Tt Typhoid Kelompok 3
-
Author
eka-fitri-cahyani -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Tt Typhoid Kelompok 3

KELOMPOK 3 REGULER 1“TYPHOID”
Now downloading data…

• Kona’ah Toyyibah• Meti Verdiyan• Indira Rahmadewi• Hesti Purwaningsih• Amildya Dwi• Reny Rudi Asista• Hartono• Eka Fitri Cahyani• Ade Rumondang

definisi
Demam tifoid adalah penyakit demam sistemik akut generalisata yang disebabkan oleh Salmonella
typhi, biasanya menyebar melalui ingesti makanan dan air yang terkontaminasi, ditandai dengan bakteremia berkepanjangan serta invasi
oleh patogen dan multifikasinya dalam sel-sel fagosit mononuklear pada hati, limpa, kelenjar
getah bening, dan plak Peyeri di ileum
Sumber : Sudoyo, dkk. 2009

• Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
1• Antigen H (Antigen Flagella),
yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
2• Antigen Vi yang terletak pada
kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.
3
klasifikasi

epidemiologi
Secara keseluruhan demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan 216.500
kematian pada tahun 2000

Epidemiologi Con’t
tinggi
• (>100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dicatat di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan
sedang
• (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru)
rendah• (<10 kasus per 100.000
populasi per tahun) di bagian dunia lainnya

Epidemiologi Con’t
demam tifoid di Indonesia berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat demam tifoid,
tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedia tempat buang
air besar dalam rumah.

etiologi
Tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi, basil gram negatif, berflagel(bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora
Bakteri memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan.
salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit.

Salmonella typhi memiliki 3 antigen yaitu : 1. antigen O (somatik) polisakarida yang sifatnya
spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
2. H (flagela) terdapat flagella dan bersifat termolabil 3. antigen Vi berupa bahan termolabil yang diduga
sebagai pelapis tipis dinding seli kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis
Etiologi con’t

Faktor resiko : Infeksi S. Thypi Beberapa kondisi kehidupan menusia yang sangat
berperan adalah : 1. Hygiene perorangan yang rendah, seperti budaya
cuci tangan yang tidak terbiasa. Hal ini jelas pada anak-anak, penyaji makanan serta pengasuh anak.
2. Hygiene makanan dan minuman yang rendah . faktor ini paling berperan pada penularan tifoid. ex : makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah atau dihinggapi lalat, air minum yang tidak dimasak.
Faktor Resiko

Faktor Resikocon’t
3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, sampah yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
4. Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai.
5. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.
6. Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna.
7. Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
- anoreksia- rasa malas- sakit kepala bagian depan- nyeri otot- lidah kotor- gangguan perut (perut
kembung dan sakit)
Manifestasi Klinis

Minggu Pertama
• demam tinggi yang berpanjangan (39ºc hingga 40ºc),
• sakit kepala, pusing, • pegal-pegal, • anoreksia, • mual, muntah, • batuk, • nadi antara 80-100x/mnt, denyut lemah, • pernapasan semakin cepat, • perut kembung dan merasa tak enak,• diare dan sembelit silih berganti.

• Akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita, kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor.
• Epistaksis dapat dialami oleh penderita, tenggorokan terasa kering dan beradang.
• Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan ditemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga.
Minggu Pertama Con’t

• Ruam kulit (rash) umum terjadi pada hari ke-7 dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata
• bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan.
• Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.
Minggu Pertama Con’t

• minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung.
• Terjadi perlambatan relatif nadi yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh.
• Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium.
• Gangguan pendengaran umum terjadi. • Lidah tampak kering,merah mengkilat.
Minggu Kedua

• Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,
• diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.
• Pembesaran hati dan limpa. • Perut kembung dan sering berbunyi. • Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus,
mulai kacau jika berkomunikasi
Minggu Kedua Con’t

• Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
• Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus.
• Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.
Minggu Ketiga

• Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps.
• Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran perdarahan.
• Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
Minggu Ketiga Con’t

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau
tromboflebitis vena femoralis.
Minggu Keempat

Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1. pemeriksaan darah tepi; 2. pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi
dan biakan kuman; 3. uji serologis; dan 4. pemeriksaan kuman secara molekuler.

1. pemeriksaan darah tepi
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit
normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis
biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis relatif,
terutama pada fase lanjut.

2. identifikasi kuman melalui isolasi
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine,
feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis
penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya
di dalam urine dan feses.

3. identifikasi kuman melalui uji serologis
Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri.
Volume darah yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi :
(1)uji Widal; (2)tes TUBEX®; (3)metode enzyme immunoassay (EIA); (4)metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA); dan (5)pemeriksaan dipstik.

4. identifikasi kumansecara molekuler
Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.

Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi
penatalaksanaan yang meliputi: istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (baik simptomatik maupun
suportif), serta pemberian antimikroba.
penatalaksanaan

Istirahat dan Perawatan
• Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
• Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK.
• Posisi pasien diawasi untuk mencegah dekubitus dan pnemonia orthostatik
• serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga

Diet dan Terapi Penunjang
• Beri diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus.
• Gizi penderita diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.
beri vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.

Pemberian Antimikroba
chloramphenicol TiamfenikolAmpisillin dan AmoksisilinTrimetroprim-sulfamethoxazoleSefalosforin Generasi Ketiga
(ceftriaxon)Golongan Flurokuinolon (Norfloksasin,
siprofloksasin). Kombinasi 2 antibiotik

Negara Severitas First-Line Antibiotik Second-Line Antibiotik
South Asia, East Asia Uncomplicated Cefixime PO Azithromycin PO
Complicated Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV
Aztreonam IV or
Imipenem IV
Eastern Europe, Middle East, sub-
Saharan Africa, South America
Uncomplicated Ciprofloxacin PO or
Ofloxacin PO
Cefixime PO or
Amoxicillin PO or
TMP-SMZ PO
or Azithromycin PO
Complicated Ciprofloxacin IV or
Ofloxacin IV
Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV or
Ampicillin IV
or
TMP-SMZ IV
Unknown geographic origin or
Southeast Asia
Uncomplicated Cefixime PO plus
Ciprofloxacin PO or
Ofloxacin PO
Azithromycin PO*
Complicated Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV, plus
Ciprofloxacin IV or
Ofloxacin IV
Aztreonam IV or
Imipenem IV, plus
Ciprofloxacin IV
or
Ofloxacin IV
Kombinasi dari azitromisin dan fluoroquinolones tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan perpanjangan QT dan relatif kontraindikasi.

Daftar Pustaka
Nelwan, RHH.2012. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM- Jakarta.
Utami, Tania nugrah, S.ked. (2010) . Demam Tifoid. http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2010/03/belibis_a17_demam_tifoid.pdf Diakses pada tanggal 25 februari 2014
Marlane, Hurst. 2008. Hurst Review: Pathophysiology Review. McGraw Hill.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-sodikinkur-5696-2-babiik-s.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31283/3/Chapter%20II.pdf