Terjemahan Thyroid Disease
-
Upload
muhammad-nazli -
Category
Documents
-
view
21 -
download
8
Transcript of Terjemahan Thyroid Disease
Penyakit Tiroid Jinak dan Faktor Makanan pada Kanker Tiroid: sebuah
Penelitian Kontrol-Kasus di Kuwait
A Memon et al.
Kami melakukan penelitian berbasis populasi pada 313 pasang kontrol-
kasus di Kuwait untuk meneliti etiologi dari kanker tiroid, neoplasma yang kedua
paling psering terjadi di kalangan wanita di negara ini dan beberapa negara lain di
kawasan Teluk. Di antara variabel demografis tersebut, individu yang menjalani
pendidikan selama 12 tahun labih memiliki risiko kanker tiroid yang secara
signifikan lebih rendah (OR = 0,6 CI 95%: 0,3-0,9). Rata-rata usia saat diagnosis
kanker tiroid (+sd) adalah 34,7+11 tahun pada wanita dan 39+13,4 tahun pada
pria. Riwayat adanya nodul tiroid dilaporkan hanya pada kasus tertentu (n = 34;
10,9%; CI 95% lebih rendah: 12.0), dan adanya gondok pada 21 kasus dan empat
kontrol (OR = 5,3, 95% CI: 1,8-15,3). Tidak ada peningkatan risiko yang
signifikan pada riwayat hipotiroidisme (OR = 1,8) atau hipertiroidisme (OR =
1,7). Untuk setiap penyakit tiroid jinak, OR-nya adalah sebesar 6,4 (95% CI: 3,4-
12,0), dan resiko populasi yang timbul sekitar 26% (95% CI: 21,1-30,9). Analisis
regresi bertahap menunjukkan bahwa konsumsi tinggi produk olahan ikan (OR =
2,2; CI 95%: 1,6-3,0) ikan segar (OR = 0,5, 95% CI: 0,4-0,7) dan ayam (OR =
1,7, 95% CI: 1,2-2,3) oleh masyarakat secara independen terkait dengan kanker
tiroid dengan hubungan respons dosis yang signifikan. Di antara pasien kanker
tiroid yang melaporkan bannyak mengkonsumsi produk ikan, sebagian besar juga
melaporkan banyak mengkonsumsi ikan segar (98%) dan kerang (68%). Tidak
ada hubungan yang jelas muncul pada konsumsi sayuran. Data ini mendukung
hipotesis bahwa penyakit tiroid hiperplastik sangat terkait dengan kanker tiroid,
dan bahwa kebiasaan mengkonsumsi berbagai makanan laut mungkin relevan
dengan etiologi kanker tiroid. Hubungannya dengan konsumsi ayam memerlukan
penelitian lebih lanjut.
Di banyak negara, kanker tiroid terjadi sekitar 1 - 5% dari semua kejadian
kanker pada wanita dan 52% pada pria. Angka insidensi kanker tiroid berdasarkan
standar usia (per 100.000 orang), pada seluruh populasi besar, bervariasi dari
1
sekitar 2 - 10 kejadian pada wanita dan 1 - 3 kejadian pada laki-laki (Parkin et al,
1997). Sejak akhir 1970-an, kanker tiroid secara konsisten tercatat menjadi
neoplasma yang kedua paling sering terjadi (setelah payudara) pada perempuan di
Kuwait. Selama periode 1994 - 1998, kanker tiroid terhitung masing-masing
sebesar 8,1 dan 2,1% dari semua kejadian kanker pada wanita dan laki-laki di
Kuwait; dan masing-masing 8,7 dan 3,3% dari semua kanker di kalangan wanita
dan pria non-Kuwait (ekspatriat).
Demikian pula tingkat frekuensi dan insiden yang relatif tinggi dari
penyakit ini juga ditemukan di negara lain di kawasan Teluk (Gambar 1). Bukti
dari penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa paparan radiasi pengion,
khususnya selama masa kanak-kanak dan remaja, adalah faktor risiko utama dari
kanker tiroid (Ron dkk, 1995), dan riwayat penyakit tiroid hiperplastik (yaitu,
nodul/adenoma dan gondok) adalah sebuah penentu penting dari kanker tersebut
(Franceschi et al, 1999). Penelitian tentang kebiasaan makan dan mikro nutrisi
terhadap kanker tiroid telah dinlai dengan peran penting dari yodium terhadap
fungsi tiroid dan pengaruh potensi dari makanan laut dan sayuran goitrogenik
yang kaya yodium (World Cancer Research Fund, 1997). Kami melakukan suatu
penelitian kontrol kasus berbasis populasi di Kuwait untuk menguji hipotesis
etiologi utama dari kanker tiroid.
SUBYEK DAN METODE PENELITIAN
Populasi dan metode penelitian dijelaskan secara rinci di tempat lain
(Memon et al, 2002). Secara singkat, penelitian kami dilakukan di Kuwait Cancer
Control Centre (KCCC) yang merupakan satu-satunya rumah sakit khusus untuk
pengobatan dan tindak lanjut kanker di negara tersebut.
Karena insiden kanker tiroid yang relatif tinggi di Kuwait, sebuah klinik
tindak lanjut khusus dilaksanakan setiap minggu di KCCC untuk pasien penderita
kanker tiroid. Sebuah tempat pendaftaran penderita kanker berbasis populasi
(Kuwait Cancer Registry) telah didirikan di pusat tersebut sejak tahun 1979. Kami
pertama kali mengumpulkan informasi pada semua 874 pasien yang didiagnosis
menderita kanker tiroid selama periode 1 Januari 1981 sampai 30 Juni 1999 dari
catatan registri kanker dan KCCC. Dari jumlah tersebut, 611 (69,9%) pasien
2
adalah perempuan dan 263 (30,1%) pasien adalah laki-laki. Di antara pasien
tersebut, 66 orang diketahui telah meninggal (42 perempuan, 24 laki-laki). Untuk
mencapai kekuatan statistik yang cukup bagi analisis yang bermakna, kami
memutuskan untuk memasukkan sebanyak mungkin pasien yang didiagnosis sejak
1 Januari 1981. Alasan ini didasarkan pada kenyataan bahwa ada sejumlah relatif
kecil dari kasus baru setiap tahun, khususnya di kalangan warga negara Kuwait,
dan bahwa banyak pasien non-Kuwait yang kembali ke negara asal mereka setelah
diagnosis atau setelah diberikan pengobatan awal. Juga dicatat bahwa kanker
tiroid memiliki salah satu prognosis paling menguntungkan pada semua tingkat
kelangsungan hidup relatif selama 5 tahun sekitar 95% pada perempuan dan 92%
pada pria (Ron, 1996). Pasien dianggap memenuhi syarat untuk dimasukkan
dalam penelitian ini jika kanker tiroid merupakan kanker primer utama dan jika
mereka masih masih hidup, usia 47 tahun, dan merupakan penduduk Kuwait
selama periode pengumpulan data tersebut (1 Mei 1998 - 30 Juni 1999). Semua
pasien yang memenuhi syarat yang datang ke klinik kanker tiroid serta
departemen rawat jalan atau rawat inap setiap minggu di KCCC selama periode
ini diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien yang memenuhi
syarat lainnya, yang tidak mengunjungi KCCC selama periode ini, ditelusuri
melalui informasi yang tersedia dalam catatan medis dan jika memungkinkan,
diundang untuk datang ke rumah sakit untuk dilakukan wawancara. Penelitian ini
pada akhirnya memasukkan total 313 pasien yang menderita kanker tiroid (238
perempuan, 75 laki-laki).
Distrik tempat tinggal ditentukan untuk setiap pasien kanker tiroid dan
klinik kesehatan lokal primer dikunjungi untuk dipilih subjek kontrol yang sesuai
cocok. Kuwait memiliki jaringan khusus dari klinik perawatan primer dalam hal
aksesibilitas dan berbagai layanan yang ditawarkan di klinik tersebut, dan semua
penduduk di distrik tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengunjungi klinik lokal. Disesuaikan suatu subjek kontrol individual dengan
setiap pasien kanker tiroid, berdasarkan tahun kelahiran (dalam waktu 3 tahun),
jenis kelamin, kebangsaan, dan distrik tempat tinggal. Subyek dianggap
memenuhi syarat untuk menjadi kontrol jika mereka mengunjungi klinik
perawatan primer untuk keluhan ringan, atau menemani orang-orang tersebut, atau
3
mengunjungi dengan tujuan lain. Dari 340 peserta kontrol yang memenuhi syarat,
diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut, 27 pasien menolak untuk
diwawancarai, yang menghasilkan tingkat tanggapan sebesar 92,1% (313 dari
340).
Semua kasus dan kontrol yang dimasukkan dalam penelitian awalnya
dihubungi dan diwawancarai pasien rawat inap selama periode 1 Mei 1998 - 30
Juni 1999. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang
meliputi informasi mengenai: (i) karakteristik sosiodemografi, (ii) riwayat
ginekologi dan reproduksi, (iii) riwayat medis (termasuk penyakit autoimun dan
kronis serta penyakit tiroid jinak), (iv) riwayat keluarga (termasuk penyakit tiroid
dan kanker), (v) pola kebiasaan makan (frekuensi konsumsi 13 macam makanan
menjadi salah satu dari enam kategori berikut: tidak pernah, sesekali--beberapa
kali setahun, 1 - 3 kali per bulan, 1 kali per minggu, 2 - 4 kali per minggu, atau 5 -
7 kali per minggu), dan (vi) informasi klinis dan histopatologis (disimpulkan dari
catatan registri kanker dan KCCC).
Analisis
Untuk setiap kontrol ditentukan tanggal 'pseudo-diagnosis', tanggal di
mana subyek tersebut berusia sama seperti kasusnya yang cocok pada saat
diagnosis. Analisis penyakit tiroid hiperplastik terbatas pada peristiwa yang terjadi
53 tahun sebelum diagnosis (kasus) atau tanggal pseudo-diagnosis (kontrol).
Analisis data pada perokok berdasarkan status merokok pada saat
diagnosis/ pseudo-diagnosis. Untuk item makanan, kategori asupan makanan
dikelompokkan menjadi tingkat konsumsi rendah (tidak pernah atau sesekali -
beberapa kali setahun), sedang (1 - 3 kali per bulan atau 1 kali per minggu), dan
tinggi (2 - 4 kali per minggu atau 5 - 7 kali setiap minggu). Kami menggunakan
metode regresi logistik kondisional, seperti yang dijelaskan oleh Breslow dan Day
(1980) untuk penelitian kontrol kasus berdasarkan individual, dengan estimasi
rasio odds (OR) dan interval kepercayaan 95% (95% CI), disesuaikan untuk
variabel pengganggu bila diperlukan. Population attributable risk (PAR,
dinyatakan dalam bentuk persen) dihitung setiap penyakit tiroid jinak
menggunakan metode yang dijelaskan oleh Breslow dan Hari (1980). Langkah ini
memberikan perkiraan kejadian kanker tiroid dalam suatu populasi dapat
4
disebabkan oleh faktor risiko tertentu, dengan asumsi bahwa hal tersebut dapat
mewakili semua pasien kanker tiroid dalam populasi tersebut. Analisis regresi
logistik stepwise bersyarat (termasuk semua item makanan dan disesuaikan
berdasarkan pendidikan) dilakukan untuk mengidentifikasi item makanan yang
paling penting secara independen terkait dengan kanker tiroid. Interval
kepercayaan 95% yang ditunjukkan didasarkan pada prosedur tes rasio
kemungkinan; dan nilai-P untuk kecondongan odds ratio didasarkan pada tes w2
untuk kecondongan. Semua manajemen data dan analisis dilakukan dengan
menggunakan program statistik SPSS dan STATA.
HASIL
Distribusi dari 313 pasien kanker tiroid (238 perempuan, 75 laki-laki)
menurut variabel yang dipilih, ditampilkan dalam Tabel 1; 172 (55%) orang
adalah warga negara Kuwait, sisa adalah warga non-Kuwait. Di antara kelompok
yang terakhir tersebut, mayoritasnya (70,3%) berasal dari negara-negara Arab dan
26,2% berasal dari Asia Tenggara. Mayoritas kasus (74,1%) didiagnosis pada usia
yang relatif muda (15 - 44 tahun). Rata-rata usia saat diagnosis (+ sd) adalah
34,7+11 tahun (kisaran 10 - 65 tahun) pada wanita dan 39+13,4 tahun (kisaran 6-
69 tahun) pada pria, usia rata-rata adalah masing-masing 35 dan 38 tahun. Tidak
ada perbedaan pada rata-rata usia saat diagnosis di antara pasien dari Kuwait dan
non-Kuwait. Karsinoma papiler (termasuk varian papiler/folikel campuran) adalah
jenis histopatologi yang paling umum terhitung sebanyak 83,4% dari semua
kasus.
Faktor Sosiodemografi
Tabel 2 menunjukkan hubungan antara faktor-faktor sosiodemografi yang
dipilih dan kanker tiroid. Terdapat peningkatan risiko kanker tiroid pada orang
yang pernah merokok (perokok dan mantan perokok) dibandingkan dengan
mereka yang tidak pernah merokok (OR = 1,6; CI=95%: 1.0 - 2.8). Individu
dengan pendidikan +12 tahun (diploma profesional/sarjana) berada pada risiko
yang berkurang secara signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak
memiliki pendidikan formal (buta huruf/membaca dan menulis) (OR = 0,6 CI
95%: 0,3-0,9).
5
Autoimunitas dan penyakit kronis
Pasien dengan kanker tiroid memiliki prevalensi yang relatif tinggi
terhadap asma dan penyakit kandung empedu dibandingkan dengan kontrol
(masing-masing 16,6 vs 12,8% dan 7,7 vs 5,8%) (Tabel 3). Odd rasio terhadap
kondisi lain seperti alergi/penyakit kulit, diabetes, dan hipertensi saling
berdekatan. Di antara kondisi lainnya, riwayat coli poliposis dilaporkan terjadi
pada tujuh orang (lebih rendah 95% CI: 1,9) dan lupus eritematosus sistemik pada
dua kasus.
Penyakit tiroid jinak
Kami memeriksa penyakit tiroid hiperplastik (yaitu, nodul/adenoma dan
gondok) hanya jika mereka telah berusia 53 tahun sebelum tanggal diagnosis
kanker (kasus)/pseudo-diagnosis (kontrol) (Tabel 4). Terdapat hubungan yang
kuat dengan penyakit tiroid hiperplastik sebelumnya. Riwayat adanya nodul tiroid
hanya dilaporkan pada kasus tersebut (n = 34; 10,9%; CI 95% lebih rendah: 12,0).
Subyek dengan riwayat gondok tiroid berada pada risiko sekitar lima kali lebih
tinggi untuk mengembangkan kanker tiroid (OR = 5,3, 95% CI: 1,8-15,3). Tidak
ada peningkatan risiko signifikan di antara subyek dengan riwayat hipotiroidisme
(OR = 1,8) atau hipertiroidisme (OR = 1,7). Wanita yang pernah mengalami
episode tiroiditis pasca-partum berada pada peningkatan risiko kanker tiroid yang
signifikan (OR = 10,2; CI 95%: 2,3-44,8).
Dalam literatur mungkin hal ini merupakan indikasi pertama dari
kemungkinan adanya hubungan antara riwayat tiroiditis pasca-partum dengan
kanker tiroid. Temuan ini telah dibahas dalam bagian bab terpisah (Memon et al,
2002). Secara keseluruhan, individu yang mempunyai riwayat penyakit tiroid
jinak pun berada pada risiko yang sangat tinggi mengembangkan kanker tiroid
(OR = 6,4, 95% CI: 3,4-12,0). PAR untuk setiap penyakit tiroid jinak sekitar 26%
(95% CI: 21,1-30,9).
Faktor makanan
Tabel 5 menunjukkan hubungan antara frekuensi konsumsi (yaitu, rendah,
sedang, tinggi) jenis makanan yang dipilih dengan risiko terhadap kanker tiroid.
Konsumsi ikan segar banyak tampaknya memberikan efek perlindungan (OR =
6
0,6 CI 95%: 0,3-1,0; kecondongan P: 50,05). Sebaliknya, terdapat hubungan
positif yang kuat dengan konsumsi produk ikan olahan, kalengan, atau beku yang
tinggi (OR = 3,0, 95% CI: 1,6-5,3; kecondongan P 50,01). Di antara jenis daging
lainnya, konsumsi daging ayam yang tinggi (OR = 3,0, 95% CI: 1,3-6,8;
kecondongan P 50,01) serta daging kambing dan domba (OR = 1,8, 95% CI: 1.1 -
2,8; kecondongan P 50,01) menunjukkan hubungan positif dengan kanker tiroid.
Suatu respons dosis secara nyata berefek untuk semua item makanan. Ada juga
tampak peningkatan risiko dengan mengkonsumsi daging sapi, tetapi itu
didasarkan pada sejumlah kecil subyek dalam kategori sedang dan tinggi.
Mengingat empat jenis sayuran inin termasuk dalam bagian makanan,
brokoli dan kubis Brussel hanya dikonsumsi oleh beberapa subyek. Terdapat
peningkatan risiko kanker tiroid di antara subyek yang melaporkan telah
mengkonsumsi kubis yang banyak (OR = 1,9, 95% CI: 1.1 - 3.3) dan bunga kol
(OR = 1,8, 95% CI: 1.0 - 3.2), tetapi tidak ada efek dose-response. Odd rasio
untuk berbagai kategori konsumsi sayuran hijau, acar dan buah-buahan nilainya
berdekatan. Dalam analisis regresi kondisi logistik secara bertahap, termasuk
semua jenis makanan yang disesuaikan dengan pendidikan, tingkat konsumsi
produk olahan ikan yang tinggi (OR = 2,2, 95% CI: 1,6-3,0) ikan segar (OR = 0,5,
95% CI: 0,4 - 0,7) dan ayam (OR = 1,7; CI 95%: 1,2-2,3) secara independen
ditemukan terkait dengan risiko kanker tiroid. Kami menemukan bahwa di antara
53 pasien kanker tiroid melaporkan tingginya konsumsi produk ikan, sebagian
besar juga melaporkan tingginya konsumsi ikan segar (98,1%; 52 dari 53) kerang
(67,9%; 36 dari 53) dan sayuran acar (37,7%; 20 dari 53).
PEMBAHASAN
Menutut pengetahuan kita, ini merupakan penelitian epidemiologi pertama
yang menguji hipotesis etiologi utama dari kanker tiroid pada populasi Timur
Tengah. Sebuah kelompok kolaboratif internasional baru-baru ini menerbitkan
serangkaian tinjauan dengan menggabungkan data dari semua penelitian kontrol
kasus kanker tiroid yang diterbitkan selama periode 1980 - 1997 (n = 12) dan dua
penelitian yang tidak dipublikasikan (Franceschi et al, 1999; Negri dkk , 1999;
Bosetti dkk, 2001). Namun, sebagian besar penelitian tersebut telah dilakukan
pada populasi Eropa (n = 8) dan Amerika Serikat (n = 4), dan hanya dua
7
penelitian telah dilaporkan yang dilakukan di Asia (Cina dan Jepang). Mengenai
riwayat penyakit tiroid jinak dan risiko terhadap kanker tiroid, sebagian besar
penelitian telah menunjukkan hubungan kuat antara penyakit tiroid hiperplastik
dengan kanker tiroid (McTiernan et al, 1984; Preston-Martin dkk, 1987, 1993;
Ron dkk, 1987; Franceschi et al, 1989; Kolonel et al, 1990; Levi et al, 1991;
D'Avanzo et al, 1995; Mack et al, 1999), padahal untuk mayoritas penelitian
hipotiroidisme dan hipertiroidisme telah menunjukkan tidak adanya hubungan
materi dengan kanker tiroid. Dalam sebagian besar penelitian kasus-kontrol,
estimasi risikonya bervariasi antara 10 - 40 untuk nodul tiroid jinak dan 3 - 8
untuk gondok.
Dalam sejumlah penelitian, estimasi risiko untuk nodul tiroid tidak
terbatas pada kondisi riwayat dilaporkan hanya pada kasus tertentu. Dalam suatu
kumpulan analisis, riwayat nodul tiroid jinak (OR = 29,9, 95% CI: 14,5-62,0) dan
gondok (OR = 5,9, 95% CI: 4,2-8,1) sangat terkait dengan kanker tiroid
(Franceschi et al, 1999 ). Sehubungan dengan penelitian ini, penelitian kami juga
menunjukkan bahwa riwayat adanya nodul tiroid jinak (34 kasus vs 0 kontrol) dan
gondok (OR = 5,3) merupakan faktor penentu penting dari kanker tiroid. PAR
sebesar 26% untuk setiap penyakit tiroid jinak dibandingkan dengan yang
dilaporkan dalam penelitian di Amerika Serikat (Ron dkk, 1987) dan Italia Utara
(D'Avanzo et al, 1995).
Yodium memiliki peran penting dalam produksi dan regulasi hormon
tiroid, dan kekurangan maupun kelebihan yodium telah dianggap sebagai faktor
risiko yang mungkin untuk berkembangnya gondok serta kanker tiroid (Ward dan
Ohshima, 1986; Franceschi et al, 1990).
Hipersekresi kronis dari thyroid stimulating hormone (TSH) akan
menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi sel folikel tiroid (yaitu, gondok) dan
dianggap dapat meningkatkan risiko transformasi neoplastik (Williams, 1990).
Kadar yodium yang tidak optimal menyebabkan berkurangnya produksi hormon
tiroid dan akan membangkitkan mekanisme umpan balik untuk meningkatkan
sekresi TSH. Sebaliknya, asupan yodium berlebihan secara jangka panjang juga
dapat mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid dan dapat menyebabkan niali TSH
menjadi tinggi. Juga telah ditunjukkan bahwa kurangnya konsumsi akan
8
meningkatkan risiko kanker tiroid tipe folikuler dan asupan yang berlebihan akan
meningkatkan risiko kanker tiroid papiler (World Cancer Research Fund, 1997).
Ikan, khususnya ikan laut dan kerang, adalah sumber yodium alami terbaik,
padahal dalam banyak makanan roti, produk susu, unggas, dan garam beryodium
adalah sumber utama dari mineral ini.
Negara Kuwait, dengan populasi sekitar 2,2 juta jiwa, terletak di sepanjang
perbatasan barat dari Laut Teluk. Karena lokasi di daerah pantai ini, ikan selalu
menjadi komponen penting untuk makanan penduduk lokal. Saat ini, sekitar 6000
- 8000 ton ikan dan 2000 ton udang ditangkap di perairan teritorial setiap tahun
dan juga diimpor jumlah yang sama, terutama pada negara-negara tetangga di
Teluk. Selain itu, berbagai macam produk ikan olahan, ikan kaleng, dan ikan beku
(termasuk minyak ikan, telur ikan, fillet/irisan, hati, pasta/sandwichspread, sarden,
sup, daging ikan tuna/kepiting) diimpor dari berbagai negara. Garam beryodium
pertama kali diperkenalkan di negara itu pada tahun 1980 dan telah digunakan
secara luas.
Dalam penelitian kami, analisis regresi bertahap menunjukkan bahwa
konsumsi tinggi produk ikan olahan memiliki hubungan positif dengan kanker
tiroid, padahal konsumsi ikan segar dapat memberikan efek perlindungan. Ada
juga hubungan respon dosis yang signifikan dengan frekuensi konsumsi bahan
makanan. Para pasien yang menderita kanker tiroid melaporkan mereka banyak
mengkonsumsi produk ikan, juga melaporkan banyak konsumsi ikan segar (98%),
kerang (68%), dan sayuran (38%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa para pasien
ini, memiliki banyak terpapar dengan berbagai jenis makanan laut, dan mereka
juga memiliki peningkatan risiko sekitar dua kali lipat terhadap kanker tiroid.
Temuan yang tampaknya tidak normal antara konsumsi ikan segar dengan ikan
olahan sulit untuk dijelaskan. Yang terakhir ini mungkin memiliki konsentrasi
yodium yang jauh lebih tinggi. Juga dapat dibayangkan bahwa prosedur
pengolahan dapat mempengaruhi penyerapan yodium dan diserap oleh tiroid.
Faktor-faktor selain kandungan yodium mungkin juga berperan terhadap
peningkatan risiko kanker terkait dengan produk olahan ikan. Dalam sebuah
tinjauan data epidemiologi dan eksperimental tentang gizi dan kanker tiroid, para
ahli menyimpulkan bahwa makanna dengan asupan yodium yang berlebihan dapat
9
meningkatkan risiko kanker tiroid (World Cancer Research Fund, 1997). Karena
penilaian makanan dalam penelitian kami ini dibatasi oleh frekuensi konsumsi
sejumlah indikator makanan yang dipilih, tidak mungkin untuk mengukur nutrisi
tertentu yang dapat diandalkan (misalnya, yodium yang terisi dari ikan atau
produk ikan). Oleh karena itu, hanya kesimpulan umum tentang pola makanan
yang dapat dibenarkan. Temuan serupa pada peningkatan risiko dengan kebiasaan
konsumsi yang tinggi terhadap berbagai makanan laut juga telah dilaporkan pada
penelitian di Norwegia (Glattre et al, 1993).
Sebuah analisa dari penelitian kontrol kasus kanker tiroid, yang meneliti
tentang tingkat konsumsi ikan dan kerang (Bosetti dkk, 2001), menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi ikan yang tinggi dengan risiko kanker
tiroid (OR = 0,88, 95% CI: 0,71-1,10). Di antara penelitian individual, adanya
hubungan positif dengan konsumsi ikan telah dilaporkan dari Norwegia (Glattre et
al, 1993), USA (Ron dkk, 1987), dan China (Preston-Martin et al, 1993); tidak ada
hubungan yang ditemukan dalam dua penelitian dari Eropa Utara (Hallquist et al,
1994; Galanti et al, 1997), Hawaii (Kolonel et al, 1990) dan Jepang (Takezaki et
al, 1996), padahal efek perlindungan diamati dalam penelitian dari Italia
(Franceschi et al, 1989), dan Swedia (Wingren et al, 1993) (Tabel 6).
Penelitian yang meneliti hubungan antara konsumsi produk daging,
unggas, dan susu dengan kanker tiroid relatif sedikit. Ayam adalah jenis daging
yang paling sering dikonsumsi di Kuwait, dan sebagian besar ayam yang
dikonsumsi tersebut dipelihara di peternakan unggas lokal. Daging unggas
produksi dalam negeri, misalnya, meningkat dari sekitar 20.000 ton pada tahun
1993 menjadi 39.000 ton pada tahun 1999 (Abstrak Statistik Tahunan, 2000). Juga
diketahui bahwa kerang tiram yang dihancurkan, tepung ikan, dan garam
beryodium merupakan komponen penting dari jatah paling banyak yang
digunakan dalam peternakan unggas komersial.
Dalam penelitian kami, konsumsi daging ayam yang tinggi secara
bermakna dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker tiroid. Ada juga hubungan
respon dosis yang signifikan dengan frekuensi konsumsi. Peningkatan risiko yang
besarnya sama pada konsumsi daging ayam dan unggas yang tinggi, dilaporkan
dalam sebuah penelitian dari Italia (RR = 1,98) (Franceschi et al, 1989), padahal
10
tidak ada hubungan yang ditemukan pada penelitian serupa di Amerika Serikat
(Ron dkk, 1987) dan Jepang (Takezaki et al, 1996) (Tabel 6).
Konsumsi sayuran dan buah berlaku secara umum untuk memberikan efek
perlindungan pada berbagai macam kanker. Untuk kanker tiroid, penelitian
tentang konsumsi sayuran cenderung fokus pada sayuran karena mengandung
thioglucosides, yang mungkin terdegradasi ke dalam bentuk goitrogens. Namun,
sayuran juga mengandung komponen indol, fenol, dan senyawa lain yang dapat
menghambat perkembangan kanker tertentu. Di antara berbagai sayuran,
konsumsi kubis yang tinggi telah dilibatkan dalam etiologi gondok endemik di
Eropa tengah, Finlandia, dan beberapa pulau Mediterania (Franceschi et al, 1993).
Di Hawaii, survei tentang makanan telah menunjukkan bahwa kubis dan lobak
dikonsumsi lebih sering oleh kelompok etnis yang memiliki risiko tertinggi
terhadap kanker tiroid (Goodman et al, 1988). Namun, mayoritas penelitian
kontrol kasus telah menunjukkan adanya penurunan risiko kanker tiroid dengan
peningkatan konsumsi sayuran, serta dengan sayuran hijau dan/atau buah-buahan
(Ron et al, 1987; Franceschi et al, 1989; Kolonel et al, 1990; Wingren et al, 1993)
(Tabel 6).
Dalam penelitian kami, tidak ada hubungan yang jelas antara konsumsi
sayuran dengan kanker tiroid. Dalam suatu tinjauan terhadap data terhadap gizi
dan kanker tiroid, para ahli menyimpulkan bahwa asupan sayuran yang tinggi
tidak meningkatkan risiko terhadap kanker tiroid, dan diet tinggi sayuran dan
buah-buahan mungkin dapat mengurangi resiko kanker tiroid (World Cancer
Research Fund, 1997).
Singkatnya, penelitian kami terhadap populasi Timur Tengah dengan
kejadian kanker tiroid (dan mungkin penyakit tiroid jinak) yang relatif tinggi
menunjukkan bahwa sekitar 26% kasus kanker tiroid mungkin disebabkan oleh
penyakit tiroid yang sebelumnya jinak. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa
konsumsi berbagai jenis makanan laut yang tinggi juga mungkin relevan dengan
etiologi kanker tiroid, sedangkan hubungannya dengan konsumsi ayam
merupakan penemuan yang relatif baru dan perlu dievaluasi lebih lanjut.
11