CBT-translet buku
-
Upload
silfia-nanda-sari -
Category
Documents
-
view
285 -
download
1
Transcript of CBT-translet buku
-
7/31/2019 CBT-translet buku
1/151
CHAPTER 1
Basic Theory, Development and Current Status of CBT
SEJARAH CBT
Terapi Perilaku /Behaviour Therapymuncul sebagai reaksi atas
paradigma psikodinamis Freud yang mendominasi psikoterapi dari abad ke-19.
Terapi Perilaku menghindari spekulasi proses di luar kesadaran, motivasi
tersembunyi, dan struktur pikiran yang tidak terobservasi alih-alih menggunakan
prinsip mempelajari teori untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan dan
reaksi emosional.
Terapi Perilaku sukses secara cepat, terlebih pada penyimpangan
kecemasan seperti fobia dan OCD. Di balik itu, ada ketidakpuasan atas
pendekatan yang terbatas hanya pada pendekatan perilaku. Terapi Kognitif (CT)
menjadi alternatif dan setelah diadakan penelitian terbukti bahwa sangat efektif
untuk depresi. Terapi Perilaku & Terapi Kognitif tumbuh kembang bersama dan
bersatu menjadi CBT.
Prinsip dasar CBT:Prinsip Kognitif; ide pokok dari terapi ini adalah reaksi emosional dan
perilaku yang sangat dipengaruhi oleh kognisi (pemikiran, kepercayaan, dan
intrepetasi tentang diri atau situasi di mana mereka berada).
Prinsip Perilaku; perilaku dapat mempengaruhi pikiran dan emosi dan
memang, seringnya merubah perilaku adalah cara terbaik untuk merubah pikiran
dan emosi.
Prinsip Kontinuum; CBT percaya seringkali sangatlah menolong untuk
melihat masalah kesehatan mental sebagai sesuatu yang muncul dalam versi
ekstrim / berlebihan dari proses normalnya, daripada melihatnya sebagai kondisi
patologis yang berbeda secara kualitatif dan tidak dapat dijelaskan oleh kondisi &
proses normal.
Prinsip "Di Sini & Sekarang" Terapi psikodinamis tradisional melihat
gejala dari suatu masalah, mis: cemasnya orang fobia, adalah masalah di
permukaan dan pengobatan yang sukses haruslah mengungkap proses
perkembangan, motivasi tersembunyi, dan konflik di luar kesadaran yang terletak
pada akar masalah. BT melihat bahwa target utama adalah gejala itu sendiri dan
-
7/31/2019 CBT-translet buku
2/151
mampu menghadang kecemasannya secara langsung dengan melihat pada
proses yang menyebabkannya dan merubah prosesnya. CBT modern
mewariskan pendekatan BT. Fokus utama terapi adalah pada masa sekarang
dan perhatiannya adalah pada proses yang menyebabkan masalah tersebut alih-
alih rposes yang mungkin mengarah pada perkembangannya pada masa silam.
Prinsip"Sistem Interaksi"
Masalah haruslah dipikirkan sebagai interaksi antar berbagai sistem di
dalam orang dan lingkungannya. CBT modern mengidentifikasi 4
sistem: kognisi, afeksi, perilaku, fisiologi. Mereka berinteraksi satu sama lain
dalam proses umpan balik yang rumit dan berinteraksi pula dengan lingkungan
(diartikan dalam lingkup terbesar, tak hanya lingkungan fisik tapi juga sosial,
keluarga, budaya, dan ekonomi).
Prinsip Empiris
CBT percaya bahwa kita harus mengevaluasi teori dan pengobatan
sedetil mungkin menggunakan bukti ilmiah daripada anekdot klinis. Alasannya
adalah:*Secara ilmiah, agar dapat ditemukan pada teori yang mapan.
*Secara etis, agar ada kepercayaan diri untuk memberi tahu bahwa
pengobatannya efektif.
*Secara ekonomis, memastikan sumber daya kesehatan mental terbatas yang
digunakan akan membawa manfaat yang terbaik.
TINGKAT / MACAM KOGNISI
CBT seringkali membedakan macam / tingkat kognisi.
Negative Automatic Thoughts (NATs)
Aliran pemikiran yang semua orang bisa merasakannya jika kita mencoba
memberi perhatian lebih padannya. Mereka adalah pikiran / interpretasi negatif.
Cth: ketika cemas, kita mungkin berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
pada keluarga dekat; jika terganggu, kita mungkin berpikir ada ketidakadilan; jika
muak, ada pikiran tentang kekalahan atau pikiran negatif ke diri sendiri.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
3/151
Karakteristik umum:
*NATs terjadi secara otomatis dan tanpa usaha
*Pemikiran spesifik atas situasi yang spesifik.
*Dilakukan secara sadar.
*Sangat nyata & sering.
*Sering dianggap masuk akal dan dianggap fakta, terlebih ketika emosi sedang
kuat.
*NATs juga hadir dalam pencitraan diri, bukan sekedar kata-kata batin.
*Karena efek yang sangat cepat dalam kondisi mental, NATs seringkali dihadang
pada awal terapi.
Core Beliefs
Merepresentasikan kepercayaan fundamental tentang diri mereka atau
dunia secara umum. Karakteristiknya;
*Kebanyakan tidak terhubung langsung dengan kesadaran. Harus lebih dahulu
disimpulkan dari observasi pemikiran & perilaku karakteristik seseorang dalam
situasi yang berbeda.
*Bermanifestasi dalam pernyataan yang umum & absolut. Tidak seperti NATs,mereka tidak berubah-ubah sesuai waktu atau situasi.
*Biasanya sebagai akibat dari pengalaman masa kecil, tapi terkadang
berkembang sebagai hasil dari trauma yang berat.
*Tidak dihadang secara langsung dalam terapi jangka pendek untuk masalah inti
seperti penyimpangan kecemasan atau depresi mayor. Penghadangan lebih
penting pada terapi untuk masalah kronis seperti penyimpangan perilaku.
Dysfunctional Assumptions
Menjembatani Core Beliefsdengan NATs. Menyediakan lahan untuk
NATs berkembang. DAs bisa menjadi "aturan untuk hidup", lebih spesifik dalam
aplikasinya daripada Core Beliefs, tapi lebih umum daripada NATs.
Karakteristiknya:
*Tidak sejelas NATs dan tak mudah untuk diverbalisasi.
*Pernyataan kondisional, "Jikamaka" atau "haruskalau tidak".
*Beberapa diperkuat oleh budaya; seperti mendahulukan orang lain atau
pentingnya sebuah kesuksesan.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
4/151
*Yang membuatnya menjadi sebuah disfungsi adalah terlalu kaku dan
generalisasi berlebihan, tidak cukup luwes untuk berhadapan dengan masalah
hidup.
*Di dalam terapi biasanya dihadang belakangan, setelah klien mengembangkan
semacam kemampuan untuk bekerja dengan NATs.
KOGNISI KARAKTERISTIKDALAM MASALAH YANG BERBEDA
Teori CBT modern melihat bentuk karakteristik kognisi terasosiasi dengan
masalah tertentu. Pola karakteristik ini melibatkan konten dari kognisi sekaligus
prosesnya. Depresi sebagai contohnya, pikiran orang yang depresi memiliki
karakteristik konten. Misal pikiran negatif tentang diri sendiri atau orang lain.
Orang depresi juga menunjukkan karakteristik bias general dalam hal berpikir,
seperti apapun yang tidak berjalan lancar adalah kesalahan mereka atau
mengeneralisir satu kejadian negatif yang spesifik menjadi kesimpulan negatif
yang luas.
Depresi
Kognisi karakteristik dalam depresi adalah negative cognitive triad,pandangan bias negatif atas diri sendiri, pada dunia secara umum, dan pada
masa depan.
Kecemasan
Proses umum di sini adalah bias atas estimasi yang berlebih pada
ancaman. Contoh:
*Dalam panik, ada misinterpretasi katastrofi dari gejala kecemasan yang tidak
berbahaya sebagai indikasi atas bencana yang akan datang; cth: sekarat, akan
gila
*Dalam kecemasan kesehatan, misinterpretasi serupa atas gejala tak
berbahaya yang mengindikasikan penyakit tapi dalam rentang waktu yang lebih
lebar; cth: saya mungkin punya penyakit yang mengarah ke kematian suatu hari
*Dalam kecemasan sosial, pikiran akan dinilai secara negatif oleh orang lain; cth:
mereka akan berfikir bahwa saya bodoh
*Dalam OCD, rasa bertanggung jawab, kebutuhan untuk mencegah.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
5/151
Kemarahan
Dalam kemarahan, pikirannya adalah tentang perilaku orang lain yang
tidak adil, melanggar peraturan implisit atau eksplisit, atau memiliki niat yang
berbahaya.
Model CBT Generik untuk Perkembangan Masalah
Manusia mengembangkan core beliefsdan asumsi seberapa besar fungsi
diri mereka yang mengizinkan mereka memahami dunia dan melewatinya.
Kebanyakan manusia memiliki campuran kepercayaan fungsi & disfungsi.
Kepercayaan fungsi membuat seseorang dapat berurusan secara wajar
kebanyakan waktu. Tetapi jika manusia berhadapan dengan kejadian yang
melukai core beliefatau asumsi dan tidak dapat ditangani oleh kepercayaan
positif, maka asumsi disfungsional akan lebih aktif, pikiran negatif muncul, dan
kondisi emosional yang tidak menyenangkan seperti kecemasan atau depresi
akan timbul. Interaksi antara pikiran negatif, emosi, perilaku dan perubahan
fisiologis dapat berpengaruh pola disfungsi yang terus menerus dan manusia
akan terperangkap dalam lingkaran setan.
Status CBT
Bukti terkait pengobatan CBT
Path dan Fonagy (2005) dalam perbaruan What works for whom?melaporkan
bukti yang menunjukkan CBT didukung kuat sebagai terapi untuk penyimpangan
psikologis pada orang dewasa yang mereka pelajari dan memiliki banyak
dukungan dalam berbagai masalah dari terapi lainnya.
Bukti kuat lainnya adalah dari UK NICE (National Institute for Clinical
Excellence). Mereka membuat rekomendasi sebagai berikut:
*Skizofrenia (NICE, 2002): "CBT harus tersedia sebagai pilihan pengobatan
untuk pasien dengan skizofrenia" (p.13)
*Depresi (NICE, 2004a): "Untuk pasien dengan depresi sedang, pekerja
layanan kesehatan harus mempertimbangkan rekomendasi program self-
helpyang didasarkan pada terapi CBT"(p.5); Ketika menimbang pengobatan
psikologis individu untuk depresi moderat, akut, dan kebal pengobatan,
pilihannya adalah CBT" (p.27)
-
7/31/2019 CBT-translet buku
6/151
*Penyimpangan makan (NICE, 2004b): "Terapi perilaku kognisi untuk bulimia
nervosaharus ditawarkan pada orang dewasa dengan bulimia nervosa"
(p.4); "Terapi perilaku kognisi untuk binge eating disorderharus ditawarkan
pada orang dewasa dengan binge eating disorder" (p.5)
*Panik & kecemasan yang digeneralisir (NICE, 2004c): "Intervensi yang memiliki
bukti untuk durasi terpanjang pada efek dalam urutan akhir-awal adalah
(pertama) CBT" (p.6)
*Post Traumatic Stress Disorder(PTSD) (NICE, 2005): "Semua orang dengan
PTSD harus ditawarkan kursus trauma-focused psychological treatment(trauma-
focusedCBT atau eye movement desensitisation and reprocessing(EMDR)"
(p.4)
Dapat disimpulkan CBT adalah terapi psikologis yang jitu & efektif dengan
bukti yang kuat dan luas.
Bukti terkait teori CBT
Adalah sebuah kesalahan jika ada yang berpikir bahwa
mendemonstrasikan keberhasilan dari sebuah proses membuktikan kebenaran
dari teori di mana pengobatan tersebut berasal. Keberhasilan pengobatan bisaterjadi karena kombinasi faktor yang tak terbayangkan dalam teori. RCT
(Randomised Controlled Trial) menunjukkan bahwa pengobatan dengan sihir
sangat efektif untuk depresi, tapi bukan berarti depresi disebabkan oleh setan;
malah harus ditelusuri apakah ada efek plasebo yang sangat kuat atau ramuan
herbal yang digunakan mengandung bahan psikoaktif. Keberhasilan CBT pun
belum tentu menunjukkan bahwa teori CBT benar. Clark et al (1999)
menunjukkan pertimbangan rinci dari bukti ilmiah yang seimbang dalam kasus
teori kognisi untuk depresi. Mereka menyimpulkan, dengan mempertimbangkan
pola pikiran negatif dalam depresi, terdapat bukti bahwa:
*Ada peningkatan pikiran negatif atas diri sendiri, masa depan, dan dunia
*Ada pengurangan pikiran positif atas diri sendiri, tapi perubahan ini kurang
ditandai dan mungkin kurang spesifik pada depresi
*Ada peningkatan spesifik dalam pikiran dan kepercayaan tentang kehilangan
dan kegagalan (lebih dari orang yang menderita masalah kecemasan)
-
7/31/2019 CBT-translet buku
7/151
Mengingat bahwa peran pikiran negatif sebagai penyebab, mis: sugesti
pikiran negatif menyebabkan mood jelek, mereka menyimpulkan ada bukti
eksperimental bahwa pikiran negatif self-referentdapat mempengaruhi fitur
subyektif, perilaku, motvasi, dan fisiologi layaknya ke depresi ringan hingga
moderat. Jika pikiran negatif diujicobakan ke orang yang tidak depresi, dapat
diperoleh hasil keadaan sementara seperti pada depresi.
Ada bukti lain bias proses kognisi dapat diidentifikasi pada percobaan
dengan bukti pada orang depresi:
*bias pada pemrosesan informasi negatif yang relevan pada diri mereka (tapi
tidak ada bias untuk informasi non-personal atau netral_
*memperkuat pemanggilan pada kejadian negatif dan meningkatkan
kepercayaan negatif.
Lebih jauh lagi, ada bukti bahwa perubahan pada proses ini dapat terjadi pada
tingkat pra-kesadaran yang otomatis.
Bagian teori yang paling tidak didukung adalah sugesti bahwa orang
rentan terhadap depresi karena pikiran negatif yang masih hadir dalam bentuk
laten bahkan ketika mereka tidak depresi. Gambaran serupa ditemukan pada
model CBT tertentu untuk penyimpangan lainnya; pada area tertentu terdapatdukungan penelitian yang kuat dan bukti lainnya terbuka untuk ditafsirkan.
Buktinya adalah:
*tidak diragukan lagi CBT adalah pengobatan efektif untuk banyak
masalah
*ada dukungan untuk teori CBT tapi masih ada ruang untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan pendekatan ini lebih jauh di area tertentu
-
7/31/2019 CBT-translet buku
8/151
CHAPTER 2
DISTINCTIVE CHARACTERISTICS OF CBT
COLLABORATION
CBT merupakan proyek kolaboratif antara terapis dan klien. Antara
keduanya adalah hubungan yang aktif dimana masing-masing pastisipan
memiliki keahlian masing-masing yaitu terapis memiliki pengetahuan tentang
cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah sedangkan klien memiliki
pengalaman atas masalahanya sendiri. Tekanan dari kolaboratif mungkin saja
berbeda dariu yang dibayangkan oleh klien. Oleh karena itu perlu dipersiapkan
sejak awal, apa yang harus dipersiapkan klien untuk mengantisipasi agar
menetapkan a shared view from the outset. Bagian penting dari pembukaan
terapi adalah pernyataan mengenai peran dari klien. Sebagai contoh :
` We both have an importanta role in the treatment. I know quite a lot about
CBT and about how particular sorts of problems can present difficulties for
people. However, you know very much more than i can about the details of how
your problem affects you, and it is this knowledge that will allow us to understand
and gradually change the situation for you. This really is a joint enterprise.Hal ini juga berarti bahwa terapis tidak bisa mengharapkan untuk
mengetahui semua jawaban sepanjang waktu. Jika terapis tidak yakin, maka
terapis bisa menanyakan kepada klien untuk klarifikasi, tambahan informasi, dan
pandangan mereka mengetahui situasi tersebut.
` Yang perlu diingat bahwa CBT mendorong keterbukaan dan kejujuran
antara terapis dan klien. Klien akan menuntut keterbukaan atas apa yang
dilakukan terapis dan alasannya. Selain itu, terapis akan meminta kejujuran klien
untuk feedback atas hal apa yang dirasakan klien dapat membantu dan tidak.
Kolaborasi seharusnya dibangun selama proses treatment. Doronglah
klien agar secara rutin mengambil secara aktif peran yang ada dalam setiap
agenda/sesi, merancang pekerjaan rumah dan memberikan feedback.
Harapannya agar saat klien selesai menjalani CBT, akan memiliki keahlian
sebagai praktisi CBT sehingga mereka dapat mendorong diri sendiri dan
mempersiapkan untuk relapse.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
9/151
STRUCTURE AND ACTIVE ENGAGEMENT
CBT adalah problem untuk fokus dan terstruktur, dan beberapa terapis
bekerja dengan klien untuk menjaga struktur di setiap sesinya. Sebagai contoh,
pada awal setiap sesi, terapis dan klien akan menyusun agenda, dan
menepatinya. Terapi CBT biasanya berbicara lebih banyak dalam setiap sesinya
jika dibandingkan dengan terapis lainnya yaitu dengan komposisi 50% dari
jumlah waktu yang ada pada awal sesi. Pada tahap awal sesi, terapis lebih
banyak mengarahkan isi sesi ke arah yang lebih besar tetapi tanggung jawab
klien juga dilibatkan untuk kemajuan sesi. Sebagai contoh, tugas pekerjaan
rumah dirancang untuk di awal tapi sebagai proses treatment, peran klien akan
meningkat dalam pertemuan-pertemuan berikutnya. Sejauh mana isi dari tiap
sesi tergantung pada fungsi kepercayaan, kepribadian dan sikap dari klien. Klien
yang tertutup kemungkinan akan melakukan kontrol pada awal sesi, namun klien
yang dependenajan lebih mudah mengikuti kendali yang ada.
TIME LIMITED AND BRIEF
Bagi klien dan commissioners of services, CBT merupakan terapi yang
menarik karena relatif singkat. Singkat yang dimaksud adalah berkisar enamhingga dua puluh sesi. Namun, jumlah sesi juga dipengaruhi oleh masalah klien
dan sumber daya yang tersedia.
Table 2.1 Guidelines on length of treatment
Type of Problem Number of Sessions
Mild Up to 6
Mild to moderate 6 12
Moderate to severe or
Moderate problems with co-existing personality disorders 12 20
Severe problems with co-existing personality disorders >20
Klien sebaiknya diberitahu mengenai perkiraan lamanya atau
kemungkinan paling lamanya treatment agar dapat membangun kemajuan
treatment. Ada baiknya klien dibiarkan untuk mengatasi kesulitan yang pada saat
treatmentsecara mandiri. Hal ini dilakukan secara bertahap dengan memberikan
klien selang waktu antar sesi. Hal ini akan membuat klien mengambil tanggung
-
7/31/2019 CBT-translet buku
10/151
jawab atas sisa masalah dan kemunduran, namun tetap disertai review dengan
terapis.
Tidak ada batasan bahwa CBT harus 50 menit dalam tiap sesinya,
Misalkan klien yang memiliki agoraphobia dapat berjalan selama 2-3 jam. Perlu
diingat, jika pekerjaan rumah berjalan secara efektif maka treatment dapat
berjalan diluar jam terapi bersama terapis.
EMPIRICAL IN APPROACH
Penekanan kuat dalam CBT adalah penggunaan pengetahuan psikologi.
CBT juga mengadaptasi dari behavior therapyyaitu komitmen untuk membangun
keberhasilan treatmentdalam kasus individual. Sebagai terapis, kita menyimpan
informasi mengenai hasil penelitian dan mengunakannya sebagai arahan dalam
suatu kasus individual. Namun jika terapis memiliki bukti yang kuat untuk
menunjukkan mengapa pendekatan lain akan cenderung lebih sukses, maka itu
akan lebih adil bagi klien karena tidak berdasarkan intuisi terapis.
PROBLEM ORIENTED IN APPROACH
Permasalahan klien dapat beraneka ragam, melalui CBT terapis dapatmengidentifikasi permasalahan lain yang berhubungan dengan masalah utama.
Kemudian, dapat secara fokus untuk menyelesaikan atau mengurangi
permasalahan tersebut. Permasalahan juga dapat dijabarkan secara spesifik,
tidak secara umum untuk diagnosa. Jika sudah mendapat persetujuan
permasalahan apa yang akan ditangani, tiap goal disusun dari tiap masalah dan
mengacu pada treatment. Proses penentuan giak terfokus pada keinginan klien
pada saat treatment ini berakhir dan apa yang diharapkan klien berbeda dari
dirinya saat ini.
GUIDED DISCOVERY
Terapis menggunakan form yang berisikan pertanyaan yang disebut
Socratic untuk membantu klien mengklarifikasi pikiran dan keyakinannya. CBT
juga membantu klien untuk melihat pandangan alternatif lainnya dan kegunaan
persepktif yang baru untuk diri mereka sendiri.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
11/151
BEHAVIORAL METHODS
Behavioral interventions merupakan elemen terpenting dalam CBT,
sehingga banyak sekali tugas yang berhubungan dengan behavioural tasksdan
eksperimen. Hal tersebut berfungsi untuk menguji pandangan baru yang ada
dalam sesi terapi dan mempertinggi proses belajar, dimana perubahan perlu
untuk dibuat.
IN-VIVO WORK
Terapis CBT harus bisa membawa terapi yang ada ke lingkungan sehari-
hari. Singkatnya, yang terpenting adalah melihat perubahan yang terjadi dalam
setting terapi, harus bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
sangat membantu ketika terapis ikut menemani klien saat ia menerapkan
perubahan yang ada pada in-vivo work. Jika klien mengalami kesulitan dalam
menunjukkan perilaku yang baru, akan membantu jika terapis terus mendorong
dan support klien. Seringkali, terapis harus menjadi modelling sehingga dapat
membantu klien.
SUMMARIES AND FEEDBACKSetiap sesi CBT akan selesai, maka harus dibuat kesimpulan dan
feedback selama sesi CBT berlangsung. Tiap 5 menit sekali, sebaiknya kita
menghentikan sesi terapi untuk melakukan kesimpulan. Kesimpulan tersebut
meliputi perasaan klien dan arti dari setiap peristiwa atau situasi yang terjadi
pada klien. Namun, tidak menginterpretasi atas kata-kata yang disampaikan
klien. Lebih baik, menggunakan kata-kata yang disampaikan klien daripada
terapis menggunakan kata-kata sendiri karena itu bisa saja mengubah makna
dari apa yang disampaikan klien. Setiap selesai sesi, mungkin akan lebih baik
jika menanyakan kepada klien mengenai apa yang diperoleh selama sesi. Hal ini
juga untuk mencegah kesalahpahaman pada klien. Feedbackjuga penting untuk
mengetahui apa saja yang membantu, tidak membantu atau membingungkan.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
12/151
MYTHS ABOUT CBT
1. The therapeutic relationship is not important in CBT
Karakteristik terapis CBT harus memiliki warmth, empathydan unconditional
regard. Dalam hubungan yang terpenting adalah faktor secara kognitif
dibandingkan dengan psikodinakik (Orlinsky, et al, 1994).
2. CBT is mechanistic-just apply technique X to problem Y
Model CBT adalah berdasarkan hubungan antara emosi, perilaku dan
kognisi. Selain itu yang penting adalaha bagaimana ketiga hal tersebut
mempengaruhi klien dan permasalaannya.
3. CBT is about positive thinking
Pernyataan bahwa CBT adalah untuk membuat klien melihat segala
sesuatunya positif adalah salah. Dalam CBT yang benar adalah membantu klien
untuk melihat secara realistik agar melakukan evaluasi terhadap pemikiran
mereka, dan bukan menunjukkan bahwa mereka salah dan harus melihat dari
sisi positifnya. CBT juga memberitahukan bahwa pemikiran mereka mungkin saja
tepat di masa lalu dan tidak tepat pada saat ini.
4. CBT does not deal with the past
Sesi CBT berfokus pada here and now, namun bukan berarti CBT tidak
memperhatikan masa lalu jika memang diperlukan. Arti dari here and now
adalah lebih memperhatikan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
perkembangan masalah untuk situasi sekarang daripada masa lalu.
5. CBT deals with superficial symptoms not the roots of problems, so
alternative symptoms are likely to occur
CBT memperhatikan mengenai proses psikologis yang mempengaruhi
masalah dan mengintervensinya.
6. CBT is adversarial
Seringkali terapis CBT perlu memberitahukan kepada klien mengenai apa
yang salah tentang pemikirannya dan bagaimana seharusnya klien berpikir. Cara
pemberitahuan tersebut yang harus diperhatikan. Terapis harus mampu
-
7/31/2019 CBT-translet buku
13/151
membuat klien menjadi terbuka sehingga membuat klien bejar untuk
mempertanyakan pemikirannya sendiri.
7. CBT is for simple problems : you need something else for complex
problems
CBT dapat digunakan untuk klien yang memiliki axis 1 pada diagnosa DSM
atau klien yang keras kepala.
8. CBT is interested in thoughts and not emotions
CBT menolong orang lain dengan mengubah pemikiran klien. Perubahan
kognitif berarti menolong orang lain mengubah pola pikir dan tak jarang menjadi
sebuah diskusi intelektual dari pemikiran abstrak.
9. CBT is only for clients who are psychologically minded
Klien diharapkan mampu menyampaikan dan membicarakan mengenai
pemikiran dan emosi, serta mampu membedakan antara keduanya. Jika klien
kesulitan untuk melakukan hal tersebut, terapis diharapkan membantunya
dengan menawarkan sesi khusus agar klien mampu menggunakan pendekatantersebut.
10. CBT is quick to learn andeasy to practice
CBT merupakan teknik yang relatif mudah dipelajari dan diaplikasikan.
11. CBT is not interested in the unconscious
Konsep pda CBT tidak mempergunakan unconscious dari Freudian karena
kognitid merupakan sesuatu hal yang conscious. Tidak dipungkiri, bahwa terapis
dan klien harus mengklarifikasi makna dari situasi yang awalnya mungkin saja di
luar kesadaran.
12. CBT demands high intelligence
CBT tidak menuntut pada kemampuan kecerdasan yang tinggi, namun sudah
diadaptasi sehingga bida digunakan untuk klien dengan learning difficulty, anak-
anak dan orang muda.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
14/151
CHAPTER 3
The Therapeutic Relationship
Dalam sebuah hubungan yang afektif antara seorang terapis dengan klien
merupakan suatu hal yang penting untuk treatment yang ingin di berikan, dimana
terbukti berkaitan dengan kualitas dari hasil yang ingin di capai. Sejauh mana
klien memberikan kontribusinya dalam terapi, maka hal tersebut dapat
menentukan keberhasilan dari sebuah treatment. Sebagai contoh, seorang klien
yang lebih menikmati keterlibatannya dalam mengerjakan dan menyelesaikan
tugas-tugas dalam proses terapi, memberikan saran tentang kemajuan
treatment, berinteraksi secara hangat dan memberikan kepercayaan kepada
terapis, dan seorang klien yang konsisten dan selalu menyelesaikan tugas-tugas
yang harus dikerjakan di rumah dalam kaitannya dengan treatmen yang sedang
dijalaninya.
Menurut Bordin (1979) tentang hubungan terapeutik ini adalah berperan
sebagai kesatuan kerja yang efektif. Dia mengatakan bahwa ada 3 komponen
wajib untuk mrncapai kesatuan kerja yang sukses dan berhasil, yaitu:
Kesepakatan terhadap tugas (apa yang menjadi kebutuhan dalam terapi,proses apa yang diperlukan untuk mencapai sebuah perubahan, dan apa
saja aktivitas serta teknik yang akan digunakan)
Kesepakatan terhadap tujuan terapi (apa yang dicari dalam sebuah terapi
baik jangka panjang maupun jangka pendek, dimana masing-masing pihak
antara klien dan terapis memberikan kontribusinya dalam bentuk sebuah
komitmen guna mencapai tujuan)
Ikatan atau hubungan yang baik di antara klien dan terapis, dimana
menunjukkan ketertarikan, tanggung jawab, kepercayaan dan komitmen.
Hal tersebut memperjelas bahwa kesatuan kerja yang baik menjadi sebuah
keniscayaan untuk mendapatkan hasil yang juga baik. pada dasarnya, anda tidak
bisa mengharapkan terjadinya terapi yang efektif jika klien mendapati sikap
dingin dan tidak menunjukkan empati dari seorang terapisnya. Sebuah
kerjasama yang dibutuhkan dibangun pada tiga atau empat sesi pada tahap
awal, walaupun demikian tidak menjadi jaminan bahwa kualitas hubungan yang
sudah terbentuk akan terus baik-baik. kemungkinan terjadinya bermacam-
macam bentuk kemajuan dalam sebuah terapi selalu ada. Namun demikian,
-
7/31/2019 CBT-translet buku
15/151
kualitas dari sebuah hubungan yang sudah terbina menjadi sebuah dasar
penting dimana proses terapi dapat dilanjutkan ke dalam tahap penanganan.
Mengapa hubungan terapeutik menjadi penting dilakukan karena dengan
adanya hal tersebut, akan dapat membangun sebuah kesatuan kerja yang baik,
termasuk di dalamnya klien akan merasakan :
Dibantu untuk lebih memahami permasalahan yang sedang dihadapinya.
Menjadi lebih mengetahui situasi-situasi apa saja yang muncul yang bisa
berpotensi menjadi pemicu stress bagi dirinya.
Menjadi lebih mampu untuk memahmi dirinya sendiri
Menjadi lebih mudah menyesuaikan dengan kepribadian terapisnya.
Peran dari seorang terapis
Satu dari beberapa prinsip CBT adalah bahwa sebagai seorang terapis,
anda harus menunjukkan empati dan sikap bekerjasama yang erat dengan klien
selama terapi dikerjakan (Beck, 1967). Walaupun pada tahap CBT, digunakan
sebuah metode bertanya sokrates namun pendekatan yang dilakukan secara
umum adalah seorang terapis yang berfungsi sebagai mentor dan pendamping
daripada menjadi seorang instruktur yang hanya memberikan arahan. Anda
diibaratkan berjalan beriringan dan klien bebas menggali pilihan-pilihan baru
yang terkait dengan apa yang dirasakan dan mampu dilakukannya. Dan peran
anda sebagai terapis adalah turut membuka kesempatan-kesempatan klien untuk
menggali lebih dalam lagi, melalui pertanyaan atau informasi yang bisa anda
berikan. Hal tersebut memungkinkan klien untuk mencoba menggali pada area
yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Sebagai seorang terapis, anda
membutuhkan sebuah keterampilan memahami dengan baik terhadap apa yang
sudah dimiliki oleh klien, sehingga anda bisa menerima dan bersikap terbuka
terhadap keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh klien, juga terhadap perasaan
dan perilakunya tanpa anda perlu menduga-duga sebelumnya. Sehingga,
tuntutan yang dibebankan kepada terapisnya adalah tetap melakukan tindakan
aktif bertanya, namun tidak menjadi seorang penuduh atau mudah memberikan
penilaian pribadinya. Anda harus bersikap genuine, dan memberikan perhatian
terhadap sudut pandang atau perasaan klien yang tengah ditunjukkannya.
Namun demikian hal ini juga perlu di imbangi dengan kemampuan anda untuk
tetap mempertahankan sikap skeptis terhadap semua hal yang disampaikan atau
-
7/31/2019 CBT-translet buku
16/151
di tunjukkan oleh klien, karena mungkin saja semua yang dikatakannya adalah
sebuah bentuk cognitive errors yang secara signifikan dapat mengubah apa
yang ditampilkannya.
Peran penting lainnya dari seorang terapis adalah sebagai seorang
practical scientist, dimana ia membangun sebuah contoh terkait dengan klien
dalam sebuah interaksi yang terjadi yang sekiranya dapat membantunya dalam
mengatasi permasalahan yang mungkin muncul di masa yang akan datang.
Menggunakan pendekatan bersikap terbuka terhadap semua kemungkinan yang
ada dalam menyikapi permasalahan dan pengalaman, akan memunculkan
sebuah kesimpulan sementara yang dapat di uji untuk pada akhirnya membuat
atau menarik kesimpulan yang tepat, yang relevant dengan terapi.
Kerjasama yang natural pada hubungan terapeutik memiliki arti bahwa
anda terikat atau menjalin kerjasama dengan klien dalam konteks hubungan
yang terjadi antara orang dewasa dan berlangsung sedekat mungkin. Sehingga
anda dapat terbuka terhadap ide atau pendapat terkait dengan permasalahan
yang dihadapi klien dan berbagi perumusan yang telah anda miliki, dan menjadi
jalan untuk klien mendapatkan feedback yang berkaitan dan tepat sasaran; atau
anda juga mungkin memperlihatkan atau menyampaikan perihal diri andatentang hal yang terkait dengan minat klien dalam pembahasan ini; atau anda
juga bebas untuk mengatakan saya tidak tahu atau bisakah anda memberikan
saya waktu beberapa saat untuk berpikir? tanpa perlu menunjukkan bahwa anda
selalu tahu akan semua hal. Hal-hal tersebut memungkinkan untuk anda
bersama dengan klien dalam upaya untuk mengatasi permasalahan secara
bersama-sama.
Cara untuk membangun atau membina kerjasama dan hubungan yang positif
antara klien dengan terapis :
Mendengarkan dengan seksama untuk mendapatkan penghayatan
tentang bagaimana klien merasakan atau mengalaminya.
Menyediakan waktu untuk membuat agenda secara bersama-sama.
Membuat secara jelas bahwa umpan balik adalah sebuah bagian dari
terapi yang dapat dijadikan untuk membuat kemajuan.
Menetapkan secara hati-hati terkait dengan tujuan yang ingin di capai
oleh klien dalam melakukan sebuah treatmen terapi.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
17/151
Pecahnya atau kesatuan terapeutik yang retak
Jangan terkejut ketika terjadi pecah atau retak dalam sebuah kesatuan
kerja yang telah terbangun. Tanda-tanda yang dapat menunjukkan bahwa telah
terjadi pecah atau retaknya kesatuan terapeutik yang telah terbangun. Hal ini
mungkin ditunjukkan melalui sikap yang muncul secara non-verbal yang terkait
dengan situasi emosional seperti perasaan tidak nyaman, marah atau tidak
percaya. Atau mungkin juga ditunjukkan melalui perilaku seperti tidak
menyelesaikan pekerjaan rumah, menunjukkan ekspresi tidak yakin terhadap
pendekatan yang dilakukan, atau secara lebih jelas menampakkan emosi yang
dirasakannya terkait dengan proses yang sedang dijalaninya. Menjadi hal yang
sangat penting bagaimana kualitas hubungan bisa terjalin di antara anda dan
klien, sehingga anda bisa melakukan tindakan cepat untuk mengatasinya ketika
klien menunjukkan tanda-tanda dimana akan terjadi retaknya sebuah hubungan
kerjasama yang telah dibangun.
Bagaimana harus bertindak saat berurusan dengan pecah atau
retaknya sebuah kesatuan dalam hubungan terapeutik
Menurut Watson dan Greenberg (1995), terjadinya keretakan biasanya
berkaitan dengan: Tujuan atau tugas-tugas terapi (sebagai contoh: klien tidak
memahami atau menyetujui dengan tujuan atau strategi-strategi yang
digunakan dalam treatmen)
Ikatan antara klien-terapis (sebagai contoh: klien yang tidak kooperatif
atau tidak menunjukkan rasa percaya terhadap terapis dan bersedia
memberikan responnya)
Mereka berpendapat bahwa harus ada klarifikasi terhadap akar atau
penyebab munculnya permasalahan secara langsung kepada klien, misalnya
melakukan klarifikasi terkait dengan prmikiran tentang treatment atau mungkin
saja mengubah pendekatan yang dilakukan. Namun jika yang terjadi ternyata
berkaitan dengan ikatan yang terjalin diantara klien-terapis, maka yang harus
dilakukan untuk pertama kali adalah memastikan bahwa memang tidak ada
dugaan masalah dengan klien yang memiliki permasalahan pada area
interpersonal dalam kepribadiannya. Newman (1994) memberikan perhatian
terhadap hal yang harus dipertimbangkan dan di duga memberikan kontribusi
dalam terhambatnya hubungan terapeutik yang tengah di bangun, seorang
-
7/31/2019 CBT-translet buku
18/151
terapis perlu peka terhadap klien yang secara signifikan menunjukkan mata yang
sembab atau berkaca-kaca, namun ia membantah ketika terapis mengutarakan
kebingungannya atau mengajukan pertanyaan terkait dengan sikapnya tersebut.
Jika menemukan kebuntuan terkait dengan issue yang dimiliki oleh klien,
maka dapat dilakukan cara untuk memotongnya (dalam CBT), yaitu:
Merumuskan kembali dasar pemikiran
Menggunakan metode sokrates untuk mengklarifikasi issu
Mengembangkan dan mengkolaborasikan pilihan-pilihan, selama proses
structure, limits dan guidance
Membicarakan kembali tentang hal-hal apa saja yang menjadi pro dankontra juga yang perlu di ubah dan tidak perlu di ubah.
Mengkomunikasikan sesuai dengan bahasa dan imaji klien
Hindari yang memunculkan jawaban pertahanan dari klien seperti saya
tidak tahu
Mempertahankan sikap empati, dan menghindari memberikan interpretasi
salah atau negatif terhadap tingkah laku klien.
Pembatasan masalah
Hubungan yang dijalin antara klien dengan terapisnya berbeda dengan
hubungan sosial yang pada umumnya, dan batasan masalah menjadi penting
dan butuh perhatian serius dalam penerapan praktek CBT, terkait dengan yang
akan di lakukannya. Pembatasan penanganan menggunakan sebuah kerangka
aturan yang tepat untuk klien dan terapis, termasuk di dalamnya komponen dan
struktur seperti dimana, kapan, dan berapa biayanya- dilakukan sebaik
mungkin dalam terapi diantara klien dengan terapis.
Batasan terapeutik di buat sebagai upaya agar klien:
Merasa aman
Percaya kepada terapis
Merasa bebas untuk menyampaikan materi atau hal yang personal
Merasa nyaman bahwa terapis memahaminya.
Memelihara batasan dalam treatment
-
7/31/2019 CBT-translet buku
19/151
CBT mungkin bisa menjadi efektif ketika diduga anda membutuhkan
untuk melakukan kunjungan rumah. Hal tersebut memungkinkan namun tidak di
waktu yang biasanya. Jangan memandang rencana ini dengan sepele, namun
anda harus tetap memperhatikan sejauh mana usaha perlindungan dapat
diberikan pada tempat dan situasi yang tepat yang dapat mengurangi perilaku
yang tidak sesuai dari diri klien. Anda juga mungkin membutuhkan untuk
menemani klien dalam tujuannya terlibat aktif di aktivitas hariannya. Akan lebih
membantu jika membuatnya menjadi eksplisit, dengan kesepakatan waktu, hal-
hal yang bisa memprediksi nantinya. Ini menjadikannya teknik yang lebih baik,
khususnya dengan menggunakan tujuan yang lebih spesifik
Jenis-jenis pelangaran dari batasan
Dual relationship, terapist dan klien berada dalam second relationship
dalam sebuah terapeutik yang utama.
Self-disclosure, menjadi bagian dalam rangkaian kegiatan terapi
psikodinamik atau konseling, namun tidak terlalu digunakan jika menggunakan
CBT. Kecuali dilakukan untuk mengetahui informasi yang nantinya dapat
mendukung tujuan terapi.Kontak fisik non seksual, mungkin membuat nyaman bagi sebagian
terapis yang dapat mengurangi ketegangan dan memberikan rasa aman. Namun
demikian juga harus diperhatikan batas-batasnya, terutama jika dilakukan
dengan klien berbeda gender. Juga perlu diperhatikan apabila kontak tersebut
memiliki asosiasi dengan permasalahan yang dialami oleh klien, misalnya
sentuhan pada tangan klien, itu bisa menjadi tidak nyaman dan aman pada klien
yang mengalami abuse.
Sexual relationship, yang terjadi di antara klien-terapis termasuk yang
memiliki potensi bahaya paling besar di antara semua pelanggaran terhadap
batasan-batasan ini, termasuk di dalamnya memiliki pengaruh negatif dan dapat
merusak hubungan terapeutik yang terjalin.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
20/151
CHAPTER 4
Assessment dan formulation
Dasar keberhasilan utama dari CBT adalah mengembangkan formulasi
(disebut juga konseptualisasi kasus): gambaran individual yang membantu kita
dalam memahami dan menjelaskan masalah klien.
Formulation dalam CBT
Definisi kerja dari formulasi CBT adalah formulasi CBT menggunakan
model CBT untuk mengembangkan:
Gambaran dari current problem
Perhitungan mengenai mengapa dan bagaimana masalah tersebut
mungkin berkembang
Analisis mengenai apa yang membuat masalah tersebut tetap ada
Keuntungan dari membuat formulasi adalah:
Membantu klien dan terapis untuk memahami masalah
Formulasi berperan sebagai jembatan antara teori CBT mengenai
perkembangan dan pemeliharaan masalah; dan pengalaman individual
klien. Teori CBT biasanya bersifat general. Ia mendeskripsikan proses
yang terjadi dalam setiap gangguan dalam skala yang abstrak, seperti
halnya scientific theory. Akan tetapi untuk dapat mengaplikasikan teori
dalam kasus individual, kita harus mengubah si generalisasi itu menjadi
pengalaman spesifik dari klien kita. Salah satu fungsi yang paling penting
dari formulasi adalah untuk menjembatani perbedaan ini.
Formulasi membarikan pedoman pada terapis. Jika kita memiliki
pemahaman yang rasional mengenai proses yang menyebabkan dan
memelihara malasah klien, kita dapat dengan lebih mudah menentukan
intervensi apa yang mungkin berguna untuknya. Formulasi yang bagus
dapat membuat terapis lebih mudah menentukan apa yang harus ia
lakukan dan membantu klien untuk memahami mengapa strategi tertentu
akan berguna baginya.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
21/151
Formulasi memulai proses membuka cara pemikiranyang baru. Hal ini
dilakukan dengan cara member klien cara-cara yang berbeda untuk
memahami masalah mereka.
Membantu terapis untuk memahami, atau bahkan memprediksi, kesulitan
yang akan ia hadapi selama proses terapi atau dalam hubungan
therapeutic yang ada. Dengan begitu terapis dapat menghindari atau
mengelola kesulitan tersebut supaya lebih baik.
Focus on maintenance processes
Focus dari rencana formulasi dan treatment CBT adalah pada prosespemeliharaan yang terjadi saat ini. Beberapa hal yang berkontribusi dengan
focus ini adalah:
Proses yang mendasari masalah tidak harus proses yang terjadi pada
saat ini.
Lebih mudah mendapatkan data mengenai proses yang terjadi sekarang
daripada mendapatkan data mengenai sebab terjadinya masalah, yang
mungkin saja terjadi beberapa tahun sebelumnya.
Lebih mudah untuk mengubah proses yang dipelihara (maintenance
process) yang terjadi saat ini (here ande now) daripada mengubah proses
perkembangan.
Alasan-alasan mengapa riwayat perkembangan dapat menjadi hal yang penting:
Informasi mengenai masa lalu penting untuk menjawab bagaimana
sampai saya begini? Hal ini penting bagi klien karena mereka ingin
mengerti apa yang membuat mereka akhirnya memiliki masalah ini.
Mengindentifikasikan penyebab awal dapat berguna untuk memcegah
terjadi kembali hal yang sama
Ada kesulitan atau masalah yang intinya atau bagian pentingnya
diakibatkan oleh pengalaman masa lalu.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
22/151
Proses asesmen
Formulasi dibuat atas persetujuan dari pihak terapis dan klien. Formulasi
merupakan proses yang aktif dan fleksibel mengenai membuat dan menguji
hipotesis secara berulang. Figure 4.1 mengilustrasikan siklus ini.
Terapis berusaha untuk memahami dan memperjelas informasi klien dan
merancang ide tentative mengenai proses yang mungkin penting di dalam
formulasi. Selanjutnya adalah menguji hipotesis. Jika data yang ditunjukkan
mendukung hipotesis, ini akan menjadi bagian dari formulasi; jika tidak, hipotesis
perlu dimodifikasi dan perlu dicari bukti atau data baru. Proses ini terus
berlangsung sampai terapis merasa bahwa ada cukup formulasi yang dapat
didiskusikan bersama klien. Namun setelah ini, modifikasi tetap dapat dilakukan.
Figure 4.1 proses asesmen
Mengumpulkan informasi
Menganalisis informasi
menggunakan teori CBT
Mengembangkan/modifikasi
hipotesis mengenai proses yangpenting
Awal ide tentative mengenai
formulasi
Berdiskusi dengan klien dan
modifikasi bila perlu
Formulasi kerja yang disetujui
Mungkin perlu memodifikasi
formulasi
Catat informasi lanjutan apa
yang diperlukan selama
Menentukan informasi apa yang
akan mendukung uji hipotesis
Rencana treatment
Fase treatment
-
7/31/2019 CBT-translet buku
23/151
Assessing current problem
Problem description
Langkah pertama, dengan tujuan mendapatkan gambaran yang tepat
untuk suatu permasalahan, kita harus spesifik dan memecah masalah yang
muncul ke dalam 4 sistem, yaitu:
Kognisi: kata atau gambar yang ada di pikiran klien ketika ia ada
masalah. Cara untuk mendapatkannya adalah dengan bertanya apa
yang ada di pikiran anda ketika?, apa yang terlintas di pikiran anda
sekarang?. Tidak semua kognisi dalam bentuk verbal.
Emosi atau afek: adalah wajar jika klien mengalami kesulitan dalammembedakan pikiran dan emosi. Peraturannya adalah secara umum,
emosi dapat dideskripsikan dalam satu kata, misalnya marah, cemas,
sedih, dll. Jika yang klien ekspresikan lebih dari satu kata, misalnya saya
merasa saya mungkin kena serangan jantung; ini mungkin pikiran, bukan
emosi.
Tingkah laku: apa yang dilakukan klien, aksi yang terlihat dari luar.
Perubahan fisiologis atau bodily symptom
Strategi yang baik adalah dengan cara bertanya pada klien mengenai
kejadian terbaru yang dapat ia ingat ketika ia mengalami symptom dari
masalahnya.
Triggers and modifying factors
Factor yang mempengaruhi masalah:
Trigger adalah faktor yang menentukan frekuensi munculnya masalah
(lebih sering atau lebih jarang)
Modifiers adalah factor kontekstual yang memberikan perbedaan
intensitas masalah ketika timbul
Ada banyak factor yang dapat berjalan sebagai trigger dan modifier:
Situation variable: apakah ada situasi, objek, atau tempat spesifik yang
membuat perbedaan?
Social/interpersonal variable: adakah orang tertentu yang membuat
perbedaan? Jumlah orang? Jenis orang tertentu?
-
7/31/2019 CBT-translet buku
24/151
Cognitive variable: apakah ada topic yang dapat menjadi trigger?
Behavioral variable: apakah masalahnya terjadi ketika klien atau orang
lain melakukan aktivitas tertentu?
Physiological variable: apakah masalah terjadi karena pengaruh alcohol
atau drug? Apakah masalah biasanya terjadi ketika individu lapar, lelah,
atau tegang? Bagaimana PMS mempengaruhi masalah?
Affective variable: apakah masalah semakin menjadi ketika individu
depresi, bosan, atau kesal?
Beberapa klien akan berespon pada pertanyaan di atas dengan berkata
bahwa mereka selalu cemas atau depresi dan tidak ada yang membuat hal itumenjadi berbeda. Hal ini hampir tidak pernah benar. Respon seperti itu biasanya
muncul karena klien sedang dalam keadaan distress dan dipenuhi dengan
permasalahannya. Hal ini membuat dia kehilangan objektivitasnya. Tanyakan
pada klien apa yang menjadi mimpi terburuknya. Dengan begitu, kita akan
mendapatkan clue yang penting. Pendekatan lainnya adalah dengan
memberikan PR pada klien.
Informasi mengenai trigger dan modifier berguna dalam 2 hal, yaitu 1.
Dapat memberikan clue yang berguna bagi terapis mengenai possible belief dan
maintaining processes dengan cara mempertimbangkan tema apa yang mungkin
ada dibelakang variable yang ditemukan; 2. Informasi ini akan berguna saat
treatment, misalnya untuk menentukan target, membuat rencana, dll.
Concequences
Area major terakhir dari current problem adalah melihat apa yang terjadi
sebagai hasil dari masalah. Hal ini dapat dieksplor melalui 4 aspek utama:
Apa dampak dari masalah pada kehidupan klien? Bagaimana hidupnya
berubah karena masalah? kehilangan apa yang terjadi padanya
Bagaimana orang-orang terdekatnya berespon pada masalah? clue
mengenai maintaining process
Strategi coping apa yang sudah dicoba dan sesukses apa?
Apakah ia menggunakan pengobatan lain atau ada yang membantunya
untuk menyelesaikan?
-
7/31/2019 CBT-translet buku
25/151
Maintaining process
Biasanya ada siklus tertentu yang terjadi pada proses psikologikal, yaitu
siklus yang membuat pemikiran awal, tingkah laku, afeksi, atau respon
fisiologikal meningkat sebagai efek dari umpan balik yang diberikan (terpelihara
atau memperburuk).
Safety behavior
Umumnya terjadi pada klien yang anxious. Klien biasanya melakukan
sesuatu yang mereka yakini akan melindungi mereka dari ancaman apapun yang
mereka takutkan. Hal ini dapat memiliki efek samping yang tidak terlihat dan tidak
disengaja. Safety behavior ini akan memblok threat believe sehingga terjadi
penguatan yang salah. Hal ini karena ketika tidak terjadi apa-apa, si kabur
dengan selamat dianggap sebagai keberhasilan dari safety behavior daripada
hasil penurunan persepsi dari threat. (lihat figure 4.2)
Figure 4.2 Safety Behavior
Escape/avoidance
Ini merupakan salah satu bentuk safety behavior. Avoidance tidak harus
lari secara harfiah. Avoidance yang terselubung lebih banyak ditemui daripada
avoidance yang jelas (obvious).
Fear
Takut akan suatu bencana (cth.
Life threatening illness,
humiliation dll
Failure to disconfirm threat
Bencana yang tidak terjadi beratribut
pada safety behavior daripada
mengubah pandangan klien mengenai
masalah
Safety behavior
Klien melakukan sesuatu
yang dianggapnya dapat
mencegah bencana
-
7/31/2019 CBT-translet buku
26/151
Figure 4.3 Escape/avoidance
Reduction of activityMaintaining proses ini banyak dilakukan oleh individu yang mengalami
depresi.
Figure 4.4 Reduction of activity
Catastrophic misinterpretation
Ini merupakan proses kognisi utama pada panic disorder. Bisa terjadi juga
pada klien dengan health anxiety atau OCD.
Figure 4.5 Catastrophic misinterpretation
Symptoms
Typically symptom of
aotunomic arousal rising
from anxiety
Peningkatan anxiety
Misinterpretation
Mengindikasikan sesuatu yang
serius, implikasi yang mengancam
Depressed mood
Kehilangan reward positif
Kehilangan aktivitas yang dapatmemberikan kepuasan, achievement,
atau penerimaan sosial
Pengurangan aktivitas
Secara umum mengurangi aktivitas,menarik diri, dll
Pikiran negative
Terlihat tidak menikmati, terlalu
menuntut, dll
Fear
Takut akan suatu situasi atau
objek
Tidak ada perubahan pada fear belief
Klien tidak belajar strategi coping atau
expose belief to disconfirmation
Escape/avoidance
Klien mencona menghindari situasi
yang menakutkan atau melarikan diri
-
7/31/2019 CBT-translet buku
27/151
Scanning or hypervigilance
Biasanya terjadi pada health anxiety atau PTSD.
Figure 4.6 Scanning or hypervigilance
Self-fulfilling prophesies
Biasanya dilakukan oleh individu dengan negative belief mengenai orang
lain.
Figure 4.7 Self-fulfilling prophesies
Performance anxiety
Biasa terjadi pada individu dengan social anxiety.
Khawatir pada penampilan
(performance)
Konfirmasi Symptom anxiety
Negative belief mengenai
orang lain
Konfirmasi atau prediksi yang
jelas
Peubahan tingkah laku
menimbulkan tingkah laku
dari oran lain
Perubahan tingkah laku
pada orang lain
Khawatir mengenai illness
Peduli bahwa ia memiliki
atau mungkin
mengembangkan mental
atau physical illness
Sensation noticed (or
produced)
Symptom disadari dan
diinterpretasi sebagi konfirmasi
Scanning/checking
-
7/31/2019 CBT-translet buku
28/151
Figure 4.8 Performance anxiety
Fear of fear
Figure 4.9 Fear of fear
Perfectionism
Biasa terjadi pada klien dengan negative belief mengenai kapasitas
dirinya. Keinginan untuk membuktikan bahwa dirinya berharga atau mampu
membuatnya memasang stadar yang tinggi sehingga ia tidak pernah mampu
mencapainya. Rasa tidak mampu itu terus terpelihara dan tidak berkurang.
Figure 4.10 Perfectionism
High standards for self
Contoh: Saya bisamenyembunyikan
ketidakberdayaan ini jikasaya bisa melakukan
sesuatu yang sempurnadan selalu berhasil.
Impossible to achievestandards
Selalu menganggap dirigagal.
Negative beliefs for selfContoh: Saya tidak
berguna. Saya tidak bisamelakukan apa-apa.
Anxiety
Ancipatory fear of becoming
anxious
Aversive anxiety
symptom
-
7/31/2019 CBT-translet buku
29/151
Ingat bahwa grafik di atas adalah proses yang mungkin terjadi. Jadi,
gunakan itu sebagai awal dari pola berpikir dan sesuaikan dengan kebutuhan
klien.
Short-term rewards
Tingkah laku terpelihara karena adanya short-term concequence. Short-
term reward lebih kuat dalam membentuk suatu tingkah laku daripada long-term
reward.
Figure 4.11 Short-term reward
Short-term reward
Memiliki perasaan yang positifProblem behaviour
Seperti penyalahgunaan obat-
obatan, makanan, dan agresi
Longer-term negative consequences
Seperti masalah hukum, ketergantungan pada
obat terlarang, kehilangan hubungan dengan
orang-orang.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
30/151
Assessing Past History and Problem Development
Vulnerability factors
Dalam CBT, hal yang paling perlu adalah pengembangan nilai-nilai dalam
diri, meskipun dalam bentuk asumsi atau core beliefs. Kebanyakan orang-orang
beranggapan bahwa mereka harus berhasil dalam segala hal, bisa berhasil jika
ada orang yang mau menolong, ataupun merasa tidak berguna. Terkadang
banyak menanamkan nilai bisa membuat seseorang menjadi lebih baik dalam
rentang waktu tertentu. Mereka akan merasa tidak berdaya lagi hanya jika situasi
yang sama terjadi beberapa kali, misalnya ketika mereka tidak berhasil, tidak
dihormati, atau tidak memiliki pasangan.
Precipitants
Precipitants adalah situasi yang memicu timbulnya masalah. Dalam
standar cognitive-therapy model biasanya dikenal dengan critical incidents.
Seseorang harus memiliki penanggulangan dari situasi tersebut atau jika tidak
hal ini akan menjadi trauma yang cukup mengganggu. Jika hal ini terjadi, kita
harus dapat menemukan kejadian yang sesuai dengan nilai yang berlaku:
sebagai contoh, seseorang yang merasa harus berada dalam suatu hubungankemudian dia kehilangan hubungan yang penting, atau seseorang yang percaya
bahwa dia harus selalu mengontrol sesuatu lalu kemudian terjadi sesuatu yang
tidak bisa dikontrol.
Modifiers
Biasanya klien mengeluhkan masalah yang pelan-pelan semakin buruk,
namun terkadang suatu eksplorasi menyatakan bahwa ada waktu perbaikan dari
sesuatu yang semakin buruk. Faktor modifikasi ini mengubah suatu hubungan,
transisi suatu aturan seperti meninggalkan rumah, menikah atau anak yang
meninggalkan rumah; dan perubahan tanggung jawab seperti promosi pekerjaan
atau memiliki anak.
The order of assessment components
Terapis seharusnya benar-benar mengetahui apa yang menjadi masalah
klien dan mampu memahami seperti apa klien yang datang padanya dengan
berbagai macam perbedaan masing-masing. Hal ini dimulai dengan yang
-
7/31/2019 CBT-translet buku
31/151
dinamakan asesmen untuk mengetahui apa sebenarnya masalah. Ini penting
untuk menentukan langkah apa selanjutnya dari asesmen tersebut. Awalnya kita
mengetahui sedikit apa masalahnya dan membuat beberapa hipotesis yang kira-
kira dapat lebih dieksplor apa sebenarnya masalahnya dan bagaimana riwayat
kehidupannya.
Jadi, buatlah pendekatan yang terstruktur dalam asesmen, menjaga agar
tetap fokus dalam satu area. Kemudian seiring semakin bertambahnya
pengalaman dan struktur tersebut tidak lagi menjadi yang utama, maka kita bisa
mengendurkan dan membiarkan percakapan sedikit meluas, namun kita masih
tetap dengan pikiran yang terstruktur dan mengetahui bagaimana beberapa
aspek menjadi suatu masalah.
Non-specific factors and the therapeutic relationship
Hal terpenting bukanlah bagaimana seharusnya teknik yang ada dalam
asesmen, namun memberikan perhatian seluruhnya adalah yang paling penting.
Kita harus jujur dan benar-benar mendengarkan apa yang disampaikan klien.
Apabila kita lupa untuk mengajukan pertanyaan penting, pertanyaan tersebut
akan kembali lagi nanti, daripada kita gagal merespon klien dengan hangat, halini dapat membuat klien tidak akan kembali lagi kepada kita.
Teknik yang baik adalah sering menyimpulkan pemahaman kita tentang
apa yang sudah klien sampaikan dan meminta feedback mereka apakah yang
kita tangkap itu benar. Keuntungannya adalah kita bisa berpikir apa selanjutnya
yang akan kita sampaikan atau lakukan. Hal ini juga dapat mengurangi resiko
kesalahpahaman, dengan memberi kesempatan klien untuk memperbaiki
perbedaan antara apa yang kita simpulkan dan apa maksud dari penyampaian
mereka. Adanya feedback dimaksudkan agar klien tetap sebagai orang yang aktif
dan terapis tidak selalu bijaksana dan tahu segalanya.
Making formulations
Not too fast, not too slow
Mengembangkan formula yang baik akan membutuhkan terapi yang
efisien dan fokus. Biasanya seorang terapis akan melihat dulu riwayat kliennya
dari sejak lahir sampai saat ini. Biasanya jawabannya terdapat pada saat-saat
itu. Sesi pertama digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
-
7/31/2019 CBT-translet buku
32/151
sebanyak mungkin. Kemudian kita punya waktu untuk merasakan dan
mendapatkan inti informasi tersebut dan mengembangkan formula. Mencoba
membangun formula itu harus dengan sangat cepat. Di sesi kedua, kita bisa
mencari tahu dengan jelas apa yang perlu kita ketahui, dan kemudian
mengembangkan formula dengan berdiskusi bersama klien. Hal ini tidaklah sulit.
Seiring berjalannya waktu, kita akan dapat dengan mudah mengembangkan
formula hanya dalam satu sesi.
Diagrams
Membuat diagram untuk mengkomunikasikan formula akan lebih baik
dibandingkan kata-kata. Biasanya terapis memberikan fotokopi diagram yang
telah dibuat kepada klien. Libatkan klien dalam proses dengan bertanya, seperti:
Dari apa yang telah kita diskusikan sejauh ini, menurutmu apa yang kira-kira
membuat masalah itu muncul?,Menurutmu apa efek ketika kamu
melakukannya?, dan seterusnya.
Suitability for CBT
Siapa sebenarnya yang cocok untuk CBT? Tidak ada bukti yang cukup untukmenjabarkan bagaimana klien cocok untuk terapis, apakah itu menggunakan
CBT atau terapi lain. Menurut Safran (1993), sebaiknya menggunakan CBT jika
klien:
- Menyadari dan mampu membedakan emosi
- Mengetahui dengan baik tentang kognisinya
- Menerima perubahan tanggung jawab
- Dapat membentuk kolaborasi therapeutic yang baik
- Memiliki masalah mengenai riwayat hidupnya
- Menunjukkan kemampuan bekerja dalam satu waktu dan fokus dalam
satu hal
- Optimis dengan terapi yang sedang dijalani
Biasanya CBT ditawarkan oleh terapis dalam lima atau enam sesi. Namun,
sebenarnya hal itu tidak cukup untuk memcahkan masalah klien, biasanya
dengan perkiraan tersebut cukup untuk mendapatkan ide apakah CBT akan
berguna atau tidak. Jika ya, terapi akan terus berlanjut. Jika tidak, kita bisa mulai
mempertimbangkan treatment lain. Tentu saja hal ini atas persetujuan klien.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
33/151
Possible problems during assessment
Problems for the therapist
Dengan pengalaman yang cukup, kita harus dapat mengembangkan
sense area mana yang penting untuk digali lebih jauh. Biasanya terapis tidak
selalu mengajukan pertanyaan yang tepat tapi juga harus menyadari dengan
cepat ketika memberikan pertanyaan yang salah dan langsung berpindah untuk
mencari cara yang tepat. Jangan bertahan dengan apa yang salah dan cobalah
pendekatan yang berbeda.
Problems for client
Penting untuk memahami apabila klien sulit menjawab pertanyaan kita dan
kita harus tahu apa penyebabnya. Biasanya ada dua jenis: klien yang benar-
benar tidak tahu jawaban pertanyaan kita, dan klien yang sudah tahu
jawabannya, namun tidak mau menjawab. Klien yang tidak tahu jawabannya:
- Klien yang sudah benar-benar kacau dengan masalahnya dan dia tidak
menyadari apa yang sedang terapis cari.
- Klien yang berusaha menampilkan perilaku aman sehingga dia tidak
berpikir negatif atau tidak mau mengambil resiko apapun.- Klien yang kesulitan dalam menilai pikiran dan emosi.
Contoh klien yang sudah tahu jawabannya namun menolak memberikan
jawaban:
- Takut akan reaksi terapis.
- Takut memunculkan simptom secara terbuka. Misalnya takut terapis akan
melaporkan klien kepada polisi untuk ditangkap.
Possible problems in making formulations
Effect is not purpose
Sangat penting untuk mencegah asumsi klien tentang konsekuensi dari
perilaku mereka. Misalnya mereka yang memiliki perilaku agrophobic selalu
ditemani oleh suami. Mereka tidak boleh tetap menjaga perilaku tersebut
hanya untuk suaminya selalu menjaganya. Pada dasarnya, kebanyakan klien
dan keluarga mereka ingin melepaskan masalah mereka, mereka hanya
-
7/31/2019 CBT-translet buku
34/151
terjebak dalam pikiran dan perilaku tidak dapat menolong mereka untuk
mencapai tujuan.
Censoring the formulation
Formula sebaiknya dikomunikasikan kepada klien. Tidak ada yang
ditutup-tutupi. Akan lebih baik juga membuat formula setelah hubungan
benar-benar kuat dan isu-isu yang ada dapat didiskusikan secara terbuka
bersama-sama.
Spaghetti junction
Tidak semua informasi dijadikan suatu formula. Ambil informasi yang
penting dan berhubungan dengan area masalah yang mengganggu klien.
Tunnel vision
Terkadang kita terlalu cepat membuat hipotesis dan kemudian stuck,
hanya benar-benar memberikan perhatian dan jangan mencari informasi
yang lain (Kuyken, 2006). Yang harus diingat adalah untuk mencek apakah
hipotesis benar atau tidak, kita harus melihat data apa yang bisamembuktikan hipotesis tersebut benar.
Formulations need to make sense
Kita harus dapat menjelaskan bagaimana pikiran dapat mempengaruhi
perilaku atau aspek pada kotak yang lain, atau bagaimana perilaku dapat
memberikan dampak pada nilai-nilai. Formula tersebut harus masuk akal
dan dapat diterima.
Thoughts
Behaviours
Physiology
Emotions
-
7/31/2019 CBT-translet buku
35/151
Formulations need to be used
Poin dari formula berguna untuk memandu terapis dan klien dalam suatu
treatment. Kita dapat bertanya apakah hal tersebut cocok dengan klien dan
meminta feedback darinya.
Core beliefs and schemata
Terkadang terdapat nilai-nilai dalam suatu formula atau bagan, hal itu
haruslah menjadi target utama untuk treatment, karena lebih dalam dan kita
harus mulai memodifikasinya. Pendekatan kita untuk menjaga agar tetap
mungkin dengan nilai yang bermacam-maca dan asumsi hanya saat
dibutuhkan karena kita telah mendapatkan sesuatu semampu kita dengan
pemikiran dan perilaku yang spesifik.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
36/151
CHAPTER 5
MEASUREMENT IN CBT
Pada chapter ini akan dijelaskan mengenai bagaimana menggunakan
pendekatan empiris ini dalam prakteknya dengan klien individual. Kita juga bisa
melihat bagaimana pengukuran bisa digunakan untuk lebih memahami masalah
pada tahap assessment dan pada treatment berikutnya, bagaimana
memanfaatkan hasil assessment, dan bagaimana merancang pengukuran yang
tepat.
Assesment and Formulation
Saat assesmen, akan sangat membantu jika bertanya pada klien untuk
mengumpulkan data mengenai jenis masalahnya, dimana data tersebut dapat
berguna untuk 2 tujuan :
1. Menguraikan masalah lebih detil lagi
2. Memberikan baseline tentang masalah yang bisa dibandingkan kemudian
hari
Selama dan Diakhir Treatment
Selama proses treatmen berlangsung, klien diharapkan akan memiliki
deskripsi yang jelas mengenai masalahnya, apa yang memicu dan
mempertahankannya. Kemudian klien diajak untuk mencoba tingkah laku,
pikiran, dan pola interaksi baru. Setelah itu bersama-sama melihat apa dampak
yang terjadi pada masalah saat menggunakan pola yang baru. Dengan demikian
juga terapis dapat mendapatkan evalusasi mengenai dampak dari intervensi
yang diberikan.
Pentingnya Pengukuran Sebelum Intervensi Dilakukan
Tujuan dari Pengukuran adalah untuk dapat melakukan assessment
terhadap masalah dan mengevaluasi dampak dari intervensi. Diperlukan
kreatifitas dan ketrampilan untuk dapat perancangan assessment tersebut.
Alasan-alasan pentingnya pengumpulan data yang berasal dari interview :
-
7/31/2019 CBT-translet buku
37/151
a. Memperoleh baseline dari aspek-aspek penting mengenai masalah yang
kemudian dapat digunakan untuk mengukur efektivitas intervensi
berikutnya.
b. Tingkah laku yang terobservasi, pikiran dan perasaan yang terjadi lebih
reliable.
c. Observasi langsung oleh klien memiliki efek therapeutic tersendiri untuk
dirinya.
d. Dengan adanya baseline yang disepakati bersama, membantu klien untuk
mengukur progressnya dengan lebih akurat.
e. Jika intervensi tidak mengakibatkan dampak yang diprediksi sebelumnya,
hasil pengukuran ini dapat digunakan untuk mencari penyebabnya,
misalnya kerana penyampaiannya yang kurang tepat.
Mendapatkan Hasil Pengukuran yang Akurat dan Berguna
1. Simplicity
Jangan membebani klien terlalu banyak. Mulailah dengan tugas-tugas
tertentu yang tidak menuntut terlalu banyak. Seiring dengan
perkembangannya nanti, mulailah untuk meningkatkan tuntutan-tuntutanyang harus dilakukannya. Semua kegiatan yang dilakukan harus terrekam
dengan baik.
2. Consider measures in more than one system
Walaupun sudah dibuatkan tuntutan-tuntutan yang dapat dilakukan klien,
tetap ingat bahwa berbagai aspek dari masalah yang diungkapkan dapat
berubah dengan cara yang tidak diprediksi sebelumnya.
3. Relevance
Tanyakan pertanyaan berkenaan dengan informasi yang dapat digunakan
dan dapat membuat perubahaan pada treatment saja.
4. Specific, clearly defined targets
Target dari tuntutan yang diminta harus dibuat sedetail mungkin, dengan cara
menguraikan detail dan mencatat setiap detail yang dilakukan.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
38/151
5. Provide clear and simple instruction
Jangan berharap klien akan mengingat semua tugas-tugas yang harus
dilakukannya. MIntalah ia untuk mencatat, atau minta untuk membuat buku
catatan perkembangannya.
6. Use sensitive and meaningful measures
Tidakan yang bermakna dan sensitive untuk klien berguna untuk
perencanaan dalam melihat progress klien. Selain itu, berguna pula untuk
melihat dampak dari intervensi dengan relative lebih cepat dan memastikan
bahwa klien fokus pada masalah inti dan aspek-aspek yang sangat
berpengaruh untuknya.
7. Provide aids to recording
Berikan dukungan sebanyak mungkin terutama saat tahap awal terapi
dilakukan. Buatkan lembar kerja untuk mencatat semua kegiatan yang
dilakukan. Buku catatan ini harus dibuat sesimpel dan sebijaksana mungkin,
disesuaikan dengan karakteristik klien.
8. Train the client to use the measure
Pastikan bahwa klien paham mengenai tugas yang harus diselesaikannya
dan berikan kesemaptan untuk mendiskusikan kendala-kendala yang
mungkin akan terjadi. Hal ini dilakukan dengan cara Menjelaskan dengan
detail metode pengukuran yang akan dilakukan dan bagaimana cara mereka
menilai diri sendiri.
9. Collect data as soon as possible after the event
Tidak mungkin meminta klien untuk selalu membawa catatan dan
mencatatnya disegala tempat. Klien dapat mengingat-ingat apa yang ingin ia
tuliskan dalam buku catatan dan melengkapinya sesegera mungkin. Cara lain
adalah klien dapat membuat catatan kecil dan singkat, kemudian
melengkapinya sesegera mungkin ia memiliki kesempatan untuk mencatat.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
39/151
10. Pay attention to the monitoring
Terapis tidak boleh lengah saat memperhatikan informasi yang diberikan
klien. Terkadang ada beberapa informasi yang berguna, bisa digunakan
untuk sesi berikutnya, atau moment tersebut bisa digunakan untuk
memberikan reward pada klien mengenai usaha yang telah dilakukannya
dengan ketertarikan yang sungguh-sungguh dari terapis, agar ia semakin
meningkatkan keinginannya untuk melanjutkan pengukuran ini.
Cara-cara Mengumpulkan Informasi
Ada berbagai cara untuk mengumpulkan informasi. Cara-cara tersebut
dapat divariasikan untuk diberikan pada klien. Beberapa diantaranya adalah :
1. Frequency Counts
Metode ini paling reliable. Klien diminta untuk menghitung frekuensi
terjadinya suatu perilaku. Harus disadari bahwa perilaku yang ditampilkan
dapat dihitung, bukan yang tidak dapat dihitung. Selain itu, terapis juga harus
peka terhadap perilaku apa yang penting untuk dicatat.
2. Duration of Event/ExperienceMetode ini bukan mengukur frekuensi seperti metode diatas, melainkan
durasi terjadinya perilaku tersebut.
3. Self-Rating
Klien diminta untuk mengukur sendiri perasaan/pikiran yang terjadi pada
dirinya dalam skala, misalnya, 0-10. Klien diminta untuk mengira-ngira sendiri
dan membandingkannya dengan kejadian yang sebelumnya. Kalau kejadian
tersebut sangat sering, bisa di-rating berdasarkan waktu.
4. Diaries
Dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antara satu aspek dengan
masalah yang timbul, hubungan antara masalah dan pemicunya, perilaku
yang aman, dan berbagai variabel lain. Penting untuk mengajarkan klien
bagaimana cara menggunakannya, terutama memilah mana yang harus
dicatat dan mana yang tidak perlu, jangan sampai ambigu dan hasilnya
membingungkan terapis.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
40/151
5. Questionnaires
Sebaiknya menggunakan kuesioner yang sudah diuji coba dalam suatu
penelitian, sehingga memastikan reliabilitas dan validitas kuesioner tersebut.
Hasil dari kuesioner yang diberikan dapat dibandingkan dengan kelompok
yang relevan dengan klien.
Sumber Informasi Lain
Selain dari klien, data bisa didapatkan dari :
a. Other Informant
Keuntungannya :
- Mendapat informasi yang tida bisa didapat dari klien
- Melihat dampak dari masalah klien terhadap orang lain
- Cara orang lain merespon klien mungkin menjadi relevan untuk
maintenance
- Pemahaman orang lain mengenai masalah klien dapat menjadi informasi
penting
Selain dengan wawancara, informan lain ini juga bisa diminta untuk
menggunakan material observasi yang sama seperti yang digunakan klien,untuk mendapat data yang lebih kaya.
b. Role play and live observation
Dengan role play dan observasi pada lingkungan alaminya, terapis akan
mendapat data mengenai hal-hal yang tidak disadari klien.
c. Physiological measures
Bantuan pengukuran medis dapat membantu melihat perubahan dampak-
dampak fisik akibat masalah yang dialami klien.
Mengkombinasikan hasil data
Setelah semubanyak waktu dan energy dikeluarkan untuk mendapatkan
data, pastikan kalau semua data tersebut berguna. Pelajar secara hati-hati untuk
membenarkan hipotesis yang sudah didesain untuk itu. Saat menyampaikan
pada klien, lakukan secara dua arah, klien juga bisa diminta untuk melakukan
analisis sendiri terhadap perubahan yang sudah dilakukannya.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
41/151
Masalah dalam menggunakan pengukuran
1. The client does not appreciate its potential value
Penting untuk mendiskusikan keraguan-keraguan klien dan mendapatkan
persetujuan untuk menjalani pengikuran ini.
2. The client cannot read or write
Harus cerdik untuk melakukan modivikasi metode pengukuran, seperti
menggunakan rekaman.
3. Poor reliability or validity of a questionnaire
Hasu selalu memastikan kalau data tersebut reliable dan valid dan data
tersebut relevan secara norma untuk klien.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
42/151
Chapter 6
Helping Clients Become Their Own Therapist
Pengantar
Dalam CBT, terapis mengajarkan kepada klien mengenai model dan
metoda CBT. Teknik terapeutik dirancang sedemikian rupa agar mudah dipelajari
dan diingat kembali oleh klien. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk
mempersiapkan klien lebih mandiri untuk melakukan coping jangka panjang dan
menjadi terapisbagi dirinya sendiri. Bab ini berfokus pada membuat klien dapat
belajar mengatasi keadaan relapse.
Membantu Klien Belajar dan Mengingat
Klien tidak dapat menjadi terapis bagi dirinya sendiri jika ia tidak dapat
mengingat kembali model dan metoda CBT. Banyak teori yang menjelaskan
mengenai proses belajar, akan tetapi salah satu yang paling relevan adalah adult
learning theorydari Lewin (1946) dan Kolb (1984)
Adult Learning Theory
Model ini menekankan pada pentingnya pengalaman belajar dan nilai-
nilai dari refleksi. Terdapat empat tahapan utama dalam belajar efektif:- Pengalaman
- Observasi
- Konseptualisasi
- Perencanaan
The Adult Learning Cycle
experience
observation
conceptualization
planning
-
7/31/2019 CBT-translet buku
43/151
Agar proses belajar lebih efektif, maka proses pembelajaran harus
melalui semua tahapan tersebut. Pemahaman setiap elemen tersebut penting
untuk menciptakan proses belajar yang efektif dan dapat membantu terapis
dalam berbagai hal, misalnya: dalam memutuskan kapan memberikan informasi
dan kapan menggunakan metode Socratic dan dalam membuat tugas agar
proses belajar dapat lebih mudah diingat. Metode Socratic sendiri berisi tentang
keempat elemen dari siklus belajar. Ketika menggunakannya, klien diminta untuk
merefleksikan pengalamannya (observasi), lalu menggunakannya untuk
mengembangkan pemahaman baru tentang masalah mereka (konseptualisasi),
kemudian mensintesakan kemungkinan baru dan cara untuk melangkah maju
(merencanakan pengalaman baru).
Perpaduan antara pengalaman dan kognisi menunjukkan kemajuan yang
lebih besar dalam hal perubahan kognisi, afeksi, dan perilaku dibandingkan
dengan intervensi verbal (Bennet-Levy, 2003) dan juga membantu menjembatani
kesenjangan antara pemikiran dan keyakinan / thinking-believing (Rachman and
Hodgson, 1974).
Setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menggunakan
informasi dan mempelajarinya. Terdapat empat kecenderungan terkait dengansiklus pembelajaran, yaitu activist, reflector, theorist, dan pragmatist. Penjelasan
dari keempat tipe tersebut adalah sebagai berikut:
Experience : kecederungan tipe ini adalah activist, yaitu mereka
yang menikmati keterlibatan dalam melakukan hal-hal
yang nyata. Bentuk terapi dapat berupa role playatau
tugas perilaku (behavioral assignment)
Observation : Bagian dari siklus dimana terdapat refleksi dari apa
yang sudah terjadi. Hal ini merupakan peran dari
reflector yang menyelami kejadian-kejadian dan
memikirkannya. Dalam suatu sesi, hal ini dapat
berupa review pemikiran klien melalui diary atau
feedback pada akhir pertemuan
Conceptualization : Membuat pengertian mengenai apa yang telah terjadi
dengan mengaitkannya pada pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya. Fase analitis ini cenderung
-
7/31/2019 CBT-translet buku
44/151
dipilih oleh theorist yang menikmati mencari
pemahaman. Dalam terapi, ini adalah suatu bentuk
refleksi dari formulasi masalah, menggeneralisasi dari
pengalaman atau prinsip abstraksi.
Planning : Fase saat implikasi praktis dari suatu pemahaman
yagn baru telah dicapai cenderung dilakukan oleh tipe
pragmatist. Pada sesi terapi, fase ini mempersiapkan
langkah selanjutnya, menentukan tujuan, dan tugas
berdasarkan pemahaman yang baru.
Penekanan yang kurang atau berlebih pada setiap elemen tersebut dapat
berakibat pada proses belajar, misalnya sebagai berikut:
- Activist banyak terlibat dalam tugas berupa perilaku namun bisa gagal untuk
melakukan review sehingga akibat paling buruknya adalah pengalaman itu
dapat menjadi sia-sia
- Reflector akan melakukan review tapi bisa jadi gagal dalam mengaitkannya
dengan pengalaman sebelumnya atau menggeneralisasikan pengembangan
prinsip-prinsip baru- Theorist akan mampu mengaitkan dengan pengalaman, tapi kurang dalam
melakukan observasi
- Pragmatist akan fokus pada membuat rencana konkret tapi kurang efektif
kecuali jika ia terlibat secara tepat dalam fase observasi dan fase teori
Proses Mengingat
Belajar bukan hanya tentang mendapatkan pengetahuan; informasi juga
harus bisa dipertahankan dan retrievable. Banyak teori yang dapat digunakan
untuk lebih memahami tentang memory dan pemrosesan informasi, salah satu
yang paling informatif adalah yang dikemukakan oleh Alan Baddeley. System
utama yang terlibat di dalamnya adalah:
- Short-term memory (STM): penyimpanan informasi yang sementara (sekitar
20-30 detik), informasi akan terlupakan jika tidak relevan atau tidak cukup
dilatih
- Long-term memory (LTM): LTM adalah tempat penyimpanan informasi dalam
jangka waktu yang lama dan dapat di-recall. Memori dalam LTM seperti
-
7/31/2019 CBT-translet buku
45/151
-
7/31/2019 CBT-translet buku
46/151
pertanyaan yang bisa ditanyakan klien pada dirinya sendiri saat terjadi
kemunduran, yaitu:
- Bagaimana penjelasan yang masuk akal dari semua ini?
- Apa yang bisa saya pelajari dari hal tersebut?
- Dengan peninjauan kembali, apa yang bisa saya lakukan secara berbeda?
Melalui cara tersebut, klien mengembangkan kebiasaan untuk melakukan
analisa dan memperoleh keuntungan atau pembelajaran dari proses kemunduran
tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang merupakan pemicu terjadinya relapsepada
klien. Salah satunya adalah dichotomous atau semua untuk tidak sama sekali
(all or nothing), interpretasi dari kemunduran. Mereka yang mempersepsi dirinya
dikontrol atau mengalami kegagalan cenderung mengalami relapse pada saat
menelumi gejala kesulitan yang pertama. Sekali merasa gagal, klien akan
merasa tidak berdaya.
Klien mungkin bergerak pada spectrum antara mampu mengontrol dan
mempersepsi kegagalan yang sebenarnya masih bisa diperbaiki. Kontinum
tersebut digambarkan sebagai berikut:
The dicotomus view of controlComplete control atau complete failure
The continuous view of control
Control Craving Lapse Relapse Perceived Failure
Selama berada dalam kontinum tersebut, klien perlu menyadari kondisinya
dan kondisi yang mungkin akan dihadapinya dengan mengevaluasi diri sendiri
dan mengajukan pertanyaan:
- Kapan saya akan berada pada kondisi berisiko?
- Apa tanda-tandanya?
- Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari lepas kendali?
- Apa yang harus dilakukan jika sampai hilang kendali?
Relapse cycle
Keadaan tidak akan kunjung
membaik. Tidak ada gunanya
mencoba
Kenapa mencoba bertahan:
saya lemah dan akan selalu
begitu
-
7/31/2019 CBT-translet buku
47/151
Depresi Makan berlebih
Berikut merupakan urutan kejadian yang dapat meningkatkan kemungkinan
relapse:
- Berada dalam kondisi berisiko
Misalnya individu dengan gangguan makan berada dalam kondisi tidak
makan dalam jangka waktu yang lama. Jika memungkinkan maka kondisi
berisiko ini perlu dihindari, misalnya ia harus menghindari situasi stress yang
bisa memicunya makan ters menerus. Namun jika tidak memungkinkan, perluditingkatkan kemampuan coping strategy pada klien atau memotivasi ulang
klien melalui wawancara dengan pendekatan motivasional.
- Memiliki coping strategy yang buruk atau tidak memiliki sama sekali
Misalnya klien yang memiliki kemampuan mengelola mood yang buruk. Oleh
karena itu klien perlu didorong untuk memiliki strategi coping yang tepat dan
merencanakan bagaimana menempatkan strategi tersebut dalam bentuk
aksi. Misalnya individu yang mengalami depresi membuat daftar aktivitas
sosial yang dapat dilakukannya saat merasa kesepian.
- Kehilangan keyakinan diri
Misalnya klien yang merasa dirinya hopeless. Pada tahap ini, CBT dapat
membantu klien untuk mengembangkan harapan yang realistis dan
menumbuhkan pernyataan diri yang positif. Misalnya: saya memang sempat
merasa terpuruk tapi saya mampu melatih diri untuk dapat keluar dari situasi
tersebut. kalimat positif tersebut perlu diulang dan dilatih sendiri oleh klien.
- Mengalami unhelpful behavior
Menarik diri dari lingkungan
sosial dan kesedihan yang
berlebih
Makan berlebih
-
7/31/2019 CBT-translet buku
48/151
Misalnya menarik diri dari situasi yang berisiko. Klien yang mengalami tahap
ini dapat dilatih menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengubah
pola perilaku dan mendukung perubahan perilaku.
Breaking The Relapse cycle
Depresi Makan berlebih
Self-help Reading
Membaca literature dapat meningkatkan dan mempertahankan
kemampuan klien. Terapis dapat merekomendasikan suatu literature setelah
sebelumnya me-review isi dan kualitas dari literature tersebut.
Kemungkinan masalah yang akan muncul
1. Terapis tetap berperan sebagai ahli, klien tetap berperan sebagai pasien
Keadaannya mungkin tidak
kunjung membaik tapi
sebelumnya saya telah belajar
bahwa berusaha itu sangat
membantu
Sangat sulit untuk bertahan
dan sangat wajar tertarik pada
makanan dan mencari
kenyamanan. Tapi saya bisa
dan harus bertahan.
Mengikuti aktivitas sosial dan
mood mengalami peningkatan
Makan secara normal dan
meraih pencapaian
-
7/31/2019 CBT-translet buku
49/151
Temukan alasan dibalik terjadinya hal tersebut, misalnya terapis merasa
harus lebih banyak mengetahui dibandingkan klien. Setelah mengetahui
penyebabnya, evaluasi dan tantang asumsi-asumsi tersebut.
2. Latihan dalam terapi tidak mencerminkan siklus belajar
3. Klien ingin diperbaiki
Klien mungkin akan bersifat pasif selama terapi. Oleh karena itu perlu
dijelaskan kepada klien secara perlahan bahwa dalam CBT diperlukan
kolaborasi dan keaktifan klien. Jika klien tidak kooperatif, bisa dirujuk pada
jenis terapi yang lain.
4. Relapsed management diberikan di akhir terapi
Keterampilan dalam mengatasi relapseperlu diberikan sejak awal sesi terapi.
5. Terapis merasa tertekan dalam relapse management
Dalam menguasai kemampuan relapse managementdiperlukan waktu yang
tidak sebentar. Jika klien tidak dapat mengantisipasi kapan akan terjadi
relapse, maka klien tersebut tergolong sangat sangat rentan.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
50/151
CHAPTER 7
METODE SOCRATES
- Socratic questioning disebut sebagai landasan dari terapi kognitif.
- Socratic questioning mampu memberikan kesempatan kepada klien dan
terapis untuk mengungkapkan apa yang klien telah ketahui tapi belum
betul-betul dipikirkan atau telah dilupakan.
- Melalui pertanyaan yang sensitif, klien diajak untuk menggunakan apa
yang mereka ketahui untuk menemukan alternatif pandangan dan solusi
untuk mereka sendiri daripada terapis yang harus mensugestikannya.
- Pertanyaan yang bagus menggambarkan perhatian klien terhadap
informasi yang relevan terhadap persoalan yang sedang didiskusikan tapi
mungkin berada di luar inti dari alur diskusinya. Hal ini bisa sangat
memabntu dalam mengklarifikasikan inti dari masalah dan bisa membanti
klien untuk menggunakan informasi baru dalam mengevaluasi kembali
kesimpulan dan untuk mengkonstruksikan rencana-rencana baru.
Mengapa Memilih Socratic Question karena Efektifitas dalam mendorongpersonal review dari suatu situasi dimana itu relevan mengubah sikap,
perasaan, dan perilaku.
jika pikiran negatif itu benar, apa artinya nanti bagiku? Mengapa itu bisa
membuatku kecewa?
1. Asesmen dan formulasi
- Dalam mengidentifikasikan kognisi, afeksi, perilaku dan senssasi yang
berhubungan dengan kesulitan si klien, dialog socrates dapat
mengelaborasi sesuatu yang mungkin berbeda dengan pikiran klien tapi
tidak sepenuhnya diakui sebelumnya.
- bagaimana perasaanmu? atau apa yang anda pikirkan? dapat
membantu klien mengklarifikasi dan mngeakrtikulasikan perasaanya atau
pikirannya.
2. Education
-
7/31/2019 CBT-translet buku
51/151
- Esensi dari CBT adalah mengajarkan klien tentang keterampilan dalam
CBT seperti melatih keterampilan untuk asertif dan teknik bernafas.
- Hubungan antara perasaan dan pikiran dan dampaknya pada motivasi
dan perilaku, sangat baik dieksplorasi secara kolaboratif menggunakan
penedekatan socratic.
3. Challenging Unhelpful Cognitions
- Metode ini adalah media yang ideal untuk mendorong klien untuk
mempertimbangkan berbagai kemungkinan diluar aliran perspektif
mereka dan membangun alternatif pandangan mengenai suatu situasi
atau kejadian.
- Consequences of question; evidence for question; evidence against
question; alternative view questions.
- Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membuat klien melihat tidak ada yang
perlu heran dengan pikiran yang saya miliki ini dan meminimalisir
kemungkinan self-critisim seperti saya sangat bodoh memikirkan ini
- Untuk menemukan fakta dari ketidakkonsistenan dengan kesadaran akan
masalah klien, kita mengarahkan perhatian klien untuk megalaminyadimana itu menantang keyakinan dasarnya dimana itu merusak validitas
dari masalah yang tidak terselesaikan.
4. Problem Solving and Working Out Solution
- Kita dapat mengarahkan klien kita untuk membuat penyelesaian masalah
yang baik dengan menggunakan pendekatan socratic untuk mendorong
ketelitian dan kemudian kreativitas.
- Ini dapat mengeksplorasi sebanyak kemungkinan cara-cara coping.
- Tahapannya: mendefinisikan masalahnya, menghasilkan sebanyak-
banyaknya solusi yang mungkin, merencanakan untuk diarahkan menjadi
aksi, dan merancang kemungkinan rencana-rencana.
5. Merancang Uji Perilaku
- Ketika klien memilik perspektif baru, ia perlu untuk membawanya untuk
mengecek validitas (perspektifnya). Sehingga, insight dari socratic
questioningdapat digeneralisasikan yang butuh diikuti dengan behavioral
testing.
-
7/31/2019 CBT-translet buku
52/151
- Ini sangat penting, sejauh itu memungkinkan, percobaan atas konten dari
setiap sesi dan terhubung dengan sangat dekat dengan perkembangan
dari insight itu sendiri.
- Setelah mencobanya, pemeriksaan atas pertanyaan socratic ini dapat
digunakan untuk mendorong analisa atas apa yang terjadi, menyoroti
masalah dan keraguan dan kemudian bergerak untuk merekonstruksi
ulang konseptualisasi yang baru dan percobaan terhadap perilaku yang
lebih lanjut.
6. (Dilakukan) Dalam Supervisi
- Hal lain mengenai metode ini adalah bahwa ini dapat digunakan dalah
seupervisi atau pengawasan seperti pada terapinya.
- Tools pengawasannya antara lain: meningkatkan pelatihan/pembelajaran,
menumbuhkan kolaborasi, dan menguji hipotesis.
KAPAN KITA MENGGUNAKAN SOCRATIC ENQUIRY ?
- Terapis memiliki banyak tugas, yaitumembangun relasi yang kola