Translet Uro Jurnal Edited Farid
description
Transcript of Translet Uro Jurnal Edited Farid
Dampak Pemasangan Stent Ureter Preoperative dilihat dari angka STONE-FREE
RATES (SFRs) pada URETEROSCOPY pasien NEPHROURETEROLITHIASIS:
Analisis Uji Cocok Berpasangan pada 286 Pasien.
Christopher Netsxh, Sophie Knipper, Thorsten Bach, Thomas R.W. Herrmann, and
Andreas J. Gross
TUJUAN Untuk mengetahui pengaruh dari pemasangan stent
ureter preoperative terkait dengan tingkat keberhasilan
URS pada pasien nephroureterolithiasis.
MATERI DAN
METODE
Kami mengevaluasi pasien secara retrospective yang
melakukan pemeriksaan URS pada kasus
nephroureterolithiasis tanpa memperhatikan berat jenis,
posisi, ukuran, lokasi dan jumlah batu tiap pasien
dimana pasien yang dilihat sebelum URS.
Dibandingkan antara data pasien, SFRs, dan komplikasi-
komplikasinya.
HASIL Studi ini diikuti oleh 286 pasien ( 143 terpasang stent vs
143 tidak terpasang stent). Rata-rata ukuran batu adalah
5.69 ± 3 mm. Rata-rata ukuran batu per pasien adalah
1.35 ≠ 0.7. Secara keseluruhan SFR setelah 1 prosedur
URS adalah 90.9% dan lebih besar pada pasien dengan
pemasangan stent dibandingkan dengan pasien tanpa
pemasangan stent (95.1% vs 86.7%), P ≤ .013). Untuk
kasus batu ureter, SFRs pada pasien terpasang stent
adalah 99% dan pasien tidak terpasang stent adalah 90%
dengan P ≤ .0048. Nilai SFRs tidak berbeda diantara
dua grup dengan batu ureter < 5mm (98.2% vs 83.3%, P
≤ .0105). Untuk batu dengan ukuran ≥ 5 mm, SFR lebih
tinggi pada pasien terpasang sten dibandingkan tidak
terpasang sten (93.3% vs 78.3%, P ≤ .0054).
Komplikasi selama operasi (perioperative) terjadi pada
27 pasien (9.4%; Clavien I, 6.6%; Clavien IIIb, 2.8%
keterangan lihat tabel 3) tanpa membedakan kedua grup.
KESIMPULAN URS adalah prosedur yang aman dan sukses untuk
penatalaksanaan nephroureterolithiasis. Pemasangan
sten ureter preoperative berhubungan dengan besarnya
angka SDRs dibandingkan dengan pasien tanpa
pemasangan sten pada kasus batu saluran kencing
dengan ukuran ≥ 5mm. Pasien tanpa terpasang sten
dengan batu sal kencing ≥ 5 mm seharusnya diberikan
informasi mengenai resiko untuk melakukan prosedur
ulang URS untuk kedua kalinya.
Selama 2 dekade yang lalu, URS menjadi penatalaksanaan yang dipilih secara luas
pada kasus urolithiasis. Kemajuan teknologi ini mengembangkan URS menjadi suatu
treatmen yang aman dan efektif diterapkan untuk orang dewasa dan anak-anak sekalipun.
Dilaporkan bahwa Nilai Ureteroscopic stone-free rates (SFRs) mencapai 100% dan angka
morbiditas perioperative nya rendah, tergantung pada lokasi dan ukuran batu. Namun
demikian, akses ureteroscopic (URS) untuk dilakukan pada saluran urinaria bagian atas masih
dalam perdebatan. Beberapa pendapat bahwa pemasangan stent ureter sebelum dilakukan
URS berfungsi sebagai dilatasi pasif dari ureter sehingga dapat dijadikan akses menuju
traktus urinarius bagian atas. Keuntungan pemasangan stent ureter preoperatif dinilai dari
SFRs belum jelas menunjukkan hasil pada postoperative. Tujuan dari studi ini untuk menilai
efek dari pemasangan stent ureter preoperative pada ureteroscopic SFRs dengan analisis uji
cocok berpasangan (matched-pair analysis).
MATERI DAN METODE
Sejak Januari 2006 hingga Oktober 2011, 1801 pasien dengan batu saluran kencing
menjalani URS di departemen kami. Kami menggunakan database berdasarkan batu untuk
melihat pasien dan diidentifikasi tanpa pemasangan stent preoperative. Pasien-pasien tersebut
dicocokkan dengan data pasien dari database kami berdasarkan usia, jenis kelamin, BMI, dan
posisi, ukuran, letak, jumlah batu dari masing-masing pasien. Ukuran batu dinilai
berdasarkan foto polos abdomen dari ginjal, ureter dan bladder (KUB) atau melalui
intravenous urogram (IVU) atau melalui keduanya, menggunakan ukuran diameter batu yang
paling besar pada batu yang soliter dan ukuran diameter terbesar dari batu yang paling besar
pada batu yang multiple. Konsultan radiologist senior menggunakan gambaran radiologi.
Sistem pengarsipan dan komunikasi digunakan untuk mengukur batu tersebut.
Beberapa alasan pemasangan stent preoperative adalah pada kasus obstructive
pyelonephritis, obstruksi tanpa nyeri, kegagalan akses URS, kegagalan keluarnya batu secara
spontan, dan gagal ginjal. URS dilakukan tanpa pemasangan stent terlebih dahulu dilakukan
pada pasien dengan obstruksi tanpa nyeri, kegagalan keluarnya batu secara spontan, pasien
asimptomatik atau pasien gagal ginjal. Pemasangan sten preoperative dengan diameter 6.0F
(pada kasus kesulitan secara teknis) dan 8.0F (pemasangan rutin) dilakukan di ruang operasi
dibawah sedasi atau anestesi lokal. Sten-sten dipasang minimal 7 hari sebelum dilakukan
URS dan ukuran sten tidak sama untuk setiap pasien. Prosedur URS dilakukan oleh 2
konsultan dari departement ini.
Antibiotik profilaksis dengan sefalosporin generasi kedua dapat diberikan sebelum
prosedur URS dimulai. Semua pasien melalui prosedur Pyelografi retrograde (RP) sebelum
dilakukan URS untuk melihat anatomi sistem collecting ginjal dan memastikan bahwa
kebanyakan batu tidak berlokasi diantara diverticulum dan parenkim ginjal.
URS dilakukan menggunakan ureteroscop semirigid dengan ukuran 7.5F atau
ureteroscop fleksibel dengan ukuran 6.9F menggunakan pegangan pengaman. Dilatasi balon
di orificium ureter tidak dilakukan sebelum URS. Selubung akses ureter (9.5/11.5F)
ditempatkan untuk memfasilitasi ekstraksi batu ketika dicuriga terdapat di >3 bagian ureter
menggunakan ureteroscope dan pada beberapa kasus sulit untuk mengakses orificium ureter
menggunakan jangkauan yang fleksibel. Laser lithotription Holmiumtrium-aluminum-gamet
diterapkan menggunakan kombinasi dengan laser fiber 272-µm. Untuk pengambilan batu,
dapat digunakan keranjang batu tipless nitinol 1.5F atau 2.2F. Usaha untuk menghilangkan
semua fragmen batu dapat digunakan keranjang batu yang dibuat untuk semua pasien.
Prosedur URS dapat gagal pada kasus minimnya lapang pandang, edema yang berarti,
atau beban batu persisten yang luas setelah lithotripsy luas dan ekstraksi batu. RP digunakan
pada akhir prosedur untuk mengidentifikasi residual batu dan mengetahui lesi-lesi pada ureter
atau ginjal. Sten ureter (8.0F) diletakkan pada akhir prosedur URS tergantung keputusan
surgeon jika anggap ada trauma ureter, edema atau obstruksi. Nilai SFR ditentukan dengan
tidak ditemukannya fragmen batu dari pemeriksaan endoskopi maupun RP pada akhir
prosedur.
Pilihan teknik pencitraan untuk memantau tindakan yang telah dilakukan dipilih
berdasarkan tipe batu dari masing-masing pasien dan kebiasaan dari surgeon. Kebanyakaan
pasien dipantau melalui USG renal dan KUB untuk memastikan tidak terjadi hidronefrosis
atau batu residu. Pemeriksaan IVU atau CT Scan abdomen dilakukan jika diyakini adanya
batu residu. Komplikasi-komplikasi yang terjadi dijelaskan berdasarkan klasifikasi Clavien-
Dindo yang telah dimodifikasi.
Analisis statistik ditunjukkan menggunakan software SPSS 11.5.1. Data pasien
dinyatakan dengan nilai mean ± SD (range) . Perbedaan parameter diantara masing-masing
grup dikalkulasi menggunakan the Mann-Whitney U test. Perbandingan antar variabel
menggunakan 2 test. Dengan P < .05 secara statistik dianggap signifikan.
HASIL
Studi kohort meliputi 143 pasien tanpa pemasangan sten dibandingkan dengan 143
pasien dengan pemasangan sten preoperative. Data demografi pasien dan batu dapat dilihat
ditabel 1.
Tabel 2 berisi hasil dari angka keberhasilan dari URS. Secara keseluruhan nilai SFR
setelah 1 kali prosedur URS adalah 90.9% dan lebih besar pada pasien dengan pemasangan
sten dibanding tanpa pemasangan sten (95.1% vs 86.7%, P < .0131). Pada batu ureter, nilai
SFR pada pasien dengan pemasangan sten adalah 99% dan tanpa pemasangan sten adalah
90% (P < .0048). Pada ukuran batu ureter <5 mm, Tidak ada perbedaan nilai SFR pada kedua
grup.
Dengan kontras, pada ukuran batu ureter >5 mm, nilai SFR lebih besar pada pasien
dengan pemasangan sten dibandingkan dengan pasien tanpa sten (98.2% vs 83.3%, P < .01).
Pada ukuran batu saluran kencing >5mm, nilai SFR secara keseluruhan lebih besar pada
pasien dengan pemasangan sten dibanding pasien tanpa pemasangan sten (93.3% vs 78.3%, P
< .00541)
Prosedur URS kedua dibutuhkan pada 16 dari 26 pasien dengan batu residu setelah
URS pertama. Secara keseluruhan nilai SFR setelah prosedur URS kedua meningkat sebesar
96.5% (276 dari 286 pasien), diluar 10 pasien dengan pengeluaran batu residu secara spontan
setelah prosedur URS awal. Nilai akhir SFR setelah prosedur URS kedua dan pengeluaran
batu residu secara spontan adalah 100%. Dibandingkan dengan 26 pasien yang gagal dalam
prosedur ini, terdapat 260 kasus dengan hasil akhir sukses yang awalnya disajikan dengan
signifikasi rendahnya jumlah batu per pasien (1.24 ± 0.64 vs 1.94 ± 0.97, P < .001) dan
ukuran batu yang kecil (5.36 ± 2.5 vs 7.6 ± 4.2 mm, P < .006).
Komplikasi perioperative terjadi pada 27 pasien (9.1%), tanpa melihat perbedaan
diantara 2 grup tersebut (tabel 3). Intraoperative, komplikasi Clavien-Dindo grade I dan IIIb
terdapat 11 orang (3.8%) dan 8 pasien (2.8%). Sejumlah 8 pasien (2.8%) menunjukkan
adanya perforasi dari traktus urinatius dilihat adanya aliran kontras yang keluar. Pasien-
pasien tersebut dilakukan pengobatan dengan antibiotik atau pemasangan sten ureter dalam
waktu yang panjang, atau keduanya selama 4 minggu. Evaluasi menggunakan IVU dilakukan
1 bulan setelah sten doble-J dilepas dan dilaporkan tidak terdapat ekstravasasi maupun
striktur ureter pada pasien tambahan untuk control URS. Post operative, komplikasi minor
(2.8%), klasifikasi Clavien-Dindo grade I terjadi pada kedua grup.
KOMENTAR
Beberapa studi yang konsen pada managemen URS untuk batu saluran kencing telah
banyak dipublikasi. Sedikit diantaranya membahas tentang efek dari pemasangan sten
preoperative pada tingkat kesuksesan URS. Jones et. al, yang pertama kali melaporkan bahwa
pemasangan sten ureter sebelum URS memiliki keterkaitan dengan meningkatnya kesuksesan
operasi. Penemuan ini didukung oleh penelitian yang lain, walaupun tanpa didukung data
statistik yang signifikan. Rubenstein et. al, melaporkan nilai SFRs pada URS lebih tinggi
pada pasien dengan pemasangan sten dibanding tanpa pemasangan sten, walaupun lainnya
menemukan tidak ada perbedaan SFRs URS diantara kedua grup, namun trend meningkatnya
SFRs pada pasien dengan pemasangan sten terus diobservasi. Dan lagi, terdapat perbedaan
yang cukup besar pada kasus ini antara pasien dengan terpasang sten dan tanpa terpasang sten
sehubungan dengan jumlah pasien secara keseluruhan, lokasi batu, dan jumlah batu per
pasien. Efek postoperative dari adanya sten ureter preoperative dilihat dari nilai SFRs
memang belum jelas ditunjukkan.
Kami beranggapan analisis matched-paired yang pertama pada 286 pasien
menunjukan angka SFR yang besar secara signifikan pada pasien dengan pemasangan sten
dibanding tanpa pemasangan sten (95.1% vs 86.7%). Perbedaan nilai SFRs antara kedua
kelompok tampaknya lebih jelas ketika mendefinisi secara acak untuk ukuran batu >5mm
(93.3% vs 78.3%); namun, nilai SFR tidak berbeda antar grup dengan ukuran batu <5mm.
Temuan kami tentang nilai SFRs secara keseluruhan pada pasien terpasang dan tidak
terpasang sten sesuai dengan literature dan sejalan dengan kasus URS yang membandingkan
pasien dengan terpasang dan tanpa terpasang sten. Seperti yang diharapkan, rata-rata ukuran
batu dan jumlah batu tiap pasien keduanya lebih tinggi pada pasien dengan prosedur URS
gagal. Hasil yang sama dilaporkan oleh Shields et. al. (1) Kita akan stress jika rata-rata
ukuran batu secara keseluruhan adalah 5.69 ± 3 mm pada kasus kami, hal ini sejalan dengan
Perlmutter et, al, namun dilaporkan lebih kecil ukurannya pada laporan yang lain
Table 1. Karakteristik pasien dan batu
VariableTotal
(N = 286)
Nonstented
Group
(n = 143)
Stented Group
(n = 143)P value
Age, y
Body mass Index,
kg/m2
Stone size, mm
Stones/patient, No.
Sex
Male
Female
Side
Right
Left
Stones, No.
1
2
3
≥ 4
Stone location
Lower ureter
Middle ureter
Upper ureter
Upper pole
Lower pole
Lower pole
Multiple
locations
Renal pelvis
Postopreative stents
Laser lithotripsy
Scope type
50.29 ± 16.01
86)
26.71 ± 5.39 (17-
50.81)
5.69 ± 3 (2-10)
1.35 ± 0.73 (1-5)
202 (70.6)
84 (29.4)
141 (49.3)
145 (50.7)
216 (75.5)
46 (16.1)
16 (5.6)
8 (2.8)
150 (52.2)
22 (7.7)
28 (9.8)
10 (3.5)
2 (0.7)
22 (7.7)
46 (16.1)
6 (2.1)
169 (59.1)
25 (8.7)
50 ± 16.41 (13-86)
26.95 ± 5.68(17-
50.81)
53.87 ± 3.87(2-10)
1.32 ± 0.65 (1-5)
105 (73.4)
38 (26.6)
72 (50.3)
71 (49.7)
106 (74.1)
28 (19.6)
5 (3.5)
4 (2.8)
75 (52.5)
11 (7.7)
14 (9.8)
5 (3.5)
1 (0.7)
11 (7.7)
23 (16.1)
3 (2.1)
98 (68.5)
23 (16.1)
6 (4.2)
50.58 ± 15.66
6.19 ± 4.69 (19.6-
38.6)
5.58 ± 2.3 (2-10)
1.38 ± 0.8 (1-5)
97 (67.8)
46 (32.2)
69 (46)
74 (54)
110 (76.9)
18 (12.6)
11 (7.7)
4 (2.8)
75 (52.5)
11 (7.7)
14 (9.8)
5 (3.5)
1 (0.7)
11 (7.7)
23 (16.1)
3 (2.1)
71 (51)
2 (1.4
14 (9.8)
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
≤ .001
≤.001
n.s.
≤.024
Flexible
Semirigid
Flexible +
semirigid
Operative time, min
20 (7)
220 (76.9)
46 (16.1)
38.5 ± 26.6 (3-
180)
118 (82.5)
19 (13.3)
31.55 ± 22.85
120)
102 (71.3)
27 (18.9)
34.67 ± 24.35
n.s
n.s.
n.s., not significant.
Data diatas adalah nilai rata-rata ± standard deviation (range) atau jumlah (%)
Dua alasan untuk perbedaan harus diungkapkan: Pertama, ukuran batu pada pasien
terpasang sten bergantung pada ukuran batu pada pasien yang tidak terpasang sten karena
pendekatan pada penelitian ini menggunakan uji cocok berpasangan. Pada awalnya, nilai SFR
dapat secara persis bertingkat untuk masing-masing grup dan lokasi batu pada kasus ini.
Namun demikian, adanya bias “selection bias” berdasarkan kecenderungan lebih besar pada
pasien terpasang sten dan lebih kecil pada pasien tanpa terpasang sten tidak dapat
disingkirkan dengan pendekatan retrospective matched-paired ini.
Kedua, ukuran batu rata-rata diberikan untuk setiap pasien. Nilai rata-rata tentu saja
lebih rendah dibanding dengan nilai yang menunjukkan beban batu secara kumulatif.
Karakteristik batu dan ukuran rata-rata batu tidak dievaluasi dengan kasus lain yang
membandingkan pasien terpasang sten dengan tanpa terpasang sten.
Kami menemukan tidak ada perbedaan pada lama waktu operasi antara pasien
terpasang sten dan tanpa terpasang sten. Berbeda dengan temuan kami, Chue et al,
menyebutkan bahwa pemasangan sten preoperative berhubungan dengan penurunan lama
waktu operasi pada pasien dengan beban batu yang besar (>1cm) dibandingkan dengan
pasien tanpa terpasang sten. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena ukuran batu
keseluruhan yang lebih kecil dan waktu operasi pada kasus kami dibandingkan dengan Chu et
al.
Pada studi ini, URS dikaitkan dengan rendahnya insiden komplikasi perioperative
dibandingkan dengan literature yang ada. Tidak ada perbedaan dalam terjadinya komlikasi
antara pasien terpasang dan tidak terpasang sten. Rata-rata terdapat 3.5% trauma ureter pada
kasus ini sesuai dengan literature yang ada. Tidak satupun komplikasi tersebut berkembang
menjadi striktur ureter. Nyeri postoperative yang berkepanjangan dan infeksi traktrus
urinarius masing-masing berkembang menjadi 1.4% tiap pasien, dibandingkan dengan
literature.
Table 2. Karatkteristik klinis dan outcome tindakan
VariableTotal
(N = 286)
Nonstented
Group
(n = 143)
Stented Group
(n = 143)P value
Patients stone-free
One procedure
Ureteral stones
Stone size
≥ 5 mm
< 5 mm
Kidney stones
Stone size
≥ 5 mm
< 5 mm
Multiple location
Stone size
≥ 5 mm
< 5 mm
Renal pelvis
Stone size
≥ 5 mm
< 5 mm
Patients stone-free
One procedure
1 stone
Stone size, mm
≥ 2 stones
Stone size, mm
Patients stone-free
260 (90.9)
189 (94.5)
79 (92.9)
110 (95.7)
29 (85.3)
18 (81.8)
11 (91.7)
37 (80.4)
33 (78.6)
4 (100)
5 (83.3)
4 (80)
1 (100)
250 (93.2)
5.15 ± 2.5 (2-10)
55 (83.3)
7.42 ± 3.6 (2-10)
124 (86.7)
90 (90)
25 (83.3)
65 (92.9)
14 (78.3)
9 (75)
5 (100)
3 (66.7)
5 (75)
3 (100)
2 (66.7)
2 (66.7)
-
97 (91.5)
5.14 ± 2.99
10)
27 (81.8)
8.15 ± 5.32
136 (95.1)
99 (99)
54 (98.2)
45 (100)
15 (88.2)
9 (90)
6 (85.7)
19 (82.6)
18 (81.8)
1 (100)
3 (100)
2 (100)
1 (100)
108 (98.2)
5.16 ± 2.24
28 (84.5)
6.98 ± 1.93
≤.0131
≤.0048
≤.0105
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
≤.0257
n.s.
n.s.
n.s.
One procedure
Stone size
≥ 5 mm
< 5 mm
137 (86.7)
123 (96.1)
10)
54 (78.3)
70 (94.6)
83 (93.3)
53 (98.2)
≤.0054
n.s.
n.s., not significant.
Data diatas adalah nilai rata-rata ± standard deviation (range) atau jumlah (%)
Table 3. Komplikasi
VariableTotal
(N = 286)
Nonstented
Group
(n = 143)
Stented Group
(n = 143)
P
value
Intraoperative
Clavien-
Dindo, grade I
Bleeding, caused prolonged operation time
9 (3.2) 5 (3.5) 4 (1.4) n.s.
Mucosa injury (no contrast media outflow), causing DJ-stenting
without further therapy necessary
2 (0.7) 1 (0.7) 1 (0.7) n.s.
Clavien-Dindo,
grade IIIb
Perforation (contrast media outflow), causing prolonged DJ-
stenting,
control URS after stent removal
8 (2.8) 3 (2.1) 5 (3.5) n.s.
Postoperative
Clavien-
Dindo, grade I
Prolonged pain: conservative drug management
4 (1.4) 4 (2.8)
2/98*
2/45
0/71*
0/72
≤.04
4
n.s.
n.s.
Urinary tract infection: concervative drug management
Total
4 (1.4)
27 (9.4)
2 (1.4)
5 (10.5)
2 (1.4)
12 (8.4)
n.s.
n.s.
DJ, double J; n.s., not significant; URS,uretoroscopy.
* Prolonged pain management in patients with postoperative stents. Prolonged pain management in patients without postoperative stents
Kebutuhan untuk pemasangan sten postoperative ditemukan sebesar 68.5% pada
pasien tanpa terpasang sten preoperative. Hal ini lebih besar dibandingkan nilai 51% pada
pasien terpasang sten (P< .001) pada studi kami, hal yang sama dilaporkan pada literatur.
Nilai ini belum dibahas dalam sebagian besar seri URS. Sten-sten ureter terkait dengan angka
morbiditas yang potensial, termasuk nyeri dan ketidaknyamanan terkait dengan pasangan
sten, frekuensi urinary, disuria, bakteriuria, demam dan disfungsi seksual. Peran pemasangan
sten ureter yang rutin setelah prosedur URS tanpa komplikasi baru-baru ini dievaluasi
menggunakan meta-analisa dengan randomized Controlled trials mebuka kelemahan
pemasangan sten ureter setelah prosedur URS dengan komplikasi. Kebanyakan sten pada seri
ini ditempatkan menggunakan benang sehingga kita dapat melepas dengan tepat dan mudah,
dan angka morbiditas dapat diturunkan. Sama halnya dengan pemasangan sten postoperasi,
pemasangan sten ureter preoperasi dapat menambahkan angka morbiditas yang potensial
dengan prosedur URS. Kebanyakan sten ureter dipasang saat kondisi darurat sebelum
prosedur URS. Pemasangan sten ureter preoperative terkait dengan tingginya nilai SFRs
setelah URS dibandingkan dengan pasien tanpa terpasang sten pada kasus ini, terutama pada
pasien dengan batu saluran kencing >5mm (93.3% vs 78.3%). Mengurangi presentasi
pengeluaran batu secara spontan (38%) dari perbedaan SFR 15% menjadi 9% keuntungan
pada prosedur URS kedua. Oleh karena itu, pasien tanpa terpasang sten dengan batu saluran
kencing >5mm seharusnya diberi informasi tentang meningkatnya resiko untuk dilakukan
prosedur URS ulang dibandingkan dengan pasien terpasang sten. Angka morbiditas yang
potensial pada prosedur URS kedua pada pasien dengan kegagalan URS pertama seharusnya
dipertimbangkan dengan 100% kemungkinan membutuhkan visite selama operasi, sedasi,
dan pemasangan sten secara baik atau setidaknya pemasangan sten ureter rutin sebelumnya.
Namun demikian, keuntungan pemasangan sten lebih jelas tampak pada pasien dengan batu
saluran kemih yang besar (>10mm).
Hanya sedikit data pada literatur yang memperhatikan pengaruh lama pemasangan
sten dan diameter sten sebelum tindakan terhadap SFR. Durasi pemasangan sten pada
penelitan kami adalah 7 hari, dibandingkan dengan penelitian lain yang memakan waktu 2
minggu atau 3 minggu. Kami memasukan sten dengan diameter 6F and 8F, dibandingkan
dengan yang lain 4.8F and 6.0 F sampai 8.5F. Pada penilitian lain diameternya tidak
disebutkan. Oleh karena itu efek durasi pemasangan sten dan diameter stent terhadap SFR
masih belum diketahui karena keterbatasan data.
Keterbatasan penelitian kami terletak pada jenis penelitian yang retrospective dan
tanpa randomisasi. Bias seleksi (misalnya , pra operasi penempatan stent ureter pada pasien
yang kompleks untuk beberapa indikasi tertentu , kecenderungan untuk prestent batu yang
lebih besar ) tidak bisa sepenuhnya dikesampingkan karena pendekatan retrospektif dan
karena beberapa pasien dirujuk ke kami untuk pengobatan ureteroscopic dengan terpasang
stent. Namun, kedua kelompok pasien yang hampir sama berkaitan dengan pasien dan
demografi batu. Kami menekankan bahwa semua prosedur URS dilakukan oleh 2 ahli bedah
dengan alokasi yang sama antara kelompok, sedangkan sebagian besar literatur URS hanya
laporan tunggal ahli bedah tunggal pada satu institusi , mendukung efek prestenting pada SFR
dan hasil bedah . Pada batu saluran kemih > 5 mm , pemasangan sten ureter preoperative
dikaitkan dengan SFR tinggi dibandingkan dengan URS primer pada pasien nonstented .
Manfaat prestenting mungkin lebih menonjol ketika membandingkan pasien dengan batu
saluran kencing lebih besar ( > 10 mm ) . Percobaan acak prospektif mungkin lebih tepat
untuk menentukan efek stenting ureter sebelum URS pada SFR, hasil bedah, kepuasan
pasien, dan skor gejala , dan untuk meminimalkan bias . Namun, sering - dilakukan darurat
stenting ureter akan menyulitkan desain penelitian dan pendaftaran pasien untuk penelitian.
KESIMPULAN
URS adalah prosedur yang aman dan sukses untuk penatalaksanaan batu saluran
kencing. Analisis matched-paired menunjukkan pemasangan sten preoperative meningkatkan
efektivitas URS dengan memperhatikan nilai SFRs dibandingkan dengan pasien tanpa
pemasangan sten preoperative pada batu saluran kencing >5mm. Angka morbiditas yang
paling potensial adalah adanya prosedur URS ulang setelah prosedur URS pertama gagal dan
seharusnya pemasangan sten secara rutin sebelum URS dapat menjadi pertimbangan
preoperative.