Trauma Panggul

21
TRAUMA PANGGUL 1. Fracture pelvic ring (808) Batasan : pelvic girdle dibentuk oleh 2 tulang innominate (os coxae) yang berartikulasi di bagian anterior yang disebut symphisis pubis dan di bagian posterior dengan os. Sacrum (sacro illiac joint) Pelvic ring dibentuk oleh 2 arcus yang penting dalam menahan weight bearing forces yaitu femoro sacral arch dan ischio sacral arch. Klasifikasi : Menurut Marvin Tile disruption of pelvic ring dibagi : 1. Stable 2. Unstable 3. Miscellaneous - Complex - Associated Acetabular disruption - Bilateral sacrao illiac dislocation with intact anterior arch Menurut Marvin Tile symphiasialis dibagi 3 grade : I. Symphisis open < 2,5 cm II. Symphisis open > 2,5 cm III. Symphisis open > 2,5 cm with peroneal wound Diagnose : 1. Klinis 2. Radiographic - Pelvic AP - Inlet & outlet view - Internal & eksternal oblique view b. CT scan Management fracture pelvic :

description

woc

Transcript of Trauma Panggul

Page 1: Trauma Panggul

TRAUMA PANGGUL

1. Fracture pelvic ring (808)Batasan : pelvic girdle dibentuk oleh 2 tulang innominate (os coxae) yang

berartikulasi di bagian anterior yang disebut symphisis pubis dan di bagian posterior dengan os. Sacrum (sacro illiac joint)Pelvic ring dibentuk oleh 2 arcus yang penting dalam menahan weight bearing forces yaitu femoro sacral arch dan ischio sacral arch.

Klasifikasi :Menurut Marvin Tile disruption of pelvic ring dibagi :1. Stable2. Unstable3. Miscellaneous

- Complex- Associated Acetabular disruption- Bilateral sacrao illiac dislocation with intact anterior arch

Menurut Marvin Tile symphiasialis dibagi 3 grade :I. Symphisis open < 2,5 cmII. Symphisis open > 2,5 cmIII. Symphisis open > 2,5 cm with peroneal wound

Diagnose :1. Klinis2. Radiographic

- Pelvic AP- Inlet & outlet view- Internal & eksternal oblique view

b. CT scan

Management fracture pelvic :

Page 2: Trauma Panggul

Prosedur tetap :Indikasi pemasangan eksternal fiksasi pelvic :1. Stable pelvic fracture dengan severe pelvic hemorrhage2. Stable pelvic fracture yang memerlukan early mobilization 3. Poly trauma4. Unstable pelvic (vertical shear injuries)Indikasi pemasangan C-clamp - Unstable pelvic (vertical shear injuries)/rupture posterior sacro illiac lig.

Indikasi pemasangan internal fiksasi :1. Rupture post sacro illiac lig. 1-2 hari setelah pemasangan C-clamp dan keadaan

stabil2. Symphiasialis Gr. II & III

Komplikasi Awal :1. Loss of reduction2. Sepsis3. Thrombo phletis

Lanjut :1. Leg length discreparancy2. Low back pain3. Pelvic oblique4. Lumbo sacral plexus palsy5. Sacro illiac arthritis

Page 3: Trauma Panggul

MANAGEMENET HEMORHAGIC SHOCK PADA UNSTABLE PELVIC FRACTURE

Page 4: Trauma Panggul

2. Fracture pelvic wing - Tidak mempengaruhi stabilitas pelvis- Terapi konservatif, kecuali pada :

* open fractur* multiple fraktur dengan terapi operatif

3. Fracture acetabulum :Biomekanik : fraktur yang disebabkan gerakan cepat femur ke pelvis, misal pada

dashboard injuryEvaluasi cedera :- caput femur- patella, posterior cruciatum ligament- fracture pelvis dan acetabulumPosisi caput femur sangat penting :- Flexi : fracture posterior wall dan atau dislokasi past hip- External rotasi : fraktur anteroir wall- Internal rotasi : fraktur posterior wall- Abduksi : fraktur infero medial wall- Adduksi : fraktur superolateral

a. Klasifikasi (Letourel) :1. Tipe posterior dengan/tanpa dislokasi posterior

- Fraktur posterior column * Tampak pada alar dan obturator view* ORIF plating

- Fraktur posterior wall* fraktur permukaan sendi posterior* jika fragmen besar – ORIF plating

- Fraktur posterior wall dan posterior collumn* ORIF plating

- Posterior wall dengan fraktur transverse* sering : 20 % khusus* ORIF plating* identifikasi cedera posterior, n. ischiadicus dan avascular necrosis

2. Tipe anterior dengan/tanpa dislokasi anterior - Fraktur collumn anterior

* melalui rumus pubis uperior* prognose baik karena buka weight bearing* jika sampai Dome superior, harus ORIF

- Fraktur anterior wall : jarang- Fraktur anterior collumn, anterior wall dan fraktur transverse

3. Tipe transverse dengan / tanpa dislokasi central - Fraktur transverse

* membelah kedua collumn* displacement dapat ringan sampai komlit dislokasi central caput femur ke

pelvis- T. frakture

* bersama fraktur transverse, biasanya membelah acetabulum secara vertikal* komponen vertikal dapat ke anterior / posterior ke foramen abturator

Page 5: Trauma Panggul

* trauma yang lebih kuat dibanding tipe transverse* komponen T sangat bermakna, karena reduksi 1 collumn tak akan

mereduksi yang lain seperti pada tipe transverse- Fraktur transverse dan acetabular wall- Fraktur double collumn

* “floating” acetabulum tidak melekat dengan rangka tubuh* fraktur membelah kedua collumn diatas level acetabulum* spur sign sangat karakteristik* reduksi ilium merupakan kunci keberhasilan

b. X-ray- Pelvis - AP- Alar dan abturator- CT scan :

* bila terdapat : - fraktur dinding acetabulum- fragmen dalam sendi

* mengetahui derajat kominutif

Indikasi operasi :- Inkongruitas sendi- Fraktur Dome Superior- Instabilitas hip- Lesi n. ischiadicus post reposisi- Disertai fraktur femur ipsilateral- PolitraumaKontra Indikasi :- Keadaan umum tidak stabil- Communicatif frakturNon operatif : Fraktur undisplaced dan stable

4. Fraktur collumn femur a. Klasifikasi : yang sering dipakai adalah berdasarkan :

1. Lokasi anatomi fraktur :- intrakapsular : * subcapital type

* transcervical type- extrakapsular : * basecervical type

2. Sudut fraktur (Pauwell)- Tipe I adalah fraktur 300 dari horisontal (stabil)- Tipe II adalah fraktur 500 dari horisontal (tidak stabil)- Tipe III adalah fraktur 700 dari horisontal (sangat tidak stabil)

3. Displacement fragmen fraktur :- Garden I : adalah fraktur inkomplit atau impacted - Garden II : adalah fraktur komplit tanpa displacement- Garden III : adalah fraktur komplit dengan partial displacement- Garden IV : adalah fraktur komplit dengan total dispalecement

b. Standard diagnosis :Pemeriksaan fisik :- tidak memberikan deformitas yang jelas- perkusi pada trokhanter major, nyeri

Page 6: Trauma Panggul

X-Ray :- rutin dengan AP & lateral view- bila tidak jelas diulang 10-14 hari

c. Terapi :Garden I :- Internal fiksasi dengan multiple pins atau screwing Garden II :- Internal fiksasi dengan pinning/ screwing- konservatif dapat mengakibatkan displacementGarden III dan IV (displaced) - non operatif :

* traksi dilanjutkan spica cepat* pinning perkutan dengan lokal anesthesi* closed reduction dan spica cast dalam abduksi

- Operatif :* dilakukan operasi urgent namun penderita statusnya seoptimal mungkinPada orang muda → OMPG (osteomuscular pedicle graft)Pada orang tua → hemiarthroplasty dengan Austin Moore Prosthesis

(AMP) atau bipolar prostesis d. Rehabilitasi :

Muda : non weight bearing 8 –12 mingguTua : full weight bearing

e. Komplikasi Trombo embolic disease : sebagai penyebab utama kematian post operatif. Insiden venous thrombosis adalah 40% mungkin memerlukan terapi pencegahan dengan heparin, dettuan, aspikin atau anti koagulan yang lain. Infeksi : 1. Infeksi dapat lebih kuat dengan adanya deep sepsis, terapi antibiotika

peroperatif selama signifikan memerlukan insidens2. non union

- sekarang terjadi hanya kurang dari 5 %- jika caput femur viabel, maka :

* bila collumn femur adekuat → osteotomi + bone graft (Diton’s’s osteotomy)

* bila collumn femur tak adekuat → brachett atau colona procedure3. jika caput femur non viabel → arthroplasty

Aseptic necuosin – insiden sangat bervariasi :- Menurut Massic, bila operasi dilakukan dalam 12 jam trauma, insiden adalah 25

%. Bila ditunda 13-24 jam insiden naik menjadi 30%. Antara 24-48 jam insiden 40% dan menjadi 100 % setelah 1 minggu. Terapi alternatif antara lain simptomatis, osteotomi, bone grafting, endo prosthesis dan total hip arthroplasty

5. Fraktur intertrochanter a. Definisi :

adalah fraktur yang terjadi dalam sepanjang garis antara trochanter major dan minor

b. Klasifikasi :

Page 7: Trauma Panggul

Menurut Boyd dan Grivin (berdasarkan mudahnya dalam memperoleh dan mempertahakan reduksi)Tipe 1 : fraktur di sepanjang garis intertrochanter non displaced Tipe 2 : fraktur komunitif dengan multiple fraktur pada korteksTipe 3 : pada dasarnya fraktur subtrochanter, dengan paling sedikit satu

fraktur Tipe 4 : fraktur trochanter dan shaft proksimal dengan paling sedikit dua

bidangc. Standar diagnosis

Pemeriksaan klinis :- shortening- deformitas eksternal rotasi- nyeriRadiologis - AP view dalam internal rotasi- lateral view

d. Terapi Non operatif :- dianjurkan bila tidak dapat distabilisasi dengan adekuat dengan open reduction- cara yang sering dipakai adalah skeletal traksi, untuk mempertahankan

alignment dan menghindari varus, shortening dan eksternal rotasi. Setelah 6 – 8 minggu, pasang hemispica dan lepas hemispica setelah 10 – 12 minggu kemudian partial weight bearing

Operatif :Adalah merupakan terapi pilihan untuk tercapainya stabilitas dan mobilisasi dini.Stabilisasi ditentukan oleh :1. kualitas tulang2. geometri fragmen3. reduksi4. design implant5. penempatan implantMacam-macam pilihan operasi antara lain :- nail plate (dynamic hip screws), jewett - osteotomy (Dimon & Hunghston, Sarmiento valgus osteotomy)- hemiarthroplasty pada orang tua, penderita debil

e. Rehabilitasi :- Full weight bearing segera (pada penderita tua) kecuali pada type IV dan usia

mudaf. Komplikasi :

- Mortalitas : angka mortalitas 10% di rumah sakit menurut Sherk, mortalitas adalah 52% pada penderita operasi dan 55 % pada penderita non operasi

- Infeksi : insiden infeksi luka post operasi 1,7 – 16,9 % Faktor-faktor yang mempengaruhi :1. Penderita tua2. Operasi lama3. Penderita disorientasi4. Dekat perineus

- Varus deformity: relatif sering terjadi menyebabkan nyeri, lemah, shortening

Page 8: Trauma Panggul

- Rotational deformity- Penetrasi nail : terjadi pada sepertiga dari kegagalan terapi, hanya 1,3 %

yang memerlukan pengambilan nail- Non union : jarang terjadi dan insiden kurang dari 2%- Aseptic necrosis – jarang, insiden 0,8 %- Fraktur colum femur

6. Fraktur subtrochatera. Definisi : adalah fraktur yang terjadi diantara trochanter minor sampai 5 cm ke

distal b. Klasifikasi : menurut Seinsheimer

Tipe I : non displaced (displacement < 2 mm)Tipe II : two-part fractures :

Tipe II A : fr. transfersalTipe II B : fr. spinal, trochanter minor di fragmen proksimalTipe II C : fr. spinal, trochanter minor di fragmen distal

Tipe III : three-part fractures Tipe III A : fr. spinal, trochanter minor merupakan fragmen sendiriTipe III B : fr. spinal, fragmen ketiga adalah butterfly

Tipe IV : fr. komunitif dengan empat atau lebih fragmenTipe V : fr. subtrochanter-intertrochanter

c. Standard diagnosis :Pemeriksaan klinis :- Shortening- deformitas eksternal rotasi- nyeriRadiologis :- AP view dalam internal rotasi- lateral view

d. Terapi :Non operatif :- dilakukan pada fraktur yang sangat komunitif, dimana internal fiksasi sabil tak

dapat dicapai - traksi dan hemispica atau cast brace- sering berakibat deformitas varus dan rotasi

Operatif :- pilihan tercapai asalkan dapat dicapai osteosintesis yang stabil- macam implant :

* fixed-angle nail plate (Jewett type)* angled blade plate (ABP)* DHS* intramedulary nail

e. Rehabilitasi :- Mobilisasi segera dengan kruk 1 hari post op- Type A dan B : PWB 10 – 15 kg segera- Type C : PWB setelah 8 – 10 minggu atau setelah adanya bridging callus di

sisi medialf. Komplikasi

Page 9: Trauma Panggul

- yang sering adalah :* non union* mal union* kegagalan implant

7. Dislokasi panggul a. Dislokasi psoterior

- Merupakan jenis tersering- Tungkai memendek, endrotasi dan adduksi- 10 % komplikasi n.ischiadicus dan < 15 % avascular necrosis caput femurKlasifikasi :- Type I : tanpa atau hanya fraktur minimal - Type II : fraktur tepi posterior acetabulum yang besar- Type III : fraktur communicative tepi posterior dengan atau tanpa fragmen

besar- Type IV : fraktur tepi acetabulum dan dasar- Type V : fraktur caput femur atau tanpa fragmen lainTerapi :- Reposisi segera, adduksi, flexi, fiksasi lalu adduksi, dan external rotasi

dengan sedatif atau anestesi umum, diikuti dengan ambulasi 10 hari dan weight bearing bertahap

- Reduksi terbuka jika reduksi tertutup tidak mungkin atau dislokasi setelah 3 mingu, kapsul atau m.pyriformis menghalangi reposisi

- Arthrotomy jika terdapat fragmen yang lepas di dalam sendiReposisi :1. Aliis :

- Posisi supinasi, pelvis distabilkan pada kedua SIAS oleh asisten- Traksi sesuai arah deformitas- Flexi hip 900, gerakan internal dan eksternal rotasi dengan traksi

longitudinal sampai tercapai reposisi 2. Bigelow :

- Flexi panggul- Abduksi- External rotasi- Extensi- Posisi netral

3. Stomson :- Posisi telungkup- Panggul di tepi meja operasi- Tungkai yang sehat extensi- Flexi panggul yang sakit, tekan dari posterior - Lutut flexi, pegang pergelangan kaku dalam posisi netral- Bila femur distal, tekan ke bawah pada betis

b. Dislokasi anterior :- 10 % insiden dislokasi panggul- 4 % mengalami avascular necrosis- Identasi fraktur caput femur : identasi 4 masing-masing atau lebih dengan

prognosis buruk - Tipe :

* superior (pubis atau illiac) : panggul abduksi, external rotasi, flexi* inferior (obturator) : panggul abduksi, external rotasi dan extensi

Page 10: Trauma Panggul

- Terapi : * reduksi tertutup : traksi, extensi dan internal rotasi (tambahan adduksi

untuk tipe obturator)* reduksi terbuka : jika fragmen lepas atau nonconcentric reduksi

Kepustakaan 1. Buchol, ZRW, et.all : orthopaedic pacision Making, p. 28-29, BC. Dekker Inc.

Toronto, Philadelphia, 19842. Scatzker J ; Tile Mirza : The Rationale of Operative Fracture Care, p. 133 – 172,

Springer-Verlag, Berlag Heidelberg, 1987

Selasa, 03 Mei 2011

Asuhan Keperawatan pada Pasien Fraktur Tulang Panggul ( Hip Fracture)

Diposkan oleh Argitya di 20:05

Page 11: Trauma Panggul

DefinisiFraktur merupakan diskontinuitas struktural pada tulang. Hip Adalah bagian

dari tulang panggul yang berartikulasi dengan pangkal tulang femur pada asetabulumFraktur Hip : Adalah suatu terminologi yang digunakan untuk

menggambarkan fraktur tulang femur pada daerah ujung/pangkal proksimal yang meliputi kepala sendi, leher, dan daerah trochanterAnatomi Fisiologi

Tulang femur terdiri dari :a. Ujung atas yang meliputi :·         Kaput Femur adalah Massa yang membulat mengarah ke dalam dan keatas, tulang ini

halus dan dilapisi dengan kartilago kecuali pada fovea, lubang kecil tempat melekatnya ligamen yang menghubungkan kaput ke area yang besar pada asetabulum dari tulang coxae. Di dalam kaput tersebut terdapat percabangan dari arteri retinakular posterior dan anterior, dan ligamentum teres serta arteri ligamentum teres

·         Kolum(leher) femur adalah Korpus tulang mengarah ke bawah dan ke sebelah lateral menghubungkan kaput dan korpus.

·         Trochanter mayor pada sisi lateral dan trochanter minor pada sisi medial merupakan tempat melekatnya otot-otot.

b. Korpusc. Ujung bawah

Tulang femur bekerja sebagai alat ungkit dari tubuh sehingga memungkinkan untuk bergerak. Tulang hip dibungkus oleh serabut yang berbentuk kapsul, ligamen, dan otot. Bagian besar trochanter dalam pergerakannya dibantu oleh otot abduktor dan gerakan rotasinya terbatas. Bagian terkecil dari trochanter dalam pergerakannya dibantu oleh otot ileopsoas.Etiologi

Patah tulang pinggul paling sering terjadi karena jatuh atau pukulan langsung ke sisi pinggul. Beberapa kondisi medis seperti osteoporosis, kanker, luka atau stres dapat melemahkan tulang dan membuat pinggul lebih rentan terhadap patah.

Patah tulang panggul lebih sering pada wanita dari pada laki- laki, alasannya :

·         Wanita memiliki tulang panggul lebih lebar yang cenderung mengalami coxa vara(deformitas dari hip dimana sudut antara leher dan batang tulang mengecil).

·         Wanita mengalami perubahan hormon post menopausal dan berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis.

·         Harapan hidup wanita lebih panjang dari pria.Patofisiologi

Patah tulang pinggul (fraktur hip) mengacu pada fraktur femur di kepala(caput), leher (collum), atau wilayah trochanterica. Caput femur adalah bagian yang mengisi daerah acetabulum. Collum adalah daerah sempit di bawah caput. trochanterica adalah area di bawah collum.

Patah tulang panggul dapt diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : intracapsular atau extracapsular. Intracapsularfractures adalah fraktur terjadi pada daerah yang masih berada dalam lingkup kapsul sendi yang meliputi: fraktur sub kapital, fraktur transervikal, fraktur basal leher. Extracapsular fraktur adalah fraktur terjadi di luar kapsul sendi panggul pada daerah sekitar 5 sentimeter di bawah trochanter minor. Fraktur ini juga disebut dengan fraktur intertrochanteric.Caput dan collum femoralis

Page 12: Trauma Panggul

terletak dalam kapsul sendi dan tidak termasuk dalam periosteum; dengan demikian, caput dan collum tidak memiliki suplai darah yang cukup. Patah di daerah ini biasanya jenis fragmen dan mungkin lebih menurunkan pasokan darah, meningkatkan risiko nonunion (tidak menyatu) dan avascular nekrosis. Sedangkan Wilayah trochanterica tertutup periosteum dan karena itu memiliki lebih banyak pasokan darah daripada caput atau collum. Patah tulang pinggul lebih sering terjadi pada orang tua sebagai akibat penurunan massa tulang dan meningkatnya kecenderungan untuk jatuh. Gejala klinis

a.       Nyeri hebat pada daerah fraktur.b.      Tak mampu menggerakkan kaki.c.       Terjadi pemendekan karena kontraksi/spasmus otot-otot paha.d.      Eksternal rotasi pada tungkai tersebut.e.       Tanda-tanda lain sesuai dengan tanda fraktur pada umumnya, yaitu:

- Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba- Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan normal.- Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.- Teraba panas pada jaringan yang sakit karena peningkatan vaskularisasi di daerah tersebut.- Pulsa/nadi pada daerah distal melemah/berkurang.- Kehilangan sensasi pada daerah distal karena jepitan saraf oleh fragmen tulang.- Krepitasi jika digerakkan (jangan melakukan pembuktian lebih lanjut jika pasti ada fraktur)- Perdarahan.- Hematoma, edema karena extravasasi darah dan cairan jaringan.- Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan darah, atau akibat nyeri hebat.- Keterbatasan mobilisasi.- Terbukti fraktur lewat foto rontgenKomplikasi

Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur hip adalah:1. Shock dan perdarahan. Pada saat terjadinya cedera atau segera sesudah operasi2. Komplikasi immobilitas. Terutama pada usia lanjut, antara lain:

a. Pneumoniab. Thromboplebitisc. Emboli pulmonal

3. Penyembuhan terlambat, non-union. Sering pada fraktur intrakapsular sembuh lebih lambat bila dibanding dengan fraktur ekstra kapsular karena adanya gangguan suplai darah.4. Aseptic necrosis kepala femur. Merupakan komplikasi fraktur femur proksimal an dislokasi traumatik pada hip.5. Deformitas, malposisi femur, arthritis sekunder. Displasemen fragmen tulang dapat menyebabkan deformitas, sedangkan trauma menyebabkan arthritis.6. Masalah post operatif dengan alat-alat fiksasi internal. Fiksasi internal bisa melemah, patah, atau pindah tempat yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak. Untuk ini perlu pembedahan ulang.7. Ekstrim eksternal/internal rotasi dan adduksi.

Sedangkan komplikasi lain yang dapat terjadi karena immobilisasi dan post operasi adalah:

1. Atelektasis2. Infeksi Luka

Page 13: Trauma Panggul

3. Stasis atau infeksi saluran kemih4. Kejang pada otot

Perawatan KolaboratifPerawatan untuk klien fraktur hip tidak berbeda dengan perawatan pada

klien dengan fraktur lainnya. Intervensi prarumahsakit termasuk membelat lengan yang fraktur, pengkajian sirkulasi dan sensasi, dan mengamati luka yang lainnya. Karena banyak kehilangan darah masuk ke dalam hip dan pada klien dijumpai manifestasi hipotensi dan intravena mudah ditegakkan.Bagi klien yang dirawat di ruangan gawat darurat, perawat dan dokter mengevaluasi kembali sirkulasi dan sensasi dan mengamati komplikasi. Pengkajian juga meliputi penentuan penyebab fraktur , infark miokard, serangan iskemik. Kerusakan cerebrovaskular, serangan tiba-tiba, atau saat hipoglikemi adalah beberapa yang mungkinm menyebabkan jatuh. Hal ini sangat penting bagi klien yang mengalami luka seperti gegar otak, atau trauma kepala. Klein ditanya baik pria dan wanita untuk mengingat kejatuhannya dan bagian tubuh mana yang terbentur. Tahap kedua mengkaji rasa nyeri pada klien pada beberapa area tubuhnya.

Pengkajian secara umum yang dijumpai berhubungan dengan fraktur hip adalah penyusutan yang dipengaruhi oleh ektremitas yang lebih rendah dan rotasi eksternal. Dislokasi fraktur bagian posterior jarang jika terjadi, ekstremitas mungkin dilakukan rotasi internal. Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan darah lengkap. Dilakukan untuk persiapan pre operasi. Dapat menunjukkan tingkat kehilangan darah hingga cedera (pemeriksaaan Hb dan Hct) Nilai leukosit meningkat sesuai respon tubuh terhadap cedera2. Golongan darah dan cross match. Dilakukan sebagai persiapan transfudi darah jika kehilangan darah yang bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.3. Pemeriksaan kimia darah.Sebagai persiapan pre operatif untuk mengkaji ketidak seimbangan akibat cedera yang dapat menimbulkan masalah pada saat intra operasi (misalnya, ketidak seimbangan potassium dapat meningkatkan iritasi cardiac selama anestesi) BUN creatinin untuk evaluasi fungsi ginjal.4. Masa pembekuan dan perdarahan (clotting time, bleeding time) sebagai persiapan pre operasi, biasanya normal jika tak ada gangguan perdarahan. Pada pasien lanjut usia dapat diberikan terapi antikoagulan segera setelah post operasi untuk memperkecil terjadinya tromboemboli.5. Pemeriksaan urine.Sebagai evaluasi awal fungsi ginjal.6. Pemeriksaan X-ray dada.Sebagai evaluasi tingkat cedera, persiapan pre operasi, atau mengetahui kondisi selama perawatan pembedahan, dll.(misalnya, kardiomegali atau gagal jantung kongestif).7. EKG sebagai persiapan operasi maupun untuk mengevaluasi apakah terdapat juga cedera pada jantung (misalnya kontusio cardiac) disamping trauma/cedera pada hip.Kasus

Stella Carbolito adalah seorang wanita berusia 64 tahun berkebangsaan Italia-Amerika memiliki riwayat osteoporosis. Dia seorang janda dan tinggal sendiri di rumah peninggalan suaminya. Dia mempunyai seorang putra yang berusia 40 tahun dan putri berusia 30 tahun yang tinggal di kota yang sama dengan Nyonya Carbolito. Dia mempunyai 6 orang cucu, dia seringkali mengunjungi anak-anaknya. Ny. Carbolito bergantung pada pendapatan dari dana pensiun.

Saat berjalan menuju sebuah pasar, Ny. Carbolito jatuh dan mengalami fraktur pada tungkai kirinya. Dia dibawa oleh tim medis ke pusat trauma terdekat.

Page 14: Trauma Panggul

Ketika sampai di unit gawat darurat, dia ditangani oleh seorang perawat, bernama Maria Davis dan tim dokter.Pengkajian

Tim medis melaporkan bahwa mereka menemukan Ny. Carbolitojatuh di pinggir jalan. Dia mengatakan bahwa dia sudah jatuh 5 menit yang lalu sebelum mereka sampai. Nona Davis segera memberitahukan bahwa kaki kiri lebih pendek dibandingkan kaki kanannya dan rotasi eksternal. Denyut nadi teraba dan sama besar; kedua kakinya terasa hangat. Nyonya Carbolito merasakan nyeri hebat seperti terpotong, tidak merasa kesemutan dan panas/terbakar. Dia dapat menggerakkan jari kaki sebelah kirinya dan dapat menggerakkan kaki kanannya dengan baik. Pemeriksaan tanda vital yang dijumpai yaitu: T, 98.0 F (36,6 C); P, 100; R, 18; BP, 120/58. Diagnosa meliputi tes CBC, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan X-ray pada panggul kiri dan tulang pelvis. Hasil CBC menunjukkan kadar hemoglobin 11,0g/dL dan jumlah sel darah putih normal. Hasil pemeriksaan darah masih dalam batas normal. Hasil pemeriksaan X-ray menunjukkan patah tulang di pangkal paha kiri. Ny. Carbolito dirujuk ke RS untuk pemasangan traksi kaki seberat 10 pon (20 kg). Dan direncanakan menggunakan ORIF untuk hari selanjutnya. Diagnosis Keperawatan· Nyeri berhubungan dengan fraktur collum femoralis kiri, kejang otot, dan traksi.· Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan istirahat total di tempat tidur dan fraktur leher femoralis kiri. · Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakstabilan tulang dan pembengkakan sekunder ke fraktur leher femoralis kiri.· Risiko perubahan persepsi sensorik: sentuhan yang berkaitan dengan risiko kerusakan saraf.Kriteria Hasil

a. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan dan penurunan nyerib. Mempertahankan traksi pada kaki kirinyac. Mengungkapkan tujuan traksid. Mendemonstrasikan latihane. Mengatakan kepentingan laporan peningkatan nyeri, pucat, parasthesia, atau paralysis

kepada perawatPerencanaan dan Implementasi

1. Menetapkan skala nyeri dari 0 sampai 10 sebelum dan sesudah dilakukan implementasi untuk mengukur penurunan nyeri

2. Tangani cedera kaki dengan hati-hati3. Memberikan obat narkotik sesuai perintah dokter4. Pantau nyeri, denyut nadi,parasthesia, paralysis dan demam tiap 2 sampai 4 jam,

dokumentasikan temuan yang ada.5. Terapkan traksi lurus kaki (straight traction) sesuai perintah dokter.6. Anjurkan klien tarik nafas dalam dan tekhnik relaksasi7. Memanfaatkan tekhnik distraksi8. Terapkan kompresi pneomatic berdasarkan perintah dokter.9. Memberikan heparin secara subkutan berdasarkan instruksi dokter.10. Beritahu kepada nyonya Carbolito berbagai rencana pembedahan 11. Beritahu kepada nyonya Carbolito tujuan dari traksi.

EvaluasiTiga hari setelah pembedahan, Ny Carbolito, bisa turun dari tempat tidur dan

duduk di kursi. Ia mengatakan ada penurunan nyeri dan bisa mendemontrasikan isometrik dan melakukan gerakan fleksi dan ekstensi. Dia mampu menyebutkan

Page 15: Trauma Panggul

tujuan traksi dan pembedahan. Dia mengatakan membutuhkan heparin untuk mencegah trombosis vena. Ny Carbolito besok direncanakan pulang ke rumah dan yang akan merawat adalah keluarganya. Perawat komunitas akan mengadakan kunjungan, dan telah menganjurkan agar di rumah Ny Carbolito ada tempat tidur, satu set toilet duduk, alas duduk pada kursinya serta tongkat untuk alat bantu jalan.