Trauma Abdomen

53
LAPORAN KASUS TRAUMA TUMPUL Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Disusun Oleh : Adhyaksa Mahardhika 01.209.5818 Subhan Darojat 01.209.6028 Ardiman Destyone Putra 01.210.6087 Elsanita Happy Florita 01.210.6143 Pembimbing : dr. Setyo Trisnadi., Sp.F KEPANITERAAN KLINIK RS BHAYANGKARA

description

tentang trauma abdomen

Transcript of Trauma Abdomen

LAPORAN KASUSTRAUMA TUMPULDiajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun Oleh :Adhyaksa Mahardhika01.209.5818Subhan Darojat01.209.6028Ardiman Destyone Putra01.210.6087Elsanita Happy Florita01.210.6143

Pembimbing :dr. Setyo Trisnadi., Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK RS BHAYANGKARABAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2014

2

HALAMAN PENGESAHAN

TRAUMA TUMPUL

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun Oleh :Adhyaksa Mahardhika01.209.5818Subhan Darojat01.209.6028Ardiman Destyone Putra01.210.6087Elsanita Happy Florita01.210.6143

Semarang, 07 Juli 2014Pembimbing,

dr. Setyo Trisnadi, Sp. F.

i

BAB IPENDAHULUAN

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, pengertian yang sebenarnya dari traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup, juga mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kegunaannya selain untuk kepentingan pengobatan juga dalam kepentingan forensik sebab dapat diaplikasikan guna membantu penegak hukum dalam rangka membuat terang tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.1Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma dalam bidang forensik sudah dikenal sejak lama. Pada masa Persia kuno telah dikenal tingkat atau kualifikasi luka dan pemeriksaan yang dilakukan pada orang-orang yang mengalami perlukaan. Aquillia (572 SM) menulis tentang perlukaan yang dapat mematikan dan pendapat medis dalam menaksir kegawatannya. Bohn (1970) adalah orang yang pertama kali membedakan luka ante mortem dan post mortem.2Trauma merupakan salah satu penyebab kematian, baik kematian yang mendadak atau tidak. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang teliti apakah perlukaan pada seseorang dapat berakibat fatal atau tidak, dan ini merupakan poin penting untuk membantu proses peradilan.Trauma dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi trauma mekanik, fisika dan kimia.1Dalam sebuah penelitian, jumlah data secara keseluruhan yang berasal dan 33 provinsi di Indonesia adalah 972.317 responden. Adapun untuk responden yang pernah mengalami cedera selama kurun waktu 12 bulan terakhir sebanyak 77.248 orang. Responden bisa mempunyai jawaban lebih dan satu penyebab cedera selama kurva waktu 12 bulan tersebut. Dan jumlah tersebut tiga proporsi penyebab cedera terbesar yaitu jatuh sebanyak 45.987 orang (59,6%), kecelakaan lalu lintas sekitar 20.829 orang (27%), dan terluka benda tajam/tumpul Sebesar 144.127 orang (18,3 %).13Dari 74 kasus yang masuk di Instalansi Forensik RS. Bhayangkara Semarang periode ahun 1 Januari 2007 sampai 31 Agustus 2010 didapatkan kasus tersering adalah trauma benda tumpul 40 kasus (54,05%) dan lokasi perdarahan kepala merupakan lokasi perdarahan yang menyebabkan kematian tersering adalah 46 kasus (62,16%).Trauma mekanik atau luka mekanik disebabkan oleh kekerasan benda tajam, benda tumpul dan senjata api. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju,lantai, jalan dan lain-lain.Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah : Tidak bermata tajam Konsistensi keras / kenyal Permukaan halus / kasarKekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objekatau alat yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan.3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi TraumaTrauma atau luka dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Trauma mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia, trauma tumpul sendiri diakibatkan oleh benda yang memiliki permukaan tumpul.4II. Trauma Akselerasi dan DeselerasiTrauma tumpul dapat diklasifikasikan menjadi dua mekanisme utama yaitu cedera akselerasi (kompresi) dan cedera deselerasi (perlambatan). Cedera akselerasi (kompresi) merupakan suatu kondisi trauma tumpul langsung ke area abdomen atau bagian pinggang. Kondisi ini memberikan menifestasi kerusakan vascular dengan respons terbentuknya formasi hematom di dalam viseria. Cedera kompresi yang kuat dapat juga mengakibatkan peningkatan tekanan transien intraluminal yang memberikan respon adanya rupture pada organ di dalam abdomen. Peningkatan tekanan transien inraabdomen adalah mekanisme umum trauma tumpul yang mencederai usus kecil.Cedera deselerasi adalah suatu kondisi di mana suatu peregangan yang berlebihan memberikan manifestasi terhadap cedera intraabdomen. Kekuatan peregangan secara longitudinal memberikan manifestasi rupture (robek) pada struktur di persimpangan antara segmen intraabdomen. Cedera deselerasi yang paling sering adalah cedera pada hepar sepanjang ligamentum teres dan cedera lapisan intima arteri ginjal. Kondisi lain juga akan memberikan manifestasi pergeseran usus besar, thrombosis, dana cedera mesentrika disertai dengan cedera pada sistem vascular splanknik. Kondisi cedera akselerasi memberikan berbagai masalah pada pasien sesuai organ intraabdominal yang mengalami gangguan. Hal ini memberikan implikasi kedaruratan klinis, respons sistemik, dan dampak intervensi medis.11III. Luka Akibat Trauma TumpulKekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis luka, antara lain :a. Memar (Kontusio)Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit.1Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi.5Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan darah, kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya pukulan.1

Dilihat sepintas luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika diperiksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaannya5 :MemarLebam Mayat

Lokasi Pembengkakan Bila ditekan Mikroskopik Bisa dimana saja Positif Warna tetap Reaksi jaringan (+) Pada bagian terendah Negatif Memucat / hilang Reaksi jaringan (-)

b. Luka Lecet (Abrasi)Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah : Bentuk luka tidak teratur Batas luka tidak teratur Tepi luka tidak rata Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan Permukaan tertutup oleh krusta Warna coklat kemerahan Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih tertutup epitel dan reaksi jaringan.1Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.4 Perkiraan umur luka lecet:Umur luka lecet secara nakroskopis maupun mikroskopis dapat diperkirakan sebagai berikut:-Hari ke 1 3 berwarna coklat kemerahan karena eksudasi darah dan cairan limfe.-2-3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih gelap.-Setelah 1-2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru.-Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.6Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:i. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.ii. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang menyebabkan luka, seperti : Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan jejas jerat, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban. Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana kembang dari ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan. Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya jejas laras, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai untuk menewaskan korban. Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh diri atau kasus pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung. Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.iii. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.7Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai:1. Luka lecet goresDiakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.

2. Luka lecet serutVariasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.3. Luka lecet tekanDisebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka belum tentu sama dengan permukaan benda, tetapi masih mungkin untuk mengidentifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk khas, misal kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan, dsb. Gambaran yang ditemukan adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya.4. Luka lecet geserDisebabkan oleh tekanan linier kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup sulit dibedakan dari luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati.5Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem3

ANTE MORTEMPOST MORTEM

1. Coklat kemerahan2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel1. Tanda intravital (+)2. Sembarang tempat1. Kekuningan2. Epidermis terpisah sempurna dari dermis3. Tanda intravital (-)4. Pada daerah yang ada penonjolan tulang

c. Luka Robek (Lacerasi)Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri cirinya sebagai berikut : Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur) Tebing luka tak rata sertaterdapat jembatan jaringan Di sekitar garis batas lukadi temukan memarLokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas). Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.1Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar jugamenunjukkan arah awal kekerasan.Bentuk dari laserasi tidak dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang lukamasuk ke dalam jaringan. Port dentree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.4d. FrakturFraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik.Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan.Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya.Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Syok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulang atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.4e. KompresiKompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.4f. PerdarahanPerdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan volume darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri. Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.4

IV. Klasifikasi Trauma Tumpul Berdasarkan Jaringan atau Organ yang Terkena41. Kulit Luka Lecet Luka Memar Luka Robek2. Kepala Tengkorak Jaringan Otak3. Leher dan Tulang Belakang4. Dada Tulang Organ dalam dada5. Perut Organ Parenchym Organ berongga6. Anggota Gerak

V. Akibat Kekerasan Benda Tumpul Pada Organ yang terkena1. KepalaCedera Kepala pada Penutup OtakJaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut duramater, atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan tengkorak kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensik.Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu penting dalam bidang forensik.Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.Perdarahan Epidural (Hematoma)Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak. Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian dalam tengkorak, umumnya arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang epidural menjadi lebih luas. Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam, otak mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai lucid interval

Perdarahan Subdural (Hematoma)Perdarahan ini timbul apabila terjadi bridging vein yang pecah dan darah berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka lucid interval juga lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan perdarahan subdural yang fatal.Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus, perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain, memerlukan tindakan operatifsegera untuk dekompresi otak.Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap meluas ke seluruh permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami degradasi. Hasil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan skar yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali, pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga membuat skar tersebut rentan terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini bervariasi antar individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu sendiri.Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma, meskipun dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat terjadi pada orang-orang dengan gangguan mekanisme pembekuan darah atau pada pecandu alcohol kronik, meskipun tidak menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus perdarahan subdural akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil yang tidak berisiko apabila terjadi pada orang normal. Akan tetapi, pada orang-orang yang memiliki gangguan pada mekanisme pembekuan darah, dapat bersifat fatal.Ada kalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan dari perdarahan di tempat lain. Salah satu contohnya adalah perdarahan intraserebral yang keluar dari substansi otak melewati pia mater, kemudian masuk dan menembus lapisan arakhnoid dan mencapai ruang subdural.Perdarahan SubarakhnoidPenyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan dengan trauma. Penyebabnya antara lain:1. Nontraumatik:a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otakb. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarakhnoid2. Traumatik:a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan perdarahan subarakhnoidb. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang menyebabkan robeknya arteri vertebralisc. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.Arteri yang lemah dan membengkak seperti pada aneurisma, sangat rapuh dindingnya dibandingkan arteri yang normal. Akibatnya, trauma yang ringan pun dapat menyebabkan ruptur pada aneurisma yang mengakibatkan banjirnya ruang subarakhnoid dengan darah dan akhirnya menimbulkan disfungsi yang serius atau bahkan kematian.Yang menjadi teka-teki pada bagian forensik adalah, apakah trauma yang menyebabkan ruptur pada aneurisma yang sudah ada, atau seseorang mengalami nyeri kepala lebih dahulu akibat mulai pecahnya aneurisma yang menyebabkan gangguan tingkah lakuberupa perilaku mudah berkelahi yang berujung pada trauma. Contoh yang lain, apakah seseorang yang jatuh dari ketinggian tertentu menyebabkan ruptur aneurisma, atau seseorang tersebut mengalami ruptur aneurisma terlebih dahulu yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid dan akhirnya kehilangan kesadaran dan terjatuh. Pada beberapa kasus, investigasi yang teliti disertai dengan otopsi yang cermat dapat memecahkan teka-teki tersebut.Perdarahan subarakhnoid ringan yang terlokalisir dihasilkan dari tekanan terhadap kepala yang disertai goncangan pada otak dan penutupnya yang ada di dalam tengkorak. Tekanan dan goncangan ini menyebabkan robeknya pembuluh-pembuluh darah kecil pada lapisan subarakhnoid, dan umumnya bukan merupakan perdarahan yang berat. Apabila tidak ditemukan faktor pemberat lain seperti kemampuan pembekuan darah yang buruk, perdarahan ini dapat menceritakan atau mengungkapkan tekanan trauma yang terjadi pada kepala.Jarang sekali, tamparan pada pada sisi samping kepala dan leher dapat mengakibatkan fraktur pada prosesus lateralis salah satu tulang cervical superior. Karena arteri vertebralis melewati bagian atas prosesus lateralis dari vertebra di daerah leher, maka fraktur pada daerah tersebut dapat menyebabkan robeknya arteri yang menimbulkan perdarahan masif yang biasanya menembus sampai lapisan subarakhnoid pada bagian atas tulang belakang dan akhirnya terjadi penggenangan pada ruang subarakhnoid oleh darah. Aliran darah ke atas meningkat dan perdarahan meluas sampai ke dasar otak dan sisi lateral hemisfer serebri. Pada beberapa kasus, kondisi ini sulit dibedakan dengan perdarahan nontraumatikyang mungkin disebabkan oleh ruptur aneurisma.Tipe perdarahan subarakhnoid traumatik yang akan dibicarakan kali ini merupakan tipe perdarahan yang massif. Perdarahan ini melibatkan dasar otak dan meluas hingga ke sisi lateral otak sehingga serupa dengan perdarahan yang berhubungan dengan aneurisma pada arteri besar yang terdapat di dasar otak.Akan tetapi, pada pemeriksaan yang cermat dan teliti, tidak ditemukan adanya aneurisma, sedangkan arteri vertebralis tetap intak. Penyebab terjadinya perdarahan diduga akibat pecahnya pembuluh darah berdinding tipis pada bagian bawah otak, serta tidak terdapat aneurisma. Terdapat 2 bukti, meskipun tidak selalu ada, yang bisa mendukung dugaan apakah kejadian ini murni dimulai oleh trauma terlebih dahulu. Bukti pertama yaitu adanya riwayat gerakan hiperekstensi tiba-tiba pada daerah kepala dan leher, yang nantinya dapat menyebabkan kolaps dan bahkan kematian.

Kontusio otakHampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darahdengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakandan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak.Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebutcoup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kraniumdapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusiocontra-coup.Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada., diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball hemorrhages sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum.Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.4,82. LeherDapat berakibat : Patah tulang leher Robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx Kerusakan saraf3. DadaDapat berakibat : Patah os costae, os. sternum, os. scapula, os. clavicula Robek organ jantung, paru, pericardium4. PerutDapat berakibat : Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus, kandung seni5. Tulang Belakang (Vertebra)Dapat berakibat : Fraktura, dislokasi os vertebraeDapat karena :1. Trauma langsung2. Tidak langsung karena tarikan / tekukan6. Anggota GerakDapat berakibat : Patah tulang, dislokasi sendi Robek otot, pembuluh darah, kerusakan saraf 4,8VI. Pola TraumaTerdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi kecelakaan. Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat kecelakaan terjadi.3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepalaPola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma.4VII. AkibatTrauma1. Aspek medikKonsekuensi dari lukayang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :a. Kelainan fisik / organicBentuk dari kelainan fisik atau organic inidapat berupa : Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu.b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu.Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian tubuhyang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh,buta, tuli atau terganggunya fungsi organ-organ dalam.c. InfeksiKulit atau membrane mukosa merupakan barier terhadap infeksi. Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan irritasi akibat benda yang terkontaminasi oleh koman. Jenis kuman dapat berupa streptococcus, staphylococcus, echeria coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangren.d. PenyakitTrauma sering dianggap sebagai faktor resiko terjadinya penyakit jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam kontroversi.e. Kelainan psikisTrauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat menjadi faktor resiko bagi terjadinya kelainan mental yang spketrumnnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia), manic depressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu untukterjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utama timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latarbelakang mental dan emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau organ dengan psikosis post trauma didasarkan atas : Keadaan mental benarbenar sehat sebelum trauma Trauma telah merusak susunan syarafpusat Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang. Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur dan fungsinya dapat mempengaruhi emosi organ genital,payudara, mata,tangan atau wajah. Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelkaan) yang menimpanya.92. Aspek yuridisJika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), reckless (ceroboh) atau negligence (kurang hatihati). Untuk menentukan berat-ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka. Kebijakan hukum pidana didalam penentuan beratringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap :- Kesehatan jasmani- Kesehatan rohani- Kelangsungan hidup janindi dalam kandungan- Estetika jasmani- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian- Fungsi alat indera.1,9

VII. Derajat Luka1. Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.2. Luka sedang adalah luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian untuk sementara waktu.3. Luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas :a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah di jahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensial untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh.c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariaanya. Luka yang dari sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai luka berat. Contonya trauma padatangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaanya tersebut selamanya.d. Kehilangan salah satu dari panca indera.i. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan pendengran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (1) di atas.e. Cacat besar atau kudung.f. Lumpuh.g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya yaitu, tidak didahului oleh proses yang sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang kematian janin mengandung pengertian bahwa janintidak lagi menunjukan tandatanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya.. 1

BAB IIILAPORAN KASUSPRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUMNO....02 / VeR / VI / 2014

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Semarang Timur melalui suratnya tanggal 28 bulan Juni tahun 2014, Nomor polisi: B/18/VI/2014/Reskrim, yang ditandatangani oleh Soeprapto, SH pangkat AKP, NRP 62120577 dan diterima pada tanggal 28 bulan Juni tahun 2014, jam 20.00 Waktu Indonesia Barat, maka dengan ini, saya, dr. Setyo T., Sp. F, sebagai dokter yang bekerja pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 28 bulan Juni tahun 2014 jam 20.15 Waktu Indonesia Barat, di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara Semarang telah memeriksa serta merawat orang, yang berdasarkan surat permintaan tersebut di atas dan telah dibenarkan oleh yang bersangkutan bernama Siswanto, umur 30 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan pegawai swasta, Warga Negara Indonesia, agama Islam, alamat Sendang Guwo Utara RT 3 RW II, diduga telah mengalami peristiwa penganiayaan fisik.---------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN ---------------------------------------------------------------------------------Dari pemeriksaan yang telah saya lakukan, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut: -------------A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI :---------------------------------------Tanggal : dua puluh delapan bulan Juni tahun dua ribu empat belas-----------------------1.KEADAAN UMUM:-------------------------------------------------------------------------a. Tingkat kesadaran: Sadar penuh---------------------------------------------------b. Denyut nadi: Delapan puluh dua kali per menit--------------------------c. Pernapasan: Dua puluh dua kali per menit-------------------------------d. Tekanan darah: Seratus dua puluh per tujuh puluh milimeter air raksa--e. Suhu badan: Tiga puluh tujuh derajat selsius----------------------------2.KELAINAN-KELAINAN FISIK:----------------------------------------------------------Bagian Luar Tubuh: ------------------------------------------------------------------a. Kepala: ditemukan dua buah luka memar pada wajah---------------------1) Luka memar pertama terletak pada titik perpotongan garis tengah tubuh dengan garis yang melewati kedua mata dengan bentuk tidak beraturan berukuran nol koma lima sentimeter kali satu sentimeter garis batas luka tidak jelas berwarna merah keunguan terdiri atas kulit yang masih utuh dan disekitar memar tidak ditemukan kelainan------------------------2) Luka memar kedua terletak dua sentimeter sebelah kiri garis tengah tubuh dan empat sentimeter diatas garis yang melewati kedua mata dengan bentuk tidak teratur berukuran satu koma lima sentimeter kali nol koma lima sentimeter garis batas luka tidak jelas berwarna merah keunguan terdiri atas kulit yang masih utuh dan disekitar memar tidak ditemukan kelainan--------------------------------------------------------------a. Leher : tidak ada kelainan----------------------------------------------------------b. Bahu : ditemukan satu buah luka memar pada bahu depan dan satu buah luka lecet------------------------------------------------------------------------------1) Luka memar pertama terletak lima belas sentimeter sebelah kiri garis tengah tubuh dan tujuh belas sentimeter diatas puting dengan bentuk tidak teratur berukuran enam kali satu koma lima sentimeter bergaris batas tidak tegas dengan merah keunguan terdiri atas kulit yang masih utuh dan disekitar memar tidak ditemukan kelainan----------------------2) Luka lecet terletak sepuluh sentimeter sebelah kiri garis tulang belakang dan dua sentimeter dari garis yang melewati lipat ketiak berupa garis lurus yang arahnya miring dengan ukuran panjang dua koma lima sentimeter dengan tepi luka tidak rata dan permukaan ditutupi oleh darah yang telah mengering berwarna merah kecoklatan dan perabaan kasar serta disekitar luka sedikit memar--------------------c. Dada: tidak ada kelainan--------------------------------------------d. Punggung: ditemukan satu buah luka lecet berbentuk persegi panjang, ujung pertama terletak delapan sentimeter sebelah kiri dari garis tulang belakang dan sepuluh sentimeter diatas garis yang melewati panggul, ujung kedua terletak tujuh koma lima sentimeter sebelah kanan dari garis tulang belakang dan delapan sentimeter diatas garis yang melewati panggul, ujung ketiga tujuh sentimeter sebelah kanan dari garis tulang belakang dan tiga sentimeter diatas garis yang melewati panggul, ujung keempat terletak sembilan sentimeter sebelah kiri garis tulang belakang dan lima sentimeter diatas garis yang melewati panggul, berukuran tiga belas kali enam sentimeter, berbentuk teratur bergaris batas tidak tegas, tepi luka tidak teratur, dengan permukaan ditutupi oleh darah yang telah mengering berwarna merah kecoklatan dan perabaan kasar serta disekitar luka sedikit memar-------------------------------------------------e. Perut: tidak ada kelainan--------------------------------------------f. Bokong: tidak ada kelainan--------------------------------------------g. Dubur: tidak ada kelainan--------------------------------------------h. Anggota gerak: tidak ada kelainan--------------------------------------------Bagian Dalam Tubuh: tidak diperiksa---------------------------------------------------------B. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERAWATAN:-------------------------------------A. Fakta berupa akibat : tidak ada--------------------------------------------------------------B. Fakta berupa tindakan medik : tidak ada---------------------------------------------------C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR:----------------------------------------------1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah :----------------------------------------2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya :----------------------------------------------Tidak menimbulkan halangan dalam menjalani pekerjaan mata pencahariannya atau jabatannya-------------------------------------------------------------------------------KESIMPULAN:--------------------------------------------------------------------------------------------Dari fakta-fakta yang saya temukan sendiri dari pemeriksaan atas orang tersebut, maka saya simpulkan bahwa telah diperiksa seorang laki-laki, umur tiga puluh tahun, sadar penuh, keadaan umum baik, ditemukan luka memar dan luka lecet di wajah, bahu dan punggung akibat kekerasan benda tumpul yang tidak menimbulkan halangan dalam pekerjaannya sebagai pegawai swasta.-----------------------------------------------------------------------------------

PENUTUP:--------------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter.---------------------------------------------------Semarang, 28 Juni 2014Dokter yang memeriksa,

dr. Setyo T., Sp.F

BAB IVPEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis yang telah dilakuan identitas pasien seorang laki-laki S berumur 30 tahun, telah mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku yang memiliki hutang dengan pasien. Pelaku lebih dari 1 orang melakukan penganiayaan dengan menggunakan tangan, balok kayu, dan bambu kepada pasien saat pasien hendak menagih hutang kepada pelaku di rumah pelaku.Dari pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran penuh dan keadaan umum baik, didapatkan tanda-tanda kekerasan berupa luka memar dan lecet. Luka memar ditemukan di bagian wajah dan bahu dengan ciri-ciri bentuk tidak teratur, batas tidak tegas dan warna kemerahan, sedangkan luka lecet ditemukan pada bahu dan punggung dengan ciri batas tidak tegas, permukaan kulit ditutupi oleh darah yang mengering berwarna merah kecoklatan. Kedua luka tersebut kemungkinan diakibatkan kekerasan benda tumpul, karena ciri-ciri bentuk luka akibat benda tumpul secara umum sama dengan luka pada pasien yaitu bentuk luka yang tidak teratur, batas luka yang tidak tegas dan tepi luka yang tidak rata. Pasien masih bisa melaksanakan pekerjaaannya dan luka pada pasien dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat.

BAB VKESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seorang laki-laki, umur tiga puluh tahun, ditemukan luka memar dan luka lecet di wajah, bahu dan punggung akibat kekerasan benda tumpul yang tidak menimbulkan halangan dalam pekerjaannya sebagai pegawai swasta dan luka dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan bekas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan Pertama semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.2. Anonim; http//www.traumatologi.webs.com3. Apuranto Hariadi. Luka Akibat Benda Tumpul. Diunduh darihttp://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen//LUKA%20TUMPUL.pdf4. Traumatologi Forensik. Diunduh darihttp://www.freewebs.com/traumatologie2/index.htm5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. FK-UI. Jakarta. 1997.6. Anonim;http://blogkputih.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-luka-luka-rusaknya-jaringan.html7. Anonim; http://karikaturijo.blogspot.com/2010/06/diskripsi-luka-forensik.html Dikutip dari: www.fk.uwks.ac.id8. Mansjoer A, dkk. Traumatologi. Dalam Kapita Selekta Kedokteran , ed 3. Jilid kedua. Media Aeskulapius. FK-UI.20009. Amir A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, ed 2. Bagian Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal FK-USU. Medan. 2007. 10. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008.11. Muttaqin, Arif, Kumala Sari. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba medika. Jakarta.2011.12. Nugraha, A. 2006. Kecelakaan. Sumber: KepMen Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995.1