuk mengetahui hubungan persepsi guru terhadap supervisi klinis dan persepsi guru

terhadap bantuan supervisor secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMA Negeri

di Kabupaten X.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan teori-teori manajemen teknologi

pendidikan tentang persepsi guru terhadap supervisi klinis, dan bantuan supervisor;

b. Memberi masukan yang penting dalam perkembangan dan peningkatan mutu ilmu

pendidikan, khususnya sebagai pertimbangan dalam pembagian tugas guru sesuai dengan

keahlian atau bidangnya.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Departemen Pendidikan Kabupaten X dalam rangka

meningkatkan kinerja guru.

b. Sebagai masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas kinerja guru

melalui adanya supervisi

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS

WEB DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB I

Page 40: Skripsi Finish

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi yang ditandai dengan semakin cepatnya perkembangan ams informasi dan

pertukaran informasi telah melahirkan fenomena bam pada manajemen di suatu

organisasi. Informasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat diperlukan dalam

suatu organisasi. Menurut Agus Mulyanto (2009:12) informasi adalah data yang diolah

menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya, sedangkan

data merupakan sumber informasi yang menggambarkan suatu kejadian yang nyata.

Untuk mendapatkan informasi tersebut perlu adanya sebuah sistem yang mengolah data

menjadi sebuah informasi yang berharga. Sistem itu disebut dengan sistem informasi

manajemen (management information sistem).

Sistem informasi manajemen merupakan suatu komponen yang terdiri dari manusia,

teknologi informasi dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis dan

menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem Informasi Berbasis Web

adalah suatu sistem penghasil informasi yang mendukung sekelompok manajer dengan

memanfaatkan teknologi web (McLeod, Jr. 2001).

Menurut Agus Mulyanto (2009:32) Manusia mengambil peranan yang penting bagi

sistem informasi manajemen. Manusia dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem

informasi manajemen. Sumber daya manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu pengguna akhir dan pakar sistem informasi manajemen.

Oleh karena itu, sebagai peran yang penting, sumber daya manusia harus disiapkan

sedemikian rupa agar siap menghadapi kemajuan teknologi informasi dan dapat menjadi

sumber daya yang unggul dan bermutu sesuai perkembangan jaman. Bermutu bukan

hanya berarti pandai saja tetapi memenuhi semua syarat kualitas yang dituntut pekerjaan

itu sehingga pekerjaan itu benar-benar dapat diselesaikan sesuai rencana (Sedarmayanti,

2001 : 17).

Suatu organisasi yang tidak memiliki sumber daya manusia berkualitas akan menuai

kegagalan dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan organisasi. Menurut

Sudarmanto (2009:3) Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat

Page 41: Skripsi Finish

menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan, baik itu

organisasi publik atau private.

Untuk dapat mengetahui sejauh mana keberadaan peran, dan kontribusi sumber daya

manusia dalam mencapai keberhasilan organisasi, tentu diperlukan pengukuran kinerja.

Tanpa adanya evaluasi atau pengukuran kinerja dalam mencapai tujuan organisasi maka

tidak dapat diketahui penyebab ataupun kendala-kendala kegagalan organisasi dalam

mencapai tujuan. Akhir-akhir ini kinerja telah menjadi konsep yang sering dipakai orang

dalam berbagai pembahasan dan pembicaraan, khususnya dalam kerangka mendorong

keberhasilan organisasi atau sumber daya manusia. Terlebih, saat ini organisasi

dihadapkan pada tantangan kompetensi yang tinggi; era kompetisi pasar global, kemajuan

teknologi informasi, maupun tuntutan pelanggan atau pengguna jasa layanan yang

semakin kritis. Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan organisasi dengan

individu yang didalamnya memiliki kinerja yang baik. (Sudarmanto, 2009:6).

Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) "Kinerja seseorang merupakan kombinasi

dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya".

Penggunaan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Saat ini

tidak hanya pada pemsahaan swasta akan tetapi juga pada instansi pemerintah. Teknologi

informasi yang berbasis komputer ini akan berdampak pada aktivitas karyawan,

memudahkan karyawan untuk tidak lagi melakukan tugas secara manual sehingga

pekerjaan dapat terselesaikan secara efektif dan efisen.

X adalah institusi pendidikan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dalam

pengelolaan dan pengembangannya, X menggunakan sistem informasi manajemen baik

itu untuk kegiatan akademik maupun kegiatan non-akademik sebagai bentuk support

dengan tujuan agar mahasiswa dan karyawan dapat menyelesaikan aktivitasnya secara

efektif dan efisien.

Berdasarkan data dari Unit Sistem informasi manajemen (SISFO) X, diperoleh

keterangan bahwa X sudah menggunakan sistem informasi manajemen sejak tahun

1994/1995 yang kemudian disempurnakan menjadi sistem informasi berbasis web sejak

tahun 2002-saat ini . Saat ini pengelolaan dan pengembangan system informasi berada di

unit SISFO X. System informasi dibangun berdasarkan analisis kebutuhan user,

selanjutnya unit SISFO membuat dan melakukan konfirmasi serta testing kepada user

Page 42: Skripsi Finish

yang bersangkutan. Proses sosialisasi biasanya dilakukan dengan mengadakan workshop

langsung ke user hanya ruang lingkupnya terbatas, tidak langsung ke semua pegawai,

misalnya via atasan (bisa kabag atau kaur).

Berdasarkan pengamatan penulis, wawancara dengan Kabag SISFO dan data dari unit

SDM, dengan adanya dukungan berupa sistem informasi manajemen bagi suatu individu

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya di suatu organisasi/perusahaan tentu akan

berdampakjuga terhadap kinerja individu tersebut karena sistem informasi manajemen

erat kaitannya dengan keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan sebagai salah satu

faktor penunjang kerja seorang individu. Jika sistem informasi manajemen tersebut

mendukung keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan maka kinerja individu tersebut

tentu akan bagus namun bila sistem informasi manajemen tersebut menjadi penghambat

keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan maka kinerja individu tersebut tentu akan

menjadi buruk. Sering terjadinya error pada sistem apabila server penuh/sibuk atau

konfigurasi dengan komputer tidak tepat, sehingga pekerjaan yang menggunakan sistem

informasi manajemen harus tertunda sampai error atau kesalahan tersebut diperbaiki dan

terbatasnya ruang lingkup sosialisasi dan informasi mengenai implementasi sistem

informasi manajemen perusahaan tentu akan membuat penggunaan sistem informasi

manajemen oleh karyawan menjadi tidak optimal yang kemudian akan menjadi

penghambat keberadaan pekerjaan, seperti kita lihat pada grafik bahwa adanya

kecenderungan penurunan drastis nilai kinerja pada level kinerja baik sekali (PI) dari

tahun 2005-2008.

Menurut Tb. Sjafri Mangkuprawira (2009:159) ketertinggalan terjadi ketika seorang

karyawan tidak lagi memiliki pengetahuan atau kemampuan yang dibutuhkan untuk

melaksanakan pekerjaan yang penuh tantangan dengan sukses. Dalam perubahan yang

cepat di bidang teknis tinggi, seperti keteknikan dan komputerisasi administrasi,

ketertinggalan dapat terjadi dengan cepat. Ketertinggalan bisa jadi sebagai hasil dari

kegagalan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya pada teknologi baru, prosedur baru,

dan perubahan-perubahan lainnya. Dengan dilakukannya penelitian terhadap sistem

informasi manajemen berbasis web dan kinerja karyawan, maka akan didapatkan

informasi mengenai kedua variable tersebut terhadap objek penelitian.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

Page 43: Skripsi Finish

implementasi sistem informasi manajemen berbasis web dan kinerja karyawan dengan

judul : "Implementasi Sistem Informasi Manajemen Berbasis Web Dampaknya terhadap

Kinerja Karyawan pada X"

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

1. Tidak konsisten dan terbatasnya sosialisasi penggunaan sistem informasi manajemen

berbasis web, sosialisasi hanya dilakukan kepada Kabag atau Kaur saja.

2. Sering terjadinya error pada sistem apabila server penuh/sibuk, konfigurasi dengan

komputer tidak tepat yang menyebabkan pekerjaan yang menggunakan sistem informasi

manajemen berbasis web harus tertunda sampai error atau kesalahan tersebut diperbaiki.

1.2.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggapan karyawan mengenai implementasi sistem informasi manajemen

berbasis web yang digunakan di X.

2. Bagaimana kinerja karyawan di X.

3. Seberapa besar implementasi sistem informasi manajemen berbasis web berdampak

terhadap kinerja karyawan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan

untuk diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan, sehingga dapat memperoleh kesimpulan

terhadap masalah yang diteliti dalam hal ini untuk mengetahui hasil implementasi sistem

informasi manajemen berbasis web dampaknya terhadap kinerja karyawan pada X

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggapan karyawan mengenai sistem informasi manajemen

berbasis web yang digunakan di X.

2. Untuk mengetahui kinerja karyawan di X.

3. Untuk mengetahui seberapa besar dampaknya implementasi sistem informasi

manajemen terhadap kinerja karyawan.

Page 44: Skripsi Finish

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Akademis

Dalam kegunaan akademis ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Pengembangan Ilmu Manajemen

Diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang ilmu pengetahuan manajemen

spesialisasi Manajemen Sumber Daya Manusia tentang keterkaitan antara implementasi

Sistem informasi manajemen dampaknya terhadap kinerja karyawan.

2. Penulis

- Memberi pengetahuan mengenai implementasi Sistem informasi manajemen

dampaknya terhadap kinerja karyawan, dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

nilai skripsi program studi manajemen sumber daya manusia.

- Membandingkan antara ilmu pengetahuan dan teori-teori mengenai sistem informasi

manajemen dan manajemen sumber daya manusia yang telah dipelajari dengan yang

terjadi di dunia nyata.

3. Penulis lainnya

- Memberi informasi kepada peneliti lain yang ingin mengkaji dalam bidang yang sama

mengenai implementasi Sistem informasi manajemen dampaknya terhadap kinerja

karyawan

- Memberi informasi kepada peneliti lain yang ingin mengkaji atau membuat sistem

informasi manajemen sesuai kebutuhan perusahaan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi kepada X dalam upaya

pengembangan kinerja karyawan melalui Sistem informasi manajemen.

2. Karyawan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi tentang pentingnya

implementasi Sistem informasi manajemen dampaknya terhadap kinerja karyawan.

Page 45: Skripsi Finish

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA

DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BPS X

BAB I

Page 46: Skripsi Finish

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejadian anemi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini terbukti menurut penelitian Chi,

dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia.

Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia

karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil

dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain (Ridwanamirudin, XXXX).

Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi

ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, hal ini semakin meningkat

seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung

berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju.

Menurut penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Udayana di Bali menunjukkan

63,5% ibu hamil di Indonesia terkena anemia (Depkes, XXXX). Sedangkan kejadian

anemi pada ibu hamil di Jawa Tengah sebesar 58,1 gr % (Amin, XXXX).

Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan

penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum

menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah

satu penanganannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada

sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa

pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat (BKKBN, XXXX).

Penelitian sejenis berjudul Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Dengan

Pencegahan Anemia Selama Kehamilan dari Muzayyaroh, Penelitian ini menggunakan

jenis Cross Sectional dengan 30 sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan ada

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan pencegahan anemia selama

kehamilan. Pada 30 responden diperoleh pengetahuan baik sebesar 46,7%, cukup baik

sebesar 26,7 % dan kurang baik sebesar 30%. Sedangkan responden yang mempunyai

pencegahan anemia dalam katagori baik adalah 43,3%, cukup baik sebesar 26,7%, dan

kurang baik sebesar 30%. Teknik pengambilan data menggunakan alat bantu berupa

kuesioner. Keadaan tersebut memungkinkan ibu hamil mengalami anemia karena

kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia. Oleh karena itu, pencegahan terhadap

Page 47: Skripsi Finish

anemia sangat diperlukan untuk menekan angka kejadian anemia.

Sumber data yang didapat dari BPS (Bidan Praktek Swasta) X menyebutkan prevalensi

anemia ibu hamil pada tahun XXXX sebesar 60%. Anemia paling sering dijumpai pada

ibu hamil disebabkan karena defisiensi zat besi (Manuaba, XXXX).

Berbagai alasan di atas menjadi suatu ketertarikan peneliti untuk melakukan penilitian

tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu

hamil.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia

pada ibu hamil di BPS X tahun XXXX?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di BPS X.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di BPS X

b. Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil di BPS X

c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia denagan kejadian

anemia pada ibu hamil di BPS X

D. Manfaat Penelitian

Upaya menurunkan anemia dengan cara meningkatkan pengetahuan bagi ibu hamil

sehingga ada sikap positif ibu hamil dalam upaya pencegahan anemia.

Page 48: Skripsi Finish
Page 49: Skripsi Finish

PENGARUH ANEMIA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SISWA DI SMP X

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus

menerus untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Untuk mewujudkan cita-cita

pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan

kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan,

dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (Depkes RI, XXXX).

Akan tetapi masih banyak masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, salah satunya

adalah anemia. Anemia adalah penyakit yang ditandai oleh rendahnya kadar Hemoglobin

(Hb) dalam darah sehingga mengakibatkan fungsi dari Hb untuk membawa oksigen ke

seluruh tubuh tidak berjalan dengan baik. Di Indonesia, kasus anemia umumnya terjadi

karena kekurangan zat besi. Persoalan zat besi masih menjadi persoalan serius bagi

Page 50: Skripsi Finish

Indonesia karena kekurangan zat besi memainkan andil besar terhadap rendahnya kualitas

sumber daya manusia Indonesia. Diperkirakan 20% sampai 80% anak di Indonesia

menderita anemia gizi besi.

Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga di Indonesia tahun XXXX prevalensi

anemia pada remaja sekitar 26,5%. Jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia tahun

XXXX-XXXX menunjukkan 3,5 juta remaja dan WUS menderita anemia gizi besi

(Sutaryo dalam Republika, XXXX).

Dampak yang ditimbulkan anemia gizi besi ini, terutama pada anak sekolah antara lain

adalah kesakitan dan kematian meningkat, pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

motorik, mental dan kecerdasan terhambat, daya tangkap belajar menurun, pertumbuhan

dan kesegaran fisik menurun serta interaksi sosial kurang. Bahkan anemia dapat

menurunkan produktivitas kerja hingga 20%. Keadaan ini tentu memprihatinkan bila

menimpa anak-anak Indonesia yang akan menjadi penerus pembangunan (Depkes RI,

XXXX).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh

bagaimana pengaruh anemia terhadap motivasi belajar siswa di SMP X.

B. Rumusan Masalah

Seberapa besar pengaruh anemia terhadap motivasi belajar siswa di SMP X?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh anemia terhadap motivasi belajar siswa.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui seberapa besar prosentase motivasi belajar siswa kelas 1 yang

mengalami anemia di SMP X.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh anemia terhadap motivasi

belajar siswa.

Page 51: Skripsi Finish

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi institusi sekolah agar dapat lebih memperhatikan siswanya yang

menderita anemia.

b. Sebagai masukan bagi orang tua agar dapat lebih memperhatikan kesehatan anaknya.

0Share

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) D-IV PENGARUH PENDIDIKAN

KESEHATAN TENTANG PIJAT BAYI TERHADAP PRAKTIK PIJAT

BAYI DI POLINDES X

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang anak memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keluarga dan bangsa. Setiap orang

tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat

menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Tercapainya pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling

berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan rangsangan atau stimulasi yang

berguna (Dasuki, XXXX).

Ikatan batin yang sehat sangat penting bagi anak terutama dalam usia 2 tahun pertama

yang akan menentukan perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Selain faktor

bawaan yang dianugerahkan Tuhan sejak lahir, stimulus dari luar juga berperan bagi

pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional anak (Wibowo, XXXX).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/XXXX

tentang Standar Profesi Bidan menyebutkan bahwa bidan mempunyai kewenangan untuk

melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak. Salah satu

bentuk stimulasi tumbuh kembang yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adalah

dengan melakukan pijat bayi.

Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan

Page 52: Skripsi Finish

kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk menghasilkan

efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpha (Subakti

dan Rizky, XXXX).

Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak

tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi. Laporan

tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan

kedokteran zaman Mesir Kuno. Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800

SM) yang menuliskan tentang pijat, diet, dan olah raga sebagai cara penyembuhan

utamamasa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di Cina dari Dinasti Tang juga

meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari 4 teknik pengobatan penting (Roesli,

XXXX).

Setelah melakukan studi pendahuluan pada 20 responden di Polindes Harapan Bunda,

masih banyak orang tua bayi yang belum mengetahui manfaat lebih jauh dari pijat bayi

dan belum memahami bagaimana memijat bayi yang benar sehingga tidak bisa

melakukan pemijatan secara mandiri. Alasan orang tua memijatkan bayinya karena bayi

sedang sakit batuk, rewel dan terjatuh. Maka dari latar belakang tersebut penulis ingin

meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat

bayi di Polindes X.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah "Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat

bayi di polindes X?"

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik

pijat bayi di polindes X.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden yang melakukan praktik pijat bayi baik sebelum

dan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan.

Page 53: Skripsi Finish

b. Mengetahui praktik pijat bayi sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

c. Mengetahui praktik pijat bayi setelah diberikan pendidikan kesehatan.

D. Manfaat

1. Teori

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam

ruang lingkup kesehatan anak tentang pijat bayi.

2. Aplikatif

a. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan dan informasi ilmiah

tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang manfaat dari pijat

bayi serta cara memijat bayi yang benar sehingga dapat memotivasi orang tua untuk

meningkatkan kesehatan bayinya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti menjadikan penelitian ini sebagai acuan pembuatan karya tulis ilmiah yang lebih

baik di masa yang akan datang.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Zulaika (XXXX) dengan judul "Pengaruh Pijat

Bayi Terhadap Berat Badan Neonatus di RB Y". Penelitian Zulaika (XXXX)

menggunakan desain penelitian Quasi Eksperiment dengan rancangan Rendomized

Control Group Pretest and Postest, Analisa data menggunakan t-test.

Perbedaan penelitian Zulaika (XXXX) dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel

bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini menggunakan rancangan One Group

Pretest-Postest.

Page 54: Skripsi Finish
Page 55: Skripsi Finish

AKTIVITAS PENGUKURAN WAKTU PASAR DAN

PENYELEKSIAN (MARKET TIMING AND SELECTIVITY) PADA

KINERJA REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Investasi pada masa kini sudah cukup dikenal masyarakat menengah di Indonesia.

Bahkan, pemerintah mendorong upaya-upaya agar masyarakat menjadi lebih 'melek

finansial'. Perkenalan pada dunia investasi dan finansial menjadi penting terutama ketika

taraf hidup masyarakat naik, dan mereka mempunyai dana berlebih yang tidak digunakan.

Dana berlebih itu diharapkan dapat disalurkan melalui investasi yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sebagai investor, maupun si pengguna investasi. Apabila

masyarakat tidak kenal investasi, maka kesempatan peningkatan kesejahteraan tersebut

akan hilang. Selain itu, masyarakat jadi mudah ditipu dengan janji-janji investasi palsu

yang malah menghilangkan uang mereka.

Kendala yang dihadapi masyarakat biasanya terkait dengan pemahaman bahwa investasi

itu butuh dana yang besar. Masyarakat segan mengeluarkan dana besar yang hasilnya

baru dapat dinikmati di masa depan. Untuk menghadapi kendala itu, dan tentunya meraih

investor yang lebih luas, maka investasi reksa dana pun dibentuk.

Investasi di reksa dana sangat menarik terutama karena tidak memerlukan dana awal

Page 56: Skripsi Finish

yang besar dan imbal hasilnya pun lumayan, paling tidak lebih tinggi dari tabungan yang

mendominasi penempatan uang masyarakat.

Reksa dana mulai diperkenalkan ke Indonesia ketika PT Danareksa didirikan tahun 1976.

Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah reksa dana tertutup yaitu PT BDNI Reksa

Dana. Tahun XXXX, sempat terjadi pencairan besar-besaran dana investor yang

membuat pasar reksa dana terpuruk. Tapi, pada tahun XXXX dan XXXX, reksa dana

kembali naik dan menjadi salah satu instrumen investasi yang digemari.

Reksa dana syariah merupakan produk yang muncul awal tahun 2000-an, dan merupakan

jawaban bagi investor yang ingin menanamkan modalnya pada usaha-usaha yang

dianggap halal. Masyarakat pemodal tersebut tidak hanya ingin mendapatkan

pertumbuhan dari investasinya, tapi juga mengharapkan dananya tidak ditanamkan pada

usaha-usaha yang haram atau yang tidak mereka sukai. Maka, reksa dana syariah menjadi

instrumen investasi yang menarik dan semakin bertumbuh.

I. 2. Perumusan Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui:

a. Apakah manajer investasi memiliki kemampuan pengukuran waktu pasar (market

timing) !

b. Apakah manajer investasi memiliki kemampuan penyeleksian efek (selectivity) !

I. 3. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada produk reksadana syariah yang beroperasi pada jangka waktu

Januari XXXX sampai Desember XXXX. Rentang waktu tersebut dipilih karena cukup

mewakili pergerakan pasar reksa dana syariah di Indonesia. Dari batasan waktu tersebut,

penulis mendapatkan 8 produk reksa dana syariah yang berasal dari 5 manajer investasi.

Penelitian dibatasi pada analisis bagian dari imbal hasil reksa dana syariah yang berkaitan

dengan kemampuan pengukuran waktu pasar (market timing) dan kemampuan

penyeleksian efek (selectivity) dari manajer investasi.

I. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk:

Page 57: Skripsi Finish

a. mengetahui kemampuan manajer investasi dalam mengukur waktu pasar (timing) dan

menyeleksi efek (selectivity) pada masing-masing sampel reksa dana syariah.

b. mengetahui aktivitas pengukuran waktu pasar dan seleksi pada seluruh sampel reksa

dana syariah secara umum.

c. Memberi informasi tambahan yang berguna untuk menilai dan memilih investasi di

reksa dana

I. 5. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari telaah

literatur baik berupa buku, jurnal, maupun internet. Data yang dibutuhkan adalah Nilai

Aktiva Bersih (NAB) harian dari kedelapan produk reksadana syariah yang didapat dari

situs Bapepam LK (www.bapepam.go.id). Data Jakarta Islamic Index sebagai tolak ukur

indeks pasar didapat dari situs Bursa Efek Indonesia (www.bei.co.id). Data Sertifikat

Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sebagai acuan risk-free rate didapat dari situs Bank

Indonesia (www.bi.go.id).

I. 6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab yang disusun sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi gambaran umum mengenai penelitian yang dilakukan. Gambaran umum

tersebut mencakup latar belakang penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika

penulisan penelitian.

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep dasar reksa dana konvensional dan

syariah, evaluasi kinerja portfolio, serta penjabaran teori pengukuran waktu pasar (market

timing) dan penyeleksian efek (selectivity). Sumber penjabaran tersebut adalah buku serta

jurnal-jurnal terkait.

BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab ini penulis akan menguraikan metode pengolahan data yang digunakan dalam

mengukur kinerja reksadana serta melihat keberadaan kemampuan pengukuran waktu

Page 58: Skripsi Finish

pasar dan penyeleksian efek dari manajer investasi. Metode pengolahan data yang

digunakan adalah Henriksson & Merton.

BAB IV Analisis Data

Pada bab ini penulis akan menuangkan data-data olahan dan menganalisisnya. Analisis

akan dilakukan berdasarkan metode pengolahan data, serta dari berbagai teori serta

literatur.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan,

serta saran-saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

Page 59: Skripsi Finish

ANALISIS VOLATILITAS NILAI AKTIVA BERSIH ANTARA

REKSA DANA CAMPURAN KONVENSIONAL DENGAN REKSA

DANA CAMPURAN SYARIAH

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat 27, reksa

dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manager investasi

yang telah mendapat izin dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Portofolio

investasi dari reksa dana dapat terdiri dari berbagai macam instrumen surat berharga

seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen

diatas.

Dalam beberapa tahun terakhir jumlah investor dan dana yang diinvestasikan dalam

reksadana meningkat dengan pesat. Nilai Aktiva Bersih mulai mengalami peningkatan di

tahun XXXX yang mencapai Rp 110 triliun, dan mencapai puncaknya pada bulan

Februari XXXX dengan total dana yang dikelola mencapai Rp 113 triliun. Namun pada

triwulan akhir XXXX sempat mengalami penurunan, baik dalam hal NAB maupun

jumlah investor. Peningkatan NAB dan investor ini disebabkan situasi ekonomi yang

relatif stabil dan kondusif bagi perkembangan reksadana serta semakin banyaknya jumlah

Wakil Agen Penjual Reksa Dana. Apalagi saat ini kita dapat menggunakan media

Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mendapatkan

pelayanan reksa dana.

Berikut merupakan jenis-jenis reksa dana yang terdapat di Indonesia beserta efek, resiko,

dan tujuan investasinya.

* Tabel sengaja tidak ditampilkan *

Page 60: Skripsi Finish

Dalam penelitian yang penulis lakukan ini, penulis lebih memfokuskan diri pada reksa

dana campuran. Alasan pemilihan reksa dana jenis ini adalah untuk memudahkan

melakukan pembandingan karena pada reksa dana campuran terdapat jenis konvensional

dan syariah. Reksa dana campuran adalah jenis reksa dana yang menginvestasikan

dananya pada berbagai instrumen keuangan seperti portofolio saham, obligasi, dan surat

berharga pasar uang dengan komposisi yang berbeda-beda. Reksa dana campuran di

Indonesia terbagi menjadi 2 yaitu reksa dana campuran konvensional dan reksa dana

campuran syariah. Ada beberapa hal yang membedakan kedua reksa dana tersebut.

Reksadana campuran syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis pada prinsip-

prinsip Islam. Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang

dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika pihak yang menerbitkan instrumen investasi

tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, tidak

melakukan riba atau membungakan uang. Jadi, saham, obligasi dan sekuritas lainnya

yang dikeluarkan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau

penjualan minuman keras, rokok dan tembakau, produk mengandung babi, bisnis hiburan

berbau masksiat, bisnis senjata, perjudian, pornografi, dan sebagainya tidak akan

dimasukkan ke dalam portofolio reksadana. Intisarinya, hanyalah sekuritas yang

dikategorikan halal yang bisa masuk dalam portofolio reksadana syariah ini. Di samping

itu, segi pengelolaan dana reksadana ini juga berdasarkan Islam, yang tidak mengizinkan

penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi.

Acuan yang diperlukan reksadana ini, sudah tentu haruslah juga berprinsip Islam. Kira-

kira setahun yang lalu, di Bursa Efek Jakarta sudah diluncurkan indeks harga saham yang

disebut indeks syariah atau sering disebut dengan Jakarta Islamic Index (JII). Saham-

saham yang masuk ke dalam JII adalah saham-saham yang dikategorikan halal. Salah

satu tujuan peluncuran indeks syariah ini, tak lain adalah untuk memudahkan dan

menarik minat investor muslim untuk berinvestasi pada saham-saham yang dikategorikan

halal. Dari nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana per 31 Maret, total kapitalisasi reksa

dana campuran di Indonesia sebesar Rp9,54 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar

46,3 %. Dengan tingkat pertumbuhan yang sebesar ini maka reksa dana campuran

semakin menarik untuk diteliti. Hal ini pula lah yang menjadi alasan pemilihan reksa

dana ini sebagai topik penelitian dalam skripsi ini.

Page 61: Skripsi Finish

Namun saat ini masih banyak investor reksa dana yang hanya membandingkan return saja

dan mengabaikan faktor risiko. Padahal reksa dana juga mempunyai resiko, termasuk

pada reksa dana campuran konvensional dan syariah. Ada beberapa hal yang mungkin

menyebabkannya :

- Volatilitas dari Nilai Aktiva Bersih

- Resiko redemption (rush) yaitu Fund manager mungkin terpaksa menjual efeknya di

waktu yang tidak tepat karena terjadi redemption

Karena adanya perbedaan profil resiko pada reksa dana konvensional dan syariah maka

penulis ingin melakukan perbandingan antar kedua jenis reksa dana tersebut dengan

melakukan perbandingan volatilitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui reksadana mana

yang lebih volatile antara kedua reksadana tersebut. Dalam melakukan analisis tersebut

penulis menggunakan jenis reksadana dari perusahaan investasi yang sama agar

perbedaan policy antar manajer investasi dapat diminimalkan.

Salah satu cara untuk menganalisa risiko sebelum berinvestasi adalah dengan analisa

volatilitas (analisa teknikal) NAB reksa dana di masa lampau. Sehingga dengan adanya

analisa volatilitas dari satu atau beberapa aset maka diharapkan tingkat variabilitasnya

akan terdeteksi. Jika suatu aset memiliki volatilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa

harga aset tersebut sangat fluktuatif sehingga return yang dihasilkan juga berfluktuasi.

Volatilitas merupakan sebuah terminologi kepekaan (sensitifitas) atau ukuran dari

ketidakpastian sebuah data deret waktu keuangan sehingga merupakan risiko yang

mungkin dihadapi investor dalam perdagangan di bursa dimana besaran ini dinyatakan

sebagai standar deviasi dari laju perubahan penyusun data deret waktu keuangan.

(Yohanes Surya dan Hokky Situngkir, Sifat Statistika Data Keuangan)

Analisis volatilitas ini akan dilakukan dengan menggunakan model ARCH/GARCH.

Metode ARCH/GARCH digunakan karena mengandung konsep Conditional

Heteroscedastic, yaitu sebuah konsep tentang ketidak-konstanan varians dari data acak

dimana perubahan variansi ini dipengaruhi oleh data acak sebelumnya.

Sampel yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini harus memenuhi

beberapa kriteria, antara lain :

a. Reksa dana campuran konvensional dan syariah yang dipilih berada di bawah Manajer

Investasi yang sama.

Page 62: Skripsi Finish

b. Data NAB yang diambil memiliki periode yang sama

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan manakah jenis reksadana yang lebih

volatile antara reksadana campuran konvensional atau reksadana campuran syari'ah

dengan menggunakan pemodelan ARCH GARCH.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik volatilitas kondisional

reksadana campuran konvensional dan reksadana campuran syari'ah dengan

menggunakan pemodelan ARCH GARCH.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa pergerakan volatilitas kondisional antara

reksa dana campuran konvensional dengan reksa dana campuran syariah pada periode 3

Januari XXXX-28 Desember XXXX.

1.4. Metode Pemilihan Sampel

Pada penelitian ini peneliti menggunakan sample reksa dana campuran konvensional

yang diwakili oleh AAA Balanced Fund, BNI Dana Flexible, Danareksa Anggrek

dibandingkan dengan reksa dana campuran syariah AAA Syariah Fund, BNI Danaplus

Syariah, dan Danareksa Syariah Berimbang.

Sampel yang diambil adalah data nilai aktiva bersih selama 2 (dua) tahun dari 3 Januari

XXXX- 28 Desember XXXX. Alasan pemilihan penelitian pada periode tersebut adalah

karena reksa dana campuran, khususnya syariah, baru mulai berkembang secara pesat

pada awal tahun XXXX.

1.5. Metode Pengolahan Data

Penulis mengambil data Nilai Aktiva Bersih selama periode 3 Januari XXXX-28

Desember XXXX. Setelah itu dilakukan pemeriksaan apakah setiap harinya sudah terisi

Nilai Aktiva Bersih. Jika ada yang masih kosong (karena hari libur nasional atau sebab

yang lain), maka akan diisi dengan Nilai Aktiva Bersih pada hari sebelumnya (asumsi

efficient market) .

Page 63: Skripsi Finish

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder

yang telah beredar di masyarakat dan secara mudah didapatkan melalui internet atau

website badan-badan terkait.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pemodelan

ARCH/GARCH. Metode ARCH/GARCH digunakan karena kebanyakan data keuangan

mengandung konsep Conditional Heteroscedastic, yaitu sebuah konsep tentang ketidak-

konstanan variansi dari data acak dimana perubahan variansi ini dipengaruhi oleh data

acak sebelumnya. Secara garis besar langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut :

1. Pengumpulan data-data yang akan digunakan dalam penelitian, dalam hal ini nilai

aktiva bersih (NAB) reksa dana campuran konvensional dan syariah, serta melakukan

normalisasi

2. Cek Stasioneritas

3. Membersihkan data dari day of the week effect

4. Estimasi stationary mean

5. Pengujian autocorrelation

6. Pengujian ARCH error

7. Estimasi conditional volatility

8. Pembentukkan GARCH variance series

Untuk pengolahan data digunakan alat bantu berupa software E-Views versi 4.1 dan

Microsoft Excel.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini akan terdiri dari lima bab utama, diantaranya :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang

lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini akan berisikan tinjauan literatur mengenai teori-teori dan konsep-konsep tentang

investasi, reksa dana, konsep volatilitas, model optimal tingkat mean dan varians, dan

GARCH variance series.

Bab III : Metodologi Penelitian

Page 64: Skripsi Finish

Bab ini menjabarkan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini mulai dari cek

stasioneritas, penyusunan model optimal tingkat mean dan varians dengan menggunakan

ARCH/GARCH, hingga pembentukan GARCH variance series.

Bab IV : Analisis dan Pembahasan Penelitian

Bab ini berisikan analisis dari penelitian yang dilakukan dan juga akan dijelaskan

bagaimana temuan yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut.

Bab V : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan atas hasil penelitian, keterbatasan penelitian serta saran-

saran yang terkait dengan penelitian ini sehigga diharapkan dapat berguna untuk

penelitian selanjutnya.

Page 65: Skripsi Finish

ANALISIS KEBUTUHAN PASIEN TERHADAP MUTU

PELAYANAN UNIT RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimal, maka berbagai

upaya harus dilaksanakan, salah satu di antaranya ialah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di tingkat dasar di

Indonesia adalah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang merupakan unit

organisasi fungsional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya dan diberi tanggung jawab

sebagai pengelola kesehatan bagi masyarakat tiap wilayah Kecamatan dari Kabupaten/

Kotamadya bersangkutan (Depkes).

Sejalan dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi

masyarakat, maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan tampak makin

meningkat pula. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan tersebut, tidak ada upaya

lain yang dapat dilakukan, kecuali menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-

baiknya (Azwar, 1994).

Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya, diperlukan

pelayanan yang berorientasi kepada pasien, artinya produk atau jasa yang didesain sesuai

dengan kebutuhan dan harapan pasien, dengan demikian mutu pelayanan dapat

meningkat. Fokus kepada pasien merupakan tanda bahwa organisasi pelayanan telah

menerapkan suatu sistem manajemen mutu. Adopsi ini hendaknya menjadi keputusan

yang strategis bagi organisasi. Dimana fokus pasien ini merupakan salah satu dari

delapan prinsip manajmen mutu versi Internasional Standard Organization (ISO)

9001:2000.

Fokus pada kebutuhan dan harapan pasien diperkenalkan sebagai kunci peningkatan mutu

oleh Deming, Juran, Crosby dan pencetus Total Quality Management (TQM). Pihak yang

menentukan mutu pelayanan adalah pasien. Karena itu perusahaan perlu mengetahui

sampai sejauh mana tingkat kepuasan pasien dan kebutuhan pasien yang perlu dipenuhi

Page 66: Skripsi Finish

oleh perusahaan (Kurniasari dan Kuntjoro, XXXX).

Dalam menentukan kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan dapat digunakan dimensi

mutu berdasarkan teori menurut Parasuraman et.all (1991) yang menyatakan bahwa

dimensi mutu yang perlu diperhatikan adalah "responsiveness (ketanggapan), reliability

(kehandalan), assurance (jaminan), emphaty (empati), tangibles (bukti langsung) yaitu

sarana dan fasilitas fisik".

Puskesmas Kecamatan X yang sejak tahun XXXX telah berkomitmen untuk menjalankan

sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan hingga saat ini, Puskesmas tersebut selalu

melakukan perbaikan berkesinambungan dalam pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat. Salah satu klausul dalam ISO 9000:2000 dinyatakan bahwa organisasi harus

memenuhi kebutuhan pasien.

Hasil survei kepuasan pasien yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan X pada bulan

Juli XXXX terhadap pasien rawat jalan, menunjukkan bahwa dari 75 orang, didapatkan

48% menyatakan cukup puas terhadap kesesuaian diagnosa, 43% menyatakan cukup puas

terhadap keramahan petugas, 50% menyatakan cukup puas terhadap kebersihan ruangan,

41% menyatakan puas terhadap perhatian petugas, 45% menyatakan cukup puas terhadap

waktu pelayanan, 53% menyatakan cukup puas terhadap kemudahan komunikasi, dan

53% menyatakan cukup puas terhadap penanganan keluhan.

Pemenuhan kebutuhan pasien di Puskesmas Kecamatan X hanya berdasarkan aspek

pengukuran kepuasan pasien, puas atau tidak puas. Dan itu belum menggambarkan

bahwa sesungguhnya apa yang menjadi kebutuhan pasien.

Untuk memenuhi kebutuhan pasiennya, maka Puskesmas Kecamatan X perlu

mengidentifikasi kebutuhan pasien. Selama ini Puskesmas Kecamatan X telah melakukan

penanganan keluhan pasien terhadap mutu pelayanan, pengukuran kepuasan pasien

dengan melakukan survei kepuasan pasien, dan melakukan tindakan koreksi dan

pencegahan terhadap keluhan dan pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan pasien.

Serta adanya kotak saran untuk menampung aspirasi pasien.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai bagaimana

kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan berdasarkan dimensi-dimensi mutu. Dalam

hal ini, peneliti lebih berfokus pada kebutuhan pasien unit rawat jalan, terdiri dari : loket,

Balai Pengobatan Umum (BPU), Apotik, Balai Pengobatan Gigi (BPG), Balai

Page 67: Skripsi Finish

Pengobatan Mata (BPM), laboratorium, radiologi, klinik gizi, klinik Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Ruang

Bersalin (RB), Pelayanan penanggulangan Tuberkulosis Paru (P2TB), mengingat unit

tersebut merupakan pelayanan yang utama, ramai di kunjungi, dan telah tersertifikasi ISO

9001:2000. Dengan mengetahui kebutuhan pasien, maka organisasi yang berorientasi

kepada pasien dapat meningkatkan mutu pelayanan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan

permasalahannya bahwa pada unit rawat jalan Puskesmas Kecamatan X tahun XXXX

belum diketahui kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan unit rawat jalan Puskesmas

Kecamatan X Tahun XXXX ?

1.4 Tujuan Peneliti

1.4.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan unit rawat jalan Puskesmas

Kecamatan X Tahun XXXX.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya kebutuhan pasien terhadap dimensi responsiveness unit rawat jalan

Puskesmas Kecamatan X Tahun XXXX.

2. Diketahuinya kebutuhan pasien terhadap dimensi reliability unit rawat jalan Puskesmas

Kecamatan X Tahun XXXX.

3. Diketahuinya kebutuhan pasien terhadap dimensi assurance unit rawat jalan Puskesmas

Kecamatan X Tahun XXXX.

4. Diketahuinya kebutuhan pasien terhadap dimensi emphaty unit rawat jalan Puskesmas

Kecamatan X Tahun XXXX.

5. Diketahuinya kebutuhan pasien terhadap dimensi tangibles unit rawat jalan Puskesmas

Kecamatan X Tahun XXXX.

Page 68: Skripsi Finish

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dan masukan bagi Puskesmas mengenai

kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan unit rawat jalan. Sebagai bentuk aplikasi

terhadap ilmu yang didapat khususnya mengenai mutu pelayanan dan analisis kebutuhan.

Selain itu juga sebagai pembelajaran, menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih

mendalam mengenai kebutuhan pasien.

1.6 Ruang Lingkup Peneliti

Penelitian yang dilaksanakan adalah mengenai kebutuhan pasien unit rawat jalan di

Puskesmas Kecamatan X Kota Y Tahun XXXX. Alasan penelitian ini dilakukan karena

belum diketahuinya kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan unit rawat jalan.

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan terhitung tanggal 3 sampai 28 November

tahun XXXX. Identifikasi kebutuhan pasien dengan menggunakan data primer berupa

wawancara mendalam dengan pasien unit rawat jalan dan menyebar kuesioner. Selain itu

juga dilakukan studi literatur terhadap data sekunder.

ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI

KELURAHAN X

Page 69: Skripsi Finish

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia sehat XXXX adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat

kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia

ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan dan sehat,

memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil

dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik

Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya-upaya

kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan

derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di

antaranya adalah program pemberantasan penyakit diare yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya penyakit diare, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit

diare.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini

disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan karena diare serta menimbulkan

banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita.

Menurut data WHO pada tahun XXXX-XXXX diare merupakan penyebab kematian

nomor tiga di dunia pada anak di bawah umur lima tahun, dengan Proportional Mortality

Rate (PMRJ 17% setelah kematian neonatal 37% dan pnemonia 19%. Pada tahun yang

sama, diare di Asia Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada

anak di bawah umur lima tahun dengan Proportional Mortality Rate (PMR) sebesar 18%.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun XXXX menunjukkan

bahwa di Indonesia penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor tiga pada balita

Page 70: Skripsi Finish

dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 10% setelah penyakit sistem pernafasan

(28%) dan gangguan perinatal (26%). Sedangkan dari hasil Survei Kesehatan Nasional

(Surkesnas) tahun XXXX diketahui bahwa penyakit diare penyebab kematian nomor dua

pada balita dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 13,2% setelah penyakit sistem

pernafasan. Dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup anak, penanggulangan

diare merupakan program prioritas yang diwujudkan melalui penurunan angka kesakitan

dan kematian serta penanggulangan Kejadian luar Biasa (KLB).

Menurut data di provinsi X tahun XXXX penyakit diare menyebabkan kematian pada

saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di enam Kabupaten yaitu, kabupaten A dengan

Attack Rate (AR) 0,82% dan Case Fatality Rate (CFR) 3,23%, Kabupaten B dengan AR

0,04% dan CFR 4%, Kabupaten C dengan AR 3,29% dan CFR 1,62%, Kabupaten D

dengan AR 1,16% dan CFR 2,6%, Kabupaten E dengan AR 1,45% dan CFR 1,25% dan

Kabupaten F dengan AR 0,01%.

Menurut Profil Kesehatan Kota X tahun XXXX dilaporkan proporsi penderita rawat jalan

di puskesmas untuk balita 2,68% yaitu 20.996 penderita dari 780.706 seluruh penderita

berbagai jenis penyakit dan Iain-lain. Penyakit diare menduduki urutan ke enam pada

sepuluh penyakit terbesar di seluruh puskesmas kota X.

Berdasarkan laporan SP2TP di puskesmas Z yang wilayah kerjanya adalah Kecamatan X,

didapatkan bahwa penyakit diare masuk dalam sepuluh penyakit terbesar yang

menduduki peringkat ke sembilan dengan proporsi sebesar 2,44%.

Hasil laporan dari Puskesmas Pembantu X Kecamatan X tahun XXXX bahwa penyakit

diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk

menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di

Kelurahan X Kecamatan X.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita

di Kelurahan X Kecamatan X tahun XXXX.

Page 71: Skripsi Finish

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengenalisis kejadian diare pada anak balita di Kelurahan X Kecamatan X tahun

XXXX.

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalens rate diare pada anak balita di Kelurahan X Kecamatan X

tahun XXXX.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik anak balita (umur dan jenis

kelamin, status gizi, status imunisasi dan ASI eksklusif) di Kelurahan X Kecamatan X

tahun XXXX.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik ibu dari anak balita (umur,

pendidikan dan pekerjaan) di Kelurahan X Kecamatan X tahun XXXX.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik lingkungan (ketersediaan jamban,

sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih) anak balita di Kelurahan X Kecamatan X

tahun XXXX.

e. Untuk mengetahui hubungan faktor anak balita (umur, jenis kelamin, status gizi, status

imunisasi, dan ASI eksklusif) dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan X

Kecamatan X tahun XXXX.

f. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu (umur, pendidikan, dan pekerjaan) dengan

kejadian diare pada anak balita di Kelurahan X Kecamatan X tahun XXXX.

g. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan (ketersediaan jamban, sanitasi

lingkungan, penyediaan air bersih) dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan

X Kecamatan X tahun XXXX.

h. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap kejadian diare pada anak

balita di Kelurahan X Kecamatan X tahun XXXX.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pembantu X dalam program pencegahan

dan pemberantasan diare.

1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM dan penelitian selanjutnya.

1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah diperoleh

Page 72: Skripsi Finish

selama perkuliahan dan juga sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM).

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KE JADIAN

PENDERITA PENYAKIT TB PARU BTA POSITIF DI KECAMATAN X

Page 73: Skripsi Finish

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit infeksi kronis

menular yang menjadi masalah kesehatan. Penyakit yang sudah cukup lama ada ini

merupakan masalah global di dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah

terinfeksi oleh bakteri ini. Hal-hal yang menjadi penyebab semakin meningkatnya

penyakit TBC di dunia antara lain karena kemiskinan, meningkatnya penduduk dunia dan

perubahan struktur usia manusia yang hidup, perlindungan kesehatan yang tidak

mencukupi di negara-negara miskin, tidak memadainya pendidikan mengenai TBC di

antara para dokter, kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik dan pengawasan kasus

TBC serta adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia (Amin, XXXX).

Di negara maju dapat dikatakan penyakit TBC dapat dikendalikan, namun adanya

peningkatan kasus penyakit HIV merupakan ancaman yang sangat potensial dalam

peningkatan kasus penyakit TBC baru. Pada tahun 1995 di seluruh dunia terdapat 17 juta

kasus infeksi HIV dan kira - kira ada 6 juta kasus AIDS pada orang dewasa dan anak

sejak timbulnya pandemi HIV. Kira-kira sepertiga dari semua orang yang terinfeksi HIV

juga teinfeksi tuberkulosis, Dari jumlah ini 70% berada di Afrika, 20% di Asia dan 80%

di Amerika latin (Crofton, XXXX).

WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC pada tahun 1993, karena di

sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini disebabkan

banyaknya penderita TBC yang tidak berhasil disembuhkan (Depkes, XXXX). Dinegara-

negara miskin kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya

dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TBC

global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia (Depkes, XXXX).

Pada tahun 1995, ada sekitar 9 juta pasien TBC baru dan 3 juta kematian akibat TBC di

dunia. Diperkirakan 7-8 juta yang terkena TBC di negara berkembang, ini terjadi karena

tidak ada peningkatan yang signifikan di dalam upaya pencegahannya dalam tahun 1999-

Page 74: Skripsi Finish

2020. WHO memperkirakan dalam dua dekade pertama di abad 20, satu miliar orang

akan terinfeksi per 200 orang berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan

mati akibat penyakit ini (Nelson, XXXX). Penyebab kematian wanita akibat TBC lebih

banyak daripada akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TBC adalah

kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun) (Depkes, XXXX).

Diperkirakan seorang pasien TBC dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3

sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah

tangganya sekitar 20 - 30 %. Jika meninggal akibat TBC, maka akan kehilangan

pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TBC juga

memberikan dampak buruk lainnya secara sosial - stigma bahkan dikucilkan oleh

masyarakat (Achmadi, XXXX).

Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC

di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah

pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Diperkirakan pada tahun

XXXX, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang sedangkan

angka kematian di Indonesia tahun XXXX sebesar 41/100.000 penduduk. Insidensi kasus

TBC BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Pada tahun 1995-1998, cakupan

penderita TBC dengan strategi DOTS baru mencapai 10% dan eror rate pemeriksaan

belum dihitung dengan baik meskipun cure rate lebih besar dari 85% serta

penatalaksanaan penderita dan pencatatan pelaporan belum seragam (Depkes XXXX).

Titik berat penanggulangan program TB saat ini di tekankan pada penemuan penderita

baru lebih dari atau sama dengan 70 %, angka konversi lebih dari atau satu dengan 80 %,

angka kesembuhan lebih besar atau sama dengan 85 %, angka pemeriksaan laboratorium

kecil dari atau sama dengan 5 %, di harapkan dapat segera tercapai. Namun sampai saat

ini angka indikator tersebut masih belum tercapai, hal ini dapat dimaklumi mengingat

terjadinya TB Paru adalah multicausal (disebabkan oleh banyak faktor) (Depkes, XXXX)

Sumber penularan penyakit TBC adalah penderita TBC dengan BTA (+). Apabila

penderita TBC batuk, berbicara, atau bersin dapat menularkan kepada orang lain. Tetapi

faktor risiko yang berperan penting dalam penularan penyakit TBC diantaranya faktor

kependudukan dan faktor lingkungan. Faktor kependudukan diantaranya adalah jenis

kelamin, umur, status gizi, dan, kondisi sosial ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan

Page 75: Skripsi Finish

diantaranya lingkungan dan ketinggian wilayah, untuk lingkungan meliputi kepadatan

penghuni, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, suhu, kelembaban, dan ketinggian

wilayah (Ahmadi, XXXX). Penelitian Chapman et al mengatakan bahwa faktor

lingkungan dan sosial, kepadatan penghuni, serta kemiskinan berperan dalam timbulnya

kejadian TBC. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara kejadian TBC

pada anak-anak yang tinggal dengan satu atau lebih orang dewasa yang menderita TBC

(Nelson, XXXX).

Penyakit TB Paru yang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama lingkungan

dalam rumah serta perilaku penghuni dalam rumah karena dapat memepengaruhi

kejadian penyakit, konstruksi dan lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat dapat

menjadi faktor risiko sumber penularan berbagai penyakit infeksi terutama ISPA (Infeksi

Saluran Pernafasan Akut) dan TB Paru (Depkes, XXXX). Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mempengaruhi

kejadian penyakit TBC sepert hasil penelitian Dahlan (2000) mengatakan bahwa

pencahayaan, ventilasi yang buruk dan kepadatan penghuni yang tinggi merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit TB Paru di Kota Jambi. Penelitan Edwan

(XXXX) menunjukkan bahwa kelembaban rumah yang tidak memenuhi syarat

mempengaruhi dengan kejadian TB Paru di Kecamatan X. Sedangkan Penelitian Ayunah

(XXXX) menunjukkan hasil bahwa ventilasi dalam rumah yang kurang baik dapat

mempengaruhi kejadian TB Paru di Kecamatan Y.

Di Kota Z, TBC merupakan penyakit lama yang masih tetap ada, pada triwulan pertama

tahun XXXX jumlah penderita baru 316 orang ditambah sembilan penderita kambuhan.

Selama tahun XXXX terdapat 1.759 penderita TBC baru ditambah 61 penderita

kambuhan dengan Case Detection Rate (CDR) sebesar 82,1 %. Pada Tahun XXXX

jumlah penderita TB paru BTA (+) sebanyak 1153 kasus dengan CDR sebesar 80 %,

tahun XXXX di temukan sebanyak 1092 kasus dengan CDR sebesar 70 %, dan pada

tahun XXXX mengalami penurunan hanya terdapat 882 kasus dengan CDR sebesar 54,1

%. Hal ini disebabkan karena belum maksimalnya kerja PMO (pengawas minum obat)

serta kepatuhan penderita dalam menyelesaikan pengobatan yang relatif lama (Dinas

Kesehatan Z).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka di kota Z khususnya Kecamatan X perlu

Page 76: Skripsi Finish

dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang berhubungan

dengan kejadian penderita TB Paru BTA positif sebagai salah satu faktor yang berperan

dalam kejadian penyakit ini.

1.2. Perumusan Masalah

Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang merupakan masalah yang serius, banyak faktor

yang mempengaruhi kejadian penyakit ini. Angka kesakitan penyakit TB Paru dengan

hasil BTA (+) di Kota Z khususnya Kecamatan X masih cukup tinggi. Adanya masalah

penyakit TB Paru di sebabkan oleh beberapa faktor risiko, salah satunya adalah faktor

lingkungan seperti kepadatan hunian,ventilasi pencahayaan, suhu, kelembaban dan jenis

lantai. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

hubungan antara faktor risiko lingkungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) di

Kecamatan X Kota Z.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Apakah faktor risiko lingkungan berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) di

Kecamatan X Kota Z ?

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kejadian TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran faktor risiko lingkungan meliputi kepadatan

hunian,ventilasi pencahayaan, suhu, kelembaban dan jenis lantai dengan kejadian

penderita TB Paru BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

2. Untuk mengetahui gambaran karaktristik individu meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, perilaku batuk dan kebiasaan merokok dengan kejadian penderita

TB Paru (+) di Kecamatan X Kota Z.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penderita TB

Page 77: Skripsi Finish

Paru BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

4. Untuk mengetahui hubungan antara ventilasi dengan kejadian penderita TB Paru BTA

(+) di Kecamatan X Kota Z.

5. Untuk mengetahui hubungan antara pencahayaan dengan kejadian penderita TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

6. Untuk mengetahui hubungan antara kelembaban dengan kejadian penderita TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

7. Untuk mengetahui hubungan antara suhu dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+)

di Kecamatan X Kota Z.

8. Untuk mengetahui hubungan antara lantai rumah dengan kejadian penderita TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

9. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+)

di Kecamatan X Kota Z.

10. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian penderita TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

11. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan kejadian penderita TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

12. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kejadian penderita TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

13. Untuk mengetahui hubungan antara prilaku batuk dengan kejadian penderita TB Paru

BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

14. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian penderita

TB Paru BTA (+) di Kecamatan X Kota Z.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di ambil dari penelitaian ini adalah antara lain :

1. Mengetahui faktor risiko lingkungan yang berperan dalam timbulnya penyakit TB paru

di Kecamatan X Kota Z.

2. Dapat memberikan masukan kepada pihak yang terkait dalam rangka penanggulangan

dan pencegahan penyakit TB paru di Kecamatan X Kota Z

Page 78: Skripsi Finish

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi kasus kontrol untuk

mengetahui adanya hubungan antara faktor risiko lingkungan dengan kejadian TB paru

BTA (+) di Kecamatan X bulan Oktober tahun XXXX sampai April tahun XXXX.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun XXXX di wilayah kerja empat

puskesmas yang ada di Kecamatan X yaitu Puskesmas A, Puskesmas B, Puskesmas C

dan Puskesmas D. Sampel yang di ambil adalah semua tersangka TB Paru yang datang

berobat ke puskesmas yang berumur >15 tahun. Jumlah sampel yang diperlukan adalah

50 untuk kasus dengan hasil pemeriksaan BTA (+) dan 50 untuk kontrol dengan hasil

pemeriksaan BTA (-), di mana pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik

random sampling.

Faktor risiko yang diteliti adalah faktor risiko lingkungan meliputi kepadatan hunian,

ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu, dan lantai rumah, dengan memperhatikan

faktor karakteristik individu sebagai faktor yang mempengaruhinya meliputi umur, jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan, perilaku batuk dan kebiasaan merokok. Karena semua

variabel yang telah disebutkan diatas memegang peranan penting timbulnya kejadian

penyakit.

GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH

PEMEGANG KARTU JPK GAKIN DI WILAYAH PUSKESMAS

KELURAHAN X

BAB I

Page 79: Skripsi Finish

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam

usaha mewujudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal,

mendapatkan pelayanan yang baik dari instansi pelayanan kesehatan dan sebagainya.

Untuk dapat melaksanakan hal tersebut maka diperlukan pembangunan kesehatan dan

penyelenggaraan upaya pemeliharaan kesehatan ke arah yang lebih baik. Berdasarkan

Undang-Undang tentang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, salah satu bentuk

penyelenggaraan upaya pemeliharaan kesehatan adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (JPKM). Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu cara

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna (preventif, promotif,

rehabilitatif, dan kuratif) berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang

berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan

secara praupaya (http://www.jpkm-online.net).

Selanjutnya dalam pasal 66 ayat (1) UU No. 23 tahun 1992 dinyatakan bahwa Pemerintah

mengembangkan, membina dan mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

sebagai cara yang dijadikan landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan,

yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya, berasaskan usaha bersama dan

kekeluargaan (Depkes RI, 1997).

Dampak dari krisis moneter sejak beberapa tahun terakhir berlanjut menjadi krisis

ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif pada semua sektor usaha yang dirasakan

semua kalangan. Dampak dari krisis ekonomi berlanjut pada sektor kesehatan,

masyarakat mengeluhkan tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan terutama bagi

penduduk kurang mampu (miskin). Itu semua karena menurunnya tingkat pendapatan dan

daya beli masyarakat, serta meningkatnya biaya kesehatan.

Kemiskinan dapat mengancam status kesehatan dengan meningkatnya angka kesakitan

dari penduduk miskin yang disebabkan oleh menurunnya akses masyarakat terhadap

pengetahuan dan informasi serta rendahnya kemampuan untuk mengakses pelayanan.

Perubahan pola penyakit akibat pergeseran demografi, kemajuan teknologi dan

Page 80: Skripsi Finish

perubahan pola pelayanan kedokteran, peningkatan pengangguran akan memberi

pengaruh terhadap sistem pembiayaan kesehatan dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal. Di sisi lain bahwa sistem pembayaran tunai langsung dari

kantong konsumen (out of pocket) dapat memberatkan masyarakat terutama mereka yang

tergolong kurang mampu dan pembayaran melalui mekanisme asuransi atas tagihan

pemberi pelayanan kesehatan telah mendorong kenaikan biaya kesehatan.

Salah satu arah kebijakan pembangunan kesehatan adalah pengembangan sistem jaminan

kesehatan terutama bagi penduduk miskin. Program ini sebenarnya merupakan

kontinuitas pelayanan yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Peran Pemerintah sebagai safe guarding

tersebut melahirkan kebijakan baru bagi jaminan kesehatan bagi rakyat miskin. Untuk

keluar dari permasalahan tersebut ditetapkan visi Indonesia Sehat XXXX dengan salah

satu misinya yaitu memelihara, meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata, dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga

dan masyarakat termasuk lingkungannya. Untuk mencapai visi dan misi telah ditetapkan

beberapa indikator salah satunya yaitu 100% keluarga miskin mendapat pelayanan

kesehatan (Depkes, 1999).

Dalam UUD 1945 pasal 34 mengamanatkan fakir miskin dan anak-anak terlantar menjadi

tanggung jawab negara. Salah satu bentuk perwujudan amanat UUD 1945, yang harus

dilaksanakan adalah kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan,

utamanya pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Pemerintah menjamin pembiayaan

pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Tetapi, bila dilihat dari anggaran kesehatan yang

dikeluarkan pemerintah termasuk paling rendah dibandingkan dengan sesama negara

berkembang lainnya. Pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia berkisar 1,6% dari GDP,

sementara rata-rata di negara berkembang 4,5% dari GDP (Depkes RI, XXXX). Di

kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan pengeluaran kesehatan

terendah dibandingkan negara-negara lainnya, yaitu hanya seperempat dari pengeluaran

kesehatan Thailand dan masih lebih rendah dari Myanmar. Rendahnya investasi di bidang

kesehatan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak memadainya

pelayanan kesehatan dalam menangani masalah kesehatan utama.

Untuk memelihara dan melindungi kesehatan penduduk miskin, sejak tahun 1998

Page 81: Skripsi Finish

pemerintah telah mengembangkan berbagai upaya antara lain penyelenggaraan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin atau yang sering disebut JPKM dan JPS

BK (Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan). Program tersebut telah berkembang luas

secara nasional sejak krisis moneter dengan pembiayaan pemerintah dalam mengatasi

dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan keluarga miskin. Kemudian melalui UU No.

40 tahun XXXX tentang SJSN yang bertujuan memberikan jaminan terpenuhinya

kebutuhan dasar hidup layak bagi setiap peserta dan atau anggota keluarganya.

Pada tahun XXXX diluncurkan Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi

Energi Bidang Kesehatan (PDPSE-BK) yang kemudian berubah nama menjadi Program

Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Kesehatan (PKPS-BBM) yang

pengelolaannya diserahkan dan dipertanggung jawabkan oleh masing-masing rumah sakit

dan puskesmas.

Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab serta komitmen Pemda Provinsi X

terhadap aksesibilitas masyarakat miskin pada pelayanan kesehatan, seperti diamanatkan

dalam UUD 1945 hasil amandemen tahun XXXX pasal 33 dan 34 ayat 1, 2, dan 3, maka

dilaksanakan uji coba Program JPK Gakin dimana dana untuk program tersebut berasal

dari dana PKPS BBM bidang kesehatan dan anggaran Pemerintah Daerah Provinsi X.

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin (JPK Gakin) diluncurkan

oleh Dinas Kesehatan X sejak tahun XXXX. Program JPK Gakin dibuat oleh Dinas

Kesehatan dan uji cobanya berlangsung selama tiga tahun, serta sistemnya

disempurnakan terus menerus. Program JPK Gakin ini diarahkan pada sistem asuransi

kesehatan dan preminya ditanggung oleh pemerintah

(http://www.sinarharapan.co.id/berita/0310/3 1/nas09.html).

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK Gakin) adalah suatu

jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada keluarga miskin melalui

pendekatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau Asuransi yang

preminya dibayar oleh Pemerintah Provinsi X dan dari anggaran Kompensasi

Pengurangan Subsidi BBM. Peserta JPK Gakin adalah semua keluarga miskin penduduk

X (KTP DKI) sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) X yang diteliti ulang oleh

Tim Desa (Lurah, Kepala Puskesmas Kelurahan beserta kader kesehatan), termasuk

peserta uji coba pelayanan Gakin tahun XXXX di 5 Kecamatan se X. Serta Penghuni

Page 82: Skripsi Finish

panti sosial yang direkomendasikan oleh Kepala Dinas Bina Mental dan Spiritual

Provinsi X (http://yankes-utara.X.go. id/berita.php?bid=70).

Masyarakat miskin di X dibagi atas empat kategori. Kategori pertama adalah orang

miskin yang memang harus dirawat gratis 100 persen. Kategori kedua, orang miskin

dengan KTP X, tetapi tidak mendapatkan kartu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi

Keluarga Miskin (JPK Gakin) dan menghadapi masalah biaya pelayanan kesehatan.

Mereka diberi surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari RT/RW. Kategori ketiga

adalah orang miskin yang tidak mempunyai kartu JPK Gakin dan tidak bisa mendapatkan

surat keterangan tidak mampu dari RT karena tidak mempunyai KTP X. Dan kategori

keempat, orang miskin rujukan nasional dari seluruh Indonesia yang berobat ke X

(http://www.sarwono.net/berita.php?id=184).

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di X pada tahun XXXX bertambah

sekitar 70.000 orang. Dari sekitar 560.000 orang pada tahun XXXX menjadi 630.000

orang. Pertambahan sekitar 15.000 kelurga miskin hanya diantisipasi dengan penambahan

6.000 kartu gakin baru yang diterbitkan di tahun XXXX. Dinas Kesehatan telah

menerbitkan 154.121 kartu gakin sejak tahun XXXX hingga XXXX. Ketidakseimbangan

antara jumlah kartu gakin dan warga miskin terlihat dari jumlah pemegang surat

keterangan tidak mampu (SKTM) yang mencapai 47.000 keluarga

(http://kompas.com/kompas-cetak/0712/15/metro/4080512.htm).

Kemampuan seseorang atau keluarga dalam mengakses/mencapai pelayanan kesehatan

adalah berbeda-beda. Bagi orang kaya hal ini bukan merupakan masalah, mereka bisa

memilih pelayanan kesehatan sesuai keinginan. Sedangkan bagi keluarga miskin akan

menjadi masalah tersendiri. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pemberian pelayanan

kesehatan antara lain masyarakat yang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan

yang tersedia karena keterbatasan sarana dan prasarana, nilai sosial dan budaya

masyarakat, pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan/harapan, kualitas

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang rendah, serta alokasi dan penggunaan sumber

daya untuk penyampaian pelayanan yang tidak memadai (Sukoco dkk, XXXX).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan

oleh seseorang maupun kelompok, dalam hal ini adalah keluarga miskin yang memiliki

kartu JPK Gakin. Pengetahuan tentang faktor yang mendorong individu membeli

Page 83: Skripsi Finish

pelayanan kesehatan merupakan informasi kunci untuk mempelajari utilisasi pelayanan

kesehatan. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan

berarti juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan (utilisasi)

pelayanan kesehatan (Ilyas, XXXX).

Wilayah X merupakan salah satu wilayah administrasi dari Provinsi X. Berdasarkan data

yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi X, sampai dengan tahun XXXX, jumlah

kartu JPK Gakin yang telah didistribusikan kepada keluarga miskin di wilayah X adalah

sebanyak 12.085 KK. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun XXXX sebanyak

1.284 KK dari 10.801 KK. Kelurahan X merupakan kelurahan dengan jumlah keluarga

miskin paling banyak di kecamatan Jagakarsa yang terlihat dari jumlah keluarga miskin

penerima dana BLT tahun XXXX, yaitu sebanyak 209 rumah tangga. Jumlah pemegang

kartu JPK Gakin di Kelurahan X berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas adalah

sebanyak 106 KK. Pada tahun XXXX total kunjungan pasien pemegang kartu JPK Gakin

adalah 89 kunjungan, dengan rata-rata kunjungan 6,99% tiap bulannya.

Hal ini menjadi pertanyaan penting karena pemerintah telah menyediakan sarana

pengobatan gratis bagi keluarga miskin, namun sayang hal ini belum dimanfaatkan secara

maksimal oleh keluarga miskin. Serta, masih banyaknya warga miskin yang masih

kurang memahami dan mengerti betapa pentingnya JPK Gakin.

Masih rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Green (1980) menggambarkan

bahwa ada tiga faktor yang mendorong dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu

faktor predisposing (meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan persepsi),

faktor enabling (ketersediaan fasilitas kesehatan, keterjangkauan biaya, jarak dan fasilitas

transportasi), dan faktor reinforcing (dukungan dari pemimpin, tokoh masyarakat,

keluarga, dan orang tua). Sedangkan Andersen (1975) mengelompokkan faktor

determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan menjadi 3 kategori, yiatu

karakterisetik predisposisi (jenis kelamin, umur, dan status perkawinan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, kepercayaan kesehatan, dll), karakteristik kemampuan (terdiri dari

sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat), dan karakteristik kebutuhan

(penilaian individu dan penilaian klinik terhadap suatu penyakit)

Dengan mempelajari pemanfaatan pelayanan kesehatan banyak manfaat yang diperoleh

Page 84: Skripsi Finish

yaitu:

1. Untuk menggambarkan hubungan antara berbagai faktor penentu pemanfaatan

pelayanan

2. Untuk memprediksi kebutuhan pelayanan kesehatan masa mendatang.

3. Untuk menentukan distribusi pelayanan kesehatan itu merata atau tidak.

4. Untuk memperkirakan bagaimana cara mengubah atau memanipulasi variabel yang

dikehendaki yang terkait dengan kebijakan tertentu.

5. Untuk mengetahui dampak-dampak program kesehatan yang baru. (Azwar, 1998)

1.2 Rumusan Masalah

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK Gakin) adalah suatu

jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada keluarga miskin melalui

pendekatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau Asuransi yang

preminya dibayar oleh Pemerintah Provinsi X dan dari anggaran Kompensasi

Pengurangan Subsidi BBM. Peserta JPK Gakin adalah semua keluarga miskin penduduk

X (KTP DKI) sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) X yang diteliti ulang oleh

Tim Desa (Lurah, Kepala Puskesmas Kelurahan beserta kader kesehatan.

Kemiskinan dapat mengancam status kesehatan dengan meningkatnya angka kesakitan

dari penduduk miskin yang disebabkan oleh menurunnya akses masyarakat terhadap

pengetahuan dan informasi serta rendahnya kemampuan untuk mengakses pelayanan

kesehatan. Pemanfaatan pelayanann kesehatan yang dilihat dari jumlah kunjungan

pemegang kartu JPK Gakin di Puskesmas relatif masih rendah, pada tahun XXXX rata-

rata pemanfaatan sebesar 6,99% per bulannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini belum

diketahuinya gambaran faktor penentu pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga

miskin pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas Kelurahan X".

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK

Gakin di wilayah Puskesmas kelurahan X?

2. Bagaimana gambaran Karakteristik keluarga miskin (pendidikan KK, pekerjaan KK,

Page 85: Skripsi Finish

penghasilan) pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas kelurahan X?

3. Bagaimana gambaran Faktor Predisposing (pengetahuan tentang manfaat kartu JPK

Gakin, pengetahuan tentang cara mengakses pelayanan, persepsi terhadap pelayanan)

dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah

Puskesmas kelurahan X?

4. Bagaimana gambaran Faktor Enabling (keterjangkauan jarak dan biaya) dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas

kelurahan X?

5. Bagaimana gambaran Faktor Reinforcing (pengambilan keputusan) dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas kelurahan

X?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK

Gakin di wilayah Puskesmas kelurahan X.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran Karakteristik keluarga miskin (pendidikan, pekerjaan,

penghasilan) pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas kelurahan X.

2. Mengetahui gambaran Faktor Predisposing (pengetahuan tentang manfaat kartu JPK

Gakin, pengetahuan tentang cara mengakses pelayanan, persepsi terhadap pelayanan)

dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah

Puskesmas kelurahan X.

3 Mengetahui gambaran Faktor Enabling (keterjangkauan jarak dan biaya) dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas

kelurahan X.

4 Mengetahui gambaran Faktor Reinforcing (pengambilan keputusan) dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas

kelurahan X.

1.5 Manfaat Penelitian

Page 86: Skripsi Finish

1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi X

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan sebagai penyelenggara

Program JPK Gakin di Provinsi X, untuk selalu melakukan pemantauan terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga miskin, sehingga dapat disusun

perencanaan kesehatan yang lebih baik berkaitan dengan penyediaan pelayanan kesehatan

yang lebih baik bagi keluarga miskin

1.5.2 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sarana evaluasi bagi

Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin agar keluarga

miskin dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dengan menggunakan kartu

JPK Gakin yang dimiliki.

1.5.3 Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Kelurahan

X.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh

pemegang kartu JPK Gakin di wilayah Puskesmas kelurahan X. Penelitian dilakukan

selama bulan Mei-Juni XXXX di RW 06 Kelurahan X. Informasi mengenai kareakteristik

keluarga miskin, faktor predisposing, faktor enabling, faktor reinforcing dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh dari keluarga miskin pemegang kartu JPK

Gakin, Kepala Puskesmas, Petugas Gakin Puskesmas dan Ketua RW 06. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode FGD (Focus Group

Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview).

Page 87: Skripsi Finish
Page 88: Skripsi Finish

PERANAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU HIDUP SEHAT

LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X

Page 89: Skripsi Finish

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia

dan masyarakat termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-undang No. 13 tahun 1988

pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa lanjut usia (lansia)

adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keberhasilan pembangunan

dalam bidang kesehatan mengakibatkan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dari

66,7 tahun untuk perempuan dan 62,9 tahun untuk laki-laki pada tahun 1995 menjadi 71

tahun untuk perempuan dan 67 tahun untuk laki-laki di tahun XXXX. Tahun 2020

diproyeksikan jumlah penduduk yang berusia diatas 60 tahun akan berjumlah 28,8 juta

jiwa atau 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia (Depkes RI, XXXX).

Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan permasalahan di berbagai

aspek kehidupan lansia, baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan keluarga

dan masyarakat. Permasalahan tersebut berupa aspek kesehatan fisik, psikologis, sosial

dan ekonomi. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi, kesehatan dan

kesejahteraan merupakan masalah yang mendominasi dalam kehidupan mereka.

Pola penyakit lansia menempuh siklus hidup yang panjang sebelum menimbulkan

komplikasi dan manifestasi klinik. Awalnya seseorang sehat, dengan bertambahnya usia

dan tergantung gaya hidup yang dijalaninya dari lingkungan serta pelayanan kesehatan

yang diterimanya, orang tersebut menderita penyakit yang biasanya disebut sebagai

faktor resiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol meninggi dan Iain-lain.

Apabila penyakit tersebut tidak terdeteksi atau diobati secara dini maka akan terjadi

komplikasi penyakit yang menetap dalam tubuh lansia (Hadisaputro dan Martono, 2000).

Berdasarkan statistik rumah sakit pusat rujukan di X diperoleh gambaran bahwa pasien

lansia pada umumnya menderita kompleksitas penyakit. Penyakit utama adalah penyakit

kardiovaskuler, penyakit paru menahun, tuberkulosis, infeksi saluran pernafasan,

gangguan pencernaan dan penyakit tulang dan sendi (Depkes RI, XXXX).

Page 90: Skripsi Finish

Martono (2000) mengutip penelitian Sarjadi tahun 1992 yang menemukan adanya

perbedaan persentase tingkat keganasan penyakit lansia laki-laki dan perempuan. Pada

lansia laki-laki berumur 65 tahun keatas tingkat keganansan penyakit berupa kanker kulit

(11,21%) sedangkan lansia perempuan kanker serviks uteri (18,09%). Kondisi ini

tentunya menuntut adanya penanganan secara medik melalui peningkatan pelayanan

kesehatan reproduksi khususnya.

Permasalahan penyakit yang dihadapi lansia tersebut karena adanya kemunduran sel-sel

(proses penuaan) yang dapat mempengaruhi fungsi dan kemampuan sistem tubuh

termasuk syaraf, jantung dan pembuluh darah akan berdampak pada masalah kesehatan

keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung. Terutama menyangkut masalah

psikis yang dirasakan lansia ketika berada di masa klimakterium yaitu dimana masa

peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif

yang dikenal dengan masa menopause atau andropause pada laki-laki. Oleh karena itu

merupakan suatu tantangan bagi kita untuk mengupayakan lansia tetap memiliki kesiapan

fisik dan mental serta adanya peningkatan perilaku hidup sehat sehingga menjadi sumber

daya manusia yang optimal.

Mengingat berbagai kekhususan perjalanan dan penampilan penyakit pada lansia,

pemerintah melaksanakan pelayanan kesehatan lansia secara komprehensif yang

berkesinambungan dan tatalaksana secara tim syang mencakup pelayanan kesehatan

lansia di masyarakat, pelayanan kesehatan lansia di masyarakat berbasis rumah sakit dan

pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit. Sehubungan dengan upaya

komprehensif ini diperlukan adanya kerjasama antara masyarakat, petugas kesehatan dan

instansi yang berkaitan melalui pengadaan berbagai kegiatan ceramah, symposium,

lokakarya, penyuluhan dan penyediaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat lansia.

(Martono, 2000).

Program Bina Keluarga Lansia (BKL) yang dilaksanakan melalui kegiatan posyandu

lansia merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan lansia di masyarakat berbasis

rumah sakit atas kerjasama antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Program BKL

merupakan suatu wadah yang dilakukan oleh keluarga yang memiliki lansia untuk

mengetahui, memahami, dan mampu membina kondisi dan masalah yang dihadapi lansia.

Pada program BKL dituntut peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan lansia

Page 91: Skripsi Finish

diantaranya berupa pemenuhan kebutuhan ekonomi, psikososial dan kesehatan fisik,

nutrisi makanan, serta berupaya mendorong lansia agar tetap menanamkan perilaku hidup

sehat sehingga lansia tetap sehat bugar dan tidak menjadi beban (BKKBN, XXXX).

Pembinaan kesehatan lansia melalui wadah BKL di posyandu lansia merupakan salah

satu pendekatan dari program perawatan kesehatan masyarakat {Public Health Nursing)

yang ditujukan untuk meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Dengan adanya pembinaan melalui program posyandu lansia

diharapkan terjadi peningkatan perilaku hidup sehat oleh lansia di kehidupan sehari-hari.

Puskesmas X dijadikan salah satu puskesmas percontohan program posyandu lansia di

Kota X. Kegiatan BKL merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan status

kesehatan dan kesejahteraan lansia. Tujuan kegiatan BKL diadakan agar adanya

peningkatan kepedulian keluarga lansia dalam mendukung kualitas hidup lansia melalui

keaktifan mereka dalam kegiatan posyandu lansia. Namun berdasarkan cakupan program

posyandu lansia tahun XXXX diketahui dari 3547 lansia sebanyak 1189 lansia yang

berumur 60 tahun ke atas dan jumlah yang terbanyak di wilayah kerja Puskesmas X

dibandingkan dengan puskesmas yang berada di Kota X. Peneliti juga menemukan

informasi bahwa rata -rata kunjungan lansia berumur 60 tahun keatas ke posyandu lansia

masih sangat sedikit yaitu sekitar 16 lansia di Kelurahan Sei Sekambing D dan 21 lansia

di Kelurahan Sei Putih Barat. Sementara banyak dari mereka yang berkeinginan terlibat

dalam kegiatan posyandu lansia, namun dengan adanya keterbatasan fisik ditambah

kurang dukungan dari keluarga untuk aktif di kegiatan tersebut. Lansia yang berkunjung

ke posyandu mempunyai gangguan kesehatan berupa tidak normalnya tekanan darah

(16%), Bronchitis (7,4%), Diabetes mellitus (4%), jantung (2%) dan Iain-lain (ginjal,

IMT, Osteoporosis) sebesar 8%.

Peneliti menghubungkan kondisi di lapangan dengan pendapat Mangoenprasodjo

(XXXX) mengutip dari Wiliam bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan

seseorang dengan kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya dan berperan dalam

membentuk seseorang untuk mandiri mengambil keputusan dalam upaya

mempertahankan kualitas hidupnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai gambaran peranan keluarga terhadap perilaku hidup sehat lansia di

wilayah kerja Puskesmas X Kecamatan X.

Page 92: Skripsi Finish

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

gambaran peranan keluarga terhadap perilaku hidup sehat lansia di wilayah kerja

Puskesmas X Kecamatan X tahun XXXX?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran peranan keluarga terhadap perilaku hidup sehat lansia di

wilayah kerja Puskesmas X Kecamatan X tahun XXXX.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam pemenuhan perawatan diri lansia di

wilayah kerja Puskesmas X Kecamatan X tahun XXXX.

2. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia di

wilayah kerja Puskesmas X Kecamatan X tahun XXXX.

3. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam pemenuhan pemeliharaan kesehatan lansia

di wilayah kerja Puskesmas X Kecamatan X tahun

XXXX.

4. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam pencegahan potensi kecelakaan pada lansia

di wilayah kerja Puskesmas X Kecamatan X tahun XXXX.

5. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam pencegahan menarik diri dari lingkungan

oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas X Kecamatan X tahun XXXX.

6. Untuk mengetahui perilaku hidup sehat lansia di wilayah kerja Puskesmas X

Kecamatan X tahun XXXX.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan informasi bagi masyarakat khususnya keluarga lansia dalam rangka

meningkatkan kesadaran lansia untuk berperilaku hidup sehat.

2. Sebagi informasi bagi lansia agar menyadari sekaligus menerapkan perilaku hidup

sehat di kehidupan sehari-hari.

Page 93: Skripsi Finish

3. Sebagai masukan bagi Puskesmas X dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

lansia melalui program posyandu lansia dan meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi

keluarga lansia.

Page 94: Skripsi Finish

PENGARUH PERSEPSI IBU BALITA TENTANG PENYAKIT

DIARE TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN DIARE DI

KELURAHAN X

BAB I

PENDAHULUAN

Page 95: Skripsi Finish

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hal mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain

pendidikan dan ekonomi. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai

faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku masyarakat,

pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat.

Lingkungan adalah salah satu faktor yang memengaruhi derajat kesehatan tersebut.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbulnya penyakit dapat bermacam-macam.

Salah satunya adalah sebagai reservoir bibit penyakit. Reservoir adalah tempat hidup

yang paling sesuai bagi bibit penyakit. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia

tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit atau penjamu (Hiswani,

XXXX).

Berkaitan dengan lingkungan, salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yang

masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan penyebab kesakitan dan kematian

anak-anak di Indonesia adalah diare. Diare hingga kini masih menjadi salah satu

penyebab utama kesakitan dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan

pada seluruh daerah geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok

umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan

anak balita. Di negara berkembang anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam

setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampai dengan

34% dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman, XXXX).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun XXXX, menunjukkan angka

kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100

ribu balita (Depkes RI, XXXX).

Menurut Depkes RI (XXXX), insiden diare berkisar antara 400 kasus per 100 penduduk,

di mana 60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun. Setiap anak mengalami

diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secara keseluruhan, rata-rata mengalami 3 kali

episode diare per tahun (Bela dkk, XXXX).

Pada tahun XXXX, terjadi KLB di 16 provinsi dan 44 daerah tingkat dua di Indonesia,

dan salah satunya adalah Provinsi X. Jumlah penderitanya sebesar 10.980 dan 77

Page 96: Skripsi Finish

penderita meninggal dunia akibat penyakit tersebut (Depkes RI, XXXX).

Berdasarkan survei yang dilakukan Bela dkk (XXXX), diare merupakan penyakit yang

sering terjadi di wilayah Puskesmas X selama tahun XXXX dengan rincian sebagai

berikut

* Tabel sengaja tidak ditampilkan *

Dari data di atas dapat dilihat bahwa kejadian angka insidens paling tinggi terjadi di

Kelurahan X pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 46,75 orang per 1000 penduduk .

Tingginya kasus diare dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku masyarakat

karena penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan (Depkes

RI, 2000). Perilaku masyarakat erat kaitannya dengan tindakan pencegahan yang

dilakukan oleh masyarakat dalam meminimalisir terjadinya diare.

Beberapa ahli kesehatan kemudian menemukan bahwa ada dua faktor penting dari

keadaan lingkungan yang memengaruhi timbulnya diare, yaitu keadaan air untuk rumah

tangga dan fasilitas jamban (Suharyono, 1980; WHO, 1985). Risiko kejadian diare dan

diare berulang lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai jamban keluarga,

sedangkan penyediaan jamban umum dapat menurunkan prevalensi diare daripada yang

tidak mempunyai jamban, begitu juga dengan penyediaan fasilitas air bersih sedekat

mungkin dengan pemakai dapat menurunkan risiko diare (Munir, 1983).

Dari profil Kecamatan X diketahui bahwa 88,14 % KK di Kelurahan X masih

menggunakan sumur sebagai sumber air bersihnya, dan 1,34 % masih menggunakan air

sungai. Adapun untuk sarana jamban keluarga masih ada 3,73% KK yang belum

mempunyai jamban keluarga.

Selain lingkungan, tindakan pencegahan diare juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu.

Berdasarkan hasil penelitian Pratama (XXXX) di Bali, ibu balita yang mempunyai

tingkat pengetahuan yang rendah beresiko mengalami kejadian diare.

Menurut Handayani (XXXX) pengetahuan ibu memengaruhi tindakan ibu terhadap

pencegahan penyakit diare. Pengetahuan responden yang berada dalam kategori baik

berbanding lurus dengan tindakan terhadap pencegahan.

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat

Page 97: Skripsi Finish

berperan dalam menginterpretasikan suatu rangsangan yang diperoleh. Pengalaman masa

lalu akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam interpretasi. Sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru, harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku

tersebut bagi dirinya atau keluarganya (Notoatmodjo, XXXX).

Menurut Wolinsky (1998) bahwa masyarakat mengembangkan pengertian sendiri tentang

sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh

generasi sebelumnya, maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan terjadi

akibat lingkungan yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang diare. Artinya, jika

diare dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius dan tidak mengancam

kehidupannya maka perilaku pencegahan akan penyakit diare pun tidak terlalu serius

dilakukan. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan masalah

kesehatan yang perlu diwaspadai, otomatis mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit

ini dengan mengembangkan perilaku-perilaku pencegahan.

Menurut Soemarno (1995), didapatkan persepsi ibu yang salah tentang diare di Boyolali.

Menurut ibu penyebab diare ada yang langsung terhadap anak yaitu masuk angin, terlalu

lama mandi, makan makanan rasa asam (kecut), dan tidak langsung bila ibu menyusui

masuk angin atau makan makanan yang pedas-pedas, air susu menjadi jelek dan anak

menderita mencret. Tidak ada kepercayaan bahwa diare disebabkan oleh roh halus.

Sehingga persepsi ibu yang salah tentang diare dan penyebabnya menghasilkan perilaku

pengobatan diare pada anak sebagai berikut, mula-mula ditangani sendiri dengan ramuan

tradisional, bila tidak sembuh diobati dengan pil Ciba yang dijual bebas di warung-

warung yang tersebar di desa, bila tetap belum sembuh baru dibawa ke petugas

kesehatan.

Menurut Luthans (XXXX), persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang, persepsi

berhubungan dengan bagaimana individu menanggapi individu lain. Karakteristik penilai

dan orang yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial.

Menurut Rosenstock dalam Muzaham (1995), kesiapan seseorang untuk melakukan suatu

tindakan ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan

persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terserang penyakit

tersebut.

Berdasarkan data dan hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

Page 98: Skripsi Finish

penelitian dengan judul "Pengaruh persepsi ibu balita tentang penyakit diare terhadap

tindakan pencegahan diare di Kelurahan X Kecamatan X tahun XXXX".

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyakit diare khusus

pada anak balita merupakan masalah yang cukup penting hari ini mengingat angka

kesakitannya yang tinggi, dan hal tersebut tidak terlepas dari peran ibu sebagai pengasuh

terdekat dengan balita untuk melakukan melakukan pencegahan. Oleh karena itu dalam

penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah ada pengaruh persepsi ibu balita tentang

penyakit diare terhadap tindakan pencegahan diare di Kelurahan X Kecamatan X tahun

XXXX.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan persepsi ibu balita tentang penyakit diare

terhadap tindakan pencegahan diare di Kelurahan X Kecamatan X tahun XXXX.

1.4. Manfaat Peneltian

1. Manfaat bagi tenaga kesehatan, pemerintah/pengambil keputusan dapat memberikan

informasi tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk

mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan untuk pencegahan dan penanganan

kejadian diare.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan informasi baru tentang penelitian

terkait sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian pengembangan

berikutnya

3. Untuk pengembangan ilmu, penelitian ini dapat membuktikan teori yang berkaitan

sekaligus dapat membuka wacana berpikir untuk pengembangan teori yang sudah ada.

Page 99: Skripsi Finish
Page 100: Skripsi Finish

PERANCANGAN KENDALI PID UNTUK MOTOR DC

MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER H8/3052

BAB 1

Page 101: Skripsi Finish

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Motor DC merupakan aktuator yang sangat lazim digunakan. Ada berbagai macam alasan

mengapa motor DC sangat populer digunakan. Salahsatunya adalah sistem tenaga listrik

DC masih umum digunakan pada industri, automobil, dan robotika. Dan meskipun tidak

ada sumber tenaga listrik DC, rangkaian penyearah dan chopper dapat digunakan untuk

menghasilkan sumber listrik DC yang diinginkan. Motor DC juga digunakan karena

kebutuhan akan variasi kecepatan motor yang lebar.

Dalam dunia industri, pengendalian posisi dan kecepatan motor DC sangat penting.

Misalnya pada industri plastik. Pada proses penggulungan plastik, kecepatan

penggulungan plastik harus disesuaikan dengan kecepatan mesin pengirim plastik dan

juga disesuaikan dengan jari-jari gulungan. Jika tidak maka hasil gulungan plastik tidak

rapi atau kusut.

Pada robotika pengendalian posisi dan kecepatan motor DC juga sangat penting misalnya

dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Robot

harus dapat bergerak cepat dan tepat, meskipun terdapat berbagai halangan ataupun

gangguan. Karena itu pergerakan robot memerlukan pengaturan posisi dan kecepatan

motor yang baik agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Karena itulah kendali PID diperlukan disini yaitu untuk mengendalikan posisi dan

kecepatan motor DC. Pengendali PID merupakan pengendali yang umum digunakan

dalam berbagai macam proses industri. Popularitas pengendali PID disebabkan

khususnya karena performansinya yang baik dalam jangkauan yang lebar dari berbagai

kondisi operasi dan khususnya dalam kesederhanaan fungsi PID, yang memungkinkan

engineer untuk mengoperasikannya secara simpel dan langsung. Untuk

mengimplementasikan pengendali PID, tiga parameter harus ditentukan pada proses yang

dikendalikan yang meliputi proportional gain, integral gain, dan derivative gain.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk merancang suatu pengendali motor DC dengan

Page 102: Skripsi Finish

kendali PID berbasis mikrokontroler H8/3052 dengan PC sebagai pemberi set point,

pengukur data, dan penyimpan data.

1.3 Pembatasan Masalah

Penulisan skripsi ini dibatasi pada pengendalian posisi dan kecepatan motor DC

menggunakan feedback encoder dengan hasil yang didapatkan memenuhi kriteria yang

diinginkan. Pengendalian dilakukan dengan sistem pengendali PID. Pengendali tersebut

diharapkan dapat diaplikasikan untuk semua range posisi atau kecepatan. Pengendalian

tersebut diharapkan menghasilkan sebuah sistem yang mempunyai persen overshoot

kecil, settling time yang cepat, dan nilai steady-state error mendekati nol.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini meliputi:

1. Pendekatan studi pustaka, yaitu dengan melakukan studi literatur dari buku-buku

pustaka, referensi yang ada di internet, dan manual book atau datasheet dari suatu piranti.

2. Pendekatan diskusi dengan pembimbing skripsi.

3. Perancangan perangkat keras dan perangkat lunak.

4. Pengujicobaan.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar pembahasan masalah pada skripsi lebih sistematis, maka skripsi ini dibagi menjadi

beberapa bab.

Bab Pertama, Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan

masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, membahas mengenai mikrokontroler H8/3052, dan fitur-fitur pendukung

mikrokontroler meliputi ITU, port I/O, SCI, dan Interrupt Controller.

Bab Ketiga, menjelaskan tentang perancangan kendali PID motor DC yang terdiri atas

perancangan motor DC, perancangan blok kendali, perancangan kendali PID,

perancangan perangkat lunak, serta perancangan perangkat keras.

Bab Keempat menuliskan pengujian dan analisa dari percobaan yang dilakukan.

Bab Kelima adalah kesimpulan dari skripsi.

Page 103: Skripsi Finish
Page 104: Skripsi Finish

APLIKASI PERMAINAN VIRTUAL ANIMAL PADA MOBILE

DEVICE

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab Pendahuluan ini akan dijelaskan tentang latar belakang mengapa tugas akhir ini

dibuat, perumusan masalah cara dan bagaimana tugas akhir ini dibuat, tujuan dari tugas

akhir ini, batasan masalah yang membatasi tugas akhir ini agar tidak melebar ke

permasalahan lain, metoda-metoda penelitian dari tugas akhir ini, dan sistematika

penulisan tugas akhir ini bab per bab.

1.1 Latar Belakang

Kegiatan memelihara binatang peliharaan masih digemari oleh banyak orang. Namun

untuk memelihara binatang, pasti ada pengorbanan yang harus dilakukan. Pengorbanan

yang pertama adalah masalah tempat, dimana tempat binatang peliharaan itu tinggal

harus disediakan dan dirawat. Masalah yang kedua adalah adanya biaya tambahan untuk

membelikan pakan dan kebutuhan lain untuk perawatan binatang peliharaan tersebut.

Masalah yang ketiga adalah di tempat-tempat tertentu, seperti apartemen, dilarang untuk

memelihara binatang peliharaan, karena kebijakan dari lingkungan setempat. Masalah

yang keempat adalah resiko akan penyebaran ancaman penyakit yang disebarkan melalui

Page 105: Skripsi Finish

binatang peliharaan tersebut, serta resiko akan ancaman serangan dari binatang peliharaan

tersebut.

Penanaman sifat kasih sayang dapat juga dilakukan dengan cara memelihara binatang.

Dengan memelihara binatang, maka sang pemelihara akan mencurahkan rasa cinta

kasihnya kepada binatangnya tersebut, hal ini akan meningkatkan nilai moral bagi sang

pemelihara. Sifat kasih sayang yang biasa dicurahkan sang pemelihara kepada binatang

peliharaannya, akan dapat diimplementasikan pada orang lain. Namun jika ada batasan

dan perlunya beberapa pengorbanan untuk memelihara binatang, hal ini akan mengurangi

minat orang-orang yang ingin memelihara binatang. Penanaman sifat kasih sayang baik

ditanamkan ketika usia anak masih kecil, sekitar 8-15 tahun. Hal ini agar perkembangan

jiwa si anak dapat berjalan dengan baik. Penanaman sifat kasih sayang ini dapat

menjadikan anak tersebut menjadi individu yang baik.

Oleh karena itu, dibuatlah aplikasi Virtual Animal ini. Agar anak-anak atau orang-orang

yang ingin memelihara binatang peliharaan dapat memelihara binatang tanpa perlu

banyak berkorban seperti layaknya memelihara binatang sebenarnya. Pemain atau

pemelihara binatang virtual hanya membutuhkan mobile device dan/atau Personal

Computer (PC) yang dapat menjalankan aplikasi ini.

1.2 Perumusan Masalah

Proses pemeliharaan binatang dalam dunia nyata dapat dibuatkan aplikasi perangkat

lunak, yang berprilaku seperti pemeliharaan binatang pada umumnya. Proses pemberian

makan pada binatang peliharaan, memerintahkan binatang peliharaan tersebut untuk

beristirahat atau tidur, dan melatih berbagai keterampilan kepada binatang peliharaan

tersebut. Dengan kemajuan industri perangkat keras dan perangkat lunak pada dunia

mobile device, sehingga pembuatan aplikasi Virtual Animal dapat dilakukan pada mobile

device. Salah satu bahasa pemrograman yang sudah didukung pada mobile device secara

umum adalah J2ME. Spesifikasi bahasa J2ME yang diperlukan dalam sisi perangkat

lunak untuk pembuatan aplikasi Virtual Animal adalah MIDP 2.0 dan CLDC 1.1. Namun

dengan segala keterbatasan dalam perangkat mobile device yang memiliki kemampuan

komputasi yang relatif kecil dibandingkan dengan perangkat PC, sehingga diperlukan

pembuatan aplikasi yang efektif dan efisien agar tidak melampau resource atau sumber

Page 106: Skripsi Finish

daya yang tersedia dalam mobile device. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan,

bagaimana cara membuat aplikasi Virtual Animal pada mobile device menggunakan

bahasa J2ME dengan spesifikasi MIDP 2.0 dan CLDC 1.1 dengan efektif serta efisien?

Perkembangan dunia jaringan (network) juga sudah mencapai tingkat yang maju,

sehingga perkembangan jaringan dalam mobile device juga mengalami kemajuan. Salah

satu teknologi jaringan yang banyak digunakan dalam dunia mobile device adalah

teknologi Bluetooth. Komunikasi antara perangkat dapat didukung oleh teknologi

Bluetooth ini, salah satu contohnya adalah komunikasi antara mobile device dengan PC.

Hal ini memungkinkan untuk dibuatnya komunikasi aplikasi Virtual Animal, yang

dimainkan dalam mobile device, dengan aplikasi lainnya yang berada dalam PC.

Misalnya, pembuatan toko (item mall) pada PC yang menyediakan barang-barang

kebutuhan untuk binatang peliharaan yang dimainkan dalam aplikasi Virtual Animal. Hal

ini akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana cara membuat koneksi antara aplikasi

Virtual Animal dalam mobile device dengan aplikasi pendukung dalam PC dengan

menggunakan teknologi Bluetooth?

1.3 Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

a) membuat aplikasi Virtual Animal yang berupa MIDlet menggunakan bahasa

pemrograman J2ME dengan spesifikasi MIDP 2.0 dan CLDC 1.1 yang dapat dijalankan

pada mobile device;

b) memperhatikan efektifitas dan efisiensi penggunaan resource yang tersedia dalam

mobile device agar aplikasi Virtual Animal dapat berjalan dengan baik;

c) membuat aplikasi pendukung seperti item mall pada perangkat PC yang berlaku

sebagai toko untuk mendukung aplikasi Virtual Animal;

d) membangun hubungan komunikasi jaringan antara mobile device dengan perangkat

PC menggunakan teknologi Bluetooth sebagai penghubung aplikasi Virtual Animal

dengan aplikasi pendukung lainnya.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

Page 107: Skripsi Finish

- aplikasi Virtual Animal hanya memiliki satu tokoh binatang peliharan untuk mewakili

varian tokoh binatang yang dapat dibuat dalam aplikasi tersebut;

- tokoh binatang dalam aplikasi Virtual Animal dapat melakukan aksi makan, tidur, dan

berlatih lari;

- tokoh binatang dalam aplikasi Virtual Animal memiliki atribut power (kekuataPi),

flexibility (kelenturan), dan self-confidence (percaya diri);

- pemain dapat memiliki beberapa tokoh binatang dalam sebuah aplikasi yang dibedakan

dengan identitas nama, jenis kelamin, dan umur;

- nilai atribut dari tokoh binatang dalam aplikasi Virtual Animal dapat diubah dengan

melakukan aksi tertentu serta dipengaruhi oleh waktu;

- pembelian barang kebutuhan dari binatang dalam aplikasi Virtual Animal dapat

dilakukan pada item mall atau toko yang tersedia dalam perangkat PC menggunakan

koneksi Bluetooth;

- toko atau item mall yang merupakan aplikasi tambahan untuk mendukung aplikasi

Virtual Animal menyediakan persediaan barang yang tak hingga, harga yang sudah diatur

sejak awal, dan tidak memiliki GUI;

1.5 Metoda Penelitian

Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

a) studi pustaka dan literatur;

b) Perancangan aplikasi Virtual Animal pada perangkat mobile device serta aplikasi

pendukungnya berupa item mall;

c) Pembangunan aplikasi Virtual Animal menggunakan bahasa pemrograman J2ME

dengan spesifikasi MIDP 2.0 CLDC 1.1, serta aplikasi pendukung item mall

menggunakan bahasa pemrograman J2SE 1.6;

d) Pengujian aplikasi Virtual Animal pada perangkat mobile device dan pengaksesan item

mall menggunakan koneksi Bluetooth.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini terbagi menjadi lima bab. Kelima bab tersebut adalah

sebagai berikut.

Page 108: Skripsi Finish

BAB I. PENDAHULUAN

Bab I berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan

masalah, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab II berisi tentang tinjauan pustaka dari pemrograman dengan J2ME, J2SE, dan

teknologi bluetooth.

BAB III. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Bab III berisi tentang perancangan dan implementasi aplikasi yang akan dibangun dalam

pelaksanaan tugas akhir ini, yaitu aplikasi permain Virtual Animal dan rancangan modul

pendukung aplikasi tersebut.

BAB IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

Bab IV berisi tentang pengujian dan analisis aplikasi permainan Virtual Animal dalam

suatu skenario alur cerita permainan, dan mengamati penggunaan memori dengan

fasilitas memori monitor yang diberikan oleh emulator WTK 2.5.1.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V berisi kesimpulan akhir dan saran pengembangan selanjutnya.

Page 109: Skripsi Finish
Page 110: Skripsi Finish

KORELASI HITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DAN KONDISI KEMISKINAN

Bab I

Pendahuluan

I.l Latar Belakang

Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses multidimensional yang

mencakup perubahan yang mendasar meliputi struktur-struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat dan institusi-institusi nasional dengan tetap mengejar akselerasi pertumbuhan

ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan.

Pembangunan juga merupakan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem

sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan kerjasama, kebutuhan dasar, dan keinginan

mayoritas individu maupun kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu

kondisi yang lebih baik (SULASDI, 2006).

Page 111: Skripsi Finish

Dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad

suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian proses sosial,

ekonomi dan institusional demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Apapun komponen

spesifik atas "kehidupan yang lebih baik" itu, pembangunan di semua masyarakat paling

tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok,

peningkatan standar hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial setiap individu.

Sejalan dengan hal tersebut di atas dan dengan semangat otonomi daerah yang

dituangkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

yang telah disempurnakan lagi oleh Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, sistem

pemerintahan di Indonesia berubah dari sistem sentralistis menjadi desentralistis sehingga

untuk setiap daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya di dalam menyelenggarakan

otonomi daerah dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya

sendiri. Tetapi sebenarnya desentralisasi mengandung resiko, salah satunya adalah

masalah pemerataan. Untuk melaksanakan pembangunan yang secara adil dan merata, isu

strategis yang menjadi tantangan pembangunan nasional adalah tingkat kemiskinan yang

masih tinggi dan semakin bertambahnya penduduk miskin.

Adanya kemiskinan di dalam suatu wilayah merupakan potret bahwa pembangunan itu

secara umum kurang berhasil sehingga pada dasarnya keberhasilan pembangunan suatu

wilayah tergantung pada kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya.

Kunci desentralisasi yang sukses adalah sikap dan perilaku pemerintah pusat yang

menjamin desentralisasi berjalan sesuai dengan kepentingan masyarakat sehingga

kesepakatan sosial harus dibuat. Kesepakatan itu adalah bahwa sebagai warga negara

Indonesia berhak atas pembangunan baik pembangunan ekonomi maupun pembangunan

manusia. Standar pembangunan manusia yang menjadi kesepakatan antara lain berhak

untuk bisa membaca dan menulis, untuk hidup sehat, untuk bisa mendapatkan

penghasilan yang layak, untuk mendapat rumah yang memadai, dan untuk hidup sebagai

satu bangsa dengan damai dan aman. Diharapkan dengan desentralisasi atau yang lebih

populer disebut otonomi daerah dapat memotivasi daerah-daerah tingkat propinsi maupun

kabupaten/kota untuk lebih memprioritaskan mengurangi kemiskinan dan

mempersiapkan diri dalam sumberdaya manusia yang handal.

Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya Badan Pusat Statistik (BPS) dan United Nations

Page 112: Skripsi Finish

Development Programme (UNDP) Indonesia mempublikasikan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) sebagai alat tolok ukur pembangunan manusia. IPM mengukur aspek-

aspek yang relevan dengan pembangunan manusia melalui indeks komposit yang terdiri

dari tiga komponen utama yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan (daya beli). Pada

saat ini IPM dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus pada

pembangunan manusia.

Sejak diterbitkan dan dipublikasikan IPM menjadi suatu perbincangan yang hangat

sebagai alat ukur tunggal dan sederhana. IPM sangat cocok sebagai alat ukur kinerja

pembangunan khususnya pembangunan manusia yang dilakukan di suatu wilayah pada

waktu tertentu atau secara spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan

suatu wilayah.

Publikasi tentang IPM memberikan semangat terhadap propinsi-propinsi bahkan

kabupaten/kota dengan melakukan hitungan IPM untuk kepentingan daerahnya. Upaya

untuk menghitung IPM sampai ke tingkat kabupaten/kota sangat penting karena proses

desentralisasi yang berjalan di Indonesia memindahkan sebagian besar proses

pembangunan ke tangan pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Untuk itu, tentu

dibutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi setempat dengan dukungan data

yang lebih memadai bagi semua kabupaten/kota di Indonesia.

Seperti daerah pada umumnya, dengan adanya desentralisasi pembangunan di Kota X

tidak hanya tertuju pada pembangunan ekonomi saja tetapi pembangunan manusia juga

merupakan prioritas utama, penduduk ditempatkan sebagai objek dan sekaligus subjek

pembangunan. Konsep ini menempatkan manusia sebagai titik pusat dan sekaligus modal

dasar kekuatan, menjadi faktor yang dominan dan menjadi sasaran utama bagi

pembangunan itu sendiri. Pemerintah Kota X melalui misi dan agenda-agenda

pembangunannya secara eksplisit telah melaksanakan pembangunan manusia. Upaya-

upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumberdaya dapat dilihat dari berbagai

aspek yaitu pendidikan, kesehatan, kesejahteraan ekonomi maupun aspek non fisik dalam

hal ini agama dan budaya.

IPM yang merupakan tolok ukur pembangunan suatu wilayah sebaiknya berkorelasi

positif terhadap kondisi kemiskinan di wilayah tersebut karena diharapkan suatu daerah

yang memiliki nilai IPM tinggi, idealnya kualitas hidup masyarakat juga tinggi atau dapat

Page 113: Skripsi Finish

dikatakan pula bahwa jika nilai IPM tinggi, maka seharusnya tingkat kemiskinan

masyarakat rendah. Kemiskinan dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang baik

dari aspek ekonomi maupun dari aspek sosial. Aspek ekonomi antara lain adalah

kepemilikan lahan, kualitas rumah, pendapatan keluarga, pengeluaran kesehatan

sedangkan aspek sosial dapat dilihat dari hal-hal seperti fasilitas pendidikan, fasilitas

kesehatan, kesehatan ibu dan balita dan lain-lain.

Pada kenyataannya, besaran nilai IPM tidak menjamin tingkat kesejahteraan masyarakat

akan tinggi atau tidak menjamin tingkat kemiskinan masyarakat akan rendah, sebagai

contoh hal ini tercermin dari tabel sebagai berikut.

* tabel sengaja tidak ditampilkan *

Tabel I.1 menunjukkan bahwa kenaikan nilai IPM yang merupakan hasil pengukuran

keberhasilan pembangunan manusia tidak serta merta diikuti dengan pengurangan jumlah

penduduk miskin. Salah satu penyebabnya adalah hitungan nilai IPM didasari oleh nilai

agregat yang menggunakan prinsip nilai rata-rata sehingga terjadi ketidakakuratan

hitungan nilai IPM tersebut.

Hitungan dan publikasi IPM di X yang telah dilakukan sejak XXXX sampai dengan

sekarang menunjukkan peningkatan. IPM tersebut di X digunakan sebagai patokan dasar

dalam perencanaan pembangunan. Sedemikian penting IPM tersebut, sehingga sudah

seharusnya hitungan IPM dilakukan dengan data yang selalu diperbaharui dan akurat.

Peran IPM sebagai alat ukur pembangunan akan lebih terlihat bila dilengkapi dengan data

basis dan hitungan yang benar sampai ke wilayah terkecil dan tidak mengabaikan kondisi

kemiskinan, sehingga diharapkan perencanaan pembangunan akan benar-benar memihak

masyarakat tanpa terkecuali.

I.2 Rumusan Permasalahan Penelitian

Pembangunan merupakan realisasi dan aspirasi suatu bangsa. Tujuan pembangunan yang

dimaksudkan adalah untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya

sistematis dan terencana. Proses perencanaan meliputi pemantauan dan evaluasi terhadap

berbagai program yang telah diimplementasikan pada periode sebelumnya. Dalam

Page 114: Skripsi Finish

konteks pembangunan daerah, IPM ditetapkan sebagai salah satu ukuran utama yang

dicantumkan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah. Hal ini menandakan bahwa IPM

menduduki satu posisi penting dalam manajemen pembangunan daerah. Fungsi IPM dan

indikator pembangunan manusia lainnya akan menjadi kunci bagi terlaksananya

perencanaan dan pembangunan yang terarah.

Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih terlihat kalau dilengkapi

dengan suatu data yang berisikan indikator yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai

suatu sistem data yang lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat

mengkaji berbagai kendala dan implementasi program pembangunan pada periode

sebelumnya, dan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah untuk dimasukkan sebagai

masukan dalam perencanaan pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai

IPM sebagai tolok ukur pembangunan dapat mencerminkan kondisi kemiskinan

masyarakat yang sesungguhnya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan:

(1) Bagaimana implementasi hitungan IPM riil di Kota X?

(2) Bagaimana kondisi IPM riil di X?

(3) Bagaimana korelasi antara hitungan IPM dan kondisi kemiskinan di X?

I.3 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji korelasi antara hitungan IPM dan kondisi

kemiskinan di Kota X.

Sasaran yang dicapai dari penelitian ini adalah:

(1) Mengkaji hitungan IPM di Kota X.

(2) Mengkaji kondisi kemiskinan di X berdasarkan peningkatan IPM.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat kelulusan dari pendidikan program Magister

Studi Pembangunan dan diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

(1) Sebagai bahan masukan bagi proses perencanaan pembangunan di Kota X. Bahan

masukan yang tepat dapat membawa kearah perubahan yang diinginkan yaitu

pembangunan yang tepat sasaran, merata, berhasil dinikmati masyarakat dan

berkelanjutan adalah yang diharapkan oleh masyarakat.

Page 115: Skripsi Finish

(2) Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota X untuk menentukan kebijakan

pembangunan yang berkaitan kepada capaian IPM yang sebenarnya.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

(1) Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah penelitian meliputi wilayah administrasi Kota X.

(2) Ruang Lingkup Materi

Materi penelitian meliputi:

(i) Hitungan IPM berdasarkan indikator-indikatornya yaitu pendidikan, kesehatan,

pendapatan (daya beli). (ii) Pembangunan yang terkait dengan pencapaian IPM yaitu

pembangunan pendidikan, pembangunan kesehatan, dan pembangunan ekonomi. (iii)

Keterkaitan pencapaian IPM terhadap kondisi kemiskinan di wilayah X.

(3) Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei XXXX

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan

kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung ulang nilai IPM dengan

menggunakan metode hitungan IPM yang lazim digunakan oleh BPS. Metode kualitatif

digunakan sebagai penunjang data dari metode kuantitatif.

Metode kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif.

Pendekatan deskriptif eksploratif dilakukan dengan cara studi dokumen dan wawancara.

I.6 Sistematika Penulisan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran tentang penulisan tesis ini, sistematika penulisan tesis

dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian yang meliputi

perumusan permasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat penelitian, ruang lingkup

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan tesis secara umum.

Bab II Konsep Pembangunan, Konsep Tolok Ukur Pembangunan, dan Konsep

Page 116: Skripsi Finish

Kemiskinan

Bab ini berisi uraian tentang alur pikir dan perkembangan keilmuan topik kajian, konsep-

konsep dan definisi-definisi yang menunjang penelitian dan menjadi literatur dasar dalam

melaksanakan penelitian, meliputi konsep pembangunan, konsep tentang IPM, dan

konsep kemiskinan.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab ini menguraikan secara rinci cara dan pelaksanaan penelitian dengan menggunakan

metode yang dianggap mampu membantu menjawab pertanyaan penelitian.

Bab IV Gambaran Umum Kota X

Bab ini menguraikan secara jelas gambaran umum Kota X secara administratif dan

geografis, kondisi pemerintahan dan kinerja pemerintahan, kondisi sosial ekonomi serta

kondisi kecamatan yang ada di wilayah X.

Bab V Identifikasi dan Analisis Korelasi Hitungan Indeks

Pembangunan Manusia dan Kondisi Kemiskinan Kota X

Bab ini menguraikan analisis dan pembahasan tentang implementasi hitungan IPM

sebenarnya di Kota X, keterkaitan pencapaian IPM terhadap kondisi kemiskinan di X dan

program-program pemerintah yang mendukung pembangunan manusia dan pengentasan

kemiskinan.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang ringkasan hasil analisis implementasi hitungan IPM di Kota

X dan memberikan bahan masukan bagi perencanaan pembangunan di Kota X dengan

memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini.

Page 117: Skripsi Finish
Page 118: Skripsi Finish

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP

KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa, membuat

persaingan dalam dunia pekerjaan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi dan

modernisasi. Jika suatu organisasi atau instansi tidak bisa menyikapi hal tersebut, maka

kelangsungan kegiatan atau pekerjaan di dalam organisasi atau instansi tersebut akan

terhambat. Untuk itu, diperlukan adanya sistem yang baik yang harus dimiliki oleh setiap

organisasi. Sebuah instansi harus didukung sumber daya manusia yang cakap karena

sumber daya manusia sangat berperan dalam menjalankan usaha atau kegiatan di dalam

instansi tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 2).

Page 119: Skripsi Finish

Perlu disadari, bahwa untuk mengimbangi perubahan-perubahan dan kemajuan dalam

berbagai aspek yang mempengaruhi beban kerja pimpinan dituntut tersedianya tenaga

kerja yang setiap saat dapat memenuhi kebutuhan. Untuk itu, seorang pimpinan harus

dapat mengelola sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien terutama dalam

pengelolaan sumber daya manusia. Dalam kondisi seperti ini, bagian kepegawaian juga

dituntut harus selalu mempunyai strategi baru untuk dapat mengembangkan dan

mempertahankan pegawai yang cakap yang diperlukan oleh suatu instansi. Untuk

mendapatkan pegawai yang profesional dan berintegritas memang harus dimulai dari

seleksi penerimaan, penempatan, promosi sampai dengan pengembangan pegawai

tersebut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatan kinerja pegawai adalah

dengan melalui pengembangan pegawai yaitu dengan melakukan pendidikan dan

pelatihan (Ambar T.S dan Rosidah, 2003: 175). Untuk mencapai kinerja yang diharapkan

dalam suatu organisasi atau instansi, para pegawai harus mendapatkan program

pendidikan dan pelatihan yang memadai untuk jabatannya sehingga pegawai terampil

dalam melaksanakan pekerjaannya (Anwar, 2005:67). Untuk meningkatkan mutu atau

kinerja pegawai melalui pendidikan dan pelatihan harus dipersiapkan dengan baik untuk

mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan mutu atau kinerja harus diarahkan untuk

mempertinggi keterampilan dan kecakapan pegawai dalam menjalankan tugasnya

(Widjadja, 1995:73).

Untuk menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi tersebut

diperlukan peningkatan mutu profesionalisme, sikap pengabdian dan kesetiaan pada

perjuangan bangsa dan negara, semangat kesatuan dan persatuan, dan pengembangan

wawasan Pegawai Negeri Sipil. Oleh sebab itu, suatu instansi harus dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas atau kemampuan-

kemampuan pegawainya tersebut, dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan.

Karena pendidikan dan pelatihan merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha

pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh.

Pengembangan pegawai sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena dengan adanya

program tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai.

Pengembangan pegawai juga dirancang untuk memperoleh pegawai-pegawai yang

Page 120: Skripsi Finish

mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam geraknya ke rnasa depan.

Pentingnya pendidikan dan pelatihan bukanlah semata-mata bagi pegawai yang

bersangkutan, tetapi juga keuntungan organisasi. Karena dengan meningkatnya

kemampuan atau keterampilan para pegawai, dapat meningkatkan produktivitas kerja

para pegawai. Produktivitas kerja meningkat berarti organisasi yang bersangkutan akan

memperoleh keuntungan (Soekidjo Notoadmodjo, 2003:31). Pendidikan dan pelatihan

juga merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian

pegawai. Oleh karena itu setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang,

pendidikan dan pelatihan pegawainya harus memperoleh perhatian yang lebih besar

sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawainya tersebut (Soekidjo Notoatmodjo,

2003 : 30).

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi karyawan,

maka hendaknya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan secara kontinue

atau berkelanjutan. Dan dengan adanya pemberian pendidikan dan pelatihan bagi

pegawai negeri sipil, maka diharapkan para birokrat dapat mempersembahkan kinerja

yang maksimal bagi instansinya. Melihat pentingnya sumber daya manusia dalam suatu

organisasi atau instansi, maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa manusia adalah aset

yang paling penting dan berdampak langsung pada organisasi atau instansi tersebut

dibandingkan dengan sumber daya-sumber daya lainnya. Karena manusia memberikan

tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi atau instansi tersebut.

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebagai suatu instansi yang memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara langsung dalam bidang ketenagakerjaan juga harusnya mampu

mempersembahkan kinerja yang terbaik kepada masyarakat. Dalam hal ini, dinas tenaga

kerja juga telah memberikan program diklat setiap tahunnya kepada pegawainya demi

meningkatkan kinerja dan menunujukkan eksistensinya kepada masyarakat. Hal ini

terbukti dengan pemberian program diklat baik diklat prajabatan maupun diklat jabatan

yang terdiri dari diklat fungsional, dan diklat pimpinan yang diselenggarakan tiap tahun

bagi para pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota X.

Pada tahun 2009 ada sekitar 8 orang pegawai negeri sipil Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja

Kota X yang mengikuti program diklat baik di tingkat diklat prajabatan, diklat fungsional

Page 121: Skripsi Finish

maupun diklat struktural. Pengadaan Diklat ini ditujukan agar PNS memiliki kemampuan

administrasi dasar terutama dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Berkaitan dengan peranan Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota X dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat, Dinas Tenaga Kerja Kota X dipandang cukup responsive

dan memiliki kinerja yang cukup baik kepada masyarakat.

Namun, sampai saat ini masih banyak kendala-kendala yang dihadapi Dinas tenaga Kerja

Kota X dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tersebut. Adapun kendala-

kendala tersebut misalnya seperti belum adanya indikator pengukur kinerja para pegawai,

sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang yang masih kurang, sistem aplikasi

komputer yang belum stabil dan masih belum mencukupi, serta prosedur dan peraturan

yang belum mapan yang disebabkan karena adanya penggabungan Kantor Sosial ke

dalam Dinas Tenaga Kerja berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 3 tahun 2010.

Untuk tahun 2010 ini, Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja telah merencanakan untuk

mengirim 24 orang pegawainya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Dengan

adanya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kepada para PNS Dinas Sosial Dan Tenaga

Kerja Kota X diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai yang dilihat dari kuantitas

kerja, kuantitas kerja dan prestasi kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik dalam melakukan penelitian

mengenai "Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil

Dinas Tenaga Kerja Kota X"

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka penulis di dalam melakukan

penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

"Seberapa Besar Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri

Sipil Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota X"

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk mengembangkan hasil penelitian tersebut

untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Tujuan penelitian harus sejalan atau konsisten

terhadap judul dan permasalahan penelitian. Dalam rumusan penelitian harus tercantum

Page 122: Skripsi Finish

jawaban dan permasalahan penelitian (Amirin, 1987 : 86).

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Pengaruh

Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota X.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat melatih dan mengembangkan kemampuan

berfikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah,

berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik

Universitas X, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa

yang tertarik dalam bidang ini demi terciptanya suatu karya ilmiah.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan masukan

bagi instansi terkait dalam meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil Dinas Sosial dan

tenaga Kerja Kota X.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,dimana

rumusan maalah penelitian telah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

elevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

(Sugiyono, 2005:70).

Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan pengertian-pengertian yang telah

dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut:

Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja PNS

Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota X.

Hipotesis Kerja (Ha) : Ada pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja PNS

Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota X.

F. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

Page 123: Skripsi Finish

mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.

Menurut Singarimbun (1995 : 33), konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena

yang dirumuskan atas dasar generalisasi.

Untuk mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang

akan diteliti, maka defenisi konsep yang digunakan dalam pengertian ini adalah :

1. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan Pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya

manusia terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian

manusia

2. Kinerja PNS

Kinerja PNS adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) yang dicapai oleh pegawai

negeri sipil dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab atau

beban kerja yang diberikan padanya.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara

menyusun suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-

indikator pendukung apa saja yang dianalisa dari variabel tersebut. Suatu definisi

operasional merupakan spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel.

Adapun indikator-indikator yang dapat mengukur variabel-variabel tersebut diatas

meliputi :

1. Pendidikan dan Pelatihan (Variabel X), indikatornya :

1.1 Waktu pelaksanaan DIKLAT, yang mencakup :

a. Frekuensi Peserta Mengikuti Diklat

b. Kesesuaian Pelaksanaan Diklat dengan waktu yang ditetapkan

1.2 Peserta DIKLAT, yang mencakup :

a. Intensitas kehadiran peserta

b. Latar Belakang Pendidikan

1.3 Metode Penyampaian materi DIKLAT, yang mencakup :

a. Mekanisme Penyampaian materi DIKLAT oleh instruktur

b. Peran/partisipasi aktif peserta dalam kegiatan DIKLAT

Page 124: Skripsi Finish

c. Komunikasi antara instruktur dan peserta DIKLAT

1.4 Instruktur, yang mencakup

a. Kemampuan/penguasaan instruktur terhadap materi DIKLAT

1.5 Sarana dan Prasarana DIKLAT, yang mencakup :

a. Kesesuaian antara tempat pelaksanaan dengan jumlahpeserta DIKLAT

b. Ketersediaan peralatan, perlengkapan dan kebutuhan DIKLAT

1.6 Materi DIKLAT, yang mencakup :

a. Kesesuaian materi DIKLAT dengan tugas dan pekerjaan peserta.

b. Penerapan/aplikasi materi diklat dalam pelaksanaan tugas

2. Variabel Y (Variabel terikat) yaitu Kinerja PNS, indikatornya :

2.1 Kualitas Pelayanan yang meliputi:

a. tingkat penyelesaian terhadap pelaksanaan tugas

b. tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas

2.2 Kuantitas Pekerjaan

a. tingkat kecepatan dalam penyelesaian tugas

b. tingkat produktivitas pegawai

2.3 Prestasi kerja

a. tingkat keaktifan dalam bekerja

b. tingkat pencapaian prestasi

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, definisi operasional dan sistematika

penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, berupa sejarah, visi dan

misi.

Page 125: Skripsi Finish

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang

dianalisis.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat kajian dan analisa data yang diperoleh dari lokasi penelitian

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan.

Page 126: Skripsi Finish

PENGARUH MUTASI TERHADAP SEMANGAT KERJA

PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada hakekatnya adalah kesadaran atau keinsyafan untuk melakukan

kegiatan memperbaiki, mendirikan bahkan menumbuhkan serta meningkatkan daya

upaya yang mengarah kepada keadaan yang lebih baik dengan dilandasi oleh semangat,

kemauan dan tekad yang tinggi yang bertujuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

bersifat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya.

Tujuan tersebut baru dapat dicapai apabila pembangunan nasional dilaksanakan secara

menyeluruh dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya bukan manusia,

serta pelaksanaan pembangunan disegala bidang, terencana, terarah, bertahap dan

berkesinambungan. Salah satu bidang tersebut adalah pembangunan manusia seutuhnya.

Dalam hal ini keberhasilan pembangunan tergantung pada aspek manusianya yakni

sebagai pemimpin, pelaksana dan pengelola sumber daya yang ada dalam nagara, yang

dalam hal ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), terutama Pada Dinas Tenaga Kerja

Transmigrasi Dan Sosial Daerah Kabupaten X.

Page 127: Skripsi Finish

Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Sosial Daerah

Kabupaten X yang merupakan aparatur negara yang menyelenggarakan pemerintahan

dalam melaksanakan pembangunan nasional merupakan tulang punggung pemerintah.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional

terutama tergantung pada kesempurnaan apratur negara baik ditingkat pusat maupun

ditingkat daerah. Dalam ragka mencapai tujuan nasional sebagaimana dikemukakan di

atas, diperlukan adanya pegawai negeri sipil yang penuh kesediaan dan ketaatan kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah serta bersatu padu,

bermental baik, berwibawa, kuat berdaya guna, bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan

tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok

kepegawaian, dan tentang wewenang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian

pegawai negeri sipil diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000. Kedua

Peraturan perundang-undangan tersebut merupakan pedoman pelaksanaan mutasi

kepegawaian di setiap instansi pemerintah umum dan daerah terutama pada Dinas Tenaga

Kerja Transmigrasi Dan Sosial Daerah Kabupaten X.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999, bahwa yang termasuk pegawai

pegawai negeri sipil adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan satu peraturan

perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sempurna sebagaimana

diamksudkan di atas, maka pegawai negeri sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya dan

diadakan pengembangan.

Tujuan pembinaan dan pengembangan (Fathoni, 2006:194) tersebut diharapkan agar

setiap pegawai yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dapat memberikan prestasi

kerja yang sebaik-baiknya sehingga benar-benar dapat berfungsi sebagai penghasil kerja

yang tepat guna sesuai dengan sasaran organisasi yang hendak dicapai, terwujudnya

hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan dan terwujudnya pegawai-pegawai yang

setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah,

sehingga pegawai hanya mengabdi kepada kepentingan negara dan masyarakat, demi

Page 128: Skripsi Finish

terwujudnya aparatur yang bersih dan berwibawa.

Salah satu bentuk dari pengembangan terhadap pegawai negeri sipil adalah mutasi

sebagai penjelmaan/perwujudan dari dianamika organisasi yang dijadikan sebagai salah

satu cara untuk mencapai tujuan organisasi.

Mutasi tidak terlepas dari alasan untuk mengurangi rasa bosan pegawai kepada pekerjaan

serta meningkatkan motivasi dan semangat kerja pegawai, selain itu untuk memenuhi

keinginan pegawai sesuai dengan minat dan bidang tugasnya masing-masing dimana

dalam kegiatan pelaksanaan mutasi kerja sering disalah tafsirkan orang yaitu sebagai

hukuman jabatan atau didasarkan atas hubungan baik antara atasan dengan bawahan.

Dalam pelaksanaan mutasi harus benar-benar berdasarkan penilaian yang objektif dan

didasarkan atas indeks prestasi yang dicapai oleh karyawan mengingat sistem pemberian

mutasi dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi para pegawai negeri sipil untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Semangat kerja pegawai juga dapat menurun apabila pihak atasan tidak memperhatikan

kepentingan para bawahan. Hal ini akan menurunkan semangat kerja para pegawai.

Indikator dari turunnya semangat kerja antara lain rendahnya produktivitas, tingkat

absensi pegawai tinggi, gaji rendah, dan Iain-lain. Dengan demikian pastilah akan

mempengaruhi semangat kerja pegawai dalam suatu organisasi.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti masalah mutasi yang dikaitkan dengan

semangat kerja pegawai dengan pemikiran bagaimana upaya untuk menumbuhkan

semangat kerja dikalangan pegawai sehingga semangat kerja pegawai dapat meningkat,

khususnya pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Sosial Daerah

Kabupaten X.

Berdasarkan uraian singkat di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas hal ini

menjadi sebuah objek penelitian, adapun judul yang penulis ajukan adalah :

"Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Tenaga

Kerja Transmigrasi Dan Sosial Daerah Kabupaten X".

B. Perumusan Masalah

Sebagaimana lazimnya suatu penelitian adalah suatu kegiatan atau pemecahan masalah,

sehingga dalam suatu penelitian untuk mendapatkan hasil yang baik harus dirumuskan

Page 129: Skripsi Finish

permasalahan secara baik pula.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, yaitu adanya hubungan antara mutasi

kerja dengan semangat kerja, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

"Bagaimana pengaruh mutasi di dalam semangat kerja seorang Pegawai Negeri Sipil

(PNS) pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Sosial Daerah Kabupaten X”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mutasi di dalam peningkatan semangat

kerja Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Daerah

Kabupaten X.

2. Untuk mengetahui semangat kerja para Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Tenaga Kerja

Transmigrasi dan Sosial Daerah Kabupaten X.

3. Untuk mengetahui frekwensi mutasi pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial

Daerah Kabupaten X.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Daerah Kabupaten X, sebagai bahan

masukan terhadap pelaksanaan mutasi secara efektif

dan efisien.

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas X, sebagai pelengkap referensi

penelitian dalam bidang Ilmu Administrasi Negara.

3. Bagi penulis sendiri, untuk menambah ilmu pengetahuan di dalam pelaksanaan mutasi

di lapangan.

4. Bagi para pegawai, sebagai salah satu pengukur untuk mengatasi kejenuhan kerja.

E. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

"Pelaksanaan mutasi pegawai negeri sipil dilakukan dengan baik dan benar akan

berpengamh terhadap semangat kerja pegawai di lingkungan Dinas Tenaga Kerja

Transmigrasi dan Sosial Daerah Kabupaten X".

Page 130: Skripsi Finish

F. Defenisi Konsep

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti,

maka perlu ditetapkan defenisi konsep yaitu :

1. Mutasi adalah segala sesuatu perubahan mengenai seorang pegawai negeri sipil seperti

pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, pemensiunan, perubahan susunan keluarga

dan Iain-lain. Namun mengingat banyaknya jenis mutasi pegawai, maka dalam hal ini

dibatasi hanya mengenai mutasi dalam hal perubahan jabatan kerja saja.

2. Semangat kerja adalah kesediaan seorang pegawai atau kemauan aparatur pemerintah

untuk melaksanakan pekerjaan secara giat dan konsekwen sesuai dengan kedudukan dan

fiingsinya di dalam organisasi demi mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

3. Pengaruh Mutasi terhadap semangat kerja pegawai yaitu dengan dilaksanakannya

mutasi secara tepat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku maka mutasi tersebut akan

berdampak positif terhadap pegawai seperti meningkatnya semangat kerja pegawai.

G. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1999 : 46), defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana

suatu variabel dapat diukur. Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (Mutasi), indikatornya sebagai berikut:

a. Frekwensi mutasi

Frekwensi mutasi adalah tingkat keseringan pelaksanaan mutasi atau pemindahan jabatan

dalam organisasi.

b. Alasan mutasi

Alasan mutasi adalah alasan-alasan atau motivasi yang mendorong dilaksanakannya

perpindahan atau mutasi tersebut.

c. Ketepatan dalam melaksanakan mutasi yang disesuaikan dengan :

- Kemampuan kerja pegawai

- Tingkat pendidikan

- Lamanya masa menjabat

- Tanggung jawab atau beban kerja

- Kesenangan atau keinginan pegawai

Page 131: Skripsi Finish

- Kebijaksanaan atau peraturan yang berlaku

- Kesesuaian antara yang lama dan jabatan yang baru

2. Variabel Terikat (semangat kerja), dapat diukur melalui indikator-indikatornya:

a. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja adalah hasil dari suatu pekerjaan yang dilakukan pegawai.

b. Kepuasan terhadap tugas

Kepuasan terhadap tugas adalah kepuasan para pegawai terhadap tugas dan pekerjaannya

karena memperoleh tugas yang disukainya.

c. Tingkat kehadiran, yakni persentase kehadiran dalam tugas setiap hari.

d. Rasa keamanan

Rasa keamanan adalah adanya rasa keamanan dan ketenangan jiwa, atas jaminan

kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri

pribadi dan karir dalam pekerjaan.

e. Gaji

Gaji adalah hasil yang diterima pegawai atas hasil kerjanya.

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika

penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik analisa data yang digunakan

dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah

singkat dan struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten X.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang

diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.

Page 132: Skripsi Finish

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab-bab

sebelumnya atau bab IV.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP

KINERJA KARYAWAN DI PT. X

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, masalah sumber daya manusia menjadi sorotan maupun tumpuan

bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan. Sumber daya manusia mempakan peran

utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Walaupun banyaknya sarana dan prasarana serta

sumber daya, tanpa dukungan sumber daya manusia kegiatan perusahaan tidak akan

berjalan dengan baik. Dengan demikian sumber daya manusia mempakan kunci pokok

yang harus diperhatikan dalam segala kebutuhannya. Sumber daya manusia akan

menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Untuk itu dalam mencapai

tujuan organisasi dibutuhkan kompetensi sumber daya manusia yang memadai dalam

mendorong kinerja karyawan.

Setiap perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu, dan apabila tercapai bamlah

dapat dikatakan berhasil. Untuk mencapai keberhasilan, diperlukan landasan yang kuat

bempa kompetensi. Dengan demikian, kompetensi menjadi sangat berguna untuk

membantu organisasi meningkatkan kinerjanya. Kompetensi sangat diperlukan dalam

setiap proses sumber daya manusia. Semakin banyak kompetensi dipertimbangkan, maka

Page 133: Skripsi Finish

semakin meningkat pula kinerjanya.

Perusahaan akan berkembang dan mampu bertahan dalam lingkungan persaingan yang

kompetitif apabila didukung oleh pegawai-pegawai yang berkompeten di bidangnya.

Kompetensi pegawai yang terdiri dari pengetahuan {knowledge),

kemampuan/keterampilan {skill), sikap {attitude) disesuaikan dengan bidang pekerjaan

yang dibutuhkan oleh organisasi, sehingga dapat menghasilkan kinerja pegawai yang

berprestasi.

Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu

pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung

oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi

menunjukkan keterampilan dan pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam

suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting atau sebagai unggulan bidang

tersebut.

Sedangkan kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.

Kinerja juga dapat dipandang sebagai proses tentang bagaimana pekerjaan berlangsung

untuk mencapai hasil kerja. Namun, hasil pekerjaan itu sendiri menunjukkan kinerja.

Kinerja di dalam organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam

organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankankan kinerjanya. Terdapat faktor

yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.

Perusahaan membutuhkan tim solid untuk menjawab tantangan dunia. Namun sayangnya

banyak perusahaan tidak memiliki karyawan andal untuk berkompetisi. Ironisnya, mereka

yang telah bekerja dalam waktu lama bukannya semakin pintar, sebaliknya malah

semakin tidak sanggup menerima tantangan baru. Selain itu masalah lain yang muncul

yaitu banyak karyawan yang pintar tapi jika tidak menerjemahkan kepandaiannya ke

dalam perilaku di tempat kerja yang efektif, kepandaian itu tidak berguna. Jadi,

kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan, namun dapat

mengerjakannya secara baik.

PT. X adalah salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki kegiatan pembudidayaan,

pengelolaan dan pemasaran terhadap komoditi utama karet dan kelapa sawit disamping

komoditi perkebunan lain. Perusahaan ini dituntut untuk lebih profesional dan mampu

Page 134: Skripsi Finish

bersaing bersaing secara global. Untuk itu, perusahaan ini membutuhkan SDM yang

memiliki kompetensi yang memadai. Namun, yang menjadi permasalahan kompetensi di

perusahaan ini yaitu karyawan kurang memiliki keterampilan dalam mengoperasikan

program-program yang ada pada komputer. Beberapa karyawan sering melimpahkan

wewenang kepada karyawan lain yang lebih memiliki keterampilan sehingga butuh

waktu lama untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Kemudian informasi-informasi

pekerjaan yang diterima lebih sering menggunakan bahasa Inggris sehingga sulit bagi

karyawan untuk mengerti maksud dari pada tugas-tugas yang diberikan. Keadaan

demikian membuat karyawan salah menerima informasi tugas. Hal tersebut juga

membutuhkan waktu yang lama. Terakhir masalah kompetensi terletak pada kemampuan

karyawan untuk mempertahankan budaya perusahaan. Karyawan sering tidak mematuhi

peraturan-peraturan. Keterlambatan sering kali menjadi pemicu tidak selesainya

pekerjaan dengan tepat waktu sehingga karyawan tidak dapat pulang tepat waktu/lembur.

Latar belakang PT. X menerapkan Model Kompetensi ini antara lain mengingat pola

pengembangan SDM yang belum terintegrasi, belum adanya persyaratan standar untuk

menempati suatu posisi, serta penentuan pelatihan bagi pegawai belum sistematis. Pada

tahap awalnya, aplikasi kompetensi di PT. X terutama di prioritaskan untuk program

pengembangan dahulu.

Setiap perusahaan perlu mengembangkan apa yang dinamakan Model Kompetensi, yaitu

referensi yang disusun secara sistematis untuk pedoman pengelolaan sumber daya

manusia. PT. X mengklasifikasikan kompetensi menjadi empat kelompok yaitu

kompetensi inti, kompetensi manajerial, kompetensi teknis dan kompetensi pribadi.

Kompetensi inti adalah pemahaman terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan seperti

kerjasama, tim, orientasi kepuasan pelanggan. Kompetensi manajerial adalah kemampuan

untuk mengelola sumber daya dan mengatur pelaksanaan tugas, seperti pemecahan

masalah dan pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan Iain-lain. Kompetensi teknis

adalah pengetahuan dan keterampilan yang sangat spesifik dan berhubungan erat dengan

jenis pekerjaan seperti perencanaan tambang, analisis finansial, aplikasi komputer, dan

Iain-lain.

Teknis pelaksanaan model kompetensi ini dijabarkan dalam Katalog Kompetensi, Profil

Jabatan, dan Profil Pegawai. Berdasarkan pengalaman PT. X, yang membutuhkan waktu

Page 135: Skripsi Finish

adalah penyusunan Profil Jabatan dan Profil Pegawai. Untuk menghasilkan Profil

Pegawai (Profil Individu) digunakan Metode Uji Kompetensi melalui assesmen 3600

(oleh atasan, bawahan, rekan selevel, dan pelanggan). Metode tersebut umumnya

digunakan untuk level yang tinggi sedangkan level yang lebih rendah assesmen dilakukan

oleh atasan saja. Dengan semakin banyaknya jumlah karyawan maka untuk memelihara

database kompetensi harus ditunjang dengan aplikasi sistem informasi SDM yang

terintegrasi (komputerisasi). Beberapa kendala yang perlu diperhatikan dalam

implementasi model kompetensi ini antara lain dibutuhkannya waktu, resources, serta

perlunya standarisasi kompetensi untuk pekerjaan yang hampir sama di beberapa

departemen.

Penerapan model kompetensi didasari pertimbangan diperlukannya alat ukur untuk

membedakan kompetensi serta karena kurang efektifnya training dan pengembangan

karyawan. Proses implementasi Model Kompetensi di PT. X diawali dengan minta

dukungan dari manajemen perusahaan, training kepada HC {human capital) dan para

Manajer, penyusunan interfunctional competency, dan dilanjutkan dengan penyusunan

functional competency oleh masing-masing departemen, serta penyusunan formulir untuk

teknis pelaksanaannya. Model Kompetensi ini juga diintegrasikan dengan penilaian

kinerja tahunan dan dijadikan dasar untuk menyusun program pengembangan. Mengingat

bahwa dalam penerapan model kompetensi ini perlu diantisipasi kemungkinan hambatan,

dimana beberapa diantaranya adalah butuh waktu lama, butuh pemahaman oleh para

Manajer, manajer enggan melaksanakan karena merasa tak butuh, terlalu rinci dan sulit

untuk dilaksanakan, serta karyawan mengira ada kaitannya dengan penggajian dan hirarki

kepangkatan.

Dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

"Pengaruh Kompetensi SDM terhadap Kinerja Karyawan di Kantor Besar PT. X, Tbk)".

1.2. Perumusan Masalah

Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya, dan agar penelitian ini memilki arah

yang yang jelas maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah Kompetensi SDM berpengaruh terhadap

Page 136: Skripsi Finish

Kinerja Karyawan di PT. X"?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

"Untuk mengetahui apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap

kinerja karyawan di PT. X".

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah

dan menjadi masukan pengetahuan bagi penulis tentang pengaruh kompetensi sumber

daya manusia terhadap kinerja karyawan.

2. Bagi instansi, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan ataupun

informasi tentang pengaruh kompetensi SDM terhadap kinerja karyawan khususnya di

PT. X, Tbk.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbang khazanah ilmiah dan

kepustakaan baru dalam penelitian sosial.

4. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian sebagai bahan masukan bagi

fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa-mahasiswi di masa mendatang.

1.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang dikumpulakan melalui

pengumpulan data. (Sugiyono, 2005: 70)

Adapun hipotesis penelitian yang dikemukakan penulis yaitu:

"Terdapat pengaruh yang positif antara Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap

Kinerja Karyawan P.T X".

1.6 Definisi Konsep

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis mengemukakan beberapa konsep yaitu:

Page 137: Skripsi Finish

a. Kompetensi Sumber Daya Manusia adalah kemampuan karyawan untuk melaksanakan

satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-

ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun

pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang

dilakukan.

b. Kinerja Karyawan adalah tingkat pencapaian hasil oleh karyawan dalam rangka

mewujudkan tujuan perusahaan.

1.7 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. (Singarimbun, 1995: 46)

1. Variabel bebas (X) Kompetensi Sumber Daya Manusia, dengan indikator (Hutapea

danNurianna, 2008: 28):

a. Pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan yang meliputi:

1. Mengetahui dan memahami pengetahuan di bidangnya masing-masing yang

menyangkut tugas dan tanggung jawabnyaaq dalam bekerja.

2. Mengetahui pengetahuan yang berhubungan dengan peraturan, prosedur, teknik yang

baru dalam perusahaan.

b. Mengetahui bagaimana menggunakan informasi, peralatan, dan taknik yang tepat dan

benar.

c. Keterampilan individu meliputi

1. Kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik secara tulisan.

2. Kemampuan dalam berkomunikasi dengan jelas secara lisan.

d. Sikap kerja

1. Memiliki kemampuan dalam berkreativitas dalam bekerja.

2. Adanya semangat kerja yang tinggi.

3. Memiliki kemampuan dalam perencanaan/ pengorganisasian.

2. Variable bebas (Y) Kinerja, dengan indikatornya yaitu Hasibuan (2002: 56):

a. Kesetiaan

Kinerja dapat diukur dari kesetiaan karyawan terhadap tugas-tugas dan tanggung

Page 138: Skripsi Finish

jawabnya dalam organisasi.

b. Prestasi Kerja

Hasil prestasi kerja karyawan, baik kualitas maupun kuantitas dapat menjadi tolak ukur

kinerja.

c. Kedisiplinan

Kedisiplinan pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melaksanakan

instruksi yang diberikan kepadanya dapat menjadi tolak ukur kinerja.

d. Kreativitas

Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitas dan mengeluarkan potensi

yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga pekerjaan lebih berdaya guna

dan berhasil guna.

e. Kerjasama

Diukur dari kesediaan karyawan dalam berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan

lain sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.

f. Kecakapan

Kecakapan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya

juga menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kinerja.

g. Tanggung Jawab

Kinerja pegawai juga dapat diukur dari kesediaan karyawan dalam

mempertanggungjawabkan pekerjaan dan hasil kerjanya.

Page 139: Skripsi Finish
Page 140: Skripsi Finish

PENGARUH SISTEM REKRUTMEN TERHADAP PENEMPATAN

KERJA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian tujuan

perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada sejauh mana perusahaan

mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman dari lingkungan eksternal dengan

segala potensi dari sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sumber daya berkualitas

yang tersedia merupakan kekayaan {asset) yang tidak ternilai bagi perusahaan.

Perusahaan berusaha memperoleh dan menempatkan karyawan yang tepat sesuai dengan

bidang keahliannya masing-masing agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Sistem

rekrutmen dan penempatan kerja karyawan lakukan sesuai dengan potensi sumber daya

manusia.

Pelaksanaan rekrutmen terhadap calon karyawan dimaksudkan agar perusahaan dapat

memperoleh karyawan yang berkualitas dan mampu merealisasikan tujuan perusahaan.

Prinsip the right man on the right place harus merupakan pegangan bagi manajer

Page 141: Skripsi Finish

personalia dalam menempatkan karyawan dalam perusahaan.

Kegagalan dalam melakukan rekrutmen dan penempatan kerja akan mempengaruhi

kinerja karyawan yang selanjutnya menjadi penghambat bagi proses pencapaian tujuan

perusahaan. Sistem rekrutmen dan penempatan kerja yang dilakukan dengan tepat dan

sesuai dengan kebutuhan bertujuan agar tercapainya tujuan perusahaan serta kesulitan

dalam mencari dan melatih karyawan dapat dihindari.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:162), penempatan (placement) merupakan salah satu

aspek yang penting dalam proses perencanaan sumber daya manusia, karena mempunyai

hubungan yang erat dengan efesiensi dan keadilan (setiap karyawan diberikan peluang

yang sama untuk berkembang).

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:162), penempatan kerja adalah proses pemberian tugas

dan pekerjaan kepada karyawan yang lulus seleksi untuk dilaksanakan sesuai ruang

lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu mempertanggungjawabkan segala resiko dan

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang serta

tanggung jawab. Penempatan ini harus didasarkan pada deskripsi pekerjaan dan

sfesipikasi pekerjaan yang telah ditentukan, serta berpedoman kepada prinsip

"Penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat dan penempatan orang yang tepat

untuk jabatan yang tepat". Penempatan yang tepat yang terdiri dari kesesuaian

kemampuan akademis, kesesuaian pengalaman, kesesuaian kesehatan fisik dan mental,

dan kesesuaian status perkawinan juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan orang-

orang yang tepat, sehingga tujuan perusahaan yang telah direncanakan akan berhasil.

Dengan penempatan yang tepat, gairah kerja, mental kerja, dan kinerja karyawan akan

mencapai hasil yang optimal bahkan kreativitas karyawan dapat berkembang.

Perusahaan akan mengalami kesulitan di masa yang akan datang apabila perusahaan

tersebut tidak menempatkan karyawan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Salah

satu dari kesulitan itu dapat berupa turunnya semangat kerja karyawan serta tingginya

labour turn over (tingkat keluar masuknya karyawan). Sistem rekrutmen yang efektif

mungkin agar memperoleh karyawan yang sesuai dengan potensi sumber daya manusia

dan sesuai pada tempatnya (the right man on the right place).

Menurut Mathis (2006:227), perekrutan adalah sebagai proses penarikan sejumlah calon

yang berpotensi untuk diseleksi menjadi karyawan atau dapat juga diartikan, penarikan

Page 142: Skripsi Finish

{recruitment) adalah masalah penting dalam pengadaan tenaga kerja. Penarikan berhasil

jika banyak pelamar yang memasukkan lamarannya ke perusahaan sehingga peluang

untuk mendapatkan karyawan yang baik terbuka lebar dan perusahaan dapat memilih

terbaik dari yang baik.

Pelaksanaan sistem rekrutmen yang efektif yang dilakukan sesuai dengan tujuan, sesuai

dengan peraturan dan dengan cara yang benar terhadap calon karyawan dimaksudkan

agar perusahaan memperoleh karyawan yang berkualitas dan mampu merealisasikan

tujuan perusahaan sehingga diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Kegagalan dalam melakukan sistem rekrutmen

dapat mempengaruhi penempatan kerja karyawan pada suatu perusahaan.

PT. X merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang

perkebunan dan mempunyai komitmen untuk mengembangkan usahanya dengan

maksimal dan menciptakan lingkungan yang mendorong karyawan mengembangkan

potensinya. Visi PT. X, yakni menjadikan perusahaan agro-industri berbasis perkebunan

yang tangguh dan kompepetitif di pasar global dapat diwujudkan dengan dilakukannya

sistem rekrutmen dan penempatan kerja karyawan yang sesuai dengan prinsip the right

man on the right place dan ditempatkan sesuai diskripsi pekerjaan dan sfesipikasi

pekerjaan melalui program-program yang telah dirancang untuk mendapatkan karyawan

yang tepat dan berkualitas.

Sistem rekrutmen karyawan di PT. X dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Sumber rekrutmen yang dilakukan pada PT. X berasal dari dalam dan luar perusahan

yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Karyawan yang direkrut dari

dalam perusahaan merupakan karyawan yang sedang promosi jabatan dan transfer

jabatan sedangkan karyawan yang direkrut dari luar adalah karyawan yang direkrut dari

luar perusahaan karena alasan tertentu seperti ada posisi yang kosong dikarenakan

pensiun dan dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak PT. X.

Karyawan yang direkrut dari luar perusahaan mengikuti on the job training yang

tujuannya untuk menyesuaikan diri karyawan dengan pekerjaan.

Survey awal yang dilakukan oleh peneliti, metode rekrutmen yang dilakukan PT. X

menggunakan metode terbuka dan tertutup. Metode rekrutmen terbuka dipublikasikan ke

masyarakat umum melalui media cetak dan eletronik, diharapkan lamaran banyak masuk

Page 143: Skripsi Finish

sehingga kesempatan untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas lebih besar. PT. X

juga menggunakan sistem rekrutmen yang tertutup yang hanya diketahui oleh orang-

orang yang tertentu saja. Sistem rekrutmen tertutup sifatnya terlalu pribadi atau

kekeluargaan. Metode tertutup hanya diinformasikan kepada para karyawan atau orang-

orang tertentu saja, akibatnya lamaran yang masuk relatif sedikit sehingga kesempatan

untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sulit dan proses

penempatan yang dilakukan tidak sesuai dengan spesifikasi keahlian dalam melakukan

pekerjaan pada perusahaan tersebut.

* tabel sengaja tidak ditampilkan *

Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa banyak pelamar yang memasukkan lamarannya

sehingga peluang PT. X untuk mendapatkan karyawan yang baik terbuka lebar, karena

perusahaan dapat memilih terbaik dari yang baik, berkualitas, dan dapat ditempatkan

pada jabatan yang tepat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian pada Kantor Direksi PT. X dengan judul "Pengaruh Sistem Rekrutmen

Terhadap Penempatan Kerja Pada Kantor Direksi PT. X".

B. Perumusan Masalah

Setiap perusahaan pada umumnya tidak terlepas dari masalah dalam upaya untuk

merealisasikan tujuannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,

maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: "Apakah sistem rekrutmen

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penempatan kerja pada Kantor Direksi PT.

X ?".

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum menge nai objek

penelitian yang dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti. Kerangka

dalam penelitian ini mengemukakan variabel yang akan diteliti yaitu sistem rekrutmen

sebagai variabel bebas (X) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Page 144: Skripsi Finish

penempatan kerja sebagai variabel terikat (Y) pada Kantor Direksi PT. X agar the right

man on the right place dapat terpenuhi.

Menurut Mathis (2006 : 227), perekrutan adalah sebagai proses penarikan sejumlah calon

yang berpotensi untuk diseleksi menjadi pegawai atau dapat juga diartikan, yaitu

penarikan (recruitment) adalah masalah penting dalam pengadaan tenaga kerja. Setelah

rekrutmen dilaksanakan maka proses selanjutnya adalah pelaksanaan seleksi. Seleksi ini

didasarkan kepada spesifikasi tertentu dari setiap perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:162), penempatan kerja adalah proses pemberian tugas

dan pekerjaan kepada karyawan yang lulus seleksi untuk dilaksanakan sesuai ruang

lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu mempertanggungjawabkan segala resiko dan

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang, serta

tanggung jawabnya.

Sitem rekrutmen yang tepat akan menemukan" the rigth man on the right place".

Kegagalan dalam melakukan penempatan dapat menjadi penghambat bagi proses

pencapaian tujuan perusahaan. Sistem rekrutmen harus benar-benar dilakukan karena

menyangkut proses jangka panjang dari karyawan sehingga orang yang tepat akan

diperoleh. program rekrutmen dan penempatan kerja yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan perusahaan maka tujuan perusahaan dapat tercapai.

Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa sistem rekrutmen yang yang baik,

maka akan mempengaruhi penempatan kerja dalam suatu perusahaan. Berdasarkan teori

pendukung tersebut, kerangka konseptual pada penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

* gambar sengaja tidak ditampilkan *

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2006:168), hipotesis adalah suatu perumusan atau kesimpulan

sementara mengenai suatu penelitian yang dibuat untuk menjelaskan penelitian itu,

menuntun dan mengarahkan penelitian selanjutnya. Sesuai dengan permasalahan, maka

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : "Sistem rekrutmen mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap penempatan kerja pada Kantor Direksi PT. X".

Page 145: Skripsi Finish

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem rekrutmen yang

dilakukan terhadap penempatan kerja pada Kantor Direksi PT. X.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan masukan pada Kantor Direksi PT. X

untuk mengetahui pengaruh sistem rekrutmen terhadap penempatan kerja.

b. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam

perkuliahan dengan kenyataannya serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam

bidang manajemen sumber daya manusia.

c. Bagi Peneliti Lanjutan

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi yang diperlukan dan perbandingan

bagi penelitian dimasa yang akan datang, yang berkaitan dengan masalah rekrutmen, dan

penempatan kerja karyawan.

Page 146: Skripsi Finish

ANALISIS SISTEM REKRUTMEN DAN IMBALAN TERHADAP

KUALITAS KERJA KARYAWAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian

tujuan perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada sejauh mana

perusahaan mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman dari lingkungan

ekstern dengan segala potensi dari sumber daya yang dimiliki. Tersedianya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kekayaan (asset) yang tidak ternilai bagi

perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha memperoleh dan menempatkan

tenaga kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing agar tujuan

perusahaan bisa diwujudkan. Untuk mewujudkan kualitas kerja perusahaan perlu

dilakukan perekrutan yang sesuai dengan potensi Sumber Daya Manusia (SDM).

Kualitas kerja pegawai di dalam perusahaan banyak sekali dipengaruhi oleh berbagai

faktor, beberapa diantaranya adalah sistem rekrutmen yang benar serta imbalan yang

sesuai. Tujuan dari setiap pegawai dalam bekerja adalah untuk memperoleh penghasilan

Page 147: Skripsi Finish

atau pendapatan yang diberikan perusahaan dalam bentuk imbalan. Menurut Flippo

(2001: 28), meskipun setiap organisasi berbeda pandangan tentang standar dari kualitas

kerja karyawan, tetapi pada intinya efektivitas dan efisiensi menjadi ukuran yang umum.

Kualitas kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektivitas dan efisiensi suatu

pekerjaan yang dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mencapai tujuan

atau sasaran perusahaan dengan baik dan semaksimal mungkin. Kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) mengacu pada pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan

kemampuan (ability). Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan usaha

dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Nilai penting dari penilaian kinerja

adalah menyangkut kualitas kerja pegawai yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-

tugas yang menjadi tanggung-jawabnya secara efektif dan efisien.

Rekrutmen adalah proses mengumpulkan sejumlah pelamar yang berkualifikasi, yang

bagus untuk pekerjaan di dalam suatu organisasi (Malthis, 2001: 26). Prinsip the right

man on the right place harus merupakan suatu pegangan bagi manager personalia dalam

menempatkan tenaga kerja di dalam perusahaan. Kegiatan yang termasuk dalam ruang

lingkup rekrutmen adalah keseluruhan kegiatan dari upaya penarikan pegawai, seleksi

dan penempatan yang intinya memperoleh pegawai yang berkualitas. Fungsi rekrutmen

dalam perusahaan adalah merekrut staff atau pegawai agar perusahaan dapat menjalankan

usahanya secara berkesinambungan. Kegagalan dalam melakukan perekrutan akan

mempengaruhi kualitas kerja pegawai yang selanjutnya menjadi penghambat bagi proses

pencapaian tujuan perusahaan. Proses perekrutan harus benar-benar dilakukan karena

menyangkut proses jangka panjang dari tenaga kerja. Tidak hanya dalam sistem

rekrutmen pegawai, keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai suatu tujuan sangat

ditentukan oleh kemampuan pimpinan perusahaan dalam merencanakan tenaga kerja

yang akan dipakai agar potensi pegawai dapat dimanfaatkan untuk memperoleh hasil

yang maksimal.

Imbalan sangat penting bagi organisasi atau pemsahaan yang mencerminkan upaya

organisasi atau perusahaan untuk mempertahankan sumber daya manusia sebagai

komponen utama dan merupakan komponen biaya yang paling penting. Disamping

pertimbangan tersebut, imbalan juga merupakan salah satu aspek yang berarti bagi

pegawai, karena bagi pegawai besarnya imbalan dalam bentuk kompensasi

Page 148: Skripsi Finish

mencerminkan ukuran nilai karya diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan

masyarakat. Bila imbalan diberikan secara adil dan layak pegawai akan termotivasi dan

lebih terpusat untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi atau perusahaan.

Menurut Sulistiani dan Rosidah (2003: 206) imbalan merupakan konteks yang lebih luas

dari pemberian kompensasi. Imbalan meliputi seluruh paket keuntungan yang disediakan

organisasi kepada para anggotanya dan mekanisme-mekanisme serta prosedur-prosedur

dimana keuntungan-keuntungan ini dapat didistribusikan. Upah, gaji, pensiunan, rekreasi

(liburan) dan promosi jabatan yang lebih tinggi atau dengan gaji yang lebih tinggi, tetapi

juga termasuk berbagai pemberian imbalan lainnya seperti jaminan kesehatan kerja,

pemindahan kerja secara liberal pada posisi yang lebih menantang atau pada posisi yang

lebih mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan serta berbagai macam bentuk

pengakuan pelayanan yang diperlukan.

Imbalan yang layak dan wajar akan mendorong peningkatan kualitas kerja dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban. Adanya kualitas kerja pegawai yang tinggi secara

otomatis mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Perusahaan yang

mempunyai pegawai dengan kualitas kerja dan berdaya guna tinggi akan mendorong

aktivitas operasional perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan perusahaan.

X merupakan jawaban dari tuntutan terhadap permasalahan dan tanggung jawab public

pada kesehatan mata yang dapat mengakomodir berbagai permasalahan dibidang

kesehatan mata dan turut berperan aktif dalam pembangunan di Propinsi X, khususnya

dikota Y. Dengan adanya klinik tersebut maka X dalam kegiatan usaha pengobatan

membutuhkan pegawai yang memiliki kualitas kerja yang baik.

X sejak mulai awal tahun 2007 merekrut pegawai tidak secara langsung. X menggunakan

jasa perusahaan outsoursching. Perusahaan outsoursching adalah perusahaan jasa yang

bergerak dalam bidang penyedia dan penyalur tenaga kerja dengan ikatan kerja kontrak.

X melakukan kerja sama dengan perusahaan outsoursching untuk merekrut pegawainya.

Perusahaan outsoursching melakukan seluruh tahap rekrutmen karyawan mulai dari tahap

seleksi berkas wawancara awal dengan perusahaan outsoursching, tahap psikotes dan

tahap tes kesehatan. Untuk tahap wawancara akhir, X melakukan secara langsung.

Perusahaan outsoursching yang bekerja sama dengan X adalah Y.

Page 149: Skripsi Finish

Selain merekrut pegawai melalui perusahaan outsoursching, X juga memberikan imbalan

kepada pegawai tersebut berupa gaji yang cukup besar. Selain kompensasi dalam bentuk

insentif, bonus dan upah lembur juga diberikan untuk meningkatkan motivasi dalam

bekerja yang akan berdampak pada peningkatan kualitas kerja karyawan.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk mengambil judul

penelitian "Analisis Sistem Rekrutmen Dan Imbalan Terhadap Kualitas Kerja Karyawan

Pada X".

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

"Apakah Sistem Rekrutmen dan Imbalan Mempunyai Pengaruh Yang Positif dan

Signifikan terhadap Kualitas Kerja Pegawai Pada X"?

C. Kerangka Konseptual

Nawawi (2002: 167) menyatakan "Rekrutmen adalah proses mendapatkan sejumlah calon

tenaga kerja yang kualified untuk menduduki suatu posisi jabatan tertentu di lingkungan

suatu organisasi/perusahaan". Berdasarkan pengertian tersebut, berarti rekrutmen

merupakan langkah pertama dalam menerima seseorang bekerja. Di dalamnya terdapat 3

(tiga) kegiatan pokok yang terdiri dari:

1. Seleksi adalah proses menetapkan dan memutuskan karyawan diterima atau tidak

dalam suatu perusahaan untuk mengisi posisi jabatan/pekerjaan tertentu.

Prosesnya dilakukan dengan cara menyeleksi berkas calon karyawan, dan lulus dalam

setiap tes yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari awal tes hingga akhir tes.

2. Penempatan adalah penugasan seorang pekerja pada suatu jabatan atau unit kerja di

lingkungan suatu organisasi/perusahaan. Dengan kata lain calon karyawan yang

ditempatkan harus memiliki kompetensi yang diperlukan untuk dapat melaksanakan

pekerjaan dalam suatu jabatan secara efektif dan efisien.

3. Sosialisasi atau orientasi adalah proses memperkenalkan seorang pekerja baru pada

organisasi atau unit tempatnya bekerja/bertugas.

Rizky (2001: 9) menyatakan bahwa imbalan mempunyai cakupan yang lebih luas dari

upah atau gaji. Imbalan mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan

Page 150: Skripsi Finish

untuk pekerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Matutina (2001:

205) jenis imbalan terbagi atas gaji pokok, bonus, insentif dan tunjangan. Imbalan yang

layak dan wajar akan mendorong peningkatan kualitas kerja karyawan dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya. Adanya kualitas kerja karyawan yang tinggi

secara otomatis mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan perusahaan tersebut.

Kualitas kerja menurut Matutina (2001: 210) mengacu pada kualitas sumber daya

manusia yang terdiri dari:

1. Pengetahuan {knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih

berorientasi pada intelegensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas yang

dimiliki karyawan.

2. Keterampilan {skill) yaitu kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang

tertentu yang dimiliki karyawan.

3. Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki

seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama dan tanggungjawab.

Berdasarkan ketiga demensi ini, dapat diketahui bahwa dengan sistem rekrutmen serta

didukung oleh imbalan yang baik akan mempengaruhi kualitas kerja pegawai dalam suatu

perusahaan. Berdasarkan teori pendukung tersebut, kerangka konseptual pada penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

* gambar sengaja tidak ditampilkan *

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang ditetapkan maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut "Sistem Rekrutmen dan Imbalan Mempunyai Pengaruh Yang Positif dan

Signifikan Terhadap Kualitas Kerja Karyawan Pada X".

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sistem rekrutmen dan imbalan terhadap

kualitas kerja karyawan Pada X.

2 Manfaat Penelitian

Page 151: Skripsi Finish

a. Bagi Perusahaan

Dapat memberikan saran dan masukan yang bermanfaat mengenai sistem rekrutmen yang

baik untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai perusahaan.

b. Bagi Penulis

Memperluas wawasan dan pengetahuan penulis mengenai si stem rekrutmen dan imbalan

serta pengaruhnya terhadap kualitas kerja pada suatu organisasi atau perusahaan.

c. Bagi Pihak lain

Referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan dalam

melakukan pengembangan penelitian yang sama di masa yang akan datang.

Page 152: Skripsi Finish

PENGARUH SISTEM REKRUTMEN DAN PENGEMBANGAN

TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA PT. BANK

NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,

pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk

mencapai sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat. Oleh karena itu manajer harus

menjamin bahwa perusahaan atau suatu organisasi memiliki tenaga kerja yang tepat di

tempat yang tepat, dan pada saat yang tepat, yang memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang akan menolong perusahaan untuk mencapai sasaran

secara keseluruhan dengan prestasi yang baik.

Keberhasilan suatu perusahaan juga dapat dilihat dari prestasi kerja pegawainya. Prestasi

kerja yang baik dari para pegawai di anggap dapat membantu meningkatkan kualitas

perusahaan tersebut. Kualitas tersebut dapat dilihat dari tingginya rasa kepercayaan atau

loyalitas masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Dalam perbankan kualitas dilihat dari

Page 153: Skripsi Finish

pelayanan jasa yang dapat meningkatkan kepercayaan nasabah atau masyarakat yang

menggunakan jasa bank tersebut. Prestasi kerja yang baik dari para pegawai dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank yang mereka percaya.

Pengelolaan prestasi kerja yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk.

bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan pegawai dan memberikan penilaian hasil

kerja secara lebih obyektif yang pada akhirnya akan meningkatkan laba usaha serta

jumlah nasabah pada PT. Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk. secara keseluruhan.

Perekrutan pegawai secara langsung menunjang program perbaikan performance Bank.

Proses dan penatalaksanaan perekrutan dan pengembangan pegawai didorong oleh

kebutuhan Bank untuk memperbaiki mutu pegawainya. Target utamanya adalah

memperoleh tenaga profesional. Agar dapat memperoleh tenaga berkualitas baik,

perekrutan dan pengembangan harus merupakan proses yang aktif yang menjangkau

calon potensial. Persyaratan posisi jabatan yang jelas dan relevan merupakan dasar

penyelesaian tenaga yang bermutu tinggi untuk memperoleh pegawai yang berprestasi

baik.

Pengembangan pegawai yang dilaksanakan bertujuan untuk menciptakan pegawai yang

memiliki kompetensi dan kualifikasi sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan

perusahaan, juga untuk menunjang building competency yang sesuai dan terfokus pada

jalur spesialisasinya bagi pegawai yang ditempatkan pada posisi-posisi khusus.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mendefinisikan perekrutan dan penempatan

pegawai adalah suatu proses kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pegawai (baru) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana kerja tahunan {Annual

Business Plan), dengan (calon-calon) pegawai yang berkualitas baik sesuai dengan

kebutuhan.

PT. Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk. merupakan salah satu bank milik Pemerintah

yang melakukan perekrutan dan pengembangan. Adapun perekrutan yang dilakukan

perusahaan harus sesuai dengan spesifikasi jabatan, yaitu menyesuaikan syarat-syarat

yang harus dimiliki pelamar seperti latar belakang pendidikan, skill atau kemampuan-

kemampuan yang dimiliki serta pengalaman dengan jabatan yang tepat dengan kualifikasi

tersebut.

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat jumlah pegawai yang direkrut serta mendapatkan

Page 154: Skripsi Finish

pengembangan dari tahun XXXX sampai tahun XXXX serta kontribusi karyawan

tersebut dalam meningkatkan jumlah nasabah dan jumlah pegawai yang pensiun dari

tahun XXXX sampai tahun XXXX.

* tabel sengaja tidak ditampilkan *

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah pegawai yg direkrut dan

dikembangkan meningkat, tetapi bila kita lihat dalam persentase yaitu dari tahun XXXX

ke tahun XXXX sebesar 18,40%, dan pada tahun XXXX ke tahun XXXX sebesar

18,24%, maka sebenarnya persentase pertambahan jumlah pegawai yang direkrut dan

dikembangkan turun sebesar 0.16% atau dengan kata lain tidak mengalami peningkatan

bila dilihat dalam bentuk persentase.

Pertambahan jumlah nasabah juga meningkat walau tidak signifikan. Dalam persentase

dapat kita lihat pertambahan nasabah dari tahun XXXX ke tahun XXXX sebesar 7,39%,

sedangkan dari tahun XXXX ke tahun XXXX sebesar 7,33%, maka dapat dilihat

pertambahan jumlah nasabah dalam persentase juga menurun sebesar 0,06%.

Jumlah pegawai yang pensiun juga semakin meningkat hal ini didorong karena adanya

suatu program yaitu PPS (Program Pensiun Sukarela), dimana pegawai diberikan

kesempatan untuk pensiun sebelum masa kerjanya berakhir. Tetapi bila kita lihat

persentasenya pertambahan jumlah pegawai yang pensiun dari tahun XXXX ke tahun

XXXX sebesar 40%, sedangkan pada tahun XXXX ke tahun XXXX sebesar 33,33%,

maka berdasarkan persentasenya pertambahan jumlah pegawai yang pensiun turun

sebesar 6,67%.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui secara rinci

mengenai sistem rekrutmen dan pengembangan terhadap prestasi kerja pegawai pada PT.

Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk. Kantor Wilayah X. Oleh karena itu, penulis

mengambil judul : "Pengaruh Sistem Rekrutmen dan Pengembangan Terhadap Prestasi

Kerja Pegawai pada PT. Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk. Kantor Wilayah X".

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian

Page 155: Skripsi Finish

ini adalah "Apakah sistem rekrutmen dan pengembangan berpengaruh terhadap prestasi

kerja pegawai pada PT. Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk. Kantor Wilayah X?".

C. Kerangka Konseptual

Sumber daya manusia yang berkualitas dan loyal sangat menentukan maju mundurnya

suatu usaha. Untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan loyal

terhadap perusahaan, maka perlu dilakukan penarikan pegawai perusahaan yang dikenal

dengan istilah rekrutmen. Menurut Panggabean (2004:16) "Penarikan tenaga kerja atau

rekrutmen merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk memperoleh sejumlah calon

karyawan yang memenuhi persyaratan (berkualitas)."

Perusahaan yang telah melakukan rekrutmen, selanjutnya dapat melakukan

pengembangan karyawan. Pengembangan karyawan dapat dilakukan melalui orientasi,

pelatihan, dan pendidikan. Pada hakikatnya pengembangan karyawan bertujuan untuk

menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan

pekerjaannya (sekarang atau pada masa mendatang) dengan kualifikasi yang dimiliki

karyawan. (Panggabean, 2004:16)

Target atau hasil yang dituju dari kedua proses di atas adalah prestasi kerja karyawan.

Peningkatan prestasi kerja karyawan tentu akan mendukung peningkatan karirnya.

Disamping itu prestasi kerja akan pula memberikan keuntungan lainnya seperti dalam

rangka untuk penentuan kompensasi atau perbaikan kualitas kerja. Prestasi kerja

merupakan prestasi seorang dalam melakukan pekerjaannya mulai dari disiplin waktu

bekerja, pencapaian target maupun kualitas pekerjaannya.

Berdasarkan teori pendukung diatas, maka penulis lebih menspesifikasikan pembahasan

dalam penyusunan skripsi ini pada masalah perekrutan dan pengembangan. Oleh karena

itu, maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

* gambar sengaja tidak ditampilkan *

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka konseptual, maka

hipotesis penelitian ini adalah : "Sistem rekrutmen dan pengembangan berpengaruh

Page 156: Skripsi Finish

positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai PT. Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk. Kantor Wilayah X".

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis sistem rekrutmen dan

pengembangan pegawai pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah

X.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Sebagai sarana informasi dan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan sistem

rekrutmen dan pengembangan pegawai di perusahaan.

b. Bagi Pihak lain

Referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan

dalam melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang.

c. Bagi Penulis

Memperluas wawasan peneliti tentang dunia perbankan, khususnya sistem rekrutmen dan

pengembangan karyawan dalam perbankan.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

a. Penelitian ini hanya dibatasi pada analisis sistem rekrutmen dan pengembangan serta

pengaruhnya pada prestasi kerja pegawai pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Kantor

Wilayah X.

b. Penelitian ini hanya melihat faktor-faktor sebagai berikut :

1) Sistem rekrutmen

2) Pengembangan

2. Definisi Operasional

Defmisi operasional penelitian ini adalah :

a. Variabel Bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain.

Adapun yang menjadi variabel bebas atau independen variabel dari penelitian ini adalah :

Page 157: Skripsi Finish

1. Sistem Rekrutmen (Xi)

Penarikan tenaga kerja atau rekrutmen merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk

memperoleh sejumlah calon pegawai yang memenuhi persyaratan (berkualitas).

2. Pengembangan (X2)

Pengembangan pegawai merupakan suatu kegiatan yang diberikan oleh perusahaan

kepada pegawainya untuk menunjang kualitas dan kuantitasnya dalam bekerja yang dapat

dilakukan melalui orientasi, pelatihan, dan pendidikan. Pada hakikatnya pengembangan

pegawai bertujuan untuk menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan

untuk melaksanakan pekerjaannya (sekarang atau pada masa mendatang) dengan

kualifikasi yang dimiliki pegawai.

b. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya tergantung pada

variabel lain. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah prestasi kerja. Prestasi kerja

merupakan hasil kerja pegawai yang dapat membantu kinerja perusahaan. Menurut Rivai

(2004:563), prestasi kerja terdiri dari 3 (tiga) aspek yang dapat dinilai, yaitu :

1. Kemampuan teknis.

2. Kemampuan konseptual.

3. Kemampuan hubungan interpersonal.

Page 158: Skripsi Finish

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

PEGAWAI DI KANTOR CAMAT X

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan

tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui

kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang memadai,

maka penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud,

sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja

birokrasi di Indonesia. (Istianto, 2009: 2)

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader)

dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok

atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga

menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai

berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan tujuan

organisasi.

Kepemimpinan yang ada di Kantor Camat X Kabupaten X dipimpin oleh seorang Camat

yang membawahi 30 orang pegawai membutuhkan kepemimpinan yang baik sehingga

Kantor Camat X Kabupaten X dapat menciptakan pelayanan yang maksimal kepada

Page 159: Skripsi Finish

masyarakat yang ada di wilayah tersebut.

Salah satu permasalahan yang terjadi di Kantor Camat X Kabupaten X yang juga

merupakan permasalahan hampir di semua lembaga atau instansi pemerintahan adalah

munculnya keluhan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kepada

masyarakat yang tidak maksimal seperti yang dikemukakan oleh Menteri Perindustrian

Fahmi Idris (http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/24/1346573/kinerja) bahwa

"kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih memprihatinkan, masih buruknya kinerja

PNS diketahui dari masih tingginya persentase keterlambatan masuk kerja dan

pelaksanaan tugas yang tidak sesuai standar".

Masih buruknya kinerja birokrasi ini juga tercermin dari ungkapan seorang pejabat di

DPRD X yang mendesak Bupati mengganti Camat yang tidak berkompeten, Camat yang

merupakan perpanjangan tangan dari kebijakan dan pelayanan Bupati di tingkat

Kecamatan harus siap melayani masyarakat serta memahami betul kondisi daerah yang

dipimpinnya. "Kalau Camat tidak berhasil memimpin masyarakatnya, tentu akan

berdampak kepada citra Bupati juga" tandasnya. Kalau masyarakat resah dan terganggu

untuk berurusan dengan pemerintah khususnya terkait administrasi, tentu pembangunan

juga akan terhambat bahkan bisa menggagagalkan program dan kebijakan pembangunan

di X. (http://www.Analisadaily.com.option=article&id=43244).

Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Camat X Kabupaten X".

B. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang jelas maka

terlebih dahulu dilakukan perumusan masalah.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di Kantor Camat X

Kabupaten X?

2. Apakah kinerja pegawai di Kantor Camat X Kabupaten X sudah maksimal?

3. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di Kantor Camat X

Kabupaten X?

Page 160: Skripsi Finish

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Ingin mengetahui pengaruh kepemimpinan di Kantor Camat X Kabupaten X.

2. Ingin mengetahui kinerja pegawai di Kantor Camat X Kabupaten X.

3. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan camat terhadap kinerja

pegawai di Kantor Camat X Kabupaten X.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa suatu permasalahan

serta menerapkan segala ilmu yang telah diperoleh.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Kantor Camat X

Kabupaten X.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi referensi

kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan peneliti lainnya

yang tertarik dalam bidang yang sama.

E. Sistematika Penulisan

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defmisi konsep, definisi operasional, dan

sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum mengenai lokasi (objek) penelitian, batas-batas wilayah,

penduduk dan sebagainya.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data-data dari lapangan atau berupa dokumen-dokumen yang

akan dianalisis.

Page 161: Skripsi Finish

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB VI :PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran untuk kemajuan objek penelitian.

Page 162: Skripsi Finish

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENTRA PADA

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENANAMKAN KEIMANAN PADA ANAK USIA DINI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan

sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan

dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosio-emosional, konsep diri, seni,

moral, dan nilai-nilai agama (keimanan) dalam diri anak.

Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa:

Setiap anak berhak untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi.

Implementasi dari hak ini salah satunya adalah setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Layanan pendidikan bagi anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan

pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

Page 163: Skripsi Finish

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan Negara.

Pendidikan Agama Islam merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara umum Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

Dari tujuan pendidikan agama Islam tersebut di atas dapat ditarik salah satu dimensi yang

akan ditingkatkan dan diinginkan oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam

baik di lembaga formal seperti halnya Taman Kanak-kanak atau non formal yaitu dimensi

keimanan peserta didik terhadap agama Islam.

Pada dasarnya bayi yang dilahirkan itu sudah memiliki beberapa instink, diantaranya

keagamaan yang termasuk tentang keimanan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada

diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya

instink itu belum sempurna. Dengan demikian, pendidikan agama dan keimanan perlu

diperkenalkan kepada anak jauh sebelum usia tujuh tahun. Artinya jauh sebelum usia

tersebut nilai-nilai keagamaan dan keimanan perlu ditanamkan kepada anak sejak dini.

Nilai pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang

sesuai dengan fitrahnya karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk

mempercayai adanya Allah. Oleh karena itu, penanaman keimanan pada anak harus

diperhatikan dan tidak boleh dilupakan. Sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Rum:

30 yang berbunyi:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). Tetaplah atas fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah

Allah fitrah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya" (QS.

Page 164: Skripsi Finish

Ar-Rum : 30)

Iman menurut pengertian yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam

hati, dengan keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh pada

pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.

Jadi, iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan

pula hanya merupakan pengetahuan rukun iman.

Individu tanpa agama dan keimanan, laksana manusia yang tidak ada nilainya dan

akarnya, manusia yang selalu bingung dan ragu-ragu yang tidak mengetahui hakikat

dirinya dan rahasia ujudnya, tidak mengetahui siapa gerangan yang memakaikan pakaian

hidup ini dan kenapa dipakaikan kepadanya, serta kenapa pula kelak dilepas dari dirinya

pada suatu saat tertentu.

Dapat dikatakan inti dari keimanan adalah pembenaran atau pengakuan bahwa hidup ini

ada yang menciptakan yaitu Allah dan yang nantinya setiap individu akan kembali

kepada-Nya. Pengakuan tentang hal ini adalah sangat urgen sekali dan sesuatu yang

sangat prinsipil serta harus berada di hati setiap individu.

Akidah tauhid dan keimanan yang tertanam kokoh dalam jiwa anak, maka ia akan

mewarnai kehidupannya sehari-hari, karena terpengaruh oleh suatu pengakuan tentang

adanya kekuatan yang menguasainya, yaitu Tuhan Allah yang maha Esa, Pencipta. Maka

dari itu, akan timbul rasa takut berbuat kecuali yang baik-baik dan semakin matang

perasaan ke-Tuhan-annya, semakin baik pula segala perilakunya. Jadi, penanaman aqidah

iman adalah masalah pendidikan perasaan dan jiwa, bukan akal pikiran, sedang jiwa telah

ada dan melekat pada anak sejak kelahirannya, maka sejak mula pertumbuhannya harus

ditanamkan rasa keimanan dan akidah tauhid sebaik-baiknya.

Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal itu ditandai dengan banyaknya gerak, penuh

semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu, tidak mudah letih, dan cepat

bosan. Ia merasa tak mampu dan tidak menyenangi tindakan-tindakan yang tidak tetap

dan tidak tenang. Tetapi menyukai keadaan alamiah yang merupakan ungkapan dari

kebutuhan kejiwaan yang terdalam guna memahami kejadian-kejadian di sekitarnya.

Oleh karena itu, pengetahuan haruslah berkaitan dengan hidup, kecenderungan dan

perasaannya. Hendaklah diberi kesan bahwa pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan

kepada mereka semata-mata untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang sedang

Page 165: Skripsi Finish

dihadapi. Dengan demikian, anak bisa menerima pengetahuan-pengetahuan tersebut

dengan sendirinya tanpa adanya paksaan maupun kebencian. Hal ini disebabkan

pengetahuan, menurut anak-anak, adalah sesuatu yang didapatkan dimana anak tersebut

belajar dan bergaul. Kepribadian mereka terbentuk dari pengarahan yang khusus ini.

Sesuai dengan pendapat Zakiyah Daradjat bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa yang

kecil, oleh karena itu, agama yang cocok untuk orang dewasa tidak akan cocok bagi

anak-anak. Kalau ingin supaya agama mempunyai arti bagi anak-anak, hendaklah

disajikan dengan cara yang lebih konkrit, dengan bahasa yang dipahaminya dan kurang

bersifat dogmatik. Anak ingin supaya kebutuhannya untuk tahu (curiosity) dapat

terpenuhi.

Selama ini, banyak lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang salah dalam

memperlakukan anak didiknya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini termasuk Taman Kanak-kanak belum

mengacu betul dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada umumnya

penyelenggaraannya difokuskan pada peningkatan akademik saja yang sifatnya kaku dan

mengabaikan tahapan perkembangan anak.

Latihan-latihan agama yang dilalaikan pada waktu kecil atau diberikan dengan cara yang

kaku, salah atau tidak cocok dengan anak-anak, maka waktu dewasa nanti, ia akan

cenderung atau kurang perduli terhadap agama, atau kurang merasakan pentingnya agama

bagi dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin banyak si anak mendapat latihan-latihan

keagamaan waktu kecil, sewaktu dewasanya nanti akan semakin terasa kebutuhannya

kepada agama.

Sesuai dengan prinsip tersebut, maka dalam rangka menanamkan keimanan pada anak,

agar keimanan tersebut benar-benar dapat tertanam dalam jiwa anak sesuai dengan

perkembangan jiwa keagamaannya, Taman Kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan

haruslah memperhatikan model-model pembelajaran yang benar-benar dapat diterima

dengan mudah oleh anak usia dini sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penggunaan

model pembelajaran sentra yang diadopsi dari Creative Center for Childhood Research

and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida dimaksudkan untuk memperbaiki

praktek penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini yang masih banyak terjadi

salah kaprah tersebut.

Page 166: Skripsi Finish

Model pembelajaran sentra adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada cara

pengaturan kelas. Kelas disetting sedemikian rupa sesuai dengan aspek yang ingin

dikembangkan di sentra tersebut. Proses pembelajaran secara efektif memungkinkan anak

menciptakan makna serta pemahaman akan sebuah subyek pelajaran. Suatu sentra

pembelajaran memberikan pengalaman belajar dan bergaul secara kooperatif yang

merupakan elemen penting dalam dunia kerja sebenarnya.

Melalui penggunaan model pembelajaran tersebut, anak akan merasa comfort dalam

belajar dan akan dapat melekat di dalam jiwanya hingga kelak ketika dia dewasa. Dapat

diharapkan kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah

SWT, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan

demikian, keimanan yang sejati bisa membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan

buruk.

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut peneliti mencoba untuk mengetahui lebih

jauh bagaimana implementasi dari pada model pembelajaran sentra pada pembelajaran

pendidikan agama Islam. Maka dari itu, penulis mengadakan penelitian di salah satu

Taman Kanak-kanak yang sudah menggunakan model pembelajaran sentra dalam

pembelajarannya. Sesuai dengan latar belakang tersebut penulis mengangkat judul

"Implementasi Model Pembelajaran Sentra pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam Menanamkan Keimanan pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak X."

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diangkat

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model pembelajaran sentra di Taman Kanak-kanak X?

2. Bagaimana upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-

kanak X?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak

X?

C. Batasan Masalah

Page 167: Skripsi Finish

Model pembelajaran sentra pada anak usia dini, dalam penerapannya terdapat beberapa

sentra yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan anak. Adapun dalam skripsi ini

karena yang dibahas adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanaman

keimanan pada anak usia dini yang dalam penerapannya adalah berpusat di sentra imtaq,

agar pembahasan tidak terlalu melebar pembahasan dalam skripsi ini adalah dibatasi pada

sentra imtaq saja. Selain itu, anak usia dini yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah

anak yang berusia 4-6 tahun yaitu yang duduk di Taman Kanak-kanak.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui model pembelajaran sentra pada anak usia dini di Taman Kanak-

kanak X.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di Taman

Kanak-kanak X.

c. Untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di Taman

Kanak-kanak X.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Manfaat teoritis bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dalam bidang pendidikan dan dapat menyumbangkan bangunan khazanah perkembangan

ilmu pengetahuan.

b. Manfaat sosial praktis, maksudnya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan

pertimbangan atau masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi

institusi pendidikan Islam.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari agar tidak ada kesalahan dalam memahami skripsi ini, maka perlu

adanya penjelasan dan penegasan pokok istilah yang ada dalam judul skripsi ini, dengan

perincian sebagai berikut:

1. Implementasi

Page 168: Skripsi Finish

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, kelayakan atau inovasi dalam suatu

tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan, maupun nilai dan sikap.

2. Model Pembelajaran Sentra

Model : Contoh, pola, acuan, ragam

Pembelajaran : Proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga

terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut, banyak

sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dalam diri

individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Sentra : merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi

berbagai kegiatan bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun

berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan

dirancang terlebih dahulu.

Jadi model pembelajaran sentra adalah model pembelajaran yang berpusat pada anak

yang dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar secara aktif dan kreatif di

sentra-sentra pembelajaran dengan menggunakan basis pijakan untuk pengembangan diri

seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan, dan potensi anak.

Sesuai dengan definisi tersebut indikator model pembelajaran sentra adalah :

a. Pembelajarannya berpusat pada anak yang disesuaikan dengan potensi mereka.

b. Pengaturan kelas yang menyenangkan sesuai dengan aspek yang dikembangkan.

c. Proses pembelajarannya memungkinkan anak menciptakan makna serta pemahaman

akan sebuah subyek pelajaran karena dilaksanakan dengan bermain sambil belajar

d. Menggunakan basis pijakan

e. Memberikan pengalaman belajar dan bergaul secara kooperatif

3. Pendidikan Agama Islam

Bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan

hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya

semua ajaran Islam.

4. Menanaman Keimanan

Menanamkan adalah (perbuatan, cara dan sebagainya). Keimanan adalah berasal dari kata

iman yang diberi awalan ke dan akhiran an. Iman menurut bahasa, artinya membenarkan

Page 169: Skripsi Finish

dengan hati adanya petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad

untuk seluruh manusia. Sedang menurut istilah, iman adalah at-tashdiq bi al-jinan wa al-

qaulu bi al-lisan wa al-'amalu bi al-arkan (membenarkan dengan hati dan mengucapkan

dengan lisan serta mengerjakan dengan anggota badan).

Adapun yang dimaksud menanamkan keimanan dalam skripsi ini adalah usaha yang

dilakukan oleh pendidik dalam memberikan atau mengenalkan pendidikan keimanan

pada anak usia dini yaitu mengenalkan anak dengan dasar-dasar iman, mengenalkan pada

anak akan Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari akhir (siksa kubur), qadha' dan qadar.

Selain itu juga mengajarkan dasar-dasar syari'at yang agung seperti ibadah, shalat, puasa,

zakat, haji, akhlak, perundang-undangan, hukum, dan lain-lain. dengan menggunakan

model pembelajaran sentra.

5. Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia

berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan

menurut pakar pendidikan anak yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.

Adapun yang dimaksud anak usia dini dalam skripsi ini adalah kelompok manusia yang

berusia antara 4-6 tahun yang belajar di Taman kanak-kanak.

6. Taman Kanak-kanak X

Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat

tahun sampai enam tahun.

Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud judul penelitian ini adalah mendeskripsikan

suatu model pembelajaran pada anak usia dini dalam menyampaikan materi pendidikan

agama Islam, dilakukan melalui bermain sambil belajar yang menyenangkan pada

ruangan kelas yang khusus didesain dengan suasana religius (sentra imtaq) yang kegiatan

pembelajarannya difokuskan pada anak dengan menggunakan pijakan-pijakan untuk

mengatur perkembangan anak dengan mengambil contoh di Taman Kanak-kanak X

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian

Page 170: Skripsi Finish

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang bisa diamati.

Di samping itu, penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan

menekankan pada deskripsi alamiah.

Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, artinya penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat

sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini,

penulis menggunakan jenis "case study" atau studi kasus, yang dimaksudkan dengan

studi kasus adalah penyelidikan yang mendalam dari suatu individu, kelompok, atau

institusi. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian kepada suatu kasus

yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif.

2. Tahapan Penelitian

Dalam pendekatan penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian, yang mana tahapan-

tahapan itu merupakan gambaran mengenai keseluruhan perencanaan, penafsiran data

dan penulisan laporan penelitian. Dalam hal ini peneliti sependapat dengan Dofland dan

Booman yang menggunakan tahapan-tahapan sebagaimana berikut:

a. Tahapan Pra Lapangan

Tahapan pra lapangan adalah orientasi untuk memperoleh gambaran mengenai latar

belakang penelitian dengan melakukan grand tour observation. Kegiatan ini dilakukan

untuk menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai

keadaan lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian, dan persoalan etika lapangan.

b. Tahapan Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti memasuki lapangan dan mengumpulkan data serta dokumen.

Perolehan data kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa-peristiwa yang

diamati. Pada tahap ini pula peneliti melakukan penelitian dengan segala perangkat yang

diperlukan dalam penelitian tersebut, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi.

Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan data untuk memperoleh data

tentang sejarah dan profil sekolah, visi dan misi serta motto, sarana dan prasarana,

Page 171: Skripsi Finish

struktur organisasi, kurikulum, keadaan guru, siswa dan staff, proses belajar dan

mengajar (model pembelajaran sentra), budaya sekolah dan kondisi lingkungan sekitar.

c. Tahapan Analisa Data

Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan, kemudian peneliti menyajikan dan

menganalisa data tersebut dengan mendeskripsikan data yang telah diproses secara apa

adanya sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan penelitian atau dengan

kata lain dinyatakan sebagai seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh

keterangan. Dalam penelitian ini, penulis memilih subyek penelitian di Taman Kanak-

kanak X dikarenakan Taman Kanak-kanak ini adalah salah satu Taman Kanak-kanak

yang berbasis Islam dan mempunyai bargaining position dengan Taman Kanak-kanak

lain di X. Hal yang terpenting adalah Taman Kanak-kanak X ini dalam pembelajarannya

menerapkan model pembelajaran sentra.

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)

kelompok, yaitu:

1) Data Kualitatif, yaitu data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung.37Dalam hal

ini data yang dimaksud sejarah dan profil sekolah, visi dan motto serta logo, sarana dan

prasarana, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, kurikulum, proses pembelajaran,

lingkungan sekitar Taman Kanak-kanak X.

2) Data kuantitatif, adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung karena

berupa angka-angka. Adapun data yang dimaksud adalah: data tentang jumlah guru,

siswa, karyawan, jumlah sarana dan prasarana, dan data lainnya yang berbentuk angka.

b. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam

penelitian ini adalah:

1) Library Research

Yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur yang ada baik dari buku, majalah, surat

kabar, jurnal, internet, dan referensi yang lain yang sesuai dengan judul.

Page 172: Skripsi Finish

2) Field Research

Mencari data dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian yang bertujuan untuk

mencari data konkret tentang segala sesuatu yang diselidiki. Adapun pada penelitian ini,

peneliti menggunakan sumber data berupa:

a) Person yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui

wawancara. Adapun sumber tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakasek, waka

kurikulum, waka sarana dan pra sarana, guru, orang tua, dan siswa.

b) Place yaitu sumber data yang bisa menyajikan tampilan berupa keadaan diam

bergerak, di mana keadaan keduanya merupakan obyek untuk penggunaan metode

observasi. Diam misalnya kondisi sekolah beserta sarana dan prasarananya. Bergerak

misalnya aktifitas kinerja dan kegiatan belajar dan mengajar.

c) Paper yaitu simbol data yang menyajikan data-data berupa huruf, angka, gambar, atau

simbol-simbol yang lainnya, sumber data ini digunakan pada metode dokumentasi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang penulis untuk

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang dipakai

dalam mengumpulkan data adalah:

a. Observasi

Yaitu suatu cara pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

fenomena-fenomena yang diselidiki secara langsung ataupun tidak langsung. Dari teknik

ini penulis menggunakannya untuk memperoleh data tentang implementasi model

pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam dalam menanamkan

keimanan pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X yang berada pada sentra imtaq.

Untuk menggali data menggunakan IPD (Instrumen Penggalian Data) dengan alatnya

yaitu check list.

b. Interview

Interview adalah suatu proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan di mana dua

orang atau lebih bertatap muka atau mendengar secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.

Teknik interview digunakan penulis untuk mendapatkan informasi antara lain:

1) Wawancara kepala sekolah dan wakil kepala sekolah tentang sejarah dan profil

Page 173: Skripsi Finish

sekolah, visi dan misi serta motto, sarana dan prasarana, struktur organisasi, kurikulum,

keadaan pendidik, siswa.

2) Wawancara dengan guru mengenai implementasi pembelajaran sentra pada

pembelajaran pendidikan agama Islam pada sentra imtaq dalam menanamkan keimanan

pada anak usia dini meliputi materi yang diajarkan, proses pembelajarannya, sarana

pendukungnya serta evaluasinya.

3) Wawancara dengan orang tua siswa mengenai kondisi siswa dalam hal keimanan dan

ketaqwaan yang tercermin melalui perilakunya sehari-hari.

Pedoman wawancara sendiri secara garis besarnya terbagi atas dua macam yaitu:

1) Wawancara tidak berstruktur

Yaitu pedoman wawancara yang memuat garis besar yang akan ditanyakan.

2) Wawancara berstruktur

Yaitu pedoman wawancara yang sudah tersusun secara teliti.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini, peneliti menggunakan pedoman

wawancara yang berbentuk "semi structured" yaitu penulis mula-mula menanyakan

sederetan pertanyaan yang sudah berstruktur kemudian satu persatu diperdalam dengan

mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh bisa

meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Interview ini

dilakukan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya, letak geografis Taman

Kanak-kanak X, model pembelajaran sentra pada pembelajaran pendidikan agama Islam

dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini yang dilakukan kepada guru sentra dan

pengurus sekolah yang bersangkutan.

c. Dokumentasi

Yang tidak kalah pentingnya dari teknik pengumpulan data lainnya adalah dokumentasi.

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel atau catatan transkrip,

buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan lain-lain.

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang gambaran umum

obyek penelitian meliputi sejarah berdirinya, letak geografis, jumlah guru, susunan

pengurus, dan sebagainya.

6. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam suatu penelitian, sebab dari

Page 174: Skripsi Finish

hasil analisis inilah dapat dijadikan jawaban dalam memecahkan masalah dalam

penelitian. Analisisnya adalah dengan menggunakn analisis deskriptif. Dalam penelitian

kualitatif, proses analisis data di mulai sejak pengumpulan data sedang berlangsung.

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik yang dilakukan Miles dan

Huberman. Adapun dalam penerapannya adalah sebagai berikut:

a. Analisis selama pengumpulan data

Kegiatan analisis data ini dapat di mulai setelah penulis memahami fenomena sosial yang

sedang diteliti, sedangkan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan fokus penelitian (rumusan masalah)

2) Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul.

3) Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan

pengumpulan data sebelumnya.

4) Penetapan sasaran pengumpulan data (informan, situasi, dokumen dan lain-lain).

b. Reduksi data

Dalam reduksi data ini penulis memilih data-data yang telah diperoleh selama melakukan

proses penelitian. Hal ini bisa dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga

kesimpulan finalnya dapat diverifikasi.

c. Penyajian data

Langkah ini dapat dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun

dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan

alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk

naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.

d. Menarik kesimpulan (verifikasi)

Kegiatan analisis berikutnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Mulai dari mencari pola, tema, hubungan, permasalahan, hal-hal yang sering timbul, dan

sebagainya. Dari data tersebut diambil kesimpulan serta memverifikasi data tersebut

dengan cara menelusuri kembali data yang telah diperoleh.

7. Teknik Keabsahan Data.

Agar data dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian kualitatif memerlukan

metode pengecekan keabsahan data. Dalam hal ini peneliti merasa perlu mengadakan

Page 175: Skripsi Finish

pemeriksaan keabsahan data.

Adapun cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh keabsahan data tersebut

antara lain:

a. Ketekunan atau keajekan pengamatan.

Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi

dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.

Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat

diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan.

Ketekunan pengamatan ini bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang sangat relevan dengan persoalan penelitian dengan kata lain peneliti

menelaah kembali data-data yang terkait dengan fokus peneliti, sehingga data tersebut

dapat dipahami dan tidak diragukan.

b. Trigulasi.

Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain. Di

luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

trigulasi yang paling banyak digunakan aialah pemeriksaan melalui sumber lain.

Dalam hal ini peneliti memeriksa data-data yang diperoleh dari subyek penelitian,

kemudian data tersebut peneliti bandingkan dengan data dari luar yaitu dari sumber lain.

Sehingga keabsahan data tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini dapat dipahami secara utuh dan berkesinambungan, maka perlu

disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan

masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yang memaparkan tentang A.

Pengertian model pembelajaran sentra, landasan model pembelajaran sentra, prinsip dasar

model pembelajaran sentra, karakteristik model pembelajaran sentra, macam-macam

sentra dalam modelpembelajaran sentra, B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

meliputi pengertian pendidikan agama Islam, landasan pendidikan agama Islam,

Page 176: Skripsi Finish

kegunaan dan fungsi pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, ruang lingkup

pendidikan Islam, pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak C. Keimanan meliputi

pengertian keimanan, indikator keimanan pada anak, faktor yang mempengaruhi

penanman keimanan pada anak, peranan keimanan dalam kehidupan anak. D. Anak usia

dini meliputi pengertian tentang anak usia dini, karakteristik perkembangan anak usia

dini (TK).

Bab III : Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang meliputi A. Gambaran obyek

penelitian meliputi letak geografis, struktur kelembagaan, visi, misi dan logo, program

pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, keadaan siswa, guru,

sarana dan prasarana. B. Penyajian Data meliputi model pembelajaran sentra di Taman

Kanak-kanak X, upaya-upaya penanaman keimanan pada anak usia dini di TK X,

implementsi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di TK X. C. Analisis Data meliputi

analisis model pembelajaran sentra di TK X, upaya penanaman keimanan pada anak usia

dini di TK X, implementasi model pembelajaran sentra pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dalam menanamkan keimanan pada anak usia dini di TK X.

Bab IV : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

Page 177: Skripsi Finish
Page 178: Skripsi Finish

PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DALAM

MEMPERSIAPKAN ANAK KE JENJANG SEKOLAH FORMAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada

hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu

sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-

masing bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan

penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut. Dengan demikian selain bersifat universal

pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan

pendidikan itu.

Life long education, kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang, yang

artinya "Pendidikan sepanjang hayat", dalam ajaran agamapun juga disebutkan

“Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat". Semua itu menjelaskan bahwa

pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia.

Pentingnya pendidikan tidak hanya untuk disuarakan dan disiarkan melalui kalimat dan

jargon, namun perlu langkah nyata dalam kehidupan. Kita realisasi keberadaan anasir-

Page 179: Skripsi Finish

anasir pendukung terhadap tercapainya suatu tuntutan terhadap pentingnya pendidikan.

Kebijakan-kebijakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi dan

berdaya guna. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan

harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan bangsa

lainnya di dunia. Oleh karena itu, pendidikan sejak dini harus ditanamkan kepada mereka.

Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan

sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah

pendidikan yang cukup penting dan bahkan menjadi landasan kuat untuk mewujudkan

generasi yang cerdas dan kuat. PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya

cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta

agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan

yang dilalui oleh anak usia dini. Karena pada waktu manusia lahir, kelengkapan

organisasi otak yang memuat 100-200 milyar sel otak siap dikembangkan serta

diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Periode sensitif

perkembangan otak manusia terjadi pada interval umur 3-10 bulan. Para ahli menemukan

bahwa perkembangan otak manusia mencapai kapasitas 50% pada masa anak usia dini.

Para ahli menyebut usia dini sebagai usia emas atau golden age. Anak-anak Indonesia

tidak hanya mengenal pendidikan saat masuk Sekolah Dasar, tetapi telah lebih dulu

dibina di PAUD. Sebagaimana tertulis pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 28 yang menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) diselenggarakan melalui 3 jalur yaitu: Pertama, jalur pendidikan formal

berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang

sederajat; Kedua, jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok Bermain (KB),

Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat dan ketiga, jalur

pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkungan

PAUD berfungsi membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak

usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan

tahap perkembangannya. Agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan

Page 180: Skripsi Finish

selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab ".

Salah satu jalur terselenggaranya PAUD adalah jalur pendidikan non formal. PAUD jalur

non formal adalah pendidikan yang melaksanakan program pembelajaran secara fleksibel

sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun

yang dilaksanakan melalui Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan bentuk lain

yang sederajat.

Penyelenggaraan PAUD non formal memiliki manfaat yang tidak sedikit, salah satunya

adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan jasmani

dan rohani serta mengembangkan bakat-bakatnya secara optimal. Selain itu juga

memberikan bimbingan yang seksama agar anak-anak memiliki sifat-sifat, nilai-nilai dan

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. oleh karena itu usaha untuk mendorong

bentuk PAUD non formal terus menerus jadi perhatian kita semua khususnya pemerintah.

Karena sampai sekarang ini, rancangan peraturan pemerintah tentang PAUD yang

mengatur pendidikan usia dini, ternyata belum terlaksana dengan baik. Salah satu

indikator yang menentukan tinggi rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia, adalah

Human Development Index (HDI). Berdasarkan HDI kualitas Sumber Daya Manusia di

Indonesia masih tergolong rendah, di mana pada tahun 2005 Indonesia berada pada

urutan ke-109 dari 174 negara sebagai responden. Sedangkan negara ASEAN lainnya

seperti Singapura berada pada peringkat 22, Brunei Darussalam peringkat 25, Malaysia

peringkat 56, Thailand peringkat 67 dan Filipina peringkat 77.

Berdasarkan kenyataan tersebut perlu adanya upaya-upaya cerdas dalam meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia, yang dapat dimulai sejak usia dini, karena usia dini

merupakan periode awal dari perkembangan setiap individu, dengan demikian pendidikan

yang diterimanya merupakan pendidikan awal yang akan mendasari pendidikan

selanjutnya.

Page 181: Skripsi Finish

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM bagi anak usia dini adalah dengan

menawarkan program-program di luar program yang umumnya dijalankan, khususnya

pada Kelompok Bermain (KB), dengan cara yang tepat dan sesuai dengan perkembangan

anak. Paling utama dengan cara bermain baik melalui nyanyian, drama maupun rekreasi.

Tidak ada paksaan untuk mengikuti salah satu kegiatan.

Namun, faktor ekonomi adalah salah satu yang menjadi penyebab terhambatnya

pendidikan. Pendidikan yang murah merupakan salah satu cara agar pendidikan usia dini

dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan pemikiran dan pernyataan tersebut di atas, penulis memandang bahwa

program PAUD merupakan hal penting dalam mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah

formal. Berangkat dari pemikiran inilah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang

"Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Mempersiapkan Anak ke Jenjang

Sekolah Formal (Di Play Group X)". Karena Play Group tersebut adalah salah satu Play

Group Islam yang unggul di antara Play Group lain yang ada di kota X.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka kami rumuskan masalah yang akan

menjadi fokus penelitian pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana program PAUD di Play Group X dalam mempersiapkan anak ke jenjang

Sekolah Formal?

2. Bagaimana upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal di Play Group X?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana program PAUD di Play Group X dalam mempersiapkan

anak ke jenjang Sekolah Formal.

2. Untuk mengetahui bagaimana upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal

di Play Group X.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka manfaat yang diharapkan yaitu sebagai

Page 182: Skripsi Finish

berikut:

1. Dengan penelitian ini, akan menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti

khususnya yang berkenaan dengan masalah pendidikan.

2. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.

3. Sebagai langkah terapan dari ilmu yang peneliti dapatkan dari bangku kuliah, sehingga

dapat menjadi masukan dalam menyelesaikan skripsi.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap topik judul penelitian ini, penulis menegaskan

per istilah yaitu:

Program : Adalah rancangan yang akan dilaksanakan.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : Adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

bagi anak melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan

lebih lanjut.

Mempersiapkan : Adalah menyediakan, mengatur (membereskan) segala sesuatu (untuk),

menyelesaikan, mengerjakan hingga selesai, mengadakan sesuatu untuk membentuk

(mengurus dan sebagainya), mengusahakan supaya bersiap, memberi perintah seperti

bersiap sedia.

Anak : Adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.

Jenjang : Adalah tahap dalam pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik, keluasan bahan pengajaran dan

tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum.

Sekolah : Adalah lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran, waktu atau pertemuan

ketika murid-murid diberi pelajaran.

Formal : Adalah formil, resmi, sah, secara teratur, dengan sungguh-sungguh, sesuai

dengan adat kebiasaan. Yang dimaksud Sekolah Formal di sini adalah lembaga yang

digunakan untuk proses belajar mengajar bagi anak usia Taman Kanak-kanak atau

Raudlotul Athfal (RA) dan yang lain yang sederajat.

Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah rancangan kegiatan PAUD dalam

Page 183: Skripsi Finish

mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan sekolah formal, yang pada penelitian ini

lebih menitikberatkan pada Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudlatul Athfal (RA) dan

yang lain yang sederajat.

F. Metode Penelitian

Metode adalah merupakan salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan

dalam penelitian hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian tergantung

metode yang digunakan.

Suatu hal yang harus diingat oleh seorang peneliti tentang banyaknya metode yang akurat

dalam artian dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

Agar peneliti dapat memenuhi kriteria ilmiah maka cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data sampai analisis data, diusahakan tidak menyimpang dari ketentuan-

ketentuan metode yang ada.

Sesuai dengan perubahan metode dan prosedur penelitian ini, maka akan dibahas tentang

jenis penelitian, populasi, jenis data, teknik pengumpulan data dan analisis data. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif (qualitative

research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif maksudnya peneliti

membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk

interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi

dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam,

serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.

Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak dari pandangan

positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme, yang

memandang kenyataan itu berdimensi banyak, interaktif dan menuntut interpretasi

berdasarkan pengalaman sosial. penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu

pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua

menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).

Page 184: Skripsi Finish

2. Obyek Penelitian

Adapun obyek penelitian Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam

Mempersiapkan Anak ke Sekolah Formal ini akan dilakukan di Play Group X. Karena

Play Group tersebut adalah salah satu Play Group Islam yang unggul di antara Play

Group lain yang ada di kota X.

3. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam penelitian kualitatif, peneliti

melakukan wawancara yang berterus terang artinya tidak sembunyi yakni informan

penelitian mengetahui betul untuk kepentingan apa informasi yang ia berikan.

Sebagai informan dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:

a. Kepala Sekolah yaitu untuk memperoleh data-data tentang sejarah berdirinya Play

Group X dan program-program PAUD di Play Group X.

b. Dewan guru untuk memperoleh data-data tentang upaya program-program PAUD di

Play Group X dalam

mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal.

c. Wali murid Play Group X untuk memperoleh data-data tentang upaya mempersiapkan

anak ke jenjang Sekolah Formal.

4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Interview

Interview atau wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

tanya jawab untuk memperoleh keterangan dalam sebuah penelitian yang dilakukan

antara pewawancara dengan responden sambil bertatap muka. Interview ini penulis

tujukan kepada perangkat sekolah dan wali murid atau masyarakat untuk memperoleh

data tentang sejarah berdirinya Play Group X, bentuk-bentuk program Play Group X, dan

upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal di Play Group X.

b. Metode Observasi

Observasi sering disebut sebagai metode pengamatan yang artinya memperhatikan

sesuatu dengan menggunakan mata (secara langsung). Dan untuk mendapatkan observasi

secara sistematis peneliti harus mempunyai latar belakang tentang obyek penelitian,

mempunyai ancer-ancer teori dan sikap yang objektif. Di antara hal-hal yang perlu

diobservasi antara lain: letak geografis, keadaan siswa, guru dan pegawai serta sarana

prasarana yang ada di Play Group X.

Page 185: Skripsi Finish

c. Metode Dokumentasi

Berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, di dalam melaksanakan

metode ini peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan

transkrip, internet, notulen rapat, surat kabar, majalah, agenda, dokumen, buku-buku, dan

peraturan-peraturan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen yang ada

pada lembaga atau instansi yang terkait atau bahan-bahan yang tertulis yang bertalian

dengan situasi latar belakang obyek penelitian dan ini sebagai pelengkap. Di antara

dokumen-dokumen yang dibutuhkan antara lain: sejarah berdirinya Play Group X,

program-program Play Group X, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi,

keadaan siswa, guru dan pegawai serta sarana prasarana Play Group X.

5. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul yang dilakukan adalah analisis data, proses analisis data

merupakan salah satu usaha untuk merumuskan jawaban dan pertanyaan dari perihal

perumusan-perumusan dan pelajaran adalah hal-hal yang kita peroleh dari obyek

penelitian.

Tujuan dari analisis data ini adalah untuk mencari kebenaran dari data-data yang telah

diperoleh, sehingga dari sini bisa ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 tahapan, yaitu: reduksi data, display data,

verifikasi data dan mengambil kesimpulan

a. Reduksi data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan.

Sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang

hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam reduksi ini ada proses Living in dan Living out,

maksudnya data yang terpilih adalah Living in dan data yang terbuang (tidak terpakai)

adalah Living out.

b. Display data

Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-

kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah

dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang

Page 186: Skripsi Finish

tepat.

c. Verifikasi dan simpulan (verification and conclusion)

Dalam tahap akhir, simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada catatan

yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya ke arah simpulan yang mantap.

Mengambil simpulan merupakan proses penarikan intisari dari data-data yang terkumpul

dalam bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memiliki data yang jelas. Penarikan

simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentatif yang masih perlu disempurnakan.

Setelah data masuk terus-menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannnya,

akhirnya di dapat simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.

Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat

terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh

berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Simpulan akhir yang dibuat harus

relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian, dan temuan penelitian yang sudah

dilakukan pembahasan.

Demikian pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian kualitatif harus langsung diikuti

dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifkasi, mereduksi dan menyajikan data

serta menarik kesimpulan sebagai analisis data kualitatif.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah pembahasan dan

penganalisisan sehingga tersusun secara kronologis, dan untuk menghindari variabel-

variabel yang tidak bisa terkontrol yang akibatnya menimbulkan jawaban yang subjektif.

Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang berisi tentang beberapa aspek yang berkaitan dengan soal

penulisan ini, dari latar belakang masalah, diangkat rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II : Kajian teori, terdiri dari: (a) Tinjauan tentang Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) yang meliputi: pengertian PAUD, landasan PAUD, fungsi dan tujuan PAUD,

karakteristik anak usia dini dan prinsip-prinsip PAUD, (b) Tinjauan tentang Program

PAUD dalam mempersiapkan anak ke jenjang sekolah formal yang meliputi: bentuk-

bentuk program PAUD dan upaya program PAUD dalam mempersiapkan anak ke

Page 187: Skripsi Finish

jenjang sekolah formal.

BAB III : Laporan hasil penelitian meliputi: (a) Gambaran umum obyek penelitian yang

meliputi: sejarah berdirinya Play Group X, letak geografis, visi dan misi, struktur

organisasi, keadaan siswa, guru, dan pegawai serta sarana prasarana. (b) Penyajian data,

dan (c) Analisis data.

BAB IV : Penutup yang meliputi: kesimpulan yang diambil dari permasalahan yang telah

dibahas, juga disampaikan saran-saran sebagai masukan agar yang baik dapat

dipertahankan dan yang kurang dapat diperbaiki.

Page 188: Skripsi Finish

STUDI TENTANG PENGELOLAAN KELAS ANAK

PRASEKOLAH DI TK X (TELAAH PSIKOLOGIS PEDAGOGIS)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia lahir ke dunia dalam keadaan sangat lemah tidak bisa berdiri sendiri, baik dari

segi fisik ataupun dari segi psikis. Akibat dari berinteraksi dengan lingkungan manusia

mengalami pembelajaran untuk menjalani kehidupan sebagaimana yang menjadi budaya

masyarakat yang mengelilinginya. Misalnya saja anak yang lahir dari keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu dan saudaranya akan melaksanakan pendidikan anak, merawatnya

hingga dewasa dan anak mampu hidup secara terpisah dengan kedua orang tuanya.

Kita sadar bahwa pendidikan sangat penting, karena pendidikan akan menunjukkan apa

yang harus kita lakukan pada situasi sekarang ke situasi berikutnya. Selain itu pendidikan

juga akan menyiapkan generasi penerus yang handal dan bertanggung jawab serta tidak

bertindak yang menyimpang dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat yang

bersangkutan, karena itu memberikan pendidikan kepada generasi muda menjadi

kewajiban bagi orang dewasa Firman Allah :

Dan, ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab : "Hendaklah

kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu

menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka

dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang

mereka terima. (QS. Al-Imron : 187)

Ayat diatas menerangkan tetang ancaman Allah kepada ahli kitab sebagai balasan

tindakanya tidak menympaikan isi kitab dan menyembunyikanya dari manusia.

Begitu penting pendidikan bagi kelanjutan peradapan manusia, jadi sudah selayaknya jika

pendidikan dikedepankan. Bahkan Allah berjanji akan meninggikan derajat orang-orang

yang berilmu, dan dengan tegas memerintahkan kepada manusia untuk mencari ilmu

Page 189: Skripsi Finish

sejak dalam buaian hingga liang lahat.

Dalam Undang-undang pendidikan RI no 20 tahun 2003 tentang Sidiknas (Sistim

Pendidikan Nasional) pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki sepiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dijelaskan pula oleh para pakar

psikologi dan pendidikan bahwa pendidikan adalah pengembangan potensi atau

kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaanya dengan cara mengajarkan

berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri.

Tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam yang salah satunya bertujuan

menumbuhkan anak yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan berakhlak utama.

Karena dengan adanya pelajaran agama, generasi yang sholeh dan bermanfaat bagi

dirinya dan masyarakat.

Setelah mengetahui arti pendidikan kita menyadari usaha dalam mewujudkan manusia

yang seutuhnya bertujuan untuk mempengaruhi dan meningkatkan kedewasaan anak

manusia atau dengan sengaja menciptakan situasi agar anak mengalami proses

pendidikan, dibutuhkan beberapa hal sebagai pendukung keberhasilan dalam mencapai

tujuan. Dalam pelaksanaan pendidikan dibutuhkan komponen-komponen seperti guru

(pembimbing), siswa (terdidik), materi, tujuan, bentuk metode dan lain lain dan masing-

masing komponen tersebut saling berkaitan, jika saja salah satu komponen tersebut tidak

ada maka tidak akan pernah terjadi proses pembelajaran.

Salah satu yang diperlukan dalam pendidikan adalah penciptaan kondisi yang baik untuk

belajar. Dalam dunia pengajaran berfungsi sebagai salah satu alat untuk mempermudah

pembekajaran dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketepatan

pengkondisian lingkungan pembelajaran akan menentukan keberhasilan suatu

pendidikan. Pengelolaan kelas sebagai bagian usaha penyelenggara pendidikan adalah

salah satu masalah yang akan timbul dalam proses pendidikan, tetapi sebelum membahas

tentang pengelolaan kelas, alangkah baiknya jika kita mempelajari dahulu pentingnya

masa prasekolah.

Keutamaan masa kanak-kanak mungkin sering tidak dimengerti oleh kebanyakan orang,

tetapi sejak zaman dahulu para orang tua mengerti bahwa peristiwa pada masa kanak-

Page 190: Skripsi Finish

kanak tak akan mudah untuk dilupakan. Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling

penting dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap awal perkembangan

manusia dewasa apakah ia akan menjadi manusia yang normal atau menjadi manusia

yang sakit. Oleh karena itu seluruh penyakit kejiwaan hampir dapat dipastikan adalah

kesalahan dalam memahami karakteristik fase kanak-kanak dan tuntutan-tuntutanya. Rasa

takut, marah, buang air, bertengkar berbohong dan sebagainya akan menjadi penyakit jika

tidak disikapi dan diperlakukan dengan cara yang salah. Oleh karena itu ketika mendidik

anak, ingatlah bahwa anak mempunyai karakteristik dan kemampuan yang masih

tersimpan. Tugas seorang pendidik hanyalah untuk menggali dan kemampuan anak,

bukan mengancam dan selalu menakut-nakuti agar anak menuruti yang menjadi

kehendaknya. Karena itu selalulah berada selangkah didepan anak agar selalu dapat

merasakan kebutuhan dan seberapa jauh pelajaran dapat dilanjutkan.

Pada masa prasekolah, adalah masa yang sangat menajubkan segala potensi berkembang

sangat pesat, karena itulah orang lebih sering menyebutnya dengan gold age (usia emas).

Seorang ahli perkembangan anak dari Universitas Georgia Amerika Serikat, Dr Kith

Osbon mengatakan "Hampir 50% potensi kecerdasan anak mulai terbentuk pada usia 4

tahun kemudian mencapai 80% pada saat anak berusia 8 tahun. Pada saat ini anak mulai

sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensinya. Mereka

sangat peka terhadap upaya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis. Masa ini

merupakan dasar pertama dalam pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa,

sosial dan sebagainya.

Seperti yang diyakini oleh Maria Monterssori bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir

dan bahwa tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa sangat formatif

paling penting baik secara fisik maupun mental karena itu janganlah sampai disia-siakan

Montessori yakin bahwa pada tahun tahun awal seorang anak mempunyai periode-

periode sensitif (sensitif period) selama masa inilah secara khusus mudah menerima

stimulus-stimulus tertentu. Perkembangan mental sangat cepat sehingga sering disebut

sebagai absorben mind (pikiran anak dapat menyerap) karena kemampuan yang besar

dalam belajar dan asimilasi secara terus menerus dan tanpa sadar dunia yang

mengelilingi.

Dengan pengetahuan perkembangan anak prasekolah yang begitu luar biasa, maka

Page 191: Skripsi Finish

diperlukan perencanaan yang menyeluruh untuk mengembangkan kemampuan anak

secara optimal kearah yang positif. Kebutuhan akan pengawasan hendaknya jangan

menjadi pembatasan pengarahan serta pengawasan yang terjebak pada sebuah tindakan

kekerasan anak. akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan. Biarkan anak tumbuh

dan berkembang sesuai dengan fasenya dengan terus dipantau dan diperhatikan untuk

kemudian diarahkan bila ada tindakannya yang sekiranya tidak sesuai, tentunya dengan

metode dialogis. Dengan cara seperti itu akan menumbuhkan sikap anak yang

menghargai sebuah proses yang tidak anarkis.

Pendidikan prasekolah secara formal atau yang lebih sering dikenal dengan taman kanak-

kanak, yang akhir-akhir ini banyak diminati olah para orang tua menjadi nilai tambah

untuk membina anak sejak usia dini, selain karena anak usia prasekolah merupakan anak

yang hidup dalam ruang lingkup keluarga yang berpusat pada ibu dan bapak, anak

semakin meluas rasa solidaritasnya, yang tumbuh sebagai akibat dorong oleh rasa ingin

tahu (curiosity) dan ingin berkumpul (gregrariosity). Keluarga sebagai lingkungan sosial

terkecil dan terbatas itu walau mempunyai pengaruh kuat terhadap anak juga memiliki

keterbatasan-keterbatasan dalam tugas pendidikan dalam rangka mengembangkan bakat

dan kemampuan anak. Dengan memberi kesempatan belajar di luar rumah, berarti telah

memberi kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman yang obyektif dan

subyektif, dan juga akan mendorong anak untuk mengembangkan pribadinya dalam

memilih alternatif-alternatif pemilihan lapangan hidup nanti dimasa dewasa sesuai

dengan dan kemampuan.

Pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan untuk mengembangkan seluruh potensi

anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh yang baru mengenal dunia,

dimana ia belum mengetahui aturan norma, tata krama dan anak sedang belajar

berkomunikasi serta belajar memahami orang lain. Karena itu anak memerlukan

bimbingan dalam mengenal fenomena alam dan ketermpinan keterampilan yang

dibutuhkab sebagai bekal hidup bermasyarakat. Interaksi anak dengan orang lain dan

benda diperlukan agar anak mampu mengembangkan kepribadian, akhlak dan watak yang

mulia.

Adapun prinsip pendidikan anak prasekolah juga dijelaskan dalam Undang-Undang

Pendidikan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Page 192: Skripsi Finish

ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan dengan

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

selanjutnya.

Dilihat dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan pendidikan prasekolah (TK)

tidak hanya pendidikan yang bersifat jasmani saja tetapi tercakup pula yang bersifat

rohani. Mengingat bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan ketiga aspek yang

dimiliki manusia yaitu psikomotorik, kognitif dan afektif. Atau dalam bahasa agama

sering disebut dengan pikir, zikir dan amal yang hasil akhirnya adalah manusia yang

sempurna.

Dalam pembinaan perkembangan ketiga aspek tersebut, anak prasekolah membutuhkan

tenaga ahli dalam bidang pendidikan. Guru sebagai seorang pendidik dituntut untuk dapat

membuat perencanaan pembelajaran termasuk didalam mengelola kelas, merancang

kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi

terjadinya proses belajar mengajar sehingga siswa dapat terkendali dan dapat terlibat

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Menentukan pola pengelolaan kelas khususnya pendidikan anak prasekolah bukanlah

pekerjaan mudah. Kesalahan menentukan pola akan berakibat tidak tercapainya tujuan

yang hendak dicapai dan tak akan berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Psikologi sebagai salah satu cabang ilmu yang menyelidiki atas gejala-gejala kegiatan

jiwa mempunyai peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan. Sesuai dengan

kenyataan yang ada selama ini, psikologi pada umumnya lebih banyak menekankan

penyelidikan terhadap tingkah laku manusia yang bersifat jasmani (psikomotorik)

maupun rohaniyah (kognitif-afektif) dimana tingkah laku psikomotorik meliputi

perbuatan, bicara, duduk, berjalan dan sebagainya. Tingkahlaku rohaniyah meliputi

berfikir, keyakinan, berperasaan dan sebagainya atau dapat dikatakan bahwa psikologi

adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan

tertutup pada manusia baik-baik selaku individu maupun selaku kelompok, dalam

hubunganya dengan lingkungan. Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan

yang banyak memiliki prinsip-prinsip psikologi yakni 1) Seleksi penerimaan siswa, 2)

Perencanaan pendidikan, 3) Penyusunan kurikulum 4) Penelitian kependidikan, 5)

Page 193: Skripsi Finish

Administrasi kependidikan 6) Pemilihan materi pembelajaran 7) Interaksi belajar

mengajar dan pelayanan bimbingan dan penyuluhan 9) Metodologi mengajar 10)

Pengukuran dan evaluasi.

Dengan demikian timbul pertanyaan bagaimana metode pengelolaan kelas pada anak

prasekolah yang paling tepat dan sesuai dengan perkembangan psikomotorik, kognitif

dan afektif dan tujuan yang hendak dicapai.

Taman Kanak-Kanak X sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan

anak prasekolah menerapkan beberapa metode dalam pengelolaan kelas, sehingga anak

akan tumbuh menjadi insan yang sempurna sesuai dengan visi dan mi si yang menjadi

landasan gerak mereka. Karena itu penulis ingin mencoba menuangkan dalam bentuk

tulisan tentang metode pengelolaan kelas pada anak prasekolah di TK X dalam telaah

psikologi pendagogi.

B. Penegasan Istilah

Dalam memahami isi skripsi ini diperlukan keterangan secara jelas tentang istilah yang

akan digunakan supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman isi skripsi ini.

1. Pengelolaan kelas anak prasekolah.

A. Pengelolaan kelas

Yaitu ketrampilan untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Dapat dikatakan bahwa pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan seorang guru

dalam melayani kebutuhan siswanya dalam hal pendidikan berupa situasi dan kondisi

yang baik sehingga siswa dapat belajar dengan baik.

B. Anak prasekolah

Yaitu anak usia 4-6 tahun yang terbagi atas

- Kelompok A : anak usia 4-5 tahun

- Kelompok B : anak usia 5-6 tahun.

atau dapat dikatakan bahwa anak-anak prasekolah adalah anak-anak dibawah usia

sekolah atau anak yang belum memasuki sekolah yang dibatasi pada umur 4-6 tahun.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas anak prasekolah adalah

keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar pada anak usia 4-6 dan

Page 194: Skripsi Finish

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

2 Telaah psikologi pendagogi

A. Telaah Yaitu penyelidikan secara mendetail

B. Psikologis pedagogis

Ilmu yang menerangkan tentang aktifitas individu dan faktor faktor yang mempengaruhi

dalam proses pendidikan.

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa telaah psikologi pendagogi

berarti suatu penyelidikan secara mendalam tentang pengelolaan kelas dengan menyoroti

dari sisi perkembangan.

Jadi dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa studi tentang

pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mengkaji secara mendalam tentang usaha seorang pendidik dalam rangka menciptakan

dan memelihara kondisi belajar yang optimal pada anak usia 4-6 tahun yang mengikuti

pendidikan luar sekolah di TK X dengan mengacu kepada prinsip-prinsip pendidikan dan

metode-metode pendidikan serta perkembangan anak didik..

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sebagaimana dijelaskan diatas muncul berbagai masalah yang

akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X.

2. Bagaimana problematika dan solusi yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan

kelas di TK X.

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi

Tujuan dari penulisan ini tentunya akan menggambarkan secara obyektif bagaimana

sesungguhnya pengelolaan kelas anak prasekolah yang dilaksanakan TK X.

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pola pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X.

2. Mengetahui problematika dan solusi yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan

kelas anak prasekolah di TK X.

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah :

Page 195: Skripsi Finish

1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para pendidik anak sehingga dapat

memilih pola pengelolaan kelas yang akan digunakan dalam mencapai tujuan.

2. Sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa sehingga menambah wawasan tentang

pengelolaan kelas pada anak prasekolah.

3. Menambah wawasan bagi para pembaca dimanapun berada.

E. Kajian Pustaka

Dalam pengelolaan kelas anak prasekolah penulis memerlukan beberapa poin penting

yang harus diperhatikan oleh para pengelola kelas karena dikelaslah pendidikan yang

sebenarnya dilaksanakan.

Pada hakekatnya penelitian dan penulisan tentang psikologi pedagogi telah banyak

dilakukan oleh para penulis sebelumnya walaupun demikian penulis tersebut tidak

terfokus pada pengelolaan kelas, tetapi mengambil pembahasan lainnya. Dalam hal ini

penulis akan mengkaji tentang pengelolaan kelas anak prasekolah dengan menelaah

psikologi pedagogi, karena itu dibutuhkan beberapa sumber sebagai bahan perbandingan

dalam penyelesaian penelitian ini yang banyak ditulis oleh para ahli pendidikan.

Drs. Ahmad Rohani HM dan Drs. H. Abu Ahmadi dalam buku Pengelolaan Pengajaran

banyak membahas tentang problematika dalam kelas yang terjadi pada individu ataupun

kelompok yang menyebabkan guru harus menyediakan kondisi dalam kelas yang optimal

agar proses belajar mengajar berlangsung efektif baik dari segi fisik maupun kondisi

sosial-emosional.

Berbeda dengan Dr. Suharsimi Arikunto dalam Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah

Pendekatan Evaluatif dia mengatakan bahwa pengelolaan kelas terbagi menjadi dua hal

yaitu pengelolaan yang menyangkut pengelolaan siswa dan pengelolaan fisik yang

meliputi ruang prabot dan pelajaran.

Elizabeth G. Hainstock dalam buku Montersori untuk prasekolah memberi penawaran

tentang lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan anak bereaksi secara bebas dan

mengembangkan dirinya dalam garis-garis pikirannya sendiri dengan tatanan ruang kelas

yang semua peralatannya disesuaikan dengan ukuran anak.

Dr. H. Hadari Nawawi dalam Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas lebih banyak

membicarakan faktor-faktor yang mempengaruhi perwujudan manajemen kelas.

Page 196: Skripsi Finish

E.C. Wragg dalam Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar lebih menekankan pada

tugas guru sebagai perencana, pengorganisir, koordinator, pengarah, pengendali,

komunikasi perawat dan pemupuk kelas baik didalam atau diluar kelas.

F. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan

kualitatif yaitu pendekatan dimana pendekatan ini mempunyai ciri-ciri khusus yang

terletak pada tujuan yaitu mendiskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

keseluruhan kegiatan.

Dalam skripsi ini penulis yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data sebagai bahan skripsi ini menggunakan metode-metode sebagi

berikut :

a. Library research

Yaitu melalui riset kepustakaan untuk mengkaji sumber-sumber tertulis terbaik yang

telah dipublikasikan atau belum.

Metode ini digunakan untuk menggali sumber-sumber tentang metode pengelolaan kelas

anak prasekolah sebagai landasan teori dalam penelitian ini.

b. Metode observasi

Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan pengamatan langsung dengan tujuan

dan prosedur yang sistematis.

Metode ini digunakan memperoleh data-data atau melihat kebenaran data-data yang

diperoleh dengan cara melihat secara langsung kepada obyek penelitian tentang

bagaimana metode pengelolaan kelas, dalam hal ini adalah TK X.

c. Metode wawancara

Yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang menginginkan

sebuah informasi dari seorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide

(Panduan wawancara).

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang metode pengelolaan kelas anak

Page 197: Skripsi Finish

prasekolah di TK X. Juga permasalahan yang timbul dan permasalahan yang ditempuh

dalam penggunaan metode yang telah direncanakan. Wawancara dilakukan terhadap guru

kelas/pengampu mata pelajaran, dan kepala sekolah.

d. Metode dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dengan mencari sumber tertulis, atau filem yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan yang datang dari penyelidik.

Metode ini digunakan untuk mencari data-data yang bersangkutan dengan obyek yang

diteliti dalam hal ini adalah TK X.Dokumen yang digunakan adalah dukumen resmi

internal yaitu dokumen yang berupa pengumuman, instruksi, aturan suatu lmbaga

masyarakat tertentu yang digunalan dalam kalangan sendiri 2. Metode analisis data

Setelah data-data terkumpul, selanjutnya disusun secara sistematis dan dianalisa secara

kualitatif dengan menggunkan metode sebagai berikut :

a. Metode deskriptif

Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata,

gambar-gambar kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun angka-angka sifatnya hanya

sebagai penunjang. Data yang dimaksud meliputi transkip wawancara, catatan lapangan,

foto-foto, dokumen pribadi, nota, dan catatan lainnya.

Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dari sumber-sumber

pustaka tentang metode pengelolaan kelas anak prasekolah.

b. Metode Induktif

Yaitu metode yang bermula dari fakta khusus akhirnya ditarik kesimpulan yang bersifat

umum.

Metode ini berguna untuk menganalisa fakta yang ada dilapangan untuk kemudian ditarik

kesimpulan yang bersifat umum sesuai dengan landasan teori yang ada.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi hasil penelitian ini akan ditulis dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bagian muka yang memuat halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman

pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, abstraksi, deklarasi, halaman kata

pengantar dan halaman daftar isi.

2. Bagian isi batang tubuh bagian ini memuat :

Page 198: Skripsi Finish

Bab I, Pendahuluan yang terdiri atas : Latar belakang masalah, Penegasan istilah,

Rumusan masalah, Tujuan dan manfaat penulisan skripsi, Kajian pustaka, Metodologi

penelitian, Sistematika penulisan skripsi.

Bab II, Pengelolaan kelas anak prasekolah tinjauan psikologi pendagogis yang terdiri dari

: Kondisi fisik dan psikis anak prasekolah dilihat dari psikologi perkembangan yang

berisi tentang : Perkembangan jasmani, Perkembangan kognitif, Perkembangan bahasa

dan sosial, Perkembangan agama. Hubungan psikologi perkembangan dan pendidikan

yang meliputi peranan dan kontribusi psikologi dalam pendidikan. Pengelolaan kelas

anak prasekolah yang berisi tentang : Pengertian pengelolaan kelas, Tujuan pengelolaan

kelas, Dasar dan prinsip pengelolaan kelas anak prasekolah.

Bab III, Laporan hasil penelitian (tinjauan tentang metode pengelolaan kelas anak

prasekolah) yang terdiri atas : Gambaran umum TK X berisi tentang : Tinjauan historis,

Letak geografis, Struktur organisasi, Sarana prasarana dan sumber dana, Keadaan guru

dan siswa, Kurikulum. Penerapan pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X terdiri

atas : Pengelolaan kelas yang digunakan dalam pendidikan anak prasekolah di TK X,

Problematika dan solusi yang digunakan dalam pengelolaan kelas di TK X.

Bab IV, Analisis tentang pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X, memuat tentang :

Analisis tentang pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X, Analisis problematika dan

solusi yang digunakan dalam pengelolaan kelas anak prasekolah di TK X.

Bab V, Penutup yang meliputi : Kesimpulan, Saran-saran, dan penutup.

3. Bagian akhir/referensi yang berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 199: Skripsi Finish

SOLUSI MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BELAJAR BAGI

ANAK BERBAKAT DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK X

BAB I

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Page 200: Skripsi Finish

Menghadapi anak berbakat dan kreatif, orang tua atau guru harus mencari cara perlakuan

khusus. Meskipun tidak berlaku umum, konsep kreatifitas berhubungan dengan sifat

bawaan yang disertai dengan kecerdasan dan keunggulan. Sesuatu dapat dikatakan hasil

kreatifitas jika merupakan pembaharuan dan memiliki fungsi yang memasyarakat.

Biasanya kreatifitas lahir dari tuntutan untuk memenuhi kebutuhan utama manusia.

Banyak orang yang belum menyadari pentingnya pengembangan kreatifitas pada anak.

Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa kreatifitas semata-mata berhubungan

bakat artistik.

Menurut seorang ahli, kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang beragam, diikuti

dengan logika serta pengertian-pengertian yang bersifat intuitif dalam menciptakan

sesuatu keadaan atau benda-benda. Kita bisa melihat dengan jelas bila anak itu bermain ia

menciptakan khayalannya dan spontanitasnya.

Clark memunculkan konsep dimensi kreatif dalam keberbakatan merumuskan bahwa

kreatifitas merupakan ekspresi tertinggi dari keberbakatan yang bersifat terintegrasi yaitu

sintesa dari semua fungsi dasar manusia. Konsep tersebut mencakup kondisi berfikir

rasional yang sifatnya terukurkan dan dapat dikembangkan melalui berbagai latihan

secara sadar dan dirancang. Penginderaan adalah kondisi tulen dalam menciptakan

produk baru dan menurut pengembangan baik mental ataupun fisik atau ketrampilan

tinggi dalam bidang tertentu. Rasa adalah kondisi emosional yang dilepaskan dari

penciptaanya untuk diteruskan kepada konsumen dan menghasilkan respon emosional.

Kondisi intuisi adalah kesadaran tertinggi yang secara paradoksal digali dari alam sadar

dan bukan rasio sadar serta dikembangkan untuk mencapai pencerahan.

Menurut teori psikoanalistik, aebagaimana yang dikemukakan oleh Sigmund freud, carl

jung, ernest kris dan Lawrence kubie menuliskan bahwa proses kreatif yang di

gambarkan oleh clark dan beranjak dari teori jung adalah lundisi relatif (relax) dari ego

yang menjadikan alam bahwa sadar berfungsi bebas mengembangkan ide senghingga

terjadi integrasi antara kehidupan imajinasi dengan masalah yang dihadapi. Atas dasar

itu, kesadaran yang tertinggi rementara proses kreatif itu berlangsung.

Jadi dari para ahli dari atas dapat disimpulkan bahwa kreatifitas itu merupakan suatu

pruses yang mengikutkan segala pola berpikir rasional yang menjadi alam sadar dan

segala yang nersifat intuisi bebas mengembangkan ide. Manusia itu bebas dalam arti

Page 201: Skripsi Finish

mempunyai daya untuk memilih dari sekian banyak kemungkinan mengharap atau

menuntut kebebasan untuk berpikir dan bertindak dalam arti mempunyai daya yang

datang dari luar dirinya itu benar-benar urang kreatif.

Untuk mengembangkan kreatifitas, piran tidak hanya perlu mendapatkan latihan saja,

tetapi juga harus diisi dengan bahan-bahan yang dapat menjadi bahan untuk mancetuskan

sebuah ide. Bahan yang terbaik untuk pencetus ide adalah pengalaman-pengalaman yang

dialami sendiri merupakan bahan bakar yang terkaya, karena pengalaman ini cenderung

selalu kita ingat dan akan muncul setiap diperlukan.

Diantara masalah terpenting yang harus diperhatikan dan ditangani secara baik oleh para

pendidik adalah mengetahui bakat dan pekerjaan yang sesuai dengan anak yang kelak

menjadi cita-cita hidupnya. Bakat yang ada pada dasarnya merupakan modal emas untuk

meraih prestasi besar karena adanya berbagai faktor bisa menjadi sia-sia. Faktor

Distraktor itu dapat dikategorikan kepada faktor internal dan eksternal. Faktor Internal

adalah faktor yang timbul dari anak itu sendiri, hal ini terjadi karena adanya frustasi.

Sebagai contoh bahwa seorang anak merasa cukup punya bakat dalam bidang musik, tapi

mengingat tidak adanya piano atau gitar yang dapat dipakai untuk mengembangkan

bakatnya kemudian frustasi. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu

yang bersangkutan atau lingkungan sebagai contoh orang tuanya kurang mampu dalam

memberikan sarana yang memadai untuk itu.

Sesungguhnya setiap orang mempunyai bakat kreatif, walaupun masing-masing dalam

jenis dan derajatnya berbeda-beda. Maka yang penting bagi pendidik orang tua dan guru

ialah bahwa setiap anak mempunyai bakat kreatif dan bahwa bakat kreatif itu perlu

dipupuk sejak dini, agar dapat diwujudkan secara optimal. Ada beberapa pertimbangan

dasar mengapa kreatifitas perlu dipupuk sedini mungkin. Pertama kerana usia pra sekolah

merupakan masa yang sangat subur untuk mengembangkan kreatifitas anak-anak usia pra

sekolah sebagimana telah dilukiskan sebelum memiliki banyak kepribadian kreatif

hendaknya pendidik tidak menyia-nyiakan bakat alamiah anak usia pra sekolah ini.

Keadaan anak prasekolah menguntungkan untuk pengembangan kreatifitas, karena pada

masa ini masih banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif. Kedua

bahwa usia pra sekolah merupakan masa yang kritis untuk perkembangan kreatifitas dan

proses-proses intelektual lainnya.

Page 202: Skripsi Finish

Proses-proses mental yang dikembangkan pada usia dini akan menjadi bagian menetap

dari individu dan akan mempunyai dampak terhadap perkembangan intelektual

selanjutnya. Perkembangan dini dari berfikir, bersikap dan berperilaku kreatif akan

membentuk dasar yang kuat baik bagi prestasi orang dewasa dalam ilmu teknologi dan

seni maupun untuk menikmati hidup secara lebih mendalam.

Seorang anak memulai kehidupan sekolah, ia bergairah mencari pengalaman-pengalaman

baru dan ia condong untuk belajar. Oleh karena itu, kita melihat bahwa sekolah

membantu dalam menyandarkan anak akan keadaan yang sedang dilalui dalam masa

pertumbuhan yang terus menerus. Mereka memperhatikan setiap hal yang baru yang

terjadi padanya dan mereka terdorong untuk melakukan setiap pekerjaan yang baru, dari

rangkaian yang mereka sukai.

Menurut Dr. Muhammad Khalifah Barakat ada berbagai cara dalam menghadapi atau

melihat bakat anak-anak agar selalu hidup dan kuat menjadi pendorong bagi mereka

dalam belajar antara lain:

a. Ketahuilah bakat dari masing-masing murid anda dan setiap mereka diberi pelajaran

dengan baik apa kecondongannya yang menonjol.

b. Hendaknya kita selalu menjadikan murid-murid anda sebagai titik tolak dan

mengarahkan mereka kepada bakatnya masing-masing, dimana saja anda temukan, serta

jadikanlah bakat-bakat tersebut asas dari pendidikan dan pengajaran mereka.

c. Wajib dikembalikan bakat kodrati yang umum yang terdapat pada murid-murid yang

sebaya.

d. Bantulah murid-murid untuk merasakan adanya hubungan sekolah dengan

kehidupannya melalui adanya hubungan sekolah dengan pribadi anak.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik mengangkat tema :

"Solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat dalam proses belajar

mengajar". Karena kreatifitas dalam belajar sangat perlu dikembangkan dan digali

terutama pada anak yang mempunyai bakat sebagai modal emas untuk meraih prestasi

belajar demi kesuksesan cita-citanya.

B. Penegasan Judul

Sebelum penulis memaparkan lebih lanjut, maka terlebih dahulu akan penulis kupas

Page 203: Skripsi Finish

beberapa istilah dari judul diatas untuk menghindari kesalahan dalam memahami isi

tulisan ini, yaitu :

1. Solusi menurut Kamus Ilmiyah Populer berarti pemecahan dan penyelesaian suatu

masalah. Yang dimaksud oleh penulis disini adalah bagaimana menyelesaikan problem

anak berbakat dalam mengembangkan kreatifitasnya.

2. Kreatifitas Belajar Anak Berbakat

a. Kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang beragam diikuti dengan logika serta

pengertian-pengertian yang bersifat intuitif menciptakan suatu benda akan khayalan.

b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah individu melalui interaksi dengan

lingkungan.

c. Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan yang unggul, mempu

memberikan prestasi yang tinggi. Yang dimaksud oleh penulis bahwa kreatifitas belajar

pada anak berbakat adalah suatu proses perubahan tingkah dalam berfikir yang beragam

dengan logika serta pengertian yang bersifat intuitif untuk mampu memberikan prestasi

yang tinggi.

3. Taman Kanak-Kanak

Adalah suatu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini

bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Maksud TK dalam hal

ini adalah sekolah persiapan untuk anak usia 4-5 tahun sebelum anak memasuki sekolah

yang sebenarnya.

4. Proses Belajar Mengajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Maksudnya

belajar dalam hal ini adalah kegiatan yang tidak hanya memfokuskan pada pemahaman

dan ingatan tetapi juga pengalaman dan mengalami.

Sedangkan mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan kepada peserta

didik/murid di sekolah.

Jadi proses belajar mengajar merupakan suatu proses dimana adanya pengolahan

informasi oleh guru kepada siswa yang diharapkan kepada pencapaian tujuan yang

diharapkan.

II. RUMUSAN MASALAH

Page 204: Skripsi Finish

Dari latar belakang yang penulis kemukakan dapat penulis angkat dalam hal berbagai

permasalahan yaitu :

a. Bagaimanakah solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat?

III. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah :

a. Untuk memperdalam pengetahuan tentang bagaimana solusi mengembangkan

kreatifitas belajar pada anak berbakat.

IV. METODE PENELITIAN

Metode penulisan skripsi yang penulis gunakan adalah :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan grand teori

meksudnya bahwa pengumpulan data pada hakekatnya berpedoman pada usaha untuk

mengembangkan suatu teori, maka pengembangan teori dan pengumpulan data bertalian

erat.

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kialitatif ini adalah pendekatan positivistik

maksudnya bahwa penelitian kualitatif ini pada umumnya lebih melihat proses dari pada

produk dari objek penelitian.

Dalam skripsi yang dikaji ini meneliti bagaimana proses mengembangkan kreatifitas

belajar anak berbakat dalam lembaga taman kanak-kanak.

3. Metode Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan

maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah;

a. Observasi

Adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek

baik langsung maupun tidak langsung karena pengamatan memungkinkan gejala-gejala

penelitian dapat diamati dari dekat. Obsevasi digunakan penulis untuk mengamati

perkembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat dalam proses belajar mengajar di

Page 205: Skripsi Finish

TK X.

b. Wawancara

Adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya

jawab secara langsung ataupun tidak langsung dengan sumber data. Wawancara ini

digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pengembangan kreatifitas belajar pada

anak berbakat, problem dan solusi anak berbakat melalui informasi kepala sekolah, guru

dan orang tua.

c. Dokumentasi

Adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen

ini dugunakan untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable

yang diteliti meliputi catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah dan sebagainya untuk

mendukung keperluan penelitian karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung-

jawabkan.

2. Teknik Analisa data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi

kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan dengan subyek penelitian

berdasarkan data dan veriabel yang diperoleh. Apabila dalam penelitian yang

pendekatannya lebih bersifat kualitatif tentu diskriptifnya tersebut lebih penting lagi.

Analisis data digunakan untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil

observasi, wawancara dan lain-lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian

tentang masalah yang diteliti dengan menyajikan sebuah temuan bagi orang lain.

Untuk menganalisa data yang telah ada, penulis berusaha mengikuti langkah-langkah

berikut yang masih sangat bersifat umum, yakni:

a. Reduksi data

Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau

laporan yang terperinci. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal

yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dicari tema atau polanya. Data ini

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan dapat membantu

dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.

b. Display data

Data yang keseluruhannya diperoleh harus diusahakan untuk dibuat dalam berbagai

Page 206: Skripsi Finish

macam matriks, grafik, networks dan charts. Dengan demikian peeliti dapat menguasai

data dan tidak tenggelam dalam tumpikan detail.

c. Pembuatan catatan obyektif

Peneliti mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi

sebagaimana adanya, factual atau objektif deskriptif. Dalam hal ini data yang diperoleh di

lapangan akan diklasifikasikan pada segment yang sesuai dan peneliti berhak mengedit

data jika data tidak sesuai dengan situasi yang ada.

d. Mengambil kesimpulan dan verifikasi

Peneliti berusaha mencari makna data yang dikumpulkan untuk mencari pola, tema,

hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya dari data yang

diperolehnya untuk diambil kesimpulan. Data yang telah disimpulkan senantiasa harus

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan pemeriksaan tentang

kebenaran suatu laporan. Untuk mencapai intersubjektif consensus yakni persetujuan

bersama agar lebih menjamin validitas atau comfirmability.

V. KAJIAN PUSTAKA

Pembahasan dan penelitian mengenai kreatifitas belajar dan anak berbakat telah banyak

dilakukan oleh penulis sebelumnya terdapat beberapa kajian yang telah membahasnya.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih memfokuskan pada

pembahasan pada pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat. Dengan

mengetahui cara mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat maka diharapkan

dapat mengatahui ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam berinteraksi dengan

lingkungannya sebagai bagian dari penyaluran bakat dari peserta didik.

Dengan demikian dalam penelitian ini masih menemukan relevansi dan signifikansi

untuk dilakukan.

VI. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang penulis maksudkan di dini adalah sebagai acuan dalam

embahas skripsi dan sebagai acuan dalam membahas skripsi dan sebagai gambaran umum

tentang hal-hal yang menjadi pembahasan di dalamnya.

a. Bagian muka

Page 207: Skripsi Finish

Bagian ini memuat halaman judul, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar dan

daftar isi.

b. Bagian isi

Bagian ini terdiri dari :

BAB I Mengenai latar belakang masalah, penegasan, judul, rumusan masalah, tujuan

penelitian dan metode penelitian

BAB II Mengenai pengertian kreatifitas dan belajar, ciri-ciri kreatifitas belajar, faktor

yang mempengaruhi kreatifitas belajarm tahap-tahap kreatifitas, mengenai pengertian

anak berbakat, ciri-ciri anak berbakat, problema dan solusi anak berbakat, solusi

mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat

BAB III Mengenai sejarah berdirinya TK X, proclema anak berbakat dan solusinya,

usaha dan sarana pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat di TK X.

BAB IV Mengenai Analisis Solusi Mengembangkan Kreatifitas Belajar Pada Anak

Berbakat di TK X.

BAB V Kesimpulan, saran dan penutup.

0Share

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI EDUCATIVE

PUNISHMENT UNTUK ANAK USIA DINI DAN UPAYA SOLUSINYA

DI TK X

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Para ahli psikologi dan pendidikan dan bahkan semua orang berpendapat bahwa setiap

anak manusia berbeda secara lahir maupun batin, jangankan pada aspek biologis, pada

Page 208: Skripsi Finish

aspek psikologis pun anak manusia berbeda. pendapat ini tidak dapat dibantah, karena

memang demikianlah kenyataannya. Coba amati kehidupan dilingkungan masyarakat,

anak manusia bukan hanya terdiri dari jenis kelamin wanita dan pria , tetapi juga terdiri

dari kelompok umur, mulai dari anak kecil, anak usia pra sekolah, anak remaja, pemuda,

dan orang dewasa, termasuk para orang tua lanjut usia. Secara psikologis mereka- mereka

itu mempunyai perbedaan-perbedaan dengan karakter mereka masing-masing-masing,

ada yang pemarah, ada yang berjiwa sosial, ada yang egois, ada yang cengeng, ada yang

pemalas, ada yang bodoh, ada yang cerdas, ada yang rajin, ada yang pemurung, dan

sebagainya yang semuanya itu dipengaruhi pembawaan dan lingkungan.

Masa usia dini merupakan masa unik dalam kehidupan anak-anak, karena masa ini

merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus masa yang paling sibuk,

masa ini adalah masa yang paling tepat untuk anak memulai belajar, karena dapat

menumbuhkan nilai-nilai yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan kepribadian anak.

Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak usia dini merupakan suatu investasi yang

sangat besar bagu keluarga, bangsa dan agama. Anak adalah generasi penerus keluarga

dan penerus bangsa, betapa bahagianya orang tua yang melihat anak berhasil, baik dalam

hal pendidikan, berkeluarga, bermasyarakat, dan berkarya. Untuk mewujudkan semua itu

yang diperlukan adalah pendidikan.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada anak usia dini berada pada periode pre

operasional yaitu di mana anak belum mampu menguasai operasional mental secara logis,

yang dimaksud operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan

fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau Symbolic

Fungtion, yaitu kemampuan untuk, merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang dengan

menggunakan symbol (kata-kata, gesture /bahasa, gerak, dan benda). Dapat juga

dikatakan sebagai Semiotic fungtio, kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol,

(bahasa, gamabar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa).

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi salah satu diantaranya adalah

pendidikan yang dikhususkan untuk anak usia 4-6 tahun yaitu Taman kanak-Kanak atau

yang biasa kita sebut dengan TK. Anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan

karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia anak diatasnya. Pendidikan anak

usia dini mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju, karena

Page 209: Skripsi Finish

menurut ilmu pendidikan pengembangan kapasitas manusia akan lebih mudah dilakukan

sejak dini.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarganya.

Apabila di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan,

saling membantu (bekerja sama), dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota

keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan

aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam

hubungannya dengan orang lain. kematangan penyesuaian anak akan sangat terbantu

apabila anak dimasukkan ke Taman kanak-Kanak. TK sebagai "jembatan bergaul"

merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas

pergaulan sosialnya, dan mentaati peraturan.

TK dipandang mempunyai kontribusi yang baik bagi perkembangan sosial anak karena

alasan-alasan sebagai berikut :

1. Suasana TK sebagian masih suasana keluarga.

2. Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mengikat kebebasan anak.

3. anak berkesempatan untuk aktif bergerak, bermain, dan riang gembira yang

kesemuanya mempunyai nilai paedagogis.

4. anak dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang beragam (multi budaya)

baik etnis, agama, dan budaya.

Ilmu pendidikan memberi landasan bagaimana cara mendidik anak, baik secara umum

maupun khusus. Tercakup juga di dalamnya ilmu pembelajaran, tentang bagaimana cara

membelajarkan usia dini. Ilmu pendidikan juga mencakup teknologi pendidikan,

khususnya yang terkait dengan media dan alat-alat bermain anak yang sangat diperlukan

mendidik anak. Disamping itu, ilmu tentang kurikulum dan menerjemahkan kurikulum ke

dalam program pembelajaran dan satuan pembelajaran. Ilmu tentang evaluasi (asesmen)

juga dibutuhkan untuk mengetahui kemajuan pembelajaran anak.

Setiap persoalan pendidikan anak dikaji dari berbagai sudut keilmuan secara terpadu.

Sebagai contoh, untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-4

tahun, kira-kira kegiatan apa yang tepat diberikan. Untuk menjawab hal itu perlu dikaji

perkembangan fisik motorik anak usia TK dari segi biologis, psikologi belajar anak, dan

ilmu pendidikan jasmani. Contoh lain ialah bagaimana cara menanamkan nilai-nilai

Page 210: Skripsi Finish

kedisiplinan pada anak, untuk menjawab persoalan tersebut ilmu psikologi sangat

diperlukan. Oleh sebab itulah seorang guru dituntut untuk menguasai ilmu tersebut

karena ilmu psikologi adalah ilmu yang paling berperan dalam mendidik anak usia dini.

Berbicara mengenai pendidikan, tidak terlepas peranan pelaku pendidikan itu sendiri

yaitu pendidik dan anak didik, selain itu sebuah lembaga pendidikan formal baik itu

untuk anak usia dini, menengah, dan kuliah pasti memiliki sebuah tata tertib atau

peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh para pelaku pendidikan. Tata tertib dan

peraturan yang diberlakukan adalah untuk menjaga ketertiban suasana lingkungan belajar

tetap kondusif, selain itu peraturan juga diberikan untuk anak agar bisa bersikap disiplin

baik itu di sekolah atau pun di masyarakat kelak.

Setiap ada peraturan tentunya juga terdapat sanksi atau hukuman yang diberikan kepada

setiap pelanggar ketertiban. Pemberian hukuman terhadap siswa terutama pada anak usia

dini harus benar-benar memperhatikan psikologi anak, pemberian hukuman yang salah

(tidak sesuai dengan psikologi anak) akan sangat mempengaruhi perkembangan mental

dan jiwa anak. Jika hal itu terjadi, maka proses tumbuh kembang anak akan terganggu

dan berdampak negatif pada tingkah lakunya.

Menghukum anak bukan perkara yang mudah karena masalah tidak hanya selesai saat

seorang guru bisa menahan amarahnya, akan tetapi masalah yang paling penting adalah

dampak dari hukuman tersebut, apakah anak mengalami perubahan positif atau malah

sebaliknya anak mengalami perubahan yang negatif. Dalam beberapa fenomena yang

terjadi adalah anak mengalami mogok belajar, dan cenderung bersikap pasif terhadap

materi yang diberikan guru.

Demikianlah gambaran problematika yang dihadapi oleh para guru di TK X, sampai saat

ini implementasi educative punishment belum dapat terealisasi dengan sempurna, karena

fenomena yang terjadi setelah anak didik melakukan kesalahan dan mendapatkan sanksi

sang guru, yang terjadi justru anak tidak mau mentaati perintah dari guru yang

bersangkutan, dan bahkan ada beberapa anak yang bersikap acuh terhadap sanksi yang

diberikan guru, dan problem yang paling serius adalah ketika anak memutuskan untuk

berhenti atau keluar dari sekolah. Berangkat dari latar belakang yang telah tersebut di

atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui

"Problematika Educative Punishment Untuk Anak Usia Dini dan Upaya Solusinya di TK

Page 211: Skripsi Finish

X".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan educative punishment ?

2. Bagaimana implementasi educative punishment dan apa saja problematika yang

dihadapi para pendidik dalam memberikan hukuman pada anak di TK X?

3. Bagaimana solusi untuk memecahkan problematika yang dihadapi para pendidik/guru

dalam upaya menerapkan educative punishment pada anak usia dini di TK X ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, adapun tujuan yang ingin

dicapai dalam skripsi ini:

1. Untuk mengetahui implementasi educative punishment pada anak usia dini di TK X.

2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi guru dalam implementasi educative

punishment pada anak usia dini di TK X.

3. Ingin mengetahui solusi- solusi untuk memecahkan problematika yang dihadapi guru

dalam upaya implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X.

D. Kegunaan Penelitian

Setelah disebutkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam pembahasan ini,

penulis berharap ada manfaat bagi lembaga yang bersangkutan khususnya bagi penulis

dan para pembaca pada umumnya. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai :

1. Bagi penulis diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan dalam menghadapi

problematika dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini.

2. Bagi lembaga yang dijadikan obyek penelitian, dapat digunakan untuk mengevaluasi

sekaligus menentukan langkah yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang ada

pada lembaga yang bertujuan.

3. Bagi staf pendidik atau guru dapat dijadikan sebagai bahan dalam menentukan metode

dan teknik dalam memberikan hukuman untuk anak usia dini.

Page 212: Skripsi Finish

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahp ahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis

perlu memberikan penjelasan arti dari istilah-istilah yang terkandung di dalamnya, yaitu

sebagai berikut :

1. Problematika : Problematika adalah suatu permasalahan yang belum dijumpai

pemecahannya ketika itu. Sehingga dapat dikatakan, bahwa problematika adalah suatu

masalah yang sulit, hingga sampai waktunya belum ditemukan jalan keluarnya atau

pemecahannya.

2. Implementasi : penerapan, yaitu pelaksanaan atau proses educative punishment di TK

X.

3. Educative Punishment : hukuman yang mendidik. Jadi yang dimaksud educative

punishment dalam penelitian skripsi ini adalah sanksi atau hukuman yang diberikan

kepada anak didik yang melakukan pelanggaran yang memperhatikan aturan dalam

menghukum dan bertujuan untuk mendidik, bukan untuk menyakiti anak. 4. Anak Usia

Dini : yang dimaksud anak usia dini dalam skripsi ini adalah anak yang sedang

mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) yaitu anak yang berusia sekitar 4-6

tahun.

5. Upaya : usaha/ikhtisar untuk mencapai suatu apa yang hendak dicapai atau untuk

diinginkan. Adapun yang dimaksud upaya di sini adalah usaha yang dilakukan oleh guru

terhadap anak usia dini untuk memberikan latihan dan pemahaman terhadap anak usia

dini yang melakukan pelanggaran tentang kedisiplinan.

6. Solusi : solusi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu solution yang

maksudnya adalah cara pemecahan atau penyelesaiannya.

Jadi yang dimaksud " Problematika Educative Punishment Untuk Anak Usia Dini dan

Upaya Solusinya di TK X" adalah berbagai hambatan permasalahan yang kini belum

dijumpai jalan keluarnya dan dialami oleh para pendidik atau guru di TK X dalam hal

pemberian hukuman terhadap anak usia dini serta berbagai solusinya atau jalan keluarnya

guna mengatasi hambatan-hambatan dari permasalahan-permasalahan tersebut.

F. Metode Penelitian

Page 213: Skripsi Finish

Dalam penelitian yang sasaran utamanya adalah problematika guru Taman Kanak-Kanak

dalam memberikan hukuman yang mendidik terhadap anak usia dini di TK X. Penulis

menggunakan metode pembahasan dalam penyajian data yang relevan dalam

permasalahan yang telah ditetapkan, dan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan Populasi dan Sampel

Dalam suatu penelitian lapangan seorang peneliti akan menghadapi populasi sebagai

obyek penelitian, populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang

diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan anak didik sebagai sumber data, karena

mengingat anak di bawah usia masih belum bisa dijadikan acuan, oleh karena itu penulis

mengambil Kepala Sekolah, guru, dan staf karyawan sebagai subyek dalam penelitian ini.

2. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :

1) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang biasanya berupa data verbal yang diperoleh dari

pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis. Yaitu berupa :

a) Sejarah berdirinya TK X

b) Letak geografis

c) Sarana dan prasarana

d) Implementasi Educative punishment

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang diperoleh sebagai hasil

pengukuran atau penjumlahan. yaitu berupa:

a) Jumlah siswa

b) Jumlah guru dan staf karyawan

c) Jumlah kelas

b. Sumber Data

Sumber data adalah subyek di mana data diperoleh dalam penelitian ini sumber data yang

Page 214: Skripsi Finish

diambil penulis ada dua macam yaitu :

1) Library Reseach

Yaitu data yang diperoleh peneliti dengan cara mempelajari buku-buku atau literatur yang

sesuai, yang digunakan untuk mencari landasan-landasan teori tentang unsur-unsur pada

penelitian ini.

2) Field Reseach

Adalah sumber data yang diperoleh peneliti dari lapangan secara langsung untuk

memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu sebagai berikut :

1) Sumber data manusia, yang meliputi sebagai berikut :

a) Kepala Sekolah

b) Semua tenaga pendidik (guru)

c) Semua staf karyawan TK X.

2) Sumber data bukan manusia, meliputi arsip tentang data-data yang diperlukan yang

terdapat di TK X.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh suatu data, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Metode Observasi

Metode observasi secara luas adalah pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan

pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit, yaitu

pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

obyek dengan seluruh alat indera.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap

fenomena atau gejala-gejala yang terdapat di lapangan untuk mengetahui situasi umum

dari obyek yang diteliti dan untuk memperoleh data tentang kegiatan responden. Dan

kelebihan yang diperoleh dari penelitian ini adalah data yang diperoleh adalah data segar,

dalam arti data yang diperoleh dari subyek pada saat terjadinya tingkah laku dan

keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.

Dalam prakteknya metode ini lebih cenderung digunakan penulis untuk menggali data

tentang :

Page 215: Skripsi Finish

1) Cara guru memberikan hukuman terhadap anak didik.

2) Respon anak terhadap hukuman yang diberikan guru tersebut.

3) Letak geografis.

4) Fasilitas dan sarana dan pra sarana yang terdapat di TK X.

b. Metode Interview

Metode interview adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh keterangan pendirian koresponden melalui percakapan langsung atau tatap

muka. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada suatu

penyelidikan.

Melalui metodologi ini penulis bermaksud dapat mencari data yang bersifat informasi

tentang sikap dan respon dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini

di TK X. Penulis menggunakan metode ini ditujukana kepada Kepala Sekolah, guru, yang

bertujuan untuk mengetahui metode dan strategi yang digunakan pada saat memberikan

hukuman dan problem apa saja yang dihadapi ketika memberikan hukuman terhadap

anak didik.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang merupakan

catatan, transkrip, buku, surat kabar,majalah, notulaen, rapat lengger, legenda, dan

sebagainya.

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data

yang ada pada TK X sebagai penunjang data. Data-data tersebut meliputi data Kepala

Sekolah, pengajar, karyawan, jumlah siswa, sarana dan pra sarana, dan lain-lain yang

dibutuhkan dalam proses penelitian di TK X.

4. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini merupakan bagian terpenting, karena dengan analisis inilah

data yang ada akan tampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian

dan mencapai tujuan akhir dalam penelitian.

Adapun teknik analisa data yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah teknik analisa

deskriptif, sebagaimana yang sering digunakan dalam penelitian deskriptif adalah

merupakan menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang

Page 216: Skripsi Finish

dialami sehubungan dengan kegiatan. Pandangan sikap yang tampak atau tentang proses

belajar, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang tampak bertentangan yang

meruncing, dan sebagainya.

Karena dalam penelitian ini tidak merupakan data berupa angka, maka teknik yang

digunakan adalah teknik penelitian kualitatif deskriptif sedangkan menurut Suharsimi

Arikunto pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis,

sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu meluruskan hipotesa.

Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan

dengan menggunakan teknik analisa deskriptif, dengan melalui tahapan-tahapan tertentu,

yakni identifikasi, klasifikasi, dan kategorisasi, selanjutnya diinterpretasikan melalui

penjelasan deskriptif, sehingga dapat dipertanggungj awabkan kebenarannya.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam laporan penelitian ini pembahasan diperinci bab demi bab kemudian dari bab-bab

diperinci lagi menjadi sub-bab.

Bab I berisi pendahuluan yang memuat pokok-pokok pikiran yang meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan

dilanjutkan dengan sistematika pembahasan.

Bab II membahas tentang landasan teori yang meliputi dua subbab, subbab I menjelaskan

tentang anak usia dini yang terdiri dari fase perkembangan anak manusia, pengertian anak

usia dini, dan faktor-faktor yang mempengaruhi anak usia dini, sub bab II mengenai

educative punishment yang meliputi pengertian educative punishment, fungsi educative

punishment, dan cara menghukum anak usia dini.

Bab III berisi tentang laporan penelitian, yaitu terdiri dari subbab I gambaran umum

obyek penelitian yang meliputi berikut : sejarah singkat berdirinya Taman Kanak-Kanak

X, letak geografis TK X, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan

pra sarana, metode dan strategi pelaksanaan educative punishment di TK X. Subbab II

berisi tentang penyajian dan analisis data yaitu meliputi : problematika yang dihadapi

guru dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X, faktor-

faktor penunjang dan penghambat implementasi educative punishment untuk anak usia

dini di TK X, dan solusi-solusi dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh guru

Page 217: Skripsi Finish

dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X.

Dari keseluruhan uraian dan pembahasan secara rinci sudah penulis paparkan, namun

sebagai akhir dari uraian dalam pembahasan ini penulis dengan kesimpulan, saran, dan

penutup sebagai rangkaian laporan penelitian yang penulis lakukan ditempatkan pada bab

IV. Dengan berakhirnya bab yang ke IV ini, maka secara tertulis dalam sistematika

pembahasan ini telah selesai.