Trauma Abdomen-trauma Tajam

download Trauma Abdomen-trauma Tajam

of 20

Transcript of Trauma Abdomen-trauma Tajam

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    1/20

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Trauma abdomen mungkin mengancam nyawa dan harus ditangani

    dengan hati-hati. Setelah trauma, perut mungkin suatu tempat untuk perdarahan

    okultisme itu, jika tidak ditemukan dan diperbaiki secepatnya, dapat

    mengakibatkan konsekuensi buruk. Secara tradisional cedera ini diklasifikasikan

    sebagai trauma tumpul, yang sebagian besar berasal dari tabrakan kendaraan

    bermotor, dan trauma tajam, yang sebagian besar adalah sekunder untuk tembakan

    atau tikaman. Pasien dengan trauma abdomen harus memperoleh penilaian cepat,

    stabilisasi, dan konsultasi bedah dini untuk memaksimalkan peluang hasil yang

    sukses.1

    Trauma tajam adalah hasil dari senjata api tinggi atau kecepatan rendah,

    cedera tusuk, dan penetrasi benda asing ke dalam tubuh. Senjata api menyebabkan

    insiden tinggi (90%) pada peritoneum / cedera organ solid yang serius, dengan

    tingkat kematian 10-30%. Dua pertiga dari luka tusukan menembus peritoneum,

    dengan 50-75% dari pasien ini memiliki cedera pembuluh darah atau organ solid

    yang signifikan. Kematian telah dilaporkan pada 5% dari cedera tusukan serius.

    Luka tusukan lebih sering di sebelah kiri (penyerang dominan kanan) dan di

    kuadran atas. Dalam 30% dari luka tusuk perut, ada 30% diiringi penetrasi rongga

    toraks. Cedera diafragma menjadi perhatian khusus dalam kasus ini.2

    Pada hakekatnya, pengenalan, penilaian cepat, dan tatalaksana awal yang

    baik pada trauma tajam abdomen sangat diperlukan karena hal ini menentukan

    outcome dan tatalaksana lanjutan terbaik yang dapat dilakukan untuk mencegah

    terjadinya komplikasi atau kematian yang tidak diharapkan.

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    2/20

    2

    1.2. Tujuan

    Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan

    Klinik Senior Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara dan meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai trauma

    abdomen.

    1.3. Manfaat

    Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman

    mengenai trauma abdomen yang berlandaskan Advanced Trauma Life Support

    (ATLS) sehingga dapat diterapkan dalam menangani kasus-kasus trauma

    abdomen di klinik sesuai kompetensi dokter umum.

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    3/20

    3

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi Abdomen

    Abdomen merupakan bagian tubuh yang terletak di antara toraks dan

    pelvis. Rongga abdomen yang sebenarnya dipisahkan dari rongga toraks di

    sebelah atas oleh diafragma dan dari rongga pelvis di sebelah bawah oleh suatu

    bidang miring yang disebut pintu atas panggul. Dapat dikatakan bahwa pelvis

    termasuk bagian dari abdomen, dan rongga abdomen meliputi juga rongga pelvis.

    Rongga abdomen meluas ke atas sampai mencapai rongga toraks setinggi sela iga

    kelima. Jadi sebagian rongga abdomen terletak atau dilindungi oleh dinding

    toraks. Sebagian dari hepar, gaster dan lien terterdapat di dalamnya.

    Rongga abdomen atau cavitas abdominis berisi sebagian besar organ

    sistem digestivus, sebagian organ urinarium, sistem genitalia, lien, glandula

    suprarenalis, dan plexus nervorum. Juga berisi peritoneum yang merupakan

    membrane serosa dari sistem digestivus. Kadang-kadang ada organ sistemdigestivus yang sebagian atau sementara terletak di dalam rongga pelvis, misalnya

    ileum dan sebaliknya kadang-kadang organ genitalia terdapat di dalam rongga

    abdomen, misalnya uterus yang membesar.

    Untuk menentukan lokalisasi yang lebih teliti dari rasa nyeri,

    pembengkakan atau letak suatu organ, maka abdomen dibagi menjadi sembilan

    region oleh dua bidang horizontal yaitu bidang subcostalis dan bidang

    transtubercularis serta dua bidang vertikal yang melalui linea midklavikularis

    kanan dan kiri.

    Regio abdomen tersebut adalah:3

    Atas: hipokondrium kanan-epigastrium-hipokondrium kiri

    Tengah: lateralis kanan-umbilikalis-lateralis kiri

    Bawah: inguinal kanan-hipokondrium-inguinal kiri

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    4/20

    4

    Gambar 2.1. Topografi Abdomen

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    5/20

    5

    Proyeksi letak organ dalam abdomen3

    Hipokondrium kanan Epigastrium Hipokondrium kiri

    Lobus kanan darihepar

    Kantung empedu Sebagian dari

    duodenum

    Fleksura hepatikdari kolon

    Sebagian dari ginjalkanan

    Kelenjar suprarenalkanan

    Pilorus gaster Duodenum Pankreas Sebagian dari hepar

    Lambung Limpa Bagian kaudal dari

    pankreas

    Fleksura lienalis darikolon

    Kutub atas dari ginjalkiri

    Kelenjar suprarenalkiri

    Lumbal kanan Umbilikal Lumbal kiri

    Kolon asendens Bagian bawah dari

    ginjal kanan

    Sebagian daruduodenum dan

    jejunum

    Omentum Mesenterium Bagian bawah dari

    duodenum

    Jejunum dan ileum

    Kolon desendens Bagian bawah dari

    ginjal kiri

    Sebagian jejunumdan ileum

    Inguinal kanan Hipogastrium Inguinal kiri Sekum Apendiks Bagian akhir dari

    ileum

    Ureter kanan

    Ileum Kandung kemih Uterus (pada

    kehamilan)

    Kolon sigmoid Ureter kiri Ovarium kiri

    2.2 Trauma Abdomen

    2.2.1 Pendahuluan

    Trauma abdomen didefinisikan sebagai cedera yang terjadi anterior darigaris puting ke lipatan inguinal dan posterior dari ujung skapula ke lipatan gluteal.

    Gerakan pernapasan diafragma memperlihatkan isi intraabdomen yang cedera,

    pada pandangan pertama, tampaknya terisolasi ke dada. 2

    Cedera perut traumatik diklasifikasikan lebih lanjut sebagai intraperitoneal

    atau retroperitoneal. Cedera intraperitoneal lebih terarah untuk didiagnosis dengan

    pemeriksaan fisik. Dalam cedera ini, baik sistem nyeri parietal dan visceral

    terpengaruh. Reseptor nyeri parietal menyebabkan nyeri lokal, seperti cedera hati

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    6/20

    6

    atau limpa. Reseptor nyeri viseral klasik menyebabkan nyeri tumpul yang tidak

    terlokalisasi umumnya terkait dengan hemoperitoneum atau cedera viskus

    berongga. Cedera intraperitoneal dapat hadir sebagai nyeri alih ke bahu, skapula,

    panggul, toraks, dan punggung. Cedera retroperitoneal sering kurang bisa

    ditemukan dengan diagnosis fisik. Sejumlah besar darah dapat terakumulasi dalam

    ruang retroperitoneal tanpa menyebabkan temuan fisik yang jelas. 2

    Ekstensi Abdomen.4

    Zona retroperitoneum. Zona 1: sentral, zona 2: lateral, zona 3: pelvis.4

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    7/20

    7

    Cedera simultan dengan struktur intraperitoneal dan retroperitoneal yang

    tidak biasa dan dapat mempersulit pemeriksaan fisik. Intoksikan, seperti alkohol,

    dan depresan, stimulan, dan halusinogen sistem saraf pusat lainnya dapat

    membuat pemeriksaan klinis tidak reliabel. Kehadiran masalah medis yang

    mendasari dan penyakit kejiwaan lebih lanjut dapat membingungkan evaluasi

    trauma.2

    Abdomen sering cedera baik setelah trauma tumpul dan tajam. Sekitar

    25% dari semua korban trauma akan membutuhkan eksplorasi abdomen. Evaluasi

    klinis abdomen dengan cara pemeriksaan fisik tidak memadai untuk

    mengidentifikasi cedera intra-abdomen karena tingginya jumlah pasien dengan

    perubahan status mental sekunder terhadap trauma kepala, alkohol, atau obat-

    obatan, dan karena tidak dapat diaksesnya pelvis, abdomen bagian atas, dan organ

    retroperitoneal untuk palpasi. Untuk alasan ini, beberapa modalitas diagnostik

    telah berevolusi selama 3 dekade terakhir, termasuk diagnostic peritoneal lavage

    (DPL), ultrasonography (USG), computed tomography (CT), dan laparoskopi,

    yang semuanya memiliki kelebihan, kekurangan, dan keterbatasan.5

    Abdomen adalah kotak hitam diagnostik. Untungnya, dengan beberapa

    pengecualian tidak perlu untuk menentukan organ intra-abdomen yang cedera,

    hanya apakah laparotomi eksplorasi diperlukan. Pemeriksaan fisik abdomen tidak

    dapat diandalkan dalam membuat penentuan ini. Namun, sebagian besar ahli

    setuju bahwa kehadiran rigiditas abdomen atau distensi abdominal pada pasien

    dengan trauma abdomen merupakan indikasi untuk bedah eksplorasi segera. 6

    Perkembangan teknologi, pengalaman, dan invasi yang lebih modern telah

    menjadi penentu yang paling penting dari penggunaan metode diagnostik untuk

    trauma abdomen. Di pusat-pusat trauma modern di abad ke-21, teknologi non-

    invasif lebih baik membantu penggunaan USG dan CT dalam evaluasi korban

    trauma.5

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    8/20

    8

    2.2.2 Jenis Trauma Abdomen

    1) Trauma TumpulTrauma tumpul paling sering terjadi pada kasus kecelakaan kendaraan

    bermotor. Cedera terjadi sekunder terhadap geser, robek, atau kekuatan dampak

    langsung. Kehadiran tanda sabuk pengaman merupakan indikasi cedera intra-

    abdomen dalam setidaknya 25% kasus. Memastikan apakah hanya sabuk

    pangkuan digunakan, terutama pada anak-anak. Lap-satunya hambatan pada anak-

    anak mempengaruhi mereka untuk cedera intra-abdomen seperti perforasi usus

    dan robekan mesenterika. Evaluasi tulang belakang lumbal direkomendasikan

    karena cedera ini mungkin terkait dengan fraktur transversal tulang belakang

    lumbal (Chance fracture).1

    2) Trauma TajamSetiap luka di bawah garis yang ditarik melintang antara puting harus

    diperlakukan sebagai memiliki potensi untuk lintasan intra-abdominal. Seperti

    disebutkan sebelumnya, cairan intravena harus digunakan dengan bijaksana dalam

    manajemen pra-rumah sakit. Sebelum tiba di Departemen Kegawatdaruratan,

    pasien dapat diberikan cairan yang cukup untuk mempertahankan tekanan darah

    sistolik 90 mmHg, bukan resusitasi multiliter. Jika luka tembus hadir, dimulai

    terapi antibiotik dan mengelola boostertetanus awal pengobatan.1

    a) Luka tembakDiamanatkan bahwa semua luka tembak dengan lintasan intra-abdomen

    diperlukan laparotomi eksplorasi. Beberapa penulis telah menggambarkan

    pendekatan yang kurang agresif untuk subset yang dipilih dengan cermat pasien

    dengan trauma tembus ke perut termasuk beberapa luka tembak kecepatan rendah.

    Manajemen nonoperative luka tembak yang menembus peritoneum yang

    kontroversial. Pasien dengan hipotensi meskipun diberi resusitasi kristaloid akan

    memerlukan laparotomi segera eksplorasi, antibiotik untuk menutupi flora pada

    abdomen, dan booster tetanus. Untuk pasien hemodinamik stabil, invasi

    intraperitoneal telah dikesampingkan, manajemen konservatif luka yang dangkal

    dan tangensial ke abdomen dapat digunakan.1

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    9/20

    9

    b) Luka TusukanPasien dengan luka tusukan memerlukan resusitasi serta booster tetanus dan

    antibiotik jika kemungkinan keterlibatan intraperitoneal diduga. DPL, CT scan,

    dan laparoskopi dapat digunakan. Jika kemungkinan keterlibatan peritoneal telah

    dikesampingkan, pasien dapat dengan aman diarahkan kepada instruksi perawatan

    luka lokal. Jika peritoneum telah terkena, diperlukan laparotomi eksplorasi.

    Serupa dengan pengelolaan luka tembak kecepatan rendah seperti yang disebutkan

    di atas, beberapa ahli bedah telah mulai mengamati subset yang dipilih dengan

    cermat pada pasien dengan tidak ada tanda cedera intraperitoneal pada

    pemeriksaan fisik atau diidentifikasi oleh modalitas pencitraan seperti CT scan.1

    2.3 Trauma Tajam

    2.3.1 Definisi Trauma Tajam

    Trauma tajam adalah hasil dari senjata api tinggi atau kecepatan rendah,

    cedera tusuk, dan penetrasi benda asing ke dalam tubuh. 2

    2.3.2 Mekanisme Trauma Tajam

    Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan

    kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan

    kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar

    terhadap organ visera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation,

    dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya.

    Kerusakan dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau organ

    yang padat. Bila mengenai organ yang berongga, isinya akan keluar ke dalam

    rongga perut dan menimbulkan iritasi pada peritoneum.

    Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar, bergantung

    jauhnya perjalanaan peluru, besar energi kinetik maupun kemungkinan pantulan

    peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Organ padat akan

    mengalami kerusakan yang lebih luas akibat energi yang ditimbulkan oleh peluru

    tipe high velocity.7

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    10/20

    10

    2.3.3 Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik diarahkan untuk mencari bagian tubuh yang terkena

    trauma, kemudian menetapkan derajat cedera berdasarkan hasil analisis riwayat

    trauma. Pemeriksaan fisik abdomen harus dilakukan dengan teliti dan sistimatis

    meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. Temuan-temuan positif

    ataupun negatif didokumentasi dengan baik pada status.

    Syok dan penurunan kesadaran mungkin akan memberikan kesulitan pada

    pemeriksaan perut. Trauma penyerta kadang-kadang dapat menghilangkan gejala-

    gejala perut. 7

    A. InspeksiUmumnya pasien harus diperiksa tanpa pakaian. Adanya jejas pada

    dinding perut dapat menolong ke arah kemungkinan adanya trauma

    abdomen. Abdomen bagian depan dan belakang, dada bagian bawah dan

    perineum diteliti apakah mengalami ekskoriasi ataupun memar karena alat

    pengaman, adakah laserasi, liang tusukan, benda asing yang menancap,

    omentum ataupun bagian usus yang keluar, dan status kehamilan. Harus

    dilakukan log-rollagar pemeriksaan lengkap. 7

    B. AuskultasiDi ruang IGD yang ramai sulit untuk mendengarkan bising usus, yang

    penting adalah ada atau tidaknya bising usus tersebut. Darah bebas di

    retroperitoneum ataupun gastrointestinal dapat mengakibatkan ileus, yang

    mengakibatkan hilangnya bising usus. Pada luka tembak atau luka tusuk

    dengan isi perut yang keluar, tentunya tidak perlu diusahakan untuk

    memperoleh tanda-tanda rangsangan peritoneum atau hilangnya bising

    usus. Pada keaadan ini laparotomi eksplorasi harus segera dilakukan. Pada

    trauma tumpul perut, pemeriksaan fisik sangat menentukan untuk tindakan

    selanjutnya. Cedera struktur lain yang berdekatan seperti iga, vertebra,

    maupun pelvis bisa juga mengakibatkan ileus walaupun tidak ada cedera

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    11/20

    11

    intraabdominal. Karena itu hilangnya bising usus tidak diagnostik untuk

    trauma intraabdominal.7

    C. PerkusiManuver ini mengakibatkan pergerakan peritoneum dan mencetuskan

    tanda peritonitis. Dengan perkusi bisa kita ketahui adanya nada timpani

    karena dilatasi lambung akut di kwadran kiri atas ataupun adanya perkusi

    redup bila ada hemoperitoneum.2Adanya darah dalam rongga perut dapat

    ditentukan dengan shifting dullness, sedangkan udara bebas ditentukan

    dengan pekak hati yang beranjak atau menghilang.7

    D. PalpasiAdanya kekakuan dinding perut yang volunter (disengaja oleh pasien)

    mengakibatkan pemeriksaan abdomen ini menjadi kurang bermakna.

    Sebaliknya, kekakuan perut yang involunter merupakan tanda yang

    bermakna untuk rangsang peritoneal. Tujuan palpasi adalah untuk

    mendapatkan adanya nyeri lepas yang kadang-kadang dalam. Nyeri lepas

    sesudah tangan yang menekan kita lepaskan dengan cepat menunjukkan

    peritonitis, yang bisanya oleh kontaminasi isi usus, maupun

    hemoperitoneum tahap awal.7

    E. Evaluasi luka tusukSebagian besar kasus luka tembak ditangani dengan laparotomi eksplorasi

    karena insiden cedera intraperitoneal bisa mencapai 95%. Luka tembak yang

    tangensial sering tidak betul-betul tangensial, dan trauma akibat ledakan bisa

    mengakibatkan cedera intraperitoneal walaupun tanpa adanya luka masuk. Luka

    tusukan pisau biasanya ditangani lebih selektif, akan tetapi 30% kasus mengalami

    cedera intraperitoneal. Semua kasus luka tembak ataupun luka tusuk dengan

    hemodinamik yang tidak stabil harus di laparotomi segera.

    Bila ada kecurigaan bahwa luka tusuk yang terjadi sifatnya superfisial dan

    nampaknya tidak menembus lapisan otot dinding abdomen, biasanya ahli bedah

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    12/20

    12

    yang berpengalaman akan mencoba untuk melakukan eksplorasi luka terlebih

    dahulu untuk menentukan kedalamannya. Prosedur ini tidak dilakukan untuk luka

    sejenis diatas iga karena kemungkinan pneumotoraks yang terjadi, dan juga untuk

    pasien dengan tanda peritonitis ataupun hipotensi. Akan tetapi, karena 25-33%

    luka tusuk di abdomen anterior tidak menembus peritoneum, laparotomi pada

    pasien seperti ini menjadi kurang produktif. Dengan kondisi steril, anestesi lokal

    disuntikkan dan jalur luka diikuti sampai ditemukan ujungnya. Bila terbukti

    peritoneum tembus, pasien mengaiami risiko lebih besar untuk cedera

    intraabdominal, dan banyak ahli bedah menganggap ini sudah indikasi untuk

    melaksanakan laparotomi. Setiap pasien yang sulit kita eksplorasi secara lokal

    karena gemuk, tidak kooperatif maupun karena perdarahan jaringan lunak yang

    mengaburkan penilaian kita harus dirawat untuk evaluasi ulang ataupun kalau

    perlu untuk laparotomi.7

    2.3.4 Penanganan Awal Trauma Abdomen

    Primary Survey

    A. AirwayAirway harus dijaga dengan baik pada semua penderita trauma abdomen.

    Membuka jalan napas menggunakan teknik head tilt, chin lift atau jaw

    thrust, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya

    jalan napas. Bila penderita tidak sadar dan tidak ada refleks bertahak (gag

    reflex) dapat dipakai oropharyngeal tube. Bila ada keraguan mengenai

    kemampuan menjaga airway, lebih baik memasang airway definitif. Jika

    ada disertai dengan cedera kepala, leher atau dada maka tulang leher

    (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-line.7,8

    B. BreathingKontrol jalan nafas pada penderita trauma abdomen yang airway

    terganggu karena faktor mekanik, ada gangguan ventilasi atau ada

    gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrakeal. Setiap penderita

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    13/20

    13

    trauma diberikan oksigen. Bila tanpa intubasi, sebaiknya diberikan dengan

    face mask. Pemakaian pulse oximeter baik untuk menilai saturasi O2 yang

    adekuat.7,8

    C. CirculationResusitasi pasien dengan trauma abdomen penetrasi dimulai segera setelah

    tiba. Cairan harus diberikan dengan cepat. NaCl atau Ringer Laktat dapat

    digunakan untuk resusitasi kristaloid. Rute akses intravena adalah penting,

    pasang kateter intravena perifer berukuran besar (minimal 2) di

    ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang dengan

    hipotensi sudah berada di kelas III syok (30-40% volume darah yang

    hilang) dan harus menerima produk darah sesegera mungkin, hal yang

    sama berlaku pada pasien dengan perdarahan yang signifikan jelas. Upaya

    yang harus dilakukan untuk mencegah hipotermia, termasuk menggunakan

    selimut hangat dan cairan prewarmed.7,8

    D. DisabilityDilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat. Yang dinilai

    disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.7,8

    E. ExposurePenderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara menggunting

    untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi

    head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen

    penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit

    kepala, bagian belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka

    penting penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.7,8

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    14/20

    14

    Secondary Survey

    Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila sewaktu

    survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali mengulangi

    PRIMARY SURVEY. Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat dengan baik.

    Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan

    dengan perhatian utama: 9

    1. Pemeriksaan kepala Kelainan kulit kepala dan bola mata

    Telinga bagian luar danmembrana timpani

    Cedera jaringan lunak periorbital

    2. Pemeriksaan leher Luka tembus leher

    Emfisema subkutan

    Deviasi trachea

    Vena leher yang mengembang

    3. Pemeriksaan neurologis Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

    Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik

    Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex

    4. Pemeriksaan dada Clavicula dan semua tulang iga Suara napas dan jantung

    Pemantauan ECG (bila tersedia)

    5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen) Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah

    Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali

    bila ada

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    15/20

    15

    trauma wajah

    Periksa dubur (rectal toucher)

    Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus

    6. Pelvis dan ekstremitas Cari adanya fraktur (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes

    gerakan

    apapun karena memperberat perdarahan)

    Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma

    Cari luka, memar dan cedera lain

    7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) : Foto atas daerah abdomen yang cedera dilakukan secara selektif.

    Penatalaksanaan di Ruang Emergensi7,8

    1. Mulai prosedur resusitasi ABC (memperbaiki jalan napas, pernapasan dan

    sirkulasi).

    2. Pertahankan pasien pada brankard; gerakan dapat menyebabkan fragmentasi

    bekuan pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif

    3. Pastikan kepatenan dan kestabilan pernapasan

    4. Gunting pakaian penderita dari luka.

    5. Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

    6. Kontrol perdarahan dan pertahankan volume darah sampai pembedahan

    dilakukan.

    7. Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan lakukan

    bendungan pada luka dada.

    8. Pasang kateter IV berdiameter besar untuk penggantian cairan secara cepat dan

    memperbaiki dinamika sirkulasi.

    9. Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi; ini

    sering merupakan tanda adanya perdarahan internal.

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    16/20

    16

    10. Aspirasi lambung dengan memasang selang nasogastrik. Prosedur ini

    membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap

    rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.

    11. Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan

    pantau jumlah urine perjam.

    12. Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan dibasahi

    dengan salin untuk mencegah kekeringan visera

    13. Fleksikan lutut pasien; posisi ini mencegah protusi yang lanjut.

    14. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan

    muntah.

    15. Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat

    ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.

    16. Siapkan pasien untuk sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi

    peritonium pada kasus luka tusuk.

    17. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.

    18. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. Trauma dapat

    menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri

    eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan

    terapeutik (infeksi nosokomial).

    19. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,

    kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau

    hematuria.

    2.3.5 Pemeriksaan Diagnostik

    1. Pemeriksaan diagnostik pada trauma tajam adalah sebagai berikut:7A. Cedera toraks bagian bawah

    Untuk pasien asimptomatik dengan kecurigaan cedera pada

    diafragma dan struktur abdomen bagian atas diperlukan pemeriksaan fisik

    maupun foto toraks berulang, torakoskopi atau laparaskopi, serta

    pemeriksaan CT scan.

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    17/20

    17

    Dengan pemeriksaan tersebut kita masih bisa menemukan adanya

    hernia diafragma sebelah kiri karena luka tusuk torakoabdominal sehingga

    untuk luka lain diperlukan eksplorasi bedah. Untuk luka tembak

    torakoabdominal, pilihan terbaik adalah laparatomi.

    B. Eksplorasi lokal luka dan pemeriksaan fisik serial dibandingkan denganDiagnostic Peritoneal Lavage(DPL) pada luka tusuk abdomen depan.

    Sebanyak 55-65% pasien luka tusuk tembus abdomen depan akan

    mengalami hipotensi, peritonitis ataupun eviserasi omentum maupun usus

    halus. Untuk pasien seperti ini harus segera dilakukan laparatomi. Untuk

    pasien lain, sesudah konfirmasi adanya luka tusuk tembus peritoneum

    dilakukan eksplorasi lokal pada luka sampai laparatomi. Laparatomi

    merupakan salah satu pilihan relevan untuk semua pasien. Untuk pasien

    yang relatif asimptomatik, pilihan diagnostik non-invasif adalah

    pemeriksaan fisik diagnostik serial dalam 24 jam, DPL, maupun

    laparoskopi diagnostik. Pemeriksaan fisik diagnostik serial membutuhkan

    sumber daya manusia yang besar. Dengan DPL bisa diperoleh diagnosis

    lebih dini pada pasien asimptomatik dan akurasi mencapai 90% bila

    menggunakan hitung jenis sel seperti pada trauma tumpul. Laparaskopi

    diagnostik bisa mengkonfirmasi dan menyingkirkan tembusnya

    peritoneum tetapi kurang bermakna untuk mengenali cedera tertentu.

    C. Pemeriksaan fisik diagnostik serial dibandingkan CT dengan double atautriple kontras pada cedera fisik maupun punggung

    Ketebalan otot pinggang maupun punggung melindungi organ

    visera di bawahnya pada luka tusuk maupun luka tembak. Walaupun

    laparatomi merupakan pilihan yang relevan, untuk pasien asimptomatik

    terdapat pilihan diagnostik lain yaitu pemeriksaan fisik serial, CT dengan

    double atau triple kontras atau DPL. Dengan pemeriksaan fisik diagnostik

    serial untuk pasien asimptomatik yang menjadi simptomatik, diperoleh

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    18/20

    18

    akurasi terutama untuk deteksi cedera retroperitoneal maupun

    intraperitoneal di belakang linea aksilaris anterior.

    CT scan dengan kontras memakan banyak waktu serta

    membutuhkan ketelitian untuk memeriksa bagian kolon retroperitoneal

    pada sisi luka tusuk. Ketajamannya sebanding dengan pemeriksaan fisik

    diagnostik serial, tetapi memungkinkan deteksi yang lebih dini.

    DPL bisa digunakan untuk screening awal. DPL (+) menunjukkan

    indikasi laparatomi.

    Indikasi Laparatomi7,10

    1. Intervensi bedah segera bagi organ yang terkena.2. Hemodinamik yang tidak stabil.3. Adanya tanda peritoneal(peritonitis) pada pemeriksaan fisik.4. Hipotensi pada luka tusuk tembus abdomen.5. Luka tembak menyeberang rongga peritoneum.6. Eviscerasi omentum atau usus.7. Pendarahan dari gaster, rectum atau traktus urogenitalis pada luka tusuk.

    2.3.7 Follow up/ observasi pasien

    Setelah laparatomy, pasien diberikan terapi non operatif dengan resusitasi

    cairan dan transfusi darah jika perlu. Pasien harus dilakukan pemeriksaan fisik

    serial dan jika adanya tanda peritoneal, pasien diindikasikan untuk dilakukan

    laparatomi.

    Biasanya pasien diobservasi 12 48 jam sebelum dibenarkan pulang.

    Pasien dibenarkan pulang jika:10

    Luka yang dialami bukan luka tembus dan; Keadaan umum/ hemodinamik yang stabil setelah 1248 jam. Tidak ada indikasi untuk admisi. Berespon baik terhadap terapi.

    2.3.8 Prognosis

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    19/20

    19

    Kadar kematian dari trauma tajam abdomen tergantung pada cedera yang

    dialami. Pasien yang mengalami cedera pada dinding facia abdominal anterior

    tanpa cedera peritoneal mempunyai kadar mortaliti 0% dan kadar morbidity yang

    minimal dan pasien dengan cedera kompleks multiorgan dengan hipotensi, base

    deficit kurang dari -15 mEq/L HCO3, temperatur kurang dari 35C dan adanya

    koagulopati dapat meningkatkan kadar mortality.

    Faktor faktor yang mempengaruhi mortality pada trauma tajam

    abdominal adalah:10

    Jenis kelamin perempuan Interval yang lama antara cedera dan operation Adanya syok Adanya cedera kranial

  • 8/13/2019 Trauma Abdomen-trauma Tajam

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Stone, CK, 2003. Current Diagnosis & Treatment Emergency Medicine.6th edition. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.

    2. Fermann, GJ, 2003. Emergency Medicine-An Approach to ClinicalProblem Solving.In:Hamilton, et al., Emergency Medicine-An Approach

    to Clinical Problem Solving. 2nd edition. USA : W. B. Saunders

    Company.

    3. Wibowo, D.S., dan Paryana, W., 2007. Dinding Abdomen. AnatomiTubuh Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta: 273-279.

    4. Williams, et al., 2008. Bailey & Loves Short Practice of Surgery. 25thedition. UK: Edward Arnold Ltd.

    5. Beauchamp, et al., 2008. Townsend: Sabiston Textbook of Surgery. 18thedition. USA : Elvesier, Inc.

    6. Brunicardi, FC, 2007. Schwartzs Principles of Surgery.8th edition. USA:The McGraw-Hill Companies, Inc.

    7. American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support UntukDokter Edisi 7. Jakarta: IKABI, 2004, Bab 5; Trauma Abdomen.

    8. Offner, P., 2013. Penetrating Abdominal Trauma Treatment &Management. Available from :

    http://emedicine.medscape.com/article/2036859-treatment [Accessed 26

    June 2013]

    9. Wilkinson, D.A, 2000. Primary Trauma Care. Available from :http://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_ENG

    .pdf [Accessed 26 June 2013]

    10.Isenhour J.L., Marx J., 2007. Advances in abdominal trauma. Emerg MedClin N Am 25 (2007), pg 713733. Available from: http://

    emed.theclinics.com. [ Accessed on: 26 Jun 2013]

    11.Stanton-Maxey K.J, et al. 2011. Penetrating Abdominal Trauma.Available from:http://emedicine.medscape.com/article/2036859-overview

    [Accessed on 27 Jun 2013]

    http://emedicine.medscape.com/article/2036859-treatmenthttp://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_ENG.pdfhttp://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_ENG.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/2036859-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/2036859-overviewhttp://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_ENG.pdfhttp://www.primarytraumacare.org/wpcontent/uploads/2011/09/PTC_ENG.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/2036859-treatment