BAB VII Translet Rika (Perbedaan Individu Dan Kemampuan Motorik)
-
Upload
zaky-mubarak-lubis -
Category
Documents
-
view
38 -
download
5
description
Transcript of BAB VII Translet Rika (Perbedaan Individu Dan Kemampuan Motorik)
BAB VII
PERBEDAAN INDIVIDU DAN KEMAMPUAN MOTORIKGambaran Umum
Setiap orang memahami bahwa manusia berbeda dalam berbagai hal. Perbedaan
tersebut bisa berupa gender, umur, ras, dan latar belakang budaya. Perbedaan individu dapat
mempengaruhi penampilan dan pembelajaran motorik. Bab ini akan membahas beberapa
karakter manusia yang dapat mempengaruhi penampilan dan tingkat pencapaian tujuan.
Pertama, kami akan membahas tentang konsep perbedaan individu, terutama perbedaan yang
berhubungan dengan kemampuan yang diwarisi semenjak lahir yang mendasari penampilan
seseorang. Kemudian, kami akan mengupas beberapa teori mengenai kemampuan dasar
individu dan hubungannya satu sama lain. Dalam bab ini juga dibahas beberapa konsep
mengenai kemampuan individu dan bagaimana cara guru, pelatih, dan terapis menggunakan
konsep tersebut untuk mengklasifikasikan keterampilan dan melakukan analisis tugas.
Terakhir, kami akan membahas beberapa kesulitan yang dihadapi dalam memprediksi
keberhasilan seseorang dimasa mendatang.
Konsep Perbedaan Individu
Kita tidak perlu menjadi orang yang jenius untuk mengenali adanya perbedaan pada
manusia. Lihatlah anggota keluarga anda, mereka memiliki ukuran dan bentuk tubuh yang
berbeda. Kemudian perhatikan juga keluarga lainnya, mereka memiliki perbedaan umur, ras,
jenis kelamin dan latar belakang budaya. Beberapa orang dari mereka bahkan memiliki
keterbatasan fisik atau mental. Manusia memiliki temperamen, pengaruh sosial, dan
pengalaman hidup yang berbeda-beda. Selain itu, manusia juga memiliki kapasitas yang
dapat mempengaruhi kualitas penampilan motoriknya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
perbedaan penampilan gerak manusia dapat di lihat pada table 2.1
Faktor perbedaan individu yang dapat mempengaruhi penampilan gerak.
Faktor Contoh
Kemampuan Ketangkasan jari, stamina dan kekuatan tubuh
Sikap Terbuka, tertutup, netral terhadap pengalaman baru
Bentuk tubuh Pendek, tinggi, ramping, kurus, berotot, gemuk
Latar belakang budaya Etnik, ras, agama, status ekonomi sosial
Emosi Pembosan, gembira, penakut, periang
Level kebugaran Rendah, sedang, tinggi
Gaya belajar Visual, verbal, kinestetik
Tingkat kematangan Belum dewasa, hampir dewasa, dewasa
Tingkat motivasi Rendah, sedang, tinggi
Pengalaman sosial sebelumnya perorangan, kelompok kecil dan kelompok besar
Pengalaman gerak sebelumnya rekreasi, pembelajaran di kelas, kompetisi
Sumber : Richard. A Schmidt, craight A Wrisberg (2004) Motor Learning and performance: a problem- based learning approach, (thirded champaig. IL: Human kinetic.
Ketika Dick Schmidt masih kecil, seorang remaja bernama Charlie Breck selalu memanas-
manasinya. Charlie mampu melempar dan memukul bola baseball lebih jauh, mendrible dan
memasukkan bola basket ke dalam keranjang, dan berlari lebih kencang dibandingkan anak-
anak seusianya. Charly tentu saja memiliki kelebihan dibandingkan rekan sebayanya dan dia
pandai menggunakan kelebihan tersebut untuk menjadi atlit olahraga di SMA.
Dick merasa tidak kalah saing dari Charlie, ia lebih piawai dalam senam dibanding
Charlie. Ketika Charlie masih berlatih palang rintang, Dick sudah mahir melakukan atraksi
pada palang tersebut. Anak-anak lain juga lebih bagus dibanding Charlie atau Dick dalam
kegiatan lainnya, seperti menembak, lari lintas alam atau berenang. Hal ini menunjukan
bahwa setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda satu sama lain.
Mengapa beberapa orang bisa menampilkan suatu kegiatan lebih baik dibandingkan
orang lain? Dan mengapa orang-orang tertentu bisa lebih baik penampilannya pada beberapa
kegiatan, sementara dalam kegiatan yang lain kurang bagus? Apakah manusia dilahirkan
dengan bakat tertentu atau mereka mengembangkannya melalui latihan? Dapatkah
kemampuan seseorang diukur dan dinilai? Jika para praktisi mengetahui sesuatu tentang
kemampuan individu, bisakah mereka memberikan panduan pembelajaran yang lebih efektif?
Pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi dasar pendekatan penelitian psikologi dan
prilaku motorik, yang menguji perbedaan kemampuan prilaku individu. Kontras dengan
pendekatan eksperimental yang fokus pada fenomena umum manusia, pendekatan diferensial
fokus pada faktor-faktor yang membuat seseorang berbeda satu sama lain.
Perbedaan individu diartikan sebagai sesuatu yang bersifat stabil, menetap dan
berkontribusi pada perbedaan penampilan tugas. Kata kuncinya adalah stabil dan ketahanan.
Contohnya, jika pemukul pertama berhasil memasukan bola golf sementara pemukul
berikutnya gagal, bukan berarti orang pertama lebih bagus dari pada orang kedua. Namun,
jika orang pertama konsisten hasil penampilannya dalam berbagai situasi tugas, maka kita
baru bisa menyimpulkan bahwa perbedaan individu muncul dalam kemampuan 2 orang
diatas.
Penelitian tentang perbedaan individu berhubungan dua hal. Pertama, cara untuk
mengidentifikasi kemampuan-kemampuan yang berkontribusi pada perbedaan penampilan.
Ilmuwan yang melakukan jenis penelitian ini berusaha untuk mengukur dan menjelaskan
perbedaan kemampuan sebanyak mungkin. Kedua, tantangan untuk memprediksi potensi
penampilan seseorang berdasarkan kemampuannya dimasa mendatang, baik dalam dunia
olahraga, pekerjaan ataupun tugas harian.
Bakat dan Kemampuan
Ilmuwan yang mempelajari perbedaan penampilan individu biasanya fokus pada konsep
bakat, yang didefinisikan sebagai sesuatu yang dibawa semenjak lahir ,stabil dan cenderung
bertahan pada individu, dan berguna untuk melakukan berbagai jenis aktivitas dan
keterampilan. Sebagian besar peneliti yang meneliti perbedaan individu berasumsi bahwa
bakat merupakan bawaan genetis dan tidak bisa dimodifikasi melalui latihan dan
pengalaman. Mereka mengistilahkannya dengan “hardware” yang telah dibawa manusia
sejak lahir.
Berbagai jenis bakat muncul melalui sistem persepsi dan sistem gerak manusia. Bakat
yang ada bisa berupa kemampuan visual, warna, konfigurasi tubuh, kemampuan berhitung,
kecepatan reaksi, ketangkasan manual, kepekaan kinestetik dan sebagainya. Beberapa bakat
yang disebutkan diatas mendukung manusia dalam mengeluarkan persepsi dan pengambilan
keputusan, menyusun dan merencanakan gerakan serta berkontribusi pada produksi dan
evaluasi gerak.
Sejauh ini para ilmuwan telah mengevaluasi 20-30 kemampuan kognitif dan
kemampuan motorik, dan mereka juga memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di masa
depan. Mereka berasumsi bahwa semua manusia memiliki semua jenis bakat, tetapi levelnya
berbeda-beda tergantung pada bakat yang lebih kuat atau dominan. Misalnya, seseorang
mungkin memiliki kelemahan dalam kepekaan kinestetik tetapi memiliki kekuatan pada
kepekaan visual, sementara orang lain mungkin memiliki tingkat koordinasi mata dan tangan
yang rendah tapi memiliki keseimbangan statis yang tinggi.
Ilmuwan yang meneliti perbedaan individu berasumsi bahwa pembagian bakat sangat
diperlukan untuk menampilkan tugas motorik. Contohnya, untuk memasukkan benang ke
dalam jarum dibutuhkan kemampuan penglihatan jarak dekat yang tinggi serta kesigapan
tangan, namun kegiatan ini tidak membutuhkan kekuatan tubuh bawah. Sementara untuk
kegiatan angkat berat hanya dibutuhkan kemampuan visual dan kesigapan tangan dan
kekuatan tubuh bawah yang sangat besar.
Implikasi penting dari hubungan bakat dan penampilan yaitu orang yang berbakat
menampilkan tugas tertentu, harus mampu menampilkan tugas pada tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan orang lain yang berkemampuan rendah. Mungkin inilah alasan mengapa
Charlie Breck bisa memukul bola lebih baik dari pada Dick Schmid. Sementara, Dick lebih
baik dalam senam akrobatik dibandingkan Charlie. Seseorang yang memiliki pola bakat
efektif untuk menampilkan suatu tugas, belum tentu memiliki pola yang efektif pula untuk
tugas lainnya, kecuali jika kedua tugas tersebut memiliki sub kemampuan yang sama.
Korelasi : Bahasa dan Perbedaan Individu
Konsep statistik yang digunakan untuk memahami hakekat kemampuan adalah korelasi, yaitu
cara mengukur kekuatan hubungan antara skor penampilan dalam dua tugas. Untuk
mengilustrasikan konsep ini, mari kita lihat skor penampilan untuk kelompok yang besar
(biasanya 100 atau lebih) dalam dua tugas yang berbeda (tugas X dan tugas Y). Kita akan
menentukan sejauh mana level penampilan pada satu tugas akan sama dengan tugas lain,
seperti pola hubungan yang muncul dari penampilan individu dalam dua tugas.
Low
Gambar 2.1 Low Task X High
High
Task y
Low Low tas X high
Pada gambar 2.1 dan 2.2 kami menampilkan grafik khusus yang disebut scatterplot,
penampilan tugas X ditunjukkan oleh sumbu horizontal dan tugas Y pada sumbu vertikal.
Masing-masing skor individu diwakili oleh satu titik pada grafik. Jika tanda titik sejajar
dengan garis, kita bisa mengatakan bahwa penampilan tugas X dan Tugas Y dalam
kelompok ini sangat berhubungan. Pada gambar 2.1 korelasinya positif, dengan kata lain
partisipan dengan skor yang tinggi pada tugas X cenderung memberikan keterangan yang
sama pada tugas Y. Pada gambar 2.2 menunjukan korelasi yang negatif. Individu yang
memiliki skor lebih tinggi pada tugas X adalah individu yang memiliki skor lebih rendah
pada tugas Y.
Statistik ini digunakan untuk mengukur hubungan produk koefisien korelasi Pearson-
momen (di singkat dengan r ), di mana interval nilai antara -1.0 hingga +1.0, dengan tanda +
atau – untuk menyatakan korelasi positif atau negatif. Kita perlu mengingat bahwa ukuran
high
Task Y
r=+.90
dan tanda dari koefisien korelasi mewakili aspek hubungan yang berbeda. Ukuran dari
koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan antara penampilan individu dalam dua
tugas: yaitu seberapa dekat individu dalam pencocokan tanda. Tanda aljabar (+ atau –)
mewakili koefisien korelasi antara penampilan individu dalam dua tugas; yaitu jika nilai
tinggi pada tugas pertama berhubungan dengan nilai tinggi pada tugas kedua, berarti
korelasinya positif. Jika nilai tinggi pada tugas pertama berhubungan dengan nilai rendah
pada tugas kedua, berarti korelasinya negatif. Jika titik dekat dengan garis, seperti yang
terlihat pada gambar 2.1, kemudian koofesien korelasi mendekati nilai 1.0 (pada kasus ini, r =
+9.0, berarti hubungannya kuat atau positif. Jika tanda titik jauh dari garis, seperti yang
tampak pada gambar 2.2, kemudian koefisien korelasi mendekati 0 (dalam kasus ini r = -20.
mengindikasikan bahwa hubungan yang ada rendah atau negatif. Korelasi yang mendekati 0
akan menghasilkan grafik dengan tanda titik yang menyebar secara acak. Garis standar tidak
berlekuk-lekuk, dan kita dapat menyimpulkan bahwa penampilan pada tugas X tidak begitu
berhubungan dengan penampilan pada tugas Y.
Kita dapat mengetahui sejauh mana kesamaan elemen kedua tugas diatas melalui
kuadrat koefisien korelasi. Contoh, jika korelasi -20 dikuadratkan, kita bisa menyimpulkan
bahwa kedua tugas memiliki -.202 =.04. atau 4 % elemen yang sama. Jika ada korelasi
yang kuat antara penampilan individu pada kedua tugas (misalnya, r = ±.80 atau lebih),
berarti kedua tugas memiliki persentase persamaan yang lebih besar. Ilmuwan yang
mempelajari keterampilan persepsi dan motorik berasumsi bahwa gambaran diatas
merupakan kemampuan yang diperlukan individu pada kedua tugas. Semakin kuat korelasi,
semakin banyak kesamaan kemampuan dalam kedua tugas. Semakin lemah korelasi, semakin
sedikit kesamaan tugas.
Bakat VS Keterampilan
Seberapa sering anda mendengar istilah bakat dan keterampilan bertukar pemakaiannya
dalam kehidupan sehari-hari? Contoh, seseorang berkata “laki laki itu memiliki bakat
bermain bola basket” ketika ia melihat seorang pria tengah mendemostrasikan keahliannya
bermain basket. Berbeda dengan pandangan kebanyakan orang, ahli gerak membedakan
konsep bakat dan keterampilan, bakat umumnya ditentukan oleh genetis dan tidak bisa
dimodifikasi melalui latihan dan pengalaman. Sementara, keterampilan merupakan
kemampuan yang berkembang melalui proses latihan. Oleh karena itu, pada kasus diatas
ilmuwan mungkin akan mengatakan kalau pria tersebut memiliki keterampilan yang bagus
dalam bermain bola basket.
Seperti yang telah di jelaskan pada awal bab, bakat dianggap sebagai “peralatan” yang
dibawa sejak lahir. Analogi lain untuk bakat adalah komponen hardware komputer atau kartu
yang dimiliki seseorang saat bermain game. Komputer paling canggih di dunia sekalipun
tidak akan berguna tanpa software yang mampu memaksimalkan performa mesin.
Keterampilan merefleksikan kecakapan seseorang dalam menampilkan tugas tertentu.
Orang yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk melakukan tugas tertentu dan
orang orang yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk berlatih, biasanya mencapai tingkat
performa tertinggi. Misalnya, Peytom Manning, pendiri Amerika quarterback di universitas
tennessee dan pemain gelandang untuk Indianpolis Colts, memiliki kemampuan visual dan
perseptual yang sangat bagus, disamping itu ia juga menghabiskan waktunya untuk menonton
rekaman pertandingan guna mengidentifikasi pola gerakan lawan. Manning memiliki
kekuatan lengan yang bagus, dan ia juga menghabiskan banyak waktunya untuk melatih
keterampilan mengoper bola. Kemampuan mempelajari pola dan keterampilan mengoper
yang dikembangkan Mannings, berkontribusi pada penampilannya sebagai seorang
gelandang yang hebat.
Kesimpulannya, tingkat keterampilan yang dapat dicapai manusia tergantung pada
kemampuan mereka menghadapi tugas dan kualitas serta kuantitas pengalaman latihan.
Untuk mengingat kembali beberapa perbedaan penting antara konsep bakat dan keterampilan
silahkan lihat tabel 2.2
Table 2.2 beberapa hal penting yang membedakan bakat dan keterampilan
Bakat Keterampilan
Warisan lahir Berkembang seiring latihan
Stabil dan bertahan Dimodifikasi oleh latihan
Jumlahnya sedikit Banyak
Mendasari penampilan berbagai keterampilan
yang berbeda
Berdasarkan subset kemampuan yang
berbeda
Bakat sebagai faktor pembatas penampilan
Para praktisi harus memperhatikan bahwasanya kemampuan seseorang mempengaruhi
tingkat keterampilan yang bisa mereka capai. Craig Wrisberg tidak akan pernah menjadi atlet
senam yang terampil serajin apapun ia berlatih, karena dia tidak memiliki bentuk tubuh yang
sesuai atau kemampuan perseptual dan motorik yang mendukung penampilan senam – karena
faktanya dia sudah terlalu tua. Begitu juga dengan orang yang buta warna, mereka tidak akan
pernah mampu mengidentifikasi warna bunga, orang yang jarinya lemah tidak akan merasa
nyaman memainkan gitar, dan orang dengan keseimbangan rendah tidak akan mudah berjalan
di atas tali.
Meskipun kemampuan seseorang dibatasi oleh tingkat kecakapan maksimalnya,
praktisi tidak bisa menentukan potensi pencapaian keterampilan seseorang hanya berdasarkan
pada observasi di awal latihan saja. Nanti anda akan menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan penampilan seseorang, termasuk kombinasi beberapa
kemampuan yang bisa berubah seiring dengan latihan. Kadang-kadang orang yang kurang
meyakinlan pada sesi awal latihan menjadi lebih terampil pada sesi selanjutnya.
Bagaimana Seorang Praktisi Memaknai konsep Kemampuan
Kemampuan bersifat tunggal dan menyeluruh
Awalnya kemampuan manusia dianggap sesuatu yang berwujud tunggal. Pendukung gagasan
ini percaya bahwa kemampuan umum inilah yang menjadi dasar dari semua kemampuan.
(Brace, 1927, McCloy 1934). Tidak mengejutkan jika konsep kemampuan gerak umum
menjadi populer seiring berkembangnya teori di bidang kognitif atau intelektual, yang
mengemukakan adanya kemampuan mental atau intelinjensi dan diukur dengan IQ.
Sekilas, konsep kemampuan gerak umum cukup masuk akal, karena hal ini konsisten
dengan observasi beberapa orang mengenai Charlie Breck, yang cukup sukses melakukan
beberapa tugas olahraga populer, sementara anak lainnya tidak. Bukankah masuk akal jika
kita menyimpulkan bahwa semua atlit harus memiliki kemampuan gerak umum yang bagus,
sementara orang biasa hanya memiliki sedikit kemampuan gerak umum?
Jika gagasan mengenai kemampuan gerak umum ini valid, lalu mengapa kita selalu
mengharapkan korelasi yang tinggi pada penampilan seseorang dalam dua tugas motorik
(lihat penelitian pada halaman 28 untuk lebih detail). Dengan kata lain, orang yang memiliki
kemampuan motorik umum tinggi seharusnya selalu menghasilkan penampilan yang bagus
pada kedua tugas gerak, sementara orang yang memiliki kemampuan motorik umum rendah
akan selalu menghasilkan penampilan yang rendah.
Namun hasil penelitian hanya memberikan sedikit dukungan terhadap gagasan
kemampuan motorik umum ini. Contoh yang sangat bagus untuk penelitian ini adalah studi
yang dilakukan oleh Drowatzky dan Zuccato (1967). Dalam studinya, Drowatzky dan
Zuccato menguji penampilan individu pada enam tugas keseimbangan yang berbeda.
Hubungan antara skor penampilan pada masing-masing tugas dapat di lihat pada table 2.3.
kita bisa melihat bahwa korelasi yang dihasilkan cukup rendah, dan korelasi tertinggi terdapat
pada penampilan bass stand dan sideward stand (r=.31).
Tabel 2.3 korelasi antara enam tes kesimbangan statis dan dinamis
Stork stand Diver`s
stand
Stick stand Sideward
stand
Bass stand balance
Stork stand _ .14 -.12 .26 .20 .03
Diver`s
stand
_ -.12 -.03 -.07 -.14
Sideward
stand
- -.04 .22 -.19
Bass stand - .31 .19
Balance - 18
-
Yang membuat hasil penelitian ini melemahkan gagasan kemampuan gerak umum adalah
tugas-tugas Drowatsky dan Zucccato menyertakan berbagai jenis aktivitas keseimbangan, dan
hanya melibatkan sedikit tugas motorik gerak. Berdasarkan penelitiannya ditemukan bahwa
tidak ada korelasi pada kemampuan keseimbangan. Namun, tugas keseimbangan yang
berbeda membutuhkan kemampuan terpisah untuk mengontrol postur tubuh. Kesimpulannya,
temuan dalam studi ini serta studi-studi lainnya (ex Fleishman dan Parker 1962, Lotter,
1960), tidak memberikan dukungan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa kemampuan
gerak dikemas dalam kemampuan gerak umum yang berdiri sendiri. .
TUGAS ?
Seberapa miripkah dua buah tugas yang memerlukan subset kemampuan sama? Rangkinglah
masing masing tugas dibawah ini berdasarkan persamaan kemampuan yang dibutuhkan.
Pasangan tugas yang mendapat rangking pertama memiliki persamaan terbanyak, peringkat
ke 2 memiliki beberapa persamaan dan begitu seterusnya hingga rangking terakhir yang
memiliki paling sedikit persamaan kemampuan. Anda harus mampu menjelaskan satu atau
dua kemampuan yang sama dari pasangan tugas tersebut.
Rangking
- Pukulan smash dalam olahraga badminton dan tenis
- Gaya dada dan gaya punggung dalam renang
- Bola cepat dan dan slider pada permainan baseball
- Bermain biola dan saxophone
- Membelah kayu dengan kapak dan palu pada pembuatan pagar
- Mengendarai mobil dan pesawat
- Servis dan volley dalam olahraga tenis
- Menempatkan dan memukul bola golf
Kemampuan-kemampuan Khusus
Orang yang paling vokal menentang gagasan mengenai kemampuan gerak umum adalah
Franklin Hendry (lihat pada halaman 4). Hendry mengatakan bahwa sikap gerak tidak
berdasarkan pada kemampuan yang umum tapi berdasarkan pada berbagai jenis kemampuan
khusus yang tidak tergantung satu sama lain (Hendry, 1961, 1968). Hendry juga berpendapat
bahwa penampilan seseorang pada suatu tugas, tergantung pada sejumlah kemampuan, yang
beberapa diantaranya lebih penting dari kemampuan lainnya.
Menurut hipotesis spesifisitas Hendry, seorang juara tenis haruslah orang yang
mewarisi beberapa kemampuan yang diperlukan untuk bermain tenis. Akan tetapi, tidak ada
jaminan kalau orang ini memiliki kemampuan yang baik dalam menyelam, karena
kemampuan menyelam berbeda sepenuhnya dari tenis. Kemungkinan orang ini memiliki
kemampuan menyelam rata-rata, tanpa keahlian khusus. Berdasarkan teori spesifisitas
Hendry, seharusnya tidak ada korelasi antara penampilan seseorang pada dua tugas, karena
kedua tugas tersebut membutuhkan kemampuan yang berbeda. Singkatnya, korelasi yang
didapatkan pada studi sebelumnya (lihat tabel 2.3) lebih banyak mendukung teori Hendry
(misalnya Drowatzky dan Zuccato, 1967; Fleishman & Parker, 1962) dari pada teori
kemampuan gerak umum.
Mengelompokkan berbagai jenis kemampuan
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotesis Hendry menyatakan bahwa tidak
ada korelasi antara penampilan seseorang pada dua keterampilan yang berbeda. Akan tetapi,
banyak bukti yang menunjukkan bahwa meskipun korelasi yang ditemukan sangat rendah,
nilainya tetap lebih besar dari 0 (lihat kembali tabel 2.3). Temuan ini menyatakan bahwa ada
beberapa kemampuan umum yang mendasari penampilan tugas yang berbeda. Jika pendapat
ini benar, kemampuan yang seperti apa?
Salah satu jawaban yang mungkin untuk pertanyaan diatas muncul pada tahun 1950
hingga 1960-an, dalam serangkaian studi yang dilakukan oleh Edwin Fleishman dan
rekannya. Kelompok peneliti ini menguji penampilan sejumlah besar personil militer muda
Amerika dengan berbagai tugas motorik (Fleishman, 1964, 1965);Fleishman dan Bartlett,
1969). Kemudian, mereka menggunakan teknik statistik yang disebut analisis faktor untuk
mengidentifikasi beberapa kelompok kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
yang berbeda-beda.
Konsep kemampuan menurut Fleishman hampir sama dengan teori Hendry, yaitu
kemampuan tidak tergantung satu sama lainnya. Perbedaan antara teori Fleishman dan
Hendry adalah jumlah total kemampuan yang diujikan, jumlah kemampuan yang dilibatkan
dalam penampilan tugas, serta sejauh mana pengaruh sebuah kemampuan dalam penampilan
tugas yang berbeda. Dalam penelitian Fleishman, jumlah keseluruhan kemampuan dan
jumlah kemampuan yang dilibatkan dalam penampilan tugas lebih kecil daripada jumlah
yang diperhitungkan oleh Hendry. Fleishman juga berpendapat bahwa dua tugas yang
berbeda memerlukan beberapa kemampuan yang sama, terutama ketika persyaratan kedua
tugas sama. Hal ini dikarenakan definisi kemampuan yang di ajukan oleh Fleisman lebih
umum daripada Hendry
Fleishman (1964) membagi kemampuan menjadi dua kategori besar, yang disebut
kemampuan motorik dan kemampuan kecakapan fisik. Pengelompokkan ini disertai dengan
contoh jenis keterampilan, seperti yang terlihat pada gambar 2.3. Meskipun daftar ini
bermanfaat bagi ahli gerak, namun tabel ini harus diinterprestasikan dengan beberapa
pertimbangan, karena tabel ini didasarkan pada penampilan subjek remaja laki-laki , yang
memerlukan beberapa manipulasi alat saat berada pada posisi duduk. Oleh karena itu,
sampai saat ini masih belum jelas apakah kemampuan yang ditemukan dalam penelitian ini
akan muncul juga ketika diujikan pada subjek dan tugas lainnya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Keeled dan rekannya (Keeled an Hawkins, 1982,
Keele, ivry dan Pokorny, 1987; Keele, Pokorny, Corcos dan Ivry, 1985) memunculkan
beberapa kemampuan tambahan untuk penelitian Flesihman (lihat gambar 2.4). Kemampuan
yang termasuk didalamnya adalah kooodinasi seperti laju gerakan ( yang diukur dengan
perekaman berulang-ulang), waktu gerak (diukur dengan rekaman waktu), waktu perseptual
(diukur berdasarkan kemampuan individu memutuskan waktu interval diantara kegiatan),
dan kekuatan kontrol (di ukur dengan menekan berbagai tombol gelombang dengan jari dan
tangan.
Poin penting dari penelitian Keele adalah ditemukannya konsistensi penampilan tugas
individu (misalnya, waktu penampilan yang sama ketika menggunakan jari, ibu jari,
pergelangan tangan, lengan dan kaki) serta perbedaan penampilan antar individu. Hasil ini
menyatakan pada kita bahwa kemampuan mengatur waktu bisa mempengaruhi penampilan
berbagai tugas. Pendapat ini memperoleh dukungan dari studi laboratorium yang
menunjukkan bahwa waktu penampilan seorang pianis lebih konsisten dibandingkan dengan
yang bukan pianis ( Williams, Wollacot dan Ivry, 1992).
Gambar 2.4 Faktor Koordinasi Umum yang Diidentifikasi oleh Keele dan Rekannya
KEMAMPUAN PERSEPTUAL DAN MOTORIK
Koordinasi anggota tubuh- kemampuan untuk mengkoodinasikan gerakan anggota tubuh
secara berkesinambungan. Kemampuan ini sangat diperlukan ketika melakukan servis tenis
dan bermain drum.
Ketepatan kontrol- kemampuan menyesuaikan gerak yang tinggi, terutama pada kelompok
otot besar yang terlibat. Contohnya tugas mengoperasikan buldozer atau mesin bergerak
lainnya yang memerlukan penempatan lengan dan kaki yang tepat.
Orientasi Respon- kemampuan memilih alternatif gerak dengan cepat. Misalnya tugas
mencetak gol dalam permainan hoki, dengan jenis pukulan yang tidak tentu.
Waktu Reaksi – waktu reaksi sangat penting dalam tugas yang memerlukan kecepatan
reaksi. Contohnya,start lari sprint 100 m.
Kontrol gerak – kemampuan menyesuaikan gerak untuk merespon perubahan kecepatan
objek atau target yang bergerak. Misalnya balap mobil dengan kecepatan tinggi serta dayung
Ketangkasan manual- kemampuan memanipulasi objek yang relatif besar dengan
menggunakan tangan dan lengan. Misalnya, mendribble bola basket.
Ketangkasan jari- kemampuan memanipulasi objek kecil. Contohnya menggunakan
menjarum dan makan spageti dengan sendok dan garpu.
Kesigapan tangan dan lengan- kemampuan untuk melakukan gerak lengan dan tangan
dengan tepat tanpa memerlukan kekuatan dan kecepatan. Pelayan yang sedang membawa
baki makanan dan membagi bagikan makanan pada pengunjung tanpa terjatuh merupakan
contoh ilustrasi untuk kemampuan ini.
Kecepatan pergelangan tangan- kemampuan menggerakkan pergelangan tangan dan jari
dengan akurasi yang diinginkan. Contonya bermain drum.
Tujuan- jenis kemampuan tingkat tinggi yang membutuhkan gerakan tangan yang akurat,
agar bisa mengenai target tertentu. Misalnya, melempar target dengan anak panah secara
cepat.
KEMAMPUAN KECAKAPAN FISIK
Daya ledak- kemampuan untuk menghasilkan energi maksimum dalam satu ledakan gerak.
Kekuatan daya ledak ini bermanfaat untuk kegiatan yang memerlukan proyeksi benda sejauh
mungkin. Selain itu daya ledak juga bermanfaat untuk memobilisasi tenaga melawan
gravitasi. Contoh tugas yang memerlukan kekuatan daya ledak adalah lempar galah, lompat
jauh, lari 100 m.
Kekuatan statis- penggunaan tenaga untuk mengangkat objek diam yang berat. Tugas yang
memerlukan kekuatan statis terdapat pada angkat berat, dsb.
Kekuatan dinamis- kemampuan untuk mengulangi, melanjutkan gerakan dan menyokong
berat tubuh. Misalnya, panjat dinding serta permainan cincin dalam olahraga senam.
Kekuatan batang tubuh- kekuatan dinamis yang dikhususkan pada batang tubuh dan otot
perut. Tugas yang memerlukan kekuatan batang tubuh adalah mengangkat kaki dan
berakrobat pada palang kuda.
Kelenturan- kemampuan untuk meregangkan tubuh dalam berbagai arah sejauh mungkin.
Contoh tugas yang memerlukan kelenturan tinggi adalah yoga.
Kelenturan Dinamis- kemampuan untuk mengulangi gerakan yang memerlukan kelenturan
otot. Penari balet dan pesenam membutuhkan kelenturan dinamis yang tinggi.
Keseimbangan tubuh kasar- kemampuan untuk menjaga keseimbangan seluruh tubuh
tanpa mengandalkan penglihatan. Misalnya, pemain sirkus yang sedang berjalan pada seutas
tali dengan mata tertutup.
Keseimbangan dengan bantuan visual- kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh
dengan bantuan visual. Kemampuan ini sangat diperlukan oleh pesenam yang menampilkan
akrobat pada tongkat keseimbangan.
Kecepatan gerak tubuh- kemampuan menggerakan tangan dan kaki dengan cepat, tanpa
adanya stimulus reaksi, untuk meminimalkan waktu gerak. Misalnya, melempar bola basebal
dengan cepat atau menggerakkan kaki dengan cepat saat melakukan tap dance.
Koordinasi tubuh besar- kemampuan untuk menampilkan sejumlah gerakan yang rumit
secara berkesinambungan. Kemampuan ini dibutuhkan oleh pemain hoki es yang harus
meluncur dan memegang stick pada waktu bersamaan.
Stamina- kemampuan untuk menjaga daya tahan tubuh ( daya tahan kardiovaskuler) dalam
waktu yang lama. Stamina sangat diperlukan oleh pelari jarak jauh dan pembalap sepeda.
Laju gerak- sama dengan teori Fleishman mengenai kecepatan tubuh, laju gerak sering
digunakan pada situasi yang membutuhkan serangkaian gerak dengan kecepatan maksimum.
Misalnya, kemampuan mengetik pada keyboard.
Waktu gerak- kemampuan memperhitungkan waktu gerak dengan akurat. Misalnya,
megendarai mobil di jalanan yang macet, melangkah pada eskalator yang sedang bergerak
serta bermain drum.
Waktu persepsi – tugas- tugas yang memerlukan perhitungan waktu untuk persepsi gerak.
Misalnya, menghitung waktu gerak rekan dalam dansa berpasangan atau menentukan
kecepatan objek bergerak.
Kontrol tenaga – kemampuan untuk mengontrol tenaga sangat penting untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan. Misalnya, perubahan mood atau tekanan saat bermain piano dan
olahraga lainnya seperti billiard, senam lantai, skating, dll.
Kemampuan dalam pengaturan waktu tidak berlaku untuk semua tugas
Seorang peneliti bernama Robertson (1999) baru baru ini menemukan bahwa proses
pengaturan waktu tidak berlaku untuk semua tugas motorik, tetapi kemampuan mengatur
waktu tergantung pada tugas yang diberikan. Dalam beberapa eksperimen, peneliti
menemukan korelasi yang rendah antara penampilan seseorang dalam tugas mengetik dengan
tugas menggambar. Mereka mengatakan bahwa jenis pemrosesan waktu yang berbeda
muncul pada tugas yang berbeda. Misalnya, tugas mengetik yang memerlukan kemampuan
pengaturan waktu umum ( karena peserta harus mampu memprediksi interval waktu), sangat
bergantung pada waktu pemrosesan. Lain halnya dengan waktu yang dibutuhkan untuk
proses menghasilkan gambar. Peliti menegaskan bahwa hasil eksperimen ini mendukung
gagasan mengenai kemampuan pengaturan waktu umum untuk menyelesaikan satu jenis
tugas (Franz, Zelaznik, dan Smith, 1992, Ivry dan Hazeltine, 1995, Keeled an Ivry 1987) dan
bukan untuk kedua tugas( spencer, Zelaznik, Diedrichsen dan Ivry 2003 untuk fakta
neuropsikologi). Hasil studi yang diambil secara bersamaan ini menentang hipotesis tentang
spesifikasi kemampuan gerak dan proses pengaturan waktu untuk menghasilkan gerak (Ivry
dan Hazeltine, 1995). Sebenarnya, kemampuan untuk mengatur waktu memiliki komponen
khusus dan umum (Robeertson, Lantero dan Zelaznik, 1997).
Berapa banyak pengelompokan kemampuan yang harus ada?
Kita mengetahui bahwa Flesihman dan Keele telah menguji penampilan koordinasi
gerak tubuh dalam dunia nyata. Namun, sampai semua gerakan tersebut dipelajari secara
sistematik, kita hanya bisa menebak berapa panjang daftar pengelompokan kemampuan
yang harus ada.
Apa yang harus kita ketahui tentang kemampuan manusia?
Teori teori mengenai hakekat kemampuan gerak memberikan beberapa masukan bagi
para praktisi gerak. Pertama, mereka harus menyadari bahwa orang-orang memiliki pola
kemampuan yang berbeda. Kedua, mereka harus menyadari bahwa pola kemampuan
seseorang akan memfasilitasi penampilannya dalam suatu tugas. Para praktisi juga harus
memahami bahwa pola kemampuan individu hanya merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penampilan keseluruhan individu. Pada paragraf berikut ini, kita akan
mendiskusikan beberapa konsep mengenai kemampuan manusia.
Setiap individu memiliki pola kemampuan yang berbeda
Praktisi harus mempertimbangkan perbedaan kemampuan pada individu dan berusaha
mengidentifikasi pola perbedaan tersebut sebelum memberikan bantuan pembelajaran.
Misalnya, pelatih tenis yang sedang melatih dua pemain harus menyadari kalau salah satu
pemainnya lebih konsisten dalam memukul bola, sementara pemain yang satunya lagi lebih
unggul dalam penguasaan lapangan. Berdasarkan pengamatan tersebut, pelatih akan membuat
rancangan latihan yang memungkinkan setiap pemain mengembangkan kelebihannya.
Untuk pemain pertama, pola kemampuan yang dilatih bisa berupa kecepatan gerak,
waktu reaksi, kemampuan perseptual, waktu gerak serta kontrol tenaga. Semua kemampuan
ini terpisah dan berdiri sendiri. Gabungan beberapa kemampuan bisa memberikan banyak
atau sedikit pengaruh terhadap kontrol raket dalam beragam situasi. Misalnya, waktu reaksi
dan kecepatan gerak tubuh lebih dibutuhkan saat bola mendekat dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan kemampuan perseptual dan pengaturan waktu lebih diperlukan ketika bola
mendekat dengan kecepatan bervariasi.
Untuk pemain kedua, pola kemampuan yang dibutuhkan adalah waktu reaksi,
orientasi (arah) respon, kecepatan gerak tubuh dan daya ledak. Kita mengetahui bahwa
masing-masing kemampuan tersebut memerlukan aksi yang cepat. Namun, setiap
kemampuan mewakili cara menghasilkan gerak cepat yang berbeda. Untuk menentukan
kemampuan apa yang dibutuhkan pemain untuk menguasai lapangan, pelatih harus
mengidentifikasi kapan pemain akan melakukan gerakan tersebut. Jika pemain lebih sering
melakukan gerakan berlari untuk mengembalikan pukulan, maka pelatih bisa menyimpulkan
bahwa pemain memerlukan kecepatan gerak tubuh dan daya ledak.
Pola Kemampuan Tertentu dapat Memfasilitasi Penampilan Individu dalam Berbagai
Tugas
Praktisi yang mampu memperhitungkan pola kemampuan seseorang bisa
mempertimbangkan kegiatan yang cocok untuk individu. Setelah itu, ia bisa memberikan
bantuan sesuai dengan kebutuhan individu yang sedang ditanganinya. Biasanya praktisi atau
guru akan menciptakan pengalaman latihan yang menantang orang-orang untuk melatih
aspek –aspek yang belum dikuasai siswa.
Kebanyakan orang telah mengetahui kegiatan yang cocok dengan kemampuannya.
Kesimpulan ini diperoleh dari pengalaman mengerjakan berbagai jenis tugas, ada tugas yang
bisa dikerjakan dengan mudah, dan ada yang memerlukan perjuangan keras. Karena orang
orang lebih menyukai kesuksesan dibandingkan kegagalan, mereka cenderung mengulang
kegiatan yang telah mereka kuasai. Dalam kasus pemain tenis yang digambarkan pada
halaman 38, pemain pertama menunjukan kontrol raket yang lebih baik, sementara pemain
kedua memiliki penguasaan lapangan yang baik. Untuk menjadi pemain yang sempurna,
masing-masing pemain harus melatih kekurangan kekurangan yang mereka miliki.
Sementara itu, tantangan bagi praktisi atau instruktur adalah menemukan cara kreatif untuk
mengatasi kelemahan siswanya dan tidak mengulang-ulang aspek yang sudah mereka kuasai.
Kemampuan Hanyalah Salah Satu Faktor yang Mempengaruhi Penampilan
Keseluruhan individu.
Kemampuan merupakan salah satu bagian penting dari penampilan manusia, tetapi
bukan satu-satunya faktor yang berkontribusi terhadap penampilan seseorang. Faktor lain
yang mempengaruhi penampilan seseorang adalah jenis dan jumlah pengalaman gerak,
konfigurasi tubuh dan berbagai karakteristik pribadi.
Semenjak usia dini, beberapa anak memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk
berpatisipasi dalam akitivitas gerak dibanding anak lainnya. Anak yang orang tuanya
menyukai olahraga atau bentuk kegiatan lainnya cenderung terekspos pada berbagai bentuk
gerak. Konsekuensinya, anak memiliki pengalaman gerak yang beragam serta kesempatan
untuk mengulang berbagai gerakan. Saat keterampilan anak semakin meningkat, mereka
cenderung bergabung dengan kelompok anak yang memiliki keterampilan sama (seperti olah
raga, musik atau kelompok tari), sehingga anak memiliki kesempatan tambahan untuk
memperkaya pengalamannya. Anak yang tidak terpapar dengan aktivitas gerak semenjak
dini, tidak memiliki banyak pengalaman dan menunjukkan keterampilan yang rendah.
Kenyataan ini sering memberikan bias bagi para peneliti yang beranggapan bahwa anak anak
ini tidak memiliki kemampuan gerak yang memadai.
Konfigurasi tubuh adalah faktor lain yang dapat mempengaruhi penampilan
seseorang. Anak yang memiliki tubuh lebih besar, kuat dan matang lebih awal memperoleh
keuntungan saat menampilkan sejumlah keterampilan fisik. Akibatnya, para peneliti
berasumsi bahwa anak ini memiliki rentang kemampuan gerak yang lebih luas dibandingkan
anak-anak yang lebih kecil, lemah dan belum fisiknya. Konfigurasi tubuh juga
mempengaruhi penampilan orang dewasa dalam berbagai kegiatan, seperti bermain bola
basket, balet senam, dan menyelam.
Faktor lain yang juga berkontribusi pada penampilan individu adalah karakteristik
pribadi. Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal motivasi,
persaingan, pengambilan resiko dan kekuatan. Oleh karena itu, beberapa individu mungkin
menunjukkan penampilan motorik yang lebih baik karena mereka memiliki karakter pribadi
yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan.
Bagaimana kontribusi kemampuan individu terhadap keterampilannya: Analogi Kotak
Perkakas
Sebuah analogi yang dapat membantu para praktisi untuk menentukan peran
kemampuan terhadap penampilan motorik adalah kotak perkakas . Ketika manusia lahir, dia
mewarisi seperangkat kemampuan. Kemampuan tersebut digunakan untuk melakukan
berbagai tugas dalam hidup. Perbedaan kemampuan dalam “kotak perkakas” ibarat
perbedaan peralatan yang digunakan oleh tukang untuk menyelesaikan bangunan ( misalnya
memasang kran, membuat kerangka pintu dan jendela, memasang batu bata). Setiap
kemampuan berperan dalam mencapai tujuan tertentu ( mengkoordinasikan anggota tubuh
dalam waktu bersamaan atau merespon stimulus tunggal dengan cepat). Keterampilan gerak
atau tugas tertentu memerlukan seperangkat kemampuan khusus dan orang-orang
menggunakan kombinasi kemampuan yang berbeda untuk berbagai tugas.
Kemampuan Motorik
Waktureaksi
Kecepatan gerak tubuh
Orientasi (arah) respon
Kecakapan fisik
Koodinasi anggota tubuh
Ketangkasan manual
Ketangkasan jari
Gambar 2.5 hubungan antara berbagai kemampuan motorik dan keterampilan gerak
yang dipilih
Pada bagian atas dari diagram gambar 2.5, kita bisa melihat beberapa kemampuan
yang diambil dari gambar 2.3. Gambar pada bagian bawah merupakan daftar keterampilan
gerak yang telah dipilih yang bisa saja relevan atau tidak dengan kemampuan yang ada pada
gambar 2.3.. Untuk dua keterampilan, yaitu balap mobil dan pemain belakang dalam
American Football, kami menggarisbawahi beberapa kemampuan yang diperlukan untuk
penampilan keterampilan tersebut. Ingatlah bahwa balap mobil membutuhkan pola
kemampuan yang berbeda dari posisi pemain belakang. Akan tetapi, tugas balap mobil dan
pemain belakang memiliki sedikitnya satu persamaan kemampuan (misalnya, waktu reaksi).
Gambar 2.5 mengilustrasikan 2 poin penting, pertama keterampilan yang berbeda
membutuhkan kombinasi kemampuan yang berbeda pula. Kedua, keterampilan yang berbeda
bisa menggunakan satu atau lebih kemampuan yang sama.
Aspek lain dari analogi kotak perkakas adalah kualitas atau perbedaan tingkat
kemampuan. Pola kekuatan atau kemampuan seseorang dapat mempengaruhi penyelesaian
tugas yang ia kerjakan. Mereka yang memiliki kemampuan memadai untuk melakukan tugas
tertentu ( misalnya kecepatan tangan serta ketepatan waktu untuk bermain seruling),
diharapkan memberikan penampilan yang lebih baik, dibandingkan mereka yang miliki
kemampuan lebih rendah.
Kesuksesan sebuah Penampilan merupakan Kombinasi dari Beberapa Faktor.
Pemain belakang
sprinter
pegulat
Penyelam/penerjun
penembak Pemain bowling
Pemain bola basket
Pemain baseballPembalap
mobil
pesenam Pemanah
Guru dan instruktur perlu menyadari bahwa perbedaan penampilan individu disebabkan oleh
perbedaan kemampuan motoriknya. Ilustrasi mengenai poin ini dapat kita temukan dalam
study yang dilakukan oleh Deshaies, Partman, dan Thiffault (1979). Mereka berusaha
menentukan sejauh mana ke 14 variabel yang mewakili psikologi antropometrik, psikologi
dan faktor keterampilan motorik berhubungan dengan penampilan 116 pemain hoki es
junior Queebec dengan umur antara 16-17 tahun. Peneliti menemukan bahwa kombinasi dari
keempat variabel, yaitu kecepatan berseluncur ke arah depan, motivasi, kecepatan persepsi,
visual dan kekuatan anaerob, membedakan antara pemain berketrampilan tinggi dengan
pemain yang berketerampilan rendah. Jika kita mengamati keempat variabel ini lebih
seksama, kita bisa menarik kesimpulan bahwa penampilan hoki yang hebat merupakan
gabungan dari kemampuan persepsi dan motorik, motivasi dan tugas keterampilan khusus.
Dengan menggunakan pendekatan yang sama, Landers, Boutcher, dan Wang (1986)
menemukan bahwa variabel kekuatan kaki, waktu reaksi, ketajaman persepsi, bentuk tubuh,
penggunaaan daya imaginasi, percaya diri dan fokus pada kesalahan masa lalu, memberikan
perbedaan pada tembakan pemanah.
Bagaimana Praktisi Menggunakan konsep Kemampuan dalam pembelajaran?
Sejauh ini kita telah mengetahui konsep perbedaan individu dan kemampuan motorik.
Kami juga telah menyajikan interpretasi terbaik untuk setiap konsep, serta memberikan
beberapa masukan yang harus dipertimbangkan oleh para praktisi, dalam menganalisa
pengaruh kemampuan terhadap penampilan. Sekarang kita akan membahas beberapa cara
yang bisa dilakukan para praktisi untuk membantu orang orang yang sedang mempelajari
keterampilan. Aplikasi konsep ini terdiri dari klasifikasi keterampilan, analisis tugas, dan
prediksi keberhasilan penampilan seseorang dimasa mendatang.
Klasifikasi Keterampilan dan Analisis Tugas
Pada bab 1 kita telah mendiskusikan beberapa sistem klasifikasi keterampilan
( misalnya, keterampilan terbuka vs keterampilan tertutup). Cara lain untuk
mengklasifikasikan tugas adalah dengan menganalisa berbagai komponen dan kebutuhan
tugas, kemudian mempertimbangkan jenis kemampuan yang diperlukan untuk tugas. Dengan
menggunakan pendekatan analisis tugas, para praktisi bisa menentukan komponen apa yang
menjadi fokus pembelajaran. Anda bisa menemukan pembahasan yang lebih detail mengenai
metode analisis tugas pada penelitian dihalaman 41.
Para praktisi yang mengklasifikasikan keterampilan dengan cara analisis tugas bisa
menggunakan cara formal maupun informal. Dengan cara informal, guru, pelatih serta terapis
bisa membuat perkiraan mengenai komponen tugas dan kemampuan berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya. Jika mereka tidak memiliki pemahaman mendalam
mengenai tugas, mereka bisa mencoba saran dari orang yang ahli di bidangnya.
Akan tetapi, para praktisi juga harus memperhatikan kemungkinan, bahwa pemain
atau atlet yang sangat terampil sekalipun tidak selalu memperhatikan cara mereka melakukan
tugasnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya proses yang terjadi selama penampilan tugas.
Salah satu contohnya bisa kita lihat dari study Polanyi (1958), yang menemukan bahwa juara
balap sepeda tidak dapat menjelaskan prinsip-prinsip keseimbangan saat bersepeda.
Pendapat para ahli terkadang tidak konsisten dengan temuan penelitian. Misalnya,
baru baru ini pemukul baseball terbaik, Ted William, mengatakan bahwa ia mampu melihat
bayangan rotasi bola hingga momen pemukul bersentuhan langsung dengan bola. (William
dan Undeerwood, 1988). Pendapat ini bertentangan dengan bukti ilmiah mengenai banyaknya
informasi visual – waktu pemrosesan – dan kecepatan gerak mata. Pada kasus seperti ini,
praktisi harus berhati hati dalam menggunakan pendapat atau komentar para ahli.
Pendekatan yang lebih formal mengenai analisis tugas melibatkan penggunaan
flowchart dan beberapa kuesioner sederhana. Dengan instrument seperti ini, para praktisi bisa
mengumpulkan respon dari atlet dengan cara yang lebih sistematik dan dapat dipercaya
ketimbang memberikan pertanyaan “apa yang sedang kamu fikirkan.” Metode flowchart
telah digunakan secara efektif di bidang militer dan industri dan memiliki potensi yang bagus
untuk diterapkan pada berbagai bidang.
Contoh modifikasi flowchart yang dikembangkan oleh Fleishman dan Stephenson
(1970) ditunjukkan oleh gambar 2.6. Dengan menggunakan chart ini, guru bisa meminta atlet
untuk mulai pada “start”, lalu menjawab pertanyaan dengan jawaban ya/tidak secara
berurutan.
Yes
No
Yes
No No
Start
Apakah kecepatan diperlukan dalam tugas?
Apakah anda memerlukan akuransi saat melakukan penyesuaian ?
Apakah anda diharuskan memilih antara rangsangan dan respon? Yes
Apakah anda memerlukan perubahan laju respon?
Apakah tugas memerlukan penyesuaian otot kecil?
Apakah tugas melibatkan kontrol yang harus dimanipulasi secara berkesinambungan?
kontrol
Kecepatan gerak lengan
ketepatan kontrol
keluar
Contoh yang ditunjukkan pada gambar diawali dengan pertanyaan yang berhubungan dengan
kecepatan selama penampilan tugas, jika atlet atau pemain merasa kecepatan bukanlah hal
utama, maka pertanyaan berakhir. Tetapi jika atlet merasa kecepatan sangat diperlukan untuk
penampilan tugas, maka pertanyaan akan berlanjut. Panjangnya rangkaian pertanyaan
tergantung dari jawaban atlet.
Prediksi kesuksesan penampilan individu dimasa mendatang
Anda mungkin memikirkan cara lain yang bisa digunakan para praktisi, untuk memprediksi
keberhasilan seseorang dimasa mendatang berdasarkan kemampuan dominan yang dimiliki
subjek. Prediksi prediksi seperti ini telah menjadi bagian dalam berbagai aspek kehidupan.
Misalnya, perusahan asuransi berusaha memprediksi kemungkinan kliennya mendapatkan
kecelakaan mobil berdasarkan umur, jenis kelamin, jenis mobil, dan rekaman perjalanan.
Dalam dunia industri, seorang direktur berusaha memprediksi beberapa pelamar yang akan
meraih kesuksesan setelah mendapatkan training dan pengalaman kerja. Dalam bidang
olahraga, seorang pelatih berusaha memprediksi peserta mana yang bisa menjadi atlit
berkualitas dimasa mendatang. Dalam dunia rehabilitasi, terapis mengevalusi pasiennya
untuk memprediksi hasil, tujuan serta lamanya waktu terapi.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh praktisi gerak sebelum memprediksi
penampilan keterampilan seseorang dimasa depan adalah fakta bahwa kemampuan seseorang
mengalami perubahan selama pembelajaran dan latihan. Untuk pemula, ada beberapa hal
yang harus dipertimbangan, yaitu melatih mental untuk menentukan apa yang akan
Apakah anda memerlukan gerakan lengan?
Waktu reaksi sederhana
Koordinasi anggota tubuh
dilakukan, mengingat gerakan selanjutnya, memperhatikan perintah, aturan dan strategi. Oleh
karena itu, orang yang memiliki kemampuan menyeesaikan masalah dengan baik, bisa
memberikan penampilan yang baik diawal latihan. Namun, dengan pengalaman semua orang
akan mempelajari bagian intelektual tugas, sehingga keuntungan dari kemampuan
menyelesaikan masalah berkurang dan digantikan oleh kemampuan untuk memproduksi
gerakan ( misalnya daya ledak, ketangkasan manual).
Mari kita ambil satu contoh kegiatan, yaitu soccer. Misalkan kita telah mengetahui
kemampuan yang diperlukan untuk pemain pemula dan profesional. Hipotesis subset
kemampuan yang dibutuhkan pada level pemula ditunjukan pada gambar 2.7. Dengan latihan,
pola kemampuan pemain berubah secara bertahap. Seperti yang terlihat pada sisi kanan
gambar 2.7, kemampuan yang diperlukan oleh pemain profesional adalah A,B,C,D dan E.
Perhatikan bahwa 2 kemampuan, yakni A dan B sangat penting untuk pemain pemula dan
profesional. Namun, 2 kemampuan lain yaitu F dan C, menjadi kurang dibutuhkan dan
digantikan oleh D dan E, yang sebelumnya tidak begitu diperlukan di awal latihan. Mungkin
kemampuan F dan C adalah kemampuan menyelesaikan masalah, yang tidak begitu
diperlukan lagi setelah pemain memiliki cukup pengalaman latihan. Kemampuan lain yang
diperlukan seseorang untuk penampilan adalah G dan H, namun tidak begitu diperlukan
untuk soccer.
Mungkin anda mulai melihat bahwa masalahnya berhubungan dengan penampilan
seseorang pada tahap awal latihan. Singkatnya, seseorang mungkin memiliki tingkat
kemampuan yang tinggi, sehingga penampilannya pada awal latihan sangat baik – tapi hanya
ada sedikit cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki tingkat kemampuan yang sama
untuk latihan selanjutnya.
Untuk melihat masalah ini dalam dunia nyata, perhatikan situasi umum pada olahraga
remaja, dimana sekelompok besar remaja berlatih untuk tim atau kegiatan tertentu. Setelah
sesi penjelasan singkat, pelatih memberitahukan siapa saja yang terpilih untuk bergabung
dalam tim. Pelatih kemudian mengucapkan terimakasih pada peserta lain dan mengundang
mereka untuk mengikuti seleksi kembali tahun depan. Keputusan pelatih tersebut berdampak
dikeluarkannya beberapa pemain lama dalam tim, dalam hal ini pelatih sering membuat
kesalahan dengan mengeluarkan beberapa orang yang memiliki potensi untuk menjadi
pemain hebat. Berdasarkan gambar 2.7, anggaplah bahwa pemain yang berhasil selama try
out adalah anak yang memiliki kemampuan A, B, F dan C sangat tinggi. Setelah latihan yang
keras, pemain ini tidak bisa menjadi pemain yang lebih terampil jika mereka tidak memiliki
kemampuan D dan E yang bagus.
Solusi terbaik untuk masalah ini adalah dengan memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi kepada siswa sebanyak mungkin, sehingga setiap siswa bisa mencapai tingkat
kecakapan tertinggi. Pemain pemain yang memiliki kecakapan tinggi dan relatif stabil
dievaluasi, kemudian pelatih bisa menyeleksi mereka dengan lebih percaya diri. Biasanya
peserta yang kurang terampil memutuskan bahwa kegiatan tersebut tidak cocok untuk
mereka. Keputusan ini hanya memberikan sedikit dampak terhadap kepercayaan diri anak,
karena mereka menyadari bahwa kemampuannya tidak memadai untuk penampilan yang
bagus.
Untuk beberapa alasan, memprediksi keberhasilan seseorang dimasa mendatang
merupakan hal yang cukup sulit. Pertama, pola kemampuan yang mendasari keberhasilan
penampilan suatu tugas belum terlalu dipahami. Pelatih dan instruktur biasanya memiliki
insting terhadap karakteristik bawaan yang diperlukan untuk penampilan tugas, misalnya,
untuk berkecimpung di dunia senam, seseorang harus memiliki tubuh yang kuat dan fleksibel.
Namun, kemampuan memprediksi ibarat bermain tebak-tebakan. Para praktisi mengalami
kesulitan untuk menentukan semua kemampuan yang diperlukan untuk menampilkan suatu
tugas. Pada akhirnya, praktisipun tidak memiliki pemahaman seutuhnya mengenai
kemampuan ( misalnya, apa yang dimaksud dengan kecepatan?) dan mengalami kesulitan
dalam mengukur kemampuan tersebut.
Kesimpulan
setiap manusia berbeda-beda dalam berbagai hal. Banyak faktor yang membuat manusia
berbeda, misalnya bakat yang didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat genetis dan stabil.
Konsep bakat berbeda dengan keterampilan. Keterampilan berhubungan dengan kecakapan
seseorang dalam sebuah tugas. Beberapa teori mengenai kemampuan meliputi, konsep
kemampuan gerak umum, hipotesis spesifisitas dan konsep kemampuan dasar. Konsep
terakhir memiliki dukungan ilmiah yang luas
Para praktisi bisa menggunakan konsep kemampuan untuk mengelompokkan tugas
berdasarkan kemampuan kemampuan yang dibutuhkan untuk penampilan tugas. Pertama,
praktisi melakukan analisis tugas untuk menentukan kebutuhan tugas, lalu mengidentifikasi
kemampuan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan tugas. Setelah dilakukan analisis,
praktisi mendesain pengalaman belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan dominannya dan meningkatkan kemampuan yang masih rendah.
Praktisi tidak boleh membuat kesimpulan berdasarkan penampilan pada tahap awal latihan
karena
Pola kemampuan berubah dengan latihan, sehingga mereka yang bagus
penampilannya diawal latihan belum tentu bagus pada latihan berikutnya.
Pola kemampuan yang dibutuhkan untuk keberhasilan penampilan sangat banyak dan
belum dipahami sepenuhnya.
Meskipun kita telah mengetahui kemampuan kemampuan yang relevan dengan
penampilan tugas, kita akan mengalami kendala dalam pengukurannya.